perancangan alat bantu untuk memperbaiki postur …
TRANSCRIPT
PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK MEMPERBAIKI POSTUR KERJA PADA
PEMASANGAN NIPPLE KE MANIFOLD BLOCK DI PT. YAMATA MACHINERY
Oleh Susanto
NIM: 04201405006
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Akademik Mencapai
Gelar Sarjana Strata Satu pada Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri
2018
iv
ABSTRAK
Quick Mold Change System merupakan produk auto clamping di mesin injeksi. PT.
Yamata Machinery adalah agen resmi produk QMCS merk Kosmek di Indonesia.
Dalam pemasangan satu set clamping ada satu proses yang menyebabkan beberapa
bagian tubuh karyawan mengalami rasa sakit setelah pemasangan. Proses tersebut
adalah pemasangan nipple ke manifold block. Jika permasalahan tidak segera
ditangani, maka dapat mengakibatkan cidera permanen dimasa yang akan datang.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penyebab rasa sakit karyawan dan mecari
solusi untuk meminimalkan atau menghilangkan keluhan. Metode yang digunakan
adalah RULA yang berfungsi untuk menilai postur kerja. Kemudian dilanjutkan
dengan KANO yang berfungsi mengkategorikan atribut yang memberikan
kepuasan pelanggan dan dikombinasikan dengan QFD yang berfungsi untuk
menerjemahkan customer needs kedalam respon teknis. Hasil analisa penyebab rasa
sakit disebabkan postur kerja yang mempunyai skor penilaian RULA sebesar 7.
Solusinya merubah postur kerja dari duduk membungkuk menjadi berdiri dan
menggunakan alat bantu jig JXblock + meja + ragum yang ergonomi. Hasilnya nilai
postur kerja menjadi 4, dari rasa sakit pada 10 bagian tubuh menjadi 1 bagian
berdasarkan Nordic Questionare, Dampak lain adalah terjadi penurunan waktu
pemasangan dari rata-rata 8.45 menit menjadi 2.35 menit.
Kata Kunci: Auto calmping, Mesin injeksi, Manifold block, postur kerja, customer needs, alat bantu
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dalam suatu pekerjaan, tingkat keoptimalan kegiatan dipengaruhi oleh salah satu
aspek yaitu kinerja dari pekerja atau operator yang bersangkutan. Sedangkan untuk
pekerja tersebut dalam melakukan pekerjaannya dipengaruhi oleh banyak faktor
seperti kondisi kerja, tempat kerja, postur kerja dan metode kerja. Faktor-faktor
tersebut pada dasarnya akan mempengaruhi kenyamanan dan keselamatan kerja.
Tingkat keamanan dan kenyamanan pekerja yang buruk salah satunya akan
mengakibatkan musculoskeletal disorders (MSDs). Akibat tersebut berupa cidera
otot urat syaraf, urat daging, tulang, persendian tulang, tulang rawan yang
disebabkan oleh aktivitas kerja. Sedangkan pekerja atau operator merupakan salah
satu aset dari perusahaan yang mana perlu dijaga dan dilindungi.
Dalam dunia industri yang semakin lama serba otomatis, terdapat sebuah produk
yaitu Quick Mold Change Sytem (QMCS), QMCS merupakan produk Automatic
clamping menggunakan system hydraulic, Pneumatics dan dilengakapi dengan
sytem safety yang langsung disambungkan ke mesin injeksi, Sehingga hanya perlu
menekan tombol, proses clamping mold di mesin injeksi lebih cepat dan aman dari
pada manual yaitu pengencangan dengan baut biasa. Produsen-produsen untuk
produk ini berasal dari Taiwan, Jepang, China, Eropa yang saling bersaing baik dari
segi harga ataupun dari segi kualitas.
PT. YAMATA MACHINERY merupakan perusahaan yang fokus pada distribusi
dan pemasangan equipment produk Auto Clamping untuk menjepit molding pada
mesin injeksi plastik. PT. YAMATA MACHINERY adalah Authorized distributor
Indonesia untuk produk QMCS asal Jepang dengan merk Kosmek. PT. YAMATA
MACHINERY bertanggung jawab atas semua produk Kosmek yang ada di
2
Indonesia, baik dari segi pemasaran, instalation, service maupun complaint untuk
produk tersebut.
Di PT. YAMATA MACHINERY untuk proses instalation satu set clamping terdiri
dari dua proses yaitu instalation mekanik yang meliputi hydraulic, pneumatics, dan
instalation electic. Dalam proses instalation satu set clamping, proses instalation
mekanik sangat penting karena memerlukan banyak waktu. Selain membutuhkan
tenaga yang lebih juga membutuhkan ketelitian supaya tidak terjadi kesalahan dan
mengganggu proses selanjutnya. Dalam satu project rata-rata terdapat 12 manifold
yang digunakan dengan 5 jenis manifold yang berbeda yaitu type JX4021, JX6021,
JX6020-01, JX6030-01 dan JX9021, tetapi tipe yang paling banyak digunakan
adalah JX4021. Pada proses pemasangan nipple ke manifold block, karyawan
mengeluhkan posisi saat pemasangan yang tidak nyaman, cepat mengalami
kelelahan serta membuat beberapa bagian tubuhnya terasa sakit yang ditunjukan
pada lampiran kuesioner 1 dan Standard Nordic Questionaire.
Dari semakin banyaknya project yang diterima PT. YAMATA MACHINERY,
karyawan akan semakin sering mengalami sakit pada beberapa bagian tubuhnya.
Hal ini tentu akan berbahaya atau mengalami cidera permanen pada kondisi tubuh
karyawan dimasa yang akan datang. Selain masalah pada karyawan, waktu
pemasangan nipple ke manifold membutuhkan waktu rata-rata 101 menit dari total
waktu kerja 480 menit atau 21% dari total waktu kerja dalam sehari dengan jumlah
manifold sebanyak 12 pieces. Hal ini mempengaruhi kinerja karyawan pada saat
pemasangan satu set clamp di customer.
Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada proses instalation produk
Kosmek di mesin injeksi tersebut, maka dibutuhkan studi untuk mengetahui
penyebab rasa sakit yang dialami karyawan dan cara meminimalkan atau
menghilangkan keluhan sakit pada karyawan.
3
1.2. Rumusan Masalah
Hal-hal yang menjadi pokok-pokok penelitian pada permasalahan yang dihadapi
PT. YAMATA MACHINERY adalah
a. Apakah penyebab rasa sakit yang dialami karyawan pada proses pemasangan
nipple ke manifold block?
b. Bagaimana cara meminimalkan atau menghilangkan rasa sakit yang berkaitan
dengan proses pemasangan nipple ke manifold block?
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Mengetahui penyebab rasa sakit yang dialami karyawan pada proses
pemasangan nipple ke manifold block.
b. Mencari solusi untuk meminimalkan atau menghilangkan rasa sakit yang
berkaitan dengan proses pemasangan nipple ke manifold block.
1.4. Batasan Masalah
Batasan masalah dari penelitian ini adalah:
a. Hanya Melakukan design untuk alat bantu ke manifold tipe JX4021, JX6021,
JX6020-01, JX6030-01 dan JX9021.
b. Tidak membahas pemilihan material.
1.5. Asumsi
Beberapa asumsi yang digunakan adalah:
a. Lokasi perusahaan sudah ditentukan.
b. Harga dari supplier menjadi patokan dalam menghitung biaya pengadaan alat
bantu.
1.6. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
Bab pendahuluan menjabarkan hal-hal yang menjadi latar belakang
penulis melakukan pengamatan dan penelitian di PT. YAMATA
MACHINERY, rumusan masalah, tujuan, serta batasan-batasan dan
4
asumsi yang digunakan untuk mempermudah dalam proses
penelitian.
BAB II Landasan Teori
Pada bab ini dijelaskan mengenai dasar-dasar teori yang digunakan
dalam proses pengolahan data untuk melakukan pemecahan
permasalahan yang ditemukan di PT. YAMATA MACHINERY.
Teori-teori yang digunakan khususnya yang berkaitan dengan
pembuatan alat bantu.
BAB III Metode Penelitian
Bab ini menjelaskan tahap-tahap yang dilakukan dalam
melaksanakan penelitian. Tahapan dimulai dengan
pengidentifikasian masalah, perumusan masalah, penetapan tujuan,
pembatasan masalah, pengumpulan dan pengolahan data, analisis,
serta simpulan dan saran.
BAB IV Data dan Analisis
Pada bab ini dimulai dengan pengumpulan data yang diperlukan
sebagai bahan untuk perancangan design dan pembuatan alat bantu
pemasangan nipple ke manifold block yang lebih ergonomic, dan
mengurangi atau menghilangkan keluhan karyawan.
BAB V Simpulan dan Saran
Bab terakhir memberikan simpulan dan pemecahan masalah dari
hasil penelitian yang dilakukan penulis, serta memberikan saran-
saran sebagai bahan pertimbangan untuk memperbaiki
permasalahan di PT. YAMATA MACHINERY dan proses
penelitian berikutnya.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Sistem
Sistem menurut (Mcleod, 2010, Management Information
adalah sekelompok elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang
sama untuk mencapai tujuan.
Sistem menurut (Romney and Steinbart, 2012, Accounting
sistem dapat diartikan sebagai kumpulan dua atau lebih
komponen yang saling terkait dan berinteraksi untuk mencapai tujuan. Tiap sistem
terdiri dari subsistem yang lebih kecil yang mendukung sistem yang lebih besar.
Sistem menurut (Bodnar and Hopwood, 2003, 1) dalam bukunya yang berjudul
sumber daya yang berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu.
2.2. Pengertian Sistem Kerja
Sistem kerja yaitu suatu sistem yang komponen-komponen kerja, seperti mesin,
manusia, material, lingkungan fisik, fasilitas kerja yang saling berinteraksi untuk
mencapai tujuan tertentu. (Suhardi, 2008, 87),
Berdasarkan (Sutalaksana,2006,6-7). Perancangan sistem kerja adalah suatu ilmu
yang terdiri dari teknik - teknik dan prinsip - prinsip untuk mendapatkan rancangan
terbaik dari sistem kerja yang bersangkutan. Teknik-teknik dan prinsip-prinsip ini
digunakan untuk mengatur komponen sistem kerja yang terdiri dari manusia dengan
sifat dan kemampuannya, peralatan kerja, bahan serta lingkungan kerja sedemikian
rupa sehingga dicapai tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi bagi perusahaan
serta aman, sehat dan nyaman bagi pekerja.
6
2.3. Tool Design
Tool design merupakan proses perancangan dan juga pengembangan alat, teknik
dan metode yang digunakan untuk memperbaiki efisiensi dan produktifitas dalam
proses manufaktur. Hal ini dapat Ini dapat memberikan mesin industri dan special
tool yang dibutuhkan untuk keberlangsungan proses produksi sehari-hari dengan
kecepatan dan volume yang tinggi. Hal ini akan meningkatkan kualitas produksi
dan lebih ekonomis, agar dapat menjamin biaya produk tetap kompetitif. Selama
tidak ada satu-pun tool atau proses yang dapat menghasilkan semua bentuk
manufaktur yang diinginkan, desain tool akan selalu berubah dan berkembangnya
proses kreatifitas pemecahan masalah. Tujuan utama dari tool design adalah
menurunkan biaya manufaktur, dengan mempertahankan kualitas produk dan
meningkatkan produksi. Untuk meraihnya, tool designer harus memenuhi tujuan
berikut: (Hoffman,1996,5).
1. Menyajikan design tool yang simple dan mudah di operasikan untuk
mendapatkan efisiensi maksimum.
2. Mengurangi biaya manufaktur dengan memproduksi parts dengan biaya sekecil
mungkin.
3. Design tools yang secara konsisten dapat memproduksi parts dengan kualitas
tinggi.
4. Meningkatkan tingkatan produksi dengan adanya machine tools.
5. Design tool agar sangat mudah dalam pembuatannya dan mencegah kesalahan
dalam penggunaannya.
6. Pilih material yang sesuai agar mendapatkan umur tool yang dibutuhkan.
7. Mempertimbangkan keselamatan pekerja dalam mendesain tool.
2.4. Jigs and fixtures
Jigs and fixtures merupakan alat bantu pemegang benda kerja produksi yang
digunakan dalam rangka membuat pengadaan komponen secara akurat. Jigs
merupakan alat khusus untuk mencekam, menyangga atau ditempatkan pada
komponen mesin. Jig merupakan alat bantu produksi yang tidak hanya digunakan
7
sebagai penempatan dan pencekam benda kerja tetapi juga sebagai guides alat
potong ketika proses permesinan. (Hoffman,1996,8)
Jigs dapat dibagi menjadi 2 kelasifikasi umum:
1. Jigs bor
Jigs yang digunakan untuk mengebor lubang dengan ukuran lubang yang
sangat besar
2. Jigs drill
Jigs yang digunakan untuk drilling, meluaskan lubang (reaming),
mengetap, champer, counterbore, countersink, reverse countersink, reverse
spotface.
2.5 Rapid Upper Limb Assessment Methode (RULA)
a. Pengertian Rapid Upper Limb Assessment
Dr. Lynn McMcAtamney dan Dr. Nigel Corlett adalah ergonom yang berasal dari
. Mereka
mengembangkan metode Rapid Upper Limb Assessment pertama kali pada tahun
1993. Rula dijabarkan ke dalam bentuk jurnal aplikasi ergonomi(Lueder,1996).
Rapid Upper Limb Assessment merupakan metode yang masuk dalam bidang
ergonomi. RULA dipakai untuk mnginvestigasi dan juga menilai posisi tubuh
bagian atas pada saat bekerja. RULA tidak membutuhkan alat khusus untuk
melakukan pengukuran pada postur punggung, leher, serta tubuh bagian atas, searah
dengan beban eksternal yang diterima oleh tubuh dan juga fungsi otot. Menilai
dengan menggunakan metode RULA memerlukan beberapa waktu untuk
melakukan penilaian umum dalam daftar aktivitas yang menunjukan adanya
pengurangan resiko diakibatkan beban fisik yang dilakukan oleh operator. Rapid
Upper Limb Assessment mencakup secara luas pada bidang ergonomi.
(McMcAtamney,1993).
RULA dalam ergnomi menilai sikap atau postur, aktivitas otot yang menyebabkan
cidera yang diakibatkan perulangan aktivitas. Penerapan ergonomi dilakukan untuk
menilai hasil pendekatan yang disajikan dalam skor risiko. Skor resiko tersebut
8
antara satu sanpai dengan tujuh, dimana skor tujuh merupakan level resiko yang
paling besar dalam bekerja. Tetapi walaupun skor terendah bukan berarti ada
jaminan pekerjaan bebas dari bahaya ergonomi. Maka dari itu, RULA dilakukan
untuk mengetahui resiko kerja dan segera memperbaiki postur kerja bila terdapat
resiko yang tinggi. (Lueder, 1996).
b. Pertumbuhan Rapid Upper Limb Assessment
Berikut ini adalah tujuan dikembangkanya metode Rapid Upper Limb Assessment:
1) Dapat Memberikan metode yang dapat memeriksa populasi pekerja dengan
cepat, yang paling utama terhadap resiko ganguan yang dialami tubuh bagian
atas yang disebabkan karena pekerjaan.
2) Penentuan nilai pergerakan otot yang berkaitan dengan sikap kerja, tenaga yang
dikeluarkan, kerja yang bersifat statis dan repetitif akibat otot yang bekerja.
3) Dapat memberikan hasil yang mana dapat dipergunakan dalam pengukuran
ergonomi yang meliputi faktor fisik, mental, lingkungan, epidemiologis dan
faktor organisional, lebih khususnya untuk pencegahan terjadinya gangguan
pada bagian tubuh atas yang desbabkan karena pekerjaan.
Dalam proses penialaian RULA, tahap-tahap penggunaanan metode Rapid Upper
Limb Assessment adalah sebagai berikut: (McAtemey dan Corlett,1993)
1) Langkah 1, Langkah untuk pencacatan postur saat bekerja.
Untuk mendapatkan metode yang cepat, bagian tubuh dikelompokan menjadi 2
bagian, yaitu group A dan group B. Group A terdiri dari lengan bawah, lengan
atas dan pergelangan tangan. Untuk group B terdiri dari badan, leher, dan kaki.
Kedua group ini dapat memastikan bahwa semua sikap tubuh tercatat sehingga
postur tubuh yang terbatas dan mungkin dapat mempengaruhi penilaian tubuh
bagian atas dapat masuk pada pemeriksaan. Perkiraan pergerakan untuk tiap
bagian tubuh terbagi menjadi beberapa bagian berdasarkan kriteria dari
penjabaran literatur yang berhubungan. Beberapa bagian tersebut diberi skor
mulai dari angka 1 yang merupakan kisaran postur kerja yang mempunyai faktor
resiko minimal. Untuk angka yang diatas satu diberikan pada bagian gerakan
9
postur tubuh yang menunjukan faktor resiko lebih besar dan menghasilkan beban
terhadap struktur bagian tubuh. Sistem scoring di setiap postur tubuh,
menghasilkan urutan angka yang akan mudah untuk diingat. Supaya
mempermudah identifikasi perkiraan postur setiap bagian tubuh diperlihatkan
dalam bentuk bidang sagital. Pengukuran akan dimulai dengan mengobservasi
operatot saat bekerja untuk beberapa periode kerja yang bertujuan untuk
penentuan postur pengukuran. Siklus kerja paling lama mungkin akan dipilih
karena mempunyai beban kerja terbesar. Pengukuran RULA dapat dilakukan
terhadap setiap posisi kerja dalam siklus kerja. Postur tubuh lengan atas, lengan
bawah, pergelangan tangan termasuk dalam group A. Studi yang telah dilakukan
oleh (McMcAtamney dkk,1993) menemukan kisaran sudut dan scoring pada
bagian lengan atas sebagai berikut.
a. Postur lengan atas (Upper Arm)
Penilaian pada sudut kisaran lengan atas mempunyai empat kondisi seperti pada
gambar 2.1.
Gambar 2. 1 Postur Bagian Lengan Atas
Sumber: Tarwaka,2011, Dalam Skripsi Dewi Masitoh,2016
Dalam Studi yang dilakukan (McMcAtamney dkk,1993), penilaian dilakukan
pada sudut jangkauan lengan atas yang dibentuk pada saat melakukan pekerjaan.
Skor untuk sudut kisaran lengan tangan ditampilkan pada tabel 2.1.
10
Tabel 2.1 Skor Upper Arm (Lengan Atas)
Skor Pergerakan Sudut
1 Ekstensi 200 - fleksi 200
2 Ekstensi >200 / fleksi 200 - 450
3 Sudut 450-900
4 Sudut >900 Sumber: McAtamney, L & Corlett E.N, 1993Dalam Skripsi Dewi Masitoh,2016
Penilaian skor lengan tangan tersebut dapat berubah sesuai dengan keadaan pada
saat aktivitas. Skor tersebut dapat naik ataupun turuh berdasarkan keadaan
tambahan. Keadaan yang dapat mempengaruhi skor penilaian ditampilkan pada
gambar 2.2.
Gambar 2. 2 Postur yang Dapat Mengubah Skor Lengan Atas
Sumber: Tarwaka,2011, Dalam Skripsi Dewi Masitoh,2016
Skor perubahan untuk keadaan gerakan pada gambar 2.2 ditampilkan pada tabel
2.2. Tabel 2. 2 Skor Perubahan Untuk Lengan Atas
Skor Postur Tubuh
+ 1 Apabila diangkat atau lengan diputar atau dirotasi
+ 1 Apabila lengan diangkat menjauh dari badan
- 1 Apabila berat lengan ditopang Sumber: McAtamney, L & Corlett E.N, 1993, Dalam Skripsi Dewi Masitoh,2016
11
b. Postur lengan bawah (Lower Arm)
Gambar 2. 3 Postur Bagian Lengan Bawah
Sumber: Tarwaka,2011, Dalam Skripsi Dewi Masitoh,2016
Penilaian pada sudut kisaran lengan bawah mempunyai tiga kondisi seperti pada
gambar 2.3. Untuk skor penilaian sudut gerakan pada lengan bawah ditampilkan
pada tabel 2.3. Tabel 2. 3 Skor penilaian Lengan Bawah (Lower Arm)
Skor Perkiraan Sudut
1 Sudut 600-1000
2 Sudut <600 atau >1000 Sumber: McAtamney, L & Corlett E.N, 1993, Dalam Skripsi Dewi Masitoh,2016
Peningkatan postur pada lengan bawah (upper arm) dilakukan apabila lengan
bawah diposisi garis tengah tubuh atau ke samping. Keadaan yang dapat
mempengaruhi skor penilaian ditampilkan pada gambar 2.4.
Gambar 2. 4 Posisi yang Berpengaruh pada Skor Lower Arm
Sumber: Tarwaka,2011, Dalam Skripsi Dewi Masitoh,2016
Skor perubahan untuk keadaan gerakan pada gambar 2.4 ditampilkan pada tabel
2.4.
12
Tabel 2. 4 Skor Perubahan Lengan Bawah
Skor Posisi Tubuh + 1 Apabila lengan bawah bekerja pada luar sisi tubuh + 1 Apabila lengan bawah bekerja menyilang dari garis tengah tubuh
Sumber: McAtamney, L & Corlett E.N, 1993, Dalam Skripsi Dewi Masitoh,2016
c. Postur pergelangan tangan
Penilaian dilakukan pada sudut pergerakan pergelangan tangan yang dibentuk pada
saat melakukan pekerjaan. Sudut kisaran pergelangan tangan dapat dilihat pada
gambar 2.5.
Gambar 2. 5 Postur Sudut Pergelangan Tangan
Sumber: Tarwaka,2011, Dalam Skripsi Dewi Masitoh,2016
Dari gambar 2.8, untuk skor penilaian sudut gerakan pada pergelangan tangan dapat
dilihat dalam tabel 2.5. Tabel 2. 5 Skor Pergelangan Tangan
Skor Perkiraan Sudut 1 Apabila posisi netral 2 Sudut 00-150 3 Sudut >150
Sumber: McAtamney, L & Corlett E.N, 1993, Dalam Skripsi Dewi Masitoh,2016
Penilaian skor pergelangan tangan dapat berubah jika posisi tubuh seperti yang
ditampilkan pada gambar 2.6.
