perancangan pabrik alkylbenzene sulfonic acid
TRANSCRIPT
PRA RANCANGAN PABRIK
LINEAR ALKYLBENZENE SULFONIC ACID
(HLAS)
LAPORAN TUGAS AKHIR
Sebuah laporan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Strata
satu (S-I) Bidang Teknik Kimia
Disusun oleh :
DEDY KHAERUDIN (114010026)
DUDDY PRIBADI UTAMA (114010072)
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA
SERPONG
2006
i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN TUGAS AKHIR
LINEAR ALKYLBENZENE SULFONIC ACID (HLAS)
Telah diperiksa dan disetujui oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
(Dr. Lukman Satibi) (Junius Hardy, MT)
Mengetahui:
P.H. Ketua Jurusan Teknik Kimia Koordinator Tugas Akhir
(Ir. Ratnawati, M.Eng.Sc) (Ir. Ratnawati, M.Eng.Sc)
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dimana
rahmat dan karunia – Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir kami yang
berjudul Pra Rancangan Pabrik Linear Alkylbenzene Sulfonic Acid (HLAS).
Adapun tujuan penyusunan Tugas Akhir ini adalah untuk memenuhi salah
satu syarat dalam menyelesaikan program sarjana strata satu (S1) Fakultas
Teknologi Industri, Jurusan Teknik Kimia, Institut Teknologi Indonesia (ITI).
Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sedalam–dalamya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan,
bimbingan, saran, informasi dan keterangan pada kami. Ucapan ini kami tunjukan
khusus pada :
o Orang tua kami tercinta yang tanpa kenal lelah memberikan dukungan
baik materil maupun spirituil, sehingga Tugas Akhir ini dapat
terselesaikan.
o Bapak Dr. Lukman Satibi, selaku pembimbing I Tugas Akhir yang telah
membantu dan membimbing kami dengan sabar.
o Junius Hardy, MT. selaku pembimbing II Tugas Akhir yang telah
membantu kami.
o Bapak Dr. Ir. Sidik Marsudi, M.Sc selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia
Institut Teknologi Indonesia.
o Ibu Ir. Ratnawati, M.Eng.Sc, Koordinator Tugas Akhir Institut Teknologi
Indonesia.
iii
o Ainil Mila always special for wgy heart.
o Keluarga besar angkatan 2001 yang telah memberikan dukungan moril,
sarana dan prasarana dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
o Keluarga besar Jaya Kost, special for Emba Sinto yang telah memberikan
prasarana dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
o Serta semua pihak yang telah memberi dukungan moril, dengan tidak
mengurangi rasa terima kasih, yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Kami menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih belum sempurna. Oleh
karena itu segala saran dan kritik yang membangun akan diterima dengan senang
hati. Besar harapan kami semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi
kita semua
Serpong, Agustus 2006
Penyusun
iv
ABSTRAK
Linear Alkylbenzene Sulfonic Acid (LAS/LABSA/LABS/HLAS)
merupakan bahan surfaktan/surfactant (Surface Active Agent). Surfaktan
digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan deterjen, cairan pembersih,
sabun, kosmetik dan untuk keperluan proses industri. LAS merupakan surfaktan
yang paling banyak digunakan untuk deterjen saat ini. Sifat fisiknya yang
memiliki struktur molekul rantai lurus (sehingga lebih mudah terdegradasi di
alam) telah menggantikan posisi Alkyl Benzene Sulfonate (ABS) yang berantai
bercabang.
Perkembangan pasar HLAS Indonesia terus mengalami peningkatan
konsumsi. Hingga saat ini pabrik LAS di Indonesia masih kurang sedangkan
pembuatan LAB (Linear Alkylbenzene) sebagai bahan baku utama LAS,
diproduksi tunggal oleh PT UIC dengan kapasitas 150.000 ton/tahun. Pada tahun
2008 diproyeksikan akan terdapat kekurangan pasokan LAS sebesar 62.000 ton.
Dari kondisi diatas maka perlu pendirian Pabrik HLAS pada tahun 2007
dan mulai beroperasi tahun 2008 dengan kapasitas 60.000 ton per tahun untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor ke luar negeri. Berdasarkan
faktor yang berpengaruh terhadap pendirian pabrik maka kawasan industri
Cilacap, Jawa Tengah merupakan lokasi terpilih untuk pabrik tersebut.
Proses pembuatan HLAS dari n-paraffin C12-C14 dilakukan melalui tiga
tahap reaksi yaitu dehdrogenasi, alkilasi dan sulfonasi. Pada tahap sulfonasi LAB
direaksikan dengan SO3 uap yang bercampur dengan inert udara pada reaktor
v
berpengaduk yang berlangsung kontinyu. Kondisi operasi pada suhu 45°C dan
tekanan atmospherik.
Reaksi: C6H5.C12H25 + SO3 uap C6H4 C12H25.SO3H
Alat utama yang dipakai adalah reaktor CSTR dengan diameter 2,47 m dan tinggi
4,95 m.
Bentuk badan hukum dari pabrik HLAS adalah Perseroan Terbatas (PT).
Perusahaan ini dipimpin oleh seorang Direktur Utama dengan jumlah tenaga kerja
sebanyak 242 orang dan jumlah hari kerja 330 hari dalam setahun. Struktur
organisasi yang digunakan adalah struktur organisasi garis dan staff.
Berdasarkan analisa ekonomi pabrik Linear alkylbenzene Sulfonic Acid
adalah sebagai berikut:
� Total Modal Investasi = Rp 427.894.870.000
� Modal Investasi Tetap FCI) = Rp 305.257.820.000
� Modal Kerja (WCI) = Rp 122.637.050.000
� Struktur Permodalan
� Modal sendiri (61%) = Rp 262.294.870.000
� Pinjaman bank (39%) = Rp 165.594.540.000
� Break Event Point Tahun ke-1 = 32,47 %
� Internal Rate of Return = 37,49%
� Minimum Payback Period = 4 tahun 5 bulan
Dengan perkiraan bahwa perekonomian Indonesia stabil untuk tahun –
tahun mendatang, maka analisa diatas menunjukkan bahwa pabrik Linear
alkylbenzene Sulfonic Acid ini layak untuk didirikan.
vi
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan .................................................................................. i
Lembar Lembar Revisi.............................................................................. ii
Kata Pengantar .......................................................................................... iii
Abstrak ...................................................................................................... v
Daftar Isi ................................................................................................... xii
Daftar Tabel .............................................................................................. xiii
Daftar Gambar........................................................................................... xiv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Sejarah Perkembangan Produk .......................................................... I-1
1.2. Latar Belakang ................................................................................... I-2
1.3. Analisa Pasar Kebutuhan Pabrik........................................................ I-4
1.4. Penentuan Kapasitas Pabri ................................................................. I-10
1.5. Perencanan Pendirian Pabrik ............................................................. I-12
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES
2.1. Tinjauan Pustaka................................................................................ II-1
2.1.1 Deterjen.................................................................................... II-1
2.1.2 Pengertian Surface Activating Agent (Surfactant)................... II-3
2.1.3 Klasifikasi Surfaktan/Deterjen)................................................ II-3
2.1.4 Dehidrogenasi n-paraffin.......................................................... II-9
2.1.5 Alkilasi Benzene ....................................................................... II-10
2.1.7 Sulfonasi LAB .......................................................................... II-10
vii
2.2 Seleksi Proses..................................................................................... II-12
2.2.1 Proses Pembuatan LAB ............................................................ II-12
2.2.1 Proses Sulfonasi........................................................................ II-20
2.3 Deskripsi Proses................................................................................. II-24
2.3.1 Proses Pembuatan LAB ............................................................ II-24
2.3.2 Proses Sulfonasi........................................................................ II-25
2.3.3 Diagram Alir Proses Keseluruhan ............................................ II-28
BAB III. SPESIFIKASI BAHAN DAN PRODUK
3.1 Bahan Baku Utama dan Penunjang.................................................... III-1
3.3 Produk ................................................................................................ III-4
BAB IV. NERACA MASSA DAN NERACA ENERGI
4.1. Neraca Massa ..................................................................................... IV-1
4.1.1 Neraca Massa Reaktor Dehydrogenasi (R-01) ......................... IV-1
4.1.2 Neraca Massa Separator (S-01) ................................................ IV-2
4.1.3 Neraca Massa Reaktor Alkylasi (R-02) .................................... IV-2
4.1.4 Neraca Massa Stripper (ST-01) ................................................ IV-3
4.1.5 Neraca Massa Stripper (ST-02) ................................................ IV-3
4.1.6 Neraca Massa Stripper (ST-03) ................................................ IV-4
4.1.7 Neraca Massa Vaporizer (V-01) ............................................... IV-4
4.1.8 Neraca Massa Pengering Udara (PU) ....................................... IV-5
4.1.9 Neraca Massa Reaktor Sulfonasi (R-03) ................................. IV-5
4.1.10 Neraca Massa Separator (S-02) .............................................. IV-6
4.1.10 Neraca Massa Stabilizer Water............................................... IV-6
4.2. Neraca Energi..................................................................................... IV-7
viii
4.2.1 Neraca Energi TriValve ............................................................ IV-7
4.2.2 Neraca Energi Heat Exchanger................................................. IV-7
4.2.3 Neraca Energi Fired Heater ...................................................... IV-8
4.2.4 Neraca Energi Reaktor Dehydrogenasi (R-01)......................... IV-9
4.2.5 Neraca Energi Condenser Subcooler ........................................ IV-9
4.2.6 Neraca Energi Separator (S-01)................................................ IV-9
4.2.7 Neraca Energi Heater 1.............................................................. IV-10
4.2.8. Neraca Energi Reaktor Alkylasi (R-02).................................... IV-10
4.2.9 Neraca Energi Heater 2.............................................................. IV-11
4.2.10 Neraca Energi Striper (ST-01)................................................. IV-11
4.2.11 Neraca Energi Striper (ST-02)................................................. IV-12
4.2.12 Neraca Energi Cooler 1............................................................ IV-12
4.2.13 Neraca Energi Striper (ST-03)................................................. IV-13
4.2.14 Neraca Energi Cooler 2............................................................ IV-12
4.2.15 Neraca Energi Vaporizer ......................................................... IV-14
4.2.16 Neraca Energi Reaktor Sulfonasi (R-03) ................................. IV-14
4.2.17 Neraca Energi Separator (S-02)............................................... IV-15
4.2.18 Neraca Energi Stabilizer Water ............................................... IV-15
BAB V PERANCANGAN ALAT UTAMA
5.1. Prancangan Dimensi Reaktor ...................................................... V-1
1. Menentukan Kapasitas Reaktor ............................................... V-2
2. Menentukan Bentuk dan Ukuran Reaktor ............................... V-2
3. Menetukan tinggi Reaktor Termasuk Head............................. V-5
4. Menetukan tinggi Reaktor ....................................................... V-8
5.2. Perancangan Dimensi Flange, Bolt dan Gasket........................... V-3
ix
5.3. Perancangan Pengaduk................................................................ V-19
5.3.1 Penentuan Dimensi Pengaduk ............................................ V-20
5.3.2 Penentuan Offset Top dan Offset Bottom .......................... V-20
5.3.3 Penentuan Tinggi Cairan dalam Reaktor............................ V-21
5.3.4 Penentuan Kecepatan Pengaduk......................................... V-23
5.3.5 Penentuan Poros Pengaduk................................................. V-25
5.3.6 Pengamatan Tentang Bearing............................................. V-30
5..4. Perancangan Nozzles.................................................................... V-32
5.4.1 Peletakan Lubang - lubang ................................................. V-32
5.4.2 Penentuan Diameter Lubang - lubang ................................ V-33
5.4.3 Spesifikasi Flange dan Bolt untuk lubang - lubang............ V-43
5.5 Perancangan Jaket......................................................................... V-45
5.6 Perancangan Isolasi ...................................................................... V-48
5.6.1 Penentuan Luas Perpindahan Panas ................................... V-48
5.6.2 Penentuan Tebal Isolasi Minimum..................................... V-49
5.7 Perancangan Sistem Penyangga ................................................... V-50
5.7.1 Penentuan Berat Total Reaktor......................................... V-51
5.7.2 Penentuan Karena angin ................................................... V-56
5.7.3 Tekanan Karena gempa .................................................... V-57
5.7.4 Beban Tekanan maksimum per luq .................................. V-58
5.7.5 Uji Kelayakan material ..................................................... V-59
5.7.6 Penentuan tebal bearing.................................................... V-61
5.7.7 Penentuan Kolom Penyangga........................................... V-63
5.7.8 Perancangan bearing plate ................................................ V-66
x
BAB VI SPESIFIKASI PERALATAN
6.1. Tangki 1........................................................................................ VI-1
6.2. Tangki 2........................................................................................ VI-2
6.3. Heat Exchanger............................................................................ VI-2
6.4. Fired Heater................................................................................. VI-4
6.5. Reaktor Dehydrogenasi (R-01)..................................................... VI-5
6.6. Condenser Subcooler.................................................................... VI-6
6.7. Separator 1.................................................................................... VI-7
6.8. Tangki 6........................................................................................ VI-8
6.9. Heater 1......................................................................................... VI-8
6.10 Reaktor Alkylasi 2 ........................................................................ VI-10
6.11 Exvander Valve ............................................................................ VI-11
6.12 Heater 2......................................................................................... VI-12
6.13 Striper 1 ........................................................................................ VI-13
6.14 Kondenser Kolom Striper 1.......................................................... VI-14
6.15 Reboiler Kolom Striper 1 ............................................................ VI-15
6.16. Striper 2 ........................................................................................ VI-16
6.17 Kondenser Kolom Striper 2.......................................................... VI-17
6.18 Reboiler Kolom Striper 2 ............................................................. VI-18
6.19 Cooler 1 ........................................................................................ VI-19
6.20 Striper 3 ........................................................................................ VI-20
6.21 Kondenser Kolom Striper 3.......................................................... VI-21
6.22 Reboiler Kolom Striper 3 ............................................................. VI-22
6.23 Cooler 2 ........................................................................................ VI-24
6.24 Tangki 5........................................................................................ VI-24
6.25 Tangki 3........................................................................................ VI-25
6.26 Vaporizer ..................................................................................... VI-26
xi
6.27 Separator 2 ................................................................................... VI-27
6.28 Kompresor 2 ................................................................................ VI-27
6.29 Pompa .......................................................................................... VI-28
BAB VII SARANA PENUNJANG PRODUKSI (UTILITAS)
7.1. Penyediaan Dowtherm A.............................................................. VII-1
7.2. Penyediaan Air ............................................................................. VII-1
7.3. Penyediaan Tenaga Listrik ........................................................... VII-11
7.4. Penyediaan Transportasi............................................................... VII-12
7.5. Penyediaan Bahan Bakar .............................................................. VII-12
7.4.1. Perancangan Tangki Bahan Bakar...................................... VII-12
7.4.2. Perancangan Tangki Bahan Dowtherm A .......................... VII-12
BAB VIII. TATA LETAK PABRIK
8.1. Tata Letak Pabrik.......................................................................... VIII-1
8.2. Tata Letak Alat Proses.................................................................. VIII-4
BAB IX. BENTUK DAN STRUKTUR ORGANISASI
9.1. Bentuk Badan Hukum Perusahaan ............................................... IX-1
9.2. Struktur Organisasi ....................................................................... IX-2
9.3. Deskripsi Kerja ............................................................................. IX-6
9.3.1 Rapat Umum Pemegang Saham ......................................... IX-6
9.3.2 Dewan Komisaris ............................................................... IX-6
9.3.3 Direktur Utama................................................................... IX-7
9.3.4 Meneger Produksi dan Teknik............................................ IX-7
9.3.5 Meneger Pemasaran dan Distibusi ..................................... IX-8
xii
9.3.6 Meneger Keuangan............................................................. IX-8
9.3.7 Meneger Personalia Dan Umum ........................................ IX-9
9.3.10. Sekretaris .......................................................................... IX-10
9.3.11. Kepala Bagian dan Kepala Seksi...................................... IX-11
9.4. Sistem Kepegawaian..................................................................... IX-11
9.4.1 Sistem Kerja ....................................................................... IX-11
9.4.2 Sistem Shift ........................................................................ IX-11
9.4.3 Sistem Shift dan unit keamanan ......................................... IX-12
9.4.4 Sistem Non Shift................................................................. IX-13
BAB X KESELAMATAN KERJA
10.1. Keselamatan Kerja Secara Umum................................................ X-1
10.2. Landasan Keselamatan Kerja ....................................................... X-2
10.3. Bahan – bahan Berbahaya dan Pencegahanya.............................. X-4
10.4. Karakteristik Bahan Kimia .......................................................... X-4
10.6. Pengaturan Lingkungan Pabrik .................................................... X-15
BAB XI ANALISA EKONOMI
11.1. Dasar Analisa................................................................................ XI-1
11.2. Total Modal Investasi ................................................................... XI-2
11.2.1. Modal Investasi Tetap (FCI) ............................................ XI-3
11.2.2. Investasi Modal Kerja (WCI) ........................................... XI-4
11.2.3. Komposisi permodalan..................................................... XI-4
11.3. Total Biaya Produksi .................................................................... XI-4
11.4. Hasil Analisa ................................................................................ XI-5
11.4.1. Break Even Point (BEP) ................................................... XI-5
xiii
11.4.2. Laba Rugi ......................................................................... XI-7
11.4.3. Internal Rate of Return (IRR)........................................... XI-7
11.4.3. Minimum Payback Period (MPP)..................................... XI-8
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A PERHITUNGAN NERACA MASSA
LAMPIRAN B PERHITUNGN NERACA ENERGI
LAMPIRAN C SPESIFIKASI PERALATAN
LAMPIRAN D PERHITUNGAN UTILITAS
LAMPIRAN D PERHITUNGAN NERACA EKONOMI
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. perkembangan produksi LAS Indonesia 2000 – 2004............. I-5
Tabel 1-2. perkembangan import LAS Indonesia 2000 – 2004............... I-6
Tabel 1-3. poyeksi perkembangan import LAS Indonesia 2005 – 2008 .. I-7
Tabel 1-4. perkembangan konsumsi LAS Indonesia 2000 – 2004 ........... I-8
Tabel 1-5. poyeksi perkembangan konsumsi LAS 2005 – 2008 .............. I-9
Tabel 2.1. Tipikal struktur komposisi LAS.............................................. II-6
Tabel 2.2. Distribusi tipikal panjang rantai ............................................. II-6
Tabel 2.3. Evaluasi sifat fisik-kimia ........................................................ II-9
Tabel 2.4. perbandingan proses pembuatan LAB.................................... II-20
Tabel 2.5. Perbandingan 3 macam proses sulfonasi ............................... II-24
Tabel 4.1 Neraca Massa Reaktor Dehydrogenasi (R-01) ........................ IV-1
Tabel 4.2 Neraca Massa Separator (S-01) ............................................... IV-2
Tabel 4.3 Neraca Massa Reaktor Alkylasi (R-02) ................................... IV-2
Tabel 4.4. Neraca Massa Stripper (ST-01) ............................................... IV-3
Tabel 4.5. Neraca Massa Stripper (ST-02) ............................................... IV-3
Tabel 4.6. Neraca Massa Stripper (ST-03)... ............................................ IV-4
Tabel 4.7. Neraca Massa Vaporizer (V-01) .............................................. IV-4
Tabel 4.8. Neraca Massa Pengering Udara (PU). ..................................... IV-5
Tabel 4.9. Neraca Massa Reaktor Sulfonasi (R-03)................................. IV-5
Tabel 4.10. Neraca Massa Separator (S-02) ............................................. IV-6
Tabel 4.11. Neraca Massa Stabilizer Water.............................................. IV-6
Tabel 4.12. Neraca Energi TriValve ......................................................... IV-7
Tabel 4.13. Neraca Energi Heat Exchanger.............................................. IV-7
Tabel 4.14. Neraca Energi Fired Heater ................................................... IV-8
Tabel 4.15. Neraca Energi Reaktor Dehydrogenasi (R-01). .................... IV-8
xv
Tabel 4.16. Neraca Energi Condenser Subcooler. ................................... IV-9
Tabel 4.17. Neraca Energi Separator (S-01). ........................................... IV-9
Tabel 4.18. Neraca Energi Heater 1......................................................... IV-10
Tabel 4.19. Neraca Energi Reaktor Alkylasi (R-02)............................... IV-10
Tabel 4.20. Neraca Energi Heater 2......................................................... IV-11
Tabel 4.21. Neraca Energi Striper (ST-01) .............................................. IV-11
Tabel 4.22. Neraca Energi Striper (ST-02). ............................................. IV-12
Tabel 4.23. Neraca Energi Cooler 1......................................................... IV-12
Tabel 4.24. Neraca Energi Striper (ST-03). ............................................. IV-13
Tabel 4.25. Neraca Energi Cooler 2......................................................... IV-13
Tabel 4.26. Neraca Energi Vaporizer....................................................... IV-14
Tabel 4.27. Neraca Energi Reaktor Sulfonasi (R-03).............................. IV-14
Tabel 4.28. Neraca Energi Separator (S-02) ............................................ IV-15
Tabel 4.28. Neraca Energi Stabilizer Water ............................................ IV-15
Tabel 5.1. perhitungan densitas campuran............................................... IV-2
Tabel 5.2. Ukuran baut optimum. ............................................................ IV-14
Tabel 5.3. perhitungan viskositas............................................................. IV-23
Tabel 5.4. perhitungan kecepatan pengadukan. ....................................... IV-24
Tabel 5.6. Spesifikasi flange. ................................................................... IV-44
Tabel 5.7. Spesifikasi bolt........................................................................ IV-44
Tabel 5.8. Luas perpindahan panas.......................................................... IV-44
Tabel 7.1. Spesifikasi Pompa Utilitas ....................................................... VII-10
Tabel 9.1. Jadwal Kerja Shift.................................................................... IX-12
Tabel 9.2. Pengaturan Jadwal Kerja Grup ................................................ IX-12
Tabel 9.3. Pembagian waktu kerja shift unit keamanan ........................... IX-13
Tabel 9.4. Pembagian waktu kerja untuk sistem non Shift....................... IX-13
Tabel 9.5. Penggolongan tenaga kerja berdasarkan jabatan ..................... IX-16
Tabel 9.7. Penggolongan gaji karyawan berdasarkan jabatan .................. IX-19
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Grafik Proyeksi Produksi Tahun 2008................................. I-5
Gambar 1.2. Grafik Proyeksi Impor Tahun 2008 ..................................... I-6
Gambar 1.3. Grafik Proyeksi Ekspor Tahun 2008.................................... I-8
Gambar 1.4. Grafik Proyeksi Konsumsi Tahun 2008............................... I-9
Gambar 2.1. Struktur molekul Ethylene dichloride ( 1,2-Etil diklorida).. II-1
Gambar 2.2 Process Flow Diagram Of Direct Chlorination.................... II-9
Gambar 5.1. Hubungan dimensional untuk flange and dished head......... V-6
Gambar 7.1. Diagram Alir Proses Pengolahan Air Sungai....................... VII-5
Gambar 8.1. Tata Letak Alat Proses. ........................................................ VIII-5
Gambar 8.2. Tata Letak Pabrik ................................................................. VIII-7
Gambar 9.1 Struktur Organisasi Perusahaan ............................................ IX-19
DAFTAR PUSTAKA
Badger, Walter L and Julius T. Banchero,, 1955, ”Introduction to Chemical
Engineering”, International edition, Mc Graw Hill, Singapore
Bhattacharya, B. C., 1976, “Introduction to Chemical Equipment Design”,
Mc.GrawHill Book Co., New York
Brown, G.G., 1978, “Unit Operation”, Modern Asia Edition, John Wiley & Sons
Inc., New York
Brownell, L. E. & Young, 1959, “Process Equipment Design”, Wiley Eastern
Hesse, Heman C, 1959, “Process Equipment Design”, Edisi VIII, D Van Nostrad
Co, New York
Kern, D. Q., 1985, “ Process Heat Transfer”, Mc.GrawHill Book Co., New York
Mc.Cabe, 1980, “Unit Operation of Chemical Engineering”, John Wiley & Sons,
New York
Mc Ketta, John J, 1984, “Encyclopedia of Chemical Processing and”, Vol 20,
Marcel Dekker, Inc, New York
Levenspiel, Octave, 1972, “Chemical Reaction Engineering”, John Wiley & Sons,
New York
Perry, Robert and Don Green, 1999,” Perry’s Chemical Engineer Handbook”,
Mc.Graw Hill, Singapore
Peters, M., 1981, “Plants Design and Economics for Chemical Engineers”,
Mc.GrawHill Book Co., New York
PT. Capricorn Indonesia Consult Inc., 2002, “Laporan Bisnis Indochemical”, 8
Desember, Jakarta-Indonesia,
Riegel, “Riegel’s Handbook of Industrial Chemistry, Edisi VII, Van Nostrad
Company Inc. USA
Sinnot, R. K. 1986. “Introduction to Chemical Engineering Design”. John Wiley
and Sons, Inc. Frankfurt.
Soelardo, ”Diktat Ekonomi Teknik”, Institut Teknologi Indonesia, Serpong
Treyball, Robert E, 1980, ”Mass Transfer Operation”, 3rd Edition, Mc.Graw Hill,
Singapore,
Wallas, S.M., 1988, “ Chemical Process Equipment Selection and Design”,
Butterworth, USA
www.dprin.go.id
www.chemicalland21.com
www.matche.com
www.msds.com
www.freepatentsonline.com
www.en.wikipedia.org
www.uic.co.id
www.sinarantjol.com
www.lasinfo.org
www.ilo.org
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Sejarah Perkembangan Produk
Hingga beberapa tahun yang lalu, sabun dan air merupakan satu-satunya
pembersih yang ada. Sabun memenuhi kebutuhan masyarakat bertahun-tahun
dengan baik. Sampai pada suatu waktu kita kesulitan dengan persediaan minyak
nabati dan hewani, yang merupakan bahan dasar pembuatan sabun. Selama masa
Perang Dunia I dan II, dilakukan penelitian untuk mencari alternatif lain dengan
gencar. Para penelitian telah berhasil membawa kepada penemuan surfactant
yaitu suatu bahan aktif yang dapat menurunkan tegangan permukaan air yang
dibuat secara sintesis dari bahan petrokimia, dimana saat itu sudah banyak
tersedia. Perkembangan ini selanjutnya telah membawa keberuntungan kepada
industri bahan pembersih dan masyarakat.
Ilmuwan dari Jerman pertama kali membuat deterjen pada masa Perang
Dunia II. Produk ini terdiri dari surfactant yang merupakan branched-chain
alkylbenzene sulfonates (BABS/ABS). Seperti sabun, bahan ini dapat mengikat
mineral-mineral pada air. Namun mikroba tidak dapat menguraikan deterjen
dengan tipe branch-chain, karena itu dapat mencemarkan air di sungai-sungai dan
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PENDAHULUAN I −2
lingkungan disekitarnya. Posisi produk ini digantikan oleh straight-chain
alkylbenzene sulfonates atau linear alkylbenzene sulfonates (LAS) seperti sodium
dodecylbenzenesulfonate dan sodium xylenesulfonate. LAS dengan struktur rantai
lurusnya lebih ramah lingkungan
LAS pertama kali diperdagangkan pada awal 1960-an sebagai penggantian
DDBS ( Dodecyl benzen sulfonate)/ABS yang sukar untuk degradasi oleh unsur
atau miroba di alam yang menyebabkan pencemaran limbah di lingkungan. LAS
hasil riset yang diharapakan dapat memenuhi kebutuhan industri deterjen dengan
biaya ekonomis dan ramah lingkungan. Investasi selama 40 tahun yang lalu sudah
menghasilkan kemajuan yang lebih baik terhadap mutu produksi dan keselamatan
lingkungan.
1.2. Latar Belakang
Kita selalu mencoba menemukan sesuatu yang baru untuk membuat
segalanya bersih dari noda. Sabun ditemukan tidak lama setelah manusia baru
mengenal memasak, sebagai campuran lemak dari makanan dan abu dari bekas
kayu bakar. Secara definisi sabun adalah produk yang terbuat dari bahan alami
seperti minyak atau asam lemak. Namun karena keterbatasan bahan alami yang
digunakan maka penggunaan sabun sebagai bahan pencuci menjadi berkurang.
Produk yang kini menggantikan posisi sabun sebagai bahan pencuci
adalah deterjen dimana bahan surfactant utama yang digunakan adalah tipe Linear
Alkylbenzene Sulfonate (LAS) yang bersifat lebih ramah terhadap lingkungan,
karena LAS memiliki gugus alkyl yang lurus / tidak bercabang sehingga dapat
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PENDAHULUAN I −3
diuraikan oleh mikroorganisme (biodegradable). Formula surface active agent
(surfactant) tipe adalah senyawa kimia yang dapat larut dalam air dan akan
mengabsorbsi daerah interfasa media ternoda. Sementara komposisi tambahan
yang digunakan adalah builders ataupun filler. Komposisi tambahan ini berfungsi
untuk meningkatkan daya kerja deterjen saat pencucian.
LAS dibuat melalui proses sulfonasi LAB (linear alkylbenzene). Hasil
sulfonasi ini merupakan produk yang masih bersifat asam yaitu Linear
Alkylbenzene Sulfonic Acid (LAS/LABSA/LABS/HLAS), yang merupakan
produk akhir dari Perancangan Pabrik ini. Produk ini lebih lanjut di netralisasi
dengan NaOH menjadi produk Linear Alkylbenzne Sulfonate Sodium Salt (LAS)
yang umum berbentuk padat. Di Indonesia, pemakaian LAS untuk bahan baku
deterjen dimulai sekitar tahun 1970an. Hingga saat ini perkembangan LAS yang
digunakan sebagai bahan baku deterjen di Indonesia sudah terbilang maju, yang
ditandai dengan banyaknya produsen-produsen yang menghasilkan deterjen
menggunakan bahan baku LAS, diantaranya PT. Unilever, PT. Sinar Ancol, PT.
KAO, PT. Sayap Mas, dan lain-lain. Akan tetapi banyaknya produsen deterjen ini
tidak sama dengan jumlah produsen bahan surfactant.
Pabrik pembuat surfactant di Indonesia masih jarang, dimana dominasi
pasar dipegang oleh PT Unggul Indah Cahaya (UIC) yang merupakan produsen
LAB terbesar di Asia Pasifik. Beberapa produsen besar deterjen mempunyai unit
sulfonasi sendiri untuk memproses LAB menjadi LAS yang dipakai untuk
kebutuhan sendiri. Namun demikian LAS di Indonesia masih harus dicukupi
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PENDAHULUAN I −4
dengan mengimpor. LAS kini juga digunakan sebagai deterjen konsentrasi tinggi
biasanya dengan strategi penjualan multi-level marketing dan sebagai surfactant
pada proses industri. Jika dilihat dari besarnya kebutuhan pasar dan jumlah
populasi Indonesia yang cukup tinggi, tidak tertutup kemungkinan didirikannya
pabrik LAS yang baru.
1.3. Analisa Pasar dan Kebutuhan Pabrik
A. Perkembangan Produksi
Dengan kontribusi sekitar 27% dari total surfaktan yang dikonsumsi oleh
pembuatan deterjen rumah tangga, LAS telah menjadi satu-satunya surfaktan
terbesar yang dipakai untuk deterjen selama lebih dari 30 tahun dan masih
berperan penting dalam pasar surfaktan saat ini. Asia adalah konsumen LAS
terbesar dengan 32% dari konsumsi dunia. Rata-rata kandungan LAS dalam
deterjen di Indonesia berkisar antara 23 – 30%, tergantung dari jenis deterjen
(cairan pencuci tangan, deterjen pakaian dll).
PT. Sinar Antjol merupakan salah satu produsen yang memproduksi LAS
yang terletak di Tangerang, Banten, dengan kapasitas produksi sebesar 32.400 ton
per tahun. Tetapi dalam prakteknya kapasitas ini tidak selamanya berproduksi
penuh. Sementara itu sumber LAB masih dikuasai sepenuhnya oleh PT UIC.
Dibawah ini dapat dilihat perkembangan produksi LAS di Indonesia.
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PENDAHULUAN I −5
Tabel 1.1. Perkembangan Produksi LAS Indonesia tahun 2000 – 2004
Tahun Volume (Ton)
2000 141.400
2001 193.257
2002 208.500
2003 216.042
2004 231.890
Sumber : Diolah dari Indochemical, 2002
Untuk kapasitas produksi domestik pada tahun 2008, dianggap sama
dengan data pada tahun 2004 terakhir yaitu sebesar 231.890 ton. Dengan asumsi
tidak ada lagi pabrik baru yang didirikan.
B. Perkembangan Impor
Meskipun LAS sudah dapat diproduksi di dalam negeri namun jumlahnya
masih terbatas, oleh sebab itu sebagian LAS ataupun surfaktan lain di impor dari
luar negeri. Di bawah ini dapat dilihat tabel perkembangan impor LAS di
Indonesia.
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PENDAHULUAN I −6
Tabel 1.2 Perkembangan Impor LAS Indonesia tahun 2000 – 2004
Tahun Volume (Ton)
2000 9.000
2001 10.366
2002 11.933
2003 13.738
2004 15.815
Sumber : Diolah dari Indochemical, 2002
y = 2613.4x - 5E+06
R2 = 0.987
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Tahun
Volume (ton
)
Grafik 1.1 Proyeksi Perkembangan Impor LAS Indonesia tahun 2005-2008
Dari grafik diatas, di perkirakan pada tahun 2008 Import LAS naik
sebanyak 27.776 ton per tahun. Untuk data selengkapnya disajikan dalam tabel
berikut dibawah ini:
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PENDAHULUAN I −7
Tabel 1.3 Proyeksi Perkembangan Impor LAS Indonesia tahun 2005-2008
Tahun Volume (Ton)
2005 18.206
2006 20.959
2007 24.128
2008 27.776
Sumber : Diolah
Perkembangan import bahan baku deterjen (LAS/LAB) terus mengalami
peningkatan seiring dengan makin besarnya permintaan pasar dalam negeri hal
tersebut disebabkan perusahaan yang bergerak dibidang produksi LAS dalam
negeri jumlahnya sangat terbatas sementara kebutuhan dalam negeri terus
meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dalam negeri. Hal ini
sangat membuka peluang bagi perusahaan asing untuk memasok produknya ke
Indonesia. Negara-negara pemasok LAS tersebut diantaranya adalah dari Eropa,
China dan Jepang.
C. Perkembangan Ekspor
Pemasaran produk LAS keluar negeri dengan cara ekspor jumlahnya
sangat kecil, itu terlihat dari data yang diperoleh pada tahun 2004 sebesar 41.652
ton per tahun. Hal ini disebabkan karena kebutuhan akan LAS dalam negeri
jumlahnya masih tinggi, sehingga para perusahaan yang bergerak dibidang ini
lebih cenderung memasarkan produknya didalam negeri. Hanya beberapa pabrik-
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PENDAHULUAN I −8
pabrik surfaktan besar seperti PT Unggul Indah Cahaya dan PT Unilever yang
mengekspor produk surfaktannya ke luar negeri dengan persentase kurang dari
20% dari total produksinya. Jumlah ekspor total pada tahun 2004 adalah 41.652
ton. Persentase ekspor saat ini cenderung semakin menurun guna memenuhi
kebutuhan domestik dalam negeri saja. Pada tahun 2008 nilai ekspor diasumsikan
sama dengan data terakhir pada tahun 2004.
D. Perkembangan Konsumsi
Konsumsi LAS dari tahun ketahun mengalami kenaikan. Kenaikan
tersebut dikarenakan jumlah populasi Indonesia yang cukup tinggi mengakibatkan
kebutuhan LAS dalam negeri kian meningkat selain itu juga perusahaan yang
bergerak dibidang produksi LAS sedikit jumlahnya di Indonesia. Perkembangan
konsumsi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut dibawah ini :
Tabel 1.4 Perkembangan Konsumsi LAS Indonesia tahun 2000 – 2004
Tahun Volume (Ton)
2000 151.478
2001 163.899
2002 169.635
2003 175.573
2004 181.718
Sumber : Diolah dari Indochemical, 2002
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PENDAHULUAN I −9
y = 17015x - 3E+07
R2 = 0.988
0
50000
100000
150000
200000
250000
300000
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Tahun
Volume (to
n)
Grafik 1.2 Proyeksi Perkembangan Konsumsi LAS Indonesia tahun 2005-2008
Dari grafik 1.2 diatas, seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dalam
negeri di perkirakan pada tahun 2008 eksport LAS naik sebanyak 270.000 Ton
per tahun. Untuk data selengkapnya disajikan dalam tabel berikut dibawah ini :
Tabel 1.5 Proyeksi Perkembangan Konsumsi LAS Indonesia tahun 2005 – 2008
Tahun Volume (Ton)
2005 188.078
2006 194.661
2007 260.000
2008 270.000
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PENDAHULUAN I −10
1.4 Penentuan Kapasitas Pabrik
Dari data terakhir yang didapat pada tahun 2004 akhir, jumlah produksi
LAS di Indonesia adalah sebesar 231.890 ton/tahun. Untuk mendirikan pabrik
diasumsikan sampai tahun 2008 tidak ada penambahan minat investasi dalam
industri LAS di Indonesia (tidak ada pabrik yang dibangun), sehingga jumlah
produksi dianggap tetap sampai dengan tahun 2008 yaitu sebesar 231.890
ton/tahun. Dengan mengurangi ketergantungan impor LAS pada tahun 2008
sebesar ± 70% menjadi 19.443 ton. Sementara itu prediksi kebutuhan konsumsi
akan LAS di Indonesia untuk tahun 2008 adalah sebesar 270.000 ton per tahun.
Sedangkan untuk ekspor pada tahun 2008 dianggap sama dengan tahun 2004
sebesar 41.652 ton. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan
kapasitas pabrik adalah:
a. Jumlah kebutuhan dalam negeri.
b. Peluang pasar.
c. Bahan baku dan bahan pendukung yang murah dan mudah didapat.
Berdasarkan proyeksi produksi, konsumsi, impor, ekspor tahun 2008
maka peluang pasar LAS dapat ditentukan.
Supply = Demand
Produksi + Impor = Konsumsi + Ekspor
Peluang terjadi bila jumlah demand (konsumsi + ekspor) lebih besar
daripada jumlah supply (produksi + impor).
� Konsumsi tahun 2008 = 270.000 ton
� Produksi tahun 2008 = 231.890 ton
� Impor tahun 2008 = 19.443 ton
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PENDAHULUAN I −11
� Ekspor tahun 2008 = 41.652 ton
Dari data diatas diketahui bahwa total produksi + impor lebih kecil
daripada total konsumsi + ekspor. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
pabrik LAS yang akan didirikan memiliki peluang pasar sebesar ±60.000 ton/
tahun. Berdasarkan peluang pasar sebesar 60.000 ton/tahun dapat diambil
Kapasitas Pabrik yang akan didirikan 100% dari peluang yang ada, yaitu 60.000
ton/ tahun. Nilai ini diambil karena kebutuhan akan produk LAS pada tahun 2008
yang akan datang masih besar yaitu 270.000 ton/tahun juga mempertimbangkan
kapasitas pabrik yang sudah ada saat ini berkisar antar 10.000 – 150.000
ton/tahun.
Sedangkan untuk pemasaran produk LAS sebagai bahan baku deterjen
untuk perusahaan yang akan mulai didirikan saat ini, hanya dipasarkan untuk
kebutuhan dalam negeri.
alasan ini karena :
1. Dilihat dari perkembangan konsumsi dalam negri kebutuhan akan LAS
kian hari kian meningkat itu terlihat dari tahun 2000 – 2004 konsumsi LAS
naik dari 151.478 menjadi 181.718 ton per tahun, itu artinya meski hanya
dipasarkan dalam negri masih bisa laku terjual.
2. Kapasitas terpasang pabrik yang ada saat ini di Indonesia dalam
memproduksi LAS dan LAB berkisar antara 10.000 - 150.000 ton per
tahun. Sedangkan kebutuhaan untuk produk LAS saja diproyeksikan
sebesar 270.000 ton per tahun pada tahun 2008.
3. Perusahaan yang bergerak dibidang produksi LAS masih sedikit jumlahnya
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PENDAHULUAN I −12
di Indonesia sementara kebutuhan akan LAS dan LAB masih besar, itu
artinya peluang untuk pemasaran produk LAS dan LAB masih terbuka
lebar.
I.5 Perencanaan Pendirian Pabrik
Pabrik ini akan memproduksi LAS yang masih berbentuk cair dan bersifat
asam, HLAS, karena bahan ini lebih luas dan mudah dalam pengolahan lebih
lanjut sesuai dengan spesifikasi produsen deterjen sebagai target konsumen.
Pendirian direncanakan akan mulai didirikan pada tahun 2007 dengan
pertimbangan bahwa perekonomian di Indonesia sudah membaik dan mulai
beroperasi pada tahun 2008, dan adanya investor. Untuk pemilihan lokasi pabrik
yang tepat sangat berpengaruh terhadap kegiatan kemajuan suatu industri, karena
hal ini menyangkut faktor-faktor produksi dan distribusi dari pabrik yang akan
dibangun. Berdasarkan faktor-faktor tersebut maka pabrik HLAS ini
direncanakan berlokasi di Cilacap, Jawa Tengah. Adapun pemilihan lokasi pabrik
ini berdasarkan perkembangan sebagai berikut:
1. Lokasi pabrik dekat dengan pemasok bahan baku, yaitu Pertamina Cilacap,
sehingga menghemat biaya transportasi.
2. Padatnya penduduk di pulau Jawa, menjadikan kawasan ini sebagai pasar yang
strategis untuk penjualan bahan baku HLAS untuk Industri deterjen.
3. Lokasi ini juga dipilih karena adanya pelabuhan, kondisi jalanan yang baik,
kemudahan jalur transportasi sehingga pendistribusian produk lancar.
4. Tersedianya sarana penunjang dan utilitas seperti air, listrik dan telepon.
5. Banyak tenaga kerja yang dibutuhkan di sekitar pabrik.
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PENDAHULUAN I −13
Gambar 1.1 Peta lokasi Cilacap
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Deterjen
Deterjen terdiri dari molekul-molekul yang mengandung gugus polar dan
nonpolar. Gugus polar cenderung untuk larut pada medium polar seperti air dan
gugus nonpolar cenderung untuk larut pada medium nonpolar seperti minyak.
Masalah dalam pembersihan adalah minyak dan lemak. Air saja tidak dapat
melarutkan substansi yang hidrophobic ini, dengan deterjen lemak dan minyak
akan larut dengan bagian yang nonpolar. Air sendiri akan larut dengan bagian
yang polar. Karena itu sintetik deterjen harus seimbang antara kedua gugusnya.
Derajat keseimbangan ini tergantung kepada:
1. Sifat dan letak dari gugus hidrofilik terhadap gugus hidrofornknya.
2. Struktur dan ukuran dari gugus hidrofobiknya.
Pada dasarnya struktur detergent dan sabun sama. Satu hal yang
membedakan antara sabun dan detergent adalah jenis gugus aktifnya dimana
gugus aktif sabun merupakan senyawa karboksilat sedangkan gugus aktif
detergent adalah merupakan senyawa benzil sulfonat. Linear/Branched
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES II −2
Alkylbenzene (LAB/BAB) sendiri tidak begitu aktif dalam medium yang bukan
air, tetapi ia juga tidak larut di dalam air. Dengan mensulfonasi LAB/BAB
tersebut, berarti kepadanya ditambahkan suatu gugus hidrofil. Bila ia hanya 1
gugus sulfonat, maka keseimbangannya akan bergeser ke sifat hidrofilnya,
sehingga hilanglah fungsi deterjennya.
Alkylbenzene sulfonate acid (HLABS) merupakan senyawa bersifat
surfaktan dan pada dasarnya sudah dapat digunakan untuk mencuci. Tetapi karena
bersifat asam, maka tidak aman digunakan karena dapat merusak kulit pemakai
dan bahan yang akan dicuci. Oleh karena itu sebelum dapat digunakan, terlebuh
dahulu dinetralisasi dengan senyawa basa alkali untuk menghasilkan garam
detergent yang aman digunakan. Basa alkali yang umumnya digunakan dalam
reaksi netralisasi surfactant ini adalah caustic soda (NaOH). Pada reaksi
netralisasi ini, dihasilkan juga air sebagai hasil samping seperti yang ditunjukkan
pada skema reaksi netralisasi berikut ini :
HLABS/HBABS + Soda Caustic → Deterjen + Air
R-C6H4-SO3H (l) + NaOH (l) → R-C6H4-SO3Na (s) + H2O (l)
Gugus alkil (R) yang terdapat dalam suatu detergent dapat berupa rantai C
linier atau rantai C yang bercabang. Jika dilihat dari segi pengaruh detergent
terhadap lingkungan, maka detergent dengan gugus alkil linier lebih ramah
lingkungan karena gugus alkil dengan rantai C linier mudah untuk didegradasi
oleh mikroorganisme dibandingkan dengan gugus alkil dengan rantai C yang
bercabang.
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES II −3
2.1.2 Pengertian Surface Activating Agent (Surfactant)
Surface activating agent (surfactant) adalah suatu bahan yang dapat
mempengaruhi tegangan permukaan air atau larutan dalam air (biasanya
menurunkan), senyawa ini juga dapat mempengaruhi tegangan permukaan antara
dua cairan yang tidak larut, hanya larut sebagian satu sama lain. Yang termasuk
surfactant ialah, wetting agent, emulsifier sabun, dan deterjen.
Dilihat dari struktur kimianya, surfactant merupakan gabungan dari dua
macam gugus, yaitu:
a. Gugus hidrofllik atau gugus yang "senang air".
b. Gugus hidrofobik atau gugus yang menolak air.
Sehingga surfactant mempunyai keseimbangan antara kedua sifat
dasarnya tadi. Tiap derajat keseimbangan yang lain akan mempunyai sifat
kelarutan yang lain pula.
Karena itu fungsi surfaktan yang satu akan berbeda dari surfaktan yang
lain, tergantung dari derajat keseimbangan tadi.
2.1.3 Klasifikasi Surfaktan/Deterjen
Bagian hidrofobik biasanya merupakan suatu hidrokarbon yang
mempunyai 9-18 buah atom C dalam suatu rantai lurus atau rantai yang agak
bercabang. Kadang-kadang beberapa dari atom C dalam rantai tersebut diganti
dengan suatu lingkaran benzene, C6H6 bagian yang hidrofilik dapat bermacam-
macam.
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES II −4
Dipandang dari sifat gugus hidrofilnya, surfaktan ada bermacam-macam, yaitu:
a. Surfaktan Anionik.
Gugus hidrofiliknya bersifat anionik, misalnya:
-OSO3- atau -SO3
-. Jenis ini paling banyak dipakai untuk deterjen.
b. Surfaktan Kationik.
Gugus hidrofiliknya bersifat kationik, misalnya:
-N(CH3)3 +.
c. Zwitterionicfamphoteric Surfactant.
Gugus hidrofilik bersifat sebagai anion maupun kation, misalnya:
-N+ (CH3)2( CH2)2COO
d. Semipolar surfactant bersifat semipolar, misalnya:
-N(CH3)2 O
e. Nonionik Surfactant.
Gugus hidrofiliknya tidak mengion, misalnya:
-C2 H5 - OH
Berdasarkan klasifikasi tadi, Linear Alkylbenzene Sulfonate (LAS)
termasuk surfaktan yang anionik. Selain klasifikasi tersebut di atas, surfaktan
sebagai deterjen masih dapat dibagi lagi menurut biodegradasinya. Sifat
biodegradasi yaitu sifat yang dilihat dari sudut pengotoran polusi pada air
buangan, air bekas yang masih mengandung bahan yang aktif, sebab ini ternyata
menimbulkan persoalan-persoalan yang cukup rumit terutama karena sifat
pembuihannya. Untuk menghindari pengotoran air tersebut dengan sisa surfaktan,
maka yang terakhir ini harus dapat diuraikan dengan mudah oleh bakteri-bakteri
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES II −5
yang ada. Sifat mudah tidaknya suatu surfaktan diuraikan oleh bakteri, disebut
"biodegradable". Sifat deterjen yang baik di dapat dari kekutatan yang seimbang
dari kedua sifat tersebut.
Secara kimia, Linear (LAS) dan Branched (ABS) Alkylbenzene Sulfonate
merupakan campuran ikatan isomer dan homolog. Masing-masing molekul
mengandung cincin aromatik tersulfonasi pada posisi para yang menempel pada
rantai alkil yang lurus maupun bercabang pada suatu posisi atom, kecuali pada
atom karbon paling ujung (Valtorta et al, 2000). Panjangnya rantai bervariasi
namun umumnya pada range C10 sampai C14. Bahan LAS/ABS didapat dengan
proses sulfonasi linear dan non-linear alkylbenzene. Struktur linear dari
alkylbenzene berdasarkan atas reaksi alpha olefin (R-CH=CH2) dengan benzene,
dengan atau tanpa katalis.
Menggunakan katalis atau tidak, serta penggunaan katalis yang berbeda,
akan menghasilkan perbedaan berupa tipe 2-, 3-, 4-, 5- atau 6-phenyl isomer.
Untuk 1-phenyl isomer tidak terbentuk. Ilustrasi dibawah ini menunjukkan
struktur umum LAS, dengan cincin phenyl menempel pada posisi 2-, 3- atau 4-
dari rantai alkil.
Gambar 2.1 Cincin phenyl
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES II −6
Pada gambar 2.1 (a) cincin phenyl menempel pada posisi 2-, (b) posisi 3-,
(c) posisi 4- dari rantai alkyl (disini: dedocyl atau C12). Tabel dibawah ini
memperlihatkan tipikal komposisi produk sebagai fungsi dari katalis yang
digunakan pada proses sintesis.
Tabel 2.1 Tipikal struktur komposisi LAS/ABS terhadap fungsi katalis
Sumber: U.S. EPA, 2002
Produk LAS/ABS dipasaran umumnya memiliki panjang ratai C10-C14. Mayoritas
merupakan LAS/ABS dengan jenis dedocyl (C12).
Tabel 2.2 Distribusi tipikal panjang rantai
Dimana C10 + C11 = 50%; dan C10 + C11 + C12 = 85%
Bahan “A”: linear
Gambar 2.2 CAS: 26264-05-1, Benzenesulfonic acid, dodecyl-, compd.with 2-propanamine (1:1)
Komposisi Katalis HF Fixed Bed
Panjang Rantai Jumlah (%)
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES II −7
Jenis rantai alkil adalah C12; ion pembantu adalah 2–propanamine dalam ratio
molekul 1:1.
Bahan “B”: linear
Gambar 2.3 CAS 27323-41-7, Benzenesulfonic acid, dodecyl-, compd. with
2,2’,2’’-nitrilotris(ethanol) (1:1)
Jenis rantai alkil adalah C12; ion pembantu adalah 2,2’,2” –nitrilotris (ethanol)
dalam ratio molekul 1:1.
Bahan “C”: linear
Gambar 2.4 CAS 26264-06-2, Benzenesulfonic acid, dodecyl-, calcium salt
Jenis rantai alkil adalah C12; ion pembantu adalah kalsium dalam rasio molekul 2:1.
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES II −8
Bahan “D”: bercabang
Gambar 2.5 CAS 26264-06-2, Benzenesulfonic acid, dodecyl-, calcium salt
Jenis rantai alkil adalah C12; ion pembantu adalah kalsium dalam rasio molekul 2:1. Bahan “E”: bercabang
Gambar 2.6 CAS 68608-88-8, Benzenesulfonic acid, mono-C11-13-branched alkyl derivs.
Jenis rantai alkil adalah C12; tidak ada ion pembantu. Bahan “F”: bercabang
Gambar 2.7 CAS 68953-96-8, Benzenesulfonic acid, mono-C11-13-branched alkyl
derivs., calcium salts
Jenis rantai alkil adalah C12; ion pembantu adalah kalsium dengan rasio
perbandingan molekul 1:2.
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES II −9
Tabel 2.3 Evaluasi sifat fisik-kimia
Bahan A B C D E F
Titik didih
>149ºC
117ºC
Tekanan uap
<3100 Pa
733 Pa
Kelarutan
dispersibel
dispersibel
dispersible
Biodegradasi 71% dlm 28 hari
64-73% dlm 28 hari
Sumber: U.S. EPA, 2002
2.1.4 Dehidrogenasi n-paraffin
Untuk melakukan proses alkilasi, bahan masuk n-parrafin dikonversi
menjadi mono-olefin melalui proses dehidrogenasi. Dengan proses dehidrogenasi
katalitik dua atom H dari parrrafin dilepaskan sehingga parrafin menjadi olefin.
C12H2 6 C12H24 + H2
Proses dehidrogenasi dilakukan dengan bantuan katalis alumina yang
mengandung platinum dan lithium pada reaktor fixed bed. Konversi olefin tidak
lebih dari 20% karena untuk menghindari dari kemungkinan terbentuknya by-
product yang tidak diinginkan. Campuran parrafin/olefin dari unit dehidrogenasi
ini akan dialirkan untuk mengalkilasi benzene di unit alkilasi dan parrafin yang
tersisa pada produk akan didistilasi dan didaur ulang ke unit dehidrogenasi.
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES II −10
2.1.5 Alkilasi Benzene
Proses alkilasi adalah salah satu proses yang penting dalam pembuatan
LAB. Saat ini terdapat beberapa metode alkilasi olefin dengan benzene, dengan
bantuan katalis yang berbeda. Pada prinsipnya alkilasi adalah proses adisi
senyawa alkil pada suatu molekul tertentu. Campuran n-paraffin/olefin dialkilasi
dengan benzene yang kemudian menghasilkan LAB pada produk atas setelah
didistilasi dan produk bawah heavy alkylate.
2.1.6 Sulfonasi LAB
Proses pembuatan LAS adalah dengan sulfonasi. Disini terjadi substitusi
dari suatu gugus asam sulfonat (-SO2OH) ke dalam suatu Linear Alkylbenzene
sehingga terbentuklah Linear Alkylbenzene Sulfonate (LAS). Sebagai bahan
sulfonasi dapat juga dipakai H2SO4 pekat (98%), H2SO4 100% atau SO3 uap.
Reaksi sulfonasi merupakan tingkat reaksi yang paling sederhana dalam urutan-
urutan proses. Tetapi walaupun sederhana, sulfonasi juga merupakan tingkat yang
cukup kritis bagi mutu LAS-nya. Perlu dicatat bahwa tujuan dari sulfonasi adalah
mendapatkan sifat hidrofobik-hidrofilik yang seimbang di dalam suatu senyawa
LAS, sehingga senyawa tersebut mempunyai afinitas yang cukup besar dalam air
maupun dalam minyak.
Contoh:
1. Wetting agent.
Berfungsi sebagai senyawa pembasah, maka keseimbangan harus cenderung
kepada gugus yang hydrofilik.
2. Emulsifier.
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES II −11
Berfungsi untuk mempertahankan emulsi, maka keseimbangan harus
cenderung kepada gugus hidrofobik.
3. Sabun.
Istilah sabun menunjukan beberapa larutan air garam dari fatty acid asam
lemak yang terdapat 6 sampai dengan 27 atom karbon dalam rantai paraffin.
Sebagian besar didunia, sabun dibuat dari 2 dekomposisi dari Glycerin dan
Caustic soda.
Saponifikasi adalah pembentukan sabun peristiwa penyabunan. Jika suatu
jenis lemak dan minyak dilakukan penyabunan dengan menambahan NaOH,
prosedur ini dapat disebut saponifikasi minyak netral . Jika dalam kandungan
yang tetap asam lemak didestilasi terlebih dahulu, maka proses ini adalah
saponifikasi fatty acid. Apabila proses dari saponifikasi asam lemak methyl ester
dengan larutan natrium hidroksida maka proses ini dinyatakan dengan persamaan
reaksi sebagai berikut dibawah ini:
-Saponification minyak netral.
Minyak Alkali Sabun
R = Asam lemak kelompok alkali
- Saponifikasi asam lemak
CH2OCOR1
CH2OCOR2
CH2OCOR3
R1CO2Na CH2OH
R2CO2Na 2 CH2OH
CH2OH R3CO2Na 2
3NaOH
+
+
+
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES II −12
RCO2H + NaOH RCONa + H2O
Asam lemak Sabun
2.2 Seleksi proses
Pembuatan LAS dibagi menjadi dua proses utama yaitu proses pembutan
LAB dan proses sulfonasi LAB menjadi LAS. Terakhir, produk LAS masih harus
dikenakan proses netralisasi untuk menghilangkan asam. Saat ini terdapat
beberapa metode proses pembuatan LAB dan proses sulfonasi. Untuk memilih
proses yang sesuai, di sini dapat ditinjau dari beberapa segi diantaranya:
� Konversi.
� Waktu reaksi
� Kondisi operasi.
� Proses.
� Bahan-bahan
2.2.1 Proses Pembuatan LAB
Pengembangan komersial LAB difokuskan pada pengambilan paraffin
dengan kemurnian tinggi, yang dipisahkan dari kerosen yang telah dikenakan
proses hydrotreating. Linear paraffin ini kemudian dikonversi melalui proses
dehidrogenasi menjadi linear mono-olefin. Keluaran dari proses dehidrogenasi,
campuran paraffin-olefin, digunakan untuk meng-alkilasi benzene dengan
bantuan katalis. Proses konversi olefin menjadi alkylbenzene ini dilengkapi
dengan unit separasi untuk memisahkan paraffin yang tidak bereaksi dan
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES II −13
kemudian dikembalikan ke proses dehidrogenasi. Linear alkylbenzene yang
dihasilkan akan menjadi LAS (dengan sulfonasi), surfaktan sintesis bidegradable
utama pada saat ini.
Secara komersial telah lama digunakan dua katalis utama, hydrogen
fuorida (HF) dan AlCl3, dalam proses alkilasi benzene dengan alpha atau internal
mono-olefin (range olefin C10-C16 untuk deterjen). Proses dengan basis HF lebih
banyak digunakan dari pada proses berbasis aluminium klorida. Namun pada
tahun 1995, UOP memperkenalkan proses baru dengan nama Detal, yang mampu
mengurangi permasalahan pembuangan katalis dan netralisasi katalis.
LAB diproduksi melalui cara-cara berikut ini:
� Dehidrogenasi n-paraffin menjadi internal olefin diikuti oleh proses alkilasi
benzene menggunakan katalis HF. Lisensi proses ini dimiliki oleh UOP dan
saat ini merupakan 75% dari seluruh kapasitas instalasi LAB didunia.
� Dehidrogenasi n-paraffin menjadi internal olefin diikuti oleh proses alkilasi
benzene menggunakan fixed-bed asam, katalis padat non-korosif. Proses ini
dikembangkan bersama CEPSA dan UOP, dengan lisensi UOP, disebut juga
sebagai proses Detal dan merupakan yang paling baru diantara proses-proses
komersial. Plant-plant baru disarankan untuk mengadopsi teknologi ini.
� Klorinasi n-paraffin untuk membentuk monokloroparaffin. Kemudian
monokloroparaffin di-alkilasi-kan dengan benzene, dengan katalis AlCl3.
Proses ini diterapkan oleh dua produsen – Sasol dan Wibarco (BASF) pada
dua buah plant di seluruh didunia.
� Klorinasi n-paraffin membentuk kloroparaffin. Kloroparaffin kemudian
dikenakan proses dehidrokloronasi menjadi olefin (alpha dan internal).
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES II −14
Olefin ini lalu digunakan untuk alkilasi benzene dengan katalis AlCl3. Akan
tetapi proses ini sudah tidak lagi diterapkan secara komersil.
� Beberapa plant yang awalnya ditujukan untuk memproduksi branched
alkylbenzene (BAB) dari bahan baku propylene tetramer, telah dikonversi
untuk membuat LAB dengan mereaksikan olefin (yang didapat dengan
membeli) tipe campuran alpha dan internal dengan benzene menggunakan
katalis HF. Hanya ada 3 plant di seluruh dunia yang menggunakan proses
ini, yaitu Quimica Venoco di Venezuela, Shell dan Karbochem di Afrika
selatan.
Kebanyakan dari plant LAB dapat memakai alpha dan internal olefin
sebagai bahan proses alkilasi namun umumnya hal ini tidak ekonomis.
Pemasukan alpha olefin jarang dilakukan pada saat n-paraffin tidak tersedia
maupun saat produsen LAB ingin melebihi kemampuan produksi plant-nya dan
mendapatkan tambahan produksi untuk sementara.
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES II −15
Gambar 2.8 Kapasitas LAB dunia berdasrkan proses yang digunakan (sumber: Nexan Consultant, 2003)
Seperti yang terlihat diatas ada 3 proses yang paling banyak digunakan.
Proses pembuatan LAB dengan katalis HF masih mendominasi plant-plant yang
ada di dunia. Sedangkan pemakaian metode AlCl3 semakin menurun sehubungan
dengan isu pencemaran limbah yang dihasilkan katalis tersebut. Proses dengan
zeolite yang telah dikenal luas adalah proses Detal® milik UOP. Namun baru-
baru ini terdapat alternatif proses zeolite lain yang menawarkan kualitas produk
yang lebih baik dimana kandungan isomer 2-phenyl yang diinginkan dalam
detergen bisa di tingkatkan. Katalis yang digunakan adalah mordenite yang
diproses dengan HF.
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES II −16
Berikut ini adalah deskripsi dari proses-proses tersebut:
1. Proses Aluminium Chloride
- Bahan khusus yang digunakan:
� Katalis AlCl3
� Gas Cl2
� Campuran paraffin/olefin (C9 – C16) rasio 75:25 sd 25:75 persen berat
- Alat khusus yang digunakan:
� Chlorinator
� Menara paraffin
- Umpan mengandung C9 – C14 paraffin 18,8 lbs dan C9 – C14 olefin 43,9 lbs
dikombinasikan dengan 98,7 lbs kloroparaffin dari klorinator. Paraffin yang
masuk klorinator merupakan hasil recycle paraffin setelah melewati alkilasi
dan separasi light alkylate.
- Paraffin direaksikan dengan Cl2 pada klorinator untuk membentuk kloro-
paraffin. Suhu operasi berada 200 – 400 ºF dengan kondisi 20 mol persen atau
kurang terkloronasi untuk memaksimalkan fraksi mono-kloroparaffin sehingga
memaksimalkan hasil alkilasi.
- Proses alkilasi berlangsung pada suhu antara 190 ºF sampai 300 ºF dengan
suhu terbaik pada 200 ºC sampai 270 ºC. Tekanan operasi pada 5 sampai 50
psig dan lebih baik pada 15 sampai 25 psig. Perbandingan volume katalis
dengan campuran kloroparaffin/olefin dikondisikan pada 1:10. Umpan
benzene masuk sebanyak 29,3 lbs ditambah recycle dari benzene stripper
sebanyak 328,7 lbs. HCl sekitar 4,9 lbs terbentuk dari proses alkilasi.
- Keluaran alkilasi unit masuk kedalam unit separasi katalis untuk mengambil
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES II −17
sisa katalis. Aliran keluar sebanyak 514,5 lbs menuju ke benzene stripper untuk
me-recycle benzene.
- Hasil bawah benzene stripper sebanyak 185,8 lbs lalu ke menara paraffin untuk
me-recycle paraffin yang tersisa.
- Terakhir aliran masuk ke menara disitilasi alkylate dimana dpisahkan heavy
alkylate 20,2 lbs sebagai produk bawah dan LAB 73,5 lbs sebagai produk atas.
- Pada proses ini olefin tidak bereaksi atau mempengaruhi hasil yield dan
kualitas produk akhir.
2. Proses Hydrogen Fluoride (R. Fenske)
- Bahan khusus yang digunakan:
� Katalis HF
� n-paraffin kemurnian 98% (dari fraksinasi kerosen) dengan rantai C11 – C14
- Alat khusus yang digunakan:
� Reaktor Alkilasi = 2
� Reaktor dehidrogenasi katalitik
- Umpan n-paraffin masuk unit dehidrogenasi pada temperatur dan tekanan
sekitar 870 ºF dan 30 psig. Air yang digunakan bersama aliran berkisar 2000
ppm. Keluaran berupa mono-olefin 95%. Produk samping adalah hidrogen
dengan kemurnian 96%.
- Pada proses ini alkilasi dilakukan dua tahap dengan katalis HF baru di tahapan
ke dua.
- Pada tahap satu menggunakan HF 93-94% yang berasal dari tahap dua.
Benzene 233 ml dimasukkan dalam reaktor turbo mixer (1500 rpm stirrer) pada
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES II −18
70 ºF, didinginkan sd 50 º F kemudian dicampur 4100 ml HF (dipanaskan 100
ºF). Dengan kecepatan stirrer 1500 rpm, dimasukkan mono-olefin selama 30
menit dengan laju konstan. Setelah itu ditambah waktu 15 menit pengadukan
(100º F) .
- Pada tahap dua, olefin C10 – C15 (berasal dari proses dehidrogenasi n-paraffin
dengan 10% volume olefin) dialkilasikan dengan benzene, dengan rasio
benzene/olefin 10:1, menggunakan HF 100% (dimasukkan selama 10 mnt
dengan laju konstan). Suhu pada 110 ºF dan pengadukan 1500 rpm.
Perbandingan HF dan total hidrokarbon adalah 2:1, pada tekanan 3 atm dan
waktu kontak rata-rata 4,5 menit.
- Keluaran dari tahap diatas diseparasi untuk me-recovery HF yang didapat
dengan kemurnian 93% HF; 1,2% air dan 5,8% berat hidrokarbon.
- Hidrokarbon lapisan atas dicuci dengan air yang mengandung K2CO3 untuk
menghilangkan HF yang tersisa.
- Distilasi dilakukan pada tekanan atmosfer untuk me-recover benzene dan n-
paraffin, lalu pada tekanan 2 mmHg untuk me-recover produk alkylbenzene
dari residu yangterdiri dari alkyl dan dialkyl tetralin, naphthene dan material
dengan titik didih tinggi lainnya. Fraksi produk pada titik didih 536 – 620 ºF
dengan yield 91,3% berat.
3. Proses HF-mordenite
Proses alkilasi dengan katalis HF-mordenite:
- Bahan yang digunakan:
� Katalis mordenite ratio SiO2/Al2O3 = 17-20, dengan penambahan fluorida
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES II −19
0,1 – 10% berat.
� Normal paraffin
- Normal paraffin terlebih dahulu di dehidrogenasi pada fixed bed dengan katalis.
Kondisi operasi pada keadaan moderat, contohnya pada suhu 875 ºF dan
tekanan 30 psig. Linear hidrokarbon (C10 – C15) yang keluar terdiri dari 95%
mon-olefin yang siap dialkilasikan dengan benzene.
- Katalis pada proses ini adalah mordenite dengan kandungan fluorida.
Mordenite salah satu adalah golongan dari zeolite. Katalis disiapkan hidrogen
mordenite (biasnya mengandung sodium kurang dari 0,1%) mempunyai rasio
silika/alumina sekitar 10:1 sd 100:1. H-mordenite direaksikan dengan cairan
HF untuk membentuk katalis, diikuti dengan kalsinasi (400 – 600 ºC) hingga
kandungan fluorin 0,1 – 4%.
- Umpan masuk adalah campuran benzene dan olefin (80 – 95% paraffin)
dengan rasio molar 1:1 sd 100:1, dipompa menuju packed bed katalis
mordenite. Pada katalis bed, umpan masuk kontak dengan uap benzene yang
naik akibat pemanasan untuk direfluks. Suhu alkilasi pada 70 – 78 ºC dan
maksimal 200 ºC untuk laju reaksi yang tinggi. Lebih dari itu dapat terjadi
degradasi reaktan atau produk dan deaktivasi katalis. Kondisi yang optimum
pada 80 – 140 ºC dan tekanan atmosfer. Laju umpan masuk katalis bed adalah
0,05/jam sd 10/jam pada LHSV (Liquid Hourly Space Velocity)
- Keluaran katalis bed masuk ke unit destilasi. Proses ini mampu menghasilkan
produk LAB dengan kandungan 2-phenyl isomer ± 70%, yang berperan
penting untuk meningkatkan daya larut dan sifat-sifat deterjen.
- Umur katalis mencapai 500 jam.
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES II −20
Tabel 2.4 Perbandingan proses pembuatan LAB
Dari perbandingan data yang didapat diatas dipilih proses dengan katalis
HF-mordenite karena menghasilkan kualitas LAB yang paling baik dan bisa
dilakukan proses kontinyu untuk menghasilkan produk dalam jumlah tinggi.
2.2.2 Proses Sulfonasi
Dari beberapa point yang harus dipertimbangkan dalam memilih proses,
yang cukup penting adalah pemilihan sufonating agent. Hal ini menyangkut
kualitas produk yang akan dicapai atau diperoleh. Dari proses-proses saat ini,
sebagai sulfonating agent ada yang menggunakan H2SO4 100%, oleum maupun
SO3 uap. Dari ketiga macam sulfonating agent tadi yang paling baik adalah SO3
PROSES PEMBUATAN LAB
AlCl 3 HF HF-Mordenite
Waktu - 5 - 25 menit
0,05/jam - 10/jam (LHSV)
Kondisi Operasi
- Temperatur 200-270ºF (93-204ºC) - Tekanan 15-25 psig
- Temperatur 100-110 ºF (37-43ºC) - Tekanan 3 atm
- Temperatur 80°C-140°C - Tekanan 1 atm
Proses Batch Batch Batch atau Kontinyu
2-phenyl isomer
16-18%
26-28%
30-40%
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES II −21
uap karena memberikan kualitas produk yang baik, misalnya:
- tidak terjadi dealkilasi.
- Bau produk yang baik.
- Warna produk yang baik.
Sedangkan H2SO4 100 % atau oleum sebagai sulfonating agentnya, akan
memberikan bau yang kurang enak.
Ada 3 macam proses dalam sulfonasi. yaitu :
1. Proses Menurut Faith-Keyes-Clark
a. Reaksi:
C6H5.C12H25 + H2SO4 C12H25.C6H25.C6H4SO3H + H2O
Linear Alkylbenzene Linear Alkylbenzene Sulfonate
C12H25.C6H4SO3H + NaOH H2O + C12H25 + C6H4SO3Na
Linear Alkylbenzene Sulfonate Deterjen
b. Proses:
- Bahan yang digunakan :
� Asam sulfat (22% oleum) : 450 kg
� Natrium hidroksida (sp gr 1,21 larutan) : 645 liter
� Alumunium klorida: 10 kg
- Proses sullfonasi berlangsung secara batch pada suhu 32 - 45°C ( 90-115°F).
- Perbandingan antara asam : hidrokarbon = 1,02: 1
- Basis asam : 100 % H2SO4
- Sulfonasi dilakukan pada glass lined reactor yang dilengkapi dengan mixer
dan kapasitas 2500 galon.
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES II −22
- Seribu lima ratus galon alkalat dimasukkan ke dalam sulfonator, kemudian
ditambahkan 650 galon, waktu yang diperlukan 90 menit.
- Selama penambahan asam, heat of sulfonation harus dihilangkan dengan
external heat exchanger.
- Selama dalam penambahan asam, konversi reaksi hanya mencapai 90 %.
- Masa dipanaskan sampai 115°F selama dua jam untuk menyempurnakan
reaksi sehingga konversi reaksi bisa mencapai 98%.
- Dengan cara di atas, maka apabila produk LAS diteruskan menjadi deterjen,
akan memberikan hasil yang tidak putih, untuk menghindari hal yang
demikian maka proses sulfonasi dila\kukan dengan 22% oleum pada 85°F
dengan perbandingan asam alkilat = 1,38 : 1
- Apabila dipakai SO3 cair sebagai sulfonating agent makan sebaiknya
diberikan SO3 cair berlebih agar diperoleh produk yang lebih baik.
2. Proses Menurut Riegel
Proses:
- Pada proses sulfonasi diperlukan asam sulfat kuat berlebih atau oleum untuk
- mendekati 100% sulfonasi dari deterjen alkilat.
- Builders yang dapat digunakan misalnya Natrium klorida natrium fosfat,
natrium silikat, natrium sulfat, karboksimetil selulosa.
- Sulfonating agent digunakan SO3 uap (7 % volume) dicampur dengan udara
kering
- (93% volume).
- Basis: 100 % sulfonat dapat dihasilkan.
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES II −23
3. Proses menurut P.H Groggins
Proses :
- Dalam proses ini yang dipakai sebagai sulfonating agent adalah oleum 20%.
- 11.000 lb ( ± 1500 galon) linear dedosilbenzen dipompakan ke dalam
sulfonator yang dilapisi gelas yang berkapasitas 1500 galon dan dilengkapi
dengan 10 HP turbo type mixer dan external heat exchanger dengan
permukaan pendinginan 1000 ft2.
- Kemudian ditambahkan 13.750 lb oleum 20% ke dalam sulfonator dengan
waktu tinggalnya selama 1,5 - 2 jam pada suhu yang dijaga tidak lebih dari
30°C.
- Agar didapatkan reaksi yang lebih sempurna maka pengadukan dilanjutkan ±2
jam pada suhu 30°C sehingga konversi reaksi bisa mencapai 97%.
- Pada keadaan semacam ini akan tercampur spent acid dengan kadar 98,2%
dalam asam sulfat.
- Untuk mempermudah pemisahan spent acid dari campurannya, yaitu dengan
menambahkan 2660 liter air dengan mengaduknya dan disertai pendinginan
agar suhunya tidak lebih dari 60°C.
- Sekarang kadar spent acid turun menjadi 78% ( bila kadar spent acid kurang
dari 78%) pemisahan dapat dilakukan dengan mudah dan cepat.
- Setelah campuran dibiarkan selama 4 jam pada 60°C maka terjadilah dua
lapisan, dimana pada lapisan bawah adalah 10.800 lb spent acid 78 % yang
dibuang, sedang pada lapisan atas adalah asam sulfonat yang akan
dinetralkan.
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES II −24
Tabel 2.5 Perbandingan 3 macam proses Sulfonasi dalam pembuatan deterjen
bubuk (LAS)
Dari perbandingan yang telah dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan:
Dipakai proses Riegel karena kualitas konversinya hampir mencapai 100% yitu
(99%). Waktu reaksi lebih cepat (15 menit) kualitas dari produk cukup baik.
2.3 Deskripsi Proses
2.3.1 Proses Pembuatan LAB
Proses alkilasi dengan katalis HF-mordenite:
- Normal paraffin terlebih dahulu di dehidrogenasi pada fixed bed dengan katalis
alumina. Kondisi operasi pada keadaan moderat, pada suhu 465°C dan tekanan
atmosferik. Linear hidrokarbon (C10 – C15) yang keluar adalah paraffin – olefin
dengan kandungan olefin 20 % terdiri dari 95% mono-olefin yang siap
dialkilasikan dengan benzene.
PROSES SULFONASI
Menurut Faith- Kayes-Clark
Menurut Riegel
Menurut P.H. Groggins
Konversi 98% 99% 97%
Waktu ± 3,5 jam 15 - 30 menit
± 4 jam
Kondisi Operasi
- Temperatur 32-450C (90-115ºF) - T ekanan 1atm
- Temperatur tidak melebihi 45°C - Tekanan 1 atm
- Temperatur 30°C- 60°C - Tekanan 1 atm
Proses Batch Kontinue atau batch
Batch
Sulfonating Agent
Oleum 22% SO3 uap Oleum 20%
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES II −25
- Umpan masuk reaktor alkilasi adalah campuran benzene dan olefin (80 – 95%
paraffin) dengan rasio molar 1:1 sd 100:1, dipompa menuju packed bed katalis
mordenite pada temperatur 80 – 140 ºC dan tekanan atmosfer. Laju umpan
masuk katalis bed adalah 0,05/jam sd 10/jam pada LHSV (Liquid Hourly Space
Velocity)
- Keluaran katalis bed masuk ke tiga unit destilasi (stripper) untuk memurnikan
LAB. Stripper pertama adalah untuk memisahkan benzene tersisa yang
dikembalikan ke unit alkilasi, stripper ke-2 memisahkan paraffin sisa dan
dikembalikan ke unit dehidrogenasi, stripper ke-3 memurnikan LAB dari
produk samping heavy alkylate.
Gambar 2.10 Diagram proses pembuatan LAB
2.3.2 Proses Sulfonasi
Cairan LAB dari stripper dialirkan ke sulfonator sementara itu SO3 cair
dari tangki penyimpanan diuapkan di vaporizer kemudian menuju ke dalam flash
drum. Fase uapnya dialirkan ke mixed point melalui blower untuk dicampur
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES II −26
Udara
dengan udara dengan perbandingan % volume SO3 uap: % volume udara kering
= 7% : 93%, sedangkan fase cairnya dikembalikan ke dalam vaporizer. Campuran
antara udara kering dengan SO3 uap dari mixed point dimasukkan bersama-sama
dengan cairan linear alkylbenzene dari tangki penampung ke dalam sulfonator.
Reaksi yang terjadi di dalam sulfonator :
C6H5.C12H25 + S03 uap C6 H4 C12H25.S03H
Reaksi berjalan pada kondisi atmosfer dan dijaga suhunya agar tak melebihi
45 °C, yaitu dengan memberi jaket dan mengalirkan air pendingin ke dalamnya.
Waktu sulfonasi adalah 15 menit. Karena reaksi yang terjadi sangat eksotermis,
maka tidak digunakan pemanas sebelum umpan masuk ke dalam reaktor.
Pemanasan terjadi di dalam reaktor setelah reaktor berjalan kontinyu.
Sebelum reaksi berjalan kontinyu, suhu di reaktor belum mencapai 45°C, reaksi
tetap bejalan walau dengan konversi yang lebih kecil, tetapi tidak menjadi
masalah karena hal itu terjadi untuk waktu yang singkat. Suhu selanjutnya dijaga
45°C dengan menggunakan jaket pendingin.
99 %
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES II −27
Gambar 2.11 Diagram alir proses sulfonasi
SO3
Reaktor Sulfonasi
Mixsed point
Vaporizer
SO3 Cair
SO3
uap
Udara Kering
LAB
SO3
Udara kering
Mixer tank (stabilizer
water) H2O
HLAS LAB SO3 sisa
Separator
HLAS 97% LAB 0,5 – 1,5% H2SO4 1,3% H2O 1%
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES II −28
2.3.3 Diagram Alir Proses Keseluruhan
Gambar 2.12 Diagram Alir Proses Keseluruhan LAS
BAB III
SPESIFIKASI BAHAN BAKU DAN PRODUK
3.1 Bahan Baku Utama dan Penunjang
Bahan baku utama dalam produksi Linear Alkylbenzene Sulfonate Acid
(HLAS) ini adalah parafin. Untuk kelangsungan proses produksi HLAS, selain
parafin dibutuhkan pula bahan baku penunjang seperti benzene, SO3 cair, H2,
H2O.
Sifat-sifat fisik dan kimia:
Paraffin C12
Jumlah rantai karbon : C12H26
Berat molekul : 170
Fasa : Cair
Titik didih : 216 ºC
Titik leleh : -20 ºC
Densitas relatif : 715 kg/m3
Kelarutan dalam air : tidak larut
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI BAHAN BAKU & PRODUK III −2
Parafin C14
Jumlah rantai karbon : C14H30
Berat molekul : 198
Fasa : Cair
Titik didih : 253.51 ºC
Titik leleh : -20 ºC
Temperatur kritik : 420,85
Tekanan kritik : 1.620,18 Kpa
Densitas relatif : 715 kg/m3
Kelarutan dalam air : tidak larut
Olefin C12
Jumlah rantai karbon : C12H24
Berat molekul : 168
Fasa : Cair
Titik didih : 213ºC
Densitas relatif : 762 kg/m3
Kelarutan dalam air : tidak larut
Olefin C14
Jumlah rantai karbon : C14H28
Berat molekul : 196
Fasa : Cair
Titik didih : 251,15 ºC
Temperatur kritik : 415,85 ºC
Tekanan kritik : 1550 Kpa
Densitas relatif : 762 kg/m3
Kelarutan dalam air : tidak larut
Hidrogen
Rumus molekul : H2
Berat molekul : 2
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI BAHAN BAKU & PRODUK III −3
Fasa : cair
Titik didih : - 252 oC
Densitas : 69,86 kg/m3
Kelarutan dalam air : larut
Benzene
Rumus molekul : C6H6
Berat molekul : 78,08
Bentuk : Cair
Titik didih : 80,3 oC
Titik kritik : 289,1 oC
Tekanan kritik : 48,3 atm
Sulfur Trioksida Liquid
Rumus molekul : SO3 (liquid)
Fasa : Cair
Berat molekul : 80,06
Densitas : 1900 kg/m3
Titik didih : 45°C
Titik leleh : 16,83°C
Titik kritis : 218,3°C
Tekanan kritis : 83,6 atm
Panas pembentukan : 2,06 kkal/mol
Panas penguapan : 10,19 kkal/mol
Air
Rumus molekul : H2O
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI BAHAN BAKU & PRODUK III −4
Fasa : Cair
Berat molekul : 18
Densitas : 995,65 kg/m3
Titik didih : 100°C
Titik leleh : 0°C
Titik kritis : 374,35°C
Panas pembentukan : -68,31 kkal/mol
Spesific heat, Cp : 18 kal/°C mol
Energi bebas Gibbs : -56,687 kkal/mol
Entropi : 16,71/°C mol
Katalis Mordenite
Ratio molar SiO2/Al2O3 : 10 – 50
Specific gravity : 2,1
Kekerasan : 4 – 5
Warna : merah, pink, kuning, putih
3.2 Produk
Linear Alkylbenzene
Rumus molekul : C6H5.C12H25
Fasa : Cair
Berat molekul : 246,435
Densitas : 857 kg/m3
Titik didih : 327 °C
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI BAHAN BAKU & PRODUK III −5
Titik leleh : 70° C
Kapasiatas panas minimum : 470,49 joule/gr mol °K
Kapasiatas panas maksimum : 680,10 joule/gr mol °K
Titik pembakaran : 280°F
Indeks refraktif : 1,4837
HLAS
Rumus molekul = CH3(CH2)11C6H4SO3H
Berat molekul = 326,49
Bentuk = Cair
Warna = putih
Titik leleh = 10 °C
Titik didih = 315 °C
Densitas = 1,06 (relative) (kg/l)
Titik nyala = 149
pH (5% LAS water solutions) = 7-9
Spgr = 1,2
BAB IV
NERACA MASSA DAN NERACA ENERGI
4.1 NERACA MASSA
Basis perhitungan neraca massa 1 jam operasi
Kapasitas produksi HLAS = 60.000 ton/tahun
4.1.1 Neraca Massa Reaktor Dehidrogenasi (R-01)
Tabel 4.1.1 Neraca massa reaktor (R-01)
Masuk (kg) Keluar (kg)
Komponen Aliran 5 Aliran 6
n-Dodecane 19.330,68 15.427,81
n-Tetradecene 1.455,00 1.161,233
1-dodecene (olefin C12) 3.856,95
1-Tetradecene (olefin C14) 290,80
H2 484,23 533,12
Total 21.269,91 21.269,91
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
NERACA MASSA DAN NERACA ENERGI IV−2
4.1.2 Neraca Massa Separator (S-01)
Tabel 4.1.2 Neraca massa di Separator (S-01)
Masuk (kg) Keluar (kg) Komponen
Aliran 8 Aliran 14 Aliran 9
Massa n-Dodecane 15.427,81 15.427,81
Massa n-Tetradecene 1.161,233 1.161,233
Massa 1-dodecene (olefin C12) 3.856,95 3.856,95
Massa 1-Tetradecene (olefin C14) 290,80 290,80
Massa H2 533,12 533,12
Total 21.269,91 21.269,91
4.1.3 Neraca massa di Reaktor Alkilasi (R-02)
Tabel 4.1.3 Neraca massa di Reaktor Alkilasi (R-02)
Masuk (kg) Keluar (kg) Komponen
Aliran 17 Aliran 18
Benzen 5.719,36 3.812,91
C12H26 (n-dodecane) sisa 15.427,81 15427.81
C14H30 (n- Tetradecene) sisa 1.161,233 1.161,233
LAB 5.647,68
Heavy Alkylate 406,52
Total 26.456,15 26.456,15
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
NERACA MASSA DAN NERACA ENERGI IV−3
4.1.4 Neraca Massa Stripper (ST-01)
Tabel 4.1.4. Neraca massa Stripper (ST-01)
Masuk (kg) Keluar (kg) Komponen
Aliran 20 Aliran 21 Aliran 23
Benzen sisa 3812,91 3812,91
C12H26 (n-dodecane) sisa 15.427,81 15.427,81
C14H30 (n- Tetradecene) sisa 1.161,233 1.161,233
LAB 5647,68 5647,68
Heavy Alkylate 406,52 406,52
Total 26.456,15 26.456,15
4.1.5 Neraca Massa Stripper (ST-02)
Tabel 4.1.5 Neraca massa Stripper (ST-02)
Masuk (kg) Keluar (kg) Komponene
Aliran 24 Aliran 25 Aliran 26
LAB 5647,68 5647,68
C12H26 (n-dodecane) sisa 15.427,81 15.427,81
C14H30 (n- Tetradecene) sisa 1.161,233 1.161,233
Heavy Alkylate 406,52 406,52
Total 22.643,25 22.643,25
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
NERACA MASSA DAN NERACA ENERGI IV−4
4.1.6 Neraca Massa Stripper (ST-03)
Tabel 4.1.6 Neraca massa Stripper (ST-03)
Masuk (kg) Keluar (kg) komponene
Aliran 29 Aliran 30 Aliran 32
LAB 5.647,68 5.647,68
Heavy Alkylate 406,52 406,52
Total 6.054,20 6.054,20
4.1.7 Neraca massa di Vaporizer (V – 01)
Tabel 4.1.7 Neraca massa di Vaporizer (V – 01)
Masuk (kg) Keluar (kg) komponene
Aliran 41 Aliran 42
SO3 cair 1.891,74
SO3 uap 1.891,74
Total 1.891,74 1.891,74
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
NERACA MASSA DAN NERACA ENERGI IV−5
4.1.8 Neraca massa di Pengering Udara
Tabel 4.1.8 Neraca massa di Pengering Udara
Masuk (kg) Keluar (kg) komponene
Aliran 45 Aliran 43
Udara basah 9.265,65
Udara kering 9.110,77
Air yang hilang 154,88
Total 9.265,65 9.265,65
4.1.9 Neraca massa di Reaktor Sulfonasi
Tabel 4.1.9 Neraca massa di Reaktor Sulfonasi (R-03)
Masuk (kg) Keluar (kg) komponene
Aliran 34 Aliran 44 Aliran 35
C6H5C12H25 (LAB) 5.647,68 68,28
SO3 1.891,74 77,30
Udara kering 9.110,77 9.110,77
C12H25.C6H4.SO3H (HLAS) 7.393,84
Total 16.650,19 16.650,19
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
NERACA MASSA DAN NERACA ENERGI IV−6
4.1.10 Neraca massa di Separator (S-02)
Tabel 4.1.10 Neraca massa di Separator (S-02)
Masuk (kg) Keluar (kg) Komponen
Aliran 35 Aliran 36 Aliran 38
C6H5C12H25 (LAB) 68,28 68,28
C12H25.C6H4.SO3H (HLAS) 7.393,84 7.393,84
Udara kering 9.110,77 9.110,77
SO3 77,30 15,46 61,84
Total 16.650,19 16.650,19
4.1.11 Neraca Masa Stabilizer Water
Tabel 4.1.11 Neraca Masa Stabilizer Water
Masuk (kg) Keluar (kg) Komponen
Aliran 38 Aliran 39 Aliran 40
H2O 51.79 37,88
SO3 61,84
H2SO4 75,76
LAB 68,28 68,28
HLAS 7.393,84 7393,84
Total 7.575,76 7.575,76
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
NERACA MASSA DAN NERACA ENERGI IV−7
4.2 NERACA ENERGI
Basis perhitungan : 1 Jam operasi
Satuan : kJ
4.2.1 Neraca Energi di Tri Valve
Tabel 4.2.1 Resume Neraca Energi di TriValve (Tv-01)
Komponen H in (kJ) Hout (kJ)
Hin (aliran 1 + 27) 230.855,421
Hout (aliran 2 ) 230.855,421
Total 230.855,421 230.855,421
4.2.2 Neraca Energi Di Heat Exchanger
Tabel 4.2.2 Resume Neraca Energi di HE-01
Aliran Hin (kJ) Hout (kJ)
H fluida dingin masuk HE-01 (aliran 2) 230.855,42
H fluida dingin keluar HE-01 (aliran 3) 17.361.915,.71
H fluida panas masuk HE-01 (aliran 6) 26.211.857,39
H fluida panas keluar HE-01 (aliran 7) 9.080.797,10
Total 26,442,712.80 26,442,712.80
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
NERACA MASSA DAN NERACA ENERGI IV−8
4.2.3 Neraca Energi Di Fired Heater
Tabel 4.2.3 Resume Neraca Energi di FH-01
Aliran Hin (kJ) Hout (kJ)
Hin (aliran 3) 17.361.511,08
Hout (aliran 4) 22.976.965,205
Panas laten dan sensibel 11,973,622.45
Beban Fired Heater 22.642.318,93
Total 41.250.422,69 41.250.422,69
4.2.4 Neraca Energi Di Reaktor Dehidrogenasi (R -01)
Tabel 4.2.4. Resume Neraca Energi di R-01
Aliran Hin (kJ) Hout (kJ)
Hin (aliran 5) 25.027.983,46
Hout (aliran 6) 26.211.855,75
Hr total 3.068.056,78
Q Pemanas 4.251.874,82
Total 2.927.9914,161 2.927.9914,161
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
NERACA MASSA DAN NERACA ENERGI IV−9
4.2.5 Neraca energi di Condenser Subcooler.
Tabel 4.2.5. Resume Neraca energi di Condenser Subcooler.
