peran amerika serikat dalam gerakan prri ...dan 3) dampak keterlibatan amerika serikat dalam gerakan...
TRANSCRIPT
i
PERAN AMERIKA SERIKAT DALAM GERAKAN PRRI/PERMESTA
PADA MASA DEMOKRASI LIBERAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh :
Yohanes Guruh Utoro Aji
NIM : 151314015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan penuh ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, skripsi ini saya
persembahkan kepada :
1. Kedua orang tua penulis, Bapak Yudi Hartaya dan Ibu Fransisca Rida Kristari
yang tak henti memberi motivasi, teguran, dorongan spiritual melalui novena,
serta dukungan material sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di
Universitas Sanata Dharma.
2. Kakek dan nenek penulis, Eyang Harto Suharjo dan Eyang Suparni yang telah
memberikan dorongan dan semangat sehingga penulis menyelesaikan studi di
Universitas Sanata Dharma.
3. Kakak penulis, Agustinus Guntur Seto Aji, Brigita Laurentia Karina
Sukmaningtyas dan Lucia Erline yang selalu memberikan motivasi sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
Motto
“Sebab Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera”
-1 Korintus 14:33-
“Maafkanlah musuh-musuh anda akan tetapi jangan pernah anda melupakan nama
mereka”
-John F Kennedy-
“Ilmu itu bukan yang dihafal tetapi yang memberi manfaat”
-Imam Syafi’i-
“Beribadah bukanlah karena takut akan dosa tetapi beribadah berdasar hati nurani
yang tulus”
-Syekh Siti Jenar-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
Pernyataan Keaslian Karya
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya dari orang lain, kecuali yang telah
disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 16 Maret 2020
Penulis
Yohanes Guruh Utoro Aji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama : Yohanes Guruh Utoro Aji
Nomor Mahasiswa : 151314015
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
PERAN AMERIKA SERIKAT DALAM GERAKAN PRRI/PERMESTA
PADA MASA DEMOKRASI LIBERAL
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada), dengan demikian saya memberikan
kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpannya,
mengalihkannya dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet
atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
ataupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal, 16 Maret 2020
Yang menyatakan
Yohanes Guruh Utoro Aji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
PERAN AMERIKA SERIKAT DALAM GERAKAN PRRI/PERMESTA
PADA MASA DEMOKRASI LIBERAL
Oleh :
Yohanes Guruh Utoro Aji
Universitas Sanata Dharma
2020
Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis tiga
permasalahan pokok, yaitu: 1) Faktor penggerak peran Amerika Serikat dalam
gerakan PRRI/Permesta, 2) Peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta,
dan 3) Dampak keterlibatan Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta bagi
situasi dalam negeri dan hubungan luar negeri Indonesia.
Penelitian disusun menggunakan metode sejarah, dengan tahapan: 1)
Pemilihan topik, 2) Heuristik (pengumpulan sumber sejarah), 3) Verifikasi (kritik
sumber), 4) Interpretasi, dan 5) Penulisan sejarah. Pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan multidimensional yaitu historis, politik, ekonomi, dan budaya
dengan model penulisan deskriptif analitis.
Hasil penelitian ini menunjukkan, 1) Faktor Penggerak peran Amerika
Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta adalah instabilitas politik Indonesia.
Instabilitas politik dan keamanan pada masa demokrasi liberal menumbuhkan rasa
ketidakpuasan para perwira di daerah Sumatera dan Sulawesi. Amerika Serikat
melihat peluang dan hambatan yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingannya. 2)
Amerika Serikat mengambil peran mendukung gerakan PRRI/Permesta. Tujuan
utama dari dukungan tersebut adalah membendung pengaruh komunis di
Indonesia. Amerika Serikat memberikan bantuan senjata dan pasukan militer
untuk mendukung gerakan PRRI/Permesta. 3) Keterlibatan Amerika Serikat
dalam gerakan PRRI/Permesta mempunyai dampak bagi situasi dalam negeri dan
hubungan luar negeri Indonesia. Bagi situasi dalam negeri dampak yang terlihat
adalah terbuktinya pemberian bantuan senjata. Persenjataan para pemberontak
menjadi lebih kuat sehingga mendorong pemerintah Indonesia melakukan operasi
militer. Bagi hubungan luar negeri, keterlibatan Amerika mendorong arah politik
Indonesia semakin condong ke arah komunis.
Kata Kunci : Amerika Serikat, PRRI/Permesta, Demokrasi Liberal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
THE ROLE OF UNITED STATES IN PRRI/PERMESTA MOVEMENT
IN LIBERAL DEMOCRACY PERIOD
By :
Yohanes Guruh Utoro Aji
Sanata Dharma University
2020
This study aims to describe and analyze three main issues, namely:
1) Factors of the role of United States in PRRI/Permesta movement, 2) The role of
United States in PRRI/Permesta movement, dan 3) Impact of the role of United
States in PRRI/Permesta for domestic situations and Indonesian foreign relations.
This research is structured using historical method, which include: 1)
Selections of topics, 2) Heuristic (collection of historical sources), 3) Verification
(source criticism), 4) Interpretation, and 5) Historiography (historical writing). The
approach usaed is a multidimensional approach that is historical, politic, economy,
and culture with analytical descriptive writing model.
The results of this study indicate, 1) Factors of the role of United States
in PRRI/Permesta movement is a instability Indonesaian politic. Instability politic
and security situations in liberal defmocracy period promote a sense of the
officers in Sumatera and Sulawesi. United States see a opportunities and obstacles
for can be used to their interests. 2) The United States take the role of
PRRI/Permesta support the movement. The main purpose of this support is stem
the influence of communist in Indonesian. United states providing assistance
weapons and military forces to support the PRRI/Permesta movement. 3) The role
of United States in PRRI/Permesta has for domestic situations and Indonesian
foreign relations. The immediate situation in the country is seen assistance
weapons. Weaponry insurgents have become stronger so as to encourage the
government of indonesia conduct any military operations. For foreign relations,
the role of United States push the direction of political indonesia has been
increasingly incline towards the right communist.
Keyword : United States, PRRI/Permesta, Liberal Democracy Period
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
anugerahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran
Amerika Serikat Dalam Gerakan PRRI/Permesta Pada Masa Demokrasi Liberal”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar sarjana
pendidikan di JPIPS, Program Studi Pendidikan Sejarah, Universitas Sanata
Dharma.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari
bimbingan, dukungan dan peran serta pihak-pihak yang telah memberi bantuan
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2. Iganatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Drs. Yohanes Rasul Subakti, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang memberikan
kesempatan dan terus mengingatkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
4. Dr. Anton Haryono, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing I yang telah sabar
membimbing, membantu, memberikan banyak arahan, saran, masukan,
motivasi, hingga teguran selama penyusunan dan penyelesaian skripsi.
5. Drs. A. Kardiyat Wiharyanto, M.M. selaku Dosen Pembimbing II yang telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
sabar membimbing, membantu, memberikan banyak arahan, saran, masukan,
motivasi, selama penyusunan dan penyelesaian skripsi.
6. Hendra Kurniawan, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
membimbing dan memberikan arahan selama proses studi.
7. Seluruh dosen dan sekretariat Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah
memberi dukungan dan bantuan selama penulis menyelesaikan studi di
Universitas Sanata Dharma.
8. Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang turut membantu
dalam penyelesaiaan skripsi ini. Terima kasih.
Penulis menyadari bahwa dalam hasil penelitian ini masih jauh dari
sempurna. Penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang
membangun untuk mencapai hasil yang lebih baik.
Yogyakarta, 16 Maret 2020
Penulis
Yohanes Guruh Utoro Aji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................. i
Halaman Persetujuan Pembimbing .................................................................. ii
Halaman Pengesahan ....................................................................................... iii
Halaman Persembahan ..................................................................................... iv
Halaman Motto................................................................................................. v
Lembar Pernyataan Keaslian Karya ................................................................. vi
Pernyataan Persetujuan Publikasi .................................................................... vii
Abstrak ............................................................................................................. viii
Abstract ............................................................................................................ ix
Kata Pengantar ................................................................................................. x
Daftar Isi .......................................................................................................... xii
Daftar Lampiran ............................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 6
D. Manfaat Penulisan ................................................................................ 6
E. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 10
F. Landasan Teori ..................................................................................... 12
G. Metodologi Penelitian Dan Pendekatan ............................................... 22
H. Sistematika Penulisan ......................................................................... 24
BAB II FAKTOR PENGGERAK PERAN AMERIKA SERIKAT DALAM
GERAKAN PRRI/PERMESTA ................................................... 25
A. Gagalnya Sistem Politik di Indonesia .................................................. 25
1. Situasi Perpolitikan Indonesia Sebelum PRRI/Permesta ................. 25
2. Kabinet dan Kebijakan Masa Demokrasi Liberal ............................ 29
B. Eksisitensi Partai Komunis Indonesia .................................................. 35
1. Kemunculan Kembali PKI............................................................... 35
2. PKI Muncul Sebagai Pemenang ...................................................... 39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
C. Kekacauan Dalam Tubuh Angkatan Darat ........................................... 43
1. Permasalahan Pusat dan Daerah ...................................................... 43
2. Masalah Pergantian Pimpinan Angkatan Darat ............................... 46
BAB III PERAN AMERIKA SERIKAT DALAM GERAKAN
PRRI/PERMESTA ........................................................................ 50
A. Terbentuknya PRRI/Permesta .............................................................. 50
1. Berawal Dari Dewan Banteng ......................................................... 50
2. Menuju PRRI/Permesta ................................................................... 55
B. Tujuan Amerika Serikat Terlibat PRRI/Permesta ................................. 58
1. Membendung Komunisme .............................................................. 58
2. Melindungi Ladang Minyak Amerika di Sumatera ......................... 60
C. Menuju Kesepakatan Dengan Amerika Serikat ................................... 63
1. Pertemuan di Filipina....................................................................... 63
2. Pertemuan di Singapura ................................................................... 66
D. Bantuan Amerika Serikat Bagi PRRI/Permesta ................................... 69
1. Bantuan Senjata Amerika Bagi PRRI .............................................. 69
2. Keterlibatan Langsung Amerika Serikat pada Pemesta ................... 72
BAB IV DAMPAK KETERLIBATAN AMERIKA SERIKAT DALAM
GERAKAN PRRI/PERMESTA BAGI SITUASI DALAM
NEGERI DAN HUBUNGAN LUAR NEGERI INDONESIA ... 75
A. Situasi Dalam Negeri Indonesia ........................................................... 75
1. Operasi Militer Dari Jakarta ............................................................ 75
2. Terbuktinya Keterlibatan Amerika Serikat ...................................... 79
B. Hubungan Luar Negeri Indonesia ........................................................ 82
1. Ketegangan Hubungan Amerika Dengan Indonesia ........................ 82
2. Arah Politik Indonesia ..................................................................... 85
BAB V KESIMPULAN ............................................................................. 89
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
PRRI/Permesta merupakan gerakan yang lahir seiring dengan kekacauan
keadaan yang terjadi pada masa demokrasi liberal. Gerakan ini pada awalnya lahir
terpisah karena lokasi PRRI dan Permesta berbeda daerah. PRRI lahir di Sumatera
sedangkan Permesta di Sulawesi. Namun akhirnya dua gerakan ini bersatu, saling
mendukung dan dikenal dengan sebutan gerakan PRRI/Permesta.
Indonesia saat ini tengah mengalami masalah ancaman disintegrasi
bangsa, masalah yang benar-benar diperangi oleh pemerintah. Ancaman
disintegrasi tampak dengan munculnya berita bohong atau hoax. Masalah
disintegrasi telah muncul sejak Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, baik
ancaman dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
Pada awal kemerdekaan, Indonesia mendapatkan tekanan antara lain dari
negara yang pernah menjajah. Pada 29 Sepetember 1945 tentara Sekutu yang
diboncengi oleh NICA datang ke Indonesia. Seperti diketahui, hasil akhir dari
Perang Dunia II adalah kemenangan pihak Sekutu. Civil Affairs Agreement,
sebuah perjanjian di London, menghasilkan kesepakatan antara Belanda dan
Inggris. Berdasarkan persetujuan itu, Indonesia menjadi tanggung jawab Sekutu
dan sebagian wilayahnya menjadi tanggung jawab Belanda. Kedatangan tentara
Sekutu dan NICA membawa Indonesia masuk ke dalam masa Revolusi Fisik
(1945-1950) dan beberapa perundingan diplomasi. Namun, Indonesia telah
memerdekakan diri sehingga tidak ada alasan lagi untuk dikuasai oleh pihak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
asing.
Masa Revolusi Fisik membawa dampak bagi kehidupan masyarakat di
luar pulau Jawa yang sebagian besar kehidupannya bergantung dari perkebunan.
Masalah-masalah ekonomi dan sosial harus dihadapi bangsa Indonesia karena
perkebunan-perkebunan dan instalasi industri rusak seiring dengan terjadinya
Revolusi Fisik. Pertumbuhan jumlah penduduk juga menjadi permasalahan bagi
bangsa Indonesia pada kurun waktu tersebut.1
Berbagai perundingan yang dilakukan sempat menghasilkan keputusan
bahwa Indonesia harus berbentuk Serikat atau yang lebih dikenal dengan
Republik Indonesia Serikat (RIS). Namun demikian pada RIS berakhir 17 Agustus
1950. Sejak saat itu sampai 1959 Indonesia menggunakan UUDS 1950 dan
pemerintahan di Indonesia menganut sistem parlementer. Pemerintahan dipimpin
oleh perdana menteri dan presiden berkedudukan sebagai kepala negara. Sistem
ini ternyata membuat kabinet cenderung tidak bertahan lama, pergantian kabinet
begitu cepat, bahkan ada yang berusia beberapa bulan saja.
Pergantian kabinet yang amat sering terjadi tentu saja membuat situasi
politik di Indonesia menjadi tidak stabil. Berbagai kebijakan terpaksa harus
berhenti di tengah jalan karena kabinetnya bubar dan digantikan oleh kabinet baru
yang tentu saja memiliki kebijakan baru atau berbeda.
Gejolak politik terus berlangsung dalam kurun waktu 1950-1959. Setelah
pemilu 1955 kondisi Indonesia semakin tidak stabil. Berbagai kebijakan
pemerintah pusat berkenaan dengan otonomi daerah dan kebijakan ekonomi
1 M. C Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, Jakarta, Serambi Ilmu Pustaka, 2010, hlm.
494.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
memicu munculanya ketidakpuasan dari berbagai daerah di luar Jawa. Rakyat di
luar Jawa merasa pemerintah pusat hanya mementingkan kelompok mereka
sendiri. Seringkali kebijakan juga hanya berorientasi pada kemajuan pulau Jawa.
Pada saat itu, kebijakan pemulihan ekspor Indonesia misalnya
berlangsung lambat. Minyak, penghasil devisa terbesar setelah karet, harapan
yang paling besar untuk jangka panjang. Pada tahun 1957, produksi minyak
meningkat dua kali lipat, akan tetapi minyak ini hanya dikonsumsi di dalam
negeri. Dengan lambannya pemulihan ekonomi dan meluasnya pengeluaran
pemerintah, maka tidaklah mengherankan apabila inflasi dari masa revolusi terus
berlanjut. Biaya hidup masyarakat pun terus meningkat.2
Perang Dunia ke-II, seperti telah banyak dipelajari, melahirkan dua
kekuatan besar dunia yaitu liberalis oleh Amerika Serikat dan komunis oleh Uni
Soviet. Rakyat di daerah mulai bertanya-tanya dengan status Soekarno sebagai
presiden seorang diri tanpa wakil ketika Moh. Hatta mengundurkan diri. Pada saat
itu muncul juga ketakutan perihal Soekarno yang terlalu dekat dengan pihak kiri
(komunis).
Berbagai ketakutan dan ketidakpuasan terhadap jalannya pemerintahan di
Jakarta menyebabkan lahirnya gerakan PRRI/Permesta di Sulawesi dan Sumatera.
Permesta ini bermula dari dideklrasikannya pada 2 Maret 1957 dan PRRI pada 15
Februari 1958 di Padang. Dua gerakan ini awalnya adalah akibat dari kekacauan
politik Indonesia pada saat itu.
Permasalahan tentang PRRI/Permesta bukan hanya merupakan
2 Ibid, hlm. 498.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
permasalahan internal integrasi nasional. Berdasarkan kondisi dunia pasca Perang
Dunia II, ada ketakutan besar dari bangsa Amerika Serikat mengenai potensi
Indonesia jatuh ke tangan komunis. Oleh karena itu, Amerika Serikat
memanfaatkan kekacauan politik yang sedang terjadi di Indonesia saat itu dan
terlibat dalam masalah gerakan PRRI/Permesta. Amerika Serikat dengan operasi
CIA-nya ikut berperan dalam berbagai permasalahan yang terjadi di negara-
negara kawasan Asia, termasuk di Indonesia.3
Berdasarkan latar belakang di atas, karya tulis ini akan membahas “Peran
Amerika Serikat dalam Gerakan PRRI/Permesta Pada Masa Demokrasi Liberal”.
Ada tiga permasalahan yang akan dibahas seperti terumuskan di bawah ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, skripsi tentang peran
Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta pada masa Demokrasi Liberal ini
akan membahas persoalan-persoalan sebagai berikut :
1. Apa saja faktor penggerak peran Amerika Serikat dalam gerakan
PRRI/Permesta?
2. Bagaimana peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta?
3. Apa saja dampak keterlibatan Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta
bagi situasi dalam negeri dan hubungan luar negeri Indonesia?
Pada permasalahan pertama antara lain akan membicarakan tentang
berbagai faktor penggerak peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta.
3 Saafroedin Bahar, PRRI-Permesta: sebuah kasus keterkaitan antara masalah integrasi Nasional
dan perang dingin, Jurnal Studi Amerika IV, (Januari Juli): Abstract.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Dalan hal ini yang dimaksudkan sebagai faktor penggerak peran Amerika Serikat
adalah kondisi dalam negeri Indonesia. Uraian tentang kondisi dalam negeri
Indonesia adalah tentang gagalnya atau kacaunya sistem politik Indonesia.
Kondisi yang dimaksud juga adalah kondisi Indonesia pada masa Demokrasi
Liberal. Serta berbagai kondisi politik dan keamanan pada masa tersebut.
Pada permasalah kedua, akan diteliti mengenai terbentuknya atau
kelahiran gerakan PRRI/Permesta. Setelah membahas tentang terbentuknya
gerakan PRRI/Permesta, maka akan diteliti hubungan Amerika Serikat dengan
gerakan tersebut. Uraian tentang hubungan Amerika Serikat dengan gerakan
PRRI/Permesta juga akan dilihat tentang usaha-usaha pendekatan dari tokoh-
tokoh dari kedua pihak. Pada permasalahan ini juga akan diteliti mengenai
bantuan-bantuan apa saja yang diberikan oleh Amerika Serikat kepada gerakan
PRRI/Permesta.