Gambar 2. 6 Postur yang Dapat Mempengaruhi Nilai Pergelangan Tangan
Sumber: Tarwaka,2011, Dalam Skripsi Dewi Masitoh,2016
13
Skor perubahan untuk keadaan gerakan pada gambar 2.6 ditampilkan pada tabel
2.6. Tabel 2. 6 Skor Perubahan Pada Pergelangan Tangan
Skor Posisi Tubuh
+ 1 Apabila Pergelangan tangan mengalami deviasi posisi kekanan ataupun ke kiri
Sumber: McAtamney, L & Corlett E.N, 1993, Dalam Skripsi Dewi Masitoh,2016
d. Postur Putaran pergelangan tangan
Untuk posisi putaran pergelangan ditampilkan pada gambar 2.7.
Gambar 2. 7 Postur Putaran Pergelangan Tangan
Sumber: Tarwaka,2011, Dalam Skripsi Dewi Masitoh,2016
Penilaian untuk posisi pergelangan tangan yang ditampilkan pada gambar 2.7
dapat dilihat pada tabel .7
Tabel 2. 7 Skor Perputaran Pergelangan Tangan
Skor Postur Tubuh 1 Apabila pergelangan tangan pada kisaran putaran
2 Apabila pergelangan tangan pada atau dekat ujung jangkauan twist
Sumber: McAtamney, L & Corlett E.N, 1993, Dalam Skripsi Dewi Masitoh,2016
Setelah menilai postur tubuh group A, Selanjutnya dilanjutkan dengan menilai
postur tubuh group B. Group B terdiri dari posisi leher, batang tubuh dan postur
kaki. Menurut (McAtamney dkk,1993) penilaian skor dan jangkauan untuk group
B adalah sebagai berikut:
14
a. Postur leher
Penilaian dilakukan pada sudut postur leher yang dibentuk pada saat melakukan
pekerjaan. Sudut kisaran pada postur tubuh dapat dilihat pada gambar 2.8.
Gambar 2. 8 Postur Leher
Sumber: Tarwaka,2011, Dalam Skripsi Dewi Masitoh,2016
Berdasarkan gambar 2.8, untuk skor penilaian sudut pada postur leher dapat dilihat
dalam tabel 2.8. Tabel 2. 8 Skor Posisi Leher
Skor Kisaran Sudut 1 Sudut 00-100 2 Sudut 100-200 3 Sudut >200 4 Apabila leher pada posisi ekstensi
Sumber: McAtamney, L & Corlett E.N, 1993, Dalam Skripsi Dewi Masitoh,2016
Peningkatan postur pada leher dilakukan apabila leher memutar atau membungkuk.
Keadaan yang dapat mempengaruhi skor penilaian ditampilkan pada gambar 2.9.
Gambar 2. 9 Postur yang Dapat Mempengaruhi Skor Leher
Sumber: Tarwaka,2011, Dalam Skripsi Dewi Masitoh,2016
Skor perubahan untuk keadaan gerakan pada gambar 2.9 ditampilkan pada tabel
2.9.
15
Tabel 2. 9 Skor Perubahan Postur Leher
Skor Posisi Tubuh + 1 Apabila leher dalam posisi berputar + 1 Apabila leher dibengkokan
Sumber: McAtamney, L & Corlett E.N, 1993, Dalam Skripsi Dewi Masitoh,2016
b. Postur batang tubuh (trunk)
Penilaian dilakukan pada sudut postur batang tubuh yang dibentuk pada saat
melakukan pekerjaan. Sudut kisaran pada postur batang tubuh dapat dilihat pada
gambar 2.10.
Gambar 2. 10 Postur Batang Tubuh
Sumber: Tarwaka,2011, Dalam Skripsi Dewi Masitoh,2016
Berdasarkan gambar 2.10, untuk skor penilaian sudut pada postur batang tubuh
dapat dilihat dalam tabel 2.10. Tabel 2. 10 Penilaian Posisi Batang Tubuh
Nilai Sudut Kisaran
1 Apabila posisi duduk dengan kedua kaki yang tertopang dengan baik, dan juga sudut diantara badan dan tulang pinggul yang membentuk sudut 00
2 Sudut 00-200 3 Sudut 200-600 4 Sudut 600 atau lebih
Sumber: McAtamney, L & Corlett E.N, 1993, Dalam Skripsi Dewi Masitoh,2016
Peningkatan postur pada batang tubuh dilakukan apabila batang tubuh memutar
atau menekuk. Keadaan yang dapat mempengaruhi skor penilaian ditampilkan pada
gambar 2.11.
16
Gambar 2. 11 Postur yang Dapat Mempengaruhi Skor Batang Tubuh
Sumber: Tarwaka,2011, Dalam Skripsi Dewi Masitoh,2016
Perubahan nilai untuk keadaan gerakan pada gambar 2.11 ditampilkan pada tabel
2.11. Tabel 2. 11 Nilai Perubahan Postur Batang Tubuh
Skor Postur Tubuh + 1 Apabila badan membungkuk atau memuntir + 1 Apabila batang tubuh menekuk
Sumber: McAtamney, L & Corlett E.N, 1993, Dalam Skripsi Dewi Masitoh,2016
c. Postur kaki
Penilaian dilakukan pada postur kaki yang terjadi saat melakukan pekerjaan. Postur
kaki dapat dilihat pada gambar 2.12.
Gambar 2. 12 Postur Kaki
Sumber: Tarwaka,2011, Dalam Skripsi Dewi Masitoh,2016
Penilaian untuk posisi kaki yang ditampilkan pada gambar 2.12 dapat dilihat
pada tabel 2.12.
17
Tabel 2. 12 Skor Postur Kaki
Nilai Postur Tubuh
1 Apabila kaki dan telapak kaki tertopang dengan baik saat duduk
1 Apabila berdiri dengan berat badan yang terdistribusi dengan merata oleh kedua kaki, terdapat ruang gerak yang cukup memadai untuk merubah posisi
2 Apabila kaki dan telapak kaki tidak tertopang dengan baik atau berat badan yang tidak terdistribusi dengan seimbang
Sumber: McAtamney, L & Corlett E.N, 1993, Dalam Skripsi Dewi Masitoh,2016
2) Langakah ke 2, mengelompokkan nilai postur bagaian tubuh.
Kelompok A dan B dapat mewakili pembebanan pada postur dari sistem
muskulosketel yang ada kaitanya dengan kombinasi dari postur pada bagian tubuh.
Group A dan group B akan menghasilkan nilai tunggal berdasarkan tabel masing-
masing group. Kemudian masing-masing nilai tersebut akan dijumlahkan dengan
skor aktivitas dan skor beban.
a. Skor postur tubuh untuk group A.
Penilaian untuk skor group A mempunyai urutan penilaian yang didasarkan pada
tabel 2.13.
18
Tabel 2. 13 Skor Untuk Postur Tubuh Group A
Lengan Atas
Lengan Bawah
Pergelangan Tangan 1 2 3 4
Putaran Pergelangan
Tangan
Putaran Pergelangan
Tangan
Putaran Pergelangan
Tangan
Putaran Pergelangan
Tangan 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 4 4
2 1 2 2 2 3 3 3 4 4 2 2 2 2 3 3 3 4 4 3 2 3 3 3 3 4 4 5
3 1 2 3 3 3 4 4 5 5 2 2 3 3 3 4 4 5 5 3 2 3 3 4 4 4 5 5
4 1 3 4 4 4 4 4 5 5 2 3 4 4 4 4 4 5 5 3 3 4 4 5 5 5 6 6
5 1 5 5 5 5 5 6 6 7 2 5 6 6 6 6 7 7 7 3 6 6 6 7 7 7 7 8
6 1 7 7 7 7 7 8 8 9 2 7 8 8 8 8 9 9 9 3 9 9 9 9 9 9 9 9
Sumber: McAtamney, L & Corlett E.N, 1993, Dalam Skripsi Dewi Masitoh,2016
b. Skor postur tubuh untuk group B
Penilaian untuk skor group B mempunyai urutan penilaian yang didasarkan pada
tabel 2.14. Tabel 2. 14 Skor Untuk Postur Tubuh Grup B
Leher
Batang Tubuh 1 2 3 4 5 6
Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7 2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7 3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7 4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8 5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8 6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9
Sumber: McAtamney, L & Corlett E.N, 1993, Dalam Skripsi Dewi Masitoh,2016
19
c. Skor penggunaan aktivitas (muscle)dan beban (force).
Setelah skor group A atau group B diperoleh, selanjutnya skor tersebut
ditambahkan dengan skor aktivitas dan beban. Penilaian penggunaan aktivitas dan
beban dijelaskan sebagai berikut:
1) Nilai + 1 apabila postur aktivitas yang statis (dipertahankan dalam 1 menit) atau
penggunaan postur aktivitas dilakukan berulang kali yaitu lebih dari 4 kali dalam
waktu 1 menit.
2) Penambahan skor beban yang didapatkan berdasarkan tabel 2.15, yaitu sebagai
berikut:
Tabel 2. 15 Skor Penggunaan Beban Atau Kekuatan
Skor Kisaran 0 Pembebebanan sesekali atau tenaga <2kg dan ditahan 1 Pembebanan sesekali 2-10kg 2 Pembebanan statis 2-10kg atau yang dilakukan berulang 2 Pembebanan sekali tetapi >10kg
3 Pembebanan dan pengerahan tenaga secara repetitive atau statis
3 Pengeluaran tenaga dan pembebanan yang berlebihan dan cepat Sumber: McAtamney, L & Corlett E.N, 1993, Dalam Skripsi Dewi Masitoh,2016
Skor aktivitas dan skor beban pada masing-masing group yaitu group A dan group
B dicatat. Kemudian skor tersebut ditambahkan dengan skor yang dihasilkan dari
tabel 2.13 dan 2.14, yaitu sebagai berikut:
a. Skor tabel A + skor aktivitas group A + skor beban group A = Total skor group
A.
b. Skor tabel B + skor aktivitas group B + skor beban group B = Total skor group
B.
3) Langkah ke 3, Penentuan grand total dan respon tindakan.
Tujuan pada langkah ini adalah untuk menggabungkan total skor dari group A dan
total skor group B. Dari penggabungan ini akan menghasilkan skor grand total,
yang mana nilai ini dijadikan panduan untuk prioritas observasi berikutnya. Pada
grand total terdiri dari skor 1-7 yang mana nilai ini berdasarkan estimasi resiko
cidera dalam kaitanya dengan pembebanan yang diterima muskuloskeletal. Tabel
penilaian grand total ditampilkan pada tabel 2.16.
20
Tabel 2. 16 Grand Total skor
Skor Group A
Skor Group B 1 2 3 4 5 6 7+
1 1 2 3 3 4 5 5 2 2 2 3 4 4 5 5 3 3 3 3 4 4 5 6 4 3 3 3 4 5 6 6 5 4 4 4 5 6 7 7 6 4 4 5 6 6 7 7 7 5 5 6 6 7 7 7
8+ 5 5 6 7 7 7 7 Sumber: McAtamney, L & Corlett E.N, 1993, Dalam Skripsi Dewi Masitoh,2016
Berdasarkan nilai grand total skor pada tabel 2.16, terdapat 4 level tindakan yang
dilakukan yaitu sebagai berikut:
a. Action level 1, score 1 atau 2 mempunyai resiko yang minimum dan postur
tersebut dapat diterima selama tidak dilakukan secara berulang-ulang untuk
waktu yang lama.
b. Action level 2, score 3 atau 4 mempunyai resiko yang kecil dan menunjukkan
bahwa penyelidikan lebih lanjut dibutuhkan dan mungkin juga perubahan
diperlukan.
c. Action level 3, score 5 atau 6 mempunyai resiko yang sedang dan menunjukkan
bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan segera.
d. Action level 4, score 7 mempunyai resiko tinggi dan menunjukkan bahwa
penyelidikan dan perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
2.6 Nordic Body Map (NBM)
Nordic body map merupakan salah satu alat ukur yang sederhana dalam ergonomic.
NBM ini digunakan untuk mengetahui sember penyebab dari rasa sakit yang
dialami. Dari hasil Nordic body map dapat diketahui tingkat keluhan dari yang tidak
sakit sampai yang terasa sangat sakit (Corlett,1992). Nordic body map questionare
ditampilkan pada tabel 2.17 dibawah ini.
21
Tabel 2. 17 Quisionaire Nordic Body Map
No Jenis Keluhan 1 2 3 4 Peta Bagian Tubuh
0 Sakit bagian leher bagian atas 1 Sakit bagian leher bagian bawah 2 Sakit bagian bahu kiri 3 Sakit bagian bahu kanan 4 Sakit bagian lengan atas kiri 5 Sakit bagian punggung 6 Sakit bagian lengan atas kanan 7 Sakit bagian pinggang 8 Sakit bagian bokong 9 Sakit bagian Pantat
10 Sakit bagian Siku kiri 11 Sakit bagian siku kanan 12 Sakit bagian lengan bawah kiri 13 Sakit bagian lengan bawah kanan 14 Sakit bagian pergelangan tangan kiri
15 Sakit bagian pergelangan tangan kanan
16 Sakit bagian tangan kiri 17 Sakit bagian tangan kanan 18 Sakit bagian paha kiri 19 Sakit bagian paha kanan 20 Sakit bagian lutut kiri 21 Sakit bagian lutut kanan 22 Sakit bagian betis kiri 23 Sakit bagian betis kiri 24 Sakit bagian pergelangan kaki kiri 25 Sakit bagian pergelangan kaki kanan 26 Sakit bagian kaki kiri 27 Sakit bagian kaki kanan
Sumber: Tarwaka,2011, Dalam Skripsi Dina Meliana,2009 Keterangan: 1 = Tidak sakit
2 = Sedikit sakit 3 = Sakit 4 = Sangat sakit
2.7 Model Kano
Model kano dikembangkan oleh Noriaki Kano. Menurut (Kano, 1984), model kano
adalah model yang bertujuan untuk mengkategorikan atribut-atribut dari produk
maupun jasa berdasarkan seberapa baik produk tersebut mampu memuaskan
kebutuhan pelanggan. Atribut-atribut layanan dapat dibedakan menjadi beberapa
22
kategori, pada kategori must be atau basic needs, pelanggan menjadi tidak puas
apabila kinerja dari atribut yang bersangkutan rendah. Tetapi kepuasan pelanggan
tidak akan meningkat jauh diatas netral meskipun kinerja dari atribut tersebut
tinggi. Dalam kategori one dimensional atau performance needs, tingkat kepuasan
berhubungan linear dengan kinerja atribut, sehingga pada kinerja atribut yang tinggi
akan mengakibatkan tingginya kepuasan pelanggan pula. Sedangkan kategori
atractive atau excitement needs, tingkat kepuasan pelanggan akan meningkat sangat
tinggi dengan meningkatnya kinerja atribut. Akan tetapi penurunan kinerja atribut
tidak akan menyebabkan penurunan tingkat kepuasan.
Semua kategori telah dialihkan kedalam bahasa inggris menggunakan berbagai
nama yang berbeda, akan tetapi semua mengacu kepada artikel asli yang ditulis oleh
Dr. Kano. Kano model menitikberatkan pada penurunan fitur produk yang
difokuskan pada kebutuhan pelanggan. Kano juga menghasilkan metodologi untuk
memetakan respon pelanggan pada kuesioner. Atribut-atribut layanan dapat
dibedakan menjadi beberapa kategori, yaitu:
1. Must be atau basic needs
Pelanggan menjadi tidak puas apabila kinerja dari atribut yang bersangkutan
rendah. Tetapi kepuasan pelanggan tidak akan meningkat jauh diatas netral
meskipun kinerja dari atribut tersebut tinggi.
2. One dimensional atau performance needs
Tingkat kepuasan berhubungan linear dengan kinerja atribut, sehingga pada
kinerja atribut yang tinggi akan mengakibatkan tingginya kepuasan pelanggan
pula.
3. Atractive atau excitement needs
Tingkat kepuasan pelanggan akan meningkat sangat tinggi dengan
meningkatnya kinerja atribut. Akan tetapi penurunan kinerja atribut tidak akan
menyebabkan penurunan tingkat kepuasan. Pengolahan data ini bertujuan agar
data mentah yang diperoleh bisa dianalisa dan kemudian memudahkan dalam
mengambil kesimpulan atau menjawab permasalahan yang sedang dialami
sehingga dapat melakukan perbaikan kualitas.
23
4. Indifferent
Pelanggan tidak peduli dengan adanya atribut yang ditawarkan sehingga ada
atau tidaknya atribut tersebut tidak akan berpengaruh terhadap kenaikan atau
penurunan tingkat kepuasan pelanggan.
5. Kategori Reverse
Pelanggan akan merasa tidak puas apabila atribut yang berada pada kategori ini
diberikan, sebaliknya kepuasan pelanggan akan muncul apabila atribut tersebut
tidak ada.
6. Kategori Questionable
Atribut kebutuhan yang berada pada kategori ini tidak dapat diterjemahkan
dengan jelas karena terjadi kontradiksi antara jawaban pelanggan dengan
pertanyaan yang saling berpasangan. Kategori ini mengidikasikan bahwa terjadi
kebingungan dan kesalahpahaman antara pertanyaan yang diajukan dengan
jawaban yang diberikan. Berikut merupakan gambar mengenai pengelompokan
atribut kebutuhan pada Model Kano berdasarkan kepuasan pelanggan.
Gambar 2. 13 Diagram Kano
Sumber: Sauerwein et.,1996, Dalam Skripsi Putri P. D., 2015
24
Penentuan kategori atribut untuk setiap responden dilakukan dengan melihat
ketentuan pada tabel evaluasi kano yaitu pada tabel 2.18.
Tabel 2. 18 Evaluasi Kano
Need Customer
Disfungsional 1 2 3 4 5
Suka Harap Netral Toleransi Tidak Suka
Fungsional
1 Suka Q A A A O 2 Harap R I I I M 3 Netral R I I I M 4 Toleransi R I I I M 5 Tidak Suka R R R R Q
Sumber: Sauerwein et.,1996, Dalam Skripsi Putri P. D., 2015
Penjelasan:
A = Attractive M = Must be
O = One dimensional I = Indifferent
R = Reverse Q = Questionable
Selanjutnya menganalisis hasil proses dengan memposisikan setiap pernyataan.
Dimana kebutuhan pelanggan yang masuk kategori Must Be (M), Attractive (A),
Reverse (R), One Dimensional (O), Indifferent (I), atau Questionable (Q). Dan
klasifikasi atribut model kano tersebut ditampilkan dalam gambar 2.14.
Gambar 2. 14 Proses Evaluasi Model Kano
Sumber: Walden., 1993, Dalam Skripsi Putri P. D., 2015
25
Pen
berdasarkan (walden,1993) sebagai berikut:
a. Jika jumlah nilai (one dimensional + attractive + must be) > jumlah nilai
(indiferent + reverse + questionable) maka grade diperoleh nilai paling
maksimum dari (one dimensional, attractive, must be)
b. Jika jumlah nilai (one dimensional + attractive + must be) < jumlah nilai
(indifferent + reverse + questionable) maka grade diperoleh yang paling
maksimum dari (indifferent, reverse, questionable).
c. Jika jumlah nilai (one dimensional + attractive + must be) = jumlah nilai
(indifferent + reverse + questionable) maka grade diperoleh yang paling
maksimum diantara semua kategori kano yaitu (one dimensional, attractive,
must be dan indifferent, reverse, questionable)
Alasan menggunakan formula ini karena pada dasarnya model Kano terdiri dari 3
kategori yaitu attractive, one dimensional, dan must be. Akan tetapi respon
konsumen akan selalu ada dan muncul kategori indefferent, questionable, dan
reverse. Alasan menggunakan formula ini karena pada dasarnya model Kano terdiri
dari 3 kategori yaitu attractive, one dimensional, dan must be. Akan tetapi respon
konsumen akan selalu ada dan muncul kategori indefferent, questionable, dan
reverse. Indefferent (netral), kategori dimana jika ada tidaknya layanan tidak akan
berpengaruh pada kepuasan konsumen. Reverse (kemunduran), derajat kepuasan
konsumen lebih tinggi jika layanan berlangsung tidak semestinya dibandingkan
kepuasan terhadap layanan yang berjalan lebih baik., questionable (diragukan),
kadangkala konsumen puas atau tidak puas jika layanan itu diberikan.
26
Memposisiskan atribut melalui perhitungan nilai Extent of Satisfaction dan Extent
of Dissatisfaction ke dalam bentuk diagram kano seperti yang terlihat pada
gambar 2.15.
Gambar 2.15 Memposisikan Atribut
Sumber: Walden., 1993, Dalam Skripsi Putri P. D., 2015
Dari hasil tabel kemudian dievaluasi menggunakan koefisien kepuasan pelanggan
yang dicari menggunakan rumus:
Extent of Satisfaction
1) (2-1)
Extent of Disatisfaction
2) (2-2)
Nilai untuk koefisien positif yaitu perkiraan dari 0 sampai dengan 1, jika semakin
mendekati 1 semakin tinggi juga pengaruh terhadap kepuasan pelanggan dan nilai
0 menunjukan bahwa sedikit yang berpengaruh. Nilai untukkoefisien negatif
mendekati -1, dan jika 0 menandakan tidak mempengaruhi ketidakpuasan walaupun
tidak terpenuhi.
27
2.8 Quality Fucntion Deployment (QFD)
Quality Function Deployment (QFD) yaitu pendekatan sistematik yang menentukan
tuntutan ccustomer needs dan kemudian menerjemahkannya secara akurat kedalam
desain teknis, perencanaan produksi, dan manufaktur yang tepat untuk
memungkinkan perusahaan dapat melebihi harapan pelanggan. Aktivitas pada
metode QFD adalah sebagai berikut: (Wijaya,2011)
1. Identifikasi Customer needs pada atribut produk atau jasa melaui penelitian pada
pelanggan.
