perancangan penilaian kinerja dengan menggunakan

28
1 Perancangan Penilaian Kinerja dengan Menggunakan Pendekatan Balanced Scorecard pada Institusi Pendidikan (Studi Kasus di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Lawang Oleh: Kartika Wulandari Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya Email: [email protected] Dosen Pembimbing: Noval Adib, SE., MSi., Ph.D., Ak., CA. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan rancangan penilaian kinerja pada institusi pendidikan dengan menggunakan pendekatan Balanced Scorecard. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan wawancara semi terstruktur. Analisis dilakukan dengan membandingkan pelaksanaan manajemen berbasis sekolah pada SMAN 1 Lawang dengan teori mengenai Balanced Scorecard untuk menentukan sasaran strategis dan indikator kinerja yang relevan dalam rancangan penilaian kinerja SMAN 1 Lawang dengan menggunakan pendekatan Balanced Scorecard. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sasaran strategis dari perspektif pelanggan adalah menciptakan kepuasan peserta didik sebagai pelanggan utama sekolah. Sasaran strategis dari perspektif keuangan adalah mewujudkan penggalangan dana yang memadai, melaksanaan anggaran dengan efektif, dan melaksanakan anggaran dengan efisien. Sasaran strategis dari perspektif proses internal adalah mendapatkan pemahaman atas peserta didik, melakukan inovasi, melaksanakan proses operasi dengan efektif, dan menjalin kerja sama kemitraan dengan perusahaan. Sasaran strategis dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah memenuhi kebutuhan keterampilan sumber daya manusia di posisi strategis, mengukur pelatihan sumber daya manusia, serta mengukur kepuasan karyawan dan keselarasan motivasi SDM dengan visi sekolah. Kata kunci:perancangan pengukuran kinerja, Balanced Scorecard, institusi pendidikan

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perancangan Penilaian Kinerja dengan Menggunakan

1

Perancangan Penilaian Kinerja dengan Menggunakan Pendekatan Balanced Scorecard

pada Institusi Pendidikan

(Studi Kasus di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Lawang

Oleh:

Kartika Wulandari

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya

Email: [email protected]

Dosen Pembimbing:

Noval Adib, SE., MSi., Ph.D., Ak., CA.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan rancangan penilaian kinerja pada institusi

pendidikan dengan menggunakan pendekatan Balanced Scorecard. Jenis penelitian ini adalah

penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data penelitian dilakukan

dengan wawancara semi terstruktur. Analisis dilakukan dengan membandingkan pelaksanaan

manajemen berbasis sekolah pada SMAN 1 Lawang dengan teori mengenai Balanced Scorecard

untuk menentukan sasaran strategis dan indikator kinerja yang relevan dalam rancangan penilaian

kinerja SMAN 1 Lawang dengan menggunakan pendekatan Balanced Scorecard.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sasaran strategis dari perspektif pelanggan adalah

menciptakan kepuasan peserta didik sebagai pelanggan utama sekolah. Sasaran strategis dari

perspektif keuangan adalah mewujudkan penggalangan dana yang memadai, melaksanaan

anggaran dengan efektif, dan melaksanakan anggaran dengan efisien. Sasaran strategis dari

perspektif proses internal adalah mendapatkan pemahaman atas peserta didik, melakukan inovasi,

melaksanakan proses operasi dengan efektif, dan menjalin kerja sama kemitraan dengan

perusahaan. Sasaran strategis dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah memenuhi

kebutuhan keterampilan sumber daya manusia di posisi strategis, mengukur pelatihan sumber

daya manusia, serta mengukur kepuasan karyawan dan keselarasan motivasi SDM dengan visi

sekolah.

Kata kunci:perancangan pengukuran kinerja, Balanced Scorecard, institusi pendidikan

Page 2: Perancangan Penilaian Kinerja dengan Menggunakan

2

PENDAHULUAN

Latar Belakang Penelitian

Pendidikan nasional merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas bangsa Indonesia.

Telah menjadi keyakinan semua bangsa di dunia bahwa pendidikan mempunyai peran yang

sangat besar dalam kemajuan bangsa. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, antara

lain penyempurnaan kurikulum, pengadaan bahan ajar, peningkatan kompetensi guru dan tenaga

kependidikan, peningkatan manajemen pendidikan, serta pengadaan fasilitas pendidikan. Upaya

peningkatan manajemen pendidikan melalui pendekatan pemberdayaan sekolah dalam rangka

mengelola institusi pendidikan telah dilakukan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia baik sebelum otonomi daerah maupun sesudah otonomi daerah. Pada era

otonomi daerah, muncul program pemberdayaan sekolah melalui Manajemen Berbasis Sekolah.

Pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 51,

disebutkan bahwa pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip

Manajemen Berbasis Sekolah/madrasah. Kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah merupakan

salah satu bentuk desentralisasi pengelolaan pendidikan yang dipilih dengan tujuan untuk

memandirikan sekolah dan secara luas dapat meningkatkan mutu pendidikan nasional. Kebijakan

ini diimplementasikan dengan menerapkan pembelajaran yang menyenangkan, manajemen yang

transparan, dan melibatkan peran serta masyarakat.

Mulyasa (2002:20) mengemukakan bahwa hambatan utama dalam pengembangan

pendidikan bukan semata-mata pada aspek keuangan, tapi bertumpu pada aspek manajemen.

Oleh karena itu, dalam memperbaiki mutu pendidikan harus dimulai dari perbaikan manajemen

pendidikan.

Page 3: Perancangan Penilaian Kinerja dengan Menggunakan

3

Adanya berbagai hambatan dalam pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah hendaknya

menjadi perhatian agar ke depan kualitas manajemen sekolah dapat ditingkatkan. Dally (2010:3)

menyatakan bahwa masih banyak sekolah yang belum memahami konsep Manajemen Berbasis

Sekolah. Hal ini dikarenakan adanya potensi sekolah yang tidak merata sehingga mutu

pendidikan yang dihasilkan menjadi bervariasi. Dalam konteks ini perlu diingat bahwa proses

pelaksanaan manajemen pendidikan tidak terlepas dari penilaian kinerja sekolah sebagai institusi

pendidikan

Balanced scorecard merupakan sistem perencanaan manajemen dan penilaian kinerja yang

dikembangkan oleh Kaplan dan Nonton. Balanced Scorecard dipublikasikan pada tahun 1992

dalam Jurnal Harvard Review yang berjudul Balanced Scorecard–Measures that Drive

Performance. Balanced Scorecard tidak hanya menilai kinerja entitas dari aspek keuangan saja,

namun dengan menerjemahkan visi dan strategi entitas ke dalam berbagai tujuan dan ukuran

yang tersusun dalam empat perspektif, yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan,

perspektif proses bisnis internal, serta perspektif pertumbuhan dan pembelajaran.

Dally (2010:90), menyatakan bahwa dengan konsep pengukuran kinerja yang komprehensif,

Balanced Scorecard kini diimplementasikan oleh berbagai organisasi kelas dunia sebagai sistem

manajemen strategis dan bahkan sebagai sarana pemandu serta pendorong proses perubahan

manajemen dan kultur organisasi termasuk pada implementasi Manajemen Berbasis Sekolah.

Pendekatan Balanced Scorecard sangat baik untuk diterapkan dalam Manajemen Berbasis

Sekolah.

Narwidi (2011) telah melakukan penelitian untuk mengukur efektivitas manajemen sekolah

dengan menggunakan konsep Balanced Scorecard pada sekolah-sekolah SMA di Kabupaten

Indramayu. Yulianto (2008) melakukan penelitian dengan judul Perancangan Balanced

Scorecard pada Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama. Berdasar penelitian yang

dilakukan oleh Narwidi (2011) dan Yulianto (2008) tersebut, peneliti tertarik melakukan

replikasi penelitian untuk merancang penilaian kinerja instansi pendidikan sebagai pelaksana

Manajemen Berbasis Sekolah. Terdapat beberapa perbedaan dari kedua penelitian yang dijadikan

acuan dalam penelitian ini.

Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Narwidi (2011)

adalah penggunaan Balanced Scorecard dalam proses penilaian kinerja instansi pendidikan dan

objek penelitian yang sama-sama merupakan satuan pendidikan terkecil, yaitu sekolah.

Page 4: Perancangan Penilaian Kinerja dengan Menggunakan

4

Perbedaannya adalah penggunaan metode penelitian di mana Narwidi (2011) menggunakan

metode kuantitatif, sedangkan penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan

studi kasus.

Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Yulianto (2008)

adalah penelitian ini sama-sama merancang penilaian kinerja dari instansi pendidikan dengan

menggunakan pendekatan Balanced Scorecard dan pendekatan penelitian yang digunakan adalah

penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Perbedaannya adalah objek penelitian dari

penelitian yang dilakukan oleh Yulianto adalah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah

Pertama, sedangkan objek peneltian dari penelitian ini adalah satuan pendidikan terkecil, yaitu

sekolah.

Lokasi yang merupakan objek penelitian ini adalah Sekolah Menengah Atas Negeri 1

Lawang (SMAN 1 Lawang). SMAN 1 Lawang merupakan salah satu sekolah menengah atas

negeri yang berada di Kabupaten Malang. Peneliti memilih SMA Negeri 1 Lawang sebagai objek

penelitian karena SMAN 1 Lawang merupakan sekolah menengah atas negeri di Kabupaten

Malang yang pertama kali mendapat peringkat akreditasi A di Kabupaten Malang dengan nilai

tertinggi pada tahun 2009, yaitu tahun pertama dilaksanakannya penilaian akreditasi sekolah

dengan kriteria 8 standar nasional pendidikan (http://www.ban-sm.or.id/provinsi/jawa-

timur/akreditasi diakses 16 Februari 2014). SMAN 1 Lawang mendapat nilai 95 dari rentang

nilai 0-100.

Perolehan nilai akreditasi tersebut menunjukkan pencapaian SMAN 1 Lawang dalam

pemenuhan standar nasional pendidikan. Berdasar hasil wawancara awal dengan Kepala Sekolah

SMAN 1 Lawang, saat ini SMAN 1 Lawang menggunakan 2 jenis penilaian kinerja. Penilaian

kinerja yang digunakan tersebut adalah penilaian kinerja eksternal oleh Badan Akreditasi

Nasional dengan kriteria penilaian berdasar 8 standar nasional pendidikan dan penilaian kinerja

internal yaitu penilaian rutin internal sekolah dengan indikator perolehan nilai ujian akhir

bersama dengan seluruh SMA negeri di Kabupaten Malang. Kepala Sekolah SMAN 1 Lawang

mengatakan:

Terdapat dua hal dalam penilaian kinerja, yaitu secara internal dan eksternal.

Secara internal dilakukan sesuai dengan pelaksanaan ujian yaitu Ujian Akhir

Sekolah di akhir semester satu dan Ujian Kenailan Sekolah di akhir semester dua.

Pelaksanaan UAS dan UKK dilakukan sesuai dengan standar Dinas Pendidikan

Page 5: Perancangan Penilaian Kinerja dengan Menggunakan

5

Kabupaten Malang sehingga tolak ukur kinerja sekolah didasarkan pada hasil

perolehan nilai tersebut, agar dapat dibandingkan dengan SMA lain di Kabupaten

Malang. Setelah ujian, sekolah akan menerima nilai hasil ujian tersebut. Nilai

tersebut yang akan dijadikan bahan evaluasi. Nilai tersebut juga memperlihatkan

peringkat sekolah berdasar perolehan nilai ujian. Untuk penilaian kinerja

eksternal, dilakukan oleh Badan Akreditasi Nasional tiap lima tahun sekali. Yang

dinilai adalah delapan standar pendidikan.

Rencana kerja di SMAN 1 Lawang mengacu pada pemenuhi kedelapan Standar Nasional

Pendidikan. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Sekolah SMAN 1 Lawang:

RKAS (Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah) memuat seluruh bidang di

sekolah. Seperti kalau di akreditasi ada delapan standar, itulah yang dikelola. Jadi

kita membuat program harus mengacu pada pencapaian standar SNP, yaitu

Standar Nasional Pendidikan.

Berdasar kondisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa penilaian kinerja pada SMAN 1

Lawang belum terintegrasi dari setiap komponen manajemen sekolah sehingga belum dapat

diidentifikasi keterkaitan dari setiap strategi yang dilaksanakan oleh SMAN 1 Lawang dalam

proses pencapaian visi sekolah. Sehubungan dengan kondisi tersebut, peneliti tertarik untuk

merancang penilaian kinerja dengan menggunakan konsep Balanced Scorecard pada SMAN 1

Lawang. Rancangan penilaian kinerja tersebut menyesuaikan kondisi yang ada pada pelaksanaan

Manajemen Berbasis Sekolah pada SMAN 1 Lawang. Perancangan penilaian kinerja ini akan

dilakukan secara komprehensif dengan memasukkan komponen keuangan dan nonkeuangan

sehingga dapat mengukur kinerja sekolah secara menyeluruh. Atas dasar permasalahan tersebut,

penulis mengambil judul penelitian “Perancangan Penilaian Kinerja dengan Menggunakan

Pendekatan Balanced Scorecard pada Institusi Pendidikan (Studi Kasus di Sekolah

Menengah Atas Negeri 1 Lawang)”

Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, dapat dirumuskan permasalahan

yang menjadi bahasan penelitian ini, yaitu bagaimanakah perancangan penilaian kinerja pada

institusi pendidikan dengan menggunakan pendekatan empat perspektif Balanced Scorecard,

yaitu:

Page 6: Perancangan Penilaian Kinerja dengan Menggunakan

6

1. Perspektif pelanggan

2. Perspektif keuangan

3. Perspektif proses internal

4. Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran

TINJAUAN PUSTAKA

Penilaian Kinerja

Mardiasmo (2009:121) menyatakan bahwa sistem pengukuran kinerja sektor publik

merupakan sistem yang digunakan oleh manajemen untuk melakukan penilaian atas kinerja

instansi melalui berbagai ukuran yang ditentukan, baik secara finansial maupun nonfinansial.

Pengukuran kinerja sektor publik dilaksanakan dengan tiga tujuan, yaitu:

Pengukuran kinerja dapat meningkatkan efektivitas pelaksanaan aktivitas instansi. Hal ini

disebabkan pengukuran kinerja mambantu instansi untuk berfokus pada tujuan dan sasaran

yang telah ditetapkan.

Pengukuran kinerja dapat digunakan sebagai alat bantu dalam mengalokasikan sumber daya

ke setiap unit kerja.

Pengukuran kinerja digunakan sebagai alat pertanggungjawaban instansi.

Pengukuran kinerja dimanfaatkan manajemen untuk berbagai tujuan. Mulyadi (2001:50)

menjabarkan tujuan dari pengukuran kinerja adalah agar organisasi dapat dikelola dengan efektif

dan efisien melalui upaya pemotivasian personel, membantu manajemen dalam proses

pengambilan keputusan yang berhubungan dengan karyawan, mengidentifikasi kebutuhan

pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi

program pelatihan karyawan, menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana

atasan mereka menilai mereka, dan menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.

Manajemen Berbasis Sekolah

Kebijakan desentralisasi pendidikan diharapkan mampu memperbaiki kualitas pendidikan.

Untuk dapat merealisasikan cita-cita tersebut, maka diperlukan sistem pengelolaan pendidikan

dalam tataran paling bawah, yaitu Manajemen Berbasis Sekolah.

