peran komisi yudisial dalam menegakkan keluhuran...

80
PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN MARTABAT HAKIM SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh : INDAH RADIAWATI NIM : 11150480000086 P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1440 H /2019 M

Upload: others

Post on 03-Jan-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM

MENEGAKKAN KELUHURAN MARTABAT HAKIM

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :

INDAH RADIAWATI

NIM : 11150480000086

P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1440 H /2019 M

Page 2: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat
Page 3: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat
Page 4: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat
Page 5: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

v

ABSTRAK

Indah Radiawati NIM 11150480000086. PERAN KOMISI YUDISIAL

DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN MARTABAT HAKIM. Skripsi

Program studi Ilmu Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2019 M/ 1440 H, x +67 Halaman.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui peran Komisi Yudisial dalam

mengawasi Hakim, kewenangan Komisi Yudisial dalam pengawasan terhadap

perilaku hakim dalam rangka menegakan kehormatan dan keluhuran martabat

serta menjaga perilaku hakim dan juga kedudukan serta pelaksanaan fungsi

pengawasan bagi para hakim dalam rangka mewujudkan fungsi kehakiman yang

merdeka untuk menegakan hukum dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia

agar setiap hakim dapat berperilaku baik dan adil dalam menangani peradilan

yang bersih dan sesuai dengan apa yang sudah diatur dalam perundang-

undangan

Metode penelitian ini menggunakan Penelitian yuridis normatif yaiu

penelitian yang berfokus untuk mengkaji penerapan suatu norma atau kaidah

suatu hukum. Dan peneltian perpustakaan yang juga bersifat tertulis dan

merupakan penelitian yang biasanya mengkaji suatu studi dokumen, yaitu yang

menggunakan berbagai data sekunder seperti peraturan perundang-undangan,

keputusan pengadilan, teori hukum, dan dapat berupa pendapat para ahli

mengenai pengawasan komisi yudisial terhadap kode etik hakim.

Hasil penelitian bahwa Komisi Yudisial itu merupakan badan peradilan

yang bersifat mandiri yang dimana Komisi Yudisial ini berwenang mengawasi

hakim juga menjaga dan menegakan kehormatan, keluhuran serta perilaku

hakim dan dapat melibatkan unsur masyarakat dalam suatu pengawasan,

mengurangi politisasi terhadap perekrutan hakim agung karena Komisi Yudisial

bukan lembaga politik sehingga diasumsikan tidak mempunyai kepentingan

politik.

Kata Kunci : Pengawasan Komisi Yudisial Terhadap Hakim

Pembimbing Skripsi : Dr. Burhanuddin, S.H., M.Hum.

Daftar Pustaka : Tahun 1998 sampai Tahun 2018

Page 6: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

vi

KATA PENGANTAR

بسم الله الرحمن الرحيم

Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa

Ta’ala yang telah memberikan kekuatan dan kemudahan serta rahmat dan

hidayat-Nya kepada peneliti dalam penyusunan skripsi yang berjudul PERAN

KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN MARTABAT

HAKIM, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Selawat dan salam

semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi

Wassallam, semoga kita semua mendapatkan syafa’atnya di akhirat kelak.

Aamiin.

Pencapaian ini tidak akan terwujud tanpa pertolongan Allah Subhanahu

wa Ta’ala, berbagai pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungannya

kepada peneliti dalam penyelesaian skripsi ini, baik secara langsung maupun

tidak langsung. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa

hormat saya mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dr. Ahmad Tholabi, S.H., M.H., M.A. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Muhammad Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H. Ketua Program Studi Ilmu

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum. Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan

arahan untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Dr. Burhanuddin, S.H., M.Hum. Pembimbing Skripsi yang telah bersedia

memberikan arahan, bimbingan, dan kesabaran dalam membimbing peneliti

sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Hukum dan staff Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

memberikan ilmu dan pelayanan yang begitu baik selama masa perkuliahan.

6. Kepala dan staff Pusat Perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta serta Kepala dan staff Perpustakaan Fakultas Syariah

Page 7: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

vii

dan Hukum yang telah memberikan fasilitas untuk mencari dan meminjam

buku-buku referensi dan sumber-sumber data lainnya yang diperlukan.

7. Kepada kedua orang tua tercinta Sakam Miharja dan Maryamah yang selalu

memberikan dukungan, mengingatkan, dan mendo’akan yang terbaik untuk

peneliti hingga dapat menyelesaikan skiripsi ini. Lima Kakak, serta adik,

Nita Aulia yang selalu memberikan dukungan dan nansihat kepada peneliti

untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Sahabat tercinta di kampus, Fuzzy Kartika Candra Dewi, Titia Ulva Sapitri,

Widya Novita, Desy Purwaningsih, Izmi Amalia, Fatihatul Makiyyah

Yakub, Mutia Nur Azizah, dan Tri Urvi Widhianie yang telah menemani

selama 7 semester dan terus menemani sampai penyelesaian skripsi ini.

9. Kepada teman-teman Ilmu Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta angkatan tahun 2015, khususnya Ilmu Hukum kelas B

2015. Dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini.

Demikian ucapan terima kasih ini, peneliti menyadari bahwa skripsi ini

masih jauh dari kata sempurna namun semoga Allah memberikan balasan yang

setara kepada para pihak yang telah berbaik hati terlibat dalam penyusunan

skripsi ini dan skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin

Jakarta, 2019

Indah Radiawati

Page 8: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ......................... iii

LEMBAR PERTANYAAN ......................................................................... iv

ABSTRAK .................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................ vi

DAFTAR ISI ................................................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................... 1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah ................ 7

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian .............................. 8

D. Metode Penelitian .................................................................. 8

E. Sistematika Penelitian ............................................................ 10

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGAWASAN KOMISI

YUDISIAL TERHADAP HAKIM

A. Karangka Konseptual ............................................................. 12

1. Trias Politika ..................................................................... 12

2. Check and Balances ........................................................... 12

3. Teori Sistem Pengawasan .................................................. 14

B. Komisi Yudisial ...................................................................... 19

1. Sejarah Komisi Yudisial .................................................... 19

2. Struktur Organisasi ............................................................ 25

C. Tinjauan (Riview) Kajian Terdahulu ..................................... 27

Page 9: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

ix

BAB III PELAKSANAAN FUNGSI PENGAWASAN HAKIM OLEH

KOMISI YUDISIAL DAN MAHKAMAH AGUNG

A. Pelaksana Pengawasan oleh Komisi Yudisial dan sinergi

Pengawasan oleh Mahkamah Agung ................................... 29

B. Hubungan Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial ............ 31

C. Tugas dan Fungsi Hakim ..................................................... 35

D. Kewenangan Komisi Yudisial dalam rekrutmen Hakim ..... 38

BAB IV PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN

KELUHURAN MARTABAT HAKIM

A. Mekanisme Pengawasan oleh Komisi Yudisial terhadap

Hakim ................................................................................... 45

B. Implementasi kewenangan Komisi Yudisial dalam

pengawasan terhadap Hakim ............................................... 50

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................... 67

B. Rekomendasi ........................................................................ 68

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 69

Page 10: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kewenangan Komisi Yudisial yang selanjutnya disebut dengan KY

untuk melaksanakan fungsi pengawasan merupakan upaya untuk

mengatasi berbagai bentuk penyalahgunaan wewenang di lembaga

peradilan yang dimulai dengan mengawasi kode etik dan perilaku hakim,

agar para hakim menunjung tinggi kehormatan, keluhuran martabat, serta

perilaku hakim di Indonesia penegakan hukum dilakukan oleh hakim,

jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

diperlukan agar tidak ada yang dapat menyalahgunakan kekuasaan sebagai

penegak hukum dan dapat memberikan keputusan yang sesuai dengan

aturan-aturan yang ada, maka dari itu haruslah calon-calon hakim terlahir

dari orang-orang yang menjunjung tinggi kejujuran dan tidak berpihak ke

satu pihak saja, dengan adanya KY ini dapat menciptakan hakim-hakim

yang berkompeten, berintegritas tinggi, bersih dan adil agar masyarakat

Indonesia mendapatkan keadilan dalam hukum sebagai mana mestinya,

KY juga menerima laporan terkait dengan pelanggaran kode etik dan

perilaku hakim agar tidak terjadinya penyalahgunaan wewenang sebagai

hakim.

Terwujudnya peradilan yang agung merupakan visi peradilan yang

dirumuskan dalam Cetak Biru (Blue Print) Pembaruan Peradilan tahun

2010 yang merupakan kelanjutan dari program reformasi peradilan

sebelumnya. Reformasi peradilan ditandai dengan terbitnya naskah Cetak

Biru (Blue Print) pertama tahun 2003.1 Komisi Yudisial dibentuk dengan

kewenangan untuk mengusulkan hakim agung serta memberikan penilaian

dan memberikan rekomendasi terhadap hakim-hakim. Kekuasaan

Kehakiman yang bermartabat merupakan suatu kewajiban dalam

1 Mahkamah Agung RI, Cetak Biru Pembaruan Peradilan 2010-2035, ( Jakarta: 2010)

h. 9

Page 11: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

2

penegakan hukum dan keadilan yang sempurna. Tegaknya hukum dan

keadilan maka akan memperkuat pondasi suatu bangsa. Oleh karena itu,

untuk menegakan hukum dan keadilan disuatu lembaga peradilan maka

harus dilahirkan hakim-hakim yang memiliki kesadaran nurani yang tinggi

dan meningkatkan profesionalisme. Walaupun di dunia peradilan masih

banyak yang terbelengguh dengan berbagai persoalan yang ada, namun

usaha pencegahanya terus menerus dilakukan oleh lembaga Komisi

Yudisial.2

Sebelum perubahan Undang-undang Dasar Negara Republik

Indonesia tahun 1945, kekuasaan Mahkamah Agung yang selanjutnya

disebut sebagai MA sebagai lembaga yudikatif sangat kuat dan luas,

kemudian Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

membawa perubahan dalam kehidupan ketatanegaan, khususnya dalam

pelaksanaan kekuasaan kehakiman, karena dalam terbentuknya Mahkamh

Konstitusi dan Komisi Yudisial sebagian besar tugas dan kewenangan

Mahkamah Agung terbagi karena adanya dua lembaga itu dan juga

terbantu dengan adanya dua lembaga tersebut.3

Kewenagan Mahkamah Agung sudah diketahui sebelumnya

terdapat dalam Undang-Undang menyatakan :

“Pasal 24 A Ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 dan untuk

selanjutnya disebut menjadi UUD 1945 hasil perubahan

Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi,

menguji peraturan perundang-undangan dibawah undang-

undang terhadap undang-undang dan mempunyai wewenang

lainya yang diberikan pada undang-undang.”

Penyerahan penyusunan wewenang MA kepada undang-undang

sebagaimana dirumuskan dalam akhir pasal ini dimaksud agar MA dalam

melakukan fungsi, tugas, dan kewenanganya juga harus patuh terhadap

ketentuan undang-undang, meskipun undang-undang dibuat oleh DPR

2 Komisi Yudisial Republik Indonesia, Risalah Komisi Yudisial Republik Indonesia,

(Jakarta, Pusat Akademis dan layanan informasi, 2013) h. 32-33 3 Lintje Anna Marpaung, Hukum Tata Negara Indonesia (Yogyakarta: Andi , 2018) h. 95

Page 12: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

3

bersama Presiden, tetapi dalam membuat undang-undang tersebut juga

meminta masukan kepada MA, bahkan masuk dalam tim pemerintah.

Apabila tidak diatur dalam undang-undang maka, hakim juga tidak

memiliki pedoman dalam melaksanakan tugasnya. Jadi, kemerdekaan

yang dimiliki adalah memutuskan perkara atau melaksanakan fungsi, tugas

dan wewenangnya, namun harus tetap tidak boleh melawan undang-

undang hakim bukan merupakan intervensi, sebab semua lembaga negara

diatur dalam undang-undang.

Sesungguhnya kurang tepap jika kita memahami sistem

ketatanegaraan sebagaimana dimaksudkan dalam UUD Tahun

1945menyatakan bahwa:

“Pertama, karena Pasal 24 Ayat (1) UUD 1945 menyebutkan

kekuasaan kehakiman yang antara lain dilakukan oleh MA

adalah merdeka, lepas dari pengaruh dan intervensi kekuasaan

manapun juga. Namun dengan menyebut bahwa pemberian

wewenang lain MA oleh undang-undang, hal itu menyebabkan

kemerdekaan MA menjadi tidak ada lagi. Oleh karena DPR

sebagai lembaga pembentuk undang-undang dapat mengatur

dan mengarahkan MA dalam bentuk menyusun wewenang lain

MA dan hal-hal yang bersifat substansial dan terkait dengan

tugas mengadili daam atau dengan undang-undang.

Kedua, kedudukan MA dan DPR adalah sederajat namun

dengan menyerahkan pemberian wewenang MA kepada DPR

menyebabkan MA berada dibawah DPR”.4

Mahkamah Agung adalah badan yang melaksanakan kekuasaan

kehakiman yang dalam pelaksanaan tugasnya, terlepas dari pengaruh

kekuasaan pemerintah dan pengaruh-pengaruh lainnya. Dalam kontek,

demikian MA memiliki posisi strategis terutama bidang hukum dan

ketatanegaraan yang tugasnya antara lain:

1. Yang bertugas untuk menegakan hukum dan keadilan bagi seluruh

warganya agar bisa dilindungi hak-haknya

2. Mengadili tingkat kasasi jika ada pihak yang tidak puas dengan

putusan pengadilan

4 Patrialis Akbar, Lembaga-lembaga Negara Menurut UUD NRI Tahun 1945

(Jakarta : Sinar grafika Offset, 2013) h. 172-173

Page 13: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

4

3. Mengajukan peraturan perundang-undangan dibawah undang-undang

agar tidak ada peraturan yang bertentangan

4. Berbagai kekuasaan atau kewenangan lain yang diberikan oleh

undang-undang.5

Undang-undang juga memberikan wewenang kepada MA yaitu

bertugas untuk mengawasi penyelenggaraan peradilan dibawahnya dan

pengawasan perilaku hakim, memeriksa dan memutus, permohonan

kasasi, sengketa kewenangan mengadili (kompetensi pengadilan) dan

peninjauan kembali (PK) putusan yang telah berkekuatan hukum tetap6,

selain itu juga MA dapat memberi pertimbagan, keterangan dan nasihat

masalah hukum kepada lembaga negara dan lembaga pemerintahan, serta

berwenang untuk memeriksa dan memutuskan usul pemberhentian kepada

daerah dan wakil kepala daerah yang diajukan DPRD, dan keberatan

terhadap pembatalan peraturan daerah oleh pemerintah/presiden yang

diajukan provinsi/ kabupaten/kota.

Ide tentang perlunya suatu komisi khusus untuk menjalankan

fungsi-fungsi tetentu yang hubunganya dengan kekuasaan kehakiman

bukanlah hal yang baru. Dalam pembahasan RUU tentang ketentuan-

ketentuan pokok Kekuasaan Kehakiman sekitar 1968, sempat diusulkan

pembentukan lembaga yang diberi nama Majelis Pertimbangan Penelitian

Hakim (MPPH). Majelis ini berfungsi memberikan pertimbangan dan

mengambil keputusan terakhir mengenai saran-saran dan usul-usul yang

berkenaan dengan pengangkatan, promosi, kepindahan, pemberhentian

dan tindakan atau hukuman jabatan para hakim, yang diajukan baik dari

MA maupun menteri kehakiman.7

5 Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia pasca

Amandemen UUD 1945 (Jakarta: Kencana, 2011) h. 210-211 6 Muhamad Yasin, Panduan Bantua Hukum di Indonesia (Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 2014) h. 390 7 Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012)

h. 229

Page 14: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

5

Wewenang KY dapat dibagi kedalam dua besaran, yaitu pertama

mengusulkan pengangkatan hakim agung; dan kedua mempunyai

wewennag lain dalam rangka menjaga dan menegakan kehormatan,

keluhuran martabat, serta prilaku hakim. Wewenang pertama menjadikan

KY sebagai satu-satunya lembaga yang diberikan wewenang mengusulkan

pengangkatan hakim agung yang akan duduk di MA. Dengan wewenang

ini KY secara leluasa dan bebas mencari calon-calon hakim agung (baik

karir maupun non karir) yang akan diproses dan diusulkan untuk diangkat

sebagai hakim agung tanpa ada tekanan atau campur tangan dari pihak

manapun dan cabang kekuasaan lainya. Dengan demikian, diharapkan

dapat dihasilkan calon hakim agung yang terbaik, antara lain dalam hal

penguasaan ilmu, berakhlak mulia, dan mempunyai integritas sebagai

penegak hukum yang konsisten dan jujur.8

Perputaran roda reformasi untuk mendorong peradilan menuju

peradilan yang agung sebagai target maka tolak pangkal yang perlu

diketahui adalah kondisi pelaksanaan pengawasan yang telah berlangsung

saat ini dan daya dorongnya terhadap proses reformasi peradilan.

Penelusuran dalam masalah-masalah pengawasan diharapkan dapat

menjaring atau mengidentifikasi berbagai permasalahan pengawasan baik

internal maupun eksternal beserta konsekuensinya. Seiring dengan itu

diharapkan terhimpun pula jawaban terhadap persoalan tersebut. Analisis

diharapkan dapat memberikan masukan bagi pelaksanaan pengawasan

terhadap aparatur peradilan yang memberi daya dorong yang maksimal

bagi dinamika gerak langkah menuju peradilan yang agung.

Pengawasan juga sering disebut sebagai kekuasaan atau wewenang

campur tangan atau ikut campur (interference/interfeer) terhadap

lingkungan wewenang dan lingkungan kekuasaan badan atau kekuasaan

lain. Pemisahan atau pembagian kekuasaan tidak sekedar pemisahan atau

pembagian fungsi, tetapi pemisahan atau pembagian wewenang atau

8 Patrialis Akbar, Lembaga-lembaga Negara Menurut UUD NRI Tahun 1945, ... h.

205

Page 15: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

6

kekuasaan bidang ketenagakerjaan disebut pembagian kekuasaan

ketenagakerjaan. Pengawasan hanya berfungsi menunjukan telah

terjadinya suatu kesalahan kebijakan atau tindakan, bukan sekaligus

berwenang mengambil tindakan. Kalau hal semacam itu dlakukan,

mempersatukan disatu tangan fungsi pengawasan dan fungsi tindakan

yang dapat menuju pada kesewenang-wenangan (arbitrary,willekeur).

