peran kantor wilayah peraturan...

125

Upload: phamhanh

Post on 16-Apr-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN
Page 2: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN
Page 3: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

PERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI

DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN DAERAH

Page 4: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN
Page 5: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014TENTANG HAK CIPTA

Pasal 1(1) Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis

berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 113

(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

Page 6: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

PERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI

DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN DAERAH

Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAMKementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia

2016

Page 7: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

PERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN DAERAH

copyright©

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIAKEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI

Jl. HR Rasuna Said Kav. 4-5 Kuningan, Jakarta SelatanWebsite: www.balitbangham.go.id

Tim Penyusun:Y. Ambeg Paramarta, S.H., M.Si.Djoko Pudjihardjo, S.H., M.Hum.Taufik H Simatupang, S.H., M.H.

Victorio Hariara Abraham Situmorang, S.H.Dr. Wicipto Setiadi, S.H., M.H

Moch. Ridwan, S.H., M.Si.Ahmad Jazuli, S.Ag

Hakki Fajriando, S.Sos, M.Si.Bintang M. Tambunan, S.E., M.M., M.Si.

Susena, S.SosEdy Sumarsono, S.H., M.H.

Rosita, S.SosEmmy Taurina Adriani, S.H.

Cetakan Pertama – November 2016

Penata Letak: PanjibudiDesain Sampul: Panjibudi

ISBN: .978-602-6952-08-0

Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang.Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh

isi buku ini tanpa izin tertulis dari Pemegang Hak Cipta.

Pracetak oleh:Tim Pohon Cahaya

Dicetak oleh:Percetakan Pohon Cahaya Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI

dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Page 8: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

ABSTRAK

Kementerian Hukum dan HAM RI merupakan salah satu kementerian pelaksana tugas-tugas pemerintahan (bestuurer) yang dibentuk guna membantu tugas-tugas Presiden (eksekutif), baik sebagai kepala negara maupun kepala pemerintahan, dalam permasalahan-permasalahan yang menyangkut pelaksanaan tugas di bidang pembangunan sistem hukum nasional. Dalam kerangka mewujudkan sistem hukum nasional tentunya harus memperhatikan sinkronisasi dan harmonisasi peraturan perundangan-undangan yang berlaku, baik dalam garis vertikal maupun horizontal. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM (Kanwil) yang merupakan perpanjangan tangan Kementerian Hukum dan HAM berperan sebagai pembina hukum dan sekaligus sebagai koordinator harmonisasi dan sinkronisasi rancangan peraturan perundang-undangan di daerah.

Fakta dan data terakhir juga menunjukkan bahwa Menteri Dalam Negeri telah membatalkan 139 peraturan daerah terhitung sejak November 2014 hingga Mei 2015. Perda-perda yang dibatalkan tersebut dianggap bertentangan dengan undang-undang atau prinsip Negara Kesatuan Republik

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

v

Page 9: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

Indonesia (NKRI). Terkait dengan banyaknya pembatalan Perda, Kanwil sebagai penyelenggara fungsi pelaksanaan fasilitasi perancangan produk hukum daerah, pengembangan budaya hukum dan penyuluhan hukum, serta konsultasi dan bantuan hukum, seharusnya tidak hanya pasif menunggu diikutsertakan melainkan dapat berperan aktif memberikan masukan secara substansi terhadap suatu raperda, serta melakukan harmonisasi dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang hierarkinya lebih tinggi sehingga inkonsistensi antara peraturan daerah dengan peraturan perundang-undangan lainnya dapat diminimalisir. Peran Perancang Kanwil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan seharusnya dilibatkan disetiap tahapan penyusunan rancangan peraturan daerah, terutama di dalam perencanaannya.

Dengan banyaknya Perda yang dianggap bermasalah, maka kajian ini mengangkat permasalahan sejauhmana peran dan keterlibatan Kanwil Kementerian Hukum dan HAM dalam rangka harmonisasi Perda; faktor-faktor penghambat koordinasi Kanwil Kementerian Hukum dan HAM dengan Pemerintah Daerah (Pemda) dalam rangka harmonisasi Perda; serta bagaimana membangun pola hubungan koordinasi antara Kanwil Kementerian Hukum dan HAM dengan Pemda dalam rangka harmonisasi Perda. Untuk itu Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM Kementerian Hukum dan HAM R.I. yang memiliki tugas dibidang penelitian dan pengembangan berusaha untuk mencari dan menemukan

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

vi

Page 10: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

jalan keluar melalui pengkajian ini, sebagai input untuk disampaikan kepada pimpinan Kementerian (stakeholder).

Penelitian/kajian ini didekati dengan pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kualitatif dilakukan sebagai strategi untuk mengumpulkan dan memanfaatkan semua informasi yang terkait dengan pokok permasalahan. Pendekatan kuantitatif dilakukan secara terbatas untuk mengukur tingkat kecenderungan dari jawaban-jawaban informan dan responden yang terkait dengan pokok permasalahan, dengan tabulasi melalui sistem tally dan distribusi frekuensi, sehingga dapat diketahui gambaran data secara faktual. Data yang digunakan dalam kegiatan kajian ini adalah data sekunder yang dikumpulkan berdasarkan penelusuran literatur (library research) dan data primer (field research) yang dikumpulkan dari setiap subjek data (unit/orang). Sedangkan alat pengumpulan data primer adalah angket yang berisi daftar pertanyaan secara tertulis yang ditujukan kepada responden Pejabat Fungsional Perancang baik tertutup (berstruktur)/terbuka (tidak berstruktur) dan pedoman wawancara kepada Pejabat di Biro Hukum Setda Pemda Provinsi dan Sekretariat Dewan DPRD Provinsi.

Dari hasil pengkajian yang dilakukan oleh Tim Pengkajian, dapat diuraikan beberapa kesimpulan sebagai berikut: pertama, keterlibatan Perancang Kanwil memang ada meskipun keterlibatan dimaksud belum maksimal. Kedua, faktor-faktor yang menghambat koordinasi Kanwil Kementerian Hukum dan HAM dengan Pemda/DPRD dalam rangka penyusunan dan harmonisasi rancangan peraturan daerah adalah ego sektoral dari pihak Pemda/DPRD yang

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

vii

Page 11: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

belum secara maksimal melibatkan Perancang Kanwil di setiap tahapan pembentukan Perda, faktor geografis dan minimnya anggaran, serta kurangnya sarana prasarana dan dukungan dari kantor. Ketiga, perlu membangun pola hubungan koordinasi Kanwil Kementerian Hukum dan HAM dengan Pemda/DPRD melalui komunikasi tatap muka, bimtek dengan Pemda terkait Prolegda, dan membuat MOU.

Rekomendasi/saran yang dapat disampaikan antara lain: pertama, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) ketika mengusulkan judul dan proposal Program Pembentukan Peraturan Daerah (Propemperda), yang digagas sebagai skala prioritas dari agenda Program Pembangunan Daerah sudah seharusnya melibatkan Perancang Kanwil sebagai anggota tim (tenaga expert); kedua, Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan sebagai instansi pembina bekerjasama dengan Sekretariat Jenderal segera membuat Buku Pedoman, baik yang menyangkut substansi seperti bidang kepakaran, maupun administrasi fasilitatif seperti rasio kebutuhan Perancang di tiap-tiap Kanwil; ketiga, perlu ada MOU antara Kementerian Dalam Negeri dengan Kanwil Kemenkumham yang menyepakati bahwa pendapat/pemikiran Perancang Kanwil perlu diakomodir bukan sekadar seremonial.

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

viii

Page 12: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

KATA SAMBUTAN

Sebagai negara hukum tentunya penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara harus selalu didasarkan pada aturan-aturan hukum yang berlaku. Oleh karena itu penyelenggara negara harus kuat, bersih dan berintegritas. Hubungan penyelenggaraan pemerintahan antara pemerintah pusat dan daerah sebagaimana diatur dalam Pasal 18A ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa “hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah provinsi, kabupaten dan kota atau antara provinsi, kabupaten dan kota, diatur dengan undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah”.

Hubungan antara pemerintahan pusat dan daerah tentunya harus tetap dipandang sebagai hubungan desentralisasi yang tetap mengedepankan aspek keamanan sekaligus keutuhan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kementerian Hukum dan HAM R.I merupakan salah satu kementerian pelaksana tugas-tugas pemerintahan (bestuurer) yang dibentuk guna membantu tugas-tugas Presiden (eksekutif), baik sebagai kepala negara maupun kepala pemerintahan, dalam permasalahan-permasalahan

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

ix

Page 13: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

yang menyangkut pelaksanaan tugas di bidang pembangunan sistem hukum nasional. Dalam kerangka mewujudkan sistem hukum nasional tentunya harus memperhatikan sinkronisasi dan harmonisasi peraturan perundangan-undangan yang berlaku, baik dalam garis vertikal maupun horizontal.

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM (Kanwil) sebagai perpanjangan tangan Kementerian Hukum dan HAM berperan sebagai pembina hukum dan sekaligus sebagai koordinator harmonisasi dan sinkronisasi rancangan peraturan perundang-undangan di daerah. Terkait dengan banyaknya pembatalan Perda, Kanwil sebagai penyelenggara fungsi pelaksanaan fasilitasi perancangan produk hukum daerah, pengembangan budaya hukum dan penyuluhan hukum, serta konsultasi dan bantuan hukum, seharusnya tidak hanya pasif menunggu diikutsertakan melainkan dapat berperan aktif memberikan masukan secara substansi terhadap suatu raperda, serta melakukan harmonisasi dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang hierarkinya lebih tinggi sehingga inkonsistensi antara peraturan daerah dengan peraturan perundang-undangan lainnya dapat diminimalisir.

Keikutsertaan Perancang dalam pembentukan Peraturan Perundang-undangan dilaksanakan dalam tahapan Perencanaan, Penyusunan, Pembahasan, Pengesahan/penetapan, dan pengundangan. Oleh karena itu, untuk mewujudkan Peraturan Daerah yang baik adalah melalui proses pengharmonisasian. Peran Perancang Kanwil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan seharusnya

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

x

Page 14: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

dilibatkan disetiap tahapan penyusunan rancangan peraturan daerah, terutama di dalam perencanaannya.

Faktor-faktor yang menghambat koordinasi Kanwil Kementerian Hukum dan HAM dengan Pemda/DPRD dalam rangka penyusunan dan harmonisasi rancangan peraturan daerah adalah pertama, ego sektoral dari pihak Pemda/DPRD yang belum secara maksimal melibatkan Perancang Kanwil di setiap tahapan pembentukan Perda. Kedua, faktor geografis dan minimnya anggaran, dan ketiga kurangnya sarana prasarana dan dukungan dari kantor.

Pada kesempatan ini melalui hasil kajian yang telah disusun dalam laporan ini, kami ingin menyarankan antara lain: Pertama, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) ketika mengusulkan judul dan proposal Program Pembentukan Peraturan Daerah (Propemperda), yang digagas sebagai skala prioritas dari agenda Program Pembangunan Daerah, seharusnya sudah melibatkan Perancang Kanwil sebagai anggota tim (tenaga expert), sehingga Perancang mengetahui sejarah Raperda dimaksud mulai dari perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan/penetapan, dan pengundangannya. Kedua, Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan sebagai instansi pembina bekerjasama dengan Sekretariat Jenderal untuk segera membuat Buku Pedoman, baik yang menyangkut substansi seperti bidang kepakaran, maupun administrasi fasilitatif seperti rasio kebutuhan Perancang di tiap-tiap Kanwil. Ketiga, perlu ada MOU antara Kementerian Dalam Negeri dengan Kanwil Kementerian Hukum dan HAM yang menyepakati bahwa pendapat/pemikiran Perancang Kanwil perlu diakomodir.

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

xi

Page 15: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

Terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah berkontribusi serta berpatisipasi atas tersusunnya laporan kajian Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI Dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah. Semoga hasil kajian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-pihak terkait yang hendak merumuskan kebijakan terkait harmonisasi peraturan daerah..

Jakarta, September 2016Kepala Badan

Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM,

Y. Ambeg Paramarta, SH., M.SiNIP. 19650322 198703 1 002

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

xii

Page 16: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga laporan hasil kajian “Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI Dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah” dapat selesai. Laporan hasil kajian Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI Dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah ini mungkin kurang sempurna, namun harapan kami hasil kajian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak terkait khususnya dalam mengambil kebijakan terkait harmonisasi peraturan daerah.

Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada Kanwil Kementerian Hukum dan HAM, Biro Hukum Sekretariat Daerah Pemda Provinsi, Sekretariat Dewan DPRD Provinsi DKI Jakarta, D.I. Yogyakarta, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara dan Nusa Tenggara Timur, dan semua pihak yang telah memberikan dukungan dan partisipasinya sehingga pelaksanaan kajian Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

xiii

Page 17: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

dan HAM RI Dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah dapat berjalan dengan baik.

Jakarta, September 2016Kepala Pusat

Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan

Djoko Pudjirahardjo, S.H., M.HumNIP. 19620926 198903 1 001

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

xiv

Page 18: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

DAFTAR ISI

Abstrak ................................................................................................vKata Sambutan .................................................................................. ixKata Pengantar ................................................................................ xiiiDaftar Isi ............................................................................................xvDaftar Tabel dan Grafik ................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................... 1A. Latar Belakang .............................................................. 1B. Pokok Permasalahan ................................................... 11C. Ruang Lingkup .............................................................11D. Tujuan ........................................................................... 12E. Sasaran, Output dan Outcome ................................... 12F. Metodologi ................................................................... 13

1. Pendekatan ............................................................ 132. Tipologi .................................................................. 133. Metode Pengumpulan Data .................................. 144. Teknik Penarikan Sampel ...................................... 145. Responden .............................................................. 156. Variabel, Indikator dan Sumber Data ................... 15

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

xv

Page 19: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

BAB II TINJAUAN TEORI DAN KONSEPSIONAL ...................17A. Kesadaran dan Budaya Hukum Masyarakat .............. 17B. Hukum Sebagai Alat Perubahan

Dalam Masyarakat .......................................................22C. Kedudukan, Fungsi, Hierarki, Materi Muatan

dan Pengawasan Peraturan Daerah .......................... 28D. Aspek, Landasan dan Asas-asas Pembentukan

Peraturan Daerah ........................................................ 39E. Konsepsi Tentang Peran dan Peranan ...................... 48

BAB III TEMUAN DAN ANALISA DATA LAPANGAN .............. 53A. Lokasi dan Sumber Data .............................................53B. Peran Kanwil Kementerian Hukum dan HAM

Dalam Harmonisasi Peraturan Daerah ..................... 56C. Faktor Penghambat Koordinasi Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM dengan Pemerintah Daerah Dalam Harmonisasi Peraturan Daerah ........................................................ 62

D. Membangun Pola Hubungan Koordinasi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM dengan Pemerintah Daerah Dalam Harmonisasi Peraturan Daerah ........................................................ 66

BAB IV PENUTUP ..................................................................69A. Kesimpulan ................................................................. 69B. Saran/Rekomendasi ..................................................... 71

Daftar Pustaka ...................................................................................75Lampiran .......................................................................................... 79

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

xvi

Page 20: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

DAFTAR TABEL DAN GRAFIK

Tabel 1. Lokasi dan Sumber Data Kajian ...................................... 54

Grafik 1. Jumlah Sebaran Responden Perancang Kanwil ...............55

Grafik 2. Jumlah Sebaran Responden Perancang Kanwil Berdasarkan Jabatan .........................................................55

Grafik 3. Jumlah Sebaran Responden Perancang Kanwil Berdasarkan Jabatan dan Kepangkatan ......................... 56

Tabel 2. Keterlibatan dalam penyusunan prolegda N=45 ............ 59

Tabel 3. Alasan belum pernah dilibatkan dalam penyusunan prolegda N= 39 ................................ 60

Tabel 4. Keterlibatan dalam harmonisasi ranperda N= 45 ..........61

Tabel 5. Alasan belum pernah terlibat dalam harmonisasi ranperda N= 3 ................................. 62

Tabel 6. Faktor-faktor penghambat koordinasi dalam penyusunan dan harmonisasi Ranperda N=45 ... 64

Tabel 7. Langkah-langkah membangun pola hubungan koordinasi Kanwil Kementerian Hukum dan HAM dengan Pemda Dalam penyusunan Prolegda dan harmonisasi Ranperda N=45 .......................................... 67

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

xvii

Page 21: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

xviii Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Page 22: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 sudah ditegaskan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum. Sebagai negara hukum tentunya penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara harus selalu didasarkan pada aturan-aturan hukum yang berlaku. Oleh karena itu penyelenggara negara harus kuat, bersih dan berintegritas. Hal ini sejalan dengan salah satu dari 9 agenda prioritas Nawa Cita yang menyebutkan “Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya”. Di dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 disebutkan bahwa tantangan di bidang pembangunan hukum dan aparatur dalam mewujudkan sistem hukum nasional yang mantap adalah bagaimana mewujudkan sistem hukum nasional yang menjamin tegaknya supremasi hukum dan HAM berdasarkan keadilan dan kebenaran.