Manajemen Berbasis Sekolah merupakan sistem pengelolaan sekolah di mana sekolah diberi

wewenang untuk mendorong sekolah dalam mengambil keputusan dengan melibatkan partisipasi

Page 7: Perancangan Penilaian Kinerja dengan Menggunakan

7

seluruh warga sekolah sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat,

provinsi, kabupaten, dan kota. Manajemen Berbasis Sekolah merupakan bentuk desentralisasi

pendidikan yang inovatif. Hafid (2011) menyatakan bahwa Manajemen Berbasis Sekolah perlu

diterapkan dalam dunia pendidikan di Indonesia. Adapun hal-hal yang mendukung pernyataan

tersebut antara lain sebagai berikut:

1 Manajemen berbasis pusat memiliki banyak kelemahan karena kebijakan yang ditetapkan

terkadang tidak sesuai dengan kebutuhan sekolah dan adanya prosedur administratif yang

tinggi menyebabkan kelambanan dalam penyelesaian masalah di sekolah

2 Sekolah lebih memahami kondisi yang ada pada lingkup sekolah. Oleh karena itu, sekolah

merupakan unit yang paling layak untuk menyelesaikan permasalah yang ada di lingkup

internal. Adanya peraturan birokratis juga menghambat kreativitas sekolah.

3 Perubahan di sekolah akan terjadi apabila ada rasa memiliki dari seluruh warga sekolah.

Rasa memiliki tersebut akan tumbuh saat setiap warga sekolah dapat berpartisipasi dalam

penentuan kebijakan sekolah. Rasa memiliki tersebut diharapkan akan membawa warga

sekolah pada peningkatan rasa tanggung jawab

Komponen Manajemen Sekolah

Melalui Manajemen Berbasis Sekolah yang efektif dan efisien, kinerja sekolah diharapkan

mampu mengalami peningkatan sehingga dapat memberikan kontribusi yang menyeluruh

terhadap peningkatan kualitas pendidikan secara luas. Mulyasa (2002) memaparkan konsep

manajemen komponen-komponen sekolah. Terdapat tujuh komponen penting dalam manajemen

berbasis sekolah, yaitu:

1. Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran

2. Manajemen Tenaga Kependidikan

3. Manajemen Kesiswaan

4. Manajemen Keuangan dan Pembiayaan

5. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan

6. Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat

7. Manajemen Layanan Khusus

Page 8: Perancangan Penilaian Kinerja dengan Menggunakan

8

Balanced Scorecard

Konsep Balanced Scorecard

Balanced Scorecard adalah instrumen dalam perencanaan strategis dan sistem manajemen

yang digunakan secara luas dalam bisnis, pemerintah, dan organisasi nonprofit. Mulyadi

(2001:1) menyatakan bahwa Balanced Scorecard terdiri atas dua kata, yaitu kartu skor

(scorecard) dan berimbang (balanced). Kartu skor digunakan untuk merencanakan dan mencatat

skor kinerja karyawan. Selanjutnya, skor hasil kinerja akan dibandingkan dengan skor yang telah

direncanakan atau ditargetkan untuk keperluan evaluasi. Berimbang berarti kinerja diukur secara

seimbang, dari sisi finansial maupun nonfinansial, jangka pendek dan jangka panjang, serta

internal dan eksternal. Tujuan dari penggunaan Balanced Scorecard adalah mengarahkan

aktivitas bisnis ke visi dan strategi organisasi, mengembangkan komunikasi internal dan

eksternal, serta memonitor kinerja organisasi atas tujuan yang telah ditentukan. Konsep Balanced

Scorecard dikembangkan oleh Robert Kaplan dan David Norton pada tahun 1992 sebagai

kerangka pengukuran kinerja dengan menambahkan pengukuran kinerja nonfinansial terhadap

pengukuran kinerja tradisional yang hanya menggunakan ukuran keuangan dengan tujuan untuk

memberikan pandangan “seimbang” atas kinerja perusahaan kepada manajer dan eksekutif.

Balanced Scorecard menggunakan empat pengukuran dalam implementasinya, yaitu:

1 Perspektif keuangan

2 Perspektif pelanggan

3 Perspektif proses internal bisnis

4 Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan

Pada Balanced Scorecard, perspektif keuangan merupakan pengukuran kinerja di masa lalu,

sedangkan perspektif pelanggan, proses internal bisnis, serta pembelajaran dan pertumbuhan

mendorong adanya kinerja di masa mendatang (Kaplan dan Norton, 1996:8).

Balanced Scorecard untuk Organisasi Publik dan Nirlaba

Konsep Balanced Scorecard untuk Organisasi Publik dan Nirlaba

Saat ini organisasi publik dan nirlaba menghadapi tantangan yang lebih tinggi untuk

membawa misi penting mereka. Meningkatnya perhatian publik menyebabkan naiknya

permintaan akan akuntabilitas, transparansi, dan donasi yang digunakan untuk mencapai

kesuksesan, namun masih belum terpenuhi secara maksimal. Seiring berjalannya waktu,

Page 9: Perancangan Penilaian Kinerja dengan Menggunakan

9

peningkatan produktivitas, kinerja, dan implementasi strategi akan ditransformasikan dari sektor

privat ke setiap organisasi sektor publik. Di era globalisasi, organisasi nirlaba turut terpengaruh

oleh arus modernisasi. Pada Balanced Scorecard yang digunakan oleh organisasi privat, semua

pengukuran mengacu pada kinerja keuangan. Meningkatkan nilai saham adalah hal utama yang

diusahakan oleh unit bisnis untuk memenuhi harapan pemangku kepentingan. Hal ini tidak dapat

diterapkan pada organisasi sektor publik. Organisasi sektor publik dibentuk untuk tujuan yang

lebih tinggi. Tidak mudah bagi organisasi sektor publik untuk mencapai tujuan yang ada pada

Balanced Scorecard. Hal ini dikarenakan organisasi tidak memiliki kontrol secara menyeluruh

terhadap misi yang telah ditentukan. Namun hal tersebut tidak membuat organisasi sektor publik

berhenti untuk mencapai misi tersebut. Pada organisasi sektor publik, strategi tetaplah menjadi

inti dari sistem Balanced Scorecard. Strategi merupakan rencana untuk mencapai kesuksesan

dan kerangka yang harus diukur pencapaian kinerjanya. Organisasi sektor publik dan nirlaba

sering mengadapi kesulitan dalam mengelola strategi yang jelas dan ringkas.Strategi merupakan

prioritas yang harus dikejar untuk meraih misi. Prioritas tersebut haruslah konsisten dengan

situasi yang ada dan cocok dalam usaha merespon adanya tantangan dan kesempatan. Sekali

organisasi mengembangkan strategi, Balanced Scorecard akan menjadi instrumen untuk

implementasi strategi yang efektif (Niven, 2008:34).

Perbedaan Konsep Balanced Scorecard pada Organisasi Sektor Privat dan Organisasi

Nirlaba

Perbedaan utama antara Balanced Scorecard yang digunakan pada organisasi privat dengan

organisasi sektor publik adalah peletakan misi di puncak kerangka kerja. Selanjutnya, yang

berada di bawah pernyataan misi adalah perspektif pelanggan, bukan perspektif keuangan.

Pencapaian misi tidak harus bersamaan dengan tanggung jawab keuangan, namun organisasi

harus menentukan siapa yang menjadi tujuan dari pelayanan dan bagaimana permintaan mereka

dapat terpenuhi (Niven, 2008:33-34). Hal ini disebabkan karena visi pada organisasi nirlaba pada

umumnya berkenaan dengan pemenuhan layanan kepada pelanggan, bukan pemenuhan target

finansial dari organisasi. Dalam Panduan Pengelolaan Kinerja Berbasis Balanced Scorecard di

Lingkungan Kementerian Keuangan, disebutkan bahwa organisasi perlu untuk mencari kata

kunci yang terdapat pada visi dan misi. Kata kunci tersebut diterjemahkan dalam sejumlah

sasaran strategis. Sasaran strategis merupakan sasaran-sasaran yang bersifat penting dan

Page 10: Perancangan Penilaian Kinerja dengan Menggunakan

10

memperoleh prioritas tinggi dari jajaran manajemen. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat

disimpulkan bahwa sasaran strategis dari keempat perspektif pada Balanced Scorecard

merupakan turunan dari visi dan misi organisasi.