Sesuatu yang dilarang dalam sistem organisasi yang demokratis

berdasarkan hukum.

Pengawasan merupakan sebagian dari unsur manajemen yang

harus tetap berjalan namun tidak boleh sampai mengurangi arti

kemandirian kekuasaan Kehakiman yang menjadi persyaratan didalam

suatu negara hukum agar tersekenggara denagan baik dan Undang-Undang

Dasar 1945 menjelaskan bahwa kekuasaan Kehakiman yang merdeka

terlepas dari campur tangan pemerintah atau pihak-pihak luar pengadilan.

Sehingga perlu dikaji sistem Pengawasan Badan Peradilan di Indonesia

baik internal maupun eksternal dapat mendorong kearah terwujudnya

kemandirian kekuasaan Kehakiman atau malah sebaliknya menyebabkan

pelaku-pelaku kekusaan Kehakiman menjadi tidak merdeka, merasakan

kebebasan hakim terbelenggu.9 Badan Peradilan adalah penyelenggara

peradilan di bawah Mahkamah Agung dalam lingkungan peradilan umum,

lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, dan lingkungan

peradilan tata usaha negara, serta pengadilan khusus yang berada dalam

lingkungan peradilan tersebut. Ketentuan Pasal 40 Undang-Undang

Nomor 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman menyebutkan bahwa

Komisi Yudisial memiliki kewenangan untuk mengawasi bagian internal

terhadap siatu perilaku hakim yang berdasarkan kepada Kode etik dan

Perilaku Hakim.10

9 Amran Suadi, Sistem Pengawasan Badan Peradilan di Indonesia (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2014) h . 7-8

10 Komisi Yudisial Republik Indonesia, Dialektika Pembruan Sistem Hukum Indonesia

,(Jakarta, Sekertaris jendral Komisi Yudisial Republik Indonesia, 2012) h. 307

Page 16: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

7

Berkenaan dengan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik

untuk membahas penelitian dengan judul ‘‘Peran Komisi Yudisial

Dalam Menegakkan Keluhuran Martabat Hakim”.

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dijabarkan

sebelumnya, maka diidentifikasi masalah penelitian sebagai berikut:

a. Latar belakang pengawasan Komisi Yudisial dalam mengawasi

Hakim.

b. Keefektivan Komisi Yudisial dalam mengawasi kode etik dan

perilaku Hakim.

c. Pengawasan Komisi Yudisial dalam mengawasi Hakim

d. Prosedur Pengawasan yang dilakukan oleh Komisi Yudisial.

e. Kewenangan Komisi Yudisial dalam menjaga kehormatan,

keluhuran martabat Hakim.

2. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan identifikasi masalah di atas cukup

luas, dikhawatirkan nantiya akan ada keterbatasan dari peneliti secara

keseluruhan maka peneliti hanya akan dibatasi pada aspek latar

belakang pemikiran yang menyangkut tentang Komisi Yudisial dalam

mengawasi Hakim.

3. Perumusan Masalah

Masalah utama yang menjadi fokus pembahasan dan penelitian

terkait dengan pengawasan kode etik dan Perilaku hakim oleh Komisi

Yudisial. Untuk mempertegas arah pembahasan dari masalah utama

yang yang telah diuraikan diidentifikas masalah, maka dibuat rincian

perumusan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

a. Bagaimana mekanisme pengawasan oleh Komisi Yudisial terhadap

Hakim?

b. Bagaimana implementasi kewenangan Komisi Yudisial dalam

pengawasan terhadap Hakim?

Page 17: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

a. Untuk mengetahui kewenangan mekanisme pengawasan oleh

Komisi Yudisial terhadapa hakim.

b. Untuk mengetahui implementasi pengawasan Komisi Yudisial

terhadap hakim.

2. Manfaat Penelitian

a. Secara teoritis, peneliti ini memberikan sebagai tambahan

dokumentasi dari segi hukum dalam rangka membahas latar

belakang pemikiran tentang pembatasan kode etik Hakim oleh KY.

b. Secara praktis, penelitian ini dapat bermanfaat bagi para peminat

hukum tata negara dan praktisi ketatanegaraan dalam menganalisis

tentang latar belakang pemikiran tentang pembatasan kode etik

Hakim oleh KY.

c. Secara akademis, penelitian ini merupakan syarat untuk meraih

gelar Sarjana Hukum dalam Program Studi Ilmu Hukum di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

D. Metode Penelitian

Untuk dapat merampungkan penyajian skripsi ini agar dapat

memenuhi kriteria sebagai tulisan ilmiah diperlukan data yang relevan

dengan skripsi ini. Dalam upaya pengumpulan data yang diperlukan itu,

maka diterapkan metode pengumpulan data sebagai berikut:

1. Tipe Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif yaiu penelitian

yang berfokus untuk mengkaji penerapan suatu norma atau kaidah

suatu hukum.11

Dan peneltian perpustakaan yang juga bersifat tertulis

dan merupakan penelitian yang biasanya mengkaji suatu studi

11

Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi penelitian Hukum Normatif (Malang: Bayumedia

Pubblishing, 2008) h. 294

Page 18: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

9

dokumen, yaitu yang menggunakan berbagai data sekunder seperti

peraturan perundang-undangan, keputusan pengadilan, teori hukum,

dan dapat berupa pendapat para ahli atau ajaran para ahli. Metode ini

juga merupakan metode yang biasanya berpikir mencari kebenaran

secara logika .

2. Pendekatan Masalah

Pendekatan-pendekatan yang digunakan di dalam penelitian hukum

adalah pendekatan konseptual (Conceptual Aprroach).12

Jadi

pendekatan konseptual pembelajaran secara langsung apa saja yang

akan diberikan kepada orang lain untuk dapat memahami konsep yang

diperoleh secara benar dengan tujuan agar tidak adanya kekeliruan atau

kesalahan.

3. Sumber Hukum

Sumber penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa

data sekunder. Di dalam penelitian hukum, data sekunder mencakupi:

a. Bahan Hukum Primer yaitu merupakan bahan hukum yang bersifat

autoritatif artinya mempunya otoritas. bahan-bahan hukum primer

terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah

dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan

hakim.bahan-bahan hukum primer yang terutama bukanlah putusan

peradilan atau yurisprudensi, melainkan perundang-undangan.

Untuk bahan hukum primer yang berupa perundang-undangan,

yang memiliki otoritas tertinggi adalah Undang-Undang Dasar

karena semua peraturan dibawahnya baik isi maupun jiwanya tidak

boleh bertentangan UUD tersebut.

b. Bahan Hukum Sekunder yaitu berupa semua publikasi tentan

hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi.

Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku teks, kamus-kamus

hukum, jurnal-jurnal hukum dan komentar-komentar atas putusan

pengadilan. Bahan hukum sekunder yang terutama adalah buku

12

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Jakarta: Kencana, 2008) h. 94-95

Page 19: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

10

teks karena buku teks berisi mengenai prinsip-prinsip dasar ilmu

Hukum dan pandagan-pandangan klasik para sarjana yang

mempunyai kualifikasi tinggi.13

4. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan Analisis Data pada dasarnya tergantung pada

rangkaian penelituan pengumpulkan sebuah data. Bagi penelitian

hukum normatif hanya menggunakan berbagai data sekunder saja dan

data ini tidak terlepas dari ajaran para ahli.

Dan data sekunder ini disusun dengan bahan-bahan data yang

memberikan penjelasan tentang bahan hukum data prime, contohnya

seperti Rancangan Perundang-Undangan, hasil penelitian, karya-karya

ilmiah dan para ajaran ahli.

5. Metode Penulisan

Metode penulisan skripsi ini mengacu pada “Pedoman Penulisan

Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatulah Jakarta, Cet. I, 2017”

E. Sistematika Penelitian

Penelitian ini disusun yang terbagi dalam lima bab. Masing-

masing bab terdiri atas beberapa sub-sub bab guna lebih memperjelas

ruang lingkup dan cakupan permasalahan yang diteliti. Adapun urutan

dan tata letak masing-masing bab serta pokok pembahasannya sebagai

berikut:

BAB I: Bab ini merupakan bab Pendahuluan yang didalamnya

memuat latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, metode penelitian dan sistematika Penulisan.

BAB II: Bab ini akan dibahas mengenai karangka konseptual, kajian

kepustakaan yang berupa kajian teoritis dan tinjauan

(review) studi terdahulu.

13

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, ... h. 141-142

Page 20: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

11

BAB III: Bab ini akan dibahas mengenai data penelitian yang

dilakukan, deskripsi data penelitian harus ditampilkan

secara jelas dan lengkap. Detailnya menjelaskan

Kedudukan dan kewenangan Komisi Yudisial dalam

mengawasi Hakim, kepentingan Komisi Yudisial yang

berkaitan dengan peraturan-peraturan yang ada, Kode Etik

hakim dan pengawasan lembaga-lembaga yang terkait.

BAB IV: Bab ini akan dibahas mengenai Analisis Temuan Penelitian

yang mengemukakan tentang Batasan masing-masing

lembaga dalam mengatur kentuan yang sama yaitu

mengenai kode etik hakim.

BAB V: Berisi kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh dari hasil

penelitian dan dilengkapi juga dengan rekomendasi

berdasarkan hasil penelitian.

Page 21: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

12

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PENGAWASAN KOMISI YUDISIAL

TERHADAP HAKIM

A. Karangka Konseptual

1. Trias Politika

Salah satu ciri dari negara hukum adalah adanya pembatasan

kekuasaan dalam penyelenggaraan kekuasaan. 1 Gagasan pemisahan

kekuasaan negara awal mula dikemukakan oleh Jhon Locke, kemudian

ide pemisahan kekuasaan ini dimodifikasi oleh Montesquieu. Pembagian

kekuasaan ini berdasarkan konsep Montesquieu yang terkenal dengan

sebutan Trias Politika yang memisahkan kekuasaan menjadi tiga

kekuasaan besar yaitu kekuasaan eksekutif sebagai kekuasaan yang

menjalankan undang-undang, kekuasaan legislatif sebagai kekuasaan

untuk membuat undang-undang dan kekuasaan yudikatif sebagai

kekuasaan mengadili atas pelanggaran undang-undang. Montesquieu

mengatakan kekuasaan itu harus terpisah satu sama lain, baik mengenai

tugas (fungsi) maupun mengenai alat perlengkapan (lembaga) yang

menyelenggarakannya. Separation of power dari trias politika

sebelumnya sulit terlaksana karena satu sama lain lembaga negara tidak

saling bersentuhan, sehingga menyebabkan reori pembagian kekuasaan

(distrubution of power) lebih berkembang digunakan diberbagai negara,

dan berujung dnegan lahirnya teori checks and balances.

2. Teori Checks and Balances

Perkembangan ketatanegaraan di Indonesia yang mengarah pada

sistem checks and balances ditandai dengan adanya amandemen

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 yakni lembaga

negara yang saling mengawasi dan mengimbangi lembaga negara

lainnya. Indonesia membagi kekuasaan pemerintah kepada eksekutif

1 Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2009) h.281

Page 22: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

13

yang dilaksanakan presiden, legislatif oleh Dewan Perwakilan Rakyat

(DPR) dan yudikatif oleh Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi dan

Komisi Yudisial.

Sejarah ketatanegaraan Indonesia di masa Orde Baru hampir tidak

mengenal adanya checks and balances diantara lembaga negara karena

realitas kekuasaan tepusat pada presiden. Perubahan Undang-Undang

Dasar 1945 melahirkan satu kekuatan menyeimbang yang dibangun

secara fungsional dalam bentuk kelembagaan yang setara. Jika

dihadapkan dengan doktrin klasik separation of power , kekuasaan

negara yang diberikan kepada lembaga-lembaga yang terpisah satu sama

lainnya dalam rangka menghindari terjadinya campur tangan yang satu

terhadap yang lain, maka mekanisme checks and balances pasca

perubahan UUD 1945 tampaknya juga dianggap satu pelunakan terhadap

doktrin separation of power atau pembagian kekuasaan negara dengan

menghubungkan cabang kekuasaan yang saling terpisah. Hal ini

dimaksudkan untk mencegah lahirnya kekuasaan yang bersifat mutlak

tanpa pengawasan.

Tujuan checks and balances adalah memaksimalkan fungsi

masing-masing lembaga negara dan membantu kesewenagan-wenangan

lembaga negara. Negara merupakan organisasi kekuasaan dengan objek

kegiatan penertiban terhadap suatu masyarakat tertentu secara

menyeluruh dengan mempergunakan kekuasaanya.

Checks and balances ini, yang mengakibatkan suatu cabang

kekuasaan dalam batas-batas tertentu dapat turut campur dalam tindakan

cabang kekuasaan lain, tidak dimaksud untuk memperbesar efesiensi

kerja (seperti yang dilihat di Inggris dala fungi dari kekuasaan eksekutif

dan legislatif), tetapi untuk membatasi kekuasaan dari setiap cabang

kekuasaan secara efektif.2

2 Indra Rahmatullah, Rejuvisasi Sistem Checks and Balances dalam Sistem

Ketatanegaraan di Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Cita Hukum volume

I Nomor 2 2013, h. 216-219

Page 23: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

14

3. Teori Sistem Pengawasan

a. Pengawasan

Pengawasan adalah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

mendefinisikan istilah pengawasan adalah berasal dari kata awas

yang artinya melihatkan sesuatu yang baik-baik, dalam arti melihat

sesuatu dengan dengan teliti dan seksama, tidak ada lagi kegiatan

kecuali untuk melaporkan sesuatu berdasarkan fakta yang ada dan

sebenar-benarnya dari apa yang benar-benar dilihat.

Menurut Basu Swasta, pengawasan mempunya fungsi yang

menjamin bahwa suatu kegiatan dapat memberikan hasil yang

diinginkan karena prosesnya dilakukan dengan teliti. Sedangkan

menurut Komaruddin, pengawasan adalah yang berhubungan dengan

suatu perbandingan antara pelaksana aktual rencana, dan awal untuk

langkah perbaikan terhadap suatu ketidaksesuaian dan rencana yang

berarti.3

Pengawasan merupakan kegiatan yang mempunyai peranan

yang sangat penting bagi lancarnya suatu kegiatan dalam suatu

organisasi. Pengawasan bisa menjadi fungsi kontrol bagi manajemen

untuk memastikan bahwa keinginan yang telah mereka tetapkan

dapat berjalan sebagaimana mestinya, sehingga organisasi bisa

mencapai tujuanya yang telah ditetapkanya.4

Pengawasan internal adalah pengawasan yang dilakukan oleh

suatru badan atau organ secara terstruktur yang berada didalam

lingkungan pemerintah itu sendiri. Misalnya pengawasan yang

dilakukan oleh pejabat terhadap bawahanya sendiri atau pengawasan

yang dilakukan oleh pejabat dalam area perusahaan atau organisasi

itu sendiri.

3 Amran Suadi, Sistem Pengawasan Badan Peradilan di Indonesia ( Jakarta: Pt Raja

Grafindo Persada, 2014) h. 15 4 Amran Suadi, Sistem Pengawasan Badan Peradilan di Indonesia, ... h.22

Page 24: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

15

Pengawasan eksternal adalah pengawasan yang dilakuikan

oleh organ atau lembaga-lembaga yang secara struktural yang berada

diluar pemerintahan dalam arti lain eksekutif. Miusalnya pengawasan

keuangan yang dilakukan oleh Badan Pemeriiksa Keuangan (BPK)

dan juga pengawasan yang dilakukan oleh Komisi Yudisial terhadap

kode etik dan perilaku hakim.5

Pengawasan yang pada dasarnya dimaksud sepenuhnya untuk

menghindari adanya kemungkinan peyimpangan atau ketidaksesuaian

atas apa yang dituju namun tidak tercapai. Dengan adanya

pengawasan ini diharapakan agar suatu rencana dapat berjalan

dengan efektif, sesuai yang diharapakan dan tercapainya suatu tujuan

yang sebagimana mestinya. Pengawasan juga dapat sebagai

pelaksana evaluasi terhadap kegiatan-kegiatan yang ada menjadi

pacuan sejauh mana penyimpangan atau ketidaksesuian itu terjadi.