Pada permasalah ketiga, akan dibahas mengenai berbagai dampak dari
peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta. Dalam hal ini akan dilihat
tentang bagaimana cara pemerintah Indonesia saat itu untuk menyelesaikan
permasalahan PRRI/Permesta. Penyelesaian permasalahan tersebut tentu saja juga
akan berkaitan dengan adanya hubungan peran Amerika Serikat. Selanjutnya, juga
akan dibahas mengenai hubungan anatara Indonesia dengan Amerika Serikat
pasca penyelesaian permasalahan PRRI/Permesta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
C. Tujuan
Sesuai rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan ini adalah :
1. Mendeskripsikan faktor-faktor yang menjadi penggerak bagi peran Amerika
Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta
2. Mendeskripsikan peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta
3. Mendeskripsikan dampak keterlibatan Amerika Serikat dalam gerakan
PRRI/Permesta bagi situasi dalam negeri dan hubungan luar negeri Indonesia
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi Ilmu
Pengetahuan, khususnya tentang sejarah perkembangan politik di Indonesia,
berkenaan dengan peran Amerika Serikat dalam Gerakan PRRI/Permesta pada
masa Demokrasi Liberal.
2. Manfaat bagi Prodi Pendidikan Sejarah
Penelitian ini diharapkan berguna sebagai referensi bagi mahasiswa
Program Studi Pendidikan Sejarah. Dalam konteks sejarah perkembangan politik
di Indonesia, kajian tentang Peran Amerika Serikat dalam Gerakan
PRRI/Permesta pada masa Demokrasi Liberal akan menambah wawasan bagi
mahasiswa.
3. Manfaat bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan atau pengetahuan
penulis tentang peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta. Selaku
calon pendidik, penulis berkepentingan untuk meningkatkan kompetensi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
tulisan ini sekaligus sebagai salah satu syarat akademis pencapaian gelar sarjana.
E. Kajian Pustaka
Dalam usaha menyelesaikan penulisan tugas akhir ini, penulis
menggunakan beberapa sumber seperti tercantum di bawah ini :
Pertama, buku Foreign Relations of the United States (FRUS) Volume
XVII.4 Dalam buku ini memuat percakapan antara departemen Amerika Serikat
dengan para pejabat di luar negeri. Dalam kasus PRRI/Permesta dalam buku ini
menyajikan catatan percakapan berupa memo dan resume dari rapat-rapat yang
dilakukan oleh Amerika Serikat. Dengan buku ini maka dapat dilihat bahwa
Amerika Serikat telah berkonsentrasi untuk mendukung suatu gerakan yang akan
memecah belah kesatuan Indonesia.
Kedua, buku PRRI Permesta yang ditulis oleh R.Z Leirissa.5 Dalam buku
ini dijelaskan mengenai latar belakang dan cita-cita PRRI/Permesta menurut sudut
pandang para pelaku. Buku ini juga menjelaskan bahwa para pemimpin
PRRI/Permesta pernah bertemu dengan agen CIA guna membuat kesepakatan.
Menurut Leirissa gerakan PRRI/Permesta merupakan gerakan yang bercita-cita
untuk menyelamatkan kondisi Indonesia dari ancaman komunisme.
Dikemukakan, Partai Komunis Indonesia yang mulai terlibat dalam pemerintahan
merupakan salah satu pendorong bagi lahirnya gerakan tersebut.
Ketiga, buku PRRI yang ditulis oleh Syamdani.6 Buku ini
mendeskripsikan berbagai alasan tentang lahirnya dan perjuangan pergerakan
4 Buku ini diterbitkan oleh Departement of State Publication, Office of The Historian, Washington
DC pada tahun 1994 5 Buku ini ditulis oleh R.Z Leirissa, diterbitkan oleh, PT Pustaka Utama Grafiti, Jakarta pada tahun
1991 6 Buku ini ditulis oleh Syamdani, diterbitkan oleh Media Pressindo, Yogyakarta pada tahun 2009
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
PRRI dengan menggunakan pendekatan kedaerahan. Syamdani selaku pengarang
mencoba mengkaji kondisi masyarakat Minangkabau saat itu. Menurutnya
masyarakat Minangkabau menilai bahwa gerakan PRRI bukan merupakan
gerakan pemberontakan. Kondisi sosial yang terjadi di Sumatera Barat saat itu
memicu lahirnya kesadaran untuk membuat suatu gerakan revolusioner bagi
kehidupan Indonesia.
Keempat, buku Permesta Pemberontakan Setengah Hati yang ditulis
oleh Barbara Sillars Harvey.7 Dalam buku ini Barbara mencoba melihat
bagaimana hubungan antara pemerintahan pusat dengan kondisi yang ada di
daerah terutama di Sulawesi. Barbara mengkaji tentang kebijakan pemerintah
pusat yang berdampak serius bagi kehidupan masyarakat di daerah. Barbara
melihat pengaruh Soekarno, PKI dan tentara pusat dalam mendorong lahirnya
suatu gerakan Perjuangan Rakyat Semesta di Sulawesi.
Kelima, buku Subversi Sebagai Politik Luar Negeri.8 Dalam buku ini
Kahin mengungkap keterlibatan Amerika Serikat (CIA) di Indonesia, terutama
dalam permasalahan PRRI. Menurut Kahin permasalahan PRRI bersangkutpaut
dengan permasalahan Pasca Perang Dunia II yaitu Perang Dingin. Amerika
Serikat yang anti komunis merasa takut Indonesia jatuh ke pengaruh paham
komunis. Ketakutan tersebut antara lain dipicu oleh menguatnya eksistensi dan
pengaruh PKI dalam percaturan politik di Indonesia.
7 Buku ini ditulis oleh Barbara S Harvey, diterbitkan oleh Grafiti Pers, Jakarta pada tahun 1984
8 Buku ini ditulis Audrey Kahin dan diterjemahkan oleh R.Z Leiriza, diterbitkan oleh Grafiti Pers,
Jakarta pada tahun 1997
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
F. Kajian Teori
1. Gerakan Separatis
Separatisme artinya memisahkan diri, kelompok yang memisahkan
dirinya dari wilayah, dari satu sama yang lain (atau suatu negara lain).9 Gerakan
separatis mempunyai tujuan utama untuk memerdekakan diri. Gerakan
separatisme merupakan gerakan untuk memisahkan diri dari suatu kelompok
induknya. Gerakan separatisme juga dapat diartikan sebagai upaya untuk
mengganti suatu pemerintahan yang sah dan kemudian membentuk suatu
pemerintahan yang baru sesuai dengan keinginan atau cita-cita dari para
pemberontak. Kemungkinan lain gerakan separatisme bertujuan untuk menuntut
suatu hak otonomi yang lebih luas.10
Apapun alasannya gerakan separatisme merupakan tindakan yang
melanggar hukum nasional. Hukum nasional yang dimaksud adalah hukum yang
berlaku di negara tempat pemberontakan tersebut terjadi. Gerakan separatisme
merupakan ancaman serius bagi negara, daripadanya akan menimbulkan
disintegrasi bangsa.11
Indonesia sering mengalami ancaman disintegrasi. Disintegrasi itu antara
lain, dimulai dengan permasalahan pemberontakan PKI Madiun pada tahun 1948.
Peristiwa di Madiun didahului dengan adanya kekacauan yang terjadi di daerah
Solo pada permulaan September 1948. Pimpinan PKI pada tahun 1920-an yaitu
Muso telah kembali ke Indonesia dari Soviet. Kedatangan kembali Muso
9 John M. Echols. Kamus Bahasa Inggris. Jakarta. 2005.
10 Wayan Pratiana, Pengantar Ilmu Hukum Internasional, Bandung, Mandar Maju, 1990, hlm.
370. 11
Sefriani, Separatisme dalam Prespektif Hukum Internasional, Jurnal UNISIA No. 47. 2003, hlm.
41.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
memberikan dampak besar bagi kekuatan para buruh dan petani di daerah Solo.
PKI mulai menghimpun kekuatan untuk melakukan serangkaian demonstrasi-
demonstrasi. Demonstrasi dilakukan oleh kaum buruh dan petani dengan maksud
menuntut hak yang adil, seperti yang pernah terjadi di pabrik karung goni di
daerah Klaten, Jawa Tengah.12
Berbagai kekacauan dan pengambilan keputusan
secara sepihak dilakukan oleh PKI kala itu.
Pada permulaan September 1948 di Solo terjadi penculikan dan
pembunuhan. Kejadian ini diawali dengan terbunuhnya Komandan TNI Divisi IV
yaitu Kolonel Sutarto. Setelah peristiwa tersebut korban penculikan dan
pembunuhan bertambah dari anggota perwira TNI. Korbannya adalah lima orang
anggota perwira TNI yaitu Mayor Esmara Sugeng, Kapten Sutarto, Kapten
Supardi, Kapten Suradi dan Letnan Mulyono.
Pemerintahan Hatta saat itu merespon dengan mengamankan dua orang
anggota PKI dari Solo yaitu Slamet Wijaya dan Pardiyo. Pemerintah kala itu
menyatakan bahwa PKI telah menimbulkan kekacauan politik. PKI kemudian
bergeser dan membentuk kekuatan di daerah Madiun yang dinamai Front
Demokrasi Rakyat.13
Front ini ternyata tidak hanya dari kalangan PKI saja tetapi
juga ada dari berbagai golongan lainnya.
Situasi Madiun pada pertengahan bulan September yang semakin
memanas diperparah oleh pengangkatan Supardi wakil walikota Madiun sebagai
residen sementara. Keputusan ini diambil secara sepihak oleh PKI. Hatta menilai,
keputusan tersebut merupakan langkah untuk merobohkan Indonesia. Oleh karena
12
M. C Ricklefs., op.cit., hlm. 480. 13
D.N Aidit. Konfrontasi Peristiwa Madiun 1948 Peristiwa Sumatera 1956, Jakarta, Yayasan
Pembaruan, 1964, hlm. 10.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
itu pada September 1948 terjadi konflik antara PKI dengan tubuh Angkatan Darat.
Di dalam tubuh Angkatan Darat sendiri juga ada kelompok yang pro
pemerintahan yang sah dan dengan kubu yang pro PKI.
Dalam permasalahan PKI Madiun, dapat dilihat bahwa gerakan atau
peristiwa ini muncul karena beberapa sebab. Sebab pertama adalah kembalinya
tokoh PKI tua yaitu Muso ke Indonesia. Muso ternyata telah membawa pengaruh
besar bagi eskalasi semangat PKI pada saat itu. Sebab kedua adalah adanya intrik
dalam tubuh TNI Angkatan Darat. Sebab ketiga adalah konflik antara PKI dengan
golongan Nahdatul Ulama di Madiun.
Masalah Gerakan separatis selanjutnya adalah Republik Maluku Selatan.
Republik Maluku Selatan adalah daerah yang diproklamasikan merdeka pada 25
April 1950 dengan maksud untuk memisahkan diri dari Negara Indonesia Timur.
Indonesia pada saat itu berupa Republik Indonesia Serikat (RIS). Oleh Pemerintah
Pusat, RMS dianggap sebagai pemberontakan dan setelah misi damai gagal, RMS
ditumpas tuntas pada November 1950. Sejak 1966 RMS berfungsi sebagai
pemerintahan di pengasingan, Belanda.
Pada 25 April 1950 RMS hampir atau nyaris diproklamasikan oleh
orang-orang bekas prajurit KNIL dan pro-Belanda yang diantaranya adalah Chr.
Soumokil bekas jaksa agung Negara Indonesia Timur yang kemudian ditunjuk
sebagai Presiden, Ir. J.A. Manusama dan J.H. Manuhutu. Pemerintah Pusat yang
berusaha menyelesaikan secara damai dengan mengirim tim yang diketuai Dr.
Leimena sebagai misi perdamaian ke Ambon. Misi yang terdiri dari para politikus,
pendeta, dokter dan wartawan itu gagal dan pemerintah pusat memutuskan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
menumpas RMS lewat kekuatan senjata.14
Dalam permasalahan RMS, kekuatan asing yang pernah di Indonesia
masih menginginkan eksistensi kekuatannya. Belanda memanfaatkan daerah
jajahan dengan tentara-tentara bekas KNIL untuk membentuk suatu pemerintahan
baru. Jadi dapat dilihat suatu gerakan separatis yang mengancam integrasi negara
Indonesia tidak hanya lahir atau muncul dari dalam negeri saja.
2. PRRI/Permesta
Permesta (Perjuangan Rakyat Semesta) merupakan suatu gagasan yang
muncul sebagai respon terhadap kebijakan pemerintah pusat di Jakarta.15
Pemerintah pusat dianggap hanya mementingkan kepentingan orang-orang di
Jawa saja hingga lupa dengan daerah-daerah di luar pulau Jawa. Akhirnya, pada 2
Maret 1957, diumumkan Piagam Perjuangan Permesta. Letkol Saleh Lahade
membacakan isi dari piagam tersebut, melalui Radio Makassar. Pada waktu yang
bersamaan, Panglima Tentara dan Teritorium Indonesia bagian Timur Letnan
Kolonel Samual mengangkat diri sebagai penguasa perang daerah itu. Piagam itu
menuntut agar keempat provinsi yang termasuk dalam TT VII, yaitu Sulawesi
Selatan-Tenggara, Sulawesi Utara-Tengah, Maluku, dan Kepulauan Sunda Kecil
diberi otonomi keuangan yang seluas-luasnya untuk kemakmuran di daerah.
Dalam salah satu poin, Sumual menyatakan bahwa masyarakat Indonesia
bagian timur waktu itu masih berada dalam taraf penyesuaian diri dengan suatu
sistem pemerintahan yang bersifat sentralistik dengan kebijakan yang bersifat
14
Anna Yulia Hartati. Separatisme Dalam Konteks Global (Studi Tentang Eksistensi Republik
Maluku Selatan (RMS) Sebagai Gerakan Separatis Indonesia), Universitas Wahid Hasyim
Semarang, 2012. 15
R.Z. Leirissa, PRRI Permesta, Yogyakarta, Grafiti, 1991, hlm. 86.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
integralistis, dengan segala arogansi kekuasaanya yang mengandungi unsur
ideologis ketat. Teristimewa dalam bidang anggaran belanja, dibahas penempatan
personalia dalam bidang pemerintahan sipil dan militer serta penanganan
gangguan keamanan. Kesemuanya cenderung mengabaikan dan tidak
memperhatikan aspirasi daerah. Oleh sebab itu, Permesta merupakan sebuah
gerakan pembangunan daerah, yang dilahirkan melalui suatu pemikiran kritis
mengenai hakikat pembangunan bangsa Indonesia secara menyeluruh.16
PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia) dideklarasikan
pada 15 Februari 1958 di Padang. Sjafruddin Prawiranegara diangkat sebagai
perdana menteri. PRRI bermula dengan adanya dewan-dewan yaitu Dewan
Banteng, Dewan Garuda dan Dewan Gajah. Dewan yang terbentuk di Sumatera
ini merupakan para kolonel TNI yang juga merasa tidak puas dengan petinggi
mereka di pusat. Deklarasi berdirinya gerakan PRRI di Sumatera telah didengar
oleh Permesta di Sulawesi. Permesta kemudian mendukung adanya gerakan PRRI
di wilayah Sumatera.
3. Demokrasi Liberal
Demokrasi menurut Harold Crouch memiliki dua unsur penting. Unsur
yang pertama adalah demokrasi merupakan suatu sistem di mana rakyat
memerintah dirinya sendiri. Dalam hal ini rakyat juga memiliki peran penting
dalam keikutsertaan di pemerintahan. Unsur yang kedua adalah terdapat civil
liberties atau hak-hak individu.17
Demokrasi Liberal dimulai sejak kembalinya bentuk pemerintahan
16
Faishal Hilmy Maulida, “Hitam Putih PRRI-Permesta: Konvergensi Dua Kepentingan Berbeda
1956-1961”, Jurnal Universitas Indonesia 17
Harold Crouch, Demokrasi dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta, Haninda, hlm. 54.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
menjadi negara kesatuan sejak bubarnya RIS (Republik Indonesia Serikat), hingga
Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Pada masa ini Indonesia berupa negara dengan sistem
parlementer, artinya kabinet dipimpin oleh perdana menteri yang dipilih oleh
parlemen. Masa ini ditandai dengan seringnya pergantian kabinet. Komposisi
parlemen pada masa ini terpecah ke dalam berbagai partai-partai politik, dengan
tidak ada partai yang mendominasi. Kabinet hanya bisa dibentuk dari koalisi
berbagai partai. Bila salah satu partai dalam koalisi mencabut dukungan, kabinet
akan jatuh dan perdana menteri harus mengembalikan mandatnya kepada
presiden. Kondisi Indonesia dengan tidak adanya partai dominan, dan
pertentangan antar partai di parlemen menyebabkan kabinet tidak bisa bertahan
lama.
Pergantian kabinet yang sering terjadi menyebabkan ketidakstabilan
pemerintahan. Kabinet praktis tidak bisa melakukan programnya karena hanya
beberapa bulan sudah jatuh. Akibatnya pembangunan tidak dapat berjalan dan
kesejahteraan rakyat terbengkalai.
Indonesia pada masa Demokrasi Liberal dapat diartikan sebagai suatu
masa pencarian jati diri dalam kehidupan demokrasi. Indonesia terus mengalami
pergolakan seperti tampak dengan adanya berbagai perang saudara. Perang
saudara dimaksudkan adalah pertikaian antar anak bangsa kita sendiri, pertikaian
telah menimbulkan luka yang membekas bagi perjalanan bangsa Indonesia.18
4. Amerika Serikat
Amerika Serikat adalah sebuah negara republik konstitusional federal
18
Syamdani, PRRI, Jakarta, MedPress, hlm. 56.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
yang terdiri dari lima puluh negara bagian. Negara ini terletak di bagian tengah
Amerika Utara, yang menjadi lokasi dari empat puluh delapan negara bagian yang
saling bersebelahan, beserta distrik ibu kota Washington, D.C. Amerika Serikat
diapit oleh Samudra Pasifik dan Atlantik di sebelah barat dan timur, berbatasan
dengan Kanada di sebelah utara, dan Meksiko di sebelah selatan. Dua negara
bagian lainnya, yaitu Alaska dan Hawaii, terletak terpisah dari dataran utama
Amerika Serikat. Negara bagian Alaska terletak di sebelah ujung barat laut
Amerika Utara, berbatasan dengan Kanada di sebelah timur dan Rusia di sebelah
barat, yang dipisahkan oleh Selat Bering. Sedangkan negara bagian Hawaii adalah
sebuah kepulauan yang berlokasi di Samudra Pasifik. Amerika Serikat juga
memiliki beberapa teritori di Pasifik dan Karibia.
Amerika Serikat memiliki kecenderungan untuk tampil sebagai suatu
kekuatan besar. Presiden-presiden yang pernah memimpin juga telah memberikan
bekas bagi arah pandangan politik dan kehidupan Amerika. Salah satunya adalah
Presiden James Monroe, tokoh yang telah melahirkan suatu kebijakan dan doktrin
bagi rakyat Amerika Serikat (Doktrin Monroe). Inti dari Doktrin Monroe adalah
memberikan rasa semangat dan percaya diri bagi bangsa Amerika. Amerika
Serikat dianggap memiliki tanggungjawab yang besar bagi kehidupan dunia.
Amerika Serikat setelah Perang Dunia II berakhir semakin menunjukkan
diri sebagai kekuatan besar dunia. Kekuatan besar inilah yang sering dikenal
dengan istilah Super Power. Pasca Perang Dunia II keterlibatan Amerika Serikat
dalam urusan negara lain semakin terlihat, termasuk di Asia.