Kaplan (1999) menyatakan bahwa perspektif keuangan pada organisasi nirlaba tidak

dapat dijadikan sasaran strategis, namun sekedar sebagai pembatas dalam pelaksanaan aktivitas

keuangan. Kesuksesan organisasi nirlaba tidak dapat diukur dari seberapa jauh anggaran terserap

atau seberapa kecil pengeluaran yang dilakukan. Bagi organisasi nirlaba, perspektif keuangan

bukanlah indikator yang relevan untuk mengukur pencapaian pelaksanaan aktivitas organisasi.

Perspektif Balanced Scorecard pada Organisasi Sektor Publik

Perspektif Pelanggan

Organisasi sektor publik memberi perhatian lebih pada pelanggan dan berusaha untuk

memenuhi kebutuhan pelanggan untuk dapat mencapai misi organisasi. Manajemen organisasi

sektor publik harus mengidentifikasi apa yang diinginkan dan diharapkan oleh pelanggan. Niven

(2008:167) menyatakan bahwa pelanggan adalah orang atau kelompok yang secara langsung

menerima manfaat dari layanan yang diberikan oleh organisasi. Terdapat banyak pihak yang

kemungkinan akan mendapat manfaat secara tidak langsung dari layanan yang diberikan oleh

organisasi. Namun dalam perspektif pelanggan, organisasi memiliki tugas untuk menentukan

pihak yang merupakan pelanggan dan mendapat layanan langsung dari organisasi.

Perspektif Keuangan

Organisasi sektor publik dan nirlaba perlu untuk melakukan pengelolaan keuangan yang

efektif. Organisasi sektor publik memiliki suber daya keuangan yang terbatas untuk dapat

memberikan pelayanan publik kepada masyarakat. Niven (2008:34) menyatakan bahwa

meskipun organisasi sektor publik merupakan organisasi yang tidak berorientasi pada laba,

namun keberadaan perspektif keuangan pada Balanced Scorecard untuk organisasi nonpublik

tetaplah penting. Tidak ada organisasi yang dapat beroperasi dengan sukses dan memenuhi

permintaan pelanggan tanpa sumber daya keuangan.

Page 11: Perancangan Penilaian Kinerja dengan Menggunakan

11

Perspektif Proses Internal

Perspektif proses internal merupakan suatu aspek transisi yang penting pada Balanced

Scorecard. Pada perspektif pelanggan, organisasi berfokus pada apa yang diinginkan oleh

pelanggan dan apa proposisi nilai yang dapat diberikan oleh organisasi secara efektif dan efisien.

Perspektif proses internal menjawab pertanyaan tersebut dengan memberikan cara untuk

memenuhi keinginan pelanggan.

Setiap organisasi memiliki keunikan dan kombinasi proses yang berbeda. Terdapat beberapa

proses inti yang harus dipertimbangkan ketika mengembangkan tujuan dari perspektif proses

internal. Niven (2008:173) mengemukakan beberapa proses inti tersebut, yaitu:

1. Memahami pelanggan

2. Berinovasi secara konstan

3. Proses operasi

4. Menawarkan kualitas layanan

5. Kemitraan untuk kesuksesan

Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Pengukuran perspektif pembelajaran dan pertumbuhan merepresentasikan faktor-faktor yang

memungkinkan adanya proses yang efisien dan mengarah pada peningkatan kualitas layanan

kepada pelanggan.

Keterampilan karyawan merupakan aspek penting yang mencakup keseluruhan organisasi

sehingga organisasi perlu untuk mengembangkan program pelatihan karyawan secara terus

menerus. Aspek yang dapat membawa organisasi untuk mencapai misinya adalah hasil dari

pelatihan karyawan, bukan hanya sekedar kehadiran karyawan pada pelatihan. Oleh karena itu,

diperlukan adanya keseimbangan antara partisipasi pelatihan dengan hasil pelatihan. Untuk itu

diperlukan adanya evaluasi dan pengukuran yang akurat atas pelaksanaan pelatihan karyawan

(Niven, 2008:181). Selain itu, ssisi psikologis karyawan juga merupakan aset tidak berwujud

bagi organisasi. motivasi, pemberdayaan, dan pengarahan. Adanya kapabilitas personel yang

baik akan memicu kinerja dengan tujuan yang terbaik untuk organisasi. Pengukuran atas dimensi

motivasi, pemberdayaan, dan pengarahan dapat dilakukan dengan cara mengukur saran yang

diberikan oleh karyawan kepada perusahaan, perbaikan dan peningkatan kinerja karyawan, dan

keterbatasan individu dalam organisasi (Niven, 2008:184).

Page 12: Perancangan Penilaian Kinerja dengan Menggunakan

12

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksut untuk memahami fenomena pada objek

penelitian dengan kata-kata secara menyeluruh dan deskriptif (Moleong, 2006:6). Metode

penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi obyek

alamiah (Sugiyono, 2012:14).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus di mana peneliti berusaha

untuk merancang penilaian kinerja pada SMA Negeri 1 Lawang dengan menggunakan

pendekatan Balanced Scorecard setelah mendapatkan data yang memadai mengenai pelaksanaan

manajemen sekolah di SMAN 1 Lawang. Cresswell (1998) dalam Herdiansyah (2010:76)

menyatakan bahwa studi kasus adalah model penelitian yang menekankan pada penelaahan suatu

sistem mengenai suatu fenomena secara mendetail melalui penggalian beragam sumber

informasi.

Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

Sumber data dibedakan atas sumber data primer dan sumber data sekunder. Penelitian ini

menggunakan sumber data primer. Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti

secara langsung dari sumber datanya di lokasi penelitian. Teknik pengumpulan data primer dapat

berupa observasi, wawancara, kuesioner, atau dokumentasi (Sugiyono, 2012:402). Penelitian ini

menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu:

1. Wawancara semi terstruktur

Sugiyono (2012:413) menyatakan bahwa wawancara semi terstruktur adalah jenis

wawancara yang memungkinkan peneliti untuk mengembangkan pertanyaan-pertanyaan lain

atas jawaban informan selain dari panduan wawancara.

Penentuan informan wawancara dilakukan secara purposive sampling. Metode tersebut

merupakan pemilihan informan dengan pertimbangan tertentu yang disesuaikan dengan data

apa yang diperlukan (Sugiyono, 2012:14). Peneliti memilih informan yang dianggap

memiliki pengetahuan yang memadai terhadap objek penelitian. Penentuan informan diawali

dengan mempelajari struktur organisasi dari SMA Negeri 1 Lawang dan penelusuran

informasi mengenai pihak-pihak yang memiliki informasi relevan untuk mendapatkan

Page 13: Perancangan Penilaian Kinerja dengan Menggunakan

13

informasi sesuai dengan masalah penelitian. Berdasarkan konsep tersebut, maka pihak yang

ditentukan untuk menjadi informan penelitian adalah kepala sekolah, komite sekolah,

kepala tata usaha, bendahara sekolah, wakil kepala sekolah bidang

kesiswaan, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, wakil kepala sekolah

bidang sarana dan prasarana, wakil kepada sekolah bidang humas,

petugas perpustakaan, dan guru bimbingan dan konseling.

2. Penggunaan dokumen

Dokumen merupakan salah satu sumber data yang berupa catatan, gambar, atau karya.

Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode wawancara dalam penelitian

kualitatif karena penggunaan dokumen dapat meningkatkan kredibilitas hasil wawancara

(Sugiyono, 2012:422).

Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen penelitian. Oleh karena itu,

peneliti harus memvalidasi diri sendiri mengenai seberapa jauh peneliti siap melakukan

penelitian dan terjun ke lapangan. Validasi yang dimaksud meliputi validasi terhadap

pemahaman peneliti atas metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang

yang diteliti, dan kesiapan peneliti memasuki objek penelitian. Ketika peneliti telah merasa

cukup tervalidasi, maka peneliti siap untuk memasuki objek penelitian. Peneliti juga berfungsi

untuk menentukan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan

pengumpulan data, menilai kualitas data, menganalisis data, menafsirkan data, dan membuat

kesimpulan atas temuan (Sugiyono, 2012:399).

