perancangan sistem inventarisasi hutan industri …
TRANSCRIPT
PERANCANGAN SISTEM INVENTARISASI HUTAN INDUSTRI
BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS: KAWASAN HUTAN AKASIA PARUNG PANJANG, KPH BOGOR)
Disusun Oleh :
Mohammad Arief Putranto
203093002033
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2010
PERANCANGAN SISTEM INVENTARISASI HUTAN INDUSTRI
BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS: KAWASAN HUTAN AKASIA PARUNG PANJANG, KPH BOGOR)
Disusun sebagai Prasyarat dalam Menyelesaikan Kurikulum Tingkat Akhir Pada Jurusan Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun Oleh :
Mohammad Arief Putranto
203093002033
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2010
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR BENAR
HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI
SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU
LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, Juni 2010
Mohammad Arief Putranto 203093002033
ABSTRAK Mohammad Arief Putranto, Perancangan Sistem Inventarisasi Hutan Berbasis Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus: Kawasan Hutan Akasia Parung Panjang, Kph Bogor), dibimbing oleh Zainul Arham, M.Si dan Zainuddin Bey Fananie, M.Sc.
Indonesia tercatat memiliki luas hutan sebesar 138 juta hektar dengan luas
hutan sebesar itu maka diperlukanlah pengelolaan hutan secara menyeluruh agar tidak
terjadi penyelewengan-penyelewengan dan pelanggaran-pelanggaran ilegal terhadap
sumber daya alam yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Data pengelolaan hutan yang
dihasilkan oleh Perum Perhutani merupakan data spasial (keruangan) seperti peta dan
data atribut seperti batas wilayah, jenis tanah, curah hujan dan lain sebagainya, yang
memerlukan cara pengolahan dan penyajian yang berbeda. Data atribut dan data
spasial tersebut memerlukan suatu sinkronisasi agar data yang dihasilkan maupun
disajikan akurat sesuai dengan keadaan keruangan pada saat itu.
Berkaitan dengan hal tersebut maka diperlukanlah sebuah aplikasi yang
mampu melakukan inventarisasi data atribut hutan, pensinkronisasian dengan data
spasial serta perhitungan statistik sederhana sehingga penyajian data dalam bentuk
laporan menjadi lebih mudah. Metode pengembangan sistem yang penulis gunakan
adalah Rapid Application Development (RAD). Pada akhirnya, sistem ini dapat
memberikan keluaran kepada penggunanya berupa report data atribut dan data spasial
kehutanan sebagai bahan acuan penyusunan RPKH Untuk ke depannya, aplikasi ini
dapat dikembangkan lagi antara lain dengan melakukan integrasi dengan aplikasi-
aplikasi kehutanan lainnya yang berbasiskan GIS.
Kata Kunci : Visual Basic 6.0,Sistem Inventarisasi Hutan,Map Objects 2,RAD, UML, GIS
V Bab + xx Halaman + … Halaman + … Daftar Pustaka (….-….) + Lampiran, 2010
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahiim
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Yang Maha Kuasa dan telah memberikan berkah dan anugerahNya kepada penulis sehingga penulis mampu melaksanakan tugas untuk menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta salam tak lupa juga penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW.
Skripsi ini penulis buat sebagai syarat kelulusan dalam menempuh pendidikan jenjang Strata-1 (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu juga penulis berharap apa yang penulis teliti, yang dijelaskan di dalam skripsi ini, dapat dipergunakan dengan baik oleh semua pihak yang membutuhkan, sehingga perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di Program Studi Sistem Informasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat lebih maju dan lulusannya dapat bekerja secara kooperatif dengan semua elemen informatika dari seluruh dunia.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini :
1. Bapak Dr. Syopiansyah jaya Putra M.Sis selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi.
2. Bapak A’ang Subiyakto selaku ketua Program Studi Sistem Informasi.
3. Bapak Zainul Arham, S. Kom, M.Si selaku Dosen Pembimbing I
4. Bapak Zainuddin Bey Fananie, M.Sc selaku Dosen Pembimbing II
5. Bapak dan Ibu penguji yang memberikan kritik dan saran pada skripsi ini.
6. Dosen-Dosen Fakultas Sains dan Teknologi yang telah mengajarkan kepada penulis berbagai macam ilmu yang dapat penulis terapkan dalam penulisan skripsi ini.
7. Kedua orang tua penulis, Djoko Saptono dan Budiningsih Saraswati, yang telah memberikan dukungan moril, semangat dan materiil sehingga memperlancar proses penyusunan skripsi ini.
8. Kedua kakak dan adik penulis, Vira Nuri Putriningtyas S.Kom dan Annisa Ayuningtyas yang telah menjadi tempat penulis melepaskan penat dalam penyusunan Skripsi ini.
9. Teman-Teman seperjuangan TI-SI UIN 2003, terutama SI-05 atas dukungan kalian semua.
10. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penelitian ini, baik penulisan maupun aplikasinya sendiri. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun skripsi ini lebih baik lagi.
Jakarta, Agustus 2009
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman judul ............................................................................................ i
Persetujuan pembimbing ............................................................................ ii
Halaman pengesahan .................................................................................. iii
Halaman pernyataan ................................................................................... iv
Abstrak ....................................................................................................... v
Kata Pengantar ........................................................................................... vi
Daftar isi ...................................................................................................... viii
Daftar gambar ............................................................................................. xii
Daftar tabel ................................................................................................. xiv
Daftar lampiran .......................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ........................................................................ 2
1.3. Batasan Masalah ............................................................................ 3
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................... 4
1.5. Metodologi Penelitian .................................................................... 6
1.6. Sistematika Penulisan .................................................................... 8
viii
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Konsep Dasar Sistem ................................................................... 10
2.1.1 Pengertian Sistem ............................................................ 10
2.1.2 Pengertian Informasi........................................................ 12
2.1.3 Kualitas Informasi ........................................................... 13
2.2. Sistem Informasi ......................................................................... 14
2.2.1 Komponen Sistem Informasi .......................................... 14
2.3. Sistem Informasi Geografis.......................................................... 16
2.3.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG) .................. 16
2.3.2 Model Data ........................................................................ 17
2.3.3 Komponen Sistem Informasi Geografis ............................ 18
2.3.4 Kemampuan Sistem Informasi Geografis ......................... 20
2.4. Hutan …………… ....................................................................... 21
2.4.1 Jenis Hutan ........................................................................ 22
2.4.2 Fungsi Hutan ..................................................................... 27
2.4.3 Pengelolaan Hutan ............................................................ 28
Inventarisasi Hutan ...................................................................... 29 2.5.
2.7.
2.8. Unified Modelling Language (UML) .......................................... 36
2.6. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 31
Metode Pengembangan Sistem... ................................................. 32
2.7.1 Tahapan-tahapan RAD.. ...................................................... 33
2.7.2 Alasan Penggunaan Metode RAD ...................................... 34
2.7.3 Perbandingan Dengan Metode Sistem Lainnya .................. 35
ix
2.8.1. Definisi ................................................................................ 36
2.8.2. Use Case Diagram .............................................................. 37
2.8.3. Class Diagram ..................................................................... 38
2.8.4. State Chart Diagram ........................................................... 38
2.8.5. Activity Diagram, ................................................................ 39
2.8.6. Sequence Diagram ............................................................... 40
2.8.7. Collaboration Diagram ....................................................... 41
2.8.8. Component Diagram ........................................................... 42
2.8.9. Deployment Diagram .......................................................... 43
2.9. Flow Chart ................................................................................... 46
2.10. Perangkat Lunak Pengembangan Sistem ..................................... 47
2.10.1 Visual Basic 6.0 ................................................................ 47
2.10.1.1 Antar Muka Visual Basic 6.0 .............................. 48
2.10.2 Map Object v2.2 ................................................................ 50
2.10.3 Ms. Sql Server 2000 .......................................................... 54
2.10.4 ArcView 3.3 ..................................................................... 62
2.11. Penelitian Sebelumnya yang Berhubungan ................................. 65
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bahan dan Perangkat Penelitian ................................................... 66 3.1.
3.1.1 Bahan Penelitian................................................................ 66
3.1.1.1Ringkasan Keadaan Umum KPH Bogor ............. 66
3.1.2 Perangkat Penelitian ....................................................... 74
x
3.2. Waktu dan Lokasi Penelitian ...................................................... 75
Metode Pengumpulan Data .......................................................... 75 3.3.
75
3.3.4 Studi Literature ................................................................. 79
............................................. 79
3.4.3. P
3.3.1 Studi Pustaka .....................................................................
3.3.2 Observasi ........................................................................... 77
3.3.3 Wawancara ........................................................................ 78
3.4. Metode Pengembangan Sistem .......
3.4.1. Analisis (Requirement Planning) .................................... 80
3.4.2. Perancangan (User Design) ............................................. 81
engembangan (Construction) ........................................ 83
3.4.4. Implementasi (Cut Over) ................................................. 84
BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN
4.1. Sekilas Tentang Perum Perhutani ................................................ 86
4.1.1. Visi Misi Perum Perhutani ............................................... 86
4.1.2. Tujuan Perum Perhutani ................................................... 87
4.1.3. Struktur Organisasi Perum Perhutani ............................... 88
4.2. Analisis ........................................................................................ 90
4.2.1. Kegiatan Inventarisasi Hutan ........................................... 90
4.2.2. Alur Kerja Sistem Berjalan .............................................. 91
4.2.3. Identifikasi Masalah ........................................................ 93
4.2.4. Uraian Singkat Sistem yang Diusulkan .......................... 94
4.3. Perbandingan Sistem .................................................................... 98
xi
xii
4.5.2 erancangan Basis Data ................................................... 132
...................................... 136
BAB V
4.4. Studi Feasibilitas .......................................................................... 99
4.5. Perancangan Sistem yang Diusulkan .......................................... 100
4.5.1 Perancangan Aplikasi ....................................................... 100
P
4.5.3 Perancangan User Interface ......
4.6. Pengembangan ............................................................................ 139
4.6.1. Bahasa pemrograman dan Komponen ............................ 139
4.6.2. Alur Kerja Pengembangan Sistem .................................. 140
4.7. Pengujian .................................................................................... 147
4.7.1. Whitebox (Pengujian Mandiri) ........................................ 147
4.7.2. Blackbox (Pengujian Lapangan) ..................................... 148
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ................................................................................. 149
5.2. Saran ............................................................................................ 150
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 151
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Perbandingan Metode ................................................................ 35
Tabel 2.2. Notasi UML ............................................................................... 45
Tabel 2.3 Simbol Flowchart ....................................................................... 46
Tabel 4.1 : Perbandingan Sistem ............................................................... 98
Tabel 4.2. Hasil Pengujian Mandiri ............................................................ 147
Tabel 4.2. Hasil Pengujian Lapangan ........................................................ 148
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Siklus Informasi ................................................................... 13
Gambar 2.2. Lima Komponen Sistem Informasi ....................................... 15
Gambar 2.3. Komponen SIG .................................................................... 18
Gambar 2.4. Subsistem-Subsistem SIG .................................................. 19
Gambar 2.5. Mekanisme Kegiatan Tata Hutan Perum Perhutani............. 29
Gambar 2.6. Tahapan-tahapan RAD ......................................................... 34
Gambar 2.7. Contoh use case diagram ..................................................... 37
Gambar 2.8. Contoh Class Diagram ........................................................ 38
Gambar 2.9. Contoh Statechart Diagram ................................................. 39
Gambar 2.10. Contoh Activity Diagram ................................................... 40
Gambar 2.11. Contoh Sequence Diagram ................................................ 41
Gambar 2.12. Contoh Collaboration Diagram ........................................ 42
Gambar 2.13. Contoh Component Diagram ............................................. 43
Gambar 2.14. Contoh Deployment Diagram ............................................ 44
Gambar 2.15. Antar muka VB 6.0 ........................................................... 48
Gambar 2.16. Tampilan toolbox ............................................................... 49
Gambar 2.17. Interface Property .............................................................. 49
Gambar 2.18. Contoh program menggunakan MapObjects ..................... 50
Gambar 2.19. Computer names selection ................................................. 55
Gambar 2.20. Installation Selection ......................................................... 56
Gambar 2.21. Instance Names ................................................................ 56
Gambar 2.22. Setup type ........................................................................... 57
Gambar 2.23. Service Accounts ................................................................ 58
Gambar 2.24. Enterprise Manager ........................................................... 59
Gambar 2.25. Query Analyzer ................................................................. 60
Gambar 2.26. Contoh penggunaan Query Analyzer ................................. 61
Gambar 2.27. Service Manager ................................................................ 62
Gambar 3.1. Tahapan RAD ...................................................................... 80
Gambar 3.2. Alur Penelitian ..................................................................... 85
Gambar 4.1. Bagan Mekanisme Kegiatan Tata Hutan Perum Perhutani . . 90
Gambar 4.2: Bagan Sistem Berjalan ........................................................ 91
Gambar 4.3: Bagan Sistem Usulan ........................................................... 96
Gambar 4.4. Use Case Diagram Sistem Inventarisasi Hutan ................... 102
Gambar 4.5 Use Case File(system) ........................................................... 103
Gambar 4.6 Use Case Data Management ................................................ 104
Gambar 4.7 Use Case Statistik ................................................................. 105
Gambar 4.8 Use Case Pencarian Data ...................................................... 106
Gambar 4.9 Login Activity Diagram ......................................................... 114
Gambar 4.10 Tambah Data Activity Diagram .......................................... 115
Gambar 4.11. Update Data Activity Diagram .......................................... 116
Gambar 4.12. Delete Data Activity Diagram ........................................... 117
Gambar 4.13. Search Data Activity Diagram ........................................... 118
Gambar 4.14. Statictic Query Activity Diagram ....................................... 120
Gambar 4.15. Sequence Diagram Login ................................................... 122
Gambar 4.16. Sequence Diagram Tambah Data ...................................... 123
Gambar 4.17. Sequence Diagram Update Data ........................................ 124
Gambar 4.18 Sequence Diagram Delete Data .......................................... 125
Gambar 4.19. Sequence Diagram Import Data ........................................ 126
Gambar 4.20. Sequence Pencarian Data .................................................. 127
Gambar 4.21. Sequence Diagram Pencarian Data Spasial ...................... 128
Gambar 4.22. Sequence Diagram Statistic Query .................................... 129
Gambar 4.23. Class Diagram Aplikasi ..................................................... 131
Gambar 4.24. Tabel Peta di dalam database ............................................ 133
Gambar 4.25. Tabel Compartment di dalam database ............................. 133
Gambar 4.26 Tabel subcompartment di dalam database ......................... 134
Gambar 4.27 Tabel subcompartment di dalam database ......................... 134
Gambar 4.28. Struktur basis data ............................................................. 128
Gambar 4.29: Rancangan Form Login ..................................................... 136
Gambar 4.30: Rancangan Form Utama .................................................... 136
Gambar 4.31: Rancangan Form Tambah Data ......................................... 137
Gambar 4.32: Rancangan Form Update Data ........................................... 137
Gambar 4.33: Rancangan Form Delete Data ............................................ 138
Gambar 4.34: Rancangan Form Survey Data atribut ............................... 138
Gambar 4.35: Rancangan Form Statistic Query ....................................... 139
Gambar 4.36: Create Form ...................................................................... 140
Gambar 4.37: Create Form ...................................................................... 140
Gambar 4.38: Pembuatan Form Login ..................................................... 141
Gambar 4.39: Database Connection Module ........................................... 141
Gambar 4.40: Contoh penulisan script/coding ......................................... 142
Gambar 4.41: Database Connection Parameter ...................................... 143
Gambar 4.42: Database Connection procedure ....................................... 143
Gambar 4.43: Contoh script query ............................................................ 144
Gambar 4.44: Pembuatan tampilan report ............................................... 145
Gambar 4.45: Melakukan kompilasi report ............................................. 146
Gambar 4.46: Mengintegrasikan report dengan sistem ............................ 146
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia tercatat memiliki luas hutan sebesar 138 juta hektar1 dengan
luas hutan sebesar itu maka diperlukanlah pengelolaan hutan secara
menyeluruh agar tidak terjadi penyelewengan-penyelewengan dan
pelanggaran-pelanggaran ilegal terhadap sumber daya alam yang dimiliki
oleh bangsa Indonesia.
Kekuasaan dalam melakukan pengelolaan hutan di Indonesia ada di
tangan Perum Perhutani. “Tugas dan Wewenang Perum Perhutani adalah
menyelengarakan kegiatan pengelolaan hutan berdasarkan prinsip
perusahaan dalam wilayah kerjanya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan–undangan yang berlaku.”
(Peraturan Pemerintah 30 tahun 2003 pasal 3 ayat 1)
Dalam melakukan pengelolaan hutan yang beraneka ragam, Perum
Perhutani memerlukan pemeriksaan dan pencatatan sampel dari suatu
kawasan atau area. Hal ini dilakukan dengan melakukan pengecekan
terhadap area tersebut (field checking/ground checking) yang biasa disebut
risalah hutan dalam lingkup Perum Perhutani.
Data pengelolaan hutan yang dihasilkan oleh Perum Perhutani
merupakan data spasial (keruangan) seperti peta dan data atribut seperti
1 http://www.wargahijau.org/index.php?option=com_content&view=article&id=555:menhut-ms-kaban-luas-hutan-di-indonesia-138-juta-hektar&catid=8:green-industry&Itemid=13 [23 oktober 2009, pukul 11.30 wib ]
1
batas wilayah, jenis tanah, curah hujan dan lain sebagainya, yang
memerlukan cara pengolahan dan penyajian yang berbeda. Data atribut dan
data spasial tersebut memerlukan suatu sinkronisasi agar data yang
dihasilkan maupun disajikan akurat sesuai dengan keadaan keruangan pada
saat itu.
Berkaitan dengan hal tersebut maka diperlukanlah sebuah aplikasi
yang mampu melakukan inventarisasi data atribut hutan, pensinkronisasian
dengan data spasial serta perhitungan statistik sederhana sehingga penyajian
data dalam bentuk laporan menjadi lebih mudah.
Dari uraian singkat diatas penulis memutuskan untuk mencoba
memberikan solusi untuk permasalahan tersebut dengan cara memberikan
suatu usulan aplikasi inventarisasi hutan yang penulis susun dalam skripsi
penulis yang berjudul “Perancangan Sistem Inventarisasi Hutan Industri
Berbasis Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus: Kawasan Hutan
Akasia Parung Panjang, KPH Bogor)”. Dengan pendekatan metode
pengembangan sistem RAD (Rapid Application Development) dan notasi
UML (Unified Modeling Languange).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan bahwa
permasalahan yang ada adalah:
1. Bagaimana merancang suatu sistem informasi inventarisasi hutan
berbasis sistem informasi geografis ?
2
2. Bagaimana data spasial dan data atribut hasil pengolahaan hutan dapat
dapat disajikan secara bersamaan ?
3. Bagaimana menyajikan data hasil pengolahan hutan ke dalam bentuk
laporan ?
1.3 Batasan Masalah
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis membatasi pembahasannya
hanya pada:
1. Metode pengembangan sistem yang digunakan oleh penulis dalam
membangun aplikasi sistem informasi inventarisasi hutan berbasis
sistem informasi geografis ini adalah metode pengembangan sistem
berorientasi obyek yaitu metode RAD (Rapid Application
Development) dengan menggunakan pemodelan sistem UML (Unified
Modeling Language).
2. Sistem yang akan dirancang menggunakan Visual Basic 6.0 dan Map
Object 2.2 sebagai bahasa pemrogramnnya, Sql Server 2000 sebagai
DBMS (Database Management Systems) dan Arc View 3.3 sebagai
tools pengolah data spasial.
3. Sistem yang akan dirancang merupakan sistem alternatif dari sistem
yang sudah ada di Departemen Kehutanan.
4. Data spasial yang digunakan pada penulisan skripsi adalah data spasial
hutan kelas acacia mangium yang terletak pada koordinat: 106° 26’
03’’ BT sampai dengan 106° 35’ 16’’ BT dan 06° 20’ 59’’ sampai
3
dengan 06° 27’’ 01’’ LS. Data spasial ini didapatkan dari Perum
Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten.
5. Bentuk laporan dari data pengolahan inventarisasi hutan merupakan
standarisasi dari pihak Departemen Kehutanan.
6. Laporan yang dihasilkan dari sistem ini adalah laporan hasil registrasi
(inventarisasi) tahunan petak dan anak petak, laporan per petak, dan
laporan grafik maupun peta yang digunakan sebagai bahan pendukung
pembuatan RPKH (Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan).
7. Penulisan skripsi ini tidak membahas konfigurasi keamanan dari DBMS
(Database Management Systems) yang dipakai.
