peran teknik sipil dalam...

18
PERAN TEKNIK SIPIL DALAM PENANGGULANGAN BENCANA ALAM 1 Sarwidi 2 ABSTRAK Di mana saja, sebuah negara dibentuk oleh warganya dengan maksud agar negara yang dibentuknya dapat memberikan perlindungan terhadap kehidupan dan penghidupannya dalam rangka mewujudkan kesejahteraannya. Perlindungan tersebut tentu saja juga mencakup perlindungan atas ancaman bencana. Berdasarkan data sejarah dan analisis ilmiah, negara Indonesia mempunyai berbagai macam sumber bencana atau ancaman bencana (hazard) yang berpotensi menimbulkan bencana. Sebagai contoh dalam beberapa tahun terakhir ini saja, beberapa rangkaian fenomena alam telah menyebabkan serangkaian bencana di Indonesia yang memakan korban jiwa dan menimbulkan korban yang besar. UU RI No. 24/2007 (UUPB) merupakan landasan bagi pembentukan sistem (system building) penanggulangan bencana (PB) di Indonesia. Setiap upaya penanggulangan bencana di Indonesia harus berpedoman pada Sistem Nasional Penanggulangan Bencana, agar hasil dari upaya tersebut maksimum. Bidang teknik sipil berhubungan dengan pembuatan bangunan, baik bangunan umum maupun bangunan PB. Penerapan dan proses konstruksi yang berada di wilayah yang mempunyai berbagai ancaman bencana (multi hazard) harus berpedoman pada sistem nasional penanggulangan bencana, agar hasil karya kegiatan konstruksi itu bermanfaat secara maksimum. Makalah ini memaparkan secara singkat tentang teknik sipil, bencana, penanggulangan bencana, dan peran teknik sipil dalam penanggulangan bencana alam. Kata-kata Kunci: teknik sipil, penanggulangan bencana alam 1. PENDAHULUAN Teknik sipil berkecimpung dalam perancangan, pembuatan, dan renovasi bangunan- bangunan buatan manusia. Sebagai mahluk Tuhan yang paling sempurna, sebagaimana disebutkan dalam Kitab Suci Al Qur’an Surat ke 95 At Tin pada Ayat 5 yang kurang-lebih 1 Makalah Kuliah Umum Universitas Muhammadiyah Purworejo (UMP) pada Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, 28 September 2012 di Purworejo, Jawa Tengah 2 Prof. Ir. H. Sarwidi, MSCE, Ph.D., IP-U. adalah Guru Besar pada FTSP pada Program Studi Teknik Sipil UII (Universitas Islam Indonesia) Yogyakarta dan Ketua Harian Pengarah BNPB RI (BNPB = Badan Nasional Penanggulangan Bencana). Email: [email protected], [email protected], [email protected]

Upload: others

Post on 28-Jan-2020

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERAN TEKNIK SIPIL DALAM PENANGGULANGANfrdaus/PenelusuranInformasi/tugas2/data/materisipil.pdfbencana. Dengan demikian, teknik sipil sangat berperan dalam upaya penanggulangan bencana

PERAN TEKNIK SIPIL DALAM PENANGGULANGAN

BENCANA ALAM1

Sarwidi

2

ABSTRAK

Di mana saja, sebuah negara dibentuk oleh warganya dengan maksud agar

negara yang dibentuknya dapat memberikan perlindungan terhadap kehidupan

dan penghidupannya dalam rangka mewujudkan kesejahteraannya. Perlindungan

tersebut tentu saja juga mencakup perlindungan atas ancaman bencana.

Berdasarkan data sejarah dan analisis ilmiah, negara Indonesia mempunyai

berbagai macam sumber bencana atau ancaman bencana (hazard) yang

berpotensi menimbulkan bencana. Sebagai contoh dalam beberapa tahun terakhir

ini saja, beberapa rangkaian fenomena alam telah menyebabkan serangkaian

bencana di Indonesia yang memakan korban jiwa dan menimbulkan korban yang

besar.

UU RI No. 24/2007 (UUPB) merupakan landasan bagi pembentukan sistem

(system building) penanggulangan bencana (PB) di Indonesia. Setiap upaya

penanggulangan bencana di Indonesia harus berpedoman pada Sistem Nasional

Penanggulangan Bencana, agar hasil dari upaya tersebut maksimum.

Bidang teknik sipil berhubungan dengan pembuatan bangunan, baik

bangunan umum maupun bangunan PB. Penerapan dan proses konstruksi yang

berada di wilayah yang mempunyai berbagai ancaman bencana (multi hazard)

harus berpedoman pada sistem nasional penanggulangan bencana, agar hasil

karya kegiatan konstruksi itu bermanfaat secara maksimum.

Makalah ini memaparkan secara singkat tentang teknik sipil, bencana,

penanggulangan bencana, dan peran teknik sipil dalam penanggulangan bencana

alam.

