peranan hamka dalam organisasi muhammadiyah di...

106
PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum.) Oleh Anas Yusman NIM: 102022024352 PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H./2008 M.

Upload: phamquynh

Post on 03-Mar-2019

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH

DI INDONESIA

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum.)

Oleh Anas Yusman

NIM: 102022024352

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1429 H./2008 M.

Page 2: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH

DI INDONESIA

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum.)

Oleh Anas Yusman

NIM: 102022024352

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1429 H./2008 M.

Page 3: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH

DI INDONESIA

Skripsi Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum.)

Oleh Anas Yusman

NIM: 102022024352

Pembimbing,

Drs. Tarmizy Idris.

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1429 H./2008 M.

Page 4: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI

MUHAMMADIYAH DI INDONESIA telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 13 Nopember 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Humaniora (S. Hum.) pada Program Studi Sejarah Peradaban Islam.

Jakarta, 13 Nopember 2008 Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota, Drs. H.M. Ma'ruf Misbah, MA. Usep Abdul Matin, S.Ag., MA., MA. NIP: 150247010 NIP: 150288391 Penguji, Pembimbing, Dr. Parlindungan Siregar, M.Ag. Drs. Tarmizy Idris. NIP: 150268588 NIP: 150244516

Page 5: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

ABSTRAK

Anas Yusman Peranan Hamka dalam Organisasi Muhammadiyah di Indonesia

Keberadaan Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid sampai saat ini mengindikasikan bahwa para pemimpinnya memiliki kemampuan membaca dan memahami situasi dan kondisi dari waktu ke waktu, serta mampu mengelola jalannya roda organisasi tersebut. Keanggotan Hamka dalam Muhammadiyah menjadikannya sebagai inspirasi, guru dan pencetak kader-kader Muhammadiyah.

Taufik Abdullah mengatakan bahwa Hamka dan para tokoh segenerasinya bukanlah termasuk "sang pemula" dalam gerakan pembaharuan Islam di Indonesia dan Hamka dilahirkan ketika masyarakat Minangkabau meniti periode baru dalam sejarah sosialnya. Hamka adalah anak zamannya yang dilahirkan dan dibesarkan tokoh-tokoh yang mengukir sejarah Indonesia ketika gerakan reformasi Islam lahir dan menyebar di Indonesia. Hamka sebagai seorang ulama pemikir, muballigh, dan sastrawan bukan saja aktor di atas pentas sejarah tanah air, ia adalah hasil yang otentik dari lingkungan kesejarahan yang mengitari dirinya.

Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana peranan Hamka bagi perkembangan Muhammadiyah di Indonesia. Melalui studi kepustakaan dan wawancara di ketahui bahwa sejak zaman kolonial Belanda, Jepang, Orde Lama, dan Orde Baru terjadi perubahan dan perkembangan politik, agama, dan sosial budaya dalam masyarakat. Hamka dan Muhammadiyah tampil sebagai agen perubahan dan pembaharuan Islam di Indonesia dalam tatanan masyarakat maupun konstitisonal.

Terdapat tiga hal yang diteliti mengenai peranan Hamka dalam Muhammadiyah. Pertama yaitu sikap intern anggota Muhammadiyah, yang dilakukan sesama anggota persyarikatan Muhammadiyah untuk mengembangkan organisasinya, anggota dan amal usaha yang dimilikinya. Kedua, sikap antar organisasi, yang dilakukan dengan organisasi sosial maupun keagamaan lain yang berlainan mazhab dan juga pemikiran-pemikiran. Ketiga, sikap dengan pemerintah, yang dilakukan dengan konsistensi dan etika dalam aktivitas politik sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan dalam membela kebenaran.

Page 6: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, rasa syukur yang teramat dalam, kehadirat Robbul Izzati,

Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan kasih sayang-Nya serta

shalawat dan salam tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW, beserta keluarga,

sahabat dan para pengikut risalah-nya. Maka selesailah penyusunan skripsi

dengan judul Peranan Hamka dalam Organisasi Muhammadiyah di

Indonesia, yang sangat dibutuhkan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar

Sarjana Humaniora (S.Hum.) pada Program Studi Sejarah dan Peradaban Islam.

Meskipun terdapat halangan dan cobaan yang selalu menghampiri di setiap

gerak langkah penyusunan skripsi ini, namun berkat pertolongan Allah yang maha

pengasih dan penyayang, serta bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dan ini

penulis jadikan suatu pelajaran yang sangat berarti, yang tak akan terlupakan

dalam sejarah kehidupan pribadi penulis. Dengan segala hormat dan kerendahan

hati, penulis mengucapakan :

آ مين .جزاآم اهللا خيرات وسعادات الدنيا واآلخرة

Khusunya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Adab dan Humaniora, para Pembantu Dekan, Ketua dan

Sekretaris Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam beserta seluruh Staf

Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

Page 7: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

dengan Ikhlas dan ridha membimbing dan mendidik penulis agar berusaha

meningkatkan intelektual Islam pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam.

2. Bpk. Drs. Tarmidzy Idris, beliau Dosen Pembimbing Skripsi saya yang

selalu bersedia memberikan bimbingan, pengarahan, dan kontribusi ide

maupun gagasannya selama proses penulisan skripsi berlangsung hingga

selesai karya tulis terbaik saya.

3. Bpk. Drs. H.M. Ma’ruf Misbah, MA, beliau sebagai Kajur SPI dan Dosen

Pembimbing Akademik saya, beliau terus memotivasi agar segera

menyelesaikan skripsi ini.

4. Pimpinan dan seluruh Staf Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah,

Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora, Perpustakaan Iman Jama’,

Perpustakaan DPRD DKI Jakarta, dan Perpustakaan Umum Daerah DKI

Jakarta, yang telah memberikan pelayanan dan segala fasilitas selama

penulisan skripsi ini.

5. Bpk. H. Rusydi Hamka yang dengan rela memberikan keluangan

waktunya untuk memberikan informasi yang berharga dan bermanfaat

bagi penulisan skripsi ini.

6. Pusat Kajian Hamka Universitas UHAMKA Jakarta dan Pusat Dakwah

Muhammadiyah Jakarta yang telah banyak memberikan penulis data-data

yang sangat dibutuhkan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

7. Ayahanda H. Selamet Kana dan Ibunda Hj. Muhiyah yang tercinta, dengan

penuh kesabarannya senantiasa memotivasi penulis agar tetap

Page 8: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

bersemangat tanpa kenal lelah selama menuntut ilmu pengetahuan di UIN

Syarif Hidayatullah dan proses penulisan skripsi.

8. Kakanda Zayadi Mufty, Ubay Bahrum, Dian Farsiah, Umar Riza dan

adinda Parid Andy, cinta untuk kalian yang telah memberikan bantuan dan

motivasi yang besar untuk menyelesaikan kuliah.

9. Semua teman-teman penulis khususnya temanku: Ghazali, Sidik,

Fakhrizal, Iqbal, Zulmi, Kholis, Testriono, Bahruddin, Baiquni, Aden,

Diana, Santi, Ifah, Yuni, Ria, Olman, dan teman-temanku yang lainnya,

yang penulis tidak sebutkan namanya satu persatu. Namun memberikan

kenangan indah, mesra nan damai menyejukkan hati, ketika bersama-sama

dengan kalian.

10. Yuta, PTM Six, PTM Perwira, PTM Wiraguna, PTM Sahabat, PTM Pos

Fatmawati, PTM Goro, dan PTM IPDN yang telah memberikan semangat

dan motivasi penulis.

Demikianlah kiranya, segala kritik dan masukan demi perbaikan skripsi ini

sangat penulis harapkan, mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat khususnya

bagi diri pribadi penulis dan bagi para pembaca umumnya.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb

Jakarta, 28 Oktober 2008

Penulis

Page 9: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

DAFTAR ISI

ABSTRAK................................................................................................................

.....i

KATA

PENGANTAR……………………………………………………………….ii

DAFTAR

ISI………………………………………………………………………...iv

BAB I.

PENDAHULUAN……………………………………………………....1

A. Latar Belakang

Masalah…………………………………………....... 1

B. Pembatasan dan Perumusan

Masalah………………………………..11

C. Tujuan

Penelitian…………………………………………………….12

D. Metode

Penulisan………………………………………………….…12

E. Tinjauan

Pustaka……………………………………………………..13

Page 10: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

F. Sistematika

Penulisan………………………………………………..16

BAB II. BIOGRAFI

HAMKA…………………………………………………17

A. Sejarah dan Kepribadian

Hamka…………………………………….17

B. Karya-Karya

Hamka…………………………………………………23

C. Kondisi Sosial

Masyarakat…………………………………………..25

BAB III. KETERLIBATAN HAMKA DALAM ORGANISASI

MUHAMMADIYAH DI

INDONESIA……………………………….32

A. Latar Belakang Berdirinya

Muhammadiyah………………………...32

B. Tujuan dan Perkembangan Muhammadiyah di

Indonesia…………...40

C. Jabatan Politik Hamka

……………………….……………………...43

1. Hamka dalam

Muhammadiyah………………………………….43

2. Hamka dalam Partai

Masyumi…………………………………..46

Page 11: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

3. Hamka dalam

MUI………………………………………………49

BAB IV. HAMKA DAN GERAKAN MUHAMMADIYAH

DI

INDONESIA………………………………………………………..56

A. Peranan Hamka dalam Bidang

Politik……………………………….56

B. Peranan Hamka dalam Bidang Agama

……………………………...67

C. Peranan Hamka dalam Bidang Sosial Budaya

………………………74

BAB V.

KESIMPULAN……………………………………………...................87

DAFTAR

PUSTAKA…………………………………………………………….....93

LAMPIRAN…………………………………………………………………….….

.98

Page 12: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejarah telah mencatat bahwa Islam merupakan suatu kerangka bagi

perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban di dunia. Perkembangan ilmu

pengetahuan dan peradaban yang telah dibentuk oleh dunia Islam pada abad

pertengahan banyak melahirkan tokoh-tokoh ilmuan dari berbagai ilmu

pengetahuan. Tetapi setelah abad ke-13 ketika Bagdad dihancurkan oleh Hulagu

Khan pada 1258 M, membawa dampak yang negatif bagi dunia Islam. Peradaban

dan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan mengalami kemunduran termasuk di

bidang keagamaan.1

Di kalangan umat Islam pada saat itu mereka yang menyadari tentang

keadaan kaum muslimin dan menilai kenyataan pemahaman dari praktek

keagamaan kini yang dianggap telah menyimpang dari ajaran agama Islam yang

benar. Mereka berpendapat jika kaum muslimin kembali kepada prinsip-prinsip

ajaran Islam dan menggerakkan semangat ijtihad2 dalam setiap proses pemikiran

1 Nurcholish Madjid, Khazanah Intelektual Islam. (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), h. 21 2 Ijtihad adalah salah satu kelebihan yang dimiliki Islam untuk menyesuaikan masalah

dengan kebutuhan-kebutuhan zaman. Islam telah mengaitkan berbagai kebutuhan yang selalu berubah dengan berbagai kebutuhan yang bersifat tetap. Seorang mujtahid yang mendalami agama bertugas menemukan benang merah yang menghubungkan kedua jenis kebutuhan tersebut. Mereka memiliki kewajiban menjelaskan hukum Islam. Makna Ijtihad bukan berarti bahwa seorang duduk dan kemudian berbicara apa saja semaunya. Islam memilki serangkaian undang-undang yang bisa berubah dan tidak tetap. Akan tetapi, karena undang-undang yang bisa berubah-ubah itu dikaitkan dengan undang-undang yang bersifat tetap dan tidak berubah, maka kebebasan sama sekali tidak terlepas dari tangannya. Ijtihad dalam bidang agama menyebabkan manusia bisa melihat masalah

Page 13: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

dan berpegang teguh pada warisan abad pertengahan yang telah dicapai oleh para

ulama Islam terdahulu di bidang pemikiran keagamaan, maka kaum muslimin

akan memperoleh kembali kejayaan sebagaimana yang pernah dicapainya pada

waktu lampau. Mereka inilah yang dengan gigih memperjuangkan ide-ide Islam

ke dalam usaha pembaharuan bagi umat Islam.3

Pembaharuan dalam Islam atau gerakan modern Islam merupakan jawaban

yang ditujukan terhadap krisis yang dihadapi umat Islam pada masanya.

Kemunduran Kerajaan Usmani yang merupakan pemangku khilafah Islam setelah

abad ketujuh belas, telah melahirkan kebangkitan Islam dikalangan warga Arab di

penggiran imperium itu. Jamaluddin al-Afghani mengajarkan solidaritas Pan

Islam dan pertahanan terhadap Imperialisme Eropa, dengan kembali kepada Islam

dalam suasana yang secara ilmiah di modernisasi.

Pada saat kedatangan bangsa Eropa khususnya Belanda ke Indonesia

banyak orang-orang Islam Indonesia mulai menyadari bahwa mereka tidak akan

mungkin berkompetisi dengan kekuatan-kekuatan yang menantang dari pihak

kolonialisme Belanda dan penetrasi Kristen. Tidak mungkin perjuangan Islam

akan maju di Indonesia apabila mereka terus melanjutkan kegiatan dengan cara-

cara tradisional dalam menegakkan Islam. Mereka mulai menyadarai perlunya

perubahan-perubahan dengan menggali ajaran-ajaran Islam untuk mengatasi Barat

dalam ilmu pengetahuan serta dalam memperluas daerah pengaruh, atau

dengan jelas. Lihat Murtadha Muthahhari, Islam dan Tantangan Zaman (Bandung: Pustaka Hidayah, 2006), h. 169-171

3 M. Natsir, Disekitar Reformasi dan Modernisasi Mayarakat Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1972), h. 198

Page 14: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

menggunakan metode-metode yang telah di bawa ke Indonesia oleh kekuasaan

kolonial seperti pihak missi Kristen.4

Di Pulau Jawa terdapat pertentangan internal masyarakat Jawa, masyarakat

di Indonesia terutama yang hidup di pulau Jawa, sejak dahulu telah memiliki

keyakinan yang bersifat animistik. Kemudian ditambah dengan keyakinan baru

yang datang dari Hindhu-Budha, terbentuk falsafah baru berupa kepercayaan

terhadap kekuatan gaib yang animistik. Islam yang di bawa oleh para pedagang

dari Gujarat, masuk ke Nusantara dengan corak tasawwuf yang telah dipengaruhi

oleh mistik India dari sistem kepercayaan Hindhu-Budha. Kepercayaan-

kepercayaan tradisional tersebut masih melekat pada masyarakat Jawa yang

menyebabkan terjadinya sinkretisme.

Agama-agama di Jawa yang menyimpulkan bahwa adanya konsep

pemikiran keagamaan orang Jawa yaitu “santri, abangan, dan priyayi”5

hubungan kelompok muslim tersebut memiliki konfrontasi yang keras. Dengan

demikian pola hubungan yang dominan adalah kesalahpahaman dan rasa saling

tidak percaya antara masing-masing pihak, kerjasama dan persahabatan adalah

kasus yang sangat jarang.6

4 Deliar Noer, Gerakan Modern Islam Di Indonesia 1900-1942, (Jakarta: LP3ES, 1996),

h. 38 5 Abangan yang mewakili sikap menitikberatkan segi-segi sinkretisme Jawa yang

menyeluruh, dan secara luas berhubungan dengan unsur-unsur petani di antara penduduk; santri yang mewakili sikap menitikberatkan pada segi-segi Islam dan sinkretisme tersebut; pada umumnya berhubungan dengan unsue pedagang (maupun juga dengan unsur-unsur tertentu di antara para petani); dan priyayi yang sikapnya menitikberatkan pada segi-segi Hindhu dan berhubungan dengan unsur-unsur birokrasi. Lihat Clifford Geertz, Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa (Jakarta: Pustaka Jaya, 1983), h. 6

6 Alwi Shihab, Membendung Arus: Respons Gerakan Muhammadiyah Terhadap Penetrasi Misi Kristen di Indonesia (Bandung: Mizan, 1998), h. 135

Page 15: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

Belanda juga membawa misi kristenisasi bagi Indonesia. Penetrasi Kristen

ini adalah strategi Belanda yang sangat khawatir dengan akan timbulnya

pemberontakan orang-orang Islam, sementara dipihak lain Belanda sangat optimis

bahwa keberhasilan kristenisasi akan segera menyelesaikan semua persoalan

bangsa yang dijajahnya.7 Penetrasi Kristen ini berasal dari penguasa keraton

Yogyakarta yang atas desakan dari pemerintah Belanda untuk mencabut larangan

penginjilan bagi masyarakat Jawa, sejak saat itulah missionaris Kristen mulai

melaksanakan penetrasinya di pulau Jawa. Penetrasi yang mulai berjalan sejak

1850-an ke wilayah Jawa tengah itu membangkitkan kesadaran kaum Muslim

untuk melawan kegiatan –kegiatan misi ini.8

Gerakan yang lahir di Timur Tengah itu telah memberikan pengaruh besar

kepada gerakan kebangkitan Islam di Indonesia. Bermula dari pembaharuan

pemikiran dan pendidikan Islam di Minangkabau yang disusul oleh pembaharuan

pendidikan yang dilakukan oleh masyarakat Arab di Indonesia, kebangkitan Islam

semakin berkembang membentuk oraganisasi-organisasi sosial keagamaan, seperti

Sarekat dagang Islam (SDI) di Bogor (1909) dan Solo (1911), Persayarikatan

Ulama di Majalengka, Jawa Barat (1911), Muhammadiyah di Yogyakarta (1912),

Persatuan Islam (Persis) di Bandung (1920-an), Nahdlatul Ulama (NU) di

Surabaya (1926), dan Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) di Candung,

Bukittinggi (1930), dan partai-partai politik, seperti Sarekat Islam (SI) yang

merupakan kelanjutan dari SDI, Persatuan Muslimin Indonesia (Permi) di Padang

7 Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda, 4th ed. (Jakarta: LP3ES, 1996), h. 9 8 Ibid., h. 141

Page 16: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

Panjang (1932) yang merupakan kelanjutan dan perluasan dari organisaasi

pendidikan Thawalib, dan Partai Islam Indonesia (PII) pada Tahun 1938.

Sementara itu, hampir pada waktu yang bersamaan, pemerintah penjajah

menjalakan politik etis atau politik balas budi. Gagasan politik etis Belanda di

bidang pendidikan tidak bisa dilepaskan dari tujuan mengembangkan agama

Kristen dan melemahkan Islam. Hal ini dibuktikan pada usaha kaum zending dan

misi mendirikan sekolah-sekolah Kristen disamping memaksakan sistem

pendidikan kolonial yang netral agama. 9 Belanda mendirikan sekolah-sekolah

formal bagi kaum bumiputera, terutama dari kalangan priyayi dan kaum

bangsawan. Pendidikan Belanda tersebut membuka mata kaum terpelajar akan

kondisi masyarakat Indonesia. Pengetahuan mereka akan kemiskinan, kebodohan,

dan ketertindasan masyarakat Indonesia, pada saatnya mendorong lahirnya

organisasi-organisasi sosial, seperti Budi Utomo, Jong Java, Taman siswa, Jong

Sumatran Bond, Jong Ambon, Jong Selebes dan lain-lainnya.10

Bangsa Belanda di Indonesia telah membawa pengaruh buruk bagi

perkembagan Islam di Indonesia. Ia mendirikan sekolah model barat yang sekuler

atau tidak memperhatikan dasar-dasar moral keagamaan. Belanda mengetahui

bahwa di Indonesia terdapat pertentangan antara kelompok adat dan Islam, oleh

karena itu Belanda ikut campur dalam masalah ini untuk memperkeruh hubungan

antar kelompok ini. Belanda mendukung kelompok adat karena Belanda

menginginkan untuk menghilangkan atau membatasi pengaruh Islam dan juga

9 Rusydi Hamka, Etos Iman, Ilmu dan Amal dalam Gerakan Islam (Jakarta: Pustaka

Panjimas, 1986), h. 111-112 10 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah (Jakarta: RajaGrafindo

Persada, 2001), h. 157-158

Page 17: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

Belanda ingin mendominasi bagi perkembangan hukum adat agar dapat di

gantikkan dengan hukum Belanda.11

Pembaharuan Islam di Indonesia untuk melawan laju penjajahan,

sinkretisme dan juga penetrasi agama Kristen. Terdapat perbedaan pergerakan

pembaharuan antara di Jawa dengan di Minangkabau Sumatera Barat. Kedua

daerah ini memiliki corak yang sangat berlainan, gerakan-gerakan regional di

daerah-daerah masing-masing yang dilatarbelakangi oleh kebudayaan yang

berbeda yang akhirnya membentuk suatu bentuk pembaharuan Islam di Indonesia.

Gerakan pembaharuan Islam di Jawa yang muncul dengan lahirnya

Muhammadiyah di bawah pimpinan KH. Ahmad Dahlan dengan cara-cara

organisasi yang kita kenal sekarang, sedangkan di Minangkabau gerakan

pembaharuan itu terbentuk dengan adanya percobaan dan usaha-usaha yang

terkordinir melalui pendidikan dan tulisan.

Muhammadiyah di Jawa tumbuh bersama perkumpulan-perkumpulan lain

seperti Budi Utomo dan Sarekat Islam. Gerakan pembaharuan di Minangkabau

tumbuh melalui yayasan pendidikan di daerah surau yang selanjutnya

dikembangkan pada permulaan abad 20 oleh tokoh tokoh agama seperti Haji

Rasul atau Haji Abdul Karim Amrullah, H. Abdullah Ahmad, H. Said Umar, H.

Djamil Djambek.

Perbedaan antara gerakan pembaharuan di Jawa hanya disebabkan adanya

perbedaan struktur sosial dan kebudayaan yang telah lama berkembang di masing-

masing tempat berbeda. Di Minangkabau munculnya gerakan pembaharuan ini

11 Shihab, Membendung Arus, h. 135

Page 18: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

lebih banyak didasarkan pada lokasi-lokasi dimana terdapat beberapa surau di

beberapa tempat, dimana tenaga pengajarnya adalah para pemuda yang telah

melaksanakan ibadah haji dan menetap beberapa saat di sana untuk mempelajari

agama, dan setelah mereka pulang ke kampung halamannya mereka mengajar

agama di tempat mereka berasal.12 Sebagaimana visi rantau Minangkabau untuk

menuntut ilmu di luar dan kembali untuk mengembangkan daerahnya.

Munculnya organisasi itu seiring dengan tantangan zaman yang mengimpit

umat Islam dengan adanya pendidikan umum yang diselenggarakan oleh kolonial

Hindia-Belanda.13 Gerakan Islam yang telah timbul sejak masa kolonial telah

tumbuh di Indonesia. Ormas-ormas Islam maupun nasional terus berupaya untuk

mencerdaskan bangsa dan organisasi ini mendirikan sekolah yang dapat dijadikan

alat untuk mencerdaskan rakyat Indonesia untuk mengimbangi sekolah yang

dibangun oleh kolonial Belanda.14

Begitu banyak tokoh-tokoh perjuangan bangsa Indonesia dimulai dari

Minangkabau seperti Syekh Ahmad Khatib, Syekh Taher Jamaluddin, Syekh

Muhammad Djamil Djambek, Haji Abdul Karim Amrullah (Haji Rasul), ia yang

mempunyai hubungan erat dengan para pemimpin-pemimpin Sarekat Islam (SI)

dan Muhammadiyah, dan ia pula yang mengenalkan Muhammadiyah di

Minangkabau pada tahun 1925,15 dan masih banyak tokoh-tokoh lainnya.

12 Paricia. C. Brown, “Antara Kauman dan Surau,” Panji Masyarakat, no. 353 (Oktober

1982): h. 47 13 M. Amin Abdullah, Dinamika Islam Kultural: Pemetaan Atas Wacana Keislaman

Kontemporer (Bandung: Mizan, 2000), h. 95 14 A. Syafi’I Ma’arif, Independensi Muhammadiysah di Tengah Pergumulan Pemikiran

Islam dan Politik (Jakarta: Pustaka Cidesindo, 2000), h. 3 15 Noer, Gerakan Modern, h. 38

Page 19: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

Muhammadiyah lahir sebagai organisasi yang didirikan oleh KH. Ahmad

Dahlan ini merupakan organisasi yang memberikan pemikiran-pemikiran yang

segar dan menekankan Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Muhammadiyah

bersinggungan dengan bidang-bidang sosial, politik, budaya dan juga bidang-

bidang kehidupan lain, oleh karena itu di dalam setiap pergerakan

Muhammadiyah tidak lepas dari watak keislamannya.16Muhammadiyah berusaha

untuk melakukan pembaharuan dengan pola pemikiran yang berorientasi kedepan,

tetapi tidak beranjak dari keimanan.

Sejak awal, gerakan Muhammadiyah telah berkecimpung dalam bidang

sosial, terutama pendidikan. Sekolah yang pertama didirikan oleh KH. A. Dahlan

pada tahun 1911 di Yogyakarta diselenggarakan dengan sangat sederhana.

Sekolah ini yang akhirnya menjadi embrio munculnya organisasi formal pada

tahun 1912 di bawah pimpinan KH. Ahmad Dahlan sendiri. Oleh karena itu sejak

Muhammadiyah didirikan selalu membangaun sekolah-sekolah, madrasah-

madrasah dan mengadakan tabligh-tabligh, dan juga mendirikan majalah-majalah

yang berdasarkan Islam.

Setelah resmi menjadi organisasi, Muhammadiyah terus berangsur-angsur

mengembangkan sayapnya melalui berbagai aktivitas sosial. Mulai dari

pendidikan, pelayanan masyarakat, kesehatan dan lain-lain sehingga pada

akhirnya aktivitas dalam bidang sosial ini dapat menjadikan Muhammadiyah

sebagai gerakan sosial keagamaan yang memperoleh sukses besar.

