peran perawat fase perioperatif laringektomi

39
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laringektomi merupakan teknik operasi pada laring yang mengalami blokade dan mempengaruhi efektivitas jalan napas.Supracricoid Laryngectomy Partial (SCLP) merupakan salah satu teknik operasi bedah (reseksi) pada laring khususnya pada organ kartilago tiroid, ruang paraglotis, dan ruang pra- epiglotis. Pada prosedur operasi ini, banyak terjadi aspirasi di hamper semua pasien yang menjalani operasi Laringektomi. Oleh karena itu, pengkajian status respirasi pada pra-operatif dan pencegahan komplikasi paru post-operasi merupakan bagian yang sangat penting. [1] Komplikasi paru post – operatif berkontribusi penting dalam angka morbiditas dan mortalitas. Komplikasi paru yang sering ditemukan pada pasien post-operasi laringektomi antara lain atelaktasis, pneumonia, dan eksaserbasi penyakit paru kronis. [1] Dari pernyataan diatas, dapat diketahui bahwa perawatan post operatif pasien laringektomi khususnya pada operasi Supra Cricoid Laryngectomy Partial Halaman 1 | Peran Perawat pada Pasien Laringektomi

Upload: thanty-putrantii-wijayanti

Post on 23-Oct-2015

413 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

PERAN PERAWAT PADA FASE PERIOPERATIF LARINGEKTOMI

TRANSCRIPT

Page 1: Peran Perawat Fase Perioperatif Laringektomi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Laringektomi merupakan teknik operasi pada laring yang

mengalami blokade dan mempengaruhi efektivitas jalan

napas.Supracricoid Laryngectomy Partial (SCLP) merupakan salah satu

teknik operasi bedah (reseksi) pada laring khususnya pada organ kartilago

tiroid, ruang paraglotis, dan ruang pra-epiglotis. Pada prosedur operasi ini,

banyak terjadi aspirasi di hamper semua pasien yang menjalani operasi

Laringektomi. Oleh karena itu, pengkajian status respirasi pada pra-

operatif dan pencegahan komplikasi paru post-operasi merupakan bagian

yang sangat penting.[1]

Komplikasi paru post – operatif berkontribusi penting dalam angka

morbiditas dan mortalitas. Komplikasi paru yang sering ditemukan pada

pasien post-operasi laringektomi antara lain atelaktasis, pneumonia, dan

eksaserbasi penyakit paru kronis.[1]

Dari pernyataan diatas, dapat diketahui bahwa perawatan post

operatif pasien laringektomi khususnya pada operasi Supra Cricoid

Laryngectomy Partial (SCLP) sangat perlu untuk dilakukan karena

potensial munculnya komplikasi pada system respirasi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud operasi laringektomi supraglotis parsial ?

2. Apa saja faktor resiko laringektomi yang menyebabkan komplikasi

pulmonal ?

3. Apa saja peran perawat pada fase perioperatif laringektomi ?

4. Bagaimana asuhan keperawatan pada post operasi laringektomi ?

Halaman 1 | Peran Perawat pada Pasien Laringektomi

Page 2: Peran Perawat Fase Perioperatif Laringektomi

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Supracricoid Laryngectomy Partial

Supracricoid Laryngectomy Partial (SCLP)merupakan operasi

pembedahan yang dilakukan pada pre – epiglottis dan para – glottis. Operasi

pembedahan laring ini termasuk pada kategori operasi laringektomi total

yaitu operasi laringektomi yang dilakukan pada obstruksi laring meluas

diluar pita suara ke tulang hyoid, epiglottis, kartilago krikoid dan 2 cincin

trakea diangkat.[1],[3]

Gambar 1.Bagian Insersi Laring pada SCLP.[2]

Operasi SCLP banyak dilakukan sebagai intervensi dari pasien yang

terkena kanker pada laring.Operasi SCLP dilakukan untuk mencegah

keparahan dari pertumbuhan sel karsinoma pada laring. Penelitian yang

dilakukan oleh Andrea Gallo dkk (2005) pada 253 pasien dengan kanker

pada laring dengan jumlah pasien 234 laki – laki dan 19 pasien perempuan

selama periode studi 16 tahun yang dimulai pada Januari 1984 sampai

Desember 2001. Hasil yang didapatkan pada penelitian tersebut adalah pada

periode studi 3 tahun tingkat keselamatan pasien kanker laring sebesar

85,8% setelah dilakukan operasi SCLP. Pada periode studi 5 tahun, 10

tahun, dan 16 tahun studi, tingkat keselamatan pasien kanker laring masing

Halaman 2 | Peran Perawat pada Pasien Laringektomi

Page 3: Peran Perawat Fase Perioperatif Laringektomi

– masing sebesar 9.1%, 57.6%, dan 57.6% setelah dilakukan operasi SCPL.