Kata-kata Kunci: teknik sipil, penanggulangan bencana alam

1. PENDAHULUAN

Teknik sipil berkecimpung dalam perancangan, pembuatan, dan renovasi bangunan-

bangunan buatan manusia. Sebagai mahluk Tuhan yang paling sempurna, sebagaimana

disebutkan dalam Kitab Suci Al Qur’an Surat ke 95 At Tin pada Ayat 5 yang kurang-lebih

1 Makalah Kuliah Umum Universitas Muhammadiyah Purworejo (UMP) pada Program Studi

Teknik Sipil, Fakultas Teknik, 28 September 2012 di Purworejo, Jawa Tengah 2 Prof. Ir. H. Sarwidi, MSCE, Ph.D., IP-U. adalah Guru Besar pada FTSP pada Program Studi

Teknik Sipil UII (Universitas Islam Indonesia) Yogyakarta dan Ketua Harian Pengarah BNPB RI (BNPB = Badan Nasional Penanggulangan Bencana). Email: [email protected], [email protected], [email protected]

Page 2: PERAN TEKNIK SIPIL DALAM PENANGGULANGANfrdaus/PenelusuranInformasi/tugas2/data/materisipil.pdfbencana. Dengan demikian, teknik sipil sangat berperan dalam upaya penanggulangan bencana

Kuliah Umum: Peran Teknik Sipil Dalam Penanggulangan Bencana Alam - Prof. Sarwidi 2013 - 2

artinya adalah bahwa sesungguhnya Tuhan telah menciptakan manusia dalam bentuk yang

sebaik-baiknya. Salah saatu buktinya adalah bahwa manusia telah berkarya mendirikan

banyak bangunan yang spektakuler dan monumental dalam bentuk bangunan-bangunan

teknik sipil sejak lebih dari 4000 tahun yang lalu (Sarwidi, 2013b).

Di mana saja, sebuah negara dibentuk oleh warganya dengan maksud agar negaranya

dapat memberikan perlindungan terhadap kehidupan dan penghidupannya dalam rangka

mewujudkan kesejahteraannya. Perlindungan tersebut tentu saja juga mencakup

perlindungan dari ancaman bencana. Masing-masing negara mempunyai intensitas dan jenis

ancaman bencana yang berbeda-beda pula. Sebagai contoh, berdasarkan data sejarah dan

analisis ilmiah, negara Indonesia mempunyai berbagai macam sumber bencana atau

ancaman bencana (hazard) yang berpotensi menimbulkan bencana. Untuk menekan korban

dan kerugian akibat bencana, selama ini ada tiga opsi langkah yang secara prioritas dapat

dilakukan adalah (Maliki Dkk, 2011; Sarwidi, 2011, 2012).

Dunia teknik sipil berhubungan dengan berbagai macam bangunan, baik bangunan

umum maupun bangunan penanggulangan bencana (PB) di mana kinerja proyek bangunan

teknik sipil diukur berdasar biaya, mutu, dan waktu. Mutu bangunan diperlukan untuk

menjamin bangunan akan aman terhadap kegagalan, baik pada saat pembangunan maupun

selama umur pelayanan/penggunaan bangunan.

Kegagalan bangunan dapat memicu bencana ataupun meningkatkan dampak

bencana. Dengan demikian, teknik sipil sangat berperan dalam upaya penanggulangan

bencana. Makalah ini akan menjelaskan secara singkat tentang peran teknik sipil dalam

penanggulangan bencana alam.

2. TEKNIK SIPIL

Society of Civil Engineers, 1961 menyatakan bahwa “Civil engineering is the profession in

which a knowledge of the mathematical and physical sciences gained by study, experience,

and practice is applied with judgement to develop ways to utilize, economically, the

materials and forces of nature for the progressive well-being of humanity in creating,

improving, and protecting the environment, in providing facilities for community living,

industry and transportation, and in providing structures for the use of humanity”.

Senada dengan ASCE (1961), di dalam Wikipedia dalam Bahasa Indonesia (2013)

menyebutkan bahwa Teknik Sipil menjadi salah satu cabang ilmu teknik yang mempelajari

tentang bagaimana merancang, membangun, merenovasi tidak hanya gedung dan

infrastruktur, tetapi juga mencakup lingkungan untuk kemaslahatan hidup manusia. Teknik

sipil mempunyai ruang lingkup yang luas, di dalamnya pengetahuan matematika, fisika,

kimia, biologi, geologi, lingkungan hingga komputer mempunyai peranannya masing-

masing. Teknik sipil dikembangkan sejalan dengan tingkat kebutuhan manusia dan

pergerakannya, hingga bisa dikatakan ilmu ini bisa mengubah sebuah hutan atau padang

pasir menjadi sebuah kota besar.

Cabang-cabang teknik sipil / Rekayasa Sipil diantaranya meliputi Rekayasa Struktur,

Rekayasa Geoteknik, Rekayasa Transportasi, Manajemen Konstruksi, Rekayasa Hidro,

Rekayasa Sumber Daya Air, Rekayasa Material Konstruksi, Rekayasa Gempa, dan

Rekayasa Lingkungan. Mengamati perkembangan akhir-akhir ini, Rekayasa Bencana

cenderung akan menjadi cabang dari teknik sipil.

Page 3: PERAN TEKNIK SIPIL DALAM PENANGGULANGANfrdaus/PenelusuranInformasi/tugas2/data/materisipil.pdfbencana. Dengan demikian, teknik sipil sangat berperan dalam upaya penanggulangan bencana

Kuliah Umum: Peran Teknik Sipil Dalam Penanggulangan Bencana Alam - Prof. Sarwidi 2013 - 3

3. BENCANA

Di mana saja, sebuah negara dibentuk oleh warganya dengan maksud agar negaranya dapat

memberikan perlindungan terhadap kehidupan dan penghidupannya dalam rangka

mewujudkan kesejahteraannya. Perlindungan tersebut tentu saja juga mencakup

perlindungan dari ancaman bencana. Berdasarkan data sejarah dan analisis ilmiah, negara

Indonesia mempunyai berbagai macam sumber bencana atau ancaman bencana (hazard)

yang berpotensi menimbulkan bencana.

