peranan bimbingan orang tua dalam memotivasi...
TRANSCRIPT
PERANAN BIMBINGAN ORANG TUA DALAM
MEMOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP ISLAM PARUNG
BOGOR
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
RYNA RESNAWATI
206018200210
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011/1432 H
i
ii
iii
iv
v
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Peranan Bimbingan Orang Tua dalam
Memotivasi Belajar Siswa di SMP Islam Parung Bogor”. Ditulis oleh Ryna
Resnawati, Jurusan Kependidikan Islam, Program Studi Manajemen Pendidikan,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan bimbingan orang tua
dalam memotivasi belajar siswa. Penelitian dilakukan di SMP Islam Parung
Bogor, metode yang digunakan adalah deskriptif. Data diperoleh dari hasil
penyebaran angket kepada seluruh siswa di SMP Islam Parung Bogor. Adapun
yang menjadi subjek penelitian (sampel) pada penelitian ini adalah siswa kelas
VIII SMP Islam Parung Bogor yang berjumlah 127 orang. Instrumen yang
digunakan adalah angket yang terdiri dari 25 item pernyataan pilihan yaitu 14
item untuk intensitas bimbingan orang tua dan 11 item untuk motivasi belajar
siswa.
Bimbingan yang diberikan oleh orang tua terhadap anaknya berperan positif
terhadap motivasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa secara matematis pembelajaran dikatakan ideal atau sangat
baik jika jumlah skor angket sejumlah 12.700. Dalam penelitian ini diperoleh
jumlah skor angket sejumlah 8710. Yang artinya perbandingan antara jumlah skor
angket penelitian dengan jumlah skor angket ideal diperoleh angka porsentase
68,5%. Angka ini menunjukkan bahwa peranan bimbingan orang tua dalam
memotivasi belajar siswa pada SMP Islam Parung Bogor kelas VIII berperan baik.
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan Rahmat, Taufiq serta Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang sederhana ini. Shalawat dan salam senantiasa
diberikan kepada Rasulullah Muhammad SAW., yang telah merubah peradaban
dari peradaban yang penuh kesesatan menuju masyarakat yang berperadaban,
yang penuh keimanan dan ketakwaan. Doa dan salam juga semoga terlimpahkan
kepada keluarga, sahabat dan pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.
Melalui segenap usaha, doa, dan penantian panjang, Alhamdulillah,
penulis telah dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang sederhana ini berkat
bantuan dari berbagai pihak, baik materil maupun moril, terutama adalah atas
berkat Taufiq dan Inayah Allah SWT. Karena itu, penulis merasa bersyukur
kepada Allah SWT., dan berterima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan serta kemudahan kepada penulis baik pada saat penulis
menyelesaikan studi maupun saat penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Prof. Dr, Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed., M.Phil., dan Drs. H. Mu’arif SAM, M.Pd.,
Ketua Jurusan Kependidikan Islam dan Ketua Program Studi-Manajemen
Pendidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
vii
3. Dra. Nurdelima Waruwu, M.Pd., Dosen pembimbing skripsi atas segenap
waktu, arahan dan kesabarannya dalam membimbing penulis hingga akhir
penulisan skripsi ini.
4. H. Jarkasih, S.Ag, kepala SMP Islam Parung Bogor yang telah
memperkenankan dan membantu penulis dapat menyelesaikan penelitian
ini.
5. Pimpinan dan Staf perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan serta perpustakaan lainnya di Jakarta, yang telah
membantu penulis dalam menyediakan buku-buku yang penulis butuhkan.
6. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta atas ilmu yang diberikan kepada
penulis, semoga ilmu ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.
7. Ayahanda terkasih Drs. H. Iwan Gunawan dan Ibunda tercinta Hj. Wiwi
Sulastri Kartaperaja, atas segala doa, nasehat, kesabaran yang diberikan
kepada penulis untuk dapat belajar terus tanpa batas, kakaku tersayang
Lilis Oktavianty dan Adiku tersayang Maghfira Maulani, atas segala
dukungan yang diberikan.
8. Kepada kakek dan nenekku, serta tante-tanteku yang selalu memberikan
semangat kepada penulis.
9. Meggy Prayoga yang selama ini sangat baik dan sabar yang selalu
memberikan semangat, dukungan dan menemani penulis dalam segala hal
sehingga penulis sangat termotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
Thank’s you so much, you are special in my heart.
viii
10. Kepada semua teman-teman seperjuangan angkatan 2006 Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Kependidikan Islam-Manajemen
Pendidikan (Erma, Lilis, Aminah, Ulum, Hany, Fifi, Husna, Rita, ka
Nurmaizan, Nova, Ferry, Dhani, Asep, Qory dll), terima kasih atas segala
masukan, motivasi dan dukungan kalian semua.
11. Kepada semua sahabatku Indah, Kartika, Qorye, Ritha, Ghea, Zahra, Putri,
Deasy dan Senja makasih untuk dukungan kalian, penulis harap
persahabatan dan kebersamaan kita selama ini tidak akan pernah pudar.
Semoga Allah SWT., yang Maha Pengasih dan Penyayang, berkenan
membalas semua amal kebaikan mereka, amin.
Jakarta, 2011
Penulis
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASYAH ................................. ii
UJI REFERENSI ............................................................................................ iii
SURAT PERNYATAAN KARYA PENULIS .............................................. iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................................. 4
C. Pembatasan Masalah ............................................................................. 4
D. Perumusan Masalah .............................................................................. 5
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................. 5
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Bimbingan Orang Tua
1. Pengertian Bimbingan ..................................................................... 6
2. Fungsi Bimbingan dan Tujuan Bimbingan Orang Tua Bagi Anak . 8
3. Pengertian Orang Tua ..................................................................... 9
4. Peranan Orang Tua .......................................................................... 11
5. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Orang Tua dalam Membimbing
Anak ................................................................................................ 16
6. Tugas dan Tanggung Jawab Orang Tua .......................................... 20
7. Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak ........................................... 26
B. Motivasi Belajar
1. Pengertian Belajar ........................................................................... 27
x
2. Pengertian Motivasi Belajar ............................................................ 31
3. Jenis-jenis Motivasi ......................................................................... 37
4. Macam-Macam Motivasi ................................................................ 40
5. Fungsi Motivasi ............................................................................... 41
6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar .................................... 43
7. Motivasi Dalam Belajar .................................................................. 43
8. Indikator Motivasi Belajar .............................................................. 45
9. Peranan Motivasi Dalam Belajar .................................................... 45
C. Kerangka Berpikir ................................................................................. 48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 50
B. Metode Penelitian.................................................................................. 51
C. Populasi dan Sampel ............................................................................. 51
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 53
E. Teknik Pengolahan Data ....................................................................... 54
F. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian .............................................................. 55
G. Teknik Analisa Data .............................................................................. 57
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskrips Objek Penelitian ..................................................................... 60
B. Deskripsi Data ....................................................................................... 66
C. Analisis Data.................... ..................................................................... 83
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 88
B. Saran ...................................................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
TABEL 1 Jenis Kegiatan
TABEL 2 Kisi-kisi Instrumen Kuesioner Peranan Bimbingan Orang Tua
dalam Memotivasi Belajar Siswa di SMP Islam Parung Bogor
TABEL 3 Klasifikasi Nilai Rentang Interval
TABEL 4 Orang Tua Menemani Saya Ketika Sedang Belajar
TABEL 5 Saya Dibimbing Oleh Orang Tua Setiap Belajar Di rumah
TABEL 6 Saya Disarankan Oleh Orang Tua Untuk Mengulang Pelajaran Di
rumah
TABEL 7 Orang Tua Saya Menciptakan Suasana Yang Tenang Ketika
Sedang Belajar
TABEL 8 Orang Tua Saya Memberikan Perhatian Ketika Sedang Belajar
TABEL 9 Orang Tua Saya Bertanya Tentang Pelajaran Disekolah
TABEL 10 Orang Tua Saya Memberikan Solusi Ketika Mempunyai Masalah
Dalam Belajar
TABEL 11 Orang Tua Saya Mengajak Berdiskusi Untuk Membahas Masalah
Belajar
TABEL 12 Orang Tua Saya Memberikan Arahan dan Nasehat Dalam Belajar
TABEL 13 Orang Tua Saya Memberikan Motivasi Ketika Sedang Belajar
TABEL 14 Orang Tua Saya Memberikan Fasilitas Belajar Dirumah
TABEL 15 Orang Tua Saya Mengingatkan Untuk Belajar Tiap Malam
TABEL 16 Orang Tua Saya Melarang Untuk Menonton Tv Ketika Sedang
Belajar
TABEL 17 Orang Tua Saya Setiap Bulannya Membelikan Buku Pelajaran
TABEL 18 Saya Belajar Tanpa Disuruh Oleh Orang Tua
TABEL 19 Saya Rajin Belajar Karena Menyenangi Pelajaran Itu
TABEL 20 Saya Semangat Belajar Karena Ingin Mendapatkan hadiah Dari
Orang Tua
TABEL 21 Saya rajin Belajar Supaya Dipuji Oleh Orang Tua
TABEL 22 Saya Senang Belajar Jika Disanjung Oleh Guru
TABEL 23 Saya Tepat Waktu Ketika Hadir Disekolah
xii
TABEL 24 Saya Tidak Dapat Belajar Tanpa Adanya Iringan Musik
TABEL 25 Saya Fokus Mengerjakan Pekerjaan Rumah Dirumah
TABEL 26 Saya Fokus Belajar Jika Suasana Rumah Tenang
TABEL 27 Saya Mengikuti Bimbingan Belajar
TABEL 28 Saya Ingin Belajar Jika Mendapat Hadiah
TABEL 29 Nilai Persepsi Siswa Terhadap Peranan Bimbingan Orang Tua
dalam Memotivasi Belajar Siswa
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan proses mendidik dan menuntun anak didik
untuk mencapai tujuan tertentu dalam wujud perubahan-perubahan positif
dalam diri anak. Perubahan yang dimaksud merupakan bagian proses
kedewasaan yang berlangsung secara terus menerus, yang pada akhirnya
berwujud kedewasaan pada anak.
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 3 pendidikan
bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, sekaligus meningkatkan
harkat dan martabat manusia. Selain itu pendidikan diharapkan dapat
meningkatkan kehidupan manusia kearah yang sempurna. Sehingga
pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan betaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demoktaris secara bertanggung jawab.1
1 Undang Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang System Pendidikan Nasional
(Yogyakarta: Media Wacana Press, 2003), cet ke 3, h. 12.
2
M. Ngalim Purwanto, menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar dapat kita bedakan menjadi dua golongan yaitu faktor
yang ada pada diri organisme itu sendiri atau disebut faktor individual dan
faktor yang ada di luar individu atau yang disebut faktor sosial. Yang
termasuk ke dalam faktor individual adalah faktor kematangan/pertumbuhan,
kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi. Sedang yang termasuk faktor
sosial adalah faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara
mengajarnya, alat-alat yang digunakan dalam belajar mengajar, lingkungan
dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial2.
Dari beberapa faktor tersebut di atas, orang tua dapat menempati
kedudukan yang primer dan fundamental dalam memberikan motivasi kepada
anak. Karena motivasi adalah dorongan yang timbul pada seseorang secara
sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan suatu tujuan
tertentu. Jadi motivasi belajar siswa di sekolah dapat dipengaruhi dari
beberapa faktor dorongan internal (dari dalam diri siswa itu sendiri), maupun
faktor eksternal yang mencakup: lingkungan tempat tinggal, lingkungan
sekolah, maupun lingkungan keluarga. Karena perang keluarga khususnya
orang tua mempunyai peranan utama dalam mendidik anak untuk mencapai
prestasi belajar melalui motivasi yang diberikan orang tua.
Dengan demikian terlihat betapa besarnya tanggung jawab orang tua
terhadap anaknya karena menentukan pencapaian prestasi belajar siswa. Oleh
2 , M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2004), h.
102
3
karena itu motivasi belajar siswa yang baik atau dapat dikatakan tinggi akan
dapat menolong siswa meraih prestasi yang tinggi pula. Namun pada
kenyataannya, tingkat motivasi belajar siswa di sekolah antara siswa yang satu
dengan yang lain berbeda. Dikarenakan adanya pengaruh lingkungan keluarga
dan lingkungan sekolah yang berbeda-beda pula.
Kesadaran orang tua akan peran dan tanggung jawabnya selaku
pendidik yang pertama dan utama dalam keluarga sangat diperlukan.
Tanggung jawab orang tua terhadap anak tampil dalam bentuk bermacam-
macam. Konteksnya dengan tanggung jawab orang tua dalam pendidikan,
maka orang tua adalah pendidik yang pertama dan utama dalam keluarga.
Namun yang kerap terjadi adalah orang tua saling melupakan/mengabaikan
peran dan fungsinya dalam membimbing/mendidik anak, karena merasa cukup
bahwa proses pendidikan anak hanya berlangsung di sekolah. Hal ini
berdampak pada prestasi belajar siswa yang semakin menurun.
Sebagaimana yang terjadi di SMP Islam Parung Bogor pada bulan
Februari hingga Mei 2010, penulis mengadakan pengamatan melalui program
PPKT (Praktek Profesi Keguruan Terpadu) selama periode itu, penulis
menemukan permasalahan kurangnya motivasi belajar siswa dikarenakan
kurangnya peranan bimbingan orang tua dalam memotivasi belajar anaknya.
Karena sebagian orang tua memiliki kesibukannya masing-masing, contohnya
tidak ada waktu untuk menemani anaknya ketika belajar, kurang adanya
perhatian dari orang tua dalam membimbing belajar anaknya, tidak adanya
disiplin yang diberikan orang tua kepada anaknya dan kurangnya dukungan
4
yang diberikan orang tua kepada anaknya ketika sedang belajar. Maka hal
tersebut sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa.3
Masalah ini tentunya menarik untuk dilakukan penelitian. Untuk itu,
penulis bermaksud akan melakukan penelitian terhadap masalah tersebut yang
kemudian dberi judul “PERANAN BIMBINGAN ORANG TUA DALAM
MEMOTIVASI BELAJAR SISWA (STUDI PENELITIAN DI SMP ISLAM
PARUNG BOGOR”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas maka dapat diperoleh beberapa
masalah yang diindentifikasi sebagai berikut:
1. Kurangnya waktu orang tua dalam menemani anak ketika sedang
belajar
2. Kurang adanya perhatian dari orang tua dalam membimbing belajar
3. Tidak adanya disiplin yang diberikan oleh orang tua
4. Kurangnya dukungan orang tua yang diberikan ketika sedang belajar
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, penulis membatasi permasalahan
sebagai berikut:
1. Peranan orang tua meliputi: usaha orang tua dalam membimbing anak
belajar, fasilitas belajar, dan disiplin belajar anak.
3 Hasil Pengamatan di SMP Islam Parung Bogor (Bogor, Maret 2010)
5
2. Motivasi belajar siswa meliputi: hasrat belajar dan kebutuhan dalam
belajar, harapan dan cita-cita masa depan, penghargaan dalam belajar, dan
kegiatan yang menarik di dalam belajar dan kondisi yang kondusif.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas dan untuk lebih memperjelas
permasalahan yang akan diteliti, maka masalah yang diangkat dalam
penelitian ini adalah: Bagaimana peranan bimbingan orang tua dalam
memotivasi belajar siswa di SMP Islam Parung Bogor?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian:
Untuk memperoleh suatu gambaran tentang peranan bimbingan
orang tua dalam memotivasi belajar siswa.
2. Manfaat Penelitian:
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suumbangan yang
bersifat teoritis maupun praktis.
a. Secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kajian
ilmu pengetahuan tentang peran bimbingan orang tua dalam
belajar siswa khususnya dalam memotivasi belajar siswa.
b. Secara praktis
1. Bagi Pendidik
Memberikan informasi tentang peranan orang tua dalam
memotivasi belajar siswa SMP Islam Parung Bogor.
6
2. Bagi orang tua memberikan informasi tentang membimbing
siswa dalam memotivasi belajar.
3. Bagi siswa SMP Islam Parung Bogor
Mendorong siswa untuk mengikuti bimbingan orang tua
untuk meningkatkan motivasi belajar.
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Bimbingan Orang Tua
1. Pengertian Bimbingan
Secara etimologi, kata “bimbingan” berasal dari kata Guidance
yang berasal dari kata kerja to guide yang memiliki arti menunjukkan,
membimbing, menuntun ataupun membantu.1
Menurut Rochman Natawidjaja, dalam Soejipto & Raflis Kosasi,
bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang
dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut
dapat memahami dirinya sehingga ia sanggup mengarahkan diri
dan dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan
keluarga serta masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap
kebahagiaan hidupnya serta dapat memberikan sumbangan yang
berarti.2
Prayitno memberikan pengertian bimbingan sebagai berikut:
1 Hallen A, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), Cet, ke-1, h. 3.
2 Soetjipto, Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007), Cet ke-3,
h. 62.
