peranan badan permusyawaratan desa dalam...
TRANSCRIPT
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
PERANAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa
Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan)
SKRIPSI
Disusun Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
EKO TRI UTAMI
050921003
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2007
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ...................................................................................... i
DAFTAR TABEL ............................................................................... iii
ABSTRAKSI ...................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1
1.1. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ............................................................ 5
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................. 5
1.4. Manfaat Penelitian .............................................................. 5
1.5. Kerangka Teori ..................................................................... 6
1.5.1. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) ..................... 6
1.5.2. Perencanaan .............................................................. 7
1.5.3. Pembangunan Desa ................................................... 10
1.5.4. Perencanaan Pembangunan Desa ............................ 14
1.5.4.1. .......................................................................... Langka
h-langkah Penyusunan Perencanaan
Pembangunan Desa ...................................... 18
1.5.4.2. .......................................................................... Jenis-je
nis Rencana Desa ............................................ 21
1.5.5. Proyek Desa ............................................................... 24
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
1.6. Defenisi Konsep .................................................................... 26
1.7. Defenisi Operasional ............................................................ 27
1.8. Sistematika Penulisan ......................................................... 28
BAB II METODE PENELITIAN ..................................................... 30
2.1. Metode Penelitian ................................................................ 30
2.2. Lokasi Penelitian ................................................................. 30
2.3. Populasi dan Sampel ............................................................ 30
2.3.1. Populasi ...................................................................... 30
2.3.2. Sampel ........................................................................ 30
2.4. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 32
2.5. Teknik Analisa Data ............................................................. 32
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ................................. 33
3.1. Geografis ............................................................................... 33
3.2. Penduduk .............................................................................. 33
3.3. Mata Pencaharian ................................................................ 37
3.4. Pendidikan ............................................................................ 38
3.5. Agama ................................................................................... 40
3.6. Pemerintahan Desa .............................................................. 42
3.7. Badan Permusyawaratan Desa ........................................... 43
3.8. Daftar Usulan Proyek .......................................................... 44
BAB IV PENYAJIAN DATA ............................................................. 48
4.1. Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
Pembangunan Desa ........................................................ 48
4.2. Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Penetapan
Jenis-jenis
Rencana Desa ................................................................. 52
4.3. Prosedur Proyek Desa Melalui APBD ................................. 56
4.3.1. Musyawarah Pembangunan Desa ........................... 57
4.3.2. Rekapitulasi Usulan Proyek .................................... 60
BAB V ANALISA DATA ................................................................... 62
5.1. Analisa Data Tentang Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam
Perencanaan Pembangunan Desa ....................................... 62
5.2. Analisa Data Tentang Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam
Menyusun Jenis-jenis Rencana Desa .................................. 64
5.3. Analisa Data Tentang Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam
Perencanaan Pembangunan Proyek Desa .......................... 66
BAB VI PENUTUP ........................................................................... 68
6.1. Kesimpulan ................................................................................ 68
6.2. Saran .......................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 ............................................................................................... 34
Tabel 2 ............................................................................................... 37
Tabel 3 ............................................................................................... 39
Tabel 4 ............................................................................................... 40
Tabel 5 ............................................................................................... 41
Tabel 6 ............................................................................................... 45
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
ABSTRAKSl
PERANAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA
(Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali
Kecamatan Percut Sei Tuan) Nama : Eko Tri Utami Nim : 050921003 Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departeman : Ilmu Administrasi Negara Pembimbing : Drs. Marlon Sihombing, MA
Keberhasilan dari suatu pemerintahan terletak pada pemerintahannya sendiri, dalam hal ini pemerintah telah membuat Undang-undang mengenai pemerintahan desa, salah satunya adalah PP No. 72 Tahun 2005 tentang desa, yang isinya menyebutkan bahwa Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam perencanaan pembangunan desa, pemerintah desa dalam hal ini Kepala Desa seyogianya tidak merencanakan sendiri perencanaan pembangunan tersebut tanpa melibatkan lembaga lain. Lembaga yang paling berpengaruh untuk menampung aspirasi masyarakat adalah Badan Permusyawaratan Desa, maka seharusnya Kepala Desa sebagai kepala tertinggi Pemerintahan Desa harus bekerja sama dengar, BPD tersebut dalam menetapkan perencanaan pembangunan desa, serta harus mengikut sertakan masyarakat.
Sehubungan dengan itu maka penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitilian di Desa Sampali ini dengan tujuan untuk
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
mengetahui sejauh mana peranan Badan Permusyawaratan Desa dalam perencanaan pembangunan desa di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Adapun fokus penelitiannya adalah peranan Badan Permusyawaratan Desa dalam perencanaan pembangunan desa. Metode pengumpulan data dilaksanakan melalui wawancara, observasi dan penelitian kepustakaan.
Dari analisa data yang penulis lakukan diperoleh gambaran bahwa peranan Badan Permusyawaratan Desa dalam perencanaan pembangunan di desa Sampali sudah berjalan dengan baik dan masih perlunya diadakan perubahaan format keanggotaan pada Badan Permusyawaratan Desa yang lebih mencerminkan perwakilan dari setiap dusun.
(Keyword : Badan Permusyawaratan Desa, Perencanaan Pembangunan
Desa)
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah akan sangat bergantung pada
kesiapan Pemerintah Daerah dalam menata sistem pemerintahannya agar tercipta
pembangunan yang efektif, efesien, transparansi, dan akuntabel serta mendapat
partisipasi dari masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahannya.
Sesuai dengan amanat Undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, bahwa dalam penyelenggaraan otonomi daerah dipandang
perlu untuk menekankan pada prinsip-prinsip pemerintahan yang baik (Good
Governance) dan pemerintahan yang bersih (Clean Governance) dalam mewujudkan
pembangunan daerah yang desentralistik dan demokratis.
Maka dalam penyelenggaraan pembangunan desa diperlukan
pengorganisasian yang mampu menggerakkan masyarakat untuk mampu berpatisipasi
dalam melaksanakan pembangunan desa serta melaksanakan administrasi
pembangunan desa. Dengan demikian diharapkan pembangunan dan pelaksanaan
administrasi desa akan berjalan lebih rasional, tidak hanya didasarkan pada tuntutan
emosional yang sukar dipertanggungjawabkan kebenarannya (Suwignjo, 1982:1).
Hal ini mengisyaratkan bahwa keikutsertaan masyarakat di dalam
perencanaan pembanguanan desa memang benar-benar sangat dibutuhkan untuk
mensinkronkan rencana pembangunan desa yang akan dilaksanakan dengan apa yang
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
dibutuhkan masyarakat dalam meningkatkan kehidupan dan penghidupannya di desa.
Karena bila tidak demikian, bisa saja pembangunan tersebut tidak sesuai dengan
kebutuhan masyarakat yang bersangkutan sehingga pembangunan yang dilaksanakan
sia-sia belaka dan masyarakat sendiripun akan bersifat apatis terhadap pelaksanaan
perencanaan pembangunan desa itu.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa, disebut
bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,
berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam
sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Desa bukanlah bawahan Kecamatan, karena Kecamatan merupakan bagian
dari perangkat daerah kabupaten/ kota, dan desa bukan merupakan bagian dari
perangkat daerah. Berbeda dengan kelurahan, desa memiliki hak untuk mengatur
wilayahnya lebih luas. Namun dalam perkembangannya, sebuah desa dapat
ditingkatkan statusnya menjadi kelurahan.
Desa memiliki pemerintahan sendiri. Pemerintahan Desa terdiri atas
Pemerintah Desa yang meliputi Kepala Desa, Perangkat Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa (BPD). Kepala Desa merupakan pimpinan penyelengaraan
pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan
Permusyawaratan Desa (BPD). Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan
lembaga perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Anggota
BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
wilayah. Anggota BPD terdiri dari Ketua Rukun Warga, pemangku adat, golongan
profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya. Masa jabatan
anggota BPD adalah 6 tahun dan dapat diangkat/ diusulkan kembali untuk 1 kali masa
jabatan berikutnya. Pimpinan dan anggota BPD tidak diperbolehkan merangkap
jabatan sebagai Kepala Desa dan Perangkat Desa. Badan Permusyawaratan Desa
(BPD) berfungsi menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan
menyalurkan aspirasi masyarakat.
Dari keterangan dan paparan di atas terlihat bahwa perencanaan pembangunan
desa adalah sesuatu yang sangat penting. Karena dari perencanaan pembangunan
inilah arah pembangunan desa ditentukan. Karena itu sudah menjadi kewajiban
pemerintahan desa untuk menampung aspirasi masyarakat dalam perencanaan
pembangunan desa. Aspirasi masyarakat dapat tertampung dengan cara melibatkan
Badan Permusyawaratan Desa dalam perencanaan pembangunan tersebut. Karena
pada dasarnya merekalah yang menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat
yang diwakilinya.
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang merupakan sarana bagi Kantor
Kepala Desa di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan dan masyarakat guna
merencanakan pembanguanan desanya. Di sini dibutuhkan prakarsa dan swadaya
masyarakat untuk ikut serta dalam merencanakan pembangunan di desanya sendiri.
Berarti masyarakat dapat dikatakan harus berpartisipasi dan sebagai subjek dalam
perencanaan pembangunan di desanya.
Sebagai subjek pembangunan tentunya warga masyarakat hendaknya sudah
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
dilibatkan untuk menentukan perencanaan pembangunan sesuai dengan kebutuhan
objektif masyarakat yang bersangkutan. Dalam arti bahwa perencanaan pembangunan
yang akan dilaksanakan dapat menyentuh langsung kebutuhan masyarakat sehingga
program perencanaan pembangunan desa yang akan dicanangkan, masyarakat dapat
berpartisipasi seoptimal mungkin. Ide-ide pembangunan harus berdasarkan pada
kepentingan masyarakat desa dalam memenuhi kebutuhannya yang menunjang
terhadap pembangunan nasional. Ide-ide pembangunan desa demikian inilah yang
akan ditampung dalam Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan akan dimufakatkan
bersama dalam musyawarah pembangunan desa sehingga dapat direncanakan dengan
baik antara pemerintah dengan masyarakat. Hal ini pada akhirnya akan
menumbuhkan prakarsa dan swadaya masyarakat serta partisipasi aktif nantinya pada
saat pelaksanaan pembangunan desa.
Oleh karena itu, perencanaan pembangunan desa akan dilaksanakan pada
musyawarah pembangunan desa antara pemerintah. Dalam hal ini, pemerintah desa
dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) berfungsi untuk menampung dan
menyalurkan aspirasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup dan
penghidupannya. Seperti kita ketahui bersama baik di media massa maupun media
elektronik memberitakan bahwa perencanaan pembangunan desa sering tertunda.
Oleh karena itu yang menjadi persoalan dalam hal ini adalah apakah BPD
benar-benar telah melaksanakan peranannya dalam perencanaan pembangunan desa
sesuai dengan yang telah disepakati bersama.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis merasa tertarik untuk melakukan
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
penelitian ilmiah dengan judul “Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang
Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan)”.
1.2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah ini berfungsi untuk membatasi studi dan mengacu pada
pelaksanaan panelitian secara objektif terhadap objek penelitian. Selain itu dengan
perumusan masalah yang jelas, akan memenuhi kriteria untuk memasukkan dan
mengeluarkan data yang diperoleh dari objek penelitian. Jadi berdasarkan pemikiran
ini dan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah yang akan dibahas
adalah : Bagaimanakah peranan Badan Pemusyawaratan Desa (BPD) dalam
perencanaan pembangunan desa di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang penulis harapkan dapat dicapai melalui penelitian ini
adalah untuk mengetahui sejauh mana peranan Badan Permusyawaratan Desa
(BPD) dalam perencanaan pembangunan desa di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei
Tuan.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan penulis dengan dilakukannya penelitian ini
adalah :
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
1. Bagi penulis, penelitian ini merupakan usaha untuk meningkatkan kemampuan
berfikir melalui karya ilmiah dan untuk menerapkan teori-teori yang telah penulis
terima selama perkuliahan di Departeman Ilmu Administrasi Negara Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Sebagai kontribusi bagi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam perencanaan
pembangunan desa di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan.
1.5. Kerangka Teori
1.5.1. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Badan Permusyawaratan Desa merupakan organisasi yang berfungsi sebagai
badan yang menetapkan peraturan desa bersama Kepala Desa, menampung dan
menyalurkan aspirasi masyarakat. Anggotanya adalah wakil dari penduduk desa
bersangkutan yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat.
BPD mempunyai peran yang besar dalam membantu Kepala Desa untuk
menyusun perencanaan desa dan pembangunan desa secara keseluruhan. Dalam UU
No. 32 dijelaskan bahwa pembangunan kawasan pedesaan yang dilakukan oleh
kabupaten/ kota dan atau pihak ketiga mengikutsertakan pemerintah desa dan Badan
Permusyawaratan Desa. Dalam rangka pemberdayaan dan penguatan desa, pemerintah
mendorong terbentuknya Badan Perwakilan Desa (BPD) yang dalam UU.No.32 tahun
2004 , menjadi Badan Permusyawaratan Desa.