16 Hery Sucipto dan Najmuddin Ramly, Tajdid Muhammadiyah dari Ahmad Dahlan

Hingga A. Syafi’I Ma’arif (Jakarta: Grafindo, 2005), h. 146-147

Page 20: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

Berdirinya Muhammadiyah merupakan suatu kemunculan gerakan iman,

ilmu, dan amal. Sebagai gerakan iman, Muhammadiyah dapat dilihat

kepeloporannya dalam usaha mengembalikan paham agama kepada ajaran tauhid

murni tanpa dicampuri oleh unsur-unsur syirik, takhayul, dan khurafat. Dan

banyak yang menyebut Muhammadiyah sebagai gerakan purifikasi. Sebagai

gerakan ilmu dapat dilihat pada komitmen Muhammadiyah terhadap persoalan

pendidikan, disamping keberaniannya mendobrak tradisi lama untuk membuka

kembali pintu ijtihad. Sebagai gerakan amal, Muhammadiyah berhasil mengubah

pola amal individu menjadi amalan kelompok dalam kehidupan masyarakat,

terutama dapat dilihat dalam usahanya menyantuni kaum dhu’afa, pelayanan

kesehatan masyarakat dan lain-lain17. Muhammadiyah berupaya

mengaktualisasikan cita-citanya dengan sistem berorganisasi yang bersifat

responsif dan adaptif terhadap perubahan zaman.18

Salah seorang yang penting bagi Muhammadiyah adalah Haji Abdul Malik

Karim Amrullah (HAMKA). Hamka merupakan seorang pembaharu dalam Islam

di Indonesia. Sejak ayahnya (Haji Rasul) memelopori “Islam kaum muda

Minangkabau,” Hamka sudah terbiasa dengan pembicaraan mengenai dunia

keilmuan sejak kecil. Hamka sejak usia dini sudah banyak belajar dari tokoh-

tokoh besar nasional seperti Ki Bagushadikusumo, Haji Oemar Said

Tjokroaminoto, RM. Supyopranoto, dan KH. Fakhruddin.

Hamka sudah mampu untuk mendirikan sebuah Tabligh Muhammadiyah

tahun 1925, dalam perjalanan karirnya ia telah memangku beberapa jabatan mulai

17 Sutarmo, Muhammadiyah Gerakan Sosial-Keagamaan Modernis (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2005), h. 122-123

18 Abdullah, Dinamika, h. 137

Page 21: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

dari tahun 1928 sebagai anggota kongres Muhammadiyah di Solo, kemudian

sebagai Ketua Taman Pustaka, Ketua Majlis Tabligh dan sampai akhirnya ia

memangku jabatan sebagai Ketua Muhammadiyah cabang Padang Panjang. Tahun

1934 ia diangkat menjadi Majlis Konsul Muhammadiyah di Sumatera Tengah.19

Hamka banyak disebut sebagai sejarahwan dengan banyaknya karya-karya

Hamka yang ditulis mengenai dirinya sendiri seperti karyanya tentang Kenang-

Kenangan Hidup, kemudian mengenai orang tuanya seperti Ayahku. Dalam

bidang agama ia pun juga menulis tentang Tasawwuf: Perkembangan dan

Pemurniannya, kemudian Tasawwuf Modern. kemudian tentang sejarah,

sebagaimana hasil karya Hamka seperti Sejarah Umat Islam. Hamka sebagai

seorang sastrawan dengan mengeluarkan beberapa karyanya tentang roman seperti

Di Bawah Lindungan Ka’bah (1938), Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk (1939),

Merantau ke Deli (1940), Mandi Cahaya di Tanah Suci, Di Lembah Sungai Nil,

dan Di Tepi Sungai Dajlah.

Hamka dalam sejarah kehidupannya berperan sebagai patriot pada masa

pra dan masa awal berdirinya republik ini, berdiri pada barisan depan

pembendung arus pengaruh kaum komunis zaman Orde Lama dan tampil sebagai

figur ulama-demokrat pada masa Orde Baru.20 Hamka pada masa Soekarno

pernah di penjara sekitar selama dua tahun empat bulan (1964-1966) karena

berbeda pandangan politik dengan Presiden Soekarno, terutama mengenai

Pancasila sebagai dasar/falsafah negara. Hamka dituduh melakukan tindakan

subversif terhadap pemerintah.

19 Sucipto dan Ramly, Tajdid Muhammadiyah, h. 140-142 20 Adnan Buyung Nasution, "Hamka: Figur Yang Langka," dalam Nasir Tamara, dkk.,

Hamka di Mata Hati Umat, 2nd ed. (Jakarta: Sinar harapan, 1984), h. 286-287

Page 22: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

Hamka pada zaman pergerakan merupakan salah satu singa podium karena

ia fasih berbicara dan lancar menulis dengan mengutamakan rajin menimba ilmu.

Dengan kepiawannya itu ia pernah memimpin sebuah redaksi dwi mingguan

“Panji Masyarakat” di Medan.21 Hamka pernah menjadi tenaga pengajar di

beberapa Universitas diantaranya Perguruan Tinggi Islam Negeri (PTAIN) di

Yogyakarta, Universitas Islam Jakarta, Fakultas Hukum dan Falsafah

Muhammadiyah di Padang Panjang, Universitas Muslim Indonesia (UMI) di

Makassar, dan Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) di Medan.

Pada tahun 1955 Hamka pernah memberikan ceramah agama di

California, Amerika Serikat sebagai anggota delegasi perwakilan Indonesia.

Hamka juga mendapat kehormatan dalam bidang intelektual yaitu mendapat gelar

Doktor Honoris Causa (HC) dari Universitas Kairo, kemudian pada tahun 1974 ia

mendapat lagi gelar dari Universitas Kebangsaan Malaysia.22Hamka pernah

menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) dari tahun 1975-1981).23

Berbagai karya yang dimiliki Hamka mulai dari karya sastra, politik dan

juga agama, kemudian terjadinya pembaharuan dalam bidang politik, sosial

keagamaan di Indonesia, khususnya Muhammadiyah sebagai salah satu

organisasi pembaharuan di Indonesia membuat saya ingin mengambil tema

peranan Hamka dalam organisasi Muhammadiyah di Indonesia.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

a. Pembatasan Masalah

21 Deliar Noer, Membincangkan Tokoh-Tokoh Bangsa (Bandung: Mizan, 2001), h. 72 22 Sucipto dan Ramly, Tajdid Muhammadiyah, h. 146-147 23 Ibid., h. 156

Page 23: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

Pada penulisan ini, masalah yang diangkat adalah mengenai peranan

Hamka dalam organisasi Muhammadiyah di Indonesia. Oleh karena itu penulis

mengidentifikasi mengenai pembaharuan Islam di Indonesia. Muncul dan

berkembangnya organisasi-organisasi masyarakat dan organisasi keagamaan di

Indonesia, khususnya Muhammadiyah. Perkembangan politik, agama dan

pendidikan masa pendudukan Belanda, Jepang, Orde Lama, dan Orde Baru.

Dalam penelitian ini penulis hanya membatasi hanya pada peran Hamka di dalam

organisasi Muhammadiyah di Indonesia (1925-1981).

b. Perumusan Masalah

Adapun masalah yang ingin diketahui dalam penelitian ini adalah

bagaimanakah peran Hamka dalam Muhammadiyah, atau lebih spesifik lagi

adalah:

1. Bagaimanakah pandangan Hamka mengenai perkembangan agama,

sosial, dan politik di Indonesia, khususnya Muhammadiyah?

2. Bagaimanakah perjuangan Hamka dalam mengembangkan

Muhammadiyah di Indonesia?

3. Bagaimana citra Muhammadiyah di Indonesia pada masa Hamka

menjadi anggota Muhammadiyah?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai lewat penelitian adalah:

1. Untuk mengetahui latar belakang keluarga, pendidikan dan karya-

karya Hamka

Page 24: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

2. Menambah wawasan mengenai perkembangan agama, sosial dan

politik di Indonesia

3. Agar mengetahui peran Hamka bagi perkembangan

Muhammadiyah di Indonesia

D. Metode Penelitian

Penulisan ini menggunakan pendekatan historis dengan metode Deskriptif-

Analitis. Pendekatan ini di gunakan untuk mendapatkan penjelasan secara

deskriptif dan analitis tentang peranan Hamka bagi perkembangan

Muhammadiyah di Indonesia, disamping menjelaskan profil Hamka termasuk

juga latar belakang berdirinya Muhammadiyah dan pengaruhnya bagi

perkembangan Muhammadiyah di Indonesia dan perkembangan politik,

agama,dan sosial budaya di Indonesia sejak penjajahan Belanda, Jepang, Orde

Lama dan Orde Baru. Maka dari itu tahap-tahap penelitian yang dilakukan dengan

metode kepustakaan (library research), dan studi kelapangan (field research).

Untuk menganalisa data yang tersedia yaitu dengan menggunakakan pendekatan

historis. Pendekatan ini digunakan agar mendapatkan penjelasan dan pemahaman

mengenai peranan Hamka dalam organisasi Muhammadiyah di Indonesia. Adapun

pedoman yang digunakan dalam teknik penulisan. Penulis menggunakan buku

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: (Skripsi, Tesis dan Disertasi), CeQDA. 2007

1. Studi Kepustakaan (Library Research)

Peneliti melakukan penelusuran atas data-data yang berbentuk tulisan.

Oleh karena itu studi kepustakaan (library research) dilakukan dengan penelaahan

Page 25: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

buku-buku dan tulisan-tulisan sebagai sumber rujukan yang berkaitan kiprah

Hamka bagi perkembangan Muhammadiyah di Indonesia

2. Studi Lapangan (Field Research)

Pendekatan yang digunakan peneliti yaitu melalui observasi terlibat

dengan melakukan wawancara mendalam (depth interview) dengan tokoh-tokoh

yang bersinggungan langsung atau dengan tokoh yang dianggap penting bagi

penelitian ini.

E. Tinjauan Pustaka

Sepanjang penelitian penulis dengan menelusuri beberapa literatur tentang

Hamka ada beberapa penulisan yang berkaitan langsung dengan Hamka. Dari

penelitian penulis, ada dua disertasi yang mengkaji tentang Hamka antara lain: Dr.

Sudja’I yang memfokuskan diri pada kajian tafsir. Tetapi ia mengangkat salah

satu tema yaitu khilafah yang di tulis oleh Hamka dalam tafsirnya, kemudian

membandingkan kata yang sama (khilafah) dalam tafsir yang ditulis Sayyid

Quthb. Disertasi yang kedua adalah karya DR. Tamrin Kamal yang mengkaji

tentang peran Hamka dalam purifikasi ajaran Islam pada masyarakat

Minangkabau.

Selain disertasi diatas ada beberapa penelitian diantaranya skripsi Abdul

Azis tentang Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada masa kepemimpinan Prof. Dr.

Hamka (1975-1981). Ia menerangkan tentang perubahan yang terjadi di dalam

bidang agama, politik, sosial dan budaya. MUI menjadi kontrol bagi pemerintahan

dalam bidang keagamaan di Indonesia.

Page 26: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

Terdapat buku-buku maupun artikel yang berhubungan dengan Hamka

antara lain, buku yang ditulis oleh Yunan Yusuf yang mengkaji tentang corak

pemikiran kalam Hamka dalam tafsir Al-Azhar. Kajian ini menulis tentang

riwayat hidup Hamka dan proses panjang penulisan karya fenomenal dan

monumental Tafsir Al-Azhar karya Hamka, penulis menjelaskan dengan sangat

komprehensif dan cermat, mengingat penulis menguraikan dengan cermat dan

gamblang akan pemikiran kalam Hamka dalam tafsirnya dengan

mengelompokkan ayat-ayat tersebut dengan aliran ilmu kalam.24

Junus Hamzah yang berjudul Hamka Sebagai Pengarang Roman. Kajian

Junus ini menggunakan pendekatan studi sastra yang menampilkan Hamka

sebagai sosok sastrawan dengan latar belakang sebagai muslim. Memeang banyak

karya-karya satra yang telah dihasilkan oleh Hamka, Ia juga menjelaskan

pembicaraan masalah takdir disini dalam konteks perwatakan dari tokoh-tokoh

utama roman-roman Hamka dengan latar belakang ajaran takdir.25

Fachry Ali, menulis sebuah artikel, “Hamka dan Masyarakat Islam

Indonesia; Catatan Pendahuluan Riwayat dan Perjuangannya.” Fachry

menyimpulkan bahwa Hamka seorang pembaharu Islam di Indonesia, dengan

berbagai disiplin ilmu yang dimilikinya, Hamka memiliki kredibilitas yang tinggi.

Pemahamannya yang luas mengenai agama dan juga pemikran-pemikiran

membuat Hamka menjadi seorang yang berpandangan luas. Hamka adalah

seorang ulama yang berada dalam posisi terdepan dalam masyarakat Islam

24 Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir Al-Azhar (Jakarta: Pustaka Panjimas.

1990), h. 26 25 Junus Amir Hamzah, HAMKA Sebagai Pengarang Roman; Sebuah Studi Sastra

(Jakarta: Mega Book Store, 1964), h. 16-27

Page 27: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

modern Indonesia yang sedang mengalami proses modernisasi. Ia berani

mendobrak tradisi yang menyimpang dari ajaran agama Islam.26

Taufik Abdullah menulis tentang Buya Hamka: Aktor di atas pentas

sejarah pemikiran Islam di Indonesia, ia mengatakan bahwa Hamka dan para

tokoh segenerasinya bukanlah termasuk "sang pemula" dalam gerakan

pembaharuan Islam di Indonesia dan Hamka dilahirkan ketika masyarakat

Minangkabau meniti periode baru dalam sejarah sosialnya. Hamka adalah anak

zamannya yang dilahirkan dan dibesarkan tokoh-tokoh yang mengukir sejarah

Indonesia ketika gerakan reformasi Islam lahir dan menyebar. Hamka sebagai

seorang ulama pemikir, muballigh, dan sastrawan bukan saja aktor di atas pentas

sejarah tanah air, ia adalah hasil yang otentik dari lingkungan kesejarahan yang

mengitari dirinya.27

Yang tidak kalah menariknya, bahwa orang di luar Indonesiapun mengkaji

Hamka yakni James Rush. Studinya tentang Hamka, ia berkesimpulan bahwa

Hamka dalam arti penting sebagai salah satu pelaku sejarah modern Indonesia

yang turut berperan membuat formulasi ide-ide dikalangan bangsa

Indonesia.28Paper ini hanya menjelaskan peranan Hamka dalam bidang politik

sebagai seorang sufi, yakni orang yang mengutamakan moral diatas segalanya.

Dengan menjelaskan beberapa literatur yang menulis tentang Hamka,

maka penulis yakin bahwa judul yang penulis angkat belum ada yang

26 Fachry Ali, “Hamka dan Masyarakat Islam Indonesia; Catatan Pendahuluan Riwayat

dan Perjuamgannya.” Prisma 4, (Februari 1983): h. 49 27 Taufik Abdullah, "Buya Hamka: Aktor di Atas Pentas Sejarah Pemikiran Islam di

Indonesia," dalam Afif Hamka, dkk., Buya Hamka (Jakarta: Uhamka Press, 2008), h. 15-16 28 James Rush, “Hamka dan Indonersia Modern,”dalam Panitia Peringatan Buku 70

Tahun Prof. Dr. Hamka. Kenang-kenangan 70 Tahun Buya Hamka (Jakarta: Panjimas, 1983), h. 449-460

Page 28: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

membahasnya, yaitu peranan Hamka dalam organisasi Muhammadiyah di

Indonesia.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mewujudkan suatu pembahasan yang sistematis, maka penulis

menyusun skripsi ini kedalam beberapa bab. Adapun sistematika penulisan

sebagai berikut:

Bab I: Pendahuluan. Bab ini merupakan gambaran umum sekitar

penelitian yang meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan

masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

Bab II. Membahas sejarah dan kepribadian Hamka, sejak ia lahir dan

beranjak masa kanak-kanak, masa pencarian ilmu atau pendidikan, karya-karya

yang di ciptakan Hamka, dan juga kondisi masyarakat saat itu.

Bab III: Membahas Keterlibatan Hamka di dalam Muhammadiyah. Mulai

dari sejarah lahirnya Muhammadiyah, tujuan dan perkembangan Muhammadiyah

di Indonesia sejak pertama kali berdirinya sekaligus tokoh-tokoh yang telah

berjasa dalam mendirikan dan mengembangkan Muhammadiyah di Indonesia.

Jabatan-jabatan yang di miliki Hamka dan perannya di dalam Muhammadiyah,

partai Masyumi, dan Majelis Ulama Indonesia (MUI)

Bab IV. Membahas Hamka dan gerakan Muhammadiyah di Indonesia,

yaitu peran Hamka dalam organisasi Muhammadiyah ini dari beberapa aspek

yang melingkupi politik, agama dan juga sosial budaya

Bab V. Berisi kesimpulan dan diteruskan dengan daftar pustaka dan lampir

Page 29: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

BAB II

BIOGRAFI HAMKA

A. Sejarah dan Kepribadian Hamka

Luar biasa adalah ungkapan yang tepat bagi seorang Hamka, ia tidak

pernah menyelesaikan pendidikan dasarnya, dan ia tidak pernah mengenyam

pendidikan tinggi, sehingga ia tidak memiliki ijazah pendidikan apapun, namun

berhasil menjadi seorang ulama besar, juru dakwah yang kenamaan, yang

memiliki berbagai disiplin ilmu, pintar dalam menulis dan bagus dalam

berceramah, dan di depan namanya terdapat predikat keilmuan Prof Dr. “Si

Bujang Jauh” itulah julukan Hamka karena begitu sering dan lamanya ia pergi ke

berbagai negeri dan daerah.29 HAMKA (Haji Abdul Malik Karim Amrullah)

dilahirkan di Kampung Molek di sisi danau Maninjau, Sumatera Barat 16 Februari

1908.30 Ibunya bernama Siti Safiyah31 dan Ayahnya ialah Syekh Abdul Karim

Amrullah yang dikenal dengan sebutan Haji Rasul seorang pelopor Tajdid di

Minangkabau.

Hamka seorang ulama yang multidimensi, hal itu tercermin dari gelar-

gelar kehormatan yang disandangnya. Dia bergelar "Datuk Indomo” yang dalam

tradisi Minangkabau berarti pejabat pemelihara adat istiadat. Dalam pepatah

Minang, ketentuan adat yang harus tetap bertahan dikatakan dengan “sebaris tidak

29 Hery Sucipto dan Najmuddin Ramly, Tajdid Muhammadiyah dari Ahmad Dahlan

hingga A. Syafi’I Ma’arif (Jakarta: Grafindo, 2005), h. 145 30 Ibid, h. 141 31 “Nama Saya Hamka,” dalam Nasir Tamara, dkk., Hamka di Mata Hati Umat, 3rd ed.

(Jakarta: Sinar Harapan, 1996), h. 51

Page 30: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

boleh hilang, setitik tidak boleh lupa.” Gelar ini merupakan gelar pusaka turun

temurun pada adat Minangkabau yang didapatnya dari kakek garis keturunan

ibunya Engku Datuk Rajo Endah Nan Tuo, Penghulu suku Tanjung. Sebagai

ulama Minang, Hamka digelari “Tuanku Syaikh,” berarti ulama besar yang

memiliki kewenangan keanggotaan di dalam rapat adat dengan jabatan Imam

Khatib menurut adat Budi Caniago. Sebagai pejuang, Hamka memperoleh gelar

kehormatan “Pangeran Wiroguno” dari Pemerintah RI.

Sebagai intelektual Islam, Hamka memperoleh penghargaan gelar

“Ustadziyyah Fakhriyyah” (Doctor Honoris Causa) dari Universitas Al-Azhar,

Mesir, pada Maret 1959. Pada 1974 gelar serupa diperolehnya dari Universitas

Kebangsaan Malaysia. Pada upacara wisuda di gedung parlemen Malaysia, Tun

Abdul Razak, Rektor Universitas Kebangsaan yang waktu itu menjabat sebagai

Perdana Mentri menyebut ulama kharismatik itu dengan “Promovendus

Professor Doctor Hamka.” Pada tahun 1955 ia dipilih untuk duduk menjadi

anggota Konstituante mewakili partai Masyumi Jawa Tengah hingga Masyumi

dan Konstituante dibubarkan oleh Soekarno dan kemudian ia juga menjadi Ketua

Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tahun 1975.

Terdapat beberapa faktor yang mendukung Hamka menjadi seseorang

ulama, pujangga, sastrawan, sejarahwan, pejuang kemerdekaan dan sekaligus

sebagai aktivis organisasi diantaranya,

Pertama, Faktor genealogis atau keturunan. Hamka merupakan keturunan

dari seorang pejuang dan ulama Islam, Nenek moyang Hamka adalah Tuanku

Pariaman. Tuanku Pariaman adalah seorang panglima perang Tuanku Imam

Page 31: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

Bonjol di masa perang melawan penjajah Belanda yang dikenal dengan “Perang

Paderi” (1821-1837).32 Kakeknya adalah Syekh Amrullah biasa disebut Tuanku

Kisa-I dan ayahanda Haji Abdul Karim Amrullah yang biasa disebut sebagai Haji

Rasul.

Syekh Amrullah adalah golongan "Kaum Tua" yang merupakan pengikut

aliran Naqsabandiyah, Haji Rasul merupakan golongan "Kaum Muda"

Minangkabau yang merupakan pembaharu Islam di Minangkabau.33 Hamka

memiliki keunggulan kakeknya dan ayahnya. Hamka menjadi ulama penggerak

modernisasi Islam di Indonesia dan ia yang juga memformulasikan tasawwuf ke

arah yang positif.

Kedua, membaca, menghafal, menulis dan berbicara. Dalam Usia 6 tahun

(1914) ia dibawa ayahnya ke Padang Panjang. Ketika Hamka berumur tujuh tahun

dimasukkan ke sekolah desa dan malamnya belajar mengaji Qur’an dengan

ayahnya. Sejak 1916-1923 dia telah belajar agama pada sekolah-sekolah “Diniyah

School” dan “Sumatra Thawalib” di Padang Panjang dan Parabek. Guru-gurunya

saat itu adalah Syeh Ibrahim Musa Parabek, Engku Mudo Abdul Hamid dan

Zainuddin Labay.

Pada 1924 ia pergi ke tanah Jawa untuk mempelajari tentang pergerakan,

Ki Bagus Hadikusumo mengajarkan tafsir, HOS Cokroaminoto yang mengajarkan

"Islam dan Sosialisme," RM Suryopranoto untuk belajar Sosiologi, ia belajar

32 Shobahussurur, dkk., Mengenang 100 Tahun Haji Abdul Malik Karim Amrullah

(HAMKA) (Jakarta: YPI Al-Azhar, 2008), h. 4 33 Murni Jamal, Dr. H. Abdul Karim Amrullah: Pengaruhnya dalam Gerakan

Pembaharuan Islam di Minangkabau pada Awal Abad ke-20 (Jakarta: INIS, 2002), h. 95

Page 32: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

"Agama Islam" dengan KH. Fakhruddin.”34 Ia memperdalam pengetahuannya

dengan buku-buku mengenai sejarah, kebudayaan, filsafat, sastra, serta sejumlah

karya pengarang-pengarang barat yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa

Arab, seperti Alber Camus, Jean Paul Sarte, Wiliam James, Freud, Toynbee

sampai Karl Marx. Pengetahuannya yang luas membuat ia produktif dalam

menulis, banyak sekali karya-karya yang telah dilahirkan oleh Hamka, tercatat

sekitar 113 buak karya tulis yang telah dibuat, termasuk beberapa majalah.

Kebiasaan mengahafal membuat Hamka memiliki daya ingat yang sangat

kuat. Seakan-akan tiap pengalaman yang dialami merupakan sesuatu yang sangat

intens, betapapun sebenar-benarnya “biasanya” pengalaman itu. Tingkat intensitas

ini seakan tidak memudar walaupun ia menerimanya dari tangan kedua. Tulisan-

tulisan Hamka tidak pernah gersang, karena ia terluluh didalam masalah yang

ditulisnya. Engage, orang Minangkabau menyebutnya.35walaupun begitu tidak

semua bisa diungkapkan oleh Hamka bukan hanya soal ingatan, tetapi yang lebih

penting apa yang dilihat, didengar, dan dialaminya yang merupakan sebagian

realitas dari peristiwa yang diceritakan. Selain itu Hamka juga seorang pembicara

yang handal setelah ia belajar tentang pergerakan di Jawa, hingga ia mendapat

julukan singa podium karena kepiawaiannya dalam berorasi.36

Ketiga, merantau. Pergi merantau menurut visi falsafah Minangkabau itu,

membuka mata warganya untuk mengenal dunia luar yang luas dimana mereka

34 Rusydi Hamka, "Hamka: Kepribadian, Sejarah, dan Perjuangannya," dalam Afif

Hamka, dkk., Buya Hamka (Jakarta: Uhamka Press, 2008), h. 71 35 Taufik Abdullah, "Masa Awal Muhammadiyah di Minangkabau: Cuplikan dari Arsip

Belanda," dalam Kenang-Kenangan 70 Tahun Hamka (Jakarta: Nurul Islam, 1978), h. 131 36 Deliar Noer, Membincangkan Tokoh-Tokoh Bangsa (Bandung: Mizan, 2001), h. 72

Page 33: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

akan menemui hal-hal baru yang nanti akan dibawanya pulang.37 Kebanyakan

orang Minangkabau keluar daerahnya memiliki dua hala yang pertama

berdagang, yang kedua menuntut ilmu. Selain berkeliling ke pulau-pulau di

Indonesia, terdapat Perjalanan Buya Hamka ke luar negeri dalam kegiatan

Internasional diantaranya: Tahun 1950 berkunjung ke negara-negara Arab, Saudi

Arabia, Mesir, Syria, Irak, dan Libanon, menemui sejumlah pengarang dan ulama-

ulama di negara tersebut. Tahun 1952 berkunjung ke Amerika memenuhi

undangan State Departement (Kementrian Luar Negeri), berkeliling di negara

tersebut selama 4 bulan.

