peranan orang tua dalam pembinaan keberagamaan anak...

79
PERANAN ORANG TUA DALAM PEMBINAAN KEBERAGAMAAN ANAK (Studi Kasus: di MI Al-Ihsan Cipete-Cilandak, Jakarta Selatan) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Sosiologi Agama Oleh NUR AINI NIM: 102032224691 JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1428 H/ 2007 M

Upload: hadien

Post on 19-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

PERANAN ORANG TUA DALAM PEMBINAAN

KEBERAGAMAAN ANAK

(Studi Kasus: di MI Al-Ihsan Cipete-Cilandak, Jakarta Selatan)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai

Gelar Sarjana Sosiologi Agama

Oleh

NUR AINI NIM: 102032224691

JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1428 H/ 2007 M

Page 2: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

PERANAN ORANG TUA DALAM PEMBINAAN

KEBERAGAMAAN ANAK

(Studi Kasus: MI Al-Ihsan Cipete-Cilandak, Jakarta Selatan)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai

Gelar Sarjana Sosiologi Agama

Oleh:

NURAINI

NIM: 102032224691

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ahmad Mubarok, MA. Dra. Marzuqoh, MA. NIP. 150 050 741 NIP. 150 270 809

JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1428 H/ 2007 M

Page 3: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “ Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan

Anak (Studi Kasus: di MI Al-Ihsan Cipete-Cilandak, Jakarta Selatan)”, telah

diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 7 Maret 2007.

Skripsi telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana

Program Strata 1 (S1) pada Jurusan Sosiologi Agama.

Jakarta, 07 Maret 2007

SIDANG MUNAQOSYAH

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota, Drs. Masri Mansoer, M.A. Joharatul Jamilah, M.Si. NIP. 150 244 493 NIP. 150 282 401

Anggota, Penguji I, Penguji II, Prof. Dr. Musyrifah Sunanto Dra. Ida Rasyidah, M.A. NIP. 150 062 829 NIP. 150 242 267 Pembimbing I, Pembimbing II, Prof. Dr. Ahmad Mubarok, M.A. Dra. Marzuqoh, M.A. NIP. 150 050 741 NIP. 150 270 809

Page 4: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

KATA PENGANTAR

Al-hamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah

memberikan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

ini. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW

yang menjadi rahmat bagi seluruh alam, yang menjadi hujjah-Nya atas semua

manusia, pemimpin dan imam kita, teladan dan kekasih kita, beserta kerabat dan

sahabat.

Dalam penulisan skripsi ini tidak sedikit kesulitan serta hambatan yang

dialami oleh penulis, namun banyak juga pelajaran yang didapat, baik dengan

rintangan maupun dengan kemudahan. Berkat dengan kesungguhan hati dan

motivasi serta bantuan dari berbagai pihak, maka segala kesulitan tersebut

memberikan hikmah bagi penulis.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada mereka yang telah membimbing serta memberikan pengarahan

kepada penulis dalam suka maupun duka untuk segera menyelesaikan skripsi.

Penulis menyadari bahwa dukungan dan bimbingan semua pihak yang telah

membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga penulis bisa

menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Adapun ucapan terima kasih ingin penulis

sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, MA., Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat dan

para stafnya yang telah mengarahkan dan melayani seluruh kebutuhan

administratif selama penulis kuliah.

Page 5: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi Agama dan Ibu Jaharotul

Jamilah, M. Si., Sekretaris Jurusan Sosiologi Agama yang telah memberikan

pengarahan dan mengesahkan judul skripsi ini.

3. Prof. Dr. Ahmad Mubarok, MA., dosen pembimbing I dan Dra. Marzuqoh,

MA., dosen pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk

membimbing serta mengarahkan dengan sabar dan tekun sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

4. Dr. H. Suwarno Imam, dosen Penasehat Akademik yang telah membantu

memperbaiki judul skripsi ini.

5. Seluruh dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat yang telah memberikan ilmu

pengetahuan selama perkuliahan sebagai bekal penulis untuk masa yang akan

datang.

6. Kepala Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta para stafnya

yang telah memberikan bantuan dan kemudahan kepada penulis untuk

mendapat berbagai literatur yang dibutuhkan selama penulisan ini, begitu juga

berbagai perpustakaan lain yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.

7. Kepala Sekolah MI Al-Ihsan Cipete-Cilandak, Jakarta Selatan Drs. Mahyudin

HF beserta para dewan guru dan siswa-siswanya yang telah membantu dan

memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian di

tempat tersebut.

8. Terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada kedua orang tua Ayahanda

Sobur H. Aziz dan Ibunda Khalifah yang tercinta yang telah memberikan

curahan dengan penuh kasih sayang, do’a dan cinta serta kesabaran kepada

penulis. Jasa-jasa kalian tak akan bisa kubalas dengan apapun. Semoga Allah

Page 6: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

SWT membalas semua jerih payah dan jasa-jasanya, sekaligus menyayangi

beliau sebagaimana beliau menyayangiku diwaktu aku kecil. Juga tak lupa

kepada kakak-kakakku Abdul Fakih dan isteri tercinta Tuti Fahrianti,

Mahrojah, Ilham yang telah memberikan semangat dan dukungannya, adik-

adikku yang kusayangi Zulfikar (BSI) dan Abdul Khair/ Oih (UHAMKA),

keponakanku tercinta Syavira Aulia Az-Zahra, Udin (terima kasih atas

bantuannya), rental Asem II (makasih ya Mpo’ Hasanah atas bantuannya),

juga kepada keluarga besar H. A. Aziz, tante, om serta sepupu-sepupuku yang

tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan

inspirasi, semangat dan bantuannya kepada penulis untuk selalu tabah dan

terus maju untuk meraih cita-cita yang didambakan orang tua dan berguna

bagi bangsa.

9. Teman-temanku yang tercinta komponen Sosiologi Agama angkatan 2002,

sahabat-sahabatku Farihah, Eva Nailufar, Ama, Dilah, Ina I, Nurlaila

(UHAMKA) dan teman-teman lainnya yang telah banyak membantu serta

memberikan semangat.

Penulis hanya bisa berharap dan berdo’a semoga Allah SWT membalas segala

jasa dan amal baik mereka dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan

pembaca pada umumnya.

Jakarta, 8 Agustus 2006

Penulis

Page 7: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................. iv

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.......................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...................................... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 8

D. Metodologi Penelitian ............................................................. 9

E. Sistematika Penulisan ............................................................. 15

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

A. Orang Tua

1. Pengertian Peranan............................................................ 17

2. Pengertian Orang Tua ....................................................... 21

3. Tugas-tugas dan Kewajiban Orang Tua............................ 23

B. Pembinaan Keberagamaan Anak

1. Pengertian Pembinaan Keberagamaan Anak .................... 33

2. Ruang Lingkup Pembinaan Keberagamaan Anak ............ 39

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembinaan Keberaga-

maan Anak ........................................................................ 40

Page 8: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

BAB III : GAMBARAN UMUM LATAR BELAKANG ORANG TUA

DAN MI AL-IHSAN CIPETE CILANDAK

A. Orang Tua

1. Latar Belakang Pendidikan ............................................... 43

2. Keadaan Ekonomi ............................................................. 44

3. Keadaan Komunitas .......................................................... 44

B. MI Al-Ihsan

1. Sejarah Berdiri dan Perkembangan MI Al-Ihsan .............. 46

2. Organisasi dan Tujuan....................................................... 48

3. Keadaan Guru, Murid dan Karyawan ............................... 49

4. Sarana dan Prasarana......................................................... 52

BAB IV : PERANAN ORANG TUA DALAM PEMBINAAN

KEBERAGAMAAN ANAK

A. Analisa Sosiologis Peranan Orang Tua

1. Peranan Orang Tua Sebagai Pembimbing ........................ 55

2. Peranan Orang Tua Sebagai Teladan ................................ 56

3. Peranan Orang Tua Sebagai Pengawas ............................. 57

B. Hambatan-hambatan yang dihadapi Orang Tua

dalam Pembinaan Keberagamaan Anak

1. Pendidikan......................................................................... 58

2. Ekonomi ............................................................................ 59

3. Pengawasan....................................................................... 59

4. Keteladanan....................................................................... 59

Page 9: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................. 61

B. Saran-saran.............................................................................. 62

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 63

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 10: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Anak adalah anugerah Allah yang tidak ternilai harganya, karena itu ia

harus dibesarkan dengan penuh kasih sayang. Sebagaimana yang disebutkan

dalam sebuah hadits yang artinya bahwa: "seluruh anak dilahirkan dalam keadaan

fitrah, lalu ayah dan ibunya yang menjadikan Yahudi, Majusi dan Nasrani". Setiap

orang tua seharusnya dapat memberikan kasih dan sayangnya kepada anak dalam

jumlah yang cukup. Namun tidak berarti, karena rasa kasih sayang itu orang tua

membiarkan anak berbuat sesuka hatinya.

Anak juga merupakan rahmat Allah yang diamanahkan kepada kedua

orang tuanya yang membutuhkan pemeliharaan, penjagaan, kasih sayang, dan

perhatian. Kesemuanya itu menjadi tanggung jawab orang tua, guru dan

masyarakat sebagai penanggung jawab pendidikan.1

Orang tua, terutama ibu bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-

anaknya. Jika orang tua ingin mempunyai anak yang saleh, tentu ia tidak hanya

berdiam diri atau berpangku tangan saja, karena anak yang saleh tidak lahir (tidak

datang) dengan begitu saja, tetapi ia lahir karena doa orang tua yang dikabulkan-

Nya, dan karena didikannya yang baik, yang tidak pernah mengenal lelah dan

putus asa.2

1 Mohammad Kasiram, Ilmu Jiwa: Perkembangan Bagian Ilmu Jiwa Anak (Surabaya:

Usaha Nasional, 1983). 2 Susi Dwi Bawarni dan Arifin Mariani, Potret Keluarga Sakinah (Surabaya: Media

Idaman Press, 1993), Cet ke-1, h. 65.

Page 11: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

Keluarga merupakan suatu kelompok sosial yang utama tempat anak

belajar menjadi manusia sosial. Rumah tangga menjadi tempat pertama

perkembangan segi-segi sosial anak, dan di dalam interaksi sosial dengan orang

tuanya yang wajar, anak pun memperoleh perbekalannya yang memungkinkannya

untuk menjadi anggota masyarakat yang berharga kelak, sedangkan apabila

hubungannya dengan orang tuanya kurang baik, maka besar kemungkinannya

bahwa interaksi sosialnya pada umumnya pun berlangsung kurang baik pula.

Salah satu pertanda dari pada hubungan baik antara anak dengan orang tuanya

ialah bahwa anaknya tidak segan-segan untuk menceritakan isi hatinya atau cita-

citanya kepada orang tuanya.3

Keluarga juga merupakan suatu kelompok terkecil ditengah masyarakat,

hendaknya berfungsi sebagai suatu tempat pertama dan utama dalam proses

pendidikan. Anak mengalami pembinaan pribadi pada permulaan di dalam

keluarga. Suasana keluarga dan apa yang dihayati di dalam keluarga sangat

berpengaruh pada perkembangan jiwa anak, oleh sebab itu hubungan antara ayah,

ibu dan anak akan mempunyai pengaruh besar terhadap suasana keluarga pada

umumnya, dan khususnya terhadap perkembangan anak; terutama pada kehidupan

perasaan dan kehidupan sosial. Pentinglah bahwa kasih sayang itu perlu dibina

dalam kehidupan keluarga, sehingga setiap anggota keluarga merasa terpuaskan

kebutuhan akan kasih sayang.4

Orang tua juga perlu diberikan penerangan, agar mereka dapat

mengarahkan anak dan memberikan contoh-contoh yang baik di dalam kehidupan

keluarga. Orang tua juga harus mengubah sikapnya yang menguntungkan bagi

3 Gerungan Dipl, Psikologi Sosial (Bandung: PT Eresco, 1987), Cet ke-10, h. 202. 4 Kartini Kartono, Seri Psikologi Terapan IV: Mengenal Dunia Kanak-kanak (Jakarta:

CV. Rajawali, 1985), Cet ke-1, h. 35.

1

Page 12: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

perkembangan anaknya. Mereka harus berusaha untuk memberikan cinta kasih

yang tulus dan perhatian penuh pada anaknya. Hubungan antara ayah dan ibu

harus dibina kembali, agar anak-anak dapat merasakan suasana yang tentram

dalam keluarga, yang dapat tumbuh secara sehat, baik dalam kehidupan pribadi,

jiwa maupun sosialnya.5

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi perkembangan sosial anak-

anak ialah faktor keutuhan rumah tangga, yang dimaksudkan dengan keutuhan

keluarga ialah, pertama-tama keutuhan dalam struktur keluarga, yaitu bahwa di

dalam keluarga itu adanya ayah di samping adanya ibu dan anak-anaknya.

Apabila tidak ada ayahnya atau ibunya atau kedua-duanya, maka struktur keluarga

sudah tidak utuh lagi. Juga apabila ayahnya atau ibunya jarang pulang ke rumah

dan berbulan-bulan meninggalkan anaknya karena tugas atau hal-hal lain, dan hal

ini terjadi secara berulang-ulang, maka struktur keluarga itu pun sebenarnya tidak

utuh lagi. Pada akhirnya, apabila orang tuanya hidup bercerai, juga keluarga itu

tidak utuh lagi.

Selain keutuhan dalam struktur keluarga, dimaksudkan pula keutuhan

dalam interaksi keluarga, jadi bahwa di dalam keluarga berlangsung interaksi

sosial yang wajar (harmonis). Apabila orang tuanya sering bercekcok dan

menyatakan sikap saling bermusuhan dengan disertai tindakan-tindakan yang

agresif, keluarga itu tidak dapat disebut utuh. Ketidakutuhan keluarga pada

umumnya mempunyai pengaruh yang negatif terhadap perkembangan sosial anak-

anaknya.6

5 Kartono, Seri Psikologi Terapan IV: Mengenal Dunia Kanak-kanak, h. 47. 6 Gerungan Dipl, Psikologi Sosial, h. 185.

Page 13: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

Begitu juga dengan keadaan sosiol-ekonomi keluarga tentulah mempunyai

peranan terhadap perkembangan anak-anak, dengan adanya perekonomian yang

cukup dan lingkungan material yang memadai, anak mendapat kesempatan yang

lebih luas untuk memperkembangkan bermacam-macam kecakapan yang tidak

mungkin di peroleh dalam keluarga yang ekonominya terbatas. Hubungan orang

tuanya hidup dalam status sosial-ekonomi serba cukup dan kurang mengalami

tekanan-tekanan fundamental seperti dalam memperoleh nafkah hidup yang

memadai. Orang tua dapat mencurahkan perhatian yang lebih mendalam kepada

pendidikan anaknya apabila ia tidak disulitkan dengan perkara kebutuhan-

kebutuhan primer kehidupan manusia.

Masalah pencarian nafkah, Islam telah menetapkan bahwa urusan mencari

nafkah adalah kewajiban laki-laki, bukan kewajiban wanita. Tetapi jika ia

berkehendak, maka diperbolehkan seorang wanita untuk bekerja, jika diizikan

oleh suaminya atau ayahnya jika ia belum menikah, sebab hal itu mubah baginya.