Dalam melaksanakan kewenangan yang dimilikinya untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakatnya, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai
lembaga legeslasi (menetapkan kebijakan desa) dan menampung serta menyalurkan
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
aspirasi masyarakat bersama Kepala Desa. Lembaga ini pada hakikatnya adalah mitra
kerja pemerintah desa yang memiliki kedudukan sejajar dalam menyelenggarakan
urusan Pemerintahan Desa, pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Sebagai
lembaga legislasi, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) memiliki hak untuk
menyetujui atau tidak terhadap kebijakan desa yang dibuat oleh Pemerintah Desa.
Lembaga ini juga dapat membuat rancangan peraturan desa untuk secara
bersama-sama Pemerintah Desa ditetapkan menjadi peraturan desa. Disini terjadi
mekanisme check and balance system dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa
yang lebih demokratis. Sebagai lembaga pengawasan, Badan Permusyawaratan Desa
(BPD) memiliki kewajiban untuk melakukan kontrol terhadap implementasi
kebijakan desa, Anggaran dan Pendapatan Belanja Desa (APBDes) serta pelaksanaan
keputusan Kepala Desa. Selain itu, dapat juga dibentuk lembaga kemasyarakatan desa
sesuai kebutuhan desa untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan.
1.5.2. Perencanaan
Sudah merupakan suatu keharusan bagi setiap organisasi yang akan
mewujudkan tujuannya selalu melalui tahap perencanaan dari program dan kegiatan
yang akan dilaksanakan. Perencanaan merupakan tahapan awal dari suatu proses
pembangunan. Melalui perencanaan akan dapat ditentukan apa yang akan
dilaksanakan, tujuan yang hendak dicapai, sasaran yang dipergunakan dan
sebagainya.
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
Perencanaan dapat diartikan sebagai suatu proses pemikiran dan penentuan secara
matang dari hal-hal yang akan dikerjakan di masa mendatang dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Maka dalam rangka melaksanakan suatu
kegiatan atau usaha yang terorganisir dalam mencapai tujuan, diperlukan perencanaan.
Menurut Prajudi Atmosoedirdjo (1972:177) sebagai berikut: “Perencanaan
adalah perhitungan dan penentuan daripada yang dijalankan dalam rangka pencapaian
objek tertentu”.
Sementara itu Moekijat (1988:12) bahwa: “Perencanaan itu penting sekali dan
harus ada dalam suatu organisasi. Perencanaan merupakan suatu keharusan dalam
manajemen modern”.
Untuk mendukung pendapat di atas Dana Conyers (199l:4) menjelaskan
hahwa perencanaan juga melibatkan hal-hal yang menyangkut pengambilan keputusan
atau pilihan, atau bagaimana memanfaatkan sumber daya semaksimal mungkin guna
mencapai tujuan-tujuan tertentu atau kenyataan yang ada di masa depan.
Pengertian di atas semakin dipertegas oleh J.B.Kristiadi (1995:12)
menyebutkan bahwa “Perencanaan adalah pola perbuatan menggambarkan dimuka
hal-hal yang akan dikerjakan kemudian. Dengan kata lain, planning adalah
memikirkan sekarang untuk tindakan yang akan datang”.
Lebih lanjut Widjojo (1985:31) mengemukakan pendapat tentang azas-azas
sebuah perencanaan yaitu :
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
a. Penentuan pilihan secara sadar mengenai tujuan-tujuan konkrit yang hendak
dicapai dalam jangka waktu tertentu atas dasar nilai-nilai yang dimiliki masyarakat
yang bersangkutan.
b. Pilihan antara cara-cara alternatif yang efisien serta rasional guna mencapai
tujuan-tujuan tersebut. Baik untuk penentuan tujuan yang meliputi jangka waktu
tertentu maupun pemilihan cara-cara tersebut diperlukan ukuran-ukuran atau
kriteria-kriteria tertentu yang lebih dahulu harus dipilih pula.
Setelah menguraikan pengertian tentang perencanaan sebagaimana disebut di
atas, maka diperlukan beberapa persyaratan dalam penyusunan suatu perencanaan
seperti yang dikemukakan S.P.Siagian (l987:108) dimana rencana itu harus :
a. Mempemudah tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
b. Dibuat oleh orang-orang yang sudah memahami tujuan organisasi.
c. Dibuat oleh orang-orang yang sungguh-sungguh memahami teknik-teknik
perencanaan.
d. Disertai oleh perincian yang teliti.
e. Tidak boleh terlepas sama sekali dari pemikiran dan pelaksanaan.
f. Bersifat sederhana.
g. Bersifat luwes.
h. Terdapat pengambilan resiko.
i. Merupakan forecasting.
Selanjutnya perencanaan dipandang sangat penting, untuk dapat menjamin
sistematisasi pelaksanaan pembangunan. Untuk ini hal yang perlu dipahami adalah
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
proses perencanaan atau tahapan-tahapan di dalam penyusunan perencaaan tersebut.
Menurut Bintoro (1991:12) tahapan-tahapan penyusunan perencanaan itu meliputi :
a. Tinjauan keadaan, yang meliputi identifikasi masalah-masalah pokok yang
dihadapi, seberapa jauh kemajuan yang telah dicapai untuk menjamin kontinuitas
kegiatan-kegiatan usaha, hambatan-hambatan yang masih dikembangkan.
b. Perkiraan keadaan masa yang akan dilalui rencana, untuk dapat mengetahui
kecenderungan-kecenderungan perspektif masa depan.
c. Perkiraan tujuan rencana dan pemilihan cara-cara pencapaian tujuan rencana
tersebut.
d. Identifikasi kebijaksanaan dan atau kegiatan ini adalah tahap persetujuan rencana.
Secara lebih terinci lagi, tahapan-tahapan perencanaan ini dijelaskan oleh
S.P.Siagian (1987:108) dalam bukunya “Administrasi Pembangunan” adalah sebagai
berikut :
a. Mengetahui sifat hakiki dari masalah yang dihadapi.
b. Kumpulkan data-data.
c. Penganalisaan data-data.
d. Penentuan beberapa alternatif.
e. Memilih cara-cara yang kelihatannya terbaik.
f. Pelaksanaan.
g. Penilaian hasil yang dicapai.
1.5.3. Pembangunan Desa
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
Menurut S P. Siagian (1987:2) pembangunan adalah suatu usaha atau rangkaian
usaha pertumbuhan dan perubahan terencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu
bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembangunan
bangsa/ nation building. Sementara Riyono Pratikno (1979:119) mendefenisikan
pembangunan sebagai suatu jenis perubahan sosial dimana diperkenalkan berbagai
gagasan baru ke dalam sistem sosial untuk meningkatkan penghasilan perkapita serta
standard hidup.
Lebih lanjut Bintoro (l983:59) menyebutkan bahwa pembangunan merupakan
proses tanpa ada akhir, suatu kontinuitas perjuangan mewujudkan ide dan realitas yang
akan terus berlangsung sepanjang kurun sejarah.
Berarti jelaslah bahwa suatu pembangunan tidak lain merupakan suatu proses
pertumbuhan dan perubahan yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Berencana dan dilaksanakan secara sadar.
b. Selalu diarahkan pada usaha peningkatan atau menuju kepada keadaan yang lebih
baik.
c. Berlangsung terus-menerus.
Taliziduhu Ndraha (1982:71) mengemukakan bahwa: “pembangunan desa
merupakan setiap pembangunan yang di dalam prosesnya masyarakat desa harus
berpartisipasi aktif”.
Sementara Soewignjo (1985:24) juga mengemukakan pendapat mengenai
pembangunan desa yaitu: “Pembangunan desa yaitu perencanaan pembangunan
‘dari, oleh, dan untuk’ masyarakat desa.”
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
Dari defenisi di atas mengisyaratkan dengan jelas bahwa keikutsertaan
masyarakat dalam proses penentuan pembangunan di desanya adalah sangat dominan.
Melibatkan mental dan emosi masyarakat desa yang dapat mendorong mereka untuk
menyumbang bagi tercapainya tujuan masyarakat dengan jalan mendiskusikan,
menentukan keinginan, merencanakan dan mengerjakan secara bersama-sama untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan berbasis partisipasi masyarakat.
Dalam penjelasannya oleh Syahyuti dari Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Pertanian, partisipasi adalah proses tumbuhnya kesadaran terhadap
kesalinghubungan di antara stakeholders yang berbeda dalam masyarakat, yaitu antara
kelompok-kelompok sosial dan komunitas dengan pengambil kebijakan dan
lembaga-lembaga jasa lain. Secara sederhana, partisipasi dapat dimaknai sebagai “the
act of taking part or sharing in something”. Dua kata yang dekat dengan konsep
partisipasi adalah “engagement” dan “involvement”.
Partisipasi dapat didefinisikan sebagai proses dimana seluruh pihak dapat
membentuk dan terlibat dalam seluruh inisitaif pembangunan. Maka, pembangunan
yang partisipatif adalah proses yang melibatkan masyarakat secara aktif dalam seluruh
keputusan substansial yang berkenaan dengan kehidupan mereka. Dalam bidang
politik dan sosial, partisipasi bermakna sebagai upaya melawan ketersingkiran. Jadi,
dalam partisipasi, siapapun dapat memainkan peranan secara aktif, memiliki kontrol
terhadap kehidupannya sendiri, mengambil peran dalam masyarakat, serta menjadi
lebih terlibat dalam pembangunan. Pada akhirnya, tujuan partisipasi adalah untuk
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
meningkatkan inisiatif masyarakat terhadap pengelolaan sumberdaya untuk
pembangunan.
Jika dicermati, makna partisipasi berbeda-beda menurut mereka yang terlibat,
misalnya antara pengambil kebijakan, pelaksana di lapangan, dan masyarakat. Para
ahli telah mampu membuat pengklasifikasian partisipasi. Misalnya, ada yang
berpendapat bahwa sesungguhnya ada tujuh karakteristik tipologi partisipasi, yang
berturut-turut semakin dekat kepada bentuk yang ideal, yaitu :
1. Partisipasi pasif atau manipulatif. Ini merupakan bentuk partisipasi yang paling
lemah. Karakteristiknya adalah masyarakat menerima pemberitahuan apa yang
sedang dan telah terjadi. Pengumuman sepihak oleh pelaksana proyek tidak
memperhatikan tanggapan masyarakat sebagai sasaran program. Informasi yang
dipertukarkan terbatas pada kalangan profesional di luar kelompok sasaran belaka.
2. Partisipasi informatif. Masyarakat menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian
untuk proyek, namun tidak berkesempatan untuk terlibat dan mempengaruhi proses
penelitian. Akurasi hasil penelitian, tidak dibahas bersama masyarakat.
3. Partisipasi konsultatif. Masyarakat berpartisipasi dengan cara berkonsultasi,
sedangkan orang luar mendengarkan, menganalisa masalah dan pemecahannya.
Belum ada peluang untuk pembuatan keputusan bersama. Para profesional tidak
berkewajiban untuk mengajukan pandangan masyarakat (sebagai masukan) untuk
ditindaklanjuti.
4. Partisipasi insentif. Masyarakat memberikan korbanan dan jasa untuk memperoleh
imbalan insentif berupa upah, walau tidak dilibatkan dalam proses pembelajaran
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
atau eksperimen-eksperimen yang dilakukan. Masyarakat tidak memiliki andil
untuk melanjutkan kegiatan-kegiatan setelah insentif dihentikan.
5. Partisipasi fungsional. Masyarakat membentuk kelompok sebagai bagian proyek,
setelah ada keputusan-keputusan utama yang disepakati. Pada tahap awal,
masyarakat tergantung kepada pihak luar, tetapi secara bertahap menunjukkan
kemandiriannya.
6. Partisipasi interaktif. Masyarakat berperan dalam analisis untuk perencanaan
kegiatan dan pembentukan atau penguatan kelembagaan. Cenderung melibatkan
metoda interdisipliner yang mencari keragaman perspektif dalam proses belajar
yang terstruktur dan sistematis. Masyarakat memiliki peran untuk mengontrol atas
pelaksanaan keputusan-keputusan mereka, sehingga memiliki andil dalam
keseluruhan proses kegiatan.
7. Mandiri (self mobilization). Masyarakat mengambil inisiatif sendiri secara bebas
(tidak dipengaruhi oleh pihak luar) untuk merubah sistem atau nilai-nilai yang
mereka junjung. Mereka mengembangkan kontak dengan lembaga-lembaga lain
untuk mendapatkan bantuan dan dukungan teknis serta sumber daya yang
diperlukan. Masyarakat memegang kendali atas pemanfaatan sumberdaya yang ada
dan atau digunakan.
Akhir-akhir ini telah lahir konvergensi antara hasrat pelibatan masyarakat
dalam perumusan kebijakan dan implementasinya dengan terciptanya good
governance. Telah diupayakan mencari berbagai bentuk baru partisipasi yang bersifat
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
lebih langsung. Intinya adalah bagaimana masyarakat dapat mempengaruhi pemerintah
dan memaksa mereka agar lebih accountable.
1.5.4. Perencanaan Pembangunan Desa
Pentingnya perencanaan dalam setiap pembangunan, Bintoro (1983:2)
menyebutkan : “Dengan perencanaan pembangunan dimaksudkan agar pembangunan
terselenggara secara berencana, yaitu secara sadar, teratur, sistematis,
berkesinambungan, mengusahakan peningkatan dan kemampuan menahan
gojolak-gejolak di dalam pelaksanaannya.
