peranan ninik mamak

19
KETERLIBATAN AKTIF PIMPINAN NAGARI DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT NAGARI DALAM ERA OTONOMI DAERAH 1 Oleh: Dr. Afrizal, MA 2 Ada beberapa diantara banyak masalah penting yang dialami oleh penduduk nagari, termasuk penduduk nagari dalam wilayah Kabupaten Padang Pariaman Pertama, jumlah rumah tangga miskin bahkan fakir miskin masih sangat banyak. Kedua, kerusakan lingkungan terjadi makin hari makin parah dan ini telah menimbulkan bencana alam yang dahsyat. Ketiga peredaran dan pengguna Narkoba makin banyak bahkan sampai ke pedesaan dan melibatkan berbagai lapisan dan kelompok. Ke empat, konflik banyak terjadi dan mudah terjadi. Kelima, perzinaan makin biasa dan makin banyak dilakukan oleh orang, termasuk di dalamnya pelacuran. Semua ini merupakan tantangan besar untuk mewujudkan Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK) 3 . Pertanyaan yang perlu kita jawab adalah Siapakah yang paling bertanggung jawab untuk mengatasi hal tersebut atau untuk mewujudkan ABS-SBK? Saya ingin mengatakan dalam makalah ini bahwa para ninik mamak dalam nagari adalah salah satu komponen yang harus bertanggung jawab dan berpotensi untuk melakukannya, karena mereka merupakan pemimpin kaum dan juga unsur penting tali tigo sapilin dalam nagari. Hal ini tidak hanya dinyatakan dan diakui oleh pemerintah dalam Peraturan Daerah Provinsi maupun Kabupaten, 1 Makalah disampaikan dalam acara Seminar Nagari Sebagai Basis Pembangunan, Pariaman, 16 Januari 2008 2 Dosen Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dan Pascasarjana Universitas Andalas. 3 Saya memahami ABS-SBK tidak sebagai sesuatu yang telah atau sedang ada atau yang telah atau yang sedang dilakukan, melainkan sebagai cita-cita, sebagai sesuatu yang akan dicapai. Oleh sebab itu, bagi saya ABS-SBK adalah visi Suku Bangsa Minangkabau mengenai adatnya (untuk mengetahui pembahasan lebih jauh, baca Afrizal 2000). 1

Upload: helny-lalan

Post on 18-Aug-2015

81 views

Category:

Self Improvement


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Peranan ninik mamak

KETERLIBATAN AKTIF PIMPINAN NAGARI DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT NAGARI DALAM ERA OTONOMI DAERAH1

Oleh: Dr. Afrizal, MA2

Ada beberapa diantara banyak masalah penting yang dialami oleh penduduk

nagari, termasuk penduduk nagari dalam wilayah Kabupaten Padang Pariaman

Pertama, jumlah rumah tangga miskin bahkan fakir miskin masih sangat banyak. Kedua,

kerusakan lingkungan terjadi makin hari makin parah dan ini telah menimbulkan bencana

alam yang dahsyat. Ketiga peredaran dan pengguna Narkoba makin banyak bahkan

sampai ke pedesaan dan melibatkan berbagai lapisan dan kelompok. Ke empat, konflik

banyak terjadi dan mudah terjadi. Kelima, perzinaan makin biasa dan makin banyak

dilakukan oleh orang, termasuk di dalamnya pelacuran. Semua ini merupakan tantangan

besar untuk mewujudkan Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK)3.

Pertanyaan yang perlu kita jawab adalah Siapakah yang paling bertanggung

jawab untuk mengatasi hal tersebut atau untuk mewujudkan ABS-SBK? Saya ingin

mengatakan dalam makalah ini bahwa para ninik mamak dalam nagari adalah salah

satu komponen yang harus bertanggung jawab dan berpotensi untuk melakukannya,

karena mereka merupakan pemimpin kaum dan juga unsur penting tali tigo sapilin dalam

nagari. Hal ini tidak hanya dinyatakan dan diakui oleh pemerintah dalam Peraturan

Daerah Provinsi maupun Kabupaten, tetapi yang lebih penting dinyatakan dan diakui

oleh aturan-aturan adat Minangkabau secara umum dan adat salingka nagari secara

khusus.

Penanggung Jawab Masalah Kehidupan Orang Banyak

Sebelum membahas peranan ninik mamak dalam pembangunan nagari, saya

akan menjelaskan terlebih dahulu pentingnya ninik mamak terlibat aktif dan proaktif

dalam pembangunan nagari dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI). Dasar pemikiran saya adalah pengelolaan kehidupan orang banyak agar efektif

mestilah membangun sinergi atau kerjasama yang baik antara pemerintah, pengusaha

dan masyarakat nagari. Hubungan mereka bisa digambarkan sebagai berikut.