Amerika Serikat terlibat dalam permasalahan Semenanjung Korea.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Permasalahan Semenanjung Korea sebenarnya juga merupakan suatu dampak dari
kekalahan Jepang kepada Sekutu. Permasalahan di Semenanjung Korea ini
dimulai dari 25 Juni 1950 sampai 27 Juli 1953. Wilayah semenanjung Korea
dibagi oleh dua kekuatan super power yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet.
Amerika Serikat menduduki Semenanjung Korea bagian selatan dan Uni Soviet
menduduki Semenanjung Korea bagian utara. Amerika Serikat dan Uni Soviet
sepakat untuk membagi wilayah Semenanjung Korea dengan tujuan agar lebih
cepat melucuti kekuatan tentara Jepang dan memulangkan penduduk Jepang yang
ada di Korea.19
Permasalahan Semenanjung Korea menunjukan bahwa pada saat itu
antara Amerika Serikat dan Uni Soviet tengah berseteru. Perseteruan yang terjadi
adalah suatu perebutan eksistensi dan wilayah kekuasaan. Hal ini juga berkaitan
dengan konflik ideologi antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet.
Keterlibatan Amerika Serikat di kawasan Asia tidak hanya pada
permasalahan Semenanjung Korea saja, tetapi juga pada permasalahan di Vietnam
dan China. Daerah yang paling dekat dengan wilayah Indonesia salah satunya
adalah Filipina. Filipina-pun mendapat pengaruh dari Amerika Serikat. Pengaruh
Amerika Serikat di Filipina juga akan berpengaruh bagi kondisi politik di
Indonesia.
Dalam konteks permasalahan PRRI/Permesta keterlibatan Amerika
Serikat dilakukan oleh CIA (Central Intelligence Agency). CIA merupakan
lembaga intelijen internasional yang tidak bertanggung jawab atas keamanan
19
Charlene Karina Lupita, Intervensi Amerika Serikat Dalam Perang Korea, Jurnal Binus, 2018.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
dalam negeri Amerika Serikat. CIA memiliki jaringan lebih luas, peralatan, serta
personil di luar negeri.
G. Metode dan Pendekatan Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam penulisan tugas akhir ini penulis menggunakan metode sejarah,
dalam metode ini penulis melewati beberapa langkah :
a. Pemilihan topik
Topik sejarah yang diangkat dalam tugas akhir ini berjudul Peran
Amerika Serikat dalam Gerakan PRRI/Permesta pada masa Demokrasi Liberal.
Pemilihan topik merupakan salah satu syarat pertama dalam penelitian sejarah.
Dalam pemilihan topik yang akan diteliti akan berkaitan dengan kedekatan
intelektual dan kedekatan emosional. Kedekatan intelektual adalah kemampuan
penulis untuk membahas topik yang dipilih dengan mengolah data-data yang
tersedia. Kedekatan emosional adalah ketertarikan penulis dengan topik yang akan
diteliti.
Alasan penulis memilih topik dengan judul Peran Amerika Serikat dalam
Gerakan PRRI/Permesta pada Masa Demokrasi Liberal dikarenakan penulis
memiliki ketertarikan pada perjalanan sejarah politik Indonesia. Penulis tertarik
untuk mengangkat topik tersebut karena Gerakan PRRI/Permesta merupakan
kelompok yang berpengaruh bagi perjalanan politik Indonesia pada masa itu.
Penulis juga semakin tertarik untuk memilih topik ini karena dalam permasalahan
PRRI/Permesta tidak hanya menyangkut permasalahan dalam negeri saja tetapi
juga melibatkan peran dunia luar juga. PRRI/Permesta ternyata telah menerima
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
berbagai bantuan-bantuan dari Amerika Serikat. Keterlibatan Amerika Serikat
dalam gerakan ini membuat penulis semakin tertarik dengan topik sejarah
tersebut.
b. Heuristik (Pengumpulan Sumber)
Setelah menentukan pokok permasalahan, langkah selanjutnya dalam
penelitian sejarah adalah pengumpulan sejarah (heuristik). Heuristik adalah proses
pengumpulan sumber yang terkait dengan permasalahan yang diteliti, baik itu
berupa sumber primer maupun sumber sekunder.20
Dalam langkah ini penulis
mengumpulkan atau menemukan sumber. Sumber sejarah bagi penulisan sejarah
sangatlah penting. Penulisan sejarah tidak dapat terwujud apabila tidak
tersedianya sumber-sumber sejarah. Dalam penulisan ini penulis melakukan studi
pustaka untuk menemukan berbagai sumber yang ada. Penulis pertama kali
melakukan studi pustaka di perpustakaan Sanata Dharma untuk mengumpulkan
berbagai sumber yang ada dan yang berkaitan dengan tulisan yang akan
dihasilkan.
Adapun sumber primer yang digunakan dalam penulisan skripsi ini ialah
Buku Foreign Relations of the United States (FRUS) Volume XVII yang
menyatakan dalam operasi rahasia, CIA di Indonesia telah memberikan bantuan
senjata maupun pelatihan kemiliteran kepada kelompok pejuang di Sumatera dan
Sulawesi dan catatan militer Indonesia tentang kesaksian laporan adanya pesawat
bermesin empat di pangkalan militer yang dikuasai oleh PRRI sebagai bukti
adanya bantuan dan keterlibatan pihak asing dalam permasalahan ini. Sumber
20
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta, Tiara Wacana, 2013, hlm. 213.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
primer lainnya yang digunakan oleh penulis adalah harian Koran yang semasa
dengan peristiwa PRRI/Permesta.
Sedangkan sumber sekuder yang digunakan ialah PRRI Permesta
Strategi Membangun Indonesia Tanpa Komunis ditulis oleh R.Z. Leirissa, PRRI
ditulis oleh Syamdani, dkk., Permesta Pemberontakan Setengah Hati ditulis oleh
Barbara Sillars Harvey, Subversi Sebagai Politik Luar Negeri ditulis oleh Audrey
Kahin.
c. Verifikasi (Kritik Sumber)
Kritik sumber merupakan langkah selanjutnya setelah pengumpulan
sumber, yakni langkah untuk mengetahui otentisitas dan kredibilitas isi sumber.21
Penulis dalam langkah ini harus benar-benar mencermati sumber yang diperoleh
agar fakta yang ditulis dan dianalisis nantinya merupakan suatu kebenaran.
Keberadaan sumber yang kredibel akan membuat tulisan sejarah nantinya juga
akan dapat dipertanggungjawabkan.
Contoh dari verifikasi dalam penulisan skripsi ialah ketika penulis akan
menggunakan sumber data-data yang berasal dari internet penulis
membandingkan dengan data-data yang ada di buku. Misalnya pernyataan
pasokan senjata dari Amerika Serikat kepada para pemberontak melalui kawasan
Filipina pada bulan April 1958, yang terdapat dalam situs internet
https://www.kompasiana.com/jurnalgemini/556c4af4579373be048b4568/manila-
connection-antara-kongres-seato-proklamasi-prri-permesta-manuver-des-alwi-
dan-benigno-aquino-februari-mei-1958 diakses pada 28 Juli 2019 pukul 13.00.
21
Kuntowijoyo, op. cit., hlm. 77.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Dalam artikel tersebut dinyatakan seorang pedagang muslim Filipina pada Rabu
malam tanggal 2 April 1958 penyelundup dari daerah Filipina Selatan membantu
menyelundupkan senjata-senjata gelap ke daerah pemberontak di Indonesia
pedagang tersebut melaporkan para penyelundup menggunakan perahu cepat
bernama Vinta dan disembunyikan di bawah tumpukan kopra. Untuk
membuktikan kebenaran pernyataan tersebut penulis membandingkan dengan
bukti yang terdapat dalam buku Permesta yang ditulis oleh Barbara Sillars
Harvey. Filipina yang berbatasan dengan Sulawesi Utara merupakan pangkalan
Amerika untuk mendukung pemberontak dengan menyokong pengadaan senjata.22
Kemudian penulis juga melihat buku Indonesia Melawan Amerika yang ditulis
oleh Baskara T. Wardaya. Amerika menyokong senjata yaitu 900 pucuk pistol,
1.440 senapan submesin, dan 1,3 juta peluru berdiameter 9 mm, kepada
pemberontak melalui jalur gelap.23
d. Interpretasi (Analis Data)
Penulisan sejarah tidak dapat terlepas dari sesuatu yang dinamakan
sebagai intepretasi. Intepretasi merupakan tafsir yang dilakukan oleh penulisnya.
Terhadap sumber-sumber yang telah dimiliki penulis dalam mengintepretasikan
sumber harus sedapat mungkin mengurangi unsur subyektivitas.24
Tulisan sejarah
merupakan paparan data dan fakta. Meskipun demikian tidak dapat dipungkiri
tulisan tersebut tercampur dengan unsur subyektivitas penulis. Hal ini juga
merupakan sebab dari adanya langkah intepretasi.
22
Barbara S Harvey, Permesta Pemberontakan Setengah Hati, Jakarta, Grafiti Pers, hlm. 145. 23
Baskara T Wardaya, Indonesia Melawan Amerika, Yogyakarta, Galang Pers, hlm. 183. 24
Kuntowijoyo, op. cit., hlm. 78.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Contoh dari interpretasi dalam penulisan skripsi ini adalah pembahasan
faktor pendorong keterlibatan Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta,
penulis mengumpulkan fakta-fakta dari berbagai sumber. Fakta utama yang
menjadikan keterlibatan Amerika Serikat adalah pembendungan pengaruh dan
perkembangan komunis di Indonesia. Amerika Serikat memanfaatkan berbagai
kekacauan yang tengah terjadi di Indonesia hingga seakan mencuci tangan atas
permasalahan PRRI/Permesta. Penulis melakukan analisis data dan keterkaitan
antara masalah yang ada dan menggunakan teori serta pendekatan guna
menjelaskan sumber-sumber yang digunakan.
e. Penulisan
Tahap terakhir dalam penelitan sejarah adalah penulisan sejarah. Dalam
tahap ini penulis akan menulis apa yang sesuai dengan tema dan judul penelitian.
Setelah melewati berbagai langkah yaitu pengumpulan sumber, kritik sumber dan
intepretasi maka penulis akan mendapatkan sumber-sumber dan berbagai analisa
data yang dimiliki. Unsur terpenting dari suatu tulisan sejarah adalah aspek
kronologis. Unsur kronologis dalam suatu tulisan sejarah harus sangat
diperhatikan.
Dalam suatu peristiwa sejarah dikenal hukum kasualitas atau hukum
sebab-akibat. Oleh karena itu penulis berusaha untuk menyampaikan sebab
terjadinya peristiwa, jalannya peritiwa, dan dampak yang diakibatkan peristiwa
tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
2. Pendekatan
Skripsi ini menggunnakan pendekatan multidimensional. Pendekatan
multidimensional merupakan suatu pendekatan yang dalam memaparkan dan
menganalisa berbagai peristiwa menggunakan konsep-konsep dari berbagai ilmu
sosial yang relevan dengan pokok-pokok kajiannya.25
Penulis menggunakan
pendekatan multidimensional antara lain pendekatan historis, politik, ekonomi ,
dan budaya.
Pendekatan historis dalam penulisan skripsi ini digunakan untuk
mengkaji peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta pada masa
Demokrasi Liberal.
Pendekatan politik digunakan untuk mengetahui bagaimana kondisi
politik Indonesia pada masa tersebut. Dengan mengetahui kondisi politik
Indonesia maka dapat pula diketahui apa sebab kemunculan gerakan
PRRI/Permesta. Contohnya adalah ketika diketahui ketidakstabilan kondisi politik
Indonesia dengan ditandai seringnya ganti kabinet ternyata membawa pengaruh
atau dampak bagi kehidupan di daerah luar Jawa. Dengan tidak harmonisnya
hubungan antara pusat dengan daerah maka juga berpengaruh bagi kekuatan asing
(PRRI/Permesta) untuk dapat mempengaruhi gerakan di luar Jawa.
Pendekatan Ekonomi digunakan untuk mengetahui kondisi
perekonomian di daerah yang berpusat pada hasil perkebunan. Kebijakan
pemerintah pusat terhadap penjualan hasil perkebunan ternyata dianggap tidak
25
Moh. Natsir, Metode Penelitian, Jakarta, Ghalia Indonesia, hlm. 63.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
adil oleh daerah. Maka diketahui pula adanya keinginan untuk menuntut adanya
otonomi bagi daerah-daerah.
Pendekatan Budaya digunakan untuk mengetahui bagaimana sikap rakyat
di daerah dengan berbagai kebijakan politik oleh pemerintah pusat. Faktor
kebudayaan ternyata memiliki peran bagi kemunculan gerakan PRRI/Permesta
ini. Hal tersebut nampak dengan melihat gerakan ini muncul dari kesadaran rakyat
di daerah untuk memberikan aksi gertakan kepada pemerintah pusat untuk
memperhatikan aspirasi dan kepentingan daerah-daerah.26
Perpecahan sosok
DwiTunggal antara Soekarno dan Hatta juga perlu dilihat menggunakan
pendekatan budaya. Pada tanggal 30 November 1956 wakil Presiden Mohamad
Hatta mengundurkan diri dari jabatannya. Hatta memiliki darah orang Minang.
Secara tidak langsung telah muncul suatu kekecewaan rakyat di daerah dan
munculnya tanda tanya mengapa Hatta sampai mengundurkan diri. Hingga pada
saat dewan-dewan militer di Sumatera berkumpul dan menghasilkan Piagam
Padang muncul beberapa tuntutan. Dari Piagam Paang inilah yang menjadi awal
dari gerakan PRRI. Salah satu tuntutannya adalah kembalinya DwiTunggal
Soekarno-Hatta. Maka untuk dapat mengetahui alasan lahirnya gerakan
PRRI/Permesta juga sangat penting untuk menggunakan pendekatan Budaya.
26
Barbara S Harvey, op. cit., hlm. XII.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
H. Sistematika Penulisan
Skripsi yang berjudul Peran Amerika Serikat Dalam Gerakan
PRRI/Permesta pada Masa Demokrasi Liberal mempunyai sistematika penulisan
sebagai berikut:
BAB I Berupa pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan, manfaat penulisan, kajian pustaka, kajian teori,
metode dan pendekatan penelitian dan sistematika penulisan
BAB II Bab ini menyajikan uraian tentang faktor apa saja yang mendorong
peranan Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta
BAB III Bab ini menyajikan uraian mengenai bagaimana peran Amerika
Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta
BAB IV Dalam bab ini akan diuraikan mengenai dampak peran Amerika
Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta
BAB V Bab ini menyajikan kesimpulan dari penelitian permasalahan yang
telah diuraikan pada bab II, III, IV
Demikianlah sistematika penulisan skripsi ini, dari uraian di atas dapat di
cermati bahwa penulis ingin menyajikan tentang “Peran Amerika Serikat dalam
gerakan PRRI/Permesta”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
BAB II
FAKTOR PENGGERAK PERAN AMERIKA SERIKAT DALAM
GERAKAN PRRI/PERMESTA
A. Gagalnya Sistem Politik di Indonesia
1. Situasi Perpolitikan Indonesia Sebelum PRRI/Permesta
Amerika Serikat sebagai negara yang besar pastilah memiliki ambisi
yang besar pula. Ambisi besar yang dimiliki tentang kondisi Indonesia berkaitan
dengan sikap kebijakan Luar Negeri yang dimiliki Amerika Serikat. Perpolitikan
Indonesia pada masa sebelum PRRI/Permesta memang tengah mengalami
kekacauan. Amerika Serikat terus menerus melakukan pemantauan terhadap
kondisi yang tengah terjadi di Indonesia.
Sistem politik merupakan suatu fakta sosial. Fakta sosial adalah hasil
dari hubungan atau relasi antar manusia. Fakta sosial yang dihasilkan tersebut
dapat dirasakan dan dialami. Fakta yang terjadi adalah keterlibatan Amerika
Serikat dan kemunculan gerakan PRRI/Permesta merupakan hasil dari kegagalan
sistem politik Indonesia yang sedang dicoba untuk dibangun.
Pasca kemerdekaan Indonesia, situasi politik dalam negeri dapat
dikatakan belum stabil. Datangnya kembali tentara Sekutu dan NICA ke Indonesia
membawa pengaruh juga bagi situasi perpolitikan Indonesia.Gejolak politik dan
keamanan Indonesia pada masa pasca kemerdekaan membawa pada perjanjian
dan perundingan. Berakhirnya Republik Indonesia Serikat (RIS) yang merupakan
hasil dari Konfrensi Meja Bundar, membawa Indonesia untuk menerapkan UUDS
1950. Indonesia kemudian menerapkan sistem Parlementer. Dengan penerapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
sistem parlementer tersebut kemudian dikenal dengan masa Demokrasi Liberal.
Indonesia pada kurun waktu tersebut tengah mengalami masa pencarian
jati diri dalam sistem demokrasi. Negara Indonesia yang baru saja lahir terus
menerus terbentur dengan berbagai permasalahan. Negara yang masih memiliki
tingkat pendidikan rendah dan tradisi otoriter warisan penjajah. Hal tersebut
membuat rakyat Indonesia terbiasa untuk bergantung pada sosok seorang
pemimpin.27
Pemerintahan pada masa demokrasi liberal dipegang oleh kaum
nasionalis perkotaan dan partai-partai sekuler yang berada di parlemen. Dengan
melihat dari kebudayaan Indonesia yang bergantung pada sosok seorang
pemimpin. Maka rakyat Indonesia pada awalnya berharap banyak kepada
parlemen untuk menciptakan suatu demokrasi yang baik.
Partai-partai yang menempati parlemen adalah dari kalangan sipil. Partai
yang ada seolah merupakan suatu cerminan atau wakil dari setiap golongan yang
ada. Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas. Dengan wilayah yang luas ini
membuat Indonesia memiliki penduduk yang beragam. Keberagaman yang ada
seolah telah memiliki wakil dari setiap partai politik yang ada.
Partai Masyumi merupakan cerminan atau diisi oleh para muslim
terpelajar. Partai Masyumi didukung oleh kaum Muslim yang taat, para kyai dan
ulama. Partai Masyumi dianggap akan mampu mewakili kepentingan-kepentingan
kelompok atau golongan Muslim.
Partai PNI merupakan cerminan dari orang-orang atau kaum nasionalis.
27
M. C Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, Serambi Ilmu Pustaka, 2010, hlm. 493
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Kebanyakan anggota PNI merupakan kaum terpelajar. Basis utamanya adalah di
dalam birokrasi dan kalangan pegawai kantor. Golongan Muslim Abangan di
daerah pedesaan juga tertarik pada partai ini. Partai PNI sering dianggap sebagai
partai Soekarno, meski sebagai seorang presiden bukanlah anggota atau ketua
partai tertentu. Muncul pula anggapan PNI lahir sebagai penyeimbang. PNI
dianggap mampu menyeimnbangkan keinginan-keinginan dari partai bercorak
Muslim yang ada dengan politik Islam. Dengan adanya anggapan tersebut
kemudian PNI mendapatkan dukungan dari kelompok-kelompok di luar Jawa.
Kelompok Kristen di luar Jawa dan daerah Bali yang mayoritas beragama Hindu
kemudian mendukung partai ini.