Agar usaha-usaha pembangunan dapat berhasil mencapai sasaran, maka
pengarahan untuk pelaksanaan pembangunan dan pemanfaatan sumber-sumber yang
ada perlu berpedoman pada suatu rencana yang terwujud dalam suatu bentuk
perencanaan pembangunan. Bintoro (1987:12) menyatakan bahwa :
a. Perencanaan dalam arti seluas-luasnya tidak lain adalah suatu proses
mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk
mencapai tujuan tertentu.
b. Perencanaan adalah suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya
(maksimal output) dengan sumber-sumber yang ada agar lebih efektif dan efisien.
c. Perencanaan adalah penentuan tujuan yang akan dicapai atau yang akan
dilaksanakan, bagaimana, bilamana, dan pada siapa.
d. Perencanaan pembangunan adalah suatu pengarahan penggunaan sumber-sumber
pembangunan (termasuk sumber-sumber ekonomi) yang terbatas adanya untuk
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
mencapai tujuan-tujuan sosial ekonomi yang lebih baik secara lebih efektif dan
efisien.
Oleh sebab itu dapat diketahui bahwa suatu perencanaan pembangunan,
khususnya perencanaan pembangunan desa sangat membutuhkan pendekatan yang
menyeluruh. Perencanaan pembangunan desa merupakan perencanaan pembangunan
yang dilakukan masyarakat sendiri, dari dan untuk masyarakat sendiri, dengan
pengarahan, bimbingan, bantuan, dan pembinaan serta pengawasannya dilakukan
oleh pemerintah. Jadi, dengan proses pembangunan yang seperti ini apa yang menjadi
harapan dan keinginan masyarakat desa dapat terpenuhi dan diwujudkan dalam
bentuk nyata berlandaskan musyawarah.
Musyawarah merupakan salah satu asas dasar negara Indonesia. Musyarawah
pembangunan yang diadakan oleh Pemerintah Desa disebut Musyawarah
Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Desa. Musrenbang Desa dalam
penjelasannya pada Buku 1 tentang Panduan Penyelenggaraan Musyawarah
Perencanaan Pembangunan Desa/ Kelurahan tahun 2008 adalah forum musyawarah
tahunan para pemangku kepentingan (stakeholder) desa/ kelurahan untuk
menyepakati rencana kegiatan untuk tahun anggaran berikutnya. Musrenbang desa/
kelurahan dilakukan setiap bulan Januari untuk menyusun rencana kegiatan tahunan
desa dengan mengacu/ memperhatikan kepada rencana pembangunan jangka
menengah desa (RPJM Desa) yang sudah disusun.
Musrenbang yang bermakna, akan membangun kesepahaman tentang
kepentingan dan kemajuan desa, dengan memotret potensi dan sumber-sumber
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
pembangunan yang tersedia baik dari dalam desa sendiri maupun dari luar desa.
Musrenbang adalah forum publik perencanaan (program) yang
diselenggarakan oleh lembaga publik yaitu pemerintah desa/ kelurahan bekerjasama
dengan warga dan para pemangku kepentingan. Penyelenggaraan musrenbang
merupakan salah satu tugas pemerintah desa/ kelurahan untuk menyelenggarakan
urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.
Pembangunan tidak akan bergerak maju apabila salah satu saja dari tiga
komponen tatapemerintahan (pemerintah, masyarakat, swasta) tidak berperan atau
berfungsi. Karena itu, musrenbang juga merupakan forum pendidikan warga agar
menjadi bagian aktif dari tatapemerintahan dan pembangunan.
Perencanaan pembangunan desa sesuai dengan hakekat pengertian
pembangunan desa yaitu perencanaan pembangunan dari, oleh dan untuk masyarakat
desa. Desa adalah subjek pembangunan, namun dalam pelaksanaannya masih perlu
bimbingan dan bantuan pemerintahan yang lebih tinggi (Marbun, 1988:12).
Dengan demikian berarti perencanaan pembangunan harus dilaksanakan oleh
desa sendiri, bukan oleh pemerintah yang lebih tinggi. Melalui proses ini maka
keinginan-keinginan dan kebutuhan masyarakat desa dapat disalurkan (Suwignjo,
1982 : 25).
Dalam hal ini Kepala Desa sebagai pimpinan desa merupakan penanggung
jawab utama di bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Untuk itu
Kepala Desa harus mampu menggerakkan seluruh kalangan masyarakat desa untuk
melaksanakan rencana yang telah ditetapkan oleh musyawarah Badan
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
Permusyawaratan Desa (BPD).
Untuk menggerakkan masyarakat desa, diperlukan suatu arahan dalam bentuk
rencana kegiatan dari pelaksanaan pembangunan. Rencana tersebut ditetapkan dengan
keputusan Kepala Desa.
Perencanaan pembangunan desa adalah kegiatan yang bersifat menyeluruh,
karena perencanaan itu dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah desa yang cukup
kompleks. Proses pengkajian yang harus dilakukan dalam menyusun suatu
perencanaan pembangunan desa meliputi berbagai hal, antara lain :
1. Keadaan Potensi Fisik
a. Penggunaan tanah,
b. Tingkat kesuburan tanah,
c. Prasarana dan sarana yang tersedia,
d. lain-lain.
2. Kependudukan
a. Jumlah penduduk,
b. Tingkat kepadatan dan pertumbuhan,
c. Usia sekolah,
d. Usia produktif.
3. Sosial budaya masyarakat desa
4. Ekonomi masyarakat desa
5. Sumber daya alam lainnya (Suwignjo, 1982 : 25)
Data-data tersebut pada sebagian besar desa tercermin pada papan potensi
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
desa yang terus-menerus dikembangkan dan dibina oleh pemerintah desa. Berkenaan
dengan pentingnya data-data tersebut untuk rencana pembangunan desa maka
Pemerintah Desa perlu mencatat secara teliti, cermat dan benar. Kebenaran data
sangat diperlukan agar rencana yang disusun dapat secara realistis dilaksanakan,
menguntungkan dan dapat dipertanggungjawabkan.
1.5.4.1. Langkah-langkah Penyusunan Perencanan Pembangunan Desa
Menurut Suwignjo (1982) untuk meminimalisir permasalahan yang akan
dihadapi dalam pembangunan desa maka sebelum menetapkan perencanaan
pembangunan desa maka harus terlebih dahulu dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah adalah kegiatan pertama dari unsur perencanaan
pembangunan desa. Masalah yang perlu diperhatikan dari kegiatan ini adalah keadaan
masa lalu, keadaan sekarang dan kecenderungan- kecenderungan di masa yang akan
datang, yang meliputi beberapa faktor seperti :
- Faktor perkembangan jumlah penduduk, kegiatan ekonomi penduduk.
- Faktor pembatas, yang meliputi: luas wilayah, nilai-nilai sosial budaya,
dan sumber daya alam.
2. Pengumpulan Data
Langkah selanjutnya setelah identifikasi masalah adalah dilakukan kegiatan
pengumpulan data yang mempunyai kaitan dengan faktor-faktor yang diperlukan
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
dalam penyusunan rencana pembangunan desa. Data tersebut diperoleh melalui
penelitian lapangan atau berdasarkan data yang tertuang dalam papan potensi desa
yang dijamin kebenarannya (Marbun, 1988 : 23).
Data tata ruang desa merupakan faktor pembatas, karena tidak ada perubahan
dalam luas, yang terjadi hanya penggunaan tanah. Perubahan-perubahan penggunaan
tanah terjadi karena adanya perubahan aktivitas ekonomi penduduk desa yang
bersangkutan. Setiap perubahan perlu dicatat dalam buku register desa dan papan
potensi desa.
3. Analisa Data
Langkah berikut setelah pengumpulan data ialah analisa data. Data
disistematiskan, disusun sebagai suatu rencana, disusun sesuai urutan prioritas
pembangunan. Langkah-langkah sistematis dalam penyusunan rencana pembangunan
desa dilakukan melalui penjenisan rencana sesuai dengan tingkatannya. Dengan
demikian manakala pada saat sekarang usaha di sektor industri dan jasa memberikan
pendapatan lebih besar dibandingkan dengan sektor pertanian maka masyarakat
cenderung untuk memilih pada sektor industri dan jasa, sedangkan sektor pertanian
ditinggalkan.
4. Penentuan Sasaran Pembangunan
Dengan telah ditetapkan urutan prioritas permasalahan yang harus
diselesaikan melalui serangkaian kegiatan pembangunan maka dapat disusun
sasaran-sasaran yang akan dicapai. Dalam penentuan sasaran harus pula diperhatikan
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
faktor-faktor pendukung pelancar seperti sumber daya alam, sumber daya manusia
serta faktor penghambat, seperti sulitnya transportasi, pengetahuan yang belum
memadai dari aparat yang terlibat dalam perencanaan pembangunan.
Selanjutnya agar rencana sesuai dengan kemampuan dan dapat dilaksanakan,
maka beberapa hal pokok yang perlu mendapat jawaban adalah :
a. Apa tujuan dan sasaran yang hendak dicapai,
b. Berapa sumber yang dimiliki yang merupakan potensi (alam, manusia dan
transportasi),
c. Apa masalah yang dihadapi,
d. Bagaimana program sebagai usaha mengatasi masalah tersebut,
e. Dimana kegiatan itu dilakukan,
f. Kapan rencana itu harus dilaksanakan, dan waktu penyelesaiannya.
Dari uraian di atas maka secara singkat dapat dikemukakan bahwa
langkah-langkah utama di dalam penyusunan suatu rencana pembangunan desa terdiri
dari :
a. Studi keadaan masa lalu dan keadaan masa sekarang serta kecenderungan di
masa yang akan datang,
b. Penentuan di dalam menghadapi masalah-masalah dengan memanfaatkan
potensi yang ada berdasarkan studi analisa,
c. Tindakan yang dilaksanakan didasarkan pada tahapan-tahapan prioritas
pembangunan dalam rangka pola pembangunan nasional dan daerah.
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
d. Menyerasikan tindakan-tindakan itu dengan kondisi-kondisi serta
batasan-batasan yang berpengaruh.
1.5.4.2. Jenis-jenis Rencana Desa
Ada beberapa jenis, perencanaan desa, dari rencana yang umum sampai
rencana yang khusus. Rencana tersebut mempunyai kaitan antara satu dengan yang
lain, karena rencana yang umum memberikan arahan kepada rencana yang khusus.
Selanjutnya secara garis besar perencanaan tersebut akan diuraikan sebagai berikut :
1. Rencana Umum atau Rencana Induk
Rencana induk adalah suatu rencana peruntukan bumi air dan ruang angkasa
yang akan menunjukkan dan memuat pedoman bagi perkembangan suatu desa dan
wilayah sekitarnya untuk keperluan penghidupan dan kehidupan yang masih dalam
batas kemungkinan.
Rencana Induk Desa merupakan rencana menyeluruh sehingga harus
mempunyai kekuatan mengikat, untuk itu diperlukan legalitas hukum. Berhubungan
dengan itu maka setiap Rencana Induk Desa suatu desa perlu disahkan oleh instansi
yang lebih tinggi yang secara fungsional bertanggung jawab terhadap perencanan
pembangunan suatu wilayah yang bersangkutan. Suatu Rencana Induk Desa harus
mengandung segi-segi perencanaan sebagai berikut :
a. Sesuai dengan atau mempunyai kaitan dengan berbagai Rencana Tata Guna
Tanah,
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
b. Suatu gambaran umum mengenai arah dan kecenderungan perkembangan dan
perubahan desa yang diperlukan di masa yang akan datang,
c. Perumusan sasaran dan tujuan masyarakat desa di masa yang akan datang,
d. Aspek kelembagaan yang diuraikan peranannya dengan jelas,
e. Suatu gambaran mengenai bentuk dan sifat perkembangan yang diperkirakan
di masa yang akan datang,
f. Perumusan kebijakan umum serta strategi program pembangunan desa untuk
mencapai sasaran dan tujuan pembangunan desa.
Rencana Induk Desa digambarkan dalam bentuk peta dasar dengan uraian
yang jelas dan mudah dimengerti. Materi Rencana Induk Desa yang perlu
dikemukakan adalah :
a. Struktur tata ruang pemukiman desa, sesuai dengan fungsi desa yang
bersangkutan,
b. Struktur lapangan kerja, dituangkan dalam struktur tata ruang kegiatan umum,
c. Pola sirkulasi, pola jaringan utama, dituangkan dalam jaringan jalan dan
terminal,
d. Penempatan fasilitas pelayanan, dituangkan dalam struktur tata ruang
sarana pelayanan masyarakat.
2. Rencana Terperinci Desa
Rencana Terperinci Desa adalah suatu rencana yang merupakan pengisian
Rencana Induk Desa. Jika rencana induk belum ada maka Rencana Induk Desa
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
merupakan rencana pembangunan lingkungan atau sebagian dari pada lingkungan
tersebut. Rencana terperinci desa merupakan pedoman dalam pelaksanaan
operasional.
Sama halnya dengan Rencana Induk Desa, Rencana Terperinci Desa perlu
pula dimusyawarahkan antara perangkat desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
dan Lembaga Perwakilan Masyarakat (LPM). Selanjutnya hasil musyawarah ini akan
dituangkan dalam Keputusan Desa untuk mendapatkan pengesahan dari Bupati.