1 Makalah disampaikan dalam acara Seminar Nagari Sebagai Basis Pembangunan, Pariaman, 16 Januari 2008 2 Dosen Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dan Pascasarjana Universitas Andalas.3 Saya memahami ABS-SBK tidak sebagai sesuatu yang telah atau sedang ada atau yang telah atau yang sedang dilakukan, melainkan sebagai cita-cita, sebagai sesuatu yang akan dicapai. Oleh sebab itu, bagi saya ABS-SBK adalah visi Suku Bangsa Minangkabau mengenai adatnya (untuk mengetahui pembahasan lebih jauh, baca Afrizal 2000).

1

Page 2: Peranan ninik mamak

Gambar 1. Pola Hubungan Harmonis Antara Pemerintah, Pengusaha dan

Masyarakat Nagari

Tanggung Jawab Pemerintah

Negara merupakan sebuah badan yang diserahi tugas oleh rakyat untuk

mengelola kehidupan sosial, termasuk di dalamnya mengurus dan mewujudkan

kesejahteraan rakyat serta mewujudkan ketertiban. Tugas negara tersebut dilaksanakan

oleh pemerintah berbagai tingkatan.

Oleh sebab itu, mengurus atau mewujudkan kesejahteraan rakyat termasuk

menciptakan ketertiban dan bahkan melindungi rakyat dari berbagai hal merupakan

kewajiban negara, dan dilaksanakan oleh pemerintah berbagai tingkatan (pemerintah

nasional, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten termasuk tentunya pemerintah

nagari). Pemerintah wajib membuat kebijakan yang mampu mewujudkan kesejahteraan

rakyat, kehidupan yang tertib dan perlindungan yang memadai untuk rakyat, dan wajib

menerapkan sebaik mungkin kebijakan yang telah dibuat. Kewajiban-kewajiban tersebut

pada hari ini banyak berada dipundak pemerintahan kabupaten/kota termasuk

pemerintahan nagari seperti yang terdapat di Kabupaten Solok Selatan ini akibat

penerapan otonomi daerah.

Semua ini berarti, apabila penduduk nagari-nagari banyak yang belum sejahtera,

konflik banyak terjadi dan tidak diselesaikan, bencana alam sering terjadi dan penduduk

yang terkena dampaknya masih banyak yang menderita baik secara ekonomi maupun

kejiwaan akibat bencana alam tersebut. aparatur pemerintahan berbagai tingkatan

2

Page 3: Peranan ninik mamak

pantas untuk dipersalahkan dan diminta pertanggungjawabannya, tentunya juga berlaku

untuk pemerintahan kabupaten/kota dan nagari-nagari/kelurahan.

Dari penjelasan di atas, jelas merupakan kewajiban pemerintah mensejahterakan,

melindungi dan menciptakan kehidupan yang tertib bag penduduk nagari-nagari. Juga

berarti, hak penduduk nagari-nagari untuk menagih perlindungan, bantuan dan

penyelesaian berbagai masalah yang mereka hadapi kepada pemerintah berbagai

tingkatan. Karena hak mereka, penduduk nagari tidak perlu malu, takut dan segan untuk

mencari bantuan dan perlin dunguan dari pemerintah berbagai tingkatan.

Akan tetapi, perlu disadari pemerintah mempunyai berbagai keterbatasan dan

kendala dalam melaksanakan kewajibannya tersebut, apalagi dalam situasi negara

Indonesia saat ini dan untuk masa yang agak panjang ke depan. Ada keterbatasan

jumlah dan kualitas pegawai pemerintah, sehingga jangkauan pemerintah menjadi

terbatas. Ada keterbatasan dana yang mengakibatkan banyak hal tidak dapat dilakukan

dengan baik. Ada pula hambatan peraturan yang mengakibatkan pegawai pemerintah

tidak leluasa untuk melaksanakan tugas mereka dan bekerja lebih untuk menolong

rakyatnya.

Pengusaha (besar dan kecil)Punya Kewajiban

Sektor swasta, yang berisikan pengusaha-pengusaha berbagai jenis dan

tingkatan, juga berkewajiban untuk menolong masyarakat nagari untuk menanggulangi

berbagai hal seperti: kemiskinan, gizi buruk, korban bencana alam dan kekurangan

sarana dan prasarana yang dialami oleh anak nagari. Hal ini disebabkan karena

pengusaha diberikan tanggung jawab oleh Allah Subhanahu Wataa’la dan pemerintah

untuk membantu masyarakat. Mereka tidak boleh hanya berorientasi untuk

mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya, mereka juga dituntut untuk mengeluarkan

sebagian kecil uangnya (menurut pemerintah laba yang mereka peroleh) untuk

membantu penduduk yang perlu bantuan. Ajaran agama Islam menuntut hal ini. Orang

yang mampu wajib mengeluarkan zakat dan mereka harus pula bersedeqah dan

berinfaq. Pemerintah juga menuntut para pengusaha untuk menyisihkan laba mereka

untuk membantu penduduk sekitar perusahaan. Kewajiban perusahaan tersebut

terhadap masyarakat disebut Corporate Social Responsibility (disingkat CSR) atau

dalam Bahasa Indonesia disebut sebagai Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.