Dengan simpulan bahwa operasi SCPL pada pasien kanker laring adalah

pilihan efektif untuk sebagai intervensi dari pertumbuhan sel karsinoma

pada laring.[4]

2.2. Faktor Resiko Komplikasi Pulmonal Post Operasi SCLP

Operasi SCLP dianggap sebagai operasi konservatif yang

mengganggu sebagian besar fungsi stingfer pada laring.Berdasarkan studi

yang dilakukan oleh Young Hoon Joo dkk (2009), sebesar 32,4% dari 111

pasien mengalami komplikasi pulmonal setelah operasi SCLP di

Departmentof Otolaryngology–Head and NeckSurgery, The Catholic

University of Korea mulai dari Januari 1993 sampai Desember 2008. Dari

hasil penelitian yang dilakukan, faktor resiko komplikasi pulmonal post –

operasi SCLP antara lain adalah usia lanjut, Chronic Obstructive Pulmonary

Disease (COPD), status merokok, dan nilai FEV1/FVC.[1]

Komplikasi yang muncul pada post – operasi pada studi tersebut

antara lain 5 pasien mengalami efusi pleura, 4 pasien mengalami atelaktasis,

dan edema paru pada 3 pasien. Namun komplikasi yang paling sering

ditemui adalah pasien akan kehilangan kemampuan untuk menghasilkan

suara. Potensial kemunculan komplikasi lain yang berkaitan pada post –

operasi SCLP adalah terjadinya distress pernapasan, hemoragi, dan infeksi.[1],[3]

Halaman 3 | Peran Perawat pada Pasien Laringektomi

Page 4: Peran Perawat Fase Perioperatif Laringektomi

2.3. Peran Perawat pada Pasien Operasi SCLP

Peran perawat pada pasien operasi pembedahan seperti pasien yang

direkomendasikan operasi SCLP, menggambarkan keragaman fungsi

keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien yang

meliputi 3 fase yakni fase pra – operatif, fase intra – operatif, dan fase post –

operatif.[3]

2.3. 1. Peran Perawat pada Fase Pra-Operatif SCLP

Peran perawat pada fase pra-operatif dimulai pada saat

keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika pasien

dikirim ke meja operasi.Peran perawat pada fase ini meliputi

penyuluhan atau pemberian edukasi pada pasien terkait operasi

yang akan dilakukan dan menurunkan ansietas dan ketakutan

pasien yang akan menjalani pembedahan.[3]

2.3.1.1. Penyuluhan Pasien

Pada kebanyakan pasien yang dilakukan

operasi pembedahan laring memiliki ketakutan

tersendiri mengenai akibat yang akan dihadapi

setelah prosedur pembedahan. Selain itu, pasien

– pasien yang dilakukan prosedur operasi SCLP

adalah pasien yang terdiagnosis kanker pada

laring. Miskonsepsi sering terjadi tentang

dimana laring, apa fungsinya, apa prosedur yang

terutama akan dilakukan, dan apa efek

pembedahan yang akan muncul. Peran perawat

pada kondisi seperti ini adalah mengklarifikasi

miskonsepsi tersebut dan memberikan materi

Halaman 4 | Peran Perawat pada Pasien Laringektomi

Page 5: Peran Perawat Fase Perioperatif Laringektomi

penyuluhan (tertulis atau audiovisual) kepada

pasien dan keluarga.[3]

Pada pasien operasi SCLP, pasien harus

mengetahui bahwa suaranya akan hilang.

Tetapi, pelatihan khusus akan memberikan

suatu cara untuk melakukan percakapan yang

cukup normal dengan media tulisan.[3]

Latihan batuk efektif dan napas dalam

diajarkan dan diperagakan ulang oleh pasien.

Penyuluhan tentang teknik ini menjelaskan

peran pasien pada masa post-operatif dan

rehabilitasi.[3]

2.3.1.2. Menurunkan Ansietas dan Depresi

Tanda – tanda pasien yang mengalami

ansietas dan depresi ditunjukkan dengan

mengajukan beberapa pertanyaan secara berulang

tentang prosedur operasi, contohnya seperti :

Apakah ahli bedah mampu menyembuhkan

saya ?