Pengawasan merupakan yang dilakukan terus menerus untuk

mencari tahu pekerjaan apa saja yang sudah dilaksanakan, dan

kemudian diadakan suatu penilaian untuk mencari tahu seberapa jauh

pengawasan itu telah dilaksanakan sebagaiman mestinya. Selain itu

pengawasan adalah suatu penilaian yang merupakan suatu proses

perbandingan yang didapat dari pekerjaan yang nyata yang telah

dicapai dengan apa yang seharusnya dicapai. Dengan kata lain, hasil

dari pengawasan harus dapat memberitahu sampai dimana terdapat

kesamaan dan ketidak samaan serta dapat mengoreksi sebab-sebab

yang ada, maka pengertian yang lebih luas dari pengawasan dapat

diartikan sebagai pengendalian. Istilah pengendalian berasal dari kata

kendali yang berarti mengekang atau ada yang mengendalikan. Jadi

kegiatan pengawasan adalah untuk mengetahui sedangkan kegiatan

pengendalian ada;ah langsung memberikan arahan kepada objek yang

dikendalikan. 6

5 Amran Suadi, Sistem Pengawasan Badan Peradilan di Indonesia, ... h.20 6 Amran Suadi, Sistem Pengawasan Badan Peradilan di Indonesia, ... h.77

Page 25: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

16

b. Kode Etik

Kode etik adalah kumpulan asas atau nilai moral atau norma

dana asas yang diterima oleh kelompok tertentu sebagai landasan

tingkah laku. Kode etik dianggap sangat penting bagi profesi hukum,

karena profesi hukum merupakan suatu masyarakan moral yang

memiliki cita-cita dan nilai-nilai bersama. Kode etik adalah sebuah

arah yang yang menunjukan harus kemana profesional hukum dan

juga menjamin mutu moral profesi hukum di mata masyarakat.7

Pelaksanaan kode etik ini harus dilakukan terus menerus karena agar

dapat memberikan sanksi kepada pelanggar kode etik.8

Robert D. Khon memberitahukan lima manfaat kode etik

yakni:

1) Kode etik menjadi menjadi tempat yang paling aman bagi para

anggotanya manakalah berhadapan dengan persaingan yang tidak

sehat dan tidak jujur, dan dalam mengembangkan profesi yang

sesuai dengan keinginan dan keadilan masyarakat

2) Kode etik akan menjamin rasa solidaritas antara anggota untuk

saling menghormati satu sama lain

3) Kode etik memperkuat ikatan persaudaraan diantara para anggota,

terutama bila menghadapi campur tangan dari pihak luar atau

orang lain

4) Kode etik mengharuskan anggotanya agar memiliki pengetahuan

tentang hukum

5) Kode etik mengharuskan anggotanya agar selalu mendahulukan

pelayanan kepada masyarakat.9

Sama halnya dengan penegakan hukum adalah penegakan

kode etik. Penegakan kode etik adalah usaha melaksanakan kode etik

7 Jimly Asshiddiqie, Komisi Yudisial dan Reformasi Peradilan (Jakarta: Lembaga studi

dan advokasi masyarakat 2004) h.33 8 E.Y. Kanter, Etika Profesi Hukum (Jakarta: Storia Grafika 2001) h. 114 9 E.Y. Kanter, Etika Profesi Hukum, ... h. 115

Page 26: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

17

sebagaimana mestinya, mengawasi pelaksanaanya supaya tidak

terjadi suatu pelanggaran, dan jika terjadi pelanggaran

mengembalikan kode etik yang dilanggar itu supaya ditegakan

kembal. Karena kode etik adalah bagian dari hukum positif , makan

aturan-aturan penegakan hukum undang-undang juga berlaku pada

penegakan kode etik. Penegakan kode etik dalam arti sempit adalah

memulihkan hak dan kewajiban yang telah dilanggar, sehingga akan

memunculkan keseimbangan sebagaimana mestinya. 10

c. Hakim

Hakim adalah berasal dari bahasa Arab, namun telah diangkat

menjadi bahas Indonesia dan telah digunakan oleh lembaga resmi,

seperti lembaga hukum dan pengadilan juga yang telah digunakan

dalam kebiasaan kehidupan masyarakat sehari-hari. Hakim adalah

pejabat yang berwenang yang dapat mengadili, memeriksa serta

menyelesaikan suatu perkara agar terciptanya suatu jalan keluar

antara para pihak yang berperkara dalam suatu peradilan, dan hakim

juga memiliki kewajiban mencari keadilan serta mengatasi segala

suatu permasalahan yang ada dan tercapainya suatu peradilan yang

sederhana, cepat dan biaya ringan.

Hakim merupakan suatu pekerjaan yang sangat memiliki

tanggung jawab besar terhadap pelaksana hukum disuatu negara.

Dalam artian, hakim merupakan tempat terakhir dari penegakan

hukum disuatu negara. Oleh karena itu, apabila hakim diatu negara

memiliki moral yang gampang hancur, maka wibawa hukum di

negara tersebut akan rapuh.11

Hakim sebagai penegak hukum dan keadilan harus mengadili

dan mengikuti dan mengerti nilai-nilai hukum yang hidup dalam

10 Abdulkadir Muhammad, Etika Profesi Hukum (Bandung: PT Citra Aditya Bakti 2006)

h.120 11 Supiadi, Etika dan tanggung jawab Profesi Hukum di indonesia (Jakarta: Sinar Grafika

2006) h.114

Page 27: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

18

masyarakat. Dalam masyarakat yang masih mengenal hukum tidak

tertulis, serta berada dalam masa peralihan. Hakim merupakan

perumus dan yang mencipta nilai-nilai hukum yang hidup dikalangan

rakyat. Untuk itu ia harus hadir dalam masyarakat untuk mengenal,

merasakan dan mampu mengerti perasaan hukum dan rasa keadilan

yang hidup dalam masyarakat. Dengan demikian hakim dapat

memberikan putusan yang sesuai dengan hukum dan rasa keadilan

bagi masyarakat.12

Kata mengadili diartikan sebagai serangkaian tindakan hakim

untuk menerima, memeriksa dan memutuskan perkara berdasarkan

asas bebas, jujur adil di dalam sidang pengadilan dalam hal dan tata

cara yang diatur dalam undang-undang daam Pasal 1 Undang-

Undang No.8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, hakim

adalah pejabar peradilan disuatu negara yang diberi wewenang oleh

undang-undang untuk mengadili.

Hakim memiliki kedudukan dan peranan yang sangat penting

demi tegaknya negara hukum. Itulah sebabnya, Undang-Undang

Dasar 1945 mengatur secara khusus masalah kekuasaan kehakiman

ini, yaitu dalam Pasal 24 dan 25. Penjelasan kedua pasal tersebut

menegaskan, bahwa kekuasaan kehakiman adalah suatu kekuasaan

yang merdeka yakni terlepas dari pengaruh-pengaruh pemerintah.13

d. Kode Etik Hakim

Kode Etik Hakim adalah disebut Kode Kehormatan Hakim

berbeda dengan profesi lain seperti notaris dan advokat, hakim adalah

pegawai negeri sipil yang mempunyai jabatan fungional. Oleh karena

itu, Kode Kehormatan Hakim mempunyai tiga jenis etika, yaitu etika

kedinasan pegawai negeri sipi, etika kedinasan hakim sebagai pejabat

12 C.S.T Kansil Pokok-Pokok Etika Profesi Hukum (Jakarta: PT Pradnya Paramita 2003)

h. 44 13 C.S.T Kansil Pokok-Pokok Etika Profesi Hukum, ... h. 46

Page 28: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

19

fungsional penegak hukum, etika hakim sebagai warga dari anggota

masyarakat. Walaupun ketiga jenis etika tersebut saling

berketerkaitan, namun ketiga jenis etika ini dibatasi hanya pada sikap

kedinasan hakim sebagai pejabat fungsional penegak hukum.

Kode Etik Hakim meliputi etika kepribadian hakim, etika

melakukan tugas jabatan, etika pelayanan terhadap pencari keadilan,

etika hubungan sesama rekan hakim, dan etika pegawasan terhadap

hakim. Kemudian analisis hubungan dengan ketentuan undang-

undang. Dengan demikian, maka akan diketahui apakah Kode Etik

Hakim mempunyai usaha paksaan yang berasal dari undang-

undang.14

B. Komisi Yudisial

1. Sejarah Komisi Yudisial

Sebelum terbentuknya Komisi Yudisial (KY), pembentukan

lembaga pengawas peradilan sebenarnya sudah pernah digagas.

Misalnya, Majelis Pertimbangan Penelitian Hakim (MPPH) dan

Dewan Kehormatan Hakim (DKH).

Majelis Pertimbangan Penelitian Hakim (MPPH) yang telah

diperbincangkan sejak tahun 1968 berfungsi memberikan

pertimbangan dan mengambil keputusan terakhir mengenai saran-saran

atau usul-usul yang bersingungan dengan kenaikan, promosi,

kepindahan, pemberhentian, dan tindakan jabatan para hakim yang

diajukan, baik oleh Mahkamah Agung maupun oleh Menteri

Kehakiman. tapi ide tersebut menemui kegagalan sehingga tidak

berhasil menjadi materi muatan Undang-Undang Nomor 14 Tahun

1970 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman.

Sementara Dewan Kehormatan Hakim (DKH) yang tertuang

dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 1999 berwenang mengawasi

perilaku hakim, memberikan rekomendasi mengenai perekrutan,

14 Abdulkadir Muhammad, Etika Profesi Hukum, ... h. 101

Page 29: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

20

promosi, dan mutasi hakim, serta menyusun kode etik (code of

conduct) bagi para hakim. Dengan adanya Amendemen Ketiga

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada

tahun 2001 disepakati tentang pembentukan Komisi Yudisial.

Ketentuan mengenai Komisi Yudisial diatur dalam Pasal 24B Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Yang menjadi

pokok dasar semangat pembentukan Komisi Yudisial dilihat pada

keprihatinan mendalam mengenai kondisi peradilan yang

mengkhawatirkan dan keadilan di Indonesia yang tak kunjung tegak.

Komisi Yudisial karenanya dibentuk dengan dua kewenangan

konstitutif, yaitu untuk mengusulkan pengangkatan hakim agung dan

mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakan

kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.

Perjalanan tugasnya, Komisi Yudisial telah mengalami

dinamik, antara lain pengujian terhadap Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2004 ke Mahkamah Konstitusi oleh sejumlah hakim agung.

Melalui Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 005/PUU-IV/2006,

beberapa kewenangan dalam pengawasan hakim dan hakim

Mahkamah Konstitusi tidak berlaku. Terkait hakim konstitusi, putusan

tersebut menjadi perdebatan panjang lantaran pemohon tidak pernah

mengajukannya.

Sejak Mahkamah Konstitusi membatalkan wewenang Komisi

Yudisial melalui putusannya yang keluar pada tahun 2006, Komisi

Yudisial dan sejumlah elemen bangsa yang mendukung peradilan

bersih, transparan, dan akuntabel melakukan berbagai upaya untuk

mengembalikan peran Komisi Yudisial sesuai keinginan masyarakat.

Salah satu upayanya adalah dengan merevisi Undang-Undang Nomor

22 Tahun 2004. Usaha tersebut mendapatkan hasil dengan

dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang

Page 30: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

21

Komisi Yudisial. Perubahan undang-undang ini berpengaruh terhadap

penguatan wewenang dan tugas Komisi Yudisial.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 Tentang Perubahan

Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Komisi Yudisial

tersebut memberikan berbagai tugas dan wewenang baru bagi Komisi

Yudisial, antara lain : melakukan seleksi pengangkatan hakim adhoc di

Mahkamah Agung, melakukan kinerja untuk upaya peningkatan

kapasitas dan kesejahteraan hakim, melakukan langkah-langkah

hukum dan langkah lain untuk menjaga kehormatan, keluhuran

martabat, serta perilaku hakim, melakukan penyadapan bekerja sama

dengan aparat penegak hukum.

Disahkannya undang-undang tersebut merupakan konkritisasi

dari upaya memperkuat wewenang dan tugas Komisi Yudisial sebagai

lembaga negara independen yang menjalankan fungsi checks and

balances di bidang kekuasaan kehakiman dalam rangka mewujudkan

kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menegakkan hukum dan

keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.15

Tujuan pembentukan Komisi Yudisial menurut A. Ahsin

Thohari adalah:

a. Melakukan monitoring yang intensif terhadap lembaga peradilan

dengan cara melibatkan unsur-unsur masyarakat dalam spektrum

yang seluas-luasnya dan bukan hanya monitoring secara internal

saja. Monitoring secara internal dikhawatirkan menimbulkan

semangat korps (l’esprit de corps), sehingga objektivitasnya sangat

diragukan.

b. Menjadi perantara (mediator) antara lembaga peradilan dengan

Departemen Kehakiman. Dengan demikian, lembaga peradilan

tidak perlu lagi repot-repot persoalan-persoalan teknis non-hukum,

karena semuanya telah ditangani oleh Komisi Yudisial.

15 http://www.komisiyudisial.go.id/frontend/static_content/history Diakses pada: l 5

maret 2019, pukul 09.42

Page 31: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

22

Sebelumnya, lembaga peradilan harus melakukan sendiri hubungan

tersebut, sehingga hal ini mengakibatkan adanya hubungan

pertanggungjawaban dari lembaga peradilan kepada Departemen

Kehakiman. Hubungan pertanggungjawaban ini menjadikan

lembaga peradilan sebagai subordinasi Departemen Kehakiman

yang membahayakan independensinya.

c. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas lembaga peradilan dalam

banyak aspek, karena tidak lagi disibukan dengan hal-hal yang

tidak berkaitan langsung dengan aspek hukum seperti rekrutmen

dan monitoring hakim serta pengelolaan keuangan lembaga

peradilan. Dengan demikian, lembaga peradilan dapat lebih

berkonsentrasi untuk meningkatkan kemampuan intelektualitasnya

yang diharuskan dalam memutus suatu perkara.

d. Menjaga kualitas dan konsistensi putusan lembaga peradilan,

karena senantiasa diawasi secara intensif oleh lembaga yang benar-

benar independen. Di sini diharapkan inkonsistensi putusan

lembaga peradilan tidak terjadi lagi, karena setiap putusan akan

memperoleh suatu pengawasan yang efektif dari Komisi Yudisial.

Dengan demikian, putusan-putusan yang dianggap kontroversial

dan menyakitkan rasa keadilan masyarakat dapat diminimalisasi

kalau bukan dieliminasi.

e. Mengurangi terjadinya politisasi terhadap rekruitmen hakim,

karena lembaga yang mengusulkan adalah lembaga hukum yang

bersifat mandiri dan bebas dari pengaruh kekuasaan lain, bukan

lembaga politik lagi, sehingga harapkan kepentingan-kepentingan

politik tidak lagi ikut menentukan rekrutmen hakim yang ada.16

Komisi Yudisial atau KY adalah lembaga negara hasil

amandemen ketiga UUD 1945 yang dibentuk untuk mengawasi

16 https://id.wikipedia.org/wiki/Komisi_Yudisial_Republik_Indonesia Diunduh pada: l 5

maret 2019 pukul 10.34

Page 32: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

23

perilaku dalam kekuasaan kehakiman dan menyeleksi calon-calon

hakim agung. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 sebagaimana

diubah menjadi Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 18 Tahun

2011 Komisi Yudisial adalah lembaga negara sebagaimana dimaksud

dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Komisi Yudisial negara kita disebut secara jelas di dalam

peraturan Perundang-undangan yaitu UUD 1945 mengenai

kewenangan, anggota, susunan dan kedudukan komisi yudisial

dijabarkan diantaranya:

Pasal 24 b UUD 1945

(1) “Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang

mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai

wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakan

kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.

(2) Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan

dan pengalaman dibidang hukum serta memiliki integritas

dan kepribadian yang tidak tercela.

(3) Anggota Komisi Yudisial diangkat dan dibehentikan oleh

Presiden RI dengan persetujuan Dewan Perwakilan

Rakyat.

(4) Susunan, kedudukan, dan kenggotaan Komisi Yudisial

diatur dengan Undang-undang.”

Adapun ketentuan mengenai cara dan menjaga kehormatan

hakim agung terdapat dalam beberapa Pasal yaitu:

Pasal 34 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang

Kekuasan Kehakiman “

(1) Ketentuan mengenai syarat dan tata pengangkatan hakim

agung dilakukan oleh Komisi Yudisial yang diataur dengan

Undang-undang.

(2) Dalam rangka menjaga kehormatan, keluhuran martabat

serta perilaku hakim agung, pengawasan dilakukan oleh

Komii Yudisial yang diatur dalam Undang-Undang,

pemilihan hakim agung Komisi Yudisial bertugas

mendaftar, menyeleksi dan menetapkan serta mengajukan

calon hakim agung ke Dewan Perwakilan Rakyat.”17

17 Amran Suadi, Sistem Pengawasan Badan Peradilan di Indonesia , ...h. 166-167

Page 33: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

24

Pembentukan Komisi Yudisial merupakan salah satu wujud

nyata dari perlunya keseimbangan dan kontrol diantara lembaga

negara. Pembentunya Komisi Yudisial merupakan suatu penegasan

terhadap prinsip dari sebuah negara hukum dan harus memiliki

perlindungan hak asasi yang telah dijamin konstitusi. Selain itu juga

pembentuan Komisi Yudisial ini sebagai alat untuk menyelesaikan

masalah yang terjadi dalam ketatanegaraan. 18

Komisi Yudisial di Indonesia sudah kita ketahui bersama

terdapat dalam Pasal 24B Perubahan ketiga UUD 1945 yang hadir

karena didasarkan pemikiran bahwa seorang hakim agung yang ada di

Mahkamah Agung dan para hakim merupakan figur-figur yang sangat

menentukan dalam hal menegakan keadilan. Apalagi hakim agung

berada pada tingkat paling tinggi dalam susunan peradilan . sebagai

negara hukum, masalah kehormatan dan keluhuran martabat, serta

prilaku seluruh hakim merupakan hal yang sangat strategis untuk

menjalankan upaya penegakan peradilan yang handal dan realisasi

paham indonesia adalah negara hukum. Melalui lembaga Komisi

Yudisial ini, diharapakan dapat mewujudkan lembaga peradilan yang

sesuai dengan apa yang diingikan oleh rakyat juga dapat mewujudkan

penegakan hukum dan tercapainya suatu keadilan melalui putusan

hakim yang terjaga kehormatan dan keluhuran dan martabat prilaku

hakim.19

Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang

mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang

lain dalam rangka menjaga dan menegakan kehormatan, keluhuran

martabat, serta periilaku hakim. Sifat mandiri dari Komisi Yudisial ini

merupakan suatu syarat yang mutlak yang wajib melekat pada Komisi

18 Titik Triwulan Tuti, Eksitensi, kedudukan dan wewenang Komisi Yudisial sebagai

Lembaga Negara dalam Sistem ketatanegaraan Republik Indonesia pasca Amandemen UUD

1945 (Jakarta, Prestasi Pustaka Publisher 2007) h. 5-6 19 Jimly Asshiddiqie, Komisi Yudisial dan Reformasi Peradilan , ... h.110-111

Page 34: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

25

Yudisial jika ia dikehendaki dapat bertugas secara maksimal dalam

mengawasi para hakim.20

Komisi Yudisial sebagai lembaga yang mandiri berkepentingan

dan berkomitmen untuk terus menjalin kerjasama dengan berbagai

elemen masyatakat, terutama yang berhubungan langsung dengan

reformasi peradilan demi terciptanya sistem peradilan yang bersih,

akuntabel dan beribawa. Reformasi yang diharapkan sebagai agenda

utama Komisi Yudisial tidak akan berhasil seperti yang diharapkan,

sehingga sangat memerlukan suatu kerjasama dengan merekrut calon

hakim agung dan pengawasan terhadap para hakim.

Pentingnya pengawasan hakim dari pengaruh mafia peradilan,

karena dalam kenyataanya telah menghilangkan suatu keadilan bagi

masyarakat dan pencari keadilan. Para pencari keadilan begitu sulit

mendapatkan pelayanan peradilan yang jujur termasuk proses

persidangan yang murah, sederhana dan cepat. Oleh karena itu, perlu

adanya pemulihan kewenangan Komisi Yudisial untuk

mengungkapkan modus upaya pemberantasan mafia peradilan. Salah

satu upaya tersebut adalah perlunya penguatan pengawasan dan peran

serta masyarakat dalam mengontrol praktek peradilan yang ada

sekarang agar terciptanya kerjasama dan tujuan yang diharapkan. 21

2. Struktur Organisasi

Komisi Yudisial RI terdiri atas seorang ketua, seorang wakil

ketua yang merangkap anggota dan lima orang anggota. Keanggotaan

terdiri atas unsur mantan hakim, praktisi hukum, akademisi hukum,

dan anggota masyarakat. Mereka diangkat dan diberhentikan oleh

Presiden dengan persetujuan DPR, untuk masa jabatan 5 tahun dan

20 Patrialis Akbar, Lembaga - lembaga Negara Menurut UUD NRI Tahun 1945

(Jakarta : Sinar grafika Offset, 2013) h. 204-205 21 Komisi Yudisial, Bunga Rampai Komisi Yudisia l dan Reformasi Peradilan ( Jakarta

: Komisi Yudisial Republik Indonesia ) h.277

Page 35: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

26

setelahnya dapat dipilih kembali untuk satu kali masa jabatan. Untuk

dapat menjadi anggota KY harus memenuhi persyaratan sebagai

berikut :

a. Warga Negara Indonesia

b. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

c. Berusia paling rendah 40 (empat puluh) tahun dan paling tinggi 68

(enam puluh delapan) tahun

d. Mempunyai pengalaman di bidang hukum paling singkat 15 (lima

belas) tahun

e. Memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela

f. Sehat jasmani dan rohani

g. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana

kejahatan

h. Melaporkan daftar kekayaan.

Stuktur Organisasi Komisi Yudisial

Page 36: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

27

C. Tinjauan (review) Kajian Terdahulu

1. Skripsi

Membahas penelitian yang berjudul “Efektifitas Pelaksanaan

Fungsi Pengawasan Komisi Yudisial dalam Mengawasi Hakim dan

Pengaruhnya Terhadap Kekuasaan Kehakiman” yang ditulis oleh

Masripattunisa Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2014.

Dalam persamaan hasil penelitian ini sama-sama berfokus kepada

bagaimana keefektivan Komisi Yudisial dan kedudukan Komisi

Yudisial yang mempunyai peran yang sangat penting sebagai

pengawas kode etik dan pengawasan hakim itu di Indonesia.

Dalam perbedaannya adalah jika skripsi terdahulu Hasil penelitian

ini berfokus kepada bagaimana mekanisme dalam pelaksanaan fungsi

pengawasan Komisi Yudisial dalam mengawasi hakim dan pengarunya

terhadap kekuasaan kehakiman.

2. Buku

Menurut Saiful Anwar, pengawasan atau kontrol terhadap tindakan

aparatur pemerintah diperlukan agar pelaksanaan tugas yang telah

ditetapkan dapat mencapai tujuandan terhindar dari penyimpangan-

penyimpangan, sedangkan menurut M. Manullang pengawasan adalah

suatu proses untuk menetapkan suatu pekerjaan apa yang sudah

dilaksanakan, menilainya, mengoreksinya bila perlu dengan maksud

supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula.

Persamaan dalam buku ini membahas bahwa melalui pengawasan

diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan yang telah

ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara

efektif dan efesien. Ini terdapat dalam buku Jhon Salendeho yang

berjudul Tata Laksana dalam Manajemen.

Jadi perbedaan pengawasan dalam buku ini bahwa mengukur

pelaksanaan dibandingkan dengan cita-cita dan rencana,

memperlihatkan dimana ada penyimpangan yang negatif dengan

Page 37: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

28

penggerakan tindakan-tindakan untuk memperbaiki penyimpangan,

penyinggungan, membantu menjamin tercapainya rencana-rencana.

Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari

adanya kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan

yang akan dicapai.

3. Jurnal

Membahas penelitian dengan “ Membangun Hubungan Harmonis

dalam Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Hakim oleh Mahkamah Agung

dan Komisi Yudisial dalam rangka menegakkan kehormatan,

keluhuran dan martabat Hakim” yang ditulis oleh Ismail Rumadan,

Universitas Nasional.

Dari persamaan Penelitian ini memiliki pembahasan yang hampir

sama dengan tema yang saya bahas, penelitian saya didalamnya ini

berfokus kepada berfokus kepada bagaimana keefektivan Komisi

Yudisial dan kedudukan Komisi Yudisial yang mempunyai peran yang

sangat penting sebagai pengawas kode etik dan pengawasan hakim itu

di Indonesia.

Dari perbedaan yang saya teliti bahwa lebih kepada hubungan

Komisi Yudisial dan Mahkamah Agung dalam penegakan kehormatan,

martabat dan keluhuran Hakim.

Page 38: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

29

BAB III

PELAKSANAAN FUNGSI PENGAWASAN HAKIM OLEH KOMISI

YUDISIAL DAN MAHKAMAH AGUNG

A. Pelaksanaan Pengawasan oleh Komisi Yudisial dan Sinergi

Pengawasan oleh Mahkamah Agung

Kehadiran Komisi Yudisial didasari oleh ide tentang pentingnya

pengawasan hakim dalam rangka melakukan reformasi yang mendasar

terhadap sistem peradilan, tidak saja menyangkut penataan kelembagaan

(institusional reform) ataupun menyangkut mekanisme aturan yang

menyangkut personalitas dan budaya kerja aparat peradilan serta prilaku

hukum masyarakat kita sebagaimana keseluruhan (ethical dan bahkan

cultural reform). Pembentukan Komisi Yudisial ditujukan juga sebagai

jawaban atas masalah pertanggungjawaban Mahkamah Agung sebagai

salah satu lembaga negara dan kontrol masyarakat terhadap kekuasan

kehakiman. 1

Komisi Yudisial muncul untuk menjaga otonomi moral hakim,

mendorong progresivitas keputusan dari aparat hukum. Aparat hukum

diharapkan untuk menjaga moral para hakim ini, karena hakim dianggap

telah terlalu jauh melanggar etika dan moral individunya. Oleh karena itu,

hakim harus proresif menegakan moral individu dalam menegakan hukum

dan keadilan. Persoalan krusial yang dihadapi oleh hakim adalah

bagaimana ia mampu menyadari otonomi moral, agar tidak terjadi

pembiasaan moral yang dilakukan oleh hakim sebagai aparatur hukum.

Hakim harus segera meretas anggapan publik bahwa hakim selalu

mengkhianati janji dan sumpah jabatannya. Karena kode etik hakim tidak

mampu mengontrol rusaknya moral hakim, maka Komisi Yudisial harus

menjaga pelindung untuk menjaga moral hakim tersebut. Sulit

mendapatkan kebaikan yang didapatkan berdasarkan kehendak

1 Amran Suadi, Sistem Pengawasan Badan Peradilan di Indonesia (Jakarta: Rjawali

Pers, 2014) h. 174

Page 39: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

30

personalitas hakim, akan tetapi kebaikan itu merupakan kehendak yang

digunakan oleh lembaga di luar institusi kehakiman.2

Dalam rangka mengawasi pelaksanaan tugas para hakim, diatur

adanya dua jenis pengawasan, yaitu pertama, pengawasan internal

dilakukan oleh Badan Pengawas (Mahkamah Agung RI) dan Majelis

Kehormatan ( Mahkamah Konstitusi RI). Pengawasan yang dilakukan oleh

Badan Pengawasan dan Mahkamah Agung RI ini bersifat internal dan

berfungsi sebagai pengawas terhadap pelaksana tugas-tugas peradilan

disemua tingkatan dan diseluruh wilayah hukum peradilan Republik

Indonesia dimana Mahkamah Agung itu sendiri memiliki tugas mengawasi

penyelenggraan peradilan dibawahnya dan mengawasi perilaku hakim,

memeriksa dan memutus permohonan kasasi, sengketa kewenangan

mengadili dan peninjauan kembali (PK) putusan yang sudah berkekuatan

hukum tetap. Begitu pula dengan Majelis Kehormatan Mahkamah

Konstitusi yang berwenang melakukan pengawasan internal yang

memiliki tugas unuk memantau, memeriksa dan merekomendasikan

terhadapa hakim konstitusi yang diduga melanggar kode etik hakim

konstitusi. Kedua, pengawasan yang bersifat eksternal dilakukan oleh

sebuah komisi independen yang dinamakan Komisi Yudisial. Keberadaan

lembaga pengawas eksternal ini penting agar proses pengawasan dapat

benar-benar bertindak objektif untuk kepentingan pegembangan sistem

peradilan yang bersih, efektif dan efesien. Agar Komisi Yudisial ini dapat

benar-benar bersifar independen, maka administrasi komisi ini sebaiknya

tidak dikaitkan dengan organisasi Mahkamah Agung RI demikian pula

mengenai anggran Komisi Yudisial sebaiknya tidak dimasukan dalam satu

pos anggaran dengan Mahkamah Agung. Dengan demikian, ide untuk

meletakan posisi Komisi Yudisial dibawah Mahkamah Agung menjadi

tidak relevan.

2 Nur Ahsan Saifurizal, Komisi Yudisial dalam Mengawasi Hakim Perspektif Peradilan

Islam, In Right, Volume 2 Nomor 2 Mei 2013, h. 320

Page 40: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

31

Keinginan untuk menciptakan peradilan yang bersih dengan

membentuk Komisi Yudisial dalam praktik telah menimbulkan

“kegerahan” hakim agung. Komisi dilematis dan kontradiktif atas

pelaksanaan tugas dan wewenang Komisi Yudisial dibuktikan dengan

diajukan permohonan pengujian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004

tentang Komisi Yudisial oleh 31 orang hakim agung ke Mahkamah

Konstitusi yang berakhir dengan putusan Nomor 005/PUU/-IV/2006

tanggal 23 Agustus 2006 yang pada intinya menyatakan bahwa hakim

agung dan hakim konstitusi tidak menjadi ranah pengawasan yang

dilakukan Komisi Yudisial.

Model kekuasaan kehakiman yang selama ini dijalankan dengan

pembagian peran antara Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah Agung

sudah cukup baik. Penempatan Komisi Yudisial pada Bab tentang

Kekuasaan Kehakiman telah membawa implikasi lainya termasuk paska

putusan Mahkamah Konstitusi mengenai hal terebut. Langkah yang sangat

mungkin dipilih adalah mengeluarkan Komisi Yudisial dari Bab tentang

Kekuasaan Kehakiman, namun diperkuat dengan menegaskan fungsinya

ebagai pelaku pengawasan terhadap seluruh hakim, termasuk hakim

konstitusi. Tidak hanya itu, Komisi Yudisial juga menjadi lembaga yang

mengawasi semua lembaga penegak hukum.

Untuk mewujudkan tidaklah mudah, diperlakukan amandemen

terhadap Undang-Undang Dasar 1945 terlebih dahulu. Langkah yang

paling cocok untuk itu saat ini adalah melakukan penguatan melalui

perubahan terhadap undang-undang yang terkait dengan Kekuasaan

Kehakiman secara terintegritas, mulai dari Undang-Undang tentang

Kekuasan Kehakiman, tentang Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi

dan Komisi Yudisial.3

Persoalan kode etik dan perilaku hakim menjadi masalah lainnya

yang memicu konflik antara Komisi Yudisial dan Mahkamah Agung yang

dianggapnya Komisi Yudisial dan Mahkamah Agung tumpang tindih

3 Amran Suadi, Sistem Pengawasan Badan Peradilan di Indonesia , ... h. 174-175

Page 41: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

32

kekuasaan karena sama-sama mengawasi hakim. Untuk mengatasi hal

tersebut diperlukan kesadaran Konstitusional Komisi Yudisial dan

Mahkamah Agung bahkan Mahkamah Konstitusi untuk secara bersama

membuat satu kode etik dan pedoman perilaku hakim. Sebab, selain

menghindari rivalitas dan krisis kelembagaan, hal itu mewujudkan sinergi

dan saling menghormati kewenangan masing-masing. Jika masing-masing

membuat kode etik dengan subjek yang sama, akan memperlebar jurang

berbedaan dan pada akhirnya hanya akan merugikan penegakan hukum

yang bersandar pada rasa keadilan masyarakat.

Dalam rangka mewujudkan pengawasan yang efektif baik secara

internal maupun ekternal maka diperlukan sinergi tiga lembaga negara

yaitu Komisi Yudisial, Makhakamh Konstitusi dan Mahkamah Agung.

Setiap bagian yang melakukan pengawasan harus menjalain kerja sama

dan koordinasi sehingga dapat melakukan pengawasan secara berlapis.

Berdasarkan pengalaman yang pernah terjadi ketika pengawasan dilakukan

secara sendiri-sendiri maka yang akan muncul adalah sikap arogansi, egois

dan dan saling tidak percaya.4

B. Hubungan antara Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial

Dibalik kontroversi yang muncul ternyata jika dilihat lebih dalam

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 terdapat beberapa kemajuan yang

muncul dalam Undang-undang tersebut terutama yang terkait dengan

hubungan kelembagaan antara Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial.

Kemajuan undang-undang tersebut sebagai berikut

1. Dalam Pasal 11A (1) menyatakan:

Hakim agung hanya dapat diberhentikan tidak dengan hormat

dalam masa jabatan apabila:

a. Dipidana karena bersalah melakukan tindak pidana

kejahatan berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap

b. Melakukan perbuatan tercela

4 Amran Suadi, Sistem Pengawasan Badan Peradilan di Indonesia , ... h. 176

Page 42: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

33

c. Melalaikan kewajiban dalam menjalankan tugas pekerjaanya

terus menerus selama 3 (tiga) bulan

d. Melanggar sumpah atau janji jabatan

e. Melanggar larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10

atau

f. Melanggar kode etik dan/atau pedoman perilaku hakim.

Khusus huruf b dalam penjelasanya dinyatakan bahwa yang dimaksud

dengan melakukan perbuatan tercela adalah apabila hakim agung yang

bersangkutan karena sikap, perbuatan dan tindakanya baik didalam

maupun diluar pengadilan merendahkan martabat hakim agung.

Artinya sudah mengandung perbuatan tercel, baik di dalam maupun

diluar pengadilan.

2. Di dalam Pasal 11A Ayat (3) dinyatakan:

“Terhadap usul pemberhentian pada Ayat (1) huruf b diajukan

oleh Mahkamah Agung dan/atau Komisi Yudisial dan Ayat (5)

Usul pemberhentian dengan alasan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf f diajukan oleh Komisi Yudisial. Artinya

Komisi Yudisial dilibatkan dalam memberikan usul

pemberhentian hakim yang melakukan perbuatan tercela dan

melanggra kode etik dan/atau perilaku hakim. Dalam usul

pemberhentian hakim, Komisi Yudisial tentu harus memiliki

data awal mengenai latar belakang atau dasar pengusulan.

Dengan demikian dapat dijabarkan bahwa dalam pemberian

usul tersebut Komisi Yudisial dapat mendasarkan pada data

yang berasal baik internal (misalnya temuan/investigasi)

maupun eksternal (misalnya laporan masyarakat). Pasal

tersebut memberikan wewenang bagi Komisi Yudisial untuk

melakukan pengawasan terhadap hakim agung”.

3. Mengenai tata cara penyampaian usul pemberhentian diatur dalam

Ayat (6), sebelum Mahkamah Agung RI dan/atau Komisi Yudisial

mengajukan usul pemberhentian, hakim agung mempunyai hak untuk

membela diri dihadapan Majelis Kehormatan Hakim. Selanjutnya pada

Ayat (7) dikatakan: Majelis Kehormatan Hakim dibentuk oleh

Mahkamah Agung dan Komis Yudisial paling lama 14 (empat belas

hari kerja terhitung sejak tanggal diterima usul pemberhentian dengan

keanggotaan Majelis Kehormatan Hakim terdiri atas 3 (tiga) orang

Page 43: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

34

hakim agung; dan 4 (empat) orang anggota Komisi Yudisial. Dengan

demikian keseluruhan anggota Majelis Kehormatan Hakim sebanyak 7

(tujuh) orang. Kemajuan yang diatur dalam ketentuan ini, yaitu

terdapatnya unsur Komisi Yudisial dan Majelis Kehormatan Hakim.

Hal ini merupakan poin penting yang harus semaksimal mungkin oleh

Komisi Yudisial dalam melaksanakan wewenangnya. Ketentuan ini

juga mewajibkan keterbukaan Mahkamah Agung dalam proses

pemeriksaan hakim agung yang dianggap melanggar. Mengenai tata

cara pembentukan, tata kerja, dan tata cara pengambilan keputusan

Majelis Kehormatan Hakim diatur bersama oleh Mahkamah Agung

dan Komisi Yudisial.

4. Didalam ketentuan Pasal 32 Ayat menyatakan sebagai berikut:

(1) Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terdapat

penyelenggaraan peradilan pada semua badan peradilan

yang berada dibawahnya dalam menyelenggarakan

kekuasaan kehakiman.

(2) Menyatakan selain pengawasan tersebut, Mahkamah Agung

melakukan pengawasan tertinggi terhadap pelaksana tugas

administrasi dan keuangan.

(3) Mahkamah Agung berwenang untuk meminta keterangan

tentang hal-hal yang bersangkutan dengan teknis peradilan

dari semua badan peradilan yang berada dibawahnya dan

terakhir dikatakan Mahkmah Agung berwenang memberi

petunjuk, teguran atau peringatan kepada peradilan disema

badan peradilan yang berada di bawahnya. Namun demikina

pengawasan dan kewenangan Mahkamah Agung tersebut

tidak boleh mengurangi kebebasan hakim dalam memeriksa

dan memutus perkara.

Seluruh pengawasan yang dilakukan oleh Mahkamah Agung

merupakan pengawasan yang bersifat internal. Kehadiran Komisi Yudisial

merupakan sebagai pengawasan eksternal ditegaskan dalam

Pasal 32A yang berbunyi:

1. Pengawasan internal atau tingah laku hakim agung dilakukan

oleh Mahkamah Agung RI

2. Pengawasan eksternal atas perilaku hakim agung dilakukan oleh

Komisi Yudisial

Page 44: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

35

3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dan Ayat (2)

berpedoman kepada kode etik dan pedoman perilaku hakim.

4. Kode etik dan pedoman perilaku hakim sebagaimana dimaksud

pada Ayat (3) ditetapkan oleh Komisi Yudisial dan Mahkamah

Agung RI.

Ketentuan ini diharapkan menyelesaikan perdebatan mengenai

kedudukan dan wewenang Komisi Yudisial sebagai pengawas eksternal.

Selain itu, dengan ketentuan ini telah memberikan posisi sejajar dan

seimbang antara peran pengawasan oleh Mahkamah Agung dan Komisi

Yudisial. Supaya tidak menimbukan pertentangan lagi dimasa yang akan

datang, maka harus mempertegas batasan kewenangan pengawasan baik

internal maupun eksternal. 5

Hubungan Pengawasan Mahkamah Agung Dengan Komisi Yudisial

Terhadap Prilaku Hakim, sebagimana kita ketahui bahwa salah satu ciri

dari Negara Hukum adalah terdapat suatu kemerdekaan Hakim yang bebas

dan tidak dipengaruhi oleh kekuasaan Ekskutif maupun kekuasaan

legislatif. Kebebasan hakim tidak selalu harus maknai bahwa hakim dapat

melakukan sewenang-wenang terhadap suatu perkara yang diperiksanya,

akan tetapi hakim tetap terikat pada hukum. Undang-undang Dasar 1945

melarang campur tangan pihak lain terhadap hakim, bahkan pihak atasan

langsung dari hakim yang bersangkutan tidak mempunyai kewenangan

untuk mempengaruhi kehendaknya kepada hakim bawahan. Dengan

adanya kebebasan hakim, perlu adanya penjelasan tentang posisi hakim

yang tidak memihak di sini haruslah diartikan tidak harfiah, karena dalam

menjatuhkan putusannya hakim harus mencari yang benar dalam hal ini,

hakim-hakim tidak memihak diartikan tidak berat sebelah dalam

pertimbangan dan penilaiannya. Hakim tidak memihak berarti juga bahwa

hakim itu tidak menjalankan perintah dari pemerintah bahkan jika menurut

hukum, hakim dapat memutuskan menghukum pemerintah, misalnya

tentang keharusan menganti kerugian yang tercantum dalam KUHP.

Walaupun hakim itu diangkat dan digaji oleh pemerintah, namun hakim

5 Amran Suadi, Sistem Pengawasan Badan Peradilan di Indonesia , ... h. 1177-179

Page 45: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

36

harus tetap tegak berdiri menjalankan kewajibannya dan tidak terpengaruh

atau dipengaruhi oleh pemerintah.

Berhubungan dengan kedudukannya yang istimewa itu hakim perlu

mendapatkan jaminan yang cukup, berbeda dengan pejabat-pejabat lainya.

Syarat-syarat pengangkatan, kedudukan serta pemberhentian pejabat-

pejabat pengadilan harus menjadi landasan pokok bagi hakim untuk dapat

menjalankan tugasnya dan menegakkan hukum dan keadilan dalam

masyarakat serta tidak terpengaruh oleh aliran politik, kepentingan

ekonomi dan kepentingan-kepentingan yang ada saat ini dalam

masyarakat. Hakim yang tidak memihak (mandiri) merupakan fundamen

dari suatu Negara hukum. Oleh karena itu, untuk lebih menjaga

kehormatan dan kewajiban hakim dan juga perlu dijaga mutu (keahlian)

para hakim dengan diadakannya syarat-syarat tertentu untuk menjadi

hakim yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 Tentang

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 Tentang

Peradilan Umum, dan diperlukan pengarahan sebaik-baiknya dengan tidak

mengurangi kebebasan hakim dalam memeriksa dan memutuskan perkara.

Selain itu juga, diadakan larangan untuk hakim merangkap jabatan

penasehat hukum, pelaksaan putusan pengadilan, wali pengampu,

pengusaha dan setiap jabatan yang bersangkutan dengan suatu perkara

yang akan atau yang sedang diadili olehnya. 6

C. Tugas dan Fungsi Hakim

Fungsi hakim adalah menegakkan kebenaran dari apa yang di

nyatakan dan dituntut oleh para pihak tanpa melebihi atau menguranginya

terutama yang berkaitan dengan perkara perdata, sedangkan dalam perkara

pidana mencari kebenaran sesungguhnya secara mutlak tidak terbatas pada

apa yang telah di lakukan oleh terdakwa, melainkan harus selidiki terlebih

dahulu dari latar belakang perbuatan terdakwa.

6 Agus Iskandar pp, Hubungan Pengawasan oleh Mahkamah Agung dengan Komisi

Yudisial Terhadap Perilaku Hakim , Keadilan Progresif, Volume 5 Nomor 1 Maret 2014, h.28-29

Page 46: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

37

Adapun kewajiban hakim dalam peradilan harus sesuai dengan

ketentuan-ketentuan yang sudah diatur dalam Undang-Undang seperti

berikut:

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 jo Undang-Undang Nomor.

48 tahun 2009 adalah:

1. Memutus demi keadilan berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa.

2. Menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa

keadilan yang hidup di dalam masyarakat.

3. Dalam mempertimbangkan berat ringannya hukuman, hakim

wajib memperhatikan pula sifat yang baik dan jahat dari

terdakwa. Dengan demikian tugas hakim adalah melaksanakan

semua tugas yang menjadi tanggung jawabnya untuk

memberikan kepastian hukum semua perkara yang masuk, baik

perkara tersebut telah di atur dalam undang-undang maupun

yang tidak terdapat dalam ketentuannya.7

Kehendak Badan Kehakiman adalah kehendak yang melalui jalan

yuridis murni harus bersumber dan dijiwai oleh Hukum Dasar yang

tercantum didalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945. Demikian

hakim sebagai organ pelaksana Badan Kehakiman, tentang apa yang

dilakukannya juga harus merupakan pernyataan dari Kehendak Badan

Kehakiman yang bersumber dan dijiwai oleh Hukum Dasar yang

tercantum dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945.8

Wujud dari tindakan hukum dari hakim menejelmakan Hukum

Dasar kita yang abstrak dan umum itu, didalam Undang-undang Dasar

1945 hanya ditentukan secara umum dan abstrak pula dengan

mempergunakan istilah yag ringkas. Untuk jelasnya, disini sekali lagi

dikutip bunyi asli rumusan yang terdapat didalam Pasal 24 Ayat (1)

Undang-undang Dasar 1945 yaitu: Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh

Mahkamah Agung dan lain-lain Badan Kehakiman menurut Undang-

Undang. Bahwa dalam rumusan ini adalah dalam realisasi Kekuasaan

Kehakiman, dari situ lah menggunakan istilah khas yang dalam Undang-

7 Syarif Hidayat, Studi Kontraksi Tugas dan Fungsi Hakim di Pengadilan Agama, Institut

Agama Islam Bani Fattah Jombang Indonesia, Tafaqquh volume 4 nomor 2 2016, h. 12 8 M.Koesnoe, Kedudukan dan Tugas Hakim menurut Undang-Undang 1945 (Surabaya :

UBHARA PRESS 1998) h.72

Page 47: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

38

undang Dasar 1945 hanya ada Majelis Permusyawaratan Rakyat yaitu

adalah istilah dilakukan.

Dengan memperhatikan hal tersebut, Kekuasaan Kehakiman

sebagai satu jenis katagori kekuasaan yang ada pada negara kita,

tatanannya sama dengan kekuaaan yang ada pada Majelis

Permusyawaratan Rakyat. Bedanya dengan Majelis Permusyawaratan

Rakyat adalah pada isi kekuasaanya.

Pada Majelis Permusyawaratan Rakyat isi kekuasaanya adalah

melakukan sepenuhnya kedaulatan rakyat. Sedangkan pada Kekuasaan

Kehakiman isinya adalah melakukan kekuasaan kehakiman artinya

kekuasaan mengenai Hukum yang berlaku didalam rangka kemerdekaan

bangsa.

Tugas melealisir Hukum oleh Kekuasaan Kehakiman, yang secara nyata

dibebankan kepada para hakim, meliputi dua hal yaitu:

1. Pertama adalah melakukan peradilan yaitu menentukan penyelesaian

perkara konflik oleh hakim sebagai pihak ketiga dalam kualitasnya

sebagai instansi yang tidak memihak para pihak yang berperkara

dalam kasus konflik yang konkrit individual yang dihadapkan kepada

badan kehakiman

2. Kedua adalah mengeluarkan suatu ketetapan pengadilan berwujud

didalam pernyataan pengadilan terhadap permohonan seseorang atau

sejumlah orang-orang yang menghendaki untuk memperoleh kepastian

tentang bagaiman bunyi kaidah kasus konkrit yang menjadi pertanyaan

yang dihadapi oleh orang atau sekelompok orang yang bersangkutan

menurut ketentuan Hukum Dasar.

Dalam hal ini, hakim bukan merupakan pihak ketiga sebagai instansi

yang tidak memihak didalam suatu perkara konflik antara dua pihak

atau lebih. Selain itu hakim bukan bertindak mengadili, akan tetapi

menunjukan dengan secara mengikat kaidah kasus dari hukum positif

dalam kasus konkrit yang bersangkutan, yang bersumber pada Hukum

Dasar yang abstrak dan umum.

Page 48: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

39

Dengan demikian, hakim bertindak sebagai petugas dari Badan

Kehakiman yang harus menganggap Hukum Dasar yang umum dan

abstrak menjadi suatu kaidah dari Hukum positif. Dalam hal ini

ketetapanya Badan Kehakiman yang berlaku sebagai kaidah hukum

positif yang berbentuk dalam Hukum Tidak Tertulis.

Peranan yang dilakukan hakim pada dasarnya adalah sama dengan

pembentuk undang-undang, yaitu sebagai pembentuk hukum yang tidak

tertulis yang bersumber pada Hukum Dasar.

Dalam melaksanakan kedua tugas tersebut, bagi hakim berlaku

asas kemerdekaan dalam kedudukan dan dalam melaksanakanya sebagai

organ nyata dari Badan Kehakiman. Dengan demikian, segala ketentuan

yang ada dalam Undang-undang Dasar 1945 yang menjamin kemerdekaan

badan pelaku Kekuasaan Kehakiman, sepenuhnya juga berlaku pula bagi

hakim.9

D. Kewenangan Komisi Yudisial dalam rekrutmen Hakim

1. Cara Merekrut Hakim

Untuk diangkat sebagi hakim seseorang haruslah memenuhi

syarat sebagai berikut:

a. Warga negara Indonesia (PU,PA,PTUN dan PM)

b. Beragama Islam (khusus PA)

c. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (PU,PA,PTUN dan PM)

d. Setia kepada Pancasila dan UUD 1945 (PU,PA,PTUN dan PM)

e. Sarjana Hukum (PN,PTUN dan PM)

f. Sarjana Syari’ah atau Sarjana Hukum yang menguasai Hukum

Islam (khusus PA)

g. Berumur serendah-rendahnya 25 Tahun (PU,PA dan PTUN)

h. Sehat rohani dan jasmani (PU,PA,PTUN dan PM)

9 M.Koesnoe, Kedudukan dan Tugas Hakim menurut Undang-Undang 1945, ...h. 72-74

Page 49: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

40

i. Berwibawa, jujur, adil dan berkelakuan tidak tercela

(PU,PA,PTUN dan PM)

j. Bukan mantan anggota organisasi terlarang PKI, termasuk

organisasi massanya, atau bukan orang yang terlibat langsung

dalam G 30 S PKI (PU,PA, PTUN dan PM)

k. Paling rendah berpangkat kapten dan berijazah Sarjan Hukum

(khusus PM)

l. Berpengalaman di bidang peradilan dan/atau hukum (khusus PM)

Jalur atau sumber penerimaan tenaga hakim dan seleksi hakim

melalui 2 (dua) jalur yaitu:

a. Melalui jalur umum

Syarat-syarat rekrutmen hakim, selain yang ditentukan dalam

Undang-Undang dapat ditambah syarat-syarat berikut:

1) Indeks Prestasi (Lulusan Perguruan Tinggi Negeri IP minimal

2,75 dan lulusan Perguruan Tinggi Swasta IP mininal 3,00).

2) Keadaan fisik yang memadai dengan tinggi badan minimal

untuk wanita 1,55 m, dan pria 1,65 m

b. Melalui jalur khusus

1) Diambil 10 besar lulusan Perguruan Tinggi Unggulan tanpa

mengikuti ujian tertulis. Khusus untuk Pengadilan Agama,

masih dimungkinkan penerimaan calon hakim dari kalangan

pegawai di lingkungan Pengadilan Agama.

2) Dalam masa diklat diberi mata pelajaran yang aplikatif dan

ilmu-ilmu yang berkaitan dengan perkembangan globaliasi

antara lain hukum bisnis.

3) Calon hakim yang di tempatkan di Pengadilan hendaknya

diangkat sebagai Panitera Pengganti luar biasa.

c. Jumlah Hakim dari masing-masing Peradilan

Menurut data yang diperboleh dari laporan Ketua Mahkamah

Agung RI pada kunjungan Presiden RI ke Mahkamah Agung,

Page 50: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

41

tanggal 20 Desember 2005, jumlah hakim dari masing-masing

peradilan adalah:

No Jenis Hakim Jumlah

1. Hakim Peradilan Umum 3015 Orang

2. Hakim Peradilan Agama 2846 Orang

3. Hakim Peradilan Tata Usaha Negara 205 Orang

4. Hakim Peradilan Militer 73 Orang

Jumlah keseluruhan 6139 Orang

Adapun kewenangan mengusulkan pengangkatan Hakim

Agung, kewenangan konstitusional Komisi Yudisial mencakup dua

kewenangan pokok, yakni mengusulkan pengangkatan hakim agung

dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan

menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.

Dalam perkembangan legislasi terakhir, kewenangan konstitusional

itu dijabarkan dalam ketentuan

Pasal 13 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 sebagai

berikut:

a. Mengusulkan pengangkatan hakim agung dan hakim ad hoc

di Mahkamah Agung kepada DPR untuk mendapatkan

persetujuan

b. Menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat,

serta perilaku hakim

c. Menetapkan Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim

bersama-sama dengan Mahkamah Agung; dan

d. Menjaga dan menegakkan pelaksanaan Kode Etik dan atau

Pedoman Perilaku Hakim.

Ketentuan Pasal 13 Undag-Undang Nomor 18 Tahun 2011

tersebut merupakan perubahan terhadap ketentuan Pasal 13 Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 2004 yang hanya menyebutkan

kewenangan Komisi Yudisial meliputi dua kewenangan pokok,

yakni:

a. Mengusulkan pengangkatan hakim agung kepada DPR.

Page 51: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

42

b. Menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat serta menjaga

perilaku hakim.

Dengan demikian, terdapat perluasan dan penjabaran

kewenangan konstitusional Komisi Yudisial oleh pembentuk

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011, yakni dengan menambahkan

kewenangan untuk mengusulkan pengangkatan hakim ad hoc di MA,

menetapkan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim yang

selanjutnya disebut KEPPH bersama Mahkamah Agung serta

menjaga dan menegakkan pelaksanaan KEPPH.

Khusus berkenaan dengan kewenangan konstitusional

mengusulkan pengangkatan hakim agung dan hakim ad hoc di

Mahkamah Agung, ketentuanya menguraikan pelaksanaan wewenang

tersebut dalam bentuk tugas-tugas yang mencakup:

Pasal 14 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004

a. Melakukan pendaftaran calon hakim agung

b. Melakukan seleksi terhadap calon hakim agung

c. Menetapkan calon hakim agung dan

d. Mengajukan calon hakim agung ke DPR.

Secara prosedural, pelaksanaan tugas-tugas tersebut

dilakukan dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan, sejak

Komisi Yudisial menerima pemberitahuan dari Mahkamah Agung

mengenai lowongan hakim agung dan hakim ad hoc di Mahkamah

Agung. Pemberitahuan dari Mahkamah Agung sendiri harus

disampaikan dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan

sebelum berakhirnya masa jabatan hakim agung dan hakim ad hoc di

Mahkamah Agung dengan cara menyampaikan kepada Komisi

Yudisial daftar nama hakim agung dan hakim ad hoc di Mahkamah

Agung yang bersangkutan (Pasal 14 Ayat (2) dan (3) UU Nomor 22

Tahun 2004).10

10 Komisi Yudisial RI , Optimalisasi Wewenang Komisi Yudisial dalam Mewujudkan

Hakim Berintegritas (Jakarta: Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial Republik Indonesia, 2016) h.

14-16

Page 52: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

43

Pengajuan nama calon hakim agung sesuai dengan jumlah

hakim agung dibutuhkan pada setiap kamar, sehingga DPR hanya

dapat memberikan atau tidak memberikan persetujuan terhadap calon

hakim agung yang diusulkan Komisi Yudisial. Sekalipun demikian,

pengajuan calon hakim agung kepada DPR dilakukan oleh Komisi

Yudisial dengan menyertakan dokumen yang disertai dengan

penjelasan mengenai pertimbangan kelulusan setiap calon hakim

agung. Dengan demikian, DPR akan mengetahui latar belakang dan

pertimbangan dari calon-calon hakim agung yang diusulkan oleh

Komisi Yudisial kepada DPR11.

2. Mutasi Hakim

Semakin lama hakim bertugas pada pengadilan tertentu semakin

dikenal oleh kalangan masyarakat lebih-lebih para pengacara yang

selalu mencermati tidak saja watak hukum tetapi juga watak hakim,

untuk itu dalam upaya meminimalisir praktik hakim dalam penanganan

perkara, maka sangat perlu adanya mutasi hakim sekaligus sebagai

penyegaran tugas. Tata aturan mutai hakim dilakukan dengan

mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a. Permutasian reguler mengacu pada telah bertugas maksimal 2

tahun bagi daerah tertentu

b. Permutasian dengan prestasi, dapat menyimpang sesuai kebutuhan

c. Permutasian karena mendapat hukuman dapat menyimpang dari

permutasian reguler

d. Permutasian tidak semata-mata melihat dari kelas pengadilan tetapi

disesuaikan dengan jumlah perkara pertahun di pengadilan yang

bersangkutan

e. Untuk mutasi perlu adanya sarana dan prasarana yang memadai.

Dari sistem mutasi yang ada tersebut belum menunjukan

trasparansi sistem yang dapat dilaksanakan dengan konsisten, menurut

11 Komisi Yudisial RI, Optimalisasi Wewenang Komisi Yudisial dalam Mewujudkan

Hakim Berintegritas , ... h.18

Page 53: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

44

pengalaman empiris teruangkap masih banyak hakim yang bertugas

pada pengadilan tetentu selama belasan tahun dipersulit

permutasiannya. Pada sisi prestasi ada sebagian hakim yang memiliki

pendidikan tertinggi dinegeri ini di tempatkan pada pengadilan kelas

rendah dan hampa perkara. Untuk itu Mahkamah Agung harus

konsisten dalam penetapan permutasian baik mutasi tugas maupun

jabatan dengan melakuakan inventarisasi hakim prestasi dan lama

tugas, kemudian melakukan identifikasi yang pada akhirnya dilakukan

konklusi dalam penugasan para hakim tersebut.12

12 Ahmad Mujahidin, Peradilan Satu Atap di Indonesia, ... h. 144

Page 54: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

45

BAB IV

PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM

MENEGAKKAN KELUHURAN MARTABAT HAKIM

A. Mekanisme pengawasan oleh Komisi Yudisial terhadap Hakim

Menurut kepercayaan masyarakat terhadap pengadilan lebih

dominan disebabkan karena kelemahan kinerja, kualitas dan integritas

sebagai hakim, temasuk hakim agung. Kunci utama untuk memulihkan

kepercayaan masyarakat terhadap lembaga peradilan, Mahkamah Agung

harus melakukan upaya untuk meningkatkan kualitas dan kinerja serta

memperkokoh integritas hakim.

Sebagai peradilan negara tertinggi dari keempat lingkungan

peradilan yang berada dibawahnya, Mahkamah Agung mempunyai tugas

pengawasan tertinggi pula. Secara substansial ruang lingkup pengawasan

yang harus dilaksanakan oleh Mahkamah Agung meliputi organisasi,

administrasi dan finansial dilingkungan Mahkamah Agung sendiri dan

pada semua Badan Peradilan yang berada dibawah kekuasaannya.

Menurut

Pasal 32 Undang-Undang Nomor 14 1985 Tentang Mahkamah

Agung (yang tidak mengalami perubahan dalam UU Nomor 5

2004) ditentuak bahwa :

1. Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi

terhadap penyelenggaraan peradilan disemua lingkungan

peradilan dalam menjalankan kekuasaan kehakiman.

2. Mahkamah Agung mengawasi tingkah laku dan perbuatan

para hakim disemua lingkungan peradilan dalam

menjalankan tugasnya.

3. Mahkamah Agung berwenang untuk meminta keterangan

tentang hal-hal bersangkutan dengan teknis peradilan dari

semua lingkungan peradilan.

4. Mahkamah Agung berwenang memberikan petunjuk,

teguran, atau peringatan yang dipandang perlu kepada

pengadilan disemua lingkungan peradilan.

5. Pengawasan dan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam

Ayat (1) sampai dengan Ayat (4) tidak boleh mengurangi

Page 55: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

46

kebebasan hakim dalam memeriksa dan memutuskan

perkara.1

Adapun disini fungsi Majelis Kehormatan Mahkamah Agung

sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 12 Ayat (2) Undang-Undang

Nomor 5 tahun 2004, dan Majelis Kehormatan Hakim sebagaiman diatur

dalam Pasal 20 Undang-Undang No.8 Tahun 2004 Tentang Peradilan

Umum dan Undang-Undang Lingkungan lainnya, apabila dipahami baik

secara tekstual maupun kontekstual kedua lembaga tersebut bukan

merupakan perangkat pengawasan tetapi sebagai lembaga yang disediakan

untuk pembelaan diri bagi hakim yang terancam hukuman, walaupun

demikian apabila struktur organisasi dan tata kerja Mahkamah Agung

yang baru nanti tidak secara jelas dan tegas membagi wilayah kerja antara

pengawasan struktural Mahkamah Agung dengan Majelis Kehormatan

Mahkamah Agung, maka tidak tertutup kemungkinan akan terjadi

tumpang tindih kewenangan.

Menurut Pasal 24B (1) Amandemen ketiga UUD 1945,

mengharuskan dibentuknya Komisi Yudisial , yang memiliki kewenangan

mengusulkan pengangkatan Hakim Agung dan mempunyai wewenang lain

(pengawasan) dalam rangka menjaga dan menegakan kehormatan,

keluhuran martabat serta perilaku Hakim, baik hakim tingkat pertama dan

banding disemua lingkungan peradilan maupun Hakim Agung.2

Langkah-langkah sistem pengawasan yang dilakukan Komisi

Yudisial antara lain:

1. Komisi Yudisial merupakan monitoring yang intensif terhadap

kekuasaan kehakiman dengan melibatkan unsur-unsur masyarakat

dalam spektrum yang seluas-luasnya dan bukan hanya monitoring

secara internal.

1 Ahmad Mujahidin, Peradilan Satu Atap DiIndonesia (Bandung : PT Refika Aditama,

2007) h.150-151 2 Ahmad Mujahidin, Peradilan Satu Atap DiIndonesia, ... h.152-153

Page 56: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

47

2. Komisi Yudisial menjadi perantara (mediator) atau penghubung antara

kekuaaan pemerintah (executive power) dan kekuasaan kehakiman

(judicial power) yang tujuan utamanya adalah untuk menjamin

kemandirian kekuasaan kehakiman dari pengaruh kekuasaan apa pun

juga khususnya kekuasaan pemerintah.

3. Dengan adanya Komisi Yudisial, tingkat efisiensi dan efektivitas

kekuasaan kehakiman (judicial power) akan semakin tinggi dalam

banyak hal, baik yang menyangkut pengrekrutan dan monitoring

hakim agung maupun pengelolan keuangan kekuasaan kehakiman.

4. Terjaganya konsistensi putusan lembaga peradilan, karena setiap

putusan memperoleh penilaian dan pengawasan yang ketat dari sebuah

lembaga khusus (Komisi Yudisial)

5. Dengan adanya Komisi Yudisial, kemandirian kekuasaan kehakiman

(judicial power) dapat terus terjaga, karena politisasi terhadap

perekrutan hakim agung dapat diminimalisasi dengan adanya Komisi

Yudisial yang bukan lembaga politik, sehingga diasumsikan tidak

mempunyai kepentigan politik.

Hal ini belum bekerja dengan baik karena pemilihan hakim agung

masih dipengaruhi oleh lembaga politik yaitu DPR. Berdasarkan Pasal 24

A Ayat (3) Undang-Undang 1945 DPR hanya menyetujui atau tidak calon

hakim agung yang telah dipilih oleh Komisi Yudisial seperti tertuang

dalam Pasal 13 huuf a Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 Tentang

perubahan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Komisi

Yudisial, sedangkan Pasal 18 angka 4 tahun 2011 tidak sejalan dengan

bunyi Undang-Undang 1945 amandemen tersebut.

Komisi Yudisial dalam tugasnya menjaga keluhuran dan martabat

lembaga peradilan, kode etik dan perilaku hakim jangan sampai

melakukan pemeriksaan terhadap teknis yuridis yang menjadi kewenangan

Mahkamah Agung RI yang melaksanakan tugas pengawasan tertinggi

terhadap lembaga peradilan di Indonesia. Komisi Yudisial harus tetap pada

komitmen menjaga kemadirian kekuasaan kehakiman sehingga hal-hal

Page 57: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

48

yang bersifat teknis yuridis dalam memutus perkara menjadi kewenangan

hakim. Ketika memanggil seorang hakim menghadap ke Komisi Yudisial

hendaklah didalam surat panggilan terhadap hakim menyebutkan materi

dugaan jenis pelanggaran KEPPH yang telah dilakukan hakim tersebut.

Begitu juga ketika melontarkan pertayaan kepada hakim janganlah seperti

pertanyaan seorang interogator, menekan dan berprasangka curuga bahwa

hakim itu telah bersalah.

Putusan hakim yang menjadi dasar pemeriksaan tentang apakah

terdapat pelanggaran KEPPH yang dilakukan oleh hakim, tidaklah

mempertanyakan mengapa hakim tersebut memutus atau alasan-alasan

yang menjadi pertimbangan hakim dalam memutus perkara tersebut. Jika

kondisi ini yang terjadi maka Komisi Yudisial memberikan kontribusi

yang baik terhadap wujudnya kemandirian kekuasaan kehakiman menuju

peradilan yang agung.3

Independen atau tidak pelaksanaan pengawasan bergantung kepada

personil penyelenggara pengawasan yang meliputi:

1. Objek Pengawasan

Objek pengawasan meliputi:

a. Masalah teknis peradilan, menyangkut penyelenggaraan atau

jalannya peradilan

b. Perbuatan dan tingkah laku hakim serta pejabat kepaniteraan dalam

menjalankan tugasnya

c. Administrasi peradilan. 4

2. Pelaksanaan pengawasan

Untuk memudahkan pemahaman atas objek kegiatan pengawasan itu

sebagai berikut:

3 Amran Suadi, Sistem Pengawasan Badan Peradilan di Indonesia Jakarta: Rajawali

Pers, 2014) h. 211-212 4 Amran Suadi, Sistem Pengawasan Badan Peradilan di Indonesia , ... h.200

Page 58: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

49

a. Masalah teknis peradilan

Selain pengawasan melalui pemeriksaan perkara ditingkat banding

dan kasasi maupun melalui upaya hukum yang ada lainnya, maka

harus diperhatikan pula tentang kemampuan teknis seorang hakim

dalam menangani pemeriksaan (melalui berita acara dan

pengamatan dipersidangan) dan kualitas putusannya

Sampai eksekusi dari putusan itu. Untuk itu ketua pengadilan harus

mengamati kinerja para hakim dan pejabat kepaniteraan yang

diantaranya melakukan eksaminasi perkara, maupun penilaian

putusan tersebut. Itu semua harus dicatat dalam buku catatan

penilaian pelaksana tugas hakim/pejabat kepaniteraan.

Disamping itu dalam memeriksa perkara dalam tingkat banding

para hakim tinggi harus juga menilai kinerja hakim yang memutus

perkaranya dan meneliti apakah semua berjalan sebagaimana

mestinya atau tidak

b. Terhadap perbuatan hakim dan perilaku hakim serta pejabat

kepaniteraan

Kiranya terhadap perbuatan dan perilaku ini harus dibedakan

antara perbuatan dan perilaku yang dilakukan dalam kedinasan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan terhadap yang dilakukan dalam

kedinasan meliputi:

1) Prestasi kerja

2) Tanggung jawab terhadap tugasnya

3) Kesetiaan terhadap Pancasila

4) Kesetiaan terhadap Negara dan Pemerintahan

5) Kejujuran dalam melakukan tugasnya

6) Kerja samanya diantara sesama hakim/panitera dan karyawan

lainnya

7) Prakarsa terhadap pelaksanaan tugas

8) Dan yang terakhir kepemimpinannya.

Page 59: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

50

Sedangkan bila dilakukan diluar kedinasan harus diperhatikan

adalah:

1) Tertib keluarganya

2) Hubungannya degan masyarakat termasuk hubungannya

dengan MUSPIDA (Musyawarah Pimpinan Daerah)

c. Terhadap Amninistrasi Peradilan

Kiranya perlu dibedakan antara tugas hakim dan pejabat

kepaniteraan. Bagi hakim yang harus diperhatikan dalam

pengawasan ini adalah:

1) Tertib pembuatan court calender (kegiatan persidangan) baik

meliputi perkara perdata maupun pidana.

2) Dari catatan kegiatan persidangan tersebut dapat disimak

sejauh mana rasa tanggung jawabnya. Sedangkan bagi pejabat

kepaniteraan yang menjadi objek pengawasan di bidang ini

adalah tertib registrasi perkara dan administrasi keuangan

perkara tertib pembuatan laporan bulanan dan tertib penataan

arsip perkara.5

B. Implementasi Kewenangan Komisi Yudisial dalam Pengawasan

terhadap Hakim

Komisi Yudisial dibentuk berdasarkan ketentuan Pasal 24B

Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004

Tentang Komisi Yudisial. Dibentuknya Komisi Yudisial ini

memperbanyak jumlah institusi negara yang mandiri dalam struktur

ketatanegaraan Indonesia.

Pasal 2 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Komisi

Yudisial menyatakan:

“Komisi Yudisial merupakan lembaga negara yang bersifat

mandiri dan dalam pelaksanaan wewenangnya bebas dari

campur tangan atau pengaruh kekuasaan lainya.”

5 Henry P. Panggabean, Fungsi Mahkamah Agung Dalam Praktik Sehari-hari (Jakarta:

Sinar Harapan, 2001) h. 136-139

Page 60: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

51

Dari ketentuan tersebut maka Komisi Yudisial merupakan lembaga yang

mandiri. Secara etimologis istilah mandiri berarti menjukan kemampuan

berdiri sendiri. Tidak adanya campur tangan dari kekuasaan lain atau

ketidak bergantungan suatu pihak kepada pihak lainnya dalam literatur

juga berarti independen.

Kedudukan Komisi Yudisial itu sangat penting, secara struktural

kedudukannya sederajat dengan Mahkamah Agung dan Mahkamah

Konstitusi. Akan tetapi secara fungsional peranannya bersifat penunjang

terhadap lembaga kekuasaan kehakiman. Komisi Yudisial meskipun

kekuasaannya terkait dengan kekuasaan kehakiman, tidak menjalankan

fungsi kekuasaan kehakiman. Komisi ini bukanlah lembaga penegak

norma hukum (code of law), melainkan lembaga penegak norma etik (code

of etic).

Walaupun Komisi Yudisial ditentukan sebagai lembaga yang

independen, tidak berarti bahwa Komisi Yudisial tidak diharuskan

bertanggung jawab oleh undang-undang.

Pasal 38 Undang-Undang Komisi Yudisial menentukan:

1. Komisi Yudisial tertanggung jawab kepada publik melalui

DPR.

2. Pertanggungjawaban kepada publik sebagaiman dimaksud

pada ayat (1) dilakukan dengan cara:

a. Menerbitkan laporan tahunan;dan

b. Membuka akses informasi secara lengkap dan akurat.

3. Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a

setidaknya memuat hal-hal sebagai berikut:

a. Laporan penggunaan anggaran;

b. Data yang berkaitan dengan fungsi pengawasan;dan

c. Data yang berkaitan dengan fungsi rekrutmen hakim

agung.

4. Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a

disampaikan pula kepada presiden.

5. Keuangan komisi Yudisial diperiksa oleh Badan Pemeriksa

Keuangan menurut ketentuan undang-undang.

Dalam Pasal 24B Undang-Undang Dasar 1945 digunakan istilah

wewenang untuk menunjuk fungsi yang harus dilakuakan oleh Komisi

Page 61: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

52

Yudisial. Penggunaan istilah wewenang menurut Tim Penyusun Naskah

Akademis Rancangan Undang-Undang Komisi Yudisial dari Mahkamah

Agung kurang tepat karena kata wewenang biasanya diartikan sebagai

hak-hak yang dimiliki seseorang atau suatu badan untuk menjalankan

tugasnya. Sementara fungsi Komisi Yudisial berarti dalam rangka apa

Komisi Yudisial dibentuk dan tugas menunjukan hal-hal apa yang wajib

dilakukan oleh suatu lembaga guna mencapai fungsi yang diharapkan.

Dalam Undang-Undang Komisi Yudisial digunakan istilah

wewenang dan tugas, tidak dijabarkan tentang fungsi Komisi Yudisial.

Ada pendapat yang mengatakan bahwa wewenang mengandung

pengertian tugas dan hak. Menurut Bagir Manan, wewenang mengandung

makna kekuasaan yang ada pada organ, sedangkan tugas dan hak ada pada

pejabat dari organ.

Pasal 13 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 Tentang

komisi Yudisial menyatakann“Komisi Yudisial mempunyai

wewenang:

1. Mengusulkan pengangkatan hakim agung kepada DPR;

dan

2. Menegakan kehormatan dan keluhuran martabat serta

menjaga perilaku hakim.”6

Selain itu juga, Komisi Yudisial juga memiliki kewenangan untuk

melakukan pengawasan terhadap perilaku hakim dalam rangka

menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat serta menjaga perilaku

hakim. Untuk melaksanakan fungsi pengawasan Komisi Yudisial, dapat

dilihat dari

Pasal 22 Undang-Undang 22 Tahun 2004 sebagai berikut.

1. Menerima laporan masyarakat tentang perilaku hakim

2. Meminta laporan secara berkala kepada badan peradilan

berkaitan dengan perilaku hakim

6 Surajuddin dan Zulkarnain, Komisi Yudisial dan Estimasi Publik ( PT Citra Aditya

bakti, 2006) h. 75-78

Page 62: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

53

3. Melakukan pemeriksaan terhadap dugaan pelanggaran

perilaku hakim

4. Memanggil dan meminta keterangan dari hakim yang

diduga melanggar kode etik perilaku hakim dan

5. Membuat laporan hasil pemeriksaan yang berupa

rekomendasi dan disampaikan kepada Mahkamah Agung

dan/atau Mahkamah Konstitusi, serta tindasannya

disampaikan kepada Presiden dan DPR.

Atas kewenangan pengawasan tersebut Komisi Yudisial juga

memiliki batasan dalam bertindak sesuai dengan pasal 22 Ayat (2)

Undang-Undang 22 Tahun 2004 yaitu, Mentaati norma, hukum, dan

ketentuan peraturan perundang-undangan dan juga menjaga kerahasiaan

keterangan yang karena sifatnya merupakan rahasia Komisi Yudisial yang

diperoleh berdasarkan kedudukannya sebagai anggota.

Pelaksanaan tugas Komisi Yudisial dalam hal ini fungsi

pengawasan tidak boleh mengurangi kebebasan hakim dalam memeriksa

dan memutus perkara. Karena jika substansi kebebasan kehakiman turut

mencampuri dengan pola pengawasan yang dilakukan berlebihan melalui

intervensi di proses persidangan maka salah satu sumber kekuasaan

kehakiman telah dihancurkan, dan dengan demikian pilar negara hukum

juga menjadi runtuh karenanya. Badan peradilan dan para hakim wajib

memberikan keterangan atau data yang diminta Komisi Yudisial dalam

rangka pengawasan terhadap perilaku dalam waktu paling lambat 14 hari

terhitung sejak tanggal permintaan oleh Komisi Yudisial diterima. Dalam

hal badan peradilan atau hakim tidak memenuhi kewajiban yang di

mintakan Komisi Yudisial, maka Mahkamah Agung dan Mahkamah

Konstitusi memberikan penetapan berupa paksaan kepada badan peradilan

atau hakim untuk memberikan keterangan atau data yang diminta oleh

komisi yudisial.

