peran hubungan timbal balik antara penyandang status kewarganegaraan indonesia dan negaranya dengan...
DESCRIPTION
MPKT ATRANSCRIPT
Peran Hubungan Timbal Balik Antara Penyandang Status Kewarganegaraan Indonesia
dan Negaranya dengan Angka Korupsi di Indonesia
oleh
I. Pendahuluan
Sudah menjadi rahasia umum bahwa angka korupsi di Indonesia tergolong tinggi. Jika
ditelusuri lagi, mayoritas pelaku yang melakukan korupsi tersebut adalah mereka yang memiliki
status kewarganegaraan Indonesia dan memiliki hubungan timbal balik dengan Negaranya
namun, korupsi bukanlah hubungan timbal balik yang baik, bahkan cenderung merusak. Apakah
hubungan timbal balik antara seseorang yang memiliki kewarganegaraan (warga Negara)
Indonesia dengan negaranya mempengaruhi angka korupsi di Indonesia?
II. Isi
Sebelum kita mendalami hubungan timbal balik antara Negara dengan warga Negaranya,
sebaiknya kita harus memahami konsep kewarganegaraan terlebih dahulu. Menurut Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, kewarganegaraan
adalah segala hal yang berhubungan dengan warga Negara seperti penentuan tentang siapa saja
yang termasuk warga Negara, cara menjadi warga Negara atau pewarganegaraan, tentang
kehilangan kewarganegaraan, serta cara mendapatkan kembali kewarganegaraan.
Penentuan kewarganegaraan berdasarkan kelahiran dapat di bagi menjadi dua asas.
Pertama, asas ius soli, yang menyatakan bahwa kewarganegaraan seseorang ditentukan dari
tempat orang tersebut dilahirkan. Kedua, asas ius sanguinis, yang menyatakan bahwa
kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasar keturunan dari orang tersebut.
Penentuan kewarganegaraan berdasarkan aspek perkawinan mencakup dua asas. Pertama,
asas kesatuan hukum yang berdasarkan kepada pandangan bahwa suami istri adalah suatu ikatan
yang tidak terpecah sebagai inti dari masyarakat. Kedua, Asas persamaan derajat yang berasumsi
bahwa suatu perkawinan tidak menyebabkan perubahan status kewarganegaraan suami atau istri.
Setelah seseorang mendapatkan kewarganegaraan Indonesia dan menjadi warga Negara
Indonesia, maka hubungan timbal balik antara Negara dan warga Negara seharusnya muncul.
Hubungan itu secara mendasar terbangun dari tujuan awal terbentuknya negara Indonesia,
sebagaimana tertuang dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945. Dalam praktiknya,
dibutuhkan prinsip-prinsip yang dapat memberikan dampak positif pada hubungan tersebut.
Prinsip Negara kesatuan menyatakan, bagaimana Indonesia pada dasarnya adalah sebuah
Negara yang wewenang legislatifnya dipusatkan dalam satu badan legislatif nasional/pusat.
Dengan kata lain kekuasaan terletak pada pemerintah pusat, bukan pemerintah daerah.
Prinsip Kedaulatan Rakyat menyatakan bahwa rakyat memiliki hak atau kekuasaan
tertinggi. Sebagai contoh, pada awalnya kedaulatan rakyat di Indonesia diemban oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR). Namun, penyalahgunaan kekuasaan saat orde baru, menyulut
Gerakan Reformasi dan berakhir dengan pengunduran diri Presiden Soeharto dan menyebabkan
adanya amandemen undang-undang dasar. Hal tersebut mengakibatkan MPR tidak dapat memilih
Presiden (pemilihan presiden diadakan secara langsung). Selain itu, pada pasal 7A UUD 1945
yang sudah diamandemen dikatakan bahwa jika pejabat-pejabat terpilih tersebut gagal
mengemban amanat rakyat, UUD memberi hak kepada rakyat (melalui MPR dan atas usul DPR)
untuk memberhentikan Presiden.
Prinsip Negara Republik secara teoretis mendukung kedaulatan rakyat dan menjamin
adanya kebebasan masyarakat untuk berpendapat. Kebebasan rakyat dalam Negara republik
selalu disertai oleh tanggung jawab rakyat untuk mempertahankan independensi negara. Bentuk
tanggung jawab ini merupakan aktivitas politik atau partisipasi warga negara untuk membentuk
diri sekaligus membangun Negara.
Prinsip Negara Hukum menuntut pemerintahan agar berjalan dengan tuntunan hukum
dan bukan dengan kekuasaan. Dalam UUD terkandung pula prinsip-prinsip dasar yang mengikat
negara dan warga negara yaitu Pancasila, negara kesatuan dengan bentuk republik, kedaulatan
rakyat dan negara hukum, karenanya tiap warga negara untuk memelihara dan mempertahankan
Negara.
Jika ditelusuri lagi, prinsip-prinsip di atas sudah mengandung nilai yang menjauhkan
suatu individu pada tindakan korupsi. Sebagai contoh pada prinsip kedaulatan rakyat, seharusnya
pemerintah sadar bahwa mereka bekerja untuk pemegang kekuasaan tertinggi (rakyat) bukan
untuk kepentingan pribadi. Selain itu, pada prinsip Negara Republik seharusnya warga negara
berpartisipasi untuk membentuk diri sekaligus membangun Negara.
III. Penutup
Dapat kita lihat bahwa hubungan timbal balik antara warga Negara dan Negaranya
berpengaruh terhadap angka korupsi di Indonesia. Setelah seseorang mendapatkan status
kewarganegaraan Indonesia seharusnya mulai terjadi hubungan timbal balik. Namun terkadang
hubungan ini berjalan tanpa mengikuti prinsip yang ada sehingga hubungan tidak berjalan dengan
baik sehingga berdampak buruk seperti korupsi. Dapat disimpulkan bahwa mereka yang
melakukan korupsi tidak menjalankan prinsip-prinsip hubungan timbal balik.
Daftar Pustaka
Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Dewi, R. Ismala, dkk. 2013. Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi A Buku Ajar
3 : Bangsa, Negara, dan Pancasila. Depok: Universitas Indonesia
Poole, Ross. 1999. Nation and Identity. New York: Routledge
Wijianto.2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Piranti Darma Kaloktama