Akankah saya mati ?

Akankah saya dapat berbicara kembali ?

Akan seperti apakah penampilan saya ?

Banyak pasien pembedahan memiliki

rasa takut.Peran perawat pada kondisi ini yaitu

menggali rasa takut bersama pasien dan

mendapatkan bantuan dari tenaga professional

Halaman 5 | Peran Perawat pada Pasien Laringektomi

Page 6: Peran Perawat Fase Perioperatif Laringektomi

lain jika diperlukan. Hindari untuk merespon

ketakutan pasien dengan mengatakan “Oh, tidak

ada yang perlu dikhawatirkan” yang akan

menyebabkan cara koping pasien kurang efektif

terhadap ketakutannya. Dukungan spiritual

memainkan peranan penting dalam menghadapi

ketakutan dan ansietas.Tanpa memandang anutan

keagamaan pasien, kepercayaan spiritual dapat

menjadi intervensi terapeutik untuk mengatasi

ansietas dan ketakutan pasien.[3]

2.3.2. Peran Perawat pada Fase Intra-Operatif

Pada fase intra operatif peran perawat difokuskan pada

reaksi psikologis dan fisiologis pasien.Perawat intra – operatif

bertanggung jawab terhadap keselamatan dan kesejahteraan pasien.

Sepanjang pengalaman pembedahan fungsi perawat adalah sebagai

kepala advokat pasien. Asuhan dan perhatian perawat mulai dari

waktu pasien disiapkan dan dijelaskan tentang prosedur bedah, pre

– operatif, hingga pemulihan kesehatan paska anestesi. Proses dan

peran perawat pada fase intra-operatif adalah sebagai berikut :[3]

2.3.2.1. Pengkajian

Pengkajian dilakukan dengan menggunakan

data dan catatan medis pasien untuk

mengidentifikasi variable yang dapat

mempengaruhi perawatan dan bergunan sebagai

pedoman untuk modifikasi rencana perawatan

pasien bedah.[3]

Identifikasi pasien

Validasi data yang dibutuhkan dari

berbagai kebijakan bagian

Halaman 6 | Peran Perawat pada Pasien Laringektomi

Page 7: Peran Perawat Fase Perioperatif Laringektomi

Telaah catatan medis pasien mengenai

kelengkapan riwayat kesehatan dan

pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan

diagnostik, kelengkapan riwayat dan

pengkajian fisik, serta ceklis pra – operatif.

Lengkapi pengkajian keperawatan pra-

operatif seperti status fisiologis,

psikososial, dan status fisik. [3]

2.3.2.2. Perencanaan

Perencanaan dilakukan dengan melakukan

interpretasi variable – variable umum dan

menggabungkan variable tersebut dalam rencana

asuhan. Variabel tersebut antara lain :

Usia, jenis kelamin, prosedur bedah, tipe

anestesi yang direncanakan, ahli bedah, ahli

anestesi dan anggota tim

Ketersediaan peralatan spesifik yang

dibutuhkan untuk prosedur bedah

Kesiapan ruangan untuk pasien bedah ;

kelengkapan pengaturan fisik, kelengkapan

instrument, dan peralatan bedah.[3]

Perencanaan juga dilakukan dengan

mengidentifikasi aspek – aspek lingkungan ruang

operasi yang dapat mempengaruhi pasien. Aspek –

aspek lingkungan tersebut adalah :

Lingkungan fisik yang meliputi suhu dan

kelembaban ruangan, bahaya peralatan

listrik, kontaminan potensial (debu, darah,

rambut tidak tertutup, kesalahan pemakaian

Halaman 7 | Peran Perawat pada Pasien Laringektomi

Page 8: Peran Perawat Fase Perioperatif Laringektomi

baju operasi oleh personel), hilir mudik

yang tidak perlu.