Komponen Masuk (kJ/jam) Keluar (kJ/jam)
Entalpi uap panas masuk (aliran 7) 9.080.797,10
Entalpi kondensat keluar (aliran 8) 535.382,96
Σ entalpi pengembunan 14.573,01
Q kondensor = Qdowtherm A 8.530.841,13
Total 9.080.797,10 9.080.797,10
4.2.6 Neraca energi Separator (S-01)
Tabel Tabel 4.2.6 Resume Neraca energi Separator (S-01)
Hout (kJ) Komponen Hin (KJ)
Bawah Atas
n-Paraffin (C12H26) 3,784.50 343,449.97
n-paraffin (C14H30) 4,429.31 25,977.07
Mono-olefin (C14H28) 4,481.47 6,648.96
Mono-olefin (C12H24) 3,596.69 82,572.90
H2 287,87 76,734.06
Sub total 458,648.89 76,734.06
TOTAL 535.382,96
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
NERACA MASSA DAN NERACA ENERGI IV−10
4.2.7 Neraca energi Heater 1
Tabel 4.2.7 Resume Neraca energi Heater (H-01)
Komponen Masuk (kJ) Keluar (kJ)
Hin (aliran 16) 779.513,991
Hout (aliran 17) 6.808.511,741
Beban heater 6.028.997,76
TOTAL 6.808.511,741 6.808.511,741
4.2.8 Neraca energi Reaktor Alkilasi (R-02)
Tabel 4.2.8. Resume Neraca energi Reaktor Alkilasi (R-02)
Komponen Masuk (kJ) Keluar (kJ)
Hin [Aliran 17] 6.808.511,741
Hout [Aliran 18] 6.875.626,09
∆Ho 298 4.118.007,221
Q pendingin 4.050.892,881
TOTAL 10.926.518,97 10.926.518,97
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
NERACA MASSA DAN NERACA ENERGI IV−11
4.2.9 Neraca energi di HEATER 2
Tabel 4.2.9 Resume Neraca energi di HEATER 2 (H-02)
Komponen Masuk (kJ) Keluar (kJ)
Hin (aliran 19) 6.875.626,085 0
Hout (aliran 20) 0 7.083.462,09
QH 207.836,011 0
TOTAL 7.083.462,09 7.083.462,09
4.2.10 Neraca Energi Stripper ( ST - 01 )
Tabel 4.2.10 Resume Neraca Energi Stripper ( ST - 01 )
Komponen Aliran masuk ( kJ) Aliran keluar ( kJ)
Entalpi feed ( Hf ) aliran 20 7.083.462,089
Entalpi distilat ( Hd ) aliran 21 265.199,668
Entalpi bottom ( Hb ) aliran 23 14.598.113,088
Panas yang dihasilkan kondensor ( Qc ) 1.632.309,912
Panas yang dibutuhkan reboiler ( Qr ) 9.273.687,519
Total 16.495.622,669 16.495.622,669
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
NERACA MASSA DAN NERACA ENERGI IV−12
4.2.11 Neraca Energi Stripper ( ST - 02 )
Tabel 4.2.11 Resume Neraca Energi Stripper ( ST - 02 )
Komponen H in ( kJ ) Hout ( kJ )
Entalpi feed ( Hf ) aliran 24 12.040.078,55 -
Entalpi distilat ( Hd ) aliran 25 - 6.768.987,681
Entalpi bottom ( Hb ) aliran 28 - 4.886.840,245
Panas yang dihasilkan kondensor (Qc ) - 7.284.808,62
Panas yang dibutuhkan reboiler ( Qr ) 6.900.557,99 -
Total 18.940.636,543 18.940.636,543
4.2.12 Neraca energi di Cooler 1
Tabel 4.2.12 Resume Neraca energi di Cooler (C-01)
Komponen Masuk (kJ) Keluar (kJ)
Hin (aliran 26) 9.120.180,46 0
Hout (aliran 27) 0 220.034,37
QC 0 8.900.146,101
TOTAL 9.120.180,46 9.120.180,46
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
NERACA MASSA DAN NERACA ENERGI IV−13
4.2.13 Neraca Energi Stripper ( ST - 03 )
Tabel 4.2.13 Resume Neraca Energi Stripper (ST - 03)
Komponen H in ( kJ ) Hout ( kJ )
Entalpi feed ( Hf ) aliran 29 4.886.831,51 -
Entalpi distilat ( Hd ) aliran 32 - 3.475.240,372
Entalpi bottom ( Hb ) aliran 30 - 291.271,314
Panas yang dihasilkan kondensor ( Qc ) - 2.074.898,52
Panas yang dibutuhkan reboiler ( Qr ) 6.900.557,99 -
Total 5.841.410,210 5.841.410,210
4.2.14 Neraca energi di Cooler 2
Tabel 4.2.14 Resume Neraca energi di Cooler (C-02)
Komponen Masuk (kJ) Keluar (kJ)
Hin (aliran 33) 4.246.864,02 0
Hout (aliran 34) 0 172,042.69
QC 0 4.074.820,21
TOTAL 4.246.864,02 4.246.864,02
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
NERACA MASSA DAN NERACA ENERGI IV−14
4.2.14 Neraca Energi Vaporizer
Tabel 4.2.14 Resume Neraca energi di Vaporizer (V - 01)
Komponen H in (kJ/jam) Hout (kJ/jam)
Hin (aliran 42) 30.248,89
Hout (aliran 43) 24.331,76
panas laten penguapan (Qv) 40.683.251
H sensibel 18.311,95
Q dowtherm 53.078,06
Total 83.326,96 83.326,96
4.2.15 Neraca Energi Reaktor Sulfonasi (R-03)
Tabel 4.2.15 Resume Neraca Energi di R-03
Komponen Masuk (KJ) Keluar (KJ)
Panas yang dibawa Reaktan (HOR) aliran 34+45 565.325,50
Panas reaksi standar (∆HOF298 =ekso ) 13.056.623,25
Panas yang dibawa produk (∆HP) aliran 35 6.532.039,110
Panas yang dimanfaatkan (Q) 7.089.909,640
Total 13.621.948,75 13.621.948,75
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
NERACA MASSA DAN NERACA ENERGI IV−15
4.2.16 Neraca energi Separator 2
Tabel 4.2.16 Resume Neraca energi Separator (S-02)
Keluar (kJ) Komponen Masuk (kJ)
Atas aliran 36 Bawah aliran 38
LAB sisa 10.715,48 10.715,48
HLAS 168.110,13 168.110,13
SO3 uap sisa atas 1.029,71 1.029,71
SO3 uap sisa bawah 588,89 588,89
Udara 185.007,99 185.007,99
TOTAL 6.532.039,11 6.532.039,11
4.2.17 Neraca energi Stabilizer Water
Tabel B-66 Resume Neraaca energi Stabilizer Water (SW-01)
Komponen Masuk (KJ) Keluar (KJ)
Entalpi Reaktan (HOR) 20.096,70 kJ
Panas reaksi standar (∆HO298) 227,778
Entalpi Produk (HOP) 20.324,482
Q pendingin
Total 20.324,48 kJ 20.324,482
BAB V
SPESIFIKASI ALAT UTAMA
5.1 Perancangan Dimensi Reaktor
Fungsi : tempat berlangsung reaksi sulfonasi LAB dengan SO3
Fasa : cair
Bentuk : tangki silinder tegak berdasar rata beratap flanged dan
standard
Bahan konstruksi : Carbon steel SA - 201 grade A
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 16650,19 kg/jam
T operasi : 45°C
T perancangan : 54°C ( 129,2 oF)
P operasi : 760 mmHg (14.7 psi )
Waktu tinggal bahan : 0,5 jam
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−2
1. Menentukan Kapasitas Reaktor
Jumlah bahan yang ditampung :
m = 16650,19 kg/jam
Tabel 5.1 Perhitungan densitas campuran
Komponen Massa (kg) Fraksi massa Densitas
(kg/m3)
Fraksi x
Densitas
LAB 68,28 0,004 857,60 3,52
SO3 77,30 0,005 1880,18 8,73
Udara 9110,77 0,547 879,57 481,29
HLAS 7393,84 0,444 860,78 382,25
TOTAL 16650,19 1,00 875,79
ρ campuran = 875,79 kg/m3
Volume bahan yang ditampung :
VL = m/ρ campuran x waktu tinggal = 9,51 m3
Volume Reaktor :
VR = VL/0,8 = 11,88 m3
2. Menentukan bentuk dan ukuran reaktor
Menentukan diameter dalam dan tinggi reaktor mula-mula:
Diameter Reaktor (Di)
V = π Di2 x 1/4 H
H = 2x Di
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−3
Di = [4 x VR / (2 x π)]1/3 = 1,963 m
= 77,30 in
Tinggi Reaktor (H)
H = 2 x Di
= 3,927 m
= 154,6 in
Menentukan tebal dinding reaktor (tR)
Tinggi Cairan dalam reaktor (VL)
VL = π/4 x Di2 x h cairan
h cairan = 3,14 m
Tekanan desain
P operasi = 1 atm
g = 9,8 m/dt
P hidrostatik = h cairan x ρ cairan x g
= 26961,52 kg/m.dt2
= 26961,52 N/m2
= 0,27 atm
P desain = P operasi + P Hidrostatik
= 1,27 atm
= 18,61 psi
Tebal dinding reaktor
t = [(P . Di)/(2.f.E - 0,6.P)] + c
= 0,190 in
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−4
dimana :
t = tebal dinding reaktor
Di = diameter dalam reaktor (77,30 in)
f = allowable stress (13750 psi ) (untuk carbon steel SA-201 grade A)
E = effisiensi penyambungan ( 0,8 )
(type joint yang dipilih adalah doble welded butt joint tanpa diradiografi dan
tanpa stress relieve → max efficiency berdasarkan tabel 13,2, hal 254, Brownell
& Young)
c = faktor korosi ( 0,0125 in/tahun)
→ umur reaktor diperkirakan 10 tahun, maka :
= 0,0125 in/tahun x 10 tahun ( 0,125 in)
P = tekanan desain (18,612 psi )
dipilih tebal standar shell (ts) = 0,3125 in (dari tabel 5.8, hal 93, brownell &
Young)
Menentukan Diameter Reaktor sesungguhnya
Diameter luar shell (Do) adalah :
Do = Di awal + 2. ts
= 77,92 in
Diambil diameter luar standar shell ( brownell, tabel 5.7, hal 90), OD = 90
karena tebal tangki diambil = 5/16 in
maka diameter dalam tangki sesungguhnya adalah :
Di = OD - (2 x ts)
= 89,375 in (2,270m )
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−5
Do = OD
= 90 in (2,286 m )
ts = 5/16 in ( 0,00794 m )
3. Menentukan tinggi reaktor termasuk head (HT)
Bentuk : Torispherical head ( flange and dished head)
(Brownell & Young, hal 88)
Bahan : Carbon steel SA-201 grade A
Tebal Head
Berdasarkan tabel 5.7, Brownell & young, hal 90, diperoleh :
icr = 5 1/2 in
r = 90 in
icr / r = 0,0611 in > 6 % sehingga memenuhi untuk torispherical head
(Brownell & Young, hal 88)
Berdasarkan Brownell & Young, Hal 256 - 258, karena icr/r > 6%, maka
persamaan yang digunakan untuk menghitung tebal head adalah pers. 7.76 dan
7.77:
W = 1/4 (3+(rc/ri)0,5) (pers. 7.76,brownell)
dimana :
W = faktor intensifikasi stress untuk terispherical head
rc = radius of crown = r = 90 in
ri = inside corner radius = icr = 5,5 in
W = 1,761
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−6
th = (P . rc . W / 2. f. E - 0,2. P) + c (pers 7.77, Brownell)
dimana :
th = tebal head
rc = r = 90 in
W = 1,761299794
f = allowable stress ( 13750 psi )
E = effisiensi penyambungan = 0,8 (untuk double welded butt joint)
(brownell & young , tabel 13.2, hal 254)
c = faktor korosi ( 0,0125 in/tahun (umur reaktor diperkirakan 10 thn)
P = tekanan desain (18,61 psi )
th = 0,26 in
Dipilih tebal head (th) = 5/16 in ( 0,3125 in )
Tinggi head
Berdasarkan tabel 5.6, Brownell & Young, hal 88, untuk th = 5/16 in
Standart straight flange (Sf) = 1 1/2 - 3 (dipilih Sf = 2,25 in)
Dari tabel 5.7, Brownell & Young, hal 90, untuk OD 90, th = 5/16 in :
Sf = 2,25 in
icr =5 1/2 in
r = 90 in
Untuk menghitung tinggi head digunakan penjelasan pada fig. 5.8, brownell &
young, hal 87
a = ID/2 = 44,6875 in
AB = (ID/2)-icr = 39,187 in
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−7
BC = r - icr = 84,5 in
AC = (BC2 - AB2)0,5 = 74,86 in
b = r - AC = 15,14in
OA = th + b + Sf =17,70in (0,4495 m )
Tinggi Total
H = H reaktor + OA = 4,376 m
4. Menentukan Volume Head
1. Bagian lengkung terispherical head
Dengan asumsi icr/r = 6%, maka volume torispherical head (tanpa bagian Sf)
dihitung dengan pers 5.11, hal 88, brownell & young.
Vh1 = 0,000049 x Di3
dimana :
Vh1 = volume dished head
Di = diameter dalam reaktor = 89,375 in
Vh1 = 34,982 in3 (0,0202 ft3)
2. Bagian straight flange
Volume torispherical head bagian straight flange dihitung sebagai bentuk suatu
silinder biasa dengan ketinggian Sf.
Vh2 = 1/4. π. Di2. Sf
dimana:
Vh2 = volume torispherical bagian straight flange
Sf = 2,25 in
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−8
Vh2 = 14108,612 in3
= 8,165 ft3
3. Volume Total Head
Vh = Vh1 + Vh2
= 8,185 ft3
= 0,232 m3
4. Menentukan Ukuran Shell
Menentukan tinggi shell
Volume reaktor sesungguhnya menjadi :
VR = Vselongsong + 2.Vh
dimana :
VR = 11,882 m3
Vh = 0,232 m3
Di = 2,270 m
Vselongsong = VR- 2.Vh
= 23,301 m3
Vselongsong = 1/4.π.Di2.Hs
Hs = 5,759 m
5. Menentukan tinggi reaktor
Tinggi total tangki adalah : Ht = Hs + (2 x OA)
= 6,659 m
Cek Ht/ID = 2,933 m
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−9
≈ 3 m
Menentukan Volume Total Reaktor
VRT = Vselongsong + V head
= (π.ID2.Ht)/4+(2.Vh) = 24,141 m3
5.2 Perancangan Dimensi Flange, Bolt dan Gasket
P operasi = 760 mmHg
P desain = 962,28 mmHg (18,61 psi)
T operasi = 230 °C (446 °F)
T desain = 240 °C (464 °F)
Dimensi Shell :
OD = 90 in = 2,286 m
ID = 89,375 in = 2,270125 m
Th = 0,3125 in = 0,0079 m
Perhitungan perancangan flange, bolt dan gasket mengikuti prosedur seperti pada
Brownell & Young, hal 242 - 244.
Memilih tipe dan bahan konstruksi
a. Flange
a.1. Tipe : Ring type (loose type)
karena : ts = 5/16 in < 5/8 in
OD/ts = 90/ (5/16) = 360 > 300
P desain = 18,61 psi < 300 psi
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−10
T operasi = 446 °F < 700 °F (Brownell & Young, hal 242)
a.2. Bahan : carbon steel SA 201 Grade A
Karena : ts dan th = 5/16 in dan 5/16 in < 5/8 in
P operasi = 14,7 psi < 200 psi
T operasi berada antara -20 °F dan 650 °F (Brownell & Young, hal 253)
a.3. Maksimum Allowable Stress (ft) = 13750 psi = 935,37 atm
b. Gasket
b.1. Bahan : Compressed asbestos sheet dengan tebal 1/8 in
Karena : T operasi < 250 C = 482 F
P operasi < 2 MN/m2 = 2 atm
( Brownell & Young, hal 225 dan Bhattacharya, hal 104)
b.2. Faktor Gasket : m = 2 (fig 12.11, Brownell & young , hal 228)
b.3. Minimum desain seating stress: y = 1600
(fig 12.11, Brownell & young , hal 228)
c. Bolt (Baut)
c.1. Bahan : Carbon Steel SA 261 Grade BO (Tabel 13.1, Brownell & Young,
hal 252)
c.2. Maksimum allowable stress (fa) = 16250 psi (1105,44 atm) (Tabel 13.1,
Brownell & Young, hal 252)
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−11
Menentukan Lebar Gasket
Berdasarkan Persamaan 12.2, Brownell & Young, hal 226 :
do/di = [(y - pm)/(y - p(m+1))]0.5
dimana : do = diameter luar gasket (in)
di = diameter dalam gasket (OD shell )
= 89,375 in
y = yield stress = 1600 psi
P = tekanan internal = tekanan desain
= 18,61 psi
m = faktor gasket = 2
maka : do/di = 1,006
do = 89,91
Lebar Gasket Minimum adalah :
(d - di)/2 = 0,269 in
Dipakai lebar gasket, N = 5/8 in
= 0,625 in
Diameter gasket rata-rata adalah :
= di + N = 89,64 in
= 2,277 m
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−12
Menentukan beban-beban pada baut
1. Beban awal baut yang dibutuhkan (load to seat gasket)
dua beban yang ditanggung oleh baut adalah :
a. Beban yang timbul dari pengetatan baut
b.Beban yang timbul dari tekanan operasi
Dihitung berdasarkan pers.12.88, Brownell & Young , hal 240:
Wm2 = Hy = π x b x G x y
dimana :
b = effeciency gasket/lebar permukaan kontak sambungan
Fig.12.12 kolom II,1a, Brownell & Young :
bo = lebar gasket dasar = N/2 = 0,3125 in
untuk bo> (1/4)in, maka b = (bo)0,5/2 = 0,28
G = diameter ditempat lokasi beban gasket ditaruh,
dari tabel 12.4, Brownell & Young hal 241 :
untuk bo>(1/4) in, maka G = diameter luar gasket sehingga G
= 89,91 in
Y = Yield stress = 1600 psi
maka Wm2 = Hy = 126259,02 lb = 57270,13 kg
2. Beban sambungan (load to keep joint tight under operation:
Dihitung berdasarkan pers.12.90, Brownell & Young , hal 240:
dimana Hp = beban yang diperlukan untuk menjaga gasket tetap pada tempatnya
Hp = 2 x b x π x G x m x P = 5874,98 lb = 2664,85 kg
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−13
3. Beban dari tekanan dalam (load from internal pressure)
Dihitung berdasarkan pers.12.89, Brownell & Young , hal 240:
dimana H =beban yang timbul dari tekanan dalam
H = (π x G2 x P)/4
= 118116,21 lb (53576,61 kg)
4. Beban operasi total
Dihitung berdasarkan pers.12.91, Brownell & Young , hal 240:
Wml =Hp + H
= 123991,19 lb (56241,46 kg)
Menentukan Luas permukaan baut minimum
Karena Wml>Wm2, maka Wm1 sebagai pengontrol beban sehingga persamaan
yang digunakan adalah :
Am1 =Wm1/fa
dimana :
Am1 =luas permukaan baut minimum dengan beban Wm1
Wm1 = Beban yang timbul dari tekanan operasi
fa = 16250 psi
Maka Am1 = 7,63 in2 = 0,004922748 m2
Menentukan ukuran baut optimum
berdasarkan pers 10.33, Brownell & young , hal 188 :
Jumlah baut minimum = N min = A min/root area
Diketahui:
Id = 89,375 in
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−14
go = ts = 0,3125 in
A min = 7,63 in2
C = Id + 2 x (1.415 x go + R)
Ukuran baut optimum ditentukan dengan mengambil data ada tabel 10.4
Brownell & Young hal 188.
Tabel 5.2 ukuran baut optimum
Bolt size
(in)
Root
Area
Min no. of
Bolt (Nmin)
Actual no. of
Bolt (Nact) R (in) Bs E (in)
NBs /
π
ID + 2
(1,415 x go
+ R)
1/2 0,126 60,56 64 13/16 3 5/8 57,9 91,9
5/8 0,202 37,77 38 15/16 3 3/4 36,1 92,1
Dari tabel di atas diperoleh harga NBs/π yang optimum < C
maka untuk penyerderhanaan rancangan dipilih :
jenis : 11 - threads series
ukuran baut : 5/8 in
Root area: 0,202
Jumlah baut minimum (Bs): 3
jumlah baut aktual ( N ) = 38
minimum radial distance (R) = 15/16 in
Edge distance ( E ) = 3/4 in
diameter lingkaran baut ( C ) = 92,1 in
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−15
Menentukan Diameter Luar flange
A = C + 2 x E
dimana : A = diameter luar flange
maka A = 93,63 in
Menguji pemilihan Lebar Gasket
Ab aktual = jumlah baut x root area
dimana Ab aktual = luas penampang baut aktual
maka : Ab aktual = 7,63 in2
Lebar gasket minimum = Ab aktual x fa/(2 x y x π x G)
= 0,1372 in
dipilih lebar gasket , N = 5/8 > 0,1448 in
maka pemilihan lebar gasket sudah benar .
Menentukan momen flange
1. Pada kondisi bolting up
A. beban baut
dihitung berdasarkan pers.12.94, Brownell & Young hal 242 :
W = ((Am+Ab)/2) x fa
dimana : W = beban baut (lb)
= 123991,19 lb
dimana : HG = W
= 123991,19 lb
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−16
B. Level Arm
Dihitung berdasarkan pers.12.101. Brownell & Young , hal 242 :
hG = (C - G)/2
= 1,111 in
C. Flange moment
Dihitung berdasarkan pers pada tabel 12.4 Brownell & Young :
Ma =W x hG
= 137775,9 in-lb
2. Pada kondisi operasi
Berdasarkan pers 12.95 Brownell & Young hal 242 diketahui bahwa :
W =Wml
A. Hydrostatic end force pada daerah di dalam flange
dihitung berdasarkan pers.12.96 . Brownell & Young hal 242 :
HD = 0.785 x B2 x p
= 116709,46 lb
dimana : HD = hydrostatic end force
B =diameter dalam flange ( 89,375 in)
P =tekanan desain (18,61 psi )
B.Level Arm
Dihitung berdasarkan pers.12.100. Brownell & Young , hal 242 :
hD =(C - B)/2
= 1,380 in
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−17
C. Flange moment
Dihitung berdasarkan pers pada tabel 12.96 , hal 242 Brownell & Young :
MD = HD x hD
= 161022,58 in-lb
D. Perbedaan beban bolt flange desain dengan total hydrostatic end force
dihitung berdasarkan pers 12.98, Brownell & Young hal 242 :
HG = W - H
= Wml - H
= 5874,98 lb
E. Level arm
dihitung berdasarkan pers.12.101, Brownell & Young hal 242 :
hG = (C - G)/2
= 1,111 in
F.Flange moment
dihitung berdasarkan pers. 12.98, Brownell & Young , hal 242 :
MG = HG x hG
= 6528,14 in-lb
G.Perbedaan beban bolt flange desain dengan total hydrostatic end force
dihitung berdasarkan pers.12.97, Brownell & young , hal 242:
HT = H - HD
= 1406,75 lb
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−18
H.Level arm
dihitung berdasarkan pers. 12.102, Brownell & young , hal 242 :
hT = (hD + hG)/2
= 1,245 in
I.Flange moment
Dihitung berdasarkan pers .12.98, Brownell & Young , hal 242 :
MT = HT x hT
= 1752,01 in-lb
J.Total moment
Mo = MD + MG + MT
= 169302,73 in-lb
K. Moment controller
Yang mengontrol moment adalah moment operasi total :
Mmax = Mo
= 169302,73 in-lb
Menentukan Tebal Flange
Dihitung berdasarkan pers. 12.85 , Brownell & Young , hal 239 :
f = (y x Mmax)/(t2 x B) => t = (y x Mmax/ f x B)0.5
Dimana :
B = ID flange ( 89,375 in )
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−19
A = OD flange ( 93,63)
k = Od flange / ID flange
= A/ B = 1,048
y = faktor yang menyangkut harga k
dari fig 12.22, Brownell & Young , hal 238 => y = 41,31
Mmax = maksimum moment
= 169302,73 in-lb
f = max allowable strees ( 16250 psi )
maka t = 2,19 in
5.3 PERANCANGAN PENGADUK
Bahan : Stainless steel SA 167 Grade 3 Type 304
jenis : Turbin with 6 curved blades (Turbin piring lengkung vertikal )
(Gb. 9.2 hal 229 , Mc Cabe dan Fig 6.3 , hal 147 , Treyball)
Alasan pemilihan :
-Efektif untuk jangkauan viskositas yang cukup luas
-Baik untuk tangki kecil maupun besar karena diameternya lebih kecil dari
impeler yang lain
- layak secara ekonomi dalam power
- Tidak merusak partikel yang memiliki viskositas yang cukup besar
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−20
5.3.1 Penentuan Dimensi Pengaduk
Penentuan diameter pengaduk
Untuk turbin Dt/Di = 3 (Brown, hal 507)
Dimana :
Dt = diameter dalam tangki
= ID tangki
= 89,375 in ( 2,27 m)
Di = diameter impeler
Maka: Di = Dt /3
= 29,79 in ( 0,7567 m)
Penentuan Tebal dan Lebar Blade pengaduk
* menentukan Tebal Blade Pengaduk
Tebal pengaduk = 0.2 x Di ( Brown hal 507)
= 5,958 in ( 0,151m )
*menentukan Lebar Blade Pengaduk
Wb =1/4 x Di
= 7,448 in ( 0,189 m )
Penentuan Lebar Baffle
Jumlah baffle = 4 buah (Brown , hal 507)
Lebar baffle = Dt/12 (Wallas, hal 287)
= 7,448 in ( 0,189 m)
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−21
5.3.2 Penentuan Offset Top dan Offset Bottom
Offset top = Di/6
= 4,965in (0,126 m)
Offset bottom = Di/2
= 14,896 in ( 0,378 m)
5.3.3 Penentuan Tinggi Cairan dalam Reaktor
Volume cairan yang masuk reaktor = 19,01 m3
Berdasarkan Gb.10.1 hal 288, wallas :
Volume cairan =H cairan x (0.25 x π x ID2)
H cairan maks = H cairan + H head
Dimana :
ID tangki = 89,375 in (2,270125 m)
H head = OA
= 17,70 in
= 0,4495 m
maka :
H cairan = 4,7 m
H cairan maks = 5,1491m
Penentuan Jarak Pengaduk dari Dasar Tangki
Pengaduk I
Untu tinggi tepi bawah blade dari dasar reaktor = Zi/Di
= 0,75- 1,3 m (Brown, hal 507)
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−22
diambil harga Zi/Di = 1
maka Zi = 29,79 in
= 0,7567 m
Untuk inggi cairan maksimum yang terjangkau
Zl/Di = 2.7 - 3.9 m (Brown ,hal 507)
diambil harga Zl/Di = 3
maka Zl = 89,375 in
= 2,270 m
Nt = H cairan maks/Zi
= 2,268 m
Jadi :
* jarak tepi bawah blade ke dasar tangki (H1) = 0,7567 m
* Tinggi maksimum cairan yang dapat teraduk = 2,270 m
*Tinggi cairan maksimum dalam tangki , H cairan maks = 5,1491m
Dengan tinggi cairan maksimum dalam reaktor sedemikian berarti masih
ada cairan yang belum terjangkau oleh pengaduk oleh sebab itu dipasang 1 buah
pengaduk lagi dengan dimensi dan jenis yang sama dan dipasang pada poros
yang sama agar campuran homogen .
Pengaduk II
Berdasarkan gambar 10.1 Wallas, hal 288,
jarak antara pengaduk 1 dan pengaduk 2 adalah :
∆H = H cairan maks/2
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−23
= 2,575 m
Jarak pengaduk 2 dari dasar tangki adalah :
H2 =H1 + ∆H
= 3,331 m
5.3.4 Menentukan Kecepatan Pengaduk
Tabel 5.3 perhitungan viskositas
komponen fraksi viskositas fraksi x
viskositas
LAB 0,004 4,806 0,02
SO3 0,005 0,011 0,00005
Udara 0,547 0,020 0,01
HLAS 0,444 4,970 2,207
Total 1,00 2,2375
µ campuran = 2,2375 cp = 0,0022375 kg/m.s
Menentukan bilangan Reynold (Re)
Re = (n x Di2 x ρ campuran )/µcampuran
Dimana :
Di = 0,7567 m
ρ campuran = 875,79 kg/m3
µ campuran = 0,0022375 kg/m.s
Maka Re = 224121,91 x n (pers.1)
Menentukan Tenaga Pengadukan
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−24
Np = (P x g)/(ρ campuran x n3 x Di5)
Dimana :
V1 = volume cairan
= 19,01 m3 (5022,90 us gal )
P = 5 Hp/1000 gal (Wallas, hal 292 untuk campuran cair-cair)
= 25,114Hp (18,728 kg/m.s)
g = 9,8m/s2
maka Np =0,845 / n3 (pers.2)
Harga n diperoleh dengan trial n error, menggunakan gb. 477, hal 507, Brown
atau gambar 10.6, hal 292, Wallas dari kurva 5 untuk curved blade.
Tabel 5.4 perhitungan kecepatan pengadukan
n (rpm) n (rps) Re/n Np x n3 Re Np grafik Np
35,5 0,59167 224121,91 0,845 132605,47 4 4,078
35,6 0,59333 224121,91 0,845 132979,00 4 4,044
35,7 0,59500 224121,91 0,845 133352,54 4 4,010
35,8 0,59667 224121,91 0,845 133726,07 4 3,976
interpolasi n = 35,72926695
maka diperoleh n = 35,73 rpm ( 0,6rps )
Re = 133352,54
Menentukan Tenaga Pengadukan Sesungguhnya
Dihitung berdasarkan pers.9.24, Mc Cabe , hal 245
P = (Kt x ρ campuran x n3 x Di5)/gc
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−25
Dimana :
Kt = 0,18 (tabel 9.2, Mc Cabe , Hal 245)
maka P = 0,84 Kw (1,13 Hp)
Dengan effesiensi motor = 0,8
maka
Tenaga pengaduk sesungguhnya = 1,41 Hp
Diambil tenaga pengaduk = 2,00 Hp
5.3.5 Penentuan poros Pengaduk
Menentukan tenaga pengadukan total dan dimensi poros
Diketahui : Tenaga yang digunakan untuk perhitungan poros diasumsikan lebih
0,5 dari tenaga teoritis setelah effesiensi
Tenaga pengadukan total = 2,119 Hp
Kecepatan pengadukan =35,73 rpm
Bahan :forged or hot-rolled steel class 1040 dengan kandungan karbon 40%
(Tabel 16.1, Hesse, hal 467)
Allowable desain stress = 30% x 45000 x 75%
= 10125 Psi
Menentukan Pengaturan Motor, Bearing dan Pengadukan
karana poros dipasang vertikal , maka bending moment yang bekerja pada
poros hanya dari horisontal saja. Jarak antara masing-masing garis tengah bearing
dan pengaduk ditentukan berdasarkan jarak pengaduk ke dasar reaktor dan jarak
antara kedua pengaduk
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−26
- 2 buah bearing dipasang pada poros. Bearing A dipasang pada tutup atas
reaktor dan bearing B dipasang pada tutup bawah reaktor
- Motor yang digunakan adalah motor standar dengan kondisi yang paling
mendekati yaitu :
tenaga pengadukan = 3,0 Hp
Kecepatan pengadukan = 870 rpm
untuk motor standar tersebut, pulley 20 full length involute gear tooth yang
digunakan adalah pulley dengan (tabel 14.5, Hesse, hal 400)
Diameter = 8 in
face = 6 ¾ in
bore = 1 5/8 in
max belt width = 6 in
Keterangan :
H = tinggi tangki tanpa head = 3,927 m (154,60 in)
= jarak antara motor dengan bearing A
= 0,2032 m ( 8 in)
b = jarak antara bearing A dengan pengaduk 2
= 1,770 m (69,70 in)
c = jarak antara kedua pengaduk = 2,575 m ( 101,36 in)
d = jarak antara pengaduk dengan bearing B
= 0,7567 m ( 29,79 in )
Menentukan Torsi Pengaduk
Dihitung berdasarkan pers 14.4 , Hesse :
T = torsi = 63025 x Hp/rpm
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−27
Maka T = 2491,95 in-lbs
T maks untuk 2 pengaduk = 4983,91 in-lbs
Menentukan Gaya pada Pitch Line
Dihitung berdasarkan Hesse, hal 470
E = T / r = 1245,98 lbs
*Bending moment
Berdasarkan pers. 5.3, hal 99, Hesse ΣM = 0
Untuk moment terhadap Bearing A
M =(Ax 0 )+ (B x ( b+c+d )) - ( E x a)
B = 28,590 lbs
*Moment terhadap bearing B
M =(A x (b+c+d)) + (B x 0) - (E x (a+b+c+d))
A = 581,1 in-lbs
Pengecekan kebenarannya:
A - B - E = 0
A - B - E = 0
Diperoleh bahwa moment maksimum terjadi pada bearing A yaitu :
Mmaks = A x a = 4648,56 in-lbs
Mmaks menjadi momen pengendali (Hesse, hal 474 - 475)
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−28
Menentukan gaya pisah antara Gear pada Pulley
Gaya pisah ini = gaya penguat pada garis pitch dengan tangen dari sudut tekan
gear
S = E x Tan 20
= 1235,99 in-lbs
*Bending moment
Berdasarkan pers.5.3, Hesse : ΣM =0
*Moment terhadap bearing A
M =(A x 0 )+ (B x ( b+c+d )) - ( S x a)
B = 64,0 lbs
*Moment terhadap bearing B
M =(A x (b+c+d)) + (B x o) -(S x (a+b+c+d))
A = 1299,95 lbs
Pengecekan kebenaran :
A - B - S = 0
A - B - S = 0
diperoleh bahwa momen maksimum terjadi pada bearing A yaitu :
Mmaks = A x a
= 10399,6 in-lbs
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−29
*Menentukan Momen Result
Berdasarkan pers.16.6, Hesse :
Mmaks = (M1 2 + M2 2)0.5
= 11391,23 in-lbs
Menentukan Diameter Poros
Dihitung berdasarkan per. 16.5 Hesse, hal 467 :
D = ((5.09/S) x ((KT)2+ (BM)2)0.5))(1/3)
dimana :
D =diameter poros
S = allowable desain stress dari bahan proses = 10125 Psi
M = momen
K = konstanta untuk beban tetap = 1 (Hesse, hal 467)
B =konstanta untuk beban tetap = 1,5 (Hesse, hal 467)
maka diameter poros adalah :
D = 2,049 in
= 0,052 m
dipilih diameter poros standar = 4 7/16 in
= 0,113 m (Gb.16.4, Hesse, hal 469)
Maka jari-jari poros ( r ) = 2,219 in
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−30
5.3.6 Pengamatan Tentang bearing untuk menentukan Alat Transmisi
poros
Perhitungan Berdasarkan Hesse, hal 493.
A. Bearing A
Resultan beban statik = (A1 2+ A2 2)0.5 (Hesse. Pers.16.6)
= 1423,90 lbs
beban dinamik = Tmaks/jari-jari poros
= 996,02 lbs
B. Bearing B
Resultan beban statik = (B1 2+ B2 2)0.5 (Hesse. Pers.16.6)
= 70,06 lbs
beban dinamik = Tmaks/jari-jari poros
= 996,02 lbs
* Alat transmisi poros
Karena ada perbedaan antara rpm yang dibutuhkan dengan rpm yang disediakan,
maka untuk menggerakan pengaduk dibutuhkan suatu alat transmisi yang
berfungsi sebagai speed reducer. Digunakan transmisi gear jenis worm gear
reducer dengan 20 full length involute gear, karena dapat digunakan untuk
pemakaian yang halus dan kemudahan dalam perawatan.
Perbandingan kecepatan perawatan :
R = rpm worm /rpm pulley (Hesse ,Pers.15.27.)
= 36,567
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−31
Untuk jenis commercial worm gear reducer , effesiensi reducer dihitung dengan
pers 15.31, Hesse : E =100 - (R/2)
= 81,7 %
Dari tabel 15.9 Hesse, hal 458, speed ratio yang terdekat dengan harga R 30 : 1
untuk ukuran 70 unit adalah :
- jenis : classs 1
-bahan : cast iron dengan harga S = 1600 psi
-ukuran : 70 unit
- Hp : 2 untuk speed motor 870 rpm
-effesiensi : 81,7 %
-Gear : 20 full length involute gear tooth
-Jumlah gigi minimal : 15 (Hesse, hal 427)
-Gigi terkecil : 18 tooth /pitch (Hesse,hal 427)
-Pitch : 4 (Hesse, tabel 15.3)
-Face Width : 2 (Hesse, tabel 15.3 )
Pengecekan gear yang dipilih
Pitch line velocity, Vm
Dihitung berdasarkan persamaan pada Hesse, hal 433:
Vm = (π x N x rpm )/(12 x Pd)
= 1024,425 ft/mnt
Velocity factor, K
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−32
Dihitung berdasarkan pers.15.13, Hesse :
K =600/(600+Vm )
= 0,369
Tooth shape factor, y
Dihitung berdasarkan pers.15.10, Hesse :
Y = 0.484 - (2.58/N)
= 0,341
safe strength , Fs
Dihiutng berdasarkan pers.15.15, Hesse :
Fs = (S x K x b x Y ) /Pd
= 402,65 lbs
Tenaga yang ditransmisikan , Hp
Dihitung berdasarkan pers.15.12, Hesse :
Hp = (Fs x Vm)/33000
= 12,500 Hp
Sedangkan Hp total yang dibutuhkan adalah sebesar = 2,119
Selama Hp yang ditranmsisikan > Hp total yang dibutuhkan, maka pemilihan
gear sudah benar.
5.4 PERANCANGAN NOZZLES (LUBANG-LUBANG)
5.4.1 Peletakan Lubang-lubang
* Pada top :- lubang umpan masuk
- lubang poros
- lubang untuk alat sensor
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−33
- lubang untuk orang/ maintenance (manhole)
*Pada samping atas : - lubang keluar angin
- lubang masuk dowtherm
* pada bottom : - lubang keluar produk
- lubang keluar dowtherm
5.4.2 Penentuan Diameter Lubang-lubang
A. Lubang Pemasukan Umpan
A.1 Lubang Pemasukan LAB
Jumlah LAB = 5647,68 kg/jam ( 5647,68 kg/batch )
waktu pengisian = 60 menit
T umpan masuk = 45 °C
ρ LAB pada T masuk = 857,596 kg/m3 ( 53,54 lb/ft3)
laju alir volumetrik (Qf) =m/ρ x t
= 0,110 m3/menit ( 0,065 ft3/dt)
* Diameter Optimum Nozzle
Dihitung berdasarkan pers.15, Peters hal. 525 dengan asumsi aliran umpan
turbulen maka:
Di opt = 3.9 x Qf0.45 x ρ0.13
= 1,91 in
dimana :
Di opt : diameter optimum
Qf : laju alir volumetrik umpan
ρ : densitas umpan
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−34
Dari Appendix K, item 1, Browneel & Young , hal 386, maka digunakan:
Ukuran nominal lubang = 2 in
diameter luar = OD
= 2,375 in
schedule number = 40 St, 40 S
Tebal pipa = t
= 0,154 in
Diameter dalam = ID
= 2,067 in
= 0,053 m
= 0,172 ft
bahan = carbon steel
µumpan = 4,806 cp
= 0,00334 lb/ft.s
Pengecekan asumsi jenis aliran:
untuk jenis aliran turbulen , maka harga bilangan Reynold (Re)>2100
A = π/4 x ID2
= 3,354 in2
= 0,002 m2 ( 0,023 ft2)
kecepatan superficial ( V ) = Qf/A
= 2,7737 ft/s
maka Re = ρumpan x v x ID/(µ) umpan
= 7920,98
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−35
diperoleh harga Re>2100,maka asumsi untuk penentuan diameter pipa sudah
benar.
A.2 Lubang Pemasukan SO3 + udara
Jumlah SO3 + udara = 11002,51 kg/jam
waktu pengisian = 60 menit
T umpan masuk = 45°C
ρ SO3+ udara pada Tmasuk = 1051,62 kg/m3 ( 65,65 lb/ft3)
laju alir volumetrik ( Qf ) = m/ρ x t
= 0,1744 m3/menit
= 0,1026 ft3/dt
* Diameter Optimum Nozzle
Dihitung berdasarkan pers.15, Peters hal 525 dengan asumsi aliran umpan
turbulen maka:
Di opt = 3.9 x Qf0.45 x ρ0.13 = 2,4120 in
dimana :
Di opt : diameter optimum
Qf : laju alir volumetrik umpan
ρ : densitas umpan
Dari Appendix K, item 1, Browneel & Young, hal 386, maka digunakan:
Ukuran nominal lubang = 2,5 in
diameter luar = OD
= 2,875 in
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−36
schedule number = 40 St, 40 S
Tebal pipa ( t ) = 0,203 in
Diameter dalam ( ID) = 2,469 in
= 0,0627 m
= 0,20575 ft
bahan = carbon steel
µumpan = 0,011 cp
= 0,0000076 lb/ft.s
Pengecekan asumsi jenis aliran:
Untuk jenis aliran turbulen, maka harga bilangan Reynold (Re)>2100 '
A = π/4x ID2
= 4,785 in2
= 0,003 m2 ( 0,0332 ft2)
kecepatan superficial (V) = Qf/A
= 3,088 ft/s
maka Re = ρumpan x V x ID/(µ) umpan
= 5464967,19
Diperoleh harga Re>2100, maka asumsi untuk penentuan diameter pipa sudah
benar.
B. Lubang poros
Disesuaikan dengan ukuran poros yaitu = 4 7/16 ≈ 5
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−37
C. Lubang untuk maintenance (manhole)
jumlah = 1 unit
dipilih = 24 in shell manhole
untuk ts = 1/4 in T = 1/4 in
konstruksi dan ukuran manhole mengikuti standar yang diberikan oleh API
standard 12-C dari App.F item 5, Brownell & Young hal. 352 :
- size of inlet Weld A = 3/16 in
Weld B = 1/4 in
Panjang sisi ( L) = 53 ½ in
Lebar reinforcing plate ( W) = 64 in
Diameter lubang dalam tangki ( Dp) = 28 ½ in
Diameter dalam manhole frame = 24 - 26 diambil = 24 in
Diameter lingkar baut =Db = 30 ¼ in
Diameter Cover plate (Dc ) = 32 ¾ in
dari fig 3.15, Brownell & Young hal 51 :
- jumlah baut ( N) = 28
- Diameter baut = ¾ in
- Gasket manhole = 29 3/8 in Od x 24 in ID x 1/8 in thick
D. Lubang untuk alat sensor
Jumlah lubang untuk sensor ada 2 buah yaitu lubang untuk sensor temperatur dan
tekanan dengan dimensi yang sama.
Penentuan tebal pipa
Bahan : Carbon steel SA 167 Grade 11 Type 316
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−38
Berdasarkan pers 13.1, Browneel & Young, hal 254
Tp = C)P6,0(-)E.f2(
)ID(P
design
Tdesign +
dimana :
Tp = tebal pipa
P = Tekanan desain = 19,63 Psi
Di = diameter nominal pipa yang digunakan = 1 in
f = stress yang diijinkan = 18750 Psi
E = efesiensi = 80% (tabel 13.2 brownell & Young hal 254)
C =faktor korosi = 0,0125 in/thn x 10 tahun = 0,1250 in
maka Tp = 0,1257 in
Berdasarkan App. K, item 2, brownell & young, hal 387, diambil ukuran pipa
standard :
- ukuran nominal pipa = 1/4 in
- OD = 0,54
- Schedule number = 40 ST 40 S
- ID = 0,364 in
- Tebal Pipa (Tp) = 0,088 in
E. Lubang pada jaket
Lubang untuk dowtherm
* Laju volumetrik dowtherm
Jumlah = 2 buah
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−39
dowtherm masuk dari bawah dan keluar dari atas
Qa = Ma/(t x ρ)
= 75,406 m3/mnt
= 44,382 ft3/det
* Diameter optimum nozzle
dihitung berdasarkan pers.14.15, Peters dengan asumsi aliran umpan turbulen,
maka:
Di opt = 3.9 x Qa0,45x ρ0,13
dimana :
Di opt = diameter optimum
Qa = laju alir volumetrik dowtherm ( 44,382 ft3/det)
ρ =densitas dowtherm
= 64,643 lb/ft3
maka Di opt = 36,955 in ( 0,939 m)
dari Appendix K, item 1, Brownell & Young , hal 386, maka digunakan :
- ukuran nominal lubang = 36 in
- Diameter luar (OD) = 36 in
- Schedule number = ST
- Tebal Pipa (Tp) = 0,375 in
- ID = 35,25 in
= 2,9375 ft
- bahan carbon steel
*Pengecekan Asumsi jenis aliran
Untuk jenis aliran turbulen, maka harga bilangan Reynoldnya (Re)>2100
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−40
A =π/4 x ID2
= 975,412 in2
= 6,774 ft2
kecepatan superficial ( V) = Qa/A
= 6,552 ft/s
viskositas, µ = 2,4804 cp ( 0,0017 lb/s ft)
maka umpan
umpan IDV
ηρ
=Re
= 746463,32
Diperoleh harga Re>2100,maka asumsi untuk penentuan diameter pipa sudah
benar.
Penentuan tebal pipa
Bahan : Carbon steel SA 167 Grade 11 Type 316
Berdasarkan pers 13.1, Brownell & Young , hal 254
Tp = + C
dimana :
Tp =tebal pipa
p = Tekanan desain = 84,5
diameter nominal pipa yang digunakan (Di) = 1 in
stress yang diijinkan (f ) =18750 Psi
efesiensi (E) = 0,8
faktor korosi (C) = 0,0125 in/thn x 15 tahun
)6,0()(2
pEf
Dip
×−×
×
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−41
= 0,1875 in
maka Tp = 0,190 in
Berdasarkan App. K, item 2, Brownell & Young, hal 387, diambil ukuran pipa
standard :
- ukuran nominal pipa = 0,25 in
- OD = 0,54 in
- Schedule number = 40 ST 40 S
- ID = 0,364 in
- Tebal Pipa (Tp) = 0,088 in
F. Lubang Pengeluaran Produk
Laju alir massa keluar reaktor = 16650,19 kg/jam
Komponen Fraksi Densitas
(kg/m3) Fraksi x Densitas viskositas
fraksi x
viskositas
LAB 0,004 857,60 3,52 4,806 0,020
SO3 0,005 1880,18 8,73 0,011 0,000
Udara 0,547 879,57 481,29 0,020 0,011
HLAS 0,444 860,78 382,25 4,970 2,207
Total 1,000 875,79 2,238
ρ(campuran) = 0,8758 kg/L
= 875,79 kg/m3
= 54,673 lb/ft3
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−42
µ umpan = 2,2375 cp
= 0,0015 lb/ft.s
laju alir volumetrik produk
Mf = 16650,19 kg/jam
Qf = ρ
Mf
= 19,012 m3/jam
= 0,1865 ft3/dt
* Diameter optimum nozzle
dihitung berdasarkan pers.15, Peters hal 525 dengan asumsi aliran umpan
turbulen , maka
Di opt =3.9 x Qf0,45x ρ0,13
dimana :
Di opt = diameter optimum
Qf = laju alir volumetrik produk
= 0,1865 ft3/det
densitas produk (ρ ) = 54,673 lb/ft3
maka Di opt = 3,082 in ( 0,0783 m)
dari Appendix K, item 1, Brownell & Young , hal 386, maka digunakan :
- ukuran nominal lubang = 3 in
- Diameter luar (OD) = 3,5 in
- Schedule number = 40 ST 40 S
- ID = 3,068 in
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−43
- Tebal Pipa (Tp) = 0,216 in
- bahan carbon steel
*Pengecekan Asumsi jenis aliran
Untuk jenis aliran turbulen, maka harga bilangan Reynoldnya (Re)>2100
A =4
2IDπ
= 7,389 in2
= 0,05131 ft2
kecepatan superficial ( V) = Qf/A
= 3,6346 ft/s
maka umpan
umpan IDV
ηρ
=Re
= 3269,00
Diperoleh harga Re>2100, maka asumsi untuk penentuan diameter pipa sudah
benar.
5.4.3 Spesifikasi Flange dan Bolt untuk Lubang-lubang
Jenis : welding-neck Flange
Bahan : Forged and Rolled Steel -ASTM A 181
Dari fig 12.2, Brownell & Young hal 221 diperoleh flange dan bolt dengan
spesifikasi sebagai berikut :
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−44
A. Spesifikasi Flange
Tabel 5.6 Tabel spesifikasi flange
Lubang D (in) A (in) T (in) R (in) E (in) K (in) L (in) B(in)
LAB 2 6 3/4 3 5/8 3 1/16 8,63 4 7,98
SO3 2,5 4 ¼ 9/16 2 1 15/16 4,5 3 4,03
Poros 5 10 15/16 7 5/16 6 7/16 5,56 3 1/2 5,05
manhole 24 32 1 7/8 27 1/4 26 1/8 24 6 23,25
Sensor 1 4 ¼ 9/16 2 1 15/16 1,32 2 3/16 1,05
dowtherm 36 42 ¼ 1 ¼ 39 37 3/8
Produk 3 7 ½ 15/16 5 4 1/4 6,63 3 1/2 6,07
B. Spesifikasi Bolt
Tabel 5.7 Tabel Spesifikasi Bolt
Lubang D nominal
pipa (in) N
D lubang
(in)
D baut
(in) C (in)
LAB 2 4 3/4 5/8 4 3/4
SO3 2,5 4 5/8 1/2 3 1/8
Poros 5 8 7/8 3/4 8 1/2
manhole 24 20 1 3/8 1 1/4 29 1/2
sensor 1 4 5/8 1/2 3 1/8
Dowtherm A 36 40 1 1/8 40 1/8
Produk 3 4 3/4 5/8 6
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−45
5.5 PERANCANGAN JAKET
Fungsi :- menyerap panas yang terbentuk karena reaksi eksoterm
5.5.1 Perancangan jaket sebagai pemertahan Reaksi Eksoterm
5.5.1.1 Penentuan Laju alir Volumetrik Dowtherm
Masssa dowtherm yang digunakan (Ws) : 4684844,04 kg/jam
Densitas pada suhu 30 °C = 1035,48 kg/m3
Qs =s
Ws
ρ
= 4524,34 m3/jam (75,406 m3/mnt)
5.5.1.2 Penentuan Volume jaket
Desain jaket yang diinginkan adalah sesuai dengan bentuk tangki yang
diletakkan disekeliling tangki
Vj = Qs x t
dimana :
Vj = volume jaket
Qs = Laju alir dowtherm (75,41 m3/mnt )
t = waktu tinggal dowtherm ( 0,05menit ; 3 dtk )
Vj = 3,77 m3
5.5.1.3 Penentuan diameter jaket
Vj =((π/4 x ODj2 x Hs)+(π/3 x 0.25 x ODj2 x OA))-((π/4 x IDj2 x Hs)+(π/3 x 0.25
x IDj2 x OA))
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−46
dimana :
Vj = volume jaket ( 3,77 m3)
Odj = diameter luar jaket
Idj = diameter dalam jaket ( Od) = 2,286 m
Hs = tinggi jaket yang menutupi tangki = 3,141 m
OA= tinggi head ( 0,450 m)
maka Odj = 4,059 m
5.5.1.4 Penentuan Tebal Jaket
tj =(Odj-Idj)/2 = 0,89 m = 34,90 in
5.5.1.5 Pengecekan Jaket Yang Digunakan
5.5.1.5.a Luas Perpindahan Panas
Tabel .5.8 Tabel Luas perpindahan Panas
Massa Tin (°C) °F Tout (°C) °F
Fluida panas (produk, Ws) 16650,19 45 113 45 113
Fluida dingin ( dowtherm , Wm) 4684844,04 30 86 40 104
LMTD =( ) ( )( ) ( )[ ]1221
1t221
t/tln
t
−Τ−ΤΤ−−Τ −
= 33,58 °F
Thermal conductivity, k = 8,79x10-2 Btu/jam ft2
Rej =Di2 x N x ρ campuran/µ campuran
Dimana:
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−47
Di = diameter pengaduk = 29,79 in ( 2,4826 ft)
N = perputaran pengaduk = 35,73 rpm (2143,76 rph)
ρcampuran = 875,7854 kg/m3 ( 54,67 lb/ft3)
µ campuran = 0,0015 lb/ft.det
= 5,413 lb/ft. jam
maka Rej = 133464,11
Dengan harga Rej = 133464,11 dapat dicari harga J dari fig 20.2 Kern sehingga
didapat J
faktor transfer panas jaket, J = 800
dimana :
hj = koefesien perpindahan panas fluida
k = konduktivitas thermal = 0,088 Btu/jam ft2
Dj =diameter dalam jaket = 90 in ( 7,5 ft)
c =kapasitas panas spesifik rata-rata = 0,388 kkal/kg C (0,387 Btu/lbF)
µ = viskositas campuran cairan dalam reaktor = 5,413 lb/ft jam
µw =viskositas pada temperatur di dinding shell
(µ/µw)0,14 = 1
maka : hj = 26,98 Btu/jam ft F
hio = 26,79
diketahui : hoi untuk dowtherm = 1000 btu/jam ft F
Uc = oio
oio
hh
h.h
+
dimana Uc : koefesien clean overall
maka : Uc = 26,27 Btu/jam ft °F
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−48
diketahui :Rd min = 0,005 untuk dowtherm dalam jaket
Rd = DC
DC
U.U
U-U
Ud = Uc x hd/(Uc + hd)
= 23,22 Btu/jam ft F
5.5.1.5.b Panas pada jaket
Aj = 496,06 ft2
Qj = Ud x Aj xLMTD = 386784,12 kkal/jam
karena Qj>Q maka jaket dapat digunakan.
5.6 PERANCANGAN ISOLASI
Bahan : Asbestos
5.6.1 Penentuan Luas Perpindahan Panas
A. Pada Sekeliling Reaktor
A1 = 2 x π x R x Hs
dimana : A1 = Luas perpindahan panas pada sekeliling shell
R = jari-jar luar jaket (Odj/2 ) = 2,029563394 m
Hs = tinggi shell yang tertutup jaket = 3,14138119 m
maka : A1 = 40,03897067 m2
B. Pada Tutup Bagian Bawah
A2 = (1/3 x π x Rtb2) + (2 x π x Rtb x sf)
dimana : A2 = luas perpindahan panas pada tutup bagian bawah
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−49
Rtb = jari-jari tutup bawah = Dtb/2
= (OD + tj)/2
= 1,59 m
sf = 1,75 in ( 0,04445 m)
maka : A2 = 3,07 m2
C. Pada Tutup Bagian Atas
A3 = (1/3 x π x Rta2) + (2 x π x Rta x sf)
dimana : A3 = luas perpindahan panas pada tutup bagian atas
Rta = jari-jari tutup bagian atas = Dta/2 = OD/2
=1,143 m
sf = 1,75 in = 0,04445 m
maka : A3 = 1,686480498 m2
Luas perpindahan panas total :
A = A1 + A2 + A3 = 44,80 m2
5.6.2 Penentuan Tebal Isolasi Minimum
V.6.2.1. Jaket Sebagai Pemertahan Reaksi Eksoterm
Qlost = k x A x ∆T/L
dimana : Qlost = panas yang terlepas maksimum 10% dari panas yang diserap
reaktor.
= 8135270,629 kkal/jam
= 32283365,28 btu/jam
k = konduktivitas termal = 0,087860967 btu/jam.ft. °F
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−50
A = luas perpindahan panas = 44,802 m2
= 482,24 ft2
L = tebal isolasi minimum
∆T = 18 °F
maka : L = 0,000024 ft = 7,20065E-06-6 m
Diameter luar setelah isolasi:
OD2 = ODj + (2 x L) = 4,059 m
= 159,80 in
5.7 PERANCANGAN PENYANGGA
Pemilihan tipe penyangga reaktor berdasarkan pada :
* Bentuk, ukuran dan berat reaktor
* Temperatur dan tahanan operasi
* Penempatan/ letak reaktor
Jenis penyangga : Lug/ braket support ( Brownell & Young, hal 197)
dengan alasan :
* Relatif paling ekonomis
* Paling banyak digunakan untuk sistem penyangga vertikal
* Konstruksi lebih mudah dibandingkan dengan tipe lain
Bahan konstruksi : Carbon Steel SA 283 Grade C
Stress yang diijinkan (f) = 12650 psi ( 87218,522 kN/m2)
Densitas bahan (ρbahan) = 493,197 lb/ft3 ( 7900,2749 kg/m3)
jumlah lug (n) = 4
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−51
Diketahui :
ID = 89,375 in (2,270 m)
OD = 90 in (2,286 m)
ts = 0,3125 in ( 0,008 m)
Hs = 0,0717 in = 2,823 m
Ht = 0,0945 in (3,722 m )
ρcampuran = 1193,77 kg /m3
ρasbestos = 634,33 kg/m3
sf = 1,75 in (0,04445 m)
Diinginkan :
* Jarak reaktor dari tanah = 1,5 m
* Tinggi total reaktor & Penyangga = (1,5 + 3,721702693)
= 5,22 m
* Letak ujung penyangga dibadan reaktor = 2 m dari dasar tangki
* Tinggi penyangga = ( 1,5 + 2)
= 3,5 m
5.7.1 Penentuan Berat Total Reaktor
A. Berat shell (Wsh)
Dihitung berdasarkan pers. 9.1, Brownell & Young, hal 156 :
Wsh = π/4 x (OD2 - ID2) x ρbahan x Hs
= 1266,111558 kg
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−52
B. Berat head (Wh)
* Bagian lengkung head
Vh = 0,000049 x D3
dimana : D = diameter head
maka : Vh dalam = 0,00057 m3
Vh luar = 0,00058m3
maka berat bagian lengkung head adalah :
Wh' = (Vh luar - Vh dalam) x ρbahan
= 0,0957 kg
* Bagian Straight flange
Vsf = π/4 x D2 x Sf
Vsf dalam = π/4 x ID2 x Sf
= 0,17982123 m3
Vsf luar = π/4 x OD2 x Sf
= 0,1824 m3
maka berat bagian straight flange adalah :
Wh'' = (Vsf luar - Vsf dalam) x ρbahan
= 19,9385233 kg
Berat total head : Wh = 2 x (Wh' + Wh'')
= 40,068 kg
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−53
C. Berat Cairan (Wc)
Wc = volume reaktor total x ρcampuran = 16106,93167 kg
D. Berat dowtherm (Wa) dan berat bahan (Ws)
Wa = 4684844,04 kg
Ws = 16650,19 kg
E. Berat jaket pendingin dan pemanas (Wjk)
ODj = 4,059 m
IDj = 2,286 m
tj = 0,887 m
Hs = 3,141 m
OA = 0,450 m
OD2 = 4,059 m
* Berat shell kosong pada jaket (Wsjk)
Wsjk = π/4 x (OD22-Odj2) x Hs x ρbahan
dimana : OD2 = diameter luar reaktor setelah isolasi
ODj = diameter luar jaket
Maka: Wsjk = 2,277706228 kg
*Berat straight flange kosong pada jaket (Wsfjk)
Wsfjk = π/4 x (OD22 - ODj2) x sf x ρbahan
= 0,032229149 kg
* Berat dishead kosong pada jaket (Wdhjk)
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−54
Wdhjk = π/4 x (OD22 - ODj2) x ρbahan
= 0,725 kg
Berat total jaket kosong = Wjk
= Wsjk + Wsfjk + Wdhjk
= 3,03 kg
F. Berat isolasi (Wi)
* Volume isolasi pada shell (Vsi)
Vshell = π/4 x (ODj)2 x Hs
= 40,630 m3
Vshell + isolasi = π/4 x (OD2)2 x Hs
= 40,631 m3
Maka: Vsi = Vshell + Vshell+isolasi
= 81,26 m3
* Volume isolasi pada tutup bawah (Vbi)
Vbi = 4/3 x π x R x h x L
dimana :
R = OD2/2
= 2,029 m
h = sf + tj
= 0,931 m
L = Lebar isolator
= 0,01 m
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−55
maka : Vbi = 0,07910947 m3
* Volume straight flange pada isolasi (Vsfi)
Vsfi = π x ODj x sf x L
= 0,005665445 m3
maka volume isolasi total pada reaktor (Vi)
Vi = Vsi + Vbi + Vsfi
= 81,34669243 m3
Berat isolasi ( Wi) = Vi x ρasbestos
= 51600,72 kg
G. Berat total reaktor kosong (Wrk)
Wrk = Wsh + Wh + Wjk + Wi
= 52909,94 kg
H. Berat pengaduk, motor, lubang dan peralatan lain (Wl)
Berat pengaduk, motor, lubang, dan peralatan lainnya diasumsikan sebesar 20%
dari berat shell dan head kosong (Peters, hal. 37)
Wl = 20% x Wrk
= 10581,98 kg
I. Berat total Reaktor (Wtotal)
Bmax = Wsh + Wh + Wc + Wa + Ws + Wjk + Wi + Wl
= 79598,86 kg
Wmax = Bmax x gc
= 780068,86 N (780,068 kN)
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−56
5.7.2 Tekanan karena angin
5.7.2.1 Penentuan periode vibrasi (T)
Dihitung berdasarkan pers 9.3.23, Bhattacharyya, hal 151 :
T = 6,35 x 10-5 x (H/D)3/2 x (W/t)1/2
dimana :
T = periode vibrasi
H = tinggi total reaktor termasuk penyangga = 5,221702693 m
D = diameter luar reaktor = 2,286 m
W = berat total reaktor = 780,068 kN
t = tebal dinding reaktor = 5/16 in
= 0,0079375 m
maka : T = 0,068723015 detik ( 0,07 detik)
sehingga : untuk tinggi reaktor < 20 m, tekanan angin terhadap reaktor dapat
dihitung dengan pers 9.3.9, Bhattacharyya, hal 147 :
Pw = K1 x K2 x p1 x h1 x OD2
dimana :
Pw = tekanan total karena angin
K1 = koefisien yang tergantung pada faktor permukaan
= 0,7 (untuk permukaan silinder)
K2 = koefisien yang tergantung pada periode dari satu putaran vibrasi getaran
dari reaktor = 1 (untuk T < 0,5 detik)
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−57
p1 = tekanan angin yang bekerja terhadap reaktor (tabel 9.1, bhattacharyya, hal
146) = 0,4 (untuk daerah dengan kecepatan angin sedang)
h1 = tinggi reaktor
= 3,721 m
OD2 = diameter luar reaktor termasuk jaket pendingin dan isolasi
= 4,059 m
maka : Pw = 4,229 kN
5.7.2.2 Penentuan bending moment akibat angin
Dihitung berdasarkan pers 9.3-11, Bhattacharyya, hal 147 :
Mw = Pw x (H/2)
dimana : H = tinggi reaktor termasuk penyangga = 5,221702693 m
maka : Mw = 11,04373587 kN.m
5 .7.3 Tekanan karena gempa
Dihitung berdasarkan pers 9.3-14, Bhattacharyya, hal 148 :
F = Cs x W
dimana : Cs = koefisien seismik untuk daerah tertentu
= 0,1 (untuk daerah dengan ancaman gempa sedang) (tabel 9.2,
Bhattacharyya, hal 149)
W = berat total reaktor
= 780,068 kN
maka : F = 78,006 kN
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−58
5.7.3.1 Penentuan bending moment akibat gempa
Dihitung berdasarkan pers 9.3-16, Bhattacharyya, hal 149 :
Ms = 4 x F x 2 x H
= 3258,630169 kN.m
5.7.3.2 Penentuan bending stress akibat gempa
Dihitung berdasarkan pers 9.3-17, Bhattacharrya, hal 149 :
σs = 4 x Ms / (π x t x (Di x t) x Di)
dimana :
tebal shell (t ; ts ) = 0,3125
= 0,00795 m
Di (diameter dalam reaktor) = 89,375 in
= 2,270 m
maka : σs = 12784931 kN/m2
5.7.4 Beban tekanan maksimum per Lug
Dihitung berdasarkan pers 10.3.1, Bhattacharyya, hal 173:
Plug = (4 x Pw x (H-Hc)/n x C)+ (Wmax/n)
dimana : Plug = beban tekana maksimum tiap lug
Pw = tekanan total karena angin (4,229936676 kN)
H = total tinggi reaktor termasuk penyangga
= 5,221 m
Hc = jarak dasar reaktor dari tanah ( 1,5 m )
C = diameter lingkar baut anchor
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−59
= OD
= 92,5094 in
= 2,3497 m
n = jumlah lug
= 4
Wmax = berat total reaktor
= 780,068 kN
maka : Plug = 232,007 kN
5.7.5 Uji kelayakan material
5.7.5.1 Tekanan yang ditimbulkan karena tekanan dari dalam
Dihitung berdasarkan pers 10.33, Bhattacharyya, hal 174 :
σsp = P x D / (4 x t)
dimana : σsp = axial stress karena tekanan dari dalam (tekanan desain)
P = Tekanan desain = 0,9668 psi
= 6,6658 kN/m2
D = Diameter dalam reaktor = 2,270 m
t = Tebal reaktor = 0,007 m
maka : σsp = 476,6047 kN/m2
= 62,1294 psi
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−60
5.7.5.2 Tekanan yang ditimbulkan karena penyangga lug
Dihiting berdasarkan pers 10.3.2, Bhattacharyya, hal 173 :
σsl = (β3 x Plug x a x r2)/(2 x (1 - µ2) x A x h)
dimana : σsl = axial stress karena sambungan lug dengan plate horizontal
Plug = beban tekanan maksimumtiap lug
= 232,007 kN
a = lever arm untuk beban dari lingkaran baut ( hD )
= 1,2547 in ( 0,0319 m)
r = jari-jari rata-rata ID reaktor ( 1,13505 m)
µ = poisson's ratio untuk stell (0,3m )
A = lebar plate kompresi yang diinginkan (1 m)
h = tinggi gasket
= 1/10 x Ht
= 0,372 m
t = tebal reaktor
= 0,3125 ( 0,0079375 m)
β = ((3 x (1 - µ^2))/(r^2 x t^2))^1/4
= 13,542
maka : σsl = 34960,97743 kN/m2
= 6068,4971 psi
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−61
5.7.5.3 Tekanan maksimum yang ditimbulkan
σmax = σsp + σsl
= 6130,6265 psi
fbahan = 13750 psi (carbon stell SA 201 grade A)
karena fbahan > σmax maka konstruksi shell sudah benar dan cukup kuat untuk
menahan tekana akibat adanya tekanan dari dalam dan penyangga lug.
5.7.6 Penentuan tebal bearing plate horinsontal dan tebal plate gasset
5.7.6.1 Bending moment maksimum
Bending moment sepanjang sumbu radikal dihitung berdasarkan pers.
10.3.5, Bhattacharyya, hal 174 :
My = (P/4 x π) x (1 - γ1)
dimana : My = bending moment sepanjang sumbu radikal
P = beban tekanan maksimum tiap lug = Plug
= 232,01 kN
γ1 = konstanta
= 0,35 (untuk b/1= 1,2 tabel 10.2, Bhattacharyya, hal 175)
maka: My = 12,01 kN
Bending moment sepanjang sumbu lingkar
dihitung berdasarkan pers 10.3.5, Bhattacharyya, hal 174 :
Mx = (P/4 x π) x (µ - γ2)
dimana : Mx = bending moment sepanjang sumbu lingkar
P = beban tekanan maksimum tiap lug = Plug
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−62
= 232,01 kN
γ2 = konstanta
= 0,115 (untuk b/1 =1,2 tabel 10.2, Bhattacharyya, hal 175)
µ = poisson's ratio ( 0,3 untuk baja)
maka : Mx = 3,42 kN
karena My > Mx maka penentuan tebal plate horisontal berdasarkan My.
5.7.6.2 Tebal plate horisontal
Dihitung berdasarkan pers 10.3.7, Bhattacrayya, hal 174 :
thp = (6 x Mmax/f)0,5
dimana : thp = tebal plate horisontal
Mmax = My
= 12,007 kN
f = stress yang diijinkan ( 13750 psi)
= 87218,522 kN/m2
maka : thp = 0,029 m
5.7.6.3 Tebal plate Gasset
tg = 0,5 x thp = 0,014 m
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−63
5.7.7 Perencanaan Kolom Penyangga
Bentuk kolom : Beam
Pemilihan spesifikasi beam dianggap benar apabila mampu menahan :
* Beban konsentris aksial
* Beban eksentrik
* Beban stress dalam kolom karena beban angin
kondisi ini ditunjukkan dengan pers 10.3.13, Bhattacharyya, hal 176:
( ) ( )( )1
f
n2zxLPwzaP
t
xP
bc
<++ ./././ [ Pers. 10.3.1.3, Bhattacharya]
dimana :
P = beban kompresi aksial
Plug = 232,01 kN
X = cross sectional area = A = 0,0094 m2
fc = allowable column stress
= max 1500untuk L/rg antara 0 -60 (brownell & Young, hal 67)
=120/ (1 + L2 / 18000 x rg2) untuk L/rg antara 60 - 200 (pers 10.3.9,
Bhattacharyya, hal 175)
= P/a untuk L/rg > 200 (pers 2.1, Brownell & Young, hal 19)
ft = allowable flexural stress
= 129276,47 kN/m2
a = jarak kolom kedinding reaktor (lever arm karena bolt circle)
= 1,255 in
= 0,0319 m
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−64
Z = seksi modulus dari kolom
Pw = beban tekanan karena angin = 4,230 kN
L = panjang kolom = tinggi penyangga
= 3,5 m
n = jumlah lug = 4
rg = least radius of gyraton dari kolom
Dari app G item 2, Brownell & Young, hal 354, dipilih spesifikasi beam sebagai
berikut :
* Section index = 24 '' I B 18
* Ukuran nominal = 24 x 7 7/8
* R = 0,6 in ( 0,0152 m)
* Bobot per kaki = 120 lbs (120 lb/ft)
= 178,58 kg/m
* Luas penampang ( A) = 35,13 in2
= 0,0227 m2
* Kedalaman beam = 24 in (0,6096 m)
*Lebar flange = 8,048 in (0,2044 m)
* Tebal flange rata-rata = 1,102 in ( 0,028 m)
* Tebal web = 0,798 in ( 0,0203 m)
* Aksis 1-1 : Momen inersi (П) = 3010,8 in ( 0,001253 m)
seksi modulus (Z1-1) = 250,9 in3 ( 0,004111 m3)
Radius of gyration (rg) = 9,26 in (0,2352 m)
* Aksis 2-2 : Momen inersi (П) = 84,9 in ( 0,00003534 m)
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−65
seksi modulus (Z2-2) = 21,1 in3 ( 0,0003458 m3)
Radius of gyration (rg) = 1,56 in ( 0,0396 m)
Beban konsentris aksial (fc):
Karena L/rg = 3,5/0,0396
= 88,384 berada diantara 60 - 200,
maka berlaku pers 10.3.9, Bhattacharyya, hal 175 :
fc = 120 / (1 + (L2 / 18000 x rg2 ))
= 83,683 MN/m2
= 83682,97 kN/m2
Untuk menentukan apakah pemilihan beam sudah benar atau tidak, perlu dicek
apakah cross section area yang dibutuhkan memenuhi atau tidak, dimana :
X(cross section area pada beam) > P/fc
X = A
= 0,0227 m2
P/fc = 232,01/ 83682,97
= 0,00277 m2
Beban eksentrik (fec):
Dihitung berdasarkan pers 10.98, Brownell & Young, hal 201:
fec = (P x a) / Z1-1
= 1800,30 kN/m2
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−66
Beban stress dalam kolom karena beban angin (fbend)
Dihitung berdasarkan pers 10.99, Brownell & Young, hal 201 :
fbend = [(Pw x L)/Z2-2]/(2 x n)
= 5351,64 kN/m2
Beban total terhadap kolom (beam)
[(P/X/fc) + ((P x a/ Z)+(Pw x L/2 x n x Z))/ft] = 0,177 ≤ 1
maka pemilihan beam sudah benar
5.7.8 Perencanaan bearing plate
Bahan konstruksi plate: Carbon steel SA 201 grade A
Luas kontak minimum antara bearing plate dengan pondasi
Amin = Pc/fc (brownell & Young, hal 201)
dimana : Amin = luas minimum daerah kontak bearing plate dengan pondasi.
Pc = Maximum collomn load
= Maksimum compression load + berat kolom
= P + bobot per kaki
= 232,007 + (3,5 x 178,5799 x 9,8) / 1000
= 238,1328167 kN
fc = Allowable compressive stress (dari tabel 10.1, Brownell &
Young)
= Dipilih semen dengan kandungan air 5 US gal/94 lb semen
= 1400 psi = 9652,6428 kN/m2
Amin = Pc/fc = 0,02467022 m2
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−67
ukuran beam yang digunakan= h x l = 24 x 8,048 ( 193,152 in2)
direncanakan luas area bearing plate = 2 x 193,152 (386,304 in2)
= 0,2492 m2
Ukuran bearing plate proporsional dengan ukuran beam dimana :
Pbp/Lbp = Pb / Lb
= 2,982107356
maka :
Abp = Pbp x Lbp ↔ 386,304
= 2,982107356 x Lbp2
Lbp = 11,38159075
Pbp = 33,9411255
Tekanan Kompresif Maksimum
Tekanan kompresif maksimum antara bearing plate dengan pondasi beton
dihitung dengan pers 10.2.5, Bhattacharyya, hal 164 :
σcmax = (Wmax/A) + (Mw/Z)
dimana :
Wmax = berat total reaktor
= 780,068 kN
Mw = bending moment akibat angin = 12,006 kN
Z = seksi modulus dari daerah A
= Lbp x Pbp2 ( 13111,59254 in3)
= 33,0344506 m3
A = 0,2492 m3
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−68
maka : σcmax = 3130,328 kN/m2
Tebal bearing plate
t bp = L x (3 x fc max / fallow)0,5
dimana : fcmax = maximum compressive stress
= σcmax = 3130,328 kN/m2
fallow = Allowable compressive stress = 1400 psi
= 9652,6428z kN/m2
L = jarak overhang (serambi) terbesar dari beam ke tepi bearing
plate
= (Pbp-Pb)/2 = 4,970562748 in ( 0,126252294 m)
maka :
tbp = 0,124 m (4,90 in)
Uji kestabilan reaktor (kebutuhan pemasangan baut anchor pada bearing plate)
berdasarkan pers 10.2.11, bhattacharyya, hal 166 :
σc min = (Wmin/A)-(Mw/Z)
dimana :
Wwmin = berat reaktor kosong
= 76844,0252 kg x 9,8 m/s2
= 753071,447 N
= 753,0714 kN
maka : σc min = 3021,92 kN/m2
PRA PERANCANGAN HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI ALAT UTAMA V−69
Untuk menjaga keamanan reaktor perlu di-anchored pada fondasi beton dengan
anchor-bolt untuk mencegah over turning pada bending moment yang disebabkan
oleh angin atau gempa.
berdasarkan pers 10.2.13, bhattacharyya, hal166, harga beban pada 1bolt:
Pbolt = σc min x a / N
sehingga :
Pbolt x N = σc min x A
= 753,06 kN
Dipilih bolt dengan spesifikasi sebagai berikut, dari tabel 12.3, brownell & young,
hal 227 :
* Bahan Carbon Steel SA-261 grade BO
* Allowable stress, fab = 18750 psi (129276,4655 kN/m2)
* Ukuran bolt,d = 1 1/4 in
* Root area, Ar = 1,155 in2 ( 0,00086 m2)
maka : Pbolt x N = Ar x N x fab
N = (Pbolt x N)/(fab x Ar)
= (σcmin x A)/(fab x Ar)
= 6,77 ≈ 7 buah anchor bolt per lug
jadi total bolt yang diperlukan, Ntotal = 2 x n = 14 buah anchor bolt
BAB VI
SPESIFIKASI PERALATAN
6.1 TANGKI 1 (T – 01)
• Fungsi : Menyimpan paraffin sebagai bahan baku utama
• Bentuk : Silinder tegak dengan torispherical dish head dan flat
bottom
• Bahan : SA-167 Grade 11 tipe 316
• Jumlah : 3 unit
• Kondisi Operasi :
o Temperatur = 30 oC
o Tekanan = 1 atm
• Dimensi :
o Volume = 296,71 m3 untuk 3 unit
o Diameter = 5,7912 m (228 in )
o Tinggi = 12,71 m
o Tebal = 7/16 in
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI PERALATAN VI −2
6.2 TANGKI 2 (T – 02)
• Fungsi : Menyimpan benzen (C6H6) sebagai bahan baku.
• Bentuk : Silinder Tegak dengan torispherical dish head dan flat
bottom
• Bahan : SA-167 Grade 11 tipe 316
• Jumlah : 3 unit
• Kondisi Operasi :
o Temperatur = 30 oC
o Tekanan = 1 atm
• Ukuran :
o Volume = 153,96 m3 untuk 3 unit
o Diameter = 6,096 m (240 in)
o Tinggi = 7,165 m
o Tebal = 3/8 in
6.3 HEAT EXCHANGER (HE)
• Fungsi : Penukar panas antara keluaran bawah Reaktor
Dehydrogenasi dalam fluida fasa gas dengan bahan baku
n-parafin dari tengki (T-01) dalam fluida fasa cair
• Jenis : Horizontal Shell and Tube Heat Exchanger
• Jenis aliran : Counter Current
• Bahan : Stainless Steel SA – 167 grade 11 type 316
• Jumlah : 1 unit
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI PERALATAN VI −3
• Beban Energi : 17.131.064,500 kJ/jam
• Shell Side : Fluida panas (Aliran 02)
o Laju alir massa : 20.785,68 kg/jam
o Temperatur masuk : 30 oC
o Temperatur keluar : 333,52 oC
o Diameter dalam : 37 in
o Jarak Baffle : 7,4 in
o Jumlah pass : 6 passes
• Tube Side : Fluida dingin (Aliran 06)
o Laju alir massa : 21.269,909 kg/jam
o Temperatur masuk : 465,5 oC
o Temperatur keluar : 206 oC
o Panjang : 10 ft
o Diameter luar : 1 in
o Diameter dalam : 0,732 in
o BWG : 10
o Jumlah : 614 tube
o Ukuran Pitch : 1,25 in
o Bentuk Pitch : triangular
o Jumlah pass : 6 passes
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI PERALATAN VI −4
6.4 Fired Heater (F-01)
• Fungsi : Untuk memanaskan umpan sekaligus merubah fase dari 333,52
oC sampai dengan 465,5 oC
• Jumlah : 1 unit
• Tube pada bagian Radian
o Laju alir massa : 20.785,182 kg/jam
o Temperatur masuk : 333,52 oC
o Temperatur keluar : 465,5 oC
o Panjang : 10,5 ft
o Diameter luar : 4,5 in
o Diameter dalam : 4,026 in
o Jumlah : 12 tube
o Ukuran Pitch : 9,5 in
o Bentuk Pitch : triangular
• Tube pada bagian konveksi, Ntc
o Beban Energi : 10943.787,481 kg/jam
o Temperatur masuk : 333,52 oC
o Temperatur keluar : 465,5 oC
o Panjang : 10,5 ft
o Diameter luar : 4,5 in
o Diameter dalam : 4,026 in
o Jumlah : 24 tube
o Ukuran Pitch : 9,5 in
o Bentuk Pitch : triangular
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI PERALATAN VI −5
6.5 REAKTOR DEHYDROGENASI 1 (R-01)
• Fungsi : Sebagai tempat bereaksi olefin dengan benzen yang akan
membentuk LAB.
• Tipe : Fixed Bed Multi Tube Reactor
• Jenis : Stainles Steel SA-213 TP 321
• Jumlah : 1 unit
• Tekanan awal : 1 atm
• DIMENSI REAKTOR
o Volume = 326,79 ft3
o Diameter = 0,125 m
o Tinggi = 5,54 m
o Tebal = 0,25 in
o Tinggi Head = 0,48 m
o Tebal Head = 0,25 in
• Shell Side: F luida panas (Dowtherm A)
o Laju alir massa : 44.558,943 kg/jam
o Temperatur masuk : 510 oC
o Temperatur keluar : 470 oC
o Diameter dalam : 58,86 in
o Jarak Baffle : 9,180 in
o Jumlah pass : 1 passes
• Tube Side: Fluida dingin (Aliran 05)
o Laju alir massa : 21.269,91 kg/jam
o Temperatur masuk : 465,5 oC
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI PERALATAN VI −6
o Temperatur keluar : 465,5 oC
o Panjang : 40 ft
o Diameter luar : 1,5 in
o Diameter dalam : 1,17 in
o BWG : 10
o Jumlah : 607 tube
o Ukuran Pitch : 1,875 in
o Bentuk Pitch : triangular
o Jumlah pass : 6 passes
6.6 KONDENSOR SUB COOLER (KD)
• Fungsi : Untuk mendinginkan dan mengembunkan gas parafin, olefin
sedangkan H2 tetap dalam keadaan gas
• Tipe : Horizontal Condenser.
• Jenis : Shell and Tube Heat Exchanger
• Jenis aliran : Counter Current
• Jumlah : 1 unit.
• Beban Energi : 8.562.514,798 kJ/jam
• Shell Side : Fluida panas ( Aliran 6 )
o Laju alir massa : 21.269,909 kg/jam
o Temperatur masuk : 206,5oC
o Temperatur keluar : 35 oC
o Diameter dalam : 10 in
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI PERALATAN VI −7
o Jarak Baffle : 3,30in
o Jumlah pass : 4 passes
• Tube Side : Fluida Pendingin (dowtherm A )
o Laju alir massa : 27.071,269 kg/jam
o Temperatur masuk : 30 oC
o Temperatur keluar : 200 oC
o Panjang : 6 ft
o Diameter luar : 3/4 in
o Diameter dalam : 0,482 in
o BWG : 10
o Jumlah : 39,164
o Ukuran Pitch : 1 in
o Bentuk Pitch : triangular
o Jumlah pass : 4 passes
6.7 SEPARATOR I (S-01)
• Fungsi : Memisahkan campuran gas-cair yang keluar dari Kondensor Sub
Cooler
• Jenis : Vertical Drum Vessel
• Bahan : Stainless Steel SA-167 Grade 11 tipe 316
• Kondisi operasi :
o Tekanan = 1 atm
o Temperatur = 35 0C
• Diameter vessel = 1,723 m
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI PERALATAN VI −8
• Tinggi = 5,17 m
• Tebal = 5/16 in
• Tinggi cairan = 0,9576 m
• Tinggi ruang uap = 5,1700 m
• Jumlah = 1 buah
6.8 TANGKI 6 (T – 03)
• Fungsi : Menyimpan produk Hydrogen yang berupa gas
• Bentuk : Sphrical (Bola)
• Bahan : SA-167 Grade 3 tipe 304.
• Jumlah : 1 unit
• Kondisi Operasi :
o Temperatur = 35 oC
o Tekanan = 1 atm
• Dimensi :
o Volume = 130.62 m3
o Diameter = 3,417 m
o Tebal = 1/5 in
6.9 HEATER I (H-01)
• Fungsi : Untuk memanaskan produk bahan hasil pencampuran
• Jenis : Horizontal Shell and Tube Heat Exchanger
• Jenis aliran : Counter Current
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI PERALATAN VI −9
• Bahan : Stainless Steel SA –167 Grade 11 tipe 316
• Jumlah : 1 unit
• Beban Energi : 6.028.997,760 kJ/jam
• Shell Side : Fluida Pendingin ( Aliran 5 )
o Laju alir massa : 66285.8095 kg/jam
o Temperatur masuk : 40,96 oC
o Temperatur keluar : 140 oC
o Diameter dalam : 12 in
o Jarak Baffle : 4 in
o Jumlah pass : 1 passes
• Tube Side : Fluida panas (dowtherm A )
o Laju alir massa : 26456.1521kg/jam
o Temperatur masuk : 510 oC
o Temperatur keluar : 470 oC
o Panjang : 10 ft
o Diameter luar : 3/4 in
o Diameter dalam : 0,0402 in
o BWG : 10
o Jumlah : 78
o Ukuran Pitch : 1in
o Bentuk Pitch : triangular
o Jumlah passes : 2 passes
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI PERALATAN VI −10
6.10. REAKTOR ALKYLASI 2 (R-02)
• Fungsi : Tempat pembuatan olefin dari paraffin dengan proses
dehidrogenasi
• Tipe : Fixed Bed Multi Tube Reactor
• Jenis : Stainles Steel SA-213 TP 321
• Jumlah : 1 unit
• Tekanan awal : 4 atm (58,80 psi)
• DIMENSI REAKTOR
o Volume = 7.775 m3
o Diameter = 1.5 m
o Tinggi = 24.004 m
o Tebal = 0,13 in
o Tinggi Head = 16.7 m
o Tebal Head = 0,875 in
• Beban pendingin = 4.050.892,881 kJ/jam
• Shell Side (pendingin dowtherm A)
o Laju alir massa : 5.793,85 kg/jam
o Temperatur masuk : 30 oC
o Temperatur keluar : 50 oC
o Diameter dalam : 84,149 in
o Jarak Baffle : 42,074 in
o Jumlah pass : 1 passes
• Tube Side : Fluida panas (Aliran 17)
o Laju alir massa : 26.456,15 kg/jam
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI PERALATAN VI −11
o Temperatur masuk : 140 oC
o Temperatur keluar : 140 oC
o Panjang : 21,25 ft
o Diameter luar : 1,5 in
o Diameter dalam : 84.149 in
o BWG : 10
o Jumlah : 1.253 tube
o Ukuran Pitch : 1.875 in
o Bentuk Pitch : triangular
o Jumlah pass : 1 passes
• Spesifikasi NOOZLE
o Nozzle Aliran Pendingin : 4 in
o Noozle untuk aliran gas : 2 in
o Tebal pipa noozle aliran gas : 0,120 in
o Tebal pipa noozle aliran pemanas : 0,250 in
• Spesifikasi ISOLASI
o Tebal pipa noozle aliran gas : 0,170 cm
6.11. EXVANDER VALVE (EV)
• Fungsi : Menurunkan tekanan bahan yang keluar dari Reaktor
Alkylasi
• Jenis : Gate valve
• Laju alir : 26.456,152 kg/jam
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI PERALATAN VI −12
• Tekanan awal : 4 atm
• Tekanan akhir : 1,5 atm
• Jumlah valve : 6 valve
6.12. HEATER 2 (H-02)
• Fungsi : Untuk memanaskan paraffin, benzen, LAB, dan heavy
Alkylat
• Jenis : Double Pipe Heat Exchanger
• Jenis aliran : Counter Current
• Bahan : Stainless Steel SA –167 Grade 11 tipe 316
• Jumlah : 1 unit
• Beban Energi : 207.836,034 kJ/jam
• Shell Side : fluidadingin bahan yang keluar dari reaktor Alkylasi ( Aliran 19 )
o Laju alir massa : 6054,2027 kg/jam
o Temperatur masuk : 140 oC
o Temperatur keluar : 143,3 oC
o IPS : 1 in
o Diameter dalam : 1,049 in
o Diameter luar : 1,320 in
• Tube Side : Fluida Pendingin (air pendingin )
o Laju alir massa : 1.648.841 kg/jam
o Temperatur masuk : 510 oC
o Temperatur keluar : 470 oC
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI PERALATAN VI −13
o Panjang : 8 ft
o Diameter luar : 0,8400 in
o Diameter dalam : 0,6220 in
o IPS : 2 in
o Jumlah Hairpin : 1
6.13. STRIPPER 1 (ST-01)
• Fungsi : Memisahkan produk Benzen dari komponen parafin, LAB dan
heavy alkilat berdasarkan perbedaaan daya penguapan (perbedaan
titik didih)
• Bentuk : Silinder vertical dengan tutup toryspherical (Flange and dished
head)
• Bahan : Carbon steel ASME SA-283 grade C ( Brownell & Young,
table 13.1, hal. 251).
• Jumlah : 1 unit
• Jenis : Sieve tray
• Kondisi Operasi :
o Temperatur = 143,27 oC
o Tekanan = 1,5 atm
• Dimensi :
o Diameter atas kolom : 0.6688 m
o Diameter bawah kolom : 0.8434 m
o Tinggi kolom : 10.2232 m
o Jumlah plate : 22 plate
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI PERALATAN VI −14
o Feed plate : Plate ke 14 dari bagian atas
o Jumlah plate atas kolom : 9
o Jumlah plate bawah kolom : 14
o Tebal kolom : 0,25 in
6.14. KONDENSER KOLOM STRIPER 1 ( Ks – 01 )
• Fungsi : Mengembunkan fraksi atas Kolom Striper 1.
• Tipe : Horizontal Co ndenser.
• Jenis : Shell and Tube Heat Exchanger
• Jenis aliran : Counter Current
• Jumlah : 1 unit.
• Beban Energi : 7284808.6165 kJ/jam
• Shell Side : Fluida pendingin (Dowtherm A)
o Laju alir massa : 3783.0128 kg/jam
o Temperatur masuk : 30 oC
o Temperatur keluar : 80 oC
o Diameter dalam : 23,25 in
o Jarak Baffle : 1 in
o Jumlah pass : 1 passes
• Tube Side : Fluida Panas (Aliran 21)
o Laju alir massa : 18446.396 kg/jam
o Temperatur masuk : 82.8241oC
o Temperatur keluar : 82.8241 oC
o Panjang : 6 ft
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI PERALATAN VI −15
o Diameter luar : 3/4 in
o BWG : 10
o Jumlah : 442
o Ukuran Pitch : 0.9375 in
o Bentuk Pitch : square
o Jumlah pass : 1 passes
6.15. REBOILER 1 (Rb – 01)
• Fungsi : Menguapkan sebagian cairan fraksi bawah kolom striper 1
• Jenis : Shell and Tube Heat Exchanger
• Jumlah : 1 unit
• Bahan : Stainless Steel SA – 240 grade M type 316
• Beban Energi : 6900557.9906 kJ/jam
• Shell Side : Fluida dingin ( Aliran 23)
o Laju alir massa : 6009.3382 kg/jam
o Temperatur masuk : 650.2790oC
o Temperatur keluar : 659.4788 oC
o Diameter dalam : 17.25 in
o Jarak Baffle : 1.25 in
o Jumlah pass : 2 passes
• Tube Side : Fluida panas (uap dowtherm A )
o Laju alir massa : 75868.1771 kg/jam
o Temperatur masuk : 510oC
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI PERALATAN VI −16
o Temperatur keluar : 470oC
o Panjang : 12 ft
o Diameter luar : 1 in
o Diameter dalam : 0,704 in
o BWG : 9
o Jumlah : 316
o Ukuran Pitch : 1,25 in
o Bentuk Pitch : triangular
o Jumlah pass : 2 passes
6.16. STRIPPER 2 (ST-02)
• Fungsi : Memisahkan produk parafin dari komponen LAB dan heavy
alkilat berdasarkan perbedaaan daya penguapan (perbedaan titik
didih)
• Bentuk : Silinder vertical dengan tutup toryspherical (Flange and dished
head)
• Bahan : Carbon steel ASME SA-283 grade C ( Brownell & Young,
table 13.1, hal. 251).
