peranan kh. umay m. dja’far siddiq, ma dalam...
TRANSCRIPT
PERANAN KH. UMAY M. DJA’FAR SIDDIQ, MA DALAM MENGEMBANGKAN ISLAM DI JAMPANGKULON,
SUKABUMI
skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum)
oleh
Khoerudin
NIM: 104022000802
JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H./2010 M.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa hasil karya ini bukan hasil
karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, Februari 2010
Penulis
PERANAN KH. UMAY M. DJA’FAR SIDDIQ, MA DALAM MENGEMBANGKAN ISLAM DI JAMPANGKULON,
SUKABUMI
skripsi Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum)
Oleh
Khoerudin
NIM: 104022000802
Pembimbing
H. Nurhasan, MA Nip. 19690724 199703 1 001
JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H./2010 M.
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi bejudul PERANAN KH. UMAY M. DJA’FAR SIDDIQ, MA DALAM MENGEMBANGKAN ISLAM DI JAMPANGKULON, SUKABUMI telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 15 Februari 2010. skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Humaniora (S. Hum ) pada program Studi Sejarah dan Peradaban Islam.
Jakarta, 15 Februari 2010
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota, Drs. H. M. Ma’ruf Misbah, MA Usep Abdul Matin, Sag., MA., MA Nip. 19591222 199103 1 003 Nip. 19680807 199803 1 002
Anggota,
Penguji, Pembimbing,
Drs. H. M. Ma’ruf Misbah, MA H. Nurhasan, MA Nip. 19591222 199103 1 003 Nip. 19690724 199703 1 001
ABSTRAKSI
Banyak orang memberikan pandangan bahwa kemuliaan itu terletak pada kekayaan materi. Padahal kemuliaan itu sesungguhnya tidak hanya ditentukan oleh kekayaan materi. Islam meletakkan kemuliaan seseorang itu pada Iman dan Ilmunya melalui pendidikan.
KH. Umay M Dja’far Siddiq, MA adalah salah satu ulama yang konsen dalam hal pendidikan. Dilahirkan pada tanggal 7 Juli 1954 di Jampangkulon, Sukabumi. Berasal dari keluarga yang kurang mampu, ia jalani hidup dengan susah payah. Namun, masa lalunyalah yang membuat ia berbuat banyak untuk dunia pendidikan.
Dengan mendirikan beberapa yayasan yang berorientasi pada pendidikan umum dan agama, ia buka jalan bagi kaum duafa yang ingin menimba ilmu tanpa harus melulu memikirkan biaya pendidikan. Inilah yang tercermin dari Yayasan Pendidikan dan Sosial Islam (YAPSI) Darul Amal.
Dengan berjalannya waktu, hingga kini Yayasan Pendidikan dan Sosial Islam (YAPSI) Darul Amal, telah memiliki jenjang pendidikan dari taman kanak-kanak (TK), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Umun (SMU).
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan hanya kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah, dan juga nikmat yang begitu banyak sehingga
dengan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam
snantiasa terlimpah kepada nabi Muhammad saw dan seluruh keluarga, para
sahabat, dan para pengikutnya.
Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa bantuan dari
berbagai pihak, oleh sebab itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu penulis, baik bantuan moral maupun
material, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih terutama
penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Dr. Abd. Chair, selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Drs. H. M. Ma’ruf Misbah, MA., selaku Ketua Jurusan Sejarah
dan Peradaban Islam sekaligus penguji Skripsi yang dengan sabar
dalam mengoreksi dan membimbing penulisan skripsi ini, serta Bapak
Usep Abdul Matin, S.Ag., MA., MA., selaku Sekretaris Jurusan
Sejarah dan Peradaban Islam.
3. Bapak Drs. Saidun Derani, MA, selaku dosen Pembimbing Akademik
yang telah membantu proses skripsi ini, dan Bapak H. Nurhasan, MA
selaku dosen Pembimbing Skripsi, yang senantiasa menerima keluhan
dan selalu memotivasi penulis.
ii
4. Bapak-bapak serta ibu-ibu dosen Fakutas Adab dan Humaniora,
terutama kepada dosen Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam yang
telah memberikan ilmunya selama masa kuliah, serta staf-staf pegawai
akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, ibu Sundari, ibu Nurbani,
bunda Lily Fakhriah, pak Bushro.
5. Pimpinan Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora maupun
pimpinan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta
staf-stafnya yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan bagi
penulis untuk mendapat buku-buku bacaan pada saat masa kuliah dan
saat menyelesaikan skripsi ini.
6. Keluarga besar Darul Amal yang telah memberikan informasi dan
data-data yang diperlukan untuk menyelesaikan skripsi ini. Terutama
Bapak Umay, yang dalam hal ini telah rela penulis jadikan target
penulisan, Ust. Dede M, dan keluarga besar Rusmi Andri.
7. Orang tua tercinta bapak Arsyim Rosyiddin dan Suramini yang telah
mendidik dan membesarkan penulis, terima kasih yang tak terhingga
atas doa-doanya yang tak henti-henti serta ridhonya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Adikku tersayang Puput Ari Hijriyah,
Amd Tru. yang selalu rewel menanyakan “kapan lulus???”. Si bungsu
yang lucu, Salamah Salsabila. Senyum dan tangisanya yang selalu
membuat penulis kangen rumah.
8. Rekan-rekan SPI UIN Jakarta.
iii
Demikianlah ucapan terima kasih Penulis, semoga Allah SWT membalas
amal kebaikan mereka dengan berlipat ganda. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis, pembaca, dan semua pihak yang memerlukannya.
Ciputat, 21 Februari 2010
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI ..........................................................................................................i KATA PENGANTAR ..........................................................................................ii DAFTAR ISI ..........................................................................................................v BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .........................................................................1
B. Lingkup Permasalahan .............................................................................5
C. Landasan Teori ........................................................................................6
D. Pembatasan dan Perumusan Masalah.......................................................7
E. Metode Penelitian ....................................................................................7
F. Tujuan Penulisan . ...................................................................................9
G. Sistematika penulisan ............................................................................10
BAB II. RIWAYAT HIDUP KH. UMAY M. DJA’FAR SIDDIQ, MA
A. Masa Kecil .............................................................................................12
B. Pendidikan .............................................................................................14
C. Kariernya ...............................................................................................16
BAB III. PERANAN DAN AKTIVITAS KH. UMAY M. DJA’FAR
SIDDIQ, MA DALAM MENGEMBANGKAN ISLAM DI
JAMPANGKULON, SUKABUMI
A. Mendirikan YAPSI DARUL AMAL ..................................................19
B. Yayasan-yayasan lain...........................................................................24
C. Berdakwah ...........................................................................................28
a. Antar-Desa ..................................................................28
1. Metode Dakwah Yang Ditempuh ........29
2. Kursus Tafhim Al-Quran ....................32
3. Media ...................................................33
a. Televisi ......................................33
b. Radio .........................................33
4. Peran Keluarga Dalam Dakwah ..........33
v
vi
D. Menyusun Karya Tulis .........................................................................34
BAB IV. DAMPAK AKTIVITAS KH. UMAY M. DJA’FAR SIDDIQ, MA
BAGI MASYARAKAT JAMPANGKULON, SUKABUMI
A. Pendidikan ...........................................................................................38
B. Sosial ...................................................................................................41
a. Mendirikan Mini Mart .................................................41
b. Memberikan Hewan Qurban .......................................42
c. Merayakan Hari-hari Besar Islam ...............................43
C. Keagamaan / Dakwah Islam ................................................................43
BAB V. PENUTUP
Kesimpulan ...................................................................................48
Saran .............................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
RIWAYAT HIDUP KH. UMAY M. DJA’FAR SIDDIQ, MA
A. Masa Kecil
Masa kecil Umay M. Dja’far Siddiq sangatlah sedih untuk ditulis. Tetapi
masa kecil adalah masa di mana sedikit banyaknya menentukan bagi setiap orang.
Umay kecil dahulu bernama Uyun. Beliau dilahirkan dari pasangan Odog dan Hj.
Djuarsih,1 di sebuah desa terpencil ± 110 km selatan kota Sukabumi. Bakanjati,
adalah sebuah nama kampung di desa Bojong Genteng di kecamatan
Jampangkulon. Di tanah inilah Uyun kecil dilahirkan.
Ia dilahirkan dalam keadaan yatim, ayahnya wafat ketika ia masih dalam
kandungan.2 Dengan susah payah ibunya melahirkan, merawat, dan membesarkan
si bungsu. Tidak ada catatan resmi tentang tanggal tepat kelahirannya, maklum di
kampung yang ia hirup udaranya belum ada bidan yang mencatat tentang
kelahirannya, hanya dalam ijazah SD nya tertera tanggal 7 Juli 1954.3
Uyun kecil memiliki 4 kakak, diawali oleh Hj. Ronasih, H. Ipid Hapidin,
H. Syamsidin, dan H. Nanang Saprudin, S.Pd.4 Setelah dua bulan tahun pelajaran
1960-1961 berjalan, sepulang mengaji dan menginap di masjid Bojongwaru pagi
itu Uyun merasakan perihnya hati, karena melihat anak-anak seusianya sebentar
1 Perpustakaan Nasional, Profil Tokoh & Pengusaha Muslim Indonesia. (Jakarta : Katalog
dalam terbitan, PERNAS), h. 328 2 Wawancara penulis dengan Umay M. Dja’far Siddiq pada 3 Desember 2009 di
Rawasari, Jakpus. 3 Umay M. Dja’far Shiddieq, Tentang Penulis, Syari’ah Ibadah, (Jakarta : Al- Guraba,
2006) 4 Wawancara penulis dengan Dede Muharamsyah pada 15 April 2009 di Jampangkulon,
Sukabumi.
12
13
lagi akan beramai-ramai berjalan kaki menuju sekolah dasar (SD) Bojong
Genteng, yang jaraknya sekitar 2 km. Sementara dia hanya bisa mengurut dada
sedih karena keyatiman dan kemiskinan membedakan dia dari yang lainnya.
Ibunya tidak mampu memasukkan dia ke sekolah, waktu itu saat memberi
pakan ayam peliharaanya seakan turut merasakan sedih hati anak bungsunya itu.
Sore harinya ia berpesan, nanti malam tidak usah tidur di masjid, di rumah saja,
dia menjawab “iya” tanpa berpikir kenapa.
Kira-kira jam 03.00 dinihari Uyun dibangunkan ibunya dan diajaknya ke
tikar shalat, rupanya ibunya selesai shalat malam dan menangisi karena tidak
mampu membiayai sekolah anaknya. Lalu dua lutut ibunya di pertemukan dengan
dua lututnya, seraya ibunya berujar dengan lirih, Nak semua manusia lahir
dengan rasa ingin mulia, manusia mulia karena kekayaannya, sedangkan kita
miskin. Orang mulia karena turunan raden, sedangkan kita rakyat jelata. Orang
mulia karena kerupawanannya, kita biasa-biasa saja. Orang mulia karena
kepintarannya……maka carilah ilmu, untuk kemuliaanmu…..keningnya dicium,
lalu dipeluk di isak tangisnya, ibunya mengakhiri pembicaraan dengan maafkan
ema’ ngga bisa nyekolahin.