Sebagai perwujudan dari Tanggung Jawab Sosial Perusahaan tersebut,

perusahaan-perusahaan besar telah menyisihkan sebagian kecil dari laba mereka untuk

3

Page 4: Peranan ninik mamak

membiayayi program pembangunan masyarakat (sering disebut community

development). Berbagai perusahaan telah memberikan bantuan keuangan kepada

penduduk nagari/kelurahan untuk perbaikan jalan, pembangunan dan perbaikan tempat-

tempat ibadah, beasiswa pendidikan, dsb (Afrizal 2005, hal. 188-190 dan 2007, hal. 166-

7).

Hal ini berarti bagi masyarakat Nagari, meminta bantuan kepada perusahaan-

perusahaan besar yang ada di Provinsi Sumatera Barat atau Riau untuk menanggulangi

kemiskinan, gizi buruk dan membantu penduduk yang menderita akibat bencana alam

merupakan hak mereka. Disisi yang lain, adalah kewajiban pengusaha-pengusaha untuk

membantu mereka.

Akan tetapi, bersandar kepada bahu perusahaan-perusahaan juga ada

kelemahannya. Pertama, perusahaan-perusahaan sering memasukkan kepentingan

usahanya dalam bantuan yang diberikan. Biasanya, mereka lebih suka memberikan

bantuan kepada kelompok orang yang terlihat oleh banyak orang, seperti orang-orang

yang dipinggir jalan atau di perkotaan. Karena dengan membantu orang ini, perusahaan

akan ternama, biasanya dengan cara perusahaan memasang spanduknya di lokasi

bantuan atau jenis pemberitahuan yang lain. Akibatnya, penduduk yang jauh dari

keramain kurang mereka perhatikan. Kedua, bantuan-bantuan dari perusahaan-

perusahaan besar tidak begitu saja sampai ke sebuah nagari, disebabkan oleh dua hal.

Pertama, jumlah perusahaan-perusahaan besar tersebut tidak banyak. Kedua, petugas-

petugas yang melaksanakan pembangunan masyarakat perusahaan terbatas

kemampuannya. Mereka tidaklah berjalan-jelan ke nagari-nagari untuk menyalurkan

bantuan atau untuk mencari orang yang akan dibantu, melainkan mereka sering

menunggu orang datang untuk meminta bantuan kepadanya.

Masyarakat Nagari Seharusnya Bertanggung Jawab

Mengharap hanya pada pemerintah dan pengusaha dan menanti uluran tangan

mereka saja tanpa masyarakat Nagari melakukan upaya-upaya berarti, berbagai

masalah yang dialami oleh penduduk nagari tidak akan teratasi, karena pemerintah dan

para pengusaha sebagai penanggung jawab dan sumber penting bantuan untuk

mengatasi berbagai masalah kehidupan dalam nagari mempunyai berbagai

keterbatasan dan kendala. Oleh sebab itu, diperlukan melirik ke sektor ketiga yakni,

masyarakat dan pemimpin-pemimpin Nagari.

4

Page 5: Peranan ninik mamak

Masyarakat dan pemimpin-pemimpin Nagari sendiri perlu pula aktif dan proaktif

menolong warganya yang bermasalah dan terus berupaya untuk mencarikan

pemecahan berbagai masalah yang dihadapi oleh anak nagari. Intinya adalah para

pemimpin nagari mestilah aktif dan proaktif dalam nagari untuk memecahkan berbagai

masalah yang dihadapi oleh anak nagari, karena tanpa keterlibatan mereka berbagai

masalah yang dihadapi oleh anak nagari tidak terpecahkan dengan baik. Semua ini

mestilah disadari dan dipahami oleh setiap orang yang menjadi pemimpin di nagari.

Berbagai unsur pimpinan nagari haruslah terlibat aktif, tidak boleh ada yang pasif

dan hanya menjadi penonton serta tukang cacimaki. Ibarat tim sepakbola, semua lini

harus bergerak. Seperti yang sudah diketahui umum, pemimpin nagaripun tidak tunggal

melainkan banyak, terdiri dari berbagai unsur seperti, pemerintahan nagari, ninik

mamak, alim ulama, cadiak pandai, bundo kanduang dan pemuda. Kesemua mereka

perlu bergerak dan proaktif. Saya telah mempelajari banyak nagari dan saya

berkesimpulan bahwa keaktifan di nagari hanya pada pemerintahan desa ketika berdesa

dan hanya pada pemerintahan nagari akhir-akhir ini tidak mencukupi dan tidak mampu

memecahkan banyak masalah, disebabkan banyak kebijakan dan program tidak berjalan

karena tidak didukung oleh pemimpin yang lain, terutama oleh ninik mamak.