Lingkungan psikososial seperti kebisingan,

percakapan yang tidak perlu, dan

kekompakan antar personel.[3]

2.3.2.3. Intervensi

Atur dan jaga peralatan bedah untuk

laringektomi (steril)

Atur posisi pasien yang tepat untuk

prosedur pembedahan laring

Ikuti tahapan dalam prosedur bedah

Komunikasikan situasi yang merugikan

pada ahli bedah, ahli anestesi, atau rekan

perawat lain.[3]

2.3.3. Peran Perawat pada Fase Post-Operatif

Proses dan peran perawat pada fase intra-operatif adalah sebagai

berikut:

Halaman 8 | Peran Perawat pada Pasien Laringektomi

Page 9: Peran Perawat Fase Perioperatif Laringektomi

Intervensi Keperawatan Fase Post-Operatif :

2.3.3.1. Mempertahankan Jalan Napas yang Paten

Memposisikan pasien dalam posisi semi-

Fowler setelah pemulihan dari anastesia. Pasien di

amati terhadap kegelisahan pernafasan labored,

aprehensi, dan peningkatan frekuensi nadi . seperti

halnya pada pasien laringotomi dianjurkan untuk

berbalik, batuk, dan nafas dalam. [3]

Selang laringotomi lebih pendek dari selang

trakeostomi tapi mempunyai diameter yang lebih

lebar adalah satu-satunya jalan nafas yang akan

dimiliki pasien. [3]

2.3.3.2. Meningkatkan Komusikasi dan Rehabilitasi

Wicara.

Ahli terapi wicara melakuakan evaluasi

praoperatif, selama kunjungan awal pasien dan

keluarga di berikan penyuluhan tentang bentuk

alternatif komunikasi, dan rencana rehabilitasi post -

operatif. [3]

Perawat mencatatkan tangan mana yang

digunakan pasien untuk menulis sehinggga tangan

sebelah bisa di gunakan untuk pemasangan infus. [3]

Halaman 9 | Peran Perawat pada Pasien Laringektomi

Page 10: Peran Perawat Fase Perioperatif Laringektomi

Alternatif lainnya adalah bel pemanggil

seperti Bel genggam. Sistem ini akan di telaah

selama pra - operatif bersama pasien. Akan sangat

menghabiskan waktu utuk menuliskan setiap hal

atau berkomunikasi melalui bahasa tubuh. [3]

Bicara melalui esofagus mengharuskan

pasien mampu untuk mengkompres udara kedalam

esofagus dan mengeluarkannya, membuat vibrasi

segmen esofagus faring. Teknik ini bisa di ajarkan

manakala pasien telah mendapatkan makanan per

oral 1 minggu pasca operasi. Jika teknik ini tidak

berhasil maka dilakukan electrolarynx untuk

komunikasi. Alat ini memproyeksikan suara

kedalam rongga mulut. Ketika suara di bentuk oleh

mulut, suara dari elektrik laring akan menjadi kuat

yang dapat di dengar. [3]

Bentuk komunikasi lain yang akan

membantu pasien lebih di mengerti disebut

tracheoesophageal puncture. Dalam metode ini

suara di simpan dengan belokkan udara, yang

menjalar dari paru-paru melaui dinding posterior

trakea, kedalam esofagus, dan keluar melalui mulut. [3]

2.3.3.3. Peningkatan Nutrisi Yang Adekuat

Halaman 10 | Peran Perawat pada Pasien Laringektomi

Page 11: Peran Perawat Fase Perioperatif Laringektomi

Bila pasien siap untuk makan oral, peran

perawat harus mejelaskan kepada pasien bahwa

cairan kental seperti Ensure dan Gelatin ,akan

diguanakan pertama kali karena cairan ini mudah

ditelan. Pasien di instuksikan dilarang makan yang

manis. Selain itu pasien di instruksikan untuk

membilas mulut dengan cairan hangat dan menyikat

gigi teratur. [3]

2.3.3.4. Peningkatan Harga Diri

Perawat memperhatikan selang, balutan, dan

drainase yang terpasang setelah pembedahan,

dorong pasien untuk mengekspresikan setiap

perasaan negatif tentang perubahan setelah

pembedahan. [3]

2.3.3.5. Pemantauan dan Penangannan Potensial

Komplikasi

Komplikasi post - operatif pasca

laringektomi langsung mencakup distres pernapasan

dan hipoksia, perdarahan, dan infeksi. [3]

- Komplikasi Pernapasan. Perawat memantau

pasien terhadap tanda-tanda distres pernapasan

dan hipoksia, terutama kegelisahan, iritasi,

agitasi, kelam pikir, takipnea, penggunaan

otot-otot aksesori pernapasan dan penurunan

saturasi oksigen. Obstruksi harus segera diatasi

dengan menghisap dan mengupayakan pasien

batuk dan nafas dalam, jika tidak segera

Halaman 11 | Peran Perawat pada Pasien Laringektomi

Page 12: Peran Perawat Fase Perioperatif Laringektomi

ditangani dapat mengancam jiwa. Segera

hubungi dokter jika tidak ada perbaikan dalam

status pernapasan pasien. [3]