Tahun 1953-1954 menjadi Missi Kebudayaan RI ke negara Muangthai

dipimpin Ki Mangunsarkoro. Tahun 1954 ke Burma mewakili Departemen

Agama RI dalam perayaan 2000 tahun wafatnya Budha Gauthama. Tahun 1958

menghadiri Konferensi Islam di Lahore, dari sana melanjutkan perjalanan ke

Mekkah untuk Umrah dan ke Kairo untuk menerima gelar Doktor Honoris Causa

Univesitas Al-Azhar. Tahun 1967 ke Malaysia sebagai tamu Negara (Perdana

Menteri Tengku Abdul Rahman). Tahun 1968 sebagai Anggota Delegasi

Konferensi Tingkat Tinggi Negara-Negara Islam di Rabbat, Ketua Delegasi

adalah KH. M. Ilyas.

Tahun 1968 ke Aljazair menghadiri Peringatan Masjid Annabah,

kemudian melanjutkan perjalanan ke Spanyol, Roma, Turki, London, Saudi

Arabia, India, dan Tahiland. Tahun 1971 menghadiri Seminar Islam di Aljazair,

dengan membawa paper tentang Muhammadiyah di Indonesia. Tahun 1975

37 William H. Federick dan Soeri Soeroto, ed., Pemahaman Sejarah Indonesia: Sebelum

dan Sesudah Revolusi, 3rd ed. (Jakarta: LP3ES, 2005), h. 333

Page 34: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

mengahdiri Muktamar Masjid di Mekkah sebagai Ketua Delegasi Masjid di

Indonesia. Tahun 1976 menghadiri Konferensi Islam di Kucing Ibukota Serawak,

Malaysia Timur. Tahun 1976, seminar 2000 tahun Malaysia di Kuala Lumpur, di

prakarsai oleh Yayasan Sabah. Tahun 1976 menghadiri Seminar Islam dan

Kebudayaan Malaysia di Universitas Kebangsaan Kuala Lumpur dengan paper

Pengasuh Islam pada Kesusastraan Melayu. Tahun 1977 menghadiri upacara

pengislaman Gubernur Serawak Malaysia Timur. Tahun 1977 menghadiri

Peringatan 100 tahun Muhammad Iqbal di Lahore Pakistan. Tahun 1977

menghadiri Muktamar Ulama (Al-Buhust Islamiyah), sebagai Ketua Delegasi

Indonesia di Kairo.38

Keempat, Masjid Al-Azhar dan Tafsir Al-Azhar, kedua peninggalan

Hamka merupakan pusaka peninggalannya yang sangat berharga. Pada 1959

Universitas Al-Azhar memberikan gelar Ustadziyyah fakhriyyah (Doktor Honoris

Causa) kepada Hamka.39 Pada Desember 1960, Syaikh Mahmoud Syaltout

disertai Dr. Muhammad Al-Bahay berkunjung ke Indonesia sebagai tamu negara.

Salah satu agendanya adalah menziarahi Masjid Agung Kebayoran Baru. Melihat

sendiri perjuangan Hamka di Masjid Agung Kebayoran Baru, Mahmoud Syaltout

memberikan nama bagi Masjid Kebayoran Baru itu dengan nama Masjid Al-

Azhar. 40 Sejak saat itu semua orang sepakat melekatkan nama Masjid Agung Al-

Azhar sebagai pengganti nama Masjid Agung Kebayoran baru.

38 Panitia Peringatan Buku 70 Tahun Prof. Dr. Hamka. Kenang-kenangan 70 Tahun Buya

Hamka (Jakarta: Nurul Islam, 1978), h. 285 39 Sucipto dan Ramly, Tajdid Muhammadiyah, h. 146 40 Shobahussurur, Mengenang, h. 31

Page 35: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

Setiap kuliah subuh Hamka selalu memberikan pelajaran tafsir di Masjid

Agung Al-Azhar. Pada tahun 1962. Perpustakaan Islam Al-Azhar yang didirikan

setahun sebelumnya menerbitkan sebuah majalah bernama Gema Islam ketika

Hamka menjadi pemimpin redaksinya. Rangkaian pelajaran tafsir kuliah subuh

yang dimuat dalam “Gema Islam” itu oleh Hamka diberikan nama “Tafsir Al-

Azhar,” merujuk kepada tempat dimana tafsir itu diberikan sekaligus penghargaan

pribadi Hamka kepada Al-Azhar (Mesir).

Surat pertama yang dikaji adalah surat Al-Kahfi, juz XV. Tafsir-tafsir yang

diuraikannya yang dimulai sejak 1958, kemudian dimuat di majalah Gema Islam

pada 1962 hingga Januari 1964. Mulai saat itu Hamka memiliki hasrat untuk

menyusun tafsirnya dalam kitab-kitab yang kemudian diberi nama Tafsir Al-

Azhar.41

B. Karya-Karya Hamka

Terdapat sekitar 113 buah karya yang telah dibuat oleh Hamka, beberapa

karya Hamka mengenai Filsafat diantaranya: Falsafah Ideologi Islam (1950),

Falsafah Hidup (1970), Perkembangan Kebatinan di Indonesia, Renungan

Tasawwuf (1985), Tasawwuf, Perkembangan dan Pemurniannya (1980),

Tasawwuf Modern (1981), Perkembangan Tasawwuf dari Abad ke Abad (1952),

Tafsir Al-Azhar 30 juz

Karya Hamka mengenai Agama diantaranya: Akhlaqul Karimah (1992),

Agama dan Perempuan (1939), Do’a-Do’a Rasulullah SAW (1974), Khatibul

41 Yunan Yusuf, “Buya Hamka, Tafsir Al-Azhar, dan Universitas Al-Azhar Indonesia,”

dalam Afif, Buya Hamka, h. 94

Page 36: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

Ummah, jilid I ditulis dalam bahasa Arab, Khatibul Ummah, jilid II, Khatibul

Ummah, jilid III, Hikmat Isra’ dan Mi’raj, Bohong di Dunia (1975), Karena

Fitnah, Lembaga Hidup (1962), Lembaga Budi (1980), Lembaga Hikmat (1953),

Pedoman Muballigh Islam (1937), Pandangan Hidup Muslim, Pengaruh

Muhammad Abduh di Indonesia (1958), Pelajaran Agama Islam (1956), Studi

Islam (1985), Tanya Jawab I dan II (1975, Tjahaya Baru (1950), Pembela Islam:

Tarikh Sayyidina Abu Bakar Shiddiq (1929), Kepentingan Melakukan Tabligh

(1929), Keadilan Ilahi (1939)

Karya Hamka mengenai Kesusastraan diantaranya: Dari Hati ke Hati

(2002), Dari Lembah Tjita-Tjita (1967), Mengembara li Lembah Nil (1950), Di

Dalam Lembah Kehidupan (1976), Di Bawah Lindungan Ka’bah (1979), Di Tepi

Sungai Dajlah (1950), Di Jemput Mamaknya (1939), Di Lamun Ombak

Masyarakat, Empat Bulan di Amerika, Jilid I (1953), Empat Bulan di Amerika,

Jilid II (1953), Margaretha Gauthier (1975), Merantau ke Deli (1977), Mandi

Cahaya di Tanah Suci (1950), Menunggu Beduk Berbunyi (1947), Tuanku

direktur, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk (1979), Laila Majnun, Balai Pustaka

(1932)

Karya Hamka mengenai Politik diantaranya: Adat Minangkabau

menghadapi Revolusi (1946), Doktrin Islam yang Menimbulkan Kemerdekaan

dan Keberanian (1983), Falsafah Ideologi Islam (1950), Ghirah dan Tantangannya

Terhadap Islam (1982), Hak Asasi Manusia Dipandang dari Segi Islam (1968),

Islam; Revolusi Ideologi Islam, tahun 1950, Islam dan Demokrasi, tahun 1946,

Islam dan Adat Minangkabau (1985), Keadilan Sosial dalam Islam (1950),

Page 37: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

Merdeka, Muhammadiyah Melalui Tiga Zaman, Negara Islam (1946), Revolusi

Fikiran (1946), Revolusi Agama, Sesudah Naskah Renville, Semanagat Islam,

Urat Tunggang Pancasila, Ekspansi Ideologi: Alghazwul Fikri (1963)

Karya Hamka mengenai sejarah diantaranya: Ayahku, tahun 1992, Antara

Fakta dan Khayal “Tuanku Rao,”tahun 1970, Dari Perbendaharaan Lama, tahun

1963, Kenang-Kenangan Hidup, Jilid I ( 1974 (autobiografi sejak lahir 1908

sampai ( 1950), Kenang-Kenangan Hidup, Jilid II, Kenang-Kenangan Hidup, Jilid

III, Kenang-Kenangan Hidup, jilid IV, Sejarah Umat Islam Jilid I, di tulis ( 1938

diangsur hingga 1950, Sejarah Umat Islam Jilid II, Sejarah Umat Islam Jilid III,

Sejarah Umat Islam Jilid IV, Sejarah Hidup Jamaluddin Al- Afghani, Sejarah

Islam di Sumatera, Adat Minangkabau dan Agama Islam, ( 1929, Ringkasan

Tarikh Ummat Islam, ( 1929, Sesudah Naskah Renville, ( 1947

Karya-karya Hamka yang lain diantaranya: Muhammadiyah di

Minangkabau (Dalam Kongres Muhammadiyah di Padang) (1975), Arkanul

Islam, Makassar (1932), Mati Mengandung Malu yang merupakan Salinan al-

Manfaluthi (1934), Dibantingkan Ombak Masyarakat (1946), Pidato Pembelaan

Peristiwa Tiga Maret (1947), Pribadi (1950), 1001 Soal Hidup yaitu kumpulan

karangan pada Pedoman Masyarakat (1950), Soal-Jawab yang disalin dari

karangan-karangan Majalah “Gema Islam” (1960), Himpunan Khutbah-Khutbah,

Kedudukan Perempuan dalam Islam (1973), Islam dan Kebathinan (1970), Sayyid

Jamaluddin Al-Afghani (1965), Cita-Cita Kenegaraan dalan Ajaran Agama Islam:

makalah Kuliah Umum di University Keristan (1970)

Page 38: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

Terdapat beberapa majalah yang dipimpin oleh Hamka diantaranya:

Kemauan Zaman (1929), Tentera, 4 nomor terbit di Makassar (1932), Al-Mahdi, 9

nomor terbit di Makassar (1933), Pedoman Masyarakat (1936-1942), Semangat

Islam (1944-1948), Menara (1946-1948), Panji Masyarakat (1959)

C. Kondisi Sosial Masyarakat

Terdapat beberapa fase dalam perjalanan hidup Hamka, pertama yaitu

munculnya gerakan nasionalis di Minangkabau. Pertentangan tersebut yaitu antara

mayoritas penduduknya yang teguh memeluk Islam dengan adat yang matrilineal

dalam stratifikasi masyarakat Minangkabau. Gagasan yang memungkinkan

bersatunya masyarakat Minangkabau dengan pepatah “Adat dipimpin oleh

penghulu, agama oleh ulama, pemerintah oleh cendikiawan," ketiganya terjalin

menjadi satu. Di Minangkabau memang telah memiliki adat yang bertentangan

dengan ajaran Islam, terutama mengenai pembagian waris melalui garis keturunan

ibu. Permusuhan antara Belanda terhadap kekuasaan Islam yaitu dengan

pemberontakan-pemberontakan yang terjadi untuk melawan Belanda atas dasar

agama sebagai alasannya.42

Haji Rasul mendirikan sekolah yang bernama Sumatera Thawalib43.

Sumatera Thawalib ini sangat berbeda dari surau tradisional, karena metode

42 Audrey R. Kahin, Pergolakan Daerah Pada Awal Kemerdekaan, (Jakarta: Pustaka

Utama Grafiti, 1989), h. 150-151 43 Thawalib School adalah pengembangan pendidikan yang ada di Surau Jembatan Besi.

Ini terjadi setelah Syekh Abdul Karim Amrullah kembali dari perjalanannya ke tanah Jawa. Pada awalnya, Thawalib School masih menggunakan cara pengajian di Surau, buku-buku dan kitab yang digunakan masih dengan buku-buku lama, perubahan yang dilihat yaitu terdapatnya pembagian kelas-kelas yang terbagi menjadi tujuh kelas. Lihat Hamka, Kenang-kenangan Hidup (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 54-55

Page 39: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

pengajarannya inovatif, memasukkan pelajaran sekuler ke dalam kurikulumnya,

dan sesuai dengan ajaran agama mereka, yang memberi tekanan pada pentingnya

fikiran dan keputusan pribadi daripada menerima begitu saja ajaran-ajaran Islam

tradisional. Sungguhpun kaum modernis angkatan pertama ini membatasi

penggunaan prinsip-prinsip ini hanya pada masalah-masalah agama, lalu

berkembang pemikiran antara keyakinan Islam dengan nasionalisme anti-kolonial

dan fikiran-fikiran sosialisme.44

Pada tahun 1924 sebelum Hamka pergi ke pulau Jawa. Ketika itu Padang

Panjang sudah ada hawa baru. Haji. Dt. Batuah dan kawannnya, Natar Zainuddin,

telah kembali dari perlawatannya dari pulau Jawa. Mereka membawa paham baru

yaitu komunis. Paham baru itu ditebarkan terutama di kalangan murid-murid

Sumatera Thawalib. Banyak juga murid-murid Sumatera Thawalib yang tertarik

ke dalam komunis. Pertengkaran antara modernis generasi pertama dengan anak-

anak didik mereka mengenai politisi sekolah telah memecah belah Sumatera

Thawalib pada tahun 1920-an, bahkan pendirinyapun Haji Rasul melepaskan diri

dari Sumatera Thawalib yang telah dibangunnya itu, karena telah didominasi oleh

faham komunisme yang sangat bertentangan dengan ajaran Islam.

Komunis yang digembor-gemborkan di sana adalah benci kepada

pemerintah Belanda dengan alasan Qur’an dan Hadist, melawan penindasan kaum

kafir karena penjajahan kaum kapitalis, Imperialis, yang berlawanan dengan

ajaran Islam. Maka dari itulah banyak murid-murid dari Sumatera Thawalib yang

ikut dalam pemberontakan-pemberontakan yang dipimpin komunis, yang pecah di

44 Kahin, Pergolakan, h. 152

Page 40: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

Sumatera Barat pada bulan Januari 1927.45 Tetapi ketika pemberontakan-

pemberontakan tersebut dipadamkan oleh Belanda, di Sumatera Barat bangkit

kembali gerakan kebangsaan yang dipimpin oleh kaum agamawan. Sebagaimana

telah terjadi pada tahun 1922 telah terjadi perpecahan dalam Sarekat Islam, yaitu

“SI Merah” dan “SI Putih,” SI Merah menjadi komunis dan yang putih tetap

dalam ajaran Islam.

Diantara pemimpin-pemimpin SI Merah ialah H. Misbah di Solo.

Majalahnya "Medan Muslimin" banyak tersebar di Padang Panjang. H. Dt.

Batutah adalah pengikut H. Misbah, sebagaimana menurut Haji Rasul bahwa H.

Misbah telah mempelajari teori ekonomi Karl Marx tidak sampai inti, ia

meninggalkan kepercayaannya kepada Tuhan, dan H. Dt. Batutah terus berpegang

teguh hingga wafat.

Thawalib mulai dimasuki komunis, Haji Dt. Batutah mengeluarkan satu

majalah bernama "Pemandangan Islam." Titik berat penyerangan sebagai

kebiasaan kaum komunis yaitu menyerang pemimpin-pemimpin Islam yang

berpengaruh. HOS. Cokroaminoto adalah target serangan, penghinaan, cacian. Ia

dituduh menghabiskan uang rakyat, menggelapkan atau korupsi yang saat itu

disebut “mencokro,” dan dia dituduh sebagai dalang berkembangnya imperialis.

Muhammadiyah dituduh “Sarekat Hijau” yang didirikan oleh Belanda untuk

menghisap rakyat dan yang Islam sejati adalah komunis. Inilah propaganda yang

terus di lakukan komunis di Padang Panjang.46

45Murni, Jamal, Dr. H. Abdul Karim Amrullah: Pengaruhnya dalam Gerakan

Pembaharuan Islam di Minangkabau Pada Abad ke-20 (Jakarta: INIS, 2002), h. 47 46 “Hamka Tentang Hamka,” Panjimas, no. 01 (Oktober 2002): h. 49

Page 41: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

Pada tahun 1930 dibuat sebuah gerakan baru yang bernama Permi

(Persatuan Muslim Indonesia), sebuah partai politik yang berakar didaerah itu

yang didirikan oleh tamatan Sumatera Thawalib dan juga para ulama yang baru

pulang dari studi ke Kairo. Pada tahun 1933 Hatta baru pulang dari studi di

Belanda, dan mendirikan cabang partainya di Minangkabau yaitu PNI Baru, dan

mengangkat Khatib Sulaiman sebagai pemimpinnya.

Tahun 1933, kolonial Belanda mengambil tindakan keras terhadap

aktivitas kaum nasionalis di seluruh Indonesia. Belanda banyak menahan anggota

Permi dan juga pemimpin terkemuka dari partai agama yang radikal yang satunya

lagi di Sumatera Barat, yaitu PSII. Padahal orang-orang yang sekuler seperti PNI

Baru tidak ditahan. Tekanan Belanda memaksa Permi bubar.47 Pada tahun-tahun

ini guru-guru di sekolah Sumatera Thawalib, perguruan-perguruan Islam dan

organisasi-organisasi pemuda tetap mendidik muridnya dengan

mengkombinasikan cita-cita nasional dan Islam.

Kini, pihak Jepang mencoba mengembangkan para guru Islam tradisional

pedesan sebagai mata rantai utama, akan tetapi banyak menemui kesulitan antara

pihak Jepang dengan para pemimpin Islam pada umumnya, khususnya antara

mereka dengan kaum Islam modernis. Ayahanda Hamka, Haji Rasul memimpin

perlawanan Islam terhadap sikap membungkuk sebagai penghormatan kepada

Kaisar di Tokyo yang bertentangan dengan kewajiban seorang muslim untuk

shalat menghadap Mekkah dan tunduk hanya kepada Allah.48

47 Kahin, Pergolakan, h. 152-153 48 Shobahussurur, Mengenang, h. 13

Page 42: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

Sejak 1944 Hamka sengaja menjauh dari Nippon. Kalau tidak perlu benar,

dia tidak mendekat, sampai Tyokan menanyakan kenapa Hamka tidak datang-

datang lagi. Hingga 7 September 1944 ketika Perdana menteri Koiso yang

menggantikan PM Tojo, menjanjikan kemerdekaan bagi Indonesia dihari depan.

Ketika berita itu beredar Hamka kedatangan dua orang wartawan Yahya Ya’kub

dan Hadely Hasibuan dari Domei (kantor betita Jepang). Janji Kemerdekaan yang

akan diberikan Jepang karena mereka terdesak dalam beberapa peperangan

dengan kekalahan. akan tetapi Jendral Koiso Kuniaki (1944-1945), ia memiliki

kecenderungan untuk memberikan kemerdekaan semu bagi Indonesia. Perdana

Menteri Koiso menjanjikan kemerdekaan bagi “To-Indo” dalam bahasa Jepang

untuk “Hindia Timur” yang terus dipakai hinga 1945. Akan tetapi, dia tidak

menentukan tanggal kemerdekaan itu. Hingga Indonesia merdeka 17 Agustus

1945.

Kedua, terjadinya pertentangan Internal dalam masyarakat Minangkabau.

"Kaum Tua" dan "Kaum Muda" di Minangkabau sangat berperan bagi perubahan

sosial kemasyarakatan di Minangkabau. Haji Rasul juga merupakan tokoh

gerakan “Kaun Muda” yang saat itu sangat gencar mempertahankan pendirian dan

pandangannya. Tokoh Tiga Serangkai yaitu Haji Abdul Karim Amrullah, Syekh

Muhammad Djamil Djambek,49 dan Haji Abdullah Ahmad. Mereka menentang

49 Syekh Muhammad Djamil Djambek adalah seorang tokoh Kaum Muda. ia di lahirkan

di Bukittinggi pada tahun 1860 sebagin anak dari Muhammad Saleh Datuk Malaka, Kepala Nagari Kurai. Ia memperoleh pendidikan di sekolah rendah yang mempersiapkan pelajar-pelajar untuk sekolah guru (Kweekschool). Pada tahun 1896 ayahnya membawa ia ke Mekkah dan bermukim selama 9 tahun untuk mempelajari agama hingga tahun 1903. Pada tahun 1918 ia mendirikan lembaga yang bernama Surau Insyik Djambek, surau ini di gunakan untuk memberikan pelajaran agama dan juga sebagai tempat pertemuan bagi organisasi-organisasi Islam. Syekh Djamil Djambek adalah seorang yang ahli dalam ilmu falak, ia yang membuat jadwal shalat dan juga waktu puasa bulan Ramadhan, ia membuat ini sejak 1911. Pada tahun 1913 ai mendirikan

Page 43: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

praktek-praktek keagamaan yang menyimpang berupa bid’ah, takhayul dan

khurafat.

Syekh Ahmad Khatib dengan tegas melarang praktek-praktek agama yang

dicemari dengan kaifiyat-kaifiyat yang bid’ah-bid’ah dan ia juga menentang keras

pembagian harta waris yang diambil dari garis keturunan Ibu, karena hal itu jelas-

jelas bertentangan dengan ajaran Islam yang telah dibuat dalam faraid. Hal itu

yang diajarkan Haji Rasul sepulangnya ia ke Minangkabau, tetapi banyak diantara

murid-murid Syekh Ahmad Khatib yang tetap konsisten mengamalkan thariqat.

Diantara mereka yang terkenal adalah Syekh Khatib Ali bin Abdul Muthalib al-

Khalidi an-Naqsabandi yang menyusun kitab “Miftah ad-Din”, juga ulama Kaum

Tua lain bernama Sulaiman ar-Rusuli. Kuatnya thariqat waktu itu menyebabkan

ajaran Haji Rasul banyak mendapat tantangan dari ulama-ulama Minangkabau.

Yang paling keras menentang ialah Syekh Muhammad Sa’ad Mungka.50

Haji Rasul atau Syekh Abdul Karim Amrullah sangat mengecam keras

praktek ajaran tarekat yang disebut rabitah dan wasilah, dengan menulis sebuah

buku berjudul Qati’u Razbi al Mulhidin (Pemotong Tusukan Orang-Orang Yang

Ilhad). Haji Abdullah Ahmad mendirikan sebuah majalah yang diberi nama “Al-

Munir” tahun 1911, majalah ini merupakan wadah bagi gerakan Kaum Muda yang

memuat artikel tentang masalah agama dengan tujuan agar umat Islam memiliki

pengetahuan yang berguna dan membersihkan Islam dari tuduhan sebagai

“Tsamarotul Ikhwan,” yaitu organisasi yang bersifat sosial yang menerbitkan artikel dan juga brosur-brosur tentang agama. Lihat Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, 8th ed. (Jakarta: LP3ES. 1996), h. 42-44

50Shobahussurur, Mengenang, h. 8

Page 44: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

penghambat kemajuan.51Al Munir memuat artikel-artikel yang berisi kritikan

pedas terhadap tradisi keagamaan masyarakat luas, seperti masalah usalli, kenduri

di rumah orang kaya yang kematian, berdiri ketika membaca barzanji,

mentalqinkan mayat di atas kubur, masalah tasyabbuh, masalah taqlid yang

dianggap telah melenceng dari ajaran Islam. 52

Selain itu juga Haji Rasul mengeluarkan fatwa dibolehkannya khutbah

dalam bahasa yang difahami oleh umat di tempat itu dan kalaulah memakai

bahasa Arab cukuplah saja rukun-rukunya saja, agar khutbah itu memiliki faedah

dan petunjuk bagi kaum muslimin.53

Gerakan Kaum Muda ini mendapat reaksi atau tantangan dari kalangan

ulama Kaum Tua yang merasa posisi mereka terdesak dan dipersalahkan,

sehingga mereka juga mengeluarkan kritik yang pedas bagi Kaum Muda yaitu

bahwa mereka telah keluar dari mazhab Ahli Sunnah wal jama’ah, Mu’tazilah,

Wahabi dan, Khawarij.54 Oleh karena itu sejak kecil Hamka sudah akrab dengan

dialog-dialog tentang perdebatan antara Kaum Muda dan Kaum Tua mengenai

Agama.

51 Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir Al-Azhar (Jakarta: Pustaka Panjimas.

1990), h. 26 52 Ibid., h., 27 53 Hamka, Pengaruh Muhammad Abduh di Indonesia, (Jakarta: Tintamas, 1961), h. 7 54 Ibid

Page 45: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

BAB III

KETERLIBATAN HAMKA DALAM MUHAMMADIYAH

A. Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah

Lahir suatu pemikiran baru atau gerakan baru tidak dapat dipisahkan dari

kondisi kehidupan sosial dan budaya yang melingkupinya. Boleh jadi, munculnya

pemikiran atau gerakan baru itu merupakan respons terhadap kondisi yang ada.

Atau sebaliknya, yaitu sebagai kekuatan yang ditujukan untuk mendukung

kemapanan itu sendiri agar menjadi lebih kukuh. Yang jelas, salah satu dari kedua

motivasi tersebut selalu ada dalam setiap fenomena yang muncul. Namun untuk

menjelaskan proses kemunculan suatu fenomena tentu tidak begitu mudah, karena

banyaknya faktor yang saling berpengaruh. Begitu juga dengan Muhammadiyah55

sebagai gerakan Islam bercorak modernis yang berdiri awal abad ke-20 M tentu

55Secara bahasa (etimologis), Muhammadiyah berasal dari bahasa Arab “Muhammad

saw.” yaitu nama Nabi dan Rasul Allah SWT yang terakhir, kemudian mendapat tambahan ‘ya’ nisbah yang artinya menjeniskan atau menisbahkan. Jadi Muhammadiyah itu “umat Muhammad saw” atau ‘pengikut Muhammad saw’, yaitu semua orang Islam yang mengakui dan meyakini bahwa Nabi Muhammad saw adalah hamba dan pesuruh Allah yang terakhir. Dengan demikian siapapun yang mengaku beragama Islam sesungguhnya ia adalah Muhammadiyah tanpa harus dilihat dan dibatasi oleh adanya perbedaan organisasi, golongan, bangsa, geografis, etnis, dan sebagainya.