8. Penulisan skripsi ini tidak membahas konfigurasi arsitektur jaringan
yang dipakai oleh aplikasi ini.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan dalam skripsi ini adalah Membangun dan merancang
perangkat lunak sistem informasi inventarisasi hutan berbasis sistem
informasi geografis
1.4.2 Tujuan Khusus
Tujuan Khusus dari skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Menguraikan proses tata hutan yang dilakukan oleh Perum
Perhutani.
4
2. Menganalisis gambaran alur proses inventarisasi hutan dan
penyusunan RPKH (Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan)
3. Menjabarkan proses penentuan kelas hutan berdasarkan umur
dan.proses inventarisasi hutan.
4. Memperoleh data potensi hutan serta lingkungannya secara
lengkap, sebagai bahan penyusunan RPKH.
5. Mengembangkan proses atau alur kerja alternative sistem
pengolahan data hasil inventarisasi.
6. Mengolah data hasil risalah hutan menjadi laporan untuk
penyusunan RPKH.
1.4.3 Manfaat
Adapun manfaat dari penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi Penulis
1. Menerapkan ilmu-ilmu yang diperoleh selama kuliah
2. Untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan strata satu (S1)
Program Studi Sistem Informasi Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Bagi Universitas
1. Mengetahui kemampuan mahasiswa dalam menguasai materi
ilmu yang telah diperoleh di bangku perkuliahan sebagai
bahan evaluasi.
5
2. Menjalin kerja sama yang baik dengan pihak Departemen
Kehutanan
c. Bagi Departemen Kehutanan
1. Memiliki aplikasi sistem informasi inventarisasi hutan
alternatif
2. Mempunyai bahan evaluasi jika ingin mengembangkan
kembali sistem informasi inventarisasi hutan yang telah
dimiliki departemen kehutanan.
1.5 Metodologi Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini diperlukan data dan informasi yang
lengkap guna mendukung kebenaran materi uraian dan permbahasan.
Metodologi penelitian yang digunakan meliputi dua metode, yaitu metode
pengumpulan data dan metode pengembangan sistem:
1.5.1 Metode Pengumpulan Data
1. Studi Pustaka
Dilakukan dengan cara membaca dan mengumpulkan data-data
teknis dari buku-buku, situs internet, serta artikel yang
berhubungan dengan topik yang akan dibahas dalam
penyusunan skripsi ini.
6
2. Studi Lapangan
a. Observasi
Melakukan pengamatan dan terlibat langsung didalam
kegiatan lapangan yang berhubungan dengan studi kasus
yang dihadapi.
b. Wawancara
Mengumpulkan data-data dan informasi dengan cara
interview atau wawancara yang dilakukan langsung dengan
pihak yang bersangkutan sesuai dengan masalah yang
diteliti.
3. Studi Literature
Dilakukan dengan cara meneliti penelitian sejenis sebelumnya
yang berhubungan dengan studi kasus ataupun penulisan
peneltian yang dihadapi
1.5.2 Metode Pengembangan Sistem
Dalam pembuatan aplikasi tersebut penulis menggunakan
metode Rapid Application Development (RAD) sebagai metode
pengembangan sistem dan menggunakan pemodelan sistem UML
(Unified Modeling Language). Metode Rapid Application
Development (RAD) memiliki 4 tahapan seperti yang pertama kali
dikemukakan oleh James Martin (K.K.Aggarwal,2005:27),
tahapan-tahapan tersebut adalah :
7
1. Requirement Planning
2. User Design/User Description
3. Construction
4. Implementation (Cut Over)
1.6 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menjabarkan penelitian
Perancangan Sistem Inventarisasi Hutan Berbasis Sistem Informasi
Geografis ini dalam lima (5) bab, berdasarkan pada sistematika penulisan
sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN
Bab ini berisi pengantar berupa latar belakang dilakukannya
penelitian, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan, serta
manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini.
BAB II. LANDASAN TEORI
Bab ini berisi pembahasan teori-teori yang digunakan sebagai
panduan dasar dalam pengembangan sistem ini.
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai metodologi penelitian yang
digunakan dalam mengembangkan sistem informasi berdasarkan
8
9
metodologi pengembangan sistem. Dan juga membahas tentang
metodologi pengumpulan data.
BAB IV. ANALISA DAN PERANCANGAN
Bab ini berisi analisis terhadap kebutuhan sistem, serta
implementasi pengembangannya secara konkrit.
BAB V. PENUTUP
Bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan serta
saran yang dapat membantu pengembangan sistem informasi ini
di masa yang akan datang.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Sistem
2.1.1 Pengertian Sistem
Menurut Rober dan Michael sistem sebagai kumpulan elemen
yang saling berinteraksi membentuk kesatuan, dalam interaksi yang
kuat maupun lemah dengan pembatas yang jelas. (Prahasta, 2005:37)
Definisi sistem menurut McLeod adalah sekelompok elemen
yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu
tujuan. (Al Fatta, 2007: 4).
Sistem menurut Murdick dan Ross adalah seperangkat elemen
yang digabungkan satu dengan yang lainnya untuk suatu tujuan
bersama. (Al Fatta, 2007: 3).
Suatu sistem mempunyai karakteristik atau sifat-sifat tertentu
yaitu mempunyai komponen–komponen, batas sistem, lingkungan
luar sistem, penghubung, masukan, keluaran, pengolah dan sasaran
atau tujuan. (Ladjamudin, 2005: 3-5).
10
Penjelasan ringkas dari sifat atau karakteristik yang dimiliki
oleh sebuah sistem adalah sebagai berikut: (Ladjamudin, 2005: 3-5).
1. Komponen Sistem
Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling
berinteraksi membentuk suatu kesatuan, dapat berupa suatu
subsistem atau bagian-bagian dari sistem.
2. Batasan Sistem
Merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan
sistem yang lainnya. Batas sistem ini menunjukkan ruang
lingkup dari sistem tersebut.
3. Lingkungan Luar Sistem
Lingkungan luar dari suatu sistem adalah apapun di luar batas
dari sistem yang mempengaruhi operasi sistem dapat bersifat
menguntungkan atau merugikan.
4. Penghubung Sistem
Merupakan media yang menghubungkan antara satu subsistem
dengan sub sistem lainnya. Penghubung ini menyebabkan
beberapa subsistem berintegrasi dan membentuk satu kesatuan.
5. Masukan Sistem
Sesuatu yang dimasukkan ke dalam sistem yang berasal dari
lingkungan.
11
6. Keluaran Sistem
Suatu hasil dari proses pengolahan yang dikeluarkan ke
lingkungan.
7. Pengolahan Sistem
Bagian dari sistem yang merubah masukan menjadi keluaran.
8. Sasaran Sistem
Sasaran sistem adalah suatu yang menyebabkan mengapa sistem
itu dibuat atau ada. Suatu sistem dikatakan berhasil bila
mengenai sasaran atau tujuannya.
2.1.2 Pengertian Informasi
Informasi merupakan hasil dari pengolahan data menjadi
bentuk yang lebih berguna bagi yang menerimanya yang
menggambarkan suatu kejadian-kejadian nyata dan dapat digunakan
sebagai alat bantu untuk pengambilan keputusan. (Wahyono, 2003:2)
Menurut Kadir informasi adalah analisis dan sintesis terhadap
data, atau informasi adalah data yang telah diorganisasikan ke dalam
bentuk yang sesuai dengan kebutuhan seseorang, manajer, staff, atau
orang lain di dalam suatu organisasi atau perusahaan. (Prahasta,
2005: 30-31)
Sumber dari informasi adalah data. Data merupakan bahasa,
mathematical, dan simbol-simbol pengganti lain yang disepakati
oleh umum dalam menggambarkan objek, manusia, peristiwa,
12
aktivitas, konsep, dan objek-objek penting lainnya. Singkatnya data
merupakan suatu kenyataan apa adanya (raw facts). (Prahasta, 2005 :
30 ).
Untuk memperoleh informasi yang bermanfaat bagi
penerimanya, perlu dijelaskan bagaimana siklus yang terjadi atau
dibutuhkan dalam menghasilkan informasi. Siklus informasi dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1. Siklus Informasi
(Ladjamudin, 2005: 11)
2.1.3 Kualitas Informasi
Kualitas informasi sangat dipengaruhi atau ditentukan oleh 3
hal pokok, yaitu relevancy, accuracy, dan timeliness. (Wahyono,
2003 : 7 ).
1. Relevansi (relevancy)
Informasi dikatakan berkualitas jika relevan (memberikan
manfaat) bagi pemakainya.
2. Akurasi (accuracy)
Informasi dikatakan akurat jika informasi tersebut tidak bias
atau menyesatkan, bebas dari kesalahan-kesalahan dan harus
jelas mencerminkan maksudnya.
13
3. Tepat Waktu (Timeliness)
Informasi yang dihasilkan dari suatu proses pengolahan data
datangnya tepat waktu.
2.2 Sistem Informasi
Sistem Informasi adalah suatu sistem yang dibuat oleh manusia yang
terdiri dari komponen-komponen dalam organisasi untuk mencapai suatu
tujuan yaitu menyajikan informasi. (Ladjamudin, 2005: 13)
Menurut Budihar sistem informasi adalah suatu manusia-mesin yang
terpadu untuk menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi,
manajemen, dan pengambilan keputusan. (Prahasta, 2005: 40)
2.2.1 Komponen Sistem Informasi
Sebuah sistem informasi yang lengkap memiliki kelengkapan
sistem sebagai berikut: (Ladjamudin, 2005: 15)
1. Hardware
Bagian ini merupakan bagian perangkat keras sistem informasi,
seperti komputer, printer, dan teknologi jaringan komputer.
2. Software
Bagian ini merupakan perangkat lunak sistem informasi yang
berguna untuk memerintahkan komputer melaksanakan tugas
yang harus dilakukan sesuai dengan inputan dari user atau
14
pengguna. Software atau perangkat lunak digolongkan menjadi
beberapa kelompok:
• Sistem Operasi, seperti program Microsoft Windows,
Linux, dan lain sebagainya.
• Aplikasi, seperti Microsoft Office, Corel Draw, Arcview,
dan lain sebagainya.
• Utilitas, seperti anti virus.
• Bahasa Pemrograman, seperti bahasa C, Borland Delphi,
Java, VB dan lain-lain.
3. Data
Merupakan komponen dasar dari informasi yang akan diproses
lebih lanjut untuk menghasilkan informasi.
4. Prosedur
Merupakan bagian yang berisikan dokumentasi prosedur atau
proses-proses yang didalamnya terjadi dalam sistem.
5. Manusia
Merupakan bagian utama dalam suatu sistem informasi.
Komponen manusia antara lain: Clerical personnel, First level
manager, staff specialist, management. (Wahyono,2003:19-21)
ManusiaMesin
Hardware(Perangkat
Keras)
Software(Perangkat
Lunak)DATA Procedures
(Prosedur)People
(Manusia)
Gambar 2.2. Lima Komponen Sistem Informasi (Ladjamudin, 2005: 15)
15
2.3 Sistem Informasi Geografis
2.3.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG)
Geografi berasal dari gabungan kata geo dan graphy. Geo
berati bumi, sedangkan graphy berarti proses penulisan, sehingga
geografi berarti penulisan tentang bumi. (BBPT, 2003: 10).
Geografis merupakan bagian dari spasial (keruangan),
mengandung pengertian suatu persoalan mengenai bumi : permukaan
dua atau tiga dimensi.
Informasi geografis mengandung pengertian informasi
mengenai tempat-tempat yang terletak di permukaan bumi,
pengetahuan mengenai posisi dimana suatu objek terletak di
permukaan bumi, dan informasi mengenai keterangan-keterangan
(atribut) yang terdapat di permukaan bumi yang posisinya diberikan
atau diketahui. (Prahasta, 2005 : 49)
Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai sistem berbasis
komputer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi
informasi-informasi geografi. SIG dirancang untuk mengumpulkan,
menyimpan, dan menganalisis objek-objek dan fenomena dimana
lokasi geografi merupakan karakteristik yang penting atau kritis
untuk dianalisis. Dengan demikian, SIG merupakan sistem komputer
yang memiliki empat kemampuan berikut dalam menangani data
yang bereferensi geografi untuk masukan, manajemen data
16
(penyimpanan dan pemanggilan data), analisis dan manipulasi data
dan keluaran. (Prahasta, 2005 : 55)
2.3.2 Model Data
Data-data yang diolah dalam SIG pada dasarnya terdiri dari
data spasial dan data atribut dalam bentuk digital, dengan demikian
analisis yang dapat digunakan adalah analisis spasial dan analisis
atribut. Data spasial merupakan data yang berkaitan dengan lokasi
keruangan yang umumnya berbentuk peta. Sedangkan data atribut
merupakan data tabel yang berfungsi menjelaskan keberadaan
berbagai objek sebagai data spasial.
Penyajian data spasial mempunyai tiga cara dasar yaitu dalam
bentuk titik, bentuk garis (line) dan bentuk area (polygon).
Struktur data spasial dibagi dua yaitu model data raster dan
model data vektor. Model data raster menampilkan, menempatkan,
dan menyimpan data spasial dengan menggunakan struktur matriks
atau piksel-piksel yang membentuk kotak segi empat (grid)/sel,
sehingga terbentuk suatu ruang yang teratur.(Prahasta, 2005: 146)
Model data vektor adalah data yang direkam dalam bentuk
koordinat titik yang menampilkan, menempatkan dan menyimpan
data spasial dengan menggunakan titik, garis atau area (polygon)
beserta atribut-atributnya. (Prahasta, 2005:158)
17
2.3.3 Komponen Sistem Informasi Geografis
Gambar 2.3. Komponen SIG (Prahasta, 2005: 59)
Keterangan :
1. Komponen perangkat keras dalam SIG yang umum digunakan
adalah CPU, RAM, storage, input device, output device, dan
peripheral lainnya.
2. Komponen perangkat lunak, merupakan suatu sistem untuk
mengolah data dan informasi geografis, seperti ERDAS,
ArcView, MapInfo, dan lain-lain.
3. Data dan Informasi, merupakan data atribut dari tabel-tabel dan
laporan.
4. Manajemen, merupakan komponen yang berkaitan dengan
perkembangan dan penguaasaan teknologi.
18
Komponen Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan
seluruh kesatuan cara kerja SIG yang merepresentasikan kondisi
dunia nyata ke dalam komputer seperti pada peta yang mampu
merepresentasikan keadaaan dunia nyata di atas kertas. Adapun
proses untuk merepresentasikannya adalah sebagai berikut:
Gambar 2.4. Subsistem-Subsistem SIG (Prahasta, 2005: 57)
1. Data Input : tahap ini mengumpulkan dan mempersiapkan data
spasial dan atribut dari berbagai sumber. Pada tahap ini pula
mengkonversi atau mentransformasikan format-format data-data
aslinya ke dalam format yang dapat digunakan oleh SIG.
2. Data Management : tahap ini, mengorganisasikan baik data
spasial maupun atribut ke dalam sebuah basisdata sedemikian
rupa sehingga mudah dipanggil, di-update, dan di-edit.
3. Data Manipulation dan Analysis : pada tahap ini menentukan
informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG. Pada tahap
19
ini juga melakukan manipulasi dan pemodelan data untuk
menghasilkan informasi yang diharapkan.
4. Data Output : tahap ini menampilkan atau menghasilkan
keluaran seluruh atau sebagian basisdata baik dalam bentuk
softcopy maupun bentuk hardcopy seperti: table, grafik, peta
dan lain-lain. (Prahasta, 2005: 57)
2.3.4 Kemampuan Sistem Informasi Geografis
Secara jelas, kemampuan SIG juga dapat dilihat dari
pengertian atau definisinya. Kemampuan-kemapuan SIG yang
diambil dari beberapa definisi SIG adalah sebagai berikut:
(Prahasta, 2005: 72)
1. Memasukkan dan mengumpulkan data geografi.
2. Mengintegrasikan data geografi.
3. Memeriksa, meng-update (meng-edit) data geografi.
4. Menyimpan dan memangil kembali data geografi
5. Merepresentasikan atau menampilkan data geografi
6. Mengelola data geografi
7. Memanipulasi data geografi
8. Menganalisa data geografi
9. Menghasilkan keluaran (output) data geografi dalam bentuk-
bentuk: peta tematik (view dan layout), table, grafik (chart)
20
laporan (report), dan lainnya baik dalam bentuk hardcopy
maupun softcopy.
Kemampuan inilah yang membedakan SIG dengan sistem
informasi lainnya yang membuatnya menjadi berguna untuk
berbagai kalangan untuk menjelaskan kejadian, merencanakan
strategi, dan memprediksi apa yang akan terjadi.
2.4 Hutan
Hutan dipandang sebagai suatu ekosistem dikarenakan hubungan
antara masyarakat tumbuh-tumbuhan pembentuk hutan, binatang liar dan
lingkungannya tidak berdiri sendiri, tetapi saling mempengaruhi dan sangat
erat kaitannya, serta tidak dapat dipisahkan karena saling bergantung antara
satu dengan yang lainnya. Beberapa definisi hutan yang lazim digunakan :
1. Hutan ialah kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumberdaya alam hayati yang disominasi pepohonan dalam persekutuan
alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan
(UU RI No. 41 tahun 1999).
2. Hutan adalah lapangan yang ditumbuhi pepohonan yang secara
keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam
lingkungannya atau ekosistem (Kadri, dkk 1992).
3. Hutan adalah masyarakat tetumbuhan yang dikuasai atau didominasi oleh
pohon-pohon dan mempunyai keadaan lingkungan yang berbeda dengan
di luar hutan (Soerianegara, dkk 1982).
21
2.4.1 Jenis Hutan
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki hutan yang luas di
dunia. Hutan di Indonesia dibagi menjadi 5 (lima) jenis1. Berikut di
bawah ini adalah pembagian jenis-jenis hutan yang ada di Indonesia:
A. Jenis-Jenis Hutan di Indonesia Berdasarkan Iklim
Berdasarkan iklimnya, hutan-hutan di Indonesia dikelompokkan
menjadi hutan hujan tropika dan hutan monsun (monsoon forest).
1. Hutan Hujan Tropika
Hutan hujan tropika adalah hutan yang terdapat didaerah tropis
dengan curah hujan sangat tinggi. Hutan jenis ini sangat kaya
akan flora dan fauna. Di kawasan ini keanekaragaman tumbuh-
tumbuhan sangat tinggi. Luas hutan hujan tropika di Indonesia
lebih kurang 66 juta hektar. Hutan hujan tropika berfungsi
sebagai paru-paru dunia. Hutan hujan tropika terdapat di Pulau
Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
2. Hutan Monsun
Hutan monsun disebut juga hutan musim. Hutan monsun
tumbuh didaerah yang mempunyai curah hujan cukup tinggi,
tetapi mempunyai musim kemarau yang panjang. Pada musim
kemarau, tumbuhan di hutan monsun biasanya menggugurkan
daunnya. Hutan monsun biasanya mempunyai tumbuhan sejenis,
1http://www.anakkendari.co.cc/2009/01/hutan-jenis-dan-manfaatannya/#more-24 [ 13 Januari 2010, Pukul 11.30 wib ]
22
misalnya hutan jati, hutan bambu, dan hutan kapuk. Hutan
monsun banyak terdapat di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
B. Jenis-Jenis Hutan di Indonesia Berdasarkan Variasi Iklim, Jenis
Tanah, dan Bentang Alam
1. Kelompok Hutan Tropika
• Hutan Hujan Pegunungan Tinggi
• Hutan Hujan Pegunungan Rendah
• Hutan Tropika Dataran Rendah
• Hutan Subalpin
• Hutan Pantai
• Hutan Mangrove
• Hutan Rawa
• Hutan Kerangas
• Hutan Batu Kapur
• Hutan pada batu Ultra Basik
2. Kelompok Hutan Monsun
• Hutan Monsun Gugur Daun
• Hutan Monsun yang Selalu Hijau (Evergren)
• Sabana
23
C. Jenis-Jenis Hutan di Indonesia Berdasarkan Terbentuknya
1. Hutan Alam
Hutan alam adalah adalah suatu lapangan yang bertumbuhan
pohon-pohon alami yang secara keseluruhan merupakan
persekutuan hidup alam hayati beserta alam lingkungannya.
Hutan alam juga disebut hutan primer, yaitu hutan yang
terbentuk tanpa campur tangan manusia
2. Hutan Buatan
Hutan buatan disebut hutan tanaman, yaitu hutan yang terbentuk
karena campur tangan manusia.
D. Jenis-Jenis Hutan di Indonesia Berdasarkan Statusnya
Berdasarkan statusnya, hutan di Indonesia dapat dibedakan sebagai
berikut.
1. Hutan negara, yaitu hutan yang berada pada tanah yang tidak
dibebani hak atas tanah.