Kelihatannya, mengelola nagari berbeda dengan mengelola kelurahan,

kecamatan, kabupaten/kota, provinsi dan bahkan dengan negara. Di nagari-nagari di

Provinsi Sumatera Barat (tentunya juga di Kabupaten Solok Selatan) hukum adat dan

hukum agama masih dianut kuat dan cenderung dipertahankan. Hukum adat dan hukum

agama tersebut dijadikan rujukan atau landasan untuk memecahkan berbagai masalah.

Akibatnya, menggunakan hukum negara (dalam artian yang luas termasuk segala

macam peraturan pemerintah) saja tidak memadai, karena bukan hanya tidak semua hal

diatur oleh hukum negara, hukum adat dan hukum agama masih berlaku dan ditaati.

Pemegang otoritas (wewenang) hukum adat dan hukum agama berbeda dengan

pemegang otoritas hukum negara. Ninik mamak dan ulama adalah pemegang otoritas

hukum adat dan hukum gama. Oleh sebab itu mereka seharusnya berperan serta dalam

mengelola nagari dalam berbagai bentuk keterlibatan.

Keterlibatan Ninik Mamak dalam Urusan Penduduk Nagari

Panghulu termasuk unsur pemimpin di nagari. Pertama, mereka merupakan

pemimpin kaum. Sebagai pimpinan kaum, panghulu memimpin anggota kaumnnya. Dari

sudut pandang anggota kaumnya, seorang panghulu dipanggil mamak, sedangkan dari

5

Page 6: Peranan ninik mamak

sudut pandang seorang panghulu anggota kaumnya dipanggil kamanakan. Panggilan

tersebut tidak hanya sebuah sebutan, melainkan melambangkan hubungan pemimpin

dan yang dipimpin. Mamak adalah pemimpin, sedangkan kamanakan merupakan orang

yang dipimpin. Kalau di kantor-kantor, sebutan tersebut adalah Bapak/Ibu dan bawahan.

Bapak/Ibu adalah pemimpin, sedangkan bawahan merupakan orang yang dipimpin.

Kedua, panghulu merupakan pemimpin di nagari. Pada tingkat ini, sesungguhnya

mereka menjadi mamak pada tingkat nagari, dengan kamanakan seluruh anak nagari.

Kerapatan/Lembaga Adat Nagari (KAN/LAN) merupakan organisasi pada tingkat nagari

yang menfasiltasi panghulu menjadi pemimpin pada tingkat nagari.

Panghulu merupakan peranan yang terdiri dari tugas-tugas atau kewajiban-

kewajiban yang mesti dilaksanakan. Tugas-tugas tersebut adalah aturan adat yang

merupakan aturan-aturan yang dibuat dan disepakati oleh anak nagari. Menarik untuk

diajukan pertanyaan-pertanyaan berikut: Apa sajakah tugas-tugas panghulu/ninik

mamak sebagai pemimpin kaum? Apakah tugas-tugas yang telah ditetapkan semenjak

lama masih relevan? Apa sajakah tugas-tugas panghulu/ninik mamak sebagai

pemimpin dan anggota KAN/LAN? Apakah tugas-tugas yang telah ditetapkan semenjak

lama masih relevan?

Kontribusi Ninik Mamak terhadap Masyarakat Nagari dalam Kontek Berbangsa dan Bernegara.

Pertama akan saya bahas kontribusi ninik mamak dalam pembangunan

masyarakat nagari sebagai kolektivitas atau terhimpun dalam sebuah organisasi

KAN/LAN. Akan saya bahas terlebih dahulu perjalanan organisasi ninik mamak ini.

Himpunan ninik mamak dalam sebuah organisasi pada tingkat nagari merupakan

tradisi Minangkabau semenjak lama. Organisasi mereka yang semenjak lama ada

disebut Kerapatan Adat Nagari (KAN). Para peneliti mengatakan KAN tersebut telah

dikenal pada zaman Kolonial Belanda, walaupun tidak secara resmi diakui oleh

pemerintah kolonial tersebut (Benda-Backmann dan Benda-Backmann 2005, hal. 170-

171). Ketika di provinsi ini diterapkan Undang-undang Pemerintahan Desa No. 5/1979

ydengan mengubah pemerintahan nagari ke pemerintahan desa, pada tahun 1983

pemerintah Provinsi Sumatera Barat mengukuhkan KAN sebagai organisasi ninik

mamak pada tingkat nagari dan diberi tugas mengelola nagari sebagai komunitas

hukum adat. Organisasi ninik mamak pada tingkat nagari terus diakui oleh negara ketika

di Provinsi Sumatera Barat sistem pemerintahan terbawah ditukar dari desa ke nagari.