Teknik Analisis data

Sugiyono (2012:428) menyatakan bahwa analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan

selama proses penelitian, yaitu:

1. Analisis sebelum pengumpulan data di lapangan

Analisis sebelum pengumpulan data di lapangan dilakukan terhadap penelitian

terdahulu atau data sekunder yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. pada

tahap ini, peneliti melakukan penelaahan terhadap penelitian-penelitian terdahulu yang

berhubungan dengan penerapan Balanced Scorecard di institusi pendidikan, melakukan

Page 14: Perancangan Penilaian Kinerja dengan Menggunakan

14

studi literatur mengenai Manajemen Berbasis Sekolah, dan mempelajari peraturan

perundangan yang beruhubungan dengan Standar Nasional Pendidikan.

2. Analisis saat berada di lokasi penelitian model Miles dan Huberman

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak saat dilakukan pengumpulan

data dan setelah seluruh data terkumpul. Analisis saat berada di lokasi penelitian dilakukan

dengan pengembangan-pengembangan pertanyaan yang tidak terstruktur apabila dirasa

jawaban yang diberikan oleh informan kurang memenuhi kebutuhan data. Miles dan

Huberman (1984) dalam Sugiyono (2012:1984) mengemukakan bahwa terdapat 3 tahap

analisis data, yaitu:

Reduksi data

Penyajian data

Penarikan kesimpulan

Pengujian Kredibilitas Data

Teknik yang digunakan untuk menguji kredibilitas data dalam penelitian ini adalah

triangulasi. Sugiyono (2012:464) menyatakan bahwa triangulasi merupakan pemeriksaan data

dengan membandingkan data dari berbagai sumber, cara, dan waktu. Penelitian ini menggunakan

triangulasi sumber dan teknik.

PEMBAHASAN

Analisis Penerapan Penilaian Kinerja SMAN 1 Lawang

Saat ini SMAN 1 Lawang menggunakan 2 jenis penilaian kinerja, yaitu penilaian kinerja

internal yang menggunakan tolak ukur perolehan nilai dan penilaian kinerja eksternal yang

dilaksanakan oleh Badan Akreditasi Nasional dengan menggunakan tolak ukur Standar Nasional

Pendidikan.

Balanced Scorecard merupakan alat dalam sistem perencanaan strategis yang sekaligus

dapat digunakan sebagai alat pengukuran kinerja organisasi, baik organisasi sektor swasta

maupun sektor publik, termasuk untuk institusi pendidikan. Balanced Scorecard dapat digunakan

sebagai alat dalam penilaian kinerja sekolah yang dapat menunjukkan hubungan sebab akibat

antar aspek-aspek yang saling mempengaruhi di sekolah untuk dapat mencapai visi yang

ditentukan oleh SMAN 1 Lawang.

Page 15: Perancangan Penilaian Kinerja dengan Menggunakan

15

Rancangan Penilaian Kinerja SMAN 1 Lawang dengan Menggunakan Pendekatan

Balanced Scorecard

Perspektif Pelanggan

Perspektif pelanggan dianggap sebagai perspektif yang utama dalam institusi sektor publik.

Tidak seperti organisasi swasta yang menjalankan aktivitas bisnis dengan tujuan memperoleh

laba, institusi pendidikan memiliki tugas untuk memberikan pelayanan pendidikan kepada

masyarakat. Niven (2008:167) menyatakan bahwa pelanggan adalah orang atau kelompok yang

secara langsung mendapat manfaat dari layanan yang diberikan oleh organisasi. Berdasar definisi

tersebut, maka pelanggan dari institusi pendidikan adalah peserta didik karena peserta didik

merupakan pihak yang secara langsung mendapat layanan pendidikan dari institusi pendidikan.

Pengukuran kinerja dari perspektif pelanggan dapat diukur melalui aspek-aspek yang dapat

menunjukkan pencapaian SMAN 1 Lawang untuk dapat memenuhi keinginan peserta didik

untuk menempuh pendidikan di SMAN 1 Lawang. Adapun yang indikator-indikator yang dapat

digunakan untuk menilai pencapaian SMAN 1 Lawang pada perspektif pelanggan adalah:

1. Rata-rata perolehan nilai ujian bersama (UAS dan UKK) dan Ujian Nasional

SMAN 1 Lawang mengikuti ujian akhir semester bersama dengan seluruh SMA negeri

di Kabupaten Malang di mana soal ujian dibuat oleh tim MGMP Kabupaten Malang. Rata-

rata perolehan nilai ujian bersama tersebut merupakan tolak ukur kinerja sekolah dalam

pencapaian posisi prestasi peserta didik di tingkat Kabupaten Malang.

Ujian Nasional merupakan ujian akhir sekolah yang serentak dilaksanakan oleh seluruh

SMA di Indonesia sesuai dengan standar penilaian nasional. Perolehan nilai Ujian Nasional

merupakan indikator yang mengukur kinerja sekolah dalam membentuk kompetensi peserta

didik sesuai dengan standar penilaian nasional.

2. Perolehan prestasi akademik dan nonakademik

Perolehan prestasi peserta didik selain dalam perolehan nilai juga dapat dinilai dengan

prestasi yang diperoleh dengan menjuarai kompetisi yang bersifat akademik dan

nonakademik. Kompetisi yang bersifat akademik yaitu Olimpiade Sains Nasional (OSN).

Sedangkan kompetisi yang bersifat nonakademik merupakan kompetisi yang diikuti peserta

didik di bidang seni dan olahraga. Perolehan prestasi akademik dan nonakademik tersebut

dapat dijadikan indikator pencapaian kinerja sekolah dalam membina peserta didik yang

Page 16: Perancangan Penilaian Kinerja dengan Menggunakan

16

memiliki keahlian atau bakat di bidang tertentu dan mempersiapkan peserta didik untuk

berkompetisi.

3. Tingkat kelulusan peserta didik

Penentuan tingkat kelulusan sebagai indikator kinerja SMAN 1 Lawang adalah

berdasarkan pernyataan Kepala Sekolah SMAN 1 Lawang nahwa target yang dimiliki

sekolah adalah lulus seratus persen.

4. Jumlah lulusan yang melanjutkan pendidikan ke pendidikan tinggi

Sekolah menengah atas merupakan jenjang yang harus ditempuh peserta didik untuk

dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi. Selama masa pendidikan di

SMA, peserta didik akan meperoleh bekal ilmu untuk dapat mengikuti seleksi penerimaan

mahapeserta didik baru setelah dinyatakan lulus dari SMA. Oleh karena itu, jumlah lulusan

SMAN 1 Lawang yang melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi merupakan

indikator kepuasan pelanggan karena sekolah dinilai telah berhasil menciptakan lulusan

yang secara umum berkompeten dan memiliki daya saing untuk dapat melewati seleksi

penerimaan mahasiswa baru di jenjang pendidikan tinggi.

Perspektif Keuangan

Setiap organisasi membutuhkan dana untuk melaksanakan aktivitas operasinya. Oleh karena

itu, organisasi sektor swasta maupun publik tidak akan terlepas dari sistem pengelolaan

keuangan. Adapun indikator yang digunakan dalam penilaian kinerja perspektif keuangan

adalah:

1. Pemanfaatan anggaran dengan efektif

Mardiasmo (2009:130) menyatakan bahwa efektivitas berkaitan dengan pencapaian

tujuan. Efektivitas berkaitan dengan hubungan antara hasil dengan tujuan yang telah

ditetapkan. Pemanfaatan anggaran dengan efektif bagi SMAN 1 Lawang dapat diartikan

dana yang dipergunakan telah sesuai dengan anggaran yang disusun dalam RKAS. Ketika

anggaran telah diserap dengan baik dan program kerja telah dilaksanakan, maka dianggap

anggaran telah dimanfaatkan dengan efektif. Adapun perhitungan yang digunakan untuk

menilai pemanfaatan anggaran dengan efektif adalah dengan membandingkan total realisasi

belanja dengan anggaran belanja.