- Perdarahan. Dapat terjadi pada berbagai

tempat, termasuk tempat pembedahan, drein,

atau trakea. Ruptur arteri karotis terutama

sangat berbahaya. Jika hal ini terjadi, perawat

harus memberikan tekanan langsung diatas

arteri, meminta bantuan, dan memberi

dukungan psikologis pada pasien sampai

pembuluh tersebut dapat diligasi. Tanda -tanda

vital dipantau terhadap perubahan, terutama

peningkatan nadi dan penurunan tekanan

darah, atau pernapasan cepat dan dalam. Kulit

pucat, dingin dan berkeringat mungkin

menjadi tanda perdarahan aktif. [3]

- Infeksi. Perawat mengamati tanda dan gejala

dini infeksi paska operatif. Tanda ini

mencakup peningkatan suhu tubuh dan

frekuensi nadi, perubahan jenis dreinase luka,

atau peningkata area kemerahan dan nyeri

tekan pada tempat operasi. [3]

2.3.3.6. Penyuluhan Pasien dan Pertimbangan Perawatan di

Rumah

Halaman 12 | Peran Perawat pada Pasien Laringektomi

Page 13: Peran Perawat Fase Perioperatif Laringektomi

Perawat mempunyai peran penting dalam

rehabilitasi pasien laringektomi. Area penyuluhan

pasien sebagai berikut:

- Perawatan Trakeostomi dan Stoma.

a) Diperkirakan akan sering membatukkan

lendir pada awal pascaoperatif karena

adanya lendir pada percabangan

trakeobronkial.

b) Setelah batuk, usap orifisium trakea dan

bersihkan dari lendir.

c) Cuci kulit sekitar stoma dua kali sehari.

d) Jika terbentuk krusta di sekitar stoma,

lunakkan dengan salep yang di resapkan

oleh dokter dan buang krusta dengan

menggunakan penjepit steril

e) Pertimbangan untuk menggunakan sejenis

pelindung di depan trakeostomi untuk

menjaga agar lendir tidak membasahi

pakaian.

f) Pertahankan humidifikasi yang adekuat

dengan humidifier dan nebuliser

g) Hindari udara ber-AC pertama untuk

mencegah udara dingin mengiritasi jalan

nafas. [3]

Halaman 13 | Peran Perawat pada Pasien Laringektomi

Page 14: Peran Perawat Fase Perioperatif Laringektomi

- Penurunan pada Pengecapan dan

Penghindu. Pasien diperkirakan mengalami

kehilangan indera pengecap dan penghindu

selama beberapa waktu setelah pembedahan,

pada waktunya pasien biasanya dapat

menerima masalah ini dan mengadaptasi

sensasi olfaktori. [3]

- Tindakan Higienik.

a) Ketika mandi menggunakan shower, tutupi

stoma agar air tidak memasuki jalan napas.

b) Jangan biarkan hair-spray, bedak, atau

rambut yang rontok memasuki stoma untuk

menghindari iritasi dan kemungkinan

infeksi. [3]

- Tindakan Rekreasi. Aktifitas sedang untuk

mencegah keletihan sangat penting karena,

jika kelelahan, pasien akan mengalami

kesulitan berbicara lebih banyak, yang sangat

tidak menyenangkan. [3]

- Tindakan Perawatan dan Keselamatan di

Rumah. Perawat yang melakukan kunjungan

rumah akan mengevaluasi status umum dan

kemampuan pasien untuk secara efektif

merawat stoma dan trakeostomi. Perawat

juga memberikan dorongan pada indovidu

yang telah menjalani laringektomi untuk

melakukan pemeriksaan fisik teratur dan

mencari bantuan mengenai setiap masalah

Halaman 14 | Peran Perawat pada Pasien Laringektomi

Page 15: Peran Perawat Fase Perioperatif Laringektomi

yang berkaitan dengan pemulihan dan

rehabilitasi.[3]

2.4. Asuhan Keperawatan Pasien Operasi SCLP

Asuhan keperawatan pasien operasi SCLP meliputi asuhan

keperawatan pra – operatif dan asuhan keperawatan post – operatif.

Penjelasan mengenai penetapan rencana keperawatan akan dibahas lebih

lanjut setelah ini.