Tidak begitu paham apa yang dikatakan ibunya, Uyun pun dengan
terkantuk-kantuk kembali ke kamarnya, lalu tidur lagi sampai subuh tiba. Selepas
shalat subuh ia teringat sebagian ungkapan ibunya tadi malam carilah ilmu, untuk
kemuliaanmu…. Dia berpikir bahwa cari ilmu itu harus sekolah, maka tanpa pamit
kepada ibunya lagi dia pun segera berangkat ke sekolah dasar (SD) Bojong
Genteng III, ditemuinya guru kelas 1 waktu itu, bapak Uton Bustoni. Sesudah
14
bersalaman ia memperkenalkan diri nama “Uyun”, dan sebagai anak yatim tetapi
mau sekolah, itulah nama yang dia ketahui sebagaimana teman-teman
sepermainan memanggilnya, belakangan dia baru tahu dari ibunya bahwa nama
Uyun diberikan oleh Uwa ( kakak bapaknya alm) Mad Yunus. Tetapi terlanjur
tertulis “ Uyun “ di buku induk, maka nama itulah yang dipakai seterusnya.
Ketika kelas VI gurunya, Obang Barnas menganjurkan agar namanya
ditambah supaya tidak terlalu pendek, siapa tahu nanti jadi orang penting, karena
nama itu akan ditulis dalam ijazah. Sore harinya dia bertanya nama yang cocok
untuk dirinya ke mu’alim Djamjuri di masjid Bojongwaru, beliau menawarkan
tambahan nama “Maryunani” jadilah nama dalan ijazah SD-nya Uyun Maryunani,
disingkat U. Maryunani. Ketika di pengajiaan dia sering dilatih ceramah dalam
berbagai acara-acara keagamaan yang teksnya dibuatkan guru mengajinya ust.
Abdullah Mubarak, maka nama dia diberi tambahan lagi “U.Maryunani Djafar
Siddiq”, dan sering ia singkat menjadi Umay kependekan dari Uyun Maryunani
B. Pendidikan
Banyak keunikan yang terjadi dalam proses pendidikan yang
ditempuhnya. Umay menamatkan sekolah dasarnya di SD Bojong Genteng III dan
tamat pada tahun 1967. Itupun selain kecerdasan yang dimilikinya, juga atas budi
besar kepala sekolah bapak Karta Soedarma yang telah membebaskannya dari
iuran sekolah. Ia melanjutkan pendidikannya di Pendidikan Guru Agama (PGA)
Al-Ma’arif Jampangkulon selama 4 tahun, dan lulus tahun 1971, di sini ia
berhutang budi atas kebaikan bapak Dindin Saefudin yang juga membebaskanya
dari SPP.
15
Dengan keinginan yang kuat untuk meneruskan pendidikanya, Umay rela
untuk menempuh jarak ±86 km dengan berjalan kaki. Maklum uang simpanannya
tak cukup untuk ongkos bis, jadi ia melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki
dari hutan Pasir Piring ke kota Sukabumi. Akhirnya lagi-lagi atas kemurahan hati
hamba Allah, KH. E. Fachruddin Masthura, dia diterima di Pondok Pesantren Al-
Masthuriyah Tipar, Sukabumi, tanpa dipungut biaya SPP.
Pada tahun 1974 Umay menamatkan Madrasah Aliyah Al-Masthuriyah,
Tipar, Sukabumi. Sepanjang belajar di Al-Masthuriyah, ia mendapat kasih sayang
dari keluarga KH. Mohammad Sanusi (alm), lalu ia melanjutkan pendidikannya di
Pondok Pesantren Salafi Siqayaturrahmah, pimpinan KH. M. Mudrikah Hanafi, di
Selajambu, Sukabumi, selama 1 tahun.
Maka atas kebaikan hati keluarga Moh. Djubaedy Soelaiman, Umay dapat
menyelesaikan pendidikanya di Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran (PTIQ) pada
tahun 1983. Setelah menyelesaikan pendidikanya, ia sempat menjadi dosen di
almamaternya pada mata kuliah Tafsir dan Hadits Ahkam sampai tahun 1990.
Pada tahun 1984, ia melanjutkan kuliah S1 di Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Jakarta (sekarang UIN Jakarta) mengambil Jurusan Peradilan Agama di Fakultas
Syariah. Lagi-lagi Allah sayang kepadanya dan menggerakkan hati keluarga
Mayjen Pol. Drs. H. Soedarto untuk perihal pembiayaan kuliah dan selesai tahun
1987.
Kemudian pada tahun 1996 atas kebaikan keluarga Mayjen Dr. H. Loet
Affandi, Umay dapat menyelesaikan studi S2 nya di Pasca Sarjana Universitas
Muhammadiyah Jakarta (UMJ) dengan konsentrasi Pendidikan Islam. Atas saran
16
guru tercintanya Prof. Dr. M. Quraish Shihab, MA, Umay melanjutkan studi S3
nya di Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Jurusan
Manajemen Pendidikan, juga atas kemurahan hati Keluarga Dr. H. Loet Affandi.
C. Kariernya
Karier Umay jelas terlihat sejak masih kuliah, berawal dari pengajian
bulanan yang ia selenggarakan sendiri di kampungnya. Pada tahun 1982 dengan
jumlah peserta pengajian hanya 8 orang. Umay ikhlas menekuni sebulan sekali
turun-naik bis dari Jakarta mensosialisasikan idenya membangun desa melalui
pendidikan sosial.5 Dalam waktu 10 tahun ia ubah musolla kecil menjadi sebuah
masjid dengan ukuran 12 x 18 m, 10 tahun kemudian tepatnya Januari 1982
dengan 5 orang pendiri mendirikan Yayasan Pendidikan & Sosial Islam (YAPSI)
Darul Amal.
Pada tahun 1990 Umay dipercaya menjadi Direktur Masjid Jami YARSI,
dikelolanya masjid itu dengan manajemen modern, sehingga pada tahun 1994
terpilih menjadi masjid teladan tingkat Daerah Khusus Ibukota (DKI). Ia pangku
amanah Allah mengurus masjid itu sampai tahun 1996. Pada bulan Oktober tahun
itu juga ia mendirikan Yayasan Da’wah dan Sosial Islam Al-Urwatul Wutsqa
(YADSI UW) yang bergerak dalam menyelenggarakan kursus Tafhim Al-Qur’an.6
YADSI UW ini telah membuka cabang di Tegal Mulyo, Klaten, Jawa
Tengah, yang menyelenggarakan Madrasah Diniyah, TPQ Nurul Akbar , dan
5 Wawancara penulis dengan Umay M. Dja’far Siddiq pada 26 Maret 2009 di Rawasari,
Jakarta Pusat 6Wawancara penulis dengan Umay M. Dja’far Siddiq pada 26 Maret 2009 di Rawasari,
Jakarta Pusat
17
Pesantren Tahfidz Al-Qur’an. Melalui anak asuh kepercayaannya Ust. H. Hafidzi,
pada tahun 1997 dibuka cabang YADSI UW yang kedua di dusun Ngantirejo,
desa Beruk, Karang Anyar dengan memberdayakan 13 orang ustadz yang tersebar
di sekitar Kecamatan Jatiyoso dan Tawangmangu mengelola 11 TPQ dan
beberapa majlis ta’lim, direncanakan di tempat itu akan dibangun pesantren
terpadu.
Pada tahun 1998 bapak angkat Umay, keluarga Dr.Loet Affandi
mendirikan Yayasan Al- Ma’shum Mardiyah di Desa Galudra, Cugenang,
Cianjur, Di tempat itu Umay menyelenggarakan Pesantren Terpadu Al- Ma’shum
Mardiyah, kini santrinya ± 500 orang terdiri atas putra dan putri. Pada tahun 2000
tepatnya 26 Juni 2000 masyarakat Rawasari secara aklamasi mempercayakan
Umay menjadi ketua umum masjid Rawasari, sebuah masjid tua di kawasan
Rawasari, Jakarta Pusat. Pada tahun itu pula Umay membentuk badan hukum
Yayasan Masjid Jami Rawasari. Kini yayasan itu membangun Masjid Al-Nizham
yang luasnya 24 x 26 M berlantai 3 tidak kurang dari 4,6 milliar dana umat secara
swadaya. dan menyelenggarakan Taman Pendidikan Al- Quran (TPQ) dan Taman
Kanak-kanak Islam (TKI) Al- Rawdah serta membuka toko Al-Barka.
Umay mandiri di bidang dakwah, sosial, dan pendidikan. Dia merasakan
betapa besar peran jamaah pengajian kursus Tafhim Al-Qur’an baik untuk
pembangunan proyek – proyek fisiknya maupun sebagai donatur tetap dari anak-
anak asuhnya, dan ujarnya, “tanpa melebihi yang satu atas yang lainnya dia tidak
dapat melupakan para munfiqin – munfiqat berikut: Keluarga Deddy Ibrahim,
Ismaildin Wahab, Ismail Akbar, Salman Harahap, Dr.Loet Affandi, Muchtar
18
Purbaya, Saeful Amir, Soni Dwi Harsono, Saleh Gunawan, Vence Rahardjo,
Amril Adnan, Sudarmadi, Anas Latif, Kel. Bennyman saus, Ishaq Hasibuan dan
yang lain – lainnya.
Selain sering menjadi pengisi mimbar agama Islam di beberapa stasiun
televisi, serta melayani ceramah – ceramah agama di berbagai kesempatan, pada
tahun 2005 dengan beberapa koleganya dia mendirikan CV Al-Guraba yang
bergerak di bidang penerbitan buku, dia punya niatan akan mengisi sisa umurnya
dengan menulis buku-buku agama sebagai kelanjutan dari pembinaan pengajian-
pengajian yang selama ini dia jalani.
Bersama istri, ia mengelola beberapa yayasan dan dia asuh beberapa
pesantren dari kediamannya di Jl. Rawasari Barat 8 no. E 142c , Kel. Cempaka
Putih Timur Jakarta Pusat.
BAB III
PERANAN DAN AKTIVITAS
KH. UMAY M. DJA’FAR SIDDIQ, MA DALAM MENGEMBANGKAN
ISLAM DI JAMPANGKULON, SUKABUMI
A. Mendirikan YAPSI DARUL AMAL
Tujuan pendidikan merupakan bagian terpadu dari faktor-faktor
pendidikan. Tujuan termasuk kunci keberhasilan pendidikan,1 di samping faktor-
faktor lain yang terkait: pendidik, peserta didik, alat pendidikan, dan lingkungan
pendidikan. Esensi pendidikan adalah dengan melihat unsur dasar pendidikan.
Unsur dasar pendidikan itu ada lima, pertama adanya unsur pemberi dan kedua
penerima. Unsur ketiga adalah adanya tujuan baik. Unsur keempat cara atau jalan
yang baik, dan unsur kelima adanya konteks positif.2
Ketika menulis risalah Sarjana Muda di Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran
(PTIQ) tahun 1979 dengan judul “Memelihara Anak Yatim Menurut Syari’at
Islam” Umay menarik kesan, bahwa anak desa yang miskin juga bisa sekolah
kalau ada yang membantu dan memperoleh kesempatan, di saat itu pula dia
mengenang betapa mulianya orang-orang yang menyantuninya sejak di SD, PGA,
Pesantren Al-Masthuriyah, Pesantren Siqayaturrahmah Sukabumi, sampai PTIQ.
Di saat-saat dia dilanda kesulitan yang luar biasa, mereka menjadi perantara kasih
1 Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi
Institusi. (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2005), h. 3 2 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group), h. 4
19
20
sayang Allah, maka dia menancapkan cita-citanya ingin membangun desa,
mengurus kaum dhu’afa dalam sosial dan pendidikan, namun dia bertanya-tanya :
dari mana harus mulai dan bagaimana caranya?