Pengesahan Bupati merupakan dasar Keputusan Kepala Desa agar pelaksanaan dari
Rencana Terperinci Desa lebih teratur, terarah dan mencapai tujuan pembangunan.
Disamping itu Rencana Terperinci Desa tersebut berperan pula sebagai alat
pengawasan, yaitu :
a. Pengawasan fisik desa, agar tercapai tertib pembangunan fisik desa,
b. Tata letak bangunan, agar dapat terjamin keamanan pembangunan desa dan
kenikmatan lingkungan,
c. Pengawasan pelaksanaan pola tata guna tanah.
Selanjutnya perlu diketahui bahwa rencana terperinci desa memuat
perencanaan zoning dan tata letak dari :
a. Lingkungan wisma (pemukiman) yang lengkap,
b. Pusat lingkungan desa,
c. Jaringan jalan desa dengan rencana-rencana terperincinya,
d. Jaringan utilitas umum desa (air minum, drainase, sanitasi, listrik desa dan
lain-lain),
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
e. Jalur hijau dan pertanaman desa,
f. Fasililas sosial dan fasilitas spritual,
g. Pembagian persil desa.
Rencana terperinci desa digambarkan pada peta dasar desa. Selanjutnya
langkah kegiatan yang perlu dilakukan dalam memperlancar operasional Rencana
Terpadu Desa adalah sebagai berikut :
a. Mempersiapkan sarana administrasi yang dapat menjamin pelaksanaan
rencana,
b. Menyusun program kerja yang realistis,
c. Menyusun program peremajaan, pemugaran dan perbaikan lingkungan,
d. Mencari sumber dana, sumber daya untuk pelaksanaan pembangunan,
e. Masukan-masukan (input) rencana khusus.
3. Rencana Khusus Desa
Rencana Khusus Desa merupakan rencana pengisian suatu Rencana Terperinci
Desa, yang merupakan rencana dari suatu bagian dari suatu lingkungan kecil desa
atau sebagian dari keseluruhan desa terutama yang menyangkut suatu komponen
kegiatan fungsional tertentu. Dengan demikian Rencana Khusus Desa merupakan
pedoman pokok di dalam pelaksanaan suatu rencana, dan rencana khusus tersebut
harus sesuai dengan Rencana Induk Desa dan Rencana Terperinci Desa.
1.5.5. Proyek Desa
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
Menurut Firman dan Martin (1982:10) menerangkan bahwa: “proyek adalah
suatu kesatuan kegiatan yang dilaksanakan untuk menghasilkan suatu hasil atau
sasaran tertentu dalam suatu jangka waktu yang telah ditentukan. Kegiatan tersebut
diusahakan melalui penyediaan sumber-sumber dana, manusia dan peralatan.”
Dengan demikian proyek direncanakan, diarahkan dan diproyeksikan untuk
menciptakan suatu hasil tertentu pada waktu yang telah ditentukan dalam mencapai
sebagian dari tujuan yang luas dan atau besar, dengan cara yang tepat dan
penggunaan sumber-sumber seperti personalia, peralatan dan dana secara efesien dan
efektif.
Dari defenisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa proyek desa adalah
perencanaan pembangunan yang dibuat dengan jangka waktu dan penyediaan dana
yang telah ditentukan untuk membangun ataupun memperbaiki fasilitas-fasilitas
pedesaan yang dianggap dibutuhkan oleh masyarakat sebagai wujud pelayanan
pemerintah desa dan untuk meningkatkan kondisi sosial sekaligus untuk
meningkatkan pembangunan nasional. Proyek mempunyai peranan yang penting
dalam upaya pembangunan, karena melalui proyek dapat dicapai tujuan-tujuan
program yang kesemuanya menunjang kepada pembangunan di segala bidang.
Perencanaan pembangunan proyek desa ini dilaksanakan melalui musyawarah
perencanaan pembangunan desa yang dihadiri oleh Badan Permusyawaratan Desa,
Pemerintah Desa, LKMD, PKK, Kepala-kepala Dusun, dan tokoh masyarakat setelah
sebelumnya BPD dan Pemerintah Desa menampung aspirasi-aspirasi dari
masyarakatnya.
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
Pembangunan yang pendanaannya dapat dibiayai melalui swadaya masyarakat
akan ditangani sepenuhnya oleh Pemerintah Desa dan penduduk desa. Inisiatif
pembangunan ini berasal dari aspirasi-aspirasi masyarakat desa yang telah mereka
tampung. Untuk urusan pencarian dana dari pembangunan ini adalah tugas dari
anggota Badan Permusyawaratan Desa. Tugas Kepala Desa beserta aparaturnya
hanyalah dalam pelaksanaan pembangunan tetapi tidak lepas dari pengawasan Badan
Permusyawaratan Desa dalam pelaksanaan pembangunannya.
Pembangunan yang diperkirakan akan memerlukan dana yang sangat besar
akan menjadi proyek desa dan pembiayaannya melalui APBD. APBD (Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah) dalam penjelasannya menurut Undang-undang No.
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah sebagai berikut :
1. Anggaran pendapatan dan belanja daerah, selanjutnya disebut APBD, adalah
rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang ditetapkan dengan
peraturan daerah.
2. Pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.
3. Belanja daerah adalah semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang
nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.
1.6. Defenisi Konsep
Konsep adalah abstraksi yang dibentuk untuk menggeneralisasikan hal-hal
yang bersifat khusus. Menurut Singarimbun (1989:24) menyatakan bahwa kerangka
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
konsep merupakan defenisi untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomena
sosial ataupun alami.
Berdasarkan kerangka teori yang ada, dapat disusun defenisi konsep sebagai
berikut :
1.7.Badan Permusyawaratan Desa (BPD) adalah unsur Pemerintahan Desa yang
merupakan badan legislatif desa sebagai wadah dan berfungsi menampung dan
menyalurkan aspirasi masyarakat desa, membantu Kepala Desa untuk menyusun
perencanaan desa dan pembangunan desa secara keseluruhan, serta melakukan
pengawasan dalam pelaksanaan pembangunan desa dan penyelenggaraan
pemerintahan desa.
1.8.Perencanaan pembangunan desa adalah prosedur resmi perencanaan pembangunan
desa yaitu proses kegiatan yang dilaksanakan secara kontiniu dan menyangkut
pengambilan keputusan, bagaimana memanfaatkan sumber daya semaksimal
mungkin untuk mencapai tujuan yang diinginkan pada masa yang akan datang.
3. Proyek desa adalah perencanaan pembangunan yang dibuat dengan jangka waktu
dan penyediaan dana yang telah ditentukan untuk membangun ataupun
memperbaiki fasilitas-fasilitas pedesaan yang dianggap dibutuhkan oleh
masyarakat.
1.7. Defenisi Operasional
Singarimbun (1989:46) defenisi operasional adalah suatu batasan yang
diberikan kepada satu variabel dengan cara memberikan arti atau mempersiapkan,
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
memberikan suatu petunjuk operasional yang diperlukan untuk mengukur
variabel-variabel tertentu.
Dalam penelitian ini defenisi yang diambil adalah variabel tunggal yaitu:
Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam perencanaan pembangunan desa
dengan indikator :
1. Peranan Badan Permusyawaratan Desa dengan indikator :
- Menyerap aspirasi masyarakat.
- Menindak lanjuti aspirasi masyarakat.
2. Rencana pembangunan desa dengan indikator :
- Penyusunan Rencana Induk Desa,
- Penyusunan Rencana Terperinci Desa,
- Penyusunan Rencana Khusus Desa.
1.8. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, defenisi
operasional, serta sistematika penulisan.
BAB II METODE PENELITIAN
Dalam bab ini bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan, teknik
pengumpulan data dan teknik analisa data.
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
Dalam bab ini disajikan gambaran umum lokasi penelitian seperti
batas-batas wilayah, penduduk, mata pencaharian, pendidikan,
agama, pemerintahan desa dan badan permusyawaratan desa serta
rekapitulasi usulan proyek melalui APBD tahun 2007.
BAB IV PENYAJIAN DATA PENELITIAN
Bab ini memuat penyajian data dan analisa data secara mendalam
yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir yang memuat kesimpulan dan saran.
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dipergunakan adalah metode deskriptif kualitatif
yaitu yang dapat diartikan menurut Nawawi (1983:63) sebagai pemecahan masalah
yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian
seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain pada saat sekarang berdasarkan
fakta-fakta yang nampak atau sebagaimana adanya.
2.2. Lokasi Penelitian
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
Penelitian ini dilakukan di kantor Kepala Desa dan Kantor Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) Jl. Pasar Hitam No. 30 Desa Sampali Kecamatan Percut
Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.
2.3. Populasiasi Dan Sampel
2.3.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi
bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga
bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/ subyek yang dipelajari, tetapi meliputi
seluruh karakteristik/ sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu. (Sugiyono,
2003:90).
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan seluruh pegawai Kantor Kepala Desa Desa
Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.
2.3.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua
yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi.
Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif
(mewakili). (Sugiyono, 2003:91).
Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam penarikan sampel adalah
sampling purposive yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu,
yang ditentukan secara sengaja sesuai dengan tujuan penelitian yaitu :
1. Ketua BPD
2. Wakil Ketua BPD
3. Kepala Desa
4. Sekretaris Desa
5. Kaur Umum
2.4. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder, dengan perincian sebagai berikut :
1. Data primer diperoleh melalui :
a. Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab langsung dengan pihak yang terkait
mengenai hal-hal yang belum jelas, untuk pelengkap perolehan data infermasi.
Wawancara merupakan alat utama dalam penelitian deskriptif kualitatif.
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
b. Observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung dengan melakukan
pencatatan terhadap gejala-gejala yang dijumpai di lapangan.
2. Data sekunder diperoleh melalui :
a. Penelitian Kepustakaan, dilakukan dengan mempelajari sejumlah tulisan, buku,
karangan ilmiah serta peraturan perundangan yang relevan dengan penelitian
ini.
b. Penelitian lapangan, dimana data diperoleh dengan melakukan studi lapangan.
2.5. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang dipergunakan adalah teknik analisa data deskriptif
kualitatif, yaitu data yang di dapat melalui teknik pengumpulan data selanjutnya diberi
interpretasi yang secukupnya sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan.
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
3.1. Geogarafis
Desa Sampali terletak di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.
Desa ini berjarak kira-kira 7 km dari ibu kota Kecamatan Percut Sei Tuan dengan
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
waktu tempuh kira-kira 1 jam dengan menggunakan bus angkutan umum pedesaan.
Sedangkan dari ibu kota Kabupaten yaitu Deli Serdang kira-kira berjarak 2,5 km
dengan waktu tempuh kira-kira 2 jam dengan menggunakan angkutan umum.
Adapun batas wilayahnya sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pematang Johar.
Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Indra Kasih.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Medan Estate.
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bandar Setia.
Curah hujan di desa ini cukup tinggi yaitu mencapai 2.238 mm per tahun.
Tinggi dari permukaan laut sekitar 5 m dengan suhu mencapai 240 C - 320 C yang
merupakan kondisi cuaca iklim tropis dimana keadaan permukaan tanahnya
kebanyakan hanya datar/ rata.
Penduduk
Jumlah penduduk di Desa Sampali sangat banyak yaitu mencapai 18.043 jiwa.
Dari jumlah penduduk tersebut terbagi dalam 4.281 KK. Jumlah penduduk berjenis
kelamin laki-laki lebih banyak dari pada penduduk yang berjenis kelamin perempuan,
yaitu 9.028 jiwa untuk laki-laki dan 9.015 jiwa untuk perempuan. Untuk lebih
jelasnya mengenai jumlah penduduk Desa Sampali dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
Tabel 1.
Jumlah Penduduk Desa Sampali
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
No. Dusun/
Lingkungan
Jumlah
KK
Jumlah Penduduk
Lk Pr Jlh
1. I 72 148 152 300
2. II 63 135 133 268
3. III 198 479 434 913
4. IV 255 556 533 1089
5. V 170 400 382 782
6. VI 175 351 359 710
7. VII 338 744 702 1446
8. VIII 74 164 159 323
9. IX 73 155 143 298
10. X 90 176 163 339
11. XI 118 225 256 481
12. XII 144 275 306 581
13. XIII 262 467 508 975
14. XIV 120 263 275 538
15. XV 59 108 99 207
16. XVI 109 216 199 415
17. XVII 103 223 190 413
18. XVIII 169 349 302 651
19. XIX 107 210 230 440
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
20. XX 214 424 416 840
21. XXI 126 258 237 495
22. XXII 217 417 391 808
23. XXIII 65 135 122 257
24. XXIV 229 589 785 1374
25. XXV 161 362 282 644
26. Cemara Hijau 213 420 483 903
27. Cemara Asri 357 779 774 1553
Jumlah Total 4.281 9.028 9.015 18.043
Sumber : Kantor Kepala Desa Sampali 2007
Berdasarkan uraian tabel di atas dapat diketahui bahwa Dusun XXIII
merupakan daerah yang memiliki jumlah penduduk yang paling sedikit yaitu
berjumlah 257 jiwa dari total jumlah penduduk Desa Sampali sebanyak 18.043 jiwa.