6
7
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh
orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu,
baik anak-anak, remaja, maupun dewasa; agar orang yang
dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan
mandiri; dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang
ada dan dapat dikembangkan; berdasarkan norma-norma yang
berlaku.3
Bimbingan adalah usaha pemberian bantuan, diberikan kepada
orang-orang dari berbagai usia, yang ditangani oleh orang yang ahli dan
diselenggarakan berdasarkan prinsip demokrasi, merupakan bagian dari
pendidikan secara keseluruhan.4
Menurut Crow & Crow yang dikutip oleh Djumhur dan Moh.
Surya “guidance” diartikan sebagai: “bantuan yang diberikan
seseorang baik pria maupun wanita yang memiliki peribadi yang
baik dari pendidikan yang memadai, kapada seorang individu dari
setiap usia untuk menolongnya mengemudikan kegiatan-kegiatan
hidupnya sendiri, mengembangkan arah pandangannya, membuat
pilihannya sendiri, dan memikul bebannya sendiri.”5
Bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan yang terus
menerus dari seorang pembimbing yang telah dipersiapkan kepada
individu yang membutuhkan dalam rangka mengembangkan seluruh
potensi yang dimilikinya secara optimal dengan berbagai macam media
dan teknik bimbingan dalam suasana asuhan yang normative agar tercapai
kemandirian sehingga individu tersebut dapat bermanfaat baik bagi dirinya
sendiri maupun lingkungannya.6
3 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar dan Bimbingan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1999), Cet, ke-1, h. 99. 4 Zikri Neni Iska, Bimbingan dan Konseling pengantar Pengembangan Diri dan
Pemecahan Masalah Peserta Didik/Klien, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2008), h. 3. 5 Djumhur dan Moh Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV Ilmu),
Cet ke 17, h. 25. 6 Hallen A, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 9.
8
Bimbingan ini banyak macamnya tergantung pada beberapa hal
antara lain; pertama, atas dasar intensitasnya, bimbingan ada yang intensif
dan tidak intensif. Intensif ialah melibatkan kesadaran yang menyertai
suatu aktifitas atau pengalaman bathin. Dalam hal ini, bila ada dua aktifitas
tidak mungkin keduanya dilakukan secara intensif secara bersamaan.
Kedua, atas cara timbulnya, ada bimbingan spontan atau tidak sengaja,
timbul begitu saja, tanpa usaha dan perhatian sekehendak atau disengaja.
Ketiga, atas dasar luasnya objek yang dikenai bimbingan.
2. Fungsi Bimbingan dan Tujuan Bimbingan Orang Tua bagi Anak
Sasaran dari bimbingan adalah mengembangkan potensi yang ada
pada setiap individu secara optimal, dengan harapan agar ia menjadi orang
yang berguna bagi dirinya sendiri, lingkungan, dan pada masyarakat pada
umumnya. Jadi tujuannya adalah, supaya yang dibimbing itu mampu
menjadikan dirinya berguna baik bagi dirinya, keluarganya, dan
masyarakatnya pada umumnya, hal ini sebagaimana tertera dalam Al-
Quran:
Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Q.S. At-Tahrim: 6)
9
Dan adapun diadakannya bimbingan, bertujuan agar setiap anak
yang mengalami kesulitan dalam belajar mampu menghindari dari segala
gangguan atau hambatan yang dapat menghalangi kelancaran aktifitasnya
dalam belajar, baik di sekolah dan di rumah, serta mampu mengatasi dan
menyelesaikan persoalan tersebut, dengan potensi yang ada pada dirinya.
Untuk itu para orang tua harus jeli dan peka terhadap perkembangan yang
terjadi pada anaknya yang masih dalam usia sekolah, karena setiap
persoalan dan kesulitan yang dihadapi oleh anak harus segera diatasi,
tentunya harus memulai bimbingan dan arahan dari orang tua.
Sedangkan bila ditinjau dari statusnya, bimbingan mempunyai tiga
fungsi, yaitu:
a. Fungsi pencegahan (preventif) maksudnya adalah bimbingan
berfungsi sebagai usaha pencegahan timbulnya masalah yang dapat
menghambat perkembangan pada diri seorang anak.
b. Fungsi penyaluran maksudnya adalah, bimbingan berfungsi
memberikan bantuan kepada anak, untuk mendapatkan kesempatan
menyalurkan potensi yang ada pada dirinya agar lebih berkembang.
c. Pendorong anak untuk belajar maksudnya adalah bimbingan dapat
mendorong anak untuk menambah minat belajarnya.7
3. Pengertian Orang Tua
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian dari orang tua
adalah “ayah dan ibu kandung atau orang yang dianggap tua atau dituakan
7 H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta:
Golden Trayon Press, 1992), h. 14.
10
(cerdik, pandai, ahli dan sebagainya) atau orang yang dihormati dan
disegani”.8
Hery Noer Aly mengatakan bahwa “orang tua adalah orang dewasa
pertama yang memikul tanggung jawab pendidikan, sebab secara alami
anak pada masa awal kehidupannya berada ditengah-tengah ibu dan
ayahnya, serta dari merekalah anak mulai mengenal pendidikan.”9
Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
orang tua adalah ayah dan ibu kandung yang mempunyai tanggung jawab
secara kodrati dalam mendidik anak.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan orang
tua adalah segala bantuan/usaha yang diberikan oleh orang tua dalam
memberikan bantuan kepada anaknya baik secara moril dan materil.
Secara moril seperti berupa nasehat-nasehat, kasih sayang, arahan,
pemberian situasi, dan bila mungkin memberikan bantuan dalam
menyelesaikan tugas-tugas anaknya di rumah. Dan secara materil berupa
menyediakan kebutuhan belajar anak.
Bimbingan orang tua ketika di rumah menurut Hasbullah
diidentifikasikan menjadi 5 bentuk yang berhubungan erat dengan
motivasi belajar siswa di sekolah, yaitu: (1) Memperhatikan pengalaman-
pengalamannya dan menghargai segala usahanya. (2) Menunjukkan
kerjasamanya dalam mengarahkan cara belajar di rumah. (3) Membuat
8 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2002), Cet. 2, h. 756. 9 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet. 2,
h. 87.
11
pekerjaan rumahnya. (4) Tidak disita waktu anak dengan mengerjakan
pekerjaan rumah tangga. (5) Memotivasi dan membimbing anak dalam
belajar.10
Orang tua memberikan bimbingan, mengawasi waktu belajar anak
dan menyediakan cukup waktu untuk mengadakan percakapan dan dialog
serta menciptakan suasana santai dan nyaman sehingga anak dapat belajar
dengan tenang. Di samping itu, penyediaan fasilitas atau kelengkapan
belajar dan motivasi yang selalu diberikan merupakan wujud dari
bimbingan orang tua kepada anak-anaknya dalam meraih motivasi belajar
yang tinggi. Dengan bimbingan yang penuh dari orang tuanya anak akan
rajin belajar dan memperoleh prestasi yang baik.
Selanjutnya, dalam diri orang tua secara otomatis memiliki
perasaan mengasihi dan menyayangi terhadap anak, sebagaimana
dimaklumi, jelas bahwa orang tua secara fitrah mencintai anak, menjalar
dalam perasaan jiwa, emosi untuk memelihara, mengasihi, menyayangi
dan memperhatikan anaknya.
4. Peranan Orang Tua
Orang tua mempunyai peran teramat penting bagi kehidupan anak.
Ia merupakan lembaga pendidikan pertama dan utama bagi pembinaan
pribadi anak. Jika orang tua mendidik dan mengarahkan anaknya secara
positif maka anak tersebut mempunyai sifat yang positif pula, sedangkan
jika orang tua mendidik dan mengarahkan anaknya secara negatif maka
10
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rata Grafindo Persada, 2005), h.90.
12
anak tersebut mempunyai sifat yang negatif. Sehingga apapun yang
dilakukan orang tua terhadap anaknya terutama jika si anak masih kecil,
maka hal ini akan sangat berpengaruh terhadap sikap, prilaku dan
kehidupannya kelak. Orang tua yang harus selalu mau belajar tentang
bagaimana mengasuh dan mendidik anak, agar mereka dapat menjalankan
perannya sebagai orang tua.
Agar proses bimbingan dapat berjalan sesuai tujuan yang
diinginkan oleh orang tua maka bimbingan tidak terlepas dari peranan
kedua orang tua yaitu peranan ibu dan peranan ayah dalam membimbing
anaknya berikut ini penulis akan menguraikan peranan-peranan tersebut:
a. Peranan Ibu
Pada kebanyakan keluarga, ibulah yang memegang peranan yang
terpenting terhadap anak-anaknya. Sejak anak itu dilahirkan, ibulah
yang selalu disampingnya. Ibulah yang memberi makan dan minum,
memelihara, dan selalu bercampur gaul dengan anak-anak. Itulah
sebabnya kebanyakan anak lebih cinta kepada ibunya daripada kepada
anggota keluarga lainnya.
Pendidikan seorang ibu terhadap anaknya merupakan pendidikan
dasar yang tidak dapat diabaikan sama sekali. Maka dari itu, seorang
ibu hendaklah yang bijaksana dan pandai mendidik anak-anaknya.
Sebagian orang mengatakan kaum ibu adalah pendidik bangsa.
Nyatalah betapa berat tugas seorang ibu sebagai pendidik dan
pengatur rumah tangga. Baik buruknya pendidikan ibu terhadap
13
anaknya akan berpengaruh besar terhadap perkembangan watak
anaknya dikemudian hari. Seorang ibu yang selalu khawatir dan selalu
menurutkan keinginan anak-anaknya, akan berakibat kurang baik.
Demikian pula tidak baik seorang ibu berlebih-lebihan mencurahkan
perhatian kepada anaknya. Asalkan segala pernyataan disertai rasa
kasih sayang yang terkandung dalam hati ibunya, anak itu dengan
mudah akan tunduk kepada pemimpinnya.
Sesuai dengan fungsi serta tanggung jawabnya sebagai anggota
keluarga, dapat disimpulkan bahwa peranan ibu dalam pendidikan
anak-anaknya adalah sebagai:
1. Sumber dan pemberi rasa kasih sayang,
2. Pengasuh dan pemelihara,
3. Tempat mencurakan isi hati,
4. Pengatur kehidupan dalam rumah tangga,
5. Pembimbing hubungan pribadi,
6. Pendidik dalam segi-segi emosional.
b. Peranan Ayah
Di samping ibu, seorang ayah pun memegang peranan yang
penting pula. Anak memandang ayahnya sebagai orang yang tertinggi
gengsinya atau prestisenya. Kegiatan seorang ayah terhadap
pekerjaannya sehari-hari sungguh besar pengaruhnya kepada anak-
anaknya, lebih-lebih anak yang telah agak besar.
Meskipun demikian, di beberapa keluarga masih dapat kita lihat
kesalahan-kesalahan pendidikan yang diakibatkan oleh tindakan
seorang ayah. Karena sibuknya bekerja mencari nafkah, si ayah tidak
ada waktu untuk bergaul mendekati anak-anaknya. Lebih celaka lagi
14
seorang ayah yang sengaja tidak mau berurusan dengan pendidikan
anak-anaknya. Ia mencari kesenangan bagi dirinya sendiri saja. Segala
kekurangan dan kesalahan yang terdapat di dalam rumah tangga
mengenai pendidikan anak-anaknya dibebankan kepada istrinya,
dituduhnya dan dimaki-maki istrinya.
Tanpa bermaksud mendiskriminasikan tugas dan tanggung jawab
ayah dan ibu di dalam keluarga, ditinjau dari fungsi dan tugasnya
sebagai ayah, dapat dikemukakan di sini bahwa peranan ayah dalam
pendidikan anak-anaknya yang lebih dominan adalah sebagai:
a. Sumber kekuasaan di dalam keluarga,
b. Penghubung intern keluarga dengan masyarakat atau dunia
luar,
c. Pemberi perasaan aman bagi seluruh anggota keluarga,
d. Pelindung terhadap ancaman dari luar
e. Hakim atau yang mengadili jika terjadi perselisihan,
f. Pendidik dalam segi-segi rasional11
Perlakuan yang diberikan oleh orang tua terhadap anak sangat
besar pengaruhnya terhadap mereka. Oleh karena itu ajaran Islam pun
memberikan tuntutan yang baik kepada para pendidik khususnya orang tua
sebagai pendidik yang pertama dan utama dalam mendidik anak-anaknya
agar mereka dapat berkembang secara maksimal. Adapun tuntutan dalam
hal ini yang terpenting diantaranya ialah:
1) Kasih sayang
2) Lemah lembut
3) Memberikan kemerdekaan
4) Memberikan penghargaan
5) Mendidik sesuai dengan perkembangannya
11
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), cet ke 18, h. 82.
15
6) Mengarahkan kemasa depan
7) Berbicara kepada mereka dengan benar, baik, lemah lembut
dan mudah dimengerti
8) Disiplin12
Anak yang sudah berumur enam tahun dianggap sudah matang
untuk belajar di sekolah, maka orang tua diharapkan mampu untuk
menyiapkan anak-anaknya agar siap untuk bersekolah dengan menerapkan
tuntutan untuk mendidik yang diantaranya telah disebutkan diatas,
sehingga anak telah matang dan memenuhi syarat untuk masuk sekolah.
Diantaranya syarat-syarat untuk masuk sekolah adalah:
1) Anak sudah mulai matang untuk belajar menulis
2) Matang untuk mulai belajar membaca
3) Matang untuk mulai belajar berhitung.13
Jadi, orang tua adalah yang mempunyai peranan utama dan
pertama dalam mendidik anak untuk mencapai aqidah yang baik yang
akhirnya bisa mencapai pada kedudukan sebagai manusia yang sempurna
dan berguna dunia dan akhirat. Dalam pendidikan ini, segala model,
macam dan cara yang ada dan diajarkan oleh orang tua akan menjadi
modal utama, baik dan buruknya anak kelak tergantung model pertama
dan utama tersebut.
12
Syahminan Zaini, Prinsip-prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam
Mulia, 1986), Cet. I, h. 115. 13
Zulkifli L, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), Cet. V, h.
52.
16
5. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Orang Tua dalam Membimbing
Anak
Orang tua harus menyadari bahwa anak selalu membutuhkan
perhatian dan bimbingan orang tuanya, oleh karena itu orang tua juga
harus mengerti betul ciri-ciri pertumbuhan yang dilalui oleh anak. Maka
hal-hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua dalam mendidik anak antara
lain:
a). Pendidikan disiplin
pendidikan disiplin merupakan suatu proses bimbingan yang
bertujuan menanamkan pola perilaku tertentu, kebiasaan-kebiasaan
tertentu, atau membentuk menusia dengan ciri-ciri tertentu, terutama untuk
meningkatkan kualitas mental dan moral (Sukadji, 1988). Di dalam
keluarga pendidikan disiplin dapat diartikan sebagai metode bimbingan
orang tua agar anaknya mematuhi bimbingan tersebut.
Anak adalah manusia yang harus didewasakan. Jadi sedikit demi
sedikit, sesuai dengan umurnya, ia harus diajari dan dibiasakan bahwa ia
makhluk sosial. Jadi bahwa ia harus belajar bergaul dengan orang lain,
dengan sesama. Ia bukan raja segala raja dan yang lain adalah budaknya.
Ini berarti ia harus dididik. Ia harus belajar bahwa pergaulan berarti ada
batas-batas perilakunya. Jadi orang tua sebagai teladan harus orang
berdisiplin. Seandainya tidak, mereka mustahil dapat mendidik anaknya.
17
Akan tetapi apabila anak melihat bahwa ayah dan ibu memang orang tahu
akan disiplin, ia akan menerima kepadanya dituntut disiplin juga.14
b). Menerima Anak Apa Adanya
Untuk mempersiapkan anak menjadi pelajar yang baik orang tua
harus menerima anak mereka. Anak yang tidak diterima oleh orang tua
tidak dapat dibimbing menjadi seorang dewasa yang bahagia. Namun
diterima, bukan sembarangan penerimaan. Anak perlu diterima apa
adanya. Entah pandai, entah biasa, entah lemah. Terbuka atau tertutup,
anak lasak atau pendiam, alim atau nakal. Dan anak itu harus diterima
kemudian dibentuk menjadi manusia dewasa. Kenyataan dan tuntutan ini
akan menentukan cara dan bentuk bimbingan anak menghadapi pengajaran
dan pendidikan di sekolah.15
Jika kalau orang tua ingin membimbing anak menghadapi dunia
persekolahan harus menerima bahwa di SD anak tidak bisa menjadi juara
sekolah. Kemudian anak dibantu kalau bisa ibu sendiri, supaya anak tetap
merasa kerasan disekolah. Jangan menuntut yang tidak-tidak. Memberi
semangat kepada mereka. Dan anak yang pandai tidak lebih dipuji dan
dihargai daripada adinya atau kakaknya yang tidak begitu pandai.