Terbayang desanya yang gersang, sawah tadah hujan, teringat masa
kecilnya yang dihabiskan dengan ngangon (gembala), di punggung kerbau dia
ulang pelajaran sekolah, dan menghafal teks ceramah yang diberikan guru
ngajinya, teringat teman-teman mainnya yang entah di mana mereka, sementara
dia bersyukur bisa sekolah di ibu kota, dan dia berkeinginan kuat untuk
membangun desanya. Dengan cara membangun pesantren modern yang dapat
memberikan kesempatan kepada orang seperti dirinya dapat sekolah dan
mesantren, dan semua hal tidak ada yang sulit bagi Allah, bahkan tidak ada yang
mustahil bagi-Nya, yang penting ada cita-cita, serta tekad untuk mencapainya.
Pada tahun 1982 dia berembuk dengan kakaknya “Kang Nanang”,3 lalu
disepakati mengadakan pengajian bulanan, sekaligus dalam rangka sosialisasi ide
tentang betapa pentingnya pendidikan. Hanya pendidikanlah yang dapat menjadi
agen perubahan peradaban manusia, bersamaan dengan itu dia mulai mengajak
anak-anak tetangga untuk “nyantren”, sekaligus dalam rangka kaderisasi, karena
menurutnya; jika dia jadi membangun pesantren pun tidak mungkin dia langsung
terjun di lokasi untuk menetap, sebab sumber dana dari lingkungan masyarakat
tidak memungkinkan untuk dapat dihimpun guna membangun sarana prasarana
Dia harus berdakwah di Jakarta sekaligus menghimpun dana, sedang yang
memimpin desa harus kadernya yang dapat mengejewantahkan ide-idenya.
3 Wawancara penulis dengan Dede Muharamsyah pada 30 April 2009 di Ciputat,
Tangerang, Banten
21
Majlis ta’lim dan mudzakarah Darul ‘Amal sudah berlangsung 10 tahun
sejak tahun 1982 dan berhasil membangun masjid ukuran 18x10 M2. Jumlah
jama’ah shalat sudah semakin ramai, maka Madrasah Diniyah diselenggarakan
dengan ruang sekolah 3 lokal. Pada tahun 1992 pengajian tadi ditingkatkan
menjadi badan hukum Yayasan Pendidikan dan Sosial Islam (YAPSI) DARUL
AMAL di kampung Selajati, Bojonggenteng, Jampangkulon, Sukabumi. Pada
tahun 1995 yayasan ini mulai menerima siswa baru untuk SLTP, tahun 1998
menyelenggarakan SMU, dan tahun 2000 menghasilkan lulusan kelas VI
Pesantren atau kelas III SMU. Berikut ini adalah Visi dan Misi:
. Visi Darul 'Amal
Adapun visi Darul 'Amal sebagai badan hukum yang bergerak di bidang
pendidikan dan sosial Islam adalah sebagai berikut:
1. Masa depan bangsa dan masa depan umat sangat ditentukan oleh kualitas
sumber daya manusianya, yang menyertai sumber daya alam yang telah
dianugerahkan Allah, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak
ada jalan lain kecuali melalui pendidikan.
2. Pendidikan Darul 'Amal harus mengarah kepada pembinaan peserta didik
sebagai kader pemimpin bangsa dan pembina umat, dengan
mengintegrasikan materi yang bersifat keimanan, ibadah, dan amal shaleh,
dengan yang bersifat keilmuan, dan kemajuan teknologi, serta kebugaran
jasmani, yang disebut (Olah Rasa, Olah Rasio, dan Olah Raga).
22
3. Metode pendidikan Islam di Darul 'Amal ditempuh dengan
mengintegrasikan proses al-Tarbiyah, al-Ta'lim, al-Takdib,
4. Kyai, ustadz dan guru, di Darul 'Amal adalah pelanjut misi rasul Allah.
5. Pendidikan Islam di Darul 'Amal tidak dikotomis antara umum dan agama,
karena misi pendidikan Islam adalah menyadarkan peserta didik akan
status dan peran mereka sebagai makhluk yang wajib beribadah dan
khalifah sebagai pemegang amanat Allah di bumi.
6. Kualitas tinggi hasil pendidikan Darul 'Amal, baru dapat dicapai dengan
jaringan kerja sama harmonis antara; mutu dan dedikasi penyelenggara,
mutu dan dedikasi tenaga pendidik, kesadaran peserta didik akan
pentingnya pendidikan bagi kemajuan din, keluarga, dan bangsanya, serta
tanggung jawab wali atau orang tua peserta didik.
7. Penyelenggaraan pendidikan di Darul 'Amal, akan baik bila didukung oleh
dana yang memadai, pembinaan dan instansi terkait, serta dukungan
masyarakat luas.
8. Dalam mengatasi problematika sosial ekonomi, seluruh keluarga besar
Darul 'Amal harus menjadi pelaku kebajikan dengan infaq fi al-sarra-i wa
al-daraa-i, atau paling tidak menjadi perantara kebajikan antara umat.
9. Seluruh aktifitas keluarga besar Darul 'Amal harus didasarkan atas tujuh
prinsip:
9.1. Ikhlas,
9.2. Yakin, dengan benar janji dan ancaman Allah
9.3. Amanah, yakni jujur dan dapat dipercaya
23
9.4. Istiqomah, yakni konsisten, konsekuen, dan kontinyu
9.5. Sabar, Yakni mampu menahan diri dan hal yang merugikan
9.6. Syukur, Menyadari bahwa nikmat berasal dan Allah dan
mendayagunakannya sesuai dengan maksud Allah memberikannya
9.7. Itsar, yakni mendahulukan kepentingan yang diurus, seraya berharap
Allah senantiasa mendahulukan kepentingannya.
. Misi Darul 'Amal
Sebagai lembaga yang bergerak di bidang pendidikan dan sosial Islam,
maka Darul 'Amal diselenggarakan untuk mengemban misi sebagai berikut:
1. Menyadarkan manusia, khususnya peserta didik terhadap status dirinya
sebagai makhluk yang didapatkan untuk beribadah, baik secara individual
maupun secara sosial.4
2. Menyadarkan manusia, khususnya peserta didik sebagai khalifah (wakil)
Allah di bumi, yang harus berbuat ishlah (baik dan damai), tidak berbuat
ifsad (kerusakan) serta mempersiapkan hidup akhirat, tanpa melupakan
dunia.
3. Mempertinggi kualitas spiritual untuk bekal hidup ukhrawi, dengan
keimanan dan ketaqwaan, serta kualitas hidup duniawi dengan
(penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi), dan kerja sama.
4 Laporan Hasil Lokakarya YAPSI Darul 'Amal 7 Hotel Pangrango. Selabintana-
Sukabumi, O2 – O6 Januari 2OO3
24
4. Memenuhi seruan Allah, serta mempersiapkan kader penerus misi Rasul
saw. yang selalu siap menolong agama Allah, untuk memperoleh
pertolongannya.
5. Membentuk sebaik-baik umat, yang menyuruh ma'ruf, dan mencegah yang
munkar.
6. Mempersiapkan kader umat dan kader bangsa yang berkualitas dan
memiliki orientasi hidup seimbang antara pemenuhan kebutuhan hidup
material duniawi dan spiritual ukhrawi.
7. Menyediakan sarana dan wahana bagi setiap hamba Allah yang hendak
investasi dunia dan akhirat.
Dari keseluruhan misi Darul 'Amal yang dirumuskan penulis, seluruhnya
merujuk al-Qur'an, karena hemat penulis; lembaga Islam apapun bentuk dan
sifatnya, sepanjang berdasarkan al-Qur'an dan al-Sunnahlah yang dijamin Allah,
tidak akan sesat, dan dalam kesulitan apapun pasti akan ditolong-Nya.
B. Yayasan - Yayasan Lain
1. Yayasan Da’wah dan Sosial (YADSI) “AL-‘URWAT AL-WUTSQA” Tiga bulan setelah putus hubungan dengan Masjid Jami’ YARSI, karena
melanjutkan study S-2 nya atau tepatnya pada bulan Desember 1996, tiba-tiba
kedatangan beberapa anak yang meminta santunan iuran bulanan yang selama di
YARSI, konon penggantian dia di YARSI tidak mau tahu lagi.
Setelah ia bayaran iuran 13 anak tersebut, ia berfikir, ternyata keluar dari
YARSI meninggalkan derita orang lain, tergeraklah hatinya untuk meneruskan
25
santunan yang sementara itu ia pakai uang sendiri, namun dari mana dananya, lalu
malam harinya ia menyiapkan draf Anggaran Dasar Yayasan, maka sesudah
berbincang dengan H. Muslim Umar, Moh Zein, Saleh Zubeidy S. Ked, Tata
Sugianto, dan ditanda tanganilah akta Pendirian Yayasan yang diberi nama
“Yayasan Da’wah dan Sosial Islam (YADSI) al-Urwatul Wutsqa”
Kini YADSI UW menangani Kursus tafhim Al-Qur’an, sebanyak 18 kelas
di Jakarta, dan buku ini pula yang dijadikan pelajaran pokok di Pesantren Darul
‘Amal dan Al-Ma’shum Mardiyah. Para peserta dipungut uang pendaftaran per
peket, dan juga infak pengganti cetak, yang kesemuanya menjadi dana kas
Yayasan, diperuntukkan untuk membantu anak sekolah dari kaum dhu’afa, biaya
pengobatan yang tidak mampu, dan juga sudah banyak membanu para ustadz
yang memerlukan dana untuk perumahan.
2. Yayasan al-Ma’shum Mardiyah
Ketika meresmikan masjid jami’ Darul ‘Amal, orang tua asuhnya ikut
datang ke Jampang, dan sepulangnya dalam obrolan ringan, beliau menyatakan
keinginannya membuat pesantren seperti Darul ‘Amal, sementara sudah ada lhan
di sekitar vilanya di daerah Galudra, Kecamatan Cugenang, Cianjur, dia minta
untuk menerapkan ilmu dan pengalamannya dalam bentuk yang kurang lebih
sama dengan Darul ‘Amal.
Ajakan orang tua asuhnya itu, ia sambut dengan senang hati, dan akhirnya
dipercaya sebagai Ketua Badan Pengurus di Yayasan al-Ma’shum Mardiyah,
sesudah mengadakan beberapa perubahan dalam Anggaran Dasar Yayasannya, ia
26
tetapkan kurikulum terpadunya, ia atur manajemennya, ia tes dan seleksi sendiri
guru-gurunya, ia bimbing sendiri secara bulanan, guru-gurunya, ia terapkan
aturan-aturan tata tertib serta peraturankepegawaiannya, sehingga sampai tahun
2004 ini sudah beberpa kali mendapat kepercayaan dari Pemda kab, Cianjur,
utamanya Depdiknasnya.
Jumlah murid SMP al-Ma’shum Mardiyah tahun 2004 ini 326 siswa, dan
yang mukim di pondok Pesantrennya berjumlah 270 santri, dan untuk tahun ini
telah terpilih mewakili SMP Kabupaten Cianjur dalam memperoleh penilaian dari
Pemda Prop. Jawa Barat.
3. Yayasan Masjid Jami’ Rawasari
Pada tanggal 26 Mei 2000, sekelompok tokoh-tokoh masyarakat Rawasari
dengan dipimpin oleh Ketua RW 01 mendatangi kediamannya, dan meminta
kesediaannya untuk memimpin kepengurusan Masjid Jami’ Rawasari, dia
menawarkan untuk mengadakan pemilihan langsung, siapa yang dipercaya umat
dialah yang harus memimpin Masjid itu, dan tanggal 2 Juli 2000, dari 43 yang
ikut pemilihan, yang 42 memilih dia, sedang yang satu memilih yang lain,
ternyata dia sendiri yang memilih orang lain.