Beberapa rangkaian fenomena alam telah menyebabkan serangkaian bencana di

Indonesia. Sesuai UU No 24/2007 (UUPB), menurut penyebabnya, bencana dapat dibagi

menjadi (1) Bencana Alam, (2) Bencana Nonalam, dan (3) Bencana Sosial, sebagaimana

ditunjukkan pada Gambar 1. Menurut bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh

peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa

gempabumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

Gambar 1: Jenis-jenis bencana menurut UU No. 24/2007

Mengingat tingkat keterkaitan eratnya dengan peran teknik sipil, makalah ini hanya akan

dibatasi pada bencana alam saja.

4. PENANGGULANGAN BENCANA

Di mana saja, sebuah negara dibentuk oleh warganya dengan maksud agar negaranya dapat

memberikan perlindungan terhadap kehidupan dan penghidupannya dalam rangka

mewujudkan kesejahteraannya. Perlindungan tersebut tentu saja juga mencakup

perlindungan dari ancaman bencana. Berdasarkan data sejarah dan analisis ilmiah, negara

Indonesia mempunyai berbagai macam sumber bencana atau ancaman bencana (hazard)

yang berpotensi menimbulkan bencana. Beberapa rangkaian fenomena alam telah

menyebabkan serangkaian bencana di Indonesia.

Berdasarkan UU No. 24/2007, tujuan penanggulangan bencana (PB) di Indonesia

adalah untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana,

menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada, menjamin terselenggaranya

penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh (Gambar

2), menghargai budaya lokal, membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta,

mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan, dan kedermawanan, serta

menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Page 4: PERAN TEKNIK SIPIL DALAM PENANGGULANGANfrdaus/PenelusuranInformasi/tugas2/data/materisipil.pdfbencana. Dengan demikian, teknik sipil sangat berperan dalam upaya penanggulangan bencana

Kuliah Umum: Peran Teknik Sipil Dalam Penanggulangan Bencana Alam - Prof. Sarwidi 2013 - 4

Gambar 2: PB yang menyeluruh (comprehensive) mencakup tahap pra bencana, saat bencana, dan pasca bencana dengan melibatkan para

pemangku kepentingan penanggulangan bencana (PB) dan para pelaku pengurangan risiko bencana (PRB)

Untuk menekan korban dan kerugian akibat bencana di Indonesia yang

dikoordinasikan oleh BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencaana) dan BPBD

(Badan Penanggulangan Bencana Daerah) sesuai Peraturan Presiden No. 8 Tahun 2008,

selama ini ada tiga opsi langkah yang secara prioritas dapat dilakukan adalah (Maliki Dkk,

2011; Sarwidi, 2011, 2012):

1. menjauhkan manusia dari sumber bencana, dan/atau,

2. menjauhkan sumber bencana dari manusia, dan/atau

3. hidup harmoni dengan ancaman bencana dengan memanfaatkan dan

mengembangkan IPTEK serta mempertahankan kearifan lokal yang nalar atau

masih efektif untuk diterapkan,

sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 3 dengan penjelasan sebagai berikut ini.

Gambar 3: Sebuat pilihan/alternatif/opsi langkah atau kombinasi alternatif langkah dalam penanggulangan bencana (PB) melalui pendekatan

pengurangan risiko bencana (PRB) berdasarkan prioritas

Langkah pertama, yaitu menjauhkan manusia dari sumber bencana berarti menjauhkan

permukiman dengan sumber bencana atau ancaman bencana (hazard). Apabila di suatu

Page 5: PERAN TEKNIK SIPIL DALAM PENANGGULANGANfrdaus/PenelusuranInformasi/tugas2/data/materisipil.pdfbencana. Dengan demikian, teknik sipil sangat berperan dalam upaya penanggulangan bencana

Kuliah Umum: Peran Teknik Sipil Dalam Penanggulangan Bencana Alam - Prof. Sarwidi 2013 - 5

wilayah mempunyai risiko bencana sangat tinggi, namun masyarakat merelakan tidak

membangun di wilayah tersebut, maka pemilihan langkah ini menjadi mudah dengan cara

memindahkan permukiman ke lokasi lain yang jauh lebih rendah risiko bencananya, dan

upaya ini biasa disebut relokasi.

Langkah Kedua, yaitu menjauhkan sumber bencana dari manusia, misalnya

pendirian reaktor nuklir atau indutri yang berisiko tinggi jauh dari kota. Untuk

penanggulangan bencana gempa, langkah ini teramat sulit diterapkan. Untuk

penanggulangan bencana banjir, maka langkah ini dapat dilakukan misalnya melalui

pembuatan tanggul-tanggul penahan banjir dan membuat aliran/sungai baru yang menjauhi

permukiman.

Apabila Langkah Ketiga, yaitu hidup harmoni dengan ancaman bencana yang terpaksa

harus dipilih, maka prinsip pengurangan risiko bencana (PRB) dilakukan secara ketat

dengan memanfaatkan IPTEK dan kearifan lokal yang nalar yang masih efektif diterapkan.