Jumlah yang paling banyak penduduknya adalah 1.553 jiwa yang merupakan daerah
lingkungan komplek perumahan Cemara Asri.
Dengan jumlah penduduk yang cukup banyak, tentunya pembangunan di Desa
Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan sangat dibutuhkan oleh penduduknya. Dan
sebagian penduduk desa bekerja dan beraktifitas di Desa Sampali Kecamatan Percut
Sei Tuan. Di samping itu, ada juga yang bekerja keluar Desa Sampali Kecamatan
Percut Sei Tuan. Dengan demikian, baik penduduk yang bekerja di desa maupun
diluar Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan, sangat membutuhkan infrastruktur,
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
terutama pembangunan jalan yang merupakan akses penting yang sangat berpengaruh
untuk mendukung kegiatan sehari-hari penduduk desa dalam memenuhi kebutuhan
ekonominya. Mengingat sebahagian penduduk Desa Sampali Kecamatan Percut Sei
Tuan bekerja dan beraktifitas tidak di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan saja,
tetapi ada juga yang ke luar Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan.
Dengan demikian, setiap penduduk baik yang bekerja di desa dan di luar Desa
Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan, dapat merasakan manfaat dari peran Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan dalam
pembangunan desa. Karena telah memudahkan mereka untuk beraktifitas dalam
kegiatan sehari-hari.
Pembangunan pada sektor fasilitas kesehatan, dan saluran air juga harus
diperhatikan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa
Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan. Karena sektor ini juga merupakan kebutuhan
penting penduduk desa yang sangat menunjang kehidupan penduduk desa.
Oleh karena itu, pembangunan yang tepat dan teroganisir harus terus
ditingkatkan karena pembangunan adalah proses tanpa henti dengan tujuan untuk
perubahan yang lebih baik. (Bintoro, l983:59). Sehingga sudah merupakan tugas dari
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan
untuk terus menampung dan menyalurkan aspirasi dari penduduknya tanpa
membeda-bedakan derajat, suku, dan agama.
Mata Pencaharian
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
Mata pencaharian penduduk Desa Sampali beraneka ragam. Untuk menopang
dan kelangsungan hidupnya, mata pencaharian penduduk Desa Sampali lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.
Mata Pencaharian Penduduk Desa Sampali
No. Mata Pencaharian Jumlah
1. Peternak 1.107
2. Pegawai Negeri Sipil 1.573
3. Wiraswasta 2.285
4. Buruh swasta 6.947
5. Pegawai swasta 2.269
6. Pegawai BUMN/ BUMD 743
7. Pensiunan 472
8. Jasa 591
Jumlah 15.987
Sumber Data : Kantor Kepala Desa Sampali 2007
Kalau dilihat keadaan penduduk Desa Sampali dari sudut mata pencaharian/
pekerjaan, maka penduduk yang bermata pencaharian buruh swasta adalah kelompok
yang terbesar yaitu berjumlah 6.947 orang dari jumlah total penduduk yang bekerja
yaitu 15.987 orang. Adapun penduduk yang berwiraswsata sebanyak 2.285 orang
jumlah ini hampir seimbang dengan jumlah penduduk yang bekerja sebagai pegawai
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
swasta yaitu sebanyak 2.269 orang. Jumlah penduduk yang bekerja sebagai pegawai
negeri sipil yaitu sebanyak 1.573 orang, juga ada penduduk yang profesinya sebagai
peternak yaitu sebanyak 1.107 orang, dan yang tidak terlalu banyak jumlahnya adalah
penduduk yang bekerja sebagai pegawai BUMN/ BUMD yaitu sebanyak 743 orang,
disektor jasa sebanyak 591 dan pensiunan sebanyak 472 orang.
Dari berbagai jenis mata pencaharian penduduk Desa Sampali Kecamatan
Percut Sei Tuan pada tabel di atas, infrastruktur sangat dibutuhkan oleh penduduk
khususnya pembangunan jalan yang merupakan kebutuhan penduduk dalam
melakukan ativitas untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Dalam menjalankan
mata pencaharian mereka masing-masing, jalan adalah akses penting. Dan ada juga
panduduk yang keluar desa untuk melakukan kegiatan sumber mata pencaharian
mereka.
Melalui penampungan dan penyaluran aspirasi penduduk desa untuk
perencanaan pembangunan yang tepat harus terus dilakukan oleh Badan
Permusayaratan Desa (BPD) Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan sebagai bukt i
pelayanan mereka kepada penduduk desa.
Pendidikan
Pendidikan merupakan faktor penting dalam perekonomian dan pembangunan
suatu daerah yang menunjang kesejahteraan masyarakat desa dan salah satu untuk
mengentas kemiskinan. Pendidikan berhubungan dengan sumber daya manusia
(SDM) semakin tinggi tingkat sumber daya manusia maka semakin maju suatu daerah.
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
Untuk memiliki sumber daya manusia tentu tidak terlepas dari proses belajar melalui
sarana sekolah dan perguruan tinggi. Berikut gambaran sarana pendidikan yang
berada di Desa Sampali.
Tabel 3.
Sarana Pendidilkan di Desa Sampali
No. Lembaga Jumlah
1. TK 3
2. SD 8
3. SLTP 2
4. SLTA 2
Jumlah 16 Buah
Sumber Data : Kantor Kepala Desa Sampali 2007
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa 3 buah sekolah Taman Kanak-Kanak
(TK), 8 buah Sekolah Tingkat Dasar atau SD, dan 2 buah Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP), serta 2 buah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Berdasarkan
data di atas menunjukan bahwa pendidikan formal yang ada di kecamatan Palmatak
terdapat 16 buah sekolah.
Untuk menunjang para pelajar di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan
mencapai ke sarana pendidikan, jalan juga adalah akses penting mereka. Oleh karena
itu, Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) harus terus
memperhatikan kondisi jalan raya. Sehingga perencanaan pembangunan di sektor ini
haruslah dikerjakan cepat dan tepat.
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
Untuk pembangunan sekolah-sekolah di Desa Sampali, perencanaannya
datang dari pihak sekolah yang bersangkutan, lalu mereka mengajukan kepada Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan untuk
diketahui dan disetujui.
Sehingga pelajar juga dapat merasakan manfaat dari peran Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan dalam
pembangunan di desanya.
Agama
Agama merupakan hak azasi manusia dan diberikan kebebasan untuk
menganut agama menurut kepercayaan masing-masing. Untuk lebih jelas dapat
dilihat tabel di bawah ini :
Tabel 4.
Jumlah Penduduk Menurut Agama
No. Agama Jumlah Persentase
1. Islam 15.926 88.27 %
2. Budha 1.209 6.70 %
3. Hindu 368 2.04 %
4. Kristen 540 2.10 %
Jumlah 18.043 100 %
Sumber Data : Kantor Kepala Desa Sampali 2007
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah pemeluk agama Islam sebanyak
15.926 orang atau 88.27 %. Sementara itu, jumlah pemeluk agama Budha sebanyak
1.209 orang atau 6.70 %, dan jumlah pemeluk agama Hindu sebanyak 368 orang
atau 2.04 %, dan jumlah pemeluk agama Kristen sebanyak 540 orang atau 2.10 %.
Berdasarkan data di atas tersebut menunjukan bahwa masyarakat yang ada di Desa
Sampali beragama Islam yang paling dominan.
Perencanaan dan pelaksanaan pembangunan harus merata dan jangan sampai
terkesan oleh penduduk desa, bahwa yang dibangun hanya dilingkungan penduduk
yang memiliki mayoritas agama tertentu saja. Oleh sebab itu, seluruh penduduk Desa
Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan baik yang beragama Islam, Budha, Hindu, dan
Kristen harus dapat merasakan pemerataan dalam pembangunan yang dilaksanakan
oleh Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan.
Untuk mengatasi hal ini, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Sampali
Kecamatan Percut Sei Tuan hendaknya meletakkan anggotanya di setiap Dusun
sebagai wakil untuk penampungan dan penyaluran aspirasi penduduknya.
Adapun jumlah sarana-sarana ibadah yang terdapat di Desa Sampali antara
lain :
Tabel 5.
Sarana Ibadah
No. Sarana Ibadah Jumlah
1. Mesjid 19
2. Gereja –
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
3. Vihara 1
4. Pura 1
Sumber Data : Kantor Kepala Desa Sampali 2007
Untuk pembangunan sarana ibadah, perencanaannya datang dari kenaziran
mesjid ataupun pengurus dari setiap sarana ibadah dan diajukan kepada Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan untuk
diketaui dan disetujui.
Pemerintahan Desa
Desa Sampali terdiri dari 25 (dua puluh lima) dusun, tiap-tiap dusun dipimpim
oleh seorang Kepala Dusun. Kepala Dusun dipilih langsung oleh penduduk dusun
tersebut. Pengangkatannya ditetapkan oleh keputusan Kepala Desa. Masa jabatan
Kepala Dusun 5 tahun dan setelah itu bisa dipilih kembali. Untuk menjadi Kepala
Dusun berpendidikan tamatan minimal SLTA yang merupakan persyaratan untuk
pencalonan Kepala Dusun.
Kepala Desa sebagai kepala pemerintahan di Desa Sampali dalam
menjalankan pemerintahan dibantu oleh seorang Sekretaris Desa dan 5 orang Kepala
Urusan. Adapun Kepala-kepala Urusan tersebut adalah :
1. Kepala Urusan Pemerintahan
2. Kepala Urusan Pembangunan
3. Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
4. Kepala Urusan Keuangan
5. Kepala Urusan Umum
Kesemua Perangkat Desa atau aparat pemerintahan Desa Sampali memiliki
tingkat pendidikan yang berbeda, antara lain: Kepala Desa berpendidikan S1,
Sekretaris Desa berpendidikan D3, Kepala Urusan Pemerintahan berpendidikan S1,
Kepala Urusan Pembangunan berpendidikan SLTA, Kepala Urusan Kesejahteraan
Rakyat berpendidikan SLTA, Kepala Urusan Keuangan berpendidikan SLTA, Kepala
Urusan Umum berpendidikan SLTA.
Kepala Desa diangkat berdasarkan pilihan rakyat desa Sampali secara
langsung. Sedangkan aparat pemerintahan desa dipilih oleh Kepala Desa dari anggota
masyarakat yang dianggap cukup mampu dalam menjalankan tugas yang
diamanahkan kepadanya.
Badan Permusyawaratan Desa
Anggota Badan Permusyawaratan Desa Sampali berjumlah 11 orang. Semua
anggota Badan Permusyawaratan Desa di Desa Sampali memiliki tingkat pendidikan
yang berbeda, antara lain: Ketua berpendidikan SLTA, Wakil Ketua berpendidikan
SLTA, Sekretaris berpendidikan S1, dan anggota-anggotan Badan Permusyawaratan
Desa ada yang berlatar pendidikan SLTA dan S1.
Kesemua anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) ini diangkat
berdasarkan pilihan rakyat langsung. Masa tugas anggota BPD selama 5 tahun dan
setelahnya dapat dipilih kembali untuk 1 kali masa jabatan. Angota BPD Desa
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
Sampali yang sudah terbentuk saat ini, semuanya serentak diangkat pada tahun 2007
dan akan berakhir masa jabatannya tahun 2012. Setelah berakhir masa jabatan Badan
Permusyawaratan Desa 2012 akan diadakan pemilihan baru.
Daftar Usulan Proyek
Berikut ini akan dideskripsikan daftar rekapitulasi usulan proyek Desa
Sampali hasil musyawarah pembangunan Desa Sampali melalui APBD untuk tahun
2007. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di berikut ini :
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
BAB IV
PENYAJIAN DATA
Dalam bab ini, akan dianalisis semua data yang diperoleh dari hasil penelitian
seperti yang sudah disajikan dalam bab terdahulu. Adapun analisis yang dilakukan
adalah dengan analisis deskriptif kualitatif dengan tetap mengacu pada hasil
interpretasi data dan informasi data tersebut sesuai dengan fokus kegiatan penelitian.
Dari seluruh data dan informasi yang telah dikumpulkan, baik melalui studi
pustaka, wawancara mendalam (depth interview) dengan para informan, maupun
catatan-catatan penulis sewaktu melakukan penelitian selama di lapangan, maka dapat
diberikan suatu analisa tentang peranan Badan Permusyawaratan Desa dalam
perencanaan pembangunan desa (suatu studi deskriptif tentang proyek desa melalui
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
APBD di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan) seperti hasil analisa yang tertera
di bawah ini.
4.1. Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan
Desa
Pada dasarnya perencanaan pembangunan desa sesuai dengan hakikat
pembangunan dari, oleh dan untuk rakyat. Fungsi pemerintah yang lebih utuh hanyalah
sebatas memberikan bantuan dan bimbingan. Berarti pembangunan desa dilaksanakan
oleh desa sendiri, bukan oleh pemerintahan yang lebih utuh. Melakukan proses seperti
inilah apa yang diinginkan dan diharapkan oleh masyarakat dapat tersalurkan.