Ini semua berarti bahwa bimbingan serba boleh sama, sekali tidak.
Bimbingan harus tegas. Yang dapat dan perlu dituntut harus dituntut. Anak
pandai yang malas belajar jangan dibiasakan malas. Perlu tegas. Namun
kalau tetap malas orang tua perlu menghubungi seorang ahli bimbingan
14
J. Drost, SJ, Proses Pembelajaran sebagai Proses Pendidikan, (Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia, 1999), h. 23-24. 15
J. Drost, SJ, Proses Pembelajaran sebagai Proses Pendidikan . . . , h. 25.
18
dan konseling atau seorang psikolog guna mengetahui ada masalah apa
pada anak itu.
Bimbingan juga didasarkan atas kepercayaan pada anak, bukan atas
kecurigaan. Bimbingan orang tua harus disesuaikan keadaan dan
kemampuan nyata si anak. Yang pasti juga, apabila anak bersalah, anak
tidak langsung dimarahi atau dihukum begitu saja.
Pola pendidikan yang tidak memberi kesempatan kepada anak
untuk membuat kesalahan adalah pola pendidikan yang salah. Apabila
karena setiap kesalahan anak langsung ditindak, itu berarti anak dididik
menjadi penakut yang tidak pernah berani berinisiatif. Tunggu komando.
Orang semacam itu tidak perlu bertanggung jawab karena hanya pembeo.
Apabila anak salah, anak harus diberi tahu apa yang salah dan dibantu
untuk memperbaiki kesalahannya. Dengan demikian, ia belajar dari
kesalahan-kesalahannya. Namun, apabila setelah dibimbing ia tetap nakat
membuat kesalahan, anak itu perlu ditindak.16
c). Pendidikan Jasmani dan Akal
Orang tua harus memperhatikan perkembangan jasmani anaknya.
Yang dilakukan orang tua adalah menanamkan dan membiasakan hidup
sehat. Itu dapat dilakukan dengan memberikan contoh hidup sehat: dengan
mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi dan berkalori cukup,
keteraturan makan, minum, istirahat yang cukup. Keteraturan jadwal tidur
16
J. Drost, SJ, Proses Pembelajaran sebagai Proses Pendidikan . . . , h. 26.
19
dan bangun harus ditegakkan dan dibiasakan serta dicontohkan oleh orang
tua.
Mengenai pendidikan akal agar anak kita memiliki akal yang
cerdas serta pendai, banyak yang dapat dilakukan orang tua. Pertama-tama
tentulah dengan cara menyekolahkan karena sekolah itulah lembaga yang
paling baik untuk mengembangkan akal. Dapat dilakukan dengan cara
antara lain berdiskusi kecil-kecilan, menyelesaikan masalah dirumah
bersama anggota keluarga dengan menggunakan analisis akal. Membantu
anak mengerjakan pekerjaan rumah yang biasanya merupakan tugas dari
sekolah adalah salah satu cara membantu/membimbing pendidikan akal
anak-anak kita. Pekerjaan rumah (PR) anak-anak SD biasanya masih
dipahami oleh orang tua. Memanggil guru privat kerumah juga membantu
anak kita menghadapi pelajaran disekolah juga merupakan bentuk lain dari
usaha orang tua membimbing anaknya dirumah. Memenuhi peralatan
sekolah anaknya jelas merupakan cara mendidik anak dirumah, terutama
pendidikan akal. Yang terpenting dalam pendidikan akal ialah
mendisiplinkan anak kita agar selalu mengerjakan pekerjaan rumah secara
sungguh-sungguh. Orang tua juga harus menanamkan pada anaknya
betapa pentingnya orang yang memiliki akal cerdas serta pandai, pujilah
mereka tatkala berprestasi, sabarkan mereka tatkala gagal mencapai
prestasi yang layak.17
17
Tafsir Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja
RosdaKarya, 2007), cet ke-7, h. 155-157.
20
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa orang tua perlu
menghargai peribadi seorang anak. Anak berhak memohon didekati penuh
hormat. Anak pun memiliki hak-hak asasi dalam keluarga, disekolah, dan
di masyarakat. Kendati masih amat bergantung pada orang lain, masih
lemah, ia harus tetap diperlakukan sebagai seorang peribadi.
Peran orang tua dalam membimbing adalah sebagai pendidik
utama, termasuk membimbing anak menghadapi dunia persekolahan.
Karena proses pembelajaran berlangsung lewat lembaga sekolah,
bimbingan nyata dari orang tua ialah menyiapkan anak-anak untuk
akhirnya masuk perguruan tinggi. Dan menurut J. Drost hanya untuk
beberapa anak masuk dunia kerja. Namun, kepada mereka semua dituntut
kedewasaan dan kemandirian yang sama.
Kembali kepada yang dibimbing. Anak adalah manusia muda yang
akan didewasakan, bukan dewasa kecil yang akan dibesarkan. Let boys be
boys and girls be girls, they are not small adult. Anak itu akan dibimbing
orang tua menjadi peribadi dewasa dan mandiri, khususnya pada bidang
menghadapi sekolah.18
6. Tugas dan Tanggung Jawab Orang Tua
Tugas penting orang tua akan sangat terdukung jika mampu
menciptakan suasana rumah menjadi tempat tinggal sekaligus sebagai
18
J. Drost, SJ, Proses Pembelelajaran sebagai Proses Pendidikan, (Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia, 1999), h. 23-24.
21
basis pendidikan. Tugas orang tua memang berat, tetapi ada banyak cara
untuk memberikan motivasi dalam segi pendidik, antara lain:
1. Melengkapi fasilitas pendidik, antara lain:
a. Tempat belajar yang menyenangkan
Seperangkat meja dan kursi sederhana dilengkapi dengan rak buku
sudah bisa diciptakan, sebagai meja belajar. Untuk menciptakan
suasana menyenangkan, penataannya yang harus disesuikan
dengan kebutuhan anak.
b. Media Informasi
Ilmu pengetahuan tak bisa dilepaskan kaitannya dengan media
informasi. Karena disinilah sebagian besar ilmu pengetahuan akan
diperoleh. Maka untuk mengakrabkan anak pada bidang
pendidikan harus pula terlebih dahulu mengakrabkan meraka
kepada media-media informasi.
c. Perpustakaan
Minimal ada buku-buku yang dikoleksi. Karena untuk
menumbuhkan motivasi kependidikan anak, buku adalah sarana
yang paling tepat. Kecintaan anak terhadap buku mutlak harus
ditumbuhkan sedini mungkin. Dan rumah adalah tempat yang
paling cocok untuk keperluan itu.
2. Budaya ilmu, Maksudnya pembentukan prilaku dan pembiasaan dari
anggota-anggota keluarga yang menunjang keberhasilan pendidikan.
22
Diantaranya: “Budaya Islam, budaya belajar, ada pula pemenuhan gizi
anak”19
.
Allah berfirman:
Artinya : “ Para ibu hendaknya menyusukan anak-anaknya selama
dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan.
Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu
dengan cara yang ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan
menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita
kesengsaraan karena anaknya dan juga seorang ayah karena anaknya,
dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin
menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu
memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kepada
Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”.(Q.S. Al-Baqarah :
233)20
Dari ayat tersebut, terlihat jelas betapa pentingnya orang tua (ibu)
dalam hal menyusui anaknya hingga sempurna, karena apa yang dimakan
oleh ibu akan berdampak pada perkembangan fisik dan mental anak.
Dengan demikian, jelaslah betapa pentingnya peranan orang tua dalam
19
Irawati Istadi, Seri Psikologi Anak 2; Istimewa Setiap Anak, (Jakarta: Pustaka Inti,
2002), Cet. 3, h. 175. 20
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya: Mekar Surabaya,
2004), h. 57.
23
merawat dan mendidik anak agar menjadi orang yang berguna serta
bermanfaat bagi orang tua khususnya, agama, lingkungan, dan negaranya.
Tugas orang tua amat besar dalam mendidik anak dengan
pendidikan jasmani, intelektual dan mental spiritual, baik melalui teladan
yang baik atau pengajaran (nasihat-nasihat), sehingga kelak ia dapat
memetik tradisi-tradisi yang benar dan pijakan moral yang sempurna.
Sebuah keniscayaan bagi orang tua dalam proses pendidikan dan
pengajaran kepada anak, karena kedewasaan kepada anak banyak
dipengaruhi oleh faktor pendidikan, pengulturan dan pengajaran dimana
orang tua adalah subjek yang banyak berperan serta didalamnya. Demikian
itu, A. Mudjadid Mahali berpendapat bahwa “orang tua mempunyai
kewajiban mendidik anak agar menjadi manusia saleh, berguna bagi
agama, nusa dan bangsa. Dan bertanggung jawab di hadapan Allah SWT
terhadap pendidikan anak-anaknya. Orang tua juga berkewajiban
memelihara diri dari hal-hal yang tidak pantas serta terlebih dahulu
menjalankan perintah agama secara baik”21
.
Jadi tugas paling penting bagi orang tua adalah mendidik dan
mengajar anak dengan cara yang pantas juga sesuai dengan hak dan
kewajiban serta norma-norma yang berlaku, sehingga anak dapat menjadi
orang yang baik, beradab, berbudaya, terhormat, bijak, patuh terhadap
hukum, dan warga negara yang bertanggung jawab.
21
A. Mudjadid Mahali, Hubungan Timbal Balik Orang Tua dan Anak, (Solo: Ramadhani
Press, 1994), Cet. 3, h. 137-138.
24
Jadi, tugas dan tanggung jawab orang tua ialah mendidik dan
memberikan dukungan berupa motivasi, fasilitas dan prilaku yang baik
agar tertanam dalam diri seorang anak pendidikan yang mengarah kepada
intelegensi dan pendidikan agama (moral) serta memberikan makanan
yang baik bagi anak.
Tanggung jawab pendidikan yang perlu didasari dan dilaksanakan
orang tua terhadap anaknya antara lain:
1) Memelihara dan membesarkannya. Tanggung jawab ini merupakan
dorongan alami untuk dilaksanakan, karena anak memerlukan
makan, minum, dan perawatan agar ia dapat hidup secara
berkelanjutan.
2) Melindungi dan menjamin kesehatannya baik secara jasmaniah dan
rohaniah dari berbagai gangguan penyakit atau bahaya lingkungan
yang dapat membahayakan dirinya.
3) Mendidik dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan
yang berguna bagi hidupnya, sehingga apabila ia telah dewasa ia
mampu berdiri sendiri dan membantu orang lain serta
melaksanakan kekhalifahannya.
4) Membahagiakan anak untuk dunia dan akhirat dengan memberinya
pendidikan agama sesuai dengan ketentuan Allah SWT samapi
akhir hidup muslim22
.
Dengan demikian orang tua harus mengetahui dan memahami apa
saja yang menjadi tanggung jawabnya terhadap anak, agar dapat
melaksanakannya dengan baik.
Orang tua memiliki tanggung jawab yang besar terhadap anak-
anaknya, antara lain:
1) Memelihara dan membesarkan anak.
22
Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), h. 64.
25
2) Melindungi dan menjamin keselamatan anak dari penyelewengan
kehidupan dari tujuan yang sesuai falsafah yang dianutnya.
3) Memberi pengajaran dalam arti luas, sehingga anak memperoleh
peluang yang ingin dicapainya.
4) Membahagiakan anak baik dunia dan akhirat sesuai dengan pandangan
tujuan hidup muslim.
5) Memenuhi kebutuhan jiwa anak, seperti:
a) Kebutuhan akan rasa kasih sayang
b) Kebutuhan akan rasa aman
c) Kebutuhan akan harga diri
d) Kebutuhan akan rasa kebebasan
e) Kebutuhan akan rasa sukses
f) Kebutuhan akan mengenal.23
“Rumah dan keluarga adalah lingkungan hidup pertama, dimana
anak memperoleh pengalaman-pengalaman pertama yang mempengaruhi
jalan hidupnya. ”24
Inilah tugas atau tanggung jawab orang tua sebagai
pembimbing utama dan pertama bagi anak supaya dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Dengan demikian orang tua seharusnya juga
memahami tentang teori-teori dasar bimbingan atau setidaknya
mengetahui bagaimana cara untuk membimbing anaknya kearah yang baik
terutama jika si anak sedang mengalami kesulitan.
“Nasib seorang anak sampai batas waktu tertentu berada ditangan
kedua orang tuanya, dan ini terkait dengan tingkat pendidikan keduanya,
dan sampai sejauh mana perhatian yang diberikan keduanya dalam
23
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung, 1968), h. 76. 24
Y. Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa, Psikologi Untuk Membimbing,
(Jakarta: Gunung Mulia, 1978), cet. V, h. 13.
26
mendidik dan mengajar anak-anaknya.”25
Orang tua yang baik adalah
mereka yang dengan ikhlas dan sungguh-sungguh menunaikan tanggung
jawabnya terhadap anak, maka mereka akan menghasilkan individu-
individu yang berguna dan berkualitas dan tentunya dapat membahagiakan
orang tuanya di dunia dan kemuliaan di akhirat kelak.
7. Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak
Orang tua mempunyai kewajiban terhadap anak-anaknya yang
harus dipenuhi, karena itu merupakan hak seorang anak. Anak adalah
titipan dari Allah yang harus dipelihara dan dijaga dengan baik oleh para
orang tua, karena mereka berperan besar dalam pembentukan kepribadian
dan masa depan anak. Merawat, menjaga dan mendidik anak inilah yang
merupakan kewajiban orang tua bukan hanya terhadap anaknya yang
merupakan titipan dan amanat dari Allah SWT yang harus dilaksanakan
dengan baik. Diantara kewajiban orang tua terhadap anak adalah:
1) Memberi nama yang baik
2) Membina aqidah dan agama
3) Berlaku adil kepada anak-anaknya
4) Memberikan pendidikan dan pengajaran
5) Memberikan contoh dan teladan yang baik26
Selain beberapa hal diatas orang tua juga harus dapat memahami
perasaan dan keinginan anak-anaknya, untuk itu orang tua diharapkan
dapat mendorong anaknya dalam mengungkapkan perasaan. Menurut
Daniel Goleman “perasaan merupakan bagian dari diri kita yang tidak
25
Ayatullah Ibrahim Amini, Agar Tidak Salah Mendidik Anak, Terj. Dari Ta’lim wa
Tarbiyat oleh Ahmad Subandi dan Salman Fadlullah, (Jakarta: Al-Huda, 2006), cet. I, h. 111. 26
Rama Yulis dkk. Pendidikan Islam dalam Rumah Tangga, (Jakarta: Kalam Mulia,
2001), cet. IV, h. 60.
27
boleh ditekan, diabaikan atau dikesampingkan.”27
Jika orang tua sudah
dapat melakukannya sehingga mereka dapat mengetahui apa sebenarnya
keinginan anak, maka orang tua akan dapat mengasuh dan mendidik
anaknya dengan baik.
B. Motivasi Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar menurut W.S Wingkel adalah “suatu aktivitas mental atau
psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman,
keterampilan dan nilai sikap, perubahan itu bersifat secara relative konstan
dan berbekas.”28
Sedangkan pengertian belajar lainnya adalah : usaha untuk
membentuk hubungan antara perangsang dan reaksi. Pandangan ini
dikemukakan oleh Thorndike aliran koneksionisme. Menurut ajaran
koneksionisme orang belajar karena menghadapi masalah yang harus
dipecahkan. Masalah itu merupakan perangsang atas stimulus terhadap
individu. Kemudian individu itu mengadakan reaksi terhadap rangsang,
bila reaksi itu berhasil maka terjadilah hubungan perangsang dan reaksi
dan terjadi pula peristiwa belajar.
Belajar adalah usaha untuk menyesuaikan diri terhadap kondisi dan
situasi disekitar kita. Dalam menyesuaikan diri itu termasuk mendapatkan
27
Maurice J.Elias, at. Al., Cara-Cara Efektif Mengasuh Anak Dengan EQ, Terj. Dari
Emotionally Intelegent Parenting oleh M. Jauharul Fuad (Bandung: Kaifa, 2000), cet. I, h. 187. 28
W.S. Wingkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Gramedia, 1999), h. 53.