2. Pemanfaatan anggaran dengan efisien

Page 17: Perancangan Penilaian Kinerja dengan Menggunakan

17

Efisiensi biaya terkait dengan penggunaan dana yang tersedia untuk pelaksanaan

kegiatan. Pemanfaatan anggaran dilaksanakan dengan efisien jika sumber dana digunakan

serendah-rendahnya untuk mencapai hasil yang maksimal (Mardiasmo, 2009:130). Oleh

karena itu, sekolah perlu untuk mengurangi biaya operasional dengan memanfaatkan

semaksimal mungkin aset yang dimiliki. Yulianto (2008) menyatakan bahwa indikator yang

digunakan dalam mengukur efisiensi biaya adalah pengurangan biaya operasional.

3. Mewujudkan penggalangan dana yang memadai

Salah satu misi SMAN 1 Lawang yang berkenaan dengan bidang keuangan adalah

mewujudkan penggalangan dana yang memadai. Hal ini dikarenakan tidak seluruh

pembiayaan sekolah dipenuhi oleh pemerintah sehingga sekolah perlu untuk dapat

menggalang dana secara mandiri. Penggalangan dana yang memadai tersebut dapat diukur

dengan membandingkan realisasi pendapatan per sumber dana dengan anggaran pendapatan

per sumber dana.

Perspektif Proses Internal

Setelah menentukan pihak yang menjadi pelanggan dalam aktivitas operasi sekolah,

selanjutnya sekolah perlu untuk mengidentifikasikan apa saja yang perlu dilakukan untuk dapat

memenuhi keinginan peserta didik seperti yang ada pada perspektif pelanggan. Kaplan & Norton

(1996:96) menyatakan bahwa aspek yang dapat dijadikan tolak ukur dalam penilaian kinerja

dalam perspektif proses internal adalah:

1. Memahami pelanggan

Proses memahami pelanggan dilakukan dengan mengamati tingkat pemahaman peserta didik

atas mata pelajaran yang diajarkan dengan metode pengajaran yang digunakan oleh setiap

pendidik. Pendidik diharapkan dapat untuk menyesuaikan antara sifat mata pelajaran dengan

metode pengajaran yang digunakan.

Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara metode pembelajaran tertentu

dengan nilai yang diperoleh oleh peserta didik sehingga dapat dilakukan pengembangan inovasi

pembelajaran lebih lanjut oleh pendidik dan tim MGMP sekolah. Penelitian tersebut disebut

dengan penelitian tindakan kelas. Penelitian tersebut perlu untuk dilakukan guru untuk

menunjang karir guru.

Page 18: Perancangan Penilaian Kinerja dengan Menggunakan

18

Banyak jenis karya ilmiah yang dapat disusun oleh guru. Namun diperlukan adanya

relevansi antara karya ilmiah yang disusun oleh guru dengan profesi guru dalam bidang

pembelajaran. Jaedun (2011) menyatakan:

Cara yang paling mudah untuk menulis artikel ilmiah adalah menulis dari hasil

penelitian. Dari sekian jenis penelitian, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan

jenis penelitian yang paling memungkinkan dan sangat tepat bagi Guru.

Berdasar pernyataan tersebut, maka jumlah karya ilmiah di bidang Penelitian Tindakan

Kelas yang disusun oleh pendidik di SMAN 1 Lawang dapat digunakan sebagai indikator dalam

upaya pemahaman atas peserta didik.

2. Proses operasi

Proses operasi merepresentasikan aspek-aspek layanan yang diberikan oleh sekolah

kepada peserta didik dalam kaitannya memenuhi keinginan peserta didik sebagai pelanggan.

Adapun indikator yang dapat dijadikan tolak ukur pencapaian kinerja sekolah dalam proses

operasi antara lain:

Berinovasi secara konstan

Indikator yang dapat digunakan untuk menilai kinerja sekolah dalam

mengembangkan inovasi pembelajaran adalah dengan menilai jumlah inovasi metode

pembelajaran baru yang dikembangkan oleh setiap mata pelajaran.

Penilaian kinerja guru

Pada tahun 2013, di SMAN 1 Lawang diberlakukan penilaian kinerja guru yang

dilakukan oleh tim pendidik senior untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran telah

sesuai dengan RPP yang disusun sebelumnya oleh setiap pendidik. Adapun indikator

yang dapat digunakan adalah banyaknya RPP yang sudah ditinjau pelaksanaannya oleh

tim penilai kinerja guru. Selain itu, tingkat kesesuaian antara pelaksanaan pembelajaran

dengan RPP juga menjadi indikator dari kinerja guru.

Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai

Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai merupakan aspek yang cukup penting

di dalam proses belajar mengajar. Adapun indikator yang dapat digunakan untuk menilai

capaian kinerja di bidang sarana dan prasarana yang memadai adalah persentase

pemenuhan sarana dan prasarana di sekolah dengan standar nasional sarana dan prasarana

sekolah.

Page 19: Perancangan Penilaian Kinerja dengan Menggunakan

19

Meningkatnya minat baca peserta didik ke perpustakaan

Perpustakaan sekolah merupakan bagian dari sekolah yang memiliki peran penting

dalam peningkatan minat baca peserta didik. Suasana perpustakaan yang inovatif dan

bersahabat diharapkan mampu untuk menarik peserta didik untuk membaca di

perpustakaan.

Perpustakaan SMAN 1 Lawang menaungi sebuah komunitas yang dinamakan

dengan Komunitas Cinta Buku. Minat baca peserta didik di SMAN 1 Lawang dapat

dinilai dengan tolak ukur tingkat kunjungan peserta didik ke perpustakaan sekolah dan

jumlah anggota Komunitas Cinta Buku yang dinaungi oleh Perspustakaan SMAN 1

Lawang.

Selain itu, perpustakaan SMAN 1 Lawang juga cukup sering melakukan inovasi-

inovasi untuk menarik minat peserta didik berkunjung ke perpustakaan. Adanya inovasi-

inovasi tersebut dapat dijadikan tolak ukur kinerja perpustakaan dengan menilai jumlah

inovasi baru yang dirancang oleh perpustakaan SMAN 1 Lawang.

Pada tahun 2015, perpustakaan SMAN 1 Lawang akan mengikuti program akreditasi

perpustakaan. Hasil akreditasi tersebut dapat dijadikan tolak ukur penilaian kinerja

perpustakaan SMAN 1 Lawang pada perspektif proses internal.

Pembinaan pengembangan diri peserta didik

Pembinaan peserta didik dengan keahlian khusus dapat dilakukan dengan melakukan

pemetaan atas jenis dari kompetisi yang ditargetkan untuk diikuti sekolah. Berdasarkan

Rencana Kerja SMAN 1 Lawang 2013/2014, terdapat 3 bidang kompetisi yang akan

diikuti, yaitu bidang olahraga, seni, dan Olimpiade Sains Nasional. Untuk dapat

menjaring lebih banyak peserta didik yang memiliki bakat khusus perlu dilakukan proses

seleksi terbuka bagi siapa saja yang berminat untuk mengikuti suatu kompetisi. Adapun

yang dapat dijadikan indikator dari aspek pembinaan peserta didik dengan keahlian

khusus adalah dengan menargetkan jumlah peserta didik dari setiap jenis kompetisi dan

memenuhinya dengan berbagai seleksi tersebut.

Selain itu, intensitas latihan juga menjadi indikator dari tercapainya proses internal

dalam pembinaan pengembangan diri peserta didik. Hal tersebut tertuang dalam Rencana

Kerja Sekolah SMAN 1 Lawang tahun ajaran 2013/2014, yaitu rencana sekolah untuk

mengadakan pembinaan dan latihan secara intensif setelah pelaksanaan seleksi siswa.

Page 20: Perancangan Penilaian Kinerja dengan Menggunakan

20

Diperlukan adanya data akurat dan penilaian objektif dari setiap kegiatan

pengembangan diri yang diikuti oleh peserta didik. Indikator yang digunakan adalah

perolehan nilai dari pengembangan diri yang diikuti.