Karena perencanaan pembangunan desa pada hakekatnya dilaksanakan dan
direncanakan oleh desa maka peranan Badan Permusyawaratan Desa sebagai wadah
resmi perwakilan dari penduduk desa sangat penting. Merekalah yang menyalurkan
aspirasi masyarakat desa dalam perencanaan pembangunan desa tersebut. Untuk itu
merupakan suatu kewajiban bagi anggota Badan Permusyawaratan Desa untuk
mengetahui aspirasi warga desa yang diwakilinya dalam perencanaan pembangunan
desa.
Kenyataan yang sama juga terjadi di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei
Tuan Kabuputen Deli Serdang. Badan Permusyawaratan Desa sebagai wadah resmi
dari perwakilan penduduk desa mempunyai peranan sangat penting dalam perencanaan
pembangunan desa. Boleh dikatakan anggota Badan Permusyawaratan Desa inilah
yang menjadi tulang punggung dalam perencanaan pembangunan desa. Walaupun
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
sebenarnya peranaan dari aparatur desa yaitu Kepala Desa dan perangkatnya tidak bisa
dikesampingkan.
Anggota Badan Permusyawaratan Desa di Desa Sampali sebanyak 11 orang.
Kepengurusan terdiri dari satu orang Ketua, satu orang Wakil Ketua, dan satu orang
Sekretaris yang dipilih secara demokratis diantara para anggota. Mereka dipilih oleh
rakyat melalui pemilihan yang demokratis dengan mempertimbangkan keterwakilan
dusun dalam pemilihan.
Sebagaimana disebutkan di atas, peranan Badan Permusyawaratan Desa
dalam proses perencanaan pembangunan desa di Desa Sampali sangat menentukan.
Untuk itu penyerapan terhadap aspirasi masyarakat desa wajib mereka lakukan.
Untuk itu dalam proses awal perencanaan pembangunan desa, penyerapan akan
aspirasi masyarakat desa inilah langkah pertama yang dilakukan oleh anggota Badan
Permusyawaratan Desa di desa tersebut.
Mereka menyadari bahwa mengetahui keinginan masyarakat tentang rencana
pembangunan bukanlah pekerjaan yang mudah. Sebelum langkah ini dilakukan
biasanya anggota Badan Permusyawaratan Desa akan terlebih dahulu mengadakan
musyawarah di sekretariat. Musyawarah ini dilakukan untuk menetapkan
langkah-langkah yang diambil untuk menyerap aspirasi masyarakat dalam
perencanaan pembangunan desa. Setelah langkah-langkah ditetapkan, maka
masing-masing anggota Badan Permusyawaratan Desa melakukan apa yang menjadi
tugasnya masing-masing.
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
Biasanya masing-masing anggota Badan Permusyawaratan Desa diberikan
tanggung jawab satu dusun tersebut dalam menyerapkan aspirasi penduduk desa,
Karena jumlah anggota Badan Permusyawaratan Desa hanya 11 orang, sedangkan
jumlah dusun yang ada di Desa Sampali sebanyak 25 dusun, maka satu seorang dari
anggota BPD memiliki tanggung jawab terhadap dua dusun dan ada 3 orang anggota
BPD yang satu seorangnya memiliki tanggung jawab terhadap 3 dusun. Agar proses
penyerapan aspirasi penduduk lebih akurat, maka anggota BPD diberi tanggung jawab
di dusun dimana dia bertempat tinggal. Karena tidak keseluruhan dusun memiliki
anggota BPD yang berasal dari dusunnya, maka tanggung jawab penyerapan aspirasi
merupakan tanggung jawab anggota BPD dari dusun terdekat, di mana anggota BPD
dari dusun tersebut lebih dari satu orang.
Dalam menyerap aspirasi masyarakat ini, anggota BPD akan melakukan
beberapa cara. Cara yang umum dilakukan oleh keseluruhan anggota BPD adalah
dengan mengumpulkan masyarakat disalah satu rumah penduduk dusun ataupun
rumah dari anggota BPD yang berada di dusun tersebut. Setelah penduduk dusun
mengeluarkan aspirasinya masing-masing, tentunya aspirasi penduduk tersebut
tidaklah sama antara individu yang satu dengan individu yang lain. Disitulah
ditentukan rencana pembangunan yang mewakili aspirasi penduduk dusun dengan
menetapkan prioritas-prioritas yang paling perlu.
Selain dengan mengadakan musyawarah disalah satu rumah seorang warga,
banyak lagi cara yang tidak harus formal, salah satunya adalah kedai kopi yang juga
merupakan tempat yang efektif dalam menyerap aspirasi masyarakat dalam
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
perencanaan pembangunan desa. Hal ini merupakan cara yang lumrah di desa-desa.
Kedai kopi merupakan wadah interaksi sosial yang sangat penting bagi masyarakat. Di
kedai kopi akan dibahas aspirasi penduduk dengan anggota BPD tentang berbagai hal,
termasuk didalamnya rencana pembangunan desa. Karena sifatnya yang jauh dari
formal, penduduk tidak akan segan-segan mengeluarkan apa yang dipikirannya. Jadi,
aspirasi yang akan didapat akan menjadi lebih murni. Tinggal tugas anggota BPD yang
menyimpulkan apakah aspirasi tersebut pantas dilaksanakan atau tidak.
Maka, sebagai wadah penyalur aspirasi masyasrakat sudah merupakan hal
yang wajar apabila Badan Permusyawaratan Desa memiliki peranan yang paling
penting dalam perencanaan pembangunan disuatu desa. Pada hakikatnya merekalah
yang tahu aspirasi masyarakat yang menjadi tanggungjawabnya.
Demikianlah cara yang dilakukan oleh anggota Badan Permusyawaratan Desa
di Desa Sampali dalam menyerap aspirasi masyarakat untuk perencanaan
pembangunan desa. Penyerapan aspirasi masyarakat ini merupakan hal yang penting
karena pembangunan desa yang akan dilakukan adalah untuk kepentingan penduduk
desa. Penduduklah yang paling mengetahui pembangunan apa yang berguna bagi
masyarakat. Disamping itu dengan merencanakan pembangunan yang sesuai dengan
aspirasi masyarakat, diharapkan nantinya pembangunan desa yang akan dilaksanakan
akan mendapat respon yang positif dari masyarakat. Karena masyarakat harus ikut
berperan aktif dalam mensukseskan pelaksanaan pembangunan desa tersebut.
4.2. Peranan Badan Permusyawaratan Desa dalam Penetapan Jenis-jenis
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
Rencana Desa
1. Peranan Badan Permusyawaratan Desa dalam Penetapan Rencana Induk Desa
Rencana induk desa merupakan suatu rencana yang memuat tentang
peruntukan bumi, air dan ruang angkasa yang akan menjadi petunjuk
dan pedoman bagi perkembangan suatu desa dan wilayah sekitarnya untuk keperluan
penghidupan. Jadi rencana induk desa merupakan rencana menyeluruh tentang suatu
desa yang mengerti patokan untuk pembangunan desa di masa depan.
Rencana induk desa di desa Sampali sampai saat sekarang ini belum ada.
Karena sampai saat ini belum ada suatu rancangan umum yang memuat tentang
rancangan pemerintahan bumi serta air di desa tersebut. Jadi penduduk bebas untuk
memanfaatkan lahan miliknya tanpa adanya panduan yang dibuat oleh pemerintahan.
Menurut Ketua Badan Permusyawaratan Desa dalam suatu kesempatan
wawancara dengan penulis menyatakan bahwa sampai saat ini belum ada
direncanakan untuk membuat rencana umum atau rencana induk desa di desa tersebut.
Memang seharusnya menurut ketua Badan Permusyawaratan Desa rancangan ini
merupakan tugas dari Badan Permusyawaratan Desa. Merekalah yang seharusnya
menyusun rancangan umum desa dengan memperhatikan potensi desa semaksimal
mungkin.
Bagi Badan Permusyawaratan Desa menyusun suatu rencana induk desa yang
sangat menyeluruh bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, karena terlalu banyak
tantangan yang akan dihadapi. Misalnya dalam hal merancang pemerintahan desa
dengan menunjukkan batas-batas yang jelas. Mengatur hal ini bukanlah hal yang
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
mudah. Mereka harus berhadapan dengan penduduk pemilik lahan. Sangat tidak
mungkin di desa ini, aparatur desa dengan Badan Permusyawaratan Desa melarang
penduduk membangun di atas tanahnya dengan alasan tidak sesuai dengan
peruntukan lahan yang ada. Penduduk tentu tidak akan bisa menerima karena mereka
merasa itu adalah lahannya sendiri yang bebas mereka pergunakan untuk keperluan
apa yang menurut mereka penting.
Apabila aparatur desa dan anggota Badan Permusyawaratan Desa tetap
memaksakan membuat rencana induk desa dikhawatirkan hal ini bisa menimbulkan
konflik vertikal diantara aparatur desa dengan penduduk. Bila konflik sampai terjadi
tentu akan sangat merugikan bagi pembangunan desa secara keseluruhan. Partisipasi
penduduk dalam pembangunan desa akan menjadi tidak ada.
Jadi belum ada suatu rencana induk desa yang memuat rencana desa secara
menyeluruh. Bahkan rencana induk desa ini pun belum ada dalam program
Badan Permusyawaratan Desa dan aparatur desa Sampali.
2. Peranan Badan Permusyawaratan Desa dalam Penetapan Rencana Terperici Desa
Sebenarnya rencana terperinci merupakan pengisian dari rencana induk desa.
Apabila rencana induk desa memang belum ada, maka rencana terperinci merupakan
rencana pembangunan lingkungan atau sebagaian lingkungan.
Rencana terperinci desa merupakan pedoman dalam pelaksanaan operasional.
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
Di desa Sampali rencana induk desa yang berisi petunjuk tentang pembangunan desa
secara menyeluruh belumlah ada. Tidak ada rencana terpirinci yang dibuat oleh
aparatur desa ataupun anggota Badan Permusyawaratan Desa secara sektoral.
Sama halnya dengan rencana induk desa, penyusunan rencana terperinci desa
pun sangat sukar untuk dibuat oleh Badan Permusyawaratan Desa dan Perangkat
Desa terutama untuk sektor-sektor tertentu, yaitu yang berkaitan langsung dengan
lahan penduduk. Seperti yang disebut di atas penataan letak bangunan untuk dapat
terjamin keamanan pembangunan desa dan kekayaan lingkungan merupakan suatu
hal yang mustahil dilakukan. Dengan alasan kepemilikan lahan dan mereka merasa
berhak menggunakan lahan tersebut untuk keperluan pribadi. Membuat pelaksanaan
pola tata guna tanah tidak mungkin dilaksanakan.
Selain itu tidak mungkin dibuat suatu jalur hujan atau pertanaman desa diareal
tertentu. Tanah yang ada sekarang keseluruhannya merupakan tanah milik pribadi
masyarakat. Sangat tidak mungkin tanah milik pribadi direlakan secara cuma-cuma
untuk kepentingan pertanaman. Tanah merupakan komoditas yang paling berharga
dan luasnya kepemilikan lahan berpengaruh kepada status sosial.
Dalam rencana terperinci desa, sektor yang biasa dibuat oleh Badan
Permusyawaratan Desa dalam program perencanaan hanyalah pembangunan fasilitas
desa terutama untuk fasilitas jaringan jalan desa dan jaringan utilitas umum desa serta
fasilitas sosial dan fasilitas spiritual.
Program perencanaan pembangunan fasilitas desa, dilakukan dengan cara
bertahap. Seperti itulah prosedur perencanaan pembangunan untuk fasilitas sosial
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
desa. Aspirasi masyarakat tentang program perencanaan pembangunan merupakan hal
yang sangat diperhatikan oleh anggota Badan Permusyawaratan Desa. Untuk
pembangunan fasilitas desa biasanya antusias masyarakat begitu tinggi. Misalnya
untuk perbaikan jalan desa, masyarakat akan membantu baik dari dana ataupun
tenaga untuk keperluan jalan desa, asalkan jalan desa dipemukimannya dapat
dibangun, paling tidak berupa jalan semen. Untuk pembangunan jalan desa ini Badan
Permusyawaratan Desa desa Sampali sudah memiliki rencana-rencana yang terperinci
untuk pembangunannya. Mereka sudah memiliki gambaran jalur-jalur mana yang
sangat mendasar untuk dibangun serta yang mendesak untuk diperbaiki.
Program perencanaan pembangunan fasilitas sosial dan fasilitas spiritual tidak
berada ditangan Badan Permusyawaratan Desa sepenuhnya. Perencanaan
pembangunan disektor ini merupakan tanggung jawab dewan kepengurusan dari
masing-masing sektor. Misalnya untuk fasilitas sosial berupa lapangan olah raga.
Program perencanaan pembangunan disektor ini merupakan tanggung jawab dari
Karang Taruna, karena merekalah yang berhak membuat program perencanaan
pembangunan disektor ini. Anggora karang taruna hanya meminta saran dari anggota
Badan Permusyawaratan Desa, karena rancangannya telah mereka susun sebelumnya.
Selain ini karang taruna juga diwajibkan melapor hasil rancangan mereka ini kepada
Badan Permusyawaratan Desa untuk meminta persetujuan.
Demikian juga dalam hal program perencanaan pembangunan disektor
pendidikan sebagaimana disebutkan pada Bab II di desa Sampali masing-masing satu
sekolah untuk Tingkat Taman Kanak-Kanak, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas yang dikelola oleh desa. Kepala sekolah berhak
membuat sendiri program perencanaan pembangunan disekolah yang ia pimpin.