6

Page 7: Peranan ninik mamak

Pemerintah kabupaten, kemudian, menerapkan nama yang berbeda terhadap organisasi

ini (ada yang menyebut Kerapatan Adat Nagari, KAN, dan ada pula yang menyebut

Lembaga Adat Nagari, LAN). KAN/LAN didefinisikan sebagai lembaga tempat

berhimpunya ninik mamak dan pemangku adat di nagari. Kemudian pada akhir Januari

2007 pemerintahan Provinsi Sumatera Barat mengeluarkan Peraturan Daerah baru

Pemerintahan Nagari (No. 2/2007) pengganti Peraturan Daerah Provinsi No. 9/2000.

Perda baru ini tetap mengakui dan menghargai keterlibatan ninik mamak dalam

pengelolaan nagari4. Dalam Perda baru ini, ninik mamak menjadi unsur Badan

Permusyawaratan Nagari (disingkat BAMUS NAGARI), dan bahkan dalam ayat 2 pasal

17 dinyatakan bahwa untuk dapat membuat Perna untuk memanfaatkan dan mengelola

ulayat nagari pemerintah nagari diharuskan berkonsultasi dan berkoordinasi dengan

KAN. Pasal ini merupakan perbaikan dari Perda sebelumnya dan sesungguhnya

mengakui otoritas ninik mamak atas hak ulayat nagari5.

Walaupun KAN tidak pernah diakui sebagai bagian atau unsur dari pemerintahan

nagari semenjak masyarakat nagari menjadi bagian dari sebuah negara, semenjak

zaman kolonial sampai sekarang, pemerintah tetap mengakui dan mengharapkan ninik

mamak dan KAN berperan penting di nagari, bukan hanya untuk mengelola adat istiadat

melainkan juga sebagai pemeran aktif penyelesai masalah dan pembangunan nagari.

Hal ini tercermin dari tugas KAN/LAN yang ditetapkan oleh pemerintah dan sepertinya

disetujui oleh umumnya ninik mamak, diataranya yang sesuai dengan pembicaraan ini

adalah:

1. Penyelesai sengketa sako (gelar adat) dan pusako (harta) dengan menggunakan

hukum adat.

2. Penanggung jawab peningkatan kualitas dan kontribusi pimpinan adat di nagari.

3. Berperan aktif dalam pembangunan di nagari.

4. Penjaga, pemilihara dan pengawas penggunaan kekayaan nagari untuk

kesejahteraan anak nagari.

5. Penyelesai masalah sosial budaya, termasuk agama, dengan bekerjasama dengan

alim ulama dan cadiak pandai.

4 Perda Provinsi Sumatera Barat No. 2/2007 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Nagari hanya menyatakan bahwa organisasi ninik mamak di nagari hanya bernama Kerapatan Adat Nagari (disingkatkan KAN). 5 Perda No. 9/2000 telah menimbulkan konflik antara KAN/LAN dengan pemerintah nagari berkenaan dengan pemanfaatan dan pengelolaan ulayat nagari (lih. Afrizal 2006b), mungkin perda baru ini dapat memecahkan konflik tersebut.

7

Page 8: Peranan ninik mamak

Walaupun di Kabupaten Solok Selatan ada variasi lain tugas KAN, namun prinsipnya

sama dengan di kabupaten yang lain.

Akan tetapi, walaupun KAN/LAN dan ninik mamak secara perorangan di berbagai

nagari telah berusaha untuk menunaikan tugas mereka, mereka belum melakukan

tugasnya dengan baik dan oleh sebab itu belum menyumbang cukup berarti terhadap

nagari. Pada umumnya, tugas-tugas yang dilaksanakan terbatas pada urusan sako dan

pusaka dan inipun belum memuaskan banyak pihak di berbagai nagari6.

Untuk menunjukkan ninik mamak dan KAN/LAN belum berperan baik dalam

urusan pembangunan nagari, berikut ini akan saya sajikan hasil-hasil penelitian.

Pertama adalah hasil-hasil penelitian yang saya lakukan bersama kawan-kawan

mengenai keterlibatan berbagai komponen nagari dalam pengentasan kemiskinan7.

Lokasi penelitian tidak termasuk Kabupaten Solok Selatan, tetapi hasil penelitian

mungkin berlaku juga di daerah ini. Kedua hasil-hasil penelitian Agus dkk., (2006)

tentang penerapan ABS-SBK di dua kabupaten dan satu kota: Agam, Dharmasraya dan

Kota Padang Panjang.

Terungkap dari penelitian bahwa Kerapatan Adat Nagari (KAN/LAN) tidak

ditempatkan sebagai kelembagaan nagari yang penting oleh penduduk nagari. Mereka

lebih dekat kepada pemerintahan nagari/kelurahan daripada KAN/LAN. Hal ini

disebabkan oleh karena pemerintahan nagari dan kelurahan merupakan lembaga yang

lebih banyak berhubungan dengan penduduk setempat dibandingkan dengan KAN/LAN.