Seorang wanita diperbolehkan bekerja untuk memperoleh harta; itu adalah

perkara ibadah baginya, bukan merupakan kewajiban, sebab memang tidak ada

beban bagi wanita untuk mencari nafkah. 7

Status sosial-ekonomi bukan merupakan faktor mutlak dalam

perkembangan sosial, sebab hal ini bergantung kepada sikap-sikap orang tuanya

dan bagaimana corak interaksi di dalam keluarga itu. Walaupun status sosial-

ekonomi orang tua memuaskan, tetapi apabila mereka itu, tidak memperhatikan

didikan anaknya atau senantiasa bercekcok, hal itu juga tidak menguntungkan

perkembangan sosial anak-anaknya. Pada akhirnya, perkembangan sosial anak itu

7 Abdurrahman Al-Baghdadi, Emansipasi, Adakah dalam Islam; Suatu Tinjauan Syariat

Islam tentang Kehidupan Wanita (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), Cet ke-9, h. 88.

Page 14: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

turut ditentukan pula oleh sikap-sikap anak sendiri terhadap keadaan keluarganya.

Mungkin sekali status sosial-ekonomi orang tua mencukupi, serta corak interaksi

sosial di rumah pun tiada berkekurangan, namun anak itu berkembang dengan

tidak wajar. Perkembangan sosial memang ditentukan oleh saling pengaruh dari

banyak faktor di luar dirinya dan di dalam dirinya, sehingga tidak mudah pula

untuk menentukan faktor manakah yang menyebabkan kesulitan dalam

perkembangan sosial seseorang, yang pada suatu saat mengalami kegagalan.8

Begitu juga dengan norma-norma dan peraturan-peraturan yang

menjamin berlangsungnya interaksi yang wajar ke arah tercapainya tujuan

keluarga yang sesuai dengan Pancasila yaitu mendidik anaknya menjadi manusia

yang bertanggung jawab terhadap Tuhan, terhadap negara dan masyarakatnya, dan

terhadap dirinya sendiri. Dalam usaha supaya anak-anak itu menaati norma-norma

dan peraturan-peraturan yang menuju ke tujuan keluarga itu, kadang-kadang perlu

juga anak itu di hukum; hukuman tersebut dapat merupakan peringatan, kecaman,

pengasingan, dan hukuman-hukuman yang lebih berat lagi. Kiranya tindakan

menghukum itu, di samping tindakan menghargai, merupakan tindakan yang

terlibat dalam tiap-tiap pendidikan yang wajar, dengan catatan bahwa hukuman itu

diberikan secara objektif dan disertai pengertian akan maksudnya, dan bukan

untuk melepaskan kebencian atau kejengkelan terhadap anak. Maka hukuman itu

kadang-kadang perlu untuk mendidik dan menyalurkan tingkah laku anak ke arah

yang sewajarnya. Adanya tindakan hukuman dalam suatu keluarga dapat

merupakan pertanda bahwa orang tua mempunyai perhatian yang sungguh-

sungguh terhadap perkembangan anaknya. Sebaliknya anak yang tak pernah

8 Gerungan Dipl, Psikologi Sosial, h. 181-182.

Page 15: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

mengalami hukuman itu mungkin mengalami kelalaian dalam pendidikannya,

sebab anak itu memerlukan bimbingan ke arah perkembangan sosialnya yang

wajar, termasuk perkembangan norma-normanya, juga apabila ia melanggar

norma atau peraturan tersebut.9

Pada umumnya pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal

tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik,

melainkan karena secara kodrati suasana dan strukturnya memberikan

kemungkinan alami membangun situasi pendidikan. Situasi pendidikan itu

terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan pengaruh mempengaruhi secara

timbal balik antara orang tua dan anak. Orang tua atau ibu dan ayah memegang

peranan penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Sejak

seorang anak lahir, ibunyalah yang selalu ada disampingnya, oleh karena itu ia

meniru perangai ibunya.10

Berbahagialah anak yang dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga yang

mempunyai pendidikan, beriman dan beramal saleh, dimana keluarga tersebut

memahami ciri-ciri anak pada umur-umur tertentu dan mengetahui keperluan

utama anak pada berbagai tahap umur. Pada umur balita, yang amat diperlukan

oleh anak adalah contoh, pembiasaan dan latihan dan perlakuan yang penuh kasih

sayang yang membawa kepada rasa aman dan tentram dalam kehidupannya yang

masih sangat memerlukan bantuan dan pemeliharaan.

Faktor identifikasi dan meniru pada anak-anak amat penting, sehingga

mereka terbina, terdidik dan belajar dari pengalaman langsung, lebih besar dari

pada informasi atau pengajaran lewat instruksi dan petunjuk dengan kata-kata.

9 Gerungan Dipl, Psikologi Sosial, h. 203-204. 10 Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 35.

Page 16: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

Karena itulah maka suasana keluarga, ketaatan ibu bapak beribadah dan

berperilaku, sikap dan cara hidup yang sesuai dengan ajaran Islam, akan

menjadikan anak yang baru lahir dan dibesarkan dalam keluarga baik, beriman

dan berakhlak terpuji.11

Mengingat begitu pentingnya penanaman pendidikan sedini mungkin bagi

anak-anak dalam kehidupannya, maka penulis tertarik untuk membahas masalah

"Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak" (Studi Kasus di MI

Al-Ihsan Cipete-Cilandak, Jakarta Selatan) sebagai judul karya ilmiah atau skripsi

dengan alasan:

1. Secara umum orang tua dalam mendidik anaknya hanya menyerahkan kepada

sekolah, termasuk juga pendidikan agama. Mereka jarang bahkan tidak pernah

mengawasi pendidikan agama anaknya yang telah diberikan di sekolah,

termasuk memberikan contoh kepada anak dalam kehidupan keberagamaan di

lingkungan keluarganya, seperti tata cara makan, minum, tata cara berpakaian,

tata cara bersikap kepada kedua orang tua, kepada orang lain, seperti kepada

saudara saudaranya, teman-temannya, termasuk juga tata cara beribadah

seperti tata cara berwudhu yang baik yang disertai dengan do'a-do'anya, shalat

lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan.

2. Pendidikan agama yang diberikan di sekolah bukan merupakan jaminan, bahwa

anak atau siswa telah mendapatkan pendidikan agama secara memadai, karena

yang diberikan di sekolah hanya 2 jam pelajaran (80 menit) dalam satu

minggu, belum lagi disebabkan oleh suatu hal yang tidak terduga sehingga

jam pelajaran agama tidak dapat dilaksanakan.

11 Zakiyah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah (Jakarta: CV.

Ruhama, 1995), Cet ke-2, h.74-75.

Page 17: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

3. Pendidikan agama pada anak dapat membentangi dirinya dari pengaruh luar

yang bersifat negatif yang dapat merusak jiwa anak, seperti pengaruh media

elektronik, media cetak dan informasi-informasi dari luar yang diperoleh

dalam kehidupan anak-anak. Berdasarkan latar belakang masalah diatas

penulis membahas skripsi ini dengan judul peranan orang tua dalam

pembinaan keberagamaan anak di MI Al-Ihsan Cipete-Cilandak, Jakarta

selatan.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah dalam pelaksanaan penelitian, penulis membatasi

masalah yang diteliti tentang upaya orang tua dalam membina keberagamaan anak

di MI Al-Ihsan Cipete-Cilandak, Jakarta Selatan khususnya orang tua kelas VI.

2. Peumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka penulis merumuskan

permasalahann karya ilmiah atau skripsi sebagai berikut:

- Bagaimana peranan orang tua dalam membina keberagamaan anak di MI Al-

Ihsan Cipete-Cilandak, Jakarta Selatan khususnya orang tua kelas VI.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan formal dari penelitian ini adalah sebagai tugas akhir untuk

mendapatkan gelar Sarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta. Dan adapun yang menjadi tujuan utama penelitian ini adalah untuk

Page 18: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

memahami dan menganalisis peranan orang tua dalam membina keberagamaan

anak di MI Al-Ihsan Cipete-Cilandak, Jakarta Selatan.

Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui peranan orang tua dalam membina keberagamaan anak.

2. Dapat mengetahui bagaimana orang tua dalam menanamkan ajaran agama

pada anak-anak mereka.

3. Sebagai laporan ilmiah kepada Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta untuk mencapai gelar kesarjanaan.

D. Metodologi Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mencoba mengumpulkan bahan-bahan data

yang diperlukan dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini dengan

menggunakan metodologi penelitian sebagai berikut:

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode pendekatan

kuantitatif dengan dukungan data kualitatif. Pendekatan kuantitatif yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan bentuk studi kasus yang dapat

memberikan nilai tambah pada pengetahuan kita secara unik tentang fenomena

individual dan dapat digeneralisasikan ke dalam proposisi teoritis.12

2. Teknik Pengumpulan Data

12 Robert K. Yin, Studi Kasus (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), h. 4.

Page 19: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

Dalam rangka memperoleh data yang diperlukan, serta informasi yang

dibutuhkan sebagai bahan dalam rangka penelitian skripsi ini, maka teknik

pengumpulan data yang penulis gunakan adalah sebagai berikut:

Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu penulis terjun langsung ke

objek penelitian untuk memperoleh data primer. Adapun teknik yang dipakai

dalam penelitian lapangan ini adalah sebagai berikut:

a). Angket atau Kuesioner

Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau

hal-hal yang ia ketahui. Angket dipakai untuk menyebut metode maupun

instrument. Dalam menggunakan metode angket atau kuesioner instrument yang

dipakai adalah angket atau kuesioner. Angket ini dibagikan kepada orang tua yang

dijadikan sebagai responden dan digunakan untuk mendapatkan data dan

informasi yang berhubungan dengan pembinaan orang tua terhadap keberagamaan

anak di MI Al-Ihsan Cipete-Cilandak, Jakarta Selatan. Dengan cara menyebarkan

angket ini penulis tidak perlu bertatap muka, juga menghemat waktu dan tenaga.

Selain itu juga responden diberi waktu luang untuk menjawab pertanyaan dan

mengisi jawaban tersebut. Angket yang disebarkan dalam penelitian ini terdiri dari

24 butir pertanyaan dan dengan empat alternatif jawaban, yaitu a, b, c dan d

sehingga responden tinggal memilih antara satu jawaban yang tepat menurutnya

sendiri. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dibagi menjadi 3 variabel, variabel

tersebut meliputi: orang tua berperan sebagai pembimbing bagi anaknya, orang

tua berperan sebagai pengawas bagi anaknya dan orang tua berperan sebagai

Page 20: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

teladan bagi anaknya. Untuk lebih jelasnya dari beberapa butir pertanyaan tersebut

dapat dilihat pada tabel berikut:

Variabel Penelitian

No Variabel Jumlah Item Jumlah Jawaban 1. Orang sebagai pembimbing 8 4 2. Orang tua sebagai pengawas 8 4 3. Orang tua sebagai teladan 8 4

b). Wawancara

Interview yang sering juga disebut wawancara atau kuesioner lisan adalah

sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewner) untuk

memperoleh informasi dari terwawancara atau yang diwawancarai (narasumber).

Interview yang digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang,

misalnya untuk mencari data variabel latar belakang murid, orang tua, pendidikan

dan lain-lain.

Dalam pelaksanaannya wawancara dibagi menjadi tiga bagian,

diantaranya:

a).Wawancara bebas (inguided interview), dimana pewawancara bebas

menanyakan apa saja yang diinginkannya, tetapi ia juga harus mengingat akan

data apa yang akan dikumpulkannya. Dalam pelaksanaannya pewawancara

tidak membawa pedoman apa yang akan ditanyakannya.

b). Wawancara terpimpin (guided interview), yaitu wawancara dilakukan dengan

membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci.

Page 21: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

c). Wawancara bebas terpimpin, yaitu kombinasi antara wawancara bebas dan

wawancara terpimpin. Dalam pelaksanaannya, pewawancara hanya membawa

pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan

ditanyakan.13

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode wawancara bebas terpimpin,

yang berarti dalam wawancara ini penulis hanya membawa pedoman yang hanya

merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan. Adapun wawancara

ini ditujukan kepada kepala Madrasah MI Al-Ihsan, para guru dan karyawan yang

menyangkut latar belakang sekolah dari sejak berdirinya hingga saat ini,

wawancara ini juga ditujukan kepada para orang tua guna mengetahui

keberagamaan anak mereka. Wawancara ini dilakukan sebanyak tujuh kali baik

dengan para guru atau pun dengan para orang tua.

c). Metode Kepustakaan (Library Research)

Metode kepustakaan ini digunakan untuk memperoleh data dan informasi

yang berkaitan dengan permasalahan dari berbagai sumber. Metode ini digunakan

untuk mendukung penelitian dengan cara mencari teori-teori yang sudah ada.

3. Populasi dan Sampel

Adapun populasi dan sample dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a). Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin

meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya

merupakan penelitian populasi.14 Populasi yang terdapat pada lapangan penelitian

13 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka

Cipta, 1996), Cet ke-10, h. 144-145. 14 Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, h. 115.

Page 22: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

ini adalah seluruh orang tua kelas I sampai kelas VI MI Al-Ihsan Cipete-Cilandak,

Jakarta Selatan yang berjumlah 192 orang tua.

b). Sampel

Jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian

tersebut disebut penelitian sampel. Sampel adalah sebagian atau wakil dari

populasi yang diteliti.15 Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sampel purposif (purposive sampling), yaitu sampel yang ditetapkan secara

sengaja oleh peneliti didasarkan atas pertimbangan tertentu, jadi tidak melalui

proses pemilihan sebagaimana yang dilakukan dalam teknik random. Jadi

penelitian ini hanya tertuju kepada orang tua kelas VI yang berjumlah 30 orang

tua dengan alasan bahwa murid kelas VI telah menempuh pendidikan di MI Al-

Ihsan Cipete-Cilandak, Jakarta Selatan selama kurang lebih 5 tahun, sehingga para

orang tua mengetahui dengan pasti tentang peranan mereka terhadap putra-

putrinya.

4. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data

Dalam pengolahan data ini penulis memperoleh data melalui angket,

wawancara dan studi kepustakaan kemudian diolah dan diedit yang selanjutnya

dianalisis dan disimpulkan.

Adapun data yang diperoleh melalui angket dianalisa dan diolah data

statistik frekuensi, yaitu memeriksa jawaban-jawaban dari para orang tua lalu

dijumlahkan, diklasifikasikan dan ditabulasikan (dibuat tabel), data yang didapati

15 Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, h. 117.

Page 23: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

dari setiap item jawaban akan dibuat satu tabel yang didalamnya langsung dibuat

frekuensi dan menggunakan rumus:

P = F x 100% N

Dimana:

P= Prosentase

F= Frekuensi

N= Jumlah Sampel

100%= Bilangan Tetap

Analisa Data

Setelah data yang diperlukan terkumpul, langkah selanjutnya adalah

menganalisis data. Untuk menganalisis data (suatu cara yang digunakan untuk

menguraikan data agar dapat dipahami), maka penulis melakukan langkah-

langkah sebagai berikut:

1). Editing: Pada tahap ini dilakukan pengecekan pengisian angket atau meneliti

kembali angket yang telah diisi oleh responden, setiap angket harus diteliti

satu persatu mengenai kelengkapan, kejelasan dan kebenaran pengisian angket

tersebut sehingga meminimalisir dan menghindarkan dari kekeliruan atau

kesalahan dalam mendapatkan informasi sehingga dapat diperoleh data yang

akurat.