2. Hutan hak, yaitu hutan yang berada pada tanah yang dibebani
hak atas tanah. Hak atas tanah, misalnya hak milik (HM), Hak
Guna Usaha (HGU), dan hak guna bangunan (HGB).
3. Hutan adat, yaitu hutan negara yang berada dalam wilayah
masyarakat hukum adat.
24
E. Jenis-Jenis Hutan di Indonesia Berdasarkan Jenis Tanamannya
1. Hutan Homogen (Sejenis), yaitu hutan yang arealnya lebih dari
75 % ditutupi oleh satu jenis tumbuh-tumbuhan. Misalnya:
hutan jati, hutan bambu, dan hutan pinus.
2. Hutan Heterogen(Campuran), yaitu hutan yang terdiri atas
bermacam-macam jenis tumbuhan.
F. Jenis-Jenis Hutan di Indonesia Berdasarkan Fungsinya
Berdasarkan pasal 6 undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
kehutanan, fungsi hutan di Indonesia dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu fungsi konservasi, fungsi lindung, dan fungsi produksi.
Berdasarkan tiga fungsi tersebut, pemerintah menetapkan hutan
berdasarkan fungsi pokok, yaitu hutan konservasi, hutan lindung,
dan hutan produksi.
1. Hutan Konservasi
Hutan Konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas
tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan
keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Hutan
konservasi terdiri atas kawasan hutan suaka alam dan kawasan
hutan pelestarian alam.
a. Hutan Suaka alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu
yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan
keanekaragaman tumbuhan, satwa dan ekosistemnya serta
25
berfungsi sebagai wilayah penyangga kehidupan. Kawasan
hutan suaka alam terdiri atas cagar alam, suaka margasatwa
dan Taman Buru
b) Kawasan Hutan pelestarian alam adalah kawasan dengan ciri
khas tertentu, baik didarat maupun di perairan yang
mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga
kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan
satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber alam hayati
dan ekosistemnya. Kawasan pelestarian alam terdiri atas
taman nasional, taman hutan raya (TAHURA) dan taman
wisata alam
2. Hutan Lindung
Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi
pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan
3. Hutan Produksi
Hutan produksi adalah kawasan hutan yang diperuntukkan guna
produksi hasil hutan untuk memenuhi keperluan masyarakat
pada umumnya serta pembangunan, industri, dan ekspor pada
khususnya. Hutan produksi dibagi menjadi tiga, yaitu hutan
produksi terbatas (HPT), hutan produksi tetap (HP), dan hutan
produksi yang dapat dikonservasikan (HPK).
26
2.4.2 Fungsi Hutan
Hutan memiliki banyak fungsi bagi kesejahteraan masyarakat, tidak
hanya dilihat dari aspek ekonomi tapi dapat juga dilihat dari aspek
lainnya. Adapun fungsi hutan2 antara lain:
a. Fungsi Ekonomi
Sebagai penghasil kayu dan hasil hutan lainnya seperti rotan,
damar dan lain-lain
Sebagai penghasil devisa bagi negara
b. Fungsi Ekologis
mempertahankan kesuburan tanah
mencegah terjadinya erosi
mencegah terjadinya banjir
sebagai tempat untuk mempertahankan keanekaragaman hayati
c. Fungsi Klimatologis
sebagai penghasil oksigen
sebagai pengatur iklim
d. Fungsi Hidrolis
sebagai pengatur tata air tanah
sebagi penyimpan air tanah
Mencegah intrusi air laut
2 http://www.e-dukasi.net/mapok/mp_full.php?id=384&fname=materi4.html [ 13 Januari 2010, Pukul 11.49 Wib ]
27
2.4.3 Pengelolaan Hutan
Pengelolaan hutan bagi kesejahteraan masyarakat merupakan hal yang
perlu menjadi perhatian bersama, baik oleh pemerintah, masyarakat
maupun dunia usaha. Pemanfaatan nilai ekonomis hutan harus
seimbang dengan upaya pelestarian lingkungan hidup sehingga hutan
tetap dapat dimanfaatkan secara adil dan berkelanjutan. Berdasarkan
UU No.41/1999 pasal 21, pengelolaan hutan meliputi:
1. Tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan
2. Pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan
3. asi hutan Rehabilitasi dan reklam
Tata batas
4. Perlindungan dan konservasi alam
Kegiatan tata hutan merupakan kegiatan awal dalam kegiatan
pengelolaan hutan. Kegiatan tata hutan ini dilakukan oleh perum
perhutani, kegiatan tersebut meliputi: (Perum Perhutani, 2006 : 2)
1.
2. Pembagian hutan
3. Inventarisasi hutan
4. Penyusunan rencana pengaturan kelestarian hutan
28
Gambar 2.5. Mekanisme Kegiatan Tata Hutan Perum Perhutani (perum perhutani,2006:4)
2.5 Inventarisasi Hutan
Pengertian inventarisasi hutan3 dalam arti luas (konseptual) adalah
mencari dan menyajikan data secara keseluruhan atas hutan meliputi;
pertumbuhan pepohonan didalamnya. Arti sempit (operasional) adalah
mencari dan menyajikan data potensi produksi hutan meliputi; luasan,
volume kayu - standing stock, growing stock dan struktur tegakan yang ada
didalamnya.
Inventarisasi Hutan dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh data
dan informasi tentang potensi hutan serta lingkungannya secara lengkap.
Pada lingkup Perum Perhutani biasa disebut dengan risalah hutan (Perum
Perhutani, 2006:2).
3 http://pohon-jati.blogspot.com/2009/03/inventarisasi-hutan.html [ 23 Oktober 2009, Pukul 21.49 Wib ]
29
Metode Inventarisasi hutan yang sering dipakai di Indonesia adalah
sebagai berikut : (wasganis-phpl pembinaan hutan, 2009:2)
A. Continous Strip Sampling (Sampling jalur sistematik)
Metode sampling jalur sistematik adalah, metode pengambilan
sampel dengan unit sampel berupa petak ukur jalur yang terdistribusi
secara sistematik. Sistematik disini diartikan jalur tersebar merata
dengan lebar jalur dan jarak antar jalur yang selalu tetap dari satu jalur
ke jalur lainnya
• Kebanyakan dilakukan diluar jawa
• Populasi cukup luas, ragamnya banyak
• Berbentuk jalur dengan lebar tertentu dan
• mengikuti pola sejajar satu dengan yang lain.
B. Line Plot Sampling (Sampling garis sistematik)
• Mirip dengan sistem jalur
• Sampling tidak harus nyambung
• Garis antar jalur tidak sejajar dan tergantung
• intensitas sampling.dan tergantung
• intensitas sampling.
C. Uniform systematic distribution (Sampling seragam dengan sebaran
sistematik)
• Kebanyakan dilakukan di jawa
• Area sudah tertata dan areal tidak luas
• Berbentuk sampel, jarak antar sampel berdekatan (seragam)
30
Setiap metode sampel ini mempunyai bentuk sampel yang berbeda-
beda, adapun bentuk sampel yang sering di pakai di Indonesia adalah
sebagai berikut: (wasganis-phpl pembinaan hutan, 2009 : 2 )
1. Lingkaran (circular plot; circular sampling plot )
2. Empat persegi panjang / bujur sangkar (rectangular plot )
3. Jalur ukur atau jalur coba (strip sampling / line sampling )
4. Tanpa petak (Ploitless sampling) antara lain point sampling (metoda
bitterlich)
5. Contoh pohon ( tree sampling ).
6. Petak ukur dalam jalur ( line plot sampling/strip plot sampling )
2.6 Metode Pengumpulan Data
Dalam penulisan skripsi ini penulis memerlukan data baik data primer
maupun sekunder. endapatkan data yang valiuntuk md, penulis melakukan
teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan cara mengkaji sumber teknis tertulis
seperti dokumen, laporan tahunan, peraturan perundangan, makalah, dan
sumber lainnya.(Dwiyanto,2008:2)
b. Studi Literature
Studi Literature4, yaitu mempelajari buku-buku referensi dan hasil
penelitian sejenis sebelumnya yang pernah dilakukan oleh orang lain.
4 http://komunitasmahasiswa.info/tag/studi-literatur/ [ 2 Oktober 2009, Pukul 15.22 Wib ]
31
Tujuannya ialah untuk mendapatkan landasan teori mengenai masalah
yang akan diteliti. Teori merupakan pijakan bagi peneliti untuk
memahami persoalan yang diteliti dengan benar dan sesuai dengan
kerangka berpikir ilmiah. Bagian ini akan dikaji lebih mendalam pada
BAB II.
c. Observasi
Observasi adalah merupakan teknik atau pendekatan untuk mendapatkan
data primer dengan cara mengamati langsung obyek datanya (Jogiyanto,
2008:89)
d. Wawancara
Wawancara adalah komunikasi 2 (dua) arah untuk mendapatkan data dari
responden. (Jogiyanto, 2008:65)
2.7 Metode Pengembangan Sistem
Pada penelitian ini, penulis menerapkan metode pengembangan sistem
Rapid Application Development (RAD) yang pertama kali dikembangkan
oleh IBM yang dikemukakan oleh James Martin (K.K.Aggarwal, 2005:27).
Rapid Aplication Development (RAD) merupakan model incremental dari
proses pengembangan perangkat lunak yang menekankan pada sedikitnya
atau siklus pengembangan yang pendek. Model RAD merupakan adaptasi
yang cepat dari model sekuensial yang didapatkan RAD dari penggunaan
pengembangan berbasiskan komponen.(Pressman,2001:32)
32
2.7.1 Tahapan-tahapan RAD
Tahapan-tahapan Rapid Application Development (RAD) yang
dijabarkan oleh K.K. Aggarwal (Software Engineering, 2005:28)
adalah sebagai berikut:
1. Requirement Planning
Requirement Planning (juga dikenal sebagai Concept Definition)
terdiri dari pertemuan antara tim perencanaan dan klien pengguna.
Rapat berfokus daftar persyaratan awal serta menetapkan cakupan
proyek. Tim perencanaan mengidentifikasi fungsi-fungsi bisnis
utama dan awalnya memecah mereka ke departemen-departemen
atau pengguna akhir (seperti Produk, Penjualan, Perusahaan, Sales
Person).
2. User Design/User Description
Selama tahap User Design (juga dikenal sebagai User Description)
tim analisis bertemu dengan pengguna akhir dalam rapat Joint
Application Development (JAD). Selama rapat tim analisis
memberikan hasil analisa secara lebih rinci, mengembangkan
entitas yang dikembangkan dalam Requirement Planning menjadi
model data (Entity Relationship Diagram), peraturan bisnis,
mengembangkan rencana tes, dan menciptakan arus dan tata letak
interface (tampilan) untuk bagian-bagian penting sistem.
Dalam rangka menjaga iterasi pembangunan sesingkat mungkin,
dan untuk mendapatkan manfaat yang maksimal dari RAD,
33
persyaratan inti harus diidentifikasi dan ditargetkan untuk prototipe
awal, dan kebutuhan sekunder harus diidentifikasi.
3. Construction
fase atau tahapan ini menggabungkan tahapan desain, coding dan
testing pada proses model waterfall. pada tahapan ini tim
pengembang memberikan prototipe perangkat lunak kepada
pengguna untuk mendapatkan masukan.
4. Implementation (Cut Over)
Pada tahapan ini pengembang melakukan tiga kegiatan yaitu;
testing kepada pengguna, instalasi sistem, dan pelatihan terhadap
user.
Gambar 2.6. Tahapan-tahapan RAD (K.K.Aggarwal, 2005:28)
2.7.2 Alasan Penggunaan Metode RAD
Dalam penelitian ini, penulis memutuskan untuk menggunakan
metode pengembangan sistem Rapid Application Development
(RAD), dengan alasan :
a. Penelitian yang dilakukan masih berskala kecil. (pressman,
2001:32). Lingkup penelitian hanya di unit III perum perhutani.
34
b. Waktu pengembangan singkat hanya 60-90 hari. (pressman,
2001:32)
c. Visual Basic mendukung untuk pengembangan dengan
menggunakan metode pengembangan sistem RAD5.
2.7.3 Perbandingan Dengan Metode Pengembangan Sistem Lainnya
Perbandingan metode RAD dengan metode pengembangan
sistem lainnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.1. Perbandingan Metode
SDLC RAD OPEN
SOURCE OBJECTS JAD Prototyping End user
Kontrol Formal SIM Lemah Standar Gabungan Pengguna Pengguna
Time Panjang Pendek Menengah Tergantung Project Menengah Pendek Pendek
Pengguna Banyak Beberapa Beberapa Varies Beberapa Satu atau dua Satu
Staff Sistem Informasi Manajemen
Banyak Beberapa Ratusan Split Beberapa Beberapa Tidak Ada
Transaksi
/ DSS Transaksi Keduanya Keduanya Keduanya DSS DSS DSS
Interface Minimal Minimal Lemah Windows Kritis Kritis Kritis
Dokumentasi
& Pelatihan Penting Terbatas Internal Pada obyek Terbatas lemah Tidak ada
Integritas & Keamanan Penting Penting
Tidak
diketahui Pada obyek Terbatas Lemah Lemah
Reusability Terbatas Ada Mungkin Penting Terbatas Lemah Tidak ada
(Sumber : Post dan Anderson, 2006:67) 5 http://www.webopedia.com/TERM/V/Visual_Basic.html [ 3 Oktober 2009, Pukul 10.43 Wib ]
35
2.8 Unified Modelling Language (UML)
2.8.1 Definisi
UML didefinisikan sebagai notasi diagram untuk menggambarkan
artefak dari Objects-Oriented Analysis Design (OOAD). Melalui
UML kita dapat membayangkan, menentukan, membangun dan
membuat dokumen aplikasi perangkat lunak. Ketika sistem
perangkat lunak menjadi semakin besar dan semakin kompleks kita
perlu mengelola kompleksitas itu, dalam arti, menyederhanakannya
sehingga kita memiliki pemahaman yang lebih baik lagi. (Barclay
dan Savage, 2004 : 3).
Dengan menggunakan diagram-diagram notasi UML,
developer dapat melakukan pemrograman kode yang biasa dikenal
dengan sebutan forward engineering6, yaitu proses tradisional
mengubah abstraksi tingkat tinggi, desain logical dan implementasi
mandiri ke dalam implementasi fisik dalam sebuah sistem.
Seperti bahasa-bahasa lainnya, UML mendefinisikan notasi
dan syntax/semantik. Notasi UML merupakan sekumpulan bentuk
khusus untuk menggambarkan berbagai diagram piranti lunak.
Setiap bentuk memiliki makna tertentu, dan UML syntax
mendefinisikan bagaimana bentuk-bentuk tersebut dapat
dikombinasikan. Notasi UML terutama diturunkan dari 3 notasi
yang telah ada sebelumnya: Grady Booch OOD (Object-Oriented
6 http://encyclopedia2.thefreedictionary.com/forward+engineering [ 22 November 20009, Pukul 11.49 Wib ]
36
Design), Jim Rumbaugh OMT (Object Modeling Technique), dan
Ivar Jacobson OOSE (Object-Oriented Software Engineering).
(Dharwiyanti, 2003:2)
Diagram-diagram yang terdapat di dalam pemodelan UML dan
digunakan penulis dalam pembuatan aplikasi ini adalah sebagai berikut :
1. Use Case Diagram
Use case diagram menggambarkan fungsionalitas yang
diharapkan dari sebuah sistem. Yang ditekankan adalah “apa”
yang diperbuat sistem, dan bukan “bagaimana”. Sebuah use case
merepresentasikan sebuah interaksi antara aktor dengan sistem.
(Dharwiyanti, 2003:5)
Gambar 2.7. Contoh use case diagram
(Dharwiyanti, 2003:5)
37
2. Class Diagram
Class diagram adalah sebuah spesifikasi yang jika
diinstansiasi akan menghasilkan sebuah objek dan merupakan inti
dari pengembangan dan desain berorientasi objek. Class diagram
menggambarkan keadaan (atribut/properti) suatu sistem, sekaligus
menawarkan layanan untuk memanipulasi keadaan tersebut
(metoda/fungsi). (Dharwiyanti, 2003:5). Class diagram
menggambarkan struktur dan deskripsi class, package dan objek
beserta hubungan satu sama lain seperti containment, pewarisan,
asosiasi, dan lain-lain. Class diagram memiliki tiga area pokok :
1. Nama (dan stereotype)
2. Atribut
3. Metoda
Gambar 2.8. Contoh Class Diagram
(Dharwiyanti, 2003:5)
3. Statechart Diagram
Statechart diagram menggambarkan transisi dan perubahan
keadaan (dari satu state ke state lainnya) suatu objek pada sistem
sebagai akibat dari stimuli yang diterima. Pada umumnya
38
statechart diagram menggambarkan class tertentu (satu class
dapat memiliki lebih dari satu statechart diagram)
(Dharwiyanti,2003:7).
Gambar 2.9. Contoh Statechart Diagram
(Dharwiyanti,2003:7)
4. Activity Diagram
Activity diagram menggambarkan berbagai alir aktivitas
dalam sistem yang sedang dirancang, bagaimana masing-masing
alir berawal, decision yang mungkin terjadi, dan bagaimana
mereka berakhir. Activity diagram juga dapat menggambarkan
proses paralel yang mungkin terjadi pada beberapa eksekusi.
Activity diagram merupakan state diagram khusus, di mana
sebagian besar state adalah action dan sebagian besar transisi di-
trigger oleh selesainya state sebelumnya (internal processing).
Oleh karena itu activity diagram tidak menggambarkan behaviour
internal sebuah sistem (dan interaksi antar subsistem) secara
39
eksak atau tepat, tetapi lebih menggambarkan proses-proses dan
jalur-jalur aktivitas dari level atas secara umum. (Dharwiyanti,
2003:7)
Gambar 2.10. Contoh Activity Diagram
(Dharwiyanti, 2003:8)
5. Sequence Diagram
Sequence diagram menggambarkan interaksi antar objek di
dalam dan di sekitar sistem (termasuk pengguna, display, dan
sebagainya) berupa message yang digambarkan terhadap waktu.
Sequence diagram terdiri atar dimensi vertikal (waktu) dan
dimensi horizontal (objek-objek yang terkait).
Sequence diagram biasa digunakan untuk menggambarkan
skenario atau rangkaian langkah-langkah yang dilakukan sebagai
respon dari sebuah event untuk menghasilkan output tertentu.
Diawali dari apa yang menjadi trigger aktivitas tersebut, proses
40
dan perubahan apa saja yang terjadi secara internal dan output apa
yang dihasilkan. (Dharwiyanti, 2003:8)
Main ui Object1 Object1 Object2
Message1
Message2
Message1
Message2
Message1
Message2
Actor1Message1
Message2
Message1
Gambar 2.11. Contoh Sequence Diagram (Sun Services, 2003:115)
6. Collaboration Diagram
Collaboration diagram juga menggambarkan interaksi antar
objek seperti sequence diagram, tetapi lebih menekankan pada
peran masing-masing objek dan bukan pada waktu penyampaian
message.
Setiap message memiliki sequence number, di mana
message dari level tertinggi memiliki nomor 1. Messages dari
level yang sama memiliki prefiks yang sama. (Dharwiyanti,
2003:9)
41
Gambar 2.12. Contoh Collaboration Diagram
(Dharwiyanti, 2003:9)
7. Component Diagram
Component diagram menggambarkan struktur dan
hubungan antar komponen piranti lunak, termasuk
ketergantungan (dependency) di antaranya. Komponen piranti
lunak adalah modul berisi code, baik berisi source code maupun
binary code, baik library maupun executable, baik yang muncul
pada compile time, link time, maupun run time. Umumnya
komponen terbentuk dari beberapa class dan/atau package, tapi
dapat juga dari komponen-komponen yang lebih kecil.
(Dharwiyanti, 2003:9)
42
Gambar 2.13. Contoh Component Diagram
(Dharwiyanti, 2003:10)
8. Deployment Diagram
Deployment/physical diagram menggambarkan detail
bagaimana komponen di-deploy dalam infrastruktur sistem, di
mana komponen akan terletak (pada mesin, server atau piranti
keras apa), bagaimana kemampuan jaringan pada lokasi tersebut,
spesifikasi server, dan hal-hal lain yang bersifat fisik. Sebuah
node adalah server, workstation, atau piranti keras lain yang
digunakan untuk men-deploy komponen dalam lingkungan
sebenarnya. Hubungan antar node (misalnya TCP/IP) dan
43
requirement dapat juga didefinisikan dalam diagram ini.
(Dharwiyanti, 2003:10)
Gambar 2.14. Contoh Deployment Diagram (Dharwiyanti, 2003:11)
Pada penelitian ini, penulis menggunakan perangkat lunak
eDraw 5.0 dan Microsoft Visio 2007 dalam merancang aplikasi.