Bermodal kepercayaan itu, ia susun kepengurusannya, program kerja, dan
anggaran pendapatan serta belanja bulanan, triwulanan, sampai tahunan. Dia
tetapkan program kerjanya meliputi : Idarah (Manajemen), Ri’ayah (Perawatan
bangunan dan sarana prasarana) serta ‘Imarah (Kegiatan memakmurkan Masjid).
27
Dalam bidang Idarah, ia susun sendiri draf Anggaran Dasar Yayasan, lalu
dimusyawarahkan dengan pengurus lainnya, dan akhirnya ditanda tangani di
hadapan Notaris Daarbi Alwi, SH. Dan dengan bentuan Drs. H. Anwar Ilmar
(mantan Wagub DKI) yang duduk sebagai Ketua Badan Pembina di Yayasan itu,
memperoleh tanah pinjam pakai dari pemda DKI untuk pembangunan Masjid
Jami’ al-Nizham, yang sekarang alhamdulillah telah rampung pembangunannya.
4. YADSI UW Cabang Karang Anyar
Ketika dia menjabat Direktur Masjid Jami’ YARSI, ada orang asing asal
Amerika Serikat, masuk Islam, dan istrinya meminta cerai, dalam belajar Islam
kepadanya bule mengeluh minta istri, dan akhirnya ia pertemukan dengan seorang
janda asal Ngantirejo, Desa Beruk, Jati Yoso, Karang Anyar, Jawa Tengah.
Dalam perkembangan selanjutnya, orang asing tersebut tinggal di dusun
istrinya, di bilangan Tawangmangu, dan menyampaikan keinginannya
membangun Masjid, karena shalat Jum’at di dusun itu dilakukan di rumah bapak
Kadusnya, ia mencoba menghimpun dana di Jakarta, untuk disumbangkan ke
Masjid yang dibangun orang asing itu, dan akhirnya selesai, dia meresmikannya,
kemudian di tanamnya seorang ustadz dengan honor dari YADSI UW Jakarta.
5. YADSI UW Cabang klaten.
Sepulang dari liburan keluarga mampir ke teman lamanya di PTIQ, yang
beralamat di Tegal Mulyo, Gergunung, Klaten Utara, di sana ia menyaksikan
temanya yang hafidz itu mengajar al-Qur’an anak-anak berdesakan di rumahnya,
28
maka dia menyarankan agar membangun ruang belajar sekecil apapun, sementara
di depan rumahnya ada tanah kosong.
Sepulangnya ke Jakarta pada bulan Ramadhan tanah kosong seluas 862
m2 ini dapat dibayar, dan selanjutnya dibangun Masjid dan Pondok Pesantren,
sekarang sudah berjalan dengan peserta didik pasca TPA, dan untuk pengelolaan
Manajemen dan administrasinya, dan dijadikan Cabang Yadsi UW Klaten.
Untuk mengatasi persoalan dana untuk semua yayasannya, setiap bulannya
tidak kurang dari rata-rata 100 juta rupiah untuk memenuhi, biaya pembangunan,
anak asuh, honor ustadz, dan keperluan lainnya, ketika ditanya dari mana uang itu,
ia menjawab: bahwa ia tidak mengerti, kok ada saja yang mempercayai, sehingga
kalau dihitung aset-aset Yayasan yang ia pimpin sunguh spektakuler, karena
sudah bernilai milyaran rupiah.
C. Berdakwah
a. Antar Desa
Sebagaimana yang telah ditulis pada bab II, Umay melakukan dakwah
dengan penuh ketekunan, kecakapan, keikhlasan hati, dan sikap pantang
menyerah dalam melaksanakan dakwahnya. Ini merupakan faktor yang sangat
penting dalam keberhasilan da’wahnya. Kenyataan menunjukkan bahwa sebagian
besar masyarakat belum memahami ajaran Islam yang berdasarkan al-Quran dan
Sunnah Rasulullah, bahkan banyak yang tidak melaksanakan ajaran Islam seperti
shalat lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, dan lain - lain.
29
Berdasarkan hal tersebut, beliau akan selalu siap membantu umat yang
membutuhkan pencerahan, baik dengan mengisi khutbah – khutbah, ceramah, atau
pengajian.
1. Metode Dakwah Yang di Tempuh
Hal yang berkenaan dengan dakwah, Umay memiliki metode tersendiri
yakni dengan merujuk kepada Al-Quran (Q:S 16:125-128)
☺ ☺
☺
☺ ☺
⌧
☺ ☺
125: انحل (
-128 ( 125. Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah5 dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. 126. Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu.6 akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. 127. Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran)
5 Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang
hak dengan yang bathil. 6 Maksudnya pembalasan yang dijatuhkan atas mereka janganlah melebihi dari siksaan
yang ditimpakan atas kita.
30
mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. 128. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.
Dakwah yang dikembangkan oleh Umay M. Dja’far Siddiq adalah
mengajak umat Muslim dengan 3 dimensi :
1. Untuk menghadapi orang-orang intelek, beliau menggunakan metode
al – Hikmah (kajian bersifat ilmiah)
2. Untuk menghadapi orang-orang awam, beliau menggunakan metode
Mauidzatul Hasanah (Ajaran dengan contoh rill/ kenyataan realitas)
3. Untuk menghadapi orang-orang yang minim pengetahuannya tentang
Islam, beliau menggunakan metode diskusi/argumentasi.
Ia pun memiliki prinsip ikhlas, istiqamah, yakin, amanah, syukur, sabar,
dan itsar. Hal ini ia tularkan pada anak didiknya. Agar mereka selalu sadar dari
mana berasal dan ke mana akan kembali. Hal yang paling membuat kebanyakan
orang kagum adalah caranya berpikir dan menyakini sesuatu, ia akan menyakini
sampai berhasil dan ini yang menyebabkan ketergantunganya terhadap janji Allah
dominan.
Menurut ajaran Islam, iman itu bukan sekedar omongan dan pengakuan
belaka. Tetapi iman merupakan hakikat yang apabila cahayanya menembus ke
dalam akal pikiran, ia akan menyadarkan, apabila menembus perasaan akan
mengokohkanya7 dan apabila menembus ke dalam kemauan akan menjadi
dinamis dan akan mampu bergerak. Itulah iman sebagaimana yang termaktub
7 Yusuf Qardhawi, system kaderisasi Ikhwanul Muslimin(Jakarta : Pustaka Mantiq, 1993),
h. 21
31
dalam sebuah riwayat ; iman itu diyakini oleh hati dan dibuktikan dengan amal
usaha. Perhatikan firman Allah berikut:
☺ ☺
)15: الحخرات ( 15. Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang
yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka Itulah orang-orang yang benar.
Dan seperti yang ia yakini dalam QS 49:7, 47:68, 29:39 yang berbunyi :
☯
)7:محمد (
7. Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.
☺
⌧ ☺
)68: العنكبوت ( ⌧
68. Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan yang hak8 tatkala yang hak itu datang kepadanya? bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir?
☺
8 Maksudnya: mendustakan kenabian nabi Muhammad saw.
32
39. Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)". Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezki yang sebaik-baiknya.
2. Tafhim al-Qur’an
Islam mengatakan, bahwa al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan
kepada nabi Muhammad saw melalui malaikat Jibril. Al-Qur’an juga dipandang
sebagai keagungan (majid)9 dan penjelasan (mubin). Kemudian juga sering
disebut petunjuk (hidayah) dan kitab. Tafhim al-Qur’an merupakan salah satu
metode yang digunakannya dalam mengajarkan al-Qur’an kepada halayak.
Tafhim al-Qu’ran adalah metode mempelajari al-Qur’an dengan cara
menafsirkan al-Qur’an, dengan sistem kursus mengambil beberapa ayat yang
berkenaan dengan tema-tema tertentu (tematik)10 yang pastinya masih dalam rel-
rel syariat. Tak lupa di lengkapi dengan terjemahan dan penjelasan. Umay telah
menulis 11 jilid. Yaitu :
1. Syariat Shalat
2. Perjalanan manusia dalam Al-Qu’ran
3. Rukun Iman dalam Al-Qur’an
9 Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Quran (Jakarta:
Rineka Cipta), h. 17 10 Wawancara penulis dengan Apan Kusnadi pada 14 mei 2009 di Rawasari, Jakarta
Pusat
33
4. Rukun Islam dalam Al-Qur’an
5. Syariat Munakahat jilid 1 dan 2
6. Akhlaqul karrimah dalam Al-Qu’ran dan As-Sunnah
7. Akhlaqul Sayyiah dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah
8. Syariat Kemasyarakatan
9. Posisi Manusia diantara Pengaruh Syetan dan Malaikat
10. Orang-orang yang di cintai Allah VS orang-orang yang tidak di sukai
Allah
Seluruh buku ini termasuk ke dalam 9 paket, Dan telah di ajarkan di
beberapa yayasan, pengajian ibu-ibu, kuliah-kuliah umum dan kantor-kantor yang
memang atas permintaan umat.
3. Media
a. Televisi
Sejak tahun 1990 sampai dengan sekarang, Umay masih mengisi kuliah-
kuliah di berbagai stasiun televisi baik nasional maupun swasta, (TVRI, TV ONE,
TPI) Umay juga menjadi dewan pembimbing dan juri dalam acara mimbar Da’I
yang diselenggarakan oleh stasiun Televisi Pendidikan Indonesia (TPI).11
b. Radio
Sejak tahun 1991 sampai 1996, beliau aktif mengisi program DINAMIS
(Dialog Nuansa Islam) yang di siarkan di FM Muslim At-Tahiriyah.
4. Peran Keluarga Dalam Dakwah
11 Wawancara peneliti dengan Umay M. Dja’far Siddiq pada 26 Maret 2009 di Rawasari,
Jakarta Pusat
34
Tidak terlalu berlebihan jika keluarga ia anggap sebagai penopang
terbesarnya. yang selalu ada dan setia mendampingi suami/bapak dalam suka
maupun duka, senang ataupun sedih. Bagaimana tidak tambah ustadz Umay yang
hanya mau dipanggil “bapak” oleh anak-anak didiknya, ia selalu harus
meninggalkan keluarganya setiap bulan untuk memberikan ilmu dan dana ke
Darul Amal, di Jampangkulon, Sukabumi.
Ia harus meninggalkan keluarganya setiap bulan mulai dari tahun 1982
sampai sekarang. Ini ia lakukan karena memang selain sarana transfer dana
memang belum memadai juga ia ingin setidaknya beberapa jam bertemu dan
mentransfer sedikit ilmu kepada anak-anak didik dan guru-guru di Darul Amal.
D. Menyusun Karya Tulis
Dalam kehidupan sehari-hari yang teramat sibuk, beliau masih dapat
menyempatkan waktu untuk berdakwah dengan jalan lain, yakni dengan menulis.