Page 24: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

2). Koding: Yaitu usaha mengklasifikasikan jawaban responden menurut

macamnya, pada tahap koding ini penulis hanya membuat pertanyaan berupa

pilihan ganda (close question).

3). Tabulating: Yaitu langkah perhitungan jawaban (penyusunan data jawaban

responden) yang telah diberikan skor ke dalam bentuk tabel, dalam penelitian

ini penulis menggunakan persentase untuk semua jawaban.

E. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dan memperjelas penulisan skripsi ini, penulis

membaginya kedalam lima bab sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan, yang berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi

penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Kajian Pustaka, yang berisi tentang studi pustaka mengenai orang tua

dalam pembinaan keberagamaan anak yang terdiri dari pengertian,

tugas-tugas dan kewajiban orang tua dalam membina keberagamaan

anak, ruang lingkup pembinaan keberagamaan anak, dan faktor-faktor

yang mempengaruhi pembinaan keberagamaan anak.

BAB III : Gambaran umum tentang objek penelitian, yang berisi tentang orang tua

mengenai latar belakang pendidikan, keadaan ekonomi dan keadaan

komunitas, sejarah berdiri dan perkembangan tempat penelitian,

organisasi dan tujuan, keadaan guru, murid dan karyawan serta sarana

dan prasarananya.

BAB IV : Peranan orang tua dalam pembinaan keberagamaan anak di MI Al-

Ihsan, yang berisi tentang peranan orang tua sebagai pembimbing,

Page 25: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

peranan orang tua sebagai teladan dan peranan orang tua sebagai

pengawas serta hambatan-hambatan yang dihadapi orang tua dalam

pembinaan keberagamaan anak yang terdiri dari pendidikan, ekonomi,

pengawasan dan keteladanan.

BAB V : Penutup, pada bab ini penulis menguraikan tentang kesimpulan dan

saran-saran.

Adapun teknik penulisan skripsi ini menggunakan buku “ Pedoman

Akademik Fakultas Ushuluddin dan Filsafat “ yang diterbitkan oleh UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, (UIN) Press, 2005-2006.

Page 26: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Orang Tua 1. Pengertian Peranan

Dalam kamus Bahasa Indonesia, pengertian "peranan" berasal dari kata

“peran" yang berarti seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang

yang berkedudukan di masyarakat. Kata peran jika mendapat awalan pe- dan

akhiran an- menjadi "peranan" yang mempunyai arti bagian dari tugas utama yang

harus dilaksanakan.1

Dalam peranan yang berhubungan dengan pekerjaannya, seseorang

diharapkan menjalankan kewajiban-kewajibannya yang berhubungan dengan

peranan yang dipegangnya. Gross, Mason dan McEachern mendefinisikan

peranan sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang

menempati kedudukan sosial tertentu. Harapan-harapan tersebut merupakan

imbangan dari norma-norma sosial dan oleh karena itu dapat dikatakan bahwa

peranan-peranan itu ditentukan oleh norma-norma di dalam masyarakat.

Maksudnya seseorang diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan oleh

masyarakat di dalam pekerjaannya, di dalam keluarga dan di dalam peranan-

peranan lainnya.

Di dalam peranan terdapat 2 (dua) macam harapan, yaitu: 1). Harapan-

harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran atau kewajiban-kewajiban dari

pemegang peran, 2). Harapan-harapan yang dimiliki oleh si pemegang peran

1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:

Balai Pustaka, 1988), Cet ke-1, h. 667.

Page 27: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

terhadap masyarakat atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengannya

dalam menjalankan peranannya atau kewajiban-kewajibannya.2

Dalam konsep Islam fiqh (al-ahwal al-syakhshiyyah) telah diatur stuktur

dan fungsi anggota keluarga. Setiap anggota keluarga mempunyai peran dan tugas

serta tanggung jawab masing-masing. Seorang laki-laki (suami) sebagai kepala

rumah tangga mempunyai tugas dan bertanggung jawab untuk memberi nafkah

bagi keluarganya (isteri dan anak-anak), sementara perempuan (isteri)

berkewajiban mengasuh, merawat, dan mendidik anak-anak serta mengurus

masalah-masalah domestik (dalam rumah).3

Seorang ayah dianggap sebagai kepala keluarga yang diharapkan

mempunyai sifat-sifat kepemimpinan yang mantap sesuai dengan ajaran-ajaran

tradisional (jiwa), maka seorang pemimpin harus dapat memberikan semangat

sehingga pengikut itu kreatif. Sebagai seorang pemimpin di dalam rumah tangga,

seorang ayah juga harus mengerti serta memahami kepentingan-kepentingan dari

keluarga yang dipimpinnya.

Walaupun tidak dinyatakan secara konkret, akan tetapi pada umumnya

anak-anak mengharapkan fungsi-fungsi ideal tersebut di atas terwujud di dalam

kenyataannya. Di dalam proses sosialisasi, seorang ayah harus dapat menanamkan

hal-hal yang kelak dikemudian hari, merupakan modal utama untuk dapat berdiri

sendiri. Misalnya, seorang ayah diharapkan untuk menurunkan nilai/ norma yang

memegang teguh prinsip tanggung jawab terhadap hal-hal yang dilakukan. Nilai

2 David Berry, Pokok-pokok Pikiran dalam Sosiologi (Jakarta: CV. Rajawali, 1981), h.

99-101. 3 Zaitunah Subhan, Rekonstruksi Pemahaman Jender dalam Islam; Agenda Sosio-

Kultural dan Politik Peran Perempuan (Jakarta: el-Kahfi, 2002), Cet ke-1, h. 112.

Page 28: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

kejujuran merupakan nilai yang harus diutamakan oleh seorang ayah, dan sikap

untuk senantiasa tidak bergantung kepada orang lain.

Di dalam menanamkan rasa tanggung jawab di dalam diri si anak, bahwa

apabila dia berbuat kesalahan, maka pengakuan harus datang dari dirinya. Artinya,

jangan sampai menunggu bahwa kesalahan tersebut ditunjuk oleh orang lain. Dari

seorang ayah diharapkan suatu kewibawaan, dan semakin meningkat usia si anak,

peranan tersebut berubah menjadi seorang kakek atau sahabat.4

Seperti yang sudah dijelaskan diatas tentang peranan ayah, ada juga

peranan ayah atau pria yang disebutkan dalam buku yang berjudul “Wanita

Indonesia, Konsepsi dan Obsesi”, sebagai berikut:

- pria berperan sebagi bapak atau suami dalam kehidupan rumah tangga.

- pria berperan sebagai pemimpin atau kepala rumah tangga.

- pria berperan sebagai pengambil keputusan utama dalam rumah tangga.

- pria berperan sebagai pengarah atau penunjuk jalan dalam rumah tangga.

- pria berperan sebagai pendidik atau pengajar bagi anggota keluarga di

rumah tangga.

- pria berperan sebagai motor penggerak jalannya rumah tangga sekaligus

berfungsi sebagai mekanisme atau tukang memperbaiki bila terjadi kerusakan

dalam roda rumah tangga.5

Begitu juga dengan peranan ibu pada masa anak-anak besar sekali. Sejak

anak dilahirkan, peranan tersebut tampak dengan nyata sekali. Tugas alami untuk

4 Soerjono Soekanto, Sosiologi Keluarga; Tentang Ihwal Keluarga, Remaja dan Anak

(Jakarta: Rineka Cipta, 1992), Cet ke-2, h. 116. 5 Istiadah, Pembagian Kerja Rumah Tangga dalam Islam (Jakarta: Penerbit Kerjasama

antara Lembaga Kajian Agama dan Jender dengan Perserikatan Solidaritas Perempuan, 1999), Cet ke-1, h. 7-8.

Page 29: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

pekerjaan ibu adalah mengurus rumah tangga, menjadi seorang istri, menjadi ibu

dari anak-anaknya, serta menjadi pendidik, pengatur, dan pemelihara rumah

tangga. Ibu adalah pemimpin rumah tangganya dan dia akan dimintai pertanggung

jawaban atas kepemimpinannya itu.6

Kaum suami diposisikan sebagai kepala keluarga karena pada umumnya

mereka yang lebih kuat, sehingga merekalah yang melindungi kaum istri. Dalam

hal ini, tidak berarti mereka harus memiliki semua kekuasaan, melainkan harus

ada kesepakatan atau kerjasama. Suami dan istri yang saling membantu,

menolong dan memikul tanggung jawab bersama merupakan “kata kunci”.

Pada suatu kenyataan yang harus disadari bersama antara suami-istri atau

laki-laki dan perempuan bahwa kepemimpinan sebuah keluarga atau rumah

tangga sebaliknya dilaksanakan bersama-sama, sebab jika hanya satu dari dua,

akan memunculkan kediktatoran.7

Orang tua sebenarnya merupakan kunci motivasi dan keberhasilan anak.

Tidak ada pihak lain yang akan dapat menggantikan peranan orang tua seutuhnya.

Keberhasilan orang tua di dalam menunjang motivasi dan keberhasilan anak

terletak pada eratnya hubungan orang tua dengan anak-anaknya. Orang tua

merupakan tempat anak berlindung dan mendapatkan kedamaian melalui

keserasian antara ketertiban dan ketentraman, dan mempertimbangkan dan

mempertimbangkan pengaruh-pengaruh yang datang dari luar.8

6 Husein Syahatah, Ekonomi Rumah Tangga Muslim (Jakarta: Gema Insani Press, 1998),

Cet ke-1, h. 127. 7 Subhan, Rekonstruksi Pemahaman Jender dalam Islam, h. 29. 8 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali Press, 1987), Cet ke-

8, h. 413.

Page 30: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

2. Pengertian Orang Tua

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata orang tua mempunyai arti

sebagai berikut: 1). Ayah ibu dan kandung, 2). Orang yang dianggap tua (cerdik,

pandai, ahli, dsb), 3). Orang-orang yang dihormati dan disegani dikampung.9

Sedangkan dalam Bahasa Arab, orang tua bisa diistilahkan dengan "al-

Walidain". Kata ini adalah bentuk jamak dari "al-waalid" yang bisa diartikan

bapak kandung. Sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah SWT dalam Q.S.

Al-Isra ayat 23, yang berbunyi:

وقضى ربك ألا تعبدوا إلا إياه وبالوالدين إحسانا إما يبلغن عندك فلا تقل لهما أف ولا تنهرهما وقل لهما الكبر أحدهما أو آلاهما

قولا آريما "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah

selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia".10

Pengertian orang tua juga adalah ibu bapak yaitu orang yang melahirkan

(bagi ibu), merawat, mendidik, dan bertanggung jawab terhadap anak-anaknya

dalam aspek kehidupan yang dapat membentuk anak menjadi pribadi-pribadi yang

mampu mensosialisasikan semua itu dalam kehidupan beragama. berbangsa dan

bernegara.

Kedua orang tua melakukan bagian (kewajiban) mereka dalam

membesarkan anak-anak dengan bayaran berupa kesenangan dan kenyamanan

9 Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 629. 10 Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an (YPPA), Al-Qur’an dan Terjemahnya

(Jakarta: YPPA, 1971), h. 427.

Page 31: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

yang mereka dapatkan. Ayah merasa bahagia menghabiskan uangnya yang

didapatkannya dengan susah payah atas mereka, sementara ibu memberi makan

mereka dari (air susu)nya. Oleh karenanya anak-anak tumbuh besar oleh kerja

keras bersama, cinta dan kasih sayang dari kedua orang tua mereka. Maka dari itu

perlakuan yang terbaik dari anak-anak (untuk mereka) ditekankan dalam al-

Qur’an dan Sunnah. Tetapi hal itu adalah juga suatu fakta yang paling sederhana,

bahwa seorang ibu melakukan lebih banyak pengorbanan dan memikul

penderitaan lebih besar dari pada seorang ayah ketika membesarkan anak-anak.

Ibu memberi makanan dan menjaga mereka dengan mengorbankan

kesenangannya di siang hari dan tidurnya di malam hari, tanpa suatu perasaan

ketamakan (kerakusan) atau tekanan (paksaan), tetapi semata-mata keluar dari

perasaan cinta yang tidak mementingkan diri sendiri dan ikhlas yang belum

pernah terjadi sebelumnya di dalam sejarah manusia. Inilah alasan mengapa al-

Qur’an telah memberi ibu kedudukan lebih penting dan menekankan atas anak-

anak agar lebih penuh perhatian serta bersikap patuh kepadanya jika dibandingkan

dengan ayah.

Fakta menjadi jelas, bahwa ibu mendapat pelayanan, cinta, sikap patuh,

ketaatan dan terima kasih anak-anaknya lebih dari sang ayah. Ini dibenarkan,

karena sang ibu menghadapi penderitaan yang pedih, dan memberikan

pengorbanan yang khusus dalam membesarkan anak-anaknya.11

Hadits Nabi SAW, yang mengatakan bahwa “ibu adalah pengembala di

rumah tangga dan suaminya bertanggung jawab atas gembalaannya”,

sesungguhnya mengisyaratkan kerjasama ibu dan ayah dalam pendidikan anak.

11 Akhlak Husain, Menjadi Orang Tua (Muslim) Terhormat (Surabaya: Risalah Gusti,

2000), h. 23-24.

Page 32: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

Hanya saja, terutama dalam lingkungan keluarga yang menuntut ayah lebih berada

di luar rumah untuk mencari nafkah dan ibu lebih banyak di rumah untuk

mengatur urusan rumah dan pengaruh pendidikan yang diberikan ibu lebih besar.

Hal ini karena anak dalam proses tumbuh kembangnya sampai menjadi manusia

yang memikul kewajiban banyak dekat dengan ibunya. Itulah sebabnya mengapa

wanita penting dipersiapkan untuk menjadi ibu yang diharapkan mampu

menjalankan tugas sebagai pendidik.

Tugas-tugas dan Kewajiban Orang Tua

Di masa ini banyak buku-buku bacaan, majalah-majalah yang menjelaskan

teori pendidikan dan ilmu jiwa perkembangan anak untuk membekali orang tua

dalam mendidik anak. Sedangkan di dalam Al-Qur'an/ Hadits banyak dijelaskan

tentang kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan oleh orang tua, antara lain

adalah:

a. Menanamkan akidah atau tauhid

b. Memberi nama yang baik kepada anak

c. Menanamkan akhlak yang baik

d. Mendidik anak agar berbakti kepada kedua orang tua

e. Melatih anak mengerjakan shalat

f. Mengajarkan Al-Qur'an

Anak merupakan amanat Allah yang dititipkan kepada kedua orang

tuanya, karena itu anak dilahirkan dalam keadaan suci. Bagaimana kelak jadinya

dikemudian hari, tergantung kedua orang tuanya yang mendidik, membina,

merawat sekaligus mengarahkannya.