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

1

Page 23: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

Saat ini birokrasi belum mengalami perubahan mendasar. Banyak permasalahan belum terselesaikan. Permasalahan itu makin meningkat kompleksitasnya dengan desentralisasi, demokratisasi, globalisasi, dan revolusi teknologi informasi. Proses demokratisasi yang dijalankan telah membuat rakyat makin sadar akan hak dan tanggung jawabnya. Untuk itu, partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan negara termasuk dalam pengawasan terhadap birokrasi perlu terus dibangun dalam rangka mewujudkan tata pemerintahan yang baik. Tingkat partisipasi masyarakat yang rendah akan membuat aparatur negara tidak dapat menghasilkan kebijakan pembangunan yang tepat. Kesiapan aparatur negara dalam mengantisipasi proses demokratisasi perlu dicermati agar mampu memberikan pelayanan yang dapat memenuhi aspek transparansi, akuntabilitas, dan kualitas yang prima dari kinerja organisasi publik. Globalisasi juga membawa perubahan yang mendasar pada sistem dan mekanisme pemerintahan. Revolusi teknologi dan informasi akan mempengaruhi terjadinya perubahan manajemen penyelenggaraan negara dan pemerintahan.

Hubungan penyelenggaraan pemerintahan antara pemerintah pusat dan daerah sebagaimana diatur dalam Pasal 18A ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa “hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah provinsi, kabupaten dan kota atau antara provinsi, kabupaten dan kota, diatur dengan undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah”.

Hubungan antara pemerintahan pusat dan daerah tentunya harus tetap dipandang sebagai hubungan desentralisasi yang

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

2

Page 24: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

tetap mengedepankan aspek keamanan sekaligus keutuhan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Oleh karena itu tidak semua urusan bernegara diserahkan ke Pemerintah Daerah (Pemda), tetapi tetap menjadi kewenangan pemerintah pusat dengan menempatkan instansi vertikalnya di daerah, terutama yang menyangkut sendi-sendi kehidupan bernegara yang bersifat mendasar (elementer). Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 9 ayat (3) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara bahwa kementerian yang menangani urusan agama, hukum, keuangan dan agama memiliki unsur pelaksana tugas pokok di daerah. Salah satu urusan dimaksud adalah urusan hukum yang menjadi kewenangan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

Kementerian Hukum dan HAM R.I merupakan salah satu kementerian pelaksana tugas-tugas pemerintahan (bestuurer) yang dibentuk guna membantu tugas-tugas Presiden (eksekutif), baik sebagai kepala negara maupun kepala pemerintahan, dalam permasalahan-permasalahan yang menyangkut pelaksanaan tugas di bidang pembangunan sistem hukum nasional. Tugas di bidang hukum merupakan peran yang strategis dalam rangka mengaktualisasikan fungsi hukum, menegakan hukum, menciptakan budaya hukum, dan membentuk peraturan perundang-undangan yang adil, konsisten, tidak diskriminstif, tidak bias gender

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

3

Page 25: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

serta memperhatikan hak asasi manusia.1 Dalam kerangka mewujudkan sistem hukum nasional tentunya harus memperhatikan sinkronisasi dan harmonisasi peraturan perundangan-undangan yang berlaku, baik dalam garis vertikal maupun horizontal.

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM (Kanwil) sebagai perpanjangan tangan Kemenkumham berperan sebagai pembina hukum dan sekaligus sebagai koordinator harmonisasi dan sinkronisasi rancangan peraturan perundang-undangan di daerah. Pelaksanaan tugas dan fungsi Kantor Wiayah pada dasarnya merupakan implementasi dan konsekuensi logis dari pelaksanaan tugas Menteri di daerah, oleh karena itu Kanwil harus serius mempersiapkan diri serta memiliki tenaga hukum yang berkualitas agar dapat melaksanakan tugas yang diamanatkan oleh ketentuan diatas. Keberhasilan dan kegagalan pembinaan hukum dan perundang-undangan disuatu daerah berada diatas pundak Kakanwil Kemenkumham R.I.

Fakta-fakta empirik (empirical evidence) menunjukan bahwa sampai dengan Maret 2010, tercatat dari 1.024 Peraturan Daerah (Perda) yang disampaikan untuk dievaluasi dari 33 Kabupaten/Kota sudah dibatalkan. Pembatalan tersebut disebabkan karena Perda dimaksud menimbulkan ekonomi biaya tinggi sehingga menghambat laju investasi di daerah. Fakta dan data terakhir juga menunjukkan bahwa Menteri

1 Suhariyono, Peranan Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Dalam Penyusunan Prolegda, Dalam Bimbingan Teknis Proglam Legislasi Daerah, Jakarta, 2007, hlm. 41.

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

4

Page 26: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

Dalam Negeri Tjahjo Kumolo telah membatalkan 139 peraturan daerah terhitung sejak November 2014 hingga Mei 2015. Perda-perda yang dibatalkan tersebut dianggap bertentangan dengan undang-undang atau prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Salah satu perda yang dibatalkan berkaitan dengan larangan keluar rumah pada malam hari bagi wanita Aceh. ”Itu yang kami batalkan 139 itu tadi, termasuk di Aceh, mengeluarkan aturan wanita tidak boleh keluar rumah setelah jam 23.00. Itu apa alasannya, pertimbangannya, itu yang ingin kita pertegas bahwa Indonesia bukan negara agama, negara pancasila,” kata Tjahjo di Kantor Kementerian Dalam Negeri Jakarta, Rabu (22/7/2015). Semua perda yang disepakati pemerintah daerah bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sedianya merujuk undang-undang. Dalam membahas perda, daerah sedianya berkonsultasi dengan Kemendagri. Tjahjo juga menyampaikan bahwa setiap perda yang disepakati Pemerintah Daerah (Pemda) bersama DPRD harus dilaporkan kepada Kemendagri. Nantinya, Kemendagri akan memeriksa isi perda tersebut untuk kemudian direvisi jika dianggap ada bagian yang tidak sesuai.2

Menurut sumber data di Kementerian Dalam Negeri R.I., terkait dengan Perda yang yang dibatalkan dan yang bermasalah adalah sebagai berikut:1. Tahun 2002-2009 sudah ada 1879 Perda yang dibatalkan;

2 http : //nas ional .kompas.com/read/2015/07/22/ 1705425 1/Se jak .November.2014.hingga.Mei.2015.Mendagri.Batalkan.139.Perda (dilihat 19 januari 2015)

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

5

Page 27: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

2. Klarifikasi Perda Tahun 2010 sebanyak 3000 Perda dan ditemukan 407 Perda yang bermasalah;

3. Klarifikasi Perda Tahun 2011 sebanyak 9000 Perda dan ditemukan 351 Perda yang bermasalah;

4. Klarifikasi Perda Tahun 2012 sebanyak 3000 Perda dan ditemukan 173 Perda yang bermasalah;

5. Klarifikasi Perda Tahun 2013 sebanyak 2500 Perda dan ditemukan 215 Perda yang bermasalah;

6. Klarifikasi Perda Tahun 2014 sebanyak 2500 Perda dan ditemukan 354 Perda yang bermasalah.

Fakta lain3 menyebutkan bahwa baru-baru ini Kemendagri melansir keterangan pers terkait pencabutan 3.143 Perda yang dianggap bermasalah. Oleh karenanya perlu disosialisasikan di daerah masing-masing. Ini perlu dilakukan agar masyarakat dan dunia usaha setempat memahami bahwa sudah dilakukan pencabutan Perda yang sebagian besar terkait dengan investasi dan perizinan. Wakil Presiden Jusuf Kalla di Istana Wakil Presiden pada tanggal 17 Juni 2016, mengatakan bahwa Perda yang dicabut itu umumnya menghambat investasi dan usaha karena mengatur soal izin atau prosedur yang berbelit atau retribusi-retribusi. Nah, kalangan usaha di daerah itu perlu tahu bahwa Perda yang menghambat investasi sudah dicabut. Lebih lanjut Direktur Eksekutif Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) Robert Endi Jaweng mengatakan bahwa banyaknya Perda yang kemudian didapati bermasalah

3 Kompas., Sabtu 18 Juni 2016.

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

6

Page 28: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

terjadi karena mekanisme evaluasi Perda oleh Kemendagri masih lemah. Hal itu disebabkan lemahnya kapasitas dan jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) di Pemerintahan serta terbatasnya anggaran. Kedepan mekanisme pengawasan Perda harus diperbaiki sehingga tidak lagi muncul Perda bermasalah. Mengacu kepada UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, evaluasi rancangan Perda tingkat provinsi dilakukan Kemendagri dan Raperda Kabupaten/Kota oleh Pemda Provinsi. Bahkan pemerintah, sebagaimana dikemukakan Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, sebagai upaya untuk memaksimalkan pengawasan terhadap pembuatan Perda Kemendagri meluncurkan aplikasi e-perda sebagai sebuah sistem konsultasi seluruh produk hukum daerah yang berbasis elektronik sehingga produk hukum daerah berkualitas, akuntabel, transparan, aspiratif, komunikatif, efisien, efektif dan implementatif. Aplikasi ini akan memudahkan semua elemen untuk mengakses Perda-perda yang ada di Indonesia. Ini tentunya dapat mempermudah masyarakat yang memiliki kepentingan terhadap Perda. Adanya e-perda akan dapat meminimalisasi produk hukum daerah yang bermasalah. Aplikasi itu tidak saja dapat memudahkan Pemda, tapi juga membuka ruang bagi masyarakat untuk memberikan masukan.4

Terkait dengan banyaknya pembatalan Perda, Menteri Hukum dan HAM R.I. menyatakan bahwa Kanwil juga ikut bertanggung jawab. Mengingat salah satu satu fungsi Kanwil

4 Koran Sindo., Selasa 24 Mei 2016

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

7

Page 29: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

dalam pelaksanaan fasilitasi perancangan produk hukum daerah, pengembangan budaya hukum dan penyuluhan hukum, serta konsultasi dan bantuan hukum. Hal ini sebagaimana tertuang dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Hukum dan HAM R.I. Nomor 28 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah disebutkan bahwa Kantor Wilayah mempunyai tugas melaksanakan tugas dan fungsi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam wilayah provinsi berdasarkan kebijakan Menteri dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Lebih lanjut dalam Pasal 3 disebutkan pula bahwa Kanwil menyelenggarakan fungsi: a) Pengorganisasian perencanaan, pengendalian program dan pelaporan; b) Pelaksanaan pelayanan di bidang administrasi hukum umum, hak kekayaan intelektual, dan pemberian informasi hukum; c) Pelaksanaan fasilitasi perancangan produk hukum daerah, pengembangan budaya hukum dan penyuluhan hukum, serta konsultasi dan bantuan hukum; d) Pengoordinasian pelaksanaan operasional unit pelaksana teknis di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia di bidang keimigrasian dan bidang pemasyarakatan; e) Penguatan dan pelayanan hak asasi manusia dalam rangka mewujudkan penghormatan, pemenuhan, pemajuan, perlindungan dan penegakan hak asasi manusia; dan f) Pelaksanaan urusan administrasi di lingkungan Kantor Wilayah.

Sudah seharusnya peranan Kanwil Kemenkumham R.I. lebih dari sekedar peran yang terbatas dan pasif menunggu diikutsertakan, akan tetapi merupakan salah satu unsur dari proses penyusunan peraturan daerah, hal ini penting mengingat Kanwil bukan saja memberikan masukan secara substansi

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

8

Page 30: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

terhadap suatu raperda, namun juga melakukan harmonisasi dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang hierarkinya lebih tinggi, sehingga inkonsistensi antara peraturan daerah dengan peraturan perundang-undangan lainnya dapat diminimalisir.

Lebih lanjut dalam Pasal 47 menyatakan bahwa Bidang Hukum menyelenggarakan fungsi: a. Pelaksanaan pembinaan dan pengendalian tugas teknis di

bidang pelayanan dokumentasi dan informasi di bidang hukum, penyiapan bahan fasilitasi produk hukum daerah, dan pengembangan Perancang Peraturan Perundang-undangan di wilayah serta bimbingan teknis; dan

b. Pelaksanaan kerja sama, pemantauan, evaluasi, serta penyusunan laporan pelaksanaan tugas teknis di bidang pelayanan dokumentasi dan informasi hukum, fasilitasi pembentukan produk hukum daerah, pengembangan Perancang Peraturan Perundang-undangan di wilayah serta bimbingan teknis.

Kemudian Pasal 48 menyebutkan Bidang hukum terdiri atas:a. Subbidang Fasilitasi Pembentukan Produk Hukum Daerah;

danb. Subbidang Dokumentasi dan Informasi Hukum.

Subbidang Fasilitasi Pembentukan Produk Hukum Daerah (Pasal 49 ayat 1) mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pembinaan dan pengendalian pelaksanaan tugas teknis,

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

9

Page 31: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

kerja sama, pemantauan, evaluasi, serta penyusunan laporan pelaksanaan tugas teknis di bidang:a. Fasilitasi penyusunan program legislasi daerah dan naskah

akademik;b. Fasilitasi penyusunan dan harmonisasi produk hukum

daerah;c. Peta permasalahan hukum;d. Pengkajian/penelitian hukum; e. Mediasi dan konsultasi;f. Inventarisasi produk hukum daerah, serta;g. Pengembangan Perancang Peraturan Perundang-

undangan di wilayah.

Dari tugas dan fungsi Kanwil Kemenkumham ini tentunya ada banyak hal yang perlu dikoordinasikan dan dikomunikasikan dengan jajaran Pemda, terutama tugas dan fungsi yang tidak dilimpahkan ke daerah, agar tujuan dari pelaksanaan tugas dan fungsi dimaksud dapat dicapai. Memang sangat disadari bahwa koordinasi mudah untuk diucapkan tetapi sulit dalam implementasinya. Secara konseptual, koordinasi adalah salah satu cara terbaik untuk mencegah ketidakefisienan dan menciptakan efisiensi dan efektivitas tanpa harus mengedepankan ego sektoral dari masing-masing instansi. Ada banyak cara yang dapat ditempuh untuk membangun pola hubungan dimaksud (sinergitas), seperti intensitas pertemuan yang dapat dijalin secara terprogram dan berkesinambungan. Dalam kerangka berkoordinasi ini tentunya dibutuhkan kemampuan human relationship dan manajerial skills serta penguasaan teknis tugas dan fungsi

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

10

Page 32: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

Kemenkumham dari setiap Kakanwil. Sehingga koordinasi yang dilaksanakan tidak sekadar seremonial saja tetapi harus dapat menghasilkan rumusan kebijakan yang konkrit dan dapat dilaksanakan.

B. Pokok Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang masalah sekaligus dugaan permasalahan yang terjadi di lapangan, sebagaimana tersebut diatas, maka pokok permasalahan dalam kajian ini adalah: Bagaimana Peran Kanwil Kementerian Hukum Dan HAM R.I. Dalam Harmonisasi Peraturan Daerah.”

Untuk menjawab pokok permasalahan dimaksud, pertanyaan dalam kajian ini adalah:1. Sejauhmana peran dan keterlibatan Kanwil Kementerian

Hukum dan HAM dalam rangka harmonisasi Peraturan Daerah (Perda)?

2. Faktor-faktor penghambat koordinasi Kanwil Kementerian Hukum dan HAM dengan Pemerintah Daerah (Pemda) dalam rangka harmonisasi Perda?

3. Bagaimana membangun pola hubungan koordinasi antara Kanwil Kementerian Hukum dan HAM dengan Pemda dalam rangka harmonisasi Perda?

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dan batasan kajian ini akan difokuskan pada kegiatan untuk mengetahui peran, faktor-faktor penghambat dan langkah-langkah yang sudah dan akan dilakukan dalam membangun pola hubungan koodinasi yang lebih baik antara

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

11

Page 33: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

Kanwil Kementerian Hukum dan HAM dengan Pemda dalam rangka harmonisasi Perda.

D. Tujuan

1. Untuk mengetahui dan menganalisis sejauhmana keterlibatan Kanwil Kementerian Hukum dan HAM R.I. dalam rangka harmonisasi Peraturan Daerah;

2. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor penghambat koordinasi Kanwil Kementerian Hukum dan HAM R.I dengan Pemerintah Daerah dalam harmonisasi Peraturan Daerah;

3. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana membangun pola hubungan koordinasi antara Kanwil Kementerian Hukum dan HAM dengan Pemerintah Daerah dalam harmonisasi Perda.

E. Sasaran, Output dan Outcome

1. Sasaran

Perbaikan peran Kanwil Kemenkumham dalam harmonisasi Perda.

2. Output

Rekomendasi kebijakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil langkah-langkah kebijakan strategis dalam rangka revitalisasi fungsi Kanwil Kemenkumham dalam harmonisasi Perda.

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

12

Page 34: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

3. Outcome

Meningkatnya peran Kanwil Kemenkumham dalam harmonisasi Perda.

F. Metodologi

1. Pendekatan

Penelitian/kajian ini didekati dengan pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kualitatif dilakukan sebagai strategi untuk mengumpulkan dan memanfaatkan semua informasi yang terkait dengan pokok permasalahan. Pendekatan kuantitatif dilakukan secara terbatas untuk mengukur tingkat kecenderungan dari jawaban-jawaban informan dan responden yang terkait dengan pokok permasalahan, dengan tabulasi melalui sistem tally dan distribusi frekuensi, sehingga dapat diketahui gambaran data secara faktual.

2. Tipologi

Kajian ini mengikuti tipologi penelitian yang bersifat deskriptif analisis yang bertujuan untuk menggambarkan kondisi yang sebenarnya di lapangan sekaligus melakukan analisis atas temuan data. Bentuk kajian adalah evaluatif yang bertujuan untuk melihat tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kanwil Kementerian Hukum dan HAM R.I. Ditinjau dari sudut penerapannya, penelitian/kajian ini adalah kajian terapan (applied research) yang bertujuan untuk memecahkan permasalahan secara

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

13

Page 35: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

praktis, aplikatif dan dapat digunakan sebagai data bagi Pimpinan Ditjen Peraturan Perundang-undangan untuk mengambil kebijakan terkait secara lebih cepat.

3. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam kegiatan kajian ini adalah data sekunder yang dikumpulkan berdasarkan penelusuran literatur (library research) dan data primer (field research) yang dikumpulkan dari setiap subjek data (unit/orang). Sedangkan alat pengumpulan data primer adalah angket yang berisi daftar pertanyaan secara tertulis yang ditujukan kepada responden Pejabat Fungsional Perancang baik tertutup (berstruktur)/terbuka (tidak berstruktur) dan pedoman wawancara kepada Pejabat di Biro Hukum Setda Pemda Provinsi dan Sekretariat Dewan DPRD Provinsi.

4. Teknik Penarikan Sampel

Sampel yang akan diambil dari keseluruhan kelompok/unit mengikuti “hukum non probability”, dengan menggunakan teknik purposive judgment sampling. Kriteria penarikan sampel secara sengaja ini dengan mempertimbangan beberapa faktor, diantaranya:a. Kecenderungan daerah dengan Perda yang banyak

dibatalkan; b. Kecenderungan daerah dengan volume/jumlah

Pejabat Fungsional Perancang Kanwil yang banyak terlibat dalam harmonisasi Perda.

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

14

Page 36: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

5. Responden

Subjek data yang mewakili unit studi, informan yang menjadi sumber data kajian adalah perwakilan Pejabat Eselon II dan III, baik di Divisi Pelayanan Hukum dan HAM Kanwil maupun Biro Hukum Setda Pemda Provinsi dan Sekretariat DPRD Provinsi. Sedangkan subjek data orang, responden yang menjadi sumber data kajian adalah Pejabat Fungsional Perancang di Kanwil Kementerian Hukum dan HAM. Jumlah responden Pejabat Perancang di tiap-tiap sampel diharapkan diambil sebanyak-banyaknya, sehingga deskripsi hasil kajian mendekati gambaran pendapat riil di lapangan.

6. Variabel, Indikator dan Sumber Data

Variabel/Pertanyaan Penelitian

Indikator Sumber Data

Peran dan keterlibatan Kanwil Kementerian Hukum dan HAM dalam rangka harmonisasi Perda

1. Jumlah Perancang2. Pengetahuan

(knowledge)3. Keahlian/

keterampilan (skill)4. Keterlibatan5. Kontribusi6. Luas wilayah

Kadivyankumham/Kepala Bidang Hukum, Pejabat Fungsional Perancang

Faktor-faktor penghambat koodinasi Kanwil Kementerian Hukum dan HAM dengan Pemda dalam rangka harmonisasi Perda

1. Komunikasi2. Mekanisme kerja3. Sarana pendukung4. Dihilangkannya

kata “dapat”

Kadivyankumham/Kepala Bidang Hukum, Pejabat Fungsional Perancang

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

15

Page 37: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

Membangun pola hubungan koordinasi antara Kanwil Kementerian Hukum dan HAM dengan Pemda dalam rangka harmonisasi Perda

1. Dasar hukum2. Hak dan kewajiban3. MOU4. Pasal 98 (1) UU No

12 Tahun 2011

Kadivyankumham/Kepala Bidang Hukum, Pejabat Fungsional Perancang

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

16

Page 38: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

BAB IITINJAUAN TEORI DAN KONSEPSIONAL

A. Kesadaran dan Budaya Hukum Masyarakat

Kesadaran hukum dengan hukum itu mempunyai kaitan yang erat sekali. Kesadaran hukum adalah kesadaran yang ada pada setiap manusia tentang apa hukum itu atau apa seharusnya hukum itu, suatu kategori tertentu dari hidup kejiwaan kita dengan mana kita membedakan antara hukum dan tidak hukum (onrecht), antara yang seyogyanya dilakukan dan tidak seyogyanya dilakukan. Kesadaran tentang apa hukum itu berarti kesadaran bahwa hukum itu merupakan perlindungan kepentingan manusia. Bukankah hukum itu merupakan kaedah yang fungsinya adalah untuk melindungi kepentingan manusia? Karena jumlah manusia itu banyak, maka kepentingannya pun banyak dan beraneka ragam pula serta bersifat dinamis. Oleh karena itu tidak mustahil akan terjadinya pertentangan antara kepentingan manusia. Kalau semua kepentingan manusia itu dapat dipenuhi tanpa terjadinya sengketa atau pertentangan, kalau segala sesuatu itu

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

17

Page 39: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

terjadi secara teratur tidak akan dipersoalkan apa hukum itu, apa hukumnya, siapa yang berhak atau siapa yang bersalah.5

Kesadaran hukum akan terwujud apabila ada indikator pengetahuan hukum, sikap hukum, dan perilaku hukum yang patuh terhadap hukum. Secara teori ketiga indikator inilah yang dapat dijadikan tolak ukur dari kesadaran hukum, karena jika pengetahuan hukum, sikap hukum, dan perilaku hukumnya rendah maka kesadaran hukumnya rendah atau sebaliknya. Kesadaran hukum yang rendah atau tinggi pada masyarakat mempengaruhi pelaksanaan hukum. Kesadaran hukum yang rendah akan menjadi kendala dalam pelaksanaan hukum, baik berupa tingginya tingkat pelanggaran hukum maupun kurang berpartisipasinya masyarakat dalam pelaksanaan hukum. Hal tersebut berkaitan dengan berfungsinya hukum dalam masyarakat atau efektivitas dari ketentuan hukum di dalam pelaksanaannya. Seseorang yang mempunyai kesadaran hukum, akan memiliki penilaian terhadap hukum yang dinilainya dari segi tujuan dan tugasnya. Penilaian semacam ini ada pada setiap warga masyarakat, oleh karena itu manusia pada umumnya mempunyai hasrat untuk senantiasa hidup teratur. Kesadaran hukum merupakan suatu proses psikis yang terdapat dalam diri manusia, yang mungkin timbul dan mungkin juga tidak timbul. Jadi, kesadaran hukum merupakan kesadaran atau nilai-nilai yang terdapat dalam diri manusia

5 http://sudiknoartikel.blogspot.co.id/2008/03/meningkatkan-kesadaran-hukum-masyarakat .html (Dilihat pada tanggal 10 Agustus 2016)

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

18

Page 40: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

tentang hukum yang ada atau tentang hukum yang diharapkan ada.6

Berbicara tentang kesadaran masyarakat dalam konteks budaya hukum, maka tentunya perlu dikemukakan terlebih dahulu apa sesungguhnya fungsi hukum itu sendiri di dalam masyarakat. Menurut Soerjono Soekanto, sebagaimana dijelaskan dalam buku Hukum dan Masyarakat karangan Satjipto Rahardjo bahwa ada dua fungsi yang dapat dijalankan oleh hukum di dalam masyarakat, yaitu pertama sebagai sarana kontrol sosial dan kedua sebagai sarana untuk melakukan “sosial engineering”. Sebagai sarana kontrol sosial, hukum bertugas menjaga agar masyarakat tetap dapat berada didalam pola-pola tingkah laku yang telah diterima olehnya. Sedangkan fungsi hukum sebagai alat perubahan sosial bertugas untuk melakukan perubahan sosial (social change) yang nyata melalui penguasaan atau pengarahan proses sosial tersebut. Dalam kerangka perubahan sosial dimaksud, maka latar belakang, proses, tahapan-tahapan keluarnya produk undang-undang menjadi sangat penting. Adanya serangkaian penelitian dan kajian komprehensif di dalam masyarakat, dimana undang-undang tersebut akan diberlakukan, merupakan hal-hal yang tidak boleh dilupakan.7

Kenyataan dalam negara-negara yang menganut sistem hukum positif, dimana hukum adalah undang-undang, juga

6 http://knowledgeisfreee.blogspot.co.id/2015/12/makalah-penegakan-hukum-kesadaran-hukum. html (Dilihat pada tanggal 10 Agustus 2016

7 Satjipto Rahardjo., Hukum dan Masyarakat., (Bandung: Angkasa, 1980)., hlm 117.

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

19

Page 41: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

menjadi persoalan tersendiri pula. Undang-undang yang diyakini -beberapa kalangan- sebagai produk politik, tentunya tidak akan terlepas dari kepentingan dan kemauan para elit politik yang sedang berkuasa. Menurut Lawrence W. Friedman ada 3 (tiga) elemen hukum yang harus berjalan dengan baik untuk mencapai terciptanya sistem hukum, yaitu: substansi hukum, struktur hukum dan budaya hukum (legal culture).

Budaya masyarakat tidak hanya mengacu pada satu budaya hukum tertentu saja, tetapi juga tergantung dari sifat masyarakat, baik kelas maupun statusnya. Budaya hukum masyarakat terdiri dari sub kultur hukum yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu: tingkat ekonomi, pendidikan dan strata sosial. Faktor-faktor ini mungkin sedikit mudah untuk dijelaskan karena dapat diukur, yang sulit dijelaskan -karena sulit mengukurnya- adalah faktor-faktor adat istiadat, yang dalam suatu negara juga dapat berbeda-beda, misalnya seperti Indonesia.

Secara umum ada 2 (dua) budaya hukum masyarakat yang dikenal yaitu budaya hukum masyarakat tradisional dan budaya hukum masyarakat industri. Dalam masyarakat yang sederhana aturan hukum hanya terdiri dari kebiasaan dan norma, yang apabila dilanggar akan mendapat sanksi sosial dari komunitas masyarakat itu sendiri. Ketika masyarakat itu berkembang, baik dari segi jumlah maupun kualitas permasalahan yang terjadi, barulah sikap dan tingkah laku diatur dalam bentuk yang formal. Formalitas pengaturan tersebut dapat berupa undang-undang atau putusan pengadilan.

Dalam sebagian masyarakat hukum yang sederhana seperti Indonesia, yang komunitas masyarakatnya cenderung bersifat

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

20

Page 42: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

sederhana dan homogen, kadangkala formalitas pengaturan hukum belum begitu diperhatikan. Sedangkan disebagian masyarakat industri, penerapan hukum cenderung bersifat kompleks dan variatif khusus yang ditandai dengan pengaturan-pengaturan, seperti pembuatan sistem kontrak, kerjasama, joint ventura, waralaba dan lain sebagainya. Sebaliknya, kondisi tersebut tidak dijumpai pada masyarakat industri (modern), dimana mobilitas sosial masyarakat menjadi semakin kompleks, pembagian kerja semakin meluas, industrialisasi menonjol, persaingan diantara sesama anggota masyarakat semakin kuat, perbedaan tingkat kehidupan ekonomi juga semakin tajam, dan penanaman modal asing merupakan faktor pemacu peningkatan praktik hukum, disamping juga peningkatan perekonomian. Pembangunan ekonomi di negara-negara maju telah berorientasi pada pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan. Makna pembangunan bagi negara-negara maju adalah perjuangan untuk mempertahankan perkembangan serta kemajuannya untuk kepentingan masa kini dan masa depan bangsanya. Makna pembangunan bagi negara-negara berkembang adalah perjuangan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan, perjuangan untuk menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, keahlian dan informasi, dan perjuangan untuk melawan tekanan-tekanan ekonomi dari negara-negara maju.

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

21

Page 43: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

B. Hukum Sebagai Alat Perubahan Dalam Masyarakat

Suatu pembicaraan dengan acara hukum dan masyarakat tidak dapat menghindarkan diri dari pembahasan tentang bagaimana hukum itu berkaitan dengan perubahan-perubahan sosial diluarnya. Sekaligus hukum itu merupakan sarana untuk mengatur kehidupan sosial, namun suatu hal yang menarik adalah bahwa justru ia selalu dan senantiasa tertinggal dibelakang obyek yang diaturnya. Dengan demikian akan selalu terdapat gejala bahwa antara hukum dan perikelakuan sosial terdapat suatu jarak perbedaan yang menyolok maupun tidak. Di dalam suatu negara modern dengan munculnya lembaga legislatif yang mengemban fungsi yang eksklusif, maka pembuatan peraturan-peraturan menjadi lebih lancar. Peningkatan fungsi pembuatan peraturan ini sekaligus meningkatkan pula bekerjanya hukum secara lebih meluas dan jauh memasuki bidang-bidang kehidupan individu maupun sosial, sehingga peraturan-peraturan itu menjadi semakin kompleks sifatnya. Justru dengan semakin meluasnya pengaturan oleh hukum itu, sehingga hubungan-hubungan sosial lebih banyak dituangkan ke dalam bagan-bagan yang abstrak, maka semakin besar pula kemungkinan bagi tertinggalnya hukum di belakang peristiwa dan pemberlakuan yang nyata.

Jelas sekali bahwa kita hidup di zaman perubahan sosial yang begitu cepat. Perubahan terjadi disetiap aspek kehidupan. Mengapa dunia berubah begitu cepat dibandingkan masa silam, adalah pertanyaan yang sulit dijawab. Namun, apapun jawabannya, yang jelas (ibarat) kaum pria dan wanita sedang

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

22

Page 44: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

naik kereta api yang berjalan cepat dan tidak ada tanda untuk mengurangi kecepatannya. Tidak ada cara untuk menghentikan kereta api itu dan cara untuk turun. Mengingat hukum adalah cermin masyarakat. Perubahan sosial yang cepat berarti pula perubahan hukum yang cepat.

Pembicaraan tentang hukum dan perubahan sosial masyarakat tentunya akan membawa kita kepada pembicaraan tentang ilmu sosiologi hukum. Filsafat hukum dan ilmu hukum adalah dua hal besar yang mempengaruhi lahirnya sosiologi hukum. Akan tetapi, hukum alamlah yang menjadi basis intelektual dari sosiologi hukum. Hal ini terjadi karena teori tersebut menjadi jangkar dari hukum modern, yang semakin menjadi bangunan yang artifisial dan teknologis. Teori hukum alam selalu menuntut kembali semua wacana dan institusi hukum kepada basisnya yang asli, yaitu dunia manusia dan masyarakat. Ia lebih memilih pencarian keadilan secara otentik daripada terlibat kedalam wacana hukum positif yang berkonsentrasi kepada bentuk prosedur, serta proses formal dari hukum. Kebenaran hukum tak dapat dimonopoli atas nama otoritas para pembuatnya (seperti aliran positivisme), melainkan kepada asalnya yang otentik. Kapanpun hukum tetap akan dilihat sebagai asosiasi manusia yang asli, bukan yang lain. Asosiasi yang otentik itu tidak akan mati, melainkan akan selalu mengikuti perkembangan dan perubahan hukum sehingga hukum akan tetap memiliki dimensi-dimensi manusia dan masyarakat.

Esensi dari pembentukan Perda adalah untuk memberikan kepastian hukum dan memenuhi rasa keadilan masyarakat, bukan sebaliknya. Hal ini menjadi qonditio sine quanon,

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

23

Page 45: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

sehingga dalam perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan dan penetapannya harus memperhatikan aspek substansi dan teknik perancangan. Pembentukan Perda, sebagai suatu landasan hukum bermasyarakat, secara teoritis adalah “alat untuk merekayasa masyarakat kearah yang lebih baik”, sebagaimana teori klasik yang dikemukakan oleh Roscoe Pound tentang law is a tool social engenering.

Teori-teori tentang hukum dan perubahan sosial mencoba untuk menunjukkan pola-pola perkembangan hukum sejalan dengan perkembangan masyarakatnya. Memang bukanlah suatu pekerjaan yang mudah untuk membuat generalisasi mengenai perkaitan antara perkembangan hukum dengan perkembangan masyarakat. Diantara teori tersebut adalah:88 “Henry Maine mengemukakan pendapatnya tentang tahap-tahap perkembangan masyarakat sebagai suatu perkembangan dari ikatan kerabat yang primitif menuju negara modern yang bersifat teritorial”. Berikutnya teori yang telah menjadi klasik dari Emile Durkheim yang diuraikan dalam kitabnya De la division du travail social.

Durkheim menekankan perhatiannya pada fenomena solidaritas sosial yang terdapat diantara para anggota masyarakat, dimana solidaritas itu belum membentuk, yaitu dimana hubungan antara orang-orang di dalam suatu lingkungan kehidupan itu hanya bersifat kadangkala, maka disitu tidak akan ditemukan pengaturan yang terperinci. Persoalan yang kemudian dikemukakan oleh Durkheim

8 Ibid., hlm 102-103.

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

24

Page 46: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

adalah bagaimana kita dapat mengukur solidaritas sosial itu. Sekalipun fenomena itu tidak dapat dilihat dan diukur secara pasti, namun ia mempunyai lambang yang dapat kita tangkap yaitu: hukum.

Dalam teori hukum responsif (rensponsive law), Nonet & Selznick sampai kepada pencarian hukum yang responsif. Menurut mereka pencarian hukum responsif telah menjadi kegiatan teori hukum modern yang terus-menerus dilakukan, seperti yang telah dikatakan Jeroma Frank. Tujuan utama dari penganut realisme hukum (legal realism) adalah untuk membuat hukum menjadi lebih responsif terhadap kebutuhan sosial.9

Dalam aliran Sosiological jurisprudence dikatakan bahawa hukum yang baik hendaknya sesuai dengan hukum yang hidup di dalam masyarakat, mencerminkan nilai-nilai yang hidup dimasyarakat, sebab jika ternyata tidak, akibatnya ketentuan tersebut tidak akan dapat dilaksanakan (bekerja) dan akan mendapat tantangan-tantangan.10 Sebagaimana dikatakan Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, SH.LLM. Hukum kan bukan undang-undang saja, dan hukum bukan hal-hal yang sama dengan resmi belaka. 11

Oleh karenanya dalam pembentukan hukum (dalam hal ini Peraturan Perundang-undangan) ada 3 (tiga) aspek

9 Yesmil Anwar & Adang., Pengantar Sosiologi Hukum., (Jakarta, Gramedia Widiasarana Indonesia, 2008)., hlm 159.

10 Lili Rasjidi., Dasar-Dasar Filsafat Hukum., (Bandung, Citra Aditya Bakti, 1993)., hlm 84.

11 R. Otje Salman., Ikhtisar Filsafat Hukum., (Bandung, Armico, 1987)., hlm 3.

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

25

Page 47: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

yang menjadi bahan pertimbangan (konsideran) dalam pembentukannya. Ketiga aspek dimaksud sebagaimana dikatakan Bagir Manan (1992), dalam khazanah ilmu hukum, mengatakan suatu peraturan perundang-undangan dapat diakui eksistensinya bila ia mempunyai keabsahan dari sisi landasan filosofis, juridis, dan sosiologis. Artinya adalah: (1) keabsahan secara juridis (juridische geltung) adalah apabila ada kesesuaian bentuk atau jenis peraturan perundang-undangan dengan materi yang diatur terutama kalau diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan yang tingkatnya lebih tinggi; (2) keabsahan sosiologis (seziologische geltung) adalah apabila berlakunya tidak hanya karena paksaan penguasa tetapi juga karena diterima masyarakat; (3) keabsahan filosofis (filosofische geltung) adalah apabila kaidah hukum mencerminkan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat yang dalam Undang-Undang Dasar 1945 nilai-nilai tersebut tercermin dalam apa yang disebut dengan cita hukum (rechtsidee). 12 Cita-cita hukum (rechtsidee) yang menguasai hukum dasar negara, baik hukum yang tertulis (UUD) maupun hukum yang tidak tertulis. (Penjelasan UUD Negara Indonesia, angka III romawi)

Konsekuensi dari suatu negara hukum, maka setiap tindakan yang dilakukan pemerintah harus didasarkan atas hukumnya. Dalam simposium negara hukum pada tahun 1966 di Jakarta memutuskan sifat negara hukum itu ialah dimana alat perlengkapannya hanya dapat bertindak menurut dan

12 Iman Syaukani dan A. Ahsin Thohari., Dasar-dasar Politik Hukum., (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2006)., hlm 53.

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

26

Page 48: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

terikat kepada aturan-aturan yang telah ditentukan lebih dahulu oleh alat-alat perlengkapan yang dikuasakan untuk mengadakan aturan itu atau singkatnya disebut prinsip “Rule of Law”.13 Atas dasar prinsip the rule of law itulah, maka setiap pembentukan peraturan perundang-undangan diharuskan mematuhi ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (selanjutnya akan disebut UUP3). Dalam bagian pertimbangan (konsideran) huruf a, UUP3 menyatakan: bahwa untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara hukum, negara berkewajiban melaksanakan pembangunan hukum nasional yang dilakukan secara terencana, terpadu, dan berkelanjutan dalam sistem hukum nasional yang menjamin perlindungan hak dan kewajiban segenap rakyat Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; selanjutnya dalam huruf b, menyatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas peraturan perundang-undangan yang baik, perlu dibuat peraturan mengenai pembentukan peraturan perundang-undangan yang dilaksanakan dengan cara dan metode yang pasti, baku, dan standar yang mengikat semua lembaga yang berwenang membentuk peraturan perundang-undangan.

13 Moh. Kusnadi dan Harmaily Ibrahim., Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia., Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia., (Jakarta, Sinar Bakti, 1988)., hlm162.

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

27

Page 49: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

C. Kedudukan, Fungsi, Hierarki, Materi Muatan dan Pengawasan Peraturan Daerah

Peraturan daerah merupakan salah satu jenis peraturan perundang-undangan dan merupakan bagian dari sistem hukum nasional yang berdasarkan Pancasila. Pada saat ini Perda mempunyai kedudukan yang sangat strategis karena diberikan landasan konstitusional yang jelas sebagaimana diatur dalam Pasal 18 ayat (6) UUD 1945.

Secara umum fungsi peraturan perundang-undangan14 dapat dibagi menjadi dua kelompok:

1. Fungsi Internal

Fungsi Internal adalah fungsi pengaturan perundang-undangan sebagai sub sistem hukum (hukum perundang-undangan) terhadap sistem kaidah hukum pada umumnya secara internal, peraturan perundang-undangan menjalankan fungsi penciptaan hukum, fungsi pembaharuan hukum, fungsi integrasi pluralisme hukum, fungsi kepastian hukum. Secara internal, peraturan perundang-undangan menjalankan beberapa fungsi:

a. Fungsi penciptaan hukum

Penciptaan hukum (rechtschepping) yang melahirkan sistem kaidah hukum yang berlaku umum

14 http://artonang.blogspot.co.id/2015/01/ilmu-perundang-undangan.html (Dilihat pada tanggal 10 Agustus 2016

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

28

Page 50: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

dilakukan atau terjadi melalui beberapa cara yaitu melalui putusan hakim (yurisprudensi). Kebiasaan yang tumbuh sebagai praktik dalam kehidupan masyarakat atau negara, dan peraturan perundang-undangan sebagai keputusan tertulis pejabat atau lingkungan jabatan yang berwenang yang berlaku secara umum. Secara tidak langsung, hukum dapat pula terbentuk melalui ajaran-ajaran hukum (doktrin) yang diterima dan digunakan dalam pembentukan hukum.

b. Fungsi pembaharuan hukum

Peraturan perundang-undangan merupakan instrumen yang efektif dalam pembaharuan hukum (law reform) dibandingkan dengan penggunaan hukum kebiasaan atau hukum yurisprudensi. Telah dikemukakan, pembentukan peraturan perundang-undangan dapat direncanakan, sehingga pembaharuan hukum dapat pula direncakan. Peraturan perundang-undangan tidak hanya melakukan fungsi pembaharuan terhadap peraturan perundang-undangan (yang telah ada). Peraturan perundang-undangan dapat pula dipergunakan sebagai sarana memperbaharui yurisprudensi. Hukum kebiasaan atau hukum adat. Fungsi pembaharuan terhadap peraturan perundang-undangan antara lain dalam rangka mengganti peraturan perundang-undangan dari masa pemerintahan Hindia Belanda. Tidak pula kalah pentingnya memperbaharui

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

29

Page 51: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

peraturan perundang-undangan nasional (dibuat setelah kemerdekaan) yang tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan perkembangan baru. Dibidang hukum kebiasaan atau hukum adat. Peraturan perundang-undangan berfungsi mengganti hukum kebiasaan atau hukum adat yang tidak sesuai dengan kenyataan-kenyataan baru. Pemanfaat peraturan perundang-undangan sebagai instrumen pembaharuan hukum kebiasaan atau hukum adat sangat bermanfaat, karena dalam hal-hal tertentu kedua hukum yang disebut belakangan tersebut sangat rigid terhadap perubahan.

c. Fungsi integrasi pluralisme sistem hukum

Pada saat ini masih berlaku berbagai sistem hukum (empat macam sistem hukum), yaitu: “sistem hukum kontinental (Barat), sistem hukum adat, sistem hukum agama (khususnya lslam) dan sistem hukum nasional”. Pluralisme sistem hukum yang berlaku hingga saat ini merupakan salah satu warisan kolonial yang harus ditata kembali. Penataan kembali berbagai sistem hukum tersebut tidaklah dimaksudkan meniadakan berbagai sistem hukum – terutama sistem hukum yang hidup sebagai satu kenyataan yang dianut dan dipertahankan dalam pergaulan masyarakat. Pembangunan sistem hukum nasional adalah dalam rangka mengintegrasikan berbagai sistem hukum tersebut sehingga tersusun dalam satu tatanan yang harmonis satu sama lain. Mengenai pluralisme kaidah hukum sepenuhnya bergantung

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

30

Page 52: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

pada kebutuhan hukum masyarakat. Kaidah hukum dapat berbeda antara berbagai kelompok masyarakat, tergantung pada keadaan dan kebutuhan masyarakat yang bersangkutan.

d. Fungsi kepastian hukum

Kepastian hukum (rechtszekerheid, legal certainty) merupakan asas penting dalam tindakan hukum (rechtshandeling) dan penegakan hukum (hendhaving, uitvoering). Telah menjadi pengetahuan umum, bahwa peraturan perundang-undangan depat memberikan kepastian hukum yang lebih tinggi dan pada hukum kebiasan, hukum adat, atau hukum yurisprudensi. Namun, perlu diketahui, kepastian hukum peraturan perundang-undangan tidak semata-mata diletakkan pada bentuknya yang tertulis (geschreven, written).

2. Fungsi Eksternal

Fungsi Eksterrnal ialah keterkaitan peraturan perundang-undangan dengan tempat berlakunya. Fungsi eksternal ini dapat disebut sebagai fungsi sosial hukum, yang meliputi fungsi perubahan, fungsi stabilisasi, fungsi kemudahan. Dengan demikian, fungsi ini dapat juga berlaku pada hukum-hukum kebiasaan, hukum adat, atau hukum yurisprudensi. Bagi Indonesia, fungsi sosial ini akan lebih diperankan oleh peraturan perundang-undangan, karena berbagai pertimbangan yang sudah disebutkan di muka. Fungsi sosial ini dapat dibedakan:

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

31

Page 53: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

a. Fungsi perubahan

Telah lama di kalangan pendidikan hukum diperkenalkan fungsi perubahan ini yaitu hukum sebagai sarana pembaharuan (law as social engineering). Peraturan perundang-undangan diciptakan atau dibentuk untuk mendorong perubahan masyarakat di bidang ekonomi, sosial, maupun budaya. Masyarakat “patrilineal” atau “matrilineal” dapat didorong menuju masyarakat “parental” melalui peraturan perundang-undangan perkawinan.

b. Fungsi stabilisasi

Peraturan perundang-undangan dapat pula berfungsi sebagai stabilisasi. Peraturan perundang-undangan di bidang pidana, di bidang ketertiban dan keamanan adalah kaidah-kaidah yang terutama bertujuan menjami stabilitas masyarakat. Kaidah stabilitas dapat pula mencakup kegiatan ekonomi, seperti pengaturan kerja, pengaturan tata cara perniagaan dan lain-lain. Demikian pula di lapangan pengawasan terhadap budaya luar, dapat pula berfungsi menstabilkan sistem sosial budaya yang telah ada.

c. Fungsi kemudahan

Peraturan perundang-undangan dapat pula dipergunakan sebagai sarana mengatur berbagai kemudahan (fasilitas). Peraturan perundang-undangan yang berisi ketentuan insentif seperti keringanan

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

32

Page 54: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

pajak, penundaan pengenaan pajak, penyederhanaan tata cara perizinan, struktur permodalan dalam penanaman modal merupakan kaidah-kaidah kemudahan. Namun perlu diperhatikan, tidak selamanya, peraturan kemudahan akan serta merta membuahkan tujuan pemberian kemudahan. Dalam penanaman modal misalnya, selain kemudahan-kemudahan seperti disebutkan di atas diperlukan juga persyaratan lain seperti stabilitas politik, sarana dan prasarana ekonomi, ketenagakerjaan, dan lain sebagainya.

Secara khusus Peraturan daerah mempunyai berbagai fungsi yaitu:1. Sebagai instrumen kebijakan untuk melaksanakan otonomi

daerah dan tugas pembantuan sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945 dan Undang-undang Pemerintahan Daerah.

2. Merupakan peraturan pelaksanaan dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Dalam fungsi ini Perda tunduk pada ketentuan hierarki peraturan perundang-undangan. Dengan demikian Perda tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

3. Sebagai penampung kekhususan dan keragaman daerah serta penyalur aspirasi masyarakat di daerah, namun dalam pengaturannya tetap dalam koridor Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

33

Page 55: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

4. Sebagai alat pembangunan dalam meningkatkan kesejahteraan daerah.

Hierarki Peraturan daerah dalam sistem peraturan perundang-undangan di Indonesia pada saat ini secara tegas diatur dalam Pasal 7 ayat (1) UUP3 yang menyebutkan bahwa “jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan” terdiri atas:1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945;2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;3. Undang-undang/Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-undang;4. Peraturan Pemerintah;5. Peraturan Presiden; 6. Peraturan Daerah Provinsi;7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Dalam UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang UUP3, mengenai muatan Perda telah diatur dengan jelas dalam Pasal 14 yang berbunyi sebagai berikut:

“Materi muatan Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota berisi materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan serta menampung kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi”.

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

34

Page 56: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

Di era otonomi daerah dan desentralisasi, DPRD dan Pemerintah Daerah mempunyai kewenangan yang luas dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Dalam praktik, tidak jarang terjadi kewenangan tersebut dilaksanakan tidak selaras bahkan bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi (vertikal) atau dengan peraturan perundang-undangan yang sama (horizontal). Oleh karena itu, DPRD dan Kepala Daerah dalam membentuk Perda harus selalu memperhatikan asas pembentukan dan asas materi muatan peraturan perundang-undangan.

Mengenai materi Perda perlu memperhatikan asas materi muatan yang meliputi:1. Pengayoman: “bahwa setiap materi peraturan perundang-undangan

harus berfungsi memberikan perlindungan dalam rangka menciptakan ketenteraman masyarakat”.

2. Kemanusiaan: “bahwa setiap materi peraturan perundang-undangan

harus mencerminkan perlindungan dan penghormatan hak-hak asasi manusia serta harkat dan martabat setiap warga negara dan penduduk Indonesia secara proporsional”.

3. Kebangsaan: “bahwa setiap materi peraturan perundang-undangan

harus mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang pluralistik (kebhinekaan) dengan tetap menjaga prinsip negara kesatuan Republik Indonesia”.

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

35

Page 57: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

4. Kekeluargaan: “bahwa setiap materi peraturan perundang-undangan

harus mencerminkan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam setiap pengambilan keputusan”.

5. Kenusantaraan: “bahwa setiap materi peraturan perundang-undangan

senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh wilayah Indonesia dan materi peraturan perundang-undangan yang dibuat di daerah merupakan bagian dari sistem hukum nasional yang berdasarkan Pancasila”.

6. Bhineka Tunggal Ika “bahwa setiap materi peraturan perundang-undangan

harus memperhatikan keragaman penduduk, agama, suku dan golongan, kondisi khusus daerah, dan budaya khususnya yang menyangkut masalah-masalah sensitif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara”.

7. Keadilan: “bahwa setiap materi peraturan perundang-undangan

harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara tanpa kecuali”.

8. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan: “bahwa setiap materi peraturan perundang-undangan

tidak boleh berisi hal-hal yang bersifat membedakan berdasarkan latar belakang, antara lain: agama, suku, ras, golongan, gender atau status sosial”.

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

36

Page 58: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

9. Ketertiban dan kepastian hukum: “bahwa setiap materi peraturan perundang-undangan

menimbulkan ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan adanya kepastian hukum”.

10. Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan: “bahwa setiap materi peraturan perundang-undangan

harus mencerminkan keseimbangan, keserasian, dan keselarasan, antara kepentingan individu dan masyarakat dengan kepentingan bangsa dan negara”.

Pemberian kewenangan membuat perda menunjukkan adanya peluang bagi daerah untuk mengatur wilayahnya sendiri demi memajukan dan memberdayakan daerahnya. Namun hingga kini, masih muncul masalah akibat Perda. Berbagai pemberitaan dan laporan menyebutkan adanya Perda-perda yang bertentangan dengan hak asasi manusia. Selain itu, Kemendagri juga telah banyak membatalkan Perda bidang retribusi dan pajak daerah yang dinilai bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Namun demikian, Perda menjadi salah satu elemen dasar bagi pelaksanaan desentralisasi. Kewenangan membentuk Perda merupakan implementasi dari kemandirian daerah. Oleh karena itu, diperlukan mekanisme untuk mengawasi pelaksanaan kewenangan daerah dalam membentuk Perda. Pengawasan Perda diperlukan dalam menjaga kesesuaian peraturan di tingkat lokal dengan peraturan yang berlaku di tingkat nasional. Review juga diperlukan untuk mengontrol agar peraturan yang dibuat tidak melanggar prinsip-prinsip dasar dalam bernegara seperti perlindungan hak asasi manusia. Peraturan perundang-

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

37

Page 59: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

undangan mengatur dua mekanisme review atau pengawasan terhadap Perda, yaitu executive review dan judicial review. Executive review merupakan kewenangan mengawasi perda yang dimiliki oleh pemerintah (executive power), sementara itu judicial review merupakan kewenangan mengawasi perda yang dimiliki oleh Mahkamah Agung (judicative power). Kedua mekanisme ini dapat berujung pada pembatalan Perda. Dalam praktiknya dua mekanisme ini belum dapat berjalan optimal karena dihadapkan pada beberapa permasalahan. Permasalahan dalam lingkup executive review antara lain dipengaruhi oleh regulasi yang mengaturnya. Inkonsistensi antara peraturan di tingkat yang lebih tinggi dengan peraturan di tingkat teknis menyebabkan lemahnya implementasi sistem yang telah dibuat. Seperti pengaturan kewenangan pembatalan, pelibatan pemerintah provinsi dalam mengawasi Perda kabupaten/kota, dan koordinasi dan kerjasama antara kementerian yang mempunyai kewenangan terkait Perda. Selain regulasi, masalah dalam executive review juga disebabkan oleh inisiatif dari kementerian yang berwenang untuk menjalankan sistem pengawasan secara menyeluruh. Sementara itu, dalam pelaksanaan judicial review permasalahan yang dihadapi antara lain terkait dengan mekanisme yang menyulitkan masyarakat dalam menempuh prosedur untuk mengajukan judicial review Perda. Seperti pembatasan waktu pengajuan perda, pembebanan biaya pendaftaran dan penanganan perkara, jangka waktu pemeriksaan dan transparansi dalam pemeriksaan permohonan. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk memperbaiki mekanisme review Perda. Perbaikan mekanisme review tersebut merupakan

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

38

Page 60: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

syarat bagi peningkatan kualitas pelaksanaan desentralisasi di Indonesia. Peningkatan kualitas Perda yang dibentuk oleh tiap-tiap daerah dapat berdampak positif bagi kemajuan daerah tersebut. Upaya perbaikan mekanisme review perda meliputi: revisi peraturan mengenai pengawasan perda di wilayah eksekutif, mensinergikan kegiatan atau program pada unit-unit kerja yang terdapat di kementerian yang memiliki kewenangan terkait perda, dan membenahi struktur organisasi di tingkat daerah (provinsi) untuk menjalankan perannya dalam mengawasi perda. Sementera itu terkait dengan judicial review, upaya perbaikan dilakukan dengan merevisi peraturan MA yang mengatur mengenai pelaksanaan uji materiil untuk memudahkan masyarakat dalam mengajukan permohonan judicial review. Selain itu, kewenangan judicial review Perda ini juga perlu diatur dalam UU Pemerintahan Daerah.15

D. Aspek, Landasan dan Asas-asas Pembentukan Peraturan Daerah

Aspek kewenangan secara tegas dipersyaratkan dalam ketentuan Pasal 1 angka UU Nomor 12 Tahun 2012 UUP3 menyatakan bahwa:

Peraturan perundang-undangan adalah adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang

15 http://www.pshk.or.id/id/penelitian/laporan-kajian-review-perda/ (Dilihat pada tanggal 10 Agustus 2016)

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

39

Page 61: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

melalui prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

Kewenangan pembentukan Perda berada pada Kepala Daerah dan DPRD. Perda ditetapkan oleh Kepala Daerah setelah mendapat persetujuan berdama DPRD. Mengenai dasar kewenangan pembentukan Perda diatur dalam Pasal 18 ayat (6) UUD 1945 berbunyi: “Pemda berhak menetapkan Perda dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan”.

Dalam rangka pelaksanaan kewenangan pembentukan Perda telah ditetapkan Permendagri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah, yang dalam konsideran menimbangnya menyebutkan bahwa untuk menjamin kepastian hukum atas pembentukan produk hukum daerah diperlukan pedoman berdasarkan cara dan metode yang pasti, baku dan standar sehingga tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, kepentingan umum dan/atau kesusilaan. Sekaligus Permendagri Nomor 80 Tahun 2015 ini dalam rangka untuk melaksanakan ketentuan Pasal 243 ayat (3) UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang mengatur mengenai tata cara pemberian nomor register peraturan daerah yang merupakan bagian dari pembentukan produk hukum daerah dan dinamika perkembangan peraturan perundang-undangan mengenai produk hukum daerah.

Disisi yang lain dalam setiap pembentukan Perda diperlukan adanya pemberian kesempatan kepada semua lapisan masyarakat untuk berpartisipasi, baik dalam proses

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

40

Page 62: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

perencanaan, persiapan, penyusunan dan/atau dalam pembahasan Raperda. Dalam pembentukan Perda aspek pengawasan juga menjadi hal penting. Pengawasan preventif dilakukan dalam bentuk evaluasi secara berjenjang terhadap Raperda.

Dalam pembentukan Perda paling sedikit harus memuat 3 (tiga) landasan yaitu:16

1. Landasan Filosofis Landasan filosofis merupakan pertimbangan atau alasan

yang menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk mempertimbangan pandangan hidup, kesadaran dan cita hukum yang meliputi suasana kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia yang bersumber dari Pancasila dan Pembukaan UUD RI 1945.

2. Landasan Sosiologis Landasan sosiologis merupakan pertimbangan atau alasan

yang menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek. Landasan sosiologis sesungguhnya menyangkut kenyataan empiris yang hidup dalam masyarakat.

3. Landasan Yuridis Landasan yuridis merupakan pertimbangan atau alasan

yang menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengatasi permasalahan hukum atau mengisi kekosongan hukum dengan mempertimbangkan aturan

16 Panduan Praktis Memahami Perancangan Peraturan Daerah., (Jakarta, Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan, 2011)., hlm 17.

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

41

Page 63: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

yang telah ada, yang akan diubah, atau yang akan dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat. Landasan yuridis menyangkut persoalan hukum yang berkaitan dengan substansi atau materi yang diatur sehingga perlu dibentuk Peraturan Perundang-undangan baru. Beberapa persoalan hukum antara lain, peraturan yang sudah ketinggalan, peraturan yang tidak harmonis, atau tumpang tindih, jenis peraturan yang lebih rendah dari undang-undang sehingga daya berlakunya lemah, peraturannnya sudah ada tetapi tidak memadai, atau peraturannya memang sama sekali belum ada.

Mengingat Perda adalah merupakan produk politis maka kebijakan daerah yang bersifat politis dapat berpengaruh terhadap substansi Perda. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan kebijakan politis tersebut tidak menimbulkan gejolak dalam masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut pada tempatnyalah kalau pembentukan Perda harus mempertimbangkan semua aspek yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat. Pembentukan Perda, disamping harus didasarkan pada Pancasila dan UUD 1945 sebagai sumber dari segala sumber hukum negara, secara khusus juga harus memperhatikan asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang benar, baik secara vertikal maupun horizontal, sehingga harmonisasi dan sinkronisasinya tetap dapat terjaga.

Asas adalah dasar atau sesuatu yang dijadikan tumpuan berpikir, berpendapat dan bertindak. Asas-asas pembentuk peraturan perundang-undangan berati dasar atau sesuatu

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

42

Page 64: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

yang dijadikan tumpuan dalam menyusun peraturan perundang-undangan. Padanan kata asas adalah prinisip yang berarti kebenaran yang menjadi pokok dasar dalam berpikir, berpendapat dan bertindak. Dalam menyusun peraturan perundang-undangan banyak para ahli yang mengemukakan pendapatnya. Meskipun berbeda redaksi, pada dasarnya beragam pendapat itu mengarah pada substansi yang sama. Berikut ini akan dikemukakan beberapa pendapat ahli, kemudian penulis akan mengklasifikasikannya ke dalam dua bagian kelompok asas utama (1) asas materil atau prinsip-prinsip substantif; dan (2) asas formal atau prinsip-prinsip teknik pembentukan peraturan perundang-undangan.

Prof. Purnadi Purbacaraka dan Prof. Soerjono Soekanto, memperkenalkan enam asas sebagai berikut:1. Peraturan perundang-undangan tidak berlaku surut (non

retroaktif);2. Peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh

penguasa yang lebih tinggi, mempunyai kedudukan yang lebih tinggi pula;

3. Peraturan perundang-undangan yang bersifat khusus menyampingkan peraturan perundang-undangan yang bersifat umum (lex specialis derogat lex generalis);

4. Peraturan perundang-undangan yang berlaku belakangan membatalkan peraturan perundang-undangan yang berlaku terdahulu (lex posteriori derogate lex periori);

5. Peraturan perundang-undangan tidak dapat di ganggu gugat;

6. Peraturan perundang-undangan sebagai sarana untuk semaksimal mungkin dapat mencapai kesejahteraan

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

43

Page 65: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

spiritual dan materil bagi masyarakat maupun individu, melalui pembaharuan atau pelestarian (asas welvaarstaat).

Hampir sama dengan pendapat ahli sebelumnya Amiroedin Sjarief, mengajukan lima asas, sebagai berikut:1. Asas tingkatan hirarkhi;2. Peraturan perundang-undangan tidak dapat di ganggu

gugat;3. Peraturan perundang-undangan yang bersifat khusus

menyampingkan UU yang bersifat umum (lex specialis derogate lex generalis);

4. Peraturan perundang-undangan tidak berlaku surut;5. UU yang baru menyampingkan UU yang lama (lex

posteriori derogat lex periori).

Pendapat yang lebih terperinci di kemukakan oleh I.C van der Vlies di mana asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan dapat dibagi menjadi dua, yaitu asas formal dan asas materil.

Asas formal mencakup:1. Asas tujuan yang jelas (beginsel van duetlijke doelstelling);2. Asas organ / lembaga yang tepat (beginsel van het juiste

organ);3. Asas perlu pengaturan (het noodzakelijkheids beginsel);4. Asas dapat dilaksanakan (het beginsel van uitvoorbaarheid);5. Asas konsensus (het beginsel van consensus).

Sedangkan yang masuk asas materiil adalah sebagai berkut:

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

44

Page 66: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

1. Asas terminologi dan sistimatika yang benar (het beginsel van duitdelijke terminologie en duitdelijke systematiek);

2. Asas dapat dikenali (het beginsel van de kenbaarheid);3. Asas perlakuan yang sama dalam hukum (het

rechsgelijkheids beginsel);4. Asas kepastian hukum (het rechtszekerheidsbeginsel);5. Asas pelaksanaan hukum sesuai dengan keadaan individual

(het beginsel van de individuale rechtsbedeling).

Pendapat terakhir dikemukakan oleh A. Hamid S. Attamimi sebagaimana dikutip oleh Maria Farida, yang mengatakan bahwa pembentukan peraturan perundang–undangan Indonesia yang patut akan mengikuti pedoman dan bimbingan yang diberikan oleh cita negara hukum yang tidak lain adalah Pancasila, yang oleh Attamimi diistilahkan sebagai bintang pemandu, prinsip negara hukum dan konstitusionalisme, di mana sebuah negara menganut paham konstitusi.

Lebih lanjut mengenai A. Hamid. S. Attamimi, mengatakan jika dihubungkan pembagian atas asas formal dan materil, maka pembagiannya sebagai berikut:1. Asas-asas formal:

a. Asas tujuan yang jelas.b. Asas perlunya pengaturan.c. Asas organ / lembaga yang tepat.d. Asas materi muatan yang tepat.e. Asas dapat dilaksanakan.f. Asas dapat dikenali.

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

45

Page 67: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

2. Asas–asas materiil:a. Asas sesuai dengan cita hukum Indonesia dan norma

fundamental negara.b. Asas sesuai dengan hukum dasar negara.c. Asas sesuai dengan prinsip negara berdasarkan

hukum.d. Asas sesuai dengan prinsip pemerintahan berdasarkan

konstitusi.17

Di dalam Pasal 5 UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang UUP3, pembentukan Perda harus memperhatikan asas-asas sebagai berikut:1818)

1. Kejelasan tujuan “Bahwa setiap pembentukan peraturan perundang-

undangan harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai”.

2. Kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat “Bahwa setiap jenis peraturan perundang-undangan harus

dibuat oleh lembaga negara atau pejabat pembentuk peraturan perundangan-undangan yang berwenang. peraturan perundang-undangan tersebut dapat dibatalkan atau batal demi hukum apabila dibuat oleh lembaga negara atau pejabat yang tidak berwenang”.

17 http://artonang.blogspot.co.id/2015/01/ilmu-perundang-undangan.html (Dilihat pada tanggal 10 Agustus 2016)

18 Ibid., hlm 18

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

46

Page 68: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

3. Kesesuaian atara jenis, hierarki, dan materi muatan “Bahwa dalam pembentukan peraturan perundang-

undangan harus benar-benar memperhatikan materi muatan yang tepat sesuai dengan jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan”.

4. Dapat dilaksanakan “Bahwa setiap peraturan perundang-undangan harus

mempertimbangkan efektivitas peraturan perundang-undangan tersebut di dalam masyarakat, baik secara filosofis, sosiologis, maupun yuridis”.

5. Kedayagunaan dan kehasilgunaan “Bahwa setiap peraturan perundang-undangan dibuat

karena memang benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”.

6. Kejelasan rumusan “Bahwa setiap peraturan perundang-undangan harus

memenuhi persyaratan teknis penyusunan peraturan perundang-undangan, sistematika, pilihan kata atau istilah, serta bahasa hukum yang jelas dan mudah dimengerti sehingga tidak menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam pelaksanaannya”.

7. Keterbukaan “Bahwa dalam pembentukan peraturan perundang-

undangan mulai dari perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan bersifat transparan dan terbuka. dengan demikian, seluruh lapisan masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk memberikan

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

47

Page 69: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

masukan dalam pembentukan peraturan perundang-undangan.”

E. Konsepsi Tentang Peran dan Peranan

Peningkatan dalam kamus besar bahasa indonesia memiliki arti proses, cara, perbuatan meningkatkan (usaha, kegiatan, dsb), asal kata dari meningkatkan yang artinya menaikan (derajat, taraf, dsb); mempertinggi; memperhebat (produksi). Sementara Peran asal kata dari peranan, dalam kamus bahasa indoensia memberikan pengertian peran /pe·ran / adalah perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat. Dan peranan /pe·ran·an, adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang dl suatu peristiwa.19 Berdasarkan dua pengertian tersebut, maka peningkatan peran dapat diartikan sebagai upaya menaikan atau mempertinggi kedudukan; derajat; atau produk dari kegiatan individu. Dengan demikian pengertian peningkatan peran fungsioanl perancang (legislative drafter) adalah upaya meningkatkan kedudukan atau posisi perancang maupun meningkatkan hasil (kinerja) dari kegiatan yang dilakukan seorang perancang.

Ada beberapa teori peranan yang dikemukan para ahli sebagai berikut: Sosiolog Robert Park dari Universitas Chicago memandang bahwa masyarakat mengorganisasikan, mengintegrasikan, dan mengarahkan kekuatan-kekuatan

19 kamus besar bahasa indonesia online http://kbbi.web.id dilihat pada tanggal 4 Desember 2012.

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

48

Page 70: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

individu-individu ke dalam berbagai macam peran (roles). Melalui peran inilah kita menjadi tahu siapa diri kita. Kita adalah seorang anak, orang tua, guru, mahasiswa, laki-laki, perempuan, Islam, Kristen. Konsep kita tentang diri kita tergantung pada peran yang kita lakukan dalam masyarakat. Untuk itu, mempelajari teori peran dipandang perlu. teori peran (rhole theory).20

Peranan (role) merupakan proses dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewa-jibannya sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Selanjutnya menurut Levinson dalam Soekanto21 mengatakan peranan mencakup tiga hal, antara lain:1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan

dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

20 http://rinawahyu42.wordpress.com dilihat pada tanggal 4 Desember 2012.21 Lihat pendapat-pendapat Soekanto, Merton, dan Wirotumo bersumber:

Teori-toeri Sosiologi: Teori Peranan, http://kaghoo.blogspoot.com/2010/11/pengertian-pengertian.html.

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

49

Page 71: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Merton dalam Raho mengatakan bahwa peranan didefinisikan sebagai pola tingkah laku yang diharapkan masyarakat dari orang yang menduduki status tertentu. Sejumlah peran disebut sebagai perangkat peran (role-set). Dengan demikian perangkat peran adalah kelengkapan dari hubungan-hubungan berdasarkan peran yang dimiliki oleh orang karena menduduki status-status social khusus. Wirutomo mengemukakan pendapat David Berry bahwa dalam peranan yang berhubungan dengan pekerjaan, seseorang diharapkan menjalankan kewajiban-kewajibannya yang berhubungan dengan peranan yang dipegangnya. 22

Peran/peranan secara umum kiranya dapat disepadankan juga dengan “kemampuan/kemampuan kerja institusi/pegawai. Secara teori faktor/indikator yang mempengaruhi kemampuan pegawai adalah faktor pengetahuan dan keterampilan. Hal ini sesuai dengan pendapat Keith Davis dalam Mangkunegara merumuskan ability= knowledge+skill. Secara psikologis kemampuan pegawai terdiri dari kemampuan potensi dan kemampuan reality. Artinya, pegawai yang memiliki kemampuan diatas rata-rata dengan pendidikan atau pengetahuan yang memadai untuk menjalankan pekerjaan yang terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja (prestasi) yang

22 Ibid

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

50

Page 72: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

diharapkan. Oleh karena itu pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya (the right man in the right place, the right man on the right job).23

23 Riduwan., Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian., (Bandung, Alfabeta, 2002), hlm 35.

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

51

Page 73: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

52 Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Page 74: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

BAB IIITEMUAN DAN ANALISA

DATA LAPANGAN

A. Lokasi dan Sumber Data

Kajian tentang Peran Kanwil Kementerian Hukum dan HAM R.I. Dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah ini dilaksanakan sejak bulan Februari sampai dengan bulan Agustus 2016. Rangkaian kajian diawali dengan penyusunan research design, presentasi awal, penyusunan instrumen, pengumpulan data awal, tabulasi data dan penyusunan draft laporan akhir. Kajian ini mengambil sampel di 5 provinsi sebagai lokasi pengumpulan data lapangan, sebagaimana tergambar dalam tabel dibawah ini:

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

53

Page 75: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

Tabel 1. Lokasi dan Sumber Data Kajian

No. Lokasi Sumber Data

1. Sumatera Utara 1. Pejabat Fungsional Perancang

2. Biro Hukum Sekda Pemda Provinsi

3. Sekretaris Dewan DPRD Provinsi

2. D.I. Yogyakarta 1. Pejabat Fungsional Perancang

2. Biro Hukum Sekda Pemda Provinsi

3. Sekretaris Dewan DPRD Provinsi

3. Nanggroe Aceh Darussalam 1. Pejabat Fungsional Perancang

2. Biro Hukum Sekda Pemda Provinsi

3. Sekretaris Dewan DPRD Provinsi

4. Nusa Tenggara Timur 1. Pejabat Fungsional Perancang

2. Biro Hukum Sekda Pemda Provinsi

3. Sekretaris Dewan DPRD Provinsi

5. DKI Jakarta 1. Pejabat Fungsional Perancang

2. Biro Hukum Sekda Pemda Provinsi

3. Sekretaris Dewan DPRD Provinsi

Diolah dari data lapangan

Sampai tahapan akhir tabulasi pengolahan data lapangan terkumpul sebanyak 45 orang responden Perancang Kanwil dengan jumlah terbanyak dari provinsi Sumatera Utara sebanyak 14 responden dan DKI Jakarta terkecil sebanyak 3 responden. Sebaran jumlah responden dimaksud tergambar dalam jumlah, jabatan dan kepangkatan sebagaimana grafik dibawah ini:

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

54

Page 76: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

Grafik 1. Jumlah Sebaran Responden Perancang Kanwil

14

9

12

7

3

0

2

4

6

8

10

12

14

16

SumutDIYNADNTTDKI

Diolah dari data lapangan

Grafik 2. Jumlah Sebaran Responden Perancang Kanwil Berdasarkan Jabatan

1

22

10

2

10

Calon Perancang

Perancang Pertama

Perancang Muda

Perancang Madya

Tidak Menjaw ab

Diolah dari data lapangan

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

55

Page 77: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

Grafik 3. Jumlah Sebaran Responden Perancang Kanwil Berdasarkan Jabatan dan Kepangkatan

1 1

17

311

9

2

10Calon Perancang (IIIa)

Perancang Pertama (IIIa)

Perancang Pertama (IIIb)

Perancang Pertama (IIIc)

Perancang Pertama (IIId)

Perancang Muda (IIIb)

Perancang Muda(IIIc)

Perancang Madya (IIId)

Tidak Menjaw ab

Diolah dari data lapangan

B. Peran Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Dalam Harmonisasi Peraturan Daerah

Posisi strategis Kanwil Kemenkumham dalam pelaksanaan fungsi fasilitasi perancangan produk hukum daerah tertuang dalam 3 (tiga) Pasal sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (UUP3). Pertama Pasal 36 ayat (3) menyebutkan bahwa: Penyusunan Prolegda Provinsi dilingkungan Pemerintah Daerah Provinsi dikoordinasikan oleh biro hukum dan dapat mengikutsertakan instansi vertikal terkait. Kedua Pasal 58 Ayat (2) menyebutkan bahwa: Pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang berasal dari Gubernur dikoordinasikan oleh biro hukum dan dapat

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

56

Page 78: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

mengikutsertakan instansi vertikal dari kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang hukum. Ketiga Pasal 98 ayat (1) Setiap tahapan Pembentukan Peraturan Perundang-undangan mengikutsertakan Perancang Peraturan Perundang-undangan, dan ayat (2) Ketentuan mengenai keikutsertaan dan pembinaan Perancang Peraturan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Lebih lanjut dalam Pasal 75 Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan menyebutkan bahwa:(1) Sekretaris Daerah Provinsi menugaskan kepala biro

hukum untuk mengkoordinasikan pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi Rancangan Peraturan Daerah Provinsi.

(2) Dalam mengkoordinasikan pengharmonisasian, pem-bulatan, dan pemantapan konsepsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kepala biro hukum dapat mengikutsertakan instansi vertikal dari kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum.

Hal serupa juga dapat dilihat dalam Pasal 5 Ayat (2) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 59 Tahun 2015 tentang Keikutsertaan Perancang Peraturan Perundang-undangan Dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dan Pembinaannya, yang menyebutkan bahwa: “Keikutsertaan Perancang dalam pembentukan Peraturan Perundang-undangan dilaksanakan dalam tahapan Perencanaan,

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

57

Page 79: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

Penyusunan, Pembahasan, Pengesahan/penetapan, dan pengundangan.” Oleh karena itu, untuk mewujudkan Peraturan Daerah yang baik adalah melalui proses pengharmonisasian. Pengharmonisasian adalah upaya untuk menyelaraskan, menyesuaikan, memantapkan dan membulatkan konsepsi suatu rancangan peraturan perundang-undangan dengan peraturan perundang-undangan lain, baik yang lebih tinggi, sederajat, maupun yang lebih rendah, dan hal-hal lain selain peraturan perundang-undangan, sehingga tersusun secara sistematis, tidak saling bertentangan atau tumpang tindih (overlapping).24 Di dalam Pasal 250 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Perda dapat dibatalkan melalui mekanisme judicial review apabila bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau bertentangan dengan kesusilaan. Sedangkan yang dimaksud dengan bertentangan dengan kepentingan umum apabila:a. terganggunya kerukunan antarwarga masyarakat;b. terganggunga akses terhadap pelayanan publik;c. terganggunya ketenteraman dan ketertiban umum;

24 Nuryanti Widyastuti, Direktur Fasilitasi Perancangan Peraturan Daerah dan Pembinaan Perancang Peraturan Perundang-undangan, selaku Narasumber dalam kegiatan Presentase Awal Pusjianbang Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM tentang Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah, Jakarta 1 Maret 2016.

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

58

Page 80: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

d. terganggunya kegiatan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat; dan/atau

e. diskriminasi terhadap suku, agama dan kepercayaan, ras, antargolongan, dan gender.

Peran Perancang Kanwil sebagaimana dimaksud dalam UUP3 seharusnya dilibatkan disetiap tahapan penyusunan Raperda, terutama di dalam perencanaannya. Raperda esensinya adalah suatu kegiatan yang terencana yang diturunkan atau “diterjemahkan” dari Program Pembangunan Daerah (Propemda) dalam Program Pembentukan Peraturan Daerah (Propemperda). Dari hasil kajian diketahui bahwa “embrio” dari Raperda dimulai dari pengusulan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang akan dibahas di Biro Hukum Setda Pemda Provinsi. Pada tahapan inilah Kanwil seharusnya dilibatkan, meskipun keterlibatan dimaksud belum maksimal. Hal ini sebagaimana terlihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel 2. Keterlibatan dalam penyusunan prolegda N=45

No. Jawaban Jumlah Prosentase

a. Pernah 6 13,33

b. Belum pernah 39 86,64

Total 45 100,00

Diolah dari data lapangan

Dari 45 responden, hanya 6 responden (13,33) yang pernah terlibat dalam penyusunan Prolegda, sedangkan 39 responden (86,64) belum pernah terlibat dengan berbagai alasan. Hal ini sebagaimana terlihat dalam tabel dibawah ini:

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

59

Page 81: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

Tabel 3. Alasan belum pernah dilibatkan dalam penyusunan prolegda N= 39

No. Jawaban Jumlah Prosentase

a. Tidak tahu 5 12,82

b. Tidak dilibatkan Pemda/DPRD 13 33,33

c. Tidak menjawab 10 25,64

d. Perancang baru 3 7,70

e. Terlibat kegiatan lain 1 2,56

f. Belum ada kerjasa dengan Pemda/DPRD terkait Prolegda

2 5,13

g. Tidak bertugas dibidang hukum 2 5,13

h. Belum dapat disposisi/penugasan pimpinan

3 7,69

Total 39 100,00

Diolah dari data lapangan

Dari gambaran data di atas dapat dianalisis bahwa mayoritas Perancang Kanwil memang belum/tidak dilibatkan Pemda/DPRD dalam penyusunan Prolegda dengan berbagai macam kemungkinan alasan bagi pihak pengguna (Pemda Provinsi). Hasil kajian juga menunjukkan beberapa fakta yang didapat dari pihak Pemda/DPRD. Pertama Belum mengetahui keberadaan Perancang Kanwil. Kedua pernah melibatkan Perancang Kanwil tetapi yang datang “kurang” menguasasi substansi, hanya menguasai teknik perancangan, yang mana pihak Pemda/DPRD pun pada dasarnya dapat melakukannya. Ketiga ketika mengundang Perancang Kanwil tetapi yang datang dalam beberapa kali rapat orangnya

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

60

Page 82: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

berbeda-beda. Artinya kedudukan atau posisi Perancang Kanwil dalam menunjukkan hasil (kinerja) dari kegiatan yang dilaksanakan belum memadai. Secara teori faktor/indikator pengetahuan dan keterampilan masih belum memadai. Hal ini sejalan dengan pendapat Keith Davis dalam Mangkunegara merumuskan bahwa peran itu sangat tergantung pengetahuan dan kemampuan seseorang (ability= knowledge+skill). Secara psikologis kemampuan potensi dan kemampuan reality, apabila diatas rata-rata dengan pendidikan atau pengetahuan yang memadai tentu akan dibutuhkan oleh pihak Pemda/DPRD.

Disisi lain Perancang Kanwil lebih banyak terlibat dalam tahapan harmonisasi Ranperda. Dari 45 repsonden, 42 responden (93,33) pernah terlibat, 3 responden (6,67) belum terlibat. Perancang yang belum terlibat disebabkan belum turun SK dan belum Diklat, sebagaimana terlihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel 4. Keterlibatan dalam harmonisasi ranperda N= 45

No. Jawaban Jumlah Porsentase

a. Pernah 42 93,33

b. Belum pernah 3 6,67

Total 45 100,00

Diolah dari data lapangan

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

61

Page 83: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

Tabel 5. Alasan belum pernah terlibat dalam harmonisasi ranperda N= 3

No. Jawaban Jumlah Porsentase

a. Belum turun SK 1 33,33

b. Belum diklat 1 33,33

c. Tidak menjawab 1 33,34

Total 3 100,00

Diolah dari data lapangan

Dari gambaran data di atas jelas dapat dilihat keterlibatan Perancang Kanwil sudah maksimal. Namun demikian ada sisi lain yang perlu untuk dianalisis. Bahwa ada kecenderungan harmonisasi yang dilakukan masih bersifat teknis yaitu melakukan penelaahan atas draft Peraturan daerah yang dikirimkan ke Kanwil. Terkait riwayat dari draft perda dimaksud, mulai dari judul dan proposal dari SKPD, proses penelitian, pembuatan naskah akademik Perancang Kanwil tidak mengetahuinya.

C. Faktor Penghambat Koordinasi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM dengan Pemerintah Daerah Dalam Harmonisasi Peraturan Daerah

Dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Hukum dan HAM R.I. Nomor 28 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah disebutkan bahwa Kantor Wilayah mempunyai tugas melaksanakan tugas dan fungsi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam wilayah provinsi berdasarkan kebijakan

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

62

Page 84: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

Menteri dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Lebih lanjut dalam Pasal 3 disebutkan pula bahwa Kantor Wilayah menyelenggarakan fungsi: a) Pengorganisasian perencanaan, pengendalian program dan pelaporan; b) Pelaksanaan pelayanan di bidang administrasi hukum umum, hak kekayaan intelektual, dan pemberian informasi hukum; c) Pelaksanaan fasilitasi perancangan produk hukum daerah, pengembangan budaya hukum dan penyuluhan hukum, serta konsultasi dan bantuan hukum; d) Pengoordinasian pelaksanaan operasional unit pelaksana teknis di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia di bidang keimigrasian dan bidang pemasyarakatan; e) Penguatan dan pelayanan hak asasi manusia dalam rangka mewujudkan penghormatan, pemenuhan, pemajuan, perlindungan dan penegakan hak asasi manusia; dan f) Pelaksanaan urusan administrasi di lingkungan Kantor Wilayah.

Dari tugas dan fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia ini tentunya ada banyak hal yang perlu dikoordinasikan dan disinergikan dengan jajaran Pemerintah Daerah, terutama tugas dan fungsi yang tidak dilimpahkan ke daerah, agar tujuan dari pelaksanaan tugas dan fungsi dimaksud dapat dicapai. Salah satunya adalah fungsi pelaksanaan fasilitasi perancangan produk hukum daerah Memang sangat disadari bahwa koordinasi mudah untuk diucapkan tetapi sulit dalam implementasinya.

Data hasil kajian menunjukkan bahwa ada banyak faktor yang menghambat koordinasi Kanwil Kemenkumham dengan Pemda/DPRD dalam rangka penyusunan dan harmonisasi Raperda. Beberapa faktor yang paling menonjol adalah pertama

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

63

Page 85: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

ego sektoral sebanyak 12 responden (26,66), kedua kurangnya sarana prasarana dan dukungan dari kantor sebanyak 6 responden (13,33), dan ketiga faktor geografis dan anggaran sebanyak 5 responden (11,11), sebagaimana terlihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel 6. Faktor-faktor penghambat koordinasi dalam penyusunan dan harmonisasi Ranperda N=45

No Jawaban Jumlah Prosentase

a. Kepemimpinan 2 4,44

b. Tidak menjawab 14 31,11

c. Ego sektoral 12 26,66

d. Kurangnya sarana prasarana dan dukungan dari kantor

6 13,33

e. Faktor geografis dan anggaran 5 11,11

f. Belum dikenal secara luas oleh Pemda/DPRD

3 6,66

g. Hasil kerja perancang kurang maksimal 1 2,23

h. Tugas dan tanggung jawab perancang belum jelas

1 2,23

i. SKPD belum tahu dalam setiap tahapan perancangan perda melibatkan perancang

1 2,23

Total 45 100,00

Diolah dari data lapangan

Dari gambaran data di atas dapat dianalisis bahwa faktor ego sektoral yang ditunjukkan pihak Pemda/DPRD sangat menonjol. Secara konseptual koordinasi adalah salah satu cara

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

64

Page 86: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

terbaik untuk mencegah ketidakefisienan dan menciptakan efisiensi dan efektivitas tanpa harus mengedepankan ego sektoral dari masing-masing instansi. Ada banyak cara-cara konkrit yang dapat ditempuh seperti intensitas pertemuan yang dapat dijalin secara terprogram dan berkesinambungan. Dalam kerangka berkoordinasi ini tentunya dibutuhkan kemampuan human relationship dan manajerial skills serta penguasaan teknis tugas dan substantif dari Ranperda yang akan dibahas. Sehingga koordinasi yang dilaksanakan tidak sekadar seremonial saja tetapi harus dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi yang melibatkan (Pemda/DPRD).

Termasuk juga faktor penghambat lain yang juga menonjol adalah kurangnya sarana prasarana, anggaran dan dukungan dari kantor. Betapapun faktor-faktor tersebut sudah menjadi klasik tetapi faktanya masih menjadi faktor penghambat. Organisasi modern tentunya harus memperhatikan hal tersebut. Pada dasarnya organisasi adalah struktur pembagian kerja dan struktur hubungan kerja antara sekelompok orang yang bekerjasama secara tertentu untuk menyelesaikan tujuan bersama. Organisasi juga adalah suatu sistem mengenai aktivitas-aktivitas yang dikoordinasikan dari sekelompok orang yang bekerjasama ke arah suatu tujuan bersama di bawah wewenang kepemimpinan. Organisasi dipandang sebagai suatu sistem kerjasama antara individu dengan atau melalui hierarki dan pembagian tugas, yang jelas dan tegas. Dikatakan pula bahwa organisasi sebagai sistem dan bentuk hubungan antara wewenang dan tanggung jawab, antara atasan dengan bawahan, guna tercapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu setiap organisasi akan selalu mengadakan

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

65

Page 87: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

hubungan kerja baik hubungan kerja ke dalam mupun ke luar. Hal ini adalah disebabkan karena sifat manusia sebagai unsur anggota organisasi selalu cenderung mengadakan hubungan kerja dengan manusia lainnya dalam usaha melaksanakan tugas/pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Pembinaan merupakan salah satu fungsi penting dalam manajemen organisasi. Seorang manajer harus mengetahui dan mampu sedemikian rupa mempertahankan sudut pandang dan kepercayaan karyawannya, agar dapat menerima perintah yang diberikan. Memberikan pembinaan secara tepat, tentang apa yang diharapkan dari pekerjaannya secara jelas merupakan kegiatan utama. Pembinaan itu sendiri adalah suatu “komando“ untuk melihat bahwa kepentingan individu tidak mengganggu kepentingan umum, akan tetapi melindungi kepentingan umum dan akan menjamin masing-masing unit memiliki pemimpin yang kompeten dan energik. Keberhasilan kesatuan tersebut dalam manajemen modern disebut pembinaan.

D. Membangun Pola Hubungan Koordinasi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM dengan Pemerintah Daerah Dalam Harmonisasi Peraturan Daerah

Data hasil kajian menunjukkan bahwa ada banyak langkah yang dapat ditempuh untuk membangun pola hubungan koordinasi Kanwil Kemenkumham dengan Pemda/DPRD dalam rangka penyusunan dan harmonisasi rancangan peraturan daerah: Pertama komunikasi tatap muka sebanyak 7 responden (15,55), kedua bimbingan teknis dengan Pemerintah Daerah terkait Prolegda sebanyak 4 responden (8,89), ketiga

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

66

Page 88: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

membuat MOU dengan Pemda sebanyak 4 responden (8,89), sebagaimana terlihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel 7. Langkah-langkah membangun pola hubungan koordinasi Kanwil Kementerian Hukum dan HAM dengan

Pemda Dalam penyusunan Prolegda dan harmonisasi Ranperda N=45

No Jawaban Jumlah Porsentase

a. Tidak menjawab 24 53,33

b. Dialog hukum dengan Pemda setiap bulan 2 4,44

c. Membuat MOU dengan Pemda 4 8,89

d. Bimtek dengan Pemda terkait Prolegda 4 8,89

e. Komunikasi tatap muka 7 15,55

f. Menunjukan kualitas perancang 2 4,45

g. Revisi UU 12/2011 wajib melibatkan perancang dalam setiap tahapan

2 4,45

Total 45 100,00

Diolah dari data lapangan

Dari gambaran data diatas dapat dianalisis bahwa keberhasilan membangun pola hubungan koordinasi antar instansi salah satunya dipengaruhi oleh tingkat keberhasilan komunikasi dan human relationship. Namun demikian, dalam praktiknya pola hubungan yang dapat dibangun dengan komunikasi tidak semudah mengucapkannya. Terlebih lagi persoalan yang dikoordinasikan menyangkut hal yang sensitif dan memiliki dampak kepada berbagai sendi kehidupangan masyarakat di suatu daerah. Produk hukum daerah (Perda)

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

67

Page 89: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

tidak jarang juga dapat bersinggungan dengan kepentingan sosial, ekonomi dan politik berbagai lapisan masyarakat.

Namun demikian posisi Perancang Kanwil seharusnya dipandang sebagai tenaga profesional yang netral, yang melihat Perda sebagai produk hukum yang harus benar secara teknis (harmonis/sinkron baik horizontal/vertikal) dan memenuhi asas-asas peraturan perundang-undangan, termasuk juga benar secara substantif. Oleh karenanya pihak Kanwil harus dapat meyakinkan pihak Pemda Provinsi, Kab/Kota termasuk SKPD dan DPRD, melalui komunikasi tatap muka secara langsung agar keberadaan Perancang Kanwil dipandang dan dilibatkan. Komunikasi tatap muka dimaksud tentunya juga harus diikuti kemampuan dari para Perancangnya.

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

68

Page 90: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

BAB IVPENUTUP

A. Kesimpulan

Posisi Kanwil Kemenkumham ex officio Perancang Peraturan Perundang-undangan dalam pelaksanaan fungsi fasilitasi perancangan produk hukum daerah adalah posisi yang penting mulai dari tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan/penetapan, dan pengundangan Perda. Perda esensinya dalah suatu kegiatan yang terencana yang diturunkan atau “diterjemahkan” dari Program Pembangunan Daerah di bidang hukum. Embrio dari Perda dimulai dari pengusulan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang akan dibahas di Biro Hukum Setda Pemda Provinsi sebagai Program Pembentukan Peraturan Daerah (Propemperda). Pada tahapan awal inilah Perancang Kanwil seharusnya dilibatkan. Keterlibatan Perancang Kanwil memang ada meskipun keterlibatan dimaksud belum maksimal. Perancang Kanwil belum/tidak dilibatkan Pemda/DPRD disebabkan beberapa alasan, pertama belum mengetahui keradaan Perancang Kanwil. Kedua pernah melibatkan Perancang Kanwil tetapi

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

69

Page 91: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

yang datang “kurang” menguasasi substansi, hanya mengusasai teknik perancangan saja, yang mana pihak Pemda/DPRD pun dapat melakukannya. Ketiga ketika mengundang Perancang Kanwil yang datang dalam beberapa kali rapat orangnya berbeda-beda. Perancang Kanwil lebih banyak terlibat dalam tahapan harmonisasi Raperda. Namun demikian keterlibatan dalam harmonisasi tersebut secara teknis lebih kepada melakukan penelaahan atas draft Perda yang dikirimkan ke Kanwil. Riwayat dari Draft Perda dimaksud, mulai dari judul dan proposal dari SKPD, proses penelitian, pembuatan naskah akademik Perancang Kanwil tidak mengetahuinya.

Salah satu dari tugas dan fungsi Kanwil Kemenkumham adalah pelaksanaan fasilitasi perancangan produk hukum daerah. Tugas dan fungsi ini tentunya harus dikoordinasikan dan disinergikan dengan jajaran Pemda. Faktor-faktor yang menghambat koordinasi Kanwil Kemenkumham dengan Pemda/DPRD dalam rangka penyusunan dan harmonisasi Raperda adalah Pertama Ego sektoral dari pihak Pemda/DPRD yang belum secara maksimal melibatkan Perancang Kanwil di setiap tahapan pembentukan Perda. Kedua faktor geografis dan minimnya anggaran dan ketiga kurangnya sarana prasarana dan dukungan dari kantor.

Ada banyak langkah yang dapat ditempuh untuk membangun pola hubungan koordinasi Kanwil Kemenkumham dengan Pemda/DPRD dalam rangka penyusunan dan harmonisasi Raperda. Pertama komunikasi tatap muka, kedua bimtek dengan Pemda terkait Prolegda, dan ketiga membuat MOU. Meskipun dalam praktiknya pola hubungan yang dapat dibangun dengan komunikasi tidak semudah

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

70

Page 92: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

mengucapkannya. Terlebih lagi persoalan yang dikoordinasikan menyangkut hal yang sensitif dan memiliki dampak kepada berbagai sendi kehidupan masyarakat di suatu daerah. Produk hukum daerah (Perda) tidak jarang juga dapat bersinggungan dengan kepentingan sosial, ekonomi dan politik berbagai lapisan masyarakat. Namun demikian posisi Perancang Kanwil seharusnya dipandang sebagai tenaga profesional yang netral, yang melihat Perda sebagai produk hukum yang harus benar secara teknis (harmonis/sinkron baik horizontal/vertikal) dan memenuhi asas-asas peraturan perundang-undangan termasuk juga benar secara substantif. Oleh karenya pihak Kanwil harus dapat meyakinkan pihak Pemda Provinsi, Kab/Kota termasuk SKPD dan DPRD, melalui komunikasi tatap muka secara langsung agar keberadaan Perancang di Kanwil dipandang dan dilibatkan. Komunikasi tatap muka dimaksud tentunya juga harus diikuti kemampuan dari para Perancangnya.

B. Saran/Rekomendasi

1. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) ketika mengusulkan judul dan proposal Program Pembentukan Peraturan Daerah (Propemperda), yang digagas sebagai skala prioritas dari agenda Program Pembangunan Daerah, seharusnya sudah melibatkan Perancang Kanwil sebagai anggota tim (tenaga expert), sehingga Perancang mengetahui sejarah Raperda dimaksud mulai dari perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan/penetapan, dan pengundangannya.

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

71

Page 93: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

2. Dimasa mendatang Kanwil ex officio Perancang Peraturan Perundang-undangan diharapkan tidak saja terlibat dalam harmonisasi saja tetapi perlu dilibatkan juga dalam melakukan evaluasi dan pengawasan (review) peraturan daerah sebagai bagian dari executive review. Selama ini rekomendasi dari Perancang Kanwil belum begitu diperhatikan, hal ini didasarkan kepada pertimbangan bahwa Perda adalah salah sumber hukum dalam tata urutan peraturan perundang-undangan sebagaimana diatur dalam UU Nomor 12 Tahun 2011. Kementerian Hukum dan HAM sebagai Kementerian yang bertanggung jawab dan berwenang dalam pembangunan hukum (peraturan perundang-undangan), yang secara mutatis mutandis, melaksanakan tanggung jawab dan kewenangan dimaksud sampai ke tingkat Provinsi, Kabupaten dan Kotamadya.

3. Kantor Wilayah harus ada Pejabat Fungsional Peneliti. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa salah satu tahapan dari pembentukan Perda adalah kegiatan penelitian sebagai bahan pembuatan Naskah Akademis. Selama ini kegiatan penelitian sampai pembuatan NA lebih banyak dilaksanakan kalangan Perguruan Tinggi. Perguruan Tinggi yang melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi –salah satunya adalah melaksanakan penelitian- belun tentu dilaksanakan oleh dosen yang memiliki brevet peneliti.

4. Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan sebagai instansi pembina bekerjasama dengan Sekretariat Jenderal untuk segera membuat Buku Pedoman, baik yang menyangkut substansi seperti bidang kepakaran,

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

72

Page 94: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

maupun administrasi fasilitatif seperti rasio kebutuhan Perancang di tiap-tiap Kanwil, karena faktanya ada pegawai yang masuk dengan formasi Perancang Peraturan Perundang-undangan tetapi menjadi JFU di UPT, ada yang sudah mengikuti Diklat Perancang tetapi lebih memilih menduduki jabatan struktural, kebutuhan sarana prasarana, selama ini (kendaraaan ke Dewan, laptop) masih menggunakan sarana pribadi.

5. Perlu ada MOU antara Kementerian Dalam Negeri dengan Kantor Wilayah Kemenkumham yang menyepakati bahwa pendapat/pemikiran Perancang Kanwil perlu diakomodir bukan sekadar seremonial dan melengkapi kewajiban administrasi saja bahwa Raperda sudah dimintakan pendapat hukum ke Kanwil Kemenkumham dalam bentuk harmonisasi saja.

6. Kantor Wilayah Kemenkumham perlu melakukan sosialisasi secara intensif tentang keberadaannya, tidak saja ke Sekretariat Dewan, Biro Hukum Pemda, tetapi juga ke SKPD, karena pada dasarnya “embrio” prakarsa pembentukan Perda ada di SKPD. Sosialiasi dimaksud tidak lagi dengan cara-cara konvensional, tetapi perlu melakukan audience secara langsung untuk menguatkan keberadaan Perancang Kanwil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

7. Perlu peningkatan kuantitas dan kualitas Perancang Kanwil karena ketika diundang untuk pembahasan di DPRD belum bisa berbuat banyak (belum bisa fight). Perlu bidang kepakaran seorang Perancang sehingga tidak

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

73

Page 95: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

hanya menguasai teknik perancangan Raperda tetapi juga menguasai substansi muatan Raperda.

8. Kementerrian Hukum dan HAM dan Kementerian Dalam Negeri perlu duduk bersama untuk membicarakan langkah-langkah konkrit apa yang perlu diambil dan disepakati dalam rangka menguatkan keberadaan Perancang Peraturan Perundang-undangan, sehingga perannya dapat lebih menonjol di masa mendatang.

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

74

Page 96: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Anwar Yesmil dan Adang, Pengantar Sosiologi Hukum, Grasindo, Jakarta, 2015.

Aslam Sumhudi. Mohammad, Komposisi Riset Disain. Lembaga Peneliti Universitas Trisakti, Jakarta, 1985.

Badan Litbang Kementerian Dalam Negeri., Metode Penelitian Sosial (Terapan dan Kebijaksanaan)., Jakarta: 2000.

Brantas, Dasar-dasar Manajemen, Alfabeta, Bandung, 2009.Iman Syaukani dan A. Ahsin Thohari, Dasar-dasar Politik

Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta 2006.Lili Rasjidi, Dasar-Dasar Filsafat Hukum, Citra Aditya Bakti,

Bandung, 1993.Moh. Kusnadi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata

Negara Indonesia, Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Sinar Bakti, Jakarta, 1988.

Mohammad Aslam Sumhudi., Komposisi Riset Disain., Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Trisakti., 1985.

M. Friedman Lawrence, American Law an Introduction (Penerjemah: Wishnu Basuki), Tatanusa, Jakarta, 2001.

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

75

Page 97: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

Panduan Praktis Memahami Perancangan Peraturan Daerah., Jakarta: Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan., 2011.

Riduwan., Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian., Bandung: Alfabeta., 2002.

R. Otje Salman, Ikhtisar Filsafat Hukum, Armicco, Bandung, 1987.

Satjipto Rahardjo., Hukum dan Masyarakat., Bandung: Angkasa., 1980.

Sanapiah Faisal., Format-format Penelitian Sosial., Jakarta: RajaGrafindo Persada., 2003.

Suhariyono, Peranan Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Dalam Penyusunan Prolegda., Bimbingan Teknis Proglam Legislasi Daerah, Jakarta: 2007.

Yesmil Anwar & Adang., Pengantar Sosiologi Hukum., Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia., 2008.

Jurnal

Jurnal Legislasi Nasional., Jakarta: Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Kementerian Hukum dan HAM RI., 2004

Peraturan Perundang-undangan

Undang-undang Dasar RI 1945 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang NasionalUndang-undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

76

Page 98: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

Undang-undang Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Kementerian Negara

Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom

Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2015 tentang Keikutsertaan Perancang Peraturan Perundang-undangan Dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dan Pembinaannya

Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM

Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 29 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan HAM

Media Cetak

Harian Kompas Terbitan Sabtu 18 Juni 2016.Harian Koran Sindo Terbitan Selasa 24 Mei 2016

Website

http://nasional.kompas.com/read/2015/07/22/17054251/Sejak.November.2014.hingga.Mei.2015.Mendagri .Batalkan.139.Perda

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

77

Page 99: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

http://sudiknoartikel.blogspot.co.id/2008/03/meningkatkan-kesadaran-hukum-masyarakat.html (Dilihat pada tanggal 10 Agustus 2016)

http://knowledgeisfreee.blogspot.co.id/2015/12/makalah-penegakan-hukum-kesadaran-hukum.html (Dilihat pada tanggal 10 Agustus 2016

http://artonang.blogspot.co.id/2015/01/ilmu-perundang-undangan.html (Dilihat pada tanggal 10 Agustus 2016

http://www.pshk.or.id/id/penelitian/laporan-kajian-review-perda/ (Dilihat pada tanggal 10 Agustus 2016)

kamus besar bahasa indonesia online http://kbbi.web.id dilihat pada tanggal 4 Desember 2012.

http://rinawahyu42.wordpress.com dilihat pada tanggal 4 Desember 2012.

http://kaghoo.blogspoot.com/2010/11/pengertian-pengertian.html.

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

78

Page 100: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

LAMPIRAN

Page 101: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

80 Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Page 102: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

KuisionerPejabat Fungsional Perancang

PUSAT PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKANBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HUKUM DAN HAM

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI

DAFTAR PERTANYAAN

Kajian Tentang

PERAN KANWIL KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN DAERAH

PENGANTAR:

Sehubungan Surat Keputusan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan HAM RI Nomor: PPH-51.CT.02.02 Tahun 2016 Tentang Tim Pelaksana Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan, maka kami bermaksud melaksanakan kajian dengan Judul : Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah.

Adapun tujuan dari kegiatan Kajian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis sejauhmana keterlibatan Kanwil Kementerian Hukum dan HAM, faktor-faktor penghambat koordinasi dan bagaimana membangun pola hubungan koordinasi antara Kanwil Kementerian Hukum dan HAM dengan Pemda dalam harmonisasi Perda

Untuk terlaksananya kegiatan kajian ini, kami mohon Bapak/Ibu memberikan data dan informasi secara obyektif terkait dengan judul Kajian dimaksud dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam Kuisoner.

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

81

Page 103: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

Atas perhatian dan kerjasama Bapak/Ibu Kami ucapkan terima kasih.

Hormat kami,Tim Pengkajian

PengarahPenanggung JawabKetuaSekretaris Tim

::::

Y Ambeg Paramarta, S.H., M.Si.Djoko Pudjihardjo, S.H., M.Hum.Taufik H. Simatupang, S.H., M.H.Victorio Hariara Abraham Situmorang, S.H.

Anggota : 1. 2.3.

Moch. Ridwan, S.H., M.Si.Ahmad Jazuli, S.Ag.Hakki Fajriando, S.Sos., M.Si.

Sekretariat : 1.2.3.4.5.

Bintang M. Tambunan, S.E., M.M., M.Si.Susena, S.Sos.Edy Sumarsono, S.H., M.H.Rosita, S.Sos.Emmy Taurina Adriani, S.H

IDENTITAS RESPONDEN

Nama : ........................................................................

Pangkat/Golongan : ........................................................................

Jabatan Perancang : ........................................................................

Kanwil : ........................................................................

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

82

Page 104: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

1. Apakah Bapak/Ibu pernah dilibatkan dalam penyusunan Program Legislasi Daerah (Prolegda) ?

a. Pernah, berapa kali:............................................................................................

b. Belum pernah

2. Apa alasannya bila belum pernah .......................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

3. Mohon jelaskan apa bentuk kontribusi Bapak/Ibu pada saat dilibatkan dalam penyusunan Prolegda tersebut ?....................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

4. Berikan pendapat Bapak/Ibu, bagaimana seharusnya posisi Kanwil Kemenkumham dalam memaknai kata “dapat”, sebagaimana diatur dalam Pasal 36 ayat (3) UU Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, yang menyebutkan bahwa penyusunan prolegda provinsi dilingkungan Pemerintah Daerah Provinsi dikoordinasikan oleh Biro Hukum dan dapat mengikut sertakan instansi vertikal terkait ?..................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

83

Page 105: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

5. Menurut pendapat Bapak/Ibu, apakah ketika Kanwil Kemenkumham tidak diikutsertakan dalam Prolegda, menjadi penyebab banyak Perda bermasalah ?a. Ya

Alasannya .............................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

b. Tidak

6. Sepengetahuan Bapak/Ibu, apakah Prolegda yang disusun Pemda adalah program yang terencana ?a. Yab. Tidak

Alasannya ................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

7. Sepengetahuan Bapak/Ibu, apakah Prolegda yang disusun Pemda ada naskah akademiknya ?a. Adab. Tidak ada

8. Sepengetahuan Bapak/Ibu, apakah naskah akademik tersebut didasarkan pada hasil penelitian ?a. Yab. Tidak

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

84

Page 106: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

9. Apabila Ya, siapa/pihak mana yang melaksanakan penelitiannya? ......................................................................................................................................................................................................................................................................................

10. Apakah Bapak/Ibu pernah dilibatkan dalam pengharmonisasian Rancangan Peraturan Daerah (Raperda)?a. Pernah, berapa kali: ..........................................................................................b. Belum pernah

11. Apa alasannya bila “belum pernah”? ........................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

12. Mohon jelaskan apa bentuk kontribusi Bapak/Ibu pada saat dilibatkan dalam penyusunan pengharmonisasian Raperda tersebut?a. Berkontribusi pada teknik Raperdab. Berkontribusi pada substansi Raperdac. Jawaban lain ....................................................................................................

13. Berikan pendapat Bapak/Ibu, apakah Pejabat Fungsional Perancang juga harus menguasai substansi Raperda? ..............................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

85

Page 107: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

14. Berikan pendapat Bapak/Ibu, bagaimana seharusnya posisi Kanwil Kemenkumham dalam memaknai kata “dapat”, sebagaimana diatur dalam Pasal 58 ayat (2) UU Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembnetukan Peraturan Perundang-undangan yang menyebutkan bahwa pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang berasal dari Gubernur dikoordinasikan oleh biro hukum dan dapat mengikut sertakan instansi vertikal dari kementerian yang penyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang hukum? ................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

15. Menurut pendapat Bapak/Ibu, apakah ketika Kanwil Kemenkumham tidak diikutsertakan dalam pengharmonisasian Raperda, menjadi penyebab banyak Perda bermasalah?c. Ya

Alasannya ........................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

d. Tidak

16. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah jumlah Pejabat Fungsional Perancang harus disesuaikan dengan luas wilayah kerja Kanwil Kemenkumham?a. Yab. Tidak

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

86

Page 108: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

17. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah jumlah Pejabat Fungsional Perancang sudah sesuai dengan luas wilayah kerja Kanwil Kemenkumham?a. Sudahb. Belum

18. Menurut pendapat Bapak/Ibu berapa idealnya jumlah Pejabat Fungsional Perancang di setiap Kabupaten/Kota ?a. 1 per Kab/Kotab. 2 per Kab/Kotac. 3 per Kab/Kotad. Jawaban lain ....................................................................................................

19. Mohon berikan saran dan pendapat Bapak/Ibu, langkah-langkah apa saja yang dapat dilakukan Kanwil Kemenkumham agar dapat terlibat dan berperan lebih aktif dalam penyusunan Prolegda dan harmonisasi Raperda ? ..........................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

20. Dalam rangka pengharmonisasian Perda, apakah Bapak/Ibu pernah melakukan komunikasi dengan Biro Hukum Pemda ?a. Pernahb. Tidak pernah

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

87

Page 109: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

21. Apabila “pernah”, seberapa sering komunikasi itu dilakukan ?a. Sangat seringb. Cukup seringc. Kadang-kadangd. Tidak pernah

22. Dalam rangka pengharmonisasian Perda, dalam tahapan apa saja BapakIbu diikutsertakan ? (Jawaban boleh lebih dari satu)a. Perencanaanb. Penyusunanc. Pembahasand. Pengesahan/penetapane. Pengundangan

23. Dalam tiap-tiap tahapan pengharmonisasian Perda (Perencanaan, Penyusunan, Pembahasan, Pengesahan/penetapan dan Pengundangan) dimana Bapak/Ibu diikutsertakan, apakah ada mekanisme kerja yang jelas ? (Mohon jelaskan)....................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

88

Page 110: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

24. Dalam melaksanakan tugas-tugas pengharmonisasian Perda (Perencanaan, Penyusunan, Pembahasan, Pengesahan/penetapan dan Pengundangan), apakah Kantor relatif memfasilitasi sarana prasarana pendukung yang Bapak/Ibu butuhkan ? (Mohon jelaskan)................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

25. Setujukah Bapak/Ibu apabila kata “dapat” dalam UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dihilangkan, sehingga ada kewajiban Pemda untuk melibatkan Kanwil Kemenkumham dalam harmonisasi Perda ?a. Setujub. Tidak setuju

26. Apabila Bapak/Ibu “setuju”, apakah Pejabat Fungsional Perancang Kanwil Kemenkumham sudah cukup memadai dari segi kuantitas dan kualitas pada saat dilibatkan dalam pengharmonisasian Perda ? (Mohon jelaskan)..................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

89

Page 111: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

27. Mohon Bapak/Ibu jelaskan faktor-faktor penghambat koordinasi Kanwil Kemenkumham dengan Pemda dalam rangka harmonisasi Perda yang terjadi selama ini? .............................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

28. Apakah Kanwil Kemenkumham memiliki hubungan koordinasi dengan Pemda dalam rangka harmonisasi Perda ?a. Yab.Tidak

29. Apabila “ya”, apakah hubungan koordinasi dimaksud memiliki pola yang baku?a. Ya

1) Apa dasar hukumnya:a) Surat Keputusanb) MOUc). .....................................................................................................................

b. Tidak

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

90

Page 112: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

30. Dalam hubungan koordinasi dengan Pemda dalam rangka harmonisasi Perda yang sudah dilaksanakan selama ini, mohon Bapak/Ibu jelaskan apa saja yang menjadi hak dan kewajiban Kanwil Kemenkumham? .................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

31. Setujukah Bapak/Ibu apabila diadakan MOU antara Kanwil Kemenkumham dengan Pemda dalam rangka harmonisasi Perda ?a. Setujub. Tidak setuju

32. Apabila Bapak/Ibu “setuju” mohon jelaskan hal-hal apa saja yang perlu dituangkan dalam MOU tersebut? .............................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

91

Page 113: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

33. Menurut pendapat Bapak/Ibu langkah-langkah apa saja yang dapat ditempuh Kanwil Kemenkumham dan Pemda dalam membangun pola hubungan koordinasi penyusunan Prolegda dan pengharmonisasian Raperda? ........................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

Terima kasih atas kerjasamanya

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

92

Page 114: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

Interview guide

PUSAT PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKANBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HUKUM DAN HAM

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI

PEDOMAN WAWANCARA

Kajian Tentang:

PERAN KANWIL KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN DAERAH

IDENTITAS INFORMAN

N a m a : ……….…………………………….…………………………

Jabatan : ……….…………………………….…………………………

Kanwil/Pemda : ……….…………………………….…………………………

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

93

Page 115: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

1. Jumlah Pejabat Fungsional Perancang.

2. Persebaran jenis kelamin, usia, jabatan, dan tingkat pendidikan.

3. Apakah ada keterlibatan Kanwil dalam penyusunan Program Legislasi Daerah (Prolegda).

4. Apa bentuk kontribusi Kanwil saat dilibatkan dalam penyusunan Prolegda tersebut.

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

94

Page 116: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

5. Bagaimana sikap Kanwil/Pemda memaknai kata “dapat” dalam Pasal 36 ayat (3) UU Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang menyebutkan bahwa penyusunan Prolegda Provinsi dilingkungan Pemerintah Daerah Provinsi dikoordinasikan oleh Biro Hukum dan dapat mengikut sertakan instansi vertikal terkait.

6. Apakah ketika Kanwil tidak diikutsertakan dalam Prolegda menjadi penyebab banyak Perda bermasalah.

7. Apakah Prolegda yang disusun Pemda adalah program yang terencana.

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

95

Page 117: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

8. Apakah Prolegda yang disusun Pemda memiliki naskah akademik.

9. Siapa/Pihak mana yang membuat naskah akademik.

10. Apakah naskah akademik tersebut didasarkan pada hasil penelitian.

11. Siapa/Pihak mana yang melaksanakan penelitiannya.

12. Apakah ada keterlibatan Kanwil dalam pengharmonisasian Rancangan Peraturan Daerah (Raperda).

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

96

Page 118: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

13. Apa bentuk kontribusi Kanwil pada saat dilibatkan dalam penyusunan pengharmonisasian Raperda tersebut.

14. Apakah pejabat Fungsional Perancang Kanwil juga harus menguasai substansi Raperda.

15. Bagaimana sikap Kanwil/Pemda dalam memaknai kata “dapat” dalam Pasal 58 ayat (2) UU Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang menyebutkan bahwa: Pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang berasal dari Gubernur dikoordinasikan oleh biro hukum dan dapat mengikut sertakan instansi vertikal dari kementerian yang penyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang hukum.

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

97

Page 119: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

16. Bagaimana sikap Pemda dalam memaknai Pasal 98 ayat (1) UU Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang menyebutkan bahwa: Setiap tahapan Pembentukan Peraturan Perundang-undangan mengikut sertakan Perancang Peraturan Perundang-undangan.

17. Apakah ketika Kanwil tidak diikutsertakan dalam pengharmonisasian Raperda menjadi penyebab banyak Perda bermasalah.

18. Apakah jumlah Pejabat Fungsional Perancang harus disesuaikan dengan luas wilayah kerja Kanwil.

19. Apakah jumlah Pejabat Fungsional Perancang sudah sesuai dengan luas wilayah kerja Kanwil.

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

98

Page 120: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

20. Berapa Jumlah ideal Pejabat Fungsional Perancang Kanwil di setiap Kabupaten/Kota.

21. Saran dan pendapat Bapak/Ibu, langkah-langkah apa saja yang dapat dilakukan Kanwil agar dapat terlibat dan berperan lebih aktif dalam penyusunan Prolegda dan harmonisasi Raperda.

22. Apakah ada komunikasi Kanwil dengan Biro Hukum Pemda dalam rangka pengharmonisasian Perda.

23. Seberapa sering komunikasi dilakukan.

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

99

Page 121: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

24. Dalam tahapan apa saja (Perencanaan, Penyusunan, Pembahasan, Pengesahan/Penetapan, Pengundangan) komunikasi dilakukan.

25. Apakah ada mekanisme kerja yang jelas dalam komunikasi tersebut.

26. Apakah dalam pelaksanaan tugas pengharmonisasian Perda (Perencanaan, Penyusunan, Pembahasan, Pengesahan/penetapan dan Pengundangan), Kantor relatif memfasilitasi sarana prasarana pendukung.

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

100

Page 122: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

27. Setujukah apabila kata “dapat” dihilangkan dari UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

28. Faktor-faktor penghambat koordinasi Kanwil Kemenkumham dengan Pemda dalam rangka harmonisasi Perda yang terjadi selama ini.

29. Apakah Kanwil memiliki hubungan koordinasi dengan Pemda dalam rangka harmonisasi Perda

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

101

Page 123: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

30. Apakah hubungan koordinasi dimaksud memiliki pola yang baku dan apa dasar hukumnya.

31. Apa saja hak dan kewajiban Kanwil dalam pola hubungan koordinasi dimaksud.

32. Setujukah apabila diadakan MOU antara Kanwil Kemenkumham dengan Pemda dalam rangka harmonisasi Perda.

33. Hal-hal apa saja yang perlu dituangkan dalam MOU tersebut.

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

102

Page 124: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN

34. Langkah-langkah apa saja yang dapat ditempuh Kanwil Kemenkumham dan Pemda dalam membangun pola hubungan koordinasi penyusunan Prolegda dan pengharmonisasian Raperda.

Terima kasih atas kerjasamanya

Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Rangka Harmonisasi Peraturan Daerah

103

Page 125: PERAN KANTOR WILAYAH PERATURAN DAERAHjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A03.pdfPERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DALAM RANGKA HARMONISASI PERATURAN