28
kecekatan-kecekatan, pengertian-pengertian yang baru, dan sikap-sikap
baru. Pandangan ini umumnya dikemukakan oleh aliran behaviorisme.
Bagi aliran psyscho refleksi, belajar dipandang sebagai usaha untuk
membentuk reflek-reflek baru. Bagi aliran ini belajar adalah perbuatan
yang berwujud rentetan dengan gerak reflek itu dapat menimbulkan reflek-
reflek buatan.
Belajar adalah suatu usaha proses aktif, yang dimaksud aktif disini
adalah bukan hanya aktifitas yang Nampak seperti gerakan-gerakan badan,
akan tetapi juga aktifitas-aktifitas mental, seperti proses berpikir,
mengingat dan sebagainya. Pandangan ini umumnya dikemukakan oleh
para ahli psikologi Gestalt.
Menurut Hilgard yang dikutip Abd. Rachman Abror dalam
bukunya Theories of Learning belajar merupakan proses perbuatan yang
dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang
keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya.29
Dari beberapa pengertian belajar seperti disebutkan di atas,
dapatlah disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1) Bahwa belajar menimbulkan suatu perubahan (dalam arti,
tingkah laku, kapasitas) yang relative tetap;
2) Bahwa perubahan itu, pada pokoknya, membedakan antara
keadaan sebelum individu berada dalam situasi belajar dan
sesudah melakukan belajar;
29
Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya,
1993), Cet. ke-4, h. 66.
29
3) Bahwa perubahan itu dilakukan lewat kegiatan, atau usaha atau
praktek yang disengaja atau diperkuat.
Belajar adalah usaha-usaha untuk mengatasi ketegangan-
ketegangan psikologis. Bila orang ingin mencapai tujuan, dan ternyata
mendapat rintangan, maka hal ini menimbulkan ketegangan. Ketegangan
ini baru bisa berkurang bila rintangan itu diatasi, usaha untuk mengatasi
inilah yang disebut belajar.30
Chaplin, yang dikutip oleh Muhibbin Syah dalam Dictionary of
Psychology membatasi belajar dengan dua rumusan. Rumusan pertama
belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap
sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan kedua belajar adalah
proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus.31
Hintzman, yang dikutip Muhibbin Syah dalam bukunya The
Psychology of Learning and Memory berpendapat bahwa belajar adalah
suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme, manusia atau hewan,
disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku
organisme tersebut.
Wittig, yang dikutip Muhibbin Syah dalam bukunya Psychology of
Learning mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relative menetap
yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu
organisme sebagai hasil pengalaman.
30
Mustaqim dan Abdul Wahid. Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), h.
60. 31
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT LOGOS, 1999), Cet. ke-1, h. 60.
30
Seperti yang dikutip oleh Muhibbin Syah dalam pendahuluan
Biggs teaching of learning mendefinisikan belajar dalam tiga hal macam
rumusan : (a) Rumusan kuantitatif, secara kuantitatif belajar berarti
kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta
yang sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut
berapa banyak materi yang dikuasai. (b) Rumusan institusional’ secara
institusional atau tinjauan kelembagaan belajar dipandang sebagai proses
validasi atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi-materi
yang telah dipelajari. Bukti institusional yang menunjukkan siswa telah
belajar dapat diketahui sesuai dengan proses mengajar. Ukurannya,
semakin baik mutu guru semakin baik pula mutu perolehan sisa yang
kemudian dinyatakan dalam bentuk skor. (c) Rumusan kualitatif adapun
pengertian secara kualitatif tinjauan mutu ialah proses memperoleh arti
dan pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia disekeliling siswa.
Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya fikir dan
tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah kini dan
nanti dihadapi siswa.32
Bertolak dari berbagai definisi yang telah diutarakan diatas, secara
umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah
laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
32
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar . . . , h. 62-63.
31
2. Pengertian Motivasi Belajar
Secara etimologis kata motivasi berasal dari kata motif, yang
artinya kemauan atau kehendak, atau bisa juga daya upaya yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Menurut Woodworth, motif terjadi menjadi dua bagian,motif-motif
pokok yang tidak dipelajari unlearned motives), motif yang biasa
dorongan (drive) dan motif-motif yang dipelajari (learned
motives), motif yang disebabkan oleh kebutuhan-kebutuhan tubuh,
seperti lapar, haus dan lainnya.33
Motivasi berasal dari kata inggris adalah motivation yang berarti
dorongan, penjelasan dan motivasi kata kerjanya adalah to motivate yang
berate mendorong, menyebabkan dan merangsang: motive sendiri berarti
alasan, sebab dan daya penggerak.34
Motif adalah daya dalam diri
seseorang menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah
laku atau perbuatan.35
Menurut kamus bahasa Indonesia Motivasi adalah dorongan yang
timbul pada seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan
suatu tindakan dengan suatu tujuan tertentu.36
Dalam membahas tentang motivasi, sering kita menemukan
beberapa istilah yang mengandung relevansi dengan motivasi. Diantara
istilah yang dimaksudkan adalah motif, kebutuhan, dorongan dan instink.
Motivasi adalah suatu konstruk (construck) terjadinya tingkah laku.
33
M.N. Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Rosda Karya, 1994), h. 62. 34
John. M. Echol, & Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: PT. Gramedia,
1996), Cet. ke 3, h. 386. 35
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Jakarta: PT. Rosda Karya, 1992), Cet.
ke 4, h. 24. 36
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
PT. Balai Pustaka, 1995), h. 666.
32
Motif,dipakai untuk menunjukkan keadaan dalam diri seseorang
yang berasal dari akibat suatu kebutuhan. Motif sebagai pendorong yang
tidak berdiri sendiri, tetapi saling kait mengait dengan faktor-faktor lain.
Hal-hal yang mempengaruhi motif adalah motivasi. Kalau orang ingin
mengetahui mengapa orang berbuat dan berperilaku kea rah sesuatu seperti
yang dikerjakan, maka orang tersebut akan terkait dengan motivasi atau
perilaku yang termotivasi. Motif yang kadang disebut juga motivasi yang
mengaktifkan dan membangkitkan perilaku yang tertuju pada pemenuhan
kebutuhan. Motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau
organisme yang mendorong perilaku ke arah tujuan. Oleh karena itu,
motivasi mempunyai 3 (tiga) aspek, yaitu: (1) Keadaan terdorong dalam
diri organisme, yaitu kesiapan bergerak karena kebutuhan, misalnya
kebutuhan jasmani, karena keadaan lingkungan atau karena keadaan
mental seperti berpikir dan ingatan. (2) Perilaku yang timbul dan terarah
karena keadaan. (3) Tujuan (goal) yang dituju oleh perilaku tersebut.
Kebutuhan, dipakai untuk menjelaskan adanya kekurangan yang pokok
pada tubuh atau tuntutan yang lebih dipelajari atau gabungan antara
andanya kekurangan yang pokok pada tubuh dan tuntutan yang lebih
dipelajari. Dorongan (drive), motif yang muncul untuk memenuhi
kebutuhan dasar, seperti makan dan minum. Instink, kadang-kadang
dipergunakan untuk memberikan gambaran tentang kebutuhan fisik dan
33
untuk menggambarkan perilaku rumit yang pada dasarnya warisan
keturunan.37
McDonald memberikan sebuah definisi tentang motivasi sebagai
suatu perubahan tenaga di dalam diri atau peribadi seseorang yang di
tandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai
tujuan.38
James O. Whittaker memberikan pengertian secara umum
mengenai penggunaan istilah “motivation” di bidang psikologi. Ia
mengatakan, bahwa motivasi adalah kondisi-kondisi atau keadaan yang
mengaktifkan atau memberi dorongan kepada makhluk untuk bertingkah
laku mencapai tujuan yang ditimbulkan oleh motivasi tersebut.
Thorndike yang terkenai dengan pandangannya tentang belajar
sebagai proses “trial-and-error”. Ia mengatakan, bahwa belajar dengan
“trial-and-error” itu dimulai dengan adanya beberapa motif yang
mendorong keaktifan. Dengan demikian, untuk mengaktifkan anak dalam
belajar diperlukan motivasi.
Menurut Ghuthrie, dalam buku Wasty Soemanto, pengertian
motivasi hanyalah menimbulkan variasi respons pada individu, dan bila
dihubungkan dengan hasil belajar, motivasi tersebut bukan instrument
dalam belajar.
37
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi
Brother’s, 2006), h. 39. 38
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), Cet. ke-5, h.
203.
34
Pada dasarnya, motivasi memiliki dua elemen menurut Wasty
Soemanto yaitu elemen dalam (inner component) dan elemen luar (outer
component) adalah:
a) Elemen Dalam ( inner component )
Elemen dalam ini berupa perubahan yang terjadi di dalam diri
seseorang, berupa keadaan tidak puas, atau ketegangan
psikologis. Rasa tidak puas atau ketegangan psikologis ini bisa
timbul oleh karena keinginan-keinginan untuk memperoleh
penghargaan, pengakuan serta berbagai macam kebutuhan
lainnya.
b) Elemen Luar ( outer component )
Elemen luar dari motivasi adalah tujuan yang ingin dicapai
oleh seseorang. Tujuan itu sendiri berada di luar diri seseorang
itu, namun mengarahkan tingkah laku orang itu untuk
mencapainya. Seseorang yang diasumsikan mempunyai
kebutuhan akan penghargaan dan pengakuan, maka timbullah
tujuan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.39
Motivasi yang oleh Eysenck dan kawan-kawan dirumuskan
sebagai suatu proses yang menentukan suatu kegiatan, intensitas,
konsisten, serta arah umum dari tingkah laku manusia, merupakan konsep
yang rumit dan berkaitan dengan konsep-konsep yang lain seperti: minat,
konsep diri, sikap dan sebagainya.40
Melayu. Sp Hasibuan, mengungkapkan bahwa motivasi adalah
pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan dalam bekerja
seseorang, agar mereka mau bekerja sama. Bekerja efektif dan terintegrasi
dengan segala daya upaya untuk mencapai kepuasan.
39
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan . . . h. 207. 40
Slameto, Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003),
Cet. ke-3, h. 170.
35
Dimyati dan Mudjiono, mengemukakan bahwa ada tiga
kemampuan utama dalam memotivasi yaitu: kebutuhan, dorongan, dan
tujuan. Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan
antara apa yang ia miliki dan yang ia harapkan. Dorongan merupakan
kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi
harapan. Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada
pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan. Dorongan yang berorientasi
pada tujuan tersebut merupakan inti motivasi. Sedangkan tujuan adalah hal
yang ingin dicapai oleh seorang individu. Tujuan tersebut mengarahkan
perilaku dalam hal ini perilaku belajar.41
Motivasi seseorang untuk berhasil, lebih kuat, dibandingkan
motivasi untuk tidak gagal. Hal ini dikarenakan orang yang termotivasi
akan selalu merencanakan dan memperinci segala kesulitan yang akan
dihadapinya dengan matang dan seksama, agar dapat berhasil. Moh. Uzer
Usman berpendapat bahwa Motivasi adalah:
“Suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perubahan
atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan
atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong
tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu mencapai tujuan tertentu”.42
Pendapat tersebut diatas mengandung pengertian bahwa motivasi
yaitu memacu kegiatan-kegiatan setiap orang, mengarahkannya untuk
berbuat dan bertindak dengan spontanitas. Dapat menyalurkan tingkah
laku, artinya bahwa dengan motivasi seseorang dapat menciptakan suasana
41
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), Cet.
ke-4, h. 80. 42
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998),
h. 28.
36
dan kondisi berkaitan dengan tercapainya tujuan yang telah disepakati.
Motivasi dapat berfungsi sebagai penjaga dan penopang tingkah laku, dan
berorientasi pada tujuan.
Motivasi sebagai kebutuhan setiap individu dapat menggerakkan
semua potensi baik, semangat belajar maupun sumber daya lainnya.
Motivasi dari segi aktivitas berfungsi sebagai usaha positif untuk
menggerakkan daya dan potensi serta semangat belajar secara produktif.
Motivasi dapat mengarahkan setiap individu sehingga dapat berhasil
dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan sebelumnya.
Sedangkan menurut Mustaqim dan Abdul Wahib bahwa: “Motivasi
ialah seni yang merangsang perhatian pada murid apabila tidak
mempunyai perhatian, atau yang belum dirasakan oleh murid atau
menyempurnakan perhatian yang sudah ada supaya menjadi perbuatan
yang dikehendaki masyarakat. Motivasi dalam belajar mengandung:
membangkitkan, memberi kekuatan dan memberi arah pada tingkah laku
yang diinginkan”.43
Maka motivasi merupakan suatu tindakan yang mendorong
seseorang melakukan sesuatu, seperti dorongan untuk bekerja, dorongan
untuk shalat, dorongan untuk makan dan minum,serta dorongan untuk
belajar. Dorongan untuk belajar meruapakan suatu hal yang perlu
dilaksanakan terutama dorongan yang datang dari luar siswa, selain
dorongan dari dalam diri siswa. Sebab motivasi belajar merupakan
43
Mustaqim dan Abdul Wahib, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010),
Cet. ke 2, h. 66.
37
dorongan bagi tiap individu, untuk lebih meningkatkan kemampuan setiap
individu untuk mau belajar.
Sedangkan menurut Ngalim motivasi adalah pendorong suatu
usaha yang disadati untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar
dapat tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga
mencapai hasil atau tujuan tertentu.44
Dengan demikian jelaslah bahwa
untuk meraih suatu prestasi dalam belajar perlu adanya motivasi baik dari
dalam diri siswa, maupun dari lingkungan disekitarnya termasuk motivasi
yang diberikan oleh guru maupun orang tua.
3. Jenis-jenis Motivasi
Dalam kegiatan belajar mengajar apabila seseorang siswa yang
tidak mengerjakan tugas perlu diselidiki sebab-sebabnya. Upaya ini
dilakukan untuk memberikan rangsangan supaya murid mau melaksanakan
kegiatan belajar.
Dengan kata lain siswa perlu diberikan rangsangan agar timbul
motivasi yang kuat dalam diri anak didik.
Motivasi dapat dikatakan sebagai motor penggerak kegiatan di
dalam diri siswa, sehingga menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar supaya tujuan yang dikehendaki dapat
tercapai.
Untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, orang tua harus
mampu menguasai keadaan tertentu sepanjang masih dalam konteks
44
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan . . . h. 71.
38
pendidikan dalam arti bahwa menguasai tersebut sebagai teknik
menimbulkan minat dan gairah belajar siswa sebagai peserta didik dalam
mencapai tujuan pengajaran dan pendidikan. Tentu saja keinginan untuk
memotivasi siswa agar melakukan pekerjaan yang diinginkan, sesuai
dengan tujuan tertentu yang telah ditentukan sebelumnya. Oleh sebab itu
orang tua perlu mempunyai pengetahuan yang berhubungan dengan
motivasi yang dapat mendorong atau menggerakkan untuk melakukan
suatu perubahan dan tindakan yang dikehendaki.
Motivasi belajar itu dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu:
1. Motivasi Instrinsik
Yaitu bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai
dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang mutlak berkaitan
dengan aktivitas belajar.45
Motivasi ini mengacu kepada faktor dari dalam diri siswa yang
memiliki motivasi instrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang
terdidik. Satu-satunya jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin dicapai
ialah belajar, tanpa belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan untuk
membangkitkan motivasi instrinsik pada siswa dapat ditempuh dengan
jalan sebagai berikut:
a. Adanya kebutuhan
b. Adanya pengetahuan
45
WS. Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta: Gramedia, 1986),
Cet. ke-3, h. 27.
39
c. Adanya aspirasi-aspirasi46
2. Motivasi Ekstrinsik
Yaitu motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya
perangsang dari luar.47
Mengapa motivasi ekstrinsik ini perlu diberikan, tak lain karena
seseorang tidak senantiasa berada dalam keadaan menetap, bisa terjadi
seseorang yang mempunyai motivasi belajar instrinsik ini tidak sampai
berada pada tingkatan yang sangat rendah, perlu dikontrol dengan
menggunakan motivasi ekstrinsik.
Pada orang yang tingkat motivasi instrinsiknya lemah, justru
motivasi ekstrinsik ini sangat diperlukan. Motivasi ekstrinsik yang
diberikan secara tepat, justru secara perlahan dapat menanamkan motivasi
instrinsik untuk belajar manakala belajar yang direkayasa dengan motivasi
ekstrinsik tersebut telah menjadi kebiasaan bagi pembelajar bahkan kalau
sudah sampai di tahap peribadi, seseorang akan tinggi motivasi belajarnya
secara instrinsik.