Karena menulis merupakan bagian dari kehidupanya, dan dalam menyusun karya
tulis ia selalu mengkaitkan tulisannya dengan hal yang berkenaan dengan agama
(syariah). Dan ia telah menulis sekitar 28 judul buku, di antara judul bukunya
adalah:
o Syari’ah Ibadah
o Manusia dalam Perspektif Al-Qur’an
o Harta: Kedudukanya dalam Islam
o Ketika Manusia Telah Berjanji kepada Allah
o Pembuka Gerbang Al-Qur’an; Tafsir Al-Fatihah dan Awal Al-Baqarah
o Dzikir do’a dan Munajat
35
o Munajat
o Dzikir do’a dan I’tiraf
o Do’a – Do’a dari Al-Qur’an dan Sunnah
o Panduan Shalat
o Perjalanan Manusia dalam Informasi Al-Qur’an
o Keluarga Sakinah dalam Naungan Al-Qur’an dan Sunnah
BAB IV
DAMPAK AKTIVITAS KH. UMAY M. DJA’FAR SIDDIQ, MA
BAGI MASYARAKAT JAMPANGKULON, SUKABUMI
Dakwah berasal dari kata da’aa-yad’u-da’watan: artinya: menyeru,
mengajak atau memanggil.1 Di dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang menunjukkan kata tersebut, antara lain misalnya:
)25: يونس (
25. Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga),2 (QS. Yunus: 25)
☺ )33: يوسف (
33. Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih Aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku.(QS. Yusuf: 33)
☺
☺ )125: النحل(
125. Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik (QS. An-Nahl: 125)
)67: الحخ(67. dan Serulah kepada (agama) Tuhanmu. Sesungguhnya kamu benar-
benar berada pada jalan yang lurus. (QS. Al-Hajj: 67) Arti dakwah secara luas adalah sebagai usaha mengubah manusia ke arah
yang lebih baik. Dengan arti yang lebih luas itu, dakwah akan menyentuh segala
sesuatu yang berkaitan dengan segala aspek kehidupan manusia dan juga hal-hal
yang menyangkut kegiatan-kegiatan fisik, termasuk pembangunan sarana
pendidikan, rumah anak yatim piatu, dan lain-lain.3 Dalam berdakwah asas yang
dijadikan landasan penyampaian ilmu agama yang dipegang oleh ulama - ulama
1 Hasanuddin, Manajemen Dakwah. (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h.39 2 Arti kalimat Darussalam ialah: tempat yang penuh kedamaian dan keselamatan. 3M, Syafa’at Habib, Buku Pedoman Da’wah (Jakarta: Wijaya, 1982), h. 93
35
36
adalah Hadits yang diriwayatkan dalam Musnad Imam Ahmad bin Hanbal yang
artinya: sampaikanlah oleh kamu apa-apa yang datang dariku (Nabi Muhammad
saw) walaupun hanya satu ayat. 4
Sedangkan dakwah dalam pengertian terminologis terdapat beberapa
pendapat, tetapi arah yang dituju dan konotasinya sama yaitu upaya untuk
menyambuti seruan dan ajakan Allah. Syeikh Ali Makhfudz dalam kitabnya
Hidayatul Mursyidin memberikan definisi dakwah sebagai berikut:
Mendorong manusia agar berbuat kebaikan dan menuruti petunjuk,
menyeru mereka berbuat kebaikan dan melarangnya dari perbuatan munkar agar
mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat.5
Mohammad Natsir memberikan definisi dakwah, yaitu:
Usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia
dan seluruh ummat, konsepsi Islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia
di dunia ini, yang meliputi amar ma’ruf nahi munkar, dengan berbagai macam
media dan cara yang diperbolehkan akhlaq (kebaikan) dan membimbing
pengalamanya dalam peri kehidupan perseorangan, peri kehidupan berumah
tangga, peri kehidupan bermasyarakat dan peri kehidupan bernegara.6
Beberapa pendapat mengenai definisi dakwah di atas, kendati di sana sini
terdapat keragaman redaksi, akan tetapi ada benang merah yang dapat ditarik dari
4Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, Jilid 2, Beirut, Maktabat al-Islam Li al-
Thiba’at al-Nasyr, h. 149. 5 Syeikh Ali Makhfud, Hidayatul Mursyidin, terj. UP Tiga A, 1970), h.17 6 Mohammad Natsir,fungsi Dakwah Islam dalam Rangka Perjuangan , (Jakarta: Media
Dakwah, 1979),Cet .I, h.7
37
uraian pengertian itu. Sehingga kalau diambil intisarinya dari definisi-definisi
tersebut akan didapat beberapa pengertian.
Pertama, bahwa dakwah merupakan proses penyelenggaraan suatu usaha
atau aktifitas yang dilakukan dengan sadar dan sengaja. Kedua, dasar dakwah
adalah mengajak manusia kepada ajaran Allah SWT demi kemaslahatan baik
secara individual maupun sosial-kemasyarakatan. Ketiga, bahwa pada dasarnya
kewajiban dakwah adalah menyampaikan yang benar dan mencegah hal-hal yang
bersifat munkar. Keempat, bahwa proses penyelenggaraan usaha tersebut
dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan
hidup di dunia dan di akhirat serta keridhoan Allah. Kelima, untuk mencapai
semua itu, maka dalam dakwah terdapat upaya mempengaruhi orang lain agar
mau “menganut, menyetujui, dan melaksanakan suatu ideologi, pendapat, atau
pekerjaan tertentu”7 bagian yang dapat disebut terakhir ini merupakan bagian
yang esensial. Seperti yang ditegaskan H.M. Arifin, M.Ed.: bahwa esensi
sesungguhnya dakwah adalah terletak pada ajakan, dorongan (motivasi),
rangsangan, serta bimbingan terhadap orang lain untuk menerima ajaran agama
dengan penuh kesadaran.”8
Atas dasar latar belakang inilah Umay M. Dja’far Siddiq melakukan
dakwah dengan melihat dan mencakup 3 (tiga aspek). Yaiti aspek pendidikan,
aspek sosial, dan aspek keagamaan.
7 Ismah Salman, Mimbar Agama dan Budaya No.3 Th. I, (Jakarta: LP IAIN Jakarta,
1983), h. 6 8 H.M. Arifin, M.Ed., Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Study, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1983), h. 6
38
A. Pendidikan
Pendidikan yang dikembangkan Umay M. Dja’far Siddiq adalah
pendidikan yang bersifat balancing (keseimbangan), yang menggabungkan antara
ilmu-ilmu umum dengan ilmu-ilmu agama, yang lazim disebut pendidikan
terpadu. Pendidikan yang ingin ditekankan beliau ialah pendidikan Islam yang
harus diberikan sejak kanak-kanak dengan terlebih dahulu mendidik dengan
pendidikan tauhid, untuk mengenal Tuhannya dan Rasulnya, kemudian
pengajaran al-Qur’an serta pengajaran dasar-dasar Islam yang lainnya seperti
shalat. Dengan pengajaran ini jiwa dan rohani si anak akan terbiasa melakukan
kebaikan-kebaikan dan tidak akan terpengaruh terhadap lingkungan yang buruk
yang dapat mempengaruhinya.
Dengan demikian beliau mendirikan Yayasan Pendidikan Sosial Islam
(YAPSI) terpadu Darul Amal. YAPSI Darul Amal mendirikan berbagai lembaga
pendidikan yang terdiri dari berbagai tingkatan, dari Taman Kanak-kanak (TK),
Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama
(SMP), dan Sekolah Menengah Umum (SMU) yang kesemuanya terpadu dengan
memasukkan nilai-nilai ke-Islaman.
Dampak yang terlihat sangatlah jelas, di desa yang terpencil dan termasuk
pelosok di mana pendidikan yang berkualitas sangatlah mahal, Akan tetapi beliau
mempunyai trik tersendiri untuk bagaimana semua anak yang ingin pintar dapat
39
mengenyam pendidikan. Terlebih anak-anak yang memiliki kecerdasan lebih,
beliau sangatlah senang.
Cara yang dilakukan beliau sangatlah unik dan langka. pesantren yang
terletak ± 110 KM dari kota Sukabumi dan jauh dari kota Jakarta, tetapi dana
mengalir dari Jakarta ke pesantren tersebut setiap bulannya. Pesantren ini hidup
dan berjalan dengan cara yang menurut penulis agak berbeda dengan pesantren
pada umumnya, selain dari dana iuran siswa setiap bulanya, juga dari hasil
keringat dakwah Umay M. Dja’far Siddiq di Jakarta. Tak jarang beliau
menggunakan uang hasil dakwahnya untuk kepentingan yayasan.
Itulah sebabnya semua anak yang du’afa bisa turut menimba ilmu di
pesantren yang bisa dibilang modern ini tanpa harus membayar iuran 100% pada
setiap bulanya. Mereka lazim disebut santri ashabuddaar. Santri ashabuddaar
adalah santri yang mendapatkan bantuan dana pendidikan. Baik karena prestasi
pendidikannya (Beasiswa), ataupun karena ketidak mampuan menanggung biaya
100% full.
Tidak mudah untuk menjadi santri ashabuddaar, selain memang di
perioritaskan bagi santri yang kurang mampu dalam hal finansial, juga dilihat dari
kemauan dan kecerdasan santri tersebut. Setiap tahunnya pun santri Ashabuddar
ini selalu meningkat grafiknya. Dari tahun ke tahun dapat dilihat:
Pada tahun 1995, yang menjadi santri ashabuddar sebanyak 30 orang dari
30 orang santri.
Pada tahun 1996 yang menjadi santri ashabuddar sebanyak 50 orang dari
69 orang santri.
40
Pada tahun 1997 yang menjadi santri ashabuddar sebanyak 65 orang dari
110 orang santri.
Pada tahun 1998 yang menjadi santri ashabuddar sebanyak 100 orang dari
202 orang santri.
Pada tahun 1999 yang menjadi santri ashabuddar sebanyak 120 orang dari
301 orang santri.
Pada tahun 2000 yang menjadi santri ashabuddar sebanyak 135 orang dari
397 orang santri.
Pada tahun 2001 yang menjadi santri ashabuddar sebanyak 150 orang dari
540 orang santri.
Pada tahun 2002 yang menjadi santri ashabuddar sebanyak 165 orang dari
642 orang santri.
Pada tahun 2003 yang menjadi santri ashabuddar sebanyak 170 orang dari
718 orang santri.
Pada tahun 2004 yang menjadi santri ashabuddar sebanyak 185 orang dari
807 orang santri.
Pada tahun 2005 yang menjadi santri ashabuddar sebanyak 190 orang dari
969 orang santri.
Pada tahun 2006 yang menjadi santri ashabuddar sebanyak 200 orang dari
992 orang santri.
Pada tahun 2007 yang menjadi santri ashabuddar sebanyak 215 orang dari
1049 orang santri.
41
Pada tahun 2008 yang menjadi santri ashabuddar sebanyak 225 orang dari
1137 orang santri.
Pada tahun 2009 yang menjadi santri ashabuddar sebanyak 235 orang dari
1269 orang santri.9
Atau jika kita lihat dengan tabel maka akan terlihat:
B. sosial
Kiprah Umay M. Dja’far Siddiq dalam hal Sosial Kemasyarakatan adalah
membangun Yayasan Pendidikan Islam YAPSI Terpadu Darul Amal yang
dibantu oleh saudara-saudaranya dan tokoh masyarakat sekitar. Yayasan
Pendidikan Islam YAPSI Terpadu Darul Amal memang didisain dengan konsep
menyatu dengan masyarakat.10 Hal ini tergambar dari masjid Biru Darul Amal
yang terbuka tanpa ada pintu satu pun.