2. Membuat matriks perencanaan (Planning Matrix)
a. Tingkat kepentingan konsumen (Importance to Customer)
Penentuan tingkat kepentingan konsumen digunakan untuk mengetahui
sejauh mana konsumen memberikan penilaian atau harapan dari kebutuhan
konsumen yang ada.
b. Pengukuran tingkat kepuasan konsumen terhadap produk (Current
Satisfaction Performance)
Pengukuran tingkat kepuasan konsumen terhadap produk dimaksudkan
untuk mengukur bagaimana tingkat kepuasan konsumen setelah pemakaian
produk yang akan dianalisa. Dihitung dengan rumus,
Weighted Average Performance =
(2-3)
c. Nilai target (Goal)
Nilai target ini ditentukan oleh pihak perusahaan untukmewujudkan tingkat
kepuasan yang diinginkan oleh konsumen.
d. K Value
K value ditentukan menurut nilai kebebasan pada hasil atribut kategori kano.
Dimana k value didefinisikan sebagai 0,5, 1, 1,5 dan 0 untuk masing-masing
atribut kategori Must-be (M), One Dimensional (O). Attractive (A) dan
Indifferent (I).
28
e. Adjustment Factor
Nilai adjustment factor merupakan nilai yang digunakan untuk menghitung
nilai adjusted improvement ratio.
Adjustment Factor = max([CS],[CD]) (2-4)
Dimana, CS = Customer Satisfaction
DS = Customer Dissatisfaction
f. Rasio Perbaikan (Improvement Ratio)
Improvement ratio merupakan nilai yang bertujuan untuk mengukur derajat
kepuasan konsumen pada setiap pengguna atribut untuk masing-masing
kualitas yang tercantum. Sedangkan nilai improvement ratio dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
Improvement Ratio, R0 = (2-5)
Dimana, t = User Satisfaction target (goal)
u = User importance
g. Adjusted Improvement Ratio
Nilai ini merupakan langkah perhitungan yang digunakan untuk
menghubungkan parameter dalam metode kano ke dalam matriks QFD.
Hasil ini dapat memberikan kepentingan mutlak untuk memperoleh analisis
akhir. Adapun rumus perhitungan adjusted improvement ratio adalah
sebagai berikut.
RI = (1+f)k x R0 (2-6)
Dimana, f = Adjustment factor
k = Kano category
R0 = Improvement ratio
h. Adjustment Importance
Hasil nilai ini dapat memberikan pemahaman yang jelas tentang
memprioritaskan kualitas yang diharapkan oleh pengguna. Adapun rumus
perhitungan Adjustment Importance adalah sebagai berikut:
Adjustment importance = adjusted improvement ratio x user importance.
29
2.9. House of Quality (HOQ)
Proses QFD melibatkan pembuatan satu atau lebih matriks (disebut juga tabel
kualitas). Matriks pertama yang dibuat disebut House of Quality (HOQ). Matriks
ini memperlihatkan kebutuhan pelanggan dan karakteristik teknis dari tim
pengembang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumen tersebut
(Cohen, 1995).
HOQ adalah sebuah struktur, ekspresi sistematis dari produk atau proses yang
dilakukan oleh tim pengembang untuk memahami aspek-aspek pada keseluruhan
proses perencanaan produk baru, pelayanan atau proses (Cohen, 1995). Bentuk
umum dari setiap bagian matriks House of Quality ditampilkan dalam gambar 2.16.
Gambar 2. 16 House of Quality
Sumber:Cohen,1995, Dalam Skripsi Putri P. D., 2015
30
Dalam menggunakan matriks House of Quality harus melalui prosedur sebagai
berikut:
1. Mengidentifikasi keinginan konsumen ke dalam atribut-atribut produk
Pada tahap ini akan diuji sampai sejauh mana tingkat kepuasan konsumen
terhadap suatu produk. Umumnya konsumen terhadap suatu produk. Umumnya
konsumen menyatakan pendapatnya mengenai suatu produk ke dalam atribut-
atribut yang sangat umum, sehingga yang terpenting dalam tahap ini adalah
mengidentifikasi pernyataan konsumen dengan baik untuk menghindari
kesalahan interpretasi.
2. Menentukan tingkat kepentingan relatif dari atribut-atribut
Penentuan peringkat atribut ini dapat dilakukan dengan memberikan bobot
persentase pada masing-masing atribut dengan menggunakan skala prioritas.
3. Mengevaluasi atribut-atribut dari produk pesaing
Performansi dari pesaing dianalisis, keterangan mengenai atribut yang
diprioritaskan pesaing dikaji.
4. Membuat matriks perlawanan antara atribut produk dengan karakteristik
Atribut-atribut yang telah diterjemahkan ke dalam karakteristik teknis pada
tahap di atas dimasukkan ke dalam suatu matriks, dimana atribut diletakkan
vertikal pada tepi sebelah kiri, sedangkan karakteristik teknis diletakkan
horisontal pada tepi atas.
Karakteristik teknis yang dipilih harus nyata dan dapat diukur.
5. Mengidentifikasi hubungan antara karakteristik teknis dan atribut produk
Untuk menyatakan hubungan yang terjadi antara karakteristik teknis dan
atribut, biasanya menggunakan skor, dimana skor yang tertinggi
menggambarkan tingkat kemudahan yang tinggi bagi tim perancang untuk
mengidentifikasi karakteristik teknis yang paling berpengaruh pada kepuasan
konsumen dan sebaliknya.
6. Mengidentifikasi interaksi yang relevan di antara karakteristik teknis
Dalam House of Qualty, besaran diletakkan pada bagian roof. Bekerja dengan
matriks roof seperti ini dapat memudahkan dalam memeriksa interaksi yang
terjadi pada setiap pasangan karakteristik teknis.
31
7. Menentukan gambaran target yang ingin dicapai untuk karakteristik teknis
Pada tahap ini tim perancang menentukan target yang ingin dicapai untuk
pengukuran parameter karakteristik teknis dalam memuaskan keinginan
konsumen dan meningkatkan produknya melebihi produk pesaing.
2.10 Perancangan Dan Pengembangan Produk
Perancangan dan pengembangan produk dapat diterjemahkan sebagai serangkaian
aktifitas yang saling berkaitan yang dimulai dari analisis persepsi dan peluang
pasar, sampai ke tahap produksi, penjualan serta pengiriman produk.
Selama ini dimensi laba bagi investor merupakan dimensi yang banyak digunakan
untuk menilai usaha pengembangan produk. Akan tetapi terdapat lima dimensi
spesifik antara lain dalam perancangan dan pengembangan produk, antara lain
(Ulrich&Eppinger, 2001),
a. Kualitas Produk
Hal ini meliputi seberapa baik produk yang dihasilkan, apakah produk tersebut
telah memuaskan keinginan pelanggan dan apakah produk tersebut kuat serta
handal.
b. Biaya Produk
Biaya produk ini merupakan biaya untuk modal peralatan dan alat bantu serta
biaya produksi setiap unit produk. Biaya ini akan menentukan besanya laba yang
dihasilkan pada volume penjualan dan pada harga tertentu.
c. Waktu Pengembangan Produk
Dimensi ini akan menentukan kemampuan dalam berkompetisi yang mana
waktu dan pengembangan produk menunjukkan daya tanggap terhadap
perubahan teknologi dan pada akhirnya akan menentukan kecepatan perusahaan
untuk menerima pengembalian ekonomis dari usaha pengembangan yang
dilakukan.
d. Biaya Pengembangan
32
Biaya yang dikeluarkan untuk pengembangan produk dan merupakan salah satu
komponen yang penting dari investasi yang dibutuhkan untuk mencapai profit.
e. Kapabilitas Pengembangan
Dimensi ini menunjukkan kemampuan pengembang yang lebih baik untuk
mengembangkan produk masa depan sebagai hasil pengalaman yang diperoleh
saat ini.
Menurut (Ulrich&Eppinger,2001) terdapat tiga fungsi penting dalam proyek
pengembangan produk, yaitu,
1. Pemasaran
Fungsi pemasaran di dalam pengembangan produk adalah untuk menjembatani
antara tim pengembang produk dengan pelanggan. Bentuk riilnya dengan
memfasilitasi proses identifikasi peluang produk, identifikasi segmen pasar dan
identifikasi kebutuhan pelanggan, menetapkan target produk, merancang
peluncuran dan promosi produk.
2. Perancangan
Fungsi perancangan merupakan fungsi penting dalam mengidentifikasi bentuk
fisik produk agar dapat memenuhi keinginan pelanggan. Tugas bagian
perancangan ini meliputi desain engineering (mekanik, elektrik, dll) dan desain
industri (estetika, ergonomi, dll).
3. Manufaktur
Fungsi manufaktur bertanggungjawab untuk merancang dan mengoperasikan
sistem produksi pada proses produksi produk untuk menghasilkan produk.
2.11. Manual Work Design
Manual work design pertama kali diperkenalkan oleh Gilberths melalui studi gerak
dan prinsip gerak ekonomi, dan kemudian dikembangkan secara ilmiah oleh
spesialis faktor manusia untuk aplikasi militer. Prinsip-prinsip tersebut secara
tradisional dipecah menjadi tiga subdivisi dasar: (Freivalds and Niebel, 2009,125)
1. Penggunaan tubuh manusia.
2. Pengaturan dan kondisi di tempat kerja.
3. Perancangan alat dan peralatan.
33
Lebih penting lagi, walaupun dikembangkan secara empiris, prinsip-prinsip
tersebut sebenarnya didasarkan pada prinsip anatomis, biomekanik, dan fisiologis
yang mapan dari tubuh manusia. Mereka membentuk dasar ilmiah untuk ergonomi
dan desain kerja. Selanjutny, prinsip tradisional ekonomi gerak telah diperluas dan
sekarang disebut prinsip dan pedoman untuk desain kerja.
2.11.1 Principle of Work Design
Menurut (Freivalds and Niebel, 2009,125),dalam mendesain suatu pekerjaan,
prinsip-prinsip yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Mencapai kekuatan otot yang maksimal pada pertengahan rentang gerakan.
2. Mencapai kekuatan otot yang maksimal dengan gerakan lambat.
3. Gunakan momentum untuk membantu pergerakan pekerja.
4. Rancangan tugas untuk mengoptimalkan kemampuan kekuatan manusia.
5. Gunakan otot yang kuat untuk tugas yang membutuhkan kekuatan.
6. Pastikan tetap di bawah 15% dari kekuatan otot maksimal.
7. Gunakan siklus kerja-istirahat pendek dan sering.
8. Rancangan tugas berdasarkan sebagian besar populasi pekerja.
9. Gunakan gaya yang minimal untuk gerakan yang tepat.
10. Jangan segera mencoba gerakan yang tepat.
11. Gunakan gerakan balistik untuk kecepatan.
12. Mulailah dan akhiri gerakan dengan kedua tangan secara bersamaan.
13. Gerakkan tangan secara simetris dan serentak ke dan dari pusat tubuh.
14. Gunakan tempo alami tubuh.
15. Gunakan gerakan melengkung terus menerus.
16. Gunakan klasifikasi pergerakan praktis terendah.
17. Bekerja dengan tangan dan kaki secara bersamaan.
18. Minimalkan fiksasi mata.
Prinsip pertama kemampuan manusia berasal dari sifat kontraksi otot berbentuk
terbalik yang ditunjukkan pada Gambar 2.17.
34
Gambar 2. 17 Force Length Relationship of Skeletal Muscle
Sumber: Freivalds and Niebel, 2009
Pada panjang istirahat, ikatan optimal terjadi antara filamen tebal dan tipis. Dalam
keadaan membentang, ada tumpang tindih atau ikatan minimal antara filamen tebal
dan tipis, yang menghasilkan gaya otot yang jauh menurun (hampir nol). Demikian
pula, dalam keadaan berkontraksi penuh, terjadi interferensi antara filamen tipis
lawan, sekali lagi mencegah ikatan optimal dan penurunan gaya otot. Kekayaan otot
ini biasanya disebut hubungan gaya-panjang. Oleh karena itu, tugas yang
membutuhkan otot cukup besar harus dilakukan pada posisi optimum. Sebagai
contoh, posisi netral atau lurus akan memberikan kekuatan pegangan kuat untuk
gerakan pergelangan tangan.Untuk fleksi siku, posisi terkuat akan bersandar dengan
siku agak di luar posisi 90 °.Untuk fleksi plantar (yaitu menekan pedal), sekali lagi
posisi optimum sedikit di atas 90 °.Aturan kasar untuk menemukan gerakan tengah
adalah dengan mempertimbangkan postur yang diasumsikan oleh seorang astronot
dalam kondisi tanpa bobot ketika kedua otot agonis dan antagonis yang
mengelilingi sendi paling rileks dan tungkai mencapai posisi netral yang
ditampilkan pada gambar 2.18.
35
Gambar 2. 18 Typical Relaxed Posture Assumed by People in Weightless Conditions
Sumber: Freivalds and Niebel, 2009
Kemampuan kekuatan manusia bergantung pada tiga faktor tugas utama:
1. Jenis kekuatan.
2. Gerakan otot atau sendi yang digunakan.
3. Postur tubuh.
Ada tiga jenis pengerahan tenaga otot, yang didefinisikan terutama dengan cara
kekuatan penguapan diukur. Pengaburan otot-otot yang menghasilkan gerakan
tubuh dihasilkan dari kekuatan dinamis. Ini kadang-kadang disebut
isotoniccontractions, karena segmen beban dan tubuh diangkat secara nominal
mempertahankan kekuatan eksternal konstan pada otot. (Namun, gaya internal yang
dihasilkan oleh otot bervariasi karena geometri lengan momen efektif.) Dengan
demikian, pengukuran kekuatan dinamis biasanya dilakukan dengan menggunakan
dynamometer kecepatan konstan (isokinetik), seperti Cybex atau Mini-Gym.
36
Dalam kasus di mana gerak tubuh terkendali, diperoleh kekuatan isometrik atau
statik. Kekuatan isometrik tentu lebih besar daripada kekuatan dinamis karena
ikatan yang lebih efisien dalam filamen otot geser yang lebih lambat. Beberapa
kekuatan otot isometrik perwakilan untuk berbagai postur diberikan pada gambar
2.19.
Gambar 2. 19 Static Muscle Strength Moment Data for 25 Men and 22 Women
Sumber: Freivalds and Niebel, 2009
Untuk kekuatan pengangkatan perwakilan untuk 551 pekerja industri dalam postur
yang berbeda ditunjukkan pada gambar 2.20.
Gambar 2. 20 Static Strength Position and Results for 443 Males,108 Female
Sumber: Freivalds and Niebel, 2009
37
Gambar 2. 20 Static Strength Position and Results for 443 Males,108 Female
(Lanjutan)
Sumber: Freivalds and Niebel, 2009
Gambar 2. 20 Static Strength Position and Results for 443 Males,108 Female
(Lanjutan)
Sumber: Freivalds and Niebel, 2009
2.12. Pengertian Ergonomics
Ergonomic berasal dari Bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu, ergon yang
berarti ilmu dan nomos yang berarti hukum. Secara sederhana, ergonomi adalah
study tentang interaksi antara manusia dan object yang digunakan kemudian dengan
lingkungan tempat yang digunakan. Definisi ini mencakup unsur yang paling
penting yaitu, manusia, object, lingkungan dan juga interaksi yang komplek antara
bagian tersebut. Design for human use kata lain untuk mendefinisikan ergonomic
dan penekananya pada penggunaan peralatan, mesin dan system buatan manusia.
Ahli ergonomic sering menggunakan istilah human Engineerd untuk
menggambarkan bentuk yang sesuai dengan harapan manusia atau yang digunakan
manusia tanpa menimbulkan stress (Pulat, 1997, 1).
38
NOMOS
(hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspekaspek manusia
dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, psikologi, fisiologi,
engineering, manajemen dan perancangan. Ergonomi berkenaan pula dengan
optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat
kerja, dirumah, dan rekreasi (Nurmianto,1996, 1).
Ergonomi ialah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-
informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang
suatu sistem kerja sehingga orang dapat bekerja pada system itu dengan baik, yaitu
mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan efektif, aman dan
nyaman (Sutalaksana, 1979, 61).
Ergonomi merupakan penerapan pengetahuan terpilih tentang manusia secara
sistematis dan perancangan sistem manusia benda, manusia-fasilitas dan manusia
lingkungan. Dengan kata lain perkataan ergonomic adalah suatu ilmu yang
mempelajari manusia dengan berinteraksi dengan obyek-obyek fisik dalam
berbagai kegiatan sehari-hari (Madyana, 1996, 4)
2.13. Anthropometry
Anthropometry merupakan study tentang dimensi tubuh manusia. Manusia lahir
dengan bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Teknik yang menggunakan
informasi dan pengembangan baru mengenai hal tersebut disebut teknik
antropometri (Pulat, 1997,126)
Survei awal dimensi manusia dilakukan pada akhir abad ke-14. Data antropometri
yang lengkap ada sejak tahun 1800an. Metode pengukuran distandarisasi beberapa
kali selama awal dan pertengahan abad ke-20. Standarisasi terbaru terjadi pada
tahun 1980 oleh International Standards Organization (ISO). Metode standar
mengasumsikan postur tubuh dan penunjuk, hanya pda beberapa dekade terakhir
ini dilakukan secara khusus untuk penggunaan teknik. Aplikasi data antropometri
39
adalah untuk desain pakaian, desain tempat kerja, desain lingkungan, desain
pelaratan dan mesin, yang terakhir adalah desain produk (Pulat,1997,127).
Manusia mempunyai ukuran tubuh yang bervariasi, yang membedakanya dapat
berasal dari etnis, suku, dan kebangsaan. Dalam kelompok yang sama, juga dapat
berbeda dikarenakan perbedaan gen. gambar 2.21 menyajikan data variabilitas
berkenaan dengan antropometri antar berbagai bangsa dengan nilai percentil 5 dan
95%. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa ada variabilitas 10-15% antar
kelompoketnis dengan jenis kelamin yang sama. Seseorang juga dapat
menyimpulkan bahwa 25-30% perbedaan dapat diharapkan dalam ukuran populasi
satu karakteristik antropometri pada jenis kelamin, etnis, dan rentang persentil
dipertimbangkan secara bersamaan (Pulat,1997,129-130).
Gambar 2. 21 Human Variability Range ( 5th and 95th percentiles)
Sumber: Pulat,1997
Pedoman utama untuk merancang tempat kerja yang mengakomodasi sebagian
besar individu sehubungan dengan ukuran struktur tubuh manusia. Ilmu untuk
mengukur tubuh manusia disebut antropometri dan biasanya menggunakan
berbagai perangkat seperti caliper dalam pengukuranya. Misalnya, perawakan dan
panjang lengan bawah. (Freivalds and Niebel, 2014,181)
40
2.13.1. Faktor yang Mempengaruhi Data Antropometri
Seorang perangcang harus memperhitungkan factor yang mempengaruhi data
antropometri. Faktor yang paling penting adalah sebagai berikut: (Pulat,1997,132-
133)
1. Umur
Secara umum dimensi manusia meningkat dari mulai lahir sampai dewasa
yaitu sekitar umur 20tahun. Roche dan Davila mempelajari sample orang
amerika dan menunjukan bahwa mereka yang mencapai usia dewasa
merekapada usia rata-rata 21,2 tahun untuk pria dan 17.3 tahun untuk
wanita. Namun sekitar 10% dari lelaki mencapai usia dewasa pada usia 23.5
tahun dan untuk 10% wanita setelah usia 21.1 tahun. Setelah usia itu tidak
ada perubahan bentuk tubuh. Trotter dan gleser memperlihatkan bahwa kita
mulai menyusut pada usia 40tahun keatas. Oleh karena itu penting bagi
perancang untuk menentukan populasi pengguna dalam merancang sesuatu
yang berkaitan dengan umur kedua jenis kelamin tersebut.
2. Jenis kelamin
Pada umumnya laki-laki memiliki ukuran dimensi yang lebih besar dari
pada wanita kecuali bagian pinggul dan paha. Wanita juga mempunyai kulit
yang lebih lembut dari pada laki-laki.
3. Posisi tubuh
Posture mempengaruhi ukuran tubuh. Untuk alasan ini posisi standar harus
digunakan selama survei. Pada saat posisi berdiri atau posisi duduk harus
mempertimbangkan posisi ini selama perancangan. Restraints juga
mempengaruhi dalam penerapan data. Inilah alasan mengapa dimensi
fungsional lebih besar dari pada static dimension. Dimensi static harus
dapat disesuaikan untuk gerakan bebas selama bekerja.
4. Pakaian
Pakaian memberikan tambahan untuk ukuran tubuh manusia. Dampak
lainya adalah mempersempit ruang gerak. Pada gambar 2.22 dibawah ini
diperlihatkan bahwa dengan pakaian berbeda saat bekerja maka berbeda
pula data ukuran yang didapat.
41
Gambar 2. 22 Perbedaan Ukuran Dengan Pakaian Berbeda
Sumber: Pulat,1997
2.13.2 Dimensi Anthropometri Umum
Menurut (Wignjosoebroto, 1995) Data anthropometri dapat dimanfaatkan untuk
menetapkan dimensi ukuran produk yang akan dirancang dan disesuaikan dengan
dimensi tubuh manusia yang akan menggunakannya. Pengukuran dimensi struktur
tubuh yang biasa diambil dalam perancangan produk maupun fasilitas dapat dilihat
pada gambar 2.23 di bawah ini.
Gambar 2. 23 Antropometri Untuk Perancangan Produk Atau Fasilitas
Sumber: Wignjosoebroto, 1995, Dalam Skripsi Rosvita F. D.,201 Keterangan gambar 2.19 di atas, yaitu,
1. Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai sampai dengan ujung
kepala).
2. Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak.
3. Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak.
4. Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus).
42
5. Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam
gambar tidak ditunjukkan).
6. Tinggi tubuh dalam posisi duduk (di ukur dari alas tempat duduk pantat
sampai dengan kepala).
7. Tinggi mata dalam posisi duduk.
8. Tinggi bahu dalam posisi duduk.
9. Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus).
10. Tebal atau lebar paha.
11. Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan. ujung lutut.
12. Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan bagian belakang dari
lutut betis.
13. Tinggi lutut yang bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk.
14. Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang di ukur dari lantai sampai denga
paha.
15. Lebar dari bahu (bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk).
16. Lebar pinggul ataupun pantat.
17. Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukkan
dalam gambar).
18. Lebar perut.
19. Panjang siku yang di ukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam
posisi siku tegak lurus.
20. Lebar kepala.
21. Panjang tangan di ukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari.
22. Lebar telapak tangan.
23. Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar kesamping kiri kanan
(tidak ditunjukkan dalam gambar).
24. Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak.
25. Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak.
26. Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan di ukur dari bahu sampai
dengan ujung jari tangan.
27. Tinggi dalam posisi berdiri dari ujung kaki hingga pantat bagian bawah.
43
Berdasarkan (Roebuck and Thomson, 1975, 186) Untuk memperjelas mengenai
data anthropometri yang tepat diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk
ataupun fasilitas kerja, diperlukan pengambilan ukuran dimensi anggota tubuh.
Penjelasan mengenai pengukuran dimensi anthropometri tubuh yang diperlukan
dalam perancangan dijelaskan pada gambar 2.24.
Gambar 2. 24 Pengukuran Dimensi Tubuh
Sumber: Roebuck J.A., 1975, Dalam Skripsi Rosvita F. D.,2010
44
2.14. Area Kerja Berdiri
Pada desain stasiun berdiri, apabila tenaga kerja harus bekerja untuk periode yang
lama, maka faktor kelelahan menjadi utama. Meminimalkan pengaruh kelelahan
dan keluhan subjektif, maka pekerja harus dirancang agar tidak terlalu banyak
menjangkau, membungkuk, atau melakukan gerakan dengan posisi kepala yang
tidak alamiah. Pertimbangan tentang pekerjaan yang paling baik dilakukan dengan
posisi berdiri sebagai berikut: (Pullat;1997;176)
1. Tidak tersedia tempat untuk kaki dan lutut.
2. Harus memegang objek yang berat (lebih dari 4,5 kg).
3. Sering menjangkau ke atas, ke bawah dan ke samping.
4. Sering melakukan pekerjaan yang menekan kebawah.
5. Diperlukan mobilitas.
Beberapa faktor dimensi untuk area kerja berdiri ditujukan pada gambar 2.25.
Diperlukan minimum 10cm (4 inchi) untuk allowance lutut. Disarankan sebuah
clearance kaki 13x10cm (5x4 inch). Untuk persyaratan jangkauan keatas, jarak
jangkuan maksimum tidak boleh lebih dari 203cm (80inch). Ini adalah praktik yang
baik untuk membuat ketentuan duduk bahkan dalam pekerjaan yang memerlukan
postur tubuh berdiri. Untuk menghilangkan stress operator kadang-kadang dapat
duduk. (Pulat, 1997, 177) (Freivalds and Neibel, 2014, 188).
Gambar 2. 25 Recommended Standing Qorkplace Dimension
Sumber: Pullat,1997
45
2.15. Software CATIA
Catia merupakan perangkat lunak yang digunakan untuk membantu proses desain,
rekayasa dan manufacture. Piranti lunak yang diusung IBM ini lazim dikategorikan
sebagai computer aided design (CAD), computer aided engineering (CAE), dan
computer aided manufacturing (CAM). Dengan menggunakan Catia, proses
pemodelan seluruhnya dilakukan secara digital sehingga tidak diperlukan lagi
gambar manual maupun model fisik. Misalkan assembly mobil atau pesawat
terbang sepenuhnya dapat dilakukan di layer komputer, bahkan sebelum produknya
jadi. Catia dikembangkan oleh Desault System untuk keperluan Desault Aviation.
Pada tahun 1982 Catia dipasarkan oleh IBM. Secara teknis, Catia sangat mudah
digunakan dan memiliki aplikasi yang lengkap dan lebih dari 140 modul untuk
berbagai keperluan industri (Pinem,2009,2).
46
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Langkah - Langkah Penelitian
Dalam melakukan sebuah penelitian, diperlukan langkah-langkah yang tepat untuk
melakukanya. Langkah-langkah tersebut bertujuan supaya alur penelitian
berurutan. Berikut adalah cara membuat langkah-langkah penelitian dalam diagram
alir yang ditunjukan pada gambar 3.1.
Gambar 3. 1 Diagram Metodologi Penelitian
Studi pendahuluan: Melakukan observasi permasalahan pada proses pemasangan
nipple ke manifold block. Mengamati langsung proses pemasangan. Menjabarkan permasalahan yang terjadi pada proses pemasangan.
Identifikasi masalah: Menentukan masalah yang terjadi pada proses pemasangan nipple. Menentukan batasan masalah penelitian. Menentukan metode untuk menangani permasalahan proses
pemasangan nipple. Landasan teori: Penjelasan tentang metode RULA dan REBA. Penjelasan tentang metode KANO. Penjelasan mengenai metodologi Quality Function Deployment.
Data dan analisis: Mengumpulkan data tools dan part yang pada pemasangan nipple
ke manifold. Mengumpulkan data proses pemasangan, data karyawan, postur
tubuh pemasangan, keluhan sakit, dan waktu pemasangan nipple. Menghitung nilai postur tubuh kerja karyawan dengan RULA. Menentukan atribut yang mempengaruhi kepuasan pelanggan
dengan model KANO. Menetukan spesifikasi alat bantu menggunakan QFD. Mendesain alat bantu. Menghitung nilai postur tubuh kerja dengan RULA setelah
menggunakan alat bantu. Simpulan dan saran: Menyimpulkan hasil penelitian dan memberikan saran
Studi Pendahuluan
Identifikasi Masalah
Landasan Teori
Data Dan Analisis
Kesimpulan Dan Saran
47
3.2. Studi Pendahuluan
Topik permasalah yang diangkat dalam penelitian ini berdasarkan keluhan rasa
sakit pada beberapa bagian tubuh yang dialami oleh karyawan PT.YAMATA
MACHINERY pada salah satu proses instalasi satu set auto clamping di mesin
injeksi. Proses tersebut adalah proses pemasangan nipple pada manifold block.
Penelitian ini yaitu menganalisa penyebab rasa sakit yang dialami karyawan. Hal
ini sangat penting karena jika tidak segera ditangani akan menyebabkan cidera
permanen pada karyawan diwaktu yang akan datang. Selain itu berdasarkan
pernyataan karyawan tentang waktu yang dibutuhkan yaitu 2jam dari total waktu
kerja 8 jam untuk menyelesaikan 12 pieces nipple ke manifold block, maka
diperlukan perbaikan pada proses pemasangan.
Penyusunan penelitian ini dimulai dengan melakukan studi pendahuluan,
diantaranya :
a. Studi kepustakaan mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi rasa sakit
pada suatu pekerjaan.
b. Observasi proses kerja pemasangan nipple ke manifold yang dilakukan oleh
karyawan pada waktu setelah jam kerja selesai yaitu pada jam setengah lima
sore sampai jam 6.
c. Mencoba sendiri dengan melakukan proses kerja pemasangan nipple sebanyak
12 pieces seperti yang dilakukan karyawan PT. YAMATA MACHINERY
dihari libur untuk lebih memahami masalah yang terjadi pada proses
pemasangan.
d. Menghitung waktu pemasangan untuk total 12 pieces yang dilakukan oleh
karyawan PT. YAMATA MACHINERY dihari libur.
3.3. Identifikasi Masalah
Setelah melakukan obsevasi awal dan melihat semakin meningkatnya project
pemasangan auto clamp di mesin injeksi, maka akan semakin banyak proses
pemasangan nipple ke manifold block. Merujuk pada proses pemasangan nipple ke
manifold yang sudah diobservasi diawal, setelah proses pemasangan sebanyak 12
pieces tersebut menyebabkan rasa sakit pada beberapa bagian tubuh terutama pada
48
bagian bahu dan bagian bokong. Penyebab rasa sakit tersebut disebabkan oleh
postur tubuh yang tidak normal. Hal ini akan dibuktikan menggunakan metode rula
yang mana metode ini berfungsi untuk menilai postur tubuh kerja. Selain itu dari
hasil perhitungan waktu yang telah dilakukan, maka perlu adanya alat bantu yang
proses kerjanya dapat menurunkan waktu pemasangan.
Dalam penelitian ini dibatasi hanya pada proses pemasangan nipple ke manifold
tidak pada proses keseluruhan pada pemasangan satu set auto clamping. Selain itu
juga manifold juga dibatasi hanya pada manifold yang sering digunakan.
Selanjutnya karena adanya pembuatan alat bantu maka perlu adanya kuesioner yang
dibagikan kepada karyawan PT. YAMATA MACHINERY dengan populasi
karyawan sebanyak 5 orang.
3.4. Landasan Teori
Studi pustaka ini dilakukan dengan maksud dan tujuan untuk menunjang penelitian
dengan melengkapi teori teori yang digunakan sebagai landasan penelitian dan
berperan dalam pengumpulan informasi secara lengkap untuk memecahkan suatu
permasalahan. Landasan teori dapat berasal dari buku buku atau referensi
referensi lain yang berhubungan dengan penelitian.
Pada penelitian ini studi pustaka yang digunakan yang pertama adalah metode
RULA. Metode ini digunakan untuk menilai postur tubuh kerja karyawan. Langkah
awal menggunakan metode kano adalah dengan menentukan sudut yang dibagi
menjadi 2 bagian yaitu grup A dan grup B. Grup A meliputi lengan atas dan lengan
bawah serta pergelangan tangan. Sementara grup B meliputi leher, badan, dan kaki.
Setelah group A dan group B ditentukan, selanjutnya 2 group tersebut
dikombinasikan dan menghasilkan skor akhir penilaian resiko postur tubuh. Skor
diklasifikasikan mulai dari 1 yang berarti memiliki resiko minimum sampai dengan
skor 7 yang memiliki resiko tinggi.
Selanjutnya untuk studi pustaka yang kedua adalah metode KANO, model kano
bertujuan untuk mengkategorikan atribut-atribut dari produk maupun jasa
49
berdasarkan seberapa baik produk tersebut mampu memuaskan kebutuhan
pelanggan. Dalam penelitian ini, karena adanya pembuatan alat bantu untuk proses
pemasangan, maka perlu adanya kuesioner yang harus dibagikan kepada karyawan
untuk mengetahui customer needs. Customer needs diklasifikasikan dalam atribut-
atribut dan dievaluasi menggunakan metode kano untuk menentukan atribut mana
yang memberikan kepuasan bagi karyawan. Untuk atribut yang masuk dalam
kategori tidak memberikan kepuasan akan dieliminasi.
Setelah metode kano dilakukan, selanjutnya studi pustaka yang digunakan adalah
metode Quality Fuction Deployment. Metode ini digunakan untuk menetukan
spesifikasi alat bantu menggunakan atribut-atribut yang sudah dipilih dari proses
metode kano. Dalam metode ini ditampilkan House of Quality sebagai patokan
dalam pembuatan alat bantu dengan membandingkan produk yang dibuat dengan
produk pesaing.
Selanjutnya setelah spesifikasi produk diketahui, studi pustaka yang digunakan
adalah antropometri yang mana masuk dalam cabang ilmu ergonomi. Metode ini
digunakan untuk menentukan standar ukuran area kerja berdasarkan ukuran tubuh
manusia. Dalam menentukan antropometri tidak dilakukan pengukuran tubuh
secara langsung, tetapi menggunakan software design tools.
3.5. Data dan Analisis
Bagian dari sistematika penelitian untuk menganalisis data, membuktikan,
menjelaskan, atau menjawab akar permasalahan penelitian. Data yang dikumpulkan
berkaitan dengan masalah proses pemasangan nipple ke manifold block. Data-data
tersebut berupa data umum didalam internal perusahaan yang tingkat kerahasiaanya
tidak terlalu tinggi namun dianggap sudah cukup untuk kemudian diolah pada tahap
selanjutnya. Kerangka penelitian untuk pengumpulan data dan analisis ditampilkan
pada gambar 3.2.
50
Gambar 3. 2 Diagram Data dan Analisa
Jenis nipple, manifold, tools yang
dipakai
Analisa perhitungan nilai postur tubuh kerja
menggunakan metode RULA
Pengambilangambar postur
tubuh saat pemasangan
PenyebaranNordic
Questionaire
Perhitunganwaktu
pemasangan nipple.
Pengumpulan data
Questionare Customer
Needs
Menentukan dan menyeleksi atribut alat
bantu yang mempengaruhi
kepuasan customer dengan metode KANO
Questionare Tingkat
Kepentingan
Questionare Kano
Skorkategori
level 1 & 2
Skorkategori
level 3& 4 Harus segera diperbaiki
Postur dapat
diterima/studi lebih
lanjut
A
51
Gambar 3.2 Diagram Data dan Analisa (Lanjutan)
Menentukan spesifikasi alat bantu
menggunakan langkah-langkah QFD
Menentukan tinggi area kerja berdiri
menggunakan software design tools
Mendesain alat bantu menggunakan
software CAD CATIA-P3-V5R20
Menentukan biaya pengadaan alat
bantu yang berdasarkan suplier
Perhitungan waktu pemasangan setelah menggunakan alat
bantu
Pembuatan alat bantu
Membuat HOQ
Perhitungan ulang nilai postur tubuh dengan
RULA setelah menggunakan alat bantu
Penyebaran ulang Nordic Questionaire
Trial Alat Bantu
Spesifikasilebih baik
dari pesaing
Spesifikasitidak lebih baik dari pesaing
A
52
3.6. Simpulan dan Saran
Pada langkah ini adalah menyimpulkan dari perbaikan yang sudah dilakukan
terhadap keluhan pada proses pemasangan nipple ke manifold. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah bahwa penyebab rasa sakit yang dirasakan karyawan PT.
YAMATA MACHINERY disebabkan oleh postur tubuh. Dari penilaian postur
tubuh menggunakan metode RULA didapatkan skor total yaitu 7, dengan skor
tersebut berarti mempunyai resiko tinggi dan harus segera dilakukan tindakan
perbaikan. Solusi untuk masalah tersebut yaitu dengan merubah posisi kerja dari
sebelumnya posisi kerja duduk dan membungkuk serta ragum tidak diikat menjadi
posisi berdiri dengan menambahkan meja dan jig JX block.
Dari hasil penelitian ini, masih ada rasa sakit yang dialami oleh karyawan yaitu
pada lengan bawah dengan skala kesakitan yaitu 1. Walaupun dengan skala tersebut
merupakan skor yang minimal tetapi disarankan ada penelitian lain yang dapat
menghilangkan seluruh rasa sakit pada proses pemasangan nipple ke manifold block
bisa menggunakan metode OWAS atau Quick Exposure Check yang digabungkan
dengan kansei dan PDD.. Selain itu disarankan ada penelitian lain yang membahas
tentang proses lain selain pemasangan nipple ke manifold dalam pemasangan satu
set auto clamping, sehingga proses pemasangan satu set clamping menjadi optimal
secara keseluruhan.
53
BAB IV
DATA DAN ANALISIS
Pada bab ini diuraikan tentang pengumpulan data-data yang diperlukan. Kemudian
data tersebut akan dianalisa untuk mengetahui detail permasahan dan didapatkan
solusi dari permasalahan tersebut. Data-data awal yang dikumpulkan adalah data
yang berhubungan dengan proses pemasangan nipple ke manifold. Untuk analisa
dan pemecahan masalah dari mulai tahap desain perbaikan sampai dengan aplikasi
dari perbaikan tersebut.
4.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan pada divisi engineering melalui pengamatan langsung
dan wawancara kepada karyawan untuk mendapatkan data secara detail dari mulai
alat yang digunakan, part yang dipakai, proses kerja, keluhan karyawan, postur
tubuh karyawan sampai dengan keinginan karyawan pada alat bantu yang mereka
inginkan.
4.1.1 Jenis Manifold Block
Manifold block merupakan part yang digunakan untuk membagi oli menjadi
beberapa jalur yang datang dari satu sumber. Di bawah ini adalah beberapa jenis
manifold block yang digunakan dalam proses pemasangan manifold ke nipple:
a. Manifold JX4021
Manifold ini terdiri dari empat lubang keluaran, dengan ukuran lubang yaitu NPT
¼”. Drawing manifold block dapat dilihat pada gambar 4.1.
54
Gambar 4. 1 Manifold JX4021
Sumber: PT. Yamata Machinery, 2017
b. Manifold JX6021
Manifold block ini terdiri dari 6 lubang dan terbagi menjadi dua jalur berbeda, 3
lubang untuk jalur pertama dan 3 lubang lagi untuk jalur kedua. Sedangkan untuk
ukuran lubangnya yaitu NPT ¼”. Drawing manifold block dapat dilihat pada
gambar 4.2.
Gambar 4. 2 Manifold JX6021
Sumber: PT. Yamata Machinery, 2017
55
c. Manifold JX6020-01
Manifold block ini terdiri dari 6 lubang dan terbagi menjadi dua jalur berbeda, 3
lubang untuk jalur pertama dan 3 lubang lagi untuk jalur kedua. Sedangkan untuk
ukuran lubangnya yaitu NPT ¼”. Perbedaan dengan JX6021 adalah pada jarak jalur
1 dan jalur 2 lebih lebar dari pada JX6021. Drawing manifold block dapat dilihat
pada gambar 4.3.
Gambar 4. 3 Manifold JX6020-01
Sumber: PT. Yamata Machinery, 2017
d. Manifold JX6030-01
Manifold block ini terdiri dari 6 lubang dan terbagi menjadi dua jalur berbeda, 3
lubang untuk jalur pertama dan 3 lubang lagi untuk jalur kedua. Sedangkan untuk
ukuran lubangnya yaitu NPT 3/8”. Drawing manifold block dapat dilihat pada
gambar 4.4.
Gambar 4. 4 Manifold JX6030-01
Sumber: PT. Yamata Machinery, 2017
56
e. Manifold JX9021
Manifold block ini terdiri dari 9 lubang dan terbagi menjadi tiga jalur berbeda, 3
lubang untuk jalur pertama, 3 lubang untuk jalur kedua dan 3 lubang lagi untuk jalur
ketiga. Sedangkan untuk ukuran lubangnya yaitu NPT 1/4”. Drawing manifold
block dapat dilihat pada gambar 4.5.
Gambar 4. 5 Manifold JX9021
Sumber: PT. Yamata Machinery, 2017
4.1.2 Jenis Nipple
Nipple merupakan sebuah part yang berfungsi sebagai conector dari manifold ke
hose,dari hose ke hose atau digunakan untuk menutup lubang manifold. Dalam
pemasangan nipple ke manifold block, terdapat berbagai jenis nipple yang dipasang
sesuai dengan kebutuhan pada saat instalation. Nipple conector untuk hose maupun
conector pipa yang di dipakai disajikan pada gambar 4.6.
57
Gambar 4. 6 List Nipple
Sumber: PT. Yamata Machinery, 2017
58
Gambar 4.6 (lanjutan) List Nipple
Sumber: PT. Yamata Machinery, 2017
4.1.3 Jenis Tools
Dalam proses pemasangan nipple ke manifold block, alat yang digunakan adalah
sebagai berikut:
a. Kunci Inggris
Kunci Inggris digunakan sebagai alat pengencang nipple,karena tuasnya lebih
panjang sehingga lebih mudah pada saat proses pengencanganya. Kunci inggris
sebagai salah satu alat pengencangan dapat dilihat pada gambar 4.7.
Gambar 4. 7 Kunci Inggris
Sumber: PT. Yamata Machinery, 2017
59
b. Kunci L- 6mm
Kunci L-6mm dapat di;ihat pada gambar 4.8 yang digunakan untuk mengencangkan
Plug 1/4" yang dipasang pada manifold.
Gambar 4. 8 Kunci L-6mm
Sumber: PT. Yamata Machinery, 2017
c. Kunci Pas-Ring 17mm
Kunci Pas-ring 17mm dapat dilihat pada gambar 4.9 yang digunakan untuk
memasang nipple pada saat awal pasang, karena tuasnya tidak panjang dan tidak
berat.
Gambar 4. 9 Kunci Pas-Ring 17mm
Sumber: PT. Yamata Machinery, 2017
d. Ragum
Ragum seperti yang terlihat pada gambar 4.10 merupakan alat yangdigunakan
untuk menjepit manifold block, supaya manifold dapat dikencangkan.
Gambar 4. 10 Ragum
Sumber: PT. Yamata Machinery, 2017
60
4.1.4 Proses Pemasangan Nipple ke Manifold Block
Proses pemasangan nipple ke manifold block dilakukan dengan menjepit manifold
di ragum yang diletakan lantai produksi tanpa diikat. Jenis nipple yang digunakan
bervariasi sesuai dengan kondisi yang ada dimesin. Manifold dijepit pada ragum
dengan posisi yang ada lubangnya menghadap ke atas, kemudian nipple dimasukan
kedalam lubang. Untuk pengencangan nipple lurus menggunakan kunci pas-ring
17mm. Sedangkan untuk nipple L/900 menggunakan kunci inggris yang tuasnya
lebih panjang sehingga proses pengencangan lebih kuat. Setelah selesai pada lubang
pertama, kemudian manifold block dirubah posisinya ke lubang yang masih belum
dipasang nipple. Proses ini dilakukan terus menerus sesuai dengan jumlah lubang
yang terdapat pada manifold block. Karena posisi ragum dibawah maka dibutuhkan
kaki untuk menyangga ragum supaya tidak mleset sekaligus sebagai tumpuan
dalam proses pengencangan. Untuk proses pengencangan plug 1/4” menggunakan
kunci L-6mm. Urutan proses pengencangan nipple pada 1 piece manifold yang
paling sering digunakan ditunjukan pada table 4.1.
Tabel 4. 1 Proses Pemasangan Nipple Pada 1 pieces Manifold
No Elemen Kerja Jenis
Block Nipple Tools Sikap Kerja
1 Memasang Block pada ragum JX4021 Ragum Duduk
membungkuk
2 Memasang Nipple ke Block JX4021
Nipple L PT1/4-PF 1/4
(9TY10330404)
Ragum, Kunci Inggris
Duduk membungkuk
3
Melepas Block dari ragum dan mengganti
posisi lubang yang dipasang nipple
JX4021 Ragum Duduk membungkuk
4 Memasang Nipple ke Block JX4021
Nipple L PT1/4-PF 1/4
(9TY10330404)
Ragum, Kunci Inggris
Duduk membungkuk
5
Melepas Block dari ragum dan mengganti
posisi lubang yang dipasang nipple
JX4021 Ragum Duduk membungkuk
6 Memasang Nipple ke Block JX4021
Nipple S PT1/4- PF 1/4
(9TY10130404)
Ragum, Kunci
Pas-ring 17mm
Duduk membungkuk
Sumber: Hasil Observasi, 2017
61
Tabel 4. 1 Proses Pemasangan Nipple Pada 1 pieces Manifold (Lanjutan)
No Elemen Kerja Jenis
Block Nipple Tools Sikap Kerja
7
Melepas Block dari ragum dan
mengganti posisi lubang yang
dipasang nipple
JX4021 Ragum Duduk membungkuk
8 Memasang Nipple ke Block JX4021 Plug PT 1/4
(9BPDB02000)
Ragum, Kunci L-
6mm
Duduk membungkuk
9 Melepas Block dari ragum JX4021 Duduk
membungkuk Sumber: Hasil Observasi, 2017
4.1.5 Postur Kerja Saat Ini
Postur kerja karyawan divisi engineering pada PT. YAMATA MACHINERY
untuk proses pengencangan nipple ke manifold ditunjukan pada gambar 4.11.