Page 33: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

Sesuai dengan ajaran Islam, pendidikan anak merupakan tanggung jawab

kedua orang tua, dan hasil ataupun buah dari pendidikan anak tersebut kelak

diakhirat nanti, kedua orang tuanya akan diminta pertanggung jawaban oleh Allah

SWT. Dalam hal ini tugas-tugas dan kewajiban orang tua terhadap anaknya antara

lain adalah:

a. Menanamkan akidah atau tauhid

Kewajiban pokok manusia adalah taat kepada Allah, karena itu sebagai

orang tua harus mendidik anak-anaknya dengan akidah tauhid, yaitu menanamkan

keimanan kepada Allah SWT. Tuhan Maha Tunggal dan Maha Berkuasa atas

segala-galanya yang wajib disembah, menyembah selain Allah adalah perbuatan

syirik.12 Sebagaimana yang dijelaskan Allah melalui firman-Nya;

وإذ قال لقمان لابنه وهو يعظه يابني لا تشرك بالله إن الشرك لظلم عظيم

" Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia

memberi pelajaran kepadanya: " Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah), sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".(QS. Luqman/ 31: 13).13

Menanamkan ajaran tauhid kepada anak sejak kecil adalah kewajiban

paling utama bagi orang tua. Tauhid dalam bentuknya yang murni merupakan

akidah (keyakinan yang kuat dalam jiwa) yang akan menjadi " way of life " (asas

hidup). Bukan hanya sekedar ucapan yang terlontar lewat mulut atau hanya

menempel dihati, akan tetapi akidah tauhid meronai seluruh hidup dan kehidupan

seseorang. Tauhid yang benar akan tercermin dalam syariat yang benar dan akhlak

yang mulia. Efeknya yang pertama antara lain menerapkan syariat Allah sebagai

12 M. Thalib, 40 Tanggung Jawab Orang Tua terhadap Anak (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 1995), Cet ke-9, h. 82.

13 Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an (YPPA), Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 654.

Page 34: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

pokok hukum yang mendominasi hidup dan kehidupan manusia. Jika tidak, maka

akidah tauhid berarti belum tegak dalam dirinya, sebab hanya dengan tauhid jiwa

itu akan tegak. Sebaliknya, tauhid (akidah) seseorang itu belum dianggap tegak

jika pengaruhnya tidak dapat direalisasikan dalam seluruh aspek kehidupan.14

Untuk dapat mengajarkan tauhid pada anak-anak, terlebih dahulu orang

tua harus mengetahui pentingnya pendidikan tauhid agar tidak lengah

menanamkan ajaran ini kepada anak-anak. Orang tua juga harus lebih dahulu

wajib mengetahui keyakinan dan perbuatan-perbuatan syirik, kufur dan munafik.

Jika orang tua sendiri tidak tahu makna keyakinan syirik dan kafir, maka

keyakinan tauhid sudah tentu tidak akan dapat ia ajarkan kepada anaknya.

Upaya untuk mengajarkan tauhid atau akidah kepada anak dapat ditempuh

dengan praktis adalah sebagai berikut: mengajarkan ayat-ayat Al-Qur'an yang

menerangkan tanda-tanda kekuasaan Allah di alam ini, memberikan pendidikan

keimanan yaitu mengajarkan anak beriman kepada Allah, beriman kepada

Malaikat, beriman kepada Kitab, beriman kepada hari akhir, beriman kepada

takdir dan beriman kepada perkara-perkara yang ghaib.

Pendidikan keimanan adalah mengajarkan kepada seorang anak sejak

mulai anak dapat berfikir tentang rukun iman serta membiasakan anak untuk

melaksanakan rukun Islam dan mengajarkan pula tentang syariat Islam sejak masa

tamyiz atau usia sekolah.

Wajib bagi orang tua atau pendidik untuk menumbuhkan dalam jiwa

seorang anak kefahaman tentang keimanan, sebagai dasar bagi pendidikan Islam.

Dengan demikian akan terjalinlah akidah yang benar dengan ibadah yang sesuai.

14 Bawarni dan Mariani, Potret Keluarga Sakinah, h. 69.

Page 35: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

Maka anak hanya akan mengenal Islam sebagai agamanya dan Al-Qur'an sebagai

imannya serta Rasulullah SAW sebagai tokoh dan pemimpin yang wajib

diteladani.15

Selain langkah menanamkan tauhid, orang tua harus menjauhkan anak-

anak dari bacaan-bacaan, kaset-kaset serta film-film yang potensial merusak

akidah, akhlak dan kesehatan jiwa anak. Melihat betapa banyaknya ajaran yang

sesat, pikiran yang bertentangan dengan akidah tauhid, maka orang tua wajib

membimbing anak-anaknya dalam memilih buku bacaan, kaset, nyanyian atau

ceritera dan film sejarah atau pun ilmu pengetahuan. Karena pada zaman modern

ini sarana kemusyrikan, kekafiran dan kemunafikan jauh lebih banyak dibanding

sarana pendidikan tauhid. Juga perlu diperhatikan oleh para orang tua pola pikir

kafir dan musyrik agar anak-anak dapat diselamatkan dari pengaruh berfikir kufur

dan syirik.16

b. Memberi nama yang baik kepada anak

Ada dua kewajiban orang tua yang mutlak harus diberikan kepada putra-

putrinya yang baru lahir, adalah memberikan nama yang baik dan memberikan

kasih sayang. Rasulullah SAW menerangkan hadits yang artinya berbunyi "

sebagian dari pada kewajiban ayah terhadap anaknya ialah beri dia nama yang

baik, ajari dia menulis dan kawinkan dia apabila ia baligh " (HR. Ibnu Najjar).

Salah satu hak anak yang harus dipenuhi oleh orang tuanya adalah

memberikan nama yang baik karena nama merupakan segala sesuatu yang berarti

baik bagi sang anak. Karena nama mengandung sebuah makna dan harapan dari

kedua orang tuanya. Untuk itu, hendaknya orang tua memberikan nama yang

15 Salwa Shahab, Membina Muslim Sejati (Gresik: Karya Indonesia, 1989), Cet ke-1, h. 24.

16 Thalib, 40 Tanggung Jawab Orang Tua terhadap Anak, h. 86.

Page 36: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

mempunyai harapan baik di hari depannya, sehingga menjadi motivasi bagi sang

anak dalam mengarungi bahtera kehidupan. Selain mengandung makna dan

harapan orang tua, nama sangat berarti untuk kepentingan diri sendiri, karena

nama merupakan predikat dan identitas seseorang.

Nama yang diberikan orang tuanya seringkali menentukan kehormatannya,

dengan nama itu dapat menunjukkan identitas keluarganya, bangsa dan agama.

Para ahli ilmu jiwa anak-anak maupun ahli pendidikan anak menyadari

pentingnya nama dalam pembentukan konsep jati diri. Secara tidak sadar orang

akan didorong untuk memenuhi citra (image, gambaran) yang terkandung dalam

namanya. Teori labelling (penamaan) menjelaskan, kemungkinan seseorang

menjadi jahat karena masyarakat menamainya sebagai penjahat. Untuk itu Islam

mengajarkan kepada umatnya “berilah nama yang baik kepada anak-anakmu"

karena nama mengandung unsur doa dan harapan dimasa yang akan datang.17

Nama seseorang juga tidak hanya terpakai semasa ia hidup di dunia ini,

tetapi terus terpakai sampai di alam akhirat. Dihadapan Allah kelak, ketika kita

semua menghadapi panggilan dan perhitungan amal kita, nama yang kita pakai di

dunia inilah yang akan disebut untuk memanggil diri kita. Karena itu, hendaklah

para orang tua memberi nama yang baik lagi indah kepada anak-anaknya, nama

yang mengandung pujian atau doa dan harapan atau semangat keluhuran.18

c. Menanamkan akhlak yang baik

Setiap orang tua ingin membina anaknya agar menjadi orang yang baik,

mempunyai kepribadian yang kuat, sikap mental yang sehat dan akhlak yang

17 Maimunah Hasan, Membangun Kreativitas Anak secara Islami (Yogyakarta: Bintang

Cemerlang, 2001), h. 10-11. 18 Thalib, 40 Tanggung Jawab Orang Tua terhadap Anak , h. 47-49.

Page 37: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

terpuji. Semuanya itu dapat di usahakan melalui pendidikan, baik yang formil (di

sekolah) maupun yang informal (di rumah).19

Orang tua berkewajiban membiasakan anak-anaknya berakhlak Islam, dan

setiap orang tua juga harus tahu seluk beluk agama Islam agar ia dapat

mengajarkannya kepada anak-anaknya. Adapun yang harus diajarkan orang tua

kepada anaknya tentang pendidikan akhlak antara lain adalah: orang tua harus

senantiasa tanggap terhadap perilaku anaknya yang tidak sesuai dengan Islam.

Jadi, orang tualah yang harus istiqamah menjaga akhlak Islam supaya anak-

anaknya dapat mencontoh dan melakukan akhlak yang baik, bila hendak masuk

rumah mengucapkan salam, hendak bepergian pamit dan minta izin kepada kedua

orang tua, berdo'a sebelum dan sesudah tidur dan menjauhkan diri dari hal-hal

kotor.20

Adapun tujuan dari pendidikan akhlak antara lain adalah membentuk

putera-puteri berakhlak mulia, berbudi luhur, bercita-cita tinggi, berkemauan

keras, beradab sopan santun, baik tingkah lakunya, manis tutur bahasanya, jujur

dalam segala perbuatannya, suci murni hatinya. 21

d. Mendidik anak agar berbakti kepada kedua orang tua

AI-Qur'an telah mengisahkan derita sengsara seorang ibu dalam

mengandung, melahirkan, menyusui dan memelihara anak-anaknya. Begitu pula

betapa beratnya dan susahnya seorang bapak berusaha mencari nafkah untuk istri

dan anak-anaknya.

19 Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1996), Cet ke-15, h.

56. 20 Thalib, 40 Tanggung Jawab Orang Tua terhadap Anak, h. 80-81. 21 H. Mahmud Yunus, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran (Jakarta: PT. Hidakarya

Agung, 1990), Cet ke-3, h. 22.

Page 38: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

Semua pengorbanan ini mengharuskan seseorang untuk memikirkan dan

merasakan betapa perlunya membalas budi kebaikan ibu dan bapak.22 Dalam hal

ini Allah berfirman dalam Q.S. Al-Luqman/ 31:14

ووصينا الإنسان بوالديه حملته أمه وهنا على وهن وفصاله في

ي ولوالديك إلي المصيرعامين أن اشكر ل"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua

orang tua ibu bapak; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapinya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu".23

Kewajiban taat kepada kedua orang tua menempati urutan kedua setelah

Allah, karena itu sang ibu wajib mengajarkan kepada putera-puterinya agar

berbakti kepada kedua orang tuanya sejak kecil agar tidak menjadi orang lalai,

yang melupakan budi jasa orang tuanya. Banyak terjadi, anak-anak acuh bahkan

melawan orang tuanya. Ini tidak lain disebabkan kelalaian orang tuanya sebagai

pendidik yang pertama.24

Islam memberikan tuntunan berbuat baik dan bertindak yang beradab

kepada ibu bapak, antara lain:

_ orang tua harus mengajarkan kepada anaknya bahwa keridhaan Allah terletak

pada keridhaan orang tua.

- berbakti kepada orang tua harus didahulukan dari pada jihad di jalan Allah SWT,

berdo'a untuk orang tua setelah mereka wafat dan menghormati teman mereka

itu termasuk pengabdian kepada kedua orang tua.

22 M. Thalib, Pedoman Mendidik Anak Menjadi Shalih (Bandung: Irsyad Baitus Salam,

1996), Cet ke-1, h. 161-162. 23 Yayasan Penyelenggara dan Penterjemah Al-Qur’an (YPPA), Al-Qur’an dan

Terjemahnya, h. 654. 24 Bawarni dan Mariani, Potret Keluarga Sakinah, h. 71.

Page 39: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

- berbakti kepada ibu harus didahulukan dari pada berbakti kepada bapak. Islam

mendahulukan berbakti kepada ibu ketimbang kepada ayah karena sebab

berikut: karena ibu lebih banyak memperhatikan anak, mulai hamil, melahirkan,

menyusui, megurus, merawat dan mendidik anaknya dari pada ayah.

- tatakrama berbakti kepada kedua orang tua. Kewajiban para pendidik adalah

mengajari anak-anak akan sopan santun bertingkah laku terhadap orang tua

mereka yang urutannya adalah sebagai berikut: anak-anak tidak berjalan di depan

orang tua mereka, tidak memanggil mereka dengan nama mereka, tidak

membantah nasehat mereka, berbicara dengan lemah lembut dengan muka manis

dan tutur kata yang baik, minta izin bila hendak bepergian serta tidak membantah

perintah mereka.25

Orang tua harus mendidik dan mengajarkan perilaku hormat kepada orang

tua tersebut diatas secara bertahap dan konsisten. Bila anak-anak tidak mematuhi

ketentuan tersebut, maka pertama-pertama mereka harus diperingatkan dan

dinasehati.

Mendidik anak memang tidak hanya bisa dengan nasehat semata-mata.

Karena itu, berbagai metode pendidikan dan pengajaran harus dicoba diterapkan

oleh orang tua sampai memperoleh hasil yang diinginkan sejalan dengan

ketentuan syariat. Tujuan orang tua mendidik anak agar mereka berlaku beradab

kepada orang tua dan supaya mereka tidak durhaka kepada ibu bapaknya. Karena

perbuatan durhaka kepada kedua orang tua termasuk dosa besar.26

25 Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Sosial Anak: Pendidikan Anak menurut Islam (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1992), Cet ke-2, h. 41.

26 Thalib, Pedoman Mendidik Anak Menjadi Shalih, h. 163.

Page 40: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

e. Melatih dan mengajarkan anak shalat

Cara paling tepat mendidik anak-anak mengenal Allah adalah melatih anak

mengerjakan shalat, dengan cara ini para orang tua membiasakan anak-anak untuk

bersujud, walaupun mereka belum mengerti kepada siapa dan untuk apa mereka

bersujud. Tetapi minimal anak-anak dapat menghayati bahwa dia bersama orang

tuanya bersujud bersama-sama. Sekalipun ia tidak tahu untuk siapa dan untuk apa

orang tuanya bersujud pula, namun dengan begitu sudah tertanam dihati anak

bahwa yang paling tinggi diatas dirinya bukanlah orang tuanya. Inilah yang paling

penting tertanam dihati anak, bahwa orang tua masih tunduk kepada orang lain.

Begitu pentingnya shalat sebagai jalan menjadikan manusia tunduk kepada

Allah SWT, maka Nabi Ibrahim memohon kepada Allah SWT agar dirinya dan

keturunannya dijadikan sebagai orang -orang yang tetap menegakkan shalat. Hal

ini tercantum dalam Q.S. Ibrahim/ 14: 40

رب اجعلني مقيم الصلاة ومن ذريتي ربنا وتقبل دعاء " Hai Tuhanku, jadikanlah aku yang paling mendirikan shalat dan (begitu

juga) anak cucuku; Hai Tuhan kami, kabulkanlah do'a ku!".27

Orang tua harus menyadari bahwa shalatlah yang merupakan pilar utama

untuk mengisi jiwa anak-anak dalam berakidah tauhid, sebab itu Rasulullah SAW

memerintahkan kepada orang tua untuk mendidik anak-anaknya mengerjakan

shalat ketika berumur 7 tahun.