Untuk dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, orang tua
hendaknya berusaha dengan berbagai cara. Berikut ini ada beberapa cara
membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam rangka menumbuhkan motivasi
instrinsik.
46
Amir Danien Kusumah, Pengantar Ilmu Pengetahuan, (Surabaya: PT. Usaha Nasional,
1982), Cet. ke-3, h. 63. 47
Sadiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1996), Cet. ke-6, h. 90.
40
a. Pujian
b. Hadiah
c. Hukuman
d. Nilai raport
Sebagai konsekuensi atas perhatian orang tua terhadap unsur-unsur
yang mempunyai motivasi belajar. Orang tua hendaknya senantiasa
berupaya meningkatkan motivasi belajar. Upaya meningkatkan motivasi
belajar dilakukan dengan cara mengoptimalkan penerapan prinsip-prinsip
belajar, mengoptimalkan unsur-unsur belajar atau pembelajaran,
mengoptimalkan pemanfaatan pengalaman atau kemampuan yang dimiliki
oleh pembelajaran, mengembangkan cita-cita dan aspirasi pembelajaran.48
4. Macam-Macam Motivasi
Bila dilihat dari kegunaannya, motivasi sangat penting dalam
kehidupan kita karena motivasi dapat menjadi penggerak yang dapat
mengarahkan kepada sesuatu hasil atau tujuan.
Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya, menurut Sardiman
A.M dibagi menjadi dua (2), yaitu:
a. Motivasi bawaan adalah motivasi yang dibawa sejak lahir, jadi
motivasi itu ada yang tanpa dipelajari. Sebagai contoh,
misalnya dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dan
dorongan untuk beristirahat.
b. Motivasi yang dipelajari yaitu motivasi yang timbul karena
dipelajari, misalnya dorongan untuk belajar di suatu cabang
48
Ali Imran, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 1996), Cet. ke-
1, h. 99.
41
ilmu pengetahuan atau dorongan untuk mengajar sesuatu di
dalam masyarakat49
.
Sedangkan menurut Woodworth dan Marquis, yang dikutip oleh
M. Alisuf Sabri, menggolongkan motivasi menjadi 3 macam, yaitu:
a. Kebutuhan-kebutuhan organis: yaitu motivasi yang
berhubungan atau yang berhubungan dengan kebutuhan tubuh
bagian dalam, seperti lapar, haus, kebutuhan bergerak,
kebutuhan beristirahat atau tidur, dan sebagainya.
b. Motivasi darurat (emergency motives) yang mencakup
dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk
membalas, dorongan untuk berusaha atau berikhtiar, dorongan
untuk mengejar dan sebagainya. Motivasi ini timbul jika situasi
menuntut timbulnya kegiatan yang cepat dan kuat dari diri kita.
Dalam hal ini motivasi timbul atas keinginan kita tetapi karena
perangsang dari luar.
c. Motivasi objektif, yaitu motivasi yang diarahkan atau ditujukan
kepada suatu objek atau tujuan-tujuan tertentu disekitar kita,
motivasi ini mencakup; kebutuhan untuk eksplorasi, kebutuhan
untuk melaksanakan manipulasi, kebutuhan untuk menaruh
minat. Motivasi ini timbul karena dorongan untuk dapat
menghadapi dunia luar (social dan non social) secara efektif 50
.
5. Fungsi-fungsi Motivasi
ada empat fungsi motivasi dalam proses belajar mengajar yaitu:
fungsi membangkitkan, fungsi harapan, fungsi insentif, fungsi disiplin51
.
a. Fungsi membangkitkan
Fungsi ini menyangkut tanggung jawab yang terus menerus
untuk mengatur tingkat yang membangkitkan guna
49
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2004), Cet. ke-11, h. 86-87. 50
M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: CV
Pedoman Ilmu Jaya, 2001), Cet. ke-3, h. 130. 51
Abd Rahman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993), h. 115-
116.
42
menghindarkan siswa dari tidur dan juga luapan emosional.
Untuk itu, maka pengajaran harus menentukan derajat
kebebasan tertentu dalam mengajar agar bisa menjelajahi dari
satu aspek pelajaran lainnya.
b. Fungsi harapan
Fungsi ini menghendaki agar guru memelihara atau mengubah
harapan keberhasilan atau kegagalan siswa dalam mencapai
tujuan intruksional. Ia menghendaki agar menguraikan secara
konkrit kepada siswa apa yang harus ia lakukan setelah
berakhirnya pelajaran.
c. Fungsi insentif
Fungsi menghendaki agar guru memberikan hadiah pada siswa
berprestasi dengan cara seperti mendorong usaha lebih lanjut
dalam mengejar tujuan instruksional. Jadi insentif meupakan
objek atau simbol tujuan yang digunakan untuk menambah
kegiatan.
d. Fungsi disiplin
Fungsi ini menghendaki agar guru mengontrol tingkah laku
yang menyimpang dengan menggunakan hukuman dan hadiah.
Hukuman merupakan suatu perangsang yang ingin siswa
hindari.
43
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa
dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni:
1. Faktor internal (Faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi
jasmani dan rohani siswa;
2. Faktor eksternal (factor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di
sekitar siswa;
3. Faktor pendekatan belajar (approach lo learning), yakni jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa
untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran52
.
7. Motivasi Dalam Belajar
Mengingat begitu pentingnya motivasi dalam belajar bagi siswa
dalam belajar, maka orang tua diharapkan dapat membangkitkan motivasi
siswa dalam belajar siswanya, dalam usaha ini banyak cara yang
dilakukan, menciptakan kondisi-kondisi tertentu dapat menciptakan
motivasi belajar.53
Dimyati dan Mudjiono mengemukakan, bahwa dalam perilaku
belajar terdapat motivasi belajar, motivasi belajar tersebut ada yang
instrinsik atau ekstrinsik. Penguatan motivasi-motivasi belajar tersebut
berada di tangan para guru atau pendidik dan anggota masyarakat lain.
Guru sebagai pendidik bertugas memperkuat motivasi belajar selama
52
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010), Cet. ke-15, h. 129. 53
Slameto, Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya . . . h. 174.
44
minimum sembilan tahun pada usia wajib belajar. Orang tua bertugas
memperkuat motivasi belajar sepanjang hayat.54
Sebenarnya semua siswa yang dilahirkan mempunyai motivasi
belajar, hal ini adalah sebuah karakter spesial manusia, secara alami siswa
adalah para penjelajah yang serba ingin tahu.55
Maka jelaslah bahwa fungsi daripada motivasi itu adalah
mendorong, menentukan arah, menyeleksi kegiatan-kegiatan yang telah
direncanakan, agar betul-betul tujuan kegiatan itu dapat tercapai dengan
tepat pada waktunya. Motivasi tersebut menimbulkan kekuatan pada
individu: memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu,
menjaga dan menopang tingkah laku, artinya lingkungan sekitar harus
menguatkan intensitas dan arah dorongan-dorongan dan kekuatan-
kekuatan individu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tujuan adanya
motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang, agar
timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu, sehingga
dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu.
Berdasarkan pendapat-pendapat yang sudah dikemukakan di atas
dapat di simpulkan bahwa motivasi bisa didapat secara instrinsik dan
ekstrinsik dari dalam diri yaitu dorongan untuk memiliki prestasi,
keinginan diri untuk terus belajar, dari luar diri yaitu support dari orang
tua, fasilitas yang diberikan orang tua.
54
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran . . . h. 94. 55
Raymond J. Wlodkowski dan Judith H Jaynes, Motivasi Belajar, (Jakarta: Cerdas
Pustaka, 2004), Cet. ke 1, h. 9.
45
8. Indikator Motivasi Belajar
Motivasi belajar dapat timbul karena faktor instrinsik, berupa
hasrat dan keinginan untuk berhasil dan dorongan kebutuhan belajar,
harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsik adanya penghargaan,
lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal
pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan
tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang
medukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan
seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan
sebagai berikut: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil, (2) adanya
dorongan dan kebutuhan dalam belajar, (3) adanya harapan dan cita-cita
masa depan, (4) adanya penghargaan dalam belajar, (5) adanya kegiatan
yang menarik dalam belajar, (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif,
sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik56
.
9. Peranan Motivasi Dalam Belajar
Motivasi sangat berperan dalam belajar. Dengan motivasi inilah
siswa menjadi tekun dalam proses belajar, dan dengan motivasi pula
kualitas hasil belajar siswa kemungkinan dapat diwujudkan. Siswa yang
dalam proses belajar mempunyai motivasi yang kuat dan jelas pasti akan
56
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h.
23.
46
tekun dan berhasil belajarnya. Kepastian itu dimungkinkan oleh sebab
adanya ketiga fungsi motivasi sebagai berikut:
a. Pendorong orang untuk berbuat dalam mencapai tujuan
b. Penentu arah perbuatan yakni ke arah tujuan yang hendak
dicapai
c. Penseleksi perbuatan sehingga perbuatan orang yang
mempunyai motivasi senantiasa selektif dan tetap terarah
kepada tujuan yang hendak dicapai.
Berdasarkan arti dan fungsi motivasi di atas dapat disimpulkan
bahwa motivasi bukan hanya berfungsi sebagai penentu terjadinya
perbuatan tetapi juga merupakan penentu hasil perbuatan. Sejalan dengan
arti dan fungsi motivasi tersebut dalam Agama Islam ada jenis motivasi
yang arti dan fungsinya sama yaitu “niat”, seperti yang dikemukakan oleh
Rasulullah SAW dalam sebuah Hadits: “Sesungguhnya setiap amal itu
bergantung kepada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuatu
(balasan perbuatan) sesuai dengan niatnya57
.
Dengan demikian niat itu sama dengan motivasi akan mendorong
orang untuk berkerja atau melakukan suatu perbuatan dengan sungguh-
sungguh (tekun) dan selanjutnya niat/motivasi itu pulalah yang akan
menentukan pahala/balasan sebagai hasil perbuatannya.
Sedangkan menurut Hamzah B. Uno ada beberapa peranan penting
dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain dalam (a)
57
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet. ke 2, h.
86.
47
menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar, (b) memperjelas
tujuan belajar yang hendak dicapai, (c) menentukan ragam kendali
terhadap rangsangan belajar, (d) menentukan ketekunan belajar.
1. Peran Motivasi dalam Menentukan Penguatan Belajar
Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila
seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang
memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan
hal-hal yang pernah dilaluinya sebagai contoh, seorang anak
memecahkan materi matematika dengan bantuan table logaritma.
Tanpa bantuan table logaritma anak itu dapat menyelesaikan tugas
matematika. Dalam kaitan itu, anak berusaha mencari buku
matematika. Upaya untuk mencari table matematika merupakan peran
motivasi yang dapat menimbulkan penguatan belajar.
2. Peran Motivasi dalam Memperjelas Tujuan Belajar
Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat
kaitannya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar
sesuatu, jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau
dinikmati manfaatnya oleh si anak. Sebagai contoh, anak akan
termotivasi belajar elektronik karena tujuan belajar elektronik itu dapat
melahirkan kemampuan anak dalam bidang elektronika. Dalam suatu
kesempatan misalnya, anak itu diminta untuk memperbaiki radio yang
rusak, dan berkat pengalamannya dari bidang elektronika, maka radio
tersebut menjadi baik setelah diperbaiki. Dari pengalaman itu, anak
48
makin hari makin termotivasi untuk belajar, karena sedikit anak sudah
mengetahui makna dari belajar itu.
3. Motivasi Menentukan Ketekunan Belajar
Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu,
akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan
memperoleh hasil yang baik dalam hal itu, tampak bahwa motivasi
anak untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar. Sebaliknya,
apabila seseorang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar,
dia tidak akan tahan lama belajar. Dia mudah tergoda untuk
mengerjakan hal lain dan bukan belajar. Itu berarti motivasi sangat
berpengaruh terhadap ketahanan dan ketekunan belajar58
.
C. Kerangka Berpikir
Motivasi dalam pendidikan memegang peranan penting dan sebagai
syarat mutlak dalam melakukan kegiatan yang berfungsi sebagai penggerak
dan akan memberikan kekuatan, sehingga anak akan melakukan dengan
sebaik-baiknya agar tercapai tujuan yang diharapkan dengan baik.
Anak sebagai individu di tengah keluarga, selalu berhubungan dengan
orang tuanya, ketidakberdayaan anak akan mengimplikasikan pula
ketergantungan kepada orang tuanya sebagai orang dewasa. Keadaan anak
tidak berdaya. Keadaan anak yang tidak berdaya mengundang tanggung jawab
orang tua untuk melaksanakan kewajibannya, yaitu mendidik. Anak yang
58
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya . . . , h. 27-28.
49
berperan sebagai anak didik membutuhkan bimbingan dan pengarahan dari
orang tuanya. Sikap dan tindakan orang tua memberikan stimulus dan
mempengaruhi terhadap perkembangan motivasi belajar anak.
Orang tua sebagai pendidik informal dalam keluarga berfungsi untuk
mempengaruhi anak agar mencapai suatu tujuan dengan cara memberikan
bimbingan terhadap anaknya yang berupa kasih sayang, perhatian, pujian,
pemberian situasi yang nyaman, memberi tauladan yang baik dan sebagainya
agar terbentuk sesuatu yang positif terhadap perkembangan motivasi belajar
anak.
Dengan bimbingan orang tua yang tinggi siswa akan lebih termotivasi
untuk selalu berusaha meningkatkan hasil belajarnya. Karena dengan hasil
belajar yang tinggi mereka akan mudah melanjutkan ke kelas selanjutnya,
melanjutkan kesekolah favorit atau memperoleh pekerjaan yang memuaskan.
Sehingga dapat diduga bahwa terdapat peranan bimbingan orang tua dalam
memotivasi belajar siswa.
50
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada salah satu lembaga pendidikan menengah
pertama di Parung, yaitu SMP Islam Parung Bogor Jln. Raya Parung No. 648
Parung 16330. Penelitian dilakukan selama 10 bulan pada bulan Oktober
2010 sampai Juli tahun 2011. Adapun jenis kegiatannya sebagai berikut:
Tabel 1
Jenis Kegiatan
No Jenis Kegiatan Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
1 Pemilihan
judul
2 Konsultasi
50
51
3 Pendekatan ke
sekolah
4 Izin penelitian
5 Pengumpulan
data
6 Analisis data
B. Metode Penelitian
Untuk memudahkan penulisan dalam pengumpulan data, fakta dan
informasi dalam penelitian, dengan judul peranan bimbingan orang tua dalam
memotivasi belajar siswa di SMP Islam Parung Bogor, maka penulis
menggunakan pendekatan deskriptif. Maksudnya dalam penelitian deskriptif
data yang dikumpulkan berupa angka-angka, kemudian dideskriptifkan
dengan memberikan predikat pada hasil porsentase. Data diperoleh dari hasil
penyebaran angket kepada seluruh siswa di SMP Islam Parung Bogor.
C. Populasi dan Sample
1. Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian1. Populasi terbagi
kedalam dua bagian yaitu populasi target dan populasi terjangkau.
a) Populasi Target
Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP
Islam Parung Bogor yang terdaftar pada semester ganjil tahun ajaran 2010
– 2011.
1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2002), Cet. Ke-12, hal.130
52
b) Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah siswa kelas
VIII yang terdaftar pada semester ganjil tahun ajaran 2010 – 2011,
berjumlah 200 orang. Ada beberapa alasan mengapa dipilih kelas VIII
sebagai populasi terjangkau, yaitu sebagai berikut:
- Sekolah tidak memberikan izin untuk dilakukan penelitian
terhadap kelas IX, karena mereka lebih difokuskan dalam
berbagai program pembelajaran yang telah disusun sekolah
sebelumnya untuk menghadapi Ujian Nasional,
- Kelas VII dianggap belum mampu untuk mengisi angket
penelitian dengan benar karena masih dalam masa transisi dari
tingkat SD ke SMP. Dikhawatirkan jika dipaksakan, maka
hasilnya akan tidak maksimal,
- Maka dipilihlah kelas VIII karena dianggap tidak akan terlalu
mengganggu proses belajarnya, telah memiliki pengalaman
belajar di sekolah tersebut selama 1 tahun, serta dianggap telah
cukup mampu untuk mengisi angket penelitian dengan benar.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti2. Yang
menjadi sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII-A, VIII-B, dan VIII-
C SMP Islam Parung Bogor yang terdaftar pada semester ganjil tahun
pelajaran 2010 – 2011. Menurut Sugiyono tentang penentuan jumlah
2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, . . . hal.131
53
sampel dari populasi, jika jumlah populasi 200 orang dengan taraf
kesalahan 5% maka diperoleh jumlah sampel sebanyak 127 orang.3 Maka
untuk teknik pengambilan sampelnya dengan menggunakan teknik random
sampling, yakni dengan memberikan nomor pada setiap anggota populasi,
menuliskan nomer-nomer tersebut pada kertas-kertas kecil, menempatkan
kertas-kertas nomor tadi didalam suatu wadah, dan kemudian mengambil
nomor dalam wadah tersebut dengan tidak lupa melakukan pengocokan
sebelum setiap pengambilan.4
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang dikumpulkan dalam penelitian ini,
penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi (Pengamatan)
Sebagai metode ilmiah observasi biasa diartikan sebagai
pengamatan. Dalam hal ini penulis melakukan pengamatan langsung di
SMP Islam Parung Bogor untuk mengamati motivasi belajar siswa.