Secara Istilah (terminologi), Muhammadiyah adalah gerakan Islam, dakwah ma’ruf nahi munkar, berakidah Islam dan bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada tanggal 18 November 1912 Miladiyah di Kota Yogyakarta. Gerakan ini diberi nama Muhammadiyah oleh pendirinya dengan maksud untuk bertafaul (berpengharapan baik) dapat mencontoh jejak perjuangan Nabi Muhammas saw dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam semata-mata demi terwujudnya izzul Islam wal Muslimin, kejayaan Islam sebagai cita-cita dan kemuliaan hidup umat Islam sebagi realita. Lihat Mustafa Kamal Pasya, dkk., Muhammadiyah Sebagai Gerakan Tajdid (Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri, 2003), h. 43-44

Page 46: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

tidak dapat dipisahkan dari situasi serta sejumlah faktor yang melatarbelakangi

kemunculannya di Indonesia.56

Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal

8 Dzulhijjah 1330 H/18 Nopember 1912 oleh seorang yang bernama Muhammad

Darwis, kemudian dikenal dengan KH. Ahmad Dahlan57 atas saran murid-

muridnya dari Budi Utomo untuk mendirikan sebuah lembaga yang permanen.58

Muhammadiyah didirikan dengan maksud untuk menyebarkan ajaran Nabi

Muhammad kepada penduduk Indonesia. Organisasi ini mendirikan lembaga-

lembaga pendidikan, mengadakan rapat-rapat dan tabligh yang membahas

56 Muhammadiyah yang lahir di Indonesia merupakan respons dari situasi dan kondisi

masyarakat yang terpuruk akibat kolonialisme Belanda dan ajaran Islam yang dipandang sudah tidak murni dan bercampur dengan ajaran yang menyimpang. Lihat. Sutarmo, Muhammadiyah: Gerakan Sosial-Keagamaan Modernis (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2005), h. 18-19

57 Beliau adalah pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta sebagai seorang Khatib dan sebagai pedagang. Melihat keadaan ummat Islam pada waktu itu dalam keadaan jumud, beku dan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik, beliau tergerak hatinya untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan Qur`an dan Hadist. Oleh karena itu beliau memberikan pengertian keagamaan dirumahnya ditengah kesibukannya sebagai Khatib dan pedagang.

Mula-mula ajaran ini ditolak, namun berkat ketekunan dan kesabarannya, akhirnya mendapat sambutan dari keluarga dan teman dekatnya. Profesinya sebagai pedagang sangat mendukung ajakan beliau, sehingga dalam waktu singkat ajakannya menyebar ke luar kampung Kauman bahkan sampai ke luar daerah dan ke luar pulau Jawa. Untuk mengorganisir kegiatan tersebut maka didirikan Persyarikatan Muhammadiyah mendirikan organisasi untuk kaum perempuan dengan Nama 'Aisyiyah yang disitulah Istri KH. A. Dahlan, Nyi Walidah Ahmad Dahlan berperan serta aktif dan sempat juga menjadi pemimpinnya. Di samping memberikan pelajaran/pengetahuannya kepada laki-laki, beliau juga memberi pelajaran kepada kaum Ibu muda dalam forum pengajian yang disebut "Sidratul Muntaha." Pada siang hari pelajaran untuk anak-anak laki-laki dan perempuan. Pada malam hari untuk anak-anak yang telah dewasa. Di samping memberikan kegiatan kepada laki-laki, pengajian kepada ibu-ibu dan anak-anak, beliau juga mendirikan sekolah-sekolah. Tahun 1913 sampai tahun 1918 beliau telah mendirikan sekolah dasar sejumlah 5 buah, tahun 1919 mendirikan Hooge School Muhammadiyah ialah sekolah lanjutan. Tahun 1921 diganti namnaya menjadi Kweek School Muhammadiyah, tahun 1923, dipecah menjadi dua, laki-laki sendiri dan perempuan sendiri, dan akhirnya pada tahun 1930 namanya dirubah menjadi Mu`allimin dan Mu`allimat. Lihat Y.B. Sudarmanto, Jejak-Jejak Pahlawan: dari Sultan Agung hingga Syekh Yusuf (Jakarta: Rasindo, 1996), h. 64

58 Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942 (Jakarta: LP3ES, 1996), h. 84

Page 47: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

masalah-masalah Islam, mendirikan wakaf dan masjid-masjid dan juga membuat

buku-buku, brosur-brosur, surat-surat kabar dan majalah.59

Dalam satu muktamarnya, Muhammadiyah mempertegas Landasan

geraknya dengan pernyataan berikut. Keberhasilan Muhammadiyah, antara lain

dalam pembaharuan pemikiran Islam dengan mengembalikan pada sumbernya

yang asli, yakni al-Qur’an dan Sunnah dengan mengembangkan ijtihad, sikap, dan

pemikiran yang apresiatif terhadap kemajuan modernisasi pendidikan modernisasi

gerakan organisasi modern, dan dalam meningkatkan kualitas hidup ummat dan

masyarkat melalui gerakan amal usahanya dibidang pendidikan, kesejahteraan

umat, pelayanan sosial, membangun sarana dan prasarana fisik, dan upaya-upaya

dakwah lainnya, baik yang bi al-qawl maupun bi al-hal.”60

Faktor-faktor yang mendukung lahirnya Muhammadiyah di Indonesia:

1. Munculnya Gerakan Modern Islam di Indonesia

Pembaharuan dalam Islam atau gerakan modern Islam merupakan jawaban

yang ditujukkan terhadap krisis yang dihadapi umat Islam pada masanya.

Kemunduran progressif kerajaan Usmani yang merupakan pemangku khilafah

Islam, setelah abad ketujuh belas, telah melahirkan kebangkitan Islam di kalangan

warga Arab di pinggiran Imperium itu. Yang terpenting di antaranya adalah

gerakan Wahabi, sebuah gerakan ferormis puritanis (Salafiah), gerakan ini

merupakan sarana yang menyiapkan jembatan ke arah pembaharuan Islam abad

59 Noer, Gerakan Modern, h. 86 60 Siti Chamamah Suratno, "Agama dan Dialektika Pemerkayaan Budaya Islam-

Nasional," dalam Baidhawy dan Jinan, ed., Agama dan Pluralitas, h. 32

Page 48: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

ke-20 yang lebih bersifat intelektual.61 Maka dari itulah tidak ada tempat takut

kecuali kepada Allah. Dan Wahabi menentang keras sikap jumud, karena itu

membuat agama menjadi beku.62

Akhir-akhir abad 19 gagasan pembaharuan Islam mulai diperkenalkan di

Indonesia baik secara langsung maupun tidak langsung. Muslim Indonesia yang

menyadari terjadinya pembaharuan di dunia Islam, khususnya di Mesir. Seperti

pembaharuan yang dikembangkan oleh Jamal Al-Din Al-Afghani,63 Syekh

Muhammad Abduh64 dan penerusnya Muhammad Rasyid Ridha65 mulai mendapat

respons dari masyarakat Indonesia.66

61 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II, 12nd ed. (Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada, 2001), h. 257 62 Hamka, Dari Perbendaharaan Lama (Medan: Madju, 1963), h. 179 63 Jamaluddin Al-Afghani lahir di dekat Kabul, Afghanistan pada tahun 1839 M dan

Meninggal di Istambul, Turki pada tahun 1897 M. Adapun pokok-pokok pemikirannya dalam masalah keagamaan antara lain: Pertama:

Islam adalah agama yang sesuai untuk semua bangsa pada segala masa. Kedua: Untuk menjawab segala perkembangan dan tantangan zaman yang senantiasa maju karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka pendirian bahwa pintu ijtihad tetap terbuka adalah pendirian yang benar, sebab hanya dengan jalan ijtihad tantangan tersebut dapat di jawab. Ketiga: Umat Islam dimana-mana terlihat dalam perpecahan dan kehancuran. Hal ini terjadi karena lemahnya tali persaudaraan, lemahnya rasa ukhuah Islamiyah dan solidaritas Islam.

Disamping pemikiran keagamaan seperti diatas, Jamaluddin Al-Afghani juga banyak berbicara dan berbuat dalam bidang politik, antara lain: Pertama: Tidak henti-hentinya mengingatkan kepada dunia Islam terhadap ancaman dan bahaya penjajahan bangsa-bangsa Barat. Kedua: Dunia Nasrani, sekalipun mereka berbeda-beda dalam keturunan dan kebangsaan, manakala mengahadapi Timur, khususnya Islam, mereka bersatu untuk mengahncurkan negara Islam. Ketiga: Perang Salib masih tetap berkobar sepanjang masa, demikian juga semangat fanatik petapa Petrus. Keempat: Harus diciptakan suatu kepastiah hukum dalam penyelenggaraan negara. Di dalamnya juga ditentukan batas-batas kekuasaan dan kewenangan dari para penyelenggara negara agar dengan demikian para penguasa tidak mungkin dapat bertindak sewenang-wenang (despotis). Lihat Sutarmo, Muhammadiyah, h. 19-20

64 Muhammad Abduh dilahirkan di suatu desa di Mesir pada tahun 1849 M dan meninggal pada tahun 1905. Sesudah menamatkan studinya di Universitas Al-Azhar dengan predikat “Alim (Cum Laude), kemudian ia diangkat sebagai dosen di Universitas Al-Azhar itu juga. Muhammad Abduh menegaskan bahwa umat Islam hanya bisa bangkit dari kenistaan hidupnya kalau mereka mau membekali jiwa dan semangat berkorban semata-mata karena Allah SWT dengan Al-Qur’an dan Al-Hadist sebagai pedoman hidupnya.

Adapun pokok-pokok pikiran Muhammad Abduh antara lain: Pertama: sebab musabab yang membawa kemunduran umat Islam karena adamya kejumudan atau kebekuan berfikir di kalangan umat Islam, yaitu kebekuan dalam memahami ajaran-ajaran Islam. Dalam hal ini populer sekali ucapannya yang berhubungan dengan jumudnya umat Islam Al-Islamu mahjubun bil muslimin. Artinya ajaran Islam tertutup kesempurnaannya oleh umat Islam sendiri. Kedua: Ajaran

Page 49: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

Di antara sekian banyak daerah Muslim di Asia Tenggara, kepulauan

Nusantara merupakan bagian terpenting yang paling tidak sejak awal abad ke-19

M. sebagaimana diakui oleh Alfian (1989), telah muncul bibit-bibit pembaruan

yang bercorak Wahabi yang ditandai dengan kepulangan tiga orang haji dari

studinya di Mekkah.67Berkembangnya ide-ide pembaruan dari Timur Tengah ke

daerah-daerah kepulauan Nusantara itu menjadi sangat mungkin, karena salah

satunya adalah semakin meningkatnya Jama’ah haji Indonesia sejak akhir abad

ke-19 M hingga awal abad ke-20 M. jama’ah haji tersebut bukan hanya ingin

menunaikan ibadah haji semata-mata, akan tetapi hal yang sangat penting adalah

semangat untuk belajar agama Islam langsung berasal dari tempat Islam itu

muncul. Oleh sebab itu, tidak dapat dielakkan lagi bahwa para pelajar yang

berasal dari tanah Jawi itu bersentuhan dengan gagasan pembaruan yang sedang Islam memberikan kedudukan yang sangat tinggi kepada akal fikiran. Oleh sebab itu, agama Islam adalah agama yang sesuai dengan akal. Ketiga: Ajaran Islam pasti sesuai dengan pengetahuan modern, dan ilmu pengetahuan modern pasti sesuai dengan ajaran Islam. Oleh sebab itu, umat Islam harus sanggup mendalami ilmu pengetahuan modern. Keempat: Satu-satunya usaha yang harus ditempuh untuk memajukan ilmu pengetahuan di lingkungan umat Islam ialah dengan mengadakan pembaharuan dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Lihat Ibid., h. 20-21

65 Rasyid Ridha adalah salah satu murid Muhammad Abduh yang sangat cerdas, dan termasuk murid yang paling disayangi dan paling dekat dengan gurunya. Ia dilahirkan di sebuah desa Libanon pada tahun 1865 dan wafat pada tahun 1935. Pokok-pokok pemikirannya dalam pembahruan Islam dapat dikatakan sama dengan pemikiran Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh, iapun dikenal sebagai politikus yang sangat cermat.

Adapun pokok-pokok pikiran pembaharuan Rasyid Ridha antara lain: Pertama: Paham umat Islam tentang agamanya serta tingkah laku mereka banyak yang telah menyeleweng dari ajaran Islam yang suci murni. Untuk itu umat Islam harus dibimbing ke jalan Islam yang sebenarnya, yang bersih dari segala macam bentuk bid’ah, khurafat, serta syirik. Kedua: Agar segera terwujud kesatuan dan pesatuan umat Islam, sekali-kali jangan didasarkan pada kesatuan bahasa atau bangsa, tetapi atas dasar kesatuan iman dan Islam. Di samping itu, dianjurkan kepada umat Islam agar dijaga kerukunan umat Islam atas dasar penuh toleransi atau tengang rasa sekalipun mazhab mereka berbeda-beda. Ketiga: Kaum wanita harus diikutsertakan dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan. Keempat: Sebagian paham dan ajaran kaum Sufi dianggapnya memperlemah agama Islam karena mereka melalaikan tugas kewajibannya diatas dunia. Mereka menenemkan paham yang pasif, pasrah pada keadaan tanpa berusaha dan berikhtiar. Padahal yang benar ialah bahwa ajaran Islam adalah agama yang penuh dinamika dan optimisme, yang mendorong umatnya agar aktif mengolah bumi untuk mendapatkan kenikmatan Allah dan mensyukurinya. Lihat Ibid., h. 21-22

66 Shihab, Membendung Arus, h. 128-129 67 Sutarmo, Muhammadiyah, h. 88

Page 50: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

berkembang di Timur Tengah saat itu. Hampir dapat dipastikan bahwa dari

kelompok inilah yang menjadi penggerak utama pembaruan di kepulauan

Nusantara pada awal abad ke-20.68

2. Sikap Beragama Masyarakat Jawa

Secara historis diakui bahwa masyarakat di Hindia Belanda (Indonesia),

terutama yang hidup di pulau Jawa, sejak dahulu telah memiliki keyakinan yang

bersifat animistik. Kemudian ditambah dengan keyakinan baru yang datang dari

Hindhu-Budha, terbentuk falsafah baru berupa kepercayaan terhadap kekuatan

gaib yang animistik. Bentuk-bentuk kepercayaan baru tersebut berupa ruh-ruh

nenek moyang yang dianggap penjelmaan dari Tuhan. Kepercayaan semacam itu

memberikan kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan dalam cara-cara

berkomunikasi dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Ketika agama Islam datang ke Indonesia, kepercayaan-kepercayaan

tradisional tersebut masih melekat. Kedatangan ahli-ahli tasawwuf itu pada masa

perkembangan dan penyebaran ahli-ahli tasawwuf dari Persia dan India, tetapi

masih berkisar di Pulau Jawa dan Sumatera.69Islam yang di bawa oleh para

pedagang dari Gujarat, masuk ke Nusantara dengan corak tasawwuf yang telah

dipengaruhi oleh mistik India dari sistem kepercayaan Hindhu-Budha. Dengan

demikian Islam dapat masuk ke Nusantara dengan cara damai, karena di antara

unsur-unsur terdapat persamaan dengan pola kepercayaan dan pemikiran orang

Jawa khususnya, dan pulau-pulau di Nusantara pada umumnya.

68 Ibid., h. 17-18 69 Nugroho Notosusanto dan Marwati Djoened Poesponegoro, Sejarah Nasional

Indonesia III (Jakarta: Balai Pustaka, 1981), h. 203

Page 51: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

Hal ini memungkinkan terjadinya pembaruan antara keyakinan-keyakinan

tradisional dengan ajaran Islam yang bercorak tasawwuf. Muncullah keyakinan

baru yang sinkretis, sehingga Harry J. Benda menyimpulkan bahwa Islam di Jawa

tidak lebih sebagai suatu stagnasi dan kurang murni jika dibandingkan dengan

daerah-daerah lain di Indonesia.70 Paling tidak bahwa untuk jangka waktu yang

lama sebagai pemenang agama di Jawa adalah Agama Kejawen, adat-istiadat

Jawa, feodalisme Jawa, dan bukannya peradaban Islam yang urban. Kemenangan

Agama Kejawen atas Islam dalam waktu yang lama itu menjadikan kehidupan

umat Islam Jawa dilingkupi oleh kepercayaan kepada ruh-ruh yang dianggap

dapat mempengaruhi nasib. Seperti kepercayaan kepada keramat yang dimiliki

orang-orang yang disucikan, para dukun, dan sebagainya. Semuanya masih

menjadi bagian kehidupan yang tak terpisahkan sampai awal abad ke-20 M71

Dari keyakinan sinkretis ini maka muncullah pengamalan ajaran Islam

yang menyimpang dari ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Nabi, yang selanjutnya

tampil dalam bentuk takhayul, bid’ah, dan khurafat. Keyakinan sinkretis sebagai

asimilasi kebudayaan yang lama dengan ajaran Islam itu kemudian melahirkan

apa yang disebut dengan “Agama Jawa” atau Kejawen.72 Dari sinilah

Muhammadiyah muncul sebagai gerakan purifikasi.

3. Pendidikan, Kristenisasi dan Politik Islam Hindia Belanda

70 Harry J. Benda, Bulan Sabit dan Matahari Terbit: Islam di Indonesia pada Masa

Pendudukan Jepang (Jakarta: Pustaka Jaya, 1985), h. 31 71 Sutarmo, Muhammadiyah…, h. 21 72 Geertz memakai istilah “Kejawen” dihadapkan dengan kelompok santri. Kelompok

kejawen ciri-cirinya adalah tidak menjalankan ibadah formal seperti shalat, puasa, selametan, dll, tetapi tetap mengaku sebagai pemeluk Islam. Lihat Clifford Geertz, Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa (Jakarta: Pustaka Jaya, 1983), h. 13

Page 52: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

Kedatangan agama Kristen di Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan

masuknya kolonialisme. Dimulai dari penaklukan dan pendudukan Malaka oleh

Portugis pada tahun 1511,73 Belanda melakukan politik etis mencerminkan

peralihan penting dalam strategi pemerintah kolonial ke arah Kristenisasi

Indonesia. Kebijakan netralitas agama yang digemborkan oleh Belanda hanya isu

belaka, Belanda mempunyai kewajiban meningkatkan kondisi orang-orang

Kristen pribumi di Indonesia, untuk memberi bantuan lebih banyak lagi kepada

kegiatan-kegiatan misi Kristenisasi di Indonesia.74 Umat Islam menganggap

agama Kristen apakah mereka Katolik ataupun Protestan adalah agamanya kaum

kolonial yang ingin menjajah negeri ini dan menukar agama rakyat, Akibatnya,

pemberontakan yang timbul menentang penjajah itu, di Jawa, Sumatera,

Kalimantan, dan Sulawesi, sebagian besar merupakan pemberontakan yang

bermotif agama.

Gagasan politik etis Belanda di bidang pendidikan tidak bisa dilepaskan

dari tujuan mengembangkan agama Kristen dan melemahkan Islam. Hal ini

dibuktikan pada usaha kaum zending dan misi mendirikan sekolah-sekolah

Kristen disamping memaksakan sistem pendidikan kolonial yang netral agama.

Pemerintah Belandapun memberikan subsidi yang tak sebanding antara sekolah

missi dan sekolah Islam, padahal penduduk Hindia Belanda jelas sekali bahwa

masyarakatnya mayoritas beragama Islam.75 Terdapat dua sistem pendidikan yang

berkembang di Indonesia, yaitu pendidikan pesantren dan pendidikan Barat.

73Rusydi Hamka, Etos Iman, Ilmu dan Amal dalam Gerakan Islam (Jakarta: Pustaka

Panjimas, 1986), h. 111-112 74 Shihab, Membendung Arus, h. 44 75 Rusydi, Etos Iman, h. 111

Page 53: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

Lembaga pendidikan pesantren saat itu memiliki masalah dengan proses belajar

mengajar, kurikulum, dan materi pendidikan. Dalam sistem belajar mengajar

masih menggunakan sorogan dan weton, guru dianggap sebagai sumber

kebenaran yang tidak boleh dikritisi, materi dan kurikulum yang digunakan

pesantren masih berkisar pada studi Islam klasik seperti fikih, tasawwuf, ilmu

kalam dan ilmu sejenisnya.76 Pendidikan Barat ini mengajarkan ilmu-ilmu yang

diajarkan di dunia Barat. Metode pengajaran sudah menggunakan metode modern.

Ilmu-ilmu yang diajarkan biasa disebut sebagai ilmu umum.

Politik Islam Hindia Belanda ini sebetulnya ingin menerapkan kebijakan

netralitas terhadap agama, tidak memihak pada agama sebagai sesuatu yang

berbahaya. Kebijakan netralitas itu hanya strategi semata untuk mengelabui umat

Islam agar umat Islam dapat menerima kehadiran Belanda sebagai penjajah.77

Hegemoni secara politik sangat jelas ketika Belanda menerapka sistem dualisme

kepemimpinan, pada satu sisi diakuinya otoritas raja-raja kecil yang telah ada dan

berkembang di Indonesia, tetapi pada sisi lain, raja-raja kecil itu dipaksa berhenti

pada konsensus yang telah ditetapkan oleh Belanda.78 Politik Etis merupakan

salah satu langkah untuk tetap menguasai Indonesia dan mengemban misi

Kristenissi Bangsa Indonesia

Snouk Hurgronje menyarankan pertama, agar dalam semua masalah ritual

keagamaan, misalnya ibadah rakyat Indonesia harus dibiarkan menjalankan

ibadahnya, agar mendapar pandangan dari pribumi bahwa Belanda tidak ikut

76 Sudarmo Shobron, Studi Kemuhammadiyahan: Kajian Historis, Ideologis dan

Organisasi (Surakarta: LPID UMS, 2008), h. 44-45 77 Shobron, Studi Kemuhammadiyahan, h. 50 78Ansari, "Kolonialisme dan Kristenisasi di Indonesia: Dua Sisi Mata Uang yang tak

Terpisahkan (Suatu Tinjauan Sejarah)," Mimbar Agama dan Budaya, vol. 23, no. 3 (2006): h, 203

Page 54: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

campur dalam maslah ibadah, Kedua, sehubungan dengan lembaga-lembaga

sosial Islam seperti perkawinan, waris, wakaf dan hubungan lain, pemerintah

Belanda harus berupaya mempertahankan dan menghormati keberadaannya, agar

pribumi menyadari bahwa lembaga mereka itu terbelakang dan menggantinya

dengan model yang dipergunakan di Barat. Ketiga, Pemerintah tidak boleh

mentoleransi kegiatan apapun yang dilakukan oleh kaum muslimin yang dapat

menyerukan Pan-Islamisme atau menyebabkan perlawanan politik atau bersenjata

untuk melawan Belanda.79

B. Tujuan dan Perkembangan Muhammadiyah di Indonesia

Muhammadiyah didirikan untuk menegakkan dan menjunjung tinggi

agama Islam sehingga dapat mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar

benarnya. Sejak didirikannya oleh KH. Ahmad Dahlan telah terjadi beberapa

perubahan redaksional, susunan bahasa dan istilah yang dipergunakan. Meski

demikian perubahan itu tidak merubah substansi awal berdirinya

Muhammadiyah.80

Muhammadiyah mementingkan pendidikan dan pengajaran yang

berdasarkan Islam, baik di sekolah, madarasah atau pendidikan dalam masyarakat.

Muhammadiyah memprakarsai pendidikan modern di Indonesia yang

menggabungkan pelajaran agama dan pelajaran umum. Muhammadiyah

mendirikan sekolah Umum yang memasukkan pelajaran agama dan mendirikan

79 Shobron, Studi Kemuhammadiyahan, h. 52-53 80 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Hidakarya Agung,

1983), h. 268-269

Page 55: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

sekolah agama yang memasukkan pelajaran umum di dalam kurikulumnya. Oleh

karena itu sejak Muhammadiyah didirikan selalu membangun sekolah-sekolah,

madrasah-madrasah dan mengadakan tabligh-tabligh, dan juga mendirikan

majalah-majalah yang berdasarkan Islam. Sekolah-sekolah Muhammadiyah yang

tertua dan besar jasanya bagi perkembangan pendidikan di Indonesia diantaranya:

Kweekschool Muhammadiyah di Yogyakarta, Mu’allimin Muhammadiyah di

Solo dan Jakarta, Mu’alimat Muhammadiyah di Yogyakarta, Zu’ama/Za’imat di

Yogyakarta, Kulliyah Mubhallighin/Muballighat di PadangPanjang, Sumatera

Tengah, Tabligh School di Yogyakarta, H.I.K. Muhammadiyah di Yogyakarta,

H.I.S. Muhammadiyah, Mulo, A.M.S. Muhammadiyah dan Madrasah Lainnya

Muhammadiyah yang didirikan tahun 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan

dalam tahun-tahun pertama tidaklah mengadakan pembagian tugas yang jelas di

antara anggota-anggota pengurus, hingga tahun 1917 hanya berkisar di daerah

Kauman, Yogyakarta saja. Organisasi Muhammadiyah ini sejak 1917 mulai

berangsur berkembang ke beberapa pulau jawa dengan adanya kongres Budi

Utomo yang diselenggarakan di rumah K.H. Ahmad Dahlan dan atas usulan

mereka agar Muhammadiyah membuka cabang-cabangnya. Pada tahun 1920

kegiatan Muhammadiyah meliputi daerah pulau Jawa dan pada tahun-tahun

berikutnya mulai tersebar ke berbagai wilayah Indonesia.81

Cabang Muhammadiyah yang berada di luar pulau Jawa pertama kali di

dirikan di Sumatera Barat yaitu di Minangkabau. Muhammadiyah di sana didirkan

oleh H. Abdul Karim Amrullah atau Haji Rasul. Tahun 1925 ia mulai mendirikan

81 Noer, Gerakan Modern, h. 87

Page 56: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

cabang Muhammadiyah di sana setelah ia melakukan kunjungan ke Jawa. Haji

Rasul mengubah sebuah organisasi lokal yang bernama Sendi Aman Tiang

Selamat82 dijadikan sebagai cabang Muhammadiyah di Minangkabau, pada tahun

yang sama murid-murinya juga ikut menyebarkan organisasi ini ke seluruh

Minangkabau.