44
Tabel 2.2. Notasi UML No Notasi Keterangan
1
Class Diagram, digunakan untuk mengambarkan kelas-kelas program. Terdiri atas nama kelas, atribute yaitu properties yang dimiliki oleh kelas, dan operation yaitu aktifitas yang dapat dilakukan oleh kelas tersebut
2 Relationship merupakan hubungan antar class. Dapat berupa one to one, one to many, maupun many to one
3
Aktor merupakan pelaku-pelaku yang terlibat di dalam sistem.
4
Use case merupakan penjelasan kegiatan-kegiatan yang ada di dalam sistem
5
Initial node digunakan sebagai notasi awal dari proses yang dijalankan.
6
Action merupakan notasi yang menggambarkan aksi yang terjadi di dalam suatu proses
7
Activity Final Node merupakan notasi yang melambangkan akhir dari sebuah proses
8
Activity merupakan aktifitas yang ada di dalam sistem. Biasa digunakan pada proses yang melibatkan proses lainnya.
9
Activity dengan parameter biasa digunakan pada proses yang melibatkan proses lainnya serta mengambil parameter dari proses tersebut.
10
Lifeline merupakan state dari sebuah proses yang ada di dalam sistem. Nantinya, setiap bagian dari proses akan berhenti pada lifeline yang sesuai.
(Sun Services, 2003:1-225)
45
2.9 Flow Chart
Flowchart merupakan bagan alir yang menggambarkan urutan logika
dari suatu prosedur pemecahan masalah. Tujuan utama dari penggunaan
flowchart adalah untuk menggambarkan suatu tahapan penyelesaian
masalah secara sederhana, terurai, rapi dan jelas dengan menggunakan
simbol-simbol standar. Dalam flowchart dikenal dua macam bentuk, yaitu
flowchart dan program flowchart. Flowchart menggambarkan tahapan
proses dari suatu sistem termasuk multimedia. Sedangkan program
flowchart menggambarkan urutan-urutan intruksi dari suatu program
komputer (Ladjamudin, 2005 : 113), Simbol-simbol flowchart antara lain:
Tabel 2.3 Simbol Flowchart SIMBOL KEGUNAAN
\Simbol Arus/Flow
Untuk menghubungkan antara simbol yang satu dengan simbol lainnya
Simbol Manual Operation
Simbol yang menunjukan pengolahan yang dilakukan secara manual
Simbol Decission
Simbol untuk kondisi yang akan menghasilkan beberapa kemungkinan jawaban/aksi.
Simbol Predefined Process
Simbol untuk mempersiapkan penyimpanan yang akan digunakan sebagai tempat pengolahan di dalam
Simbol Terminal
Simbol untuk permulaan atau akhir dari program.
46
Simbol Keying Operation
Simbol untuk operasi dengan menggunakan mesin yang mempunyai keyboard
Simbol Manual Input.
Simbol untuk pemasukan data secara manual on-line keyboard
(Ladjamudin, 2005: 113)
2.10 Perangkat Lunak Pengembangan Sistem
2.10.1 Visual Basic 6.0
Visual Basic adalah sebuah bahasa dan lingkungan pemrograman
yang dikembangkan oleh Microsoft yang di buat berdasarkan pada
bahasa BASIC, Visual Basic adalah salah satu dari produk yang
menyediakan lingkungan pemrograman grafis untuk
mengembangkan antarmuka pengguna. Pemrogram dapat
menambahkan sejumlah besar kode hanya dengan menarik dan
melepas kontrol, seperti tombol dan kotak dialog, dan kemudian
menentukan tampilan dan perilaku mereka.
Ledakan pemakaian Visual Basic ditandai dengan kemampuan
Visual Basic untuk dapat berinteraksi dengan aplikasi lain di dalam
sistem operasi Windows dengan komponen ActiveX Control.
Dengan komponen ini memungkinkan penguna untuk memanggil
dan menggunakan semua model data yang ada di dalam sistem
operasi windows. Hal ini juga ditunjang dengan teknik pemrograman
di dalam Visual Basic yang mengadopsi dua macam jenis
47
pemrograman yaitu Pemrograman Visual dan Object Oriented
Programming (OOP). (kurniadi, 2001: 1-5)
2.10.1.1 Antar Muka Visual Basic 6.0
Interface antar muka Visual Basic 6.0, berisi menu,
toolbar, toolbox, form, project explorer dan property seperti
terlihat pada gambar berikut:
Gambar 2.15. Antar muka VB 6.0
(kurniadi, 2001:11)
Pembuatan program aplikasi menggunakan Visual
Basic dilakukan dengan membuat tampilan aplikasi pada
form, kemudian diberi script program di dalam komponen-
komponen yang diperlukan. Form disusun oleh komponen-
komponen yang berada di [Toolbox], dan setiap komponen
yang dipakai diatur propertinya lewat jendela [Property].
48
Menu pada dasarnya adalah operasional standar di
dalam sistem operasi windows, seperti membuat form baru,
membuat project baru, membuka project dan menyimpan
project. Toolbox berisi komponen-komponen yang bisa
digunakan oleh suatu project aktif. Komponen standar
dalam toolbox dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 2.16. Tampilan toolbox
(kurniadi, 2001:17)
Property pada tampilan antar muka Visual Basic terletak di
sebelah kanan, seperti gambar berikut:
Gambar 2.17. Interface Property
(kurniadi, 2001:18)
49
2.10.2 Map Objects v2.2
MapObjects7 adalah sebuah ActiveX control atau komponen
tambahan yang memiliki kemampuan untuk mengautomatisasi objek
yang dapat di pakai di dalam banyak lingkungan pemrograman
berbasiskan Windows seperti Visual Basic, Visual Basic for
Applications (VBA), Visual C++, Visual Studio.NET (VB.NET and
C#), Delphi, Borland C++ Builder, Visual FoxPro, and
PowerBuilder.
Gambar 2.18. contoh program menggunakan MapObjects (http://www.geoprise.net/MapObjects.html)
Beberapa kemampuan8 dari MapObjects adalah sebagai berikut:
• On-the-fly projection
Pengguna dapat menggabungkan data dari semua proyeksi ke
proyeksi yang umum untuk dilihat dan dianalisis. Dan juga
setiap lapisan peta dapat diekspor ke proyeksi baru.
MapObjects sekarang terintegrasi dengan ESRI's ArcInfo
projection engine.
7 http://www.geoprise.net/MapObjects.html [ 11 November 2009, Pukul 14.34 wib ] 8 http://www.idasnet.com/idas_site/idasnet_eng/products/gis_software/esri/mapobjects.htm [ 12 November 2009, Pukul 15.10 wib ]
50
• Unparalleled data support
MapObjects menawarkan dukungan secara langsung terhadap
sumber data yang luas, seperti:
o Format standard GIS (ArcInfo coverages, ESRI shapefiles,
and ESRI GRID)
o Format Computer-aided design (CAD) seperti: (DGN,
DXF, and DWG), CAD world files, dan AutoCAD 2000
DWG files
o Akses ke database eksternal melalui ActiveX Data Objects
(ADO), Data Access Objects (DAO), dan Open Database
Connectivity (ODBC)
o Image katalog, dan berbagai format gambar seperti :
GeoTIFF, TIFF, JPEG, GIF, ERDAS, and MrSID
o ESRI's ArcView StreetMap untuk geocoding
o ArcSDE (ESRI's Spatial Database Engine) databases
o Format yang umum digunakan oleh militer seperti: Vector
Product Format (VPF) dan ASRP/USRP.
• Advanced data handling
MapObjects menyediakan penyaring spasial dan atribut yang
kuat untuk mengoptimalkan kinerja. Sebagai pilihan,
pengembang dapat mengakses program aplikasi ArcSDE
antarmuka (API) langsung dari aplikasi MapObjects. Gambar
51
MapObjects juga mendukung transparansi, layar, dan output,
serta rotasi dari kedua vektor dan data raster lapisan.
• State-of-the-art geocoding capabilities
MapObjects memungkinkan untuk dilakukannya penyamaan
alamat secara cepat dan akurat, termasuk alamat internasional
dan proses penolakannya. Dengan dukungan terhadap
StreetMap, anda dapat membaca, menampilkan dan geocode
sebuah alamat jalan dari database StreetMap yang terkompresi
dengan baik.
• Support for Web-based mapping
MapObjects memiliki built-in compatibility dengan
middleware ESRI's ArcIMS Web connectivity. Dengan begitu
anda dapat menggunakan MapObjects untuk menaruh peta
dinamis dan customizable di Internet menggunakan teknologi
ArcIMS.
• Enhanced GPS management
MapObjects mendukung pelacakan dinamis untuk titik, garis,
poligon, persegi panjang, dan elipsis, sehingga mudah untuk
mengelola kegiatan GPS.
• Geometric functions
MapObjects mencakup geometri spasial yang kuat library
untuk unions, intersections, and buffers.
52
• Run-time deployment utility
Setelah Anda berhasil membangun aplikasi Anda, penyebaran
menjadi faktor kritis. MapObjects Run-time deployment utility
membantu Anda untuk mendistribusikan aplikasi Anda dengan
mudah dan efisien.
• Versioning capabilities
MapObjects mendukung versioning untuk ArcSDE layer; kita
dapat koneksi ke versi ArcSDE dan memungkinkan Anda
untuk melihatnya. Selain itu, Anda dapat mengidentifikasi dan
memilih versi yang didasarkan pada nama versi.
• Helpful controls
MapObjects menawarkan bar legenda dan kontrol skala,
termasuk kode sumber, yang dirancang untuk memudahkan
Anda untuk mengembangkan aplikasi Anda. Ini didasarkan
pada kontrol yang sama yang digunakan dalam perangkat
lunak ArcExplorer, ESRI's GIS data browser.
• Rich set of powerful mapping and GIS component tools
Peralatan ini memungkinkan Anda untuk menampilkan, query,
dan menganalisa data peta dinamis.
• Feature rendering using thematic methods
Anda dapat dengan mudah menambah nilai peta, klasifikasi
kelas, symbol gradasi, kerapatan dot peta, dan grafik pie dan
bar untuk aplikasi Anda.
53
• Feature attribute selection and query
Queries dapat dilakukan dengan standard SQL expressions.
2.10.3 Ms. Sql Server 2000
Microsoft SQL Server9 adalah sebuah sistem manajemen
basis data relasional (RDBMS) salah satu produk Microsoft. Bahasa
query utamanya Transact-SQL yang merupakan implementasi dari
SQL standar ANSI/ISO yang digunakan oleh Microsoft dan Sybase.
Umumnya SQL Server digunakan di dunia bisnis yang memiliki
basis data berskala kecil sampai dengan menengah, tetapi kemudian
berkembang dengan digunakannya SQL Server pada basis data
besar. Popularitas SQL Server akhir-akhir ini mulai menanjak dan
setara dengan pesaing terdekatnya yaitu Oracle 9i dan Oracle 10g.
Microsoft SQL Server dan Sybase/ASE dapat berkomunikasi
lewat jaringan dengan menggunakan protocol TDS (Tabular Data
Stream). Selain dari itu, Microsoft SQL Server juga mendukung
ODBC (Open Database Connectivity), dan mempunyai driver JDBC
untuk bahasa pemrograman Java.
SQL Server 2000 memiliki beberapa versi antara lain (Choirul
Amri, 2003:1) :
• SQL Server Personal Edition
9 http://id.wikipedia.org/wiki/Microsoft_SQL_Server [ 14 November 2009, Pukul 15.15 wib ]
54
• SQL Server Developer Edition
• SQL Server Enterprise Edition
• SQL Server Standard Edition
• SQL Server Desktop Engine
• SQL Server for Windows CE Edition
Masing masing versi memiliki perbedaan dalam hal ukuran
database maksimum, RAM, jumlah koneksi, serta berbagai feature
lainnya.
2.8.3.1 Instalasi Sql Server
Pada saat memulai, Anda harus menentukan lokasi instalasi
apakah di local computer, atau di komputer lain dalam
jaringan.
Gambar 2.19. Computer names selection
(Choirul Amri, 2003:2)
55
Selanjutnya pilih Create New Instance agar SQL Server
membuat instalasi baru.
Gambar 2.20. Installation Selection (Choirul Amri, 2003:3)
Langkah berikutnya adalah menentukan komponen yang
akan diinstal. Pilih server and Client Tools yang meliputi
database engine sebagai inti SQL Server dan client tools
yang berfungsi sebagai interface untuk mengatur dan setup
SQL Server.
Gambar 2.21. Instance Names (Choirul Amri, 2003:3)
56
Apabila Anda belum memiliki instalasi SQL Server di
komputer tersebut, pilih “Default”. Jika sudah ada SQL
Server di komputer, Anda dapat membuat instance baru
sehingga terdapat 2 SQL Server di komputer Anda. Tipe
instalasi Typical sudah cukup mewakili untuk berbagai
feature yang dibutuhkan dalam membuat aplikasi.
Gambar 2.22. Setup type (Choirul Amri, 2003:4)
Pada bagian service setting, pilih local system account.
Artinya SQL Server menggunakan account system di OS
untuk menjalankan servicenya. Anda dapat juga
menggunakan account yang terdapat di domain/Active
Directory maupun account user tertentu untuk menjalankan
service tersebut.
57
Gambar 2.23. Service Accounts (Choirul Amri, 2000:4)
Untuk mode Autentikasi, sebaiknya dipilih Windows
Authentication yang lebih menjamin keamanan karena
terintegrasi dengan Windows.
Biasanya SQL Server di internet/Web Hosting
menggunakan Mixed Mode, sehingga setiap user/pelanggan
dapat membuat login di SQL Server tanpa harus memiliki
login di sistem Windows. Selanjutnya proses instalasi akan
mengcopy file ke komputer. Setelah proses selesai maka
Anda sudah siap bekerja dengan SQL Server.
2.8.3.2 Interface (Antar Muka) Sql Server 2000
Ada 3 interface utama saat Anda bekerja dengan SQL
Server:
1. Enterprise Manager
Merupakan interface utama dan paling sering
58
digunakan oleh administrator database. Bagian ini
mengandung sebagaian besar fungsi-fungsi pokok
dalam mengatur database.
Gambar 2.24. Enterprise Manager (Choirul Amri, 2003:6)
Di dalam folder database ditampilkan berbagai
database yang ada. Database master, model, msdb,
dan tempdb merupakan default system database yang
diperlukan agar SQL Server dapat berfungsi baik.
Sedangkan NorthWind dan pubs adalah database
sampel yang dapat digunakan untuk berlatih perintah
SQL maupun administration job. Di dalam folder
Security terdapat tool Login yang berisi daftar user di
dalam database. Di bagian ini semua manajemen
menyangkut user account dilakukan.
59
2. Query Analyser
Tool ini merupakan interface utama dalam
melakukan pemrograman di SQL Server. Bahasa yang
digunakan adalah Transact SQL (T-SQL). Anda dapat
membuat perintah untuk mengambil data, sortir,
manipulasi data serta melakukan perhitungan tertentu
terhadap sekumpulan data dalam database.
Script yang telah dibuat dapat disimpan sebagai
View ataupun Stored Procedure, sesuai dengan
kebutuhan dalam pembuatan aplikasi.
Gambar 2.25. Query Analyzer (Choirul Amri, 2003:7)
Di dalam Query Analyser juga tersedia tool
lainnya, misalnya yang digunakan untuk menganalis
performa sebuah query dan mencari alternatif agar
60
query tersebut dapat lebih dioptimalkan. Apabila
toolbar Estimated Execution Plan diaktifkan maka
ditampilkan estimasi waktu dan urutan eksekusi
sebuah perintah.
Gambar 2.26. Contoh penggunaan Query Analyzer (Choirul Amri, 2003 : 9)
Query Analyser juga dapat digunakan untuk
membuat script sebuah database maupun obyek-
obyek di dalamnya. Script ini selanjutnya dapat
dijalankan di server lain untuk membuat database
yang serupa, atau digunakan dalam sebuah aplikasi
untuk mendukung pemrograman.
3. Service Manager
Digunakan untuk mengatur service yang ada di
SQL Server, apakah akan dijalankan atau dimatikan.
61
Sebuah service juga dapat disetup agar berjalan
otomatis sebagai Windows service, atau dijalankan
secara manual.
Gambar 2.27. Service Manager (Choirul Amri, 2003:14).
Ada 3 service standar dalam setiap instalasi default SQL
Server:
• Distributed Transaction Coordinator
• SQL Server
• SQL Server Agent
2.10.4 ArcView 3.3
Software ArcView merupakan salah satu perangkat lunak
sistem informasi geografis dan pemetaan yang telah dikembangkan
oleh para ahli yang tergabung dalam ESRI (Environmental Sistem
Research Institute). (Nuarsa, 2005:5)
62
Dengan ArcView10, pengguna dapat memiliki kemampuan-
kemampuan untuk melakukan visualisasi, meng-eksplorasi,
menjawab query (baik basis data spasial maupun non-spasial),
menganalisis data secara geografis, dan sebagainya Dari struktur
data yang telah dibahas di atas, Arcview lebih memfokuskan pada
struktur data vektor. Selain itu untuk menggambarkan dan juga
menganalisa peta dan informasi spasial diperlukan tambahan aplikasi
yaitu menggunakan Spatial Analyst 2.0a.. Kemampuan-kemampuan
perangkat SIG ArcView sebagai berikut :
1. Pertukaran data: membaca dan menuliskan data dari dan ke
dalam format perangkat lunak SIG lainnya.
2. Melakukan analisis statistik dan operasi-operasi matematis.
3. Menampilkan informasi (basis data) spasial maupun atribut.
4. Menjawab query spasial maupun atribut
5. Melakukan fungsi-fungsi dasar SIG
6. Membuat peta tematik
ArcView terdiri dari beberapa komponen :
1. Project
Project merupakan suatu unit organisasi tertinggi di dalam
ArcView yang dapat digunakan untuk menyimpan,
mengelompokkan, dan mengorganisasikan komponen-
10 http://www.esri.com/software/arcgis/arcview/index.html [ 14 November 2009, Pukul 15.17 wib]
63
komponen program: view, theme, table, chart, layout, dan
script dalam satu kesatuan yang utuh.
2. Theme
Merupakan kumpulan dari beberapa layer ArcView yang
membentuk suatu tematik tertentu.
3. View
Merupakan representasi grafis informasi spasial dan dapat
menampung beberapa “layer” atau “theme” informasi spasial
(titik, gatis, polygon dan citra raster).
4. Table
Merupakan representasi data ArcView berisi fata atribut dari
layer tertentu.
5. Chart
Merupakan representasi grafis dari table data.
6. Layout
Digunakan untuk menggabungkan semua dokumen (view,
table, dan chart)
7. Script
Merupakan bahasa semi pemrograman sederhana yang
digunakan untuk mengotomasikan kerja ArcView.
64
65
2.11 Penelitian Sebelumnya yang Berhubungan
Berdasarkan hasil pengamatan, penulis menemukan beberapa
penelitian yang mengambil objek yang sama dengan yang penulis lakukan,
yaitu sistem informasi kehutanan. Penelitian tersebut diantaranya adalah:
Sistem Informasi Perkayuan Di Bidang Usaha Hutan Produksi.
Penelitian ini dilakukan oleh salah satu dosen jurusan Teknologi
Informasi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta (Viva Arifin). Keterlambatan sumber data atau informasi
tentang kehutanan yang tersebar secara wilayah geografis,
pengumpulan data atau informasi memakan waktu dan biaya yang
relatif tinggi, kondisi hutan yang jauh dari fasilitas pengumpulan data.
membawa kegagalan pada sektor-sektor pembangunan kehutanan.
tulisan ini mencoba mengembangkan konsep sistem informasi
kehutanan untuk memberikan akses kepada pengusaha, orang industri,
dan masyarakat dalam memperoleh informasi tentang kesempatan
bisnis di hutan produksi. Batasan masalah pada penelitian ini adalah:
bagaimana merancang konsep penyediaan data atau informasi kepada
pihak terkait dalam hal ini adalah; pengusaha, negara dan masyarakat
terkait dengan hutan produksi. dengan menggunakan database yang
dikembangkan oleh diagram aliran data, diagram entitas hubungan
dan elemen kamus data (Inforsains, Jurnal Teknik Informatika dan
Sistem Informasi, Vol.I, No.1,2007).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Bahan dan Perangkat Penelitian
3.1.1 Bahan Penelitian
Dalam penelitian perancangan aplikasi sistem inventarisasi hutan
ini, ada beberapa bahan yang diperlukan diantaranya adalah:
1. Data hasil inventarisasi hutan kelas perusahaan accacia mangium
(akasia) periode tahun 2000-2005, Kawasan Hutan Parung Panjang.
Data ini tersedia di SPH I Bogor.
2. Data Spasial Kawasan Hutan Parung Panjang yang didapatkan di Unit
III Perum Perhutani Bandung.
