peran perawat dalam menangani pasien dengan...

98
PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN GANGGUAN IMA (INFARK MIOKARD AKUT)DI INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI “Untuk Memenuhi PersyaratanMencapai Sarjana Keperawatan” Oleh : Merlyn Gischa Sofyana NIM. S11026 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015

Upload: dangphuc

Post on 10-Mar-2019

246 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN

GANGGUAN IMA (INFARK MIOKARD AKUT)DI

INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT

Dr. MOEWARDI SURAKARTA

SKRIPSI

“Untuk Memenuhi PersyaratanMencapai Sarjana Keperawatan”

Oleh :

Merlyn Gischa Sofyana

NIM. S11026

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2015

Page 2: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai
Page 3: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

iii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Merlyn Gischa Sofyana

NIM : NIM. S11026

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk

mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada

Surakarta maupun di perguruan tinggi lain.

2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri,

tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan Tim

Penguji.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis

atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas

dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang

dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat

penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh

karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di

perguruan tinggi ini.

Surakarta, 31 July 2015

Yang membuat pernyataan,

Merlyn Gischa Sofyana

NIM. S11026

Page 4: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi

ini disusun dengan maksud untuk memenuhi persyaratan kurikulum dalam

mencapai gelar Sarjana keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma

Husada Surakarta.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih terdapat hal yang

kurang sempurna, sehubungan dengan keterbatasan penulis. Walaupun demikian

penulis telah berusaha semaksimal mungkin agar penelitian skripsi ini dapat

bermanfaat bagi institusi dan pembaca.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar –

besarnya atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis baik secara

langsung maupun tidak langsung dalam rangka penyelesaian penyusunan skripsi

ini, terutama kepada :

1. Dra. Agnes Sri Harti. M.Si selaku kepala STIKes Kusuma Husada Surakarta

2. Wahyu Rima Agustin S.Kep,Ns, M.Kep selaku ketua program studi

keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

3. Edy Mulyono SST., M.Kes selaku Pembimbing Utama skripsi yang telah

membimbing dengan penuh kesabaran dan penuh bijaksana sehingga

selesainya skripsi ini.

4. Jaswanto, S.Kep, S.Kep., Ns., M.Kes selaku Pembimbing Pendamping skripsi

yang telah membimbing dengan penuh kesabaran dan bijaksana sehingga

Page 5: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

v

selesainya skripsi ini.

5. Happy Indri Hapsari, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku penguji yang telah

memberikan masukan dan arahan.

6. Seluruh Jajaran Akademik STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah

banyak membantu penulis baik dalam proses perkuliahan maupun saat

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

7. Direktur Rumah Sakit Dr. Moewardi surakarta yang memberikan ijin dan

arahan untuk meneliti dalam melakukan penelitian

8. Responden yang telah sukarela mengisi kuisioner penelitian ini.

9. Semua pihak yang telah membantu dengan iklas dan memberikan semangat

dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi pembaca

yang berkepentingan.

Surakarta, 31 July 2015

Penulis

Merlyn Gischa sofyana

NIM : S11026

Page 6: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

vi

Page 7: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

vii

Page 8: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

viii

Page 9: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

ix

Page 10: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

x

Page 11: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

xi

Page 12: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

xii

Page 13: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

xiii

Page 14: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Infark miokard merupakan nekrosis miokard yang berkembang cepat

oleh karena ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen otot-otot

jantung (Muhammad, 2011). IMAdisebabkan oleh nekrosis iskemik pada

miokard akibat sumbatan akutpada arteri koroner (Davey, 2005).Jenis

penyakit yang paling sering mendapat perhatian adalah penyakit jantung yang

merenggut cukup banyak korban meninggal secara cepat yaitu infark miokard

akut (IMA) atau secara awam diistilahkan sebagai serangan jantung.

Infark miokard akut (IMA) didefinisikan sebagai nekrosis

miokardium yang disebabkan oleh tidak adekuatnya pasokan darah akibat

sumbatan akut pada arteri koroner. Sumbatan ini sebagian besar disebabkan

oleh ruptur plak ateroma pada arteri koroner yang kemudian diikuti oleh

terjadinya trombosis, vasokontriksi, reaksi inflamasi. (Muttaqin, 2012). IMA

sangat mencemaskan karena sering berupa serangan mendadak, umumnya

pada pria usia 35-55 tahun, tanpa ada keluhan sebelumnya (Robbins, 2007).

Tanda dan gejala dari IMA terjadi nyeri dada yang terjadi secara

mendadak dan terus-menerus tidak mereda, nyeri sering disertai dengan sesak

nafas, pucat, dingin, diaphoresis berat, pening atau kepala terasa melayang dan

mual muntah. Keluhan yang khas ialah nyeri dada restrostenal seperti

diremas-remas, ditekan, ditusuk, panas atau tertindih barang berat. Nyeri dapat

Page 15: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

2

2

menjalar ke lengan (umumnya kiri), bahu leher, rahang bahkan kepunggung

dan epigastris (Kasron, 2012). Sakit dada yang terutama dirasakan di daerah

sternum, bisa menjalar ke dada kiri atau kanan,ke rahang,ke bahu kiri dan

kanan dan pada lengan. Walau sifatnya dapat ringan, tapi rasa sakit itu

biasanya berlangsung lebih dari setengah jam.Jarang ada hubunganya dengan

aktifitas serta tidak hilang dengan istirahat.Pemeriksaan fisik pada IMA tidak

ada yang karakteristik. Bila telah terjadi komplikasi seperti gagal jantung,

maka dapat ditemukan irama gallop (bunyi jantung ketiga) atau ronki

basah(Eliot, 2005).

Infark Miokard Akut menempati peringkat pertama sebagai penyebab

kematian di Amerika Serikat. Dilaporkan setiap tahunnya terdapat sekitar

476.124 kematian yang disebabkan oleh serangan jantung. Sekitar 1.100.000

warga Amerika mengalami serangan jantung, 650.000 serangan pertama kali

dan 450.000 serangan ulangan. Penduduk dengan pendidikan rendah ternyata

lebih besar angka kejadiannya dikarenakan ketidakpatuhaannya dalam

melakukan pengobatan dan rehabilitasi secara teratur (Muhammad, 2011).

Direktorat Jendral Pelayanan Medik Indonesia meneliti, bahwa pada

tahun 2007 jumlah pasien penyakit jantung yang menjalani rawat inap dan

rawat jalan di rumah sakit di Indonesia adalah 239.548 jiwa. Kasus terbanyak

adalah penyakit infark miokard akut (13,49%) dan kemudian diikuti oleh

gagal jantung (13,42%) dan penyakit jantung lainnya (13,37%)(Depkes,

2006).

Page 16: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

3

3

Menurut Laporan Profil Kesehatan Kota Semarang tahun 2010

menunjukkan bahwa kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah sebanyak

96.957 kasus dan sebanyak 1.847 (2%) kasus merupakan kasus IMA. Penyakit

jantung dan pembuluh darah merupakan penyakit tidak menular yang menjadi

penyebab utama kematian dan selama periode tahun 2005 sampai dengan

tahun 2010 telah terjadi kematian sebanyak 2.941 kasus dan sebanyak 414

kasus (14%) diantaranya disebabkan oleh infark miokard akut.

Peran perawat adalah peran sebagai pelaksana layanan keperawatan

(care provider), pengelola (manager), pendidik (educator) bagi individu,

keluarga dan masyarakat, serta sebagai peneliti dan pengembang ilmu

keperawatan (Asmadi, 2005).Proses perawatan tidak hanya sekedar sembuh

dari penyakit tertentu, namun dengan keterampilan yang dimilki perawat,

peran perawat pelaksana mampu meningkatkan kesehatan fisik, dan

mengembalikan emosional dan spiritual (Perry dan Potter, 2005).

Pelayanan gawat daruratmerupakan pelayanan profesional yang

didasarkan pada ilmu dan metodologi yang berbentuk bio-psiko-sosiospiritual

yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

masalah aktual dan potensial, mengancam kehidupan, terjadi secara mendadak

atau tidak diperkirakan (Maryuani, 2009). Instalasi Gawat Darurat (IGD)

rumah sakit mempunyai tugas menyelenggarakan pelayanan asuhan medis dan

asuhan keperawatan sementara serta pelayanan pembedahan darurat, bagi

pasien yang datang dengan gawat darurat medis (Depkes RI, 2006).

Page 17: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

4

4

Peran perawat dalam menangani IMA secara lebih lanjut sangat

penting dalam mengidentifikasi pasien IMA yang beresiko tinggi kejadian

kematian. Penilaian klinis terhadap infark dan fungsi ventrikuler akan

dilakukan dalam waktu 24 sampai 48 jam tetapi dalam penanganan IMA

tergantung dalam fasilitas lokal. Secara umum, penggunaan

electrocardiography yang dilakukan perawat sudah maksimal untuk

mendeteksi iskemia (Mahmarian, 2013).

Angka mortalitas dan morbiditas komplikasi IMA yang masih tinggi

seperti keterlambatan mencari pengobatan,kecepatan serta ketepatan

pengkajian dan diagnosis keperawatan.Kecepatan penanganan perawat dinilai

antara onset nyeri dada sampai tibadi IGD rumah sakit dan mendapat

penanganan di rumah sakit (Sudoyo, 2010).

Pada saat melakukan intervensi perawat melakukan dokumentasi dan

mencatat frekuensi jantung, irama, dan perubahan tekanan darah sebelum,

selama, dan sesudah aktifitas sesuai indikasi. Selanjutnya perawat

mengimplementasi dengan menentukan respons pasien terhadap aktifitas dan

dapat menghindari penurunan oksigen miokardia yang memerlukan

penurunan tingkat aktifitas atau kembali menjalani bed rest (tirah baring).

Evaluasi tentang kecepatan dan ketepatan penanganan terhadappasien IMA

diperlukan untuk mencegah timbulnya komplikasi (Ardiansyah, 2012).

Pada banyak kejadian penderita IMA yang justru meninggal atau

mengalami kecacatan yang diakibatkan oleh kesalahan dalam melakukan

pertolongan (kesalahan petugas). Peranperawat tentang tindakan

Page 18: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

5

5

kegawatdaruratan di IGD pada pasien IMA memegang porsi besar dalam

menentukan keberhasilan pertolongan pertama. Di samping itu dibutuhkan

juga sikap yang benar dalam memberikan tindakan kegawatdaruratan pada

pasien IMA (Setiono, 2010).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di RSU

Dr. Moewardi Surakarta dari banyaknya pasien yang datang ke IGD RSU Dr.

Moewardi Surakarta diantaranya adalah penderita Infark Miokard Akut yang

merupakan pasien rujukan dari Rumah Sakit lain.Angka kejadian yang terjadi

pada tahun 2013-2014 di RSU Dr. Moewardi Surakarta sebanyak 825

pasien.Jumlah perawat sebanyak 63 orang.Peran perawat disini sangatlah

penting dalam menangani pasien dengan gangguan IMA untuk mengurangi

tingkat mortalitas pasien IMA, dikarenakan perbandingan jumlah perawat

tidak sebanding dengan jumlah pasien yang datang.

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang Peran Perawat dalam menangani pasien dengangangguan

IMA di IGD RSU Dr. Moewardi Surakarta.

1.2 Rumusan masalah

Penanganan perawat pada pasien IMA sangat penting karena IMA

sangat berbahaya jika tidak segera ditangani.Peran perawat disini dituntut

memberikan pelayanan yang tepat, cepat dan cermat dengan tujuan

mendapatkan kesembuhan tanpa kecacatan.Kejadian yang sering terjadi

dilapangan peran perawat dalam menangani IMA masih belum

Page 19: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

6

6

tepat.Dikarenakan belum mengetahui sepenuhnya Standar Operasional

Pelaksanaan dalam menangani IMA.

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan maka rumusan

masalah dari penelitian ini adalah “Bagaimana peran perawat

dalammenangani pasien dengangangguan IMA (Infarction Myocardial Acute)

di IGD RSU. Dr. Moewardi Surakarta ?”.

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahuinya peran perawat dalammenangani pasien

dengangangguan IMA (Infarction Myocardial Acute) di IGD RSU.

Dr. Moewardi Surakarta.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi bagaimana perawat melakukan pengkajian

pada pasien IMA.

2. Mengidentifikasi bagaimana perawat merumuskan diagnosa

keperawatan pada pasien IMA.

3. Mengidentifikasi bagaimana perawat melakukan intervensi

pada pasien IMA.

4. Mengidentifikasi bagaimana perawat melakukan implementasi

pada pasien IMA.

5. Mengidentifikasi bagaimana perawat melakukan evaluasi pada

pasien IMA.

Page 20: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

7

7

6. Mengidentifikasi makna asuhan keperawatan yang dilakukan

oleh perawat pada pasien IMA.

1.4. Manfaat penelitian

1. Bagi Rumah Sakit

Dapat di gunakan sebagai acuan untuk meningkatkan

pengetahuan tentang peran perawat IGD dalam penanganan pasien

IMA.

2. Bagi Institusi pendidikan

Sebagai masukan bagi institusi Prodi S-1 Keperawatan Stikes

Kusuma Husada Surakarta dalam mengembangkan ilmu keperawatan

sebagai bahan kajian untuk penelitian keperawatan

kegawatdaruratandalam menangani IMA.

3. Bagi Peneliti lain

Dapat di gunakan sebagai bahan dan sumber untuk

pengembangan penilitian selanjutnya.

4. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan, pengalaman, dan wawasan peneliti

tentang peran perawat IGD dalam menangani pasien

kegawatdaruratan di IGD RSU. Dr. Moewardi Surakarta.