Dalam Tahun 1925 organisasi ini telah memiliki 29 cabang dengan 4000

orang anggota. Dalam bidang pendidikan mendirikan delapan Hollands Inlandse

School, sebuah sekolah guru di yogyakarta, 32 buah sekolah dasar lima tahun,

sebuah Schakelschool, 14 madrasah, seluruhnya dengan 119 orang guru dan 4000

murid.

Dalam bidang sosial telah terdapat dua buah klinik di Yogyakarta dan

Surabaya di daerah itu sekitar 12000 pasien memperoleh pengobatan.

Muhammadiyah juga membangaun rumah miskin dan dua buah rumah yatim

piatu.83 Tahun 1927 Muhammadiyah mendirikan cabang-cabang di Bengkulu,

Banjarmasin dan Amuntai, sedang tahun 1929 pengaruhnya tersebar ke daerah

Aceh dan makassar.84 Pada tahun 1929 peserta-peserta dari kongres tahunannya

berasal dari semua pulau yang ada di Indonesia selain pulau Kalimantan, didalam

82 Sandi Aman didirikan pada bulan oktober 1924, menurut catatan Van Dam organisasi

ini adalah organisasi yang beraliran “Ortodox”. Cita-cita dan pandangan dari organisasi ini berdasarkan pada buku yang ditulis oleh Haji Rasul, yaitu “Sandi Aman Tiang Selamat”.

Buku “Sandi Aman Tiang Selamat” isinya sangat anti adat dan pemerintah. Yang paling penting adalah seruannya supaya orang lebih mengindahkan perintah Tuhan yang dimengerti oleh para alim ulama. Jikalau perkataan ulama sudak tak di dengar, maka akan terjadi konflik antara hukum manusia dengan hukum Tuhan, dan jikalau ini yang terjadi, lebih baik mati daripada hidup. Buku ini juga mencerca adat Minangkabau dengan mengatakan bahwa pusaka yang turun kepada kemenakan itu adalah pusaka jahiliyyah, yang asalnya dari orang Budha. Lihat Taufik Abdullah, "Masa Awal Muhammadiyah di Minangkabau: Cuplikan dari Arsip Belanda," dalam Kenang-Kenangan, h. 131

83 Noer, Gerakan Modern, h. 95 84 Ibid., h. 89

Page 57: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

kongres ini terdapat 19000 anggota Muhammadiyah, pada bagian publikasi dari

Muhammadiyah telah pula menerbitkan sejumlah 700.000 buah buku maupun

brosur. Di Solo telah membuat sebuah Klinik mata dan di Malang membuat

sebuah klinik yang lain.

Tahun 1930 kongres Muhammadiyah yang diadakan di luar pulau jawa

yaitu di Bukittinggi tercatat 112 cabang-cabang dengan 24.000 orang anggota.

Keanggotaan ini bertambah menjadi 43.000 pada tahun 1935, tersebar pada 710

cabang-cabang termasuk 316 di Pulau Jawa, 286 di Sumatera, 79 di Sulawesi dan

29 di Kalimantan. Pada tahun 1938 cabang-cabang serta 898 kelompok yang

belum berstatus cabang, seluruhnya dengan 250.000 anggota. Muhammadiyahpun

telah memelihara 834 Masjid dan langgar, 31 perpustakaan dan 1774 sekolah.85

C. Jabatan Politik Hamka

1. Hamka dalam Muhammadiyah

Pada tahun 1924 Hamka merantau ke pulau Jawa dan berkenalan dengan

HOS Cokroaminoto, Ki Bagus Hadikusumo, RM Soerjopranoto, dan KH

Fakhruddin (ayah dari Adur Razzaq Fachruddin) yang mengadakan kursus-kursus

pergerakan di Gedung Abdi Dharmo di Pakualaman, Yogyakarta. Setelah

beberapa lama disana, ia berangkat ke Pekalongan dan menemui kakak iparnya,

AR. Sutan Mansur, yang pada saat itu menjabat sebagai ketua Muhammadiyah

Cabang Pekalongan. Dikota ini ia berkenalan dengan tokoh-tokoh

Muhammadiyah setempat. Pada bulan Juli ia kembali ke Padang Panjang dan

85 Ibid., h. 95

Page 58: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

turut mendirikan Tablig Muhammadiyah di rumah ayahnya di Gatangan, Padang

Panjang86. Pada akhir tahun 1925 itu juga A.R. Sutan Mansur kembali ke

Sumatera Barat dan menjadi Muballigh dan penyebar Muhammadiyah di daerah

itu. Sejak tahun 1925 itu Hamka telah menjadi pengiring A.R. Sutan Mansur

dalam Muhammadiyah. Pada Februari 1927 Hamka berangkat ke Mekkah dan Juli

1927 pulang kembali ke Medan. Pada akhir 1927 itu A.R. Sutan Mansur singgah

di Medan ketika pulang dari Lhoksumawe dalam membangun Muhammadiyah di

Aceh. Beliau singgah di Medan dan mengajak Hamka untuk pulang ke kampung

halaman di Padang Panjang.

Ketika Kongres Muhammadiyah ke-18 di Solo, Hamka hadir dalam

kongres tersebut dan setelah pulang dari sana (1928) dia turut membangun

Muhammadiyah di Padang Panjang, beliau memangku jabatan mulai dari bagian

Taman Pustaka dan Ketua Tabligh sampai menjadi Ketua Cabang

Muhammadiyah. Pada 5 April 1929 beliau menikah dengan Siti Raham, ketika itu

Hamka berusia 21 tahun dan isterinya berusia 15 tahun. Kemudian ia pun aktif

sebagai Pengurus Muhammadiyah Cabang Padang Panjang menghadapi Kongres

Muhammadiyah ke-19 di Minangkabau.

Tahun 1930 Hamka diutus oleh Muhammadiyah Cabang Padang Panjang

untuk mendirikan Muhammadiyah di Bengkalis. Dari sana beliau langsung

menghadiri Kongres Muhammadiyah ke-29 di Yogyakarta (1930). Akhir tahun

1931 Hamka diutus oleh Pengurus Besar Muhammadiyah di Yogyakarta untuk

pergi ke Makassar menjadi Muballigh Muhammadiyah, beliau diutus untuk

86Yunan Yusuf, dkk., Ensiklopedi Muhammadiyah (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,

2005), h. 134

Page 59: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

menggerakkan semangat menyambut Kongres Muhammadiyah ke-21 di Makassar

yang akan diadakan pada bulan Mei 1932.87

Tahun 1933 Hamka menghadiri Kongres Muhammadiyah di Semarang.

Tahun 1934 kembali ke Padang Panjang bersama-sama dengan ayahnya dan

kakak iparnya A.R. Sutan Mansur dan wakil P.B. Haji Mukhtar menghadiri

Konferensi Daerah di Sibolga. Dan sejak itu pula Hamka tetap menjadi Anggota

Majelis Konsul Muhammadiyah Sumatera Tengah hingga ia pindah ke Medan. 22

Januari 1936 Hamka pindah ke Medan memimpin majalah Pedoman Masyarakat

dan bergabung dalam gerakan Muhammadiyah Sumatera Timur. Kongres

Seperempat Abad yang diadakan di Jakarta turut dihadiri oleh Hamka sebagai

perwakilan dari Medan.

Sejak H. Mohammad Said Konsul Muhammadiyah Sumatera Timur,

Hamkalah yang terpilih menjadi Pimpinan Muhammadiyah Sumatera Timur

sampai Jepang masuk pada tahun 1942. Ia meletakkan jabatannya pada Desember

1945 dan langsung pindah ke Sumatera Barat. Pada tahun 1946 beliau dipilih oleh

Konferensi Muhammadiyah Sumatera Barat menjadi Ketua Majelis Pimpinan

Muhammadiyah daerah Sumatera Barat, beliau menggantikan kedudukan S.Y.

Sutan Mangkuto yang telah diangkat menjadi Bupati RI di Solok,88 Pimpinan

Muhammadiyah Sumatera Barat ini dipegangnya sampai penyerahan Kedaulatan

RI pada tahun 1949.

87 Rusydi Hamka, “Kepribadian, Sejarah dan Perjuangannya,” dalam Afif Hamka, dkk.,

Buya Hamka (Jakarta: Uhamka Press, 2008), h. 84 88 Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir Al-Azhar: Sebuah Telaah Pemikiran

Hamka dalam Teologi Islam (Jakarta: Pustaka Panjumas, 1990), h. 47

Page 60: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

Pada tahun 1950 beliau turut mengadakan penyelesaian dan pembangunan

Muhammadiyah kembali pada Kongres Muhammadiyah ke-31 di Yogyakarta dan

untuk selanjutnya turut menyusun Anggaran Dasar Muhammadiyah yang baru

dan "Kepribadian Muhammadiyah." Maka pada Kongres Muhammadiyah ke-32

di Purwokerto pada tahun 1953, Hamka terpilih menjadi Anggota Pimpinan Pusat

Muhammadiyah. Beliau terus menjadi Anggota Pimpinan Pusat Muhammadiyah

mulai dari Kongres Muhammadiyah di Purwokerto, Palembang, Yogyakarta,

Makassar dan Padang. Karena Hamka sudah mulai tua dan kesanggupan sudah

berkurang, maka pada Kongres Muhammadiyah di Makassar pada tahun 1971,

Hamka memohon agar dirinya tidak lagi dicalonkan dalan Anggota Pimpinan

Pusat Muhammadiyah karena alasan kesehatan beliau sudsah sangat menurun.

Sejak Kongres Muhammadiyah di Makassar 1971 itu beliau ditetapkan menjadi

Penasehat Pimpinan Pusat Muhammadiyah. dan setelah Kongres Muhammadiyah

di Padang pada tahun 1975 hingga akhir hayatnya pada 1981 beliau tetap menjadi

Penasehat Pimpinan Pusat Muhammadiyah89.

2. Hamka dalam Partai Masyumi

Masyumi di bentuk dalam Muktamar Islam di Indonesia di gedung

madrasah Mu’allimin Muhammadiyah, Yogyakarta tanggal 7-8 November 1945,

dalam muktamar tersebut diputuskan bahwa Masyumi sebagai satu-satunya partai

politik Islam di Indonesia, dan Masyumilah yang akan memperjuangkan nasib

politik umat Islam. Para pelopor Partai Politik Islam Indonesia Masyumi adalah

89 Panitia Peringatan Buku 70 Tahun Prof. Dr. Hamka, Kenang-Kenangan 70 Tahun Hamka (Jakarta: Nurul Islam, 1978), h.283-284

Page 61: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

para pemimpin Islam yang sudah tidak asing lagi dalam dunia pergerakan saat itu,

antara lain: Dr. Sukiman Wirjosendjoyo mantan pemimpin Partai Islam Indonesia

dan Muhammad Natsir dari Persis. Natsir juga tercatat selaku ketua panitia

kongres dengan anggota: Sukiman Wirjosendjoyo (PII), Abikusmo Tjokrosudjoso

(PSII), A. Wahid Hasyim (NU), Wali Al-Fatah (PII), Sri Sultan

Hamengkubuwono IX (non afiliasi), Sri Paku Alam VII (non afiliasi) dan Gafar

Ismail (PII). 90

Tujuan Masyumi dalam Anggaran Dasar 1945 pasal II menyebutkan

bahwa Masyumi bertujuan untuk menegakkan kedaulatan RI dan Agama Islam,

dan melaksanakan cita-cita Islam dalam urusan kenegaraan. Masyumi memiliki

tujuh Program perjuangan yaitu kenegaraan yang akan memperjuangkan

terbentuknya negara hukum menurut Islam, berbentuk republik, perekonomian,

keuangan, sosial, pendidikan dan kebudayaan, politik luar negeri, dan Irian

Barat.91

Tahun 1955 berlangsung Pemilu pertama di Indonesia yang berjalan secara

demokratis. Pemilu ini diselenggarakan dibawah naungan UUD Sementara 1950,

karena UUD 1945 telah dinyatakan tidak berlaku lagi sejak UUD RIS 1949

diberlakukan. Pemilu 1955 memilih wakil rakyat untuk parlemen (DPR) dan

Majelis Konstituante yang bertugas menyusun suatu UUD yang permanen.

Peserta pemilu ini tak kurang dari 29 partai politik, golongan dan calon

perorangan yang terjun ke gelanggang. Dari kalangan Islam tidak kurang dari 5

partai yang ikut Pemilu, yaitu Masyumi, NU, PSII, Perti dan AKUI (Angkatan

90 Abdul Aziz Taba, Islam dan Negara dalam Politik Orde baru (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), h. 158

91 Yusuf, Ensiklopedi, h. 250

Page 62: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

Kesatuan Umat Islam). Total kelima partai meraih suara untuk parlemen

16.518.332 suara, sedangkan untuk Majelis Konstituante mendapat suara

sebanyak 16.464.008. dengan itu, kalangan Islam memperoleh kursi 115 dari 257

kursi parlemen dan 28 kursi dari 504 kursi Konstituante.92

Pemilu 1955 menghasilkan empat partai terbesar, yaitu PNI (22,3%

dengan 57 kursi), diikuti Masyumi (20,9%, 57 kursi), Nahdatul Ulama (NU,

18,4%, 45 kursi), dan Partai Komunis Indonesia (PKI, 16,4%, 39 kursi). Adapun

sisa kursi sebanyak 59 kursi dibagi-bagi diantara partai-partai kecil, seperti PSI

(partai Sosialis Indonesia) dibawah pimpinan Teungku Sjahrir yang hanya

memiliki 5 kursi di parlrmen. Dari jumlah itu wakil dari kelompok Islam jika

disatukan berjumlah sekitar 44%.93

Bagi Hamka, Masyumi inilah yang terus mendorongnya ke dalam kancah

politik. Hamka masuk dalam Masyumi menginginkan perjuangan Islam melalui

mekanisme konstitusional. Dalam sidang-sidang Dewan Konstituante, yaitu

dewan pembuat undang-undang hasil pemilihan umum 1955, terjadi suatu

perdebatan serius mengenai dasar negara. Ada yang menghendaki dasar negara

Islam, diusung oleh partai-partai Islam, seperti Masyumi, Nahdlatul Ulama, Perti

dan Sarekat Islam. Ada yang menghendaki tetap mempertahankan Pancasila

sebagai dasar negara, yang diusung oleh partai-partai Nasionalis, Komunis,

Sosialis, Kristen dan Katolik.

Pancasila sangat gencar dibicarakan dalam sidang-sidang Konstituante

pada 1956-1959 sebagai suatu masalah yang menyangkut dasar negara. Ia

92 Taba, Islam dan Negara, h. 172 93 Ibid., h. 54

Page 63: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

mengemukakan kelebihan Islam dari Pancasila, malah dari dasar apapun juga di

dunia. Ia meragukan pendapat yang mengatakan bahwa Pancasila mencerminkan

gaya hidup ataupun falsafah hidup orang Indonesia, sungguhpun ia dapat juga

menghargai usaha mereka yang hendak meyakinkan ini.94 begitupun golongan

yang kontra Islam yang menginginkan Pancasila sebagai dasar negara.

Perdebatan itu berujung dengan dikeluarkannya Dekrit Presiden Hamka

yang berisi antara lain: kembali kepada Undang-Undang Dasar 1945, Demokrasi

Terpimpin, dan pembubaran Dewan Konstituante.

Jimly Assiddiqie mengatakan bahwa Hamka tidak terjebak dalam dua

kutub yaitu menuju negara agama atau negara sekuler. Menurut Hamka sila

Ketuhanan Yang Maha Esa menunjukkan bahwa kita sebagai umat Islam tunduk

dan patuh terhadap ajaran Al-Qur'an dan Hadis, sebagai warga negara Indonesia

kita wajib menjujung tinggi prinsip negara hukum dan demokrasi berdasarkan

konstitusi sebagai hukum tertinggi di Indonesia.95 Negara Republik Indonesia

sama sekali bukan teokrasi, melainkan demokrasi.

3. Hamka dalam MUI

Ketika pemerintah ingin mendirikan Majelis Ulama Indonesia, banyak

kalangan Islam menduga lembaga itu akan lebih berfungsi melayani Pemerintah

daripada untuk kepentingan umat Islam. Di sini Hamka menunjukkan sikapnya

bahwa “Ulama tak bisa di beli,” dan ketika Hamka terpilih menjadi ketua Majelis

94 Hery Sucipto dan Najmuddin Ramly, Tajdid Muhammadiyah dari Ahmad Dahlan

Hingga A. Syafi’I Ma’arif, (Jakarta: Grafindo, 2005), h. 74 95 Jimly Assiddiqie, “Keislaman dan Keindonesiaan: Kiprah dan Pemikiran Buya

Hamka,” dalam Afif, Buya Hamka, h. 182-183

Page 64: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

Ulama Indonesia pada 17 Rajab 1395 H bertepatan dengan tanggal 26 Juni 1975

ternyata cukup memegang prinsip-prinsip Islam. Pada awalnya banyak orang

meragukan Hamka menjadi ketua , karena pada sebelum terbentuknya MUI, ia

adalah orang yang meragukan terbentuknya badan fatwa yang diusulkan

pemerintah, karena beliau khawatir badan ini akan disalahgunakan oleh

pemerintah, ia menerima setelah berkonsultasi dengan pimpinan Muhammadiyah.

Terdapat dua alasan Hamka menerima kedudukan sebagai ketua umum

MUI, Pertama: adanya bahaya ideologi Komunis di Indonesia, untuk

menghadapinya orang harus menghadapi ideologi yang lebih kuat, yakni Islam.

Untuk mencapai hal ini, kaum Muslimin seharusnya dapat bekerjasama dengan

pemerintah Suharto yang juga bersikap anti Komunis. Kedua: dengan

pembentukan MUI ini di harapkan adanya kerjasama yang lebih harmonis dan

mengikis adanya saling curiga antara pemerintah dan umat Islam. 96Selain itu pula

mengapa Hamka didukung untuk menjadi ketua MUI karena ia merupakan warga

Muhammadiyah yang diterima oleh golongan lain, terutama golongan NU.

Pada 17 September 1975 Hamka beserta beberapa pimpinan MUI lainnya

dalam pertemuan dengan Presiden Soeharto menyampaikan secara langsung

bahwa para pemimpin Islam sangat gusar dengan gerakan Kristenisasi di berbagai

tempat di Indonesia. Pihak Kristen dengan berbagai akses kegiatan kristenisasi

untuk menarik orang Islam masuk Kristen dengan iming-iming pemberian bahan

96 Rusydi, Pribadi, h. 68

Page 65: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

makanan dan bahan kebutuhan pokok lainnya. Presiden Soeharto memberikan

sambutan yang positif terhadap pernyataan Hamka yang berani itu.97

Pada tanggal 25 Agustus 1976, MUI diundang Letjen Kartakusumah dari

Dewan Pertahanan keamanan Nasional (Wanhamkamnas) untuk menghadiri

dengar pendapat tentang penafsiran Pancasila dan UUD 1945 yang akan

dirumuskan dalam sidang umum MPR pada tahun 1978. Beberapa hal pokok yang

dibacakan Hamka mengenai “Pembahasan dari intisari UUD 1945” antara lain:

pertama, negara berdiri sebagai pertemuan keinginan luhur rakyat Indonesia

dengan “Berkat Rahmat Allah.” Kedua, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Sila

Pokok, dan negara Republik Indonesia sama sekali bukan teokrasi, melainkan

demokrasi. Ketiga, pemeluk agama Islam adalah pendukung utama Pancasila dan

keaktifan umat didalam melaksanakan ibadat dan kewajiban agamanya masing-

masing adalah salah satu alat yang ampuh untuk mengukuhkan Pancasila.98

Hamka menambahkan bahwa Indonesia memiliki landasan bernegara Pancasila

yang mengindikasikan bahwa Indonesia itu bukanlah negara yang memisahkan

urusan negara dan agama dan juga Indonesia bukanlah negara agama, karena di

Indonesia memiliki sila Ketuhanan Yang Maha Esa yang merupakan legitimasi

bahwa di Indonesia mempercayai bahwa Indonesia ini bukan negara agama,

karena di Indonesia terdapat beberapa agama yang diakui oleh negara.

Pada rapat kerja II, MUI Agustus 1977, Hamka mengutarakan persepsinya

mengenai peranan ulama: “Agama dengan kekuasaan akan bertambah kuat,

97 Azyumardi Azra, Historiografi Islam Kontemporer: Wacana, Aktualitas, dan Aktor

Sejarah (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002), h. 280 98 Adnan Buyung Nasution, "Hamka: Figur Yang Langka," dalam Tamara, Hamka di

Mata, h. 285

Page 66: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

kekuasaan dengan agama akan bertambah kekal.” Hamka menunjukkan bahwa

agama adalah komponen pokok yang harus diperhitungkan oleh pemegang

kekuasaan manapun.

Pada 1 Juni 1980, MUI menyebarkan fatwa tentang pernikahan antar

agama, sebelumnya MUI pada 11 Agustus 1975, MUI DKI Jakarta telah

mengeluarkan fatwa tentang haramnya bagi laki-laki muslim menikahi wanita

non-muslim sekalipun dari dari kalangan ahl al-kitab dan larangan bagi kaum

wanita muslim untuk menikah dengan laki-laki non-muslim tanpa pandang bulu

apakah laki-laki itu ahl al-kitab atau musyrik. Fatwa MUI 1 Juni 1980 itu pada

dasarnya adalah mengukuhkan fatwa MUI DKI yang memutuskan: Pertama:

Seorang wanita Islam tidak diperbolehkan (haram) untuk dinikahkan dengan laki-

laki non-muslim, Kedua: Pria muslim tidak boleh (haram) untuk menikahi wanita

non-muslim.

Fatwa ini selain di tandatangani Ketua Umum MUI Hamka dan Sekretaris

MUI Kafrawi, juga dibubuhi tanda tangan Menteri Agama yang saat itu dipegang

oleh Alamsyah.99

Pada tahun 1981 timbul masalah sekitar fatwa MUI pada 7 Maret 1981

tentang perayaan natal bersama dan dicabut kembali tanggal 30 April 1981,

kemudian diikuti oleh pengunduran diri Hamka pada 21 Mei 1981, maka

masyarakat menjadi saksi betapa sebenarnya sikap dan pengaruh politis tokoh ini

bahwa ukhuah Islamiyah menjadikan persatuan.100

99 Azra, Historiografi, h. 288 100 Nasution, Hamka, h. 285-286

Page 67: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

Sebenarnya masalah ini sudah pernah timbul sejak 1968, pada tahun itu

hari raya Idul Fitri sampai dua kali, yaitu 1 Januari dan 21 Desember 1968. Maka

timbullah inspirasi pada beberapa orang Menteri Kabinet Pembangunan, dan

keluarlah perintah supaya peringatan halal bi halal Idul Fitri dan hari Natal

digabungkan jadi satu. Diadakan pertemuan di jawatan-jawatan dan departemen-

departemen; "Lebaran-Natal."

Pemerintah Republik Indonesia di bawah pimpinan Presiden Suharto sejak

mulai berdirinya Majelis Ulama Indonesia selalu menganjurkan agar di Indonesia

terdapat Kerukunan Hidup Beragama. Hamkapun sebagai Ketua MUI pada 21

September 1975 telah menerangkan kepada 30 orang utusan ulama yang hadir

bahwa Islam mempunyai konsepsi yang terang dan jelas di dalam surat Al-

Mumtahinah ayat 7 dan 8, bahwa tidak dilarang oleh Al-Qur'an orang Islam itu

hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain. Orang Islam disuruh berlaku

adil dan hidup rukun dengan mereka asal saja mereka itu tidak memerangi kita

dan mendesak kita untuk keluar dari tanah air kita sendiri101.

Artinya MUI berdiri dia telah menerima anjuran pemerintah tentang

kerukunan umat beragama. Dan ini telah berjalan baik, tetapi belum ada patokan

dan batas-batas tentang mana yang akan kita rukunkan dan mana yang akan kita

damaikan, maka timbullah soal Natal, lebih jelasnya tentang "Natal Bersama".

Pada Munas MUI di Cipayung 1979 utusan MUI dari Ujung Pandang

membawa berita bahwa kaum Kristen di sana menjelaskan kepada pengikut-

pengikutnya bahwa Peringatan Natal adalah ibadat bagi mereka. Sudah lama hal

101 Shobahussurur, Mengenang, h. 79-80

Page 68: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

ini diperbincangkan dalam kalangan kaum muslimin. Meskipun tidak ada pula

orang Islam yang menolak anjuran kerukunan hidup beragama, dan orang Kristen

pun belum pernah pergi bersama ber-Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha ke tanah

lapang atau masjid. Dengan demikian bukanlah berarti bahwa mereka (orang

Kristen) tidak hidup rukun dengan orang Islam.

Disinilah terdapat kesalahpahaman di antara Pimpinan MUI dengan

Menteri Agama. Mengapa fatwa itu telah tersiar luas, padahal mestinya

disampaikan kepada Menteri Agama saja. Tetapi MUI pusat menyatakan ini

sangat penting, maka disebarkanlah surat edaran ke cabang-cabang di seluruh

Indonesia. Pemerintah melalui Menteri Agama memutuskan untuk mencabut

beredarnya fatwa tersebut, fatwa tersebut dicabut kembali tanggal 30 April 1981,

kemudian diikuti oleh pengunduran diri Hamka pada 21 Mei 1981

Sikap Hamka dalam pernyataan Mundurnya dari Ketua Umum Majelis

Ulama Indonesia:

Bismillahirrahmanirrahim

1. Menteri Agama H. Alamsyah dalam pertemuan dengan Majelis Ulama

Indonesia tanggal 23 April 1981 yang telah lalu telah menyatakan kecaman

atas tersiarnya fatwa Majelis Ulama Indonesia. Dalam kesempatan itu H.

Alamsyah telah menunjukkan kemarahannya dan menyatakan ingin

mengundurkan diri dari kedudukannya sebagai Menteri Agama.

2. Menjawab ucapan-ucapan Menteri, maka saya mengatakan: Bukan beliau,

tapi sayalah yang lebih patut meletakkan jabatan sebagai ketua Majelis

Ulama Indonesia. Dan saya bertanggung jawab atas tersiarnya fatwa yang

Page 69: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

membuat Menteri Agama mau mengundurkan diri itu. Akan tetapi saya pun

mengatakan pula bahwa Majelis Ulama Indonesia yang telah berdiri selama

enam tahun, perlu dipertahankan siapa pun yang menjadi ketuanya.

3. Karena anggapan bahwa Majelis Ulama Indonesia masih diperlukan adanya

di Indonesia dan demi mengamankan kehidupannya setelah keberhentian

saya, maka saya pun menandatangani surat Keputusan Pencabutan Peredaran

itu dengan pengertian bahwa nilai fatwa itu sendiri tetap sah sebagaimana

yang telah diputuskan oleh Majelis Ulama Komisi Fatwa.

4. Saya merasa perlu menyiarkan pernyataan pribadi atas sahnya isi fatwa

tersebut, sebagaimana telah dimuat oleh sementara surat-surat kabar. Namun

demikian saya berharap pula kerjasama yang lebih baik antara ulama dan

umara untuk masa-masa yang akan datang, terutama melalui Pimpinan

Majelis Ulama setelah saya meletakkan jabatan saya sebagai Ketua Umum

Majelis Ulama Indonesia.

5. Dengan ini saya meletakkan jabatan saya sebagai Ketua Umum Majelis

Ulama Indonesia di hadapan rapat ini, karena saudara-saudaralah yang telah

memilih saya melalui MUNAS Majelis Ulama Indonesia tahun 1980 yang

lalu. Terima kasih. Jakarta, 18 Mei 1981 (Hamka).102

102 Azra, Historiografi, h. 289-290

Page 70: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

BAB IV HAMKA DAN GERAKAN MIUHAMMADIYAH DI INDONESIA

A. Peranan politik Hamka

Politik dalam Islam tidak hanya menyangkut ikhwal tatanan politis,

melainkan juga tatanan moral, dan seharusnya merupakan pencerminan

kemanusiaan dari polisi manusia sebagai khalifah Tuhan. Sebagai demikian

kegiatan, sikap dan perilaku politik Islam, selayaknya diwarnai oleh langkah-

langkah untuk mewujudkan tatanan politik dan tatanan moral yang manusiawi.

Islam telah menggariskan suatu paduan strategis, yakni bahwa sebagai gerakan

ideologis tidak mungkin terlepas dari realitas dan aspirasi sosial masyarakatnya.

Hamka dalam sejarah kehidupannya di warnai oleh hal itu, ia berperan sebagai

patriot pada masa pra dan masa awal berdirinya republik ini, berdiri pada barisan

depan pembendung arus pengaruh kaum komunis zaman Orde Lama dan tampil

sebagai figur ulama-demokrat pada masa Orde Baru.103 Keberadaan

Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid sampai saat ini mengindikasikan bahwa

para pemimpinnya memiliki kemampuan membaca dan memahami situasi dan

kondisi dari waktu ke waktu, serta mampu mengelola jalannya roda organisasi

tersebut. Keanggotan Hamka dalam Muhammadiyah menjadikannya sebagai

inspirasi, guru dan pencetak kader-kader Muhammadiyah. Hamka berpandangan

bahwa Islam adalah meliputi seluruh kegiatan hidup manusia. Islam tidak saja

103 Adnan Buyung Nasution, "Hamka: Figur Yang Langka," dalam Nasir Tamara, dkk.,

Hamka di Mata Hati Umat, 2nd ed. (Jakarta: Sinar harapan, 1984), h. 286-287

Page 71: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

membahas masalah Ibadah mahluk kepada Tuhannya, tidak pula hanya membahas

tentang politik saja, yakni membahas hubungan antara seorang dengan

masyarakat, Islam bukan pula hanya urusan ulama atau kepala-kepala agama.

Islam meliputi seluruh aspek kehidupan.104

Perjalanan hidup Hamka melewati masa pemerintahan kolonial Belanda,

Jepang, Orde Lama, dan Orde Baru. Pada masa penjajahan Belanda, Hamka

berjuang lewat jalur intelektual, spiritual, dan bahkan fisik bersama tokoh-tokoh

nasional, terutama dalam organisasi Syarikat Islam dan Muhammadiyah.

Pada masa revolusi melawan Belanda 1945-1949, Hamka bersama para

pemimpin dan para pejuang lainnya ambil peranan melawan Belanda. Hamka

ditunjuk oleh Wakil Presiden Muhammad Hatta sebagai Sekretaris Front

Pertahanan Nasional yaitu Himpunan partai-partai politik di Sumatera Barat

dalam upaya mempertahankan persatuan melawan Belanda.105

Hamka juga ikut mendirikan Badan Pembela Negara dan Kota (BNPK),

yaitu pasukan rakyat yang besar sekali perananya dalam perang gerilya melawan

pasukan Belanda di Sumatera Barat. Selain itu Hamka juga berjasa

memperkenalkan Komisi Tiga Negara (KTN) kepada rakyat ketika KTN

berkunjung ke Bukittinggi. KTN mendapat sambutan yang positif dari rakyat

setelah Hamka menyampaikan orasi tentang arti pentingnya KTN dalam proses

kemerdekaan Indonesia.106

104 Ibid., h. 230 105 Emzita, "Ayah Masih Tetap Sediakala," dalam Nasir Tamara, dkk., h. 301 106 Rusydi Hamka, “Kepribadian, Sejarah dan Perjuangannya,” dalam Afif Hamka, dkk.,

Buya Hamka (Jakarta: Uhamka Press, 2008), h. 75

Page 72: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

Pada tahun 1942, Belanda mulai menyadari bahwa kedudukannya sebagai

penjajah akan tergantikan oleh Jepang, Belanda dengan segera melakukan

konsolidasi dengan mengumpulkan segenap masyarakat di Medan. Hadir dalam

pertemuan itu dari Muhammadiyah, al-Jamiatul Wasliyah, Wahidiyah, juga

perwakilan dari keturunan Tionghoa dan India, dan tentu saja partai-partai politik

yang ada saat itu seperti Gerindo (Gerakan Rakyat Indonesia), Parindra (Partai

Indonesia Raya), kemudian raja-raja Sumatera Timur, Deli, Langkat, Serdang, dan

Kualuh.

Pihak Belanda mengajak seluruh lapisan masyarakat agar bersatu dengan

Belanda untuk melawan Jepang, keinginan itu ditanggapi baik oleh perwakilan

Tionghoa dan India, ketika perwakilan ulama diminta untuk memberikan

pendapatnya yang intinya agar mendukung Belanda, para ulama tidak ada yang

menyetujuinya dan dapat dikatakan bahwa apa yang diinginkan Belanda sangat

tidak masuk akal.

Saat itu Hamka mendapat sinyal dari pihak ulama untuk menjadi juru

bicara pihak ulama, dalam kapasitasnya mewakili Muhammadiyah diharapkan

tampil dalam menjawab dan menanggapi keinginan Belanda. Hamka berterima

kasih mengenai maksud Belanda atas himbauan persatuan yang disampaikan

pihak Belanda. Kemudian maksud yang diinginkan Belanda untuk bersekutu

melawan Jepang, Hamka mengatakan kepada pihak Belanda semoga berhasil.107

Masa pendudukan Jepang di Indonesia selama tiga setengat tahun

merupakan salah satu periode yang paling menentukan dalam sejarah Indonesia.

107 Shobahussurur, dkk., Mengenang 100 Tahun Haji Abdul Malik Karim Amrullah

(HAMKA) (Jakarta: YPI Al-Azhar, 2008), h. 66-68

Page 73: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

Sebelum serbuan Jepang, tidak ada satupun tantangan yang serius terhadap

kekuasaan Belanda di Indonesia. Pada waktu Belanda menyerah, telah

berlangsung begitu banyak perubahan luar biasa yang memungkinkan terjadinya

Revolusi Indonesia. Jepang memberi sumbangan langsung pada perkembangan-

perkembangan tersebut. Terutama di Jawa, sampai tingkatan yang lebih kecil di

Sumatera, mereka mengindoktrinasi, melatih, dan mempersenjatai banyak

generasi muda serta memberi kesempatan kepada para pemimpin yang lebih tua

untuk menjalin hubungan dengan rakyat.108

Kebijaksanaan Jepang terhadap rakyat Indonesia mempunyai dua prioritas

yaitu menghapus pengaruh-pengaruh Barat di kalangan mereka dan memobilisasi

mereka demi kemenangan Jepang. Pada masa kolonial Jepang mengambil alih

kekuasaan penjajah Belanda pada 1942, majalah Pedoman Masyarakat pimpinan

Hamka dilarang terbit.

Pelarangan terbit majalah itu justru membuat Hamka mempunyai banyak

waktu lebih untuk melakukan kegiatan dakwahnya, dan tidak lama, Hamka

menerbitkan majalah Semangat Islam bersama Yunan Nasution dan Yusuf

Ahmad. Selain itu ia lebih memfokuskan perhatiannya memimpin

Muhammadiyah wilayah Sumatera bagian Timur. Dalam kedudukannya saat itu

sebagai Ketua Cabang Muhammadiyah Sumatera Timur.

Di Sumatera bagian Timur (Medan, Riau juga Aceh) seringkali terjadi

sengketa kerajaan Melayu, yang kaum ulamanya lebih cenderung kepada aliran

lama, berhadapan dengan para ulama pembaruan dari Muhammadiyah. Kejadian

108 M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, 2nd ed. (Jakarta: Serambi, 2005),

h. 405-406

Page 74: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

ini terus berlangsung terutama dikarenakan peran atau hubungan kerajaan dan

para ulama yang beraliran lama ini sangat kental dengan budaya feodal

kerajaannya.109

Ketika pendudukan Jepang di Indonesia, Hamka lebih bersikap koperatif

terhadap Jepang, Jepang pada 1943 telah menguasai Indonesia dengan semboyan

“Saudara Tua,” yang akan membebaskan Asia dari tangan penjajah. Jepang

melantik Hamka sebagai “Penasihat Agama Islam” dan kedudukannya langsung

di bawah pengawasan pemerintah Jepang. Namun Hamka merasa perlu menerima

jabatan yang diberikan Jepang, sebagai strateginya dalam perjuangan melalui

dakwahnya, dengan terus memberikan semangat perlawanan rakyat terhadap

penjajah Jepang melalui pidato, dialog serta tulisannya.

Pada tahun 1944 Hamka menerima pengangkatan dirinya menjadi anggota

Syu Sangi Kai (Dewan Perwakilan Rakyat), konsekwensinya sangat pahit, Hamka

dikucilkan, dibenci dan dipandang sinis oleh masyarakat di Medan dan sekitarnya.

Hal ini membuat Hamka melakukan “lari malam” dari kota Medan ke Padang

Panjang pada tahun 1945,110 Hamka mengatakan bahwa bulan Agustus sampai

Desember adalah masa yang paling pahit selama hidupnya.

Di Jakarta, Soekarno juga bersikap kompromi terhadap pemerintah Jepang,

Soekarno mengangap perlu untuk bersikap begini. Soekarno juga banyak

mendapat caci maki dari rakyat kepadanya. Hamka berinisiatif untuk bertemu

109 Shobahussurur, Mengenang, h. 68-69 110 Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir Al-Azhar (Jakarta: Pustaka Panjimas.

1990), h. 26

Page 75: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

dengan Soekarno dengan tujuan agar segala kebijakan yang akan diambilnya di

Jakarta sejalan dengan kebijakan yang akan Hamka lakukan di Medan.111

Setelah Indonesia merdeka berkembanglah rezim Orde Lama dan

Soekarno menjadi Presiden pertama Republik Indonesia. Pada tahun 1945 sampai

dengan 1949 sistem pemerintahan negara yang baru lahir adalah demokrasi (tanpa

atribut apa pun). Kemudian dibawah naungan UUDS 1950, demokrasi kita

dikenal dengan nama Demokrasi Liberal (1950-4 Juli 1959). Partai politik

menentukan hitam putihnya perpolitikan kita ketika itu. Pada rentan waktu sekitar

delapan tahun, negara kita sangat labil, pemerintahan tidak berjalan efektif. Maka

situasi ini mendorong Soekarno melakukan perubahan menyeluruh dengan

mengganti Demokrasi Liberal menjadi Demokrasi Terpimpin pada 1959112.

Pada tahun 1950 Hamka dan keluarganya pindah ke Jakarta. Pada 1952,

Hamka diangkat oleh pemerintah menjadi Anggota Badan Pertimbangan

Kebudayaan dari Kementrian (PP dan K), selain itu beliau juga diangkat menjadi

Guru Besar pada Perguruan Tinggi Islam dan Universitas Islam di Makassar, dan

Penasehat pada Kementrian Agama.

Setelah terjadinya perlawanan PRRI/Permesta di Sumatera Barat yang

melibatkan para pemimpin Masyumi seperti Muhammad Natsir, Syafrudin

Prawinegara dan lain-lain, oleh pemerintah dibawah pimpinan Presiden Soekarno

yang pada waktu itu sangat dekat dengan komunis, diputuskan untuk

membubarkan partai Masyumi dan setelah itu Hamka tidak lagi menjalani politik

111 "HamkaTentang Hamka," Panjimas, no. 2 (Oktober 2002): h. 70 112 Miftakhul Anam, "Urgensi Implementasi Demokrasi Substantif dalam Keragaman

Beragama," dalam Erlangga Husada, dkk., Kajian Islam Kontemporer (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), h. 111

Page 76: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

praktis, namun tidak menghentikan kiprah politiknya secara langsung. Setelah

Masyumi bubar Hamka membidani penerbitan majalah “Pedoman Masyarakat,”

sebuah majalah yang lebih mengutamakan misi dakwah dan kebudayaaan sama

seperti “Pedoman Masyarakat” yang dipimpinnya saat ia tinggal di Medan.

Melalui media ini Hamka terus mengkritisi pemerintahan Soekarno.

Sikap Hamka dengan pemerintah dilakukan dengan penuh konsistensi dan

etika dalam aktivitas politik yang sangat mempengaruhi pemerintahan karena

harus ada ketegasan dalam membela kebenaran. Pemerintahan Indonesia pasca

kemerdekaan memang sangat labil dan masih banyak konflik yang bergejolak di

Indonesia. Perbedaan-perbedaan mengenai bentuk negara juga sering

didengungkan masa awal Indonesia merdeka.

Kritik juga disampaikannya dalam berdakwah memimpin jamaah di

Masjid Agung Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Pada edisi pertama

majalah Panji Masyarakat itulah, Hamka menuliskan sebuah karangannya yang

berjudul “Istiqomah.” Dalam tulisannya itu ia menafsirkan surat 41 al-Fushilat

ayat 30. Artikel itu dituliskannya di masa pemerintahan Soekarno yang di dalam

menjalankan roda pemerintahannya telah bertindak secara diktator dan sangat

dekat dengan komunis yang atheis.113

Surat-surat kabar komunis pada masa itu seperti Harian Rakyat dan

Bintang Timur, ditambah dengan koran-koran Nasionalis pendukung Soekarno,

setiap hari menyerang Hamka seperti ”Neo-Masyumi” muncul di masjid Agung

Al-Azhar Kebayoran Baru Jakarta. Majalah Panji Mayarakat yang di pimpinanya

113 Shobahussurur, Mengenang, h. 69

Page 77: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

pun dibredel setelah memuat tulisan dari Mohammad Hatta yang berjudul

“Demokrasi Kita.” Dalam tulisan itu Hatta mengkritik keras konsep Demokrasi

Terpimpin Soekarno. Ia menguraikan secara menyeluruh semua pelanggaran-

pelanggaran konstitusional yang dilakukan rezim Soekarno.

Soekarno juga dengan kekuaannya melakukan tindakan penangkapan

kepada Hamka dimana pada 27 Agustus 1964 berdasarkan Undang-Undang Anti

Subversif yang dibuat peerintah Soekarno. Masyarakat yang “Kontra Revolusi”

harus ditindak. Hamka bersama beberapa pimpinan lainnya di jebloskan ke dalam

penjara. Alasannya Hamka dituduh telah mengadakan pertemuan-pertemuan

rahasia atau melakukan makar, yang bertujuan untuk menggulingkan (kudeta)

pemerintah serta ingin membunuh Soekarno, dengan mendapatkan bantuan dana

dari Tengku Abdul Rahman, Perdana Menteri Malaysia waktu itu dan Hamka

dituduh telah melakukan penghasutan terhadap mahasiswa IAIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, ketika memberikan kuliah umum Hamka dituduh mengajak

Mahasiswa untuk meneruskan perjuangan Mr. Kasman Singodimejo dan kawan-

kawan untuk melawan pemerintahan Sukarno. Hamka terus ditahan hingga

tumbangnya masa rezim Orde Lama Soekarno dan di bubarkanhnya Partai

Komunis oleh Pemerintahan Orde Baru dibawah pimpinan Presiden Soeharto.114

Memang pada masa Demokrasi Terpimpin, marhaenisme sebagai simbol

nasionalisme sekuler diartikan sebagai marxisme yang diterapkan di Indonesia,

Kemudian, formula nasakom (nasionalisme-agama-komunisme) yang begitu

digandrungi Soekarno semakin memperburuk keadaan yang memang sudah

114 Ibid., h. 73

Page 78: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

buruk. Kejatuhan presiden Indonesia yang pertama ini karena memaksakan suatu

formula ideologi yang secara substansial tidak dapat dan tidak mungkin

dipakai.115

Pemerintahan Orde Baru bibawah pimpinan Presiden Soeharto, pada masa

ini dakwah-dakwah yang di lakukan Hamka dan juga para muballigh lainnya terus

diawasi dengan ketat. Walaupun menaruh curiga tetapi kegiatan-kegiatan Hamka

dalam berceramah dan menyempaikan dakwah Islam di biarkan.

Pada 1967 Majalah Panji Masyarakat terbit kembali dan mendapatkan

tempat di hati masyarakat dengan 50.000 eksemplar setiap terbitnya. Hamka

mendapatkan kebebasannya kembali untuk mengembangkan majalah yang

dipimpinnya itu. Pada 1973, Hamka menulis artikel di Harian Kami edisi 23

Agustus 1973, yang isinya berupa penolakan terhadap usulan Perubahan Undang-

Undang Perkawinan dari Pemerintah. Ia menolak usulan itu karena menurutnya

itu bertentangan dengan syariat Islam116. Pemerintah Orba pernah memprakarsai

Musyawarah Antar Umat Beragama, yang maksunya mempertemukan para

115 Syafi’I Ma’arif, "Watak Komunisme Indonesia: Membonceng," dalam Tim Cidesindo,

Membuka Lipatan Sejarah: Menguak Fakta Gerakan PKI, (Jakarta: Pustaka Cidesindo, 1999), h. 34-35

116 Hamka menyuarakan tentang rencana Undang-Undang Perkawinan, Hamka mengatakan bahwa sebelum mereka membuat rencana dan rancangan, terutama mengenai perkawinan, sudah tentu mereka mengetahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan syariat Islam. Dalam pokok ajaran Tasyirul Islamy, bahwa yang dipelihara dengan syariat itu ada lima perkara, 1. Memelihara agama, 2. Memelihara jiwa, 3. Memelihara akal, 4. Memelihara keturunan, 5. Memelihara harta

Di dalam bagian 4. "Memelihara keturunan", disebutkan maksudnya: Pertama. Memelihara agar jenis manusia tetap berkembang dan berketurunan, jangan musnah karena kesia-siaan manusia, Kedua, Memelihara agar keturunan itu dibangsakan dengan sah kepada orang tuanya. Lihat. David Bourchier dan Vedi R Hadiz , ed., Pemikiran Sosial dan Politik Indonesia Periode 1965-1999, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2006), h. 115

Page 79: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

pemimpin dan ulama Islam dengan pemimpin Kristen untuk meredakan pertikaian

dan perselisihan yang seringkali terjadi pada masa itu.117

Sikap dan perilaku politik Hamka yang memperlihatkan peranan dan citra

politiknya di Indonesia bukan hanya pada saat ia duduk di parlemen, atau

kegiatan-kegiatan atau tulisan-tulisan Hamka dalam masa Orde Lama ketika

pengaruh komunis begitu kuat seperti LEKRA hingga dibentuk MASBI

(Musyawarah Antar Seniman Budaya Islam).

Hamka juga berjuang pada masa pemerintahan Orde Baru. Ketika pada

Pemilihan Umum tahun 1971, pada saat itu terdapat desakan agar para pegawai

negeri pada saat itu di haruskan memilih Golongan Karya. Hamka sebagai

anggota Muhammadiyah dan juga orang yang duduk di dalam pemerintahan

menegaskan bahwa

“Saya sebagai seorang warga negara yang mempunyai kesadaran beragama dan bernegara yang menghormati merah putih. Saya pun menegaskan bahwa dengan pernyataan ini bukanlah saya mesti masuk salah satu partai politik, bukan juga saya harus membantu kampanya Golongan Karya. Bukan berarti jika tidak ikut dalam kampanye Golongan Karya bukan berarti saya keluar dari perjuangan Islam dan juga bukanlah

117 Tersiar berita di masyarakat bahwa musyawarah itu telah gagal. Ada dua gagasan

pemerintah yang disampaikan oleh Soeharto dan Menteri Negara Urusan Kesejahteraan Rakyat sendiri: Pertama, supaya diadakan Badan Kontak Antar Agama. Kedua, supaya diadakan satu Piagam yang ditandatangani bersama, yang isinya menerima anjuran Presiden agar pemeluk suatu agama yang telah ada jangan dijadikan sasaran propaganda oleh agama yang lain.

Usulan yang pertama berhasil disetujui bersama yaitu perlunya Badan Kontak Agama yang akan menjadi penyelidik penyelesaian kalau terjadi perselisihan antar agama dibawah kementrian agama. Sedangkan usaha kedua, tentang orang yang sudah beragama jangan dijadikan sasaran propaganda suatu agama tidaklah terdapat kata sepakat, sebab itu musyawarah dikatakan gagal. Pihak Islam dapat menerima gagasan tersebut, sedangkan pihak kristen hanya setuju apabila diadakan badan konsultasi antar agama saja. Tetapi mereka tidak dapat menyetujui kemerdekaan mereka menyebarkan agama kristen kepada penduduk Indonesia yang bukan Kristen dibatasi. Tambunan, SH menegaskan bahwasanya bagi orang kristen menyebarkan Perkabaran Injil keoada orang yang belum Kristen adalah “Titah Ilahi” yang wajib dijunjung tinggi. lihat Hamka, Dari Hati ke hati: Tentang Agama, Sosial Budaya, Politik (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2002), h. 182-183

Page 80: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

berarti berkurang loyalitas saya kepada Presiden Soeharto, pemilihan umum adalah pilihan demokratik, bukan soal loyalitas-loyalitasan.118

Pada 23 Juli 1975, Hamka terpilih menjadi Ketua Umum Majelis Ulama

Indonesia (MUI). Pada peresmian MUI di depan Menteri Dalam Negeri dan

Menteri Agama sebagai wakil dari pemerintah, Hamka mengatakan bahwa dirinya

mau menerima permintaan pemerintah agar para ulama berperan mengisi

pembangunan dari segi rohaniah. Akan tetapi hal itu tidak berarti bahwa

penerimaannya sekaligus untuk selalu membenarkan segala tindakan dan

keputusan pemerintah. Hamka merasa tak terhalangi untuk terus menyampaikan

kritik pada pemerintah termasuk Presiden Soeharto sekalipun. Antara lain

menolak keinginan Soeharto yang menghendaki diakuinya keberadaan golongan

kepercayaan, dan dikuatkan dengan pencantumannya dalan GBHN.119

Setelah terpilih menjadi Ketua MUI untuk yang kedua kali periode 1980-

1985, pada pidato pelantikan yang kedua kalinya sebagai ketua umum MUI,

118 Adnan Buyung Nasution, "Hamka Figur yang Langka," dalam Tamara, Hamka di

Mata, h. 284-285 119 Dalam pertemuan untuk menonjolkan gerakan Kebathinan, Kepercayaan, dan

Kerohania yang telah dihidup-hidupkan sejak beberapa lama. Menteri Agama Prof. Dr. A. Mukti Ali telah menjelaskan bahwa “Gerakan Kebathinan atau Kepercayaan, itu bukan agama.” Gerakan Kebatinan atau yang dinamai dengan Gerakan Kepercayaan atau Gerakan Kerohanian dan sebagainya mempunyai rencana bahwa pada tahun 1978, seluruh agama di Indonesia ini akan dibikin habis, terutama agama Islam. Yang aman tegak hanya agama asli Indonesia, yaitu agama kebatinan yang dipelopori dari Jawa Tengah.

