peran pejabat pengelola informasi dan dokumentasi...

44
PERAN PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI (PPID) DALAM PELAYANAN SERTA PENYEDIAAN INFORMASI PUBLIK (Studi Implementasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik Pada Pemerintah Kota Tanjungpinang) Naskah Publikasi Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Bidang Ilmu Pemerintahan \ Oleh : NOFIKA HENDRA NIM. 090565201033 PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2016

Upload: truongkhanh

Post on 11-Mar-2019

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PERAN PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI (PPID)

DALAM PELAYANAN SERTA PENYEDIAAN INFORMASI PUBLIK

(Studi Implementasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang

Keterbukaan Informasi Publik Pada Pemerintah Kota Tanjungpinang)

Naskah Publikasi Diajukan Sebagai Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Bidang Ilmu Pemerintahan

\

Oleh :

NOFIKA HENDRA

NIM. 090565201033

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2016

ABSTRAK

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan pada kantor Pejabat

Pengelola informasi dan dokumentasi (PPID) utama yang berlokasi di kantor

gedung terminal Sai Carang jl. D.I Panjaitan Km.9 Bintan centre. Pada Penelitian

ini bersifat kualitatif, sampel penelitian ini adalah seluruh pegawai yaitu enam

orang Pegawai Negeri Sipil , jadi peneliti mengambil 6 sampel.

Pada teori model Edward III (Agustino,L.149-154.2012) untuk

memperhatikan empat isi pokok agar Implementasi kebijakan menjadi efektif

yaitu faktor komunikasi,sumber-sumber,disposisi/sikap dan birokrat adapun

kendala yang dihadapi kantor Pejabat Pengelola informasi dan dokumentasi

(PPID) yaitu lemahnya sistem manajemen informasi di kantor Pejabat Pengelola

informasi dan dokumentasi (PPID) di Pemerintah kota Tanjungpinang. lemahnya

informasi terhadap aktivitas dan output kinerja pada Pejabat Pengelola informasi

dan dokumentasi (PPID) di Pemerintah kota Tanjungpinang. Kurang tertatanya

aliran informasi di lingkungan badan publik itu sendiri.

Lemahnya sumber daya manusia pada kantor Pejabat Pengelola informasi

dan dokumentasi (PPID) kota Tanjungpinang. lemahnya Transparasi publik pada

masyarakat awam lemahnya kinerja Staf Pejabat Pengelola informasi dan

dokumentasi (PPID) di Pemerintah kota Tanjungpinang.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa Perlunya penambahan staf/

sumber daya manusia agar lebih meningkatkan kualitas khususnya di Pejabat

Pengelola informasi dan dokumentasi (PPID). Penambahan kantor tersendiri tanpa

bergabung dengan kantor Komunikasi udara untuk kantor Pejabat Pengelola

informasi dan dokumentasi (PPID) kota Tanjungpinang. Meningkatkan Kinerja

pegawai yang diberikan jabatan dalam menjalankan tugas Implementasi Undang-

Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik pada

Pemerintah Kota Tanjungpinang.

Kata kunci : Implementasi Keterbukaan Informasi Publik Undang-Undang Nomor

14 Tahun 2008, Teori Implementasi kebijakan publik

ABSTRACT

Based on the results of the study the researchers did on official business

office information and documentation (PPID) that is located in the main terminal

building office Sai Carang Jl.D.I Panjaitan Km.9 Bintan center. In this study is

qualitative, the sample of this research is all employees are Civil Servants six

people, so researchers took six samples .

In a theoretical model of Edward III (Agustino,L.149-154.2012) to

consider four main contents so that the implementation of policies to be effective

is a factor of communication, resources, disposition/attitude and bureaucrats

while the constraints faced by office of Acting Manager of information and

documentation (PPID) that is weak management information systems office

information and documentation management Officer (PPID) in Tanjungpinang

city government . the lack of information on the activity and output performance

on official business information and documentation (PPID) in Tanjungpinang city

government. Less well-organized flow of information within the public body itself.

Weak human resources official business office information and

documentation (PPID) Tanjungpinang city. Transparency weak public on

ordinary people weak performance of official business staff information and

documentation (PPID) in Tanjungpinang city government.

The conclusion that can be drawn is that Need for additional staffing/

human resources in order to further improve the quality of official business,

especially in the information and documentation (PPID). The addition of a

separate office without joining the air Communications office for official business

office information and documentation (PPID) Tanjungpinang city. Improving

employee performance given positions in the line of duty implementation of Law

No.14 of 2008 on Public Information in Tanjungpinang City Government.

Keywords : Implementation of Public Law No. 14 of 2008, theory of public policy

implementation

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Informasi adalah keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang

mengandung nilai, dan pesan, baik data, fakta maupun penjelasannya yang dapat

dilihat, didengar, dan dibaca yang disajikan dalam berbagai kemasan dan format

sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara

elektronik ataupun non elektronik.

Sedangkan informasi publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan,

dikelola, dikirim, dan /atau diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan

dengan penyelenggaran dan penyelenggaraan Negara dan/atau penyelenggaraan

dan penyelenggraan badan publik lainya yang sesuai dengan undang-undang

No.14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik serta informasi lainnya

yang berkaitan dengan kepentingan publik.

Hak memperoleh informasi merupakan Hak Asasi Manusia (HAM) Hak

asasi Manusia di Indonesia telah mengalami pasang surut sesudah periode represi

(rezim Soekarno dan rezim Soeharto), reformasi berusaha lebih memajukan hak

asasi. Akan tetapi dalam kenyataanya harus menghadapi tidak hanya pelanggaran

hak secara vertikal, tetapi juga horisontal. (Miriam Budiarjo:247:2008)

Hak memperoleh informasi merupakan Hak Asasi Manusia (HAM). Hal

itu tercermin dalam salah satu bagian dari substansi Hak Asasi Manusia yang

telah diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai bagian dari Hak Asasi

Manusia sejak generasi pertama adalah Hak atas Kebebasan Memperoleh

Informasi.

Keterbukaan informasi publik merupakan salah satu ciri penting negara

demokratis yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat untuk mewujudkan

penyelenggaraan Negara yang baik. Keterbukaan informasi publik merupakan

sarana dalam mengoptimalkan pengawasan publik terhadap penyelanggaraan

Negara dan Badan Publik lainnya.

Upaya peningkatan keterlibatan masyarakat dalam pembangunan tidak

akan banyak berarti tanpa adanya kemudahan untuk mendapatkan informasi.

Keterbukaan informasi akan memudahkan pengawasan masyarakat terhadap

proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh badan publik/pejabat publik.

Segala sesuatu yang berakibat pada kepentingan publik diperlukan adanya

pengelolaan informasi publik. Badan Publik dan masyarakat sama-sama

mempunyai kewajiban dalam mengelola informasi agar lebih berkembang dan

berguna bagi banyak orang. Badan Publik lebih memiliki peran dalam melakukan

kegiatan penyaluran informasi kepada masyarakat dikarenakan Badan Publik

lebih memiliki ruang lingkup yang lebih luas dalam pengelolaan dan penyaluran

informasi kepada masyarakat, sedangkan masyarakat hanya sebagai publik yang

berusaha mengembangkan informasi untuk kepentingan dirinya dan orang lain.

Informasi yang tersampaikan oleh sebuah Badan Publik sudah pasti

memiliki tingkat relevansi yang tinggi sehingga informasi tersebut dapat

memberikan efek yang lebih bagi masyarakat, begitu pula masyarakat

berkewajiban mengelola informasi tersebut untuk lebih dapat mengembangkan

kepribadiannya dalam kehidupan sosial.

Hak Warganegara untuk memperoleh informasi publik dijamin oleh

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu tercantum

dalam pasal 28F3 yang berbunyi :

“Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh

informasi untuk pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak

untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan

menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran

yang tersedia”.

Orang adalah seorang perseorangan, kelompok orang, badan hukum,atau

badan publik sebagaimana dimaksud dalam undang-undang no. 14 tahun 2008

tentang keterbukaan informasi publik.

Peraturan ini bertujuan untuk memberikan standar bagi badan publik

dalam melaksanaakan pelayanan informasi publik, meningkatkan pelayanan

informasi publik dilingkungan badan publik untuk menghasilkan layanan

informasi publik yang berkualitas, menjamin pemenuhan hak warga Negara untuk

memperoleh akses informasi publik dan menjamin terwujudnya tujuan

penyelenggaraan keterbukaan informasi sebagaimana diatur dalam undang-

undang keterbukaan informasi publik.

Berkaitan dengan Layanan Informasi ini berdasarkan hasil studi/penelitian,

secara umum ada beberapa kendala/hambatan berkaitan dengan Institusi layanan

informasi publik, seperti:

1. lemahnya sistem manajemen informasi di lingkungan badan publik.

2. lemahnya informasi terhadap aktivitas dan output kinerja pada sebagian

besar badan publik.

3. lemahnya sistem administrasi organisasi disebagian besar badan publik

yang mengakibatkan kurang tertatanya aliran informasi di lingkungan

badan publik itu sendiri.

4. lemahnya penghargaan dan transparasi publik ke masyarakat awam.

Penelitian ini membahas Peranan Pejabat Pengelola Informasi dan

Dokumentasi Dalam Pelayanan Serta Penyediaan Informasi Publik Pemerintahan

Kota Tanjungpinang beserta kendala yang dihadapi serta upaya mengatasi kendala

tersebut Untuk membuat masyarakat mengetahui informasi yang jelas tentang

penyediaan pejabat informasi dan dokumentasi

Namun peranan Pejabat Pengelola informasi dan dokumentasi (PPID) ini

sangat vital dalam melayani dan memenuhi hak warga untuk mendapatkan

informasi publik sehingga warga dapat berpartisipasi aktif dalam setiap proses

perencanaan, pengambilan, pengawasan, evaluasi kebijakan dan urusan publik

lainnya. Sedangkan wewenang Pejabat Pengelola informasi dan dokumentasi

(PPID) yaitu merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, mengawasi dan

mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pengelolaan dan pelayanan informasi publik

dilingkungan sekretariat jendral KPU.

B. Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah membahas mengenai

Permasalahan apa sajakah yang dihadapi Pejabat Pengelola informasi dan

dokumentasi (PPID) dalam rangka Pelayanan dan Penyediaan Informasi Publik di

Kota Tanjungpinang ???

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Adapun tujuan didalam penelitian ini adalah :

Penelitian ini bertujuan untuk megetahui bagaimana Implementasi

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik

pada Pemerintah Kota Tanjungpinang dan untuk mengetahui permasalahan yang

dihadapi dalam mengimplementasikan undang-undang nomor 14 tahun 2008

kemudian menjamin dibukanya hak masyarakat atas informasi publik, sesuai

dengan Undang-undang nomor 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi

publik ini juga secara langsung mengamanatkan setiap badan publik dapat

menyelenggarakan mekanisme yang mendorong terciptanya pengelolaan dan

pelaksanaan informasi yang baik serta memperbaiki permasalahan yang yang

dihadapi oleh pengelola informasi dan dokumentasi (PPID) dalam Pelayanan serta

Penyediaan Informasi Publik.

2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari Penelitian ini lebih meningkatkan

Pelayanan dan Penyediaan Informasi Publik di Kota Tanjungpinang dan juga

sebagai tolak ukur untuk keterbukaan informasi pada badan publik yang ada di

Kota Tanjungpinang serta sebagai sumber referensi bagi peneliti selanjutnya.

D. Konsep Operasional

1. Konsep operasional

Agar konsep operasional yang peneliti pakai ini sesuai dengan peneliti

teliti dan pemahaman tentang makna serta definisi konsep yang digunakan dalam

penelitian ini Berdasarkan variabel-variabel dalam model implementasi di atas,

dapat dipahami bahwa implementasi dari setiap kebijakan merupakan suatu proses

yang dinamis yang mencakup banyak interaksi dan variabel.

Oleh karenanya, tidak ada variabel tunggal dalam proses implementasi,

sehingga antara variabel satu dengan yang lain memiliki keterkaitan dan saling

mempengaruhi satu sama lain. Namun, variabel dalam model yang dikemukakan

oleh para ahli tersebut tidak seluruhnya relevan untuk digunakan dalam menjawab

permasalahan yang dihadapi oleh suatu kebijakan.

Terdapat beberapa konsep mengenai Implementasi kebijakan sebagai yang

dikemukakan oleh beberapa ahli. George Edward III melihat Implementasi

Kebijakan sebagai suatu proses yang dinamis, dimana terdapat banyak Faktor

yang saling berinterksi dan mempengaruhi Implementasi kebijakan.(Edward

dalam widodo.96-110:2011)

Konsep operasional yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada

teori model Edward III dalam Riant Nugroho (693:2012) untuk memperhatikan

empat isi pokok agar Implementasi kebijakan menjadi efektif yaitu :

1. Komunikasi berkenaan dengan bagaimana kebijakan

dikomuikasikan pada organisasi dan / atau publik dan sikap serta

tanggapan dari para pihak yang terlibat

2. Sumber-sumber berkenaan dengan ketersediaan sumber daya

pendukung, khususnya sumber daya manusia. Hal ini berkenaan

dengan kecakapan pelaksana kebijakan publik untuk melaksanakan

kebijakan secara efektif.

3. Disposisi atau sikap yang berkenaan dengan kesediaan dari para

implementor untuk melaksanakan kebijakan publik tersebut.

Kecakapan saja tidak mencukupi, tanpa kesediaan dan komitmen

untuk melaksanakan kebijakan

4. Struktur birokrasi berkenaan dengan kesesuai organisasi birokrasi

yang menjadi penyelenggara implementasi kebijakan publik.

Tantangannya adalah bagaimana agar tidak terjadi fragmentasi

birokrasi karena struktur ini menjadikan proses implementasi

menjadi jauh dari efektif.

Di Indonesia sering terjadi infektivitas implementasi kebijakan karena

kurangnya koordinasi dan kerja sama diantara lembaga-lembaga Negara dan / atau

Pemerintahan. Ini merupakan contoh dari dimensi keempat yang disebutkan

Edward III.

2. Implementasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Dalam

Pelayanan dan Penyediaan Informasi sebagai bentuk Kewajiban Bagi

Badan Publik Pada Undang-undang Keterbukaan Informasi Publik Nomor 14 tahun 2008

menjamin dan membuka akses informasi hingga keikutsertaan masyarakat

diharapkan dapat membuka proses transparansi dan keterbukaan,yang pada

gilirannya akan beralih kepada akuntabilitas semua badan publik. setiap Badan

Publik memiliki tugas pokok dan fungsi dan struktur organisasi yang berbeda.

Maka dari itu Undang-undang Keterbukaan Informasi Publik memberi

keleluasaan bagi Badan Publik untuk menyusun mekanisme pelayanan dan

pengelolaan informasi sebagaimana diatur dalam pasal 7 Undang-undang

Keterbukaan Informasi Publik yakni :

1) Badan Publik wajib menyediakan, memberikan dan/atau

menerbitkan informasi publik yang berada dibawah

kewenangannya kepada pemohon informasi publik, selain

informasi yang dikecualikan sesuai dengan ketentuan.

2) Badan publik wajib menyediakan informasi publik yang akurat,

benar dan tidak menyesatkan.

3) Untuk melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat

(2), Badan Publik harus membangun dan mengembangkan sistem

informasi dan dokumentasi untuk mengelola informasi publik

secara baik dan efisien sehingga dapat diakses dengan mudah.

4) Badan publik wajib membuat pertimbangan secara tertulis setiap

kebijakan yang diambil untuk memenuhi hak setiap orang atas

informasi publik.

5) Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) antara lain

memuat pertimbangan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau

pertahanan dan keamanan negara.

6) Dalam rangka memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) sampai dengan ayat (4) Badan Publik dapat memanfaatkan

sarana dan/atau media elektronik dan non elektronik. (Komisi

Informasi Provinsi Kepulauan Riau:12-13: 2008).

3. Pembentukan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID)

pada Pemerintah Kota Tanjungpinang

Pada saat Peraturan Walikota ini mulai berlaku, Keputusan Walikota

Nomor 300 Tahun 20l4 tentang Pengelolaan Pelayanan Informasi Publik dan

Dokumentasi dilingkungan Pemerintah Kota Tanjungpinang dicabut dan

dinyatakan tidak berlaku. Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal

diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

Peraturan Walikota ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota

Tanjungpinang. Ditetapkan di Tanjungpinang pada tanggal 10 November 2014

Pembentukan pejabat pengelola informasi dan dokumentasi (PPID)

Masyarakat harus mengetahui dengan jelas mengenai fungsi dan apa sebenarnya

dari arti amanah Undang-undang nomor 14 tahun 2008 tentang keterbukaan

informasi publik. Dan terkait hal ini, Pemerintah daerah melalui kepala daerah

harus segera membentuk pejabat pengelola informasi dan dokumentasi dalam

rangka meningkatkan pelayanan informasi kepada masyarakat. pejabat pengelola

informasi dan dokumentasi ini sifatnya wajib, Dan itu paling rendah di jabat oleh

eselon II.Artinya harus ada petunjuk resmi oleh kepala daerah,beriringan dengan

adanya keterbukaan informasi publik

Pembentukan pejabat pengelola informasi dan dokumentasi ini dalam

undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik

sudah di amanahkan dan wajib di jalan kan oleh pemerintah daerah yang sudah

memiliki keterbukaan informasi publik.

Begitu juga dengan pemerintah Kota Tanjungpinang yang telah merespon

dan mengamanahkan Undang-Undang No 14 Tahun 2008 Tentang keterbukaan

informasi publik yang telah menetapkan Pejabat Pengelola Informasi dan

Dokumentasi melalui peraturan Walikota Tanjungpinang tentang pengelolaan

pelayanan informasi publik.

4. Prinsip-prinsip Pelayanan Informasi Publik berdasarkan Peraturan

Walikota Tanjungpinang Standar operasional prosedur penyusunan

pengumuman dan layanan informasi publik dan pengaduan

Dalam Pasal 19 :

Untuk menyediakan informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, maka

PPID melaksanakan Prosedur Penyusunan dan Pengumuman Daftar Informasi

Publik yang terdapat pada Lampiran V.

Dalam pasal 20 :

1) Pemohon informasi publik dapat memperoleh kesempatan untuk

mengetahui informasi publik dengan cara:

a. Akses secara elektronik melalui website Pemerintah Kota; atau

b. Mengajukan permohonan secara tertulis kepada PPID melalui

PPI.

2) Informasi Publik yang dapat diakses secara elektronik melalui

website Pemerintah Kota diperoleh dengan cara:

a. Tanpa perlu melakukan registrasi secara elektronik; dan

b. Melakukan registrasi secara elektronik.

3) Informasi yang dapat diakses secara langsung oleh pemohon

informasi publik tanpa melakukan registrasi secara elektronik

adalah informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12.

4) Informasi yang dapat diakses oleh pemohon informasi publik

setelah melakukan registrasi adalah informasi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 13 Pasal 14 dan Pasal 15.

5. Peran (Tugas, Tanggung Jawab) PPID berdasarkan Pedoman

Pelayanan Informasi Publik Pemerintah Kota Tanjungpinang Tugas Dan Tanggung Jawab Pejabat Pengelola informasi dan dokumentasi

(PPID) pada Pasal ke 4 (empat) yaitu Pembina Pejabat Pengelola informasi dan

dokumentasi (PPID) Dijabat oleh Kepala Badan Publik Pemerintahan Kota, yaitu

dijabat oleh Walikota Tanjungpinang dan Wakil Walikota Tanjungpinang.

sedangkan Fungsi Pembina yaitu Pembinaan terhadap pengelolaan layanan

informasi dan dokumentasi dan seluruh rangkaian kegiatan pengelolaan informasi

dan dokurnentasi sesuai dengan mekanisme yang ditentukan.

Sedangkan Tugas Pembina yaitu melakukan pembinaan terhadap

pengelolaan pelayanan informasi dan dokumentasi dilingkungan Pemerintah

Daerah, Mengesahkan dan menetapkan jenis-jenis informasi, yaitu informasi yang

wajib disediakan dan diumumkan secara berkala, serta merta, tersedia setiap saat

serta informasi yang dikecualikan.

E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif.

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berusaha melihat kebenaran-

kebenaran atau membenarkan kebenaran, namun di dalam melihat kebenaran

tersebut, tidak selalu dapat dan cukup didapat dengan melihat sesuatu yang nyata,

akan tetapi kadangkala perlu pula melihat sesuatu yang bersifat tersembunyi, dan

harus melacaknya lebih jauh ke balik sesuatu yang nyata tersebut.

Berdasarkan Denzin dan Licoln (2009). Kata kualitatif menyiratkan

penekanan proses dan makna yang tidak dikaji secara ketat atau belum diukur dari

sisi kuantitas, jumlah, intensistas atau frekuensinya. Pendekatan kualitatif adalah

suatu proses penelitian atau pemahaman yang berdasarkan pada metodelogi yang

menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah.(Noor.J:33-34:2012)

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di kantor gedung terminal Sai Carang jl.

D.I Panjaitan Km.9 Bintan centre.

3. Sumber dan Jenis Data

Ada beberapa jenis data yang diperlukan oleh peneliti yang dimaksud

sebagai berikut :

1. Data primer adalah suatu objek atau dokumen original-material

mentah dari pelaku yang disebut informasi dari tangan pertama

(First hand information) data yang dikumpulkan dari hasi situasi

aktual ketika peristiwa terjadi dinamakan data primer.

(Silalahi.U:2009:289)

Pada penelitian ini langsung dilakukan wawancara kepada orang yang

bersangkutan, dengan jumlah responden (6 orang) yang berasal dari pegawai yang

ada. Bersumber sebagai data kualitatif merupakan sumber dari deskripsi yang luas

berlandasan kokoh, serta memuat penjelasan tentang proses-proses yang terjadi

pada lingkup setempat.

2. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari tangan kedua

atau sumber-sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian

dilakukan. Data yang dikumpulkan melalui sumber-sumber lain

yang tersedia dinamakan data sekunder. Sumber sekunder meliputi

dari komentar, interpretasi,atau pembahasan tentang materi

original. (Silalahi.U:2009:291)

4. Teknik dan Alat Pengumpul Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, digunakan

teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Observasi

Sebagai metode ilmiah, observasi bisa ditarik sebagai pengamatan dan

pencatatan dengan sistematik mengenai fenomena yang diselidiki. Berdasarkan

hal ini, maka peneliti turun langsung ke lapangan untuk mengidentifikasikan

situasi dan kondisi objek penelitian. Dalam hal ini melakukan pengamatan secara

cermat terhadap sikap dan implementasi kebijakan yang biasa dilakukan oleh

Kepala Seksi dalam menjalankan fungsinya. Adapun alat pengumpul data berupa

pedoman observasi, yaitu merupakan daftar yang berisikan catatan yang bertujuan

untuk memberi input informasi awal mengenai masalah yang akan diteliti.

2. Wawancara

Merupakan percakapan antara dua orang atau lebih, yang pertanyaannya

diajukan oleh peneliti kepada subyek/kelompok/sekelompok subyek penelitian

untuk dijawab.Sasaran dari wawancara ini adalah Kepala Seksi beserta staf nya.

Intinya didasarkan pada jumlah informan sampel yang dibuat (6 orang). Sehingga

dalam hal ini peneliti akan selalu mengambil kesempatan setiap bertemu dengan

Kepala Seksi beserta stafnya. Adapun alat pengumpul data berupa pedoman

wawancara (interview guide), yaitu pertanyaan yang diajukan secara lisan kepada

pihak-pihak terkait dengan objek penelitian dengan tujuan untuk melengkapi data.

3. Dokumentasi

Merupakan suatu cara pengumpulan data dari catatan-catatan atau dokumen

kantor yang meliputi struktur organisasi, sejarah kantor dan komposisi kantor

yang menjadi perhatian dalam penelitian. Adapun alat yang digunakan adalah

pedoman dokumentasi, pedoman ini menggunakan pengumpulan data dari

catatan-catatan atau dokumen kantor yang menjadi perhatian dalam penelitian.

F. Teknik Analisa Data

Analisa data yang digunakan oleh penulis adalah analisis data kualitatif.

Analisa kualitatif adalah suatu usaha penganalisaan yang dilakukan tanpa

menggunakan perhitungan-perhitungan melainkan dengan pemikiran atau

pendapat kita alasan-alasan yang dapat menunjang dalam penganalisaan di dalam

penelitian ini. Yang mana peneliti akan melakukan proses penelitian sebagai

berikut :

1. Perumusan konsep dan interview langsung.

2. Pengumpulan data.

3. Analisa data.

4. Pengambilan kesimpulan.

5. Perumusan rekomendasi implementasi kebijakan tersebut.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Implementasi

a. Implementasi

Implementasi adalah proses mentransformasi kan suatu rencana ke dalam

praktik (Wijaya,B.R.2008:57). Implementasi sebagai rangkuman dari berbagai

kegiatan yang di dalamnya sumber daya manusia menggunakan sumber daya lain

untuk mencapai sasaran strategi. (Hinggis dalam Pasolong.57.2008).

Implementasi berkenaan dengan berbagai kegiatan yang diarahkan pada realisasi

program (Gordon dalam Pasolong.58.2008).

b. Pengertian Implementasi kebijakan

Kebijakan publik Menurut Bridgenan dan Davis (dalam Suharto, 2008:5)

menerangkan bahwa sedikitnya memiliki tiga dimensi yang saling bertautan,

yakni sebagai tujuan (objective), sebagai pilihan tindakan yang legal atau sah

secara hukum (authoritative choice), dan sebagai hipotesis

(hypothesis).(Suharto,Edi.5.2008)

Adapun Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah

kebijakan dapat mencapai tujuannya. Tidak lebih dan kurang Untuk

mengimplementasikan kebijakan publik, ada dua pilihan langkah yang ada, yaitu

langsung mengimplementasikan dalam bentuk program atau melalui formulasi

kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan publik tersebut.

Secara umum dapat digambarakan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Sekuensi Implementasi Kebijakan

Kebijakan publik dalam bentuk undang-undang atau peraturan Dearah

adalah jenis kebijakan publik yang memerlukan kebijakan publik penjelas atau

yang sering diistilahkan sebagai peraturan pelaksanaan. Kebijakan publik yang

bisa langsung operasional antara lain Keppres, Inpres, Kepmen, Keputusan

Kepala Daerah, Keputusan Kepala Dinas, dan Lain-lain. (Nugroho,Riant.674-

675.2012 )

Salah satu tahapan penting dalam siklus kebijakan publik yaitu

Implementasi kebijakan. Implementasi sering dianggap hanya merupakan

pelaksanaan dari apa yang telah diputuskan oleh Legislatif atau para pengambil

keputusan seakan-akan tahapan ini kurang berpengaruh.

Pada kenyataannya tahapan Implementasi sangat penting karena dalam

suatu kebijakan tidak akan berarti apa-apa jika tidak dilaksanakan dengan baik

dan tepat. agar suatu kebijakan yang dilaksanakan secara maksimal akan dapat

mencapai tujuan kebijakan itu sendiri.

Kebijakan Publik dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:

1. Kebijakan bersifat makro, yaitu kebijakan atau peraturan yang

bersifat umum.

2. Kebijakan yang bersifat meso, yaitu kebijakan yang bersifat

menengah atau memperjelas pelaksanaan, seperti kebijakan

Kebijakan publik

Kebijakan publik

Penjelas

Program

Kegiatan

Proyek

Pemanfaat

(Beneficiaries)

Menteri, Peraturan Gubernur, Peraturan Bupati dan Peraturan

Walikota.

3. Kebijakan yang bersifat mikro, yaitu kebijakan yang bersifat

mengatur pelaksanaan atau implementasi dari kebijakan diatasnya,

seperti kebijakan yang dikeluarkan oleh aparat publik dibawah

Menteri, Gubernur, Bupati dan Walikota. (Nugroho dalam

Pasolong.40.2008)

Adapun beberapa ahli yang berpendapat mengenai implementasi

Kebijakan

Menurut Budi Winarno :

“Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah

kebijakan dapat mencapai tujuannya. Tidak lebih dan tidak kurang.

Untuk mengimplementasikan kebijakan publik, maka ada dua

pilihan langkah yang ada, yaitu langsung mengimplementasikan

dalam bentuk program-program atau melalui formulasi kebijakan

derivate atau turunan dari kebijakan publik tersebut”.

(Dwijowijoto:158:2004)

Dari pendapat diatas peneliti menyimpulkan bahwa implementasi suatu

kebijakan yang dibuat untuk mencapai sebuah tujuan agar tepat sasaran suatu

kebijakan yang dilaksanakan secara maksimal untuk tujuan itu sendiri.

Adapun menurut Elmore, dkk (Nugroho.Riant:692-693.2012) yaitu :

“Model ini dimulai dari mengidentifikasi jaringan aktor yang

terlibat dalam proses pelayanan dan menanyakan kepada mereka

Tujuan, strategi, aktivitas, dan kontak-kontak yang mereka miliki.

Model implementasi ini didasarkan pada jenis kebijakan publik yang

mendorong masyarakat untuk mengerjakan sendiri implemetasi kebijakannnya

atau tetap melibatkan pejabat Pemerintah Namun hanya ditataran rendah.

Oleh karena itu, kebijakan yang dibuat harus sesuai dengan harapan,

keinginan, publik yang menjadi target atau kliennya, dan sesuai pula dengan

pejabat Eselon rendah yang menjadi pelaksananya. Kebijakan model ini biasanya

diprakarsai oleh masyarakat, baik secara langsung maupun melalui lembaga-

lembaga Nirlaba kemasyarakatan (LSM).

Sedangkan menurut Edward III (1980,1) Menegaskan bahwa masalah

utama administrasi publik adalah kurangnya perhatian terhadap pelaksanaan.

Dikatakannya tanpa pelaksanaan yang efektif keputusan pembuat kebijakan akan

tidak dilakukan berhasil. Edward menyarankan untuk memperhatikan empat isu

pokok agar Implementasi kebijakan menjadi efektif yaitu Komunikasi, Sumber-

sumber, Disposisi atau Sikap, dan struktur Birokrasi.

Dari apa yang peneliti lihat bahwa saja Implementasi itu didasari pada

jenis kebijakan publik itu sendiri yang mendorong masyarakat agar mengerjakan

implemetasi kebijakannnya sendiri agar memudahkan tujuan kebijakan dan dalam

hal ini tetap melibatkan pejabat Pemerintah Namun hanya ditataran rendah jika

implementasi itu tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Dalalam hal ini Untuk mengukur pengaruh implementasi kebijakan publik

dapat digunakan 4 (empat) variable yaitu : Communication, Resources,

Disposition and Bureacratic (Komunikasi, Sumber daya, Sikap dan Struktur

Birokrasi (Edwar III dalam Effendy, 2009:86)

Konsep operasional yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada

teori model Edward III (Agustino,L.149-154.2012) untuk memperhatikan empat

isi pokok agar Implementasi kebijakan menjadi efektif yaitu :

1. Komunikasi berkenaan dengan bagaimana kebijakan dikomuikasikan

pada organisasi dan/atau publik dan sikap serta tanggapan dari para

pihak yang terlibat. Dalam hal ini komunikasi sebagai informasi yang

diberikan baik mereka yang melaksanakan keputusan-keputusan

kebijakan dan perintah-perintah maupun masyarakat, harus diteruskan

dianataranya pelaksanaan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008

Tentang Keterbukaan Informasi Publik pada Pemerintah Kota

Tanjungpinang, yang dilihat pada:

a) Transmisi yaitu dapat dilihat pada sosialisasi pemberitahuan ,

himbauan tentang keputusan kebiijakan administrasi

kependudukan yang disosialisasikan melalui media dan

mendapat dukungan dari masyarakat. Sosialisasi diantaranya

sebagai petunjuk teknis yang diberikan hendaknya dikeluarkan

dan dibuat pelaksana keputusan, yang dapat dimengerti dan

dilihat oleh warga masyarakat secara baik, jelas dan kemudian

dapat terlaksanakan.

b) Kejelasan yaitu petunjuk pelaksana kebijakan jika ingin

diimplementasikan sebagaimana mestinya, maka petunjuk

pelaksana tidak hanya harus dipahami, melainkan petunjuk itu

harus jelas.

c) Konsistensi yaitu peraturan-peraturan implementasi kebijakan

yang dikomunikasikan untuk penegasan kebijakan agar

pelaksana kebijakan berjalan dengan efektif dan konsisten serta

masyarakat dapat mematuhinya. Sebaliknya perintah

implementasi kebijakan yang tidak konsisten akan mendorong

para pelaksana mengambil tindakan yang sangat longgar dalam

menafsirkan dan mengimplementasikan kebijakan. Bila hal ini

terjadi, maka akan berakibat pada ketidak efektifan

implementasi kebijakan.

2. Sumber-sumber berkenaan dengan ketersediaan sumber daya

pendukung, khususnya sumber daya manusia. Hal ini berkenaan

dengan kecakapan pelaksana kebijakan publik untuk melaksanakan

kebijakan secara efektif.

Pada dasarnya sumber adalah segala sesuatu perintah-perintah

implementasi dan faktor-faktor yang mendukung pelaksanaan

kebijakan tentang administrasi kependudukan dilingkungan kota

Tanjungpinang seperti staf, informasi, wewenang dan fasilitas

sebagaimana penjelasanya :

a) Staf merupakan ketersediaan sumber daya manusia yang

memiliki keterampilan dalam pelaksanaan implementasi

kebijakan. Pada Peran pengelola informasi dan dokumentasi

(PPID) dalam Pelayanan serta Penyediaan Informasi Publik

dalam Implementasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008

Tentang Keterbukaan Informasi Publik pada Pemerintah Kota

Tanjungpinang.

b) Informasi merupakan berita yang memuat data-data yang

penting dan mendukung suatu kebijakan inforrmasi

sebagaimana yang dimaksud berupa dokumen-dokumen resmi

pada peran pengelola informasi dan dokumentasi (PPID) yakni

berupa petunjuk lagsung maupun data orang-orang yang

terlibat dalam pelaksanaan Undang-undang Nomor 14 Tahun

2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik pada Pemerintah

Kota Tanjungpinang berguna untuk mendukung kebijakan

tersebut.

c) Wewenang adalah tanggung jawab yang diberikan Pemerintah

kepada pejabat-pejabat pelaksana.

d) Fasilitas yaitu ketersediaan fasilitas fisik diantaranya

Bangunan,listrik kantor, serta buku dokumen informasi dan

dokumentasi dalam mengimplementasikan Undang-undang

Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik

pada Pemerintah Kota Tanjungpinang.

3. Disposisi atau sikap yang berkenaan dengan kesediaan dari para

implementor untuk melaksanakan kebijakan publik tersebut.

Kecakapan saja tidak mencukupi, tanpa kesediaan dan komitmen

untuk melaksanakan kebijakan. Disposisi sendiri merupakan faktor

penting untuk suatu arah atau dominasi terhadap sebuah sikap dan

perilaku dalam memandang sebuah kebijakan yang telah dikeluarkan

berguna untuk memotivasi pelaksana kebijakan.dapat dijelaskan

sebagai berikut :

a) Pengangkatan birokrat yaitu pengangkatan atau pegawai yang

menduduki, membidangi jabatan pelaksana kebijakan untuk

mengimplemetasikan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008

Tentang Keterbukaan Informasi Publik berguna untuk

mendudkung kebijakan Undang-undang tesebut sesuai dengan

perundang-undangan yang berlaku

b) Insentif yaitu berupa pemberian honor kerja yang memadai

kepada petugas pengelola informasi dan dokumentasi (PPID).

4. Struktur birokrasi berkenaan dengan kesesuai organisasi birokrasi yang

menjadi penyelenggara implementasi kebijakan publik. Tantangannya

adalah bagaimana agar tidak terjadi fragmentasi birokrasi karena

struktur ini menjadikan proses implementasi menjadi jauh dari efektif.

Dimana setiap prosedur program pengolahan data dapat memberikan

petunjuk keseragaman gerak atau kerja yang dinamis sehingga

kebijakan yang dilaksanakan dapat berjalan dengan baik sesuai apa

yang diharapkan dengan meliputi SOP (standart operation

procedures) sebagaimana diuraikan sebagai berikut :

a) SOP (standart operation procedures) yaitu adanya aturan atau

prosedur-prosedur dan petunjuk teknis yang dibuat untuk

kepentingan pelaksana maupun masyarakat berdasarkan

undang-undang yang ditetapkan pihak legislatif maupun

eksekutif guna mengatasi dan menjauhkan permasalahan dalam

mengimplementasikan kebijakan Undang-undang No.14 tahun

2008 tentang keterbukaan Informasi publik.

b) Fragmentasi yaitu adanya adanya jangkauan koordinasi yang

efisien dan efektif utuk mempermudah proses pelaksanaan

kebijakan yang relatife mendominan, dan memiliki pembagian

tugas yang jelas antara satu budang dengan satu bidang yang

terkait. Begitu halnya antara pimpinan dan bawahan dalam

mengimplementasikan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008

Tentang Keterbukaan Informasi Publik pada Pemerintah Kota

Tanjungpinang.

B. Implementasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Dalam Pelayanan

dan Penyediaan Informasi sebagai bentuk Kewajiban Bagi Badan

Publik. Pada Undang-undang Keterbukaan Informasi Publik Nomor 14 tahun 2008

menjamin dan membuka akses informasi hingga keikutsertaan masyarakat

diharapkan dapat membuka proses transparansi dan keterbukaan, yang pada

gilirannya akan beralih kepada akuntabilitas semua badan publik. setiap Badan

Publik memiliki tugas pokok dan fungsi dan struktur organisasi yang berbeda.

Maka dari itu Undang-undang Keterbukaan Informasi Publik memberi

keleluasaan bagi Badan Publik untuk menyusun mekanisme pelayanan dan

pengelolaan informasi sebagaimana diatur dalam pasal 7 Undang-undang

Keterbukaan Informasi Publik yakni :

a) Badan Publik wajib menyediakan, memberikan dan/atau menerbitkan

informasi publik yang berada dibawah kewenangannya kepada

pemohon informasi publik, selain informasi yang dikecualikan sesuai

dengan ketentuan.

b) Badan publik wajib menyediakan informasi publik yang akurat, benar

dan tidak menyesatkan.

c) Untuk melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

Badan Publik harus membangun dan mengembangkan sistem

informasi dan dokumentasi untuk mengelola informasi publik secara

baik dan efisien sehingga dapat diakses dengan mudah.

d) Badan publik wajib membuat pertimbangan secara tertulis setiap

kebijakan yang diambil untuk memenuhi hak setiap orang atas

informasi publik.

e) Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) antara lain memuat

pertimbangan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau pertahanan

dan keamanan negara.

f) Dalam rangka memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) sampai dengan ayat (4) Badan Publik dapat memanfaatkan sarana

dan/atau media elektronik dan non elektronik.(Komisi Informasi

Provinsi Kepulauan Riau:12-13: 2008)

Ada tiga faktor umum yang mempengaruhi keberhasilan implementasi

yaitu :

1) Logika yang digunakan oleh suatu kebijakan, yaitu sampai berapa

benar teori yang menjadi landasan kebijakan atau seberapa jauh

hubungan logis antara kegiatan-kegiatan yang dilakukan dengan

tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan;

2) Hakekat kerjasama yang dibutuhkan, yaitu apakah semua pihak

yang terlibat dalam kerjasama telah merupakan suatu assembling

produktif dan

3) Ketersediaan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan,

komitmen untuk mengelola pelaksanaannya.(Weimer, D.L. Vining

A.R dalam Pasolong.59.2008)

Adapun Tanggung jawab utama manajer dalam implementasi kebijakan

strategis :

1) Membagi-bagi tugas utama dan urutan langkah-langkah yang akan

diambil untuk melaksanakan kebijakan dan strategi dengan cara

yang diperlukan untuk mencapai tujuan/sasaran.

2) Menentukan siapa yang bertanggung jawab untuk tugas-tugas

khusus utama yang harus diselesaikan, langkah-langkah yang harus

ditempuh dan keputusan yang harus diambil.

3) Menetapkan struktur pokok organisasi tempat implementasi akan

berlangsung, misalnya departemen fungsional atau divisi pokok

yang di desentralisasikan.

4) Menentukan sumber daya (fisik dan manusia) yang perlu untuk

menerapkan kebijakan dan strategi dan menjamin tersedianya

sumber daya itu bila diperlukan.

5) Menenetapkan jenis-jenis prestasi yang diperlukan oleh satuan-

satuan organisasi dan perorangan serta kapan kegiatan khusus

harus diselesaikan.

6) Menentukan motivasi pribadi dan sistem perangsang yang akan

digunakan.

7) Menganilisis saling hubungan utama antara orang-orang, satuan

organisasi, dan kegiatan dalam satu-satuan yang memerlukan

pengkordinasian dan menentukan sistem yang tepat untuk

menjamin koordinasi yang tepat pula.

8) Menjamin tingakt partisipasi yang tepat dalam perumusan dan

operasi sistem dan proses implementasi.

9) Menetapkan sistem informasi yang tepat untuk menjamin

pengukuran yang tepat dari prestasi menurut standar, sehingga

dapat diambil tindakan perbaikan, bila perlu.

10) Mengadopsi program latihan untuk mengembangkan keterampilan

teknis dan manajemen, yang diperlukan dalam implementasi.

11) Menjamin bahwa kepemimpinan manajemen efektif dalam

memotivasi dan membimbing organisasi dalam penerapan

kebijakan dan strategi secara sedemikian, sehingga tercapai tujuan-

tujuan organisasi dengan cara yang paling efektif dan efisien.

(Steiner, G.A. dan Miner, J.B.220.1997)

C. Pembentukan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID)

Pada Pemerintah Kota Tanjungpinang

Pada saat Peraturan Walikota ini mulai berlaku, Keputusan Walikota

Nomor 300 Tahun 20l4 pada pasal ke 27 tentang Pengelolaan Pelayanan

Informasi Publik dan Dokumentasi dilingkungan Pemerintah Kota Tanjungpinang

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Namun Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan

yaitu pada pasal ke 28 Pasal 28 Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal

diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

Peraturan Walikota ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota

Tanjungpinang pada tanggal 10 November 2014.

Pembentukan pejabat pengelola informasi dan dokumentasi (PPID),

Masyarakat harus mengetahui dengan jelas mengenai fungsi dan apa sebenarnya

dari arti amanah Undang-undang nomor 14 tahun 2008 tentang keterbukaan

informasi publik. Dan terkait hal ini, pemerintah daerah melalui kepala daerah

harus segera membentuk Pejabat Pengelola informasi dan dokumentasi dalam

rangka meningkat kan pelayanan informasi kepada masyarakat. Pejabat Pengelola

informasi dan dokumentasi ini sifatnya wajib, Dan itu paling rendah di jabat oleh

eselon II. Artinya harus ada petunjuk resmi oleh kepala daerah,beriringan dengan

adanya Keterbukaan Informasi Publik.

D. Prinsip-prinsip Pelayanan Informasi Publik berdasarkan Peraturan

Walikota Tanjungpinang Standar operasional prosedur penyusunan

pengumuman dan layanan informasi publik dan pengaduan

Dalam Pasal 19 : Untuk menyediakan informasi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 17, maka PPID melaksanakan Prosedur Penyusunan dan

pengumuman daftar Informasi Publik yang terdapat pada Lampiran V.

Dalam pasal 20 :

1. Pemohon informasi publik dapat memperoleh kesempatan

untuk Mengetahui informasi publik dengan cara:

a) Akses secara elektronik melalui website Pemerintah

Kota; atau

b) Mengajukan permohonan secara tertulis kepada PPID

melalui PPI.

2. Informasi Publik yang dapat diakses secara elektronik melalui

website Pemerintah Kota diperoleh dengan cara:

a) Tanpa perlu melakukan registrasi secara elektronik;

dan

b) Melakukan registrasi secara elektronik.

3. Informasi yang dapat diakses secara langsung oleh pemohon

informasi publik tanpa melakukan registrasi secara elektronik

adalah informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12.

4. Informasi yang dapat diakses oleh pemohon informasi publik

setelah melakukan registrasi adalah informasi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 13 Pasal 14 dan Pasal 15.

E. Peran (Tugas, Tanggung Jawab) PPID berdasarkan Pedoman

Pelayanan Informasi Publik Pemerintah Kota Tanjungpinang Tugas Dan Tanggung Jawab Pejabat Pengelola informasi dan dokumentasi

(PPID) pada Pasal ke 4 (empat) yaitu Pembina PPID Dijabat oleh Kepala Badan

Publik Pemerintahan Kota, yaitu dijabat oleh Walikota Tanjungpinang dan Wakil

Walikota Tanjungpinang. sedangkan Fungsi Pembina yaitu Pembinaan terhadap

pengelolaan layanan informasi dan dokumentasi dan seluruh rangkaian kegiatan

pengelolaan informasi dan dokurnentasi sesuai dengan mekanisme yang

ditentukan.

Sedangkan Tugas Pembina yaitu melakukan pembinaan terhadap

pengelolaan pelayanan informasi dan dokumentasi dilingkungan Pemerintah

Daerah, Mengesahkan dan menetapkan jenis-jenis informasi, yaitu informasi yang

wajib disediakan dan diumumkan secara berkala, serta merta, tersedia setiap saat

serta informasi yang dikecualikan.

BAB III

GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN

A. Lokasi penelitan

Lokasi penelitian ini berada di Kota Tanjungpinang berlokasi di Komplek

Bintan senter Km 9 (Sembilan) Terminal Sungai Carang.

B. Tugas, Pokok dan Fungsi Pejabat Pengelola Informasi dan

Dokumentasi

Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) adalah Pejabat yang

ditetapkan melalui Surat Keputusan Walikota yang bertanggungiawab dalam

bidang penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan dan pelayanan informasi

yang bertanggung jawab langsung kepada Sekretaris Daerah selaku Atasan

Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi.

Untuk mendukung kegiatan rutin Pejabat Pengelola Informasi dan

Dokumentasi, maka dapat dibentuk bidang-bidang, sekurang-kurangnya terdiri

dari:

1) Sekretariat PPID bertugas memberikan dukungan administratif dan

teknis operasional serta sarana dan prasarana mendukung tersedianya

layanan informasi dan dokumentasi;

2) Bidang Pengaduan dan penyelesaian Sengketa Informasi bertugas

melakukan advokasi dan mewakili institusi dalam menyelesaikan

sengketa informasi;

3) Bidang Pengolahan Data dan Dokumentasi Informasi bertugas

mengolah data yang akan disajikan sebagai informasi publik,

melakukan klasifikasi jenis informasi dan mendokumentasikan

informasi yang telah dikuasai; dan

4) Bidang Pelayanan dan pengelolaan Informasi bertugas memberikan

pelayanan Informasi publik dan mengelola informasi sesuai dengan

mekanisme internal PPID.

C. Struktur Organsasi PPID Kota Tanjungpinang

Dibawah ini terdapat tabel struktur pengurusan Pejabat Pengelola

Informasi dan Dokumentasi Utama sebagai berikut :

3.1 Tabel struktur pengurusan PPID utama

Pada tabel 3.1 struktur pengurusan diatas terdapat nama-nama anggota

pengurusan tersebut, antara lain yaitu :

1) Ketua PPID Utama yaitu DRS.H. Wansamsi,M.M

2) Bidang pelayanan dan pengelolaan informasi yaitu Ivan Kurniawan

3) Bidang pengolah data dan Dokumentasi Teguh Susanto SE,MM

4) Bidang penyelesaian Sengketa Informasi selaku Kabag Hukum yaitu

Samsudi S.Sos

5) Sekretariat yaitu Abu Mansyur S.Sos

6) PPI (Pengelola Publikasi) yaitu Aprinaldi S.Kom

Walikota

Tanjungpinang

Tim

pertimbangan

PPID Utama

Sekretaris Daerah

Sekretariat

Bagian Hukum

Bidang penyelesaian

Sengketa Informasi

Bidang pengolah data

dan Dokumentasi

Bidang pelayanan dan

pengelolaan informasi

Pengurusaan Daftar Informasi publik pada Pasal 11 Penyusunan Daftar

Informasi publik diperlukan beberapa tahap terdiri dari:

1. pengumpulan informasi;

2. klasifikasi;

3. dokumentasi;

4. tahap penetapan; dan

5. pengumuman daftar informasi publik

BAB IV

PERAN PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI

(PPID) DALAM PELAYANAN SERTA PENYEDIAAN INFORMASI

PUBLIK

(Studi Implementasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang

Keterbukaan Informasi Publik pada Pemerintah Kota Tanjungpinang)

A. Kriteria Responden

Berdasarkan jenis kriteria responden Dalam penjelasan bab ini akan

dibahas terlebih dahulu mengenai identitas atau kriteria responden berguna untuk

mendapat informasi yang akurat dalam menganalisa data yang pada akhirnya

dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya dalam pembahasan tentang Peran

Pejabat Pengelola informasi dan dokumentasi (PPID) dalam Pelayanan serta

Penyediaan Informasi Publik (Studi Implementasi Undang-Undang Nomor 14

Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik pada Pemerintah Kota

Tanjungpinang) Adapun karateristik responden sebagai berikut :

1. Jenis kelamin

Berdasarkan kriteria Responden jumlah yang diambil peneliti jenis

kelamin menentukan besar banyaknya responden yang diambil sebagai tabel

berikut :

Tabel 4.1 Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis kelamin Jumlah

1. Laki-laki 6

Total 6

Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa kurang angka perempuan yang

bekerja didalam Pejabat Pengelola informasi dan dokumentasi (PPID) terlihat

bahwa jumlah laki-laki sebanyak enam orang (6) angka yang sangat minim dalam

menjalankan tugas Implementasi Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang

Keterbukaan Informasi Publik pada Pemerintah Kota Tanjungpinang. Terlihat

pada tabel staf pegawai dikantor Pejabat Pengelola informasi dan dokumentasi

(PPID) sangat Minim, angka tersebut mendorong pekerja yang aktif hanya

sebagian saja didalam instansi tersebut.

2. Berdasarkan Umur

Tingkatan umur mempengaruhi dari cara bekerjanya, adapun pekerja yang

dikatakan terbilang muda/aktif di usia 28 tahun, untuk lebih jelas dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 4.2 Berdasarkan Umur Responden

No Umur Jumlah

1. 19 – 25

2. 26 – 32 1

3 33 – 39 1

4. 40 – 46 1

5. 47 – 53 2

6. 54 – 60 1

Total

Berdasarkan dari tabel 4.2 diatas jumlah anggota yang bekerja dalam

Implementasi UU no. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik

pada Pemerintah Kota Tanjungpinang sebanyak enam orang (6) angka yang

terbilang sedikit untuk menerapkan Implementasi Undang-undang no.14 tahun

2008 selain itu juga umur yang terbilang aktif/muda bisa dilihat dari tabel diatas

sebanyak 2 orang yaitu pada umur 28 tahun dan 38 tahun selebihnya diatas 40

tahun terbilang non aktif.

3. Pendidikan

Menurut Darmaningtyas mengatakan tentang definisi pendidikan yaitu

Pendidikan adalah sebagai usaha dasar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup

dan kemajuan yang lebih baik (http://www.indonbiu.com/2009/07/definisi-

pendidikan-secara-umum.html). Pendidikan yaitu pembelajaran pengetahuan,

keterampilan dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi

ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan

sering terjadi dibawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara

otodidak. Pendidikan umumnya dibagikan kepada tahap prasekolah, sekolah

dasar, sekolah menengah, perguruan tinggi, Universitas. Pada kantor Pejabat

Pengelola informasi dan dokumentasi (PPID) Pendidikannya antara lain sebagai

berikut :

Tabel 4.3 Berdasarkan Pendidikan Responden

No Pendidikan Jumlah

1. Tidak sekolah

2. SD

3. SMP

4. SMA

5. D3

6. S1 4

7. S2 2

Total 6

Berdasarkan tabel 4.3 Jumlah yang didapat dari hasil reponden

berdasarkan tingkatan pendidikan kantor PPID adalah sangat baik, rata-rata

tamatan S2 , lulusan terbaik tidak menutupi kemungkinan implementasi itu bisa

berjalan dengan baik, jika sumber daya manusianya tidak memenuhi standart

pekerja, pelimpahan tugas dan wewenang yang terlalu banyak, dan tidak jelas

dalam mengimplementasikan sehingga cendrung Undang-undang No 14 tahun

2008 tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Pendidikan ini sangat memiliki fungsi yang sangat penting baik itu untuk

diri sendiri, keluarga, kelompok, lingkungan dan lain-lain pendidikan berkaitan

dengan fungsi yang nyata, begitu pula tugas dan wewenang yang diberi oleh

Pemerintah, harus dijalani dan diimbangi dengan kinerja yang maksimal namun

tetap saja terhambat oleh sumber daya manusianya, ketersediaan alat-alat kantor

dan sebagainya.

B. Implementasi kebijakan

Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi adalah pejabat yang

bertanggungjawab di bidang penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan

/atau pelayanan informasi di Pemerintah Kota Tanjungpinang. Pada Implementasi

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik

pada Pemerintah Kota Tanjungpinang belum berjalan dengan baik, keseragaman

tentang kebijakan undang-undang No 14 tahun 2008 tentang keterbukaan publik

belum berjalan secara maksimal, banyaknya instansi yang terkait belum mengerti

tugas penting dari Implementasi tersebut, kurangnya sosialisasi, informasi dan

tupoksi masing-masing, Selain pelimpahan wewenang, kinerja, sumber daya

manusianya sangat minim dan perlu adanya penambahan tenaga kerja, untuk

menerapkan Implementasi tersebut selain itu, alat-alat yang dibutuhkan di dalam

mengerjakan Implementasi tersebut kurang lengkap dan tidak memadai, dalam hal

ini pada wawancara kepada ke enam (6) narasumber mengatakan undang-undang

tersebut belum berjalan dengan baik, perlu adanya pembenahan dalam

mengimplementasikan Undang-undang nomor.14 tahun 2008 tentang keterbukaan

publik tersebut.

C. Kendala Implementasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang

Keterbukaan Informasi Publik pada Pemerintah Kota Tanjungpinang

Adapun hambatan / kendala yang terjadi pada Implementasi Undang-

Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik pada

Pemerintah Kota Tanjungpinang yaitu :

1. Dari dimensi Komunikasi

Dalam hal ini komunikasi sebagai informasi yang diberikan baik mereka

yang melaksanakan keputusan-keputusan kebijakan dan perintah-perintah maupun

masyarakat, harus diteruskan dianataranya pelaksanaan Undang-undang Nomor

14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik pada Pemerintah Kota

Tanjungpinang.

Dari dimensi komunikasi peneliti mewawancara petugas Pejabat Pengelola

informasi dan dokumentasi dalam hal ini tugas dan jabatannya sebagai pengelola

publikasi (PPI), peneliti memulai dari yang umur yang termuda yang bertugas di

Pejabat Pengelola informasi dan dokumentasi tersebut berguna melihat kinerja

sebagaimana dalam menjalankan tugas tersebut adapun pertanyaan nomor satu

sebagai berikut :

“Menurut saudara apakah pelaksanaan sosialisasi tentang

Implementasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang

Keterbukaan Informasi Publik pada Pemerintah Kota Tanjungpinang

sudah berjalan” ?

Pada kesempatan ini peneliti mewawancari pegawai Pejabat Pengelola

informasi dan dokumentasi (PPID) pada wawancara Narasumber pertama (1)

bersama Aprinaldi,S.Kom sebagai pengelola publikasi (PPI) pada wawancara

tersebut sosialisasi Undang-undang keterbukaan Informasi publik sudah berjalan

namun diprakarsai oleh komisi informasi provinsi, sedangkan dari Pemertintah

Kota Tanjungpinang belum.

Peneliti melihat dari jawaban diatas keterbukaan informasi publik dalam

hal ini peneliti melihat dari jawaban tersebut belum ada. belum semuanya

tersosialisasi dengan baik. Selanjutnya pertanyaan kedua sebagai berikut :

“Sudah berjalan berapa lama sejak disahkan undang-undang

tersebut”?

Dari pertanyaan diatas, narasumber mengatakan Sejak disahkannya

undang-undang implementasi tersebut sudah berjalan 2 tahun dimulai dari tahun

2014 lalu, Adapun pertanyaan ketiga yaitu :

“Menurut saudara apakah Pegawai dan warga Tanjungpinang sudah

mendapatkan informasi yang jelas tentang Undang-Undang Nomor

14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik pada

Pemerintah Kota Tanjungpinang” ?

Menurut narasumber Pegawai dan masyarakat Tanjungpinang belum

seluruhnya mendapatkan informasi yang jelas karena kurangnya sosialisasi

tentang keterbukaan informasi Undang-undang nomor 14 tahun 2008 ini, sehingga

masyarakat banyak yang belum mengetahui secara menyeluruh tentang

transparansi ini hanya kalangan tertentu saja yang mengetahuinya seperti LSM

(lembaga sosial masyarakat). Adapun pertanyaan keempat yaitu :

“Apakah saudara sudah memahami Konsistensi Peran Pejabat

Pengelola informasi dan dokumentasi (PPID) dalam Pelayanan serta

Penyediaan Informasi Publik dalam Implementasi Undang-Undang

Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik pada

Pemerintah Kota Tanjungpinang” ?

Dari jawaban narasumber mengatakan bahwa konsistensinya sangat

kurang, kinerja pegawai yang minim, sehingga pelaksanaan dan prakteknya masih

berjalan lambat dan tidak berjalan dengan baik. Pertanyaan kelima dari faktor

Komunikasi yaitu :

“Menurut saudara hambatan apa saja yang dihadapi PPID dalam

mengimplementasikan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008

Tentang Keterbukaan Informasi Publik pada Pemerintah Kota

Tanjungpinang “ ?

Dalam hal ini narasumber menyebutkan hambatan yang terjadi pada

Pejabat Pengelola informasi dan dokumentasi tersebut yaitu infrastruktur yang

belum memadai, belum adanya daftar informasi publik,kurangnya sumber daya

manusia (Pegawai), kurangnya pemahaman pejabat pada Satuan Kerja Perangkat

Daerah tentang Undang-undang Keterbukaan informasi publik.

Selanjutnya Narasumber ke dua (2) Dari wawancara bersama Ivan

Kurniawan sebagai Bidang pelayanan dan pengelolaan informasi. Adapun

pertanyaannya sebagai berikut :

“Menurut saudara apakah pelaksanaan sosialisasi tentang

Implementasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang

Keterbukaan Informasi Publik pada Pemerintah Kota Tanjungpinang

sudah berjalan” ?

Dari wawancara diatas adapun jawaban dari narasumber yaitu menurut

saya Pemerintah Kota belum mengadakan sosialisasi, hanya saja sosialisasi dari

Kementrian Kominfo. Menurutnya Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008

Tentang Keterbukaan Informasi Publik pada Pemerintah Kota Tanjungpinang

belum mengadakan sosialisasi, hanya saja dari kementrian KOMINFO dan komisi

Informasi. Berikut pertanyaan yang ditujukan ke narasumber dari pertanyaan

nomor dua yaitu :

“Sudah berjalan berapa lama sejak disahkan undang-undang

tersebut”?

Menurutnya semenjak undang-undang disahkan tahun 2014 lalu belum

berjalan seutuhnya. Adapun pertanyaan ketiga yaitu :

“Menurut saudara apakah Pegawai dan warga Tanjungpinang sudah

mendapatkan informasi yang jelas tentang Undang-Undang Nomor

14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik pada

Pemerintah Kota Tanjungpinang” ?

Sedangkan untuk informasi Pegawai dan masyarakat Tanjungpinang

belum rata dalam mendapatkan informasi hanya dikalangan Lembaga Swadaya

Masyarakat saja yang mengetahui keterbukaan informasi lain halnya dengan

masyarakat pada umumnya masih banyak yang belum tahu tentang keberadaan

keterbukaan informasi publik dan masih banyak masyarakat belum merasakan hal

penting dari transparansi tersebut. Adapun pertanyaan keempat yaitu :

“Apakah saudara sudah memahami Konsistensi Peran Pejabat

Pengelola informasi dan dokumentasi (PPID) dalam Pelayanan serta

Penyediaan Informasi Publik dalam Implementasi Undang-Undang

Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik pada

Pemerintah Kota Tanjungpinang” ?

Untuk konsistensi pada pejabat pengelola informasi dan dokumentasi

(PPID) sudah memahami tentang Undang-undang tersebut hanya saja sosialisasi

KIP dan infrastruktur yang tidak memadai dan sumber daya manusia yang ada

namun tidak mencukupi, sedangkan data-data mentah/data-data informasi yang

dibutuhkan masyarakat Tanjungpinang belum cukup baik, informasi dan

transparansi yang diharapkan masih kurang berjalan dengan baik. Pertanyaan

kelima dari faktor Komunikasi yaitu :

“Menurut saudara hambatan apa saja yang dihadapi PPID dalam

mengimplementasikan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008

Tentang Keterbukaan Informasi Publik pada Pemerintah Kota

Tanjungpinang “ ?

Dan hambatan yang dihadapi Pejabat Pengelola informasi dan

dokumentasi (PPID) saat ini yaitu sosialisasi keterbukaan informasi publik dan

infrastruktur yang tidak memadai.

Sedangkan wawancara ke tiga (3) kepada Ketua Pejabat Pengelola

informasi dan dokumentasi (PPID) Utama yaitu bapak Drs. H. Wansamsi,M.M

berikut pertanyaan pertama yaitu :

“Menurut saudara apakah pelaksanaan sosialisasi tentang

Implementasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang

Keterbukaan Informasi Publik pada Pemerintah Kota Tanjungpinang

sudah berjalan” ?

Adapun jawaban dari ketua Pejabat Pengelola informasi dan dokumentasi

yaitu sosisalisasi sudah berjalan, namun dalam proses sosialisasi yang di prakarsai

Pejabat Pengelola informasi dan dokumentasi Kota Tanjungpinang masih belum

berjalan secara maksimal. Berikut ini pertanyaan nomor dua sebagai berikut :

“Sudah berjalan berapa lama sejak disahkan undang-undang

tersebut”?

Menurutnya sejak di sahkan pada tahun 2014 lalu. selanjutnya pertanyaan

ketiga yaitu :

“Menurut saudara apakah Pegawai dan warga Tanjungpinang sudah

mendapatkan informasi yang jelas tentang Undang-Undang Nomor

14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik pada

Pemerintah Kota Tanjungpinang” ?

Dari pertanyaan diatas menurutnya untuk informasi yang didapat oleh

masyarakat dan pegawai masih belum jelas, terlihat dari sulitnya memahami data

terhadap instansi terkait, sedangkan warga Tanjungpinang sedikit banyak yang

sudah mendapatkan informasi mengenai Undang-undang nomor 14 tahun 2008

dalam hal ini sebagian kalangan masyarakat yang langsung datang meminta

informasi yang dibutuhkannya. Adapun pertanyaan keempat yaitu :

“Apakah saudara sudah memahami Konsistensi Peran Pejabat

Pengelola informasi dan dokumentasi (PPID) dalam Pelayanan serta

Penyediaan Informasi Publik dalam Implementasi Undang-Undang

Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik pada

Pemerintah Kota Tanjungpinang” ?

Dalam hal konsistensi belum ada kemantapan dalam bertindak masih

sangat kurang, namun sudah memahami tugas dan implementasi tersebut, pada

Pertanyaan selanjutnya yaitu kelima dari faktor Komunikasi yaitu :

“Menurut saudara hambatan apa saja yang dihadapi PPID dalam

mengimplementasikan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008

Tentang Keterbukaan Informasi Publik pada Pemerintah Kota

Tanjungpinang “ ?

Menurut narasumber hal ini terjadi karena adanya hambatan utamanya

yaitu sumber daya manusia didalam hal pelayanan informasi publik, dan

kemudian kurangnya sarana dan prasarana pendukung.

Selanjutnya wawancara ke empat (4) yaitu Sekretaris PPID Utama bapak

Abu Mansyur S.Sos.pada pertanyaan pertama yaitu :

“Menurut saudara apakah pelaksanaan sosialisasi tentang

Implementasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang

Keterbukaan Informasi Publik pada Pemerintah Kota Tanjungpinang

sudah berjalan” ?

Adapun jawaban menurutnya pelaksanaan sosialisasi sudah berjalan,

namun belum maksimal dikarenkan kurangnya sosialisasi tentang keterbukaan

informasi tentang Undang-undang no 14 tahun 2008. Berikut ini pertanyaan

yang ditujukan ke narasumber pertanyaan nomor dua yaitu :

“Sudah berjalan berapa lama sejak disahkan undang-undang

tersebut”?

Menurutnya Sejak ditetapkan bapak Walikota Tanjungpinang pada tahun

2014 lalu selaku pembina PPID. Adapun pertanyaan ketiga yaitu :

“Menurut saudara apakah Pegawai dan warga Tanjungpinang sudah

mendapatkan informasi yang jelas tentang Undang-Undang Nomor

14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik pada

Pemerintah Kota Tanjungpinang” ?

Dalam hal informasi yang didapatkan oleh masyarakat dan Pegawai

menurtnya hanya beberapa saja yang memahami yaitu orang-orang yang sudah

menganggap pentingnya keterbukaan informasi publik. Adapun pertanyaan

keempat yaitu :

“Apakah saudara sudah memahami Konsistensi Peran Pejabat

Pengelola informasi dan dokumentasi (PPID) dalam Pelayanan serta

Penyediaan Informasi Publik dalam Implementasi Undang-Undang

Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik pada

Pemerintah Kota Tanjungpinang” ?

Secara garis besar konsistensi pejabat pengelola informasi dam

dokumentasi publik sudah memahami peran dari Pejabat Pengelola informasi dan

dokumentasi tersebut namun dalam hal menjalankan masih terbilang kurang

terlaksana dengan baik sesuai harapan, selanjutnya yaitu kelima dari faktor

Komunikasi yaitu :

“Menurut saudara hambatan apa saja yang dihadapi PPID dalam

mengimplementasikan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008

Tentang Keterbukaan Informasi Publik pada Pemerintah Kota

Tanjungpinang “ ?

Dikarenakan hambatan yang dihadapi Pejabat Pengelola informasi dan

dokumentasi kota Tanjungpinang belum tersosialisasinya secara penuh terhadap

SKPD/PPID pembantu yang memiliki data/informasi, sehingga terkesan masih

menutupi informasinya.

Pada wawancara selanjutnya yaitu narasumber ke lima (5) yaitu Bapak

Samsudi S.Sos sebagai bidang penyelesaian sengketa informasi / Kabag Hukum.

Adapun pertanyaan pertama sebagai berikut :

“Menurut saudara apakah pelaksanaan sosialisasi tentang

Implementasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang

Keterbukaan Informasi Publik pada Pemerintah Kota Tanjungpinang

sudah berjalan” ?

Menurut narasumber pelaksanaan sosialisasi tentang Implementasi

Undang-undang no 14 tahun 2008 belum berjalan dengan baik perlu adanya

pembenahan kinerja pegawai yang terkait tambahan sumber daya manusianya dan

segala sarana prasarana yang diperlukan agar terwujudnya implementasi yang

baik dan berjalan sesuai dengan harapan masyarakat. Berikutnya Pertanyaan

nomor dua yaitu :

“Sudah berjalan berapa lama sejak disahkan undang-undang

tersebut”?

Undang-undang no 14 tahun 2008 ini sudah berjalan sejak tahun 2014 lalu

sudah berjalan 2 tahun sampai dengan 2016 ini. Adapun pertanyaan ketiga yaitu :

“Menurut saudara apakah Pegawai dan warga Tanjungpinang sudah

mendapatkan informasi yang jelas tentang Undang-Undang Nomor

14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik pada

Pemerintah Kota Tanjungpinang” ?

Informasi yang didapat oleh masyarakat maupun pegawai belum berjalan

maksimal sosialisasi mengenai Undang-undang nomor 14 ini. Sehingga pegawai

dan masyarakat tidak begitu mendapatkan informasi yang cukup banyak tentang

implementasi undang-undang ini. Selanjutnya pertanyaan keempat yaitu :

“Apakah saudara sudah memahami Konsistensi Peran Pejabat

Pengelola informasi dan dokumentasi (PPID) dalam Pelayanan serta

Penyediaan Informasi Publik dalam Implementasi Undang-Undang

Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik pada

Pemerintah Kota Tanjungpinang” ?

Dalam hal konsistansi sudah dirasa cukup namun belum sempurna dan

masih perlu adanya pembenahan cara kerja yang tepat, cepat dan tanggap

sehingga implementasi Undang-undang nomor 14 tahun 2008 tentang keterbukaan

informasi publik dapat dirasakan manfaat informasi dengan baik oleh masyarakat

kota Tanjungpinang. Selanjutnya yaitu kelima dari faktor Komunikasi yaitu :

“Menurut saudara hambatan apa saja yang dihadapi PPID dalam

mengimplementasikan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008

Tentang Keterbukaan Informasi Publik pada Pemerintah Kota

Tanjungpinang “ ?

Selain itu adanya hambatan yang dialami oleh Pejabat Pengelola informasi

dan dokumentasi dalam mengimplementasikan undang-undnag tersebut yaitu

kurangnya sumber daya manusia/pekerja dalam membantu mengimplementasikan

undang-undang sementara sumber daya ini sangat penting, kurangnya sosialisasi

dari Pejabat Pengelola informasi dan dokumentasi dan kurangnya infrastruktur

sistem informasi.

Pada selanjutnya yaitu Narasumber ke enam (6) yaitu bapak Teguh

Amanto, Se,MM sebagai bidang Pengolah Data dan Dokumentasi adapun hasil

wawancaranya dari pertanyaan pertama sebagai berikut :

“Menurut saudara apakah pelaksanaan sosialisasi tentang

Implementasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang

Keterbukaan Informasi Publik pada Pemerintah Kota Tanjungpinang

sudah berjalan” ?

Menurut narasumber pelaksanaan sosialisasi sudah berjalan namun belum

maksimal karena masih kurangnya pemahaman– pemahaman SKPD tentang

Undang-undang nomor 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik dan

kurangnya mensosialisasikan undang-undang ini kemasyarakat. Berikut ini

pertanyaan yang ditujukan ke narasumber pertanyaan nomor dua yaitu :

“Sudah berjalan berapa lama sejak disahkan undang-undang

tersebut”?

Dari sejak diberlakukan 2014 lalu sampai dengan saat ini tahun 2016

sudah berjalan salama dua tahun. Adapun pertanyaan ketiga yaitu :

“Menurut saudara apakah Pegawai dan warga Tanjungpinang sudah

mendapatkan informasi yang jelas tentang Undang-Undang Nomor

14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik pada

Pemerintah Kota Tanjungpinang” ?

Dalam hal informasi yang didapatkan oleh masyarakat dan pegawai

tentang UU no.14 tahun 2008 belum seluruhnya mengetahui hanya kalangan LSM

saja yang tentu saja mengecam keberadaan undang-undang no.14 tahun 2008 ini.

Selanjutnya pertanyaan keempat yaitu :

“Apakah saudara sudah memahami Konsistensi Peran Pejabat

Pengelola informasi dan dokumentasi (PPID) dalam Pelayanan serta

Penyediaan Informasi Publik dalam Implementasi Undang-Undang

Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik pada

Pemerintah Kota Tanjungpinang” ?

Menurut narasumber Konsistensi sebagai staf Pejabat Pengelola

informasi dan dokumentasi (PPID) sudah memahami tugas dan fungsinya namun

didalam ketanggapan dan pelaksanaannya saja yang kurang dikarenakan kurang

sumber daya manusia atau pengelola Pejabat Pengelola informasi dan

dokumentasi (PPID) sehingga melambatnya pelaksanaan sosialisasi Undang-

undang nomor 14 tahun 2008 ini. Selanjutnya Pertanyaan kelima yaitu :

“Menurut saudara hambatan apa saja yang dihadapi PPID dalam

mengimplementasikan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008

Tentang Keterbukaan Informasi Publik pada Pemerintah Kota

Tanjungpinang “ ?

Adapun faktor lainnya yang menghambat dalam mengimplementasikan

Undang-undang ini yaitu kantor Pejabat Pengelola informasi dan dokumentasi

masih bergabung dengan bagian Komunikasi Udara, belum ada daftar informasi

publik (PIP), kurangnya sumber daya manusia/pekerja, dan kurang pahamnya

pejabat pada SKPD tentang Undang-undang Keterbukaan informasi publik.

Dari apa yang peneliti lihat menurut peneliti sosialisasi belum berjalan

dengan baik dalam mengimplementasikan Undang-Undang Nomor 14 Tahun

2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik, sejak diberlakukannya pada thun

2014 sampai dengan sekarang belum berjalan maksimal, banyaknya masyarakat

yang tidak mengerti dan memahami keberadaan informasi publik ini adapun

sebagian masyrakat yang tahu seperti Lembaga Swadaya Masyarakat, untuk

pelimpahan wewenang telah diberi kepada staf namun pelaksanaan birokrasinya

kurang memahami masalah keterbukaan informasi publik karena kinerja yang

diberikan belum tidak sesuai pada saat pelaksaannya, dan staf melakukan

pekerjaan multi fungsi sehingga tugas implementasi ini tidak terlalu

didahulukan.selanjutnya kurangnya sosialisasi yang diterapkan pada kantor

Pejabat Pengelola informasi dan dokumentasi (PPID) kota Tanjungpinang.

Dengan kata lain staf adalah proses yang berhubungan dengan rekrutmen, seleksi,

dan orientasi atau sosialisasi serta penempatan pegawai baru melalui mana

organisasi memenuhi atau mengisi sumber daya manusia dari tingkat manajer atau

karyawan.(Silalahi,Ulber.261-262.2002)

Dan hambatan yang dialami oleh kantor Pejabat Pengelola informasi dan

dokumentasi antara lain kantor yang masih bergabung dengan bagian komunikasi

udara, kurangnya sumber daya manusia, belum adanya daftar informasi publik,

kurang pahamnya pejabat pada Satuan kerja perangkat daerah tentang undang-

undang keterbukaan publik.

2. Dari faktor Sumber

Sumber-sumber berkenaan dengan ketersediaan sumber daya pendukung,

khususnya sumber daya manusia. Hal ini berkenaan dengan kecakapan pelaksana

kebijakan publik untuk melaksanakan kebijakan secara efektif.

Dari faktor Sumber peneliti mewawancara petugas Pejabat Pengelola

informasi dan dokumentasi sebanyak enam orang yang bertugas di Pejabat

Pengelola informasi dan dokumentasi tersebut berguna melihat kinerja

sebagaimana dalam menjalankan tugas tersebut adapun pertanyaan yang

menyangkut mengenai Faktor sumber-sumber.

Pada pembahasan kali ini peneliti mewawancarai pertanyaan yang

menyangkut mengenai teori dari faktor sumber dimana peneliti mendapatkan

jawabannya dari narasumber pertama (1) yaitu Menurut Narasumber

Aprinaldi,S.Kom pada pertanyaan ini membahas mengenai ketersediaan staf,

adapun soal ke enam dari empat belas pertanyaan ini yaitu :

“Menurut saudara bagaimana ketersediaan staf yang membidangi

pelaksanaan kebijakan Undang - undang Nomor 14 Tahun 2008

Tentang Keterbukaan Informasi Publik pada Pemerintah Kota

Tanjungpinang sudah memadai”?

Untuk saat ini ketersediaan staf belum memadai, mengingat pemohon

informasi yang banyak, sedangkan SKPD yang belum sepenuhnya memahami

tentang Undang-undang Keterbukaan informasi publik tersebut. Pada pertanyaan

ke tujuh yaitu :

“Menurut saudara apa sajakah ketersediaan dan data-data informasi

yang dibutuhkan masyarakat Tanjungpinang sudah baik “?

Sedangkan dalam hal ketersediaan dan data-data informasi yang

dibutuhkan masyarakat Tanjungpinang menurutnya belum berjalan dengan baik,

kurangnya data yang lengkap serta Satuan Kerja Perangkat Daerah banyak yang

belum memahami tentang Pejabat Pengelola informasi dan dokumentasi. Untuk

pertanyaan ke delapan yaitu :

“Menurut saudara bagaimana wewenang dan pembagian tugas yang

dimiliki pegawai kantor PPID kota Tanjungpinang “?

Mengenai wewenang dan pembagian tugas yang dimiliki pegawai kantor

Pejabat Pengelola informasi dan dokumentasi kota Tanjungpinang sudah jelas,

namun cara pelaksanaanya saja yang belum tepat sasaran, masih banyaknya

sumber daya manusia yang kurang. Pada pertanyaan ke sembilan yaitu :

“Menurut saudara ketersediaan Fasilitas apa saja yang dimiliki oleh

kantor PPID kota Tanjugpinang “?

Untuk ketersediaan fasilitas kantor menurut Aprinaldi,S.Kom hanya alat

tulis kantor, sementara fasilitas penunjang lainnya belum ada dan belum

mencukupi untuk melaksanakan tugas.

Selanjutnya hasil wawancara dari narasumber ke dua (2) Ivan Kurniawan

sebagai Bidang pelayanan dan pengelolaan informasi dari pertanyaan yang

diajukan, adapun pertanyaan keenam yaitu :

“Menurut saudara bagaimana ketersediaan staf yang membidangi

pelaksanaan kebijakan Undang - undang Nomor 14 Tahun 2008

Tentang Keterbukaan Informasi Publik pada Pemerintah Kota

Tanjungpinang sudah memadai”?

Narasumber menjawab untuk sumber daya manusia sudah ada namum

belum mencukupi, perlu adanya pembenahan gedung dan alat tulis kantor yang

memadai. Pada pertanyaan ke tujuh yaitu :

“Menurut saudara apa sajakah ketersediaan dan data-data informasi

yang dibutuhkan masyarakat Tanjungpinang sudah baik “?

Untuk ketersediaan dan data-data informasi yang dibutuhkan masyarakat

Tanjungpinang menurutnya belum cukup baik dikarenakan Satuan Kerja

Perangkat Daerah dan Pejabat Pengelola informasi dan dokumentasi (PPID)

pembantu masih kurang sosialisasi tentang Undang-undang nomor 14 tahun 2008

tentang keterbukaan informasi publik, sehingga data-data yang dibutuhkan

masyarakat Tanjungpinang kurang lengkap dan tidak dapat diperoleh. Untuk

pertanyaan ke delapan yaitu :

“Menurut saudara bagaimana wewenang dan pembagian tugas yang

dimiliki pegawai kantor PPID kota Tanjungpinang “?

Pertanyaan selanjutnya mengenai pembagian tugas Pegawai kantor Pejabat

Pengelola informasi dan dokumentasi menurutnya pembagian tugas yang belum

merata dan perlunya pembenahan dari kantor PPID tersebut agar implementasi

yang diberikan dapat berjalan debagai mana mestinya, Pada pertanyaan ke

sembilan yaitu :

“Menurut saudara ketersediaan Fasilitas apa saja yang dimiliki oleh

kantor PPID kota Tanjugpinang “?

Menurut narasumber masalah ketersediaan fasilitas dikantor Pejabat

Pengelola informasi dan dokumentasi sendiri belum memadai sangat minim dan

terbatas.

Pada wawancara selanjutnya yaitu narasumber ke tiga (3) ketua PPID

Utama bapak Drs.H.Wansamsi, M.M berikut pertanyaan keenam yaitu :

“Menurut saudara bagaimana ketersediaan staf yang membidangi

pelaksanaan kebijakan Undang - undang Nomor 14 Tahun 2008

Tentang Keterbukaan Informasi Publik pada Pemerintah Kota

Tanjungpinang sudah memadai”?

Menurut narasumber dalam hal ketersediaan staf menurutnya masih sangat

kurang secara kuantitas, perlu adanya penambahan staf untuk menerapkan

Undang-undang no,14 tahun 2008 agar berjalan sesuai dengan harapan dan dapat

berfungsi dengan baik, sebagai informasi yang positif yang dapat diterima dengan

baik bagi masyarakat Kota Tanjungpinang, pada pertanyaan selanjutnya

pertanyaan ke tujuh yaitu :

“Menurut saudara apa sajakah ketersediaan dan data-data informasi

yang dibutuhkan masyarakat Tanjungpinang sudah baik “?

Ketersediaan dan data-data informasi yang dibutuhkan masyarakat kota

Tanjungpinang menurutnya cukup baik, namun dalam artian masih minim

informasi, Untuk pertanyaan ke delapan yaitu :

“Menurut saudara bagaimana wewenang dan pembagian tugas yang

dimiliki pegawai kantor PPID kota Tanjungpinang “?

Dalam hal pembagian tugas dan wewenang menurutnya sudah sesuai

dengan pembagian kerja nya masing-masing, namun disini peneliti melihat masih

tidak sesuai dari jawaban narasumber lainnya yang masih belum mengerti tentang

tugas dan fungsinya masing-masing. Namun dipertanyaan ke sembilan mengenai

ketersediaan fasilitas yang terdapat dikantor PPID pertanyaannya sebagai

berikut :

“Menurut saudara ketersediaan Fasilitas apa saja yang dimiliki oleh

kantor PPID kota Tanjugpinang “?

Untuk ketersediaan fasilitas yang dimiliki kantor Pejabat Pengelola

informasi dan dokumentasi hanya ada alat tulis kantor dan pelayanan staf Pejabat

Pengelola informasi dan dokumentasi (PPID). Dalam hal ini Peneliti melihat

adanya jawaban yang berbeda dari narasumber yang lain.

Pada wawancara ke empat (4) yaitu bapak Abu Mansyur Sekretaris PPID

Utama adapun pertanyaan keenam yaitu :

“Menurut saudara bagaimana ketersediaan staf yang membidangi

pelaksanaan kebijakan Undang - undang Nomor 14 Tahun 2008

Tentang Keterbukaan Informasi Publik pada Pemerintah Kota

Tanjungpinang sudah memadai”?

Menurutnya ketersediaan staf sudah memadai namun perlu adanya

penambahan dari segi kualitas dan kuantitasnya, penambahan staf sendiri menjadi

suatu bagian yang positif agar implementasi yang diterapkan dapat berjalan

dengan baik sesuai dengan pekerja yang menjalaskan tugasnya dengan baik. pada

pertanyaan selanjutnya mengenai bagaimana ketersediaan dan data-data informasi

yang dibutuhkan masyarakat Tanjungpinang adapun pertanyaan soal nomor tujuh

sebagai berikut :

“Menurut saudara apa sajakah ketersediaan dan data-data informasi

yang dibutuhkan masyarakat Tanjungpinang sudah baik “?

Untuk ketersediaan dan data-data informasi yang dibutuhkan masyarakat

Tanjungpinang menurutnya sudah baik, tinggal dibenahi sedikit, karena masih

kurang dan belum maksimal data-data yang dibutuhkan oleh masyarakat Kota

Tanjungpinang. Untuk pertanyaan soal nomor delapan yaitu :

“Menurut saudara bagaimana wewenang dan pembagian tugas yang

dimiliki pegawai kantor PPID kota Tanjungpinang “?

Pada pertanyaan selanjutnya mengenai wewenang dan pembagian tugas

pada pegawai kantor Pejabat Pengelola informasi dan dokumentasi Kota

Tanjungpinang menurutnya wewenang sudah sesuai dengan jabatan yang diberi

hanya saja pelaksanaannya saja yang masih kurang. berikutnya pertanyaan soal

nomor sembilan sebagai berikut :

“Menurut saudara ketersediaan Fasilitas apa saja yang dimiliki oleh

kantor PPID kota Tanjugpinang “?

Untuk ketersediaan fasilitas yang dimiliki kantor Pejabat Pengelola

informasi dan dokumentasi kota Tanjungpinang yaitu alat tulis kantor, meja kerja

dan kursi kerja dan ini sangat minim jika dibandingkan dengan tugas yang diberi,

menuruttnya fasilitas yang lengkap akan menambah penunjang yang positif dalam

menjalankan implementasi yang di beri.

Pada wawancara selanjutnya narasumber ke lima (5) yaitu bapak Samsudi

S,Sos sebagai bidang penyelesaian sengketa informasi / Kabag Hukum. Adapun

pertanyaan keenam yaitu :

“Menurut saudara bagaimana ketersediaan staf yang membidangi

pelaksanaan kebijakan Undang - undang Nomor 14 Tahun 2008

Tentang Keterbukaan Informasi Publik pada Pemerintah Kota

Tanjungpinang sudah memadai”?

Pada ketersediaan staf di kantor Pejabat Pengelola informasi dan

dokumentasi kota Tanjungpinang menurutnya masih kurang maksimal, sebaiknya

seluruh Dewan perwakilan daerah (DPD) Kota Tanjungpinang Minimal satu (1)

orang adalah perangkat Pejabat Pengelola informasi dan dokumentasi (PPID),

menurut peneliti minimnya jumlah staf yang bekerja dalam menjalankan

implementasi saat ini kurang efektif sehingga masih banyaknya kekurangan-

kekurangan yang terjadi, ketidak efektifnya membuat implementasi yang

dijalankan tidak berjalan dengan baik. selanjutnya pertanyaan soal nomor tujuh

yaitu :

“Menurut saudara apa sajakah ketersediaan dan data-data informasi

yang dibutuhkan masyarakat Tanjungpinang sudah baik “?

Dalam hal ketersediaan dan data-data informasi yang dibutuhkan

masyarakat Kota Tanjungpinang menurutnya sudah cukup baik, namun masih saja

mengalami kekurangan-kekurangan yang lainnya, karena tidak semua masyarakat

Kota Tanjungpinang yang mengetahuinya, hanya dari kalangan tertentu dan yang

mempunyai kepentingan tertentu yang datang menanyakan data informasi tentang

keterbukaan publik. Untuk pertanyaan soal nomor delapan yaitu :

“Menurut saudara bagaimana wewenang dan pembagian tugas yang

dimiliki pegawai kantor PPID kota Tanjungpinang “?

Mengenai wewenang dan pembagian tugas oleh pegawai Pejabat

Pengelola informasi dan dokumentasi menurutnya untuk wewenang sudah sesuai

denga tugas dan jabatannya hanya saja dalam menjalankan tugas nya yang belum

maksimal dan perlu adanya pembenahan lagi agar sesuai dengan yang

diharapakan. Berikut dibawah ini pertanyaan soal nomor sembilan yaitu :

“Menurut saudara ketersediaan Fasilitas apa saja yang dimiliki oleh

kantor PPID kota Tanjugpinang “?

Pada ketersediaan fasilitas yang dimiliki kantor Pejabat Pengelola

informasi dan dokumentasi kota Tanjungpinang menurutnya hanya ada alat tulis

kantor saja yang masih dibilang sangat minim dalam menunjang kinerja yang

baik dalam menerapkan impelementasi tersebut, sementara fasilitas yang

diinginkan tidak terdapat dikantor tersebut.

Pada wawancara selanjutnya pada narasumber ke enam (6) yaitu bapak

Teguh Amanto, SE,MM sebagai bidang Pengolah Data dan Dokumentasi adapun

pertanyaan soal nomor enam yaitu :

“Menurut saudara bagaimana ketersediaan staf yang membidangi

pelaksanaan kebijakan Undang - undang Nomor 14 Tahun 2008

Tentang Keterbukaan Informasi Publik pada Pemerintah Kota

Tanjungpinang sudah memadai”?

Dari jawaban narasumber Mengenai ketersediaan staf yang membidangi

implementasi tersebut menurutnya belum cukup, dengan pemohon yang banyak

sedangkan Satuan Kerja Perangkat Daerah belum benar memahami tentang

undang-undang keterbukaan informasi publik.Selanjutnya pertanyaan soal nomor

tujuh yaitu :

“Menurut saudara apa sajakah ketersediaan dan data-data informasi

yang dibutuhkan masyarakat Tanjungpinang sudah baik “?

Pada ketersediaan data-data informasi yang dibutuh masyarakat Kota

Tanjungpinang belum baik, menurut narasumber data-data yang diminta masih

kurang lengkap dan SKP masih saja tidak memberikan informasi karena masih

banyaknya yang tidak memahami keberadaan Undang-undang Nomor 14 tahun

2008 tentang keterbukaan informasi publik. Untuk pertanyaan soal nomor delapan

yaitu :

“Menurut saudara bagaimana wewenang dan pembagian tugas yang

dimiliki pegawai kantor PPID kota Tanjungpinang “?

Jawaban narasumber wewenang dan pembagian tugas oleh pegawai kantor

Pejabat Pengelola informasi dan dokumentasi menurutnya sudah tepat namun

pembagian tugas dan pelaksanaannya yang masih belum berjalan dengan baik

masih kurang dikarenakan kurangnya sumber daya manusia dalam menjalankan

implementasi yang di berikan. berikutnya pertanyaan soal nomor sembilan

sebagai berikut :

“Menurut saudara ketersediaan Fasilitas apa saja yang dimiliki oleh

kantor PPID kota Tanjugpinang “?

Pada pertanyaan diatas menurutnya ketersediaan fasilitas pada kantor

tersebut hanya terdapat alat tulis kantor saja yang dinilai belum mencukupi untuk

pelaksanaan tugas dan kegiatan Pejabat Pengelola informasi dan dokumentasi

(PPID) Kota Tanjungpinang.

Menurut peneliti Pada dasarnya sumber adalah segala sesuatu perintah-

perintah implementasi dan faktor-faktor yang mendukung pelaksanaan kebijakan

tentang administrasi kependudukan dilingkungan kota Tanjungpinang seperti staf,

informasi, wewenang dan fasilitas sebagaimana dilihat dari segi stafnya yaitu

banyaknya kekurangan staf tenaga kerja yang sangat minim dan masih

membutuhkan staf dalam menjalankan tugasnya, memerlukan sumber daya

manusia tambahan berguna untuk menjalankan tugas dan fungsi yang sesuai

dengan harapan, selanjutnya mengenai ketersediaan informasi dan data-data yang

dibutuhkan masyarakat Kota Tanjungpinang masih belum baik dan perlu adanya

pembenahan lagi untuk petugas yang menjalankan tugas tersebut yang bertugas

sebagai bidang pelayanan dan pengelolaan informasi perlu dipertanyakan kembali

tugas staf yang bersangkutan apakah sudah menjalankan perintah sesuai yang

diharapkan.

Kemudian dari segi wewenang yang diberikan dan pembagian tugas untuk

wewenang yang diberikan sudah tepat dan sesuai dengan jabatan yang diberi

namun dalam menjalankan tugasnya saja yang masih belum berjalan sesuai

dengan harapan yang terjadi di kantor Pejabat Pengelola informasi dan

dokumentasi (PPID) ini banyak nya kekurangan dari segi fasilitas ruang, gedung

yang masih satu atap dan terhambatnya pekerjaan dikarenakan kekurangan staf

yang membantu.

3. Disposisi / sikap

Disposisi sendiri merupakan faktor penting untuk suatu arah atau dominasi

terhadap sebuah sikap dan perilaku dalam memandang sebuah kebijakan yang

telah dikeluarkan berguna untuk memotivasi pelaksana kebijakan.

Dari faktor Sumber peneliti mewawancara petugas Pejabat Pengelola

informasi dan dokumentasi (PPID) sebanyak enam orang yang bertugas di

Pejabat Pengelola informasi dan dokumentasi tersebut berguna melihat kinerja

sebagaimana dalam menjalankan tugas tersebut adapun pertanyaan yang

menyangkut Disposisi/ sikap adalah pertanyaan dari nomor sepuluh (10) sampai

dengan nomor dua belas (12) Pada pembahasan ini peneliti mewawancarai

pertanyaan yang membahas mengenai teori dari faktor Disposisi/sikap dimana

peneliti mwawancarai dari narasumber pertama (1) yaitu Aprinaldi S.Kom sebagai

pengelola publikasi (PPI) Dari pertanyaan peneliti soal nomor sepuluh (10) yaitu:

“Menurut saudara apakah pengangkatan Birokrat dan pembagian

kerja pada setiap bidang sudah tepat “?

Pengangkatan birokrat dan pembagian kerja pada setiap bidang apakah

sudah tepat sasaran, menurutnya sudah tepat sasaran, namun kembali lagi ke

sumber daya manusianya yang sangat dibutuhkan dalam mensosialisasikan

Undang-undang nomor 14 tahun 2008 berguna untuk mendukung kebijakan

Undang-undang tesebut sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Pada

pertanyaan selanjutnya soal nomor sebelas yaitu :

“Apakah sudah sesuai dengan kemampuan Pegawai yang tersedia

dalam pelaksanaan Implementasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun

2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik pada Pemerintah Kota

Tanjungpinang”?

Menurut narasumber kesesuaian pegawai dalam pelaksanaan implementasi

tersebut belum berjalan dengan baik, belum tepat sasaran dan perlu adanya

pembenahan kembali. Selanjutnya yaitu pertanyaan soal nomor dua belas sebagai

berikut :

“Menurut saudara apakah setiap pelaksanaan bidang yang

mengimplementasikan sudah diberi Insentif pada setiap bidang yang

mengimplementasikan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008

Tentang Keterbukaan Informasi Publik”?

Untuk insentif yang didapat dalam menjalankan kebijakan implementasi

saat ini belum ada.

Selanjutnya wawancara pada narasumber ke dua (2) Bidang pelayanan dan

pengelolaan informasi yaitu Ivan Kurniawan, adapun pertanyaannya sebagai

berikut :

“Menurut saudara apakah pengangkatan Birokrat dan pembagian

kerja pada setiap bidang sudah tepat “?

Narasumber mengatakan bahwa saat ini belum tepat, pengangkatan atau

Pegawai yang menduduki dan membidangi jabatan belum jelas dan belum

dimengerti oleh staf, didalam pelaksana kebijakan mengimplemetasikan Undang-

undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik.

Pertanyaan selanjutnya soal nomor sebelas yaitu :

“Apakah sudah sesuai dengan kemampuan Pegawai yang tersedia

dalam pelaksanaan Implementasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun

2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik pada Pemerintah Kota

Tanjungpinang”?

Untuk kemampuan pegawai menurutnya sudah cukup, hanya saja yang

bergerak dan bekerja bisa dihitung, orang yang bekerja dengan yang tidak bekerja,

untuk itu sangat diharapkan PPID pembantu turut serta dan membantu dalam

mensukseskan Implementasi undang-undang Nomor 14 tahun 2008 tentang

keterbukaan publik ini. Berikut dibawah ini pertanyaan soal nomor dua belas

sebagai berikut :

“Menurut saudara apakah setiap pelaksanaan bidang yang

mengimplementasikan sudah diberi Insentif pada setiap bidang yang

mengimplementasikan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008

Tentang Keterbukaan Informasi Publik”?

Dan untuk saat ini masalah insentif belum ada sejak undang-undang ini

mulai berlaku.

Dari narasumber ke tiga (3) yaitu bapak Drs.H. Wansamsi,M.M selaku

ketua PPID utama adapun pertanyaannya yaitu :

“Menurut saudara apakah pengangkatan Birokrat dan pembagian

kerja pada setiap bidang sudah tepat “?

Mengatakan pengangkatan birokrat dan pembagian kerja pada setiap

bidang belum tepat, karena yang seharusnya yang lebih berkompeten mengurusi

PPID ini, yang seharusnya mengurusi ini adalah bagian Humas dan Protokol,

Sekretariat Daerah Kota Tanjungpinang, Pejabat Pengelola informasi dan

dokumentasi (PPID) hanya membantu saja dalam menjalankan Implementasi UU

nomor 14 tahun 2008 tentang keterbukaan publik ini. Pertanyaan selanjutnya soal

nomor sebelas yaitu :

“Apakah sudah sesuai dengan kemampuan Pegawai yang tersedia

dalam pelaksanaan Implementasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun

2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik pada Pemerintah Kota

Tanjungpinang”?

Mengenai kesesuaian dan kemampuan pegawai Pejabat Pengelola

informasi dan dokumentasi (PPID) menurutnya sudah sesuai hanya saja

kurangnya jumlah staf dan kualitas kerjanya yang kurang, lebih mengharapkan

penambahan sumber daya manusia yang lebih berkompeten sesuai dengan bidang

dan keahliannya. Berikut soal pertanyaan nomor dua belas (12) sebagai berikut :

“Menurut saudara apakah setiap pelaksanaan bidang yang

mengimplementasikan sudah diberi Insentif pada setiap bidang yang

mengimplementasikan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008

Tentang Keterbukaan Informasi Publik”?

Dan untuk penerimaan insentif sampai dengan saat ini belum ada.

Selanjutnya kepada narasumber ke empat (4) bapak Abu Mansyur S.Sos

sebagai Sekretariat PPID Utama, adapun pertanyaan yang peneliti berikan yaitu :

“Menurut saudara apakah pengangkatan Birokrat dan pembagian

kerja pada setiap bidang sudah tepat “?

Menurutnya pembagian kerjanya sudah tepat, hanya saja cara

mengimplementasikannya saja yang masih kurang, kinerja pegawai yang lemah

dan tenaga pembantu yang kurang. Pada pertanyaan soal nomor sebelas sebagai

berikut :

“Apakah sudah sesuai dengan kemampuan Pegawai yang tersedia

dalam pelaksanaan Implementasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun

2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik pada Pemerintah Kota

Tanjungpinang”?

Untuk kemampuan pegawai menurut narasumber masing-masing bidang

berbeda-beda ada yang sesuai dan tidak sesuai, dan perlu pembenahan lebih baik

lagi berguna untuk mendukung kebijakan Undang-undang tesebut sesuai dengan

perundang-undangan yang berlaku. Dan berikut pertanyaan yang peneliti ajukan

di dalam wawancara pertanyaan soal nomor dua belas yaitu :

“Menurut saudara apakah setiap pelaksanaan bidang yang

mengimplementasikan sudah diberi Insentif pada setiap bidang yang

mengimplementasikan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008

Tentang Keterbukaan Informasi Publik”?

Pada saat ini mengenai insentif tidak ada sejak diberlakukannya Undang-

Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi tahun 2014 lalu.

Pada narasumber ke lima (5) yaitu bapak Samsudi S,Sos sebagai Bidang

penyelesaian Sengketa Informasi selaku Kabag Hukum dari pertanyaan mengenai

pengangkatan birokrat dan pembagian kerja pada setiap bidang, adapun detail

pertanyaannya sebagai berikut :

“Menurut saudara apakah pengangkatan Birokrat dan pembagian

kerja pada setiap bidang sudah tepat “?

Menurut pendapat narasumber belum tepat, dikarenakan menurut buku

panduan dari Kemendagri mengenai pelaksanaan Pejabat Pengelola informasi dan

dokumentasi (PPID) di Daerah, sebaiknya bagian Humas lah yang merupakan

Pejabat Pengelola informasi dan dokumentasinya. Namun tidak terlaksana

sebagaimana yang diharapkan, pembagian kerja dan pelimpahan wewenang sudah

diberikan namun pelaksaannya saja yg masih berlum berjalan. Berikut pertanyaan

soal nomor sebelas yaitu:

“Apakah sudah sesuai dengan kemampuan Pegawai yang tersedia

dalam pelaksanaan Implementasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun

2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik pada Pemerintah Kota

Tanjungpinang”?

Kemampuan pegawai yang tersedia didalam pelaksanaan implementasi

Undang-undang nomor 14 tahun 2008 tentang keterbukaan publik pada

Pemerintah Kota Tanjungpinang menurutnya sudah sesuai, hanya perlu

ditingkatkan kembali lagi cara kinerja Pegawai dan kualitas bekerjanya. Dan pada

pertanyaan soal nomor dua belas dapat dilihat sebagai berikut :

“Menurut saudara apakah setiap pelaksanaan bidang yang

mengimplementasikan sudah diberi Insentif pada setiap bidang yang

mengimplementasikan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008

Tentang Keterbukaan Informasi Publik”?

Adapun jawaban dari narasumber menurutnya untuk masalah insentif

belum ada diterima dan tidak ada sejak undang-undang ini diberlakukan.

Selanjutnya wawancara tertuju ke narasumber ke enam (6) yaitu bapak

Teguh Amanto, SE, MM sebagai Bidang pengolah data dan Dokumentasi pada

pertanyaan soal nomor sepuluh (10) dapat dilihat sebagai berikut :

“Menurut saudara apakah pengangkatan Birokrat dan pembagian

kerja pada setiap bidang sudah tepat “?

Dari jawaban narasumber, menurutnya pengangkatan birokrat dan

pembagian kerja pada setiap bidang sudah tepat, tetapi masih saja kurang sumber

daya manusianya sehingga sosialisasi kurang berjalan dengan maksimal dan tidak

efektif. Undang-undang yang dibuat jadi terlihat sia-sia. Berikut dibawah ini

pertanyaan soal nomor sebelas yaitu :

“Apakah sudah sesuai dengan kemampuan Pegawai yang tersedia

dalam pelaksanaan Implementasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun

2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik pada Pemerintah Kota

Tanjungpinang”?

Dari jawaban narasumber, menurutnya belum tepat / belum sesuai jabatan

dan pelimpahan wewenang yang sudah diberikan namun didalam menjalankan

dan mensosialisasikan Undang-undang nomor 14 tahun 2008 tentang keterbukaan

publik ini belum jelas dan tidak berjalan sebagaimana harapan masyarakat Kota

Tanjungpinang. Dan soalan nomor dua belas dapat kita lihat pertanyaan sebagai

berikut :

“Menurut saudara apakah setiap pelaksanaan bidang yang

mengimplementasikan sudah diberi Insentif pada setiap bidang yang

mengimplementasikan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008

Tentang Keterbukaan Informasi Publik”?

Dari jawaban narasumber,mengatakan masalah insentif belum ada dan

belum menerima sejak diberlakukannya undang-undang nomor 14 tahun 2008

tentang keterbukaan publik tahun 2014.

Dari apa yang peneliti lihat mengenai faktor Disposisi / sikap peneliti

melihat adanya kekurangan didalam pembagian kerja dan pengangkatan birokrat

Pengangkatan birokrat yaitu pengangkatan atau pegawai yang menduduki,

membidangi jabatan pelaksana kebijakan untuk mengimplementasikan Undang-

undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Namun untuk

penerapannya belum sesuai, banyaknya jabatan yang diberikan kepada staf dan

tidak dijalankan sesuai dengan tugas yang diberi, kemampuan pegawai dan

jabatan yang diberi tidak dijalankan dengan baik,kurang pahamnya pejabat pada

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) tentang Undang-undang Keterbukaan

Informasi Publik, ketersediaan staf pembantu kurang, kinerja yang lemah dan

kemampuan dalam menjalankan Implementasi tersebut dibilang lamban dan tidak

terarah dengan baik. Kurang nya sumber pendorong dalam melaksanakan

Implementasi tersebut seperti : Insentif yaitu berupa pemberian honor kerja yang

memadai kepada petugas pengelola informasi dan dokumentasi (PPID),

kurangnya sumber daya manusia (SDA), Tata gedung/kantor tersendiri tidak satu

atap dengan kantor komunikasi Udara.

4. Struktur Birokrasi

Struktur birokrasi berkenaan dengan kesesuai organisasi birokrasi yang

menjadi penyelenggara implementasi kebijakan publik. Tantangannya adalah

bagaimana agar tidak terjadi fragmentasi birokrasi karena struktur ini menjadikan

proses implementasi menjadi jauh dari efektif.

Dalam implementasi kebijakan, struktur organisasi mempunyai peranan

yang penting. Salah satu dari aspek struktur organisasi adalah adanya prosedur

operasi yang standar (SOP). Fungsi dari SOP menjadi pedoman bagi setiap

implementor dalam bertindak.

Pada pembahasan kali ini peneliti akan membahas hasil dari wawancara

kepada enam (6) Narasumber dari pegawai Pejabat Pengelola informasi dan

dokumentasi (PPID) adapun pertanyaan yang berkaitan dengan Struktur Birokrasi

yaitu pertanyaan nomor tiga belas (13) sampai dengan nomor empat belas (14)

adapun narasumber pertama yaitu Aprinaldi, S.Kom sebagai PPI (Pengelola

Publikasi), pada pertanyaan nomor tiga belas mengenai struktur birokrasi yaitu

sebagai berikut :

“Menurut saudara apakah petunjuk teknis Dokumen tentang

keterbukaan informasi publik sudah tersedia dikantor anda”?

Mengenai proses dokumen tentang keterbukaan informasi publik yang

tersedia di kantor Pejabat Pengelola informasi dan dokumentasi (PPID)

menurutnya sudah tersedia, namun perlu adanya penjelasan yang lebih detail

sehingga lebih mudah dimengerti oleh staf maupun masyarakat yang datang saat

meminta informasi mengenai keterbukaan publik. Pada pertanyaan di soal emapt

belas sebagai berikut :

“Menurut saudara bagaimanakah keseragaman tentang kebijakan

Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan

Informasi Publik yang dilakukan oleh instansi terkait”?

Untuk jawaban dari pertanyaan diatas mengenai keseragaman tentang

kebijakan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan

Informasi Publik oleh instansi terkait menurutnya belum seragam, perlu adanya

pembenahan dari instansi terkait didalam mengimplementasikan undang-undang

nomor 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik ini.

Pada wawancara selanjutnya dari narasumber ke dua (2) yaitu Ivan

kurniawan sebagai Bidang pelayanan dan pengelolaan informasi, pertanyaan soal

nomor tiga belas, adapun pertanyaannya sebagai berikut :

“Menurut saudara apakah petunjuk teknis Dokumen tentang

keterbukaan informasi publik sudah tersedia dikantor anda”?

Petunjuk teknis pada proses dokumen tentang keterbukaan informasi

publik sudah tersedia dikantor Pejabat Pengelola informasi dan dokumentasi

(PPID) menurutnya sudah ada, namun perlu adanya petunjuk teknis yang lebih

jelas agar staf yang bekerja lebih mengerti tentang tugas dan fungsinya masing-

masing agar Implementasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang

Keterbukaan Informasi Publik dapat berjalan dengan apa yang diharapkan

masyarakat Kota Tanjungpinang. Pada pertanyaan berikutnya mengenai

keseragaman tentang kebijakan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 dapat

dilhat pada soal nomor empat belas sebagai berikut :

“Menurut saudara bagaimanakah keseragaman tentang kebijakan

Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan

Informasi Publik yang dilakukan oleh instansi terkait”?

Oleh instansi terkait menurutnya masih belum seragam, dikarenakan

kurangnya koordinasi antara instansi terkait, dan banyaknya instansi terkait yang

belum mengerti dan paham tentang keterbukaan informasi publik.

Selanjutnya, peneliti mewawancari narasumber ke tiga (3) Ketua PPID

utama yaitu bapak Drs.H. Wansamsi, M.M adapun pertannyaannya sebagai

berikut :

“Menurut saudara apakah petunjuk teknis Dokumen tentang

keterbukaan informasi publik sudah tersedia dikantor anda”?

Narasumber menjawab, menurutnya petunjuk teknis proses dokumen

tentang keterbukaan informasi publik sudah tersedia dikantor Pejabat Pengelola

informasi dan dokumentasi (PPID) sudah ada sesuai dengan Standar Operasional

Prosedur (SOP). Pada soalan nomor dua belas dapat dilhat pertanyaannya

dibawah ini :

“Menurut saudara bagaimanakah keseragaman tentang kebijakan

Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan

Informasi Publik yang dilakukan oleh instansi terkait”?

Dalam hal keseragaman tentang kebijakan Undang-Undang Nomor 14

Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik masih belum seragam karena

dari instansi terkait masih belum mengerti tugas yang diberi untuk menjalankan

kebijakan tersebut.

Pada Jawaban yang tidak jauh berbeda di wawancara selanjutnya pada

narasumber ke empat (4) yaitu bapak Abu manyur S.Sos jabatan sebagai

sekretaris Pejabat Pengelola informasi dan dokumentasi (PPID) utama, berikut

pertanyaa yang telah teliti beri pada soal nomor tiga belas sebagai berikut :

“Menurut saudara apakah petunjuk teknis Dokumen tentang

keterbukaan informasi publik sudah tersedia dikantor anda”?

Jawaban dari narasumber sudah ada proses dokumen tentang keterbukaan

informasi publik sudah tersedia dikantor Pejabat Pengelola informasi dan

dokumentasi sudah ada sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP)

namun untuk mengimplementasikan saja yang masih belum berjalan dengan baik,

perlu adanya penambahan Sumber daya manusia nya agar dapat membantu

pemohon yang datang untuk memperoleh kesempatan mengetahui informasi

publik baik itu melalui website ataupun datang langsung ke kantor Pejabat

Pengelola informasi dan dokumentasi (PPID) Kota Tanjungpinang. Untuk

pertanyaan selanjutnya nomor empat belas yaitu :

“Menurut saudara bagaimanakah keseragaman tentang kebijakan

Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan

Informasi Publik yang dilakukan oleh instansi terkait”?

Dilihat dari jawaban dari narasumber, menurutnya keseragaman yang

terjadi pada instansi terkait sudah baik dan perlu dibenahi untuk menjadi yang

lebih baik dalam menampikan keterbukaan informasi publik yang transparan dan

jelas pada masyarakat Kota Tanjungpinang.

Selanjutnya pada wawancara ke lima (5) yaitu bersama Bapak Samsudi

S.Sos sebagai bidang penyelesaian sengketa informasi/Kabag Hukum. adapun

pertanyaan pada nomor tiga belas sebagai berikut :

“Menurut saudara apakah petunjuk teknis Dokumen tentang

keterbukaan informasi publik sudah tersedia dikantor anda”?

Menurutnya dokumen tentang keterbukaan informasi publik sudah tersedia

dikantor Pejabat Pengelola informasi dan dokumentasi (PPID) sudah ada sesuai

dengan Standar Operasional Prosedur (SOP), namun didalam penerapannya saja

yang masih kurang, didalam melayani pemohon informasi yang datang kekantor

maupun pemohon infomasi yang hadir melalui website Pemerintah Kota

Tanjungpinang. Berikut dibawah ini pertanyaan soalan nomor empat belas,

adapun pertanyaannya sebagai berikut:

“Menurut saudara bagaimanakah keseragaman tentang kebijakan

Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan

Informasi Publik yang dilakukan oleh instansi terkait”?

Narasumber menjawab dari pertanyaan diatas dia mengatakan bahwa

keseragaman masih kurang, diakibatkan dari kurangnya sosialisasi dari instansi

terkait.

Selanjutnya pada Narasumber yang ke enam (6) yaitu bapak Teguh

Amanto, SE,MM jabatan sebagai Pengolahan Data dan Dokumentasi. Adapun

soalan yang diajukan peneliti sebagai berikut :

“Menurut saudara apakah petunjuk teknis Dokumen tentang

keterbukaan informasi publik sudah tersedia dikantor anda”?

Menurutnya sudah ada proses dokumen tentang keterbukaan informasi

publik dan tersedia dikantor Pejabat Pengelola informasi dan dokumentasi (PPID)

sesuai dengan Standar Operasional Prosedur(SOP), dipastikan lagi agar Standar

Operasional Prosedur (SOP) berjalan dengan seiring pemohon informasi berguna

memberikan pelayanan yang maksimal kepada pemohon informasi publik dan

sebagai suatu keharusan masyarakat Kota Tanjungpinang dalam memantau

kinerja dan perkembangan Pemerintah Kota Tanjungpinang. Pada pertanyaan

selanjutnya soalan nomor empat belas yaitu :

“Menurut saudara bagaimanakah keseragaman tentang kebijakan

Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan

Informasi Publik yang dilakukan oleh instansi terkait”?

Hasil jawaban dari narasumber Mengenai keseragaman tentang kebijakan

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik

oleh instansi terkait menurutnya belum menyeluruh dan masih belum seragam

dikarenakan kurangnya sosialisasi dari instansi terkait.

Dari yang peneliti lihat menurut peneliti mengenai teknis proses dokumen

pada kantor Pejabat Pengelola informasi dan dokumentasi(PPID) Kota

Tanjungpinang) sudah memiliki Standar Operasional Prosedur(SOP) namun

penerapan implementasi undang–undang tersebut yang masih perlu dibenahi

dilakukan sesuai kebutuhan oleh pemohon informasi publik tanpa menunggu

waktu yang lama dalam mendapatkan informasi yang diinginkan sesuai keperluan

pemohon informasi. Dan mendapatkan informasi yang jelas secara transparan dan

terbuka. Implementasi sering dianggap hanya merupakan pelaksanaan dari apa

yang telah diputuskan oleh Legislatif atau para pengambil keputusan seakan-akan

tahapan ini kurang berpengaruh.

Pada kenyataannya tahapan Implementasi sangat penting karena dalam

suatu kebijakan tidak akan berarti apa-apa jika tidak dilaksanakan dengan baik

dan tepat. agar suatu kebijakan yang dilaksanakan secara maksimal akan dapat

mencapai tujuan kebijakan itu sendiri.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan dari teori yang peneliti ambil mengenai Implementasi

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik

pada Pemerintah Kota Tanjungpinang) yang telah peneliti lakukan dengan

dilaksanakannya metode penelitian jenis penelitian berisfat kualitatif dengan

menguji teori-teori yang bersangkutan. Kini telah mendapat jawaban dari

responden sebagai bentuk jawaban dan dapat dipertanggung jawabkan, ada pun

kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini.

Untuk itu dilakukannya proses observasi, wawancara dan dokumentasi

bertujuan untuk dari teori mengetahui hasil pada teori model Edward III

(Agustino,L.149-154.2012) untuk memperhatikan empat isi pokok agar

Implementasi kebijakan menjadi efektif.

Adapun kesimpulan yang peneliti dapat dari hasil wawancara tersebut

yaitu antara lain :

1. Dari faktor Komunikasi yaitu :

a) Lemahnya sosialisasi dalam menjalankan implementasi undang-

undang no.14 tahun 2008 tentang ketebukaan publik.

b) Lemahnya sistem manajemen informasi di kantor Pejabat

Pengelola informasi dan dokumentasi (PPID) di Pemerintah kota

Tanjungpinang.

c) lemahnya kinerja Staf Pejabat Pengelola informasi dan

dokumentasi (PPID) di Pemerintah kota Tanjungpinang.

d) Terbatasnya sumber daya manusia pada kantor Pejabat Pengelola

informasi dan dokumentasi (PPID) kota Tanjungpinang.

e) lemahnya Transparasi publik pada masyarakat awam

2. Dari faktor Sumber-sumber

a) Lemahnya informasi terhadap aktivitas dan output kinerja pada

Pejabat Pengelola informasi dan dokumentasi (PPID) di

Pemerintah kota Tanjungpinang.

b) Terbatasnya fasilitas pendukung didalam kantor Pejabat Pengelola

informasi dan dokumentasi (PPID) kota Tanjungpinang.

3. Dari faktor Sikap/Disposisi

a) Ketidaktepatan pengangkatan birokrat dalam pembagian kerjanya.

b) Ketidaksesuaian staf dalam menjalankan Implementasi ini, tidak

berjalan dengan baik masih dibawah standart.

c) Tidak adanya tambahan insentif dalam menjalankan Implementasi

ini, sehingga ketertarikan staf yang menjalankan tugas tidak

berfungsi dengan baik.

4. Dari faktor Struktur Birokrasi

a) Kurang tertatanya aliran informasi di lingkungan badan publik itu

sendiri.

b) Ketidakseragaman dari instansi terkait karena masih belum

mengertinya tentang keterbukaan informasi publik.

B. Saran

1. Perlunya penambahan staf / sumber daya manusia agar lebih

meningkatkan kualitas khususnya di Pejabat Pengelola informasi dan

dokumentasi (PPID).

2. Penambahan kantor tersendiri tanpa bergabung dengan kantor Komunikasi

udara untuk kantor Pejabat Pengelola informasi dan dokumentasi (PPID)

kota Tanjungpinang.

3. Meningkatkan Kinerja pegawai yang diberikan jabatan dalam menjalankan

tugas Implementasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang

Keterbukaan Informasi Publik pada Pemerintah Kota Tanjungpinang.

4. Perlunya penambahan fasilitas pelengkap antara lain : komputer, wifi,

kantor tersendiri, keterlengkapan dokumen yang lengkap untuk

menjalankan Implementasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008

Tentang Keterbukaan Informasi Publik pada Pemerintah Kota

Tanjungpinang.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-buku Agustino,L.2012.Dasar-dasar Kebijakan Publik.Bandung.Alfabeta

Budiardjo.M.2008.Dasar-dasar ilmu politik.Jakarta.PT gramedia pustaka utama.

Effendy, Khasan.2009. Pengembangan Organisasi Moratorium dan Morbitarium

Pemekaran. Bandung.CV.Indra Prahasta.

Noor.J.2012.Metodologi Penelitian.Jakarta.Kencana Prenada Media Group.

Nugroho.Riant.2012.Public policy (cetakan ke-4 ).Jakarta.Gramedia.

Pasolong,Harbani. 2008.Teori Administrasi Publik.Bandung.Alfabeta.

Silalahi,U.2009.Metode Penelitian Sosial.Bandung.Refika Aditama.

Silalahi,U.2002.Pemahaman praktis asas-asas manajemen.Bandung.CV Mandar

Maju.

Steiner,G.A.dan Miner, J.B.1997.Kebijakan dan Strategi Manajemen Edisi

Kedua.Jakarta.Penerbit Erlangga.

Suharto, Edi.2008.Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik. Bandung. Alfabeta

Syafiie, Inu Kencana.2007.Manajemen Pemerintah.Jakarta.PT.Perca.

Winarno. Budi.2012.Kebijakan Publik (cetakan ke-1).Yogyakarta.PT buku Seru.

B. Undang-undang

Data Sekretaris PPID kota Tanjungpinang dalam Laporan Peraturan pembentukan

Pejabat pengelola informasi dan dokumentasi.2014.Tanjungpinang

Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Layanan

Informasi Publik.2010.Tanjungpinang

Peraturan Walikota Tanjungpinang No 29 tahun 2014 tentang pengelolaan

Pelayanan Informasi Publik.2014.Tanjungpinang

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan

Publik.2008.Tanjungpinang

C. Internet

http://ppid.kpu.go.id/?idkpu=2172&idmenu= profile&idmenu2=ppid 14 maret

2016 jam 09:20)

http://kip.kepriprov.go.id/index.php/profil).

(http://www.indonbiu.com/2009/07/definisi-pendidikan-secara-umum.html)

Diakses : tanggal 14 mei 2016 Pukul 19:25

http://nazaki-nashir.blogspot.co.id/

Diakses : Tanggal 12 juni 2016 pukul 21:00

Rakornas PPID Tahun 2013, http://www.kemdagri.go.id