Mereka hanya berkewajiban memberikan laporan yang terperinci kepada Badan
Permusyawaratan Desa terhadap program yang mereka buat.
Untuk pembangunan fasilitas peribadahan dari ke-19 mesjid yang ada di desa
Sampali sudah memiliki kenaziran tersendiri. Merekalah yang berhak untuk membuat
program perencanaan pembangunan mesjid yang menjadi tanggung jawab
masing-masing. Kewajiban mereka hanyalah melaporkan program perencanaan yang
mereka buat kepada Badan Permusyawaratan Desa untuk mendapatkan persetujuan.
Biasanya program perencanaan pembangunan yang disusun oleh penanggung
jawab dimasing-masing sektor ini akan disetujui oleh Badan Permusyawaratan Desa
apabila memang perencanaan yang dibuat masuk akal.
4.3. Prosedur Proyek Desa Melalui APBD
Proyek desa adalah perencanaan pembangunan yang dibuat dengan jangka
waktu dan sumber penyediaan dana yang telah ditentukan untuk membangun ataupun
memperbaiki fasilitas-fasilitas pedesaan yang dianggap dibutuhkan oleh masyarakat.
Dengan adanya perbaikan ataupun pembangunan sarana dan prasarana di desa, maka
kondisi sosial masyarakat desa juga akan meningkat.
Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana
peranan Badan Permusyawaratan Desa di Desa Sampali dalam merencanakan suatu
proyek desa yang merupakan termasuk dalam perencanaan pembangunan desa maka
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
akan dibahas mengenai prosedur perencanaan proyek desa yang dilaksanakan oleh
Badan Permusyawaratan Desa di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan.
4.3.1. Musyawarah Pembangunan Desa
Seperti disebut di atas, Badan Permusyawaratan Desa merupakan aktor yang
sangat penting dalam perencanaan pembangunan desa. Setelah mereka menyerap
aspirasi masyarakat desa, maka tugas mereka selanjutnya adalah menetapkan sektor
mana dari aspirasi penduduk yang sangat penting dan sangat mendesak untuk
dibangun. Penetapan sektor yang akan dibangun ini tentunya bukan suatu pekerjaan
yang mudah karena harus memperhitungkan berbagai aspek dari berbagai aspirasi
yang menjadi pilihan.
Pada tahap pertama dalam proses penetapan perencanaan pembangunan ini,
Ketua Badan Permusyawaratan Desa terlebih dahulu menginventarisir aspirasi dari
masyarakat yang telah ditampung oleh keseluruhan anggota. Daftar aspirasi
masyarakat ini kemudian akan dibawa oleh Ketua BPD ke dalam rapat anggota atau
yang biasa disebut Musrenbang Desa (Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa),
yang juga dihadiri oleh Kepala Desa dan perangkatnya, LKMD, PKK, Kepala-kepala
Dusun, dan tokoh masyarakat. Dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa
ini akan dibahas berbagai aspirasi masyarakat desa. Aspirasi ini akan ditinjau dari
berbagai aspek. Adapun aspek-aspek yang akan diperhatikan tersebut adalah sebagai
berikut :
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
1. Apakah pembangunan tersebut merupakan kebutuhan mayoritas
penduduk,
2. Apakah objek pembangunan tersebut kebutuhannya penting/ mendesak,
3. Apakah objek pembangunan tersebut dapat mengangkat perekonomian penduduk.
Hal-hal inilah yang dipertimbangkan oleh anggota BPD dalam menetapkan
perencanaan pembangunan di desa ini. Tentunya karena persoalan ini menyangkut
kehidupan penduduk desa, keputusan sektor mana yang akan dibangun tidak akan
ditetapkan secara tergesa-gesa oleh anggota BPD. Dalam musyawarah pertama BPD di
sekretariat, hal yang dilakukan hanyalah sekedar menginventarisir aspirasi masyarakat
yang telah ditampung oleh anggota BPD.
Pada rapat untuk yang kedua kalinya, barulah dirapatkan dalam musyawarah
perencanaan pembangunan desa untuk menetapkan skala prioritas yang akan
dibangun. Dalam menetapkan skala prioritas ini, tentu harus dipertimbangkan
aspek-aspek yang menjadi patokan di atas. Tiap-tiap aspirasi akan dinilai
kepentingannya bagi penduduk. Sampai akhirnya ditemukan satu atau lebih aspirasi
yang memiliki bobot yang paling penting.
Rapat ini sangat penting artinya bagi seluruh anggota. Bagi pihak Badan
Permusyawaratan Desa, kesempatan ini dipergunakan untuk menerangkan secara
detail tentang usaha mereka dalam menampung aspirasi dari masyarakat desa yang
telah mereka susun dengan sedemikian rupa.
Disamping itu azas pemerataan juga menjadi faktor yang paling penting
dalam menetapkan perencanaan pembangunan. Azas pemerataan maksudnya adalah
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
akan diusahakan tiap-tiap dusun dapat merasakan pembangunan. Kalau dalam satu
tahun kedua puluh lima dusun tidak dapat dibangun secara keseluruhan, maka akan
dibuat sistem giliran. Misalnya apabila dalam tahun ini pembangunan hanya bisa
dilaksanakan untuk 4 dusun, maka tahun-tahun selanjutnya keempat dusun ini tidak
akan mendapat giliran lagi, sampai keseluruhan dusun yang ada di Desa Sampali
mendapat gilirannya masing-masing, dengan demikian azas pemerataaan untuk
tiap-tiap dusun dapat dilakukan.
Musyawarah perencanaan pembangunan desa dalam menentukan rencana
pembangunan desa harus diikuti oleh seluruh anggota yang telah disebutkan tadi.
Apabila ada anggota yang tidak bisa mengikuti rapat tersebut, rapat dapat dilakukan
apabila anggota yang absen memberikan persetujuan atas apapun keputusan rapat
anggota. Persetujuan dari anggota yang absen tidak harus dilakukan secara tertulis tapi
bisa dilakukan dengan lisan yang di pesankan kepada salah seorang anggota yang akan
menghadiri rapat tersebut.
Pengambilan keputusan terhadap perencanaan pembangunan yang akan
dikerjakan, dilakukan dengan musyawarah diantara semua anggota rapat. Setiap
anggota berhak mengusulkan rencana pembangunan apa yang menurutnya dapat
dijadikan prioritas. Perdebatan di dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa
pasti akan terjadi. Namum biasanya mereka akan mendapat suatu keputusan
berdasarkan musyawarah. Keputusan musyawarah untuk kepentingan masyarakat
selalu dikedepankan, karena itu merupakan sebagai salah satu wujud pelayanan
pemerintah kepada masyarakat.
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
Setelah perencanaan pembangunan ditetapkan, maka keputusan tersebut akan
ditetapkan dalam suatu keputusan yang disebut dengan Berita Acara Musrenbang
Hasil Musyawarah Desa Sampali.
Perencanaan-perencanaan pembangunan yang pelaksanaannya membutuhkan
dana yang sangat besar, maka pembiayaannya melalui APBD (Anggaran Pendapatan
dan Balanja Daerah) dan disusun dalam daftar usulan proyek yang disebut dengan
Rekapitulasi Usulan Proyek Hasil Musrenbang Desa Sampali Melalui APBD.
Keputusan musyawarah perencanaan pembangunan desa nantinya akan diteruskan
kepada Kepala Desa.
4.3.2. Rekapitulasi Usulan Proyek
Setelah rencana pembangunan terhadap suatu sektor telah disusun dan
ditetapkan dalam bentuk rekapitulasi usulan proyek yang di dalamnya juga terdapat
sasaran-sasaran pembangunan, maka kemudian diserahkan kepada Kepala Desa tetapi
tidak lepas dari Badan Permusyawaratan Desa untuk mengawasi pelaksanaan
pembangunan tersebut. Karena tugas utama dalam melaksanakan pembangunan
tersebut merupakan tanggung jawab dari Kepala Desa beserta dengan perangkatya.
Tetapi dalam pelaksanaan proyek yang pembiayaanya melalui APBD,
bukanlah tanggung jawab dari Kepala Desa, kewajiban Kepala Desa hanya
menyerahkan hasil musyawarah pembangunan tersebut kepada Kabupaten karena
Kabupaten adalah pihak yang memegang APBD (Anggaran Pendapatan dan Balanja
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
Daerah). Desa Sampali merupakan bagian dari Kabupaten Deli Serdang maka
rekapitulasi usulan proyek akan diserahkan kepada Kabupaten Deli Serdang.
Dari daftar usulan proyek yang diserahkan kepada Kabupaten, belum tentu
semuanya disetujui untuk dilaksanakan. Kabupaten juga mempertimbangkan beberapa
hal termasuk diantaranya adalah kondisi dari APBD dan pembangunan yang mana
yang paling dibutuhkan masyarakat.
Jangka waktu persetujuan proyek pembangunan yang disetujui untuk
dilaksanakan biasanya paling cepat dalam waktu satu tahun, dan akan diberitakan
kepada Pemerintah Desa oleh Kabupaten. Proyek yang sudah disetujui, oleh
Kabupaten akan diberikan kepada pihak kontraktor proyek yang bersedia untuk
mengerjakan proyek tersebut.
Pada saat pelaksanaan pembangunan proyek desa melalui APBD di Desa
Sampali, anggota Badan Permusyawaratan Desa akan tetap melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaannya karena itu merupakan tugas mereka dalam pembangunan
desa. Tetapi biasanya Pemerintah Desa juga turut membantu anggota Badan
Permusyawaratan Desa dalam melaksanakan pengawasan ini. Kalau pihak BPD dan
Pemerintah Desa sudah setuju untuk melakukan pengawasan bersama-sama, mereka
akan membentuk sebuah tim pengawas yang terdiri dari 6 orang anggota yaitu 3 orang
dari BPD dan 3 orang dari Pemerintah Desa. Tim pengawas ini wajib melaporkan
perkembangan dari pelaksanaan pembangunan.
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
BAB V
ANALISA DATA
5.1. Analisa Data Tentang Peranan Badan Permusyawaratan Desa dalam
Perencanaan Pembangunan Desa
Badan Permusyawaratan Desa yang merupakan wadah penyaluran aspirasi
masyarakat dalam pcrencanaan pembangunan desa. Untuk itu adalah merupakan
suatu hal yang wajar apabila peran Badan Permusyawaratan Desa begitu besar dalam
program perencanaan pembangunan desa. Dapat dikatakan bahwa Badan
Permusyawaratan Desa merupakan tulang punggung dari masyarakat dalam
menuangkan aspirasi mereka.
Keadaan yang sama juga didapati di desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan
Kabupaten Deli Serdang. Di desa ini anggota Badan Permusyawaratan Desa terdiri
dari 11 orang termasuk di dalamnya satu orang Ketua dan satu orang Wakil Ketua.
Anggota Badan Permusyawaratan Desa dipilih langsung oleh masyarakat dan warga
desa sendiri yang mereka anggap layak untuk menyalurkan aspirasi mereka yang
sifatnya membangan. Pemilihan berlangsung secara demokratis dengan
memperhatikan wakil-wakil dari setiap dusun dalam pencalonan anggota.
Peranan Badan Permusyawaratan Desa dalam program perencanaan
pembangunan desa di desa Sampali sangat penting. Mereka berperan aktif dalam
penyusunan program perencanaan ini mulai dari penyerapan aspirasi anggota
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
masyarakat sampai kepada pengawasan terhadap pengerjaan ini merupakan
perencanaan yang telah mereka susun. Semua ini merupakan tanggung jawab dari
seluruh anggota Badan Perwakilan Desa sebagai wujud tanggung jawab mereka
kepada masyarakatnya.
Pada tahap penyaluran aspirasi masyarakat, anggota Badan Permusyawaratan
Desa mencoba sedemikian rupa agar aspirasi masyarakat terhadap program
perencanaan yang akan disusun tertampung. Tentu hal ini sudah seyogianya mereka
lakukan karena apabila aspirasi masyarakat dapat ditampung, partisipasi masyarakat
dalam pelaksanaan rencana pembangunan nantinya bersifat positif yang ditandai
dengan aktifnya mereka dalam proses pelaksanaan pembangunan. Masyarakat
diharapkan merasa ikut memiliki pembangunan yang ada dilaksanakan.
Apabila anggota Badan Permusyawaratan Desa tidak menyerap aspirasi
masyarakat dan berjalan sendiri dalam merencanakan program perencanaan
pembangunan, maka besar kemungkinan tidak akan berjalan dengan baik. Dan besar
kemungkinan berakibat fatal, karena masyarakat desa merasa bahwa mereka tidak
ikut memiliki program perencanaan yang akan dilaksanakan, serta berakibat
partisipasi masyarakat untuk ikut mensukseskan program perencanaan dari Kepala
Desa dan aparaturnya sebagai pelaksana perencana pembangunan yang telah mereka
susun akan berjalan dan kalaupun berjalan akan berjalan sendiri sehingga ada
kemungkinan pembangunan tersebut tidak tepat sasaran.