Fungsi pengawasan secara represif yang dilakukan Komisi

Yudisial terhadap Mahkamah Agung menimbulkan perselisihan dengan

puncak dikeluarkan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang

Kekuasaan Kehakiman yang mengatur mengenai pengawasan internal dan

Page 63: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

54

pengawasan eksternal terhadap perilaku hakim. Hal tersebut sebagaimana

diatur dalam Pasal 39 Ayat (3) yang menentukan bahwa pengawasan

internal atas tingkah laku hakim dilakukan oleh Mahkamah Agung. Pasal

40 Ayat (1) menentukan bahwa dalam rangka menjaga dan menegakkan

kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim dilakukan

pengawasan eksternal yang dilakukan oleh Komisi Yudisial.7

Hakim dikatakan melakukan pelanggaran kode etik, apabila hakim

dengan sengaja hakim melakukan kolusi dengan siapapun yang berkaitan

dengan perkara yan akan dan sedang ditangani, menerima sesuatu

pemberian atau janji dari pihak-pihak yang berpekara, membicarakan

suatu perkara yang ditanganinya diluar acara persidangan, mengeluarkan

pendapat atas suatu kasus yang ditanganinya baik dalam persidangan

maupun diluar persidangan mendahului putusan.

Salah satu kewenanagan Komisi Yudisial adalah menjaga dan

menjaga dan menegakan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku

hakim. Hal yang telah ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 18

Tahun 2011 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004

Tentang Komisi Yudisial. Dalam rangka melaksanakan kewenangan

tersebut Komisi Yudisial melakukan langkah-langkah lain yaitu:

1. Melakukan pemantauan dan pengawasan perilaku hakim

2. Menerima laporan dari masyarakat berkaitan dengan pelanggran Kode

Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim

3. Melakukan verifikasi, klarifikasi, dan investigasi terhadap laporan

dugaan pelanggaran Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim

4. Memutuskan benar tidaknya laporan dugaan pelanggaran Kode Etik

dan/atau Pedoman Perilaku Hakim

5. Mengambil langkah hukum dan/atau langkah lain terhadap orang

perseorangan, kelompok orang, atau badan hukum yang merendahkan

kehormatan dan keluhuran martabat hakim.

7 Helmi Nuky Nugroho, Dinamika Wewenang Komisi Yudisial Ditinjau Dari Perspektif

Undang-Undang Komisi Yudisial, Kosmik Hukum, Volume 17 Nomor 2 Juni 2017, h. 100-101

Page 64: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

55

Masyarakat dapat berpartisipasi dalam rangka menjaga dan

menegakan kehormatan, keluhuran martabat serta perilaku hakim dengan

melaporkan dugaan pelanggrana Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim

ke Komisi Yudisial. Persyaratan dan tata cara laporan adalah sebagai

berikut:

1. Laporan ditulis dalam bahasa Indonesia ditujukan kepada Ketua

Komisi Yudisial

2. Menyebutkan dan melampirkan identitas Pelapor/Kuasa Pelapor

3. Menyebutkan identitas Terlapor

4. Menguraikan jenis dan/atau modus dugaan pelanggaran Kode Etik dan

Pedoman Perilaku Hakim

5. Melampirkan bukti pendukung laporan (putusan, penetapan, rekaman

dan seterusnya

6. Surat kuasa khusus untuk melaporkan ke Komisi Yudisial dalam hal

pelapor bertindak untuk atas nama seseorang.

Adapun jenis Dugaan Pelanggaran Kode Etik dan Pedoman

Perilaku Hakim dapat dikelompokan menjadi 3 (tiga), yaitu:

1. Perilaku kedinasan

Perilaku dalam kedinasan dapat meliputi perilaku hakm dalam

melaksanakan tugasnya atau dalam persidangan, apakah telah sesuai

dengan Kode Etik/Pedoman Perilaku Hakim, Hukum acara peraturan

perundang-undangan.

2. Perilaku penyimpangan dalam membuat putusan

Putusan seharusnya mencerminkan fakta yang terungkap dalam

persidangan, beberapa modus dugaan pelanggaran/penyimpangan

dalam putusan misalnya terdapat rekayasa, pemutus balikan,

mengubah dan/atau menghilangkan fakta maupun alat bukti yang

terungkap dalam persidangan.

Page 65: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

56

3. Perilaku murni

Perilaku murni adalah dugaan penyimpangan perilaku hakim baik di

dalam kedinasan atau di luar kedinasan misalnya meliputi: dugaan

pemerasan, pungutan liar/biaya tidak resmi, penyuapan, selingkuh,

penyalahgunaan narkotika, perilaku yang bertentangan dengan norma

masyarakat/agama dan lain-lain.8

Sedangkan wewenang Mahkamah Agung terdapat dalam Pasal

24A Ayat (1) UUD 1945 sudah dijelaskan sebelumnya bahwa Mahkamah

Agung berwenang mengadili tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-

undangan dibawah undang-undang terhadap Undang-Undang, dan

mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang.

Adapun objek pengawasan Mahkamah Agung adalah:

1. Masalah teknis peradilan menyangkut penyelenggaraan atau jalannya

peradilan

2. Perbuatan dan tingkah laku hakim serta pejabat kepaniteraan dalam

menjalankan tugas mereka dan

3. Administrasi peradilan. 9

Mahkamah Agung RI melakukan pengawasan tertinggi terhadap

penyelenggaraan peradilan disemua badan peradilan yang berada dibawah

Mahkamah Agung dalam penyelenggaraan kekuasaan kehakiman (Pasal

39 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang kekuasaan

kehakiman (Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman)). Mahkamah Agung

RI berwenang melakukan pengawasan tertinggi terhadapa pelaksanaan

tugas administrasi dan keuangan. (Pasal 39 Ayat (2) Undang-Undang

Kekuasaan Kehakiman). Bahwa pengawasan internal terhadap tingkah

laku hakim adalah kewenangan Mahkamah Agung. (Pasal 39 Ayat (3)

Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman). Ditegaskan bahwa segala

bentuk pengawasan dan kewenangan Mahkamah Agung tersebut tidak

8 Amran Suadi, Sistem Pengawasan Badan Peradilan di Indonesia , ... h.202-203 9 https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt580fd463233f4/perbedaan-

kewenangan-ma-dengan-ky-dalam-pengawasan-hakim Diakses pada: 11 Mei 2019, pukul 12.23

Page 66: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

57

boleh mengurangi kebebasan hakim dalam memeriksa dan memutus

perkara (Pasal 39 Ayat (4) Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman).

Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 maka

orgaisasi, administrasi dan finansial seluruh badan peradilan berada

dibawah kekuasaan Mahkamah Agung. Hal ini juga membawa perubahan

terhadap kedudukan dan fungsi pengawasan Mahkamah Agung. Diberikan

tenggat waktu kepada Mahkamah Agung paling lambat 12 bulan terhitung

sejak Undang-Undang tersebut diundangkan yaitu tanggal 15 Januari 2004

untuk menyusun organisasi dan tata kerja yang baru dilingkungan

Mahkamah Agung. Pasal 5 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun

2004 menentukan bahwa pimpinan Mahkamah Agung terdiri dari seorang

Ketua dan 2 (dua) Wakil Ketua dan bebrapa orang Ketua Muda. Pasal 5

Ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 menentukan bahwa Wakil

Ketua Mahkamah Agung sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) terdiri dari

Wakil Ketua Bidang Yudisial dan Wakil Ketua Non-Yudisial. Pada Ayat

(5) ditentukan bahwa Wakil Ketua Bidang Non-Yudisial membawahi

Ketua Muda Pembinaan dan Wakil Ketua Pengawasan.

Lebih lanjut Pasal 25 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun

2004 menentukan bahwa pada Mahkamah Agung ditetapkan adanya

Sekretariat yang dipimpin oleh seorang Sekertaris Mahkamah Agung.

Pada Ayat (3) ditentukan bahwa pada Sekretariat Mahkamah Agung

dibentuk oleh Direktur Jendral dan Kepada Badan. Sejak saat itu terdapat

Badan yang bertugas untuk melakukan Pengawasan Fungsional di

Mahkamah Agung dan seluruh Badan Peradilan dibawahnya dengan nama

Badan Pengawasan Mahkamah Agung yang akan disebut badan pengawas.

Tugas pengawasan dan pemantauan ini diberikan kepada Badan

Pengawas dengan kewenangan yang memadai serta kewibawaan

dihadapan badan-badan peradilan dibawahnya. Sistem pengelolaan

pengaduan dapat digabungkan dengan sistem pengelolaan pengaduan

secara umum, namun jelas dan terorganisasi dengan sistem pengelolaan

dan pelayanan informasi.

Page 67: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

58

Tugas badan pengawasan adalah membantu Sekretaris Mahkamah

Agung dalam melaksanakan pengawasan terhadap pelaksana tugas di

lingkungan Mahakamah Agung dan peradilan disemua lingkungan

peradilan. Fungsi badan pengawasan adalah menyiapkan perumusan

kebijakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas di lingkungan

Mahkamah Agung dan Pengadilan disemua lingkungan Peradilan. Dan

melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dilingkungan

Mahkamah Agung dan peradilan disemua lingkungan Peradilan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 14 Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2005 tersebut

mengatur bahwa Badan Pengawasan dipimpin oleh seorang Kepala yang

berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris Mahkamah

Agung. Pasal 15 menjelaskan bahwa Badan Pengawasan mempunyai tugas

membantu Sekretaris Mahkamah Agung dan melaksanakan pengawasan

terhadap pelaksanaan tugas dilingkungan Mahkamah Agung dan peradilan

di semua lingkungan peradilan. Lebih lanjut Pasal 16 mentukan bahwa

dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, Badan

Pengawasan penyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

1. Penyiapan perumusan kebijakan pengawasan terhadap pelaksanaan

tugas dilingkungan Mahkamah Agung dan Peradilan di semua

lingkungan peradilan

2. Pelaksanaan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas di lingungan

Mahkamah Agung dan peradilan disemua lingkungan peradilan semua

dengan ketentuan peaturan perundang-undangan yang berlaku

3. Pelaksanaan administrasi Badan Pengawasan.10

Untuk kewenangan yang pertama Komisi Yudisial akan

bersinggungan dengan DPR sebagai lembaga yang memilih calon hakim

agung, Presiden yang akan menetapkan hakim agung, dan MA. Untuk

kewenangan kedua, Komisi Yudisial akan bersinggungan dengan MA dan

10 Ahmad Mujahidin, peradilan Satu Atap DiIndonesia, ... h. 197-199

Page 68: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

59

MK sebagai lembaga yang akan menjadi objek pengawasan. Kewenangan

kedua inilah yang sekarang telah menimbulkan sengketa antara KY

dengan MA. Keberadaan Komisi Yudisial telah membuat para hakim di

seluruh negeri ini, termasuk hakim agung merasa terusik karena kinerja

KY dalam pengawasan dinilai telah menganggu kinerja mereka. Sejak

anggota KY dilantik dan mulai bekerja pada Agustus 2005 lalu hubungan

KY - MA belum pernah menunjukkan keharmonisan. Bahkan, yang

terlihat sebaliknya. KY langsung dihadapkan pada pengaduan kasus

penyimpangan sidang Pilkada Depok. Setelah melihat adanya kesalahan,

rekomendasi sanksi bagi para hakim PT Jawa Barat yang menangani

dilayangkan ke MA. Awal dan pokok persoalan yang memicu perseteruan

kedua lembaga tersebut sebenarnya adalah perbedaan penafsiran yurisdiksi

tugas pengawasan perilaku hakim. MA menganggap bahwa yang

dimaksud pengawasan perilaku tidak termasuk pengawasan atas putusan

hakim (dan eksekusi putusan). Pengawasan terhadap putusan (teknis

yudisial) adalah wewenang MA. Sebab, jika hal tersebut dilakukan oleh

KY dapat mengancam Independensi hakim. Dalam batas tertentu, alasan

ini dapat dimengerti. Apalagi ada kekhawatiran lain bahwa nantinya bisa

jadi KY ditempatkan selayaknya lembaga banding jika ada ketidakpuasan

pencari keadilan atas suatu putusan. Pada gilirannya hal ini akan merusak

sistem dan melahirkan ketidakpastian hukum. KY memandang bahwa

sudah selayaknya pengawasan terhadap putusan masuk dalam wilayah

kerja mereka. Pertimbangannya analog dengan apa yang selama ini sering

diungkapkan hakim: hanya dengan memegang berkas putusan seorang

hakim senior dapat mengetahui apakah hakim 'main' dalam memutus

perkara.

Kewenangan Komisi Yudisial sebagaimana tercantum dalam Pasal

13 huruf (b) yaitu, menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat serta

menjaga perilaku hakim! Selanjutnya untuk melaksanakan wewenang

sesuai dengan Pasal 13 huruf (b) tersebut, Komisi Yudisial diberi tugas

melakukan pengawasan terhadap perilaku hakim dalam rangka

Page 69: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

60

menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat serta menjaga perilaku

hakim (Pasal 20 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004). Pasal 32 Ayat

(1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung

menegaskan bahwa, Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertlnggi

terhadap penyelenggaraan peradilan di semua lingkungan peradilan dalam

menjalankan kekuasaan kehakiman. Ayat (2) menyatakan bahwa,

Mahkamah Agung mengawasi tingkah laku dan perbuatan para hakim di

semua lingkungan peradilan dalam menjalankan tugasnya. Dengan

kewenangan itu, masyarakat menaruh harapan besar kepada Komisi

Yudisial untuk memperkuat dan menyelamatkan agenda reformasi di

peradilan. Karena Itu, lembaga yang lebih tepat melakukan pengawasan

terhadap perilaku hakim, adalah Komisi Yudisial. Sebab, ini merupakan

bentuk kesadaran bahwa pengawasan objektif terhadap kekuasaan

kehakiman hanya dapat dilakukan dengan cara melibatkan unsur-unsur

masyarakat seluas-luasnya, bukan hanya pengawasan secara intemal agar

terhindar dari semangat korps, menipulasi, dan distorsi.

Hubungan KY dengan MA semakin renggang ketika Bagir Manan

menolak memenuhi panggilan KY terkait dengan kasus Probosutedjo.

Kemudlan KY mengeluarkan gagasan seleksi ulang hakim agung dengan

instrumen Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu).

Perseteruan semakin meruncing manakala beberapa media massa

memberitakan bahwa 13 hakim agung dianggap bermasalah. Pemberitaan

tersebut telah membuat kamarahan MA, dan melaporkan ketua KY ke

Kepolisian dengan tuduhan pencemaran nama baik. Tensi perseteruan

tersebut agak mengendur saat hakim agung Artidjo Alkostar melakukan

perdamaian dengan Ketua KY Busyro Muqoddas. Nampaknya,

perdamaian Artidjo Alkostar dengan Busyro Muqoddas serta pembentukan

tim fasilitator berkurang maknanya ketika 40 hakim agung mengajukan ujl

materiil terhadap Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi

Yudisial Kedua, tentang kewenangan pengawasan KY. Menunut mereka,

secara universal kewenangan pengawasan KY tidak mencakup hakim

Page 70: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

61

agung pada MA. Karena, KY adalah mitra MA dalam melakukan

pengawasan terhadap para hakim pada badan peradilan yang ada di bawah

MA. Berdasarkan uraian di atas muncul pertanyaan, bagaimana

menyelesaikan sengketa kewenangan antara Komisi Yudisial dengan

Mahkamah Agung dalam pengawasan perliaku hakim. Apakah Mahkamah

Konstitusi mempunyai wewenang untuk menyelesaikan sengketa antara

KY dan MA. Mahkamah Konstitusi (MK) adalah sebuah lembaga negara

yang dibentuk setelah adanya Perubahan UUD 1945 mempunyai

wewenang antara lain memutus sengketa kewenangan lembaga negara

yang kewenangannya diberikan oleh UUD (Pasal 24C). Dengan

dibentuknya MK, maka ada satu mekanisme penyelesaian sengketa antar

lembaga negara melalui instrumen pengadiian, yang diharapkan setiap

sengketa dapat diselesaikan dengan sandaran hukum yang memadai.

Kewenangan MK tersebut lebih diperjeias dalam Undang-Undang Nomor

24 Tahun 2003 Pasal 61, yang menyatakan pemohon adalah lembaga

negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 yang mempunyai kepentingan langsung terhadap

kewenangan yang dipersengketakan. Kemudian dalam Pasal 63

ditegaskan, MK dapat mengeluarkan penetapan yang mementahkan pada

pemohon dan/atau termohon untuk menghentikan sementara pelaksanaan

kewenangan yang diper sengketakan sampai ada putusan MK. ke

Mahkamah Konstitusi. Dijelaskan dalam surat permohonan bahwa, Pasal 1

angka 5, Pasal 20, Pasal 21, Pasal 22 Ayat (1) huruf e angka 5, Pasal 23

Ayat (2,3 dan 5), Pasal 24 Ayat (1) dan Pasal 25 ayat (3) Undang-Undang

Komisi Yudisial bertentangan dengan Pasal 24B UUD 1945. Dalam

permohonan, terdapat dua alasan yang mendasari para hakim agung

mengajukan judicial review.

Tentang pengaturan hakim yang memuat mereka, kata hakim

dalam Pasal 24B UUD 1945 bukanlah seluruh hakim. Berkaitan dengan

sengketa yang dapat diajukan ke MK, UUD telah mengatur dan memberi

batasan secara tegas yaitu, pertama, menyangkut sengketa kewenangan.

Page 71: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

62

Pokok sengketa yang dapat diajukan ke MK adalah sengketa kewenangan,

bukan sengketa yang lain. Adapun sumber kewenangan yang

disengketakan bisa saja diperoleh baik dari UUD maupun dari peraturan-

peraturan Iain, dan juga yang bersengketa adalah lembaga negara dan

lembaga negara yang dimaksud hanyalah lembaga negara yang

kewenangannya diberikan oleh UUD. Dengan demikian, lembaga negara

yang memperoleh kewenangan dari selain UUD tidak dapat mengajukan

permohonan sengketa kewenangan antar lembaga negara di MK.

Sengketa antara KY dengan MA sepatutnya diselesaikan secara

hukum bukan melalui percakapan perseorangan di dalam kedua lembaga

tersebut, karena hal ini menyangkut persoalan kewenangan kelembagaan

negara bukan konflik antara orang perseorangan, sehingga penyelesaian

yang dilakukan juga harus berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh

undang-undang. Akan tetapi kalau sengketa antara KY dengan MA dibawa

ke MK, akan muncul persoalan baru, karena MA adalah satu-satunya

lembaga negara yang dikecualikan dari kemungkinnan menjadi pihak

dalam perkara sengketa kewenangan konstitusional sebagaimana

ditentukan oleh Pasal 65 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003. Pasal ini

menentukan, Mahkamah Agung tidak dapat menjadi pihak dalam sengketa

kewenangan lembaga Negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada Mahkamah

Konstitusi. Ironis memang. MK dibentuk untuk menyelesaikan sengketa

kewenangan lembaga negaratetapi ternyata MK tidak dapat

menyelesaikannya karena kendala.