Pada Langkah Ketiga ini, permukiman atau bangunan buatan manusia lainnya tetap berada

atau dibangun di wilayah yang relatif berdekatan dengan sumber-sumber bencana. Agar

permukiman atau bangunan lainnya layak digunakan, maka upaya yang dilakukan adalah

mengurangi ancaman, mengurangi kerentanan dan/atau meningkatkan kapasitasnya. Untuk

kasus bencana akibat goncangan gempa (Gambar 10 sampai Gambar 15), sampai saat ini

ancaman tidak dapat dikurangi, namun kerentanan bangunan dan masyarakatnya dapat

dikurangi, dan/atau kapasitas kelembagaan penanggulangan bencana dan masyarakatnya

dapat ditingkatkan, misalnya melalui sosialisasi masalah kegempaan kepada masyarakat

umum dan sosialisasi bangunan tahan gempa kepada kepada masyarakat konstruksi.

5. SISTEM PENANGGULANGAN BENCANA

UU RI No. 24/2007 (UUPB) merupakan landasan bagi pembentukan sistem (system

building) penanggulangan bencana di Indonesia. Setiap upaya penanggulangan bencana di

Indonesia harus berpedoman pada Sistem Nasional Penanggulangan Bencana, agar hasil dari

upaya tersebut maksimum. Penanggulangan bencana atau kegiatan pengurangan risiko

bencana sebenarnya bukanlah merupakan kegiatan yang bersifat konsumtif, tetapi lebih

merupakan kegiatan yang bersifat investatif. Karena pada dasarnya, kegiatan

penanggulangan bencana merupakan upaya dengan menggunakan sumber daya yang ada

untuk menyelamatkan aset yang jauh lebih besar di masa yang akan datang.

Sistem penanggulangan bencana tersebut terdiri atas beberapa subsistem atau

komponen, yaitu legislasi, kelembagaan, pendanaan, perencanaan, ilmu pengetahuan dan

teknologi, dan penyelenggaraan sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4: Subsistem atau komponen dalam sistem nasional penanggulangan bencana

Page 6: PERAN TEKNIK SIPIL DALAM PENANGGULANGANfrdaus/PenelusuranInformasi/tugas2/data/materisipil.pdfbencana. Dengan demikian, teknik sipil sangat berperan dalam upaya penanggulangan bencana

Kuliah Umum: Peran Teknik Sipil Dalam Penanggulangan Bencana Alam - Prof. Sarwidi 2013 - 6

6. PERAN TEKNIK SIPIL DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

Dunia teknik sipil berhubungan dengan pembuatan bangunan, baik bangunan umum maupun

bangunan PB sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 5, diproses melalui beberapa

tahap sebagaimana .ditunjukkan pada Gambar 6 dengan interaksi beberapa fihak yang terkait

yang merupakan pengelola proyek pembangunannya sebagaimana diperlihatkan pada

Gambar 7, di mana proyek pembangunannya diukur dengan kinerja berdasar biaya, mutu,

dan waktu sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 8 (Magister Teknik Sipil Universitas

Islam Indonesia, 2012).

Gambar 5: Jenis bangunan buatan manusia

Gambar 6: Proses pembuatan bangunan sejak dari gagasan hingga pemakaian dan

pemerliharaan

Berdasar sistem nasional PB sebagaimana pada Gambar 4 pada komponen legislasi,

bangunan teknik sipil tentu saja terkait di dalamnya dan bangunan harus diadaptasikan

dengan lingkungannya, misalnya untuk bangunan yang wilayah atau lingkungannya rawan

terhadap ancaman bencana. Bahkan UUPB secara eksplisit menyebutkannya, misalnya

pada Pasal 75 sebagai berikut ini.

Gambar 7: Pemilik, Perancana dan Pengawas, serta Kontraktor saling

berinteraksi dalam mengelola proyek pembangunan

Gambar 8: Biaya, Mutu, dan Waktu sebagai indikator kinerja proyek pembangunan

Pasal 75 dalam UUPB tersebut berdampak langsung pada dunia teknik sipil (dan

tentu saja juga berdampak pula pada bidang-bidang lain yang terkait dengan dunia teknik

sipil), karena ayat (1) menyebutkan bahwa setiap orang yang karena kelalaiannya

Page 7: PERAN TEKNIK SIPIL DALAM PENANGGULANGANfrdaus/PenelusuranInformasi/tugas2/data/materisipil.pdfbencana. Dengan demikian, teknik sipil sangat berperan dalam upaya penanggulangan bencana

Kuliah Umum: Peran Teknik Sipil Dalam Penanggulangan Bencana Alam - Prof. Sarwidi 2013 - 7

melakukan pembangunan berisiko tinggi, yang tidak dilengkapi dengan analisis risiko

bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat 3 yang mengakibatkan terjadinya

bencana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun atau paling lama 6

(enam) tahun dan denda paling sedikit Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) atau

denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah). Di mana Pasal 40 ayat 3

menyebutkan bahwa setiap kegiatan pembangunan yang mempunyai risiko tinggi yang

menimbulkan bencana dilengkapi dengan analisis risiko bencana sebagai bagian dari usaha

penanggulangan bencana sesuai dengan kewenangannya.

Ayat (2) pada Pasal 75 menyebutkan bahwa dalam hal tindak pidana sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan timbulnya kerugian harta benda atau barang,

pelaku dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) tahun atau paling lama 8

(delapan) tahun dan denda paling sedikit Rp600.000.000,00 (enam ratusjuta rupiah) atau

denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

Selanjutnya, ayat (3) pada Pasal 75 menyebutkan bahwa dalam hal tindak pidana

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan matinya orang, pelaku dipidana

dengan pidana penjara paling singkat 8 (delapan) tahun atau paling lama 10 (sepuluh)

tahun dan denda paling sedikit Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) atau denda paling

banyak Rp6.000.000.000,00 (enam miliar rupiah).

