peran pekerja sosial terhadap biopsikososial...

168
PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL SPIRITUAL ANAK TUNARUNGU WICARA DI PANTI SOSIAL BINA RUNGU WICARA “MELATI” BAMBU APUS JAKARTA TIMUR SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Disusun oleh: IKA NURJAYANTI 1110054100045 PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M

Upload: nguyenphuc

Post on 09-Mar-2019

249 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

PERAN PEKERJA SOSIAL

TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL SPIRITUAL

ANAK TUNARUNGU WICARA DI PANTI

SOSIAL BINA RUNGU WICARA “MELATI”

BAMBU APUS JAKARTA TIMUR

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk

Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun oleh:

IKA NURJAYANTI

1110054100045

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M

Page 2: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara
Page 3: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara
Page 4: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi

sala satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya

atau merupakan jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang belaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, September 2014

Penulis

Ika Nurjayanti

(111054100045)

Page 5: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

i

ABSTRAK

Ika Nurjayanti

Peran Pekerja Sosial Terhadap Biopsikososial Spiritual Anak

Tunarungu Wicara Di Panti Sosial Bina Rungu Wicara “Melati” Bambu

Apus Jakarta Timur.

Anak merupakan anugerah dari Allah SWT yang di dalam dirinya

mempunyai harkat dan martabat sebagaimana manusia seutuhnya. Setiap

orang tua pasti berharap dapat melahirkan anaknya dengan selamat dan

mendapatkan anak yang sehat jasmani maupun rohani. Namun, terkadang

Tuhan berkendak lain, yang lahir adalah kurang sehat, tidak sempurna atau

memiliki kecacatan fisik maupun psikis. Para orang tua pastinya akan

merasakan kenikmatan besar apabila mereka bisa melihat anak-anak mereka

dapat tumbuh dengan sehat. Salah satu anak yang mengalami kekurangan

atau abnormal adalah anak tunarungu wicara. Ketunarunguan adalah

kekurangan seseorang dalam pendengaran yang mengakibatkan seseorang

tidak dapat menangkap berbagai rangsangan terutama pada indera

pendengaran dan pengecapannya. Mereka membutuhkan peranan dari orang-

orang yang berkompeten di bidangnya, yaitu pekerja sosial. Salah satu

lembaga yang peduli terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak

tunarungu wicara adalah Panti Sosial Bina Rungu Wicara “Melati” Bambu

Apus Jakarta Timur. Sebagai pekerja sosial perananannya terhadap klien pada

pendekatan biopsikososial spiritual. Dari latar belakang tersebut penulis

merasa tertarik untuk melakukan penelitian dan ingin mengetahui apa sajakah

peranan pekerja sosial dalam memberikan pelayanan biopsikososial spiritual

terhadap anak tunarungu wicara.

Dalam penulisan skripsi ini, penelitian ini menggunakan pendekatan

kualitatif, yaitu penggambaran secara akurat sesuai kondisi sebenarnya atas

apa adanya. Teori yang digunakan sebagai mengkaji adalah teori biologi,

psikososial, spiritual untuk anak tunarungu wicara. Tekhnik analisis datanya

adalah deskriptif.

Peran yang terlihat dan sering digunakan adalah peranan sebagai

pendidik (educational) dan tenaga ahli (expert). Kondisi biopsikososial

spiritual anak tuna rungu wicara yang berada di Panti Sosial Bina Rungu

Wicara “Melati” Jakarta Timur memiliki kondisi biologis yang normal berat

badan dan tinggi badan yang normal. Kodisi psikososial anak tunarungu

wicara mereka cenderung memiliki emosi yang lebih tinggi dibanding anak

normal. Secara spiritual anak tunurungu wicara sudah mengenal Tuhannya

seperti diajarkan sholat, larangan dan perintah terhadap Tuhannya. Dalam

peranan yang diberikan pekerja sosial menggunakan prinsip-prinsip pekerja

sosial, fungsi pekerja sosial, metode pekerja sosial dan teori pekerja sosial

sehingga dalam pelaksanaannya dapat berlangsung sesuai dengan tujuan yang

diharapkan.

Page 6: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

ii

KATA PENGANTAR

Assamu’alaikum Wr.Wb

Bismillahirhmanirohim dengan segala kerendahan hati penulis

mengucapkan syukur alhamdulillahi robbil alamin, puji syukur atas rahmat

dan pertolongan Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kepada

kita semua hingga salawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada

baginda Rasullullah SAW sebagai suri tauladan kita menuju jalan yang

diridhoi Allah SWT.

Berkat rahmat dan ridho Allah SWT penyusunan skripsi ini dapat

terselesaikan dengan judul “PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP

BIOPSIKOSOSIAL SPIRITUAL ANAK TUNARUNGU WICARA DI

PANTI SOSIAL BINA RUNGU WICARA “MELATI” (PSBRW

“MELATI”) BAMBU APUS JAKARTA TIMUR.”

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata

satu (SI) pada program studi Kesejahteraan Sosial, dalam penulisan

penyusunan ini, penulis menyadari banyak menemui kesulitan terutama dalam

mengumpulkan data-data yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan

pengalaman yang penulis miliki, namun dengan bimbingan dari berbagai

pihak, akhirnya penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih

banyak kekurangan.

Page 7: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

iii

Dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, penulis menyadari

bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari

berbagai pihak yang telah memberi banyak dukungan, baik dukungan moril

maupun materil. Dengan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima

kasih sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan.

Ucapan terimakasih tersebut kepada :

1. Pertama-tama saya panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang

telah memberikan kesehatan dan pemikiran yang jernih kepada

penulis, karena berkat rahmat, hidayah serta pertolongannya skripsi ini

dapat terselesaikan, karena penulis sadar tanpa rahmat dan hidayahnya,

penulis bukanlah apa-apa.

2. Yang terhormat dan yang terkasih Ayahanda Suroso dan Ibunda

Nurzaidah, serta adiku tersayang Ari Dwi Prasetyo yang telah

mencurahkan cinta dan kasih sayangnya, memberikan support doa baik

materil maupun imateril, bimbingan, dorongan, motivasi serta

perhatiannya. Semoga Allah SWT selalu mencurahkan karunia dan

nikmat yang tiada henti sebagai balasan yang telah diberikan kepada

penulis.

3. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan

Ilmu Komunikasi, sekaligus dosen pembimbing skripsi yang telah

sabar dan banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan

Page 8: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

iv

dan perhatiannya kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini sampai

selesai.

4. Ibu Siti Napsiah Ariefuzzaman, MSW dan Bapak Ahmad Zaki, M.Si

sebagai ketua Jurusan Kesejahteraan Sosial dan Sekretaris Jurusan

Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Staff Pengajar Fakultas Dakwah dan iImu Komunikasi

yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat sebagai bekal untuk

meraih cita-cita di masa depan.

6. Kepada Bapak dan Ibu Pimpinan Perpustakaan Utama dan

Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah

membantu penulis dengan menyediakan bahan-bahan dalam

mengerjakan skripsi.

7. Ibu Tri Sukreni selaku ketua Panti Sosial Bina Rungu Wicara “Melati”

yang telah memberikan izin serta memberikan informasi penulis dalam

melakukan penelitian, Ibu Yuyun Susilawati selaku Koordinator

Pekerja Sosial di Panti Sosial Bina Rungu Wicara atas bimbingan,

arahan, serta motivasinya selama penulis melakukan penelitian.

8. Ibu Sunarni, Ibu Suminah, Bapak Sulis, Ibu Yani, Ibu Isti, Ibu Sri

Mulyani, Ibu Fifi, Ibu Jeni, Ibu Dyah, Ibu Syerli dan seluruh keluarga

besar Panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati yang tidak dapat penulis

sebutkan satu-persatu yang telah berbaik hati menerima dan

memberikan informasi kepada penulis dalam melakukan penelitian.

Page 9: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

v

9. Untuk Seluruh Para Penerima Manfaat di Panti Sosial Bina Rugu

Wicara “Melati” yang telah membantu dan menemani penulis selama

peulis melakukan penelitian sehingga penulis mendapatkan ilmu baru

yaitu bisa menggunakan bahasa isyarat.

10. Untuk Keluarga besarku terkhusus tante May, serta sepupuku yang

paling kece Mas Riski, adek M.Ikraam, Satrio Hutama Meyza, Thariq

Pratama, serta sepupu lainnya yang selalu memberikan motivasi, selalu

menjadi mood booster dan mengingatkan penulis untuk segera

menyelesaikan skripsi.

11. Para kesayanganku sahabat-sahabat yang cantik yang senantiasa

menemani penulis, memberikan motivasi, mencari buku bersama-sama

dari cuaca panas hingga hujan, menghibur penulis di kala sedih

maupun senang (Pipit Febrianti, Siti Jumartina, Isnaniyah, Fifi

Nurmagfirah, Shabrina Dwi Pitarini, Chaerani Amalia, Delli Wani

Utami, Nadia Syafrina dan Intan Mayzura).

12. Sahabat-Sahabat Praktikum 1 PSMP “Handayani” dan Praktikum II

Lebak Banten Desa Wantisari (Vinasti, Reizki Riyadi, Ihsan, Gina

Rainyssa, Ma’mur Rizki, Dinda, M. Haviz, Risdiyanto, Bangkit).

13. Sahabat kece sejak di SMKN 28 sampai kuliah yang selalu setia

menemani penulis (Prapti Anggoro, Noviyani Muslikhah, dan

Luviarna), sahabat SMKN-28 yang sudah seperti keluarga (Maulida,

Nurmalasari, Khairunnisa, Silvia Eka, Dewi Pujianti, Adri Yudha,

Novi Nurarifin, Dimas Trinanda, Akhmaranda, Dedi Prasetyo) dan

Page 10: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

vi

kawan bersendagurau dan bermain bersama di UIN (Lusi Melani,

Farid Al Machzummi, Bani Fauziah Jehan dan Dysa Restiani)

14. Teman-teman, adik-adik serta kakak-kakak SKETSA (Komunitas

Edukasi Seni Tari Saman Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi),

dan VOC (Voice Of Communication Fak Dakwah dan Ilmu

Komunikasi) yang telah memberikan semangat, serta doanya hingga

terselesaikannya skripsi ini, sukses terus untuk LSO Sketsa dan Voc

semoga semakin jaya selalu.

15. Teman-teman Kesejahteraan Sosial angkatan 2010 yang telah berbagi

ilmu, melalui hari-hari belajar bersama, serta senior dan junior

Kesejahteraan Sosial yang telah memberikan support dan semangat.

16. Untuk teman yang lebih dari sahabat yakni Putera Mahesa

Kusumawardhana, terimakasih untuk waktu, tenaga, kasih sayang

serta supportnya yang telah diberikan kepada penulis dalam

menyelesaikan penulisan skripsi ini sehingga dapat memacu dan

menyemangati penulisan ini.

17. Terakhir kepada seluruh pihak yang telah membantu dan berpartisipasi

dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Dengan tidak mengurangi rasa hormat, penulis mengucapkan banyak

terimakasih.

Akhirnya atas kesemuanya ini, penulis mendo’akan semoga Allah

SWT membalas jasa-jasa mereka sesuai dengan amal dan perbuatan yang

telah diberikan, Kritik dan saran sangat penulis harapkan dari berbagai pihak

Page 11: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

vii

yang mebaca skripsi ini dan harapan penulis semoga penulisan skripsi ini ada

manfaat baik untuk fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, maupun bagi

masyarakat pada umunya. Amin yaa robbal alamin

Ciputat, September, 2014

Penulis

Ika Nurjayanti

(1110054100045)

Page 12: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

viii

DAFTAR ISI

ABSTRAK...........................................................................................................i

KATA PENGANTAR.......................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................viii

DAFTAR TABEL.............................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..........................................................................1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah......................................................6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................................7

D. Metode Penelitian....................................................................................8

E. Tinjauan Pustaka...................................................................................20

F. Sistematika Penulisan............................................................................22

BAB II LANDASAN TEORI

A. Peran......................................................................................................24

1. Pengertian Peran........................................................................24

2. Tinjauan Sosiologi Tentang Peran.............................................24

B. Pekerja Sosial........................................................................................25

1. Pengertian Pekerja Sosial..........................................................26

2. Fungsi dan Tugas Pekerja Sosial...............................................28

3. Peranan Pekerja Sosial..............................................................29

4. Prinsip-prinsip Pekerja Sosial....................................................34

5. Metode Pekerja Sosial...............................................................41

Page 13: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

ix

6. Teori-teori Pekerja Sosial..........................................................43

7. Kode Etik Pekerja Sosial...........................................................46

C. Teori Biologis........................................................................................47

D. Psikososial.............................................................................................48

1. Fase-fase Perkembangan Psikososial........................................49

2. Perkembangan Emosi Anak Tunarungu Wicara.......................53

3. Perkembangan Sosial Anak Tunarungu Wicara........................54

4. Faktor-faktor Psikososial...........................................................56

E. Spiritual.................................................................................................58

F. Anak Tunarungu Wicara.......................................................................60

1. Karakteristik Tunarungu............................................................61

2. Klasifikasi Tunarungu...............................................................63

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Kelembagaan Panti................................................................................66

1. Latar Belakang...........................................................................66

2. Visi Misi....................................................................................66

3. Motto dan Maklumat.................................................................67

4. Tugas.........................................................................................67

5. Fungsi........................................................................................67

6. Struktur Organisasi....................................................................68

7. Sasaran Garapan........................................................................69

8. Kapasitas Tampung...................................................................69

9. Syarat Penerimaan.....................................................................70

10. Fasilitas Panti.............................................................................71

Page 14: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

x

B. Kegiatan Panti.......................................................................................73

1. Pelaksanaan Tahapan Proses Pelayanan....................................73

2. Pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial..................................85

BAB IV PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL

SPIRITUAL ANAK TUNARUNGU WICARA DI PANTI SOSIAL BINA

RUNGU WICARA MELATI BAMBU APUS JAKARTA TIMUR

A. Identitas Informan.................................................................................86

1. Informan Penerima Manfaat “N”..............................................86

2. Informan Penerima Manfaat “Y”..............................................89

3. Informan Orang Tua Penerima Manfaat “NM”.........................91

B. Peran Pekerja Sosial Terhadap Biopsikososial Spiritual.......................92

1. Peran Pekerja Sosial Terhadap Biologis Anak Tunarungu

Wicara........................................................................................93

2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu

Wicara........................................................................................98

3. Peran Pekerja Sosial Terhadap Spiritual Anak Tunarungu

Wicara......................................................................................116

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan..........................................................................................120

B. Saran-saran..........................................................................................124

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................126

LAMPIRAN

Page 15: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial ODK Tahun

2012............................................................................................2

Tabel 1.2. Sumber Data Primer..................................................................11

Tabel 1.3. Identitas Informan Utama..........................................................12

Tabel 1.4. Identitas Informan Pendukung..................................................14

Page 16: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak merupakan salah satu anugerah dari Allah SWT, untuk itu tidak

boleh disia-siakan serta harus dijaga dan dipelihara dengan sebaik-baiknya

yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya.

Menurut Sobur (1988), mengartikan anak sebagai orang yang mempunyai

pikiran, sikap, dan minat yang berbeda dengan orang dewasa dengan segala

keterbatasan. Selain itu anak merupakan bagian dari keluarga, dan keluarga

memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar tingkah laku yang penting

untuk perkembangan yang cukup baik dalam kehidupan bersama yang

nantinya mereka juga menjadi generasi penerus bagi orang tuanya.1

Pada abad keduapuluh, hampir di semua masyarakat Barat, disabilitas

telah dihubungkan dengan kekurangan pikiran dan tubuh, yaitu meliputi orang

pincang, duduk di kursi roda, menjadi korban keadaan seperti kebutaan,

kekurangan pendengaran, sakit jiwa dan gangguan jiwa. Orang-orang yang

memiliki kekurangan biasanya sangat tergantung kepada keluarga, teman, dan

pelayanan sosial yang kadang berlebihan ditempatkan dalam sebuah lembaga.2

Sebagian besar dari penyandang cacat tersebut adalah mereka yang

masih dikategorikan anak. Anak-anak butuh perhatian khusus terlebih lagi

keadaan sosial mereka masih sangat rentan mendapatkan diskriminasi dari

1Dunia Psikology, “Pengertian Anak” artikel diakses pada 18 Februari 2014 dari

http://www.duniapsikology.com/pegertian-anak-sebagai-makhluk-sosial/.html 2Colin Barnes dan Geof Mercer, Disabilitas Sebuah Pengantar. Penerjemah Siti Napsiyah

dkk (Jakarta:PIC UIN Jakarta,2007), h. 1-2.

Page 17: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

2

lingkungan mereka yang tergolong normal, keluargalah yang berperan penting

dalam perkembangan sosial anak agar menjadi pribadi yang baik di masa

depannya. Setiap anak juga memiliki Hak Asasi Manusia termasuk di

dalamnya anak berkebutuhan khusus mereka juga diakui oleh masyarakat

Bangsa-bangsa di dunia dan merupakan landasan bagi kemerdekaan, keadilan

dan perdamaian di seluruh dunia. Diakui dalam masa pertumbuhan secara fisik

dan mental, anak membutuhkan perawatan, perlindungan yang khusus, serta

perlindungan hukum baik sebelum maupun sesudah lahir.3

Jumlah disabilitas tahun 2012, menurut usia yakni sebagai berikut :

Tabel 1.1.4

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Orang Dengan Kecacatan

Tahun 2012

PMKS ODK USIA

<18 THN

USIA 18-

24 Thn

Usia 25-55

Thn

Usia 56>Thn Total

Netra 5921 3869 46960 86110 142860

Rungu

wicara

7632 4410 17482 7432 36956

Tubuh 32990 18384 129272 83233 263879

Mental

Retardasi

30460 31821 120737 30015 213033

Gangguan

jiwa

2257 5105 44514 13246 65122

Fisik dan

Mental

19438 9935 47944 24991 102308

Dari perkembangan data di atas, terdapat jumlah penyandang

tunarungu pada tahun 2012 menurut Bappenas data penyandang masalah

3Syamsu Yusuf, Psikology Perkembangan Anak dan Remaja (Bandung: Penerbit PT

Remaja Rosdakarya, Januari 2011), h. 36.

4Data Program Perlindungan Sosial PPLS Bappenas 2012

Page 18: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

3

kesejahteraan sosial orang dengan kecacatan, usia sekolah yakni <18 Thn,

tercatat 7.632 Jiwa Apabila melihat dari data Penyandang Masalah

Kesejahteraan Sosial tersebut, dapat terlihat bahwa penyandang disabilitas

tunarungu wicara menurut usia <18 Thn di Indonesia masih terhitung banyak,

dan berada pada peringkat ke empat dari enam kategori Orang Dengan

Kecacatan. Dan apabila dilihat dari kategori usia orang dengan kecacatan

rungu wicara, pada usia <18 Thn berada pada urutan kedua di bawah usia 25-

55 Thn.

Orang dengan kecacatan rungu wicara adalah seseorang yang menurut

ilmu kedokderan dinyatakan mempunyai kelaianan atau gangguan pada fungsi

pendengaran dan bicara, sehingga tidak dapat melakukan komunikasi secara

wajar.5 Setiap orang tua pasti berharap dapat melahirkan anaknya dengan

selamat dan mendapatkan anak yang sehat jasmani maupun rohani. Namun,

terkadang Tuhan berkendak lain, yang lahir adalah kurang sehat, tidak

sempurna atau memiliki kecacatan fisik maupun psikis. Para orang tua

pastinya akan merasakan kenikmatan besar apabila mereka bisa melihat anak-

anak mereka dapat tumbuh dengan sehat, dapat berkomunikasi dengan baik di

lingkungan sekitarnya serta tanggap terhadap keadaan di lingkungan

sekitarnya agar ia dapat berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya.

Anak-anak tunarungu wicara yang secara fisik jasmani memang

terlihat seperti anak-anak normal di luar sana, mereka juga diharapkan

menjadi anak yang cerdas dalam meraih prestasi belajar di dunia pendidikan

5

Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial Orang Dengan Kecacatan, Panduan Pelaksanaan

Komunikasi Total Bagi Orang Dengan Kecacatan Rungu Wicara (Jakarta: Kementerian Sosial

Republik Indonesia, 2010), h.6.

Page 19: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

4

dan nantinya di dunia kerja. Manusia sebagai makhluk sosial selalu

memerlukan kebersamaan dengan orang lain, demikian pula dengan anak

tunarungu wicara ia tidak terlepas dari kebutuhan tersebut. Akan tetapi karena

mereka memiliki kelainan dalam segi kesehatannya, biasanya akan

menyebabkan suatu kelainan dalam penyesuaian diri terhadap lingkungannya.6

Setiap manusia yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa telah

memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Begitu juga dengan

anak yang memiliki keterbatasan khusus seperti tunarungu wicara, mereka

sering dipandang sebelah mata, karena mereka tidak dapat berkomunikasi

dengan baik di lingkungannya. Di samping keterbatasan yang mereka miliki

mereka juga dianugerahi kelebihan–kelebihan yang luar biasa dan bermanfaat

bagi lingkungan sekitarnya. Tergantung bagaimana mereka mendapatkan

bimbingan dan arahan dari orang-orang sekitarnya serta stimulus yang positif

yang didapat dari orang-orang sekitarnya. Bimbingan dan arahan tersebut

dapat menstimulus terhadap kelebihan yang ia miliki. Sebagaimana kita

ketahui bersama bahwa anak tunarungu wicara sangatlah membutuhkan

pendamping yang bisa membuat mereka merasa aman dalam melakukan

aktifitasnya, dalam menghadapi situasi sosial yang ada yang mana mereka

memiliki keterbatasan di dalam situasi tersebut. Seseorang pendamping yang

profesional yang mendampingi klien di suatu panti sosial dalam program

rehabilitasi sosialnya adalah Pekerja sosial.

Anak-anak Disabilitas juga mendapatkan perlindungan khusus.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang penyandang cacat

6T. Sutjihati Somantri, Psikology Anak Luar Biasa, (Bandung: PT Refika Aditama,

2006), h.98- 99.

Page 20: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

5

menyebutkan bahwa pada BAB 1 Ketentuan Umum Pasal 1 sebagai berikut :

Penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik,

dan/atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan

hambatan baginya untuk melakukan secara selayaknya, yang terdiri dari : (a.)

penyandang cacat fisik, (b.) Penyandang cacat mental, (c.) Penyandang cacat

fisik dan mental. 7

Selanjutnya pada BAB III Hak dan Kewajiban Pasal 5

sebagai berikut setiap penyandang cacat mempunyai hak dan kesempatan yang

sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan.8

Lalu dalam Al Qur’an dijelaskan pula dalam Surah Al Hujjurat (49:11)

Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum

mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-

olokan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula

wanita-wanita (mengolok-olokan) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi

wanita-wanita yang (di perolok-olokan) lebih baik dari wanita yang

(mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri) dan

janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.

Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman)

dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah adalah orang-

orang yang zalim.”

Panti Sosial Bina Rungu Wicara “Melati” merupakan salah satu Unit

Pelayanan Tekhnis di bawah naungan Kementerian Sosial Republik Indonesia

panti sosial ini yang menaungi penyandang disabilitas tunarungu wicara.

Berdasarkan pada Keputusan Menteri Sosial RI Nomor : 40/HUK/2004

7Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1997 Tentang Penyandang Cacat Pasal 1 BAB 1

8Undang-Undang RI Nomor 4 tahun 1997 Tentang Penyandang Cacat Pasal 5 BAB 3

Page 21: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

6

tentang prosedur kerja panti sosial di lingkungan Departemen Sosial RI. Panti

Sosial Bina Rungu Wicara “Melati” juga memiliki staf-staf yang

berkompeten, profesi pekerja sosial yang merupakan peranan yang dibutuhkan

dalam memecahkan masalah yang dihadapi para penyandang disabilitas.

Berdasarkan latar belakang dan alasan yang telah dijelaskan di atas peneliti

tertarik untuk meneliti mengenai “Peran Pekerja Sosial Terhadap

Biopsikososial Spiritual Anak Tunarungu Wicara Di Panti Sosial Bina

Rungu Wicara “Melati” Bambu Apus Jakarta Timur.”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Pekerja sosial merupakan kegiatan profesional yang membantu

individu, kelompok ataupun masyarakat, untuk meningkatkan dan

memperbaiki kemaampuan mereka dalam berfungsi sosial serta

menciptakan kondisi masyarakat yang memungkinkan mereka mencapai

tujuan. Fokus pekerjaan sosial adalah relasi sosial antara klien (Individu,

kelompok, dan masyarakat) dengan lingkungan sosial.9 Besarnya tugas

dan tanggung jawab serta peran pekerja sosial mendorong peneliti untuk

melakukan penelitian serta pengkajian tentang bagaimana peranan pekerja

sosial dalam perkembangan biopsikososial spiritual anak tunarungu

wicara di Panti Sosial Bina Rungu Wicara “Melati” Bambu Apus Jakarta

Timur. Pembatasan masalah ini difokuskan pada masalah yang diteliti,

karena keterbatasan waktu, tenaga, dan dana peneliti. Peneliti batasi pada

9Chatarina Rusmiati, dkk, Efektivitas Peran Pekerjaan Sosial tudi Kasus Panti Sosial

Petirahan Anak Satria Baturaden (Yogyakarta: Badan Pendidikan dan Penelitian

Kesejahteraan Sosial Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan

Sosial, 2013), h. 30-31.

Page 22: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

7

masalah peran pekerja sosial terhadap biopsikososial spiritual anak

tunarungu wicara.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan Pembatasan masalah dalam penelitian peran pekerja sosial

terhadap biopsikososial spiritual anak tunarungu wicara di atas maka

perumusan masalah sebagai berikut :

Bagaimana peran pekerja sosial terhadap biopsikososial spiritual anak

tunarungu wicara di Panti Sosial Bina Rungu Wicara “Melati” Bambu

Apus Jakarta Timur ?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

a. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui peran atau tugas pekerja sosial dalam

perkembangan biopsikososial spiritual anak tunarungu wicara di Panti

Sosial Bina Rungu Wicara “Melati” Bambu Apus Jakarta Timur.

b. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang peneliti lakukan ini diharapkan akan

memberikan manfaat dari berbagai pihak-pihak berikut:

1. Manfaat Akademik

Secara teoritis hasil penelitian diharapkan dapat memberikan

kontribusi pemikiran dalam rangka kajian akademis anak-anak

disabilitas (tunarungu wicara) khususnya di bidang

Kesejahteraan Sosial.

2. Manfaat Praktis

Page 23: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

8

a. Memberikan masukan atau saran kepada para pekerja sosial

dalam menjalankan kewajibannya/tugas/peran di Panti

Sosial Bina Rungu Wicara “Melati” Bambu Apus Jakarta

Timur.

b. Memberikan Masukan pada lembaga-lembaga dalam

mengimplementasikan kebijakan sehingga tercipta iklim

yang kondusif bagi para pekerja sosial untuk menjalankan

perannya secara efektif dan efisien.

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu pengamatan,

wawancara, dan penelaahan dokumen. Menurut Borgan dan Taylor

dalam buku Moleong, metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku diamati.10

Dalam hal ini yang diteliti adalah

Peran Pekerja Sosial Terhadap Biopsikososial Spiritual Anak

Tunarungu Wicara Di Panti Sosial Bina Rungu Wicara “Melati” Bambu

Apus Jakarta Timur.

Metode kualitatif digunakan karena beberapa pertimbangan.

Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila

berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua, metode ini menyajikan

secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan informan. Ketiga,

10

Lexy J. Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosyda Karya,

1993), Cetakan ke-10, h.3.

Page 24: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

9

metode ini lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dan banyak

pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.

Penelitian kualitatif dilakukan dengan jalan melibatkan

berbagai metode yang ada. Biasanya dimanfaatkan untuk wawancara,

pengamatan, dan pemanfaatan dokumen.11

Peneliti memilih pendekatan

kualitatif dalam melakukan penelitian karena berharap dengan

menggunakan pendekatan kualitatif, didapatkan hasil penelitian yang

menyajikan data yang akurat, dan digambarkan secara jelas dari kondisi

sebenarnya.

2. Jenis Penelitian

Dilihat dari jenis penelitian, maka penelitian ini adalah deskriptif.

Pada jenis penelitian deskriptif, data yang dikumpulkan berupa kata-kata,

gambar-gambar dan bukan angka-angka. Dengan demikian, laporan

penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran

penyajian laporan tersebut. Data tersebut berasal dari naskah wawancara

secara lapangan, catatan atau memo, video-tape, dokumentasi lainnya dan

dokumen resmi lainnya.12

3. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian ini dimulai sejak bulan Mei 2014 tepatnya

tanggal 5 Mei 2014 hingga tanggal 26 Juni 2014. Adapun tempat

penelitiannya di Panti Sosial Bina Rungu Wicara “Melati” Bambu Apus

Jakarta Timur. Intensitas peneliti melakukan penelitian dilakukan tepatnya

11

M. Djunaidi Ghoniy & Fauzan Almansyur, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Depok:

Ar-Ruz Media, 2012), h.26-27. 12

Ibid, h.34-35.

Page 25: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

10

seminggu empat kali yang dimulai dari hari Senin-Kamis, dan dilakukan

dari jam 09.00-16.00 WIB.

4. Tekhnik dan Penelitian Subjek Penelitian

Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, dalam memilih

informan ini peneliti mengunakan tekhnik Purposive Sampling dipilih

secara sengaja, peneliti menentukan sendiri sample yang diberikan karena

berdasarkan pertimbangan tertentu dan benar-benar sesuai dengan

penelitian yang akan dilakukan. Pilihan informan tergantung pada jenis

informasi yang hendak dikumpulkan. Sebagai data primer utama, peneliti

sudah mewawancarai kepala seksi rehabilitasi sosial, kepala koordinator

pekerja sosial, pekerja sosial, psikolog, pembimbing agama Islam dan

pengasuh. Adapun untuk data primer pendukung, peneliti mengobservasi 2

(dua) anak penerima manfaat tunarungu wicara dan mewawancarai

orangtua penerima manfaat. diantaranya:

Page 26: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

11

(Tabel 1.2.)

No Informan Informasi yang dicari Jumlah

1. Kepala Seksi Rehabilitasi

Sosial Panti Sosial Bina

Rungu Wicara “Melati”

Jakarta Timur.

(INFORMAN)

Pelayanan assesment

serta intervensi yang

diberikan terhadap

program Rehabilitasi

Sosial

1

2. Kepala Koordianator

Pekerja sosial dan para

pekerja sosial Panti Sosial

Bina Rungu Wicara

“Melati” Jakarta Timur.

(SUBJEK)

Pelayanan assesment

serta intervensi dan

pendampingan seperti

apa yang diberikan lalu

peran apa yang

diberikan terhadap

biopsikososial spiritual

4

3. Psikolog, pembimbing

agama islam dan pengasuh

Panti Sosial Bina Rungu

Wicara “Melati” Jakarta

Timur.

(INFORMAN)

Bagaimana

perkembangan

biopsikososial spiritual

untuk anak tunarungu

wicara dan metode

seperti apa yang

diberikan dalam

biopsikososial spiritual.

2

3. Orangtua penerima manfaat

(INFORMAN)

Bagaimana Harapan

orang tua penerima

manfaat (PM) anak

tunarungu wicara

terhadap peranan

Pekerja sosial yang

sudah dilakukan para

Pekerja sosial terhadap

perkembangan

biopsikososial spiritual

1

4.

Penerima Manfaat Anak

Tunarungu Wicara

(INFORMAN)

Pengamatan

Perkembangan

biopsikososial spiritual

2

Sumber : Data Primer

Page 27: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

12

Identitas Informan Primer Utama

(Tabel 1.3.)

Nama Lengkap

Nama Inisial

Dewi Isnaini

DI

Profesi Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial

Jenis Kelamin Perempuan

Asal Jogja

Umur 40 tahun.

Pendidikan terakhir Diploma Empat STKS Bandung

Pengalaman bertugas Di Pemprof Dinas Sosial dan

Pemakaman Pekan Baru Provinsi

Riau.

Pada tahun 2009 bulan Februari awal.

Dipindah tugaskan ke Panti Sosial

Bina Rungu Wicara “Melati” dan

menjadi staff, setelah itu pada tahun

2013 diangkat menjadi Kepala Seksi

Rehabilitasi Sosial.

Nama Lengkap

Nama Inisial

Yuyun Susilawati

YS

Profesi Koordinator Pekerja Sosial

Jenis Kelamin Perempuan

Asal Bandung

Umur 48 Tahun

Pendidikan Terakhir S1 Kesejahteraan sosial Langlang

Buana

Pengalaman kerja Sudah bekerja selama 22 tahun,

pertama bertugas di Panti Narkotika

di Lembang.

Dipindah tugaskan pada tahun 1994

ke panti Gelandangan Pengemis.

Pada tahun 2010 dipindah tugaskan

ke PSBRW “Melati”

Nama Lengkap

Nama Inisial

Sunarni

SN

Profesi Pekerja Sosial

Jenis Kelamin Perempuan

Asal Sragen

Umur 55 tahun

Pendidikan terakhir S1 Kesejahteraan Sosial widuri

Page 28: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

13

Pengalaman bekerja Pengalaman bekerja 33 tahun.

Pertama bertugas di Panti Keramat

Tungak Panti Wanita Satu.

Setelah itu di pindah tugaskan ke

Kanwil Sosial DKI Jakarta, Setelah

itu dipindah tugaskan ke Tanmiyat

Bekasi.

Pada tahun 2011 di pindah tugaskan

ke Panti Sosial Bina Rungu Wicara

“Melati”

Nama Lengkap

Nama Inisial

Bambang Sulistiyono

BS

Profesi Pekerja Sosial

Jenis Kelamin Laki-Laki

Pendidikan Terakhir Kesejahteraan Sosial STKS Bandung

Pengalaman Bekerja Sebelum dipindah tugaskan di Panti

Sosial Bina Rungu Wicara “Melati

beliau bertugas di Panti Sosial Karya

Wanita Pasar Rebo dan bertuga di

PSBRW “Melati sekitar ± 2tahun.

Nama Lengkap

Nama Inisial

Suminah

SM

Profesi Pekerja sosial dan pengasuh

Jenis Kelamin Perempuan

Asal Jogjakarta

Umur 42 Tahun

Pendidikan Terakhir S1 Kesejahteraan Sosial Widuri

Pengalaman Bekerja Pernah bekerja di Sekolah Luar Biasa

Asuh Budi di Patra Kuningan.

Setelah itu bertugas di Kanwil

provinsi Bengkulu di Panti PSBG.

Pada tahun 2001 pindah ke PSBRW

Melati dan pada tahun 2001 diangkat

menjadi pekerja sosial.

Nama Lengkap

Nama Inisial

Tri Wirda Hayani

TWH

Profesi Psikolog

Jenis Kelamin Perempuan

Pendidikan Terakhir S1 Psikolog UIN Syarif Hidatullah

Jakarta

Page 29: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

14

Nama Lengkap

Nama Inisial

Jeni Iswanti

JI

Profesi Pekerja Sosial dan Pengasuh

Jenis Kelamin Perempuan

Asal Jakarta

Umur 50 Tahun

Pengalaman kerja Pernah di Kamdepsos Bengkalip

provinsi Riau, dari tahun 1987-2000.

Setelah itu bertugas di Kanwil DKI

Jakarta.

Lalu setelah itu dipindah tugas ke

PSBRW “Melati” tahun 2013 dan

diangkat menjadi pekerja sosial.

Pendidikan terakhir SMPSN (Sekolah Menengah Pekerja

Sosial Negeri Jakarta)

Nama Lengkap

Nama Inisial

Syerli Natalia

SN

Profesi Pembimbing Agama Islam

Jenis Kelamin Perempuan

Asal Bukit Tinggi Sumatera Barat

Umur 40 Tahun

Pendidikan Terakhir S1 STKS Bandung

Pengalaman Bekerja Sebelum bertugas di PSBRW

“Melati” beliau bertugas di Medan

dari tahun 2009-2011.

Setelah itu Pada Tahun 2012

dipindah tugaskan ke Panti Sosial

Bina Rungu Wicara “Melati”

Identitas Informan Primer Pendukung Penerima Manfaat13

(Tabel 1.4.)

Nama Inisial N

Asal Depok

13Data Diambil dari File Yang Diberikan Oleh Pihak Panti Sosial Bina Rungu Wicara

Melati Pada Tanggal 13 Mei 2014.

Page 30: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

15

Jenis Kelamin Perempuan

Umur 16 Tahun

Agama Islam

Tanggal Masuk PSBRW “Melati” 26 Juni 2013

Profil Orang Tua Penerima Manfaat

Nama Inisial NM

Profesi Penjual Warung dan Juga

Ibu

Rumah Tangga (Orang Tua

Penerima Manfaat)

Jenis Kelamin Perempuan

Asal Budaya Betawi

Umur 45 Tahun

Data sekunder, diperoleh melalui catatan/dokumentasi di

Panti Sosial Panti Sosial Bina Rungu Wicara “Melati” Jakarta

Timur.

Adapun untuk pelaksanaan penelitian ini, teknik

pengumpulan data yang akan dilaksanakan adalah melalui:

a) Observasi, observasi merupakan tekhnik pengumpulan data

yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-

hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan,

benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan dan perasaan. Metode ini

sangat baik untuk mengamati perilaku subjek dalam lingkungan

Nama Inisial Y

Asal Bangka Belitung

Jenis kelamin Perempuan

Umur 16 Tahun

Agama Islam

Tanggal Masuk Di PSBRW “Melati” 31 Maret 2012

Page 31: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

16

atau ruang dalam waktu tertentu.14

Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan bentuk observasi terus terang atau samar.

Dengan demikian peneliti melakukan pengumpulan data

menyatakan terus terang kepada subjek penelitian sebagai

sumber data, bahwa dia sebagai peneliti sedang melakukan

penelitian.

b) Interview atau wawancara, dalam tekhnik ini lebih menekankan

pada tekhnik wawancara, khususnya wawancara mendalam

(depth interview). Tekhnik ini merupakan tekhnik pengumpulan

data yang khas penelitian kualitatif. Untuk memahami persepsi,

perasaan dan pengetahuan orang-orang adalah dengan

wawancara yang mendalam dan intensif.15

Pada tekhnik

wawancara yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh

data dari berbagai narasumber seperti Kepala Seksi Rehabilitasi

Sosial, Kepala Koordinator Pekerja Sosial, Pekerja Sosial,

Psikolog, Guru Bimbingan Agama Islam, Pengasuh dan Orang

tua Penerima manfaat.

c) Dokumentasi, yaitu peneliti menyelidiki benda-benda tertulis

seperti : buku-buku, brosur, foto-foto, dan lain sebagainya

seperti Buku Profile Panti Sosial Bina Rungu Wicara “Melati”,

foto-foto kegiatan, ruangan dan tampak depan Panti Sosial Bina

Rungu Wicara “Melati, foto bersama dengan para pekerja sosial

yang terkait dan para pegawai PSBRW “Melati.”

14

M. Djunaidi Ghoniy & Fauzan Almansyur, Metodelogi Penelitian Kualitatif, h. 165. 15

Ibid,175-176.

Page 32: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

17

5. Tekhnik Pencatatan Data

Penelitian yang biasa digunakan adalah catatan lapangan

(data lapangan). Catatan lapangan (data) merupakan catatan yang

dibuat oleh peneliti sewaktu mengadakan wawancara terbuka (para

subyek penelitian tahu bahwa mereka sedang diwawancarai dan

mengetahui pula maksud dan tujuan wawancara itu) atau

menyaksikan kejadian tertentu. Catatan yang dibuat di lapangan

sangat berbeda dengan catatan lapangan. Catatan itu berupa corat

coretan seperlunya yang betul-betul dipersingkat, berisi kata-kata

kunci, frasa, pokok-pokok isi pembicaraan atau percakapan, hasil

pengamatan berupa gambar, sketsa, sosiogram, diagram dan

sebagainya. Catatan itu baru berubah ke dalam bentuk catatan yang

lengkap dan disebut catatan lapangan setelah peneliti tiba rumah

tempat tinggal. Proses itu dilakukan setiap kali selesai mengadakan

pengamatan atau wawancara.

Catatan lapangan, adalah catatan tertulis tentang apa yang

didengar, apa yang dilihat, apa yang dialami, dan apa yang

dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap

data dalam penelitian kualitatif. Peneliti kualitatif mulai memasuki

lokasi penelitian, berkenaan dengan subjek penelitian, dan

melakukan wawancara dengan orang-orang, mengamati suatu

peristiwa atau keadaan melihat dan membaca dokumen dalam

waktu yang bersamaan, peneliti mulai melakukan pencatatan walau

Page 33: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

18

relatif sederhana dan secara garis besar sehingga data atau

informasi saat itu tidak hilang dari ingatan peneliti.16

Berdasarkan pada konteks tersebut, maka penelitian

menggunakan tekhnik pencatatan data, dengan mencatat data yang

didapat dari hasil penelitian di lapangan, baik itu berasal dari hasil

wawancara (penerima manfaat) dan menyaksikan kejadian tertentu.

Kemudian dilengkapi dan disempurnakan apabila sudah di tempat

tinggal.

6. Tekhnik Analisis data

Data yang ada dianalisis dengan cara Analisis data dalam

penelitian kualitatif secara teoritis merupakan proses penyusunan

data untuk memudahkan penafsirannya. Analisa data pada

penelitian kualitatif dilakukan melalui pengamatan data secara

logis dan sistematis dan analisis data itu dilakukan sejak awal

peneliti terjun ke lokasi penelitian hingga pada akhir penelitian

(pengumpulan data). Data yang dikumpulkan dalam penelitian

kualitatif biasanya berbentuk data deskriptif, yaitu data yang

berbentuk uraian yang memaparkan keadaan obyek yang diteliti

berdasarkan fakta-fakta aktual atau sesuai kenyataannya sehingga

menuntut penafsiran peneliti yang dinyatakan oleh sasaran

penelitian yang bersangkutan secara tertulis atau lisan, dan perilaku

nyata. Yang diteliti dan dipelajari adalah obyek penelitian yang

utuh.

16

M. Djunaidi Ghoniy & Fauzan Almansyur, Metodelogi Penelitian Kualitatif, h. 216.

Page 34: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

19

Pengolahan data dilakukan berdasarkan pada setiap

perolehan data dari hasil observasi, wawancara dengan tiap-tiap

informan dan studi dokumentasi untuk direduksi, dideskripsikan,

dianalisis, dan kemudian ditafsirkan. Prosedur analisis terhadap

masalah tersebut lebih difokuskan pada upaya menggali fakta

sebagaimana adanya (natural setting), dengan teknik analisis

pendalaman kajian. Untuk memberikan gambaran data tentang

hasil penelitian. Dalam penulisan skripsi ini peneliti menyajikan

data deskriptif mengenai Peran Pekerja Sosial terhadap

Biopsikososial Spiritual Anak Tunarungu Wicara di Panti Sosial

Bina Rungu Wicara “Melati” Bambu Apus Jakarta Timur.

7. Tekhnik Penulisan

Adapun dalam penulisan skripsi ini, peneliti berpedoman pada

buku “pedoman penulisan karya ilmiah skripsi, tesis, dan disetasi”,

yang diterbitkan oleh Centre For Quality Development And

Assurance (CeQDA), UIN Jakarta Press Tahun 2007.

8. Keabsahan Data

Tekhnik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini memilih

kriteria sebagai berikut :

a) Ketekunan pengamatan, ketekunan pengamatan bermaksud

menentukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi-situasi yang

sangat relevan dengan persoalan atau iu yang sedang dicari.

Kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.

Page 35: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

20

maksudnya peneliti hanya memusatkan dan mencari jawaban

sesuai dengan rumusan masalah aja.17

b) Kriterium kepastian, menurut Scriven yaitu masih ada unsur

“kualitas” yang melekat pada objektifitas. Hal itu digali dari

pengertian bahwa jika sesuatu itu objektif, berarti dapat dipercaya,

faktual dan dapat dipastikan.18

Dalam hal ini peneliti dapat

membuktikan data-data ini terpercaya yaitu dengan data-data yang

di dapat dari hasil wawancara terhadap subjek penelitian. Adapun

dari segi faktual, adalah melihat perannya Pekerja sosial dalam

terhadap biopsikososial spiritual anak tunarungu wicara di Panti

Sosial Bina Rungu Wicara “Melati” Jakarta Timur. Dalam hal ini

peneliti dapat memastikan, bahwa kepastian peran Pekerja sosial

terhadap biopsikososial spiritual anak tunarungu wicara melalui

hasil wawancara terhadap subjek penelitian.19

F. Tinjauan Pustaka

Setelah penulis melakukan studi kepustakaan, terdapat buku dan

beberapa artikel dari internet yang berhubungan dengan peran pekerja

sosial dan anak tunarungu wicara, melalui pendekatan komprehensif.

Penulis juga melakukan studi kepustakaan terhadap beberapa

skripsi terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan terutama yang

melakukan penelitian mengenai peran pekerja sosial, biopsikososial

spiritual dan di Panti Sosial Bina Rungu Wicara “Melati”:

17

M. Djunaidi Ghoniy & Fauzan Almansyur, Metodelogi Penelitian Kualitatif, h. 321. 18

Lexy J. Moloeng, Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), Cet

ke-20, h.326.

Page 36: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

21

1. Peran Pekerja Sosial Dalam Penanganan Rehabilitasi Psikososial

Korban Trafficking (Studi Kasus Pada Dua Korban Trafficking di

Rumah Perlindungan dan Trauma Center Bambu Apus Jakarta

Timur) skripsi ini mengkaji mengenai peran pekerja sosial dalam

pelayanan rehabilitasi psikososial korban trafficking. Oleh

Hanifah Sya’adillah. Jurusan Kesejahteraan Sosial. Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Lulusan 2014. Perbedaannya terletak pada objek dan lokasi

penelitiannya, yang menyamakan dengan skripsi penulis terletak

pada subjek penelitiannya.

2. Analisis Biopsikososial Spiritual Seorang Anak Hipospadia dan

Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD di Yayasan Sayap

Ibu (YSI) Bintaro. Oleh: Tri Nugrahaning Martiwi. Jurusan

Kesejahteraan Sosial. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Lulusan 2013.

Skripsi ini mengkaji mengenai Analisis Biopsikososial Spiritual,

perbedaannya terletak pada subjek dan lokasi penelitiannya, dan

persamaannya terletak pada objek penelitian.

3. Pelaksanaan Bimbingan Dalam Meningkatkan Kreativitas Anak

Tunarungu Di panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati Bambu

Apus Jakarta Timur. Oleh: Indri Lesmani. Jurusan Bimbingan

Penyuluhan Islam. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

UIN Syarif Hidayatullah. Lulusan 2009. Skripsi Ini mengkaji

mengenai pertama bagaimana pelaksanaan bimbingan dan

Page 37: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

22

konseling dalam meningkatkan kreatifitas anak tunarungu, kedua

apa saja metode atau tekhnik bimbingan yang digunakan dalam

meningkatkan kreatifitas anak tunarungu, ketiga apa saja hasil

kreatifitas anak tunarungu di panti sosial bina rungu wicara melati

setelah diberi bimbingan, keempat apa faktor penghambat dan

penunjang bagi anak tunarungu dalam pelaksanaan bimbingan dan

konseling untuk meningkatkan kreatifitasnya. Perbedaan terletak

pada subjek dan objek penelitian. Dan persamaannya terletak pada

lokasi penelitian.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penelitian skripsi ini, maka peneliti membuat

sistematika penulisan dalam beberapa bab, yaitu:

BAB I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, metodelogi penelitian, tinjauan pustaka, sistematika

penulisan.

BAB II Tinjauan Teoritis berisi tentang Peran (pengertian dan

Tinjauan Sosiologi tentang peran), pengertian pekerja sosial, fungsi

dan tugasnya pekerja sosial, peranan pekerja sosial, prinsip pekerja

sosial, metode-metode pekerjaan sosial, kode etik pekerja sosial, teori

biologi, pengertian psikososial, fase-fase psikososial, perkembangan

emosi anak tunarungu wicara, perkembangan sosial anak tunarungu

wicara, faktor-faktor psikososial, pengertian spiritual, definisi anak

Page 38: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

23

tunarungu wicara, karakteristik tunarungu wicara, klasifikasi

tunarungu.

BAB III Gambaran Umum yang terdiri dari kelembagaan panti (latar

belakang berdirinya panti, visi dan misi, moto dan maklumat, tugas,

fungsi, struktur organisasi, sasaran garapan, kapasitas tampung, syarat

penerimaan, dan fasilitas panti), kegiatan panti (pelaksanaan tahapan

proses pelayanan dan pelaksanaan program rehabilitasi sosial)

BAB IV Peran Pekerja Sosial Terhadap Biopsikososial Spiritual

Anak Tunarungu Wicara di Panti Sosial Bina Rungu Wicara

“Melati” Bambu Apus Jakarta Timur peran pekerja sosial dalam

perkembangan biopsikososial spiritual anak tunarungu wicara

(pemaparan hasil pengamatan dan wawancara dengan sumber Primer

pendukung, peran pekerja sosial terhadap biologis, peran pekerja sosial

terhadap psikososial, peran pekerja sosial terhadap spiritualitas.)

BAB V Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.

Page 39: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

24

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A.Pengertian Peran

Peranan memiliki kata dasar dari kata peran, berbicara mengenai

peran, tentu tidak bisa dilepaskan dengan status kedudukan, kedudukan dan

peranan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, akibat hubungan saling

ketergantungan atau dengan yang lainnya. Artinya tidak ada peranan tanpa

kedudukan dan tidak ada kedudukan tanpa peranan. Setiap individu

didalam kehidupannya mempunyai peran yang harus dijalankan, mereka

mempunyai peran karena orang tersebut mempunyai status dalam

masyarakat, walaupun keduanya itu berbeda antara satu dengan orang lain

tersebut. Akan tetapi masing-masing darinya berperan sesuai dengan

statusnya. Sedangkan definisi peran dan peranan menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia, peran adalah seperangkat tingkat yang diharapkan

dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat. Sedangkan definisi

peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan.1

2. Tinjauan Sosiologi Tentang Peran

Dilihat dari pengertian peran yang telah dijabarkan diatas, ada

hubungan yang erat sekali antara peran dengan kedudukan. Peranan (role)

merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang

1Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Kamus Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa Balai Pustaka,1998), Cet 1, h. 667.

Page 40: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

25

melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia

menjalankan suatu peranan. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan karena

yang satu tergantung pada pada yang lain dan sebaliknya. Tak ada peranan

tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan.2Seseorang mempunyai

peran dalam lingkungan sosial dikarenakan ia mempuyai status sosial atau

kedudukan dalam lingkungan sosialnya di masyarakat. Peranan muncul

akibat dari proses interaksi sosial itu sendiri, sebab tanpa interaksi sosial

maka tidak akan ada peranan.3

B. Profesi Pekerja Sosial

Pekerja Sosial merupakan suatu profesi yang baru muncul di abad

ke 20. Berbeda dengan profesi lain, yang muncul lebih dulu yang

mengembangkan spesifikasi untuk mencapai kematangannya, maka pekerja

sosial berkembang dan dikembangkan dari berbagai spesifikasi pada

berbagai lapangan praktis. Dalam sejarah perkembangannya, pengertian

profesi pekerjaan sosial sendiri mengalami perkembangan. Pekerjaan sosial

mengintervensi ketika seseorang berinteraksi dengan lingkungannya.

Prinsip-prinsip hak-hak manusia dan keadilan sosial merupakan hal yang

fundamental bagi Pekerja Sosial.4

2Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1990), h.

268-267. 3Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi (Pemahaman Fakta dan Gejala

Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya (Jakarta: Kencana 2011), h.111-

112.

4Isbandi Rukminto Adi, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial ( Depok: Fisip

UI Press, 2005), h. 11-12.

Page 41: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

26

1) Pengertian Pekerja Sosial

Tercatat ada beberapa ahli terkemuka tentang pekerjaan sosial

seperti :

a) Walter A. Friedlander :Pekerja Sosial merupakan suatu

pelayanan proffesional yang prakteknya didasarkan pada

pengetahuan dan keterampilam ilmiah dalam hubungan

kemanusiaan yang membantu individu-individu baik secara

perorangan maupun dalam kelompok untuk mencapai kepuasan

dan kebebasan sosial dan pribadi.

b) Allan Pincus dan Anne Minahan: Pekerja Sosial adalah

menitikberatkan pada permasalahan interaksi manusia dengan

lingkungan sosialnya sehingga mereka mampu melaksanakan

tugas-tugas kehidupan, mengurangi ketegangan, serta

mewujudkan aspirasidan nilai-nilai mereka. Jadi Pekerja Sosial

dalam konteks ini melihat masalah yang dihadapi orang dengan

melihat situasi sosial tempat orang tersebut berada atau terlibat.

c) Leonora Serafica de Guzman: Pekerja Sosial adalah profesi

yang bidang utamanya berkecimpung dalam kegiatan sosial

yang terorganisasi, di mana kegiatan tersebut bertujuan untuk

memberikan fasilitas dan memperkuat relationship, khususnya

dalam penyesuaian diri secara timbal balik dan saling

menguntungkan antara individu dengan lingkungan sosialnya

Page 42: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

27

dengan menggunakan metode pekerja sosial sehingga individu

maupun masyarakat dapat menjadi lebih baik.5

Diatas telah dikemukakan para ahli termuka, beberapa mengenai

pekerjaan sosial pun mendapatkan perhatian yang luas dari ahli Ilmuan di

Indonesia, dan termasuk di dalamnya para akademisi. Pengertian Pekerja

Sosial yang dikemukakannya sebagai berikut:

Pekerja Sosial adalah suatu bidang keahlian yang mempunyai

tanggung jawab untuk memperbaiki dan mengembangkan interaksi antara

orang dengan lingkungan sosial sehingga tugas-tugas kehidupan mereka

mengatasi kesulitan-kesulitan, serta mewujudkan aspirasi-aspirasi dan

nilai-nilai mereka.6

Profesi pekerja sosial di Indonesia belum sepopuler di Negara-

Negara berkembang, masih banyak orang yang menganggap rendah

Pekerja Sosial, padahal di Negara-negara berkembang pekerja sosial telah

dianggap sebagai sebuah profesi yang serius. Menjadi seorang pekerja

sosial tidak semata-mata tanpa mempunyai modal keterampilan. Pekerja

sosial sebagai pekerja professional harus membekali diri mereka dengan

keterampilan-keterampilan khusus. Keberadaan Pekerja Sosial di

Indonesia telah mendapat pengakuan dari Pemerintah Indonesia antara

lain melalui Penerbitan Surat Keputusan Menteri Sosial RI Nomor : 11/

HUK/ 1989, tanggal 02 Maret 1989 tentang pendelegasian wewenang

5Istiana Hermawati, Metode Dan Tekhnik Dalam Praktek Pekerjaan Sosial, (Yogyakarta:

Adicita Karya Nusa, 2001), h. 1-4. 6Soetarjo, Praktek Pekerja Sosial,(Bandung: Kopma STKS, 1993), h.5.

Page 43: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

28

pengangkatan, pembebasan sementara, pemberhentian dan pengangkatan

jabatan pekerja sosial di lingkungan Departemen Sosial. Sementara itu,

definisi pekerja sosial menurut Buku Panduan Pekerjaan Sosial adalah

sebagai berikut: Pekerja Sosial adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi

tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang

berwenang untuk melaksanakan pelayanan kesejahteraan sosial

dilingkungan instansi pemerintah maupun badan atau organisasi sosial

lainnya.7

Berbicara mengenai peran pekerja sosial terutama mengenai

kehidupan individu, kelompok dan masyarakat akan membawa kita kepada

diskusi yang panjang. Seseorang pekerja sosial diharapkan dapat

memainkan perannya yang lebih besar dari peranan yang selama ini

dilakukan.

2) Fungsi dan Tugas Pekerja Sosial

Fungsi dan tugas Pekerjaan Sosial, pekerja sosial bertujuan untuk

membantu orang meningkatkan kemampuannya dalam menjalankan tugas

kehidupan, memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam berinteraksi

dengan orang lain maupun sistem sumber, dan mempengaruhi kebijakan

yang ada. Dengan demikian, orang tersebut dapat mencapai

kesejahteraannya, baik sebagai individu maupun kolektif.

7HM.Cholis Hasan dan Abdul Malik, Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia

Nomor 10/HUK/2007/Tentang Pembinaan Tekhnis Jabatan Fungsional Pekerja Sosial Nomor

43/HUK/2007 TentangPedoman Pendidikan & Pelatihan Jabatan Fungsional Pekerja Sosial,

(Biro organisasi & Kepegawaian Departemen Sosial, 2007), h.2.

Page 44: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

29

Untuk mencapai tujuan tersebut, pekerjaan sosial melaksanakan

fungsi sebagai berikut :

a. Membantu orang meningkatkan dan menggunakan

kemampuannya secara lebih efektif untuk melaksanakan tugas-

tugas kehidupan dan memecahkan masalah mereka.

b. Mengaitkan orang dengan sistem sumber

c. Mempermudah interaksi, mengubah dan menciptakan hubungan

baru antara orang dan sistem sumber kemasyarakatan.

d. Mempermudah interaksi, mengubah dan menciptakan relasi antar

orang dilingkungan sistem sumber.

e. Memberikan sumbangan bagi perubahan, perbaikan, serta

perkembangan kebijakan dan perundang-undangan sosial.

f. Meratakan sumber-sumber material

g. Bertindak sebagai pelaksanan kontrol sosial.8

3) Peranan Pekerja Sosial

Pekerja sosial juga memiliki peranan yang harus ia jalankan, berikut

adalah peran pekerja sosial yang dikemukakan oleh Parsons,

Jorgensen, dan Hernandez :

a. Fasilitator, dalam literatur pekerja sosial, peranan “fasilitator”

sering disebut sebagai “pemungkin” (enabler). Keduanya

bahkan sering dipertukarkan satu sama lain. Barker juga

memberikan definisi pemungkin atau fasilitator sebagai

tanggung jawab untuk membantu klien menjadi mampu

8Istiana Hermawati, Metode Dan Tekhnik Dalam Praktek Pekerjaan Sosial, h 14-20.

Page 45: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

30

menangani tekanan situasional atau transisional. Peranan pekerja

sosial adalah memfasilitasi atau memungkinkan klien mampu

melakukan perubahan yang telah ditetapkan dan disepakati

bersama.

b. Broker, Pemahaman pekerja sosial yang menjadi broker

mengenai kualitas pelayanan sosial disekitar lingkungan

menjadi sangat penting dalam memenuhi keinginan kliennya

memperoleh “keuntungan” maksimal. Peranan sebagai broker

mencangkup menghubungkan klien dengan barang-barang dan

pelayanan dan mengontrol kualitas barang dan pelayanan

tersebut.

c. Mediator, pekerja sosial sering melakukan peran mediator dalam

berbagai kegiatan pertolongannya. Peran ini sangat penting

dalam paradigma generalis. Peran mediator diperlukan terutama

pada saat terdapat perbedaan yang mencolok dan mengarah pada

conflik antara berbagai pihak. Lee dan Swenson memberikan

contoh bahwa pekerja sosial dapat memerankan sebagai “fungsi

kekuatan ketiga” untuk menjembatani antara keanggotaan

kelompok dan sistem lingkungan yang menghambatnya.

d. Pembela, sering kali pekerja sosial harus berhadapan dengan

sistem politik dalam rangka menjamin kebutuhan dan sumber

yang diperlukan oleh klien manakala pelayanan dan sumber-

sumber sulit dijangkau oleh klien, pekerja sosial harus

memainkan peranan sebagai pembela.

Page 46: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

31

e. Pelindung, tanggung jawab pekerja sosial terhadap masyarakat

didukung oleh hukum, hukum tersebut memberikan legitimasi

kepada pekerja sosial untuk menjadi pelindung terhadap orang-

orang yang lemah dan rentan. Dalam melakukan peran sebagai

pelindung (guardian role), pekerja sosial bertindak berdasarkan

kepentingan korban, calon korban, dan populasi yang beresiko

lainnya.9

Selanjutnya peranan pekerja sosial antara lain :

a. Peranan sebagai pemungkin (enabler role), peranan sebagai

pemungkin adalah yang paling sering digunakan dalam profesi

pekerjaan sosial, karena peranan ini diilhami oleh konsep

pemberdayaan dan difokuskan pada kemampuan, kapasitas, dan

kompetensi klien atau penerima pelayanan untuk menolong

dirinya sendiri pekerja sosial berperan membantu untuk

menentukan kekuatan dan unsur yang ada di dalam diri korban

sendiri termasuk untuk menghasilkan perubahan yang diingikan

atau mencapai tujuan yang dikehendaki korban. Jadi peranan

pekerja sosial adalah berusahamemberikan peluang agar

kepentingan dan kebutuhan klien atau penerima manfaat tidak

terhambat.

b. Peranan sebagai perunding (conferee role), peranan sebagai

perunding adalah peranan yang diasumsikan ketika pekerja

sosial dan klien mulai bekerja sama. Keterampilan yang

9Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h.97-103.

Page 47: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

32

diperlukan pada peranan perunding adalah keterampilan umum

yang digunakan dalam pekerja sosial, seperti keterampilam

mendengarkan, probling, penguatan/refleksi dan lain-lain.

c. Peranan sebagai inisiator (Inisiator role), peranan sebagai

inisiator, Zastrow menyebut sebagai “peranan yang memberikan

perhatian pada masalah atau hal-hal yang berpotensi untuk jadi

masalah.” Oleh karena itu, sebagai seorang inisiator pekerja

sosial berupaya memberikan perhatian pada isu-isu ini tidak

akan muncul atau menarik perhatian petugas lain sebelum ada

yang memunculkan. Disinilah peranan pekerja sosial sebagai

inisitor untuk menyadarkan badan/lembaga/panti sosial bahwa

ada masalah yang terjadi di lingkungan mereka.

d. Peranan sebagai negosiator (negosiator role), pekerja sosial

dimaksudkan sebagai suatu aktifitas professional untuk

membantu individu, kelompok dan komunitas untuk

meningkatkan keseluruhan fungsi sosial dan lingkungannya

kerja terhadap mempengaruhi kondisi lingkungan sosial yang

membantu mencapai tujuan itu. Lalu menurut Asosasi Nasional

Pekerja Sosial, Para pekerja sosial membantu orang

mendapatkan akses ke sumber daya, memberikan konseling

kepada individu, kelompok dan keluarga, bekerja untuk

meningkatkan fungsi sosial dan pelayanan kesehatan, dan

advokasi bagi melayani individu. Para pekerja sosial memiliki

komitmen untuk membantu individu memperoleh keberfungsian

Page 48: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

33

sosial dalam lingkungan dan keahlian yang mereka mimiliki

dalam perilaku manusia dan pengembangan sosial masyarakat

dan budaya organisasi, dan interaksi yang terjadi antara faktor-

faktor.

e. Peranan sebagai konselor/atau therapist, terdapat kecendrungan

untuk lebih memandang pekerja sosial sebagai seorang therapist

dari pada seorang konselor. Konselor melaksanakan konseling,

sedangkan therapist melaksanakan psikoterapi. Konseling

merujuk pada proses dimana kelayan diberi kesempatan untuk

mengeksplorasi diri yang bisa mengarah pada peningkatan

kesadaran dan kemungkinan kita memilih. Proses konseling

berjangka pendek, berfokus pada masalah-masalah, dan

membantu individu dalam menyingkirkan hal-hal yang

menghambat pertumbuhannnya. Dengan konseling individu juga

dibantu untuk menemukan sumber-sumber pribadi agar bisa

hidup lebih efektif.

Psikoterapi sering difokuskan pada proses-proses

tak sadar (serta dibandingkan dengan konseling) lebih banyak

berurusan dengan pengubahan strujtur kepribadian. Psikoterapi

lebih digerakan ke arah pemahaman diri yang intensif tentang

dinamika-dinamika yang bertanggung jawab atas terjadinya

Page 49: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

34

krisis-krisis kehidupan ketimbang hanya berurusan dengan

usaha mengatasi krisis kehidupan tertentu.10

f. Peran Sebagai Tenaga ahli (expert), dalam kaitannya sebagai

tenaga ahli, pekerja sosial dapat memberikan masukan, saran,

dan dukungan informasi dalam berbagai area (individu-individu,

kelompok-kelompok dan masyarakat).

g. Peranan sebagai pendidik (Educational), Pekerja sosial

memainkan peranan dalam penentuan agenda, sehingga tidak

hanya membantu pelaksanaan proses peningkatan peningkatan

produktivitas akan tetapi lebih berperan aktif dalam memberikan

masukan dalam rangka peningkatan pengetahuan, keterampilan

serta pengalaman bagi individu-individu, kelompok-kelompok

dan masyarakat. Peran pendidikan ini dapat dilakukan dengan

peningkatan kesadaran, memberikan informasi,

mengkonfrontasikan, melakukan pelatihan bagi individu-

individu, kelompok-kelompokdanmasyarakat.11

4) Prinsip-Prinsip Pekerja Sosial

Dalam teori Midgey untuk ke semua praktik pekerja sosial

tersusun dalam suatu prinsip-prinsip general yang menggambarkan

keyakinan filsafat dari sosial profesi yang menjadi sebuah pedoman

pekerja sosial untuk bekerja dengan klien-klien mereka, beberapa

10Chatarina Rusmiyati, dkk, Efektifitas Peran Pekerja Sosial Studi Kasus Panti Sosial

Petirahan Anak Satria Baturaden, (Yogyakarta: Balai Pendidikan dan Penlitian Kesejahteraan

Sosial Balai Besar Penelitian dan Pengembangan PelayananKesejahteraan Sosial, 2013), h. 33-

45. 11

WawaChayoo, “Pengertian, Fungsi dan Peran Pekerja Sosial”, Artikel diakes pada

Tanggal 12 Februari 2014, dari:http://wawachayoo.blogspot.com/2012/07/pengertian-fungsi-

dan-peran-pekerja.html

Page 50: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

35

prinsip ini lebih menekankan nilai-nilai dan ide-ide dari pada

prosedur praktik.

1. Prinsip Dasar Pekerja Sosial

Di bawah ini akan diuraikan prinsip-prinsip dasar sebagai

seorang pekerja sosial sebagai berikut :

a. Pengakuan akan harkat dan martabat manusia (Human Warth

and Dignity). Martabat adalah harga diri yang paling tinggi

bagi setiap manusia dan merupakan hal yang paling penting

dipertaruhkan keberadaannya. Pekerja sosial adalah suatu

kegiatan yang berupaya agar manusia dapat diterima oleh

orang lain sesuai dengan martabatnya. Pekerja sosial tidak

boleh membedakan antara manusia satu dengan yang lainnya.

Pengakuan bahwa setiap manusia mempunyai hakikat dan

martabat harga diri dan juga pengakuan bahwa setiap manusia

mempunyai potensi yang dikembangkan sepanjang hidup

manusia harus dihormati.

b. Hak untuk menentukan diri sendiri (Self Determination).

Dimana suatu prinsip yang berdasarkan bahwa manusia atau

individu itu mempunyai hak untuk menentukan diri sendiri

pekerja sosial juga percaya bahwa bahwa individu, kelompok

dan masyarakat mempunyai hak untuk menentukan kebutuhan-

kebutuhan mereka dan bagaimana hal itu dapat dicapai. Setiap

orang bebas menentukan nasibnya sendiri keyakinan bahwa

setiap orang dan manusia yang mengalami penderitaan pribadi

Page 51: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

36

ekonomi atau sosial mempunyai hak untuk menentukan diri

sendiri dan bagaimana cara untuk mengatasinya. Pekerja sosial

juga tidak bersifat memerintah, memohon atau bahkan

mempengaruhi klien-klien mereka untuk membuat keputusan.

Sebaliknya, pekerja sosial membantu klien untuk mendapatkan

kembali keyakinan akan kemampuan kepada diri sendiri untuk

menyelesaikan masalah-masalahnya.

c. Kesempatan yang sama bagi semua orang (Equal Apportunity).

Keyakinan bahwa setiap orang mempunyai kesempatan yang

sama yang hanya dibatasi oleh kemampuan masing-masing,

setiap orang mempunyai kesempatan yang sama yang dibatasi

kemampuan.

d. Tanggung jawab sosial (Social Responsibility). Pada

hakikatnya manusia itu disamping sebagai makhluk individu

juga sebagai makhluk yang sosial ia memiliki tanggung jawab

sosial, segala keutuhan seseorang individu akan terpenuhi oleh

pihak lain atau orang lain sehingga secara langsung dan tidak

langsung setiap orang bertujuan secara sosial terhadap orang

lain dilingkungan sosial akan terpanggil dan dituntut untuk

ikut mengatasinya.12

2. Prinsip Khusus Pekerja Sosial

Sebagai seorang yang berprofesi sebagai pekerja sosial,

dalam memberikan pelayanan kepada penerima manfaat, terdapat

12

Chazali H. Situmorang, Mutu Pekerja Sosial Di Era Otonomi Daerah, (Jawa Barat:

Cinta Indonesia, 2013), h. 78-85.

Page 52: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

37

prinsip-prinsip yang dijalankan oleh pekerja sosial. Selain terdapat

prinsip dasar pekerja sosial, seperti yang telah diungkapkan di atas,

terdapat pula prinsip khusus pekerja sosial, seperti yang akan di

uraikan sebagai berikut :

1) Prinsip penerimaan (The Principle of Acceptance)

Prinsip ini melihat bahwa praktisi kesejahteraan sosial harus

berusaha menerima (client) mereka apa adanya, tanpa

„menghakimi‟ klien tersebut. kemampuan praktisi kesejahteraan

sosial untuk menerima klien (pihak yang membutuhkan

„bantuan‟)-nya dengan sewarjarnya akan dapat banyak

membantu perkembangan relasi antara mereka. Maka anda

sebagai praktisi kesejahteraan sosial harus berusaha untuk tidak

menghakimi klien tersebut berdasarkan panampilan fisiknya.

Seorang praktisi harus berusaha meredam perasaan suka atau

tidak suka yang terlihat dari penampilan fisik seseorang. Karena

dengan adanya sikap (acceptence)maka klien akan dapat merasa

lebih percaya diri dan tidak kaku dalam berbicara dengan

praktisi kesejahteraan sosial, sehingga ia dapat

menggungkapkan perasaan yang menganjal di hatinya. Dengan

cara seperti ini maka relasi antara praktisi dengan klien dapat

dikembangkan.

2) Prinsip komunikasi (The Principle of Communication)

Prinsip komunikasi ini berkaitan erat dengan kemampuan

praktisi kesejahteraan sosial untuk menangkap informasi

Page 53: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

38

ataupun pesan yang dikemukakan oleh klien. Pesan yang

disampaikan klien dapat berbentuk pesan verbal, yang

diucapkan klien melalui ucapannya. Atau pesan tersebut dapat

berbentuk non verbal, misalnya dari cara duduk klien cara

menggunakan tangannya, cara klien meletakan tangannya dan

sebagainya. Dari pesan non verbal tersebut kita bisa menangkap

apakah klien sedang merasa gelisah, cemas, takut, gembira, dan

berbagai ungkapan lainnya. Bila suatu saat klien tidak dapat

mengungapkan peraaan apa yang dirasakan, praktisi

kesejahteraan sosial diharapkan dapat membantu klien tersebut

untuk mengungkapkan apa yang ia rasakan. Dengan

berkembangnya komunikasi antara praktisi dan klien, maka

praktisi dapat menelaah permasalahan. Kita harus bisa

menangkap informasi yang dilontarkan klien baik verbal

maupun non verbal dari si klien.

3) Prinsip Kerahasian (The Principle Of Confidentiality)

Dalam prinsip ini praktisi kesejahteraan sosial harus menjaga

kerahasiaan dari kasus yang sedang ditanganinya. Sehingga

kasus itu tidak dibicarakan dengan sembarang orang yang tidak

terkait dengan penanganan kasus tersebut. Dengan dijamin

kerahasiaan ini, maka klien akan dapat lebih bebas

mengungkapkan permasalahan yang ia hadapi ataupun perasaan

yang ia rasakan. Ia akan merasa lebih aman mengungkapkan

perasaannya karena ia yakin apa yang ia utarakan dalam relasi

Page 54: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

39

dengan praktisi kesejahteraan sosial akan terjaga

kerahasiaannya.

4) Prinsip Partisipasi(The Principle Of Participation)

Praktisi diharapkan akan mengajak kliennya untuk ikut serta

berperan aktif dalam menghadapi permasalahan yang

dihadapinya. Karena tanpa peran aktif dari klien, maka tujuan

dari terapi tersebut sulit untuk tercapai. Dalam prinsip ini,

tergambar bahwa „perbaikan‟ kondisi seseorang bukanlah hasil

kerja dari praktisi kesejahteraan sosial itu sendiri. Tetapi rasa

tanggung jawab dan keinginan yang sungguh dari klien untuk

memperbaiki kondisinya justru menjadi kunci keberhasilan dari

prosespemberian bantuan ini.

5) Prinsip Individualisasi(The Principle Of Individualization)

Menganggap setiap individu itu berbeda antara satu dengan

yang lainnya, sehingga seorang praktisi kesejahteraan sosial

haruslah berusaha memahami keunikan (Uniqueness) dari setiap

klien. Karena itu, dalam proses pemberian bantuan harus

berusaha mengembangkan intervensi yang sesuai dengan

kondisi kliennya agar mendapatkan hasil yang optimal. Dengan

adanya prinsip individualisasi ini maka praktisi kesejahteraan

sosial diharapkan tidak menyamaratakan setiap klien. Sehingga

pendekatan dalam melakukan terapi lebih diutamakan dengan

penanganan kasus perkasus.

Page 55: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

40

6) Prinsip Sadar Diri(The Principle Of Self A Warness)

Prinsip kesadaran diri (self a warness)ini menuntut praktisi

kesejahteraan sosial untuk bersikap profesional dalam menjalin

relasi dengan kliennya. Dalam arti bahwa praktisi kesejahteraan

sosial harus mampu mengendalikan dirinya sehingga tidak

terhanyut oleh perasaan ataupun permasalahan yang dihadapi

oleh kliennya. Praktisi kesejahteraan sosial di sini haruslah tetap

rasional, tetapi harus mampu menyelami perasaan kliennya

secara objektif. Apabila seorang pekerja sosial tidak dapat

mengendalikan emosinya maka sebaiknya klien tersebut

dialihkan ke praktisi pekerja sosial yang lain.13

7) Sikap-sikap tidak menghakimi(The Principle Of Non Judgment)

Pekerjaan sosial yang menerapkan sikap tidak menghakimi tidak

menimbulkan rasa bersalah, atau derajat tanggung jawab klien

atas sebab-sebab masalah atau kebutuhan-kebutuhan, tetapi

meliputi pemberian penilaian-penilaian evaluatif tentang sikap-

sikap, standardstandard, atau tindakan-tindakan klien. Sikap

tidak menghakimi diterapkan ke dalam semua proses pekerjaan

sosial. Akan tetapi, keadaan-keadaan tertentu seperti saat-saat

ketika klien merasa terdemoralisasi, terstigmatisasikan, atau

disalahkan, menuntut sikap tidak menghakimi yang sangat

sensitif. Pandangan yang tidak menghakimi mengandung arti

sikap-sikap dan perilaku-perilaku pekerja sosial yang tidak

13

Isbandi Rukminto Adi, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial (Pengantar

Pada Pengertian dan Beberapa Pokok Bahasan), (Depok, Fisip UI Press, 2005), h.80-84.

Page 56: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

41

menghakimi. Pekerja sosial tidak menghakimi orang lain

sebagai baik atau buruk, berharga atau tidak berharga. Akan

tetapi, pekerja sosial melakukan penilaian-penilaian atau

keputusan-keputusan profesional setiap hari tentang pendekatan-

pendekatan alternatif dan solusi-solusi yang tepat. Pandangan

yang tidak menghakimi ialah suatu prinsip yang harus

diterapkan secara universal, Pekerja sosial harus menyadari di

dalam dirinya keadaan-keadaan yang memicu sikap menghakimi

dan menyalahkan itu. Standard profesional mewajibkan pekerja

sosial untuk menghadapi nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan

pribadi yang dapat mengakibatkan efek merusak terhadap

interaksi dengan klien.14

5. Metode Pekerja Sosial

Secara tradisional pekerjaan sosial dikatakan mempunyai

tiga metode pokok. Metode pokok tersebut adalah bimbingan sosial

individu (social case work), bimbingan sosial kelompok (social

group work), dan bimbingan sosial organisasi/masyarakat

(community organization/community development). Pekerja sosial

mempunyai dua pendekatan yaitu praktik langsung (direct

practice) dan praktik tidak langung (indirect practice).

Karena dalam praktek langsung, untuk suatu kasus tertentu,

pekerja sosial dituntut untuk tidak hanya berhadapan dengan

14

Fredi Akbar, “Prinsip-prinsipetikpekerjaan social”, ArtikelDiaksesPadaTanggal 02

Maret 2014, dari: http://kesejahteraansosialunpas.wordpress.com/2010/12/05/prinsip-prinsip-

etik-pekerjaan-sosial/

Page 57: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

42

kelompok atau bahkan juga dengan masyarakat, maka pekerja

sosial harus memiliki pengetahuan dan keterampilan, tidak hanya

tentang dinamika individu, kelompok, atau masyarakat saja, tetapi

sampai batas-batas tertentu harus memiliki semua pengetahuan dan

keterampilan itu.15

Menurut W.A. Friedlander bimbingan sosial perorangan

atau social case work adalah cara menolong seseorang dengan

konsultasi untuk memperbaiki hubungan sosialnya sehingga

memungkinkan tercapainya kehidupan yang memuaskan dan

bermanfaat.16

Menurut Friedlander bimbingan sosial kelompok (social

group work) pekerja sosial kelompok bekerja dengan beberapa cara

agar pergaulan didalam kelompok dan kegiatan kerja kelompok

dalam membantu perkembangan para individu anggota kelompok

dan membantu mencapai tujuan sosial yang dikehendaki.

Bimbingan sosial kelompok dilaksanakan untuk menolong individu

yang terikat di dalam kelompok, bimbingan tersebut diberikan oleh

pekerja sosial dalam mengikuti kegiatan kelompok, tujuan

bimbingan kelompok adalah individu yang terikat dengan

kelompok dapat bergaul dengan sesama anggota kelompok secara

baik, individu dapat mengambil manfaat dari pengalaman

15Adi Fahrudin, Pengantar Kesejahteraan Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama,

2012),h.71. 16

Istiana Hermawati, Metode dan Praktek Dalam Praktik Pekerjaan Sosial, (Jogjakarta:

Adi Cipta Karya Nusa, 2001),h.33.

Page 58: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

43

pergaulan sesuai kebutuhan dan kemampuan, individu dapat

mencapai kemajuan pribadi, kelompok dan masyarakat.17

Bimbingan sosial masyarakat (social community

organization) menurut Friedlander bahwa metode bimbingan sosial

masyarakat adalah badan-badan sosial yang tidak memberikan

bantuan langsung kepada individu dan kelompok sosial, tetapi

dibentuk dengan tujuan untuk membantu merencanakan serta

membiayai lembaga sosial yang ada di dalam masyarakat.18

6. Teori-teori Pekerja Sosial

a. Teori psikodinamik berasal dari teori yang dikembangkan oleh

Sigmund Freud dan para pengikutnya. Disebut psikodinamik

karena teori ini memiliki asumsi bahwa tingkah laku berasal dari

gerakan dan interaksi yang terjadi dalam pikiran manusia. Teori

ini menekankan bahwa pikiran mempengaruhi perilaku

seseorang. Sementara pikiran dan tingkah laku seseorang

dipengaruhi oleh faktor lingkungan sosialnya. Beberapa konsep

teori ini adalah ketakutan dan ambivalensi (anxiety and

ambivalence) yang dibentuk dari resolusi terhadap permasalahan

yang kurang tepat pada awal masa kehidupan seseorang, yang

kemudian secara kuat mempengaruhi perasaan agresi, marah,

dan cinta.

b. Terapi psikodinamik sangat berpengaruh dalam praktik

pekerjaan sosial seperti dalam hubungan interpesonal permisif

17Istiana Hermawati, Metode dan Praktek Dalam Praktik Pekerjaan Sosial h.46.

18

Ibid, h.66.

Page 59: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

44

keterbukaan, mendengarkan. Menurut Wallen, intinya adalah

menyangkut penggunaan istilah-istilah kesadaran,

ketidaksadaran, agresi,konflik, ketakutan, hubungan dengan ibu

dan sebagainya. Sebelumnya, dalam pekerjaan sosial Hamilton

mengemukakan psikodinamik dapat dikenal melalui teori

diagnostik, yang merujuk kepada teori psikososial menurut

Woods dan Hollis. Elemen idenya adaah person in-situations,

meski kebanyakan penulis merujuk kepada kepada teori

ekologis yang lebih mengenal tentang person in enviroment

(PIE) dan klasifikasi dari treatmen case work.19

c. Teori kognitif-perilaku ini memiliki keterikatan dengan dua

teori yang diperlakukan sama, yaitu model terapi perilaku yang

berasal dari teori psikologi mengenai persepsi dan proses

informasi. Kerja kognisi-perilaku memiliki perhatian dalam

mengidentifikasi dan menyelesaikan permasalahan manusia,

khususnya yang berkaitan dengan pobia sosial, ketakutan dan

depresi.20

d. Terapi kognitif, Alford dan Beck mendefinisikan kognitif

sebagai fungsi yang melibatkan inferensi tentang pengalaman

seseorang dan tentang terjadinya peritiwa dimasa mendatang

dan pengontrolannya. Oleh karena itu, Beck mengembangkan

teori kognitif sejak awal tahun 1960an. Teori kognitif ini

19

Siti Napsiyah Ariefuzzaman dan Lisma Diawati Fuaida, Belajar Teori Pekerja Sosial,

(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h.31-33.

20

Ibid, h.39.

Page 60: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

45

dilandaskan oleh tiga hal. Pertama,pendekatan fenomologis

psikologi yang menyatakan pandangan individu tentang self dan

dunia personalsentral tentang bagaimana ia berprilaku. Kedua,

teori struktur dan psikologi dalam (depth psycology) khususnya

teori Freud yang memberikan kontribusi pada pembentukan

struktur kognisi Beck mejadi proses-proses primer dan

sekunder. Ketiga, karya para pakar psikologi kognitif awal,

seperti Alport, Piager, dan George dan Kelly. Konsep

dasarterapi kognisi adalah bahwa kognisi merupakan kunci

untuk memahami dan menangani gangguan psikologis. Oleh

karena itu kognisi didefinisikan sebagai fungsi yang melibatkan

tentang inferensi tetang pengalaman seseorang dan

pengontrolannya. Hal ini karena manusia dihadapkan pada

keharusan untuk beradaptasi dengan lingkungan yang selalu

berubah.21

e. Terapi kognitif perilaku pada prinsipnya terapi kognitif perilaku

adalah mengidentifikasikan kandungan pemikiran yang meliputi

asumsi, keyakinan, harapan, pesan kepada diri sendiri (self talk)

atau kelengkapan (atributions). Pemikiran-pemikiran kemudian

dikaji melalui berbagai tekhnik, pemikiran-pemikiran, kemudian

dikaji untuk menentukan dampak akhirnya terhadap emosi dan

perilaku klien dengan penggunaan tekhnik-tekhnik yang

21

Siti Napsiyah Ariefuzzaman dan Lisma Diawati Fuaida, Belajar Teori Pekerja Sosial,

h.44-45.

Page 61: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

46

mendorong klien untuk mengadopsi pemikiran alternatif dan

yang lebih dapat menyesuaikan diri.22

7. Kode Etik Pekerja Sosial

Kode etik pekerja sosial merupakan pedoman yang

dijadikan sebagai standar perilaku para pekerja sosial yang

berisikan nilai-nilai, prinsip-prinsip, aturan profesi pekerjaan osial

yang dijadikan pedoman bagi anggotanya. Penetapan kode etik

ditujukan untuk menjaminkompetensi pelayanan profesional

meningkatkan mutu pelayanan sosial dan melindungi penerima

pelayanan sosial. Prinsip-prinsip pekerjaan sosial dituangkan dalam

kode etik profesi, dalam bentuk petunjuk dan kewajiban. Adapun

kode etik pekerja sosial adalah :

a. Pekerja sosial mengutamakan tanggung jawab melayani

kesejahteraan individu dan kelompok.

b. Pekerja sosial mendahulukan atau mengutamakan tanggung

jawab profesi dari pada kepentingan pribadi.

c. Pekerja sosial tidak membeda-bedakan latar belakang

keturunan, warna kulit, agama, umur, jenis kelamin, warga

negara, dan berusaha mencegah serta menghapuskan

dikriminasi dalam memberikan pelayanan, dalam tugas serta

dalam praktek-praktek kerja.

d. Pekerja sosial melaksanakan tanggung jawab demi mutu dan

keleluasaan pelayanan yang diberikan.23

22 Siti Napsiyah Ariefuzzaman dan Lisma Diawati Fuaida, Belajar Teori Pekerja Sosial,

h.47.

Page 62: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

47

C. Teori Biologis

Teori biologis didasarkan pada bukti bahwa perilaku yang sangat

terganggu sangat ditentukan oleh proses-proses organik dan fisik serta

otak.24

Sebagai makhluk holistik, manusia utuh dilihat dari aspek jasmani

dan rohani, unik, serta berusaha untuk memenuhi kebutuhannya, dapat

mengembangkan potensi yang dimilikinya terus menerus menghadapi

perubahan lingkungan, dan berusaha beradaptasi dengan lingkungan.

Manusia sebagai makhluk bio. Bio berasal dari kata bios yang artinya

hidup. Manusia sebagai makhluk biologis memiliki ciri-cirisebagai

berikut.25

a. Terdiri atas sekumpulan organ tubuh yang semuanya mempunyai

fungsi terintegrasi. Dalam hal ini, setiap organ tubuh mempunyai

tugas masing-masing, tetapi tetap bergantung pada organ lain dalam

menjalankan tugasnya.

b. Diturunkan atau berkembang biak melalui jalan pembuahan sperma

laki-laki dan ovum dari wanita sehingga wanita dapat hamil lalu

melahirkan bayi yang kemudian tumbuh dan berkembang menjadi

remaja, dewasa, menua dan akhirnya meninggal.

c. Untuk mempertahankan kelangsungan hidup, manusia mempunyai

kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Kebutuhan dasar yang paling

utama adalah keyakinan kepada Tuhan, sedangkan kebutuhan dasar

23

Sumber Pedoman Pekerja Sosial (Dinas Sosial Provinsi Tuban) Artikel Ini Diakes 13

Maret 2014 dari http://pekerjasosialtuban.wordpress.com/pekerjaan-sosial/ 24

Edi Suharto, ed., Pekerja Sosial Klinis (Jakarta: Pustaka Societa, 2008), h. 57-59.

25

Asmadi, Konsep Dasar Keperawatan, (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2008),

h. 13.

Page 63: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

48

biologis adalah kebutuhan fisiologis seperti oksigen, air, makanan,

eliminasi, dan lainnya.

D. Psikososial

Psikososial kata psikososial sendiri menggarisbawahi suatu

hubungan yang dinamis antara efek psikologis, dan sosial yang mana

masing-masingnya saling mempengaruhi. Kebutuhan psikososial

mencangkup cara seseorang berfikir dan merasa mengenal dirinya dengan

orang lain, keamanan dirinya dan orang lain, keamanan dirinya dengan

orang-orang yang bermakna baginya, hubungan dengan orang lain

lingkungan sekitarnya serta pemahaman dan reaksinya terhadap kejadian-

kejadian dan sekitarnya.26

Manusia sebagai makhluk psiko. Psiko berasal dari psyche yang

artinya jiwa. Menurut Ariestoteles, jiwa berarti kekuatan hidup. Jadi

manusia sebagai makhluk psiko, artinya adalah manusia makhluk yang

berjiwa. Sebagai makhluk psiko, manusia mempunyai kemampuan

berpikir, kesadaran pribadi, dan kata hati (Perasaan).27

Konsep diri merupakan bagian dari masalah kebutuhan

psikososialyang tidak didapat sejak lahir, namun dapat dipelajari sebagai

hasil dari pengalaman seseorang terhadap dirinya. Konsep diri

berkembang secara bertahap sesuai dengan dengan tahap perkembangan

psikososial seseorang. Secara umum konsep diri adalah semua tanda,

26Departemen Sosial, Standar Rehabilitasi Psikososial Pekerja Migran, (Jakarta: 2004),

h.2.

27

Asmadi, Konsep Dasar Keperawatan, h. 14.

Page 64: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

49

keyakinan dan pendirian yang merupakan sesuatu pengetahuan individu

tentang dirinya, yang dapat mempengaruhi hubungan dengan orang lain,

termasuk karakter, kemampuan, nilai, ide, dan tujuan.28

Manusia sebagai makhluk sosial. Sejak lahir, manusia tumbuh dan

berkembang memerlukan bantuan orang lain. Menurut Ariestoteles,

manusia adalah makhluk Zoonpoliticon. Artinya, manusia adalah makhluk

sosial yang tidak bisa lepas dari orang lain dan selalu beriteraksi dengan

mereka. Manusia akan belajar dari lingkungantentang norma, ajaran,

peraturan, kebiasaan, tingkah laku yang etis maupun tidak etis atau ragam

budaya manusia.29

1. Fase-Fase Perkembangan Psikososial

Terdapat delapan fase menurut Erik H Erikson :

Kedelapan tahapan psikososial menurut Erikson tersebut

sebagai berikut :

a. Percaya Versus Tidak Percaya (Balita)

Bayi yang baru lahir harus banyak belajar untuk percaya

bahwa ibunya akan ada disampingnya untuk memberi

makan,mengasuh, dan memberikan perawatan mendasar. Jika

kebutuhan dasar ini tidak dipenuhi, balita tersebut akan tumbuh

berkembang jadi seseorang yang tidak mudah percaya dan tidak

dapat mengandalkan orang lain, yang kemudian secara signifikan

28

Minarni, Vila Yuniati, Kebutuhan Dasar Manusia, (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC, 2013), h.15.

29

Asmadi, Konsep Dasar Keperawatan, h.15.

Page 65: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

50

mengurangi kecenderungan untuk menjalin hubungan yang erat

dengan orang lain dikemudian hari.

b. Otonomi Versus Rasa Malu dan Keraguan (Awal masa anak-anak)

Pelatihan pengunaan toilet, yang merupakan aktifitas

pertama yang memerlukan pembelajaran aktif pada balita yang

sedang berkembang, merupakan sesuatu yang penting dalam aktifitas

lanjutan yang memerlukan kepercayaan diri. Jika seorang anak kecil

diberi dukungan, dorongan, dan pujian pada proses ini, dia akan

berkembang menjadi pribadi yang lebih percaya diri dan mandiri.

Jika kritik yang berlebihan diberikan oleh orang tua, hilanglah

kepastian sang anak untuk meraih tingkat ekonomi.

c. Inisiatif Versus Rasa Bersalah (Usia Pra-Sekolah)

Erikson, seperti halnya Sigmund Freud, mengemukakan

teori bahwa anak-anak harus menghilangkan kemarahan pada ayah

dan ibunya. Mereka harus menyelesaikan rivalitasnya dan

menggunakan energinya untuk beraktifitas lain dan bermain dengan

teman-temannya sebagai cara untuk melatih inisiatif dan

membangun kompetisi. Tanpa hal tersebut, rasa bersalah akan

muncul, yang akan berujung pada ketidak mampuan untuk

membangun sebuah hubungan secara aktif.

d. Industri Versus Inferionitas (Masa Sekolah)

Kognitif, sama halnya seperti kemampuan-kemampuan

sosial lain yang dibutuhkan disekolah adalah pusat dari

perkembangan tahap ini, dan identitas jenis kelamin seseorang

Page 66: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

51

adalah sebuah masalah yang penting. Anak yang mengembangkan

kemampuan-kemampuan ini, akan memperkuat keinginannya untuk

hidup berkecukupan atau industri, sedangkan perkembangan yang

tidak cukup baik dalam tahap ini akan berakhir dengan rasa yang

tidak cukup dan inferior.

e. Identitas Versus Kegamangan Perang (Masa Remaja)

Erikson memandang tahapan ini sebagai tahapan

yangsangat penting dalam pembentukan dasar kedewasaan. Para

remaja diharapkan untuk mengembangkan sebuah jaminan bahwa

orang lain akan melihat mereka sama seperti halnya mereka melihat

diri sendiri. Pada tahapan ini, para remaja bertemu dengan arti atau

tujuan hidup dan mulai mengembangkan tujuan-tujuan masa depan

secara mandiri. Mereka mulai menyadari bahwa mereka perlu untuk

memikul tanggung jawab atas diri mereka sendiri dan terhadap apa

yang akan mereka lakukan dengan hidupnya. Tanpa kesadaran

tentang identitas diri, maka akan sulit untuk mengembangkan sebuah

hubungan, dan keputusan yang diambil perihal tanggung jawab

orang dewasa menjadi sulit untuk dijelaskan.

f. Intimasi Versus Isolasi (Awal Masa Dewasa)

Pada tahapan ini, seorang dewasa muda belajar untuk

bekerja sama dengan orang lain dan membangun hubungan yang

lebih dekat. Beberapa hubungan yang sangat dekat mungkin yang

memulai. Isolasi dapat terjadi jika seorang dewasa muda tidak

dapat mengembangkan hubungan yang kooperatif dan dekat.

Page 67: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

52

g. Generatifitas Versus Stagnasi (Usia Pertengahan)

Tahapan setelah bertanggung jawab untuk diri sendiri ialah

tahapan dimana seorang pribadi bertanggung jawab pula untuk

membantu orang lain. Dengan membantu orang lain tumbuh dan

berkembang, orang tersebut akan menjadi dewasa. Mereka yang

tidak mengembangkan rasa tanggung jawab ini akan menjadi

stagnan dan kehilangan perasaan dwasa yang dihubungkan dengan

kontribusi terhadap perkembangan orang lain.

h. Integritas Versus Keputus Asaan (Masa Tua)

Perasaan berharga dan berhasil dirasakan oleh orang-orang

dewasa tua dalam tau dekat usia 60. Ada perasaan bahwa mereka

telah berhasil dengan baik dan telah mengalami sebagian besar dari

apapun yang orang dapat pertanyakan tentang hidup. Mereka yang

mencapai usia ini dengan perasaan bahwa mereka gagal mencapai

tujuan hidupnya, mengalami keterputusasaan, penyesalan, atau

perasaan tidak berharga dalam hidupnya. Mereka merasa bahwa

mereka tidak memberikan kontibusi apapun dan merasa takut tidak

dapat berkontribusi pada orang lain atau mencari arti hidup pada sisa

umur yang ada.30

30

Edi Suharto, ed., Pekerja Sosial Klinis, h.218-220.

Page 68: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

53

2. Perkembangan Emosi Anak Tunarungu Wicara

Kekurangan akan pemahaman bahasa lisan atau tulisan

seringkali menyebabkan anak tunarungu menafsirkan sesuatu secara

negatif atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi emosinya.

Tekanan pada emosinya itu dapat menghambat perkembangan

pribadinya dengan menampilkan sikap menutup diri, bertindak

agresif, atau sebaliknya menampakan kebimbangan dan keragu-

raguan.

Emosi anak tunarungu selalu bergejolak disatu pihak

karena kemiskinan bahasanya dan pihak lain karena pengaruh dari

luar yang diterimanya. Anak tunarungu bila ditegur oleh orang yang

tidak dikenalnya akan tampak resah dan gelisah.

Karateristik anak tuna rungu dalam aspek sosial-emosional

adalah sebagai berikut :31

a. Pergaulan terbatas dengan sesama tunarungu, sebagai akibat dari

keterbatasan dalam kemampuan berkomunikasi.

b. Sifat ego sentris yang melebihi anak normal, yang

ditunjukandengan sukarnya mereka menempatkan diri pada

situasi berpikir dan perasaan orang lain, sukarnya menyesuaikan

diri, serta tindakannya lebih terpusat pada ego, sehingga kalau ada

keinginan harus selalu dipenuhi.

31Rumah Tunarungu wicara, “Special Education For Change to be Better”, Artikel

Diakses pada Tanggal 15 Februari 2014, dari: http//arozi-k5113006-

plbuns13.blogspot.com/2013/10/karakteristik-anak-tunarungu-wicara_28.html?m=1.

Page 69: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

54

c. Perasaan takut atau khawatir terhadap lingkungan sekitar, yang

menyebabkan ia tergantung pada orang lain serta kurang percaya

diri.

d. Perhatian anak tunarungu sukar dialihkan, apabila ia sudah

menyenangi suatu benda atau pekerjaan tertentu.

e. Memiliki sifat polos, serta perasaanya umumnya dalam keadaan

ekstrim tanpa banyak nuansa.

f. Cepat marah dan mudah tersinggung, sebagian akibat seringnya

mengalami kekecewaan karena sulitnya menyampaikan

perasaan/keinginannya secara lisan ataupun dalam memahami

pembicaraan orang lain.

3. Perkembangan Sosial Anak Tunarungu Wicara

Manusia sebagai makhluk sosial selalu memerlukan

kebersamaan dengan orang lain. Demikian pula anak tunarungu, ia

tidak terlepas dari kebutuhan tersebut. Akan tetapi karena mereka

miliki kelainan dalam segi fisik pada kesehatan indera pendengaran

dan pengecapan biasanya akan menyebabkan suatu kelainan dalam

penyesuaian diri terhadap lingkungan. Pada umumnya lingkungan

melihat mereka sebagai individu yang memiliki kekurangan dan

menilainya sebagai seseorang yang kurang berkarya. Dengan

penilaian lingkungan yang demikian, anak tunarungumerasa benar-

benar kurang berharga. Dengan penilaian dari lingkungan yang

demikian juga memberikan pengaruh yang benar-benar besar terhadap

perkembangan fungsi sosialnya. Dengan adanya hambatan dalam

Page 70: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

55

perkembangan sosial ini mengakibatkan pula pertambambahan

minimnya penguasaan bahasa dan kecendrungan menyendiri serta

memiliki sifat egosentris.

Faktor sosial dan budaya meliputi pengertian yang sangat

luas, yaitu ligkungan hidup dimana anak berinteraksi yaitu interaksi

antara individu dengan individu, dengan kelompok, dengan keluarga,

dan masyarakat. Untuk kepentingan anak tunarungu, seluruh anggota

keluarga, guru, dan masyarakat disekitarnya hendaknya berusaha

mempelajari dan memahami keadaan mereka karena hal tersebut dapat

menghambat perkembangan kepribadian yang negatif pada diri anak

tunarungu.

Anak tunarungu banyak dihinggapi kecemasan karena

menghadapi lingkungan yang beraneka ragam komunikasinya, hal

seperti ini akan membingungkan anak tunarungu. Anak tunarungu

sering mengalami berbagai konflik, kebingungan, dan katakutan

karena ia sebenarnya hidup dalam lingkungan yang bermacam-

macam.

Sudah menjadi kejelasan bagi kita bahwa hubungan sosial

banyak ditentukan oleh komunikasi antara seseorang dengan orang

lain. Kesulitan komunikasi tidak bisa dihindari. Namun bagi anak

tunarungu tidaklah demikian karena anak ini mengalami hambatan

dalam berbicara. Kemiskinan bahasa membuat dia tidak mampu

Page 71: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

56

terlibat secara baik dalam situasi sosialnya. Sebaliknya, orang lain

akan sulit memahami perasaan dan pikirannya.32

4. Faktor-Faktor Psikososial Antara Lain

a. Stimulasi

Stimulasi merupakan hal yang paling penting dalam

tumbuh kembang anak. Anak mendapatkan stimulasi yang terarah

dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan

anak yang kurang atau tidak mendapatkan stimulasi.

b. Motivasi belajar

Motivasi belajar dapat di tumbuhkembangkan sejak dini,

dengan memberikan lingkungan yang kondusif untuk belajar,

misalnya adanya sekolah yang tidak terlalu jauh, buku-buku,

suasana yang tenang serta sarana lainnya.

c. Ganjaran ataupun hukuman yang wajar

Kalau anak berbuat benar, maka wajib kita memberi

ganjaran, misalnya pujian, ciuman, belaian, tepuk tangan dan

sebagainya. Ganjaran tersebut akan menimbulkan motivasi yang

kuat bagi anak untuk mengulangi tingkah lakunya. Sedangkan

menghukum dengan cara-cara yang wajar kalau anak berbuat salah,

masih dibenarkan. Yang penting hukuman harus diberikan secara

obyektif, disertai pengertian dan maksud dari hukuman tersebut,

bukan hukuman untuk melampiaskan kebencian dan kejengkelan

terhadap anak. Sehingga anak tahu yang baik dan yang tidak baik,

32T. Sutjihati Somantri, Psikologi anak luar biasa, (Bandung: PT Refika Aditama, 2006),

h.98.

Page 72: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

57

akibat akan menimbulkan rasa percaya diri pada anak yang penting

untuk perkembangan kepribadian anak kelak kemudian hari.

d. Kelompok sebaya

Untuk proses sosialisasi dengan lingkungan anak

memerlukan teman sebaya. Tetapi perhatian dari orang tua

dibutuhkan untuk memantau dengan siapa anak itu bergaul.

Khususnya bagi remaja, aspek kehidupan teman sebaya menjadi

sangat penting dengan makin meningkatkan kasus-kasus

penyalahgunaan obat-obat dan narkoba.

e. Stress

Stress pada anak juga berpengaruh terhadap tumbuh

kembangnya, misalnya anak akan menarik diri, rendah diri,

terlambat bicara, nafsu makan menurun dan sebagainya.

f. Sekolah

Dengan adanya wajib belajar 9 tahun saat ini, diharapkan

setiap anak mendapatkan kesempatan duduk dibangku sekolah

minimal 9 tahun. Sehingga dengan mendapatkan pendidikan yang

baik, maka diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup anak-anak

tersebut. yang masih menjadi masalah sosial saat ini adalah masih

banyaknya anak-anak yang terpaksa meninggalkan bangku sekolah

karena harus membantu mencari nafkah untuk keluarganya.

g. Cinta dan kasih sayang

Salah satu hak anak adalah hak untuk dicintai dan

dilindungi. Anak memerlukan kasih sayang dan perlakuan adil dari

Page 73: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

58

orang tuanya. Agar anak memerlukan kasih sayang dan perlakuan

yang adil dari orang tuanya. Agar kelak kemudian hari menjadi

anak yang tidak sombong dan bisa memberikan kasih sayangnya

pula kepada sesamanya. Sebaliknya kasih sayang yang diberikan

secara berlebihan dan menjurus ke arah memanjakan, maka akan

menghambat bahkan mematikan perkembangan kepribadian anak.

Akibatnya anak akan menjadi manja, kurang mandiri, pemboros,

sombong, dan kurang bisa menerima kenyataan.

h. Kualitas interaksi anak-orang tua

Interaksi timbal balik antara anak dan orang tua, akan

menimbulkan keakraban dalam keluarga. Anak akan terbuka

kepada orang tuanya, sehingga komunikasi bisa dua arah dan

segala permasalahan dapat dipecahkan bersama karena adanya

keterdekatan dan kepercayaan antara orang tua dan anak. Interaksi

tidak ditentukan oleh seberapa lama kita bersama anak. Tetapi lebih

ditentukan oleh kualitas dari interaksi tersebut yaitu pemahaman

terhadap kebutuhan masing-masing dan upaya optimal untuk

memenuhi kebutuhan tersebut yang dilandasi oleh rasa saling

menyayangi.33

E. Spiritual

Manusia secara terus menerus menghadapi berbagai

perubahan lingkungan yang selalu berusaha menyesuaikan diri agar

tercapai keseimbangan dan interaksi dengan lingkungan serta

33

Soetjiningsih, Tumbuh Kembang Anak (Surabaya: Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak

Universitas Airlangga, 1998). h.9.

Page 74: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

59

menciptakan hubungan antara manusia secara serasi. Dalam teori

keperawatan sering memandang manusia sebagai manusia yang

holistikmerupakan pendekatan yang bersifat secara menyeluruh

terhadap individu dalam kontak biopsikososial, kultural, dan spiritual

dimana sebagai makhluk dengan dasar spiritual, manusia memiliki

keyakinan dan kepercayaan serta menyembah Tuhan atau

sembahyang.34

Manusia sebagai makhluk spiritual. Manusia sebagai

makhluk spiritual mempunyai hubungan dengan kekuatan di luar

dirinya. Hubungan dengan Tuhannya, dan mempunyai keyakinan di

luar dirinya. Keyakinan yang dimiliki seseorang akan berpengaruh

terhadap perilakunya.35

Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungan dengan

Tuhan Yang Maha Esa dan Maha-Penciptanya. Kata “spiritual” sering

digunakan dalam percakapan sehari-hari. Untuk memahami pengertian

spiritual dapat dilihat berbagai sumber. Berdasarkan etimologinya,

spiritual berarti sesuatu yang mendasar, penting, dan mampu

menggerakan serta memimpin cara berpikir dan bertingkah laku

seseorang.Usia anak-anak merupakan tahap perkembangan kepercayaan

berdasarkan pengalaman, perilaku didapatkan berdasarkan pengalaman.

Perilaku yang didapat antara lain adanya pengalaman dari interaksi

dengan orang lain keyakinan dan kepercayaan yang dianut.

34Chistina Lia Uripni, dkk, Komunikasi Kebidanan (Jakarta: Buku Kedokteran EGC,

2003), h.71.

35

Asmadi, Konsep Dasar Keperawatan, h. 16.

Page 75: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

60

Pada masa ini, anak belum mempunyai pemahaman salah

atau benar. Kepercayaan atau keyakinan yang ada pada masa ini

mungkin hanya mengikuti ritual atau meniru orang lain. Pada masa ini

anak-anak biasanya sudah mulai bertanya tentang pencipta, arti doa,

dan mencari jawaban tentang kegiatan keagamaan.Peran orang tua

sangat menentukan dalam perkembangan spiritual anak. Hal terpenting

bukan apa yang diajarkan oleh orang tua pada anak tentang Tuhan.

Tetapi apa yang anak pelajari mengenai Tuhan, kehidupan, diri sendiri,

dari perilaku orang tua mereka.36

F. AnakTunarungu Wicara

Orang dengan kecacatan rungu wicara mengalami kesulitan

dalam mengembangkan kemampuan berfikir, karena mereka

mengalami hambatan dalam penguasaan bahasa sehingga kemampuan

mewujudkan fikirannya kedalam lambang-lambang bahasa pun

terganggu. Dengan kata lain, potensi aktualisasi diri dan kemampuan

mewujudkan fungsi sosialnya terhambat karena masalah kemampuan

berbahasa dan bukan karena cacat rungunya. Lebih jauh dari itu para

ahli menyatakan bahwa akibat gangguan komunikasi dan bahasa

menimbulkan masalah yang lebih kompleks antara lain pada aspek

perseptual kognitif, emosi, sosial, kesulitan mempelajari, keterampilan

vocasional yang berdampak pada kesulitan mendapat lapangan

pekerjaan. Gangguan berbahasa juga menimbulkan masalah penerimaan

orang tua dan masyarakat yang berdampak pada kekeliruan cara

36

Anggara Dwi Sulistiyanto, Dkk., Kebutuhan Dasar Manusia (Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC, 2013), h. 25-26.

Page 76: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

61

pandang dan pelakuan. Hal ini kiranya menjadi jelas bahwa untuk

mengatasi permasalahan yang mungkin timbul bagi para orang dengan

kecacatan rungu wicara adalah diberikannya pelayanan yang mampu

mengembangkan kemampuan berbahasa dan berkomunikasi yang

sesuai dengan kondisinya.37

Orang dengan kecacatan rungu wicara adalah orang-orang

yang pendengarannya menyimpang sedemikian rupa dari rata-rata

normal sehingga mengalami gangguan dalam proses pemerolehan

bahasa. Gangguan pendengaran pada orang dengan kecacatan rungu

wicara merupakan penyebab utama tidak memiliki kemampuan

berbahasa yang meliputi kemampuan menerima dan mengekspresikan

bahasa.38

Pengertian tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan

kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat

menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera

pendengarannya.

1. Karakteristik Tunarungu Wicara

Bentuk mimik peserta didik tuna rungu wicara berbeda

dengan anak-anak lain, karena mereka mereka tidak pernah

mendengar atau mempergunakan salah satu panca inderanya

terutama telinga dan mulut. Oleh sebab itu mereka tidak terlalu

paham dengan apa yang dimaksud dan dikatakan oleh orang lain.

37

Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial Direktorat Rehabilitasi sosial Orang Dengan

Kecacatan Kementerian Sosial Republik Indonesia, Panduan Pelaksanaan Komunikasi Total

BagiOrang Dengan Kecacatan Rungu Wicara, (Jakarta: Kementerian Sosial Republik

Indonesia), h.1.

38

Ibid,h. 9.

Page 77: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

62

Menurut Gregory, S Perilaku yang dominan yang muncul

terhadap peserta didik dengan kelainan tunarungu wicara disekolah

secara dominan berkaitan dengan hambatan dalam perkembangan

bahasa dan komunikasi. Ciri-ciri umumnya antara lain :

a. Kurang memperhatikan saat guru memberikan pelajaran di

kelas.

b. Selalu memiringkan kepalanya, sebagai upaya untuk

berganti posisi telinga terhadap sumber bunyi, sering kali ia

meminta pengulangan penjelasan guru saat di kelas.

c. Mempunyai kesulitan untuk megikuti petunjuk secra lisan.

d. Keengganan untuk berpartisipasi secara oral, mereka

mendapatkkan kesulitan untuk berpartisipai secara oral dan

dimungkinkan karena hambatan pendengarannya.

e. Adanya ketergantungan terhadap petunjuk atau intruksi saat

dikelas.

f. Mengalami hambatan dalam perkembangan bahasa dan

bicara.

g. Perkembangan intelektual peserta didik tunarungu wicara

terganggu

h. Mempunyai kemampuanakademik yang rendah, khususnya

dalam membaca.39

39

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian 2 Ilmu

Pendidikan Praktis, (Jakarta: PT Imperal bhakti Utama, 2007), h. 50.

Page 78: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

63

2. Klasifikasi Tunarungu

a. Klasifikasi secara etimologis, yaitu pembagian berdasarkan

sebab-sebab, dalam hal ini penyebab ketunarunguan ada

beberapa faktor, yaitu: Pada saat sebelum dilahirkan

a) Salah satu atau kedua orang tua anak menderita tunarungu

atau mempunyai gen sel pembawa sifat abnormal, misalnya

dominat genes, recesive gen, dan lain-lain.Karena penyakit;

sewaktu ibu mengandung terserang suatu penyakit, terutama

penyakit-penyakit yang diderita pada saat kehamilan tri

semester pertama yaitu pada saat pembentukan ruang telinga.

Penyakit itu ialah rubella, moribili dan lain-lain.

b) Karena keracunan obat-obatan; pada suatu kehamilan, ibu

meminum obat-obatan terlalu banyak, ibu seorang pecandu

alkohol, atau ibu tidak menghendaki kehadiran anaknya

sehingga ia meminum obat penggugur kandungan, hal ini

dapat menyebabkan ketunarunguan pada anak yang

dilahirkan.

Pada saat kelahiran :

a. Sewaktu melahirkan, ibu mengalami kesulitan sehingga

persalinan dibantu dengan penyedotan (tang).

b. Prematuritas, yakni bayi yang lahir sebelum waktunya.

Pada saat setelah kelahiran (post natal)

Page 79: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

64

a. Ketulian yang terjadi karena infeksi, misalnya infeksi

pada otak meninggitis) atau infeksi umum seperti difteri,

morbili, dan lain-lain.

b. Pemakaian obat-obatan otoksi pada anak-anak, karena

kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan alat

pendengaran bagian dalam, misalnya jatuh.

Klasifikasi menurut tarafnya dapat diketahui dengan

tes audiometris:

Andreas Dwidjosumarto mengemukakan :

a. Tingkat I, kehilangan kemampuan mendengar antara 35-

54 dB, penderita hanya memerlukan latihan berbicara

dan bantuan mendengar secara khusus.

b. Tingkat II, kehilangan kemampuan mendengar antara

55 sampai 69 dB, penderita kadang-kadang memerlukan

penempatan sekolah secara khusus, dalam kebiasaan

sehari-hari memerlukan latihan berbicara dan bantuan

latihan berbahasa secara khusus.

c. Tingkat III, kehilangan kemampuan mendengar antara 70-

89 dB.

d. Tingkat IV, kehilangan kemampuan mendengar 90 dB

keatas.

Penderita dari tingkat I dan II dikatakan mengalami

ketulian. Dalam kebiasaan sehari-hari mereka sesekali latihan

berbicara, mendengar berbahasa, dan memerlukan pelayanan

Page 80: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

65

pendidikan secara khusus. Anak yang kehilangan kemampuan

mendengar dari tingkat III sampai IV pada hakekatnya

memerlukan pendidikan khusus. Pengaruh pendengaran pada

perkembangan bicara dan bahasa. Perkembangan bahasa dan

bicara berkaitan erat dengan ketajaman pendengaran, akibat

terbatasnya ketajaman pendengaran, anak tunarungu tidak mampu

mendengar dengan baik. Dengan demikian pada anak tunarungu

tidak terjadi proses peniruan suara setelah masa merabaan, proses

peniruannya hanya terbatas pada peniruan visual.

Adapun berbagai media komunikasi yang dapat digunakan

sebagai berikut:

1. Bagi anak tunarungu yang mampu bicara, tetap mengunakan

bicara sebagai media dan membaca ujaran sebagai sarana

penerimaan dari pihak tunarungu.

2. Menggunakan media tulisan dan membaca sebagai sarana

penerimaannya.

3. Mengunakan isyarat sebagai media.40

40

T.Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, h.93-101.

Page 81: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

66

BAB III

GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL BINA RUNGU WICARA

“MELATI” JAKARTA TIMUR

A. Kelembagaan Panti

1. Latar Belakang

Panti Sosial Bina Rungu Wicara “Melati” sebagai Unit

Pelaksana Tekhnis (UPT) Kementerian Sosial RI, dibentuk

berdasarkan Surat keputusan Menteri Sosial RI nomor 6/HUK/1994

tentang dasar pendirian panti sosial yang dijabarkan dalam

PERMENSOS RI nomor 106/HUK/2009 tentang organisasi dan tata

kerja panti sosial di lingkungan Kementerian Sosial dengan tugas

pokok : memberikan bimbingan pelayanan rehabilitasi sosial dalam

bentuk bimbingan fisik, mental, sosial, pelatihan keterampilan,

praktek belajar kerja resosialisasi, bimbingan lanjut dan penjangkauan

luar panti. Selain itu melaksanakan juga proses pengkajian dan

penyiapan standar pelayanan, pemberian dan penyebaran informasi

serta rujukan dengan tujuan agar penyandang disabilitas rungu wicara

dapat hidup mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan di

masyarakat.1

1Data Diambil Dari File Yang Diberikan Oleh Pihak Panti Sosial Bina Rungu Wicara

Melati Pada Tanggal 12 Mei 2014.

Page 82: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

67

2. Visi Misi

Visi :

Panti Sosial Bina Rungu Wicara “Melati” siap memfasilitasi

penyandang disabilitas rungu wicara menjadi manusia yang mandiri.

Misi :

a) Melaksanakan pelayanan rehabilitasi sosial bagi penerima manfaat

dengan standar pelayanan.

b) Melaksanakan program dan advokasi pelayanan rehabilitasi sosial

bagi penerima manfaat secara efisien dan efectif.

c) Melaksanakan dukungan, sumber daya manusia serta manajemen

pelayanan rehabilitasi sosial yang akuntabel, transparan, dan

efisien.2

3. Moto dan Maklumat

Moto : Anda siap mandiri kami siap memfasilitasi.

Maklumat : Kami pegawai Panti Sosial Bina Rungu Wicara

Melati siap bekerja sama dalam mewujudkan

kemandirian peyandang disabilitas rungu wicara.3

4. Tugas

Memberikan pelayanan rehabilitasi sosial bagi penyandang

disabilitas rungu wicara dalam mengembangkan bakat dan

keterampilan untuk hidup mandiri.4

2Data Diambil Dari File Yang Diberikan Oleh Pihak Panti Sosial Bina Rungu Wicara

Melati Pada Tanggal 12 Mei 2014.

3Data Diambil dari File Yang Diberikan oleh Pihak Panti Sosial Bina Rungu Wicara

Melati Pada Tanggal 12 Mei 2014.

Page 83: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

68

5. Fungsi

a) Sebagai pusat pengembangan, penyebaran, dan pelayanan

kesejahteraan sosial.

b) Sebagai pusat pemberdayaan dan pengembangan kesempatan kerja

penerima manfaat.

c) Sebagai pusat pelatihan keterampilan.

d) Sebagai pusat advokasi dan informasi kesejahteraan sosial.

e) Sebagai pusat rujukan bagi pelayanan rehabilitas dari lembaga

lainnya.

f) Sebagai pusat laboratorium rehabilitasi sosial.5

6. Struktur Organisasi6

4 Data Diambil dari File Yang Diberikan oleh Pihak Panti Sosial Bina Rungu Wicara

Melati Pada Tanggal 12 Mei 2014.

5Data Diambil dari File Yang diberikan oleh Pihak Panti Sosial Bina Rungu Wicara

Melati Pada Tanggal 12 Mei 2014.

6Data Diambil dari File Yang diberikan oleh Pihak Panti Sosial Bina Rungu Wicara

Melati Pada Tanggal 13 Mei 2014.

Ke Kepala PSBRW Melati

Tri Sukreni

t

Tr

Kepala Bag Sub Tata

Usaha

Bb Bambang Wibowo

Ke Kepala Seksi Program Advokasi

Sosial

Nurul Arafiah

Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial

Dewi Isnaeni

KELOMPOK JABATAN

FUNGSIONAL

pp

pe

INSTALANSI PRODUKSI (WORKSHOP)

Page 84: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

69

7. Sasaran Garapan

1. Penyandang disabilitas rungu wicara usia produktif (15-30 tahun)

dengan kriteria sebagai berikut :

a) Memiliki gangguan bicara dan pendengaran

b) Memiliki hambatan komunikasi dalam kegiatan sehari-hari

c) Membutuhkan keterampilan kerja produktif

d) Memiliki hambatan atau kecanggungan mental psikologis

yang ditandai dengan rasa rendah diri, isolatif, dan kurang

percaya diri

e) Memiliki hambatan dalam melaksanakan fungsi sosialnya

secara umum

2. Keluarga dan lingkungan sosial penyandang disabilitas rungu

wicara.

3. Organisasi sosial, perusahaan dan lembaga ekonomi lainnya

4. Sistem sumber lain yang mendukung terwujudnya kemandirian dan

keberfungsian sosial penyandang disabilitas rungu wicara.7

8. Kapasitas Tampung

Panti Sosial Bina Rungu Wicara “Melati” mempunyai

kapasitas tampung sebanyak 125 orang penerima manfaat.

Berdasarkan pada Keputusan Menteri Sosial RI : 40/HUK/2004

7Data Diambil dari File Yang diberikan oleh Pihak Panti Sosial Bina Rungu Wicara

Melati Pada Tanggal 12 Mei 2014.

Page 85: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

70

tentang prosedur kerja panti sosial dilingkungan Departemen Sosial

RI.8

9. Syarat Penerimaan

Program rehabilitasi sosial yang diberikan dalam panti

dengan mengasramakan penyandang disabilitas rungu wicara dengan

menerima pelayanan maksimal 1 s/d 3 tahun (sesuai hasil assesment),

tanpa dipungut biaya/gratis. Bagi keluarga atau wali penyandang

disabilitas rungu wicara yang berminat untuk mengikut sertakan

anak/anggota keluarganya pada program bimbingan rehabilitasi sosial

pada Panti Sosial Bina Rungu Wicara “Melati”, persyaratan yang

harus dipenuhi calon penerima manfaat adalah sebagai berikut:

1. Calon penerima manfaat

a) Disabilitas rungu wicara.

b) Tidak cacat ganda (tuna netra, tuna grahita, dan tuna daksa).

c) Umur 15 s/d 30 tahun.

d) Bersedia diasramakan.

e) Belum pernah menikah atau melahirkan.

2. Administrasi

a) Surat permohonan orang tua/wali.

b) Surat pernyataan orang tua/wali anak belum menikah dan tidak

nikah selama mengikuti pendidikan dalam panti.

c) Surat pernyataan orangtua/wali dan calon penerima manfaat

setuju, bersedia mematuhi peraturan panti dan menerima

8 Data Diambil dari File Yang diberikan oleh Pihak Panti Sosial Bina Rungu Wicara

Melati Pada Tanggal 12 Mei 2014.

Page 86: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

71

kembali anak setelah menerima bimbingan dari panti, dibuat di

atas materai 6000.

d) Fotocopy KTP calon penerima manfaat dan orang tua /wali

serta foto copy Katu Keluarga (KK).

e) Surat keterangan domisili dari RT/RW setempat.

f) Surat keterangan Dokter.

g) Fotocopy Ijazah/STTB atau surat kerangan pernah sekolah.

h) Pas foto ukuran 2x3 (4 lmbar) dan 4x6 (4 lembar) berwarna.

i) Rujukan dan Dinas/Instalansi Sosial Provinsi

/Kabupaten/Kota.9

10. Fasilitas Panti

a. Sarana Panti

1) Tanah Panti, luas : 9.740 m

2) Kantor panti, luas : 400 m

3) Asrama putra putri (7unit), luas :1.566 m

4) Aula Gedung serbaguna, luas : 250 m

5) Ruang Kelas (3 unit), luas :180 m

6) Ruang Assesment, luas : 37 m

7) Ruang Bina Suara/Kedap Suara, luas : 425 m

8) Ruang Bimbingan Fisik, luas : 86 m

9) Ruang Makan dan Dapur, luas : 270 m

10) Gedung Keterampilan (8 unit), luas : 625 m

11) Mushollah, luas : 100 m

9Data Diambil dari File Yang diberikan oleh Pihak Panti Sosial Bina Rungu Wicara

Melati Pada Tanggal 12 Mei 2014.

Page 87: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

72

12) Ruang Bina Wicara, luas (3 unit), luas : 21 m

13) Ruang Instalasi Produksi, luas : 80 m

14) Ruang Poliklinik, luas : 12 m

15) Ruang Perpustakaan, luas : 18 m

16) Ruang Rapat, luas : 30 m

17) Ruang Dinas Pegawai (6 unit), luas : 306 m

18) Ruang Koperasi, luas : 18 m

19) Guesh House, luas : 66 m

20) Gudang dan Garasai, luas : 120 m

21) Bangunan Air Sumur Sintesis, luas : 20 m

22) Pos Satpam, luas : 6 m

b. Sarana Transportasi

1) Kendaraan Dinas Operasional Roda Empat : 2 Unit

2) Kendaraan Unit Pelayanan Sosial Keliling : 1 Unit

3) Kendaraan Bis Operasional : 1 Unit

4) Kendaraan Sepeda Motor Operasional : 8 Unit

c. Sarana Bimbingan

1) Sarana bimbingan sosial

a. meja dan kursi belajar.

b. Papan tulis.

c. Alat peraga.

d. Alat tulis menulis.

e. Buku-buku bacaan.

Page 88: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

73

2) Sarana bimbingan keterampilan

a. Peralatan keterampilan menjahit putra

b. Peralatan keterampilan kerajinan tangan

c. Peralatan keterampilan tata boga

d. Peralatan keterampilan pertukangan kayu

e. Peralatan keterampilan salon/tatarias

f. Peralatan keterampilan las listrik

g. Peralatan keterampilan komputer

h. Peralatan keterampilan percetakan sablon

i. Peralatan menjahit putri

3) Fasilitas Penerima Manfaat

a. Asrama/tempat tinggal

b. Pakaian seragam

c. Permakanan penerima manfaat

d. Pelayanan Kesehatan10

B. Kegiatan Panti

1. Pelaksanaan Tahapan Proses Pelayanan

Panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati ini memilki

beberapa tahapan dalam program kerjanya, di antaranya adalah :

1) Tahap Rehabilitasi Sosial

Tahap rehabilitasi sosial merupakan suatu kegiatan

pelayanan yang ditunjukan pada anak asuh dalam panti guna

10Data Diambil dari File Yang Diberikan oleh Pihak Panti Sosial Bina Rungu Wicara

Melati Pada Tanggal 12 Mei 2014.

Page 89: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

74

memulihkan kembali rasa harga diri, kecintaan kerja serta rasa

tanggung jawab terhadap dirinya sendiri mereka dapat

melaksanakan fungsi sosialnya dengan wajar, rangkaian kegiatan

tahap pelayanan di Panti Sosial Bina Rungu Wicara “Melati”.

a. Pendekatan awal

Pada tahap pendekatan awal calon penerima manfaat yang

akan menjadi penerima manfaat di PSBW “Melati” mereka

mendapatkan informasi dari penyebaran yang didatangkan dari

pihak PSBRW “Melati” ke Sekolah Luar Biasa dan

kemasyarakatan. Pihak panti PSBRW “Melati” menyampaikan

beberapa program yang sudah ada di PSBRW “Melati”,

kemudian calon penerima manfaat mendatangi panti dan mereka

tertarik berkeinginan untuk belajar di PSBRW “Melati”. Tahap

pendekatan awal ini merupakan tahapan untuk memperoleh

gambaran tentang permasalahan penyandang cacat, sekaligus

pemberian motivasi dan seleksi.

a) Orientasi dan konsultasi.

Dalam tahap orientasi dan konsultasi para orang tua

mendatangi panti dan melihat-lihat lingkungan panti,

lingkungan kegiatan yang ada di panti. Calon penerima

manfaat (anaknya) ikut melihat keadaan panti beserta

kegiatan yang sedang bejalan calon penerima manfaat pun

tertarik dan anak menyetujui mengikuti pembelajaran yang

diajarkan di PSBRW “Melati”.

Page 90: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

75

b) Identifikasi.

Pada tahapan identifikasi, calon penerima manfaat

mengisi persyaratan-persyaratan yang sudah ada di PSBRW

“Melati”. tahapan ini merupakan registrasi bagi calon

penerima manfaat atau anak asuh guna mendapatkan data

objektif dan menyeluruh tentang permasalahan, tingkat

kecacatan.

c) Seleksi dan penerimaan penerima manfaat.

Pada tahapan seleksi dan penerimaan manfaat, calon

penerima manfaat dilihat terlebih dahulu apakah calon

penerima manfaat hanya cacat rungu wicara saja atau cacat

ganda, yang diutamakan di PSBRW “Melati” adalah

mereka-mereka yang cacat rungu wicara saja, setelah proses

seleksi diterima calon penerima manfaat dapat diterima di

PSRBW “Melati”.

b. Penelaahan dan Pengungkapan Masalah

a) Diagnosa psikologis.

Pada tahapan diagnosa psikologis psikolog yang

berperan aktif dalam tahapan ini, dalam tahapan diagnosa

ini psikolog yang menentukan bagaimana kepribadian anak

apakah ia termasuk dalam kepribadian terbuka atau tertutup,

sifat dasar apa yang dimiliki anak serta keadaan jiwa anak.

Page 91: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

76

b) Assesment

Pada tahapan assesment ada tim assesment yang

melakukan kepada anak, pada tahapan ini biasanya

dikenal dengan intake proses, pada saat pertama anak

berada di panti. Peran pekerja sosial yang berperan aktif

dalam tahapan ini.

c) Case Conference.

Pada tahapan case conference setelah semua aspek

dilakukan, semuanya disimpulkan dan dibuatlah case

conference, di dalam tahapan case conference terdapat

rekomendasi-rekomendasi yang diberikan oleh pihak-

pihak yang terkait di dalamnya. Di dalam tahapan case

coference ada pekerja sosial yang ditunjuk untuk

memegang anak tersebut dan menjadi anak bimbing

peksos tersebut. Kemudian pekerja sosial tersebut

membuat rencana intervensi untuk penerima manfaat

tersebut.

d) Home visit.

Pada tahapan home visit, setelah penerima manfaat

sudah ditentukan ia dengan pekerja sosial dan peksos

sudah membuat rencana intervensi, pekerja sosial

membutuhkan tahapan home visit, karena tahapan home

visit digunakan untuk mengkaitkan anatara penerima

Page 92: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

77

manfaat dengan sistem sumber yang terkait yaitu

lingkungan keluarga dan lingkungan sosial penerima

manfat.

c. Perencanaan Pelayanan Rehabilitasi Sosial

a) Penentuan jenis pelayanan yang diikuti oleh penerima manfaat.

Dalam tahapan penentuan jenis pelayanan yang

ikuti oleh penerima manfaat, tahapan ini berupa anak dilihat

dari bakat dan minat yang ia miliki serta kemampuan yang

dimiliki oleh penerima manfaat. Apabila penerima manfaat

tidak dapat mengikutinya akibat keterbatasan kemampuan

yang ia miliki, pihak panti tidak dapat memaksakan, karena

setiap anak disabilitas memiliki perbedaan dalam penangkapan

kemampuan.

b) Penetapan penerima manfaat dalam program pelayanan.

Dalam tahapan penetapan penerima manfaat dalam

program pelayanan, penerima manfaat ditetapkan untuk

mengikuti program yang sudah ditetapkan oleh pihak panti.

d. Pelaksanaan pelayanan Rehabilitasi Sosial

a) Bimbingan fisik olahraga (voli, tenis meja, mahatma, bela diri,

senam, berenang, futsal, karate dan outbond). Pada tahapan

fisik penerima manfaat akan diukur tinggi badannya, berat

badan, lalu dilihat andalan tangan yang mereka miliki apakah

tangan kanan atau tangan kiri karena akan berpengaruh dan

sebagai penunjang di bidang keterampilan penerima manfaat,

Page 93: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

78

kesehatan penerima manfaat, sisa-sisa disabelnya atau sisa-sisa

pendengaran agar dapat direkomendasikan alat bantu apabila ia

masih bisa mendengar dengan sisa-sisa pendengarannya

tersebut.

b) Bimbingan mental, pada tahapan bimbingan mental, dalam

bentuk : (agama, budi pekerti, kecerdasan, kedisplinan). Pada

pembelajaran mental kedisiplinan biasanya tenaga pengajar

yang digunakan adalah tnaga pengajar dari pihak luar panti

seperti misalnya dari dari BABINSA materi pembelajaran

yang diajarkan dimulai dari pukul 08.00-10.00 WIB pada hari

sabtu, sedangkan untuk bimbingan-bimbingan mental yang

lainnya tenaga pengajar bersumber dari panti seperti pihak-

pihak yang terkait (pekerja sosial, guru agama islam dan

kristen).

c) Bimbingan sosial, pada tahapan bimbingan sosial penerima

manfaat dilihat bagaimana ia dapat beradaptasi dengan

lingkungannya, kemudian dilihat dari ADL (actifity daily

living) penerima manfaat. (Pramuka, dinamika kelompok,

kesenian/nyanyian isyarat, rekreasi, kerja bakti lingkungan,

koperasi. Bimbingan kepercayaan diri, actualisasi diri).

d) Bimbingan keterampilan, bimbingan keterampilan (menjahit

putra dan putri, salon/tata rias wajah, kerajian tangan,

komputer, tataboga, las listrik, pertukangan kayu). Pada

tahapan bimbingan keterampilan penerima manfaat yang

Page 94: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

79

paling awal dilihat dari tahapan ini adalah bagaimana ia

melakukan perawatan diri kemudian menyusun barang milik

pribadinya dengan baik dan benar, karena pada saat bimbingan

fisik sudah ditest pada tangan andalan yang penerima manfaat,

pada tahapan bimbingan keterampilan tangan andalan yang

mereka miliki bisa mereka pergunakan pada tahapan

bimbingan keterampilan karena dapat menunjang dan

berpengaruh pada saat dia mengikuti tahapan bimbingan

keterampilan. Dari semua rangkaian test yang diikutkan amak,

pada tahapan keterampilan ini penerima manfaat akan terlihat

ia lebih cenderung pada keterampilan yang mana, tahapan

keterampilan ini dilihat berdasarkan bakat dan minat yang

dimiliki penerima manfaat.

e) Bimbingan wicara dan bimbingan kesehatan, Pada tahapan

bimbingan wicara dan bimbingan kesehatan, panti PSBRW

“Melati” memiliki tenaga pengajar bahasa isyarat/SIBI. Panti

PSBRW “Melati” juga melakukan kerja sama dengan tenaga

pengajar dari luar panti, yaitu tenaga pengajar dari Sekolah

Luar Biasa (SLB) Santi Rama. Bimbingan wicara itu

berbentuk : (bahasa isyarat/SIBI dan speech terapy). Pada

tahapan bimbingan bahasa isyarat/SIBI penerima manfaat

diajarkan bagaimana berisyarat yang baik daan benar serta

diajarkan ujaran agar anak mengeluarkan ujaran. Lalu pada

bimbingan kesehatan Setiap dua minggu sekali Puskesmas dan

Page 95: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

80

Dokter THT (telinga, hidung tenggorokan) mendatangi panti

PSBRW “Melati”, terkadang mereka memberikan penyuluhan

kesehatan kepada anak-anak di panti PSBRW “Melati”.

e. Evaluasi kegiatan bimbingan rehabilitasi sosial setiap 1 (Semester).

Pada tahapan evaluasi kegiatan bimbingan rehabilitasi

sosial setiap 1 semeter, tahapan ini mengukur sejauh mana

kemampuan anak dalam memahami materi yang diberikan, para

instrukturnya, wali asuh, mereka membuatkan soal pertanyaan dan

para penerima manfaat yang menjawabnya. Instruktur mempunyai

catatan atau laporan perkembangan anak, dibuat setiap bulannya.

Dan dalam satu semeter catatan atau laporan direkapitulasi dan

dilaporkan pada saat acara pertemuan orang tua.

f. Pembinaan orang tua (POT) penerima manfaat secara berkala

Kegiatan pertemuan dengan orang tua dilakukan setiap

sekali satu semester atau setahun sebanyak dua kali. Kegiatan

penunjang POT ini dilakukan agar orang tua mengetahui hasil

belajar anak selama mereka mengikuti pembelajaran di PSBRW

“Melati”, kegiatan tersebut sebagai wadah pertemuan sekaligus

jembatan antara orang tua penerima manfaat atau wali dengan

pihak PSBRW “Melati”, kegiatan tersebut berisikan sharing

tentang perkembangan dan permasalahan anak. Pertemuan tersebut

Page 96: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

81

biasa dilaksanakan pada bulan Juni atau November tepatnya di aula

serbaguna PSBRW “Melati”.11

2. Tahap Resosialisasi

Tahap resosialisasi merupakan suatu proses aktualisasi diri

kelayan atau anak asuh yang telah menjalani proses rehabilitasi, yang

diarahkan untuk mempersiapkan kelayan atau anak asuh agar dapat

berintegrasi dalam kehidupan di tengah-tengah masyarakat. Tahap

resosialisasi terdiri dari :

1. Bimbingan kesiapan dan peran serta masyarakat, jenis

kegiatan antara lain :

a) Melaksanakan evaluasi perkembangan penerima manfaat atau

anak asuh.

b) Melaksanakan bimbingan dan motivasi kepada penerima

manfaat atau anak asuh.

c) Melaksanakan penyuluhan sosial kepada keluarga penerima

manfaat atau anak asuh.

d) Pertemuan orangtua penerima manfaat anak asuh secara

berkala.

2. Bimbingan sosial hidup bermasyarakat, jenis kegiatan

antara lain :

a) Mengadakan seleksi penerima manfaat baik secara individu

maupun kelompok dalam penyesuaian diri dengan masyarakat.

11

Wawancara Pribadi Dengan Ibu DI Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial Panti Sosial Bina

Rungu Wicara “Melati”, 13 Mei 2014.

Page 97: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

82

b) Melaksanakan konsultasi dengan keluarga penerima manfaat

atau anak asuh tentang perkembangan penerima manfaat dalam

rangka mempersiapkan penerima manfaat untuk disalurkan.

c) Mempersiapkan pelaksanaan praktek belajara kerja (PBK) bagi

penerima manfaat berdasarkan hasil sidang.

3. Bimbingan pembinaan bantuan stimulan usaha

produktif, jenis kegiatan antara lain :

a) Mengadakan seleksi penerima manfaat atau anak asuh yang

mendapat saluran bantuan permodalan stimulan usaha

produktif sesuai dengan kemampuan keterampilan yang

dikuasai penerima manfaat.

b) Melaksanakan bimbingan motivasi kepada penerima manfaat

dan keluarga dalam pengembangan usaha.

c) Melaksanakan bimbingan latihan kerja yang bersifat

pemantapan kelompok.

d) Pemberian bantuan stimulan kepada penerima manfaat atau

anak asuh.

4. Bimbingan usaha atau kerja produktif, jenis kegiatan :

a) Pelaksanaan seleksi kelayan atau anak asuh yang mendapat

bantuan permodalan stimulan usaha produktif sesuai dengan

kemampuan keterampilan yang dikuasai penerima manfaat

atau anak asuh.

b) Melaksanakan bimbingan motivasi kepada penerima manfaat

atau anak asuh dan keluarga dalam pengembangan usaha.

Page 98: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

83

c) Melaksanakan bimbingan pendirian kelompok usaha produktif

dalam rangka membuka usaha secara kelompok.

5. Penyaluran, jenis kegiatan :

a) Melaksanakan kegiatan Praktek belajar kerja (PBK) bagi

kelayan atau anak asuh yang telah memenuhi syarat.

b) Melaksanakan pendekatan kepada pihak penguasa.

c) Melaksanakan penyuluhan dan bimbingan kepada ang tua anak

asuh untuk menyalurkan.12

3. Pembinaan lanjut

Kegiatan ini dilaksanakan untuk memonitoring penerima

manfaat dilingkungan keluarga dan masyarakat, untuk

mengembangkan kemampuan atau keterampilan proses ini merupakan

tahap bimbingan pada penerima manfaat atau anak asuh yang sudah

mendapatkan rehabilitasi di panti. Agar meningkatkan kehidupan di

tengah-tengah masyarakat, perusahaan tempat ia bekerja maupun

berwiraswasta. Tahap pembinaan lanjut juga dapat diberikan proses

motivasi pada anak agar motivasi yang sudah kurang dapat

dikembangkan kembali.

Tahap bimbingan lanjut terdiri dari :

1. Bimbingan peningkatan kehidupan bermasyarakat dan

peran serta dalam pembangunan, jenis kegiatannya :

12

Wawancara Pribadi Dengan Ibu DI Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial Panti Sosial Bina

Rungu Wicara “Melati”, 13 Mei 2014.

Page 99: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

84

2. Melaksanakan bimbingan sosial dan motivasi kepada

penyandang cacat rungu wicara dalam kehidupan

bermasyarakat.

3. Memberikan konsultasi kepada penyandang cacat rungu

wicara jika mengalami hambatan dalam peningkatan kerja

maupun usaha.

4. Bantuan pengembangan usaha atau bimbingan peningkatan

keterampilan, jenis kegiatannya :

a) Bimbingan bidang produksi

b) Bimbingan bidang pemasaran

c) Bimbingan bidang administrasi

d) Bimbingan bidang pengembangan usaha

5. Bimbingan pemantapan atau pengembangan usaha, jenis

kegiatan :

a) Bimbingan pengorganisasian

b) Bimbingan pemasaran

c) Bimbingan pengolahan usaha

d) Bimbingan cara-cara pembentukan produksi

e) Bimbingan penggalian dan pemanfaatan system

sumber.13

4. Pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial

Identitas penerima manfaat

a) Jenis kelamin :

13

Wawancara Pribadi Dengan Ibu DI kepala Seksi Rehabilitasi Sosial PSBRW “Melati”

Jakarta, 13 Mei 2014.

Page 100: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

85

Laki-laki dan perempuan : 125 orang

b) Usia :

1. Umur 15-20 tahun : 90

2. Umur 21-25 tahun : 31

3. Umur 26-35 tahun : 4

c) Pendidikan C

1. SLB/SDLB : 54

2. SMPLB :23

3. SMALB :34

4. Tidak/Putus Sekolah :14

Page 101: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

86

BAB IV

PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL

SPIRITUAL ANAK TUNA RUNGU WICARA DI PANTI SOSIAL

BINA RUNGU WICARA “MELATI” BAMBU APUS

JAKARTA TIMUR

Pada bab ini peneliti akan membahas analisis hasil penelitian di

mana suatu analisa dilakukan mengacu pada hasil dari penelitian yang

akan dipaparkan oleh peneliti melalui teori yang digunakan di bab II yang

mengambarkan tentang pekerja sosial di Panti Sosial Bina Rungu Wicara

Melati Bambu Apus Jakarta Timur.

A. Identitas Informan

1. Informan Penerima Manfaat “N” :

“N” merupakan anak kedua dari dua bersaudara, ia berasal

dari Depok, “N” merupakan gadis yang cantik dan ceria, keadaan

fisik “N” juga sama dengan anak normal yang lainnya ia memiliki

tinggi dan berat badan yang sama seperti anak-anak normal

seusianya.

Ia mempunyai kulit berwarna kuning langsat, bola mata

berwarna hitam dan bulat, ia memiliki hidung yang mancung, dan

bibir yang berwarna merah. Keadaan fisik “N” memang sama

dengan anak normal lainnya hanya saja ia memiliki kelainan pada

telinganya yang menyebabkan ia menderita tunarungu. Karena ada

sesuatu yang bermasalah pada indera pendengaran. maka itu pun

Page 102: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

87

berpengaruh juga kepada indera pengecapannya, ia pun tidak dapat

mengeluarkan kata-kata yang terdapat pada bibirnya, karena tidak

ada pemantulan suara yang ia terima.

“N” menderita tunarungu wicara sejak ia kecil, ia menderita

tunarungu wicara karena kecelakaan yang menimpa dirinya pada

usia 6 bulan, dan pada usia 2 tahun belum bisa bicara. Saat itu

orang tua “N” tidak menyangka bahwa “N” menderita tunarungu

wicara karena riwayat keluarga pun tidak ada yang menderita

tunarungu wicara. Karena keterbatasan biaya hal tersebut yang

menyebabkan “N” tidak dibawa ke Dokter dan hanya dibawa ke

pengobatan tradisional, padahal seharusnya “N” harus dirujuk ke

Dokter syaraf. “N” masih terdapat sisa-sisa pendengaran walau

tidak signifikan, kelebihannya ia masih bisa membaca gerak bibir

seseorang yang diucapkan. Tingkat disabilitas “N” berada pada

tingkat berat, tetapi ada perbedaan pada telinga kanan dan kirinya,

Tingkat disabilitas “N” 102,5 DB pada telinga kanannya dan

telinga kiri 95,0 DB.

Selama “N” berada di rumah dan belum dititipkan di panti,

“N” sempat belajar di Sekolah Luar Biasa yang letaknya tidak jauh

dari kediaman “N”, setiap kali “N” diajarkan oleh orang tua dan

sanak saudara “N” selalu saja malas dan tidak mau belajar, hal

tersebut yang membuat prestasi belajar “N” menjadi terhambat.

Maka dari itu orang tua “N” memutuskan untuk menitipkan anak

mereka ke PSBRW “Melati” mereka berharap “N” agar dibimbing

Page 103: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

88

oleh orang-orang yang berkompenten di bidangnya dan dapat

berguna dan mandiri di masa depannya nanti.

Lingkungan keluarga “N” menerima keadaan “N” apa

adanya, begitu juga dengan tetangga “N” mereka semua dapat

mengerti keadaan “N”, dalam segi emosional, “N” cenderung keras

kepala apabila ia meminta sesuatu, cenderung harus dituruti.

Pergaulannya dengannya rekan-rekan teman di panti berjalan baik

dan harmonis, tetapi hanya ada satu kawan “N” yang dirasa

mengganggu kehidupan “N”, ia sering membuat “N” menangis

karena perilakunya, ia pun sering mengadukan hal tersebut kepada

pengasuh yang juga pekerja sosialnya karena ia merasa diusik oleh

kawannya tersebut.

“N” termasuk anak yang pemalu dan pendiam apabila ia

dihadapkan pada orang baru yang berada disekitarnya, ia

cenderung akan menarik diri, dan menyibukan diri agar orang

tersebut tidak terlalu berinteraksi dengannya, tetapi kalau “N”

sudah mengenalnya, “N” akan merasa nyaman dan merasa ingin

diperhatikan. Ia cenderung sudah tidak pemalu dan mau menyapa.

Keadaan spiritualnya pun karena memang sudah sejak kecil ia

sudah mengenal Tuhannya ia pun sudah mengetahui tata cara

berwudhu, sholat, dan memahami larangan dan perintah yang

diajarkan agamanya.

Page 104: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

89

2. Informan penerima manfaat“Y” :

“Y” adalah penerima manfaat yang berasal dari Bangka

Belitung, ia mempunyai wajah yang cantik dan juga ceria, ia

memiliki kulit berwarna sawo matang dengan bola mata berwarna

hitam dan bulat, badannyapun berisi, dan bibirnya berwarna merah.

“Y” secara fisik terlihat seperti anak normal tinggi badan dan berat

badannya pun sama seperti anak normal seusianya. Hanya saja ia

memiliki kelainan pada telinganya yang menyebabkan ia menderita

tunarungu, karena ada sesuatu yang bermasalah pada indera

pendengaran, maka itu pun berpengaruh juga kepada indera

pengecapannya, ia pun tidak dapat mengeluarkan kata-kata yang

terdapat pada bibirnya, karena tidak ada pemantulan suara yang ia

terima.

Tingkat disabilitas “Y” berada pada tingkat berat, tetapi

pada telinga kanan dan kirinya terdapat perbedaan, Tingkat

disabilitas “Y” 120,0 DB pada telinga kanannya dan 73,75 DB.

“Y” juga sulit membaca gerak bibir seseorang, karena memang “Y”

sejak dahulu tidak pernah mengenyam bangku sekolah, “Y” hidup

dan dirawat dengan orang tua angkatnya, status sosial orang tua

angkatnya terbilang kurang mampu, maka dari itu “Y” dibawa ke

PSBRW “Melati” oleh pihak Dinas Sosial Bangka Belitung untuk

diberikan bimbingan agar kelak ia mandiri di masa depannya nanti.

Ia pun tidak pernah mendapatkan kasih sayang dan peran orangtua

layaknya orang tua kandung, pada saat ia datang ke panti

Page 105: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

90

penampilannya sangatlah berbeda dengan yang terjadi sekarang,

karena “Y” terlihat seperti anak yang kurang terurus dengan baik,

cara perawatan diri, serta nilai dan norma juga tidak ia dapatkan

dengan baik.

Tingkat emosional “Y” sama seperti anak-anak tunarungu

wicara yang lainnya, keras kepala, ingin dituruti, dan mengambek,

ingin diakui. Kepercayaannya yang tinggi membuat “N” merasa

dirinya dekat dengan siapa saja, ia termasuk anak yang supel dan

gampang bergaul dengan siapa pun termasuk kepada teman sebaya,

orang yang lebih dewasa dibandingnya ataupun yang lebih muda, ia

mampu melakukan apa saja tanpa hambatan rasa malu. “Y” juga

termasuk anak yang mudah berinteraksi dengan orang baru yang

dikenalnya, ia cenderung terbuka dan tidak pemalu. Hubungan

sosial dengan rekan-rekannya juga terlihat baik, ia menganggap

semua adalah temannya ia dekat dengan siapa saja di lingkungan

panti, maupun dengan orang baru yang berada di sekitarnya.

Keadaan spiritualnya “Y” karena memang ia tidak terlalu

mendapatkan arahan bimbingan pada saat ia berada di rumah, ia

belum terlalu bisa dalam hal pengajaran spritual, tetapi sekarang

selama ia sudah berada di PSBRW “Melati” ia sudah dapat

mengenal larangan dan perintah apa yang tidak diperbolehkan

ajaran agamanya, ia juga sudah mampu melakukan tata cara

berwudhu dengan baik tetapi terkadang masih kurang signifikan

karena ia sering lupa, ia juga sudah mulai bisa membaca iqra tetapi

Page 106: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

91

masih butuh bimbingan serta arahan agar dapat mencapai ke

tingkat yang lebih baik.

3. Informan Orang Tua Penerima Manfaat “NM” :

“NM” adalah orang tua dari penerima manfaat “N”, ia

mempunyai suami yang juga bapak “N” bernama inisial “A”, orang

tua “N” bekerja sebagai wiraswasta, ia mempunyai warung yang

juga milik usaha pribadinya, kehidupan sosial ekonomi keluarga

“N” juga termasuk terbilang cukup, ibu “NM” dan bapak “A”

sangat menyayangi putrinya yang bernama “N”, ia tidak pernah

merasa mempunyai anak yang menderita tunarungu wicara adalah

sebuah aib bagi keluarga, bahkan sebaliknya, ia sangat mencintai

“N”, dan selalu bersyukur kepada Tuhan bahwa ia mempunyai

anak seperti “N” dan menyadarinya bahwa ia harus merawat

dengan baik sebagaimana mestinya.

Ibu “NM” berasal dari budaya Betawi, seperti pada budaya

Betawi pada umumnya, lingkungan kediaman “N” juga berdekatan

dengan kakek, nenek, tante, om, serta sepupu “N”, hubungan “N”

dengan sanak saudara terjalin harmonis dan dekat, ia menerima

keadaan kekurangan “N” apa adanya. Orang tua “N” sempat

menyekolahkan “N” ke Sekolah Luar Biasa yang berada di sekitar

kediaman “N”, karena “N” terlihat malas setiap kali diajarkan

untuk belajar, maka dari itu orang tua “N” memutuskan untuk

menitipkan “N” ke panti karena mereka berharap anaknya

Page 107: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

92

mendapatkan pendidikan baik pendidikan yang berbasis pengajaran

seperti sekolah dan juga pendidikan keterampilan.

Ia berharap anaknya dapat mandiri menuju masa depannya

yang lebih baik. Kepercayaan yang dianut keluarga “N” adalah

islam sejak ia lahir, keluarga “N” memberikan pemahaman agama

sejak “N” masih kecil, maka dari itu tidak heran bahwa

pengetahuan agama “N” terbilang cukup signifikan dan hanya perlu

penambahan pengetahuan mengenai pengetahuan agama agar

pengetahuan agama “N” semakin bertambah.

B. Peran Pekerja Sosial Terhadap Biopsikososial Spiritual

Setiap individu di dalam kehidupannya mempunyai peran

yang harus dijalankan begitu juga dengan pekerja sosial mereka

mempunyai peran karena orang tersebut mempunyai status dalam

masyarakat, walaupun keduanya itu berbeda antara satu dengan orang

lain. Akan tetapi masing-masing darinya berperan sesuai dengan

statusnya.1 Pengertian pekerja sosial seperti yang telah dijelaskan pada

Bab II. mempunyai peranan dan tugas yang harus dijalankan.2 Menjadi

seorang pekerja sosial tidak semata-mata tanpa mempunyai modal

keterampilan begitu juga dengan para pekerja sosial di Panti Sosial

Bina Rungu Wicara “Melati” Bambu Apus Jakarta Timur, mereka

mempunyai tugas-tugas atau peran-peran yang dilakukan untuk

1Bab II, h. 24.

2Bab II, h. 26.

Page 108: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

93

biopsikososial spiritual anak tunarungu wicara. Dalam bab ini peneliti

akan menjelaskan hasil temuan lapangan dengan teori dalam Bab II.

1. Peran Pekerja Sosial Terhadap Biologis Anak Tunarungu

wicara

Pekerja sosial menjelaskan pemahaman penyandang

disabilitas tunarungu wicara menurut versinya adalah penyandang

disabilitas tunarungu wicara yang juga di dalamnya terdapat dalam

kategori anak adalah mereka-mereka yang terlihat sehat hanya saja

mereka memiliki keterbatasan dalam hal berbicara dan mendengar,

yang menjadi ciri khas dia adalah konteks dari bahasa yang minim

atau miskin sekali bahasa, apa yang kami inginkan itu belum tentu ia

tangkap atau ia mengerti.3 Lalu ia juga menjelaskan peranan pekerja

sosial yaitu peranan sebagai pendidik (educational) dan tenaga ahli

(Expert) yang terdapat pada peranan peksos.4 Seperti yang

diungkapkan Pekerja sosial:

“seperti pemberian materi mengenai seks education, seperti

misalnya kita ada pendidikan seks education kita mau tanyangkan

malah berbalik arah yang seharusnya begini tapi malah berbalik arah

bagi dia malah dia malah melakukan. Kita masih mencari konsep

yang benar bagaimana kita menyampaikan ke tuna rungu

tersampaikan itu dengan bahasa yang ringan.” 5

Apapun keadaan fisik penerima manfaat seorang pekerja

sosial harus bisa menerima apa adanya keadaan fisik mereka. Kode

etik pekerja sosial juga mengemukakan bahwa pekerja sosial tidak

3Wawancara Pribadi Yang Dilakukan Oleh Pekerja Sosial “SN” Di Panti Sosial Bina

Rungu Wicara Melati Pada Tanggal 02 Juni 2014. 4Bab II, h. 34.

5Wawancara Pribadi Yang Dilakukan Oleh Pekerja Sosial “SN” Di Panti Sosial Bina

Rungu Wicara Melati Pada Tanggal 02 Juni 2014.

Page 109: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

94

membeda-bedakan latar belakang penerima manfaat.6 Tidak

membeda-bedakan juga termasuk kedalam prinsip-prinsip pekerja

sosial yang harus dijalankan yaitu prinsip khusus pekerja sosial

prinsip penerimaan (The Principlle of Acceptence)7 Lalu menghargai

martabat manusia (Human Wart and Dignity) seperti yang tertera

pada prinsip dasar pekerja sosial.8 Seperti yang diungkapkan pekerja

sosial berikut ini :

“kode etik pekerja sosial harus dijunjung tinggi, prinsip

khusus yang dijalankan pekerja sosial yaitu penerimaan kita harus

menerima apa adanya kondisi PM, seperti contoh pekerja sosial tidak

boleh menutup hidungnya apabila ketahuan klien tersebut

pakaiannya tercium bau tidak sedap, kita harus menerima keadaan

PM sehingga penerima manfaat akan merasa bahwa pekerja sosial

menerima dirinya apa adanya karena diperlakukan sebagaimana

mestinya. Begitu juga dengan prinsip menghargai martabat manusia

setiap manusia dilahirkan itu mempunyai martabat yang harus

dihargai, kita tidak boleh semena-mena, tidak boleh melihat dari

status sosialnya.”9

Pertumbuhan dan perkembangan fisik anak tunarungu

wicara, sangatlah sama dengan anak-anak normal lainnya. Seperti

yang diungkapkan Koordinator Pekerja Sosial berikut ini :

“seperti yang terlihat anak-anak istimewa Tuhan yang

dititipkan oleh kami disini mereka luar biasa cantik, tampan rata-rata

memiliki bentuk tubuh yang tinggi dan berat badan yang sesuai

dengan anak-anak normal di luar sana bahkan tidak kalah dengan

anak normal di luar sana.”10

Fisik yang sehat juga menunjang aktifitas yang ada, tidak

ada penghalang bagi anak-anak ini mengeluarkan bakatnya dengan

6Bab II, h. 46.

7Bab II, h. 37.

8Bab II, h. 35.

9Wawancara Pribadi Yang Dilakukan Oleh Pekerja Sosial “SN” Di Panti Sosial Bina

Rungu Wicara Melati Pada Tanggal 02 Juni 2014. 10

Wawancara Pribadi Yang Dilakukan Oleh Kepala Koordinator Pekerja Sosial “YS” Di

Panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati Pada Tanggal 19 Mei 2014.

Page 110: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

95

memanfaatkan fisik yang sehat dan kuat, di panti juga terdapat

bimbingan fisik, yang memang di dalamnya peranan pekerja sosial

diperankan. Bimbingan itu berupa olahraga senam yang biasa kami

lakukan setiap jumat pagi bersama dengan para pegawai, berenang

yang dilakukan di luar panti, futsal yang dilakukan di luar panti,

bimbingan fisik malam hari seperti olahraga bela diri mahatma dan

karate, lalu kegiatan olahraga yang di lakukan terkadang malam atau

pun sore harinya seperti batminton, tenis meja, bulu tangkis, sepak

bola, bola volly.

Seperti halnya kegiatan olahraga, menurut pekerja sosial,

pekerja sosial mengungkapkan bahwa anak-anak yang mengalami

tunarungu wicara secara fisik memang sama dan sehat seperti anak-

anak normal, tidak jarang dari mereka terbilang berbakat pada

bidang olahraga dan seni (tarian daerah, angklung). Kebanyakan

dari mereka adalah anak-anak yang gemar berolahraga mereka

merupakan anak-anak yang berprestasi dan selalu meraih piala

penghargaan di acara perlombaan. Tinggi badan anak-anak disini

juga normal begitu juga dengan berat badannya. Berkaitan dengan

pertumbuhan dan pemenuhan gizi dan nutrisi, tumbuh kembang anak

dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi oleh anak. Jadi makanan

yang dikonsumsi “N” dan “Y” sangat mempengaruhi pertumbuhan.

Oleh sebab itu Panti Sosial Bina Rungu Wicara “Melati”

memberikan makanan yang sehat.

Page 111: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

96

Dalam pelayanannya pekerja sosial menjalankan metode

pekerja sosial, ada tiga metode yaitu case work, group work, dan

community organization. Metode case work di mana di dalam

bentuk-bentuknya berupa konseling dengan pekerja sosial, psikolog

pemberian motivasi Metode case work adalah pemberian metode

penanganan pekerja sosial kepada individu individu.11

Seperti yang

diungkapkan pekerja sosial :

“insyallah bergizi makannya anak-anak diberikan makan

sebanyak 3 kali sehari kami juga sedih jika ada yang mendengar

bahwa ada anak yang tidak sarapan, kami selalu menanyakan

kenapanya kamu tidak makan ? makanlah nanti kamu sakit.

Disitulah peran kami dimainkan kami menjadi konselor, konseling

kan bisa digunakan kapan saja kepada individu, walau hanya

menanyakan kepada anak akan hal itu, itu sudah bisa dikatakan

konseling, nantinya mereka akan bercerita dengan sendirinya, “Y”

juga termasuk anak yang disiplin dalam makan. Untuk bimbingan

fisik sendiri “Y” senang ketika mengikuti senam ia kan pedenya

tinggi sekali jadi senang gerak sana-sini, kalau “N” dia itu ikut

bimbingan fisik berenang dia suka sekali berenang, lalu dahulu dia

ikut bimbingan olahraga malam karate tetapi sekarang setau saya

sudah tidak, katanya si “saya malas”, “malas tidak mau malas

capek.”12

Dalam melakukan pelayanan terhadap penerima manfaat

pekerja sosial menjalankan prinsip-prinsip pekerja sosial seperti

prinsip memberikan kesempatan yang sama (equal apportunity.)13

Mereka juga dapat berpartisipasi sesuai prinsip pekerja sosial prinsip

partisipasi (the principlle of participation) dengan lingkungan luar

mereka.14

Seperti yang diungkapkan pekerja sosial sebagai berikut :

11Bab II, h.41.

12Wawancara Pribadi Yang Dilakukan Oleh Pekerja Sosial “SM” Di Panti Sosial Bina

Rungu Wicara Melati Pada Tanggal 27 Mei 2014.

13

Bab II, h.36.

14

Bab II, h.39.

Page 112: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

97

“seperti prinsip mempunyai kesempatan yang sama kami

berkenyakinan mereka memiliki kesempatan yang sama mereka juga

miliki hak yang sama dengan manusia normal yang lainnya, dalam

hal fisik mereka dapat mengikuti bimbingan fisik semuanya dapat

mereka lakukan karena memang secara fisiknya mereka sama seperti

anak normal, bahkan tidak jarang dari mereka meraih piala dan

piagam penghargaan karena bakat yang ia miliki.”15

Dengan mendapatkan pola makanan bergizi seimbang akan

mendapatkan tubuh yang sehat dan tumbuh dengan sempurna,

kepedulian Panti Sosial Bina Rungu Wicara “Melati” terhadap

kesehatan anak-anaknya terbukti pada saat peneliti melakukan

penelitian, peneliti melihat ada beberapa anak yang sakit dan para

pekerja sosial sendiri langsung tanggap dan sigap dalam memberikan

pertolongan pertama mereka.

Para pekerja sosial menemani anak tersebut dan kalau

memang penyakitnya bisa disembuhkan dengan beberapa obat yang

ada di panti, pekerja sosial pun segera memberikan obat tersebut.

Apabila penyakitnya terbilang cukup parah panti segera memanggil

dokter yang memang sudah biasa menangani anak-anak disini dan

segera memeriksa dan memberikan obat Pekerja sosial berperan

sebagai negosiator dalam pelayanan kesehatan.16

Pekerja sosial

menggungkapkan terkait dengan kesehatan penerima manfaat

sebagai berikut :

“memberikan informasi kepada anak bahwa menjaga

kesehatan itu baik, sakit itu tidak enak, pelayananya kalau anak sakit

kami sebagai peksos harus sigap menangani anak, anak kita temani

kalau memang di sakit kita tanyakan kepadanya “adek kenapa? sakit

15

Wawancara Pribadi Yang Dilakukan Oleh Pekerja Sosial “SN” Di Panti Sosial Bina

Rungu Wicara Melati Pada Tanggal 02 Mei 2014.

16Bab II, h.32.

Page 113: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

98

apa?” kalau memang masih bisa diberikan obat yang ada di panti ya

kami berikan, kalau memang butuh penanganan Dokter ya biasanya

kami memanggil Dokter.” 17

2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu

Wicara

Pada perkembangan emosi anak tunarungu, biasanya

kurangnya pemahaman bahasa lisan dan tulisan sering kali

menyebabkan anak tunarungu menafsirkan sesuatu secara negatif

atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi emosinya.18

Anak

tunarungu wicara juga memiliki karakteristik cepat marah, mudah

tersinggung dalam memahami pembicaraan orang lain.19

Seperti

yang diungkapkan pekerja sosial :

“Coba kalau marah seperti yang pacaran kita larang terus kita

ngomong sama pegawai yang lain seakan-akan kita ngomonginnya

dia hanya melihat kita saja seakan-akan kami membicarai dia, karna

dia tidak mendengar tetapi dia melihat, anak itu dari gerakan kita

menjadi dia emosi, mereka melihat apa yang dilihat tapi tidak

mengerti.”20

Pekerja sosial dalam prakteknya juga menggunakan teori

pekerja sosial yaitu teori psikodinamik, disebut psikodinamik karena

teori ini memiliki asumsi bahwa tingkah laku berasal dari gerakan

dan interaksi yang terjadi dalam pikiran manusia.21

Teori ini

menekankan bahwa pikiran mempengaruhi perilaku seseorang.

Seperti yang diungkapkan pekerja sosial sebagai berikut :

17

Wawancara Pribadi Yang Dilakukan Oleh Pekerja Sosial “SM” Di Panti Sosial Bina

Rungu Wicara Melati Pada Tanggal 27 Mei 2014.

18Bab II, h.53.

19

Bab II, h.54. 20

Wawancara Pribadi Yang Dilakukan Oleh Pekerja Sosial “SN” Di Panti Sosial Bina

Rungu Wicara Melati Pada Tanggal 03 Juni 2014.

21Bab II, h.43.

Page 114: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

99

“misalnya ada kasus masalahnya sepele saja berebut

makanan, respon dari permasalahan anak suka salah paham dengan

situasi yang ada karena mereka hanya melihat. Seperti yang

dijelaskan teori pekerja sosial psikodinamik, bahwa pikiran

mempengaruhi perilaku.”22

Perkembangan emosi anak tunarungu juga bergejolak

karena kemiskinan bahasa dan di pihak lain karena pengaruh dari

luar yang diterimanya.23

Seperti yang diungkapkan pekerja sosial :

“PM ”N” itu kalau beberapa minggu tidak dijeguk mamahnya

dia bawaannya uring-uringan di kelas bimbingan sosial maupun

keterampilan, Kondisi emosi “N” belum stabil belum bisa

mengendalikan emosi, seperti ngambek, egois, kanak kanak masa

peralihan kanak-kanan ke remaja awal. Kalau nangis ya nangisnya

kenceng seperti anak kecil.”24

Psikolog Panti Sosial Bina Rungu Wicara “Melati” ibu

“TWH” pun juga berpendapat bahwa anak-anak tunarungu wicara

yang ada di panti sini, selama ia melakukan pengamatan, dan

berinteraksi dengan anak-anak disini, ia mengemukakan bahwa

mereka sama memiliki emosi seperti layaknya orang normal namun

cenderung emosi mereka lebih besar karena itu minimnya bahasa

informasi bahasa yang mereka dapatkan sehingga sulit bagi mereka

untuk bisa memahami dan mengerti keadaan. Sifat ego sentrisnya

juga terlihat sehingga kalau ada keinginan harus dituruti.25

Seperti

yang diungkapkan psikolog :

“Cuma ya kalau si “N” kalau keinginannya nggak dituruti dia

akan meledak-meledak bisa digebukin kita, biasanya si keinginannya

22Wawancara Pribadi Yang Dilakukan Oleh Pekerja Sosial “SN” Di Panti Sosial Bina

Rungu Wicara Melati Pada Tanggal 03 Juni 2014.

23Bab II, h.53.

24Wawancara Pribadi Yang Dilakukan Oleh Pekerja Sosial “SM” Di Panti Sosial Bina

Rungu Wicara Melati Pada Tanggal 28 Juni 2014.

25

Bab II, h.53.

Page 115: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

100

lebih kedirinya sendiri, dan nggak nyusahin orang. Dalam hal emosi

mereka itu belum stabil, menggebu gebu, pengen tahu. Sedangkan

“Y” berbeda lagi, dia itu anaknya pengen menonjol pengen diakui

lah ya, percaya dirinya besar sekali, tidak malu, kalau memang ada

keinginannya tetapi dilarang dia pasti kecewa, marah dan

mengamuk.” 26

Tidak jarang dari mereka juga merasakan terpuruk, tidak

adanya motivasi, mereka berdiam diri, menutup diri, murung dan

terlihat sedih.27

Seperti yang diungkapkan pada peranan pekerja

sosial juga terdapat peran sebagai pemberi motivasi atau tenaga ahli

(expert).28

Seperti yang diungkapkan pekerja sosial : “Peranan

pemberian motivasi kita berikan reward kepada mereka yang

membangun mereka, memberikan motivasi kepada mereka bahwa

mereka bisa, “terus belajar,” “kamu pasti bisa.”29

Anak tunarungu bila ditegur oleh orang yang tidak

dikenalnya akan tampak resah dan gelisah.30

Pergaulannya juga

terbatas hanya kepada komunitasnya saja.31

Seperti yang

diungkapkan pekerja sosial :

“Mereka lebih banyak menarik diri dari orang normal,

Terlihat dari pola pikir mereka, motivasinya hanya kepada

komunitasnya baru nyambung, dia merasa orang normal itu belum

tentu baik, mereka tidak gampang percaya, mereka selalu

berkelompok, padahal kita sudah upayakan bahwa mereka harus

bergaul dengan orang orang normal, mereka lebih kepada

26Wawancara Pribadi Yang Dilakukan Oleh Pekerja Sosial “SN” Di Panti Sosial Bina

Rungu Wicara Melati Pada Tanggal 03 Juni 2014.

27

Bab II, h. 53.

28

Bab II, h. 34.

29

Wawancara Pribadi Yang Dilakukan Oleh Pekerja Sosial “SN” Di Panti Sosial Bina

Rungu Wicara Melati Pada Tanggal 03 Juni 2014.

30Bab II, h.53.

31

Bab II, h.53.

Page 116: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

101

kelompoknya, padahal orang orang normal itu care mau perduli

dengan mereka. Mereka takut dibohongi, takut di bodohi”32

Dalam penangananya terhadap anak tunarungu wicara kami

para pekerja sosial dalam prakteknya juga menjalankan prinsip

kerahasiaan, tidak mudah baginya untuk dapat menceritakan hal-hal

yang mereka alami, mereka harus tahu dahulu orang tersebut apakah

pantas untuk dipercaya atau tidak, karena mereka tidak mudah begitu

saja mempercayai orang lain, jadi kami sebagai pekerja sosial dalam

prakteknya harus menjaga baik rahasia penerima manfaat, dan hanya

karena situasi dan kondisi saja seorang pekerja sosial boleh

memberitahu masalah penerima manfaat kepada pekerja sosial

lainnya.33

Lalu dalam prakteknya para pekerja sosial melakukan

interaksi dengan para penerima manfaat dengan komunikasi seperti

yang kita tahu para penerima manfaat disini adalah mereka-mereka

yang menderita rungu wicara, sebagai seorang pekerja sosial apabila

penerima manfaatnya melakukan komunikasi dengan bahasa

Indonesia ia harus dengan bahasa Indonesia begitu juga dengan

tunarungu wicara, karena mereka tidak dapat berkomunikasi dengan

baik maka dari itu pekerja sosial juga harus berkomunikasi dengan

isyarat dan bahasa yang mudah dimengerti olehnya.34

Seperti yang

diungkapkan oleh pekerja sosial sebagai berikut :

“Prinsip kerahasiaan merupakan prinsip pokok pertama

yang dijalankan, menjaga kerahasiaan yang penerima manfaat miliki,

32Wawancara Pribadi Yang Dilakukan Oleh Pekerja Sosial “BS” Di Panti Sosial Bina

Rungu Wicara Melati Pada Tanggal 10 Juni 2014.

33

Bab II, h.38.

34Bab II, h.37.

Page 117: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

102

lalu komunikasi dalam hal bertatap muka dengan penerima manfaat

kita harus memahami komunikasi yang mereka mengerti kami pun

harus mengunakan bahasa isyarat atau konsonan kata yang mereka

lihat dari gerakan bibir kita. Bahkan tidak jarang dari kami harus

menggunakan bahasa yang ringan agar anak mengerti tentang apa

yang tersampaikan dan apa yang kami maksud hal itu dikarenakan

minimnya bahasa yang yang mereka dapatkan.”35

Kebutuhan psikososial mencangkup cara seseorang berfikir

dan merasa mengenal dirinya dengan orang lain, keamanan dirinya

dan orang lain, keamanan dirinya dengan orang-orang yang

bermakna baginya, hubungan dengan orang lain lingkungan

sekitarnya serta pemahaman dan reaksinya terhadap kejadian-

kejadian dan sekitarnya.36

Pada karakteritik anak tunarungu wicara

memiliki sifat polos, serta perasaan umumnya suka terlihat ekstrim

tanpa banyak nuansa.37

Seperti yang diungkapkan psikolog berikut

ini:

“Anak anak ini bisa melihat kelebihan dan kekurangan dari

orang lain, dia itu ngga bisa percaya dengan yang lain, misalnya

dengan mahasiswa dia itu ada yg merasa ngga nyaman atau nyaman,

dia akan menceritakan permukaannya saja kalau yang tidak nyaman,

mereka itu akan santai parasnya, bahkan kalau memang dia percaya

dia akan sampai nangis menceritakan kepada orang baru yang baru

ia kenalnya tetapi itu pun kalau dia nyaman.”38

Dalam hal memecahkan masalah yang terjadi dengan anak-

anak di sini biasanya pekerja sosial juga menggunakan metode

pekerja sosial secara group work, karena dalam pemecahan dengan

metode group biasanya dapat terlihat dan terpecahkan, dan

35

Wawancara Pribadi Yang Dilakukan Oleh Pekerja Sosial “SN” Di Panti Sosial Bina

Rungu Wicara Melati Pada Tanggal 03 Juni 2014.

36Bab II, h.48.

37

Bab II, h. 54. 38

Wawancara Pribadi dengan Psikolog “TWH” Di Panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati

Pada tanggal 17 Mei 2014.

Page 118: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

103

bimbingan sosial kelompok dilaksanakan untuk menolong individu

yang terikat di dalam kelompok.39

Bimbingan tersebut diberikan oleh

pekerja sosial dalam mengikuti kegiatan kelompok (Pramuka

(dinamika kelompok), terapi permainan. Seperti yang diungkapkan

pekerja sosial berikut ini :

“terapi kelompoknya diberikan seperti permainan-

permainan, pada saat pramuka ada dinamika kelompok. Semua

metode dilakukan oleh pekerja sosial, metode tersebut dilakukan

sesuai dengan kebutuhannya. Kami dalam menyelesaikan masalah

anak-anak biasanya kami lebih seringnya di selesaikan dengan group

work, biasanya kalau tidak dilakukan dengan case work susah sekali

untuk di buka karena anak-anak tersebut pintar sekali

menyembunyikan masalah, memutar balikan kata-kata, pandai

bersandiwara.”40

Pada tahapan delapan tahapan psikososial yang

dikemukakan Erik H Erikson yaitu pada tahapan identitas versus

kegamangan perang (Masa Remaja). Erikson memandang tahapan

ini sebagai tahapan yang sangat penting dalam pembentukan dasar

kedewasaan.41

Pekerja sosial mengungkapkan :

“anak-anak disini juga sudah banyak yang menginjak masa

remaja, yang kami inginkan di sini kan anak-anak dapat mandiri,

dapat terlepas dari ketergantungan orang tuanya, mereka itu juga

nantinya akan hidup mandiri kan.”42

Menurut Pekerja Sosial PSBRW “Melati’ untuk

penanganan tunarungu wicara ada beberapa cara yang dapat

dilakukan dalam pemberian terapi dalam hal terhadap psikososial

para penerima manfaat disini. Teori pekerja sosial juga di peranan

39Bab II, h. 42.

40

Wawancara Pribadi Yang Dilakukan Oleh Pekerja Sosial “SM” Di Panti Sosial Bina

Rungu Wicara Melati Pada Tanggal 28 Mei 2014.

41Bab II, h.51.

42Wawancara Pribadi Yang Dilakukan Oleh Pekerja Sosial “SM” Di Panti Sosial Bina

Rungu Wicara Melati Pada Tanggal 28 Mei 2014.

Page 119: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

104

dalam pemberian terapi kepada penerima manfaat, seperti halnya

terapi kognitif perilaku pada prinsipnya terapi kognitif perilaku

adalah mengidentifikasikan kandungan pemikiran yang meliputi

asumsi, keyakinan, harapan, pesan kepada diri sendiri (self talk) atau

kelengkapan (atributions). Bahwa manusia dihadapkan untuk

beradaptasi dengan lingkungan yang selalu berubah.43

Seperti yang diungkapkan oleh pekerja sosial sebagai berikut :

“kami para pekerja sosial disini juga memberikan terapi

psikososial kepada para PM, seperti terapi-terapi seperti emotional

freedom therapy (EFT), terapi ini sih memang ada tenaga ahlinya

biasanya juga kami mengundang tenaga ahlinya, terapi ini digunakan

di saat emosi baru deh kita menggunakan terapi emotional. Lalu ada

terapi senam otak kanan dan senam otak kiri. Kita lakukan agar ada

konsentrasi antara otak kanan dan otak kiri mereka. Lalu pada

psikososial juga kami berikan terapi kognitif dimana terapi ini kita

berikan mereka tontonan atau film yang mana di dalamnya juga

terdapat motivasi.”44

Pada pemberian penanganan terapi seorang pekerja sosial

juga menjalankan Prinsip tidak menghakimi (The Principle Of Non

Judgment).45

Seperti yang diungkapkan pekerja sosial :

“dalam hal pemberian terapi kami juga tidak bisa

memaksakan apakah PM tersebut diikutsertakan dalam terapi atau

tidak, tidak boleh dihakimi untuk ikut mereka tidak boleh

dipaksakan kalau memang sikonnya mereka tidak mampu.”46

43Bab II, h. 44.

44

Wawancara Pribadi Yang Dilakukan Oleh Pekerja Sosial “SN” Di Panti Sosial Bina

Rungu Wicara Melati Pada Tanggal 03 Juni 2014.

45Bab II, h. 40.

46

Wawancara Pribadi Yang Dilakukan Oleh Pekerja Sosial “SN” Di Panti Sosial Bina

Rungu Wicara Melati Pada Tanggal 03 Juni 2014.

Page 120: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

105

Prinsip pekerja sosial seperti sadar diri (self a warness)

juga diberikan dalam penangananya.47

Seperti yang diungkapkan

pekerja sosial berikut ini :

“kami juga sadar akan kemampuan yang kami miliki,

apabila kami tidak dapat melakukannya ya kami tidak

melakukannya. Misalnya saja jikalau pekerja sosial tidak sanggup

menangani masalah klien maka jangan dipaksakan. Pekerja sosial

sadar akan potensi dan kemampuannya.”48

Mengenai karakter yang dimiliki anak-anak disini, anak-

anak di sini juga masih belum mengetahui apa itu konsep diri.49

Seperti yang dijelaskan oleh pekerja sosial sebagai berikut :

“Seperti halnya kalau disini kami ajarkan konsep diri saja

mereka belum jelas harus terus diulangi-ulangi karena kalau hari ini

sudah tahu besoknya mereka lupa dan harus sering diulangi. Harus

sabar kuncinya kita harus mengajarkan kepada mereka “apa itu

konsep diri, siapa diri kamu ? minimnya bahasa miskinnya kata yang

dapat membuat mereka tidak mengetahuinya, kami disini berperan

sebagai educator yang biasanya kami lakukan di dalam bimbingan

sosial.”50

a) Hubungan Anak Dengan Orang Lain dan Lingkungan

Sekitar

Kebanyakan anak-anak yang mengalami

tunarungu wicara memang apabila dihadapkan pada situasi

ia dipertemukan dengan orang lain orang yang baru

dikenalnya ia akan merasakan resah dan gelisah.51

Keadaan

emosi yang seperti itu terdapat pada diri “N”. Lain halnya

dengan “Y” ia termasuk anak yang terbuka dan supel

47Bab II, h. 40.

48

Wawancara Pribadi Yang Dilakukan Oleh Kepala Koordinator Pekerja Sosial “YS” Di

Panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati Pada Tanggal 20 Mei 2014.

49

Bab II, h. 48.

50

Wawancara Pribadi Yang Dilakukan Oleh Pekerja Sosial “SN” Di Panti Sosial Bina

Rungu Wicara Melati Pada Tanggal 03 Juni 2014.

51

Bab II, h. 53.

Page 121: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

106

terhadap orang baru yang ia kenal, hubungan dengan orang

lain dilingkungan sekitarnya terjalin baik. Jika tamu itu

ingin berkenalan dan melakukan interaksi dengan “Y”, “Y”

akan menanggapi dengan baik dan ada hubungan timbal

balik yang berjalan dengan erat.

Hubungan “N” maupun “Y” dengan orang lain

di lingkungan panti memang terjalin sangat erat dan

harmonis, hal ini dibuktikan pada saat peneliti melakukan

penelitian di PSBRW “Melati” Bambu Apus Jakarta Timur.

Peneliti melihat hubungannya sangat baik dengan teman-

temannya baik pada saat kegiatan bimbingan keterampilan

maupun bimbingan sosial yang ada di kelas, ia begitu akrab

dengan para instruktur, pekerja sosial, pengasuh, dan staff

yang bekerja di Panti Sosial Bina Rungu Wicara “Melati”,

terlihat ada interaksi yang baik mengobrol dengan

isyaratnya, bercanda maupun bermain.

“N” dan “Y” merupakan anak yang mandiri

terlihat pada saat ia sudah bisa melakukan perawatan diri

dengan baik seperti mandi, mengepel, menyapu, mencuci

piring, pakaian dan membersihkan kamar tidur. Kalau “N”

memang sudah terbiasa melakukannya di rumah, ia sudah

diajarkan oleh kedua orang tua namun tidak signifikan

seperti yang diajarkan di panti karena di rumah masih sering

dibantu oleh orang tuanya. Tetapi selama di panti semua

Page 122: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

107

sudah bisa ia kerjakan dengan sendiri dan dapat dikatakan

mandiri dalam hal ini. Berbeda dengan “Y’ yang memang

kurang mengenal kata mandiri pada saat ia belum berada di

panti. Ia tadinya kurang bisa melakukan perawatan diri

dengan baik, tetapi selama ia di Panti Sosial Bina Rungu

Wicara “Melati’ ia sudah ia melakukan perawatan diri

dengan baik seperti yang dilakukan semua anak panti.

Bahkan “Y” sering membantu pekerjaan pengasuh di

asrama karena memang ia termasuk anak yang rajin. Seperti

yang diungkapkan pengasuh sebagai berikut :

“misalnya aja dia emang lagi kebangian jadwal piket

bersihin asrama kayak nyuci piring gitu ya neng, nah dia liat

cucian piring ibu banyak, dia itu enggak segan-segan nyuciin

piring ibu yang banyaknya beda sama banyaknya dia ya neng,

ibu langsung aja bilangin “jangan di cuciin ya “Y”, cucian ibu

banyak, kasian “Y”, kamu nyuci punya kamu aja ya jangan

punya ibu ya.”52

Dalam memberikan pelayanan kepada penerima

manfaat pekerja sosial juga menggunakan metode bimbingan

kemasyarakatan (metode community organization).53

Seperti

yang diungkapkan pekerja sosial sebagai berikut :

“Kalau metode yang digunakan ke masyarakat

biasanya seperti kegiatan ketika ada PBK karena berhubungan

dengan dunia luar, kan biasanya kita kerja sama dengan

perusahaan-perusahaan di luar sana, kita bisa lihat bagaimana

PM dengan bila berada di lingkungan masyarakat luar, lalu

kalau untuk kemasyarakatnya seperti perayaan apa tentunya kita

52

Wawancara Pribadi Yang Dilakukan Oleh Pengasuh “JI” Di Panti Sosial Bina Rungu

Wicara Melati Pada Tanggal 12 Juni 2014.

53Bab II, h. 43.

Page 123: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

108

menyangkut dengan masyarakat luar, biasanya PM harus bisa

bersosialisasi dan berorgaisasi dengan masyarakat luar.”54

Kesulitan berkomunikasi merupakan hambatan yang

dirasakan oleh mereka, peranan pekerja sosial juga sangat

berpengaruh dan menjadi penolong mereka apabila mereka sulit

berinteraksi dengan orang baru yang belum terlalu paham

dengan kekurangan yang mereka alami. Peranan mediator.55

Serta fungsi peksos dijalankan yaitu mengkaitkan dengan sistem

sumber.56

Seperti yang diungkapkan pekerja sosial SN sebagai

berikut :

“Ketika PM merasakan ada hal yang tidak bisa ia

sampaikan kepada sumber-sumber yang dianggap penerima

manfaat butuhkan pekerja sosial berperan menjadi mediator

antara penerima manfaat dengan sistem sumber yang terkait.” 57

Perubahan yang besar yang terjadi pada diri “Y”

dalam hal perawatan diri yang sudah mulai mandiri juga

merupakan peran dari para pekerja sosial di dalamnya,

menjalankan peranan sebagai pemberi informasi yaitu tenaga

ahli (expert) dan pendidik (educational).58

Yang digunakan para

pekerja sosial ia memberikan informasi serta dalam hal

pengajaran terkait perawatan diri yang baik kepada semua

penerima manfaatnya, bagaimana cara menjaga kebersihan diri

yang baik dan benar, bagaimana menjaga kesehatan, bagaimana

54Wawancara Pribadi Yang Dilakukan Oleh Pekerja Sosial “SM” Di Panti Sosial Bina

Rungu Wicara Melati Pada Tanggal 28 Mei 2014.

55

Bab II, h. 30.

56Bab II, h. 28.

57

Wawancara Pribadi Yang Dilakukan Oleh Pekerja Sosial “SN” Di Panti Sosial Bina

Rungu Wicara Melati Pada Tanggal 03 Juni 2014.

58

Bab II, h. 33-34.

Page 124: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

109

bergosok gigi dengan baik dan benar, serta pentingnya menjaga

kebersihan tubuh. Peran pekerja sosial yang memang merupakan

peranan utama dalam merubah penerima manfaat yang tadinya

disfungsional menjadi fungsional. Dalam hal ini prosesnya tidak

belajalan sebentar melainkan butuh proses lama baru dapat

terlihat hasilnya sekarang.

b) Pemahaman-Pemahaman dan Reaksi Terhadap

Kejadian Di Sekitar

Pemahaman “N’ dan “Y” terhadap reaksi

kejadian dengan lingkungan di sekitarnya memang terlihat

jelas, peneliti melihat berdasarkan pengamatan yang

dilakukan oleh peneliti pada saat kondisi bahwa ketua kelas

di kelas bimbingan sosial tidak masuk, PM “N” segera

mengambil alih peranan ketua kelas tersebut dan ia

menggantikannya mengabsen para siswa yang lainnya dia

menunjukan sikap sigap terhadap lingkungan sekitarnya.

sedangkan “Y” merupakan anak yang mempunyai

kepercayaan diri yang besar peneliti melihat pengamatan

yang dilakukan oleh “Y” seperti halnya ketika akan

melakukan materi belajar dikelas biasanya alangkah

baiknya dimulai dengan membaca doa terlebih dahulu, “Y”

biasanya selalu memimpin pembacaan doa di depan kelas

tanpa atau disuruh oleh Guru ia dengan sigap menanggapi

Page 125: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

110

reaksi yang terjadi di lingkungan sekitarnya di kala anak-

anak lain tidak ada yang mau memimpin doa saat itu.

“N” dan “Y” merupakan anak yang dalam

perkembangan intelezensinya agak lambat jika dilihat

dengan anak-anak tunarungu wicara yang lainnya dalam

menangkap pelajaran, itu dikarenakan mereka minim

bahasa “N” sempat bersekolah hanya saja ia malas dalam

belajar pada saat itu sebelum ia masuk ke dalam panti,

sedangkan “Y” memang belum pernah mengenyam bangku

sekolah sebelum ia berada di panti, Tetapi ia aktif dalam

peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Begitu pula

dijelaskan oleh pekerja sosial sebagai berikut :

“N” pada dasarnya mau belajar dia ikutin aturan aja

disiplin kalau dikelas ya di kelas kecuali kalau dia lagi sakit atau

dia lagi tidak mood atau sedang bermasalah dengan temannya.

Reaksi yang terjadi di sekitar “N” terlihat pada kegiatan

bimbingan sosial “N” sering terlihat mengabsen teman-teman

“N’ dikelas, menghapus papan tulis apabila masih ada coretan

tinta di papan tulis. Lalu kalau “Y” ya itu pedenya besar mbak

dia kalau tanpa disuruh untuk mimpin doa ya dia langsung maju

juga untuk mimpin doa buat teman-temannya, bagus memang

pedenya positif.” 59

Para penerima manfaat di sini juga tanggap dalam

reaksi yang terjadi disekitarnya.60

Seperti halnya rasa solidaritas

terhadap kelompoknya antar penerima manfaat mereka itu

mempunyai rasa solidaritas yang tinggi terhadap kelompoknya

karena mereka lebih memusatkan pergaulannya dengan sesama

59

Wawancara Pribadi Yang Dilakukan Oleh Pekerja Sosial “SM” Di Panti Sosial Bina

Rungu Wicara Melati Pada Tanggal 28 Mei 2014.

60

Bab II, h. 48.

Page 126: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

111

kelompoknya.61

Seperti halnya contoh yang diceritakan oleh

pekerja sosial sebagai berikut :

“anak-anak atau PM mereka itu memilki rasa setia

kawan solidaritas yang begitu besar dengan komunitasnya,

misalnya terlihat pada dinamika kelompok seperti persami,

outbound mereka akan terlihat menolong mereka rata-rata

digandeng, ditungguin. Tetapi kadang kadang rasa solisaritasnya

dia tidak pas, karena kasus mereka miss communication dengan

lingkungan sekitar anak-anak tunarungu segera membela

temannya karena solidaritasnya.”62

Pemahaman mereka terkait dengan reaksi yang

berada di lingkungan sekitarnya merupakan hal yang harus

diperhatikan seorang pekerja sosial, terkadang tidak semua

dapat memahami reaksi-reaksi yang terjadi di sekitarnya,

terlebih lagi jika mereka sudah memasuki kegiatan Praktek

Belajar Kerja yang diadakan panti dengan pihak luar seperti

perusahaan. Pekerja sosial berperan menjadi pembela.63

Kalau

memang penerima manfaat tidak diberlakukan secara sama

dengan manusia normal lainnya, Seperti yang diungkapkan

pekerja sosial sebagai berikut :

“Kita harus berani membela anak anak kita kalau

memang mereka punya hak yang sama tetapi diperlakukan

berbeda kita harus bisa membela mereka. Kalau memang

mereka itu benar.”64

61Bab II, h. 53.

62Wawancara Pribadi Yang Dilakukan Oleh Pekerja Sosial “SN” Di Panti Sosial Bina

Rungu Wicara Melati Pada Tanggal 03 Juni 2014.

63

Bab II, h. 30.

64

Wawancaara Pribadi Yang Dilakukan Oleh Pekerja Sosial “SM” Di Panti Sosial Bina

Rungu Wicara Melati Pada Tanggal 28 Mei 2014.

Page 127: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

112

c) Motivasi Belajar Anak

Motivasi belajar “N” dan “Y” dalam mempelajari

sesuatu sedikit lambat dan kurang, ia akan bisa apabila terus

dilatih dan diajarkan secara berulang-ulang, tingkat intelezensi

anak-anak tunarungu wicara memang berbeda dengan anak

normal lainnya, tetapi tidak dipungkiri bahwa tidak semua anak-

anak tunarungu wicara kurang dalam hal penangkapan materi.

Banyak juga di antara mereka yang memang sudah

pintar karena memang mereka sudah diajarkan dan sudah

bersekolah sehingga ia pandai dan menguasai kata-kata dan

bahasa yang lebih banyak dari anak-anak yang memang tidak

mengenal atau kurang mengenal peranan sekolah. Dalam hal

belajar “N” dan “Y” mereka anak yang disiplin dalam belajar, ia

jarang sekali tidak masuk kelas, kalau memang ia tidak dalam

keadaan yang membuatnya tidak dapat masuk ke kelas. Mereka

selalu mengerjakan tugas yang diberikan oleh pekerja sosial

yang juga memberikan peranannya sebagai pendidik

(educational) di dalam kelas.65

Hampir rata-rata dari mereka

selalu memperhatikan apabila materi pelajaran sedang

berlangsung. Pekerja sosial mengungkakan sebagai berikut :

“PM “N dan “Y” ini masuknya ke kelas persiapan

kelas persiapan merupakan kelas dimana anak-anak belum dapat

atau belum mampu menulis dan membaca dengan baik.”66

65Bab II, h. 34.

66

Wawancara Pribadi Yang Dilakukan Oleh Pekerja Sosial “SN” Di Panti Sosial Bina

Rungu Wicara Melati Pada Tanggal 03 Mei 2014.

Page 128: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

113

Kurangnya pengetahuan dan minimnya bahasanya

yang mereka rasakan juga berpengaruh sangat besar terhadap

tumbuh kembang intelezensi mereka, yang jelas mereka belum

memiliki konsep bahasa. Para pekerja sosial dan semua pihak

yag terkait sudah memberikan pelayanan semaksimal mungkin,

motivasi belajar kepada anak-anak tunarungu wicara dapat

ditumbuhkan sejak dini.67

Semua peranan pekerja sosial juga

diperankan seperti memberikan pengajaran yang baik, ikhlas

dan terus memberikan informasi baru sehinga menambah

pengetahuan bahasa yang ia punya.

Motivasi belajar juga sudah dijalankan oleh panti

seperti halnya menciptakan lingkungan yang kondusif untuk

belajar terlihat bahwa panti jauh dari keramaian, pada saat

belajar juga berjalan dengan baik, letak gedung bimbingan sosial

yang menjadi ruangan untuk belajar penerima manfaat juga

berada didalam panti dengan segala sarana dan prasarannya

yang dapat mendukung proses belajar.

d) Ganjaran atau Hukuman Untuk Anak

Ganjaran atau hukuman akan menimbulkan

motivasi belajar yang kuat bagi si anak untuk tidak mengulangi

perbuatan jera agar ia bertingkah lakunya yang baik.68

Kalau

anak berbuat benar, maka wajib kita memberikan ganjaran

seperti yang diungkapkan pekerja sosial berikut ini:

67

Bab II, h. 56.

68

Bab II, h. 56.

Page 129: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

114

“anak-anak di sini kalau memang mereka

melakukan sesuatu yang bagus, pintar kita jangan segan-segan

memberikan ganjaran seperti pujian, smile, kasih reward kepada

mereka, tapi reward nya yang membangun motivasinya ya,

biasanya kami juga memberikan pelukan, merangkulnya “bagus,

cantik, kamu pintar besok tingkatkan terus ya.”69

Sedangkan pemberian hukuman kepada anak, harus

diberikan secara wajar, kalau anak tersebut melakukan

kesalahan. Harus diberikan pengertian dan maksud mengapa

mereka dihukum agar mereka tahu mana perbuatan yang salah

mana yang benar dan nantinya akan memberikan efek jera

kedepannya. Seperti yang diungkapkan pekerja sosial sebagai

berikut :

“anak-anak di sini kalau memang mereka salah kami

harus membicarakkannya kepada pihak terkait misalnya

pengasuhnya, psikolognya, para pekerja sosial lainnya kalau

memang sikonnya harus di case conference kan ya kita harus

melakukan CC kalau memang situasinya bisa diselesaikan

sekarangya tidak usah di CC kan.”70

e) Stress

Para penerima manfaat disini sering juga pernah

mengalami stress akibat para penerima manfaat mengalami

miskin dalam bahasanya, dalam keadaan emosinya ia sering

mengalami seperti halnya stress. Seperti menarik diri apabila ia

dihadapkan dalam masalah, tidak mau ikut bergabung dengan

kegiatan di panti, bertemu dengan orang baru yang dikenalnya,

atau dihadapkan pada orang-orang normal yang berada di luar

69Wawancara Pribadi Yang Dilakukan Oleh Pekerja Sosial “BS” Di Panti Sosial Bina

Rungu Wicara Melati Pada Tanggal 10 Juni 2014.

70

Wawancara Pribadi Yang Dilakukan Oleh Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial “DI” Di

Panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati Pada Tanggal 13 Mei 2014.

Page 130: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

115

sana, banyak dari mereka juga mengalami hal seperti rendah

diri, mereka takut kalau disamakan dengan orang normal mereka

tidak percaya diri akan kemampuan yang ia miliki. Strees juga

membuat mereka turunnya nafsu makan itu dikarenakan ia

terlalu memikirkan keadaan yang sedang berlangsung.71

Seperti

yang diungkapkan pekerja sosial sebagai berikut :

“Stressnya ya hanya depresi yang biasa saja Ia

pernah mengalami depresi ketika temen dekatnya mau lulus dia

pengen ikutan berenti maunya dirumah saja, akhirnya ia pulang

kerumah sebulan. Lama-lama ia lupa kan ada teman pengganti

amel lagi. Sering marah murung dan sensitif. Masalah itu

menjadi berpengaruh keteman temannya.”72

Dalam hal rendah diri, kurang percaya diri. Ada saja

seorang anak yang merasa rendah diri seperti halnya dihadapkan

dengan orang-orang normal di luar sana.73

Seperti yang

diungkapkan pekerja sosial :

“biasanya ketika mereka dihadapkan pada dunia

kerja mereka-mereka kan harus bergabung dengan orang normal

yang ada di luar sana, mereka merasa rendah diri ketika

digabungkan dengan orang normal di luar sana. Mereka merasa

orang normal lebih baik darinya, padahal kan belum tentu.”74

71

Bab II, h. 57. 72

Wawancara Pribadi Yang Dilakukan Oleh Pekerja Sosial “SM” Di Panti Sosial Bina

Rungu Wicara Melati Pada Tanggal 28 Mei 2014.

73

Bab II, h. 53.

74

Wawancara Pribadi Yang Dilakukan Oleh Pekerja Sosial “BS” Di Panti Sosial Bina

Rungu Wicara Melati Pada Tanggal 10 Juni 2014.

Page 131: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

116

3. Peran Pekerja Sosial Terhadap Perkembangan Spiritualitas

Anak Tunarungu Wicara

Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungan dengan

Yang Maha Kuasa dan Maha Penciptanya.75

Pada usia anak, tahap

perkembangan kepercayaan berdasarkan pengalaman. Perilaku

didapat berdasarkan pengalaman. Perilaku yang didapat antara lain

adanya pengalaman dari interaksi dengan orang lain keyakinan dan

kepercayaan yang dianut.76

Peran orang tua sangat menentukan

dalam perkembangan spiritual anak.77

Para pekerja sosial dan pihak

yang terkait dalam menangani penerima manfaat terhadap

perkembangan spiritual anak biasanya mereka dihadapkan pada

masalah anak belum tahu apa saja perintah yang diajarkan untuk

mendekatkan diri dengan Tuhannya, karena pada saat mereka berada

dirumah dan belum mendapatkan bimbingan di panti, orang tua

mereka tidak mengajarkan mereka tentang bagaimana dan apa saja

perintah yang wajibkan agar kita mendekatkan diri kepada Tuhan

Yang Maha Esa. Seperti yang diungkapkan oleh pekerja sosial

berikut ini :

“Kita di sini mengajarkannya dari awal hingga sekarang

alhamdulillah dia sudah bisa sedikit demi sedikit bacaannya sudah

mulai ia pahami dan hafal. Memberikan pelayanan semaksimal

mungkin kami mengajarkan sebaik mungkin agar anak tau minimal

“siapa tuhannya, siapa yang menciptakannya?” baru setelah itu kami

ajarkan materi yang baru lainnya.”78

75Bab II, h. 59.

76

Bab II, h. 59.

77Bab II, h. 60.

78

Wawancara Pribadi Yang Dilakukan Oleh Pekerja Sosial “BS” Di Panti Sosial Bina

Rungu Wicara Melati Pada Tanggal 11 Juni 2014.

Page 132: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

117

Tetapi tidak semua anak-anak di sini tidak mengetahui

mengenai pendidikan agama tersebut, banyak dari mereka juga

sudah mengetahuinya karena memang sudah dari kecil orang tua

mereka mengajarkannya sehingga ketika berada di panti hanya

tinggal memberikan informasi yang baru lagi terkait bimbingan

agama tersebut, peran pemberi informasi (tenaga ahli)79

Seperti

yang diungkapkan pekerja sosial yang manangani “N” sebagai

berikut :

“kami menyelipkan pemahaman agama di mana saja bisa

pada saat apel bisa pada saat bimsos, tetapi bimbingan agama

biasanya di berikan pada hari Senin di siang hari. Doa pendek atau

surat pendek suruh hafalin dan biasanya suka ditempel ditembok

agar ia membaca. Untuk hal hal yang sifatnya yang memang dia

tidak paham atau belum pernah dengar ia tidak bisa seperti kata-kata

najis lalu kami menjelaskannya.”80

Dalam perkembangan spiritual pada diri “Y”, ia terlihat

sering melakukan sholat berjamaah yang dilakukan di panti, “Y”

belajar mendekatkan diri kepada Tuhannya, seperti yang

diungkapan pembimbing Guru agama islam sebagai berikut :

“ia terlihat rajin pada saat jam sholat zuhur dan ashar yang

dilakukan di mushola panti “N” dan “Y” selalu ada di mushola dan

melaksanakan sholat tepat waktu cenderung mereka sering terlihat

melakukan sholat berjamaah degan penerima manfaat dan staff

lainnya. ibu juga mengajarkan agar “N” dan “Y” “selalu bersyukur

ya nak, jangan lupa berdoa sama Allah agar selalu diberikan

kesehatan, kepintaran.”81

79

Bab II, h. 34.

80

Wawancara Pribadi Yang Dilakukan Oleh Pekerja Sosial “SM” Di Panti Sosial Bina

Rungu Wicara Melati Pada Tanggal 28 Mei 2014.

81

Wawancara Pribadi Yang Dilakukan Oleh Pekerja Sosial “SY” Di Panti Sosial Bina

Rungu Wicara Melati Pada Tanggal 19 Mei 2014.

Page 133: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

118

Anak-anak juga sudah paham terkait hari-hari besar

agamanya, seperti yang diungkapkan pembimbing guru agama islam

sebagai berikut :

“kalau hari-hari besar agamanya selaku pembimbing agama

islamnya juga sudah memberikan informasi terkait hari-hari besar

agama Islam, lagi juga suka diadakan perayaan hari besar agama

islam ko mbak di ini, anak-anak pun sudah paham.”82

Agama juga menjadi penghambat dan pendukung bagi

penerima manfaat, seperti yang diungkapkan pembimbing guru

agama islam sebagai berikut :

“kami sebagai guru pembimbing agama memberikan motivasi

kepada mereka, sebagai contoh anak ada yang bertengkar hanya

karena mereka salah paham dengan apa yang dimaksud kawannya,

anak tersebut saya berikan motivasi “kamu jangan membalasnya

biarlah Allah SWT saja yang membalasanya, kamu sebagai hamba

hanya bisa berdoa saja dan terus beribadah kepada Allah SWT.”83

Dalam perananan pekerja sosial memberikan pemahaman

terkait spiritual kepada para penerima manfaat, biasanya

peranananya itu berupa sebagai tenaga pendidik (educational).84

Dan

diberikan pada saat apa saja dan kapan saja seperti yang

diungkapkan pekerja sosial sebagai berikut :

“Materi agama yang diberikan oleh pekerja sosial bisa

diselipkan pada saat kapan saja tetapi yang sudah terjadwal ada pada

hari Senin, Mereka paham kalau memang itu bersifat umum dan

jelas-jelas kelihatan.”85

82Wawancara Pribadi Yang Dilakukan Oleh Pekerja Sosial “SY” Di Panti Sosial Bina

Rungu Wicara Melati Pada Tanggal 19 Mei 2014.

83

Wawancara Pribadi Yang Dilakukan Oleh Pekerja Sosial “SY” Di Panti Sosial Bina

Rungu Wicara Melati Pada Tanggal 19 Mei 2014.

84Bab II, h. 34.

85

Wawancara Pribadi Yang Dilakukan Oleh Pekerja Sosial “SM” Di Panti Sosial Bina

Rungu Wicara Melati Pada Tanggal 29 Mei 2014.

Page 134: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

119

Anak-anak Tunarungu Wicara berhak mendapatkan

pendidikan agama seperti halnya anak-anak normal lainnya, anak-

anak yang terbina kehidupan rohani dan spiritual yang baik

cenderung akan berkembang menjadi orang taat kepada Tuhan Yang

Maha Esa sebaliknya anak-anak yang tidak mendapatkan pendidikan

agama, yang baik cenderung akan tumbuh menjadi anak yang tidak

terbina spiritualnya, mudah terpengaruh dari hal-hal negatif yang

dapat meracuni kehidupan ke masa depannya, dan akibatnya mereka

menjadi generasi yang rusak akan moralitasnya.86

86Wawancara Pribadi Yang Dilakukan Oleh Pekerja Sosial “SM” Di Panti Sosial Bina

Rungu Wicara Melati Pada Tanggal 29 Mei 2014.

Page 135: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

120

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Kesimpulan penulis pada penelitian skripsi ini mengacu pada

pertanyaan perumusan masalah, “Bagaimana Peran Pekerja Sosial

Terhadap Biopsikososial Spiritual Anak Tunarungu Wicara di Panti Sosial

Bina Rungu Wicara “Melati” Dalam peranan pekerja sosial terhadap

biopsikososial spiritual anak tunarungu wicara, pekerja sosial

menggunakan prinsip-prinsip pekerja sosial, metode pekerja sosial, kode

etik pekerja sosial, fungsi pekerja sosial, dan teori pekerja sosial. Terdapat

beberapa hasil yang menjelaskan lebih rinci terhadap peran dari pekerja

sosial di PSBRW “Melati” sebagai berikut :

1. Terhadap sisi biologis anak tumbuh dengan normal dan sehat

secara jasmani sesuai dengan usianya. Peran pekerja sosial

terhadap biologis anak terlihat dari peranannya sebagai tenaga ahli

(Expert) seperti pemberian informasi dan pemberian dorongan atau

dukungan. Dalam memberikan informasi terkait dengan perawatan

diri dan kemandirian penerima manfaat. Lalu peran pekerja sosial

juga terlihat dalam bimbingan fisik anak tunarungu wicara, pekerja

sosial menjalankan prinsip pekerja sosial yaitu kesempatan yang

sama dan menentukan diri sendiri, seperti penerima manfaat dapat

dikutsertakan dalam kegiatan bimbingan fisik yang mana kegiatan

tersebut dapat menunjang bakat dan minat anak menjaga

Page 136: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

121

kebugaran dan kesehatannya. Peran pekerja sosial sebagai

negosiator dalam pelayanan kesehatan kepada penerima manfaat

yang juga bekerja sama dengan panti yang berperan sebagai

fasilitator dalam pemenuhan gizi. Anak-anak diberikan makanan

yang bergizi seimbang agar dapat mencapai perkembangan dan

pertumbuhan yang sehat.

2. Dari sisi psikososial peranan pekerja sosial sebagai pemberi terapi

dalam hal emosionalnya, penerima manfaat diberikan terapi

psikososial Emotional Fredom Therapy (EFT) agar emosi yang

terjadi pada anak dapat tersalurkan dengan baik, dan memimalkan

emosi yang terjadi pada anak. Pekerja sosial juga menerapkan

prinsip tidak menghakimi dalam hal pemberian terapi. Pekerja

sosial memberikan peranan tenaga ahli, seperti memberikan

penjelasan kepada mereka bahwa orang normal lainnya juga peduli

dengan mereka dan jangan merasa takut. Dalam hal psikososial

yang terjadi pada anak-anak yang sudah memasuki Praktek Belajar

Kerja (PBK) atau kegiatan yang berhubungan masyarakat, pekerja

sosial berperan sebagai mediator yang mana ia menjadi perantara

antara si anak dengan sistem sumber yang dikaitkan. Menjadi

pembela dan pelindung di mana terlihat hak anak tidak berjalan

sesuai keadaan. pekerja sosial juga berperan menerapkan prinsip

tidak menghakimi penerima manfaat ia tidak bisa langsung

menerapkan bahwa anak ini salah atau benar, agar menemukan

solusinya biasanya dengan Case Conference atau dengan metode

Page 137: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

122

pekerja sosial group work agar bisa terlihat masalah yang terjadi.

Dalam hal memotivasi belajar anak pekerja sosial juga terlihat

dalam hal memberikan pengajaran kepada anak dengan peranannya

sebagai pendidik (educational) di kelas bimbingan sosial. Dalam

memberikan pengajaran dan berinteraksi pekerja sosial juga

menerapkan prinsip komunikasi kalau memang penerima manfaat

menggunakan bahasa isyarat pekerja sosial juga harus

menggunakan bahasa isyarat.

3. Dan dari sisi spiritual, peran pekerja sosial dalam memberikan

peranannya terkait spiritual penerima manfaat terlihat pada

pemberian materi yang diberikan oleh pekerja sosial terkait materi

agama peran pendidik (educational), karena biasanya tidak semua

anak sudah mengerti mengenai pendidikan agama yang mereka

anut terlebih lagi yang kita lihat di mana anak-anak di sini

mengalami miskin terhadap bahasa, kata dan konsep bahasa. Peran

sebagai pemberi dukungan atau tenaga ahli (Expert) juga

dijalankan seperti halnya pemberian nasehat terkait mengenai

agama dan berhubungan dengan Tuhan.

Berdasarkan hal yang dijabarkan di atas, penulis berkesimpulan hal

ini efektif dalam pemberian pelayanan biopsikososial spiritual yang

berlangsung kepada penerima manfaat di PSBRW “Melati”. Pekerja sosial

sudah optimal dan semaksimal mungkin memberikan pelayanan terhadap

biopsikososial spiritual sesuai dengan kebutuhan klien, peran yang sering

Page 138: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

123

digunakan adalah peranan sebagai pendidik (educational) dan tenaga ahli

(expert).

Hal ini dapat dilihat dari perkembangan penerima manfaat ketika ia

baru datang di panti sampai sekarang ia berada di panti. “N” yang dilihat

pada saat awal pemalu dan selalu menunduk sekarang ia sudah tidak

pemalu dan tidak berjalan menunduk. Penampilan fisik pada saat dahulu

sebelum kepanti terlihat cuek dan kurang peduli terhadap penampilan,

sekarang “N” sudah mulai memperhatikannya dengan baik. Dalam hal

emosinya “N” dahulu terlihat sering menangis sekarang sudah dapat

mengendalikannya. Dalam hal spiritual “N” juga sudah bisa membaca

Iqra, mengerjakan sholat tepat waktu, walau terkadang masih ada yg

terlewat tetapi sudah terlihat signifikan, mengerti pemahaman seperti

larangan dan perintah Allah SWT (seperti berpuasa, apa itu najis dan nabi-

nabi Allah SWT).

Sedangkan “Y” terlihat pada saat awal datang secara fisik kurang

terawat dengan baik dan kurang bisa merawat diri. Sekarang “Y” sudah

dapat melakukan perawatan dirinya dengan baik (cara berpakaian,

membersihkan asrama). Terlihat dalam segi emosinya dahulu “Y” senang

berteriak-teriak dan menangis, over acting sering pingsan sekarang iya

sudah bisa mengendalikan emosinya dengan baik karena sudah tidak

terlihat “Y” melakukan hal tersebut. Dalam hal bergaul dengan teman-

temannya “Y” terlihat mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, itu pun

masih terlihat sampai sekarang. Bagaimana dia bergaul dengan yang lebih

muda dan tua ia memberlakukannya sama. Terdapat perubahan ia sudah

Page 139: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

124

terlihat sopan kepada yang lebih tua dan dapat bersikap hormat.

Pemahaman spiritual juga sudah mulai ia terapkan dengan baik sudah bisa

membaca iqra walau belum signifikan, berwudhu dengan tata cara urutan

yang tertib dan mengerjakan sholat serta paham terhadap pendidikan

agama yang lain terkait puasa, larangan dan perintah Allah SWT.

Peran pekerja sosial menunjukan peran penting dalam proses

pelayanannya terhadap biopsikososial spiritual sehingga penerima manfaat

mendapatkan perubahan yang cukup baik dari hasil observasi yang

didapat.

B. SARAN-SARAN

Berdasarkan dari hasil penelitian beserta kesimpulan yang telah

dijelaskan dalam skripsi ini, peneliti memiliki beberapa saran-saran yang

akan disampaikan kepada para pembaca dan pihak Panti Sosial Bina

Rungu Wicara “Melati” (PSBRW “Melati”) Bambu Apus Jakarta Timur

dan. Saran-saran tersebut antara lain :

1. Untuk peneliti yang ingin melakukan penelitian dengan kasus

yang sama maka peneliti tersebut harus meneliti dengan jumlah

responden yang lebih banyak dari penelitian sebelumnya agar

peneliti dapat menghasilkan hasil yang lebih maksimal, real

dan rinci.

2. Kepada pihak Panti Sosial Bina Rungu Wicara “Melati”

(PSBRW “Melati) Bambu Apus Jakarta Timur disarankan agar

terus melakukan terapi EFT (emotional freedom therapy) agar

Page 140: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

125

emosi yang terjadi pada penerima manfaat dapat teratasi

dengan baik dan tersalurkan dengan baik terlebih lagi terlihat

bahwa kejolakan emosi yang di alami anak-anak tuna rungu

wicara lebih tinggi dibanding anak-anak normal.

3. Kepada pihak Panti Sosial Bina Rungu Wicara “Melati,

disarankan melengkapi alat ukur dalam penilaian spiritual, agar

dalam penilaian biopsikososial spiritual berjalan dengan

optimal.

Page 141: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

126

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto. Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial Depok:

Fisip UI Press, 2005

Akbar, Fredi. “Prinsip-prinsip etik pekerjaan social”, Artikel Diakses Pada

Tanggal 02 Maret 2014, dari:

http://kesejahteraansosialunpas.wordpress.com/2010/12/05/prinsip-

prinsip-etik-pekerjaan-sosial/

Ariefuzzaman, Siti Napsiyah dan Fuaida, Lisma Diawati. Belajar Teori Pekerja

Sosial, Jakarta:Lembaga Penelitian UIN syarif Hidayatullah Jakarta,

2011.Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT. Raja

Grafindo, 1990.

Asmadi. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC,

2008.

Barnes, Colin dan Mercer, Geof. Disabilitas Sebuah Pengantar. Penerjemah Siti

Napsiyah dkk, Jakarta: PIC UIN Jakarta,2007.

Data Program Perlindungan Sosial PPLS Bappenas 2012.

Chayoo, Wawa. “Pengertian, Fungsi dan Peran Pekerja Sosial”, Artikel diakes

pada Tanggal 12 Februari 2014, dari:

http://wawachayoo.blogspot.com/2012/07/pengertian- fungsi-dan-

peran-pekerja.html

Departemen Sosial, Standar Rehabilitasi Psikososial Pekerja Migran, Jakarta:

2004.\

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Kamus Pusat Pembinaan

dan Pengembangan Bahasa Balai Pustaka,1998.

Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial Direktorat Rehabilitasi sosial Orang

Dengan Kecacatan Kementerian Sosial Republik Indonesia,

Panduan Pelaksanaan Komunikasi Total Bagi Orang Dengan

Kecacatan Rungu Wicara, Jakarta: Kementerian Sosial Republik

Indonesia.

Elly, M. Setiadi dan Kolip, Usman. Pengantar Sosiologi, (Pemahaman Fakta dan

Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya)

Jakarta: Kencana 2011.

Page 142: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

127

Fahrudin, Adi. Pengantar Kesejahteraan Sosial, Bandung: PT Refika Aditama,

2012.

Ghoniy, M. Djunaidi & Almansyur, Fauzan. Metodelogi Penelitian Kualitatif,

Depok: Ar-Ruz Media, 2012.

Hasan, HM.Cholis dan Malik, Abdul. Keputusan Menteri Sosial Republik

Indonesia Nomor 10/HUK/2007/Tentang Pembinaan Tekhnis Jabatan

Fungional Pekerja Sosial Nomor43/HUK/2007 Tentang Pedoman

Pendidikan & Pelatihan Jabatan Fungsional Pekerja Sosial, Biro

organisasi & Kepegawaian Departemen Sosial, 2007.

Hermawati, Istiana. Metode dan Praktek Dalam Praktik Pekerjaan Sosial,

Jogjakarta: Adi Cipta Karya Nusa, 2001.

Moloeng, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif , Bandung: PT. Remaja Rosyda

Karya, 1993.

Nahli Nahla, “BioPsikoSosial” artikel diakses pada 7 Maret 2013, dari

http://nahlanahli.blogspot.com/2012/10/biopsikososial.html

Psikology Dunia, “Pengertian Anak” artikel diakses pada 18 Februari 2014 dari

http://www.duniapsikology.com/pegertian-anak-sebagai-makhluk-sosial/.html

Rumah Tunarungu wicara, “Special Education For Change to be Better”, Artikel

Diakses pada Tanggal 15 Februari 2014, dari: http//arozi-k5113006-

plbuns13.blogspot.com/2013/10/karakteristik-anak-tunarungu-

wicara_28.html?m=1.

Rusmiyati, Chatarina, dkk. Efektifitas Peran Pekerja Sosial Studi Kasus Panti

Sosial Petirahan Anak Satria Baturaden, Yogyakarta: Balai

Pendidikan dan Penlitian Kesejahteraan Sosial, Balai Besar

Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial, 2013.

Situmorang, Chazali H. Mutu Pekerja Sosial Di Era Otonomi Daerah, Jawa

Barat: Cinta Indonesia, 2013.

Suharto, Edi, ed. Pekerja Sosial Klinis, Jakarta: Pustaka Societa, 2008.

Sulistiyanto, Anggara Dwi, dkk. Kebutuhan Dasar Manusia, Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC, 2013.

Soetarjo. Praktek Pekerja Sosial, Bandung: Kopma STKS, 1993.

Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak, Surabaya: Laboratorium Ilmu Kesehatan

Anak Universitas Airlangga, 1998.

Page 143: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

128

Sumber Pedoman Pekerja Sosial (Dinas Sosial Provinsi Tuban) Artikel Ini Diakes

13 Maret 2014 dari

http://pekerjasosialtuban.wordpress.com/pekerjaan-sosial/

Somantri, T. Sutjihati. Psikology Anak Luar Biasa, PT Refika Aditama, Bandung,

2006.

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian 2 Ilmu

Pendidikan Praktis, Jakarta: PT Imperal bhakti Utama, 2007.

Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1997 Tentang Penyandang Cacat Pasal 1

BAB 1

Undang-Undang RI Nomor 4 tahun 1997 Tentang Penyandang Cacat Pasal 5

BAB 3

Uripni, Chistina Lia, dkk. Komunikasi Kebidanan, Jakarta: Buku Kedokteran

EGC, 2003.

Yuniati, Minarni Vila. Kebutuhan Dasar Manusia, Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC, 2013.

Yusuf, Syamsu. Psikology Perkembangan Anak dan Remaja Bandung: Penerbit

PT Remaja Rosdakarya, Januari 2011.

Page 144: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara
Page 145: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara
Page 146: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara
Page 147: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

Pedoman Wawancara ( Koordinator Pekerja Sosial)

Nama Lengkap :

Nama Inisial :

Jenis Kelamin :

Jabatan di Panti :

Tempat dan Tanggal Wawancara :

Peran Pekerja Sosial Terhadap Perkembangan Bio :

1. Bagaimana pemahaman anda mengenai tunarungu wicara ?

2. Apakah Tinggi dan berat badan anak-anak tunarungu wicara sama

dengan anak normal lainnya ?

3. Apakah penerima manfaat sering mengalami sakit ?

4. Apa saja peranan pekerja sosial yang digunakan dalam penanganan

penerima manfaat terkait perkembangan bio ?

5. Apa saja peranan pekerja sosial terkait pelayanan kesehatan ?

6. Apa saja prinsip-prinsip pekerja sosial yang digunakan dalam

penangan peneriama manfaat terkait perkembangan bio ?

7. Metode apa saja yang biasa digunakan dalam penanganan penerima

manfaat terkait perkembangan bio ?

8. Siapa saja yang terlibat dalam bimbingan fisik yang diberikan ?

Peran Pekerja Sosial Terhadap Perkembangan Psikososial :

1. Bagaimana dengan motivasi belajar anak-anak di panti ?

2. Pamahaman terkait apa saja yang diberikan pekerja sosial di kelas

bimbingan sosial ?

3. Bagaimana rasa ingin tahu anak ?

4. Bagaimana kondisi emosional anak ?

5. Bagaimana anda menilai emosi anak ini stabil atau tidak (cara bicara,

berpikir, respon dari permasalahan anak) ?

6. Bagaimana keterikatan anak-anak tunarungu wicara dengan

lingkungan (apakah bisa menerima penerima manfaat)

7. Apa saja peranan pekerja sosial yang diberikan terhadap psikososial ?

8. Dalam memberikan peranannya kepada anak, teori pekerja sosial apa

saja yang digunakan ?

9. Bagaimana anak-anak dengan relasi rekan-rekannya di panti atau

kepada orang yang lebih tua darinya ?

10. Apa saja prinsip pekerja sosial yang diberikan terhadap psikososial ?

11. Metode apa saja yang diberikan pekerja sosial terhadap anak ?

12. Apakah ganjaran atau imbalan yang diberikan pekerja sosial kepada

anak jika berbuat benar dan baik ?

13. Apakah hukuman yang diberikan pekerja sosial kepada anak jika

berbuat salah ?

14. Apakah anak pernah memperhatikan rasa setia kawannya ?

Page 148: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

Peran Pekerja Sosial Terhadap Perkembangan Spiritual :

1. Apa sajakah peranan pekerja sosial dalam memberikan pemahaman

terkait kepercayaan yang dianut ?

2. Bagaimana cara pekerja sosial mengkomunikasikan pandangan agama

kepada anak ?

Page 149: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

Pedoman Wawancara (Pekerja Sosial)

Nama Lengkap :

Nama Inisial :

Jenis Kelamin :

Jabatan di Panti :

Tempat dan Tanggal Wawancara :

Peran Pekerja Sosial Terhadap Perkembangan Bio :

1. Bagaimana pemahaman anda mengenai tunarungu wicara ?

2. Berapa tinggi dan berat badan “N” ?

3. Berapakah umur “N” ?

4. Apakah orang tua “N” atau saudara kandung “N” memiliki riwayat

kelainan yang sama dengan yang “N” derita ?

5. Bagaimana kebutuhan gizi “N” ?

6. Dari manakah “N” berasal ?

7. Bagaimana status sosial ekonomi keluarga “N” ?

8. Apakah “N” pernah mengalami sakit ?

9. Bagaimana catatan kesehatan “N” ?

10. Sudah pada tingkat berapa tingkat disabilitas “N” ?

11. Sejak umur berapa “N” menderita tunarungu wicara ?

12. Apa saja peranan pekerja sosial terkait pelayanan kesehatan “N” ?

13. Apa saja peranan pekerja sosial yang digunakan dalam penanganan

penerima manfaat terkait perkembangan bio ?

14. Apa saja prinsip-prinsip pekerja sosial yang digunakan dalam

penangan peneriama manfaat terkait perkembangan bio ?

15. Apa saja fungsi Pekerja sosial yang digunakan dalam penanganan

penerima manfaat terkait perkembangan bio ?

16. Metode apa saja yang biasa digunakan dalam penanganan penerima

manfaat terkait perkembangan bio ?

17. Siapa saja yang terlibat dalam bimbingan fisik yang diberikan ?

18. Bimbingan fisik apa yang sedang penerima manfaat jalankan ?

19. Apakah penerima manfaat sering melakukan konseling ?

20. Ekspresi tubuh seperti apa yang sering pekerja sosial lihat pada saat

melakukan konseling ?

Peran Pekerja Sosial Terhadap Perkembangan Psikososial :

1. Apakah “N” termasuk anak yang disiplin ?

2. Apakah “N” termasuk anak yang mandiri ?

3. Apakah “N” selalu hadir dalam setiap kegiatan ?

4. Biasanya apa yang membuat “N” tidak menghadiri kegiatan ?

5. Bagaimana dengan motivasi belajar “N” ?

6. Pamahaman terkait apa saja yang diberikan pekerja sosial di kelas

bimbingan sosial ?

7. Bagaimana tingkat kecerdasan atau prestasi “N” ?

8. Apakah minat dan bakat yang dimilki “N” ?

9. Apakah “N” anak yang pemalu atau percaya diri ?

10. Apakah “N” mengalami kepercayaan yang tinggi ?

Page 150: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

11. Apakah “N” pernah merasakan stress atau kesehatan kejiwaan yang

mengakibatkan penghambatan dalam tumbuh kembangnya ?

12. Apakah “N” termasuk ke dalam anak yang manja,pemboros, dan

sombong ?

13. Apakah “N” pernah mengalami trauma ?

14. Bagaimana kondisi emosional anak ?

15. Bagaimana anda menilai emosi anak ini stabil atau tidak (cara bicara,

berpikir, respon dari permasalahan anak) ?

16. Apakah ia pernah pindah ?

17. Bagaimana keterikatan “N” dengan lingkungan (apakah bisa menerima

penerima manfaat)

18. Seberapa sering penerima manfaat pulang kerumah serta mengunjungi

keluarganya ?

19. Siapa yang mengambil keputusan penerima manfaat berada dipanti ?

siapa yang mengantar ?

20. Apa saja peranan pekerja sosial yang diberikan terhadap psikososial

“N” ?

21. Dalam memberikan peranannya kepada anak, teori pekerja sosial apa

saja yang digunakan ?

22. Apa saja prinsip pekerja sosial yang diberikan terhadap psikososial

“N” ?

23. Metode apa saja yang diberikan pekerja sosial terhadap anak ?

24. Terapi psikososial apa saja yang diberikan terhadap anak ?

25. Apakah ganjaran atau imbalan yang diberikan pekerja sosial kepada

“N”

jika “N” berbuat benar dan baik ?

26. Apakah hukuman yang diberikan pekerja sosial kepada “N” jika “N”

berbuat

salah ?

27. Bagaimana “N” dengan orang lain dilingkungan sekitarnya ?

28. Bagaimana “N” menanggapi reaksi yang terjadi dilingkungan

sekitarnya ?

29. Bagaimana “N” dengan relasi rekan-rekannya di panti ataupun kepada

orang yang lebih tua darinya ?

30. Apakah anak pernah memperhatikan rasa setia kawannya ?

31. Bagaimana hubungan “N” dengan orang-orang di panti ?

32. Bagaimana hubungan “N” dengan anda ?

Peran Pekerja Sosial Terhadap Perkembangan Spiritual :

1. Apakah kepercayaan yang dianut “N” ?

2. Dari manakah “N” belajar mengenal Tuhannya ?

3. Bagaimana cara “N” mendekatkan diri kepada tuhannya ?

4. Bagaimana sikap “N’ terhadap hari-hari besar agamanya ?

5. Apa sajakah peranan pekerja sosial dalam memberikan pemahaman

terkait kepercayaan yang dianut ?

6. Bagaimana cara pekerja sosial mengkomunikasikan pandangan agama

kepada anak ?

Page 151: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

Pedoman Wawancara (Pembimbing Agama Islam)

Nama Lengkap :

Nama Inisial :

Jenis Kelamin :

Jabatan di Panti :

Tempat dan Tanggal Wawancara :

1. Apakah kepercayaan yang dianut “N” dan “Y” ?

2. Bagaimana cara “N” dan “Y” mendekatkan diri kepada tuhannya ?

3. Bagaimana sikap “N” dan “Y” terhadap hari-hari besar agamanya ?

4. Pemahaman apa saja yang diajarkan ke anak ?

5. Respon mereka terhadap pemahaman agama bagaimana ?

6. Siapa saja yang ikut terlibat ?

Page 152: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

TranskripWawancara ( Koordinator Pekerja Sosial)

Nama Lengkap : Yuyun Susilawati

Nama Inisial : YS

Jenis Kelamin : Perempuan

Jabatan di Panti :Koordinator Pekerja Sosial

Tempat Wawancara : PSBRW “Melati”

Peran Pekerja Sosial Terhadap Perkembangan Bio :

Wawancara Pada Tanggal 19 Mei 2014

1. Bagaimana pemahaman anda mengenai tunarungu wicara ?

“secara fisik mereka sehat hanya saja mereka memiliki

keterbatasan dalam hal berbicara dan mendengar, yang

menjadi ciri khasnya adalah bahasa yang minim, ciri lain

yang dapat terlihat mereka menggunakan bahasa isyarat”

2. Apakah Tinggi dan berat badan anak-anak tunarungu

wicara sama dengan anak normal lainnya ?

“mereka anak-anak istimewa Tuhan, mereka luar biasa

cantik, tampan rata-rata memiliki bentuk tubuh yang tinggi

dan berat badan yang sesuai dengan anak-anak normal

bahkan tidak kalah dengan anak normal di luar sana.”

3. Apakah penerima manfaat sering mengalami sakit ?

“palingan hanya sakit biasa (pilek, batuk) Di panti juga

menyediakan dokter yang datang sebulan sekali, kan anak-

anak setiap bulannya dicek tingkat disabilitasnya berapa

DB.”

4. Apa saja peranan pekerja sosial yang digunakan dalam

penanganan penerima manfaat terkait perkembangan bio ?

“bio itu kan terkait fisik, seperti senam bersama semua

peksos dan pegawai terjun langsung ikut berpartisipasi, dan

olahraga yang lainnya anak-anak di sini ya boleh ikut apa

saja tujuannya kan agar menambah kebugaran mereka,

mengeluarkan bakat dan minat mereka, tidak jarang dari

mereka juga meraih piagam penghargaan, karena banyak

yang berprestasi.”

5. Apa saja peranan pekerja sosial terkait pelayanan kesehatan

?

“menemani mereka dan memberikan obat apabila masih bia

disembuhkan dengan obat yang ada di klinik panti, kalau

tidak ada ya biasanya kami panggil dokter yang memang

udah biasa menangani anak kami di sini ya ika.”

6. Apa saja prinsip-prinsip pekerja sosial yang digunakan

dalam penangan penerima manfaat terkait perkembangan

bio ?

“menghargai martabat manusia bahwa kita tidak boleh

melihat klien dengan latar belakang sosial mereka,

penerimaan menerima apa adanya, kesempatan yang sama,

Page 153: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

bahwa mereka layak mendapatkan bimbingan fisik seperti

anak normal. menentukan diri sendiri mereka berhak

menentukan ingin ikuti, sesuai dengan bakatnya peksos

hanya memberikan arahan yang terbaik.”

7. Metode apa saja yang biasa digunakan dalam penanganan

penerima manfaat terkait perkembangan bio ?

“bimbingan individu (case work) konseling di mana saja,

anak-anak itu jarang mendatangi kami, dia taunya curhat.

kami rangkulah mereka kami tanyakan “kenapa kamu tidak

makan?” Atau “kenapa kamu tidak mengikuti kegiatan ?,

bimbingan kelompok (group work) bimbingan fisik yang

dilaksanakannya dengan berkelompok, tujuannya dapat

bergaul dengan sesama anggota kelompok secara baik. Dan

Social community organization yang berhubungan dengan

berhubungan dengan masyarakat luar.”

8. Siapa saja yang terlibat dalam bimbingan fisik yang

diberikan ?

“Semua pekerja sosial ikut terlibat dan para instruktur.”

Peran Pekerja Sosial Terhadap Perkembangan Psikososial :

Wawancara Pada Tanggal 20 Mei 2014

1. Bagaimana dengan motivasi belajar anak-anak di panti ?

“PM ya ada yang disiplin, ada yang tidak, namanya juga

anak-anak ya masih suka ada yang sukanya bermain-main.”

2. Pamahaman terkait apa saja yang diberikan pekerja sosial di

kelas bimbingan sosial ?

”konsep diri, actualisasi diri, mereka harus mengetahui apa

itu konsep diri terus bagaimana mereka mengaktualisasikan

diri mereka di depan orang banyak.”

3. Bagaimana rasa ingin tahu anak ?

“kalau anak-anak tunarungu wicara, rasa keingin tahuannya

menggebu-gebu, mereka ingin tahu apa si itu, miskin

bahasa membuat mereka minim terhadap informasi.”

4. Bagaimana kondisi emosional anak ?

“cenderung lebih besar dibanding anak normal, masalah

kecil menjadi besar hanya karena salah paham misalnya.”

5. Bagaimana anda menilai emosi anak ini stabil atau tidak

(cara bicara, berpikir, respon dari permasalahan anak) ?

“dilihat saat berinteraksi apakah ia seperti meledak-ledak,

ketakutan terbata-bata, atau ceria tidak murung cara

berinteraksinya santai tidak terburu-buru.”

6. Bagaimana keterikatan anak-anak tunarungu wicara dengan

lingkungan (apakah bisa menerima penerima manfaat)

“ada mungkin yang diperlakukan seperti berlebihan, ada

juga yang menerima, ada juga yang menganggap itu aib

mereka dibawa ke panti dan tidak pernah dijenguk,

melepaskan semua tanggung jawabnya ke panti.”

7. Apa saja peranan pekerja sosial yang diberikan terhadap

Page 154: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

psikososial ?

“peranan sebagai mediator mengkaitkan PM dengan sumber

terkait orang baru yang ingin berinteraksi dengan PM yang

belum bisa menggunakan isyarat, motivator dalam

membangun motivasi anak, membangun jiwa mereka.”

8. Dalam memberikan peranannya kepada anak, teori pekerja

sosial apa saja yang digunakan ?

“seperti teori psikodinamik bahwa tingkah laku berasal dari

gerakan dan interaksi yang terjadi, anak-anak di sini kan

biasanya hanya melihat saja terkadang ia belum tentu dapat

menangkap apa yang kita maksud padahal apa yang mereka

lihat belum tentu seperti itu, pikiran yang mereka pikirkan

mempengaruhi tingkah laku mereka.”

9. Bagaimana anak-anak dengan relasi rekan-rekannya di

panti ataupun kepada orang yang lebih tua darinya ?

“kalau mereka sudah diajarkan dari kecil dan di berikan

informasi, pastinya mereka akan bersikap sopan.”

10. Apa saja prinsip pekerja sosial yang diberikan terhadap

psikososial ?

“prinsip komunikasi mereka menggunakan bahasa isyarat

ya kami juga harus bisa menggunakan isyarat. Kerahasian

menjaga identitas klien, tapi kalau memang

permasalahannya harus di selesaikan secara bersama-sama

peksos juga boleh memberitahu kepada peksos lainnya.

individualisasi bahwa dalam menangani masalah anak tidak

boleh menyamaratakan dalam pemecahan masalahnnya.

Sadar diri, Misalnya saja jikalau pekerja sosial tidak

sanggup menangani masalah klien maka jangan dipaksakan.

Pekerja sosial sadar akan potensi dan kemampuannya.”

11. Metode apa saja yang diberikan pekerja sosial terhadap

anak ?

“metode bimbingan individu, seperti konseling “kami

tanyakan kenapa kamu sedih?” konseling kan bisa

dilakukan dimana saja, metode group work seperti kegiatan

pramuka (dinamika kelompok, terapi yang dilakukan secara

kelompok terapi EFT Emotional Freedom Terapy dilakukan

untuk kejolakan emosi, pemberian terapi kognitif yang

dilakukan dengan menyetelkan video, terapi senam otak kiri

dan kanan. Dari metode group work kita dapat melihat

bagaimana keterikatan PM dengan lingkungan

kelompoknya. kalau metode bimbingan kemasyarakatan

saat praktek belajar kerja karena berhubungan dengan

masyarakat luar.”

12. Apakah ganjaran atau imbalan yang diberikan pekerja

sosial kepada anak jika berbuat benar dan baik ?

“jangan segan-segan berikan pujian, tapi pujiannya

membangun, mereka senang apabila diperhatikan.”

13. Apakah hukuman yang diberikan pekerja sosial kepada

Page 155: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

anak jika berbuat salah ?

“setiap masalah itu kalau memang tidak bisa diselesaikan

karena sikonnya biasanya kami CC kan dengan pihak

terkait untuk menyelesaikannya.”

14. Apakah anak pernah memperhatikan rasa setia kawannya ?

“solidaritanya tinggi terhadap teman sekelompoknya,

kepada komunitasnya, mereka akan menunjukan sikap

setia kawan, terlihat pada saat permainan atau kegiatan

yang berkaitan dengan kelompok.”

Peran Pekerja Sosial Terhadap Perkembangan Spiritual :

Wawancara Pada Tanggal 22 Mei 2014

1. Apa sajakah peranan pekerja sosial dalam memberikan

pemahaman terkait kepercayaan yang dianut ?

“pekerja sosial dapat menyelipkan materi agama misalnya

di apel pagi, peranan sebagai informator misalnya bahwa

apa aja yang tidak diperbolehkan dan tidak oleh agama,

atau kegiatan bimsos, ada guru agama yang memberikan

pengajaran setiap hari senin.”

2. Bagaimana cara pekerja sosial mengkomunikasikan

pandangan agama kepada anak ?

“anak-anak harus tahu siapa Tuhannya, untuk apa mereka

sholat, kalau sudah berwudhu jangan sampai tercolek

dengan laki-laki, atau laki-laki sebaliknya jangan sampai

tercolek dengan perempuan. Misalnya seperti itu, kita

komunikasikan seringan mungkin bahasanya, agar apa

yang maksud tersampaikan kepada mereka.”

Page 156: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

Transkip Wawancara (Pekerja Sosial)

Nama Lengkap : Suminah

Nama Inisial : SM

Jenis Kelamin : Perempuan

Jabatan di Panti : Pekerja sosial

Tempat Wawancara : PSBRW “Melati”

Peran Pekerja Sosial Terhadap Perkembangan Bio :

Wawancara Pada Tanggal 27 Mei 2014

1. Bagaimana pemahaman anda mengenai tunarungu wicara ?

“secara fisik sehat, mereka terdapat kelainan pada indera pendengaran

dan pengecapannya sehingga mereka tidak dapat mendengar dan

mengucapkan kata dengan baik, di karenakan mereka memang tidak

bisa menangkap komunikasi dengan baik.”

2. Berapa tinggi dan berat badan “N” ?

“Tinggi bandan “N” 143 cm dan 33 kg mbak.”

3. Berapakah umur “N” ?

“Umur N sekarang 16 tahun.”

4. Apakah orang tua “N” atau saudara kandung “N” memiliki riwayat

kelainan yang sama dengan yang “N” derita ?

“tidak ada yang menderita cacat ataupun tunarungu wicara.”

5. Bagaimana kebutuhan gizi “N” ?

“kan di sini diberikan makan tiga kali sehari ya mbak. Insyaallah menu

makanannya sehat dan bergizi, kami juga sedih jika ada yang mendengar

bahwa ada anak yang tidak sarapan. Makanlah nanti kamu sakit.

Disitulah peran kami dimainkan kami menjadi konselor “N” juga selalu

disiplin dalam makan. Kalau untuk “Y” ia juga termasuk anak yang

disiplin dalam makan.”

6. Dari manakah “N” berasal ?

“N” itu kediamannya di Depok Beji itu lho mbak.”

7. Bagaimana status sosial ekonomi keluarga “N” ?

“baik, orang tua “N” mempunyai usaha warung milik usaha pribadinya.”

8. Apakah “N” pernah mengalami sakit ?

“N” itu jarang sakit, dia itu kan anaknya disiplin ya mengenai makan,

dia juga tau kalo dia tidak makan dia akan sakit, dia itu ya kalo malam

sering minum susu, kan orang tuanya kalau menjenguk selalu

membawakan susu “N” kalau sakit juga hanya batuk,pilek sakit perut.”

9. Bagaimana catatan kesehatan “N” ?

“tidak punya riwayat kesehatan yang serius atau parah mbak.”

10. Sudah pada tingkat berapa tingkat disabilitas “N” ?

“pada tingkat yang berat 102,5 dB telinga kanan dan pada telinga

kirinya 95,0 dB. kelebihannya masih bisa menangkap bahasa bibir dan

masih terdapat sisa suaranya masih samar-samar terdengar.”

11. Sejak umur berapa “N” menderita tunarungu wicara ?

“N” itu menderita tunarungu wicara sejak kecil.“N” karena kecelakaan

yang menimpa dirinya.”

12. Apa saja peranan pekerja sosial terkait pelayanan kesehatan “N” ?

“memberikan informasi kepada anak bahwa menjaga kesehatan itu baik,

Page 157: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial :

Wawancara Pada Tanggal 28 Mei 2014

1. Apakah “N” termasuk anak yang disiplin ?

“dia ikutin aturan aja disiplin, aktif kecuali kalau dia lagi sakit atau dia

lagi tidak mood/sedang bermasalah dengan temannya, suka cari-cari

alasan, nanti dia tiba-tiba nangis.”

2. Apakah “N” termasuk anak yang mandiri ?

“dahulunya si dia juga pasti berpikir, kenapa di sini harus mengerjakan

sakit itu tidak enak, kami sebagai peksos harus sigap, kita temani kita

tanyakan “adek kenapa? sakit apa?” kalau memang masih bisa diberikan

obat yang ada di panti ya kami berikan, kalau memang butuh

penanganan Dokter ya biasanya kami memanggil Dokter.”

13. Apa saja peranan pekerja sosial yang digunakan dalam penanganan

penerima manfaat terkait perkembangan bio ?

“memberikan informasi mengenai alat reproduksinya.”

14. Apa saja prinsip-prinsip pekerja sosial yang digunakan dalam

penanganan penerima manfaat terkait perkembangan bio ?

“memberikan kesempatan yang sama bahwa boleh diikutkan bimbingan

fisik renang. Self determination, dalam mereka dapat memilih sendiri

sesuai dengan kemampuannya kita di sini hanya mengarahkan yang

terbaik untuknya.”

15. Apa saja fungsi Pekerja sosial yang digunakan dalam penanganan

penerima manfaat terkait perkembangan bio ?

“mempermudah interaksi kan terkadang PM harus dihadapkan dengan

orang di sekitarnya yang belum mengerti bahasanya mereka.”

16. metode apa saja yang biasa digunakan dalam penanganan penerima

manfaat terkait perkembangan bio ?

“case worknya itu ya konseling dengan PM, apabila PM tidak bisa hadir

di kegiatan bimbingan fisik kita bisa tanyakan “kamu kenapa tidak ikut ?

kami selalu menanyakan kenapanya kamu tidak makan ? makanlah nanti

kamu sakit. Disitulah peran kami dimainkan kami menjadi konselor

nantinya mereka akan bercerita dengan sendirinya.”

17. Siapa saja yang terlibat dalam bimbingan fisik yang diberikan ?

“semua peksos terlibat ko mbak, ada instrukturnya juga.”

18. Bimbingan fisik apa yang sedang penerima manfaat jalankan ?

“ya itu yang saya ketahui dia ikut karate, sama ikut berenang,

bimbingan karate tergantung moodnya, kadang dia bilang malas kadang

bilang capek. Dan “Y” senang ketika mengikuti senam ia kan pedenya

tinggi sekali jadi senang gerak sana-sini.”

19. Apakah penerima manfaat sering melakukan konseling ?

“konselingnya itu kapan saja mbak seenaknya dia aja gitu, saya itu kan

tinggalnya di dalam sebagai pengasuhnya juga dia kalau lagi ada

masalah dengan teman di asrama dia kerumah ngadu sampe nangis.”

20. Ekspresi tubuh seperti apa yang sering pekerja sosial lihat pada saat

melakukan konseling ?

“ya tadi kalau memang sampai dia harus nangis ya nangis nanti teriak-

teriak atau sedih murung ya seperti itu lah mbak.”

Page 158: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

sendiri, dulunya tuh sering nangis pengen pulang terus, lama kelamaan

kemandirian itu timbul, oh ternyata saya di sini saya harus bisa ternyata

temen-temen saya bisa semua.”

3. Apakah “N” selalu hadir dalam setiap kegiatan ?

“mau ikut serta untuk tampil, tidak mau kalah dengan yang lainnya.”

4. Biasanya apa yang membuat “N” tidak menghadiri kegiatan ?

“kalau dia sedang ada masalah dengan teman dikelasnya, atau kalau

beberapa minggu tidak dijemput mamahnya iya akibatnya ia menjadi

uring-uringan.”

5. Bagaimana dengan motivasi belajar “N” ?

“disiplin, aktif, mau terus belajar ya, dia juga selalu memperhatikan

pelajaran, responnya baik semua tugasnya dikerjakan,”

6. Pamahaman terkait apa saja yang diberikan pekerja sosial di kelas

bimbingan sosial ?

“seperti materi pelajaran konsep diri, aktualisasi diri, kewirausahaan,

matematika, bahasa indonesia, pendidikan agama, SIBI.”

7. Bagaimana tingkat kecerdasan atau prestasi “N” ?

“dulunya kan “N” juga pernah mengenyam bangku sekolah, namun

karena pada waktu sekolah di luar panti ia kalau di ajarinnya malas,

maka dari itu dia jadi sedikit terlambat dalam menerima pelajaran.”

8. Apakah minat dan bakat yang dimilki “N” ?

“terlihat pada seni musik angklung ia bisa memainkan alunan musik

angklung tari daerah bisa lah sedikit-sedikit.”

9. Apakah “N” anak yang pemalu atau percaya diri ?

“pemalu, dengan orang baru yang berada di sekitarnya belum bisa

terbuka kalau memang ia belum nyaman.”

10. Apakah “N” pernah merasakan stress atau kesehatan kejiwaan yang

mengakibatkan penghambatan dalam tumbuh kembangnya ?

“pernah mengalami depresi ketika temen dekatnya mau lulus dia pengen

ikutan berenti, akhirnya ia pulang kerumah sebulan. Sering marah

murung dan sensitif. Masalah itu menjadi berpengaruh ke teman

temannya.”

11. Apakah “N” termasuk ke dalam anak yang manja, pemboros, dan

sombong ?

“manja kalau minta apa-apa harus dituruti. Kalau enggak ya dia

ngambek marah. Emosinya juga cenderung lebih besar dibanding anak

normal. Borosnya si engak dan bukan termasuk anak yang sombong.”

12. Apakah “N” pernah mengalami trauma ?

“N” tidak pernah mengalami trauma.”

13. Bagaimana kondisi emosional anak ?

“belum stabil seperti ngambek, egois, masa peralihan kanak-kanak ke

remaja awal. Kalau nangis ya nangisnya kenceng seperti anak kecil.”

14. Bagaimana anda menilai emosi anak ini stabil atau tidak (cara bicara,

berpikir, respon dari permasalahan anak) ?

“ia marah, kecewa, senang atau menyembunyikan sesuatau itu terlihat.”

15. Apakah ia pernah pindah rumah ?

“sejak kecil “N” sudah tinggal di Depok dengan keluarganya.”

16. Bagaimana keterikatan “N” dengan lingkungan (apakah bisa menerima

Page 159: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

penerima manfaat) ?

“baik, harmonis, mereka dapat menerima “N” apa adanya.”

17. Seberapa sering penerima manfaat pulang kerumah serta mengunjungi

keluarganya ?

“dahulunya si dia itu sering pulang seminggu sekali, sekarang kalau

pulang kerumah ya sebulan sekali.”

18. Siapa yang mengambil keputusan penerima manfaat berada dipanti ?

siapa yang mengantar ?

“orang tua “N” dan mereka berharap “N” dapat mandiri dan mempunyai

keterampilan nanti menuju masa depannya.”

19. Apa saja peranan pekerja sosial yang diberikan terhadap psikososial “N”

?

“Anak-anak di sini juga sudah banyak yang menginjak masa remaja,

yang kami inginkan disini kan anak-anak dapat mandiri, dapat terlepas

dari ketergantungan orang tuanya. Saya yang mencarikan jaringan

perusahaan itu sudah merupakan peranan sebagai fasilitator. Kita harus

berani membela anak anak kita kalau memang mereka punya mereka itu

benar.”

20. Dalam memberikan peranannya kepada anak, teori pekerja sosial apa

saja yang digunakan ?

“teori psikodinamik dalam memecahkan ketakutan biasanya kan

perilaku dan pikiran berpengaruh dengan lingkungan sosialnya.”

21. Apa saja prinsip pekerja sosial yang diberikan terhadap psikososial “N”

?

“anak itu tidak boleh dibeda-bedakan prinsip penerimaan dan

menghargai martabat manusia. Kerasiaan dijunjung tinggi, tetapi kalau

sama peksos kami saling terbuka. Prinsip tidak menghakimi dalam

menyatakan salah dan benar, kami juga harus tau permasalahannya.”

22. Metode apa saja yang diberikan pekerja sosial terhadap anak ?

“group worknya dalam memberikan terapy yang dilakukan secara

kelompok, metode tersebut dilakukan sesuai dengan kebutuhannya.

Kami lebih seringnya diselesaikan group work, susah untuk anak-anak

dibuka permasalahannya karena mereka pintar menyembunyikan

masalah. Metode ke masyarakat seperti PBK.”

23. Terapi psikososial apa saja yang diberikan terhadap anak ?

“terapi permainan-permainan pada kegiatan pramuka.”

24. Apakah ganjaran atau imbalan yang diberikan pekerja sosial kepada “N”

jika “N” berbuat benar dan baik ?

“imbalan reward senyuman, rangkulan, pujian yang membangun.”

25. Apakah hukuman yang diberikan pekerja sosial kepada “N” jika “N”

berbuat salah ?

“biasanya peksos melakukan Case Conference dalam menyelesaikan

masalah agar menemukan rekomendasi pemecahannya, tetapi ada juga

permasalahan yang tidak melibatkan proses CC.”

26. Bagaimana “N” dengan orang lain dilingkungan sekitarnya ?

“pemalu,cenderung tertutup kalau memang dia belum merasa nyaman.”

27. Bagaimana “N” menanggapi reaksi yang terjadi di lingkungan sekitarnya

?

Page 160: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

“mengabsen teman-teman di kelas, menghapus papan tulis kalau “Y”

mimpin doa ya dia langsung memimpin bagus memang pedenya positif.”

28. Bagaimana “N” dengan relasi rekan-rekannya di panti ataupun kepada

orang yang lebih tua darinya ?

“terjalin harmonis, ia sadar akan kemampuannya, ia tidak marah apabila

teman-temannya menjauhi dia karena kemampuannya kurang. Namun

ada salah satu teman yang selalu menggangu “N” mungkin maksudnya

bukan menggangu tapi caranya salah, tetapi “N” tidak pernah

menggangap bahwa ia musuhnya.”

29. Apakah anak pernah memperhatikan rasa setia kawannya ?

“pada kegiatan outbond atau dalam menyembunyikan masalahnya

cenderung mereka menutup-nutupi masalah temannya karena tidak enak

dan takut dimarahi.”

30. Bagaimana hubungan “N” dengan orang-orang di panti ?

“terjalin interaksi yang baik.”

31. Bagaimana hubungan “N” dengan anda ?

“N” dekat dengan saya bahkan “N” memanggil saya dengan sebutan

“mama.”

Peran Pekerja Sosial Terhadap Perkembangan Spiritual :

Wawancara Pada Tanggal 29 Mei 2014

1. Apakah kepercayaan yang dianut “N” ?

“agama yang dianut “N” sejak ia dilahirkan adalah agama islam.”

2. Dari manakah “N” belajar mengenal Tuhannya ?

“orang tua “N” sudah banyak mengajarkan mengenal tuhannya sejak ia

masih kecil.”

3. Bagaimana cara “N” mendekatkan diri kepada tuhannya ?

“caranya dengan beribadah dan berdoa, ia juga sudah paham sholat 5

waktu. Disiplin sholat sesuai dengan jadwalnya. “N” sudah paham tata

urutan sholat, tetapi untuk bacaan belum hafal.”

4. Bagaimana sikap “N’ terhadap hari-hari besar agamanya ?

“N” sudah mengetahuinya, karna di sini terkadang ada peringatan

perayaan hari besar.”

5. Apa sajakah peranan pekerja sosial dalam memberikan pemahaman

terkait kepercayaan yang dianut ?

“kami menyelipkan pemahaman agama pada saat apel dan bimsos, tetapi

bimbingan agama biasanya di berikan pada hari Senin di siang hari. Doa

pendek atau surat pendek suruh hafalin dan biasanya suka ditempel

ditembok agar ia membaca. Untuk hal hal yang sifatnya yang memang

dia tidak paham atau belum pernah dengar ia tidak bisa seperti kata-kata

najis lalu kami menjelaskannya.”

6. Bagaimana cara pekerja sosial mengkomunikasikan pandangan agama

kepada anak ?

“Mereka paham kalau memang itu bersifat umum dan nyata dan jelas-

jelas kelihatan. Biasanya kami memberikan contoh secara klasikal.”

Page 161: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

Transkip Wawancara (Pembimbing Agama Islam)

Nama Lengkap : Syerli Natalia

Nama Inisial : SY

Jenis Kelamin : Perempuan

Jabatan di Panti :Pembimbing Agama Islam

Tempat dan Tanggal Wawancara : PSBRW “Melati”

Wawancara Pada Tanggal : 19 Juni 2014

1. Apakah kepercayaan yang dianut “N” dan “Y” ?

“agama yang dianut mereka adalah islam.”

2. Bagaimana cara “N” dan “Y” mendekatkan diri kepada tuhannya ?

“terlihat pada saat “N” dan “Y” melakukan ibadah, ia terlihat rajin “N” dan

“Y” selalu ada di mushola dan melaksanakan sholat zuhur ashar tepat

waktu mereka sering terlihat sholat berjamaah degan penerima manfaat dan

staff lainnya. ibu juga mengajarkan agar “N” dan “Y” selalu bersyukur ya

nak, jangan lupa berdoa sama Allah agar selalu diberikan kesehatan,

kepintaran.”

3. Bagaimana sikap “N” dan “Y” terhadap hari-hari besar agamanya ?

“memberikan informasi terkait hari-hari besar agama Islam, dipanti juga

mengadakan perayaan perayaan hari besar agama islam ko mbak di ini.”

4. Pemahaman apa saja yang diajarkan ke anak ?

“bacaan dan doa-doa surat pendek, bacaan sholat, akidah, larangan dan

perintah Allah SWT, macam-macam najis, pemahaman yang diberikan

kepada PM harus sesederhana mungkin agar mereka tahu apa yang kami

ingin sampaikan tersebut bisa tersampaikan kepada mereka. Bimbingan

agama bukan hanya ada pada siang hari melainkan ada pada malam hari

juga seperti ceramah. Kita juga tahu, harus maklum dan mengerti

keterbatasan yang mereka alami, IQ setiap anak pun berbeda.

5. Respon mereka terhadap pemahaman agama bagaimana

“mereka merespon baik, mereka dalam menjadikan pemahaman agamanya

sebagai acuan hidupnya, bahwa kalau melakukan yang di larang Allah

SWT nanti dimarahi sama Allah SWT, Allah tidak suka, itu jelek, jangan

di ulangi ya nak.”

6. Siapa saja yang ikut terlibat ?

“kegiatan di kelas guru pembimbing agama, dan pekerja sosial.”

Page 162: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

Transkip Pengamatan

Nama Inisial : N

Asal : Depok

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 16 Tahun

Agama : Islam

Tanggal Masuk PSBRW “Melati” : 26 Juni 2013

Tanggal Pengamatan : Awal penelitian

hingga akhir

penelitian

Mengamati Perkembangan Gambaran Fisik Anak Bila dilihat dari gambaran fisik PM, “N” memiliki postur tubuh

yang normal seperti anak-anak pada umumnya, karena memang

secara fisik ia memiliki badan yang sehat secara jasmani. “N”

memiliki paras wajah yang cantik dengan warna kulit kuning

langsat. Ia memiliki bola mata yang indah dan besar berwarna

hitam, bulu mata yang indah dan alis yang berwarna hitam, ia

memiliki hidung yang mancung serta memiliki pipi yang kurus,

bibirnya berwarna merah. PM “N” memakai jilbab untuk menutupi

kepalanya. “N” mempunyai tinggi badan 143 cm dan berat badan

33 kg, golongan darah B.

Mengamati Penampilan Anak

Pada saat peneliti bertemu dengan “N” pada kali awalnya kami

melakukan pendekatan, kami berdua bersalaman dan

memperkenalkan diri kami masing-masing. “N” terlihat malu-malu

saat peneliti mendekatinya dan mengajaknya untuk saling

mengenal, karena peneliti merupakan orang baru yang ia kenal. Ia

pun terlihat malu-malu saat peneliti memberikan senyum dan

sapaan kepadanya ketika kami berdua bertemu, ia selalu

memberikan senyuman hangatnya kepada peneliti sambil berlari

dan tertunduk malu. Setelah sudah lama kami dekat beberapa hari

kemudian “N” menjadi terbuka dan menyapa peneliti terlebih

dahulu ketika “N” melihat peneliti berada disekitar “N”. Ia

termasuk anak yang ceria. Karena peneliti melakukan penelitian di

saat jam pelajaran “N” yang berlangsung dari pagi hingga sore hari

menjelang, “N” selalu berpakaian rapi lengkap dengan seragam

dan sepatu yang ia ikat dengan rapi yang diberikan oleh pihak panti

untuk anak-anak asuhnya.

Mengamati Status Kesehatan

Seperti yang terlihat dari kasat mata orang baru yang melihatnya

dari kejauhan akan berpikir bahwa ia merupakan anak normal yang

sama dengan anak-anak lainnya, karena secara fisik “N” terlihat

sehat, tetapi jikalau diperhatikan dengan seksama “N” mengalami

ketunarungungan wicara yang menyebabkan “N” tidak bisa

Page 163: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

mengeluarkan kata-kata dan mendengar dari indera pendengaran

dan pengecapannya. Tingkat ketunarunguan “N” berbeda dengan

telinga kanan dan kirinya, ia pun masih bisa membaca gerak bibir

seseorang. “N” termasuk kedalam disabilitas tunarungu wicara

berat. Ada pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter THT setiap

bulannya, dokter dan perawat yang akan mengecek keadaan tingkat

disabilitas PM. Kelebihan yang dimilki “N” ia masih bisa

membaca gerak bibir dan pada telinga sebelah kiri penerima

manfaat masih terdapat sisa pendengaran sehingga ia bisa

mempergunakanannya untuk mendengar dan berkomunikasi

dengan orang normal lainnya. Selama “N” berada di PSBRW

“Melati” ia tidak pernah mengalami penyakit serius Yang ia alami

hanya penyakit ringan yang pada umumnya orang lain rasakan

seperti batuk, pilek, demam. PM termasuk anak yang disiplin

dalam hal makan dan istirahat.

Mengamati Psiko Anak

Mengamati Gambaran Tentang Emosi Anak

“N” mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang sama seperti

anak-anak panti yang lainnya. “N” adalah anak yang ceria dan aktif

ketika sedang berada di dalam kelas bimbingan sosial yang

diadakan pada siang hari. Tetapi sebaliknya apabila ia baru

menemukan orang yang baru ia kenal ia cenderung akan bersikap

malu-malu dan pendiam sampai ia merasakan bahwa orang yang

baru ia kenal dapat menerima keadaannya dan merasakan nyaman.

“N” akan bersikap marah dan menangis apabila ia merasakan hal

yang tidak mengenakan pada dirinya. Ia cenderung akan

mengadukan hal tersebut kepada pengasuh yang juga kebetulan

pekerja sosial yang menanganinya. Jika ia merasa kesal ia akan

marah, apalagi diketahui keadaan emosional anak-anak disabilitas

tunarungu wicara lebih sensitif dibanding anak normal pada

umumnya. “N” sering berteriak–teriak kepada lawan jenisnya dan

cenderung dikatakan berani apabila ia merasakan kesal dan hal

yang tidak mengenakan hatinya. “N” juga mempunyai sikap keras

kepala akan hal yang ia ingikan apapun yang ia ingin selalu minta

untuk dituruti. Apabila “N” menangis maka pengasuh dan pekerja

sosial akan mendiamkannya terlebih dahulu dan selalu

memberikan nasehat seperti kata-kata sabar dan terus berdoa sama

Allah SWT.

Mengamati Sosial Anak

Mengamati Hubungan Dengan Teman Sebaya

Hubungan “N” dengan teman sebayanya sangat baik karena “N”

terbilang anak yang ceria dan begitu akrab. Tetapi hanya ada satu

teman “N” yang membuat “N” merasa tidak nyaman apabila

teman “N” tersebut bermaksud mendekatinya karena perilaku

yang ditunjukan teman “N” tersebut terlalu berlebihan ia ingin

dekat dengan “N” tetapi malah membuat “N” merasa risih

Page 164: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

apabila ia didekatinya. Kerap kali terdengar pengaduan yang

diadukan “N” akibat perilaku teman “N” tersebut pengaduan

yang diadukan kepada ibu pengasuh yang juga pekerja sosial “N”

ia sering terlihat menangis saat mengadukan perilaku yang ia

alami. Bukan hanya pada saat di asrama yang memang kebetulan

ia didapati satu asrama, tetapi pada saat bimbingan sosial yang

diadakan dikelas ataupun bimbingan keterampilan yang diadakan

di kelas keterampilan, kerap kali terlihat teman “N” selalu

mendekati “N” sehingga membuat “N” merasa risih dan

terganggu yang dibuat olehnya. “N” termasuk anak yang baik ia

tidak ingin mengalami perdebatan maupun permusuhan oleh

teman lainnya, hanya saja satu teman yang membuatnya merasa

terganggu. Tetapi ia tidak merasa teman yang mengganggunya

adalah musuhnya. Sikap “N” dengan teman-teman lainnya

berjalan harmonis dan terlihat akrab sehingga itu membuat

teman-teman lainnya merasa gembira dan senang berada dan

bermain bersama dengan “N”.

Mengamati Hubungan Anak Dengan Pekerja Sosial Dan

Pengasuh

Hubungan “N” dengan pekerja sosial dan pengasuh sangat baik

dan terjalin begitu erat, bukan hanya kepada pekerja sosial dan

pengasuh yang khusus megasuh “N” tetapi kepada pengasuh

lainnya juga begitu. “N” sering berinteraksi dengan para

pengasuh terlebih lagi dengan pengasuh yang khusus

menanganinya, ia merupakan pekerja sosial yang juga sekaligus

menjadi ibu asuh PM di panti sebut saja ia dengan nama inisial

ibu “SM”. “N” menyapa dan memanggil sebutan “mama”

kepadanya. Ia tidak segan-segan melakukan curhat atau konseling

kepada pengasuhnya karena memang ia dekat dan begitu juga

dengan orang tua “N” mereka juga sudah dekat dengan pengasuh

yang sekaligus pekerja sosial “N’ dipanti.

Mengamati Hubungan Dengan Pihak Lain

Hubungan “N” dengan pihak lain kurang terjalin erat karena sifat

pemalu yang dimilki oleh “N”. Terlihat bila ada tamu yang

datang ke PSBRW “Melati” untuk melihat kondisi anak-anak di

panti, “N” menjadi pemalu dan pendiam dengan orang baru yang

ia temui. Terlihat apabila ia sering diajak interaksi “N” sering

berjalan dan menyibukan dirinya agar tamu tersebut tidak terlalu

berinteraksi dengannya. Hal tersebut sangatlah berbeda dengan

anak-anak panti lainnya yang jika ada tamu datang maka mereka

merasa senang karena banyak temannya. namun jika sudah akrab

dengan “N” maka “N” akan merasa nyaman, percaya dan dapat

beradaptasi dengan teman barunya.

Mengamati Spiritual Anak

Agama yang dianut “N” adalah islam sejak ia dilahirkan.

Pengetahuan agama yang sudah diajarkan keluarga “N” tetang

Page 165: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

pendidikan agama dasarpun sudah didapatkannya selama ia masih

berada di rumah bersama keluarga “N”. Ia termasuk anak yang rajin

beribadah terlihat pada saat jadwal sholat berjamaah yang dilakukan

di mushola yang berada di panti “N” selalu terlihat ada, dan

mengikuti sholat berjamaah. Dalam pemahaman agamanya selain

tata cara sholat, ia juga bisa menjalankan tata cara berwudhu sesuai

dengan yang diajarkan dengan tertib, lalu pemahamannya mengenai

apa itu puasa, larangan yang membatalkannya ia sudah pahami, ia

juga mengerti hujuf hijaiyah ia juga pandai dalam membaca Iqra.

Pada saat membaca masih terdengar sisa-sisa kata-kata yang yang

diucapkan sama dengan bacaannya. Dalam pemberian materi surat-

surat pendek “N” sedikit lambat dalam menerima pemahamannya

dan butuh usaha yang keras serta kesabaran dalam mengajarkan

karena butuh waktu lama. “N” akan lupa jikalau ia ditanyakan

dikemudian harinya, pekerja sosial, pengasuh, guru agama, dan

pihak terkait lainnya sudah berusaha semaksimal mungkin agar “N”

dapat menghafalkannya dan terus mengingatnya. Apapun caranya

sudah dilakukan seperti halnya sering menanyakan kepada “N” dan

menyuruhnya menulis mengenai materi tersebut serta tak segan-

segan menempelkannya di tempat yang biasa “N” sering lihat agar ia

terus mengingatnya.

Page 166: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

Kegiatan Yang Terkait Dengan Fisik :

Anak-anak penyandang disabilitas rungu wicara mengikuti perlombaan bola voli

tunarungu Provinsi DKI Jakarta bertempat di gelanggang Jakarta Timur yang

dilaksanakan oleh Dinas Olah Raga dan Pemuda Pemerintah Provinsi Daerah

Khusus Ibu Kota Jakarta. Dalam perlombaan tersebut Anak-anak mendapatkan

juara 1 putra.

Pada Hakekatnya manusia memiliki potensi yang dapat dikembangkan untuk

mengatasi hambatan agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Penerima manfaat

PSBRW “Melati”Bambu Apus telah memperoleh tinta emas dengan menjuarai

renang dan bola voli pelajar berkebutuhan khusus Se-DKI Jakarta

diselenggarakan oleh Dinas Olahraga dan Pemuda Pemerintah Provinsi Daerah

Khusus Ibu Kota Jakarta.

Outbond sebuah kegiatan yang dilakukan di alam terbuka dengan melakukan

beberapa simulasi baik secara individu maupun kelompok. Peranan fisik juga

diperlukan dalam kegiatan outbond. Adapun tujuan utamanya sebagai kegiatan

meningkatkan kebersamaan, kekompakan, mengembangkan karakter yang

diharapkan muncul dalam proses outbond, kreatif yaitu berani, jeli, dalam

mengambil keputusan tidak mudah menyerah dan gembira.

Page 167: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

Kegiatan yang berkaitan dengan Psikososial :

Kegiatan kepramukaan merupakan kegiatan penyandang disabilitas rungu

wicara PSBRW “Melati”, tujuan kegiatan ini untuk memupuk rasa tanggung

jawab, kemandirian, kedisiplinan, kepemimpinan dan keterampilan. Persami

juga mnjadi wahana sosialisasi dan bimbingan, fisik, mental dan sosial serta

penerapan terapi kelompok bagi anak-anak penyandang disabilitas.

Kegiatan bimbingan sosial yang dilakukan di ruangan kelas yang terbagi

atas empat kelas (kelas observasi, persiapan, potensi, dan aktualisasi).

Bimbingan sosial dilakukan dari jam 13.00-16.00 WIB. Anak-anak

memiliki kemauan dan respon yang baik dalam mengikuti materi yang

diberikan oleh pekerja sosial dan guru yang terkait.

Kegiatan Yang Berkaitan Dengan Spiritual :

Bimbingan mental dan rohani merupakan salah satu program di PSBRW

“Melati”. Dalam memperingati hari besar umat muslim, PSBRW “Melati”

memperingati maulid Nabi Muhammad SAW. Inti dari tausiyah yang

disampaikan Ustad Drs. H.M Solehudin, agar kita sebagai hambanya harus

selalu bersyukur, kasih sayang, rajin mencari rahmat, dalam pelaksanaan

ibadah bukan hanya ritual sematatetapi juga diaplikasikan sehari-hari.

Page 168: PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP BIOPSIKOSOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26928/1/IKA... · 2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu Wicara

Tampak depan dan ruangan di Panti Sosial Bina Rungu Wicara “Melati :

Tampak depan PSBR “Melati”, dan di sebelah kanan merupakan ruangan yang

berada di PSBRW “Melati” seperti (ruangan yang di dalamnya terdapat ruangan

aula, instalasi produksi, terapi wicara, komputer, dan perpustakaan PSBRW

“Melati”) dan pada gambar baris kedua adalah tampak depan asrama.

Bersama Dengan Para Pekerja Sosial dan Pegawai :

Ketika peneliti melakukan terminasi, terkait penelitian yang dilakukan sudah

selesai dengan para pekerja sosial yang ada di PSBRW “Melati” dan beberapa

profesi lainnya seperti, Kasi Rehsos, Psikolog, Pengasuh dan Guru

pembimbing agama Islam.