Sekolah turut bertanggung jawab dalam proses pembinaan terhadap pengembangan

potensi dan kepribadian peserta didik. Tugas tersebut merupakan tanggung jawab dari

guru Bimbingan dan Konseling. Peserta didik juga perlu untuk dijadikan acuan dalam

kinerja pengembangan diri peserta didik. Adapun acuan yang dapat dijadikan tolak ukur

dalam capaian kinerja sekolah dalam pembinaan ketertiban dan kedisiplinan peserta didik

adalah jumlah pelanggaran peserta didik dan absensi peserta didik.

Pelayanan administrasi yang memadai

Pelayanan administrasi sekolah yang baik harus mengikuti ketentuan dan peraturan

yang telah dikeluarkan oleh instansi yang relevan di lingkungan Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan Nasional. Sistem administrasi sekolah yang baik diharapkan mampu

untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di

sekolah. Tata usaha memiliki tugas untuk memberikan layanan yang berkualitas bagi

pihak-pihak yang membutuhkan layanan administrasi dari sekolah. Niven (2008:221)

menyatakan bahwa acuan yang dapat dijadikan indikator kinerja dalam aspek kualitas

proses internal adalah jumlah komplain, jumlah pengerjaan ulang, dan jumlah kesalahan

layanan.

3. Kemitraan

Niven (2008:177) menyatakan bahwa kemitraan menawarkan banyak peluang bagi

perkembangan organisasi nonprofit. Organisasi nonprofit yang dimaksut tidak terkecuali

untuk institusi pendidikan. Institusi pendidikan dapat melakukan kerja sama dengan

korporasi sektor swasta untuk saling melengkapi misi masing-masing. Saat ini SMAN 1

Lawang sedang dalam upaya menjalin hubungan kerja sama kemitraan dengan perusahaan.

Adapun indikator yang dapat digunakan untuk menilai capaian kemitraan adalah jumlah

kerja sama yang terjalin dibanding target kerjasama yang ditentukan sebelumnya.

Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran

Sumber daya manusia merupakan aset yang mendukung kesuksesan organisasi. Saat ini,

organisasi memerluka sumber daya manusia yang berkompeten dan budaya kerja yang kondusif

Page 21: Perancangan Penilaian Kinerja dengan Menggunakan

21

untuk dapat menggerakkan organisasi menuju visi yang telah ditentukan. Niven (2008:219)

menyatakan terdapat beberapa aspek yang dapat dijadikan indikator dalam mengukur kinerja

institusi nonprofit pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, yaitu:

1. Memenuhi kebutuhan keterampilan sumber daya manusia di posisi strategis

Niven (2008:180) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan keterampilan sumber daya

manusia yang berada di posisi strategis akan dapat mendukung keberhasilan pelaksanaan

operasi yang ada pada perspektif proses internal. Organisasi perlu untuk menentukan

kelompok strategi pada tujuan-tujuan di perspektif proses internal dan melakukan

penelaahan atas posisi yang mendukung tujuan pada proses internal.

Adapun aspek yang menjadi fokus di perspektif proses internal yaitu:

Memahami pelanggan dan melakukan inovasi

Diperlukan kompetensi yang memadai dari pendidik mata pelajaran dan koordinator

MGMP. Adapun indikator yang dapat dijadikan tolak ukur dari aspek ini sesuai dengan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar

Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, yaitu jumlah pendidik yang telah lulus

sertifikasi.

Penilaian kinerja guru

Aspek ini melibatkan kepala sekolah dan tim penilai kinerja pendidik yang terdiri

atas pendidik senior. Untuk itu, diperlukan tim yang memiliki kompetensi dan

pengalaman lebih dalam bidang pembelajaran. Indikator yang merupakan kriteria

kompetensi guru yang dijadikan tim penilai kinerja guru adalah penilaian kompetensi

pendidik dari kepala sekolah selaku pimpinan sekolah dengan kriteria pangkat guru,

pendidik yang telah lulus sertifikasi guru, dan komitmen dari pendidik untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran.

Kunjungan ke perpustakaan

Pengelola perpustakaan perlu untuk terus meningkatkan inovasi dalam upaya

menarik minat peserta didik untuk membaca di perpustakaan sekolah. Indikator yang

digunakan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 25 tahun 2008

tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah. Kompetensi yang dimaksut

adalah jumlah pustakawan sekolah yang telah memiliki sertifikat kompetensi pengelolaan

perpustakaan sekolah.

Page 22: Perancangan Penilaian Kinerja dengan Menggunakan

22

Pembinaan peserta didik dengan keahlian khusus dan pengembangan diri

Kriteria dari pembina OSN dari masing-masing mata pelajaran menurut Wakil

Kepala Sekolah Bidang Kurikulum antara lain memiliki kemampuan subtantif di mata

pelajaran yang dibina, memiliki kemampuan menyusun silabus pembinaan, dan memiliki

wawasan akan pelaksanaan olimpiade SAINS Nasional.

Untuk program pengembangan diri, koordinator pengembangan diri perlu untuk

menentukan kriteria kompetensi yang perlu dimiliki oleh masing-masing pembina

pengembangan diri. Program pengembangan diri merupakan salah satu tugas pokok dan

fungsi dari Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMAN 1 Lawang. Adapun kriteria

yang dijadikan indikator kompetensi pembina pengembangan diri secara umum yang

dinyatakan oleh Wakil Kepala Sekolah SMAN 1 Lawang adalah memiliki kemampuan

yang sesuai dengan bidang pengembangan diri, memiliki kemampuan untuk membina

kegiatan pengembangan diri, memiliki kemampuan untuk membantu siswa

mengembangkan keterampilan siswa, serta memiliki kemampuan untuk merancang

program pengembangan diri siswa

Aspek bimbingan dan konseling merupakan tanggung jawab dari guru Bimbingan

dan Konseling. Untuk dapat memberikan pelayanan bimbingan dan konseling yang

berkualitas, diperlukan pendidik Bimbingan dan Konseling yang memenuhi syarat

kompetensi yang sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik

Indonesia Nomor 27 Tahun 2008 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi

Konselor. Oleh karena itu, indikator yang dapat digunakan untuk menilai pemenuhan

kompetensi guru bimbingan dan konseling adalah dengan membandingkan jumlah guru

bimbingan dan konseling yang telah memenuhi kedua persyaratan tersebut dibandingkan

dengan jumlah seluruh guru bimbingan dan konseling yang ada di sekolah.

Pelayaan administrasi yang memadai

Standar kualifikasi tenaga administrasi sekolah telah diatur dalam Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2008 Tentang Standar Tenaga

Administrasi Sekolah/Madrasah. Adapun tolak ukur yang digunakan untuk menilai

kompetensi tenaga administrasi sekolah adalah jumlah tenaga administrasi sekolah yang

telah memenuhi standar nasional tenaga adminstrasi sekolah dibandingkan dengan total

seluruh tenaga administrasi sekolah.

Page 23: Perancangan Penilaian Kinerja dengan Menggunakan

23

Wakil kepala sekolah

Niven (2008:222) menyatakan bahwa untuk menilai kesiapan dari sumber daya

manusia yang akan menempati posisi strategis, organsiasi dapat melakukan teknik

penilaian keahlian dari masing-masing calon dengan cara penilaian atas diri sendiri dan

penilaian dari rekan kerja atas kesiapan sumber daya manusia dalam menjalankan tugas

dan fungsi sesuai dengan deskripsi kerja.

2. Pelatihan sumber daya manusia

Pelatihan terhadap sumber daya manusia merupakan aspek yang diperlukan untuk

meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah. pelatihan

merupakan komponen yang diperlukan untuk peningkatan kompetensi sumber daya

manusia, namun yang perlu diperhatikan adalah apa efek yang dihasilkan dari adalah

pelatihan tersebut sehingga pelatihan tidak hanya sekedar menilai kehadiran. Untuk itu

diperlukan pengukuran antara pelatihan dengan dampak yang dihasilkan, yaitu dari

perspektif pembelajaran dan pertumbuhan ke perspektif proses internal.