3. Draft bentuk laporan hasil inventarisasi.
3.1.1.1 Ringkasan Keadaan Umum KPH Bogor
a. Letak
Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bogor secara
administratif pemerintahan berada pada 3 (tiga) Daerah Tingkat
II, yaitu:
1. Kabupaten bogor
2. Kabupaten Bekasi
3. Kabupaten Tangerang
66
KPH Bogor secara geografis terletak pada koordinat : 106° 20’
28’’ BT sampai dengan 107° 17’ 09’’ BT dan 05° 55’ 24’’
sampai dengan 06° 48’ 00’’ LS. Sedangkan untuk kelas
perusahaan Accacia Mangium terletak pada koordinat: 106° 26’
03’’ BT sampai dengan 106° 35’ 16’’ BT dan 06° 20’ 59’’
sampai dengan 06° 27’’ 01’’ LS.
Wilayah kerja KPH Bogor di bagi menjadi 1 (satu) Sub
Kesatuan Pemangkuan Hutan (SKPH) yang terdiri dari 5 (lima)
wilayah Bagian Kesatuan Pemagkuan Hutan (BKPH), yaitu:
1. BKPH Bogor – Jonggol
2. BKPH Jasinga – Leuwi Liang
3. BKPH Parung Panjang
4. BKPH Tangerang
5. BKPH Ujung Krawang
Menurut Pengelolaan Kawasan Hutan Kelas Perusahaan Accia
Mangium berada di wilayah kerja Bagian Kesatuan
Pemangkuan Hutan (BKPH) Parung Panjang yang terdiri dari 3
wilayah Resort Pemangkuan Hutan (RPH), yaitu;
1. RPH Tenjo
2. RPH Maribaya
3. RPH Jagabaya
67
b. Luas
Luas wilayah total ring kabupaten Bogor, Tangerang dan
Bekasi sekitar 585.837,65 Ha. diantaranya berupa kawasan
hutan seluas 90.840,71 Ha. dengan perincian sebagai berikut:
1. Kabupaten Bogo : 79.007,90 Ha.
- Kawasan KPH Bogor : 41.919,10 Ha.
Terdiri dari :
• Hutan Produksi Tetap (HPTt) : 20.088,70 Ha.
• Hutan Produksi Terbatas (HPTb) : 21.219,34 Ha.
• Hutan Lindung : -
• Hutan Konservasi : 611,06 Ha.
(Kawasan Hutan Konservasi masih diusulkan untuk
dikelola oleh Perum Perhutani berupa Wana Wisata
dan lokasi kerja sama penelitian yang masuk kedalam
perluasan Taman Nasional)
• Kawasan PHPA/Taman Nasional : 37.088,80 Ha.
(Terdiri dari kawasan PHPA yang telah dikelola pada
tahap awal seluas 17.115,50 Ha. ditambah perluasan
Taman Nasional yang berasal dari Pengelolaan Perum
Perhutani seluas 19.973,39 Ha.)
68
2. Kabupaten Tangerang : 1.351,66 Ha.
3. Kabupaten Bekasi : 10.481,15 Ha.
Penentuan Kelas Perusahaan (KP) di wilayah Kesatuan
Pemangkuan Hutan Bogor di lakukan dengan pertimbangan
kesesuaian lahan dan jenis tanaman dominant yang terdiri dari:
- Kelas Perusahaan Accacia Mangium : 5.397,24 Ha. - Kelas Perusahaan Meranti : 8.822,33 Ha. - Kelas Perusahaan Pinus : 9.438,80 Ha. - Kelas Perusahaan Payau : 11.832,81 Ha. - Lain-lain/belum ditanam : 18.260,73 Ha.
Jumlah : 53.751,91 Ha.
c. Keadaan Lapangan
1. Topografi
Kawasan hutan kelas perusahaan Acacia Mangium
KPH Bogor memiliki konfigurasi lapangan yang sebagian
besar relatif datar sampai dengan landai, dengan kemiringan
lapangan bervariasi mulai dari datar (0-8%) dan kemiringan
curam (15-20%) terutama pada beberapa lokasi dekat batas
hutan dan sungai secara umum memenuhi kriteria kawasan
yang cocok untuk produksi kayu.
69
2. Iklim
Ditinjau dari banyak curah hujan maka wilayah hutan
KPH Bogor berdasarkan tipe iklim Schimdt & Ferguson
terbagi dalam beberapa tipe curah hujan, yaitu:
a. Bagian utara termasuk tipe iklim A, dengan curah hujan
tahunan rata-rata sebesar 1.000 mm/tahun, dengan curah
hujan terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar 100
mm/bulan dan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan
Februari sebesar 300 mm/bulan.
b. Bagian tengah termasuk tipe iklim A, dengan curah hujan
tahunan sebesar 3.000 mm/tahun, dengan curah hujan
terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar 100
mm/bulan dan curah hujan tertinggi pada bulan Februari
sebesar 540 mm/bulan.
c. Bagian selatan termasuk tipe iklim A, dengan curah hujan
tahunan sebesar 4.000 mm/tahun, dengan curah hujan
terendah terjadi pada bulan Juli sebesar 200 mm/bulan
dan curah hujan tertinggi pada bulan Februari sebesar 550
mm/bulan.
Menurut Schimdt & Ferguson (1951), kriteria bulan basah,
bulan lembab dan bulan adalah sebagai berikut;
a. Bulan basah, dengan curah hujan : > 100 mm/bulan
70
b. Bulan lembab, dengan curah hujan : 60-100 mm/bulan
c. Bulan kering, dengan curah hujan : < 60 mm/bulan
Berdasarkan perbandingan bulan basah dan bulan kering,
maka di tetapkan tipe iklim di Indonesia dengan
mempergunakan rumus nilai Q adalah sebagi berikut:
Jumlah rata-rata bulan kering Q = x 100%
Jumlah rata-rata bulan basah
Berdasarkan besarnya nilai Q tersebut maka tipe iklim
terbagi menjadi:
a. Tipe iklim A, dengan nilai Q = 0.00 – 14.30%
b. Tipe iklim B, dengan nilai Q = 14.30 – 33.30 %
c. Tipe iklim C, dengan nilai Q = 33.30 – 60.00 %
d. Tipe iklim D, dengan nilai Q = 60.00 – 100.00 %
e. Tipe iklim E, dengan nilai Q = 100.00 – 167.00 %
f. Tipe iklim F, dengan nilai Q = 167.00 – 300.00 %
g. Tipe iklim G, dengan nilai Q = 300.00 – 700.00 %
h. Tipe iklim H, dengan nilai Q = > 700.00 %
3. Penentuan Kelas Hutan
Penentuan Kelas Hutan Tanaman Acacia Mangium
berpedoman kepada petunjuk teknis yang baku, yaitu SK
Direktur Jenderal Kehutanan No.143/Kpts/DJ/1974, tanggal
71
10 oktober 1974 Tentang Peraturan Inventarisasi Hutan Jati
dan Peraturan Penyusunan Rencana Pengaturan Kelestarian
Hutan, khusus Kelas Perusahaaan Tebang Habis Jati. Serta
Petunjuk Kerja Inventarisasi Sumber Daya Hutan Khusus
Kelas Perusahaan Acacia Mangium yang diterbitkan Biro
Perencanaan Dan Pengembangan Perusahaan PT. Perhutani
Unit III Jawa Barat dan Banten Tahun 2001.
Beberapa pertimbangan dalam penentuan kelas hutan antara
lain:
- Jenis tegakan tahun tanam
- Penggunaan dan keadaam alam
- Keluasan ideal
- Volume standar untuk hutan alam
- Bonita
- KBD
- Kombinasi (umur,KBD,DKN)
- Fungsi kawasan
- Efektivitas pengelolaan
Berdasarkan hal ini diatas, semua hutan tanaman Acacia
Mangium yang memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut
dipisah-pisahkan kedalam Kelas Umur (KU), dengan
masing-masing kelas umur mempunyai interval 1 (satu)
72
tahunan (Panca Warsa). Pertimbangan tersebut juga berlaku
untuk kelas hutan lainnya diluar mempertimbangkan hal-hal
tersebut diatas. Untuk Kelas Umur (KU) ditentukan dengan
batasan-batasan sebagai berikut:
- Tanaman Acacia Mangium yang memenuhi
persyaratan-persyaratan tertentu dipisahkan ke dalam 10
(sepuluh) kelas umur (KU).
- Tanaman Acacia Mangium dimasukan kedalam kelas
hutan KU I (satu) sampai dengan X (sepuluh) jika
tumbuhnya, kualitas batang dan Kepadatan Bidang
Dasar (KBD) memberi jaminan perkembangan
selanjutnya yang masih memuaskan dengan umur < 10
(sepuluh) tahun dengan kriteria Kepadatan Bidang
Dasar (KBD) > 0,50 atau KBD: 0,21 – 0,49 dengan
DKN > 0,50.
- Tanaman Acacia Mangium yang berumur > 10 tahun
(diatas daur) dengan kondisi baik atau sudah waktunya
untuk ditebang dimasukan ke dalam kelas hutan Masak
Tebang (MT) dengan batasan KBD > 0.50, sedangkan
jika tanaman tidak memuaskan atau tidak ada harapan
mempunyai riap dimasukan ke dalam kelas hutan
Miskin Riap (MR) dengan KBD: 0,21 – 0.49.
73
3.1.2 Perangkat Penelitian
Perangkat yang digunakan dalam pengembangan aplikasi ini adalah
sebagai berikut:
a. Hardware atau Perangkat keras:
• Intel Pentium IV 2,40 GHz
• RAM 256 MB
• Harddisk 20 GB
• CD ROM
b. Software atau Perangkat lunak
• Windows XP SP 2
• ArcView 3.3
• Visual Basic 6.0
• SQL Server 2000 Microsoft
Map Objects 2.2
Data Dyna
•
• mics Active Reports 2.0
74
3.2. Waktu dan Lokasi Penelitian
Berikut adalah deskripsi lokasi dan waktu penelitian dalam
pengembangan aplikasi sistem inventarisasi hutan:
Lokasi Penelitian : Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten,
Seksi Perencanaan Hutan (SPH) I Bogor
Waktu Penelitian : 20 Juni 2009 sampai 20 Agustus 2009
Alamat : Jl. Siliwangi No. 19, Bogor 16142. Tlp. (0251)
323482, fax. (0251)323484
3.3. Metode Pengumpulan Data
3.3.1. Studi Pustaka
Pada tahapan pengumpulan data dengan cara studi pustaka,
penulis mencari referensi-referensi yang relevan dengan objek yang
akan diteliti. Pencarian referensi dilakukan di perpustakaan, toko
buku, maupun secara online melalui internet. Informasi yang
didapatkan digunakan dalam penyusunan landasan teori, metodologi
penelitian serta pengembangan aplikasinya secara langsung. Adapun
studi pustaka yang dilakukan terhadap dokumen-dokumen teknis
diantaranya adalah :
1. UU RI No. 41 tahun 1999, Tentang Kehutanan
2. UU No.41/1999 pasal 21, Tentang Pengelolaan hutan
75
3. PP 30/2003 Pasal 3 ayat 1, Tentang Perusahaan Umum Kehutanan
Negara (Perum Perhutani).
4. SK Dirjen Kehutanan No. 143/Kpts/DJ/I/1974 Tentang Peraturan
Inventarisasi Hutan Jati dan Peraturan Penyusunan RPKH
5. Panduan Praktis Inventarisasi Hutan dan Penyusunan RPKH SPH I
Bogor, Unit III Jawa Barat dan Banten, Perum Perhutani
6. Buku RPKH-PDE Kelas Perusahaan Accacia Mangium
Untuk selengkapnya dapat dilihat pada daftar pustaka.
3.3.2. Observasi
Guna mengumpulkan informasi mengenai kebutuhan sistem
(system requirements) penulis melakukan pengumpulan data dengan
cara observasi di tempat penelitian, Penulis melakukan observasi pada:
Hari : Jum’at 19 Juni 2009
Tempat : Seksi Perencanaan Hutan I, Bogor
Jl. Siliwangi No. 19, Bogor 16142
Dari hasil pengamatan yang dilakukan didapatkan hasil sebagai
berikut :
1. Sistem yang berjalan tidak mempunyai kemampuan untuk
mengintegrasikan data spasisal dengan data atribut secara
langsung.
76
2. Alur kerja yang dilakukan masih mempunyai banyak
kelemahan.
3. Kegiatan Pengolahan data hanya dilakukan oleh satu orang
admin.
4. Perlu dilakukan penerapan tekinologi informasi guna
mengatasi permasalahan proses alur kerja.
Selain system requirements, pada langkah ini penulis juga
mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk pembangunan
aplikasi. Data yang dimaksud adalah sample data peta pembagian
lahan/kawasan hutan parung panjang (studi kasus dalam penelitian ini
mengambil kelas perusahaan Accacia Mangium), contoh form
pendataan inventarisasi hutan dan draft report inventarisasi. Yang
semua bagian data tersebut merupakan standarisasi dari perum
perhutani dan departmen kehutanan.
3.3.3. Wawancara
Selain melakukan pengumpulan data dengan metode observasi
dan studi pustaka, penulis juga melakukan pertemuan dan wawancara
kepada pihak-pihak yang nantinya akan berhubungan dengan sistem
yang akan dikembangkan ini. Pihak-pihak yang dimaksud adalah 1
(satu) orang dari BKPH parung panjang, 2 (dua) orang dari SPH I
77
Bogor (kepala SPH I Bogor dan administrator SISPDH-PDE). Hasil
wawancara akan disajikan pada bagian Lampiran A-1 (wawancara
dengan forester BKPH Parung Panjang), Lampiran A-2 (wawancara
dengan Kepala SPH I Bogor) dan Lampiran A-3 (wawancara dengan
Administrator SISDH-PDE).
Hari : Jum’at 19 Juni 2009
Narasumber : 1. Kepala SPH I Bogor,
2. Administrator Aplikasi SISH- PDE
Tempat : Seksi Perencanaan Hutan I, Bogor
Jl. Siliwangi No. 19, Bogor 16142
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari wawancara tersebut
adalah sebagi berikut:
1. Diperlukan proses bisnis alternatif yang dapat mempercepat
proses pengolahan data di SPH I Bogor.
2. Perlu adanya aplikasi alternatif yang dapat mengintegrasikan
data spasial dan data atribut secara bersamaan.
3. Proses pembuatan laporan terkendala maslah banyak nya data
yang tidak sinkron.
78
3.3.4. Studi Literature
Pada peneltian ini juga dilakukan pengumpulan data dengan cara
studi literature, dengan cara meneliti berbagai macam laporan
penelitian sejenis yang sesuai dengan obyek penelitian. Untuk ;ebih
jelasnya bisa dilihat pada sub bab 2.9.
3.4. Metode Pengembangan Sistem
Metode pengembangan sistem yang penulis gunakan dalam penelitian
ini adalah metode Rapid Application Development (RAD). Pemilihan metode
penelitian Rapid Application Development (RAD) ini dilakukan dengan alasan
aplikasi yang akan dikembangkan merupakan aplikasi yang berskala kecil/
menengah, serta terfokus pada lingkup tertentu. Pemilihan metodologi ini juga
dengan alasan bahwa aplikasi ini tidak membutuhkan proses komputasi yang
kompleks karena pada prinsipnya aplikasi ini adalah aplikasi yang
menitikberatkan pada database. Selain itu, pada pengembangan aplikasi yang
dilakukan dengan menggunakan Visual Basic, juga lebih disarankan untuk
menggunakan metodologi Rapid Application Development (RAD). Hal ini
dikarenakan Visual Basic merupakan salah satu tools RAD yang handal untuk
mengembangkan perangkat lunak.
79
Gambar 3.1. Tahapan RAD
(sumber : K.K. Aggarwal, 2005 :28 )
Tahapan-tahapan yang dilakukan oleh penulis dalam melakukan
penelitian pengembangan aplikasi ini adalah:
3.4.1. Analisis (Requirement Planning)
Tahap analisis dikenal juga sebagai tahap mendefinisikan
rencana aplikasi (Requirement Planning). Pada fase ini, penulis
melakukan :
a. Pengamatan terhadap sistem yang sedang berjalan di SPH I Bogor
mengenai pengisian dan pendistribusian data SISDH-PDE.
b. Melakukan identifikasi masalah yang terjadi pada sistem yang
sedang berjalan.
c. Menentukan alur bisnis dan aplikasi serta wilayah persoalan data
yang akan didukung oleh sistem yang akan dikembangkan serta
ditentukan pula jangkauan atau batasan sistem.
80
Sistem ini sendiri diperuntukkan untuk pihak SPH I Bogor,
sebagai pengontrol dan forester sebagai pengguna. Tahapan-tahapan
yang lebih rinci dalam melakukan analisis dapat dilihat di bab IV sub
bab 4.2.
3.4.2. Perancangan (User Design)
Setelah mengetahui definisi aplikasi yang akan dibuat, yang
meliputi analisis terhadap sistem, maka tahapan berikutnya adalah
melakukan perancangan (design). Perancangan di sini dimaksudkan
untuk membuat pemodelan terhadap aplikasi baru yang dapat
mewakili dan menjadi aplikasi alternatif terhadap sistem yang berjalan
saat ini di perum perhutani. Perancangan yang dimaksud meliputi
perancangan aplikasi, perancangan database dan perancangan
antarmuka (interface) atau perancangan Graphical User Interface
(GUI).
a. Perancangan Aplikasi
Untuk perancangan aplikasi, penulis menggunakan notasi
alat bantu (tools) yaitu Unified Modelling Language (UML).
Perancangan aplikasi yang penulis lakukan dengan menggunakan
tools UML ini meliputi :
1. Penentuan Actor
81
2. Perancangan Use Case Diagram
3. Perancangan Use Case Scenario
4. Perancangan Activity Diagram
5. Perancangan Sequence Diagram
6. Perancangan Class Diagram
7. Spesifikasi proses yang diusulkan
Dalam perancangan dengan UML ini, penulis menggunakan
software eDraw 4.0 dan Microsoft Visio 2007. Perancangan
aplikasi ini dalam bentuk UML dapat dilihat selengkapnya pada
Bab IV point 4.3.1.
b. Perancangan Basis Data
Seperti yang kita ketahui database merupakan jantung bagi
aplikasi yang bersifat data-oriented. Data-data yang digunakan
dalam suatu aplikasi akan disimpan ke dalam database. Namun,
dalam implementasinya, akses ke database tidak dilakukan secara
langsung, melainkan melalui kelas-kelas entity. Sehingga kelas-
kelas inilah yang akan menjadi representasi database sendiri
dengan memetakan antara tabel-tabel yang ada pada database
dengan kelas-kelas sendiri. Pada sisi pemrograman class entity ini
diakses dengan menggunakan ActiveX Data Objects (DAO). Pada
tahapan perancangan database ini penulis melakukan :
82
a. Penerjemahan class diagram ke dalam bentuk entity
b. Penerjemahan entity ke dalam basis data
c. Menampilkan struktur basis data
Implementasi perancangan database dapat dilihat di bab IV pada
point 4.3.2.
c. Perancangan Tampilan
Pada tahap ini, penulis melakukan perancangan terhadap
user interface dari aplikasi ini. Perancangan yang dilakukan
meliputi form-form yang ada di dalam sistem. Perincian mengenai
rancangan tampilan dapat dilihat di Bab IV pada point 4.3.3.
3.4.3. Pengembangan (Construction)
Pada tahapan development penulis melakukan pengembangan
aplikasi berdasarkan tahapan-tahapan sebelumnya. Design database
yang telah dibuat, diimplementasikan dan dikembangkan sehingga
menjadi bentuk fisik, dalam hal ini penulis menggunakan database MS
Sql Server 2000 dengan interface Entreprise Manager yang sudah
terinclude di dalam MS Sql Server 2000. Setelah pengembangan
database selesai dilakukan, pengembangan aplikasi juga dilakukan.
Pada proses pengembangan aplikasi, penulis melakukan
pengembangan aplikasi dengan mengacu pada design aplikasi yang
83
telah dilakukan. Karena aplikasi yang dikembangkan ini menggunakan
Visual Basic, maka pada tahapan implementasi, yang penulis lakukan
adalah meng-generate project dengan VB Visual Modeler lalu
melakukan kostumisasi sesuai dengan rancangan dan proses bisnis
yang diinginkan terhadap project yang di-generate dengan
menggunakan visual modeler tersebut. Setelah itu, penulis membuat
report serta mengintegrasikan report tersebut dengan sistem.
Implementasi dari tahap pengembangan ini dapat dilihat di bab IV
pada sub bab 4.4.
