peran layanan keuangan pada sektor ... sumber gambar : sekretariat dewan nasional keuangan inklusif...

10
1 Sumber Gambar : Sekretariat Dewan Nasional Keuangan Inklusif PERAN LAYANAN KEUANGAN PADA SEKTOR PEMERINTAH DALAM MENDUKUNG KEUANGAN INKLUSIF DEWAN NASIONAL KEUANGAN INKLUSIF snki.ekon.go.id Mei 2018 | Edisi IV BULETIN SNKI Membangun Indonesia Sejahtera Foto: Tubagus A. Choesni Deputi Bidang Penanggulangan Kemiskinan dan Perlindungan Sosial, Kemenko PMK ayanan keuangan pada sektor pemerintah menjadi penting, khususnya dalam konteks penyaluran dana bantuan sosial dari pemerintah secara non tunai. Hal ini perlu dilakukan guna meningkatkan kualitas dan trans- paransi pelayanan publik. Deputi Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan dan Perlindungan Sosial, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan selaku Wakil Ketua keanggotaan Pokja Pelayanan Keuangan pada Sektor Pemerintah dalam Dewan Nasional Keuangan Inklusif (DNKI) sebagaimana diatur dalam Kepmenko No. 93/2017 mengungkapkan bahwa penyaluran bantuan sosial dan bantuan pemerintah secara non tunai bertu- juan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas agar lebih tepat sasaran. Isu yang menjadi perhatian khusus bagi Pokja Pelayanan Keuangan pada Sektor Pemerintah sendiri ialah terkait upaya peningkatan akses keuangan guna meningkatkan masyarakat miskin lebih banyak. Oleh karenanya, peran edukasi dan sosialisasi serta perlindungan kon- sumen menjadi hal yang krusial untuk terus dipantau pelaksanaan- nya. Ke depan, rencana Pokja Pelayanan Keuangan pada Sektor Pemerintah dalam mendukung pencapaian target keuangan inklusif sebesar 75% pada tahun 2019 adalah peningkatan kapasitas penyaluran bantuan sosial melalui layanan perbankan. Artinya cakupan jumlah secara kuantitatif akan terus ditingkatkan. Sementara secara kualitatif, literasi keuangan serta pencerdasan terkait hak-hak sebagai nasabah atau konsumen perbankan perlu terus didorong agar KPM lebih merasakan manfaat akses perbankan yang mereka miliki. Hal ini dapat dilakukan dengan mengintesifkan koordinasi antar Pokja yang ada dalam DNKI. (YS) kesejahteraan masyarakat, perce- patan penanggulangan kemiskinan, pengurangan kesenjangan antar individu dan antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal ini dengan jelas diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2016 tentang Strategi Nasional Keuangan Inklusif dan Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2017 tentang Penyaluan Bantuan Sosial secara Non Tunai. Secara prinsip, kedua Peraturan Presiden (Perpres) ini merupakan produk hukum yang bersifat komplementatif, yang berupaya mensinergikan pendekatan asistensi sosial dengan pendekatan inklusifitas keuangan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Berkenaan dengan hal tersebut, tantangan yang masih dihadapi dalam upaya mendorong layanan keuangan pada sektor pemerintah di Indonesia ialah masih terbatasnya pemahaman masyarakat menengah kebawah terkait layanan keuangan formal, serta dukungan lembaga keuangan untuk dapat menjangkau L

Upload: dangdung

Post on 09-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERAN LAYANAN KEUANGAN PADA SEKTOR ... Sumber Gambar : Sekretariat Dewan Nasional Keuangan Inklusif Sumber Gambar : Sekretariat Dewan Nasional Keuangan Inklusif PERAN LAYANAN KEUANGAN

1

Sumber Gambar : Sekretariat Dewan Nasional Keuangan Inklusif

Sumber Gambar : Sekretariat Dewan Nasional Keuangan Inklusif

PERAN LAYANAN KEUANGAN PADA SEKTOR PEMERINTAHDALAM MENDUKUNG KEUANGAN INKLUSIF

DEWAN NASIONAL KEUANGAN INKLUSIF

snki.ekon.go.id

Mei 2018 | Edisi IVBULETIN SNKI

Membangun Indonesia Sejahtera

Foto: Tubagus A. ChoesniDeputi Bidang Penanggulangan Kemiskinan dan Perlindungan Sosial, Kemenko PMK

ayanan keuangan pada sektor pemerintah menjadi penting, khususnya dalam konteks penyaluran dana bantuan

sosial dari pemerintah secara non tunai. Hal ini perlu dilakukan guna meningkatkan kualitas dan trans-paransi pelayanan publik. Deputi Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan dan Perlindungan Sosial, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan selaku Wakil Ketua keanggotaan Pokja Pelayanan Keuangan pada Sektor Pemerintah dalam Dewan Nasional Keuangan Inklusif (DNKI) sebagaimana diatur dalam Kepmenko No. 93/2017 mengungkapkan bahwa penyaluran bantuan sosial dan bantuan pemerintah secara non tunai bertu-juan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas agar lebih tepat sasaran.

Isu yang menjadi perhatian khusus bagi Pokja Pelayanan Keuangan pada Sektor Pemerintah sendiri ialah terkait upaya peningkatan akses keuangan guna meningkatkan

masyarakat miskin lebih banyak. Oleh karenanya, peran edukasi dan sosialisasi serta perlindungan kon-sumen menjadi hal yang krusial untuk terus dipantau pelaksanaan- nya.