9 Yang kesemuanya meliputi smp, sma. Sedangkan mulai dari tahun 2000, meliputi smp,
sma, dan mahasiswa. 10 Wawancara penulis dengan Dede Muharamsyah pada 30 April 2009 di Ciputat,
Tangerang, Banten
42
Masjid ini menandakan bahwa masjid bukanlah milik Yayasan Pendidikan
Islam YAPSI Terpadu Darul Amal semata. Didirikanya Yayasan Pendidikan
Islam YAPSI Terpadu Darul Amal juga menjadikan kesejahteraan masyarakat
meningkat. Ini terlihat dari hidupnya pangkalan ojeg, warung-warung, wartel,
manual laundry/Cuci pakaian rumahan. Sebagian masyarakat ada yang menjadi
penjaga keamanan, penjaga sekolah, karyawan dapur, karyawan bangunan dan
lain-lain. Juga pelebaran pesantren yang akhirnya membebaskan beberapa petak
tanah warga. Juga dapat terasa dari berubahnya paradigma/pola pikir masyarakat
dalam memandang pendidikan dan Islam. Pendidikan adalah satu-satunya jalan
ampuh mengangkat harkat dan martabat. Jangan sampai sudah miskin bodoh pula.
Beberapa kegiatan Umay M. Dja’far Siddiq pun dapat penulis catat dalam
buku agenda. Diantaranya adalah:
1. Mendirikan Mini Mart
Didirikanya Mini Mart yang di beri nama Ribbi Barka ini terutama sekali
untuk memenuhi segala kebutuhan para santri. Namun tidak menutup
kemungkinan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar. Kegiatan ini
bertujuan untuk memberikan pelayanan harga serendah mungkin, baik kepada
santri maupun kepada masyarakat sekitarnya. Pengelolaan Mini Mart ini diawasi
dan dikontrol oleh yayasan. Hasil labanya akan kembali untuk pemenuhan
kebutuhan sarana dan prasarana yayasan itu sendiri.
2. Memberikan Hewan Qurban
Pada setiap hari raya Idul Adha beliau biasanya mengeluarkan sebagian
hartanya untuk memberikan hewan qurban kepada orang-orang yang
43
membutuhkan khususnya untuk masyarakat sekitar, dan anak didiknya yang
memang tidak mampu. Biasanya penyembelihan hewan kurban dilakukan di
lapangan yayasan, semua hewan qurban yang sudah dipotong-potong dibagikan
kepada masyarakat sekitar yang memerlukan. Orang yang memang mampu
diharapkan dapat mendermakan sebagian hartanya untuk orang-orang yang
membutuhkan.
3. Merayakan Hari-hari Besar Islam
Dalam merayakan hari-hari besar Islam beliau selalu mengundang
masyarakat sekitar, tidak hanya datang dari satu kecamatan, tetapi dari berbagai
kecamatan. Ini dikarnakan jika beliau mengadakan peringatan hari besar Islam,
beliau selalu membawa atau mengundang teman-teman atau murid asuahan.
Seperti Muammar ZA, Sahrul Gunawan, Ust Payage dan lain-lain. Ini adalah
sesuatu yang langka yang ada di daerah Jampangkulon.
C. Keagamaan
Definisi dakwah ialah setiap aktivitas yang dilakukan oleh seorang
Muslim demi mengubah suatu kondisi atau situasi yang lebih baik sesuai dengan
ketentuan Allah SWT dan sunnah Rasul-Nya.11 Sedangkan aktifitas itu tiada lain
ialah berupa pengajaran dan pendidikan.
Dari segi inilah Umay M. Dja’far Siddiq berdakwah dalam masyarakat
yang majemuk, baik dakwah bil-hal (dengan perbuatan) atau bil-lisan (dengan
11 Anwar Harjono, Pemikiran dan Perjuangan Muhammad Natsir (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001), cet ke-2, h. 175
44
perkataan). Keduanya saling melengkapi, dan bertujuan mengajak umat untuk
berbuat baik sesuai perintah agama Islam dan menjauhkan diri dari hal-hal yang
buruk. Intinya, dakwah akan selalu berpijak pada pedoman amar ma’ruf nahi
munkar. Inilah yang dilakukan Umay M. Dja’far Siddiq. Memang dakwah sebagai
proses penyebaran agama Islam tidak hanya identik dengan orasi di atas podium,
tetapi juga melalui sikap dan perilaku yang memantulkan nilai-nilai Islam.
Kegiatan dakwah tidak dapat dipisahkan dari ajaran Islam itu sendiri.
Sasaran dakwah itu sendiri hampir sepenuhnya ditujukan kepada umat Islam.
Menurut Syaikh Ali Mahfuzh dalam “Hidayatul Mursyidin”, yang dimaksud
dengan dakwah adalah mengajak kepada kebaikan dan petunjuk, agar
mengerjakan yang baik dan menjauhi kejahatan agar mereka mencapai
keuntungan dunia akhirat. 12
Umay M. Dja’far Siddiq sadar, sebagai hamba Allah, ia diwajibkan
menuntut ilmu dan berusaha memperbaiki nasibnya. Karena ilmu adalah bekal
hidup yang paling mulia di samping agama yang sudah ada. Ilmu dapat membuat
manusia menjadi sejahtera hidupnya, sedangkan agama menuntun manusia agar
tetap melangkah di jalan yang lurus.
Dalam dakwahnya, Umay M. Dja’far Siddiq dikenal tegas, lugas, dengan
isi yang padat, materinya terfokus pada aqidah, akhlak, dan fiqih. Ia tidak akan
menjelaskan suatu materi agama tanpa ada dasar dari al-Qur’an dan Hadits serta
kitab-kitab ulama mazhab fiqih. Kemampuannya dalam menyampaikan ceramah
keagamaan ditopang oleh latar belakang pengetahuan agama yang mendalam dan
12Efendi Zarkarsyi, Unsur Islam dalam Pewayangan (Bandung: Al Ma’rif 1977), h. 14
45
banyaknya pengalaman yang luas dalam hubungan jaringan intelektual dengan
ulama lain menambah kapasitas keilmuan agamanya.
Beliau berusaha menggunakan bahasa yang sopan dan mudah dipahami
baik oleh masyarakat yang sudah tinggi keintelektualannya maupun oleh
masyarakat awam. Selain menggunakan bahasa Indonesia yang baik, beliau juga
sering menggunakan bahasa Betawi dalam menyampaikan ceramahnya yang
seringkali mengundang senyum dan tawa kecil bagi para pendengar.
Sebagai seorang da’i atau ulama haruslah bisa mengambil hati setiap orang
dalam melakukan dakwahnya, karena mengambil hati adalah gerbang alamiah dan
utama untuk mengajak orang lain sekaligus sebagai pintu menyampaikan hidayah
kepada mereka. Mengambil hati adalah seni yang harus dilakukan dan
dipraktikkan oleh orang yang berdakwah, sehingga akan mempermudah bagi
ulama dalam menyampaikan ajaran agama seperti yang diperintahkan oleh
Rabbnya (Tuhannya).
Umay M. Dja’far Siddiq dalam usahanya untuk memperluas dan
menyebarkan ajaran Islam adalah dengan menggunakan metode dakwah sebagai
sarana untuk mengembangkan pola pikir masyarakat sekitar. Melalui cara ini
diharapakan mampu memberikan pengaruh dan dampak yang positif di
masyarakat. Adapun bidang dakwah yang dilakukan Umay M. Dja’far Siddiq
adalah mencakup pembinaan sebuah majlis ta’lim.
Majlis Ta’lim ini didirikan oleh ayahnya, sebelum berdirinya Yayasan
Pendidikan Sosial Islam (YAPSI) Darul Amal. Beliau melanjutkan dakwah
ayahnya, dan diteruskan oleh kang Nanang dalam sebuah Musholla kecil bernama
46
Darul Amal. Pembinaan yang dilakukan di majlis ta’lim ini berupa pengajian al-
Qur’an, tauhid, yang umumnya diikuti oleh anak-anak sekitar kampung yang
akhirnya sekarang berlanjut menjadi yang lebih besar.
Dalam setiap majlis yang diadakanya pasti jama’ah pengajian selalu
membludak datang dari berbagai desa dan kecamatan. Ini dikarenakan nama
beliau yang sudah kepalang tenar. Terlebih materi dakwah beliau yang menyentuh
langsung dengan kehidupan sehari-hari umat menurut Al-Qur’an dan Hadits.
Pada setiap hari Minggu di awal bulan Majlis ini diadakan yang biasa
disebut Mudzakarah. Jama’ahnya rata-rata sekitar 200 orang di luar guru (115
orang) dan santri (632 orang).
Dakwah yang dilakukan oleh Umay M. Dja’far Siddiq di daerah
Jampangkulon dilakukan melalui pendidikan dan perbuatan nyata, di mana
sebagai seorang guru, Umay M. Dja’far Siddiq selalu memberikan contoh kepada
masyarakat maupun muridnya bagaimana cara hidup yang baik. Beliau
mengajarkan agar setiap manusia mengenal kedisiplinan, terutama disiplin untuk
diri sendiri, sebab mempunyai rasa kedisiplinan pada diri sendiri adalah syarat
mutlak untuk melakukan kedisiplinan bagi orang lain.
Beliau juga mengajarkan tentang larangan dan perintah Allah, kayakinan
dan ketauhidan, hukum-hukum Islam, mengajak masyarakat mengamalkan yang
wajib dan menjauhkan yang diharamkan, dan menekankan untuk memperbaiki
akhlak, yaitu akhlak yang baik seperti penyantun, jujur, amanah, dan lain-lain.
Dalam kehidupan sehari-harinya beliau adalah sosok yang sangat sederhana,
47
ramah, tidak sombong, dan sangat sabar, dengan kehidupan yang beliau
contohkan tersebut, amat berpengaruh besar bagi anak-anak didiknya dan juga
bagi masyarakat, sehingga mereka dapat mencontoh sikap sederhana itu dalam
kehidupan mereka sendiri.
Umay M. Dja’far Siddiq dalam kesehariannya selalu mengontrol yayasan-
yayasan yang ada dibawah asuhanyadiantarannya: YAPSI Darul Amal, Yayasan
Da’wah dan Sosial (YADSI) “AL-‘URWAT AL-WUTSQA”, Yayasan Al-
Ma’shum Mardiyyah, Yayasan Masjid Jami’ Rawasari, YADSI UW Cabang
Karang Anyar, YADSI UW Cabang Klaten. Dia memonitor semua yayasannya
dengan cara berkomunikasi melalui telepon ke masing-masing ketua yayasan.
Kesibukan beliau selain mengajar anak didiknya, juga memenuhi
undangan-undangan ceramah di berbagai tempat. Dakwah beliau tidak hanya
untuk menyampaikan ajaran Islam saja tetapi juga untuk meningkatkan kehidupan
sosial serta ekonomi masyarakat, karena beliau memandang jika kedua hal ini
terpenuhi maka orang dapat merasa tenang dalam beribadah.
Sasaran utama beliau dalam menjalankan dakwahnya adalah santrinya dan
penduduk di sekitarnya, khususnya masyarakat yang masih sangat minim akan
pengetahuan agama Islam. Beliau ingin masyarakat dan anak didiknya menjadi
orang-orang yang berpengetahuan luas, berakhlak baik, dan mengetahui ajaran-
ajaran Islam yang sesungguhnya. Beliau tidak ingin mereka menjadi orang-orang
yang bodoh dan tidak berakhlak.
48
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejarah bangsa telah mengukir berbagai peran mengagumkan yang
dimainkan ulama. Kerukunan umat beragama pada dekade 1970-1980-an telah
berhasil dan terbina dengan baik berkat dukungan ulama, sehingga kerukunan itu
dapat mengokohkan persatuan dan kesatuan bangsa yang menjadi modal
pembangunan negara dan bangsa selama ini. Ulama berperan melalui komunikasi
interpersonal yang dilakukan melalui ceramah-ceramah agama dan khutbah
Jum’at di masjid-masjid. Menurut Mukti Ali, untuk menggerakkan pembangunan
di negara-negara sedang berkembang, seperti Indonesia, paling tidak ada tiga
kelompok pemimpin yang harus mengambil peranan. Tiga kelompok itu adalah
pemimpin resmi (pemerintah), pemimpin tidak resmi (tokoh agama) dan
pemimpin adat.1
Salah satu peran ulama sebagai tokoh Islam yang patut dicatat adalah
posisi mereka sebagai, kelompok terpelajar yang membawa pencerahan kepada
masyarakat sekitarnya. Berbagai lembaga pendidikan telah dilahirkan oleh mereka
baik dalam bentuk sekolah maupun pondok pesantren. Semua itu adalah lembaga
yang ikut menghantarkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang terpelajar.
Mereka telah berperan dalam memajukan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu
keislaman lewat karya-karya yang telah ditulis atau jalur dakwah mereka.
1 Departemen Agama, Agama dan Pembangunan di Indonesia, (Jakarta: Biro Humas Depag, 1976), h. 68.
1
2
Dalam pada itu, melalui organisasi masyarakat (ormas) keagamaan,
mereka juga berperan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia
Indonesia. Organisasi-organisasi seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama,
Persatuan Islam, Al-Wasliyah, Persatuan Tarbiyah Islamiyah, dan sebagainya, di
bawah kepemimpinan mereka yang punya perhatian besar terhadap masalah sosial
telah membantu pemerintah dalam mengangkat tingkat pendidikan dan
kesejahteraan rakyat Indonesia melalui lembaga-lembaga pendidikan, panti
asuhan, dan kegiatan sosial lainnya.
Di samping berbagai fungsi dan peran di atas, para ulama sebagai tokoh
Islam telah mewariskan sejumlah khazanah keagamaan monumental, misalnya
berupa kitab-kitab keagamaan yang bernilai tinggi. Karya tulis tersebut
merupakan media penting untuk mengkomunikasikan pemikiran mereka sekaligus
mencerminkan kualitas keilmuan di bidang yang digeluti. Di antara para ulama
yang produktif pada masa lalu seperti Abdul Shamad Al-Falimbani dari
Palembang, Daud Al-Fattani dari Pattani Thailand Selatan, Muhammad Arsyad
Al-Banjari dari Kalimantan Selatan, Muhammad Yusuf Al-Makasari dari
Sulawesi Selatan,2 Syekh Abdullah Ahmad dan Syekh M Jamil Jambek dari
Sumatera Barat.3 Atas dasar data-data sejarah tersebut, dapat ditegaskan di sini
bahwa ulama telah berperan dalam menggerakkan pembangunan bangsa dan
negara Indonesia.
2 Azyumardi Azra dan Saiful Umam, Tokoh dan Pemimpin Agama, (Jakarta: Badan
Litbang Agama Departemen Agama RI dan PPIM, 1998), h. 212. 3Gusnawirta Taib, Tantangan Sumatra Barat, Citra Pendidikan, (Jakarta: 2001), h. 100.
3
Menurut Al-Munawar bahwa ulama adalah orang-orang yang memiliki
pengetahuan luas tentang ayat-ayat Allah, baik yang bersifat kawniyah (fenomena
alam) maupun yang bersifat Qur’aniyah yang mengantarkan manusia kepada
pengetahuan tentang kebenaran Allah, takwa, tunduk, dan takut. Sebagai pewaris
nabi, ulama mengemban beberapa fungsi, antara lain sebagai berikut:
1. Tabligh, yaitu menyampaikan pesan-pesan agama, yang menyentuh hati
dan merangsang pengalaman.
2. Tibyan, yaitu menjelaskan masalah-masalah agama berdasarkan kitab suci
secara transparan.
3. Tahkim, yaitu menjadikan al-Qur’an sebagain sumber utama dalam
memutuskan perkara dengan bijaksana dan adil.
4. Uswatun Hasanah, yaitu menjadi teladan yang baik dalam pengalaman
agama.4
A. Malik Fadjar mengemukakan bahwa fungsi ulama dilihat dari segi
pendidikan dapat digolongkan menjadi dua: pertama, mempersiapkan sarana dan
melaksanakan pendidikan dan pengkaderan dalam bidang ilmu pengetahuan dan
keulamaan, kedua, mempersiapkan sarana dan melaksanakan penelitian dalam
bidang keilmuan dan keulamaan.5 Akan tetapi, penting ditegaskan di sini bahwa
ulama yang dimaksud dalam penelitian ini adalah orang yang memiliki
4 Mimbar Ulama, Para Ulama Adalah Pewaris Nabi (Jakarta: Suara Majelis Ulama
Indonesia, 1999), h. 34. 5 A. Malik Fajar, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Pajar Dunia, 1999), h. 153.
4
pengetahuan agama Islam yang luas dan berfungsi sebagai pengayom, panutan,
dan pembimbing di tengah umat atau masyarakat.
Sukabumi dikenal sebagai salah satu daerah yang berpegang teguh dengan
ajaran Islam. Sebab itu banyak pesantren atau madrasah yang didirikan di sana
oleh kaum Muslimin. Ini adalah pada era tahun 1980-an di mana masyarakat
Sukabumi khususnya kaum hawa sangat sulit untuk dijumpai di luar rumah,
karena kalaupun ada itu dianggap wanita yang tidak baik dan tidak berakhlak
kecuali mengikuti pengajian di rumah seorang guru dan shalat lima waktu
berjama’ah di mesjid, surau, maupun langgar yang tidak jauh dari tempat
tinggalnya. Realitas sekarang justru pengaruh globalisasi di mana budaya-budaya
lokal sudah bercampur baur dengan budaya luar (budaya Barat), misalnya dalam
berbusana, bertutur kata, dan sebagainya.
Ulama adalah orang yang bertaqwa kepada Allah yang sanggup mengamalkan
ilmunya, mengerti ilmu tafsir, ilmu hadits, dan tanggap terhadap masalah yang
dihadapi umat pada zamannya. Orang yang pintar yang tidak mengamalkan
ilmunya tidak bisa disebut ulama.
Ulama yang memimpin pesantren disebut kiai, namun di zaman sekarang
banyak juga ulama yang cukup berpengaruh di masyarakat juga mendapat gelar
kiai, walaupun mereka tidak mendirikan atau memimpin pesantren. Misalnya KH.
Abdurrahman Wahid yang kita kenal dengan sebutan Gus Dur, KH. Zainudin MZ.
Gelar Kiai biasanya dipakai untuk menunjukkan para ulama dari kelompok Islam
tradisional. Namun dari Islam modernpun disebut dengan kiai seperti: KH. Imam
5
Zarkasyi pimpinan Pondok Pesantren Gontor, dan KH. Ahmad Rifa’i pimpinan
Pondok Pesantren Daarul Qalam.
KH. Umay M. Dja’far Siddiq adalah termasuk salah satu ulama yang terkenal
di Wilayah VI Jampangkulon, Sukabumi. Dengan lembaga yang didirikannya dia
telah berpartisipasi dalam membantu pemerintah dalam mencerdaskan anak
bangsa.
Keterkaitan saya menulis tentang ulama Jampangkulon, khususnya KH.
Umay M Dja’far Siddiq, karena beliau adalah salah satu tokoh yang terkenal di
wilayah VI Jampangkulon, Sukabumi, di samping itu beliau juga mempunyai
pemikiran-pemikiran yang ingin memajukan generasi muda agar tidak ketinggalan
zaman, di antaranya dengan mendirikan lembaga pendidikan yaitu Pondok
Pesantren Terpadu Darul Amal yang sampai saat ini masih berjalan di bidang
pendidikan dan pengajarannya. Selain di Jampangkulon, Sukabumi, beliau juga
mempunyai lembaga yang sama di daerah Cianjur dan Jawa Tengah.
Hal-hal di ataslah yang mendorong penulis untuk meneliti dalam kajian
ilmiah yang berbentuk skripsi yang berjudul “ Peranan KH. Umay M. Dja’far
Siddiq dalam Mengembangkan Pendidikan di Jampangkulon, Sukabumi”.
B. Lingkup Permasalahan
KH. Umay M. Dja’far Siddiq, MA merupakan salah satu ulama terkenal di
wilayah VI Jampangkulon, Sukabumi. Beliau begitu dihormati, dikagumi, dan
disegani. Itu semua berkat ilmu-ilmu beliau. Ceramah-ceramahnya bukan hanya
antar kota, bahkan media elektronik pun tertarik untuk meliputnya. Beberapa
6
kuliah subuh pernah disiarkan secara langsung. Bahkan beliau pun pernah menjadi
juri dalam acara da’i TPI.
Selain itu, keunikan beliau dalam berdakwah adalah tidak mengharapkan
imbalan, tetapi di antara jamaahnya diajak untuk bersama-sama mengurus anak-
anak yang kurang mampu dalam hal pendidikan (orang tua asuh).
C. Landasan Teori
Dengan menggunakan landasan teori sebagai landasan berpikir dalam
penulisan skripsi ini diharapkan lebih terarah dalam penelitianya. Teori dalam
disiplin sejarah biasanya dinamakan “kerangka referensi” atau “skema
pemikiran”. Dalam pengertian yang lebih luas teori adalah suatu perangkat kaidah
yang memandu sejarawan dalam penelitianya , dalam menyusun bahan-bahan
(data) yang diperoleh dari analisis sumber, dan juga mengevaluasi hasil
penemuanya.6
Maka berdasarkan penjelasan di atas, penulis mencoba menggunakan
landasan berpikir yaitu pendekatan sosiologis, yaitu mempelajari hubungan dan
pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya gejala
ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral).
Berdasarkan hal itu, maka penulis mengambil judul “peranan KH. Umay
M. Dja’far Siddiq, MA dalam mengembangkan Islam di Jampangkulon,
Sukabumi”. Tentu saja dalam penelitiannya tersebut memerlukan seperangkat
6 Dudung Abdurrahman, Metode penelitian sejarah , (Jakarta, Logos Wacana Ilmu,
1999)
7
teori ataupun konsep dari sosiologis dan antropologis untuk dapat mengkaji hal-
hal yang berkenaan dengan seputar permasalahan yang akan dibahas pada judul di
atas.
D. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dalam penulisan skripsi ini penulis membatasi permasalahan pada peran
KH. Umay M. Dja’far Siddiq dalam usaha pendirian Yayasan Pendidikan &
Sosial Islam (YAPSI) Darul Amal di Jampangkulon Sukabumi Jawa Barat.
Sedangkan perumusan masalahnya adalah :
1. Bagaimana perjalanan hidup KH. Umay M Dja’far Siddiq?
2. Bagaimana peranan KH. Umay M Dja’far Siddiq dalam pendirian dan
pengembangan Yayasan Pendidikan & Sosial Islam (YAPSI) Darul Amal?
3. Apa peranan Yayasan Pendidikan & Sosial Islam (YAPSI) Darul Amal bagi
masyarakat Jampangkulon, Sukabumi
E. Metode Penelitian
Metode penelitian dalam skripsi ini meliputi teknik pengumpulan data dan
teknik pengolahan data yang biasa di istilahkan dengan heuristik, Kritik
Interpretasi, dan historiografi.7 Yang akan diutarakan di bawah ini :
7 Dudung Abdurahman, Metode Penelitian Sejarah (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,1999),
h.44
8
1) Pengumpulan objek yang berasal dari suatu waktu, dan
pengumpulan bahan-bahan tertulis dan lisan yang relevan.