3.4.4. Implementasi (Cut Over)
Pada tahapan implementasi, penulis melakukan packaging and
deployment terhadap aplikasi yang telah dikembangkan. Implementasi
meliputi proses deployment file-file project ke komputer server, yang
dalam hal ini adalah server database menggunakan MS Sql Server
2000, serta pengujian fungsional aplikasi yang meliputi tampilan data,
pemasukan, perubahan, serta penghapusan data dengan memasukkan
sample data yang didapatkan dari SPH I Bogor.
Untuk pengujian ini, penulis menerapkan 2 (dua) macam
pengujian yaitu secara whitebox dan secara blackbox. Perincian tahap
pengujian dapat dilihat di bab IV pada sub bab 4.5.
84
85
Alur penelitian secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar
dibawah ini :
Gambar 3.2. Alur Penelitian
BAB IV
ANALISA DAN PERANCANGAN
4.1 Sekilas Tentang Perum Perhutani
Keberadaan Perum Perhutani sangatlah dibutuhkan oleh Indonesia karena
merekalah yang mengatur dan melakukan manajemen sumber daya hutan
yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Perum Perhutani dalam operasionalnya
berada di bawah koordinasi Kementerian Negara BUMN dan dengan
bimbingan teknis dari Departemen Kehutanan.
4.1.1 Visi dan Misi Perum Perhutani
a. Visi
Menjadi pengelola hutan lestari untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
b. Misi
1. Mengelola sumberdaya hutan dengan prinsip Pengelolaan
Hutan Lestari berdasarkan karakteristik wilayah dan Daya
Dukung Daerah Aliran Sungai (DAS) serta meningkatkan
manfaat hasil hutan kayu dan bukan kayu, ekowisata, jasa
lingkungan, agroforestri serta potensi usaha berbasis
kehutanan lainnya guna menghasilkan keuntungan untuk
menjamin pertumbuhan perusahaan secara berkelanjutan.
86
2. Membangun dan mengembangkan perusahaan, organisasi
serta sumberdaya manusia perusahaan yang modern,
profesional dan handal serta memberdayakan masyarakat
desa hutan melalui pengembangan lembaga perekonomian
koperasi masyarakat desa hutan atau koperasi petani hutan.
3. Mendukung dan turut berperan serta dalam pembangunan
wilayah secara regional dan nasional, serta memberikan
kontribusi secara aktif dalam penyelesaian masalah
lingkungan regional, nasional dan internasional. (SK Nomor :
17/Kpts/Dir/2009 tanggal 9 Januari 2009).
4.1.2 Maksud dan Tujuan Perum Perhutani 1
4.1.2.1 Maksud
a. Menyelenggarakan usaha di bidang kehutanan yang
menghasilkan barang dan jasa bermutu tinggi dan
memadai guna memenuhi hajat hidup orang banyak dan
memupuk keuntungan.
b. Menyelenggarakan pengelolaan hutan sebagai ekosistem
sesuai dengan karakteristik wilayah untuk mendapatkan
manfaat yang optimal dari aspek ekologi, sosial, budaya,
dan ekonomi, bagi perusahaan dan masyarakat, sejalan
dengan tujuan pembangunan nasional dengan 1(http://www.perumperhutani.com/index.php?option=com_content&task=view&id=12&Itemid=29 [ 29 September 2009, Pukul 09.33 ] ).
87
berpedoman kepada rencana pengelolaan hutan yang
disusun berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang kehutanan.
4.1.2.2 Tujuan
Turut serta membangun ekonomi nasional khususnya dalam
rangka pelaksanaan program pembangunan nasional di
bidang kehutanan.
4.1.2.3 SUSUNAN DIREKSI DAN DEWAS PENGAWAS
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara BUMN nomor
KEP-75/MBU/2008 tanggal 28 April 2008 tentang
Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota-Anggota
Direksi Perum Perhutani, maka susunan Direksi Perum
Perhutani sebagai berikut :
Plt. Direktur Utama
• Dr. Ir. Upik Rosalina Wasrin, DEA
Direktur Perencanaan & Pengelolaan Hutan
• Ir. Haryono Kusumo
Direktur Pemasaran & Industri
• Ir. Achmad Fachrodji, MM
Direktur Keuangan
• ANS Kosasih, SE MM
88
Direktur SDM & Umum
• Dr. Ir. Upik Rosalina Wasrin, DEA
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara BUMN Republik
Indonesia nomor KEP-31/MBU/2004 tanggal 16 Maret
2004, nomor KEP-119/MBU/2006 tanggal 29 Nopember
2006, nomor KEP-69/MBU/2007 tanggal 30 April 2007 dan
nomor KEP-151/MBU/2007 tanggal 19 Juli 2007, susunan
Dewan Pengawas Perum Perhutani adalah :
Ketua
• DR. Ir. Muslimin Nasution, APU
Anggota
• DR. Ir. Harianto
• DR. Maurin Sitorus, SH
• Dr. Ir. Boni Siahaan
• Dr. Ir. Boen M. Purnama
• Ir. Lex Laksamana Zainal, LAN
• Dr. H. Soekarwo
• Ir. Sri Puryono, KS, MS
Sekretaris
• Drs. Hendradi Gunarso, M
89
4.2 Analisis (Requirement Planning)
4.2.1 Kegiatan Inventarisasi Hutan
Kegiatan inventarisasi hutan merupakan salah satu kegiatan dari
kegiatan tata hutan yang dilakukan oleh pihak Perum Perhutani.
inventarisasi hutan dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh data
serta informasi tentang potensi hutan dan lingkungan sekitarnya secara
lengkap. Risalah hutan atau inventarisasi hutan dilakukan oleh
pertugas yang mampu melaksanakan risalah hutan berdasarkan SK
Kepala Biro Renbang Perusahaan. Adapun bagan dari kegiatan Tata
Hutan adalah sebagai berikut
Gambar 4.1: Bagan Mekanisme Kegiatan Tata Hutan Perum Perhutani
(Panduan Praktis Inventarisasi Hutan dan RPKH)
90
4.2.1 Analisis Alur Kerja Sistem Berjalan
Analisis sistem yang sudah berjalan dan dilakukan oleh Perum
Perhutani adalah sebagai berikut;
Gambar 4.2: Bagan Sistem berjalan (Data Diolah Penulis)
91
Keterangan:
1. Proses yang pertama kali dilakukan adalah BKPH (bagian
Kesatuan Pemangkuan Hutan) melakukan Ground Checking yang
pelaksanaannya bekerja sama dengan RPH (Resort Pemangkuan
Hutan) untuk setiap wilayah kerjanya masing-masing.
2. Hasil Ground Checking diberikan kepada KPH (Kesatuan
Pemangkuan Hutan) oleh BKPH, setelah itu dilakukan
pengarsipan dokumen oleh KPH, dokumen pertama (1) di simpan
oleh KPH dan dokumen kedua (2) diberikan kepada SPH (Satuan
Perencanaan Hutan).
3. Data yang diperoleh oleh SPH kemudian diolah untuk
mendapatkan dan menentukan peta batas wilayah. Hasil peta
batas wilayah di distribusikan kepada KPH. KPH yang telah
mendapatkan data peta batas wilayah memberikan data peta
wilayah terserbut kepada BKPH, hal ini dimaksudkan agar BKPH
dapat melanjutkan proses selanjutnya yaitu pembuatan dokumen
narasi dari peta batas wilayah.
4. Dokumen narasi yang telah dibuat dilakukan pengarsipan
dokumen untuk BKPH itu sendiri, dan melakukan pendistribusian
kepada RPH.
5. Pihak RPH yang telah mendapatkan dokumen narasi melakukan
proses pembuatan peta batas wilayah. Peta batas wilayah yang
dibuat oleh pihak RPH merupakan acuan untuk melakukan
92
inventarisasi hutan atau risalah hutan terhadap area kerja masing-
masing RPH.
6. Inventarisasi hutan dilakukan oleh RPH dengan menggunakan
pencatatan melalui form tally sheet secara manual yang kemudian
dikirimkankan kepada BKPH. BKPH kemudian memberikan
kepada KPH. Dan KPH memberikannya kepad SPH.
7. Hasil risalah hutan yang didapatkan oleh SPH kemudian diolah
dan dimasukan ke database inventarisasi hutan melalui aplikasi
SISDH-PDE. Hasil data pengolahan inventarisasi hutan
diperlukan sebagai bahan acuan untuk membuat dan menyusun
RPKH (Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan).
8. Data hasil pengolahan yang telah dibuat menjadi RPKH
ditambahkan dengan peta yang kemudian di distribusikan kepada
masing KPH, BKPH dan RPH.
4.2.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian singkat serta flowchart sistem yang sedang
berjalan di Perum Perhutani unit III, maka dapat diidentifikasikan
kelemahan-kelemahan dari sistem yang sedang berjalan ini, yaitu :
1. Informasi mengenai data risalah hutan dan data hasil ground
checking yang diarsipkan sangat rentan terhadap resiko
kehilangan data yang dapat disebabkan oleh print-out yang
hilang, rusak, basah, maupun robek.
93
2. Dari sisi ke-praktisannya, para pekerja KPH,BKPH dan RPH
harus selalu membawa dokumen hasil risalah untuk melihat
hasil inventarisasi hutan yang dimiliki masing-masing bagian.
3. SPH harus membagikan data-data ke seluruh bagian berupa
hardcopy. Dari sisi ekonomi, hal ini dinilai lebih boros
dibandingkan dengan sistem yang terkomputerisasi.
4. Untuk mencari data-data daerah tertentu, baik KPH, BKPH
maupun RPH harus mencari dan meminta kepada SPH dokumen
yang telah diarsipkan. Hal ini tentu saja dapat menyulitkan
semua pihak.
5. Pihak KPH akan kerepotan dalam mengumpulkan serta
mengorganisir data dari BKPH dan RPH.
6. Adanya kemungkinan BKPH dan RPH tidak mendapatkan data
peta batas wilayah yang sesuai, dan mereka memakai data yang
lama untuk melakukan risalah. Dengan begitu data yang di
dapatkan tidaklah sinkron dengan data yang ada di SPH.
4.2.3 Uraian Singkat Alur Kerja Sistem yang Diusulkan
Untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang dihadapi
dalam pengimplementasian sistem yang telah berjalan tersebut,
penulis bermaksud mengusulkan sebuah sistem alternatif untuk
pengorganisasian dan pensinkronasisasian data atribut dan data
spasial dari hasil risalah yang berbasis komputer. Pada
94
pengembangannya, penulis melakukan studi kasus pada Perum
Perhutani Unit III, SPH I Bogor, dengan kelas perusahaan Acacia
Mangium namun pada kenyataannya sistem yang diusulkan ini
nantinya dapat juga diimplementasikan pada Perum Perhutani di unit
dan kelas perusahaan yang berbeda. Usulan sistem yang dimaksud
adalah sebagai berikut :
1. Bagian SPH di dalam sistem ini berperan sebagai admin yang
bertugas untuk menetapkan format siapa saja yang berhak
melakukan akses ke dalam sistem, dalam hal ini adalah para
user di BKPH dan KPH. Admin juga dapat melakukan
pemasukan data atribut dan data spasial.
2. User di KPH dan BKPH merupakan user yang memiliki user
account di dalam sistem, yang ditentukan oleh admin di SPH.
User di KPH dan BKPH memiliki kewenangan untuk mengisi
dan mengubah data atribut dan data spasial masing-masing
daerah.
3. RPH berada pada tingkatan terbawah di dalam sistem. Setelah
data dimasukkan, maka RPH dapat mengakses informasi yang
mereka butuhkan.
4. Data-data yang telah berada di dalam sistem juga dapat dibuat
reportnya dalam format PDF, DOC maupun di cetak langsung.
5. Format pelaporan sudah diseragamkan dengan memakai format
dari departemen kehutanan.
95
Gambar flowchart dari sistem yang penulis usulkan ini adalah
sebagai berikut :
Gambar 4.3: Bagan Sistem Usulan (Gambar diolah penulis)
96
Keterangan :
1. Ground checking dilakukan oleh BKPH dan RPH, hasil dokumen
ground checking diberikan kepada pihak KPH untuk dilakukan
pengarsipan.
2. Setelah dilakukan pengarsipan. Dokumen tersebut di berikan
kepada pihak SPH. Dokumen tersebut merupakan data yang akan
diproses untuk menentukan dan membuat peta batas wilayah.
3. Peta batas wilayah yang sudah dibuat di distribusikan kepada
KPH, BKPH, RPH. Dengan begitu kesalahan data di karenakan
ridak adanya keseragaman peta dapat diminimalisir.
4. Pada proses penentuan dan pembuatan data peta batas wilayah,
data tersebut juga diinputkan kedalam database inventarisasi
hutan oleh pihak SPH.
5. Peta batas wilayah yang didapatkan oleh RPH merupakan bahan
acuan bagi mereka untuk melakukan kegiatan inventarisasi hutan.
Hasil pencatatan inventarisasi hutan dibuat atau dimasukan
kepada form standard Perum Perhutani yang dinamakan tally
sheet.
6. Setelah hasil risalah tersebut di dapatkan. Data tersebut kemudian
diberikan kepada BKPH yang kemudian memberikannya kepada
KPH.
97
7. Pihak KPH kemudian melakukan penginputan ke dalam database
inventarisasi hutan sesuai dengan wilayah kerjanya masing-
masing.
8. Data yang telah diinputkan kemudian diolah sebagai data
penunjang penyusunan RPKH. RPKH yang telah jadi kemudian
didistribusikan kepada KPH, BKPH, RPH.
Pada sistem yang diusulkan ini, penulis menggunakan Unified
Modelling Language (UML) dalam perancangannya. Diagram-
diagram UML yang digunakan yaitu Use Case Diagram, Class
Diagram, Activity Diagram, dan Sequence diagram.
4.3 Perbandingan Sistem
Tabel 4.1 : Perbandingan sistem berjalan, penelitian sebelumnya dan
sistem usulan
Sistem Berjalan Peneltian Sebelumnya Sistem Usulan
Kelemahan - Tidak terintegrasi
dengan data
spasial
- Belum client
server
- Tidak terintegrasi dengan
data spasial
Belum terintegrasi
dengan aplikasi PDE
hutan yang dimiliki
oleh perum
perhutani
Kelebihan - Sudah terintegrasi
dengan aplikasi
PDE hutan
lainnya yang
dimiliki oleh
perum perhutani
- Adanya data customer
(sebagai bagian aplikasi
pemasaran hasil hutan)
- Sudah terintegrasi
dengan data
spasial
- Client server
sehingga dapat
mempercepat
proses
penginputan data
98
4.4 Studi Feasibilitas
a. Feasibilitas Ekonomi
Jika ditinjau dari studi kelayakan sistem pada sisi ekonomi,
sistem yang penulis kembangkan merupakan alternatif dari sistem
yang telah berjalan, kelebihan sistem ini adalah mampu
mensinkronisasikan data atribut dengan data spasial yang dimiliki oleh
Perum Perhutani. Dengan mengimplementasikan sistem ini maka
perubahan proses pekerjaan yang dilakukan oleh Perum Perhutani
akan mampu menghemat kebutuhan dana operasional, Dari sisi
ekonomis, hal ini menjadi salah satu faktor penghematan biaya.
4.2.2 Feasibilitas Teknis
Dari sisi teknis, kinerja sistem yang penulis kembangkan telah dapat
dibuktikan kestabilannya dalam menangani banyak data, yang dapat
dilihat pada lampiran pengujian lapangan. Dengan memakai sistem
ini pula maka
4.4.1 Feasibilitas Legal
Pada pengembangan sistem ini, penulis melakukan penelitian pada
Perum Perhutani Unit III, SPH I Bogor, BKPH Parung Panjang. Oleh
karena itu, legalitas sistem ini sendiri telah teruji di instansi yang
bersangkutan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran
pengujian.
99
4.5 Perancangan Sistem yang Diusulkan
4.5.1 Perancangan aplikasi
a. Penentuan Actor
Pada sistem yang diusulkan ini, penulis memisahkan Actor
menjadi 3 (tiga) tingkatan, yaitu admin (SPH), forester, dan user.
Wewenang masing-masing aktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Admin
Admin merupakan aktor yang menempati tingkatan tertinggi
pada sistem. Admin memiliki wewenang yaitu :
1. Memasukkan data atribut dan data spasial.
2. Melakukan perubahan data atribut dan data spasial.
3. Melakukan penghapusan data atribut dan data spasial yang
tidak diperlukan.
4. Melihat (survey) data atribut dan data spasial yang telah
tersimpan.
5. Melakukan penambahan user account. Melakukan
perubahan terhadap user account tertentu. Perubahan yang
dimaksud dapat berupa perubahan status aktif tidaknya
user account tersebut.
6. Melakukan penghapusan terhadap user account tertentu.
7. Melakukan export atau menyimpan laporan yang berisikan
informasi data atribut dan data spasial wilayah tertentu.
100
101
2. Forester
Tingkatan forester merupakan tingkatan yang berada di bawah
admin pada sistem. forester memiliki wewenang yaitu :
1. Memasukkan data atribut dan data spasial tertentu. Sesuai
dengan wilayah kerjanya.
2. Melakukan perubahan pada data atribut dan data spasial
yang telah dimasukkan selama user account nya masih
dalam jangka waktu aktif.
3. Melihat (survey) data atribut dan data spasial yang telah
tersimpan.
4. Melakukan export atau menyimpan laporan yang berisikan
informasi data atribut dan data spasial wilayah tertentu..
3. User
Pada sistem ini, User merupakan tingkatan yang berada di
bawah forester. Adapun wewenang yang dimiliki tingkatan
User adalah :
1. Melihat (survey) data atribut dan data spasial tertentu
yang telah tersimpan di dalam database.
2. Melakukan export atau menyimpan laporan yang
berisikan informasi data atribut dan data spasial wilayah
tertentu.
b. Perancangan Use Case Diagram
Use Case Diagram digunakan untuk menjelaskan apa yang akan dilakukan oleh sistem serta aktor-aktor yang
akan berhubungan dengan proses-proses yang ada pada sistem.
Gambar 4.4 . Use Case Diagram Sistem Inventarisasi Hutan
102
1. Use Case File (System)
Gambar 4.5 Use Case File(system)
Admin
Forester
User
File
Login
Logout
Exit
Set Default Map
verifikasi account
Tambah Master Map
Pilih Map
Save Master Map
Update Master Map
Delete Master Map
Search Master Map
<<include>>
<<extend>>
<<include>>
<<include>>
<<include>>
<<include>>
<<extend>>
<<include>>
103
2. Use Case Data Management
Gambar 4.6 Use Case Data Management
104
3. Use Case Statistik
Gambar 4.7 Use Case Statistik
105
106
Admin
Forester
User
Search Data
Pencarian
Berdasarkan Spasial Atribut
Berdasarkan Atribut Tahun Risalah/Petak/Anak Petak
Berdasarkan Atribut pilihan
Identify Spasial Atribute
<<include>>
<<include>>
<<include>>
<<include>>
<<include>>
View Spasial Atribute
<<extend>><<include>>
Gambar 4.8 Use Case Pencarian Data
4. Use Case Pencarian Data
c. Use Case Scenario
Use case scenario merupakan penjelasan yang lebih
terperinci mengenai masing-masing use case yang terjadi di
dalam sistem.
a. Login
Nama Use case Login Aktor yang terlibat Admin/forester/user Trigger Pengguna ingin masuk dan
menggunakan sistem. Pre condition Pengguna belum memasuki
sistem Action Pengguna mengisi form login,
verifikasi username, password, jenis user (user role), Pengguna memasuki sistem.
Post condition Pengguna di dalam sistem, memilih Data Default Map yang ingin digunakan. Pengguna dapat memilih menu bar yang akan aktif sesuai jenis usernya,
b. Logout
Nama Use case Logout Aktor yang terlibat Admin/forester/user Trigger Pengguna ingin keluar dari
sistem. Dengan memilih sub menu logout
Pre condition Pengguna berada di dalam sistem
Action Pengguna memilih sub menu logout
Post condition Pengguna keluar dari sistem, pengguna dapat memilih login untuk dapat masuk kembali kedalam sistem, atau memilih exit untuk menutup aplikasi.
107
c. Exit
Nama Use case Exit Aktor yang terlibat Admin/forester/user Trigger Pengguna selesai menggunakan
sistem Pre condition Pengguna sudah keluar dari
sistem atau bisa juga masih didalam sistem.
Action Pengguna mengklik exit untuk menutup aplikasi dan keluar dari sistem.
Post condition Pengguna kelar dari sistem dan aplikasi tertutup
d. Set Default Map
Nama Use case Set Default Map Aktor yang terlibat Admin/forester/user Trigger Pengguna melakukan pemilihan
data peta yang akan dipakai. Pre condition Login sebagai admin / forester/
user Form set default map tampil.
Action Pilih data peta yang akan dipakai.