• Jumlah : 1 unit
• Jenis : Sieve tray
• Dimensi :
o Diameter atas kolom : 1.3314 m
o Diameter bawah kolom : 1.3523 m
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI PERALATAN VI −17
o Tinggi kolom : 11.5336 m
o Jumlah plate : 12 plate
o Feed plate : Plate ke 12 dari bagian atas
o Jumlah plate atas kolom : 12
o Jumlah plate bawah kolom : 12
o Tebal kolom : 0,3125 in
6.17. KONDENSER KOLOM STRIPER 2 ( Ks – 02 )
• Fungsi : Mengembunkan fraksi atas Kolom Striper 2.
• Tipe : Horizontal Co ndenser.
• Jenis : Shell and Tube Heat Exchanger
• Jenis aliran : Counter Current
• Beban Energi : 7284808.6165 kJ/jam
• Shell Side : Fluida pendingin (Dowtherm A)
o Laju alir massa : 16663.8011 kg/jam
o Temperatur masuk : 30 oC
o Temperatur keluar : 130 oC
o Diameter dalam : 15,25 in
o Jarak Baffle : 1 in
o Jumlah pass : 1 passes
• Tube Side : Fluida Panas (Aliran 21)
o Laju alir massa : 40289.739 kg/jam
o Temperatur masuk : 220.9896oC
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI PERALATAN VI −18
o Temperatur keluar : 220.9896 oC
o Panjang : 10 ft
o Diameter luar : 3/4 in
o BWG : 10
o Jumlah : 151
o Ukuran Pitch : 1 in
o Bentuk Pitch : square
o Jumlah pass : 1 passes
6.18. REBOILER 2 (Rb – 02)
• Fungsi : Menguapkan sebagian cairan fraksi bawah kolom striper 2
• Jenis : Shell and Tube Heat Exchanger
• Jumlah : 1 unit
• Bahan : Stainless Steel SA – 240 grade M type 316
• Beban Energi : 6900557.9906 kJ/jam
• Shell Side : Fluida dingin ( Aliran 23)
o Laju alir massa : 6009.3382 kg/jam
o Temperatur masuk : 650.2790oC
o Temperatur keluar : 659.4788 oC
o Diameter dalam : 17.25 in
o Jarak Baffle : 1.25 in
o Jumlah pass : 2 passes
• Tube Side : Fluida panas (uap dowtherm A )
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI PERALATAN VI −19
o Laju alir massa : 75868.1771 kg/jam
o Temperatur masuk : 510oC
o Temperatur keluar : 470oC
o Panjang : 12 ft
o Diameter luar : 1 in
o Diameter dalam : 0,704 in
o BWG : 9
o Jumlah : 316
o Ukuran Pitch : 1,25 in
o Bentuk Pitch : triangular
o Jumlah pass : 2 passes
6.19. COOLER I (CO-01)
• Fungsi : untuk menurunkan temperatur bahan Parafin dari 219,43
oC sampai 31 oC
• Jenis : Horizontal Shell and Tube Heat Exchanger
• Jenis aliran : Counter Current
• Bahan : Stainless Steel SA –167 Grade 11 tipe 316
• Jumlah : 1 unit
• Beban Energi : 8696017.26 kJ/jam
• Shell Side : Fluida dingin ; (Dowherm A )
o Laju alir massa : 53660.76 kg/jam
o Temperatur masuk : 30 oC
o Temperatur keluar : 120 oC
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI PERALATAN VI −20
o Diameter dalam : 39 in
o Jarak Baffle : 0.94 in
o Jumlah pass : 8 passes
• Tube Side : Fluida Panas ; paraffin (Aliran 5)
o Laju alir massa : 16589.04 kg/jam
o Temperatur masuk : 221 oC
o Temperatur keluar : 35 oC
o Panjang : 20 ft
o Diameter luar : 3/4 in
o Diameter dalam : 0,0402 in
o BWG : 10
o Jumlah : 1258
o Ukuran Pitch : 0.94 in
o Bentuk Pitch : triangular
o Jumlah passes : 8 passes
6.20. STRIPPER 3 (ST-03)
• Fungsi : Memisahkan produk LAB dari komponen heavy alkilat
berdasarkan perbedaaan daya penguapan (perbedaan titik
didih)
• Bentuk : Silinder vertical dengan tutup toryspherical (Flange and dished
head)
• Bahan : Carbon steel ASME SA-283 grade C ( Brownell & Young,
table 13.1, hal. 251).
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI PERALATAN VI −21
• Jumlah : 1 unit
• Jenis : Sieve tray
• Kondisi Operasi :
o Temperatur = 348,60 oC
o Tekanan = 1,5 atm
• Dimensi :
o Diameter kolom atas : 1,1215m
o Diameter kolom bawah : 1,1581 m
o Tinggi kolom : 12.3731 m
o Jumlah plate : 32 plate
o Feed plate : Plate ke 10 dari bagian atas
o Jumlah plate atas kolom : 23 in
o Jumlah plate bawah kolom : 10 in
o Tebal kolom : 0.25 in
6.21. KONDENSER KOLOM STRIPER 3 ( Ks – 03)
• Fungsi : Mengembunkan fraksi atas Kolom Striper 3.
• Tipe : Horizontal Co ndenser.
• Jenis : Shell and Tube Heat Exchanger
• Jenis aliran : Counter Current
• Bahan : Stainless Steel SA – 240 grade M type 316
• Jumlah : 1 unit.
• Beban Energi : 2074898.5241 kJ/jam
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI PERALATAN VI −22
• Shell Side : Fluida pendingin (Dowtherm A)
o Laju alir massa : 5609.3422 kg/jam
o Temperatur masuk : 30 oC
o Temperatur keluar : 200 oC
o Diameter dalam : 8 in
o Jarak Baffle : 0.9375 in
o Jumlah pass : 4 passes
• Tube Side : Fluida Peemanas (Aliran 26)
o Laju alir massa : 6560.005 kg/jam
o Temperatur masuk : 327.9603 oC
o Temperatur keluar : 327.9603 oC
o Panjang : 12 ft
o Diameter luar : 3/4 in
o Diameter dalam : 0,4820 in
o BWG : 10
o Jumlah : 26
o Ukuran Pitch : 1 in
o Bentuk Pitch : squre
o Jumlah pass : 4 passes
6.22. REBOILER 3 (Rb – 03)
• Fungsi : Memanaskan sebagian komponen bawah kolom striper 3
• Jenis : Shell and Tube Heat Exchanger
• Jumlah : 1 unit
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI PERALATAN VI −23
• Bahan : Stainless Steel SA – 240 grade M type 316
• Beban Energi : 954578.7045 kJ/jam
• Shell Side : Fluida dingin ( Aliran 16)
o Laju alir massa : 399.9960 kg/jam
o Temperatur masuk : 659.1854 oC
o Temperatur keluar : 660.3860 oC
o Diameter dalam : 8 in
o Jarak Baffle : 1.25 in
o Jumlah pass : 1 passes
• Tube Side : Fluida panas (uap dowtherm A )
o Laju alir massa : 10495.1145 kg/jam
o Temperatur masuk : 510oC
o Temperatur keluar : 470oC
o Panjang : 10 ft
o Diameter luar : 1 in
o Diameter dalam : 0,704 in
o BWG : 9
o Jumlah : 21
o Ukuran Pitch : 1,25 in
o Bentuk Pitch : triangular
o Jumlah pass : 1 passes
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI PERALATAN VI −24
6.23. COOLER 2 (CO-02)
• Fungsi : untuk menurunkan temperatur bahan LAB dari 327 oC
sampai 45 oC
• Jenis : Shell and Tube Heat Exchanger
• Jenis aliran : Counter Current
• Bahan : Stainless Steel SA –167 Grade 11 tipe 316
• Jumlah : 1 unit
• Beban Energi : 4074820.18 kJ/jam
• Annulus : Fluida dingin ; (Dowherm A )
o Laju alir massa : 12882.96 kg/jam
o Temperatur masuk : 30 oC
o Temperatur keluar : 200 oC
o Diameter dalam : 21.25 in
• Tube Side : Fluida Panas ; paraffin (Aliran 33)
o Laju alir massa : 5.647,68 kg/jam
o Temperatur masuk : 328 oC
o Temperatur keluar : 45 oC
o Panjang : 20 ft
o Diameter luar : 0.75 in
o Diameter dalam : 0.482 in
6.24. TANGKI PENYIMPAN HEAVY ALKYLAT (T-05)
• Fungsi : Menyimpan heavy Alkylat Sebagai produk samping
• Bentuk : Silinder Tegak dengan torispherical dish head dan flat
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI PERALATAN VI −25
bottom
• Bahan : SA-167 Grade 11 tipe 316
• Jumlah : 1 unit
• Kondisi Operasi :
o Temperatur = 30 oC
o Tekanan = 1 atm
• Dimensi :
o Volume = 99.686 m3
o Diameter = 5.025 in
o Tinggi = 5,025 m termasuk tinggi Head
o Tebal = 7/8 in
C.25. TANGKI PENYIMPAN SO3 (Sulfur Trioxide) (T-03)
• Fungsi : Untuk menyimpan bahan baku SO3 (Sulfur Trioxide) .
• Jenis : Silinder Tegak berdasar rata dan beratap torispherical Head
Tanpa pengaduk (Brownell & Young, hal 3)
• Bahan : Stainless Steel SA-167 grade 11 tipe 316.
• Jumlah : 1 unit
• Kondisi Operasi :
o Temperatur = 30 oC
o Tekanan = 1 atm
• Dimensi :
o Volume = 211.287 m3
o Diameter = 5.127 in
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI PERALATAN VI −26
o Tinggi = 10.255 m termasuk tinggi Head
o Tebal = 7/8 in
C.26. VAPORIZER (V-01)
• Fungsi : untuk menguapkan SO3 dan menaikan temperatur dari 30oC
menjadi 45oC
• Jenis : Double Pipe Heat Exchanger
• Bahan : Stainless Steel SA-167 Grade 11 tipe 316
• Jumlah : 1 buah.
• Beban Energi : 53078,0635 kJ/jam
• Annulus : Fluida dingin ; (SO3) (pada aliran 42)
o Laju alir massa : 1.891,74 kg/jam
o Temperatur masuk : 30 oC
o Temperatur keluar : 45 oC
o IPS : 1
o Diameter dalam : 1,049 in
o Diameter luar : 1,320 in
• Inner Pipe Panas ; (Dowtherm A)
o Laju alir massa : 583,567 kg/jam
o Temperatur masuk : 500 oC
o Temperatur keluar : 470 oC
o IPS : 1/2
o Diameter luar : 0,84 in
o Diameter dalam : 0,62 in
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI PERALATAN VI −27
o Panjang : 8 ft
o Jumlah Hairpin : : 1
6.27. SEPARATOR 2 (S-02)
• Fungsi : Memisahkan campuran gas-cair yang keluar dari Reaktor
Sulfonasi.
• Jenis : Vertical Drum Vessel
• Bahan : Stainless Steel SA-167 Grade 11 tipe 316
• Kondisi operasi :
o Tekanan = 1 atm
o Temperatur = 45 0C
• Diameter vessel = 0,989 m
• Tinggi = 3,33 m
• Tebal = 3/8 in
• Tinggi cairan = 1,4794 m
• Tinggi ruang uap = 0,420 m
• Jumlah = 1 buah
6.27. Kompresor II (K– 02)
• Fungsi : mengalirkan fluida gas parafin dan olefin dari fired heater ke reaktor
dehidogenasi pada aliran 4
• Jenis : single stage isothermal compressor
• Jumlah : 1 unit
• Tekanan masuk = 1 atm
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
SPESIFIKASI PERALATAN VI −28
• Tekanan keluar = 1 atm
• Daya Kompressor = 76 Hp
6.16.1 POMPA I (P-01)
• Fungsi : Memompa bahan baku parafin dari tangki penampungan
• Jenis : sentrifugal
• Jumlah : 1 buah
• Diameter pipa : 1,25 in
• Debit : 0,4444 ft3/detik
• OD : 6,625 in
• ID : 6,065 in
• Panjang pipa : 12.1336 m
• Daya motor : 1 Hp
BAB VII
UTILITAS
Unit penunjang produksi (utilitas) adalah unit yang berperan sangat penting
dalam menunjang kelancaran pengoprasian suatu pabrik yang meliputi :
1. Penyediaan Dowtherm A (sebagai pendingin dan pemanas)
2. Penyediaan Air
3. Penyediaan Tenaga Listrik
4. Penyediaan Transportasi
5. Penyediaan Bahan Bakar (solar)
7.1 PENYEDIAAN DOWTHERM A (SEBAGAI PEMANAS DAN PENDINGIN )
Kebutuhan Dowtherm A sebagai media pemanas dan pendingin diperoleh dari
Dow Chemical Company, AS.
7.2 PENYEDIAAN AIR
Kebutuhan air dalam pabrik hanya digunakan untuk kebutuhan sehari-hari
(kebutuhan domestik)
Kebutuhan air domestik dalam pabrik ini terdiri dari kebutuhan :
o Air minum
o Air untuk keperluan mandi, cuci, dan kakus
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
UTILITAS VII−2
o Air untuk keperluan lingkungan (pembersihan lingkungan pabrik,
penyiraman tanaman, dan lain-lain) dan keperluan laboratorium.
Total kebutuhan air domestik dalam pabrik ini sebesar 54,46kg/jam.
7.2.1 Unit Pengolahan Air
Untuk memperoleh air yang memenuhi syarat untuk keperluan penyediaan air
domestik maka dilakukan pengolahan baik secara fisik maupun kimia.
Unit pengolahan air di pabrik Linear Alkyl Benzen Sulfhonat Acid (HLAS)
ini mengambil raw water dari sungai dengan kapasitas 2,74 m3/jam.
Pengolahan air sungai di pabrik ini secara umum terdiri dari tahap-tahap sebagai
berikut :
1. Penyaringan
2. Koagulasi dan Flokulasi
3. Pengendapan
4. Filtrasi
5. Demineralisasi (Pelunakan)
6. Klorinasi
Skema proses pengolahan air sungai yang diambil dari sungai cijalu
majenang - Cilacap, ( jawa tengah ) di pabrik ini dapat digambarkan sebagai
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
UTILITAS VII−3
berikut
Gambar 7.1. Diagram Alir Proses Pengolahan Air Sungai
7.2.1.1 Tahap Penyaringan
Penyaringan menggunakan alat Coarse and Fine Screen yang berfungsi
untuk menyaring kotoran-kotoran berukuran besar yang terbawa dalam aliran air
sungai. Air yang telah disaring tersebut kemudian ditampung dalam reservoir.
7.2.1.2 Tahap Koagulasi dan Flokulasi
Dalam tahap ini, ditambahkan Al2(SO4)3 atau asam sulfat yang berfungsi
sebagai koagulan ke dalam bak pengadukan cepat. Pada tahap ini disertai dengan
pengadukan sehingga terbentuk flok-flok dengan ukuran yang lebih besar, yang
kemudian akan dialirkan ke bak pengendap. Pada Bak Pengendap ditambahkan
Polyelektrolit sebagai flokulan yang mempercepat proses pengendapan Tujuan
Bak air proses
Tangki Demineralisasi
Screen Reservoir Bak Pengaduk
Cepat
Bak Pengendap I
Bak Pengendap II
Tangki Filtrasi
Bak
Air
Bersih
Bak Khlorinasi
Air sungai
Bak Air Domestik
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
UTILITAS VII−4
dari tahap ini adalah untuk membersihkan air dari partikel-partikel pengotor yang
berukuran kecil seperti koloid (penyebab kekeruhan air) dengan cara
pembentukan flok-flok atau partikel yang lebih besar sehingga lebih mudah dan
lebih cepat diendapkan.
7.2.1.3 Tahap Pengendapan
Air yang berasal dari Bak Pengadukan Cepat dengan flok yang telah
terbentuk didalamnya, dialirkan secara overflow ke Bak Pengendap yang
berlangsung di Bak Pengendap I dan Bak Pengendap II, untuk mengendapkan
flok-flok yang belum terendapkan dalam bak sebelumnya.
Oleh karena itu, waktu tinggal di Bak Pengendap lebih lama daripada
dalam bak pengadukan cepat karena flok-flok tersebut memiliki ukuran yang
lebih kecil sehingga memerlukan waktu yang lebih lama untuk mengendap secara
gravitasi.
7.2.1.4 Tahap Filtrasi
Tahap ini merupakan tahap penyempurnaan dari tahap sebelumnya,
dimana air dipompa dari bak pengendap ke tangki filtrasi yang bertujuan untuk
menyaring partikel-partikel padat tersuspensi yang berukuran relatif kecil yang
belum mengendap pada tahap sebelumnya.
Alat yang digunakan adalah saringan pasir (sand filter) dengan media
penyaring yang terdiri dari pasir dan kerikil. Air yang keluar dari tangki ini akan
ditampung dalam tangki penampung air bersih untuk kemudian dialirkan ke
tangki demineralisasi dan tangki klorinasi.
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
UTILITAS VII−5
7.2.1.5 Tahap Demineralisasi (Pelunakan)
Proses Demineralisasi bertujuan untuk menghilangkan mineral-mineral
yang tidak dikehendaki dalam air yang akan digunakan sebagai umpan pada
stabilizer water. Mineral-mineral tersebut harus dihilangkan karena
mengakibatkan kualitas produk yang dihasilkan kurang baik, tidak memenuhi
standar yang diinginkan. Mineral-mineral yang tidak dikehendaki itu berupa ion
positif seperti Ca2+, Mg2+, dan Na+ serta ion negatif seperti Cl-, SO42- dan PO4
2-.
Untuk menyerap ion positif digunakan resin kationik yang diletakkan
dalam kation exchanger. Reaksi yang terjadi adalah :
RH + Ka+ � RKa + H+
Dalam reaksi ini, Ka adalah kation. Bila resin telah jenuh, maka perlu diaktifkan
kembali dengan Asam Sulfat 2 % dan 4 % untuk penyempurnaan. Reaksi
pengaktifan kembali adalah sebagai berikut :
RKa + H+ � RH + Ka+
Untuk menyerap ion negatif digunakan resin anionik yang diletakkan
dalam anion exchanger. Reaksi yang terjadi adalah :
ROH + A- � RA + OH-
Dalam reaksi ini, A adalah anion. Bila resin telah jenuh, maka perlu diaktifkan
kembali dengan larutan NaOH 4 % untuk penyempurnaan. Reaksi pengaktifan
kembali adalah sebagai berikut :
R + OH- � ROH + A-
Air hasil demineralisasi kemudian ditampung dalam tangki air hasil
demineralisasi untuk kemudian dialirkan ke bak air proses untuk umpan pada
stabilizer water.
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
UTILITAS VII−6
7.2.1.6 Air Proses
Air dalam pabrik ini digunakan sebagai penunjang terjadinya proses
produksi. Dalam pabrik Linear Alkyl Benzen Sulfonate Acid (HLAS), air ini
digunakan sebagai umpan pada satbilizer water, dimana H2O akan bereaksi
dengan SO3 sehingga membentuk H2SO4 yang sesuai dengan komposisi produk
yang diinginkan..
Semua kebutuhan air tersebut diperoleh dari unit utilitas yang mengolah
air menjadi air bersih dan ditampung di tangki penampung air proses.
7.2.1.7 Tahap Klorinasi
Dalam tahap ini, ditambahkan Kaporit / klorin sebagai desinfektan dan
zat Kapur sebagai pengatur derajat keasaman Proses Klorinasi bertujuan untuk
membunuh mikroorganisme, menghilangkan rasa dan bau dari air yang akan
digunakan sebagai air domestik.
7.2.2 Spesifikasi Peralatan Unit Pengolahan Air
1. Screen (SC)
Fungsi : menyaring benda-benda pengotor yang berukuran
besar seperti : plastik, sampah, ranting pohon,
daun, dan sebagainya yang terbawa aliran sungai.
Ukuran screen : 2 m x 3 m
Ukuran lubang : 1 cm x 1 cm
Bahan Konstruksi : Besi
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
UTILITAS VII−7
2. Bak Penampung (Reservoir) (BP – 01)
Fungsi : Menampung air sungai yang keluar dari
penyaringan.
Bentuk : Empat persegi panjang
Bahan konstruksi : Beton
Jumlah : 1 unit
Waktu tinggal : 12 jam
Ukuran bak : P = 6,511 m
L = 4,340 m
T = 2,170 m
3. Bak Pengadukan Cepat (BP – 02)
Fungsi : Menggumpalkan partikel-partikel pengotor yang
ada di dalam air dengan penambahan koagulan
Bentuk : Empat persegi panjang
Bahan konstruksi : Beton
Jumlah : 1 unit
Waktu tinggal : 60 menit
Ukuran bak : P = 2,844 m
L = 1,419 m
T = 1,896 m
4. Bak Pengendap I (BP – 03)
Fungsi : Mengendapkan gumpalan-gumpalan yang lebih
besar dari bak pengadukan cepat.
Bentuk : Empat persegi panjang
Bahan konstruksi : Beton
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
UTILITAS VII−8
Jumlah : 1 unit
Waktu tinggal : 4 jam
Ukuran bak : P = 3,029 m
L = 2,019 m
T = 3,048 m
5. Bak Pengendap II (BP – 04)
Fungsi : Mengendapkan gumpalan-gumpalan yang lebih
kecil dari bak pengendap I.
Bentuk : Empat persegi panjang
Bahan konstruksi : Beton
Jumlah : 1 unit
Waktu tinggal : 4 jam
Ukuran bak : P = 3,409 m
L = 1,705 m
T = 3,048 m
6. Tangki Filtrasi (TF)
Fungsi : Untuk menyaring partikel-partikel halus yang
masih tersisa dalam air yang berasal dari bak
pengendap II.
Bentuk : Tangki silinder vertikal
Bahan konstruksi : Carbon Steel SA 283 Grade C
Jumlah : 1 unit
Diameter : 0,3022 m
Tinggi : 3,429 m
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
UTILITAS VII−9
Tebal : 0,312in
7. Bak Penampung Air Bersih (BP – 05)
Fungsi : Menampung air yang keluar dari bak filtrasi..
Bentuk : Empat persegi panjang
Bahan konstruksi : Beton
Jumlah : 1 unit
Waktu tinggal : 1 jam
Ukuran bak : P = 2,655 m
L = 1,7705 m
T = 1,473 m
8. Tangki Demineralisasi (TD – 01)
Fungsi : Menghilangkan kesadahan air dengan resin penukar ion
Bentuk : Tangki silinder tegak
Bahan konstruksi : Carbon Steel SA 283 Grade C
Jenis resin : Mixed cation and strong base anion
Volume resin : 0,003 m3
Volume tangki : 0,017 m3
Tinggi tangki : 12 m
Diameter tangki : 0,047 m
9. Bak Klorinasi (BK)
Fungsi : Menambahkan CaOCl2 ke air agar bebas dari bakteri
Bentuk : Empat persegi panjang
Bahan Konstruksi : Beton
Jumlah : 1 unit
Waktu tinggal : 1 jam
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
UTILITAS VII−10
Ukuran bak : P = 2,484 m
L = 1,655 m
T = 0,8278 m
10. Bak Air Domestik (BP – 09)
Fungsi : Menampung air Domestik.
Bentuk : Empat persegi panjang
Bahan Konstruksi : Beton
Jumlah : 1 unit
Waktu tinggal : 1 jam
Dimensi Bak Air Domestik sama dengan dimensi Bak Klorinasi
11. Pompa Dowtherm A (PU)
Jenis : Setrifugal Pump
Jumlah : 2
Daya pompa utilitas, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 7.1. Spesifikasi Pompa Utilitas
Kode Fungsi memompa air dari Daya, HP
PU-01 sungai → reservoir 0,5000
PU-02 Reservoir → Bak pengadukan cepat 0,5
PU-03 Bak pengadukan cepat → Bak pengendap I 0,5
PU-04 Bak pengendap I → bak pengendap II 0,5
PU-05 Bak pengendap II → Tangki filtrasi 0,5
PU-06 Bak filtrasi → Bak air bersih 0,5
PU-07 Bak air bersih → Bak klorinasi 0,5
PU-08 Bak klorinasi → Bak air domestik 0,5
PU-09 Bak air bersih → Tangki Deminerlisasi 0,5
PU-10 Tangki Deminerlisasi → Bak air proses sabilizer water 0,5
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
UTILITAS VII−11
PU-11 Bak air prosesi → unit proses (stabilizer wather) 0,5
PU-12
Memompa Dowtherm A dari tangki penyimpanan
untuk di panaskan dalam furnace sekaligus ke unit proses
46,024
PU-13
Memompa Dowtherm A dari tangki penyimpanan
ke unit proses, sekaligus ke refrigeration system
98,049
Total
149,573
7.3 PENYEDIAAN TENAGA L ISTRIK
Tenaga listrik dalam pabrik digunakan untuk penggerak motor pabrik,
penggerak motor utilitas, perbengkelan, laboratorium, instrumentasi dan sarana
umum (penerangan, pendingin ruangan, komunikasi dan perkantoran).
Tenaga listrik ini dapat diperoleh dari :
1. Perusahaan Listrik Negara (PLN)
2. Generator Diesel (Darurat)
Kebutuhan listrik untuk lingkungan pabrik dan unit utilitas dipenuhi oleh
PLN sedangkan Generator Diesel digunakan bila terjadi pemadaman listrik secara
mendadak.
Suplai untuk listrik dari PLN sebesar 3362 kW/jam, suplai untuk listrik
cadangan digunakan generator dengan kapasitas sebesar 3362 kW/jam sebanyak 2
unit.
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
UTILITAS VII−12
7.4 PENYEDIAAN TRANSPORTASI
Transportasi merupakan sarana yang diperlukan untuk karyawan dan
pendistribusian produk dan pengangkutan bahan baku. Untuk keperluan
pendistribusian produk dan pengangkutan bahan baku digunakan truk dan forklift,
untuk keperluan operasional digunakan mobil dinas dan bus karyawan.
Bahan bakar solar yang digunakan untuk truk pengangkut dan kendaraan
operasional kira-kira sebanyak 1000 L/hari.
7.5 PENYEDIAAN BAHAN BAKAR
Bahan bakar dalam pabrik ini digunakan untuk memanskan dowthrem A
di dalam furnace, Generator diesel, kendaraan operasional dan truk pengangkut.
Bahan bakar yang dipakai adalah solar yang dihasilkan oleh PERTAMINA.
Bahan bakar yang digunakan untuk keperluan tersebut sebanyak 1.243.354,49
L/bulan.
7.4.1 Perancangan Tangki Bahan Bakar
Fungsi : Menampung bahan bakar solar
Bentuk : Tangki silinder tegak berdasar rata beratap flanged and dished heads
Bahan : Carbon Steel SA- 285 grade C
Jumlah : 3 unit
Kapasitas : 518,06 m3
Ukuran : Diameter (ID) = 3,7093 m
Tebal head (th) = 5/16 in
Tinggi head (Hh) = 1,3502 m
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
UTILITAS VII−13
Tinggi tangki (H) = 6,836 m
7.4.1 Tangki untuk penyimpanan bahan baku dowtherm A
Fungsi : menampung bahan baku dowtherm A pada saat pembelian sekaligus
make up Dowtherm A sebagai pemanas maupun pendingin per5tahun
Jenis : Silinder Tegak berdasar rata dan beratap torispherical Head Tanpa
pengaduk (Brownell & Young, hal 3)
Bahan : Carbon Steel SA 238 Grade C
Jumlah : 3 unit
Kapasitas : 160,40 m3
Ukuran : Diameter (ID) = 5,483 m
Tebal head (th) = 5/16 in
Tinggi head (Hh) = 1,3502 m
Tinggi tangki (H) = 6,836 m
BAB VIII
TATA LETAK PABRIK
8.1 Tata Letak Pabrik
Tata letak bangunan dalam suatu pabrik merupakan bagian dari
perancangan pabrik yang perlu diperhatikan. Adapun tujuan dari pengaturan tata
letak pabrik adalah untuk menjamin kelancaran proses produksi dengan baik dan
efisien, menjaga keselamatan kerja para keryawannya dan menjaga keamanan
dari pabrik tersebut.
Jalannya aliran proses dan aktivitas dari para pekerja yang ada merupakan
dasar pertimbangan dalam pengaturan bangunan-bangunan dalam suatu pabrik,
sehingga proses dapat berjalan efektif. Dalam pengaturan tata letak pabrik ini
perlu mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:
1. Kemudahan dalam proses yang disesuaikan dengan kemudahan dalam
pemeliharaan peralatan serta kemudahan mengontrol hasil produksi.
2. Distribusi sarana penunjang (utilitas) yang tepat dan ekonomis.
3. Keselamatan kerja.
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
TATA LETAK PABRIK VIII−2
4. Memberikan kebebasan bergerak yang cukup leluasa diantara peralatan.
5. Kemudahan pemeliharaan dan perbaikan peralatan.
6. Adanya perluasan pabrik di masa yang akan datang.
7. Pengaturan jalan, bangunan, dan tata lingkungan yang ada.
Dalam hal ini, pengaturan tata letak pabrik HLAS berdasarkan hal-hal di
atas. Untuk itu, penempatan bangunan dalam kawasan pabrik direncanakan
sebagai berikut:
1. Daerah proses
Daerah ini merupakan pusat kegiatan proses produksi HLAS, maka tata
letak alat disusun berdasarkan aliran proses. Daerah ini terletak di bagian
tengah pabrik yang lokasinya tidak mengganggu (berjarak 10 meter dari
bangunan lain). Pada areal proses, terdapat ruang kontrol yang akan
mengontrol jalannya proses.
2. Daerah penyimpanan
Daerah ini terbagi menjadi 2, yaitu lokasi penyimpanan bahan baku dan
lokasi penyimpanan produk. Daerah penyimpanan ini berada di daerah
yang mudah dijangkau oleh truk/mobil tangki.
3. Daerah pemeliharaan dan perbaikan
Daerah ini merupakan lokasi untuk melakukan kegiatan pemeliharaan dan
perbaikan peralatan pabrik berupa bengkel teknik dan gudang teknik.
Daerah ini diletakkan di luar daerah proses karena adanya aktifitas di
dalam bengkel yang dapat berakibat fatal bagi jalannya proses.
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
TATA LETAK PABRIK VIII−3
4. Daerah quality control
Daerah ini merupakan lokasi untuk melakukan pengontrolan terhadap
kualitas bahan baku yang akan digunakan dan produk yang dihasilkan,
serta melakukan penelitian dan pengembangan terhadap produk yang
dihasilkan. Oleh karena itu, daerah ini diletakkan dekat dengan daerah
proses.
5. Daerah sarana penunjang (utilitas)
Daerah ini merupakan lokasi untuk menyediakan keperluan yang
menunjang jalannya proses, berupa penyediaan air, steam, listrik dan
bahan bakar. Daerah ini diletakkan tidak jauh dari daerah proses agar
biaya pemipaan ke daerah proses menjadi lebih ekonomis.
6. Daerah perkantoran
Daerah ini nerupakan pusat kegiatan administrasi pabrik sehari-hari, baik
untuk kepentingan dalam pabrik maupun luar pabrik. Daerah ini
mencakup ruang serba guna.
7. Daerah fasilitas umum
Daerah ini terdiri dari kantin, mushola, klinik kesehatan, sarana olahraga,
wisma tamu, toilet dan lapangan parkir. Daerah ini diletakkan sedemikian
rupa sehingga waktu perjalanan yang diperlukan oleh karyawan antar
gedung dapat seminimal mungkin.
8. Pos keamanan
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
TATA LETAK PABRIK VIII−4
Pos keamanan dapat diletakkan pada pintu luar dan titik-titik yang
dianggap perlu. Pos keamanan ini diperlukan agar keamanan pabrik dapat
terjaga selama 24 jam.
8.2 Tata Letak Alat Proses
Penyusunan letak alat-alat proses yang optimum dapat memberikan suatu
operasi yang efisien dan meminimalkan biaya konstruksi. Beberapa faktor yang
perlu dipertimbangkan dalam penyusunan tata letak alat proses dalam pabrik
adalah:
1. Faktor ekonomis
Usaha untuk meminimalisasi biaya konstruksi ditempuh dengan cara
menempatkan peralatan sedemikian rupa sehingga memberikan hubungan
pipa yang sependek dan seefisien mungkin tetapi mudah dalam
perawatan.
2. Faktor kemudahan operasi
Peralatan yang membutuhkan perhatian operator harus diletakkan dekat
ruang kontrol. Alat-alat tersebut antara lain valve dan peralatan
instrumentasi. Alat-alat tersebut diletakkan pada posisi yang tepat dan
cukup mudah untuk dijangkau dan terdapat ruang antara disekitar
peralatan untuk memudahkan pekerjaan operator. Perlu diperhatikan agar
suhu lingkungan tidak terlalu mempengaruhi suhu proses.
3. Faktor kemudahan pemeliharaan
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
TATA LETAK PABRIK VIII−5
Pemeliharaan alat yang baik akan menunjang produksi sehingga dapat
berjalan dengan baik pula. Pemeliharaan alat akan menjaga alat sehingga
dapat berumur panjang dan berfungsi sebagaimana mestinya. Antara alat
yang satu dengan yang lainnya akan diberikan ruang gerak sehingga
memudahkan usaha pembersihan, perbaikan dan penggantian peralatan.
4. Faktor keamanan
Situasi yang tidak diinginkan, seperti kebakaran, ledakan atau kebocoran
dari peralatan dalam suatu pabrik mungkin saja dapat terjadi. Oleh karena
itu, dalam mendirikan suatu gedung, perlu dirancang sebuah gedung yang
memiliki dinding terbuat dari bahan yang tahan ledakan untuk
mengisolasi peralatan yang berbahaya sekaligus berfungsi untuk
membatasi akibat dari suatu ledakan demi keselamatan para karyawan,
maka dalam suatu bangunan proses, perlu dibangun 2 pintu keluar (pintu
utama dan pintu darurat). Hal ini akan memudahkan para karyawan untuk
menyelamatkan diri bila kecelakaan terjadi.
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
TATA LETAK PABRIK VIII−6
Gambar 8.1 Tata Letak Pabrik HLAS
Keterangan gambar :
1. Kantor 7. Daerah Proses
2. Laboratorium 8. Daerah Penyimpanan Produk
3. Masjid 9. Quality Control
4. Kantin 10. Gudang
5. Pos Satpam 11. Daerah Utilitas
6. Daerah Penyimpanan Bahan Baku 12. Bengkel
7 9
8
6
daerah perkantoran
daerah proses
daerah perluasan
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
TATA LETAK PABRIK VIII−7
Gambar 8.2 Tata Letak Alat Proses
Keterangan :
1. Tangki paraffin
2. Tangki benzene
3. Tangki SO3
4. Tangki H2
5. Fired heater
6. Reaktor Dehidrogenasi
7. Heat Exchanger
8. Condensor Sub Cooler
9. Separator
10. Reaktor Alkilasi
11. Heater-01
12. Cooler-02
13. Pengering udara
14. Stripper-01
15. Stripper-02
16. Stripper-03
17. Reaktor Sulfonasi
18. Separator-02
19. Tangki Stabilizer Water
20. Cooler-01
21. Heater-02
22. Tangki HLAS
23. Tangki Heavy Alkylate
8
1
1 1
1
2 2 2
22 22
22
22
22
22
4
3
5
9
6
10 17 14
7
11
12 13
15 16
18
19
20
21
21
23
Area Penyimpanan Bahan Baku Area Proses Area Penyimpanan Produk
BAB IX
BENTUK DAN STRUKTUR ORGANISASI
PERUSAHAAN
Perusahaan adalah suatu unit kegiatan ekonomi yang diorganisir dan
dijalankan atau dioperasikan untuk menyediakan barang dan jasa bagi
masyarakat, dengan tujuan memperoleh laba atau keuntungan.
Keberhasilan suatu perusahan didalam menjalankan kegiatan-kegiatan
proses produksi sangat tergantung pada sistem pengelolaan (management)
organisasi perusahaan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian. Ketiga hal diatas harus dapat terkoordinasikan dengan baik.
Disamping itu juga harus diperhatikan efektifitas dan effisiensi kerja, untuk
mendapatkan keuntungan yang maksimum bagi perusahaan, sehingga perusahaan
akan berkembang terus dan dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain
baik di dalam maupun di luar negeri.
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA 2001
BENTUK & STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN IX −2
9.1 Bentuk Perusahaan
Di Indonesia, badan usaha ekonomi dikelompokkan dalam 3 kelompok
Badan Hukum, yaitu:
1. Kelompok Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
2. Kelompok Swasta
3. Kelompok Badan Usaha Koperasi
Pabrik Linear Alkylbenzene Sulfonic Acid (LAS/LABS/LABSA/HLAS)
ini tergolong dalam kelompok swasta, karena sumber modal yang dipakai untuk
pembangunan pabrik, pelaksanaan seluruh kegiatan produksi, pemasaran, dan
seluruh kegiatan di dalam pabrik berasal dari modal sendiri dan dari pinjaman
bank.
Mengingat begitu besarnya investasi yang dibutuhkan oleh pabrik HLAS
yang akan didirikan ini, maka bentuk perusahaan yang dipilih adalah Perseroan
Terbatas (PT).
Perseroan Terbatas (PT) adalah suatu Badan Hukum yang didirikan oleh
beberapa orang dimana Badan Hukum ini memiliki kekayaan hak dan kewajiban
tersendiri terpisah dari pendiri, pemilik (pemegang saham), maupun pengurusnya
(Direktur, Komisaris).
Adapun keuntungan dipilihnya bentuk Perseroan Terbatas ini, adalah:
1. Pengelolaan perusahaan dapat dilakukan lebih efisien serta profesional.
Hal ini karena pembagian tugas dan tanggung jawab pengurus (Dewan
Direksi dan Dewan Komisaris) dan pemegang saham diatur secara jelas.
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA 2001
BENTUK & STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN IX −3
2. Kelangsungan hidup perusahaan relatif lebih lama, karena tidak
tergantung pada satu pihak dan meskipun pemegang saham meninggal
perusahaan masih berjalan terus. Disamping itu pemegang saham dapat
menjual sahamnya bila menghendaki berhenti sebagai pemegang saham.
3. Pemegang saham menanggung resiko perusahaan hanya terbatas sebesar
dana yang disertakan di Perseroan Terbatas.
4. Saham, sebagai tanda kepemilikan perusahaan relatif mudah
diperjualbelikan.
5. Kemungkinan penambahan modal untuk perluasan relatif lebih mudah
dibandingkan CV maupun Firma karena bentuk PT lebih jelas, baik
perkembangan maupun jumlah kekayaan perusahaan.
9.2 Struktur Organisasi
Untuk mencapai efisiensi perusahaan yang tertinggi, maka diperlukan
struktur organisasi yang baik. Struktur organisasi ini dapat menentukan
kelancaran aktifitas perusahaan sehari-hari dalam memperoleh laba yang
maksimal sehingga dapat berproduksi secara kontinyu (berkesinambungan) dan
dapat berkembang.
Struktur organisasi perusahaan disusun sebagaimana layaknya suatu badan
usaha yang bergerak dalam industri dan perdagangan, yang membagi-bagi unit
dalam organisasi secara fungsional.
Struktur organisasi perusahaan terdiri dari fungsi-fungsi dan hubungan
yang menyatakan keseluruhan kegiatan untuk mencapai sasaran. Dalam
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA 2001
BENTUK & STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN IX −4
perencanaan pabrik HLAS ini, struktur organisasi yang dipilih adalah struktur
organisasi garis dan staff. Kelebihan organisasi garis dan staff adalah:
a) Struktur organisasinya sederhana dan jelas.
b) Pembagian tugas menjadi jelas antara pelaksana tugas pokok dan
pelaksana tugas penunjang.
c) Wewenang dan tanggung jawab lebih mudah dipahami sehingga tidak
terjadi kesimpangsiuran perintah dan tanggung jawab kepada karyawan.
d) Pengambilan keputusan lebih baik dan efisien karena staff dapat memberi
saran, pandangan, perhitungan dan lain-lain kepada pimpinannya.
e) Disiplin kerja dapat terlaksana dengan baik.
Dalam menjalankan tugasnya, Direktur dibantu oleh empat orang Manager, yaitu:
1. Manager Personalia dan Umum, membawahi:
a. Bagian Personalia, terdiri dari:
• Staf Kepegawaian
• Staf Pendidikan dan Pelatihan ( Diklat )
b. Bagian Umum, terdiri dari:
• Staf Rumah Tangga
• Staf Keamanan
• Staf Humas
• Staf Kesehatan
2. Manager Keuangan, membawahi:
a. Bagian Keuangan
b. Bagian Akunting
3. Manager Teknik dan Produksi, membawahi:
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA 2001
BENTUK & STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN IX −5
a. Bagian Produksi, terdiri dari:
• Staf Proses
• Staf Utilitas
• Staf Quality Control (QC)
• Staf Gudang
b. Bagian Pembelian
• Staf Impor
• Staf Pembelian
c. Bagian Teknik, terdiri dari:
• Staf Pemeliharaan
• Staf Penelitian dan Pengembangan ( Litbang )
4. Manager Pemasaran dan Distribusi, membawahi:
a. Bagian Pemasaran, terdiri dari:
• Staf Penjualan
• Staf Promosi
b. Bagian Distribusi
• Staf Armada
• Gudang Produk
9.3 Deskripsi Kerja
9.3.1 Rapat Umum Pemegang Saham
Rapat Umum Pemegang saham merupakan kekuatan tertinggi dalam
perusahaan. Tugas dan wewenang RUPS adalah:
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA 2001
BENTUK & STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN IX −6
• Menetapkan Garis Besar Haluan Perusahaan
• Mengangkat dan memberhentikan Direktur dan Dewan Komisaris
perusahaan.
• Menetapkan besarnya divident.
• Menetapkan besarnya anggaran perusahaan yang diajukan oleh
Direktur.
• Menerima atau menolak pertanggungjawaban Dewan Komisaris dan
Direktur.
9.3.2 Dewan Komisaris
Tugas dan wewenang Dewan Komisaris adalah:
• Bertanggungjawab kepada RUPS
• Mengawasi pelaksanaan operasional/pengelolaan perusahaan oleh
Dewan Direksi secara kontinyu dan teratur.
• Membina Direktur agar tidak melakukan kesalahan atau melanggar
ketentuan RUPS.
9.3.3 Direktur
Direktur dipilih oleh RUPS untuk menjalankan kegiatan operasional
perusahaan secara keseluruhan.
Tugas dan wewenang Direktur adalah:
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA 2001
BENTUK & STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN IX −7
• Memberikan laporan pertanggung jawaban dalam hal yang berkaitan
dengan kegiatan operasional perusahaan.
• Bertanggungjawab terhadap RUPS.
• Melaksanakan dan mengarahkan kegiatan perusahaan agar sesuai
dengan keputusan RUPS.
9.3.4 Manager Produksi dan Teknik
Dalam melaksanakan tugasnya, mempunyai wewenang untuk
merumuskan kebijaksanaan operasi pabrik dan mengawasi kesinambungan
operasional pabrik. Manager Produksi dan Teknik membawahi:
1. Ka.sie Produksi, mempunyai wewenang:
• Bertanggungjawab dalam pelaksanaan operasi selama proses
berlangsung sesuai dengan target produksi yang ditetapkan.
• Bertanggungjawab atas kelancaran fungsional unit-unit sarana
penunjang (utilitas).
• Mengawasi persediaan bahan baku dan penyimpanan hasil produksi
serta transportasi hasil produksi.
• Bertanggungjawab atas pemeriksaan mutu produk.
2. Ka.sie Teknik, mempunyai wewenang :
• Mengawasi dan menyelenggarakan pemeliharaan mesin dan peralatan.
• Melakukan perbaikan serta kelancaran-kelancaran mesin dan
peralatan produksi.
• Mengantisipasi perkembangan teknologi industri dibidang produksi.
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA 2001
BENTUK & STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN IX −8
9.3.5 Manager Pemasaran dan Distribusi
Dalam melaksanakan tugasnya, mempunyai wewenang untuk
melaksanakan pemasaran hasil produksi dan mendistribusikannya. Manager
Pemasaran dan Distribusi membawahi :
1. Ka.sie Pemasaran, mempunyai wewenang :
• Menentukan daerah pemasaran hasil produksi yang sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
• Dengan persetujuan Manager Pemasaran dan Distribusi, melakukan
pengenalan kepada masyarakat, dengan cara mempromosikan hasil
produksi.
• Meningkatkan hubungan kerja sama yang baik dengan perusahaan
yang terkait dan hubungan dengan masyarakat sebagai konsumen.
2. Ka.sie Distribusi, mempunyai wewenang :
• Menetapkan dan menentukan penyebaran dan penyaluran barang-
barang produksi sehingga jalur distribusi lancar dan aman sampai
kepada konsumen.
• Meningkatkan kerjasama dengan pihak-pihak terkait untuk kelancaran
dan keamanan jalur distribusi.
9.3.6 Manager Keuangan
Manager Keuangan mempunyai wewenang untuk merencanakan anggaran
belanja dan pendapatan perusahaan serta melakukan pengawasan terhadap
keuangan perusahaan. Manager Keuangan membawahi:
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA 2001
BENTUK & STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN IX −9
1. Ka.sie Keuangan, mempunyai wewenang :
• Menetapkan kebijaksanaan pelaksanaan dan pengaturan keuangan
perusahaan.
• Mengawasi dan mengatur setiap pengeluaran untuk membeli bahan
baku dan pemasukan dari penjualan produk.
• Mengatur dan melakukan pembayaran gaji karyawan.
• Mengatur dan merencanakan pembelian barang inventaris.
2. Ka.sie Akunting, mempunyai wewenang :
• Bertanggungjawab kepada Manager Keuangan
• Melakukan pengolahan data terhadap seluruh kegiatan perusahaan
yang berhubungan dengan keuangan.
• Mencocokkan hasil pengolahan data dengan keuangan yang terdapat
di seksi keuangan.
• Membuat laporan keuangan setiap bulan dan setiap tahun bersama
dengan seksi keuangan.
• Membuat laporan neraca laba/rugi.
3. Ka.sie Pembelian, mempunyai wewenang :
• Melakukan transaksi pembelian terhadap bahan baku.
• Melakukan pengecekan harga pembelian bahan baku.
9.3.7 Manager Personalia dan Umum
Manager Personalia dan Umum melaksanakan tugas dan mempunai
wewenang untuk melaksanakan tata laksana seluruh unsur dalam organisasi.
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA 2001
BENTUK & STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN IX −10
Manager Personalia dan Umum membawahi:
1. Ka.sie Personalia, mempunyai wewenang :
• Membawahi staf kepegawaian yang bertugas untuk penerimaan
karyawan dan mengadakan pembinaan (Technical Training) serta
pemutusan hubungan kerja.
• Memberi latihan dan pendidikan kepada karyawan-karyawan
perusahaan.
• Menangani masalah-masalah yang timbul dari karyawan yang
berkenaan dengan perusahaan.
• Mengatur segala hal yang berkenaan dengan kepegawaian, seperti
pengaturan jadwal kerja, cuti karyawan, dan lain-lain.
2. Ka.sie Umum, mempunyai wewenang :
• Memberikan pelayanan bagi semua unsur dalam organisasi di bidang
kesejahteraan, fasilitas kesehatan dan keselamatan kerja bagi seluruh
karyawan dan keluarganya.
• Keamanan
• Mengatur dan meningkatkan hubungan kerja sama antara pabrik
dengan masyarakat sekitar.
9.3.8 Sekretaris
Bertugas sebagai asisten Direktur maupun Manager, seperti menyusun
agenda kegiatan (rapat atau pertemuan bisnis), sebagai notulis dalam rapat dan
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA 2001
BENTUK & STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN IX −11
pertemuan-pertemuan formal yang diadakan, mengatur surat menyurat yang
berhubungan dengan kepentingan dan kegiatan perusahaan.
9.3.9 Kepala Bagian dan Kepala Seksi
• Memiliki tugas dan tanggungjawab untuk memimpin
bagiannya/seksinya agar berjalan dengan semestinya.
• Mengadakan pengawasan dan evaluasi atas semua kegiatan dalam
bidangnya dan melaporkan kepada atasan secara berkala.
9.4. Sistem Kepegawaian
9.4.1 Sistem Kerja
Pabrik direncanakan beroperasi selama 330 hari dalam 1 tahun dengan
waktu kerja 24 jam setiap hari. Untuk hari kerja unit produksi adalah hari Senin
sampai Minggu. Untuk menjaga kelancaran proses produksi serta mekanisme
administrasi dan pemasaran, waktu kerja diatur dalam Sistem Shift dan Non-Shift.
9.4.2 Sistem Shift
Jadwal kerja shift yang dilakukan secara bergilir berlaku bagi karyawan
pada unit produksi adalah Senin-Minggu. Pembagian kerja karyawan dibagi
dalam 4 grup yang dipimpin oleh ketuanya masing-masing.
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA 2001
BENTUK & STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN IX −12
Tabel 9.1. Jadwal Kerja Shift
Shift Jam Kerja
I 08.00-16.00
II 16.00-24.00
III 24.00-08.00
Tabel 9.2. Pengaturan Jadwal Kerja Grup
Keterangan : A= Grup Kerja I C= Grup Kerja III B= Grup Kerja II D= Grup Kerja IV
9.4.3 Sistem Shift Unit Keamanan
Unit Keamanan dibagi dalam empat kelompok. Pembagian kerja pada
unit keamanan adalah sebagai berikut :
Hari Shift
1 2 3 4 5 6 7 8
I A A D D C C B B
II B B A A D D C C
III C C B B A A D D
Libur D D C C B B A A
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA 2001
BENTUK & STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN IX −13
Tabel 9.3. Pembagian waktu kerja shift unit keamanan
Shift Jam Kerja
I 07.00-15.00
II 15.00-23.00
III 23.00-07.00
9.4.4 Sistem Non-Shift
Hari Kerja untuk Sistem non Shift berlaku untuk para karyawan yang
tidak terlibat langsung dalam kegiatan produksi dan pengamanan pabrik. Hari
kerja tersebut adalah hari Senin sampai Jum’at, dengan pengaturan kerja:
Tabel 9.4. Pembagian waktu kerja untuk sistem Non- Shift
Hari Jam Kerja Jam Istirahat
Senin-Kamis 08.00-17.00 12.00-13.00
Jum’at 08.00-17.30 11.30-13.00
9.5. Perincian Jumlah Tenaga Kerja
Sumber daya manusia merupakan salah satu unsur produksi yang berperan
penting dalam perencanaan suatu pabrik. Tenaga Kerja dalam pabrik Karbon
Aktif ini disusun berdasarkan tingkat kedudukan, gaji, dan jenjang pendidikan
dalam organisasi, tenaga kerja dapat digolongkan menjadi:
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA 2001
BENTUK & STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN IX −14
Tabel 9.5. Penggolongan Jumlah Tenaga Kerja berdasarkan Jabatan dan
Jenjang Pendidikan
No Jabatan Jumlah jabatan
1 Dewan Komisaris 2 -
2 Direktur 1 S1- S3
3 Manager 4 S1-S2
4 KaBag Produksi 1 D3 - S1
5 KaBag Keteknikan 1 D3 - S1
6 KaBag Keuangan 1 D3 - S1
7 KaBag Akunting 1 D3 - S1
8 KaBag Pemasaran 1 D3 - S1
9 KaBag Distribusi 1 D3 - S1
10 KaBag Personalia 1 D3 - S1
11 KaBag Umum 1 D3 - S1
12 KaSie 16 D3 - S1
13 Sekretaris Direktur 1 D3 - S1
14 Sekretaris Manager 4 D3 - S2
Karyawan Shift
15 Proses
- Supervisor 12 D3 - S1
- Operator 36 SMU - D3
16 Utilitas
- Supervisor 4 D3 - S1
- Operator 20 SMU - D3
17 QC 16
- Supervisor 4 D3 - S1
- Operator 12 SMU - D3
18 Keamanan 32 SMU
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA 2001
BENTUK & STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN IX −15
19 Gudang Bahan 12 D3 - S1
Karyawan Non-Shift
20 Pemeliharaan 9 SMU - D3
21 Promosi 6 D3 - S1
22 Penjualan 6 D3 - S1
23 Distribusi (gudang) 4 D3 - S1
24 Pembelian 3 D3 - S1
25 Litbang 2 D3 - S1
26 Keuangan 4 D3 - S1
27 Akunting 4 D3 - S1
28 Kepegawaian 2 D3 - S1
29 Humas 4 D3 - S1
30 Rumah-Tangga 4 SMU
32 Diklat 2 D3 - S1
33 Dokter 2 S1
34 Perawat 4 D3
36 Supir 2 SMU
37 Supir bus karyawan 3 SMU
38 Supir truk 5 SMU
39 Supir fork lift 8 SMU
TOTAL 258
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA 2001
BENTUK & STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN IX −16
Tabel 9.6. Penggolongan Tenaga Kerja berdasarkan Jabatan
Seksi Unit Kasie Staf Sub Jumlah
Proses 1 48
Utilitas 1 24
QC 1 16
Pembelian 1 3
Produksi
Gudang Bahan 1 12
108
Litbang 1 2 Teknik
Pemeliharaan 1 9 13
Penjualan 1 6 Pemasaran
Promosi 1 6 14
Armada 1 18 Distribusi
Gudang Produk 1 4 24
Keuangan - 4 Keuangan
Akunting - 4 8
Kepegawaian 1 2 Personalia
Diklat 1 2 6
Rumah Tangga 1 4
Humas 1 4
Keamanan 1 32
Dokter 2
Umum
Perawat 4
49
Jumlah 16 206 222
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA 2001
BENTUK & STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN IX −17
Komisaris 2
Direktur 1
Manager 4
Kepala Bagian 8
Sekretaris Direktur 1
Sekretaris Manager 4
Jumlah 20
9.6 Sistem Pengupahan
Upah Tenaga Kerja disesuaikan dengan golongan tenaga kerja tergantung
kepada kedudukannya dalam struktur organisasi dan lamanya bekerja di
perusahaan.
Upah yang diterima oleh setiap karyawan terdiri dari:
a) Gaji Pokok
b) Tunjangan jabatan
c) Tunjangan kehadiran (transportasi).
d) Tunjangan makan
Pekerja diberi makan satu kali dalam sehari kerja atau uang makan yang sama
nilainya dengan makan di pabrik.
e) Tunjangan kesehatan dengan penyediaan dokter perusahaan dan rumah
sakit yang telah ditunjuk oleh perusahaan bagi seluruh karyawan sesuai
jabatannya.
f) Tunjangan hari raya
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA 2001
BENTUK & STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN IX −18
Perusahaan memberi THR kepada pekerja sebesar satu bulan gaji.
Sistem pengupahan tersebut dibedakan menjadi:
1. Upah bulanan
Diberikan kepada karyawan tetap dimana besarnya gaji didasarkan kepada
pendidikan, keahlian, dan kedudukan dalam organisasi.
2. Upah Borongan
Diberikan kepada buruh borongan, besarnya upah yang dibayarkan tergantung
pada jenis dan banyaknya pekerjaan, biasanya diperlukan pada saat turun
mesin.
3. Upah Harian
Upah harian diberikan sesuai dengan jumlah hari dan jam kerja, biasanya
untuk pekerja yang dibutuhkan sewaktu-waktu.
Selain gaji rutin, bagi karyawan yang lembur juga diberikan gaji tambahan
dengan perhitungan:
1. Lembur hari biasa
Untuk setiap jam, besarnya satu setengah kali gaji perjam.
2. Lembur hari Minggu/ libur
Untuk setiap jam, besarnya dua kali gaji perjam.
3. Jika karyawan dipanggil untuk bekerja di pabrik diluar jam kerjanya, juga
akan diberi gaji tambahan.
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA 2001
BENTUK & STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN IX −19
Tabel 9.7 Penggolongan Gaji Karyawan berdasarkan Jabatan
Gaji / bulan Total No. Jabatan Jumlah
(Rp) (Rp)
1 Dewan Komisaris 2 15.000.000 30.000.000
2 Direktur 1 14.000.000 14.000.000
3 Manager 4 12.000.000 48.000.000
4 KaBag Produksi 1 8.000.000 8.000.000
5 KaBag Keteknikan 1 8.000.000 8.000.000
6 KaBag Keuangan 1 8.000.000 8.000.000
7 KaBag Akunting 1 8.000.000 8.000.000
8 KaBag Pemasaran 1 8.000.000 8.000.000
9 KaBag Distribusi 1 8.000.000 8.000.000
10 KaBag Personalia 1 8.000.000 8.000.000
11 KaBag Umum 1 8.000.000 8.000.000
12 KaSie 16 3.500.000 56.000.000
13 Sekretaris Direktur 1 2.100.000 2.100.000
14 Sekretaris Manager 4 2.100.000 8.400.000
Karyawan Shift
15 Proses
- Supervisor 12 1.800.000 21.600.000
- Operator 36 1.500.000 54.000.000
16 Utilitas
- Supervisor 4 1.800.000 7.200.000
- Operator 20 1.500.000 30.000.000
17 QC
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA 2001
BENTUK & STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN IX −20
- Supervisor 4 1.800.000 7.200.000
- Operator 12 1.500.000 18.000.000
18 Keamanan 32 1.200.000 38.400.000
19 Gudang Bahan 12 1.500.000 18.000.000
Karyawan non Shift
20 Pemeliharaan 9 1.500.000 13.500.000
21 Promosi 6 1.500.000 9.000.000
22 Penjualan 6 1.500.000 9.000.000
23 Distribusi (gudang) 4 1.500.000 6.000.000
24 Pembelian 3 1.500.000 4.500.000
25 Litbang 2 1.500.000 3.000.000
26 Keuangan 4 1.500.000 6.000.000
27 Akunting 4 1.500.000 6.000.000
28 Kepegawaian 2 1.500.000 3.000.000
29 Humas 4 1.500.000 6.000.000
30 Rumah-Tangga 4 1.500.000 6.000.000
32 Diklat 2 1.500.000 3.000.000
33 Dokter 2 2.500.000 5.000.000
34 Perawat 4 1.200.000 4.800.000
36 Supir 2 1.000.000 2.000.000
37 Supir bus karyawan 3 1.000.000 3.000.000
38 Supir truk 5 1.000.000 5.000.000
39 Supir fork lift 8 1.000.000 8.000.000
TOTAL 242 519.700.000
9.7. Jaminan Sosial dan Kesejahteraan
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA 2001
BENTUK & STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN IX −21
9.7.1. Kesehatan karyawan
Untuk meningkatkan effisiensi kerja karyawan perlu sekali perusahaan
memperhatikan kesejahteraan karyawan dan keluarga. Dengan memberikan
fasilitas kesehatan seperti poliklinik dan jaminan asuransi, sehingga tercipta
hubungan dan suasana kerja yang baik dalam pabrik.
9.7.2. Cuti
a. Cuti tahunan
Pekerja berhak mendapatkan cuti 12 (duabelas) hari kerja per tahun, dan
mendapat cuti besar selama 3 bulan bagi karyawan yang telah bekerja selama 12
tahun.
b. Cuti Hamil/Melahirkan
Pekerja wanita diberikan cuti hamil/melahirkan untuk jangka waktu satu
setengah bulan sebelum waktu melahirkan dan satu setengah bulan sesudah
melahirkan atau gugur kandungan berdasarkan keterangan dokter atau bidan yang
merawatnya.
c. Cuti Sakit
Pekerja yang berhalangan masuk kerja karena sakit atau kecelakaan yang
berkepanjangan dan didukung oleh surat keterangan dokter.
d. Serikat pekerja
Jaminan pembentukan serikat pekerja untuk melindungi hak-hak pekerja
yang tergabung dalam Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI).
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA 2001
BENTUK & STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN IX −22
9.7.3. Sarana dan fasilitas lain
Perusahaan memberikan fasilitas lain berupa sarana olah raga yang dapat
digunakan oleh setiap pegawai. Untuk memenuhi beberapa kebutuhan pokok
pegawai dengan harga yang lebih murah, perusahaan membuat suatu koperasi
dimana seluruh pegawai masuk dalam anggota koperasi tersebut. Selain itu, pada
waktu – waktu tertentu perusahaan juga mengadakan rekreasi bersama keluarga
untuk seluruh pegawai, guna lebih mengeratkan hubungan persaudaraan anatara
atasan dan bawahan dalam perusahaan.
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA 2001
BENTUK & STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN IX −1
Direktur
Man. Teknik & Produksi
Man. Keuangan Man. Umum & Personalia
Ka Bag Keteknikan
Ka.Bag Produksi
Ka.Sie Pemeliharaan
Ka.Sie Litbang
Ka.Sie Proses
Ka.Sie Utilitas
Ka.Sie Pembelian
Ka.Sie Gudang Bahan Baku
Ka.Bag Keuangan
Ka.Bag Akunting
Ka.Bag Personalia
Ka.Bag Umum
Ka.Sie Kepegawaian
Kasie Pendidikan &
Latihan
Ka.Sie Humas
Ka.Sie Rumah Tangga
Ka.Sie Keamanan
Kesehatan
RUPS
Dewan Komisaris
Man. Pemasaran & Distribusi
Ka. Bag Pemasaran
Ka.Bag Distribusi
Ka.Sie QC Ka.Sie Promosi
Ka.Sie Penjualan
Ka.Sie Armada
Ka.Sie Gudang Produk
General Acc
Cost Acc
Perpajakan
Bank
BAB X
KESELAMATAN KERJA
10.1 Keselamatan Kerja Secara Umum
Keselamatan kerja merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan
dalam suatu perancangan pabrik dimana keselamatan kerja ini meliputi seluruh
proses produksi dan distribusi, baik barang atau jasa. Definisi dari keselamatan
kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, alat kerja, bahan yang
digunakan dalam proses produksi, pengolahan tempat kerja dan lingkungannya
yang menyangkut segenap proses produksi atau distribusi dari barang atau jasa.
Keselamatan dan kesejahteraan kerja (K3) bertujuan untuk mencegah dan
meminimalisasi kerugian yang diakibatkan kebakaran, kerusakan lingkungan
serta bahaya lain. Sedangkan yang termasuk kecelakaan kerja adalah kecelakaan
yang menimpa karyawan berkaitan dengan pekerjaannya, mulai dari rumah
sampai ke tempat kerja, dan sekembalinya ke rumah melalui jalan yang biasa
ditempuh dan wajar, termasuk penyakit yang didapat akibat kerja.
Keselamatan kerja meliputi pencegahan kecelakaan (cedera/cacat, mati),
penanganan bila terjadi kecelakaan dan merupakan tanggung jawab moral
PRA PERANCANGAN PABRIK LINEAR ALKYLBENZENE SULFONIC ACID
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
KESELAMATAN KERJA X−2
perusahaan untuk memelihara kesejahteraan seluruh karyawan dan lingkungan di
sekitar lokasi pabrik serta kelestarian lingkungan.
Usaha pencegahan kecelakaan kerja diatur dengan program dan landasan
keselamatan kerja yang merupakan bagian dari manajemen kegiatan usaha.
Kegiatannya mengutamakan tindakan pencegahan daripada tindakan
penanggulangan, apalagi terhadap pekerjaan yang mengandung risiko dengan
tingkat kecelakaan yang tinggi.
Pekerjaan yang memperhatikan peranan keselamatan kerja akan sangat
membantu kelancaran usaha dan menghindari kerugian yang mungkin timbul.
Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek-aspek yang luas, yaitu perlindungan
keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja, serta perlakuan yang sesuai
dengan martabat manusia. Perlindungan tersebut bermaksud agar tenaga kerja
secara aman melakukan kerjanya sehari-hari untuk meningkatkan produktivitas
kerjanya.
10.2 Landasan Keselamatan Kerja
Yang menjadi landasan keselamatan kerja adalah:
1. Idil : Pancasila
2. Struktural : Undang-Undang Dasaar 1945 pasal 27 ayat 2Tiap-tiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan.
3. Operasional : - Ketetapan MPR
- Undang-undang/Peraturan ketenagakerjaan
PRA PERANCANGAN PABRIK LINEAR ALKYLBENZENE SULFONIC ACID
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
KESELAMATAN KERJA X−3
- Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Undang-undang tentang ketentuan-ketentuan pokok mengenai tenaga kerja
adalah UU no.14 tahun 1969. Berikut ini dikemukakan beberapa pasal
penting, yakni:
� Pasal 3 : Tiap tenaga kerja berhak atas pekerjaan dan penghasilan yang
layak bagi kemanusiaan.
� Pasal 9 : Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas
keselamatan, kesehatan, kesusilaan, moral kerja serta perlakuan
yang sesuai dengan martabat manusia.
� Pasal 10 : Pemerintah membina perlindungan kerja yang mencakup:
- Norma-norma keselamatan kerja (UU no. 1 tahun 1979)
- Norma-norma kesehatan dan hygiene perusahaan (UU no.12
tahun 1948).
- Norma-norma kerja (KUH Perdata, BK. III Bab 7a, dll)
- Pemberian ganti rugi, perawatan, dan rehabilitasi dalam hal
kecelakaan kerja (UU no.33 tahun 1947).
Undang-undang yang menyangkut tujuan keselamatan kerja adalah Undang-
undang no. 1 tahun 1970 yang isinya adalah:
- Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan
demi kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktifitas
nasional.
- Menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja.
PRA PERANCANGAN PABRIK LINEAR ALKYLBENZENE SULFONIC ACID
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
KESELAMATAN KERJA X−4
- Memelihara sumber produksi dan menggunakannya secara aman dan efisien.
10.3 Bahan - bahan Berbahaya dan Pencegahannya
Bahan-bahan berbahaya adalah bahan yang selama pembuatan,
pengolahan, pengangkutan, penyimpanan, dan penggunaannya dapat
mengeluarkan gas, debu, radiasi, dan bentuk lainnya yang dapat menimbulkan
iritasi, radiasi, kebutaan, ledakan, korosi, keracunan, dan bahaya-bahaya lain yang
dalam jumlah tertentu dapat menyebabkan kerusakan pada alat.
Bahan/alat berbahaya (hazardous) yang harus diperhatikan adalah:
1. Bahan yang bersifat mudah terbakar (flammable) dan dapat meledak
(explosive).
2. Bahan yang bersifat beracun yang membahayakan kesehatan.
3. Alat-alat bergerak (mekanik) yang dapat membahayakan keselamatan kerja.
Dalam pra-rancangan pabrik Linear Alkylbenzene Sulfonic Acid ini, bahan-
bahan yang digunakan maupun dihasilkan, antara lain:
Bahan Sifat Gangguan
Paraffin (C12-C14)
- irritant
- mudah terbakar
- pernafasan
- iritasi kulit
- iritasi mata
Benzene
- racun
- irritant
- mudah terbakar
- pernafasan
- iritasi kulit
- iritasi mata
PRA PERANCANGAN PABRIK LINEAR ALKYLBENZENE SULFONIC ACID
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
KESELAMATAN KERJA X−5
- volatile
- karsinogenik
SO3
- racun
- irritant
- pernafasan
- iritasi kulit
- iritasi mata
H2 - mudah terbakar
(gas)
- pernafasan
- dingin
LAB
- racun
- irritant
- pernafasan
- iritasi kulit
- iritasi mata
Heavy Alkylate
- racun
- irritant
- pernafasan
- iritasi kulit
- iritasi mata
HLAS
- racun
- irritant
- asam
- pernafasan
- iritasi kulit
- iritasi mata
10.4 KARAKTERISTIK BAHAN K IMIA
10.4.1 Karakteristik n-Paraffin
Sifat fisik dan kimia :
○ Wujud, warna dan bau : cair, bening, bau ringan
○ Kelarutan dalam air : tidak larut
PRA PERANCANGAN PABRIK LINEAR ALKYLBENZENE SULFONIC ACID
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
KESELAMATAN KERJA X−6
Data bahaya ledakan dan kebakaran :
○ Titik nyala : 72 °C
○ Media untuk memadamkan : foam, ABC-fire extinguisher
Belum ada data yang menunjukkan bahwa bahan ini dapat mempunyai
efek yang kronis bagi kesehatan tubuh. Iritasi pada kulit dapat terjadi pada kontak
yang lama atau sering dan berulang-ulang. Bahan ini juga dapat menimbulkan
iritasi pada mata. Uap bahan yang terhirup dapat menimbulkan gejala keracunan
seperti pusing dan sesak nafas.
Bentuk-bentuk pencegahan bahaya dan proteksi personal :
• Mata: cuci segera mungkin bila terkena mata dan konsultasikan dengan
dokter bila perlu.
• Kulit: cuci dengan air yang banyak dan sabun, lepaskan/ganti pakaian
yang terkena bahan. Hindari kontak yang lama dan sering dengan bahan,
gunakan apron bila perlu.
• Pernapasan: hindari pengabutan atau pengasapan bahan dan pastikan
terdapat ventilasi udara yang cukup dalam ruangan bila hal tersebut
terjadi..
• Mulut dan tenggorokan: yaitu sangat berbahaya bila tertelan karena dapat
menyebabkan gangguan kesehatan dalam jangka waktu lama..
• Penyimpanan: hindari kontak langsung dengan matahari dalam jangka
waktu yang lama. Hindari dari bahan-bahan yang mudah teroksidasi.
Simpan di tempat yang anti membeku.
PRA PERANCANGAN PABRIK LINEAR ALKYLBENZENE SULFONIC ACID
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
KESELAMATAN KERJA X−7
10.4.2 Karakteristik Benzene
Sifat fisik dan kimia :
○ Wujud, warna dan bau : gas cair, bening dan berbau khas.
○ Kelarutan dalam air : 0,18 g/100 ml pada 25°C
Data bahaya ledakan dan kebakaran :
○ Titik nyala : -11 0C
○ Auto-ignition temperature : 498°C
○ Media untuk memadamkan : Powder, AFFF, foam, karbon
dioksida.
Benzene digolongkan sebagai senyawa yang memiliki tingkat bahaya
yang tinggi bagi kesehatan dan karena sangat berbahaya bagi organ-organ tubuh.
Bahaya kesehatan yang ditimbulkan antara lain pada :
• Mata: yaitu berbahaya bila mengenai mata karena dapat menyebabkan
iritasi dan perih.
• Kulit: yaitu sangat berbahaya bila mengenai kulit karena dapat
menyebabkan kult kering, kemerahan dan perih. Bahan ini juga
kemungkinan dapat masuk/terserap kedalam kulit
• Pernapasan: yaitu sangat berbahaya bila terhirup karena dapat
menyebabkan susah bernafas, pusing, sakit kepala, mengantuk/lemas
sampai pingsan.
• Pencernaan: yaitu sangat berbahaya bila tertelan karena beracun,
menyebabkan muntah-muntah dan sakit tenggorokan.
PRA PERANCANGAN PABRIK LINEAR ALKYLBENZENE SULFONIC ACID
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
KESELAMATAN KERJA X−8
Upaya pencegahan yang dilakukan sebagai berikut:
• Tidak makan-minum, merokok atau membawa benda lain yang dapat
memicu percikan api selama bekerja.
• Pastikan terdapat ventilasi udara yang cukup
• Hindari semua kontak dengan anggota tubuh, menggunakan sarung
tangan, kaca mata dan pakaian pelindung bila perlu.
• Penyimpanan ditempat anti api. Jauh dari bahan-bahan oksidan, halogen
dan makanan.
10.4.3 Karakteristik SO3
Sifat fisik dan kimia
o Bentuk, warna, bau : cair, tidak berwarna, sulfur
o Titik didih : 45 0C
Data bahaya ledakan dan kebakaran :
o Titik nyala : 85 0C
o Media untuk memadamkan : water spray (semprotan air)
SO3 digolongkan sebagai senyawa yang memiliki tingkat bahaya yang
sedang bagi kesehatan. Bahaya kesehatan yang ditimbulkan antara lain pada :
• Mata: bila terjadi kontak dapat menyebabkan iritasi.
• Kulit: dapat menyebabkan iritasi ditandai dengan kemerahan pada kulit.
• Pernapasan dan pencernaan: tingkat bahaya ringan bila terhirup atau
tertelan
PRA PERANCANGAN PABRIK LINEAR ALKYLBENZENE SULFONIC ACID
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
KESELAMATAN KERJA X−9
Upaya pencegahan dan penanggulangan dilakukan sebagai berikut :
• Menggunakan skin protection untuk mencegah iritasi pada kulit.
• Menghindari kontak dengan mata
10.4.4 Karakteristik Hidrogen
Sifat fisik dan kimia :
○ Wujud, warna dan bau : gas, tidak berwarna, tidak berbau
○ Kelarutan dalam air : dapat larut
○ Titik didih : -253°C
Data bahaya ledakan dan kebakaran :
○ Titik nyala : gas yang mudah terbakar
○ Media pemadam : air semprot (spray water), karbon
dioksida.
Hidrogen merupakan salah satu gas yang paling ringan namun juga paling
mudah terbakar. Hidrogen bercampur baik diudara dan campuran ini dapat
dengan mudah meledak. Konsentrasi hidrogen diudara dapat bertambah dengan
cepat dan tidak ada peringatan dari baunya bila kandungannya sudah berbahaya.
Kandungan yang berlebihan diudara dapat menyebabkan defisiensi oksigen
sehingga bisa menyebabkan resiko hilang kesadaran bahkan kematian. Kontak
dengan kulit dapat menyebabkan pembekuan yang serius.
Upaya pencegahan dan penanggulangan dilakukan sebagai berikut :
• Menggunakan pelindung mata.
PRA PERANCANGAN PABRIK LINEAR ALKYLBENZENE SULFONIC ACID
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
KESELAMATAN KERJA X−10
• Menggunakan sarung tangan tahan dingin.
• Menghindari penggunaan alat yang bisa menimbulkan percikan api dan
dilarang merokok diarea proses.
• Bila terjadi kebakaran yang tidak membahayakan sekitarnya, dibiarkan
sampai terbakar habis. Pada kasus lain dipadamkan dengan air semprot
atau karbon dioksida.
• Jika terhirup segera mencari udara segar dan istirahat. Pada kasus
tertentu mungkin dibutuhkan bantuan pernapasan dan oksigen
tambahan.
• Memakai alat detektor oksigen untuk memeriksa kandungan udara.
10.4.5 Karakteristik Linear Alkylbenzene
Sifat fisik dan kimia :
○ Wujud, warna dan bau : cair, bening, bau ringan
○ Kelarutan dalam air : tidak larut
Data bahaya ledakan dan kebakaran :
○ Titik nyala : 40 °C
○ Media untuk memadamkan : foam, ABC-fire extinguisher, air
Linear Alkylbenzene digolongkan sebagai senyawa yang memiliki tingkat
bahaya sedang bagi kesehatan.
Upaya pencegahan dan penanggulangan:
• Mata: cuci segera mungkin bila terkena mata dan konsultasikan dengan
dokter bila perlu.
PRA PERANCANGAN PABRIK LINEAR ALKYLBENZENE SULFONIC ACID
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
KESELAMATAN KERJA X−11
• Kulit: cuci dengan air yang banyak.
• Mulut dan tenggorokan: Melarang makan dan minum saat bekerja
• Penyimpanan: hindari kontak langsung dengan matahari dalam jangka
waktu yang lama. Hindari dari bahan-bahan yang mudah teroksidasi.
10.4.6 Karakteristik Heavy Alkylate
Sifat fisik dan kimia :
○ Wujud, warna dan bau : cair, bening, bau ringan
○ Kelarutan dalam air : tidak larut
Data bahaya ledakan dan kebakaran :
○ Titik nyala : 44 °C
○ Media untuk memadamkan : foam, ABC-fire extinguisher, air
Bahan ini dapat menimbulkan iritasi pada mata. Kemungkinan dapat
menyerang pusat sistem saraf. Bisa menyebabkan pusing bila terhirup. Kontak
dengan kulit menyebabkan kulit kering. Bereaksi dengan bahan oksidan kuat,
menyebabkan kebakaran dan ledakan. Bila tertelan dapat masuk ke paru-paru
menyebabkan kerusakan organ.
Upaya pencegahan dan penanggulangan:
• Mata: cuci segera mungkin bila terkena mata dan konsultasikan dengan
dokter bila perlu.
• Kulit: cuci dengan air yang banyak.
• Mulut dan tenggorokan: Melarang makan dan minum saat bekerja
• Penyimpanan: hindari kontak langsung dengan matahari dalam jangka
waktu yang lama. Hindari dari bahan-bahan yang mudah teroksidasi.
PRA PERANCANGAN PABRIK LINEAR ALKYLBENZENE SULFONIC ACID
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
KESELAMATAN KERJA X−12
10.4.7 Karakteristik Linear Alkylbenzene Sulfonic Acid
Sifat fisik dan kimia :
○ Wujud, warna dan bau : cair, kecoklatan, bau ringan
○ Kelarutan dalam air : larut sebagian
○ Titik nyala : 149 °C
Linear Alkylbenzene Sulfonic Acid adalah bahan ynag masih bersifat
asam. Kontak yang terlalu lama dengan kulit dapat menyebabkan iritasi tinggi dan
begitu pula dengan mata. Bahan ini cukup sulit untuk terbakar. Dapat
menyebabkan efek serius bila tertelan.
Upaya pencegahan dan penanggulangan:
• Mata: cuci segera mungkin bila terkena mata.
• Kulit: menghindar dari kontak yang terlalu lama
• Mulut dan tenggorokan: Melarang makan dan minum saat bekerja
Mengingat semua bahan baku yang dipergunakan dan produk yang
dihasilkan mempunyai potensi negatif seperti tersebut diatas maka tindakan
pengamanan yang harus dilakukan adalah:
1. Pemasangan lambang atau simbol yang digunakan sebagai label
peringatan terhadap setiap jenis bahan kimia yang digunakan.
2. Tempat penyimpanan dalam ruangan tertutup dan pengadaan ventilasi.
3. Menyediakan masker, pelindung tubuh, sarung tangan, pelindung kepala
(helmet), safety boots dan pelindung mata.
4. Penyediaan training sebelum mulai kerja dan membuat prosedur standar
operasi yang harus dipatuhi oleh seluruh operator.
PRA PERANCANGAN PABRIK LINEAR ALKYLBENZENE SULFONIC ACID
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
KESELAMATAN KERJA X−13
5. Bila tercecer, gunakan kertas absorban untuk menyerapnya.
6. Kertas absorban dan pakaian yang terkontaminasi bahan-bahan beracun
tersebut diisolasi dengan plastik kedap udara.
7. Permukaan (lantai, pakaian, dll) yang terkontaminasi dicuci dengan 60 s.d.
70 % etanol, kemudian dicuci dengan sabun dan air.
8. Bila terjadi kontak dengan mata, bagi yang memakai lensa kontak, lensa
tersebut harus dilepas, dan mata dibilas dengan air selama 20-30 menit.
Kemudian segera periksa ke dokter.
9. Bila terkena kulit, siram kulit yang terkena bahan beracun tersebut dengan
air, lalu dicuci dengan sabun. Bila terjadi iritasi, periksalah ke dokter.
Selain tindakan preventif untuk menghadapi bahaya bahan-bahan beracun
tersebut diatas, para operator pabrik juga perlu dilengkapi dengan pelindung
telinga (safety ear), untuk melindungi telinga dari suara-suara bising dari
peralatan pabrik.
� Untuk menghindari adanya kebakaran akibat arus listrik diperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
� Untuk mencegah terjadinya kebakaran, maka disediakan beberapa
peralatan pemadam kebakaran seperti fire box & fire hydrant dalam
ruangan, serta unit pemadam kebakaran.
� Menggunakan isolasi pada jaringan listrik.
� Menggunakan alat penangkal petir untuk peralatan tinggi.
� Pengawasan terhadap kabel terpasang.
� Pemasangan instalasi listrik tidak menghalangi kerja.
PRA PERANCANGAN PABRIK LINEAR ALKYLBENZENE SULFONIC ACID
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
KESELAMATAN KERJA X−14
� Untuk menghindari bahaya yang ditimbulkan oleh alat produksi,
beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain:
� Pemakaian alat proses yang tidak melebihi kapasitas.
� Mengadakan pemeriksaan dan perawatan alat produksi secara berkala.
� Mempekerjakan operator-operator terlatih.
� Membuat sistem pengendalian kontrol secara manual dan otomatis
pada setiap unit, sehingga memudahkan pengendalian apabila terjadi
bahaya.
� Bahaya yang ditimbulkan manusia
Dari penelitian terhadap kecelakaan-kecelakaan yang terjadi, ternyata faktor
manusia sebagai penyebab terjadinya kecelakaan sangat besar, dimana hal
tersebut diakibatkan oleh kelalaian dalam mematuhi peraturan keselamatan
kerja, seperti:
� Kegiatan yang menyimpang dari peraturan.
� Tidak memanfaatkan alat keselamatan kerja.
� Penggunaan alat yang tidak tepat.
Sehingga untuk mengantisipasi hal-hal di atas maka hendaknya manajemen
pabrik melakukan tindakan sebagai berikut:
� Mengadakan training atau pelatihan mengenai sifat dan bahaya yang
terdapat dalam pabrik.
� Menggunakan alat pelindung dalam lokasi pabrik.
� Memasang label atau simbol bahaya untuk memudahkan pengenalan
bahaya-bahaya dari bahan kimia.
PRA PERANCANGAN PABRIK LINEAR ALKYLBENZENE SULFONIC ACID
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
KESELAMATAN KERJA X−15
� Bahaya yang ditimbulkan oleh alam
Bahaya yang ditimbulkan oleh alam antara lain banjir, gempa, angin ribut,
atau petir. Untuk mencegah terjadinya bahaya yang disebabkan oleh alam,
beberapa hal yang perlu dilakukan antara lain:
� Mendirikan pabrik dengan pondasi yang kuat.
� Memasang penangkal petir pada bangunan dan alat proses yang
tinggi.
� Memasang alarm pemberitahuan yang bekerja secara otomatis apabila
terjadi bencana alam.
� Mendirikan pabrik pada lokasi dimana dapat dihindari bahaya-bahaya
seperti banjir dan gempa bumi.
� Menyediakan daerah aman dalam lokasi pabrik.
10.5 Pengaturan Lingkungan Pabrik
Penataan lingkungan pabrik juga menjadi faktor penting yang
berpengaruh terhadap keselamatan kerja, sehingga perlu juga mendapat perhatian
khusus.
1. Lingkungan fisik
Mesin peralatan kerja dan bahan produksi:
� Pengaturan letak mesin dan alat yang sedemikian rupa sehingga
pekerja dapat melakukan pekerjaan dengan leluasa dan aman.
� Perencanaan mesin dan perlatan pabrik dengan memperhatikan segi
keamanan.
PRA PERANCANGAN PABRIK LINEAR ALKYLBENZENE SULFONIC ACID
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
KESELAMATAN KERJA X−16
� Mutu bahan dan peralatan yang dibeli terjamin kualitasnya.
2. Lingkungan kerja
� Penempatan mesin yang teratur sehingga jarak antar mesin cukup
lebar.
� Penempatan bahan atau sampah tak terpakai pada tempatnya.
� Halaman pabrik yang bersih.
� Penerangan yang cukup pada lingkungan pabrik.
� Pemasangan sistem alarm dan tanda bahaya seperti fire detector dan
instrumennya.
� Lingkungan pabrik yang dilengkapi dengan ventilasi udara yang
cukup dan diberi kipas penghisap (exhaust) untuk menjaga sirkulasi
udara.
� Mengumandangkan safety talk atau peringatan kembali tentang
pengaturan-pengaturan keselamatan kerja pada waktu-waktu tertentu
BAB XI
NERACA EKONOMI
11.1 DASAR ANALISA
Analisa ekonomi dalam pra-rancangan pabrik adalah untuk memperoleh
tentang kelayakan penanaman modal dalam kegiatan industri. Dengan meninjau
kebutuhan dari modal investasi, besarnya laba yang diperoleh, lamanya
pengembalian modal investasi dan terjadi titik impas (Break Even Point)
terhadap kapasitas produksi. Sehingga layak untuk mendirikan pabrik.
Perkiraan harga dapat dihitung berdasarkan kapasitas produksi, jenis bahan
dan harga peralatan produksi maupun penunjang. Perkiraan harga peralatan
diambil berdasarkan indeks harga dari Marshall & Swift. Indeks harga pada tahun
2003 dan 2007 berturut-turut adalah 1117,4 dan 1160,55
Pada analisa ekonomi pra-rancangan pabrik ini digunakan beberapa
asumsi, yaitu :
○ Pembangunan fisik pabrik akan dilaksanakan pada awal tahun 2007
dengan masa konstruksi dan instalasi selama 1 tahun, sehingga pabrik
mulai beroperasi pada awal tahun 2008.
○ Jumlah hari kerja pabrik adalah 330 hari dalam setahun.
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY &DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
NERACA EKONOMI XI−2
○ Shut down dilaksanakan selama 30 hari setiap tahun untuk perawatan dan
perbaikan alat-alat pabrik secara menyeluruh.
○ Proses yang dijalankan secara kontinu.
○ Umur ekonomis pabrik 10 tahun.
○ Modal kerja diperhitungkan selama 3 bulan.
○ Asumsi nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar adalah stabil pada
tahun 2007, yaitu 1 US $ = Rp 10.000,00 dengan inflasi sebesar 10 %.
○ Terjadi kenaikan harga produk dan bahan baku sebesar 5 %.
○ Tingkat suku bunga bank adalah sebesar 20 %.
○ Salvage value (nilai rongsokan) sebesar 10 % dari DFCI (tanpa tanah)..
○ Terjadi kenaikan gaji pegawai sebesar 10 % per dua tahun.
11.2 TOTAL MODAL INVESTASI (TCI)
Total Capital Investment (TCI) atau Total Modal Investasi adalah jumlah modal
investasi tetap (F11ed Capital Investment/FCI) dan modal kerja (Working Capital
Investment/WCI) yang diinvestasikan untuk mendirikan dan menjalankan pabrik.
TCI = FCI + WCI
Perhitungan Total Modal Investasi dapat dilihat pada lampiran E yang
terdiri dari :
○ Investasi modal tetap (FCI) = Rp. 305.257.820.000
○ Investasi modal kerja (WCI) = Rp. 122.637.050.000
○ Investasi modal total (TCI) = Rp. 427.894.870.000
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY &DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
NERACA EKONOMI XI−3
11.2.1 Modal Investasi Tetap (FCI)
F11ed Capital Investment (FCI) adalah modal yang diperlukan untuk membeli
peralatan yang dibutuhkan untuk proses operasi, FCI dibagi 2 yaitu :
a. Modal Investasi Tetap Langsung (Direct F11ed Capital Investment, DFCI)
DFCI merupakan barang-barang modal investasi tetap yang semuanya
mempunyai umur lebih dari 1 tahun, oleh karena itu mengalami penyusutan
nilai tersebut, maka timbul biaya yang diperhitungkan setiap tahunnya, sesuai
dengan presentase nilainya. Modal Investasi Tetap Langsung meliputi :
○ Peralatan utama dan penunjang.
○ Instalasi peralatan.
○ Sistem perpipaan.
○ perlengkapan keselamatan kerja
○ Distributed Control System & instrumentasi terpasang
○ Instalasi listrik terpasang.
○ Bangunan dan tanah (termasuk perluasan).
○ Fasilitas dan prasarana.
b. Modal Investasi Tetap Tak Langsung ( Indirect Fixed Capital Invesment,
IFCI)
IFCI merupakan modal investasi yang tidak diwujudkan langsung sebagai
barang-barang investasi, tetapi merupakan modal yang dipergunakan untuk
sarana pengadaan modal tetap, yang terdiri dari :
○ Kerekayasaaan dan pengawasan.
○ Biaya kontraktor dan konstruksi.
○ Biaya pra investasi (survei, feasibility study, dan perizinan)
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY &DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
NERACA EKONOMI XI−4
○ Bunga pinjaman selama masa konstruksi.
○ Produksi percobaan.
11.2.2 Investasi Modal Kerja (WCI)
Modal kerja atau Working Capital Investment (WCI) adalah modal yang
digunakan untuk membiayai seluruh kegiatan perusahaan dari awal produksi
(disebut produksi komersial) sampai dengan terkumpulnya hasil penjualan dan
cukup untuk memenuhi kebutuhan perputaran biaya operasional sehari-hari.
Modal kerja terdiri dari :
○ Pembelian bahan baku.
○ Biaya Bahan Penunjang (solar dan listrik)
○ Utilitas.
○ Pembayaran gaji karyawan.
○ Quality Control.
○ Biaya pemeliharaan dan perbaikan.
○ Biaya penjualan dan distribusi.
11.2.3 Komposisi permodalan
○ Modal sendiri : Rp. 262.294.870.000
○ Pinjaman bank : Rp. 165.594.540.000
○ Suku bunga pinjaman : 20 %
○ Jangka waktu pinjaman : 5 tahun (termasuk grace period)
○ Grace periode : 1 tahun (selama pembangunan pabrik)
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY &DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
NERACA EKONOMI XI−5
Pembayaran bunga pinjaman pertama dimasukkan dalam investasi modal
tetap tidak langsung, sedangkan untuk bunga pinjaman selanjutnya
diperhitungkan dalam biaya produksi (setelah masa konstruksi selesai dan pabrik
berproduksi secara komersial). Pembayaran angsuran pertama dimulai pada akhir
tahun pertama setelah pabrik berproduksi komersial.
11.3 TOTAL BIAYA PRODUKSI (TPC)
Biaya Produksi Total atau Total Production Cost (TPC) terdiri dari dua bagian :
a. Manufacturing cost atau biaya yang diperlukan untuk membuat suatu produk,
meliputi :
1. Direct cost, merupakan biaya yang langsung dikeluarkan untuk operasi
pabrik, antara lain :
○ Biaya bahan baku.
○ Biaya sarana penunjang.
○ Gaji karyawan.
○ Pemeliharaan dan perbaikan.
○ Biaya royalti dan paten.
○ Biaya laboratorium.
2. Plant overhead cost, antara lain :
○ Pelayanan rumah sakit dan pengobatan.
○ Pemeliharaan pabrik secara umum.
○ Keamanan.
○ Salvage value
○ Biaya pengemasan.
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY &DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
NERACA EKONOMI XI−6
3. Fixed cost, adalah biaya yang konstan dari tahun ke tahun dan tidak
berubah dengan adanya perubahan kapasitas produksi, antara lain :
○ Depresiasi.