Gambar 4. 11 Postur Kerja Pengencangan Nipple ke Manifold
Sumber: PT. Yamata Machinery, 2017
Dari postur kerja pada gambar 4.11, terlihat bahwa posisi ragum hanya diletakan
ditanah kemudian postur kerja karyawan yaitu duduk sambil membungkuk dengan
kaki bertumpu pada ragum. Hal itu menyulitkan dalam proses pengencanganya, dan
juga karena manifold langsung dijepit diragum maka hanya mendapatkan satu
posisi nipple yang dapat dikencangkan. Sedangkan nipple yang dipasang dalam satu
block paling sedikit berjumlah empat pieces.
62
4.1.6 Data Karyawan
Data karyawan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dari divisi
engineering. Divisi Engineering sebenarnya ada lima karyawan, tetapi satu
karyawan yaitu leader engineering tidak pernah melakukan kegiatan pemasangan
nipple. Data karyawan ini berdasarkan data terakhir pada November 2017, dengan
jenis kelamin semuanya laki-laki. Data karyawan ditampilkan pada tabel 4.2.
Tabel 4. 2 Data Karyawan PT. YAMATA MACHINERY Tahun 2017
No Nama Karyawan Jenis Kelamin Tinggi
Badan Umur
Lama
Bekerja
1 Hanhan Ahmad Hanapi Laki-Laki 163 27
Tahun 9 bulan
3 Yohannes Sipayung Laki-Laki 160 23 Tahun 8 bulan
2 Suci Teguh Laki-Laki 164 25 Tahun 5 bulan
4 Indra Sinambela Laki-Laki 160 23 Tahun 5 bulan
5 Khamim Sumbono Laki-Laki 163 24 5 bulan Sumber: Hasil Observasi, 2017
4.1.7 Data Hasil Standard Nordic Questionaire
Data standard Nordic quisionare dibuat untuk mengetahui keluhan pelanggan
selama melakukan proses pengencangan nipple ke manifold. Standard Nordic
Questionaire menggolongkan sebanyak 27 keluhan yang dialami tubuh. Quisionare
ini disebarkan kepada karyawan divisi engineering pada tanggal 28 november 2017.
Karyawan diminta langsung mengisi lembar kuisioner dengan format quisionare
yang ditampilkan pada tabel 2.17. Skala kategori sakit untuk kuesioner adalah
sebagai berikut:
1. Tidak sakit 2. Sedikit sakit
3. Sakit 4. Sangat sakit
Untuk hasil standard Nordic questionaire berdasarkan lampiran 1 ditampilkan pada
tabel 4.3.
63
Tabel 4. 3 Hasil Standard Nordic Questionaire Karyawan PT. YAMATA
MACHINERY
No Nama
Karyawan
Jenis
kelamin Umur
Lama
bekerja Jenis Keluhan
Skala
Kategori
Sakit
1 Hanhan Ahmad Hanapi
Laki-laki 27 tahun 9 bulan
Leher bagian atas 2 Bahu kiri 4
Bahu kanan 4 Pinggang 4
Lengan atas kanan 3 Tangan kanan 2 Tangan Kiri 2
2 Yohannes Sipayung Laki-laki 23
tahun 8 bulan
Bahu kiri 4 Bahu kanan 4 Pinggang 4
Lengan bawah kanan 3
Tangan kanan 2
3 Suci Teguh Laki-laki 25 tahun 5 bulan
Leher bagian atas 2 Bahu kiri 4
Bahu kanan 4 Pinggang 4
Lengan bawah kanan 2
Pantat 2
4 Indra Sinambela Laki-laki 23
tahun 5 bulan
Pergelangan kaki kiri 2
Bahu kiri 4 Bahu kanan 4 Pinggang 4
Lengan atas kanan 3 Tangan Kiri 2
5 Khamim Sumbono Laki-laki 24
tahun 5 bulan
Leher bagian atas 3 Bahu kiri 4
Bahu kanan 4 Pinggang 4
Lengan atas kanan 3 Pantat 2
Sumber: Hasil Qustionaire,2017
64
4.1.8 Waktu Pemasangan Nipple ke Manifold
Dalam perhitungan waktu proses pemasangan, type manifold dan nipple yang
digunakan adalah yang paling sering dipakai dalam proses instalasi yaitu type
JX4021 dengan jenis Nipple L PT1/4-PF 1/4 (9TY10330404) sebanyak 2 pieces,
Nipple S PT1/4- PF 1/4 (9TY10130404) sebanyak 1 pieces, Plug PT 1/4
(9BPDB02000) sebanyak 1 pieces. Stopwatch merupakan alat yang digunakan
untuk menghitung waktu setiap pemasangan dengan jumlah perhitungan sebanyak
12 kali berdasarkan jumlah manifold yang sering digunakan. Data hasil perhitungan
waktu pemasangan ditunjukan pada tabel 4.4. Tabel 4. 4 Data Hasil Perhitungan Waktu Pemasangan
No Jenis Part Qty
(Pcs)
Waktu
Pemasangan (min)
Rata-
Rata(min)
1 8.41
8.45
2 8.14 3 8.12 4 Block JX4021 1 8.09
5 Nipple L PT1/4-
PF 1/4 (9TY10330404)
2 9.35
6 Nipple S PT1/4-
PF 1/4 (9TY10130404)
1 9.07
7 Plug PT 1/4 (9BPDB02000) 1 8.01
8 9.25 9 8.06 10 8.36 11 8.12 12 8.38
Total Waktu 101.36 Sumber: Hasil Observasi, 2017
4.2 Pengolahan Data
4.2.1 Tabulasi Standard Nordic Questionaire
Dari hasil tabel standard Nordic questionnaire yang disebarkan kepada empat
karyawan engineering PT. YAMATA MACHINERY, setiap jenis keluhan
kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan total masing-masing keluhan dan dibuat
presentasenya dari total karyawan engineering. Tabel tarbulasi hasil kuesioner
ditunjukan pada tabel 4.5.
65
Tabel 4. 5 Tabulasi Hasil Kuesioner Nordic
No Keluhan Jumlah Presentase
1 Leher bagian atas 3 60% 2 Bahu kiri 5 100% 3 Bahu kanan 5 100% 4 Pinggang 5 100% 5 Lengan atas kanan 3 60% 6 Tangan kanan 2 40% 7 Tangan Kiri 2 40% 8 lengan bawah kanan 2 40% 9 Pergelangan kaki kiri 1 20%
10 Pantat 2 40% Sumber: Pengolahan Data, 2017
4.2.2 Penilaian Postur Tubuh Kerja Karyawan Menggunakan Metode
RULA
Untuk menentukan penilaian postur tubuh kerja, dibutuhkan sudut dari masing-
masing posisi tubuh. Sudut pengukuran posisi tubuh ditunjukan pada gambar 4.12.
Gambar 4. 12 Pengukuran Sudut Metode RULA
Sumber: Pengolahan Data, 2017
Berdasarkan gambar 4.12 menunjukan bahwa posisi bagian kanan dan kiri tubuh
karyawan saat melakukan proses kerja pengencangan nipple ke manifold block.
Oleh karena itu perhitungan cukup dilakukan sekali saja.
Perhitungan penilaian posisi kerja dijabarkan sebagai berikut:
Postur tubuh grup A
66
Data penilaian sudut pada grup A adalah:
a. Lengan bagian atas
Lengan atas pada proses pengencangan nipple membentuk sudut 450-900
sehingga mempunyai skor 3.
b. Lengan bagian bawah
Untuk lengan bawah membentuk sudut > 1000 sehingga mempunyai skor 2
c. Pergelangan tangan
Pergelangan tangan membentuk sudut >150 sehingga mempunyai skor 3
d. Putaran pergelangan tangan
Posisi putaran pergelangan tangan berada di garis tengah sehingga mempunyai
skor 1
Dengan rincian tersebut maka skor penilaian untuk postur tubuh grup A di tujukan
pada tabel 4.6.
Tabel 4. 6 Skor Penilaian Grup A
Lengan
Atas
Lengan
Bawah
Pergelangan Tangan
1 2 3 4
Putaran
Pergelangan
Tangan
Putaran
Pergelangan
Tangan
Putaran
Pergelangan
Tangan
Putaran
Pergelangan
Tangan
1 2 1 2 1 2 1 2
1
1 1 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 4 4
2
1 2 2 2 3 3 3 4 4 2 2 2 2 3 3 3 4 4 3 2 3 3 3 3 4 4 5
3 1 2 3 3 3 4 4 5 5 2 2 3 3 3 4 4 5 5 3 2 3 3 4 4 4 5 5
4
1 3 4 4 4 4 4 5 5 2 3 4 4 4 4 4 5 5 3 3 4 4 5 5 5 6 6
5
1 5 5 5 5 5 6 6 7 2 5 6 6 6 6 7 7 7 3 6 6 6 7 7 7 7 8
6
1 7 7 7 7 7 8 8 9 2 7 8 8 8 8 9 9 9 3 9 9 9 9 9 9 9 9
Sumber: Pengolahan Data, 2017
Berdasarkan skor penilaian postur tubuh grup A pada tabel 4.6 diperoleh nilai skor
sebesar 4.
67
e. Penambahan skor aktivitas
Pada proses pemasangan nipple ke manifold, tindakan dilakukan secara
berulang-ulang sehingga skor aktivitasnya sebesar 1.
f. Penambahan skor beban
Beban yang dialami dalam proses ini sesekali antara 2 kg – 10 kg sehingga
skornya adalah 1.
Jadi total skor group A = Skor tabel group A + skor aktivitas group A + skor beban
group A
= 4+1+1
= 6
Postur tubuh grup B
Data penilaian postur tubuh grup B adalah:
a. Leher
Posisi leher pada proses pemasangan nipple membentuk sudut >200 sehingga
mempunyai skor sebesar 3.
b. Batang tubuh
Posisi batang tubuh membentuk sudut 200-600 sehingga mempunyai skor
sebesar 3.
c. Kaki
Pada proses pemasangan nipple pergerakan kaki tidak tertopang dengan baik
dan berat badan tidak seimbang, karena posisi ragum yang tidak diikat. Untuk
itu penilaian pada postur kaki adalah sebesar 2.
Untuk mengetahui nilai dari skor bagaian posisi tubuh dapat dilihat pada tabel 4.7.
68
Tabel 4. 7 Skor Penilaian Grup B
Leher
Batang Tubuh
1 2 3 4 5 6
Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7 2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7 3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7 4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8 5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8 6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9
Sumber: Pengolahan Data, 2017
Berdasarkan skor penilaian postur tubuh grup B pada tabel 4.7 diperoleh nilai skor
sebesar 5.
d. Penambahan skor aktivitas
Pada proses pemasangan nipple ke manifold, tindakan dilakukan secara
berulang-ulang sehingga skor aktivitasnya sebesar 1.
e. Penambahan skor beban
Beban yang dialami dalam proses ini sesekali antara 2 kg – 10 kg sehingga
skornya adalah 1.
Jadi Total skor group B = Skor tabel group B + skor aktivitas group B + skor beban
group B
= 5+1+1
= 7
Selanjutnya untuk mengetahui grand total dari penilaian postur kerja pemasangan
nipple yaitu dengan cara mengkombinasikan total skor group A dan group B pada
tabel grand total seperti ditunjukan pada tabel 4.8.
69
Tabel 4. 8 Grand Total Penilaian Postur Kerja
Skor
Group
A
Skor Group B
1 2 3 4 5 6 7+
1 1 2 3 3 4 5 5 2 2 2 3 4 4 5 5 3 3 3 3 4 4 5 6 4 3 3 3 4 5 6 6 5 4 4 4 5 6 7 7 6 4 4 5 6 6 7 7
7 5 5 6 6 7 7 7 8+ 5 5 6 7 7 7 7
Sumber: Pengolahan Data, 2017
Grand total penilaian postur kerja berdasarkan tabel 4.8 adalah sebesar 7. Dengan
nilai tersebut maka postur kerja memasang nipple ke manifold block termasuk ke
dalam kategori level resiko yang tinggi. Hal ini berarti bahwa postur kerja tersebut
memerlukan tindakan sekarang juga.
4.2.3 Usulan Perbaikan
Berdasarkan metode Rapid Upper Limb Assement (RULA) diatas, bahwa postur
kerja dalam proses mengencangkan nipple ke manifold termasuk dalam kategori
resiko tinggi karena penilaianya memiliki skor 7. Oleh sebab itu harus dilakukan
tindakan perbaikan postur tubuh kerja sekarang juga. Perbaikan yang diusulkan
dalam hal ini adalah pembuatan alat bantu untuk menciptakan postur tubuh dalam
posisi yang benar berdasarkan prinsip-prinsip ergonomi. Alat bantu tersebut dibuat
berdasarkan kebutuhan karyawan PT. Yamata Machinery. Fitur yang ada pada alat
tersebut harus dapat meminimalkan ataupun menghilangkan keluhan rasa sakit
yang dirasakan oleh karywa.
4.3 Perancangan Produk
4.3.1 Customer Needs
Pada tahap awal ini dilakukan identifikasi pada keinginan dan kebutuhan customer
dengan menyebarkan kuesioner kepada 5 orang karyawan engineering yang sudah
70
terbiasa dengan proses pemasangan nipple ke manifold block. Beberapa hal yang
ditanyakan kepada karyawan adalah sebagai berikut:
1. Kesulitan apa yang dihadapi saat pemasangan Nipple ke manifold Block?
2. Keluhan apa saja yang dirasakan setelah proses pemasangan nipple ke manifold
block?
3. Jika alat bantu pemasangan nipple ke manifold block dibuat, alat seperti apa yang
anda inginkan?
4. Apa harapan anda jika alat ini terwujud?
Berdasarkan jawaban dari pertanyaan wawancara kepada 5 orang karyawan yang
ditunjukan pada lampiran 2, maka jawaban tersebut dirangkum kedalam list
customer needs yang diperlihatkan pada tabel 4.9.
Tabel 4. 9 Customer Needs
No Customer Needs
1 Alat bantu yang memungkinkan proses pengencanganya tidak cepat menguras tenaga
2 Alat bantu yang dapat mempercepat proses pemasangan 3 Alat bantu yang mempunyai bahan material yang kuat dan awet 4 Alat yang memungkinkan proses pemasangan tidak pada posisi duduk 5 Alat yang Mempermudah pemasangan nipple ke manifold
6 Alat bantu yang memungkinkan proses pengencanganya tidak membuat tubuh pegal-pegal
7 Biaya pengadaan alat bantu terjangkau 8 Alat yang dapat dipakai/dipasangkan dengan ragum 9 Alat yang dapat dipakai untuk mengencangkan semua tipe manifold 10 Alat yang mempunyai lapisan tahan karat 11 Alat yang dapat dipakai untuk memposisikan lebih dari satu manifold
Sumber: Pengolahan Data, 2017
Berdasarkan tabel 4.9, customer needs dijabarkan menjadi 11 point yang merujuk
pada jawaban dari ke empat responden. Tabel customer needs ini akan digunakan
sebagai acuan untuk membuat kuesioner kano. Hasil kuesioner kano akan
71
menggolongkan masing-masing atribut ke dalam 6 kategori yaitu attractive,
reverse, one dimensional, indifferent, must be, dan questionable.
4.3.2 Pembahasan Customer Needs Menggunakan Model KANO
Dalam penyebaran kuesioner kano, atribut yang digunakan adalah atribut yang
diambil dari customer needs yang didapatkan dari hasil kuesioner sebelumnya.
Kuesioner kano dibagi ke dalam 2 kategori yaitu fungsional dan disfungsional.
Kuesioner kano disebarkan kepada 5 karyawan engineering yang biasa melakukan
proses pemasangan nipple ke manifold block.
4.3.2.1 Evaluasi Kuesioner
Pada tahap ini akan dilakukan evaluasi terhadap atribut-atribut customer needs.
Hasil dari kuesioner kano seperti terlihat pada lampiran 3 akan dievaluasi
berdasarkan pada tabel 2.18 evaluasi kano. Tabel evaluasi kano mempunyai enam
kategori yaitu:
a. M = Must be
b. O = One dimensional
c. A = Attractive
d. Q = Questionable
e. I = Indefferent
f. R = Reverse
Tabel evaluasi kano menghubungkan antara kategori fungsional dan disfungsional.
Hasil dari tabel evaluasi kano memperlihatkan setiap atribut customer needs
kedalam 6 kategori kano. Hasil dari evaluasi tabel kano berdasarkan hasil kuesioner
lampiran 3, disajikan pada tabel 4.10.
72
Tabel 4.10 Evaluasi Kuesioner Kano
Atribut M O A I R Q A+O+M I+R+Q Total Kategori
1 2 3 5 0 5 O 2 3 2 5 0 5 M 3 3 1 1 4 1 5 M 4 3 1 1 4 1 5 O 5 1 2 1 1 4 1 5 O 6 2 3 5 0 5 O 7 2 3 2 3 5 I 8 3 1 1 4 1 5 M 9 3 2 3 2 5 A
10 1 4 1 4 5 I 11 3 1 1 4 1 5 M
Sumber: Pengolahan Data, 2017
Berikut adalah contoh penentuan kategori dalam tabel 4.10 pada nomor 1 dan
nomor 7 berdasarkan blauth’s formula:
a. Atribut nomor 1 menunjukan bahwa nilai A+O+M=5 > daripada nilai
I+R+Q=0, maka yang kategori yang dipilih adalah nilai maksimum dari A, O
atau M yaitu ketegori O dengan nilai sebesar 3.
b. Atribut nomor 7 menunjukan bahwa nilai A+O+M=2 < daripada nilai
I+R+Q=3, maka yang kategori yang dipilih adalah nilai maksimum dari I, R
atau Q yaitu ketegori I dengan nilai sebesar 3.
Merujuk hasil evaluasi kuesione kano pada tabel 4.10, berikut adalah kategori dari
masing-masing atribut customer needs.
1. Alat bantu yang memungkinkan proses pengencanganya tidak cepat menguras
tenaga (Must be and One dimensional).
2. Alat bantu yang dapat mempercepat proses pemasangan (Must be).
3. Alat bantu yang mempunyai bahan material yang kuat dan awet (Must be).
4. Alat yang memungkinkan proses pemasangan tidak pada posisi duduk (One
dimensional).
5. Alat yang Mempermudah pemasangan nipple ke manifold (One dimensional).
6. Alat bantu yang memungkinkan proses pengencanganya tidak membuat tubuh
pegal-pegal (Must be and One dimensional).
7. Biaya pengadaan alat bantu terjangkau (Must be and Indifferent).
73
8. Alat yang dapat dipakai/dipasangkan dengan ragum (Must be).
9. Alat yang dapat dipakai untuk mengencangkan semua tipe manifold (Attractive,
Indifferent).
10. Alat yang mempunyai lapisan tahan karat (Indifferent).
11. Alat yang dapat dipakai untuk memposisikan lebih dari satu manifold (Must
be).
4.3.2.2 Memposisikan Atribut Pada Diagram Kano
Dalam Memposisikan atribut pada diagram kano, hal pertama yang harus dilakukan
adalah menghitung nilai Extent of Satisfaction dan nilai Extent of Disatisfaction.
Hasil perhitungan nilai tersebut dapat dilihat pada tabel 4.11.
Tabel 4. 11 Hasil Perhitungan Satisfaction dan disatisfaction
No Nilai Satisfaction
Nilai Disatisfaction
1 0.6 -1 2 0.4 -1 3 0.2 -0.8 4 0.8 -0.6 5 0.6 -0.6 6 0.6 -1 7 0 -0.4 8 0.2 -0.8 9 0.6 0 10 0 -0.2 11 0.2 -0.8
Sumber: Pengolahan Data, 2017
Berikut adalah contoh penjelasan perhitungan nilai pada tabel 4.11 pada nomor 1
berdasarkan tabel 4.10:
Nilai Satisfaction no.1 Nilai Disatisfaction no.1
= 0.6 = -1
Setelah nilai Extent of Satisfaction dan nilai Extent of Disatisfaction pada tabel 4.11
diketahui, langkah selanjutnya adalah memposisikan nilai tersebut pada diagram
=A + O
A +O +M+ I =
O+M
−(A + O+M+ I)
=0 + 3
0 + 3 + 2 + 0 =
3+ 2
−(0 + 3 + 2 + 0)
74
kano. Diagram kano akan memperlihatkan kategori masing-masing dari atribut.
Posisi tiap atribut ditunjukan pada gambar 4.13.
Gambar 4. 13 Posisi Tiap Atribut pada Diagram Kano
Sumber: Pengolahan Data, 2017
Posisi tiap atribut dapat terlihat jelas pada gambar 4.12. Pada diagram kano diatas,
yang masuk kedalam kategori attractive yaitu atribut nomor 9, atribut nomor 1, 4,
5, 6 masuk ke dalam kategori one dimensional, atribut nomor 7 dan 10 masuk ke
dalam kategori indifferent, kemudian yang terakhir atribut nomor 2, 3, 8, dan 11
masuk ke dalam kategori must be. Rangkuman dari data tersebut disajikan pada
tabel 4.12.