Yuridis yang diciptakan pihak legislator. Tidak begitu jelas alasan

mengapa MA dikecualikan dalam hal ini, kecuali bahwa dalam proses

pembahasan rancangan undang-undang tentang MK berkembang

pengertian bahwa MA merupakan lembaga kekuasaan kehakiman yang

bersifat independen dan putusannya juga bersifat final dan mengikat. Jika

terhadap putusan kasasi MA akan digugat kembali, maka satu-satunya

Page 72: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

63

mekanisme yang tersedia adalah melalui lembaga peninjauan kembali

putusan.

Di samping itu, dalam naskah akademis rancangan undang-undang

KY halaman 45 yang dibuat oleh MA pada 2003 dikatakan bahwa salah

satu dari lima tugas KY dalam fungsinya untuk menjaga dan menegakkan

kehormatan, keluhuran martabat serta perilaku hakim adalah pengawasan

dan pendisiplinan hakim (termasuk hakim agung). Dalam penjelasan

footnote-nya, kata menjaga dalam Pasai 24B UUD 1945 diwujudkan

dalam tugas pengawasan sedangkan kata menegakkan diwujudkan dalam

tugas pendisiplinan atau menjatuhkan sanksi disipiin. Seiain itu, pada

haiaman 58 disebutkan redaksional yang digunakan Pasal 24B

amandemen Ketiga adanya perbedaan penafsiran terhadap bunyi Pasal

24B UUD 1945. Kemudian muncul pertanyaan, siapakah pihak yang

berwenang melakukan penafsiran terhadap UUD 1945. Sebagaimana telah

dijelaskan di atas, yang menjadi objek sengketa antar lembaga negara

dalam rangka jurisdiksi Mahkamah Konstitusi adaiah persengketaan

mengenai kewenangan konstitusionai antar Iembaga negara. Isu pokoknya

bukan terletak pada kelembagaan Iembaga negaranya, melainkan terletak

pada kewenangan konstitusionai yang dalam pelaksanaannya, apabila

timbul sengketa penafsiran antara satu sama lain, maka yang berwenang

memutuskan Iembaga mana yang sebenarnya memiliki kewenangan yang

dipersengketakan tersebut adaiah Mahkamah Konstitusi.

Di samping itu, Mahkamah Konstitusi sebagai organ konstitusi,

didesain untuk menjadi pengawal dan sekaligus penafsir terhadap Undang-

Undang Dasar melalui putusan-putusannya. Untuk itu, lembaga yang

berwenang untuk menyelesaikan sengketa kewenangan antara Komisi

Yudlsial dengan Mahkamah Agung dalam pengawasan perilaku hakim

adalah Mahkamah Konstitusi. Mengenai pembatasan yang ditentukan

menurut ketentuan Pasai 65 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003

tersebut di atas, sebenarnya agak berlebihan. Sudah seharusnya Mahkamah

Agung tidak perlu dikecualikan sebagai pihak daiam sengketa kewenangan

Page 73: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

64

lembaga negara. Untuk itu, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003

tersebut harus di Amandemen, sehingga mekanisme penyelesaian sengketa

antara KY dengan MA dapat diselesaikan melalui jalur konstitusional.11

Kasus konflik Mahkamah Agung atas seleksi hakim namun DPR

ikut bertanggung jawab. Para hakim yang bergabung dalam Ikatan Hakim

Indonesia (Ikahi) membonsai atau mengkerdilkan kewenangan Komisi

Yudisial dalam seleksi tingkat petama ke Mahkamah Konstitusi. Menurut

Ikahi, seleksi hakim tingakt pertama merupakan kewenangan penuh

Mahkamah Agung, padahal Komisi Yudisial juga berwenang sesuai

Undang-Undang.

Lembaga Kajian dan Advokasi untuk Indepedensi Peradilan (LeIP)

menjelaskan, Konflik antara Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial ini

disebabkan karena tidak adanya kepastian hukum yang mengatur tentang

seleksi hakim tingkat pertama.

Menurut peneliti LeIP sejauh ini peran Komisi Yudisial diberikan

untuk menyeleksi hakim agung oleh Undang-Undang Dasar 1945,

sedangkan untuk hakim tingkat pertama diatur oleh Undang-Undang.

Maka dari itu pemerintah dan DPR harus merevisi Undang-Undang

Kekuasaan Kehakiman agar tidak ada konflik seperti ini lagi. Namun

menurut salah satu Hakim Agung Prof Dr Gayus Lumbuun menyatakan

bahwa tidak semua hakim agung setuju dengan “pengkerdilan” Komisi

Yudisial, hakim agung Gayus Lambuun memilih bersebrangan dan

menyatakan ini tidak tepat. Mempersoalkan Komisi Yudisial dalam ikut

menseleksi calon hakim agung bukan domain Ikahi sebagai organisasi

hakim melainkan domain Mahkamah Agung disamping adanya indikasi

menolak unsur pengawasan oleh Komisi Yudisial.12

Adapun kasus lainnya adalah Ketua Bidang Hubungan Antar

Lembaga dan Layanan Informasi Komisi Yudisial ( KY) Farid Wajdi

11 Riri Nazriyah, Sengketa Lembaga Negara Antara Komisi Yudisial Dengan Mahkamah

Agung, Jurnal Hukum Nomor. 1 Volume 13 Januari 2006, h. 96-101 12

https://m.detik.com/news/berita/2882697/konflik-ma-ky-soal-seleksi-hakim-dpr-

diminta-ikut-bertanggung-jawab diakses pada: 7 Mei 2019, pukul 32.34

Page 74: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

65

mengatakan, sejak 2015 hingga 2018, KY menerima 6.368 laporan

masyarakat terkait pelanggaran kode etik dan pedoman perilaku hakim

(KEPPH). Sepanjang 2015 sampai 2018, KY menerima 6.368 laporan dari

masyarakat terkait dugaan pelanggaran KEPPH. Tidak semua laporan

dapat dilakukan proses sidang pemeriksaan panel atau pleno karena

laporan yang masuk perlu diverifikasi kelengkapannya, apakah telah

memenuhi syarat administrasi dan substansi untuk dapat diregistrasi.

Laporan yang dapat diregistrasi pada 2015 sebanyak 440 laporan, pada

2016 sebanyak 416 laporan, 2017 ada 411 laporan, dan pada 2018

sebanyak 412 laporan.

Penyebab rendahnya persentase laporan masyarakat yang dapat

diproses karena kurangnya persyaratan yang harus dilengkapi, laporan

bukan kewenangan KY dan minta diteruskan ke instansi lain atau Badan

Pengawasan Mahkamah Agung. Alasan lainnya karena banyak laporan

berisi permohonan untuk dilakukan pemantauan persidangan. Sepanjang

2015 sampai 2018, KY merekomendasikan penjatuhan sanksi kepada 324

hakim terlapor. Rinciannya, 116 hakim terlapor pada 2015, 87 hakim

terlapor pada 2016, 58 hakim terlapor di 2017, dan 63 hakim terlapor pada

2018. Keberhasilan capaian sasaran strategis, lanjut dia, diukur dengan

cara menghitung penurunan jumlah penjatuhan sanksi yang diusulkan pada

tahun berjalan dengan tahun sebelumnya. Pada periode 2015 hingga 2017

target tercapai karena terjadi penurunan pelanggaran KEPPH yang cukup

signifikan. Tapi di 2018 terjadi kenaikan usulan sanksi hakim yang

melanggar KEPPH.

Meningkatnya jumlah laporan masyarakat ini disebabkan naiknya

pemahaman masyarakat terkait wewenang dan tugas KY dalam melakukan

pengawasan hakim. Juga telah dibangunnya pelaporan online yang

memudahkan masyarakat menyampaikan laporannya. Permasalahan yang

sering terjadi terkait rekomendasi sanksi KY adalah MA tidak

melaksanakan sebagian usul sanksi. Tumpang tindih penanganan tugas

pengawasan antara KY dan MA, ini menjadi problem yang dihadapi.

Page 75: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

66

Berdasarkan data 2016-2018, dari 208 rekomendasi sanksi yang

dijatuhkan KY, sebanyak 32 laporan yang ditindaklanjuti MA. Sebanyak

34 laporan diusulkan untuk dilakukan pemeriksaan bersama, dan 142

laporan tidak dapat ditindaklanjuti MA. Kalau dipersentasekan, usul

rekomendasi KY yang telah ditindaklanjuti MA sebanyak 15 persen,

rekomendasi yang diusulkan untuk dibahas pada pemeriksaan bersama

sebesar 16 persen, dan rekomendasi yang belum ditidaklanjuti MA sebesar

68 persen.

Ada banyak faktor penyebab, seperti belum adanya harmonisasi

peraturan perundang-undangan berkaitan dengan wewenang dan tugas

yang diatur dalam undang-undangan KY dengan undang-undangan lain

yang terkait. Selain itu, belum optimalnya koordinasi dan kerjasama KY

dan MA. Hasil evaluasi rencana strategi (renstra) 2015 sampai 2019

Komisi Yudisial, disepakati sasaran renstra 2020-2024 akan tetap fokus

pada terwujudnya hakim yang komitmen melaksanakan Kode Etik dan

Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH). 13

13

https://regional.kompas.com/read/2019/03/13/23074761/dari-2015-hingga-2018-ky-

terima-6368-laporan-terkait-perilaku-hakim Diakses pada: 11 Mei 2019 pukul 13.04

Page 76: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

67

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pembahasan yang disampaikan, untuk

mengakhiri pembahasan dalam penelitian ini maka kesimpulan sebagai

berikut:

1. Mekanisme Pengawasan Komisi Yudisial merupakan monitoring yang

intensif terhadap kekuasaan kehakiman dengan melibatkan unsur-

unsur masyarakat dalam spektrum yang seluas-luasnya dan tidak hanya

sebagai monitoring secara internal, Komisi Yudisial menjadi perantara

(mediator) atau penghubung antara kekuaaan pemerintah (executive

power) dan kekuasaan kehakiman (judicial power) yang tujuan

utamanya adalah untuk menjamin kemandirian kekuasaan kehakiman

dari pengaruh kekuasaan apa pun juga khususnya kekuasaan

pemerintah, Dengan adanya Komisi Yudisial, tingkat efisiensi dan

efektivitas kekuasaan kehakiman (judicial power) akan semakin tinggi

dalam banyak hal, baik yang menyangkut pengrekrutan dan

monitoring hakim agung maupun pengelolan keuangan kekuasaan

kehakiman, Terjaganya konsistensi putusan lembaga peradilan, karena

setiap putusan memperoleh penilaian dan pengawasan yang ketat dari

sebuah lembaga khusus (Komisi Yudisial dan dengan adanya Komisi

Yudisial, kemandirian kekuasaan kehakiman (judicial power) dapat

terus terjaga, karena politisasi terhadap perekrutan hakim agung dapat

diminimalisasi dengan adanya Komisi Yudisial yang bukan lembaga

politik, sehingga diasumsikan tidak mempunyai kepentigan politik.

2. Implementasi Kewenangan Komisi Yudisial untuk melaksanakan

fungsi pengawasan merupakan upaya untuk mengatasi berbagai bentuk

penyalahgunaan wewenang di lembaga peradilan yang dimulai dengan

mengawasi kode etik dan perilaku hakim, agar para hakim menunjung

Page 77: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

68

tinggi kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim di

Indonesia penegakan hukum dilakukan oleh hakim. Hal yang telah

ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang

Perubahan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi

Yudisial.

B. Rekomendasi

Berdasarkan beberapa kesimpulan diatas peneliti memberikan beberapa

rekomendai yaitu:

1. Dalam hal ini kewenangan Komisi Yudisial harus mempertegas ranah

yang dimiliki Komisi Yudisial dalam pengawsan hakim yang sebagai

mana sudah tercantum dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011

tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang

Komisi Yudisial.

2. Komisi Yudisial harus memberikan kepercayaan kepada masyarakat

terhadap kinerja dalam mengawasi hakim agar hakim tidak melakukan

perbuatan tercela didalam maupun diluar pengadilan disebabkan

karena kelemahan saat pengrektutan hakim tidak diseksi dengan baik.

Komisi Yudisial harus melakukan upaya untuk meningkatkan kualitas

dan kinerja serta memperkokoh pengawasan terhadap hakim.

3. Komisi Yudisial dan Mahkamah Agung harus optimal dalam

koordinasi dan kerjasama agar dapat menjalin hubungan yang

harmonis dalam mengawasi hakim sesuai dengan kode etik dan

pedoman perilaku hakim.

Page 78: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

69

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku

Akbar Patrialis , Lembaga-lembaga Negara Menurut UUD NRI Tahun

1945 (Jakarta : Sinar grafika Offset, 2013)

Asshiddiqie Jimly, Komisi Yudisial dan Reformasi Peradilan (Jakarta:

Lembaga studi dan advokasi masyarakat 2004)

Asshiddiqie Jimly, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2009)

Huda Ni’matul, Hukum Tata Negara Indonesia (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2012)

Ibrahim Johny, Teori dan Metodologi penelitian Hukum Normatif

(Malang: Bayumedia Pubblishing, 2008) Kansil C.S.T Pokok-

Pokok Etika Profesi Hukum (Jakarta: PT Pradnya Paramita 2003)

informasi, 2013)

Koesnoe M., Kedudukan dan Tugas Hakim menurut Undang- Undang

1945(Surabaya:UBHARA PRESS 1998)

Marpaung Lintje Anna, Hukum Tata Negara Indonesia (Yogyakarta:

Andi, 2018)

Muhammad Abdulkadir, Etika Profesi Hukum (Bandung: PT Citra Aditya

Bakti 2006)

Marzuki Peter Mahmud, Penelitian Hukum (Jakarta: Kencana, 2008)

Mujahidin Ahmad, Peradilan Satu Atap di Indonesia (Bandung: PT Refika

Aditama, 2007) Republik Indonesia pasca Amandemen UUD

1945 (Jakarta, Prestasi Pustaka Publisher 2007)

Suadi Amran, Sistem Pengawasan Badan Peradilan di Indonesia (Jakarta:

2014)

Surajuddin dan Zulkarnain, Komisi Yudisial dan Estimasi Publik ( PT

Citra Aditya bakti, 2006)

Supiadi, Etika dan tanggung jawab Profesi Hukum di indonesia (Jakarta:

Sinar Grafika 2006)

Tutik Titik Triwulan, Eksitensi, kedudukan dan wewenang Komisi Yudisial

Page 79: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

70

sebagai Lembaga Negara dalam Sistem ketatanegaraan Republik

Indonesia pasca Amandemen UUD 1945

Tutik Titik Triwulan , Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia

pasca Amandemen UUD 1945 (Jakarta: Kencana, 2011)

Panggabean Henry P., Fungsi Mahkamah Agung Dalam Praktik Sehari-

hari (Jakarta: Sinar Harapan, 2001)

Yasin Muhamad, Panduan Bantua Hukum di Indonesia (Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia, 2014)

2. Peraturan Perundang-undangan

Komisi Yudisial, Bunga Rampai Komisi Yudisial dan Reformasi

Peradilan ( Jakarta : Komisi Yudisial Republik Indonesia )

Komisi Yudisial Republik Indonesia , Dialektika Pembruan Sistem

Hukum Indonesia , (Jakarta, Sekertaris jendral Komisi Yudisial

Republik Indonesia, 2012)

Komisi Yudisial RI, Optimalisasi Wewenang Komisi Yudisial dalam

Mewujudkan Hakim Berintegritas (Jakarta: Sekretariat Jenderal

Komisi Yudisial Republik Indonesia, 2016)

Komisi Yudisial Republik Indonesia, Risalah Komisi Yudisial Republik

Indonesia, (Jakarta, Pusat Akademis dan layanan

Mahkamah Agung RI, Cetak Biru Pembaruan Peradilan 2010-2035,

(Jakarta: 2010)

3. jurnal

Achmad Safiudin R, Pengawasan Komisi Yudisial Terhadap Hakim

Mahkamah Konstitusi Perspektif Fiqh Siyasah, Al-Daulah,

Volume 6 Nomor 1 April 2016

Agus Iskandar pp, Hubungan Pengawasan oleh Mahkamah Agung

dengan Komisi Yudisial Terhadap Perilaku Hakim , Keadilan

Progresif, Volume 5 Nomor 1 Maret 2014

Helmi Nuky Nugroho, Dinamika Wewenang Komisi Yudisial Ditinjau

Dari Perspektif Undang-Undang Komisi Yudisial, Kosmik Hukum,

Volume 17 Nomor 2 Juni 2017

Nur Ahsan Saifurizal, Komisi Yudisial dalam Mengawasi Hakim

Page 80: PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENEGAKKAN KELUHURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · jaksa dan kepolisian maka karena itu pengawasan terhadap hakim sangat

71

Perspektif Peradilan Islam, In Right, Volume 2 Nomor 2 Mei 2013

Rahmatullah Indra, Rejuvisasi Sistem Checks and Balances dalam Sistem

Ketatanegaraan di Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Indonesia, Cita Hukum volume I Nomor 2 2013

Riri Nazriyah, Sengketa Lembaga Negara Antara Komisi Yudisial Dengan

Mahkamah Agung, Jurnal Hukum Nomor. 1 Volume 13 Januari

2006

Syarif Hidayat, Studi Kontraksi Tugas dan Fungsi Hakim di Pengadilan

Agama, Institut Agama Islam Bani Fattah Jombang Indonesia,

Tafaqquh volume 4 nomor 2 2016

4. Website

http://www.komisiyudisial.go.id/frontend/static_content/history

https://id.wikipedia.org/wiki/Komisi_Yudisial_Republik_Indonesia

https://m.detik.com/news/berita/2882697/konflik-ma-ky-soal-seleksi-

hakim-dpr-diminta-ikut-bertanggung-jawab

https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt580fd463233f4/perbe

daan-kewenangan-ma-dengan-ky-dalam-pengawasan-hakim

https://regional.kompas.com/read/2019/03/13/23074761/dari-2015-hingga-

2018-ky-terima-6368-laporan-terkait-perilaku-hakim