○ Pajak.
○ Biaya asuransi.
b. General expenses, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menunjang
beroperasinya suatu pabrik, meliputi :
1. Biaya administrasi.
2. Biaya distribusi dan pemasaran.
3. Bunga bank.
Perhitungan dilakukan dari tahun ke tahun berdasarkan kapasitas
produksi. Kapasitas produksi ditingkatkan secara bertahap mulai dari 70%
kapasitas terpasang pada tahun pertama, 100% kapasitas terpasang
(kapasitas penuh) pada tahun kedua dan tahun ketiga serta seterusnya pada
tahun kesepuluh.
11.4 HASIL ANALISA
11.4.1 Break Even Point (BEP)
Break Even Point (BRP) atau titik impas adalah tingkat kapasitas produksi,
dimana total penjualan produk sama dengan nilai total biaya yang dikeluarkan
perusahaan untuk menghasilkan produk tersebut, dalam kurun waktu satu tahun..
Dari hasil analisa didapat BEP pada tahun ke-1, 3 dan 6 adalah masing-masing
32,5%, 26% dan 13% (Lampiran E).
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY &DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
NERACA EKONOMI XI−7
11.4.2 Laba Rugi
Perhitungan laba rugi (Lampiran E) akan memberikan gambaran tentang
kemampuan untuk mengembalikan modal investasi serta besarnya pajak
perseroan. Laba yang diperoleh sangat tergantung pada penerimaan dan
pengeluaran ongkos pabrik. Besarnya pajak penghasilan perseroan yang harus
dibayar sesuai dengan besarnya laba kotor yang diperoleh dan dihitung
berdasarkan undang-undang pajak penghasilan (PPh) yang berlaku ( lampiran E).
11.4.3. Internal Rate of Return (IRR)
Analisa IRR adalah salah satu indikator untuk menilai kelayakan pelaksanaan
pendirian suatu pabrik. IRR adalah tingkat bunga pinjaman investasi (rate of
interest) dalam persen pada Net Present Value (NPV) = 0, dalam kurun waktu
umur teknis mesin dan peralatan, atau kurun waktu pengembalian modal yang
diharapkan lebih cepat dari umur teknis. IRR dihitung dengan cara mencari suku
bunga yang memberikan net present value (NPV) dari cash flow sama dengan
total investasi. Jika harga IRR lebih besar dari suku bunga deposito di bank, maka
penanaman modal dalam usaha ini layak dilakukan, dan jika sebaliknya berarti
penanaman modal tidak layak dilakukan, dengan kata lain akan lebih
menguntungkan jika modal tersebut ditanamkan dalam bentuk deposito di bank.
Dari hasil analisa yang dilakukan, didapatkan nilai IRR sebesar 37,49 %,
hal ini berarti dengan asumsi bahwa bunga bank berjalan sebesar 20 % /tahun,
maka pabrik ini layak (feasible) untuk didirikan.
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY &DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
NERACA EKONOMI XI−8
11.4.4. Minimum Payback Period (MPP)
Minimum Payback Period (MPP) adalah jangka waktu minimum pengembalian
modal investasi. Pengembalian berdasarkan laba bersih ditambah biaya
penyusutan (depresiasi) yang biasa disebut dengan Net Cash Flow (NCF).
Perhitungan MPP dapat dilakukan dengan cara menjumlah laba bersih dan
penyusutan tiap tahun sampai diperoleh jumlah yang sama dengan jumlah
investasi modal tetap. Berdasarkan hasil analisa didapatkan nilai MPP selama
4 tahun 5 bulan 29 hari.
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN NERACA MASSA
A.1 KAPASITAS PRODUKSI
• Kapasitas produksi Linear AlkylBenzene Sulfonate (HLAS) dalam ton/tahun:
Kapasitas produksi = 60.000 ton/tahun
• Kapasitas produksi (HLAS) dalam kg/jam :
Shut down dilakukan 1 kali setiap 1 tahun selama 30 hari.
Sehingga waktu operasi dalam 1 tahun = ( 360 - 30 )hari = 330 hari
Kapasitas produksi = 60.000 ton/tahun x jam24
hari1
hari330
tahun1
ton1
kg1.000××
Kapasitas produksi = 7.575,76 kg/jam
• Kemurnian Produk : HLAS = 97,60 % minimum
LAB = 0,90 % maximum
H2O = 0,5 % Maximum
H2SO4 = 1 % Maximum
• Bahan baku yang digunakan adalah normal-paraffin (linear paraffin)
Tipikal specs n-paraffin yang diinginkan adalah:
- Dengan kandungan rantai C10-C13 (rantai dianggap rata-rata C12)
C12H26 ( n-Dodecane) : 93%
- Kandungan rantai C14H30 (n-Tetradecane) : < max 7%
• Total kebutuhan n-paraffin = 20785,68 kg/jam
- C12H26 (n-Dodecane) = 93% x 20785,68 kg/jam
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA MASSA A−2
= 19330,68 kg/jam
- C14H30 (n-Tetradecane) = 7% x 20785.68 kg/jam
= 1455,00 kg/jam
Tabel A.1 Data Berat Molekul
Komponen BM (kg/kmol)
C12H26 (n-Dodecane) 170
C14H30 (n- Tetradecene) 198
C12H24 (1-dodecene) 168
1-Tetradecene (olefin C14) 196
H2 2
LAB 246
Benzen 78
SO3 80
A.2 Dehidrogenasi
Fungsi : Tempat berlangsungnya reaksi pemutus ikatan rangkap dari
n-parafin menjadi mono-olefin dengan bantuan katalis
Kondisi operasi : 140 oC ; 1 atm
Jumlah : 1 buah
Gambar A.1 Reaktor dehidrogenasi (R-01)
Raw material Aliran 5
Aliran 6
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA MASSA A−3
• Reaksi
Reaksi pemutus ikatan rangkap dari n-parafin menjadi mono-olefin
1. pemutus ikatan rangkap dari n-dodecane (C12H26) menjadi 1-dodecene
(C12 H24) mengikuti reaksi (1) :
C12H26 C12 H24 + H2 (1) n-dodecane 1-dodecene hidrogen
hasil dehidrogenasi yang diinginkan adalah campuran paraffin-olefin
dengan perbandingan massa 80% : 20%
Konversi 1-dodecene (olefin C12) = 20 %
o Masa C12H26 (n-Dodecane) = 19330,68 kg/jam
o BM C12H26 (n-Dodecane) = 170 kmol/kg
o Mol C12H26 (n-Dodecane) mula-mula = masa / BM
= 113,71 kmol/jam
• Rx 1
C12H26 C12 H24 + H2
m 113,71 - -
rx X X X
sisa 113,71 – X X X
o BM 1-dodecene = 168 kmol/kg
o Mol n-dodecane bereaksi (X) = (113,71 – X ) x 170 = 8
168 X 2
X = 22,96 kmol
o Mol n-dodecane sisa = 113.71 – X
= (113,71 – 22,96 ) kmol
= 90,75 kmol
o Masa n-dodecane sisa = 90,75 x 170
= 15427.81 kg/jam
o Mol 1-dodecene (olefin C12) yang terbentuk = X
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA MASSA A−4
= 22,96 kmol
o Masa 1-dodecene (olefin C12) yang terbentuk = 22,96 x 168
= 3856.95 kg
Reaksi yang terjadi :
C12H26 C12 H24 + H2
Awal : 113,71 -
Reaksi : 22,96 22,96 22,96 (kmol)
Sisa 90,75 22,96 22,96 (kmol)
2. pemutus ikatan rangkap dari n-Tetradecane menjadi 1-Tetradecene
mengikuti reaksi (2) :
C14H30 C14 H38 + H2 (2) n-Tetradecane 1-Tetradecene hidrogen
Konversi 1-Tetradecene (olefin C14) = 20 %
o Masa C14H30 (n- Tetradecene) = 1455,00 kg/jam
o BM C14H30 (n- Tetradecene) = 198 kmol/kg
o Mol C14H30 (n- Tetradecene) mula-mula = masa / BM
= 7,35 kmol/jam
• Rx 2
C14H30 C14 H28 + H2
m 7,35 - -
rx X X X
sisa 7,35 – X X X
o Masa C12H26 (n-Dodecane) sisa = 90,75 mol x 168 kmol/kg
= 15.427,81 kg/jam
o Masa C14H30 (n- Tetradecene) sisa (X) = (7/93) x 15.427,81
= 1.161,233 kg/jam
o Mol C14H30 (n- Tetradecene) sisa (X) = masa / BM
= 5,86 kmol/jam
o Mol C14H30 (n- Tetradecene) bereaksi = (7,35 – 5,86 ) kmol
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA MASSA A−5
= 1,48 kmol
o Mol 1-Tetradecene (olefin C14) terbentuk = 1,48 kmol
o Masa 1-Tetradecene (olefin C14) terbentuk = 1,48 x 196 kmol
= 290,80 kg
Reaksi yang terjadi :
C14H30 C14 H28 + H2
m 7,35 - -
rx 1,48 1,48 1,48
sisa 5,86 1,48 1,48
Sebelum H2 terbentuk dari reaksi dehidogenasi adanya penambahan H2
pada saat start up berfungsi untuk media dan menambah tekanan dalam reaktor,
selanjutnya H2 start up akan tergantikan oleh H2 yang di recyle dan sebagian
Hasil dari dehidrogenasi itu sendiri dipisahkan melalui separator 1 (S-01).
sedangkan perbandingan mol H2 : parrafin adalah = 2 : 1
o H2 reaksi 1 227,42 : 113,71
o H2 reaksi 2 14,70 : 7,35
o maka mol total H2 yang dibutuhkan = (227,42 + 14.70) kmol
= 242,12 kmol
= 484,23 kg/jam
o masa H2 pada saat start up = masa H2 yang dibutuhkan
= 484,23 kg/jam
o Massa H2 hasil reaksi 1 = 22,96 x 2
= 45,92 kg/jam
o masa H2 hasil reaksi 2 = 1,48 x 2
= 2,97 kg/jam
o Total masa H2 hasil dari reaksi = masa H2 yang terbentuk
= H2 rx1 + H2 rx2
= (45,92 + 2,97) kg
= 48,88 kg
o Total masa H2 = H2 rx + H2 yang dibutuhkan
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA MASSA A−6
= (48,88 + 484,23) kg
= 533,12 kg /jam
o Massa H2 yang direcycle = Total masa H2 – masa hasil reaksi
= (533,12 – 48,88 ) kg/jam
= 484,23 kg/jam
o Masa H2 ketengki penyimpanan = masa hasil reaksi
= 48,88 kg/jam
• Aliran 4
o Massa n-parafin = Masa n-Dodecane + Masa n-Tetradecene
= 19.330,68 + 1.455,00 kg
= 20785,68 kg/jam
• Aliran 13
o Massa H2 yang direcycle = Masa H2 recycle
= 484,23 kg/jam
• Aliran 5 = aliran 4 + aliran 13
o Masa C12H26 (n-dodecane) sisa = 90,75 x 170
= 15427.81 kg/jam
o Masa 1-dodecene (olefin C12) yang terbentuk = 22,96 x 168
= 3856.95 kg/jam
o Masa C14H30 (n- Tetradecene) sisa = (7/93) x 15.427,81
= 1.161,233 kg/jam
o Masa 1-Tetradecene (olefin C14) terbentuk = 1,48 x 196 kmol
= 290.80 kg
o Masa H2 recycle = 484,23 kg
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA MASSA A−7
Tabel A.2 Neraca massa reaktor (R-01)
Masuk (kg) Keluar (kg) komponene
Aliran 4 Aliran 13 Aliran 6
n-Dodecane 19.330,68 15.427,81
n-Tetradecene 1.455,00 1.161,233
1-dodecene (olefin C12) 3.856,95
1-Tetradecene (olefin C14) 290,80
H2 484,23 533,12
Total 21.269,91 21.269,91
A.3. SEPARATOR (S-01)
Fungsi : Memisahkan n-parafin dan mono-olefin dari gas H2.
Kondisi operasi : 35oC ; 1 atm
Jumlah : 1 buah
Gambar A.2. Separator (S-01)
Dari Simulation Chemical engineering Sofware (Hysy) pada shu 35 oC
tekanan 1 atm, Kemurnian produk H2 (aliran 9) adalah sebesar 100 % teruapkan.
Masa masuk separator 1 adalah masa hasil dari reaktor dehidrogenasi (R-01)
• Aliran 8 ( aliran masuk)
Aliran 8 = Aliran 7 = Aliran 6
o Massa n-Dodecane = 15.427,81 kg
o Massa n-Tetradecene = 1.161,233 kg
o Massa 1-dodecene (olefin C12) = 3.856,95 kg
Aliran 8
Aliran 9
Aliran 14
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA MASSA A−8
o Massa 1-Tetradecene (olefin C14) = 290,80 kg
o Massa H2 = 533,12 kg
• Aliran 14 (aliran bawah)
o Massa n-Dodecane = 15.427.81 kg
o Massa n-Tetradecene = 1.161,233 kg
o Massa 1-dodecene (olefin C12) = 3.856,95 kg
o Massa 1-Tetradecene (olefin C14) = 290,80 kg
• Aliran 9 (aliran atas)
o Massa H2 = 533,12 kg
Tabel A.3 Neraca massa di Separator (S)
Masuk (kg) Keluar (kg) Komponen
Aliran 8 Aliran 14 Aliran 9
Massa n-Dodecane 15.427,81 15.427,81
Massa n-Tetradecene 1.161,233 1.161,233
Massa 1-dodecene (olefin C12) 3.856,95 3.856,95
Massa 1-Tetradecene (olefin C14) 290,80 290,80
Massa H2 533.12 533,12
Total 21.269,91 21.269,91
A.4 R-ALKYLASI (R-02)
Fungsi : Tempat berlangsungnya reaksi pembentukan Linear Alkyl
Benzen (LAB) hasil dari reaksi adisi antara olefin dengan benzen
Kondisi operasi : 140oC, 4 atm
Konversi : 100 % terhadap olefin
Jumlah : 1 buah
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA MASSA A−9
Gambar A.3. Reaktor Alkylasi (R-02)
Umpan masuk benzen, olefin dan parafin dengan rasio benzen dan olefin 1 :
1 s/d 100 : 1. untuk perbandingan ini diambil rasio benzen : olefin = 3 : 1 rasio ini
diambil agar benzen sisa yang akan direcycle tidak terlalu besar sedangkan olefin
(C12H24) akan habis (tak berlebih) membentuk Linear Alkyl Benzen.
• Reaksi
Reaksi pembentukan Linear Alkyl Benzen (LAB)
1. Reaksi pembentukan LAB dari 1-dodecene (olefin C12H24)
mengikuti reaksi (3) :
C12H24 + C6H6 C12H25C6H5 (3)
1-dodecene
benzen LAB
o total mol olefin = Mol 1-dodecene + Mol 1-Tetradecene
= (22,96 + 1,48) kmol
= 24.44 kmol
Perbandingan molar benzene : olefin = 3 : 1
73,33 : 24,44
Aliran 17
Aliran 18
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA MASSA A−10
o Mol 1-dodecene (olefin C12) mula-mula = 22,96 kmol
o Masa 1-dodecene (olefin C12) mula-mula = 22,96 x 168
= 3856.95 kg
o Mol LAB yang terbentuk = (1/1) x mol olefin C12
= (1/1) x 22,96 kmol
= 22,96 kmol
o Masa LAB yang terbentuk = 22,96 x 246
= 5647.68 kg/jam
o Mol Benzen mula-mula = Total kebutuhan bahan baku Benzen
= 73.33 kmol
o Masa Benzen mula-mula = 73.33 x 78
= 5719.36 kg
o Mol Benzen bereaksi = mol LAB terbentuk
= 22,96 kmol
o Masa Benzen bereaksi = 22,96 x 78
= 1790.73 kg
o Mol Benzen sisa = Benzen mula-mula - Benzen bereaksi
= (73.33 - 22,96) kmol
= 50.37 kmol
o Masa Benzen sisa = 50.37 kmol x 78 kg/kmol
= 3928.63 kg
Rx1 yang terjadi :
C12H24 + C6H6 C12H25C6H5
m 22,96 73.33 -
rx 22,96 22,96 22,96 kmol
sisa 0 50.37 22,96 kmol
2. Reaksi pembentukan Heavy Alkylat dari 1-Tetradecene (olefin C14H28)
mengikuti reaksi (4) :
C14H28 + C6H6 C14H29C6H5
1-Tetradecene benzen Heavy Alkylat
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA MASSA A−11
o Mol 1-Tetradecene (olefin C14) mula-mula = 1,48 kmol
o Masa 1-Tetradecene (olefin C14) mula-mula = 1,48 x 196
= 290,80 kg
o Mol Heavy Alkylat terbentuk = (1/1) x mol olefin C14
= (1/1) x 1,48 kmol
= 1,48 kmol
o Masa Heavy Alkylat terbentuk= 1,48 x 274
= 406,52 kg/jam
o Mol Benzen mula-mula = Mol Benzen sisa rx1
= 50,37 kmol
o Masa Benzen mula-mula = 50,37 x 78
= 3928,63 kg
o Mol Benzen bereaksi = mol Heavy Alkylat terbentuk
= 1,48 kmol
o Masa Benzen bereaksi = 1,48 x 78
= 406.52 kg/jam
o Mol Benzen sisa = Benzen mula-mula - Benzen bereaksi
= (50.37 - 1,48) kmol
= 48,88 kmol
o Masa Benzen sisa = 48,88 kmol x 78 kg/kmol
= 3812,91kg
Rx2 yang terjadi :
C14H28 + C6H6 C14H29C6H5
m 1,48 50,37 -
rx 1,48 1,48 1,48
sisa 0 48,88 1,48
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA MASSA A−12
• Aliran 17
o Masa C12H26 (n-dodecane) sisa = 90,75 x 170
= 15427.81 kg/jam
o Masa 1-dodecene (olefin C12) yang terbentuk = 22,96 x 168
= 3856.95 kg/jam
o Masa C14H30 (n- Tetradecene) sisa = (7/93) x 15.427,81
= 1.161,233 kg/jam
o Masa 1-Tetradecene (olefin C14) terbentuk = 1,48 x 196 kmol
= 290,80 kg
o Massa (C6H6) make up = Total kebutuhan bahan baku Benzen –
Benzen recycle
= (5719,36 – 3812,91) kg/jam
= 1.906,45 kg/jam
o Masa Benzen recycle = 3.812,91 kg/jam
• Aliran 18
o Masa LAB yang terbentuk = 22,96 x 246
= 5647.68 kg/jam
o Masa Benzen sisa = 3812,91kg
o Masa C12H26 (n-dodecane) sisa = 90,75 x 170
= 15427.81 kg/jam
o Masa C14H30 (n- Tetradecene) sisa = 1.161,233 kg/jam
o Masa Heavy Alkylat terbentuk = 1,48 x 274
= 406,52 kg/jam
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA MASSA A−13
Tabel A.4 Neraca massa di Reaktor Alkylasi (R-02)
Masuk (kg) Keluar (kg) komponene
Aliran 17 Aliran 18
Benzen make up 3.812,91
Benzen recycle 1.906,45
C12H26 (n-dodecane) sisa 15.427,81 15.427,81
C14H30 (n- Tetradecene) sisa 1.161,233 1.161,233
LAB 5.647,68
Heavy Alkylat 406,52
Total 26.456,15 26.456,15
A.5 STRIPPER (ST-01)
Fungsi : Untuk memisahkan produk benzen dari komponen LAB,
n-parafin (C12H26 (n-dodecane) sisa ,C14H30 (n- Tetradecene)
sisa) dan Heavy Alkylat berdasarkan fasa (cair-gas)
Kondisi operasi : 124.85 oC ; 1 atm
Jumlah : 1 buah
Gambar A.4. kolom Striper (ST-01)
Produk yang diinginkan adalah benzen dengan kemurnian 100 %, asumsi
ini dilihat dari perbedaan titik didih masing – masing komponen sangat jauh
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA MASSA A−14
hanya benzen yang mempunyai titik didih paling rendah 80 oC komponen yang
lain diatas 215 oC, oleh karna itu benzen dengan pemanasan 225.98 oC akan
mudah teruapkan. Selain itu benzen akan di recycle kembali keunit Alkylasi
dimana benzen yang yang dibutuhkan harus sesui dengan spac bahan feed
alkylasi.
• Aliran 20 (Komponen masuk Striper-01)
o Masa LAB yang terbentuk = 22,96 x 246
= 5647,68 kg/jam
o Masa Benzen sisa = 3812,91kg
o Masa C12H26 (n-dodecane) sisa = 90,75 x 170
= 15.427,81 kg/jam
o Masa C14H30 (n- Tetradecene) sisa = 1.161,233 kg/jam
o Masa Heavy Alkylat terbentuk = 1,48 x 274
= 406,52 kg/jam
• Aliran 21 ( Produk Atas)
o Masa Benzen sisa = 3812,91kg
• Aliran 23 (Produk Bawah)
o Masa LAB yang terbentuk = 22,96 x 246
= 5647.68 kg/jam
o Masa C12H26 (n-dodecane) sisa = 90,75 x 170
= 15427.81 kg/jam
o Masa C14H30 (n- Tetradecene) sisa = 1.161,233 kg/jam
o Masa Heavy Alkylat terbentuk = 1,48 x 274
= 406,52 kg/jam
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA MASSA A−15
Tabel A.5 Neraca massa di STRIPPER (ST-01)
Masuk (kg) Keluar (kg) komponene
Aliran 20 Aliran 21 Aliran 23
LAB 5647,68 5647,68
Benzen sisa 3812,91 3812,91
C12H26 (n-dodecane) sisa 15.427,81 15.427,81
C14H30 (n- Tetradecene) sisa 1.161,233 1.161,233
Heavy Alkylat 406,52 406,52
Total 26.456,15 26.456,15
A.6 STRIPER (ST-02)
Fungsi : Untuk memisahkan produk n-parafin (C12H26 (n-dodecane) sisa,
C14H30 (n- Tetradecene sisa) dari komponen LAB, dan Heavy
Alkylat berdasarkan fasa (cair-gas)
Kondisi operasi : 225.98 oC ; 1 atm
Jumlah : 1 buah
Gambar A.5. kolom Striper (ST-02)
Produk yang diinginkan adalah n-parafin dengan kemurnian 100 %,
asumsi ini dilihat dari kebutuhan bahan baku yang di recycle harus sesuai dengan
spac bahan yang diinginkan yang akan dicampur kembali dengan n-parafin dari
tangki bahan baku sebelum masuk unit R-Dehidrogenasi. Selain itu n-parafin dari
perbedaan titik didih masing – masing komponen sangat jauh hanya n-parafin
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA MASSA A−16
yang mempunyai titik didih paling rendah yaitu 216 oC sedagkan komponen yang
lain diatas 327 oC, oleh karna itu dengan pemanasan 328.96 oC n-parafin akan
mudah teruapkan..
Aliran 24 (Komponen masuk Striper-02)
o Masa LAB yang terbentuk = 22,96 x 246
= 5647.68 kg/jam
o Masa C12H26 (n-dodecane) sisa = 90,75 x 170
= 15427.81 kg/jam
o Masa C14H30 (n- Tetradecene) sisa = 1.161,233 kg/jam
o Masa Heavy Alkylat terbentuk = 1,48 x 274
= 406,52 kg/jam
• Aliran 25 ( Produk Atas yaitu : n-parafin)
o Masa C12H26 (n-dodecane) sisa = 90,75 x 170
= 15427.81 kg/jam
o Masa C14H30 (n- Tetradecene) sisa = 1.161,233 kg/jam
• Aliran 26 (Produk Bawah)
o Masa LAB yang terbentuk = 22,96 x 246
= 5647.68 kg/jam
o Masa Heavy Alkylat terbentuk = 1,48 x 274
= 406,52 kg/jam
Tabel A.6 Neraca massa di STRIPPER (ST-02)
Masuk (kg) Keluar (kg) komponene
Aliran 24 Aliran 25 Aliran 26
LAB 5647,68 5647,68
C12H26 (n-dodecane) sisa 15.427,81 15.427,81
C14H30 (n- Tetradecene) sisa 1.161,233 1.161,233
Heavy Alkylat 406,52 406,52
Total 22.643,25 22.643,25
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA MASSA A−17
A.7 STRIPPER (ST-03)
Fungsi : Untuk memisahkan produk komponen LAB dari Heavy
Alkylat berdasarkan fasa (cair-gas)
Kondisi operasi : 328.96 oC ; 1 atm
Jumlah : 1 buah
Gambar A.6. kolom Striper (ST-03)
Produk yang diinginkan adalah LAB dengan kemurnian 100 %, asumsi ini
dilihat dari produk akhir yang dihasil mempunyai komposisi LAB: 96 %
minimum, H2O: 1 % Maximun dan H2SO4: 1,30 % Maximun. Jika LAB feed
masuk masih mempunyai komponen Heavy Alkylat akibatnya berdampak pada
produk akhir yang dihasilkan tidak bagus kualitasnya
• Aliran 29 (Komponen masuk Striper-03)
o Masa LAB yang terbentuk = 22,96 x 246
= 5647.68 kg/jam
o Masa Heavy Alkylat terbentuk = 1,48 x 274
= 406,52 kg/jam
• Aliran 32 ( Produk Atas yaitu : LAB)
o Masa LAB yang terbentuk = 22,96 x 246
= 5647.68 kg/jam
• Aliran 30 (Produk Bawah)
o Masa Heavy Alkylat terbentuk = 1,48 x 274
= 406,52 kg/jam
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA MASSA A−18
Tabel A.7 Neraca massa di STRIPPER (ST-03)
Masuk (kg) Keluar (kg) komponene
Aliran 29 Aliran 30 Aliran 32
LAB 5647,68 5647,68
Heavy Alkylat 406,52 406,52
Total 6.054,20 6.054,20
A.8 VAPORIZER ( V – 01 )
Fungsi : Menguapkan fasa bahan baku SO3 cair menjadi SO3
uap yang akan masuk ke reaktor.
Kondisi operasi : 45 oC ; 1 atm
Jumlah : 1 buah
Gambar A.7. Vaporizer (V-01)
Menurut Riegel perbandingan SO3 uap dengan LAB adalah dalam kmol
= 1.03 : 1 adalah = 23,65 : 22,96
Feed masuk Vaporizer adalah berasal dari tengki bahan baku dengan kebutuhan
SO3 adalah = 23,65 x BMSO3
= 23,65 x 80 kg/kmol
= 1891,74 kg/jam
feed masuk vaporizer sebesar 1891.74 kg/jam di uapkan semua menuju reaktor
Sulfonasi
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA MASSA A−19
Tabel A.8 Neraca massa di VAPORIZER (V – 01)
Masuk (kg) Keluar (kg) komponene
Aliran 41 Aliran 42
SO3 cair 1.891,74
SO3 uap 1.891,74
Total 1.891,74 1.891,74
A.9. PENGERING UDARA
Fungsi : Menyaring dan mengeringkan udara
Gambar A.8. Pengering udara (PU-01)
Menurut Riegel Perbandingan Volume Udara Kering dengan SO3 = 93 % : 7 %
Maka Udara masuk = 93/7 x SO3 uap
= 93/7 x 23,65
= 314,16 kmol
Massa Udara Kering = 314,16 x BM
= 314,16 x 29
= 9.110,77 kg/jam
Udara masuk pada suhu = 45 oC
Relatif humidity Rh = 0.60
Aliran 43
Aliran 45
PU
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA MASSA A−20
Ya = 0.017b moisture/lb dry air
udara masuk = udara kering + (udara kering x Ya) kg udara basah /jam
Jadi udara basah masuk = 9.110,77 + ( 9110.77 x 0.017 )
= 9.265,65 kg udara basah/jam
Air yang hilang = udara basah masuk - Udara Kering
= 9.265,65 - 9.110,77
= 154,88 kg /jam
Tabel A.9 Neraca massa di Pengering Udara
Masuk (kg) Keluar (kg) komponene
Aliran 45 Aliran 43
Udara basah 9.265,65
Udara kering 9.110,77
Air yang hilang 154,88
Total 9.265,65 9.265,65
A.10 REAKTOR SULFONASI ( R – 03 )
Fungsi : Tempat terjadinya Menguapkan fasa bahan baku SO3 cair
menjadi SO3 uap yang akan masuk ke reaktor.
Kondisi operasi : 45 oC ; 1 atm
Jumlah : 1 buah
Gambar A.9. Reaktor Sulfonasi (R-03)
Aliran 44
Aliran 34
Aliran 35
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA MASSA A−21
Menurut Riegel konversi pada R-Sulfonasi adalah = 99 %
• Reaksi
Reaksi pembentukan Linear Alkyl Benzene Sulphonate Acid (HLAS) dari LAB
dengan Sulfur Trioxide (C12H25.C6H4.SO3H) mengikuti reaksi (5) :
C6H5C12H25 + SO3 C12H25.C6H4.SO3H (5) LAB Sulfur Trioxide HLAS
o Masa LAB yang terbentuk berasal dai Striper (S-03) = 22,96 x 246
= 5647,68 kg/jam
o Mol LAB yang bereaksi = 99% x 22,96
= 22,68 kmol
o Masa LAB yang bereaksi = 22.68 kmol x 246 kg/kmol
= 5.579,41 kg
o Mol LAB yang sisa = Mol LAB mula-mula – Mol LAB bereaksi
= (22,96 – 22.68) kmol
= 0,28 kmol
o Masa LAB yang sisa = 0,28 kmol x BMLAB
= 0,28 kmol x 246
= 68,28 kmol
o Mol HLAS yang terbentuk = Mol LAB yang bereaksi
= 22,68 kmol
o Masa HLAS yang terbentuk = 22,68 x BMHLAS
= 22,68 x 326
= 7393.84
o Mol SO3 mula –mula = 1,03 x mol LAB mula – mula
= 1,03 x 22,96 kmol
= 23.65 kmol
o Masa SO3 mula –mula = 23,65 x BMSO3
= 23,65 x 80 kg/kmol
= 1891,74 kg/jam
o Mol SO3 yang bereaksi = Mol HLAS yang terbentuk
= 22,68 kmol
o Masa SO3 bereaksi = 22,68 x BMSO3
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA MASSA A−22
= 22,68 kmol x 80 kg/kmol
= 1814.43 kg
o Masa SO3 sisa = Masal SO3 mula – Masa SO3 bereaksi
= (1891,74 – 1814.43) kg
= 77.30 kg
Maka reaksi yang terjadi :
C6H5C12H25 + SO3 C12H25.C6H4.SO3H
m 22,96 23.65 -
rx 22,68 22,68 22,68
sisa 0.28 0.97 22,68
Tabel A.10 Neraca massa di Reaktor Sulfonasi (R-03)
Masuk (kg) Keluar (kg) komponene
Aliran 34 Aliran 44 Aliran 35
C6H5C12H25 5.647,68 68,28
SO3 1.891,74 77,30
Udara kering 9.110,77 9.110.77
C12H25.C6H4.SO3H 7.393,84
Total 16.650,19 16.650,19
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA MASSA A−23
A.11 SEPARATOR (S - 02)
Fungsi : Memisahkan SO3 uap sebagian
Kondisi operasi : 455oC ; 1 atm
Jumlah : 1 buah
Gambar A.10. Separator (S-02)
Dari Simulation Chemical engineering Sofware (Hysy) pada shu 45 oC tekanan 1
atm Kemurnian produk SO3 (aliran 36) adalah sebesar 20%
• Aliran 36
o Masa SO3 = Masal SO3 mula – Masa SO3 bereaksi
= (1891,74 – 1814,43) kg
= 77,30 kg
o Masa SO3 20 % = 20 % x Masal SO3 mula-mula
= 20 % x 77,30 kg
= 15,46 kg
• Masa SO3 80 % = Masa SO3 – Masa SO3 20 %
= (77,30 – 15,46) kg
= 61,84 kg
Aliran 35
Aliran 36
Aliran 38
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA MASSA A−24
Tabel A.11 Neraca massa di Separator (S-02)
Masuk (kg) Keluar (kg) komponene
Aliran 35 Aliran 36 Aliran 38
SO3 77,30 15,46 61,84
Udara kering 9.110.77 9.110.77
C12H25.C6H4.SO3H 7.393,84 7.393,84
C6H5C12H25 68,28 68,28
Total 16.650,19 16.650,19
A.12 STABILIZER WATER ( SW – 01 )
Fungsi : Untuk mencuci asam dari SO3 dengan H2O dan menstabilsasi
hasil produk yang di inginkan
Kondisi operasi : 45 oC ; 1 atm
Jumlah : 1 buah
Gambar A.10. Stabilizer water (SW - 01)
SO3 sisa dari proses sulfonasi akan di stabilkan dengan H2O 0.5 %
menjadi H2SO4 dimana H2SO4 yang diijinkan komposisinya adalah maksimal
1,30 %.
Aliran 39
Aliran 38
Aliran 40
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA MASSA A−25
• Reaksi
Reaksi pembentukan H2SO4 dari SO3 dengan H2O mengikuti reaksi (6) :
SO3 + H2O H2SO4 (6) Sulfur Trioxide air sulfur acid
o Kapasitas produksi = 7.575,76 kg/jam
o Masa H2SO4 diinginkan = H2SO4 yang terbentuk
= 1 % x Kapasitas produksi
= 1 % x 7.575,76 kg/jam
= 75,76 kg
o Mol H2SO4 diinginkan = 75,76 kg / BMH2SO4
= 75,76 kg / 98
= 0,77 kmol
o Masa H2O diinginkan = Masa H2O sisa
= 0.5 % x Kapasitas produksi
= 20 % x 7.575,76 kg
= 37,88 kg
o Mol H2O yang dibutuhkan = mol sisa H2O
= 37.88 / 18
= 2,10 kmol
o Mol H2O yang bereaksi = Mol H2SO4 diinginkan
= 0,77 kmol
o Masa H2O yang bereaksi = 13,95 kg
o Total kebutuhan H2O = Mol H2SO4 diinginkan + Mol H2O rx
= 2,10 kmol + 0,77 kmol
= 2,88 kmol
o Maka kebutuhan H2O = 2,88 kmol x BMH2O
= 2,88 x 18
= 51.79 kg
o Masa HLAS yang terbentuk = Masa Hlas yang berasal dari R-Sulfonasi
= 22,68 x BMHLAS
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA MASSA A−26
= 22,68 x 326
= 7393.84 kg
o Masa LAB yang sisa = 0,28 kmol x BMLAB
= 0,28 kmol x 246
= 68,28 kmol
Asumsi komposisi H2SO4 yang diambil adalah 1 % dari kapasitas pabrik,
tujuannya agar tidak adanya SO3 sisa yang akan mempengaruhi kualitas produk
akhir yang diinginkan
Reaksi yang terjadi :
SO3 + H2O H2SO4
m 0.77 2,88 -
rx 0.77 0,77 0.77
sisa 0 2,10 0.77
Tabel A.12 Neraca Masa Stabilizer Water
Masuk (kg) Keluar (kg) Komponen
Aliran 38 Aliran 39 Aliran 40
H2O 51.79 37,88
SO3 61,84
H2SO4 75,76
LAB 68,28 68,28
HLAS 7393,84 7393,84
Total 7.575,76 7.575,76
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA MASSA A−27
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN NERACA ENERGI
• Basis perhitungan : 1 jam
• Panas yang dibawa oleh bahan dihitung menggunakan persamaan:
∆H = n . ∫T
T f
dTCpRe
.
∆H = ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
−+−+−+−+− 5ref
54ref
43ref
32ref
2ref TT
5
ETT
4
DTT
3
CTT
2
BTTAn
Dimana,
∆H = Panas yang dibawa bahan (kJ)
n = Mol bahan (kmol)
T = Temperatur bahan (K)
TRef = Temperatur referensi 25oC = 298,15 K
Cp = Kapasitas panas bahan (kJ/kmol.K)
A,B,C,D,E = Koefisien regresi (kJ/kmol.K)
Tabel B-01. Konstanta Kapasitas panas (Cp) untuk Dowtherm A
Komponen A B C D
(C6H5)2O 109.032 1.19E+00 -2.58E-03 2.30E-06
(C6H5)2 27.519 1.54E+00 -3.16E-03 2.58E-06
Sumber: Chemical Properties Hand Book’s”McGraw-Hill”
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−2
Tabel B-02. Konstanta kapasitas panas untuk gas (Cp).
Komponen A B C D E
heavy alkylate (C20H34) 212.231 2.1300E-02 -1.7560E-02 3.8122E-06 3.2190E-10
n-Dodecylbenzenee/LAB (C18H30)
106.695 7.7940E-01 5.8463E-04 -9.4160E-07 3.0390E-10
paraffin / n-tetra decane C14 (C14H30)
115.502 6.0880E-01 6.8040E-04 -9.7090E-07 3.0756E-10
olefin/ 1- tetra decane C14 (C14H28)
167.903 3.1544E-01 1.0739E-03 -1.2000E-06 3.6046E-10
Paraffin C12 (C12H26) Dodecene
71.498 7.2559E-01 1.1553E-04 -4.1190E-07 1.4140E-10
olefin/ 1 1 dodecane C12 (C12H24)
83.102 6.2740E-01 2.2136E-04 -4.7930E-07 1.5890E-10
benzenee (C6H6) -31.368 4.7600E-01 -3.1137E-04 8.5237E-08 -5.0524E-12
SO3 22.466 1.1980E-01 -9.0840E-05 2.5503E-08 -7.9020E-13
H2SO4 26.004 7.0370E-01 -1.3856E-03 1.0342E-06 -4.6870E+11
H2O 33.933 -8.4180E-03 2.9906E-05 -1.7825E-08 3.6930E-12
H2 25.399 2.0178E-02 -3.8546E-05 3.1880E-08 -8.7585E-12
Sumber: Chemical Properties Hand Book’s”McGraw-Hill”
Tabel B-03. Konstanta kapasitas panas untuk liquid (Cp).
Komponen A B C D
heavy alkylate (C20H34) 206.361 1.9900E+02 -1.3300E-03 4.4220E-06
n-Dodecylbenzenee/LAB (C18H30) 202.922 2.0826E+01 -4.5470E-03 4.2038E-06
paraffin / n-tetra decane C14 (C14H30)
111.814 2.2090E+00 -5.2250E-03 5.0865E-06
olefin/ 1- tetra decane C14 (C14H28) 135.178 2.0930E+00 -5.0407E-03 5.0893E-06
Paraffin C12 (C12H26) Dodecene 84.485 2.3580E+00 -5.0980E-03 5.2186E-06
olefin/ 1 1 dodecane C12 (C12H24) 129.203 1.5840E+00 -4.0461E-03 4.3850E-06
benzenee (C6H6) -31.662 1.3043E+00 -3.6078E-03 3.8243E-06
SO3 5064.851 4.1900E+01 1.1950E-01 1.1117E-04
H2SO4 26.004 7.0370E-01 -1.3850E-03 1.0342E-06
H2O 92.053 -3.9950E+01 -2.1100E-04 5.3469E-07
H2 50.607 -6.1136E+00 3.0930E-01 -4.1470E-03
Sumber: Chemical Properties Hand Book’s ”McGraw-Hill”
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−3
B.1 Neraca Energi Pada Unit Produksi Mono-Olefin
B.1.1 Neraca Energi Pada Tri Valve
Keterangan :
Pada tri valve terjadi pencampuran bahan baku dari tangki penampungan
pada suhu 30oC dengan n-paraffin recycle dari unit stripper (ST-02) pada suhu
30oC. bahan keluar dari Reaktor (R-01) panasnya dimanfaatkan untuk
memanaskan bahan hasil dari tri valve, melalui Heat Exchanger (HE-01). Pada
tri valve tidak terjadi perubahan temperatur dan tekanan. Suhu keluar tri valve
tetap 30oC
A. Energi Masuk = Energi Keluar
Aliran 1 + Aliran 27 = Aliran 2
Keterangan :
Karena pada tri valve tidak terjadi perubahan suhu, maka energi masuk
trivalve pada aliran 1 dan aliran 2 ini tetap sama dengan energi keluar tri valve
pada suhu kamar (30oC).
T masuk = 30 oC
T referensi = 25 oC
Contoh perhitungan entalpi (∆H) untuk n-paraffin (C12H26)cair Pada T = 303 K :
Dengan nilai:
A = 84.485 D = 5.2186E-06
B = 2.3580E+00 n = 113,71 kmol
C = -5.0980E-03
∆H = n . ∫303
298
dTCp
∫303
298
dTCp = ( ) ( ) ( ) ( ) ( )5ref
54ref
43ref
32ref
2 TT5E
TT4D
TT3C
TT2B
TrefTA −+−+−+−+−
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−4
∫303
298
dTCp = [84.485 (303-298)]– [2.3580E+00.1/2(3032–2982)] + [-5.0980E-031/3 (3033–
2983)] – [5.2186E-061/4(3034–2984)] = 2.371,60 kJ/kmol
∆H = n . ∫303
298
dTCp
= 113,71 kmol x 2.371,60 kJ/kmol
= 269.674,56 kJ
Tabel B-04. Energi masuk pada aliran 1 dan 27 ( Energi keluar pada aliran 2)
Komponen Massa masuk
(kmol/jam) ∫
303
298
dTCp ∆H = n . ∫303
298
dTCp (kJ)
Paraffin C12 Dodecene 113,71 1.887,451 214.621,851
Paraffin C14
(n-tetra decane) 7,35 2.209,110 16.233,572
Total 230.855,421
Tabel B-05. Resume Neraca Energi Di tri valve (T-01)
Komponen Hin (kJ) Hout (kJ)
Hin (aliran 1 + 27) 230.855,421
Hout 230.855,421
Total 230.855,421 230.855,421
B.1.2 Neraca Energi Pada Heat Exchanger (HE - 01)
Fungsi : menaikan temperatur bahan dari 30 oC sampai 333,52 oC
Keterangan :
Temperatur bahan (fluida dingin) masuk adalah n-paraffin keluaran dari
tri valve pada suhu 30oC setelah melewati HE suhu akan naik menjadi 333,52 oC
temperatur yang dihasilkan ini beradasarkan trial and error. Sedangkan fluida
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−5
panas yang meninggalkan HE mempunyai temperatur turun mencapai 333,52 oC
(asumsi dari perkalian farksi mol dengan titik didih masing-masingnya
”Antoine”).
A. Energi Masuk HE
1. Energi masuk HE fluida dingin adalah sama dengan energi yang keluar dari tri
valve tidak terjadi perubahan suhu, maka energi masuk HE pada aliran 2 ini tetap
sama dengan energi keluar pada suhu kamar (30oC).
T masuk = 30 oC
T referensi = 25 oC
Tabel B-06. Energi masuk pada aliran aliran 2
Komponen Massa masuk
(kmol/jam) ∫
303
298
dTCp ∆H = n . ∫303
298
dTCp (kJ)
Paraffin C12 (Dodecene) 113,71 1,887.45 214.621,851
paraffin / n-tetra decane C14
7,35 2,209.11 16.233,572
Total 230.855,421
2. Energi masuk HE fluida panas pada suhu 465,5 oC adalah energi yang keluar
dari reaktor dehidrogenasi dalam fase gas pada aliran 6.
T masuk = 465,5 oC
T referensi = 25 oC
Contoh perhitungan entalpi (∆H) untuk n-paraffin (C12H26)gas Pada
T = 738,50 K :
Dengan nilai:
A = 71,498 D = -4,1190E-07
B = 7,2559E-01 E = 1,4140E-10
C = 1,1553E-04 n = 90,75 kmol
∆Hin = n . ∫50,738
298
dTCp
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−6
∫50,738
298
dTCp = ( ) ( ) ( ) ( ) ( )5ref
54ref
43ref
32ref
2 TT5E
TT4D
TT3C
TT2B
TrefTA −+−+−+−+−
∫50,738
298
dTCp =[71,498(738,50-298)]+[7,2559E-01.1/2(738,502–2982)]+[1,1553E-041/3
(465.53–2983)] – [4,1190E-071/4(465.54–2984) + 1,4140E-101/5 (465.55–
2985)]
= 187.959,09 kJ/kmol
∆Hin = n . ∫5.465
298
dTCp
= 90,75 kmol x 187.959,09 kJ/kmol
= 17.057.629,83 kJ
Tabel B-07. Energi masuk HE pada aliran aliran 6
Komponen Massa masuk
(mol/jam) ∫
303
298
dTCp ∆H = n . ∫303
298
dTCp (kJ)
Paraffin C12 (C12H26) Dodecene 90,75 187,959.09 17.057.629,83
paraffin / n-tetra decane C14 (C14H30)
5,86 218,290.98 1.280.235,82
olefin/ 1- tetra decane C14 (C14H28)
22,96 179,811.17 4.128.113,85
olefin/ 1 1 dodecane C12 (C12H24)
1,48 209,475.75 310.790,39
H2 266,56 12,886.80 3.435.085,86
Total
26.211.855,75
B. Energi Keluar HE
1. Energi keluar HE aliran 7. fluida panas tetap dalam fase gas suhunya akan
turun dari 465,5oC sampai pada suhu 206,5oC,
T keluar = 206,5 oC
T referensi = 25 oC
Contoh perhitungan entalpi (∆H) untuk n-paraffin (C12H26)gas Pada
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−7
T = 479,25 K :
Dengan nilai:
A = 71,498 D = -4,1190E-07
B = 7,2559E-01 E = 1,4140E-10
C = 1,1553E-04 n = 90,75 kmol
∆Hout = n . ∫ 479,25
298
dTCp
∫ 479,25
298
dTCp = ( ) ( ) ( ) ( ) ( )5ref
54ref
43ref
32ref
2 TT5E
TT4D
TT3C
TT2B
TrefTA −+−+−+−+−
∫ 479,25
298
dTCp =[71,498(479,25-298)]+[7,2559E-01.1/2(479,252–2982)]+[1,1553E-041/3
(479,253–2983)] – [4,1190E-071/4(479,254–2984) + 1,4140E-101/5 (479,255–
2985)]
= 187.959,09 kJ/kmol
∆Hout = n . ∫5.465
298
dTCp
= 90,75 kmol x 63.318,26 kJ/kmol
= 5.746.247,93 kJ
Tabel B-08. Energi keluar HE pada aliran 7
Komponen Massa masuk
(mol/jam) ∫
303
298
dTCp ∆H = n . ∫303
298
dTCp (kJ)
Paraffin C12 (C12H26) Dodecene 90,75 63.318,26 5.746.247,93
paraffin / n-tetra decane C14 (C14H30)
5,86 73.302,77 429.907,05
olefin/ 1- tetra decane C14 (C14H28)
22,96 60.778,84 1.395.363,73
olefin/ 1 1 dodecane C12 (C12H24)
1,48 70.776.40 105.007,98
H2 266,56 5.268.13 1.404.264,55
Total 9.080.791,25
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−8
2. Energi keluar HE pada aliran 3 fluida dingin suhunya akan naik dari 30oC
sampai pada suhu 333,52 oC. (trial and error)
T keluar = 277,53oC
T referensi = 25 oC
n total = 121,06 kmol
H3 = H2+H5 – H6
= (285.908,13 + 26.211.855,75) – 9.080.791,25
= 17,416,972.63 Kj
∫=errorandtrial
dTCp298
n H
n
HdTCp
errorandtrial
=∫298
= 17,416,972.63 Kj
121,06
∫errorandtrial
mix dTCp298
= 143.872,55 Kj /kmol
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) 55,872.1435432
55443322 =−+−+−+−+− referrorreferrorreferrorreferrrerro TTE
TTD
TTC
TTB
TrefrTA
Dari perhitungan di software excel Didapat Terror = 333,52 oC
Tabel B-09. Energi keluar HE pada aliran 3
Komponen Massa masuk
(mol/jam) ∫
303
298
dTCp ∆H = n . ∫303
298
dTCp (kJ)
Paraffin C12 (C12H26)
Dodecene 113,71 142.199,39 16.169.474,61
paraffin / n-tetra decane
C14 (C14H30) 7,35 162.270,64 1.192.036,46
Total 17.361.511,08
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−9
Tabel B-10. Resume Neraca Energi Di HE-01
Aliran Hin (kJ) Hout (kJ)
H fluida dingin masuk HE-01 230.855,42
H fluida dingin keluar HE-01 17.361.511,08
H fluida panas masuk HE-01 26.211.857,39
H fluida panas keluar HE-01 9.080.797,10
Total 26,442,712.80 26,442,712.80
B.1.3 Neraca Energi Pada Fired Heater (FH - 01)
Fungsi : menaikan temperatur bahan sekaligus merubah fase cair jadi gas
dari 333,52 oC menjadi 465,5oC
Keterangan :
Energi masuk fired heater sama dengan Energi keluar HE pada aliran 3.
Temperatur bahan keluar HE-01 tidaklah cukup untuk mencapai kondisi operasi
pada reaktor dehidrogenasi oleh sebab itu dilakukan pemanasan lebih lanjut
dengan memakai Fired Heater, diinginkan suhu keluar mencapai 465,5 oC
A. Energi Masuk Fired Heater
T masuk = 333,52 oC
T referensi = 25 oC
Contoh perhitungan entalpi (∆H) untuk n-paraffin (C12H26)gas Pada
T = 608,52 K :
Dengan nilai:
A = 71,498 D = -4,1190E-07
B = 7,2559E-01 E = 1,4140E-10
C = 1,1553E-04 n = 113.71 kmol
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−10
∆Hin = n . ∫52,608
298
dTCp
∫52,608
298
dTCp = ( ) ( ) ( ) ( ) ( )5ref
54ref
43ref
32ref
2 TT5E
TT4D
TT3C
TT2B
TrefTA −+−+−+−+−
∫52,608
298
dTCp =[71,498(550,53-298)]+[7,2559E-01.1/2(550,532–2982)]+[1,1553E-041/3
(550,533–2983)] – [4,1190E-071/4(550,534–2984) + 1,4140E-101/5 (550,535–
2985)]
= 144.951,76 kJ/kmol
∆Hin = n . ∫52,608
298
dTCp
= 113,71 kmol x 144,951.76 kJ/kmol
= 16.482.446,65 kJ
Tabel B-11. Energi masuk Fired Heater pada aliran 3
Komponen Massa masuk
(mol/jam) ∫
52,608
298
dTCp ∆H = n . ∫
52,608
298
dTCp (kJ)
Paraffin C12 (C12H26) Dodecene
113,71 142.199,39 16.169.474,61
paraffin / n-tetra decane C14 (C14H30)
7,35 162.270,64 1.192.036,46
Total
17.361.511,08
B. Energi Keluar Fired Heater
T keluar = 465,5oC
T referensi = 25 oC
Contoh perhitungan entalpi (∆H) untuk n-paraffin (C12H26)gas Pada
T = 738,5 oK :
Dengan nilai:
A = 71,498 D = -4,1190E-07
B = 7,2559E-01 E = 1,4140E-10
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−11
C = 1,1553E-04 n = 113.71 kmol
∆Hout = n . ∫738,5
298
dTCp
∫738,5
298
dTCp = ( ) ( ) ( ) ( ) ( )5ref
54ref
43ref
32ref
2 TT5E
TT4D
TT3C
TT2B
TrefTA −+−+−+−+−
∫738,5
298
dTCp =[71,498(738,5-298)]+[7,2559E-01.1/2(738,52–2982)]+[1,1553E-041/3 (738,53–
2983)] – [4,1190E-071/4(738,54–2984) + 1,4140E-101/5 (738,55–2985)]
= 187.938,54 kJ/kmol
∆Hout = n . ∫738,5
298
dTCp
= 113,71 kmol x 187.938.54 kJ/kmol
= 21.370.467,76 kJ
Tabel B-12. Energi keluar Fired Heater pada aliran 4
Komponen Massa masuk
(mol/jam) ∫738,5
298
dTCp ∆H = n . ∫
738,5
298
dTCp (kJ)
Paraffin C12H26 Dodecene
113,71 187.959,09 21.372.804,04
paraffin / n-tetra decane C14H30
7,35 218.298,59 1.604.160,89
Total 22.976.965,205
PERHITUNGAN PANAS LATEN PENGUAPAN ( Qv )
a. menghitung panas penguapan pada normal boiling point (Hv)
Komponen m (kg) fraksi Td (K) Td campuran (K)
C12H26 (paraffin C12) 19,330.68 0.93 489.00 454.78
C14H30 (paraffin C14) 1,454.50 0.07 526.51 36.84
Total 20,785.18 1.00 491.62
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−12
Hv = A(1-T/Tc)n
pada T = 491.62 K Komponen A Tc n Hv
C12H26 (paraffin C12) 77166 658.2 0.407 44.111,28
C14H30 (paraffin C14) 86885 692.4 0.418 51.785,51
λ = λ nbp x ( Tc - T / Tc - Tnbp ) 0,38
Dimana :
λ vap = Panas pengupan pada suhu (606,52 oK)
λ nbp (Hv) = Panas pengupan pada normal boiling point
Tc = Temperatur kritis
Tnbp = Temperatur normal boiling point (491,62 oK)
T = 318 oK
Maka : Qv = x ( fraksi mol ) . λ
Komponen n
(kmol/jam)
x
(fraksimol)
λ nbp
(kJ/kmol)
λ
(kJ/kmol) Qv (kJ)
C12H26 (paraffin C12) 113,71 0,9393 44.111,28 57.862,454 54.351,21
C14H30 (paraffin C14) 7,35 0,0607 51.785,51 65.621,499 3.982,08
Total 121.056 1 58.333,29
Jadi jumlah panas laten penguapan ( Qv ) = 58.333,29 kJ/kmol
H sensibel
T keluar = 465,50 oC (738,50 oK)
T masuk = 333,52 C (606,52 oK)
Komponen
Massa
(kg)
BM
(kg/kmol)
n
(kmol)
∫ Cp dt
(kJ/kmol) H (kJ)
C12H26 (paraffin C12) 19.330,68 170 113,71 98.062.31 11.150.653,29
C14H30 (paraffin C14) 1.454,50 198 7,35 104.089,05 764.635,87
Total 20.785,18 11.915.289,16
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−13
Panas yang diperlukan di fired heater = Q
Panas yang masuk = Panas yang keluar
Hin + Q = Hout + Qv + Hsensibel
17.361.511,08 + Q = 22.976.965,205 + 58.333,29 +11.915.289,16
Q = 23.888,912 kJ
= 22.642.318,93 BTU /jam
Kebutuhan Bahan Bakar
Fuel gas berupa gas solar
Massa bahan bakar = Q
ή x Hv
diketahui :
Hv = Heating valve solar =19200
ή = Efisiensi Pembakaran = 0,85 %
Massa bahan bakar = Q
ή x Hv
22.642.318,93
0,85 x 19920
= 1.572,4 lb/Jam
Jadi massa bahan bakar (solar) = 713,22 kg
Tabel B-13. Resume Neraca Energi Di FH-01
Aliran Hin (kJ) Hout (kJ)
Hin 17.361.511,08
Hout 22.976.965,205
Panas laten dan sensibel 11,973,622.45
Beban Fired Heater 22.642.318,93
Total 41.250.422,69 41.250.422,69
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−14
B.1.4 Neraca Energi Reaktor Dehidrogenasi (R-01)
Fungsi : Tempat terjadinya reaksi pembentukan mono-olefin dari reaksi
adisi normal-paraffin dengan bantuan katalis
kodisi operasi : 465,5 oC ; 1 atm
Keterangan :
Pada unit ini n-paraffin dikonversi menjadi mono-olefin, dimana dua atom
H dari paraffin dilepas sehingga n-paraffin menjadi mono-olefin.
A. Energi Masuk Reaktor Dehidrogenasi
1. Energi Masuk Reaktor Dehidrogenasi adalah energi yang keluar dari fired
heater pada aliran 4.
T masuk = 465,5oC
T referensi = 25 oC
Tabel B-14. Energi Masuk Reaktor Dehidrogenasi pada aliran 5
Komponen Massa masuk
(mol/jam) ∫
303
298
dTCp ∆H = n . ∫303
298
dTCp (kJ)
Paraffin C12 (C12H26) Dodecene
113,71 187.959,09 21.372.804,04
paraffin / n-tetra decane C14 (C14H30)
7,35 218.298,59 1.604.160,89
H2 242,117 8.471,43 2.051.074,41
Total 25.028.039,34
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−15
B. Perhitungan Panas Reaksi
1. Panas reaksi 1 ( Hr1)
Reaksi : C12H26 C12 H24 + H2
Reaktan kmol/jam Produk kmol/jam
C12 H24 22.96 C12H26 113.71
H2 22.96
Jumlah 113.71 Jumlah 45,92
Hof C12H26 = -290.87 kJ/kmol
Hof C12 H24 = -165.35 kJ/kmol
Hof H2 = 0 kJ/kmol
Perhitungan Hr1
Hr1 = (n x Hof)produk - (n x Hof)reaktan
= [ (n x Hof C12 H24) + (n x Hof H2) ] - [ (n x Hof C12 H24) ]
= (-3.796.113,63+ 0 ] - [-6.677.808,12]
= 2.881.694,48 kJ/kmol
B. Panas reaksi 2 ( Hr2)
Reaksi : C14H30 C14H28 + H2
Reaktan Mol/jam Produk mol/jam
C14H28 1,48 C14H30
7,35
H2 266,56
Jumlah 7,35 Jumlah 273.91
HofC14H30 = -332,13 kJ/kmol
Hof C14H28 = -206,52 kJ/kmol
Hof H2 = 0 kJ/kmol
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−16
Perhitungan Hr2
Hr2 = (n x Hof)produk - (n x Hof)reaktan
= [(n x Hof C14H28) + (n x Hof H2 )] - [(n x Hof C14H30)]
= [-306.405,07 + 0 ]- [-492.767,36]
= 186,362.29 kJ/kmol
maka Hrtotal = Hr1 + Hr2
= 2.881.694,48 + 186,362.29
= 3.068.056,78 kJ kJ/kmol
Keterangan :
Karena Hrtotal berharga positif, maka reaksi di atas termasuk reaksi
endotermis yang berarti reaksi tersebut membutuhkan panas.
C. Energi Keluar Reaktor Dehidrogenasi
Energi Keluar Reaktor Dehidrogenasi pada aliran 6.
T masuk = 465,5oC
T referensi = 25 oC
Contoh perhitungan entalpi (∆H) untuk mono-olefin (C12H24)gas Pada
T = 738,5 oK :
Dengan nilai:
A = 83.102 D = -4.7930E-07
B = 6.2740E-01 E = 1.5890E-10
C = 2.2136E-04 n = 22,96 kmol
∆Hout = n . ∫738,5
298
dTCp
∫738,5
298
dTCp = ( ) ( ) ( ) ( ) ( )5ref
54ref
43ref
32ref
2 TT5E
TT4D
TT3C
TT2B
TrefTA −+−+−+−+−
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−17
∫738,5
298
dTCp =[83.102 (738,5-298)]+[6.2740E-01.1/2(738,52–2982)]+[2.2136E-041/3 (738,53–
2983)] – [-4.7930E-071/4(738,54–2984) + 1.5890E-10/5 (738,55–2985)]
= 179,811.17 kJ/kmol
∆Hout = n . ∫738,5
298
dTCp
= 22,96 kmol x 187.938,54 kJ/kmol
= 4.128.113,85 kJ
Tabel B-15. Energi Keluar Reaktor Dehidrogenasi pada aliran 6
Komponen
Massa
masuk
(mol/jam)
∫738,5
298
dTCp ∆H = n . ∫
738,5
298
dTCp (kJ)
Paraffin C12 (C12H26) Dodecene 90,75 187,959.09 17.057.629,83
paraffin / n-tetra decane C14 (C14H30)
5,86 218,290.98 1.280.235,82
olefin/ 1- tetra decane C14 (C14H28)
1,48 179,811.17 4.128.113,85
olefin/ 1 1 dodecane C12 (C12H24)
22,96 209,475.75 310.790,39
H2 266,56 12,886.80 3.435.085,86
Total
26.211.855,75
D. Perhitungan Beban Pemanas Pemanas
H in total + Q pemanas = H out total + Hr total
25.027.983,46 + Q pemanas = 26.211.855,75 + 31.412,92
Q pemanas = 4.251.874,82 kJ
E. Kebutuhan Dowtherm A sebagai pemanas
Pendingin yang digunakan adalah dowtherm dengan campuran dari
biphenyl (C12H10) dengan diphenyl oxide (C12H10O) (Trademark of The Dow
Chemical Company ("Dow"))
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−18
Tabel B-16. Konstanta Kapasitas panas (Cp)
Komponen A B C D
(C6H5)2O 109.032 1.19E+00 -2.58E-03 2.30E-06
(C6H5)2 27.519 1.54E+00 -3.16E-03 2.58E-06
Sumber: Chemical Properties Hand Book’s”McGraw-Hill”
Contoh : perhitingan Cp pada (C6H5)2O
Tin = Tref untuk dowtherm = 510 oC (783 oK)
Tout = 470 oC (743,00 oK)
Hout = n . ∫
783
743
dTCp
∫783
743
dTCp = ( ) ( ) ( ) ( ) ( )5ref
54ref
43ref
32ref
2 TT5E
TT4D
TT3C
TT2B
TrefTA −+−+−+−+−
∫783
743
dTCp =[109.032 (473-303)]+[ 1.19E+00.1/2(4732–3032)]+[ -2.58E-031/3 (4733–
3033)] – [2.30E-06/4(4734–3034)]
= 5,40 x 1004 kJ/kmol
Tabel B-17. Kapasitas panas Dowtherm (Cp)
Komponen Fraksi mol ∫783
743
dTCp
(C6H5)2O 0,5 8715.158
(C6H5)2 0,5 7124.788
Total 15.839,945
∫783
743
dTCp = 15.839,945 kJ/kmol
QC = n ∫783
743
dTCp
4.251.874,82 kJ = n 15.839,945 kJ/kmol
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−19
= 4.251.874,821 kJ
15.839,945 kJ/kmol
n = 268,43 kmol
Maka massa yang di butuhkan oleh dowtherm A adalah
Massa dowtherm A = n x BMrata2
Massa dowtherm A = 268,43 x 166
= 44.558,94 kg/jam
Tabel B-18. Resume Neraca Energi Di R-01
Aliran Hin (kJ) Hout (kJ)
Hin 25.027.983,46
Hout 26.211.855,75
Hr total 3.068.056,78
Q Pemanas 4.251.874,82
Total 2.927.9914,161 2.927.9914,161
B.1.5 KONDENSOR SUB COOLER (CDC)
Fungsi : menurunkan temperatur dari 206,5 oC sampai 35 oC sekaligus
merubah fase (mengembunkan) produk dari reaktor gas
menjadi cair, kecuali hidrogen tetap dalam keadaan gas
Kondisi operasi : 1 atm
A. Neraca Energi Kondensor Sub Cooler
Hin = Hout + QC
Tin = 206,5 oC ( 479 oK )
Tout = 35,5 oC ( 308 oK )
Tref = 25oC ( 298 oK )
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−20
1. Entalpi bahan masuk pada aliran 7
Hin (Condenser) = Hout (pada HE-01)
= 9.080.791,251 kJ
2. Entalpi bahan keluar aliran 8 (Hout).
a. Energi Keluar Kondensor Sub Cooler fasa gas
Tabel B-19. Energi Keluar Kondensor Sub Cooler aliran 8
Komponen Massa masuk
(mol/jam) ∫
308
298
dTCp ∆Hgas = n . ∫308
298
dTCp (kJ)
H2 266,56 287,87 76,734.06
Total 76,734.06
b. Energi Keluar Kondensor SubCooler fasa liquid
Tabel B-20. Energi Keluar Kondensor Sub Cooler aliran 8
Komponen Massa masuk
(mol/jam) ∫
308
298
dTCp ∆Hcair = n . ∫308
298
dTCp (kJ)
Paraffin C12 (C12H26) Dodecene
90,75 3,784.50 343,449.97
paraffin / n-tetra decane C14 (C14H30)
5,86 4,429.31 25,977.07
olefin/ 1- tetra decane C14 (C14H28)
1,48 4,481.47 6,648.96
olefin/ 1 1 dodecane C12 (C12H24)
22,96 3,596.69 82,572.90
Total 458,648.89
Hout Kondensor Sub Cooler = ∆Hgas + ∆Hcair
= 76,734.06 + 458.648,89
= 535.382,959 kJ/jam
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−21
B. Panas Pengembunan (Hevap).
Hevap = n . [ A x (1 - T/Tc)n] [Chemical Properties Hand’s Book]
Dimana:
A = koefisien regressi
n = Mol zat (mol)
n = koefisien regressi
T = Boiling point pada P operasi (K)
Tc = Temperatur kritis (K)
Komponen yang dihitung adalah komponen yang hanya berubah fasa
yaitu hanya komponen n-Paraffin dan mono-olefin (gas ke cair).Dari literatur
Chemical Properties Hand’s Book, mempunyai nilai:
Tabel B-21. Konstanta pengembunan Kondensor SubCooler
komponen A Tc n
n-paraffin (C14H30) 88.885 692.400 0.418
1-olefin (C14H28) 87.015 692.000 0.418
Paraffin (C12H26) 77.166 658.200 0.407
1-olefin (C12H24) 78.802 657.000 0.437
H2 0.659 33.180 0.380
Tabel B-22. Enthalpy Kondensor Sub Cooler campuran pada Tc = 308 oK
komponen Hevp Massa
(kmol) Fraksi mol Hevp total
n-paraffin (C14H30) 15186,187 5.86 0.05 735,71
1-olefin (C14H28) 11.676,12 1.48 0.01 143,10
Paraffin (C12H26) 17232,82 90.75 0.75 12.918,65
1-olefin (C12H24) 17.417,85 22.96 0.19 3.303,20
Total 14,573.01
Maka : Hevap = 14,573.01 kj
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−22
λ = λ nbp x ( Tc - T / Tc - Tnbp ) 0,38
Dimana :
λ vap = Panas pengupan pada suhu (606,52 oK)
λ nbp (Hv) = Panas pengupan pada normal boiling point
Tc = Temperatur kritis
Tnbp = Temperatur normal boiling point (491,62 oK)
T = 318 oK
Maka : Qv = x ( fraksi mol ) . λ
Komponen n
(kmol/jam)
x
(fraksimol)
λ nbp
(kJ/kmol)
λ
(kJ/kmol) Qv (kJ)
C12H26 (paraffin C12) 90.75 0.23 45,416.31 45,440.46 10,638.87
C14H30 (paraffin C14) 5.86 0.02 53,096.07 53,119.76 803.73
C12H24 (olefin) 22.96 0.06 44,506.49 44,530.31 2,637.47
C14H28 (olefin) 1.48 0.00 53,146.61 53,170.37 203.52
Total 121.056 1 14573.01
Jadi jumlah panas laten penguapan ( Qv ) = 14.573,01 kJ/kmol
Pendingin yang diperlukan Kondenser Subcooler = Q
Pendingin yang masuk = Panas yang keluar
Hin = Hout + Qv + Q
9.080.797,097 = Q + 535.382,96 + 14.573,01
Q = 8,530,841,131 kJ
Pendingin yang digunakan adalah dowtherm jenis A dengan campuran
dari biphenyl (C12H10) dengan diphenyl oxide (C12H10O) (Trademark of The Dow
Chemical Company ("Dow")), pada temperatur masuk 300C temperatur keluar
200 oC mempunyai nilai ∫ Cp dT = 52.505,02 kJ/jam
∫473
303
dTCp = 52.505,017 kJ/kmol
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−23
QC = n ∫473
303
dTCp
8,530,841,131 kJ = n 52.505,017 kJ/kmol
= 8,530,841,131 kJ
52.505,017 kJ/kmol
n = 162,476 kmol
Maka massa yang di butuhkan oleh dowtherm A adalah
Massa dowtherm A = n x BMrata2
Massa dowtherm A = 162,476 x 166
= 26.971,13 kg/jam
Tabel B-23. Resume Neraca energi di Condenser Subcooler.
Komponen Masuk (kJ/jam) Keluar (kJ/jam)
Entalpi uap panas masuk 9.080.797,10
Entalpi kondensat keluar 535.382,96
Σ entalpi pengembunan 14.573,01
Q kondensor = Qdowtherm A 8.530.841,13
Total 9.080.797,10 9.080.797,10
B.1.6 SEPARATOR (S-01)
Fungsi : Memisahkan n-paraffin dan mono-olefin dari gas H2.
Kondisi operasi : 35oC ; 1 atm
Neraca Entalpi Separator
• Entalpi bahan masuk (Hin).
Energi masuk pada separator adalah energi yang keluar dari KD pada Aliran 8
Hin (Separator) = Hout (Condenser)
= 535.382,96 kJ/jam
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−24
• Entalpi bahan keluar (Hout).
Tabel B-24. Entalpi bahan keluar Separator.
Hout (kJ) Komponen
n
(kmol)
∫308
298
.dTCp
(kJ/kmol) Aliran 14 Aliran 9
n-Paraffin (C12H26) 90,75 3,784.50 343,449.97
n-paraffin (C14H30) 5,86 4,429.31 25,977.07
Mono-olefin (C14H28) 1,48 4,481.47 6,648.96
Mono-olefin (C12H24) 22,96 3,596.69 82,572.90
H2 266.56 287,87 76,734.06
Sub total 458,648.89 76,734.06
TOTAL 535.382,96
Tabel B-25. Resume Neraca energi Separator (S-01)
Komponen Masuk
(kJ)
Keluar
(kJ)
Hin 535.382,96
Hout 535.382,96
TOTAL 535.382,96 535.382,96
B.1.7 HEATER (H-01)
Fungsi : Menaikan suhu bahan dari aliran 17 sebelum masuk Reaktor
Alkilasi dari suhu 40,96 dan aliran 18 sesudah keluar Alkilasi
pada suhu 140 oC
Kondisi operasi : 4 atm
Perhitungan entalpi menggunakan rumus H = m ∫2
1
dT CpT
T
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−25
A. Energi masuk Heater (Hin)
T1 = 298 K (T referensi)
T2 = 313,96 K
Tabel B-26. Energi masuk Heater -01 pada aliran 14
Komponen Massa masuk
(mol/jam)
dTCp∫96,313
298
dTCnH p∫=96,313
298
. KJ
Paraffin C12 (Dodecene) 90,75 6058.20 549792.72
paraffin C14 (n-tetra decane ) 5,86 7,090.08 41582.02
olefin(C14H28)/1- tetra decane 1,48 7,173.22 10642.61
olefin/ 1 1 dodecane (C12H24) 22,96 635.50 14589.86
C6H6 (Benzenee) dari tangki
penampunagan 24,44 2221.70 54,302.26
Benzene dari recycle 48,88 2221.70 108,604.52
Total 779.513,99
B. Energi kelur Heater (Hout)
T1 = 298 K (T referensi)
T2 = 413 oK
Tabel B-27. Energi keluar Heater pada aliran 17
Komponen Massa masuk
(mol/jam) ∫
413
298
dTCp dTCnH p∫=413
298
. KJ
Paraffin C12 (Dodecene) 90,75 45872.374 4163001.53
paraffin C14 (n-tetra decane ) 5,86 53535.262 313974.31
olefin(C14H28)/1- tetra decane 1,48 54196.522 80409.11
olefin/ 1 1 dodecane (C12H24) 22,96 43,547.37 999762.76
C6H6 (Benzenee) dari tangki penampunagan
24,44 17,065.97 417,121.34
Benzene dari recycle 48,88 17,065.97 834,242.69
Total 6.808.511,741
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−26
Maka beban heater – 01 adalah
Q = Hout – Hin
= 6.808.511,741 – 779.513,991
= 6.028.997,76 kJ/jam
Digunakan panas dowtherm A pada temperatur masuk 510 oC dan keluar pada
temperatur 470 oC didapat Cp Dowtherm A sebagai pemanas
∫ Cp dT = 15.098,46 Kg/jam
QC = n ∫473
303
dTCp
6.028.997,76 kJ = n 15.098,46 kJ/kmol
= 6.028.997,76 kJ
15.098,46 kJ/kmol
n = 399,31 kmol
Maka massa yang di butuhkan oleh dowtherm A adalah
Massa dowtherm A = n x BMrata2
Massa dowtherm A = 399,31 x 166
= 66.285,81 kg/jam
Tabel B-28. Resume Neraca energi Heater 01.
Komponen Masuk
(kJ)
Keluar
(kJ)
Hin 779.513,991
Hout 6.808.511,741
Beban heater 6.028.997,76
TOTAL 6.808.511,741 6.808.511,741
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−27
B.2 Neraca Energi Pada Unit Produksi Linear Alkyl Benzene
(LAB)
B.2.1 Neraca Energi Pada Reaktor Alkilasi
Fungsi : Tempat terjadinya reaksi pembentukan Linear Alkyl Benzene dari
reaksi antara mono-olefin dengan benzene dengan bantuan
katalis
kodisi operasi : 140 oC ; 4 atm
A. Neraca Energi Masuk Reaktor Alkilasi
1. Energi Masuk Reaktor Alkilasi yang berasal dari heater (H-01) aliran 17
T masuk = 140 oC (413 oK)
T referensi = 25 oC (298 oK)
Tabel B-29. Energi Masuk Reaktor Alkilasi pada aliran 17
Komponen Massa masuk
(mol/jam) dTCp∫
413
298
dTCnH p∫=413
298
. KJ
Paraffin C12 (Dodecene) 90,75 45872.374 4163001.53
paraffin C14 (n-tetra decane ) 5,86 53535.262 313974.31
olefin(C14H28)/1- tetra decane 1,48 54196.522 80409.11
olefin/ 1 1 dodecane (C12H24) 22,96 43,547.37 999762.76
C6H6 (Benzenee) dari tangki penampunagan
1.906,45 17,065.97 417,121.34
Benzene dari recycle 3.812,91 17,065.97 834,242.69
Total 6.808.511,741
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−28
B. Perhitungan Panas Reaksi
1. Panas reaksi 1 ( Hr1) pada pembentukan LAB
Reaksi : C12H24 + C6H6 C12H25C6H5
Reaktan kmol/jam Produk kmol/jam
C12H24 22,96
C6H6 22,96 C12H25C6H5 22,96
Total 113.71 Total 45,92
Hof C12H24 = -165,35 kJ/kmol
Hof C6H6 = 82,93 kJ/kmol
Hof C12H25C6H5 = -178,7 kJ/kmol
Perhitungan Hr1
Hr1 = (n x Hof)produk - (n x Hof)reaktan
= [ (n x Hof C12H25C6H5) ] - [ (n x Hof C12 H24) + (n x Hof C6H6)]
= [-4.102.603,60] - [(-3.796.113,63) + 1.899.097,00]
= - 2.205.586,97 kJ/jam
2. Panas reaksi 2 ( Hr2) pada pembentukan Heavy Alkylate
Reaksi : C12H28 + C6H6 C14H29C6H5
Reaktan kmol/jam Produk kmol/jam
C12H28 1,48
C6H6 1,48 C12H29C6H5 1,48
Jumlah Jumlah
Hof C12H28 = -206.52 kJ/kmol
Hof C6H6 = 82,93 kJ/kmol
Hof C14H29C6H5 = -215.5 kJ/kmol
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−29
Perhitungan Hr2
Hr2 = (n x Hof)produk - (n x Hof)reaktan
= [(n x Hof C14H28) + (n x Hof H2 )] - [(n x Hof C14H30)]
= [-319,73]- [149,274 + (-306,41]
= - 1.912.420,25 kJ/kmol
Hrtotal = Hr1 + Hr2
= - 2.205.586,965 + - 1.912.420,25
= - 4.118.007,221 kJ/jam
Keterangan :
Karena Hrtotal berharga negatif, maka reaksi di atas termasuk reaksi eksoterm
yang berarti reaksi tersebut membutuhkan pendingin.
C. Neraca Energi Keluar Reaktor Alkilasi
T out = 140 oC
T referensi = 25 oC
Tabel B-30. Energi keluar Reaktor Alkilasi pada aliran 18
Komponen Massa masuk
(mol/jam) ∫413
298
dTCp ∆Hcair = n . ∫
413
298
.dTCp
(kJ) Paraffin C12 (C12H26)
Dodecene 90.752 45872.37 4.163.001,53
paraffin / n-tetra decane C14 (C14H30)
5.865 53535.26 313.974,31
Benzene sisa 48,88 17065.97 834.242,69
LAB 22,96 64.097,61 1.471.556,09
Heavy alkylate 1,48 62.582,79 92.851,47
Total 6.875.626,09
D. Perhitungan Kebutuhan Pendingin
H out total + Q pendingin = H in total + Hr total
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−30
6.875.626,085 + Q pendingin = 6.808.511,741 + (- 4.118.007,221)
Q pendingin = 4.050.892,881 kJ/jam
Digunakan pendingin dowtherm A pada temperatur masuk 30 oC dan
keluar pada temperatur 50 oC didapat Cp Dowtherm A sebagai pendingin
∫Cp dT = 5.793,85 kj/jam
QC = n ∫473
303
dTCp
4.050.892,881 kJ = n 5.793,85 kJ/kmol
= 4.050.892,881 kJ
5.793,85 kJ/kmol
n = 195,261 kmol
Maka massa yang di butuhkan oleh dowtherm A adalah
Massa dowtherm A = n x BMrata2
Massa dowtherm A = 195,261 x 166
= 5.793,85 kg/jam
Tabel B-31. Resume Neraca Energi Di R-02
Komponen Masuk (kJ) Keluar (kJ)
Panas yang dibawa reaktan = ∆Hr 6.808.511,74
Panas reaksi standar (∆HOF298) 4.118.007,22
Panas yang dibawa produk = ∆HP 6.875.626,09
Pendingin yang dibutuhkan (Q) 4.050.892,88
Total 10.926.518,97 10.926.518,97
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−31
B.2.1 HEATER -02 (H-02)
Fungsi : Memanaskan produk LAB, n-paraffin, benzene, heavy alkylate
dari 140 oC sampai 143,3 oC
Kondisi operasi : 1 atm
A. Neraca Entalpi Heater 2
Hin = Hout + Qc
Tin = 140oC = 413 K
Tout = 143,3 oC = 416,3 K
Tref = 25 oC = 298 K
1 Entalpi bahan masuk (Hin)
Entalpi bahan masuk adalah entalpi yang keluar dari reaktor alkilasi pada
aliran 18, sama dengan entalpi masuk heater 2 pada aliran 19
Tabel B.32. Entalpi bahan masuk (Hin) Heater-02 pada aliran 19
Komponen Massa masuk
(mol/jam) ∫413
298
dTCp Hin (kJ)
Benzene sisa 48,88 17065.97 834.242,69
Paraffin C12 (C12H26) Dodecene
90.752 45872.37 4.163.001,53
paraffin / n-tetra decane C14 (C14H30)
5.865 53535.26 313.974,31
LAB 22,96 64.097,61 1.471.556,09
Heavy alkylate 1,48 62.582,79 92.851,47
Total 6.875.626,085
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−32
2. Entalpi bahan keluar (Hout)
Tabel B.33 Entalpi bahan keluar (Hout) Heater 2 pada aliran 20
Komponen Massa masuk
(mol/jam) ∫
308
298dT.Cp
Hout (kJ)
Benzene sisa 48,88 17.594,32 860.070,41
Paraffin C12 (C12H26) Dodecene
90,752 55.144,98 323.414,98
paraffin / n-tetra decane C14 (C14H30)
5,865 47.259,92 4.288.923,96
LAB 22,96 66.009,12 1.515.440,77
Heavy alkylate 1,48 64.443,40 95.611,96
Total 7.083.462,09
Hin = Hout + QC
6.875.626,085 kJ = 7.083.462,09 kJ + QC
Q pemanas (QH ) = 207.836,011 kJ/kmol
B. Kebutuhan Dowtherm sebagai Pemanas
Pemanas yang digunakan adalah dowtherm A dengan campuran dari
biphenyl (C12H10) dengan diphenyl oxide (C12H10O) (Trademark of The Dow
Chemical Company ("Dow")) pada temperatur masuk 510oC dan temperatur
keluar 500 oC ∫ Cp dT = 5.420,34 kJ/kmol
QC = n ∫783
743
dTCp
207.836,011 kJ = n 5.420,34 kJ/kmol
= 207.836,011 kJ
5.420,34 kJ/kmol
n = 38,34 kmol
Maka massa yang di butuhkan oleh dowtherm A adalah
Massa dowtherm A = n x BMrata2
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−33
Massa dowtherm A = 38,34 x 166
= 6.365,06 kg/jam
Tabel B.34 Resume Neraca energi di Heater 2
Komponen Masuk (kJ) Keluar (kJ)
Hin 6.875.626,085 0
Hout 0 7.083.462,09
QH 207.836,011 0
TOTAL 7.083.462,09 7.083.462,09
B.2.3 Kolom Stripper – 01 (ST – 01)
Fungsi : merecover Benzene agar dapat dipergunakan kembali
Direncanakan merecover 100 % Benzene dan tidak ada
n-paraffin, LAB dan Heavy Alkylate pada produk atas
Keterangan :
Benzene hasil recycle dari kolom stripper akan digunakan kembali untuk
bahan masuk alkilasi dimana kebutuhan benzene harus sama dengan kemurnian
bahan baku dari tangki penampunagan untuk menghindari by product.
A. Neraca Energi masuk kolom stripper 1
Bahan masuk (aliran 20)
Bahan kg/jam kgmol
benzenee (C6H6) 3812.91 48.88
Paraffin (C12H26) 15427.81 90.75
Paraffin (C14H30) 1161.23 5.86
LAB (C18H30) 5647.68 22.96
heavy alkylate (C20H34) 406.52 1.48
26456.15 169.94
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−34
Setelah dilkukan trial bubble point maka kondisi operasi feed masuk pada kolom
stripper 1
T1 = 298 oK
T2 = 416 oK
Perhitungan entalpi menggunakan rumus H = m ∫2
1
dT CpT
T
Tabel B.35. Neraca energi masuk pada aliran 20
Bahan Kg kmol ∫Cp dT H
Benzene 3812.91 48.88 17.594,32 860.070,41
C12H26 15427.81 90.75 55.144,98 323.414,98
C14H30 1161.23 5.86 47.259,92 4.288.923,96
LAB 5647.68 22.96 66.009,12 1.515.440,77
heavyAlkylate 406.52 1.48 64.443,40 95.611,96
Total 26456.15 7.083.462,09
B. Neraca Energi Keluar kolom stripper 1
1. Sub Kondenser
Energi masuk Sub kondenser (CSC) adalah energi bahan pada puncak
kolom bagian atas Stripper 1 di aliran 21 dimana fungsinya Sub kondenser ini
untuk mengembunkan produk atas ST – 01 (aliran 21) berfase gas, stelah
dilakukan trial dew point, didapatkan
P = 1 atm (101,325 Kpa)
T2 = 82,82 oC (351,89 oK)
Tref = 298 K
a. Energi bahan masuk pada kolom atas fase gas
Tabel B.36. Neraca energi keluar pada aliran 21
Bahan kg kmol ∫Cp dT H
Benzene 3812,906 48,88 5.425,146 265.199,668
Total 3.812,907 265.199,668
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−35
Diketahui Hvap = A n
Tc
T - 1
kJ/mol
benzene
A = 49,888
Tc = 562,16 K
n = 0,489
Hvap benzene = 49,888 × 0,489
562,16
351,89 - 1
= 30.559,1741 kJ/mol
Bahan kmol Hvap H
Benzenee 48,88 30.559,1741 1.493.836,851
Total 1.493.836,851
b. Entalpi bahan keluar dalam fase cair
T1 = 298 K
T = 351.89 K
Tabel B.37. Neraca energi keluar pada aliran 22
Bahan kg kmol ∫Cp dT H
Benzene 3.812,906 48,88 8257,866 403.672,729
Total 3.812,907 403.672.729
Maka beban kondensor (Qc) = Hout – Hin + Hvap
= 403.672,740 – 263.905,988 + 274.8517,852
= 1.632.309,91 kJ kJ
Pendingin yang digunakan adalah dowtherm A dengan campuran dari
biphenyl (C12H10) dengan diphenyl oxide (C12H10O) (Trademark of The Dow
Chemical Company ("Dow")) pada temperatur masuk 30oC dan temperatur keluar
80 oC mempunyai nilai ∫ Cp dT = 14689,24 Kj/jam
QC = n ∫783
743
dTCp
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−36
207.836,011 kJ = n 15.503,929 kJ/kmol
= 207.836,011 kJ
20.924,27 kJ/kmol
n = 38,34 kmol
Maka massa yang di butuhkan oleh dowtherm A adalah
Massa dowtherm A = n x BMrata2
Massa dowtherm A = 38,34 x 166
= 6.365,06 kg/jam
2. Reboiler
Energi masuk reboiler (Rb-01) adalah energi bahan keluar pada bagian
bawah kolom Stripper 1 di aliran 23 sama dengan energi keluar pada aliran 24,
dimana fungsinya reboiler ini Menguapkan sebagian cairan fraksi bawah kolom
stripper 1, sekaligus memenaskan bahan aliran 23 berfase cair, stelah dilakukan
trial Bubble point Suhu Operasi Bawah diperoleh :
P = 1,5 atm (151,95 Kpa)
T = 241,31 oC (514,31 oK)
Tref = 25 C (298 oK)
Bahan Kg kmol
C12H26 15.427,809 90.75
C14H30 1.161,233 5.86
LAB 5.647,680 22.96
heavyAlkylate 406,522 1.48
Perhitungan entalpi menggunakan rumus H = m ∫2
1
dT CpT
T
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−37
Tabel B.38. Neraca energi keluar pada aliran 23
Bahan Kg kmol ∫Cp dT H
C12H26 15.427,8009 90.75 126.000,050 11.434.734,232
C14H30 1.161,233 5.86 91.908,822 539.028,069
LAB 5.647,680 22.96 106.351,149 2.441.615,048
heavyAlkylate 406,522 1.48 123.165,668 182.735,739
Total 22643.2454 14.598.113,088
Panas masuk = panas keluar
HF + QR = HD + HB + QC
QR = 265.199,668 + 14.598.113,09 + 1632309,91 – 7.083.462,09
= 9.273.687,519 kJ
Pemanas yang digunakan adalah dowtherm A dengan campuran dari
biphenyl (C12H10) dengan diphenyl oxide (C12H10O) (Trademark of The Dow
Chemical Company ("Dow")) pada temperatur masuk 510oC dan temperatur
keluar 470oC ∫ Cp dT = 15.098,46 Kj/kmol
QR = n ∫783
743
dTCp
9.273.687,519 kJ = n 15.098,46 kJ/kmol
= 9.273.687,519 kJ
15.098,46 kJ/kmol
n = 614,214 kmol
Maka massa yang di butuhkan oleh dowtherm A adalah
Massa dowtherm A = n x BMrata2
Massa dowtherm A = 614,214 x 166
= 101959,547 kg/jam
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−38
Table B.39. Resume Neraca Energi Stripper 1 ( ST - 01 )
Komponen Aliran masuk ( kJ ) Aliran keluar ( kJ )
Entalpi feed ( Hf ) 7.083.462,089
Entalpi distilat ( Hd ) 265.199,668
Entalpi bottom ( Hb ) 14.598.113,088
Panas yang dihasilkan kondensor ( Qc ) 1.632.309,912
Panas yang dibutuhkan reboiler ( Qr ) 9.273.687,519
Total 16.495.622,669 16.495.622,669
B.2.4 Kolom Stripper – 02 (ST – 02)
Fungsi : merecover n-paraffin agar dapat dipergunakan kembali
Direncanakan merecover 100 % n-paraffin dan tidak ada LAB
dan Heavy Alkylate pada produk atas
Keterangan :
n-paraffin hasil recycle dari kolom stripper akan digunakan kembali untuk
bahan masuk dehidrogenasi dimana kebutuhan benzene harus sama dengan
kemurnian bahan dari tangki penampunagan untuk menghindari by product.