Penyebab yang lain adalah khususnya dalam hal penanggulangan kemiskinan,

pemerintahan nagari dianggap lebih perhatian dibandingkan dengan

Kerapatan/Lembaga Adat Nagari. Semua ini lebih disebabkan oleh pemerintah

nagari/kelurahan lebih dilibatkan oleh pemerintah yang lebih tingi dari KAN/LAN untuk

menfasilitasi implementasi program anti-kemiskinan pemerintah di nagari.

Temuan survei ini sesuai dengan hasil FGD dan wawancara mendalam.

Terungkap dari wawancara mendalam dan FGD bahwa Kerapatan/Lembaga Adat

Nagari belum melakukan kegiatan-kegiatan yang terorganisir untuk membantu rumah

tangga yang masuk dalam kelompok keluarga miskin. Pada hal institusi KAN/LAN

secara kultural bertanggung jawab terhadap komunitas nagari.

Ninik mamak secara perorangan juga tidak melakukan usaha-usaha untuk

mengatasi masalah kemiskinan anggota kaumnya yang termasuk keluarga miskin di

nagari. Hal ini tidak hanya disebabkan karena kualitas pendidikan ninik mamak dan 6 Di beberapa nagari untuk urusan ini KAN/LAN cukup baik (lih. Afrizal 2006a).7 Seluruh pembahasan bagian ini merujuk kepada Afrizal dkk. (2006).

8

Page 9: Peranan ninik mamak

situasi perekonomian mereka, tetapi lebih lagi mereka tidak mempunyai perhatian untuk

mengatasi masalah kemiskinan yang dihadapi oleh anggota kaum mereka. Penyebab

pentingnya adalah para ninik mamak tidak menyadari atau tidak menganggap

menanggulangi kemiskinan dalam artian yang luas merupakan salah satu tugas mereka

sebagai pemimpin kaumnya. Pertanyaannya, kemudian adalah, apakah

penanggulangan kemiskinan dalam artian yang luas anggota kaum tidak merupakan

salah satu tugas ninik mamak sebagai pemimpin kaum?.

Di bidang tata kelakuan kamanakan, ninik mamak juga kurang befungsi. Hal ini

terungkap dari hasil penelitian Agus dkk., (2006). Hasil penelitian tersebut

mengungkapkan bahwa walaupun ninik mamak dilaporkan memberikan teguran dan

nasehat kepada kamanakannya, hampir 67% responden penelitian melaporkan mereka

jarang menerima nasehat dari ninik mamak mereka. Disamping itu, sebanyak hampir

67% pula responden penelitian melaporkan bahwa ninik mamak jarang memberikan

teguran dan nasehat kepada kamanakan remaja yang berpakaian dianggap tidak sopan

dengan ukuran ABS-SBK.

Bidang-Bidang Pembangunan yang Memerlukan Keterlibatan Proaktif Ninik

Mamak

Bagaimanakah ABS-SBK dapat terwujud agar tidak hanya berhenti sebagai

wacana dan meteri ceramah dan pidato? Dengan hanya menyatakan bahwa ABS-SBK

mampu memecahkan masalah tidaklah terlalu berguna. Dia akan berguna apabila

digunakan sebagai sumber inspirasi dan acuan atau pedoman dalam berbuat atau

dalam bertingkah laku. Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia ini sumber inspirasi,

acuan atau pedoman terdiri dari tiga macam yaitu, peraturan-peraturan yang dibuat oleh

negara dalam berbagai bentuk dan jenis, peraturan agama dan peraturan adat yang

sering disebut sebagai hukum adat. ABS-SBK, menurut konsepsi berbagai pihak, adalah

hukum adat yang dilandasi atau disesuaikan dengan ajaran Agama Islam. Semua ini

berarti, bagi Suku Bangsa Minangkabau umumnya dan penduduk Solok Selatan

khususnya, disamping peraturan negara, hukum adat atau aturan-aturan adat yang

sesuai dengan ajaran Islam dapat digunakan sebagai sumber inspirasi, acuan atau

pedoman dalam berbuat.

Seperti pimimpin yang lain, bagi ninik mamak sebagai pemangku adat, pemimpin

dalam kaum dan dalam nagari secara perorangan maupun secara kelembagaan dalam

9

Page 10: Peranan ninik mamak

KAN hukum adat yang sesuai dengan syarak adalah acuan untuk berperan disamping

hukum negara.

Beberapa dari bidang-bidang yang keterlibatan proaktif ninik mamak diperlukan

untuk memantapkan ABS-SBK adalah manajemen dan resolusi konflik,

penanggulangan bencana, penanggulangan perzinaan dan penanggulangan

kemiskinan. Berikut ini akan saya jelaskan terpirinci hanya penangulangan kemiskinan,

karena keterlibatan ninik mamak pada bidang yang lain prinsipnya sama dengan

keterlibatan dalam penanggulangan kemiskinan.