Ke depan, rencana Pokja Pelayanan Keuangan pada Sektor Pemerintah dalam mendukung pencapaian target keuangan inklusif sebesar 75% pada tahun 2019 adalah peningkatan kapasitas penyaluran bantuan sosial melalui layanan perbankan. Artinya cakupan jumlah secara kuantitatif akan terus ditingkatkan. Sementara secara kualitatif, literasi keuangan serta pencerdasan terkait hak-hak sebagai nasabah atau konsumen perbankan perlu terus didorong agar KPM lebih merasakan manfaat akses perbankan yang mereka miliki. Hal ini dapat dilakukan dengan mengintesifkan koordinasi antar Pokja yang ada dalam DNKI. (YS)

kesejahteraan masyarakat, perce-patan penanggulangan kemiskinan, pengurangan kesenjangan antar individu dan antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal ini dengan jelas diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2016 tentang Strategi Nasional Keuangan Inklusif dan Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2017 tentang Penyaluan Bantuan Sosial secara Non Tunai. Secara prinsip, kedua Peraturan Presiden (Perpres) ini merupakan produk hukum yang bersifat komplementatif, yang berupaya mensinergikan pendekatan asistensi sosial dengan pendekatan inklusifitas keuangan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Berkenaan dengan hal tersebut, tantangan yang masih dihadapi dalam upaya mendorong layanan keuangan pada sektor pemerintah di Indonesia ialah masih terbatasnya pemahaman masyarakat menengah kebawah terkait layanan keuangan formal, serta dukungan lembaga keuangan untuk dapat menjangkau

L

Page 2: PERAN LAYANAN KEUANGAN PADA SEKTOR ... Sumber Gambar : Sekretariat Dewan Nasional Keuangan Inklusif Sumber Gambar : Sekretariat Dewan Nasional Keuangan Inklusif PERAN LAYANAN KEUANGAN

2

EFEKTIVITAS PENYALURAN BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI

Sebagai upaya percepatan penanggulangan kemiskinan, sejak tahun 2007 Pemerintah Indonesia telah melaksanakan Program Keluarga Harapan (PKH). PKH merupakan suatu program pemberian bantuan sosial bersyarat kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM). Tujuannya adalah untuk mengurangi angka dan memutus rantai kemiskinan, meningkat-kan kualitas sumber daya manusia, serta mengubah perilaku yang kurang mendukung peningkatan kesejahteraan dari kelompok paling miskin. Teknis pelaksanaannya dipertegas kembali dengan pengesahan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 63 Tahun 2017 tentang Penyaluran Bantuan Sosial Secara Non Tunai. Perpres tersebut merupakan bentuk upaya pemerintah agar penyaluran bantuan sosial (bansos) dan subsidi kepada masyarakat dapat dilakukan secara efisien, tepat sasaran, jumlah, waktu, kualitas, dan administrasi, serta memudahkan pengontrolan dan pemantauan.

“Berbicara tentang tren dari bantuan sosial, posisi Kementerian Sosial berada diantara penyusunan regulasi dan pelaksanaan kegiatan. Perpres No. 63/2017 tentang bantuan sosial non tunai sebagai landasan”, ungkap M. O. Royani selaku Sekretaris Ditjen Penanganan Fakir Miskin Kementerian Sosial.

Penyaluran bantuan sosial (bansos) secara non tunai diberikan dalam rangka program penanggulangan kemiskinan yang meliputi perlindungan sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, rehabilitasi sosial, dan pelayanan dasar. Program ini sekaligus membuka akses masyarakat menjangkau layanan keuangan formal pada perbankan, sehingga dapat meningkatkan keuangan inklusif. Penyaluran bansos non tunai ini dapat membentuk kebiasaan masyarakat untuk menabung, karena pencairan dananya dapat diatur sendiri sesuai kebutuhan.

Tahun ini target penyaluran PKH secara non tunai ditingkatkan menjadi 10 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM). Besaran bantuan sosial (bansos) untuk PKH tahun ini masih sama dengan tahun sebelumnya, yaitu Rp 1.890.000,- bagi satu KPM. Penyaluran bansos ini melalui Himbara (Himpunan Bank Milik Negara) yang dilakukan dalam empat tahap atau 3 bulan sekali, dengan nominal Rp 500.000,- untuk tiga tahap pertama dan Rp 390.000,- untuk tahap IV. Sasaran penerima PKH ditujukan bagi anak usia sekolah, balita, ibu hamil, penyandang disabilitas, dan warga lanjut usia (diatas 70 tahun). Sementara program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) juga diperluas targetnya menjadi 10 juta KPM pada tahun 2018.

Foto: Tim Sekretariat DNKI bersama KPM, pemilik E-Warong, dan Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH).

masyarakat miskin lebih banyak. Oleh karenanya, peran edukasi dan sosialisasi serta perlindungan kon-sumen menjadi hal yang krusial untuk terus dipantau pelaksanaan- nya.

Ke depan, rencana Pokja Pelayanan Keuangan pada Sektor Pemerintah dalam mendukung pencapaian target keuangan inklusif sebesar 75% pada tahun 2019 adalah peningkatan kapasitas penyaluran bantuan sosial melalui layanan perbankan. Artinya cakupan jumlah secara kuantitatif akan terus ditingkatkan. Sementara secara kualitatif, literasi keuangan serta pencerdasan terkait hak-hak sebagai nasabah atau konsumen perbankan perlu terus didorong agar KPM lebih merasakan manfaat akses perbankan yang mereka miliki. Hal ini dapat dilakukan dengan mengintesifkan koordinasi antar Pokja yang ada dalam DNKI. (YS)

Page 3: PERAN LAYANAN KEUANGAN PADA SEKTOR ... Sumber Gambar : Sekretariat Dewan Nasional Keuangan Inklusif Sumber Gambar : Sekretariat Dewan Nasional Keuangan Inklusif PERAN LAYANAN KEUANGAN

3

Setiap KPM penerima BPNT mendapat jatah berbelanja barang di E-Warong (Elektronik Warung Gotong Royong) sebesar Rp 110.000,- tiap bulan. Royani menjelaskan penyaluran bansos BPNT sedikit berbeda dengan PKH dalam teknis pencairannya oleh KPM.

“Penyaluran BPNT menjadi satu tahap lebih sulit dibanding PKH karena bukan uang yang diambil. Dengan e-Wallet uang dibelanjakan untuk item yang diperkenankan yaitu beras dan telur”. Mekanisme penyaluran bansos secara non tunai meliputi:

Masyarakat yang memenuhi syarat sebagai KPM akan dibuatkan rekening tabungan BSA (Basic Saving Account) di bank Himbara yang ditunjuk sebagai penyalur bansos. Setiap penerima PKH terdaftar akan menerima buku tabungan dan sebuah Kartu Kombo / Kartu Keluarga Sejahtera (KKS). Penyaluran dana bansos akan langsung ditransfer ke rekening KPM terdaftar tersebut. sesuai jadwal yang sudah ditentukan oleh pemerintah. Setelah itu para KPM menggunakan KKS untuk pencairan dana bansos. Fungsi dari KKS ini sama dengan kartu debit yang bisa digunakan untuk menarik uang di mesin ATM. Selain itu, KKS dalam hal BPNT, memiliki fitur e-Wallet yang dapat digunakan untuk membeli barang sesuai program yang ditetapkan pemerintah di E-Warong KUBE.

Jumlah uang yang masih tersim-pan dalam tabungan maupun e-Wallet tidak akan hangus jika belum digunakan. Sementara E-Warong adalah agen bank Him-bara penyalur bansos, sekaligus pedagang dan/atau pihak lain yang terdaftar sebagai tempat penarikan/pembelian bantuan sosial oleh KPM.

Pada kesempatan lain, tim Sekretariat Dewan Nasional Keuangan Inklusif (DNKI) melaku-kan kunjungan ke E-Warong Kube Jasa Kemayoran 4 yang berlokasi di Jalan Harapan Jaya I RT. 011/004, Kel. Cempaka Baru, Kec. Kemayoran, Kota Administra-si Jakarta Pusat. Desy Charolina selaku pemilik E-Warong merasa senang dengan adanya program BPNT dari pemerintah. “Keuntungan bersih saya per bulan mencapai Rp 400.000,- ”, ungkap Desy. Sementara Silfiah Setiawan selaku penerima PKH mengungkapkan penyaluran bansos secara non tunai membantu dirinya dalam hal menabung.

“Lebih enak non tunai, jadi bisa nabung. Kalau sebelumnya terima uang tunai, uangnya selalu habis terpakai”, kata Silfiah. Penyaluran bansos secara non tunai dinilai lebih efektif dan tepat sasaran. Masyarakat penerima bansos juga teredukasi dalam mengelola keuangannya. Dampak positif juga dirasakan dalam rangka peningkatan keuangan inklusif di Indonesia. Melalui program ini, masyarakat penerima bansos yang semula masih unbanked mulai mengenali layanan keuangan formal dan menyadari manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Harapan-nya dapat memberi pengaruh yang lebih luas di masyarakat untuk memanfaatkan layanan keuangan pada lembaga keuangan formal Sehingga pada akhirnya mampu mendorong pertumbuhan ekonomi, percepatan penanggulangan kemiskinan, dan mengurangi kesenjangan sosial guna terciptanya kesejahteraan masyarakat. (YS/RY)

Proses registrasi dan/atau pembukaan rekening;

Pelaksanaan edukasi dan sosialisasi;

v

v

v

ProsesPenyaluran;

Penarikan uang dan/atau pembelian barang/jasa menggu-nakan dana dari rekening KPM.

Rp

MEKANISME PENYALURAN

Desain dan Fiture Kartu Kombo

Logo Resmi Program Bansos

Nama Peserta Bank HIMBARA Bank Penyalur (issuer)

Nomor Peserta

InterkoneksiMagnetic Stripe sebagai media

penyimpanan data

1234 5678 0000 00001234

HAIRIAH

BerlakuSejak

BerlakuHingga

KARTU KELUARGA SEJAHTERA

UNTUK DIT ANDA TANGAN BERLAKU APABILA TELAH DIT ANDA TANGAN I

Foto: Penerima BPNT melakukan transaksi belanja beras dan telur menggunakan KKS di E-Warong.

Page 4: PERAN LAYANAN KEUANGAN PADA SEKTOR ... Sumber Gambar : Sekretariat Dewan Nasional Keuangan Inklusif Sumber Gambar : Sekretariat Dewan Nasional Keuangan Inklusif PERAN LAYANAN KEUANGAN

4

Sum

ber F

oto

: Sek

reta

riat

DN

KI

“Lebih enak non tunai, jadi bisa nabung. Kalau sebelumnya terima uang tunai, uangnya selalu habis terpakai”, kata Silfiah. Penyaluran bansos secara non tunai dinilai lebih efektif dan tepat sasaran. Masyarakat penerima bansos juga teredukasi dalam mengelola keuangannya. Dampak positif juga dirasakan dalam rangka peningkatan keuangan inklusif di Indonesia. Melalui program ini, masyarakat penerima bansos yang semula masih unbanked mulai mengenali layanan keuangan formal dan menyadari manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Harapan-nya dapat memberi pengaruh yang lebih luas di masyarakat untuk memanfaatkan layanan keuangan pada lembaga keuangan formal Sehingga pada akhirnya mampu mendorong pertumbuhan ekonomi, percepatan penanggulangan kemiskinan, dan mengurangi kesenjangan sosial guna terciptanya kesejahteraan masyarakat. (YS/RY)

Untuk membahas lebih jauh tentang isu dan solusi-solusi konkrit terkait upaya membuka peluang sektor keuangan untuk perempuan, diperlukan sebuah forum diskusi yang melibatkan perempuan pelaku usaha, pemerintah sebagai pengambil kebijakan, sektor swasta dan lembaga swadaya masyarakat yang peduli pada tema pemberdayaan perempuan, serta juga lembaga-lembaga mitra internasional.

Oleh karena itu, Sekretariat Dewan Nasional Keuangan Inklusif (DNKI) bekerja sama dengan Women’s World Banking menyelenggarakan diskusi terbatas yang bertujuan untuk:

MEMBUKA PELUANG SEKTOR KEUANGAN UNTUK PEREMPUAN

Foto: Para Peserta Diskusi Terbatas - Membuka Peluang Sektor Keuangan untuk Perempuan

Jakarta, 8 Mei 2018 - Berdasarkan perkiraan data dari BPS, hingga tahun 2018 proporsi jumlah penduduk perempuan di Indonesia masih lebih besar daripada jumlah penduduk laki-laki, yakni sebesar 50,3% dari total populasi. Komposisi demografi ini tentunya menjadi posisi tawar yang sangat signifikan bagi perempuan untuk memberikan kontribusi yang signifikan bagi keberhasilan suatu program berskala makro.

Berkaitan dengan program inklusi keuangan yang telah mencanangkan pencapaian keuangan inklusif 75% pada tahun 2019, tentunya sangatlah penting untuk melibatkan perempuan sebagai sasaran utama. Hal ini juga sejalan dengan data Global Findex 2017 yang menyebutkan bahwa perempuan memiliki kemungkinan 5% lebih tinggi daripada laki-laki untuk menabung di bank.

Selain faktor kuantitas yang sangat dominan, faktor karakteristik sosial-ekonomi perempuan Indonesia sangatlah unik. Secara umum, perempuan di kawasan pinggiran perkotaan dan juga di pedesaan banyak yang menjalankan fungsi ganda, sebagai ibu yang menjaga keluarganya dan juga sekaligus pencari nafkah tambahan atau utama untuk keluarga.

Sebagai pencari nafkah tambahan untuk keluarga, perempuan biasanya tidak masuk ke bursa tenaga kerja formal, melainkan lebih memilih menjalankan wirausaha agar bisa tetap menjaga keluarganya. Namun sayangnya akses dan layanan keuangan untuk permodalan usaha perempuan tampaknya masih menjadi permasalahan klasik yang perlu dicarikan solusi yang lebih konkrit. Salah satunya solusi yang ditawarkan adalah melalui Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI) yang diatur dalam Perpres No.82 tahun 2016.

1. Membahas potensi perempuan sebagai segmen pasar utama bagi industri jasa keuangan dan dampak turunannya untuk mempromosikan akses perempuan kepada akses dan layanan keuangan.

2. Berbagi wawasan pasar dan praktik terbaik internasional dalam melayani perempuan di sektor finansial.

3. Membahas tantangan saat ini bagi perempuan Indonesia melalui pembelajaran dari para pakar dan pelaku bisnis untuk mendorong solusi konkrit dan dapat ditindaklanjuti

Salah satu isu penting yang dibahas dalam diskusi terbatas ini diantaranya adalah mencari upaya bagaimana memaksimalkan jumlah perempuan yang memiliki rekening tabungan di bank. Mengapa harus rekening tabungan di bank? Karena memang rekening tabungan di bank bukan hanya berkaitan dengan pemanfaatan layanan keuangan formal. Namun lebih jauh dari itu berkaitan juga dengan perubahan orientasi tata kelola keuangan rumah tangga, yang secara umum di Indonesia mayoritas masih “dipegang” oleh perempuan sebagai ibu.

Page 5: PERAN LAYANAN KEUANGAN PADA SEKTOR ... Sumber Gambar : Sekretariat Dewan Nasional Keuangan Inklusif Sumber Gambar : Sekretariat Dewan Nasional Keuangan Inklusif PERAN LAYANAN KEUANGAN

5

Untuk membahas lebih jauh tentang isu dan solusi-solusi konkrit terkait upaya membuka peluang sektor keuangan untuk perempuan, diperlukan sebuah forum diskusi yang melibatkan perempuan pelaku usaha, pemerintah sebagai pengambil kebijakan, sektor swasta dan lembaga swadaya masyarakat yang peduli pada tema pemberdayaan perempuan, serta juga lembaga-lembaga mitra internasional.

Oleh karena itu, Sekretariat Dewan Nasional Keuangan Inklusif (DNKI) bekerja sama dengan Women’s World Banking menyelenggarakan diskusi terbatas yang bertujuan untuk:

Disadari oleh perbankan di Indonesia, yang melihat perempuan sebagai pasar yang sangat potensial. Akan tetapi sayangnya kesadaran ini belum diterjemahkan dengan baik ke dalam produk perbankan yang secara khusus menyasar perempuan sebagai pendukung keuangan rumah tangga, terutama di kalangan kelompok masyarakat menengah ke bawah di perkotaan dan pinggiran perkotaan.

Perbankan tentunya harus lebih peka dalam memahami karakteristik perempuan pada segmen ini. Salah satu kendala perempuan berumahtangga untuk memiliki tabungan adalah adanya “kin tax”. Kin tax adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi dimana ibu rumah tangga terbebani oleh beban sosial yang besar untuk mengelola keuangan keluarga. Seperti misalnya harus meminjamkan uang kepada kerabat yang sedang kesulitan keuangan.

Sementara di sisi lain, perilaku menabung perempuan di dalam rumah tangga lebih cenderung didasari oleh dorongan untuk antisipasi kondisi emergency, seperti misalnya anggota keluarga sakit atau bahkan meninggal dunia. Oleh karena itu, perbankan harus sudah mulai menyasar kelompok perempuan ini salah satunya dengan mengembangkan produk bundling antara tabungan dan asuransi misalnya.

Selain tabungan, akses kredit keuangan bagi perempuan khususnya yang menjalankan usaha mikro juga perlu mendapat perhatian. Hampir 60% usaha mikro yang bersifat informal di perkotaan hingga pinggiran perkotaan dijalankan oleh perempuan. Selama ini kelompok ini masih kesulitan untuk mendapatkan kredit permodalan bagi usaha mereka secara individual.

Terlepas dari berbagai kendala yang ada, solusi konkrit yang dapat dilakukan untuk memperluas peluang sektor keuangan bagi perempuan adalah dengan terus mendorong tersedianya database keuangan yang tersegregasi berdasarkan jenis kelamin. Hal ini penting untuk menjadi dasar pengembangan akses keuangan formal bagi perempuan.

Layanan keuangan yang sangat berpotensi untuk menjangkau segmen kelompok perempuan adalah program dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yaitu melalui pembentukan agen bank Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam rangka Keuangan Inklusif (Laku Pandai); maupun program dari Bank Indonesia (BI), yakni Layanan Keuangan Digital (LKD)

Masing-masing program layanan keuangan ini memiliki tujuan guna mendekatkan layanan keuangan formal kepada masyarakat yang bertempat tinggal jauh dari kantor layanan bank. Kelompok perempuan dapat terbantu dengan keberadaan agen bank dari program Laku Pandai dan LKD yang berlokasi terdekat. Melalui program ini diharapkan terjadi peningkatan minat masyarakat khususnya perempuan untuk menjangkau akses produk dan jasa keuangan formal. (YS/RY)

Tingkat Inklusi KeuanganBerdasarkan Jenis Kelamin

Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami kesetaraan jender dalam kepemilikan rekening. Persentase perempuan dewasa yang memiliki rekening simpanan lebih besar daripada persentase laki-laki dewasa, yaitu sebesar 51% dan 46%. Secara global, laki-laki memiliki persentase kepemilikan rekening yang lebih tinggi daripada perempuan.

Tahun 2014 Tahun 2017

Tahun 2014 Tahun 2017

35% 46%

37% 51%

Laki-Laki

Perempuan

Foto: Asdep Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Kemenko Perekonomian, A. Heri Susanto dan Vice President for Strategic Partnerships Women's World Banking, Anna Gincherman

Page 6: PERAN LAYANAN KEUANGAN PADA SEKTOR ... Sumber Gambar : Sekretariat Dewan Nasional Keuangan Inklusif Sumber Gambar : Sekretariat Dewan Nasional Keuangan Inklusif PERAN LAYANAN KEUANGAN

6

Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami kesetaraan jender dalam kepemilikan rekening. Persentase perempuan dewasa yang memiliki rekening simpanan lebih besar daripada persentase laki-laki dewasa, yaitu sebesar 51% dan 46%. Secara global, laki-laki memiliki persentase kepemilikan rekening yang lebih tinggi daripada perempuan.

G A M B A R A N KEUANGAN INKLUSIF INDONESIA

April 2018 - Survei Global Findex 2017 yang telah dirilis pada tahun ini, menunjukkan perkembangan keuangan inklusif di Indonesia adalah yang tercepat di kawasan Asia Timur dan Pasifik. Kepemilikan rekening oleh perempuan mengambil porsi 51%, lebih besar dibandingkan laki-laki sebanyak 46%. Sedangkan tingkat keuangan inklusif secara keseluruhan mencapai 48,9%. Hasil survei ini menunjukkan peningkatan 12,8% dibandingkan tingkat keuangan inklusif tahun 2014, sebesar 36,1%. Kepemilikan rekening tabungan di lembaga keuangan formal oleh penduduk di pedesaan mengalami peningkatan secara signifikan. Pada tahun 2017 kepemilikan rekening penduduk pedesaan sebesar 47%, sedangkan tahun 2014 baru mencapai 27%, sehingga tercatat meningkat 15%.Jika dibandingkan dengan negara-negara di Asia Timur dan Pasifik hanya 2%,

Begitu juga secara global peningkatannya mencapai 8%. Kesenjangan kepemilikan rekening simpanan penduduk desa dan perkotaan juga menurun drastis dari 17% di tahun 2014, menjadi yaitu 4% di tahun 2017.

Berdasar data Global Findex 2017, sebanyak 33% masyarakat tanpa rekening bank menyatakan jarak sebagai alasan utama tidak membuka tabungan di bank. Ketua Sekretariat Dewan Nasional Keuangan Inklusif (DNKI), Iskandar Simorangkir, menyatakan masyarakat Indonesia yang belum memiliki rekening telah menjadi prioritas utama pemerintah dalam beberapa tahun terakhir. Beberapa upaya yang dilakukan pemerintah bersama lembaga terkait antara kebijakan uang elektronik, branchless banking, dan digitalisa-si sistem transfer bantuan sosial.

“Kesuksesan ini utamanya dikarenakan transisi kita ke pembayaran digital dan kita berharap lebih banyak negara memanfaatkan digitalisasi untuk membantu masyarakatnya memerangi kemiskinan, mengurangi ketidaksetaraan sosial, dan membantu pemerintah lebih efisien," ungkap Iskandar melalui siaran pers, Jumat (27/4/2018).

Hingga 31 Desember 2017, jumlah agen Laku Pandai meningkat signifikan sebesar 168% dibandingkan tahun sebelumnya, dengan jumlah total sebanyak 740.121 agen. Begitu juga agen Layanan Keuangan Digital sebanyak 204.960 yang meningkat 80% dibanding tahun 2016. Sedangkan peningkatan ketersediaan kantor layanan bank dan mesin ATM masing-masing meningkat sebesar 1% dan 3%.

Dapat dikatakan hasil survei Global Findex 2017 masih jauh dari target keuangan inklusif yang telah ditetapkan Pemerintah sebesar 75% di akhir tahun 2019. Namun Pemerintah tetap optimis dapat merealisasikan targetnya. Melalui DNKI yang dibentuk sejak tahun 2016, telah menyusun strategi percepatan keuangan inklusif yang sudah mulai dijalankan. Tentunya kerjasama antar kementerian/lembaga beserta peran serta masyarakat diperlukan guna mencapai target keuangan inklusif, tujuannya tidak lain adalah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. (RY)

Indonesia mengalami kemajuan yang pesat dalam transaksi keuangan digital dalam kurun waktu tiga tahun. Sebanyak 35% penduduk dewasa telah melakukan atau menerima pembayaran secara digital. Penduduk dewasa yang menggunakan transaski digital ini sebagian besar dimanfaatkan untuk membayar tagihan dan berbelanja secara online.

Kelompok masyarakat yang masih unbanked dengan penghalang utamanya adalah jarak, tercatat 69% diantaranya memiliki telepon selular sendiri. Secara keseluruhan 60 juta penduduk dewasa yang unbanked memiliki telepon seluler. Dari total jumlah tersebut, terdapat 20 juta yang bekerja sebagai pegawai swasta.

Penggunaan telepon seluler ini menjadi kesempatan besar untuk penetrasi pembayaran dan transaksi mobile secara luas di Indonesia. Mulai dari digitalisasi pembayaran gaji/upah pada sektor swasta dapat mengurangi jumlah orang dewasa tanpa rekening bank di Indonesia hingga 29 %. Akses layanan keuangan bagi masyarakat oleh lembaga keuangan formal lebih banyak melalui peran agen-agen bank.

Faktor Penghalang

Sumber Foto: Sekretariat DNKI

Page 7: PERAN LAYANAN KEUANGAN PADA SEKTOR ... Sumber Gambar : Sekretariat Dewan Nasional Keuangan Inklusif Sumber Gambar : Sekretariat Dewan Nasional Keuangan Inklusif PERAN LAYANAN KEUANGAN

7

Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk pengadaan pengering padi. Topik tersebut menjadi bahasan utama dalam Rapat Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM yang dilakukan tanggal 16 Mei 2018. Dalam Rapat Koordinasi yang dipimpin Menteri Koordinator Bidang Perekono-mian tersebut, Penyalur KUR berkomitmen untuk dapat meningkatkan penyaluran KUR untuk pengadaan pengering padi. Skema KUR ini diprioritaskan dapat diberikan kepada usaha penggilingan kecil namun memiliki aktivitas usaha yang produktif dan layak. Skema KUR untuk pengadaan pengering padi ini juga didukung penuh oleh Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) yang juga menyatakan kesiapannya untuk menjalin kerjasama dengan pengusaha penggilingan kecil yang memperoleh KUR. Nantinya, Penyalur KUR dan Perum Bulog akan melakukan perjanjian kerjasama terkait mekanisme pembelian pasca panen hasil produksi usaha penggilingan kecil yang telah melakukan pengadaan pengering padi dengan menggunakan skema KUR. Diharapkan melalui skema KUR untuk pengadaan pengering padi ini, akan semakin mengoptimalkan dan meningkatkan kualitas hasil produksi dari usaha penggilingan padi kecil.

Berdasarkan rekapitulasi laporan penyaluran KUR dari masing – masing Penyalur KUR, penyaluran KUR sampai dengan 30 April 2018 telah mencapai sebesar Rp 45,08 Triliun kepada 1.709.104 debitur dengan tingkat NPL sebesar 0%. Kinerja ini menunjukkan tren capaian yang positif yaitu sebesar 38,6% dari total target penyaluran KUR. Capaian pada kuartal pertama tahun 2018 ini meningkatkan optimisme pemerintah dalam pencapaian target penyaluran KUR sampai dengan akhir tahun 2018 nanti.

Dalam rangka menjaga keberpihakan pemerintah pada pengembangan usaha mikro dan kecil, maka Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM memberikan porsi target penyaluran yang lebih besar pada skema KUR Mikro. Hal tersebut tercermin dalam kinerja penyaluran KUR per skema yang masih didominasi penyaluran

UNTUK PENGADAAN PENGERING PADIPEMERINTAH MENDORONG SKEMA KUR

Hingga 31 Desember 2017, jumlah agen Laku Pandai meningkat signifikan sebesar 168% dibandingkan tahun sebelumnya, dengan jumlah total sebanyak 740.121 agen. Begitu juga agen Layanan Keuangan Digital sebanyak 204.960 yang meningkat 80% dibanding tahun 2016. Sedangkan peningkatan ketersediaan kantor layanan bank dan mesin ATM masing-masing meningkat sebesar 1% dan 3%.

Dapat dikatakan hasil survei Global Findex 2017 masih jauh dari target keuangan inklusif yang telah ditetapkan Pemerintah sebesar 75% di akhir tahun 2019. Namun Pemerintah tetap optimis dapat merealisasikan targetnya. Melalui DNKI yang dibentuk sejak tahun 2016, telah menyusun strategi percepatan keuangan inklusif yang sudah mulai dijalankan. Tentunya kerjasama antar kementerian/lembaga beserta peran serta masyarakat diperlukan guna mencapai target keuangan inklusif, tujuannya tidak lain adalah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. (RY)

Sumber Foto: Sekretariat DNKI

Dalam rangka menjaga ketahanan pangan nasional serta optimalisasi usaha penggilingan padi kecil, pemerintah terus berupaya menyusun skema

pada skema KUR Mikro yaitu sebesar Rp 28,7 Triliun (63,8% dari total penyaluran KUR). Diikuti dengan penyaluran KUR Kecil sebesar Rp 16,2 Triliun (35,8% dari total penyaluran KUR). Sedangkan penyaluran KUR Penempatan TKI masih relatif rendah yaitu sebesar Rp 120 Miliar (0,3%). Sebaran penyaluran KUR per wilayah, masih di dominasi dengan penyaluran di Pulau Jawa dengan porsi penyaluran sebesar 56,2%, diikuti dengan Sumatera 19,4% dan Sulawesi 9,4%. Provinsi Jawa Tengah dengan penyaluran KUR sebesar Rp 8,3 Triliun menjadi provinsi dengan penyaluran KUR tertinggi, diikuti dengan Jawa Timur sebesar Rp 7,5 Triliun, dan Jawa Barat sebesar Rp 5,6 Triliun. Sebaran tersebut, sejalan dengan jumlah populasi penduduk termasuk populasi UMKM per wilayah di Indonesia.

Sampai dengan April 2018, telah terdapat 41 Penyalur KUR yang terdiri dari 35 Perbankan, 4 Perusahaan Pembiayaan, dan 2 Koperasi Simpan Pinjam. Peningkatan jumlah Penyalur KUR ini diharapkan dapat semakin mempermudah UMKM dalam mengakses KUR. Berdasarkan laporan penyaluran KUR yang dirilis oleh Sekretariat Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM, BRI menjadi penyalur KUR dengan kinerja penyaluran KUR tertinggi yaitu sebesar Rp 31,2 Triliun (39,1% dari target), diikuti dengan BNI sebesar Rp 6,2 Triliun (48% dari target) dan Bank Mandiri sebesar Rp 5,3 Triliun (36,3% dari target).

Sehubungan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan penyaluran KUR khususnya di sektor produksi, Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM dalam Rapat Koordinasi yang diselenggarakan pada 16 Mei 2018 telah menyetujui perluasan sektor penyaluran KUR bagi Penyalur KUR eks Penyalur KKPE yaitu PT Bank BRI Agroniaga Tbk; PT. BPD Sumatera Barat; PT. BPD Sumatera Selatan Babel; PT BPD Jawa Barat dan Banten, Tbk; PT BPD Kalimantan Selatan; PT BPD Riau Kepri; PT BPD Nusa Tenggara Barat; PT BPD Lampung; PT BPD Papua; dan PT BPD Jambi. Kesepuluh Penyalur KUR Eks. KKPE yang semula hanya dapat menyalurkan KUR pada sektor 1 (pertanian, perburuan, dan kehutanan) dan sektor 2 (perikanan dan kelautan), saat ini sudah dapat menyalurkan KUR di seluruh sektor yang dapat dibiayai oleh KUR. Namun khusus bagi PT. Bank BRI Agroniaga Tbk, menjadi Penyalur KUR yang berkomitmen hanya menyalurkan KUR di sektor produksi (tanpa sektor perdagangan). Perluasan sektor penyaluran KUR bagi Penyalur KUR eks. Penyalur KKPE tersebut mulai berlaku sejak 16 Mei 2018.

Page 8: PERAN LAYANAN KEUANGAN PADA SEKTOR ... Sumber Gambar : Sekretariat Dewan Nasional Keuangan Inklusif Sumber Gambar : Sekretariat Dewan Nasional Keuangan Inklusif PERAN LAYANAN KEUANGAN

8

Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui penggerakan sektor riil, Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM terus berupaya meningkatkan penyaluran KUR di sektor produksi. Telah ditetapkan target penyaluran KUR sektor produksi di tahun 2018 sebesar minimum 50% dari total penyaluran. Target penyaluran KUR di sektor produksi tersebut akan terus ditingkatkan setiap tahunnya sampai dengan setidaknya minimum 70% dari total penyaluran KUR dapat disalurkan di sektor produksi. Sampai dengan April 2018, penyaluran KUR di sektor produksi telah mencapai sebesar 38,3% dari total penyaluran KUR. Capaian tersebut masih dibawah target penyaluran KUR sektor produksi tahun 2018, namun sudah mengalami peningkatan 51% (yoy) dari penyaluran KUR sektor produksi pada April 2017. Hal ini menunjukkan bahwa Penyalur KUR semakin fokus menyalurkan KUR di sektor produksi.

Berkenaan dengan target penyaluran KUR yang semakin meningkat baik dari sisi target jumlah penyaluran KUR, maupun dari sisi kualitas penyaluran KUR, Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM terus melakukan koordinasi secara intensif. Dalam rangka mempercepatan penyaluran KUR Khusus, Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM telah menetapkan Pedoman Pelaksanaan Teknis KUR Khusus yang berisi panduan bagi Penyalur KUR dalam pelaksanaan penyaluran KUR Khusus, sektor yang dibiayai KUR Khusus serta perhitungan biaya indikatif dan kebutuhan pembiayaan masing – masing komoditas yang dibiayai KUR Khusus.

REALISASI PENYALURAN KUR

REALISASI KUR SEKTOR EKONOMI

Sektor 1 Sektor 2 Sektor 4 Sektor 6Sektor 1Sektor 1 Sektor 7 Sektor 11

Pertanian, Pemburuan,Kehutanan

Kelautan dan Perikanan

IndustriPengolahan

Konstruksi Perdagangan Jasa-Jasa

PerdaganganKelautan dan

Perikanan

Pertanian, Pemburuandan Kehutanan

Kontruksi

Jasa-Jasa

IndustriPengolahan

RpRealisasi PenyaluranJumlah Debitur

Februari 2018

Maret 2018

19.584.074.000.000746.047

32.240.353.000.0001.218.165

Realisasi PenyaluranJumlah Debitur

April 201845.088.902.000.000

1.709.104

1,5%

4,7%

659.017 27.841.400

4.709.806

2.104.630

10,7%

0,2%

64.769

61,8%

9.589.005

21,3%

21,3% 1,5%

*Dalam Juta

4,7% 0,2% 61,8% 10,7%

Realisasi PenyaluranJumlah Debitur

Januari 20188.155.309.000.000

327.537Realisasi PenyaluranJumlah Debitur

pada skema KUR Mikro yaitu sebesar Rp 28,7 Triliun (63,8% dari total penyaluran KUR). Diikuti dengan penyaluran KUR Kecil sebesar Rp 16,2 Triliun (35,8% dari total penyaluran KUR). Sedangkan penyaluran KUR Penempatan TKI masih relatif rendah yaitu sebesar Rp 120 Miliar (0,3%). Sebaran penyaluran KUR per wilayah, masih di dominasi dengan penyaluran di Pulau Jawa dengan porsi penyaluran sebesar 56,2%, diikuti dengan Sumatera 19,4% dan Sulawesi 9,4%. Provinsi Jawa Tengah dengan penyaluran KUR sebesar Rp 8,3 Triliun menjadi provinsi dengan penyaluran KUR tertinggi, diikuti dengan Jawa Timur sebesar Rp 7,5 Triliun, dan Jawa Barat sebesar Rp 5,6 Triliun. Sebaran tersebut, sejalan dengan jumlah populasi penduduk termasuk populasi UMKM per wilayah di Indonesia.

Sampai dengan April 2018, telah terdapat 41 Penyalur KUR yang terdiri dari 35 Perbankan, 4 Perusahaan Pembiayaan, dan 2 Koperasi Simpan Pinjam. Peningkatan jumlah Penyalur KUR ini diharapkan dapat semakin mempermudah UMKM dalam mengakses KUR. Berdasarkan laporan penyaluran KUR yang dirilis oleh Sekretariat Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM, BRI menjadi penyalur KUR dengan kinerja penyaluran KUR tertinggi yaitu sebesar Rp 31,2 Triliun (39,1% dari target), diikuti dengan BNI sebesar Rp 6,2 Triliun (48% dari target) dan Bank Mandiri sebesar Rp 5,3 Triliun (36,3% dari target).

Sehubungan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan penyaluran KUR khususnya di sektor produksi, Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM dalam Rapat Koordinasi yang diselenggarakan pada 16 Mei 2018 telah menyetujui perluasan sektor penyaluran KUR bagi Penyalur KUR eks Penyalur KKPE yaitu PT Bank BRI Agroniaga Tbk; PT. BPD Sumatera Barat; PT. BPD Sumatera Selatan Babel; PT BPD Jawa Barat dan Banten, Tbk; PT BPD Kalimantan Selatan; PT BPD Riau Kepri; PT BPD Nusa Tenggara Barat; PT BPD Lampung; PT BPD Papua; dan PT BPD Jambi. Kesepuluh Penyalur KUR Eks. KKPE yang semula hanya dapat menyalurkan KUR pada sektor 1 (pertanian, perburuan, dan kehutanan) dan sektor 2 (perikanan dan kelautan), saat ini sudah dapat menyalurkan KUR di seluruh sektor yang dapat dibiayai oleh KUR. Namun khusus bagi PT. Bank BRI Agroniaga Tbk, menjadi Penyalur KUR yang berkomitmen hanya menyalurkan KUR di sektor produksi (tanpa sektor perdagangan). Perluasan sektor penyaluran KUR bagi Penyalur KUR eks. Penyalur KKPE tersebut mulai berlaku sejak 16 Mei 2018.

Adapun komoditas perkebunan rakyat, peternakan rakyat, dan perikanan rakyat yang dibiayai oleh KUR Khusus yaitu kelapa sawit, kelapa, kakao, karet, penggemukan sapi, usaha sapi perah, budidaya perikanan, dan perikanan tangkap.

Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM terus berupaya melakukan perbaikan dan evaluasi atas pelaksanaan penyaluran KUR tahun 2018 ini. Melalui evaluasi tersebut, diharapkan target penyaluran KUR tahun 2018 sebesar Rp 116,8 Triliun dapat tercapai dan terjaga ketepatan sasarannya.

Page 9: PERAN LAYANAN KEUANGAN PADA SEKTOR ... Sumber Gambar : Sekretariat Dewan Nasional Keuangan Inklusif Sumber Gambar : Sekretariat Dewan Nasional Keuangan Inklusif PERAN LAYANAN KEUANGAN

999

Selamat Menunaikan Ibadah Puasa 1439H

DEWAN NASIONAL KEUANGAN INKLUSIF

Ramadhan Kareem

Page 10: PERAN LAYANAN KEUANGAN PADA SEKTOR ... Sumber Gambar : Sekretariat Dewan Nasional Keuangan Inklusif Sumber Gambar : Sekretariat Dewan Nasional Keuangan Inklusif PERAN LAYANAN KEUANGAN

SUSUNAN REDAKSI

910

Bantuan sosial pangan yang disalurkan dalam bentuk non tunai dari pemerintahkepada KPM setiap bulannya melalui mekanisme uang elektronik yang hanya digunakan

untuk membeli bahan pangan di E-Warong yang bekerjasama dengan Bank Penyalur.

Tujuan dari program BPNT adalah meningkatkan ketepatan kelompok sasaran, memberikan gizi yang lebih seimbang, lebih banyak pilihan dankendali kepada rakyat miskin, mendorong usaha eceran rakyat, memberikan akses

jasa keuangan pada rakyat miskin dan mengefektifkan anggaran.

DEWAN NASIONAL KEUANGAN INKLUSIF

Dewan Nasional Keuangan Inklusif merupakan Koordinator Bagi Kelompok Kerja dan SekretariatSNKI Guna Mewujudkan Keuangan Inklusif di Indonesia

Pemimpin Redaksi : Iskandar SimorangkirRedaktur Pelaksana : A. Heri SusantoRedaktur : Eni Widiyanti

Editor : Rissalwan Habdy LubisDesain Grafis : Endar Hartono

Penulis : 1. Yesi Hendriani Supartoyo 2. Juwita Lukytasari Putri 3. . R. Yudha Triatanto W

Cowel Tower Lantai 7Jl. Senen Raya No. 135, Jakarta Pusat 10410E-mail : [email protected]/Fax : (021) 3450190 / (021) 3450214

Dewan Nasional Keuangan Inklusif@keuanganinklusikeuangan_inklusifOfficial Dewan Nasional Keuangan InklusifKPM menerima bahan pangan (beras dan telur)

yang telah dibeli dan struk bukti transaksi untuk disimpan

Keluarga Penerima Manfaat (KPM) membawa Kartu Kombo datang ke E-Warong terdekat yang telah bekerjasama dengan Bank Penyalur (Bank Himbara)

E-Warong memasukkan nominal harga.Bila sesuai, Keluarga Penerima Manfaat (KPM)memasukkan PIN pada mesin EDC

Keluarga Penerima Manfaat (KPM) didampingi pemilik E-Warong memasukkan PIN dan menerima struk bukti pengecekan saldo dari E-Warong

DATANG

MASUK PIN

CEK NOMINAL

TERIMA

e-warong

1

2

3

4

BANTUAN PANGAN NON TUNAI (BPNT)