A. Neraca Energi masuk kolom stripper 2
Bahan masuk (aliran 24)
Bahan kg/jam kgmol
Paraffin (C12H26) 15427.81 90.75
Paraffin (C14H30) 1161.23 5.86
LAB (C18H30) 5647.68 22.96
heavy alkylate (C20H34) 406.52 1.48
22.643,246
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−39
Setelah dilkukan trial bubble point maka kondisi operasi feed masuk pada kolom
stripper 2
T1 = 298 oK
T2 = 241,31 oC (514,31 oK)
Perhitungan entalpi menggunakan rumus H = m ∫2
1
dT CpT
T
Tabel B.40. Neraca energi masuk pada aliran 24
Bahan Kg kmol ∫Cp dT H in
C12H26 15427.81 90.75 91908.858 8.340.896,342
C14H30 1161.23 5.86 106351.189 623.729,850
LAB 5647.68 22.96 126000.096 2.892.716,554
heavyAlkylate 406.52 1.48 123165.713 182.735,806
Total 26456.15 12.040.078,552
B. Neraca Energi Keluar kolom stripper 2
1. SubKondenser 2
Energi masuk Subkondenser (Kd-02) adalah energi bahan pada puncak
kolom bagian atas Stripper 2 di aliran 25 dimana fungsinya Sub kondenser ini
untuk mengembunkan produk atas ST – 01 aliran 25 berfase gas, stelah dilakukan
trial dew point, didapatkan
P = 1 atm (101,325 Kpa)
T2 = 220,99 oC (493,99 oK)
Tref = 298 K
a. Energi bahan masuk pada kolom atas fase gas
Tabel B.41. Neraca energi keluar pada aliran 25
Bahan kg kmol ∫Cp dT Hout
Paraffin (C12H26) 15.427,81 90,75 69.395,162 6.297.737,418
Paraffin (C14H30) 1.161,23 5,86 80.352,136 471.250,264
Total 3.812,907 265.199,668
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−40
Diketahui Hvap = A n
Tc
T - 1
kJ/mol
C12H26 C14H30
A = 77.166,00 A = 86.885,00
Tc = 658.20 K Tc = 692,40 K
n = 0,407 n = 0,418
Hvap C12H26 = 77,166 × 0,407
658,20
493,99 - 1
= 43.855,33 kJ/mol
Hvap C14H30 = 86,885 × 0,418
692,40
oK 493,99 - 1
= 51.529,68 kJ/mol
Bahan kmol Hvap H
Paraffin (C12H26) 90,75 43.855,33 4.676.412,533
Paraffin (C14H30) 5,86 51.529,68 257.203,306
Total 4.933.615,839
b. Entalpi bahan keluar dalam fase cair
T1 = 298 K
T2 = 220,99 oC (493,99 oK)
Tabel B.42. Neraca energi keluar pada aliran 26
Bahan kg kmol ∫Cp dT H
Paraffin (C12H26) 15.427,81 90,75 95191.507 8.638.802,768
Paraffin (C14H30) 1.161,23 5,86 82078.948 481.377,691
Total 3.812,907 9.120.180,459
Maka beban kondensor (Qc) = Hout – Hin + Hvap
= 9.120.180,459 – 265.199,668 + 4.933.615,839
= 1.632.309,91 k
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−41
Pendingin yang digunakan adalah dowtherm A dengan campuran dari
biphenyl (C12H10) dengan diphenyl oxide (C12H10O) (Trademark of The Dow
Chemical Company ("Dow")) pada temperatur masuk 30oC dan temperatur keluar
130 oC mempunyai nilai ∫ Cp dT = 30.014,55 Kj/jam
QC = n ∫783
743
dTCp
1.632.309,91 kJ = n 30.014,55 kJ/kmol
= 1.632.309,91 kJ
30.014,55 kJ/kmol
n = 242,71 kmol
Maka massa yang di butuhkan oleh dowtherm A adalah
Massa dowtherm A = n x BMrata2
Massa dowtherm A = 242,71 x 166
= 40.289,74 kg/jam
2. Reboiler
Energi masuk reboiler (Rb-02) adalah energi bahan keluar pada bagian
bawah kolom Stripper 2 di aliran 28 sama dengan energi keluar pada aliran 29,
dimana fungsinya reboiler ini Menguapkan sebagian cairan fraksi bawah kolom
stripper 2, sekaligus memenaskan bahan aliran 28 berfase cair, stelah dilakukan
trial Bubble point Suhu Operasi Bawah diperoleh :
P = 1,5 atm (151,95 Kpa)
T = 348,60 oC (621,60 oK)
Tref = 25 C (298 oK)
Bahan Kg kmol
LAB 5.647,680 22.96
heavyAlkylate 406,522 1.48
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−42
Perhitungan entalpi menggunakan rumus H = m ∫2
1
dT CpT
T
Tabel B.43. Neraca energi keluar pada aliran 28
Bahan Kg kmol ∫Cp dT H
LAB 5.647,680 22.96 200.195,726 4.596.103,572
heavyAlkylate 406,522 1.48 195.959,349 290.736,673
Total 6.054,203 4.886.840,245
Panas masuk = panas keluar
HF + QR = HD + HB + QC
QR = 9.120.180,459 + 4.886.840,245 + 1.632.309,91 – 12.040.078,552
= 6.900.557,99 kJ
Pemanas yang digunakan adalah dowtherm A dengan campuran dari
biphenyl (C12H10) dengan diphenyl oxide (C12H10O) (Trademark of The Dow
Chemical Company ("Dow")) pada temperatur masuk 510oC dan temperatur
keluar 470oC mempunyai nilai ∫ Cp dT = 15.098,46 Kj/kmol
QR = n ∫783
743
dTCp
6.900.557,99 kJ = n 15.098,46 kJ/kmol
= 6.900.557,99 kJ
15.098,46 kJ/kmol
n = 457,037 kmol
Maka massa yang di butuhkan oleh dowtherm A adalah
Massa dowtherm A = n x BMrata2
Massa dowtherm A = 457,037 x 166
= 75.868,18 kg/jam
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−43
Table B.44. Resume Neraca Energi Stripper 2 ( ST - 02 )
Komponen Aliran masuk ( kJ ) Aliran keluar ( kJ )
Entalpi feed ( Hf ) 12.040.078,55 -
Entalpi distilat ( Hd ) - 6.768.987,681
Entalpi bottom ( Hb ) - 4.886.840,245
Panas yang dihasilkan kondensor ( Qc ) - 7.284.808,62
Panas yang dibutuhkan reboiler ( Qr ) 6.900.557,99 -
Total 18.940.636,543 18.940.636,543
B.2.5 COOLER 1 (CO-01)
Fungsi : Mendinginkan produk, n-paraffin, dari 220,99 oC sampai 30 oC
Kondisi operasi : 1 atm
A. Neraca Entalpi Cooler 1
Hin = Hout + Qc
Tin = 220,99 oC = 493,99 oK
Tout = 30,1 oC = 303,20 oK
Tref = 25 oC = 298 oK
Keterangan:
Energi bahan masuk Cooler 1 pada aliran 26 sama dengan energi bahan
yang keluar dari Subkondensor 2 (Kd-02) pada kolom stripper 2
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−44
1. Entalpi bahan masuk (Hin)
Tabel B.45. Entalpi bahan masuk Cooler 1 pada aliran 26
Komponen Massa masuk
(mol/jam) ∫413
298
dTCp Hin (kJ)
Paraffin (C12H26) 90,756 95.191,51 8.638.802,77
Paraffin (C14H30) 5,866 82.078,95 481.377,69
Total 96,62 9.120.180,46
2. Entalpi bahan keluar (Hout)
Tabel B.46. Entalpi bahan keluar (Hout) Cooler 1 pada aliran 27
Komponen Massa masuk
(mol/jam) ∫413
298
dTCp Hout (kJ)
Paraffin (C12H26) 90,756 1,747.86 158,621.86
Paraffin (C14H30) 5,866 1,508.08 8,844.62
Total 96,62 167,466.48
Q Pendinginan (QC)
Hin = Hout + QC
9.120.180,46 = 167,466.48 + QC
Q pendinginan (QC ) = 8.696.017,26 kJ/kmol
Pendingin yang digunakan adalah dowtherm A dengan campuran dari
biphenyl (C12H10) dengan diphenyl oxide (C12H10O) (Trademark of The Dow
Chemical Company ("Dow")) pada temperatur masuk 30oC dan temperatur keluar
120 oC mempunyai nilai ∫ Cp dT = 26.901,20 Kj/jam
QC = n ∫783
743
dTCp
8.696.017,26 kJ = n 26.901,20 kJ/kmol
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−45
= 8.696.017,26 kJ
26.901,20 kJ/kmol
n = 323,26 kmol
Maka massa yang di butuhkan oleh dowtherm A adalah
Massa dowtherm A = n x BMrata2
Massa dowtherm A = 323,26 x 166
= 53.660,76 kg/jam
Tabel B.47. Resume Neraca energi di Cooler 2
Komponen Masuk (kJ) Keluar (kJ)
Hin 9.120.180,46 0
Hout 0 167,466.48
QC 0 8.696.017,26
TOTAL 9.120.180,46 9.120.180,46
B.2.6 Kolom Stripper – 03 (ST – 03)
Fungsi : memisahkan LAB dari heavy alkylate, kemurnian produk 100%
LAB teruapkan semau
Keterangan :
LAB hasil produk dari kolom stripper akan direaksikan dengan SO3uap dalam
reaktor Sulfonasi (R-03) (Paten No. ),
Bahan masuk (aliran 29)
LAB = 2070,484 kg/jam
heavy Alkylate = 426,627 kg/jam
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−46
Setelah dilkukan trial bubble point maka kondisi operasi feed masuk pada kolom
stripper 2
T1 = 298 oK
T2 = 348,60 oC (621,60 K oK)
Perhitungan entalpi menggunakan rumus H = m ∫2
1
dT CpT
T
Tabel B.48. Neraca energi masuk pada aliran 29
Bahan Kg kmol ∫Cp dT H
LAB 5647.68 22.96 200195.368 4596095.349
heavyAlkylate 406.52 1.48 195959.001 290736.156
Total 26456.15 4.886.831,51
B. Neraca Energi Keluar kolom stripper 3
1. SubKondenser 3
Energi masuk Subkondenser (Kd-03) adalah energi bahan pada puncak
kolom bagian atas Stripper 3 di aliran 32 dimana fungsinya Subkondenser ini
untuk mengembunkan produk atas ST – 01 aliran 32 berfase gas, stelah dilakukan
trial dew point, didapatkan
P = 1 atm (101,325 Kpa)
T2 = 327,96 oC (600,96 K oK)
Tref = 298 K
a. Energi bahan masuk pada kolom atas fase gas
Tabel B.49. Neraca energi keluar pada aliran 32
Bahan kg kmol ∫Cp dT Hout
LAB 5.647,684 22,958 151373.497 3.475.240,372
Total 3.475.240,372
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−47
Diketahui Hvap = A n
Tc
T - 1
kJ/mol
CLAB
A = 107.892,00
Tc = 774,26
n = 0,429
Hvap LAB = 107.892,00 × 0,407
774,26
600,96 - 1
= 56.767,664 kJ/mol
= 1.303.274,873 Kj/jam
b. Entalpi bahan keluar dalam fase cair
T1 = 298 K
T2 = 220,99 oC (493,99 oK)
Tabel B.50. Neraca energi keluar pada aliran 33
Bahan kg kmol ∫Cp dT Hout
LAB 5.647,684 22,958 184.983,653 4.246.864,022
Total 4.246.864,022
Maka beban kondensor (Qc) = Hout – Hin + Hvap
= 4.246.864,022 – 3.475.240,372 + 1.303.274,873
= 2.074.898,50 kJ/kmol
Pendingin yang digunakan adalah dowtherm A dengan campuran dari
biphenyl (C12H10) dengan diphenyl oxide (C12H10O) (Trademark of The Dow
Chemical Company ("Dow")) pada temperatur masuk 30oC dan temperatur keluar
200 oC mempunyai nilai ∫ Cp dT = 52.505,02 Kj/jam
QC = n ∫783
743
dTCp
2.074.898,50 kJ = n 52.505,02 kJ/kmol
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−48
= 2.074.898,50 kJ
52.505,02 kJ/kmol
n = 39,52 kmol
Maka massa yang di butuhkan oleh dowtherm A adalah
Massa dowtherm A = n x BMrata2
Massa dowtherm A = 39,52 x 166
= 6.560,00 kg/jam
2. Reboiler
Energi masuk reboiler (Rb-03) adalah energi bahan keluar pada bagian
bawah kolom Stripper 3 di aliran 30 sama dengan energi keluar pada aliran 31
dimana fungsinya reboiler ini Menguapkan sebagian cairan fraksi bawah kolom
stripper 3, sekaligus memenaskan bahan aliran 30 berfase cair, stelah dilakukan
trial Bubble point Suhu Operasi Bawah diperoleh :
P = 1 atm (101,3 Kpa)
T = 349,09 oC (622,09 oK)
Tref = 25 C (298 oK)
Bahan
heavyAlkylate = 406,522 Kg
= 1,48 kmol
Perhitungan entalpi menggunakan rumus H = m ∫2
1
dT CpT
T
Tabel B.51. Neraca energi keluar pada aliran 28
Bahan Kg kmol ∫Cp dT H
heavyAlkylate 406,522 1,48 196.319,703 291.271,31
Total 291.271,31
Panas masuk = panas keluar
HF + QR = HD + HB + QC
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−49
QR = 3.475.240,37 + 291.271,31 + 2.074.898,50 – 4.886.831,51
= 954.578,70 kJ
Pemanas yang digunakan adalah dowtherm A dengan campuran dari
biphenyl (C12H10) dengan diphenyl oxide (C12H10O) (Trademark of The Dow
Chemical Company ("Dow")) pada temperatur masuk 510oC dan temperatur
keluar 470oC maka diperoleh harga ∫ Cp dT = 15.098,46 Kj/kmol
QR = n ∫783
743
dTCp
954.578,70 kJ = n 15.098,46 kJ/kmol
= 6.900.557,99 kJ
15.098,46 kJ/kmol
n = 63,224 kmol
Maka massa yang di butuhkan oleh dowtherm A adalah
Massa dowtherm A = n x BMrata2
Massa dowtherm A = 63,224 x 166
= 10.495,114 kg/jam
Table B.52. Resume Neraca Energi Stripper 3 ( ST - 03 )
Komponen H in ( kJ ) Hout ( kJ )
Entalpi feed ( Hf ) 4.886.831,51 -
Entalpi distilat ( Hd ) - 3.475.240,372
Entalpi bottom ( Hb ) - 291.271,314
Panas yang dihasilkan kondensor ( Qc ) - 2.074.898,52
Panas yang dibutuhkan reboiler ( Qr ) 6.900.557,99 -
Total 5.841.410,210 5.841.410,210
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−50
B.2.7 COOLER 2 (CO-02)
Fungsi : Mendinginkan produk LAB
Kondisi operasi : 1 atm
A. Neraca Entalpi Cooler 2
Hin = Hout + Qc
Tin = 327,96 oC = 600,68 K
Tout = 45 oC = 318 K
Tref = 25 oC = 298
Keterangan :
Energi bahan masuk Cooler 2 pada aliran 33 sama dengan energi bahan yang
keluar dari Sub kondensor 3 (Kd-03) pada kolom stripper 3
1. Entalpi bahan masuk (Hin)
Tabel B.53. Entalpi bahan masuk (Hin) Cooler 2 pada alairan 33
Bahan kg kmol ∫Cp dT H
LAB 5.647,680 22,96 184.983,653 4.246.864,02
Total 4.246.864,02
2. Entalpi bahan keluar (Hout)
Tabel B.54. Entalpi bahan keluar (Hout) Cooler 2 pada aliran 31
Bahan kg kmol ∫Cp dT H
LAB 5.647,680 22,96 7.493,79 172.042,69
Total 172.042,69
Hin = Hout + QC
4.246.864,02 kJ = 172.042,69 kJ + QC
Q pendinginan (QC ) = 4.074.820,21 kJ/kmol
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−51
Pendingin yang digunakan adalah dowtherm A dengan campuran dari
biphenyl (C12H10) dengan diphenyl oxide (C12H10O) (Trademark of The Dow
Chemical Company ("Dow")) pada temperatur masuk 30oC dan temperatur keluar
200 oC mempunyai nilai ∫ Cp dT = 52.505,02 Kj/jam
QC = n ∫783
743
dTCp
4.074.820,21 kJ = n 52.505,02 kJ/kmol
= 4.074.820,21 kJ
52.505,02 kJ/kmol
n = 77,61 kmol
Maka massa yang di butuhkan oleh dowtherm A adalah
Massa dowtherm A = n x BMrata2
Massa dowtherm A = 77,61 x 166
= 12.882,96 kg/jam
Tabel B.55. Resume Neraca energi di Cooler 2
Komponen Masuk (kJ) Keluar (kJ)
Hin 4.246.864,02 0
Hout 0 172,042.69
QC 0 4.074.820,21
TOTAL 4.246.864,02 4.246.864,02
B.2.8 Vaporiser (V – 01)
Fungsi : Menguapkan kandungan SO3 yang terdapat pada aliran 41
Bahan Masuk (aliran 40)
SO3 = 1.891,74 kg/jam
Aliran 41 dipanaskan hingga 45 oC dimana SO3 pada suhu ini sudah menguap
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−52
Perhitungan entalpi menggunakan rumus H = m ∫2
1
dT CpT
T
Dimana pada bahan masuk
T1 = 298 K (T referensi)
T2 = 303 K
1. Entalpi bahan masuk V – 01 dalam keadaan cair
Tabel B.56. Entalpi bahan masuk (Hin) Vaporizer 1 pada aliran 41
Bahan Kg kMol ∫Cp dT H
SO3 1.891,74 23,630 1.280,124 30.248,892
Total 30.248,892
2. Entalpi bahan keluar V – 01 dalam fase gas
Tabel B.57. Entalpi bahan keluar (Hout) Vaporizer 1 pada aliran 42
Bahan Kg kMol ∫Cp dT H
SO3 1.891,74 23,630 1.029,713 24.331,757
Total 24.331,757
Panas laten penguapan
Diketahui Hvap = A n
Tc
T - 1
kJ/mol
SO3
A = 73,370
Tc = 490,85 K
n = 0,565
Hvap SO3 = 73,370 × 0,377
490,85
318 - 1
= 40.683,25 kJ/mol
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−53
λ = λ nbp x ( Tc - T / Tc - Tnbp ) 0,38
Dimana :
λ vap = Panas pengupan pada suhu (606,52 oK)
λ nbp (Hv) = Panas pengupan pada normal boiling point
Tc = Temperatur kritis
Tnbp = Temperatur normal boiling point (491,62 oK)
T = 318 oK
Maka : Qv = x ( fraksi mol ) . λ
Komponen n
(kmol/jam)
x
(fraksimol)
λ nbp
(kJ/kmol)
λ
(kJ/kmol) Qv (kJ)
SO3 23,629 1 40.683,251 40.683,251 40.683,25
Total 23,629 1 40.683,25
Jadi jumlah panas laten penguapan ( Qv ) = 40.683,25 kJ/kmol
H sensibel
T keluar = 465,50 oC (738,50 oK)
T masuk = 333,52 C (606,52 oK)
Komponen Massa (kg)
BM
(kg/kmol)
n
(kmol)
∫ Cp dt
(kJ/kmol) H (kJ)
SO3 1.891,74 80,058 23,630 774,956 18.311,948
Total 20.785,18 18.311,948
Panas yang diperlukan di Vaporizer = Q
Panas yang masuk = Panas yang keluar
Hin + Q = Hout + Qv + Hsensibel
30.248,89 + Q = 24.331,756 + 40.683,25 + 18.311,948
Q = 53.078,06 kJ
Pemanas yang digunakan adalah dowtherm A dengan campuran dari
biphenyl (C12H10) dengan diphenyl oxide (C12H10O) (Trademark of The Dow
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−54
Chemical Company ("Dow")) pada temperatur masuk 510oC dan temperatur
keluar 470oC mempunyai nilai kapasitas panas ∫ Cp dT = 15.098,46 Kj/kmol
QR = n ∫783
743
dTCp
53.078,06 kJ = n 15.098,46 kJ/kmol
= 53.078,06 kJ
15.098,46 kJ/kmol
n = 3,515 kmol
Maka massa yang di butuhkan oleh dowtherm A sebagai pemanas adalah
Massa dowtherm A = n x BMrata2
Massa dowtherm A = 3,515 x 166
= 583,57 kg/jam
Tabel B.58. Resume Neraca energi di Vaporiser (V – 01)
Komponen Masuk (kJ/jam) Keluar (kJ/jam)
Hin 30.248,89
Hout 24.331,76
panas laten penguapan (Qv) 40.683.251
H sensibel 18.311,95
Q dowtherm 53.078,06
Total 83.326,96 83.326,96
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−55
B.3 Neraca Energi Pada Unit Produksi Linear Alkyl Benzene
Sulfonate Acid (HLAS)
B.3.1 Reaktor Sulfonasi (R-03)
Fungsi : Tempat terjadinya reaksi pembentukan Linear Alkyl Benzene
Sulfonate Acid (HLAS) dari reaksi antara LAB dendan SO3
kodisi operasi : 45 oC ; 1 atm
A. Energi Masuk Reaktor Sulfoanasi
1. Energi Masuk Reaktor Sulfoanasi adalah energi yang keluar dari
cooler 2 pada aliran 34 dan energi yang keluar dari mixedpoint pada aliran 45
T masuk = 45oC
T referensi = 25 oC
Tabel B-59. Energi Masuk Reaktor Sulfoanasi pada aliran 34
Komponen Massa masuk
(mol/jam) ∫318
298
dTCp ∆H = n ∫318
298
dTCp . (kJ)
n-Dodecylbenzenee/LAB
(C18H30)
33,22 10.715,48 35.5985,76
Total 35.5985,76 Total
Tabel B-60. Energi Masuk Reaktor Sulfoanasi pada aliran 44
Komponen
Massa
masuk
(mol/jam)
∫303
298
dTCp ∆H = n . ∫303
298
dTCp (kJ)
SO3 uap 23,63 1.029,71 24.331,76
Udara 314,16 588,89 185.007,99
Total 209.339,74
Total Energi masuk pada Reaktor Sulfonasi = 565.325,50 Kj/jam
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−56
B. Perhitungan Panas Reaksi
1. Panas reaksi 1 ( Hr1)
Reaksi : C6H5 C12H25 + SO3 C12H25.C6H4.SO3H
Reaktan kmol/jam Produk kmol/jam
C6H5 C12H25 0,40
SO3 Uap 0,97
C12H25.C6H4.SO3H
22,68
Jumlah 1,37 22,68
Hof C6H5 C12H25 = -178.700,00 kJ/kmol
Hof SO3 = -396000 kJ/kmol
Hof C12H25.C6H4.SO3H = -5,96E+05 kJ/kmol
Perhitungan Hr
Hr = (n x Hof)produk - (n x Hof)reaktan
= [(n x Hof C12H25.C6H4.SO3H)] – [ (n x Hof SO3)+(n x Hof C6H5 C12H25) ]
= [(- 13510771.64) ] – [(- 71772.55) + (- 382375.84) ]
= - 13.200.168,35 kJ
Keterangan :
Karena Hr berharga negatif, maka reaksi di atas termasuk reaksi eksotermal yang
berarti reaksi tersebut membutuhkan pendingin.
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−57
C. Energi Keluar Reaktor Sulfonasi
T keluar = 45 oC
T referensi = 25 oC
Tabel B-61. Energi Keluar Reaktor Sulfonasi pada aliran 35
Komponen
Massa masuk
(mol/jam) ∫
318
298
dTCp ∆H = n ∫318
298
dTCp . (kJ)
n-Dodecylbenzenee/LAB (C18H30) 33,22 10715.48 4303,73
SO3 uap 23.63 1029.71 994,26
Udara 314,16 588.89 185.007,99
HLAS 37,72 168110.13 6341.733,13
Total 6.532.039,11
D. Perhitungan Kebutuhan Pemanas
H in total + Hr total = H out total + Q pendingin
565.325,50 + (-13200168.35) = 6.532.039,11 + Q pendingin
Q pendingin = 7.089.910,64 Kj
Digunakan pendingin dowtherm A pada temperatur masuk 30 oC dan
keluar pada temperatur 40 oC didapat Cp Dowtherm A sebagai pendingin
∫ Cp dT = 2.882,60 kj/jam
QC = n
7.089.910,64 kJ = n 2.882,60 kJ/kmol
= 7.089.910,64 kJ
2.882,60 kJ/kmol
n = 2.459,55 kmol
Maka massa yang di butuhkan oleh dowtherm A adalah
Massa dowtherm A = n x BMrata2
Massa dowtherm A = 2.459,55 x 166
= 408.285,38 kg/jam
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−58
Tabel B-62. Resume Neraca Energi Di R-03
Komponen Masuk (KJ) Keluar (KJ)
Panas yang dibawa Reaktan (HOR) 565.325,50
Panas reaksi standar (∆HOF298 =ekso ) 13.056.623,25
Panas yang dibawa produk = ∆HP 6.532.039,110
Panas yang dimanfaatkan (Q) 7.089.909,640
Total 13.621.948,75 13.621.948,75
B.3.2 SEPARATOR (S-02)
Fungsi : Memisahkan gas SO3 sebagian dari LABsisa, HLAS
Kondisi operasi : 45 oC; 1 atm
Neraca Entalpi Separator
• Entalpi bahan masuk (Hin).
Energi masuk pada separator adalah energi yang keluar dari R-03 pada Aliran
35
Hin (Separator) = Hout (R-03)
= 6.532.039,11 kJ/jam
• Entalpi bahan keluar (Hout)
Tabel B-63. Neraca energi Separator (S-02)
Keluar (kJ) Komponen Masuk (kJ)
Aliran 36 Aliran 38
LAB sisa 10.715,48 10.715,48
HLAS 168.110,13 168.110,13
SO3 uap sisa atas 1.029,71 1.029,71
SO3 uap sisa bawah 588,89 588,89
Udara 185.007,99 185.007,99
TOTAL 6.532.039,11
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−59
B.3.3 Stabilizer Water
Fungsi : untuk mensetabilkan prodak yang di inginkan maka ditambahkan
H2O
kodisi operasi : 45 oC ; 1 atm
A. Energi Masuk Stabilizer Water
Energi Masuk Reaktor Stabilizer Water adalah energi yang keluar dari
Reaktor Sulfonasi pada aliran 35 dan energi pada aliran 39 dari utilitas
T masuk = 45oC
T referensi = 25 oC
Tabel B-64. Energi Masuk Stabilizer Water pada aliran 39 + 35
Komponen
Massa
masuk
(mol/jam)
dTCp∫318
298
∆H = n . dTCp∫318
298
(kJ)
HLAS 22,68 528,65 11.990,00
SO3 uap 0,77 1.029,713 796,01
LAB sisa 0,28 10.715,475 2.974,12
H2O 2,88 1.507,208 4.336,57
Total 20.096,70
Total Energi masuk pada Reaktor Sulfonasi = 565.325,50 Kj/jam
B. Perhitungan Panas Reaksi
1. Panas reaksi 1 ( Hr1)
Reaksi : SO3 + H2O H2SO4
Hof SO3 = -396.000,00 kJ/kmol
Hof H2O = -813987 kJ/kmol
Hof H2SO4 = -423120 kJ/kmol
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−60
Perhitungan Hr
Hr = (n x Hof)produk - (n x Hof)reaktan
= 227,778 kJ
Keterangan :
Karena Hr berharga negatif, maka reaksi di atas termasuk reaksi eksotermal
C. Energi Keluar Stabilizer Water
T keluar = 45 oC
T referensi = 25 oC
Tabel B-65. Energi Keluar Stabilizer Water pada aliran 40
Komponen
Massa masuk
(mol/jam) ∫
318
298
dTCp ∆H = n ∫318
298
dTCp . (kJ)
HLAS 22,68 528,65 11.990,00
LAB sisa 0,28 10.715,48 2.974,12
H2O 2,10 1.507,208 3.171,73
H2SO4 0,77 2.831,200 2.188,62
Total 20.324,47
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN NERACA ENERGI B−61
Tabel B-66 Resume Neraaca energi Stabilizer Water
Komponen Masuk (KJ) Keluar (KJ)
Entalpi Reaktan (HOR) 20.096,70 kJ
Panas reaksi standar (∆HO298) 227,778
Entalpi Produk (HOP) 20.324,482
Q pendingin
Total 20.324,48 kJ 20.324,482
LAMPIRAN C
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN
C.1 TANGKI PENYIMPAN PARAFIN (T-01)
Fungsi : Untuk menyimpan bahan baku benzen (C6H6)
Jenis : Silinder Tegak berdasar rata dan beratap torispherical Head Tanpa
pengaduk (Brownell & Young, hal 3)
Bahan : Carbon Steel SA 201 Grade A
Jumlah : 3 unit
C.1.1 Data
• Tekanan = 1 atm
• Temperatur = 30 oC.
• Kebutuhan paraffin = 20.785,676 kg/jam
• Lama penyimpanan = 7 hari
• Jumlah = 4 unit
Tabel C-01. Densitas Campuran
komponen Densitas
t=30 C masa
fraksi
masa
Densitas
campuran
paraffin / n-tetra decane C14 (C14H30) 754,834 293,76 0,070 52,84
Paraffin C12 (C12H26) Dodecene 741,639 3,902,87 0,930 689,72
4.196,63 1 742,56
• Densitas (ρ) = 742,56 kg/m3
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−2
C.1.2 Volume Tangki, VT
Volume n-parafin memenuhi 80% dari volume tangki
Massa paraffin untuk 3 unit
= Unit3Jumlah
npenyimpana Lama x jam/hari 24 paraffin xbaku bahan Jumlah
= 4.196,63 kg
• Volume parafin, VL = Massa x ρ campuran
= 237,37 m3
• Volume tangki, VT = 80% Volume parafin
= 296,71 m3
C.1.3 Dimensi Tangki
• Diameter Dalam Tangki, IDT dan Tinggi Tangki, HT
VT = T2T HID4 ××π ; HT = 1 IDT
Dimana :
IDT = Diameter dalam tangki, m
HT = Tinggi tangki , m
IDT = 3
1
TV4
π
IDT = 1 H = 11,474 m
= 225,86 in
• Diameter Luar Tangki, ODT
o Tinggi Cairan dalam tangki, HL
VL = L2T HID4 ××π
HL = 2T
L
ID.
V4
π
= 5,884 m
o Tekanan hidrostatik, Phidrostatik
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−3
Phidrostatik = ρ.HL.g (g = 9,8 m/dt2)
= 66.857,75 N/m2
= 0,6598 atm
o Tekanan Desain, Pdesign
Pdesign = 120% ( P + Phidrostatik)
= 1,992 atm
= 29,28 psi
o Tebal dinding tangki, t
t = C)P6,0(-)E.f2(
)ID(P
design
Tdesign + [Pers. 14.34, Brownell & Young]
Dimana :
t = tebal tangki , in
Pdesign = Tekanan desain
ID I = Diameter dalam tangki, in
= 226 in
F = Maximum allowable stress untuk SA-201 grade A
(appendix D,item 4, brownell and Young )
= 13750 psi
E = welded joint efficiency (efisiensi penyambungan) = 0,8
Tipe joint yang dipilih adalah double welded butt joint
tanpa diradiografi dan tanpa stress relieve → max
efficiency berdasarkan table 13.2, hal 254, Brownell &
Young.
C = faktor korosi yang diijinkan untuk umur alat 10 tahun
= 0,125 in
t = 0.5 in
Diambil tebal standar, t = 1 in
Maka Diameter Luar Tangki :
ODT = IDT + 2.t
ODT = 227,9 in
Diambil ukuran standar:
ODT Standar = 228 in
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−4
IDT Standar = [ODT Standar - 2.t]
= 226 in
C.1.4 Tinggi Tangki Termasuk Head, HTH
• Tebal Head, tH
Berdasarkan tabel 5.7, Brownell & Young, hal 90, untuk:
ODT = 228 in
Diperoleh :
icr = 13 3/4 in
r = 180 in
Syarat penggunaan torispherical head:
icr > 6%.IDT [Brownell & Young,hal 88]
13.75 in > 13.560 in (memenuhi)
W = ¼ (3 + (rc/ri)0,5) [Pers. 7.76, Brownell]
Dimana :
W = faktor intensifikasi stress untuk torispherical head, in
rc = radius of crown = r
ri = inside corner radius = icr
W = 1,655 in
tH = CP2,0-E.f2
W.rcP
design
design + = 0,416 in [Pers.7.77, Brownell]
Diambil tH Standar = 7/16 in
• Tinggi Head, OA
Berdasarkan tabel 5.6, Brownell & Young, hal 88, untuk:
tH = 7/16 in
Diperoleh :
Standart straight flange, Sf = 1 ½ in s⁄d 4 ½ in,
dipilih Sf = 1,5 in
Untuk menghitung tinggi head digunakan penjelasan pada fig. 5.8, Brownell
& Young, hal 87 (Gambar C.1).
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−5
a = ID/2 = 113 in
AB = a – icr = 99,250 in
BC = r – icr = 166,250 in
AC = [ (BC)2 – (AB)2 ]½ = 99,250 in
b = r – AC = 166,250 in
Maka;
OA = tH + Sf + b
= 48,564 in
HTH = HT + OA
= 12,71 m
C.2 TANGKI PENYIMPAN BENZEN (T-02)
Fungsi : Untuk menyimpan bahan baku benzen (C6H6)
Jenis : Silinder Tegak berdasar rata dan beratap torispherical Head Tanpa
pengaduk (Brownell & Young, hal 3)
Bahan : Carbon Steel SA 201 Grade A
Jumlah : 3 unit
C.2.1 Data
• Tekanan = 1 atm
• Temperatur = 30 oC.
• Kebutuhan C6H6 = 1.906,45 kg/jam
• Lama penyimpanan = 7 hari
• Jumlah = 3 unit
• Densitas (ρ) = 866,81 kg/m3
C.2.2 Volume Tangki, VT
Volume n-parafin memenuhi 80% dari volume tangki
Massa C6H6 untuk 3 unit
= tJumlah Uni
npenyimpana Lama x jam/hari 24Benzen x Jumlah
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−6
= 106.761 kg
• Volume benzen, VL = Massa x ρ campuran
= 123,17 m3
• Volume tangki, VT = 80% Volume parafin
= 153,96 m3
C.2.3 Dimensi Tangki
• Diameter Dalam Tangki, IDT dan Tinggi Tangki, HT
VT = T2T HID4 ××π ; HT = 2 IDT
Dimana :
IDT = Diameter dalam tangki, m
HT = Tinggi tangki , m
IDT = 3
1
TV4
π
IDT = H = 5,808 m
= 228,67 in
• Tekanan hidrostatik, Phidrostatik
Phidrostatik = ρ.HL.g (g = 9,8 m/dt2)
= 39.507,59 N/m2
= 0,39 atm
• Tekanan Desain, Pdesign
Pdesign = 120% ( P + Phidrostatik)
= 1,67 atm
= 24,52 psi
• Tebal dinding tangki, t
t = C)P6,0(-)E.f2(
)ID(P
design
Tdesign + [Pers. 14.34, Brownell & Young]
Dimana :
t = tebal tangki , in
Pdesign = Tekanan desain
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−7
ID I = Diameter dalam tangki, in
= 114.34 in
F = Maximum allowable stress untuk SA-201 grade A
(appendix D,item 4, brownell and Young )
= 13750 psi
E = welded joint efficiency (efisiensi penyambungan) = 0,8
Tipe joint yang dipilih adalah double welded butt joint
tanpa diradiografi dan tanpa stress relieve → max
efficiency berdasarkan table 13.2, hal 254, Brownell &
Young.
C = faktor korosi yang diijinkan untuk umur alat 10 tahun
= 0,125 in
t = 0.38 in
Diambil tebal standar, t = 1 1/8 in
Maka Diameter Luar Tangki :
ODT = IDT + 2.t
ODT = 230,92 in
Diambil ukuran standar:
ODT Standar = 240 in
IDT Standar = [ODT Standar - 2.t]
= 237,75 in
C.2.4 Tinggi Tangki Termasuk Head, HTH
• Tebal Head, tH
Berdasarkan tabel 5.7, Brownell & Young, hal 90, untuk:
ODT = 240 in
Diperoleh :
icr = 14,438 in
r = 180 in
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−8
Syarat penggunaan torispherical head:
icr > 6%.IDT [Brownell & Young,hal 88]
14,438 in > 14,265 in (memenuhi)
W = ¼ (3 + (rc/ri)0,5) [Pers. 7.76, Brownell]
Dimana :
W = faktor intensifikasi stress untuk torispherical head, in
rc = radius of crown = r
ri = inside corner radius = icr
W = 1.633 in
tH = CP2,0-E.f2
W.rcP
design
design + = 0,340 in [Pers.7.77, Brownell]
Diambil tH Standar = 3/8 in
• Tinggi Head, OA
Berdasarkan tabel 5.6, Brownell & Young, hal 88, untuk:
tH = 3/8 in
Diperoleh :
Standart straight flange, Sf = 1 ½ in s⁄d 3 in,
dipilih Sf = 1,5 in
Untuk menghitung tinggi head digunakan penjelasan pada fig. 5.8, Brownell
& Young, hal 87 (Gambar C.1).
a = ID/2 = 118,875 in
AB = a – icr = 104,438 in
BC = r – icr = 165,653 in
AC = [ (BC)2 – (AB)2 ]½ = 128,467 in
b = r – AC = 51,533 in
Maka;
OA = tH + Sf + b
= 53.408 in = 1.3566 mTinggi tangki termasuk head,
HTH = HT + OA
= 7,165 m
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−9
C.3 HEAT EXCHANGER (HE)
Fungsi : Penukar panas antara keluaran bawah Reaktor Dehydrogenasi
dalam fluida fasa gas dengan bahan baku n-parafin dari tengki
(T-01) dalam fluida fasa cair
Jenis : Horizontal Shell and Tube Heat Exchanger
Bahan : Stainless Steel SA-167 Grade 11 tipe 316
Jumlah : 1 buah.
C.3.1 Data
• Tekanan operasi, P = 1 atm = 14,696 psi
• Panas yang diberikan (Qc)
Qc = 17.131.064,500 kJ/jam = 18.074.230,249 Btu/jam
• Fluida panas (Tubes) : bahan yang keluar dari Reaktor Dehydrogenasi
Laju alir massa, Wt = 21.269,909 kg/jam = 46.891,334 lb/jam
T1 = 465,5 oC = 869,9 oF
T2 = 206oC = 402,8 oF
• Fluida dingin (Shell) : bahan baku n-parafin dari tengki bahan baku
Laju alir massa, Ws =20.785,68 kg/jam = 45.823,80 lb/jam
t1 = 30 oC = 86oF
t2 = 333,52 oC = 632 oF
C.3.2 Logaritmic Mean Temperature Difference (LMTD)
• LMTD = ( ) ( )( ) ( )[ ]1221
1t221
t/tln
t
−Τ−ΤΤ−−Τ − = 275,78 oF [Pers. 5.14, Kern]
• LMTD Correction Factor (FT)
R = ( ) ( )1221 t-t/T-T = 1
S = ( ) ( )1112 t-T/t-t = 0,57
Dipilih 1-2 exchangers
Untuk 1 pass Shell dan 2 pass Tube dari Fig.18 Kern, nilai R dan S diatas
diperoleh nilai FT = 0,73
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−10
• Koreksi LMTD = LMTD x FT = 206,03 oF
C.3.3 Koeffisien Transfer Panas menyeluruh, UD
Dari tabel 8 Kern hal 840, untuk fluida dingin bahan baku parafin dan fluida
panas uap parafin,olefin dan H2, harga UD = 40 - 75 Btu/jam ft2 ºF
Asumsi: UD = 50 Btu/jam ft2 oF
• Luas permukaan transfer panas, A
A = LTMD.U
Q
D
C ( pers 5.3 Q.Kern)
= 1.577,753 ft2
• Tebal tubes minimum, tm
C)P6,0(-)E.f(
)2/OD(Ptm
design
tdesign += [Pers. 14.34, Brownell & Young]
Dimana :
tm = tebal tube (in)
Pdesign = Tekanan desain dalam tube
= 14.70 psia
ODt = Diameter luar tube, direncanakan = 1 in
F = Maximum allowable stress untuk bahan stainless steel SA - 213
Grade TP316
= 17532 psia
E = welded joint efficiency = 0,8
C = faktor korosi yang diijinkan untuk umur alat 10 tahun = 0,125 in
Maka;
tm = 0,1255 in
Dari Tabel.10, Kern diambil standar tubes terdekat dengan nilai diatas,
sehingga diperoleh:
t = 0,134 in
BWG = 10
ODt = 1 in
IDt = 0,732 in
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−11
a’t = 0,421 in2
ao = 0,262 ft2/ln ft
• Jumlah tube, Nt
Direncanakan panjang tubes, L = 10 ft
Nt = L.a o
Α = 602,656 tubes
• Koreksi Luas permukaan transfer panas, A
A = Nt . ao . L
Dari Tabel 9 hal 842, Kern untuk :
ODt = 1 in; 1,25 in triangular pitch
n = 6 - pass
Diambil standar jumlah tube, diperoleh :
Nt = 614 tubes
IDs = 37 in
A = 1.607,452 ft2
• Koreksi Koeffisien Transfer Panas menyeluruh, UD
UD = LMTD.
Qc
Α = 49,08 Btu/jam.ft2.oF
C.3.4 Faktor Kekotoran (Rd)
• Fluida dingin dalam Shell
o Flow area, as
144.P
B'.C.IDa
t
SS = [Pers. 7.1, Kern]
IDs : Diameter dalam = 37 in
B : Baffle spacing (min1/5IDs), B = 1/5.IDs = 7,4 in
Pt : Pitch = 1 in
c' : Clearance antar tubes, c' = Pt-ODs = 0,25 in
as dalam ft2, maka:
as = 0,3803 ft2
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−12
o Laju alir massa (Gs)
s
ss a
WG = [Pers. 7.2, hal 150 Kern]
= 120.500,862 lb/jam.ft2
o Bilangan Reynold, sRe
µ
= Ses
G.DRe [Pers. 7.3, Kern]
De: Diameter ekivalen shell (ft) pada ODt 0,75”
De = 0,72 in = 0,060 ft [Fig. 28, Kern]
µ : viskositas pada Ta = 1/2(T1+T2) = 309oF
µ = 0,0140 lb/ft,jam [Chemical Properties Hand Book’s”McGraw-Hill”]
Res = 516.339,36
o Koefisien perpindahan pipa lapisan luar, ho
)( k
. Cp
ID
k . jH ho t
3
1
t
φµ
=
jH = 420 (pada Res) [Fig. 28, Kern]
pada tc = 309oF [Chemical Properties Hand Book’s McGraw-Hill ]
Cp = 0,86 Btu/lb.oF
k = 0,135 Btu/ft².jam(ºF/ft)
ho/Φs = JH x( k/De)(C x µ air/k)1/3 [pers 6.15b, hal 150, Kern] ho/Φs = 314,17 Btu/ft².jam.ºF
o Temperatur dinding pipa, tw
tw = )tT()h()h(
ht cc
sotio
soc −
φ+φφ+ [Pers. 5.31, Kern]
= 337,87 oF
o Koreksi koefisien perpindahan panas, ho
ho = aa
ohφ
φ [Pers. 6.36, Kern]
φs = (µ/µw) 0.14
pada tw = 337,87 oF
µw = 0,0169 lb/ft.hr [Chemical Properties Hand Book’s”McGraw-Hill”]
φs = 0,8299
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−13
ho = 307,89 Btu/jam.ft.oF
• Fluida panas dalam Tubes
o Flow area, at
at = n.144
a.Nt 't = 0,2992 ft2 [Pers. 7.48, Kern]
o Laju alir massa, Gt
t
tt a
WG = = 156.731,346 lb/jam.ft2
o Bilangan Reynold, Ret
Ret = µ
tt G.ID
µ : viskositas pada pada tc = 1/2(t1+t2) = 636 oF
µ = 0,024 lb/ft,jam [Chemical Properties Hand Book’s McGraw-Hill]
maka :
Ret = 397.458,961
o Perpindahan pipa lapisan luar, hi
)( k
. Cp
ID
k . jH hi t
3
1
t
φ
µ=
jH = 710 [Fig. 24, Kern]
pada Tc = 143,708 oF [Chemical Properties Hand Book’s”McGraw-Hill”]
Cp = 0,46 Btu/lb.oF
k = 0,142 Btu/ft².jam(ºF/ft)
ho/Φs = JH x( k/De)(C x µ air/k)1/3 [pers 6.15b, hal 150, Kern] thi φ = 4.426,98 Btu/ft².jam.ºF
o Perpindahan pipa lapisan luar, hio
OD
IDx
hh
t
i
t
io
φ=
φ [Pers. 6.5, Kern]
thio φ = 3.240,55 Btu/ft².jam.ºF
o Koreksi Perpindahan pipa lapisan luar, hio
tt
ioio
hh φ
φ=
Pada tw = 337,87 oF:
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−14
µw = 0,0121 lb/ft.hr [Chemical Properties Hand Book’s”McGraw-Hill”]
tφ = (µ/µw) 0.14 = 1,40
hio = 4.536,7723 Btu/ft².jam.ºF [Pers. 6.37, Kern]
• Clean Overall Coefficient, Uc
Uc = oio
oio
hh
h.h
+ = 288,321 Btu/ft².jam.ºF [Pers. 6.38, Kern]
• Dirt Factors, Rd
Rd = DC
DC
U.U
U-U [Pers. 6.13, Kern]
Rd = 0,0169 ft².jam.ºF/Btu
Rd min = 0,001 (Table 12, hal 845, Kern)
Rd > Rd min, maka Rd memenuhi syarat
C.3.5 Pressure drop
• Fluida panas dalam Shell
se10s
2s
S .s.D.10x22,5
)1N.(ID.G.fP
φ+=∆ [Pers. 7.52, Kern]
∆PS = Pressure drop didalam shell (psi)
f = Faktor friksi untuk shell pada Res
= 0,001 [Fig. 29, Kern]
N+1 = Number of crosses = 12 x L/B
= 16,22 ft
De = Diameter ekivalen (ft) = IDs/12 = 0,060 ft
s = spesifik grafity pada Tc
= 1 [www.armandproducts.com]
∆PS = 0,24 psi
∆PS < 10 psi (Rancangan memenuhi)
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−15
• Fluida dingin dalam Tubes
∆PT = ∆Pt + ∆Pr
tt10
2t
t .s.ID.10x22,5
n.L.G.fP
φ=∆ [Pers. 7.45, Kern]
f = 0,00014 (pada Ret) [Fig. 26, Kern]
n : Jumlah passes dalam tubes = 6
s = 1 [www.armandproducts.com]
Maka :
∆PT = 5,333 psi
∆PT < 10 psi (Rancangan memenuhi)
C.4 Fired Heater (F-01)
Fungsi : Untuk memanaskan umpan sekaligus merubah fase dari 277 oC
sampai dengan 465,5 oC
Laju alir bahan = 20.785,182 jam
kg
Temperatur umpan masuk = 333,52 oC = 632,35 oF
Temperatur umpan keluar = 465,5 oC = 869,9 oF
Kebutuhan panas untuk menaikkan temperatur umpan dari 333,52 oC ke 465,5 oC
adalah
Q = 23.888.911,612jam
kJ
= 22.642.318,926jam
BTU
Effisiensi panas = 75%
Qn = 30.189.758,568jam
BTU
Dengan 85% transfer panas terjadi pada bagian radian maka :
Qr = 19.245.971,087jam
BTU
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−16
radianA
Q
= 12000 2. fthr
BTU (tabel 19.2 Kern) dengan type furnace gas oil cracking
heating.
Luas permukaan radian, Ar =
radA
QQr
= 1.603,83 ft2
� Menghitung Ukuran Tube pada bagian Radian
Menghitung diameter optimum pipa yang akan dipakai untuk furnace Ukuran
Tube pada bagian Radian
Aliran masuk feed = 20.785,182 kg/jam
= 45,822,712 bm/jam
= 763,712 lbm/min
= 12,73 lb/detik
ρ = 592,050 Kg/m3 [hysys]
= 36,960 lbm/ft3
Laju alir volumetrik,Qf = ρW
= 960,36
73,12= 0,344 ft3/dtk
dianggap aliran turbulen
Dicari diameter optimum pipa :
IDopt = 3,9 x Qf 0,45 x ρ0,13 (pers. 14,15, Peter's)
= 3,86 inch, diambil yang berukuran 4 in (apendixK, Brownell)
� Menentukan tebal pipa aliran gas masuk
Bahan konstruksi = Nicrofer®6025 HT- Alloy 602 CA TP
allowable stress (F) = 26,000 psi (MDS no 4037, Okt 2002 ed)
effisiensi penyambungan (E) = 0,8 (tabel.13,2, Brownell)
Corrosion alowance ( C) = 0,125 in/10th
tebal pipa (tp) = CPEF
RiP
design
design +×−×
×)6.0()(
dimana :
R = jari-jari pipa = ½D = ½ x 4 = 2 in
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−17
Faktor Keamanan 10%, maka:
Pdesign = 1,1 x 1 atm = 1,1 atm = 17,640 psia
tp = 0,127 in
dipakai pipa dengan spesifikasi :
Schedule Number = 40 S
Ukuran nominal = 4 in
OD act = 4,5 in
ID act = 4,026 in
Luas Permukaan luar tube : ao = 12.7 ft2/ft
Pitch , Pt = 9,5 in
Panjang Furnace, L = Lt - 1,5
diambil panjang Lt = 12 ft
L = 10,5 ft
� Menghitung jumlah tube, Ntr:
Ntr = aoL
Ar
×=
1155,18
93,80783
×
= 12 tube
� Menghitung Laju alir Massa Flue Gas (G)
Dianggap ekses udara untuk membakar fue gas sebanyak : x = 25%
Gf = (822 + 7,78X) x Qn x 10-6 (Tabel 8,16 Wallas)
= 24.874,7 lb/jam
4 shield tube, equilateral spacing, jarak dengan dinding = 3 in
G = 5,423600
12
×××L
Gf
= 1,858 2.sec ft
lb
� Menghitung Mean Tube Wall Temperatur (Tr)
Tr = 100 + 0,5(t1+ t2) = 100 + 0,5 (531,9 + 869,9)
= 800,9 oF
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−18
� Menghitung LMTD
Fuel (oF) Umpan (oF) ∆t
1600 869,9 730,10
1200 632,35 567,65
LMTD = ( )
−
65,567
10,730
65,56710,730
Ln
= 698,66 oF
� Menghitung Transfer Panas pada Bagian Konveksi (Qc)
Qc = Qn - Qr
= 30/189.758,568 – 19.245.971,087
= 10.943.787,481 jam
BTU
� Menghitung Clean Over all Coefisien (Uc)
Uc = (a + b.G + c.G2)(4,5/d)0,25 (Tabel 8.16, Wallas)
a = 2,461 - 0,759z + 1,625z2 = 2,895
b = 0,7655 + 21,373z - 9,6625z2 = 11,685
c = 9,7938 - 30,809z + 14,333z2 = -5,687
Z = 1000
Tr =
1000
050.1 = 0,5208
d = OD = 4,5 in
Uc = 4,973
� Menghitung Luas Permukaan Konveksi (Ac)
Ac = LMTDUc
Qc
×
= 3.150,002 ft2
� Menghitung Jumlah tube pada bagian konveksi, Ntc :
Ntc = AoL
Ac
×
= 23,622 ≈ 24 tube
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−19
� Dimensi Furnace :
Ntr = 7
Ceiling tube = 4 tube
Shield tube = 2 tube
wall tube = (7 – 4 - 2 )/ 2 = 0,5 ≈ 1 tube
Ntc = 7 tube (7 baris & masing-masing baris terdiri dari 0,5 ≈1 tube)
� Ukuran furnace dibagian radian :
Panjang,P =10,5 ft = 3,2 m
Lebar, L = ((6+2) x 4,5/12) + (((6+2)-1) x 1,5/12) = 8,125 ft
= 2,48 m
Tinggi,T = (3,8 x 4,5/12) + ((3.8-1) x 1,5/12) = 0,38ft
= 0,1143 m
� Ukuran furnace dibagian konveksi :
Panjang,P = 10,5 ft = 3,2 m
Lebar, L = (2 x 4,5/12) + ((2-1)x1,5/12) = 0,875ft
= 0,2667 m
Tinggi,T = (1,766 x 4,5/12) + ((1,766 – 1) x 1,5/12) = 0,76ft
= 0,2310 m
� Menghitung The cold Plane Area (Acp)
Acp = L x Pt x (Ntr - 4) = 18,5 x ( 9,5/12) x (38 – 4)
= 41,56 ft2
� Menghitung Absortivity (α)
X = Pt/ODt = 9,5/4,5 = 2,11
α = 1 - [0,0277 + 0,0927 (X-1)] (X-1)
= 1- [0,0277 + 0,0927 (2,11 – 1)] x (2,11 – 1)
= 0,855
� Menghitung Luas Permukaan Dalam Shell (As)
As = 2 [ l (T + L) + (T x L) ]
= 184,59 ft2
� Menghitung Refraktory Surface (Aw)
Aw = As - Acp = 143,03 ft2
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−20
� Menghitung Effective Absorptivity
αAr = Ashield + (α x Acp) = 220,12 ft2
Ar
Aw
α = 0,65
� Menghitung Mean Beam Length (Lmb)
Lmb = 2/3 (Vol furnace)1/3
= 2/3 x (10,5 x 8,125 x)1/3 = 7,11 ft2
� Menghitung Tekanan Parsial Flue gas (p)
p = 0,288 - 0,229 x + 0,090 x2 = 0,2057 atm
X = fraksi vol udara = 0,25
� Menghitung Kebutuhan Bahan Bakar Untuk Furnace
Menggunakan fuel gas hasil produk samping berupa C3H8
Komponen Hv Komponen (Btu/lb)
C3H8 19200
Data Heating Value dari: Perry’s Tabel 9-31
massa bahan bakar = Hv
Q
×85,0
= 1.337,25 lb/jam
= 606,577 kg/jam
Kebutuhan bahan bakar ini sebagian dapat disuplai dari Gas Propane =
606,577 kg/jam hasil produk atas Separator sedangkan sebagiannya lagi dengan
menggunakan fuel gas berupa solar :
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−21
C.5 REAKTOR DEHYDROGENASI (R-01)
Fungsi : Sebagai tempat bereaksi olefin dengan benzena membentuk LAB.
Tipe : Fixed Bed Multi Tube Reactor
Jumlah : 1 unit
C.5.1 DATA
• Tekanan Operasi = 1 atm
• Temperatur operasi = 465,5oC
• Laju alir umpan massa gas = 21.269,909 kg/jam
• Laju alir massa air pendingin = 43.964,736 kg/jam
Tabel C-02. Densitas umpan reaktor pada kondisi operasi.
Komponen reaktan(kg/jam) fraksi Densitas
(kg/m3)
x . Densitas
(kg/m3)
C12H26 (n-paraffin) 15.427,81 0,73 751,145 544,83
C14H30 (n-parrafin) 1.161,23 0.05 762,913 41,65
C12H24 (olefin) 3.856,95 0.18 762,2 138,21
C14H28 (olefin) 290,798 0.01 774,098 10,58
H2 533,116 0.03 69,8591 1,75
Jumlah 21.269,91 1 Densitas gas 737,03
[Sumber: HYSYS]
C.5.2 KATALIS
C.5.2.1 Spesifikasi Katalis
Jenis katalis = Alumina
Komposisi : lithium 0,5%
platinum 0,75%
arsenic 0,3 platinum
Diameter katalis = 1440 kg/m3
Volume pori-pori = 0,40 ml/g 0,0004
porositas, X = 0,58
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−22
Densitas = 737,03 Kg/cm3
Menentukan volume katalis dalam reaktor
LHSV = volume feed/volume katalis
= 32 /jam
volume bahan dalam reaktor =
=
volume bahan = 28,86 m3/jam
volume katalis =
= 0,90 m3
Volume total = V kosong + V katalis = (X × V total) + V katalis
volume total terisi =
= 2,13 m3
volume total design =
= 2,659 m3
C.5.3 DIMENSI REAKTOR
C.5.3.1 Diameter Reaktor
• Tebal tubes, tt
Direncanakan menggunakan tube dgn diameter luar ( OD ) tube = 1,5 in
Bahan Carbon Steel SA - 106 ( Brownell :hal 251 )
Spesifikasi :
P = Tekanan design ( 1,1 x 1 atm ) = 16,17 psia psia
T design = 465,50 oC x 1,1 atm
= 512,05 oC = 785,05 oK 953,69 oF
Direncanakan menggunakan tube dengan diameter, OD = 1,5 in
= 0,125 ft
campurandensitas
totalmasa
)1( X
Vkatalis
−
737.0391,21269
30
86,28
%20,0%100
27,2 3
−m
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−23
Bahan : Carbon Steel SA-106 Grade A
F = 6500 psia ( allowble working stress )
J = 0,8 ( effisiensi sambungan ) doeble welded joint
C = 0,125 in
Tebal tube =
J.F.2
Do.Pi + C
tt = 0,127 in = 1 inch
• Jumlah tubes, Nt
o Pd Kern tabel 10 : yang mendekati tebal tube ≈ 10 BWG
Tebal tube, tc = 0,134 inch
IDt (diameter dalam tube) = 1,23 inch = 0,1025 ft
Luas area tiap tube, at' = 1,075 inch2
Luas permukaan dalam tube, ao = 0,393 ft
Panjang tube, L = 15 ft
Volume satu tube
Volume satu tube = 1/4 π ID2 L = 0,125 ft3
= 0,004 m3
o Jumlah tube =
= 607,17 tube ≈ 607 tube
• Menentukan Diameter Shell
Persamaan. 10-1. E Ludwig “Applied Process Design for Chemical and
Petrochemical Plastic”, untuk triangular pitch :
Nt =
Dimana :
Nt (jumlah tube) = 336 buah
P (tube pitch, triangular pitch) = 1,875 in
n (jumlah pass) = 1 buah
K1 = 1,08
K2 = -0,9
tubesatuVolume
totalVolume
( ){ }[ ] ( ){ } ( ){ }[ ]2
2
233.1
43124/14.31
P
KnKKIDsPKKIDs
×+××−×−+×−
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−24
K3 = 0,69
K4 = -0,8
IDS (diameter dalam shell)
Perhitungan dilakukan dengan trial and error sehingga diperoleh jumlah tube
dalam shell yang sesuai.
Trial IDs = 58,862 inch
= 1,495 m
IDs = 58,86 inch
H = 3D
H = 14.72 in
• Tebal shell (dinding reactor), ts
Untuk bahan Carbon Steel SA-201 grade A (Brownell tabel 13 ) Dimana
ts = (tebal Shell)
r = 1/2 IDS = 29,431 in
P (tekanan design) = 16,17 psia
Allowable working Stress ( F ) = 6500 Psi
Effisiensi sambungan ( E ) = 0,8
Faktor korosi = 0,125 inch
Tebal shell =
J.F.2
D.Pi + C
ts = 0,217 in
Diambil tebal shell standard = 0,25 in (Tabel 5.8 hal 93, Brownell & Young)
C.5.3.2 Tinggi Reaktor Termasuk Head, H
• Tebal Head, tH
Bentuk : Elipsoidal Head
Bahan : carbon steel SA 207 grade A
P design = 16,17 psia
T design = 512,05 oC
= 785,05 K (953.69 oF)
Allowable working Stress ( F ) = 6500 Psi
Effisiensi sambungan ( E ) = 0,8
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−25
Faktor korosi = 0,125 inch
ODs = IDs + 2 ts
ODs = 59,36 inch
ODs = IDh = 59,36 inch
th = (Pers 7.57, Brownell & Young hal 90)
Dimana :
th = Tebal Head
P (tekanan design) = 16,17 psia
V = 1/6 (2 + K2)
K = a / b
Dengan a = IDh / 2
b = inside depth of dish = IDh / 4 Dari Fig 5.7.e (Brownell)
Didapat :
a = 29,681 inch
b = 14,841 inch
K = 2,0
V = 1,0
th = 0,217 in
Digunakan head standar yaitu : 0,25inch (Tabel5.11,Brownell)
• Tinggi Head, OA
Dari Brownell & Young, tabel 5.11, untuk th = 1 inch diperoleh :
sf ( standart straight flange ) = 1.5 – 4 inch, diambil sf = 4 inch
Tinggi Head : OA = th + b + sf
OA = 0,25 inch + 14,841 inch + 4 inch
OA = 19,0905 in
= 0,48 m
• Menentukan Volume Head
Volume tutup ( Torispherical head ) untuk 2 tutup :
V = π D3 / 12
V = π × (47,12 / 12)3 / 12
V = 30,882 ft3 Tinggi Reaktor termasuk head,
) P x (0.2 - ) E x f x (2
V IDh x x P
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−26
• Menentukan Tebal Screen
(Pers 6.55a Brownell hal 102)
Dimana :
f (allowable stress) = 6500 psia
Dscreen ( Diameter screen Idshell ) = 58,86 in
P (tekanan design reaktor) = 16,17 psia
t screen tebal plate screen untuk bed katalis
jadi tebal plate screen :
tscreen = 1,273 in
= 1 in
• Menentukan Jarak Screen dari Dasar Shell
Jarak screen dari dasar vessel diambil sebesar Inside Depth of Dish (IDD),
dimana :
= 14,841 in
= 0,377 m
C.5.3.3 Menentukan ukuran Total Reaktor
⊕ Menentukan Tinggi Total Reaktor
Ht = Hs + 2Hh
Dimana :
Ht = Tinggi total reaktor
Hs = Tinggi Shell
= 15 ft
= 4,572 m
Hh = Tinggi Head (OA)
= 19,091 inch
= 0,485 m
2Hh = 0,969 m
Maka :
Ht = 5,54 m
( ) fPDt screenscreen ×= 16
3
4
ODIDD =
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−27
⊕ Menentukan Volume Total Reaktor
Vt = V silinder + V tutup + 2V sf
Dimana :
V silinder = (1/4 x π (IDs)2 L)
V silinder = (1/4 x π (43,14 / 12)2 x 40)
= 283,314 ft
V tutup = 30,882 ft3
V sf = (1/4 x π (IDs)2 sf)
= (1/4 x π (43.14 / 12)2 x (4/12))
= 6,296 ft3
2V sf = 12,592 ft3
Maka :
Vt = 326,79 ft3
C.5.4 PERANCANGAN SISTEM PEMANAS
Fungsi : Sebagai pemanas bahan untuk mempertahankan temperatur operasi
dalam reaktor yang bereaksi endotermis yang dihasilkan oleh
reaksi dan menjaga temperatur reaktor agar tetap konstan.
C.5.4.1 Data
• Tekanan operasi, P = 1 atm = 14,696 psi
• Fluida dingin : gas masuk reaktor
Temperatur masuk (t1) = 465,5 oC (869,9 oF)
Temperatur keluar (t2) = 465,5 oC (869,9 oF)
• Fluida panas : uap dowtherm A
Temperatur masuk (T1) = 510 oC (950 F)
Temperatur keluar (T2) = 468 oC (874,4 F)
Beban panas Reaktor, Q
Q = 4,251,874,82 kJ/jam
Bahan umpan Reaktor
Ws = 44.558,94 lb/jam
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−28
• Laju alir massa uap Dowtherm A
Wt = 21.269,91 kg/jam
= 46.892,07 lb/jam
C.5.4.2 Logaritmic Mean Temperature Difference (LMTD)
• LMTD = ( ) ( )( ) ( )[ ]1221
1t221
t/tln
t
−Τ−ΤΤ−−Τ − [Pers. 5.14, Kern]
= 14,587 oF
C.5.4.3 Koeffisien Transfer Panas menyeluruh, UD
• Luas permukaan transfer panas, A
Dari tabel 10 Kern, dipilih ukuran tube
ODt = 1,5 in
panjang = 40 ft
ao = 0,3925 ft2/ft
BWG = 8
Triangular Pitch = 1,875ft 0,3925 ft2/ft
A = Nt . ao . L
= 3.574,72 ft2
• Koeffisien Transfer Panas menyeluruh, UD
UD = LMTD.
Qc
Α
= 28,319 Btu/jam.ft2.oF
• Menentukan Temperatur Average
Untuk fluida yang berada dalam shell berlaku :
Ts avg =
= 489 oC
= 912,2 oF
Untuk fluida yang berada dalam tube berlaku :
Tt avg =
= 465,5 oC
2
2 T 1 T +
2
2 t 1t +
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−29
= 869,90 oF
C.5.4.4 Faktor Kekotoran (Rd)
• Fluida dingin dalam Shell
o Flow area, as
as = [Pers. 7.1, Kern]
IDs : Diameter dalam = 58,862 in
B : Baffle spacing (min. 1/5IDs), B = 2/5.IDs = 9,180 in
Pt : Pitch = 1,875 in
c' : Clearance antar tubes, c' = Pt - ODs = 0,375 in
as dalam ft2, maka:
as = 0,75 ft2
o Laju alir massa (Gs)
Gs = [Pers. 7.2, Kern]
= 59.373,09 lb/jam.ft2
o Bilangan Reynold,
Re = [Pers. 7.3, Kern]
De: Diameter ekivalen shell (ft) pada ODt 1½”
De = 1,08 in = 0,090 ftft [Fig. 28, Kern]
(untuk 1,875 triangular pitch, dengan OD tube 1,5 inch)
pada Tavg = 912,2 oF, diperoleh :
µ = 0,968 lbm/jam ft [Trademark of The Dow Chemical Company]
sRe = 66.242,70
o Koefisien perpindahan pipa lapisan luar, ho
)( k
. Cp
D
k . jH h s
3
1
eo φ
µ= [Pers. 6.15b, Kern]
jH = 160 (pada Res) [Fig. 28, Kern]
Dari Trademark of The Dow Chemical Company pada Tt avg = 903,2 oF
diperoleh :
144 x
B x C x IDs
Pt
as
Ws
s
Gs De
µ×
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−30
Cp = 0,68 Btu/lb.oF
k = 0,03 Btu/ft².jam (ºF/ft)
ho = 150.349 Btu/ft².jam.ºF [Pers. 6.36, Kern]
• Fluida panas dalam Tubes
o Flow area, at
IDt = (diameter dalam tube) = 1,23 in = 0,1025 ft
Diameter luar tube, ODt = 1,5 in = 0,125 ft
n = 1 pass
Nt = 307 buah
at' = 1,075 in2
at = n.144
'a.Nt t ;ft2 = 4,533 ft2 [Pers. 7.48, Kern]
o Laju alir massa, Gt
t
tt a
WG = = 4.692,55 lb/jam.ft2
o Bilangan Reynold, tRe
µ
= ttt
xGIDRe
viskositas pada pada Tt avg = 869,9 oF
µ = 0,0735 lb/ft,jam [hysys]
tRe = 10.372,42
o Perpindahan pipa lapisan luar, hi
)( k
. Cp
ID
k . jH hi t
3
1
t
φ
µ= [Pers. 6.15a, Kern]
jH = 570 [Fig. 24, Kern]
pada Tt avg = 869,9 oF:
Cp = 0,8 Btu/lb.oF [hysys]
k = 0,064 Btu/ft².jam(ºF/ft) [hysys]
hi = 345,433 Btu/jam ft2 oF
o Koreksi Perpindahan pipa lapisan luar, hio
OD
IDxhih io = [Pers. 6.5, Kern]
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−31
hio = 283,255 Btu/jam ft2 oF
• Clean Overall Coefficient, Uc
Uc = oio
oio
hh
h.h
+ = 98,22 Btu/ft².jam.ºF [Pers. 6.38, Kern]
• Dirt Factors, Rd
Rd = DC
DC
U.U
U-U = 0,0251 ft².jam.ºF/Btu [Pers. 6.13, Kern]
Rd ≥ 0,002 (rancangan memenuhi)
C.5.4.5 Pressure drop
• Fluida panas dalam Shell
Re (bilangan reynold) = 66.242,70
f (faktor friksi) = 0,0009
Sg (spesific grafity) = 1
N + 1 = 12 L/B = 522,875 ft
Ds (diameter shell) = 58,86 inch = 4,91 ft
De (diameter ekivalen) = 0,09 ft
Gs (laju umpan / area) = 59.373,09 lb/jam.ft2
se
10s
2s
S .s.D.10x22,5
)1N.(ID.G.fP
φ+=∆ [Pers. 7.52, Kern]
∆PS : Pressure drop didalam shell (psi)]
∆PS = 1,732 psi
∆PS < 10 psi (Rancangan memenuhi)
• Fluida dingin dalam Tubes
Pada ψ (sphericity) = 1 didapat,
× (porositas) = 0,5
Ff (faktor friksi) = 500 (Fig. 220, Brown)
FRe (faktor Reynold) = 17 (Fig. 219, Brown)
Dp (diameter partikel) = 0,00984 ft
Gt (laju umpan) = 4.692,55 lb/jam.ft2
µ (viskositas) = 0,0735 lb/ft.jam
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−32
=19.339,113
L = 40 ft
f (faktor friksi) = 0,00025 (Fig. 26, Brown)
gc (kec. gas) = 32,2 ft/dt2
ρg (densitas gas) = 382,91 kg/m3
∆PT = ∆Pt + ∆Pr
tt10
2t
t .s.ID.10x22,5
n.L.G.fP
φ=∆ [Pers. 7.45, Kern]
= 0.21 psia
∆PT < 10 psi (Rancangan memenuhi)
C.6 KONDENSOR SUB COOLER (KD)
Fungsi : untuk menurunkan temperatur yang keluar HE dari 206,5 C sampai 35 C
sekaligus merubah fase bahan (parafin,olefin ) sedangkan H2 tetap dalam
keadaan Gas
Tipe : Horizontal Condenser.
Jenis : Shell and Tube Heat Exchanger
Jumlah : 1 unit.
C.6.1 Data
• Tekanan operasi, P = 1 atm = 14,696 psi
• Beban panas kondensor, Qc
Qc = 8.530.841,13 kJ/jam
= 8.085.677,10 Btu/jam
• Fluida dingin (Shell) : parafin,olefin dan H2
Laju alir massa, Ws = 58.711,14 kg/jam = 129.433,73 lb/jam
T1 = 206,25oC = 403,26oF
T2 = 35oC = 95oF
• Fluida panas (Tubes) : dowtherm A
Laju alir massa, Wt = 21.269,91 kg/jam = 46.891,33 lb/jam
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−33
t1 = 30oC = 86oF
t2 = 130oC = 266oF
C.6.2 Logaritmic Mean Temperature Difference (LMTD)
• LMTD = ( ) ( )( ) ( )[ ]1221
1t221
t/tln
t
−Τ−ΤΤ−−Τ − [Pers. 5.14, Kern]
= 47,07oF
• LMTD Correction Factor (FT)
R = ( ) ( )1221 t-t/T-T = 1,71
S = ( ) ( )1112 t-T/t-t = 0,57
Dipilih 1-2 exchangers,
Untuk 4 pass Shell dan 8 pass Tube dari Fig.19 Kern, nilai R dan S diatas
diperoleh nilai FT = 0,8
• Koreksi LMTD = LMTD x FT = 37,659 oF
C.6.3 Koeffisien Transfer Panas menyeluruh, UD
Dari TABLE 11-3 Perry hal 11-25 Typical Overall Heat-Transfer Coefficients
untuk fluida dingin dowtherm A dan fluida panas parafin,olefin dan H2, harga
UD = 80-120 Btu/jam ft2 ºF
Asumsi: UD = 120 Btu/jam ft2 oF
• Luas permukaan transfer panas, A
A = LTMD.U
Q
D
C
= 1.789,25 ft2
• Tebal tubes minimum, tm
C)P6,0(-)E.f(
)2/OD(Ptm
design
tdesign += [Pers. 14.34, Brownell & Young]
Dimana :
tm = tebal tube minimum (in)
Pdesign = Tekanan desain dalam tubes = 120% P = 1,2 x 1 atm = 1,2 atm
= 15,90 psia
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−34
ODt = Diameter luar tubes, direncanakan = 0,75 in
F = Maximum allowable stress untuk bahan SA-213 Grade
tipe P316 (appendix D,item 4, brownell and Young )
= 17,532 psia
E = welded joint efficiency = 0,8
C = faktor korosi yang diijinkan untuk umur alat 10 tahun
= 0,125 in
Maka; tm = 0,1254 in
• Dari Tabel.10 Kern diambil standar tubes terdekat dengan nilai (tm) diatas,
sehingga diperoleh:
t = 0,134 in
BWG = 10
ODt = 1 ½ in
IDt = 0,123 in
a’t = 1,19 in2
ao = 0,393 ft2/ln ft
• Jumlah tube, Nt
Direncanakan panjang tubes, L = 6 ft
Nt = L.a o
Α
= 284,91 tubes
• Koreksi Luas permukaan transfer panas, A
A = Nt . ao . L
Dari Tabel.9, Kern untuk :
Pt = 1 7/8 in; 1 in triangular pitch
n = 4 - pass
Diambil standar jumlah tube terdekat, diperoleh :
Nt = 290 tubes
IDs = 39 in
A = 1821.2 ft2
• Koreksi Koeffisien Transfer Panas menyeluruh, UD
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−35
UD = LMTD.
Qc
Α = 117,89 Btu/jam.ft2.oF
C.6.4 Faktor Kekotoran (Rd)
• Fluida panas dalam Shell
o Flow area, as
144.P
B'.C.IDa
t
SS = [Pers. 7.1, Kern]
IDs : Diameter dalam = 39 in
B : Baffle spacing (min. 1/5IDs), B = 0,25.IDs = 13 in
Pt : Pitch = 1,88 in
c' : Clearance antar tubes, c' = Pt - ODs = 0,38 in
as dalam ft2, maka:
as = 0,7042 ft2
o Laju alir massa Gs
s
ss a
WG = [Pers. 7.2, hal 150 Kern ]
Gs = 66591.24 lb/jam.ft2
o Bilangan Reynold, sRe
µ
= Ses
G.DRe [Pers. 7.3, Kern]
De: Diameter ekivalen shell (ft) pada ODt 1”
De = 0,090 ft [Fig. 28, hal 838, Kern]
Tc = 1/2(T1+T2) = 249 oF
µ = viskositas pada Tc
= 1,9602 lb/ft,jam [hysys]
sRe = 121848
o Koefisien perpindahan pipa lapisan luar, ho
)( k
. Cp
D
k . jH h s
3
1
eo φ
µ= [Pers. 6.15b, Kern]
jH = 250 (pada Res) [Fig. 28, Kern]
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−36
pada Tc = 249oF :
Cp = 0,761 Btu/lb.oF [Hysys]
k = 0,071 Btu/ft².jam(ºF/ft)
soh φ = 431.81 Btu/ft².jam.ºF
o Temperatur dinding pipa, tw
tw = )tT()h()h(
ht cc
sotio
soc −
φ+φφ+ [Pers. 5.31, Kern]
= 238,69oF
o Koreksi koefisien perpindahan panas, ho
ho = aa
ohφ
φ
aφ = (µ/µw) 0.14
pada tw = 238,69 oF
µw = 0,049 lb/ft.hr [hysys]
aφ = 1
ho = 431,81 Btu/jam.ft.oF
• Fluida dingin dalam Tubes
o Flow area, at
at = n.144
'a.Nt t ;ft2
= 0,5991ft2 [Pers. 7.48, hal 150,Kern]
o Laju alir massa, Gt
t
tt a
WG =
= 216.035,4 lb/jam.ft2
o Bilangan Reynold, tRe
µ×
= ttt
GIDRe
µ : viskositas pada pada tc = 1/2(t1+t2)
= 176oF
µ = 1,961 lb/ft, jam [Trademark of The Dow Chemical Company]
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−37
tRe = 311297
o Perpindahan pipa lapisan luar, hi
)( k
. Cp
ID
k . jH hi t
3
1
t
φ
µ= [Pers. 6.15a, Kern]
jH = 55 [Fig. 24, Kern]
pada tc = 176 oF :
Cp = 0,44 Btu/lb.oF [Trademark of The Dow Chemical Company]
k = 0,071 Btu/ft².jam(ºF/ft) [Trademark of The Dow Chemical Company]
thi φ = 87.64 Btu/ft².jam.ºF
o Koefisien Perpindahan pipa lapisan luar, hio
OD
IDx
hh
t
i
t
io
φ=
φ [Pers. 6.5, Kern]
thio φ = 71,87 Btu/ft².jam.ºF
o Koreksi Koefisien Perpindahan pipa lapisan luar, hio
tt
ioio
hh φ
φ= [Pers. 6.37, Kern]
hio = 215,61 Btu/ft².jam.ºF
• Clean Overall Coefficient, Uc
Uc = oio
oio
hh
h.h
+
= 143.8 Btu/ft².jam.ºF [Pers. 6.38, hal 150Kern]
• Dirt Factors, Rd
Dari Tabel 9.5, Alat Penukar Kalor:
Rd pendingin = 0,001 ft².jam.ºF/Btu
Rd organik vapour = 0,0005 ft².jam.ºF/Btu
Rd = 0,001 + 0,0005 = 0,0015 ft².jam.ºF/Btu
Rd = DC
DC
U.U
U-U [Pers. 6.13, Kern]
= 0,0015 ft².jam.ºF/Btu
Rd ≥ 0,0015 (rancangan memenuhi)
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−38
C.6.5 Pressure drop
• Fluida panas dalam Shell
se10s
2s
S .s.D.10x22,5
)1N.(ID.G.fP
φ+=∆ [Pers. 7.52, Kern]
Dimana:
∆PS = Pressure drop didalam shell (psi)
f = Faktor friksi untuk shell pada Res = 0,0013 [Fig. 29, Kern]
N+1 = Number of crosses = 12 x L/B = 14,77 ft
De = Diameter ekivalen (ft) = IDs/12 = 0,090 ft
s = spesifik grafity = 1 [HYSYS]
∆PS = 0,04 psi
∆PS < 10 psi (Rancangan memenuhi)
• Fluida dingin dalam Tubes
∆PT = ∆Pt + ∆Pr
○ tt
10
2t
t .s.ID.10x22,5
n.L.G.fP
φ=∆ [Pers. 7.45, Kern]
Dimana :
f = 0,00026 (pada Ret ) [Fig. 26, Kern]
n = Jumlah passes dalam tubes = 4
s = 1
∆Pt = 0,05 psi
∆PT < 10 psi (Rancangan memenuhi)
C.7 SEPARATOR 1 (S-01)
Fungsi : Memisahkan campuran gas-cair yang keluar dari Kondensor Sub Cooler.
Jenis : Vertical Drum Vessel
Bahan : Stainless Steel SA-167 Grade 11 tipe 316
C.7.1 Data
• Tekanan operasi = 1 atm
• Temperatur = 35 oC
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−39
Tabel C-03. Konstanta Densitas untuk cairan
Komponen A B n Tc
n-Parafin C14 0,236 0,256 0,273 692,400
n-Parafin C12 0,234 0,252 0,290 658,200
1-Olefin C14 0,240 0,252 0,304 692,000
1-Olefin C12 0,240 0,254 0,297 657,000
Sumber: Chemical Properties Hand Book’s”McGraw-Hill”
Tabel C-04. Densitas Campuran umpan (S) pada kondisi operasi.
Komponen mL (kg/jam) x ρ (kg/m3) x.ρ (kg/m3)
n-Parafin C14 1,161,233 0,056 1.531,825 85,780
n-Parafin C12 15,427,810 0,744 1.546,908 1,150,873
1-Olefin C14 290,797 0,014 1.606,069 22,522
1-Olefin C12 3..856,952 0,186 1.553,289 288,905
Jumlah 1,548,081
• Densitas cairan, ρL = 1.548,081 kg/m3
Tabel C-05. Konstanta Densitas untuk gas
Komponen A B n Tc
H2 0,034 0,347 0,276 33,180
Sumber: Chemical Properties Hand Book’s”McGraw-Hill”
Tabel C-06. Densitas Campuran umpan (S) pada kondisi operasi.
Komponen mL (kg/jam) x ρ (kg/m3) x.ρ (kg/m3)
H2 533,117 1.000 1,137 1,137
Jumlah 1,137
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−40
• Densitas cairan, ρL = 1,134 kg/m3
• Jumlah cairan, mL = 2.0736,793 kg/jam
• Jumlah gas, mG = 533,117 kg/jam
C.7.2 Volume Vessel , V
Asumsi: Waktu tinggal cairan, t = 10 menit
• Volume cairan, VL= L
Lm
ρ x t
Ditetapkan waktu tinggal cairan, t = 10 menit [Hal.617, Wallas]
VL = 2,234 m3
• Volume gas, VG
Ditetapkan waktu tinggal gas, t = 1 menit
VG = G
Gm
ρ x t
VG = 7,8116 m3
• Volume Vessel , V
o Perancangan separator yang diinginkan: 10% volume tangki terisi
oleh cairan (VL) dan 90% volume tangki terisi oleh gas (VG).
o Faktor keamanan = 20%
Volume Vessel = ( VL + VG ) x 1,2
= 12,053 m3
C.6.3 Dimensi Vessel
• Diameter Dalam Vessel, ID dan Tinggi Vessel, H
V = HID42 ××π ; H = 3 ID
ID = Diameter dalam Vessel, m
H = Tinggi Vessel, m
ID = 3
1
.3
V4
π
ID = 1/3 HL = 1,723 m = 67,847 in
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−41
H = 5,170 m = 203,542 in
• Tinggi Cairan dalam Vessel, HL
VL = L2 HID4 ××π
HL = 0,957 m
• Diameter Luar Vessel, OD
o Tekanan hidrostatik, Phidrostatik
Phidrostatik = ρ.HL.g (g = 9,8 m/dt2)
= 14.528,186 kgF/m2
= 0,143 atm
o Tekanan Desain, Pdesign
Pdesign = 120% ( P + Phidrostatik)
= 20,1637 psi
o Tebal dinding Vessel, t
t = C)P6,0(-)E.f2(
IDP
design
design + [Pers. 14.34, Brownell & Young]
Dimana :
t = tebal tangki , in
ID = Diameter dalam tangki, in
F = Maximum allowable stress untukcarbon steel SA-285 grade C
(appendix D,item 4, brownell and Young ) = 13750 psi
E = welded joint efficiency (efisiensi penyambungan) = 0,8
Tipe joint yang dipilih adalah double welded butt joint tanpa
diradiografi dan tanpa stress relieve → max efficiency
berdasarkan table 13.2, hal 254, Brownell & Young.
C = faktor korosi yang diijinkan untuk umur alat 10 tahun
= 0,2 in
t = 0,2623 in
Diambil tebal standar, t = 5/16 in
Maka Diameter Luar Tangki :
ODT = IDT + 2.t
ODT = 68,472 in
Diambil ukuran standar:
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−42
ODT Standar = 72 in
IDT Standar = [ODT Standar - 2.t]
= 71,375 in
C.7.4 Tinggi Tangki Termasuk Head, HTH
• Tebal Head, tH
Berdasarkan tabel 5.7, Brownell & Young, hal 90, untuk:
ODT = 72 in
Diperoleh :
icr = 4 3/8 in
r = 72 in
Syarat penggunaan torispherical head:
icr > 6%.IDT [Brownell & Young,hal 88]
7,625 in > 7,523 in (memenuhi)
W = ¼ (3 + (rc/ri)0,5) [Pers. 7.76, Brownell]
Dimana :
W = faktor intensifikasi stress untuk torispherical head, in
rc = radius of crown = r
ri = inside corner radius = icr
W = 1,764 in
tH = CP2,0-E.f2
W.rcP
design
design + [Pers.7.77, Brownell]
= 0,3164 in
Diambil tH Standar = 3/8 in
• Tinggi Head, OA
Gambar C.1. Hubungan dimensional untuk flange and dished head
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−43
Berdasarkan tabel 5.6, Brownell & Young, hal 88, untuk:
tH = 3/8 in
Diperoleh :
Standart straight flange, Sf = 1 ½ in s⁄d 3½ in,
dipilih Sf = 2 in
Untuk menghitung tinggi head digunakan penjelasan pada fig. 5.8, Brownell
& Young, hal 87 (Gambar C.1).
a = ID/2 = 35,688 in
AB = a – icr = 31,313 in
BC = r – icr = 67,625 in
AC = [ (BC)2 – (AB)2 ]½ = 59,939 in
b = r – AC = 12,061 in
Maka;
OA = tH + Sf + b
= 14,436 in in
= 0,3667 m
• Tinggi Vessel termasuk head,
HTH = HT + 2.OA
= 5,537 m
C.8 TANGKI PENYIMPAN HIDROGEN (T-06)
Fungsi : Menyimpan gas Hidrogen (H2) sebagai bahan baku cadangan.
Jenis : Sphrical (Bola)
Bahan : SA-167 Grade 3 tipe 304.
Jumlah : 1 unit
C.8.1 Data
• Tekanan = 1 atm
• Temperatur = 30 oC.
• Kebutuhan H2 = 48,883 kg/jam
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−44
• Lama penyimpanan = 7 hari
• Densitas ρ = 69,859 kg/m3
C.8.2 Volume Tangki, VT
Volume gas memenuhi 80% dari volume tangki
• Massa gas = tJumlah Uni
npenyimpana Lamax jam/bulan 24 x gas Massa Total
= 8.212,41 kg
• Volume gas = Massa gas x ρ campuran
= 117,56 m3
• Volume tangki (VT) = 80% Volume gas
= 130,62 m3
C.8.3 Diamter Dalam Tangki. IDT
Volume tangki (VT) = 4/3 π [IDT]3
IDT = 3.417 m
= 123,903 in
Jari-jari, r = 1,574 m
= 61,9513 in
C.8.4 Menentukan Tebal Tangki, th
• Tebal dinding tangki, t
C)P6,0(-)E.f2(
)ID(Pt
design
Tdesign += [Pers. 14.34, Brownell & Young]
Dimana :
t = tebal tangki , in
Pdesign = Tekanan desain dalam tubes = 120% P
= 1,2 x 1 atm = 1,2 atm = 17.640 psi
IDT = Diameter dalam tangki, in
f = Maximum allowable stress untuk bahan SA-201 Grade A
(appendix D,item 4, brownell and Young ) = 13.750 psi
E = welded joint efficiency (efisiensi penyambungan) = 0,8
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−45
Tipe joint yang dipilih adalah double welded butt joint tanpa
diradiografi dan tanpa stress relieve → max efficiency
berdasarkan table 13.2, hal 254, Brownell & Young.
C = faktor korosi yang diijinkan untuk umur alat 10 tahun = 0,125 in
Sehingga; t = 0,15
Diambil tebal standar, t = 1/5 in
C.8.4. Diameter Luar Tangki, ODT
ODT = IDT + 2.t
ODT = 124,178 in
= 3,157 m
C.9 HEATER I (H-01)
Fungsi : untuk menaikan temperatur bahan benzen, parafin, olefin dari
40,96 oC sampai 140 oC
Jenis aliran : Counter Current
Jenis : Shell and Tube Heat Exchanger
Jumlah : 1 unit.
Keterangan :
Bahan yang masuk H-01 adalah bahan yang sebelumnya berasal dari
pencampuran produk dari separator-01, dari tengki penyimpanan benzene dan
recycle dari striper-01 masuk ke tri valve sebelum dipanaskan tempratur keluar
adalah 40,96 C (temperature dihitung berdasarkan pers. Antoan)
C.9.1 Data
• Tekanan operasi, P = 1 atm
• Beban panas kondensor, QH
QH = 6.028.997,760 kJ/jam
= 5.714.387,1691 Btu/jam
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−46
• Fluida dingin (Shell) : benzen,parafin,olefin
Laju alir massa, Ws = 20.736,792 kg/jam = 45.716,7471 lb/jam
T1 = 40,96 oC = 106 oF
T2 = 140oC = 284 oF
• Fluida panas (Tubes) : uap dowtherm A
Laju alir massa, Wt = 30.353,787 kg/jam = 66.918,5668 lb/jam
t1 = 500oC = 932878 oF
t2 = 470oC = 851 oF
C.9.2. Logaritmic Mean Temperature Difference (LMTD)
• LMTD = ( ) ( )( ) ( )[ ]1221
1t221
t/tln
t
−Τ−ΤΤ−−Τ − [Pers. 5.14, Kern]
= 708,320 oF
• LMTD Correction Factor (FT)
R = ( ) ( )1221 t-t/T-T = 0,00
S = ( ) ( )1112 t-T/t-t = 0,200
Dipilih 1-2 exchangers,
Untuk 1 pass Shell dan 2 pass Tube dari Fig.18 Kern, nilai R dan S diatas
diperoleh nilai FT = 1
• Koreksi LMTD = LMTD x FT = 708,320 oF
C.9.3. Koeffisien Transfer Panas menyeluruh, UD
Dari TABLE 11-3 Perry hal 11-25 Typical Overall Heat-Transfer Coefficients
untuk fluida panas uap dowtherem A dan fluida dingin parafin,olefin dan benzen,
harga UD = 80-120 Btu/jam ft2 ºF
Asumsi: UD = 75 Btu/jam ft2 oF
• Luas permukaan transfer panas, A
A = LTMD.U
Q
D
C
= 126.350 ft2
• Tebal tubes minimum, tm
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−47
C)P6,0(-)E.f(
)2/OD(Ptm
design
tdesign += [Pers. 14.34, Brownell & Young]
Dimana :
tm = tebal tube minimum (in)
Pdesign = Tekanan desain dalam tubes = 120% P = 1,2 x 4 atm = 4,8 atm
= 58,78 psia
ODt = Diameter luar tubes, direncanakan = 0,75 in
F = Maximum allowable stress untuk bahan SA-167 Grade 11
tipe 316 (appendix D,item 4, brownell and Young )
= 18.500 psia
E = welded joint efficiency = 0,8
C = faktor korosi yang diijinkan untuk umur alat 10 tahun
= 0,125 in
Maka; tm = 0,12657964 in
• Dari Tabel.10 Kern diambil standar tubes terdekat dengan nilai (tm) diatas,
sehingga diperoleh:
t = 0,134 in
BWG = 10
ODt = 3/4 in
IDt = 0,482 in
a’t = 0,182 in2
ao = 0,1963 ft2/ln ft
• Jumlah tube, Nt
Direncanakan panjang tubes, L = 6 ft
Nt = L.a o
Α
= 64,366 tubes
• Koreksi Luas permukaan transfer panas, A
A = Nt . ao . L
Dari Tabel.9, Kern untuk :
ODt = 3/4 in; 1 in triangular pitch
n = 2 - pass
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−48
Diambil standar jumlah tube terdekat, diperoleh :
Nt = 70 tubes
IDs = 12 in
A = 137,4 ft2
• Koreksi Koeffisien Transfer Panas menyeluruh, UD
UD = LMTD.