Tabel 4. 12 Rangkuman Pengelompokan Kategori
Kategori Atribut
Attractive 9. Alat yang dapat dipakai untuk mengencangkan sebagian tipe manifold
One
dimensional
1. Alat bantu yang memungkinkan proses pengencanganya cepat menguras tenaga 4. Alat yang memungkinkan proses pemasangan pada posisi duduk 5. Alat yang mempersulit pemasangan nipple ke manifold 6. Alat bantu yang memungkinkan proses pengencanganya membuat tubuh pegal-pegal
Indifferent 7. Biaya pengadaan alat bantu yang tidak terjangkau 10. Alat yang tidak mempunyai lapisan tahan karat
Must be
2. Alat bantu yang dapat memperlambat proses pemasangan 3. Alat bantu yang mempunyai bahan material tidak kuat dan tidak awet 8. Alat yang tidak dapat dipakai/dipasangkan dengan ragum 11. Alat yang tidak dapat dipakai untuk memposisikan lebih dari satu manifold
Sumber: Pengolahan Data, 2017
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Note :
0.4
0.5
0.3
0.2
0.1
0
0.6
0.7
0.8
0.9
1.0
-0.1 -0.2 -0.3 -0.4 -0.5 -0.6 -0.7 -0.8 -0.9 -1.0
Attractive One dimensional
Indifferent Must be
1
6
2
38
11
10
9
7
5
4
75
Berdasarkan tabel 4.12 ada atribut yang masuk ke dalam kategori indifferent yaitu
nomor 7 dan 10. Kategori indifferent merupakan kategori yang netral yaitu tidak
akan mempengaruhi kepuasan atau ketidakpuasan customer dengan adanya atribut
tersebut. Jadi dalam perancangan produk, atribut tersebut tidak terlalu
dipertimbangkan. Selanjutnya untuk atribut selain nomor 7 dan 10 akan digunakan
dalam analisis data berdasarkan metode Quality Function Development (QFD).
4.4 Penggunaan Metode Quality Function Development (QFD)
Setelah data atribut Customer needs dievaluasi menggunakan metode kano, langkah
selanjutnya adalah membagikan kuesioner tentang tingkat kepentingan dan
kepuasan pelanggan. Kemudian data tersebut akan diolah menggunakan metode
quality function development. QFD digunakan untuk menerjemahkan kebutuhan
customer kedalam respon teknik yang sesuai dengan kebutuhan customer.
4.4.1 Menentukan Customer Needs
Langkah awal dalam menggunakan metode QFD adalah penentuan customer needs.
Pada pembahasan sebelumnya sudah ditentukan customer needs untuk perancangan
alat bantu pemasangan nipple ke manifold. Customer needs yang dipakai
mempunyai sebanyak 9, karena 2 atribut sebelumnya sudah dielimisi.
4.4.2 Penyebaran Kuesioner
Langkah selanjutnya, kuesioner dibagikan kepada 5 karyawan engineering PT.
YAMATA MACHINERY. Kuesioner yang dibagikan yaitu mengenai tingkat
kepentingan terhadap atribut-atribut yang dipakai pada perancangan produk alat
bantu pemasangan nipple ke manifold.
4.4.3 Menentukan Skala Tingkat Kepentingan
Hasil dari kuesioner tingkat kepentingan tiap atribut yang dikumpulkan
menggunakan skala likert. Skala likert mempunyai kategori sebagai berikut:
1.Sangat tidak penting 2. Tidak penting 5.Sangat Penting
3.Kurang penting 4.Penting
76
Hasil dari kuesioner tingkat kepentingan berdasarkan lampiran 4 ditunjukan pada
tabel 4.13. Tabel 4. 13 Rangkuman Kuesioner Tingkat Kepentingan
No Customer Needs Skala likert
Total 1 2 3 4 5
1 Alat bantu yang memungkinkan proses pengencanganya tidak cepat menguras tenaga 2 3 5
2 Alat bantu yang dapat mempercepat proses pemasangan
3 2 5
3 Alat bantu yang mempunyai bahan material yang kuat dan awet
4 1 5
4 Alat yang memungkinkan proses pemasangan tidak pada posisi duduk
1 1 3 5
5 Alat yang Mempermudah pemasangan nipple ke manifold
3 2 5
6 Alat bantu yang memungkinkan proses pengencanganya tidak membuat tubuh pegal-pegal
3 2 5
7 Alat yang dapat dipakai/dipasangkan dengan ragum 1 2 2 5
8 Alat yang dapat dipakai untuk mengencangkan semua tipe manifold
4 1 5
9 Alat yang dapat dipakai untuk memposisikan lebih dari satu manifold
4 1 5
Sumber: Pengolahan Data, 2017
Dari hasil rangkuman tingkat kepentingan pada tabel 4.13, selanjutnya data tersebut
digunakan untuk mencari skala tingkat kepentingan dengan cara seperti persamaan
(4-1) berikut.
(4-1)
N’ = Nilaian tingkat kepentingan tiap atribut
N = Total responden
Skala Kepentingan =N'
N
Skala Kepentingan =N'
N(1xa) + (2xb) + (3xc) + (4xd) +5xe)
5=
77
Tabel 4. 14 Ranking Importance Scale
No Customer Needs Important
Scale Rank
1 Alat bantu yang memungkinkan proses pengencanganya tidak cepat menguras tenaga 4.60 1
2 Alat bantu yang dapat mempercepat proses pemasangan 4.40 2
3 Alat bantu yang mempunyai bahan material yang kuat dan awet 4.20 3
4 Alat yang memungkinkan proses pemasangan tidak pada posisi duduk 4.40 2
5 Alat yang Mempermudah pemasangan nipple ke manifold 4.40 2
6 Alat bantu yang memungkinkan proses pengencanganya tidak membuat tubuh pegal-pegal 4.40 2
7 Alat yang dapat dipakai/dipasangkan dengan ragum 4.20 3
8 Alat yang dapat dipakai untuk mengencangkan semua tipe manifold
4.20 3
9 Alat yang dapat dipakai untuk memposisikan lebih dari satu manifold
4.20 3
Sumber: Pengolahan Data, 2017
Berikut adalah contoh penjelasan perhitungan nilai importance scale pada tabel
4.14 di baris nomor 1 berdasarkan tabel 4.13:
= 4.60
Rangking pada tabel 4.14 ditentukan berdasarkan nilai terbesar importance scale
sampai dengan nilai yang paling kecil. Urutan rangking tingkat kepentingan yaitu
dari 1 sampai 3. Untuk rangking 1 ada pada atribut nomor 1, untuk rangking 2 ada
pada atribut 2, 4, 5, 6, dan untuk rangking 3 ada pada atribut nomor 3, 7, 8, dan 9.
4.4.4 Menentukan Nilai Target (Goal)
Langkah selanjutnya adalah menetukan nilai terget (goal). Nilai target (goal)
digunakan peneliti untuk menunjukan sasaran yang ingin dicapai untuk memenuhi
kebutuhan konsumen. Nilai target (goal) ini ditentukan untuk dengan
membandingkan dari kuesioner kano dengan asumsi pada kepuasan pelanggan.
Penilaian diberikan dengan skala 1 sampai 5. Nilai target disajikan pada tabel 4.15.
N'N
(1x0) + (2x0) + (3x0) + (4x2) +(5x3)5=
78
Tabel 4. 15 Nilai Target
No Customer Needs Kano
Kategori Nilai
Target
1 Alat bantu yang memungkinkan proses pengencanganya tidak cepat menguras tenaga O 4
2 Alat bantu yang dapat mempercepat proses pemasangan M 4
3 Alat bantu yang mempunyai bahan material yang kuat dan awet M 5
4 Alat yang memungkinkan proses pemasangan tidak pada posisi duduk O 5
5 Alat yang mempermudah pemasangan nipple ke manifold O 4
6 Alat bantu yang memungkinkan proses pengencanganya tidak membuat tubuh pegal-pegal O 5
7 Alat yang dapat dipakai/dipasangkan dengan ragum M 5
8 Alat yang dapat dipakai untuk mengencangkan semua tipe manifold A 5
9 Alat yang dapat dipakai untuk memposisikan lebih dari satu manifold M 5
Sumber: Pengolahan Data, 2017
4.4.5 Menentukan K-Value
Penentuan nilai k value didasarkan pada kategori kano, yang mana nilai k value
didefinisikan sebagai berikut:
1. Indifferent = 0
2. Must be = 0.5
3. One dimensional = 1
4. Attractive = 1.5
Hasil dari penentuan nilai kano pada customer need ditunjujan pada tabel 4.16.
Tabel 4. 16 Nilai K-Value
No Customer Needs Kano
Kategori K -
Value
1 Alat bantu yang memungkinkan proses pengencanganya tidak cepat menguras tenaga O 1
2 Alat bantu yang dapat mempercepat proses pemasangan M 0.5
3 Alat bantu yang mempunyai bahan material yang kuat dan awet M 0.5
4 Alat yang memungkinkan proses pemasangan tidak pada posisi duduk O 1
5 Alat yang Mempermudah pemasangan nipple ke manifold O 1 Sumber: Pengolahan Data, 2017
79
Tabel 4. 16 Nilai K-Value (Lanjutan)
No Customer Needs Kano Kategori
K -Value
6 Alat bantu yang memungkinkan proses pengencanganya tidak membuat tubuh pegal-pegal
O 1
7 Alat yang dapat dipakai/dipasangkan dengan ragum M 0.5
8 Alat yang dapat dipakai untuk mengencangkan semua tipe manifold
A 1.5
9 Alat yang dapat dipakai untuk memposisikan lebih dari satu manifold
M 0.5
Sumber: Pengolahan Data, 2017
Berdasarkan pada nilai k value pada tabel 4.16, menunjukan bahwa hanya ada 3
kategori k value yaitu Must be, One dimensional dan Attactive.
4.4.6 Menentukan Nilai Adjusment Factor
Langkah selanjutnya ada penentuan nilai adjustment factor. Nilai ini akan
digunakan untuk menghitung nilai adjustment improvement ratio. Nilai adjustment
factor dihitung berdasarkan rumus dibawah ini:
Adjusment factor = max ([CS], [CD]) (4-2)
Note: CS = Customer Satisfaction
CD = Customer Dissatisfaction
Pada perhitungan adjustment factor, customer need dan customer dissatisfaction
diambil dari perhitungan pada pembahasan kano. Hasil dari nilai adjustment factor
ditampilkan pada tabel 4.17.
Tabel 4. 17 Adjusment Factor Value
No Customer Needs
Adjusment
Factor Value
1 Alat bantu yang memungkinkan proses pengencanganya tidak cepat menguras tenaga 1
2 Alat bantu yang dapat mempercepat proses pemasangan 1 3 Alat bantu yang mempunyai bahan material yang kuat dan awet 0.8
4 Alat yang memungkinkan proses pemasangan tidak pada posisi duduk 0.8
5 Alat yang Mempermudah pemasangan nipple ke manifold 0.6
6 Alat bantu yang memungkinkan proses pengencanganya tidak membuat tubuh pegal-pegal 1
7 Alat yang dapat dipakai/dipasangkan dengan ragum 0.8 Sumber: Pengolahan Data, 2017
80
Tabel 4. 17 Adjusment Factor Value (Lanjutan)
No Customer Needs Adjusment
Factor
Value
8 Alat yang dapat dipakai untuk mengencangkan semua tipe manifold 0.6
9 Alat yang dapat dipakai untuk memposisikan lebih dari satu manifold 0.8
Sumber: Pengolahan Data, 2017
Berikut adalah contoh penjelasan perhitungan nilai adjustment factor pada tabel
4.17 di baris nomor 1 berdasarkan tabel 4.11.
Adjusment factor = max ([CS], [CD]) (4-2)
= max ([0.6], [-1])
= 1
4.4.7 Menentukan Nilai Improvement Ratio
Langkah selanjutnya adalah menghitung nilai improvement ratio. Nilai ini
bertujuan untuk mengukur derajat kepuasan pelanggan pada masing-masing
pengguna atribut pada setiap kualitas yang tercantum. Berikut adalah perhitungan
untuk nilai improvement ratio.
Improvemnet ratio, R0 = t / u (4-3)
Keterangan: t = Nilai target pengguna (Goal)
u = Nilai kepentingan pengguna
Hasil dari perhitungan nilai improvement ration ditampilkan pada tabel 4.18. Tabel 4. 18 Nilai Improvement Ratio
No Customer Needs Improvement
ratio
1 Alat bantu yang memungkinkan proses pengencanganya tidak cepat menguras tenaga 0.87
2 Alat bantu yang dapat mempercepat proses pemasangan 0.91
3 Alat bantu yang mempunyai bahan material yang kuat dan awet 1.19
4 Alat yang memungkinkan proses pemasangan tidak pada posisi duduk 1.14
5 Alat yang Mempermudah pemasangan nipple ke manifold 0.91
6 Alat bantu yang memungkinkan proses pengencanganya tidak membuat tubuh pegal-pegal 1.14
7 Alat yang dapat dipakai/dipasangkan dengan ragum 1.19 Sumber: Pengolahan Data, 2017
81
Tabel 4. 18 Nilai Improvement Ratio (Lanjutan)
No Customer Needs Improvement ratio
8 Alat yang dapat dipakai untuk mengencangkan semua tipe manifold
1.19
9 Alat yang dapat dipakai untuk memposisikan lebih dari satu manifold
1.19
Sumber: Pengolahan Data, 2017
Berikut adalah contoh penjelasan perhitungan nilai improvement ratio pada tabel
4.18 di baris nomor 1 berdasarkan tabel 4.15 dan 4.14.
Improvemnet ratio = t / u (4-3)
= 4 / 4.60
= 0.87
4.4.8 Menentukan Nilai Adjustment Improvement Ratio
Langkah selanjutnya yaitu penentuan nilai adjustment improvement ratio, nilai ini
digunakan sebagai penghubung antara metode kano dengan matriks QFD. Hasil ini
memberikan kepentingan mutlak untuk mendapatkan hasil analisa akhir. Berikut
adalah perhitungan untuk nilai adjustment improvement ratio.
R1 = (1+f) k x R0 (4-4)
Keterangan: f = Adjusment factor
k = Kategori kano (k value)
R0 = Improvement ratio
Hasil dari perhitungan adjustment improvement ratio ditampilkan pada tabel 4.19. Tabel 4. 19 Nilai Adjustment Improvement Ratio
No Customer Needs Adjustment Improvement
ratio
1 Alat bantu yang memungkinkan proses pengencanganya tidak cepat menguras tenaga
1.74
2 Alat bantu yang dapat mempercepat proses pemasangan 1.29 3 Alat bantu yang mempunyai bahan material yang kuat dan awet 1.60 4 Alat yang memungkinkan proses pemasangan tidak pada posisi
duduk 2.05
5 Alat yang Mempermudah pemasangan nipple ke manifold 1.45 6 Alat bantu yang memungkinkan proses pengencanganya tidak
membuat tubuh pegal-pegal 2.27
7 Alat yang dapat dipakai/dipasangkan dengan ragum 1.60 Sumber: Pengolahan Data, 2017
82
Tabel 4. 19 Nilai Adjustment Improvement Ratio (Lanjutan)
No Customer Needs Adjustment Improvement
ratio 8 Alat yang dapat dipakai untuk mengencangkan semua tipe
manifold 2.41
9 Alat yang dapat dipakai untuk memposisikan lebih dari satu manifold
1.60
Sumber: Pengolahan Data, 2017
Berikut adalah contoh penjelasan perhitungan nilai adjustment improvement ratio
pada tabel 4.19 di baris nomor 1 berdasarkan tabel 4.17, 4.16 dan 4.18:
Adjusment improvement ratio = (1+f) k x R0 (4-4)
= (1 + 1)1 x 0.87
= 1.74
4.4.9 Menentukan Nilai Adjustment Importance
Langkah selanjutnya yaitu penentuan nilai Adjustment Importance. Nilai ini
digunakan oleh untuk memberikan pemahaman yang jelas tentang kualitas mana
yang lebih diprioritaskan oleh pengguna. Berikut adalah perhitungan untuk
menentukan nilai adjustmenr importance.
Adjusment importance = RI x u (4-5)
Dimana: RI = Adjustment improvement ratio
u = user importance
Hasil dari perhitungan adjustment improvement ratio ditampilkan pada tabel 4.20. Tabel 4. 20 Nilai Adjustment Importance
No Customer Needs Adjustment
Importance
1 Alat bantu yang memungkinkan proses pengencanganya tidak cepat menguras tenaga 8.00
2 Alat bantu yang dapat mempercepat proses pemasangan 5.66 3 Alat bantu yang mempunyai bahan material yang kuat dan awet 6.71
4 Alat yang memungkinkan proses pemasangan tidak pada posisi duduk 9.00
5 Alat yang Mempermudah pemasangan nipple ke manifold 6.40
6 Alat bantu yang memungkinkan proses pengencanganya tidak membuat tubuh pegal-pegal 10.00
7 Alat yang dapat dipakai/dipasangkan dengan ragum 6.71 Sumber: Pengolahan Data, 2017
83
Tabel 4. 20 Nilai Adjustment Importance (Lanjutan)
No Customer Needs Adjustment Importance
8 Alat yang dapat dipakai untuk mengencangkan semua tipe manifold
10.12
9 Alat yang dapat dipakai untuk memposisikan lebih dari satu manifold
6.71
Sumber: Pengolahan Data, 2017
Berikut adalah contoh penjelasan perhitungan nilai adjustment improvement ratio
pada tabel 4.20 di baris nomor 1 berdasarkan tabel 4.19 dan 4.14:
Adjusment importance = RI x u (4-5)
= 1.74 x 4.60
= 8
4.4.10 Menghitung HOQ (House of Quality)
1. Menentukan Respon Teknis
Dalam perhitungan House of Quality, langkah pertama yang dilakukan adalah
menentukan respon respon teknis. Respon teknis ditentukan berdasarkan customer
needs. Customer needs ini diterjemahkan kedalam bentuk istilah teknis. Tabel
istilah teknis ditampilkan pada tabel 4.21.
Tabel 4. 21 Respon Teknis
No Customer Needs Spesifikasi Produk
1 Alat bantu yang memungkinkan
proses pengencanganya
tidak membuat tubuh pegal-pegal
Des
ain
Postur kerja memiliki level resiko cidera yang minimum
2 Alat yang dapat dipakai untuk
mengencangkan semua tipe manifold
Desain jig dibuat mengikuti lubang baut semua tipe manifold block dengan ukuran M6
3 Alat bantu yang memungkinkan
proses pengencanganya
tidak cepat menguras tenaga
Proses kerjanya dipasangkan dengan meja kerja + ragum + jig dengan tinggi mengikuti
ukuran standar antropometri orang asia
4 Alat yang dapat dipakai/dipasangkan
dengan ragum
Lebar jig yang berpasangan dengan ragum 42mm, dan terdapat stoper di jig supaya tidak jatuh ke bawah, Panjangnya melebihi ragum
215mm Sumber: Pengolahan Data, 2017
84
Tabel 4. 21 Respon Teknis (Lanjutan)
No Customer Needs Spesifikasi Produk
5 Alat yang Mempermudah
pemasangan nipple ke manifold
Memakai baut M6 untuk memasang manifold ke jig, dan posisi semua lubang manifold
dapat dipasang nipple dalam satu posisi
6 Alat yang memungkinkan
proses pemasangan tidak pada posisi
duduk
Fu
ng
si
Fungsi alatnya digunakan dengan posisi berdiri
7 Alat bantu yang dapat mempercepat proses pemasangan
Manifold diposisikan menghadap ke atas,fungsinya supaya semua lubang manifold
dapat langsung dipasang nipple dengan lebar jignya 53mm
8 Alat yang dapat dipakai untuk
memposisikan lebih dari satu manifold
Dibuat dua sisi penempatan manifold (kanan dan kiri)
9 Alat bantu yang mempunyai bahan material yang kuat
dan awet
Material Menggunakan Material besi S45C (kadar carbon 0.42-0.5%C) dengan HRC40
(Kekerasan rockwell scala C)
Sumber: Pengolahan Data, 2017
2. Matrik Korelasi Teknis
Dalam matriks korelasi teknis, ada beberapa simbol untuk menghubungkan korelasi
antara sesama karakteristik teknis. Adapun simbol-simbol yang digunakan
ditampilkan pada tabel 4.22.
Tabel 4. 22 Simbol Korelasi Teknis
No. Simbol Arti
1 Tidak ada hubungan
2
Hubungan kuat
3
Hubungan sangat kuat Sumber: Skripsi Puspita P. D., 2015
Berdasarkan tabel 4.22, ada tiga simbol yang melambangkan korelasi sesama
karakteristik teknis, yang pertama berarti tidak ada hubungan, kemudian simbol
kedua melambangkan hubungan yang kuat dan yang terakhir melambangkan
hubungan yang sangat kuat. Matriks korelasi teknis antara sesama karakteristik
teknis ditampilkan pada tabel 4.23.
85
Tabel 4. 183 Matriks Korelasi Teknis
Import
an
ce t
o C
ust
om
er
Post
ur k
erja
mem
iliki
leve
l res
iko
cide
ra y
ang
min
imum
Des
ain
jig d
ibua
t men
giku
ti lu
bang
bau
t sem
ua ti
pe m
anifo
ld b
lock
de
ngan
uku
ran
M6
Pros
es k
erja
nya
dipa
sang
kan
deng
an m
eja
kerja
+ ra
gum
+ ji
g de
ngan
tin
ggi m
engi
kuti
ukur
an st
anda
r ant
ropo
met
ri or
ang
asia
Leba
r jig
yan
g be
rpas
anga
n de
ngan
ragu
m 4
2mm
, dan
terd
apat
stop
er d
i jig
supa
ya ti
dak
jatu
h ke
baw
ah, P
anja
ngny
a m
eleb
ihi r
agum
215
mm
Mem
akai
bau
t M6
untu
k m
emas
ang
man
ifold
ke
jig, d
an p
osisi
sem
ua
luba
ng m
anifo
ld d
apat
dip
asan
g ni
pple
dal
am sa
tu p
osisi
Fung
si al
atny
a di
guna
kan
deng
an p
osisi
ber
diri
Man
ifold
dip
osis
ikan
men
ghad
ap k
e at
as,fu
ngsi
nya
supa
ya se
mua
luba
ng
man
ifold
dap
at la
ngsu
ng d
ipas
ang
nipp
le d
enga
n le
bar j
igny
a 53
mm
Dib
uat d
ua si
si pe
nem
pata
n m
anifo
ld (k
anan
dan
kiri
) M
engg
unak
an M
ater
ial b
esi S
45C
(kad
ar c
arbo
n 0.