Adapun orang yang mempunyai kewajiban melatih anak-anak

mengerjakan shalat sudah tentu ia harus lebih dahulu mengerti tentang cara shalat

yang benar menurut tuntunan hadits-hadits Rasulullah. Jangan sampai

27 Yayasan Penyelenggara dan Penterjemah Al-Qur’an (YPPA), Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 386.

Page 41: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

mengerjakan shalat dengan semaunya tanpa dasar hadits Rasulullah atau hanya

berpegang teguh pada nasehat kiayi atau buku-buku tuntunan shalat yang tidak

ada dasarnya.28

f. Mengajarkan Al-Qur'an

Selain mengajarkan shalat kepada anak, hendaklah mereka juga diajarkan

mengaji (melatih membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar), agar ketika dewasa

tidak mengalami kesulitan dan tidak menyesal, karena Al-Qur'an merupakan

pedoman pokok Islam. Sudah logis orang Islam dapat membaca dan memahami

Al-Qur'an. Mengajarkan anak membaca Al-Qur'an adalah sumber dari segala

sumber hukum seorang muslim, karena itu sudah sepantasnyalah jika seorang

muslim dapat membaca dan memahami isinya, kemudian mengamalkan perintah

di dalamya.29 Setiap orang dapat dikatakan benar dalam menjalankan kewajiban

agama Islam jika ia dapat membaca dan memahami Al-Qur'an dalam bahasa

aslinya, bukan lewat transkip atau terjemahan. Oleh sebab itu, setiap muslim

wajib mempelajari bahasa Arab yang kata-katanya dipergunakan dalam Al-

Qur'an, minimal sebanyak kata-kata yang terpakai dalam Al-Qur'an atau Hadits-

hadits Rasulullah.

Sebagai umat Islam anak-anak wajib diajari membaca Al-Qur'an minimal

mengenal huruf-huruf dan cara membacanya, karena sejak umur tujuh tahun orang

tua wajib mendidik anak-anaknya mengerjakan shalat. Sedangkan do'a dan bacaan

shalat sebagian diambil dari ayat Al-Qur'an dan yang lain dari Hadits-hadits

Rasulullah. Oleh sebab itu, logislah setiap orang tua muslim mengajarkan

28 Thalib, 40 Tanggung Jawab Orang Tua terhadap Anak, h. 88-89. 29 Bawarni dan Mariani, Potret Keluarga Sakinah, h. 72.

Page 42: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

membaca dan menulis Al-Qur'an guna memenuhi kewajiban beribadah kepada

Allah, seperti shalat.

Cara-cara orang tua mengajarkan anak-anaknya membaca Al-Qur’an

adalah sebagai berikut:

- mengajarkannya sendiri dan cara ini yang terbaik, karena orang tua sekaligus

dapat lebih akrab dengan anak-anaknya dan mengetahui sendiri tingkat

kemampuan anak-anaknya. Ini berarti orang tualah yang wajib terlebih dahulu

dapat membaca Al-Qur'an dan memahami ayat-ayat yang dibacanya.

- menyerahkan kepada guru mengaji Al-Qur'an atau memasukkan anak-anak di

sekolah-sekolah yang mengajarkan baca tulis Al-Qur'an.

- dengan alat yang lebih canggih, dapat mengajarkan Al-Qur'an lewat video

casette jika orang tua mampu menyediakan peralatan semacam ini. Tetapi cara

pertamalah yang terbaik.

Setiap orang tua harus menyadari bahwa mengajarkan Al-Qur'an kepada

anak-anak adalah suatu kewajiban mutlak, sebab bagaimana anak-anak dapat

mengerti ayatnya jika mereka tidak mengerti Al-Qur'an. Selain itu untuk

kepentingan bacaan dalam shalat, anak-anak pun wajib mengetahui dapat

membaca surat Al-Fatihah atau surat-surat lain yang menjadi keperluan, muslim

dalam shalat. Dengan adanya tuntunan kewajiban shalat sehingga orang tua wajib

melatih anaknya sejak umur tujuh tahun mengerjakan shalat, maka mutlak orang

tua harus mengajarkan Al-Qur’an kepada anaknya.30

30 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet

ke-1, h. 87-88.

Page 43: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

B. Pembinaan Keberagamaan Anak

1. Pengertian Pembinaan Keberagamaan Anak

Kata pembinaan berasal dari kata “bina” yang berarti bangun, bentuk.31

Jika mendapat awalan me- menjadi " membina " yang mempunyai arti

mengusahakan supaya lebih baik (maju, sempurna, dsb). Pembinaan itu sendiri

berarti usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna untuk

memperoleh hasil yang lebih baik.32 Pembinaan dalam kamus Bahasa Indonesia

kontemporer adalah “proses membina, membangun, atau menyempurnakan,

upaya mendapat hasil yang lebih baik”.

Keberagamaan adalah pembicaraan mengenai pengalaman atau fenomena

yang menyangkut hubungan antar agama dan penganutnya, atau suatu keadaan

yang ada di dalam diri seseorang (penganut agama) yang mendorongnya untuk

bertingkah laku yang sesuai dengan agamanya.33

Kata keberagamaan berasal dari kata “Beragama”. Kata beragama dalam

kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu, antara lain:

1. Menganut (memeluk) agama.

2. Beribadah, taat kepada agama (baik hidupnya menurut agama),

misalnya ia berasal dari keluarga yang taat beragama.34

Nurkholis Majid mengemukakan tentang pengertian agama. Menurut

beliau agama merupakan fitrah munazalah (fitrah yang diturunkan) yang diberikan

Allah untuk menguatkan fitrah yang ada pada manusia secara alami. Agama dapat

31 Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (Jakarta:

Modern English, 1991), h. 205. 32 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 117. 33 Djamaludin Ancok, Psikologi Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), h. 76. 34 J.S. Badudu Sota Mohammad Zein, Kamus Bahasa Indonesia ( Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan, 1994), Cet ke-1, h. 11

Page 44: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

dikatakan sebagai kelanjutan natur manusia sendiri dan merupakan wujud nyata

dari kecenderungan yang dialaminya.

Fitrah beragama dalam diri manusia merupakan naluri yang menggerakkan

hatinya untuk melakukan perbuatan " suci " yang di ilhami oleh Tuhan Yang

Maha Esa. Fitrah manusia mempunyai sifat suci, yang dengan nalurinya

tersebut ia secara terbuka menerima kehadiran Tuhan Yang Maha Esa.35

Selanjutnya Mohammad Djamaluddin, mendefinisikan keberagamaan

sebagai manifestasi seberapa jauh individu penganut agama meyakini,

memahami, menghayati dan mengamalkan agama yang dianutnya dalam

semua aspek kehidupan.36

Keberagamaan atau religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan

manusia. Aktivitas beragama bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan

aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan supranatural. Bukan hanya yang

berkaitan aktivitas yang tampak dan dapat dilihat oleh mata, tapi juga aktivitas

yang tak tampak dan terjadi dalam hati seseorang. Karena itu, keberagamaan

seseorang meliputi berbagai macam sisi dimensi, dengan demikian agama adalah

sebuah sistem yang berdimensi banyak.

Agama, dalam pengertian Glock & Stark adalah sistem simbol, sistem

keyakinan, sistem nilai dan sistem perilaku keterlembagaan, yang semuanya itu

berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi.

Menurut Glock & Stark, ada lima macam dimensi keberagamaan, yaitu:

dimensi keyakinan (ideologis), dimensi peribadatan/ praktek agama (ritualistik),

35 Sururin, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), Cet ke-1, h. 20. 36 Mohammad Djamaluddin, Religiusitas dan Stress Kerja pada Polisi (Yogyakarta:

UGM Press, 1995), h. 44.

Page 45: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

dimensi penghayatan (eksperiensial), dimensi pengamalan (konsekuensial), dan

dimensi pengetahuan agama (intelektual).37

Keberagamaan menurut penulis adalah bagaimana seseorang itu

berperilaku dalam agama, ia memahami dan mengamalkan ajaran agamanya

sesuai dengan perintah Tuhan Yang Maha Esa dan mengamalkannya dalam

kehidupan sehari-hari.

Anak-anak mulai mengenal Tuhan, melalui bahasa. Dari kata-kata orang

yang ada dilingkungannya, yang pada permulaannya diterimanya secara acuh tak

acuh saja. Akan tetapi setelah ia melihat orang-orang dewasa menunjukkan rasa

kagum dan takut terhadap Tuhan, maka mulailah ia merasa sedikit gelisah dan

ragu tentang sesuatu yang ghaib yang tidak dapat dilihatnya itu, mungkin ia akan

ikut membaca dan mengulang kata-kata yang diucapkan oleh orang tuanya.

Lambat laun tanpa disadarinya, akan masuklah pemikiran tentang Tuhan dalam

pembinaan kepribadiannya dan menjadi obyek pengalaman agamis. Maka Tuhan

bagi anak-anak pada permulaan, merupakan nama dari sesuatu yang asing, yang

tidak dikenalnya dan diragukan kebaikan niatnya.38

Perkembangan agama pada masa anak, melalui pengalaman hidupnya

sejak kecil, dalam keluarga, di sekolah dan dalam masyarakat lingkungan.

Semakin banyak pengalaman yang bersifat agama, (sesuai dengan ajaran agama),

akan semakin banyak unsur agama, sikap, tindakan, kelakuan dan caranya

menghadapi hidup akan sesuai dengan ajaran agama.39

37 Djamaluddin Ancok dan Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islam: Solusi Islam atas

Problem-problem Psikologi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994), Cet ke-1, h. 77. 38 Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, h. 35-36. 39 Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, h. 55.

Page 46: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

Pembinaan keberagamaan anak adalah pembinaan agama pada anak yang

dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat

sehingga anak mempunyai kemampuan untuk melaksanakan dan mengamalkan

ajaran agama.

Memahami konsep keagamaan pada anak berarti memahami sifat agama

pada anak-anak. Sesuai dengan ciri yang mereka miliki, maka sifat agama pada

anak-anak turnbuh mengikuti pola “ideas concept on authority" . Idea keagamaan

pada anak hampir sepenuhnya authoritarius, maksudnya konsep keagamaan pada

diri mereka dipengaruhi oleh unsur dari luar dari mereka. Hal tersebut dapat

dimengerti karena anak sejak usia muda telah melihat, mempelajari hal-hal yang

berada di luar diri mereka. Mereka telah melihat dan mengikuti apa-apa yang

dikerjakan dan diajarkan orang dewasa dan orang tua mereka tentang sesuatu

hingga kemashalatan agama. Orang tua mempunyai pengaruh terhadap anak

sesuai dengan prinsip eksplorasi yang mereka miliki. Dengan demikian ketaatan

kepada ajaran agama merupakan kebiasaan yang menjadi milik mereka yang

mereka pelajari dari orang tua maupun guru mereka. Bagi mereka sangat mudah

untuk menerima ajaran dari orang dewasa walaupun ajaran itu belum mereka

sadari sepenuhnya manfaat ajaran tersebut.40

Dalam Islam penyemaian rasa agama dimulai sejak pertemuan ibu dan

bapak yang membuahkan janin dalam kandungan, yang dimulai dengan do'a

kepada Allah, agar janinnya kelak lahir dan besar menjadi anak saleh. Begitu si

anak lahir, dibisikkan ditelinganya kalimah adzan dan iqamah, dengan harapan

40 Jalaluddin dan Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Kalam Mulia, 1993),

Cet ke-2, h. 35.

Page 47: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

kata-kata thaiyibah itulah hendaknya yang pertama kali didengar oleh anak,

kemudian ia akan berulang kali mendengar.

Agama bukan ibadah saja, agama mengatur seluruh segi kehidupan.

Semua penampilan ibu dan bapak dalam kehidupan sehari-hari yang disaksikan

dan dialami oleh anak bernafaskan agama, disamping latihan dan pembiasaan

tentang agama, perlu dilaksanakan sejak si anak kecil, sesuai dengan pertumbuhan

dan perkembangan jiwanya.41

Pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman

dan latihan-latihan yang dilaluinya pada masa kecilnya dulu. Apabila seseorang

yang pada waktu kecilnya tidak pernah mendapatkan didikan agama, maka pada

dewasanya nanti, ia tidak akan merasakan pentingnya agama dalam hidupnya.

Lain halnya dengan orang yang di waktu kecilnya mempunyai pengalaman-

pengalaman agama, misalnya ibu-bapaknya orang yang tahu beragama,

lingkungan sosial dan kawan-kawannya juga hidup menjalakan agama, ditambah

pula dengan pendidikan agama secara sengaja di rumah, sekolah dan masyarakat.

Maka orang-orang itu akan dengan sendirinya mempunyai kecenderungan kepada

hidup dalam aturan-aturan agama, terbiasa menjalankan ibadah, takut melangkahi

larangan-larangan agama dan dapat merasakan betapa nikmatnya hidup

beragama.42

Anak mengenal Tuhan, juga melalui ucapan ibunya di waktu ia kecil. Apa

pun yang dikatakan ibunya tentang Tuhan, akan diterimanya dan dibawanya

sampai dewasa.

41 Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, h. 64. 42 Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, h. 35.

Page 48: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

Dalam memperkenalkan sifat-sifat Allah kepada anak, hendaklah

didahulukan sifat-sifat Allah yang mendekatkan hatinya kepada Allah, misalnya:

Penyayang, Pengasih, Adil dan lain sebagainya. Dan hendaklah si anak dijauhkan

dari perasaan yang mendorongnya kepada prasangka buruk kepada Tuhan seperti

sifat keras, jahat, kejam dan sebagainya.

Perlu diketahui, bahwa kualitas hubungan anak dan orang tuanya, akan

mempengaruhi keyakinan beragamanya dikemudian hari. Apabila ia merasa

disayang dan diperlakukan adil, maka ia akan meniru orang tuanya dan menyerap

agama dan nilai-nilai yang dianut oleh orang tuanya. Dan jika yang terjadi

sebaliknya, maka ia menjauhi apa yang diharapkan oarng tuanya, mungkin ia

tidak mau melaksanakan ajaran agama dalam hidupnya, tidak shalat, tidak puasa

dan sebagainya.43

2. Ruang Lingkup Pembinaan Keberagamaan Anak

Ruang lingkup keberagamaan anak sejalan dengan isi pendidikan agama

Islam di Sekolah Dasar, yang menjadi materi pelajaran pendidikan agama Islam di

sekolah, meliputi empat unsur pokok, yaitu:

1. Keimanan adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, dari padanya timbul

perbuatan yang mudah tanpa memerlukan pertimbangan pikiran.

2. Akhlak adalah perbuatan yang biasa dilakukan tanpa memerlukan pikiran.

3. Ibadah yaitu menyerahkan diri kepada Allah dan selalu mengikuti perintah-Nya

dan menuruti yang dikehendakiNya.

43 Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, h. 65.

Page 49: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

4. Al-Qur'an adalah wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad

SAW sebagai pedoman hidup manusia.44

Ruang lingkup bahan pelajaran diatas, merupakan usaha untuk

mewujudkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara:

1. Hubungan manusia dengan Allah SWT.

2. Hubungan manusia dengan manusia.

3. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri.

4. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan alam lingkungannya.45

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembinaan Keberagamaan anak

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi dalam membina keberagamaan

anak, seperti yang dikemukakan oleh Mahyudin dalam bukunya " Konsep Dasar

Pendidikan Akhlak dalam Al-Qur'an " yang diringkas sebagai berikut:

1). Faktor Pembawaan Naluriah (garizah atau instink)

Sebagai makhluk biologis, ada faktor bawaan sejak lahir yang menjadi

pendorong perbuatan setiap manusia, faktor itu disebut naluri. Naluri tidak pernah

berubah sejak manusia itu lahir, akan tetapi pengaruh negatifnya bisa dikendalikan

oleh faktor pendidikan, latihan atau pembiasaan. Karena faktor naluri ini sangat

terkait dengan nafsu (ammarah dan mutmainah), maka dapat membawa manusia

kepada kehancuran moral, dan dapat pula menyebabkan manusia mencapai

tingkat yang lebih tinggi.46

44 Departemen Agama RI, Panduan Guru Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Direktorat

Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2003), tahun 2003. 45 Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004 (Jakarta:

Puskur-Dit. PGTK S, 2003), h. 318. 46 Mahyudin, Konsep Dasar Pendidikan Akhlak dalam Al-Qur’an dan Petunjuk

Penerapannya dalam Hadits (Jakarta: CV. Kalam Mulia, 2000), h. 25.

Page 50: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

Tatkala naluri manusia cenderung kepada perbuatan buruk, maka akal dan

tuntunan agama dapat mengendalikannya. Tetapi tatkala naluri itu cenderung

kepada perbuatan baik, maka akal dan tuntunan agama yang dapat memberikan

jalan seluas-luasnya untuk meningkatkan intensitas perbuatan itu. Disinilah

perlunya manusia memiliki agama sebagai pengendali dan menuntun dalam

hidupnya.47

2). Faktor Sifat-sifat Keturunan dan Pendidikan

Sifat-sifat keturunan dari orang tua kepada keturunannya ada dua, yaitu

sifat langsung dari kedua orang tua kepada anaknya, dan sifat tidak langsung yang

tidak turun kepada anaknya, tetapi bisa turun kepada cucunya atau anaknya. 48

Disamping adanya sifat bawaan anak sejak lahir (naluri dan sifat

keturunan), sebagai potensi dasar untuk mempengaruhi perbuatan manusia ada

juga faktor lingkungan yang mempengaruhinya, yaitu pendidikan dan tuntunan

agama. Semakin besar pengaruh faktor pendidikan dan tuntunan agama kepada

manusia, semakin kecil pula kemungkinan warisan sifat-sifat buruk orang tua

dapat mempengaruhi sikap dan perilakunya. Dengan demikian peranan orang tua

menjadi sangat penting dalam membentuk anaknya menjadi manusia yang

beragama, berilmu dan berakhlak.

3). Faktor Lingkungan dan Adat Kebiasaan

Pertumbuhan dan perkembangan manusia, ditentukan oleh faktor dari luar

dirinya, yaitu faktor pengalaman yang disengaja maupun yang tidak. Pengalaman

47 Mahyudin, Konsep Dasar Pendidikan Akhlak dalam Al-Qur’an dan Petunjuk

Penerapannya dalam Hadits, h. 26. 48 Mahyudin, Konsep Dasar Pendidikan Akhlak dalam Al-Qur’an dan Petunjuk

Penerapannya dalam Hadits, h. 27.

Page 51: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

yang disengaja termasuk pendidikan dan latihan, sedangkan yang tidak disengaja

termasuk lingkungan alam dan lingkungan sosialnya (adat kebiasaan).49

Ketika manusia lahir di lingkungan yang baik, maka pengaruhnya kepada

pembentukan perilaku/ akhlaknya juga baik. Bila ia lahir di lingkungan yang

kurang baik, maka akhlaknya juga menjadi tidak baik. Tuntunan agama sangat

diperlukan untuk membentuk dan mengembangkan akhlak manusia.

4). Faktor Agama

Agama sebagai suatu sistem kepercayaan, maka ia harus selalu menjadi

pegangan dalam spiritual yang membentuk ajaran keimanan dan ketakwaannya,

yang akan menjadi motivasi dan pengendali dalam setiap sikap dan perilaku hidup

manusia.50

Tatkala manusia itu mendapatkan kesenangan maka ia tidak takabur dan

sombong, tetapi ia harus bersyukur kepada zat yang memberikan kesenangan

yaitu Allah. Ketika ia ditimpa kesusahan sebagai suatu cobaan hidupnya maka ia

tidak putus asa, tetapi ia harus bersabar menerima ketentuan Allah dan berusaha

menghindarinya.

49 Mahyudin, Konsep Dasar Pendidikan Akhlak dalam Al-Qur’an dan Petunjuk Penerapannya dalam Hadits, h. 28.

50 Mahyudin, Konsep Dasar Pendidikan Akhlak dalam Al-Qur’an dan Petunjuk Penerapannya dalam Hadits, h. 29.

Page 52: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

BAB III

GAMBARAN UMUM LATAR BELAKANG ORANG TUA DAN

MI AL-IHSAN

A. Orang Tua

Untuk mengetahui sejauh mana peranan orang tua di rumah, sedikit akan

disinggung mengenai latar belakang orang tua, dilihat dari tingkat pendidikan,

ekonomi dan juga dari komunitas atau kehidupan sosialnya.

1. Latar Belakang Pendidikan

Setelah penulis teliti tentang latar belakang pendidikan orang tua ternyata

sebagian besar para orang tua tersebut dapat mengenyam pendidikan baik dari

tingkat sekolah dasar (SD), tingkat menengah bawah (SLTP), tingkat atas (SLTA)

maupun perguruan tinggi (PT). Adapun jumlah para orang tua yang lulus

perguruan tinggi (PT) kurang lebih 20 %, lulusan SLTA 30 %, lulusan SLTP 20

% dan sisanya adalah lulusan sekolah dasar (SD). Tingkat pendidikan yang tinggi

inilah yang menunjang keberhasilan mereka dalam mendidik putera-puterinya

menjadi generasi yang mempunyai imtaq dan iptek.

Dengan banyaknya orang tua yang berpendidikan SLTP, SLTA dan

bahkan perguruan tinggi maka dari mereka ada yang berprofesi sebagai guru,

wiraswasta dan tentu saja sebagian dari mereka ada yang bekerja sebagai pegawai

di suatu perusahaan, ada juga dari mereka yang bekerja sebagai buruh seperti:

Page 53: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

buruh supir, tukang bangunan dan lain-lain, menjadi guru mengaji di daerah

lingkungan mereka dan menjadi ibu rumah tangga bagi putera-puteri mereka. 1

2. Keadaan Ekonomi

Pola perekonomian orang tua MI Al-Ihsan dapat dilihat melalui mata

pencaharian. Apabila dilihat berdasarkan sumber mata pencaharian orang tua yang

berada di lingkungan MI Al-Ihsan, pada umumnya mereka berprofesi sebagai

guru sekolah, wiraswasta, pegawai, buruh, dan ada juga yang berprofesi sebagai

guru mengaji di rumah mereka.

Mata pencaharian orang tua selain berprofesi seperti yang disebutkan

diatas, ada juga sebagian orang tua yang mempunyai pekerjaan tambahan dengan

berdagang atau membuka warung sembako di rumah-rumah. Pekerjaan ini

biasanya dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga, warung-warung tersebut biasanya

dibuat di depan rumah mereka dengan memanfaatkan sebuah ruangan yang ada di

rumah mereka. Dengan melihat berbagai macam mata pencaharian orang tua

murid diatas maka dapat disimpulkan bahwa keadaan ekonominya dalam taraf

menengah kebawah atau mapan. Dominasi terkuat adalah mereka para buruh,

pedagang atau wiraswasta sedangkan guru dan pegawai hanya beberapa orang

saja.2

3. Keadaan Komunitas

Manusia adalah makhluk sosial atau yang hidup bermasyarakat, ini tidak

dapat dipungkiri lagi. Baik jauh di puncak gunung, di tengah lautan belantara,

manusia itu akan mengadakan hubungan satu dengan yang lainnya. Oleh sebab itu

kehidupan sosial masyarakat atau orang tua MI Al-Ihsan satu sama lain saling

1 Laporan tentang Latar Belakang Pendidikan Orang Tua MI Al-Ihsan. Jakarta, 12 Juni 2006.

2 Laporan tentang Keadaan Ekonomi Orang Tua MI Al-Ihsan. Jakarta, 12 Juni 2006.

Page 54: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

membantu dan rasa saling membutuhkan. Manusia tidak dapat hidup menyendiri,

karena manusia memerlukan hubungan satu dengan yang lainnya, mereka

memerlukan sarana penunjang perkembangan hidupnya. Akan tetapi yang pasti

seluruh umat manusia di dunia ini hidup bermasyarakat baik dari golongan kecil

maupun golongan besar.

Pada umummnya kehidupan masyarakat atau orang tua MI Al-Ihsan

dikenal sebagai masyarakat religius (taat beragama). Mereka terdiri dari 80 %

pribumi (asli betawi) dan 20 % non pribumi (masyarakat pendatang). Mereka

merupakan keluarga besar yang mempunyai hubungan kekerabatan atau

persaudaraan.

Dalam kehidupan sehari-hari, mereka satu sama lain selalu menjaga tali

silaturrahmi antara tetangga dan berusaha untuk berbuat baik. Hal ini penulis

rasakan bahwa setiap masyarakat yang penulis jumpai begitu ramah, sopan dan

menerima dengan tangan terbuka terhadap tamu atau tetangga yang datang

kerumahnya.

Di daerah lingkungan MI Al-Ihsan terlihat juga, suatu pola hidup yang

tentram, tenang, rukun dan harmonis. Kerjasama, gotong-royong, sikap saling

tolong-menolong dan hormat menghormati masih melekat kuat pada jiwa setiap

masyarakat. Semua hal yang baik ini dilakukan pada setiap aktivitasnya.

Sistem gotong royong dan kerjasama yang mereka lakukan juga sudah

melekat kuat pada jiwa setiap masyarakat, misalnya saja bila ada warga

masyarakat yang mempunyai rencana untuk membersihkan lingkungan atau pun

kerja bakti lainnya, mereka akan melakukannya dengan senang hati. Begitu juga

apabila ada hari-hari besar Islam seperti Isra Mi'raj, Maulid Nabi, dan lain-lain

Page 55: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

mereka akan saling membantu mempersiapkan segala macam untuk acara

tersebut. Bila ada suatu masalah, masyarakat tersebut berusaha menyelesaikan

masalah tersebut dengan cara musyawarah. Mereka disebut sebagai masyarakat

yang saling berkaitan satu sama lain, berkelompok dan bersosialisasi.3

B. MI Al-Ihsan

1. Sejarah Berdiri dan Perkembangan MI Al-Ihsan

Madrasah Ibtidaiyah Al-Ihsan merupakan lembaga pendidikan yang

berada di bawah naungan Yayasan Al-Ihsan Cipete Selatan-Cilandak, Jakarta

Selatan dan juga berada di bawah naungan Departemen Agama (DEPAG).

Madrasah Ibtidaiyah ini mulai didirikan pada tanggal 20 Juli 1998 yang berlokasi

di jalan H. Abu No. 28 A Cipete Selatan-Cilandak, Jakarta Selatan.

Awal berdiri Madrasah Ibtidaiyah Al-Ihsan ini adalah tanah pemberian

dari keluarga besar H. Mahbub, yang kemudian di wakafkan kepada Yayasan Al-

Ihsan yang selanjutnya Yayasan Al-Ihsan mempunyai gagasan untuk mendirikan

sebuah lembaga formal. Sedangkan Yayasan Al-Ihsan itu masing-masing

mempunyai pengurus yang memegang jabatan sendiri-sendiri. Atas prakarsa

tersebut kemudian didirikan sebuah lembaga formal yaitu Madrasah Ibtidaiyah

Al-Ihsan yang setara dengan Sekolah Dasar (SD) yang diketuai oleh Bapak Drs.

Mahyudin HF sebagai kepala sekolah.

Di madrasah ini ada juga sekolah Raudhatul Athfal atau Taman Kanak-

kanak (TK) Islam Al-Ihsan. Adapun luas sekolah adalah 500 M, lapangan bola

200 M, taman bermain 100 M, serta luas mesjid adalah 1000 M. Sekolah ini

3 Laporan tentang Keadaan Komunitas Orang Tua MI Al-Ihsan. Jakarta, 13 Juni 2006.

Page 56: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

terdiri dari 9 lokal ruang belajar, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang

komputer, perpustakaan, kamar kecil guru dan murid, mesjid, lapangan sekolah,

serta lapangan olah raga. Gedung sekolah adalah bangunan permanen dengan 2

lantai. Lantai dasar atau lantai 1 adalah untuk sekolah TK sedangkan lantai 2

untuk Madrasah Ibtidaiyah (MI). Lokasi sekolah ini tidak jauh dari kendaraan

umum, lapangan parkir kendaraan baik roda dua (motor) maupun kendaraan roda

empat (mobil) cukup luas. Alat-alat bermain yang disediakan baik untuk TK

maupun MI Al-Ihsan juga lengkap. Waktu belajar dilaksanakan pada pagi hari.

MI tersebut sejak didirikannya pada tahun 1998 sampai sekarang berstatus

Terakreditasi B. Semua buku umum pegangan siswa penerbitnya adalah PT.

Airlangga dan buku pelajaran agama penerbitnya adalah PT. Toha Putra.

MI Al-Ihsan memiliki visi, misi dan tujuan. Adapun visinya adalah

Unggul, Inovatif, Terampil dan berwawasan IPTEK dan IMTAQ.

a). Unggul dalam; bidang akademis, bidang olah raga, bidang sikap dan

keterampilan dan kreativitas berdasarkan imtaq.

b). Inovatif; kaya akan ide pembaharuan, peka terhadap perkembangan dan

berorientasi ke masa depan.

c). Terampil; mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, mampu

menguasai dasar-dasar bahasa Arab dan Inggris, mampu mengamalkan wudhu

dan shalat dengan baik dan mampu membaca Al-Qur'an dengan baik.

d). Berwawasan Iptek; berfikir kreatif, berfikir objektif dan rasional berdasarkan

Imtaq dan peka perkembangan Iptek yang berdasarkan Imtaq.

Menumbuh kembangkan semangat belajar dan beramal, menumbuh

kembangkan beraktivitas, mengembangkan kreativitas dalam bidang Intra dan

Page 57: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

Ekstra, dan menumbuhkan Life Skill (Rencana Hidup) adalah merupakan misi

dari MI Al-Ihsan.

Ada dua tujuan yang terdapat pada MI Al-Ihsan yaitu, Tujuan Akademik

dan Tujuan Non Akademik, Tujuan Akademiknya yaitu: Meningkatkan prestasi

anak didik dan Output siswa yang dapat bersaing. Tujuan Non Akademiknya

yaitu: Meningkatkan kepribadian yang Islami, meningkatkan kemampuan baca

Al-Qur'an, meningkatkan kemampuan Ibadah Shalat dan meningkatkan

kemampuan bidang Seni (Marawis, Drum Band, dan Qosidah).