Partai Komunis Indonesia (PKI) merupakan suatu cerminan atau
mewakili kaum buruh perkotaan dan para petani di desa. Peristiwa Madiun tahun
1948 ternyata membawa dampak yang besar bagi keberlangsungan partai ini.
Pasca peristiwa Madiun terjadi penghancuran terhadap Partai Komunis Indonesia,
namun yang terjadi bukanlah suatu pelarangan terhadap partai tersebut. Maka
generasi baru dari PKI dapat lahir dari golongan muda mereka. Aidit, Njoto,
Lukman dan Soedisman berhasil melahirkan PKI dengan gaya baru. Mereka telah
berhasil mengambil alih politbiro PKI. Menurut Aidit pandangan Marxisme-
Leninisme tidak bersifat kaku atau mengikat melainkan pandangan sebagai
pedoman dalam bertindak. PKI muda kini memilih untuk eksis dengan cara tetap
berada di dalam pemerintahan.
Pada masa demokrasi liberal ini ditandai dengan adanya multipartai yang
berkuasa. Koalisi yang lahir dari partai politik yang ada dan dominan akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
muncul sebagai kabinet yang berkuasa. Dalam kondisi tersebut apabila ada salah
satu partai yang menarik diri maka kabinet tersebut akan dibubarkan.
Konsentrasi pemerintah Indonesia pada masa awal tahun 1950-an adalah
usaha kembali bersatunya wilayah Irian Barat. Pemerintah Indonesia menolak
hasil Konferensi Meja Bundar di Den Haag. Konferensi ini menghasilkan
keputusan Belanda berhak atas wilayah Irian Barat. Pemerintah Indonesia menilai
permasalahan Irian Barat juga menjadi gangguan bagi jalannya perpolitikan di
Indonesia. Pemerintah Indonesia menilai permasalahan ini juga mendapat
intervensi dari Belanda dan Amerika Serikat. Bagaimanapun juga negara Barat
pasti berniat untuk mengambil keuntungan dari posisi Irian Barat.
Amerika Serikat pada awalnya saat Presiden Truman masih berkuasa
tidak ingin untuk ikut intervensi pada permasalahan yang terjadi di Indonesia.
Pemerintah Indonesia membawa permasalahan ini hingga pada tingkat Persatuan
Bangsa-Bangsa. Namun Amerika Serikat tetap memilih untuk bersikap untuk
tidak terlibat. Maka ketika diadakan pemungutan suara di PBB untuk menentukan
kasus Irian Barat akan dimasukkan dalam agenda Majelis Umum atau tidak,
Amerika Serikat memilih untuk abstain atau tidak memberikan suaranya. Hal
yang diambil oleh Amerika Serikat ini menunjukkan pemerintahan Presiden
Eisenhower secara resmi tidak terlibat ke dalam perpolitikan Indonesia hingga
saat itu.
Kondisi tersebut telah berbalik berbeda seiring berjalannya waktu.
Presdien Eisenhower menjadi khawatir dengan kondisi Indonesia selanjutnya.
Kebijakan-kebijakan pemerintahan Eisenhower selanjutnya akan mendorong
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
keterlibatan Amerika Serikat di Indonesia. Kebijakan pemerintah Eisenhower
selanjutnya akan lebih getol lagi untuk melakukan usaha intervensi terhadap
Indonesia. Kebijakan yang diambil oleh pemerintahan Eisenhower tentu saja
selalu berkaitan dengan kontestasi Perang Dingin antara dua blok kekuatan yang
lahir.
2. Kabinet dan Kebijakan masa Demokrasi Liberal
Pemerintahan Amerika Serikat beralih dari Presiden Truman kepada
pemerintahan Presiden Eisenhower. Presiden Truman yang dianggap telah gagal
dalam rangka memenangkan kontestasi Perang Dingin berhasil dikalahkan dan
digantikan. Pemerintahan Truman dianggap terlalu lunak terhadap perkembangan
komunisme di dunia. Sikap berbeda yang berusaha diangkat dan menjadi dasar
dari pemerintahan Eisenhower.
Kondisi Indonesia pada masa Demokrasi Liberal dapat dikatakan kacau.
Seringnya pergantian kabinet menjadi tanda atau ciri khas dari penerapan
Demokrasi Liberal di Indonesia. Pergantian kabinet yang terlalu sering tersebut
mengakibatkan terjadinya instabilitas politik di Indonesia. Dari setiap kabinet
yang pernah ada akan meluncurkan kebijakan-kebijakan baik dari bidang
ekonomi, politik dan keamanan. Berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh
kabinet di Indonesia memiliki pengaruh terhadap sikap politik Amerika Serikat.
Amerika Serikat akan memandang suatu kebijakan tersebut dapat mengganggu
ataupun mendukung jalannya ambisi politiknya. Kebijakan yang mengganggu
ataupun mendukung ambisi Amerika Serikat sebenarnya memiliki tujuan dan
akhir yang sama yaitu adalah intervensi terhadap Indonesia. Kebijakan dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
kabinet yang ada ini nantilah yang akan mendorong bagi Amerika Serikat untuk
terlibat dalam situasi perpolitikan dan keamanan di Indonesia.
Ketertarikan Amerika Serikat diawali dengan kebijakan dari kabinet
Sukiman. Kabinet Sukiman adalah kabinet yang terbentuk dari dukungan partai
Masyumi dan PNI. Koalisi yang terbentuk anatara Masyumi dan PNI
menghasilkan kekecewaan dari pihak PKI. PKI yang sebenarnya berusaha untuk
memelihara pertikaian anatara PNI dan Masyumi untuk mengambil dukungan dari
PNI. Maka dengan kondisi tersebut peranan PKI menjadi berkurang.
Dalam kabinet Sukiman juga sempat terjadi konflik antara militer dengan
pemerintah. Konflik ini disebabkan oleh kebijakan Menteri Pertahanan yaitu
Muhamad Yamin. Muhamad Yamin membebaskan sebanyak 920 orang tahanan
yang berhaluan kiri. Tahanan tersebut merupakan orang-orang yang dianggap
membangkang oleh pemerintah sebelumnya. Namun selang tidak lama tentara
berhasil menangkapi lagi sebagian dari para tahanan yang sempat dibebaskan.
Kekuatan tentara kemudian terus mendesak pemerintah. Kondisi yang terus terjadi
memaksa menteri pertahanan akhirnya mengundurkan diri, dengan demikian
konflik yang terjadi dapat dikatakan telah dimenangkan oleh pihak militer.28
Amerika Serikat dengan kabinet Sukiman sempat terjalin suatu
kerjasama politik. Kerjasama politik yang dilakukan oleh Perdana Menteri
Sukiman dengan pihak Amerika Serikat sebenarnya merupakan kerjasama
terselubung. Hal tersebut dikarenakan Perdana Menteri Sukiman menjalin
kerjasama tanpa diketahui oleh Parlemen dan Presiden. Bagaimanapun Perdana
28
Ibid., hlm. 505-508.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Menteri dan kabinetnya harus bertanggungjawab kepada Parlemen.
Kerjasama antara Sukiman dengan Amerika Serikat adalah berkaitan
dengan bidang pertahanan “Free World”.29
“Free World” merupakan nama dari
kubu yang pro kepada Amerika Serikat sebagai salah satu blok dalam kontestasi
Perang Dingin. Bagi Amerika hal yang dilakukan oleh Sukiman merupaan bentuk
dukungan kepada Amerika Serikat dan merapatnya Indonesia ke blok mereka.
Sikap dari Sukiman ini tentu saja mendapat tetangan dari Parlemen.
Sikap Sukiman dengan merapatkan diri kepada Amerika Serikat telah diartikan
sebagai kecondongan kepada salah satu blok. Hal yang dilakukan oleh Sukiman
juga dikhawatirkan untuk terbukanya intervensi Amerika Serikat terhadap
Indonesia. Maka satu persatu menteri di dalam kabinet mulai mengundurkan diri.
Kabinet Sukiman ini kemudian berakhir pada Februari 1952.
Pada pemerintahan Presiden Eisenhower memang konsentrasi Amerika
terhadap Indonesia menjadi ditingkatakan. Pada tahun 1953, Amerika Serikat
mengutus Duta Besarnya untuk Indonesia yang pertama yaitu Hugh S. Cumming.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John F. Dulles memberikan pesan pada
Cumming untuk terus mengawasi dan memberikan laporan tentang perkembangan
perpolitikan Indonesia. Menlu Dulles juga mengingatkan tidak perlu ikut berusaha
untuk mempertahankan kesatuan Indonesia. Menlu Dulles juga menyampaikan
keinginannya yang sesungguhnya terhadap Indonesia. Dulles menginginkan
Indonesia tidak bersatu lagi dan terpecah-pecah menjadi bagian-bagian kecil. Hal
ini karena Dulles tidak ingin hal yang terjadi di Cina juga terjadi di Indonesia.
29
Dumairy, Perekonomian Indonesia, Jakarta, Penerbit Erlangga,1996, hlm. 16.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Cina dulu dipertahankan kesatuannya namun justru jatuh ke tangan komunis.
Dengan terpecahnya Indonesia membuat komunis dapat terbendung dan tidak
berkembang.30
Dengan melihat hal tersebut sebenarnya Amerika Serikat sungguh
berupaya untuk membendung jalannya perkembangan komunisme di Indonesia.
Apalagi Amerika Serikat pada periode awal tahun 1950-an telah melihat gelagat
untuk bangkitnya PKI di Indonesia dengan masuk ke dalam birokrasi
pemerintahan dan mengganggu jalannya kabinet yang ada.
Kebijakan dari kabinet selanjutnya yang menarik perhatian Amerika
Serikat adalah berasal dari kabinet Ali Sastroamijoyo. Kabinet Ali Sastroamijoyo
merupakan kabinet yang berhasil terbentuk berkat dukungan dari PNI dan
memasukkan orang-orang berhaluan kiri ke dalam kabinetnya. PNI dan PKI
sebenarnya telah memiliki hubungan baik sejak lama. Namun sebenarnya PKI-lah
yang banyak mengambil keuntungan dari adanya kerjasama politik tersebut.
Amerika Serikat merasa terganggu dengan kebijakan yang dilakukan
oleh Perdana Menteri Ali Sastroamijoyo. Perdana Menteri Ali berusaha keras
untuk mengembalikan pedoman politik luar negeri Indonesia yang berasaskan
Bebas-Aktif. Perdana Menteri Ali mempunyai cita-cita Indonesia benar-benar
tidak terlibat ke dalam pusaran persaingan kontestasi Perang Dingin antara
Amerika Serikat dengan Uni Soviet.
Dengan melihat hal tersebut pihak Amerika Serikat merasa kodisi
Indonesia sangat mengkhawatirkan. Menlu Dulles menilai sikap Indonesia untuk
30
Wawancara Hug S. Cumming pada 3 Desember 1966 yang dikutip dalam buku Baskara T.
Wardaya, Indonesia Melawan Amerika, Yogyakarta, Galang Press, 2008, hlm. 103.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
bersikap netral terhadap konteks Perang Dingin tidak dapat diterima. Menlu
Dulles menganggap Indonesia harus memilih kemana akan berlabuh dengan
melihat adanya kubu besar yang lahir antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet.
Amerika Serikat menilai kebijakan yang diusahakan oleh Kabinet Ali ini hanya
akan menguntungkan pihak komunis saja.
Kebijakan selanjutnya yang dirasa mengganggu ambisi dari Amerika
Serikat adalah dilaksanakan Konfrensi Asia-Afrika di Bandung pada tahun 1955.31
Indonesia oleh Perdana Menteri Ali didorong untuk muncul dan aktif serta
berusaha keluar sebagai pemimpin dari Negara-negara di kawasan Asia-Afrika.
Cita-cita Perdana Menteri Ali ini tentu mendapat dukungan dari Presiden
Soekarno.
Amerika Serikat khawatir dengan kedudukan dan cita-cita yang dimiliki
oleh Indonesia tersebut. Amerika Serikat menilai dalam Konfrensi tersebut
hanyalah dijadikan sebagai ajang penggalangan kekuatan dari blok komunis.
Maka Amerika Serikat sungguh konsen pada Konfrensi tersebut. Usaha sabotase
terhadap Konfrensi ini dilakukan pula oleh Amerika Serikat. Sabotase yang
dilakukan adalah dengan meledakkan pesawat Cina yang diharapkan korbannya
adalah utusan dari Cina. Namun upaya yang dilakukan Amerika Serikat ini
mengalami kegagalan. Kekhawatiran Konfrensi tersebut hanya sebagai ajang dari
blok komunis ternyata juga tidak terbukti. Namun pihak Amerika Serikat terus
mengawasi jalannya Konfrensi tersebut.
Amerika Serikat semakin tertarik untuk terlibat di Indonesia karena
31
A. Kardiyat Wiharyanto, Sejarah Indonesia Dari Proklamasi Sampai Pemilu 2009, Yogyakarta,
Universitas Sanata Dharma, 2011, hlm. 84.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
ditambah lagi dengan sikap penolakan secara terang-terangan oleh pemerintah
Indonesia terhadap kebijakan Amerika Serikat. Pada tahun 1954, Amerika Serikat
membentuk suatu pakta pertahanan di wilayah Asia. Pakta pertahanan yang
dibentuk oleh Amerika Serikat adalah SEATO. Pemerintah Indonesia secara
terang-terangan menolak untuk bergabung ke dalam pakta pertahanan tersebut.
Bagi Indonesia ikut terlibat dalam pakta tersebut maka dapat disimpulkan
Indonesia telah merapat ke blok Amerika Serikat.
Dengan melihat penolakan tersebut tentu saja membuat pihak Amerika
Serikat menjadi marah kepada Indonesia. Bagi Amerika Serikat dengan Indonesia
tidak ikut menandatangani pakta pertahanan tersebut berarti Indonesia lebih
memilih untuk bergabung ke pihak Uni Soviet.
Selanjutnya Menteri Luar Negeri John F. Dulles melihat situasi
perpolitikan Indonesia semakin kacau. Menlu Dulles melihat kabinet yang ada di
Indonesia diisi oleh orang-orang yang pro terhadap komunisme. Hal tersebut
didukung dengan anggapan dan keyakinan dari Presiden Soekarno yang yakin
kelompok komunis dan PKI mampu dikendalikan serta dimanfaatkan untuk
melayani kepentingan Indonesia.
Dengan melihat situasi tersebut sebenarnya kebijakan Amerika Serikat
oleh Presiden Eisenhower terhadap Indonesia didasarkan kepada kekhawatiran-
kekhawatiran. Amerika Serikat melihat situasi perpolitikan di Indonesia lama-
kelamaan sedikit demi sedikit akan condong ke arah kiri atau komunis. Bahkan
Amerika Serikat khawatir Indonesia jatuh ketangan Uni Soviet-Cina. Berbagai
kondisi tersebut nantinya akan menjadi pendorong bagi keterlibatan dan peran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Amerika Serikat terhadap gerakan PRRI/Permesta di daerah. Apalagi didukung
Menlu Dulles lebih menginginkan Indonesia terpecah-pecah untuk membendung
komunisme masuk Indonesia.
B. Eksistensi Partai Komunis Indonesia
1. Kemunculan Kembali PKI
Amerika Serikat akan mengambil kemungkinan dan kesempatan sekecil
apapun untuk menyukseskan kepentingannya. Amerika Serikat juga akan
menyingkirkan segala kemungkinan yang dapat menghambat jalan kepentigan dan
ambisi mereka. Di Indonesia telah lahir Partai Komunis Indonesia sejak lahirnya
embrio partai pada tahun 1920. Pandangan atau haluan PKI tidak dapat dipungkiri
sedikit-banyak pastilah terpengaruh oleh ajaran Komunisme Marxisme dan Lenin.
Bulan Juli tahun 1950 bersandarlah kapal di pelabuhan Tanjung Priuk.
Kapal tersebut berangkat dari Uni Soviet dengan tujuan Jakarta. Dipa Nusantara
Aidit dan M.H Lukman termasuk penumpang dalam kapal tersebut.32
Mereka
berdua sebenarnya merupakan penumpanggelap di kapal tersebut. Namun berkat
bantuan dari seorang teman yang dapat meloloskan mereka untuk menumpang ke
kapal tersebut. Teman dari Aidit ini adalah Kamarusaman yang juga dikenal
dengan nama Syam. Bantuan yang diperoleh Aidit dan Lukman juga berasal dari
para pekerja buruh di pelabuhan dan kapal.
32
Dipa Nusantara Aidit sebenarnya bernama Dja’far Nawawi Aidit, dilahirkan pada tanggal 30
Juni 1923 di Bangka. Ayah tiri Aidit pernah menjabat sebagai anggota DPR. Aidit menjadi kader
partai PKI dan nantinya yang akan bergerak melakukan perubahan di dalam partai PKI. M H
Lukman yang lahir pada tahun 1920. Ayah Lukman adalah seorang Haji yang revolusioner.
Lukman sempat dibesarkan di Boven Digul, Irian Barat tempat ayahnya dibuang semasa
penjajahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Kedatangan D.N Aidit dan M.H Lukman ke Indonesia ternyata akan
membawa pengaruh besar bagi perjalanan dan perkembangan PKI ke depan.
Kepergian mereka berdua ke luar negeri tentu saja bukan tanpa alas an. Mereka
meninggalkan Indonesia ketika akan meletusnya Peristiwa Madiun 1948. Aidit
dan Luman telah mendapatkan banyak tentang ilmu politik dari Negara-negara
yang mereka kunjungi. Strategi gereliya Vietminth telah berhasil pula dipelajari.
Mereka berdua juga menghadiri Kongres Serikat Buruh Asia-Australia di Peking
pada bulan Desember 1950.
Aidit dan Lukman telah menjadi kader muda dari PKI yang telah
mendapat gemblengan dan berkesempatan untuk pergi ke luar negeri. Mereka
telah mengunjungi beberapa Negara yang menerapkan gaya sosialis. Aidit dan
Lukman lah yang memiliki impian untuk membangun partainya sehingga menjadi
semakin kuat. Dengan melihat dan belajar dari Negara-negara sosialis, mereka
belajar bagaimana komunis dapat diterapkan dan mengalami kejayaan.33
Aidit muncul sebagai penyemangat baru di dalam tubuh PKI. Aidit
memiliki semangat baru bagi PKI untuk melakukan perubahan yang besar. PKI
gaya lama telah hancur sejak meletusnya Peristiwa Madiun 1948. Pemerintah saat
itu mengambil sikap untuk tidak melakukan perlarangan terhadap PKI pasca
Peristiwa Madiun 1948. Pada saat itu pengambil kebijakan tersebut adalah
Mohamad Hatta yang kala itu menjabat sebagai Perdana Menteri Indonesia. Hal
tersebut dapat terjadi karena pemerintah Indonesia saat itu harus dihadapkan pada
permasalahan Agresi Militer II yang dilakukan oleh sekutu dan Belanda di
33
Sekretariat Kader Katolik, Dari Madiun ke Lubang Buaya, Jakarta, 1967, hlm. 24.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Yogyakarta. Yogyakarta saat itu merupakan ibu kota Indonesia. Namun ada
alasan yang lebih mendasar terkait sikap pemerintah untuk tidak melakukan
perlarangan terhadap PKI. Mohamad Hatta berpikir PKI masih bisa memberikan
keuntungan kepada kondisi Indonesia saat itu. Kekuatan PKI yang mendapat
dukungan dari Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI) dapat
mengganggu kepentingan perusahaan-perusahaan yang dikuasai oleh Belanda saat
itu.