Penerapan UUPB yang terkait dengan dunia teknik sipil tentu saja memerlukan

peraturan-peraturan terkait lanjutannya, dan secara paralel dunia para aktor bidang teknik

sipil di Indonesia harus mampu lebih profesional untuk menjawab tantangan masyarakat

Indonesia yang semakin maju dan transparan, dan bahkan, telah berlaku di negara-negara

maju.

Berdasar sistem nasional PB sebagaimana pada Gambar 4 pada komponen atau

subsistem IPTEK dan Penyelenggaraan PB, paradigma terkini mengarahkan bahwa

kegiatan penanggulangan bencana harus diintegrasikan dalam proses kegiatan

pembangunan, maka baik bangunan PB maupun bangunan umum pada Gambar 5 tetap

harus mempertimbangkan aspek ancaman bencana yang ditemui sebagaimana yang terlihat

pada Gambar 3.

Penyelenggaraan PB (Gambar 9) harus memanfaatkan ilmu pengetahuan dan

teknologi secara optimal agar efektifitas PB terjamin, karena proses penanggulangan

bencana, baik pada tahap prabencana, pada saat terjadi bencana, maupun pada tahap

pascabencana (Gambar 2) dapat dipermudah dan dipercepat (Kemenristek, 2007).

Kaitan IPTEK dan Penyelenggaraan PB dengan dunia teknik sipil adalah bahwa

inovasi rekayasa dan teknologi yang terkait dengan teknik sipil perlu selalu dilakukan

secara terus menerus agar karya teknik sipil yang dihasilkannya dapat berdaya guna dan

berhasil guna semaksimal mungkin. Selain itu, karya teknik sipil dapat disesuaikan

semaksimal mungkin dengan keinginan pemakainya dengan mengakomodasi kondisi

lingkungannya, di mana masyarakat yang semakin maju tentu semakin sadar akan

pentingnya upaya meningkatkan keamanan terhadap ancaman bencana.

Pada saat normal tidak ada bencaana, kegiatan penyelenggaraan PB (Gambar 9)

dalam bentuk antisipasi bencana yang terkait dengan pendidikan dan serangkaian pelatihan

bidaang teknik sipil atau konstruksi perlu digalakkan secara terus menerus. Penulis ikut

merintis mengadakan serangkaian pelatihan khusus rumah tahan gempa untuk mandor

sejak tahun 2004 yang kemudian membentuk Paman Bataga (Paguyuban Mandor

Bangunan Tahan Gempa) dan juga merintis pendidikan yang terkait dengan

penanggulangan bencana gempa melalui Program Unggulan Kemendikbud dalam bidang

Manajemen Rekayasa Kegempaan di Magister Teknik Sipil, Program Pasca Sarjana,

Page 8: PERAN TEKNIK SIPIL DALAM PENANGGULANGANfrdaus/PenelusuranInformasi/tugas2/data/materisipil.pdfbencana. Dengan demikian, teknik sipil sangat berperan dalam upaya penanggulangan bencana

Kuliah Umum: Peran Teknik Sipil Dalam Penanggulangan Bencana Alam - Prof. Sarwidi 2013 - 8

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia sejak tahun 2007.

Penulis juga mendorong perintisan Museum Gempa Prof. Dr. Sarwidi oleh Sumardani

(2010) karena kegiatan tersebut juga merupakan implementasi efektif dari

penyelenggaraan PB (Gambar 9) dengan memanfaatkan IPTEK.

Gambar 9: Kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam Subsistem penyelenggaraan PB

Berikut ini adalah contoh lebih lanjut peran teknik sipil dalam penanggulangan

bencana alam, baik akibat dinamika geologi (gempabumi, gunung api, dan tsunami), akibat

proses iklim (genangan air, banjir bandang, dan angin ribut), maupun akibat hibrid

keduanya (tanah bergerak / tanah longsor) melalui upaya mitigasi fisik keteknik sipilan,

dengan dilengkapi Gambar 10 sampai Gambar 33 (Sarwidi, 2013a, 2013b).

a. Gempabumi

Gambar 10: Contoh gambaran di wilayah bencana gempabumi (http://2.bp.blogspot.com/_v1hvok7t4me/tpck63qidai/aaaaaaaacui/ksgex00ff

bm/s1600/1212366510.jpg)

Page 9: PERAN TEKNIK SIPIL DALAM PENANGGULANGANfrdaus/PenelusuranInformasi/tugas2/data/materisipil.pdfbencana. Dengan demikian, teknik sipil sangat berperan dalam upaya penanggulangan bencana

Kuliah Umum: Peran Teknik Sipil Dalam Penanggulangan Bencana Alam - Prof. Sarwidi 2013 - 9

Gambar 11: Contoh gambaran wilayah bencana gempabumi di Brebes 2013

(http://2.bp.blogspot.com/_v1hvok7t4me/tpck63qidai/aaaaaaaacui/ksgex00ffbm/s1600/1212366510.jpg)

Gambar 12: Peta zonasi gempa yang dibuat untuk memetakan derajat potensi goncangan gempa sebagai dasar penentuan beban gempa pada

bangunan melalui besaran percepatan dasar (http://www.pu.go.id/satminkal/balitbang/sni/images/peta5.jpg)