Di SMAN 1 Lawang, pelatihan yang dimaksut dapat berupa workshop, seminar, dan

diklat bagi pendidik dan karyawan yang diselenggarakan di internal maupun eksternal

sekolah. Indikator yang dapat digunakan untuk menilai aspek pelatihan sumber daya

manusia di SMAN 1 Lawang adalah jumlah pelatihan yang diikuti oleh pendidik dan

karyawan dibandingkan dengan yang ditargetkan.

3. Kepuasan karyawan dan keselarasan SDM dengan misi sekolah

Sisi psikologis dari sumber daya manusia yang bekerja di suatu organisasi merupakan

aspek yang turut menciptakan situasi yang mendukung tercapainya visi organisasi. Niven

(2008:185) menyatakan bahwa organisasi perlu untuk melihat sumber daya tidak terlihat

dari kekuatan manusa yang terdiri atas perasaan dan pikiran dari pekerja.

Perlu dilakukan penilaian atas sisi psikologis sumber daya manusia atas iklim organisasi

yang dibentuk oleh Kepala Sekolah SMAN 1 Lawang tersebut. Kepuasan kerja pendidik dan

karyawan, keselarasan antara motivasi kerja pendidik dan tenaga pendidik dengan misi

sekolah, serta sistem komunikasi yang terdapat di SMAN 1 Lawang perlu untuk

diidentifikasi untuk dapat mengetahui secara obyektif sisi psikologis pendidik dan karyawan

terhadap pekerjaan yang dilaksanakan.

Page 24: Perancangan Penilaian Kinerja dengan Menggunakan

24

Kepuasan pendidik dan karyawan dapat dinilai dengan pengisian kuesioner yang

berhubungan dengan kepuasan kerja. Selain itu, keselarasan antara motivasi individu dengan

misi sekolah juga perlu untuk dinilai melalui survei melalui kuisioner.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan kesimpulan yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik beberapa

kesimpulan berikut:

1. Dengan Balanced Scorecard, instansi pendidikan dapat menerjemahkan visi sekolah sebagai

cita-cita sekolah dalam jangka panjang menjadi aktivitas-aktivitas dalam jangka pendek.

Indikator pencapaian dari kinerja sekolah dalam jangka pendek tersebut akan saling

terhubung untuk dapat mencapai visi yang telah ditentukan.

2. Siswa merupakan pihak yang menjadi pelanggan pada perspektif pelanggan. Kepuasan

siswa sebagai pelanggan merupakan tujuan strategis dari perspektif pelanggan sekolah.

Indikator yang dapat mengukur kepuasan siswa adalah rata-rata perolehan nilai ujian

bersama (UAS dan UKK) dan Ujian Nasional, perolehan prestasi akademik dan

nonakademik, tingkat kelulusan peserta didik, dan jumlah lulusan yang melanjutkan

pendidikan ke pendidikan tinggi.

3. Terdapat tiga tujuan strategis dari perspektif keuangan sekolah, yaitu:

Mewujudkan penggalangan dana yang memadai

Melaksanakan anggaran dengan efektif

Melaksanakan anggaran dengan efisien

4. Terdapat tiga tujuan strategis dari perspektif proses internal sekolah, yaitu:

Memahami pelanggan dan melakukan inovasi

Proses operasi

o Penilaian kinerja guru

o Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai

o Meningkatnya minat baca peserta didik ke perpustakaan

o Pembinaan peserta didik dengan keahlian khusus dan pengembangan diri

o Pelayanan administrasi yang memadai, indikator kinerja yang digunakan adalah

jumlah pengerjaan ulang, jumlah kesalahan layanan, dan jumlah komplain.

Page 25: Perancangan Penilaian Kinerja dengan Menggunakan

25

o Kemitraan

5. Terdapat tiga tujuan strategis dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, yaitu:

Memenuhi kebutuhan keterampilan sumber daya manusia di posisi strategis

Mengoptimalkan pelatihan sumber daya manusia

Menilai kepuasan karyawan

Saran

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian dan kesimpulan di atas maka dapat diberikan

saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi SMAN 1 Lawang

Diperlukan pemahaman yang mendalam mengenai apa pentingnya menggunakan

Balanced Scorecard bagi sekolah dalam proses penilaian kinerja untuk dapat menerapkan

Balanced Scorecard dalam proses penilaian kinerja sekolah secara efektif,. Pemahaman

tersebut harus dimiliki oleh kepala sekolah selaku manajamen puncak dari sekolah.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian selanjutnya diharapkan mampu untuk menyertakan target dari masing-

masing pengukuran kinerja dengan melakukan diskusi lebih lanjut dengan objek

penelitian.

Penelitian selanjutnya diharapkan dapat untuk melakukan wawancara dengan lebih

banyak narasumber potensial yang terkait untuk mendapatkan informasi yang lebih

lengkap sehingga memudahkan dalam proses penyusunan peta strategi dan

pengukuran kinerjanya.

Page 26: Perancangan Penilaian Kinerja dengan Menggunakan

26

DAFTAR PUSTAKA

Dally, Dadang. 2010. Balanced Scorecard Suatu Pendekatan dalam Implementasi Manajemen

Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Hafid, Abdul. 2011. Model Manajemen Berbasis Sekolah. Lentera pendidikan Volume 14 no 2.

Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta:

Salemba Humanika.

http://www.ban-sm.or.id/provinsi/jawa-timur/akreditasi diakses 16 Februari 2014.

Mardiasmo. 2009. Akuntansi sektor publik. Yogyakarta: Andi

Kaplan, Robert S. 1999. The Balanced Scorecard for Public-Sector Organizations. President and

Fellows of Harvard College.

Page 27: Perancangan Penilaian Kinerja dengan Menggunakan

27

Kaplan, Robert S. & Norton, David P. 1992. The Balanced Scorecard–Measures that Drive

Performance. Harvard Business Review.

Kaplan, Robert S. & Norton, David P. 1996. The Balanced Scorecard Translating Strategy In

Action. United States of America.

KTSP SMAN 1 Lawang 2013/2014. 2013. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Lawang.

Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyadi. 2001. Balanced Scorecard Alat Manajemen Kontemporer untuk Pelipatganda Kinerja

Keuangan Perusahaan. Jakarta: Salemba Empat.

Mulyasa. 2012. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Narwidi. 2011. Pengukuran Efektivitas Manajemen Sekolah dengan Menggunakan Konsep

Balanced Scorecard pada Sekolah-Sekolah SMA di Kabupaten Indramayu. Tesis, Jakarta:

Program Pascasarjana Kekhususan Administrasi dan Kebijakan Pendidikan, Departemen

Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia

Niven, Paul N. 2008. Balanced Scorecard Step-By-Step For Government and Nonprofit

Agencies. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Panduan Pengelolaan Kinerja Berbasis Balanced Scorecard di Lingkungan Kementerian

Keuangan. 2010. Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan Sekretariat Jenderal

Kementerian Keuangan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2008 Tentang

Standar Tenaga Administrasi Sekolah/Madrasah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2008 Tentang

Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 28 tahun 2010 tentang Penugasan Guru sebagai

Kepala Sekolah/Madrasah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 25 tahun 2008 tentang

Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah.

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan

Pendidikan.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Rencana Kerja Sekolah SMAN 1 Lawang tahun ajaran 2013/2014. 2013. Sekolah Menengah

Atas Negeri 1 Lawang.

Page 28: Perancangan Penilaian Kinerja dengan Menggunakan

28

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung:Alfabeta.

Surat Keputusan Kepala SMA Negeri 1 Lawang nomor 800/601/421.102.831.001/2013 tentang

Pembagian Tugas Guru dalam Kegiatan Proses Belajar Mengajar, Tugas Tambahan, dan

Tugas Kepanitiaan Tahun Pelajaran 2013/2014.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional.

Yulianto, Muharyo Indro. 2008. Perancangan Balanced Scorecard pada Direktorat Pembinaan

Sekolah Menengah Pertama. Tesis, Jakarta: Program Studi Magister Akuntansi Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia.