peran kepemimpinan kepala madrasah dalam...

Download PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · kekurangan yang memerlukan perbaikan dan penyempurnaan. ... Karena sifatnya

If you can't read please download the document

Upload: ngotu

Post on 08-Feb-2018

224 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH

    DALAM MENINGKATKAN KEBERHASILAN

    KEGIATAN PEMBELAJARAN DI MI NASHRIYAH

    SUMBEREJO MRANGGEN DEMAK

    SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat

    Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu

    Pendidikan Agama Islam

    Oleh :

    MUALLIM

    NIM: 093111403

    FAKULTAS TARBIYAH

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

    SEMARANG

    2011

  • PERNYATAAN KEASLIAN

    Yang bertanda tangan dibawah ini:

    Nama : Muallim

    NIM : 093111403

    Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam

    Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian / karya

    saya sendiri,kecuali bagian tertentu yang dirujuk dari sumbernya.

    Semarang,27 Juni 2011

    Saya yang menyatakan,

    Muallim

    NIM: 093111403

  • KEMENTERIAN AGAMA RI

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

    FAKULTAS TARBIYAH Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus (Kampus II) Ngaliyan Semarang

    Telp.024- 7601295 Fax. 7615387

    PENGESAHAN

    Naskah skripsi dengan :

    Judul : Peran Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam

    Meningkatkan Keberhasilan Kegiatan Pembelajaran di MI Nashriyah Sumberejo Mranggen Demak

    Nama : Muallim

    NIM : 093111403

    Jurusan : Pendidikan Agama Islam

    Program Studi : Pendidikan Agama Islam

    telah diujikan dalam sidang munaqasah oleh dewan penguji fakultas tarbiyah IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

    sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam.

    Semarang, 04 Juli 2011

    DEWAN PENGUJI

    Ketua, Sekretaris,

    Dr.Musthofa,M.Ag

    Amin

    Farih,M.Ag

    NIP.197104031996031002

    NIP.197106142000031002

    Penguji I,

    Penguji II,

    Mursid,M.Ag

    Syamsul Maarif,M.Ag

  • NOTA PEMBIMBING

    Semarang,27 Juni 2011

    Kepada

    Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah

    IAIN Walisongo

    di Semarang

    Assalamualaikum Wr. Wb

    Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbinganarahan dan

    koreksi naskah skripsi dengan:

    Judul : Peran Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam

    Meningkatkan Keberhasilan Kegiatan Pembelajaran di MI Nashriyah Sumberejo Mranggen Demak

    Nama : Muallim

    NIM : 093111403

    Jurusan : Pendidikan Agama Islam

    Program Studi : Pendidikan Agama Islam

    Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada

    Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang untuk diujikan dalam sidang

    Munaqasyah.

    Wassalamualaikum Wr. Wb

    Pembimbing,

    Hj.Tuti Qurrotul Aini,M.SI NIP.197210161997032001

  • ABSTRAK

    Judul : Peran Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Meningkatkan

    Keberhasilan Kegiatan Pembelajaran di MI Nashriyah Sumberejo Mranggen Demak

    Peneliti : Muallim

    NIM : 093111403

    Pokok persoalan dalam penelitian adalah: 1) Apa upaya-upaya

    yang dilakukan oleh kepala madrasah dalam meningkatkan keberhasilan

    kegiatan Pembelajaran di MI Nashriyah Sumberejo Mranggen Demak dan 2)

    Apa faktor yang mendukung dan menghambat keberhasilan

    kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan keberhasilan

    kegiatan Pembelajaran di MI Nashriyah Sumberejo Mranggen Demak.

    Kajian penelitian ini bertujuan: 1) Mengetahui upaya-upaya yang

    dilakukan oleh kepala madrasah dalam meningkatkan keberhasilan

    kegiatan Pembelajaran di MI Nashriyah Sumberejo Mranggen Demak 2)

    Mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat

    kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan keberhasilan

    kegiatan Pembelajaran di MI Nashriyah Sumberejo Mranggen Demak .

    Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Untuk

    keperluan pengumpulan data penelitian ini menggunakan metode

    observasi, dokumentasi dan wawancara,

    Dari hasil pembahasan terungkap bahwa : 1) Upaya-upaya yang

    dilakukan oleh kepala madrasah dalam meningkatkan keberhasilan

    kegiatan Pembelajaran di MI Nashriyah Sumberejo Mranggen Demak adalah

    peningkatan kinerja guru, peningkatan kualifikasi akademik guru dan

    pemenuhan sarana prasarana; 2) Faktor pendukung keberhasilan adalah

    adanya pemberian otonomi bagi kepala madrasah, dan adanya

    kesempatan orang tua siswa untuk berpartisipasi di dalamnya. Sedangkan

    yang menjadi penghambatnya adalah terbatasnya sarana dan prasarana

    rendahnya kedisiplinan, dan kurangnya partisipasi masyarakat dalam ikut

    serta merumuskan dan menjalankan program kerja.

  • TRASLITERASI ARAB-LATIN

    Penulisan trasliterasi huruf-huruf arab-latin dalam skripsi ini berpedoman pada

    SKB Menteri dan Menteri Pendidikan Kebudayaan R.I. Nomor 158/1987 dan

    Nomor 0543b/u/1987.Penyimpangan penulisan kata sandang [al-] disengaja

    secara konsisten supaya sesuai tek arabnya.

    a

    b z

    t

    g

    j f

    q

    kh k

    D l

    m

    r n

    z w

    S h

    sy

    y

    Bacaan Madd Bacaan Diftong

    a = a panjang = au

    i = i panjang = a u = u panjang

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan

    rahmat, taufiq, hidayah dan inayahnya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan

    skripsi yang berjudul Peran Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam

    Kegiatan Belajar Mengajar yang secara akademis menjadi syarat untuk

    memperoleh gelar Sarjana S1 dalam Prodi/ Jurusan Pendidikan Agama Islam.

    Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad

    SAW yang menjadi suri teladan bagi segenap umat manusia. Hanya dengan

    mengharap syafaatnya, sehingga peneliti berani merindukan surga-Nya.

    Di samping itu, apa yang telah tersaji ini juga tidak lepas dari bantuan

    berbagai pihak, kepadanya peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada:

    1. Dr.Sujai,M.Ag., selaku Dekan IAIN Walisongo Semarang;

    2. Ahmad Muthohar, M.Ag. selaku ketua Program Jurusan Pendidikan

    Agama Islam Walisongo Semarang;

    3. Hj.Tuti Qurrotul Aini, M.SI., selaku pembimbing yang telah meluangkan

    waktunya untuk membimbing skripsi ini cepat selesai.

    4. Drs.Karnadi,M.Pd, dan Syaifudin Zuhri,Dr,M.Ag., selaku pembimbing

    pasca ujian munaqosah pertama yang telah meluangkan waktunya untuk

    membimbing skripsi ini cepat selesai.

    5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen serta semua karyawan Fakultas Tarbiyah

    IAIN Walisongo Semarang;

    6. Kepala Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang,

    Perpustakaan Wilayah Jawa Tengah beserta seluruh stafnya yang telah

    banyak membantu meminjamkan buku-buku bacaan sehingga dapat

    peneliti gunakan sebagai bahan literatur dalam penelitian skripsi ini;

    7. Kepala MI Nashriyah Sumberejo Mranggen Demak atas ijin yang telah

    diberikan kepada peneliti untuk mengadakan penelitian;

  • 8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada peneliti dalam

    menyelesaikan skripsi ini.

    Peneliti berdoa semoga amal-amal beliau diterima disisi Allah SWT

    serta mendapatkan pahala yang berlipat ganda. Akhirnya peneliti menyadari

    bahwa dalam penelitian skripsi ini, masih banyak terdapat kejanggalan dan

    kekurangan yang memerlukan perbaikan dan penyempurnaan. Oleh karena itu

    berbagai saran dan kritik kontruktif akan peneliti terima dengan penuh

    penghargaan.

    Harapan peneliti semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti

    khususnya dan bagi semua pihak pada umumnya.

    Dengan segala kerendahan hati peneliti mengucapkan terima kasih dan

    senantiasa berdoa semoga amal baik mereka diterima oleh Allah SWT dan

    selalu ditunjukkan jalan yang lurus. Amin.

    Semarang,27 Juni 2011

    Peneliti,

    Muallim

  • DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i

    PERNYATAAN KEASLIAN..................................................................................... ii

    PENGESAHAN ........................................................................................................ iii

    NOTA PEMBIMBING ............................................................................................... iv

    ABSTRAK ................................................................................................................ v

    TRANSLITERASI ...................................................................................................... vi

    KATA PENGANTAR ................................................................................................ vii

    DAFTAR ISI ............................................................................................................. ix

    BAB I : PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ...................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ................................................................. 4

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 4

    BAB II : PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH DALAM

    MENINGKATKAN KEBERHASILAN KEGIATAN

    PEMBELAJARAN DI MI NASHRIYAH SUMBEREJO

    MRANGGEN DEMAK

    A. Kajian Pustaka ...................................................................... 6

    B. Kerangka Teoritik .................................................................. 7

    1. Kepemimpinan Kepala Madrasah ................................... 7

    2. Kegiatan Pembelajaran ................................................... 10

    3. Proses Pembelajaran dan faktor-faktor yang Mempengaruhi-

    nya ................................................................... 15

    4. Tipe-tipe Kepemimpinan Pendidikan .................................. 29

    5. Menjadi Kepala Madrasah Yang Kompeten ........................ 31

  • BAB III : METODE PENELITIAN

    A.Jenis Penelitian ........................................................................ 34

    B.Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 35

    C.Sumber Penelitian .................................................................... 35

    D.Fokus Penelitian ...................................................................... 36

    E.Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 36

    F.Teknik Analisis Data................................................................ 38

    BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

    A. HASIL PENELITIAN

    1. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Kepemimpinan Kepala

    Madrasah dalam Meningkatkan Keberhasilan Kegiatan

    Pembelajaran di MI Nashriyah Sumberejo Mranggen

    Demak..................................................................40

    2. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat

    Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam

    Meningkatkan Keberhasilan Kegiatan Pembelajaran

    Di MI Nashriyah Sumberejo Mranggen Demak ............ ...43

    B. ANALISIS PENELITIAN

    1. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Kepemimpinan Kepala

    Madrasah dalam Meningkatkan Keberhasilan Kegiatan

    Pembelajaran di MI Nashriyah Sumberejo Mranggen

    Demak............................................... ... ...............44

    2. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Keberhasilan

    Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Meningkatkan

    Kualitas Kegiatan Pembelajaran di MI Nashriyah sumberejo

    Mranggen Demak...................................................51

  • BAB V : PENUTUP

    A. Kesimpulan ........................................................................ 53

    B. Saran .................................................................................. 54

    DAFTAR PUSTAKA

    DAFTAR TABEL

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. La tar Belakang Masalah

    Madrasah merupakan lembaga yang bersifat kompleks dan unik.

    Bersifat kompleks karena madrasah sebagai organisasi di dalamnya terdapat

    berbagai dimensi yang satu sama lain saling berkaitan dan saling

    menentukan. Sedang sifat unik, menunjukkan bahwa madrasah sebagai

    organisasi memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh organisasi-

    organisasi yang lain. Ciri-ciri yang menempatkan madrasah memiliki

    karakter tersendiri, di mana terjadi proses belajar mengajar, tempat

    terselenggaranya pembudayaan kehidupan umat manusia.

    Karena sifatnya yang komplek dan unik tersebutlah, madrasah

    sebagai organisasi memerlukan tingkat organisasi yang tinggi. Keberhasilan

    madrasah adalah keberhasilan kepala madrasah.

    Kepala madrasah yang berhasil apabila mereka memahami

    keberadaan madrasah sebagai organisasi yang komplek dan unik, serta

    mampu melaksanakan peranan kepala madrasah sebagai seseorang yang

    diberi tanggungjawab untuk memimpim madrasah.

    Studi keberhasilan kepala madrasah menunjukkan bahwa kepala

    madrasah adalah seseorang yang menentukan titik pusat dan irama suatu

    madrasah. Bahkan lebih jauh studi tersebut menyimpulkan bahwa

    keberhasilan madrasah adalah keberhasilan kepala madrasah. Beberapa

    diantara kepala madrasah dilukiskan sebagai orang yang memiliki harapan

    tinggi bagi para staf dan para siswa, kepala madrasah adalah mereka yang

    banyak mengetahui tugas-tugas mereka dan mereka yang menetukan irama

    bagi madrasah mereka.1 Berdasarkan rumusan hasil studi di atas

    menunjukkan betapa penting peranan kepala madrasah dalam menggerakkan

    kehidupan madrasah mencapai tujuan.

    1 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: PT Raja Grafindo 2002), hlm.82

  • 2

    Sesuai dengan ciri-ciri madrasah sebagai organisasi yang bersifat

    kompleks dan unik; tugas dan fungsi kepala madrasah seharusnya dilihat

    dari berbagai sudut pandang. Dari sisi tertentu kepala madrasah dapat

    dipandang sebagai pejabat formal, sedang di sisi lain seorang kepala

    madrasah dapat berperan sebagai manajer, sebagai pemimpin, sebagai

    pendidik dan yang tidak kalah penting seorang kepala madrasah juga

    berperan sebagai staf.

    Madrasah, merupakan tempat umum yang memiliki ciri khas

    keislaman , yang berkonsentrasi pada dua bidang keilmuan yaitu bidang

    ilmu pengetahuan umum dan keagamaan. tidak tertutup kemungkinan untuk

    mengembangkan pola pendidikan semacam ini jika saja personel madrasah,

    khususnya kepala madrasah, mampu memaksimalkan potensi-potensi yang

    a da . Meskipun dengan mengembangkan pola pendidikan semacam ini,

    madrasah juga akan dihadapkan pada permasalahan-permasalahan klasik

    yang menyertainya, seperti: permasalahan fisik dan non-fisik madrasah.

    Pada fisik, permasalahan yang dihadapi lembaga madrasah pada

    umumnya berkaitan dengan keterbatasan sarana dan prasarana yang dimiliki,

    seperti: gedung madrasah, perpustakaan laboratorium, media pembelajaran,

    d a n buku-buku penunjang pelajaran lainnya. Sedangkan pada kategori non-

    fisik, masalah yang banyak dihadapi madrasah adalah berkaitan dengan

    penyesuaian tenaga-tenaga kependidikan yang kurang memenuhi standar

    kualifikasi dan kurang terlatih, kurikulum yang overloaded bahkan dapat

    dikatakan tidak terintegrasi dengan bidang studi, serta penerapan manajemen

    pendidikan yang complicated dan kurang efektif.

    Permasalahan-permasalahan ini sebenarnya tidak perlu dibesar-

    besarkan, jika saja madrasah sebagai lembaga pendidikan formal memiliki

    seorang pemimpin yang mengerti dan memahami, serta mampu

    melaksanakan kepemimpinan madrasah dengan baik. Hal ini dapat

    dipahami karena kedudukan kepala madrasah pada lembaga pendidikan

    yang begitu penting dalam menentukan segala arah kebijakan yang ada di

    madrasah, sehingga menjadikan kepala madrasah sangat diharapkan peran

    dan kemampuannya dalam memimpin segala urusan yang ada di madrasah.

  • 3

    Lebih lanjut kepemimipinan kepala madrasah merupakan kegiatan

    yang tidak hanya menyangkut persoalan-persoalan ketatausahaan madrasah

    saja, tetapi lebih dari itu. Kepemimipinan kepala madrasah merupakan

    aktivitas kompleks yang memadukan sumber-sumber persoalan yang ada di

    madrasah, baik yang mengenai materi, personel, perencanaan, kerjasama,

    kepemimpinan, kurikulum dan sebagainya, yang kesemuannya itu perlu

    diatur dan ditata sedemikian rupa sehingga dapat tercipta suasana yang

    memungkinkan terselenggaranya kegiatan belajar mengajar yang baik.

    Hal ini senada dengan konsep yang diutarakan oleh Atmodiwirio

    yang menjelaskan bahwa madrasah merupakan "aktivitas kompleks yang

    memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam mencapai

    tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya".2 Berdasarkan

    pengertian tersebut dapat dipahami bahwa kepemimipinan kepala madrasah

    merupakan suatu usaha memadukan unsur-unsur yang ada pada madrasah

    dengan tujuan agar tercipta suasana kondusif yang memungkinkan

    terselenggaranya proses belajar mengajar yang baik.

    Unsur-unsur yang dimaksud adalah kepala madrasah, guru, dan

    tenaga kependidikan lainnya yang terlibat secara langsung dalam upaya

    merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, mengkoordinir serta

    mengawasi kegiatan madrasah lembaga tempat mereka mengabdi mulai dari

    pengorganisasian bidang tata usaha, sarana dan prasarana, tenaga

    kependidikan, keuangan, serta supervisi dan evaluasi. Oleh karena itu, agar

    pekerjaan yang sedemikian kompleks dan banyaknya ini dapat terselesaikan

    dengan baik, maka diperlukan sosok kepala madrasah yang dapat

    bertanggungjawab dalam mengatur, mengurus, dan memadukan semua

    unsur madrasah agar menjadi sebuah tim kerja yang solid dalam

    meningkatkan mutu pendidikan di madrasah.

    Kepala M.I Nashriyah Sumberejo Mranggen Demak adalah salah

    satu contoh pemimpin madrasah yang telah berhasil menerapkan pola

    kepemimpinan madrasah, sehingga menarik untuk diteliti lebih lanjut

    2 Soebagio Atmodiwirjo, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Ardaditiya Jaya,

    2000), hlm. 22

  • 4

    karena dengan kemampuannya memadukan semua unsur yang ada di

    madrasah dan dengan dukungan sistem kepemimpinan yang baik

    menjadikan M.I Nashriyah menjadi salah satu pilihan masyarakat

    Sumberejo Kecamatan Mranggen dan sekitarnya dalam menyekolahkan

    putra-putrinya. Keberhasilan yang telah dicapai tidak hanya itu saja

    ternyata, masih ada keberhasilan lain yang mampu diraihnya setelah

    diterapkan kepemimpinan kepala madrasah, yaitu adanya peningkatan

    kinerja guru, kedisiplinan waktu kerja pegawai, tata usaha yang teratur,

    sampai pada meningkatnya prestasi akademik dan non-akademik siswa,

    sehingga dengan kemajuan-kemajuan inilah penulis tertarik untuk

    mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai kepemimpinan kepala

    madrasah dalam meningkatkan keberhasilan kegiatan belajar mengajar di

    M.I Nashriyah Sumberejo Mranggen Demak.

    B. Rumusan Masalah

    Atas dasar latar belakang masalah di atas, rumusan masalah yang

    muncul untuk mendapatkan jawaban pada penelitian ini adalah:

    1) Apa upaya-upaya yang dilakukan oleh kepala madrasah dalam

    meningkatkan keberhasilan kegiatan pembelajaran di M.I Nashriyah

    Sumberejo Mranggen Demak?

    2) Apa faktor-faktor yang menghambat dan menunjang keberhasilan

    kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan keberhasilan

    kegiatan pembelajaran di M.I Nashriyah Sumberejo Mranggen Demak?

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian

    adalah sebagai berikut:

  • 5

    1. Untuk mengetahui upaya- upaya apa yang dilakukan oleh kepala

    madrasah dalam meningkatkan keberhasilan kegiatan pembelajaran di

    M.I Nashriyah Sumberejo Mranggen Demak

    2. Untuk mengetahui faktor apa yang menghambat dan menunjang

    keberhasilan kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan

    keberhasilan kegiatan pembelajaran di MI Nashriyah Sumberejo

    Mranggen Demak

    Sedangkan manfaat diadakannya penelitian ini adalah:

    1. Secara Teoritis

    Penelitian ini diharapkan mampu menambah khazanah ilmu

    pengetahuan yang berkaitan dengan pengelolaan lembaga pendidikan

    Islam pada umumnya, dan madrasah pada khususnya, serta diharapkan

    juga dapat menambah wawasan dan memperluas cakrawala

    pengetahuan kepada penulis tentang proses kegiatan belajar mengajar.

    2. Secara Praktis

    Hasil dari terselesaikannya penelitian ini diharapkan dapat

    memberi sumbang pemikiran berupa informasi atau pengetahuan bagi

    praktisi pendidikan pada umumnya, dan khususnya bagi pengelola

    lembaga madrasah dalam menerapkan pola kegiatan belajar mengajar

    yang efektif dan efisien.

  • 6

    BAB II

    PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH DALAM

    MENINGKATKAN KEBERHASILAN KEGIATAN

    PEMBELAJARAN DI MI NASHRIYAH SUMBEREJO MRANGGEN

    DEMAK

    A. Kajian Pustaka

    Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber

    data sekunder yaitu penelitian yang ada relevansinya dengan judul

    penelitian ini, adapun data penelitian yang diambil peneliti adalah:

    Analisis Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Pelaksanaan

    Kegiatan Belajar Mengajar Di MTs Taqwiyatul Wathon Sumberejo

    Mranggen Kabupaten Demak, Skripsi (Wonosobo: Fakultas Tarbiyah

    Universitas Sains Al-Quran,2010),dengan penemuan kepala madrasah

    dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di MTs. Taqwiyatul Wathon

    Sumberejo adalah; a) sebagai penanggungjawab sukses dan tidaknya

    kegiatan belajar mengajar, b) sebagai konseptor terhadap pengembangan

    madrasah dan mutu kualitas siswa1.

    Secara umum penelitian tersebut mempunyai kesamaan dengan

    penelitian yang hendak dilakukan ini, yaitu; dari objek kajiannya yang

    sama-sama membidik figur pimpinan dalam menerapkan perannya sebagai

    pemimpin lembaga pendidikan, tetapi dari segi sasaran terdapat perbedaan.

    Jika pada penelitian-penelitian terdahulu lebih banyak memfokuskan

    kajiannya pada peran kepala madrasah pada manajemen madrasah,

    sedangkan pada penelitian yang akan dilaksanakan di MI Nashriyah ini

    nantinya lebih akan difokuskan kajiannya pada peran kepemimipinan kepala

    madrasah dalam mengatur, mengurus, dan menata sumber-sumber

    pendidikan mulai dari perencanaan proses belajar mengajar, organisasi,

    1 Nuriyatul Badriyah, 1326308, Skripsi (Wonosobo: Fakultas Tarbiyah Universitas Sains

    Al-Quran,2010), hlm.76

  • 7

    bimbingan dan pengarahan, koordinasi, pengawasan serta komunikasi

    pendidikan, sampai pada masalah operasional pendidikan seperti tata usaha,

    sarana dan prasarana, keuangan, tenaga kependidikan, dan hubungan

    masyarakat.

    B. Kerangka Teoritik.

    1. Kepemimpinan Kepala Madrasah

    a. Pengertian Kepemimpinan Kepala Madrasah

    Untuk mendefinisikan pengertian kepemimpinan para pakar

    berbeda-beda pendapat, belum seorangpun yang mampu menjawab

    semua pertanyaan yang ada dari setiap definisi yang jumlahnya

    mungkin sama banyaknya dengan jumlah tulisan kepemimpinan,

    meskipun berbeda-beda justru dapat saling melengkapi satu sama lain,

    pendapat tersebut antara lain:

    Kepemimpinan menurut William Chohen adalah seni

    mempengaruhi orang lain untuk melakukan unjuk kerja maksimum

    guna menyelesaikan suatu tugas, mencapai suatu tujuan atau

    menyelesaikan sebuah proyek. Sementara Max De Pree mendefinisikan

    kepemimpinan adalah musik yang keluar dari hati, ia bukanlah sebuah

    jabatan (a pasition) tetapi sebuah pekerjaan (a job).2

    Cohan, De Pree menekankan aspek-aspek kepemimpinan pada

    soal hubungan antar manusia maka untuk memastikan pekerjaan atau

    tugas kepemimpinan harus semanusiawi mungkin.

    Sedang menurut al-Asad Taftazany

    Artinya: kepemimpinan adalah kepemimpinan umum dalam

    urusan agama dan dunia sebagai pengganti nabi Saw. 3

    2 Andreas Harefa, Menjadi Manusia Pembelajar (Jakarta: Kompas, 2000), hlm. 150

    3 Ahmad Rofiq, Fiqih Kontekstual, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 102.

  • 8

    Kepemimpinan adalah kemampuan menetapkan suatu arah yang

    dapat dirasakan (asensible direction), membuat orang-orang

    menyelaraskan diri ke arah itu, memberi dan memberi mereka kekuatan

    (energizing them) untuk memcapainya dengan cara apapun,menurut

    John P. Kotter.

    Kepemimpinan adalah proses membujuk (inducing) orang-orang

    lain untuk mengambil langkah menuju suatu sasaran bersama-sama. Hal

    ini menurut Ewin Alocke.

    Dari berbagai definisi diatas peneliti menyimpulkan bahwa

    kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu

    kelompok sedemikian rupa sehingga tercapailah tujuan kelompok itu,

    yang mana tujuan tersebut merupakan tujuan bersama.

    b. Fungsi Kepemimpinan Kepala Madrasah

    Pada dasarnya ada dua fungsi kepemimpinan kepala madrasah

    Fungsi yang berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai.

    1. Fungsi yang bertalian dengan penciptaan suasana pekerjaan yang

    sehat dan menyenangkan sambil memeliharanya.

    Berikut fungsi yang bertalian dengan tujuan yang hendak dicapai:

    a) Pemimpin berfungsi memikirkan dan merumuskan tujuan dengan

    teliti serta menjelaskan supaya anggota dapat bekerjasama

    mencapai tujuan.

    b) Pemimpin memberi dorongan kepada anggota- anggotanya untuk

    menganalisis situsi supaya dapat dirumuskan rencana kegiatan

    kepemimpinan yang dapat memberi harapan baik.

    c) Pemimpin berfungsi membantu anggotanya dalam

    mengumpulkan keterangan yang perlu supaya dapat mengadakan

    pertimbangan yang sehat

    d) Pemimpin berfungsi menggunakan kesanggupan dan minat

    khusus anggotanya

  • 9

    e) Pemimpin berfungsi memberi dorongan kepada setiap anggota

    untuk melahirkan perasaan dan pikirannya serta memilih buah

    pikiran yang baik dan berguna dalam pemecahan masalah yang

    dihadapi anggotanya

    f) Pemimpin berfungsi memberi kepercayaan menyerahkan

    tanggungjawab kepada anggota dalam melaksanakan tugas,

    sesuai dengan kemampuan masing-masing demi kepentingan

    bersama.

    2. Fungsi kepemimpinan yang bertalian dengan penciptaan suasana

    pekerjaan yang sehat dan menyenangkan.

    a) Pemimpin berfungsi memupuk dan memelihara kebersamaan

    dalam kelompok. Seperti adanya gotong royong dalam anggota

    supaya berjalan lancar dan mempermudah pencapaian tujuan

    yang ditetapkan

    b) Pemimpin berfungsi mengusahakan suatu tempat bekerja yang

    menyenangkan, sehingga dapat dipupuk kegembiraan dan

    semangat bekerja dalam pelaksanaan tugas. Kepuasan akan

    terpenuhi jika ada ruangan yang menarik, terdapat fasilitas yang

    cukup memadahi

    c) Pemimpin dapat menanamkan dan memupuk perasaan pada

    anggaota bahwa mereka termasuk dalam kelompok dan

    merupakan bagian dari kelompok. Semangat kelompok dapat

    dibentuk melalui penghargaan terhadap usaha setiap anggota

    demi kepentingan kelompok

    d) Pemimpin dapat menggunakan kelebihan yang terdapat pada

    dirinya, bukan untuk berkuasa atau mendominasi melainkan

    untuk memberikan sumbangan kepada anggota menuju

    pencapaian tujuan bersama. Ia harus mengakui anggotanya secra

  • 10

    wajar, dengan berbuat demikian itu pemimpin akan diterima dan

    diakui secara wajar.4

    2. Kegiatan Pembelajaran

    a. Pengertian Belajar Mengajar

    Belajar adalah usaha untuk menguasai segala sesuatu yang

    berguna untuk hidup. Akan tetapi menurut konsep Eropa, arti belajar itu

    agak sempit, hanya mencakup menghafal, mengingat dan memproduksi

    sesuatu yang dipelajari.5

    Menurut Skinner sebagaimana dikutip oleh Notoatmojo dan

    Mujiono belajar adalah suatu perilaku.6 Pada saat orang belajar maka

    responnya lebih baik, bila ia tidak belajar maka responnya menurun.

    Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut:

    1. Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon

    pembelajar

    2. Responsi pembelajar

    3. Kosekwensi yang bersifat menguatkan respon tersebut. Pemerkuat

    terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekwensi tersebut.

    Perilaku responsi pembelajar yang baik diberi hadiah, perilaku

    respon yang tidak baik diberi teguran dan hukuman.

    Gagne berpendapat sebagaimana yang dikutip dalam bukunya

    Dymyati dan Mujiono, bahwa belajar adalah seperangkat proses

    kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, meliwati

    pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.7 Menurut Gagne

    belajar terdiri dari tiga komponen penting yaitu kondisi eksternal,

    kondisi internal dan hasil belajar. Gagne berpendapat bahwa dalam

    4 Suekarto Indrafahrudi, Bagaimana Memimpin Sekolah Yang Baik, (Jakarta: Galia

    Indonesia, 1993),Hlm. 13-17 5 Notoatmojo, Soekijo, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, (Jakarta: PT Rineka Cipta,

    2003), hlm. 36 6 Dymyati, Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm.9

    7 Dymyati, Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, Hlm. 10

  • 11

    belajar terdiri dari tiga tahap yang meliputi sembilan fase. Tahapan itu

    adalah persiapan untuk belajar, pemerolehan dan unjuk perbuatan, alih

    belajar.

    Aliran Behafiorisme memandang bahwa belajar adalah

    mengubah perilaku siswa dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak

    mengerti menjadi mengerti, dan tugas guru adalah mngontrol stimulus

    dan lingkungan belajar agar perubahan mendekati tujuan yang

    diinginkan.8

    Sedangkan aliran psikologi kognitif memandang bahwa belajar

    adalah mengembangkan berbagai strategi untuk mencatat dan

    memperoleh berbagai informasi.9

    Aliran ini mengembangkan pandangan bahwa belajar

    menekankan empat komponen yaitu:

    1. Siswa membangun pemahamannya sendiri dari hasil mereka belajar

    2. Pelajaran baru sangat tergantung pada pelajaran sebelumnya

    3. Belajar dapat ditingkatkan dengan interaksi sosial

    4. Penugasan-penugasan dalam belajar dapat meningkatkan

    kebermaknaan proses pembelajaran

    Bagi Hilgard sebagaimana yang kutip oleh Wina Sanjaya belajar

    adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman

    dan latihan.10

    Belajar menurut ini bukanlah sekedar mengumpulkan

    pengetahuan tapi belajar adalah proses mental yang terjadi pada diri

    seorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku.

    Aktifitas itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan

    yang disadari.

    Morgan sebagaimana dikutip oleh Ngalim Purwanto

    mendefinisikan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap

    8 Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana, 2007) hlm. 93

    9 Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, Hlm. 94

    10 Wina sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasisi Kompetensi,

    (Bandung, 2005), hlm.89

  • 12

    dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau

    pengalaman.11

    Mengajar atau mendidik yang dalam bahasa Arab tarbiyah, Syeh

    Musthofa Al-gholayani mendefinisikan sebagai berikut:

    Artinya: mendidik yaitu menanamkan ahlak mulia dalam jiwa pemuda,

    menyiraminya dengan air petunjuk dan nasehat, sehingga

    melekat pada jiwa, kemudian membuahkan keutamaan dan

    kebaikan serta cinta berbuat untuk kemanfatan tanah air.

    Menurut konsep Amerika, pengajaran diperlukan untuk

    memperoleh ketrampilan yang dibutuhkan manusia dalam hidup

    bermasyarakat. Belajar pada hakikatnya adalah penyempurnaan potensi

    atau kemampuan pada organisme biologis dan psikis yang dipelukan

    dalam hubungan manusia dengan dunia luar dan hidup bermasyarakat.13

    Mengajar berasal dari bahasa inggris kuno, yaitu taekan. Kata ini

    berasal dari bahasa Jerman kuno (old Teutenic) teikjan, yang berasal

    dari kata dasar teik, yang berarti memperlihatkan. Kata tersebut juga

    ditemukan dalam bahasa sansekerta dic. Yang dalam bahasa Jerman

    kuno dikenal dengan deik. Istilah mengajar juga berhubungan dengan

    token yang berarti tanda atau simbol. Dalam bahasa Inggris kuno taecan

    berarti to teach yang berati mengajar.

    Secara deskriptif mengajar adalah proses penyampaian informasi

    dari guru kepada siswa. Proses penyampaian itu juga disebut sebagai

    11

    Ngalim Purwanto, Mp, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997),

    hlm. 84

    12 ., , (, : ), , 13

    Noto Atmojo Suekijo, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, (Jakarta: PT Rineka Cipta,

    2003),.hlm. 36

  • 13

    proses mentransfer ilmu. Dalam konteks ini, mentransfer tidak

    diartikan dengan memindahkan, seperti misalnya mentransfer uang.

    Sebab kalau kita analogikan dengan mentransfer uang, maka jumlah

    uang yang dimiliki oleh seseorang akan menjadi berkurang bahkan

    hilang setelah ditransfer kepada orang lain. Kata transfer dalam kontek

    ini sebagai proses menyebarluaskan. Untuk proses mengajar, sebagai

    proses menyampaikan pengetahuan akan lebih tepat jika diartikan

    dengan menanamkan ilmu pengetahuan seperti yang dikemukakan

    Smith bahwa mengajar adalah menanamkan ilmu pengetahuan atau

    ketrampilan (teaching is imparting knowledge or skill).14

    Mengajar adalah suatu aktifitas mengorganisasi atau mengatur

    lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak

    sehingga terjadi proses belajar.15

    Belajar berarti membimbing aktivitas

    anak, membimbing pengalaman anak, membantu anak berkembang dan

    menyesuaikan diri dengan lingkungan.

    Kenneth D. Moore mengartikan bahwa mengajar adalah sebuah

    tindakan dari seseorang yang mencoba untuk membantu orang lain

    mencapai tujuan dalam berbagai aspek seoptimal mungkin sesuai

    dengan potensinya.16

    Menurut pandangan ini bahwa keberhasilan mengajar bukan

    seberapa banyak ilmu yang disampaikan pada siswa, tetapi seberapa

    besar guru memberi peluang pada siswa untuk memperoleh segala

    sesuatu yang ingin diketahuinya, guru hanya menfasilitasi untuk

    meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan.

    Berdasarkan uraian di atas peneliti berpendapat bahwa kegiatan

    belajar mengajar adalah interaksi antara guru dan siswa baik secara

    individu maupun kelompok atau juga antara siswa dan ligkungannya

    14

    Wina, Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasisi Kompetensi,

    (Bandung, 2005), hlm. 73 15

    Nasution, Didaktif Azaz Azaz Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hlm. 4 16

    Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana, 2007). Hlm. 93

  • 14

    dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau sikap

    supaya terjadi perubahan perilaku yang lebih baik.

    b. Hakikat Belajar

    Pada dasarnya bahwa di dunia ini tidak ada mahluk hidup yang

    sewaktu baru dilahirkan sedemikian tidak berdayanya seperti bayi

    manusi. Sebaliknya tak ada mahluk lain di dunia ini yang setelah

    dewasa mampu menciptakan apa yang telah diciptakan manusia

    dewasa. Jika manusia dilahirkan tidak mendapat bantuan orang dewasa

    dan tidak dididik atau diajar maka sirnalah ia. Benar bahwa bayi yang

    sudah membawa potensi-potensi yang diperlukan untuk kelangsungan

    hidupnya, tapi jumlahnya terbatas sekali. Potensi bawaan tidak

    mungkin berkembang baik tanpa pengaruh dari luar maka hakikat dari

    belajar adalah penyempurnaan potensi atau kemampuan pada

    organisme bilogis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia

    dengan luar dan hidup bermasyarakat sebagaimana firman Allah Qs.

    An-Nahl ayat 78.

    ) : )

    Artinya: dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu

    pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.(QS.

    An-Nahl: 78).17

    Sejalan dengan firman Allah tersebut nabi juga bersabda:

    17

    Depag RI, Alquran dan Terjemahannya,Yayasan Penyelenggara Penterjamah/

    Pentafsir Al-Quran: Jakarta 1971, Hlm.413

  • 15

    18

    Artinya: Kewajiban orang tua sebagai pemenuhan hak atas anaknya adalah memberi nama yang baik, mendidik sopan santun,

    mengajar baca tulis, mengajar berenang dan memanah,

    memberi makan yang baik dan menikahkannya bila sudah

    dewasa. (H.R. Hakim).

    3. Proses Pembelajaran dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi- nya

    a. Proses Pembelajaran

    Proses belajar adalah serangkaian aktivitas yeng terjadi pada

    pusat syaraf individu yang belajar. Proses belajar terjadi secara

    abstrak karena terjadi secara mental dan tidak dapat diamati. Oleh

    karena itu proses belajar dapat diamati jka ada perubahan prilaku

    dari seseorang yang berbeda dari sebelumnya. Perubahan perilaku

    tersebut bisa dalam hal pengetahuan, afektif, maupun

    psikomotoriknya.19

    Menurut Gagne, proses belajar di madrasah itu melalui tahap

    atau fase: motifasi, konsentrasi, mengolah, menggali, prestasi dan

    umpan balik.20

    Tahap motivasi: keinginan siswa untuk melakukan kegiatan

    belajar contoh, siswa tertarik melihat gurunya datang.

    Tahap konsentrasi: saat siswa memusatkan perhatian yang

    telah ada pada tahap motivasi untuk tertuju pada hal yang relevan

    dengan apa yang akan dipelajari.

    18

    Ali Hamdi Mudaim, Ramalan Rasulullah Saw Tentang Akhir Zaman, (Kertasana:CV

    Bintang Pelajar, 1987), hlm. 91. 19

    Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Malang: t. p.

    2007), hlm. 16 20

    Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, Hlm. 17

  • 16

    Tahap mengolah: siswa menahan informasi yag diterima dari

    guru dalam tempat penyimpanan ingatan jangka pendek kemudian

    mengolah informasi-informasi untuk diberi makna yang berupa

    sandi-sandi sesuai dengan penangkapan masing-masing.

    Tahap menyimpan: siswa menyimpan simbul-simbul hasil

    olahan yang telah diberi makna ke dalam bidang ingatan dalam

    jangka panjang. Pada tahapan ini hasil belajar sudah diperoleh, baik

    sebagian maupun seluruhnya.

    Tahap menggali: yaitu siswa menggali informasi yang telah

    disimpan dalam LTM (long term memory) ke STM (short term

    memory) untuk dikaitkan dengan informasi baru yang diterima.

    Tahap prestasi: informasi yang telah tergali pada tahap

    sebelumnya digunakan untuk menunjukkan prestasi yang merupakan

    hasil belajar. Misalnya berupa ketrampilan mengerjakan sesuatu,

    kemampuan menjawab soal, atau menyelesaikan tugas.

    Tahap umpan balik; siswa memperoleh penguatan

    (konfirmasi) saat perasaan puas atas prestasi yang ditunjukkan. Hal

    ini terjadi jika prestasinya tepat. Tapi sebaliknya, jika prestasinya

    jelek, perasaan tidak puas maupun tidak senang itu bisa saja

    diperoleh dari guru (eksternal) atau dari sendiri (internal).21

    b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar Mengajar

    Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar

    adalah sebagai berikut:

    1. Faktor internal: faktor yang berasal dari dalam individu.22 Faktor

    internal ini meliputi :

    a) Faktor fisiologis: faktor yang berhubungan dengan kondisi

    fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua

    21

    Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran,, hlm. 18 22

    Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran,, hlm. 19

  • 17

    macam pertama keadaan tonus jasmani contoh kondisi fisik

    orang yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh

    positif terhadap kegiatan belajar individu, kondisi fisik yang

    lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar

    yang maksimal. Kedua fungsi jasmani: selama proses belajar

    berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia

    sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama panca indra.

    Panca indra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah

    aktifitas belajar baik pula.23

    b) Faktor psikologis: adalah keadaan psikologis seseorang yang

    dapat mempengaruhi proses belajar. Faktor psikologis

    meliputi kecerdasan siswa, motovasi, minat, sikap dan bakat

    2. Faktor eksternal: faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari

    luar dirinya. Faktor internal ini meliputi: lingkungan sosial dan

    non sosial.24

    a) Lingkungan sosial meliputi:

    1) lingkungan sosial madrasah, seperti guru, administrasi

    dan teman-teman sekelas. Hubungan yang harmonis

    antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk

    belajar lebih baik di madrasah

    2) lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan

    masyarakat tempat tinggal siswa akan mempengaruhi

    belajar siswa

    3) lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat

    mempengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga,

    sifat-sifat orang tua, demografi keluarga (letak rumah),

    23

    Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, , hlm. 20 24

    Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran,, hlm. 26

  • 18

    pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak

    aktivitas belajar siswa.25

    b) Lingkungan non Sosial

    Lingkungan non sosial meliputi:

    1) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar,

    sinar matahari yang tidak terlalu silau, suasana yang sejuk

    dan tenang. Faktor ini dapat mempengaruhi aktivitas

    belajar siswa

    2) Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat

    digolongkan menjadi dua macam. Pertama hardware

    seperti gedung madrasah, alat-alat belajar, fasilitas

    belajar, lapangan olah raga dan lain sebagainya. Kedua

    softwere seperti kurikulum madrasah, peraturan-peraturan

    madrasah, buku panduan, silabi dan lain sebagainya.

    3) Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor

    ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan

    siswa, begitu juga dengan metode mengajar guru,

    disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa.

    c. Belajar Menurut Berbagai pandangan

    1. Belajar Menurut Islam

    Islam sebagai agama rohmatan lil alamin sangat mewajibkan

    umatnya untuk selalu belajar. Bahkan, Allah mengawali

    menurunkan alquran sebagaimana pedoman hidup manusia dengan

    ayat yang memerintahkan Muhammad Saw. untuk membaca dan

    membaca (iqro). Iqro merupakan salah satu perwujudan dari

    aktivitas belajar. Dan dalam arti yang luas dengan iqro pula

    manusia dapat mengembangkan pengetahuan dan memperbaiki

    kehidupannya. Betapa pentingnya belajar, karena itu dalam al-

    25

    Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, , hlm. 27

  • 19

    quran Allah berjanji akan meningkatkan derajat orang yang belajar

    dari pada yang tidak, firman Allah dalam Al-Quran QS Al-

    Mujadalah ayat 11.

    (: )

    Artinya: Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah

    niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila

    dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah

    akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan

    orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

    dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. Al-

    Mujadalah:11).26

    2. Belajar Menurut Al-Quran Dan Al-Hadits

    Salah satu yang membedakan manusia dengan mahluk yang

    lain adalah kemampuannya untuk belajar. Untuk ini Allah

    memberikan akal sebagai alat untuk belajar, sehingga membuat

    manusia mampu memimpin di bumi karena itu, kemampuan belajar

    adalah salah satu diantara sekian banyak nikmat yang diberikan

    Allah pada manusia.

    Pendapat bahwa belajar sebagai aktivitas yang tidak dapat

    dipisahkan dari kehidupan manusia, ternyata bukan dari hasil

    renungan manusia semata. Ajaran agama sebagai pedoman hidup

    manusia juga menganjurkan manusia untuk selalu melakukan

    kegiatan belajar. Kendati tidak ada ajaran agama yang secara detail

    membahas tentang belajar, namun setiap ajaran agama, baik secara

    26

    Depag RI, Alquran dan Terjemahannya,Yayasan Penyelenggara Penterjamah/

    Pentafsir Al-Quran: Jakarta 1971, hlm. 911

  • 20

    eksplisit maupun implisit, telah menyinggung bahwa belajar adalah

    aktivitas yang dapat memberikan kebaikan kepada manusia.27

    Di dalam al-quran kata-kata al-ilmu dan sepadanannya

    digunakan lebih dari 780 kali. Beberapa ayat pertama yang

    diwahyukan kepada Rasulullah, menyebutkan pentingnya

    membaca, pena dan ajaran untuk manusia, terdapat dalam surat al-

    Alaq 1-5:

    (-: )

    Artinya: 1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,

    2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

    3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,

    4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],

    5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak

    diketahuinya.(QS. Al-Alaq:1-5)28

    Berkenaan dengan belajar ini nabi bersabda:

    Artinya: Rasulullah Saw. Bersabda, Menuntut ilmu itu wajib bagi muslim laki-laki dan peremuan. (HR. Muslim).

    29

    3. Belajar Menurut Tokoh-Tokoh Islam

    27

    Baharuddin, Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: AR-

    RUZZ MEDIA, 2008), hlm. 30 28

    Depag RI, Alquran dan Terjemahannya,Yayasan Penyelenggara Penterjamah/

    Pentafsir Al-Quran: Jakarta 1971, hlm.1079 29

    Syaikh Az-Zarnuji, Terjemah Talim Mutaalim, (Surabaya: Mutiara Ilmu, 1995),

    hlm.3

  • 21

    Banyak tokoh Islam yang memiliki kepedulian dan

    menyumbangkan pemikirannya tentang aktivitas belajar, diantanya

    adalah Al-Ghozali dan Az-Zarnuji. Kedua tokoh ini banyak

    mewarnai pendidikan masyarakat Islam Indonesia, terutama

    pendidikan di kalangan pesantren.

    a) Al-Ghozali

    Menurut Al-Ghozali, pendekatan belajar dalam mencari

    ilmu dapat dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan,

    yaitu pendekatan talim insani dan talim rabbani. Talim insani

    adalah belajar dengan bimbingan manusia.30

    Pendekatan ini

    merupakan cara umum yang dilakukan orang, dan biasanya

    dilakukan dengan alat-alat indriawi yang diakui oleh orang yang

    berakal. Proses talim insani ini dibagi menjadi dua.

    1) Proses eksternal melalui belajar mengajar (talim)

    Menurut Al-Ghozali, dalam proses belajar mengajar

    sebenarnya terjadi aktivitas ekplorasi pengetahuan sehingga

    menghasilkan perubahan-perubahan perilaku. Seorang guru

    mengekplorasi ilmu yang dimilikinya untuk diberikan kepada

    muridnya, sedangkan murid menggali ilmudari gurunya agar ia

    mendapatkan ilmu.

    2) Proses internal melalui proses tafakkur

    Tafakur diartikan dengan membaca realitas dalam

    berbagai dimensinya wawasan spritual dan penguasaan

    pengetahuan hikmah. Proses tafaakur dapat dilakukan apabila

    jiwa dalam keadaan suci. Dengan membersihkan qolb dan

    mengosongkan egoisme dan keakuannya ketitik nol, maka ia

    berdiri di hadapan Tuhan, seperti seorang murid berhadapan

    dengan seorang guru. Menuntut ilmu harus melalui proses

    30

    Baharuddin, Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran,, hlm. 44

  • 22

    berfikir terhadap alam semesta, karena ilmu itu sendiri

    merupakan hasil dari proses berfikir.

    Pendekatan talim rabbani adalah merupakan belajar

    dengan bimbingan Tuhan. Dalam pendekatan ini, Allah

    menjadi guru bagi seseorang yang ingin mendapatkan ilmu,

    dengan membimbing manusia untuk menjadi orang yang suci,

    tulus, dan mau berfikir untuk mencari kebenaran dan memiliki

    ilmu pengetahuan. Menurut Al-Ghozali, seseorang harus

    melakukan tazkiyatun Nafs, pembersihan hati dari dosa dan

    kesalahan. Dan ketika jiwa seseorang sudah bersih dan suci,

    maka Allah menganugrahinya dengan suatu ilmu pengetahuan

    yang belum ia ketahui.31

    b) Al-Zarnuji

    Konsep pendidikan beliau tertuang dalam kitab Talim al-

    Mutaalim Thuruq al-Taallum, beliau mengemukakan antara

    lain:

    1) Pengertian ilmu dan keutamaannya

    2) Niat belajar

    3) Memilih guru, ilmu, teman dan ketabahan dalam belajar

    4) Menghormati ilmu dan ulamak

    5) Ketekunan, kontinuitas, dan cita-cita luhur

    6) Permulaan dan insensitas belajar serta tata tertibnya

    7) Tawakkal pada allah

    8) Masa belajar

    9) Kasih sayang dan memberi nasihat

    10) Mengambil pelajaran

    11) Wara (menjaga diri dari yang subhat dan haram) pada masa

    belajar

    31

    Baharuddin, Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran,, hlm. 48

  • 23

    12) Penyebab hafal dan lupa

    13) Masalah rizki dan umur

    Al-Zarnuji membagi ilmu pengetahuan dalam empat

    kategori. Pertama, ilmu fardlu ain yaitu ilmu yang wajib

    dipelajari oleh setiap muslim secara individual, contoh ilmu

    tauhid, fiqih dan lain sebagainya yang berkaitan dengan tata cara

    beribadah kepada Allah.

    Kedua, ilmu fardlu kifayah, yaitu ilmu yang

    kebutuhannya hanya dalam saat-saat tertentu saja seperti ilmu

    sholat janazah

    Ketiga, ilmu haram, yaitu ilmu yang haram untuk dipelajari

    seperti ilmu nujum (ilmu perbintangan yang biasanya

    dipergunakan untuk meramal). Sebab dapat membawa

    marabahaya, karena lari dari kenyataan takdir Allah.

    Keempat, ilmu jawas, yaitu ilmu ilmu yang hukum

    mempelajarinya boleh karena bermanfaat bagi manusia, contoh

    ilmu kedokteran.32

    Dengan demikian, pemikiran Al-Zarnuji berupaya

    membawa lingkungan belajar pada tingkat ketekunan dan

    kewibawaan guru dalam ilmu dan pengajarannya. Sedangkan

    murid sebagai individu yang belajar, menunjukkan keseriusan

    dan kesungguhan dalam belajar sebagai menifestasi daya juang

    dalam pencapaian ilmu yang diajarkan oleh guru dalam rangka

    mencari ridho Allah Swt. dan untuk menuai kemanfaatannya.

    Kontekstualisasi hubungan guru dan murid saat sekarang

    adalah pemahaman terhadap pemikiran Al-Zarnuji yang

    signifikan yang bernafas religious ethis. Dengan mengambil

    nilai-nilai dan pesan yang terkandung dalam pemikiran Al-

    Zarnuji tersebut, berarti kita telah menggali dan menghidupkan

    32

    Baharuddin, Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran,, hlm. 53.

  • 24

    kembali nilai-nilai dalam proses pendidikan dan sekaligus

    menjadikannya sebagai dasar pembentukan akhlak dan landasan

    dalam membina hubungan yang harmonis antara guru dengan

    murid yang berorientasi pada hubungan yang etis-humanis.

    d. Karakteristik Guru

    Berkaitan hal belajar mengajar, tak khayal lagi kita

    membicarakan tentang guru. Siapakah yang disebut dengan guru dan

    bagaimanakah profil seorang guru?

    Menurut Zakiyah Darojat, guru adalah pendidik profesioanal,

    karena secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan

    memikul sebagian tanggungjawab pendidikan yang terpikul di

    pundak orang tua.33

    Menurut Purwadarminta, guru adalah orang yang kerjanya

    mengajar. Dilihat dari pengertian ini, mengajar merupakan tugas

    pokok seorang yang akan mendidik muridnya. Sehubungan dengan

    hal ini Mukhibin Syah, mengemukakan guru adalah yang dalam

    bahasa Arab disebut Mualim, dalam bahasa Inggris disebut teacher,

    yakni seorang yang pekerjaannya mengajar.

    Menurut Sayyid Muhammad dalam bukunyatarbiyah

    wattahdib mengatakan:

    .

    33

    Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, (Yogyakarta: Arruz Media goup,

    2008), hlm. 127

    , , , (: ), , 34

  • 25

    Artinya: sesungguhnya gurumu adalah orang yang menyelamatkanmu dari musibah kebodohan, menebarkan sesuatu di hatimu yang

    menjadikanmu manusia sempurna, utama, mengetahui apa

    yang ada padamu dan apa yang terjadi padamu dari beberapa

    hak dan kewajiban yang bermanfaat pada dirimu dan orang

    selain dirimu, menyingkirkan dari kehinaan kepada keutamaan

    dicintai terhadap semua manusia dipandang dengan

    pandangan yang tenang dan sebagai itibar.

    Guru dalam Islam adalah orang yang bertanggungjawab

    terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan seluruh

    potensinya, baik potensi afektif, potensi kognitif, maupun potensi

    psikomotorik.35

    Guru berarti orang dewasa yang bertanggungjawab

    memberikan pertolongan pada anak didik dalam perkembangan

    jasmani dan rohani agar dapat mencapai tingkat kedewasaan, serta

    mampu berdiri sendiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba

    Allah. Di samping itu, ia mampu sebagai makhluk sosial dan mahluk

    individu yang mandiri. Allah berfirman dalam Al-Quran QS. Al-

    Imron. 164

    ( : )

    Artinya: sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang

    Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada

    mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan

    mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan

    Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah

    benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (QS. Al-Imron: 164).36

    35

    Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, hlm.128 36

    Depag RI, Alquran dan Terjemahannya,Yayasan Penyelenggara Penterjamah/

    Pentafsir Al-Quran: Jakarta 1971, hlm. 104

  • 26

    Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa tugas guru adalah

    bukan hanya mengajar di kelas, tetapi juga sebagai norem drager

    (pembawa norma) agama di tengah-tengah masyarakat.

    Berikut ini adalah karakteristik guru

    1. Sang guru adalah pendamping utama kaum pembelajar, orang-

    orang muda dan benih-benih kehidupan masa depan, dalam

    proses menjadi pemimpin

    2. Sang guru memainkan peran sebagai aktor atau aktris

    pendamping atau pembantu yang membuat pemimpin tampak

    bercahaya sebagai aktor atau aktris pemeran utama, dan sekaligus

    membesarkan hati para pembelajar yang sementara menjadi

    figuran

    3. Sang guru adalah aktor intelektual yang selalu ada di belakang

    layar sebagai tut wuri handayani

    4. Sang guru dirasakan kehadirannya, ia dikenal luas justru karena

    tidak menganggap penting lagi popularitas, kedudukan, dan

    kekuasaan (politik)

    5. Sang guru melalui proses-proses yang bersifat transformasi total

    mulai transformasi kultural, meskipun tidak berhenti di situ

    6. Sang guru adalah tidak lagi menaruh minat pada hal-hal yang

    berkaitan langsung dengan kehidupan di dunia ini, sebab ia

    mengarahkan hidupnya kepada kehidupan di akhirat yang akan

    datang.

    7. Sang guru menaruh minat lebih pada penyelarasan spiritualitas

    hati nurani dengan rasionalitas akal budi (pemimpin) dan

    aktivitas-otot (pembelajar)

    8. Kebutuhan utama sang guru adalah aktualisasi, orientasi-devosi

    diri, bukan lagi memiliki rasa berharga, keterikatan identitas

    kolektif (pemimpin), apalagi kebutuhan fisiologis rasa aman,

    dan keterkaitan- transendensi diri (pembelajar)

  • 27

    9. Sang guru belajar dari dirinya sendiri, ketika pemimpin belajar

    pada semua orang dan terinspirasi oleh matahari, air, api atau

    alam semesta, sedangkan pembelajar belajar pada idolanya,

    tokoh-tokoh yang dikaguminya.37

    e. Bagaimana Menjadi Guru yang Baik

    Mengajar adalah usaha yang sangat komplek, sehingga sukar

    menentukan bagaimanakah sebenarnya mengajar yang baik.

    Menurut Gilbert Hunt dalam bukunya effectife teaching

    mengatakan bahwa guru yang baik itu harus memenuhi tujuh

    kriteria.38

    1. Sifat.

    Guru yang baik harus memiliki sifat-sifat antusias,

    stimulatif, mendorong siswa untuk maju, tolerans, sopan santun,

    fleksibel dan demokratis.

    2. Pengetahuan.

    Guru yang baik harus memiliki pengetahuan yang

    memadahi dalam mata pelajaran yang diampunya dan terus

    mengikuti kemajuan dalam bidang ilmunya

    3. Bagaimana mengajar.

    Guru yang baik mampu menjelaskan berbagai informasi

    secara jelas, terang, memberi layanan yang variatif.

    4. Harapan.

    Guru yang baik memberikan harapan pada siswa, mampu

    membuat siswa accountable, dan mendorong orang tua dalam

    menuju kemampuan akademik siswanya

    5. Reaksi guru terhadap siswa.

    37

    Andreas Harefa, Menjadi Manusia Pembelajar, (Jakarta: Kompas, 2000), hlm. 76 38

    Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana, 2007). hlm.

    112

  • 28

    Guru yang baik bisa menerima berbagai masukan, resiko

    dan tantangan, selalu memberikan dukungan pada siswanya,

    konsisten dalam kesepakatan-kesepakatan dengan siswa,

    bijaksana terhadap kritik siswa, cepat dalam memberikan

    feedback bagi siswa dalam membantu mereka belajar

    6. Manajemen.

    Guru yang baik harus mampu menunjukkan keahlian dalam

    perencanaan, memiliki kemampuan mengorganisasi kelas,

    memiliki kemampuan dalam mengatasi dua atau lebih aktifitas

    kelas dalam satu waktu yang sama, dapat meminimalisasi

    gangguan, memiliki teknik untuk mengontrol kelas, dapat

    memelihara siswa kondusif dalam belajar, dan tetap dapat

    menjaga siswa untuk tetap belajar menuju sukses

    7. Apa yang disampaikan.

    Guru yang baik juga mampu memberikan jaminan bahwa

    materi yang disampaikannya mencakup semua unit bahasan yang

    diharapkan secara maksimal.39

    f. Bagaimana Meningkatkan Efektifitas Pembelajaran

    Mengajar itu efektif, jika pembelajar mengalami berbagai

    pengalaman baru dan perilakunya menjadi berubah menuju titik

    akumulasi kompetensi yang dikehendaki. Akan tetapi idealitas

    tersebut tidak akan tercapai jika tidak melibatkan siswa dalam

    perencanaan dan proses pembelajaran. Jika itu berjalan maka siswa

    akan mencapai kompetensi harapannya, kecintaan mereka pada

    sekolah akan tumbuh dan mereka benar-benar menjadi anak

    terpelajar, beradab dan mentaati berbagai aturan yang berada di

    masyarakat.

    39

    Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, hlm. 113

  • 29

    Menciptakan kelas yang efektif dengan peningkatan

    efektifitas proses pembelajaran tidak bisa dilakukan dengan parsial,

    tetapi harus holistis. Menurut teori Hunt ada lima bagian penting

    dalam peningkatan efektifitas pembelajaran, yaitu perencanaan,

    komunikasi, pengajaran, pengaturan dan evaluasi. Namun Kinneth D

    Moore mengembangkannya menjadi tujuh langkah peningkatan

    pembelajaran efektif, yakni dari mulai perencanaan, perumusan

    berbagai tujuan, pemaparan perencanaan pembelajaran pada siswa ,

    proses pembelajaran dengan menggunakan berbagai strategi,

    penutupan proses pembelajaran denga evaluasi yang akan menjadi

    feedback untuk perancangan berikutnya.

    4. Tipe-tipe Kepemimpinan Pendidikan

    Berdasarkan cara pelaksanaannya, ada empat tipe kepemimpinan

    yaitu:

    a. Kepemimpinan otokatris: kekuasaan yang tidak terbatas

    Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri antara lain:

    1. Mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus

    dipatuhi,

    2. Pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal,

    3. Berambisi untuk merajai situasi,

    4. Setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri,

    5. Bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang

    rencana dan tindakan yang akan dilakukan,

    6. Semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas

    pertimbangan pribadi,

    7. Adanya sikap eksklusivisme,

    8. Selalu ingin berkuasa secara absolut,

    9. Sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku,

  • 30

    10. Pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka

    patuh.

    b. Kepemimpinan pseudo-demokratis

    Tipe ini disebut juga semi demokratis atau manipulasi

    diplomatic,dengan ciri-ciri:

    1. Pemimpin hanya tampaknya saja bersikap demokratis padahal

    sebenarnya dia bersikap otokratis.

    2. Pemimpin mendesak bawahan agar menerima ide atau pikiran

    sebagai keputusan bersama.

    c. Kepemimpinan laissez-faire

    Kepemimpinan laissez-faire memiliki ciri-ciri antara lain:

    1. Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia

    membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya

    sendiri.

    2. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikitpun dalam kegiatan

    kelompoknya.

    3. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh

    bawahannya sendiri.

    4. Pemimpin hanya berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki

    keterampilan teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa

    mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi

    kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja yang kooperatif.

    5. Kedudukan sebagai pemimpin biasanya diperoleh dengan cara

    penyogokan, suapan atau karena sistem nepotisme.

    d. Kepemimpinan demokratis.40

    Kepemimpinan demokratis memiliki ciri-ciri antara lain:

    1. Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan

    memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya.

    Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan

    40

    Suekarto Indrafahrudi, Bagaimana Memimpin Sekolah Yang Baik, Hlm. 23

  • 31

    penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri)

    dan kerjasama yang baik.

    2. Kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada

    pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap

    warga kelompok.

    3. Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu,

    mau mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan.

    4. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya

    masing-masing.

    5. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin

    pada saat-saat dan kondisi yang tepat.

    Tipe-tipe kepemimpinan ini sangat berkaitan dengan sifat dan

    watak pribadi seorang pemimpin. Di dalam prakteknya ternyata tipe-

    tipe itu bervariasi adanya, tergantung pada situasi kematangan

    bawahannya yang akan dibinanya.

    5. Menjadi Kepala Madrasah Yang Kompeten

    Pada sebuah madrasah kepala Madrasah adalah bapak sekaligus

    ibu bagi semua guru yang bertugas di madrasah tersebut. Hal ini

    merupakan kosekwensi logis bahwa seorang kepala madrasah haruslah

    mempunyai tingkat kemampuan lebih sehingga dapat mengkontribusi

    segala kebutuhan guru yang bersifat psikis dan bahkan terkadang

    bersifat fisik. Kondisi ini memaksa kepala madrasah untuk dapat

    memposisikan diri sebagaimana yang diinginkan anak buahnya, guru-

    guru.41

    Walaupun memiliki sekian banyak kekurangan karena sifat

    kemanusiaannya, kepala madrasah berkwajiban untuk berupaya

    meningkatkan kemampuan diri agar menjadi kepala madrasah yang

    baik sesuai dengan keinginan anak buahnya dan organisasi madrasah.

    41

    Muhamad Saroni, Manajemen Madrasah, (Yogyakarta: Ar Russ, 2006), hlm. 47

  • 32

    Hal ini berkaitan dengan posisinya sebagai pemimpin madrasah dan

    manajemen dan organisasi madrasah. Jika kepala madrasah tidak

    memiliki kemampuan untuk memimpin dan mengelola organisasi

    madrasah, visi dan misi madrasah tidak mungkin tercapai secara

    maksimal.

    Oleh karena itu ada beberapa hal yang perlu dipahami dan

    diupayakan untuk dikuasai secara maksimal agar menjadi kepala

    madrasah yang baik yaitu;

    a. Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)

    Seorang kepala harus dapat mempunyai kompetensi untuk

    mengelola segala sumber daya yang dimiliki oleh madrasah secara

    maksimal agar dapat mencapai tujuan madrasah, karena sumber daya

    yang dimiliki madrasah merupakan modal dasar dan penentu

    keberhasilan mencapai tujuan madrasah.42

    Sumber daya manusia di madrasah meliputi guru, karyawan,

    siswa, masyarakat sekitar. Mereka inilah yang dapat diarahkan untuk

    menjadi penentu keberhasilan program madrasah. Karena itu, kepala

    madrasah harus mempunyai kemampuan untuk memanajemeni atau

    mengelola mereka agar efektif dan efisien. Untuk tujuan tersebut

    kepala madrasah harus mampu menciptakan kondisi kerja yang

    kondusif di semua unsur. Dengan kondisi yang kondusif dapat

    meningkatkan kinerja seluruh sumber daya yang ada dan semua

    unsur dapat melaksanakan tugas sesuai dengan proporsinya masing-

    masing tanpa ada rasa tertekan antar sesama atau terhadap kepala

    madrasah.

    Kepala madrasah harus mampu membagi tugas dan fungsi

    personil secara efektif dan efisien, tidak bolah ada pertimbangan like

    and dislike pada saat membagi tugas keorganisasian kepada anak

    buahnya karena akan menyebabkan kondisi kerja yang kurang

    42

    Muhamad Saroni, Manajemen Madrasah, hlm. 48

  • 33

    kondusif dan dapat menimbulkan prasangka yang jelas merugikan

    organisasi secara umum dan menimbulkan juga kecemburuan sosial.

    Oleh karena itulah sebagai kepala madrasah harus dapat

    mengelola SDM yang ada semaksimal mungkin, dengan

    mengkondisikan kerja dan pola kerja yang tersistem, tersruktur dan

    terbagi rata pada beban yang sesuai dengan tingkatan kemampuan,

    proposional pada setiap personil.

    b. Hubungan Madrasah dengan Masyarakat

    Eksistensi madrasah di masyarakat sebenarnya tergantung

    bagaimana madrasah itu membina hubungan dengan masyarakat.

    Manajemen hubungan madrasah dengan masyarakat secara luas

    meliputi hubungan dengan orang tua siswa, hubungan dengan

    seluruh aspek kehidupan yang ada di sekitar madrasah.43

    Madrasah perlu membina dengan instansi- instansi di sekitar

    madrasah yang secara langsung maupun tidak langsung dapat

    menunjang kegiatan pembelajaran misalnya puskesmas, pasar,

    pabrik dan lain-lain. Hal ini terkait dengan kurikulum yang berbasis

    kompetensi yang dalam proses pembelajarannya tidak hanya

    memakai sarana madrasah tapi mempergunakan semua yang ada di

    sekitar madrasah sebagai obyek belajar.

    Untuk semua itu, sayogyanya kepala madrasah

    mengembangkan sikap hidup sosial yang seluas-luasnya dan

    mempunyai kemampuan untuk berinteraksi dengan semua unsur

    masyarakat dan mampu memberikan gambaran seluas-luasnya

    tentang profil madrasah yang dipimpinnya.44

    43

    Muhamad Saroni, Manajemen Madrasah, hlm. 49 44

    Muhamad Saroni, Manajemen Madrasah, hlm. 50-51

  • 34

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, yaitu

    penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian

    yang terjadi pada saat sekarang,1 sehingga penelitian ini mempunyai

    kekhasan yang terletak pada tujuannya, yakni mendeskripsikan tentang segala

    sesuatu yang berkaitan dengan seluruh kegiatan,

    Pemilihan pendekatan kualitatif deskriptif ini karena pada penelitian

    ini berusaha meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, suatu system

    pemikiran, atau suatu peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan membuat

    deskripsi, gambaran atau lukisan sistematis, faktual dan akurat mengenai

    fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

    Pada umumnya penelitian kualititif deskriptif merupakan penelitian

    non-hipotesis/ non-statistik, sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu

    merumuskan hipotesis. Penelitian ini mempunyai ciri khas yang terletak pada

    tujuannya, yakni mendiskripsikan tentang segala sesuatu yang berkaitan

    dengan seluruh kegiatan objek penelitian. Adapun yang dimaksud kegiatan di

    sini adalah kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan

    keberhasilan kegiatan pembelajaran di MI Nashriyah Sumberejo Mranggen

    Demak.

    Adapun proses pelaksanaan penelitian kualititif deskriptif adalah

    sebagai berikut:

    a. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang

    ada;

    b. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek- praktek

    yang ada;

    c. Membuat perbandingan atau evaluasi; dan

    1 Nana Sujana dan Ibrahim, Penelitian dan Penelitian pendidikan (Bandung: Sinar baru,

    1984), hlm. 64

  • 35

    d. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah

    yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana

    dan keputusan pada waktu yang akan datang.

    B. Tempat dan Waktu Penelitian

    Untuk memperoleh data tentang peran kepemimpinan kepala

    madrasah dalam meningkatkan keberhasilan kegiatan pembelajaran di Mi

    Nashriyah Sumberejo Mranggen Demak, maka penelitian ini dilakukan pada:

    Tempat penelitian : Madrasah Ibtidaiyah Nashriyah Sumberejo

    Mranggen Demak

    Waktu penelitian : Tanggal 1 April sampai dengan 1 Mei 2011

    C. Sumber Penelitian

    Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data

    primer dan sumber data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh

    atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan

    penelitian atau yang bersangkutan karena memerlukannya. Data primer ini

    disebut juga data asli atau data baru. Artinya, data yang diperoleh memang

    asli dari lapangan dan baru, bukan data yang sudah usang/lama atau yang

    telah diolah. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh atau

    dikumpulkan orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang

    telah ada.2

    Sumber data primer, peneliti secara khusus peroleh dari kajian

    langsung ke objek penelitian berupa hasil data observasi, dokumentasi,dan

    interview dengan :

    1. Bapak Supriyadi selaku ketua yayasan Taqwiyatul Wathon

    2. Bapak Sairul Anwar,S.Pd selaku kepala MI Nashriyah

    3. Bapak Ali Ashadi selaku komite MI Nashriyah

    4. Bapak Ngabidun selaku wakil kepala bagian kurikulum

    2 M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok materi metodologi Penelitian dan Aplikasinya(Jakarta:

    Jfilia Indonesia, 2002), hlm. 82

  • 36

    5. Bapak Nur Halimi,S.Pd selaku perwakilan guru

    Sedangkan sebagai data sekunder adalah semua karya atau buku-buku

    yang ada relevansinya dengan judul penelitian ini, diantaranya adalah:

    1. Nuriyatul Badriyah, 1326308, Analisis Kepemimpinan Kepala Madrasah

    Dalam Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar Di MTs Taqwiyatul

    Wathon Sumberejo Mranggen Kabupaten Demak Tahun Pelajaran 2009/

    2010, Wonosobo:Universitas Sains Al-Quran (Unsiq)

    2. Wahjosumidjo, 2002, Kepemimpinan Kepala Sekolah : PT Raja Grafindo,

    persada, Jakarta

    3. Dr. Wina Sanjaya, M.Pd,2008, Pembelajaran dalam Implementasi

    Kurikulum berbasis kompetensi, Jakarta Kencana

    4. DR. Thariq M. As-Suwaidan dan Ir. Faishal Umar Basyarahil, 2005,

    Pemimpin Masa Depan, Jakarta. Gema Insani.

    5. E. Mulyasa, 2002, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi dan

    implementasi, Bandung: Remaja Rosdakaya

    6. Manullang, 1986, Dasar-dasar Manajemen, Jakarta: Ghalia Indonesia

    7. Ngalim Purwanto, 1998, Administrasi dan Supevisi Pendidikan,

    Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

    8. Soebagio Atmodiwirio, 2000, Manajemen Pendidikan Indonesia,Jakarta:

    Ardadizya Jaya

    D. Fokus Penelitian

    Dalam penelitian kualitatif deskriptif ini difokuskan pada peran

    kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan keberhasilan kegiatan

    pembelajaran di MI Nashriyah Sumberejo Mranggen Demak.

    E. Teknik Pengumpulan Data

    Untuk memperoleh data yang cukup dalam penelitian ini, peneliti

    menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu;

    1. Observasi

  • 37

    Teknik observasi adalah pengamatan data dengan mencatat secara

    sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki. 3

    Teknik ini digunakan

    untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan situasi dan kondisi MI

    Nashriyah Sumberejo Mranggen Demak yang meliputi: wawancara, letak

    geografis, proses pembelajaran,struktur organisasi, sarana dan prasarana

    pendidikan.

    2. Dokumentasi

    Teknik dokumentasi adalah pencarian data mengenai hal-hal atau

    variabel yang berupa catatan, struktur organisasi, transkrip, buku, surat

    kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan lain sebagainya.4

    Metode dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data tentang struktu

    organisasi,sarana-prasarana, dan data kualifikasi pendidikan MI Nashriyah

    Sumberejo Mranggen Demak.

    3. Interview

    Interview adalah usaha mengumpulkan informasi dengan mengajukan

    sejumlah pertanyaan secara lisan, untuk dijawab secara lisan pula. Atau

    secara sederhana interview diartikan sebagai alat pengumpul data dengan

    mempergunakan tanya jawab antara pencari informasi dan kepala

    madrasah. 5

    Untuk memperoleh informasi tentang:

    a. Apa upaya- upaya yang dilakukan oleh kepala madrasah dalam

    meningkatkan keberhasilan kegiatan pembelajaran di MI Nashriyah

    Sumberejo Mranggen Demak.

    b. Apa faktor-faktor yang menghambat dan menunjang kepemimpinan

    kepala madrasah dalam meningkatkan keberhasilan kegiatan

    pembelajaran di MI Nashriyah sumberejo Mranggen Demak.

    3 Hadi Sutrisno, Metodologi Research Jilid 1, (Yogyakarta: Fak. Psikologi UGM,

    1983), hlm. 136.

    4 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian atau Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka

    un. 2006), hlm. 206. 5 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gadjah Mada

    University Press, 2002), hlm. 111.

  • 38

    F. Teknik Analisis Data

    Analisis data dapat diartikan sebagai proses yang menghubung-

    hubungkan, memisah-misahkan dan mengelompokkan data yang ada

    sehingga dapat ditarik kesimpulan yang benar.Analisis data yang digunakan

    adalah analisis non-statistik, yaitu menggunakan analisis deskriptif analitis,

    analisis yang diwujudkan bukan dalam bentuk angka melainkan dalam bentuk

    laporan dan uraian deskriptif.

    Adapun langkah-langkah dalam menganalisis data pada penelitian

    kualitatif deskriptif mengacu pada langkah-langkah yang dikemukakan oleh

    Mohammad Ali, yaitu:

    1. Reduksi data

    Reduksi data adalah proses memilih, menyederhanakan,

    memfokuskan, mengabstraksikan dan mengubah data kasar ke dalam

    catatan lapangan.

    2. Display atau sajian data

    Sajian data merupakan suatu cara merangkai data dalam suatu

    organisasi-organisasi yang memudahkan untuk pembuatan kesimpulan

    dan/atau tindakan yang diusulkan.

    3. Verifikasi dan/atau penyimpulan data".6

    Adapun verifikasi data adalah penjelasan tentang makna data

    dalam suatu konfigurasi yang secara khas menunjukan alur kausalnya

    sehingga dapat diajukan proposisi-proposisi yang terkait dengannya.7

    Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka teknik analisis

    data dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik yaitu mendeskripsikan

    peran kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan keberhasilan

    kegiatan pembelajaran di MI Nashriyah Sumberejo Mranggen Demak.

    Dengan menggunakan pendekatan penelitian yang demikian akan

    diketahui bentuk dan model KBM yang telah diterapkan oleh kepala MI

    6 Mohammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, (Bandung : Angkasa, 1993), hlm. 167

    7 Kafemad, Dadang, dan Maman Abd. Djaliel, Metodologi Penelitian Agama (Perspektif tkm

    Ftrhandingan Agama), (Bandung: Pustaka Setia, 2000), hlm. 103

  • 39

    Nashriyah Sumberejo Mranggen Demak. Serta dapat diketahui faktor-faktor

    yang mendukung atau menghambat keberhasilan kepala madrasah dalam

    menerapkan KBM.

  • 40

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

    A. HASIL PENELITIAN

    1. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Kepemimpinan Kepala Madrasah

    dalam Meningkatkan Keberhasilan Kegiatan Pembelajaran di MI

    Nashriyah Sumberejo Mranggen Demak

    Upaya upaya yang dilakukan oleh kepala madrasah ibtidaiyah

    Nashriyah untuk membuat MI Nashriyah menjadi Centre exellent ( Pusat

    Keunggulan ) bagi madrasah lain dan masyarakat adalah membuat

    Rencana Kegiatan Madrasah ( RKM ) ,yaitu :

    a. Rencana Stratejik

    1. Visi

    Terwujudnya Pendidikan yang bermutu dan islami,memiliki

    keimanan dan akhlak mulia,menguasai ilmu pengetahuan dan

    teknologi,cinta lingkungan serta tanah airnya.

    2. Misi

    a) Mewujudkan proses pembelajaran secara aktif,kreatif ,efektif

    dan menyenangkan.

    b) Mewujudkan pendidikan yang demokratis, beriman dan

    berakhlak mulia,berilmu pengetahuan yang luas, disiplin dan

    bertanggung jawab.

    c) Mewujudkan sistem manajemen berbasis madrasah yang

    melibatkan semua warga madrasah dan masyarakat1.

    3. Tujuan

    a) Meningkatkan prestasi siswa agar tercapai nilai rata-rata ujian

    nasional yang signifikan , untuk melanjutkan pendidikan ke

    jenjang yang lebih tinggi.

    1 Ali Ashadi, Ketua Komite MI Nashriyah Sumberejo, 16 Juni 2011, 16.17WIB.

  • 41

    b) Mengupayakan anak didik untuk dapat menerima pelajaran

    dengan baik dan menyenangkan agar berprestasi di tingkat

    kabupaten.

    c) Memiliki keterampilan dan pengalaman dasar beragama islam

    untuk diamalkan dalam kehidupan sehari hari.

    4. Sasaran

    Sasaran yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:

    a) Meningkatkan kuantitas dan kualitas tenaga pendidik dan

    kependidikan.

    b) Meningkatkan sarana dan prasarana yang memadahi.

    c) Meningkatkan prestasi madrasah.

    d) Meningkatkan peran masyarakat dalam pendidikan.

    e) Meningkatkan disiplin dan tanggung jawab warga madrasah.

    f) Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kekomputeran (

    Teknologi Informasi )

    5. Kebijakan Dan Program

    a) Kebijakan

    Adapun kebijakan kebijakan yang digunakan untuk

    mewujudkan sasaran,tujuan misi dan visi adalah ketentuan /

    peraturan perundangan yang berlaku di indonesia serta

    kebijakan kebijakan pemerintah c.q.Kementerian Agama.

    b) Program

    Adapun program program yang akan dilaksanakan dalam

    rangka mencapai sasaran,tujuan,misi dan visi tersebut adalah

    sebagai berikut :

    1) Peningkatan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia

    (SDM )

    2) Pengadaan kebutuhan barang barang operasional.

    3) Peningkatan pelaksanaan evaluasi hasil belajar dan kualitas

    kelulusan madrasah.

    4) Peningkatan partisipasi masyarakat.

  • 42

    5) Meningkatan disiplin dan tanggungjawab.

    6) Peningkatan skill out put SDM.

    b. Rencana Kinerja Tahunan

    1. Sasaran Dan Program

    a) Sasaran

    Sasaran yang ingin dicapai pada tahun 2010 / 2011 adalah

    sebagai berikut: :

    1) Meningkatkan kuantitas dan kualitas tenaga guru .

    2) Meningkatkan kebutuhan media dan sumber pelajaran.

    3) Meningkatnya prestasi akdemik madrasah.

    4) Meningkatnya peran serta masyarakat.

    5) Meningkatnya kegiatan disiplin warga madrasah.

    6) Meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan berteknologi.

    b) Program

    Untuk mencapai sasaran diatas dilaksanakan program

    sebagai berikut :

    1) Peningkatan kuantitas dan kualitas Sumber Daya Manusia

    2) Peningkatan kualitas sarana dan prasarana yang memadai

    3) Peningkatan prestasi madrasah

    4) Peningkatan partisipasi masyarakat

    5) Peningkatan disiplin dan tanggungjawab

    6) Peningkatan Skill out put SDM2

    2. Kegiatan

    Dalam rangka tercapainya sasaran dan program tersebut di

    atas, MI Nashriyah sumberejo Mranggen Th. 2010 / 2011 akan

    melaksanakan kegiatan sebagai berikut :

    a) Mengadakan pembinaan terhadap guru

    2 Sairul Anwar, S.Pd, Kepala MI. Nashriyah Sumberejo, wawancara,1 5 Juni 2011,

    09.47WIB.

  • 43

    b) Mengadakan pembelian peralatan pembelajaran berupa buku-

    buku mata pelajaran serta kebutuhan barang barang operasional

    lain

    c) Mengadakan bimbingan les dan penyelenggaraan ujian madrasah.

    d) Renovasi gedung kelas

    e) Mengadakan rapat wali murid, Pengadaan sarana prasarana

    penunjang pembelajaran

    f) Pembelian Printer komputer dan pembelajaran komputer

    2. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Kepemimpinan Kepala

    Madrasah dalam Meningkatkan Keberhasilan Kegiatan

    Pembelajaran di MI Nashriyah Sumberejo Mranggen Demak

    Kepala madrasah dalam melaksanakan program madrasah juga

    mengalami faktor faktor pendukung dan penghambat ,yaitu :

    a. Faktor Pendukung

    1. Adanya Program madrasah untuk meningkatkan kualitas sumber

    daya manusia dari pendidik ( kualifikasi pendidikan S1 bagi

    guru,ikut kegiatan KKM , KKG dan kursus komputer bagi tenaga

    kependidikan.

    2. Semangat guru ,siswa dan karyawan secara bersama untuk

    memajukan madrasah.

    3. Lingkungan yang mendukung yaitu yayasan yang membawahi

    madrasah sangat antusias sekali.

    4. Masyarakat sekitar yang religius sehingga membantu madrasah

    untuk menempa karakter kepribadian siswa.

    5. letak geografis madrasah yang berada di pedesaan dan jauh dari

    keramaian serta hiruk pikuk perkotaan.

    b. Factor Penghambat

    1. Kurangnya kesadaran masyarakat yang ada di sekitar madrasah

    tentang Pendidikan yang bermutu setelah adanya iklan BOS.mereka

  • 44

    menganggap sekolah atau madrasah itu gratis,padahal untuk

    mencapai pendidikan yang bermutu diperlukan biaya yang tidak

    murah.

    2. Jumlah penduduk sekitar sangat minim ,sehingga berdampak pada

    minimnya anak usia sekolah apalagi program pemerintah untuk KB

    berhasil,sehingga berdampak pada jumlah siswa masuk madrasah.

    3. Sarana prasarana yang jauh dari ideal.

    4. Kemampuan guru dan tenaga kependidikan dalam hal tehnologi

    informasi.

    5. Perpustakaan yang kurang memadahi dan jauh dari ideal.

    6. Masih minimnya kemampuan guru dalam hal mengembangkan

    kreatifitas, bakat dan minat siswa3.

    B. ANALISIS DATA DAN PENELITIAN

    1. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Kepemimpinan Kepala Madrasah

    dalam Meningkatkan Keberhasilan Kegiatan Pembelajaran di MI

    Nashriyah sumberejo Mranggen Demak

    Terdapat beberapa hal yang dilakukan oleh kepala MI Nashriyah

    dalam kegiatan pembelajaran pendidikan di madrasah tersebut sehingga

    pelaksanaan pembelajaran berjalan efektif, upaya itu diantaranya adalah:

    a. Peningkatan Kinerja Guru

    Kinerja guru MI Nashriyah adalah sikap profesionalisme guru

    madrasah dalam mengemban tugas dan wewenang mengajar yang

    menjadi kewajiban dan tanggungjawabnya dalam mewujudkan

    kepentingan anak didik.

    Bentuk dari pelaksanaan tugas dan tanggungjawab guru dalam

    proses belajar mengajar adalah membuat perencanaan program

    pengajaran, melaksanakan proses belajar mengajar, dan menilai hasil

    3 Sairul Anwar, S.Pd, Kepala MI. Nashriyah Sumberejo, wawancara,1 5 Juni 2011,

    09.47WIB.

  • 45

    belajar siswa serta melaporkannya kepada semua pihak yang

    merupakan rangkaian dari kegiatan yang saling berurutan dan tidak

    dapat terpisahkan satu sama lainnya. Pada kegiatan ini kepala madrasah

    mengupayakan diantaranya adalah:

    1. Tahapan Perencanaan Pengajaran

    Pada kegiatan perencanaan pengajaran atau desain

    instruksional, kepala madrasah membantu guru dalam mengambil

    langkah dan aktivitas serta kinerja yang akan ditampilkan dalam

    proses belajar mengajar, diantaranya mengarahkan guru dalam

    penyusunan satuan pembelajaran agar mencakup unsur-unsur tujuan

    mengajar yang diharapkan, materi/bahan pelajaran yang akan

    diberikan, strategi/metode mengajar yang akan ditetapkan dan

    prosedur evaluasi yang dilakukan dalam menilai hasil belajar siswa.

    Dengan kegiatan ini, diperoleh hasil guru madrasah semakin

    mening