Qc
Α = 68,96 Btu/jam.ft2.oF
C.9.4. Faktor Kekotoran (Rd)
• Fluida panas dalam Shell
o Flow area, as
144.P
B'.C.IDa
t
SS = [Pers. 7.1, Kern]
IDs : Diameter dalam = 12 in
B : Baffle spacing (min. 1/5IDs), B = 0,2.IDs = 4 in
Pt : Pitch = 1 in
c' : Clearance antar tubes, c' = Pt - ODs = 0.25 in
as dalam ft2, maka:
as = 0,0833 ft2
o Laju alir massa Gs
s
ss a
WG =
Gs = 548600.9647 lb/jam.ft2 [Pers. 7.2, Kern]
o Bilangan Reynold, sRe
µ
= Ses
G.DRe [Pers. 7.3, Kern]
De: Diameter ekivalen shell (ft) pada ODt 1”
De = 0,720 in = 0,069 ft [Fig. 28, Kern]
Tc = 1/2(T1+T2) = 195 oF
µ = viskositas pada Tc
= 1,0482 lb/ft,jam [HYSYS]
sRe = 35.937,5816
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−49
o Koefisien perpindahan pipa lapisan luar, ho
)( k
. Cp
D
k . jH h s
3
1
eo φ
µ= [Pers. 6.15b, Kern]
jH = 150 (pada Res) [Fig. 28, Kern]
pada Tc = 195 oF :
Cp = 0,28 Btu/lb.oF [Hysys]
k = 0,068 Btu/ft².jam(ºF/ft) [Hysys]
soh φ = 125,7535 Btu/ft².jam.ºF
o Temperatur dinding pipa, tw
tw = )tT()h()h(
ht cc
sotio
soc −
φ+φφ+ [Pers. 5.31, Kern]
= 369,25 oF
o Koreksi koefisien perpindahan panas, ho
ho = aa
ohφ
φ
aφ = (µ/µw) 0.14
pada tw = 369,25oF
µw = 1,0110 lb/ft.hr [Hysys]
aφ = 1,025
ho = 125,7535 Btu/jam.ft.oF
• Fluida dingin dalam Tubes
o Flow area, at
at' = 0,182 in2/tube
n = 2 passes (Tabel 9,Kern)
Nt = 70 (Tabel 9,Kern)
at = n.144
'a.Nt t ;ft2 [Pers. 7.48, Kern hal 150]
= 0,0442 ft2
o Laju alir massa, Gt
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−50
t
tt a
WG =
= 519.5613,46 lb/jam.ft2
o Bilangan Reynold, tRe
µ×
= ttt
GIDRe
pada tc = 1/2(t1+t2) = 905 oF
µ = 0,2904 lb/ft, jam [Trademark of The Dow Chemical Company]
tRe = 718.631,1087
Perpindahan pipa lapisan luar, hi
)( k
. Cp
ID
k . jH hi t
3
1
t
φ
µ= [Pers. 6.15a, Kern]
jH = 399 [Fig. 24, Kern]
Dari Trademark of The Dow Chemical Company pada tc = 865 oF
diproleh:
Cp = 0,665 Btu/lb.oF
k = 0,0436 Btu/ft².jam (ºF/ft)
thi φ = 570,867 Btu/ft².jam.ºF
o Koefisien Perpindahan pipa lapisan luar, hio
OD
IDx
hh
t
i
t
io
φ=
φ [Pers. 6.5, Kern]
thio φ = 366,8775 Btu/ft².jam.ºF
o Koreksi Koefisien Perpindahan pipa lapisan luar, hio
tt
ioio
hh φ
φ=
Pada tw = 875 oF :
µw = 0,1900 lb/ft.hr [Trademark of The Dow Chemical Company]
tφ = (µ/µw) 0.14 = 1,02
hio = 366,8775 Btu/ft².jam.ºF [Pers. 6.37, Kern]
• Clean Overall Coefficient, Uc
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−51
Uc = oio
oio
hh
h.h
+ [Pers. 6.38, Kern]
= 93,653 Btu/ft².jam.ºF
• Dirt Factors, Rd
Dari Tabel 9.5, Alat Penukar Kalor :
Rd uap dowthrem A = 0,003 ft².jam.ºF/Btu
Rd organik liquid = 0,001 ft².jam.ºF/Btu
Rd = 0,003 + 0,001 = 0,004 ft².jam.ºF/Btu
Rd = DC
DC
U.U
U-U = 0,0045 ft².jam.ºF/Btu [Pers. 6.13, Kern]
Rd ≥ 0,004 (rancangan memenuhi)
C.9.5. Pressure drop
• Fluida panas dalam Shell
se10s
2s
S .s.D.10x22,5
)1N.(ID.G.fP
φ+=∆ [Pers. 7.52, Kern]
Dimana:
∆PS = Pressure drop didalam shell (psi)
f = Faktor friksi untuk shell pada Res = 0,0012
N+1 = Number of crosses = 12 x L/B = 30 ft
De = Diameter ekivalen (ft) = IDs/12 = 0,069 ft
s = spesifik grafity pada
= 1 [Trademark of The Dow Chemical Company]
∆PS = 3,0227287 psi
∆PS < 10 psi (Rancangan memenuhi)
• Fluida dingin dalam Tubes
Untuk Ret = 718631.1087 (fig.26, hal 836, Kern) ∆PT = ∆Pt + ∆Pr
○ tt
10
2t
t .s.ID.10x22,5
n.L.G.fP
φ=∆ [Pers. 7.45, Kern]
Dimana :
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−52
Gt = 519.5613,46 lb/jam.ft2 L = 10 ft IDt = 0,0402 ft n = 2 passes dalam tubes s steam= 1
f = 0,0003 (pada Ret ) [Fig. 26, Kern]
∆Pt = 5,2743 psi
144
5,62
'2
4 2
g
v
s
nPr =∆ [Pers. 7.46, Kern]
V2/2g = 0,16 (fig.27, hal 837, Kern)
∆Pr = 0,556 psi
Untuk Gt = 1.929.070,63 lb/jam.ft2, diperoleh;
∆PT = 5,830 psi
∆PT < 10 psi (Rancangan memenuhi)
C.10 REAKTOR ALKYLASI (R-02)
Fungsi : Sebagai tempat bereaksi olefin dengan benzena membentuk LAB.
Tipe : Fixed Bed Multi Tube Reactor
Jumlah : 1 unit
C.10.2 DATA
• Tekanan Operasi = 4 atm
• Temperatur operasi = 140oC
• Laju alir umpan massa gas = 26.456,15 kg/jam
• Laju alir massa air pendingin = 94.848,199 kg/jam
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−53
Tabel C-07. Densitas umpan reaktor pada kondisi operasi.
Komponen reaktan(kg/jam) fraksi Densitas
(kg/m3)
x . Densitas
(kg/m3)
C12H26 (n-paraffin) 15.427,81 0,58 751,15 438,03
C14H30 (n-parrafin) 1.161,23 0,04 762,91 33,49
C12H24 (olefin) 3.856,95 0,15 762,20 111,12
C14H28 (olefin) 290,80 0,01 774,10 8,51
benzene 5.719,36 0,22 882,19 190,71
Jumlah 26.456,15 1.00 781,86
[Sumber: HYSYS]
C.10.3 KATALIS
C.10.3.1 Spesifikasi Katalis
Jenis katalis = HF-Mordenite
Diameter katalis = 1,6 mm
Densitas = 2,800 g/cm3 = 2800 kg/m3
Fraksi Void bed (Єb) = 0,4
Bulk density = ( 1 - Єb ) x ρ ( Perry's (18-9))
= ( 1 - 0,4 ) x (2800 kg/m3)
= 1520 kg/m3
C.10.3.2 Menentukan tebal tube
LHSV ( Liquid Hourly Space Velocity ) = 10 /jam
waktu tinggal (detik) = 1 / LHSV = 360 detik
feed masuk = 26,456,152 kg/jam
Volumetrik rate = 33,838 m3/jam
Volume katalis = Volumetrik rate / LHSV
Volume katalis =
= 3,384 m3
= 119,497 ft3
)1( X
Vkatalis
−
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−54
= 5.143,33 kg
volume total = Volume kosong + Volume katalis = (X × Volume total) + Volume
katalis = 6,220 m3
= 219,663 ft3
faktor keamanan = 20%
maka, volume design = 7,775 m3
Direncanakan menggunakan tube dgn diameter luar ( OD ) tube = 1,5 in
Bahan baja Carbon SA - 83 grade A (Brownell tabel 13 )
Spesifikasi ;
P = Tekanan design ( 1,1 x 58,8 ) = 64,680 psia
f = 11750 psia ( allowble working stress )
E = 0,800 ( effisiensi sambungan ) doeble welded joint
C = 0,125 in
tebal tube = + C
tebal tube = 0,130 in
C.10.4 DIMENSI REAKTOR
C.10.4.1 Diameter Reaktor
• Tebal tubes, tt
Direncanakan menggunakan tube dgn diameter luar ( OD ) tube = 1,5 in
Bahan Carbon Steel SA - 283 ( Brownell :hal 251 )
Spesifikasi :
P = Tekanan design ( 1,1 x 58,8 ) = 64,680 psia
F = 11750 psia ( allowble working stress )
J = 0,8 ( effisiensi sambungan ) doeble welded joint
C = 0,125 in
Tebal tube =
J.F.2
Do.Pi + C
Ef
DoPi
..2
.
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−55
tt = 0,130 in
• Jumlah tubes, Nt
o Pd Kern tabel 10 : yang mendekati tebal tube ≈ 10 BWG
Tebal tube, tt = 0,134 in
a't = 1,190 ( flow area / tube )
ao = 0,393 ( surface / lin ft, ft2 )
ID tube = 1,23 in = 0,10 ft
o Volume satu tube
Direncanakan: Panjang Tube, L = 21.25 ft ( panjang tube )
Volume satu tube = 1/4 π ID2 L= 0,175 ft3 = 0,005 m3
o Jumlah tube
Jumlah tube = Volume Katalis
Volume satu tube
tube = 1253 tube
• Diameter Dalam Reaktor, ID
Persamaan. 10-1. E Ludwig “Applied Process Design for Chemical and
Petrochemical Plastic”, untuk triangular pitch : Dipilih :
Nt = jumlah tube = 1253 tube
Diperoleh :
Pt = tube pitch = 1 7/8 = 1,875 in
n = jumlah pass = 1 pass
OD = 1,5 in
ID = 84,15 in
• Tebal shell (dinding reactor), ts
Bahan baja Carbon SA - 129 grade A (Brownell tabel 13 )
P = Tekanan design ( 1,1 x 29,01 ) = 64,680 psia
F = 10000 psia ( allowble working stress )
J = 0,8 ( effisiensi sambungan ) doeble welded joint
C = 0,125 in
( ){ }[ ] ( ){ } ( ){ }[ ]2
2
233.1
43124/14.31
P
KnKKIDsPKKIDs
×+××−×−+×−
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−56
ID = 84,15 in
Tebal shell =
J.F.2
D.Pi + C
ts = 0,465 in
Diambil tebal shell standard = ½ in
= 0,013 m
• Diameter Luar Reaktor, OD
OD = ID + 2.ts
= 85,149 in
Diambil ukuran standar:
OD = 90 in
= 2,286 m
ID = [OD - 2.ts]
= 89 in
C.10.4.2 Tinggi Reaktor Termasuk Head, H
• Tebal Head, tH
Berdasarkan tabel 5.7, Brownell & Young, hal 90, untuk:
OD = 90 in
Diperoleh :
icr = 5,5 in
r = 90 in
Syarat penggunaan torispherical head:
icr > 6%.ID [Brownell & Young,hal 88]
2 3/8 in > 2.258in (memenuhi)
W = ¼ (3 + (rc/ri)0,5) [Pers. 7.76, Brownell]
Dimana :
W = faktor intensifikasi stress untuk torispherical head, in
rc = radius of crown = r
ri = inside corner radius = icr
W = 1,761 in
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−57
tH = CP2,0-E.f2
W.rcP
design
design + [Pers.7.77, Brownell]
= 0,808 in
Diambil tH Standar = 0,875 in
• Tinggi Head, OA
Gambar 5.1. Hubungan dimensional untuk flange and dished head
Berdasarkan tabel 5.6, Brownell & Young, hal 88, untuk:
tH = 0.875 in
Diperoleh :
Standart straight flange, Sf = 1 ½ in s⁄d 4 in,
dipilih
Sf = 2 in
Untuk menghitung tinggi head digunakan penjelasan pada fig. 5.8, Brownell
& Young, hal 87 (Gambar C.1).
a = ID/2
= 42,074 in
AB = a – icr
= 36,574 in
BC = r – icr
= 84,5 in
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−58
Maka;
OA = tH + Sf + b
= 16,7 in
• Tinggi Reaktor termasuk head,
H = L + 2.OA
= 24,004 in
C.10.4.3 Volume Reaktor, Vr
Vr = ¼.π.ID2.H
= 948,76 ft3
= 26,87 m3
C.10.5 PERANCANGAN SISTEM PENDINGIN
Fungsi : Sebagai medium pendingin reaktor dimana fungsi kerjanya adalah
menyerap panas yang dihasilkan oleh reaksi dan menjaga temperatur
reaktor agar tetap konstan.
C.10.5.1 Data
• Tekanan operasi, P = 4 atm = 69,6 psi
• Beban panas Reaktor, Q
Q = 4.050,893 kJ/jam
= 3.841.866,808 Btu/jam
• Fluida panas (Tubes) : bahan umpan Reaktor
Laju alir massa, Ws = 26.456,152 kg/jam = 58.203,535 lb/jam
T1 = 140oC = 284 oF
T2 = 140 oC = 284 oF
• Fluida dingin (Shell) : Air Pendingin
Laju alir massa, Wt = 116.062,01 kg/jam = 255,873,608 lb/jam
t1 = 30oC = 86oF
t2 = 50oC = 122 oF
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−59
C.10.5.2 Logaritmic Mean Temperature Difference (LMTD)
• LMTD = ( ) ( )( ) ( )[ ]1221
1t221
t/tln
t
−Τ−ΤΤ−−Τ − [Pers. 5.14, Kern]
= 81,88 oF
C.10.5.3 Koeffisien Transfer Panas menyeluruh, UD
• Luas permukaan transfer panas, A
Diambil Ud = 300 Btu/jam ft2 F
= 75,27 ft2
• Menetukan Jumlah Tube (Nt)
Dari Kern tabel 10 hal 842, dipilih:
Panjang tube = 21,25 ft
ODt = 1,5 in
Surface per lin (ao) = 0,393 ft2
BWG = 10
Nt = 1,253 buah N = 1 passes
Pt = 1,875 in, square pitch
IDs = 84,149 in • Menetukan Ud terkoreksi
A terkoreksi = Nt x ao x L
A terkoreksi = 10,454 ft²
Ud terkoreksi = LMTDxterkoreksiA
Q
Ud terkoreksi = 2,049 Btu/jam.ft².ºF)
Menentukan Tc average dan tc average
Tc average = (T1+T2)/2 = 284 oF (feed)
tc average= (t1+t2)/2 = 104 F (pendingin)
t x U
Q A
D ∆=
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−60
C.10.5.4 Faktor Kekotoran (Rd)
• Fluida dingin dalam Shell
o Flow area, as
144.P
B'.C.IDa
t
SS = [Pers. 7.1, Kern]
IDs : Diameter dalam = 84,149 in
B : Baffle spacing (min. 1/5IDs), B = 2/5.IDs = 42,074 in
Pt : Pitch = 1,875 in
c' : Clearance antar tubes, c' = Pt - ODs = 0,375 in
as dalam ft2, maka:
as = 4,917 ft2
o Laju alir massa (Gs)
s
ss a
WG = = 52,034 lb/jam.ft2 [Pers. 7.2, Kern]
o Bilangan Reynold, sRe
µ
= Ses
G.DRe [Pers. 7.3, Kern]
De: Diameter ekivalen shell (ft) pada ODt 1½”
De = 1,48 in = 0,1233 ft [Fig. 28, Kern]
µ : viskositas pada
Tc = 1/2(T1+T2)
= 104 oF
µ = 5,083 lb/ft,jam [Trademark of The Dow Chemical Company]
sRe = 1263
o Koefisien perpindahan pipa lapisan luar, ho
)( k
. Cp
D
k . jH h s
3
1
eo φ
µ= [Pers. 6.15b, Kern]
jH = 18 (pada Res) [Fig. 28, Kern]
Dari Trademark of The Dow Chemical Company pada Tc = 302 oF
diperoleh :
Cp = 0,458 Btu/lb.oF
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−61
k = 0,086 Btu/ft².jam(ºF/ft)
soh φ = 37,758 Btu/ft².jam.ºF
Temperatur dinding tubes :
)tT()h()/h(
htt cc
0t0i
0cW −
+θ+= = 119,369 oF [Pers. 5.31, Kern]
µw = 4,544 lb/ft.hr
sφ = (µ/µw) 0.14 = 1,016
ss
oo
hh φ
φ= = 38,355 Btu/ft².jam.ºF [Pers. 6.36, Kern]
• Fluida panas dalam Tubes
o Flow area, at
at = n.144
'a.Nt t ;ft2 = 10,358 ft2 [Pers. 7.48, Kern]
o Laju alir massa, Gt
t
tt a
WG = = 5.619,33 lb/jam.ft2
o Bilangan Reynold, tRe
µ
= ttt
xGIDRe
µ : viskositas pada pada tc = 1/2(t1+t2) = 284 oF
µ = 0,765 lb/ft,jam [hysys]
tRe = 753,12
o Perpindahan pipa lapisan luar, hi
)( k
. Cp
ID
k . jH hi t
3
1
t
φ
µ= [Pers. 6.15a, Kern]
jH = 3 pada L/D = 207,31 [Fig. 24, Kern]
pada tc = 302 oF :
Cp = 0,60 Btu/lb.oF [hysys]
k = 0,62 Btu/ft².jam(ºF/ft) [hysys]
thi φ = 3,525 Btu/ft².jam.ºF
o Koreksi Perpindahan pipa lapisan luar, hio
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−62
OD
IDx
hh
t
i
t
io
φ=
φ [Pers. 6.5, Kern]
thio φ = 65,148 Btu/ft².jam.ºF
Pada tw = 119,36 oF :
µw = 1,998 lb/ft.hr [hysys]
tφ = (µ/µw) 0.14 = 0,874
tt
ioio
hh φ
φ= = 2,527 Btu/ft².jam.ºF [Pers. 6.37, Kern]
• Clean Overall Coefficient, Uc
Uc = oio
oio
hh
h.h
+ = 2,374 Btu/ft².jam.ºF [Pers. 6.38, Kern]
• Dirt Factors, Rd
Rd = DC
DC
U.U
U-U = (0,066) ft².jam.ºF/Btu [Pers. 6.13, Kern]
Rd = Rdi + Rdo ( aqueous solution + aqueous solution )
Rdi = 0,001 ; Rdo = 0,001
Rd > 0.002, jadi syarat terpenuhi
C.10.5..5 Pressure drop
• Fluida panas dalam Shell
se
10s
2s
S .s.D.10x22,5
)1N.(ID.G.fP
φ+=∆ [Pers. 7.52, Kern]
∆PS : Pressure drop didalam shell (psi)
f : Faktor friksi untuk shell pada Res
f = 0,003 [Fig. 29, Kern]
N+1: Number of crosses = 12 x L/B
N+1 = 6,0621 ft
De : Diameter ekivalen (ft) = IDs/12
De = 7,021 ft
s : spesifik grafity pada Tc
s = 1,00 (pada Tc) [Chemical Properties Handbooks]
∆PS = 0,058 psi
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−63
∆PS < 10 psi (Rancangan memenuhi)
• Fluida dingin dalam Tubes
∆PT = ∆Pt + ∆Pr
tt10
2t
t .s.ID.10x22,5
n.L.G.fP
φ=∆ [Pers. 7.45, Kern]
f = 0,00014557 pada Ret [Fig. 26, Kern]
n : Jumlah passes dalam tubes = 1
s = 1,980
∆Pt = 1,05E-05 psi
'g2
vsn4
P2
r =∆ [Pers. 7.46, Kern]
Untuk Gt = 5,619,331 lb/jam.ft2
='g2
v2
0,001 [Fig. 27, Kern]
∆Pr = 0,002 psi
∆PT = 0,00232 psi
∆PT < 10 psi (Rancangan memenuhi)
C.11 EXPANDER VALVE (EV)
Fungsi : Menurunkan tekanan bahan hasil dari Reaktor Alkylasi
Jenis : Plug cocks valve
Jumlah : 1 unit.
C.11.1 Data
• Tekanan gas masuk, (P1) = 4 atm
• Tekanan gas keluar, (P2) = 1,5 atm
• Laju alir massa (m) = 26.456,152 kg/jam = 58.325,233 lb/jam
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−64
Tabel C-08. Densitas Campuran umpan (EV) pada kondisi operasi.
komponen m (kg/jam) x ρ liquid (kg/m3) ρ . x (kg/m3)
C12H26 (n-paraffin) 15427.8099 0.5831 1556.574 907.7104
C14H30 (n-parrafin) 1161.233 0.0439 1540.346 67.6100
benzene sisa 3812.906522 0.1441 774.027 111.5541
LAB 5647.680395 0.2135 1629.005 347.7489
heavy alkylate 406.522315 0.0154 1648.968 25.3379
Total 49.961,891 1 ρ Campuran 1.459,9612
Sumber: HYSYS
ρ = 1.459,9612 kg/m3
= 91,1415 lb/ft3
• Laju alir volumetric (Q)
Q = ρ
m = 639,942 ft3/jam = 0,178 ft3/det
C.11.2 Dimensi Valve
• Dopt = 3,9 × Q0,45 × ρ0,13 [Pers. 14.15 Peters edisi 4 hal.496]
= 3,223 in
• Dari apendix K item 1 Brownell & Young hal.386 dipilih pipa :
o Nominal pipe size = 4 in
o Inside diameter = 4,026 in
o Outside diameter = 4,500 in
o Schedule number = 40 ST
o Flow area, A = 12,7 in
C.11.3 Jumlah Valve
• Perbedaan tekanan operasi, ∆P1 = (4 – 1) atm = 3 atm
• Luas bagian dalam penampang pipa (A)
A =1/4 x π x ID2 = 0,088 ft2
• Kecepatan aliran, v
v = A
Q = 2,012 ft/dtk
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−65
• Menentukan penurunan tekanan (∆P)
P1 = 4 atm
P2 = 1,5 atm
∆P = (P1-P2) = 2,5 atm = 303.965,8423 N/m2
Pressure head = ∆P x 1 = 253,304,866 N/m2 x 1
ρ g 1.459,9612 kg/m3 9,8 m/detik2
= 17,704 m
= 58,087 ft lbf/lbm
• Menghitung Jumlah Valve
W = ∆P + ∆V2 + ∆Z g + ΣF
ρ 2 gc gc
Menggunakan persamaan Bernaulli dengan menganggap perbedaan tinggi
(∆Z)=0 perbedaan kecepatan aliran (∆V) = 0, dan W = 0, maka :
∆P = ΣF
ρ
F = f x L x V2
2 x gc x D
L = n x Le
Sehingga :
∆P = f x n x Le x V2
ρ 2 x gc x D
karena :
k = f x Le / D
maka :
n = ∆P x 2 x gc
ρ x k x V2
Dimana :
n = Jumlah valve
k = Konstanta friksi = 206 (Perry's, table 6-4, hal 6-18)
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−66
` V = Kecepatan aliran = 2,012 ft/dt
gc = 32,174 lbm ft/lbf dt2
∆P/ρ = Pressure head = 58,087 ft lbf/lbm
maka :
n = 58,087 ft lbf/lbm x 2 x 32,174 lbm ft/lbf dt2
206 x (2,012 ft/dt)2
= 4,482 ≈ 4 valve
C.12 HEATER 2 (H-02)
Fungsi : Memanaskan parafin LAB, benzen, Heavy alkylat sebelum masuk
Stripper 1
Jenis : Double Pipe Heat Exchanger
Bahan : Stainless Steel SA-167 Grade 11 tipe 316
Jumlah : 1 buah.
C.12.1 Data
• Tekanan operasi, P = 1,5 atm = 22,0440 psi
• Beban panas kondensor, QH
QH = 207836,0034 kJ/jam = 196990,5181 Btu/jam
• Fluida panas (pipe) : uap Dowtherm A
Laju alir massa, Wa = 6365,0626 kg/jam = 14032,5443 lb/jam
T1 = 470 oC = 878 oF
T2 = 455oC = 851 oF
• Fluida dingin (annulus) : bahan yang keluar dari reaktor Alkylasi
Laju alir massa, Wp = 22236,7233 kg/jam = 49023,5248 lb/jam
t1 = 140,0 oC = 86oF
t2 = 143,3 oC = 289,9 oF
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−67
C.12.2 Logaritmic Mean Temperature Difference (LMTD)
LMTD = ( ) ( )( ) ( )[ ]1221
1t221
t/tln
t
−Τ−ΤΤ−−Τ − = 577,5506 oF [Pers.5.14, Kern]
C.12.3 Pemilihan Standar annulus-inner pipe
Aliran yang dipakai adalah counter current.
• Fitting
Dari tabel 6.1, Kern dipilih :
annulus : IPS = 1 in
inner pipe : IPS = ½ in
• Dimensi Double Pipe Heat Exchanger
Dari tabel 11, Kern diperoleh:
o annulus
IPS = 1
SN = 40
IDa = 1,0490 in
ODa = 1,3200 in
o inner pipe
IPS = 1/2
SN = 40
IDp = 0,6220 in
ODp = 0,8400 in
C.12.4 Faktor Kekotoran, Rd
• Anulus : bahan yang keluar dari reaktor Alkylasi
o Flow area,aa
aa = 1
21
22
D
)DD( −π
D1 = ODp/12 = 0,0700 ft
D2 = IDa/12 = 0,0874 ft
aa = 0,0022 ft2
o Diameter ekivalen, De
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−68
De = 1
21
22
D
)DD( − [Pers. 6.3, Kern]
= 0,0392 ft
o Mass velocity, Ga
Ga = a
a
a
W
= 22778185,50 lb/ft2.jam
o Bilangan Reynolds, Rea
Rea = µ
ae G.D
pada tc = 1/2(T1+T2)
= 286,944 oF
µ = 1,7503 lb/ft,jam [Tabel 21-1, Chemical Properties Hand Book]
Rea = 509716.7206
o Koefisien perpindahan panas fluida, ho
ho = ae
31
k
Cp
D
kjH φ
µ× [Pers. 6.15b, Kern]
· jH = 215 (pada Rea) [Fig, 24, Kern]
Dari Tabel 21-1, Chemical Properties Hand Book Pada Tc = 286,944 oF
diperoleh :
Cp = 1,0055 Btu/lb.oF
k = 0,3889 Btu/ft².jam(ºF/ft)
aoh φ = 3531,1431 Btu/jam.ft.oF
o Temperatur dinding pipa, tw
tw = )tT()h()h(
ht cc
aopio
aoc −
φ+φφ
+ [Pers. 5.31, Kern]
= 292,01 oF
o Koreksi koefisien perpindahan panas, ho
ho = aa
ohφ
φ
aφ = (µ/µw) 0.14
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−69
pada tw = 292,01 oF
µw = 0,912 lb/ft.hr [Tabel 21-1, Chemical Properties Hand Book]
aφ = 1,001
ho = 3531,1431 Btu/jam.ft.oF
• Inner pipe : fluida panas LAB
o Flow area, ap
D = IDp/12 = 0,0518 ft
ap = =π4
D2
0,0021 ft
o Mass velocity, Gp
Gp =p
p
a
W
= 6653474,3586 lb/ft.jam
o Bilangan Reynold, Rep
Rep = µ
pG.D
pada Tc = 1/2(t1+t2)
= 864,5000 oF
µ = 0,2471 lb/ft,jam [Trademark of The Dow Chemical Company]
Rep = 1395877,9746
o Koefisien perpindahan panas fluida, hi
hi = p
31
k
Cp
D
kjH φ
µ× [Pers. 6.15a, Kern]
diperoleh jH = 1250 (pada Rea) [Fig. 24, Kern]
Dari Trademark of The Dow Chemical Company Pada Tc = 864,5 oF
diperoleh:
Cp = 0,6820 Btu/lb.oF
k = 0,0410 Btu/ft².jam(ºF/ft)
hi = 1583,7561 Btu/jam.ft.oF
o Koefisien perpindahan pipa lapisan luar, hio
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−70
p
ioh
φ =
OD
IDh
p
i ×φ
[Pers. 6.5, Kern]
= 1172,7337 Btu/jam.ft.oF
o Koreksi koefisien perpindahan panas, hio
hio = pp
iohφ
φ
pφ = [µ/µw] 0.14
pada tw = 130,117 oF
µw = 1,221 lb/ft.hr [Trademark of The Dow Chemical Company]
pφ = 1,0001
hio = 1172,7337 Btu/jam.ft.oF
• Clean Overall Coeffisien, Uc
oio
oioC hh
h.hU
+= [Pers. 6.7, Kern]
= 880,3569 Btu/jam.ft2.oF
• Overall Design Coeffisien, UD
dCD
RU
1
U
1 += [Pers. 6.10, Kern]
Dari Tabel 9.2 Alat Penukar Kalor :
Rd uap Dowtherm A = 0,003 ft².jam.ºF/Btu
Rd organik vapour = 0,0001 ft².jam.ºF/Btu
Rd = 0,001 + 0,0005 = 0,0031 ft².jam.ºF/Btu
UD = 318,8874 Btu/jam.ft2.oF
• Luas permukaan perpindahan panas, A
LMTD.U
QA
D
c=
= 1,0696 ft2
• Luas permukaan perpindahan panas aktual, Aact
oactact a.LA =
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−71
Tabel 11, Kern untuk 1 in IPS standar pipe ao= 0,344 ft2/lin ft
o Jumlah Hairpin
Hairpin = L2
'L
Direncanakan panjang 1 unit hairpin, L = 8 ft/hairpin
L’ = Panjang total pipa, lin ft = oa
A
= 3,1093 lin ft
Jumlah Hairpin = 0,1943 ≈ 1
o Panjang total pipa aktual ,Lact
L2.HairpinL act = = 16 ft
Aact = 5,5040 ft2
• Koefisien design overall aktual, UD act
LMTDA
QU
act
cactD ×
=
= 61,9693 Btu/jam.ft2.oF
Maka, faktor kekotoran :
actDC
actDCd U.U
UUR
−= [Pers. 6.13, Kern]
= 0,015 ft².jam.ºF/Btu
Rd ≥ 0,01 (rancangan memenuhi)
C.12.5 Pressure Drop
• Annulus
( )144
FFP ta
a
ρ∆+∆=∆
o Diameter ekivalen, De’
De’ = D2 – D1 [Pers. 6.4, Kern]
= 0,0174 ft
o Bilangan Reynolds, Rea’
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−72
=µ
= a'e'
aG.D
Re 226660,6910
Faktor friksi, f
42.0
'e
GD
264.00035.0f
µ×
+= = 0,000018371 [Re>2000 ;Pers. 3.47 b, Kern]
o Velocity Head pada annulus, ∆Fa
e
aa
DDensig
LGfF
×××××
=∆2
2
2
4 [Pers. 6.14, Kern]
g = 4,180x108 ft/jam2
Densi = 62,5000 ft/detik2
∆Fa =171,6107 ft
o Linear velocity, V
ρ×=
3600
GaV
= 101,2364 ft/dtk
o Velocity Head, ∆Ft
=∆
'g2
VHairpinFt
2
=477,4288 ft
Maka pressure drop pada annulus :
∆Pa = 28,1701 psi
∆Pa < 10 psi (rancangan memenuhi)
• Inner pipe
( )144
FP p
p
ρ∆=∆
o Faktor Friksi, f
42.0G.D
264.00035.0f
µ
+= [Re>2000 ;Pers. 3.47 b, Kern]
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−73
µG.D = Rep
= 1395877,9746
f = 0,0000419
o Velocity head pada inner pipe, ∆Fp
Re = 1395877.9746
p
pp IDdensig
LGfF
×××××
=∆2
4 2
[Pers. 3.45, Kern]
∆Fp = 1,1245 ft
Maka pressure drop pada inner pipe :
∆Pp = 3,3856psi
∆Pp < 10 psi (rancangan memenuhi)
C.13 STRIPPER 01 (ST-01)
Fungsi : Memisahkan produk Benzen dari komponen parafin,olefin,heavy
alkilat berdasarkan perbedaaan daya penguapan (perbedaan titik didih),
sehingga akan memperoleh kemuurnian Benzen yang lebih tinggi.
Bentuk : Silinder vertical dengan tutup toryspherical (Flange and dished head)
Bahan : Carbon steel ASME SA-283 grade C ( Brownell & Young, table
13.1, hal. 251).
Jumlah : 1 unit
Jenis : Sieve tray
C.13.1 PERHITUNGAN PADA STRIPER
C.13.1.1 Kondisi Oprasi Pada Striper
C.13.1.1.1 Kondisi Operasi Umpan Masuk
Umpan masuk pada bubble point campuran
Syarat : 1. =Σ=Σ KiXiYi
Asumsi : Tekanan Operasi, P = 1,5 atm (151,95 kpa)
Temperatur Operasi, T = 143,27 oC
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−74
Komponen kg/jam kgmol Xi
benzene (C6H6) 3,812,91 48,88 0,288
paraffin C12 (C12H26) 15.427,81 90,75 0,534
paraffin C14 (C14H30) 1161,23 5,86 0,035
LAB (C18H30) 5647,68 22,96 0,135
heavy alkylate (C20H34) 406,52 1,48 0,009
Total 169,94 1,000
Pi K Yi α
504.7136 3.32158 9.55E-01 40.57995
12.4375 0.08185 4.37E-02 1.00000
3.0279 0.01993 6.88E-04 0.24345
0.1730 0.00114 1.54E-04 0.01391
0.0473 0.00031 2.72E-06 0.00381
1.0000
Pada tekanan 1.5 atm dan temperatur 143,27 oC, diperoleh nilai YiΣ = 1.
A.1.1.2 Kondisi Operasi Puncak Kolom
Syarat : 1/ =Σ=Σ KiYiXi
Asumsi : Tekanan Operasi, P = 1 atm ;
Temperatur Operasi, T = 82,82 oC
Komponen kg/jam kgmol Xi
benzene (C6H6) 3812,91 48,88 1,000
paraffin C12 (C12H26) 0,00008 0,0000005 0.00000001
Total 3812.91 48.88 1.0000
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−75
Pi K Xi α
114,2355 1,1277 0,8868 128,7000
0,8876 0.0088 0,0000 1,0000
Total 3812.91 48.88 1.0000
Pada tekanan 1 atm dan temperatur 82,82 oC, diperoleh nilai 1=ΣXi .
C.13.1.1.3 Kondisi Operasi Dasar Kolom
Syarat : 1. =Σ=Σ KiXiYi
Asumsi : Tekanan Operasi, P = 1 atm ;
Temperatur Operasi, T = 241,31 oC
Komponen kg/jam kgmol Xi
paraffin C12 (C12H26) 15,427,81 90,75 0,750
paraffin C14 (C14H30) 1,161,23 5,86 0,048
LAB (C18H30) 5647,68 22,96 0,190
heavy alkylate (C20H34) 406,52 1,48 0,012
Total 22,643,25 121.06 1.0000
Pi K Yi α
182.0268 1,1979 0,8980 1.0000
71.6500 0,4715 0,0228 0,3936
10.6964 0,0704 0,0133 0,0588
4.6777 0,0308 0,0004 0,0257
1.0000
Pada tekanan 1 atm dan temperatur 241,31 oC, diperoleh nilai YiΣ = 1.
C.13.1.2 Penentuan refluks minimum (L/D)min = Rmin
Menggunakan metode underwood
R min + 1 = ∑ [( αixYi)/( αi-φ)]D
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−76
1 – 1 =
i=1
Dimana harga φ dapat di cari dengan persamaan :
n
1 − q = ∑ [( αixZi) / ( αi-φ)]F
i=1
Karena umpan masuk pada titik didih maka harga q = 1 sehingga
(αC12.XC12)feed + (αC14.XC14)feed + (αC6H6.X C6H6)feed + (αLAB.XLAB)feed + (αHA.XHA)feed
(αC12)feed - q (αC14)feed - q (α C6H6)feed - q (αLAB)feed - q (αHA)feed - q
0 = 0,00000
Dari hasil trial diperoleh q = 2,753 sehingga
(L/D)min + 1 = Rmin + 1
= ( αi.Xi )distilat
( αi )distilat - q
= 2,753
(L/D)min + 1 = Rmin + 1
= 1.02186
(L/D)min = Rmin
= 0,0219
Penentuan refluks total (L/D) = R
Diambil harga R/Rmin = 1,3
R = 1,3 x Rmin
= 0,0284
L = 1,3893
R = 0,0284
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−77
Umpan Uap Bahan
(kmol) (kg) (kmol) (kg)
benzene (C6H6) 48.88 3812.91 50.27 3921.27
Paraffin C12 (C12H26) 90.75 15427.81 0.0000005 0.00009
Paraffin C14 (C14H30) 5.86 1161.23 0.00 0.00
LAB (C18H30) 22.96 5647.68 0.00 0.00
heavy alkylate (C20H34) 1.48 406.52 0.00 0.00
169.94 26456.15 50.27 3921.27
Distilat Refluks Bottom
(kmol) (kg) (kmol) (kg) (kmol) (kg)
48.88 3812.91 1.39 108.37 0.00000005 0.000004
0.0000005 0.00008 0.00000001 0.000002 90.75 15427.81
0.00 0.00 0.00 0.00 5.86 1161.23
0.00 0.00 0.00 0.00 22.96 5647.68
0.00 0.00 0.00 0.00 1.48 406.52
48.88 3812.91 1.39 108.37 121.06 22643.25
C.13.1.3 Menentukan Jumlah Pleate
C.13.1.3.1 Penentuan jumlah plate minimum (Nmin)
Nmin = avg
BD XlkXhkxXhkXlK
αlog
)/()/(log
dimana
αtop = D
D
Khk
Klk
)(
)(
= 128,7000
αbottom = B
B
Khk
Klk
)(
)(
= 14,3689
αavg = ( αtop x αbottom ) 1/2
= 43,0033
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−78
maka
Nmin = 3,22
C.13.1.3.2 Penentuan plate teoritis (N)
Dari grafik (fig. 13-41, Perry, 1999)
(N-Nmin) Vs (R-Rmin)
(N+1) (R+1)
Untuk harga (R-Rmin) / (R+1) = 0,0059
−
++
−=+
−5,0
1
2,11711
4,541exp1
1 ψψ
ψψ
N
NN m
( ) ( )1/ +−= RRR mψ
Diperoleh harga (N-Nmin)/(N+1) = 0,767
Sehingga N = 17,197 ≈ 17 plate
C.13.1.3.3 Penentuan effisiensi plate (h) dan jumlah plate aktual (Naktual)
µ avg = 0.0493 cp
α µ = 1.5286
Dari fig 6-47 Banchero hal 306 didapat nilai η = 80%
Naktual = ( N /η ) + 1 ~ Kondensor total, reboiler parsial
Naktual = 22,50 ≈ 22 plate
Dari Walas, mengenai hubungan refluks total fenske di peroleh :
Ns
Nr =
[ ][ ]BF
FD
XlkXhkXXhkXlkLog
XlkXhkXXhkXlkLog
)/()/(
)/()/(
Ns
Nr =
[ ][ ]BF
FD
XLog
XLog
)0/750,0()534,0/288,0(
)288,0/534,0()0/1(
Ns
Nr = 1,634
NsNr + = aktualN
1,634 NsNs+ = 22 plate
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−79
Ns = 8,540 plate ≈ 8 plate
Plate bawah(Ns) berjumlah 8 plate (termasuk plate reboiler)
Plate atas (Nr) berjumlah 14 plate
Jadi letak umpan (feed plate) masuk pada plate = 14
C.13.1.4 Penentuan diameter menara (D)
R = Lo / D (Pers 13.128, Wallas, hal.37)
Dimana : Lo = laju alir kolom atas
D = jumlah kondensat yang diambil sebagai distilat
maka
Lo = R x D
0,0284 x 3812,91 kg/jam
= 99,687 kg/jam
Vr = Lo + D
Dimana :
Vr = jumlah uap yang keluar dari bagian atas kolom yang akan dikondensasikan
Maka :
Vr = (99,687 + 3812,91 ) kg/jam
= 3.882,701 kg/jam
Vr = 49,72 lb/jam
(Vs-Vr) = 1 - q (q = 1 untuk umpan masuk pada bubble point )
Laju alir uap bawah = Vs = Vr = 3.882,701 Kg/jam
L = Vs + B
dimana
L = laju alir cairan kolom bawah
B = masa kolom bawah
maka
L = 3.882,701 + 22643,25
= 26.555,84 Kg
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−80
Distilat
Bahan Massa Fraksi ρ ρ camp BM BM camp
benzene (C6H6) 3812,91 1.00 882.19 882.19 78.00 78.00
paraffin C12 (C12H26) 0.00 0.00 751.15 0.00 170.00 0.00
paraffin C14 (C14H30) 0.00 0.00 762.91 0.00 198.00 0.00
LAB (C18H30) 0.00 0.00 857.60 0.00 246.00 0.00
heavy alkylate(C20H34) 0.00 0.00 856.39 0.00 274.00 0.00
Total 3812.91 1.00 882.19 78.00
Bottom
Bahan Massa Fraksi ρ ρ camp BM BM camp
benzene (C6H6) 0.00 0.00 882.19 0.00 78.00 0.00
paraffin C12 (C12H26) 15427.81 0.68 751.15 511.79 170.00 115.83
paraffin C14 (C14H30) 1161.23 0.05 762.91 39.13 198.00 10.15
LAB (C18H30) 5647.68 0.25 857.60 213.90 246.00 61.36
heavy alkylate(C20H34) 406.52 0.02 856.39 15.38 274.00 4.92
Total 22643.25 1.00 780.19 192.26
BM gas atas = S (Xi.BMi)distilat
= 78,00 Kg/kgmol
BM gas bawah = S (Xi.BMi)bottom
= 192,26 Kg/kgmol
ρ cairan atas = 882,1900 Kg/m3
ρ cairan bawah = 780,1890 Kg/m3
ρ uap atas = P x BM gas atas
R x T
= 2,6709 Kg/m3
ρ uap bawah = P x BM gas bawah
R x T
= 6,8321 Kg/m3
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−81
C.13.1.4.1 Diameter kolom atas
Asumsi Tray spacing = 18 in
Kecepatan alir maksimum, berdasarkan pers.1, Peters, hal. 656 :
Vm = Kv uap
uapairanc
ρρρ −
Dimana : Vm = Kecepatan linier uap
KV = Konstanta
= 0,26 untuk tray spacing
= 18 in (Fig 15.6 Peters hal 719)
cairanρ atas = 882,1900 lb/ft3
ρuap atas = 2,6709 lb/ft3
maka ; Vm = 0,24 6709,2
6709,2882,1900−
= 4,711 ft/det
= 1,436 m/detik
Floading yang diijinkan = 65 – 80% (Peters,hal. 658), diambil floading = 80%,
maka :
V = 0,80 x Vm
= 0,80 x 4,711 ft/det
= 1,1488 ft/detik
D atas = 4 x Vr x BM gas atas
π x ρ gas atas x Vaktual x 3600
D atas = 0,669 m
C.13.1.4.2 Diameter kolom bawah
Kecepatan alir maksimum kolom bawah. Dihitung berdasarkan persamaan Peter
hal 656
Vm = ( ρ cairan bawah - ρ uap bawah)
ρ uap bawah
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−82
Vm = 2,767 ft / detik
= 0,843 m / detik
Floading yang diijinkan = 65 – 80% (Peters,hal. 658), diambil floading = 80%,
maka :
Vaktual = 0,80 x Vm
= 0,80 x 2,7662ft/det
= 0,674 ft/detik
D bawah = 4 x Vr x BM gas atas
π x ρ gas atas x Vaktual x 3600
D bawah = 0,865 m
Maka diambil diameter kolom stripper sebesar = 0,856 m
= 33,9170 in
= 2,810 ft
C.13.1..5 Penentuan tebal kolom stripper (ts)
Bahan : stainless steel SA-167 grade 11 type 316
t = C)P6,0(-)E.f2(
)ID(P
design
Tdesign + [Pers. 14.34, Brownell & Young]
Dimana :
t = tebal tangki , in
Pdesign = Tekanan desain
= tekanan dalam kolom
= 1,1 - 1,25 Poperasi
= 1,2 x 1 atm = 17,6352 psia
ID I = Diameter dalam tangki, in
= 33,9170 in
F = Maximum allowable stress untuk SA-167 grade 3 tipe
306 (appendix D,item 4, brownell and Young )
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−83
= 18,750 psi
E = welded joint efficiency (efisiensi penyambungan) = 0,8
Tipe joint yang dipilih adalah double welded butt joint tanpa
diradiografi dan tanpa stress relieve → max efficiency berdasarkan
table 13.2, hal 254, Brownell & Young.
C = faktor korosi yang diijinkan untuk umur alat 10 tahun
= 0,200 in
ts = 0,219 in
Diambil tebal standar, ts = 1/4 in
C.13.1.6 Penentuan Tebal Penutup Kolom Stripper (th)
Bentuk : torispherical head (flange and dishead head) Brownell hal 88
Bahan stainless steel SA-167 grade 11 type 316
Diameter luar Do = Di awal + (2.ts)
= 33,7917 +(2 x ¼ )
= 34,220 in
Diambil diameter luar standar shell
OD = 36 in
karena ts diambil = 0,25 in maka
icr = 2,25 in
r = 36 in
icr / r = 0,0625 in > 6% sehingga memenuhi syarat untuk torispherical head.
Berdasarkan Brownell & Young hal 256-258, karena icr/r > 6% maka
persamaan yang digunakan untuk menghitung tebal head adalah
pers 7.76 dan 7.77 Brownell & Young hal 135
W =
dimana
W = faktor intensifikasi stress untuk torispherical head
Rc = radius of crown ( r )
( )1341 rrc+
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−84
= 36 in
r1 = inside corner radius ( icr )
= 2,25 in
2,250 in
maka
W = 1,7500
t = CPEf
WrcP
design
design +)6,0(-).2(
[Pers. 14.34, Brownell & Young]
Dimana :
t = tebal tangki , in
W = 1,7500
Pdesign = Tekanan desain
= tekanan dalam kolom
= 1,1 - 1,25 Poperasi
= 1,2 x 1 atm = 17,6352 psia
rc = jari –jari
= 36 in
F = Maximum allowable stress untuk SA-167 grade 3 tipe
306 (appendix D,item 4, brownell and Young )
= 18,750 psi
E = welded joint efficiency (efisiensi penyambungan) = 0,8
Tipe joint yang dipilih adalah double welded butt joint tanpa
diradiografi dan tanpa stress relieve → max efficiency berdasarkan
table 13.2, hal 254, Brownell & Young.
C = faktor korosi yang diijinkan untuk umur alat 10 tahun
= 0,200 in
th = 0,237 in
Dipilih tebal head standar th = 1/4 in
Standar straight flange (Sf) = 1,5-2,25 in
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−85
dipilih Sf = 1,5 in (Tabel 5.8 Brownell & Young hal 93)
C.13.1.7 Penentuan Tinggi Tutup Kolom Stripper
Dari tabel 5.7 Brownell & Young hal 90 untuk
OD = 36 in
ts = 0,2200 in
icr = 2,25 in
r = 36 in
ID = OD - (2 x ts)
= 35,500 in
Untuk menghitung tinggi head digunakan penjelasan pada fig 5.8 Brownell &
Young hal 87
a = ID/2
= 17,750
AB = (ID/2)-icr
= 15,500
BC = r - icr
= 33,750
AC = (BC2-AB2)^0,5
= 29,980
b = r - AC
= 6,0198
OA = th + b + Sf
= 7,769
Maka tinggi penutup kolom stripper = 7,7698 in
= 0,1974 m
Penentuan tinggi kolom stripper
Jumlah plate total = Naktual
= 22 plate
Jumlah plate dalam kolom = Naktual - 1
= 21 plate
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−86
Tray spacing = 18 in
Tinggi plate total dalam kolom = jumlah plate dalam kolom x tray spacing
= 386,947 in
= 9,828 m
Tinggi penutup kolom = Hh
= 7,769 in
= 0,1974 m
Tinggi kolom stripper = H
= Tinggi plate total dalam kolom + (2 x Hh)
= 402,487 in
= 10,223 m
C.13.2 KONDENSOR KOLOM STRIPER 1 ( Ks – 01 )
Fungsi : Mengembunkan uap benzen produk atas pada striper 1.
Jenis : Shell and tube exchanger.
Jenis aliran : Counter Current
Bahan : Stainless Steel SA – 240 grade M type 316
Jumlah : 1 buah
C.13.2.1 Kondisi oprasi pada kondensor
a. Fluida panas di Tubbe ( Uap produk atas striper 1 )
T masuk (T1) = 82,824 °C (181,0835 °F)
T keluar (T2) = 82,824 °C (181,0835 °F)
b. Fluida dingin di shell ( dowthrem A )
T masuk (t1) = 30 °C (86 °F)
T keluar (t2) = 80 °C (176°F)
Laju alir uap kolom atas (Wt) = 18.446,396 kg/jam
= 40.630,828 lb/jam
Panas yang diserap pendingin (Qc) = 1.632.309,912 kJ/jam
= 1.547.131,065 Btu/jam
Kebutuhan Dowtherm A (Ws) = 3.783,013 kg/jam
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−87
= 71.894,064 lb/jam
C.13.2.2 Menghitung Logaritmic Mean Temperature Difference (LMTD)
LMTD = ( ) ( )
( ) ( )[ ] =−Τ−Τ−Τ−−Τ
1221
1221
/ln tt
tt
= ( ) ( )
( )[ ]30824,8280824,82ln
30824,8280824,82
−−−−−
= 30,7297 °F
Dari Fig.19 Kern hal 828, untuk harga R dan S diatas diperoleh 1-2 exchanger,
Ft = 1.0000
∆t = Ft x ∆LMTD = 30,7297 °F
Menentukan Tc average & tc average
Ta average = ( T 1 + T 2 ) / 2 = 181,083 °F ( 355,824 oK )
ta average = ( t 1 + t 2 ) / 2 = 131,00 °F ( 328,00 oK )
C.13.2.3 Menentukan Luas Permukaan Transfer Panas
Dari Tabel 8. Kern Halaman 840 untuk ,
Fluida panas = Gasses benzen (C6H6)
Fluida dingin = dowtherm A
C.13.2.4 Menghitung Koeffisien Transfer panas menyeluruh, UD
Harga Koefisien Transfer panas menyeluruh, UD untuk pemanasan Gasses dengan
Steam : 80 - 120 Btu/jam ft2 oF (tabel 8, Kern).
Asumsi UD = 100 Btu/jam ft2 oF
Luas Permukaan transfer panas, A
A = 7297,30100
6567,30936
×=
× LTMDU
Qc
D
= 503,465
Jumlah tube, Nt
Asumsi:
Panjang tube (L) = 6 ft
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−88
BWG = 10
Diameter luar tube, ODt = 3/4 in
Surface per Iin ft, ao = 0,1963
61963,0
465,503
×=
×=
La
ANt
o
= 427,462
Koreksi harga, UD
Dari tabel 9 Kern, diperoleh :
Nt = 442
ODt = 3/4 in
n = 1 passes
IDs = 23,250 in
A terkoreksi = Nt × ao × L
= 520,588 ft2
Maka:
UD terkoreksi = 100,049=× LTMDiAterkoreks
Qc
⊕ Menentukan Tebal tube
Dimana :
t = C)P6,0(-)E.f2(
)ID(P
design
Tdesign +
t = Tebal tube ( in )
P = Tekanan design dalam tube
= 1.0000 atm 14,696 psia
OD t = Diameter luar tube
= 0.7500 in (0.0625 ft)
f = Maximum allowable stress. Untuk bahan SA 285 Grade C
(appendix D, item 4, Brownell & Young)
= 13.750,000 psia
E = Welded joint efficiency
= 0,8000
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−89
C = Korosi yang diijinkan untuk umur alat 10 thn
= 0,1250 in/10thn
Sehingga, t = 0.1255 in
⊕ Dari tabel 10, Kern Halaman 843 dipilih :
BWG = 10.0000
t = 0,1340 in
ai = 0,1263 ft2
ao = 0,1963 ft2
ID t = 0,4820 in
at' = Luas penampang dalam per tube 0,1820 in2/tube
C.13.2.5 Menentukan Faktor Kekotoran (Dirt factor), Rd
C.13.2.51 Pada Tube side
~ Fluida dingin : Dowtherm A
Flow area tube, at’
Dari tabel 10 Kern, diperoleh at’ = 0,182 in2/tube
At = 20,5596144
182,0442
144
'ft
n
aNt t =×
×=
××
Mass velocity, Gt
Gt = =ta
Wt 72.731,828 lb/jam.ft2
Bilangan Reynolds,, Re
Pada Ta = 181,035 oF ;
µ = 1,985 lb/ft.jam ;
Cp = 0,402 ;
k = 0,01 Btu/jam.ft.oF
Ret = 1471,952985,1
828,731.72040,0=
×=×
µGtIDt
Untuk Ret = 297.293,639 maka dari fig.24 Kern di dapat harga jH = 80
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−90
Koefisien perpindahan panas, hio
FftjamBtuk
C
D
kjH
t
hi o2
3/1
./333,336=
××=
µφ
Dimana ;
hi = Koefisien transfer panas lapisan luar di dinding tube bagian dalam
ketika tube telah kotor
φt = Rasio viskositas ( faktor koreksi viskositas untuk fluida dekat dinding
tube bagian dalam )
)/.(./214,224 2 ftFftjamBtuODt
IDt
t
hi
t
hio o=
=φφ
hio = Koefisien transfer panas lapisan tipis bawah dari dinding luar tube
Pada tw = 200,678 oF didapat ; µw = 1,594 lb/ft.jam, maka ;
25,1=
wµµ
dari fig. 24, Kern didapat φt = 1,320
hio terkoreksi = (hio/φt) x φt
= 214,224 x 1,3200
= 282,775 Btu/jam.ft2 (oF/ft)
C.13.2.52 Pada Shell side
~ Shell Side ( Fluida panas : gass benzen )
Flow area shell,as
Dimana: IDs = 23,25 in
Baffle space, B = 4,650 in
Pitch tube, PT = 0,938 in
Clearance, C’ = 0,188 in
as = 20,150144
'ft
P
BCIDs
T
=××
Mass velocity, Gs
Ws = 8.332,627 lb/jam
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−91
Gs = 187,0
8.332,627=sa
Ws
2./55.493,043 ftjamlb=
Bilangan Reynold (Res)
µGsDe
s×=Re
dari fig.28, Kern untuk ;
ODt = 3/4 in
Pt = 1 in (square pitch), diperoleh;
De = 0,95 in (0,0792 ft)
Dari Trademark of The Dow Chemical Company Pada ta = 131,00 oF
diproleh :
µ Dowtherm A = 0,512 lb/ft
Cp Dowtherm A = 34,482 Btu/lbm.°F
k Dowtherm A = 0,117 Btu.ft/ft2.jam.°F
Sehingga Res = 0747,3
011,036.3830792,0 x
= 8.584,733
Koefisien perpindahan panas,ho
Untuk Res = 8.584,733 ; dari fig.24 Kern didapat jH = 25
Pada ta = 131,00 oF
)/(./127,199 23/1
ftFftjamBtuK
C
De
KjH
s
ho o=
××= µφ
Dimana ;
ho= Koefisien transfer panas lapisan tipis atas dari dinding tube bagian luar
)( taTahohio
hotatw −
++= (persamaan 5.31a, Kern)
= 200,67 oF
pada tw = 180,6169 oF µ air = 0,987 lb/ft
Maka ; 0,521=
wµµ
dai fig.24, Ken didapat φs = 1
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−92
ho terkoreksi = (ho/φs) x φs (persamaan 6.36, Kern)
= 255,500 Btu/jam ft2.oF
Clean Overall Coeffisien, Uc
Uc = hohio
hohio
+×
= 134,223
Maka Dirty Factors, Rd
DC
DC
UU
UURd
×−
=
= 0,003
Dari Tabel 12. Kern Halaman 845, faktor kekotoran untuk :
~ fluida panas : Organic vapors → Rd = 0,001 Btu/jam.ft2°F
~ fluida dingin : dowtherm → Rd = 0,002 Btu/jam.ft2°F
Rd min total = 0,003
Rd hasil perhitungan > dari pada Rd min = 0,0025 sehingga rancangan memenuhi
syarat.
C.13.2.6 Menentukan Pressure Drop
C.13.2.6 1 Pada Tube Side
Bilangan Reynolds, Ret = 1.471,952
Dari figure 26, Kern diperoleh f = 0,004
Pressure Drop pada tube side :
( ) φ×××××××=
sIDt
nLGtfPt
10
2
1022.5
= 0,004 psi
Return pressure pada tube side :
g
V
s
n
2
4Pr
2
×= = 0,000015 psi
Pressure drop total pada Tube side :
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−93
PT = Pt + Pr = 0,004 psi
Pressure drop yang diijinkan pada tube side < 10 psi , berarti rancangan
memenuhi syarat.
C.13.2.62 Pada shell side
Bilangan Reynolds,
Res = 8.584,733
Dari figure 26, Kern diperoleh f = 0,0000575
Number of crosses, N + 1
N + 1 = 12 x (L/B) = 185,806
s dowtherm A = 1
Pressure drop pada shell side :
( )( ) sDe
NDsGsfPs
×××+×××=∆
10
2
1022.5
1
( ) 10792,01022.5
240155.493,0430000575,010
2
××××××=∆Ps
= 0,012 psi
Pressure drop yang diijinkan pada shell side < 10 psi, maka rancangan memenuhi
syarat.
C.13.3 REBOILER PADA STRIPER 1 ( Rb – 01 )
Fungsi : Menguapkan sebagian cairan fraksi bawah kolom striper 1.
Jenis : Shell and Tube Heat Exchanger
Jenis aliran : Counter Current
Bahan : Stainless Steel SA – 240 grade M type 316
Jumlah : 1 buah
C.13.31 Kondisi oprasi pada Reboiler 1
a. Fluida panas di Tubbe (Hot Oil ; dowtherm A)
T masuk (T1) = 510 °C (950 °F)
T keluar (T2) = 470 °C (878 °F)
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−94
b. Fluida dingin di shell ( Cairan bagian bawah striper 1 )
=−=∑
−=∆
60
181,0834466,349
plate
TTT distilatbottom 4,7554 °F
T masuk (t1) = (466,349 – 4,755 ) °F = 461,594 °F
T keluar (t2) = T bottom = 466,349 °F
Laju alir umpan = Laju alir cairan bagian bawah distilator 1
= 22.673,139 kg/jam
= 49.874,989 lb/jam
Beban panas reboiler (Qr) = 9.273.687,519 kJ/jam
= 8.789.758,571 Btu/jam
Kebutuhan uap dowtherm A = 101.959,547 kg/jam
= 224.580,500 lb/jam
C.13.3.2 Menghitung Logaritmic Mean temperature Difference (LMTD)
LMTD = ( ) ( )
( ) ( )[ ] =−Τ−Τ−Τ−−Τ
1221
1221
/ln tt
tt 453,344 oF
C.13.3.3 Menghitung Koeffisien Transfer Panas menyeluruh, UD
Shell side = Cairan produk bawah ST - 02 ( Fluida dingin )
Tube side = Hot oil ; dowthrem A ( Fluida panas )
Aliran : Counter current
Dari TABLE 11-3 Perry hal 11-25 Typical Overall Heat-Transfer Coefficients
untuk fluida dingin dowtherem
dan fluida panas parafin,olefin dan H2, harga UD = 60-80 Btu/jam ft2 ºF
Dipilih UD = 75 Btu/jam.ft2.oF
L = 12 ft
ODt = 1 in = 0.0833 ft
Dengan memilih bahan konstruksi Carbon Steel SA-285 Grade C, maka
Allowable stress (f) = 13750 psi (Brownell and Young )
Faktor korosi ( C ) = 0,125 in
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−95
Tekanan (P) = 459,5926 psi
Maka tebal minimum :
Cf
ODtPtm +
×××
=2
1,1
= 0,1388
Dari Tabel.10,Kern diambil standar Tube terdekat :
ODt = 1 in
t = 0,148 in
BWG = 9
IDt = 0,704 in
at’ = 0,389 in
ao = 0,2618 in
Luas Permukaan transfer panas, A
A = =× LTMDU
Qr
D
258,516 ft2
Jumlah tube, Nt
Nt = =× La
A
o
82,288
Jumlah shell = 1 shell
Diambil jumlah tube dalam 1 shell = 86 tube
Koreksi harga, UD
Dari Tabel 9. Kern, hal : 841, diperoleh ;
Nt = 86 tube
ODt = 1 in, 1 ¼ in squre pitch
n = 2 passes
IDs = 15,25 in = 0,387 m
A terkoreksi = Nt Lao ×× = 270,178 ft2
Maka: UD terkoreksi = =× LTMDiAterkoreks
Qr 71,763 Btu/jam.ft2.oF
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−96
C.13.3.4 Menentukan Faktor Kekotoran (Dirt Factor), Rd
C.13.3.41 Pada Tube Side
Data:
~ Fluida panas = Hot oil ; dowthrem A
Flow area tube, at’
at' = 0,3890 in2
n = 2 pass
Nt = 86
De = 0,7040 inch
= 0,0587 ft
Dari tabel 10, Kern diperoleh at’ = 0,4210 in2
At = =×
×n
aNt t
144
' 0,465 ft2
Mass velocity, Gt
Wt = 224.580,500 lbm/jam
Gt = =ta
Wt 483.344,174 lb/jam.ft2
Bilangan Reynold, Re
Pada ta = 914 oF dari Trademark of The Dow Chemical Company
µ = 0,1714 lb/ft jam
Ret = =×µ
GtIDt 165.419,710
Dari fig.24,Kern diperoleh jH = 300
Koefisien Perpindahan Panas pipa , hi
(Cp.µ/k)1/3 = 1,466
FftjamBtuK
Cp
IDt
KjHhi o../277,367
.3/1
=
×= µ
hio = =× hiODt
IDt 195,266 Btu/jam.ft.oF
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−97
C.13.3.42 Pada Shell Side
Data:
~ Tavg = 460,009 oF
~ Fluida : Cairan dari bagian bawah kolom striper 1
~ Kapasitas panas campuran : Cp = 128,200 Btu/lb oF
~ Konduktivitas panas campuran : K = 0,055 Btu/ jam ft2 (oF/ft)
~ Viskositas campuran : µ = 0,352 lb/ft jam
Flow Area Shell, as
Dimana:
IDs = 15,250 in
B = 3,050 in
Pt = 1,2500 in square pitch
De = 0,720 in (0,0600 ft)
C' = Pt - ODt
= 0,250 inch
As = TP
BCIDs
144
'××= 0,065 ft2
Mass velocity, Gs
Ws = 49.940,836 lb/jam
Gs di split = 2
1.
sa
Ws
= 386.534,819 lb/jam.ft2
Koefisien perpindahan panas, ho
Bil Reynolds
Res = µ
GsDes.
= 65.824,953
Dari fig 28, Kern diperoleh jH = 180
(Cp.µ/k)1/3 = 9,387
31
×××=K
Cp
De
KjH
ho
s
µφ
= 128,155 Btu/jam.ft.oF
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−98
Clean Overall Coeffisien, Uc
Uc = =+×
hohio
hohio 77,374 Btu/jam.ft2.oF
Maka Dirt factor, Rd
Rd = =×−
DC
DC
UU
UU 0,001
Rd yang di ijinkan untuk light organic =0,001Btu/jamft2 oF, dan untuk uap
dowtherm = 0
Rd min = 0,001 + 0 = 0,001 Btu/jam ft2 oF
Rd hasil perhitungan lebih besar dari Rd min, sehingga rancangan memenuhi
syarat.
C.13.3.5 Menentukan Pressure Drop
C.13.3.5.1 Pada tube Side
Ret = 165.419,710
f = 0,00045 (Fig.26 Kern hal 836)
Gt = 483.344,174 lb/jam.ft2
L = 12 ft
n = 2 pass
D = IDt / 12
= 0,059 ft
s = 1
V2/2g (62,5/144) = 0,0010 (Fig.27 Kern hal 837)
Dari fig. 26, Kern→diperoleh f = 0,0005 ft2/in2
Pressure drop pada tube side:
Pt = tsIDt
nLGtf
φ×××××××
)1022,5( 10
2
= 0,824psi
Return pressure pada tube side:
Pr = g
V
s
n
2
4 2
×
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−99
Dari fig 27 Kern, pada Gt = 10193,4494 →V2/2g = 0,001
Maka: Pr = 0,008 psia
Pressure drop total pada Tube side:
PT = Pt + Pr
= 0,832 psia
Pressure drop yang diijinkan pada tube side = 10 psi, berarti rancangan
memenuhi syarat.
C.13.3.5.2 Pada Shell Side
Bil Reynolds, Res = 65.824,953
Dari fig 29, Kern, diperoleh f = 0,00003 ft2/in2
Number of crosses, N+1
N+1 = 12× (L/B) = 1.382,400
Pressure drop pada shell side
Ps = sDe
NDsGsf
×××+×××
)1022,5(
)1(10
2
= 1,978 psia
Pressure Drop yang diijinkan pada shell side = 10 psia, maka rancangan
memenuhi syarat.
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−100
C.14 STRIPPER 2 (ST-02)
Fungsi : Memisahkan produk parafin dari komponen LAB dan heavy alkilat.
Bentuk : Silinder vertical dengan tutup toryspherical (Flange and dished head)
Bahan : Carbon steel ASME SA-283 grade C ( Brownell & Young, table
13.1, hal. 251).
Jumlah : 1 unit
Jenis : Sieve tray
C.14. 1 PERHITUNGAN PADA STRIPER
C.14.1.1 Kondisi Oprasi Pada Striper
C.14.1.1.1 Kondisi Operasi Umpan Masuk
Umpan masuk pada bubble point campuran
Syarat : 1. =Σ=Σ KiXiYi
Asumsi : Tekanan Operasi, P = 1,5 atm (151.95 kpa)
Temperatur Operasi, T = 241,31 oC
Komponen kg/jam kgmol Xi
paraffin C12 (C12H26) 15427.81 90.75 0.75
paraffin C14 (C14H30) 1161.23 5.86 0.05 LAB (C18H30) 5647.68 22.96 0.19
heavy alkylate (C20H34) 406.52 1.48 0.01
Total 22643.25 121.06 1.0000
Pi K Yi α
2615.53 17.213 0.0000 244.52 182.03 1.198 0.8980 17.02 71.65 0.472 0.0228 6.70 10.70 0.070 0.0133 1.00 4.68 0.031 0.0004 0.44
1.0000 Pada tekanan 1.5 atm dan temperatur 348.60 oC, diperoleh nilai YiΣ = 1.
C.14.1.12 Kondisi Operasi Puncak Kolom
Syarat : 1/ =Σ=Σ KiYiXi
Asumsi : Tekanan Operasi, P = 1 atm ;
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−101
Temperatur Operasi, T = 220.99 oC
Komponen kg/jam kgmol Xi
paraffin C12 (C12H26) 15427.81 90.75 0.939
paraffin C14 (C14H30) 1161.23 5.86 0.061
LAB (C18H30) 0.000006 0.00000002 0.00000000024
Total 3812.91 48.88 1.0000
Pi K Xi α
116.26 1.148 0.81841727 21.5183
42.41 0.419 0.144979928 7.8501
5.40 0.053 4.45516E-09 1.0000
Total 1,000
Pada tekanan 1 atm dan temperatur 220,99 oC, diperoleh nilai 1=ΣXi .
C.14.1.13 Kondisi Operasi Dasar Kolom
Syarat : 1. =Σ=Σ KiXiYi
Asumsi : Tekanan Operasi, P = 1 atm ;
Temperatur Operasi, T = 348,60 oC
Komponen kg/jam kgmol Xi
LAB (C18H30) 5647.68 22.96 0.939
heavy alkylate (C20H34) 406.52 1.48 0.061
Total 22643.25 121.06 1.0000
Pi K Yi α
154.86 1.019 9.573E-01 1.00
90.38 0.595 3.610E-02 0.58
1.0000
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−102
1 – 1 =
Pada tekanan 1 atm dan temperatur 348,60 oC, diperoleh nilai YiΣ = 1.
C.14.1.2 Penentuan refluks minimum (L/D)min = Rmin
Menggunakan metode underwood
R min + 1 = ∑ [( αixYi)/( αi-φ)]D
i=1
Dimana harga φ dapat di cari dengan persamaan :
n
1 − q = ∑ [( αixZi) / ( αi-φ)]F
i=1
Karena umpan masuk pada titik didih maka harga q = 1 sehingga
(αC12.XC12)feed + (αC14.XC14)feed + (αLAB.XLAB)feed + (αHA.XHA)feed
(αC12)feed - q (αC14)feed - q (αLAB)feed - q (αHA)feed - q
0 = 0,00000
Dari hasil trial diperoleh q = 1,220 sehingga
(L/D)min + 1 = Rmin + 1
= ( αi.Xi )distilat
( αi )distilat - q
= 1,054
(L/D)min + 1 = Rmin + 1
= 1,054
(L/D)min = Rmin
= 0,0539
Penentuan refluks total (L/D) = R
Diambil harga R/Rmin = 1,3
R = 1,3 x Rmin
= 0,0701
L = 6,8178
R = 0,0879
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−103
Umpan Uap Bahan
(kmol) (kg) (kmol) (kg)
Paraffin C12 (C12H26) 90.75 15427.81 98.73 16783.64
Paraffin C14 (C14H30) 5.86 1161.23 6.38 1263.28 LAB (C18H30) 22.96 5647.68 0.00 0.00
heavy alkylate (C20H34) 1.48 406.52 0.00 0.00
121.06 22643.25 105.11 18046.92
Distilat Refluks Bottom
(kmol) (kg) (kmol) (kg) (kmol) (kg)
90.75 15427.81 7.98 1355.83 0.00 0.00
5.86 1161.23 0.52 102.05 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.00 22.96 5647.68
0.00 0.00 0.00 0.00 1.48 406.52
96.62 16589.04 8.49 1457.88 24.44 6054.20
C.14.1.3. Menentukan Jumlah Pleate
C.14.1.3.1. Penentuan jumlah plate minimum (Nmin)
Nmin = avg
BD XlkXhkxXhkXlK
αlog
)/()/(log
dimana
αtop = D
D
Khk
Klk
)(
)(
= 7,8501
αbottom = B
B
Khk
Klk
)(
)(
= 3,7524
αavg = ( αtop x αbottom ) 1/2
= 5,4274
maka Nmin = 5,430
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−104
C.14.1.3..2. Penentuan plate teoritis (N)
Dari grafik (fig. 13-41, Perry, 1999)
(N-Nmin) Vs (R-Rmin)
(N+1) (R+1)
Untuk harga (R-Rmin) / (R+1) = 0,0151
−
++
−=+
−5,0
1
2,11711
4,541exp1
1 ψψ
ψψ
N
NN m
( ) ( )1/ +−= RRR mψ
Diperoleh harga (N-Nmin)/(N+1) = 0,681
Sehingga N = 19,1740 ≈ 19 plate
C.14.1.3..3. Penentuan effisiensi plate (h) dan jumlah plate aktual (Naktual)
µ avg = 0,3236 cp
α µ = 3,7854
Dari fig 6-47 Banchero hal 306 didapat nilai η = 80%
Naktual = ( N /η ) + 1 ~ Kondensor total, reboiler parsial
Naktual = 24,97 ≈ 25 plate
Dari Walas, mengenai hubungan refluks total fenske di peroleh :
Ns
Nr =
[ ][ ]BF
FD
XlkXhkXXhkXlkLog
XlkXhkXXhkXlkLog
)/()/(
)/()/(
Ns
Nr = 1,00
NsNr + = aktualN
1,00 NsNs+ = 25 plate
Ns = 12,4838 plate ≈ 12 plate
Plate bawah(Ns) berjumlah 13 plate (termasuk plate reboiler)
Plate atas (Nr) berjumlah 12 plate
Jadi letak umpan (feed plate) masuk pada plate = 12
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−105
C.14.1.4 Penentuan diameter menara (D)
R = Lo / D (Pers 13.128, Wallas, hal.37)
Dimana : Lo = laju alir kolom atas
D = jumlah kondensat yang diambil sebagai distilat
maka
Lo = R x D
0,0701 x 16589.04 kg/jam
= 1.168,495 kg/jam
Vr = Lo + D
Dimana :
Vr = jumlah uap yang keluar dari bagian atas kolom yang akan dikondensasikan
Maka :
Vr = (1.168,495 + 16589.04) kg/jam
= 17832,30 kg/jam
Vr = 104,05 lb/jam
(Vs-Vr) = 1 - q (q = 1 untuk umpan masuk pada bubble point )
Laju alir uap bawah = Vs = Vr = 17832,30 Kg/jam
L = Vs + B
dimana
L = laju alir cairan kolom bawah
B = masa kolom bawah
maka
L = 17832,30 + 6054.20
= 23841,64 Kg
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−106
Distilat
Bahan Massa Fraksi ρ ρ camp BM BM camp
paraffin C12 (C12H26) 15427.81 0.93 751.15 698.56 170.00 158.10
paraffin C14 (C14H30) 1161.23 0.07 762.91 53.40 198.00 13.86
LAB (C18H30) 0.00 0.00 857.60 0.00 246.00 0.00
heavy alkylate(C20H34) 0.00 0.00 856.39 0.00 274.00 0.00
Total 16589.04 1.00 751.97 171.96
Bottom
Bahan Massa Fraksi ρ ρ camp BM BM camp
paraffin C12 (C12H26) 0.00 0.00 751.15 0.00 170.00 0.00
paraffin C14 (C14H30) 0.00 0.00 762.91 0.00 198.00 0.00
LAB (C18H30) 5647.68 0.93 857.60 800.01 246.00 229.48
heavy alkylate(C20H34) 406.52 0.07 856.39 57.50 274.00 18.40
Total 6054.20 1.00 857.51 247.88
BM gas atas = S (Xi.BMi)distilat
= 171.96 Kg/kgmol
BM gas bawah = S (Xi.BMi)bottom
= 247.88 Kg/kgmol
ρ cairan atas = 751.97 Kg/m3
ρ cairan bawah = 857.51 Kg/m3
ρ uap atas = P x BM gas atas
R x T
= 4.2414 Kg/m3
ρ uap bawah = P x BM gas bawah
R x T
= 7.2882 Kg/m3
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−107
C.14.1.4.1. Diameter kolom atas
Asumsi
Tray spacing = 18 in
Kecepatan alir maksimum, berdasarkan pers.1, Peters, hal. 656 :
Vm = Kv uap
uapairanc
ρρρ −
Dimana : Vm = Kecepatan linier uap
KV = Konstanta
= 0,26 untuk tray spacing
= 18 in (Fig 15.6 Peters hal 719)
cairanρ atas = 882,1900 Kg/m3
ρuap atas = 4,241 Kg/m3
maka ; Vm = 0,26 214,4
214,4190,882 −
= 3,453 ft/det
= 1,052 m/detik
Floading yang diijinkan = 65 – 80% (Peters,hal. 658), diambil floading = 80%,
maka :
V = 0,80 x Vm
= 0,80 x 1,052 m/detik
= 0,8421 ft/detik
D atas = 4 x Vr x BM gas atas
π x ρ gas atas x Vaktual x 3600
D atas = 1,331 m
C.14.1.4..2. Diameter kolom bawah
Kecepatan alir maksimum kolom bawah. Dihitung berdasarkan persamaan Peter
hal 656
Vm = ( ρ cairan bawah - ρ uap bawah)
ρ uap bawah
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−108
Vm = 2,808 ft / detik
= 0,856 m / detik
Floading yang diijinkan = 65 – 80% (Peters,hal. 658), diambil floading = 80%,
maka :
Vaktual = 0,80 x Vm
= 0,80 x 0,856 m / detik
= 0,6848 m / detik
D bawah = 4 x Vr x BM gas atas
π x ρ gas atas x Vaktual x 3600
D bawah = 1,352 m
Maka diambil diameter kolom stripper sebesar = 1,352 m
= 53,238 in
= 4,440 ft
C.14.1.5. Penentuan tebal kolom stripper (ts)
Bahan : stainless steel SA-167 grade 11 type 316
t = C)P6,0(-)E.f2(
)ID(P
design
Tdesign + [Pers. 14.34, Brownell & Young]
Dimana :
t = tebal tangki , in
Pdesign = Tekanan desain
= tekanan dalam kolom
= 1,1 - 1,25 Poperasi
= 1,2 x 1 atm = 17,6352 psia
ID I = Diameter dalam tangki, in
= 53,5106 in
F = Maximum allowable stress untuk SA-167 grade 3 tipe
306 (appendix D,item 4, brownell and Young )
= 18,750 psi
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−109
E = welded joint efficiency (efisiensi penyambungan) = 0,8
Tipe joint yang dipilih adalah double welded butt joint tanpa
diradiografi dan tanpa stress relieve → max efficiency berdasarkan
table 13.2, hal 254, Brownell & Young.
C = faktor korosi yang diijinkan untuk umur alat 10 tahun
= 0,200 in
ts = 0,2315 in
Diambil tebal standar, ts = 1/4 in
C.14.1.6. Penentuan Tebal Penutup Kolom Stripper (th)
Bentuk : torispherical head (flange and dishead head) Brownell hal 88
Bahan stainless steel SA-167 grade 11 type 316
Diameter luar Do = Di awal + (2.ts)
= 53,5106 +(2 x ¼ )
= 54,01 in
Diambil diameter luar standar shell
OD = 54 in
karena ts diambil = 0,25 in maka
icr = 2,25 in
r = 36 in
icr / r = 0,0602 in > 6% sehingga memenuhi syarat untuk torispherical head.
Berdasarkan Brownell & Young hal 256-258, karena icr/r > 6% maka
persamaan yang digunakan untuk menghitung tebal head adalah
pers 7.76 dan 7.77 Brownell & Young hal 135
W =
dimana
W = faktor intensifikasi stress untuk torispherical head
Rc = radius of crown ( r )
= 54 in
( )1341 rrc+
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−110
r1 = inside corner radius ( icr )
= 3.25 in
maka
W = 1.7690
t = CPEf
WrcP
design
design +)6,0(-).2(
[Pers. 14.34, Brownell & Young]
Dimana :
t = tebal tangki , in
W = 1,7500
Pdesign = Tekanan desain
= tekanan dalam kolom
= 1,1 - 1,25 Poperasi
= 1,2 x 1 atm = 17,6352 psia
rc = jari –jari
= 54 in
F = Maximum allowable stress untuk SA-167 grade 3 tipe
306 (appendix D,item 4, brownell and Young )
= 18,750 psi
E = welded joint efficiency (efisiensi penyambungan) = 0,8
Tipe joint yang dipilih adalah double welded butt joint tanpa
diradiografi dan tanpa stress relieve → max efficiency berdasarkan
table 13.2, hal 254, Brownell & Young.
C = faktor korosi yang diijinkan untuk umur alat 10 tahun
= 0,200 in
th = 0.2562 in
Dipilih tebal head standar th = 1/4 in
Standar straight flange (Sf) = 1,5-2,25 in
dipilih Sf = 1,5 in (Tabel 5.8 Brownell & Young hal 93)
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−111
C.14.1.7. Penentuan Tinggi Tutup Kolom Stripper
Dari tabel 5.7 Brownell & Young hal 90 untuk
OD = 36 in
ts = 0,2200 in
icr = 2,25 in
r = 54 in
ID = OD - (2 x ts)
= 53,5 in
Untuk menghitung tinggi head digunakan penjelasan pada fig 5.8 Brownell &
Young hal 87
a = ID/2
= 26,75
AB = (ID/2)-icr
= 23,5
BC = r - icr
= 50,75
AC = (BC2-AB2)^0,5
= 44,981
b = r - AC
= 9,0188
OA = th + b + Sf
= 11,3313
Maka tinggi penutup kolom stripper = 11.3313 in
= 0,2878 m
Penentuan tinggi kolom stripper
Jumlah plate total = Naktual
= 25 plate
Jumlah plate dalam kolom = Naktual - 1
= 24 plate
Tray spacing = 18 in
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−112
Tinggi plate total dalam kolom = jumlah plate dalam kolom x tray spacing
= 431,415 in
= 10,958 m
Tinggi penutup kolom = Hh
= 11,3313 in
= 0,2878 m
Tinggi kolom stripper = H
= Tinggi plate total dalam kolom + (2 x Hh)
= 454,0784 in
= 11,5336 m
C.14.2 KONDENSOR KOLOM STRIPER 2 ( Kd – 02 )
Fungsi : Mengembunkan uap benzen produk atas.
Jenis : Shell and tube exchanger.
Jenis aliran : Counter Current
Bahan : Stainless Steel SA – 240 grade M type 316
Jumlah : 1 buah
C.14.2.1 Kondisi oprasi pada kondensor
a. Fluida panas di Tubbe ( Uap produk atas striper 1 )
T masuk (T1) = 220,9896 °C (429.7813 °F)
T keluar (T2) = 220,9896 °C (429.7813 °F)
b. Fluida dingin di shell ( dowthrem A )
T masuk (t1) = 30 °C (86 °F)
T keluar (t2) = 130 °C (266°F)
Laju alir uap kolom atas (Ws) = 16.663,801 kg/jam
= 36.704,408 lb/jam
Panas yang diserap pendingin (Qc) = 7.284.808,616 kJ/jam
= 6.839.836,231 Btu/jam
Kebutuhan Dowtherm A (Wt) = 40.289,739 kg/jam
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−113
= 88743,918 lb/jam
C.14.2.2 Menghitung Logaritmic Mean Temperature Difference (LMTD)
LMTD = ( ) ( )
( ) ( )[ ] =−Τ−Τ−Τ−−Τ
1221
1221
/ln tt
tt
= 242,760 °F
Dari Fig.19 Kern hal 828, untuk harga R dan S diatas diperoleh 1-2 exchanger,
Ft = 1.0000
∆t = Ft x ∆LMTD = 242,760 °F
Menentukan Tc average & tc average
Ta average = ( T 1 + T 2 ) / 2 = 429,781 °F = 493,990 K
ta average = ( t 1 + t 2 ) / 2 = 176 °F = 353 K
C.14.2.3 Menentukan Luas Permukaan Transfer Panas
Dari Tabel 8. Kern Halaman 840 untuk ,
Fluida panas = Gasses paraffin C12 (C12H26), paraffin C14 (C14H30)
Fluida dingin = dowtherm A
C.14.2.4. Menghitung Koeffisien Transfer panas menyeluruh, UD
Harga Koefisien Transfer panas menyeluruh, UD untuk pemanasan Gasses dengan
Steam : 80 - 120 Btu/jam ft2 oF (tabel 8, Kern).
Asumsi UD = 100 Btu/jam ft2 oF
Luas Permukaan transfer panas, A
A = 242,760100
2316.839.836,
×=
× LTMDU
Qc
D
= 281,753 ft2
Jumlah tube, Nt
Asumsi:
Panjang tube (L) = 10 ft
BWG = 10
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−114
Diameter luar tube, ODt = 0,750 in (0.0625 ft)
Surface per Iin ft, ao = 0,1963
101963,0
753,281
×=
×=
La
ANt
o
= 143,532 tube
Koreksi harga, UD
Dari tabel 9 Kern, diperoleh :
Nt = 151
ODt = 0,750 in (Diameter luar tube ( in ))
Pt = 1 in (1 in square pitch ; Pitch tube, jarak antara pusat tube ( in ))
n = 1 passes (Banyaknya pass untuk tube/shell)
IDs = 15,25 in (Diameter dalam shell ( in ))
A terkoreksi = Nt × ao × L
= 296,413 ft2
Maka:
UD terkoreksi = 95,054=× LTMDiAterkoreks
Qc Btu/jam.ft2.°F
C.14.2.5. Menentukan Faktor Kekotoran (Dirt factor), Rd
~ Pada Tube side
~ ( Fluida dingin : Dowtherm A )
Flow area tube, at’
Dari tabel 10 Kern, diperoleh at’ = 0,1820 in2/tube
At = 20,1911144
182,0151
144
'ft
n
aNt t =×
×=
××
Mass velocity, Gt
W = Laju alir umpan ( lbm/jam )
at = Flow area tube ( ft2 )
Gt = =ta
Wt 464.999,788 lb/jam.ft2 (Pers. 7.1 Kern)
Bilangan Reynolds, Re
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−115
Pada Ta = 181,035 oF
ID t = 0,4820 in (0,0402 ft )
µ = 0,545 lb/ft.jam
Cp = 0,507 Btu/lbm.°F (Trademark of The Dow Chemical Company)
k = 0,063 Btu/jam.ft.oF (Trademark of The Dow Chemical Company)
Ret = 34.243,8479795,0
8464.999,78482,0=
×=×
µGtIDt
Untuk Ret = 34.243,847 maka dari fig.24 Kern di dapat harga jH = 102
Koefisien perpindahan panas, hio
FftjamBtuk
C
D
kjH
t
hi o2
3/1
./260,557=
××=
µφ
Dimana ;
hi = Koefisien transfer panas lapisan luar di dinding tube bagian dalam
ketika tube telah kotor
φt = Rasio viskositas ( faktor koreksi viskositas untuk fluida dekat dinding
tube bagian dalam )
)/.(./167,451 2 ftFftjamBtuODt
IDt
t
hi
t
hio o=
=φφ
hio = Koefisien transfer panas lapisan tipis bawah dari dinding luar tube
Pada tw = 529,069 oF didapat ; µw = 0,810 lb/ft.jam, maka ;
0,673=
wµµ
dari fig. 24, Kern didapat φt = 1,10
hio terkoreksi = (hio/φt) x φt
= 167,451 x 1,10
= 184,196 Btu/jam.ft2 (oF/ft)
~ Pada Shell side
~ Fluida panas : gass parafin
Flow area shell,as
Dimana: IDs = 15,250 in
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−116
Baffle space, B = 3,050
Pitch tube, PT = 1 in
Clearance, C’ = 0,25 in
as = 20,081144
'ft
P
BCIDs
T
=×× (Pers. ( 7.1 ) Kern Halaman 138)
Mass velocity, Gs
Ws = 187661,5372 lb/jam
Gs = 081,0
36704,408=sa
Ws
2./2454.538,86 ftjamlb=
Bilangan Reynold (Res)
µGsDe
s×=Re
dari fig.28, Kern untuk ;
ODt = 0,750 in
Pt = 1 in (square pitch), diperoleh;
De = 0,95 in (0,0792 ft)
Dari Trademark of The Dow Chemical Company Pada ta = 131,00 oF
diproleh :
µparaffin = 0,320 lb/ft
Cp paraffin = 119,570 Btu/lbm.°F
k paraffin = 0,057 Btu.ft/ft2.jam.°F
Sehingga Res = 320,0
2454.538,860792,0 x
= 112.510,506
Koefisien perpindahan panas,ho
Untuk Res = 112.510,506 ; dari fig.24 Kern didapat jH = 98
Pada ta = 176 oF
)/(./615,536 2
3/1
ftFftjamBtuK
C
De
KjH
s
ho o=
××=
µφ
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−117
Dimana ;
ho= Koefisien transfer panas lapisan tipis atas dari dinding tube bagian luar
)( taTahohio
hotatw −
++= (persamaan 5.31a, Kern, hal 98)
= 234,452 oF
pada tw = 234,452 oF µ paraffin = 1,115 lb/ft
Maka ; 0,287=
wµµ
dai fig.24, Ken didapat φs = 1
ho terkoreksi = (ho/φs) x φs (persamaan 6.36, Kern, hal 121)
= 800,196 Btu/jam ft2.oF
Clean Overall Coeffisien, Uc
Uc = hohio
hohio
+×
= 149,730 Btu/jam.ft2 °F
Maka Dirty Factors, Rd
DC
DC
UU
UURd
×−
=
= 0,004 Btu/jam.ft2 °F
Dari Tabel 12. Kern Halaman 845, faktor kekotoran untuk :
~ fluida panas : Organic vapors → Rd = 0,001 Btu/jam.ft2°F
~ fluida dingin : dowtherm → Rd = 0,002 Btu/jam.ft2°F
Rd min total = 0,003
Rd hasil perhitungan > dari pada Rd min = 0,003 sehingga rancangan memenuhi
syarat.
C.14.2.6. Menentukan Pressure Drop
~ Pada Tube Side
Diketahui :
Gt = 464.999,788 lb/jam.ft2
n = 1 passes
ID t = 0,4820 in (0,0402 ft )
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−118
f = 0,0003 (Trademark of The Dow Chemical Company)
Panjang tube (L) = 10 ft
Bilangan Reynolds, Ret = 34.243,847
Pressure Drop pada tube side :
( ) φ×××××××=
sIDt
nLGtfPt
10
2
1022.5
= 2,422 psi
Return pressure pada tube side :
( V2 / 2 g' ) ( 62.5 / 144 ) = 0,0052 (Dari Fig 27. Kern Halaman 837)
g
V
s
n
2
4Pr
2
×= = 0,050 psi
Pressure drop total pada Tube side :
PT = Pt + Pr = 2,472 psi
Pressure drop yang diijinkan pada tube side < 10 psi , berarti rancangan
memenuhi syarat.
~ Pada shell side
Diketahui :
Gs = 454.538,862 lb/ jam ft2
IDs = 12 in
f = 0,0000058 (Dari figure 26, Kern)
Baffle space, B = 2,400
Panjang tube (L) = 10 ft
Diameter ekivalen (De) = 0,0792 ft
Number of crosses, N + 1
N + 1 = 12 x (L/B) = 472,131
s dowtherm A = 1
Pressure drop pada shell side :
( )( ) sDe
NDsGsfPs
×××+×××=∆
10
2
1022.5
1
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−119
( ) 10792,01022.5
1311,4721862,538.5440000058,010
2
××××××=∆Ps
= 0,133 psi
Pressure drop yang diijinkan pada shell side < 10 psi, maka rancangan memenuhi
syarat.
C.14.3. REBOILER PADA STRIPER 2 ( Rb – 02 )
Fungsi : Menguapkan cairan yang naik pada kolom bawah Striper 2.
Jenis : Shell and tube exchanger.
Jenis aliran : Counter Current
Bahan : Stainless Steel SA – 240 grade M type 316
Jumlah : 1 buah
C.14.3.1. Kondisi oprasi pada Reboiler 2
a. Fluida panas di Tubbe (Hot Oil (uap dowtherm A))
T masuk (t1) = 500 °C (932 °F)
T keluar (t2) = 470 °C (878 °F)
b. Fluida dingin di shell ( Cairan bagian bawah striper- 02 )
Fluida dingin
=−=∑
−=∆
25
4429.7813352659,478836
plate
TTT distilatbottom 9,200 °F
T keluar (t2) = T bottom
= 659,479 °F
T masuk (t1) = (659,4788 – 9,200) °F
= 650,279 °F
Laju alir umpan = Laju alir cairan bagian bawah distilator 1
= 6.009,338 kg/jam
= 13.236,428 lb/jam
Beban panas reboiler (Qr) = 6.900.557,991 kJ/jam
= 6.540.466,090 Btu/jam
Kebutuhan uap dowtherm A = 75.868,177 kg/jam
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−120
= 167.110,522 lb/jam
C.14.3.2. Menghitung Logaritmic Mean temperature Difference (LMTD)
LMTD = ( ) ( )
( ) ( )[ ] =−Τ−Τ−Τ−−Τ
1221
1221
/ln tt
tt 257,848 oF
C.14.3.3. Menghitung Koeffisien Transfer Panas menyeluruh, UD
Shell side = Cairan produk bawah D - 02 ( Fluida dingin )
Tube side = Hot oil ; uap dowthrem A ( Fluida panas )
Aliran : Counter current
Dari TABLE 11-3 Perry hal 11-25 Typical Overall Heat-Transfer Coefficients
untuk fluida dingin dowtherem
dan fluida panas parafin,olefin dan H2, harga UD = 60-80 Btu/jam ft2 ºF
Dipilih UD = 75.0000 Btu/jam.ft2.oF
L = 12 ft
ODt = 1 in = 0.0833 ft
Dengan memilih bahan konstruksi Carbon Steel SA-285 Grade C, maka
Allowable stress (f) = 13750 psi (Brownell and Young )
Faktor korosi ( C ) = 0,125 in
Tekanan (P) = 689,3888 psi
Maka tebal minimum :
Cf
ODtPtm +
×××
=2
1,1
= 0,146 in
Dari Tabel.10,Kern diambil standar Tube terdekat :
ODt = 1 in
t = 0,148 in
BWG = 9
IDt = 0,704 in
at’ = 0,389 in
ao = 0,2618 in
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−121
Luas Permukaan transfer panas, A
A = =× LTMDU
Qr
D
338,208 ft2
Jumlah tube, Nt
Nt = =× La
A
o
107,655 tube
Jumlah shell = 1 shell
Diambil jumlah tube dalam 1 shell = 109 tube
Koreksi harga, UD
Dari Tabel 9. Kern, hal : 841, diperoleh ;
Nt = 109 tube
ODt = 1 in, 1 ¼ in triangular pitch
n = 1 passes
IDs = 17,250 in = 0,438 m
A terkoreksi = Nt Lao ×× = 342,434 ft2
Maka: UD terkoreksi = =× LTMDiAterkoreks
Qr 74,074 Btu/jam.ft2.oF
C.14.3..4. Menentukan Faktor Kekotoran (Dirt Factor), Rd
• Pada Tube Side
Data:
~ Fluida = Hot oil ; dowthrem A ( Fluida panas )
at' = 0,3890 in2 (Dari tabel 10, Kern, hal 843)
n = 1 pass
Nt = 109
De = 0,7040 inch
= 0,0587 ft
Flow area, at
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−122
At = n
aNt t
××
144
'
= 0,589 ft2
Mass velocity, Gt
Wt = 167.110,522 lbm/jam
Gt = =ta
Wt 283.765,892 lb/jam.ft2
Bilangan Reynold, Re
Pada ta : 914 oF dari Trademark of The Dow Chemical Company diperoleh :
µ Dowtherm A = 0,1714 lb/ft jam
k Dowtherm A = 0,03700
Cp = 0.6800 Btu/lb.oF
Ret = =×µ
GtDe 97.116,039
Dari fig.24,Kern diperoleh jH = 225
Koefisien Perpindahan Panas pipa , hi
(Cp.µ/k)1/3 = 1.4660
FftjamBtuK
Cp
IDt
KjHhi o../208,025
.3/1
=
×= µ
hio = hiODt
IDt ×
= 176,51 Btu/jam.ft.oF
• Pada Shell Side
Data:
~ Tavg = 654,879 oF
~ Fluida : Cairan dari bagian bawah kolom striper 1
~ Kapasitas panas campuran : Cp = 128,2000 Btu/lb oF
~ Konduktivitas panas campuran : K = 0,075 Btu/ jam ft2 (oF/ft)
~ Viskositas campuran : µ = 0,3523 lb/ft jam
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−123
Flow Area Shell, as
Dimana:
IDs = 37,0000 inch
B = 7,4000 inch
Pt = 1,2500 inch in square pitch
De = 0,7200 inch = 0.0600 ft
C' = Pt - ODt
= 0,2500 inch
As = TP
BCIDs
144
'××
= 0,083 ft2
Mass velocity, Gs
Ws = 13.236,428 lb/jam
Gs di split = 2
1.
sa
Ws
= 80.069,129 lb/jam.ft2
Koefisien perpindahan panas, ho
Bil Reynolds
Res = µ
GsDes.
= 13.635,373
Dari fig 28, Kern hal 838 diperoleh jH = 170
(Cp.µ/k)1/3 = 8,460
31
×××=K
Cp
De
KjH
ho
s
µφ
= 149,025 Btu/jam.ft.oF
Clean Overall Coeffisien, Uc
Uc = =+×
hohio
hohio 84,520 Btu/jam.ft2.oF
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−124
Maka Dirt factor, Rd
Rd = =×−
DC
DC
UU
UU 0,002
Rd min = 0,001 Btu/jam ft2 oF
Rd hasil perhitungan lebih besar dari Rd min, sehingga rancangan memenuhi
syarat.
C.14.3.5. Menentukan Pressure Drop
~ Pada tube Side
Ret = 97.116,039
f = 0,004 (www. Dowtherm.com)
Gt = 28.3765,892 lb/jam.ft2
L = 12 ft
n = 2 -pass
D = IDt / 12
= 0,704 ft
s = 1
Dari fig. 26, Kern→diperoleh f = 0,004 ft2/in2
Pressure drop pada tube side:
Pt = tsIDt
nLGtf
φ×××××××
)1022,5( 10
2
= 0,002 psi
Return pressure pada tube side:
Pr = g
V
s
n
2
4 2
×
V2/2g (62,5/144) = 0,110 (Fig.27 Kern hal 837)
Maka: Pr = 0,800 psia
Pressure drop total pada Tube side:
PT = Pt + Pr
= 0,802 psia
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−125
Pressure drop yang diijinkan pada tube side = 10 psi, berarti rancangan
memenuhi syarat.
~ Pada Shell Side
Bil Reynolds, Res = 13.635,373
f = 0,0015 ft2/in2 (Fig.29 Kern hal 839)
L = 12 ft
B = 1,250 inch 0,1042 ft
Number of crosses, N+1
N+1 = 12× (L/B) = 1382,400
Pressure drop pada shell side
Ps = sDe
NDsGsf
×××+×××
)1022,5(
)1(10
2
= 2,462 psia
Pressure Drop yang diijinkan pada shell side = 10 psia, maka rancangan
memenuhi syarat.
C.15 COOLER I (CO-01)
Fungsi : untuk menurunkan temperatur bahan Parafin dari 219,43 oC
sampai 31 oC
Jenis : Shell and tube exchanger.
Jenis aliran : Counter Current
Bahan : Stainless Steel SA – 240 grade M type 316
Jumlah : 1 buah
C.15.1 Data
• Tekanan operasi, P = 1 atm
• Beban panas kondensor, Qc
Qc = 8.696.017,26 kJ/jam
= 8.242.233,86 Btu/jam
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−126
• Fluida panas (Tubes) : Parafin
Laju alir massa, Wt = 16.589,04 kg/jam = 36.571,96 lb/jam
T1 = 221oC = 429,8oF
T2 = 35oC = 95oF
• Fluida dingin (Shell) : dowtherm A
Laju alir massa, Ws = 53.660,76 kg/jam = 118.299,74 lb/jam
t1 = 30oC = 86oF
t2 = 120oC = 248oF
C.15.2 Logaritmic Mean Temperature Difference (LMTD)
• LMTD = ( ) ( )( ) ( )[ ]1221
1t221
t/tln
t
−Τ−ΤΤ−−Τ − [ Pers. 5.14, Kern]
= 57,487 oF
• LMTD Correction Factor (FT)
R = ( ) ( )1221 t-t/T-T = 0,484
S = ( ) ( )1112 t-T/t-t = 0,974
Dipilih 1-2 exchangers,
Untuk 1 pass Shell dan 2 pass Tube dari Fig.18 Kern, nilai R dan S diatas
diperoleh nilai FT = 0,8
• Koreksi LMTD = LMTD x FT = 45,989 oF
C.15.3 Koeffisien Transfer Panas menyeluruh, UD
Dari TABLE 11-3 Perry hal 11-25 Typical Overall Heat-Transfer Coefficients
untuk fluida dingin dowtherem dan fluida panas parafin,olefin dan H2, harga UD
= 80-120 Btu/jam ft2 ºF
Asumsi: UD = 120 Btu/jam ft2 oF
• Luas permukaan transfer panas, A
A = LTMD.U
Q
D
C
= 1.493,50 ft2
• Tebal tubes minimum, tm
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−127
C)P6,0(-)E.f(
)2/OD(Ptm
design
tdesign += [Pers. 14.34, Brownell & Young]
Dimana :
tm = tebal tube minimum (in)
Pdesign = Tekanan desain dalam tubes = 14,7 psia
ODt = Diameter luar tubes, direncanakan = 0,75 in
F = Maximum allowable stress untuk bahan SA-213 Grade
TP316 (appendix D,item 4, brownell and Young )
= 17532 psia
E = welded joint efficiency = 0,8
C = faktor korosi yang diijinkan untuk umur alat 10 tahun
= 0,125 in
Maka; tm = 0,1254 in
• Dari Tabel.10 Kern diambil standar tubes terdekat dengan nilai (tm) diatas,
sehingga diperoleh:
t = 0,134 in
BWG = 10
ODt = 3/4 in
IDt = 0,482 in
a’t = 0,182 in2
ao = 0,1963 ft2/ln ft
• Jumlah tube, Nt
Direncanakan panjang tubes, L = 20 ft
Nt = L.a o
Α
= 380,413 tubes
• Koreksi Luas permukaan transfer panas, A
A = Nt . ao . L
Dari Tabel.9, Kern untuk :
ODt = 3/4 in; 1 in triangular pitch
n = 8 - pass
Diambil standar jumlah tube terdekat, diperoleh :
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−128
Nt = 1258 tubes
IDs = 39 in
A = 4938,91 ft2
• Koreksi Koeffisien Transfer Panas menyeluruh, UD
UD = LMTD.
Qc
Α = 36,29 Btu/jam.ft 2.oF
C.15.4 Faktor Kekotoran (Rd)
• Fluida panas dalam Shell
o Flow area, as
144.P
B'.C.IDa
t
SS = [Pers. 7.1, Kern]
IDs : Diameter dalam = 39 in
B : Baffle spacing (min. 1/5IDs), B = 0,2.IDs = 13 in
Pt : Pitch = 0.94 in
c' : Clearance antar tubes, c' = Pt - ODs = 0.19 in
as dalam ft2, maka:
as = 0,7042 ft2
o Laju alir massa Gs
s
ss a
WG =
Gs = 167.999,628 lb/jam.ft2 [Pers. 7.2, Kern]
o Bilangan Reynold, sRe
µ
= Ses
G.DRe [Pers. 7.3, Kern]
De: Diameter ekivalen shell (ft) pada ODt 1”
De = 0,046 ft [Fig. 28, Kern]
Tc = 1/2(T1+T2) = 167 oF
µ = viskositas pada Tc
= 3,4243 lb/ft,jam [HYSYS]
sRe = 2248,63
o Koefisien perpindahan pipa lapisan luar, ho
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−129
)( k
. Cp
D
k . jH h s
3
1
eo φ
µ= [Pers. 6.15b, Kern]
jH = 28 (pada Res) [Fig. 28, Kern]
pada Tc = 167 oF :
Cp = 0,41 Btu/lb.oF [Trademark of The Dow Chemical Company]
k = 0,075 Btu/ft².jam(ºF/ft) [Trademark of The Dow Chemical Company]
soh φ = 122,0533 Btu/ft².jam.ºF
o Temperatur dinding pipa, tw
tw = )tT()h()h(
ht cc
sotio
soc −
φ+φφ+ [Pers. 5.31, Kern]
= 245,03 oF
o Koreksi koefisien perpindahan panas, ho
ho = aa
ohφ
φ
aφ = (µ/µw) 0.14
pada tw = 245,03oF
µw = 1,9158 lb/ft.hr [Trademark of The Dow Chemical Company]
aφ = 1,085
ho = 132,39 Btu/jam.ft.oF
• Fluida dingin dalam Tubes
o Flow area, at
at = n.144
'a.Nt t ;ft2
= 0,1987 ft2 [Pers. 7.48, Kern]
o Laju alir massa, Gt
t
tt a
WG =
= 184.013,0964 lb/jam.ft2
o Bilangan Reynold, tRe
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−130
µ×
= ttt
GIDRe
µ : viskositas pada pada tc = 1/2(t1+t2) = 262 oF
µ = 0,97 lb/ft, jam [Fig. 14, Kern]
tRe = 7620,94
Perpindahan pipa lapisan luar, hi
)( k
. Cp
ID
k . jH hi t
3
1
t
φ
µ= [Pers. 6.15a, Kern]
jH = 30 [Fig. 24, Kern]
pada tc = 262oF :
Cp = 0,62 Btu/lb.oF [HYSYS]
k = 0,066 Btu/ft².jam(ºF/ft) [HYSYS]
thi φ = 42,247 Btu/ft².jam.ºF
o Koefisien Perpindahan pipa lapisan luar, hio
OD
IDx
hh
t
i
t
io
φ=
φ [Pers. 6.5, Kern]
thio φ = 27,15 Btu/ft².jam.ºF
o Koreksi Koefisien Perpindahan pipa lapisan luar, hio
tt
ioio
hh φ
φ=
tφ = (µ/µw) 0.14 = 0,2
hio = 54,3019 Btu/ft².jam.ºF [Pers. 6.37, Kern]
• Clean Overall Coefficient, Uc
Uc = oio
oio
hh
h.h
+
= 38,508 Btu/ft².jam.ºF [Pers. 6.38, Kern]
• Dirt Factors, Rd
Dari Tabel 12, Kern:
Rd = DC
DC
U.U
U-U = 0,0016 ft².jam.ºF/Btu [Pers. 6.13, Kern]
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−131
Rd min = 0,001 (Table 12, hal 845, Kern)
Rd ≥ 0,001 (rancangan memenuhi)
C.15.5. Pressure drop
• Fluida panas dalam Shell
se10s
2s
S .s.D.10x22,5
)1N.(ID.G.fP
φ+=∆ [Pers. 7.52, Kern]
Dimana:
∆PS = Pressure drop didalam shell (psi)
f = Faktor friksi untuk shell pada Res = 0,0028
N+1 = Number of crosses = 12 x L/B = 18,46 ft
De = Diameter ekivalen (ft) = IDs/12 = 0,046 ft
s = spesifik grafity pada
= 1 [HYSYS]
∆PS = 1,15 psi
∆PS < 10 psi (Rancangan memenuhi)
• Fluida dingin dalam Tubes
∆PT = ∆Pt + ∆Pr
○ tt
10
2t
t .s.ID.10x22,5
n.L.G.fP
φ=∆ [Pers. 7.45, Kern]
Dimana :
f = 0,00029 (pada Ret ) [Fig. 26, Kern]
n = Jumlah passes dalam tubes = 8
s = 1
∆Pt = 0,37 psi
○ 'g2
v
s
n4P
2
r =∆ [Pers. 7.46, Kern]
Untuk Gt = 184.013,10 lb/jam.ft2, diperoleh;
∆Pr = 0,37 psi
∆PT < 10 psi (Rancangan memenuhi)
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−132
C.16 STRIPPER 3 (ST-03)
Fungsi : Memisahkan produk LAB dari komponen heavy alkilat.
Bentuk : Silinder vertical dengan tutup toryspherical (Flange and dished head)
Bahan : Carbon steel ASME SA-283 grade C ( Brownell & Young, table
13.1, hal. 251).
Jumlah : 1 unit
Jenis : Sieve tray
C.16.1 PERHITUNGAN PADA STRIPER
C.16.1.1 Kondisi Oprasi Pada Striper
C.16.1.1.1 Kondisi Operasi Umpan Masuk
Umpan masuk pada bubble point campuran
Syarat : 1. =Σ=Σ KiXiYi
Asumsi : Tekanan Operasi, P = 1,5 atm (151,95 kpa)
Temperatur Operasi, T = 348,60 oC
Komponen kg/jam kgmol Xi
paraffin C14 (C14H30) 0,0011 0,00000586 0.00000024
LAB (C18H30) 5647.68 22.96 0.94
heavy alkylate (C20H34) 406.52 1.48 0.06
Total 6054.20 24.44 1.0000
Pi K Yi α
581.11 3.824 9.177E-07 6.43
154.86 1.019 9.573E-01 1.71
90.38 0.595 3.610E-02 1.00
1.0000
Pada tekanan 1,5 atm dan temperatur 348,60 oC, diperoleh nilai YiΣ = 1.
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−133
C.16.1.1.2 Kondisi Operasi Puncak Kolom
Syarat : 1/ =Σ=Σ KiYiXi
Asumsi : Tekanan Operasi, P = 1 atm ;
Temperatur Operasi, T = 327,96 oC
Komponen kg/jam kgmol Xi
paraffin C14 (C14H30) 0.001161233 0.000005865 0.000000255
LAB (C18H30) 5647.68 22.96 1.000
heavy alkylate (C20H34) 0.0001 0.00000023 0.000
Total 3812.91 48.88 1.0000
Pi K Xi α
415.47 4.1014 6.229E-08 7.29
101.90 1.0060 9.941E-01 1.79
56.96 0.5623 1.796E-08 1.00
1,000
Pada tekanan 1 atm dan temperatur 327,96 oC, diperoleh nilai 1=ΣXi .
C.16.1.1.3 Kondisi Operasi Dasar Kolom
Syarat : 1. =Σ=Σ KiXiYi
Asumsi : Tekanan Operasi, P = 1 atm ;
Temperatur Operasi, T = 349,09 oC
Komponen kg/jam kgmol Xi
LAB (C18H30) 0,000056 0.00000022 0.000000154739
heavy alkylate (C20H34) 406,522 1,48365785 0.999999845260
Total 406.52 1.48 1.0000
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−134
1 – 1 =
Pi K Yi α
156.35 1.5435 0.00000021 1.71
91.34 0.9016 0.9016355 1.00
1.0000
Pada tekanan 1 atm dan temperatur 349,09 oC, diperoleh nilai YiΣ = 1.
C.16.1.2 Penentuan refluks minimum (L/D)min = Rmin
Menggunakan metode underwood
R min + 1 = ∑ [( αixYi)/( αi-φ)]D
i=1
Dimana harga φ dapat di cari dengan persamaan :
n
1 − q = ∑ [( αixZi) / ( αi-φ)]F
i=1
Karena umpan masuk pada titik didih maka harga q = 1 sehingga
(αC14.XC14)feed + (αLAB.XLAB)feed + (αHA.XHA)feed
(αC14)feed - q (αLAB)feed - q (αHA)feed - q
0 = 0,00000
Dari hasil trial diperoleh q = 1,026 sehingga
(L/D)min + 1 = Rmin + 1
= ( αi.Xi )distilat
( αi )distilat - q
= 1,936
(L/D)min + 1 = Rmin + 1
= 1,936
(L/D)min = Rmin
= 0,9361
Penentuan refluks total (L/D) = R
Diambil harga R/Rmin = 1,3
R = 1,3 x Rmin
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−135
= 1,2169
L = 27,7312
R = 1,2169
Umpan Uap Bahan
(kmol) (kg) (kmol) (kg)
Paraffin C14 (C14H30) 0.000006 0.000011 0.00001 0.00003
LAB (C18H30) 22.958048 5647.679830 63.098590 15522.253136
heavy alkylate (C20H34) 1.483658 406.522315 0.000001 0.000175
Total 24.44 6054.20 63.10 15522.26
Distilat Refluks Bottom
(kmol) (kg) (kmol) (kg) (kmol) (kg)
0.000006 0.001161 0.00001 0.002030 0.0000001 0.0000002
22.958048 5647.679 40.140 9874.573 0.000000 0.000056
0.0000002 0.000064 0.0000004 0.000111 1.483658 406.522252
22.958 5647.680 40.140 9874.575504 1.483658 406.522308
C.16.1.3 Menentukan Jumlah Pleate
C.16.1.3.1 Penentuan jumlah plate minimum (Nmin)
Nmin = avg
BD XlkXhkxXhkXlK
αlog
)/()/(log
dimana
αtop = D
D
Khk
Klk
)(
)(
= 1,789
αbottom = B
B
Khk
Klk
)(
)(
= 1,712
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−136
αavg = ( αtop x αbottom ) 1/2
= 1,750
1,7501
maka Nmin = 11,26
C.16.1.3.2 Penentuan plate teoritis (N)
Dari grafik (fig. 13-41, Perry, 1999)
(N-Nmin) Vs (R-Rmin)
(N+1) (R+1)
Untuk harga (R-Rmin) / (R+1) = 0,127
−
++
−=+
−5,0
1
2,11711
4,541exp1
1 ψψ
ψψ
N
NN m
( ) ( )1/ +−= RRR mψ
Diperoleh harga (N-Nmin)/(N+1) = 0,527232
Sehingga N = 24,934 ≈ 25 plate
C.16.1.3..3 Penentuan effisiensi plate (h) dan jumlah plate aktual (Naktual)
µ avg = 1,238 cp
α µ = 13,424
Dari fig 6-47 Banchero hal 306 didapat nilai η = 80%
Naktual = ( N /η ) + 1 ~ Kondensor total, reboiler parsial
Naktual = 32,17 ≈ 32 plate
Dari Walas, mengenai hubungan refluks total fenske di peroleh :
Ns
Nr =
[ ][ ]BF
FD
XlkXhkXXhkXlkLog
XlkXhkXXhkXlkLog
)/()/(
)/()/(
Ns
Nr = 0,420
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−137
NsNr + = aktualN
0,420 NsNs+ = 32 plate
Ns = 22,6547 plate ≈ 23 plate
Plate bawah(Ns) berjumlah 23 plate (termasuk plate reboiler)
Plate atas (Nr) berjumlah 10 plate
Jadi letak umpan (feed plate) masuk pada plate = 10
C.16.1.4 Penentuan diameter menara (D)
R = Lo / D (Pers 13.128, Wallas, hal.37)
Dimana : Lo = laju alir kolom atas
D = jumlah kondensat yang diambil sebagai distilat
maka
Lo = R x D
1,2169 x 5609,34 kg/jam
= 6826,210 kg/jam
Vr = Lo + D
Dimana :
Vr = jumlah uap yang keluar dari bagian atas kolom yang akan dikondensasikan
Maka :
Vr = (6826,210 + 5609,34) kg/jam
= 12435,55 kg/jam
Vr = 50,52 lb/jam
(Vs-Vr) = 1 - q (q = 1 untuk umpan masuk pada bubble point )
Laju alir uap bawah = Vs = Vr = 12435,55 Kg/jam
L = Vs + B
dimana
L = laju alir cairan kolom bawah
B = masa kolom bawah
maka
L = 12.435,55 + 400,00
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−138
= 12835,55 Kg
Distilat
Bahan Massa Fraksi ρ ρ camp BM BM camp
paraffin C14 (C14H30) 0.001161 0.0000002 762.913 0.00015 198 0.00004
LAB (C18H30) 5647.679 0.999999 857.596 857.5958 246 245.999
heavy alkylate(C20H34) 0.000063 0.0000001 856.387 0.0000096 274 0.0000030
Total 5647.680 1.00 857.5959 245.99999
Bottom
Bahan Massa Fraksi ρ ρ camp BM BM camp
LAB (C18H30) 0.000056 0.0000001 857.596 0.0001191 246 0.0000341
heavy alkylate(C20H34) 406.5222 0.9999998 856.387 856.38688 274 273.9999
Total 406.52 1.00 856.39 274.00
BM gas atas = S (Xi.BMi)distilat
= 246,21Kg/kgmol
BM gas bawah = S (Xi.BMi)bottom
= 270,09Kg/kgmol
ρ cairan atas = 857,386 Kg/m3
ρ cairan bawah = 856,556 Kg/m3
ρ uap atas = P x BM gas atas
R x T
= 4,992 Kg/m3
ρ uap bawah = P x BM gas bawah
R x T
= 5,289 Kg/m3
C.16.1.4.1 Diameter kolom atas
Asumsi Tray spacing = 18 in
Kecepatan alir maksimum, berdasarkan pers.1, Peters, hal. 656 :
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−139
Vm = Kv uap
uapairanc
ρρρ −
Dimana : Vm = Kecepatan linier uap
KV = Konstanta
= 0,26 untuk tray spacing
= 18 in (Fig 15.6 Peters hal 719)
cairanρ atas = 857,386 Kg/m3
ρuap atas = 4,992 Kg/m3
maka ; Vm = 0,26 992,4
992,4386,857 −
= 2,875 ft/det
= 0,876 m/detik
Floading yang diijinkan = 65 – 80% (Peters,hal. 658), diambil floading = 80%,
maka :
V = 0,80 x Vm
= 0,80 x 0,876 m/detik
= 0,701 ft/detik
D atas = 4 x Vr x BM gas atas
π x ρ gas atas x Vaktual x 3600
D atas = 1,122 m
C.16.1.4.2 Diameter kolom bawah
Kecepatan alir maksimum kolom bawah. Dihitung berdasarkan persamaan Peter
hal 656
Vm = ( ρ cairan bawah - ρ uap bawah)
ρ uap bawah
Vm = 2,791 ft / detik
= 0,851 m / detik
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−140
Floading yang diijinkan = 65 – 80% (Peters,hal. 658), diambil floading = 80%,
maka :
Vaktual = 0,80 x Vm
= 0,80 x 0,851 m / detik
= 0,6805 m / detik
D bawah = 4 x Vr x BM gas atas
π x ρ gas atas x Vaktual x 3600
D bawah = 1,158 m
Maka diambil diameter kolom stripper sebesar = 1,1581 m
= 45,595 in
= 3,80 ft
C.16.1.5 Penentuan tebal kolom stripper (ts)
Bahan : stainless steel SA-167 grade 11 type 316
t = C)P6,0(-)E.f2(
)ID(P
design
Tdesign + [Pers.14.34, Brownell &Young]
Dimana :
t = tebal tangki , in
Pdesign = Tekanan desain
= tekanan dalam kolom
= 1,1 - 1,25 Poperasi
= 1,2 x 1 atm = 17,6352 psia
ID I = Diameter dalam tangki, in
= 45,595 in
F = Maximum allowable stress untuk SA-167 grade 3 tipe
306 (appendix D,item 4, brownell and Young )
= 18,750 psi
E = welded joint efficiency (efisiensi penyambungan) = 0,8
Tipe joint yang dipilih adalah double welded butt joint tanpa
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−141
diradiografi dan tanpa stress relieve → max efficiency berdasarkan
table 13.2, hal 254, Brownell & Young.
C = faktor korosi yang diijinkan untuk umur alat 10 tahun
= 0,200 in
ts = 0,2268 in
Diambil tebal standar, ts = 1/4 in
C.16.1.6 Penentuan Tebal Penutup Kolom Stripper (th)
Bentuk : torispherical head (flange and dishead head) Brownell hal 88
Bahan stainless steel SA-167 grade 11 type 316
Diameter luar Do = Di awal + (2.ts)
= 45,595 + (2 x ¼ )
= 46,09 in
Diambil diameter luar standar shell
OD = 48 in
karena ts diambil = 0,25 in maka
icr = 3 in
r = 48 in
icr / r = 0,0625 in > 6% sehingga memenuhi syarat untuk torispherical head.
Berdasarkan Brownell & Young hal 256-258, karena icr/r > 6% maka
persamaan yang digunakan untuk menghitung tebal head adalah
pers 7.76 dan 7.77 Brownell & Young hal 135
W =
dimana
W = faktor intensifikasi stress untuk torispherical head
Rc = radius of crown ( r )
= 48 in
r1 = inside corner radius ( icr )
= 3 in
( )1341 rrc+
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−142
maka
W = 1,7500
t = CPEf
WrcP
design
design +)6,0(-).2(
[Pers. 14.34, Brownell & Young]
Dimana :
t = tebal tangki , in
W = 1,7500
Pdesign = Tekanan desain
= tekanan dalam kolom
= 1,1 - 1,25 Poperasi
= 1,2 x 1 atm = 17,6352 psia
rc = jari –jari
= 48 in
F = Maximum allowable stress untuk SA-167 grade 3 tipe
306 (appendix D,item 4, brownell and Young )
= 18,750 psi
E = welded joint efficiency (efisiensi penyambungan) = 0,8
Tipe joint yang dipilih adalah double welded butt joint tanpa
diradiografi dan tanpa stress relieve → max efficiency berdasarkan
table 13.2, hal 254, Brownell & Young.
C = faktor korosi yang diijinkan untuk umur alat 10 tahun
= 0,200 in
th = 0,249 in
Dipilih tebal head standar th = 1/4 in
Standar straight flange (Sf) = 1,5-2,25 in
dipilih Sf = 1,5 in (Tabel 5.8 Brownell & Young hal 93)
C.16.1.7 Penentuan Tinggi Tutup Kolom Stripper
Dari tabel 5.7 Brownell & Young hal 90 untuk
OD = 48 in
ts = 0,25 in
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−143
icr = 3 in
r = 48 in
ID = OD - (2 x ts)
= 47,5 in
Untuk menghitung tinggi head digunakan penjelasan pada fig 5.8 Brownell &
Young hal 87
a = ID/2
= 23,75
AB = (ID/2)-icr
= 20,75
BC = r - icr
= 45
AC = (BC2-AB2)^0,5
= 39,930
b = r - AC
= 8,069
OA = th + b + Sf
= 9,819
Maka tinggi penutup kolom stripper = 9,819 in
= 0,249 m
Penentuan tinggi kolom stripper
Jumlah plate total = Naktual
= 32 plate
Jumlah plate dalam kolom = Naktual - 1
= 31 plate
Tray spacing = 15 in
Tinggi plate total dalam kolom = jumlah plate dalam kolom x tray spacing
= 467,489 in
= 11,874 m
Tinggi penutup kolom = Hh
= 9,819 in
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−144
= 0,249 m
Tinggi kolom stripper = H
= Tinggi plate total dalam kolom + (2 x Hh)
= 487,1288 in
= 12,3731 m
C.16.2. KONDENSOR KOLOM STRIPER 3 ( Ks – 03 )
Fungsi : Mengembunkan uap LAB produk atas pada kolom striper 3.
Jenis : Shell and tube exchanger.
Jenis aliran : Counter Current
Bahan : Stainless Steel SA – 240 grade M type 316
Jumlah : 1 buah
C.16.2.1. Kondisi oprasi pada kondensor
a. Fluida panas di Tubbe ( Uap produk atas striper 3 )
T masuk (T1) = 327,960 °C (622,328 °F)
T keluar (T2) = 327,960 °C (622,328 °F)
b. Fluida dingin di shell ( dowthrem A )
T masuk (t1) = 30 °C (86 °F)
T keluar (t2) = 200 °C (392°F)
Laju alir uap kolom atas (Ws) = 5.609,342 kg/jam
= 12.355.379 lb/jam
Panas yang diserap pendingin (Qc) = 2.074.898,524 kJ/jam
= 1.966.624,069 Btu/jam
Kebutuhan Dowtherm A (Wt) = 6.560,005 kg/jam
= 14.449,349 lb/jam
C.16.2.2. Menghitung Logaritmic Mean Temperature Difference (LMTD)
LMTD = ( ) ( )
( ) ( )[ ] =−Τ−Τ−Τ−−Τ
1221
1221
/ln tt
tt
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−145
= ( ) ( )
( )[ ]86328,622392328,622ln
86328,622392328,622
−−−−−
= 362,027 °F
Dari Fig.19 Kern hal 828, untuk harga R dan S diatas diperoleh 1-2 exchanger,
Ft = 1
∆t = Ft x ∆LMTD = 362,027 °F
Menentukan Tc average & tc average
Ta average = ( T 1 + T 2 ) / 2 = 622,328 °F = 600,960 K
ta average = ( t 1 + t 2 ) / 2 = 239 °F = 388 K
C.16.2.3. Menentukan Luas Permukaan Transfer Panas
Dari Tabel 8. Kern Halaman 840 untuk ,
Fluida panas = Gasses paraffin C12 (C12H26), paraffin C14 (C14H30)
Fluida dingin = dowtherm A
C.16.2.3.1. Menghitung Koeffisien Transfer panas menyeluruh, UD
Harga Koefisien Transfer panas menyeluruh, UD untuk pemanasan Gasses dengan
Steam : 80 - 120 Btu/jam ft2 oF (tabel 8, Kern).
Asumsi UD = 100 Btu/jam ft2 oF
Luas Permukaan transfer panas, A
A = 362.027100
691966.624,0
×=
× LTMDU
Qc
D
= 54,323 ft2
Jumlah tube, Nt
Asumsi:
Panjang tube (L) = 12 ft
BWG = 10
Diameter luar tube, ODt = 0,750 in (0,063 ft)
Surface per Iin ft, ao = 0,1963
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−146
101963,0
7332,238
×=
×=
La
ANt
o
= 23,061 tube
Koreksi harga, UD
Dari tabel 9 Kern, diperoleh :
Nt = 26
ODt = 0,750 in (Diameter luar tube ( in ))
Pt = 1 in (1 in square pitch ; Pitch tube, jarak antara pusat tube ( in ))
n = 4 passes (Banyaknya pass untuk tube/shell)
IDs = 8,000 in (Diameter dalam shell ( in ))
A terkoreksi = Nt × ao × L
= 61,246 ft2
Maka:
UD terkoreksi = 88,696=× LTMDiAterkoreks
Qc Btu/jam.ft2.°F
C.16.2.3..2. Menentukan Faktor Kekotoran (Dirt factor), Rd
� Pada Tube side
~ Fluida Dingin : dowtherm A
Flow area tube, at’
Dari tabel 10 Kern, diperoleh at’ = 0,1820 in2/tube
At = 20,0084144
182,026
144
'ft
n
aNt t =×
×=
××
Mass velocity, Gt
W = Laju alir umpan ( lbm/jam )
at = Flow area tube ( ft2 )
Gt = =ta
Wt 1758838,814 lb/jam.ft2 (Pers. 7.1 Kern)
Bilangan Reynolds, Re
Pada Ta = 622,328 oF
ID t = 0,4820 in (0,0402 ft )
µ = 0,281 lb/ft.jam
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−147
Cp = 0,057 Btu/lbm.°F (Trademark of The Dow Chemical Company)
k = 0,0501 Btu/jam.ft.oF (Trademark of The Dow Chemical Company)
Ret = 8251.855,45281,0
8141.758.838,482,0=
×=×
µGtIDt
Untuk Ret = 910,089 maka dari fig.24 Kern di dapat harga jH = 310
Koefisien perpindahan panas, hio
FftjamBtuk
C
D
kjH
t
hi o2
3/1
./264,588=
××=
µφ
Dimana ;
hi = Koefisien transfer panas lapisan luar di dinding tube bagian dalam
ketika tube telah kotor
φt = Rasio viskositas ( faktor koreksi viskositas untuk fluida dekat dinding
tube bagian dalam )
)/.(./170,042 2 ftFftjamBtuODt
IDt
t
hi
t
hio o=
=φφ
hio = Koefisien transfer panas lapisan tipis bawah dari dinding luar tube
Pada tw = 772,300 oF didapat ; µw = 0,187 lb/ft.jam, maka ;
1,0956=
wµµ
dari fig. 24, Kern didapat φt = 1,01
hio terkoreksi = (hio/φt) x φt
= 170,04 x 1,10
= 170,042 Btu/jam.ft2 (oF/ft)
� Pada Shell side
Fluida PANAS : GASS LAB
Flow area shell,as
Dimana: IDs = 8 in
Baffle space, B = 1,6
Pitch tube, PT = 0,938 in
Clearance, C’ = 0,188 in
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−148
as = 20,018144
'ft
P
BCIDs
T
=×× (Pers. ( 7.1 ) Kern Halaman 138)
Mass velocity, Gs
Ws = 12.355,379 lb/jam
Gs = 018,0
12.355,379=sa
Ws
2./7694.990,08 ftjamlb=
Bilangan Reynold (Res)
µGsDe
s×=Re
dari fig.28, Kern untuk ;
ODt = 0,75 in
Pt = 1 in (square pitch), diperoleh;
De = 0,95 in (0,0792 ft)
Dari hyasys Pada ta = 131,00 oF diproleh :
µ LAB = 0,317 lb/ft
Cp LAB = 173,520 Btu/lbm.°F
k LAB = 0,053 Btu.ft/ft2.jam.°F
Sehingga Res = 317,0
087,990.6940792,0 x
= 173.440,122
Koefisien perpindahan panas,ho
Untuk Res = 173.440,122 ; dari fig.24 Kern didapat jH = 195
Pada ta = 622,39 oF
)/(./1317,062 2
3/1
ftFftjamBtuK
C
De
KjH
s
ho o=
××=
µφ
Dimana ;
ho= Koefisien transfer panas lapisan tipis atas dari dinding tube bagian luar
)( taTahohio
hotatw −
++= (persamaan 5.31a, Kern, hal 98)
= 282,831 oF
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−149
pada tw = 358,6254 oF µ LAB = 2,118 lb/ft
Maka ; 0,150=
wµµ
dai fig.24, Ken didapat φs = 1,35
ho terkoreksi = (ho/φs) x φs (persamaan 6.36, Kern, hal 121)
= 1.448,768 Btu/jam ft2.oF
Clean Overall Coeffisien, Uc
Uc = hohio
hohio
+×
= 152,180 Btu/jam.ft2 °F
Maka Dirty Factors, Rd
DC
DC
UU
UURd
×−
=
= 0,005 Btu/jam.ft2 °F
Rd hasil perhitungan > dari pada Rd min = 0,0023 sehingga rancangan memenuhi
syarat.
C.16.2.4. Menentukan Pressure Drop
� Pada Tube Side
Diketahui :
Gt = 1.758.838,814 lb/jam.ft2
n = 4 passes
ID t = 0,4820 in (0,0402 ft )
f = 0,00001 (Dari figure 26, Kern)
Panjang tube (L) = 12 ft
Pressure Drop pada tube side :
( ) φ×××××××=
sIDt
nLGtfPt
10
2
1022.5
= 0,826 psi
Return pressure pada tube side :
( V2 / 2 g' ) ( 62.5 / 144 ) = 0,0010 (Dari Fig 27. Kern Halaman 837)
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−150
g
V
s
n
2
4Pr
2
×= = 0,003 psi
Pressure drop total pada Tube side :
PT = Pt + Pr = 0,830 psi
Pressure drop yang diijinkan pada tube side < 10 psi , berarti rancangan
memenuhi syarat.
� Pada shell side
Diketahui :
Gs = 694.990,087 lb/ jam ft2
n = 4 passes
IDs = 0,667ft
f = 0,000005 (Trademark of The Dow Chemical Company)
Baffle space, B = 5,400
Diameter ekivalen (De) = 0,0792 ft
Bilangan Reynolds, Ret = 150.327,412
Number of crosses, N + 1
N + 1 = 12 x (L/B) = 320
s dowtherm A = 1
Pressure drop pada shell side :
( )( ) sDe
NDsGsfPs
×××+×××=∆
10
2
1022.5
1
= 0,344 psi
Pressure drop yang diijinkan pada shell side < 10 psi, maka rancangan memenuhi
syarat.
C.16.3. REBOILER PADA STRIPER 3 ( Rb – 03 )
Fungsi : Menguapkan sebagian cairan fraksi bawah kolom striper 3.
Jenis : Shell and Tube Heat Exchanger
Jenis aliran : Counter Current
Bahan : Stainless Steel SA – 240 grade M type 316
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−151
Jumlah : 1 buah
C.16.3.1. Kondisi oprasi pada Reboiler 2
a. Fluida panas di Tubbe (Hot Oil (uap dowtherm A))
T masuk (t1) = 510°C (950 °F)
T keluar (t2) = 470 °C (878 °F)
b. Fluida dingin di shell ( Cairan bagian bawah striper- 02 )
Fluida dingin
=−=∑
−=∆70
4429.7813352659,478836
plate
TTT distilatbottom 1,1887 °F
T keluar (t2) = T bottom
= 660,368 °F
T masuk (t1) = (660,368 – 1,1887) °F
= 659,179 °F
Laju alir umpan (Ws) = Laju alir cairan bagian bawah distilator 1
= 399,996 kg/jam
= 881,049 lb/jam
Beban panas reboiler (Qr) = 954578,705 kJ/jam
= 904765,912 Btu/jam
Kebutuhan dowtherm A (Wt) = 10495,114 kg/jam
= 23116,992 lb/jam
C.16.3.2. Menghitung Logaritmic Mean temperature Difference (LMTD)
LMTD = ( ) ( )
( ) ( )[ ] =−Τ−Τ−Τ−−Τ
1221
1221
/ln tt
tt 252,571 oF
C.16.3.3. Menghitung Koeffisien Transfer Panas menyeluruh, UD
Shell side = Cairan produk bawah D - 02 ( Fluida dingin )
Tube side = Hot oil ; uap dowthrem A ( Fluida panas )
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−152
Aliran : Counter current
Dari TABLE 11-3 Perry hal 11-25 Typical Overall Heat-Transfer Coefficients
untuk fluida dingin dowtherem
dan fluida panas parafin,olefin dan H2, harga UD = 60-80 Btu/jam ft2 ºF
Dipilih UD = 75.0000 Btu/jam.ft2.oF
L = 10 ft
ODt = 1 in = 0.0833 ft
Dengan memilih bahan konstruksi Carbon Steel SA-285 Grade C, maka
Allowable stress (f) = 13750 psi (Brownell and Young )
Faktor korosi ( C ) = 0,125 in
Tekanan (P) = 459,592 psi
Maka tebal minimum :
Cf
ODtPtm +
×××
=2
1,1
= 0.1388 in
Dari Tabel.10,Kern diambil standar Tube terdekat :
ODt = 1 in
t = 0,148 in
BWG = 9
IDt = 0,704 in
at’ = 0,389 in
ao = 0,2618 in
Luas Permukaan transfer panas, A
A = =× LTMDU
Qr
D
47,763 ft2
Jumlah tube, Nt
Nt = =× La
A
o
18,244 tube
Jumlah shell = 1 shell
Diambil jumlah tube dalam 1 shell = 21 tube
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−153
Koreksi harga, UD
Dari Tabel 9. Kern, hal : 841, diperoleh ;
Nt = 21 tube
ODt = 1 in, 1 ¼ in squre pitch
n = 1 passes
IDs = 8 in = 0,203 m
A terkoreksi = Nt Lao ×× = 54,978 ft2
Maka: UD terkoreksi = =× LTMDiAterkoreks
Qr 65,157 Btu/jam.ft2.oF
C.16.3.4. Menentukan Faktor Kekotoran (Dirt Factor), Rd
� Pada Tube Side
Data:
~ Fluida = Hot oil ; dowthrem A ( Fluida panas )
at' = 0,3890 in2 (Dari tabel 10, Kern, hal 843)
n = 2 pass
Nt = 21
De = 0,7040 inch
= 0,0587 ft
Flow area, at
At = n
aNt t
××
144
'
= 0,057 ft2
Mass velocity, Gt
Wt = 23116,992 lbm/jam
Gt = =ta
Wt 407.497,477 lb/jam.ft2
Bilangan Reynold, Re
Pada ta : 914,000oF dari Trademark of The Dow Chemical Company
diperoleh :
µ Dowtherm A = 0,171 lb/ft jam
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−154
k Dowtherm A = 0,037
Cp = 0,680 Btu/lb.oF
Ret = =×µ
GtDe 139461,937
Dari fig.24,Kern diperoleh jH = 450
Koefisien Perpindahan Panas pipa , hi
(Cp.µ/k)1/3 = 1,466
FftjamBtuK
Cp
IDt
KjHhi o../416,050
.3/1
=
×= µ
hio = hiODt
IDt ×
= 292,899 Btu/jam.ft.oF
� Pada Shell Side
Data:
~ Tavg = 659,773 oF
~ Fluida : Cairan dari bagian bawah kolom striper 1
~ Kapasitas panas campuran : Cp = 168,200 Btu/lb oF
~ Konduktivitas panas campuran : k = 0,055 Btu/ jam ft2 (oF/ft)
~ Viskositas campuran : µ = 0,352 lb/ft jam
Flow Area Shell, as
Dimana:
IDs = 8 in
B = 1,6 in
Pt = 1,2500 in in square pitch
De = 0,7200 in ( 0,0600 ft)
C' = Pt - ODt
= 0,2500 inch
As = TP
BCIDs
144
'××
= 0,018 ft2
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−155
Mass velocity, Gs
Ws = 881,049 lb/jam
Gs di split = 2
1.
sa
Ws
= 24.779,489 lb/jam.ft2
Koefisien perpindahan panas, ho
Bil Reynolds
Res = µ
GsDes.
= 4219,824
Dari fig 28, Kern hal 838 diperoleh jH = 90
(Cp.µ/k)1/3 = 10,276
31
×××=K
Cp
De
KjH
ho
s
µφ
= 97,428 Btu/jam.ft.oF
Clean Overall Coeffisien, Uc
Uc = =+×
hohio
hohio 73,109 Btu/jam.ft2.oF
Maka Dirt factor, Rd
Rd = =×−
DC
DC
UU
UU 0,002
Rd yang diijinkan untuk light organic = 0,001Btu/jamft2 oF, dan untuk uap
dowtherm = 0
Rd min = 0,001 + 0 = 0,001 Btu/jam ft2 oF
Rd hasil perhitungan lebih besar dari Rd min, sehingga rancangan memenuhi
syarat.
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−156
C.16.3.5. Menentukan Pressure Drop
� Pada tube Side
Ret = 139461,937
f = 0,00045 (Fig.26 Kern hal 836)
Gt = 407497,477 lb/jam.ft2
L = 10 ft
n = 1 pass
D = IDt / 12
= 0,058 ft
s = 1
Dari fig. 26, Kern→diperoleh f = 0,0005 ft2/in2
Pressure drop pada tube side:
Pt = tsIDt
nLGtf
φ×××××××
)1022,5( 10
2
= 0,244 psi
Return pressure pada tube side:
Pr = g
V
s
n
2
4 2
×
V2/2g (62,5/144) = 0,110 (Fig.27 Kern hal 837)
Maka: Pr = 0,004 psia
Pressure drop total pada Tube side:
PT = Pt + Pr
= 0,248 psia
Pressure drop yang diijinkan pada tube side < 10 psi, berarti rancangan
memenuhi syarat.
� Pada Shell Side
Bil Reynolds, Res = 720,402
f = 0,04 ft2/in2 (Fig.29 Kern hal 839)
L = 10 ft
B = 1,25 in (0,1042 ft)
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−157
Number of crosses, N+1
N+1 = 12× (L/B) = 1152
Pressure drop pada shell side
Ps = sDe
NDsGsf
×××+×××
)1022,5(
)1(10
2
= 0,068 psia
Pressure Drop yang diijinkan pada shell side < 10 psia, maka rancangan
memenuhi syarat.
C.17 COOLER 2 (CO-02)
Fungsi : Mendinginkan gas LAB yang keluar dari puncak Stripper
Jenis : Double Pipe Heat Exchanger
Jenis aliran : Counter Current
Bahan : Stainless Steel SA-167 Grade 11 tipe 316
Jumlah : 1 buah.
C.17.1. Data
• Tekanan operasi, P = 1 atm = 14,696 psi
• Beban panas kondensor, Qc
Qc = 4074820,18 kJ/jam = 3862184,25 Btu/jam
• Fluida panas (tube) : LAB (bahan yang keluar dari puncak Stripper 2
Laju alir massa, Wa = 5647,68 kg/jam = 12450,9 lb/jam
T1 = 328 oC = 622oF
T2 = 45oC = 113oF
• Fluida dingin (shell side) : Dowtherm A
Laju alir massa, Wp = 12882,96 kg/jam = 28401,59 lb/jam
t1 = 30oC = 86oF
t2 = 200oC = 392,0oF
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−158
C.17.2 Logaritmic Mean Temperature Difference (LMTD)
LMTD = ( ) ( )( ) ( )[ ]1221
1t221
t/tln
t
−Τ−ΤΤ−−Τ − = 94,8507 oF [Pers.5.14, Kern]
• LMTD Correction Factor (FT)
R = ( ) ( )1221 t-t/T-T = 0,601
S = ( ) ( )1112 t-T/t-t = 0,950
Dipilih 4-8 exchangers,
Untuk 4 pass Shell dan 8 pass Tube dari Fig.18 Kern, nilai R dan S diatas
diperoleh nilai FT = 0,78
• Koreksi LMTD = LMTD x FT = 72,087oF
C.17.3 Koeffisien Transfer Panas menyeluruh, UD
Dari TABLE 11-3 Perry hal 11-25 Typical Overall Heat-Transfer Coefficients
untuk fluida dingin dowtherem dan fluida panas parafin,olefin dan H2, harga UD
= 80-120 Btu/jam ft2 ºF
Asumsi: UD = 120 Btu/jam ft2 oF
• Luas permukaan transfer panas, A
A = LTMD.U
Q
D
C
= 446,48 ft2
• Tebal tubes minimum, tm
C)P6,0(-)E.f(
)2/OD(Ptm
design
tdesign += [Pers. 14.34, Brownell & Young]
Dimana :
tm = tebal tube minimum (in)
Pdesign = Tekanan desain dalam tubes = 14,7 psia
ODt = Diameter luar tubes, direncanakan = 0,75 in
F = Maximum allowable stress untuk bahan SA-213 Grade
TP316 (appendix D,item 4, brownell and Young )
= 17532 psia
E = welded joint efficiency = 0,8
C = faktor korosi yang diijinkan untuk umur alat 10 tahun
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−159
= 0,125 in
Maka; tm = 0,1254 in
• Dari Tabel.10 Kern diambil standar tubes terdekat dengan nilai (tm)
diatas,
sehingga diperoleh:
t = 0,134 in
BWG = 10
ODt = 3/4 in
IDt = 0,482 in
a’t = 0,182 in2
ao = 0,1963 ft2/ln ft
• Jumlah tube, Nt
Direncanakan panjang tubes, L = 20 ft
Nt = L.a o
Α
= 114 tubes
• Koreksi Luas permukaan transfer panas, A
A = Nt . ao . L
Dari Tabel.9, Kern untuk :
ODt = 3/4 in; 1 in triangular pitch
n = 6 - pass
Diambil standar jumlah tube terdekat, diperoleh :
Nt = 118 tubes
IDs = 15 1/4 in
A = 463,27 ft2
• Koreksi Koeffisien Transfer Panas menyeluruh, UD
UD = LMTD.
Qc
Α = 115,65 Btu/jam.ft 2.oF
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−160
C.17.4 Faktor Kekotoran (Rd)
• Fluida panas dalam Shell
o Flow area, as
144.P
B'.C.IDa
t
SS = [Pers. 7.1, Kern]
IDs : Diameter dalam = 15,25 in
B : Baffle spacing (min. 1/5IDs), B = 0,2.IDs = 5,1 in
Pt : Pitch = 1 in
c' : Clearance antar tubes, c' = Pt - ODs = 0,25 in
as dalam ft2, maka:
as = 0,1346 ft2
o Laju alir massa Gs
s
ss a
WG =
Gs = 108684,7365 lb/jam.ft2 [Pers. 7.2, Kern]
o Bilangan Reynold, sRe
µ
= Ses
G.DRe [Pers. 7.3, Kern]
De: Diameter ekivalen shell (ft) pada ODt 1”
De = 0,061 ft [Fig. 28, Kern]
Tc = 1/2(T1+T2) = 239 oF
µ = viskositas pada Tc
= 1,9767 lb/ft,jam [HYSYS]
sRe = 3344.73
o Koefisien perpindahan pipa lapisan luar, ho
)( k
. Cp
D
k . jH h s
3
1
eo φ
µ= [Pers. 6.15b, Kern]
jH = 31 (pada Res) [Fig. 28, Kern]
pada Tc = 239 oF :
Cp = 0,44 Btu/lb.oF [Trademark of The Dow Chemical Company]
k = 0,071 Btu/ft².jam(ºF/ft) [Trademark of The Dow Chemical Company]
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−161
soh φ = 83,72 Btu/ft².jam.ºF
o Temperatur dinding pipa, tw
tw = )tT()h()h(
ht cc
sotio
soc −
φ+φφ+ [Pers. 5.31, Kern]
= 338,38 oF
o Koreksi koefisien perpindahan panas, ho
ho = aa
ohφ
φ
aφ = (µ/µw) 0.14
pada tw = 338,38oF
µw = 1,9122 lb/ft.hr [Trademark of The Dow Chemical Company]
aφ = 1,073
ho = 89,86 Btu/jam.ft.oF
• Fluida dingin dalam Tubes
o Flow area, at
at = n.144
'a.Nt t ;ft2
= 0,0771 ft2 [Pers. 7.48, Kern]
o Laju alir massa, Gt
t
tt a
WG =
= 161494,7227 lb/jam.ft2
o Bilangan Reynold, tRe
µ×
= ttt
GIDRe
µ : viskositas pada pada tc = 1/2(t1+t2) = 368 oF
µ = 0,953 lb/ft, jam [Fig. 14, Kern]
tRe = 6808,30
Perpindahan pipa lapisan luar, hi
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−162
)( k
. Cp
ID
k . jH hi t
3
1
t
φ
µ= [Pers. 6.15a, Kern]
jH = 25 [Fig. 24, Kern]
pada tc = 368oF :
Cp = 0,606 Btu/lb.oF [HYSYS]
k = 0,072 Btu/ft².jam(ºF/ft) [HYSYS]
thi φ = 38,384 Btu/ft².jam.ºF
o Koefisien Perpindahan pipa lapisan luar, hio
OD
IDx
hh
t
i
t
io
φ=
φ [Pers. 6.5, Kern]
thio φ = 24,67 Btu/ft².jam.ºF
o Koreksi Koefisien Perpindahan pipa lapisan luar, hio
tt
ioio
hh φ
φ=
tφ = (µ/µw) 0.14 = 2
hio = 49,3356 Btu/ft².jam.ºF [Pers. 6.37, Kern]
• Clean Overall Coefficient, Uc
Uc = oio
oio
hh
h.h
+
= 31,850 Btu/ft².jam.ºF [Pers. 6.38, Kern]
• Dirt Factors, Rd
Dari Tabel 12, Kern:
Rd = DC
DC
U.U
U-U = 0,0044 ft².jam.ºF/Btu [Pers. 6.13, Kern]
Rd min = 0,001 (Table 12, hal 845, Kern)
Rd ≥ 0,001 (rancangan memenuhi)
C.17.5 Pressure drop
• Fluida panas dalam Shell
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−163
se10s
2s
S .s.D.10x22,5)1N.(ID.G.f
Pφ
+=∆ [Pers. 7.52, Kern]
Dimana:
∆PS = Pressure drop didalam shell (psi)
f = Faktor friksi untuk shell pada Res = 0,0025
N+1 = Number of crosses = 12 x L/B = 33.88 ft
De = Diameter ekivalen (ft) = IDs/12 = 0.061 ft
s = spesifik grafity pada
= 1 [HYSYS]
∆PS = 0,33 psi
∆PS < 10 psi (Rancangan memenuhi)
• Fluida dingin dalam Tubes
∆PT = ∆Pt + ∆Pr
○ tt
10
2t
t .s.ID.10x22,5n.L.G.f
Pφ
=∆ [Pers. 7.45, Kern]
Dimana :
f = 0.00023 (pada Ret ) [Fig. 26, Kern]
n = Jumlah passes dalam tubes = 8
s = 1
Untuk Gt = 161494,72 lb/jam.ft2, diperoleh;
∆Pr = 0,23 psi
∆PT < 10 psi (Rancangan memenuhi)
C.18 TANGKI PENYIMPAN HEAVY ALKYLAT (T-05)
Fungsi : Untuk menyimpan Produk heavy alkylat
Jenis : Silinder Tegak berdasar rata dan beratap torispherical Head Tanpa
pengaduk (Brownell & Young, hal 3)
Bahan : Carbon Steel SA 201 grade A.
Jumlah : 1 unit
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−164
C.18.1 Data
• Tekanan = 1 atm
• Temperatur = 30 oC.
• Kebutuhan Heavy = 406,522 kg/jam
• Lama penyimpanan = 7 hari
• Jumlah = 1 unit
• Densitas (ρ) = 856.39 kg/m3
C.18.2 Volume Tangki, VT
Volume n-parafin memenuhi 80% dari volume tangki
Massa Heavy untuk 1 unit
= tJumlah Uni
npenyimpana Lama x jam/hari 24alkilat x Heavy Jumlah
= 68,295.75 kg
• Volume hevy alkilat, VL = Massa x ρ campuran
= 79.749 m3
• Volume tangki, VT = 80% Volume parafin
= 99.686 m3
C.18.3 Dimensi Tangki
• Diameter Dalam Tangki, IDT dan Tinggi Tangki, HT
VT = T2T HID4 ××π ; HT = 1 IDT
Dimana :
IDT = Diameter dalam tangki, m
HT = Tinggi tangki , m
IDT = 3
1
TV4
π
IDT = 1 H = 5.025 m
= 197.83 in
o Tekanan hidrostatik, Phidrostatik
Phidrostatik = ρ.HL.g (g = 9,8 m/dt2)
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−165
= 33767.90 kgF/m2
= 0,3333 atm
o Tekanan Desain, Pdesign
Pdesign = 120% ( P + Phidrostatik)
= 1,47 atm
= 21.56 psi
o Tebal dinding tangki, t
t = C)P6,0(-)E.f2(
)ID(P
design
Tdesign + [Pers. 14.34, Brownell & Young]
Dimana :
t = tebal tangki , in
Pdesign = Tekanan desain
ID I = Diameter dalam tangki, in
= 197.83 in
F = Maximum allowable stress untuk SA-167 grade 3 tipe
306 (appendix D,item 4, brownell and Young )
= 13,750 psi
E = welded joint efficiency (efisiensi penyambungan) = 0,8
Tipe joint yang dipilih adalah double welded butt joint
tanpa diradiografi dan tanpa stress relieve → max
efficiency berdasarkan table 13.2, hal 254, Brownell &
Young.
C = faktor korosi yang diijinkan untuk umur alat 10 tahun
= 0,125 in
t = 0,319 in
Diambil tebal standar, t = 7/8 in
Maka Diameter Luar Tangki :
ODT = IDT + 2.t
ODT = 199.58 in
Diambil ukuran standar:
ODT Standar = 204 in
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−166
IDT Standar = [ODT Standar - 2.t]
= 202.5 in
C.18.4. Tinggi Tangki Termasuk Head, HTH
• Tebal Head, tH
Berdasarkan tabel 5.7, Brownell & Young, hal 90, untuk:
ODT = 204 in
Diperoleh :
icr = 12 ¼ in
r = 170 in
Syarat penggunaan torispherical head:
icr > 6%.IDT [Brownell & Young,hal 88]
9,375in > 9,323 in (memenuhi) W = ¼ (3 + (rc/ri)0,5) [Pers. 7.76, Brownell]
Dimana :
W = faktor intensifikasi stress untuk torispherical head, in
rc = radius of crown = r
ri = inside corner radius = icr
W = 1.681 in
tH = CP2,0-E.f2
W.rcP
design
design + = 0.293 in [Pers.7.77,
Brownell]
Diambil tH Standar = 5/16 in
• Tinggi Head, OA
Berdasarkan tabel 5.6, Brownell & Young, hal 88, untuk:
tH = 5/16 in
Diperoleh :
Standart straight flange, Sf = 1 ½ in s⁄d 3 in,
dipilih Sf = 1.5 in
Untuk menghitung tinggi head digunakan penjelasan pada fig. 5.8, Brownell
& Young, hal 87 (Gambar C.1).
a = ID/2 = 101.125 in
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−167
AB = a – icr = 88.875 in
BC = r – icr = 157.750 in
AC = [ (BC)2 – (AB)2 ]½ = 130.331 in
b = r – AC = 39.669 in
Maka;
OA = tH + Sf + b
= 41.841 in = 1.0536 m Tinggi tangki termasuk head,
HTH = HT + OA
= 6.078 m
C.19 TANGKI PENYIMPAN SO3 (Sulfur Trioxide) (T-03)
Fungsi : Untuk menyimpan bahan baku SO3 (Sulfur Trioxide) .
Jenis : Silinder Tegak berdasar rata dan beratap torispherical Head Tanpa
pengaduk (Brownell & Young, hal 3)
Bahan : Stainless Steel SA-201 grade A.
Jumlah : 2 unit
C.19.1 Data
• Tekanan = 1 atm
• Temperatur = 30 oC.
• Kebutuhan SO3 = 1.891,743 kg/jam
• Lama penyimpanan = 7 hari
• Jumlah = 1 unit
• Densitas (ρ) = 1875.43 kg/m3
C.19.2 Volume Tangki, VT
Volume n-parafin memenuhi 80% dari volume tangki
Massa SO3 untuk 2 unit
= tJumlah Uni
npenyimpana Lama x jam/hari 24 x EDCProduk Jumlah
= 317812.9 kg
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−168
• Volume parafin, VL = Massa x ρ campuran
= 169.461 m3
• Volume tangki, VT = 80% Volume parafin
= 211.827 m3
C.19.3 Dimensi Tangki
• Diameter Dalam Tangki, IDT dan Tinggi Tangki, HT
VT = T2T HID4 ××π ; HT = 2 IDT
Dimana :
IDT = Diameter dalam tangki, m
HT = Tinggi tangki , m
IDT = 3
1
TV4
π
IDT = 5.127 m
H = 10.255 m
o Tekanan hidrostatik, Phidrostatik
Phidrostatik = ρ.HL.g (g = 9,8 m/dt2)
= 150,916.67 N/m2
= 1.4894 atm
o Tekanan Desain, Pdesign
Pdesign = 120% ( P + Phidrostatik)
= 2.99 atm
= 43.91 psi
o Tebal dinding tangki, t
t = C)P6,0(-)E.f2(
)ID(P
design
Tdesign + [Pers. 14.34, Brownell & Young]
Dimana :
t = tebal tangki , in
Pdesign = Tekanan desain
ID I = Diameter dalam tangki, in
= 100.93 in
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−169
F = Maximum allowable stress untuk SA-201 grade A
(appendix D,item 4, brownell and Young )
= 13,750 psi
E = welded joint efficiency (efisiensi penyambungan) = 0,8
Tipe joint yang dipilih adalah double welded butt joint
tanpa diradiografi dan tanpa stress relieve → max
efficiency berdasarkan table 13.2, hal 254, Brownell &
Young.
C = faktor korosi yang diijinkan untuk umur alat 10 tahun
= 0,200 in
t = 0,604 in
Diambil tebal standar, t = 7/8 in
Maka Diameter Luar Tangki :
ODT = IDT + 2.t
ODT = 203.62 in
Diambil ukuran standar:
ODT Standar = 204 in
IDT Standar = [ODT Standar - 2.t]
= 202.25 in
C.19.4 Tinggi Tangki Termasuk Head, HTH
• Tebal Head, tH
Berdasarkan tabel 5.7, Brownell & Young, hal 90, untuk:
ODT = 204 in
Diperoleh :
icr = 12.25 in
r = 170 in
Syarat penggunaan torispherical head:
icr > 6%.IDT [Brownell & Young,hal 88]
12.25 in > 12.135 in (memenuhi)
W = ¼ (3 + (rc/ri)0,5) [Pers. 7.76, Brownell]
Dimana :
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−170
W = faktor intensifikasi stress untuk torispherical head, in
rc = radius of crown = r
ri = inside corner radius = icr
W = 1,681 in
tH = CP2,0-E.f2
W.rcP
design
design + = 0,591 in [Pers.7.77, Brownell]
Diambil tH Standar = 5/8 in
• Tinggi Head, OA
Berdasarkan tabel 5.6, Brownell & Young, hal 88, untuk:
tH = 5/8 in
Diperoleh :
Standart straight flange, Sf = 1 ½ in s⁄d 3 ½ in,
dipilih Sf = 1.5 in
Untuk menghitung tinggi head digunakan penjelasan pada fig. 5.8, Brownell
& Young, hal 87 (Gambar C.1).
a = ID/2 = 101.125 in
AB = a – icr = 88.875 in
BC = r – icr = 157.750 in
AC = [ (BC)2 – (AB)2 ]½ = 130.331 in
b = r – AC = 39.669 in
Maka;
OA = tH + Sf + b
= 41.794 in = 1.0616 mm
Tinggi tangki termasuk head,
HTH = HT + OA
= 11.316 m
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−171
C.20. VAPORIZER (V-01)
Fungsi : untuk menguapkan SO3 dan menaikan temperatur dari 30oC menjadi
45oC
Jenis : Double Pipe Heat Exchanger
Bahan : Stainless Steel SA-167 Grade 11 tipe 316
Jumlah : 1 buah.
C.20.1. Data
• Tekanan operasi, P = 1 atm = 14,696 psi
• Beban panas vaporizer, Qv
Qv = 53078,06352 kJ/jam = 50308,2962 Btu/jam
Fluida panas (pipe) : uap Dowtherm A Laju alir massa, Wa = 583,567 kg/jam = 1286,5428 lb/jam
T1 = 510 oC = 950 oF
T2 = 470oC = 878 oF
• Fluida dingin (annulus) : bahan yang keluar dari puncak Stripper
Laju alir massa, Wp = 1891,74 kg/jam = 4170,58 lb/jam
t1 = 30.0 oC = 86oF
t2 = 45.0oC = 113.0oF
C.20.2. Logaritmic Mean Temperature Difference (LMTD)
LMTD = ( ) ( )( ) ( )[ ]1221
1t221
t/tln
t
−Τ−ΤΤ−−Τ − = 814.29278 oF [Pers.5.14, Kern]
C.20.3. Pemilihan Standar annulus-inner pipe
Aliran yang dipakai adalah counter current.
• Fitting
Dari tabel 6.1, Kern dipilih :
annulus : IPS = 1 in
inner pipe : IPS = 1/2 in
• Dimensi Double Pipe Heat Exchanger
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−172
Dari tabel 11, Kern diperoleh:
o annulus
IPS = 1
SN = 40
IDa = 1,049 in
ODa = 1,320 in
o inner pipe
IPS = 1/2
SN = 40
IDp = 0,62 in
ODp = 0,84 in
C.20.4. Faktor Kekotoran, Rd
• Anulus : SO3
o Flow area,aa
aa = 1
21
22
D
)DD( −π
D1 = ODp/12 = 0,0700 ft
D2 = IDa/12 = 0,0874 ft
aa = 0,002 ft2
o Diameter ekivalen, De
De = 1
21
22
D
)DD( − [Pers. 6.3, Kern]
= 0,0392 ft
o Mass velocity, Ga
Ga = a
a
a
W
= 1937807.1352 lb/ft2.jam
o Bilangan Reynolds, Rea
Rea = µ
ae G.D
pada tc = 1/2(T1+T2)
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−173
= 99,5 oF
µ = 0,2471 lb/ft,jam [hysys ]
Rea = 307197,79
o Koefisien perpindahan panas fluida, ho
ho = ae
31
k
Cp
D
kjH φ
µ× [Pers. 6.15b, Kern]
· jH = 315 (pada Rea) [Fig, 24, Kern]
Dari Hysys Pada Tc = 99,5000 oF
diperoleh :
Cp = 1,2000 Btu/lb.oF [Fig. 2, Kern]
k = 0,0729 Btu/ft².jam(ºF/ft) [Tabel 4, Kern]
aoh φ = 6912,9767 Btu/jam.ft.oF
o Temperatur dinding pipa, tw
tw = )tT()h()h(
ht cc
aopio
aoc −
φ+φφ
+ [Pers. 5.31, Kern]
= 112,5 oF
o Koreksi koefisien perpindahan panas, ho
ho = aa
ohφ
φ
aφ = (µ/µw) 0.14
pada tw = 112,5 oF
µw = 0,124 lb/ft.hr [Hysys]
aφ = 1,00
ho = 528,1779 Btu/jam.ft.oF
• Inner pipe : uap Dowthrem A
o Flow area, ap
D = IDp/12 = 0,115 ft
ap = =π4
D2
0,0021 ft
o Mass velocity, Gp
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−174
Gp =p
p
a
W
= 610009,1062 lb/ft.jam
o Bilangan Reynold, Rep
Rep = µ
pG.D
pada Tc = 1/2(t1+t2)
= 99,5 oF
µ = 9,7381 lb/ft,jam [Trademark of The Dow Chemical Company]
Rep = 3246.9240
o Koefisien perpindahan panas fluida, hi
hi = p
31
k
Cp
D
kjH φ
µ× [Pers. 6.15a, Kern]
jH = 67 (pada Rea) [Fig. 24, Kern]
Pada Tc = 99,5 oF :
Cp = 0,682 Btu/lb.oF
k = 0,0410 Btu/ft².jam(ºF/ft)
hi = 260,2085 Btu/jam.ft.oF
o Koefisien perpindahan pipa lapisan luar, hio
p
ioh
φ =
OD
IDh
p
i ×φ
[Pers. 6.5, Kern]
= 192,6782 Btu/jam.ft.oF
o Koreksi koefisien perpindahan panas, hio
hio = pp
iohφ
φ
pφ = [µ/µw] 0.14
pada tw = 872,12 oF
µw = 0,214 lb/ft.hr [Trademark of The Dow Chemical Company]
pφ = 1
hio = 192,6782 Btu/jam.ft.oF
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−175
• Clean Overall Coeffisien, Uc
oio
oioC hh
h.hU
+= [Pers. 6.7, Kern]
= 141,1771 Btu/jam.ft2.oF
• Overall Design Coeffisien, UD
dCD
RU
1
U
1 += [Pers. 6.10, Kern]
Dari Tabel 12, Kern:
Rd Dowtherm A = 0,002 ft².jam.ºF/Btu
Rd organik vapour = 0,0005 ft².jam.ºF/Btu
Rd = 0,001 + 0,0005 = 0,0025 ft².jam.ºF/Btu
UD = 110,0921 Btu/jam.ft2.oF
• Luas permukaan perpindahan panas, A
LMTD.U
QA
D
c=
= 0,5612 ft2
• Luas permukaan perpindahan panas aktual, Aact
oactact a.LA =
Tabel 11, Kern untuk 2 in IPS standar pipe ao= 0,344 ft2/lin ft
o Jumlah Hairpin
Hairpin = L2
'L
Direncanakan panjang 1 unit hairpin, L = 6 ft/hairpin
L’ = Panjang total pipa, lin ft = oa
A
= 0.6313 lin ft
Jumlah Hairpin = 0,1359 ≈ 1
o Panjang total pipa aktual ,Lact
L2.HairpinL act = = 12 ft
Aact = 4,13 ft2
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−176
• Koefisien design overall aktual, UD act
LMTDA
QU
act
cactD ×
=
= 14,9665 Btu/jam.ft2.oF
• Maka, faktor kekotoran :
actDC
actDCd U.U
UUR
−= [Pers. 6.13, Kern]
= 0,0597 ft².jam.ºF/Btu
Rd ≥ 0,002 (rancangan memenuhi)
C.20.5. Pressure Drop
• Annulus
( )144
FFP ta
a
ρ∆+∆=∆
o Diameter ekivalen, De’
De’ = D2 – D1 [Pers. 6.4, Kern]
= 0,0174 ft
o Bilangan Reynolds, Rea’
=µ
= a'e'
aG.D
Re 136604.6300
o Faktor friksi, f
42.0
'e
GD
264.00035.0f
µ×
+= = 0,0001 [Re>2000 ;Pers. 3.47 b, Kern]
o Velocity Head pada annulus, ∆Fa
e
aa
DDensig
LGfF
×××××
=∆2
2
2
4 [Pers. 6.14, Kern]
g = 32,3 ft/jam2
Densi = 62.5000 ft/detik2
∆Fa = 6,4405 ft
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−177
o Linear velocity, V
ρ×=
3600
GaV
= 8,6125 ft/dtk
o Velocity Head, ∆Ft
=∆
'g2
VHairpinFt
2
= 3,4553453 ft
Maka pressure drop pada annulus :
∆Pa = 4,2951 psi
∆Pa < 10 psi (rancangan memenuhi)
• Inner pipe
( )144
FP p
p
ρ∆=∆
o Faktor Friksi, f
42.0G.D
264.00035.0f
µ
+= [Re>2000 ;Pers. 3.47 b, Kern]
µG.D = Rep
= 3246,9240
f = 0,0036
Velocity head pada inner pipe, ∆Fp
Re = 3246,9240
p
pp IDdensig
LGfF
×××××
=∆2
4 2
[Pers. 3.45, Kern]
∆Fp = 16,4841 ft
Maka pressure drop pada inner pipe :
∆Pp = 8,8001 psi
∆Pp < 10 psi (rancangan memenuhi)
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−178
C.21 SEPARATOR-02 (S-02)
Fungsi : Memisahkan campuran gas-cair yang keluar dari Reaktor Sulfonasi.
Jenis : Vertical Drum Vessel
Bahan : Stainless Steel SA-167 Grade 11 tipe 316
C.21.1 Data
• Tekanan operasi = 1 atm
• Temperatur = 45 oC
Komponen Massa fraksi Densitas Densitas campuran
HLAS 7393.842 0.9909 840.70 833.01
LAB sisa 68.278 0.0091 836.93 7.66
Total 7462.120 1.000 840.668
Sumber: Chemical Properties Hand Book’s”McGraw-Hill”
Densitas cairan 840.67 kg/m3
2. pada kondisi operasi T =
Komponen Densitas
SO3 uap 3.067
Densitas uap 3.0666 kg/m3
C.21.2 Penentuan Laju alir Volumetrik Cairan dan Uap
1. Laju alir volumetrik cairan
lig
MligQliq
ρ=
668,840
120,7462=Qliq
= 8.8764 m3/jam
= 1.4794 m3/mnt
2. Laju alir volumetrik uap
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−179
uap
MuapQliq
ρ=
066,3
303,77=Qliq
= 25,208 m3/jam
= 0.420 m3/mnt
C.21.3 Penentuan Volume Separator
1. Volume cairan dalam 1 menit
Volume cairan (Vlig) = 1,479 m3
Volme uap (Vuap) = 0,420 m3
2. Volume vessel = Vlig + Vuap
= 1.8995 m3 x 1.2 (faktor keamanan 20 %)
= 2.279
Untuk vessel vertikal gas-cair P = 0-250 psi,
H = 3D
V = 1/4 x 3.14 x D^2 x H
Dt3 = 1.1066 / (1/4 x 3,14 x 3)
= 0,9679 m3
Dt = 0,989 m
= 38,944 in
r = D/2
= 19,472 in
= 0,494 in
P hidrostatik = hcairan x densitas x g
= 15867.5100 N/m2 x (0.986923 atm/ 105 N/m2)
= 0.1566 atm
Pdesign = Poperasi + Phidrostatik
= 1.1566 atm x (14.69595 psi/ 1 atm)
= 16.9973
H = 3D
= 2,967 m
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−180
= 116,833 in
3. Penentuan ketinggian ruang cair dan uap
24/1 Dx
VHi lig
π=
Hv = H – HI
Dimana : HI = Ketinggian ruang cair
Hv = Ketinggian ruang uap
HI = 1.9260 m
Hv = 2.9676 -1.9260
1.0416 m
C.21.4 Penentuan tebal dinding vessel
tH = CP2,0-E.f2
W.rcP
design
design + [Pers.7.77, Brownell]
Dimana :
P = 16.9973 psi x 1.2 (faktor keamanan 20 %)
20,3968 psi
r = D/2
= 0.4946 m
19.4722 in
f = 13750 psi --> untuk carbon steel SA-285 grade C
E = welded joint efficiency
= 0,8
C = 0,2000
maka t = 0,2361 in Dipilih t = 5/16 in
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−181
C.21.5 Menentukan Dimensi Head Vessel
1. Bentuk torispherical head
Diketahui P = 20.3968 psi
f = 13750 psi
E = 0,8
C = 0,20
OD = ID + 2t
= 39,569 in
= 1,0051 m
Dipilih OD = 72 in
1,828 m
Dipilih ID = 71.3750 in
= 1.813 m
Icr = 4 3/8
r = 72
w = 0,25 x [3 + (r / icr)0,5]
1,7642
th = (P x r x w ) / ( (2 x f x E)- (0,2 x P) )
0,3178 in
dipilih th = 0,375 in
* Tinggi Head, OA
Berdasarkan tabel 5.8, Brownell & Young, hal 93, untuk th = 3/8 in
Harga standard straight flange(Sf) = 1,5 s.d. 3,5 in,dipilih Sf = 2
a = ID/2
= 35,688 in
AB = ID/2 - icr
= 31,313 in
BC = r - icr
= 67,625 in
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−182
AC = (BC2-AB2)1/2
= 59,939 in
b = r - AC
= 12,061 in
OA = th + b + Sf = 14,436 in
= 0,367 m
6, Tinggi Tangki, termasuk tinggi head dan bottom
Ht = H + OA
= 3,33 m
C.22 KOMPRESOR 2 (K-02)
Fungsi : mengalirkan SO3 gas dari Vaporizer ke mixer
Jenis : single stage isothermal compressor
C.22.1 Data
T masuk = 45oC
Laju alir masuk, m = 1891.7434 kg/jam
= 4166.8356 lb/jam
Tekanan masuk kompresor, P1 = 1 atm = 2116.1170 lb/ft2 Tekanan keluar kompresor, P2 =1 atm = 2116.170 lb/ft2
C.22.2 Kecepatan Volumetrik Umpan, Qf
Qf = ρm
= 1185550.1733 ft3/jam
= 19759.1696 ft3/menit
= 329.3195 ft3/dtk
C.22.3 Rasio Kompresor per- Stage, π
Direncanakan memakai single stage compressor, n = 1 stage
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−183
π = n
1
1
2
P
P
= 1
Stage ke- P2 (atm) P2 (lb/ft2)
I 1,00 2.116,117
Untuk menjaga agar temperatur keluar tetap maka digunakan kompresor
isothermal
C.22.4 Menghitung temperatur keluar kompressor
Data :
T masuk (T1) = 45 oC
Pmasuk (P1) = 1 atm
Pkeluar (P2) = 1 atm
Cp = 1029,713 kj/kmol
K = Cp / ( Cp - R )
K = 1029,7125 / (1029,7125 – 8,314)
K = 1,0081
T2 = T1 x (P2/P1) ((k-1)/(k*n))
Dimana, n = jumlah stage = 1
T2 = 318 K = 45oC
C.22.5 Daya Kompresor, P
= 76,1721 ≈ 76 HP
Di ambil pompa yang biasa di jual dipasaran dengan daya = 76 HP
( )
1 - p
p × Q × P ×
1 - k
N × k × 10 × 03 , 3 = Hp
. N × k / ) 1 - k (
1
2 1
s 5 - s
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−184
C.23. POMPA - 01 (P-01)
Fungsi : Memompa Benzene dari tangki penampung (T-02) ke reaktor alkylasi
(R-02)
Jenis : Pompa sentrifugal
Data :
� Densitas, ρ : 458.7910 kg/m3 = 28.6411lb/ft3
� Viskositas, µ : 0,0057 cp
� Laju alir massa, m : 20.785,677 kg/jam = 45.824,101 lb/jam
Penentuan Ukuran Pipa
Laju alir Qf :
ρm
Qf = = 1599,943 ft3/jam
Aliran diasumsikan turbulen (Peters, pers.13-15, hal.496) :
ID optimum = 3,9 x Qf 0,45 x ρ 0,13
= 4,2 inci
Pemilihan spesifikasi pipa (Peters, tabel 13, hal.888) :
Ukuran pipa nominal : 6 inci
Schedule number : 40
OD : 6,625 inci
ID : 6,065 inci
Ao : 28,9 in2
� Luas bagian dalam penampang pipa (A)
A =1/4 x π x ID2 : 0,201 ft2
� Kecepatan linier fluida (v)
V = Qf / A
= 2,216 ft/detik
� Menentukan faktor friksi (f)
Bilangan reynold, Re
NRe = µ
ρ xIDvx
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−185
= 8390082.1522
NRe > 2100.000 maka alirannya adalah turbulen.
Dari Peters, fig 14-1, untuk commercial steel, dengan NRe = 8.390.082,1522
ε/D = 0,0003
Dari Peters, fig 14-1, diperoleh faktor friksi (f) = 0,015
� Menentukan sistem Pemipaan
Panjang pipa lurus diperkirakan 10 m = 32,8084ft (termasuk Le globe valve)
• Standar ekbow 90º = 0 buah
• Globe valve yang digunakan = 0 buah
• Gate valve yang digunakan = 2 buah
Dari fig. 127, Brown, hal.141, diperoleh panjang ekivalen (Le) :
• Panjang elbow = 0 ft
• Globe valve = 0 ft
• Gate valve = 3,5 ft
Total panjang pipa = L + Σle
= 39,808 ft = 12,133 m
� Menentukan Friction Head (F)
F = xgcxID
vxLxf
2
2
Dimana :
f : Faktor friksi = 0,015
L : Panjang pipa total = 39,81 ft
V : Kecepatan linier fluida = 2,2163 ft/detik
ID : Diameter dalam pipa = 0.5054 ft
gc : 32,174 lbm.ft/lbf.detik2
maka :
F = 0,0902 ft.lbf/lbm
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−186
� Menentukan Head Pompa (w)
Persamaan Bernoulli :
W = ρP∆
+ Fgc
v
gc
gZ +∆+∆2
. 2
Dimana :
W : Head pompa (ft.lbf/lbm)
∆P/ ρ : Pressure head (ft.lbf/lbm)
∆Z(g/gc) : Potensial head (ft.lbf/lbm)
∆v2 / 2gc : Velocity head (ft.lbf/lbm)
F : Friction head (ft.lbf/lbm)
• Penentuan Pressure head
P1 = 1 atm =14,7 lbf/in2
P2 = 1 atm = 14.7 lbf/in2
∆P = P2 − P1 = 0
Maka Pressure head = ∆P/ ρ
• Beda ketinggian
Diasumsikan Z = 0 m = 0 ft2
Maka Potensial head = ∆Zg/ gc = 0
• Velocity head
∆V2 / 2gc = (V2-V1) / 2gc
= 0,0763 ft.lbf/lbm
Dari persamaan Bernoulli, maka :
W = 0.1665 ft.lbf/lbm
� Menentukan Daya Pompa (BHP)
Daya fluida (Hp) = w x ρ x Qf
550
Dimana :
W = Head pompa = 0,1665 ft.lbf/lbm
ρ = Densitas fluida = 458,791 lbm/ft3
Qf = Laju alir volumetrik = 1599,943 ft3/jam
Maka :
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN B−187
Daya fluida = 0,3854 Hp
Dari fig. 14-36, Peters, untuk kapasitas 4,7088 gpm, diperoleh ηpompa = 50%
Maka :
Daya pompa (BHP) = daya fluida / ηpompa
= 0,3854 / 50 %
= 0,4941 Hp
Dari fig.14-38, Peters, untuk
BHP = 0,4941 Hp diperoleh efisiensi motor ηmotor = 81%
Maka :
Daya motor = 0,4888 /0,88 = 0,6176 Hp
Untuk memenuhi kebutuhan digunakan daya 1 Hp.
Catatan :
Hasil perhitungan pompa lain dapat dilihat pada tabel di halaman selanjutnya.
LAMPIRAN D
PERHITUNGAN UTILITAS
D.1 Kebutuhan Dowtherm A Sebagai Pemanas
Pemanas yang digunakan pada pabrik ini adalah uap dowtherm jenis A
yang mampu memanaskankan bahan di atas 257 oC namun dalam pabrik ini
pemakain digunakan dengan suhu awal 500 oC dan suhu keluaran bervariasi.
pemakaian uap dowterm A ini digunakan karna alsan steam biasa yang berasal
dari air tidaklah bisa memanaskan bahan pada suhu lebih dari 300 oC.
Tabel D.1. Kebutuhan Dowtherm A sebagai pemanas
No
Kebutuahan
(Kg/jam)
Kebutuahan
(lb/jam)
Total Beban
pemanas
(Kj/jam)
Total Beban
pemanas
(BTU/jam)
Suhu
(oC)
Heater I 66.285,81 146.135,02 6.028.997,76 5.714.387,17 143,37
Heater II 6.365,06 14.032,54 207.836,00 196.990,52 140
Vaporizer 583,57 1.286,54 53.078,06 50.308,30 45
Reboiler ST - 01 101.959,55 224.782,06 9.273.687,52 8.789.759,61 241.31
Reboiler ST - 02 75.868,18 167.260,50 6.900.557,99 6.540.466,86 348.60
Reboiler ST - 03 10.495,11 23.137,74 954.578,70 904.766,02 349.09
R-dehydrogenasi 44.558,94 98.235,54 4.251.874,82 4.029.999,66 465,5
Total 306.116,22 674869,94 27.670.610,86 26.226.678,14
Dowtherm A yang dibutuhkan sebagai pemanas = 306.116,220 kg/jam
LAMPIRAN D UTILITAS LD
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
2
1. Penentuan kebutuhan Dowtherm A sebagai pemanas
Dowtherm A umpan masuk pada suhu 30oC,
maka densitas = 1.054,200 kg/m3
Volume Uap Dowtherm A yang dibutuhkan = dowthermAdensitas
dowthermAmasa
= 3200,054.1
220,116.306
mKg
jamKg
= 290,378 m3/jam
Keterangan :
Dowtherm A yang digunakan sebagai pemanas, tidak mengalami %
kehilangan pemakaian selama bebarapa tahun, hal ini disebabakan karna
dowtherm A bekerja pada sistem tertutup namun diasumsikan % kehilangan per 5
tahun sebesar 0,005 % hal ini disebabkan untuk menghindari % kebocoran pada
pipa yang sewaktu-waktu dapat terjadi karena faktor friksi, umur alat, dll.
Dowtherm A akan di-recycle ke furnace secara kontinyu sehabis
mengalami pemakaian pada unit – unit proses, karena itu kebutuhan dowtherm A
tetap dan diperkirakan dapat dipakai selama 5 tahun kebutuhan dowtherm untuk
proses pemanasan per lima tahaun = 306116 Kg/5 tahun
Kebutuhan dowtherm A untuk make up pada pemanas diperkirakan bahwa
jumlah kehilangan Dowtherm A adalah 0,005% perlima tahun. Jadi dowtherm A
yang harus di make Up adalah
Wb = 0,005% x massa Dowtherm A
= 0,0005 x 306.116,220 kg/5 thn
= 153,058 kg/5 tahun
Total kebutuhan dowtherm = 306.116,220 + 153,058
= 306.269,28 kg/jam
LAMPIRAN D UTILITAS LD
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
3
Dengan memperhitungkan faktor keamanan 10 %, maka total kebutuhan
dowtherm A sebagai pemanas = 336.896,21 kg/5 tahun
Untuk selanjutnya Total kebutuhan dowtherm A hanya untuk make up saja di beli
perlima tahun yaitu sebesar 153,058 Kg/5 tahun.
Untuk memanaskan kebutuhan dowtherm A diatas dipenuhi dari Furnace, dengan
jumlah Dowtherm A sebesar = 306.116,220 kg/jam
= 674.870,699 lb/jam.
2. Kebutuhan Bahan Bakar Fuel gas berupa solar
Beban bahan bakar (Q) = 26.226.678,137 BTU/jam
Massa bahan bakar = Hvx
Q
η
dimana
Hv (Heating valve solar) = 19920 Btu/lb (Wallas 213)
ή ( Efisiensi Pembakaran) = 0,75
Densitas solar = 850 kg/m3
Jadi massa bahan bakar (solar) = 1992075.0
137,678.226.26
x
= 1.607,027 lb/jam
= 728,94 kg/jam
= 0,9 m3 / jam
= 858 liter /jam
D.2 Kebutuhan Dowtherm A Sebagai Pendingin
Pendingin yang digunakan pada pabrik ini adalah dowtherm jenis A yang
mampu mendinginkan bahan dari 15 sampai 400 oC namun dalam pabrik ini
pemakain digunakan dengan suhu awal 30oC dan suhu akhir bervariasi maksimal
200 oC. pemakaian dowterm A ini digunakan karna alasan air biasa tidaklah bisa
mendinginkan bahan pada suhu lebih dari 100 oC, andaipun bisa pasti
memerlukan jumlah air sangat besar.
LAMPIRAN D UTILITAS LD
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
4
Tabel D.2.. Dowtherm A Sebagai Pendingin
No
Kebutuahan
(Kg/jam)
Kebutuahan
(lb/jam)
Beban
pendingin
(Kj/jam)
Beban
pendingin
(BTU/jam)
Suhu
(oC)
R-Sulfonasi 408.285,38 900.114,12 7.089.909,64 6.719.937,59 45
R-Alkyalsi 116.062,45 255.873,61 4.050.892,88 3.839.505,54 140
CsC 26.971,13 59.461,09 8.530.841,13 8.085.677,10 206
Cooler - 01 53.660,76 118.301,59 8.696.017,26 8.242.233,86 324,96
Cooler - 02 12.882,96 28.402,04 407.4820,18 3.862.184,25 220,96
Kondensor ST - 01
18.446,40 40.667,29 1.632.309,91 1.547.131,25 82,82
Kondensor ST - 02
40.289,74 88.823,56 7.284.808,62 6.904.666,18 220,96
Kondensor ST - 03
10.495,11 23.137,74 954.578,70 904.766,02 324,96
Total 687.093,94 1514.781,04 42.314.178,3 40.106.101,79
1. Penentuan kebutuhan Dowtherm A
Total kebutuhan Dowtherm A adalah = 687094 kg/jam
Dowtherm A umpan masuk pada suhu 30oC, maka densitas = 1.051,6 kg/m3
Volume Dowtherm A yang dibutuhkan = 653 m3/jam
Untuk mendinginkan kembali bahan Dowtherm A yang sudah terpakai
akibat pemakain pada alat proses dari temperatur tinggi ke temperatur rendah
digunakan suatu alat Refrigeration system. Diamana system ini akan bekerja pada
saat Dowtherm A yang sudah terpakai masuk kedalam suatu alat exspander untuk
menurunkan tekanan dari Dowtherm A bahan keluar dari Exspander berupa uap-
cair kemudian untuk memperoleh keadaan uap total disempurnakan oleh
Evaporator. Bahan keluar dari Evaporator adalah sama dengan beban yang
ditanggung pendingin, sehingga ini akan mempengaruhi kerja kompresor
Pemakain bahan untuk mendinginkan Dowtherm A digunakan Ammonia
(R-717) dengan batasan COP yang di ijinkan adalah dari 4 – 8
LAMPIRAN D UTILITAS LD
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
5
Menetukan Kerja kompresor
Menentukan COP = W
Qc (Pers 9.5 smith Van Ness)
Dimana
Qc = Beban kompresor
= H2 – H1
W = Kerja kopresor
= H3 – H2
Beban pendingin (Qc) = 40.106.101,790 BTU/jam
Asumsi COP yang diambil = 7,20
( 1 BTU/jam ) = 0,00003927 Hp
Maka Kerja kompresor (W) = COP
Qc
= 20,7
790,101.106.40
= 5.570.291,915 BTU / jam
= 218,73 Hp
Mencari kecepatan Volumetrik
ρG
Q f =
Dimana:
Qf = kecepatan volumetrik (ft3/dtk)
G = laju alir massa (lb/jam)
ρ = Densitas (lb/ft3)
Dowtherm A Pada 200 oC (Trademark of The Dow Chemical Company)
ρDowtherm A = 894,19 kg/m3
= 55,82 lb/ ft3
Laju alir massa (G) = 687.093,94 kg/jam
= 1.514.767,30 lb/jam
maka
LAMPIRAN D UTILITAS LD
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
6
Qf 82,55
30,767.514.1=
= 27.135,55 ft3/jam
= 27.135,55 ft3/detik
= 3.383,13 gpm
Dari fig 14-37,Peters,hal 520, untuk Q = 27031,488 gpm diperoleh :
Efisiensi motor = 80%
W = 42.286.307,259 (BTU/jam)
= 42.286.307,259 x 0,000039267 Hp
= 218,73 Hp
Efisiensi kompresor sebesar = 80%
%80
73,218=
Maka Broke Horse Power (BHP) = 273,41 Hp
Maka daya motor yang sebenarnya
Efisiensi motor sebesar = 80 %
(BHP/effisiensi) %80
41,273=
= 342 Hp
Asumsi COP yang diambil berdasarkan daya kompresor yang dinginkan,
semakin tinggi COP maka kerja komperosr semakin rendah itu artinya daya yang
di[erlukan semakin kecil, begitu juga sebaliknya. Refigeran yang dipilih adalah
refrigran Ammonia (R-717).