2. Angket (Quesioner)
Metode ini di tujukan kepada siswa-siswi yang dijadikan
responden untuk mendapatkan data dan informasi yang berhubungan
dengan peranan bimbingan orang tua dalam memotivasi belajar siswa di
SMP Islam Parung Bogor yang berjumlah 127 siswa. Quesioner yang
3 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,
2009), cet. Ke-7, hlm.87 4 Murray R. Spiegel, Statistik, Ed.III, (Jakarta:Erlangga, 2004), h. 38.
54
dibuat merupakan quesioner tertutup, disertai dengan sejumlah jawaban
yang sudah disediakan, dan terdiri dari 25 item pertanyaan tentang peranan
bimbingan orang tua dalam memotivasi belajar siswa, yang menggunakan
skala likert dengan empat alternatif jawaban. Skala terdiri dari empat
alternatif jawaban, yaitu Selalu (SL), Sering (SR), Kadang-kadang (KD),
dan Tidak Pernah (TD), dan alternatif jawaban diatas diberi skala nilai:
4,3,2,1.
E. Teknik Pengolahan Data
karena penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif maka
penelitian ini hanya ingin menggambarkan fenomena yang terjadi pada objek
penelitian, bukan untuk menguji atau membuktikan suatu teori.
Dalam pengolahan data penulis menempuh cara sebagai berikut:
1. Editing
Yaitu memeriksa kelengkapan dan pengisian angket atau questioner
yang berhasil dikumpulkan.
2. Tabulating
Mentabulasikan data dengan memindahkan jawaban yang terdapat
dalam angket ke dalam tabulasi atau tabel. Kemudian setelah data diolah
sehingga hasil angket dinyatakan sah, maka penulis melakukan analisa data
dengan teknik deskriptif dengan porsentase, maka rumus yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut, tabulating (menyusun data
dalam bentuk tabel) merupakan tahap lanjutan dalam proses analisis data,
55
lewat tabulasi ini data lapangan akan tampak ringkas dan tersusun dalam
suatu tabel yang baik, sehingga dapat dengan mudah dipahami.
F. Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Kisi-kisi penelitian ini antara lain berisi dimensi, indikator-indikator
yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, dan nomor butir. Kisi-kisi
instrument penelitian berdasarkan teori-teori dan penelitian yang telah ada
sebelumnya. Sebagaimana yang terlihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2
Kisi-kisi Instrumen Kuesioner Peranan Bimbingan Orang Tua dalam Memotivasi
Belajar Siswa di SMP Islam Parung Bogor
Variable Dimensi Indikator
No.
Item
Jml.
Intensitas
Bimbingan
Orang Tua
1. Usaha orang tua
dalam
membimbing
anak belajar
1.1. Meluangkan waktu untuk
mengawasi anak belajar
1.2. Menciptakan suasana
yang kondusif
1.3. Membahas dan
menyelesaikan masalah
belajar
1.4. Memberi nasehat dan
arahan pada anak
1, 2, 3
4, 5
6, 7, 8
9, 10
3
2
3
2
2. Fasilitas 2.1. Perlengkapan belajar 11 1
56
belajar 2.2. Perlengkapan alat tulis 14 1
3. Disiplin
belajar anak
3.1. Kesempatan waktu
belajar anak
13, 20
1
Motivasi
Belajar
Siswa
1. Hasrat belajar
dan kebutuhan
dalam belajar
1.1. Belajar merupakan tugas
utama
1.2. Pekerjaan Rumah
merupakan kewajiban
yang harus dilaksanakan
12, 16
22
2
1
2. Harapan dan
cita-cita masa
depan
2.2. Belajar karena ingin
dapat nilai bagus
2.3. Belajar karena ingin
mendapat hadiah dari
orang tua
2.4. Belajar karena ingin
mengejar cita-cita
25
17
15
1
1
1
3. Penghargaan
dalam belajar
3.1. Belajar karena ingin
disanjung
18, 19
2
57
4. Kegiatan yang
menarik
didalam belajar
dan kondisi
yang kondusif
4.1. Belajar dengan diiringi
musik
4.2. Semangat belajar jika
bersama-sama dengan
orang lain
4.3. Semangat belajar jika
suasana tenang
21
24
23
1
1
1
G. Teknik Analisa Data
Teknik analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam
bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterprestasikan, sehingga data yang
telah terkumpul dapat dianalisa dan kemudian diambil suatu kesimpulan.
Pada proses ini, penulis mengkategorikan hasil angket menurut
dimensinya masing-masing, dan perhitungan yang penulis gunakan adalah
untuk mengetahui besar kecilnya upaya peranan bimbingan orang tua dalam
memotivasi belajar siswa di SMP Islam Parung Bogor, maka teknik analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif yang harus
melalui beberapa tahapan:
Dalam proses penelitian ini penulis menggunakan analisa data secara
deskriptif untuk memaparkan hasil yang diperoleh. Dalam menghitung data-
data yang didapatkan penulis menggunakan rumus porsentase, yaitu sebagai
berikut:
58
F
P = x 100 %
N
Keterangan:
F : Frekuensi (jumlah jawaban responden)
N: Number of casses (jumlah responden)
P : Angka Prosentase5
Bentuk yang digunakan dalam penyusunan angket ini adalah angket
tertutup dengan alternatif jawabannya adalah selalu, sering, kadang-kadang,
dan tidak pernah. Masing-masing alternatif jawaban tersebut diberi bobot nilai
sebagai berikut:
Untuk jawaban SL : 4
Untuk jawaban SR : 3
Untuk jawaban KD: 2
Untuk jawaban TP : 1
5 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
2004), Cet. Ke- XIV, h. 43
59
Nilai interval yang diambil dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3
Klasifikasi Nilai Rentang Interval
Klasifikasi Prosentase
Sangat Baik 81-100%
Baik 61-80%
Cukup Baik 41-60%
Kurang Baik 21-40%
Tidak Baik 0-20%
Demikian metode yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini,
sehingga penulis dapat mengetahui bagaimana peranan bimbingan orang tua
dalam memotivasi belajar siswa di SMP Islam Parung Bogor.
60
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat SMP Islam Parung Bogor
SMP Islam Parung Bogor yang beralamat di Jalan Raya Parung
Bogor No. 648 Desa Parung Kecamatan Parung Kabupaten Bogor Propinsi
Jawa Barat, dibuka pada tahun 1967 dengan SK/Izin pendirian sekolah No.
105/C/7/1967 tanggal 23 April 1967 dan SK BAS Kabupaten Bogor No.
421/167-DIKMEN tanggal 23 Januari 2006. Adapun bentuk sekolah
Biasa/Konvensional dan status sekolah Swasta/Terakreditasi “A”.
SMP Islam Parung Bogor merupakan salah satu pendidikan formal
dari pengembangan Yayasan Al-Mansyuriah yang telah memulai kegiatan
belajar mengajar sejak tahun ajaran 1967 hingga sekarang dengan makna
keunggulan:
60
61
a. Kemampuan membaca Al-Qur’an dan pengamalan ibadah sehingga
mampu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT
dalam kehidupan sehari-hari.
b. Kemampuan berbahasa Inggris secara aktif sebagai bekal untuk
melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, atau pun sebagai
bekal menghadapi persaingan globalisasi dalam segala aspek
kehidupan.
c. Keterampilan mengoperasikan komputer sesuai dengan tuntutan masa
kini.
2. Visi dan Misi Sekolah
a. Visi Sekolah
Visi sekolah adalah gambaran sekolah yang merupakan rumusan
umum mengenai keadaan yang diinginkan atau dicita-citakan di
masa depan. Visi sekolah merupakan rumusan umum mengenai
keadaan yang diinginkan di masa yang akan datang. Visi sekolah
harus berorientasi pada tujuan pendidikan dasar dan tujuan
pendidikan nasional.
b. Misi sekolah
Misi sekolah merupakan tindakan strategis yang akan dilaksanakan
untuk mencapai Visi sekolah. Misi sekolah memiliki ciri-ciri:
1) berbentuk layanan untuk memenuhi tuntutan visi,
2) berupa rumusan tindakan sebagai arahan untuk mewujudkan
visi.
62
3. Personalia
NO. MATA PELAJARAN GT GTT JUMLAH
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Bahasa dan Sastra Indonesia
Bahasa Inggris
Matematika
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Seni Budaya (Kesenian)
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
T I K
P L H
Mulok Bahasa Sunda
Mulok BTQ
1
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
2
3
3
4
3
3
3
1
1
1
1
1
2
3
3
3
4
3
4
3
1
1
1
1
1
2
JUMLAH 2 28 30
4. Gambaran Pendidikan Guru
NO. MATA PELAJARAN SMA PGSLP D1 D2 D3 S1 S2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Pendidikan Agama Islam
P Kn
Bahasa Indonesia
Bahasa Inggris
Matematika
I P A
I P S
Seni Budaya (Kesenian)
Pendidikan Jasmani
T I K
P L H
Mulok Bahasa Sunda
Mulok BTQ
-
-
-
1
-
-
-
1
1
-
-
-
1
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
3
3
3
3
3
2
3
-
-
-
1
1
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
63
5. Sarana dan Prasarana
Adapun sarana dan prasarana, seabagai berikut:
a. Tanah dan Halaman :
1. Status : Milik Yayasan
2. Luas Tanah : 4.410 m²
3. Halaman / Taman : 600 m²
4. Lapangan Upacara / Olahraga : 500 m²
5. Kebun : 512 m²
6. Lain-Lain : 1.137 m²
b. Gedung dan Bangunan :
1. Status : Milik Sendiri
2. Luas Bangunan : 1.661 m²
c. Kondisi Bangunan :
No. Nama Bangunan Jumlah Kondisi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Ruang Kepala Sekolah
Ruang Wakasek
Ruang Guru
Ruang Tata Usaha
Ruang Bendahara
Ruang Perpustakaan
Ruang Lab. Komputer
Ruang Lab. Bahasa
Ruang Lab. IPA
Ruang BP / BK
Ruang OSIS
Ruang Mushollah
Ruang Kelas Belajar
Ruang UKS
Ruang Kantin
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14
0
5
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
-
Baik
64
d. Ruang Komputer :
Ditunjang dengan 20 perangkat computer yang digunakan untuk
praktek siswa dalam keadaan baik , untuk menuju jumlah /
kebutuhan ideal masih memerlukan 20 perangkat computer.
e. Ruang Lab Bahasa :
Fungsi ruang Lab Bahasa dapat berjalan secara efektif sesuai
dengan program kerja Lab Bahasa.
f. Koleksi Perpustakaan
a. Buku Pelajaran 42 judul ; 11.430 eksemplar
b. Buku Penunjang 87 judul ; 328 eksemplar
c. Jumlah seluruhnya 129 judul dengan 11.758 eksemplar
6. Data Orang Tua Siswa Tahun Pelajaran 2010/2011
a. Pekerjaan Orang tua :
No Pekerjaan Kls VII Kls VIII Kls IX Jumlah %
1 ABRI 1 2 1 4
2 Purnawirawan 2 5 6 13
3 PNS 16 18 9 43
4 Tani 3 - 1 4
5 Dagang 31 30 27 88
6 Sopir 14 7 6 27
7 Wiraswasta 46 55 22 123
8 Karyawan 63 45 48 156
9 Buruh 18 31 21 70
Jumlah 194 193 141 528
b. Tingkat Pendidikan Orang tua :
No. Pekerjaan Kls VII Kls VIII Kls IX Jumlah %
1 SD 23 26 19 68
2 SLTP 47 49 51 147
3 SLTA 85 92 62 239
4 D1 3 5 1 9
5 D2 0 0 0 0
6 D3 9 7 3 19
7 S1 27 14 5 46
Jumlah 194 193 141 528
65
7. Hubungan Masyarakat
a. Hubungan dengan orang tua siswa
Hubungan dengan orang tua siswa dilaksanakan dengan Dewan
Sekolah / Komite Sekolah dengan lima peran dalam kegiatan
sebagai berikut :
1. Orang tua siswa sebagai donator dalam menunjang
kegiatan belajar dan penyempurnaan fisik sekolah.
2. Orang tua siswa sebagai mitra sekolah dalam
pembinaan edukatif.
3. Orang tua siswa sebagai mitra sekolah dalam
membimbing kegiatan sekolah.
4. Orang tua siswa sebagai mitra dalam mengembangkan
secara inovatif.
5. Orang tua siswa sebagai sumber belajar maupun
penyedia sumber belajar penunjang bidang-bidang
keilmuan yang dibutuhkan sekolah.
b. Hubungan dengan alumni
Koordinasi dengan alumni diarahkan pada peningkatan peran serta
alumni, sebagai berikut :
1. Salah satu sumber dana dan materi lain untuk kegiatan siswa
maupun sekolah.
2. Sebagai sumber belajar dalam bentuk bimbingan ekstra
kurikuler.
c. Lembaga Usaha
Hubungan dengan lembaga usaha, sering diadakan secara
insidental sebagai sponsor kegiatan siswa.
8. Prestasi Sekolah
a. Terpilih Peserta Jambore Nasional Tahun 2001.
b. Juara I Lomba Pramuka di Rangkapan Jaya Depok Tahun 2002.
c. Juara II Kompetisi Sepak Bola antar Pelajaran Tahun 2003.
d. Juara I Lomba Teknik Kepramukaan di SMK YKTB Bogor Tahun
2003.
e. Juara II dan III Kompetisi Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Tingkat Kabupaten Bogor Tahun 2003.
66
f. Juara II Kompetisi Futsal antar Pelajar di SMK Pariwisata Ciputat
Tahun 2004.
g. Juara II Geladi Tangguh Penggalang Pramuka Tingkat Kabupaten
Bogor Tahun 2004.
h. Juara III Lomba PMR antar Pelajar di Depok Tahun 2004.
i. Rapot Sekolah Nilai Baik ( B ) Tahun 2004.
j. Juara II LTUB Tingkat Kabupaten Bogor Tahun 2005.
k. Juara I Kompetisi Futsal HUT Yadika Tingkat Kabupaten dan
Kotamadya Tahun 2006.
l. Juara I Lomba Cepat Tepat ( LCT ) se Komasariat Parung Tahun
2006.
m. Juara I / Juara Umum Lomba Pramuka, PMR dan Paskibra se
Wilayah Pamulang Ciputat Tahun 2006.
n. Juara I / Juara Umum Lomba PMR antar Pelajar se Wilayah
Botade Tahun 2007.
o. Juara Harapan II Lomba Paskibra antar Pelajar se Wilayah Botade
Tahun 2007.
p. Juara Harapan I Sepak Bola Usia 16 Tahun HUT Garuda Cup II se
Parung – Ciseeng Tahun 2007.
q. Juara I Lomba Nasid antar Pelajar di Yadika Tingkat Kabupaten
dan Kotamadya Bogor Tahun 2007.
B. DESKRIPSI DATA
Seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya salah satu
teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan angket yang telah disebarkan kepada para siswa.
Hasil angket yang telah dikumpulkan ditabulasikan ke dalam bentuk
prosentase berdasarkan dimensinya masing-masing dan diolah menggunakan
rumus distribusi frekuensi, kemudian dikorelasikan. Hal ini dilakukan agar
data yang diperoleh dapat dengan mudah dimengerti dan dapat dipahami serta
bisa memberikan penjelesan dari tujuan penelitian yang dilakukan.
67
Dalam analisis data, penulis menganalisis data hasil angket dengan
cara mengelompokkan setiap dimensi-dimensi yaitu sebagai berikut:
Tabel 4
Orang tua menemani saya ketika sedang belajar
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
A Selalu 16 13 %
B Sering 32 25 %
C Kadang–kadang 57 45 %
D Tidak Pernah 22 17 %
JUMLAH 127 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab “selalu” sebanyak 16 orang (13%), “sering” sebanyak 32 orang
(25%), “kadang-kadang” sebanyak 57 orang (45%), sedangkan yang
menjawab “tidak pernah” 22 orang (17%). Dari tabel di atas dapat
disimpulkan bahwa orang tua kadang-kadang menemani anaknya ketika
sedang belajar.