2.4.1. Asuhan Keperawatan Pra – Operatif Operasi SCLP

Pada fase ini, asuhan keperawatan berfokus pada respon

psikologis dan fisiologis pasien sebelum menjalani operasi

pembedahan.Asuhan keperawatan pra – operatif meliputi

pengkajian, penetapan diagnosa, tujuan perawatan, dan rencana

intervensi.[3]

2.4.1.1. Pengkajian

Sebelum perawat melakukan pengkajian,

perawat perlu mengetahui prosedur pembedahan

yang akan dilakukan pada pasien agar dapat

merencanakan asuhan keperawatan yang sesuai.

Pasien SCLP membutuhkan evaluasi post –

operatif oleh therapist wicara karena diperkirakan

pasien akan kehilangan kemampuan untuk bersuara

secara permanen.[3]

Selain itu, pengkajian pra – operatif

berfokus pada pengkajian psikologis dan fisiologis

pasien mengenai kesiapan pasien yang akan

menjalani operasi SCLP. Ketakutan mengenai

prosedur pembedahan akibat deficit pengetahuan

dan kecemasan mengenai akibat atau komplikasi

Halaman 15 | Peran Perawat pada Pasien Laringektomi

Page 16: Peran Perawat Fase Perioperatif Laringektomi

dari prosedur pembedahan merupakan respon yang

paling umum pada pasien operasi pembedahan

SCLP.[3]

2.4.1.2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan pada semua data pengkajian,

diagnosa keperawatan utama pasien dapat

mencakup :

1. Defisit pengetahuan berhubungan dengan tidak

familier terhadap sumber informasi (prosedur

pembedahan)

2. Ansietas berhubungan dengan stress (akan

kehilangan suara permanen dan komplikasi pasca

bedah). [3]

2.4.1.3. Nursing Outcome Classification (NOC)

DIAGNOSA 1 : Defisit Pengetahuan

“Knowledge : Medication - 1808”

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

1x4 jam, klien mengetahui prosedur medikasi

(pembedahan) dengan kriteria hasil :

- Identifikasi nama yang benar dari

prosedur medikasi dari tingkat tidak ada

pengetahuan ke tingkat pengetahuan

yang substansial (level 1 – 4)

Halaman 16 | Peran Perawat pada Pasien Laringektomi

Page 17: Peran Perawat Fase Perioperatif Laringektomi

- Efek samping medikasi dari tingkat tidak

ada pengetahuan ke tingkat pengetahuan

yang substansial (level 1 – 4)

- Gambaran dari prosedur medikasi dari

tingkat tidak ada pengetahuan ke tingkat

pengetahuan yang sedang (level 1 – 3)

DIAGNOSA 2 :Ansietas

“Anxiety Self Control – 1402”

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

1x6 jam rasa ansietas pasien berkurang dengan

kriteria hasil :

- Rencanakan strategi koping pada situasi

stress dari tingkat jarang dilakukan ke

tingkat sering dilakukan (level 2 – 4)

- Gunakan teknik relaksasi untuk

mengurangi ansietas dari dari tingkat

jarang dilakukan ke tingkat sering

dilakukan (level 2 – 4)

- Atur hubungan social dari tingkat

kadang – kadang dilakukan ke tingkat

konsisten dilakukan (level 3 – 5)

2.4.1.4. Nursing Intervention Classification (NIC)

DIAGNOSA 1 : Defisit Pengetahuan

“Pre-Operative Coordination – 2880”

- Peroleh riwayat kesehatan pasien

Halaman 17 | Peran Perawat pada Pasien Laringektomi

Page 18: Peran Perawat Fase Perioperatif Laringektomi

- Lakukan pemeriksaan fisik

- Infromasikan pada pasien dan keluarga

tentang tanggal dan waktu dilakukannya

operasi

- Kaji ekspektasi pasien terhadap operasi

- Berikan waktu untuk pasien bertanya

tentang operasi

- Diskusikan rencana post – operatif

DIAGNOSA 2 : Ansietas

“Counseling – 5240”

- Tegakkan hubungan terapeutik berdasar

kepercayaan dan respek

- Demontrasikan empati, kehangatan, dan

ketulusan

- Sediakan informasi faktual jika

diperlukan

- Identifikasi perbedaan pandangan antara

pasien dan tim kesehatan

- Dampingi pasien untuk mengidentifikasi

kekuatan diri dan menghadapi stress

2.4.2. Asuhan Keperawatan Post – Operatif Operasi SCLP

2.4.2.1. Pengkajian

Perawat melakukan pengkajian, perawat

perlu mengetahui komplikasi dan perubahan pada

status kesehatan pasien. Pengkajian yang akan

dilakukan pada pasien bertujuan agar dapat

merencanakan asuhan keperawatan yang sesuai.