Dalam tahap penetapan program perencanaan pembangunan yang akan dibuat,
ditetapkan setelah seluruh aspirasi masyarakat tertampung. Aspirasi yang paling
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
banyak dari penduduk dan merupakan hal yang sangat penting bagi penduduk desa
akan ditetapkan sebagai program perencanaan yang akan disusun. Walaupun begitu
sikap pro dan kontra dari masyarakat pasti ada. Tinggal lagi tugas anggota Badan
Permusyawaratan Desa untuk manjaga sikap yang pro untuk tetap mendukung dan
menjelaskan kepada yang kontra pentingnya program perencanaan yang telah disusun
bagi kehidupan masyarakat desa Sampali pada saat ini. Penjelasan dari anggota
Badan Permusyawaratan Desa setidaknya akan membuat masyarakat yang kontra
tidak mengganggu perencanaan pembangunan ini bila sampai pada tahap pelaksana
walaupun mengubah .pandangan untuk mendukung mungkin sulit.
Jadi sebagai wadah penyalur aspirasi masyarakat sudah merupakan hal yang
wajar apabila Badan Permusyawaratan Desa memiliki peranan yang paling penting
dalam penyusunan program perencanaan pembangunan disuatu desa. Pada hakikatnya
merekalah yang tahu aspirasi masyarakat yang menjadi tanggungjawabnya.
5.2. Analisa Data Tentang Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam
Menyusun Jenis- jenis Rencana Desa
Dalam bab sebelumnya telah disebutkan bahwa tidak ada disusun suatu
bentuk perencanaan yang termasuk di dalam jenis-jenis rencana desa. Seperti
Rencana Induk Desa (RID), Rencana Terpadu Desa (RTD) ataupun Rencana Khusus
Desa (RKD). Berarti tidak ada suatu program perencanaan pembangunan yang
bertujuan untuk menggali potensi desa secara keseluruhan.
Rencana Induk Desa adalah suatu rencana peruntukan bumi dan air yang akan
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
mewujudkan dan memuat pedoman bagi perkembangan suatu desa dan wilayah
sekitarnya untuk keperluan penghidupan dan kehidupan yang masih dalam batas
kemungkinan. Bagi desa Sampali rencana induk desa ini merupakan suatu hal yang
sangat mustahil dilakukan. Ini dikarenakan kepemilikan lahan adalah milik masing-
masing induvidu dan warga desa.
Tidak ada kekuatan pemerintah desa untuk memaksa seorang warga untuk
membangun tanah yang dimilikinya sesuai dengan yang tercantum dalam rencana
induk desa. Apabila rencana induk desa tetap dipaksakan, dikhawatirkan akan
menimbulkan konflik antara warga dengan pemerintahan desa. Oleh karena itulah
anggota Badan Permusyawaratan Desa memandang pembuatan rencana induk desa
terutama yang memuat tentang tata penggunanan tanah tidak ada gunanya.
Ketidak tahuan tentang rencana induk desa juga memberikan kontribusi
terhadap tidak adanya rencana induk desa di desa Sampali. Anggota Badan
Permusyawaratan Desa tidak mengetahui bahwa seharusnya sebuah desa memiliki
sebuah suatu rencana induk desa yang menjadi patokan dalam pembangunan desa.
Padahal dalam pembangunan desa hal ini merupakan sesuatu yang paling penting
untuk menjadikan pembangunan desa menjadi terarah dan tidak menumpuk pada satu
sektor dan satu wilayah saja.
Berdasarkan keterangan pada bab sebelumnya, fungsi Badan
Permusyawaratan Desa lebih terarah kepada koordinasi. Misalnya untuk
pembangunan sarana ibadah, perencanaannya datang dari kenaziran mesjid yang
diajukan kepada Badan Permusyawaratan Desa untuk disetujui. Demikian juga
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
misalnya untuk fasilitas olah raga yang pengajuan rencana pembangunan dilakukan
oleh Karang Taruna kepada Badan Permusyawaratan Desa untuk disetujui.
Memang seperti dikemukan pada bab sebelumnya Badan Permusyawaratan
Desa banyak juga membuat program perencanaan pembangunan. Terutama untuk
pembangunan fasilitas-fasilitas umum. Tetapi perencanaan ini tidak dibuat oleh hanya
Badan Permusyawaratan Desa tetapi juga mengiktsertakan Kepala Desa dan
perangkatnya, LKMD, PKK, Kepala-kepala Dusun, dan tokoh masyarakat
Dari keterangan anggota Badan Permusyawaratan Desa ketidaktahuan mereka
tentang pembuatan suatu rencana induk desa, karena mereka memang tidak pernah
lagi diajari oleh pemerintah yang lebih tinggi, baik di Kecamatan maupun di
Kabupaten. Jadi mereka kurang mengerti sama sekali tentang penyusunan rencana
induk desa maupun penyusunan rencana terperinci desa.
5.3. Analisa Data Tentang Peranan Badan Permusyawaratan Desa dalam
Perencanaan Pembangunan Proyek Desa
Proyek desa adalah perencanaan pembangunan yang dibuat dengan jangka
waktu dan penyediaan dana yang telah ditentukan untuk membangun ataupun
memperbaiki fasilitas-fasilitas pedesaan yang dianggap dibutuhkan oleh masyarakat
sebagai wujud pelayanan pemerintah desa dan untuk meningkatkan kondisi sosial
sekaligus untuk meningkatkan pembangunan nasional. Proyek mempunyai peranan
yang penting dalam upaya pembangunan, karena melalui proyek dapat dicapai
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
tujuan-tujuan program yang kesemuanya menunjang kepada pembangunan di segala
bidang.
Perencanaan pembangunan proyek desa ini dilaksanakan melalui musyawarah
perencanaan pembangunan desa yang juga dihadiri oleh Badan Permusyawaratan
Desa, Pemerintah Desa, LKMD, PKK, Kepala-kepala Dusun, dan tokoh masyarakat
setelah sebelumnya Badan Permusyawaratan Desa dan Pemerintah Desa menampung
aspirasi-aspirasi dari masyarakatnya.
Proyek desa ini merupakan pembangunan yang diperkirakan akan
memerlukan dana yang sangat besar akan menjadi proyek desa dan pembiayaannya
melalui APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah).
Setelah rencana pembangunan terhadap suatu sektor telah disusun dan
ditetapkan dalam bentuk rekapitulasi usulan proyek yang di dalamnya juga terdapat
sasaran-sasaran pembangunan, maka kemudian diserahkan kepada Kepala Desa.
Tetapi dalam pelaksanaan proyek yang pembiayaanya melalui APBD, bukanlah
tanggung jawab dari Kepala Desa, kewajiban Kepala Desa hanya menyerahkan hasil
musyawarah pembangunan tersebut kepada Kabupaten karena Kabupaten adalah pihak
yang memegang APBD (Anggaran Pendapatan dan Balanja Daerah). Desa Sampali
merupakan bagian dari Kabupaten Deli Serdang maka rekapitulasi usulan proyek akan
diserahkan kepada Kabupaten Deli Serdang. Proyek yang sudah disetujui, oleh
Kabupaten akan diberikan kepada pihak kontraktor proyek yang bersedia untuk
mengerjakan proyek tersebut.
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
Pada saat pelaksanaan pembangunan proyek desa melalui APBD di Desa
Sampali, anggota Badan Permusyawaratan Desa akan tetap melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaannya karena itu merupakan tugas mereka dalam pembangunan
desa. Tetapi biasanya Pemerintah Desa juga turut membantu anggota Badan
Permusyawaratan Desa dalam melaksanakan pengawasan ini, mereka akan
membentuk sebuah tim pengawas yang terdiri dari 6 orang anggota yaitu 3 orang dari
Badan Permusyawaratan Desa dan 3 orang dari Pemerintah Desa, dan Tim pengawas
ini wajib melaporkan perkembangan dari pelaksanaan pembangunan proyek tersebut.
BAB VI
PENUTUP
6.1. KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan pada bab-bab se belumnya, adapun yang menjadi
kesimpulan dari skripsi ini adalah :
1. Peranan Badan Permusyawaratan Desa dalam perencanaan pembangunan desa di
desa Sampali sangat besar. Merekalah yang menyerap aspirasi masyarakat tentang
hal-hal apa yang lebih dipentingkan oleh masyarakat di dalam pembangunan desa.
Bahkan boleh dibilang merekalah yang menjadi pelaksana tunggal penyerapan
aspirasi di desa tersebut. Metode yang mereka lakukan dalam menyerap aspirasi
masyarakat ini adalah berbincang-bincang dengan masyarakat di salah satu rumah
warga ataupun diluar suasana formal misalnya di kedai kopi yang dilakukan oleh
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
Badan Permusyawaratan Desa dan masyarakat. Setelah mereka mengetahui
aspirasai dari masyarakat barulah anggota Badan Permusyawatan Desa
mengadakan rapat untuk menentukan aspirasi masyarakat yang mana yang akan
direalisasikan pembangunannya. Setelah menimbang tentang penting dan
mendesak atau tidaknya aspirasi tersebut maka mereka akan memilih aspirasi
masyarakat yang paling penting dan mendesak untuk dijalankan di dalam
musyawarah perencanaan pembangunan yang juga dihadiri oleh Pemerintah Desa,
LKMD, PKK, Kepala-kepala Dusun dan tokoh masyarakat. Barulah kemudian
anggota Badan Permusyawatan Desa dan anggota lain yang juga hadir dalam rapat
ini akan membuat suatu keputusan berupa Berita Acara Musrenbang yang di
dalamnya terdapat hasil musyawarah Desa Sampali dan rekapitulasi usulan proyek.
Usulan proyek yang telah jadi ini selanjutnya akan diberikan kepada Pemerintah
Desa yaitu Kepala Desa untuk diteruskan kepada Kabupaten.
2. Pelaksanaan pembangunan proyek itu sendiri dilakukan oleh Kabupaten.
Sedangkan fungsi Badan Permusyawatan Desa dalam tahap pelaksanaan ini
hanyalah sebatas mengawasi pelaksanaan pembangunan tersebut. Karena adanya
kerjasama yang baik di antara Desa dan Kabupaten ini maka, pelaksanaan
pembangunan di Desa Sampali berlangsung dengan baik.
3. Dalam hal fungsi sebagai penyalur aspirasi masyarakat desa dalam perencanaan
pembangunan sudah dapat dilaksanakan oleh anggota Badan Permusyawatan Desa
secara baik.
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
6.2. SARAN
Adapun saran yang akan diajukan kepada anggota Badan Permusyawatan
Desa di Desa Sampali adalah sebagai berikut :
1. Perlunya ditingkatkan koordinasi antara sesama anggota Badan Permusyawatan
Desa di Desa Sampali dalam melaksanakan tugas pokok mereka demi kemajuan
pembangunan di Desa Sampali.
2. Perlu adanya perubahan dalam format anggota Badan Permusyawaratan Desa pada
pemilihan yang akan datang. Sebaiknya setiap dusun diwakili masing-masing satu
orang anggota BPD sehingga aspirasi yang ada pada tiap-tiap dusun dapat terserap
atau ditampung.
3. Usulan proyek yang belum terealisasi pembangunannya diharapkan ditanyakan
kepada Kabupaten untuk secepatnya terlaksana demi kesejahteraan masyarakat
Desa Sampali.
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA
Atmosoedirdjo, Prajudi, Dasar-dasar Ilmu Administrasi, Seri Pustaka Ilmu Adm,
Jakarta, 1977.
Conyers, Dana, Perencanaan Di Dunia Ketiga, Gramedia, Jakarta, 1991.
Firman, B. Aji, Drs, Sirait, S. Martin, Drs, Perencanaan Dan Evaluasi, Suatu Studi
Untuk Proyek Pembangunan, Bumi Aksara, Jakarta, 1982.
J.B.Kristiasdi, DR, Perencanaan, LAN RI, Jakarta, 1995.
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
Moleong, J. Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, P.T. Remaja Rosdakaria,
Bandung. 1993.
Moekijat, Perencanaan Tenaga Kerja, Pioner Jaya, Bandung, 1988.
Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Soasial, Yogyakarta, Gajah Mada University
Press, 1983.
Ndraha, Taliziduhu, Pembangunan Desa dan Administrasi Pemerintahan Desa,
Yayasan Karya Dharma, Jakarta, 1985.
Nitisastro, Widjojo, Manajemen Pemerintahan, Yayasan Penerbit Adm, Jakarta,
1985.
Pratikno, Riyono, Komunikasi dan Pembangunan, Alumni, Bandung, 1979.
S.P.Siagian, Administrasi Pembangunan, CV. Haji Masagung, Jakarta, 1987.
S.P.Siagian, Filsafat Administrasi, Gunung Agung, Jakarta, 1987.
Soewignjo, Administrasi Pembangunan Desa dan Sumber-sumber Pendapatan
Desa, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1985.
Singarimbun, Masri & Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, LP3ES, Yogyakarta,
1989.
Tjokroamidjojo, Bintoro, Manajemen Pembangunan, Haji Masagung, Jakarta, 1991.
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007. USU Repository © 2009
Tjokroamidjojo, Bintoro, Teori Strategi Pembngunan Nasional, Gunung Agung,
Jakarta, 1983.
Tjokroamidjojo, Bintoro, Perencanaan Pembangunan, Haji Masagung, Jakarta,
1987.
Peraturan Perundangan :
- Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa.
- Undang-undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Desa.