2) Menyingkirkan bahan-bahan (atau bagian-bagian daripadannya)
yang tidak otentik.
3) Menyimpulkan kesaksian yang dapat dipercaya berdasarkan bahan-
bahan yang otentik.
4) Penyusunan kesaksian yang dapat dipercaya itu menjadi suatu
kisah atau penyajian yang berarti.
Juga dengan tehnik penelitian kepustakaan dan observasi lapangan
yang sebagai berikut:
1. Penelitian Kepustakaan
Dengan penelitian kepustakaan, penulis mencoba menelaah dan
mempelajari buku-buku serta sumber-sumber tertulis dan berkaitan dengan
masalah yang akan dibahas dalam karya tulis ini, di antaranya:
Profil tokoh & pengusaha Muslim Indanesia, Jakarta : Novinda
Printing
Drs. Umay M. Dja’far Siddiq, MA, Tentang penulis,dalam buku
Syariah Ibadah, Jakarta : Al-Guraba 2006
Perjalanan kisah kasih dua anak manusia, 25 tahun pernikahan, tulisan pribadi
2. Penelitian Lapangan
9
Penelitian lapangan yang bersumber dari Yayasan Pendidikan & Sosial
Islam (YAPSI) Darul Amal di Jampangkulon dengan menggunakan :
a. Interview (wawancara)
Mengadakan tanya jawab secara langsung dari beberapa tokoh dan
keturunanya agar di peroleh data yang diperlukan, dengan menggunakan
Questioner guide (pertanyaan)
Di antara tokoh yang akan penulis wawancara adalah:
KH. Umay M Dja’far Siddiq, target penulisan
H. Dede Muharamsyah, ketua Yayasan Pendidikan & Sosial Islam
(YAPSI) Darul Amal (keponakan target penulisan)
b. Observasi Lapangan
Yaitu mengadakan pengamatan langsung di Yayasan Pendidikan & Sosial
Islam (YAPSI) Darul Amal maupun di masjid di mana kegiatan dakwah
berlangsung.
Sedangkan dalam teknis penulisan penulis berpedoman pada buku
Pedoman Akademik UIN Syarif Hidayatullah yang diterbitkan oleh UIN Jakarta
Press, Jakarta 2008-2009.
F. Tujuan Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis mempunyai tujuan sebagai berikut :
10
1. Mengungkap kepribadian tokoh, agar dapat dijadikan contoh yang baik
bagi para pembaca.
2. Penulis ingin lebih jauh mempelajari riwayat hidup KH. Umay M
Dja’far Siddiq
3. Agar pembaca dapat mengetahui, bahwa pendidikan yang dibutuhkan
dewasa ini adalah pendidikan yang seimbang antara duniawi dan ukhrawi
4. Agar pembaca memahami bahwa kembali ke kampung dan
membangunnya adalah hal yang harus dilakukan oleh siapapun, dengan demikian
maka pemerataan pendidikan dan kemajuan akan tercapai.
G. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
BAB I. Disajikan sebagai pembahasan awal tentang pendahuluan yang
pada keseluruhannya meliputi bahasan-bahasan mengenai: a. latar
belakang masalah, b. pembatasan dan perumusan masalah, c.
lingkup permasalahan, d. landasan teori, e. metode penelitian, f.
tujuan penulisan, g. sistematika penulisan
BAB II. Perjalanan hidup KH. Umay M Dja’far Siddiq yang meliputi: a.
masa muda, b. pendidikan, c. kariernya
BAB III. Peranan dan aktivitas KH. Umay M. Dja’far Siddiq, MA dalam
mengembangkan Islam di Jampangkulon, Sukabumi yang meliputi:
11
a. mendirikan YAPSI Darul Amal, b. berdakwah b1. antar kota, b2.
media elektronik, c. menyusun karya tulis
BAB IV. Dampak aktivitas KH. Umay M. Dja’far Siddiq, MA bagi
masyarakat Jampangkulon, Sukabumi yang meliputi: a. sosial-
budaya, b. ekonomi, c. keagamaan/dakwah Islam
BAB V. penutup yang meliputi: a. kesimpulan, b. saran
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan beberapa penjelasan dan uraian dalam skripsi ini penulis
dapat menyampaikan beberapa hal sebagai berikut :
1. Umay M. Dja’far Siddiq lahir tanggal 7 Juli 1954. Beliau berasal dari
keluarga yang patuh pada ajaran Islam. Nama lengkap beliau adalah KH.
Umay M. Dja’far Siddiq, MA, tetapi masyarakat Jampangkulon lebih
mengenalnya dengan panggilan Ust. Umay.
2. Beliau adalah salah satu tokoh ulama yang cukup terkenal dan sangat
dikagumi oleh masyarakat Jampangkulon dan sekitarnya. Beliau
mempunyai keinginan yang sangat besar untuk mengembangkan Islam
khususnya di daerah Jampangkulon. Beliau melanjutkan perjuangan
ayahnya dengan menggantikannya mengajar di majlis ta’lim yang telah
dibentuk olehnya.
Selain berperan di majlis ta’lim beliau juga melanjutkannya dengan
mengelola beberapa yayasan. Diantaranya : YAPSI Darul Amal, Yayasan
Da’wah dan Sosial (YADSI) AL-URWAT AL-WUTSQA, Yayasan Al-
Ma’shum Mardiyyah, Yayasan Masjid Jami’ Rawasari, YADSI UW
Cabang Karang Anyar, YADSI UW Cabang Klaten. Di sinilah beliau
menjalankan dakwahnya sehari-hari selain di majlis-majlis ta’lim maupun
ceramah-ceramah di tempat lain.
48
49
3. Menurut penulis, Umay M. Dja’far Siddiq mempunyai gaya
pengembangan dan pengelolaan yang terbilang unik, yakni dengan cara
mengalirkan dana dari jama’ahnnya yang ada di Jakarta, ke Jampangkulon,
Sukabumi. tetapi tetap jelas arah dan tujuannya.
4. Pengalaman sewaktu kecil membuatnya sayang dan care kepada anak
yatim dan kaum duafa, terutama dalam hal yang berkaitan dengan
pendidikannya.
5. Umay M. Dja’far Siddiq dalam usahanya untuk memperluas dan
menyebarkan ajaran Islam adalah dengan menggunakan metode dakwah
sebagai sarana untuk mengembangkan pola pikir masyarakat sekitar.
Melalui cara ini diharapakan mampu memberikan pengaruh dan dampak
yang positif di masyarakat. Adapun bidang dakwah yang dilakukan oleh
Umay M. Dja’far Siddiq adalah mencakup pembinaan majlis ta’lim dan
lembaga pendidikan.
6. Peran Umay M. Dja’far Siddiq dalam masalah pendidikan ini sangat
berarti sekali bagi masyarakat Jampangkulon, dengan didirikannya
Yayasan Pendidikan Sosial Islam (YAPSI) Darul Amal yang sampai saat
ini masih berjalan aktivitas belajar mengajarnya.
7. Pengabdian di jalam Allah telah menjadi pilihannya, dan ia yakin akan hal
itu.
50
B. Saran-saran
1. Penulis menghimbau kepada seluruh keluarga besar Yayasan Pendidikan
Islam YAPSI Terpadu Darul Amal agar tetap menjaga keharmonisan
hubungan, dan siap selalu menjalankan peran yang nantinya pasti akan
diemban.
2. Diharapkan pula pesantren atau yayasan akan selalu meningkatkan sistem
yang diterapkan di yayasan tersebut, dan tetap memberikan kostribusinya
kepada masyarakat baik melalui peningkatan mutu pendidikan, ekonomi,
sosial, dakwah dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Nasution, Harun Prof.DR, Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran,
Bandung: Mizan, 2000, Cet Ke-6.
Abdurrahman, Dudung, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.
Anwar, Rosehan dan Malik, Andi Badrudin, Ulama Dalam Penyebaran Pendidikan dan Khazanah Keagamaan, Jakarta: Pringgondani Berseri, 2003.
Departemen Agama, Agama dan Pembangunan di Indonesia, Jakarta: Biro Humas Depag, 1976.
Azra, Azyumardi dan Saiful Umam. Tokoh dan Pemimpin Agama. Jakarta: Badan Litbang Agama Departemen Agama RI dan PPIM, 1998.
Gusnawirta Taib, Tantangan Sumatra Barat, Citra Pendidikan. Jakarta: 2001.
Mimbar Ulama. Para Ulama Adalah Pewaris Nabi, Jakarta: Suara Majlis Ulama Indonesia, 1999.
Malik Fajar, Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta: Pajar Dunia, 1999.
Jakub, Ismail, Prof.Tk. H, Sejarah Islam di Indonesia, Jakarta: Widjaya.
Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren. Jakarta: LP3S, 1985.
Hidayat, Rahmat Taufik (ed), Menemukan Sejarah: Wacana Pergerakan Islam di Indonesia, Bandung: Mizan 1998.
An-Nawawi, Abdurrahman, Prinsip-prinsip dan metoda Pendidikan Islam, Bandung: CV. Diponegoro, 1996, Cet-ke 3.
Madjid, Nurcholis, Bilik-bilik Pesantren, Jakarta: Yayasan Paramadina, 1992.
Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT. Ichtisar Baru Van Houve, 1994, Cet-ke 3.
Drs. Umay M. Dja’far Siddiq, MA, Tentang penulis,dalam buku Syariah Ibadah, Jakarta : Al-Guraba 2006.
Profil tokoh & pengusaha Muslim Indanesia, Jakarta : Novinda Printing.
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2005.
Yusuf Qardhawi, system kaderisasi Ikhwanul Muslimin,Jakarta : Pustaka Mantiq, 1993.
Abdurrahman Saleh Abdullah, teori-teori pendidikan berdasarkan Al-Quran, (Jakarta: Rineka Cipta).
Hasanuddin, Manajemen Dakwah. (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h.39.
Syafa’at Habib, Buku Pedoman Da’wah (Jakarta: Wijaya, 1982), h. 93.
Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, Jilid 2, Beirut, Maktabat al-Islam Li al- Thiba’at al-Nasyr, h. 149.
Mohammad Natsir,fungsi Dakwah Islam dalam Rangka Perjuangan , (Jakarta: Media Dakwah, 1979),Cet .I, h.7
H.M. Arifin, M.Ed., Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Study, (Jakarta: Bulan Bintang, 1983), h. 6.
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Seri INIS XX, Jakarta, 1994, hal. 6.
Departemen Agama RI, Nama dan Data Potensi Pondok-pondok Pesantren Seluruh Indonesia, Jakarta, 1984/1985
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, LP3ES, Jakarta, 1983, hal. 17-18.
A. Timur Djaelani, Peningkatan Mutu Pendidikan Pembangunan Perguruan Agama, Dermaga, Jakarta, 1982, hal. 18.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Pendidikan di Indonesia dari Zaman ke Zaman, Badan Litbang Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, 1979, hal. 166.
M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hal. 248
Departemen Agama RI, Pedoman Pembinaan Pondok Pesantren, Ditjen Binbaga Islam, Jakarta, 1985, hal. 9-10.
Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 1996, hal. 46
Anwar Harjono, Pemikiran dan Perjuangan Muhammad Natsir (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001), cet ke-2, h. 176
Laporan Hasil Lokakarya YAPSI Darul 'Amal 7 Hotel Pangrango. Selabintana-Sukabumi, O2 – O6 Januari 2OO3.