Gambar 13: Proses desain bangunan tahan gempa menggunakan konsep perencanaan tahan gempa

Page 10: PERAN TEKNIK SIPIL DALAM PENANGGULANGANfrdaus/PenelusuranInformasi/tugas2/data/materisipil.pdfbencana. Dengan demikian, teknik sipil sangat berperan dalam upaya penanggulangan bencana

Kuliah Umum: Peran Teknik Sipil Dalam Penanggulangan Bencana Alam - Prof. Sarwidi 2013 - 10

Gambar 14: Percoban struktur tahan gempa menggunakan isolasi dasar dan kendali struktur

(http://kampus.unikom.ac.id/s/userassets/13010700/blog_images/image_6995cd329203fcc132b24cac4d530d89.jpg)

Gambar 15: Penulis bersama dengan mandor anggota PAMAN BATAGA, pelatih, asisten, dan mahasiswa pada awal Juni 2006 dengan latar

belakang sebuah rumah yang dibangun oleh mandor tersebut dengan konsep BARRATAGA yang hampir tanpa mengalami kerusakan di antara

bangunan-bangunan di sekelilingnya yang roboh atau rusak berat. Bangunan tersebut hanya berjarak beberapa kilo meter saja dari pusat

Gempa Yogyakarya 27 Mei 2006. Pelatihan BARRATAGA dan pembuatan rumah tersebut dilakukan 2 tahun sebelum gempa terjadi, yaitu pada tahun

2004 di UII Yogyakarta, kerjasama CEEDEDS dengan Pemerintah dan Masyarakat Jepang (Sarwidi, 2004, 2008, 2010, 2011, 2012)

Page 11: PERAN TEKNIK SIPIL DALAM PENANGGULANGANfrdaus/PenelusuranInformasi/tugas2/data/materisipil.pdfbencana. Dengan demikian, teknik sipil sangat berperan dalam upaya penanggulangan bencana

Kuliah Umum: Peran Teknik Sipil Dalam Penanggulangan Bencana Alam - Prof. Sarwidi 2013 - 11

b. Gunung Api

Gambar 16: Contoh gambaran bencana erupsi gunung api (http://cahyadi-takariawan.web.id/wp-content/uploads/2010/11/erupsi-merapi-1.jpg)

Gambar 17: Pengamatan wilayah yang terdampak langsung bencana erupsi Gunung Merapi untuk bahan antisipasi ke depan, beberapa hari setelah terjadi erupsi sangat besar tahun 2010.

Gambar 18: Penulis dan Prof. M. Watanabe (mantan Penasehat Senior JICA – Jepang) sedang meninjau Rulinda® Merapi pada 28 Januari 2006 di Kaliurang yang merupakan salah

satu dari tiga Rulinda (Ruang Lindung Darurat) Merapi sebagai bangunan darurat perlindungan hempasan awan panas di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, yaitu di Turgo dan

Tunggul Arum, yang selesai dibangun dan telah digunakan penduduk sejak 5 bulan sebelum Erupsi Merapi 2006 (Sarwidi, 2001, 2005, 2008, 2012)

Page 12: PERAN TEKNIK SIPIL DALAM PENANGGULANGANfrdaus/PenelusuranInformasi/tugas2/data/materisipil.pdfbencana. Dengan demikian, teknik sipil sangat berperan dalam upaya penanggulangan bencana

Kuliah Umum: Peran Teknik Sipil Dalam Penanggulangan Bencana Alam - Prof. Sarwidi 2013 - 12

Gambar 19: Bangunan Sabo untuk menahan dan mengarahkan aliran lahar dingin (lahar hujan) pada sungai-sungai yang berhulu di sekitar kawah

gunung api (http://www.ktr.mlit.go.jp/fujikawa/office/images/kannai_195.jpg)

c. Tsunami

Gambar 20: Contoh gambaran di wilayah bencana tsunami (http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:and9gcswhoglh6raamu9kf7dse4wjh1m

8xuqa-3c3lxteqrrn187sv4fbg)

Gambar 21: Dinding/bangunan penahan tsunami setinggi 15 m di Fudai Jepang yang sudah meyelamatkan seluruh (3000) penduduk di sana dari

terjangan tsunami 2011 yang lalu (http://blog.fbcoem.org/tag/fudai/)

Page 13: PERAN TEKNIK SIPIL DALAM PENANGGULANGANfrdaus/PenelusuranInformasi/tugas2/data/materisipil.pdfbencana. Dengan demikian, teknik sipil sangat berperan dalam upaya penanggulangan bencana

Kuliah Umum: Peran Teknik Sipil Dalam Penanggulangan Bencana Alam - Prof. Sarwidi 2013 - 13

Gambar 22: Bangunan evakuasi sementara tsunami yang digunakan pada pesisir datar pemukiman yang tidak mempunyai bangunan tahan tinggi tahan tsunami dan

jauh dari bukit atau gunung. (http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/8/86/Tsunami_shelter_near_Khao

_Lak_Thailand.jpg)

d. Genangan Air (Banjir)

Gambar 23: Contoh gambaran bencana genangan air (banjir) Jakarta 2013 (http://2.bp.blogspot.com/-

teiif4maogy/upvrnt0rqfi/aaaaaaaaebw/xuwf8k1jc9s/s1600/banjir-jakarta.jpg)

Gambar 24: Bendungan atau waduk untuk menampung air yang relatif banyak di musim penghujan sehingga dapat mengurangi genangan air di pemukiman