Pengentasan kemiskinan

Penduduk miskin masih tinggi di Provinsi Sumatera Barat. Angkanya berbeda

tergantung sumber data, tetapi rata-rata di atas 12,7% pada tahun 2006 (Pemerintah

Provinsi Sumatera Barat 2006). Walaupun demikian, jumlah penduduk yang digolongkan

nyaris miskin, yang pendapatan mereka sedikit di atas garis kemiskinan, juga tinggi

yaitu, sekitar 50% dari jumlah orang miskin (Elfindri dkk., 2005, hal. 27).

Siapakah orang miskin tersebut? Kecuali di Kabupaten Kepulauan Mentawai, di

belahan lain provinsi ini orang miskin tersebut pada umumnya adalah anggota Suku

Bangsa Minangkabau. Mereka merupakan warga negara Republik Indonesia,

penduduk Provinsi Sumatera Barat, penduduk kabupaten/kota, anak nagari/penduduk

kelurahan. Yang paling dekat dan bersentuhan dengan pemimpinya, orang miskin

tersebut adalah anggota sebuah kaum dan oleh sebab itu mereka merupakan

kamanakan dari ninik mamak.

Siapakah yang bertanggung jawab untuk menangulangi kemiskinan? Mengikuti

pembahasan di atas, maka yang bertanggung jawab menanggulangi kemiskinan adalah:

1. Pemerintah pusat, karena orang miskin adalah warga negara Indonesia dan

pemerintah pusat merupakan petugas Negara Republik Indonesia.

2. Pemerintah provinsi, dalam hal ini pemerintah Provinsi Sumatera Barat,

karena orang miskin adalah penduduk provinsi ini dan pemerintah Provinsi

Sumatera Barat merupakan petugas Provinsi Sumatera Barat.

3. Pemerintah kabupaten/kota, karena orang miskin merupakan warga

kabupaten/kota dan pemerintah kabupaten/kota petugas kabupaten dan kota.

4. Pemerintah nagari/kelurahan, karena orang miskin merupakan anak

nagari/penduduk kelurahan dan Pemerintah Nagari/Kelurahan petugas

nagari/kelurahan.

10

Page 11: Peranan ninik mamak

5. Pemimpin kaum yaitu ninik mamak, karena orang miskin merupakan anggota

kaum dan merupakan kamanakan dari ninik mamak dan ninik mamak adalah

pemimpin kaum yang mengemban tanggung jawab mengurus mereka. Karena

KAN adalah organisasi ninik mamak pada tingkat nagari, maka KAN

selayaknya juga pengemban tanggungjawab untuk menanggulangi kemiskinan

karena orang miskin tersebut merupakan kamanakan anggota KAN mereka.

Untuk mewujudkan tanggung jawabnya sebagai pimpinan kaum dan pimpinan

nagari yang merupakan amanat ABS-SBK, ninik mamak secara perorangan dan KAN

dapat berperan proaktif dalam monitoring dan pemecahan masalah-masalah program

penanggulangan kemiskinan setelah program selesai dilakukan. Hal ini disebabkan oleh

penelitian yang saya lakukan bersama kawan-kawan pada tahun 2006 menemukan

bahwa salah satu penyebab penting ketidakberhasilan program-program

penanggulangan kemiskinan (penerimanya adalah kamanakan ninik mamak) adalah

lemahnya penanganan masalah setelah selesainya pelaksanaan program, ketika itu

instansi pemerintah pelaksana program tidak lagi mengurus program yang telah selesai

dilaksanakan (Afrizal, dkk., 2006 dan Afrizal 2006a).

Keahlian yang Diperlukan oleh Ninik Mamak

Agar ninik mamak dapat berfungsi baik dalam tiga bidang yang saya sebutkan di

atas, ninik mamak harus memiliki keahlian sebagai berikut:

1. Berpengetahuan mendalam mengenai adat, hukum adat dan prosedur pemecahan

masalah yang berlaku dalam nagari.

2. Mampu menjadi mediator dalam menyelesaikan konflik antarindividu maupun

antarkelompok untuk mencari perdamaian dengan membuat konsensus. Untuk

menjadi mediator dalam kaum maupun dalam nagari, ninik mamak harus pandai

berkomunikasi, pandai menempatkan diri, mampu meyakinkan pihak-pihak yang

bertikai atau mampu mendudukan persoalan dan mengerti adat dan mekansime

penyelesaian sengketa menurut adat.

3. Mampu menggerakkan kamanakan atau anak nagari untuk produktif dan kreatif dan

memahami seluk beluk kemiskinan.