Sejak didirikannya sampai sekarang MI Al-Ihsan mengalami

perkembangan yang cukup pesat karena adanya kerjasama antara guru dan para

orang tua serta dukungan dan bantuan orang tua murid yang cukup tinggi terhadap

perkembangan MI Al-Ihsan sehingga sekolah ini dapat berjalan dengan baik dan

lancar. 4

C. Organisasi dan Tujuan Struktur Organisasi

Struktur Organisasi

Agar pelaksanaan tugas sekolah berjalan dengan baik dan lancar, maka

dibutuhkan komponen-komponen yang saling mendukung satu sama lain.

Kegiatan antara komponen tersebut dapat dipahami dan dijadikan pedoman dalam

bekerjasama jika dituangkan dalam struktur organisasi. Adapun struktur

organisasi MI Al-Ihsan Cipete-Cilandak, Jakarta Selatan terlihat bahwa dalam

melaksanakan tugasnya kepala sekolah bekerjasama dan bertanggung jawab

kepada Ketua yayasan Al-Ihsan yaitu Ust. H. Bukhori Kholid atau menjadi

4 Wawancara Pribadi dengan Drs. Mahyudin HF, Kep-Sek MI Al-Ihsan. Jakarta, 14 Juni

2006.

Page 58: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

manager di Yayasan Al-Ihsan tersebut. Dan kepala sekolah juga bekerjasama

dengan BP 3 dan dibantu oleh pembantu sekolah yang terdiri dari Bendahara dan

Kaur Tata Usaha, kepala sekolah juga dibantu oleh pembantu bidang Kurikulum,

bidang Kesiswaan, bidang Humas, bidang B & P dan para dewan guru dan

sejumlah seksi-seksinya, Struktur organisasi ini diambil dalam program kerjasama

MI Al-Ihsan Cipete Selatan tahun 2005-2006.5 Untuk lebih jelasnya bagan

organisasi ini dapat dilihat pada lampiran.

Tujuan Berdirinya

Tujuan berdirinya MI Al-Ihsan Cipete Selatan ini sesuai dengan tujuan

pendidikan nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, melaksanakan

kewajiban belajar yang bisa menjadikan manusia unggul, inovatif, terampil dan

berwawasan dalam IPTEK dan IMTAQ dan juga menjadikan manusia berakhlak

mulia serta berbudi luhur.6

D. Keadaan Guru, Murid dan Karyawan Keadaan Guru

Keadaan Guru

Berdasarkan hasil survey dilokasi penelitian, diperoleh data bahwa jumlah

pengajar yang ada di MI Al-Ihsan Cipete-Cilandak, Jakarta Selatan pada tahun

ajaran 2005-2006 berjumlah 15 orang yang terdiri dari 13 orang guru tetap dan 2

orang guru PNS . Jenjang pendidikan, golongan dan bidang studi yang dipegang

oleh tenaga pengajar cukup tinggi ada yang Strata satu (SI), Sarjana Muda,

5 Wawancara Pribadi dengan Dahlia, SAg, Guru MI Al-Ihsan. Jakarta, 14 Juni 2006. 6 Wawancara Pribadi dengan Tasu’ah, SAg, Guru MI Al-Ihsan. Jakarta, 15 Juni 2006.

Page 59: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

Diploma dua dan tiga, dan ada juga yang lulusan dari SLTA. Untuk lebih jelasnya

terlihat pada tabel berikut:

Tabel 1

Keadaan Guru Tahun Ajaran 2005-2006

No Nama Guru L/P

Pendidikan Terakhir/Jurusan

Jabatan

1 Drs. Mahyudin HF L S 1/ Dakwah Kep-Sek

2 Dahlia, SAg P S 1/ Tarbiyah Guru

3 Neneng R., SAg P S 1/ Tarbiyah Guru

4 Tasu’ah, SAg P D III/ Tarbiyah Guru

5 Mundhiroh, SAg P S 1/ Tarbiyah Guru

6 Dra. Umronah P S 1/ Dakwah Guru

7 Atikah Lestari P D II/ Dakwah Guru

8 H. Ahfaz, HZ L D III/ Dakwah Guru

9 Syafi’I, SGO L D III/ Olah Raga Guru

10 A. Syafi’I A., SE L S 1/ Akuntansi Guru

11 Siti Hilwani P S 1/ Dakwah Guru

12 Mulyadi L S 1/ Akuntansi Guru

13 Siti Maruwah, SE P S 1/ Manajemen Guru

14 Heru L SLTA Guru

15 Arman L SLTA Guru

Dari tabel tersebut terlihat terdapat 15 guru di MI Al-Ihsan Cipete-

Cilandak, Jakarta Selatan, dengan perincian: kepala sekolah, guru dengan masing-

masing bidang studi yang dipegang, guru olah raga dan guru pramuka. Adapun

yang lulusan SI 9 orang, D II 1 orang, D III 3 orang lulusan SLTA 2 orang.

Page 60: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

Adapun jurusan yang diambil oleh para guru sewaktu mereka kuliah adalah

jurusan Dakwah, Tarbiyah, Manajemen, Akuntansi dan Olah Raga.7

Keadaan Karyawan

Dalam suatu lembaga pendidikan tidak hanya membutuhkan tenaga

pendidik saja, akan tetapi memerlukan bantuan tenaga pengawas, seperti tenaga

Tata Usaha (TU) dan penjaga sekolah. Karyawan di MI Al-Ihsan berjumlah 2

orang, 1 orang sebagai staf TU yang bernama Abdul Rasyid dan 1 orang sebagai

pembantu umum yang mengurusi kebersihan lingkungan sekolah sekaligus

penjaga sekolah yang bernama Sulaiman lulusan SLTP.8

Keadaan Murid

Jumlah murid MI Al-Ihsan Cipete-Cilandak, Jakarta Selatan pada tahun

ajaran 2005-2006 berjumlah 192 murid, yang terdiri dari kelas I 35 orang, kelas II

36 orang, kelas III 36 orang, kelas IV 32 orang, kelas V 23 orang dan kelas VI 30

orang. Dari kelas I sampai kelas VI masing-masing memiliki satu kelas.9 Kegiatan

yang dilaksanakan oleh murid-murid ialah antara lain Pramuka, Musik Marawis,

Qosidah, Drum Band, dan kegiatan keagamaan. Untuk lebih jelasnya tentang

keadaan siswa terlihat pada tabel berikut:

7 Laporan Keadaan Guru MI Al-Ihsan. Jakarta, 15 Juni 2006. 8 Laporan Keadaan Karyawan MI Al-Ihsan. Jakarta, 15 Juni 2006. 9 Laporan Keadaan Murid MI Al-Ihsan. Jakarta, 15 Juni 2006.

Page 61: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

Tabel 2

Keadaan Murid

Tahun Ajaran 2005-2006

No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

1 I 18 17 35

2 II 19 17 36

3 III 20 16 36

4 IV 17 15 32

5 V 12 11 23

6 VI 15 15 30

Jumlah 101 91 192

Dari tabel tersebut menunjukkan jumlah siswa laki-laki MI Al-Ihsan lebih

banyak dibanding siswa perempuan. Dan perbandingannya tidak terlalu jauh

antara siswa laki-laki dan perempuan. Dari kelas I sanipai kelas VI masing-

masing dibagi menjadi satu kelas.

E. Sarana dan Prasarana

Berdasarkan hasil survey diperoleh data bahwa MI Al-Ihsan memiliki

sarana dan prasarana pendidikan yang memadai, baik berupa fisik bangunan

seperti gedung dan tempat belajar maupun nonfisik seperti kurikulum, metode

pendidikan dan suasana dalam belajar.

Page 62: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

Sarana fisik bangunan yang ada di MI Al-Ihsan seperti gedung sekolah,

ruang belajar atau kelas, ruang kantor, ruang perpustakaan dan ruang lain-lain

yang merupakan sarana belajar yang terus menerus mengalami kemajuan yang

pesat, terbukti dengan gedung sekolah yang megah dan permanen yang memiliki

2 lantai dan dilengkapi dengan sarana belajar yang baik.10 Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3

Keadaan Sarana dan Prasarana

Tahun Ajaran 2005-2006

No Nama Jumlah Keadaan

1 Ruang Belajar 9 Baik

2 Ruang Kep-Sek 1 Baik

3 Ruang Guru 1 Baik

4 Ruang TU 1 Baik

5 Perpustakaan 1 Baik

6 Ruang UKS 1 Baik

7 Mesjid 1 Baik

8 Kamar Kecil Guru 1 Baik

9 Kamar Kecil Maulid 1 Baik

10 Ruang Aula 1 Baik

11 Ruang Komputer 1 Baik

12 Lapangan Upacara 1 Baik

13 Lapangan Kasti/ Sepak Bola 1 Baik

14 Kantin 1 Baik

15 Gudang 1 Baik

10 Laporan Keadaan Sarana dan Prasarana MI Al-Ihsan. Jakarta, 16 Juni 2006.

Page 63: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

Dari tabel diatas terlihat terdapat sarana dan prasarana di MI Al-Ihsan

yang terdiri dari 9 ruang belajar, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang

TU, 1 Perpustakaan, 1 ruang UKS, 1 mesjid, 1 kamar kecil guru, 1 kamar kecil

murid, I ruang aula, 1 ruang komputer, 1 lapangan upacara, 1 lapangan sepak

bola, 1 kantin dan 1 buah gudang.

Demikianlah sarana dan prasarana yang ada di MI Al-Ihsan Cipete-

Cilandak, Jakarta Selatan yang telah banyak membantu dalam kegiatan belajar

mengajar.

Page 64: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

BAB IV

PERANAN ORANG TUA DALAM PEMBINAAN KEBERAGAMAAN

ANAK DI MI AL-IHSAN

A. Analisa Sosiologis Peranan Orang Tua

Untuk mengetahui peranan orang tua sebagai pembimbing, orang tua

sebagai teladan dan orang tua sebagai pengawas dalam membina keberagamaan

anak di MI Al-Ihsan penulis mengajukan pada tiap variabel dengan memberikan 8

item pertanyaan, yang diberikan kepada jumlah responden yang telah ditentukan

dalam sampel yaitu 30 orang tua MI Al-Ihsan. Penulis memberi skor pada tiap

item jawaban yang seluruhnya berjumlah 24 pertanyaan. Untuk jawaban A=4,

untuk jawaban B=3, untuk jawaban C=2, dan untuk jawaban D=l.

1. Orang Tua Sebagai Pembimbing

Tabel 4

Persentase Rata-rata Jawaban Mengenai

Orang Tua Sebagai Pembimbing

No Alternatif Jawaban P 1 Sangat penting 52,5 % 2 Penting 28,75 % 3 Biasa-biasa saja 16,25 % 4 Tidak penting 2,5 %

100 % Sumber Data: Angket Penelitian 2006

Dari tabel diatas dapat diketahui, bahwa rata-rata sebagian besar orang tua,

tepatnya sekitar 52,5 % orang tua menyatakan sangat penting dalam membimbing

Page 65: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

anak-anak mereka supaya mereka lebih terarah dan terdidik dengan baik,

sementara sebagian kecil yaitu sekitar 2,5 % orang tua menyatakan tidak penting

dalam membimbing anak-anak mereka. Diantara bimbingan yang diberikan orang

tua kepada anak-anaknya antara lain adalah melatih anak mengerjakan shalat,

belajar membaca al-Qur’an, latihan berpuasa di bulan Ramadhan. Menurut

penulis, bimbingan yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya sudah baik

terbukti dengan angka yang sangat tinggi yang menyatakan orang tua sangat

penting dalam membimbing anak-anaknya dengan begitu perhatian orang tua

sudah baik.

2. Orang Tua Sebagai Teladan

Tabel 5

Persentase Rata-rata Jawaban Mengenai

Orang Tua Sebagai Teladan

No Alternatif Jawaban P 1 Selalu dilaksanakan 12,9 % 2 Sering dilaksanakan 44,2 % 3 Kadang-kadang 22,1 % 4 Tidak pernah 20,8 % 100 %

Sumber Data: Angket Penelitian 2006

Dari tabel diatas dapat diketahui, bahwa rata-rata sebagian besar orang tua,

tepatnya sekitar 44,2 % orang tua menyatakan sering memberikan keteladanan

kepada anak-anaknya, sementara sebagian kecil yaitu sekitar 12,9 % orang tua

menyatakan selalu memberikan keteladanannya. Keteladanan yang diberikan

orang tua kepada anak-anak mereka antara lain adalah shalat berjamaah, membaca

al-Qur’an, berpuasa di bulan Ramadhan. Menurut penulis, keteladanan yang

Page 66: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

diberikan orang tua kepada anak-anaknya baik yaitu dengan mengajak anak-

anaknya untuk shalat berjamaah, mengaji, dengan begitu orang tua juga sudah

memperhatikan anak-anaknya dengan baik.

3. Orang Tua Sebagai Pengawas

Tabel 6

Persentase Rata-rata Jawaban Mengenai

Orang Tua Sebagai Pengawas

No Alternatif Jawaban P 1 Sangat perlu 26,25 % 2 Perlu 27,5 % 3 Kurang perlu 33,75 % 4 Tidak perlu 12,5 % 100 %

Sumber Data: Angket Penelitian 2006

Dari tabel diatas dapat diketahui, bahwa rata-rata sebagian besar orang tua,

tepatnya sekitar 33,75 % orang tua menyatakan kurang perlu dalam memberikan

pengawasan kepada anak-anaknya, sementara sebagian sebagian kecil yaitu

sekitar 12,5 % orang tua menyatakan tidak perlu dalam memberikan pengawasan.

Diantara pengawasan yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya antara lain

adalah memotivasi anak dalam kegiatan keagamaan, menegur dan menasehati

anak, menjauhkan anak dari kata-kata kotor dan keji. Menurut penulis,

pengawasan yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya kurang baik karena

kebanyakan orang tua menyatakan kurang perlu dalam mengawasi anak-anaknya

sehingga mereka kurang mengontrol anak-anaknya dan kurangnya tanggung

jawab mereka.

Page 67: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

B. Hambatan-hambatan yang dihadapi Orang Tua dalam Pembinaan

Keberagamaan Anak

Berdasarkan informasi yang penulis peroleh dari beberapa responden yang

berhasil diwawancarai, terungkap bahwa faktor penghambat yang dihadapi orang

tua dalam usaha membina keberagamaan anak adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan

a). Orang Tua

- Faktor penghambat yang dihadapi orang tua dalam hal pendidikan terdapat pada

orang tua itu sendiri. Orang tua hanya menginginkan anaknya sekolah sampai

sekolah dasar (SD) saja khususnya untuk anak perempuan, karena jika ia

sekolah tinggi-tinggi maka kelak ia hanya akan menjadi ibu rumah tangga,

karena para orang tua juga dulunya hanya tamatan SD / SR.1

b). Ekonomi

-Faktor ekonomi juga menjadi penghambat orang tua dalam membina

keberagamaan anak dikarenakan ekonomi orang tua yang terbatas sehingga

tidak adanya pemasukan.2

c). Lingkungan

- Lingkungan yang tidak mendukung juga menjadi faktor penghambat orang tua

dalam membina anak-anak mereka.3

1 Wawancara Pribadi dengan Siran, Orang Tua kelas VI MI Al-Ihsan. Jakarta, 20 Juni

2006. 2 Wawancara Pribadi dengan Asmat, Orang Tua kelas VI MI Al-Ihsan. Jakarta, 21 Juni

2006. 3 Wawancara Pribadi dengan Abdul Qodir, Orang Tua kelas VI MI Al-Ihsan. Jakarta, 22

Juni 2006.