(http://photos.wikimapia.org/p/00/03/43/75/89_full.jpg)

Page 14: PERAN TEKNIK SIPIL DALAM PENANGGULANGANfrdaus/PenelusuranInformasi/tugas2/data/materisipil.pdfbencana. Dengan demikian, teknik sipil sangat berperan dalam upaya penanggulangan bencana

Kuliah Umum: Peran Teknik Sipil Dalam Penanggulangan Bencana Alam - Prof. Sarwidi 2013 - 14

Gambar 25: Tanggul banjir dengan pintu/sekat kayu penutup (dorlath) di Bojonegoro

e. Banjir Bandang

Gambar 26: Contoh gambaran sungai kecil dan pemukiman yang porak poranda akibat bencana banjir bandang di Wasior tahun 2010

Gambar 27: Beberapa kantong atau tampungan debris di sepanjang sungai untuk menahan sementara aliran deras debris banjir bandang

(http://machmudjunus.wordpress.com/2009/05/11/sabo-2/) (Ueno Dkk, 2010)

Page 15: PERAN TEKNIK SIPIL DALAM PENANGGULANGANfrdaus/PenelusuranInformasi/tugas2/data/materisipil.pdfbencana. Dengan demikian, teknik sipil sangat berperan dalam upaya penanggulangan bencana

Kuliah Umum: Peran Teknik Sipil Dalam Penanggulangan Bencana Alam - Prof. Sarwidi 2013 - 15

f. Angin Ribut

Gambar 28: Contoh gambaran di wilayah bencana angin ribut Klaten 2013

Gambar 29: Sokong-sokong penahan angin dan gempa

Gambar 30: Bangunan tahan angin karena berbentuk aerodinamis (http://tutinonka.files.wordpress.com/2009/10/rumah-dome-hawa-

2.jpg?w=300&h=225)

Page 16: PERAN TEKNIK SIPIL DALAM PENANGGULANGANfrdaus/PenelusuranInformasi/tugas2/data/materisipil.pdfbencana. Dengan demikian, teknik sipil sangat berperan dalam upaya penanggulangan bencana

Kuliah Umum: Peran Teknik Sipil Dalam Penanggulangan Bencana Alam - Prof. Sarwidi 2013 - 16

g. Tanah Bergerak

Gambar 31: Contoh bencana tanah gerak di Desa Guyon, Karanganyar, Jawa Tengah

Gambar 32: Contoh di lokasi bencana tanah longsor (http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSrSlczWfacfm6WOLVcuvNLWr

Lm-msotlIwlxNIgNtFAHDAwKc90A)

Gambar 33: Dinding penahan tanah atau paku-paku penahan tanah (http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSrSlczWfacfm6WOLVcuvNLWr

Lm-msotlIwlxNIgNtFAHDAwKc90A)

Page 17: PERAN TEKNIK SIPIL DALAM PENANGGULANGANfrdaus/PenelusuranInformasi/tugas2/data/materisipil.pdfbencana. Dengan demikian, teknik sipil sangat berperan dalam upaya penanggulangan bencana

Kuliah Umum: Peran Teknik Sipil Dalam Penanggulangan Bencana Alam - Prof. Sarwidi 2013 - 17

Contoh lain peran teknik sipil dalam PB di mana penulis ikut terjun langsung dalam

serangaian kegiatan berikut ini. Pada saat normal, kegiatan penyelenggaraan PB (Gambar

9) dalam bentuk antisipasi bencana yang terkait dengan pendidikan dan serangkaian

pelatihan konstruksi perlu digalakkan secara terus menerus. Penulis ikut merintis

mengadakan serangkaian pelatihan khusus rumah tahan gempa untuk mandor sejak tahun

2004 yang kemudian membentuk Paman Bataga (Paguyuban Mandor Bangunan Tahan

Gempa) dan juga merintis pendidikan yang terkait dengan penanggulangan bencana gempa

melalui Program Unggulan Kemendikbud dalam bidang Manajemen Rekayasa

Kegempaan di Magister Teknik Sipil, Program Pasca Sarjana, Fakultas Teknik Sipil dan

Perencanaan, Universitas Islam Indonesia sejak tahun 2007. Perintisan serangkaian

pelatihan dan pendidikan tersebut serta perintisan Museum Gempa Prof. Dr. Sarwidi

adalah merupakan implementasi dari penyelenggaraan PB (Gambar 9) dengan

memanfaatkan IPTEKS yang merupakan dua subsistem dalam sistem nasional PB

sebagaimana terlihat pada Gambar 4.

7. PENUTUP

Undang-Undang Penanggulangan Bencana (UU No. 24/2007) adalah landasan bagi

pembentukan sistem (system building) penanggulangan bencana di Indonesia secara tidak

langsung telah mengarahkan betapa penting daan besarnya peran teknik sipil dalam upaya

penanggulangan bencana, karena pembangunan di wilayah yang mempunyai berbagai

ancaman bencana (multi hazard), sebagaimana di sebagian besar wilayah Indonesia, harus

berpedoman pada sistem nasional penanggulangan bencana, agar hasil karya kegiatan

konstruksi bermanfaat secara maksimum, dan tidak menimbulkan kerugian atau bahaya

bagi penggunanya.