Kebutuhan dowtherm A untuk make up pada pendingin diperkirakan
bahwa jumlah kehilangan Dowtherm A adalah 0,005 % perlima tahun
Jadi dowtherm A yang harus di make Up untuk pendingin adalah
Wb = 0,005 % x massa Dowtherm A
= 0,0005 x 687.093,941 kg/5 thn
LAMPIRAN D UTILITAS LD
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
7
= 34,355 kg/5 tahun
Total kebutuhan dowtherm = 687.128,295 kg/jam
Dengan memperhitungkan faktor keamanan 10 % maka total kebutuhan
dowtherm A untuk Pendingin = 755841 kg/5 tahun
Total Kebutuhan dowtherm A
1. Total make up untuk dowtherm A pada tangki
Diperkirakan bahwa jumlah kehilangan Dowtherm A adalah 5%, Jadi
dowtherm A yang harus di make Up baik untuk pendingin maupun pemanas
Wb = 153,058 + 34,355
= 187,413 kg/5 tahun
2. Total kebutuhan dowtherm A untuk pemanas dan pendingin sebesar pada unit
proses sebesar = 1.092.737,33 kg /5 tahun
= 136.556,00 lt/5 tahun
D.3 Unit Pengolahan Air
D.3.1 Kebutuhan Air Keseluruhan
A. Kebutuhan Air Domestik
Menurut standar WHO, kebutuhan air untuk satu orang kurang lebih sebanyak
150 liter/hari. Jumlah karyawan yang direncanakan untuk pabrik ini sebanyak 242
orang, maka kebutuhan air domestik untuk karyawan adalah :
242 orang x 150 orang
hari/liter= 36300 liter/hari
= 36,46 m3/hari
Sedangkan untuk kebutuhan laboratorium diperkirakan sebesar 18 m3/hari
Jadi total kebutuhan air domestik = 36,46 + 18 m3/hari
= 54,46 m3/hari
Densitas air pada 30oC = 995,650 kg/m3
Berat air domestik total = 54,46 m3/hari x 995,650 kg/m3
LAMPIRAN D UTILITAS LD
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
8
= 2.259,20 kg/jam
Faktor keamanan = 20%
Jumlah air dimestik yang disediakan = 1,2 x 2.259,20 kg/jam
= 2.711,04 kg/jam
= 2,74 m3/jam
B. Unit Pengolahan air
Tabel.D.3. Total Kebutuhan air
Start Up Kontinyu No
Jenis
(kg/jam) (kg/jam)
1 Air domestik 2.711,04 2.711,04
2 Air proses pada Stabilizer wather 51,79
Total 2.711,04 2.762,83
Volume air yang harus diolah setelah operasi berjalan kontinyu adalah
= 995,650
2.762,833 kg/jam
= 2,78 m3/jam
Dengan faktor keamanan 12%, maka air yang disediakan
= 1,2 x 2.762,833 m3/jam
= 3.315,400 m3/jam
= 3,33 m3/jam
Dengan konversi sebesar 95% pada masing-masing bak presedimentasi, bak
koagulasi, bak sedimentasi dan bak filtrasi, maka jumlah air sungai yang diolah
sebanyak = 3,33 m3/jam
0,954
= 4,088 m3/jam
LAMPIRAN D UTILITAS LD
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
9
D.2.2 Spesifikasi Peralatan di Unit Utilitas
1. Screen (SC – 01)
Fungsi : Menyaring kotoran-kotoran yang berukuran besar seperti sampah,
ranting pohon, plastik, dan material lain yang terbawa aliran sungai.
Ukuran : 2 x 3 m
Bahan Konstruksi : Besi
Diameter lubang saringan : 1.000 cm
Luas = 28,26 m2
= 304,17 ft2
2. Reservoir (RV – 01)
Fungsi : Menampung air sungai yang sudah disaring
Bentuk : Empat persegi panjang
Bahan Konstruksi : Beton
Waktu tinggal : 12 jam
Volume air = 3,3301 / (0,95)3 x 12
= 49,0612 m3
Dengan over design = 20 %, maka :
Volume tangki = 61,33 m3
V = P x L x T, dimana: P : L: T = 3 : 2 : 1
V = 2 x T x T x 3 x T =6 x T3
61.33 = 6 x T3
T = 2,170 m
L = 2 x T
= 4,340 m
P = 3 x T
= 6,511 m
Luas permukaan = 28,258 m2
3. Bak Pengadukan Cepat (BPC - 01)
Fungsi : Menggumpalkan partikel-partikel yang terdapat dalam air
LAMPIRAN D UTILITAS LD
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
10
sungai dengan penambahan koagulan
Bentuk : Empat persegi panjang
Bahan Konstruksi : Beton
Jumlah : 1 unit
Waktu tinggal : 20 menit - 1 jam (Powel, Water Condition For Industry)
Diambil : 40 menit = 2/3 jam
Volume yang akan ditampung selama 40 menit
Volume air = 3,330 / (0,95)3 x 12
= 4,088 m3
Volume bak dengan faktor keamanan 20% = 1,2 x 4,088 m3/hari
= 5,1105 m3/hari
Dimana : V = P x L x T
Dengan : P : L : T = 3 : 2 : 1
V = 6 T3
5,1105 = 6 T3 T = 0.9479 m
Maka : P = 2,844 m
L = 1,419 m
T = 1,896 m
Kebutuhan koagulan :
Jenis koagulan : Al2(SO4)3
Kadar Al2(SO4)3 : 50 – 70 mg/liter
Diambil : 60 mg/liter
Jumlah air yang diolah : 4,0884 m3/jam
Kebutuhan Al2(SO4)3 : 0,245 kg/jam
LAMPIRAN D UTILITAS LD
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
11
4. Bak Pengendapan I (BP - 01)
Fungsi : Mengendapkan kotoran-kotoran sesusai dari Bak Pengadukan Cepat
Bentuk : Empat persegi panjang
Bahan Konstruksi : Beton
Jumlah : 1 unit
Waktu tinggal : 2 - 6 jam (Powel, Water Condition For Industry)
Diambil : 4 jam
Volume yang akan ditampung selama 4 jam = 3,330 m3/jam x 0,95 x 4 jam
= 15,536 m3
Volume bak dengan faktor keamanan 20% = 1,2 x 15,536 m3/hari
= 18,643 m3/hari
Dimana : V = P x L x T
Dengan :
Kedalaman bak ( T ) = 12 - 20 ft (Powel, Water Condition For Industry)
Diambil = 10 ft = 3,048 m
P/L = 1- 2,5 (Powel, Water Condition For Industry)
Diambil = 1,5
Maka : A = V = 18,643 m3 = 6,116 m2
T 3,048 m
A = P x L
= 1,5 x L x L
= 1,5 L2
6,116 = 1,5 L2
L = 2,019 m
P = 1,5 L
= 3,029 m
5. Bak Pengendapan II (BP - 02)
Fungsi : Mengendapkan kotoran-kotoran yang yang lebih halus partikelnya,
yang tidak terendapkan pada bak sebelumnya.
Bentuk : Empat persegi panjang
Jumlah : 4 unit
LAMPIRAN D UTILITAS LD
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
12
Waktu tinggal : 2 - 6 jam (Powel, Water Condition For Industry)
Diambil : 4 jam
Volume air yang ditampung selama 4 jam = 3,330 m3/jam x 0,952 x 4 jam
= 14,759 m3
Volume bak dengan faktor keamanan 20% = 1.2 x 14,759 m3/hari
= 17,711 m3/hari
Dimana : V = P x L x T
Dengan :
Kedalaman bak ( T ) = 12 - 20 ft (Powel, Water Condition For Industry)
Diambil = 10 ft (3,048 m)
P/L = 1- 2,5 (Powel, Water Condition For Industry)
Diambil = 2
Maka : A = V = 17,711 m = 5,811 m2
T 3,048 m
A = P x L
= 2 x L x L
= 2 L2
5,811 = 2 L2
L = 1,705 m
P = 2 L
= 3,409 m
6. Tangki Filtrasi (TF - 01)
Fungsi : Menyaring partikel-partikel yang masih tersisa dalam air yang berasal
dari bak pengendap II.
Bentuk : Tangki silinder tegak
Bahan konstruksi : Carbon steel SA 283 grade C
Jumlah : 1 unit
LAMPIRAN D UTILITAS LD
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
13
Media penyaring : pasir dan kerikil
Laju Volumetrik air sungai yang akan disaring
= 3,330 m3/jam x 0.951
= 3,5053 m3/jam
= 15,4335 gpm
Kecepatan penyaringan = 15 - 30 gpm/ft2 (Powel, Water Condition For Industry)
Diambil kecepatan penyaringan = 20 gpm/ft2
Maka :
Luas penampang tangki filtrasi ( A ) = 15,4335 gpm
20 gpm/ft2
= 0,7717 ft2
= 0,0452 m2
Diameter tangki ( D ) = (14,3
4 x A )0.5 = 0,3022 m
Komposisi ketebalan lapisan media penyaring :
Pasir : 12 - 20 in Diambil : 15 in = 0,381 m
Kerikil : 20 - 40 in Diambil : 30 in = 0,762 m
Maka tinggi lapisan media penyaring (tebal bed) = 1,143 m
Diasumsikan tinggi bed = 3 x tinggi tangki penyaring
Maka tinggi tangki penyaring = 3 x 1,143 m
= 3,4290 m
Tebal tangki (tu) = P2,1-Exf2
DxP+ C
Dimana :
P = Tekanan perancangan (faktor keamanan 20%)
= 17.640 psi
LAMPIRAN D UTILITAS LD
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
14
D = Diameter tangki = 0,3022 m = 11,897 in
E = Efisiensi sambungan = 0,8
f = Maximum allowable strees = 12650 psi
C = faktor korosi = 0,015 in/tahun x 10 tahun
= 0,150 in
Maka, tu,= 0,188 in (Dipakai tenal standart 0,312 m)
7. Bak Penampungan Air Bersih (BAB - 01)
Fungsi : Menampung air bersih yang keluar dari tangki filtrasi
Bentuk : Empat persegi panjang
Bahan konstruksi : Beton
Jumlah : 1 unit
Waktu tinggal : 1 jam
Volume air yang ditampung selama 4 jam = 3,330 m3
Volume bak dengan faktor keamanan 20% = 1,2 x 3,330 m3
= 4,162 m3
Dimana : V = P x L x T
Dengan : P : L : T = 3 : 2 : 1
V = 6 T3
4,163 = 6 T3 T = 0,8853 m
Maka : P = 2,655 m
L = 1,7705 m
Keterangan :
Untuk air domestik dan air pendingin, digunakan air bersih ini tanpa diolah lebih
lanjut
LAMPIRAN D UTILITAS LD
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
15
8. Tangki Demineralisasi (Pelunakan) dengan ion Exchanger (TD - 01)
Fungsi : Menghilangkan kesadahan air dengan resin penukar ion
Bentuk : Tangki silinder tegak
Bahan konstruksi : Carbon Steel SA 283 Grade C
Jenis resin : mixed cation and strong base anion
Laju air yang akan dilunakkan Air proses = 51,793 kg/jam
= 0,052 m3/jam
Dengan faktor keamanan 10%, maka laju alir air menjadi = 1,1 x 0,052
= 0,057 m3/jam
Dari tabel 19.7, Perry, hal. 19-41, diperoleh
Kecepatan air maksimum = 40,00 m/jam
Tinggi bed minimum = 1,20 m
Digunakan tinggi bed sebesar = 2,00 m
Maka luas penampang tangki V
QA=
40
057,0=A
= 0,001 m2
Volume resin untuk satu bed adalah = A x tinggi bed
= 0,001 x 2
= 0,003 m3
Asumsi : Waktu tinggal air dalam tangki resin = 15 menit
Maka volume total tangki adalah : = V resin + 0,057 x 15 / 60
= 0,003 + 0,014
= 0,017 m3
Tinggi tangki seluruhnya adalah = Volume tangki
= 0,017 m3
A = 0,001 m2
= 12 m
LAMPIRAN D UTILITAS LD
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
16
Diameter tangki ( D ) = 4,000 x 5,0
140,3
A
= 4,000 x 5,0
140,3
001,0
= 0,043 m
= 1,681 in
Tebal tangki ( t ) = CPDf
DxP+
− 6,02
Dimana : P = Tekanan desain
= 14.700 x 1,200
= 17,640 psi
D =1,681in
F = 12650.000 psi (Carbon steel SA 283 Grade C)
E = 0,80
C = 0,150 in/10 tahun
t = 0,188
Diambil tebal standar = 0,188 in
Maka diameter luar = Diameter tangki + Tebal standart tangki
= 1,681 in + 0,188 in
= 1,869 in
= 0,047 m
9. Bak Penampung Air Proses (BAP 01)
Fungsi :Menampung air untuk kebutuhan proses
Bentuk :empat persegi panjang
Jumlah :1 unit
Bahan Konstruksi : Beton
Waktu tinggal :12 jam
LAMPIRAN D UTILITAS LD
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
17
Volume air yang ditampung = 51,793 kg/jam
= 0,052 m3/jam x12 jam
= 0,625 m3/jam
Volume bak penampung dengan faktor keamanan 20% = 1,200 x 0,625 m3/jam
= 0,750 m3
Dimensi bak penampung :
P x L x T = 0,126
V = 6,0 T3
0.750 = 6,0 T3
T = 0,5 m
P = 3,00 x T
= 1,5 m
L = 2 x T
= 1 m
10. Bak Khlorinasi (BK)
Fungsi : Menambahkan CaOCl2 pada air agar bebas dari bakteri
Bentuk : Empat persegi panjang
Jumlah ; 1 unit
Bahan konstruksi : beton
Waktu tinggal :1jam
Volume air yang harus ditampung = volume air domestik
= 2,7230 m3/jam x 1 jam
Kebutuhan total = 2,7230 m3
faktor keamanan = 20 %
Volume bak penampung = 1,2 x 2,7230 m3
= 3,4038 m3
Dimensi bak penampung , P x L x T = 3 : 2 : 1
V = 6 T3
LAMPIRAN D UTILITAS LD
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
18
3.4038 = 6 T3
T = 0,8278 m
P = 3 x T
= 2,484 m
L = 2 x T
= 1,655 m
11. Bak Penampung Air Domestik (BAD - 01)
Fungsi : Menampung air domestik
Bentuk : Empat persegi panjang
Jumlah : 1 unit
Bahan konstruksi : Beton
Waktu tinggal : 12 jam
Volume air yang ditampung = 2,723 kg/jam
= 2,723 m3/jam x 1 jam = 2,723 m3
Volume bak penampung dengan faktor keamanan 20% = 1.2 x 2,723 m3/jam
= 3,404 m3/jam
Dimensi bak penampung :
P x L x T = 3 : 2 : 1
V = 6 T3
3,404 = 6 T3 T = 0,8278 m
P = 3 x T
= 2,483 m
L = 2 x T
= 1,655 m
LAMPIRAN D UTILITAS LD
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
19
12. Pompa Dowtherm A
Fungsi Memompa Dowtherm A dari tengki penyimpanan
Jenis : Pompa sentrifugal
Data :
ρ = 8925,600 kg/m3 = 566,703 lb/ft3
Laju alir massa ( G ) = 306.116,22 m3/jam
= 685.841,759 ft3/jam
µ (viskositas) = 0,021 cp (1,30694E-05lb / ft dtk)
Penentuan diameter optimum pompa
Qf = ρG
Dimana:
Qf = Kecepatan volumetrik
G = Laju alir massa ( 685.841,759 m3/jam )
ρ = Densitas (566,703 lb/ft3)
Qf = 566,703
9685.841,75= 1210,237 ft3/jam = 0,3362 ft3/detik
ID opt = 3,9 x Qf 0.45 x ρ0,13 (Peters, pers 15, hal 496, untuk aliran turbulen)
= 3,9 x 0,3362 0.45 x 566,703 0.13
= 5,4 in
Dari tabel 11, Kern, hal 844, dipilih pipa dengan spesifikasi sebagai berikut :
Nominal pipe size = 6 in
Schedule number = 40 in
Diameter luar (OD) = 6,6 in
Diameter dalam (ID) = 6,07 in (0.5054 ft)
Flow area per pipe = 28,9 in2
LAMPIRAN D UTILITAS LD
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
20
Kecepatan linear fluida (v) 1
A = 1/4 x π x ID2
= 0,201 ft2
v = A
Qf = 1,676 ft/det
* Penentuan bilangan Reynold
Re = ρ x ID x v = 36.740.734,278
µ
Dari fig.126, Brown, hal 141, untuk commercial steel (e = 0,00015)
dengan ID = 6,065 in diperoleh e/D = 0,0003
Dari fig.125, Brown, hal 140, untuk Re = 36.740.734,278 dan e/D = 0,0003
diperoleh : f = 0,015
*Pemipaan
Diperkirakan panjang pipa lurus ( L ) = 10 m = 32,8 ft
*Standard Elbow 90° yang digunakan = 4 buah
* Globe valve yang digunakan = 2 buah
* Gate valve yang digunakan = 2 buah
Dari fig.127, Brown, hal 141, diperoleh panjang ekuivalen (Le):
* Standard elbow 90° = 16 ft
* Globe valve = 175 ft
* Gate valve = 4 ft
Maka total panjang pipa = Lt = L+ ΣLe = 454,800 ft = 138,658 m
* Penentuan tenaga yang hilang karena friksi
Friction head (F) = f x Lt x V2 (Brown, fig 125, hal 140)
2 x gc x ID
Dimana :
f = Faktor friksi = 0,015
Lt = Panjang pipa total = 454,800 ft
V = Kecepatan linier fluida = 1,6765 ft/det
LAMPIRAN D UTILITAS LD
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
21
ID = Diameter dalam pipa = 0,5054 ft
gc = 32,174 lbm.ft/lbf.detik2
Friction head (F) = 0,5896 ft.lbf/lbm
* Penentuan pressure head
- Kerja Pompa
Dengan hukum Bernoulli (Pers.10 Peters, hal 486), didapatkan kerja pompa :
W = ∆P + ∆V2 + ∆Z g + ΣF
ρ 2 gc gc
Dimana :W = Working head / Kerja dari pompa
∆P/ρ = Pressure head
∆Z(g/gc) = Potensial head
∆V2 / 2gc = Velocity head
ΣF = Friction head
*Penurunan tekanan
P1 = 1 atm
P2 = 15 atm
∆P = 14 atm (1.381.692,20 N/m2)
Pressure head = ∆P x 1 = 15,796 m = 51,811 ft lbf/lbm
ρ g
*Beda ketinggian
Diasumsikan ∆Z = 15 m = 49,2 ft
∆Z(g/gc) = 49,20 ft.lbf/lbm
*Velocity head
∆V2 / 2gc = V22 - V1
2 = 0,0437 ft.lbf/lbm
2 gc
* Penentuan daya pompa
Dengan hukum Bernoulli, pers.10, Peters, hal 486, didapat kerja pompa :
W = ∆P + ∆V2 + ∆Z g + ΣF
ρ 2 gc gc
LAMPIRAN D UTILITAS LD
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
22
W = 101,644 ft.lbf/lbm
Daya pompa (P) = W x ρ x Q x (1 Hp / 550 lb ft/dt)
P = 35,208 Hp
Q = 685842 ft3/jam = 85.502,61 gpm
Dari fig 14-37,Peters, hal 520, untuk Q = 85.502,61 gpm diperoleh :
Efisiensi pompa sebesar = 85 %
Maka Broke Horse Power (BHP) = 41,422 Hp
Dari fig 14-38,Peters, hal 521, untuk BHP = 41,422 Hp diperoleh :
Efisiensi motor = 90 %
Maka daya motor yang sebenarnya (BHP/effisiensi) = 46,02 Hp
Tabel D.4. Hasil Perhitungan Pompa Utilitas
Kode Fungsi memompa air dari Daya, HP
PU-01 sungai → reservoir 0,5000
PU-02 Reservoir → Bak pengadukan cepat 0,5
PU-03 Bak pengadukan cepat → Bak pengendap I 0,5
PU-04 Bak pengendap I → bak pengendap II 0,5
PU-05 Bak pengendap II → Tangki filtrasi 0,5
PU-06 Bak filtrasi → Bak air bersih 0,5
PU-07 Bak air bersih → Bak klorinasi 0,5
PU-08 Bak klorinasi → Bak air domestik 0,5
PU-09 Bak air bersih → Tangki Deminerlisasi 0,5
PU-10 Tangki Deminerlisasi → Bak air proses sabilizer water 0,5
PU-11 Bak air prosesi → unit proses (stabilizer wather) 0,5
PU-12
Memompa Dowtherm A dari tangki penyimpanan
untuk di panaskan dalam furnace sekaligus ke unit proses
46,024
PU-13
Memompa Dowtherm A dari tangki penyimpanan
ke unit proses, sekaligus ke refrigeration system
98,049
Total
149,573
LAMPIRAN D UTILITAS LD
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
23
D.4 Penyediaan Tenaga Listrik
1. Listrik untuk penggerak motor
2. Listrik untuk pengggerak peralatan penunjang
D.4.1 Listrik Untuk Penggerak Motor
1. Listrik untuk penggerak motor
Beberapa peralatan pabrik menggunakan tenaga listrik sebagai penggerak motor.
Daya yang dibutuhkan oleh masing-masing alat adalah sebagai berikut :
Tabel.D.5. Daya yang dibutuhkan untuk tiap alat
No Nama Alat Daya (Hp)
1 Kompressor secara menyeluruh proses 96
2 Pompa secara menyeluruh 3497
4 Pengaduk pada reaktor sulfonasi 3
5 Pengaduk pada STABILIZER WATER 1
Total 3597.00
2. Peralatan Utilitas
Tabel.D.6. Daya yang dibutuhkan untuk peralatan utilitas
No Nama Alat Daya (Hp)
1 Pompa pada Utilitas 149.5732
2 motor pada Kompressor dalam refrigeration system 341.76
Total 491.3326
D.4.2 Listrik Untuk Peralatan Penunjang
1. Peralatan bengkel
Dalam suatu pabrik diperlukan fasilitas pemeliharaan dan perbaikan
peralatan pabrik. Daya listrik yang dibutuhkan untuk fasilitas ini diperkirakan
= 50 kW/hari ( 2,0833 kW/jam
LAMPIRAN D UTILITAS LD
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
24
2. Instrumentasi
Alat-alat instrumentasi yang digunakan berupa alat-alat kontrol dan alat-
alat pendeteksi. Daya listrik yang dibutuhkan diperkirakan sebesar = 10 kW/ hari
(0,4167 kW/jam)
3. Penerangan lampu jalan, pendingin ruangan dan perkantoran
Alat-alat penerangan yang dibutuhkan untuk pabrik, kantor dan
lingkungan sekitar pabrik. Selain itu dibutuhkan pendingin ruangan untuk kantor
dan laboratorium.Untuk laboratorium, perlu diberikan daya listrik untuk
mengoperasikan peralatan laboratorium.
Alat-alat tersebut memerlukan daya listrik sebesar = 60 kW/hari = 80,4
hp/hari (2.5000 kW/jam). Selain itu peralatan kantor seperti komputer, intercom,
pengeras suara dan lainnya, membutuhkan tenaga listrik sebesar = 40 kW/ hari =
53,6 hp/ hari = 1,6667 kW/jam
Maka kebutuhan listrik secara keseluruhan adalah :
Tabel.D.7. Kebutuhan listrik keseluruhan
No Jenis Penggunaan Daya (kW/jam)
1 Listrik untuk alat proses 2.683,36
2 Listrik untuk utilitas 366,53
3 Listrik untuk peralatan penunjang 6,67
Total kebutuhan listrik 3.056,56
Diperkirakan kebutuhan listrik tak terduga adalah sebesar 20%, maka daya listrik
total adalah = 1,1 x 3.056,56 Kw/jam
= 3362 Kw/jam
Penyediaan listrik berasal dari PLN sebesar 3362 kW dan sebagai cadangan
digunakan generator dengan kapasitas 1685 kW sebanyak 2 buah.
LAMPIRAN D UTILITAS LD
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
25
D.4.3 Penyediaan Bahan Bakar
1. Kebutuhan Solar untuk Generator
Diketahui : Heating value solar = 19200 Btu/lb
Kebutuhan Bahan Bakar Fuel gas berupa solar untuk generator
Beban lisrtik (Q) = 1685 kw
= 5.754.576,62 BTU/jam
Massa bahan bakar = Hvx
Q
η
dimana
Hv (Heating valve solar) = 19200 Btu/lb (Wallas 213)
ή ( Efisiensi Pembakaran) = 0,75
Densitas solar = 850 kg/m3
Jadi massa bahan bakar (solar) = 1920075.0
62,576.754.5
x
= 352,61 lb/jam
= 159,940 kg/jam
Diasumsikan : Dalam 1 bulan, listrik padam selama 10 jam
Maka, Total kebutuhan solar per generator = 1.599,41kg/bulan
= 2,2214 kg/jam
untuk 2 unit generator = 4,443
Kebutuhan solar untuk 4 buah truk, 2 bus dan 2 mobil operasional sebesar = 600
L/hari (0,6 m3/ hari ; 21.25 kg/jam )
1. Kebutuhan solar untuk genereator = 4,4 Kg/jam
2. Kebutuhan solar untuk memanaskan dowtherm A = 728,91 Kg/jam
= 17494,444 Kg/ hari
3. Kebutuhan solar untuk bahan bakar Fired Heater = 713,21 Kg/jam
4. Kebutuhan solar untuk bus dan truk = 21,31 Kg/jam
LAMPIRAN D UTILITAS LD
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
26
Kebutuhan bahan bakar solar total
Total kebutuhan solar = 1.467,85 Kg/jam
= 1.726,88 liter /jam
= 1.243.354,49 liter / bulan
D.4.4 Tangki Bahan Bakar Solar
Fungsi : Untuk menampung bahan bakar solar selama 1 bulan
Bentuk : Silinder tegak
Jenis : Silinder Tegak berdasar rata dan beratap torispherical Head
Tanpa pengaduk (Brownell & Young, hal 3)
Bahan : Carbon Steel SA 238 Grade C
Jumlah : 3 unit
D.4.4.1 Data
• Tekanan = 1 atm
• Temperatur = 30 oC.
• Kebutuhan solar = 1.056.851,32 kg/jam
• Lama penyimpanan = 1 bulan
• Jumlah = 3 unit
• Densitas (ρ) = 850 kg/m3
D.4.4.2 Volume Tangki, VT
Volume solar memenuhi 80% dari volume tangki
• Volume parafin, VL = Massa x ρ campuran
= 414,45 m3
• Volume tangki, VT = 80% Volume parafin
= 518,06 m3
D.4.4.3 Dimensi Tangki
• Diameter Dalam Tangki, IDT dan Tinggi Tangki, HT
VT = T2T HID4 ××π ; HT = IDT
LAMPIRAN D UTILITAS LD
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
27
Dimana :
IDT = Diameter dalam tangki, m
HT = Tinggi tangki , m
IDT = 3
1
TV4
π
IDT = H = 5,4830 m
= 215,9 in
• Diameter Luar Tangki, ODT
o Tinggi Cairan dalam tangki, HL
VL = L2T HID4 ××π
HL = 2T
L
ID.
V4
π
= 4,3904 m
o Tekanan hidrostatik, Phidrostatik
Phidrostatik = ρ.HL.g (g = 9,8 m/dt2)
= 36.572,082 kgF/m2
= 0,3021 atm
o Tekanan Desain, Pdesign
Pdesign = 110% ( P + Phidrostatik)
= 1,497 atm
= 22,0064 psi
o Tebal dinding tangki, t
t = C)P6,0(-)E.f2(
)ID(P
design
Tdesign + [Pers. 14.34, Brownell &
Young] Dimana :
t = tebal tangki , in
Pdesign = Tekanan desain
ID I = Diameter dalam tangki, in
= 146,0362 in
F = Maximum allowable stress untuk SA-167 grade 3 tipe
LAMPIRAN D UTILITAS LD
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
28
306 (appendix D,item 4, brownell and Young )
= 14750 psi
E = welded joint efficiency (efisiensi penyambungan) = 0,8
Tipe joint yang dipilih adalah double welded butt joint
tanpa diradiografi dan tanpa stress relieve → max
efficiency berdasarkan table 13.2, hal 254, Brownell &
Young.
C = faktor korosi yang diijinkan untuk umur alat 10 tahun
= 0,125 in
t = 0,2835 in
Diambil tebal standar, t = 1,1250 in
Maka Diameter Luar Tangki :
ODT = IDT + 2.t
ODT = 218,117 in
Diambil ukuran standar:
ODT Standar = 240 in
IDT Standar = [ODT Standar - 2.t]
= 237,750 in
D.4.4.4 Tinggi Tangki Termasuk Head, HTH
• Tebal Head, tH
Berdasarkan tabel 5.7, Brownell & Young, hal 90, untuk:
ODT = 240 in
Diperoleh :
icr = 14,4375 in
r = 180 in
Syarat penggunaan torispherical head:
icr > 6%.IDT [Brownell & Young,hal 88]
14,4375in > 14,2650 in (memenuhi)
W = ¼ (3 + (rc/ri)0,5) [Pers. 7.76, Brownell]
Dimana :
W = faktor intensifikasi stress untuk torispherical head, in
LAMPIRAN D UTILITAS LD
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
29
rc = radius of crown = r
ri = inside corner radius = icr
W = 1,6327 in
tH = CP2,0-E.f2
W.rcP
design
design + = 0,1250 in [Pers.7.77, Brownell]
Diambil tH Standar = 0,1875 in
• Tinggi Head, OA
Berdasarkan tabel 5.6, Brownell & Young, hal 88, untuk:
tH = 5/16 in
Diperoleh :
Standart straight flange, Sf = 1 ½ in s⁄d 4 ½ in,
dipilih Sf = 3 in
Untuk menghitung tinggi head digunakan penjelasan pada fig. 5.8, Brownell
& Young, hal 87 (Gambar C.1).
a = ID/2 = 118,875 in
AB = a – icr = 104,4375 in
BC = r – icr = 165,5625 in
AC = [ (BC)2 – (AB)2 ]½ = 128,4669 in
b = r – AC = 51,5331 in
Maka;
OA = tH + Sf + b
= 53,1581 in = 1,3502 m Tinggi tangki termasuk head,
HTH = HT + OA
= 6,836 m
LAMPIRAN D UTILITAS LD
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
30
D.4.5 Tangki untuk penyimpanan bahan baku dowtherm A
Fungsi : menampung bahan baku dowtherm A pada saat pembelian sekaligus
make up Dowtherm A sebagai pemanas maupun pendingin per 5 tahun
Jenis : Silinder Tegak berdasar rata dan beratap torispherical Head Tanpa
pengaduk (Brownell & Young, hal 3)
Bahan : Carbon Steel SA 238 Grade C
Jumlah : 3 unit
D.4.5.1 Data
• Tekanan = 1 atm
• Temperatur = 30 oC.
• Jumlah = 3 unit
• Densitas (ρ) = 850 kg/m3
• Lama penyimpanan = 1 bulan
• Kebutuhan make up dowtherm A = 187,413 kg/jam
• Kebutuhan make up dowtherm A = 134.937,221 kg/bulan
D.4.5.2 Volume Tangki, VT
Volume solar memenuhi 80% dari volume tangki
• Volume Dowtherm A, VL = Massa x ρ campuran
= 128,32 m3
• Volume tangki, VT = 80% Volume parafin
= 160,40 m3
D.4.5.3 Dimensi Tangki
• Diameter Dalam Tangki, IDT dan Tinggi Tangki, HT
VT = T2T HID4 ××π ; HT = IDT
Dimana :
IDT = Diameter dalam tangki, m
HT = Tinggi tangki , m
LAMPIRAN D UTILITAS LD
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
31
IDT = 3
1
TV4
π
IDT = H = 3,7093 m
= 146,036 in
• Diameter Luar Tangki, ODT
o Tinggi Cairan dalam tangki, HL
VL = L2T HID4 ××π
HL = 2T
L
ID.
V4
π
= 2,9702 m
o Tekanan hidrostatik, Phidrostatik
Phidrostatik = ρ.HL.g (g = 9,8 m/dt2)
= 30.608,318 kgF/m2
= 0,3021 atm
o Tekanan Desain, Pdesign
Pdesign = 110% ( P + Phidrostatik)
= 1,4323 atm
= 21,0546 psi
o Tebal dinding tangki, t
t = C)P6,0(-)E.f2(
)ID(P
design
Tdesign + [Pers. 14.34, Brownell & Young]
Dimana :
t = tebal tangki , in
Pdesign = Tekanan desain
ID I = Diameter dalam tangki, in
= 146,0362 in
F = Maximum allowable stress untuk SA-167 grade 3 tipe
306 (appendix D,item 4, brownell and Young )
= 14750 psi
E = welded joint efficiency (efisiensi penyambungan) = 0,8
LAMPIRAN D UTILITAS LD
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
32
Tipe joint yang dipilih adalah double welded butt joint
tanpa diradiografi dan tanpa stress relieve → max
efficiency berdasarkan table 13.2, hal 254, Brownell &
Young.
C = faktor korosi yang diijinkan untuk umur alat 10 tahun
= 0,125 in
t = 0,227 in
Diambil tebal standar, t = 1,1250 in
Maka Diameter Luar Tangki :
ODT = IDT + 2.t
ODT = 148,2862 in
Diambil ukuran standar:
ODT Standar = 240 in
IDT Standar = [ODT Standar - 2.t]
= 237,750 in
D.4.5.4 Tinggi Tangki Termasuk Head, HTH
• Tebal Head, tH
Berdasarkan tabel 5.7, Brownell & Young, hal 90, untuk:
ODT = 240 in
Diperoleh :
icr = 14,4375 in
r = 180 in
Syarat penggunaan torispherical head:
icr > 6%.IDT [Brownell & Young,hal 88]
14,4375in > 14,2650 in (memenuhi)
W = ¼ (3 + (rc/ri)0,5) [Pers. 7.76, Brownell]
Dimana :
W = faktor intensifikasi stress untuk torispherical head, in
rc = radius of crown = r
ri = inside corner radius = icr
W = 1,6327 in
LAMPIRAN D UTILITAS LD
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
33
tH = CP2,0-E.f2
W.rcP
design
design + = 0,1250 in [Pers.7.77, Brownell]
Diambil tH Standar = 0,1875 in
• Tinggi Head, OA
Berdasarkan tabel 5.6, Brownell & Young, hal 88, untuk:
tH = 5/16 in
Diperoleh :
Standart straight flange, Sf = 1 ½ in s⁄d 4 ½ in,
dipilih Sf = 3 in
Untuk menghitung tinggi head digunakan penjelasan pada fig. 5.8, Brownell
& Young, hal 87 (Gambar C.1).
a = ID/2 = 118,8750 in
AB = a – icr = 104,4375 in
BC = r – icr = 165,5625 in
AC = [ (BC)2 – (AB)2 ]½ = 128,4669 in
b = r – AC = 51,5331 in
Maka;
OA = tH + Sf + b
= 53,1581 in = 1,3502 m Tinggi tangki termasuk head,
HTH = HT + OA
= 5,0595 m
Lampiran E
Analisa Ekonomi
E.1 Ketetapan yang Diambil Konstruksi 2007 Produksi komersial 2008 Operasi per tahun 330 hari Shut down 30 hari Umur teknis pabrik 10 tahun Salvage value 10% DFCI (tanpa harga tanah) 1$ = 10000 rupiah Bunga bank = 20% per tahun Kenaikan harga bahan baku & produk 5% per tahun
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
ANALISIS EKONOMI E−2
E.2 Cost Index
Tahun Index 1995 1027,4 1996 1039,1 1997 1056,8 1998 1069,9 1999 1068,3 2000 1089,0 2001 1093,9 2002 1104,2 2003 1117,38 2004 1128,17 2005 1138,97 2006 1149,76 2007 1160,55 2008 1171,34 2009 1182,14 2010 1192,93
Index tahun 2003: 1117,4 Index tahun 2007: 1160,55
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
ANALISIS EKONOMI E−3
MARSHALL & SWIFT INDEX Sumber: Chemical Engineering Magazine, www.CHF.com, January 2003
Marshall & Swift Index
y = 10,793x - 20501
R2 = 0,9722
1000,0
1020,0
1040,0
1060,0
1080,0
1100,0
1120,0
1140,0
1160,0
1180,0
1200,0
1990 1995 2000 2005 2010
Tahun
MS
In
de
x
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
ANALISIS EKONOMI E−4
E.3 Daftar Harga Alat-alat Rumus yang digunakan: H2 = H1 x (I2/I1) atau Dimana :
H2 = Harga sekarang
H1 = Harga yang diketahui*
I2 = Index sekarang (2007)
I1 = Index yang diketahui (2003)
E.3.1 Harga Peralatan Utama
Marshall and Swift Index
Harga Satuan Harga Total Kode Nama Alat Kapasitas Jml Kapasitas Harga ($) Exp
Rp Rp
T-01 Tangki Penyimpanan Paraffin 296,71 m3 4 58.000 602.000.000 2.410.000.000
T-02 Tangki Penyimpanan Benzena 153,96 m3 3 38.000 394.000.000 1.180.000.000
T-03 Tangki Penyimpanan SO3 cair 211,83 m3 1 46.700 485.000.000 485.000.000
T-04 Tangki Penampungan HLAS 308,03 m3 6 59.600 619.000.000 3.710.000.000
T-05 Tangki Penampungan Heavy Alkylate 99,69 m3 1 28.600 297.000.000 297.000.000
T-06 Tangki Penampungan H2 130,62 m3 1 39.700 412.000.000 412.000.000
T-07 Tangki Stabilizer Water + Pengaduk (curved blade) 10,88 m3 1 21.300 221.000.000 221.000.000
1US$
10000 Rp
2003Index
2007Index Harga
Kapasitas
Kapasitas Harga referensi
exponent
referensi
×××
=
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
ANALISIS EKONOMI E−5
R-01 Reaktor Multi Tube Bed (Dehidrogenasi) 9,254 m3 1 1 m3 178.034 0,54 6.140.000.000 6.140.000.000
R-02 Reaktor Multi Tube Bed (Alkilasi) 26,866 m3 1 1 m3 178.034 0,54 10.900.000.000 10.900.000.000
R-03 Reaktor CSTR (Sulfonasi) 23,765 m3 1 226.000 2.340.000.000 2.340.000.000
ST-01 Kolom Stripper Benzena 2,810 ft 1 1,5 ft 15.916 0,62 243.000.000 243.000.000
ST-02 Kolom Stripper Paraffin 4,437 ft 1 1,5 ft 15.916 0,62 323.000.000 323.000.000
ST-03 Kolom Stripper LAB 3,800 ft 1 1,5 ft 15.916 0,62 294.000.000 294.000.000
FH Fired Heater 11E+6 BTU/jam 1 277.700 2.880.000.000 2.880.000.000
HE Heat Exchanger Shell and Tube 1.577,75 ft2 1 51.400 533.000.000 533.000.000
V Vaporizer 4,13 ft2 1 600 6.230.000 6.230.000
S-01 Separator-01 67,85 in 1 12.800 132.000.000 132.000.000
S-02 Separator-02 38,94 in 1 8.500 88.200.000 88.200.000
EV Expander Valve 0,088 ft2 1 900 9.340.000 9.340.000
PU Pengering Udara 10,2 ft2 1 1.100 11.400.000 11.400.000
K-01 Kompresor-01 16,4 HP 1 8.600 89.300.000 89.300.000
K-02 Kompresor-02 76,2 HP 1 24.600 255.000.000 255.000.000
H-01 Heater-01 108,09 ft2 1 12.500 129.000.000 129.000.000
H-02 Heater-02 1,07 ft2 1 700 7.270.000 7.270.000
CSC Condensor Sub Cooler 120,00 ft2 1 10.200 105.000.000 105.000.000
C-01 Cooler-01 0,00 ft2 1 1.100 11.400.000 11.400.000
C-02 Cooler-02 0,00 ft2 1 900 9.340.000 9.340.000
KD-01 Kondensor Stripper 01 503,46 ft2 1 4.800 49.800.000 49.800.000
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
ANALISIS EKONOMI E−6
KD-02 Kondensor Stripper 02 281,75 ft2 1 23.000 238.000.000 238.000.000
KD-03 Kondensor Stripper 03 54,32 ft2 1 50.300 522.000.000 522.000.000
RE-01 Reboiler Stripper 01 258,52 ft2 1 18.900 196.000.000 196.000.000
RE-02 Reboiler Stripper 02 338,21 ft2 1 19.700 204.000.000 204.000.000
RE-03 Reboiler Stripper 03 47,76 ft2 1 22.300 231.000.000 231.000.000
MP Mixed Point 10,00 ft 1 8.000 83.000.000 83.000.000
P-01 Pompa-01 100 HP 2 10 HP 1.500 0,33 33.300.000 66.600.000
P-02 Pompa-02 49 HP 2 10 HP 1.500 0,33 26.300.000 52.600.000
P-03 Pompa-03 530 HP 2 10 HP 1.500 0,33 57.700.000 115.000.000
P-04 Pompa-04 580 HP 2 10 HP 1.500 0,33 59.400.000 119.000.000
P-05 Pompa-05 99 HP 2 10 HP 1.500 0,33 33.100.000 66.200.000
P-06 Pompa-06 580 HP 2 10 HP 1.500 0,33 59.400.000 119.000.000
P-07 Pompa-07 150 HP 2 10 HP 1.500 0,33 38.000.000 76.000.000
P-08 Pompa-08 430 HP 2 10 HP 1.500 0,33 53.900.000 108.000.000
P-09 Pompa-09 150 HP 2 10 HP 1.500 0,33 38.000.000 76.000.000
P-10 Pompa-10 140 HP 2 10 HP 1.500 0,33 37.200.000 74.400.000
P-11 Pompa-11 10 HP 2 10 HP 1.500 0,33 15.500.000 31.000.000
P-12 Pompa-12 10 HP 2 10 HP 1.500 0,33 15.500.000 31.000.000
P-13 Pompa-13 49 HP 2 10 HP 1.500 0,33 26.300.000 52.600.000
P-14 Pompa-14 430 HP 2 10 HP 1.500 0,33 53.900.000 108.000.000
P-15 Pompa-15 190 HP 2 10 HP 1.500 0,33 41.100.000 82.200.000
T O T A L 35.543.680.000
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
ANALISIS EKONOMI E−7
Rp 35.543.680.000 Biaya Peralatan Utama Biaya Pengangkutan + Asuransi 10% Rp 3.550.000.000
Biaya Administrasi pelabuhan 5% Rp 1.780.000.000
SUBTOTAL Rp 40.873.680.000
PPN 10% Rp 4.090.000.000
TOTAL Rp 44.963.680.000
E.3.2 Harga Peralatan Penunjang
Marshall and Swift Index
Kode Nama Alat Harga Satuan Harga Total
Kapasitas Jml Kapasitas Harga ($) Exp
Rp Rp
SC Screen Utilitas 241,19 ft2 1 500 ft2 10.000 0,62 66.000.000 66.000.000
BP-01 Bak Penampung (Reservoir) 43,30 m3 1 3,80 m3 500 0,46 15.900.000 15.900.000
BP-02 Bak Pengaduk Cepat 3,61 m3 1 3,80 m3 500 0,46 5.070.000 5.070.000
BP-03 Bak Pengendap I 13,16 m3 1 3,80 m3 500 0,46 9.190.000 9.190.000
BP-04 Bak Pengendap II 12,51 m3 1 3,80 m3 500 0,46 8.980.000 8.980.000
BP-05 Bak Penampung Air Bersih 2,94 m3 1 3,80 m3 500 0,46 4.610.000 4.610.000
BP-06 Bak Penampung Air Domestik 2,39 m3 1 3,80 m3 500 0,46 4.190.000 4.190.000
BP-07 Bak Penampung Air Proses 0,75 m3 1 3,80 m3 500 0,46 2.460.000 2.460.000
TU-01 Tangki Filtrasi 3,64 m3 1 3,80 m3 4.700 0,57 47.600.000 47.600.000
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
ANALISIS EKONOMI E−8
TU-02 Tangki Demineralisasi 0,02 m3 1 3,80 m3 4.700 0,57 2.240.000 2.240.000 PU-01 Pompa air dari sungai ke reservoir 0,5 HP 2 10 HP 1.500 0,33 5.790.000 11.600.000 PU-02 Pompa dari reservoir ke bak
pengadukan cepat 0,5 HP 2 10 HP 1.500 0,33 5.790.000 11.600.000 PU-03 Pompa dari bak pengadukan cepat
ke bak pengendap I 0,5 HP 2 10 HP 1.500 0,33 5.790.000 11.600.000 PU-04 Pompa dari bak pengendap ke bak
pengendap II 0,5 HP 2 10 HP 1.500 0,33 5.790.000 11.600.000 PU-05 Pompa dari bak pengendap II ke
tangki filtrasi 0,5 HP 2 10 HP 1.500 0,33 5.790.000 11.600.000 PU-06 Pompa dari bak filtrasi ke bak air
bersih 0,5 HP 2 10 HP 1.500 0,33 5.790.000 11.600.000 PU-07 Pompa dari bak air bersih ke bak
klorinasi 0,5 HP 2 10 HP 1.500 0,33 5.790.000 11.600.000 PU-08 Pompa dari bak klorinasi bak air
domestik 0,5 HP 2 10 HP 1.500 0,33 5.790.000 11.600.000 PU-09 Pompa dari bak air bersih ke tangki
demineralisasi 0,5 HP 2 10 HP 1.500 0,33 5.790.000 11.600.000 PU-10 Pompa dari tangki deminerlisasi ke
bak air proses 0,5 HP 2 10 HP 1.500 0,33 5.790.000 11.600.000 PU-11 Pompa dari bak air proseske unit
proses (stabilizer water) 0,5 HP 2 10 HP 1.500 0,33 5.790.000 11.600.000 PU-12 Pompa Dowtherm A dari tangki
penyimpanan ke furnace 51 HP 2 10 HP 1.500 0,33 26.700.000 53.400.000 PU-13 Pompa Dowtherm A dari tangki
penyimpanan ke RS 107 HP 2 10 HP 1.500 0,33 34.000.000 68.000.000 F Furnace pemanas dowtherm A 98E+6 BTU/jam 1 1.494.800 15.500.000.000 15.500.000.000
RS Refrigeration system (pendingin dowtherm A) 107E+6 BTU/jam 1 3.074.800 31.900.000.000 31.900.000.000
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
ANALISIS EKONOMI E−9
TS Tangki Solar 518 m3 3 36.000 373.000.000 1.120.000.000
TD Tangki Dowtherm 161 m3 1 49.500 514.000.000 514.000.000 G Generator 1535 kW 2 87.600 909.000.000 1.820.000.000
KO-01 Kendaraaan Operasional Direktur 1 300.000.000 300.000.000
KO-02 Kendaraaan Operasional Manager 5 250.000.000 1.250.000.000
B Bus Karyawan 3 200.000.000 600.000.000
F Forklift 5 150.000.000 750.000.000
TR Truk operasional/mobil tangki 3 200.000.000 600.000.000
TOTAL 55.368.840.000
Biaya Peralatan Penunjang Rp 55.368.840.000
Biaya Pengangkutan + Asuransi 10% Rp 5.540.000.000
Biaya Administrasi pelabuhan 5% Rp 5.540.000.000
SUBTOTAL Rp 2.770.000.000
PPN 10% Rp 63.680.000.000 TOTAL Rp 70.050.000.000
TOTAL BIAYA ALAT UTAMA DAN PENUNJANG ADALAH R p 115.013.680.000
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUTTEKNOLOGIINDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
ANALISIS EKONOMI E−10
E.4 Daftar Gaji
Jenjang Pendidikan
Gaji / bulan
Total No. Jabatan Jumlah
Minimum (Rp) (Rp)
1 Dewan Komisaris 2 - 15.000.000 30.000.000
2 Direktur 1 S1- S3 14.000.000 14.000.000
3 Manager 4 S1-S2 12.000.000 48.000.000
4 KaBag Produksi 1 D3 - S1 8.000.000 8.000.000
5 KaBag Keteknikan 1 D3 - S1 8.000.000 8.000.000
6 KaBag Keuangan 1 D3 - S1 8.000.000 8.000.000
7 KaBag Akunting 1 D3 - S1 8.000.000 8.000.000
8 KaBag Pemasaran 1 D3 - S1 8.000.000 8.000.000
9 KaBag Distribusi 1 D3 - S1 8.000.000 8.000.000
10 KaBag Personalia 1 D3 - S1 8.000.000 8.000.000
11 KaBag Umum 1 D3 - S1 8.000.000 8.000.000
12 KaSie 16 D3 - S1 3.500.000 56.000.000
13 Sekretaris Direktur 1 D3 - S1 2.100.000 2.100.000
14 Sekretaris Manager 4 D3 - S2 2.100.000 8.400.000
Karyawan Shift
15 Proses
- Supervisor 12 D3 - S1 1.800.000 21.600.000
- Operator 36 SMU - D3 1.500.000 54.000.000
16 Utilitas
- Supervisor 4 D3 - S1 1.800.000 7.200.000
- Operator 20 SMU - D3 1.500.000 30.000.000
17 QC
- Supervisor 4 D3 - S1 1.800.000 7.200.000
- Operator 12 SMU - D3 1.500.000 18.000.000
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUTTEKNOLOGIINDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
ANALISIS EKONOMI E−11
18 Keamanan 32 SMU 1.200.000 38.400.000
19 Gudang Bahan 12 D3 - S1 1.500.000 18.000.000
Karyawan non Shift
20 Pemeliharaan 9 SMU - D3 1.500.000 13.500.000
21 Promosi 6 D3 - S1 1.500.000 9.000.000
22 Penjualan 6 D3 - S1 1.500.000 9.000.000
23 Distribusi (gudang) 4 D3 - S1 1.500.000 6.000.000
24 Pembelian 3 D3 - S1 1.500.000 4.500.000
25 Litbang 2 D3 - S1 1.500.000 3.000.000
26 Keuangan 4 D3 - S1 1.500.000 6.000.000
27 Akunting 4 D3 - S1 1.500.000 6.000.000
28 Kepegawaian 2 D3 - S1 1.500.000 3.000.000
29 Humas 4 D3 - S1 1.500.000 6.000.000
30 Rumah-Tangga 4 SMU 1.500.000 6.000.000
32 Diklat 2 D3 - S1 1.500.000 3.000.000
33 Dokter 2 S1 2.500.000 5.000.000
34 Perawat 4 D3 1.200.000 4.800.000
36 Supir 2 SMU 1.000.000 2.000.000
37 Supir bus karyawan 3 SMU 1.000.000 3.000.000
38 Supir truk 5 SMU 1.000.000 5.000.000
39 Supir fork lift 8 SMU 1.000.000 8.000.000
TOTAL 242 519.700.000
• Gaji / tahun (a) Rp 6.236.400.000
• Tunjangan Hari Raya (1 bulan gaji) Rp 519.700.000
• Tunjangan makan dan transport (0,05 a) Rp 311.820.000
• Tunjangan kesehatan (0,025 a) Rp 155.910.000
• TOTAL GAJI PER TAHUN Rp 6.756.100.000
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUTTEKNOLOGIINDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
ANALISIS EKONOMI E−12
Tahun Gaji per tahun
1 Rp 6.756.100.000 2 Rp 6.756.100.000 3 Rp 7.431.710.000 4 Rp 7.431.710.000 5 Rp 8.174.881.000 6 Rp 8.174.881.000 7 Rp 8.992.369.100 8 Rp 8.992.369.100 9 Rp 9.891.606.010
10 Rp 9.891.606.010 Keterangan : setiap 2 tahun ada kenaikan gaji sebesar = 10%
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUTTEKNOLOGIINDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
ANALISIS EKONOMI E−13
E.5 Perhitungan Total Modal Investasi (TCI) E.5.1 Modal Tetap (Fixed Capital Investment / FCI)
A. Modal Investasi Tetap Langsung / Direct Fixed Capital Investment (DFCI) Item Persentase Keterangan Jumlah
a. Peralatan utama dan penunjang A Rp 115.013.680.000 b. Pemasangan mesin dan peralatan 20% A Rp 23.002.736.000 termasuk isolasi dan pengecatan c. Instrumentasi dan kontrol terpasang 3% A Rp 2.875.342.000 d. Sistem perpipaaan 4% A Rp 4.025.478.800 e. Instalasi listrik terpasang 3% A Rp 2.875.342.000 f. Bangunan Rp 20.000.000.000 g. Tanah Rp 15.000.000.000 h. Fasilitas pelayanan 8% A Rp 9.201.094.400 Sub Total B' Rp 191.993.673.200 DFCI tak terduga 15% B' Rp 28.799.050.980
Total Modal Investasi Tetap Langsung (DFCI) B Rp 220.792.720.000 Keterangan : 1. Luas tanah : 6 Ha = 60.000 m2 Harga tanah = Rp 250.000 /m2 Harga tanah keseluruhan = Rp 15.000.000.000 2. Luas bangunan : 2 Ha = 20.000 m2 Harga 1 m2 bangunan = Rp 1.000.000 /m2 Harga bangunan keseluruhan = Rp 20.000.000.000
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUTTEKNOLOGIINDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
ANALISIS EKONOMI E−14
B. Modal Investasi Tetap Tidak Langsung / Indirect Fixed Capital Investment (IFCI)
Item Persentase Keterangan Jumlah
a. Keteknikan dan pengawasan 4% B Rp 8.831.708.800
b. Biaya kontraktor dan konstruksi 5% B Rp 11.039.636.000
c. Bunga pinjaman selama masa konstruksi 20% /tahun Rp 33.120.000.000
d. Trial Run * Rp 17.396.237.823
Sub Total C' Rp 70.387.582.623
IFCI tak terduga 20% C' Rp 14.077.516.525
Total Modal Investasi Tetap Tidak Langsung (IFCI) C Rp 84.465.100.000 Total Modal Investasi Tetap (FCI) = DFCI + IFCI = Rp 305.257.820.000 Keterangan : Trial run dilakukan selama 2 minggu Perhitungan Biaya Trial Run Perhitungan biaya trial run untuk masa 2 minggu dengan jumlah hari kerja 14 hari Perhitungan : (14 hari x 24 jam/hari x Harga x Kebutuhan (kg/jam)) a.1 Persediaan Bahan Baku
Komponen Kebutuhan Harga /satuan Biaya 1 Paraffin (lt/jam) 5651,55 Rp 3.800 Rp 7.215.901.327 2 Benzene (lt/jam) 2199,39 Rp 3.100 Rp 6.818.100 3 SO3 (kg/jam) 1891,74 Rp 2.300 Rp 1.461.939.262
Total persediaan bahan baku a1 Rp 8.684.658.689
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUTTEKNOLOGIINDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
ANALISIS EKONOMI E−15
a.2 Persediaan Bahan Baku Tambahan untuk Start Up
Komponen Kebutuhan Harga /satuan Biaya 1 Paraffin (lt/jam) 21990,12 Rp 3.800 Rp 83.562.466 2 Benzene (lt/jam) 4283,75 Rp 3.100 Rp 13.279.629 3 H2 (lt/jam) 6931,57 Rp 9,18 Rp 63.645 4 Katalis HF-Mordenite/CBV-20A (kg) 5143,325031 Rp 500.000 Rp 2.571.662.515 5 Katalis Alumina/RDEH-7 (kg) 1298,652705 Rp 300.000 Rp 389.595.811
Total bahan baku untuk start up a2 Rp 2.668.568.255
Total biaya bahan baku (a) = Rp 11.353.227.000 b. Persediaan sarana penunjang
Komponen Kebutuhan Harga /satuan Biaya 1. Solar (liter/jam) 1726,42 Rp 3.000 Rp 1.740.227.275 2. Listrik (KW) 3070 Rp 800 Rp 825.216.000 3. Pengolahan Air (m3/jam) - Start up 42,41 Rp 2.100 Rp 29.925.957 - Kontinyu 7,811 Rp 2.100 Rp 5.511.533 4. Tawas (kg/jam) 0,064 Rp 10.500 Rp 225.792 5. Cl2 (kg/jam) 8,760 Rp 2.500 Rp 7.358.400 6. Resin ion exchanger (m3/jam) 0,003 Rp 60.000 Rp 57.717 7. Dowtherm A* (lt) 2073111,992 Rp 1.600 Rp 3.316.979.187 8. Perlengkapan keselamatan kerja Rp 36.400.000 Total persediaan bahan penunjang b Rp 6.043.010.879
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUTTEKNOLOGIINDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
ANALISIS EKONOMI E−16
* Dowtherm digunakan berulang-ulang (mengalami recycle) secara kontinyu dan diperkirakan bisa bertahan sampai 5 tahun.
Kebutuhan dowtherm untuk 10 tahun (lt) = 2073112
Harga per liter = Rp 1.600
Harga dowtherm keseluruhan = Rp 3.316.979.187 Total biaya trial run (a + b) = Rp 17.396.238.000 E.5.2 Modal Kerja (Working Capital Investment / WCI) Modal kerja dihitung untuk masa 3 bulan dengan jumlah hari kerja 90 hari Perhitungan : (90 hari x 24 jam/hari x Harga x Kebutuhan (kg/jam)) a. Persediaan Bahan Baku
Komponen Kebutuhan Harga /satuan Biaya 1 Paraffin (lt/jam) 5651,552 Rp 3.800 Rp 46.387.937.100 2 Benzene (lt/jam) 2199,387 Rp 3.100 Rp 14.727.095.805 3 SO3 (kg/jam) 1891,743 Rp 2.300 Rp 9.398.180.972
Total Rp 70.513.213.877 Biaya bahan baku tambahan untuk start up sebesar = Rp 2.668.568.255 Total biaya bahan baku = Rp 73.181.783.000
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUTTEKNOLOGIINDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
ANALISIS EKONOMI E−17
b. Persediaan sarana penunjang Komponen Kebutuhan Harga /satuan Biaya
1. Solar (liter/jam) 1726,881 Rp 3.000 Rp 11.190.190.454 2. Listrik (KW) 3370 Rp 800 Rp 5.823.360.000 3. Pengolahan Air (m3/jam) 7,811 Rp 2.100 Rp 35.431.281 4. Tawas (kg/jam) 0,064 Rp 10.500 Rp 1.451.520 5. Cl2 (kg/jam) 8,760 Rp 2.500 Rp 47.304.000 6. Resin ion exchanger (m3) 0,003 Rp 6.000 Rp 37.104
Total Rp 17.097.775.000 7. Biaya distribusi & penjualan
5% penjualan Rp 5.512.500.000 8. Biaya Laboratorium
0,5% bahan baku Rp 352.566.069 9. Biaya pemeliharaan dan perbaikan
2% DFCI Rp 4.415.854.400 10. Gaji karyawan
3 x gaji/bulan Rp 1.559.100.000 11. Biaya Administrasi 5% gaji Pegawai Rp 77.955.000 Sub Total WCI (1 s/d 10+total bahan baku) Rp 102.197.533.469 WCI tak terduga
20% sub total WCI Rp 20.439.506.694 Total Modal Kerja (WCI) Rp 122.637.050.000
Total Modal Investasi (TCI) = FCI + WCI = Rp 427.894.870.000
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUTTEKNOLOGIINDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
ANALISIS EKONOMI E−18
E.6 Sruktur Permodalan Yang dapat dijaminkan = DFCI = Rp 220.792.720.000 Jika bank memberikan pinjaman sebesar = 75 % DFCI = Rp 165.594.540.000 Besar pinjaman dari bank yang diambil sebesar = Rp 165.594.540.000 Modal sendiri (TCI - Pinjaman Bank) = Rp 262.294.870.000 Sehingga komposisi permodalan adalah Modal sendiri = 61% Pinjaman Bank = 39% E.6.1 Perhitungan Angsuran Pokok Pinjaman dan Bunga Bank - Jangka waktu pinjaman 5 tahun - Grace Priode 1 tahun - Bunga bank per tahun (diasumsikan tetap selama 5 tahun) = 20% Menentukan Bunga Pinjaman dan Sisa Pinjaman
Tahun Pokok Pinjaman
(Rp) Angsuran Pokok
(Rp) Bunga (Rp) Jumlah (Rp) Sisa (Rp)
0 165.600.000.000 0 33.120.000.000 33.120.000.000 165.600.000.000
1 165.600.000.000 41.400.000.000 33.120.000.000 74.520.000.000 124.200.000.000
2 124.200.000.000 41.400.000.000 24.840.000.000 66.240.000.000 82.800.000.000
3 82.800.000.000 41.400.000.000 16.560.000.000 57.960.000.000 41.400.000.000
4 41.400.000.000 41.400.000.000 8.280.000.000 49.680.000.000 0
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUTTEKNOLOGIINDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
ANALISIS EKONOMI E−19
E.7 Perhitungan Biaya Bahan Baku dan Bahan Penunjang Perhitungan : (330 hari x 24 jam/hari x Harga x Kebutuhan (kg/jam)) a.1 Persediaan Bahan Baku
Komponen Kebutuhan kg/jam Harga /satuan Biaya Paraffin (lt/jam) 5651,55 Rp 3.800 Rp 170.089.102.698 Benzene (lt/jam) 2199,39 Rp 3.100 Rp 53.999.351.285 SO3 (kg/jam) 1891,74 Rp 2.300 Rp 34.459.996.898
Total Rp 258.548.450.000 a.2 Persediaan Bahan Baku Tambahan untuk Start Up Diasumsikan start up dilakukan sebanyak empat kali dalam setahun Perhitungan : 4 x Kebutuhan bahan per start up x Harga Komponen Kebutuhan Harga /satuan Biaya Paraffin (lt) 21990,12 Rp 3.800 Rp 334.249.866 Benzene (lt) 4283,75 Rp 3.100 Rp 53.118.515 H2 (lt) 6931,57 Rp 9,18 Rp 254.578 Katalis HF-Mordenite/CBV-20A (kg) 5143,33 Rp 500.000 Rp 10.286.650.062 Katalis Alumina/RDEH-7 (kg) 1298,65 Rp 300.000 Rp 1.558.383.245
Total bahan baku untuk start up Rp 387.622.960
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUTTEKNOLOGIINDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
ANALISIS EKONOMI E−20
Tahun Kapasitas Produksi Biaya bahan baku (Rp)
1 70% 181.255.249.000 2 80% 217.506.298.800 3 100% 271.475.872.500 4 100% 285.049.666.125 5 100% 299.302.149.431 6 100% 314.267.256.903 7 100% 329.980.619.748 8 100% 346.479.650.735 9 100% 363.803.633.272 10 100% 381.993.814.936
Catatan : Kenaikan biaya bahan baku 5% per tahun. b. Persediaan sarana penunjang
Komponen Kebutuhan Harga /satuan Biaya 1. Solar (liter/jam) 1727 Rp 3.000,00 Rp 41.030.698.331 2. Listrik (KW) 3370 Rp 800,00 Rp 21.352.320.000 3. Pengolahan air (m3 ) 7,811 Rp 2.100,00 Rp 129.914.698 4. Tawas (kg/jam) 0,064 Rp 10.500,00 Rp 5.322.240 5. Cl2 (kg/jam) 8,760 Rp 2.500,00 Rp 173.448.000 6. Resin ion exchanger (m3) 0,003 Rp 6.000,00 Rp 136.048
Total Rp 62.691.839.000 Catatan : Kenaikan biaya penunjang 5% per tahun.
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUTTEKNOLOGIINDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
ANALISIS EKONOMI E−21
E.8 Hasil Penjualan Produk per Tahun HLAS Hasil produksi = 60.000.000 kg/tahun Harga Jual = Rp 10.500 Hasil penjualan produk per tahun = Rp 630.000.000.000
Tahun Kapasitas Penjualan HLAS Total Penjualan
Produksi (Total Sales)
1 70% 441.000.000.000 441.000.000.000
2 80% 529.200.000.000 529.200.000.000
3 100% 661.500.000.000 661.500.000.000
4 100% 694.575.000.000 694.575.000.000
5 100% 729.303.750.000 729.303.750.000
6 100% 765.768.937.500 765.768.937.500
7 100% 804.057.384.375 804.057.384.375
8 100% 844.260.253.594 844.260.253.594
9 100% 886.473.266.273 886.473.266.273
10 100% 930.796.929.587 930.796.929.587
Keterangan : Terjadi kenaikan harga produk sebesar 5% per tahun. E.9 Salvage Value Salvage value untuk masing masing barang modal adalah sebagai berikut : a. Kendaraan (Mobil operasional, Bus Karyawan) = 10% x Rp 3.500.000.000 = Rp 350.000.000 b. DFCI selain kendaraan, tanah, dan bangunan = 10% x Rp 181.692.720.000 = Rp 18.169.272.000 c. Bangunan = 10% x Rp 20.000.000.000 = Rp 2.000.000.000 Harga tanah tidak mengalami depresiasi, harga tanah dianggap kembali pada tahun ke-10. Total nilai salvage value pada tahun ke-10 adalah Rp 35.579.272.000
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUTTEKNOLOGIINDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
ANALISIS EKONOMI E−22
E.10 Depresiasi - Depresiasi digolongkan pada masing-masing alat sesuai periode depresiasinya - Metode yang dipakai adalah Metode Garis Lurus - Periode depresiasi menurut SK Menteri Keuangan No. 961/KMK-04/1983
adalah: a. 5 tahun atau 20% / tahun untuk kendaraan b. 10 Tahun atau 10% /tahun untuk mesin-mesin industri kimia c. 20 tahun atau 5% / tahun untuk bangunan d. 5 tahun atau 20% / tahun untuk IFCI tanpa salvage value (amortisasi)
DFCI tanpa
tanah, Nilai depresiasi Jumlah Nilai
bangunan & kendaraan
IFCI Depresiasi Tahun
Kendaraan (Rp)
(Rp)
Bangunan (Rp)
(Rp) (Rp)
1
738.000.000
16.352.344.800
1.800.000.000
16.893.020.000
35.783.364.801
2
738.000.000
16.352.344.800
1.800.000.000
16.893.020.000
35.783.364.802
3
738.000.000
16.352.344.800
1.800.000.000
16.893.020.000
35.783.364.803
4
738.000.000
16.352.344.800
1.800.000.000
16.893.020.000
35.783.364.804
5
738.000.000
16.352.344.800
1.800.000.000
16.893.020.000
35.783.364.805
6 -
16.352.344.800
1.800.000.000 -
18.152.344.806
7 -
16.352.344.800
1.800.000.000 -
18.152.344.807
8 -
16.352.344.800
1.800.000.000 -
18.152.344.808
9 -
16.352.344.800
1.800.000.000 -
18.152.344.809
10 -
16.352.344.800
1.800.000.000 -
18.152.344.810
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUTTEKNOLOGIINDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
ANALISIS EKONOMI E−23
E.11 Perhitungan Biaya Produksi Total (TPC) Keterangan : biaya produksi dihitung per tahun operasi pabrik (330 hari)
TAHUN Tahun Pertama Tahun Kedua
KAPASITAS PRODUKSI 80% 90%
BIAYA PRODUKSI Fixed Cost Variabel Cost Fixed Cost Variabel Cost
A. Biaya Manufacturing (Manufacturing Cost)
1. Biaya Manufacturing Langsung (DMC)
a. Biaya bahan baku & penolong (kenaikan 5% per tahun) BB - 181.255.249.000 - 217.506.298.800
b. Gaji karyawan kenaikan 10% /2 tahun 6.756.100.000 - 6.756.100.000 -
c. Biaya pemeliharaaan dan perbaikan (kenaikan 5% per tahun) 2% DFCI 4.415.854.400 - 4.636.647.120 -
d. Biaya royalty dan patent 1% TS 4.410.000.000 - 5.292.000.000 -
e. Biaya laboratorium 0,5% BB - 906.276.245 - 1.087.531.494
f. Biaya sarana penunjang
- Bahan bakar - 28.721.488.831 - 34.465.786.598
- Pengolahan Air - 125.234.401 - 150.281.282
- Listrik 40.440.000 14.946.624.000 42.462.000 17.935.948.800
- Air - 111.888.458 - 134.266.150
- Perlengkapan keselamatan kerja 36.400.000 38.220.000
Total Biaya Manufacturing Langsung (DMC) 15.658.794.400 226.066.760.936 16.765.429.120 271.280.113.123
2. Biaya Plant Overhead 20% (1b + 1c) 2.234.390.880 - 2.278.549.424 -
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUTTEKNOLOGIINDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
ANALISIS EKONOMI E−24
3. Biaya Manufacturing Tetap (FMC)
a. Depresiasi 35.783.364.801 - 35.783.364.802 - b. Pajak bumi dan bangunan diperkirakan 0.1 % x (tanah +
bangunan) 0,1% 35.000.000 - 38.500.000 -
c. Biaya asuransi 0,2% DFCI 441.585.440 - 485.743.984 -
Total Biaya Manufacturing Tetap (FMC) 36.259.950.241 - 36.307.608.786 -
Total Biaya Manufacturing 54.153.135.521 226.066.760.936 55.351.587.330
B. Pengeluaran Umum (General Expenses)
a. Biaya administrasi 5% 1b 311.820.000 - 327.411.000 -
b. Biaya distribusi dan penjualan 5% TS - 22.050.000.000 - 26.460.000.000
c. Bunga bank 33.120.000.000 - 24.840.000.000 -
Total Pengeluaran Umum 33.431.820.000 22.050.000.000 25.167.411.000 26.460.000.000
TOTAL BIAYA 87.584.955.521 248.116.760.936 80.518.998.330 297.740.113.123
TOTAL BIAYA PRODUKSI (TPC) 335.701.716.457 378.259.111.453
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUTTEKNOLOGIINDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
ANALISIS EKONOMI E−24
TAHUN Tahun Ketiga Tahun Keempat
KAPASITAS PRODUKSI 100% 100%
BIAYA PRODUKSI Fixed Cost Variabel Cost Fixed Cost Variabel Cost
A. Biaya Manufacturing (Manufacturing Cost)
1. Biaya Manufacturing Langsung (DMC)
a. Biaya bahan baku & penolong (kenaikan 10% per tahun) BB - 271.475.872.500 - 285.049.666.125
b. Gaji karyawan kenaikan 10% /2 tahun 7.431.710.000 - 7.431.710.000 -
c. Biaya pemeliharaaan dan perbaikan (kenaikan 5% per tahun) 2% DFCI 4.868.479.476 - 5.111.903.450 -
d. Biaya royalty dan patent 1% TS 6.615.000.000 - 6.945.750.000 -
e. Biaya laboratorium 0,5% BB - 1.357.379.363 - 1.425.248.331
f. Biaya sarana penunjang
- Bahan bakar - 45.236.344.910 - 47.498.162.155
- Pengolahan Air - 197.244.182 - 207.106.391
- Listrik 44.585.100 23.540.932.800 46.814.355 24.717.979.440
- Air - 176.224.322 - 185.035.538
- Perlengkapan keselamatan kerja 40.131.000 42.137.550
Total Biaya Manufacturing Langsung (DMC) 18.999.905.576 341.983.998.076 19.578.315.355 359.083.197.980
2. Biaya Plant Overhead 20% (1b + 1c) 2.460.037.895 - 2.508.722.690 -
3. Biaya Manufacturing Tetap (FMC)
a. Depresiasi 35.783.364.803 - 35.783.364.804 - b. Pajak bumi dan bangunan diperkirakan 0.1 % x (tanah +
bangunan) 42.350.000 - 46.585.000 -
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUTTEKNOLOGIINDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
ANALISIS EKONOMI E−25
c. Biaya asuransi 0,2% DFCI 534.318.382 - 587.750.221 -
Total Biaya Manufacturing Tetap (FMC) 36.360.033.185 - 36.417.700.025 -
Total Biaya Manufacturing 57.819.976.657 58.504.738.069
B. Pengeluaran Umum (General Expenses)
a. Biaya administrasi 5% 1b 343.781.550 - 360.970.628 -
b. Biaya distribusi dan penjualan 5% TS - 33.075.000.000 - 34.728.750.000
c. Bunga bank 16.560.000.000 - 8.280.000.000 -
Total Pengeluaran Umum 16.903.781.550 33.075.000.000 8.640.970.628 34.728.750.000
TOTAL BIAYA 74.723.758.207 375.058.998.076 67.145.708.697 393.811.947.980
TOTAL BIAYA PRODUKSI (TPC) 449.782.756.283 460.957.656.677
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUTTEKNOLOGIINDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
ANALISIS EKONOMI E−25
TAHUN Tahun Kelima Tahun Keenam
KAPASITAS PRODUKSI 100% 100%
BIAYA PRODUKSI Fixed Cost Variabel Cost Fixed Cost Variabel Cost
A. Biaya Manufacturing (Manufacturing Cost)
1. Biaya Manufacturing Langsung (DMC)
a. Biaya bahan baku & penolong (kenaikan 10% per tahun) BB - 299.302.149.431 - 314.267.256.903
b. Gaji karyawan kenaikan 10% /2 tahun 8.174.881.000 - 8.174.881.000 -
c. Biaya pemeliharaaan dan perbaikan (kenaikan 5% per tahun) 2% DFCI 5.367.498.622 - 5.635.873.553 -
d. Biaya royalty dan patent 1% TS 7.293.037.500 - 7.657.689.375 -
e. Biaya laboratorium 0,5% BB - 1.496.510.747 - 1.571.336.285
f. Biaya sarana penunjang
- Bahan bakar - 49.873.070.263 - 52.366.723.776
- Pengolahan Air - 217.461.711 - 228.334.796
- Listrik 49.155.073 25.953.878.412 51.612.826 27.251.572.333
- Air PAM - 194.287.315 - 204.001.681
- Perlengkapan keselamatan kerja 44.244.428 46.456.649
Total Biaya Manufacturing Langsung (DMC) 20.928.816.623 377.037.357.879 21.566.513.404 395.889.225.773
2. Biaya Plant Overhead 20% (1b + 1c) 2.708.475.924 - 2.762.150.911 -
3. Biaya Manufacturing Tetap (FMC)
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUTTEKNOLOGIINDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
ANALISIS EKONOMI E−26
a. Depresiasi 35.783.364.805 - 18.152.344.806 - b. Pajak bumi dan bangunan diperkirakan 0.1 % x (tanah +
bangunan) 0,1% 51.243.500 - 56.367.850 -
c. Biaya asuransi 0,2% DFCI 646.525.243 - 711.177.767 -
Total Biaya Manufacturing Tetap (FMC) 36.481.133.548 - 18.919.890.423 -
Total Biaya Manufacturing 60.118.426.095 43.248.554.737
B. Pengeluaran Umum (General Expenses)
a. Biaya administrasi 5% 1b 379.019.159 - 397.970.117 -
b. Biaya distribusi dan penjualan 5% TS - 36.465.187.500 - 38.288.446.875
c. Bunga bank - - - -
Total Pengeluaran Umum 379.019.159 36.465.187.500 397.970.117 38.288.446.875
TOTAL BIAYA 60.497.445.254 413.502.545.379 43.646.524.854 434.177.672.648
TOTAL BIAYA PRODUKSI (TPC) 473.999.990.632 477.824.197.502
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUTTEKNOLOGIINDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
ANALISIS EKONOMI E−26
TAHUN Tahun Ketujuh Tahun Kedelapan
KAPASITAS PRODUKSI 100% 100%
BIAYA PRODUKSI Fixed Cost Variabel Cost Fixed Cost Variabel Cost
A. Biaya Manufacturing (Manufacturing Cost)
1. Biaya Manufacturing Langsung (DMC)
a. Biaya bahan baku & penolong (kenaikan 10% per tahun) BB - 329.980.619.748 - 346.479.650.735
b. Gaji karyawan kenaikan 10% /2 tahun 8.992.369.100 - 8.992.369.100 -
c. Biaya pemeliharaaan dan perbaikan (kenaikan 5% per tahun) 2% DFCI 5.917.667.231 - 6.213.550.593 -
d. Biaya royalty dan patent 1% TS 8.040.573.844 - 8.442.602.536 -
e. Biaya laboratorium 0,5% BB - 1.649.903.099 - 1.732.398.254
f. Biaya sarana penunjang
- Bahan bakar - 54.985.059.965 - 57.734.312.963
- Pengolahan Air - 239.751.536 - 251.739.113
- Listrik 54.193.468 28.614.150.949 5.007.621 30.044.858.497
- Air PAM - 214.201.765 - 224.911.853
- Perlengkapan keselamatan kerja 48.779.481 51.218.455
Total Biaya Manufacturing Langsung (DMC) 23.053.583.124 415.683.687.061 23.704.748.305 436.467.871.414
2. Biaya Plant Overhead 20% (1b + 1c) 2.982.007.266 - 3.041.183.939 -
3. Biaya Manufacturing Tetap (FMC)
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUTTEKNOLOGIINDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
ANALISIS EKONOMI E−27
a. Depresiasi 18.152.344.807 - 18.152.344.808 - b. Pajak bumi dan bangunan diperkirakan 0.1 % x (tanah +
bangunan) 0,1% 62.004.635 - 68.205.099 -
c. Biaya asuransi 0,2% DFCI 782.295.544 - 860.525.098 -
Total Biaya Manufacturing Tetap (FMC) 18.996.644.986 - 19.081.075.005 -
Total Biaya Manufacturing 45.032.235.376 45.827.007.248
B. Pengeluaran Umum (General Expenses)
a. Biaya administrasi 5% 1b 417.868.623 - 438.762.054 -
b. Biaya distribusi dan penjualan 5% TS - 40.202.869.219 - 42.213.012.680
c. Bunga bank - - - -
Total Pengeluaran Umum 417.868.623 40.202.869.219 438.762.054 42.213.012.680
TOTAL BIAYA 45.450.103.998 455.886.556.280 46.265.769.302 478.680.884.094
TOTAL BIAYA PRODUKSI (TPC) 501.336.660.279 524.946.653.396
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUTTEKNOLOGIINDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
ANALISIS EKONOMI E−27
TAHUN Tahun Kesembilan Tahun Kesepuluh
KAPASITAS PRODUKSI 100% 100%
BIAYA PRODUKSI Fixed Cost Variabel Cost Fixed Cost Variabel Cost
A. Biaya Manufacturing (Manufacturing Cost)
1. Biaya Manufacturing Langsung (DMC)
a. Biaya bahan baku & penolong (kenaikan 10% per tahun) BB - 363.803.633.272 - 381.993.814.936
b. Gaji karyawan kenaikan 10% /2 tahun 9.891.606.010 - 9.891.606.010 -
c. Biaya pemeliharaaan dan perbaikan (kenaikan 5% per tahun) 2% DFCI 6.524.228.122 - 6.850.439.528 -
d. Biaya royalty dan patent 1% TS 8.864.732.663 - 9.307.969.296 -
e. Biaya laboratorium 0,5% BB - 1.819.018.166 - 1.909.969.075
f. Biaya sarana penunjang
- Bahan bakar - 60.621.028.611 - 63.652.080.042
- Pengolahan Air - 264.326.069 - 277.542.372
- Listrik 59.748.298 31.547.101.422 62.735.713 33.124.456.493
- Air PAM - 236.157.446 - 247.965.318
- Perlengkapan keselamatan kerja 53.779.378 56.468.347
Total Biaya Manufacturing Langsung (DMC) 25.394.094.471 458.291.264.985 26.169.218.894 481.205.828.234
2. Biaya Plant Overhead 20% (1b + 1c) 3.283.166.826 - 3.348.409.108 -
3. Biaya Manufacturing Tetap (FMC)
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUTTEKNOLOGIINDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
ANALISIS EKONOMI E−28
a. Depresiasi 18.152.344.809 - 18.152.344.810 - b. Pajak bumi dan bangunan diperkirakan 0.1 % x (tanah +
bangunan) 0,1% 75.025.608 - 82.528.169 -
c. Biaya asuransi 0,2% DFCI 946.577.608 - 1.041.235.369 -
Total Biaya Manufacturing Tetap (FMC) 19.173.948.025 - 19.276.108.348 -
Total Biaya Manufacturing 47.851.209.323 48.793.736.350
B. Pengeluaran Umum (General Expenses)
a. Biaya administrasi 5% 1b 460.700.156 - 483.735.164 -
b. Biaya distribusi dan penjualan 5% TS - 44.323.663.314 - 46.539.846.479
c. Bunga bank - - - -
Total Pengeluaran Umum 460.700.156 44.323.663.314 483.735.164 46.539.846.479
TOTAL BIAYA 48.311.909.479 502.614.928.299 49.277.471.514 527.745.674.714
TOTAL BIAYA PRODUKSI (TPC) 550.926.837.778 577.023.146.228
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUTTEKNOLOGIINDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
ANALISIS EKONOMI E−28
E.12 Break Event Point (BEP) Rumus Umum = Total Fixed Cost x 100 % Total Sales - Total Variabel Cost
Total Total Total BEP Tahun
Fixed Cost (Rp) Variabel Cost (Rp) Penjualan (Rp) (%)
1 89.474.955.351 354.452.515.623 630.000.000.000 32,47
2 81.841.998.160 372.175.141.404 661.500.000.000 28,29
3 74.723.758.036 375.058.998.076 661.500.000.000 26,09
4 67.145.708.526 393.811.947.980 694.575.000.000 22,33
5 60.497.445.083 413.502.545.379 729.303.750.000 19,16
6 43.646.524.854 434.177.672.648 765.768.937.500 13,16
7 45.450.103.998 455.886.556.280 804.057.384.375 13,05
8 46.265.769.302 478.680.884.094 844.260.253.594 12,66
9 48.311.909.479 502.614.928.299 886.473.266.273 12,59
10 49.277.471.514 527.745.674.714 930.796.929.587 12,23
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUTTEKNOLOGIINDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
ANALISIS EKONOMI E−29
E.13 Laba Rugi dan Pajak Berdasarkan UU No.10 tahun 1994 sebagai berikut : Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak (%) - s/d Rp. 25 juta 10% - Rp. 25 juta s/d 50 juta 15% - > Rp 50 juta 30%
Penjualan Pengeluaran Laba sebelum pajak PPH 30% Laba setelah pajak
Tahun (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1 441.000.000.000 335.701.716.457 105.298.283.543 31.582.242.531 73.716.041.011 2 529.200.000.000 378.259.111.453 150.940.888.547 45.276.133.282 105.664.755.265 3 661.500.000.000 449.782.756.283 211.717.243.717 63.511.724.372 148.205.519.346 4 694.575.000.000 460.957.656.677 233.617.343.323 70.081.734.332 163.535.608.991 5 729.303.750.000 473.999.990.632 255.303.759.368 76.590.375.937 178.713.383.431 6 765.768.937.500 477.824.197.502 287.944.739.998 86.376.711.000 201.568.028.998 7 804.057.384.375 501.336.660.279 302.720.724.096 90.812.072.410 211.908.651.687 8 844.260.253.594 524.946.653.396 319.313.600.198 95.791.360.020 223.522.240.178 9 886.473.266.273 550.926.837.778 335.546.428.495 100.656.964.274 234.889.464.221 10 930.796.929.587 577.023.146.228 353.773.783.359 106.127.378.336 247.646.405.023
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUTTEKNOLOGIINDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
ANALISIS EKONOMI E−30
Jumlah nominal aliran masuk = Laba setelah pajak + depresiasi + salvage value
Laba setelah pajak Depresiasi Salvage value Cash in Nominal Tahun
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1 73.716.041.011 35.783.364.801 - 109.499.405.812
2 105.664.755.265 35.783.364.802 - 141.448.120.067
3 148.205.519.346 35.783.364.803 - 183.988.884.149
4 163.535.608.991 35.783.364.804 - 199.318.973.795
5 178.713.383.431 35.783.364.805 410.000.000 214.906.748.236
6 201.568.028.998 18.152.344.806 - 219.720.373.804
7 211.908.651.687 18.152.344.807 - 230.060.996.494
8 223.522.240.178 18.152.344.808 - 241.674.584.986
9 234.889.464.221 18.152.344.809 - 253.041.809.030
10 247.646.405.023 18.152.344.810 35.579.272.000 301.378.021.833
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUTTEKNOLOGIINDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
ANALISIS EKONOMI E−31
E.14 Minimum Payback Period (MPP) Jangka waktu minimum pengembalian investasi modal sebagai berikut : (Keterangan :suku bunga tahunan 20 %)
Faktor Discount Discounted Tahun NCF nominal (Rp) 1/(1+0.20)^n NCF PV (Rp) Cash Flow (Rp)
0 (427.894.870.000) 1,000 (427.894.870.000) (427.894.870.000) 1 109.499.405.812 0,833 91.249.504.844 (336.645.365.156) 2 141.448.120.067 0,694 98.227.861.157 (238.417.503.999) 3 183.988.884.149 0,579 106.475.048.697 (131.942.455.302) 4 199.318.973.795 0,482 96.122.190.295 (35.820.265.007) 5 214.906.748.236 0,402 86.366.202.191 50.545.937.184 6 219.720.373.804 0,335 73.583.908.623 124.129.845.806 7 230.060.996.494 0,279 64.205.801.866 188.335.647.672 8 241.674.584.986 0,233 56.205.784.394 244.541.432.066 9 253.041.809.030 0,194 49.041.197.835 293.582.629.901 10 301.378.021.833 0,162 48.674.233.086 342.256.862.988
Jumlah tahun yang dibutuhkan : (dengan interpolasi) = 4 tahun + 35.820.265.007 x 12 bulan 50.545.937.184 - (35.820.265.007) = 4 tahun 5 bulan 29 hari
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUTTEKNOLOGIINDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
ANALISIS EKONOMI E−32
E.15 Internal Rate of Return (IRR) Keterangan : Net Cash Flow (NCF) sesudah pajak = (Penjualan - Pengeluaran - Pajak) + Depresiasi
Net Cash Flow Bunga 37,49054% Bunga
37,49055% Tahun (Rp) 1/(1+I)^n
Present Value 1/(1+I)^n
Present Value
0 (427.894.870.000) 1,000 (427.894.870.000) 1,000 (427.894.870.000) 1 109.499.405.812 0,727 79.641.410.829 0,727 79.641.405.037 2 141.448.120.067 0,529 74.825.830.261 0,529 74.825.819.376 3 183.988.884.149 0,385 70.790.198.885 0,385 70.790.183.439 4 199.318.973.795 0,280 55.777.285.123 0,280 55.777.268.896 5 214.906.748.236 0,204 43.740.723.724 0,204 43.740.707.817 6 219.720.373.804 0,148 32.526.207.118 0,148 32.526.192.923 7 230.060.996.494 0,108 24.770.414.434 0,108 24.770.401.823 8 241.674.584.986 0,078 18.925.546.974 0,078 18.925.535.962 9 253.041.809.030 0,057 14.412.420.498 0,057 14.412.411.064 10 301.378.021.833 0,041 12.484.852.079 0,041 12.484.842.998
Total 19.924,0267 (100.665,4237) IRR = 35,257% + 0 - (100.665,4) x ( 37,49054% - 37,49055%)
19.924,0 - (100.665,4)
= 37,49054165% ≈ 37,49%
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUTTEKNOLOGIINDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
ANALISIS EKONOMI E−33
Net Cash Flow Bunga 37,49% Present Value Tahun
(Rp) 1/(1+I)^n
0 (427.894.870.000) 1,000 (427.894.870.000) 1 109.499.405.812 0,727 79.641.409.872 2 141.448.120.067 0,529 74.825.828.462 3 183.988.884.149 0,385 70.790.196.333 4 199.318.973.795 0,280 55.777.282.442 5 214.906.748.236 0,204 43.740.721.095 6 219.720.373.804 0,148 32.526.204.772 7 230.060.996.494 0,108 24.770.412.350 8 241.674.584.986 0,078 18.925.545.154 9 253.041.809.030 0,057 14.412.418.939 10 301.378.021.833 0,041 12.484.850.579
Total (0)
IRR > bunga pinjaman, maka berarti proyek investasi pabrik HLAS ini feasible.
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUTTEKNOLOGIINDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
ANALISIS EKONOMI E−34
E.16 Net Cash Flow (NCF)
Net Cash Flow Bunga 20 % Tahun
(Rp) 1/(1+I)^n NCFPV
0 (427.894.870.000) 1,000 (427.894.870.000) 1 109.499.405.812 0,833 91.249.504.844 2 141.448.120.067 0,694 98.227.861.157 3 183.988.884.149 0,579 106.475.048.697 4 199.318.973.795 0,482 96.122.190.295 5 214.906.748.236 0,402 86.366.202.191 6 219.720.373.804 0,335 73.583.908.623 7 230.060.996.494 0,279 64.205.801.866 8 241.674.584.986 0,233 56.205.784.394 9 253.041.809.030 0,194 49.041.197.835 10 301.378.021.833 0,162 48.674.233.086
Total 342.256.870.000 Net Cash Flow Present Value bernilai positif sebesar Rp 342.256.870.000, berarti pada akhir tahun ke-10 pabrik, seluruh modal investasi sudah kembali dan masih mendapat keuntungan sebesar Rp 342.256.870.000.
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUTTEKNOLOGIINDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
ANALISIS EKONOMI E−35
Grafik BEP pada Tahun pertama
0
1E+11
2E+11
3E+11
4E+11
5E+11
6E+11
7E+11
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
% Kapasitas
Rp
VC
FC
TS
TC
70
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUTTEKNOLOGIINDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
ANALISIS EKONOMI E−36
Grafik BEP pada Tahun ketiga
0
1E+11
2E+11
3E+11
4E+11
5E+11
6E+11
7E+11
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
% Kapasitas
Rp
VC
FC
TS
TC
100
PRA PERANCANGAN PABRIK HLAS
INSTITUTTEKNOLOGIINDONESIA DUDDY & DEDY
TEKNIK KIMIA ’01
ANALISIS EKONOMI E−37
Grafik BEP pada Tahun keenam
0
1E+11
2E+11
3E+11
4E+11
5E+11
6E+11
7E+11
8E+11
9E+11
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
% Kapasitas
Rp
VC
FC
TS
TC
100