Tabel 5
Saya dibimbing oleh orang tua setiap belajar di rumah
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
A Selalu 11 9 %
B Sering 46 36 %
C Kadang–kadang 59 46 %
68
D Tidak Pernah 11 9 %
JUMLAH 127 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab “selalu” sebanyak 11 orang (9%), “sering” sebanyak 46 orang
(36%), “kadang-kadang” sebanyak 59 orang (46%), sedangkan yang
menjawab “tidak pernah” 11 orang (9%). Dari tabel di atas dapat disimpulkan
bahwa orang tua kadang-kadang membimbing anaknya ketika sedang belajar
di rumah.
Tabel 6
Saya disarankan oleh orang tua untuk mengulang pelajaran dirumah
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
A Selalu 28 22 %
B Sering 55 44 %
C Kadang–kadang 31 24 %
D Tidak Pernah 13 10 %
JUMLAH 127 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab “selalu” sebanyak 28 orang (22%), “sering” sebanyak 55 orang
(44%), “kadang-kadang” sebanyak 31 orang (24%), sedangkan yang
menjawab “tidak pernah” 13 orang (10%). Dari tabel di atas dapat
69
disimpulkan bahwa orang tua sering menyarankan anaknya untuk mengulang
pelajaran dirumah.
Tabel 7
Orang tua saya menciptakan suasana yang tenang ketika saya belajar
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
A Selalu 29 22 %
B Sering 37 29 %
C Kadang–kadang 53 42 %
D Tidak Pernah 8 7 %
JUMLAH 127 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab “selalu” sebanyak 29 orang (22%), “sering” sebanyak 37 orang
(29%), “kadang-kadang” sebanyak 53 orang (42%), sedangkan yang
menjawab “tidak pernah” 8 orang (7%). Dari tabel di atas dapat disimpulkan
bahwa orang tua kadang-kadang menciptakan suasana yang tenang ketika
anaknya sedang belajar.
Tabel 8
Orang tua saya memberikan perhatian ketika sedang belajar
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
A Selalu 22 17 %
B Sering 42 33 %
C Kadang–kadang 54 43 %
70
D Tidak Pernah 9 7 %
JUMLAH 127 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab “selalu” sebanyak 22 orang (17%), “sering” sebanyak 42 orang
(33%), “kadang-kadang” sebanyak 54 orang (43%), sedangkan yang
menjawab “tidak pernah” 9 orang (7%). Dari tabel di atas dapat disimpulkan
bahwa orang tua kadang-kadang memberikan perhatian kepada anaknya ketika
sedang belajar.
Tabel 9
Orang tua saya bertanya tentang pelajaran disekolah
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
A Selalu 18 14 %
B Sering 42 33 %
C Kadang–kadang 54 43 %
D Tidak Pernah 13 10 %
JUMLAH 127 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab “selalu” sebanyak 18 orang (14%), “sering” sebanyak 42 orang
(33%), “kadang-kadang” sebanyak 54 orang (43%), sedangkan yang
menjawab “tidak pernah” 13 orang (10%). Dari tabel di atas dapat
71
disimpulkan bahwa orang tua kadang-kadang bertanya tentang pelajaran
disekolah.
Tabel 10
Orang tua saya memberikan solusi ketika mempunyai masalah dalam
belajar
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
A Selalu 28 22 %
B Sering 46 36 %
C Kadang–kadang 44 35 %
D Tidak Pernah 9 7 %
JUMLAH 127 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab “selalu” sebanyak 28 orang (22%), “sering” sebanyak 46 orang
(36%), “kadang-kadang” sebanyak 44 orang (35%), sedangkan yang
menjawab “tidak pernah” 9 orang (7%). Dari tabel di atas dapat disimpulkan
bahwa orang tua sering memberikan solusi ketika anaknya mempunyai
masalah dalam belajar.
Tabel 11
Orang tua saya mengajak berdiskusi untuk membahas masalah belajar
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
A Selalu 18 14 %
B Sering 42 33 %
72
C Kadang–kadang 48 38 %
D Tidak Pernah 19 15 %
JUMLAH 127 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab “selalu” sebanyak 18 orang (14%), “sering” sebanyak 42 orang
(33%), “kadang-kadang” sebanyak 48 orang (38%), sedangkan yang
menjawab “tidak pernah” 19 orang (15%). Dari tabel di atas dapat
disimpulkan bahwa orang tua kadang-kadang mengajak anaknya untuk
berdiskusi membahas masalah belajar.
Tabel 12
Orang tua saya memberikan arahan dan nasehat dalam belajar
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
A Selalu 46 36 %
B Sering 43 34 %
C Kadang–kadang 36 28 %
D Tidak Pernah 2 2 %
JUMLAH 127 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab “selalu” sebanyak 46 orang (36%), “sering” sebanyak 43 orang
(34%), “kadang-kadang” sebanyak 36 orang (28%), sedangkan yang
73
menjawab “tidak pernah” 2 orang (2%). Dari tabel di atas dapat disimpulkan
bahwa orang tua selalu memberikan arahan dan nasehat dalam belajar.
Tabel 13
Orang tua saya memberikan motivasi ketika sedang belajar
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
A Selalu 24 19 %
B Sering 46 36 %
C Kadang–kadang 46 36 %
D Tidak Pernah 11 9 %
JUMLAH 127 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab “selalu” sebanyak 24 orang (19%), “sering” sebanyak 46 orang
(36%), “kadang-kadang” sebanyak 46 orang (36%), sedangkan yang
menjawab “tidak pernah” 11 orang (9%). Dari tabel di atas dapat disimpulkan
bahwa orang tua sering bahkan kadang-kadang orang tua memberikan
motivasi ketika sedang belajar.
Tabel 14
Orang tua saya memberikan fasilitas belajar dirumah
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
A Selalu 34 27 %
B Sering 35 27 %
C Kadang–kadang 42 33 %
74
D Tidak Pernah 16 13 %
JUMLAH 127 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab “selalu” sebanyak 34 orang (27%), “sering” sebanyak 35 orang
(27%), “kadang-kadang” sebanyak 42 orang (33%), sedangkan yang
menjawab “tidak pernah” 16 orang (13%). Dari tabel di atas dapat
disimpulkan bahwa orang tua kadang-kadang memberikan fasilitas belajar di
rumah.
Tabel 15
Orang tua saya mengingatkan untuk belajar tiap malam
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
A Selalu 42 33 %
B Sering 44 35 %
C Kadang–kadang 37 29 %
D Tidak Pernah 4 3 %
JUMLAH 127 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab “selalu” sebanyak 42 orang (33%), “sering” sebanyak 44 orang
(35%), “kadang-kadang” sebanyak 37 orang (29%), sedangkan yang
menjawab “tidak pernah” 4 orang (3%). Dari tabel di atas dapat disimpulkan
bahwa orang tua sering mengingatkan anaknya untuk belajar tiap malam.
75
Tabel 16
Orang tua saya melarang untuk menonton tv ketika sedang
belajar
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
A Selalu 44 35 %
B Sering 48 38 %
C Kadang–kadang 29 23 %
D Tidak Pernah 6 4 %
JUMLAH 127 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab “selalu” sebanyak 44 orang (35%), “sering” sebanyak 48 orang
(38%), “kadang-kadang” sebanyak 29 orang (23%), sedangkan yang
menjawab “tidak pernah” 6 orang (4%). Dari tabel di atas dapat disimpulkan
bahwa orang tua sering melarang anaknya untuk menonton tv ketika sedang
belajar.
Tabel 17
Orang tua saya setiap bulannya membelikan buku pelajaran
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
A Selalu 11 9 %
B Sering 35 27 %
C Kadang–kadang 48 38 %
D Tidak Pernah 33 26 %
76
JUMLAH 127 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab “selalu” sebanyak 11 orang (9%), “sering” sebanyak 35 orang
(27%), “kadang-kadang” sebanyak 48 orang (38%), sedangkan yang
menjawab “tidak pernah” 33 orang (26%). Dari tabel di atas dapat
disimpulkan bahwa orang tua kadang-kadang setiap bulannya membelikan
buku pelajaran.
Tabel 18
Saya belajar tanpa disuruh oleh orang tua
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
A Selalu 33 26 %
B Sering 61 48 %
C Kadang–kadang 24 19 %
D Tidak Pernah 9 7 %
JUMLAH 127 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab “selalu” sebanyak 33 orang (26%), “sering” sebanyak 61 orang
(27%), “kadang-kadang” sebanyak 24 orang (19%), sedangkan yang
menjawab “tidak pernah” 9 orang (7%). Dari tabel di atas dapat disimpulkan
bahwa siswa sering belajar tanpa disuruh oleh orang tuanya.
77
Tabel 19
Saya rajin belajar karena menyenangi pelajaran itu
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
A Selalu 35 26 %
B Sering 63 50 %
C Kadang–kadang 26 20 %
D Tidak Pernah 3 4 %
JUMLAH 127 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab “selalu” sebanyak 35 orang (26%), “sering” sebanyak 63 orang
(50%), “kadang-kadang” sebanyak 26 orang (20%), sedangkan yang
menjawab “tidak pernah” 3 orang (4%). Dari tabel di atas dapat disimpulkan
bahwa siswa sering belajar karena menyenangi pelajaran itu.
Tabel 20
Saya semangat belajar karena ingin mendapatkan hadiah dari orang tua
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
A Selalu 14 12 %
B Sering 50 39 %
C Kadang–kadang 50 39 %
D Tidak Pernah 13 10 %
JUMLAH 127 100 %
78
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab “selalu” sebanyak 14 orang (12%), “sering” sebanyak 50 orang
(39%), “kadang-kadang” sebanyak 50 orang (39%), sedangkan yang
menjawab “tidak pernah” 13 orang (10%). Dari tabel di atas dapat
disimpulkan bahwa siswa sering atau bahkan kadang-kadang belajar karena
ingin mendapatkan hadiah dari orang tua.
Tabel 21
Saya rajin belajar supaya dipuji oleh orang tua
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
A Selalu 19 15 %
B Sering 55 43 %
C Kadang–kadang 41 32 %
D Tidak Pernah 12 10 %
JUMLAH 127 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab “selalu” sebanyak 19 orang (15%), “sering” sebanyak 55 orang
(43%), “kadang-kadang” sebanyak 41 orang (32%), sedangkan yang
menjawab “tidak pernah” 12 orang (10%). Dari tabel di atas dapat
disimpulkan bahwa siswa sering belajar supaya dipuji oleh orang tua.
79
Tabel 22
Saya senang belajar jika disanjung oleh guru
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
A Selalu 17 13 %
B Sering 56 44 %
C Kadang–kadang 44 35 %
D Tidak Pernah 10 8 %
JUMLAH 127 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab “selalu” sebanyak 17 orang (13%), “sering” sebanyak 56 orang
(44%), “kadang-kadang” sebanyak 44 orang (35%), sedangkan yang
menjawab “tidak pernah” 10 orang (8%). Dari tabel di atas dapat disimpulkan
bahwa siswa sering belajar jika disanjung oleh guru.
Tabel 23
Saya tepat waktu ketika hadir di sekolah
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
A Selalu 34 27 %
B Sering 73 57 %
C Kadang–kadang 20 16 %
D Tidak Pernah 0 0 %
JUMLAH 127 100 %
80
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab “selalu” sebanyak 34 orang (27%), “sering” sebanyak 73 orang
(57%), “kadang-kadang” sebanyak 20 orang (16%), sedangkan yang
menjawab “tidak pernah” sebanyak 0% tidak ada yang menjawab. Dari tabel
di atas dapat disimpulkan bahwa siswa sering tepat waktu ketika hadir di
sekolah.
Tabel 24
Saya tidak dapat belajar tanpa adanya iringan musik
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
A Selalu 20 16 %
B Sering 42 33 %
C Kadang–kadang 45 35 %
D Tidak Pernah 20 16 %
JUMLAH 127 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab “selalu” sebanyak 20 orang (16%), “sering” sebanyak 42 orang
(33%), “kadang-kadang” sebanyak 45 orang (35%), sedangkan yang
menjawab “tidak pernah” 20 orang (16%). Dari tabel di atas dapat
disimpulkan bahwa siswa kadang-kadang tidak dapat belajar tanpa adanya
iringan musik.
81
Tabel 25
Saya fokus mengerjakan pekerjaan rumah di rumah
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
A Selalu 55 43 %
B Sering 58 46 %
C Kadang–kadang 14 11 %
D Tidak Pernah 0 0 %
JUMLAH 127 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab “selalu” sebanyak 55 orang (43%), “sering” sebanyak 58 orang
(46%), “kadang-kadang” sebanyak 14 orang (11%), sedangkan yang
menjawab “tidak pernah” sebanyak 0% tidak ada yang menjawab. Dari tabel
di atas dapat disimpulkan bahwa siswa sering fokus mengerjakan pekerjaan
rumah di rumah.
Tabel 26
Saya fokus dalam belajar jika suasana rumah tenang
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
A Selalu 49 39 %
B Sering 59 46 %
C Kadang–kadang 19 15 %
D Tidak Pernah 0 0 %
JUMLAH 127 100 %
82
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab “selalu” sebanyak 49 orang (39%), “sering” sebanyak 59 orang
(46%), “kadang-kadang” sebanyak 19 orang (15%), sedangkan yang
menjawab “tidak pernah” sebanyak 0% tidak ada yang menjawab. Dari tabel
di atas dapat disimpulkan bahwa siswa fokus dalam belajar jika suasana rumah
tenang.
Tabel 27
Saya mengikuti bimbingan belajar
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
A Selalu 37 29 %
B Sering 73 57 %
C Kadang–kadang 16 13 %
D Tidak Pernah 1 1 %
JUMLAH 127 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab “selalu” sebanyak 37 orang (29%), “sering” sebanyak 73 orang
(57%), “kadang-kadang” sebanyak 16 orang (13%), sedangkan yang
menjawab “tidak pernah” 1 orang (1%). Dari tabel di atas dapat disimpulkan
bahwa siswa sering mengikuti bimbingan belajar.
83
Tabel 28
Saya ingin belajar jika mendapat hadiah
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
A Selalu 14 11 %
B Sering 43 34 %
C Kadang–kadang 52 41 %
D Tidak Pernah 18 14 %
JUMLAH 127 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab “selalu” sebanyak 14 orang (11%), “sering” sebanyak 43 orang
(34%), “kadang-kadang” sebanyak 52 orang (41%), sedangkan yang
menjawab “tidak pernah” 18 orang (14%). Dari tabel di atas dapat
disimpulkan bahwa kadang-kadang belajar jika mendapat hadiah.
C. Analisis Data
Untuk mencari nilai rata-rata dan hasil persepsi siswa adalah sebagai
berikut:
Mx = ∑XN
Keterangan:
Mx = Nilai rata-rata
∑X = Jumlah dari nilai-nilai yang diperoleh
N = Number of cases (banyaknya skor-skor itu sendiri)
84
Mx = 8710127
Mx = 68,58 %
Secara matematis bimbingan dikatakan ideal atau sangat baik jika
jumlah skor angket berjumlah 12.700. Angka ini diperoleh dari 25 pertanyaan
x 127 siswa x 4 skor.
Dari data diatas, ternyata jumlah skor angket dalam penelitian ini
hanya mencapai 8710 dari jumlah ideal yakni 12.700. dari data diatas dapat
diketahui perbandingan antara jumlah skor angket penelitian dengan jumlah
skor angket ideal diperoleh angka porsentase 68,5 %. Yang artinya angka ini
menunjukkan bahwa peranan bimbingan orang tua dalam memotivasi belajar
siswa yang ada di SMP Islam Parung Bogor kelas VIII cukup berperan.