Pengkajian pada pasien post - operatif:

Halaman 18 | Peran Perawat pada Pasien Laringektomi

Page 19: Peran Perawat Fase Perioperatif Laringektomi

- Mengkaji pasien terhadap gejala.

- Suara serak, sakit tenggorok, dispnea,

disfagia atau nyeri dan rasa terbakar

dalam tenggorok. Leher pasien di palpasi

terhadap pembengkakan.

- Penting perawat mengetahui sifat dari

pembedahan sehingga dapat

merencanakan asuhan yang sesuai.

- Jika pasien di perkirakan tidak

mempunyai suara lagi, evaluasi

pascaoperatif di perlukan terafis wicara.

- Perlu di kaji kemampuan pasien untuk

mendengar, melihat, membaca, dan

menulis.

- Mengkaji kesiapan psikologis pasien.

2.4.2.2. Diagnosa

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:

- Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik

2.4.2.3. Nursing Outcome Classification (NOC)

DIAGNOSA : Nyeri akut berhubungan dengan

agen injuri fisik

“Pain Control – 1605”

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 2x24 jam, diharapkan klien dapat

mengontol nyerinyeri dengan kriteria hasil :

Halaman 19 | Peran Perawat pada Pasien Laringektomi

Page 20: Peran Perawat Fase Perioperatif Laringektomi

- Klien mampu mengenali onset

timbulnya nyeri (level 1-3)

- Klien mampu melaporkan kontrol nyeri

(level 1-3)

- Klien melaporkan nyeri berkurang (level

1 - 3)

- Menggunakan tekhnik non farmakologi

2.4.2.4. Nursing Interventions Classification (NIC)

DIAGNOSA : Nyeri akut berhubungan dengan

agen injuri fisik

“Pain Management – 1400”

- Amati isarat non verbal dan

ketidaknyamanan, terutama untuk

berkomunikasi

- Kaji pengetahuan pasien tentang nyeri

- Kaji nyeri klient meliputi unsur PQRST

- Kaji adanya ketidaknyamanan

- Ajarkan tekhnik relaksasi untuk

mengurangi nyeri

- Bantu dan berikan suport pada pasient

dan keluarga

- Kendalikan faktor lingkungan yang

dapat mempengaruhi ketidaknyamanan

- Berikan pengetauan tentang nyeri yang

di rasakan klien

- Kelola pemberian obat analgesik sesuai

rekomendasi dokter

Halaman 20 | Peran Perawat pada Pasien Laringektomi

Page 21: Peran Perawat Fase Perioperatif Laringektomi

- Kolaborasi denga pasient dan tim

kesehatan lainnya untuk memilih dan

mengimplementasikan tindakan non

parmakologis pereda nyeri yang sesuai.

2.4.2.5. Evaluasi

Hasil yang diharapkan:

1. Mendapatkan tingkat pengetahuan yang

memadai

a) Mengungkapkan pengertian tentang

prosedur pembedahan dan melakukan

perawatan diri secara adekuat

2. Menunjukkan penurunan anseitas dan depesi

a.) Mengekspresikan adanya harapan

b.) Bertemu dengan seseorang yang

memiliki masalah serupa.

3. Mempertahankan jalan nafas yang bersih

dan dapat mengatasi sekresi sediri

a.) Memperagakan teknikyang tepat dan

praktis yang mencakup pembersihan

dan penangan selang laringektomi.

4. Mendapatkan teknik komunikasi yang

efektif

a.) Menggunakan alat bantu untuk

komunikasi: bel pemanggil, Papan

Halaman 21 | Peran Perawat pada Pasien Laringektomi

Page 22: Peran Perawat Fase Perioperatif Laringektomi

gambar, bahasa isyarat, membaca gerak

bibir, bantuan komputer.

b.) Pemperaktikkan arahan yang di berikan

oleh ahli wicara- Bahasa.

5. Mempertahankan masukn nutrisi yang

seimbang dan adekuat.

6. Menujjukkan perbaikan citra diri, harga diri,

dan konsep diri

a.) Mengekspresikan perasaan dan

khawatiran.

b.) Ikutserta dalam prawatan diri dan

pembuatan keputusan.

c.) Menerima informasi tentang kelompok

pendukung.