42-0
.5%
C) d
enga
n H
RC
40 (K
eker
asan
rock
wel
l sca
la C
)
Desain Fungsi Material Sumber: Pengolahan Data, 2017
3. Matrik Relasi
Matrik relasi merupakan matrik yang menghubungkan korelasi antara karakteristik
teknis dan customer needs. Adapun simbol-simbol yang digunakan ditampilkan
pada tabel 4.24.
86
Tabel 4. 2419 Simbol Matrik Relasi
No. Simbol Arti Nilai
1 Tidak ada hubungan 0
2
Hubungan lemah 1
3
Hubungan sedang 3
4
Hubungan kuat 9 Sumber: Skripsi Puspita P. D., 2015
Berdasarkan tabel 4.24, ada tiga simbol yang melambangkan korelasi antara
karakteristik teknis dan customer needs, yang pertama berarti tidak ada hubungan
dengan nilai 0, kemudian simbol kedua melambangkan hubungan yang lemah
dengan nilai 1, yang ketiga melambangkan hubungan yang sedang dengan nilai 3,
dan yang keempat melambangkan hubungan yang kuat dengan nilai 9. Matrik relasi
antara karakteristik teknis dan customer needs ditampilkan pada tabel 4.25. Dalam
tabel ini diperlihatkan bahwa hubungan yang paling kuat antara spesifikasi dan
kebutuhan pelanggan adalah hubungan yang langsung mewakili customer needs.
Setelah menghubungkan karekteristik teknis dan needs customer menggunakan
simbol korelasi seperti dalam tabel 4.25. Hasil matrik relasi ini akan digunakan
untuk mencari absolute weight value.
87
Tabel 4.25 Matriks Relasi
= 1 (Hubungan lemah)
= 3 (Hubungan sedang)
= 9 (Hubungan kuat)
Material
4.40
4.20
4.60
4.20
4.40
4.40
4.40
4.20
4.20
Alat yang memungkinkan proses pemasangan tidak pada posisi duduk
Alat bantu yang dapat mempercepat proses pemasangan
Alat yang dapat dipakai untuk memposisikan lebih dari satu manifold
Alat bantu yang mempunyai bahan material yang kuat dan awet
Product Requirement
Alat bantu yang memungkinkan proses pengencanganya tidak membuat tubuh pegal-pegalAlat yang dapat dipakai untuk mengencangkan semua tipe manifoldAlat bantu yang memungkinkan proses pengencanganya tidak cepat menguras tenagaAlat yang dapat dipakai/dipasangkan dengan ragum
Alat yang Mempermudah pemasangan nipple ke manifold
Pro
duct
Car
acte
rist
ic
Impo
rtan
ce to
Cu
stom
er
Postu
r ker
ja m
emili
ki le
vel r
esik
o cid
era y
ang
min
imum
Des
ain ji
g di
buat
men
giku
ti lu
bang
bau
t sem
ua ti
pe m
anifo
ld b
lock
deng
an u
kura
n M
6Pr
oses
ker
janya
dip
asan
gkan
den
gan
meja
ker
ja +
ragu
m +
jig
deng
an ti
nggi
m
engi
kuti
ukur
an st
anda
r ant
ropo
metr
i ora
ng as
iaLe
bar j
ig y
ang
berp
asan
gan
deng
an ra
gum
42m
m, d
an te
rdap
at sto
per d
i
jig
supa
ya ti
dak
jatuh
ke b
awah
, Pan
jangn
ya m
elebi
hi ra
gum
215
mm
Mem
akai
baut
M6
untu
k m
emas
ang
man
ifold
ke j
ig, d
an p
osisi
sem
ua lu
bang
m
anifo
ld d
apat
dipa
sang
nip
ple d
alam
satu
pos
isi
Fung
si ala
tnya
dig
unak
an d
enga
n po
sisi b
erdi
ri
Man
ifold
dip
osisi
kan
men
ghad
ap k
e atas
,fung
sinya
supa
ya se
mua
luba
ng
man
ifold
dap
at lan
gsun
g di
pasa
ng n
ippl
e den
gan
lebar
jign
ya 5
3mm
Dib
uat d
ua si
si pe
nem
patan
man
ifold
(kan
an d
an k
iri)
Men
ggun
akan
Mate
rial b
esi S
45C
(kad
ar ca
rbon
0.4
2-0.
5%C)
den
gan
HRC
40
(Kek
eras
an ro
ckw
ell sc
ala C
)
Desain Fungsi
88
4. Perhitungan Absolute Weight Value
Nilai perhitungan ini akan digunakan untuk memperoleh hasil prioritas customer
needs yang akan digunakan pada perancangan produk dalam tahap selanjutnya.
Untuk menghitung nilai absolute weight menggunakan rumus sebagai berikut:
Absolute weight, AW = i x r (4-6)
Dimana: i = Tingkat kepentingan customer
r = Relationship rating
Hasil perhitungan nilai absolute weight ditampilkan pada tabel 4.26. Tabel 4. 26 Nilai Absolute Weight
No
Sp
esif
ika
si
Pro
du
k
Cu
stom
er
Nee
ds
Ko
rela
si
Nil
ai
(r)
Tin
gk
at
Kep
enti
ng
an
(i)
i x
r
Ab
solu
te
Wei
gh
t
Ra
ng
kin
g
1
Postur kerja memiliki
level resiko cidera yang minimum
Alat bantu yang memungkinkan
proses pengencanganya tidak membuat
tubuh pegal-pegal
Kuat 9 4.40 39.6
57.8 3 Alat bantu yang memungkinkan
proses pengencanganya
tidak cepat menguras tenaga
Sedang 3 4.60 13.8
Alat bantu yang dapat mempercepat proses pemasangan
lemah 1 4.40 4.4
2
Desain jig dibuat
mengikuti lubang baut semua tipe manifold
block dengan ukuran M6
Alat yang dapat dipakai untuk
mengencangkan semua tipe manifold
Kuat 9 4.20 37.8
46.6 7 Alat yang Mempermudah
pemasangan nipple ke manifold
Lemah 1 4.40 4.4
Alat bantu yang dapat mempercepat proses pemasangan
Lemah 1 4.40 4.4
Sumber: Pengolahan Data, 2017
89
Tabel 4. 2620 Nilai Absolute Weight (Lanjutan)
No
Sp
esif
ika
si
Pro
du
k
Cu
stom
er
Nee
ds
Ko
rela
si
Nil
ai
(r)
Tin
gk
at
Kep
enti
ng
an
(i)
i x
r
Ab
solu
te
Wei
gh
t
Ra
ng
kin
g
3
Proses kerjanya
dipasangkan dengan meja
kerja + ragum + jig dengan
tinggi mengikuti
ukuran standar
antropometri orang asia
Alat bantu yang memungkinkan
proses pengencanganya tidak membuat
tubuh pegal-pegal
Sedang 3 4.40 13.2
94.2 1
Alat bantu yang memungkinkan
proses pengencanganya
tidak cepat menguras tenaga
Kuat 9 4.60 41.4
Alat yang Mempermudah
pemasangan nipple ke manifold
Sedang 3 4.40 13.2
Alat yang memungkinkan
proses pemasangan tidak pada posisi
duduk
Sedang 3 4.40 13.2
Alat bantu yang dapat mempercepat proses pemasangan
Sedang 3 4.40 13.2
4
Lebar jig yang
berpasangan dengan
ragum 42mm, dan terdapat stoper di jig supaya tidak
jatuh ke bawah,
Panjangnya melebihi ragum
215mm
Alat yang dapat dipakai/dipasangkan
dengan ragum Kuat 9 4.20 37.8
42 9 Alat yang dapat dipakai untuk
memposisikan lebih dari satu manifold
Lemah 1 4.20 4.2
Sumber: Pengolahan Data, 2017
90
Tabel 4. 26 Nilai Absolute Weight (Lanjutan)
No
Sp
esif
ika
si
Pro
du
k
Cu
stom
er
Nee
ds
Ko
rela
si
Nil
ai
(r)
Tin
gk
at
Kep
enti
ng
an
(i)
i x
r
Ab
solu
te
Wei
gh
t
Ra
ng
kin
g
5
Memakai baut M6 untuk memasang
manifold ke jig, dan posisi semua lubang
manifold dapat
dipasang nipple dalam satu posisi
Alat bantu yang memungkinkan
proses pengencanganya
tidak cepat menguras tenaga
Lemah 1 4.60 4.6
48.6 5 Alat yang Mempermudah
pemasangan nipple ke manifold
Kuat 9 4.40 39.6
Alat bantu yang dapat mempercepat proses pemasangan
Lemah 1 4.40 4.4
6
Fungsi alatnya
digunakan dengan posisi
berdiri
Alat bantu yang memungkinkan
proses pengencanganya tidak membuat
tubuh pegal-pegal
Sedang 3 4.40 13.2
79.8 2
Alat bantu yang memungkinkan
proses pengencanganya
tidak cepat menguras tenaga
Sedang 3 4.60 13.8
Alat yang Mempermudah
pemasangan nipple ke manifold
Sedang 3 4.40 13.2
Alat yang memungkinkan
proses pemasangan tidak pada posisi
duduk
Kuat 9 4.40 39.6
Sumber: Pengolahan Data, 2017
91
Tabel 4. 26 Nilai Absolute Weight (Lanjutan)
No
Sp
esif
ika
si
Pro
du
k
Cu
stom
er
Nee
ds
Ko
rela
si
Nil
ai
(r)
Tin
gk
at
Kep
enti
ng
an
(i)
i x
r
Ab
solu
te
Wei
gh
t
Ra
ng
kin
g
7
Manifold diposisikan menghadap
ke atas,fungsinya supaya semua
lubang manifold
dapat langsung dipasang
nipple dengan lebar jignya
53mm
Alat yang dapat dipakai untuk
mengencangkan semua tipe manifold
Lemah 1 4.20 4.2
48.4 6
Alat bantu yang memungkinkan
proses pengencanganya
tidak cepat menguras tenaga
Lemah 1 4.60 4.6
Alat bantu yang dapat mempercepat proses pemasangan
Kuat 9 4.40 39.6
8
Dibuat dua sisi
penempatan manifold
(kanan dan kiri)
Alat bantu yang dapat mempercepat proses pemasangan
Lemah 1 4.40 4.4
42.2 8 Alat yang dapat dipakai untuk
memposisikan lebih dari satu manifold
Kuat 9 4.20 37.8
9
Menggunakan Material besi S45C (kadar carbon 0.42-
0.5%C) dengan HRC40
(Kekerasan rockwell scala
C)
Alat yang dapat dipakai untuk
mengencangkan semua tipe manifold
Lemah 1 4.20 4.2
54.6 4 Alat yang dapat
dipakai/dipasangkan dengan ragum
Sedang 3 4.20 12.6
Alat bantu yang mempunyai bahan material yang kuat
dan awet
Kuat 9 4.20 37.8
Sumber: Pengolahan Data, 2017
Berikut adalah contoh penjelasan perhitungan nilai absolute weight pada tabel 4.25
di karaketeristik teknis nomor 1 berdasarkan tabel 4.24 dan 4.14:
Absolute weight, AW = i x r (4-6)
= (9x4.4) + (3x4.6) + (1x4.4)
= 39.6 + 13.8 + 4.4
= 57.8
92
Berdasarkan perhitungan absolute weight, berikut adalah urutan prioritas untuk
spesifikasi produk yang akan dibuat:
1. Proses kerjanya dipasangkan dengan meja kerja + ragum + jig dengan tinggi
mengikuti ukuran standar antropometri orang asiaPerancangan kerja alat
tidak untuk posisi duduk.
2. Fungsi alatnya digunakan dengan posisi berdiri.
3. Postur kerja memiliki level resiko cidera yang minimum.
4. Menggunakan Material besi S45C (kadar carbon 0.42-0.5%C) dengan
HRC40 (Kekerasan rockwell scala C).
5. Memakai baut M6 untuk memasang manifold ke jig, dan posisi semua
lubang manifold dapat dipasang nipple dalam satu posisi
6. Manifold diposisikan menghadap ke atas, fungsinya supaya semua lubang
manifold dapat langsung dipasang nipple dengan lebar jignya 53mm.
7. Desain jig dibuat mengikuti lubang baut semua tipe manifold block dengan
ukuran M6.
8. Dibuat dua sisi penempatan manifold (kanan dan kiri).
9. Lebar jig yang berpasangan dengan ragum 42mm, dan terdapat stoper di jig
supaya tidak jatuh ke bawah, Panjangnya melebihi ragum 215mm.
5. Analisa Benchmarking
Analisa benchmarking dilakukan dengan cara menyebarkan kesioner tingkat
kepentingan dari penggunaan ragum dan penggunaan alat bantu Jig JX block yang
dipasang diragum. Kuesioner menggunakan atribut kebutuhan pelanggan yang
sudah dijabarkan pada kesimpulan model kano. Kuesioner disebarkan kepada 5
karyawan engineering PT. YAMATA MACHINERY. Hasil dari kuesioner tingkat
kepentingan yang dibagikan berdasarkan lampiran 5 ditunjukan pada tabel 4.27.
93
Tabel 4. 27 Hasil Kuesioner Tingkat Kepuasan Menggunakan Ragum dan
Mengunakan Ragum + Jig JX Block
No Customer Needs Skala likert ragum
Tota
l Skala likert ragum + jig
Tota
l
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1
Alat bantu yang memungkinkan proses pengencanganya tidak membuat tubuh pegal-pegal
4 1 5 3 2 5
2 Alat yang dapat dipakai untuk mengencangkan semua tipe manifold
2 3 5 1 4 5
3
Alat bantu yang memungkinkan proses pengencanganya tidak cepat menguras tenaga
2 3 5 2 3 5
4 Alat yang dapat dipakai/dipasangkan dengan ragum
3 2 5 2 3 5
5
Alat yang Mempermudah pemasangan nipple ke manifold
5 5 2 3 5
6
Alat yang memungkinkan proses pemasangan tidak pada posisi duduk
4 1 5 1 4 5
7 Alat bantu yang dapat mempercepat proses pemasangan
3 2 5 2 3 5
8 Alat yang dapat dipakai untuk memposisikan lebih dari satu manifold
3 2 5 1 4 5
9
Alat bantu yang mempunyai bahan material yang kuat dan awet
5 5 4 1 5
Sumber: Pengolahan Data, 2017
Setelah rangkuman kuesioner didapatkan, maka dihitung skala kepuasanya
dengan rumus seperti pada skala kepentingan. Hasil benchmarking ditampilkan
pada tabel 4.28.
94
Tabel 4. 28 Analisa Benchmarking
No Customer Needs
Importance
Scale
Ragum
Importance scale
Ragum_Jig
JX block
1 Alat bantu yang memungkinkan proses pengencanganya tidak membuat tubuh pegal-pegal 1.20 4.4
2 Alat yang dapat dipakai untuk mengencangkan semua tipe manifold 3.60 4.8
3 Alat bantu yang memungkinkan proses pengencanganya tidak cepat menguras tenaga 1.60 4.6
4 Alat yang dapat dipakai/dipasangkan dengan ragum 4.40 4.6
5 Alat yang Mempermudah pemasangan nipple ke manifold 2.00 4.6
6 Alat yang memungkinkan proses pemasangan tidak pada posisi duduk 1.40 4.8
7 Alat bantu yang dapat mempercepat proses pemasangan 2.40 4.6
8 Alat yang dapat dipakai untuk memposisikan lebih dari satu manifold 1.40 4.8
9 Alat bantu yang mempunyai bahan material yang kuat dan awet 4.00 4.2
Sumber: Pengolahan Data, 2017
Berikut adalah contoh penjelasan perhitungan nilai importance scale pada tabel
4.28 di baris nomor 1 berdasarkan tabel 4.27 dengan mengacu pada persamaan (4-
1).
Importance scale ragum:
= 1.2
N'N
(1xa) + (2xb) + (3xc) + (4xd) +5xe)5=
(1x4) + (2x1) + (3x0) + (4x0) +(5x0)5=
95
Importance scale ragum + Jig JX Block:
`
= 4.4
6. Diagram House of Quality
Setelah semua langkah-langkah telah dilakukan dari respon teknis sampai nilai
absolute importance, selanjutnya hal tersebut digabungkan ke dalam tabel house of
quality yang ditampilkan pada tabel 4.29. Pada house of quality menjelaskan secara
keseluruhan dari customer needs, spesifikasi product, hubungan antara customer
needs dan Spesifikasi, hubungan antar spesifikasi, benchmarking customer needs,
dan bench marking spesifikasi produk yang akan dibuat dengan produk yang sudah
ada. Dalam hal ini juga ditampilkan importance scale dari customer, kemudian nilai
target/goal dari perusahaan. Selain itu juga ditampilkan peringkat dari masing-
masing spesifikasi. Untuk spesifikasi peringkat pertama adalah proses kerjanya
dipasangkan dengan meja kerja + ragum + jig dengan tinggi mengikuti ukuran
standar antropometri orang asia. Walaupun hal itu merupakan peringkat pertama
dan harus ada pada alat bantu yang akan dibuat, tetapi bukan berarti yang lain tidak
terlalu penting. Semua spesifikasi sebisa mungkin disajikan dalam alat bantu
tersebut. Lebih jelasnya untuk house of quality ditampilkan pada tabel 4.29
N'N
(1xa) + (2xb) + (3xc) + (4xd) +5xe)5=
(1x0) + (2x0) + (3x0) + (4x3) +(5x2)5=
96
Tabel 4.29 House of Quality
= 1 (Hubungan lemah)
= 3 (Hubungan sedang)
= 9 (Hubungan kuat)
Material
4.40 1.2 4.4
4.20 3.6 4.8
4.60 1.6 4.6
4.20 4.4 4.6
4.40 2.0 4.6
4.40 1.4 4.8
4.40 2.4 4.6
4.20 1.4 4.8
4.20 4.0 4.24 5 4 5 4 5 4 5 51 1 1 1 1 1 2 2 55 5 4 5 4 5 4 5 5
57.8 46.6 94.2 42 48.6 79.8 48.4 42.2 54.63 7 1 9 5 2 6 8 4
Postu
r kerj
a mem
iliki le
vel r
esiko
cide
ra ya
ng m
inimu
m
Desa
in jig
dibu
at me
ngiku
ti lub
ang b
aut s
emua
tipe m
anifo
ld blo
ck
de
ngan
ukur
an M
6
Pros
es ke
rjany
a dipa
sang
kan d
enga
n meja
kerja
+ rag
um +
jig de
ngan
tingg
i me
ngiku
ti uku
ran st
anda
r antr
opom
etri o
rang a
sia
Leba
r jig
yang
berp
asan
gan d
enga
n rag
um 42
mm, d
an te
rdap
at sto
per d
i jig
supa
ya tid
ak ja
tuh ke
bawa
h, Pa
njang
nya m
elebih
i rag
um 21
5mm
Mem
akai
baut
M6 u
ntuk m
emas
ang m
anifo
ld ke
jig, d
an po
sisi s
emua
luba
ng
manif
old da
pat d
ipasa
ng ni
pple
dalam
satu
posis
i
Fung
si ala
tnya d
iguna
kan d
enga
n pos
isi be
rdiri
Man
ifold
dipos
isika
n men
ghad
ap ke
atas
,fung
sinya
supa
ya se
mua l
uban
g man
ifold
dapa
t lang
sung
dipa
sang
nipp
le de
ngan
leba
r jign
ya 53
mm
Dibu
at du
a sisi
pene
mpata
n man
ifold
(kan
an da
n kiri
)
Men
ggun
akan
Mate
rial b
esi S
45C
(kad
ar ca
rbon
0.42
-0.5%
C) de
ngan
HRC
40
(Kek
erasa
n roc
kwell
scala
C)
Desain Fungsi
Product Ragum+Jig JX Block
Produk RagumNilai Goal/Target
Ben
chm
arki
ng
RagumRagum
+Jig JXblok
Absolute weight
Pro
duct
Car
acte
rist
ic
Impo
rtan
ce to
Cus
tom
er
Rangking
Alat yang memungkinkan proses pemasangan tidak pada posisi duduk
Alat bantu yang dapat mempercepat proses pemasangan
Alat yang dapat dipakai untuk memposisikan lebih dari satu manifold
Alat bantu yang mempunyai bahan material yang kuat dan awet
Product Requirement
Alat bantu yang memungkinkan proses pengencanganya tidak membuat tubuh pegal-pegal
Alat yang dapat dipakai untuk mengencangkan semua tipe manifold
Alat bantu yang memungkinkan proses pengencanganya tidak cepat menguras tenaga
Alat yang dapat dipakai/dipasangkan dengan ragum
Alat yang mempermudah pemasangan nipple ke manifold
97
4.4.11 Menentukan Tinggi Area Kerja
Berdasarkan spesifikasi produk yang sudah dijabarkan pada tabel 4.30, terdapat faktor
yang harus dipenuhi faktor ergonominya. Faktor tersebut adalah faktor ergonomic dimana
tinggi meja kerja untuk pekerjaan dengan posisi berdiri harus sesuai dengan rekomendasi
tinggi meja kerja berdasarkan populasi diarea pekerjaan. Software design tools version
4.1.1 berdasarkan buku yang berjudul “Design Tools for methods, standards, and work
design (11th ed)” yang ditulis oleh Benjamin Niebel dan Andris Freivalds digunakan
untuk menentukan tinggi total area kerja.
Pada software yang digunakan adalah menu antropometry. Karena pada prosesnya hanya
digunakan oleh pria, maka pada tab select antropometry dipilih 95 percentil untuk pria,
kemudian karena lingkup kerja ada di negara Indonesia yang mana masuk dalam kawasan
Asia, maka pada tab select population dipilih area Asia. Pada tab select working posture
dipilih posture standing, karena pada pekerjaan ini dibutuhkan postur tubuh berdiri. Pada
tab yang terakhir yaitu select type of task dipilih heavy work, dikarenakan pada proses
pekerjaan pengencangan nipple ke manifold block termasuk kedalam pekerjaan yang
memerlukan banyak tenaga. Setelah semua tab sudah dipilih, maka didapatlah
recommended working height (s) yaitu sebesar 38,9 inches atau sebesar 988,06mm yang
ditampilkan pada gambar 4.14.