Page 68: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

2. Ekonomi

- Hambatan orang tua juga terdapat pada masalah mata pencaharian, karena

sebagian besar mata pencaharian orang tua adalah buruh, baik buruh bangunan

atau pun buruh supir, pedagang atau wiraswasta sehingga tidak adanya

penghasilan yang tetap dari orang tua.

- Kurangnya pemasukan atau pendapat orang tua sehingga tidak terpenuhinya

kebutuhan hidup yang tinggi dalam sehari-harinya.

- Tidak adanya keterbukaan antara orang tua dan anak dalam masalah ekonomi

atau pendapatan orang tua. Intinya orang tua tidak menjelaskan pendapatannya

sehari-hari kepada anak-anak mereka.4

3. Pengawasan

- Kurang objektif antara orang tua dan anak

- Kurang adanya tanggung jawab orang tua di luar sekolah, misalnya saja orang

tua tidak menanyakan bagaimana sekolah anaknya hari ini, tidak menanyakan

pekerjaan sekolah (PR), dan lain-lain.

- Kurangnya pengontrolan orang tua terhadap anak di rumah khususnya dalam

bidang keagamaan, misalnya orang tua jarang memerintahkan anaknya untuk

shalat, mengaji dan lain-lain.5

4. Keteladanan

- Keteladanan orang tua terhadap anaknya baik, tetapi kurang disadari nilai-nilai

agama terhadap anak tersebut. Misalnya; orang tua menyuruh anak shalat

4 Wawancara Pribadi dengan H. Syamsuddin, Orang Tua kelas VI MI Al-Ihsan. Jakarta

23 Juni 2006. 5 Wawancara Pribadi dengan H. Khaeruddin, Orang Tua kelas VI MI Al-Ihsan. Jakarta,

23 Juni 2006.

Page 69: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

berjamaah di mesjd/musholla tetapi orang tuanya sendiri tidak melaksanakannya

secara jamaah, orang tua menyuruh anaknya mengaji dirumah tetapi orang

tuanya sendiri tidak mengaji, dan lain-lain.6

6 Wawancara Pribadi dengan H. Sahlani, Orang Tua kelas VI MI Al-Ihsan. Jakarta, 24 Juni 2006.

Page 70: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

DAFTAR PUSTAKA

Al Baghdadi, Abdurrahman. Emansipasi, Adakah dalam Islam; Suatu Tinjauan

Syariat Islam Tentang Kehidupan Wanita. Jakarta:Gema Insani Press, 1997. Cet ke-9.

Aly, Hery Noer. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999.

Cet ke-1. Ancok, Djamaluddin. Psikologi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001. Ancok, Djamaluddin dan Suroso, Fuad Nashori. Psikologi Islam: Solusi Islam

atas Problem-problem Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994. Cet ke-1.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta, 1996. Cet ke-10. Bawarni, Susi Dwi dan Mariani, Arifin. Potret Keluarga Sakinah. Media Idaman

Press, 1993. Cet ke-1. Berry, David. Pokok-pokok Pikiran dalam Sosiologi. Jakarta: CV. Rajawali, 1981. Daradjat, Zakiyah. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1991. ---------------------- Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1996. Cet ke-15. --------------------- Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah. Jakarta: CV.

Ruhama, 1995. Cet ke-2. Departemen Agama RI. Panduan Guru Pendidikan Agama Islam. Jakarta:

Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2003. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka, 1998. Cet ke-1. Departemen Pendidikan Nasional. Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004. Jakarta:

Pus Kur-Dit PGTK SD, 2003. Djamaluddin, Mohammad. Religiusitas dan Stress Kerja pada Polisi. Yogyakarta:

UGM Press, 1995. Gerungan, W.A. Psikologi Sosial. Bandung: PT. Eresco, 1987. Cet ke-10.

Page 71: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

Hasan, Maimunah. Membangun Kreativitas Anak secara Islami. Yogyakarta: Bintang Cemerlang, 2001.

Husain, Akhlak. Menjadi Orang Tua (Muslim) Terhormat. Surabaya: Risalah Gusti, 2000.

Istiadah. Pembagian Kerja Rumah Tangga dalam Islam. Jakarta: Kerjasama

antara Lembaga Kajian Agama dan Jender dengan Perserikatan Solidaritas

Perempuan, 1999. Cet ke-1.

Jalaluddin dan Ramayulis. Pengantar Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Kalam Mulia,

1993. Cet ke-2. Kartono, Kartini. Seri Psikologi Terapan IV: Mengenal Dunia Kanak-kanak.

Jakarta: CV. Rajawali, 1985. Cet ke-1. Kasiram, Mohammad. Ilmu Jiwa: Perkembangan Bagian Ilmu Jiwa Anak.

Surabaya: Usaha Nasional, 1983. Laporan tentang Latar Belakang Pendidikan Orang Tua MI Al-Ihsan. Jakarta, 12

Juni 2006. Laporan tentang Keadaan Ekonomi Orang Tua MI Al-Ihsan. Jakarta, 12 Juni

2006. Laporan tentang Keadaan Komunitas Orang Tua MI Al-Ihsan. Jakarta, 13 Juni

2006. Laporan keadaan Guru MI Al-Ihsan. Jakarta, 15 Juni 2006. Laporan keadaan Karyawan MI Al-Ihsan. Jakarta, 15 Juni 2006. Laporan keadaan Murid MI Al-Ihsan. Jakarta, 15 Juni 2006. Laporan keadaan Sarana dan Prasarana MI Al-Ihsan. Jakarta, 16 Juni 2006. Mahyudin. Konsep Dasar Pendidikan Akhlak dalam Al-Qur’an dan Petunjuk

Penerapannya dalam Hadits. Jakarta: CV. Kalam Mulia, 2000. Salim, Peter dan Salim, Yenny. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta:

Modern English, 1991. Shahab, Salwa. Membina Muslim Sejati. Gresik: Penerbit Karya Indonesia, 1989.

Cet ke-1.

Page 72: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

Soekanto, Soerjono. Sosiologi Keluarga: Tentang Ihwal Keluarga, Remaja dan Anak. Jakarta: Rineka Cipta, 1992. Cet ke-2.

----------------------- Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press, 1987. Cet

ke-8. Subhan, Zaitunah. Rekonstruksi Pemahaman Jender dalam Islam: Agenda Sosial-

Kultural dan Politik Peran Perempuan. Jakarta: el-Kahfi, 2002. Cet ke-1. Sururin. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004. Cet ke-1. Syahatah, Husein. Ekonomi Rumah Tangga Muslim. Jakarta: Gema Insani Press,

1998. Cet ke-1. Thalib, M. Pedoman Mendidik Anak menjadi Shalih. Bandung: Irsyad Baitus

Salam, 1996. Cet ke-1. ------------ 40 Tanggung Jawab Orang Tua terhadap Anak. Bandung: Irsyad

Baitus Salam, 1995. Cet ke-9. Ulwan, Abdullah Nashih. Pendidikan Sosial Anak: Pendidikan Anak menurut

Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1992. Cet ke-2. Wawancara Pribadi dengan Drs. Mahyudin HF Kepala Sekolah MI Al-Ihsan.

Jakarta, tanggal 20 Juni 2006. Wawancara Pribadi dengan Dahlia, SAg, Guru MI Al-Ihsan. Jakarta, tangga 14

Juni 2006.

Wawancara Pribadi dengan Tasu’ah, SAg, Guru MI Al-Ihsan. Jakarta, 15 Juni

2006.

Wawancara Pribadi dengan Siran, Orang Tua kelas VI MI Al-Ihsan. Jakarta, 20

Juni 2006.

Wawancara Pribadi dengan Asmat, Orang Tua kelas VI MI AL-Ihsan. Jakarta, 21

Juni 2006.

Wawancara Pribadi dengan Abdul Qodir, Orang Tua kelas VI MI Al-Ihsan.

Jakarta, 22 Juni 2006.

Page 73: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

Wawancara Pribadi dengan H. Syamsuddin, Orang Tua kelas VI MI Al-Ihsan. Jakarta:23 Juni 2006.

Wawancara Pribadi dengan H. Khaeruddin, Orang Tua kelas VI MI Al-Ihsan.

Jakarta, 23 Juni 2006. Wawancara Pribadi dengan H. Sahlani, Orang Tua kelas VI MI Al-Ihsan. Jakarta,

24 Juni 2006. Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an (YPPA). Al-Qur’an dan

Terjemahnya. Jakarta: YPPA, 1971. Yin, Robert K. Studi Kasus. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000. Yunus, H. Mahmud. Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran. Jakarta: PT.

Hidakarya Agung, 1990. Cet ke-3. Zein, J.S. Badudu Sota Mohammad. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan, 1994. Cet ke-1.

Page 74: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

ANGKET

“Peranan Orang Tua Dalam Pembinaan Keberagamaan Anak

(Studi Kasus: di MI Al-Ihsan Cipete-Cilandak, Jakarta Selatan)”

Petunjuk Pengisian

1. Bacalah dengan baik setiap pertanyaan dan alternatif jawabannya.

2. Jawablah pertanyaan tersebut dengan memilih salah satu alternatif

jawaban yang ada dengan memberikan tanda (X).

3. Angket ini tidak mengurangi nilai prestasi anak Anda.

4. Tidak perlu mencantumkan nama dan identitas lainnya.

5. Naskah ini harus segera dikembalikan setelah diisi.

A. Pertanyaan Orang Tua Sebagai Pembimbing

1. Pendapat Anda tentang pentingnya pendidikan agama bagi kehidupan anak

kita:

a. Sangat penting c. Biasa-biasa saja

b. Penting d. Tidak penting

2. Pendapat Anda tentang melatih anak dalam mengerjakan shalat di rumah:

a. Sangat penting c. Biasa-biasa saja

b. Penting d. Tidak penting

3. Membiasakan anak belajar membaca Al-Qur’an di rumah:

a. Sangat penting c. Biasa-biasa saja

b. Penting d. Tidak penting

4. Bimbingan/ latihan berpuasa pada bulan Ramadhan bagi anak-anak kita:

a. Sangat penting c. Biasa-biasa saja

b. Penting d. Tidak penting

Page 75: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

5. Membiasakan anak bersikap sopan santun kepada orang tua, orang yang lebih

tua, guru dan sebagainya:

a. Sangat penting c. Biasa-biasa saja

b. Penting d. Tidak penting

6. Membiasakan anak bila hendak keluar dan masuk rumah mengucapkan salam,

pamit dan minta izin kepada kedua orang tua jika hendak bepergian:

a. Sangat penting c. Biasa-biasa saja

b. Penting d. Tidak penting

7. Kisah para Nabi/ Rasul dan kisah-kisah umat terdahulu merupakan contoh bagi

kita, anak diajak bercerita tentang kisah-kisah tersebut:

a. Sangat penting c. Biasa-biasa saja

b. Penting d. Tidak penting

8. Tolong-menolong sesama teman dan infaq shadaqoh untuk kebaikan

merupakan akhlak terpuji. Anak diperintahkan berbuat yang demikian:

a. Sangat penting c. Biasa-biasa saja

b. Penting d. Tidak penting

B. Pertanyaan Orang Tua Sebagai Teladan

1. Mengerjakan shalat berjamaah di rumah bersama keluarga:

a. Selalu dilaksanakan c. Kadang-kadang

b. Sering dilaksanakan d. Tidak pernah

2. Membaca Al-Qur’an sehabis shalat Maghrib di rumah bersama keluarga:

a. Selalu dilaksanakan c. Kadang-kadang

b. Sering dilaksanakan d. Tidak pernah

Page 76: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

3. Memberikan hadiah/ pujian bagi anak yang berprestasi di sekolah, maupun di

lingkungan masyarakat:

a. Selalu dilaksanakan c. Kadang-kadang

b. Sering dilaksanakan d. Tidak pernah

4. Berpuasa di bulan Ramadhan bersama anak-anak sekeluarga:

a. Selalu dilaksanakan c. Kadang-kadang

b. Sering dilaksanakan d. Tidak pernah

5. Berkata sopan santun, penuh kasih sayang terhadap anak di rumah:

a. Selalu dilaksanakan c. Kadang-kadang

b. Sering dilaksanakan d. Tidak pernah

6. Tolong-menolong, saling menghormati, saling mengasihi dan saling

menyayangi antar anggota keluarga dibiasakan pada kehidupan sehari-hari:

a. Selalu dilaksanakan c. Kadang-kadang

b. Sering dilaksanakan d. Tidak pernah

7. Bersikap jujur, adil & bijaksana terhadap anak-anak di rumah, dalam

kehidupan sehari-hari:

a. Selalu dilaksanakan c. Kadang-kadang

b. Sering dilaksanakan d. Tidak pernah

8. Keikutsertaan anak dalam kunjungan silaturrahmi ke rumah famili:

a. Selalu dilaksanakan c. Kadang-kadang

b. Sering dilaksanakan d. Tidak pernah

Page 77: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

C. Pertanyaan Orang Tua Sebagai Pengawas

1. Jika perintah Anda tidak dilaksanakan anak, apakah perlu adanya hukuman:

a. Sangat perlu c. Kurang perlu

b. Perlu d. Tidak perlu

2. Memotivasi anak untuk aktif dalam kegiatan keagamaan seperti Maulid Nabi,

Isra Mi’raj, Muharram dan Nuzulul Qur’an:

a. Sangat perlu c. Kurang perlu

b. Perlu d. Tidak perlu

3. Pendapat Anda tentang kerjasama orang tua dengan guru sekolah/ TPA yang

berhubungan dengan akhlak dan prestasi anak:

a. Sangat perlu c. Kurang perlu

b. Perlu d. Tidak perlu

4. Memberikan hukuman bagi anak yang tidak mau berpuasa pada bulan

Ramadhan tanpa adanya alasan sakit atau bepergian jauh:

a. Sangat perlu c. Kurang perlu

b. Perlu d. Tidak perlu

5. Mengingatkan anak untuk berdo’a sebelum/ sesudah makan, tidur & bangun

tidur, berpakaian, masuk & keluar rumah dan sebagainya:

a. Sangat perlu c. Kurang perlu

b. Perlu d. Tidak perlu

6. Menegur dan menasehati anak yang berbuat kesalahan:

a. Sangat perlu c. Kurang perlu

b. Perlu d. Tidak perlu

Page 78: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi

7. Memberikan hukuman yang mendidik bagi anak kurang lebih usia 10 tahun

yang meninggalkan shalat dan tidak mau mengaji:

a. Sangat perlu c. Kurang perlu

b. Perlu d. Tidak perlu

8. Menjaga lisan anak dari kata-kata kotor & keji & menjauhkan dari teman-

temannya yang berperilaku buruk, buku-buku bacaan, majalah, brosur-brosur

yang sifatnya membahayakan iman:

a. Sangat perlu c. Kurang perlu

b. Perlu d. Tidak perlu

Page 79: Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Keberagamaan Anak …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8245/1/NUR AINI... · 2. Dra.Ida Rosyidah, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi