peranan guru pendidikan agama islam dalam mendidik …eprints.ums.ac.id/71975/8/naskah...

19
PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENDIDIK AKHLAK SISWA DI MTS NEGERI SURAKARTA II Tahun Pelajaran 2015/2016 Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Oleh : SYAHRUL MUBAROK G000110030 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019

Upload: phamhuong

Post on 21-Jun-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DALAM MENDIDIK AKHLAK SISWA

DI MTS NEGERI SURAKARTA II

Tahun Pelajaran 2015/2016

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1

pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam

Oleh :

SYAHRUL MUBAROK

G000110030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019

1

PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DALAM MENDIDIK AKHLAK SISWA

DI MTS NEGERI SURAKARTA II

Tahun Pelajaran 2015/2016

Abstrak

Peranan adalah serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan, yang dilakukan

dalam situasi tertentu serta berhubungan dengan upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk kemajuan perubahan tingkah laku dan

perkembangan siswa yang mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani,

bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari

sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an dan Hadits melalui kegiatan bimbingan,

pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. Guru Pendidikan Agama

Islam adalah guru yang memiliki profesionalitas dalam tenaga kependidikan Islam

bertanggung jawab memberikan pengetahuan, bimbingan, seta bantuan kepada

siswa dalam mengembangkan kedewasaannya baik dalam ranah kognitif, afektif

maupun psikomotorik sesuai dengan ajaran agama Islam yaitu menaati Allah Swt

dan Rasul-Nya serta menjauhi apa-apa yang dilarang oleh agama.Mendidik akhlak

siswa dengan memelihara dan memberi latihan, sikap yang melahirkan perbuatan

(perilaku, tingkah laku), mungkin baik, mungkin buruk. Rumusan masalah ini

adalah apa peranan guru PAI dalam Mendidik Akhlak Siswa di Mts Negeri

Surakarta II tahun pelajaran 2015/2016? dan adakah hambatan-hambatan yang

dihadapi Guru PAI dalam Mendidik Akhlak Siswa di Mts Negeri Surakarta II

tahun pelajaran 2015/2016 ?Penelitian ini bertujuan yaitu untuk mendeskripsikan

peranan guru Pendidikan Agama Islam dalam mendidik akhlak siswa dan untuk

mendeskripsikan hambatan-hambatan yang dihadapi guru PAI dalam mendidik

akhlak siswa. Jenis penelitian yang digunakan jenis penelitian lapangan (field

research). Subyek penelitian yaitu guru PAI MTs Negeri surakarta II (2 orang,

guru PAI kelas VII dan VIII), khususnya dalam bidang akhlak. Subyek lain yaitu

kepala sekolah dan guru BK. Untuk memperoleh data penelitian ini digunakan

metode observasi, wawancara, dokumentasi. Adapun penelitian ini dianalisis

dengan mereduksi data di lapangan lalu kemudian mendapatkan hasil data, data

tersebut merupakan temuan baru. Temuan data tersebut dapat berupa deskripsi

atau gambaran sementara, yang sebelumnya masih remang, sehingga setelah

diteliti menjadi jelas. Kesimpulan penelitian ini adalah peranan guru PAI dalam

mendidik akhlak siswa di Mts Negeri Surakarta II tahun pelajaran 2015/2016

diantaranya 1. bimbingan, bimbingan dan pengarahan dalam bentuk hukuman

itulah siswa sadar bahwa perilakunya tersebut salah dan guru pun dapat

menyadarkan siswa atas kesalahan yang telah di perbuatnya. 2. Nasehat, guru

memberikan nasehat dengan etika yang baik, mendorongnya untuk berperangai

dengan akhlak yang baik, menghimbaunya agar melakukan kebajikan dan

senantiasa berada dalam koridor-koridor syari’at. Sehingga nasehat akan diterima

dengan rela tanpa ada unsur terpaksa. 3. Tauladan, guru sebagai tauladan bagi

siswa-siswanya harus memiliki sikap dan kepribadian utuh yang dapat dijadikan

tokoh panutan dalam seluruh segi kehidupannya. Semuanya harus dilakukan

2

secara berkelanjutan sehingga menjadi kultur atau budaya dalam kehidupan

sehari-hari, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Kemudian hambatan-

hambatan yang dialami guru PAI dalam mendidik akhlak siswa di Mts Negeri

Surakarta II tahun pelajaran 2015/2016 diantaranya faktor internal dan eksternal.

1. Faktor internal itu berupa kendala dalam diri siswa itu sendiri berupa ketidak

sungguh sunguh dalam mengikuti kegiatan program-program pendidikan akhlak

disekolah. 2. Faktor eksternal berupa latar belakang keluarga, latar belakang

keluarga akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku siswa. Siswa yang hidup

dikeluarga yang baik dengan pola pendidikan orang tua yang bagus maka siswa

akan cenderung berprilaku baik pula. Karena orang tua merupakan penanggung

jawab pertama dan yang utama terhadap pendidikan akhlak dan kepribadian

seorang anak. Orang tua dapat mendidik dan membentuk akhlak dan kepribadian

anak melalui sikap dan cara hidup yang diberikan orang tua yang secara tidak

langsung merupakan pendidikan bagi sang anak.

Kata Kunci: Peranan , Guru, PAI Mendidik Akhlak

Abstract

The role is a series of interrelated behaviors, carried out in certain situations and related

to conscious and planned efforts in preparing students for the progress of behavioral

change and the development of students who know, understand, live up to believe,

devote, and have a noble character in practicing the teachings of Islam from its main

sources are the holy books of the Qur'an and Hadith through the activities of guidance,

teaching, training, and the use of experience. Islamic Education Teachers are teachers

who have the professionalism in Islamic education staff responsible for providing

knowledge, guidance, and assistance to students in developing their maturity both in the

cognitive, affective and psychomotor fields in accordance with the teachings of Islam,

namely obeying Allah and His Messenger and avoiding anything that is prohibited by

religion. Educate students' morals by nurturing and giving practice, attitudes that give

birth to behavior (behavior, behavior), maybe good, maybe bad. The formulation of this

problem is what is the role of PAI teachers in Educating Morals in Mts II Surakarta

2015/2016 academic year? and are there any obstacles faced by PAI Teachers in

Educating Morals in Surakarta State Mts II in 2015/2016 academic year? This study aims

to describe the role of Islamic Education teachers in educating students' morals and to

describe the obstacles faced by PAI teachers in educate students morals. The type of

research used is field research. The research subjects were teachers of Surakarta II MTs

State MTs (2 people, PAI teachers class VII and VIII), especially in the field of morality.

Other subjects are the principal and BK teacher. To obtain the data of this study used the

method of observation, interviews, documentation. The research was analyzed by

reducing data in the field and then getting the data results, the data is a new finding. The

findings of the data can be in the form of a description or temporary description, which

was previously still dim, so that after being examined it became clear. The conclusion of

this study is the role of PAI teachers in educating morals of students in Surakarta State

Mts II in 2015/2016 academic year including 1. guidance, guidance and direction in the

form of punishment that students realize that the behavior is wrong and the teacher can

make students aware of mistakes do it. 2. Advice, the teacher gives advice with good

ethics, encourages him to behave with good morals, encourages him to do good and

always be in the corridors of the shari'ah. So advice will be accepted willingly without

any compulsion. 3. Model, teacher as a role model for students must have a complete

3

attitude and personality that can be used as role models in all aspects of life. Everything

must be done continuously so that it becomes a culture or culture in daily life, both at

school and outside of school. Then the obstacles experienced by PAI teachers in

educating morals students in Surakarta State Mts II in the 2015/2016 school year include

internal and external factors. 1. Internal factors are in the form of obstacles in the students

themselves in the form of not really being involved in the activities of moral education

programs in school. 2. External factors in the form of family background, family

background will affect the attitudes and behavior of students. Students who live in a good

family with a good pattern of parent education, students will tend to behave well too.

Because parents are the first and foremost person in charge of a child's moral and

personality education. Parents can educate and shape children's character and personality

through attitudes and ways of life given by parents which indirectly constitute education

for the child.

Keywords: Roles, Teachers PAI , Educate Morals

1. PENDAHULUAN

Guru Pendidikan Agama Islam adalah guru atau tenaga pendidik yang memiliki

profesionalitas dalam tenaga kependidikan Islam yang bertanggung jawab

memberikan pengetahuan, bimbingan, seta bantuan kepada peserta didik dalam

mengembangkan kedewasaannya baik dalam ranah kognitif, afektif maupun

psikomotorik sesuai dengan ajaran agama Islam yaitu menaati Allah Swt dan

Rasul-Nya serta menjauhi apa-apa yang dilarang oleh agama.

Pada saat ini guru pendidikan agama Islam dihadapkan pada tantangan

yang sangat besar dan komplek, akibat pengaruh negatif dari Era Globalisasi serta

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mempengaruhi kepribadian dan

akhlak pelajar. Banyaknya pengaruh akhlak terhadap pelajar dalam mengubah

pola pikir, sikap dan tindakan generasi muda. Seperti mabuk-mabukan, tawuran,

pesta obat-obatan terlarang dan penyimpangan lainnya.

Sejalan dengan permasalahan yang ada maka mendidik akhlak bagi para

remaja sangat urgen untuk dilakukan dan tidak dapat dipandang ringan, mengingat

secara psikologis usia remaja adalah usia yang berada dalam goncangan dan

mudah berpengaruh sebagai akibat dari keadaan dirinya yang belum memiliki

bekal pengetahuan, mental, dan pengalaman yang cukup. Akibat dari keadaan

yang demikiaan, para remaja mudah sekali terjerumus kedalam perbuatan-

perbuatan yang dapat menghancurkan masa depannya.

4

Berdasarkan dari uraian ini, maka penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian terutama menyangkut peranan guru pendidikan agama Islam dalam

mendidik akhlak serta mengatasi penyimpangan nilai akhlak yang dilakukan oleh

sebagian siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri Surakarta II, seperti bertengkar

dengan temannya, sholat tidak serius/sholat bercanda dengan teman

disampingnya, jowal jawil dengan lawan jenis, dan lain lain. Maka penulis ingin

meneliti dan mengkaji lebih jauh lagi persoalan tersebut melalui sebuah

penelitian dengan judul Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mendidik

Akhlak

Rumusan Masalah : Apa peranan guru PAI dalam Mendidik Akhlak Siswa

di Mts Negeri Surakarta II tahun pelajaran 2015/2016 ? Adakah hambatan-

hambatan yang dihadapi Guru PAI dalam Mendidik Akhlak Siswa di Mts Negeri

Surakarta II tahun pelajaran 2015/2016 ?

Tujuan Penelitian : Untuk mendeskripsikan peranan guru Pendidikan

Agama Islam dalam mendidik akhlak siswa. Untuk mendeskripsikan hambatan-

hambatan yang dihadapi guru PAI dalam mendidik akhlak siswa.

Manfaat Penelitian secara teoritis : Dapat memberikan sumbangsih bagi

pemikiran pengembangan ilmu pendidikan Islam khususnya di bidang akhlak dan

menjadi sumber referensi bagi pihak yang berkepentingan. Secara Praktis : Dapat

menjadi pertimbangan dan referensi bagi pendidik dalam pendidikan Islam

khususnya dalam mendidik akhlak anak usia remaja di sekolah.

Jenis dan Pendekatan Penelitian : Penelitian lapangan (field research).

Pendekatan kualitatif. Penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-

kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Salah

satu jenis penelitian kualitatif deskriptif adalah berupa penelitian dengan metode

atau pendekatan studi kasus. Studi kasus ialah penelitian terhadap suatu kejadian

atau peristiwa. Dalam hal ini tentang Peranan Guru Pendidikan agama Islam

Dalam Mendidik Akhlak siswa di Mts Negeri Surakarta II Tahun Pelajaran

2015/2016.

Penentuan Subyek Penelitian : Guru PAI MTs Negeri surakarta II (2

orang, guru PAI kelas VII dan VIII), khususnya dalam bidang akhlak. Subyek lain

5

yang memiliki peran penting dalam pengumpulan dan pengelolaan data (kepala

sekolah dan guru BK) dan dokumen-dokumen sekolah yang mendukung dari

judul penelitian ini.

Metode Pengumpulan Data, Observasi adalah teknik pengumpulan data

yang dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan

terhadap suatu keadaan atau perilaku objek sasaran. Dalam penelitian ini

digunakan observasi secara langsung dalam situasi yang sebenarnya, metode ini

digunakan untuk melihat langsung bagaimana keseharian perilaku (akhlak) siswa

kelas VII dan kelas VIII di dalam dan luar kelas (lingkungan sekolah).

Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan

yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan dari pihak yang mewawancarai

dan jawaban diberikan oleh yang diwawancara. Teknik wawancara yang

digunakan adalah wawancara tak berstruktur adalah wawancara yang tidak secara

ketat telah ditentukan sebelumnya mengenai jenis-jenis pertanyaan, urutan, dan

materi pertanyaannya. Metode wawancara dalam penelitian ini dipakai penulis

untuk mengambil data tentang pelaksanaan pendidikan agama Islam khususnya

mendidik akhlak, bagaimana peranan guru pendidikan agama Islam dalam

mendidik akhlak siswa pada saat proses belajar mengajar dan hambatan-hambatan

yang dihadapi guru PAI dalam mendidik akhlak siswa. Wawancara dilakukan

terhadap pihak-pihak terkait seperti: Wawancara dilakukan terhadap pihak-pihak

terkait seperti: guru PAI (2 orang, guru PAI kelas VII dan VIII) dan subyek lain

yang memiliki peran penting dalam pengumpulan dan pengelolaan data (kepala

sekolah dan guru BK). Dalam hal ini terkait dengan Peran guru Pendidikan

Agama Islam dan hambatan-hambatan yang dihadapi guru Pendidikan Agama

Islam dalam mendidik Akhlak. Dokumentasi adalah data dengan melihat atau

mencatat suatu laporan yang sudah tersedia.

Metode Analisis Data, Penulis menganalisis dengan mereduksi data (data

reduction) dalam hal ini berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema, dan polanya. Setelah data

direduksi langkah selanjutnya adalah penyajian data (data display), dalam

penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat,

6

bagan, hubungan antar katagori, dan sejenisnya, penyajian data bersifat naratif.

Setelah data disajikan lalu penarik kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam

penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.

Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya

masih remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa

perbandingan berbagai katagori dan dapat berupa hubungan kausal.

2. METODE

Peranan serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan, yang dilakukan dalam

situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan

perkembangan siswa yang menjadi tujuannya. Peranan guru yang penulis maksud

dalam skripsi ini adalah usaha guru bidang studi pendidikan agama Islam di Mts

Negeri Surakarta II dalam mendidik sikap atau tingkah laku siswa kea rah yang

lebih baik. Guru Pendidikan Agama Islam adalah guru atau tenaga pendidik yang

memiliki profesionalitas dalam tenaga kependidikan Islam yang bertanggung

jawab memberikan pengetahuan, bimbingan, seta bantuan kepada peserta didik

dalam mengembangkan kedewasaannya baik dalam ranah kognitif, afektif

maupun psikomotorik sesuai dengan ajaran agama Islam yaitu menaati Allah Swt

dan Rasul-Nya serta menjauhi apa-apa yang dilarang oleh agama. Mendidik,

memelihara dan memberi latihan (ajaran tuntunan dan pimpinan). Mendidik

dalam penelitian ini di maksudkan sebagai mengubah sikap dan perilaku siswa

dengan usaha mendewasakan melalui pembelajaran serta melalui kegiatan

bimbingan, pengajaran dan latihan untuk peranannya dimasa yang akan dating.

Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-

perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan

pertimbangan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mendidik Akhlak Siswa di Mts

Negeri Surakarta II tahun pelajaran 2015/2016.

Menurut zuharini dalam bukunya metode khusus pendidikan agama

mengatakan guru pendidikan agama Islam adalah guru atau tenaga pendidik yang

memiliki profesionalitas dalam tenaga kependidikan Islam yang bertanggung

7

jawab memberikan pengetahuan, bimbingan, seta bantuan kepada peserta didik

dalam mengembangkan kedewasaannya baik dalam ranah kognitif, afektif

maupun psikomotorik sesuai dengan ajaran agama Islam yaitu menaati Allah Swt

dan Rasul-Nya serta menjauhi apa-apa yang dilarang oleh agama

Guru pendidikan agama Islam secara professional bagaimana

menyampaikan materi yang berkaitan dengan nilai-nilai ke Islaman, tentu akan

menjadi tugas berat bagi guru untuk bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan

sehari-hari. Guru pendidikan agama Islam juga memegang tugas dan tanggung

jawab terhadap akhlak siswa, walaupun dalam pelaksanaanya guru pendidikan

agama Islam melibatkan seluruh komponen sekolah baik kepala sekolah, guru-

guru yang lain serta aparat sekolah untuk saling bekerja sama demi mewujudkan

terciptanya akhlak mulia bagi siswa.

Menurut Dr. Hamka Abdul Aziz dalam bukunya yng berjudul karakter

guru professional mengatakan bahwa peranan guru pendidikan agama Islam ialah

membimbing yaitu memberikan petunjuk kepada orang yang tidak atau belum

tahu. Sedangkan mengarahkan adalah pekerjaan lanjutan dari membimbing, yaitu

memberikan arahan kepada orang yang dibimbing itu supaya tidak salah langkah

atau tersesat jalan.

Tanpa bimbingan siswa akan mengalami kesulitan dalam menghadapi

perkembangan dirinya. Pemberian bimbingan kepada siswa melalui suatu

tindakan, proses atau pernyataan menjadi lebih baik yang dilakukan tanpa henti.

Bimbingan dan arahan tidak mungkin muncul kecuali dari guru yang sabar dan

penuh kelembutan. Karena membimbing memang sangat memerlukan kesabaran,

sedangkan mengarahkan memerlukan kelembutan, dengan bimbingan dan arahan

yang baik dari seorang guru adalah salah satu cara membentuk pribadi siswa

untuk memiliki akhlak yang baik. Setelah guru mengajarkan murid-murid, lalu dia

akan membimbing dan mengarahkan, baru kemudian menasehati siswa.

Berdasarkan wawancara dengan guru PAI MTs Negeri Surakarta II

mengatakan “bimbingan yang diberikan pada siswa itu bukan sekedar bimbingan,

tetapi untuk mengarahkan siswa terhadap apa yang kita bimbing, apabila yang

diarahkan itu mengenai akhlak karimah otomatis siswa itu kita bimbing

8

bagaimana caranya supaya siswa itu benar-benar faham melakukan hal

tersebut”.Sebagaimana dalam observasi yang dilakukan peneliti, ketika sedang

proses pembelajaran ada siswa yang sembrono, maka siswa tersebut di suruh maju

untuk membaca salah satu surat pendek dan membaca istigfar. Jika siswa belum

hafal dengan surat yang dipilih oleh guru, maka siswa di beri tugas tambahan

untuk menghafal surat tersebut sampai lancar. Bimbingan dan arahan tersebut

bersifat mendidik kepada siswa dengan memberikan hukuman, supaya siswa sadar

akan kesalahan/ penyimpangan yang diperbuatnya.

Hasil dokumentasi dan observasi diluar kelas yang penulis tangkap bahwa

bentuk bimbingan dan pengarahan pada saat proses pembelajaran dikelas guru

pendidikan agama Islam menyampaikan nasehat lewat proses pembelajarannya,

membimbing sholat berjama’ah di masjid sekolah, mengarahkan untuk selalu

membuang sampah pada tempatnya, mengarahkan untuk selalu disiplin ketika

masuk kelas, membimbing untuk berwudhu sebelum sholat jama’ah. Guru

menasehati siswanya yang melanggar aturan sekolah

Jadi, adanya peranan guru pendidikan agama Islam dalam mengarahkan

dalam diri siswa, maka siswa banyak memperoleh pembelajaran perilaku (akhlak)

diantaranya membimbing siswa untuk membedakan mana yang baik dan mana

yang tidak baik, dan memberi arahan kepada siswa untuk melakukan perbuatan-

perbuatan yang baik, bimbingan dan pengarahan dalam bentuk hukuman itulah

siswa sadar bahwa perilakunya tersebut salah dan guru pun dapat menyadarkan

siswa atas kesalahan yang telah di perbuatnya.

Peranan guru pendidikan agama Islam dalam selanjutnya adalah nasehat

didalamnya mengandung nilai-nilai akhlak mulia, peranan ini dilakukan sebagai

wujud komunikasi dan perhatian guru terhadap siswa disekolah.

Berdasarkan wawancara dengan guru pendidikan agama Islam MTs

Negeri Surakarta II mengatakan bahwa “peranan guru berupa nasehat kepada

siswa itu dengan menjelaskan kebenaran dan kemaslahatan dengan maksud agar

siswa yang dinasehati terhindar dari kerusakan-kerusakan dan akibat buruk,

mengarah kepada kebahagiaan dan manfaat siswa yang dinasehati”.

9

Sebagaimana dalam firman Allah dalam Q.S An-Nahl (16) ayat 125

لى ق

ى

ل ل

ل

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran

yang baik dan bantahlah mereka dengan cara baik, sesungguhnya Tuhanmu Dia-

lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-

lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (An-Nahl (16)

ayat 125)

Sebagaimana dalam observasi yang dilakukan peneliti bahwa guru

pendidikan agama Islam di MTs Negeri surakarta II mempergunakan sindiran

dalam nasehat, didalam kelas ada seorang siswa yang berbohong kemudian guru

memberikan sindiran dalam bentuk nasehat berupa kebohongan hanya akan

menyelamatkanmu sementara, tapi akan menghancurkanmu selamanya. Hal ini

disebabkan karena nasehat dan petuah memiliki pengaruh yang cukup besar dalam

membentuk kesadaran siswa akan hakikat sesuatu, mendorong siswa menuju

harkat dan martabat yang luhur, menghiasinya dengan akhlak yang mulia.

Jadi dalam pemberian nasehat hendaknya dengan baik, dengan cara yang

halus, karena kalau siswa dikerasi, mereka malah akan semakin sulit diatur. Guru

harus memberikan nasehat dengan etika yang baik, menghimbaunya agar

melakukan kebajikan dan senantiasa berada dalam koridor-koridor syari’at.

Sehingga nasehat akan diterima dengan rela tanpa ada unsur terpaksa.

Menurut Drs. Suparlan didalam bukunya yang berjudul menjadi guru

efektif menjadi contoh atau tauladan yaitu guru sebagai pendidik dalam

menanamkan pendidikan kepada siswa-siswa mereka selalu memberikan contoh

yang baik , selain itu dengan melihat secara langsung dari setiap guru yang

mendidiknya, sehingga mereka merasa pasti dengan apa yang diajarkan guru,

bukan hal yang mustahil dapat direalisasikan dalam perbuatan sehari-hari.

10

Sebagaimana dalam firman Allah dalam Q.S Al Ahzab ayat 21

“Sesungguhnya pada diri Rasulullah ada teladan yang baik bagimu, yaitu bagi

orang yang mengharap Allah dan hari akhir serta banyakberdzikir kepada

Allah.” (Al-Ahzab: 21)

Memberikan keteladanan/contoh yang baik dalam pandangan islam

merupakan pendidikan yang paling membekas pada siswa. Ketika ia menemukan

pada kedua diri orang tua dan pendidiknya suatu teladan yang baik dalam segala

hal makaia telah menemukan prinsip-prinsip kebaikan yang dalam jiwanya akan

membekas berbagai etika islam. Disamping itu juga keteladanan/contoh akan

banyak mempengaruhi pola tingkah laku siswa dalam kehidupan sehari-hari. Guru

sebagai pembawa dan pengamal nilai-nilai agama, budaya dan ilmu pengetahuan

akan memperoleh manfaat dalam mendidik siswa apabila menerapkan terutama

pendidikan akhlak dan agama serta sikap mental siswa.

Sebagaimana dalam observasi yang dilakukan peneliti bahwa saat proses

pembelajaran dikelas guru memberi contoh berakhlak kepada sesama manusia di

depan kelas supaya siswa paham bagaimana akhlak yang benar terhadap ,manusia

yang mana nantinya bisa dilakukan dikehidupan sehari-hari, Proses diluar kelas

guru pendidikan agama Islam memberikan contoh yang baik dengan menyambut

siswa di depan gerbang sekolah dengan menjabat tangan mereka bertujuan

menanamkan sikap sopan dan hormat kepada guru dan orang yang lebih tua,

memberikan contoh yang patut untuk ditiru, baik dari segi cara berpakaian,

berpenampilan, dan tutur kata yang baik dan sopan, dalam kedisiplinan, guru

pendidikan agama Islam selalu tepat waktu dalam mengajar ataupun

melaksanakan kegiatan ekstra di sekolah, dalam berpakaian, guru menunjukan

cara berpakaian yang Islami, guru mengucapkan salam dan menyapa setiap kali

bertemu dengan guru yang lain, berbicara sopan dengan siswanya, baik di dalam

maupun di luar kelas. Semua itu seluruh warga sekolah ikut andil dalam

membentuk perilaku (akhlak) siswa.

11

Berdasarkan wawancara dengan guru pendidikan agama Islam MTs

Negeri Surakarta II mengatakan bahwa “peranan guru berupa tauladan siswa yaitu

terletak pada kepribadian dan akhlak seorang guru. Sikap dan perilaku terpuji

guru terhadap siswanya mencerminkan ia mempunyai kepribadian luhur yang

akan dijadikan contoh ideal bagi siswa dalam perilaku sehari-hari”.

Jadi keteladanan merupakan perbuatan yang patut ditiru dan dicontoh

dalam praktek pendidikan, siswa cenderung meneladani pendidiknya. Peranan

guru sebagai tauladan/contoh terletak pada kepribadian dan akhlak seorang guru.

Guru sebagai tauladan bagi siswa-siswanya harus memiliki sikap dan kepribadian

utuh yang dapat dijadikan tokoh panutan dalam seluruh segi kehidupannya.

Semuanya harus dilakukan secara berkelanjutan sehingga menjadi kultur atau

budaya dalam kehidupan sehari-hari, baik di sekolah maupun di luar sekolah.

Hambatan-hambatan Guru PAI dalam Mendidik Akhlak Siswa di MTs

Negeri Surakarta II

Latar belakang pendidikan dikeluarga memberikan dampak yang sangat

besar dalam kegiatan pendidikan akhlak di sekolah. Lain latar belakang lain pula

pendidikan yang diterima oleh siswa di keluarga dan lingkungannya. Latar

belakang keluarga dengan tingkat pendidikan orang tuanya akan berpengaruh

terhadap sikap dan perilaku siswa. Siswa yang hidup dikeluarga yang baik dengan

tingkat pendidikan orang tuanya bagus, maka siswa akan cenderung berprilaku

yang baik pula.

Sebagaimana dikutip dalam bukunya Nipa Abdul Halim yang berjudul

pengaruh akhlak berupa: faktor eksternal, faktor eksternal yang bisa

mempengaruhi akhlak (moral) seseorang adalah lingkungan keluarga pendidikan

akhlak sangat penting dalam keluarga, karena dengan jalan membiasakan dan

melatih pada hal-hal yang baik, menghormati kepada orang tua, bertingkah laku

sopan, baik dalam berperilaku keseharian maupun dalam bertutur kata. Keluarga

merupakan wadah pertama dan utama, peletak dasar perkembangan anak. Dari

keluarga pertama kali anak mengenal agama dari kedua orang tua, bahkan

pendidikan anak sesungguhnya telah dimulai sejak persiapan pembentukan

keluarga.

12

Untuk yang menghambat pendidikan akhlak antara lain:” ada beberapa

siswa disekolah ini mereka memiliki latar belakang keluarga yang kurang baik

(broken home), selain itu ada juga yang kondisi sosial ekonominya kurang, hal

inilah yang membuat siswa menjadi tidak terkontrol, baik dari pergaulan,

keseharian, dan lain-lain”.

Oleh karena itu baik dan buruknya seorang anak tergantung kepada

pendidikan kedua orang tua, anak diibaratkan seperti kertas yang masih bersih,

kalau dihitamkan ia akan menjadi hitam kalau diputihkan ia akan menjadi putih.

Ditangan orang tualah (bapak,ibu) anak-anak akan menjadi amanat, musuh,

cobaan, fitnah dan perhiasan dunia atau menjadi baik atau buruk . Mereka akan

tumbuh dan berkembang sesuai dengan nilai-nilai, norma-norma yang luhur dan

tingkah laku yang ditanamkan oleh orang tuanya.

Sebagaimana dalam observasi yang dilakukan peneliti bahwa sangat

terlihat sekali perbedaan siswa yang keluarganya mempunyai latar belakang

keluarga yang utuh dengan keluarga yang broken home. Akhlak siswa yang

mempunyai latar belakang dari keluarga broken home sangat terlihat perbedaan

dengan keluarga dari latar belakang keluarga yang utuh ketika berada disekolah,

perbedaan dapat dilihat dari penampilan siswa tersebut, anak dari latar belakang

keluarga broken home terlihat tidak rapi dari baju seragam, penataan rambut

untuk siswa laki-laki, atribut sekolah (nama dada, nama sekolah dan pangkat

kelas) tidak kumplit terpasang dibaju seragamnya. Segi bersikap dari latar

belakang keluarga broken home dalam bersikap tidak sopan dalam berbicara dan

berprilaku terhadap guru, karyawan dan teman-temannya. Sedangkan dari latar

belakang keluarga yang utuh sangat memperhatikan penampilan baju seragam

(nama dada, nama sekolah, dan pangkat kelas) kumplit terpasang dibaju

seragamnya. Segi bersikap dengan guru, karyawan dan teman-temannya sopan

dalam hal berbicara dan berprilaku. Latar belakang pendidikan keluarga broken

home kurang intensif artinya dari latar belakang orang tua yang bercerai berai

menjadikan anak kurang diberikan perhatian dan pengawasan terhadap prilakunya

dirumah. Adapun pada latar belakang keluarga yang utuh sangat memperhatikan

pendidikan terutama dalam pendidikan. Latar belakang keluarga yang utuh sangat

13

intensif artinya orang tua sangat memperhatikan pendidikan anak-anaknya

dirumah maupun disekolah dari latar belakang orang tua yang utuh, menjadikan

anak mendapat perhatian dan pengawasan terhadap perilakunya dirumah.

Jadi latar belakang keluarga akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku

siswa. Siswa yang hidup dikeluarga yang baik dengan pola pendidikan orang tua

yang bagus maka siswa akan cenderung berprilaku baik pula. Karena orang tua

merupakan penanggung jawab pertama dan yang utama terhadap pendidikan

akhlak dan kepribadian seorang anak. Orang tua dapat mendidik dan membentuk

akhlak dan kepribadian anak melalui sikap dan cara hidup yang diberikan orang

tua yang secara tidak langsung merupakan pendidikan bagi sang anak.

Sebagaimana dikutip dalam bukunya Zakiyah Darojat yang berjudul

faktor-faktor yang mempangaruhi akhlak berupa: faktor internal, faktor internal

yang bisa mempengaruhi akhlak (moral) seseorang adalah kepribadian dari orang

itu sendiri. Perkembangan agama pada seseorang sangat ditentukan oleh

pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya, hal ini sangat dipengaruhi oleh

intelejensi pada orang itu sendiri dalam memahami ajaran–ajaran Islam.

4. PENUTUP

Bimbingan, bimbingan dan pengarahan dalam bentuk hukuman itulah siswa sadar

bahwa perilakunya tersebut salah dan guru pun dapat menyadarkan siswa atas

kesalahan yang telah di perbuatnya. Nasehat, guru memberikan nasehat dengan

etika yang baik, mendorongnya untuk berperangai dengan akhlak yang baik,

menghimbaunya agar melakukan kebajikan dan senantiasa berada dalam koridor-

koridor syari’at. Sehingga nasehat akan diterima dengan rela tanpa ada unsur

terpaksa. Tauladan, guru sebagai tauladan bagi siswa-siswanya harus memiliki

sikap dan kepribadian utuh yang dapat dijadikan tokoh panutan dalam seluruh segi

kehidupannya. Semuanya harus dilakukan secara berkelanjutan sehingga menjadi

kultur atau budaya dalam kehidupan sehari-hari, baik di sekolah maupun di luar

sekolah. Hambatan guru pendidikan agama Islam dalam mendidik akhlak dalam

faktor internal itu berupa kendala dalam diri siswa itu sendiri berupa ketidak

sungguh sunguh dalam mengikuti kegiatan program-program pendidikan akhlak

disekolah. Hambatan guru pendidikan agama Islam dalam mendidik akhlak dalam

14

faktor eksternal berupa latar belakang keluarga, latar belakang keluarga akan

berpengaruh terhadap sikap dan perilaku siswa. Siswa yang hidup dikeluarga yang

baik dengan pola pendidikan orang tua yang bagus maka siswa akan cenderung

berprilaku baik pula. Karena orang tua merupakan penanggung jawab pertama dan

yang utama terhadap pendidikan akhlak dan kepribadian seorang anak. Orang tua

dapat mendidik dan membentuk akhlak dan kepribadian anak melalui sikap dan

cara hidup yang diberikan orang tua yang secara tidak langsung merupakan

pendidikan bagi sang anak.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim, Nipa. 2000. Pengaruh Akhlak. Bandung: Samudra. Akhlak Siswa

disekolah. (http:// www.ariesilmiah.com), diakses tanggal 20 Februari 2016.

Ali, Mohammad Daud. 2010. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Al-qur’an dan Terjemahannya. 2004. Departemen Agama RI. Bandung : CV J-

ART.

Anwar, Rosihon. 2015. Akhlak Tasawuf . Bandung : CV. Pustaka Setia.

Aziz, Hamka Abdul. 2012. Karakter Guru Profesional. Jakarta :Al-Mawardi

Prima.

Daradjat, Zakiah. 1996. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta :Bumi

Aksara.

Darajat, Zakiyah. 1970. Fator-faktor Yang Mempengaruhi Akhlak. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada. Akhlak Siswa disekolah. (http://

www.ariesilmiah.com), diakses tanggal 20 Februari 2016.

Dkk, Zuharini. 1983. Metode Khusus Pendidikan Agama .Surabaya: Usaha

Nasional,

Fathoni, Abdurrahman. 2006. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan

Skripsi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Gafar, Irpan Abdul dan Jamil, Muhammad. 2003. Reformulasi Rancangan

Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Nur Isnaini.

Gunawan, Heri. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

Bandung: Alfabeta.

15

Ilyas, Yunahar. 2014. Kuliah Akhlaq. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Imron, Moh Ali. 2011. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: PT

Bumi Aksara.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2014. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Muhaimin. 2001. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mu’is, Fahrur dan Faris, Abu. 2011. Belajar Islam Untuk Pemula. Solo: Aqwam.

Prihatin, Eka. 2011. Manajemen Peserta Didik. Bandung: CV.ALVABETA.

Suparlan. 2005. Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat Publising.

Tafsir, Ahmad. 1994. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: PT

Remja Rosdakarya.

_____ .2002. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Tanzeh, Ahmad. 2011. Metodologi Penelitian Praktis. Yogyakarta: Teras.

Uzer Usman, Moh. 1994. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Undang-undang tentang Guru dan Dosen Nomor 14 tahun 2005 BAB I Pasal 1,

hlm. 2.

_____ . BAB IV Pasal 8, hlm. 7.

Wibowo, Arif dkk. 1996. Studi Islam 2. Surakarta :PSIK UMS.

Yusuf, Muhammad Zain. 1993. Akhlak Tasawuf. Semarang: Nawa Kartika.