Sikap pemerintah terhadap PKI untuk tidak menerapkan pelarangan
ternyata tetap membawa kepada kondisi partai yang kacau. Hal tersebut
disebabkan karena pasca Peristiwa Madiun 1948 banyak tokoh dan kader partai
yang terbunuh. Para pendukung partai seperti Laskar-laskar Merah dan kelompok-
kelompok kiri yang sempat berhasil disatukan berakhir dengan terpecah belah.
Melihat kondisi partai yang tengah dalam kondisi kacau, Aidit berhasil
merangkul kader muda lainnya yaitu Nyoto. Mereka berdua berhasil menduduki
kursi penting dalam partai yaitu Sekretariat Agitasi dan Propaganda. Dengan
kedudukan mereka, peran dan pengaruh para pimpinan lama partai dapat sedikit
demi sedikit berkurang. Mereka juga berhasil untuk menerbitkan kembali media
propaganda yang dimiliki oleh partai. Media propaganda tersebut adalah “Majalah
Merah”. Dalam strategi penerbitan majalah tersebut, para kader muda mulai untuk
mengkritik gaya kepemimpinan golongan tua. Suatu strategi yang revolusioner ini
ternyata ampuh dalam rangka menggalang dukungan dari kelompok-kelompok
yang ada untuk mendukung PKI. Strategi penggalangan dukungan massa ini
dilakukan karena masa partai telah merosot tajam sejak Peristiwa Madiun 1948.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Politbiro CC PKI pada 7 Januari 1951 memiliki anggota yang baru yaitu
Aidit, Nyoto, Lukman, Sudisman dan Alimin. Dari anggota-anggota politburo ini
hanyalah Alimin yang merupakan sisa-sisa PKI lama. Aidit diangkat sebagai
Sekjen I dan Sudisman sebagi ketua Sekretariat Central Comitte. Dengan
pengambil alihan politburo PKI ini maka telah akan dimulai PKI dengan gaya
baru oleh Aidit.34
Pada bulan April 1952 Sekretariat Agitasi dan Propaganda PKI
menyatakan bahwa penting adanya pembentukan organisasi-organisai yang
mendukung PKI. Organisasi-organisasi massa yang dibentuk harus dibawah
kepemimpinan partai sendiri. Pembentukan organisasi massa ini dimaksudkan
agar PKI memiliki kubu (front) politik sendiri. Dalam front tersebut semua unsur
progresif dari seluruh rakyat harus diwakili oleh organisasi-organisasi milik PKI.
Suatu hal yang menguntungkan bagi PKI karena pada saat itu sebagian besar
rakyat belum terorganisir.
PKI tetap memanfaatkan kekuatan dan dukungan dari kaum buruh dan
petani. Namun kini PKI tidak hanya mengandalkan dukungan dari kaum buruh
dan petani saja. PKI juga membangun persahabatan antara kaum proletariat
dengan para penghisapnya : majikan, pegawai pemerintah serta kaum borjuis
nasional. Strategi yang baru ini kemudian dikenal dengan istilah “Kekuatan
Nasional” oleh PKI.
Pada tanggal 23 Mei 1952 PKI merayakan HUT yang ke-32 di gedung
kesenian Jakarta. Aidit mengemukakan gagasan-gagasan barunya untuk partai.
34
Baskara T. Wardaya, op. Cit., hlm. 106.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Setelah melakukan peremajaan partai dan telah berhasil, Aidit terus berusaha
sekuat tenaga untuk memberi wajah baru bagi partainya dan membawa kearah
yang semakin kuat.
Dengan melihat situasi tersebut, Amerika Serikat tentu saja merespon
dengan cepat. Partai Komunis Indonesia tentu dianggap sebagai salah satu
hambatan yang muncul di Indonesia. Dengan melihat konteks ambisi Perang
Dingin Amerika Serikat pandangan atau hal apa saja yang bernuansa komunis
adalah musuh.
Kebangkitan PKI dengan semangat pemimpin mudanya telah
memunculkan isu ketakutan bagi Amerika Serikat. Pada sebuah rapat iternal di
Amerika Serikat pada tahun 1953, Richard Nixon35
memaparkan wilayah Asia
mempunyai kesempatan akan jatuh ke pihak Komunis. Kekhawatiran Amerika
Serikat juga beralasan situasi di Indonesia akan memungkinkan ajaran komunis
dapat diterima baik. Langkah-langkah PKI untuk merangkul kaum buruh dan
petani adalah langkah yang terbukti efektif untuk menggalang kekuatan masa.
Dengan adanya pertemuan antara pemimpin Amerika Serikat telah
menunjukkan sebuah respon terkait kondisi yang terjadi di wilayah Asia termasuk
Indonesia. Amerika Serikat telah semakin memberikan perhatian khusus kepada
Indonesia. Teori domino telah dimainkan bagi Negara-negara wilayah Asia
termasuk Indonesia. Hal ini pula yang merangsang terlibatnya Amerika Serikat di
dalam permasalahan PRRI/Permesta.
35
Richard Nixon adalah Wakil Presiden Amerika Serikat sebagai wakil dari Presiden Eisenhower
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
2. PKI Muncul Sebagai Pemenang
Kekhawatiran Amerika Serikat terhadap Indonesia berkaitan eksistensi
PKI sejak tahun 1953 semakin memuncak. Efek dari bergulirnya teori domino di
Asia terasa semakin mendekati titik akhir dengan melihat situasi Indoneisa pada
tahun-tahun berikutnya. Indonesia merupakan salah satu kunci bagi kepentingan
Amerika Serikat di wilayah Asia.
Pemerintah Indonesia pada 29 September 1955 mengadakan pemilu
anggota parlemen. Rencana untuk mengadakan pemilihan umum ini sebenarnya
sudah direncanakan sejak tahun 1953. Pemilu yang pertama kali bagi Indonesia
ini dapat dikatakan telah menuai respon positif dari rakyat. Hal ini dapat dilihat
dari pengguna hak pilih yang datang dan memberikan suaranya sebesar 91,5
persen dari 39 juta pemilik hak pilih. Pemilu tahun 1955 telah membawa dampak
yang besar bagi sejarah perkembangan Indonesia.36
Pemilu merupakan salah satu ciri khas utama dari negara demokrasi.
Negara demokrasi yang terbentuk dari rakyat dan oleh rakyat maka dengan
adanya pemilu diharapkan akan membawa pengaruh yang baik bagi kehidupan
rakyat. Pemilu 1955 juga diawali dengan proses kampanye yang panjang oleh
partai politik yang ada.
Pemilu tahun 1955 menghasilkan Partai Nasional Indonesia (PNI)
sebagai pemeroleh hasil suara terbanyak yang kemudian disusul oleh Masyumi,
NU dan PKI.
36
Baskara T Wardaya, op.cit, hlm. 118.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
No. Partai Presentase Perolehan Suara
1. Partai Nasional Indonesia 22,3 %
2. Masyumi 20,9 %
3. Nahdlatul Ulama 18,4 %
4. Partai Komunis Indonesia 16,4 %
Perolehan Suara dalam Pemilu 1955. 37
Secara mengejutkan PKI termasuk dalam empat besar pemenang pemilu tahun
1955. Partai-partai kecil lainnya yang ada hanya memperoleh kurang dari tiga
persen perolehan suara bagi setiap partai yang ada. Pada pemilu yang pertama ini
ditujukan untuk memilih anggota parelemen. Pada tahun yang sama juga diadakan
pemilu lagi yaitu pada 15 Desember 1955. Pemilu yang kedua ini ditujukan untuk
memilih anggota Majelis Konstituante. Majelis Konstituante ini memiliki tugas
untuk merencanakan atau menyusun konstitusi untuk menggantikan UUDS 1950
yang berlaku.
Hasil dari pemilu bulan Desember 1955 hasilnya juga tidak jauh berbeda
dari Pemilu yang dilakukan pada bulan September. Keempat partai pemenang
dalam pemilu sebelumnya juga tetap keluar sebagai pemenang pemilu kali ini.
Namun, PKI justru memperoleh peningkatan perolehan suara. PKI dalam pemilu
yang kedua ini memperoleh perolehan suara sebanyak 34.192 suara.
37
Ibid, hlm. 118.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Perolehan suara PKI dalam pemilu 1955 sebenarnya juga tidak
mengherankan. Keberhasilan PKI dalam pemilu juga berkat dari usaha pimpinan
partai yang masih muda dan memiliki semangat yang baru pula bagi partainya.
PKI telah berhasil mengorganisasi rakyat ke dalam organisasi-organisasi yang
dibentuknya. Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI) merupakan
salah satu organisasi utama yang menjadi kunci utama kemenangan PKI dalam
PKI.
PKI yang baru kini memiliki strategi yang ampuh untuk membangun
suatu propaganda di tengah kehidupan rakyat. PKI selalu memberikan harapan
untuk memperjuangkan hak-hak rakyat kecil yaitu buruh dan petani. Startegi ini
terbukti ampuh untuk menggalang kekuatan massa yang semakin banyak.
Pembentukan organisasi massa dibawah pimpinan partai juga menjadi kunci
keberhasilan PKI. Dengan dibentuknya organisasi-organisasi massa yang ada
maka PKI seperti telah memiliki front atau kubu politik sendiri.
Perjuangan PKI hingga hasil yang diperoleh pada pemilu 1955 ini
merupakan suatu proses kebangkitan dari keterpurukan yang terjadi di dalam
partai. Semenjak peristiwa Madiun 1948 kekuatan massa PKI diperkirakan hanya
tinggal 100.000 anggota saja. Maka suatu capaian yang sangat membanggakan
bagi PKI dalam pemilu 1955 mampu memperoleh suara sekitar 6.000.000 suara.
Amerika Serikat melihat PKI muncul ke dalam empat besar pemenang
dalam pemilu merupakan suatu ancaman. PKI telah berhasil masuk ke dalam
suatu birokrasi pemerintahan di Indonesia. Amerika Serikat khawatir perlahan-
lahan Indonesia akan jatuh ke tangan komunis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Reaksi Amerika terkait dengan Pemilu 1955 ini sebenarnya telah
dipersiapkan. Amerika telah melihat gelagat kemenangan PKI, maka Amerika
Serikat telah memberikan bantuan dana sebesar satu juta dollar bagi Masyumi
untuk berkampanye.38
Tujuan Amerika Serikat dalam hal ini tentu saja adalah
untuk membendung pertumbuhan PKI. Hal tersebut menunjukka Amerika Serikat
benar-benar khawitir terhadap Indonesia. Amerika Serikat khawatir ambisi dalam
konteks kontestasi Perang Dinginnya akan menuai kegagalan di wilayah Asia.
Dengan melihat kondisi dan kekhawatiran Amerika Serikat tersebut juga
menjadi salah satu penggerak bagi keterlibatannya dalam permasalahan
PRRI/Permesta. PKI dengan nafas komunis, bagi Amerika Serikat merupakan
musuh yang dapat mengganggu kepentingannya. Dengan melihat situasi di
Indonesia muncul anggapan perpecahan daerah merupakan gerakan untuk
membangun Indonesia tanpa komunis.39
Dukungan Amerika Serikat kepada
PRRI/Permesta juga tidak terlepas dari presepsi dari pemimpin gerakan ini yang
meyakinkan mereka juga berusaha untuk membendung dan memusuhi komunis
yang ada di Indonesia.
C. Kekacauan Dalam Tubuh Angkatan Darat
1. Permasalahan Pusat dan Daerah
Presiden Eisenhower tidak ingin mengulang kesalahan pendahulunya
yaitu Presiden Truman. Presiden Eisenhower menilai strategi yang dilakukan oleh
Presiden Truman berkaitan dengan konteks Perang Dingin telah salah. Akibatnya
38
Joseph Burkholder Smith, Portrait of a Cold Warrior, New York, G.P Putanam’s Sons, 1976,
hlm. 210-214. 39
R.Z Leirissa, PRRI/Permesta Membangun Indonesia tanpa Komunis, PT Pustaka Utama Grafiti,
1991, hlm. Pengantar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
adalah jatuhnya kekuatan nasionalis Cina dan jatuh ketangan komunis. Maka
Presiden Eisenhower semakin giat untuk memenangkan pengaruh dalam
kontestasi Perang Dingin. Eisenhower menilai kini Perang Dingin tidak hanya
sebatas konteks pengaruh ideologi dan pemulihan ekonomi saja tetapi juga harus
memperhatikan persaingan kekuatan militer.
Kondisi Indonesia yang membuat Amerika Serikat tertarik adalah
perpecahan di dalam tubuh TNI Angkatan Darat yang turut menambah kekacauan
dalam bidang keamanan. Saling tidak cocok dan rivalitas antar pimpinan
Angkatan Darat ternyata menjadi faktor utama perpecahan. Faktor lainnya yang
menjadi penyebab perpecahan adalah kebijakan dari pemerintah pusat yang dirasa
tidak cocok bagi para pemimpin di daerah.
Kedudukan Jendral Sudirman sebagai Panglima Besar menunjukkan
mentalitas kepemimpinan Angkatan Perang Indonesia sangat kuat. Jendral
Sudirman terus berjuang atas dualisme dengan APRIS saat masa revolusi fisik.
Kedudukan seolah telah terhapuskan setelah Jendral Sudirman wafat pada 29
Januari 1951. Kolonel T.B. Simatupang diangkat menjadi Kepala Staf Angkatan
Perang (KSAP) sebagai Kordinator daripada ketiga Angkatan pada 11 Juni 1951.
Posisi Kolonel T.B. Simatupang membawahi kepala staf masing-masing angkatan.
Gabungan Kepala Staf dan KSAP inilah merupakan pucuk Pimpinan Angkatan
Perang. Kebijakan pimpinan atas Angkatan Perang dirumuskan dan ditetapkan
oleh Gabungan Kepala Staf dan KSAP tersebut.40
Perkembangan perpolitikan dengan model liberal membawa pengaruh
40
Staf Angkatan Darat, Sedjarah Singkat Perdjuangan Bersendjata Bangsa Indonesia, Jakarta,
Universitas Indonesia, 1964, hlm.116.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
pula bagi keadaan di dalam tubuh Angkatan Darat. Permasalahan pusat dan daerah
mempunyai titik awal pada Peristiwa tanggal 17 Oktober 1952. Peristiwa tersebut
merupakan aksi unjuk kekuatan di depan Istana Negara. Peristiwa ini ternyata
menjadi awal terlihatnya kekacauan di dalam tubuh Angkatan Darat. Para
pimpinan daerah berusaha menentang rencana pemangkasan jumlah personil dan
pencopotan pimpinan daerah, maka mereka berusaha untuk menentang rencana
itu. Para pemimpin daerah ini didukung pula oleh teman politik yang di Jakarta.
Tuntutan agar kepemimpinan pusat dibubarkan dan kementerian pertahanan
diorganisasikan menjadi isu penting di DPR. Maka kekuatan tentara pusat
menentang rencana tersebut dengan aksi unjuk kekuatan pada tanggal 17 Oktober
tersebut.41
Peristiwa 17 Oktober 1952 dianggap pula sebagai tanda dimulainya
konflik bersenjata dikalangan tentara. Aksi pelemparan granat kemudian dikaitkan
dengan kelompok Zulkifli Lubis yang kemudian melarikan diri ke daerah
Sumatera. Sebelum adanya aksi tersebut Zulkifli Lubis ternyata telah berkonflik
yang cukup lama dengan kelompok Nasution dalam konflik internal Angkatan
Darat. Perseteruan antar elit perwira Angkatan Darat telah berlangsung lama pula.
Muncul rivalitas antar perwira termasuk antara Zulkifli Lubis dengan Nasution.
Ditambah lagi kekecewaan perwira daerah terhadap pemerintah pusat dan jajaran
pimpinan Angkatan Darat yang mulai dipegang kembali oleh Nasution.42
Pergolakan di dalam tubuh Angkatan Darat diikuti aksi-aksi yang
dipelopori oleh para pimpinanannya. Rentetan aksi yang terjadi sebenarnya
41
Petrik Matanasi, Pemberontak Tak Selalu Salah, Yogyakarta, Indonesia Buku, 2009, hlm. 444. 42
Tempo (Majalah Berita Mingguan) edisi khusus Hari Kemerdekaan tanggal 19 Agustus 2007,
hlm. 46-49.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
merupakan tantangan terang-terangan terhadap Pemerintah Pusat dengan berbagai
alasan dan berbagai cara. Alasan yang dipakai oleh aksi-aksi Zulkifli Lubis dan
kawan-kawan adalah untuk pembangunan daerah.43
Hal tersebut menandakan
memang ada permasalahan antara Pusat dengan Daerah.
2. Masalah Pergantian Pimpinan Angkatan Darat
Peristiwa 17 Oktober 1952 telah dapat diredakan melalui “Rapat
Collegiaal” di Yogyakarta pada Februari 1955. Rapat yang dipelopori oleh para
perwira muda ini telah berhasil mendamaikan pertentangan yang sempat muncul
sebagai puncak aksi 17 Oktober. Rapat ini menghasilkan Piagam Keutuhan
Angkatan Darat. Dengan lahirnya Piagam Keutuhan tersebut dapat dikatakan
permasalahan di dalam Angkatan Darat dapat diredakan. Meskipun demikian
pemasalahan antara Angkatan Darat dan Pemerintah tetap tidak tercapai
kesepakatan mengenai penyelesaian permasalahan 17 Oktober.44
Jabatan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) saat itu diduduki oleh
Jendral Mayor Bambang Sugeng. Bambang Sugeng meletakkan jabatannya pada 1
Mei 1955. Alasan peletakkan jabatan ini adalah karena Bambang Sugeng merasa
tidak mampu melaksanakan isi dari piagam Yogyakarta.
Selama jabatan KSAD belum terisi, pimpinan Angkatan Darat oleh
pemerintah diserahkan kepada wakil KSAD yaitu Kolonel Zulkifli Lubis. Posisi
Kolonel Zulkifli Lubis disini hanya bersifat sementara. Dalam perjalanannya
kemudian untuk mengisi kekosongan jabatan KSAD maka pemerintah kemudian
mengangkat Kolonel Bambang Utoyo. Bambang Utoyo adalah Panglima Tentara
43
R. Surjo Sediono, Peristiwa Cikini, Jakarta, PT Surungan, 1958, hlm. 11. 44
Pemerintah Indonesia, 30 Tahun Indonesia Merdeka, Jakarta, Tira Pustaka, 1977, hlm. 83.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
dan Teritorium II/Sriwijaya.45
Pimpinan Angkatan Darat tidak menyetujui keputusan pemerintah
tersebut. Pimpinan Angkatan Darat yang tidak menyetujuinya tentu saja adalah
kolonel Zulkfli Lubis dan kalangan Angkatan Darat. Kolonel Zulkifli Lubis
menginstruksikan kepada para pewira Angkatan Darat untuk tidak menghadiri
upacara pelantikan Kolonel Bambang Utoyo sebagai KSAD.46
Upacara pelantikan
Kolonel Bambang Utoyo dilaksanakan pada 27 Juni 1955 yang berlangsung tanpa
dihadiri oleh pewira-pewira Angkatan Darat. Kolonel Zulkifli Lubis juga menolak
untuk melakukan serah terima jabatan.
Peristiwa penolakan terhadap Kolonel Bambang Utoyo ini menimbulkan
pemerintah tidak lagi mendapat dukungan dari Angkatan Darat. Pemerintah tidak
dapat berbuat banyak terhadap kolonel Zulkifli Lubis sehingga kewibawaan
pemerintah menurun. Kondisi tersebut diperburuk dengan adanya mosi terhadap
menteri pertahanan yaitu Mr. Iwa Kusuma Sumantri. Dukungan dari partai politik
juga dicabut terhadap kabinet Ali dan memaksanya untuk membubarkan kabinet.
Kekacauan tentang pimpinan Angkatan Darat ini terus berlangsung
hingga kabinet berganti. Kabinet selanjutnya adalah kabinet Burhanuddin
Harahap. Pada tanggal 28 Oktober 1955 kabinet memutuskan untuk mengangkat
Kolonel A.H. Nasution, salah satu dari enam orang calon yang diajukan oleh
pimpinan Angkatan Darat sebagai KSAD. Pelantikan A.H. Nasution sebagai
KSAD dilakukan pada 7 November 1955. Namun pengangkatan dan kembalinya
A.H. Nasution kepanggung militer juga mendapat tentangan dari para perwira di
45
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Terminologi Sejarah, Jakarta, CV Prima Karya,
hlm. 243. 46
Pemerintah Indonesia, op. cit., hlm. 85.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
daerah yang tidak menyukainya.
Amerika Serikat melihat situasi yang terjadi di dalam tubuh angkatan
Darat Indonesia yang sedang kacau. Sebenarnya pemerintahan Eisenhower
menjadi kebingungan dengan kekacauan tersebut. Hal tersebut tentu saja masuk
akal karena kelompok yang mampu membendung kekuatan komunis di Indonesia
adalah dari kalangan militer. Kelompok militer dan komunis telah memiliki luka
lama sejak peristiwa Madiun 1948. Padahal dalam tubuh militer tengah terjadi
kekacauan. Maka pada tahun 1955 hingga 1956 Amerika Serikat benar-benar
sempat kehilangan strategi atas kekhawatirannya terhadap Indonesia.
Pada kurun waktu bulan Desember 1956 telah bermunculan dewan-
dewan militer yang dipelopori oleh para perwira pembangkang dari pemerintah
pusat. Gerakan inilah yang berkembang menjadi PRRI/Permesta. Pihak Amerika
Serikat berhati-hati dengan lahirnya gerakan para perwira ini. Amerika Serikat
sebenarnya melihat dengan gerakan tersebut apa mampu dan efektif untuk
menguntungkan kepentingan Amerika Serikat.
Pemerintahan Eisenhower pada penghujung periode pemerintahannya
terus memikirkan kekhawatiran atas kondisi Indonesia. Sementara itu, seorang
pejabat CIA mengusulkan diambilnya kebijakan-kebijakan baru terhadap
Indonesia, khususnya terhadap Presiden Soekarno. Hal tersebut dikarenakan oleh
sikap Presiden Soekarno yang terus menyerukan kebenciannya terhadap
Demokrasi Barat dan menyerukan kekagumannya terhadap Uni Soviet dan Cina.
Deputi Perencanaan CIA, Frank Wisner memerintahakan kepada Alfred C. Ulmer
sebagai Ketua Divisi Timur Jauh CIA apabila sudah saatnya Amerika Serikat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
membuat langkah nyata untuk memperlemah Indonesia dibawah kekuasaan
Soekarno. Perintah tersebut dilanjutkan kepada pejabat CIA Cabang 5 Divisi Asia
Timur yang juga membawahi wilayah Indonesia. 47
Berdasarkan situasi yang ditimbulkan oleh kekacauan militer Indonesia.
Maka CIA dan Amerika Serikat merespon untuk mengambil langkah tegas terkait
kekhawatiran yang ada. Dengan perintah dan kebijakan CIA yang didukung oleh
pemerintah Eisenhower pada periode berikutnya tersebut maka Amerika Serikat
akan mengambil peran dalam gerakan PRRI/Permesta di Indonesia.
47
Kenneth Conboy dan James Morrison, Feet to the Fire: CIA Covert Operations in Indonesia
1957-1958, Annapolis, Naval Institute Press, 1999, hlm. 15.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
BAB III
PERAN AMERIKA SERIKAT DALAM GERAKAN PRRI/PERMESTA
A. Terbentuknya PRRI/Permesta
1. Berawal Dari Dewan Banteng
Permasalahan otonomi daerah menjadi fokus utama yang diangkat ke
permukaan oleh para perwira di daerah. KSAD Nasution dengan kebijakan tour of
dutty-nya telah dianggap hanya akan semakin memicu perpecahan dalam kalangan
militer. Kesejahteraan militer di daerah sangat dirasa diabaikan oleh pusat. Militer
di daerah merasa gaji yang diberikan sangat minim dan bahkan mereka juga tidak
memiliki tempat untuk satu pasukan berkumpul atau suatu asrama.48
Birokrasi
yang diterapkan oleh pemerintah pusat dianggap terlalu berlebihan. Keikutsertaan
partai-partai yang ada hanya menambah kekacauan. Kebijakan yang diterapkan
juga dirasa hanya mementingkan kepentingan golongan mereka saja.
Para perwira daerah akhirnya memutuskan untuk segera melakukan
reaksi terhadap kondisi yang terjadi di Indonesia khususnya bagi kehidupan
mereka sendiri di Sumatera. Militer merasa telah ikut mengantarkan Indonesia
menuju kemerdekaan yang sesungguhnya setelah perang kemerdekaan, dan atas
dasar tersebut militer merasa memiliki tanggung jawab atas kehidupan Indonesia
selanjutnya.
Militer di daerah pada umumnya dengan melihat kondisi saat itu merasa
kondisi Indonesia mengkhawatirkan. Kekhawatiran yang muncul dari kalangan
militer ini sebenarnya juga tidak bisa terlepas kaitannya dengan keterlibatan partai
48
R.Z Leirissa, PRRI/Permesta, Yogyakarta, Pustaka Utama Grafiti, 1991, hlm. 28.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
komunis dalam birokrasi.
Presiden Soekarno pada akhir tahun 1956 semakin nampak menolak dan
membenci penerapan demokrasi model Barat di Indonesia. Soekarno telah
melakukan perjalanan ke beberapa negara. Amerika Serikat juga tidak luput dari
daftar kunjungan Soekarno saat itu. Kunjungan Soekarno dinilai oleh pihak
Amerika sebagai tanda telah bersedia untuk merapat kepada mereka. Namun
perjalanan Soekarno tidak berhenti di situ, Ia selanjutnya berkunjung ke Moskow
dan Cina. Dari kedua lawatannya tersebut diperoleh suatu hasil kesepakatan
hubungan antara kedua negara, yaitu Moscow Agreement dan Perjanjian Rahasia
dengan Cina.
Sekembalinya Soekarno ke Indonesia membawa suatu hasil pemikiran
apabila demokrasi gaya Barat di Indonesia harus dibubarkan. Menurutnya
Indonesia akan menerapkan suatu demokrasi dengan gaya Indonesia sendiri.
Ditambah pula partai-partai yang ada itu dihapus dan memasukkan unsur komunis
ke dalam pemerintah. Sesuai dengan hasil pemilu 1955 PKI dengan unsurnya
telah menduduki peringkat ke empat perolehan suara terbanyak, maka sudah
seharusnya juga diikutsertakan ke dalam pemerintahan. Soekarno menamai
usulannya ini sebagai “demokrasi terpimpin”. Soekarno juga menginginkan
dibentuknya suatu kabinet gotong royong dimana semua unsur bisa duduk
bersama diibaratkan duduk di satu meja makan bersama-sama.49
Keinginan Soekarno tersebut memicu reaksi dari pihak Amerika Serikat.
Amerika Serikat semakin yakin Soekarno telah bergeser ke kiri. Negara tersebut
49
Baskara T. Wardaya, Indonesia Melawan Amerika, Yogyakarta, Galang Press, 2008, hlm. 164.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
meyakini Soekarno semakin ke kiri semenjak perjalanan politiknya ke negara-
negara komunis yang juga adalah musuh Amerika.
Anggapan para perwira di daerah keterlibatan komunis semakin jauh lagi
maka Indonesia akan mengalami kehancuran. Divisi Banteng telah dibubarkan
sejak berakhirnya perang kemerdekaan. Berakhirnya divisi Banteng dikarenakan
adanya suatu rasioanlisasi anggota TNI di daerah termasuk Sumatera Barat serta
kompromi tentang diikutsertakannya para mantan anggota KNIL dan para lascar
rakyat ke dalam tubuh TNI. Pada kemudian hari divisi Banteng ini menjadi daerah
Komando Bukit Barisan (Tentara Territorial I).
Pada saat diadakan pertemuan para veteran divisi Banteng pada tahun
1955, seorang mantan perwira menyatakan kepedihan kondisi divisi Banteng
masih sama seperti pada saat awal tahun 1950-an setelah pasca perang
kemerdekaan.
Daerah Sumatera Tengah telah memimpin perjuangan untuk
kemerdekaan di daerah Sumatera, dengan gubernur dan komandan
militer pindah ke Bukittinggi, dengan semua partai politik di Bukittinggi
– jadi Bukittinggi atau Sumatera Barat adalah pusat komando
perjuangan. Dan ketika komando ini tidak lagi berguna untuk memimpin
perjuangan melawan Belanda. Komando Bukit Barisan (Tentara
Territorial I) di utara dan komando Sriwijaya di selatan (TT II), keduanya
menjadikan Sumatera Barat sebagai pusat mereka – tidak dibubarkan. Ini
adalah bahan bakar yang memicu konfrontasi dengan pusat dalam PRRI
(permasalahan 1958)50
Letnan Kolonel Achmad Husein diangkat kembali menjadi komandan
50
Wawancara dengan sekelompok mantan perwira Divisi Banteng (Padang), pada 9 Agustus 1995
dikutip dari Soewardi Idris, Perjalanan Dalam Kelam Senarai Kisah Pemberontakan PRRI,
Yogyakarta, Beranda Publishing, 2008, hlm 173
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Brigade Banteng di Sumatera Barat setelah sepulang tugas dari Jawa Barat. Tugas
yang diberikan kepadanya dirasa bergulat dengan diri sendiri karena yang dilawan
adalah sama-sama orang muslim yang taat dalam permasalahan Darul Islam.
Ditambah lagi dengan kondisi di daerah tempat asalnya sendiri kondisi militer di
sana memperihatinkan.
Sekembalinya Letkol Achmad Husein ke Sumatera Barat, membawa
pengaruh besar bagi kehidupan di sana. Ia melihat kondisi tempat dan pasukannya
di sana sangat menyedihkan. Ia terus berusaha untuk mengusulkan perbaikan bagi
kondisi pasukannya. Keluhannya ini juga ditujukan ke Jakarta. Pada bulan
Agustus 1956, Ia dan gubernur Roeslan berangkat ke Jakarta untuk mengusulkan
perbaikan. Namun respon dari Jakarta kepadanya sangat minim dan seakan tidak
mendapat respon yang serius. Jakarta tidak memberikan reaksi atas usulan Letkol
Husein tersebut.
Pada saat di Jakarta Letkol Achmad Husein bertemu dengan teman dan
atasannya saat di Sumatera Barat yang sedang belajar di Akademi Hukum militer.
Para perwira tersebut diantaranya adalah Jusuf Noer, Dahlan Djambek dan Sjoeib.
Mereka inilah yang mendorongnya untuk segera mengadakan Reuni Divisi
Banteng. Pada tanggal 11 Oktober 1956 dibentuklah panitia persiapan Reuni
Divisi Banteng. Pada akhirnya tanggal 20 November hingga 24 November 1956
reuni diadakan di Padang. Pada reuni ini dihasilkan apa yang dinamakan sebagai
Dewan Banteng dan Piagam Padang.51
Piagam Padang pada intinya mengemukakan tuntutan pada pemerintah
51
R.Z. Leirissa, op.cit, hlm. 35.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
pusat akan adanya kesejahteraan dan pemberian hak otonomi daerah. Dewan
Bantenglah yang akan memimpin pemerintahan Sumatera Barat. Dewan ini
dibentuk sebagai pelaksana dari isi piagam Padang tersebut. Dewan Banteng pada
tingkat lokal memiliki tugas memperjuangkan otonomi daerah yang lebih besar
dalam bidang ekonomi, sosial, dan politik, serta menghidupkan lagi Divisi
Banteng. Pada tingkat nasioanl, dewan ini memiliki tujuan untuk mengembalikan
kepemimpinan dwitunggal Soekarno-Hatta, perbaikan pemerintah sipil, dan
reorganisasi kepemimpinan angkatan bersenjata.
Langkah-langkah yang dilakukan oleh Dewan Banteng ternyata menuai
keberhasilan di beberapa wilayah. Keberhasilan Dewan Banteng ditandai dengan
diambil alihnya kekuasaan sipil oleh kekuatan militer. Gerakan pimpinan Letkol
Husein ini juga berhasil melakukan kegiatan barter dengan menjual sendiri hasil-
hasil perkebunan yang ada ke luar negeri. Mereka bekerjasama dengan cukong
dari Medan yang bertugas menghubungkan usaha Dewan Banteng dengan para
pedagang luar negeri lewat jalur Singapura. Hasil dari kegiatan tersebut digunakan
untuk mencukupi kebutuhan anggota di daerah-daerah. Salah satu kebutuhan yang
mendesak adalah didirikannya asrama militer.
Keberhasilan yang dicapai oleh Dewan Banteng di Sumatera Tengah
tersebut telah memicu lahirnya dewan-dewan lainnya di wilayah Sumatera
lainnya. Dewan Garuda dan Dewan Gajah akhirnya mengikuti jejak Dewan
Banteng. Meski pada akhirnya kedua dewan ini banyak menghadapi jalan buntu
dan mengalami kegagalan karena langsung mendapat penolakan dari pusat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
2. Menuju Gerakan PRRI/Permesta
Amerika Serikat dengan CIA-nya sejak pertengahan tahun 1957 telah
memperketat operasinya terkait kondisi Indonesia. CIA merencanakan suatu
propaganda untuk menjatuhkan karakter Soekarno dengan membuat film porno.
Film tersebut diperankan oleh tokoh yang menggunakan topeng Soekarno yang
beradu peran dengan wanita Uni Soviet. Hal tersebut tentu saja dimaksudkan agar
terbangun anggapan bahwa Soekarno memiliki hubungan dekat dengan Soviet,
namun proyek tersebut dapat dinilai menuai kegagalan.52
Amerika Serikat telah merespon lahirnya gerakan-gerakan dewan di
daerah-daerah. Para pejabat CIA di Indonesia melihat aksi-aksi tersebut sebagai
suatu kesempatan untuk menjalankan kebijakan “memegang kaki Soekarno di atas
api”. Kebijakan tersebut memiliki arti memanfaatkan situasi pergolakan di daerah
untuk memperlemah kedudukan Soekarno.53
Sebuah memo dikirim kepada
Kelompok Khusus milik NSC. Memo tersebut berisi tentang tugas menjalankan
operasi rahasia tersebut dengan strategi memberikan dukungan kepada para
pemberontak.54
Gerakan-gerakan di daerah kemudian juga akan berlanjut seiring
berjalannya waktu dengan menjadikan mereka ke dalam satu gerakan.
Gerakan PRRI/Permesta pada akhirnya akan mencapai pada konflik
terbuka. Konflik terbuka tersebut juga disebabkan oleh reaksi-reaksi yang
dilakukan oleh pemerintah pusat. Pemerintah pusat merencanakan untuk
52
William Blum, Killing Hope Military U.S and CIA Intervetions Since World War 2, London,
Zed Books, 2003, hlm. 99. 53
Foreign Relations of the United States (FRUS) Volume XVII, Departement of State Publication,
Office of The Historian, Washington DC, 1994, hlm. 429 54
Baskara T. Wardaya, op. cit., hlm. 171.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
mengadakan suatu Musyawarah Nasional. Musyawarah tersebut direncanakan
karena melihat situasi di berbagai daerah. Musyawarah Nasional yang
direncanakan dilaksankan pada 10 September hingga 14 September 1957 di
Jakarta. Musyawarah Nasional ini mengundang berbagai pihak yang memiliki
kepentingan dari pusat hingga daerah. Musyawarah ini diharapkan pula mampu
memulihkan kembali Dwitunggal Soekarno-Hatta. Hasil dari musyawarah ini
adalah suatu pernyataan, Indonesia dengan segala kekayaannya serta masa
depannya adalah milik rakyat yang dilindungi oleh Pancasila.
Pemerintah pusat kemudian melaksanakan suatu Musyawarah Nasional
Pembangunan. Musyawarah ini dilaksanakan pada 25 November hingga 4
Desember 1957, memiliki tujuan utama untuk membahas usaha-usaha
pembangunan sesuai dengan keinginan daerah-daerah. Musyawarah ini
diharapkan pula mampu untuk mendamaikan kondisi antara pusat dengan daerah.
Para pemimpin militer daerah juga diundang untuk menghadiri musyawarah,
namun Letkol Achmad Husein tidak hadir.
Musyawarah-musyawarah yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat
tidak berjalan dengan baik. Musyawarah yang memiliki tujuan untuk
mendengarkan dan mengatasi berbagai permasalahan di daerah tidak berhasil
tercapai, penyelesaian dan titik temu tidak dapat diraih. Ketidakpuasan terhadap
kinerja pemerintah pusat oleh pimpinan militer di daerah semakin memuncak.
Selain itu daerah yang telah melahirkan gerakan dewan-dewan militer
melontarkan tuduhan terhadap politik pemerintah pusat telah condong ke arah
komunisme.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Pada akhirnya, 15 Februari 1958 diproklamirkan suatu pemerintahan
revolusioner terhadap pusat yaitu PRRI. Proklamasi pemerintahan tersebut
merupakan puncak dari ultimatum PRRI yang ditolak dalam Sidang Dewan
Menteri pada 11 Februari 1958. PRRI pada tanggal 10 Februari 1958 mengadakan
rapat di Padang yang diketuai Letkol Achmad Husein menghasilkan suatu
ultimatum yang ditujukan kepada pemerintah pusat.55
Pemerintahan PRRI
berkedudukan di Bukittinggi dengan Syafruddin Prawiranegara sebagai pejabat
presiden.
Gerakan Permesta di Sulawesi di bawah pimpinan Letkol Ventje Sumual
juga memproklamirkan gerakannya. Letkol Ventje Sumual dan gerakannya telah
menghasilkan Piagam Perjuangan Semesta. Permesta melihat semakin kuatnya
gerakan di Sumatera serta diproklamirkan PRRI. Dengan demikian Letkol Ventje
Sumual dan Permesta akhirnya menyatakan begabung dan mendukung
sepenuhnya PRRI. Pada 17 Februari 1958, Permesta menyatakan memisahkan diri
dengan putus hubungan dengan pemerintah pusat. Dengan adanya dukungan dari
Permesta kepada PRRI maka gerakan ini kemudian dinamakan gerakan
PRRI/Permesta.
Proklamasi PRRI dan bergabungnya Permesta, menjadi titik awal dari
perlawanan secara terbuka terhadap pemerintah pusat. Pemerintah pusat melihat
ultimatum serta proklamasi PRRI sebagai permasalahan yang penting. Pemerintah
pusat memutuskan untuk mengambil sikap tegas kepada gerakan tersebut. Sikap
55
Ultimatum PRRI kepada Pemerintah Pusat, 1. Dalam waktu 5 x 24 jam Kabinet Djuanda
menyerahkan mandate kepada Presiden atau Presiden mencabut mandate Kabinet Djuanda, 2.
Presiden menugaskan Drs. Moh Hatta dan Sultan Hamengkubuwono IX untuk membentuk Zaken
Kabinet, 3. Meminta kepada Presiden supaya kembali kepada kedudukannya sebagai Presiden
Konstitusional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
tegas yang dimaksud oleh pemerintah pusat adalah diadakannya operasi militer.
Pemerintah pusat lebih memilih jalan militer untuk mengatasi suatu permasalahan.
Gerakan PRRI/Permesta selama konflik terbuka yang terjadi dengan
pemerintah pusat akan mencari bantuan pihak asing, yakni Amerika Serikat.
Amerika Serikat telah melihat proklamasi PRRI di Sumatera dan bergabungnya
Permesta di Sulawesi ke dalam satu gerakan. Amerika melihatnya sebagai suatu
kesempatan untuk terlibat di dalamnya. Kekhawatiran Amerika Serikat terkait
komunisme di Indonesia dinilai akan segera teratasi dengan adanya
PRRI/Permesta.56
Presiden Eisenhower juga menyatakan bahwa dengan
perpecahan antara pusat dengan daerah merupakan peluang emas bagi keterlibatan
Amerika Serikat di Indonesia.
B. Tujuan Amerika Serikat Terlibat PRRI/Permesta
1. Membendung Komunisme
Keikutsertaan Amerika Serikat terhadap negara-negara di kawasan Asia
adalah keyakinan pemerintah untuk membentuk politik di Dunia Ketiga. Hal
tersebut didukung dengan keberhasilan Amerika Serikat dalam mengusir
pemimpin Iran dan Guatemala, membangun negara anti komunis yang terpisah di
Vietnam Selatan dan menempatkan utusan anti komunis di Filipina. Dengan
melihat berbagai keberhasilan tersebut pemerintah Eisenhower memantapkan diri
untuk melakukan operasi rahasia di Indonesia.57
Amerika Serikat terlibat dalam permasalahan di Indonesia memiliki
tujuan utama yaitu mengupayakan pembendungan pengaruh komunisme. Negara
56
Foreign Relations of the United States (FRUS) Volume XVII, op. Cit., hlm. 436. 57
Audrey R. Kahin, Subversi Sebagai Politik Luar Negeri, Jakarta, Grafiti Pers, hlm. 19.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
ini beranggapan bahwa penyebaran komunisme akan segera meluas di wilayah
Asia dan dirasa sangat membahayakan. Hal tersebutlah yang menjadikan motif
dasar dari keterlibatan Amerika Serikat untuk membantu pemberontakan
PRRI/Permesta.
Tujuan awal Amerika Serikat membantu pemberontakan PRRI/Permesta
sebenarnya sebatas untuk membendung pengaruh komunis di Indonesia.
Keterlibatannya dalam gerakan PRRI/Permesta bergerak menjadi bantuan yang
bersifat militeristik. Keterlibatan Amerika Serikat dapat dilihat dari prespektif
kepentingan negaranya dan dilihat dari kondisi perpolitikan serta keamanan di
Indonesia. Amerika Serikat telah memiliki cita-cita untuk mengakhiri komunisme
di dunia sejak masa pemerintahan Presiden Woodrow Wilson pada tahun 1917.
Namun rencana Wilson ini tidak berjalan dengan efektif dikarenakan fokus kerja
intelijen yang kurang, depresi besar 1930, serta Perang Dunia I dan II yang telah
menguras banyak biaya.
Pada masa pemerintahan Presiden Truman, Amerika Serikat kemudian
mengeluarkan Truman Doctrine dan Marshall Plan untuk membendung
penyebaran komunisme di Eropa dan Asia. Berawal dari kedua kebijakan tersebut
Amerika Serikat akhirnya mengambil peran untuk mendukung gerakan
PRRI/Permesta di Indonesia. Indonesia menjadi wilayah yang penting bagi fokus
dari kebijakan Marshall Plan terkait konteks besar kontestasi Perang Dingin.
Amerika Serikat berusaha melindungi wilayah Indonesia tidak jatuh kepada
komunisme.
Amerika Serikat dengan tujuan membendung pengaruh komunisme di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Indonesia akhirnya memanfaatkan lahirnya gerakan PRRI/Permesta. Amerika
Serikat pada awalnya berusaha untuk mengambil keuntungan dari lahirnya
gerakan tersebut. Pemerintahan Eisenhower berusaha untuk memukul komunisme
di Indonesia tetapi dengan tangan orang Indonesia sendiri. Keterlibatan dan
dukungan Amerika akhirnya berujung pada berbagai bantuan senjata serta agen-
agen yang ditugaskan secara khusus dan rahasia.
Sikap yang dipilih oleh pemerintahan Eisenhower yang kedua untuk
terlibat dalam PRRI/Permesta sebenarnya sudah dapat dilihat sejak masa
pemerintahannya yang pertama. Eisenhower dan Menlu Dulles telah merasa sakit
hati dan kecewa dengan sikap-sikap yang ditunjukkan oleh Soekarno. Amerika
Serikat merasa dianggap remeh oleh Soekarno. Soekarno memiliki pandangan
Soviet lebih bisa dipercaya dibanding Amerika Serikat. Soekarno memiliki
semangat yang kuat untuk memperangi kolonialisme Barat. Menurutnya Uni
Soviet belum pernah menjadi negera yang menerapakan kolonialisme, sedangkan
Inggris dan Perancis yang adalah sekutu Amerika Serikat merupakan negara yang
pernah menerapkan kolonialisme.58
Soekarno juga pernah menyampaikan sikap
tidak setuju atas kebijakan dan cita-cita Amerika Serikat dan menolak menjadi
satelit untuk negara tersebut.59
Kondisi Indonesia terpantau terus dimana Soekarno dan Indonesia telah
bertentangan dengan kepentingannya. Amerika Serikat melihat jalan yang paling
tepat adalah menghancurkan kekuatan komunisme di Indonesia, sekaligus
58
Hadi Soebadio, Hubungan Indonesia-Amerika : dasawarsa II tahun 1955-1965, Tangerang,
Pramita Pers, 2005, hlm. 42. 59
Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat (edisi revisi), Jakarta, Yayasan Bung
Karno, 2014, hlm. 409.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
berharap dominasi Soekarno dapat ditundukkan. Oleh karena itu, Amerika Serikat
memilih untuk mendukung gerakan PRRI/Permesta di daerah. Apalagi para
pendiri gerakan tersebut adalah kelompok anti komunis. Para elite politik dan ahli
perekonomian akhirnya juga bergabung pada gerakan ini. Mereka bergabung
karena tidak cocok dengan jalan kebijakan yang terus didengungkan oleh
Soekarno tentang komunisme.60
2. Melindungi Ladang Minyak Amerika di Sumatera
Kepentingan dan tujuan keterlibatan Amerika Serikat dalam gerakan
PRRI/Permesta tidak sebatas untuk membendung komunisme saja. Amerika
Serikat memiliki tujuan lain dalam rencana untuk membantu PRRI/Permesta.
Negara tersebut telah melihat dan memprediksi kekayaan alam yang dimiliki oleh
Indonesia. Amerika Serikat memendam harapan besar terhadap Indonesia, antara
lain dikarenakan letak Indonesia yang sangat strategis di jalur perdagangan serta
tempat yang tepat bagi bertemunya negara-negara di dunia. Amerika pun memiliki
harapan besar untuk dapat memperoleh kekayaan alam Indonesia.
Menteri Luar Negeri Dulles saat mengangkat duta besar Amerika untuk
Indonesia pada tahun 1957 yaitu John M. Allison juga menyatakan, jangan sampai
Soekarno lebih jauh lagi mendekat ke arah komunis. Menlu Dulles khawatir sikap
Soekarno tersebut akan membawa Indonesia semakin bertindak keras terhadap
bangsa Barat dengan kolonialismenya. Ia juga berharap M. Allison dapat lakukan
apa saja agar wilayah di Sumatera juga tidak jatuh ke tangan komunis.61
60
Suar Suroso, Bung Karno Korban Perang Dingin, Jakarta, Hasta Mitra, 2008, hlm. 301.
61 Barbara S. Harvey, Permesta Pemberontakan Setengah Hati, 1984, Jakarta, PT Grafiti Utama
Press, hlm. 123.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Ketakutan pihak Amerika Serikat tentang jatuhnya wilayah Sumatera ke
tangan komunis tentu saja tidak tanpa alasan. Wilayah Sumatera merupakan
wilayah penghasil minyak yang dimiliki Indonesia. Kemudian, Amerika Serikat
memiliki sumur minyak di Sumatera yaitu di wilayah Plaju. Dengan wilayah
Indonesia khususnya Sumatera jatuh ke tangan komunis maka dapat dipastikan
sumur minyak yang dimiliki Amerika akan hilang. Komunis yang menjadi musuh
Amerika memiliki konsep ekonomi yang sangat berbeda dengannya. Komunis
memiliki konsep kekayaan alam dan perekonomian adalah milik negara dan tidak
ada campur tangan swasta apalagi dalam konteks ini adalah Amerika Serikat. Hal
tersebutlah yang menjadi dasar alasan dari ketakutan dan perintah Menlu Dulles
kepada Dubes John M. Allison.
Oleh karena itu, dengan adanya gerakan PRRI/Permesta, Amerika Serikat
memberikan dukungannya. Dukungan dari Amerika antara lain dikarenakan
mereka memiliki tujuan untuk melindungi aset kekayaan tambang di Sumatera.
Amerika Serikat menjadikan persoalan di Indonesia menjadi sangat penting dan
dijadikan konsen untuk memperoleh keuntungan dari wilayah tersebut. Amerika
Serikat memiliki kekhawatiran komunisme Uni Soviet dan Cina akan mempersulit
akses Amerika terhadap kekayaan alam Indonesia.
Dengan demikian kepentingan Amerika Serikat dalam gerakan
PRRI/Permesta tidak hanya untuk membendung komunisme di Indonesia tetapi
juga untuk melindungi aset yang dimiliki oleh Amerika. Negara tersebut juga
khawatir bahwa pengaruh komunisme yang disebarkan Soviet maupun Cina
kemudian mengurangi aksesnya terhadap kekayaan alam Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
C. Menuju Kesepakatan Dengan Amerika Serikat
1. Pertemuan di Filipina
Para pemimpin PRRI/Permesta seringkali bergantian berpergian ke luar
negeri dengan maksud mencari bantuan pihak asing. Mereka menyadari untuk
menghadapi pemerintah pusat di Jakarta diperlukan bantuan dari pihak asing.
Amerika Serikat telah benar-benar tertarik dengan kondisi yang terjadi di
Indonesia. Perpecahan di daerah adalah suatu kesempatan yang baik. Desas-desus
yang terus dilontarkan oleh para pemimpin PRRI/Permesta semakin membuat
pihak Amerika Serikat yakin untuk memberikan bantuan. Mereka meyakinkan
pihak asing dengan alasan yaitu untuk memusuhi komunisme di Indonesia.
Amerika Serikat memanfaatkan wilayah Filipina sebagai tempat penting
untuk dukungannya terhadap PRRI/Permesta. Filipina adalah salah satu negara
yang berbatasan dengan Sulawesi Utara, tempat bagi lahirnya gerakan Permesta.
Amerika Serikat memiliki pangkalan militer di Filipina yaitu Clark Field.
Letkol Ventje Sumual yang sebagai pemimpin gerakan Permesta di
Sulawesi juga giat untuk mencari dukungan ke luar negeri. Pada tanggal 14
Februari 1958, Ia telah sampai di Manila untuk melakukan orasi di depan para
wartawan Filipina. Kedatangannya di Manila telah menarik perhatian para
wartawan serta mahasiswa asal Indonesia. Ventje Sumual adalah nama yang sudah
terdengar sebagai pemberontak atas pemerintahan yang sah di Jakarta.
Kedatangannya di sana didampingi oleh Des Alwi yaitu kawan dekatnya yang
dimintanya untuk menjadi penerjemah. Letkol Ventje Sumual saat itu
menyampaikan orasi akan dibentuk suatu pemerintahan revolusioner di Sumatera.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Pernyataan ini memicu kemarahan para mahasiswa asal Indonesia di sana. Des
Alwi justru menuduh mereka adalah orang komunis yang menyusup dan harus
diusir keluar.
Hal tersebut merupakan contoh bahwa mereka benar-benar sedang
memerangi komunisme dimanapun mereka berada. Usaha pencarian bantuan dan
pemberian bantuan oleh Amerika Serikat berlangsung secara beriringan dengan
perlawanan secara terbuka. Para pemberontak akan memanfaatkan berbagai
bantuan yang diberikan oleh pihak asing untuk menguasai daerah-daerah dengan
menghancurkan fasilitas-fasilitas yang dinilai dikuasai oleh pihak Jakarta.
Pada tanggal 11 hingga 13 Maret 1958 berlangsung pertemuan negara-
negara SEATO di Manila Filipina. Para pemimpin pemberontakan di daerah
beruasaha mencari bantuan lewat jalan pertemuan ini. Sebelumnya presiden PRRI
Syafrudin Prawiranegara telah menyampaikan pidatonya di Bukittingi bahwa
Soekarno telah menerima bantuan senjata dari Uni Soviet, maka Ia menyatakan
akan meminta bantuan senjata dari Amerika lewat jalan pertemuan SEATO di
Filipina.
Menlu Dulles dikabarkan juga akan menghadiri pertemuan SEATO di
Manila tersebut. Pada pertemuan tanggal 11 Maret 1958 memang terjadi diskusi
diantara negara-negara SEATO. Diskusi yang dilakukan membahas tentang
langkah apa yang mereka perlu lakukan terkait kondisi yang terjadi di Indonesia
sehubungan dengan gerakan PRRI/Permesta. Pembicaraan mengenai
permasalahan itu dilakukan secara tertutup. Mendengar kabar tersebut, pihak Uni
Soviet langsung menuduh SEATO terlibat dalam permasalahan PRRI/Permesta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Dalam pidatonya dalam forum pertemuan SEATO, Menlu Dulles
menyebutkan adanya kemungkinan kaum komunis merencanakan penggalangan
kekuatan baru di negara-negara SEATO. Penguasa-penguasa komunis takut kalau
SEATO memblokir gerakannya. Hal yang senada juga diungkapkan Menlu
Filipina Serrano bahwa pakta pertahanan SEATO mampu menahan laju komunis.
Namun, menurutnya SEATO tidak dapat menahan keagresifan komunisme
internasional.
Menlu Dulles menyatakan SEATO tidak perlu ikut campur dalam
permasalahan di Indonesia tetapi Ia menyatakan keamanan SEATO terancam oleh
kondisi di Indonesia. Oleh karena itu, dapat disimpulkan sebenarnya Menlu
Dulles memiliki maksud terselubung. Amerika Serikat telah mendorong
penggalangan dukungan dan bantuan kepada para pemberontak PRRI/Permesta.
Dalam harian Gelora Masa dinyatakan, SEATO telah mengecam segala bentuk
komunisme di dunia internasional.62
Pada pertengahan April 1958 bekas utusan militer Indonesia untuk
Amerika Serikat yaitu Alex Kawilarang dinyatakan telah memihak kaum
pemberontak. Pada Minggu 13 April 1948, Kawilarang diketahui berada di Manila
untuk tugas yang tidak diterangkan. Kawilarang diberitakan berada dalam pesawat
American Airways bersama Jacob Warrouw dan orang Amerika yaitu Bernhard
Edison. Kawilarang dan dua pengantarnya itu disebutkan berada di Forbus Park
Manila dan mampu mendapat visa Filipina. Kedatangan Kawilarang ke Filipina
ini dapat diartikan sebagai langkah untuk mencari bantuan atau menjalin
62
Harian Gelora Maesa, edisi 15 Maret 1958
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
kerjasama dengan pihak asing.
Pada kenyataannya memang sulit disangkal bahwa wilayah Filipina tidak
dijadikan sebagai tempat pengiriman bantuan kepada pemberontak di daerah.
Kegiatan yang dilakukan dari Filipina ini berlangsung secara sembunyi-sembunyi,
karena operasi yang dilakukan oleh Amerika Serikat merupakan kegiatan operasi
rahasia. Pada harian Terompet Masyarakat juga dinyatakan pihak Amerika Serikat
memberikan tekanan kepada Filipina. Amerika Serikat mendesak agar pemerintah
Filipina terus memberikan jalan bagi para pemberontak. Tekanan tersebut
membuat para pemberontak menjadi leluasa untuk mendirikan suatu tempat
pertahanan di luar negeri.63
2. Pertemuan di Singapura
Wilayah Singapura juga dijadikan sebagai titik temu antara pihak
PRRI/Permesta dengan pihak asing. Hubungan ilegal antara Sumatera dengan
Singapura sudah terjalin sejak lama. Saat Dewan Banteng melakukan usaha barter
yang menerima hasil-hasil perkebunan ilegal adalah para pedagang di Singapura.
Amerika Serikat telah menempatkan orang-orangnya di negara tersebut. Banyak
agen-agen rahasia yang memiliki kantor di sana sehingga dalam perjalanan para
pemimpin PRRI/Permesta ke luar negeri untuk mencari bantuan juga tidak luput
untuk menuju ke Singapura. Singapura juga akan menjadi tempat pelarian para
pemberontak setelah gerakannya terdesak oleh pasukan militer pemerintah pusat.
Singapura pada tahun-tahun sebelumnya telah memiliki hubungan yang
baik dengan para pemberontak. Sejak didirikannya Eastern Produce Agency pada
63
Harian Terompet Masyarakat, edisi 26 April 1958
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
tahun 1956, antara pemberontak di daerah dan pedagang gelap di Singapura telah
terjalin suatu kerjasama. Hasil kopra dari Sulawesi oleh pemerintah Jakarta
diberikan harga murah. Para pemberontak di daerah seperti Minahasa Sulawesi
melakukan kerjasama secara ilegal dengan Singapura untuk mendapat keuntungan
yang lebih banyak.64
Singapura dapat dikatakan sebagai tempat pelarian bagi para
pemberontak. Perjalanan mereka seringkali berpindah dengan cepat. Mereka
biasanya berpindah dari Filipina ke Singapura atau sebaliknya. Pada 7 Maret 1958
Des Alwi berada di Singapura bersama dengan para tokoh Permesta seperti
Pantouw dan Walandow serta bersama juga dengan Letkol Zulkifli Lubis. Mereka
ke sana untuk mencari bantuan pesawat terbang. Pantouw dan teman-temannya
menilai permasalahan yang terjadi di daerah harus ditangani dengan serius.
Mereka juga menyatakan tidak akan mundur untuk kepentingan tersebut.