Kuat duguaan saya, keahlian-keahlian tersebut tidak dimiliki oleh cukup banyak

ninik mamak. Hasil penelitian Agus (2006) bisa dipakai untuk menunjukkan hal ini. Hasil

penelitian tersebut mengungkapkan bahwa hampir 32% kamanakan tidak puas dengan

kinerja ninik mamaknya, di sebuah nagari malah ada sampai 50% kamanakan tidak

11

Page 12: Peranan ninik mamak

puas dengan kinerja ninik mamaknya. Penyebabnya karena ninik mamak tidak

melaksanakan tugasnya dengan baik dan hal ini disebkan karena ninik mamak tidak

mampu melaknsanakan tugasnya dengan baik. Semua ini mungkin karena pendidikan

informal untuk memampukan ninik mamak melaksanakan tugasnya tidak lagi berjalan

baik. Agar ninik mamak mampu melansanakan tugasnya, pendidikan informal bagi ninik

mamak perlu dilakukan dan ini dapat dilakukan oleh KAN dengan bantuan dari

pemerintah.

Kesimpulan

Masyarakat nagari sangat perlu melibatkan diri secara aktif dan proaktif dalam

penanganan berbagai masalah yang dialami oleh anak nagari, karena negara dan sektor

swasta terbatas kemampuannya. Agar ini tercapai, para pemimpin nagari harus proaktif.

Sudah tidak saatnya lagi menyerahkan penyelesaikan masalah hanya kepada

pemerintah dan pengusaha di luar nagari. Tidak berarti pemerintah dan pengusaha tidak

dituntut untuk lebih memperhatikan masyarakat nagari. Realisasi dari tanggung jawab

mereka perlu dituntut terus, tetapi karena banyak masalah dan kendala masyarakat

nagari dengan pemimpinnya harus lebih proaktif.

Dalam nagari, ninik mamak secara perorangan maupun terlembaga dalam KAN

merupakan komponen yang seharusnya berperan proaktif untuk memecahkan berbagai

masalah, tidak hanya yang berkaitan langsung dengan adat istiadat dan konflik

pertanahan, malainkan juga urusan kesejahteraan dan tata kelakuan kamanakan sesuai

dengan ABS-SBK. Semua itu memerlukan perbaikan dan pengembangan kualitas SDM

ninik mamak, khusunya berkenaan dengan kecakapan sebagai seorang ninik mamak

sebagai pemimpin kaum dan anak nagari. Perbaikan dan pengembangan kualitas SDM

ninik mamak tersebut memerlukan pendidikan informal berupa pelatihan-pelatihan

berbagai bidang yang relevan.

Daftar Bacaan

Afrizal, 2000, “Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi kitabullah Sebagai Visi Pembangunan Suku Bangsa Minangkabau”, makalah dipresentasikan dalam seminar Reaktualisasi Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah, PPIM, Bukitinggi, 22-23 January.

_____, 2005, the Nagari Community, Business and the State: The Origin and the Process of Contemporary Agrarian Protests In West Sumatera, Indonesia, Ph.D Thesis at the Asia Centre of Faculty of Social Sciences, Flinders University.

12

Page 13: Peranan ninik mamak

_____,2006a, “Pengentasan Kemiskinan Berbasis Institusi Lokal”, makalah dipresentasi

dalam seminar klaster penelitian Universitas Dadjah Mada, Yogyakarta Novermber 2006a.

_____, 2006b, “Kebijakan Negara Dan Perebutan Otoritas Terhadap Sumber Daya Alam: Studi Kasus Di Nagari Sungai Kamuyang”, makalah hasil penelitian dipresentasi dalam acara Seminar Penelitian DIPA Universitas Andalas, Padang, September 2006.

______, 2007, the Nagari Community, Business and the State: The Origin and the Process of Contemporary Agrarian Protests In West Sumatera, Indonesia, Forest people Programm dan Sawit watch, Bogor.

Afrizal, dkk., 2006, ”Pemetaan Kemiskinan Dan Strategi Pengentasannya Yang Berbasis Institusi Lokal Dan Berkelanjutan Dalam Era Otonomi Daerah Di Provinsi Sumatra Barat”, laporan penelitian yang tidak diterbitkan, Departemen Sosial RI.

Agus, Bustanuddin, dkk., 2006, ”Kajian Penerapan Falsafah Adat Basandi Syarak –Syarak Basandi Kitabullah di Sumatera Barat, laporan penelitian yang tidak diterbitkan, Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Barat.

Benda-Beckmann, von, F., dan Benda-Beckmann, K., Von, 2005, The Utopia Of The Minangkabau Nagari And The Quest For Adat, dalam Alfan Miko dan Jendrius, ed, Ilmu Sosial Pembangunan & Perubahan Sosial Budaya, Andalas University Press, Padang.

Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, 2006, ”Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Provinsi Sumatera Barat Tahun 2006-2010: Agenda-6 Mempercepat Penurunan Tingkat Kemiskinan”.

13