Post condition Data peta telah terpilih
e. Tambah Master Map
Nama Use case Tambah Master Map Aktor yang terlibat Admin Trigger Admin ingin menambahkan data
peta baru Pre condition Login sebagai Admin
Peta baru belum terdaftar di dalam database
Action Form Master Map ditampilkan Save data Master Map baru.
Post condition Peta baru dimasukan kedalam database.
108
f. Tambah Master Petak/Anak Petak
Nama Use case Tambah Master Petak/Anak Petak
Aktor yang terlibat Admin Trigger Admin ingin menambah Petak /
Anak Petak baru Pre condition Login sebagai Admin Action Form Tambah Master Petak/
Anak Petak ditampilkan. Save data Master Petak /Anak Petak baru.
Post condition data Master Petak /Anak Petak baru di masukan kedalam database.
g. Update Master Petak/Anak Petak/Tahun Risalah
Nama Use case Update Master Petak/Anak Petak/Tahun Risalah
Aktor yang terlibat Admin/forester Trigger Login sebagai admin atau
forester Pre condition Perlu dilakukan perubahan
terhadap data master petak/anak petak/tahun risalah.
Action Form Update Master Petak/ Anak Petak/ Tahun Risalah ditampilkan. Update Master Petak/Anak Petak/Tahun Risalah
Post condition Data yang diubah telah tersimpan ke dalam database.
h. Import Data Petak/Anak Petak
Nama Use case Import Data Petak/Anak Petak Aktor yang terlibat Admin Trigger Admin ingin menambahkan data
master petak/anak petak. Pre condition Login sebagai admin Action Form Import data Master Petak/
Anak Petak ditampilkan. Save Master Petak/Anak Petak
109
Post condition Data Master Petak/Anak Petak ditambahkan ke dalam database
i. Delete Petak/Anak Petak/Tahun Risalah
Nama Use case Delete Petak / Anak Petak / Tahun Risalah
Aktor yang terlibat Admin Trigger Diperlukan penghapusan data Pre condition Login sebagai Admin Action Pilih data yang ingin di hapus.
Delete data dari database. Post condition Data terhapus dari database.
j. Tambah Data Tahun Risalah
Nama Use case Tambah Data Tahun Risalah Aktor yang terlibat Admin/forester Trigger Perlu adanya penambahan data
tahun risalah Pre condition Login sebagai admin atau
forester Action Form tambah data tahun risalah
ditampilkan. Save data tahun risalah
Post condition Data tahun risalah telah tersimpan kedalam database.
k. Import Data Tahun Risalah
Nama Use case Import Data Tahun Risalah Aktor yang terlibat Admin/forester Trigger Perlu adanya penambahan data
tahun risalah Pre condition Login sebagai admin atau
forester Action Form Import data Tahum
Risalah ditampilkan. Save Data Tahun Risalah.
Post condition Data Tahun risalah ditambahkan kedalam database.
110
l. Save User Account
Nama Use case Save User Account Aktor yang terlibat Admin Trigger Admin ingin menambah user
baru Pre condition Login sebagai Admin Action Form manajemen user
ditampilkan. Save user account baru.
Post condition data user account baru di masukan kedalam database.
m. Update User Account
Nama Use case Update User Account Aktor yang terlibat Admin Trigger Adanya perubahan dalam user
account Pre condition Login sebagai Admin Action Form manajemen user
ditampilkan. Update user account.
Post condition data user account di dalam database dirubah
n. Delete User Account
Nama Use case Delete User Account Aktor yang terlibat Admin Trigger Perlunya penghapusan dalam
user account yang terdafttar Pre condition Login sebagai Admin Action Form manajemen user
ditampilkan. Update user account.
Post condition data user account di dalam database dirubah
o. Backup Data
Nama Use case Backup Data Aktor yang terlibat Admin Trigger Perlu adanya pembackupan data
111
Pre condition Login sebagai admin Action Form Backup Data ditampilkan.
Backup Data yang diinginkan. Post condition Data-data di database telah
terbackup.
p. Statistik Tahunan Petak
Nama Use case Statistik tahunan Petak Aktor yang terlibat Admin/forester/user Trigger Pengguna ingin mengetahui
statitik tahunan dari Petak Pre condition Login sebagai admin / forester /
user Action Form statistik tahunan petak
ditampilkan. Memilih data atribut apa saja yang ditampilkan dan bisa melakukan pembuatan laporan
Post condition Data statistik ditampilkan dan membuat laporan
q. Statistik Tahunan Anak Petak
Nama Use case Statistik Tahunan Anak Petak Aktor yang terlibat Admin/forester/user Trigger Pengguna ingin mengetahui
statitik tahunan dari Anak Petak Pre condition Login sebagai admin / forester /
user Action Form statistik tahunan anak
petak ditampilkan. Memilih data atribut apa saja yang ditampilkan dan bisa melakukan pembuatan laporan
Post condition Data statistik ditampilkan dan membuat laporan
r. Statistik Tahunan Etat
Nama Use case Statistik Tahunan Etat Aktor yang terlibat Admin/forester/user Trigger Pengguna ingin mengetahui
statitik tahunan dari Etat
112
Pre condition Login sebagai admin / forester / user
Action Form statistik tahunan Etat ditampilkan. Memilih data atribut apa saja yang ditampilkan dan bisa melakukan pembuatan laporan
Post condition Data statistik ditampilkan dan membuat laporan
s. Pencarian Berdasarkan Spasial Atribut (Peta)
Nama Use case Pencarian Berdasarkan Spasial Atribut (Peta)
Aktor yang terlibat Admin/forester/user Trigger Pengguna ingin melakukan
pencarian berdasarkan data spasial
Pre condition Login sebagai admin / forester / user
Action Form Spasial Atribut ditampilkan. Melakukan pencarian dengan memilih daerah (spasial) yang diinginkan.
Post condition Hasil pencarian berdasarkan data spasial
t. Pencarian Berdasarkan Data Tertentu
Nama Use case Pencarian Berdasarkan Data Tertentu
Aktor yang terlibat Admin/forester/user Trigger Pengguna ingin melakukan
pencarian berdasarkan data atribut tertentu
Pre condition Login sebagai admin / forester / user
Action Form berdasarkan Atribut Tertentu ditampilkan. Melakukan pencarian dengan memilih atribut yang diinginkan.
Post condition Hasil pencarian berdasarkan data atribut yang telah dipilih
113
u. Pencarian Data TahunRisalah/Petak/Anak Petak
Nama Use case Pencarian Data TahunRisalah / Petak / Anak Petak
Aktor yang terlibat Admin/forester/user Trigger Pengguna ingin melakukan
pencarian berdasarkan data spasial
Pre condition Login sebagai admin / forester / user
Action Form berdasarkan Tahun risalah / petak / anak petak ditampilkan Melakukan pencarian dengan memilih Tahun risalah / petak / anak petak yang diinginkan.
Post condition Hasil pencarian berdasarkan data Tahun risalah / petak / anak petak yang dipilih
d. Perancangan Activity Diagram
Mengingat adanya proses-proses yang memiliki kesamaan
alur, maka pada sistem ini, penulis hanya memaparkan Activity
diagram yang mungkin terjadi yaitu :
1. Activity Diagram untuk Login
Gambar 4.9. Login Activity Diagram
114
Activity diagram ini merupakan rancangan rangkaian proses
yang akan terjadi ketika aktor memilih untuk melakukan
login. Ketika tombol login ditekan atau ketika pengguna
menjalankan aplikasi, maka sistem akan menampilkan form
login. Aktor lalu dapat memasukkan Username, Password
dan User role (jenis user) yang sesuai. Setelah itu sistem
akan melakukan pengecekan terhadap imputan data yang
dimasukkan oleh aktor meliputi kesesuaian Username
dengan password, dan jenis user. Sebaliknya, jika terdapat
kesesuaian antara Username, password, jenis user, maka
login Username tersebut sukses dan aktor tersebut memiliki
kewenangan sesuai dengan levelnya di dalam sistem.
2. Activity Diagram untuk Tambah Data
Gambar 4.10 Tambah Data Activity Diagram
115
Activity diagram diatas merupakan rancangan proses yang
akan terjadi ketika actor akan memasukkan data Peta,
Petak, Anak Petak, Tahun Risalah, User.. Setelah mengisi
form Tambah Data (Input), sistem akan melakukan validasi.
Jika ternyata validasi gagal dilakukan, maka actor harus
kembali memasukkan data yang dimaksud kan dengan
benar. Sebaliknya, jika validasi berhasil, Data baru akan
tersimpan di dalam database.
3. Activity Diagram untuk Update Data
Gambar 4.11. Update Data Activity Diagram
Activity diagram ini merupakan rangkaian proses yang akan
dilakukan oleh sistem ketika Actor akan mengubah data
yang telah ada di dalam database. Dari list data yang ada,
jika actor memilih untuk melihat detail data, maka akan
ditampilkan detail data dengan terlebih dahulu melakukan
116
pencarian data, dengan menahan variabel kunci dari data
yang dicari untuk dijadikan parameter. Jika data yang ingin
diubah ditemukan, maka actor dapat memasukan data baru
dana kemudian menekan tombol update. Jika tidak
ditemukan akan timbul pesan kesalahan dan di harapkan
actor memasukan parameter data yang benar. Setelah actor
menekan tombol update, sistem akan melakukan validasi.
Jika proses validasi gagal, maka actor harus mengulang lagi
mengisi data. Namun jika validasi berhasil, maka proses
selesai dan data tersebut ter-update.
4. Activity Diagram untuk Delete Data
Gambar 4.12. Delete Data Activity Diagram
Activity diagram ini merupakan rangkaian proses yang akan
dilakukan oleh sistem ketika actor akan menghapus data
yang telah ada di dalam database. Proses dilakukan dengan
117
melakukan pencarian data yang ingin dihapus. Jika data
yang dicari ada maka akan ditampilkan. Untuk menghapus
data, actor dapat menekan tombol delete.. Jika admin
menekan tombol “delete”, maka data tersebut akan
terhapus dari database. Dan muncul notifikasi proses delete
berhasil.
5. Activity Diagram untuk Pencarian Data
Berdasarkan Atribut tertentu
Input Keyword
Sukses
Berdasarkan Tahun Risalah/ Petak/ Anak
Petak
Survey Data
Berdasarkan Spasial Atribut
Search Data
Pilih Atribut
Input Keyword
Pilih Peta
pilih (Identify) Spasial atribut
Tampilkan Data
Match Notifikasi Kesalahan
Not Match
Batal
Gambar 4.13. Search Data Activity Diagram
118
Activity Diagram diatas menggambarkan proses
yang terjadi ketika seorang actor melakukan pencarian
terhadap data yang ada di database. Actor memilih terlebih
dahulu berdasarkan apa ia akan melakukan pencarian.
Dalam aktivitas ini terdapat 3 (tiga) scenario yang dapat
dilakukan oleh actor. Scenario tersebut antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Jika actor memilih untuk melakukan pencarian
berdasarkan spasial atribut maka ia diharuskan untuk
memilih peta dan kemudian memilih daerah yang ingin
ditampilkan. Jika data atribut dari daerah tersebut ada
di dalam database maka data akan ditampilkan dan jika
tidak ada maka akan timbul pesan kesalahan.
2. Apabila actor memilih berdasarkan atribut tertentu
maka yang harus dilakukan setelah form pencarian
ditampilkan adalah memilih atribut apa yang akan
dijadikan parameter atau kunci utama pencarian.
Setelah memasukkan kata kunci yang sesuai, dapat
menekan tombol “Search”. Setelah itu, sistem akan
melakukan pencarian data yang relevan dengan kata
kunci yang dimasukkan tersebut. Data yang didapatkan
kemudian ditampilkan.
119
3. Jika actor memilih berdasarkan tahun risalah / petak /
anak petak. Yang harus dilakukan adalah melakukan
input kata kunci berdasarkan tahun risalah, petak dan
anak petak. Setelah memasukkan kata kunci yang
sesuai, dapat menekan tombol “Search”. Setelah itu,
sistem akan melakukan pencarian data yang relevan
dengan kata kunci yang dimasukkan tersebut. Data
yang didapatkan kemudian ditampilkan.
6. Activity Diagram untuk Statistic Query
Statistic Anak Petak
Sukses
Statistic Query
Statitistic Petak
Search Data
Pilih Atribut
Input Keyword
Pilih Peta
pilih (Identify) Spasial atribut
Tampilkan Data
Match Notifikasi Kesalahan
Not Match
Batal
Gambar 4.14. Statictic Query Activity Diagram
120
Activity Diagram diatas menggambarkan proses yang
terjadi ketika seorang actor melakukan query data untuk
statistik terhadap data yang ada di database. Actor memilih
terlebih dahulu statistik apa yang ingin di tampilkan. Dalam
aktivitas ini terdapat 2 (dua) scenario yang dapat dilakukan
oleh actor. Scenario tersebut antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Jika actor memilih untuk melakukan query statistic
tahunan petak, maka aca dan kemudian memilih daerah
yang ingin ditampilkan. Jika data atribut dari daerah
tersebut ada di dalam database maka data akan
ditampilkan dan jika tidak ada maka akan timbul pesan
kesalahan.
2. Jika actor memilih query statistic tahunan anak petak.
Yang harus dilakukan adalah melakukan input kata
kunci berdasarkan tahun risalah, petak dan anak petak.
Setelah memasukkan kata kunci yang sesuai, dapat
menekan tombol “Search”. Setelah itu, sistem akan
melakukan pencarian data yang relevan dengan kata
kunci yang dimasukkan tersebut. Data yang didapatkan
kemudian ditampilkan.
121
e. Perancangan Sequence Diagram
1. Sequence Diagram untuk Login
Gambar 4.15. Sequence Diagram Login
Untuk melakukan login, seorang admin atau actor harus
memasukkan username, password dan type user. Jika
username dan/atau password yang dimasukkan salah, maka
sistem akan menampilkan konfirmasi kesalahan kepada
aktor. Namun, ketika masukan username, password dan
user type yang dimasukkan sudah benar, maka sistem akan
memberikan konfirmasi bahwa proses login telah berhasil.
Dan akan masuk ke dalam Main Form sesuai dengan user
typenya.
122
2. Sequence Diagram untuk Tambah Data
Gambar 4.16 Sequence Diagram Tambah Data
Untuk memasukkan data baru pada database, maka actor
harus terlebih dahulu login sebagai admin ataupun forester
(sesuai dengan kewenangan penambahan data yang ada di
use case). Setelah berhasil login maka actor diharapkan
untuk memilih dan menampilkan form tambah data, aktor
harus memberikan masukan-masukan sesuai dengan field-
field yang disajikan. Lalu sistem akan mengecek apakah
masukan yang diberikan oleh aktor sudah sesuai atau tidak.
Jika masih terdapat kesalahan dalam pemasukan data, maka
sistem akan memberikan konfirmasi kesalahan kepada aktor
sehingga aktor dapat mengisi ulang kembali. Jika masukan
yang diberikan sudah tepat, maka sistem akan memberikan
123
konfirmasi bahwa input tersebut telah disimpan kedalam
database.
3. Sequence Diagram untuk Update Data
Gambar 4.17. Sequence Diagram Update Data
Untuk melakukan perubahan (update) data, maka terlebih
dahulu harus memilih form update data mana yang akan
diubah datanya, setelah memilih form update actor harus
melakukan pencarian terhadap data yang ingin dirubah.
Untuk itu actor memasukan keyword data yang di maksud.
Jika data ditemukan maka data akan ditampilkan,
selanjutnya actor diharapkan mengisi field-field yang akan
diubah. Jika terdapat kesalahan pada saat pengisian field-
field tersebut, maka sistem akan memberikan konfirmasi
124
error kepada actor sehingga actor harus mengecek kembali
masukan yang ia berikan. Setelah semua field terisi dengan
benar, maka proses validasi perubahan data telah berhasil
dilakukan. Sistem akan memberikan pemberitahuan bahwa
perubahan data telah berhasil dilakukan dan data yang
diubah akan tersimpan dalam database.
4. Sequence Diagram untuk Delete Data
Gambar 4.18 Sequence Diagram Delete Data
Untuk menghapus data yang telah tersimpan di dalam
database, maka actor harus memilih form delete data dari data
mana yang akan dihapus. Setelah memilih, actor memasukan
input keyword dari data yang akan dihapus. Setelah data di
tampilkan maka actor dapat menghapus data yang diiginkan.
125
5. Sequence Diagram untuk Import Data
Gambar 4.19. Sequence Diagram Import Data
Untuk memasukkan data baru pada database dengan cara
import data, maka actor diharapkan untuk memilih dan
menampilkan form import data, aktor harus mencari atau
browse data yang ingin dimasukan. Setela data di dapatkan
maka dilakukan pengecekan apakah data telash sesuai
dengan menampilkannya, jika masih terdapat kesalahan
dalam data yang akan diimport, maka sistem akan
memberikan konfirmasi kesalahan kepada aktor sehingga
aktor dapat mengisi ulang kembali. Jika masukan yang
diberikan sudah tepat, maka sistem akan memberikan
konfirmasi bahwa input tersebut telah disimpan kedalam
database.
126
6. Sequence Diagram untuk Pencarian Data Atribut
Gambar 4.20. Sequence Pencarian Data
Untuk pencarian, proses yang terjadi pada pencarian data
atribut berdasarkan tahun risalah,petak dan anak petak sama
dengan proses yang terjadi pada pencarian atau berdasarkan
atribut tertentu, yang dapat diwakili dengan satu diagram
diatas. Untuk melakukan pencarian, seorang aktor harus
memasukkan kata kunci pencarian ke dalam field yang
disajikan oleh sistem. Setelah mendapatkan kata kunci, sistem
lalu melakukan pencarian ke database dan kemudian
menyajikannya kepada aktor dalam bentuk list (daftar).
127
7. Sequence Diagram untuk Pencarian Data Spasial
Gambar 4.21. Sequence Diagram Pencarian Data Spasial
Untuk pencarian data spasial, proses yang terjadi pada
pencarian data atribut berdasarkan data spasial, proses yang
dilakukan adalah mencari peta yang ingin dicari data
atributnya. Setelah memilih peta, untuk melakukan pencarian
terhadap data spasial yang dimaksud, seorang aktor harus
memilih daerah (yang ada dipeta) . setelah itu data akan
ditampilkan. Penyajian data pada sequence ini berbeda dengan
pada proses pencarian sebelumnya, data ditampilkan sesuai
dengan data spasial yang dipilih oleh aktor.
128
8. Sequence Diagram untuk Query Statistic
Gambar 4.22. Sequence Diagram Statistic Query
Untuk pencarian, proses yang terjadi pada Statisic Query.
Actor memilih form statistic query yang kemudian dilanjutkan
dengan memasukan input atribut yang dipilih untuk
ditampilkan. Setelah hal tersebut dilakukan actor diharapkan
untuk memilih tahun risalah dan tahun tanam untuk data yang
akan ditampilkan. Pencarian dilakukan setelah actor menekan
tombol search. Apabila data ditemukan maka data akan
ditampilkan dalam bentuk list, data yang ditampilkan sesuai
dengan pilihan atribut yang dilakukan oleh actor.
129
f. Spesifikasi Proses yang Diusulkan
Dari proses-proses yang terjadi di dalam sistem ini dapat
diterjemahkan ke dalam bentuk algoritma sederhana yaitu
sebagai berikut :
1. Proses Login Input form login IF input form tidak cocok THEN Tampilkan konfirmasi error ELSE Login success END IF
2. Proses Tambah Data Input form silabus IF input form tidak tepat THEN Tampilkan konfirmasi error ELSE Simpan END IF
3. Proses Update Data Tampil data GET keyword Search keyword GET Data keyword Edit form data IF input form tidak tepat THEN Tampilkan konfirmasi error ELSE Simpan END IF
4. Proses Delete Data Tampil data GET keyword Search keyword If Delete data where data=keyword tidak tepat then Tampilkan konfirmasi error Else Simpan END IF
5. Proses Pencarian Data Input form pencarian data
130
IF data tidak ditemukan THEN Tampilkan konfirmasi error ELSE Simpan END IF
6. Proses Statistic query Input form statistic query Select atribut Select Keyword IF data tidak ditemukan THEN Tampilkan konfirmasi error ELSE Tampilkan Data END IF
g. Perancangan Class Diagram
Gambar 4.23. Class Diagram Aplikasi
131
Pada class diagram diatas, dapat kita lihat bahwa terdapat lima
class dengan empat class yang saling berhubungan, yaitu class
compartment, subcompartment, peta dan tahunrisalah.
Dalam implementasinya, class compartment, subcompartment,
users, peta dan tahunrisalah itu disebut dengan entity yang
tersimpan pada database. class ini merupakan representasi dari
tabel-tabel yang ada di database.