Page 21: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

8

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan teori

2.1.1 Pengertian

Infark Miokard Akut adalah nekrosis daerah miokardial yang

biasanya disebabkan oleh suplai darah yang terhambat atau terhenti terlalu

lama. Yang paling sering akibat adanya trombus akut atau mendadak pada

coronary artherosclerotic stenosis, dan manifestasi klinis pertama adalah

iskemia jantung, atau adanya riwayat angina pectoris (Riulantono,

2011).Infark miokard akut adalah kematian jaringan otot jantung

(miokard) yang disebabkan oleh insufisiensi suplai atau banyaknya darah

baik relatif maupun secara absolut (Muwarni, 2011).

Infark Miokard Akut oleh orang awam disebut serangan jantung

yaitu penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah koroner sehingga

aliran darah ke otot jantung tidak cukup sehingga menyebabkan otot

jantung mati (Rendi dan Margareth, 2012).

2.1.2 Etiologi

Selama kejadian iskemia, terjadi beragam abnormalitas

metabolisme, fungsi dan struktur sel. Miokard normal memetabolisme

asam lemak dan glukosa menjadi karbon dioksida dan air. Akibat kadar

Page 22: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

9

9

oksigen yang berkurang, asam lemak tidak dapat dioksidasi, glukosa

diubah menjadi asam laktat dan pH intrasel menurun (Selwyn, 2005).

Ketika aliran darah menurun tiba-tiba akibat oklusi trombus di arteri

koroner, maka terjadi infark miokard tipe elevasi segmen ST (STEMI).

Perkembangan perlahan dari stenosis koroner tidak menimbulkan STEMI

karena dalam rentang waktu tersebut dapat terbentuk pembuluh darah

kolateral. Dengan kata lain STEMI hanya terjadi jika arteri koroner

tersumbat cepat. Non STEMI merupakan tipe infark miokard tanpa elevasi

segmen ST yang disebabkan oleh obstruksi koroner akibat erosi dan ruptur

plak. Erosi dan ruptur plak ateroma produksi vasokonstriktor, endotelin-1,

dan angiotensin II yang berperan dalam migrasi dan pertumbuhan sel

(Riulanto, 2011).

Setiap bentuk penyakit arteri koroner dapat menyebabkan IMA.

Penelitian angiografi menunjukkan bahwa sebagian besar IMA disebabkan

oleh trombosis arteri koroner. Gangguan pada plak aterosklerotik yang

sudah ada (pembentukan fisura) merupakan suatu nidus untuk

pembentukan trombus (Robbins, 2007).

Infark terjadi jika plak aterosklerotik mengalami fisur, ruptur, atau

ulserasi, sehingga terjadi trombus mural pada lokasi ruptur yang

mengakibatkan oklusi arteri koroner (Sudoyo, 2010).

Penyebab lain infark tanpa aterosklerosis koronaria antara lain

emboli arteri koronaria, anomali arteri koronaria kongenital, spasme

Page 23: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

10

10

koronaria terisolasi, arteritis trauma, gangguan hematologik, dan berbagai

penyakit inflamasi sistemik (Libby, 2008).

Ada beberapa penyebab lain terjadinya IMA menurutMuwarni(2011)

yaitu:

1. Sindroma klasik : sumbatan total yang erjadi secara tiba-tiba pada

arteri.

2. Koronaria besar oleh trombosis.

3. Hiperkolesterolemia atau meningkatnya kadar kolesterol dalam

pembuluh darah.

2.1.3 Faktor resiko IMA

Faktor risiko biologis infark miokard yang tidak dapat diubah

yaitu usia, jenis kelamin, ras, dan riwayat keluarga, sedangkan faktor

risiko yang masih dapat diubah, sehingga berpotensi dapat memperlambat

proses aterogenik, antara lain kadar serum lipid, hipertensi, merokok,

gangguan toleransi glukosa, dan diet yang tinggi lemak jenuh, kolesterol,

serta kalori (Santoso, 2005).

Secara garis besar terdapat dua jenis faktor resiko bagi setiap

orang untuk terkena IMA menurut Kasron(2012) yaitu faktor resiko yang

bisa dimodifikasi dan faktor resiko yang tidak bisa dimodifikasi.

1. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi

Page 24: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

11

11

Merupakan faktor resiko yang bisa dikendalikan sehingga

dengan intervensi tertentu maka bisa dihilangkan. Yang termasuk

dalam kelompok ini diantaranya :

a. Merokok

b. Konsumsi alkohol

c. Infeksi

d. Hipertensi sistemik

e. Obesitas

f. Kurang olahraga

g. Penyakit diabetes

2. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi

Merupakan faktor yang tidak bisa diubah atau dikendalikan,

yaitu diantaranya :

a. Usia

b. Jenis kelamin

c. Riwayat keluarga

d. RAS

e. Geografi

f. Tipe kepribadian

g. Kelas sosial

Page 25: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

12

12

2.1.4 Klasifikasi IMA

a. Infark Miokard Akut diklasifikasikan berdasar EKG 12 sandapan

dibagi menjadi menjadi 2 (dua) :

1. Infark miokard akut ST-elevasi (STEMI) : oklusi total dari arteri

koroner yang menyebabkan area infark yang lebih luas meliputi

seluruh ketebalan miokardium. Keluhan nyeri terjadi secara

mendadak dan terus-menerus tidak mereda. Biasanya diatas

region sternal bawah dan abdomen bagian atas. Yang ditandai

dengan adanya elevasi segmen ST pada EKG. Perubahan enzim

CPKMB, LDH, AST.

2. Infark miokard akut non ST-elevasi (NSTEMI) : oklusi sebagian

dari arteri koroner tanpa melibatkan seluruh ketebalan

miokardium, sehingga tidak ada elevasi segmen ST pada EKG.

Perubahan enzim CKMB

3. Infark miokard akut unstable angina pectoris (UAP) :keadaan

klinis diantara angina pectoris stabil dan infark miokardium.

Nyeri dada angina biasanya berlokasi dibawah sternum

(retrosternal) dan kadang menjalar ke leher, rahang, bahu dan

kadang lengan kiri atau keduanya. Angina pectoris ditandai

dengan nyeri dada yang berakhir 5-15 menit. Perubahan EKG

(gelombang T terbalik > 0,2 mV dan atau depresei segmen ST >

0,05). Perubahan enzim terjadi kenaikan khas pada CKMB,

protein troponin T dan I dan myoglobin.

Page 26: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

13

13

b. Menurut Rendy dan Mrgareth (2012), jenis-jenis miokard infark

terbagi menjadi 2 (dua) menurut lokasi yaitu:

1. Miokard infark subendokardial

Daerah subendokardial merupakan daerah miokard yang amat

peka terhadap iskemia dan infark. Miokard infark subendokardial

terjadi akibat aliran darah subendokardial yang relatif menurun

dalam waktu lama sebagai akibat perubahan derajat penyempitan

arteri koroner atau dicetuskan oleh kondisi-kondisi seperti

hipotensi, perdarahan, hipoksia.

2. Miokard infark transmural

Pada lebih dari 90% pasien miokard infark transmural berkaitan

dengan trombosis koroner. Trombosis sering terjadi di daerah

yang mengalami penyempitan arterosklerotik. Penyebab lain lebih

jarang ditemukan, termasuk disini misalnya perdarahan dalam

plague arterosklerotik dengan hematom intramural, spasme yang

umumnya terjadi ditempat arterosklerotik yang emboli koroner.

1.1.5 Gejala dan tanda IMA

Gambaran klinis infark miokard umumnya berupa nyeri dada

substernum yang terasa berat, menekan, seperti diremas-remas dan

terkadang menjalar ke leher, rahang, epigastrium, bahu, atau lengan kiri,

atau hanya rasa tidak enak di dada. IMA sering didahului oleh serangan

angina pektoris pada sekitar 50% pasien. Namun, nyeri pada IMA

Page 27: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

14

14

biasanya berlangsung beberapa jam sampai hari, jarang ada hubungannya

dengan aktivitas fisik dan biasanya tidak banyak berkurang dengan

pemberian nitrogliserin, nadi biasanya cepat dan lemah, pasien juga sering

mengalami diaforesis.

Pada sebagian kecil pasien (20% sampai 30%) IMA tidak menimbulkan

nyeri dada.Silent IMA ini terutama terjadi pada pasien dengan diabetes

mellitus dan hipertensi serta pada pasien berusia lanjut (Sudoyo,

2010).Myocardial infark ditandai dengan nyeri dada menetap, tidak hilang

dengan istirahat dan minum nitrogliserin.Kemudian menyebar luas

sehingga dapat menyebabkan hypotensi, shock, aritmia dan gagal

jantung.Pasien tampak banyak keringat, muka pucat, dyspnea, nausea,

vomit, cemas dan gelisah.

1.1.6 Penatalaksanaan di ruang emergensi

Tujuan tatalaksana di IGD adalah mengurangi atau

menghilangkan nyeri dada, mengidentifikasi cepat pasien yang merupakan

kandidat terapi reperfusi segera, triase pasien risiko rendah ke ruangan

yang tepat di rumah sakit dan menghindari pemulangan cepat pasien

dengan STEMI.

Pasien dengan IMA harus terus dipantau oleh elektrokardiografi.

Perawat memantau lewat monitor semua aktifitasnya yang merugikan

pasien karena kematian terjadi paling sering dalam 24 jam pertama.

Kegiatan fisik pasien harus dibatasi paling sedikit 12 jam, dan rasa sakit

dan / atau kecemasan harus diminimalkan dengan analgesik yang sesuai.

Page 28: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

15

15

Meskipun penggunaan agen antiaritmia profilaksis dalam 24 jam pertama

tidak dianjurkan, atropin, lidocaine, alat pacu jantung transkutan atau alat

pacu jantung transvenous, defibrillator, dan epinephrine harus segera

tersedia.

Sementara perhatian utama adalah untuk mencegah kematian, merawat

orang-orang untuk korban IMA bertujuan untuk meminimalkan

ketidaknyamanan pasiendari marabahaya dan untuk membatasi tingkat

kerusakan miokard. Menurut William Wijns (2006) perawatan dapat

dibagi menjadi empat tahap:

1. Perawatan darurat ketika pertimbangan utama adalah membuat

diagnosis yang cepat dan risiko awal stratifikasi, untuk menghilangkan

rasa sakit dan untuk mencegah atau mengobati serangan jantung.

2. Perawatan awal di mana pertimbangan utama adalah untuk memulai

secepat mungkin reperfusi terapi untuk membatasi ukuran infark dan

untuk mencegahekstensi infark dan perluasan dan untuk mengobati

komplikasi langsung seperti kegagalan pompa, shock dan aritmia yang

mengancam jiwa.

3. Perawatan selanjutnya di mana komplikasi yang biasanya terjadi

kemudian dibahas.

4. Penilaian dan langkah-langkah untuk mencegah perkembangan risiko

penyakit arteri koroner, infark baru,gagal jantung dan kematian.

Page 29: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

16

16

1.1.7 Tatalaksana umum

1. Morfin : sangat efektif dalam mengurangi nyeri dada dan merupakan

analgesik pilihan dalam tatalaksana STEMI. Morfin dapat diberikan

dengan dosis 2-4 mg dan dapat diulang dengan interval 5-15 menit

sampai dosis total 20 mg.

2. Oksigen : suplemen oksigen harus diberikan ada pasien dengan

saturasi oksigen <90%. Pada semua pasien STEMI tanpa komplikasi

dapat diberikan oksigen selama 6 jam pertama.2) Nitrogliserin :

Nitrogliserin sublingual dapat diberikan dengan aman dengan dosis

0,4 mg dan dapat diberikan sampai 3 dosis dengan interval 5 menit.

3. Nitrat :merupakan obat yang diberikan untuk menanggulangi spasme

arteri koroner dan menurunkan miokard akan oksigen dengan

menurunkan tekanan baik preload maupun afterload. Menyebabkan

relaksasi dari otot polos pembuluh darah melalui stimulasi dari prosuk

cyclic guanosine monophosphate intraseluler, mengakibatkan

penurunan tekanan darah. Nitrat sublingual dapat di berikan dengan

aman dengan dosis 0,4 mg dan dapat di berikan sampai 3 dosis dengan

interval 5 menit.

4. Aspirin : merupakan tatalaksana dasar pada pasien yang dicurigai

STEMI dan efektif pada spektrum sindroma koroner akut. Inhibisi

cepat siklooksigenase trombosit yang dilanjutkan reduksi kadar

tromboksan A2 dicapai dengan absorpsi aspirin bukal dengan dosis

Page 30: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

17

17

160-325 mg di ruang emergensi. Selanjutnya diberikan peroral dengan

dosis 75-162 mg.

5. Penyekat Beta : Jika morfin tidak berhasil mengurangi nyeri dada,

pemberian penyekat beta intravena dapat efektif. Regimen yang biasa

diberikan adalah metoprolol 5 mg tiap 2-5 menit sampai total 3 dosis,

dengan syarat frekuensi jantung > 60 kali permenit, tekanan darah

sistolik > 100 mmHg, interval PR < 0,24 detik dan ronki tidak lebih

dari 10 cm dari diafragma. Lima belas menit setelah dosis IV terakhir

dilanjutkan dengan metoprolol oral dengan dosis 50 mg tiap 6 jam

selama 48 jam, dan dilanjutkan dengan 100 mg tiap 12 jam.

1.1.8 Peran perawat

Peran perawat menurut konsorium ilmu kesehatan terdiri dari

sebagai berikut (Hidayat, 2008) terdiri dari :

1. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan

Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan

keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian

pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan.

2. Peran sebagai advokat pasien

Peran ini dilakukan perawat dalam membantu pasien dan

keluarganya dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari

pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan

persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien.

Juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien

Page 31: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

18

18

yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi

tentang penyakitnya dan hak atas privasi.

3. Peran edukator

Peran ini dilakukan dengan membantu pasien dalam

meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan

tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari

pasien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

4. Peran koordinator

Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan

serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga

pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan

kebutuhan pasien.

5. Peran kolaborator

Peran perawat di sini dilakukan karena perawat bekerja

melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi

dan lain- lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan

keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat

dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.

6. Peran konsultan

Di sini perawat berperan sebagai tempat konsultasi terhadap

masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan.Peran

Page 32: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

19

19

ini dilakukan atas permintaan pasien terhadap informasi tentang tujuan

pelayanan keperawatan yang diberikan.

7. Peran pembaharu

Peran ini dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan,

kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan

metode pemberian pelayanan keperawatan.

2.1.9 Klasifikasi perawat gawat darurat

Klasifikasi perawat gawat darurat menurut Depkes RI (2006),

mengelompokkan berdasarkan fungsinya sebagai berikut:

1. Fungsi independen, fungsi mandiri berkaitan dengan pemberian

asuhan (care),

2. Fungsi dependen, fungsi yang didelegasikan sepenuhnya atau

sebagian dari profesi lain,

3. Fungsi kolaboratif, yaitu melakukan kerjasama saling membantu

dalam program kesehatan (perawat sebagai anggota tim kesehatan).

1.2 Asuhan Keperawatan pada pasien IMA

Menurut Ardiansyah (2012) asuhan keperawatan pada pasien IMA

adalah sebagai berikut :

1. Pengkajian.

a. Kualitas nyeri dada : seperti terbakar, tercekik, rasa

menyesakkan nafas atau seperti tertindih barang berat.

Page 33: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

20

20

b. Lokasi dan radiasi : retrosternal dan prekordial kiri, radiasi

menurun ke lengan kiri bawah dan pipi, dagu, gigi, daerah

epigastrik dan punggung.

c. Faktor pencetus : mungkin terjadi saat istirahat atau selama

kegiatan.

d. Lamanya dan faktor-faktor yang meringankan : berlangsung lama,

berakhir lebih dari 20 menit, tidak menurun dengan istirahat,

perubahan posisi ataupun minum Nitrogliserin.

e. Tanda dan gejala : Cemas, gelisah, lemah sehubungan dengan

keringatan, dispnea, pening, tanda-tanda respon vasomotor meliputi

: mual, muntah, pingsan, kulit dinghin dan lembab, cekukan dan

stress gastrointestinal, suhu menurun.

f. Pemeriksaan fisik : mungkin tidak ada tanda kecuali dalam tanda-

tanda gagalnya ventrikel atau kardiogenik shok terjadi. BP normal,

meningkat atau menuirun, takipnea, mula-mula pain reda

kemudian kembali normal, suara jantung S3, S4 Galop menunjukan

disfungsi ventrikel, sistolik mur-mur, M. Papillari disfungsi, LV

disfungsi terhadap suara jantung menurun dan perikordial friksin

rub, pulmonary crackles, urin output menurun, Vena jugular

amplitudonya meningkat ( LV disfungsi ), RV disfungsi, ampiltudo

vena jugular menurun, edema periver, hati lembek.

Page 34: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

21

21

2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi

a. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap

sumbatan arteri.

Intervensi :

a) Observasi karakteristik, lokasi, waktu, dan perjalanan rasa

nyeri dada tersebut.

b) Anjurkan pada klien menghentikan aktifitas selama ada

serangan dan istirahat.

c) Bantu klien melakukan tehnik relaksasi, misal; nafas dalam,

perilaku distraksi, visualisasi, atau bimbingan imajinasi.

d) Pertahankan Olsigenasi dengan bikanul contohnya ( 2-4 L/

menit ).

e) Monitor tanda-tanda vital ( Nadi& tekanan darah ) tiap dua

jam.

f) Kolaborasi dengan tim kesehatan dalam pemberian analgetik.

b. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan

faktor-faktor listrik, penurunan karakteristik miokard.

Intervensi :

a) Pertahankan tirah baring selama fase akut

b) Kaji dan laporkan adanya tanda – tanda penurunan COP, TD

c) Monitor haluaran urin

d) Kaji dan pantau TTV tiap jam

e) Kaji dan pantau EKG tiap hari

Page 35: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

22

22

f) Berikan oksigen sesuai kebutuhan

g) Auskultasi pernafasan dan jantung tiap jam sesuai indikasi

h) Pertahankan cairan parenteral dan obat-obatan sesuai advis

i) Berikan makanan sesuai diitnya

j) Hindari valsava manuver, mengejan ( gunakan laxan ).

c. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan, iskemik, kerusakan otot

jantung, penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah arteri

koronaria.

Intervensi :

a) Monitor Frekuensi dan irama jantung

b) Observasi perubahan status mental

c) Observasi warna dan suhu kulit atau membran mukosa

d) Ukur haluaran urin dan catat berat jenisnya

e) Kolaborasi : Berikan cairan IV l sesuai indikasi

f) Pantau pemeriksaan diagnostik dan laboratorium, missal ;

EKG, elektrolit, GDA( Pa O2, Pa CO2 dan saturasi O2 ).

Dan pemberian oksigen.

d. Resiko kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan

penurunan perfusi ginjal, peningkatan natrium atau retensi air ,

peningkatan tekanan hidrostatik, penurunan protein plasma.

Intervensi :

a) Observasi adanya oedema dependen

b) Timbang BB tiap hari

Page 36: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

23

23

c) Pertahankan masukan total caiaran 2000 ml/24 jam dalam

toleransi kardiovaskuler

d) Kolaborasi : pemberian diet rendah natrium, berikan diuretik.

e. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran darah ke

alveoli atau kegagalan utama paru, perubahan membran alveolar- kapiler

( atelektasis , kolaps jalan nafas atau alveolar edema paru atau efusi,

sekresi berlebihan atau perdarahan aktif ).

Intervensi :

a) Catat frekuensi & kedalaman pernafasan, penggunaan otot

bantu pernafasan

b) Auskultasi paru untuk mengetahui penurunan atau tidak

adanya bunyi nafas dan adanya bunyi tambahan misal krakles,

ronki dll.

c) Lakukan tindakan untuk memperbaiki atau mempertahankan

jalan nafas misalnya , batuk, penghisapan lendir dll.

d) Tinggikan kepala atau tempat tidur sesuai kebutuhan atau

toleransi pasien

e) Kaji toleransi aktifitas misalnya keluhan kelemahan atau

kelelahan selama kerja atau tanda vital berubah

Page 37: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

24

24

1.3 Algoritma IMA

Ya Tidak

2.1 Gambar Algoritma IMA

Timbulnya gejala

Menyediakan ambulancedi pintu masuk

Keadaan pasien gawatdarurat menuju pintu masuk

Perawat menentukan Triase pasiengawat darurat menurut:

- Tanda dan gejala IMA- 12 lead EKG- Penanganan secara cepat

Memulai perawatan gawatdarurat :

- Monitor jantung- Terapi O2- IV D5- Cek darah- Nitrogliserin- Aspirin

Dokter mengevaluasipasien gawat darurat

- Riwayat- Pemeriksaan fisik- Interpretasi EKG

Pasien IMA ?

Untuk terapifibrinolitik

Konsultasi

Konsultasi lebihjauh

Terapifibrinolitik

Indikasi pengobatanlain:

- Obat lain untuk IMA(beta bloker, heparin,aspirin, nitrat)

- Mengirim ke labuntuk pembedahanCABG

Melakukan pendidikandan mengikuti instruksi

Konsultasi

BebasMengakui

Belum pasti

Belum pasti

Ya Tidak

Page 38: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

25

25

1.4 Kerangka teori

2.2 Gambar Kerangka Teori

Kasron (2012). Willian wijns (2006)

Penyebab IMA:

1. Faktor yang dapat

dimodifikasi.

- Hipertensi sistemik

- Kurang olahraga

- Penyakit diabetes

- Merokok

2. Faktor yang tidak dapat

dimodifikasi.

- Usia

- Jenis kelamin

- Riwayat keluarga

- RAS

Terjadi

STEMI

NSTEMI

UAP

Peran perawat

Penatalaksanaandi IGD algoritma

IMA

Jika tidak segera

ditangani :

Disfungsi otot

jantung

Aritmia

Perluasan infark

Ruptur miokard

Trombus mural

Aneurima

ventrikel kiri

Jika segera

ditangani :

Menghentikan

perkembangan

serangan jantung

Menurukan

beban kerja

jantung

Page 39: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

26

26

1.5 Fokus penelitian

Peran perawat di IGD

2.3 Gambar Fokus Penelitian

Peran perawat dalam pemberian asuhan keperawatan meliputi

pengkajian, mendiagnosa keperawatan, penanganan IMA, mengevaluasi

pasien IMA.Peran perawat di ruang IGD sangat penting dalam melakukan

pelayanan tersebut.Sehingga perawat dapat memahami makna yang

terkandung dalam pelayanan yang diberikan kepada pasien.

IMA

Pengkajian

Makna

Diagnosa keperawatan

IntervensiImplementasi

Evaluasi

Page 40: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

27

2.5 Keaslian penelitian

Peneliti dan tempatpenelitian

JudulDesain

penelitianHasil

Lilik yulaikok mubasiroh,di Poli jantung RSU Dr.Harjono Ponorogo

Penelitian kepatuhanpasien infark miokardinfark dalammelakukan pengobatansecara teratur

Deskriptif Dari hasil penelitian ini kiranya perlu adanya penangananyang komprehensif dan menyeluruh dari petugaskesehatan dalam hal ini perawat, dalam memberikanasuhan keperawatan secara biopsikososial.

Mamat supriyono, diRSUP Kariadi Semarangdan RS TelogorejoSemarang

Faktor-faktor resikoyang berpengaruhterhadap kejadianpenyakit jantungcoroner padakelompok usia < 45tahun

Observasional Analisa multivariate menunjukkan bahwa faktor-faktoryang terbukti berpengaruh terhadap kejadian PJK danmerupakan faktor risiko PJK pada kelompok usia < 45tahun adalah: dislipidemia (p=0,006 dan OR=2,8 ; 95%CI=1,3-6,0), kebiasaan merokok (p=0,011 dan OR=2,4 ;95% CI=1,2-4,8), adanya penyakit DM (p=0,026 danOR=2,4; 95% CI=1,2-5,9) dan penyakit DM dalamkeluarga (p=0,018 dan OR=2,3 ; 95% CI=1,1-4,5).

Page 41: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

28

Peneliti dan tempatpenelitian

JudulDesain

penelitianHasil

Inne pratiwi farissa,RDUP. Dr. Kariadisemarang

Komplikasi padapasien AMI ST-Elevasi yangmendapat maupuntidak mendapat terapireperfusi

Deskriptif Terdapat 105 kasus pasien STEMI yang terdiri atas 20%pasienyang direperfusi dan 80% tidak direperfusi.

Komplikasi yang sering terjadi pada pasien yangdireperfusi adalah perdarahan minor (19,1%), gagaljantung (14,3%), dan kematian (9,5%), sedangkan padapasien yang tidak direperfusi adalah gagal jantung (25%),henti jantung (16,7%), dan kematian (15,5%).

Virgianti Nur Faridah,2009, RSUD Dr.Soetomo Surabaya

Hubunganpengetahuan perawatdan peran perawatsebagai pelaksanadalam penangananpasien gawat daruratdengan gangguansistem kardiovaskuler

Cross sectional Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan pengetahuandan perawat sebagai pelaksana dengan nilai rho hitung0,455 dengan taraf signifikasi 0,033.

Mahmud, 2009, di RSUPamangat KalimantanBarat

Peran perawat dalaminformed consent preoperasi di ruang bedahRSU PamangatKalimantan Barat

Kualitatifpendekatanfenomenologi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap perawatdalam melaksanakan peran advocate, counsellor danconsultant dalam pengajuan informed consent belumsepenuhnya sesuai dengan kewenangan perawat.

Cheng Han Lee. Taiwan Trends in theIncidence and

Data klaim Kejadian AMI meningkat, tetapi obat berbasis pedomanuntuk AMI yang kurang dimanfaatkan di Taiwan.

Page 42: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

29

Peneliti dan tempatpenelitian

JudulDesain

penelitianHasil

Management of AcuteMyocardial InfarctionFrom 1999 to 2008:Get With theGuidelinesPerformance Measuresin Taiwan

Program peningkatan mutu , seperti GWTG , harusdipromosikan untuk meningkatkan perawatan AMI danhasil di Taiwan .

Page 43: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

30

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan rancangan penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif yaitu penelitian untuk menemukan

atau mengembangkan pengetahuan yang memerlukan keterlibatan peneliti dalam

mengidentifikasi pengertian atau relevansi fenomena tertentu terhadap individu

dengan rancangan penelitian deskriptif study fenomenologi(Nursalam, 2011).

Peneliti memilih metode kualitatif karena peneliti ingin memahami secara

holistic peran perawat dalam menangani pasien dengan gangguan IMA di IGD

RSU Dr.Moewardi Surakarta.Fenomena peran perawat dalam merawat pasien

dengan gangguan IMA tidak dapat digambarkan secara kuantitatif karena hal ini

berkaitan dengan subyektivitas pengalaman manusia.

Fenomenologi merupakan pendekatan yang dipakai oleh peneliti. Polit &

Beck (2006) menyatakan bahwa studi fenomenologi merupakan suatu pendekatan

yang essensial terkait dengan pengalaman alamiah manusia sepanjang hidupnya

dan memberikan gambaran suatu fenomena yang diteliti melalui hasil daya titik

yang mendalam dari peneliti, diperoleh dari data-data hasil wawancara, tulisan

serta pengamatan suatu fenomena yang diteliti.

Page 44: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

31

Pendekatan deskriptif fenomenologi dinilai dapat menjelaskan fokus

permasalahan dan realitas yang diteliti secara jelas dan lengkap karena peneliti

akan berusahamemahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-

orang yang biasa dalam situasi tertentu (Maleong, 2006.). Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui peran perawat dalam menangani pasien IMA.

3.2 Tempat dan waktu penelitian

3.2.1 Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di IGD RSU Dr. Moewardi Surakarta,

yang merupakan rumah sakit tipe A yang menjadi rujukan bagi Rumah

Sakit lain di Surakarta dalam penanganan kasus gawat darurat. Ruangan

yang digunakan dalam proses wawancara adalah ruang istirahat perawat

di IGD di RSU Dr. Moewardi Surakarta.

3.2.2 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan selama periode Februari-Maret 2015.

3.3 Populasi dan sampel

Populasi yang digunakan adalahperawat yang bertugas di ruang IGD RSU

Dr. Moewardi Surakarta sebanyak 63 orang. Tehnik pengambilan sampel di

lakukan dengan cara Purposive sampling yaitu peneliti memilih dari populasi

secara tidak acak yang memenuhi kriteria sampel yang ditentukan (Bhisma Murti,

2006).

Page 45: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

32

Partisipan dalam penelitian yaitu sebagian dari keseluruhan obyek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Setiadi, 2013).Partisipan

sebanyak 5-10 orang hingga tercapai saturasi (Afriyanti, 2014). Dengan kriteria

inklusi :

1. Pengalaman bekerja minimal 3 tahun di RSU Dr. Moewardi Surakarta.

2. Pendidikan minimal D3 Keperawatan.

3. Bersedia menjadi partisipan kooperatif.

4. Perawat yang berpengalaman menangani pasien IMA.

Kriteria ekslusi :

1. Perawat yang tidak masuk shift.

2. Perawat yang cuti.

3. Perawat yang tiba-tiba sakit disaat wawancara

3.4 Instrumen dan prosedur pengumpulan data

1. Instrumen

Pada penelitian ini digunakan dua macam instrumen yaitu instrumen inti

dan instrumen penunjang sebagai berikut:

a. Instrumen inti

Peneliti merupakan instrumen kunci pada penelitian ini.Peneliti

sebagai instrumen inti berusaha untuk meningkatkan kemampuan diri

dalam melakukan wawancara mendalam.Usaha yang dilakukan berlatih

wawancara terlebih dahulu sebelum pengambilan data kepada

Page 46: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

33

partisipan.Pada saat latihan wawancara peneliti berusaha responsive

dalam berkomunikasi.Keterampilan wawancara kemudian diperbaiki

seiring dengan seringnya melakukan wawancara pada partisipan

berikutnya.

b. Intrumen penunjang

Alat bantudalam pengumpulan data yang digunakan yaitu:

a. Data demografi atau biodata meliputi nama, umur, alamat,

pendidikan.

b. Alat tulis meliputi buku dan bolpoin

c. Alat perekam atau smartphone yang dilengkapi program voice

recorder yang mempermudah peneliti membuat transkip

wawancara. Program tersebut telah dilakukan uji coba sebelumnya

dan mampu merekam suara selama 60 menit. Hasil rekaman dapat

disimpan dalam bentuk file MP3. Alat perekam diisi daya penuh

sebelum digunakan dan menggunakan flight mode on agar tidak

terganggu pada saat proses wawancara.

d. Pedoman wawancara berisi daftar pertanyaan terbuka yang telah

diuji cobakan sebelumnya kepada perawat yang memenuhi kriteria

inklusi di Rumah Sakit yang berbeda sebelum ditanyakan kepada

partisipan.

Page 47: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

34

e. Peneliti juga melakukan pencatatan sebagai media observasi non

verbal saat pengumpulan data dengan menggunakan lembar

catatan lapangan dan lembar observasi.

2. Prosedur pengumpulan data

a. Fase pra interaksi

Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menyelesaikan ujian

proposal dan diperbolehkan melakukan pengambilan data dilapangan.

Peneliti mengurus surat ijin penelitian untuk pengambilan data yang

dikeluarkan oleh Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma

Husada Surakarta kepada Direktur RSU. Dr.Moewardi Surakarta.

Pengurusan surat ijin studi pendahuluan kebagian diklat dilakukan

pada tanggal 24 November 2014 dan surat studi pendahuluan terbit

pada tanggal 29 Desember 2014. Ijin yang diberikan oleh direktur

Rumah Sakit selanjutnya dipergunakan peneliti sebagai pengambilan

data kepada perawat dengan berkoordinasi mengenai kriteria inklusi

partisipan kepada kepala ruang IGD RSU Dr.Moewardi Surakarta.

Partisipan yang memenuhi kriteria inklusi kemudian diberikan

penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang

mungkin terjadi pada proses pengumpulan data.

Page 48: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

35

b. Fase pelaksanaan

1. Wawancara mendalam

Sumber data yang sangat penting dalam penelitian

kualitatif adalah berupa manusia yang dalam posisi sebagai

narasumber atau informan. Informasi dari sumber data ini

dikumpulkan dengan teknik wawancara, dalam penelitian

kualitatif khususnya dilakukan dalam bentuk yang disebut

wawancara mendalam (in-depth interviewing)yaitu wawancara

yang dilakukan untuk menemukan permasalahan secara lebih

terbuka di mana informan yang diwawancara diminta pendapat

dan ide-idenya, peneliti mencatat apa yang dikemukakan oleh

informan (Sugiyono, 2013). Wawancara akan dihentikan oleh

peneliti ketika semua jawaban dari partisipan jenuh (Sutopo,

2006).

2. Dokumen

Studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data

dengan mempelajari catatan-catatan mengenai suatu data.

Dokumen tertulis merupakan sumber data yang memiliki posisi

penting dalam penelitian kualitatif (Sutopo, 2006). Sumber data

dan dokumen pada penelitian ini diperoleh dari buku dan jurnal

yang membahas peran perawat dan penyakit akut miokard infark.

Page 49: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

36

Data dari sumber tersebut kemudian dianalisis sehingga dapat

memperkuat hasil penelitian peneliti.

c. Fase terminasi

Tahap terakhir dalam pengumpulan data dilakukan terminasi

dengan melakukan validasi terhadap data yang ditemukan kepada

partisipan.Peneliti memperlihatkan hasil transkip wawancara dan

interpretasi peneliti kepada partisipan. Semua partisipan mengatakan

bahwa apa yang ditulis peneliti telah sesuai dengan apa yang dimaksud

partisipan. Setelah semua data divalidasi dan sesuai dengan apa yang

dimaksud oleh partisipan, maka dilakukan terminasi dengan

pemberian reward (penghargaan) sebagai ucapan terima kasih karena

telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian dan menyampaikan

bahwa proses penelitian telah selesai.

3.5 Analisa data

Menurut Polit & Beck (2006) analisa data dalam penelitian ini

menggunakan metode fenomenologis deskriptif dengan metode Colaizzi, adapun

langkah – langkah analisa data adalah sebagai berikut :

1. Peneliti menggambarkan fenomena dari pengalaman hidup partisipan yang

diteliti.

2. Peneliti mengumpulkan gambaran fenomena partisipan.

Page 50: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

37

3. Peneliti membaca semua protocol atau transkrip untuk mendapatkan perasaan

yang sesuai dari partisipan. Kemudian mengidentifikasi pernyataan partisipan

yang relevan. Serta membaca transkrip secara berulang–ulang hingga

ditemukan kata kunci dari pernyataan – pernyataan.

4. Kemudian peneliti mencari makna dan dirumuskan kedalam tema.

a. Merujuk kelompok tema kedalam transkrip dan protocol asli untuk

memvalidasi.

b. Memperhatikan perbedaan antara satu kelompok dengan kelompok yang

lain dan menghindari perbedaan diantara kelompok tema tersebut.

5. Peneliti mengintegrasikan hasil ke dalam deskripsi lengkap dari fenomena

yang diteliti.

6. Merumuskan deskripsi lengkap dari fenomena yang diteliti sebagai pernyataan

tegas dan didentifikasi kembali

7. Kembali kepada partisipan untuk langkah validasi akhir / verifikasi tema –

tema segera setelah proses verbatim dilakukan dan peneliti tidak mendapatkan

data tambahan baru selama verifikasi.

3.6 Keabsahan data

Menurut Afriyanti (2014) keabsahan data dibagi menjadi 4, yaitu :

1. Kredibility (validitas internal)

Merupakan ukuran tentang kebenaran data yang diperoleh dengan

instrumen, yakni apakah instrumen itu sungguh-sungguh mengukur

Page 51: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

38

variabel yang sesungguhnya. Bila ternyata instrumen tidak mengukur apa

yang seharusnya diukur maka data yang diperoleh tidak sesuai dengan

kebenaran, sehingga hasil penelitiannya juga tidak dapat dipercaya, atau

dengan kata lain tidak memenuhi syarat validitas.

2. Transferability (validitas eksternal)

Berkenaan dengan masalah generalisasi, yakni sampai dimanakah

generalisasi yang dirumuskan juga berlaku bagi kasus-kasus lain diluar

penelitian. Dalam penelitian kualitatif, peneliti tidak dapat menjamin

keberlakuan hasil penelitian pada subyek lain. Hal ini disebabkan karena

penelitian kualitatif tidak bertujuan untuk menggeneralisir, karena dalam

penelitian kualitatif tidak menggunakan sampling acak, atau senantiasa

bersifat purposive sampling.

3. Dependebility(dependabilitas)

Merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukur

dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas menunjukkan sejauh

mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan ulang terhadap

gejala yang sama dengan alat pengukur yang sama.Untuk dapat mencapai

tingkat reliabilitas dalam penelitian ini, maka dilakukan dengan tekhnik

ulang atau check recheck.

Page 52: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

39

4. Confirmability (konfirmabilitas)

Peneliti harus berusaha sedapat mungkin memperkecil faktor

subyektifitas. Penelitian akan dikatakan obyektif bila dibenarkan atau di

”confirm” oleh peneliti lain. Maka obyektifitas diidentikkan dengan istilah

”confirmability”.

3.7 Etika penelitian

1. Informed consent (lembar persetujuan)

Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden dengan

memberikan lembar persetujuan menjadiresponden. Tujuannya agar

responden mengetahui maksud dan tujuan peneliti serta dampak yang diteliti

selama pengumpulan data. Jika responden setuju, maka diminta untuk

menandatangani lembar persetujuan. Namun peneliti harus tetap menghormati

hakresponden bila tidak bersedia (Setiadi, 2013).

2. Anonimity (tanpa nama)

Merupakan masalah etika dengan tidak memberikan nama responden

pada alat bantu penelitian, cukup dengan kode yang hanya dimengerti oleh

peneliti (Setiadi, 2013).

3. Confidentially (kerahasiaan)

Page 53: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

40

Merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasiaan informasi

yang diberikan oleh responden. Peneliti hanya melaporkan kelompok data

tertentu saja (Setiadi, 2013).

Page 54: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan dijelaskan hasil penelitian mengenai peran perawat

dalam menangani pasien dengan gangguan IMA di IGD RS Dr. Moewardi

Surakarta. Batasan dalam bab ini akan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu batasan

tentang karakteristik partisipan dan hasil dari analisis tematik. Pada penelitian ini

telah ditemukan tema-tema yang memberikan sebuah gambaran mengenai peran

perawat dalam menangani pasien dengan gangguan IMA.

4.1 Deskripsi tempat penelitian

RSU Dr. moewardi merupakan salah satu Rumah Sakit Negri tipe A

terbesar yang dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang berada

di daerah Surakarta. RS Dr. moewardi terletak di jalan Kolonel Sutarto No

132 Surakarta. Angka kejadian yang terjadi pada tahun 2013-2014 di RSU

Dr. Moewardi Surakarta sebanyak 825 pasien.Berdasarkan data survey di

IGD RSU Dr. Moewardi Surakarta memiliki 4 stase pelayanan pasien yang

terdiridari Ruang Periksa yaitu Penanganan pasien mulai dari triase,

pemeriksan,observasi dan tindakan, kamar operasi minor( OK Minor),

kamar operasimayor, HCU dan ruang obsgyn. Sumber daya manusia di IGD

terdiri dari Dokter Spesialis (on site) 2 yaitu Satuan Medik Fungsional anak

dan obgyn, dokter umum sebanyak 13 orang, non medis sebanyak 28 orang

dan perawat sebanyak 33 orang. Perawat dengan S1 keperawatan berjumlah

Page 55: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

42

9 orang, D III keperawatan sebanyak 22 orang dan D IV keperawatan

sebanyak 2 orang. Instalasi gawat darurat memiliki jam kerja yang dibagi

menjadi 3 shift yaitu pagi, siang dan malam yang terdiri dari 1 shift 7 jam

kerja dan 6 perawat yang bertugas.

4.2 Karakteristik Partisipan di IGD RSU Dr. Moewardi Surakarta

Partisipan dalam penelitian ini yaitu perawat di ruang IGD RSU Dr.

Moewardi Surakarta.Wawancara dilakukan pada tanggal 16-25 April 2015.

Peneliti mengambil 5 partisipan, 1 perawat laki-laki dan 4 perawat

perempuan dan berkisar antara umur 26-46 tahun dan masing-masing telah

mempunyai pengalaman dalam bekerja dan para perawat di ruang IGD

mempunyai berbagai pengalaman pelatihan untuk pembaharuan ilmu-ilmu

baru tentang IGD.

4.3 Karakteristik partisipan

4.3.1 Partisipan 1 (P1)

Tn.A berusia 35 tahun, pendidikan terakhir D3 Keperawatan.

Tn.A bekerja menjadi Pegawai Negeri Sipil selama 10 tahun di RSU

Dr. Moewardi Surakarta dan telah mengikuti pelatihan PPGD,

GADAR, BLS. Wawancara kepada partisipan 1 ini dilakukan pada

tanggal 16 April 2015 pada pukul 13.35 – 13.40 WIB.

4.3.2 Partisipan 2 (P2)

Ny.I berusia 26 tahun, pendidikan terakhir D3 Keperawatan.

Ny. I bekerja menjadi Pegawai Tetap selama 3 tahun di RSU

Page 56: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

43

Dr.Moewardi Surakarta dan telah mengikuti pelatihan BLS, PPGD.

Wawancara kepada partisipan 2 ini dilakukan pada tanggal 18 April

2015 pada pukul 14.50 – 15.00 WIB.

4.3.3 Partisipan 3 (P3)

Ny. W berusia 46 tahun, pendidikan terakhir D3 Keperawatan.

Ny. W bekerja menjadi Pegawai Negri Sipil selama 10 tahun di RSU

Dr. Moewardi Surakarta dan telah mengikuti pelatihan PPGD,

GADAR, BLS. Wawancara kepada partisipan 3 ini dilakukan pada

tanggal 22 April 2015 pada pukul 13.26 – 13.36 WIB.

4.3.4 Partisipan 4 (P4)

Ny. D berusia 39 tahun, pendidikan terakhir D3 Keperawatan.

Ny. W bekerja menjadi Pegawai Tetap selama 5 tahun di RSU Dr.

Moewardi Surakarta dan telah mengikuti pelatihan PPGD, GADAR,

BLS. Wawancara kepada partisipan 4 ini dilakukan pada tanggal 22

April 2015 pada pukul 13.48 – 14.00 WIB.

4.3.5 Partisipan 5 (P5)

Ny. T berusia 30 tahun, pendidikan terakhir S1 Keperawatan.

Ny. T bekerja menjadi Pegawai Negri Sipil selama 8 tahun di RSU Dr.

Moewardi Surakarta dan telah mengikuti pelatihan PPGD, GADAR,

BLS. Wawancara kepada partisipan 5 ini dilakukan pada tanggal 27

Juni 2015 pada pukul 13.00 – 13.10 WIB.

Page 57: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

44

4.4 Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil wawancara terhadap lima partisipan dari perawat

IGD diketahui peran perawat dalam menangani pasien dengan gangguan

IMA. Wawancara dilakukan selama kurang lebih 10 sampai 15 menit,

waktu dan tempat sudah disepakati oleh partisipan sebelumnya dan saat

wawancara dipilih tempat yang jauh dari keramaian supaya partisipan dapat

mengungkapkan jawaban yang diberikan oleh peneliti secara mendalam dan

terbuka mengenai peran, tindakan dan respon partisipan dalam menangani

pasien dengan gangguan IMA.

Penelitian ini menghasilkan 11 tema berdasarkan hasil analisis

tematik yang dilakukan, yaitu:1) primery survey, 2) secondary survey, 3)

dasar perumusan diagnosa, 4) jenis diagnosa, 5) intervensi kolaborasi, 6)

tindakan live saving,7) implementasi kolaborasi, 8) tipe evaluasi, 9) respon

emosional, 10) motivasi kinerja, 11) prinsip penanganan pasien. Berikut

akan di jelaskan tema-tema yang di temukan.

4.5 Analisa tematik

4.5.1 Tujuan khusus 1 : Mengidentifikasi bagaimana perawat melakukan

pengkajian pada pasien IMA.

Mengidentifikasi bagaimana perawat melakukan pengkajian

pada pasien IMA di dapatkan dua tema yaitu 1) primery survey

dan2) secondary survey dari tema di atas didapatkan empat kategori

Page 58: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

45

yaitu pengkajian breathing, pengkajian circulation, pengkajian EKG

dan pengkajian laborat.

a. Primery survey disusun oleh pengkajian breathing dan

pengkajian circulation. Pengkajian breathing yang diungkapkan

oleh ke tiga partisipan seperti berikut :

Ungkapan partisipan tersebut menunjukkan bahwa

pengkajian breathing adalah keluhan pasien terhadap sesak

nafas yang dirasakan.

Selain kategori pengkajian breathing tema dari primery

survey juga disusun oleh kategori pengkajian circulation yang

diungkapkan oleh tiga partisipan sebagai berikut:

Ungkapan partisipan tersebut menunjukkan bahwa

pengkajian circulation merupakan pengkajian pada volume

cairan yang diberikan pada pasien dan mengkaji perdarahan

yang ada pada pasien IMA.

“…kalo pasien sesek kita kasih O2…” (P1)

“…kalo dia mengeluh sesak langsung kita berikan bantuan

oksigen…” (P2)

“…misalkan pasiennya sesak ya kita kasih oksigen...” (P5)

“…kondisinya gimana, infus apa ambil darah…” (P1)

“…adakah perdarahan…” (P3)

“…biasanya ada perubahan pada system peredarandarah…” (P5)

Page 59: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

46

Primery survey

Pengkajian circulation

Komponen primery survey terhadap IMA dapat dilihat pada

gambar 4.1

Gambar 4.1 Skema tema primery survey

b. Secondary survey disusun oleh pengkajian EKG dan pengkajian

laboratorium. Pengkajian EKG yang diungkapkan oleh keempat

partisipan berikut ini:

Ungkapan partisipan tersebut diatas menyatakan bahwa

pengkajian EKG adalah tindakan perekaman EKG untuk

mengetahui irama yang normal atau irama yang tidak normal

pada pasien.

“…ya kita harus melakukan pemeriksaan EKG…” (P1)

“…memasang monitor dan melakukan EKG…” (P2)

“…kita lakukan perekaman EKG…” (P4)

“…mungkin kita lakukan perekaman EKG ada irama yangtidak normal atau tidak…” (P5)

Pengkajian breathing

Page 60: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

47

“…untuk pemeriksaan laboratnya untuk enzimnyatroponin I atau ckmb…”(P2)

“…kita perlu juga bekerja sama dengan laboratmungkin ya untuk pemeriksaan enzim…” (P3)

“…bekerja sama dengan laborat mungkin untukpemeriksaan enzim…” (P5)

Selain kategori pengkajian EKG tema dari secondary

survey juga disusun oleh kategori pengkajian laboratorium yang

diungkapkan pada ketiga partisipan sebagai berikut:

Ungkapan partisipan diatas mempersepsikan bahwa

pengkajian laboratorium merupakan tindakan pemeriksaan

enzim pada pasien IMA.

Komponen secondary survey dapat dilihat pada gambar 4.2

Gambar 4.2 Skema tema secondary survey

4.5.2 Tujuan khusus 2 : Mengidentifikasi bagaimana perawat melakukan

diagnosa keperawatan pada pasien IMA.

Mengidentifikasi bagaimana perawat melakukan diagnosa

keperawatan pada pasien IMA didapatkan dua tema yaitu 1) dasar

perumusan diagnosa dan 2) jenis diagnosa dari tema di atas

Pengkajian EKG

Secondary survey

Pengkajian laboratorium

Page 61: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

48

“…kita merumuskan permasalahan-permasalahankepada pasien tersebut…” (P3)

“…biasanya pasien IMA mengeluh nyeri ya…” (P4)

“…jika pasien merasakan nyeri, nah bisa juga darinyerinya itu…” (P5)

“…adakah perubahan dan respon pasien adakahnyeri…” (P5)

didapatkan empat kategori yaitu data subyektif, data obyektif,

diagnosa resiko dan diagnosa aktual.

a. Dasar perumusan diagnosa disusun oleh data subyektif dan data

obyektif. Data subyektif yang diungkapkan oleh kelima

partisipan seperti berikut :

“…kita sebagai perawat kan cuma menganamnesis terusriwayat dahulu ada penyakit jantung ndag itu harus dianamnesisnya harus komplit…” (P1)“…terus ada tanda nyeri dada…” (P1)“…apabila pasien nyeri dada…” (P2)“…merumuskan itu ya mulai dari kita anamnesa tersebut…” (P3)“…nyerinya berapa kualitasnya, kemudian skala nyerinya,penjalarannya kemana…” (P3)“…kalo kita ya mungkin bisa dari anamnesa terus kitamendiagnosa pasien tersebut gitu mbak…” (P5)

Ungkapan partisipan tersebut menunjukkan bahwa data

subyektif merupakan data yang kita peroleh dari hasil anamnesa

pasien misalkan rasa nyeri yang diungkapkan saat partisipan

melakukan anamnesa.

Selain kategori data subyektif tema dari dasar perumusan

diagnosa juga disusun oleh kategori data obyektif yang

diungkapkan oleh keempat partisipan sebagai berikut:

Page 62: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

49

“…apabila pasien sudah mengeluh nyeri dada terus sudahada ekg yang khasnya misalkan st elevasi ataukipatologis…kita bisa diagnosa keperawatannya pasti yangpertama itu gangguan pertukaran gas atau penurunancurah jantung…” (P2)

“…Kita rumuskan bagaimana nyerinya, kemudian resiko-resikonya, biasanya kan terjadi oksigenasinya kanberkurang, kita rumuskan juga…” (P4)

Ungkapan partisipan tersebut menunjukkan bahwa data

obyektif merupakan data yang kita peroleh dari pasien atau

perasaan pasien saat pengkajian.

Komponen dasar perumusan diagnosa dapat dilihat pada gambar

4.3

Gambar 4.3 Skema tema dasar perumusan diagnosa

b. Jenis diagnosa di susun olehdiagnosa resiko dan diagnosaaktual.

Diagnosa resiko yang diungkapkan ke dua partisipan berikut:

Ungkapan partisipantersebut menunjukkan bahwa

dalam merumuskan diagnosa harus mengetahui jenis diagnosa,

Data subyektif

Dasar perumusandiagnosa

Data obyektif

Page 63: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

50

Diagnosaaktual

terutama diagnosa IMA dengan melihat ciri khas grafik EKG

munculnya st elevasi.

Selain kategori diagnosa resiko tema dari jenis diagnosa

juga disusun oleh kategori diagnosaaktual yang diungkapkan

oleh satu partisipan sebagai berikut:

Ungkapan partisipan tersebut menyatakan bahwa

diagnosa aktual merupakan diagnosa yang muncul pada pasien

IMA yaitu gangguan pertukaran gas atau penurunan curah

jantung.

Komponen jenis diagnosa dapat dilihat pada gambar 4.4

Gambar 4.4 Skema tema jenis diagnosa

Diagnosa resiko

Jenis diagnosa

“…kita bisa diagnosa keperawatannya pasti yangpertama itu gangguan pertukaran gas atau penurunancurah jantung…” (P2)

Page 64: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

51

“…biasanya dari dokter bisa dikasih morfin ataunitrogliserin ntg aspirin atau aspiret…” (P2)

“…pemberian obat streptokinase dalam 1 jam pertama…”(P3)

“…pemberian obat-obat streptokinase kita harusmemberikan dalam waktu kurang dari 6-12 jam…” (P4)

“…kita kasih obat streptokinase…” (P5)

4.5.3 Tujuan khusus 3 : Mengidentifikasi bagaimana perawat melakukan

intervensi pada pasien IMA.

Mengidentifikasi bagaimana perawat melakukan intervensi

pada pasien IMA di dapatkan satu tema yaitu 1) prioritas intervensi

dari tema di atas didapatkan tiga kategori yaitu kolaborasi oksigen,

kolaborasi obat dan kolaborasi diit. Kolaborasi oksigen diungkapkan

oleh keempat partisipan sebagai berikut:

Ungkapan partisipan tersebut menyatakan bahwa kolaborasi

oksigen merupakan penanganan atau tindakan yang dilakukan

partisipan saat pasien mengalami sesak nafas. Tindakan tersebut

diantaranya adalah memberikan bantuan oksigen.

Selain kategori kolaborasi oksigen tema dari intervensi

kolaborasi juga disusun oleh kategori kolaborasi obat yang

diungkapkan oleh keempat partisipan sebagai berikut:

“…Pasien-pasien jantung kondisi darurat ya harus segeraditangani, terus kalo pasien sesek kita kasih O2…” (P1)

“…jadi pasien yang mengalami AMI itu penatalaksanaanpertama kita harus memberikan bantuan O2 terlebih dahulu…” (P2)

“…mungkin kita bisa memberikan dengan oksigen juga, …”(P3)

“…kita memberikan tindakan sesuai petunjuk doktermisalkan pasiennya sesak ya kita kasih oksigen...” (P5)

Page 65: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

52

“…nutrisi juga perlu karena perlu pasien diit juga, giziyaa…” (P3)

“…pasien jantung kan juga ada diitnya, pengaturan diitdari ahli nutrisi…” (P4)

“…ahli gizi untuk diit pasien…” (P5)

Kolaborasi diit

Ungkapan partisipan tersebut menunjukkan bahwa kolaborasi

obat merupakan pemberian obat-obatan pada pasien IMA yaitu obat

streptokinase dan obat aspirin atau aspiret.

Selain kategori dari kolaborasi obat, tema intervensi

kolaborasi juga disusun oleh kategori kolaborasi diit yang

diungkapkan oleh ke tiga partisipan berikut:

Ungkapan partisipan tersebut menunjukkan bahwa

kolaborasi diit merupakan tindakan kolaborasi pada ahli gizi untuk

mengatur diit pasien IMA.

Komponen intervensi kolaborasi dapat dilihat pada gambar 4.5

Gambar 4.5 Skema tema kolaborasi intervensi

Kolaborasi oksigen

Kolaborasi intervensiKolaborasi obat

Page 66: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

53

“…observasi ketat pemberian streptokinase tiap 1jam agar tidak terjadi perdarahan…” (P3)

4.5.4 Tujuan khusus 4 : Mengidentifikasi bagaimana perawat melakukan

implementasi pada pasien IMA.

Mengidentifikasi bagaimana perawat melakukan

implementasi pada pasien IMA di dapatkan dua tema yaitu 1)

tindakan live saving dan 2) implementasi kolaborasi dari tema di atas

didapatkan tiga kategori yaitu managementbreathing,

managementcirculation dan pemberian obat.

a. Tindakan live saving disusun olehmanagement breathing dan

managementcirculation. Management breathing yang

diungkapkan oleh kedua partisipan seperti berikut :

Ungkapan partisipan tersebut menunjukkan bahwa

managementbreathing merupakan tindakan yang mengurangi

sesak terhadap pasien IMA. Bantuan ventilasi dan AGD pun

bbisa menjadi salah satu tindakan pada management breathing.

Selain kategori managementbreathing tema dari tindakan

live saving juga disusun oleh kategori management circulation

yang diungkapkan oleh satu partisipan sebagai berikut:

Ungkapan partisipan tersebut menyatakan bahwa

“…kalo sesek ya tambah AGD…” (P1)

“…pemberian bantuan ventilasi, bisa menggunakan

ventilasi biasa atau mekanik…” (P2)

Page 67: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

54

“…biasanya dari dokter dikasih morfin atau nitrogliserin ntg aspirinatau aspiret dan papidogril…” (P2)

“…kolaborasi dengan dokter kemudian perlu juga bekerja samadengan laborat mungkin untuk pemeriksaan enzim dan perlu jugakita bekerja sama dengan fisioterapi mungkin untuk membantumobilisasinya yaa, nutrisi juga perlu karena perlu pasien diit juga,gizi yaa.…” (P3)

“…dalam hal ini kita kolaborasi dengan dokter untuk pemberiananalgetik untuk pengurang nyerinya, kemudian streptokinasenya…”(P4)

“…evaluasinya ya kita kasih obat streptokinase, biasanya adaperubahan pada sisem vaskularisasi (peredaran darah)…” (P5)

managementcirculation merupakan tindakan observasi ketat

pada pemberian streptokinase untuk mengatasi sitem

vaskularisai pasien.

Komponen tindakan live saving dapat dilihat pada gambar 4.6

Gambar 4.6 Skematema tindakan live saving

b. Implementasi kolaborasi disusun oleh pemberian obat yang

diungkapkan oleh keempat partisipan berikut:

Ungkapan partisipan tersebut menunjukkan bahwa

pemberian obat merupakan pemberian morfin, aspirin dan

Tindakan live saving

Management breathing

Managementcirculation

Page 68: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

55

streptokinase dan pemberian analgetik adalah salah satu

tindakan kolaborasi pada implementasi pasien.

Komponen implementasi kolaborasi dapat dilihat pada gambar

4.7

Gambar 4.7 Skema tema implementasi kolaborasi

4.5.5 Tujuan khusus 5 : Mengidentifikasi bagaimana perawat melakukan

evaluasi pada pasien IMA.

Mengidentifikasi bagaimana perawat melakukan evaluasi

pada pasien IMA di dapatkan satu tema yaitu 1) tipe evaluasi. Dari

tema di atas didapatkan dua kategori yaitu evaluasi obyektif dan

evaluasi subyektif. Evaluasi obyektif yang dilakukan diungkapkan

oleh ke tiga partisipan seperti berikut :

“…kemudian kita observasi…” (P3)

“…selain itu kita ketahui juga untuk ukur vital signnya…” (P3)

“…vital sign nya seperti apa…” (P4)

“…evaluasinya ya vital signya seperti apa…” (P5)

Implementasi kolaborasiPemberian obat

Page 69: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

56

“…bagaimana perasaannya adakah pengurangan nyeri,

gitu…” (P4)

Ungkapan partisipan tersebut menunjukkan bahwa evaluasi

obyektif merupakan pemeriksaan vital sign untuk mengetahui

perkembangan pasien.

Selain kategori evaluasi obyektif tema dari tipe evaluasi

disusun oleh kategori evaluasi subyektif yang diungkapkan oleh satu

partisipan berikut:

Ungkapan partisipan tersebut menunjukkan bahwa evaluasi

subyektif merupakan keadaan dimana pasien mengungkapkan

keadaan yang dirasa misalkan perasaan saat ini atau sudahkah hilang

nyeri yang dirasa pasien.

Komponen tipe evaluasi dapat dilihat pada gambar 4.8

Gambar 4.8 Skema tema tipe evaluasi

Evaluasi subyektif

Evaluasi obyektif

Tipe evaluasi

Page 70: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

57

4.5.6 Tujuan khusus 5: Mengidentifikasi makna asuhan keperawatan yang

dilakukan oleh perawat pada pasien IMA.

Mengidentifikasi makna asuhan keperawatan yang dilakukan

oleh perawat pada pasien IMA di dapatkan tiga tema yaitu 1) respon

emosional, 2) motivasi kinerja dan 3) prinsip penanganan pasien dari

tema di atas didapatkan empat kategori yaitu simpatik, kepuasan diri,

ibadah dan cepat.

a. Tema respon emosional disusun oleh simpatik dan kepuasan

diri. Simpatik diungkapkan oleh satu partisipan seperti berikut :

Ungkapan dari partisipan tersebut menunjukkan bahwa

simpatik adalah perasaan iba yang timbul pada partisipan saat

melakukan tindakan.

Selain itu tema respon emosional juga disusun oleh

kategori kepuasan diri yang diungkapkan keempat partisipan

sebagai berikut:

“… pada masyarakat, kita juga merasa iba juga sama

pasien…” (P1)

“…bisa menyelamatkan pasien itu ya kesenangan tersendiri,seperti itu…” (P2)

“…perasaannya kalo kita bisa memberikan asuhankeperawatan engan baik, dengan maksimal kemudian pasienbisa pulang dengan sehat gitu ya senang sekali, puas ya…”(P3)

“…perasaannya akan senang sekali ya…” (P4)

“…perasaannya ya senang, apalagi kalo pasiennya sembuhwah tambah senang…” (P5)

Page 71: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

58

“…kita itu tanggungjawab dengan masyarakat…” (P1)

“…ya ibarat disini kan untuk mencari ladang ibadah…”(P2)

“…itung-itung nambah pahala mbak kita disini nolongorang…” (P5)

Ungkapan partisipan tersebut menunjukkan bahwa

kepuasan diri merupakan perasaan senang dan senang sekali saat

menyelamatkan pasien dengan gangguan IMA.

Komponen respon emosional dapat dilihat pada gambar 4.9

Gambar 4.9 Skema tema respon emosional

b. Motivasi kinerja disusun oleh ibadah yang diungkapkan oleh

satu partisipan sebagai berikut:

Ungkapan partisipan tersebut menunjukkan bahwa

ibadah merupaka motivasi kinerja yang baik dalam melakukan

tindakan, motivasi kerja yang bagus akan mendapatkan imbalan

yang sesuai dengan kinerjanya. Bekerja dengan motivasi yang

tinggi merupakan ibadah dapat menyelamatkan pasien.

Simpatik

Kepuasan diri

Respon emosional

Page 72: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

59

“…maknanya ya kita harus secara cepat ya, cepat, tepat

sesuai dengan prosedur yang ada…” (P4)

“…maknanya ya menyelamatkan pasien sesuai dengan

kemampuan kita mbak…” (P5)

Komponen motivasi kinerja dapat dilihat pada gambar 4.10

Gambar 4.10 Skema tema motivasi kinerja

c. Prinsip penanganan pasien disusun oleh cepat dan

menyelamatkan pasien. Kategori cepat diungkapkan oleh satu

partisipan sebagai berikut:

Ungkapan partisipan tersebut menunjukkan bahwa cepat

adalah kecepatan dan ketepatan tindakan yang kita lakukan pada

saat mulai pengkajian sampai evaluasi pasien IMA.

Selain itu tema prinsip penanganan pasien yang juga

disusun oleh kategori menyelamatkan pasien diungkapkan oleh

satu partisipan sebagai berikut:

Ungkapan dari partisipan tersebut menunjukkan bahwa

dalam tindakan harus mengutamakan prinsip penanganan pasien

untuk menyelamatkan pasien dengan keadaan gawat darurat.

Motivasi kinerjaIbadah

Page 73: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

60

Komponen prinsip penanganan pasien dapat dilihat pada

gambar 4.11

Gambar 4.11 Skema tema prinsip penanganan pasien

Menyelamatkanpasien

Cepat

Prinsip penangananpasien

Page 74: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

61

Pasien IMA

4.6 Skematik

Pengkajian IMA:1. Primery survey2. Secondary survey

Implementasi IMA

1. Tindakan live saving2. Implementasi

kolaborasi

Prinsip penangananpasien

Intervensi IMA

1. Prioritas intervensi

Diagnosa IMA:1. Dasar perumusandiagnosa2. Jenis diagnosa

Evaluasi IMA1. Tipe evaluasi

Motivasi kinerja

Respon emosional

Page 75: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

62

Pasien datang dengan keluhan IMA, dilakukan pengkajian yaitu

primerysurvey dan secondary survey. Setelah dilakukannya pengkajian,

partisipan mendiagnosa dengan mengkaji dasar perumusan diagnosa dan jenis

diagnosa. Motivasi kinerja para partisipan. Setelah partisipan selesai

merumuskan diagnosa IMA, langkah selanjutnya adalah melakukan intervensi

dalam tahap ini partisipan melakukan prioritas intervensi. Setelah didapatkan

prioritas intervensi IMA, partisipan melakukan implementasi dengan melakukan

tindakan live saving terhadap pasien IMA dan melakukan implementasi

kolaborasi dengan tim medis. Adapun implementasi yang dilakukan harus

mengutamakan prinsip penanganan pasien. Selanjutnya melakukan tindakan

evaluasi terhadap pasien IMA, disini partisipan dengan mengetahui tipe

evaluasinya yang berupa hasil dari tindakan yang dilakukan. Setelah asuhan

keperawatan muncul respon emosional terhadap .

Page 76: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

63

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Primery survey

Hasil penelitian menunjukkan bahwa primery survey yang dilakukan

oleh beberapa partisipan merupakan pengkajian breathing dan pengkajian

circulation. Pada pengkajian breathing partisipan mengkaji sesak nafas

yang dirasa pasien. Sedangkan pada pengkajian circulation partisipan

melakukan pengkajian berupa resusitasi cairan atau perbaikan volume.

Primery survey adalah kegiatan yang komprehensif dan

menghasilkan kumpulan data mengenaistatus kesehatan klien, kemampuan

klien untuk mengelola kesehatan dan perawatan terhadap dirinya sendiri,

serta hasil konsultasi medis (terapis) atau profesi kesehatan lainnya (Taylor,

Lillis dan LeMone, 1996 dalam Nursalam, 2008).

Dalam sumber lain menyatakan primery survey merupakan

pendekatan pada klien sehingga ancaman kehidupan segera dapat secara

cepat diidentifikasi dan tertanggulangi dengan efektif, padaprimery survey

ada tahapan yang harus dilakukan yaitu airway, breathing, circulation,

disability dan eksposure. (Krisanty, 2002).

Pertolongan kepada pasien gawat darurat dilakukan dengan terlebih

dahulu melakukan survei primer untuk mengidentifikasi masalah-masalah

Page 77: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

64

yang mengancam hidup pasien, barulah selanjutnya dilakukan survei

sekunder. Tahapan pengkajian primer meliputi : A: Airway, mengecek jalan

nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas disertai control servikal; B:

Breathing, mengecek IPPA (Inspeksi, Palpasi, perkusi, Auskultasi),

mengecek pernafasan dengan tujuan mengelola pernafasan agar oksigenasi

adekuat; C: Circulation, pemeriksaan syok, memeriksa nadi pasien,

mengecek sistem sirkulasi disertai kontrol perdarahan, perbaikan volume

cairan; D: Disability, mengecek status neurologis seperti GCS yang meliputi

pemeriksaan respon buka mata, respon verbal dan respon motorik; E:

Exposure, enviromental control, buka baju penderita tapi cegah hipotermia,

(Holder, 2002).

Pernyataan mengenai primery survey yang dilakukan partisipan

didapatkan 2 pengkajian yaitu: pengkajian breathing dan pengkajian

circulation. Padahal menurut teori terdapat 5 pengkajian pada tahap primery

survey, meliputi: Airway, Breathing, Circulation, Disability, dan Exposure.

Berarti pada tahap ini partisipan belum melakukan tindakan secara

menyeluruh untuk primery survey karena yang dilakukan masih belum

sesuai dengan teori. Akibat dari primery survey tidak dilakukan adalah

pasien dapat mengalami syok hipovolemik karena kehilangan cairan tubuh

yang lain, trauma kapitis dapat terjadi terutama apabila ada penurunan

kesadaran selanjutnya pasien dapat mengalami perdarahan intrakranial yang

menyebabkan kematian dengan sangat cepat karena memerlukan

pemeriksaan evaluasi keadaan neurologis selain itu melepas baju pasien

Page 78: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

65

juga dilakukan untuk evaluasi kelainan atau injury tapi diusahakan pasien

terjaga kehangatannya agar tidak terjadi hipotermi

5.2 Secondary survey

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secondary survey merupakan

pengkajian EKG dan pengkajian laborat. Pemeriksaan EKG dilakukan saat

kita melakukan pengkajian pasien IMA untuk mengetahui adakah irama

yang tidak normal dan pemeriksaan laboratorium partisipan melakukan

tindakan pemeriksaan enzim.

Secondary survey merupakan aktivitas lain dimana perawat gawat

darurat dapat mengantisipasi termasuk insersi gastic tube untuk dekompresi

saluran pernafasan untuk mencegah muntah dan aspirasi dan analisa

laboratorium darah, Tim resusitasi juga melakukan suatu pengkajian head to

toe yang lebih komprehensif (Krisanty, 2002).

Pada buku lain mengatalkan secondary survey merupakan

penanganan lanjutan setelah dilakukannya primery survey. Pemeriksaan

secara lengkap dilakukan secara head to toe, dari depan hingga belakang.

Secondary survey hanya dilakukan setelah kondisi pasien mulai stabil,

dalam artian tidak mengalami syok atau tanda-tanda syok telah mulai

membaik. (Nursalam, 2011).

Page 79: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

66

Secondary survey (penilaian rinci atau fokus) adalah pemeriksaan

sistematis head-to-toe dari setiap bagian dari tubuh pasien, termasuk menilai

tanda-tanda vital dan memperoleh riwayat pasien. Perawat melakukan

secondary survey untuk memastikan kondisi medis atau identifikasi trauma.

Hal ini akan memungkinkan identifikasi perubahan kondisi pasien (Holder,

2002).

Pemeriksaan secondary surveydibagi dalam beberapa tahap yaitu F:

Full set of vital sign,perawat melakukan pemeriksaan vital sign, lima

intervensi (monitor jantung, pemasangan NGT, pemasangan kateter urine,

pemeriksaan laboratorium darah, monitoring saturasi oksigen), mensupport

system dari keluarga, G: Give comfort measure, pada tahap ini dilakukan

tindakan farmakologi dan non farmakologis untuk pengurang nyeri dan

kecemasa pasien,H: History and head to toe, disini tindakan yang dilakukan

adalah History menggunakan prinsip SAMPLE yaitu S: Subyektif (keluhan

utama), A:Allergies ( adakah alergi terhadap makanan atau obat-obatan), M:

Medication (obat-obat yang sedang dikonsumsi), P: Past medical history

(riwayat penyakit), L: Last oral intake (masukan oral terakhir, apakah benda

padat atau cair), E: Event (riwayat masuk rumah sakit) (Price, 2005).

Pada penelitian partisipan menyatakan bahwa secondary survey

merupakan kegiatan pemeriksaan EKG dan pemeriksaan laboratorium.

Padahal menurut teori secondary survey merupakan pemeriksaan secara

lengkap secara subyektif yaitu F: Full set of vital sign, G: Give comfort

measure, H: History and head to toe. Pada tahap secondary survey juga

Page 80: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

67

dilakukan trias AMI yaitu nyeri, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan

EKG. Yang pertama yaitu nyeri, IMA memiliki ciri nyeri yang khas yaitu

menjalar ke lengan kiri, bahu, leher sampai ke epigastrium, akan tetapi pada

orang tertentu nyeri yang terasa hanya sedikit dan terdapat rasa penekanan

yang luar biasa pada dada atau perasaan akan datangnya kematian. Yang

kedua adalah pemeriksaan laboratorium disini perawat melakukan

pemeriksaan troponin T dan I, pemeriksaan LDH (Laktat Dehidrogenisasi)

dan pemeriksaan enzim berupa CPK-MB/CPK,LDH/HBDH, AST/SGOT.

Dan yang terakhir adalah pemeriksaan EKG, perubahan EKG yang terjadi

pada fase awal adanya gelombang T tinggi dan simetris. Setelah ini terdapat

elevasi segmen ST.Perubahan yang terjadi kemudian ialah adanya

gelombang Q/QS yang menandakan adanya nekrosis.Pada kenyataannya

partisipan belum melakukan tindakan secondary survey secara keseluruhan.

5.3 Dasar perumusan diagnosa

Hasil penelitian menyatakan bahwa dasar perumusan diagnosa

merupakan hasil dari anamnesa yang dirumuskan pada permasalahan-

permasalahan yang timbul pada pasien. Selain itu, salah satu partisipan juga

mengungkapkan bahwa dasar perumusan diagnosa didapatkan menurut

riwayat dahulu pada pasien IMA, riwayat dahulu didapatkan atas dasar

anamnesa pada pasien tersebut. Pada penelitian ini didapatkan dasar

perumusan diagnosa dari data subyektif dan data obyektif.

Page 81: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

68

Dasar perumusan diagnosa merupakan hasil dari pengkajian yang

dilakukan saat wawancara kepada pasien, pengkajian fisik, observasi,

review rekam medic atau keperawatan, dan hasil diagnostic serta kolaborasi

dengan teman sejawat, sehingga data yang diperoleh digunakan untuk dasar

perumusan diagnosa pasien. Dengan adanya dasar perumusan diagnosa,

perawat akan lebih jelas menentukan tindakan (Nursalam, 2011).

Dasar perumusan diagnosa terdiri atas bagian respons klien.Di dalam

bukunya, Stole hanya menampilkan diagnosa keperawatan dengan respons

klien saja karena kondisi spesifik klien yang timbul dari kondisi klien yang

nyata karena tidak diidentifikasi. Apabila perawat dapat mengidentifikasi

kondisi yang mempengaruhi respons klien, maka dapat dituliskan dua

diagnosa yang terdiri dari data obyektif dan data subyektif.Data subyektif

berisi data dari pasien melalui anamnesis (wawancara) yang merupakan

ungkapan langsung sedangkan data obyektif berisi data dari hasil observasi

melalui pemeriksaan fisik pasien (Stolte, 2004).

Partisipan dalam penelitian ini menyatakan bahwa dasar perumusan

diagnosa merupakan mengkaji data subyektif dan data obyektif yang didapat

dari menganamnesa pasien saat masuk IGD. Hasil penelitian ini sama

dengan teori yang menyatakan bahwa dasar perumusan diagnosa merupakan

wawancara kepada pasien, pengkajian fisik sampai dengan riwayat pasien

sehingga data yang diperoleh dapat dijadikan acuan partisipan untuk

menjadi dasar merumuskan diagnosa.

Page 82: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

69

5.4 Jenis diagnosa

Hasil penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa dalam

mendiagnosa pasien dengan gangguan IMA memiliki berbagai jenis

diagnosa salah satunya adalah gangguan pertukaran gas yang ditandai

dengan ST elevasi atau qipatologis. Salah satu partisipan juga

mengungkapkan bahwa nyeri dan kekurangan oksigen dapat dijadikan jenis

diagnosa pada pasien IMA. Pada penelitian ini didapatkan 2 jenis diagnosa

yaitu diagnosa aktual dan diagnosa resiko. Pada diagnosa gangguan

pertukaran gas dapat dimasukkan ke dalam diagnosa aktual.

Jenis diagnosa merupakan pernyataan yang menguraikan respon

aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat

mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya (Carpenito, 2000).

Jenis diagnosa disini dibagi menjadi 2 bagian yaitu diagnosaaktual

dan diagnosa resiko. Diagnosaaktual adalah diagnosis yang telah

divalidasikan melalui batasan karakteristik mayor yang diidentifikasi atau

menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang

ditemukan.. Sedangkan diagnosa resiko merupakan keputusan klinis tentang

individu, keluarga atau komunitas yang sangat rentan untuk mengalami

masalah dibanding individu atau menjelaskan masalah kesehatan nyata akan

terjadi jika tidak di lakukan intervensi (Carpenito, 2000).

Diagnosa keperawatan yang muncul pada penyakit IMA antara lain

yaitu ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan pengembangan paru

Page 83: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

70

tidak optimal, penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan

frekuensi, nyeri akut berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah

dan oksigen dengan kebutuhan myocardium akibat sekunder dari penurunan

suplai darah ke myocardium, intoleransi aktivitas berhubungan dengan

penurunan perfusi perifer akibat sekunder dari ketidakseimbangan antara

suplai okssigen myocardium dengan kebutuhan (Muttaqin, 2012).

Dalam penelitian ini partisipan menyatakan bahwa jenis diagnosa

didapatkan dari pasien saat mengeluh nyeri dengan itu partisipan bisa

merumuskan jenis diagnosa misalkan diagnosa resiko. Menurut teori jenis

diagnosa merupakan tahapan dimana pasien mengungkapkan perasaannya

secara aktual dengan masalah kesehatannya. Hal ini sesuai dengan yang

diungkapkan oleh partisipan.

5.5 Intervensi kolaborasi

Hasil penelitian menyatakan bahwa intervensi kolaborasi merupakan

keadaan dimana partisipan melakukan kolaborasi diit, kolaborasi obat dan

kolaborasi oksigen. Ini dilakukan untuk mengurangi sesak yang dirasa pada

pasien IMA. Selain itu kolaborasi pemberian obat turut dilakukan pada saat

intervensi kolaborasi, beberapa obat diberikan diantaranya yaitu obat

streptokinase, morfin dan aspiret. Disini pemberian morfin adalah untuk

analgetik pasien Tidak kalah pentingnya kolaborasi pemberian diit juga

dilakukan untuk pasien IMA karena untuk mengatur gizi pasien tersebut.

Page 84: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

71

Intervensi kolaborasi merupakan suatu proses didalam pemecahan

masalah yang merupakan awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan,

bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari semua

tindakan keperawatan (Dermawan, 2012).

Menurut panduan AHA (2010) mengenai pengobatan pasien IMA

menggunakan pengobatan MONACO yaitu Morfin, mengurangi nyeri dada

dan merupakan analgesik pilihan dalam tatalaksana STEMI, Oksigen,

oksigen harus diberikan ada pasien dengan saturasi oksigen <90%, 3. Nitrat,

merupakan obat yang diberikan untuk menanggulangi spasme arteri koroner

dan menurunkan miokard akan oksigen dengan menurunkan tekanan baik

preload maupun afterload, Aspirin, merupakan tatalaksana dasar pada

pasien yang dicurigai STEMI dan efektif pada spektrum sindroma koroner

akut, Clopidogrel, dosis awal 300-600 mg, dilanjutkan dosis pemeliharaan 1

x 75 m.

Intervensi kolaborasi disini dibagi menjadi tiga tahapan yaitu

kolaborasi oksigen, kolaborasi obat dan kolaborasi diit. Pada kondisi seperti

ini partisipan melakukan tindakan sesuai dengan arahan dokter untuk

menanggulangi komplikasi-komplikasi yang muncul pada pasien IMA.

Menurut teori intervensi kolaborasi merupakan suatu pemecahan masalah

yang dilakukan oleh beberapa tenaga kesehatan lainnya. Dalam hal ini

ungkapan partisipan sesuai dengan teori intervensi kolaborasi.

Page 85: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

72

5.6 Tindakan live saving

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan live saving

merupakan tindakan yang berhubungan dengan keselamatan pasien.

Partisipan menyatakan tindakan live saving adalah pemeriksaan darah untuk

hasil yang lebih lanjut, tindakan live saving juga bisa diartikan dengan

management breathing dan management circulation.Pada management

breathing partisipan melakukan tindakan pemberian ventilasi, sedangkan

pada managemen circulation partisipan mengobservasi secara ketat dalam

pemberian obat.

Tindakan live saving merupakan bagian dari sistem kesehatan yang

menekankan pada proses pelaporan, analisis, dan pencegahan kesalahan

medis yang sering menyebabkan kejadian yang merugikan kesehatan.

Keselamatan pasien adalah system pelayanan dalam suatu rumah sakit yang

memberikan asuhan pasien yang aman (Yaqin, 2012).

Identifikasi dan pemecahan masalah tersebut merupakan bagian

utama dari pelaksanaan tindakan live saving. Keselamatan pasien

merupakan hal yang teramat penting dari sebuah pelayanan kesehatan oleh

karena itu penelitian ini menjelaskan bagaimana partisipan melakukan

tindakan live saving.

Tindakan live saving melibatkan system pelayanan yang

meminimalkan kemungkinan kejadian adverse eror, system ini mencegah

terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan

Page 86: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

73

suatu tindakan (Panduan Nasional keselamatan Pasien Rumah Sakit, Depkes

R.I.2006).

(Setiowati, 2010) mengemukakan bahwa tindakan live

savingmerupakan suatu hal yang penting karena membangun budaya

keselamatan pasien adalah suatu cara untuk membangun program

keselamatan pasien secara keseluruhan, karena jika kita lebih fokus pada

keselamatan pasien maka akan lebih mengahasilkan hasil keselamatan yang

lebih apabila dibandingkan hanya berfokus pada program keselamatan

pasien saja.

Pada penelitian lain menyatakan bahwa tindakan live saving

merupakan sesuatu yang jauh lebih penting daripada sekedar efisiensi

pelayanan. Berbagai resiko akibat tindakan medik dapat terjadi sebagai

bagian dari pelayanan kepada pasien (Pinzon 2008).

Pada penelitian ini partisipan melakukan tindakan live saving pada

pasien. Tindakan yang dilakukan tersebut merupakan tindakan untuk

menyelamatkan pasien dari masa kritis. Diantaranya adalah memberikan

bantuan ventilasi pada pasien. Sementara pada teori mengungkapkan bahwa

tindakan live saving merupakan tindakan pencegahan terjadinya cedera yang

disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan, hal ini

sesuai dengan yang diungkapkan oleh partisipan.

Page 87: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

74

5.7 Implementasi kolaborasi

Hasil penelitian menyatakan bahwa implementasi kolaborasi

merupakan kolaborasi dengan dokter pemberian obat streptokinase dan

morfin untuk sitem vaskularisasi. Pemberian analgetik juga perlu untuk

pengurang nyeri.

Implementasi kolaborasi merupakan tindakan keperawatan atas dasar

kerjasama sesama tim keperawatan atau dengan tim kesehatan lainnya,

seperti dokter. Contohnya dalam pemberian obat oral, obat injeksi, infus,

keter urine, dan lain-lain. Serta respon klien setelah pemberian merupakan

tanggungjawab dan menjadi perhatian perawat (Haryanto, 2007).

Dalam buku Carpenito, (2000) menyatakan implementasi kolaborasi

merupakan tindakanperawat dalam pemberian obat karena perawat

merupakan mata rantai terakhir dalam proses keperawatan.

Menurut American Heart Association (2010) mengenai pengobatan

pasien IMA menggunakan pengobatan MONACO yaitu Morfin,

mengurangi nyeri dada dan merupakan analgesik pilihan dalam tatalaksana

STEMI, Oksigen, oksigen harus diberikan ada pasien dengan saturasi

oksigen <90%, 3. Nitrat, merupakan obat yang diberikan untuk

menanggulangi spasme arteri koroner dan menurunkan miokard akan

oksigen dengan menurunkan tekanan baik preload maupun afterload,

Aspirin, merupakan tatalaksana dasar pada pasien yang dicurigai STEMI

Page 88: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

75

dan efektif pada spektrum sindroma koroner akut, Clopidogrel, dosis awal

300-600 mg, dilanjutkan dosis pemeliharaan 1 x 75 m.

Dalam hasil penelitian, partisipan mengungkapkan bahwa

implementasi kolaborasi yang dilakukan adalah tindakan pemberian obat-

obatan pada pasien IMA. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan

bahwa implementasi kolaborasi merupakan pemberian obat-obatan morfin,

oksigen, nitrat, aspirin, clopidogril.

5.8 Tipe evaluasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe evaluasi merupakan

obervasi ulang kepada pasien dan mengkaji vital sign apakah ada

perkembangan. Tipe evaluasi merupakan kriteria pencapaian yang

diharapkan dan merupakan kegiatan penting pada pasien (Urden, 2000).

Tipe evaluasi terdapat 2 jenis yaitu evaluasi obyektif dan evaluasi

subyektif. Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah

dilaksanakan adalah pengertian dari evaluasi objektif. Brammer dan

McDonald (1996) menyatakan bahwa meminta klien untuk menyimpulkan

tentang apa yang telah didiskusikan merupakan sesuatu yang sangat berguna

pada tahap ini. Pengertian evaluasi subyektif merupakan menanyakan

perasaan klien setelah berinteraksi dengan perawat (Sears, 2004).

Page 89: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

76

Tipe evaluasi adalah langkah terakhir dalam proses pembuatan

keputusan. Perawat mengumpulkan, menyortir dan menganalisa data untuk

menetapkan apakah tujuan sudah tercapai, rencana memerlukan modifikasi

atau alternative baru yang harus dipertimbangkan (Hidayat, 2008).

Dalam penelitian ini partisipan menyatakan bahwa dalam evaluasi

mereka melakukan tindakan yaitu mengobservasi ulang dengan tindakan

vital sign untuk mengetahui perkembangan pasien. Padahal menurut teori

menyatakan bahwa evaluasi merupakan proses pembuatan keputusan yang

dilakukan perawat untuk menetapkan apakah tujuan sudah tercapai atau

mempertimbangkan rencana baru.

5.9 Respon emosional

Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon emosional merupakan

rasa simpatik yaitu iba atau perasaan kasihan kepada pasien IMA jika tidak

cepat ditolong. Respon emosional dibagi menjdai du yaitu simpatik

kepuasan diri.

Simpati adalah perasaan perhatian , duka cita, / kasihan pada klien

yang diciptakan oleh identifikasi pribadi perawat akan kebutuhan klien.

Simpati adalah suatu hubungan memperhatikan dunia orang lain yang

mencegah suatu perspektif yang jelas dari isu yang dihadapi orang itu .

Simpati berpusat pada perasaan perawat bukannya perasaan klien (Balzer

Riley, 2000).

Page 90: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

77

Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan sesuatu yang bersifat

individual. Setiap individual memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda

sesuai dengan system nilai yang berlaku pada dirinya. Makin tinggi

penilaian terhadap kegiatan dirasakan sesuai dengan keinginan indiviu,

maka makin tinggi kepuasannya terhadap kegiatan tersebut. Jadi secara

garis besar kepuasan besar kepuasan kerja dapat diartikan sebagai hal yang

menyenangkan atau yang tidak menyenangkan yang mana pegawai

memandang pekerjaannya (Hasibuan, 2006).

Respon emosional seseorang yang muncul dipengaruhi berbagai

factor seperti organobiologis, psikoedukatif dan sosiokultural. Respon emosi

bergerak dari emosional responsive sampai depresi. Perasaan yang muncul

pada partisipan. Rerspon emosioal pada umumnya disifatkan sebagai

keadaan yang adapada individu atau organisme pada sesuatu waktu. Dengan

kata lain, respon emosional disifatkan sebagai suatu keadaan kejiwaan pada

organisme atau individu sebagai akibat adanya peristiwa atau persepsi yang

dialami oleh organisme tertentu Walgito, 2003).

Disini respon emosional berhubungan dengan kepuasan partisipan

yang diartikan sebagai persepsi terhadap produk atau jasa yang telah

memenuhi harapannya, Kepuasan merupakan model kesenjangan antara

harapan (standard kinerja yang seharusnya) dengan kinerja aktual yang

diterima pelanggan (Nursalam, 2011).

Page 91: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

78

5.10 Motivasi kinerja

Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi kinerja adalah suatu

motivasi untuk melakukan tindakan agar mendapatkan apa yang

diinginkan contohnya ibadah. Mencari ibadah dikatakan partisipan untuk

memotivasi dirinya dalammelakukan tindakan pada pasien. Selain itu

tanggungjawab juga diperlukan untuk memotivasi dalam kinerja sehari-

hari.

Motivasi merupakan karakteristik psikologis manusia yang memberi

kontribusi pada tingkat komitmen seseorang, hal ini menyebabkan,

menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad

tertentu. Bekerja merupakan suatu bentuk aktifitas yang bertujuan untuk

mendapatkan kepuasan (Nursalam, 2011).

Sementara itu pengertian dari motivasi kerja merupakan suatu

kondisi yang berpengaruh untuk membangkitkan, mengarahkan, dan

memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja.

Kompetensi tersebut dapat diterjemahkan ke dalam tindakan atau kegiatan-

kegiatan yang tepat untuk mencapai hasil kinerja. (Mangkunegaran, 2000).

Menurut Mangkunegara (2005) kinerja (prestasi kerja) adalah hasil

kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai

dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawabnya yang

diberikan kepadanya. Motivasi kinerja mengandung dua komponen

Page 92: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

79

penting yaitu kompetensi berarti individu memiliki kemampuan untuk

mengidentifikasi tingkat kinerja dan produktivitasnya.

5.11 Prinsip penanganan pasien

Hasil penelitian menyatakan bahwa prinsip penanganan pasien

didasari pada kemampuan para partisipan. Partisipan menjelasakan bahwa

kemampuan masing-masing partisipan adalah modal utama dalam

penanganan pasien. Kemampuan partisipan yaitu kecepatan dan ketepatan

dalam melakukan tindakan pada pasien IMA karena penanganan pasien

IMA dilakukan secara cepat dan tepat untuk menyelamatkan pasien.

Prinsip penanganan pasien merupakan memprioritaskan kondisi

yang memerlukan tindakan segera, terkadang tindakan dapat dilakukan

bersama dengan pengkajian.Pada prinsipnya perawat gawat darurat

membutuhkan penanganan cepat dan tepat, kerja yang terus menerus,

jumlah pasien yang relative banyak dan mobilitas tinggi. Kecepatan dan

kualitas penolong merupakan prinsip utama dalam melakukan tindakan.

(Krisanty, 2002).

Pekerjaan seorang perawat sangatlah berat, dari satu sisi, seorang

perawat harus menjalankan tugas yang menyangkut kelangsungan hidup

pasien yang dirawat, disisilain keadaan psikologis perawat sendiri juga

harus tetapterjaga, kondisi seperti inilah yang dapat menimbulkan rasa

tertekan padaperawat. Sehingga dia mudah mengalami stres, beban kerja

Page 93: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

80

merupakan ketegangan mental yang mengganggu kondisi emosional, proses

berpikir, dan kondisi fisik seseorang. Berdasarkan fenomena yang terjadi,

perawat yang bertugas di instalasi gawat darurat memiliki stressor yang

tinggi karena perawat setiap hari akan berhadapan dengan aspek lingkungan

fisik dan lingkungan psikososial yang tinggi dari pekerjaannya. Penurunan

kualitas pelayanan dari perawat dapat dimungkinkan karena beban kerja

yang dirasa perawat berlebihan sehingga mengakibatkan perawat

mengalami stres. Ketika seseorang mengalami stres dia akan cenderung

melakukan sesuatu yang seharusnya tidak dilakukan bahkan melakukan

kesalahan ataupun sesuatu yang dapat membahayakan dirinya.Ketidak

mampuan perawat dalam menjawab tuntutan lingkungan akan menimbulkan

situasi stres dalam lingkungan kerja sehingga secara sadar ataupun tidak,

dapat mempengaruhi kinerja dan perilaku perawat itu sendiri

(Mangkunegaran, 2002).

Pada prinsipnya menyelamatkan pasien IMA haruslah cepat dan

tepat. Cepat dan tepat yang dimaksud adalah cepat melakukan tindakan dan

tepat dalam pengobatan.Jika penolong tidak cepat dan tepat dalam

menangani pasien tersebut akan terjadi kematian mendadak.

Page 94: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

81

BAB VI

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

6.1 Kesimpulan

1. Pengkajian perawat dalam menangani pasien dengan gangguan IMA

adalah Primery survey dan secondary survey.

2. Dalam menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien IMA dibagi

menjadi dua yaitu dasar perumusan diagnosa dan jenis diagnosa.

3. Intervensi yang dilakukan perawat dalam menangani pasien IMA adalah

melakukan prioritas intervensi.

4. Implementasi yang dilakukan perawat dalam menangani pasien dengan

gangguan IMA adalah tindakan live saving dan implementasi kolaborasi.

5. Pada proses evaluasi yang dilakukan perawat dalam menangani pasien

dengan gangguan IMA terdapat tipe evaluasi.

6. Makna asuhan keperawatan yang dilakukan perawat dalam menangani

pasien dengan gangguan IMA adalah respon emosional, motivasi kinerja

dan prinsip penanganan pasien.

Page 95: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

82

6.2 Saran

1. Bagi Institusi Keperawatan / Rumah Sakit

Bagi institusi keperawatan khususnya perawat diperlukan penanganan

pengkajian askep yang komprehensif dalam melaksanakan perannya

dalam menangani pasien dengan gangguan IMA. Perawat juga harus

mampu berkolaborasi dengan tim medis lainnya dalam keberhasilan

tindakan.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi ilmu baru dan diterapkan

pada proses pembelajaran. Agar para mahasiswa saat praktik dapat

mengutamakan peran-peran yang dilakukan saat mengkaji askep IMA

sesuai dengan yang diajarkan.

3. Bagi peneliti lain

Berdasarkan simpulan hasil penelitian tersebut, penulis memberikan

saran kepada peneliti lain dalam bidang sejenis yang ingin melanjutkan

dan mengembangkan penelitian ini agar meneliti tentang pengkajian

nyeri pada pasien dengan gangguan IMA

4. Bagi peneliti

a. Belajar mengasah kemampuan meneliti dan peduli terhadap profesi

perawat.

b. Mendorong penulis untuk memulai dan terus mampu

mengembangkan diri, berpandangan luas, melatih indept interview

dan melatih komunikasi.

Page 96: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

DAFTAR PUSTAKA

Afriyanti, yati. (2014). Metodologi penelitian kualitatif dalam risetkeperawatan. Jakarta.

Ardiansyah, Muhamad. (2012). Medikal Bedah.Yogyakarta. Diva Pres.

Bhisma Murti. (2006). Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatifdan Kualitatif di bidang Kesehatan. Gajah Mada University Press.

Depkes RI (2006). Penyakit jantung : AMI. Diakses tanggal 27 November2014. http://www.depkes.go.id

Davey.(2005). At a Glance Medicine.Jakarta : Erlangga.

Dinas Kesehatan Kota Semarang. Profil Kesehatan Kota Semarang tahun 2010[Internet]. 2010 [updated Juli 2010; cited 2012 Januari 27]. Availablefrom: http://dinkes-kotasemarang.go.id/

Eliot M. Antman, Eugene Braunwald (2005). Acute MyocardialInfarction;Harison’s Principles of Medicine 15th.

Gibson (2006). Analisa data kesehatan. Jakarta. FKM UI

Hidayat.(2008). Psikologi dalam ilmu keperawatan. Surabaya.

Ilyas (2007). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik KeperawatanProfessional (Edisi 2). Jakarta: Salemba Medika.

Kasron (2012). Buku ajar gangguan sistem kardiovaskuler. Nuha medika,yogyakarta.

Libby P, Bonow RO, Mann DL, Zipes DP. (2008). Braunwald’s Heart Disease: A textbook of Cardiovascular Medicine. Philadephia: Elsevier.

Maleong. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT RemajaRosda Karya.

Maryuani. (2009). Asuhan Kegawatdaruratan. Trans Info Media. Jakarta.

Mahmarian JJ, Mahmarian AC, Marks GF et al. (2013).Role of adenosinethallium-201 tomography for defining long-term risk in patients afteracute myocardial infarction.European.

Muhammad. ( 2011). Deteksi Dini dan Pencegahan 7 Penyakit Penyebab MatiMuda. Yogyakarta: MedPress

Muttaqin, arif. (2012) Asuhan keperawatan klien dengan system gangguankardiovaskuler. Salemba medika, Jakarta.

Page 97: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

Muwarni, arita (2011). Perawatan Pasien Penyakit Dalam, Gosyen Publishing,Jakarta.

Nursalam (2011).Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmukeperawatanpedoman skripsi, tesis, dan instrumen penelitiankeperawatan. Jakarta: SalembaMedika.

Polit, D.F., Beck, C.T and Hungler, B.P. (2006). Nursing research: Principlesand methods. 7th edition.Philadelpia.Lippincott William and willkins.

Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan;Konsep, Proses, dan Praktik (Edisi 4). Jakarta: EGC.

Rendy, MC, Margareth TH. (2012). Asuhan keperawatan medikal bedah danpenyakit dalam, Nuha Medika, Yogyakarta.

Riulantono L. I. (2012). Buku Penyakit Kardiovaskuler (PKV) FakultasKedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Robbins SL, Cotran RS, Kumar V.(2007). Buku Ajar Patologi Robbins.Jakarta: EGC.

Santoso M, Setiawan T. (2005).Penyakit Jantung Koroner. Cermin DuniaKedokteran.

Selwyn, Andrew, Braunwald, Eugene. (2005). Harrison’s Principles of InternalMedicine Volume II.16th ed. New York : McGraw Hill.

Setiono, kuswiradti.(2010). Tindakan kegawatdaruratan pada pasien jantung.Surakarta.

Soekidjo Notoatmodjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan . RinekaCipta. Jakarta.

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, dkk.(2010). Buku Ajar Ilmu PenyakitDalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Sutopo, H.B. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Universitas SebelasMaret, Surakarta.

Setiadi.(2013). Konsep dan praktik penulisan riset keperawatan.Yogyakarta.

William, wijns. (2006). Management of acute myocardial infarction in

patients presenting with ST-segment elevation. European.

Page 98: PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-merlyngisc... · yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai

85