7. Patuh terhadap program rehbilitasi dan

perawatan di rumah.

a.) Memperaktikkan terapi wicara yang di

anjurkan

b.) Memperagakan metode yang tepat

dalam merawat stoma dan selang

laringektomi (jika terpasang)

c.) Mengungkapkan pengertian tentang

gejala yang membutuhkan perhatia

medis

d.) Menyebutkan tindakan keamanan yang

harus dilakuaka dalam keadaan darurat.

8. Menunjukkan tidak terjadi komplikasi

Halaman 22 | Peran Perawat pada Pasien Laringektomi

Page 23: Peran Perawat Fase Perioperatif Laringektomi

a.) Tanda vital ( tekanan darah, suhu

tubuh, prekuensi nadi, dan pernafasan)

normal.

b.) Tidak terdapat kemerahan, nyeri tekan,

atau drainase purulen pada tempat

pembedahan.

c.) Menunjukkan jalan nafas yang paten

pernafasan yang sesuai.

d.) Tidak terdapat perdarahan dari tempat

operasi dan perdarahan minimal dari

drein.

Halaman 23 | Peran Perawat pada Pasien Laringektomi

Page 24: Peran Perawat Fase Perioperatif Laringektomi

BAB III

KESIMPULAN

Pada pasien dengan indikasi pembedahan laring (laringektomi), peran

perawat sangat dibutuhkan. Pasien dengan operasi Supracricoid Laryngectomy

Partial (SCLP) akan mengalami penurunan status fisiologis dan psikologis pada

fase pra – operatif. Pada fase ini perawat berperan menjadi pendamping pasien

dan menjelaskan tentang prosedur bedah, apa yang akan dihadapi pasien setelah

operasi bedah, dan merencanakan terapi – terapi dan penangan post – operatif.

Pada fase intra – operatif, selain mendampingi pasien hingga pengiriman pasien

ke meja operasi, peran perawat dalam lingkungan operasi pembedahan dibutuhkan

untuk berkolaborasi dalam persiapan lingkungan operasi, komunikasi antar tenaga

kesehatan, dan posisi pasien sebelum dilakukan pembedahan. Pada fase post –

operatif, pemulihan paska anestesi harus dilakukan perawat, dan membantu pasien

beradaptasi terhadap perubahan status kesehatan. Terapi – terapi latihan dan

kolaborasi dengan terapis wicara dibutuhkan pasien laringektomi total yang

kehilangan suara secara permanen. Selain itu perawatan stoma yang terpasang alat

bantu pernapasan peru diajarkan kepada pasien dan keluargannya untuk

mendorong kemandirian pasien dan keluarganya. Setelah pasien dipulangkan,

rencana kunjungan perawat ke rumah pasien dilakukan untuk melakukan

pengecekkan terhadap status kesehatan pasien.

Secara keseluruhan, peran perawat sangat penting dan dibutuhkan pasien

pembedahan laring total karena perubahan yang akan dialami pasien tersebut

sangat signifikan. Pendampingan, edukasi, dan kolaborasi dengan tenaga

kesehatan lain harus dilakukan untuk keberhasilan penatalaksanaan obstruksi

laring dimulai pada sebelum (pra-operatif), pada saat dilakukan (intra – operatif),

dan setelah dilakukan (post – operatif).

\

Halaman 24 | Peran Perawat pada Pasien Laringektomi

Page 25: Peran Perawat Fase Perioperatif Laringektomi

DAFTAR PUSTAKA

1. Joo, Young-Hoon., Sun, Dong-Il., Cho, Jung-Hae., Cho, Kwang-Jae.,

Kim, Min-Sik.Factors That Predict Postoperative Pulmonary

Complications After Supracricoid Partial Laryngectomy.Arch Otolaryngol

Head Neck Surgical.2009;135(11):1154-1157.

2. Bailey, Byron .J. 2006. Head & Neck Surgery – Otolaryngology 4th

Edition. Philadelpia :Lippincott Williams & Wilkins.

3. Smeltzer, Suzanne .C., Bare Brenda .G. 2002. Buku Ajar Keperawatan

Medikal Bedah Edisi 8 Volume 1. Jakarta : EGC Penerbit Buku

Kedokteran.

4. Gallo, Andrea., Manciocco, Valentina., Simonelli, Marilia., Pagliuca,

Giulio., D’ Arcangelo, Enzo., Vincentiis, Marco de. Supracricoid Partial

Laryngectomy in the Treatment of Laryngeal Cancer. Arch Otolaryngol

Head Neck Surg. 2005;131:620-625.

Halaman 25 | Peran Perawat pada Pasien Laringektomi