Gambar 4. 14 Recommended working height for Asia population
Sumber: Pengolahan Data, 2017
98
4.4.12 Detail Desain Alat Bantu
Dalam menggambar desain alat bantu ini, software yang digunakan yaitu software
CAD CATIA-P3-V5R20. Software ini merupakan perangkat lunak Computer Aided
Design untuk menggambar benda 3D ataupun 2D.
Setelah mengupulkan data dari kebutuhan rancangan sampai penentuan spesifikasi
produk, perancangan desain alat bantu akan mengacu pada hal tersebut. Desain
assembly dari alat bantu ditunjukan pada gambar 4.15, desain part arm block alat
bantu ditunjukan pada gambar 4.16, desain part bracket JX block alat bantu
ditunjukan pada gambar 4.17.
Gambar 4. 15 Desain Assembly Jig JX Blok
Berikut ini adalah penjelasan dari desain produk alat bantu pada gambar 4.15:
a. Dapat dipakai untuk semua type manifold block, dalam detail gambar 4.15
diatas dapat dilihat bahwa untuk posisi JX4021 dan JX6021 ditampikan dengan
warna merah, untuk JX6020-1 dan JX6030-01 ditampilkan dengan warna biru
tua, sedangkan untuk JX9021 ditampilkan dengan warna biru muda.
b. Material menggunakan bahan S45C (AISI 1045) -HRC40 (nilai kekerasan
Rockwell scala C), material ini merupakan material besi dengan kandungan
karbon 0.42-0.5% tetapi dengan adanya pengerasan sampai HRC40 material ini
99
menjadi keras dan tahan gesekan. Ini juga membuat alat bantu ini awet untuk
waktu yang lama.
c. Jig dibuat dapat dipasang dua manifold block sekaligus. Dapat dipasang
disebelah kiri dan disebelah kanan dari ragum.
d. Lebar bracket jig dibuat 53mm karena manifold block paling lebar adalah 47mm
pada type JX4021 dan JX6021. Lebar ini memungkinkan nipple yang berbentuk
L dapat dikencangkan diketiga sisi tanpa menabrak body bracket. Manifold
ditempatkan menghadap ke atas sehingga semua nipple dapat langsung
dikencangkan tanpa merubah posisi manifold.
e. Jig terdiri dari 2 part, pertama adalah arm block yang langsung bersentuhan
dengan ragum. Lebar arm dibuat 42mm karena untuk menempatkan lubang baut
M6. Jika lebar arm terlalu tipis, jarak antar lubang baut terlalu sempit. Kedua
adalah bracket JX block yang dibuat lebih lebar dari arm block berrfungsi
sebagai stopper ketika dipasang diragum supaya jig tidak jatuh kebawah.
f. Proses pemasangan nipple akan lebih simple karena hanya sekali memasang 2
baut M6 pada bracker JX block, maka semua nipple bisa langsung dipasang
tanpa mencopot pasang manifold block berulang kali.
Pada desain assembly Jig JX blok terdapat dua part yaitu part arm block dan bracket
JX block. Part arm block merupakan part yang langsung dijepit dengan ragum. Part
arm block ditampilkan pada gambar 4.16.
100
Gambar 4. 16 Desain Part Arm Block - Jig JX Blok
Part bracket JX Block merupakan part yang berhubungan langsung dengan
block JX serie. Part ini dipasangkan dengan part arm block menggunakan
4 baut M6 disetiap sisinya. Total baut yang digunakan sebanyak 8 pieces
untuk 2 bracket JX block seperti ditampilkan pada gambar 4.17.
Gambar 4. 17 Desain Part Bracket JX Block - Jig JX Blok
101
Selanjutnya untuk memenuhi spesifikasi yang lain, yaitu proses kerja dilakukan
berdiri, dan proses kerja berdiri sesuai standar antropometri orang asia, maka perlu
adanya meja kerja. Berdasarkan ukuran yang diperoleh dari software design tools
pada gambar 4.14 dengan total tinggi area kerja adalah 988mm, berikut ukuran
tinggi keseluruhan dari meja kerja ditambah ragum kemudian ditambah tebal jig JX
bloknya yang ditampilkan pada gambar 4.18.
Gambar 4. 18 Assembly Jig JX Blok + Meja Kerja + Ragum
Gambar 4.18 Assembly Jig JX Blok + Meja Kerja + Ragum (Lanjutan)
102
Selanjutnya untuk melihat posisi manifold block saat terpasang di jignya dapat
terlihat pada gambar 4.19- gambar 4.23. Pada Block JX4021 bahwa nipple dapat
dipasang langsung pada ke empat lubang yang ada pada block. Sehingga tidak perlu
copot pasang block yang dijepit diragum seperi yang diperlihatkan pada gambar
4.19.
Gambar 4. 19 Pemasangan Nipple di JX4021 Pada Jig JX Blok
Pada Block JX6021 bahwa nipple dapat dipasang langsung pada ke enam lubang
yang ada pada block. Sehingga tidak perlu copot pasang block yang dijepit diragum
seperti yang diperlihatkan pada gambar 4.20.
Gambar 4. 20 Pemasangan JX6021 Pada Jig JX Blok
Pada Block JX6020 bahwa nipple dapat dipasang langsung pada ke enam lubang
yang ada pada block. Sehingga tidak perlu copot pasang block yang dijepit diragum
seperti yang diperlihatkan pada gambar 4.21.
103
Gambar 4. 21 Pemasangan JX6020-01 Pada Jig JX Blok
Pada Block JX6030-01, nipple juga dapat dipasang langsung pada ke enam lubang
yang ada pada block. Perbedaannya dengan JX6021 terdapat pada lubang ulirnya
yaitu untuk JX4021 mempunyai ulir 1/4” dan JX6020-1 mempunyai ulir 3/8”.
Pemasangan nipple JX6020-01 ditampilkan pada gambar 4.22.
Gambar 4. 22 Pemasangan JX6030-01 Pada Jig JX Blok
Pada Block JX9020, nipple yang dapat dipasang langsung pada block hanya tujuh
lubang dari sembilan lubang. Sehingga perlu copot pasang untuk 2 lubang yang
tersisa seperti yang diperlihatkan pada gambar 4.23.
Gambar 4. 23 Pemasangan JX9021 Pada Jig JX Blok
104
4.4.13 Biaya Pembuatan Alat Bantu
Dalam pembuatan alat bantu, supplier dilibatkan untuk memberikan penawaran
harga dan lama waktu pengerjaan alat bantu tersebut. Pengadaan material dan
proses produksi alat bantu semua diberikan kepada supplier. Dalam hal ini alat
bantu yang dibuat hanya satu set, tetapi akan digunakan untuk waktu yang lama
pada proses instalasi auto clamp oleh engineering PT. YAMATA MACHINERY.
Penawaran harga pengadaan alat bantu ditampilkan pada gambar 4.24.
Gambar 4. 24 Penawaran Jig JX Blok
Sumber: PT. Yamata Machinery, 2017
105
Berdasarkan penawaran pada gambar 4.24, biaya pengadaan diserahkan kepada PT.
Mitsutama Technologi dengan biaya sebesar Rp.1.135.640,0 termasuk PPN. Waktu
yang dibutuhkan untuk pembuatan alat yaitu selama 1 minggu hari kerja.
4.5 Evaluasi Postur Tubuh Setelah Perbaikan
Setelah proses menentukan spesifikasi alat bantu, mendesain alat bantu dan
mengetahui biaya pembuatanya. Alat bantu dibuat oleh suplier seperti pada
penawaran yang membutuhkan waktu selama satu minggu. Setelah proses
pembuatanya selesai, maka akan diuji coba pada karyawan engineering PT.
YAMATA MACHINERY untuk mengetahui postur tubuh kerja saat ini. Posisi
kerja saat ini diperlihatkan pada gambar 4.25.
Gambar 4. 25 Postur Tubuh Sekarang
Sumber: Pengolahan Data, 2017
106
Postur tubuh pada gambar 4.25 kemudian dievaluasi kembali menggunakan RULA
untuk mengetahui level resiko postur tubuh, Apakah lebih baik dari yang
sebelumnya atau tidak. Pada postur tubuh yang baru, karyawan mengerjakan proses
pemasangan nipple ke manifold dengan posisi berdiri. Mengunakan meja yang
digabungkan dengan ragum sekaligus jig JX block. Evaluasi nilai resiko postur
tubuh ditampilkan pada tabel 4.30.
Tabel 4. 30 Evaluasi Nilai Resiko Postur Tubuh
No Body Posture Score End Score Total
Score
1 Lengan atas mempunyai sudut < 200 1
2
4
2 Lengan bawah mempunyai sudut 600- 1000 1
3 Pergelangan tangan mempunyai sudut 00-150 2
4 Putaran pergelangan tangan berada digaris tengah 1
5 Penambahan sakor aktivitas karena dilakukan berulang-ulang 1 Grup A
2+1+1= 4 6 Penambahan skor beban 2kg-
10kg sesekali 1
7 Leher mempunyai sudut 100-200 2 2 8 Batang tubuh 00 2
9 Kaki pada posisi seimbang 1
10 Penambahan sakor aktivitas karena dilakukan berulang-ulang 1 Group B
2+1+1= 4 11 Penambahan skor beban 2kg-
10kg sesekali 1
Sumber: Pengolahan Data, 2017
Nilai grand total penilaian postur kerja pada penilaian sebelumnya yang
ditampilkan di tabel 4.8 adalah sebesar 7. Dengan kesimpulan postur kerja
memasang nipple ke manifold block termasuk ke dalam kategori level resiko yang
tinggi dan harus dilakukan perbaikan segera mungkin. Sedangkan untuk penilaian
grand total pada tabel 4.30 mempunyai nilai sebesar 4, yang berarti bahwa memiliki
resiko yang kecil dan mungkin perbaikan dilakukan diwaktu yang akan datang. Hal
ini menunjukan bahwa postur tubuh yang sekarang lebih baik dari pada postur
tubuh sebelumnya.
107
4.6 Proses Pemasangan Nipple ke Manifold Block Setelah Perbaikan
Pada proses pemasangan nipple sebelumnya seperti ditampilkan pada tabel 4.1,
proses pemasangan satu manifold block memerlukan 9 urutan. Proses pemasangan
juga dilakukan dengan postur duduk dan membungkuk. Setelah dilakukan
perubahan postur tubuh dan penambahan alat bantu, proses pemasangan menjadi 6
urutan kerja dalam satu kali pasang manifold. Perubahan selanjutnya adalah pada
pasang dan lepas blok ke ragum dan jig dengan menggunakan baut M6x30
sebanyak 2pcs. Posisi pemasanganya juga dilakukan pada posisi berdiri. Perubahan
proses pemasangan ditampilkan pada tabel 4.31.
Tabel 4. 31 Proses Pemasangan Setelah Perbaikan
No Elemen Kerja Jenis
Block Nipple Tools
Sikap
Kerja
1 Memasang Block pada Jig JX Blok JX4021
Ragum, Jig JX Blok, Kunci L-
5mm
Berdiri
2 Memasang Nipple ke Block JX4021
Nipple L PT1/4-PF 1/4
(9TY10330404)
Ragum, Jig JX Blok,
Kunci Inggris Berdiri
3 Memasang Nipple ke Block JX4021
Nipple L PT1/4-PF 1/4
(9TY10330404)
Ragum, Jig JX Blok,
Kunci Inggris Berdiri
4 Memasang Nipple ke Block JX4021
Nipple S PT1/4- PF 1/4
(9TY10130404)
Ragum, Jig JX Blok,
Kunci Pas -ring 17mm
Berdiri
5 Memasang Nipple ke Block JX4021 Plug PT 1/4
(9BPDB02000)
Ragum, Jig JX Blok, Kunci L-
6mm
Berdiri
6 Melepas Block dari Jig JX Blok JX4021
Ragum, Jig JX Blok, Kunci L-
5mm
Berdiri
Sumber: Hasil Observasi, 2017
108
4.7 Work Instruction Proses Pemasangan
Untuk menghindari terjadinya kesalahan pada proses pemasangan, maka
dibutuhkan suatu urutan kerja, posisi pemasangan, dan alat apa saja yang
digunakan. Proses tersebut ditampilkan dalam suatu form yang dinamakan work
instruction. Form ini digunakan sebagai panduan yang menjelaskan kegiatan atau
proses pemasangan nipple ke manifold block dari awal sampai akhir. Work
Instruction pemasangan nipple ke manifold block ditampilkan pada gambar 4.26.
Gambar 4.26 Work Instruction
sSumber: Pengolahan Data, 2017
109
Gambar 4.26 Work Instruction (Lanjutan)
Sumber: Pengolahan Data, 2017
Dalam work instruction yang ditampilkan pada gambar 4.26 menunjukan proses
pemasangan pada manifold block JX4021. Dalam form tersebut mempunyai dua
bagian yaitu pertama persiapan dan yang kedua merupakan proses pemasangan.
110
4.8 Waktu Proses Pemasangan Setelah Perbaikan
Dalam proses pemasangan sebelumnya yang ditampilkan pada tabel 4.4,
menunjukan rata-rata waktu pemasangan nipple ke 12 manifold block adalah 8.45
menit. Total waktu yang dibutuhkan untuk memasang nipple pada 12 manifold
sebanyak 101.36 menit. Setelah menggunakan alat bantu dan perubahan postur
tubuh kerja, waktu yang dibutuhkan untuk mengencangkan nipple ke manifold
block mempunyai rata-rata waktu sebesar 2.35 menit. Total waktu yang dibutuhkan
untuk mengencangkan nipple ke 12 manifold block sebanyak 28.18 menit atau
terjadi penurunan waktu sebesar 73% dari waktu pemasangan sebelumnya. Data
waktu pemasangan ditampilkan pada tabel 4.32.
Tabel 4. 32 Waktu Pemasangan Setelah Perbaikan
No Jenis Part Qty
(Pcs)
Waktu Pemasangan
(min)
Rata-
Rata
1 2.52
2.35
2 2.53 3 2.51 4 Block JX4021 1 2.18
5 Nipple L PT1/4-PF 1/4 (9TY10330404) 2 2.36
6 Nipple S PT1/4- PF 1/4 (9TY10130404) 1 2.35
7 Plug PT 1/4 (9BPDB02000) 1 2.46
8 2.26 9 2.33 10 2.33 11 2.19 12 2.16
Total Waktu 28.18 Sumber: Hasil Observasi, 2017
111
4.9 Data Nordic Body Questionaire Setelah Perbaikan
Hasil Nordic Questionaire pada tabel 4.5 menunjukan bahwa karyawan mengalami
sakit pada beberapa bagian tubuhnya setelah melakukan pemasangan niplle ke 12
manifold block. Setelah perbaikan postur tubuh kerja dan juga pembuatan alat bantu
yaitu jig JX block, kemudian kuesioner Nordic disebarkan kembali kepada 5
karyawan engineering. Berikut adalah kategori skala sakit dalam kuesioner yang
diberikan.
1.Tidak sakit 2. Sedikit sakit
3.Sakit 4. Sangat sakit
Hasil dari kuesioner Nordic setelah perbaikan berdasarkan lampiran 6 ditampilkan
pada tabel 4.33.
Tabel 4. 33 Hasil Nordic Questionaire Setelah Perbaikan
No Nama
Karyawan
Jenis
kelamin Umur
Lama
bekerja Jenis Keluhan
Skala
Kategori
Sakit
1 Hanhan Ahmad Hanapi
Laki-laki 27 tahun 9 bulan sakit pada
lengan bawah kanan
2
2 Yohannes Sipayung Laki-laki 23 tahun 8 bulan
sakit pada lengan bawah
kanan 2
3 Suci Teguh Laki-laki 25 tahun 5 bulan sakit pada
lengan bawah kanan
2
4 Indra Sinambela Laki-laki 23 tahun 5 bulan
sakit pada lengan bawah
kanan 2
5 Khamim Sumbono Laki-laki 24 tahun 5 bulan
sakit pada lengan bawah
kanan 2
Sumber: Hasil Observasi, 2017
Pada tabel 4.33, menunjukan bahwa hanya pada bagian lengan bawah kanan yang
berasa sakit dengan kategori sakit yaitu 2 yang berarti hanya sedikit sakit setelah
melakukan proses pemasangan nipple ke 12 manifold block.
112
BAB V
KESIMPULAN & SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari langakah-langkah yang sudah ditempuh, mulai dari penentuan
masalah sampai dengan alanisa perbaikan. Didapatkan beberapa kesimpulan dari
penelitian tersebut. Kesimpulan yang didapatkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan pengukuran postur tubuh menggunakan metode RULA,
didapatkan skor akhir untuk postur tubuh proses pemasangan nipple ke
manifold adalah sebesar 7 poin. Hal ini berarti postur tubuh tersebut harus
segera diperbaiki. Jadi penyebab terjadinya rasa sakit yang dialami oleh
karyawan dalam proses tersebut adalah postur tubuh yang tidak sesuai
dengan prinsip-prinsip ergonomi.
2. Berangkat dari masalah tersebut, solusi yang dilakukan adalah dengan
pembuatan alat bantu untuk menciptakan postur tubuh dalam posisi yang
benar berdasarkan prinsip-prinsip ergonomi. Pembuatan alat tersebut adalah
Jig JX Block yang dikombinasikan dengan meja dan ragum mempermudah
dan mempercepat proses pemasangan nipple ke manifold block sesuai
dengan kebutuhan karyawan. Sebelumnya posisi kerja karyawan adalah
duduk membungkuk dengan skor penilaian RULA sebesar 7, dengan
menggunakan alat bantu postur kerja berubah menjadi berdiri dengan skor
RULA sebesar 4. Dampak lainya adalah berkurangnya waktu proses dari
yang sebelumnya untuk 12 set manifold sebesar 101.36 menit menjadi 28.18
menit.
5.2 Saran
Dari penelitian yang dilakukan sampai dengan perubahan postur tubuh dan
pengaplikasian alat bantu, tentu saja masih banyak kekurangan yang belum bisa
dijabarkan dalam penelitian ini. Beberapa saran yang perlu dilakukan adalah
sebagai berikut:
113
1. Walaupun sudah dilakukan pengaplikasian alat bantu dan perubahan postur
tubuh karyawan, tetapi dalam hasil kuesioner Nordic 4.31 masih ada
keluhan sakit dengan skala kesakitan sebesar 2 atau bisa dibilang sangat
kecil berasarkan skala dari Nordic questionare. Jadi perlu adanya penelitian
lain yang dapat menghilangkan keseluruhan sakit pada proses tersebut.
Penelitian bisa melanjutkan dari apa yang sudah dijabarkan dalam penelitian
ini atau dapat dilakukan penelitian ulang menggunakan metode OWAS
maupun Quick Exposure Check yang digabungkan dengan kansei dan
product design development.
2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut pada proses yang lain dalam
pemasangan satu set auto clamping selain proses pemasangan nipple ke
manifold block. Supaya keseluruhan proses pemasangan satu set auto
clamping lebih optimal.
114
DAFTAR PUSTAKA Bodnar, George H., and William S. Hopwood, Sistem Informasi Akuntansi, Buku I, Salemba empat, Jakarta, 2003. Cohen Lou, Quality Function Deployment:How To Make QFD Work For You, Addison-Wesley Publishing Company, USA, 1995. Corlett, E.N., Static Muscle Loading and the Evaluation of Posture, Edited by Wilson. J.R. & Corlett, E.N., Evaluation of Human Work a Practical Ergonomics Methodology, Tailor & Francis, London, 1992. Masitoh, Dewi, Analisa Postur Tubuh Dengan Metode RULA Pada Pekerja Welding di Area Sub Assy PT. Fuji Technica Indonesia, Skrisi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2016 Freivalds, Andris, Benjamin W. Niebel, NieDesign, McGraw-Hill, New York, 2014. Hoffman, Edward G., Jig and Fixture Design, Delmar, University Michigan, 1996. Kano Noriaki, Nobuhiku Seraku, Fumio Takahashi, Shinichi Tsuji, Attractive quality and must-be quality, Journal of the Japanese Society for Quality Control, Japan, 1984. Leuder, A Purposed RULA for Computer User, Humanic ErgoSystem Inc, San Fransico, 1996. Madyana, Analisa Perancangan Kerja dan Ergonomi, Universitas Atmajaya Yogyakarta Press, Yogyakarta, 1996. Mcleod Jr., Raymond., George P Schell, Management Information Systems, 10th Edition, Pearson Prentice Hall, USA, 2010. Nurmianto, E., Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasi, ITS, PT Guna Widya, Surabaya, 1996. Pinem Mhd. Daud, Catia Si Jago Desain Tiga Dimensi Versi 5R-16, Lingua kata, Surabaya, 2009. Pulat, B. Mustafa, Fundamentals of Industrial Ergonomics Second edition, Waveland Press, Inc, United State of America, 1997. Roebuck, J.A, K.H. Kroemer,W.G.Thomson, Engineering Anthropometry Methods Wiley, U.S.A, 1975. Romney, Marshall B., Paul John Steinbart, Accounting Information System, Pearson, Arizona state university, 2012
115
Sauerwein E., Bailom F., Matzler K., Hinterburger H., The Kano Model: How to delight your customers, 1996. Suhardi, Bambang, Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Industri, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Jakarta, 2008. Sutalaksana, I. Z., Teknik Tata Cara Kerja, Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Bandung Press, Bandung, 1979. Sutalaksana, Iftikar Z., Teknik Perancangan Sistem Kerja, ITB Bandung, Bandung, 2006. Tarwaka, Ergonomi Industri, Harapan Press, . Surakarta, 2011. Ulrich, Karl T., Steven D. Eppinger, Product Design and Development fifth edition, McGraw-Hill Companies, Inc, Singapore, 2012. Walden D., Berger C., Blauth R., Boger D., Bolster C., Burchill G., DuMouchel W., Pouliot F., Richter R., Rubinoff A., Shen D., Timko M., understanding customer-defined quality. The Center for Quality Management Journal, 1993. Wignjosoebroto, Sritomo., Studi Gerak dan Waktu, Prima Printing, Surabaya, 1995. Wijaya Tony, Manajemen kualitas jasa: Desain Serqual,QFD dan Kano, PT. Index, Yogyakarta, 2011.