Tabel 29
Nilai Persepsi Siswa Terhadap Peranan Bimbingan Orang Tua dalam
Memotivasi Belajar Siswa
Responden (N) Nilai (X) 1 68
2 76
3 69
4 71
5 60
6 70
7 73
8 64
9 62
10 61
11 64
12 59
13 62
85
14 71
15 64
16 71
17 72
18 70
19 65
20 72
21 71
22 68
23 70
24 66
25 66
26 65
27 73
28 66
29 63
30 67
31 81
32 79
33 62
34 60
35 77
35 73
37 75
38 69
39 65
40 70
41 71
42 63
43 62
44 69
45 70
46 71
47 81
48 61
49 72
50 68
51 71
52 69
53 70
54 69
55 70
56 65
57 73
58 75
59 61
60 66
61 67
86
62 68
63 71
64 74
65 68
66 70
67 70
68 72
69 73
70 69
71 68
72 73
73 66
74 72
75 75
76 72
77 66
78 72
79 76
80 63
81 69
82 74
83 63
84 62
85 69
86 61
87 66
88 64
89 60
90 60
91 70
92 68
93 64
94 73
95 70
96 68
97 73
98 61
99 70
100 69
101 70
102 61
103 65
104 74
105 72
106 69
107 67
108 63
109 72
87
110 70
111 71
112 68
113 71
114 66
115 74
116 69
117 72
118 65
119 65
120 68
121 68
122 75
123 71
124 72
125 71
126 67
127 68
N = 127 ∑X = 8710
88
88
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, yaitu yang berjudul
peranan bimbingan orang tua dalam memotivasi belajar siswa di SMP Islam
Parung Bogor, dapat disimpulkan bahwa:
Peran bimbingan orang tua dalam memotivasi belajar siswa SMP
Islam Parung Bogor. Berdasarkan observasi dan analisa data dari perhitungan
angket menunjukkan bahwa orang tua berperan baik dalam memotivasi siswa
belajar, yang ditunjukkan dengan meluangkan waktu untuk membimbing
siswa belajar, menciptakan suasana yang kondusif, dan memberi nasehat dan
arahan pada siswa.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, ada beberapa hal yang
penulis sarankan dalam rangka memotivasi belajar siswa, yaitu:
88
89
a) Bagi orang tua harus jeli dan peka terhadap perkembangan setiap
persoalan dan kesulitan yang dihadapi oleh siswa dan harus diatasi
melalui bimbingan dan arahan yang tepat
b) Bagi siswa disarankan dapat meningkatkan motivasi belajar dengan
mengikuti dan memperhatikan bimbingan orang tua untuk mencapai
hasil belajar yang optimal.
c) Bagi guru disarankan agar memberikan bimbingan dan motivasi belajar
sehingga siswa dapat mengembangkan potensi yang optimal.
d) Bagi para peneliti untuk lebih mengembangkan penelitian tentang
peranan bimbingan orang tua dalam memotivasi belajar siswa, dengan
menambahkan data dari orang tua sebagai narasumber.
90
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahib, dan Mustaqim Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2010), Cet. ke 2
Abdurrahman an-Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah dan Masyarakat,
Terj. Dari Ushulut Tabiyah Islamiyah wa Asalibiha fil Baiti wal Mujtama’
oleh Shihabuddin, (Jakarta: Geme Insani Press, 1995), Cet. I
Abror, Abd Rahman Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993)
Ahmad, Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja
RosdaKarya, 2007), cet ke-7
Amir Danien Kusumah, Pengantar Ilmu Pengetahuan, (Surabaya: PT. Usaha
Nasional, 1982), Cet. ke-3
Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta:
Golden Trayon Press, 1992)
Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2002), Cet. Ke-12
Daradjat, Zakiah, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: C.V.
Ruhama, 1995), Cet. II
Daradjat, Zakiah, Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung, 1968)
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya: Mekar
Surabaya, 2004)
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet. 2
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: PT. Balai Pustaka, 1995)
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009),
Cet. ke-4
Djumhur dan Moh Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV
Ilmu), Cet ke 17
91
Drost, J, SJ, Proses Pembelajaran sebagai Proses Pendidikan, (Jakarta: PT
Gramedia Widiasarana Indonesia, 1999)
Erman Amti, dan Prayitno, Dasar-dasar dan Bimbingan Konseling, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1999), Cet, ke-1
Gunarsa, Singgih D, Y, dan Gunarsa, Singgih D. Psikologi Untuk Membimbing,
(Jakarta: Gunung Mulia, 1978), cet. V
Hallen A, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), Cet, ke-1
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rata Grafindo Persada, 2005)
Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999),
Cet. 2
Ibrahim, Ayatullah, Amini, Agar Tidak Salah Mendidik Anak, Terj. Dari Ta’lim
wa Tarbiyat oleh Ahmad Subandi dan Salman Fadlullah, (Jakarta: Al-
Huda, 2006), cet. I
Ihsan,Fuad, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003)
Imran Ali, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 1996),
Cet. ke-1
Istadi, Irawati, Sri Psikologi Anak 2; Istimewa Setiap Anak, (Jakarta: Pustaka Inti,
2002), Cet. 3
John. M. Echol, & Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: PT.
Gramedia, 1996), Cet. ke 3
Mahali, Mudjadid, A, Hubungan Timbal Balik Orang Tua dan Anak, (Solo:
Ramadhani Press, 1994), Cet. 3
Maurice J.Elias, at. Al., Cara-Cara Efektif Mengasuh Anak Dengan EQ, Terj.
Dari Emotionally Intelegent Parenting oleh M. Jauharul Fuad (Bandung:
Kaifa, 2000), cet. I
Neni Zikri Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta:
Kizi Brother’s, 2006)
Neni, Zikri, Iska, Bimbingan dan Konseling pengantar Pengembangan Diri dan
Pemecahan Masalah Peserta Didik/Klien, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2008)
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2004)
92
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Rosda Karya, 1994)
Nurhalijah , Thamrin Nasution, Peran Orang Tua dalam Meningkatkan Prestasi
Belajar Anak, (Jakarta: Gunung Mulia, 1985)
Oemar, Hamalik Kurikulum dan Pembelajaran, (Bandung: Bumi Aksara, 2005)
Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Metodik Khusus Pengajaran
Agama Islam, (Jakarta: 1985)
Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), cet ke 18
Raflis Kosasi, Soetjipto, Profesi Keguruan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007), Cet
ke-3
Sabri, M. Alisuf Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: CV
Pedoman Ilmu Jaya, 2001), Cet. ke-3
Sadiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1996), Cet. ke-6
Slameto, Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2003), Cet. ke-3
Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), Cet.
ke-5
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: Alfabeta, 2002), cet.ke-8
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung:
Alfabeta, 2009), cet. Ke-7
Syah, Muhibbin Psikologi Belajar, (Jakarta: PT LOGOS, 1999), Cet. ke-1
Uhbiyati, Nur Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998)
Undang Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang System Pendidikan Nasional
(Yogyakarta: Media Wacana Press, 2003), cet ke 3
Uno, Hamzah B. Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta: Bumi Aksara,
2008)
Uzer, M Usman, Menjadi Guru Profesional, (Jakarta: PT. Rosda Karya, 1992),
Cet. ke 4
93
Winkel, W. S, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta: Gramedia,
1986), Cet. ke-3
Wlodkowski Raymond J. dan Judith H Jaynes, Motivasi Belajar, (Jakarta: Cerdas
Pustaka, 2004), Cet. ke 1
Yulis, Rama dkk. Pendidikan Islam dalam Rumah Tangga, (Jakarta: Kalam
Mulia, 2001), cet. IV
Zaini, Syahminan, Prinsip-prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam, (Jakarta:
Kalam Mulia, 1986), Cet. I
Zein, Muhammmad, Mehtodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta: AK. Group
dan Indra Buana, 1995)
Zulkifli L, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), Cet.
V
DAFTAR REFERENSI
A. BAB I
B. BAB II
NO. FOOTNOTEHALAMAN
SKRIPSIHALAMANREFERENSI PEMBIMBING
NO. NO. FOOTNOTEHALAMAN
SKRIPSIHALAMANREFERENSI
PARAFPEMBIIVBING
I 1I 7 a
J ,4tr2. 2 7 62 'ryr,aJ . 8 99 ..%4. 4 8 n
J tryr-,5 . 5 9 25- ,tffn6. 6 9 9 ,JVt-,1 7 t 1
t l t4 -4r'8 . 8 11 756 .ffn.9. 9 11 87 /4,-10. 10 12 90 -J%a1t 11 I3 227 .ffi12. t2 13 I z13. 13 I4 47 a'kT4, 14 t4 r45 4,15. 15 T4 145 -ffr,16 . I 6 I7 82 )%"17, T7 l8 115 fr-18. 18 18 52 ;ry.,19 . T9 I 9 23 -24 t%20. z0 20 25 ?t2T. 2 l 21 26 .2%22. 22 22 155 - 151 -%=23. 23 22 23 -24 -ry;24. 24 24 175 4r25. 25 24 57 /L26. 26 25 r37 - t38 -%.27. 27 25 64 {/h28. 28 26 76 429. 29 26 13 .r
30. 30 2t 111 .u'"31. 31 27 60 ,rV",a ^J Z . ) L 28 r87 .ry:a aJ J .
a aJ J 28 62 ,h
34. 34 28 386 -4,35. 35 28 24 lh36. 36 29 66631. 37 30 39 -&t38. 38 30 203 ,439. 39 31 207 t440. 40 a 1
J I t70 r%'4t . 4 I f 1
J _ t 80 t%42. A '
+ Lt ^J Z 108 //4,--
43. 43 ) z 28 ,ry-44. 44 a a
J J 66 /45. 45 a a
J J 7 l ,;rh46. 46 35 27 ,r7ry47. 47 35 63 I 71
48. 48 35 90 /%-49. 49 36 9950. 50 a -
J I 86 -8751 51 a n
) l 13052. 52 37 115- 116 /fr,53. 53 39 53 ,.V--54. 54 40 66 .rlf,-55. 55 40 60 .rv"56. 56 40 60 ) //_
57. 57 4 l 62-63 /%v58. 58 42 t29 ffi59. 59 42 r74 /T60. 60 43 94 .%r-61 . 6 l 43 9 ,%'62. 62 44 23 ,ryr63. 63 45 86 r364. 64 46 27 -28 .t7,65 . 65 47 2t1 -:%-66. 66 48 107-110 /7--
i
x r rvr r r.rir nr An Ac n runUIN JAKARTA IFrrK I
l
,ll lr /1. .lLJ.tDdl No 9, Ciputal 15/11? lndonesia i
N o .- .t g r .
i::IIL
NGPEMBIMBI
Dokumen
ri-lffiiiir,Lj Ei:Xl $l t
tl'*,S$11 ii
TerbilFORM (FR) R;;i;i:
PERMOHONAN DOSENH a ! _ _ . . .
SKRIPSI
Nomor: Ist imew'aLamp : I beri<asHal : Pengajuan Proposal Skripsi
Kepada Yth.Ketua Program Studi Manajemen PendidikanFakr-rltas Ihnu Tarbiyah & KeguruanUIN Syarif Hidayatullah Jakartadi
Ternpat
As'sal anm' al aiku m'f44" Wb.Yang bertanda tangan di bawah ini :
Jakarta" 25 Oktober 2010
NamaNIM
: Ryna Resnawati: 206018200210
Jurusan / Prodi : Kependidikan lslam/Manajemen PendidikanSemester : IX (Sembilan)
Bermaksud rnengajukan proposal skripsi dengan judul
"Hubungan Intensitas l3imbingan Orang Tua dengan Motivasi Belajar Siswa"
Sebagai bahan perl i l lbangan" belikut saya lampirlan :1. Out Line2. llAB I, BAB II dan BAR iII3. Daftar Pustaka Sementara
Demikian pennohonan ini saya sampaikan, atas perhatiannya, saya ucapkanterima kasih.
Wa s,s a I u ntu' u lctikmn Wr. t4/b.
snawatl20601 8200210
Mengetahui,
n Seminar Proposal Skripsi
NIP. 19591020198603 2 001 NIP. 19650717 199403 1 005Disetuj ui/T'idak disetuj ui *
Dosen Pembimbing Skripsi
DrE,.Nudglrrnq Nqqptl .M Pd
Ketua analernen
-l)rq-MlauruAM. M.PdNIP. 19650717 199403 1005
\ i
idi
I
l "
2.
l ) rs . Muar i f SAM. Iv l . l )d
KEMENTERIAN AGAMA"@ =* UIN JAKARTA, ;; t*, i FITK
; lsb " , Lt. t, H JuandaNo95Cipulat 15412tndonesa
FORM (FR)
t lo. Oofunren : FITK-FR-AKD-081
ful. TerOit : 1 Maret 2010
No. Revis i : : 01
Ha l : 111
SURAl BIMBINGAN SKRIPSI
Nomor : Un.01/F.1/KM.01 .2t.. .1D.... tZOtOLamp. : ProposalHal : Bimbingan SkriPsi
Jakarta,26 oktober 201 0
Kepada Yth.
Dra. Nurdelima Waruwu, M.PdPembimbing SkripsiFakultas Ilmu Tarbiyah dan KeguruanUIN Syarif HidayatullahJakarta.
As s alamu' alaikum wr.wb.
Dengan ini diharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi pembimbing vII
(materi/teknis) penulisan skripsi mahasiswa:
Nama
NIM
Jurusatr
Semester
: Ryna Resnawati
: 2 0 6 0 1 8 2 0 0 2 1 0
: Kl-Manajemen Pendidikan
: IX (sembilan)
Judul Skripsi : HUBUNGAN INTENSITAS BIMBINGAN ORANG TUA
DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP ISLAM PARUNG BOGOR
Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 26 Oktober 2010
, abstraksi/o utline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada judul
tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohon pembimbing menghubungi
Jurusan terlebih dahulu.
Bimbingan skripsi ini diharapkan selesai dalam waktu 6 (enam) bulan, dan dapat
diperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan.
Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.
Wass alamu' alaikum wr.wb.l"t.,
Tembusan:1. Dekan FITK2. Mahasiswa ybs
jemen Pendidikan
u'arif SAI\4)5507 171,99403 |
KEMENTERIIUIN JAKARTFITKJl. lr. H. Juanda No 95 Ci
SURA
I ' lomor : Urr ,01/F.1/KM.01 .31.. . . . . . J2410Lamp. : Outline/Proposa/Hal : Permohonan lzin Observasi
Kepada Yth.
Kepala Sekolah SMP lslam Parung- Bogor
diTempat
Assal am u' al ai ku m w r.w,b.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa,
Jakarta, 14 Maret2011
: Ryna Resnawati
: 206018i100210
: Kependidikan lslam- Manajemen Pendidikan
Semester : X (Sepuluh)
Judul Skripsi : Hubungan Intensitas Bimbingan Orang Tua Dengan Motivasi
Belajar Siswa Di SMP lslam Parung -Bogor
adalah benar mahasiswa/i Fakultas llmu Tarbiyah dan KeEuruan UIN Jakarta yangsedang menyusun skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset) diinstansi/sekolahlmadrasah yang Saudara pimpin.
Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan mahasiswa tersebutmelaksanakan penelitian dimaksud.
Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.
Wassal am u' al ai ku m wr^wb.
Nama
NIM
Jurusan
Tembusan:1. Dekan FITK2. Pembantu Dekan Bidang o,kademik3. Mahasiswa yang bersangkutan
RIAN AGAMARTA FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-082Tgl. Terbit : 1 Maret 2010No. Revisi: : 02
95 CiDulat 1 5412 lndonesia Hal 4 t 1
T PERIVOHONAN IZIN PENELITIAN
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
SMP TSLAM PART]NGNSS : 202020210134 NDS ;2002050148 NPSN :20200543
Status : TERAKREDITASI "A"J l . Raya Parung - Bogor No.648 Telp. (0251)8611451 - 8604046
Desa Parung Kec. Parung Kab. Bogor Kode Pos 16330
SURAT KETERANGANNomor z 348 t102.5 ISMP.IS/S.KgI/2011
Yang bertanda tangan di bawah ini :
NamaNIPJabatanAlamat
Dengan ini menerangkan bahwa:
NamaNIMTempat, Tanggal LahirJurusanAlamat Rumah
H. JARKASIH, S.Ag.\9s70727r981 101002Kepala SekolahJl- Raya Parung Bogor Ptt. 04/04 Desa ParungKec.. Parung - Kabupaten Bogor
RYNA RESNAV/ATI2060182A0210Sumedang, 04 Februari 1988Kependidikan Islam-Manaj emen PendidikanJln. Benda Timur 1 C Blok E 72 No. 14.Kel. Benda Baru Kec. PamulangKota Tangerang Selatan
Yang bersangkutan adalah benar telah melaksanakan Penelitian (riset) dengan judul skripsi"Hubungan Intensitas Bimbingan Orang Tua dengan Motivasi Belajar Siswa" di SMP IsiamParung Kabupaten Bogor mulai tanggal 16 Maret 2011 s.d. 20 Mei 2011.
Demikian Surat Keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Bogor, 21 Mei 2011
olah,
iIfI, S.Ag.
6mu*4ffq"*'il
.195707271981101002