Hamka sangat mendukung Menteri Agama, Hamka mengatakan kita umat beragama, terutama kaum muslimin tidak bertanya-tanya lagi dalam hati melihat sikap dan tingkah laku kaum kebatinan, kaum perdukunan, kaum pertenungan dan peramalan minta diakui jadi agama sendiri, dan disamping minta diakui mempunyai program, pula hendak menghapus agama di Indonesia, dan hanya tinggal satu agama saja “asli Indonesia,” padahal yang dimaksud dengan Indonesia itu ialah kepercayaan dari satu golongan kecil saja yaitu “Jawa.” Semua hendak berlindung di belakang UUD ’45, semuanya hendak mempergunakan Pancasila jadi landasan. Karena dalam Pancasila ada “Ketuhanan Yang Maha Esa,” mereka merencanakan mempergunakan Ketuhanan Yang Maha Esa itu menjadi dasar dalam menegakkan keagungan Majapahit kembali. Lihat Hamka, Dari Hati, h. 188-189

Page 81: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

beliau menyinggung Pancasila.120 Tidak lama setelah pengangkatannya itu,

Hamka meletakkan jabatannya karena ada perbedaan pendapat antara Majelis

Ulama Indonesia dengan pemerintah mengenai perayaan Natal Bersama121.

B. Peranan dalam Bidang Agama

Hamka, dari segi tinjauan ilmu agama ia telah berhasil sebagai pembaharu

pemikiran keagamaan di Indonesia. Pertama, Konsentrasi Hamka mengenai

perkembangan tasawwuf di Indonesia. Sebagai ulama yang aktif di Pergerakan

Muhammadiyah, Hamka menolak mitologisasi-mitologisasi dan aspek-aspek

yang tidak rasional, yang hanya melemahkan tauhid. Dalam karyanya Islam dan

Kebatinan, Hamka mengkritik keras praktek-praktek yang menekankan dimensi

mitologis yang tidak masuk akal. Dalam karyanya itu Hamka menekankan aspek-

aspek rasional dan ketauhidan. Umat Islam harus maju. Tasawwuf termasuk di

dalamnya tarekat, kerapkali dijadikan kambing hitam atas kemunduran umat

Islam, ia selalu dianggap telah mencampuradukkan ajaran Islam dengan ajaran-

ajaran lain di luar Islam, sehingga gerakan pemurnian Islam yang ingin

120 Pancasila yang saat itu gencar di propagandakan oleh pihak pemerintah sebagai satu-

satunya azas kehidupan berbangsa bernegara. Dalam penolakannya iru Hamka mengatakan bahwa Pancasila bukanlah sesuatu yang harus dipropagandakan dengan pidato atau slogan kosong. Namun yang lebih penting adalah bahwa sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa harus tetap menjadi landasan awal dalam setiap pola pikir maupun tindakan serta perilaku setiap manusia Indonesia dalam kehidupan kesehariannya. Sehingga dapat terbukti siapakah yang benar-benar melaksanakan Pancasila dalam kehidupannya itu.

121 Sikap Hamka mengenai Natal dan Idul Fitri bersama ini berlanjut menjadi fatwa Majelis Ulama, yang Hamka sendiri sebagai ketuanya; “Natal dan Idul Fitri bersama haram hukumnya.” Sungguh kita katakan bahwa, ini bukan toleransi, melainkan memaksa kedua belah pihak jadi orang munafik, mengangguk-angguk menerima hal yang tak masuk diakal, dengan sengaja diatur, supaya membuktikan toleransi. Pimpinan Pusat Ikatan Pemuda Muhammadiyah pun menjelaskan bahwasanya do’a bersama dalam hari-hari peringatan, tidaklah diperbolehkan dalam ajaran Islam. Pemerintah melalui Menteri Agama, Alamsyah Ratuprawinegara meminta agar fatwa itu dicabut. Hamka kemudian memilih sikap meletakkan jabatannya sebagai ketua MUI (Majelis Ulama Indonesia). Lihat Hamka, Dari Hati, h. 208-211

Page 82: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

menyelaraskan Islam dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

selalu mengkritik habis-habisan tasawwuf dengan segala variannya. Ajaran

Tasawwuf banyak yang disinyalir hanya melemahkan gairah untuk meraih

kemajuan sehingga diangap tidak relevan untuk dipraktikkan pada saat ini. Prinsip

hidup zuhud, tawakkal sangat kontroversial dengan paham materialisme dan

hedonisme yang datang bersama peradaban Barat, konsep ikhlas dan sabar

sebagaimana yang difahami para sufi terdahulu semakin terdesak oleh tuntutan

nilai professionalisme dalam kerja, adanya sikap hormat dan ketaatan sangat

tersudutkan oleh tuntutan nilai spirit demokrasi yang semakin menglobal.122

Sangat besar jasa Hamka dalam kehidupan warga Muhammadiyah.

Tasawwuf Modern memberikan legitimasi kepada kecenderungan yang memang

sebenarnya sudah ada, tetapi masih tersembunyi oleh semangat memperbarui yang

mewarnai sikap orang muda Muhammadiyah pada masa-masa permulaan

pertumbuhannya.

Dengan sikap warga Muhammadiyah sekarang terhadap kebiasaan yang

menurut Gusdur di sebut “tirakatan” dalam peribadatan murni, akan tampak beda

yang sangat besar antara keduanya. Hamka memberikan formulasi bagi

perkembangan ajaran tasawwuf dengan pemikiran modern Islam. Hamka

memiliki darah dari kakeknya Syekh Amrullah seorang sufi dan haji rasul yang

merupakan seorang modernis Islam. Pemikiran itu yang menunjukkan

kematangan sikap, tidak lain datang dari pengetahuan bahwa tirakatan itu sendiri

122 Syahrul A'dam, "Potret Pemikiran dan Gagasan Tasawuf (Tarekat) di Indonesia

Kontemporer," Mimbar Agama dan Budaya, vol. 23, no. 3 (2006): h. 237-238

Page 83: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

bukanlah sesuatu yang harus ditolak, selama tidak bertentangan dengan ajaran

agama.123

Persepsi Muhammadiyah yang simplistis mengenai tasawwuf dan tarekat,

memang sulit dibantah bahwa pada tingkatan massa, tasawwuf dan tarekat sering

berubah menjadi semacam “folk religion” (agama rakyat), yang melibatkan

praktek-praktek yang berbau khurafat dan syirik, yang tentu saja tidak sesuai

dengan paham keagamaan Muhammadiyah. Kita memang bisa melihat dan

menemukan orang-orang tertentu yang mengklaim atau dipercayai kalangan

masyarakat atau syekh atau mursid tarekat yang misalnya melakukan praktek

perdukunan dan ilmu gaib lainnya. Tetapi, dengan hanya melihat sisi negatif ekses

ini tanpa melihat sisi positif yang justru lebih banyak, jelas terlalu terburu-buru

untuk mengeneralisasikan bahwa tasawwuf dan tarekat secara keseluruhan

hanyalah amalgamasi dari kepercayaan dan praktek-praktek keislaman yang

menyimpang. Sejarah perkembangan doktrin dan kelembagaan tasawwuf dan

tarekat menunjukkan bahwa dimensi Islam yang kaya ini penuh dengan dinamika,

perubahan, dan pembaruan. Dan ini tidak urung lagi melibatkan upaya pembaruan

dan pemurnian tasawwuf yang lebih dimurnikan, maka dari itu paraktek-praktek

tasawwuf yang semula individual kemudian diorganisasikan ke dalam lembaga

tarekat, sehingga lebih memungkinkan untuk dikontrol. Dalam perkembangan

lebih lanjut, kelembagaan tarekat difungsikan tidak hanya sebagai wahana

spiritual, tetapi juga untuk kegiatan Islamisasi, usaha-usaha ekonomi, perlawanan

terhadap kolonialisme, dan sebagainya. Dengan demikian, tasawwuf dan tarekat

123 Abdurrahman Wahid, "Benarkah Hamka Seorang Besar? Sebuah Pengantar," dalam

Tamara, Hamka, h. 30-31

Page 84: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

bukannya passivis, seperti diduga banyak orang, melainkan sangat aktivis.124Para

sufi mengatakan bahwa orang yang berfikih tetapi tidak bertasawuf, maka ia

adalah seorang yang fasik dan orang yang bertasawwuf tetapi tidak berfikih, maka

ia kafir dan orang yang berfikih dan bertasawwuflah yang merupakan orang Islam

yang sebenarnya.125

Kedua, toleransi dalam beragama. Pada permulaan abad 20 lahir gerakan

pembaharuan Islam yang dipelopori kaum muda di daerah Minangkabau. Gerakan

tersebut masih menghadapi tantangan kuatnya tradisi, misalnya dalam soal hukum

waris yang sudah diatur dalam faraid, digabung dengan peraturan yang berasal

dari kebiasaan masyarakat matrilineal. Selain itu, dalam tarekat banyak dari

kalangan kaum tradisionalis yang mengerjakan cara-cara yang dekat dengan

perbuatan syirik, seperti menghormati benda-benda keramat, memberikan sesajen

kepada arwah si mati, atau mempergunakan ajimat yang pada intinya telah

mengaburkan kepercayaan tauhid. Islam mementingkan tajdid atau pembaharuan.

Dan sudah terang pula menjadi pegangan ulama-ulama Islam dari zaman ke

zaman, bahkan tajdid itu adalah suatu kemestian. Kalau tidak ada tajdid pokok

agama akan membeku. Yang bid’ah akan mengalahkan yang sunnah126.

Sikap Hamka terhadap antar organisasi, yang dilakukan dengan organisasi

sosial maupun keagamaan lain yang berlainan mazhab dan juga pemikiran-

pemikiran. Hamka sangat mengedepankan toleransi, akan tetapi kita harus

mengetahui mana yang kepunyaan kita dan yang kepunyaan orang lain.

124 Azyumardi Azra, Menuju Masyarakat Madani. Gagasan, Fakta, dan Tantangan,

(Bandung: ROSDA, 1999), h. 103-104 125 A'dam, Potret Pemikiran, h. 247 126 Hamka, Dari Hati, h. 24

Page 85: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

Muhammadiyah, organisai ini memiliki aktifitas pada bidang dakwah dan sosial

kemasyarakatan. Kelahirannya dipicu oleh keprihatinan melihat kondisi umat

Islam Indonesia yang dilanda kemusyrikan, bid’ah dan khurafat serta kebodohan

dan penindasan dari kolonial Belanda. Hamka tidak hanya menjadi inspirasi

kader-kader di internal Muhammadiyah. Menurut Sekretaris Jendral DPP Ikatan

Mahasiswa Muhammadiyah, Siar Anggreta Siagian, sosok Hamka tidak hanya

menjadi inspirasi etika politik, intelektual, dan dakwah di Muhammadiyah. Tetapi

telah menginspirasi masyarakat Indonesia dengan kepribadian dan karya-karyanya

yang monumental.127

Hamka aktif di dalam mensyiarkan agama Islam ke seluruh Indonesia, ia

memberikan ceramah agamanya di Radio Republik Indonesia (RRI) dan tampil di

Televisi Republik Indonesia (TVRI), disinilah letak kebijaksanaan Hamka

menjawab permasalahan yang diajukan masyarakat dari berbagai golongan.

Hamka adalah anggota Persarikatan Muhammadiyah. Muhammadiyah,

Persis, Al-Irsyad, ketiganya ini dianggap sebagai Kaum Muda. Detil-detil masalah

agama ada yang berbeda dengan saudara-saudara dari Nahdatul Ulama. Hamka

terlebih dahulu menyelidiki dengan seksama pokok-pokok pendirian masing-

masing dalam agama yang dinamai dengan khilafiyah.

Kedekatan dan toleransi Hamka pada kaum Nahdiyin juga menjadi

kenangan budayawan Betawi, Alwi Shahab. Shahab menuturkan pada tahun 1970-

an Gerakan Pemuda Anshor menggelar peringatan milad. Waktu itu Hamka ikut

127 Samsuri dan Sopidi, “Paradigma Baru Menghadapi Pluralitas," Lektur, vol. X, no. 2

(Juli-Desember 2004): h, 233

Page 86: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

hadir dan duduk bersebelahan dengan tokoh NU KH Idham Chalid. Hamka tak

segan untuk berdiri dan membacakan asrakal pada Maulud Diba.128

Ketika Hamka memberikan ceramah di RRI atau di TVRI, pada mulanya

Hamka banyak mendapat teguran dari warga Muhammadiyah, Muhammadiyah

menginginkan semua dijawab dengan pendirian Muhammadiyah dan paham Al-

Qur’an dan Hadist. Hamka menanggapi bahwa ia memberikan penjelasan di RRI

dan TVRI yang didengar dan disaksikan oleh seluruh rakyat Indonesia dari

berbagai golongan. Jikalau hanya dari sudut pandang Muhammadiyah maka

Hamka akan mendapat protes keras dari masyarakat, oleh karena itu Hamka

sangat cerdas dalam menjawab berbagai permasalahan dan Hamka dapat

menghilangkan batas-batas dan jurang yang membedakan antara satu golongan

Islam dengan sesama golongan Islam karena perbedaan memahami amal ibadat

masing-masing.129

Hamka seorang pengikut Muhammadiyah yang sangat setia, tetapi ia tidak

canggung di kalangan NU, Persis, Al-Washliyah, dan Al-Irsyad. Keluasannya

dalam memahami Islam, ia tidak heran melihat orang berbeda paham dalam

masalah khilafiyah bahkan kadang-kadang iapun ikut serta bila berada dalam

lingkungannya.

Dalam kehidupan berorganisasinya, Hamka yang seorang Muhammadiyah

sangat mengutamakan silaturahmi ketimbang meributkan perbedaan tak

berprinsip. Misalnya, suatu ketika KH Abdullah Syafi’I jum’atan di Masjid Al-

Azhar. Waktu itu Hamka sudah terjadwal sebagai khatib hari itu. Melihat

128 Shobahussurur, Mengenang, h. 96 129 Titik. WS. "Hamka: Figur Yang Langka," dalam Tamara, Hamka di mata, h. 378

Page 87: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

kedatangan KH Abdullah Syafi’I, seketika Hamka memaksa Si Macan Betawi

untuk naik mimbar menggantikan dirinya. Hamka juga meminta adzan

dikumandangkan dua kali sebagaimana tradisi Nahdiyin yang di anut KH

Abdullah Syafi’i.

Sejak dibukanya Masjid Al-Azhar, Hamka selalu mengedepankan tasamuh

(toleransi). Pada tarawih kali pertama di Masjid Al-Azhar, Hamka menawarkan

kepada jamaah untuk shalat tarawih yang 11 atau 23 rakaat termasuk witir. Waktu

itu Hamka di minta yang 23 rakaat, tetapi besoknya jamaah meminta delapan

rakaat (witir di lakukan dirumah), sampai sekarang tarawih di masjid Al-Azhar

menggunakan yang 11 rakaat.

Jika ia mengimami shalat subuh ia juga bertanya kepada jama’ah apakah

akan menggunakan qunut atau tidak, dan ketika jama’ah minta qunut, maka tokoh

Muhammadiyah ini mengimami shalat subuh menggunakan qunut. Tetapi kalau

berbeda dalam masalah pokok, seperti paham Ahmadiyah yang berbeda dalam

masalah ke-Nabian, beliau hadapi dengan gigih mengatakan bahwa ajaran itu

sesat.130 Hamka juga sangat merindukan melihat Muhammadiyah, Nahdlatul

Ulama (NU), Al-jamiyatul Washliyah, Persis, Darud Da’wah wal Irsyad bersatu,

walaupun mereka masing-masing mempunyai kelemahan akan tetapi mereka juga

memiliki kelebihan masing-masing.131

Hamka mengatakan bahwa perbedaan cara sembahyang atau cara ibadah

adalah hal lumrah bagi berbagai ragam pemeluk agama, karena syariat berubah

sebab perubahan zaman. Tetapi manusia tidak boleh membeku di satu tempat,

130 Wawancara Pribadi dengan Rusydi Hamka, Jakarta 23 Juli 2008 131 E.Z. Muttaqien, "Biarlah Saya Berhenti." dalam Tamara, Hamka di Mata, h. 210

Page 88: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

dengan tidak mau menambah penyelidikannya, sehingga bertemu dengan hakikat

yang sejati, lalu menyerah kepada Tuhan dengan sepenuh hati. Menyerah dengan

hati puas itulah dia Islam.

Pengaruh lingkungan budaya dalam mengekspresikan keagamaan lebih

banyak ditemukan dalam hal-hal yang lebih praktis dan kongkrit. Akhir-akhir ini

kerisauan mengenai pertentangan antara NU dan Muhammadiyah mulai pudar

karena beberapa hal yang mempengaruhinya: Pertama, terjadinya dialog dan

kontak budaya yang intensif antara NU dan Muhammadiyah. Kedua, munculnya

kesadaran baru di kalangan generasi muda Islam sekarang akan adanya

pluralisme. Ketiga, terjadi pertukaran pendidikan antara NU dan Muhammadiyah

untuk menangani permasalahan sosial masyarakat daripada bertikai masalah

furu’iyyah (persoalan yang tidak prinsip), Kelima, adanya pengaruh globalisasi

yang menghilangkan sekat-sekat geografis dan kebangsaan, disamping juga

melampaui batas pemahaman seorang terhadap aliran mazhab tertentu.132

C. Peranan dalam Bidang Sosial Budaya

Islam merupakan agama ilmu dan memotivasi umatnya untuk senantiasa

mencari pengetahuan semaksimal mungkin. Dengan ilmu, manusia akan

memahami agamanya dengan baik, sehingga mampu mempertimbangkan nilai

baik dan nilai buruk, serta menata peradabannya dengan baik sesuai dengan nilai-

nilai ajaran agamanya, sebagai salah satu tugas kekhalifahannya di muka bumi.

Oleh karena itu, menurut Hamka, tujuan agama memotivasi umatnya mencari

132 Husada, Kajian Islam, h. 99-100

Page 89: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

ilmu pengetahuan bukan hanya untuk membantu manusia memperoleh

penghidupan yang layak. Akan tetapi, lebih dari itu dengan ilmu, manusia akan

mengenal Tuhannya, memperhalus akhlaknya, dan senantiasa berupaya mencari

keridhaan Allah.133

Terdapat dua konsentrasi yang melekat dalam jiwa Hamka. Pertama,

modernisasi sistem pendidikan. Pada masa kolonial Belanda, kecintaan kepada

Allah dan Rasul dan kecintaan kepada agama menyebabkan orang-orang tidak

takut menempuh maut. Inilah yang disebut oleh penjajah sebagai fanatik, maka

dari itulah penjajah berusaha menghilangkan fanatik itu dengan berbagai cara.

Yang terutama sekali ialah jalan pendidikan. Sekolah- sekolah yang didirikan oleh

Belanda adalah berdasarkan kepada “Neutraal” agama. Ia menginginkan

menjauhkan segala yang berbau agama, terutama agama Islam, mulai dari

pendidikan dasar sampai menengah sampai kepada pendidikan tinggi.

Dalam pelajaran Sekolah Rendah (SD) meskipun dalam buku bacaan

umum, sangatlah dijauhkan yang bernama masjid, walaupun masjid itu adalah

pusat kehidupan desa dan dusun. Dalam Sekolah Menengah mulailah diajarkan

sejarah yang selalu memenangkan pihak Belanda dan mengalahkan serta

menyalahkan pihak bumiputera. Dalam Sekolah Tinggi, materi yang penting kalau

yang mengenai Islam adalah apa yang disuguhkan oleh kaum orientalis. Buah

pikiran Prof. Snouck Hourgronye, Ignaz Golddziher, Prof. Schrieke, dan tentang

karangan fikih Islam, ialah karangan Younboll. Meskipun kadang-kadang

berlawanan opini penyelidik-penyelidik Barat itu dengan hakikat agama Islam

133 Ramayulis dan Samsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam: Mengenal Tokoh

Pendidikan di Dunia Islam dan Indonesia (Ciputat: Quantum Teaching, 2005), h. 263-264

Page 90: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

atau pendapat-pendapat dari ulama itu sendiri, namun dalam aliran pendidikan itu

tidaklah ada kekuatan membanding, melainkan pendapat orientalis itu jugalah

yang di jadikan pedoman.

Lalu disebarkanlah pendapat ilmiah yang lama-lama menjadi panutan

anak-anak orang Islam yang mendapat pendidikan kolonial tadi. Yaitu:

1. Agama Islam, hanya cocok untuk orang Arab, bangsa kita sudah

memiliki kebudayaan yang tinggi sebelum Islam.

2. Agama Islam disiarkan dengan pedang. Sedang agama Kristen

disiarkan dengan damai. Kalau raja-raja Islam dan ulama-ulama

menentang penjajahan adalah karena fanatik.

3. Agama Islam menganjurkan poligami, sebab itu dia adalah

agama biadab. Bukan seperti di Barat, karena di sana tidak ada

poligami.

4. Orang Indonesia kalau mau maju harus meninggalkan Islam.

5. Orang Islam menyembah berhala di Mekah, yaitu batu hitam

yang bernama Ka’bah.

6. Nabi Muhammad adalah seorang Nabi yang kuat hawa

nafsunya, sebab itu Istrinya banyak, dan lain-lain134

Di samping memasukkan ilmiah-ilmiah semacam itu ke dalam pendidikan,

ditanamkanlah perasaan yang menimbulkan jurang yang sangat dalam pembatas

antara rakyat jelata dengan orang yang jadi pegawai pemerintahan. Bertambah

maju pendidikan atau bertambah tinggi pangkat, haruslah dipertunjukkan kepada

134 Hamka, Renungan Tasawwuf, 2 nd ed. (Jakarta:Pustaka Panjimas, 1995), h. 56-58

Page 91: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

umum bahwa orang telah mengerti “berchaafd” (peradaban bangsa penjajah).

Harus pandai minum-minuman keras, harus pandai hidup meniru orang Belanda.

Ulama-ulama yang teguh memegang pendirian dituduhkan fanatik, tetapi ulama

yang pandai menyesuaikan diri dengan kehendak penjajah, mungkin berkali-kali

mendapat bintang dan pujian.135 Orang Islam lebih suka mendirikan pondok,

belajar ilmu pengetahuan Islam yang tinggi ke Makkah, sampai di kampung

mendidik anak dalam lingkungan Islam, isolasi dan memisahkan diri, sehinga

dengan sendirinya terdapat dua kiblat golongan terpelajar di Indonesia yaitu

Amsterdam dan Makkah. Masing-masing memandang dari segi negatifnya.

Mereka tidak dapat menilai mana ajaran Barat yang bermanfaat dan yang

buruk.136

Muhammadiyah sangat memperhatikan bidang pendidikan, hal itu

dikarenakan pada saat itu lembaga pendidikan yang khas Indonesia (pondok

pesantren) belum dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan zaman. Tidak saja isi

dan metode pengajarannya, tetapi sampai pada sistem pendidikannya pun harus

disempurnakan.

Muhammadiyah merintis jalan dengan mendirikan sekolah yang tidak lagi

memisahkan pelajaran yang dianggap agama dan pelajaran yang digolongkan ilmu

umum. Dengan sistem seperti Muhammadiyah bermaksud untuk mendidik bangsa

Indonesia menjadi bangsa yang utuh kepribadiuannya, tidak terbelah menjadi

pribadi yang berilmu umum atau berilmu agama saja, maka dari itulah

Muhammadiyah menempuh cara memadukan keduanya dalam bentuk:

135 Ibid 136 Hamka, Dari Hati, h. 307

Page 92: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

a. Mendirikan sekolah umum dengan memasukkan ilmu-ilmu agama

ke dalamnya; dan

b. Mendirikan madrasah-madrasah yang juga diberikan pendidikan

dan pelajaran ilmu-ilmu pengetahuan umum137

Sekolah-sekolah Muhammadiyah untuk menandingi sekolah-sekolah

Belanda antara lain: Kweekschool Muhammadiyah di Yogyakarta, Mu’allimin

Muhammadiyah di Solo dan Jakarta, Mu’alimat Muhammadiyah di Yogyakarta,

Zu’ama/Za’imat di Yogyakarta, Kulliyah Mubhallighin/Muballighat di Padang

Panjang, Sumatera Tengah, Tabligh School di Yogyakarta, H. I. K.

Muhammadiyah di Yogyakarta, H.I.S. Muhammadiyah, Mulo, A.M.S.

Muhammadiyah, Dan Madrasah Lainnya

Hamka juga menanamkan betapa pentingnya “Pendidikan Budi”yaitu

memegang pendirian, berani menyatakannya kepada orang ramai dan sanggup

bertanggung jawab, Hamka juga menjelaskan betapa pentingnya “Pendidikan

Akal”, yaitu menambah ilmu pengetahuan dan memperbanyak penyelidikan.138

Hamka sebagai warga Muhammadiyah menjadikannya sebagai inspirasi,

guru dan pencetak kader-kader Muhammadiyah. Hamka sangat bangga dengan

sikap intern anggota Muhammadiyah, yang dilakukan sesama anggota

persyarikatan Muhammadiyah untuk mengembangkan organisasinya, anggota dan

amal usaha yang dimilikinya. Upaya Hamka dalam menggagas ide-ide pembaruan

pendidikan Islam tidak hanya dilakukan melalui mimbar atau karya-karya

tulisannya. Lebih lanjut ia mengapresiasikan ide-idenya itu secara nyata dalam

137 Ibid., h. 62 138 Hamka, Falsafah Hidup, 8th ed. (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2002), h. 301-302

Page 93: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

pendidikan formal. Fenomena pada pendidikan formal yang didirikannya maupun

pada lembaga pendidikan lain. Pengalaman yang telah dimiliki beberapa tahun

menggerakkan Muhammadiyah di seluruh Sumatera Barat. Pengalaman-

pengalaman itu yang mendesak pemimpin-pemimpin Muhammdiyah Padang

Panjang untuk membentuk kader-kader baru. Atas usulan Abdullah Kamil agar

Buya AR Sutan Mansur dan pemimpin Muhammmadiyah yang lain memang

untuk membuat suatu pembinaan dalam bentuk sekolah untuk mencetak kader.

Usulnya diterima dengan baik hingga resmi berdirnya Tabligh School pada

1929.139

Guru-guru yang mengajar di Tabligh School diantaranya Buya AR. Sutan

Mansur, Hamka, SY. Sutan Mangkuto, Abdullah Kamil dan M. Rasyid Idris Dt.