4.5.2 Perancangan Basis Data
a. Penerjemahan Class Diagram ke dalam Bentuk Entity
Dari class diagram yang telah digambarkan pada bagian
analisis, dapat diketahui bahwa class-class tersebut merupakan
representasi dari entity-entity yang digunakan di dalam sistem.
Pada class diagram terdapat 4 buah class yaitu class users, class
compartment, class subcompartment, dan class tahunrisalah.
Penerjemahan class-class tersebut ke dalam bentuk entity dapat
dilihat di lampiran penerjemahan class:
132
b. Penerjemahan Entity ke dalam Basis Data
Dari entity tersebut, dapat langsung diterjemahkan ke dalam
bentuk tabel-tabel beserta field-field dan relation nya ke dalam
basis data.
1. Entity peta
Nama tabel : tb_peta
Primary key : id_master
Gambar 4.24. tabel peta di dalam database
2. Entity compartment
Nama tabel : tb_ compartment
Primary key : id_comp
Gambar 4.25. tabel compartment di dalam database
133
3. Entity subcompartment
Nama tabel : tb_ subcompartment
Primary key : id_sub
Gambar 4.26 Tabel subcompartment di dalam database
4. Entity tahunrisalah
Nama tabel : tb_ tahunrisalah
Primary key : id_tahun
Gambar 4.27 tabel subcompartment di dalam database
134
c. Struktur Basis Data
Gambar 4.28. Struktur basis data
135
4.5.3 Perancangan User Interface
a. Form login
Gambar 4.29: Rancangan Form Login
b. Form Utama
Gambar 4.30: Rancangan Form Utama
136
c. Form Tambah Data
Gambar 4.31: Rancangan Form Tambah Data
d. Form Update Data
Gambar 4.32: Rancangan Form Update Data
137
e. Form Delete Data
Gambar 4.33: Rancangan Form Delete Data
f. Form Survey Data Atribut
138
Gambar 4.34: Rancangan Form Survey Data atribut
g. Form Statistic Query
Gambar 4.35: Rancangan Form Statistic Query
4.6 Pengembangan
Pada tahap ini dilaksanakanlah implementasi dari rancangan-
rancangan, baik rancangan basis data, rancangan aplikasi, maupun
rancangan tampilan.
4.6.1 Bahasa Pemrograman dan Komponen
Bahasa pemrograman dan komponen-komponen yang
digunakan dalam pengembangan aplikasi ini adalah :
1. Visual Basic 6.0
2. Reports : Data Dynamics Active Reports 2.0
3. MS SQL : MS SQL 2000 Developer Edition
4. GIS Component : MapObject V.2.2
139
4.6.2 Alur Kerja Pengembangan Sistem
a. Create Form
Hal yang pertama kali dilakukan adalah membuat form-form yang
menjadi dasar bagi aplikasi, setelah membuat form sesuai dengan
desain interface maka dibuatlah module dan class yang sesuai
dengan kebutuhan aplikasi. Selanjutnya yang dilakukan adalah
melakukan embedding data dan references component.
Gambar 4.36: Create Form
Gambar 4.37: embedding data and references component.
140
b. Login & Authentication
Setelah form dibuat maka dilakukan pembuatan Login dan
Authentication. Hal ini sangatlah dibutuhkan dalam pengembangan
karena koneksi dengan database server dilakukan dan diatur dalam
module ini
Gambar 4.38: Pembuatan Form Login
Gambar 4.39: Database Connection Module
141
c. Sistem Informasi Data
Untuk melihat list data, bagian tampilan diatur oleh
component data grid yang berisi tabel hasil query entity tertentu.
Query nya sendiri terdapat pada form yang bersangkutan. Ketika
user mengakses form untuk menampilkan list data tertentu, maka
form akan mengeksekusi (load) query. Setelah itu, query
dieksekusi dengan melalui entity yang bersangkutan, ke dalam
database. Hasilnya sendiri diorganisir dan ditampilkan oleh
component data grid, data ditampilkan sesuai dengan parameter
yang diinginkan.
Form-form yang dibuat sebelumnya berisikan method-method
yang dibutuhkan untuk pengorganisasian data. Mulai dari
pengeksekusian query, penanganan relasi antar tabel, menangkap
dan menahan hasil query, serta menyalurkannya ke bagian
presentation tier, yang dalam hal ini adalah file-file berekstensi
.frm dan frx .
Gambar 4.40: Contoh penulisan script/coding
142
d. Integrasi Report
Sistem yang penulis kembangkan merupakan sistem yang
memberikan keluaran kepada user berupa report yang berisi data
tertentu yang dipilih oleh user. Untuk pembuatan report, dilakukan
dengan menggunakan perangkat lunak Data Dynamics Active
Report 2.0. Untuk membuat report, penulis melakukan :
a. Membuat koneksi baru ke basis data
Untuk membuat sebuah report dengan data yang diambil dari
basis data, pertama-tama harus dibuat sebuah koneksi ke
basis data yang digunakan. Parameter-parameter yang
dibutuhkan adalah tipe basis data (mysql,oracle, MSSQL, dan
lain-lain), user name, dan password serta nama basis data
yang digunakan.
Gambar 4.41: Database Connection Parameter
Gambar 4.42: Database Connection procedure
143
b. Menentukan query yang akan dijalankan
Setelah membuat koneksi, langkah selanjutnya adalah
menentukan query yang akan dieksekusi. Karena penulis
menggunakan basis data MS SQL, maka query yang dibuat
juga menggunakan MS SQL. Setelah selesai membuat query,
maka akan didapatkan field-field yang sesuai dengan query
tersebut.
Gambar 4.43: Contoh script query
Set rs_masterattrib = cn_masterattrib.Execute("select c.*,(select sum(t.luasbaku) from tb_tahunrsl t inner join tb_subcompartment s on(t.id_sub=s.id_sub) where s.id_comp=c.id_comp) as AreaCompartment,(select COUNT(*) from tb_subcompartment where id_comp=c.id_comp GROUP by id_comp) as NumberOfSubCompartment,(select sum(t.luasbup) from tb_tahunrsl t inner join tb_subcompartment s on(t.id_sub=s.id_sub) where s.id_comp=c.id_comp) as TotalNonProductionArea,(select sum(t.jenmuda_an) from tb_tahunrsl t inner join tb_subcompartment s on(t.id_sub=s.id_sub) where s.id_comp=c.id_comp) as TotalYoungerForestArea,(select sum(t.luasteb_an) from tb_tahunrsl t inner join tb_subcompartment s on(t.id_sub=s.id_sub) where s.id_comp=c.id_comp) as TotalHarvestArea from tb_tahunrsl t inner join tb_subcompartment s on(t.id_sub=s.id_sub) left join tb_compartment c on(s.id_comp = c.id_comp)left join tb_peta p on(p.id_master=c.id_master) where c.id_comp = '" & Text93.text & "' and c.id_master = '" & id_master & "' ")
144
c. Menyusun tampilan report
Setelah mendapatkan field-field yang dibutuhkan, maka
langkah berikutnya adalah menyusun field-field tersebut
sesuai dengan tampilan report yang diinginkan.
Gambar 4.44: Pembuatan tampilan report
d. Melakukan kompilasi report
File report yang telah jadi harus disimpan dalam bentuk file
berekstensi .dsx. Untuk menjalankannya, file tersebut harus
dikompilasi terlebih dahulu menjadi file berekstensi .dsr yang
nantinya akan dijalankan oleh sistem.
145
Gambar 4.45: Melakukan kompilasi report
e. Mengintegrasikan report dengan sistem yang ada.
Pengintegrasian report dengan sistem yang ada dilakukan
dengan penulisan coding di form dan button yang akan
menjalankan perintah report.
Gambar 4.46: Mengintegrasikan report dengan sistem
146
4.7 Pengujian
Setelah selesai melakukan pengembangan, maka aplikasi ini harus
diuji coba yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana aplikasi ini dapat
bekerja dengan baik dan apakah aplikasi ini dapat memenuhi tujuan yang
ingin diperoleh sebelum diserahkan kepada end user. Pengujian dilakukan
dalam 2 (dua) tahap yaitu pengujian mandiri yang dilakukan oleh penulis
sekaligus pengembang aplikasi, dan pengujian lapangan yang dilakukan
oleh calon pemakai aplikasi ini.
Sedangkan untuk pengujian yang dilakukan oleh calon pengguna
aplikasi dilakukan dengan 2 metode yaitu white box dan black box.
4.7.1 Pengujian Mandiri
Pada tahap ini, penulis melakukan uji coba terhadap sistem
yang telah dikembangkan Pada pengujian mandiri yang dilakukan
oleh penulis, penguji melakukan pengujian dengan metode white
box yang hanya mengujikan fungsionalitas dari sistem dengan hasil
sebagai berikut :
Tabel 4.2. Hasil pengujian mandiri
No Modul Prasyarat Hasil yang diharapkan Hasil 1 Login Login sebagai
actor Dapat masuk kedalam sistem
OK
2 Tambah data Login sebagai admin, data sudah ada di database
Dapat menambahkan Data OK
3 Survey Data Atribut
Data sudah ada di database
Menampilkan hasil pencarian yang sesuai dengan kata kunci dan atribut yang dipilih
OK
4 Survery Data Login sebagai Menampilkan hasil OK
147
148
Spasial admin, Data sudah ada dalam database
pencarian yang sesuai dengan kata kunci dan daerah yang dipilih
5 Ubah Data Login Login sebagai admin, Data sudah ada dalam database
Dapat mengubah data sesuai dengan kunci dari atribut yang akan diubah
OK
6 Hapus Data Login sebagai admin, data sudah ada di database
Dapat menghapus data sesuai dengan kunci dari atribut yang akan dihapus
OK
7 Statistic Query
Login sebagai admin, data sudah ada di database
Dapat melakukan perhitungan statistic dasar dan perhitungan etat.
OK
4.7.2 Pengujian Lapangan
Pada tahap ini, pengujian dilakukan dengan 2 (dua) metode
pengujian yaitu white box dan black box. Penulis meminta 3 (tiga)
orang responden untuk melakukan uji coba terhadap aplikasi ini.
Responden yang dipilih terdiri atas 1 (satu) orang bagian admin
SISH-PDE, 2 (dua) orang dari forester. Secara ringkas, hasil
pengujian yang di dapatkan adalah sebagai berikut :
Tabel 4.3. Pengujian Lapangan
No Pengujian Penilaian
A. Pengujian Black Box 1. Fitur aplikasi secara keseluruhan Baik 2. Fitur untuk Admin Baik 3. Fitur untuk forester Baik 4. Fitur untuk user Baik 5. Tampilan Aplikasi Baik B. Pengujian White Box 1. Kestabilan Aplikasi Baik 2. Keamanan Aplikasi Baik 3. Kesesuaian dengan Kebutuhan Baik
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Perancangan Sistem Inventarisasi Hutan Berbasis Sistem Informasi
Geografis di Kawasan Hutan Akasia Parung Panjang, KPH Bogor ini setidaknya
dapat mengurangi permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan sistem
informasi dan distribusi data inventarisasi hutan yang dialami oleh perum
perhutani.
Setelah melakukan serangkaian penelitian, seperti yang tertera pada bab III
dan Bab IV, pada bab ini penulis menguraikan kesimpulan yang dapat ditarik dari
rangkaian penelitian tersebut Penulis juga memberikan saran yang akan
bermanfaat bagi pihak-pihak yang akan melanjutkan pengembangan penelitian ini.
5.1. Kesimpulan
Dari penelitian dan tulisan yang telah penulis uraikan, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Aplikasi yang dikembangkan ini dapat memudahkan pihak perum
perhutani dalam mengumpulkan dan mengorganisir data hasil
inventarisasi hutan, dapat memudahkan forester dalam melakukan
pendataan inventarisasi hutan, serta memudahkan mereka dalam
mengakses data inventarisasi yang ada. Hal ini dapat dilihat dari
respon yang diberikan oleh responden pada lampiran pengujian
lapangan.
149
150
2. Perancangan Sistem Inventarisasi Hutan Berbasis Sistem Informasi
Geografis dapat dilaksanakan sesuai dengan analisis dan
perancangan yang telah dilakukan, sesuai dengan kebutuhan
penggunanya. Hal ini dapat dibuktikan dengan mengacu kepada hasil
dari pengujian lapangan yang penulis lakukan yang dapat dilihat
pada sub bab 4.5.2.
3. Proses integrasi report, yang dibuat dengan menggunakan Active
Report 2.0, dan Visual basic 6.0. Mengenai report dan integrasinya
dapat dilihat pada sub bab 4.4.2. pada point (d).
5.2. Saran
Aplikasi ini tentu saja masih belum sempurna. Masih banyak hal yang
dapat dilakukan untuk mengembangkan aplikasi ini agar menjadi lebih baik
lagi, antara lain :
1. Pengembangan juga dapat dilakukan dengan melakukan integrasi
antara aplikasi ini dengan aplikasi-aplikasi lainnya yang dimiliki
oleh Perum Perhutani sehingga dapat menjadi satu kesatuan sistem
yang lebih kompleks.
2. Selain di KPH Bogor, aplikasi ini dapat juga diterapkan di KPH-
KPH lainnya. Pengembangan juga dapat dilakukan dengan
menambahkan data kelas perusahaan lainnya, karena setiap kelas
perusahaan mempunyai karakteristik data yang berbeda.
Lampiran A-1 (Wawancara dengan Forester)
Hari / Tanggal : Rabu, 12 Agustus 2009
Tempat : RPH Tenjo Bogor
Pertanyaan :
1. Bagaimana prosedur pengolahan data inventarisasi hutan yang dilakukan oleh
perum perhutani ?
2. Bagaimana proses inventarisasi hutan yang dilakukan oleh perum perhutani ?
3. Masalah apa saja yang sering terjadi dalam proses tersebut ?
4. Langkah – langkah apa saja yang dilakukan dalam mengatasi masalah –
masalah tersebut ?
Jawaban :
1. Prosedur pengolahan data nya adalah sebagai berikut BKPH (bagian Kesatuan
Pemangkuan Hutan) melakukan Ground Checking yang pelaksanaannya
bekerja sama dengan RPH (Resort Pemangkuan Hutan). Hasil Ground
Checking diberikan kepada KPH (Kesatuan Pemangkuan Hutan) oleh BKPH,
Data diberikan kepada SPH dan diolah menjadi peta batas wilayah. Peta batas
wilayah di distribusikan kepada KPH. KPH yang telah mendapatkan data peta
batas wilayah memberikan data peta wilayah tersebut kepada BKPH, proses
selanjutnya yaitu pembuatan dokumen narasi dari peta batas wilayah. dan
melakukan pendistribusian kepada RPH. Setelah itu adalah proses pembuatan
peta batas wilayah. Peta batas wilayah yang dibuat oleh pihak RPH
merupakan acuan untuk melakukan inventarisasi hutan atau risalah hutan
terhadap area kerja masing-masing RPH.
Inventarisasi hutan dilakukan oleh RPH dengan menggunakan pencatatan
melalui form tally sheet secara manual yang kemudian dikirimkankan kepada
BKPH. Hasil risalah hutan yang didapatkan oleh SPH kemudian diolah dan
dimasukan ke database inventarisasi hutan melalui aplikasi SISDH-PDE. Data
hasil pengolahan yang telah dibuat menjadi RPKH kemudian di distribusikan
kepada masing KPH, BKPH dan RPH.
2. Dilakukannya Ground checking untuk lengkapnya ada di buku pedoman
inventarisasi hutan.
3. Masalah yang sering terjadi dalam proses inverntarisasi data adalah
keterlambatan data, redudansi data, ketidak sinkronan antar data yang ada, dan
lain sebagainya, lebih utamanya data batas wilayah karena data atribut lainnya
kami yang mengukur dan mencatat.
4. Sampai saat ini cara yang paling sering dilakukan biasanya semua forester di
RPH dan BKPH mempunyai data cadangan untuk diserahkan kepada SPH
akan tetapi yang jadi permasalahan kadang- kadang kami juga lupa untuk
membuat data cadangan tersebut.
Lampiran A-2 (Wawancara dengan Kepada SPH I Bogor)
Hari / Tanggal : Jum’at 19 Juni 2009
Tempat : Seksi Perencanaan Hutan I, Bogor, Jl. Siliwangi No. 19,
Bogor 16142
Pertanyaan :
1. Bagaimana sejarah perum perhutani ?
2. Apa fungsi dan tugas perum perhutani ?
3. Apakah proses pengolahan data inventarisasi hutan telah berjalan dengan baik ?
4. Masalah apa yang sering terjadi dalam proses tersebut ? dan langkah
permecahan masalah apa yang dilakukan dalam mengatasi permasalahan
tersebut ?
5. Bagaimana keadan hutan akasia parung panjang ?
6. Bagaimana struktur organisasi perum perhutani ?
Jawaban :
1. Perum Perhutani menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada tahun
1972 berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 15 tahun 1972 dengan
wilayah kerja pada awalnya kawasan hutan negara di Jawa Tengah dan Jawa
Timur. Berdasarkan PP nomor 2 tahun 1978, kawasan wilayah kerjanya
diperluas sampai kawasan hutan negara di provinsi Jawa Barat. Untuk lebih
lengkapnya bisa dilihat di websitenya. Di www.perumperhutani.com
2. eru, perhutani in berupa BUMN maka tujuannyaa dalah memupuk
keuntungan. Dan menyelenggarakan pengelolaan hutan , lebih detail bisa dilihat di
website nya juga
Ya karena p
3. Bisa dikatakan cukup baik, walaupun masih ada yang perlu diperbaiki, sebagai
contoh redudansi data yang tidak perlu.
4. Seperti yang saya bilang tadi, masalah utama adalah redudansi data yang
mengakibatkan pengolahan data menjadi terhambat. Langkah yang paling baik kami
lakukan saat ini adalah menyuruh pihak RPH dan BKPH untuk melakukan cek ulang
terhadap data yang akan diberikan kepada kami.
5. Keadaan hutan akasia selengkapnya bisa dilihat di buku rencana pengaturan
kelestarian hutan kelas perusahaan acacia mangium yang akan saya berikan
kopiannya nanti.
6. Kalau struktur organisasi saya tidak hapal jadi, bisa dilihat di gambar yang ada di
depan atau di websitenya juga ada.
Lampiran A-3 (Wawancara dengan Administrator SISDH-PDE)
Hari / Tanggal : Jum’at 19 Juni 2009
Tempat : Seksi Perencanaan Hutan I, Bogor, Jl. Siliwangi No. 19,
Bogor 16142
Pertanyaan :
1. Bagaimana prosedur pengolahan data inventarisasi hutan ?
2. Masalah apa yang sering terjadi dan langkah apa yang dilakukan untuk
mengatasinya ?
3. Bagaimana bentuk (format) penyimpanan data yang ada di perum perhutani ?
dan Software apa yang dipunyai (dipakai) oleh perum perhutani ?
4. Bagaimana bentuk sistem yang diinginkan agar memperlancar proses tersebut ?
5. Input dan Output apa yang diharapkan dapat dicapai oleh sistem ?
6. User siapa saja yang akan menggunakan sistem ini ?
Jawaban :
1. Prosedurnya adalah forester melakukan ground checking yang hasilnya
dikirimkan ke kami untuk dibuat peta batas wilayah, setelah itu dilakukan lah
pembuatan dokumen narasi dan setelahnya adalah inventarisasi hutan yang
dilakukan RPH. Data yang dikirimkan dir ph kami olah dengan aplikasi SISDH-
PDE. Setelah menjadi RPKH kami mendistribusikannya kepada KPH,BKPH dan
RPH.
2. Masalah yang sering terjadi dalam proses inverntarisasi data adalah
keterlambatan data, redudansi data, ketidak sinkronan antar data yang ada, dan
lain sebagainya, lebih utamanya data batas wilayah karena data atribut lainnya
kami yang mengukur dan mencatat.
3. Bentuk penyimpanan data biasanya dilakukan dengan hardcopy maupun
softcopy. Data softcopy biasanya adalah excel, .dbase, .dbf dan database dari
aplikasi SISDH-PDE. Kami juga puny license untuk MS SQL server 2000,
Windows XP, Visual Basic 6, Visual Fox Pro, dan lainnya
4. Bentuk sistem yang diinginkan kalo bisa client server tapi berbasis desktop,
sehingga forester dapat langsung memasukan data nya sesuai dengan wilayah
kerja.
5. Input data yang sinkron antara data spasial dan data atribut, serta outputnya
adalah bahan acuan untuk penyusunan RPKH.
6. Biasanya user yang diharapkan untuk melakukan inputan data adalah saya
sebagai admin, forester dan pihak ketiga yang hanya bisa melihat data tanpa bisa
melakukan manipulasi terhadap data tersebut.