peran pembimbing rohani islam dalam...
TRANSCRIPT
PERAN PEMBIMBING ROHANI ISLAM DALAM
MENUMBUHKAN ETOS KERJA
PADA WARGA BINAAN SOSIAL (WBS)
DI PANTI SOSIAL BINA INSAN BANGUN DAYA 2
CEGER JAKARTA TIMUR
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Disusun Oleh:
Haula Sofiana
NIM. 1110052000018
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M/ 1435 H
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 13 Mei 2014
Haula Sofiana NIM. 1110052000018
ABSTRAK
Haula Sofiana
Peran Pembimbing Rohani islam dalam Menumbuhkan Etos Kerja pada
Warga Binaan Sosial (WBS) Di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2
Ceger Jakarta Timur
Warga binaan sosial (WBS) merupakan orang-orang penyandang masalah
kesejahteraan sosial (PMKS) hasil penertiban dan penjangkauan sosial dan
mendapatkan pembinaan di Panti Sosial. Banyak upaya-upaya yang dilakukan
oleh pihak panti salah satunya dengan diadakan bimbingan rohani Islam agar
dapat menambah pengetahuan dan menumbuhkan etos kerja pada warga binaan
sosial (WBS) khususnya pengemis, pedagang asongan, pemulung, dan joki.
Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger
Jakarta Timur. Perumusan masalah dalam penelitian ini mengenai bagaimana
proses bimbingan rohani Islam dalam menumbuhkan etos kerja pada Warga
Binaan Sosial (WBS), metode apa saja yang digunakan dalam melakukan
bimbingan rohani Islam, dan apa peran pembimbing rohani Islam dalam
menumbuhkan etos kerja pada WBS di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian lapangan (Field Research). Informan dalam
penelitian ini terdiri dari dua orang pembimbing rohani Islam, dan lima orang
warga binaan sosial (WBS) yang menjadi terbimbing dalam kegiatan rohani
Islam.
Hasil penelitian menunjukan bahwa proses bimbingan rohani Islam
diawali dengan pembukaan, salam, ice breaking, dzikir dan do’a, penyampaian
materi, tanya jawab, penutup, dan diakhiri dengan salam-salaman. Metode yang
digunakan oleh pembimbing rohani Islam diantaranya: metode ceramah, tanya
jawab, client centered, nonton bareng, serta metode do’a dan dzikir. Pembimbing
rohani Islam memiliki peran yang penting dalam menumbuhkan etos kerja pada
warga binaan, yaitu dengan merubah pandangan mereka tentang bagaimana
bekerja dalam Islam, merubah sikap mereka dengan menanamkan norma hukum,
sosial, agama, dan memotivasi agar WBS bekerja lebih mandiri kedepannya. Tapi
ada juga beberapa WBS yang hanya sampai pada tahap sadar dan masih ragu
untuk meninggalkan pekerjaan lama mereka. Sehingga menurut hemat penulis
pendampingan pasca pembinaan menjadi penting untuk di tindak lanjuti agar
warga binaan sosial tidak kembali ke jalan.
Kata Kunci : Bimbingan Rohani Islam, Etos Kerja
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT, Tuhan semesta
alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat, dan pengikutnya yang setia.
Allhamdulillah wa syukurillah berkat rahmat dan anugerah- Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Peran
Pembimbing Rohani Islam dalam Menumbuhkan Etos Kerja pada Warga
Binaan Sosial (WBS) di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger
Jakarta Timur”.
Selanjutnya, ucapan terimakasih saya sampaikan kepada kedua orang tua
saya, Ayahanda Sofian Sofie dan Ibunda Sutami yang selama ini telah
memberikan saya dukungan baik dari segi moril maupun materil, yang senantiasa
ridho dengan langkah saya, yang tak letih berdoa disetiap penghujung malam, dan
tak habis membagi cinta dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, baik moril maupun
materil, khususnya kepada:
1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, Bapak Dr. Suparto, M. Ed selaku Wadek I, Bapak Drs.
Jumroni, M.Si selaku Wadek II, dan Bapak DR. H. Sunandar, M.A selaku
Wadek III.
ii
2. Ibu Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam. Terimakasih atas bimbingan dan masukan yang
bermanfaat selama ini.
3. Bapak Drs. Sugiharto, M.A selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam sekaligus selaku Dosen Pembimbing Skripsi, yang
dengan sabar membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis
sehingga terselesaikannya skripsi ini.
4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan banyak ilmunya kepada penulis.
5. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
yang telah memberikan fasilitas untuk mendapatkan referensi dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
6. Pengelola beasiswa Bidik Misi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
telah memperjuangkan kami sehingga bisa menjadi sarjana seperti
sekarang. Semoga program beasiswa ini tetap ada untuk tahun-tahun
berikutnya.
7. Bapak Purwono, SH, M.Si, Bapak H. Abdul Khair, S.Ag, M.Si, Ibu Yuli,
Bapak Supri, Bapak M. Kurniawan, S.Sos, Ustad Munzir dan seluruh
pihak Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 yang telah memberikan izin
dan banyak membantu penulis dalam penelitian ini hingga dapat berjalan
baik dan lancar.
8. Untuk keluarga besarku Kak Icha, Darmawan, Ramadhan, Ilham
Syahputra, dan Dek Amanda yang selalu menghibur, memberikan
iii
motivasi, doa dan kasih sayang kepada penulis. Nenekku Hj. Oktifa
Hanum, Bunda Kakat, Bunda Yayan, Om Dede, serta Om Sul yang
senantiasa mendukung dan memberikan banyak pelajaran hidup untuk
penulis.
9. Teman-teman kosan: Fatimah, Nupus, Pupuy, Maria, Selly, Sherlin, dan
Rima. Teman-teman kampus: Deuis, Sri, Fitri, Mela, Izur, Ayu, Mail,
Indah, Elva, Rif’ah, dan teman-teman BPI angkatan 2010 lainnya yang
tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu terimakasih buat sharingnya
dalam proses merampungkan skripsi.
10. Mrs. Elly di SMAN 22 Kab. Tangerang, Kang Dadang di Do Jo Bandung
Karate Club (BKC), Ibu Yusuf di Puspiptek atas kebaikan dan ketulusan
yang diberikan kepada penulis.
Terakhir kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu yang telah ikut berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini.
Dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada kalian semua, penulis
mengucapkan banyak terimakasih. Semoga Allah SWT memberikan yang
terbaik untuk kita semua.
Akhirnya kepada-Nyalah penulis serahkan segala urusan ini.
Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
menambah khazanah pengetahuan walaupun belum sepenuhnya optimal.
Jakarta, 15 April 2014
Haula Sofiana
NIM. 1110052000018
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ………………………………………………………………........ i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………..... ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………...…….......... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……...………………………........... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah…………………………….. 6
C. Manfaat Penelitian....................…......…………………...…. 7
D. Metodologi Penelitian…..…………………………………... 8
E. Tinjauan Pustaka...………………………………………….. 14
F. Sistematika Penulisan……………………………………….. 16
BAB II LANDASAN TEORI.................................................................. 20
A. Konsep Peran..............…………………………………….... 20
1. Pengertian Peran……………………………………….... 20
2. Manfaat Peranan.....…………………………………….. 22
B. Pembimbing Rohani Islam.....………………………………. 21
1. Pengertian Pembimbing Rohani Islam………………….. 23
2. Syarat-Syarat Pembimbing.……………………………... 26
v
3. Keterampilan yang Dimiliki Pembimbing.……………... 27
C. Tujuan, Fungsi dan Metode Bimbingan
1. Tujuan Bimbingan............................................................ 28
2. Fungsi Bimbingan............................................................ 30
3. Metode Bimbingan Rohani Islam..................................... 30
4. Prinsip-Prinsip Bimbingan................................................ 33
D. Etos Kerja………………………………………………….... 31
1. Pengertian Etos Kerja….………………………………... 34
2. Asas-Asas Etos Kerja Islami............................................. 37
3. Fungsi Etos Kerja.............................................................. 39
4. Ciri Etos Kerja Muslim..................................................... 40
BAB III GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL BINA INSAN
BANGUN DAYA 2
A. Profil Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2.........…......... 42
1. Sejarah Panti.................................................................... 43
2. Kondisi Panti Sosial......................................................... 43
3. Susunan Organisasi Panti................................................. 43
4. Sarana dan Prasarana Pendukung.................................... 43
5. Kondisi SDM................................................................... 44
6. Visi dan Misi.................................................................... 45
7. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi..........………………...... 45
B. Asal dan Persyaratan Pengambilan WBS............................... 47
C. Program dan Tahap Pembinaan Di Panti Sosial..................... 47
vi
BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA DATA
A. Identitas Informan............................................................…. 51
1. Pembimbing..................................................................... 51
2. Terbimbing....................................................................... 54
B. Kegiatan Bimbingan Rohani Islam.......………………......... 61
1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan....................................... 61
2. Proses Kegiatan Bimbingan Rohani Islam....................... 64
C. Metode yang Digunakan dalam Bimbingan............................ 62
1. Metode Ceramah............................................................... 67
2. Metode Tanya Jawab......................................................... 68
3. Metode Client Centered.................................................... 70
4. Metode Nonton Bareng.................................................... 71
5. Metode Do’a dan Dzikir.................................................... 72
D. Analisis Peran Pembimbing Rohani Islam.............................. 73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan…………………………………………………84
B. Saran………………………………………………………. 85
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………... 86
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Sarana dan prasarana pendukung di Panti Sosial ....................... 43
vii
Tabel 2 Kondisi SDM di Panti Sosial ..................................................... 44
Tabel 3 Pembimbing Rohani Islam ......................................................... 51
Tabel 4 Terbimbing berdasarkan jenis kelamin ...................................... 54
Tabel 5 Terbimbing Berdasarkan Usia ................................................... 54
Tabel 6 Terbimbing Berdasarkan Klasifikasi WBS ............................... 55
Tabel 7 Terbimbing Berdasarkan Asal Daerah ...................................... 55
Tabel 8 Jadwal Bimbingan Rohani Islam ............................................... 63
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Struktur organisasi Panti ........................................................... 43
Gambar 2 Tahap pembinaan PMKS .......................................................... 49
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Transkip Wawancara dan Teknik Keabsahan Data (Trianguasi)
2. Surat Keterangan Melakukan Penelitian
3. Absensi Kegiatan Warga Binaan Sosial
4. Data Penyaluran Warga Binaan Sosial
5. Dokumentasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah sosial di masyarakat merupakan suatu fenomena sosial yang
mempunyai berbagai dimensi. Begitu banyak dimensi yang terkandung di
dalamnya, menyebabkan kegiatan untuk merencanakan, guna mencari upaya
pemecahannya menjadi sangat rumit. Permasalahan sosial ini, melanda hampir
seluruh wilayah, terutama di kota-kota besar di dunia, termasuk DKI Jakarta.
Salah satu masalah sosial yang perlu mendapatkan perhatian khusus
adalah tingginya angka PMKS di Indonesia dengan klasifikasi penduduk
miskin mencapai angka 30.018.980 jiwa, gelandangan 18.599 jiwa, pengemis
50. 276 jiwa, dan anak jalanan 135.983 jiwa.1
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial adalah seseorang, keluarga,
atau kelompok masyarakat, yang karena suatu hambatan, kesulitan atau
gangguan tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya, dan karenanya tidak
dapat menjalin hubungan yang serasi dan kreatif dengan lingkungannya
sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya (jasmani, rohani, sosial)
secara memadai dan wajar.2
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2009 tentang
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial, terdapat tujuh sasaran prioritas antara
lain: kemiskinan, keterlantaran, kecacatan, keterpencilan, ketunaan, dan
1 Rekapitulasi Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Per Provinsi
Tahun 2012, (Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial, Tahun 2012) 2 Kementrian Sosial RI, Buku Panduan Pengumpulan dan Pengolahan Data Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) serta Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS),
(Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial, 2002), h. 4
2
penyimpangan prilaku, korban bencana; dan/atau korban tindak kekerasan,
eksploitasi, dan diskriminasi.3
Mereka umumnya tersebar di berbagai wilayah dengan konsentrasi
utama di perkotaan seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, Makasssar,
dam lainnya. Pola hidup mereka pada umumnya tidak teratur dan tidak sehat
serta mengelompok di kantong-kantong kemiskinan seperti di kolong
jembatan, pinggir kali, lokasi pembuangan sampah, emperan toko, taman,
pinggiran rel kereta api, bahkan ada yang tidur di gerobak bersama anak dan
istrinya. Kondisi ini tidak sesuai dengan norma sosial dan menunjukan derajat
kesejahteraan yang rendah.4
Walaupun demikian, sebagaimana diamanatkan konstitusi, mereka
adalah warga negara yang patut dan wajib mendapat perlindungan dari negara,
dan diharapkan dapat berpartisipasi dalam pembangunan. Dalam hal ini
Kementrian Sosial sebagai instansi yang bertanggung jawab dalam
penganganan masalah-masalah kesejahteraan sosial, perlu memiliki kebijakan
dan program pelayanan yang jelas dalam menangani masalah ini. 5 Selain itu
upaya yang sama juga dilakukan oleh pemerintah DKI Jakarta, melalui
Keputusan Kepala Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta Nomor 105 Tahun 2012,
mengenai prosedur penampungan, pembinaan dan penyaluran Penyandang
3 Pusat Penyuluhan Sosial, Bersama Penyuluh Sosial Kita Bangun Indonesia Sejahtera,
(Kementrian Sosial RI, 2013), h. i 4 Direktorat Jendral Rehabilitasi Sosial, Petunjuk Teknis Rehabilitasi Sosial Berbasis
Masyarakat Bagi Gelandangan, Pengemis, dan Pemulung Oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial,
(Jakarta, 2011), h. 1 5 Direktorat Jendral Rehabilitasi Sosial, Panduan Praktis Pendampingan dalam
Rehabilitasi Sosial Gelandangan dan Pengemis, (Kementrian Sosial RI, Jakarta, 2011), h. 1
3
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) hasil penertiban/ penjangkauan sosial
di DKI Jakarta. 6
Oleh karena itu untuk menanggulangi banyaknya PMKS khususnya di
wilayah DKI Jakarta, diperlukan adanya penertiban sosial dan panti
penampungan sementara sebelum dirujuk ke panti pelayanan dan rehabilitasi
sosial. Sebagai suatu lembaga sosial pengemban amanah rakyat yang dikelola
oleh pemprov DKI untuk bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat
PMKS untuk nantinya dikembangkan dan digembleng secara konsisten agar
dapat mewujudkan masyarakat yang mandiri dan mempunyai sumber daya
manusia (SDM).
Salah satu panti sosial yang menampung hasil penertiban sosial PMKS
adalah Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger Jakarta Timur. Panti
Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 berfungsi sebagai penampungan sementara
dan bimbingan sosial awal PMKS hasil penertiban dan penjangkauan sosial
seperti gelandangan, pengemis, wanita tuna susila, jompo terlantar, anak
jalanan, psikotik terlantar, penyandang cacat terlantar dan PMKS lainnya.
Tujuan didirikannya panti ini adalah untuk mencegah dan mengurangi PMKS
agar tidak kembali kejalan.7
Ada banyak program pembinaan di Panti Sosial Bina Insan Bangun
Daya 2 diantaranya: bimbingan fisik, bimbingan psikologis, bimbingan sosial,
case conference, bimbingan rohani Islam, bimbingan hukum, bimbingan
6 Brosur, Surat Keputusan Kepala Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta, Nomor 105 Tahun
2012 7 Brosur, Profil Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, 15 Januari 2014
4
keterampilan, bimbingan kesenian, dan penyaluran/ pembinaan lanjut ke panti
rehabilitasi berikutnya.8
Salah satu kegiatan pembinaan di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya
2 yang penulis jadikan fokus penelitian adalah Bimbingan Rohani Islam.
Dimana penulis ingin mencari tahu sejauh mana seorang pembimbing rohani
berperan dalam menumbuhkan etos kerja pada warga binaan sosial. Hal ini
menarik untuk diteliti karena pada dasarnya agama berfungsi sebagai tuntunan
dan pegangan hidup yang dapat memberikan pencerahan dan pengalaman
ruhaniah seseorang sehingga akan menumbuhkan kekuatan baik mental
spiritual bagi PMKS dalam menghadapi berbagai permasalahan yang
dihadapi.
Kefitrahan agama bagi manusia menunjukkan bahwa manusia tidak
dapat melepaskan diri dari agama, karena agama merupakan kebutuhan fitrah
manusia. Selama manusia memiliki perasaan takut dan cemas, selama itu pula
manusia membutuhkan agama. Kebutuhan manusia akan agama tidak dapat
digantikan dengan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang juga
dapat memenuhi kebutuhan manusia dalam aspek material. Kebutuhan
manusia akan materi tidak dapat menggantikan peran agama dalam kehidupan
manusia. 9
Agama berperan sebagai motivasi dalam mendorong manusia untuk
melakukan suatu aktifitas, seperti bekerja, karena perbuatan yang dilakukan
dengan latar belakang keyakinan agama dinilai mempunyai unsur kesucian
serta ketaatan. Apabila mereka meyakini Tuhan Maha Kuasa, mengatur dan
8 Brosur, Profil Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, 15 Januari 2014
9 Dr. Marzuki, M.Ag, Konsep Manusia dan Agama, (Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta), h. 24
5
mengendalikan alam maka segala apapun yang terjadi, baik peristiwa alamiah
ataupun peristiwa sosial, dilimpahkan tanggung jawab pada Tuhan. Tetapi
sebaliknya jika mereka melihat adanya kekacauan, kerusuhan, ketidakadilan,
percekcokan, dialam seolah-olah tanpa kendali maka mereka merasa kecewa
terhadap Tuhan.10
Dengan adanya bimbingan rohani Islam di Panti diharapkan dapat
menambah pengetahuan Warga Binaan Sosial (WBS) dan dapat meningkatkan
etos kerja pada diri masing-masing Warga Binaan Sosial (WBS). Sehingga
bisa melakukan pekerjaan didasarkan pada prinsip-prinsip iman dan tauhid,
bukan saja menunjukan fitrah seorang muslim yang wajib memenuhi
kebutuhan jasmani, tetapi sekaligus meninggikan martabat dirinya sebagai
abdullah (hamba Allah) yang mengelola seluruh alam sebagai bentuk dari cara
dirinya mensyukuri kenikmatan dari Allah Rabbul’Alamin.
Menurut Rosmiani etos kerja terkait dengan sikap mental, tekad,
disiplin dan semangat kerja. Sikap ini dibentuk oleh sistem orientasi nilai-nilai
budaya, yang sebagian bersumber dar iagama atau sistem kepercayaan/ paham
teologi tradisional. Etos kerja yang rendah secara tidak langsung dipengaruhi
oleh rendahnya kualitas keagamaan dan orientasi nilai budaya yang
konservatif turut menambah kokohnya tingkat Etos kerja yang rendah itu.11
Menurut K. H. Toto Tasmara etos kerja adalah totalitas kepribadian
dirinya serta caranya mengekspresikan, memandang, meyakini, dan
memberikan makna ada sesuatu yang mendorong dirinya untuk bertindak dan
meraih amal yang optimal (high performance).12
10
Zakiah Drajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), Cet. Ke-16, h. 87 11
Musa Asyari, Etos Kerja dan Pemberdayaan Ekonomi Umat, (Jogyakarta: Lesfi, 1997),
Cet. Ke-1, h. 35 12
Drs. H. Toto Tasmara, Etos Kerja Pribadi Muslim, (Jakarta: PT. Dhana Bhakti Wakaf,
Cet. Ke-2, 1995), h. 20
6
Kepedulian Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 terhadap
peningkatan kemampuan warga binaan sosial (WBS) salah satunya dibuktikan
dengan adanya kegiatan bimbingan rohani Islam yang diharapkan dapat
membina Warga Binaan Sosial (WBS) di bidang keagamaan sehingga
memiliki ketahanan spiritual, pola pikir, akhlak yang sesuai dengan syariat
agama Islam terutama dalam motivasi untuk bekerja lebih giat dari pada
sebelumnya. Karena dengan pemahaman dan pengamalan agama yang baik,
diharapkan Warga Binaan Sosial (WBS) yang ada dipanti bisa menjadi pribadi
yang lebih baik dan memiliki daya juang yang lebih tinggi dalam hal bekerja.
Berdasarkan latar belakang dan pokok pemikiran di atas, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian secara mendalam dan sekaligus dijadikan
pembahasan skripsi dengan judul “Peran Pembimbing Rohani Islam dalam
Menumbuhkan Etos Kerja pada Warga Binaan Sosial (WBS) Di Panti
Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger Jakarta Timur”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk memudahkan penulis dalam melakukan penelitian ini
sehingga sampai pada tujuannya, maka penulis membatasi pada layanan
bimbingan rohani Islam, dengan meninjau dari aspek pembimbing,
terbimbing, proses bimbingan, metode bimbingan, materi bimbingan
dalam menumbuhkan etos kerja pada warga binaan sosial (WBS) di Panti
Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger Jakarta Timur.
7
Penulis juga melakukan pembatasan pada subjek penelitian yaitu
pada pengemis, pemulung, dan pedagang asongan. Karena keterbatasan
masa pembinaan dan banyaknya jenis klasifikasi warga binaan sosial
(WBS) di panti.
2. Rumusan Masalah
Perumusan masalah yang dijadikan penelitian dalam penulisan
skripsi ini adalah:
a. Bagaimana proses bimbingan rohani Islam dalam Menumbuhkan Etos
Kerja pada warga binaan sosial (WBS) di Panti Sosial Bina Insan
Bangun Daya 2 Ceger Jakarta Timur?
b. Metode apa yang digunakan dalam kegiatan bimbingan rohani Islam di
Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger Jakarta Timur?
c. Bagaimana peran pembimbing rohani Islam dalam menumbuhkan etos
kerja pada warga binaan sosial (WBS) di Panti Sosial Bina Insan
Bangun Daya 2 Ceger Jakarta Timur?
C. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian adalah sebagai berikut:
1. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan tentang etos kerja, terutama
mengenai peranan seorang pembimbing rohani Islam dalam menumbuhkan
etos kerja.
2. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan pembaca khususnya
mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam tentang proses
pelaksanaan bimbingan rohani Islam, metode bimbingan rohani Islam, dan
8
bagaimana peranan seorang pembimbing rohani Islam dalam
menumbuhkan etos kerja pada warga binaan sosial.
3. Untuk bahan evaluasi dalam pelaksanaan layanan bimbingan rohani Islam
bagi Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 dan Dinas Sosial DKI Jakarta.
Serta menambah referensi kajian tentang peran pembimbing rohani Islam
dalam menumbuhkan etos kerja pada warga binaan sosial (WBS) di Panti
Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger Jakarta Timur.
D. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan dan Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data deskripsi berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati.13
Adapun desain dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu
penelitian yang menggunakan teknik analisa datanya berupa kata-kata,
gambar, dan bukan angka-angka. Semua data tersebut menjadi kunci
terhadap apa yang sudah diteliti.14
2. Subjek dan Objek Penelitian
Adapun subjek penelitian ini adalah 2 orang pembimbing rohani
Islam, dan 5 orang warga binaan sosial (WBS) yang menerima
bimbingan. Adapun teknik pemilihan subjek yang digunakan peneliti
adalah purposive sampling. Purposive Sampling merupakan teknik dalam
13
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2007), cet. Ke-33, edisi revisi, h. 4 14
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 6
9
non-probability sampling yang berdasarkan kepada ciri-ciri yang dimiliki
oleh subjek yang dipilih karena ciri-ciri tersebut sesuai dengan tujuan
penelitian yang akan dilakukan. 15
Kemudian objek dalam penelitian ini adalah peran pembimbing
rohani Islam dalam menumbuhkan etos kerja pada warga binaan sosial
(WBS) di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data.16 Data adalah sesuatu yang diperoleh melalui suatu
metode pengumpulan data yang akan diolah dan dianalisis dengan suatu
metode tertentu yang selanjutnya akan menghasilkan suatu hal yang dapat
menggambarkan atau mengindikasikan sesuatu. Pada penelitian kualitatif
bentuk data berupa kalimat, atau narasi dari subjek atau responden
penelitian yang diperoleh melalui suatu teknik pengumpulan data.17
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan:
a. Observasi atau Pengamatan
Observasi adalah suatu kegiatan pengumpulan data yang
dilakukan melalui pengamatan dan mencatat fenomena yang muncul
15
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta:
Salemba Humanika, 2010), Cet. Ke-2, h. 106 16
Prof. Dr. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: ALFABETA, 2005) 17
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, h.116
10
dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena
tersebut.18
Inti dari observasi adalah adanya prilaku yang tampak dan
adanya tujuan yang ingin dicapai. Perilaku yang tampak dapat berupa
perilaku yang dapat dilihat secara langsung oleh mata, dapat didengar,
dapat dihitung, dan dapat diukur. Karena mensyaratkan perilaku yang
tampak, potensi perilaku seperti sikap dan minat dalam bentuk kognisi,
afeksi, atau intensi atau kecenderungan perilaku tidak dapat
diobservasi. 19
Dalam hal ini peneliti mengadakan penelitian langsung
terhadap proses kegiatan bimbingan rohani Islam di Panti Sosial Bina
Insan Bangun Daya 2. Dalam observasi peneliti melakukan pencatatan
apa yang bisa dilihat oleh mata dan didengar oleh telinga, kemudian
peneliti tuangkan dalam penulisan skripsi ini sesuai dengan data yang
dibutuhkan.
b. Wawancara
Wawancara adalah satu cara atau teknik yang digunakan untuk
mengungkapkan dan mengetahui mengenai fakta-fakta mental/
kejiwaan (psikis) yang ada pada diri terbimbing atau klien. Wawancara
juga merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi
atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Dalam penelitian kualitatif
yang digunakan adalah teknik wawancara mendalam, dimana seorang
18
E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi, ( Jakarta:
Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi, LPSP3 UI, 1983), h. 62. 19
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, h.131 -
132
11
responden atau kelompok responden mengomunikasikan bahan-bahan
dan mendorong untuk didiskusikan secara bebas.20
Pada teknik wawancara ini penulis mendapatkan data dengan
cara tanya jawab dan tatap muka antara peneliti dengan pembimbing
rohani islam yang bertugas melakukan kegiatan bimbingan rohani islam
pada warga binaan sosial (WBS) di Panti Sosial Bina Insan Bangun
Daya 2 Ceger Jakarta Timur.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui
dokumen-dokumen.21 Dalam hal ini penulis mengumpulkan, membaca,
memperoleh, dan mempelajari berbagai macam bentuk data melalui
pengumpulan dokumen-dokumen mengenai Peran Pembimbing Rohani
Islam dalam Menumbuhkan Etos Kerja pada Warga Binaan Sosial
(WBS) di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger Jakarta Timur
serta data-data lain di perpustakaan yang dapat dijadikan bahan analisa
untuk hasil dalam penelitian ini. Teknik ini digunakan untuk
memperoleh data yang telah didokumentasikan dalam buku dan
majalah sesuia dengan masalah yang diteliti.
4. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh. Apabila penelitian menggunakan teknik observasi, maka sumber
20
Elvinaro Ardianto, M.Si, Metodologi Penelitian untuk Public Relation, ( Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2010), cet. Ke-1, h. 61. 21
Husaini Husman, Metodologi Penelitian Sosial, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 73.
12
datanya bisa berupa benda, gerak, atau proses sesuatu. 22 Adapun sumber
data dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Data primer, yang berupa wawancara kepada pembimbing rohani dipanti
dan kepada warga binaan sosial (WBS) yang menerima bimbingan
rohani islam di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger Jakarta
Timur
b. Data sekunder, yang berupa data tidak langsung yang berupa catatan-
catatan atau dokumen.
5. Analisis Data
Analisis data adalah suatu proses mengorganisasikan dan
mengurutkan kedalam pola, kategori, dan suatu uraian dasar kemudian
dianalisa agar mendapatkan hasil berdasarkan yang ada. Hal ini disesuaikan
dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif.23
Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan teknik
analisis data model interaktif menurut Miles dan Huberman terdiri atas
empat tahapan yang harus dilakukan, yaitu:
a. Pengumpulan data, proses ini dilakukan sebelum penelitian, pada saat
penelitian, dan bahkan di akhir penelitian. Idealnya, proses
pengumpulan data sudah dilakukan ketika penelitian masih berupa
konsep atau draft. Bahkan, Creswell menyarankan bahwa peneliti
22
Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:
PT Rineka Cipta, 2006), Cet. Ke-13, h. 129 23
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik, ( Jakarta: Bulan
Bintang, 2003), Cet. Ke-9, h. 11.
13
kualitatif sebaiknya sudah berpikir dan melakukan analisis ketika
penelitian kualitatif baru dimulai.
b. Reduksi data, inti dari reduksi data adalah proses penggabungan dan
penyeragaman segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk
tulisan (script) yang akan dianalisis. Hasil wawancara, hasil observasi,
hasil studi dokumentasi, dan/ atau hasil dari FGD diubah menjadi bentuk
tulisan (script) sesuai dengan formatnya masing-masing.
c. Display data, pada prinsipnya display data adalah mengolah data
setengah jadi yang sudah seragam dalam bentuk tulisan dan sudah
memiliki alur tema yang jelas.
d. Kesimpulan/ Verifikasi, merupakan tahap akhir dalam rangkaian analisis
data kualitatif. Kesimpulan menjurus pada jawaban dari pertanyaan
penelitian yang mengungkap “what” dan “how. 24
Data yang tersaji pada analisa antar kasus khususnya yang berisi
jawaban atas tujuan penelitian kualitatif diuraikan secara singkat, sehingga
dapat pengambilan kesimpulan mengenai peran pembimbing rohani Islam
dalam menumbuhkan etos kerja pada warga binaan sosial (WBS) di Panti
Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger Jakarta Timur.
6. Teknik Penulisan
Dalam penulisan ini penulis berpedoman dan mengacu kepada
buku “ Pedoman Penulisan Karya Ilmiah ( Skripsi, Tesis dan Disertasi) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.” Yang diterbitkan oleh CeQDA, April 2007,
Cet. Ke-2.
24
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, h.164-
181
14
E. Tinjauan Pustaka
Dalam membantu penulis untuk melakukan penelitian maka
diperlukannya tinjauan dari penelitian-penelitian sebelumnya yang dapat
dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti pada kajian yang sama tetapi
pada ruang lingkup yang lebih luas dan mendalam di bidang bimbingan rohani
Islam, yaitu sebagai berikut:
a. “Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam dalam Meningkatkan Etos Kerja
Kepolisian Di Polres Jakarta Pusat”, yang ditulis oleh Chintiya Puspita
Sari. Hasil penelitian skripsinya menunjukan bahwa pelaksanaan
bimbingan rohani memberikan pengaruh besar terhadap peningkatan etos
kerja anggota kepolisaian. Hal ini terlihat dari meningkatnya kinerja para
anggota kepolisian yang setiap hari semakin giat dalam menjalankan
tugasnya. Metode yang digunakan dalam melakukan bimbingan adalah
metode ceramah.
b. “Peran Pembimbing Agama dalam Menanamkan Pengetahuan
Keagamaan Pemulung Di Yayasan Amal Islami Lebak Bulus Jakarta
Selatan”, yang ditulis oleh Eka Camalia Nurhidayati. Hasil penelitian
skripsinya bahwa pembimbing agama berperan sebagai teladan,
memberikan pemahaman, menanamkan rasa percaya diri ibu-ibu
pemulung, penyelenggara program edukasional, pembangkit kesadaran
masyarakat, membangun kedekatan emosional, dan advokatif dengan
memberikan materi keagamaan meliputi aqidah, syariah dan akhlak bagi
ibu-ibu pemulung di Yayasan Amal Media Insani.
15
c. “Peranan Bimbingan Agama dalam Meningkatkan Ibadah Shalat Pada
Lansia Di Balai Perlindungan Sosial Dinas Sosial Provinsi Banten”, yang
ditulis oleh Hari Kohari Permasandi. Hasil penelitiannya bahwa metode
bimbingan agama yang digunakan pembimbing agama dalam
meningkatkan ibadah shalat pada lansia tak berbeda dari metode
pembimbing lainnya seperti metode ceramah, tanya jawab, tapi ada juga
metode yang berbeda yaitu metode pami-pami sehingga semua metode
tersebut sangat digunakan dalam meningkatkan ibadah shalat pada lansia.
d. “Peran Pembimbing Dalam Menanamkan Norma-Norma Kehidupan Bagi
Warga Binaan Di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 6 Cengkareng”,
yang ditulis oleh Siti Fatimatuz Zahra Al-Hasyim. Dari hasil penelitiannya
dapat diketahui metode yang digunakan pembimbing dalam menanamkan
norma-norma kehidupan bagi warga binaan sosial adalah metode ceramah,
metode tanya jawab, metode pemberian tugas, metode pembiasaan, metode
keteladanan, metode sosiodrama, dan metode demonstrasi. Disini juga
terlihat peran pembimbing sangat berperan dalam menanamkan norma-
norma kehidupan terutama norma agama yaitu penanaman nilai aqidah dan
ibadah serta pada norma sosial yaitu penanaman nilai-nilai sosial yaitu rasa
kasih sayang dan saling menghargai terhadap guru dan pembimbing bahkan
sesama warga binaan sosial di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 6
Cengkareng.
e. “Peran Pembimbing Agama Dalam Mewujudkan Kemandirian Bagi Anak-
Anak Yatim Di Pondok Pesantren Yatim Al-Akhyar Kelurahan Beji Kota
Depok”, yang ditulis oleh Sofhal Jamil. Hasil dari penelitian tersebut
16
bahwa peran pembimbing agama dalam mewujudkan kemandirian anak-
anak yatim di Pondok Pesantren Yatim Al-Akhyar adalah sebagai
pengganti orang tua, sebagai pendidik, dan motivator. Sedangkan peranan
pembimbing agama menurut masyarakat adalah: sebagai pengganti orang
tua dalam sisi kehidupannya dan sebagai pendidik baik formal maupun non
formal.
Dari kelima penelitian di atas yang membedakan dengan penelitian
lainnya adalah peran pembimbing rohani Islam dalam menumbuhkan etos kerja
pada warga binaan sosial (WBS) di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2
Ceger Jakarta Timur. Dalam penelitian ini membahas mengenai bagaimana
peranan pembimbing rohani Islam dalam merubah pandangan, nilai-nilai,
persepsi, dan sikap warga binaan sosial. Dimana warga binaan sosial ini
merupakan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) dan etos
kerjanya terbilang cukup minim. Sehingga perlu adanya upaya untuk
menumbuhkan etos kerja pada warga binaan sosial (WBS) salah satunya
dengan mengadakan kegiatan bimbingan seputar bekerja yang baik didalam
Islam, bagaimana melakukan muamalah yang sesuai syariat, dan lain
sebagainya. Ini semua disampaikan dengan bahasa-bahasa agama, oleh
pembimbing rohani Islam di Panti.
F. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah,
pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
17
BAB II : Tinjauan teori meliputi konsep dan pengertian peranan,
dan fungsi pembimbing rohani islam yang meliputi : pengertian peran,
pengertian pembimbing, syarat pembimbing, tujuan dan fungsi bimbingan,
metode bimbingan, pengertian etos kerja, asas-asas etos kerja islami, fungsi
etos kerja, dan ciri etos kerja islami.
BAB III : Dalam bab ini dijelaskan tentang gambaran umum tentang
Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger Jakarta Timur diantaranya:
profil Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, visi dan misi, kedudukan, tugas
dan fungsi, asal WBS, persyaratan pengambilan WBS oleh keluarga, program
pembinaan di panti, dan tahap pembinaan PMKS di panti.
BAB IV : Dalam bab ini menjelaskan hasil dan analisa data
penelitian, dengan penguraiannya tentang peran dan fungsi pembimbing
rohani islam, proses bimbingan rohani Islam yang dilakukan, dan metode
bimbingan rohani yang digunakan saat menyampaikan materi keagamaan.
BAB V : Penutup yang terdiri atas kesimpulan dan saran terhadap
pembahasan bab-bab sebelumnya.
18
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Peran
1. Pengertian Peran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian peran adalah
seperangkat tingkat yang diharapakan dimiliki oleh orang yang berkedudukan
di masyarakat. Sedangkan peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus
dilakukan. 1
Ralph Linton, seperti dikutip oleh Soerjono Soekanto mendefinisikan
peranan (role) sebagai berikut:
“Peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila
seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukan-kedudukannya maka dia menjalankan suatu peran.” 2
Menurut Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, istilah “peran” diambil dari
dunia teater. Dalam teater, seorang aktor harus bermain sebagai seorang
tokoh tertentu dan dalam posisinya sebagai tokoh itu ia diharapkan untuk
berprilaku tertentu. Posisi aktor dalam teater (sandiwara) itu kemudian
dianalogikan dengan posisi seseorang dalam masyarakat. Sebagaimana
halnya dengan teater, posisi orang dalam masyarakat sama dengan posisi
aktor dalam teater, yaitu bahwa perilaku yang diharapkan daripadanya tidak
berdiri sendiri, melainkan selalu berada dalam kaitan dengan adanya orang-
1Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1989), Cet. II, h. 667 2 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, Cet. 36,
2003), h. 243
19
orang lain yang berhubungan dengan orang atau aktor tersebut. Dari sudut
pandang inilah disusun teori-teori peran.3
Dalam teorinya Biddle dan Thomas membagi peristilahan dalam teori
peran dalam 4 golongan, yaitu istilah-istilah yang menyangkut:
a. Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial
b. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut
c. Kedudukan orang-orang dan perilaku
d. Kaitan antara orang dan perilaku4
Peranan mencakup tiga hal, yaitu sebagai berikut:
a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan
rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam
kehidupan kemasyarakatan.
b. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai prilaku individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat.5
Dari penjelasan mengenai pengertian peran diatas maka dapat
disimpulkan bahwa peran adalah suatu tingkah laku yang diharapkan orang
lain dari individu dengan status sosial yang disandangnya dalam sebuah
kelompok, dan mempengaruhi prilaku kelompok tersebut.
3 Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi Sosial, (Jakarta: CV. Rajawali,
1984), h. 233- 234 4 Ibid, h. 234
5 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Press, 2012), Cet.
44, h. 213
20
2. Manfaat Peranan
Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari
pola-pola pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa peranan
menentukan apa yang diperbuatnya bagai masyarakat serta kesempatan-
kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat kepadanya.
Arti penting sosiologis dari peran ialah memaparkan apa yang
diharapkan dari orang. Ketika individu di seluruh masyarakat menjalankan
peran mereka, peran tersebut saling bertaut untuk membentuk sesuatu yang
dinamakan masyarakat. Sebagaimana telah dikemukakan oleh Shakespearse,
peran sangkat efektif untuk mengekang orang – mengatakan pada mereka
kapan mereka harus “masuk dan kapan mereka harus “keluar”, maupun apa
yang harus dilakukan di antaranya.6
Menurut Ely Chinoy, dikutip oleh Soerjono Soekanto pentingnya
peranan adalah karena ia mengatur perilaku seseorang. Peranan menyebabkan
seseorang pada batas-batas tertentu dapat meramalkan perbuatan-perbuatan
orang lain. Orang yang bersangkutan akan dapat menyesuaikan perilaku
sendiri dengan perilaku orang-orang sekelompoknya. 7
Peranan dapat membimbing seseorang dalam berprilaku, karena
manfaat peranan sendiri adalah sebagai berikut:
a. Memberi arah pada proses sosialisasi
b. Pewarisan tradisi, kepercayaan, nilai-nilai, norma-norma dan
pengetahuan.
6 James M. Henslin, Sosiologi dengan Pendekatan Membumi, Jilid I , (Jakarta: Erlangga,
2006), h. 95 7 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 215
21
c. Dapat mempersatukan kelompok atau masyarakat
d. Menghidupkan sistem pengendali dan kontrol, sehingga dapat
melestarikan kehidupan masyarakat.8
B. Pembimbing Rohani Islam
1. Pengertian Pembimbing Rohani Islam
Pengertian pembimbing menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah orang yang membimbing; pemimpin; penuntun. Sedangkan
membimbing artinya memberi petunjuk. 9
Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari kata guidance (Bahasa
Inggris). 10
Kata “guidance” adalah kata dalam bentuk mashdar (kata
benda) yang berasal dari kata kerja “to guide” artinya menunjukan,
membimbing, atau menuntun orang lain ke jalan yang benar.11
Pengertian bimbingan menurut Prayitno:
“ Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada orang lain, baik
secara perorangan (individu) maupun kelompok agar mereka dapat
berkembang menjadi pribadi-pribadi yang mandiri, yaitu: mengenal
diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamis,
mengambil keputusan sendiri, mengarahkan diri sendiri, dan
mewujudkan diri sendiri.” 12
W.S Winkel mengemukakan :
“Bimbingan berarti pemberian bantuan kepada sekelompok orang
dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dalam mengadakan
8 J. Dwi Narkowo dan Bagus Suyanto, Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta:
Kencana, 2007), Cet. 3, h. 160 9 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 117
10 Elfi Mu’awanah, S.Ag., M.Pd, dan Rifa Hidayah, S.Ag., S.Psi., M.Si.,Psi, Bimbingan
dan Konseling Islam Di Sekolah, (Jakarta: PT. Bumi Askara, 2009), h. 53 11
Drs. H. M. Arifin, M.Ed., Pokok-Pokok Pikiran tentang Bimbingan dan penyuluhan
Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 18 12
Drs. M. Lutfi, M.A., Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam,
(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 7
22
penyesuaian diri terhadap tuntutan-tuntutan hidup. Bantuan itu
bersifat psikis (kejiwaan) bukan “pertolongan” finansial, media, dan
lain sebagainya. Dengan adanya bantuan ini, seseorang akhirnya
dapat mengatasi sendiri masalah yang dihadapinya sekarang dan
menjadi lebih mapan untuk menghadapi masalah yang akan
dihadapinya kelak-ini menjadi tujuan bimbingan. Jadi, yang
memberikan bantuan menganggap orang lain mampu menuntun
dirinya sendiri, meskipun kemampuan itu mungkin harus digali dan
dikembangkan melalui bimbingan. “13
Drs. H. M. Arifin, M.Ed., Mengemukakan:
“Bimbingan dan penyuluhan agama adalah segala kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang dalam rangka memberikan bantuan kepada
orang lain yang mengalami kesulitan-kesulitan rohaniah dalam
lingkungan hidupnya agar orang tersebut mampu mengatasinya
sendiri karena timbul kesadaran dan penyerahan diri terahadap
kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, sehingga timbul pada diri
pribadinya suatu cahaya harapan kebahagiaa hidup masa sekarang
dan masa depannya.” 14
Dari beberapa pendapat tersebut, menurut penulis dapat disimpulkan
bahwa bimbingan adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang kepada
kelompok tertentu, untuk membantu dan mengarahkan mereka dalam
mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi dengan menggali potensi serta
kemandirian individu tersebut.
Dalam masyarakat Islam telah pula dikenal prinsip-prinsip guidance
and counseling yang bersumber dari firman Allah Swt serta hadis Nabi.
Diantara dasar-dasar bimbingan dalam Al-Qur’an dan hadis Nabi adalah
sebagai berikut:
Firman Allah SWT:
13
Drs. Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), h.
7 14
Drs. H. M. Arifin, M.Ed., Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan penyuluhan
Agama, h. 19
23
ة أخرجت للناس تأمرون بالمعروف وتنهون عن المنكر كنتم خير أم
ولو آمن أهل الكتاب لكان خيرا لهم منهم المؤ منون وتؤمنون بالل
وأكثرهم الفاسقون
“Kamu adalah ummat terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar,
dan beriman kepada Allah.” 15
(Q.S Ali Imran: 110)
Disamping ayat Al-qur’an diatas, terdapat pula beberapa sabda Nabi
yang menjelaskan bahwa penasihatan atau konseling merupakan kewajiban
agama. Sabda Rasulullah:
“Sesungguhnya Demi Dzat yang diriku ada di tangan-Nya, engkau
akan sungguh-sungguh memerintahkan kebajikan dan melarang
kemungkaran ataukah Allah akan segera membangkitkan siksaan
atas kamu daripada-Nya, kemudian kamu berdoa kepada-Nya
sedang doamu tidak akan dikabulkan.” (HR. At-Tirmidzi) 16
Bertolak dari prinsip dasar di atas (ayat-ayat Al-qur’an dan hadis)
yang berkenaan dengan kegiatan bimbingan rohani Islam di atas semoga
dapat lebih menekankan bahwa kegiatan bimbingan agama, dakwah,
tabligh, ceramah yang sifatnya mengajak orang lain kepada kebaikan
merupakan kewajiban kita sebagai umat muslim. Sehingga menjadikan kita
untuk terus berlomba-lomba dalam menegakan amar ma’ruf nahi munkar.
Pengertian “rohani” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
Kontemporer dijelaskan, rohani adalah kondisi kejiwaan seseorang dimana
15
Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Jakarta: Maghfirah Pustaka), h. 64 16
Drs. H. M. Arifin, M.Ed., Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan penyuluhan
Agama, h. 19
24
terbentuk dalam hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa yang
diwujudkan dalam budi pekerti seseorang serta melalui hubungan manusia
dengan sesama manusia dengan ajaran agama yang dianutnya. 17
Rohani,
merupakan unsur yang paling halus, bersifat suci, dan ilahi karena dianggap
berasal dari ilahi, kecenderungannya kepada yang suci, bersih, dan mulia,
kekal dalam arti tidak hancur karena hancurnya badan jasmani.18
Menurut Imam Al-Ghazali seperti dikutip oleh Jamaludin Kafie
mengatakan bahwa:
“Roh itu mempunyai dua pengertian, yaitu: roh jasmani dan roh
rohani. Roh jasmani itu yaitu zat yang halus berpusat di ruang hati
dan menjalar keseluruh urat nadi (pembiluh darah) selanjutnya
tersebar keseluruh tubuh, karenannya manusia dapat bergerak
(hidup) dan dapat merasakan berbagai macam perasaan serta dapat
berpikir atau mempunyai kegiatan-kegiatan hidup kejiwaan.
Sedangkan roh rohani adalah bagian dari yang ghoib, dengan roh ini
manusia dapat mengenal dirinya sendiri dan mengenal tuhan, serta
menyadari keberadaan orang lain (berkepribadian, berkebutuhan,
dan berprikemanusiaan), serta tanggung jawab atas segala tingkah
lakunya. 19
Istilah ruh juga kadang-kadang dipergunakan dalam pengertian yang
sangat ketat untuk menggambarkan spirit kepercayaan yang dihasilkan
sebagai buah pengetahuan seseorang terhadap Allah, seperti mohon taubat
kepada-Nya sampai mencari-Nya dengan penuh cinta. Ini merupakan spirit
(dalam hal ini kesadaran terhadap Tuhan) dimana Allah menguatkan
ketakwaan hamba-Nya yang terpilih.
17
Peter Salim dan Yeni, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern
English, 1991), h. 993 18
Drs. H. Isep Zainal Arifin, M. Ag, Bimbingan dan Penyuluhan Islam: Pengembangan
Dakwah melalui Psikoterapi Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2009),h. 27
19
Jamaludin Kafie, Psikologi Dakwah, (Surabaya: Penerbit Indah, 1993), h. 16
25
Dalam hal ini, pengetahuan merupakan “ruh” (kekuatan spiritual),
seperti keikhlasan, kebenaran, pertaubatan, cinta pada Allah dan
penyerahan diri kepada-Nya. Manusia berbeda-beda dalam pencapaian
kekuatan spiritual. Ada beberapa yang benar-benar menguasainya hingga
menjadi makhluk “spiritual”, dan yang lain kehilangan kekuatan ini dan
dalam titik hampa yang sangat ekstrem menjadi sangat duniawi dan
menyerupai hewan.20
Menurut Zaini yang dikutip oleh Rafy Sapuri, manusia dalam Islam
memang makhluk yang memiliki dimensi-dimensi kompleks. Manusia
dimana pun dan beragama apa pun pasti tersusun dari jasad dan roh. Jasad
diartikan sebagai tubuh fisik dan roh diartikan sebagai kekuatan yang
berasal dari Allah SWT yang ditiupkan ke jasad manusia saat janin berusia
120 hari. Abu hanifah pernah mengatakan bahwa sumber krisis dunia adalah
rohani yang tidak diberi makan (lapar). Demikian juga al-Kindi pernah
berkata: ”Hakikat manusia adalah yang ada pada rohnya bukan yang ada
pada jasadnya. Manusia akan kehilangan identitasnya di hadapan seluruh
makhluk jika tidak mampu memahami eksistensi nilai-nilai ruhiyah yang
telah bersemayam dalam dirinya.” 21
Selanjutnya pengertian Islam menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW,
20
Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami: menyingkap rentang
kehidupan manusia dari prakelahiran hingga pascakematian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2008), h. 293 21
Rafy Sapuri, M.Si., Psikologi Islam: Tuntutan Jiwa Manusia Modern, (Jakarta:
Rajawali Press, 2009), h. 9-10
26
berpedoman kepada kitab suci Al-qur’an, yang diturunkan ke dunia melalui
wahyu Allah SWT. 22
Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat memahami pengertian
pembimbing rohani Islam adalah individu yang melakukan kegiatan
bimbingan kepada seseorang atau kelompok yang memiliki kesulitan-
kesulitan dalam hal rohani/ batin dengan berpedoman kepada Al-qur’an dan
Sunnah. Sehingga terbimbing dapat secara mandiri untuk menyelesaikan
masalah-masalah yang dihadapainya dengan menumbuhkan pemahaman
agama yang baik pada diri terbimbing.
2. Syarat-Syarat Pembimbing
Pembimbing perlu memiliki sifat, syarat, dan keterampilan yang
terus-menerus perlu dikembangkan. Adapun sifat atau syarat yang harus
dimiliki petugas pembimbing antara lain adalah hendaknya:
a. Memiliki sifat baik, setidak-tidaknya sesuai ukuran si terbantu.
b. Bertawakal, mendasarkan segala sesuatu atas nama allah.
c. Sabar, utamanya tahan menghadapi si terbantu yang menentang
keinginan untuk diberikan bantuan.
d. Tidak emosional, artinya tidak mudah terbawa emosi dan dapat
mengatasi emosi diri dan si terbantu.
e. Retorika yang baik, mengatasi keraguan si terbantu dan dapat
meyakinkan bahwa ia dapat memberikan bantuan.
22
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 341
27
f. Dapat membedakan tingkah laku klien yang berimplikasi terhadap
hukum wajib, sunnah, mubah, makruh, haram terhadap perlunya taubat
atau tidak. 23
M. Lutfi juga mengemukakan mengenai berbagai sifat dan akhlak
yang seharusnya dimiliki oleh setiap pembimbing:
“Sifat atau akhlak tersebut adalah keteladanan (uswah), dan figur
(qudwah), ikhlas, sabar dan intropeksi (ihtisab), optimis dan janji
setia (tsiqah) kepada Allah, pemahaman mendalam, pengorbanan,
antisipatif, dapat berinteraksi dengan berbagai kalangan, penuh
perhitungan, cerdas, lemah lembut, menjaga ukhuwah islamiyah,
bermartabat, mengutamakan tugas dan berserah diri kepada Allah
Swt (tawakkal).24
Selain syarat-syarat di atas, menurut penulis ada satu hal yang perlu
diperhatikan bagi seorang pembimbing rohani karena tugas seorang
pembimbing adalah menyampaikan pesan dakwah maka pertama-tama
pembimbing harus memulainya dari diri sendiri agar menjadi tauladan bagi
orang lain.
3. Keterampilan Yang Dimiliki Pembimbing
Menurut Jumhur dan Surya adapun keterampilan yang perlu dimiliki
oleh seorang pembimbing adalah keterampilan komunikasi, yaitu
mendengarkan dan memerhatikan. Disamping itu, juga kemampuan untuk
menyelenggarakan konseling, mengolah data individu, melakukan
23
Elfi Mu’awanah, S.Ag., M.Pd, dan Rifa Hidayah, S.Ag., S.Psi., M.Si.,Psi, Bimbingan
dan Konseling Islam Di Sekolah, (Jakarta: PT. Bumi Askara, 2009), h. 142 24
Drs. M. Lutfi, M.A., Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, h.
159
28
wawancara, dan menggunakan sumber-sumber yang terdapat di sekolah dan
masyarakat.25
Berikut bagan penjelasan mengenai keterampilan komunikasi. 26
Keterampilan lain yang diperlukan menurut Bimo Walgito, yang
dikutip oleh Samsul Munir:
“Seorang pembimbing harus mempunyai pengetahuan yang cukup
luas, baik segi teori maupun praktik. Teori merupakan hal yang
penting karena segi inilah yang menjadi landasan di dalam praktik.
Praktik tanpa teori tidak dapat mencapai tujuan dan sasaran yang
tepat. Demikian pula sebaliknya, praktik juga diperlukan dan
menjadi hal penting, karena bimbingan dan penyuluhan merupakan
“applied science” ilmu yang harus diterapkan dalam praktik sehari-
hari sehingga seorang pembimbing akan sangat canggung apabila
hanya memiliki teori tanpa memiliki kecakapan di dalam praktik.” 27
C. Tujuan, Fungsi, dan Metode Bimbingan
1. Tujuan Bimbingan
Menurut Drs. H.M Arifin M, Ed., tujuan bimbingan agama adalah
sebagai berikut:
25
Drs. M. Lutfi, M.A., Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, h.
143 26
Elfi Mu’awanah, S.Ag., M.Pd, dan Rifa Hidayah, S.Ag., S.Psi., M.Si.,Psi, Bimbingan
dan Konseling Islam Di Sekolah, h. 143 27
Drs. Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, h.297
Memerhatikan dan Mendengarkan
Klien
Keterampilan
Mikro
Keterampilan
Komunikasi Verbal
Keterampilan Bersama
Klien Secara Emosional
Mendengarkan Secara Aktif
29
“Bimbingan dan penyuluhan agama dimaksudkan untuk membantu si
terbimbing supaya memiliki religious reference (sumber pegangan
keagamaan) dalam memecahkan problem. Bimbingan dan
penyuluhan agama yang ditujukan kepada si terbimbing agar dengan
kesadaran serta kemampuannya bersedia mengamalkan ajaran
agamanya.28
Tujuan umum/ jangka panjang bimbingan dan konseling Islami
adalah agar individu menjadi muslim yang bahagia dunia dan akhirat.
Dimana untuk mencapai tujuan umum tersebut dalam proses konseling
perlu dibangun kemandirian individu sebagai pribadi muslim.29
Adapun tujuan bimbingan secara khusus antara lain sebagai berikut:
a. Membantu individu agar tidak menghadapi masalah
b. Membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapi
c. Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan
kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi
lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya
dan orang lain.30
Oleh karena itu, tujuan dari bimbingan rohani Islam ialah sebagai
suatu kegiatan yang mengarahkan dan membantu individu atau kelompok
untuk secara mandiri keluar dari masalah-masalah hidup yang dihadapai
dengan cara-cara yang sesuai dengan syariat Islam dan berdasarkan Al-
Qur’an dan Sunnah.
28
Drs. H. M. Arifin, M.Ed., Pokok-Pokok Pikiran tentang Bimbingan dan penyuluhan
Agama, h. 39 29
Erhamwilda, Konseling Islami,(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 119 30
Aunur Rahman Faqih, Bimbingan dan Konseling Islam (Yogyakarta: UII Press, 2001),
Cet. Ke-2,h. 35
30
2. Fungsi Bimbingan
Selanjutnya fungsi dari bimbingan menurut Aunur Rahman Faqih:
a. Pemahaman, yaitu membantu individu mengembangkan potensi dirinya
secara optimal.
b. Preventif, yaitu mencegah klien agar tidak melakukan perbuatan yang
bisa merugikan orang lain.
c. Pengembangan, yaitu menciptakan situasi belajar yang kondusif dan
memfasilitasi perkembangan klien.
d. Perbaikan/penyembuhan, yaitu memberikan bantuan pada klien yang
sedang mengalami masalah, baik yang berkaitan dengan pribadinya,
sosial, belajar, maupun karirnya.
e. Penyaluran, yaitu membantu klien agar mengembangkan potensi dirinya
sesuai dengan kemampuan pada bidang dan keahlian yang dimilikinya.
f. Penyesuaian, yaitu membantu klien agar dapat menyesuaikan diri
dimanapun ia tinggal dan berada. 31
3. Metode Bimbingan Rohani Islam
Metode adalah seperangkat langkah (apa yang harus dikerjakan) yang
tersusun secara sistematis (urutannya logis) untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam melakukan bimbingan, agar materi yang disampaikan oleh
pembimbing dimengerti oleh terbimbing (penerima pesan) diperlukan
metode, macam-macam metode yang digunakan dalam bimbingan antara
lain sebagai berikut:
31
Dr. Syamsu Yusuf dan Dr. A Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. Ke-2, h. 7
31
a. Metode Interview (Wawancara), merupakan suatu alat untuk memperoleh
fakta/ data/ informasi dari murid secara lisan, jadi terjadi pertemuan di
bawah empat mata dengan tujuan mendapatkan data yang diperlukan
untuk bimbingan.
b. Group Guidance (Bimbingan Kelompok), ada kontak ahli bimbingan
dengan sekelompok klien yang agak besar mereka mendengarkan
ceramah, ikut aktif berdiskusi, serta menggunakan kesempatan untuk tanya
jawab. Pembimbing mengambil banyak inisiatif dan memegang peranan
instruksional, misalnya bertindak sebagai instruktur atau sumber ahli bagi
berbagai macam pengetahuan atau informasi.
c. Client Centered Method (metode yang dipusatkan pada keadaan klien),
metode ini sering disebut juga dengan nondirective (tidak mengarahkan).
Dalam metode ini terdapat pandangan bahwa klien sebagai makhluk yang
bulat memiliki kemampuan berkembang sendiri dan sebagai pencari
kemantapan diri sendiri (self consistency).
d. Directive Counseling, metode ini berlawanan dengan metode nondirective
atau client centered, di mana konselornya dalam interviewnya, berada di
dalam situasi bebas. Klien diberi kesempatan mencurahkan segala tekanan
batin sehingga akhirnya mampu menyadari tentang kesulitan-kesulitan
yang diderita. Dengan demikian, peranan konselor hanyalah merefleksikan
kembali segala tekanan batain atau perasaan yang diderita klien.
e. Educative Method, metode ini hampir sama dengan metode client
centered, hanya bedanya terletak pada usaha mengorek sumber perasaan
yang menjadi beban tekanan batin klien serta mengaktifkan tenaga
32
kejiwaan klien (potens dinamis) melalui pengertian tentang realitas situasi
yang dialami olehnya.
f. Psychoanalysis Method, metode ini berpangkal pada pandangan bahwa
semua manusia itu jika pikiran dan perasaannya tertekan oleh kesadaran
dan perasaan atau motif-motif tertekan tersebut tetap masih aktif
mempengaruhi segala tingkah lakunya meskipun mengendap di dalam
alam bahwa ketidaksadaran (Das Es) yang disebutnya “Verdrongen
Complexen”. 32
Selain metode yang diuraikan di atas, dalam perspektif Al-Qur’an juga
metode yang bisa diterapkan dalam kegiatan bimbingan, yaitu metode bil-
hikmah, bil –mauidzah hasanah, dan bil-mujadalah. Sebagaimana terdapat
dalam firman Allah:
ادع إلى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي
أحسن إن ربك هو أعلم بمن ضل عن سبيله وهو أعلم بالمهتدين
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk”. (Q.S. An-Nahl (16): 125) 33
Ayat tersebut menjelaskan bahwa dalam mengajak dan membimbing
seseorang kepada jalan Allah, memerlukan metode dan teknik tertentu.
Diman kita sebagai pembimbing harus memahami karakteristik, latar
belakang dan kepribadian terbimbing, sehingga dapat menggunakan metode
bimbingan yang sesuai dan tujuan dari bimbingan tersebut dalam tercapai.
32
Drs. Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, h. 69-73 33 Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Jakarta: Maghfirah Pustaka), h. 281
33
a. Metode “bil-hikmah”, metode ini digunakan dalam menghadapi orang-
orang terpelajar, intelek, dan memiliki tingkat rasional yang tinggi, yang
kurang yakin akan kebenaran ajaran agama.
b. Metode “bil-mujadalah”, perdebatan yang digunakan untuk menunjukan
dan membuktikan kebenaran ajaran agama, dengan menggunakan dalil-
dalil Allah yang rasional.’
c. Metode “bil-mauidzah”, dengan menunjukan contoh yang benar dan tepat,
agar yang dibimbing dapat mengikuti dan menangkap dari apa yang
diterimanya secara logika dan penjelasan akan teori yang masih baku.34
4. Prinsip-Prinsip Bimbingan
Prinsip merupakan panduan hasil kajian teoritik dan telaah lapangan
yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan.
Misalnya menurut Van Hoose mengemukakan bahwa:
a. Bimbingan didasarkan pada keyakinan pada bahwa dalam setiap diri
manusia terkandung kebaikan-kebaikan; setiap pribadi mempunyai
potensi dan pendidikan hendaklah mampu membantu orang lain
memanfaatkan potensinya itu.
b. Bimbingan didasarkan pada ide bahwa setiap manusia adalah unik;
seseorang berbeda dengan orang lainnya.
c. Bimbinga merupakan bantuan kepada orang lain dalam pertumbuhan
dan perkembangan mereka menjadi pribadi-pribadi yang sehat.
34
Drs. M. Lutfi, M.A., Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, h.
135-136
34
d. Bimbingan merupakan usaha membantu mereka yang memerlukannya
untuk mencapai apa yang menjadi idaman masyarakat dan kehidupan
umumnya.
e. Bimbingan adalah pelayanan, unik yang dilaksanakan oleh tenaga ahli
dengan latihan-latihan khusus, dan untuk melaksanakan pelayanan
bimbingan diperlukan minat pribadi khusus.35
D. Etos Kerja
1. Pengertian Etos Kerja
Etos dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya yaitu pandangan
hidup yang khas dari suatu golongan. 36
Etos yang berasal dari bahasa
Yunani, dapat mempunyai arti sebagai sesuatu yang diyakini, cara berbuat,
sikap serta persepsi terhadap penilaian bekerja. Dari kata ini lahirlah apa
yang disebut dengan “ethic” yaitu, pedoman, moral, dan perilaku, atau
dikenal pula etiket yang artinya cara bersopan santun. 37
Selain itu definisi-definisi etos dari beberapa sumber dalam buku
Etos kerja Islami diantaranya:
a. Dalam buku Websters Worl University Dictionary dijelaskan etos ialah
sifat dasar atau karakter yang merupakan kebiasaaan dan watak bangsa
atau ras.
35
Prof. Dr. H. Prayitno, M.Sc. Ed, dan Drs. Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan
Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), h. 218 36
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 428 37
H. Toto Tasmara, Etos Kerja Pribadi Muslim, (Jakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995),
Cet. Ke-2, h. 21
35
b. Koentjoroningrat mengemukakan pandangannya bahwa etos
merupakan watak khas yang tampak dari luar dan terlihat oleh orang
lain.
c. Dalam Hand Book of Psycology Term, etos diartikan sebagai
pandangan khas suatu kelompok sosial, sistem nilai yang
melatarbelakangi adat istiadat dan tata cara suatu komunitas.
d. Menurut Nurcholish Madjid, etos berasal dari bahasa Yunani (ethos)
ialah karakter dan sikap, kebiasaan, serta kepercayaan dan seterusnya
yang bersifat khusus tetang seorang individu atau sekelompok
manusia. Etos juga berarti jiwa suatu kelompok manusia yang
daripadanya berkembang padangan bangsa itu sehubungan dengan
baik dan buruk, yaitu etika.38
e. Drs. H. Toto Tasmara juga mengartikan etos adalah norma serta cara
dirinya mempersepsi, memandang dan meyakini sesuatu”.39
Dalam pengertian lain, etos dapat diartikan sebagai thumuhat yang
berkehendak atau berkemauan yang disertai semangat yang tinggi dalam
rangka mencapai cita-cita yang positif.40
Dari beberapa definisi-definisi mengenai pengertian etos diatas,
menurut penulis dapat disimpulkan bahwa etos adalah cara pandang,
konsep, keyakinan, sistem nilai dan seterusnya yang dimiliki seseorang
atau kelompok yang disertai dengan semangat dan kemauan yang tinggi
guna mewujudkan suatu harapan.
38
DR. Ahmad Janan Asifudin, M.A., Etos Kerja Islami, (Surakarta: Muhammadiyah
University Press, 2004), h. 25-26 39
Ibid, h. 22 40 Musa Asy’arie, Islam, Etos Kerja dan Pemberdayaan Ekonomi Ummat, (Yogyakarta:
Lesfi, 1997), Cet. Ke-1, h. 3
36
Selanjutnya pengertian kerja dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
adalah kegiatan melakukan sesuatu, yang dilakukan atau diperbuat untuk
mencari nafkah.41
Pengertian bekerja dalam arti luas adalah bentuk usaha yang
dilakukan oleh manusia, baik dalam hal materi maupun non materi,
intelektual atau fisik, maupun hal-hal yang berkaitan dengan hal materi
maupun keakheratan.42
Menurut Ahmad Janan Asifudin, kerja merupaka aktifitas sengaja,
bermotif dan betujuan. Pengertian kerja biasanya terikat dengan
penghasilan atau upah memperoleh hasil, baik bersifat materill atau non
materiil.43
Etos Kerja, menurut Mochtar Buchori dapat diartikan sebagai suatu
sikap dan pandangan terhadap kerja, kebiasaaan kerja: ciri-ciri atau sifat-
sifat mengenai cara kerja yang dimiliki seseorang atau kelompok manusia
atau suatu bangsa. 44
Etos Kerja adalah sifat, watak, dan kualitas kehidupan batin
manusia, moral, dan gaya estetik serta suasana batin mereka. Ia merupakan
sikap mendasar terhadap diri dan dunia mereka yang direfleksikan dalam
kehidupan nyata. Etos kerja adalah pancaran dari sikap hidup manusia yang
mendasar terhadap kerja.45
41
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 428 42
Ilah Fadhilah, Skripsi “Hubungan Antara Pembinaan Agama dengan Motivasi Kerja Di
Komunitas Pemulung Jurang Mangu Barat”, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013), h.
28 43
DR. Ahmad Janan Asifudin, M.A., Etos Kerja Islami, h. 27 44
Mochtar Buchori, Penelitian Pedidikan dan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta:
IKIP Press, 1994), h. 6 45
Ibid, h. 6
37
Dari sejumlah definisi dan penjelasan diatas, penulis bisa
menangkap bahwa etos kerja artinya pandangan, nilai, dan sikap mendasar
yang dimiliki seseorang atau kelompok tertentu mengenai bekerja yang
kemudian memancar dan direfleksikan dalam kehidupan nyata. Misalnya
seseorang yang merasa bahwa bekerja itu adalah suatu penghormatan,
kinerjanya akan lebih tinggi jika dibandingkan yang hanya sekedar bekerja.
Begitu juga dengan orang yang merasa bahwa bekerja itu bukan semata-
mata untuk mencari uang, tapi juga sebagai usaha untuk menggapai ridho
Allah SWT dan bernilai ibadah sehingga dengan sendirinya orang-orang
tersebut melakukan hal-hal dalam pekerjaan dengan tulus dan totalitas.
Contohnya: berangkat dan pulang kerja tepat pada waktunya, mengetahui
bahwa pekerjaan meminta-minta dilarang dalam Islam maka Ia lebih
memilih untuk berusaha lebih baik lagi.
2. Asas-Asas Etos Kerja Islami 46
Apa yang dimaksud dengan kerja? Makna “bekerja” bagi seorang
muslim adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh, dengan mengerahkan
seluruh aset, fikir, dan dzikirnya untuk mengaktualisasikan atau
menampakan arti dirinya sebagai hamba Allah yang harus menundukan
dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang
terbaik (khoiro ummah) atau dengan kata lain dapat juga kita katakan
bahwa dengan bekerja manusia itu memanusiakan dirinya.
46
Didin Hafidhuddin, Islam Aplikatif, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), h. 45-46
38
Dari rumusan ini tampak bahwa etos kerja itu dapat didefinisikan
sebagai: cara pandang yang diyakini seorang muslim bahwa bekerja itu
bukan saja untuk memuliakan dirinya, menampakkan kemanusiaanya,
tetapi juga sebagai suatu manifestasi dari amal sholeh dan oleh karenanya
mempunyai nilai ibadah yang sangat luhur.
Islam adalah ajaran yang mendorong umatnya untuk memiliki
semangat bekerja dan beramal, serta menjauhkan diri dari sifat malas.
Rasulullah Saw. bersabda:
“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari lemah pendirian, sifat
malas, penakut, kikir, hilangnya kesadaran, terlilit utang, dan
dikendalikan orang lain. Dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa
kubur, dan dari fitnah (ketika) hidup dan mati.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
“Carilah oleh kalian semua rezeki di muka bumi.”
(HR. Thabrani)
Bagi kaum muslimin, bekerja dalam rangka mendapatkan rezeki
yang halal dan memberikan kemanfaatan yang sebesar-besarnya bagi
masyarakat merupakan bagian dari ibadahnya kepada Allah SWT.
ون إلى عالم عملكم ورسوله والمؤمنون وسترد وقل اعملوا فسيرى للا
الغيب والشهادة فينبئكم بما كنتم تعملون
“Dan katakanlah “Bekerjalah kamu, maka Allah dan RasulNya
serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan
kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan
yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa
yang telah kamu kerjakan.” (at-Taubah: 105)
39
الة فانتشروا في األرض وابتغوا من فضل فإذا قضيت الص
كثيرا لعلكم تفلحون واذكروا للا للا
“Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu
dimuka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah
banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (al-Jumu’ah: 10)
Karena bekerja dan berusaha merupakan bagian dari ibadah, maka
aplikasi dan implementasi dari bekerja perlu diikat dan dilandasi oleh
akhlak/ etika, yang disebut dengan etika profesi. Etika profesi itu antara
lain tercermin dari kata-kata sifat, yaitu Shiddiq, Istiqomah, Fathanah,
Amanah dan Tablig.
3. Fungsi Etos Kerja
Lapangan mu’amalah adalah aspek dimana manusia berhubungan
secara horizontal antara satu dengan yang lainnya dalam lapangan ekonomi,
sosial, kemasyarakatan, dan nilai-nilai dalam rangka memenuhi hajat hidup
di dunia fana ini. Untuk mencapai kebahagiaan yang dijanjikan Allah SWT
haruslah manusia rajin bekerja dan berbuat sungguh-sungguh sehingga
dapat mengantarkan kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Sungguh
banyak ayat-ayat yang bertebaran dalam Al-Qur’an yang mengundang
manusia agar bermain dan mendorong mereka rajin bekerja. 47
Dengan memiliki etos kerja diharapkan umat Islam khususnya
diharapkan supaya ummat Islam menjadi umat yang rajin, cekatan, dan
47
Hamzah Ya’qub, Etos Kerja Islam: Petunjuk Pekerjaan Yang Halal dan Haram dalam
Syari’at Islam, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2001), h. 7
40
tangkas bekerja guna memproduksi kebaikan dan kebajikan sebanyak
mungkin. 48
Selain itu etos kerja memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Pendorong timbulnya perbuatan
b. Penggairah dalam aktivitas
c. Penggerak, seperti mesin pada mobil. Besar dan kecilnya mempengaruhi
motivasi akan menentukan cepat lambatnya suatu perbuatan.49
4. Ciri Etos Kerja Muslim
Ciri-ciri orang yang mempunyai dan menghayati etos kerja akan
tampak dalam sikap dan tingkah lakunya yang dilandaskan pada suatu
keyakinan yang sangat mendalam bahwa bekerja itu merupakan bentuk
ibadah, sautu panggilan dan perintah Allah yang akan memuliakan dirinya,
memanusiakan dirinya sebagai bagian dari manusia pilihan (khairo ummah),
diantaranya:50
a. Memiliki jiwa kepemimpinan (leadership)
b. Selalu berhitung
c. Menghargai waktu
d. Tidak pernah puas berbuat kebaikan (positive improvements)
e. Hidup hemat dan efisien
f. Memiliki jiwa wiraswasta
48
Hamzah Ya’qub, Etos Kerja Islam: Petunjuk Pekerjaan Yang Halal dan Haram dalam
Syari’at Islam, h. 9 49
A. Tarbani Rusyan, Pedekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: CV.
Remaja Rosdakarya, 1989), Cet. Ke-8, h. 63 50
H. Toto Tasmara, Etos Kerja Pribadi Muslim, (Jakarta: Dana Bhakti Wakaf, Cet. 2,
1995), h. 29-61
41
g. Memiliki insting bertanding dan bersaing
h. Keinginan untuk mandiri (independent)
i. Haus memiliki sifat keilmuan
j. Berwawasan makro – universal
k. Memperhatikan kesehatan dan gizi
l. Ulet, pantang menyerah
m. Berorientasi pada produktivitas
n. Memperkaya jaringan silaturrahim
42
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA
PANTI SOSIAL BINA INSAN BANGUN DAYA 2
CEGER JAKARTA TIMUR
A. Profil Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2
1. Sejarah Panti
Pada tahun 1978 pemerintah DKI Jakarta melalui Dinas Sosial
membangun sebuah panti dengan nama “Panti Pengemis Cipayung”, dalam
perkembangan selanjutnya melalui Keputusan Gubernur DKI Jakarta
Nomor: 736 Tahun 1996, menjadi Panti Sosial Bina Karya Bangun Daya 2
Ceger. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 163
Tahun 20002, menjadi Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger.
Selanjutnya berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 76
tahun 2000, berubah menjadi Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 yang
berfungsi sebagai penampungan sementara dan bimbingan sosial awal
PMKS hasil penertiban dan penjangkauan sosial seperti gelandangan,
pengemis, wanita tuna susila, jompo terlantar, anak jalanan, psikotik
terlantar, penyandang cacat terlantar dan PMKS lainnya.1
Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 merupakan Unit Pelaksana
Teknis (UPT) Dinas Sosial dalam pelaksanaan kegiatan penampungan
sementara dan bimbingan awal PMKS hasil penertiban dan penjangkauan
sosial. (Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 76 tahun 2010 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Panti Sosial Bina Insan Bangun
Daya).
1 Wawancara dengan Bapak H. Abdul Khair, S.Ag., M.Si, KA Sub Bag Tata Usaha,
Ceger, 26 Maret 2014
43
2. Kondisi Panti Sosial
a. Luas tanah : 15.000 M²
b. Luas bangunan : 10.000 M²
c. Kapasitas panti : 250 orang
d. Lokasi panti : Jl. Bina Marga No. 48 Ceger, Cipayung, Jakarta
Timur 13820, Telp. 021 844 5761
e. E-mail : [email protected] 2
3. Susunan Organisasi Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2
Gambar 1
Struktur organisasi Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 3
4.
5.
2 Pamflet, Profil Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, pada Januari 2014
3 Ibid
KEPALA PANTI
KA. SUB BAG TU
SEKSI PERAWATAN SEKSI BIMLUR
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
44
4. Sarana dan Prasarana Pendukung
Tabel 1
Sarana dan prasarana pendukung di Panti Sosial 4
No Nama Bangunan Volume
1 Ruang kantor 1 unit
2 Auditorium 1 unit
3 Ruang rapat 1 unit
4 Pendopo 1 unit
5 Rumah Dinas 9 unit
6 Pos Jaga 2 unit
7 Ruang Gudang 1 unit
8 Kantin 1 unit
5. Kondisi SDM
Tabel 2
Kondisi SDM di Panti Sosial 5
No Jabatan Organik Pendidikan Terakhir
S2 S1 D3 SMA SMP SD
1 Kepala Panti 1
2 Ka. Subag/ Ka. Sie 2 1
3 Staf PNS 10 3 4
4 Staf CPNS
Jumlah 3 2 10 3 4
Jabatan Non
Organik
1 Tenaga Pelayanan
Sosial
3 1 8
4 Purwono, Buku Pedoman , Pelayanan Warga Binaan Sosial (WBS) Di Panti Sosial Bina
Insan Bangun Daya 2 Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta 5 Pamflet, Profil Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, pada Januari 2014
45
6. Visi dan Misi
Visi :
“Mewujudkan Kemandirian dan Kualitas Hidup Binaan Sosial”
Misi :
a. Meningkatkan kualitas pelayanan sosial terhadap warga binaan sosial
b. Meningkatkan harkat dan martabat binaan sosial
c. Mengembangkan sistem sarana dan prasarana binaan sosial
d. Mengembangkan prakarsa dan peran serta masyarakat dalam pelayanan
sosial. 6
7. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
a. Kedudukan
Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger merupakan Unit
Pelaksana Teknis Dinas Sosial dalam pelaksanaan kegiatan penampungan
sementara dan bimbingan sosial awal penyandang masalah kesejahteraan
sosial (PMKS) hasil penertiban dan penjangkauan sosial.
Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger dipimpin oleh
seorang kepala panti yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab
kepada kepala Dinas Sosial. Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya,
Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya dikoordinasi oleh sekretaris Dinas
Sosial. 7
b. Tugas Pokok
Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger memiliki tugas
untuk menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial hasil
6 Purwono, Buku Pedoman , Pelayanan Warga Binaan Sosial (WBS) Di Panti Sosial Bina
Insan Bangun Daya 2 Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta 7 Pamflet, Profil Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, pada Januari 2014
46
penertiban dan penjangkauan penyandang masalah kesejahteraan sosial
(PMKS) jalanan. 8
c. Fungsi dan Tujuan Panti Sosial
Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 memiliki beberapa fungsi
sebagai berikut:
a. Pelaksanaan pendekatan awal meliputi penjangkauan, observasi,
identifikasi, motivasi, seleksi
b. Pelaksanaan penerimaan meliputi registrasi, persyaratan, administrasi,
dan penempatan dalam panti
c. Pelaksanaan perawatan dan pemeliharaan fisik dan kesehatan.
d. Pelaksanaan asessmen meliputi penelaahan, pengungkapan, dan
pemahaman masalah serta potensi.
e. Pelaksanaan bimbingan fisik serta bimbingan mental dan sosial
f. Pelaksanaan penyaluran kembali kepada keluarga, persiapan
pemulangan ke daerah asal dan rujukan kepanti terkait.
g. Pelaksanaan pembinaan lanjut meliputi monitoring, konsultasi,
asistensi, pemantapan dan terminasi.
Tujuan Didirikannya Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 ini
adalah untuk mencegah dan mengurangi PMKS agar tidak kembali
kejalan. 9
8 Pamflet, Profil Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, pada Januari 2014
9 Pamflet, Profil Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, pada Januari 2014
47
B. Asal dan Persyaratan Pengambilan WBS
1. Asal warga binaan sosial (WBS)
a. Hasil penertiban dan penjangkauan sosial
b. Rujukan dari rumah sakit
c. Rujukan dari kepolisian
d. Masyarakat 10
2. Persyaratan Pengambilan WBS Oleh Keluarga
a. Foto copy KTP yang mengurus
b. Foto copy Kartu Keluarga
c. Surat keterangan RT, RW, Kelurahan, Kecamatan
d. Surat keterangan dari sekolah apabila masih sekolah
e. Surat rekomendasi dari instansi yang menertibkan
f. Surat rekomdasi dari Dinas Sosial
g. Menandatangani surat pernyataan dengan materai Rp. 6.000,- sebanyak
2 lembar 11
C. Program dan Tahap Pembinaan
1. Program Pembinaan di Panti Sosial
a. Bimbingan Fisik
Kegiatan yang dilaksanakan berupa senam kesegaran jasmani
(SKJ) setiap satu minggu dua kali, ada juga futsall, bola voli, tenis meja,
bulu tangkis, dan kerja bakti kebersihan lingkungan panti.
10
Ibid 11 Purwono, Buku Pedoman , Pelayanan Warga Binaan Sosial (WBS) Di Panti Sosial
Bina Insan Bangun Daya 2 Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta
48
b. Bimbingan Sosial dan Case Conference
Bimbingan sosial dilaksanakan secara individu maupun kelompok
sehingga WBS dapat memahami permasalahannya serta untuk memperoleh
masukan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan rujukan/
penyaluran sesuai dengan permasalahan yang dilanjutkan melalui kegiatan
case conference (pembahasanan kasus).
c. Bimbingan Psikologis
Kegiatan yang dilaksanakan berupa konseling individu dan
kelompok sebagai sarana untuk mengungkapkan pikiran, perasaan,
pengalaman, dan harapan WBS.
d. Bimbingan Rohani Islam
Memberikan bimbingan keagamaan yang berkaitan dengan ibadah,
akhlak, hakekat kehidupan, dan penanaman nilai-nilai agama.
e. Bimbingan Hukum
Memberikan pemahaman tentang Peraturan Daerah No. 8 Tahun
2007 tentang Ketertiban Umum dan peraturan perundang-undangan lainnya,
dengan harapan mereka dapat hidup layak dan normatif.
f. Bimbingan Keterampilan
Dilaksanankan sebagai upaya pemberian bekal keterampilan agar
WBS dapat mengembangkan diri setelah kembali ke masyarakat antara
lain: membuat keset, membuat pot, dan berkebun sayur.
g. Bimbingan Kesenian
Menyalurkan hobi dan bakat seni musik sehingga WBS dapat
menyalurkannya dalam hal menyanyi.
49
h. Penyaluran/ Pembinaan Lanjut
a. Penyaluran kepanti terkait
b. Penyaluran kembali kekeluarga
c. Pemulangan ke daerah asal ke Jawa Tengah dan Jawa Barat (program
Dinas Sosial Prov. DKI Jakarta) 12
2. Tahap Pembinaan PMKS PSBIBD 2
Gambar 2
Tahap pembinaan PMKS di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 13
12
Wawancara dengan Bapak H. Abdul Khair, S.Ag., M.Si, KA Sub Bag Tata Usaha,
Ceger, 26 Maret 2014 13
Brosur, Profil Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, pada Januari 2014
TAHAP I
Identifikasi WBS Asesmen Pembinaan
TAHAP IV TAHAP III TAHAP II
Bim. Sosial
Bim. Rohani
Islam
Bim. Fisik
Penelaahan
Data WBS
Pengungkapan
dan pemahaman
masalah dari
aspek fisik, sosial,
psikologis sesuai
dgn karakteristik
WBS
Bim. Rekreasi
Bim. Hukum
Identifikasi
potensi dan
sumber dari WBS
dan keluarga
Penyusunan
rencana
pelayanan Bim.
Keterampilan
Konsultasi
psikologis
Konsultasi
keluarga
B. Kesenian
Pendekatan
awal
Penjangkauan
Observasi
Motivasi
Identifikasi
Seleksi
Penanda tanganan berita acara serah terima
Pemeriksaan dokumen persyaratan
Penentuan
petugas
pendamping Perawatan
Penempatan dlm panti
Penjelasan
program
pelayanan
Registrasi
TAHAP V TAHAPV I
Resosialisasi Penyaluran
Mengikutsertakan WBS dalam kegiatan sosial bersama masy. umum
Persiapan penyaluran
Memberikan gambaran ttg lokasi tujuan penyaluran
Pelaksanaan penyaluran ke: 1. Panti
sosial terkait
2. Kembali pada keluarga
3. Pemulangan ke daerah asal
4. Lembaga pelayanan sosial lainnya
51
BAB IV
TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA
Dalam bab ini penulis akan memaparkan temuan yang penulis dapatkan
selama penelitian yang berlangsung di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2,
diantaranya identifikasi subyek penelitian, identifikasi objek penelitian serta
analisis peran pembimbing rohani Islam dalam menumbuhkan etos kerja pada
warga binaan sosial (WBS).
Kegiatan bimbingan rohani Islam di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya
2 ini merupakan kegiatan wajib yang harus diikuti oleh seluruh WBS yang sudah
terjadwal dan merupakan kegiatan yang dapat memberikan motivasi dan
bimbingan pada warga binaan sosial (WBS) agar mereka bisa mendapat
pencerahan dan mau meninggalkan profesi lama mereka (mengemis, mengamen,
joki, gelandangan, pedagang asongan) dengan bekerja mencari nafkah sesuai
syariat islam dan pertaturan Pemda DKI Jakarta, minimal mereka tidak kembali
ke jalan lagi.
A. Identitas Informan
1. Subyek I Pembimbing
Tabel 3
Pembimbing Rohani Islam 1
No Nama Usia Jabatan Pendidikan Bimbingan yang
Diberikan
1 Ustad Ahmad
Munzir
25
Tahun
Pembimbin
g Rohani
Islam
LIPIA
(Semester IV)
Jurusan Syariah
- Ketauhidan
- Fiqh shalat,
puasa
1 Wawancara dengan Bapak Kurniawan, S. Sos, Staff Bimbingan dan Penyaluran, Di
Jakarta pada Kamis, 3 April 2014.
52
- Muamalah
- Rukun Iman dan
Rukun Islam
- Motivasi Kerja
Islami
2 M.
Kurniawan,
S.Sos
35
Tahun
Staff
Bimbingan
dan
Penyaluran
- Kesos UI
(Universitas
Indonesia)
- KPI (STIDD
Al-Hikmah)
- Terapi Stress
- Terapi Do’a dan
Dzikir
- Motivasi Hidup
dan Kerja
- Konseling
Individu
- Praktek Shalat
berjama’ah
- Bimbingan baca
Al-Qur’an
Deskripsi mengenai pembimbing rohani Islam di Panti Sosial Bina
Insan Bangun Daya 2 yaitu:
a. Ustadz Ahmad Munzir
Ustad Ahmad Munzir adalah salah satu pembimbing rohani
Islam di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2. Ustadz Munzir lahir
di Basanlian Lombok Timur, pada tanggal 16 September 1988 berusia
25 tahun. Sekarang Ustadz Munzir sedang menempuh pendidikan
lanjutan di LIPIA mengambil jurusan Syariah semester IV (empat).
Beliau menjadi pembimbing rohani Islam di panti sejak tahun
2012 hingga sekarang, jadi kurang lebih sudah 2 tahunan. Sejarah
Ustadz Munzir bisa menjadi pembimbing rohani islam di panti
awalnya beliau datang ke Jakarta untuk kuliah di LIPIA pada tahun
2008. Setelah tiga tahun ada rekannya meminta Ustadz untuk
memberikan bimbingan ke panti. Dengan niat untuk belajar
53
berdakwah dan berharap mendapat Ridho dari Allah SWT akhirnya
Ustad Munzir memutuskan untuk menjadi pembimbing rohani Islam
di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 sampai sekarang.2
b. Bapak Kurniawan, S.Sos
Bapak Kurniawan, S.Sos adalah salah satu staff di Panti Sosial
Bina Insan Bangun Daya 2 menduduki jabatan sebagai staff
Bimbingan dan Penyaluran. Beliau dikenal oleh banyak orang dengan
nama panggilan Pak Kur. Pak Kur lahir di Jakarta, 14 Januari 1979 dan
berusia 35 tahun. Pendidikan terakhir beliau yaitu S1 di Universitas
Indonesia jurusan Kesejahteraan Sosial dan di STIDDI Al-Hikmah
jurusan Komunikasi Penyiaran Islam semester akhir sedang dalam
tahap penyusunan tugas akhir.
Sejarah Pak Kurniawan bisa menjadi pembimbing rohani islam
di panti karena awalnya beliau PNS (Pegawai Negeri Sipil) bagian
Bimbingan dan Penyaluran. Di panti ini masih sangat kekurangan
pembimbing rohani Islam, sebagai Sie. Bimbingan dan Penyaluran
beliau merasa memiliki tanggung jawab untuk memberikan bimbingan
baik agama, sosial, hukum, dan motivasi kepada warga binaan sosial (
WBS). Selain itu basic beliau yang erat dengan dakwah dan kuliah di
jurusan Komunikasi Penyiaran Islam jugalah yang membuat kecintaan
2 Wawancara pribadi dengan Ustadz Ahmad Munzir, Pembimbing Rohani Islam,
Jakarta, pada 3 April 2014.
54
beliau untuk menyampaikan pesan-pesan Islam kepada warga binaan
sosial ( WBS) di panti.3
2. Terbimbing
Adapun deskripsi mengenai terbimbing adalah sebagai berikut:
Tabel 4
Terbimbing berdasarkan jenis kelamin4
No Jenis Kelamin Jumlah
1 Laki-Laki 23 Orang
2 Perempuan 17 Orang
Jumlah 40 Orang
[
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa terbimbing laki-laki
berjumlah 23 orang dan terbimbing perempuan berjumlah 17 orang.
Tabel 5
Terbimbing Berdasarkan Usia5
No Usia Jumlah
1 20-25 4 orang
2 26-31 3 orang
3 32-37 7 orang
4 38-42 9 orang
5 43-48 10 orang
6 49-53 6 orang
7 54-59 -
8 60-64 1 orang
Jumlah 40 orang
3 Wawancara langsung dengan Bapak Kurniawan, S. Sos, Staff Bimbingan dan
Penyaluran, Di Jakarta pada Kamis, 3 April 2014. 4 Data kegiatan Bimbingan Rohani Islam di Panti Sosial Bina Insan Bangun
Daya 2, Periode Maret 2014. 5 Ibid
55
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas terimbing
berada dikisaran usia 43-48 tahun, yang mana pada usia ini dapat
dikatakan dikatakan sebagai usia produktif.
Tabel 6 Terbimbing Berdasarkan Klasifikasi WBS
6
No Klasifikasi WBS Jumlah
1 Pengamen 6 orang
2 Joki 10 orang
3 Pemulung 5 orang
4 Pengemis 13 orang
4 Gelandangan 2 orang
5 Pedagang Asongan 4 orang
Total 40 orang
Tabel 7
Terbimbing Berdasarkan Asal Daerah 7
No Asal Daerah Jumlah
1 Jakarta 10 orang
2 Padang 1 orang
3 Tangerang 5 orang
4 Jawa Tengah 8 orang
5 Jawa Barat 6 orang
6 Jawa Timur 7 orang
7 Palembang 1 orang
8 Lampung 1 orang
Jumlah 40 orang
6 Data kegiatan Bimbingan Rohani Islam di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2,
Periode Maret 2014. 7 Ibid
56
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas terbimbing
yang mengikuti bimbingan adalah WBS yang berusia 43-48 tahun dan
memiliki klasifikasi pekerjaan sebagai pengamen, pengemis, joki,
pedagang asongan, gelandangan dan pemulung.
Terbimbing yang menjadi sampel penelitian penulis adalah yang
aktif mengikuti kegiatan bimbingan agama berjumlah 5 orang. Terdiri
dari 2 laki-laki dan 3 perempuan. Dengan jenis klasifikasi PMKS
(Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial), yaitu pengemis, pemulung,
dan pedagang asongan. Klasifikasi ini diambil berdasarkan pertimbangan
dan hasil pengamatan penulis selama dilapangan karena WBS dengan
klasifikasi lainnya tidak dapat dijadikan objek penelitian karena
keterbatasan waktu atau mental dari WBS itu sendiri. Adapun terbimbing
yang ada di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 yang telah penulis
wawancarai diantaranya :
a. Amrizon
Pak Amrizon berusia di 37 tahun lahir di Padang, 28 November
1976. Merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara, sayangnya
beliau bertatus belum menikah walau di usia yang tidak muda lagi.
Pendidikan terakhir Pak Amrizon yaitu Sekolah Teknik, ini setara
dengan tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pak Amrizon
tinggal di Palmerah, Jakarta Selatan. Bekerja sebagai pedagang
asongan yang menjual ID-Card, gantungan, casing HP, dan lain-lain.
Dengan penghasilan sehari-harinya berkisar antara Rp. 50.000,-
sampai dengan Rp. 100.000,-.
57
Pak Amrizon ada di panti sejak tanggal 10 Maret 2014. Latar
belakang Pak Amrizon bisa masuk ke panti karena di bawa oleh dua
orang SATPOL PP yang sedang melakukan razia, dan akhirnya Pak
Amrizon dibawa ke Suku Dinas Jakarta Selatan karena berjualan di
tempat yang dilarang yaitu JPO (Jembatan Penyebrangan Orang) di
daerah Polda Metro Jaya.
Ini pertama kalinya Pak Amrizon terjaring razia oleh Satpol PP,
walaupun sebelum-sebelumnya dia tau bahwa ada Peraturan Daerah
(Perda) No. 8 Tahun 2007, yaitu larangan berjualan di JPO. Walaupun
begitu Pak Amrizon masih nyaman berjualan di jembatan karena ingin
mengumpulkan modal untuk buka usaha. Tapi berdasarkan pengakuan
dari Pak Amrizon, setelah keluar dari panti dia tidak akan mau lagi
jualan ditempat yang terlarang. Dia memilih untuk membuka usaha
lain misalnya kios makanan dengan cara menyewa.8
b. Amirudin
Bapak Amirudin, tinggal di Lapak Pemulung daerah
Kalibata. Lahir di Pemalang, 19 Januari 1975 usianya 38 tahun.
Merupakan anak ke-3 dari 7 bersaudara. Pak Amir memiliki dua
orang anak, yaitu SD kelas lima dan balita berusia 5 tahun dan istrinya
merupakan ibu rumah tangga. Pendidikan terakhir Pak Amirudin yaitu
SMP di daerah Pemalang Jawa Timur.
Pekerjaan sehari-hari Pak Amir yaitu bekerja di proyek dari
jam 8 pagi sampai dengan jam 4 sore dengan gaji Rp. 50.000,- per
8 Hasil wawancara dengan Amrizon, WBS di Panti Sosial Bina Insan Bangun
Daya 2, Jakarta pada tanggal 27 Maret 2014.
58
hari. Karena Pak Amir memiliki dua orang anak dan satu istri yang
menjadi tanggungannya, Pak Amir memilih untuk mencari tambahan
dengan cara memulung setelah pulang kerja di proyek kira-kira 1
sampai 2 jam-an. Malangnya hari itu tanggal 10 Maret 2014, Pak
Amirudin dibawa oleh Satpol PP ke panti saat sedang tertidur di
taman karena kelelahan.9
c. Hatinah
Ibu Hatinah berusia 50 tahun, lahir di Subang pada tanggal 16
Maret 1964. Merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara. Bu
Hatinah tinggal di Klender di Kampung Pertanian Tengah RT 01 RW
01. Pendidikan terakhirnya lulus SD, di SDN Jati Rejo Subang Jawa
Barat. Bu Hatinah memiliki 2 orang anak dan 3 orang cucu.
Bu Hatinah masuk ke panti pada tanggal 28 Maret 2014. Pagi
itu Bu Hatinah sedang berjalan dengan suaminya Pak Kaming mau
menuju ke rumahnya setelah mengemis di salah satu perumahan.
Ternyata ketika hendak menyebrang jalan tiba-tiba ada mobil Dinas
Sosial (Dinas Sosial), akhirnya mereka berdua terjaring razia dan
dibawa ke panti.
Menurut pengakuan Bu Hastinah dia terpaksa mengemis
karena untuk membantu suaminya yang tuna netra. Baru 20 hari dia di
Jakarta, biasanya Bu Hastinah tinggal di kampung. Suaminya sudah 7
tahun mengemis dan tidak pernah terjaring razia karena minta-
9 Hasil wawancara dengan Amirudin, WBS di Panti Sosial Bina Insan Bangun
Daya 2, Jakarta pada tanggal 27 Maret 2014.
59
mintanya di perumahan. Suaminya memiliki penuntun orang Tegal,
tetapi sedang pulang kampung. Terpaksa Bu Hatinah yang
menggantikan untuk menemani suaminya mengemis. Penghasilan
mengemis Bu Hastinah Rp. 30.000,- sampai dengan Rp. 60.000,-.10
d. Nuryani
Bu Nuryani, lahir di Palopo tanggal 5 Mei 1973 usianya
sekarang sudah 40 tahun. Bu Nur merupakan anak terakhir dari dua
bersaudara. Tempat tinggal Bu Nur di daerah Juanda gang Kingkit,
dia tinggal dengan anak terakhirnya sedangkan anak pertama dan
keduanya bekerja di Yogyakarta. Bu Nur memiliki pendidikan
terakhir yaitu STM (Sekolah Tinggi Menengah) Palopo, Makassar.
Bu Nuryani ada di panti sejak tanggal 11 Maret 2014, dia
dirazia oleh Satpol-PP karena sedang berjualan di Monas. Kegiatan
sehari-hari Bu Nuryani yaitu berdagang dan mulung. Dia berjualan
kopi, mie, rokok, permen, dan lain –lain dari jam 09.00 s.d 17.00 WIB
setelah itu Bu Nur melanjutkan kegiatannya dengan memulung dari
jam 19.00 s.d 04.00 WIB di daerah Monas sampai ke daerah Senen
dengan berjalan kaki. Pagi-paginya dia pulang dulu ke kontrakan
untuk menyiapkan perlengkapan anaknya sekolah.
Bu Nur melakukan ini untuk menghidupi kebutuhan sehari-
harinya juga kebutuhan anak terakhirnya. Suaminya telah meninggal
dunia karena tabrakan di daerah Kalimantan, sehingga Bu Nur harus
memenuhi kebutuhan ekonominya sendirian. Penghasilan yang
10
Wawancara dengan Ibu Hatinah, WBS di Panti Sosial Bina Insan Bangun
Daya 2, Jakarta pada tanggal 05 April 2014.
60
diperoleh Bu Nur untuk dagang Rp. 20.000,- s.d Rp. 30.000,- dan
penghasilan untuk mulung Rp. 35.000,- per hari.11
e. Suniti
Ibu Suniti, lahir di Banjarnegara pada tanggal 23 Oktober
1973. Ibu suniti berusia 40 tahun dan merupakan anak terakhir dari
tiga bersaudara. Pendidikan terakhir Bu Suniti hanya sekolah dasar
saja, karena waktu itu di desanya pendidikan masih minim. Alamat
rumahnya di daerah Klender Jakarta Timur.
Bu Suniti berada di panti sejak tanggal 20 Maret 2014, dia
terjaring razia oleh Satpol PP disaat jalan pulang menuju ke rumah.
Bu Suniti dan suaminya dibawa oleh Satpol PP karena melanggar
ketertiban umum Pemda DKI Jakarta yaitu mengemis. Ibu Suniti
mengemis bersama suaminya, dimana Bu Suniti sebagai penuntun
suaminya yang berdasarkan infomasi ternyata seorang tuna netra. Bu
Suniti baru saja datang dari kampung, karena suaminya sudah lama
tidak mencari nafkah.
Suami Bu Suniti sudah tidak bisa melihat sejak 7 tahun yang
lalu, sehingga suaminya tidak bisa bekerja seperti biasa. Karena
kebutuhan sehari-hari yang mendesak, akhirnya suami Bu Suniti
memilih untuk datang ke Jakarta untuk mengemis. Suaminya
memiliki seorang teman yang untuk menemani saat mengemis
11
Wawancara dengan Nuryani, WBS di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Jakarta
pada tanggal 05 April 2014.
61
(penuntun), tapi sekarang sedang pulang kampung sehingga suaminya
kembali pulang ke kampung.
Karena terlalu lama di kampung membuat Bu Suniti dan
keluarga, merasa kekurangan dalam memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari. Ini memaksa Bu Suniti untuk ikut suaminya ke Jakarta
untuk mengemis, sayangnya baru satu minggu di Jakarta Bu Suniti
terjaring razia oleh Satpol PP dan dibawa ke panti sosial. Pendapatan
sehari-hari Bu Suniti dan suami dari hasil mengemis berkisar antara
Rp. 30.000,-sampai dengan Rp. 40.000,-/ hari. 12
B. Kegiatan Bimbingan Rohani Islam Di Panti Sosial Bina Insan Bangun
Daya 2 Ceger
1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan bimbingan rohani Islam diberikan kepada warga binaan
secara intensif oleh Ustad Munzir dan Pak Kurniawan. Mereka memiliki
jadwal bimbingan yang berbeda, dimana Pak Kurniawan sekaligus staff
Bimbingan dan Penyaluran memiliki andil untuk bertanggung jawab untuk
memberikan bimbingan untuk warga binaan.
Untuk jadwal bimbingan rohani Islam yang dipimpin oleh Ustadz
Munzir dilaksanakan pada hari Senin mulai pukul 10.00-11.30 WIB, di
aula PSBI atau di aula asrama. Sebagaimana yang Ustadz Munzir
kemukakan dalam wawancara:
“Awal-awalnya kegiatan bimbingan rohani Islam disini, di Aula
hari Senin dari jam 10.00 WIB sampai dengan jam 11.30 WIB.
12
Wawancara Pribadi dengan Suniti , WBS di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2,
Ceger, 5 April 2014.
62
Terus sering juga kita melaksanakannya di Ruang Bimbingan
WBS/ di Barak Lantai 2.”13
Dalam penyampaian materi bimbingan rohani Islam Ustad Munzir
sering kali didampingi oleh Pak Kurniawan, atau staff Bimbingan
Penyaluran lainnya. Ini dikarenakan butuh penjagaan ekstra untuk
mengkondisikan suasana, yakni agar WBS tetap fokus dalam mengikuti
kegiatan bimbingan. Selain itu sebelum Pak Munzir menyampaikan
materi, biasanya ada pembukaan atau pengarahan-pengarahan terlebih
dahulu dari Pak Kurniwan, Bapak H.Abdul Khair, S.Ag, M.Si, atau Bapak
Purwono, SH, M.Si selaku Kepala Panti.14
Sedangkan tempat dan jadwal bimbingan rohani Islam yang di
pimpin oleh Pak Kurniawan, sebagaimana yang diungkapkan dalam
pernyataan berikut:
“ Tempatnya didepan klinik itu setiap pagi, memberikan
motivasi, terapi doa dan dzikir, terapi psikososial, terapi SEFT
(Spiritual Emosional Freedom Treatment) dimana kita mulai
dengan dzikir kemudian menarik nafas sambil berdoa agar
ketegangan WBS menurun. Lalu baca surah-surah pendek, Al-
Ikhlas, An-Nas, dan lain-lain. Pelaksanaanya setiap Senin, Rabu,
Kamis. Emmm...sering juga bimbing doa di ruang makan, tapi
sebelumnya dimotivasi dulu tetang bersyukur kepada Allah SWT.
Sering juga dilaksanakan bimbingan shalat di Mushalla di asrama
WBS atau di Aula. Setiap Senin juga mendampingi Ustad Munzir
menyampaikan ceramah. Bimbingan itu paling lama 45 menit..dan
seminggu tiga kali, kalau cuma satu kali engga efisien mereka takut
lupa.”15
13
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Ahmad Munzir, Pembimbing Rohani Islam, Ceger,
3 April 2014
14
Observasi di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, 23 Januari s.d 15 April 2014 15
Wawancara dengan Bapak Kurniawan, S. Sos, Staff Bimbingan dan Penyaluran dan
Pembimbing Rohani Islam, Ceger, Kamis, 3 April 2014.
63
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa tempat
pelaksanaan bimbingan rohani Islam yang dipimpin oleh Pak Kurniawan
yaitu didepan klinik yang merupakan tempat terbuka (outdoor), bimbingan
diberikan kepada warga binaan sosial (WBS) setiap pagi hari Senin, Rabu,
dan Kamis. Pak Kurniawan juga memberikan bimbingan di ruang makan,
yaitu bimbingan doa, dan menanamkan rasa syukur kepada warga binaan
sosial (WBS); memberikan bimbingan shalat berjama’ah di Mushalla;
motivasi hidup dan motivasi bekerja di aula, dan lain sebagainya. Untuk
lamanya waktu pelaksanaan bimbingan, yaitu 45 menit dengan intensitas
waktu seminggu 3 kali agar WBS tidak lupa dengan materi yang
disampaikan.
JADWAL BIMBINGAN ROHANI ISLAM
Tabel 8 Jadwal Bimbingan Rohani Islam di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2
16
NO WAKTU JENIS
BIMBINGAN
DESKRIPSI TUJUAN
1 Senin,
Pukul
07.30 s.d
08.00 WIB
Terapi Stress
- Bentuk terapinya
dengan
mengintruksikan
kepada WBS untuk
mengikuti gerakan
pembimbing,
menyentuh anggota
tubuh tertentu.
Dimulai dari kepala,
wajah dan tangan.
Materi yang
disampaikan juga
sifatnya universal,
ada agama, sosial,
- Agar hilang
ketegangannya,
dan kembali
normal, tenang,
dan dimudahkan
segala
masalahnya.
- Untuk
meningkatkan
ukhuwah
islamiyah atau
silaturahim antar
WBS, sekaligus
16
Wawancara dengan Bapak Kurniawan, S. Sos, Staff Bimbingan dan Penyaluran, Di
Jakarta pada Kamis, 3 April 2014.
64
ekonomi, dan lain-
lain
- WBS diajak untuk
berlari-lari kecil
dilapangan.
silaturahim
Terapi doa dan
dzikir
WBS diajak untuk
mendengar lantunan ayat
suci Al-Qur’an dan
mengikuti lantunan doa
dan dzikir yang
pembimbing ucapkan.
Agar WBS
mendapatkan
ketenangan batin
dengan senantiasa
mengingat Allah
SWT.
Motivasi Hidup Penyampaian materi dan
memberikan semangat
kepada WBS agar
senatiasa mensyukuri
hidup.
Agar WBS tidak
terus-menerus
menyalahkan keadaan
dan mau berubah
mind set untuk tidak
kembali kejalan.
2. Senin,
10.00-
11.30 WIB
Ceramah
Agama
Ustad Munzir
menyampaikan materi-
materi yang berkaitan
dengan agama islam.
Agar pengetahuan
WBS bertambah dan
prilakunya berubah
agar lebih normatif.
3 Rabu,
10.00 –
12.00 WIB
Motivasi hidup,
tujuan hidup,
kultum,
konsultasi,
cerita tentang
masalah wbs
Pembimbing melakukan
bimbingan yang sifatnya
informal, misalnya
mendatangi asrama WBS
dan sharing dengan
mereka.
Untuk mengetahui
masalah WBS dan
memberikan masukan-
masukan kepada
mereka.
4 Kamis,
10.00-
12.00 WIB
- Terapi Stress
- Terapi Doa
dan Dzikir
- Motivasi
hidup
Kita mulai dengan
mengupayakan WBS
untuk mengenali
keluarganya, kita juga
menyampaikan tentang
bagaimana kita harus
sabar, dan memiliki
penerimaan yang baik..
Agar WBS bisa
senang , dan gembira
melalui waktu-waktu
dipanti dan memiliki
harapan-harapan
untuk kehidupan yang
lebih baik
kedepannya.
2. Proses Kegiatan Bimbingan Rohani Islam
Setiap kegiatan pasti memiliki tata cara atau prosedur tertentu agar
tujuan dari kegiatan tersebut bisa tercapai sesuai dengan apa yang
direncanakan. Begitu juga dengan proses bimbingan rohani Islam yang ada
di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, berikut adalah pernyataan-
65
pernyataan dari beberapa informan mengenai proses bimbingan rohani
Islam.
Bu Hatinah mengemukakan:
“Prosesnya pertama berdoa terlebih dahulu, shalat dulu, dzikir,
shalawatan dulu, baru ceramah seputar ibadah shalat, puasa,
tentang sabar, tentang kerja terus baru tanya jawab deh Dek....”17
Ustadz Munzir juga mengungkapkan:
“Proses pertama yaa dimulai dengan memuji Allah, dan selalu
menyadarkan mereka tentang banyaknya nikmat Allah yang
diberikan untuk dihayati dan pikirkan dari pada kita selalu
mengeluh karena kekurangan. Setelah itu menyampaikan materi
tentang tauladan Rasulullah, sikap-sikap beliau kepada istri, anak-
anak, keluarga, dan tetangganya. Mudah-mudahan itu bisa
dijadikan contoh oleh WBS. Baru kita sampaikan materi pada hari
itu, baru tanya jawab, lalu istirahat makan-makan snack. Ada juga
reward bagi WBS yang bisa menjawab. Kalau games-games dan
doa-doa itu setiap pagi sudah diberikan sama Pak Kurniawan.
Setelah itu kita tutup dengan doa penutup dan salam.”18
Proses bimbingan yang dilakukan oleh Ustadz Munzir, pertama
yaitu dengan memuji Allah melalui dzikir, doa, agar mereka menyadari
banyaknya nikmat yang Allah berikan kepada mereka. Sehingga warga
binaan sosial tidak lagi mengeluh dan marah dengan kondisi mereka saat
ini. Setelah itu dilanjutkan dengan penyampaian materi keagamaan,
mengadakan forum tanya jawab, istirahat makan snack, dan ditutup
dengan doa dan salam.
Berikut proses bimbingan rohani Islam yang dipimpin oleh Pak
Kurniawan:
“Pertamanya saya salam dulu, kemudian menanyakan kabar
mereka Apa kabar hari ini? Mereka Jawab: Alhamdulillah
17
Wawancara dengan Ibu Hatinah, WBS di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2,
Ceger, 5 April 2014. 18
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Ahmad Munzir, Pembimbing Rohani Islam, Ceger,
3 April 2014.
66
sehat, Allahu Akbar, kemudian agar WBS konsentrasi kita ice
breaking dulu, terus doa dan dzikir susunannya membaca dua
kalimat syahadat, shalawat, Al-Fatihah, Al-Ikhlas, An-Nas, doa-
doa belajar, doa kesehatan, doa ketenangan, doa orang tua, doa
dunia akhirat, istigfar, habis itu kita semua mendoakan WBS.
Kalau pagi-pagi ditambah motivasi dan terapi kemudian gerak-
gerak...oyaa sebelum mulai sambil nunggu WBS kumpul semua
kita setel murotal, nasyid, lagu-lagu islami. Penyampaian
materinya sedikit, kalau ada waktu sedikit boleh juga curhat,
cerita baru deh salam-salaman, doa, penutup.”
Berdasarkan analisis penulis dari hasil wawancara dan observasi di
lapangan bahwa proses bimbingan yang dipimpin oleh Pak Kurniawan
diawali menyetel lagu-lagu islami, atau murotal agar WBS merasakan
ketenangan batin ini dilakukan sambil menunggu WBS berkumpul.
Kemudian bimbingan dimulai dengan mengungkapkan salam,
menanyakan kabar dengan jawaban yang telah disepakati sebelumnya
yaitu dengan menjawab “Alhamdulillah sehat, Allahu Akbar”.
Selanjutnya adalah mengkondisikan WBS agar mereka fokus
mengikuti bimbingan yaitu dengan ice breaking misalnya yel-yel, ikrar,
atau games. Contoh ikrarnya “Saya berjanji tidak akan mengemis lagi,
saya berjanji akan berusaha, saya berjanji tidak akan ke jalan lagi”. Lalu
membimbing WBS untuk berdoa dan berdzikir, susunanya dimulai dari
membaca dua kalimat syahadat, shalawat, Al-Fatihah, Al-Ikhlas, An-Nas,
doa-doa belajar, doa kesehatan, doa ketenangan, doa orang tua, doa dunia
akhirat, istigfar, setelah itu mendoakan warga binaan sosial (WBS) agar
mereka merasa bahwa masih ada orang-orang yang peduli dengan mereka.
Kalau bimbingan dilakukan pagi hari, bimbingan ditambah dengan
motivasi dan terapi agar badan WBS bergerak dan ketegangan stress
mereka menurun. Menyampaikan materi bimbingan dan jika ada sisa
67
waktu WBS diizinkan untuk bertanya, curhat, baru penutup dengan doa,
shalawat, dan saling bersalaman-salaman. Untuk bimbingan hari Senin
setelah bersalam-salaman WBS diwajibkan mengikuti kegiatan shalat
berja’mah, dimana Imam, Adzan, dan Qomatnya dilakukan oleh WBS
untuk melatih mereka displin, dan menjadi seorang pemimpin.
Dari hasil observasi dan wawancara dilapangan penulis
menyimpulkan bahwa pembimbing rohani memiliki peran sangat penting
dalam menumbuhkan etos kerja pada warga binaan sosial (WBS) ini
terlihat dari proses bimbingan rohani Islam di Panti Sosial Bina Insan
Bangun Daya 2 yang terlaksana dengan baik dan terstruktur, sehingga
terbimbing ikut antusias dalam mengikuti bimbingan rohani Islam.
C. Metode yang Digunakan dalam Bimbingan Rohani Islam
Metode dalam bimbingan sangat diperlukan agar materi yang
disampaikan oleh pembimbing dimengerti oleh terbimbing (WBS). Adapun
metode yang digunakan oleh pembimbing rohani Islam di Panti Sosial Bina
Insan Bagun Daya 2 dalam menumbuhkan etos kerja pada WBS adalah
sebagai berikut:
1. Metode Ceramah
Pembimbing menggunakan metode ceramah atau tausiyah dengan
lama waktu kurang lebih 60 menit. Metode ini dalam keilmuan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam sama dengan metode bimbingan
kelompok, yaitu dimana ada kontak ahli bimbingan dengan sekelompok
klien yang agak besar mereka mendengarkan ceramah, ikut aktif
berdiskusi, serta menggunakan kesempatan untuk tanya jawab.
68
Pembimbing mengambil banyak inisiatif dan memegang peranan
instruksional, misalnya bertindak sebagai instruktur atau sumber ahli bagi
berbagai macam pengetahuan atau informasi.
Begitu juga dengan yang dilakukan oleh pembimbing dalam
membimbing warga binaan sosial (WBS) yaitu dengan menyampaikan
materi dengan tema tertentu kepada warga binaan sosial (WBS). Materi
yang disampaikan disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan warga
binaan sosial (WBS) yang menjadi terimbing saat itu, karena warga
binaan sosial (WBS) yang menjadi sasaran bimbingan itu sangat
bervariasai dan berganti-ganti.19
Menurut penulis metode ceramah ini cukup efektif digunakan,
karena menyampaikan materinya dengan cara komunikasi satu arah. Ini
dilakukan karena pengetahuan agama warga binaan sosial (WBS) yang
agak minim, sehingga lebih banyak menerima materi-materi yang
disampaikan oleh pembimbing.
2. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab, adalah salah satu metode yang digunakan
dalam bimbingan rohani Islam. Metode ini biasanya digunakan saat
pembimbing telah selesai menyampaikan materi keagamaan. Warga
binaan sosial (WBS)diberi kesempatan untuk bertanya kepada
pembimbing jika ada materi yang kurang jelas dan belum di mengerti.
Pembimbing tidak memberikan batasan jumlah pertanyaan, dan
diperbolehkan untuk bertanya diluar konteks materi hari itu. Biasanya
19
Observasi kegiatan Bimbingan Rohani Islam, Ceger, 27 Maret 2014
69
pertanyaan akan langsung dijawab oleh pembimbing rohani saat itu juga,
dan terkadang pihak panti menyediakan hadiah untuk warga binaan sosial
(WBS) yang aktif bertanya selama kegiatan bimbingan berlangsung.
Contoh pertanyaan yang dilontarkan oleh Ibu Nuryani dalam
mengikuti bimbingan yang dipimpin oleh Pak Kurniawan, yaitu: “Pak,
nama saya Nuryani mau tanya apa perbedaan rukun iman, rukun islam,
dengan tauhid?.” Pembimbing (Pak Kurniawan) langsung menjawab:
“Tauhid itu ilmu tentang bagaimana kita mengesakan Tuhan,
diantaranya kita harus meyakini rukun iman dan rukun islam. Tidak
hanya mengerti dan paham tapi juga mengamalkannya.”20
Selain itu pertanyaan yang dilontarkan WBS lain dalam bimbingan
yang dipimpin oleh Ustad Munzir, yaitu: “Kok kami ditangkap sih
Ustadz....memangnya ada tidak larangan joki, memulung, dan mengamen
dalam Al-Qur’an?” Pembimbing (Ustad Munzir) juga langsung
menjawab: “Islam melarang kita untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan
seperti itu dengan menyetarakan pekerjaan-pekerjaan yang disetarakan
dengan ‘joki’. Seperti tadi kita kan disuruh taat kepada Allah dan
Rasulullah, nah ini semua menjadi dasar kita untuk menaati pemimpin
kita walaupun pemimpin itu merupakan orang yang dzalim atau bahkan
tidak pernah shalat. Selama dia tidak memerintahkan kita untuk
bermaksiat kepada Allah SWT misalnya membunuh orang, atau yang lain
itu baru tidak boleh. Nah....kalau demi kenyamanan kita bersama, untuk
20
Observasi kegiatan Bimbingan Rohani Islam, di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya
2, 23 Januari s.d 15 April 2014
70
ketertiban masyarakat itu wajib kita ta’ati meskipun pemerintah itu tidak
sepenuhnya baik.”21
Metode tanya jawab yang dilakukan oleh pembimbing, sangat
menunjang dalam kegiatan bimbingan rohani Islam. Kita bisa tau sejauh
mana konsentrasi warga binaan sosial (WBS) dalam mengikuti bimbingan
dan bagaimana daya tangkap warga binaan sosial (WBS). Sayangnya,
metode yang digunakan pembimbing masih menggunakan metode satu
arah yaitu terbimbing bertanya dan pembimbing menjawab. Pada season
ini terbimbing lainnya tidak diikut sertakan dalam berkomentar,
memberikan tanggapan, dan memberikan jawaban terhadap pertanyaan
atau pembahasan yang sedang dibahas.
3. Client Centered Method (metode yang dipusatkan pada keadaan
terbimbing)
Metode ini sering disebut juga dengan nondirective (tidak
mengarahkan). Dalam metode ini terdapat pandangan bahwa terbimbing
sebagai makhluk yang bulat memiliki kemampuan berkembang sendiri
dan sebagai pencari kemantapan diri sendiri (self consistency).
Dari hasil observasi dan wawancara langsung di lapangan penulis
menemukan bahwa metode ini sama dengan bimbingan yang sifatnya
informal. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Pak Kurniawan sebagai
pembimbing rohani Islam:
“Untuk bentuknya bimbingannya ada yang bimbingan klasikal,
individual, spiritual, motivasi, setiap pagi di morning meeting
saling kumpul untuk mengenal satu sama lain dan silaturahim,
jadi sifatnya informal dan formal. Kalau formal kan ceramah-
21
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Ahmad Munzir, Pembimbing Rohani Islam, Ceger,
3 April 2014.
71
ceramah gitu, nah kalau yang informal itu mengingatkan untuk
ibadah, teguran-teguran, ngobrol agar sadar, dan senantiasa
berdoa.”22
Dari ungkapan tersebut terlihat bahwa bimbingan rohani Islam
di panti juga menggunakan metode Client Centered, dimana
pembimbing melakukan bimbingan yang sifatnya informal (agak
santai) misalnya: Ngobrol-ngobrol dengan warga binaan sosial (WBS)
mengenai penyebab mereka masuk ke panti, harapan-harapan kedepan
setelah keluar dari panti, kemudian mengarahkan mereka apakah ingin
bekerja, ikut pulang ke kampung halaman, atau menunggu diurus
keluarga. Setelah itu baru didata, jika ada yang mau bekerja maka
disalurkan ke panti-panti sosial lainnya agar mendapatkan bimbingan
yang lebih mendalam. Tapi jika ada yang belum tertarik bekerja dan
merasa kurang termotivasi maka pembimbing akan memberikan
pengarahan-pengarahan lebih lanjut.
4. Nonton Bareng
Metode ini merupakan salah satu cara menyampaikan pesan
yang digunakan oleh pembimbing rohani Islam melalui film, atau
video-video motivasi yang mengandung unsur hiburan dan edukasi.
Sehingga selain warga binaan sosial (WBS) mendapatkan hiburan
melalui film yang ditayangkan tapi warga binaan sosial (WBS) juga
bisa mendapatkan hikmah dari apa yang mereka tonton.
22
Wawancara dengan Bapak Kurniawan, S. Sos, Staff Bimbingan dan Penyaluran dan
Pembimbing Rohani Islam, Ceger, Kamis, 3 April 2014.
72
Film-film yang ditayangkan biasanya yang bernuansa islami
atau memiliki nilai edukasi yang cukup baik seperti: Negeri Lima
Menara, Hafalan Shalat Delisa, Laskar Pelangi, Alangkah Lucunya
Negeri Ini, dan lain-lain. Ada juga video-video motivasi berdurasi
pendek antara 10 sampai 15 menit, diantaranya video mengenai Anak
Durhaka, Renungan Untuk Apa Kita Hidup, Belajar dari Seekor Katak
Tuli, Jangan Menyerah, Motivasi Sukses, dan lain sebagainya.23
Kegiatan nonton bareng ini cukup menarik perhatian, dan
membuat warga binaan sosial (WBS) antusias dalam mengikuti
bimbingan. Kegiatan ini juga mampu membuat warga binaan sosial
(WBS) mendapatkan inspirasi-inspirasi mengenai kehidupan mereka
setelah keluar dari panti, karena mendapatkan motivasi hidup, bekerja,
dan ibadah dari apa yang ditanyangkan.
5. Metode Do’a dan Dzikir
Sebelum materi bimbingan disampaikan pembimbing
menggunakan metode dzikir dan do’a. Metode ini dilakukan secara
bersama-sama, dimana pembimbing membaca kalimat-kalimat dzikir atau
do’a kemudian warga binaan sosial (WBS) mengikuti apa yang
pembimbing ucapkan. Metode ini bertujuan agar warga binaan sosial
(WBS) merasakan ketenangan batin, dan menurunkan tingkat stress
mereka. 24
23
Observasi dalam kegiatan Bimbingan Rohani Islam, di Panti Sosial Bina Insan Bangun
Daya 2 24
Wawancara dengan Bapak Kurniawan, S. Sos, Staff Bimbingan dan Penyaluran dan
Pembimbing Rohani Islam, Ceger, Kamis, 3 April 2014.
73
Metode yang digunakan oleh Ustad Munzir selaku pembimbing
rohani Islam di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 untuk
menumbuhkan etos kerja pada warga binaan sosial (WBS) adalah metode
ceramah, metode tanya jawab, dan metode nonton bareng dengan
terbimbing. Sedangkan metode yang digunakan oleh Bapak Kurniawan,
S.Sos.I selaku pembimbing rohani Islam dan staff bimbingan dan
penyaluran adalah metode ceramah, tanya jawab, Client Centered Method,
nonton bareng, dan metode do’a dan dzikir.
Metode ini mereka terapkan kepada warga binaan sosial (WBS)
agar mereka mampu menyerap materi yang disampaikan dengan cepat dan
agar apa yang disampaikan lebih mudah diaplikasikan dalam kehidupan
terbimbing. Dari hasil wawancara dan observasi dapat terlihat bahwa
peran pembimbing rohani Islam sangat penting dalam menumbuhkan etos
kerja pada warga binaan sosial (WBS) yaitu dari metode-metode yang
mereka gunakan dalam menyampaikan materi bimbingan, yang bertujuan
agar WBS lebih mudah menerima dan mengaplikasikan materi yang telah
pembimbing berikan.
D. Analisis Peran Pembimbing Rohani Islam dalam Menumbuhkan Etos
Kerja pada WBS (Warga Binaan Sosial)
Pada penelitian kali ini penulis fokus untuk membahas mengenai
bimbingan rohani islam, terutama peran pembimbing rohani islam dalam
menumbuhkan etos kerja warga binaan sosial (WBS). Peranan (role)
merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukan-kedudukannya
74
maka dia menjalankan suatu peran.25
Sehingga pada penelitian ini kita bisa
lihat sejauh mana seorang pembimbing rohani berperan memberikan
pengarahan-pengarahan kepada warga binaan sosial (WBS) melalui bahasa-
bahasa agama, sehingga etos kerja warga binaan sosial (WBS) bisa meningkat.
Etos kerja itu sendiri merupakan pandangan, nilai, dan sikap mendasar
dari seseorang mengenai kerja yang memancar dan direfleksikan dalam
kehidupan nyata. Sehingga diharapkan setelah warga binaan sosial (WBS)
mengikuti bimbingan rohani islam di panti, pandangan, nilai, dan sikap dari
masing-masing warga binaan sosial (WBS) mengenai bekerja dapat berubah.
Setidaknya mereka memiliki harapan-harapan kedepan untuk mencari
penghasilan yang lebih baik, dan tidak kembali ke jalan.
Dari hasil wawancara dan observasi langsung di lapangan penulis
menemukan bahwa bimbingan rohani islam di panti bermanfaat untuk
membantu masalah yang dihadapi warga binaan sosial (WBS). Sebagaimana
yang diungkapkan oleh Ustadz Munzir:
“Manfaatnya untuk menyadarkan mereka dengan materi-materi yang
saya sampaikan. Intinya sih saya berharap dengan mengikuti kajian
seperti ini dapat merubah hidup mereka karena telah berbuat baik
dengan mengikuti kegiatan-kegiatan ta’lim.”26
Dari ungkapan Ustadz Munzir diatas terlihat bahwa bimbingan rohani
Islam dapat merubah hidup warga binaan sosial (WBS) menjadi lebih baik
melalui materi-materi yang disampaikan.
Hal lain diungkapkan oleh Bapak H. Abdul Khair, S. Ag, M.Si:
25
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, Cet.
36, 2003), h. 243 26
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Ahmad Munzir, Pembimbing Rohani Islam, Ceger,
3 April 2014
75
“Bimbingan mental dan spiritual seorang Ustadz berkaitan dengan
penyampaian materi kepada warga binaan, minimal pembimbing tahu
permasalahan dari warga binaan kami sehingga akan memberikan
sebuah solusi minimal bisa memberikan solusi dengan contoh-contoh
ayat-ayat Al-Qur’an, hadis-hadis, atau tuntunan syariat lainnya dan
contoh-contoh figur dari Nabi Muhammad agar memiliki gambaran
dari Nabi. Sehingga kita tetap berusaha bagaimanapun kondisi
kehidupan kita. Kita harus tetap semangat tidak pasrah dengan
masalah hidup. “27
Dari ungkapan diatas terlihat bahwa pembinaan warga binaan sosial
(WBS) melalui bimbingan rohani Islam diharapakan seorang pembimbing bisa
menyampaikan materi-materi yang sesuai dengan kondisi warga binaan sosial
(WBS) dengan bahasa-bahasa agama. Sehingga mereka tidak begitu saja
pasrah dan tetap semangat dalam menghadapi setiap masalah hidup.
Selain itu dari hasil observasi dan wawancara langsung selama
dilapangan ternyata bimbingan rohani Islam memiliki manfaat yaitu agar
warga binaan sosial (WBS) mendapatkan ketenangan batin. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Bapak M. Kurniawan, S. Sos :
“Dengan mengikuti bimbingan WBS bisa mendapat ketenangan batin.
Terus ada juga sesi curhat, sehingga WBS bisa menyampaikan apa
masalah yang mereka hadapi dan memberikan solusi. Selain itu saya
juga menyampaikan untuk selalu mengingat Allah SWT dimanapun
dan seberat apapun masalah yang mereka hadapi. Biasakan doa dan
dzikir Insya Allah ada jalan keluarnya.”28
Dari hasil observasi dan wawancara langsung dari pembimbing rohani
Islam selama di lapangan, penulis juga melakukan wawancara langsung dengan
terbimbing (warga binaan sosial). Penulis menemukan bahwa seorang
pembimbing rohani Islam memiliki peran dalam menumbuhkan etos kerja pada
27
Wawancara dengan Bapak H. Abdul Khair, S.Ag, M.Si, KA Sub Bag Tata Usaha,
Ceger, 26 Maret 2014 28
Wawancara dengan Bapak Kurniawan, S. Sos, Staff Bimbingan dan Penyaluran dan
Pembimbing Rohani Islam, Ceger, Kamis, 3 April 2014.
76
warga binaan sosial (WBS) dengan di awali dengan menenangkan diri dan
belajar ikhlas. Sebagaimana yang diungkapkan oleh informan 4:
Menurut aku hati jadi rasanya tenang dan mulai sadar bahwa ini
kesalahan aku. Sehingga aku pasrah dengan semua yang terjadi,
berdoa sama Allah semoga aku di dalam panti ini ada hikmahnya aja.
Saya tidak menyalahkan siapa-siapa, saya salahin diri saya sendiri.
Selain itu manfaat yang lain dengan ikut bimbingan saya jadi
bertambah pengetahuan tentang agama, dari yang tidak tahu jadi tahu.
Lalu untuk motivasi supaya bisa kerja lebih baik lagi dari sekarang,
dan merubah sikap juga.29
Dari hasil wawancara di atas juga dapat terlihat, pertama-tama yang
dilakukan oleh pembimbing adalah mengupayakan agar terbimbing dapat
menerima dengan ikhlas bahwa semua yang terjadi adalah bagian dari
sekenario Tuhan, dimana Allah SWT tidak akan memberikan cobaan di luar
batas kemampuan orang tersebut. Setelah itu baru diberikan materi untuk
meningkatkan etos kerja masing-masing warga binaan, misalnya agar kedepan
setelah keluar dari panti dapat bekerja lebih baik lagi dari sekarang.
Hal lain diungkapkan oleh informan 3:
“Iya Dek, saya lebih menerima aja kenapa bisa ada disini, ga terlalu
marah-marahlah. Saya jadi yakin aja kalau Allah SWT pasti akan
membantu.” 30
Dari ungkapan informan 3 diatas dapat terlihat peran dari seorang
pembimbing yaitu dengan apa yang disampaikan dapat membuat terbimbing
berubah dari segi afektif, dimana saat pertama kali masuk ke panti warga
binaan sosial (WBS) masih bersikap kasar, dan suka marah-marah kepada
29
Wawancara dengan Nuryani, WBS di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Jakarta
pada tanggal 05 April 2014.
30
Wawancara dengan Ibu Hatinah, WBS di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2,
Jakarta pada tanggal 05 April 2014.
77
orang-orang disekitar mereka. Tapi setelah beberapa kali mengikuti bimbingan,
dapat terlihat bahwa WBS sudah mulai berubah baik dari segi ucapan atau
tingkah laku.
Hal lain diungkapkan juga oleh informan 3 dan 4:
“Dengan mengikuti bimbingan kami di motivasi untuk mandiri,
misalkan tentang bagaimana caranya merubah hidup jadi lebih baik
dan layak. Kami diberi pengarahan agar jangan melakukan
pelanggaran. Perhatikan dimana wajarnya bisa dagang, di tempat-
tempat yang tidak dilarang. Makanya dari situ saya mau coba mulai
dagang di pasar, supaya jangan melanggar”.31
“Disampein si Dek ceramah-ceramah supaya kita engga minta-minta
lagi, supaya hidup mulai mandiri. Tapi ya itu Dek, suami saya tuna
netra bingung mau gimana nanti saya ga bisa dapat penghasilan.”32
Dari ungkapan informan 4 dapat terlihat bahwa apa yang disampaikan
oleh pembimbing diantaranya untuk memotivasi dan memberikan warga
binaan sosial (WBS) agar bisa hidup lebih mandiri, dan lebih layak daripada
sekarang dalam arti kata warga binaan sosial (WBS) diarahkan agar tidak lagi
meminta-minta dijalan, tidak menjadi joki, dan melanggar ketertiban yang
telah diatur dalam peraturan daerah.
Hal berbeda di ungkapkan oleh informan 3, dari ungkapan Ibu
Hastinah dapat terlihat bahwa Bu Hastinah mengakui dalam ceramah-ceramah
keagamaan disampaikan tentang bagaimana bekerja yang baik dalam Islam,
lebih baik berusaha sendiri mengerahkan kemampuan yang ada dari pada harus
mengharapkan kasihan dari orang lain. Hasil dari wawacara disini menunjukan
bahwa Bu Hastinah hanya sampai menyatakan bahwa pembimbing memang
31
Wawancara dengan Nuryani, WBS di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Jakarta
pada tanggal 05 April 2014 32
Wawancara dengan Ibu Hatinah, WBS di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2,
Jakarta pada tanggal 05 April 2014.
78
menyampaikan tentang materi etos kerja dan Bu Hastinah sadar bahwa
pekerjaan mengemis itu dilarang. Tapi di sisi lain Bu Hastinah merasa belum
yakin untuk meninggalkan pekerjaan tersebut dengan alasan karena suaminya
yang tuna netra dan pengangguran. Bu Hastinah merasa hanya ini satu-satunya
jalan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Apa yang diberikan dan disampaikan oleh pembimbing rohani islam
juga membuat pandangan dan pola pikir warga binaan sosial (WBS) berubah
sebagaimana yang diungkakan oleh informan 1 berikut:
“Bekerja seperti apa yang telah disampaikan oleh Pak Kurniawan,
bekerjalah karena Allah semata. Bekerjalah kamu seolah-olah kamu
akan hidup selamanya, dan beribadahlah kamu seolah-olah kamu akan
mati besok. Arti dari bekerja adalah tangan diatas lebih baik dari pada
tangan dibawah, seperti yang dikatakan Pak Kurniawan nanti pada
akhir jaman di Padang Mashyar Allah tidak akan melihat atau
menghadap kepada orang yang meminta-minta..mereka datang kesana
dengan tidak dilapisi daging sekalipun, wajahnya rata. Orang
meminta-minta itu termasuk orang yang pemalas.”33
Dari ungkapan informan 1 dapat terlihat perubahan pandangan
mengenai bekerja, terutama dalam Islam. Pak Amrizon terlihat paham bahwa
dalam Islam kita dilarang mengemis untuk memperkaya diri sendiri. Karena di
Padang Mashyar kelak, orang yang suka meminta-minta akan menghadap
kepada Allah SWT dengan muka tidak dilapisi sepotong dagingpun.
Hal lain diungkapkan oleh informan 4 :
“Pandangan saya setelah ikut bimbingan sekarang ingin merubah
hidup, ya mau dagang sayuran di pasar. Soalnya itu sesuai dengan
aku, saya ga mau lagi dagang di emperan. Saya mau kumpulin
modalnya sedikit-sedikit. Kalau ada rezeki saya mau buka usaha
laundry juga. Bekerja dalam Islam juga ternyata diantaranya harus
33
Hasil wawancara dengan Amrizon, WBS di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2,
Ceger, 27 Maret 2014.
79
jadi pedangang yang jujur sesuai dengan syariat agama. Tidak boleh
melakukan yang haram, dan melanggar ketertiban. “ 34
Ini terlihat juga dari hasil wawancara oleh informan 5:
“Yah kedepan saya bisa punya kehidupan yang lebih baik lagi, biar
nanti ga balik ke jalan,,,pengennya ga minta-minta di jalan lagi Mba.
Pengen ngumpulin modal buat buka usaha, dagang nasi uduk atau
gorengan. Cuma masih suka bingung ini...suami saya, ga bisa ngeliat,
jadi susah nyari nafkahnya.”35
Dari ungkapan informan 4 dan 5 dapat terlihat bahwa setelah
mengikuti bimbingan rohani Islam warga binaan sosial (WBS) jadi memiliki
rencana-rencana ke depan untuk memperbaiki hidup dan tidak mau mengulangi
kesalahan yang sama. Mereka berniat untuk mengumpulkan modal untuk
membuka usaha kecil-kecilan. Tapi dari hasil wawancara tersebut ada juga
perbedaan jawaban antara informan 4 dan 5. Dimana, informan 4 merasa yakin
akan merubah kebiasaan dia bekerja, yaitu dari dagang asongan di tempat yang
di larang oleh Pemda DKI Jakarta setelah mengikuti bimbingan Bu Nuryani
mau mulai berdagang sayur di pasar dan mengumpulkan untuk modal untuk
buka laundry. Selain itu Bu Nuryani juga mulai tumbuh etos kerjanya, ini
terlihat karena Bu Nuryani mengungkapkan bahwa jadi pedagang itu harus
jujur, dan tidak melawan pemerintah karena pada dasarnya itu semua di
tetapkan demi kenyamanan bersama. Ini agak sedikit berbeda dengan hasil
wawancara dengan Bu Suniti. Walaupun Bu Suniti sudah memiliki pandangan/
motivasi untuk berdagang tapi terlihat dari cara mengungkapkannya Bu Suniti
34
Wawancara dengan Nuryani, WBS di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Ceger,
5 April 2014 35
Wawancara dengan Ibu Suniti, WBS di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Ceger,
14 April 2014
80
masih tidak yakin benar-benar akan meninggalakan pekerjaan lamanya karena
melihat kondisi suami yanh tidak bisa melihat.
Pembimbing rohani Islam sangat berperan dalam menumbuhkan etos
kerja pada warga binaan sosial (WBS), ini dapat terlihat dari ungkapan
informan 2:
“Peran pembimbingnya si sudah bagus, tapi kalau yang dikasih
pengarahan kaya gitu kaya gitu gimana Mba kaya pengemis-pengemis
kan mereka mah turun-temurun dijalan. Jadi walau pembimbingnya
sudah bagus kasih ceramah, semua kembali lagi sama WBSnya.” 36
Hal lain diungkapkan oleh informan 1:
“Peran mereka penting, supaya kami tersadar. Apa yang disampaikan
Pak Kurniawan kan benar, tangan diatas lebih baik dari pada tangan
dibawah. Tapi kan balik lagi ke kita masing-masing, apakah mereka
mau mendengar...Allah tidak akan melihat ke orang yang suka
meminta-minta. Itu kan bagi mereka yang mau menyadari, soalnya
agak sulit WBS disini terutama pengemis kan biasa hidup enak, biasa
dapat uang cepat dengan meminta-minta terus sekarang disuruh
bekerja, berdagang, dan lain sebagainya rasanya agak sulitlah..ya tapi
kembali kediri mereka masing-masing.” 37
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat terlihat, bahwa
pembimbing rohani Islam di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 memiliki
peran penting dalam menumbuhkan etos dan motivasi kerja pada warga binaan
sosial. Dimana pembimbing menyampaikan mengenai materi-materi yang
berkaitan tentang bagaimana bekerja di dalam hukum Islam, larangan
mengenai mengemis, mencontohkan bagaimana Rasulullah dan para sahabat
berusaha untuk mencari nafkah dengan tidak mengandalkan orang lain, serta
bagaimana cara bermuamalah yang baik dalam Islam.
36
Hasil wawancara dengan Amirudin, WBS di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2,
Ceger, 27 Maret 2014. 37
Hasil wawancara dengan Amrizon, WBS di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2,
Ceger, 27 Maret 2014.
81
Tapi karena jumlah klasifikasi warga binaan sosial yang beragam dan
keterbatasan waktu pembinaan di panti. Maka terlihat dari ungkapan para
terbimbing mereka hanya sampai tahap menyadari bahwa bekerja yang baik itu
dengan tidak mengharapkan belas kasihan dari orang lain, tidak melanggar
peraturan-peraturan yang di buat oleh pemerintah.
Sayangnya, mereka terlihat masih ragu untuk benar-benar tidak
kembali melakukan pekerjaan sebelumnya. Ini di karenakan banyak faktor-
faktor yang mempengaruhi mind set warga binaan itu sendiri, yakni: faktor
ekonomi misalnya fisik yang tidak lagi mendukung untuk bekerja seperti
disabilitas, tuna netra, sehingga membuat beberapa warga binaan merasa tidak
ada jalan lain selain mengemis; faktor pendidikan, pendidikan warga binaan
yang umumnya rendah membuat cara pandang dan pola kerja mereka
cenderung rendah; faktor agama, minimnya pengetahuan mereka tentang
pendidikan agama membuat mereka juga tidak bisa benar-benar mengamalkan
apa yang disampaikan oleh pembimbing.
Selain itu karena Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 ini
merupakan panti penampungan sementara hasil penjaringan penyandang
masalah kesejahteraan sosial (PMKS), dimana pembinaan-pembinaan yang
diberikan juga terbatas dengan jangka waktu 1 bulan sampai dengan 3 bulan.
Tergantung masing-masing warga binaannya jika setelah sebulan mereka mau
kembali kerumah maka di perbolehkan untuk pulang, jika mereka ingin
melanjutkan pendidika maka mereka di salurkan ke panti-panti yang memang
memiliki program pendidikan, atau setelah dari panti mereka ingin melatih
skill dan kemampuan mereka di salurkan ke panti lain untuk mendapatkan
82
pelatihan, seperti bercocok tanam, menyetir, membuat kerajinan tangan, dan
lain sebagainya.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan responden selama
di lapangan penulis dapat merefleksikan peran pembimbing rohani Islam dalam
menumbuhkan etos kerja pada warga binaan sosial (WBS) di Panti Sosial Bina
Insan Bangun Daya 2. Dari beberapa orang terbimbing yang menjadi
responden pada penelitian kali ini, mayoritas adalah orang-orang yang
memiliki etos kerja rendah. Ini terlihat dari profesi yang mereka jalani sehari-
hari, yaitu mengemis, memulung, atau pedagang asongan yang melanggar
peraturan daerah DKI Jakarta. Sehingga mereka harus di rehabilitasi di panti
sosial, dan mendapatkan bimbingan.
Dari pernyataan yang dikemukakan oleh respoden dapat terlihat
bahwa pembimbing di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 berperan dalam
memberikan bantuan kepada terbimbing (WBS) agar bisa menyesuaikan diri
dengan tuntutan-tuntutan hidup dan mampu mengatasi sendiri masalah-
masalah yang dihadapi. Bimbingan yang diberikan itu bersifat psikis
(kejiwaan) bukan “pertolongan” finansial, media, dan lain sebagainya. Materi
dan metode bimbingan yang digunakan pembimbing di sesuaikan dengan
kondisi WBS saat itu, dimana materi yang disampaikan antara lain tentang tata
cara shalat, berdoa, rukun iman, rukun islam, dzikir, bagaimana bekerja dalam
Islam, motivasi bekerja, dan lain-lain. Sedangkan metode yang digunakan
pembimbing adalah metode ceramah, tanya jawab, client centered, nonton
bareng, dan metode doa dan dzikir.
83
Peran pembimbing lainnya dapat terlihat dari manfaat yang dirasakan
WBS setelah mengikuti bimbingan, yaitu; meningkatkan ketenangan batin,
bertambahnya pengetahuan agama, menumbuhkan rasa tawakal WBS kepada
Allah, memotivasi untuk memiliki rencana hidup yang lebih baik,
membimbing agar WBS tidak lagi kembali ke jalan, dan memotivasi WBS
untuk bekerja dan mencari nafkah yang halal. Ini terlihat dari beberapa
pernyataan responden yang telah mengikuti kegiatan bimbingan rohani saat di
tanyakan tentang pandangan mereka mengenai bekerja, mereka menyadari
bahwa apa yang mereka lakukan itu tidak dibenarkan dalam syariat Islam.
Sehingga mereka memiliki rencana-rencana untuk memperbaiki kehidupannya
di masa mendatang. Seperti mulai mengumpulkan modal untuk menyewa toko,
dan berdagang secara legal.
Selain itu, ada juga beberapa WBS yang terlihat hanya sampai pada
tahap menyadari bahwa bekerja yang baik itu harus mandiri, tidak melanggar
peraturan, dan tidak mengharapkan belas kasihan orang lain. Selebihnya
mereka masih kurang yakin akan benar-benar meninggalkan pekerjaan lama
mereka karena berbagai faktor yang mempengaruhi seperti minimnya
pendidikan baik umum atau agama, faktor ekonomi yang termasuk dalam
kategori rendah (miskin), kurangnya pelatihan untuk melatih skill masing-
masing WBS, terbatasnya waktu binaan dan tidak adanya pendampingan lebih
lanjut setelah mereka keluar dari panti sehingga tidak dapat di lakukan
pendataan lebih lanjut mengenai WBS yang tidak kembali ke profesi lama
mereka atau minimal melakukan pengawasan bahwa WBS tidak kembali lagi
ke jalanan menjadi penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS).
84
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger
Jakarta Timur tentang peran pembimbing rohani Islam dalam menumbuhkan
etos kerja pada warga binaan sosial (WBS) adalah sebagai berikut:
1. Prosesnya bimbingan rohani Islam di panti diawali dengan mengucapkan
salam terlebih dahulu, menanyakan kabar mereka, kemudian agar WBS
konsentrasi diberikan ice breaking, lalu dilanjutkan dengan doa dan dzikir
susunannya yaitu dengan membaca dua kalimat syahadat, shalawat,
membaca surat Al-Fatihah, Al-Ikhlas, An-Nas, doa-doa pendek, istigfar,
baru menyampaikan materi, tanya jawab, penutup, salam-salaman sambil
bershalawat untuk meningkatkan ukhuwah antar WBS.
2. Metode-metode yang digunakan dalam bimbingan rohani Islam di Panti
Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 diantaranya: metode ceramah, metode
tanya jawab, metode client centered, metode nonton bareng, serta metode
doa dan dzikir.
3. Pembimbing rohani Islam di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 telah
melakukan beberapa upaya dalam menumbuhkan etos kerja pada WBS di
Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, yaitu dengan menyampaikan
materi-materi yang berkaitan dengan etos kerja, dan metode yang di
sesuaikan dengan kondisi WBS. Tapi pada penelitian kali ini penulis tidak
menemukan indikasi bahwa WBS yang telah mengikuti bimbingan benar-
benar tumbuh etos kerjanya. Ini terlihat dari hasil wawancara dan observasi
di lapangan, dimana WBS masih hanya pada tahap “menyadari” kalau
85
pekerjaan yang mereka lakukan itu tidak di bolehkan dalam Islam atau
negara. Tapi di satu sisi mereka juga masih belum yakin akan benar-benar
tidak kembali ke jalan menjadi penyandang masalah kesejahteraan sosial
(PMKS). Oleh karena itu perlu ada pendampingan dan pengawasan lebih
lanjut untuk meningkatkan etos kerja WBS dan meminimalisir angka
PMKS di Indonesia.
B. Saran
Dari hasil pengamatan penulis mengenai peran pembimbing rohani
Islam dalam menumbuhkan etos kerja pada warga binaan sosial (WBS) di
Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, penulis memberikan saran sebagai
berikut;
1. Untuk pembimbing kedepannya lebih banyak menggunakan metode
bimbingan yang interaktif, materi-materi, dan pelatihan-pelatihan kerja
yang di sesuaikan dengan kondisi WBS di panti.
2. Ada jadwal bimbingan khusus untuk WBS yang mengalami gangguan
masalah kejiwaan (ODMK) dan WBS yang normal, agar kegiatan
bimbingan berlangsung lebih efektif dan WBS lebih cepat menangkap
pesan yang sampaikan.
3. Untuk benar-benar meningkatkan etos kerja pada WBS, kegiatan
bimbingan rohani Islam diharapkan lebih ditingkatkan intensitasnya, dan
diadakan pendampingan serta pengawasan lebih lanjut untuk mengontrol
WBS yang telah mendapatkan bimbingan dan telah keluar dari panti agar
tidak kembali lagi jalanan dan menjadi penyandang masalah kesejahteraan
sosial (PMKS).
86
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, Jakarta: Maghfirah Pustaka.
Amin, Samsul Munir, Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta: Amzah, 2010.
Arifin, M. Ag, Drs. H. Isep Zainal. Bimbingan dan Penyuluhan Islam:
Pengembangan Dakwah melalui Psikoterapi Islam, Jakarta: Rajawali
Press, 2009.
Arifin, M.Ed., Drs. H. Muhammad. Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan
Penyuluhan Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1979.
Arikunto, Suharsimi, Prof. Dr., Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006, Cet. Ke-13.
------------. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Bulan
Bintang, 2003, Cet. Ke-9.
Asifudin, M.A., DR. Ahmad Janan. Etos Kerja Islami, Surakarta: Muhammadiyah
University Press, 2004.
Asy’ari, Musa. Islam, Etos Kerja dan Pemberdayaan Ekonomi Ummat,
Yogyakarta: Lesfi, Cet. 2, 1997.
Asyari, Musa. Etos Kerja dan Pemberdayaan Ekonomi Umat, Jogyakarta: Lesfi,
1997, Cet. ke-1.
Buchori, Mochtar. Penelitian Pedidikan dan Pendidikan Islam di Indonesia,
Jakarta: IKIP Press, 1994.
Darajat, Zakiah. Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 2003, Cet. ke-16.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, Cet. Ke-2, 1989.
Kementrian Sosial RI, Buku Panduan Pengumpulan dan Pengolahan Data
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) serta Potensi dan
Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS), Jakarta: Pusat Data dan
Informasi Kesejahteraan Sosial, 2002.
Direktorat Jendral Rehabilitasi Sosial, Petunjuk Teknis Rehabilitasi Sosial
Berbasis Masyarakat Bagi Gelandangan, Pengemis, dan Pemulung
Oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial, Jakarta: 2011.
87
Faqih, Aunur Rahman. Bimbingan dan Konseling Islam, Yogyakarta: UII Press,
Cet. Ke-2, 2001.
Hafidhuddin, Didin. Islam Aplikatif, Jakarta: Gema Insani Press, 2003.
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial,
Jakarta: Salemba Humanika, 2010, Cet. Ke-2.
Hasan, Aliah B. Purwakania. Psikologi Perkembangan Islami: menyingkap
rentang kehidupan manusia dari prakelahiran hingga pascakematian,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008.
Henslin, James M. Sosiologi dengan Pendekatan Membumi, Jakarta: Erlangga,
Jilid I, 2006.
Husman, Husaini. Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara, 2000.
Narkowo, J. Dwi dan Bagus Suyanto, Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan,
Jakarta: Kencana, 2007.
Kafie, Jamaludin. Psikologi Dakwah, Surabaya: Penerbit Indah, 1993.
Lutfi, Muhammad, Drs.,M.A,. Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan
(Konseling) Islam, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2008.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007, Cet. ke-33.
Mu’awanah, S.Ag., M.Pd, Elfi dan Rifa Hidayah, S.Ag., S.Psi., M.Si.,Psi,
Bimbingan dan Konseling Islam Di Sekolah, Jakarta: PT. Bumi Askara,
2009.
Poerwandari, E. Kristi. Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi,
Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan
Psikologi, LPSP3 UI, 1983.
Prayitno, Prof. Dr. H., M.Sc. Ed, dan Drs. Erman Amti. Dasar-Dasar Bimbingan
dan Konseling, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004
Pusat Penyuluhan Sosial. Bersama Penyuluh Sosial Kita Bangun Indonesia
Sejahtera, Kementrian Sosial RI, 2013.
Sugiyono, Prof. Dr., Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2005.
Salim, Peter dan Yeni, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta:
Modern English, 1991.
88
Sapuri, Rafy. Psikologi Islam: Tuntutan Jiwa Manusia Modern, Jakarta: Rajawali
Press, 2009.
Sarwono, Sarlito Wirawan, Dr. Teori-Teori Psikologi Sosial, Jakarta: CV.
Rajawali, 1984.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT. Grafindo Persada,
Cet. ke- 36, 2003.
-------------, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Press, Cet. 44, Ed.1,
2012.
Tasmara, Toto, Drs. H. Etos Kerja Pribadi Muslim, Jakarta: PT. Dhana Bhakti
Wakaf, Cet. ke-2, 1995.
-------------, Etos Kerja Pribadi Muslim, Jakarta: Dana Bhakti Wakaf, Cet.Ke-2,
1995.
Ya’qub, Hamzah , Etos Kerja Islam: Petunjuk Pekerjaan Yang Halal dan Haram dalam
Syari’at Islam, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2001.
Yusuf, Syamsu, dan Dr. A Juntika Nurihsan. Landasan Bimbingan dan Konseling,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006, Cet. Ke-2.
Page 1
Nama : Hatinah Agama : Islam
Usia : 50 Tahun Klasifikasi : Pengemis
NOMOR
BUTIR
PERTANYAAN/ JAWABAN KATA KUNCI HUBUNGAN ANTAR
KATA KUNCI
TEORI REFLEXI
1. Apa tujuan saudara mengikuti kegiatan
bimbingan rohani Islam di panti?
Jawab: Supaya tahu begini-
begini...supaya jadi lebih baik dari
kemarin sama nambah pengetahuan
sedikit-sedikit.
Supaya
bertambah
pengetahuan
agamanya
Supaya lebih
baik dari hari
kemarin
Pada butir ke-1 tujuan
Hatinah mengikuti
bimbingan yaitu untuk
menambah pengetahuan dan
menjadikan diri lebih baik
dari hari kemarin.
Pernyataan ini berkaitan
dengan butir ke-3 dan ke-5,
dimana pada butir ke-3
Hastinah mengemukakan
setelah Ia mengikuti
bimbingan Ia mulai
menerima keadaan, dan
meyakini bahwa Allah pasti
akan membantunya.
Manfaat yang dirasakan
Hastinah ini berkaitan
dengan materi yang di
sampaikan pembimbing di
antaranya; shalat, doa,
dzikir, arahan agar tidak
kembali ke jalan, dan
motivasi untuk bekerja.
Pada butir ke-2 dapat
terlihat setelah mengikuti
bimbingan Hastinah
mengaku menyesal dengan
apa yang dilakukan dan
tidak ingin mengemis lagi.
Dalam butir ke-7 Hastinah
Menurut W.S Winkel:
“Bimbingan berarti
pemberian bantuan
kepada sekelompok
orang dalam membuat
pilihan-pilihan secara
bijaksana dalam
mengadakan
penyesuaian diri
terhadap tuntutan-
tuntutan hidup.
Bantuan itu bersifat
psikis (kejiwaan) bukan
“pertolongan” finansial,
media, dan lain
sebagainya. Dengan
adanya bantuan ini,
seseorang akhirnya
dapat mengatasi sendiri
masalah yang
dihadapinya sekarang
dan menjadi lebih
mapan untuk
menghadapi
masalah yang akan
dihadapinya kelak ini
menjadi tujuan
bimbingan. Jadi, yang
memberikan bantuan
menganggap orang lain
Berdasarkan hasil
wawancara dan observasi
dengan Suniti yang
berprofesi sebagai
pengemis, dapat terlihat Ia
memiliki etos kerja yang
rendah sebelum masuk ke
panti. Pembimbing
memberikan bantuan
kepada Hastinah berupa
bimbingan, sehingga
setelah mengikuti
bimbingan Ia meyakini
Allah akan membantunya
setiap masalahnya dan
mulai menerima masalah
yang Ia hadapi. Bantuan
yang diberikan
pembimbing di sesuaikan
dengan kebutuhan
terbimbing, dalam hal ini
hastinah memiliki etos
kerja rendah dan mencari
nafkah dengan meminta-
minta sehingga menurut
pengakuan Hastinah dalam
bimbingan disampaikan
bagaimana kita harus
bekerja keras dan larangan-
larangan meminta-minta.
2. Manfaat apa yang saudara rasakan
setelah mengikuti kegiatan bimbingan
rohani Islam dipanti?
Jawab : Saat bimbingan perasaan jadi
sedih Dek, ingat anak cucu di rumah.
Jadi pengen pulang,,,menyesal juga
kenapa mesti begini, berharap jadinya si
Bapak jangan minta-minta lagi.
Menyesal juga
kenapa mesti
begini
Berharap
jadinya si
Bapak jangan
minta-minta
lagi.
3. Apakah dengan mengikuti kegiatan
bimbingan rohani Islam di panti, dapat
membantu saudara memecahkan masalah
hidup?
Jawab: Iya sih Dek, saya lebih
menerima aja kenapa bisa ada disini, ga
terlalu marah-marahlah. Saya jadi yakin
aja kalau Allah SWT pasti akan
membantu.
Saya lebih
menerima aja
Yakin aja
kalau Allah
SWT pasti
akan
membantu
4. Apakah dengan mengikuti kegiatan
bimbingan rohani Islam di panti, dapat
membantu saudara berkembang menjadi
pribadi yang mandiri?
Jawab: Disampein si Dek. Ceramah-
Ceramah-
ceramah
supaya kita
engga minta
Page 2
ceramah supaya kita engga minta-minta
lagi, supaya hidup mulai mandiri. Tapi
ya itu Dek, suami saya tuna netra
bingung mau gimana nanti saya ga bisa
dapat penghasilan.
Minta
Suami saya
tuna netra
bingung mau
gimana nanti
mengakui bahwa dalam
bimbingan disampaikan
mengenai bagaimana
bekerja keras dan larangan
meminta-minta. Tapi itu
masih hanya pada tahap
sadar dan paham bahwa
pekerjaan mengemis itu
tidak baik, tapi terlihat pada
butir ke-4 dan ke-7
Hasitinah masih ragu untuk
meninggalkan pekerjaan
mengemis, karena suaminya
yang tuna netra.
Peranan pembimbing
menurut Hastinah sudah
cukup baik dan bagus
seperti yang Ia ungkapkan
pada butir ke-8, ini
berkaitan dengan butir ke-6
bahwa ceramah-ceramah
yang diberikan pembimbing
sudah baik dan sesuai.
Dengan mengikuti
bimbingan membantu
Hastinah memiliki rencana-
rencana ke depan, seperti
pada butir ke-9 Hastinah
berencana untuk kembali ke
kampung untuk bertani dan
tidak mau meminta-minta
lagi. Tapi pernyataan ini
agak tidak sinkron jika di
kaitakan dengan pernyataan
Hastinah pada butir ke-7
mampu menuntun
dirinya sendiri meskipun
kemampuan itu
mungkin harus digali
dan dikembangkan
melalui bimbingan.
Ia juga di arahkan untuk
memiliki rencana-rencana
agar hidupnya lebih baik ke
depan dan mampu
mengatasi masalah hidup.
Dalam wawancara Hastinah
mengaku mengerti bahwa
pekerjaan meminta-minta
itu tidak diperbolehkan
dalam agama dan negara. Ia
memilih untuk pulang ke
kampung untuk bertani.
Tapi pada butir-butir
pertanyaan berikutnya Ia
terlihat masih ragu untuk
benar-benar meninggalkan
pekerjaan lamanya. Ia ragu
dengan kondisi suaminya
yang tunanetra, dan merasa
tidak bisa mencukupi
kebutuhan sehari-hari jika
hanya bertani. Oleh karena
itu perlu adanya bimbingan
lebih lanjut untuk mengali
kemampuan dan
meningkatkan kesadaran
Ibu Hastinah dalam bekerja
baik dari segi agama
maupun umum.
5. Materi apa saja yang saudara dapatkan
saat mengikuti kegiatan bimbingan
rohani tersebut?
Jawab: Materinya tentang shalat, dzikir,
doa dan kasih arahan agar jangan ke
jalan minta-minta lagi, tentang motivasi
supaya kita lebih baik bekerja, cari
penghasilan yang halal.
Materi tentang
shalat, doa,
dzikir, dan
arahan agar
jangan ke jalan,
dan motivasi
bekerja
6. Apakah yang pembimbing lakukan sudah
sesuai dengan apa yang saudara
harapkan?
Jawab: Sudah sih Dek, pada baik
ceramahnya.
Baik
ceramahnya.
7. Adakah perbedaan pandangan mengenai
bekerja, setelah dan sebelum
mendapatkan bimbingan rohani islam di
panti ?
Jawab: Kemaren juga disampein kita
harus bekerja keras, tidak boleh
meminta-minta, mencuri juga tidak
boleh. Saya ngerti sih Dek, tapi suami
saya gimana Dek...??
Kita harus
bekerja keras,
tidak boleh
minta-minta
Tapi suami
saya gimana
Dek...??
8. Bagaimana peran pembimbing dalam
menumbuhkan etos kerja pada diri
saudara?
Jawab: Bagus kok Dek, saya juga
biasanya kerja di kampung motong padi,
bertani.
Bagus kok
Dek
Page 3
9. Apa rencana saudara kedepan setelah
keluar dari panti?
Jawab: Saya pengennya si bertani aja
pulang ke kampung, kaya dulu
Dek...saya betah di kampung. Demi
Allah.
Pengennya si
bertani
Pulang ke
kampung
dimana Hasitinah masih
ragu untuk meninggalkan
pekerjaan mengemis, karena
suaminya yang tuna netra
Pada butir ke-8 Hastinah
menyatakan bahwa peranan
pembimbing menurut sudah
cukup baik dan bagus, ini
karena pada butir ke-11
metode yang digunakan
adalah ceramah, diskusi,
tanya jawab. Sedangkan
proses bimbingannya
pada butir ke-10 di awali
dengan berdoa, shalat
dulu, dzikir, shalawat,
ceramah mengenai shalat,
puasa, tentang sabar,
bekerja, lalu tanya jawab
10. Bagaimana proses kegiatan bimbingan
rohani Islam yang diberikan oleh pihak
panti?
Jawab: Berdoa terlebih dahulu, shalat
dulu, dzikir, shalawatan dulu, baru
ceramah seputar ibadah shalat, puasa,
tentang sabar, tentang kerja terus baru
tanya jawab deh Dek.
Berdoa, shalat
dulu,dzikir,
shalawatan, baru
ceramah seputar
ibadah shalat,
puasa, tentang
sabar, tentang
kerja terus baru
tanya jawab
11. Metode apa saja yang digunakan selama
saudara mengikuti bimbingan?
Jawab: Ceramah, diskusi, tanya jawab
Ceramah, diskusi,
tanya jawab
Page 4
Nama : Suniti Agama : Islam
Usia : 40 Tahun Klasifikasi : Pengemis
NOMOR
BUTIR
PERTANYAAN/ JAWABAN KATA KUNCI HUBUNGAN ANTAR
KATA KUNCI
TEORI REFLEXI
1. Apa tujuan saudara mengikuti kegiatan
bimbingan rohani Islam di panti?
Jawab: Supaya menambah pengetahuan.
Menambah
pengetahuan.
Pada butir ke-1 dapat
terlihat tujuan Suniti
mengikuti bimbingan agar
pengetahuannya bertambah.
Ini berkaitan dengan butir
ke-2 bahwa manfaat yang Ia
dapatkan setelah bimbingan
yaitu pengetahuan
agamanya bertambah dan
memiliki perasaan lebih
tenang.
Pada butir ke-3, Suniti
mengemukakan bahwa
dengan mengikuti
bimbingan Ia tidak lagi
marah-marah dan mulai
menerima semuanya. Ini
berkaitan dengan butir ke-
10, dimana dapat terlihat
bahwa dalam proses
bimbingan di awali dengan
doa, dzikir, pengarahan,
tanya jawab, dll sehingga
memberikan ketenangan
batin bagi terbimbing.
Menurut W.S Winkel:
“Bimbingan berarti
pemberian bantuan
kepada sekelompok
orang dalam membuat
pilihan-pilihan secara
bijaksana dalam
mengadakan
penyesuaian diri
terhadap tuntutan-
tuntutan hidup.
Bantuan itu bersifat
psikis (kejiwaan) bukan
“pertolongan” finansial,
media, dan lain
sebagainya. Dengan
adanya bantuan ini,
seseorang akhirnya
dapat mengatasi sendiri
masalah yang
dihadapinya sekarang
dan menjadi lebih
Berdasarkan hasil
wawancara dan observasi
dengan Suniti yang
berprofesi sebagai
pengemis, dapat terlihat Ia
memiliki etos kerja yang
rendah sebelum masuk ke
panti. Manfaat yang di
rasakan Hastinah setelah
mengikuti bimbingan
yaitu pengetahuan
agamanya bertambah dan
memiliki perasaan lebih
tenang, tidak lagi marah-
marah dan mulai
menerima semuanya. Ini
berarti pembimbing telah
berperan membantu
meningkatkan
pengetahuan agama dan
meningkatkan ketenangan
jiwa Suniti. Tapi belum
sampai membantu untuk
menyesuaikan diri
terhadap tuntutan hidup.
Bantuan yang diberikan
2. Manfaat apa yang saudara rasakan setelah
mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam
dipanti?
Jawab: Menambah pengetahuan agama, dan
merasa lebih tenang.
Menambah
pengetahuan
Lebih tenang
3. Apakah dengan mengikuti kegiatan
bimbingan rohani Islam di panti, dapat
membantu saudara memecahkan masalah
hidup?
Jawab: Iya setelah ikut itu hati jadi agak
tenang, tidak marah-marah lagi dan lebih
menerima semuanya.
Tidak marah-
marah
Lebih
menerima
semuanya
Page 5
4.
Apakah dengan mengikuti kegiatan
bimbingan rohani Islam di panti, dapat
membantu saudara berkembang menjadi
pribadi yang mandiri?
Jawab: Iya, setelah ikut bimbingan yang
kemaren jadi pengen buka usaha, jualan
kecil-kecilan seperti jualan nasi uduk dan
gorengan.
Setelah ikut
bimbingan
Pengen buka
usaha
Pada butir ke-4 Suniti
mengemukakan bahwa
setelah mengikuti
bimbingan Ia mulai
berencana membuka usaha
yaitu jualan kecil-kecilan.
Ini di pertegas dengan
pernyataan yang di
ungkapkan Suniti pada butir
ke-9 bahwa Ia mau
mengumpulkan modal untuk
berdagang. Hal ini sangat
berkaitan dengan butir ke-8,
menurut Suniti peran
pembimbing sudah baik
dalam berusaha
menumbuhkan etos kerja.
Pada butir ke-5, Suniti
menyatakan bahwa materi
yang disampaikan
pembimbing yaitu tentang
shalat, bekerja dalam Islam,
rukun iman dan rukun
Islam, dll. Ini berkaitan
dengan butir ke-2 manfaat
yang Suniti dapatkan setelah
bimbingan yaitu
pengetahuan agamanya
bertambah dan memiliki
perasaan lebih tenang. Ini
karena materi-materi yang
disampaikan oleh
pembimbing.
Pada butir ke-6 dapat
terlihat pernyataan Suniti
bahwa apa yang
mapan untuk
menghadapi
masalah yang akan
dihadapinya kelak ini
menjadi tujuan
bimbingan. Jadi, yang
memberikan bantuan
menganggap orang lain
mampu menuntun
dirinya sendiri
meskipun kemampuan
itu mungkin harus digali
dan dikembangkan
melalui bimbingan.”
oleh pembimbing bersifat
psikis (kejiwaan) yaitu
penyampaian materi yang
bertujuan untuk
mengarahkan WBS agar
memiliki kehidupan yang
lebih baik. Setelah
mengikuti bimbingan
Suniti memang menyadari
bahwa pekerjaan
mengemis itu di larang
baik dalam agama, dan
negara. Tapi berdasarkan
hasil wawancara dapat
terlihat bahwa Suniti
masih ragu-ragu untuk
meninggalkan pekerjaan
lamanya dengan alasan
bingung dengan kondisi
suaminya yang tuna netra.
Oleh karena itu perlu
adanya bimbingan lebih
lanjutan untuk
mengembangakan
kemampuan kerja pada
Suniti.
5. Materi apa saja yang saudara dapatkan saat
mengikuti kegiatan bimbingan rohani
tersebut?
Jawab: Tentang shalat, bekerja dalam
Islam, rukun iman dan rukun Islam, dan lain-
lain.
Tentang shalat,
bekerja dalam
Islam
Rukun iman
dan rukun
Islam
6. Apakah yang pembimbing lakukan sudah
sesuai dengan apa yang saudara harapkan?
Jawab: Sudah bagus, sudah sesuai.
Sudah bagus
Sudah sesuai
Page 6
Adakah perbedaan pandangan mengenai
bekerja, setelah dan sebelum mendapatkan
bimbingan rohani islam di panti ?
Jawab: Lumayan sih Mba, saya juga tau ya
kalau mengemis itu engga boleh dilarang.
Saya juga maunya mah balik aja ke
kampung, jadi petani atau momong cucu.
Tapi kadang bingung sama suami saya, dia
kan ga bisa liat Mba,,,jadi suka bingung.
Balik aja ke
kampung, jadi
petani atau
momong cucu
Tapi kadang
bingung sama
suami saya
pembimbing lakukan sudah
sesuai dan bagus, ini lebih di
pertegas pada pernyataan-
nya pada butir ke-8 dimana
menurut Ia pembimbing
sangat memiliki peran
penting dalam
menumbuhkan etos kerja
seseorang.
Setelah mengikuti
bimbingan rohani Suniti
memiliki rencana-rencana
ke depan, seperti yang
terlihat pada butir ke-8
bahwa Ia berencana akan
mengumpulkan modal untuk
berdagang, tapi sayangnya
itu hanya sampai pada tahap
kesadaran bahwa pekerjaan
meminta-minta itu tidak
diperbolehkan dalam Islam
dan negara ini terlihat pada
pernyataan butir ke-6,
dimana Bu Suniti merasa
bingung dengan suaminya
yang tuna netra, sehingga
masih ragu untuk
meninggalkan pekerjaan
mengemis.
Pada butir ke-10 dan ke-11,
dapat terlihat bahwa dalam
proses bimbingan di awali
dengan doa, dzikir,
pengarahan, tanya jawab,
dengan metode ceramah,
nonton bareng, dan tanya
7. Bagaimana peran pembimbing dalam
menumbuhkan etos kerja pada diri saudara?
Jawab: Iya sudah bagus, dan sangat
berperan.
Sudah bagus
Sangat
berperan.
8. Apa rencana saudara kedepan setelah keluar
dari panti?
Jawab: Mengumpulkan modal mau
berdagang aja, misalnya nasi uduk,
gorengan, dan lain-lain.
Mengumpulkan
modal
Mau berdagang
aja
9. Bagaimana proses kegiatan bimbingan
rohani Islam yang diberikan oleh pihak
panti?
Jawab: Baca do’a kemudian dzikir,
pengarahan-pengarahan, terus ada tanya
jawab, sama penutup,dan doa penutup.
Baca doa kemudian
dzikir, pengarahan-
pengarahan, tanya
jawab, sama
penutup,dan doa
penutup.
Page 7
Nama Informan : Nuryani Agama : Islam
Usia : 40 Tahun Klasifikasi : Pedagang Asongan
BUTIR
KE-
PERTANYAAN/ JAWABAN KATA KUNCI HUBUNGAN ANTAR
KATA KUNCI
TEORI REFLEXI
1. Apa tujuan saudara mengikuti kegiatan
bimbingan rohani Islam di panti?
Jawab: Supaya hati menjadi tenang setelah
mendengar nasehat-nasehat dari Ustad. Kita
diingatkan tentang shalat. Saya suka
mendengarkan ceramah-ceramah dan
bimbingan agama. Walaupun dalam
keadaan sedih. Dengan ikut bimbingan hati
saya jadi tenang, selain menambah
pengetahuan juga.
Agar hati
menjadi tenang
Menambah
pengetahuan
juga.
Pada butir ke-1 tujuan
Nuryani mengikuti
bimbingan adalah agar
hati menjadi tenang dan
menambah pengetahuan.
Pernyataan ini berkaitan
dengan butir ke-2,
dimana Nuryani juga
mengemukakan bahwa
dengan mengikuti
bimbingan pengetahuan
agamanya bertambah
dan Ia termotivasi untuk
bekerja lebih baik lagi
dari sekarang.
Pada butir ke-3 Nuryani
menyatakan bahwa
dengan mengikuti
bimbingan membuat Ia
lebih tenang dan
menerima semuanya.
Pernyataan ini berkaitan
dengan butir ke-4 dan
ke-5. Pada butir ke-4
Nuryani mengemukakan
bahwa dalam bimbingan
Ia di berikan pengarahan-
pengarahan untuk
merubah hidup menjadi
Menurut W.S Winkel;
Bimbingan berarti
pemberian bantuan
kepada sekelompok orang
dalam membuat pilihan-
pilihan secara bijaksana
dalam mengadakan
penyesuaian diri terhadap
tuntutan-tuntutan hidup.
Bantuan itu bersifat psikis
(kejiwaan) bukan
“pertolongan” finansial,
media, dan lain
sebagainya. Dengan
adanya bantuan ini,
seseorang akhirnya dapat
mengatasi sendiri masalah
yang dihadapinya
sekarang dan menjadi
lebih mapan untuk
menghadapi
masalah yang akan
dihadapinya kelak ini
menjadi tujuan
bimbingan. Jadi, yang
memberikan bantuan
Berdasarkan hasil
wawancara dan observasi
dengan Nuryani, setelah
mengikuti bimbingan
rohani Islam di panti Ia
merasa pengetahuan
agamanya bertambah,
membuat hatinya menjadi
lebih tenang dan
termotivasi untuk bekerja
lebih baik lagi. Ini artinya
pembimbing telah berperan
dalam memberikan bantuan
kepada terbimbing untuk
menyesuaikan diri dengan
tuntutan-tuntutan hidup.
Bantuan yang diberikan
pembimbing bukan berupa
“pertolongan“ finansial
melainkan melalui proses,
materi dan metode
bimbingan yang di
sesuaikan dengan kondisi
terbimbing. Seperti
pernyataan Nuryani bahwa
proses bimbingan di mulai
dengan berdoa terlebih
dahulu, ceramah tentang
pekerjaan yang di larang
dalam Islam, dan
2. Manfaat apa yang saudara rasakan setelah
mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam
dipanti?
Jawab: Menurut aku hati jadi rasanya
tenang dan mulai sadar bahwa ini kesalahan
aku. Sehingga aku pasrah dengan semua
yang terjadi, berdoa sama Allah semoga
aku di dalam panti ini ada hikmahnya aja.
Saya tidak menyalahkan siapa-siapa, saya
salahin diri saya sendiri. Selain itu manfaat
yang lain dengan ikut bimbingan saya jadi
bertambah pengetahuan tentang agama, dari
yang tidak tahu jadi tahu. Lalu untuk
motivasi supaya bisa kerja lebih baik lagi
dari sekarang, dan merubah sikap juga.
Bertambah
pengetahuan
tentang agama
Motivasi supaya
bisa kerja lebih
baik lagi dari
sekarang
Page 8
3. Apakah dengan mengikuti kegiatan
bimbingan rohani Islam di panti, dapat
membantu saudara memecahkan masalah
hidup?
Jawab : Hem..iya kok Mba Alhamdulillah,
saya jadi lebih tenang menghadapi
semuanya, lebih menerima.
Jadi lebih tenang
menghadapi
semuanya
Lebih menerima
lebih baik dan tidak lagi
melakukan pelanggaran.
Dari sini dapat terlihat
pembimbing berperan
dalam membantu
memecahkan masalah
hidup terbimbing dan
mengarahkannya untuk
memiliki kehidupan yang
lebih baik melalui
materi-materi yang di
sesuaikan. Seperti
pernyataan Nuryani pada
butir ke-5 materi yang
disampaikan
pembimbing yaitu
tentang olahraga,
kebersihan, tata cara
shalat, dzikir, doa, surat-
surat pendek, ceramah,
dan nobar
Pada butir ke-6 Nuryani
menyatakan bahwa apa
yang dilakukan
pembimbing sudah
sesuai dengan apa yang
Ia harapkan. Pernyataan
ini berkaitan dengan
butir ke-8, menurut
Nuryani pembimbing
memiliki peran yang
memiliki peran yang
bermanfaat dalam
menumbuhkan etos
kerja, yaitu dengan
memberikan contoh
bahwa kita bekerja harus
menganggap orang lain
mampu menuntun dirinya
sendiri meskipun
kemampuan itu mungkin
harus digali dan dikem-
bangkan melalui
bimbingan.”
motivasi kerja. Sedangkan
metode yang digunakan
yaitu ceramah dan tanya
jawab. Setelah mengikuti
bimbingan rohani ini,
Nuryani akhirnya dapat
mengatasi sendiri masalah
yang dihadapinya sekarang
dan menjadi lebih mapan
untuk menghadapinya.
Terutama tentang masalah
pekerjaan. Ini terlihat dari
pernyataan Nuryani bahwa
dalam bimbingan Ia
mendapatkan pengarahan-
pengarahan agar tidak
melakukan pelanggaran,
diberikan materi bagaimana
bekerja dalam Islam, dan
setelah mengikuti
bimbingan etos kerjanya
mulai tumbuh yaitu sudah
memiliki pandangan dan
rencana ke depan seperti
ingin menjual sayuran di
tempat-tempat yang di
ijinkan pemerintah.
4. Apakah dengan mengikuti kegiatan
bimbingan rohani Islam di panti, dapat
membantu saudara berkembang menjadi
pribadi yang mandiri?
Jawab : Iya, misalkan tentang bagaimana
caranya merubah hidup jadi lebih baik dan
layak. Kami diberi pengarahan agar jangan
melakukan pelanggaran. Perhatikan dimana
wajarnya bisa dagang, di tempat-tempat
yang tidak dilarang. Makanya dari situ saya
mau coba mulai dagang di pasar, supaya
jangan melanggar.
Merubah hidup
jadi lebih baik
Diberi
pengarahan agar
jangan
melakukan
pelanggaran
5. Materi apa saja yang saudara dapatkan saat
mengikuti kegiatan bimbingan rohani
tersebut?
Jawab : Ada materi olahraga, menjaga
kebersihan, tentang tata cara shalat, dzikir,
doa, surah-surah pendek, terus ceramah-
ceramah. Ada juga yang pakai layar gitu
Mba.
Materi olahraga,
menjaga kebersihan,
tentang tata cara
shalat, dzikir, doa,
surah-surah pendek,
terus ceramah-
ceramah, dan ada
yang pakai layar gitu.
Page 9
6. Apakah yang pembimbing lakukan sudah
sesuai dengan apa yang saudara harapkan?
Jawab : Sudah sesuai Mba, enak cara
menyampaikannya.
Sudah sesuai
Enak cara
menyampaikann
ya.
karena Allah SWT.
Pada butir ke-7 dapat
terlihat dari pernyataan
yang dikemukakan oleh
Nuryani bahwa setelah
ikut bimbingan Ia ingin
memperbaiki kehidupnya
dengan berdagang
sayuran, dan menyadari
bahwa tidak boleh
melakukan pekerjaan
haram, dan melanggar
ketertiban. Ini di pertegas
dengan butir ke-9, bahwa
Ia akan mengumpulkan
modal untuk berdagang
sayuran. Ini artinya
menurut Nuryani
pembimbing memiliki
peran yang bermanfaat
dalam menumbuhkan
etos kerja, dengan
memberikan contoh
bahwa kita bekerja harus
karena Allah SWT
sebagaimana yang
terungkap pada butir ke-
7
7. Adakah perbedaan pandangan mengenai
bekerja, setelah dan sebelum mendapatkan
bimbingan rohani islam di panti?
Jawab : Pandangan saya sekarang ingin
merubah hidup, ya mau dagang sayuran di
pasar. Soalnya itu sesuai dengan aku, saya
ga mau lagi dagang di emperan. Saya mau
kumpulin modalnya sedikit-sedikit. Kalau
ada rezeki saya mau buka usaha laundry
juga. Bekerja dalam Islam juga ternyata
diantaranya harus jadi pedangang yang
jujur sesuai dengan syariat agama. Tidak
boleh melakukan yang haram, dan
melanggar ketertiban.
Ingin merubah
hidup, ya mau
dagang sayuran
Tidak boleh
melakukan yang
haram, dan
melanggar
ketertiban.
8. Bagaimana peran pembimbing dalam
menumbuhkan etos kerja pada diri saudara?
Jawab : Ya ada, sangat bermanfaat. Kita
dikasih contoh kalau kita bekerja karena
Allah pasti ada pahalanya. Saat mulung
dapat sedikit harus tetap sabar, jangan
menyerah, jangan putus asa. Tetap sabar
jangan sampai kamu meminta-minta, itu
dilarang dalam agama Islam. Oya kata Pak
Ustad kita boleh minta-minta jika kita
punya apa-apa, misalnya kamu lapar dan
tidak ada makanan satupun maka kita minta
ke orang lain itu ga apa-apa karena
mendesak. Tapi kalau tujuannya untuk
memperkaya diri itu yang ga boleh.
Sangat
bermanfaat
Dikasih contoh
kalau kita
bekerja karena
Allah pasti ada
Page 10
9. Apa rencana saudara kedepan setelah keluar
dari panti?
Jawab : Mungkin aku mulung dulu
ngumpulin modal dulu, baru dagang di
pasar untuk jual sayuran. Kalau itu sudah
berjalan baru mau nerusin buka laundry.
Dagang di pasar
untuk jual
sayuran.
Mau nerusin
buka laundry.
10. Bagaimana proses kegiatan bimbingan
rohani Islam yang diberikan oleh pihak
panti?
Jawab : Berdoa dulu, lalu ceramah, tentang
pekerjaan yang dilarang dalam Islam,
motivasi kerja, tanya jawab..saya sering
nanya juga misalnya nanya “Apa perbedaan
rukun iman, rukun islam, dengan tauhid?”
Berdoa dulu lalu
ceramah, tentang
pekerjaan yang
dilarang dalam
Islam, motivasi
kerja.
Rukun iman,
rukun islam
11 Metode apa saja yang digunakan selama
saudara mengikuti bimbingan?
Jawab : Ceramah dan tanya jawab.
Ceramah
Tanya jawab.
Page 11
Nama : Amrizon Agama : Islam
Usia : 37 Tahun Klasifikasi : Pedagang Asongan
NOMOR
BUTIR
PERTANYAAN/ JAWABAN KATA KUNCI HUBUNGAN ANTAR
KATA KUNCI
TEORI REFLEXI
1. Apa tujuan saudara mengikuti kegiatan
bimbingan rohani Islam di panti?
Jawab: Pertama menambah ilmu, karena
saya kan banyak kekurangan dari segi
agama. Lalu menambah motivasi kan
seperti tadi tentang motivasi kerja..jadi
pedagang yang jujur.
Menambah ilmu
Motivasi kerja
Pada butir ke-1 tujuan
Amrizon mengikuti
bimbingan agar
menambah pengetahuan
dan motivasi dalam
bekerja. Ini berkaitan
dengan pernyataan pada
butir ke-2 dan ke-3
manfaat yang Ia rasakan
setelah bimbingan yaitu
termotivasi untuk
mencari modal untuk
berdagang dan
menyadari bahwa untuk
mencapai sukses itu
harus mau berusaha.
Setelah mengikuti
bimbingan terdapat
perubahan pandangan
pada diri Amrizon,
seperti yang di
kemukakan pada butir
ke-7. Motivasi awal Ia
bekerja hanya untuk
mencari uang, tapi
sekarang Ia paham
bahwa bekerja juga harus
karena Allah. Ini
berkaitan dengan butir
ke-5, materi yang
disampaikan diantaranya;
Menurut W.S Winkel:
“Bimbingan berarti
pemberian bantuan
kepada sekelompok orang
dalam membuat pilihan-
pilihan secara bijaksana
dalam mengadakan
penyesuaian diri terhadap
tuntutan-tuntutan hidup.
Bantuan itu bersifat psikis
(kejiwaan) bukan
“pertolongan” finansial,
media, dan lain
sebagainya. Dengan
adanya bantuan ini,
seseorang akhirnya dapat
mengatasi sendiri masalah
yang dihadapinya
sekarang dan menjadi
lebih mapan untuk
menghadapi
masalah yang akan
dihadapinya kelak ini
menjadi tujuan
bimbingan. Jadi, yang
memberikan bantuan
Berdasarkan hasil
wawancara dengan
Amirudin yang berprofesi
sebagai seorang pemulung
dapat kita lihat bahwa Ia
memiliki etos kerja yang
lumayan baik, karena tidak
mengharap belas kasihan
orang lain. Di panti
Amrizon mendapatkan
bantuan berupa bimbingan
agama. Setelah Ia
mengikuti bimbingan,
pengetahuan agama, dan
motivasi bekerjanya
menjadi meningkat.
Bantuan yang diberikan
oleh pembimbing bersifat
kejiwaan bukan
pertolongan bukan
“pertolongan” finansial,
media, dan lain sebagainya.
Ini terlihat dari materi dan
metode yang diberikan
kepada terbimbing, yaitu
materi tentang ibadah
seperti shalat, puasa, rukun
2. Manfaat apa yang saudara rasakan setelah
mengikuti kegiatan bimbingan rohani
Islam dipanti?
Jawab: Manfaatnya diantar lain yang
saya ingat dari Ustad Munzir kan, bahwa
disetiap kesulitan ada kemudahan. Kita
ambil hikmahnya saja, kenapa saya bisa
ada disini. Selain itu juga pengetahuan
tentang shalat bertambah, dan ibadah-
ibadah lainnya. Biasanya shalat bolong-
bolong...sekarang alhamdulillah lumayan.
Kita ambil
hikmahnya
Pengetahuan
tentang shalat
bertambah
3. Apakah dengan mengikuti kegiatan
bimbingan rohani Islam di panti, dapat
membantu saudara memecahkan masalah
hidup?
Jawab: Soal kerja saya sangat
termotivasi sekali untuk cari modal, saya
ingat kata Ippho Santosa tentang
keajaiban otak kanan. Kesalahan umat
islam terbelakang dalam hal ekonomi, yah
karena mereka umat islam yang kurang itu
pelaksanaannya. Mereka mau hidup
sukses tapi tidak mau melaksanakannya.
Mereka tau cara untuk sukses tapi tidak
mau bersusah-susah.
Soal kerja saya
sangat termotivasi
sekali untuk cari
modal
Mereka tau cara
untuk sukses tapi
tidak mau
bersusah-susah.
Page 12
4. Apakah dengan mengikuti kegiatan
bimbingan rohani Islam di panti, dapat
membantu saudara berkembang menjadi
pribadi yang mandiri?
Jawab: Iya, kedepan nanti saya mau
berusaha sendiri, menggunakan modal
sendiri. Saya tidak suka minta tolong
sama saudara.
Berusaha sendiri
Menggunakan
modal sendiri
Ibadah shalat, puasa,
rukun islam, rukun iman,
serta motivasi untuk
bekerja.
Setelah mengikuti
bimbingan Amrizon
mulai memiliki rencana-
rencana hidup,
sebagaimana yang ia
kemukakan pada butir
ke-3, 4 dan 9. Dimana
Amrizon mau berusaha
mengumpulkan modal
untuk berdagang dan
menyewa kios nasi
goreng dan mie ayam.
Pada butir ke-6, Amrizon
menyatakan bahwa peran
pembimbing di panti
sudah sesuai dengan apa
yang di harapkan. Ini
berkaitan dengan
pernyataannya pada butir
ke-8, dimana
pembimbing memiliki
peran penting dalam
menyadarkan WBS
tentang kesalahan yang
mereka perbuat
walaupun semuanya
kembali ke masing-
masing diri WBS sendiri.
menganggap orang lain
mampu menuntun dirinya
sendiri, meskipun
kemampuan itu mungkin
harus digali dan
dikembangkan melalui
bimbingan.
iman dan rukun islam, serta
motivasi untuk bekerja.
Metodenya ceramah, tanya
jawab, diskusi kelompok,
dan konsultasi individu.
Dengan adanya bantuan
berupa bimbingan ini
membantu Amrizon dalam
mengatasi masalah-masalah
hidupnya sendiri terutama
yang berkaitan dengan
pekerjaan. Ini terlihat dari
pernyataan-pernyataa
Amrizon saat wawancara.
Diantaranya perubahan cara
pandang mengenai bekerja,
awalnya Ia bekerja hanya
untuk mencari uang semata
tapi sekarang ternyata
sebagai wujud ibadah
terhadap Allah SWT.
Menurut Amrizon peran
pembimbing sudah sesuai
dengan apa yang
diharapkan, dan memiliki
peran penting dalam
menyadarkan WBS
mengenai kesalahan
mereka (pekerjaan).
5 Materi apa saja yang saudara dapatkan
saat mengikuti kegiatan bimbingan rohani
tersebut?
Jawab: Materi tentang ibadah seperti
shalat, puasa, rukun iman dan rukun
islam, serta motivasi untuk bekerja.
Materi tentang
ibadah seperti
shalat, puasa,
rukun iman dan
rukun islam, serta
motivasi untuk
bekerja.
6 Apakah yang pembimbing lakukan sudah
sesuai dengan apa yang saudara
harapkan?
Jawab: Kalau saya lihat sudah sesuai.
Masukannya saat bimbingan kan kita
orang-orang waras posisi tempat
duduknya jangan dicampur sama orang
yang tidak waras. Kalau untuk materi
semua sudah bagus.
Saya lihat sudah
sesuai
Untuk materi
semua sudah
bagus
7 Adakah perbedaan pandangan mengenai
bekerja, setelah dan sebelum
mendapatkan bimbingan rohani islam di
panti ?
Jawab : Dulu kan motivasi kerja saya kan
karena uang, sekarang setelah sampai sini
baru sadar ya ternyata bekerja itu juga
harus karena Allah SWT. Ya dulu bukan
niat karena Allah, jadi mau melanggar
atau tidak...yah ga terlalu dipikirin. Tapi
sekarang sudah lumayan, saya mau
bekerja karena Allah SWT, sesuai dengan
kaidah agama.
Dulu kan motivasi
kerja saya kan
karena uang
Tapi sekarang
sudah lumayan,
saya mau bekerja
karena Allah
Page 13
8 Bagaimana peran pembimbing dalam
menumbuhkan etos kerja pada diri
saudara?
Jawab : Peran mereka penting, supaya
kami tersadar. Apa yang disampaikan Pak
Kurniawan kan benar, tangan diatas lebih
baik dari pada tangan dibawah. Tapi kan
balik lagi ke kita masing-masing, apakah
mereka mau mendengar...Allah tidak akan
melihat ke orang yang suka meminta-
minta.
Peran mereka
penting, supaya
kami tersadar dan
bekerja lebih baik
Kembali kediri
mereka masing-
masing.
Menurut Amrizon seperti
yang dikemukakan pada
butir ke-11, metode yang
digunakan dalam
bimbingan yaitu
ceramah, tanya jawab,
diskusi kelompok, dan
konsultasi individu. Ini
berkaitan dengan proses
bimbingan seperti yang
terlihat pada butir ke-10,
Pertama berdoa,
membaca Al-Fatihah,
shalawat Nabi,
pengarahan, tanya jawab,
yel-yel semangat kerja
terakhir penutupan, doa,
dan salam-salaman.
9 Apa rencana saudara kedepan setelah
keluar dari panti?
Jawab: Motivasi saya setelah mendapat
musibah ini, ya saya ingin cepat dapat
modal..saya jangan lama-lama begini
dipinggir jalan. Kalau sudah terkumpul
modal nanti saya mau sewa kios, saya
mau buka usaha makanan “nasi goreng,
mie ayam”.
Kalau sudah
terkumpul modal
nanti saya mau
sewa kios
Saya mau buka
usaha makanan
“nasi goreng, mie
ayam”.
10 Bagaimana proses kegiatan bimbingan
rohani Islam yang diberikan oleh pihak
panti?
Jawab: Pertama kita disuruh berdoa, baca
Al-Fatihah, shalawat Nabi, diberikan
pengarahan, lalu ada tanya jawab, dan yel-
yel semangat kerja....dan untuk mengingat
Allah SWT. Terakhir penutupan, doa, dan
salam-salaman.
Disuruh berdoa,
baca Al-Fatihah,
shalawat Nabi
Pengarahan, tanya
jawab, semangat
kerja, terakhir
penutupan, doa,
dan salam.
11 Metode apa saja yang digunakan selama
saudara mengikuti bimbingan?
Jawab: Metodenya itu ceramah, sesi
tanya jawab, diskusi kelompok, ada juga
konsultasi individu.
Metodenya itu
ceramah, sesi
tanya jawab,
diskusi kelompok,
ada juga konsultasi
individu.
Page 14
Nama : Amirudin Agama : Islam
Usia : 38 Tahun Klasifikasi : Pemulung
NOMOR
BUTIR
PERTANYAAN/ JAWABAN KATA KUNCI HUBUNGAN ANTAR
KATA KUNCI
TEORI REFLEXI
1. Apa tujuan saudara mengikuti kegiatan
bimbingan rohani Islam di panti?
Jawab: Ya istilahnya biar kita sadar dan
mengingatlah ya..yang tadinya ga shalat
jadi shalat. Waktu pertama ketangkep
kesini aja ya Mba ya saya ga shalat, waktu
ikut kegiatan itu jadi ingat Tuhan ingat
Allah. Yang tadinya kurang sekarang
lumayan.
Kita sadar dan
mengingatlah ya
Jadi ingat Tuhan
ingat Allah
Pada butir ke-1
Amirudin
mengemukakan Ia
mengikuti bimbingan
untuk mengingat Allah
dan shalat. Ini berkaitan
dengan pernyataan
Amirudin pada butir ke-
3, dimana setelah
mengikuti bimbingan
Amirudin tadinya malas
shalat wajib mulai bejar
untuk konsisten shalat.
Pada butir ke-2 manfaat
bimbingan yang di
rasakan oleh Amirudin
adalah pikiran lebih
jernih merubah cara
berbicara, dan
termotivasi untuk
memiliki masa depan
yang lebih baik. Ini
berkaitan erat dengan
materi yang di
sampaikan seperti
pernyataan Amirudin
pada butir ke-5
Disuruh shalat wajib dan
sunnah, jaga kebersihan,
motivasi kerja dan
Menurut W.S Winkel:
“Bimbingan berarti
pemberian bantuan kepada
sekelompok orang dalam
membuat pilihan-pilihan
secara bijaksana dalam
mengadakan penyesuaian
diri terhadap tuntutan-
tuntutan hidup.
Bantuan itu bersifat psikis
(kejiwaan) bukan
“pertolongan” finansial,
media, dan lain sebagainya.
Dengan adanya bantuan ini,
seseorang akhirnya dapat
mengatasi sendiri masalah
yang dihadapinya sekarang
dan menjadi lebih mapan
untuk menghadapi
masalah yang akan
dihadapinya kelak ini
menjadi tujuan bimbingan.
Jadi, yang memberikan
bantuan menganggap orang
lain mampu menuntun
dirinya sendiri, meskipun
kemampuan itu mungkin
harus digali dan
dikembangkan melalui
bimbingan.
Berdasarkan hasil
wawancara dengan
Amirudin yang
berprofesi sebagai
seorang pemulung dapat
kita lihat bahwa Ia
memiliki etos kerja yang
lumayan baik, karena
tidak mengharap belas
kasihan orang lain. Ia
mendapatkan bantuan
berupa bimbingan agama
di panti, manfaat yang Ia
rasakan setelah ikut
bimbingan yaitu
menambah pengetahuan
tentang shalat, menjadika
n pikiran lebih jernihm
dan temotivasi untuk
memiliki masa depan
yang lebih baik. Selain itu
2. Manfaat apa yang saudara rasakan setelah
mengikuti kegiatan bimbingan rohani
Islam dipanti?
Jawab: Pikiran jadi jernih, inget
Allah...shalat misalnya, perkataan yang
tadinya kasar jadi ga kasar. Terus untuk
masalah pekerjaan mungkin saya mau
kumpulin duit dulu Mba, jadi masuk sini
termotivasilah untuk dapat kehidupan
yang lebih baik dan mengumpulkan duit
untuk dagang. Rencana mau tetap di
proyek aja dulu.
Pikiran jadi jernih,
inget Allah
Perkataan yang
tadinya kasar jadi
ga kasar
Masuk sini
termotivasilah
untuk dapat
kehidupan yang
lebih baik
3. Apakah dengan mengikuti kegiatan
bimbingan rohani Islam di panti, dapat
membantu saudara memecahkan masalah
hidup?
Jawab: Tadinya malas shalat jadi ikut
shalat sama teman-teman, yang tadinya
shalat cuma Ashar sekarang lima
waktu. Sekarang saya juga tidak te
Sekarang saya juga tidak terlalu
menyalahkan keadaan.
Tadinya malas
shalat jadi ikut
shalat
Tidak terlalu
menyalahkan
keadaan
Page 15
4. Apakah dengan mengikuti kegiatan
bimbingan rohani Islam di panti, dapat
membantu saudara berkembang menjadi
pribadi yang mandiri?
Jawab: Dari awal si Mba, saya walaupun
pendapatan kecil tapi saya kan mulung
mandiri, kerja proyek juga mandiri.
Setelah masuk sini, ya maleslah ga mau
kesini lagi...inget istri dan anak, biar
kehidupan lebih baik Mba.
Dari awal si Mba
saya walaupun
pendapatan kecil
tapi saya kan
mulung dan kerja
proyek
Biar kehidupan
lebih baik
beribadah karena Allah,
serta berkata-kata yang
baik.
Setelah bimbingan
Amirudin mengalami
perubahan cara pandang
terhadap bekerja itu
sendiri. Seperti dalam
butir ke-4, Ia ingin
memiliki kehidupan
yang lebih baik lagi. Ini
berkaitan pernyataannya
pada butir ke-9
Amirudin berencana
untuk mengumpulkan
uang untuk berdagang.
Dan pada butir ke-7 Ia
memiliki prinsip hidup
bahwa hidup itu harus
seimbang antara ibadah,
doa, dan lain-lain.
Menurut Amirudin
mengenai peran
pembimbing, seperti
terungkap pada butir ke-
6 dan ke-8. Dimana
peran pembimbing
menurut Amirudin sudah
cukup baik dan sudah
sesuai dengan harapan.
Tapi menurut Airudin,
sebagus apapun
pembimbing
menyampaikan tetap
semua tergantung
dengan kondisi.
5. Materi apa saja yang saudara dapatkan
saat mengikuti kegiatan bimbingan rohani
tersebut?
Jawab: Materinya ya paling anuu..disuruh
shalat wajib dan sunnah, jaga kebersihan,
motivasi kerja dan beribadah karena Allah,
berkata-kata yang baik.
Disuruh shalat
wajib dan sunnah,
jaga kebersihan,
motivasi kerja dan
beribadah karena
Allah, berkata-
kata yang baik.
6. Apakah yang pembimbing lakukan sudah
sesuai dengan apa yang saudara harapkan?
Jawab: Saya si saran aja kan disini
mushallanya cakep, gedungnya juga cakep
tapi kok setiap hari Jum’at ga ada kegiatan
shalat Jum’at berjama’ah. Saya si kritik
aja. Untuk bimbingannya boleh juga di
Mushalla, pembimbingnya si sudah baik,
sudah sesuai.
Pembimbingnya si
sudah baik
Sudah sesuai.
7. Adakah perbedaan pandangan mengenai
bekerja, setelah dan sebelum mendapatkan
bimbingan rohani islam di panti ?
Jawab : Ya....kalau itukan istilahnya
omongan orang kadang beda-beda tidak
sesuai sama yang dilapangan. Ya kita
kalau berdoa terus tapi ga usaha ya sama
aja, makanya harus seimbang Mba. Kita
shalat terus tapi ga kerja yaa...sama aja,
jadi doa harus kerja juga.
Doa harus kerja
juga
Harus seimbang
Page 16
8. Bagaimana peran pembimbing dalam
menumbuhkan etos kerja pada diri
saudara?
Jawab: Sudah bagus Mba. Tapi biasanya
gini ya Mba..orang yang biasanya udah
dijalanan itu susah. Walaupun udah
dikasih pengarahan tapi mereka tetap ke
jalan lagi, soalnya dijalan itu enak. Kalau
saya istilahnnya kan dijalanan bukan
turun-temurun kaya mereka agak susah.
Sudah bagus Mba
Tapi orang yang
biasanya udah
dijalanan itu susah
Pada butir ke-10 dan 11,
terdapat proses dan
metode yang digunakan
oleh pembimbing yaitu;
disuruh shalat wajib dan
sunnah, jaga kebersihan,
motivasi kerja dan
beribadah karena Allah,
berkata-kata yang baik
Metode yang digunakan
yaitu metode ceramah.
9. Apa rencana saudara kedepan setelah
keluar dari panti?
Jawab: Mau mengumpulkan duit dulu, ya
biar aman Mba saya mau balik lagi ke
proyek dulu Mba. Saya mau dagang lagi
Mba, kaos-kaos, singlet gitu Mba.
Mau
mengumpulkan
duit dulu
Saya mau dagang
lagi Mba, kaos-
kaos gitu
10. Bagaimana proses kegiatan bimbingan
rohani Islam yang diberikan oleh pihak
panti?
Jawab: Do’a-do’a, pegarahan-
pengarahan, materi, tanya jawab, terus
penutup.
Do’a-do’a,
pegarahan-
pengarahan,
materi, tanya
jawab, terus
penutup.
11. Metode apa saja yang digunakan selama
saudara mengikuti bimbingan?
Jawab: Metode ceramah aja Mba, itu aja.
Metode ceramah
aja Mba
Page 17
Nama Informan : Ustad Munzir (Pembimbing 1)
Usia : 26 Tahun
Jabatan : Pembimbing Rohani Islam
NOMOR
BUTIR
PERTANYAAN/ JAWABAN
INFORMAN 1
KATA KUNCI HUBUNGAN ANTAR
KATA KUNCI
TEORI REFLEXI
1. Materi apa saja yang Bapak berikan kepada
WBS dalam setiap bimbingan?
Jawab: Awal-awalnya masalah tauhid
yang menyesuaikan kondisi WBS. Intinya
disini tetang menyampaikan tentang
ketentuan-ketentuan Allah agar kita tidak
ada yang menolak dengan adanya disini
kita bukan tidak tahu bahwa ketentuan
Allah SWT. Materi mengenai etos kerja itu
juga ada karena dapat menambah
pengetahuan bagaimana kerja yang sesuai
dengan koridor Agama Islam. Disini kita
sebagai fasilitator untuk membantu
mereka.
Masalah Tauhid
Etos Kerja
Menyesuaikan
kondisi WBS
Menurut W.S Winkel:
“Bimbingan berarti
pemberian bantuan
kepada sekelompok
orang dalam membuat
pilihan-pilihan secara
bijaksana dalam
mengadakan penyesuaian
diri terhadap tuntutan-
tuntutan hidup.
Bantuan itu bersifat
psikis (kejiwaan) bukan
“pertolongan” finansial,
media, dan lain
sebagainya.
Dengan adanya bantuan
ini, seseorang akhirnya
dapat mengatasi sendiri
masalah yang
dihadapinya sekarang
dan menjadi lebih mapan
untuk menghadapi
2. Apakah dengan mengikuti kegiatan
bimbingan rohani Islam di panti, dapat
membantu WBS memecahkan masalah
hidup?
Jawab : Iya mudah-mudahan saja kita bisa
membantu memberikan solusi. Karena apa
yang terjadi itu sudah sesuai dengan apa
yang Allah takdirkan, dan Allah juga
memberikan kita suatu masalah sesuai
dengan apa yang kita mampu dan kekuatan
kita menghadapi masalah tersebut. Tinggal
bagaimana kita tetap percaya kepada Allah
SWT.
Membantu
memberikan solusi
Allah juga
memberikan sautu
masalah sesuai
dengan apa yang
kita mampu
Page 18
3. Apakah dengan mengikuti kegiatan
bimbingan rohani Islam di panti, dapat
membantu WBS berkembang menjadi
pribadi yang mandiri?
Jawab: Iya, kita harapkan bisalah. Kita
harapkan mereka bisa jadi pribadi sosial
yang mandiri, walaupun sulit yaaa..kita
sendiri saja kadang masih butuh orang lain.
Tapi kita tetap berharap semoga kita semua
bisa jadi pribadi yang lebih baik didunia
maupun akhirat.
Pribadi sosial yang
mandiri
Pribadi yang lebih
baik dunia maupun
akhirat
masalah yang akan
dihadapinya kelak ini
menjadi tujuan
bimbingan. Jadi, yang
memberikan bantuan
menganggap orang lain
mampu menuntun
dirinya sendiri,
meskipun kemampuan
itu mungkin harus digali
dan dikembangkan
melalui bimbingan. “
4. Materi apa saja yang Bapak berikan kepada
WBS dalam setiap bimbingan?
Jawab: Menjelaskan kepada WBS bahwa
dalam Islam melarang kita untuk
melakukan pekerjaan-pekerjaan seperti itu
dengan menyetarakan pekerjaan-pekerjaan
yang disetarakan dengan ‘joki’. Seperti
tadi kita kan disuruh taat kepada Allah dan
Rasulullah, nah ini semua menjadi dasar
kita untuk menaati pemimpin kita
walaupun pemimpin itu dzalim.
Menaati pemimpin
kita, walaupun
orang yang dzalim
Islam melarang
kita untuk
melakukan
pekerjaan-
pekerjaan tertentu
5. Menurut Bapak apakah kegiatan
bimbingan rohani Islam itu penting untuk
menumbuhkan etos kerja pada WBS?
Kenapa?
Jawab: Penting banget ya..apalagi tausiah-
tausiah yang menyemangati untuk kita
bekerja itu sangat penting untuk kita semua
pada umumnya. Kita juga dalam bekerja
harus dikasih semangat agar tidak keluar
dari koridor.
Tausiah-tausiah yg
menyemangati
untuk kita bekerja
itu sangat penting
Bekerja harus
dikasih semangat
6. Apa peran Bapak dalam menumbuhkan
etos kerja pada WBS di PSBIBD 2 ?
Jawab: Kalau saya sih menyampaikan
saja, materi-materi yang sesuai dengan
kondisi mereka.
Menyampaian
materi
Sesuai dengan
kondisi WBS
Page 19
7. Menurut Bapak, apa saja perubahan yang
terlihat pada WBS setelah mengikuti
kegiatan bimbingan?
Jawab : WBS yang tadinya tidak bisa
shalat, mulai shalat, membaca Iqra. Bahkan
ada juga yang non muslim masuk Islam.
Dan selama berdirinya panti ini setelah ada
bimbingan rohani islam ada kegiatan shalat
berjamaah untuk WBS. Kalau untuk
sampai tau masing-masing WBS bekerja
atau tidak setelah keluar dari panti saya
tidak terlalu memerhatikan.
WBS yang tadinya
tidak bisa shalat,
mulai shalat,
membaca Iqra
Tidak terlalu
memperhatikan
WBS yang bekerja
setelah keluar dari
panti
8. Bagaimana proses kegiatan bimbingan
rohani islam yang Bapak terapkan pada
WBS?
Jawab: Pertama yaa dimulai dengan
memuji Allah, dan selalu menyadarkan
mereka tentang banyaknya nikmat Allah
yang diberikan untuk dihayati dan pikirkan
dari pada kita selalu mengeluh karena
kekurangan. Setelah itu menyampaikan
materi tetang tauladan Rasulullah, baru kita
sampaikan materi pada hari itu, tanya
jawab, lalu istirahat makan-makan snack.
Ada juga reward bagi WBS yang bisa
menjawab. Setelah itu kita tutup dengan
doa penutup dan salam.
Pembukaan,
menyadari nikmat
Allah SWT,
penyampaian
materi, tanya
jawab, pemberian
reward, doa dan
penutup.
9. Metode apa saja yang Bapak gunakan saat
memberikan bimbingan rohani Islam pada
WBS?
Jawab:Ya....ceramah, melontarkan
pertanyaan agar kita mendapatkan feed
back dari WBS. Cara menyampaikannya
secara langsung aja. Kalau untuk metode
tidak langsung seperti pamflet, selembaran
itu tidak cocok untuk WBS karena mereka
banyak yang tidak bisa baca.
Ya... ceramah
Melontarkan
pertanyaan agar
kita mendapatkan
feed back
Cara
menyampaikannya
secara langsung
aja
Page 20
10. Apa harapan Bapak dengan diadakannya
kegiatan bimbingan rohani islam di
PSBIBD 2?
Jawab : Harapannya agar mereka bisa
mengenal agama Islam lebih dalam dan
bisa menerapkan dalam kehidupan sehari-
hari WBS, atau dalam bermuamalah/
pekerjaan mereka.
Bisa mengenal
Islam lebih dalam
Bisa menerapkan
dalam kehidupan
sehari-hari atau
pekerjaan
Page 21
Nama Informan : M. Kurniawan, S. Sos (Pembimbing 2) Jabatan : Pembimbing Rohani Islam
Usia : 35 Tahun Agama : Islam
PERTANYAAN/ JAWABAN
INFORMAN 2
KATA KUNCI HUBUNGAN ANTAR
KATA KUNCI
TEORI REFLEXI
1. Materi apa saja yang Bapak berikan kepada
WBS dalam setiap bimbingan?
Jawab: Pertama tentang syukur, terus
tetang doa dan dzikir, tentang shalat,
motivasi hidup, motivasi kerja dan untuk
mandiri, materi tidak untuk mengemis
seperti Pak Walang, rukun iman dan rukun
islam, materi tentang rizki, marifatullah,
praktek ibadah shalat, hafalan surah-surah
pendek karena mereka terbatas dalam
menangkap jika materi yang disampaikan
terlalu berat.
Motivasi hidup,
motivasi kerja,
hidup mandiri,
dan tidak
mengemis
Materi tentang
ibadah, rukun
iman dan rukun
Islam
Menurut W.S Winkel:
“Bimbingan berarti
pemberian bantuan kepada
sekelompok orang dalam
membuat pilihan-pilihan
secara bijaksana dalam
mengadakan penyesuaian
diri terhadap tuntutan-
tuntutan hidup.
Bantuan itu bersifat psikis
(kejiwaan) bukan
“pertolongan” finansial,
media, dan lain sebagainya.
Dengan adanya bantuan ini,
seseorang akhirnya dapat
mengatasi sendiri masalah
yang dihadapinya sekarang
dan menjadi lebih mapan
untuk menghadapi
masalah yang akan
dihadapinya kelak ini
menjadi tujuan bimbingan.
Jadi, yang memberikan
bantuan menganggap orang
lain mampu menuntun
dirinya sendiri, meskipun
kemampuan itu mungkin
harus digali dan
2. Apakah dengan mengikuti kegiatan
bimbingan rohani Islam di panti, dapat
membantu WBS memecahkan masalah
hidup?
Jawab: Iya tentu saja, dengan mengikuti
bimbingan WBS bisa mendapat ketenangan
batin. Terus ada juga sesi curhat, sehingga
WBS bisa menyampaikan apa masalah
yang mereka hadapi dan memberikan
solusi. Selain itu saya juga menyampaikan
untuk selalu mengingat Allah SWT
dimanapun dan seberat apapun masalah
yang mereka hadapi. Biasakan doa dan
dzikir Insya Allah ada jalan keluarnya.
WBS mendapat
ketenangan batin
WBS bisa
menyampaikan
masalah yang di
hadapi
Selalu mengingat
Allah seberat
apapun
masalahnya
3. Apakah dengan mengikuti kegiatan
bimbingan rohani Islam di panti, dapat
membantu WBS berkembang menjadi
pribadi yang mandiri?
Jawab: Untuk konseling individu kalau
lagi berpas-pasan kami melakukan obrolan
Konseling
individu
Jika WBS mau
bekerja maka di
salurkan ke panti
Page 22
kecil, nanya-nanya siapa yang ngurus ada
atau tidak kadang mereka tidak ada yang
ngasih tau kepihak keluarga jadi kami ikut
bantu menginformasikan. Kalau mereka ada
yang mau bekerja, maka kami salurkan ke
panti lainnya untuk latihan.
lain
Jika WBS mau
pulang maka di
bantu proses
pemulangannya
dikembangkan melalui
bimbingan.
4. Materi apa saja yang Bapak berikan kepada
WBS dalam setiap bimbingan?
Jawab: Pertama tentang syukur, terus
tetang doa dan dzikir, tentang shalat,
motivasi hidup, motivasi kerja dan untuk
mandiri, materi tidak untuk mengemis
seperti Pak Walang, rukun iman dan rukun
islam, materi tentang rizki, marifatullah,
praktek ibadah shalat, hafalan surah-surah
pendek karena mereka terbatas dalam
menangkap jika materi yang disampaikan
terlalu berat.
Materi tentang
syukur, doa dan
dzikir, motivasi
hidup, motivasi
kerja, materi
tentang hukum
mengemis, dan
ibadah shalat
5. Menurut Bapak apakah kegiatan bimbingan
rohani Islam itu penting untuk
menumbuhkan etos kerja pada WBS?
Kenapa?
Jawab: Iya perlu, tapi yang penting
kuantitas sama kualitasnya, maksudnya
jangan seminggu sekali. Untuk bentuknya
bimbingannya ada yang bimbingan klasikal,
individual, spiritual, motivasi, setiap pagi di
morning meeting saling kumpul untuk
mengenal satu sama lain dan silaturahim,
jadi sifatnya informal dan formal. Kalau
formal kan ceramah-ceramah gitu, nah
kalau yang informal itu mengingatkan
untuk ibadah, teguran-teguran, ngobrol
agar sadar, dan senantiasa berdoa.
Perlu, tapi kualitas
dan kuantitas
bimbingannya
ditingkatkan
Bimbingan
sifatnya formal
dan informal
Page 23
6. Apa peran Bapak dalam menumbuhkan etos
kerja pada WBS di PSBIBD 2 ?
Jawab: Konsultasi kalau dia mau kerja,
kita salurkan ke panti. Kalau dia belum
tumbuh motivasinya, kita kasih motivasi
dulu. Kalau keimanannya kurang kita kasih
bimbingan agama dulu. Karena disini
pantinya bersifat sementara, kecuali disini
langsung kerja setelah bimbingan kita ada
program penyaluran kerja atau pemberian
modal..yaa bagusnya gitu..tapi disini kan
langsung diurus.
Konsultasi tentang
pekerjaan dan
memberikan
bimbingan jika
belum tumbuh
motivasinya
Maka mereka
yang mau kerja
disalurkan ke
panti lain.
7. Menurut bapak, apa saja perubahan yang
terlihat pada WBS setelah mengikuti
kegiatan bimbingan?
Jawab: Untuk sikap biasanya kita juga
biasakan untuk ikrar/ perjanjian bahwa
WBS tidak akan mengemis lagi, tidak akan
melanggar ketertiban lagi. Ya mudah-
mudahan mereka diluar kan mereka pasti
teringat ikrar tersebut untuk mengingat
Allah SWT, ibadah sama Allah dan tidak ke
jalan lagi. Sikapnya juga berubah, karena
kapok dan tidak mau ke jalan lagi..biasanya
yang sudah sebulan.
Dengan ikrar tidak
mengemis, di
harapkan WBS
tidak kembali lagi
ke jalan
Ibadah sama Allah
dan tidak ke jalan
lagi.
8. Bagaimana proses kegiatan bimbingan
rohani islam yang Bapak terapkan pada
WBS?
Jawab: Pertamanya saya salam dulu,
kemudian menanyakan kabar mereka “Apa
kabar hari ini, Alhamdulillah sehat, Allahu
Akbar”, kemudian agar WBS konsentrasi
kita ice breaking dulu, terus doa dan dzikir
susunannya membaca dua kalimat syahadat,
shalawat, Al-Fatihah, Al-Ikhlas, An-Nas,
doa-doa, istigfar, habis itu kita mendoakan
WBS. Kalau pagi-pagi ditambah motivasi
dan terapi kemudian gerak-gerak...oyaa
Pembukaan, ice
breaking, doa dan
dzikir
Motivasi dan
terapi, dan
menyetel lagu-
lagu nasyid
sebelum
bimbingan
Page 24
sebelum mulai sambil nunggu WBS
kumpul semua kita setel murotal, nasyid,
lagu-lagu islami, dan ada juga shalat
berjamaah.
9. Metode apa saja yang Bapak gunakan saat
memberikan bimbingan rohani Islam pada
WBS?
Jawab: Metode langsung dan tidak
langsung, yaitu ada metode ceramah, tanya
jawab, konseling individu, nonton bareng,
doa dan dzikir.
Metode langsung,
tidak langsung,
ceramah, tanya
jawab, konseling
individu, nonton
bareng, doa dan
dzikir
LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PEMBIMBING (1)
Nama : Ustad Ahmad Munzir
Usia : 26 Tahun
Agama : Islam
1. Kapan dan dimana bimbingan rohani islam dilaksanakan?
Awal-awalnya disini, di Aula hari Senin dari jam 10.00 sampai dengan jam
11.30 WIB. Terus sering juga kita melaksanakannya di Ruang Bimbingan
WBS atau di aula asrama lantai 2.
2. Materi apa saja yang Bapak berikan kepada WBS dalam setiap
bimbingan?
Banyak sih, awal-awalnya masalah tauhid yang menyesuaikan kondisi WBS.
Intinya disini tetang menyampaikan tentang ketentuan-ketentuan Allah agar
kita tidak ada yang menolak dengan adanya disini kita bukan tidak tahu bahwa
ketentuan Allah SWT. Dimana kita mengkondisikan ketentuan Allah tersebut
apakah malah bertingkah laku merusak atau malah mengambil manfaat.
3. Apakah dengan mengikuti kegiatan bimbingan rohani islam di panti,
dapat membantu WBS memecahkan masalah hidup?
Iya mudah-mudahan saja kita bisa membantu memberikan solusi. Karena apa
yang terjadi itu sudah sesuai dengan apa yang Allah takdirkan, dan Allah juga
memberikan kita suatu masalah sesuai dengan apa yang kita mampu dan
kekuatan kita menghadapi masalah tersebut. Tinggal bagaimana kita tetap
percaya kepada Allah SWT.
4. Apakah dengan mengikuti kegiatan bimbingan rohani islam di panti,
dapat membantu WBS berkembang menjadi pribadi yang mandiri?
Iya, kita harapkan bisalah. Kita harapkan mereka bisa jadi pribadi sosial yang
mandiri, walaupun sulit yaaa..kita sendiri saja kadang masih butuh orang lain.
Tapi kita tetap berharap semoga kita semua bisa jadi pribadi yang lebih baik
didunia maupun akhirat.
5. Materi apa saja yang Bapak berikan kepada WBS dalam setiap
bimbingan?
Mereka itu sering sekali menuntut mengait-ngaitkan pekerjaan mereka dengan
agama. Misalnya pertanyaan ada tidak larangan joki, memulung, dalam Al-
Qur’an? Maka menjelaskan kepada WBS bahwa dalam Islam melarang kita
untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan seperti itu dengan menyetarakan
pekerjaan-pekerjaan yang disetarakan dengan ‘joki’.
6. Menurut Bapak apakah kegiatan bimbingan rohani islam itu penting
untuk menumbuhkan etos kerja pada WBS? Kenapa?
Penting banget ya..apalagi tausiah-tausiah yang menyemangati untuk kita
bekerja itu sangat penting untuk kita semua pada umumnya. Orang perang saja
dulu dibacakan syair-syair penyemangat baru dia bangkit. Kita juga dalam
bekerja harus dikasih semangat agar tidak keluar dari koridor.
7. Menurut bapak, apa saja perubahan yang terlihat pada WBS setelah
mengikuti kegiatan bimbingan?
WBS mulai yang tadinya tidak bisa shalat, mulai shalat, membacaka Iqra.
Bahkan ada juga yang non muslim masuk Islam. Dan selama berdirinya panti
ini setelah ada bimbingan rohani Islam ada kegiatan shalat berjamaah untuk
WBS. Kalau untuk sampai tau masing-masing WBS bekerja atau tidak setelah
keluar dari panti saya tidak terlalu memerhatikan.
8. Bagaimana proses kegiatan bimbingan rohani Islam yang Bapak
terapkan pada WBS? Pertama yaa dimulai dengan memuji Allah, dan selalu menyadarkan mereka
tentang banyaknya nikmat Allah yang diberikan untuk dihayati dan pikirkan
dari pada kita selalu mengeluh karena kekurangan. Setelah itu menyampaikan
materi tetang tauladan rasulullah, sikap-sikap beliau kepada istri, anak-anak,
keluarga, dan tetangganya. Mudah-mudahan itu bisa dijadikan contoh oleh
WBS. Baru kita sampaikan materi pada hari itu, baru tanya jawab, lalu
istirahat makan-makan snack. Ada juga reward bagi WBS yang bisa
menjawab. Kalau games-games dan doa-doa itu setiap pagi sudah diberikan
sama Pak Kurniawan. Setelah itu kita tutup dengan doa penutup dan salam.
9. Metode apa saja yang Bapak gunakan saat memberikan bimbingan
rohani Islam pada WBS?
Ya ceramah, melontarkan pertanyaan agar kita mendapatkan feed back dari
WBS. Cara menyampaikannya secara langsung aja. Kalau untuk metode tidak
langsung seperti pamflet, selembaran itu tidak cocok untuk WBS karena
mereka banyak yang tidak bisa baca.
10. Apa harapan Bapak dengan diadakannya kegiatan bimbingan rohani
Islam di PSBIBD 2?
Harapannya agar mereka bisa mengenal agama islam lebih dalam dan bisa
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari WBS, atau dalam bermuamalah.
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PEMBIMBING (2)
Nama : Muhammad Kurniawan, S. Sos
Usia : 35 Tahun
Agama : Islam
1. Kapan dan dimana bimbingan rohani islam dilaksanakan?
Tempatnya didepan klinik setiap pagi, memberikan motivasi, terapi doa dan
dzikir, terapi psikososial, terapi SEFT (Spiritual Emosional Freedom
Treatment) dimana kita mulai dengan dzikir kemudian menarik nafas sambil
berdoa agar ketegangan WBS menurun. Lalu baca surah-surah pendek, Al-
Ikhlas, An-Nas, dan lain-lain. Setiap Senin, Rabu, Kamis. Sering juga bimbing
doa di ruang makan, sebelumnya dimotivasi dulu tetang bersyukur kepada
Allah SWT. Sering juga dilaksanakan bimbingan shalat di Mushalla di asrama
WBS atau di Aula. Setiap Senin juga mendampingi Ustad Munzir
menyampaikan ceramah.
2. Materi apa saja yang Bapak berikan kepada WBS dalam setiap
bimbingan?
Pertama tentang syukur, terus tetang doa dan dzikir, tentang shalat, motivasi
hidup, motivasi kerja dan untuk mandiri, materi tidak untuk mengemis seperti
Pak Walang, rukun iman dan rukun islam, materi tentang rizki, marifatullah,
praktek ibadah shalat, hafalan surah-surah pendek karena mereka terbatas
dalam menangkap jika materi yang disampaikan terlalu berat.
3. Apakah dengan mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti,
dapat membantu WBS memecahkan masalah hidup?
Iya tentu saja, dengan mengikuti bimbingan WBS bisa mendapat ketenangan
batin. Terus ada juga sesi curhat, sehingga WBS bisa menyampaikan apa
masalah yang mereka hadapi dan memberikan solusi. Selain itu saya juga
menyampaikan untuk selalu mengingat Allah SWT dimanapun dan seberat
apapun masalah yang mereka hadapi. Biasakan doa dan dzikir Insya Allah ada
jalan keluarnya.
4. Apakah dengan mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti,
dapat membantu WBS berkembang menjadi pribadi yang mandiri?
Kalau yang diasramanya shalat mereka masih semangat untuk hidup, untuk
bekerja, untuk mengembangkan diri, dan berusaha. Konseling individu kalau
lagi berpas-pasan kami melakukan obrolan kecil, nanya-nanya siapa yang
ngurus ada atau tidak kadang mereka tidak ada yang ngasih tau kepihak
keluarga jadi kami ikut bantu menginformasikan.
5. Menurut Bapak apakah kegiatan bimbingan rohani Islam itu penting
untuk menumbuhkan etos kerja pada WBS? Kenapa?
Iya perlu, tapi yang penting kuantitas sama kualitasnya, maksudnya jangan
seminggu sekali. Untuk bentuknya bimbingannya ada yang bimbingan
klasikal, individual, spiritual, motivasi, setiap pagi di morning meeting saling
kumpul untuk mengenal satu sama lain dan silaturahim, jadi sifatnya informal
dan formal. Kalau formal kan ceramah-ceramah gitu, nah kalau yang informal
itu mengingatkan untuk ibadah, teguran-teguran, ngobrol agar sadar, dan
senantiasa berdoa.
6. Apa peran Bapak dalam menumbuhkan etos kerja pada WBS di PSBIBD
2 ?
Konsultasi kalau dia mau kerja, kita salurkan ke panti. Kalau dia belum
tumbuh motivasinya, kita kasih motivasi dulu. Kalau keimanannya kurang kita
kasih bimbingan agama dulu. Karena disini pantinya bersifat sementara,
kecuali disini langsung kerja setelah bimbingan kita ada program penyaluran
kerja atau pemberian modal..yaa bagusnya gitu..tapi disini kan langsung
diurus keluarganya.
7. Menurut Bapak, apa saja perubahan yang terlihat pada WBS setelah
mengikuti kegiatan bimbingan?
Untuk sikap biasanya kita juga biasakan untuk ikrar/ perjanjian bahwa WBS
tidak akan mengemis lagi, tidak akan melanggar ketertiban lagi. Ya mudah-
mudahan mereka diluar kan mereka pasti teringat ikrar tersebut untuk
mengingat Allah SWT, ibadah sama Allah dan tidak ke jalan lagi. Sikapnya
juga berubah, karena kapok dan tidak mau ke jalan lagi..biasanya yang sudah
sebulan.
8. Bagaimana proses kegiatan bimbingan rohani islam yang Bapak
terapkan pada WBS?
Pertamanya saya salam dulu, kemudian menanyakan kabar mereka “Apa
kabar hari ini, Alhamdulillah sehat, Allahu Akbar”, kemudian agar WBS
konsentrasi kita ice breaking dulu, terus doa dan dzikir susunannya membaca
dua kalimat syahadat, shalawat, Al-Fatihah, Al-Ikhlas, An-Nas, doa-doa,
istigfar, abis itu semua kita mendoakan WBS. Kalau pagi-pagi ditambah
motivasi dan terapi kemudian gerak-gerak...oyaa sebelum mulai sambil
nunggu WBS kumpul semua kita setel murotal, nasyid, lagu-lagu islami.
Kalau hari Senin setelah ceramah dilanjutkan dengan shalat berjamaah.
9. Metode apa saja yang Bapak gunakan saat memberikan bimbingan
rohani islam pada WBS?
Metode langsung dan tidak langsung, yaitu ada metode ceramah, tanya jawab,
konseling individu, nonton bareng, doa dan dzikir.
10. Apa harapan Bapak dengan diadakannya kegiatan bimbingan rohani
islam di PSBIBD 2?
Bimbingannya rutin, dan berkelanjutan. Ada yang stand by di panti untuk
kontrol shalat wajib WBS, membimbing shalat, doa dzikir kaya dipesantren
gitu....biar dipantau dan mereka terbiasa untuk ibadah. Timbul semangatnya,
ingat sama Allahnya, kan kalau gitu semangat buat kerjanya bisa tinggi. Sama
adanya pendampingan atau pemantauan di asrama, khusus untuk ibadah
selama ini kan adanya fisik, kesehatan, makan.
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK TERBIMBING (1)
Nama : Amrizon
Usia : 37 Tahun
Agama : Islam
Klasifikasi : Pedagang Asongan
1. Apakah saudara rutin mengikuti kegiatan bimbingan rohani islam di
panti? Iya Rutin, Alhamdulillah. Bimbingan agama Ustadz Munzir dan Pak
Kurniawan
2. Apa tujuan saudara mengikuti kegiatan bimbingan rohani islam di
panti? Pertama menambah ilmu, karena saya kan banyak kekurangan dari segi
agama. Lalu menambah motivasi kan seperti tadi tentang motivasi kerja..jadi
pedagang yang jujur.
3. Manfaat apa yang saudara rasakan setelah mengikuti kegiatan
bimbingan rohani islam dipanti? Manfaatnya diantar lain yang saya ingat dari Ustad Munzir kan, bahwa
disetiap kesulitan ada kemudahan. Kita ambil hikmahnya saja, kenapa saya
bisa ada disini. Saya kesini kan karena kesalahan sendiri juga, seperti kemarin
harusnya kan saat liat Satpol PP saya lari, tapi malah mengundang mereka
untuk datang. Selain itu juga pengetahuan tentang shalat bertambah, dan
ibadah-ibadah lainnya. Biasanya shalat bolong-bolong...sekarang
alhamdulillah lumayan.
4. Apakah dengan mengikuti kegiatan bimbingan rohani islam di panti,
dapat membantu saudara memecahkan masalah hidup? Soal kerja saya sangat termotivasi sekali untuk cari modal, saya ingat kata
Ippho Santosa tentang keajaiban otak kanan. Kesalahan umat islam
terbelakang dalam hal ekonomi, yah karena mereka umat islam yang kurang
itu pelaksanaannya, mereka maj hidup sukses tapi tidak mau
melaksanakannya. Mereka tau cara untuk sukses tapi tidak mau bersusah-
susah.
5. Apakah dengan mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti,
dapat membantu saudara berkembang menjadi pribadi yang mandiri? Kedepan saya mau berusaha sendiri, menggunakan modal sendiri. Saya tidak
suka minta tolong sama saudara.
6. Materi apa saja yang saudara dapatkan saat mengikuti kegiatan
bimbingan rohani tersebut? Materi tentang ibadah seperti shalat, puasa, rukun iman dan rukun islam, serta
motivasi untuk bekerja.
7. Apakah yang pembimbing lakukan sudah sesuai dengan apa yang
saudara harapkan? Kalau saya lihat sudah sesuai. Masukannya saat bimbingan kan kita orang-
orang waras posisi tempat duduknya jangan dicampur sama orang yang tidak
waras. Misalnya yang normal didepan, yang tidak waras dibelakang. Kita kan
bisa liat tadi ada beberapa yang normal milih diluar itu karena bau...makanya
kayanya enakan dipisah. Kalau untuk materi semua sudah bagus.
8. Menurut saudara apa itu bekerja? Bekerja seperti apa yang telah disampaikan oleh Pak Kurniawan, bekerjalah
karena Allah semata. Bekerjalah kamu seolah-olah kamu akan hidup
selamanya, dan beribadahlah kamu seolah-olah kamu akan mati besok. Arti
dari bekerja adalah tangan diatas lebih baik dari pada tangan dibawah, seperti
yang dikatakan Pak Kurniawan nanti pada akhir jaman di Padang Mashyar
Allah tidak akan melihat atau menghadap kepada orang yang meminta-
minta..mereka datang kesana dengan tidak dilapisi daging sekalipun,
wajahnya rata. Orang meminta-minta itu termasuk orang yang pemalas.
9. Adakah perbedaan pandangan mengenai bekerja, setelah dan sebelum
mendapatkan bimbingan rohani islam di panti ? Dulu kan motivasi kerja saya kan karena uang, sekarang setelah sampai sini
baru sadar ya ternyata bekerja itu juga harus karena Allah SWT. Ya dulu
bukan niat karena Allah, jadi mau melanggar atau tidak...yah ga terlalu
dipikirin. Tapi sekarang ya sudah lumayan, mau bekerja karena Allah SWT,
sesuai dengan kaidah agama.
10. Bagaimana peran pembimbing dalam menumbuhkan etos kerja pada diri
saudara? Peran mereka penting, supaya kami tersadar. Apa yang disampaikan Pak
Kurniawan kan benar, tangan diatas lebih baik dari pada tangan dibawah. Tapi
kan balik lagi ke kita masing-masing, apakah mereka mau mendengar...Allah
tidak akan melihat ke orang yang suka meminta-minta. Itu kan bagi mereka
yang mau menyadari, soalnya agak sulit WBS disini terutama pengemis kan
biasa hidup enak, biasa dapat uang cepat dengan meminta-minta terus
sekarang disuruh bekerja, berdagang, dan lain sebagainya rasanya agak
sulitlah..ya tapi kembali kediri mereka masing-masing.
11. Apa rencana saudara kedepan setelah keluar dari panti? Motivasi saya setelah mendapat musibah ini, ya saya ingin cepat dapat
modal..saya jangan lama-lama begini dipinggir jalan. Kalau sudah terkumpul
modal nanti saya mau sewa kios, saya mau buka usaha makanan “nasi goreng,
mie ayam”. Untuk modalnya saya menyimpan di Bank Syariah Mandiri, saya
targetnya sih akhir tahun 2016 setelah piala dunia eropa saya mau buka usaha.
12. Bagaimana proses kegiatan bimbingan rohani islam yang diberikan oleh
pihak panti? Pertama kita disuruh berdoa, baca Al-Fatihah, shalawat Nabi, kemudian baru
diberikan pengarahan-pengarahan, lalu ada tanya jawab, dan ada juga yel-yel
semangat kerja....dan untuk mengingat Allah SWT. Terakhir penutupan
dengan doa, dan salam-salaman.
13. Metode apa saja yang digunakan selama saudara mengikuti bimbingan? Metodenya itu ceramah, sesi tanya jawab, diskusi kelompok, ada juga
konsultasi individu..tapi saya belum pernah.
14. Apa harapan saudara setelah mengikuti kegiatan bimbingan rohani islam
di panti? Harapan kedepannya hari esok lebih baik dari pada sekarang.
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK TERBIMBING (2)
Nama : Amirudin
Usia : 38 Tahun
Agama : Islam
Klasifikasi : Pemulung
1. Apakah saudara rutin mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di
panti?
Iya rutin, Alhamdulillah.
2. Apa tujuan saudara mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di
panti?
Ya istilahnya biar kita sadar dan mengingatlah ya..yang tadinya ga shalat jadi
shalat. Waktu pertama ketangkep kesini aja ya Mba ya saya ga shalat, waktu
ikut kegiatan itu jadi ingat Tuhan ingat Allah. Yang tadinya kurang sekarang
lumayan. Saya juga jadi kangen keluarga Mba, mana punya anak kecil 8
bulan. Makanya saya ga hubungin keluarga takut repot.
3. Manfaat apa yang saudara rasakan setelah mengikuti kegiatan
bimbingan rohani Islam dipanti?
Pikiran jadi jernih, inget Allah...shalat misalnya, perkataan yang tadinya kasar
jadi ga kasar. Terus untuk masalah pekerjaan mungkin saya mau kumpulin
duit dulu Mba karena faktor keluarga...pas Bapak saya masih hidup dulu kan
saya di Jakara kan 15 tahun Mba sama orang tua. Semenjak Bapak meninggal
aja banyak problemlah istilah kasarnya, saya jualan kaos di pasar-pasar. Dulu
Bapak saya kan meninggal karena sakit struk, dijual semua sawahnya untuk
biaya rumah sakit. Jadi masuk sini termotivasilah untuk dapat kehidupan yang
lebih baik dan mengumpulkan duit untuk dagang. Rencana mau tetap di
proyek aja dulu.
4. Apakah dengan mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti,
dapat membantu saudara memecahkan masalah hidup?
Ya masuk sini ada hikmahnya Mba...yang tadinya malas shalat jadi ikut shalat
sama teman-teman, yang tadinya shalat cuma Ashar sekarang lima waktu.
Saya juga tidak terlalu menyalahkan keadaan.
5. Apakah dengan mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti,
dapat membantu saudara berkembang menjadi pribadi yang mandiri?
Dari awal si Mba, saya walaupun pendapatan kecil tapi saya kan mulung
mandiri, kerja proyek juga mandiri. Setelah masuk sini, ya maleslah ga mau
kesini lagi...inget istri dan anak, biar kehidupan lebih baik Mba.
6. Materi apa saja yang saudara dapatkan saat mengikuti kegiatan
bimbingan rohani tersebut?
Materinya ya paling anuu..disuruh shalat wajib dan sunnah, jaga kebersihan,
motivasi kerja dan beribadah karena Allah, berkata-kata yang baik.
7. Apakah yang pembimbing lakukan sudah sesuai dengan apa yang
saudara harapkan?
Saya si saran aja kan disini mushallanya cakep, gedungnya juga cakep tapi
kok setiap hari Jum’at ga ada kegiatan shalat Jum’at berjama’ah. Saya si kritik
aja. Untuk bimbingannya boleh juga di Mushalla, pembimbingnya si sudah
baik, sudah sesuai.
8. Menurut saudara apa itu bekerja?
Bekerja itukan istilahnya pertama untuk diri sendiri, kedua untuk anak dan
istri. Kadang-kadang untuk bantu-bantu orang tua sedikit, orang tua saya kan
masih ada yang perempuan, mertua juga masih ada.
9. Adakah perbedaan pandangan mengenai bekerja, setelah dan sebelum
mendapatkan bimbingan rohani Islam di panti?
Ya....kalau itukan istilahnya omongan orang kadang beda-beda tidak sesuai
sama yang dilapangan. Ya kita kalau berdoa terus tapi ga usaha ya sama aja,
makanya harus seimbang Mba. Kita shalat terus tapi ga kerja yaa...sama aja,
jadi doa harus kerja juga.
10. Bagaimana peran pembimbing dalam menumbuhkan etos kerja pada diri
saudara?
Biasanya gini ya Mba..orang yang biasanya udah dijalanan itu susah.
Walaupun udah dikasih pengarahan tapi mereka tetap ke jalan lagi, soalnya
dijalan itu enak. Kalau saya istilahnnya kan dijalanan bukan turun-temurun
kaya mereka agak susah.
11. Apa rencana saudara kedepan setelah keluar dari panti?
Mau mengumpulkan duit dulu, ya biar aman Mba saya mau balik lagi ke
proyek dulu Mba. Saya mau dagang lagi Mba, kaos-kaos, singlet gitu Mba.
12. Bagaimana proses kegiatan bimbingan rohani islam yang diberikan oleh
pihak panti?
Do’a-do’a, pegarahan-pengarahan, materi, tanya jawab, terus penutup.
13. Metode apa saja yang digunakan selama saudara mengikuti bimbingan?
Metode ceramah Mba, itu aja.
14. Apa harapan saudara setelah mengikuti kegiatan bimbingan rohani islam
di panti?
Ya semoga saya tambah ingat kepada Allah SWT, dan bisa lebih mandiri
kedepannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK TERBIMBING (3)
Nama : Hatinah
Usia : 50 Tahun
Agama : Islam
Klasifikasi : Pengemis
1. Apakah saudara rutin mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di
panti?
Iya Alhamdulillah rutin, ikut terus udah 3 kali sampai 4 kalilah,
pemimbingnya Ustad Kurniawan sama yang kemaren ngisi di Aula itu...Ustad
Munzir. Mereka nyeramahin kita, pada ngasih masukan-masukan gitu biar kita
pada bener.
2. Apa tujuan saudara mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di
panti?
Supaya tahu begini-begini...supaya jadi lebih baik dari kemarin sama nambah
pengetahuan sedikit-sedikit.
3. Manfaat apa yang saudara rasakan setelah mengikuti kegiatan
bimbingan rohani Islam dipanti?
Saat bimbingan perasaan jadi sedih Dek, ingat anak cucu di rumah. Jadi
pengen pulang,,,menyesal juga kenapa mesti begini, berharap jadinya si Bapak
jangan minta-minta lagi.
4. Apakah dengan mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti,
dapat membantu saudara memecahkan masalah hidup?
Iya sih Dek, saya lebih menerima aja kenapa bisa ada disini, ga terlalu marah-
marahlah. Saya jadi yakin aja kalau Allah SWT pasti akan membantu.
5. Apakah dengan mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti,
dapat membantu saudara berkembang menjadi pribadi yang mandiri?
Disampein si Dek ceramah-ceramah supaya kita engga minta-minta lagi,
supaya hidup mulai mandiri. Tapi ya itu Dek, suami saya tuna netra bingung
mau gimana nanti saya ga bisa dapat penghasilan.
6. Materi apa saja yang saudara dapatkan saat mengikuti kegiatan
bimbingan rohani tersebut?
Materinya tentang shalat, dzikir, doan dan kasih arahan agar jangan ke jalan
minta-minta lagi, tentang motivasi supaya kita lebih baik bekerja, cari
penghasilan yang halal.
7. Apakah yang pembimbing lakukan sudah sesuai dengan apa yang
saudara harapkan?
Sudah sih Dek, pada baik ceramahnya.
8. Menurut saudara apa itu bekerja?
Bekerja itu yang penting halal, yang penting dapat uang, kalau di kampung
mah bisa tani, tapi musim-musiman Dek.
9. Adakah perbedaan pandangan mengenai bekerja, setelah dan sebelum
mendapatkan bimbingan rohani islam di panti ?
Kemaren juga disampein kita harus bekerja keras, tidak boleh meminta-minta,
mencuri juga tidak boleh. Saya ngerti sih Dek, tapi suami saya gimana
Dek...??
10. Bagaimana peran pembimbing dalam menumbuhkan etos kerja pada diri
saudara?
Bagus kok Dek, saya juga biasanya kerja di kampung motong padi, bertani.
11. Apa rencana saudara kedepan setelah keluar dari panti?
Saya pengennya si bertani aja pulang ke kampung, kaya dulu Dek...saya betah
di kampung. Demi Allah.
12. Bagaimana proses kegiatan bimbingan rohani islam yang diberikan oleh
pihak panti?
Berdoa terlebih dahulu, shalat dulu, dzikir, shalawatan dulu, baru ceramah
seputar ibadah shalat, puasa, tentang sabar, tentang kerja terus baru tanya
jawab deh Dek.
13. Metode apa saja yang digunakan selama saudara mengikuti bimbingan?
Ceramah, diskusi, tanya jawab
14. Apa harapan saudara setelah mengikuti kegiatan bimbingan rohani
Islam di panti?
Harapannya kalau sudah keluar dari panti pengen engga dijalan lagi, engga
mau minta-minta lagi, saya kapok Dek. Ga apa-apalah momong-momong
anak aja, atau balik ke kampung mau bertani aja. Pengen pulang aja.
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK TERBIMBING (4)
Nama : Nuryani
Usia : 40 Tahun
Agama : Islam
Klasifikasi : Pedagang Asongan
1. Apakah saudara rutin mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di
panti?
Iya suka ngikutim, saya ga pernah engga ikut.
2. Apa tujuan saudara mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di
panti?
Agar hati menjadi tenang setelah mendengar nasehat-nasehat dari Ustad. Kita
diingatkan tentang shalat. Saya suka mendengarkan ceramah-ceramah dan
bimbingan agama. Walaupun dalam keadaan sedih. Dengan ikut bimbingan
hati saya jadi tenang, selain menambah pengetahuan juga.
3. Manfaat apa yang saudara rasakan setelah mengikuti kegiatan
bimbingan rohani Islam dipanti?
Menurut aku hati jadi rasanya tenang dan mulai sadar bahwa ini kesalahan
aku. Sehingga aku pasrah dengan semua yang terjadi, berdoa sama Allah
semoga aku di dalam panti ini ada hikmahnya aja. Saya tidak menyalahkan
siapa-siapa, saya salahin diri saya sendiri. Selain itu manfaat yang lain dengan
ikut bimbingan saya jadi bertambah pengetahuan tentang agama, dari yang
tidak tahu jadi tahu. Lalu untuk motivasi supaya bisa kerja lebih baik lagi dari
sekarang, dan merubah sikap juga.
4. Apakah dengan mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti,
dapat membantu saudara memecahkan masalah hidup?
Hem..iya kok Mba Alhamdulillah, saya jadi lebih tenang menghadapi
semuanya, lebih menerima.
5. Apakah dengan mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti,
dapat membantu saudara berkembang menjadi pribadi yang mandiri?
Iya, misalkan tentang bagaimana caranya merubah hidup jadi lebih baik dan
layak. Kami diberi pengarahan agar jangan melakukan pelanggaran.
Perhatikan dimana wajarnya bisa dagang, di tempat-tempat yang tidak
dilarang. Makanya dari situ saya mau coba mulai dagang di pasar, supaya
jangan melanggar.
6. Materi apa saja yang saudara dapatkan saat mengikuti kegiatan
bimbingan rohani tersebut?
Ada materi olahraga, menjaga kebersihan, tentang tata cara shalat, dzikir, doa,
surah-surah pendek, terus ceramah-ceramah. Ada juga yang pakai layar gitu
Mba, komputer kaya yang di Aula waktu itu Ustad menyampaikan tetang cara
bekerja yang baik, cara shalat yang baik, dan banyak Mba yang lain.
7. Apakah yang pembimbing lakukan sudah sesuai dengan apa yang
saudara harapkan?
Sudah sesuai Mba, enak cara menyampaikannya.
8. Menurut saudara apa itu bekerja?
Bekerja itu wujud tanggung jawab kita sebagai orang tua. Karena saya
memikul beban anak-anak saya tanpa Ayah. Bekerja itu untuk masa depan
anak-anak saya, saya pengen mereka sukses dan bisa beli rumah sendiri tanpa
bantuan.
9. Adakah perbedaan pandangan mengenai bekerja, setelah dan sebelum
mendapatkan bimbingan rohani islam di panti ?
Pandangan saya sekarang ingin merubah hidup, ya mau dagang sayuran di
pasar. Soalnya itu sesuai dengan aku, saya ga mau lagi dagang di emperan.
Saya mau kumpulin modalnya sedikit-sedikit. Kalau ada rezeki saya mau buka
usaha laundry juga. Bekerja dalam Islam juga ternyata diantaranya harus jadi
pedangang yang jujur sesuai dengan syariat agama. Tidak boleh melakukan
yang haram, dan melanggar ketertiban.
10. Bagaimana peran pembimbing dalam menumbuhkan etos kerja pada diri
saudara?
Ya ada, sangat bermanfaat. Kita dikasih contoh kalau kita bekerja karena
Allah pasti ada pahalanya. Saat mulung dapat sedikit harus tetap sabar, jangan
menyerah, jangan putus asa. Tetap sabar jangan sampai kamu meminta-minta,
itu dilarang dalam agama Islam. Oya kata Pak Ustad kita boleh minta-minta
jika kita punya apa-apa, misalnya kamu lapar dan tidak ada makanan satupun
maka kita minta ke orang lain itu ga apa-apa karena mendesak. Tapi kalau
tujuannya untuk memperkaya diri itu yang ga boleh.
11. Apa rencana saudara kedepan setelah keluar dari panti?
Mungkin aku mulung dulu ngumpulin modal dulu, baru dagang di pasar untuk
jual sayuran. Kalau itu sudah berjalan baru mau nerusin buka laundry.
12. Bagaimana proses kegiatan bimbingan rohani Islam yang diberikan oleh
pihak panti?
Berdoa dulu, lalu ceramah, tentang pekerjaan yang dilarang dalam Islam,
motivasi kerja, tanya jawab..saya sering nanya juga misalnya nanya “Apa
perbedaan rukun iman, rukun islam, dengan tauhid?”
13. Metode apa saja yang digunakan selama saudara mengikuti bimbingan?
Ceramah dan tanya jawab.
14. Apa harapan saudara setelah mengikuti kegiatan bimbingan rohani
Islam di panti?
Semoga ada hikmahnya, setelah keluar dari sini saya akan kembali kesini
untuk membagi rizki untuk teman-teman saya.
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK TERBIMBING (5)
Nama : Suniti
Usia : 40 Tahun
Agama : Islam
Klasifikasi : Pengemis
1. Apakah saudara rutin mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di
panti?
Tidak selalu Mba, karena ada anak.
2. Apa tujuan saudara mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di
panti?
Supaya menambah pengetahuan.
3. Manfaat apa yang saudara rasakan setelah mengikuti kegiatan
bimbingan rohani Islam dipanti?
Menambah pengetahuan agama, dan merasa lebih tenang.
4. Apakah dengan mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti,
dapat membantu saudara memecahkan masalah hidup?
Iya setelah ikut itu hati jadi agak tenang, tidak marah-marah lagi dan lebih
menerima semuanya.
5. Apakah dengan mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti,
dapat membantu saudara berkembang menjadi pribadi yang mandiri?
Iya, setelah ikut bimbingan yang kemaren jadi pengen buka usaha, jualan
kecil-kecilan seperti jualan nasi uduk dan gorengan.
6. Materi apa saja yang saudara dapatkan saat mengikuti kegiatan
bimbingan rohani tersebut?
Tentang shalat, bekerja dalam Islam, rukun iman dan rukun Islam, dan lain-
lain.
7. Apakah yang pembimbing lakukan sudah sesuai dengan apa yang
saudara harapkan?
Sudah bagus, sudah sesuai.
8. Menurut saudara apa itu bekerja?
Bekerja itu untuk menambah penghasilan, memenuhi kebutuhan ekonomi, dan
untuk masa depan anak-anak saya.
9. Adakah perbedaan pandangan mengenai bekerja, setelah dan sebelum
mendapatkan bimbingan rohani islam di panti ?
Lumayan sih Mba, saya juga tau ya kalau mengemis itu engga boleh dilarang.
Saya juga maunya mah balik aja ke kampung, jadi petani atau momong cucu.
Tapi kadang bingung sama suami saya, dia kan ga bisa liat Mba,,,jadi suka
bingung.
10. Bagaimana peran pembimbing dalam menumbuhkan etos kerja pada diri
saudara?
Iya sudah bagus, dan sangat berperan.
11. Apa rencana saudara kedepan setelah keluar dari panti?
Mengumpulkan modal mau berdagang aja, misalnya nasi uduk, gorengan, dan
lain-lain.
12. Bagaimana proses kegiatan bimbingan rohani Islam yang diberikan oleh
pihak panti?
Baca do’a kemudian dzikir, pengarahan-pengarahan, terus ada tanya jawab,
sama penutuo, do’a-do’a lagi.
13. Metode apa saja yang digunakan selama saudara mengikuti bimbingan?
Ceramah, nonton bareng, sama tanya jawab Dek.
14. Apa harapan saudara setelah mengikuti kegiatan bimbingan rohani islam
di panti?
Yah kedepan saya bisa punya kehidupan yang lebih baik lagi, biar nanti ga
balik ke jalan,,,pengennya ga minta-minta di jalan lagi Mba. Pengen
ngumpulin modal buat buka usaha, dagang nasi uduk atau gorengan. Cuma
masih suka bingung ini...suami saya, ga bisa ngeliat, jadi susah nyari
nafkahnya.
DOKUMENTASI
KEGIATAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM
Kegiatan Bimbingan Rohani Islam
Dipimpin oleh Bapak Kurniawan, S.Sos, di Aula Asrama PSBIBD 2.
Kegiatan Bimbingan Rohani Islam
Dipimpin oleh Ustadz Munzir, di Aula Asrama PSBIBD 2
DOKUMENTASI
KEGIATAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM
Bimbingan Ibadah Shalat Wajib Berjama’ah
Di Pendopo Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2
Terapi Do’a dan Dzikir di Depan Klinik PSBIBD 2
Oleh Bapak Kurniawan, S.Sos.I
DOKUMENTASI
KEGIATAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM
Bimbingan Rohani Islam dengan Tema:
“Menumbuhkan Etos Kerja Islami pada WBS di Aula PSBIBD 2”
Metode Bimbingan Rohani Islam Ceramah dengan Menggunakan Slide
DOKUMENTASI
OBSERVASI DAN WAWANCARA DENGAN INFORMAN
Foto Bersama dengan Terbimbing yaitu Warga Binaan Sosial (WBS)
Di Mushalla WBS
Wawancara dengan Ustad Munzir dan Terbimbing (WBS) di PSBIBD 2