Kalaupun bencana tidak dapat dihindarkan, dari uraian di muka menunjukkan

bahwa bidang teknik sipil dapat berperan penting dalam mengurangi dampak bencana

melalui upaya mitigasi fisik/struktur dan melalui inovasi PB di bidang teknik sipil.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terimakasih disampaikan kepada Universitas Muhammadiyah Purworejo,

khususnya Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, yang telah memberikan

kesempatan untuk menyampaikan kuliah umum ini. Terimakasih juga disampaikan

kepada rekan-rekan di BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) dan CEVEDS

(Center for Earthuake and Volcano Engineering and Disaster Studies) International serta

Museum Gempa Prof. Dr. Sarwidi yang telah membantu mengumpulkan data dan

informasi guna penyusunan makalah dan presentasi. Terimakasih kepada Program Studi

Teknik Sipil dan Program Magister Teknik Sipil FTSP UII terutama pada Program

Unggulan Kemendiknas untuk bidang Manajemen dan Rekayasa Kegempaan atas

penyediaan materi pendukung untuk makalah ini.

Page 18: PERAN TEKNIK SIPIL DALAM PENANGGULANGANfrdaus/PenelusuranInformasi/tugas2/data/materisipil.pdfbencana. Dengan demikian, teknik sipil sangat berperan dalam upaya penanggulangan bencana

Kuliah Umum: Peran Teknik Sipil Dalam Penanggulangan Bencana Alam - Prof. Sarwidi 2013 - 18

DAFTAR PUSTAKA

Kemenristek (2007). “Iptek Sebagai Asas Dalam Penanggulangan Bencana di Indonesia,”

Kemenristek (Kementerian Ristek dan Teknologi)

Magister Teknik Sipil Universitas Islam Indonesia (2012). Kumpulan Materi Kuliah Managemen

Konstruksi

Maliki, Z., Sarwidi, Sugimin, Sudibyakto, Reksoprodjo, Tabrani, Didik Eko, Nyoman Kandun,

Adikoesoemo (2011). “Rekam Jejak Unsur Pengarah BNPB 2009-2011,” BNPB, Jakarta

Peraturan Presiden Nomor 8 tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana

Sarwidi (2001). “Konsep Dasar Ruang Lindung Darurat Merapi,” Harian Kedaulatan Rakyat,

Yogyakarta 17 Maret 2001.

Sarwidi (2004). “Manual Rumah Rakyat Tahan Gempa Tembokan,” CEEDEDS UII. (konseptor)

Sarwidi (2005). “RULINDA® Merapi: An Intermediate Solution For an Urgent Need ( Preparation

for constructing RULINDA Merapi Type: UII-SWD-HH-MO-SM-M1, UII-SWD-HH-MO-

SM-M2, UII-SWD-HH-MO-SM-O1),” International Seminar organizied by JICA and Sabo

Center in Graha Saba UGM ,Yogyakarta, August 2, 2005

Sarwidi (2008). “BARRATAGA and RULINDA® Merapi,” International Workshop: The

Development of Disaster Reduction Hyperbase (DRH), organized by NIED Japan, BNPB, and

ITB. Jakarta 5 Maret 2008

Sarwidi (2010). ”The Indonesian National Plan Of Disaster Management (RENAS PB), 2010 –

2014,” Proceeding of The First International Conference on Sustainable Built Environment (1-

ICSBE) by Faculty of Civil Engineering and Planning, Islamic University of Indonesia (UII),

Yogyakarta, Indonesia. ISBN: 978-979-96122-9-8 (Edited by: Teguh, Tanaka, and Gokcekus)

Sarwidi (2011). “Pengetahuan Dasar Bencana dan Gempa Untuk Rekayasa Kegempaan,” Draf

Buku, Program Studi Teknik Sipil, Universitas Islam Indonesia

Sarwidi (2012). ”Laporan dan Pengarahan oleh Unsur Pengarah BNPB,” Rapat Kerja/Koordinasi

Nasional (Rakernas/Rakornas) Penanggulangan Bencana BNPB dengan BPBD Seluruh

Provinsi/Kabupaten/Kota, yang diselenggarakan oleh BNPB di Jakarta, 1-3 Februari 2012.

Sarwidi (2013b). “The National System Of Disaster Management In Indonesia (The Policies and

Strategies for Disaster Management in Indonesia),” Proceeding of “National Seminar on

Statistics: Statistics in Disaster Management” held by the Study Program of Statistics, the

Faculty of Mathematics and Science, the Islamic University of Indonesia (UII), Yogyakarta,

Indonesia, 15 Juni 2013

Sarwidi (2013b). “Prospek Dan Tantangan Teknik Sipil Indonesia 2020,” Dipresentasikan dalam

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2013 “Pembangunan

Berkelanjutan dan Perawatan Infrastruktur Berdasarkan Penelitian dan Pengalaman Praktis”

yang diselenggarakan oleh Institut Teknologo Sepuluh November di Surabaya 26 Juni 2013

Sumardani (2010). “Laporan Penyelenggaraan Gladi Bencana dan Kuliah Umum Bersahabat

dengan Gempa dan Gunung Merapi,” yang diselenggarakan di SMA Negeri I Pakem,

Yogyakarta 29 Mei 2010 oleh Perintisan Museum Gempa Prof. Dr. Sarwidi yang didukung

oleh Pemkab Sleman dan Pemprov DIY.

Ueno, T., S. Shiba, H. Utomo, Nurokhman (2010). “Mengenal Banjir Bandang Di Indonesia,

Kerjasama Kementerian Pekerjaan Umum dan Japan International Cooperation Agency

(JICA).

Undang-undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

–swd-