Sinaro Panjang. Mata pelajaran berkisar tentang kepemimpinan dan semangat

penyebaran dakwah Muhammadiyah, serta taktik yang diperlukan dalam

berdakwah. Kualifikasi bagi pelajar yang ingin masuk ke dalam Tabligh School

adalah minimal kelas 5 sekolah Thawalib atau sederajat. Yaitu mereka telah

mengetahui tentang pengetahuan agama yang penting-penting.

Tabligh School ini hanya sampai tahun 1931, ketika menjadi pimpinan

Tabligh School Hamka menulis beberapa karangan diantaranya “Minangkabau

dan Agama Islam” buku ini sangat menjadi perhatian saat itu, hingga pada tahun

1933 Belanda melarang peredaran buku itu. Saat itu Hamka terkenal sebagai

Muballigh dan Pemimpin Muhammadiyah, setiap Muktamar Muhammadiyah

Hamka selalu hadir sebagai utusan dari Padang Panjang. Pada kongres ke-19 di

139 Agus Hakim, Kulliyatul Muballighin Muhammadiyah dan Hamka,” dalam Panitia,

Kenangan, h. 56

Page 94: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

Minangkabau, kongres ke-20 di Yogyakarta, dan kongres ke-21 di Makassar, pada

kongres di Makassar inilah, para pemimpin Muhammadiyah di Makassar meminta

kepada Pengurus Besar Muhammadiyah di Yogyakarta agar mengirimkan Hamka

ke Makassar sebagai Muballigh dan Guru Muhammadiyah, pada tahun 1931

Hamka pindah ke Makassar, dari sinilah Tabligh School berhenti karena

pemimpinnya Hamka pindak ke Makassar.

Hamka di Makassar hanya 3 tahun mulai dari tahun 1931 hingga 1934. di

Makassar Hamka mendirikan Tabligh School. Kehadiran lembaga ini sekaligus

mengganti sistem pendidikan sebelumnya yang masih tradisional. Tabligh School

yang didirikannya menawarkan pola pendidikan baru secara modern dan

sistematis dengan mengambil model pendidikan Barat, tanpa melepaskan diri dari

nilai-nilai agama (Islam). Mulai saat itu, umat Islam Makassar Sulawesi Selatan

mulai mengenal model lembaga pendidikan baru yang menggunakan model kelas,

papan tulis dan jam belajar yang teratur.140Pada tahun 1934 lembaga pendikan

Tabligh School ini dirubah menjadi Mu’allimin Muhammadiyah yang

pengelolaannya diasuh oleh Cabang Makassar I. Pada awal pendirian Tabligh

School ini, sama seperti yang dilakukan di Minangkabau yaitu menerima murid-

murid yang hanya tamatan VVS dan yang sederajat. Disana Hamka sempat

mengeluarkan sebuah majalah yang terkenal saat itu yang bernama “Al-Mahdi”.

Pada 1934 Hamka kembali ke Minangkabau. Hamka diserahi untuk

memimpin sekaligus membina “Kulliyatul Muballighin.” Pada awal 1935

Kulliyatul Muballighin Muhammadiyah Padang Panjang itu mulai didirikan.

140 Samsul Nizar, "Pernik Mutiara Pemikiran Hamka (1908-1981) Tentang Pendidikan

Islam," dalam Afif Hamka, dkk., Buya Hamka (Jakarta: Uhamka Press, 2008), h. 284

Page 95: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

Hamka tidak lagi menggunakan Tabligh School dikarenakan isi dan haluan

pelajaran didalamnya memang berbeda, walaupun tujuannya memang untuk

mencetak kader dan nama Tabligh dengan sebutan Muballighin masih digunakan.

Kitab-kitab yang dipakai untuk tafsir menggunakan Al-Qur’an, Tafsir Al-

Manar, untuk fikiq menggunakan Jawahirul Bukhary, Ishlahul Wa’zhiddiny

karangan A. Aziz al-Khauly, Muhadharat Tarikh umamil Islamiyah, Bidayatul

Mujtahid dan lain-lain, untuk ushulul fikih menggunakan Husulul ma’mul, untuk

tauhid menggunakan Attawashul wal washilah Ibnu Taimiyah, untuk tauhid dan

Akhlak menggunakan Al Arbain fi Ushuliddin karangan Ghazaly, untuk nahwu

menggunakan Baiquni, Idlahul mubham , Syawahid ibnu ‘Uqail, untuk sharaf

menggunakan Jami’ Jurusi ‘Arabiyah II, untuk ilmu aradl menggunakan

Jawahirul Balaghah, Ats-tsuraiyal Mudliyah karangan Ghalayaini, untuk

Muthalaah menggunakan Bahrul Adab III. Selain yang disebutkan terdapat satu

lagi yang diajarkan Hamka yaitu Thabaqatul Umam (ethnologi), pengetahuan

tentang bangsa-bangsa, tetapi pada tahap permulaan Hamka mengajari daerah

sekitar Minangkabau.141

Kedua, Seni dan budaya, Hamka adalah ulama yang aktif dalam bidang

kebudayaan. Ia satu-satunya perwakilam ulama Muhammadiyah yang ikut dalam

seminar Kebudayaan Nasional pada tanggal 26-29 Mei 1960 di Semarang.

Sebagaimana diketahui bahwa Hamka banyak terlibat dalam forum-forum

kebudayaan.

141 Hakim, Kulliyatul Muballighin, h. 56-57

Page 96: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

Hamka selalu aktif mengikuti berbagai kongres Kebudayaan, antara lain

Kongres Kebudayaan Indonesia di Magelang pada tahun 1948, Konferensi

Kebudayaan di Jakarta tahun 1950, Kongres Kebudayaan Indonesia di Bandung

tahun 1952, Kongres Kebudayaan Indonesia di Solo tahun 1954, Kongres

Kebudayaan Indonesia di Denpasar pada tahun 1957142. Selain di Magelang 1948

yang Hamka tidak mengikutinya.

Selain itu Hamka juga masuk ke dalam BMKN Badan Musyawarah

Kesenian Nasional, BMKN dibuat untuk menentukan corak seni budaya

Indonesia. Di Muhammadiyah Hamka adalah pelopor berdirinya HSBI Himpunan

Seni dan Budaya Islam, saat itu ketua pertamanya adalah Rusydi Hamka, Hamka

memang sangat memperhatikan perkembangan kebudayaan di Muhammadiyah.143

Sejak kongres pertama di Bandung 1953, Hamka sudah endapat desakan-desakan

dari LEKRA144 yang berhaluan komunis, sampai terbentuknya MASBI

(Musyawarah Seniman Budayawan Islam). Hamka dengan kepekaan nasionalisme

dan keagamaan yang kuat, pengalamannya dan pengetahuannya mencoba

142 Hamka, Pandangan Hidup Muslim, 4 th ed. (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), h. 265 143 Wawancara pribadi dengan Rusydi Hamka 144 Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat). Sebelum PKI dapat menampilkan diri setelah

pemberontakannya gagal (1948), oleh sejumlah seniman kiri dibentuklah Lekra (17 Agustus 1950). Lekra memiliki Seksi sastra, seni rupa, seni suara, drama, film, filsafat, dan olahraga. Dalam bidang sastra dikembangkan aliran realisme-sosialis yang menekankan fungsi sastra sebagai pengabdi kepada politik partai komunis. Konsep dasarnya adalah: seni untuk rakyat, politik adalah panglima. Meluas di kalangan buruh dan tani serta menaungi antara kreativitas dengan peningkatan ideologi komunis, melakukan gerakan turun ke bawah (turba), melalui organisasi membentuk sastrawan sosialis. Sejak tahun 1959 peran lekra meningkat setelah PKI ikut sebagai pemenang pemilu 1955 dan dimulainya Demokrasi Terpimpin yang merupakan peluang untuk ikut serta dalam pemerintahan. Wadah sastra yang digunakan adalah Harian Rakyat, Sunday Courier, Bintang Timur, dan Majalah Zaman Baru. Lihat Suparnoto Widyosiswoyo. Sejarah Kebudayaan Indonesia (Jakarta: Universitas Trisakti, 2006), h. 236

Page 97: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

membendung arus pengaruh komunis di yang digembor-gemborkan di

Indonesia.145

Buya selaku Penasihat Persarikatan Muhammadiyah ini menunjukkan

Muhammadiyah menjadikan warganya orang-orang bercakrawala luas dan

terbuka, bukan sempit dan tertutup. Mereka yang pernah di gembleng oleh

lembaga-lembaga pendidikan dan pengajaran persarikatan Muhammadiyah,

setelah mereka diberi bekal dan mencapai level kedewasaan yang memadai, pada

umumnya mereka ini bertebaran menjalankan tugas dalam rangka syiar agama

Islam. Sesudah lama berkarya sebagai penyebar agama, kembali ke

Muhammadiyah yang ia ikut memprakarsai pendiriannya di tempat ia merantau.

Dengan cara inilah bertebarlah sekolah-sekolah, rumah-rumah penyantunan yatim

piatu, kantor-kantor cabang, ranting, dan lain-lain badan amal usaha warga

Muhammadiyah di pelosok-pelosok seluas tanah air Indonesia.146

Ketiga, Harapan kepada angkatan muda Islam. Pada zaman pendudukan

Jepang di Indonesia, Muhammadiyah menapaki Kerajaan Deli, tepatnya di

Rampah, Hamka saat itu sebagai anggota Majelis Konsul Muhammadiyah.

Sultan-sultan di Deli hanya menggunakan satu mazhab saja yaitu “Mazhab

Syafi’I,”di sana sebelumya sudah terdapat sebuah Masjid, akan tetapi dianggap

warga Muhammadiyah banyak melakukan amalgamasi yang menyimpang dari

ajaran Islam, bahkan menjurus ke perbuatan syirik. Muhammadiyah mendirikan

sebuah masjid yang berdekatan dengan masjid yang sudah ada sebelumnya, agar

umat Islam dapat menjalankan ibadahnya sesuai dengan ajaran Islam.

145 Ali Audah, “Hamka, Kepribadian Seorang Ulama,” dalam Afif, Buya Hamka, h. 45 146 Nasution, "Hamka: Figur Yang Langka," dalam Tamara, h. 252

Page 98: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

“Dalam musyawarah syumuhan, Hamka menjelaskan pendiriannya bahwa Majelis hakim kerajaan telah memutuskan bahwa kami melanggar mazhab Syafi’i. untuk menjaga perdamaian, kami kemukakan alasan mazhab syafi’I dan menganggap sah shalat jum’at kami, walupun ada dua masjid yang berdekatan disuatu wilayah. Sekarang karena pemerintah Jepang telah ikut campur dalam masalah ini, untuk menjaga semangat perjuangan dan menjaga persatuan, maka kami mengemukakan pendapat kami yang sebenarnya, “Kami Muhammadiyah tidak terikat dalam Mazhab Syafi’i. Kami tidak terikat dengan mazhab Syafi’I, kami hanya memakai suatu mazhab untuk langkah menuju dasar Islam, yaitu Al-Qur’an dan Hadist. Hamka juga menambahkan bahwa kalau dahulu demikian, maka sekarang harus dirubah, faham-faham baru telah berkembang dan tidak dapat diikat lagi. Kalau kerajaan hendak mendapat banyak dukungan dari rakyat, maka harus dirubah cara berfikirnya, jangan hanya membela satu faham saja, akan tetapi melindungi semua faham asalkan sesuai dengan ajaran Islam.”147

Hamka menghimbau agar umat Islam harus kembali ke ajaran Islam yang

murni yang berdasar Al-Qur'an dan Hadis, mengembangkan ijtihad, dan

menghindari sikap jumud dan taqlid buta, bukan berarti kita menolak ajaran paa

imam tersebut, akan tetapi ajaran mereka yang baik dapat dijadikan sebagai

pertimbangan utuk memutuskan sebuah hukum.

Hamka sangat bangga terhadap HMI, pada kongres HMI ke XIII di Solo,

HMI mengakui kesalahanya dan melakukan evaluasi atas perbuatannya mengutuk

Kasman Singodimejo. Saat itu beliau difitnah telah melakukan tindakan subversif

terhadap pemerinah dan PKI mempengaruhi hakim agar Kasman dihukum 10

tahun. HMI turut menuntut agar Kasman dihukum. Setelah PKI tumbang dan

tuntutan keadilan dan demokrasi semakin lantang digencarkan di Indonesia, HMI

mendapat tekanan yang besar karena mereka pernah berbuat kepalsuan karena

147 Hamka, Kenang-Kenangan Hidup, 3rd ed. (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), h. 149-160

Page 99: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

didorong oleh tekanan saat itu. Hamka menganggap inilah sikap Islam sejati yang

patut dilakukan angkatan muda Islam.148

Hamka juga mengkritik Muhammadiyah. Karena takut dianggap "Kontra

Revolusi" Muhammadiyah menganugerahi Soekarno dengan gelar "Anggota

Setia". Muhammadiyah juga memberi gelar "Pengayom Agung," padahal dalam

struktur Muhammadiyah tidak ada jabatan Pengayom Agung. Kemudian

Universitas Muhammadiyah menganugerahi "Doctor Honoris Causa" dalam ilmu

tauhid. Dalam promosinya Soekarno menganjurkan supaya orang ziarah ke kubur

ibu atau bapaknya, meminta supaya ibu atau bapaknya itu menolong

menyampaikan permohonannya kepada Allah, agar memberikan pertolongan

kepada yang meminta. Hamka mengatakan bahwa itulah yang diberantas oleh

Muhammadiyah sejak berdirinya, yaitu memberantas kemusyrikan. Buku "At-

Tawassul wal Wasilah" adalah pegangan kaum muballigh dan ulama

Muhammadiyah. Hamka mengatakan bahwa Pimpinan Pusat Muhammadiyah saat

itu susah terlalu tenggelam dalam lautan ketakutan, sehingga lupa prinsip yang

telah berpuluhtahun diperjuangkan. IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah),

IPM (Ikatan Pelajar Muslim) dan ISBM (Ikatan Seni dan Budaya

Muhammadiyah) serta Nasyiatul Aisyiyah meminta agar gelar-gelar yang pernah

diberikan kepada Soekarno dicabut. Hamka mengatakan pujian terhadap HMI dan

anjuran kepada Muhammadiyah yang mengakui kesalahannya itu.149

Hamka mengharapkan di Indonesia ada HMI, IMM, PII, ISBM serta

Pemuda Muhammadiyah untuk melanjutkan perjuangan mempertahankan akidah

148 Hamka, Dari Hati, h. 151-152 149 Ibid., h. 152-154

Page 100: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

ini, karena akidah ini terletak diatas bahu angkatan muda Islam. Pengalaman pahit

yang telah ditempuh zaman lampau meminta kepada kita tenaga muda yang

bersemangat militan, yang didorong oleh rasa cinta dan fanatik agama yang telah

dipusakai dari nenek moyang sejak datang dari kampung dan desa. Mereka harus

tegak menentang dan membendung propaganda paham materialisme dan segala

faham baru yang di impor dari Barat untuk menyebarkan rasa keragu-raguan

untuk melemahkan iman dalam Islam. Mereka harus lekas sadar dan tidak

membiarkan gerakan itu merembet terus. Sebab itu pemuda-pemuda Islam itu

sendiripun harus mempelajari hakikat Islam, mempelajari rahasia apa yang

menyebabkan tumbuh dalam tanah air kita ini pribadi-pribadi seperti Imam

Bonjol, Teungku Cik Ditiro, Cokroaminoto, KH. Ahmad Dahlan dan berpuluh

pemuka Islam yang hidup menjadi kebanggan sejarah tanah air ini.

Page 101: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

BAB V

KESIMPULAN

Sebagaimana telah dirumuskan bahwa penelitian dengan judul Peranan

Hamka dalam Organisasi Muhammadiyah di Indonesia menunjukkan bahwa:

Hamka adalah sosok yang fenomenal dalam pemikiran maupun perjuangan

keumatan dan kebangsaan sekaligus. Sebagai putra daerah (Minangkabau),

Hamka telah menjadi salah satu putra terbaik Indonesia. Beliau sanggup

menghadirkan sesuatu yang sangat monumental dan fenomenal. Contoh yang

diberikan Hamka bisa diaplikasikan dalam membangun daerah tanpa harus

kehilangan jati diri atau ragu-ragu untuk mengembangkan daerahnya, tetapi tetap

memiliki akar ideologi yang kuat. Hamka mengajarkan agar mampu untuk terus

mengembangkan diri dan kemudian menghadirkan dinamisasi yang sangat hidup.

Beliau adalah seorang pemimpin yang mempunyai keberanian untuk

mengambil resiko dari sikap yang ia yakini, di dalam Muhammadiyah beliau

memangku beberapa jabatan mulai dari ketua bagian Taman Pustaka, Ketua

Tabligh, Ketua Muhammadiyah Cabang Padang Panjang, menjadi Muballigh di

Bengkalis dan Makassar, menjadi Majelis Konsul Muhammadiyah Sumatera

Tengah, Pimpinan Muhammadiyah Sumatera Timur, Ketua Majelis Pimpinan

Muhammadiyah Daerah Sumatera Barat, sampai terpilih menjadi anggota

Pimpinan Pusat Muhammadiyah sejak 1953 hingga 1971, dan sampai akhir

hayatnya ia diangkat sebagai penasihat Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Sebagai

Page 102: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

tokoh Muhammadiyah, beliau mengilhami para tokoh muda Muhammadiyah,

beliau menjadi guru dan juga seorang pencetak kader bagi Muhammadiyah. Yang

paling mencolok adalah beliau seorang Muhammadiyah yang bisa diterima

kalangan organisasi Islam linnya, terutama di kalangan kaum Nahdiyyin.

Hamka seorang ulama yang sederhana, ilmunya sangat luas. Menurut

beliau para muallimin dan muallimat agar piawai menghubungkan resep-resep

keagamaan dengan konteks masyarakat yang sedang berjalan pada waktu itu,

sehingga agama menjadi sangat relevan, selalu aktual, selalu ada kaitan dengan

kehidupan riil. Muhammadiyah sangat beruntung memiliki kader seperti Hamka,

selain sebagai guru besar bagi Muhammadiyah, Hamka adalah guru besar bagi

guru-guru di Indonesia maupun umat, karena itulah beliau sangat menganjurkan

agar memilki kecerdasan intelektual yang memadai, memiliki keterampilan dan

kemampuan menyampaikan ilmu-ilmunya dengan berbagai cara, dan memiliki

stabilitas emosi yang tinggi.

Sejak tahun 1925 beliau sudah ikut mengembangkan Muhammadiyah di

Sumatera Barat, mendirikan Tabligh School, Kulliyatul Muballighin, beliau

banyak mencetak kader-kader Muhammadiyah, ia menjadi guru Muhammadiyah

baik di pusat maupu di daerah-daerah, ia sering memberikan pengajian bagi

Mu’allimin dan Mu’allimat Muhammadiyah. Ia selalu mengajarkan agar

muridnya memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi, kecerdasan emosinal yang

kuat, dan kecerdasan sosial yang ditonjolkan, kecerdaan sosial ini dimaksudkan

adalah kemampuan untuk bergaul dari pimpinan yang paling atas sampai rakyat

yang paling kecil.

Page 103: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

Hamka menolak pemahaman yang mengatakan bahwa kehidupan ruhani

itu membenci dunia, mencari kebahagiaan dunia adalah sesat, tertipu oleh hawa

nafsu. Maka dibuat cara-cara (thariqat) yang menghindar dari kehidupan ramai,

berkhalwat, menyendiri, menyepi hingga tidak perduli terhadap lingkungan

sekitarnya, masa bodoh, tidak teratur pakaian dan rumahnya, dan tersisih dari

pergaulan. Hamka mengajarkan bahwa pemahaman yang seperti itu tidak

diajarkan oleh agama. Pemahaman itu akan membawa kemunduran. Pemahaman

itu menyebabkan umat terpuruk, tertindas, dan kalah. Agama Islam bukan musuh

kemajuan. Islam justru menuntun kepada kemajuan, menempuh tujuan untuk

perdamaian segala bangsa. Allah tidak mengaharamkan perhiasan, Islam

mengajarkan kita agar memperoleh kebahagiaan dunia akhirat. Islam mendorong

manusia untuk memperoleh kemajuan dunia dengan banyak anjuran untuk

membaca, menuntut ilmu, dan meneliti. Semua ilmu milik Allah untuk dijadikan

sebagai sarana untuk mencapai kebahagiaan.

Spiritualisme menurut Hamka mestinya mendorong manusia untuk

bersemangat, tidak malas, guna memperoleh kembali fungsinya sebagai khalifah fi

al-ardh. Dengan spiritualisme, seseorang bangkit memimpin dunia tanpa silau

dengan kemajuan yang berujung pada pemajuan dunia. Kemajuan adalah untuk

kebaikan, kesejahteraan, dan kemakmuran menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.

Gaya hidup modern tidak jarang membawa manusia kepada kehidupan

materialis hingga mengesampingkan nilai-nilai spiritual. Ajaran tasawwuf

dimaksudkan untuk menarik kehidupan materialis itu untuk dibawa kepada nilai

esoteris. Namun ajaran Islam adalah ajaran keseimbangan antara yang eksoteris

Page 104: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

dan esoteris. Oleh karenannya tasawwuf yang benar adalah sesuai dengan nilai

Islam yang menyeimbangkan antara kedua hal tersebut. Tasawwuf yang benar

adalah bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah, menjunjung tinggi akhlak mulia,

setia kepada syariah, memberi manfaat kepada banyak manusia, dan mendorong

semangat kemajuan. Inilah paham spiritualisme yang benar yang di ridhoi oleh

Allah SWT sehingga pengikutnya mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Hamka sangat mendukung pemberdayaan perempuan sebagaimana yang

telah di lakukan Muhammadiyah sejak dahulu dengan mendirikan Aisiyah,

menurut beliau perempuan juga berhak mendapatkan dan menentukan pendidikan

dan ilmu pengetahuan yang disukai. Perempuan berhak menuntut ilmu yang

setinggi-tingginya, sebagaimana Rasulullah telah mengajarkan bahwa Menuntut

ilmu itu merupakan sebuah kewajiban bagi setiap muslim, laki-laki maupun

perempuan. Banyak tokoh-tokoh perempuan dalam Islam yang memberi andil

besar dalam membangun kejayaan umat. Di balik kejayaan suatu bangsa, terdapat

keteguhan jiwa dan perjuangan kaum perempuan. Maka ada kata-kata hikmah

yang menyebutkan bahwa perempuan adalah tiang negara. Bila perempuannya

baik, baiklah negara, bila perempuannya bobrok, maka bobrok pulalah negara.

Menurut Hamka, orang Islam yang memadukan iman dan amal sholeh

itulah yang sanggup menjadi penolong Allah, menjadi pembela agama Allah,

pembela kebenaran, menegakkan keadilan, menyebarkan kesejahteraan. Menurut

Buya, membela agama Allah mengandung dua hal yaitu mempertahankan agama

dari segala gangguan dan memperjuangkan agar Islam maju dan berkembang di

segala lini kehidupan. Umat Islam diberi ajaran untuk bersikap toleran, pandai

Page 105: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

menenggang rasa, memberi kebebasan kepada orang yang berbeda keyakinan

untuk menjalankan agamanya.

Hamka menganjurkan untuk memperdalam pengetahuan dan ajaran Islam,

diikuti dengan amal, sehingga menjadi pandangan hidup yang sebenarnya dan

dapat membandingkan mana yang kita punya dan yang mana kepunyaan orang

lain, kemudian mempelajari sejarah umatnya di Indonesia dan diluarnya, sehingga

dia insyaf bahwa kebudayaan Islam itu universal sifatnya. Kebudayaan yang

universal itulah tujuan terakhir dunia di zaman sekarang. Sementara Nasionalisme

sempit tidak akan panjang usianya. Hamka juga menambahkan agar menuntut

ilmu pengetahuan, merenung filsafat, mencintai seni. Sebab semua itu anjuran

tegas dari agamanya. Sehingga kelak dapat disumbangkan kepada dunia

umumnya dan Indonesia khususnya. Untuk membina satu kebudayaan kepunyaan

umat manusia, sebagai hasil kecerdasan akal dan keluhuran iman.

Pembaharuan terhadap pendidikan Islam sangat diperlukan. Cara pandang

yang serba negatif dan mencoba lari dari Islam harus dihentikan. Anak-anak Islam

harus di didik untuk kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Bangga dengan

sumber ajaran agamanya, memahami sejarah bangsanya, dan tidak tercerabut dari

akar keislamannya. Begitu juga cara pandang yang sempit, mengisolasi diri, tidak

mau membuka wawasan, sejatinya telah melenceng dari ajaran hakiki Islam yang

menyuruh untuk belajar dan menguasai ilmu pengetahuan sehingga dapat menjadi

khalifah di muka bumi.

Hamka menolak pembaharuan atau modernisasi sebagai upaya

sekularisasi, yaitu upaya untuk mempreteli Islam itu sendiri, atau meninggalkan

Page 106: PERANAN HAMKA DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21305/1/ANAS... · sangat mempengaruhi pemerintahan karena harus ada ketegasan

pokok-pokok ajaran agama. Hamka mengantisipasi agar jangan sampai umat

Islam bersikap netral kepada agama yang menyebabkan ia menjadi tidak perduli

kepada agamanya, kemudian Ghirah beragama tidak ada lagi hingga lantas meeka

menganggap agama itu tidak perlu. Benci kepada segala yang berhubungan

dengan agama. Orang yang teguh menjalankan agamanya diangap fanatik dan

orang yang teguh beragama itu tidak terpelajar. Hamka mengatakan bahwa

modernisasi itu bukan westernisasi. Sehingga yang diambil dari Barat itu

pembaharuan, itulah modern. Ajaran Islam tidak menonjolkan Barat dan Timur.

Ajaran Islam itu universal dan memandang manusia dari segala universalnya pula.