Sumitro Djojohadikusumo melarikan diri setelah dituduh terlibat dalam
kasus korupsi sejak diberlakukannya undang-undang darurat perang. Sumitro
kemudian bergabung dengan para pemberontak di Sumatera. Sumitro inilah yang
menjadi jembatan antara para pemberontak dengan dunia luar yaitu Amerika
Serikat. Ia sangat lihai untuk memikat hati pihak Amerika Serikat dengan cara
menggunakan sentimen anti komunis. Dengan sentiment yang terus dibangun
tersebut para pemberontak berhasil mendapat bantuan dari Amerika Serikat.
Alasan lain dari bergabungnya Sumitro kepada pihak PRRI/Permesta adalah ia
akan memperoleh suatu keuntungan yang besar. Faktor bisnislah yang sebenarnya
64
Barbara S Harvey, op.cit., hlm. 125.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
dijadikan alasan oleh Sumitro. Sumitro memiliki jaringan yang luas dengan para
pedagang-pedagang pasar gelap di Singapura maupun di Filipina.
Sumitro Djodjohadikusumo dan Pantouw pada harian Terompet
Masyarakat pada tanggal 3 April 1958 dikabarkan berada di Singapura.
Kedatangan mereka dikabarkan untuk membeli senjata dari para pedagang senjata
ilegal. Namun tiba-tiba mereka menghilang dari Singapura pada saat itu.65
Ketika
mereka berdua bertemu di Singapura hal yang dibahas adalah bahwa gerakan
PRRI/Permesta memerlukan bantuan dana. Mereka merencanakan untuk
mendesak berbagai kilang minyak milik Amerika Serikat di Sumatera.
Perusahaan-perusahaan minyak Amerika dimintai dana untuk pembelian senjata
bagi PRRI/Permesta.66
Kedua tokoh itu terus datang ke Singapura hingga akhir
bulan April 1958 guna mencari bantuan senjata atau membelinya dari para
pedagang gelap.67
Letkol Ventje Sumual juga menyatakan mereka memang melakukan
perjalanan ke Singapura. Ketika itu Ia bersama Letkol Husein dan Sumitro berada
di Singapura untuk mencari senjata. Pada situasi tersebut siapapun yang menjual
atau memberikan bantuan senjata kepada pemberontak pasti akan diterima. Hal
tersebut disebabkan ada pertimbangan dan anggapan Soekarno telah menerima
bantuan senjata dari Uni Soviet.68
Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan
untuk mereka menerima senjata dari pihak Amerika Serikat.69
65
Harian Terompet Masyarakat, edisi 3 April 1958 66
William Stevenson, Birds’ Nests in Their Beards, London, Hutchinson Publisher, 1963, hlm. 30. 67
Harian Terompet Masyarakat, edisi 28 April 1958 68
Foreign Relations of the United States (FRUS) Volume XVII, op. Cit., hlm. 11. 69
Soewardi Idris, op. Cit., hlm. 172.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
D. Bantuan Amerika Serikat Bagi PRRI/Permesta
1. Bantuan Senjata Amerika Serikat bagi PRRI
Peran Amerika Serikat di Indonesia merupakan suatu kegiatan operasi
rahasia. Operasi rahasia yang dilakukan oleh Amerika Serikat merupakan suatu
strategi untuk melakukan rekayasa politik. Indonesia merupakan negara yang
sangat penting bagi kehidupan global. Hal tersebut dapat dilihat dari segi politik
dan ekonomi Indonesia jauh melebihi negara Asia Tenggara lainnya. Indonesia
dilihat dari segi ekonomi sebenarnya juga merupakan negara yang kaya dan secara
letak geografis juga sangat penting. Indonesia saat itu menduduki peringkat
kelima dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia.70
Piihak Amerika Serikat pada akhirnya merespon kondisi di Indonesia
pada pertengahan tahun 1950-an. Pada bulan Agustus 1957, Kementerian Luar
Negeri mendapat tugas dari National Security Council (Dewan Keamanan
Nasional) untuk membentuk panitia rahasia Interdepartmental Ad Hoc Comitte on
Indonesia, yang beranggotakan lima orang yang menyusun suatu rahasia untuk
mendesak Indonesia mempertimbangkan sungguh-sungguh bahaya komunisme.71
Rencana rahasia itu mulai dilaksanakan sejak awal 1958 melalui serangkaian
operasi terselubung (covert operations) oleh satuan Angkatan Laut dan Angkatan
Udara Amerika Serikat yang berpangkalan di Pasifik.72
Keterlibatan Amerika Serikat dalam PRRI/Permesta memanfaatkan
keberadaan CIA (Central Intelegence Agent) untuk mendukung gerakan tersebut.
70
Audrey R. Kahin, op.cit, hlm. 17. 71
Foreign Relations of the United States (FRUS) Volume XVII, op. Cit., hlm. 262. 72
R.Z Leirissa, PRRI/Permesta, Jakarta, PT Pustaka Utama Grafiti, 1991, hlm. 57.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Keterlibatan CIA ini merupakan operasi tertutup yang tidak dapat dilepaskan dari
peran presiden Eisenhower, Menlu John F. Dulles dan direktur CIA Allan Dulles.
Pada tahun 1958 keterlibatan Amerika Serikat dalam gerakan
PRRI/Permesta nampak jelas. Ketelibatan Amerika Serikat nampak sejak bulan
Januari 1958. Amerika Serikat mulai memperlihatkan segala upaya untuk
menghancurkan kekuatan komunis di Indonesia dengan terlibat dan mendukung
PRRI/Permesta.
Operasi yang dilakukan oleh CIA ini disebut dengan istilah operasi HAIK.
Biaya untuk operasi di Indonesia, Allen Dulles menandatangani sebuah cek senilai
paling tidak sepuluh juta dollar. Pada musim gugur tahun 1957, tidak akan ada
banyak perlawanan untuk memasukkan Indonesia dalam agenda CIA dan kantor
itu tidak akan segan-segan mengeluarkan 10 juta dollar untuk operasi tersebut.
Allen Dulles, seperti dilaporkan, menandatangani bon itu dengan sedikit
tersenyum
PRRI/Permesta dengan hasil usaha para pemimpinnya berhasil
mendapatkan bantuan dan dukungan dari Amerika Serikat. Dukungan ini
sebenarnya terkait dengan kesamaan tentang kebencian dan ketidakcocokan
dengan kebijakan serta sikap presiden Soekarno. Dapat dikatakan kerjasama yang
terjalin tersebut hanya bertujuan untuk menggantikan atau memperlemah
kekuatan Soekarno. Dengan hal tersebut antara Amerika Serikat dan
PRRI/Permesta memiliki musuh yang sama.
PRRI mendapatkan bantuan persenjataan dari Amerika Serikat.
Persenjataan yang dikirimkan oleh pihak Amerika dengan diangkut menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
kapal terbang pengangkut yang dimilikinya. Persenjataan-persenjataan modern
dari Amerika tersebut yaitu seperti LMG 12,7 MM, penangkis serangan udara,
Bazooka, granat-semi automatis, persenjataan infantry. Persenjataan-persenjataan
tersebut diturunkan di atas hutan-hutan Sumatera. Bantuan persenjataan yang
dikirimkan oleh Amerika Serikat ini digunakan untuk melengkapi persenjataan
dari PRRI. Pada kemudian hari persenjataan dan perlengkapannya inilah yang
digunakan untuk melawan serangan oleh pasukan APRI yang dikirim dari Jakarta
untuk mengendalikan situasi Sumatera.
Persenjataan yang dikirim oleh Amerika tersebut memanfaatkan wilayah
Singapura. Singapura menjadi kantor dari para agen CIA dan dianggap sebagai
wilayah yang aman bagi Amerika Serikat. Bantuan yang berhasil didapatkan ini
juga berkat kontrol yang dilakukan oleh Sumitro Djojohadikusumo. Sumitro terus
menjalin hubungan dengan para agen yang ada di Singapura.
Persenjataan yang dikirim tidak hanya dijatuhkan di atas hutan-hutan
Sumatera saja. Senjata-senjata untuk PRRI juga diselundupkan oleh kapal-kapal
dari Singapura yang bersandar di pelabuhan-pelabuhan gelap, salah satunya di
Pekanbaru. Dilihat dari letak geografisnya, Singapura sangat mungkin
mengirimkan senjata ke wilayah Sumatera. Singapura sangat dekat dengan
Sumatera dan saat itu masih banyak pelabuhan-pelabuhan gelap yang mampu
dimanfaatkan PRRI untuk menerima bantuan senjata.
Dengan bukti-bukti yang ada, pihak Amerika Serikat sempat mengelak
dari tuduhan pemerintah Indonesia akan keterlibatannya. Hal tersebut pasti terjadi
karena secara operasi yang dilakukan merupakan suatu operasi rahasia. Pihak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
PRRI sendiri juga menutup pengakuan akan keterlibatan dan bantuan persenjataan
pihak Amerika Serikat dalam gerakannya.
2. Keterlibatan Langsung Amerika Serikat pada Permesta
Pergerakan konsentrasi perlawanan bergeser dari wilayah Sumatera ke
wilayah Sulawesi. Pada bulan Mei 1958, Sumatera berhasil dikendalikan oleh
pasukan APRI dari Jakarta. Konsentrasi perlawanan dapat dikatakan tinggal di
wilayah Sulawesi saja. Bantuan Amerika Serikat pada gerakan di Sumatera
sebatas dengan suplai senjata kepada para pemberontak. Hal tersebut berbeda
dengan yang terjadi di Sulawesi dengan gerakan Permesta-nya.
Letkol Ventje Sumual dan Pantouw mengakui semenjak PRRI
diproklamirkan pada bulan Februari 1958, tawaran pihak asing semakin jelas
nampak. Amerika Serikat menawarkan bantuan yang tidak terbatas bagi para
pemberontak di daerah. Sumual dan Pantouw mengatakan mereka memperoleh
bantuan pertama untuk Permesta dari Amerika Serikat di Manila dan Taipei.
Persenjataan yang diterima tersebut kemudian dibawa ke Manado pada tanggal 23
Februari 1958.73
Segala bantuan dijalankan oleh CIA didasarkan pada kebijakan luar
negeri Amerika Serikat yang dilakukan terhadap Indonesia. Kementerian Luar
Negeri Amerika Serikat di pertengahan April 1958 memutuskan untuk menjaga
komitmennya melalui bantuan pesawat-pesawat dan personil angkatan udara ke
Sulawesi.74
Tidak hanya dukungan di angkatan udara, usaha-usaha CIA juga
73
Barbara S Harvey, op.cit., hlm. 125. 74
Andrew Roadnight, United States Policy towards Indonesia in the Truman and Eisenhower
Years, , Hampshire, Palgrave Macmillan, 2002, hlm. 159.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
didukung oleh sebuah tugas kekuatan angkatan laut Amerika Serikat di lepas
pantai, yaitu Armada ke-7 milik Amerika Serikat. Selain itu Angkatan Darat
Amerika Serikat juga ikut diperbantuka. CIA juga memberikan bantuan sekitar
300 pasukan yang terdiri dari orang Amerika, Filipina, dan Taiwan.75
Keputusan untuk mengirim Pesawat Tempur Mustang dan pesawat
pembom jenis B-26 dilakukan oleh Menlu Dulles sebagai pengambil kebijakan
luar negeri. Bantuan militer dari Amerika Serikat ini terus digunakan oleh para
pemberontak untuk melakukan perlawanan terbuka. Eisenhower mengambil
langkah untuk menggerakkan unit-unit angkatan laut dan melepaskan the
Third Marine Division milik Amerika Serikat dari Filipina untuk memasuki area
Indonesia. Pangkalan yang dijadikan jalur masuknya pasukan Amerika adalah
melalui daerah Mindanau, wilayah ini merupakan tempat yang paling dekat
dengan Indonesia.
Permesta sebenarnya telah diuntungkan dengan bantuan kekuatan udara
dan laut yang baru. Permesta mampu bertindak lebih agresif lagi da daerah.
Keterlibatan Amerika Serikat dalam memberikan suplai senjata itu diakui salah
satu tokoh Permesta yaitu Lengkong Worang. Permesta memiliki ribuan pucuk
senjata api dan senjata mesin lengkap dengan amunisi, juga memiliki sejumlah
mortir 81 mm, truk pengangkut, mobil jip, dan pesawat tempur. Lengkong
Worang menyatakan di Lapangan Udara Mapanget Manando sering terparkir
sejumlah pesawat tempur jenis B-26 yang dipiloti oleh orang Amerika. Ketika
sedang berkeliling Ia juga melihat sedang ada kegiatan penurunan senjata dari
75
H. W. Brands, The Limits of Manipulation: How the United States did not Topple Sukarno,
The Journal of American History, Vol. 76, No. 3,The Organisation of Historians, 1989, hlm. 790.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
pesawat yang dilakukan oleh pasukan Permesta, sedangkan orang-orang Amerika
yang membawa pesawat tersebut sedang beristirahat.
Pada harian Terompet Masyarakat juga dinyatakan dropping senjata dan
bantuan pesawat terus berlangsung. Bantuan-bantuan oleh pihak Amerika Serikat
ternyata terus diterima oleh para pemberontak di daerah.76
Pada tanggal 30 April 1958, Perdana Menteri Djuanda membuat
pernyataan terkait pemberontak di daerah. Djuanda melihat aksi penghancuran
dengan menggunakan pesawat tempur oleh para pemberontak di daerah dibantu
oleh pihak asing. Hal itu berkaitan dengan serangan udara yang dilakukan kaum
pemberontak di beberapa tempat tidak mungkin dilakukan sendiri oleh kaum
pemberontak. Hal tersebut didasarkan pada kenyataan di daerah hanya memiliki
dua penerbang Indonesia dan kondisi di Manado saat itu tidak tersedia bahan
bakar untuk pesawat. Kekosongan bahan bakar tersebut dikarenakan tempat untuk
pengisian bahan bakar telah dirusak. Sangat tidak mungkin juga mengirim atau
meminta bantuan bahan bakar dari Jawa.
Memang benar ada suatu bantuan baik pesawat tempur, pilot berserta
senjata dan bahan bakar yang diterima oleh pemberontak berasal dari pihak asing.
Penerbang yang ditugasi untuk membantu pemberontak itu berbangsa Amerika
Serikat dan Taiwan. Para penerbang ini masuk ke Indonesia melalui jalur ilegal
termasuk lewat Filipina. Djuanda juga memberi peringatan keterlibatan Amerika
Serikat terbukti benar adanya maka akan mempengaruhi hubungan dengan
Indonesia.
76
Harian Terompet Masyarakat, edisi 15 April 1958, hlm. 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
BAB IV
DAMPAK KETERLIBATAN AMERIKA SERIKAT DALAM GERAKAN
PRRI/PERMESTA BAGI SITUASI DALAM NEGERI DAN HUBUNGAN
LUAR NEGERI INDONESIA
A. Situasi Dalam Negeri Indonesia
1. Operasi Militer dari Jakarta
Pemerintah Indonesia di Jakarta telah mengambil sikap tegas terhadap
permasalahan PRRI/Permesta. Sikap tegas yang diambil oleh pemerintah pusat
adalah menugaskan pasukan militer dari Jawa untuk melaksanakan tugas ke
Sumatera dan Sulawesi. Kaitannya dengan peran Amerika Serikat dalam gerakan
PRRI/Permesta adalah pemberian bantuan persenjataan dan pesawat tempur.
Dengan persenjataan pemberontak yang semakin kuat maka langkah pemerintah
adalah melakukan operasi militer. Meskipun ketika tidak ada keterlibatan asing
dalam permasalahan ini, pemerintah juga akan melakukan langkah operasi militer
juga. Namun, dengan melihat dukungan dan bantuan persenjataan dari Amerika
membuat para pemberontak semakin percaya diri untuk melawan pemerintah
pusat.
Operasi militer yang akan dilakukan oleh pemerintah pusat mendapat
pertentangan dari daerah. Isu-isu panas terus dipelihara dan digulirkan.
PRRI/Permesta menilai, operasi militer hanya akan memicu terjadinya perang
saudara. Opini publik terus digiring dengan beberapa fakta terkait pemerintahan
Indonesia. Operasi militer yang akan dilakukan juga diolah sebagai tindakan yang
represif terhadap rakyatnya sendiri. Isu-isu itulah yang memicu pertikaian hingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
puncaknya pada suatu konflik terbuka.77
Serangkaian operasi yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Operasi Tegas dipimpin oleh Letkol Kaharudin Nasution. Operasi Tegas ini
memiliki tujuan tugas untuk mengamankan instansi pemerintahan dan
tempat-tempat penting di Riau. Operasi Tegas berhasil menguasai kota
Pekanbaru pada 12 Maret 1958.
2. Operasi 17 Agustus dipimpin oleh Kolonel Ahmad Yani. Operasi 17 Agustus
ini memiliki tujuan untuk merebut kembali dan menguasai wilayah Sumatera
Barat. Wilayah Sumatera Barat merupakan wilayah yang dijadikan pusat bagi
kekuatan pasukan dan pemerintahan PRRI. Kota penting di Sumatera Barat
bagi PRRI adalah Padang dan Bukittinggi. Operasi 17 Agustus berhasil
menguasai kota Padang pada tanggal 17 April 1958 dan kemudian juga
berhasil menguasai kota Bukittinggi pada 4 Mei 1958.
3. Operasi Saptamarga dipimpin oleh Brigjen Jatikusumo. Operasi ini memiliki
tugas mengambil alih wilayah Sumatera Utara yang telah dikuasai oleh
pasukan PRRI. Operasi ini kemudian bergerak hingga menguasai wilayah
Tapanuli.
4. Operasi Sadar, operasi ini merupakan satu-satunya misi yang tidak
menggunakan kekuatan fisik. Operasi ini lebih bersifat operasi intelejen dan
territorial. Operasi Sadar ini memiliki tujuan untuk menghapuskan sisa-sisa
77
A.H. Nasution, Memenuhi Panggilan Tugas Jilid 4, Jakarta, Gunung Agung, 1984, hlm. 187.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
dari gerakan PRRI di Sumatera Selatan. Operasi tersebut dipimpin oleh
Letkol Dr. Ibnu Sutowo.78
Pemberontakan Dewan Banteng yang dipimpin oleh Ahmad Husein
akhirnya dapat dipatahkan oleh Angkatan Perang Republik Indonesia yang
melakukan “Operasi 17 Agustus” di bawah pimpinan Kolonel Ahmad Yani dalam
waktu yang tidak terlalu lama, yaitu kurang lebih satu minggu. Pemberontakan
PRRI di Sumatera Barat itu, dengan sendirinya menimbulkan kekacauan, baik
terhadap pemerintah daerah, maupun terhadap kehidupandalam masyarakat,
setelah Ahmad Husein mengambil alih fungsi Gubernur Roeslan Muljodihardjo,
yang diangkat oleh pemerintah Pusat di Jakarta. Kabinet Karya yang dipimpin Ir.
Djuanda memutuskan pengiriman misi yang dinamakan “Misi Pemerintah untuk
Normalisasi Pemerintah dan Masyarakat Sumatera Barat”.
Misi Pemerintah yang dipimpin Wakil Perdana Menteri I Hardi, SH yang
anggota-anggotanya terdiri dari beberapa menteri, pejabat-pejabat tinggi dari
departemen-departemen dan beberapa perwira Tentara Nasional Indonesia-
Angkatan Darat, tiba di Padang, satu hari setelah operasi militer dianggap
berhasil. Berkat operasi militer yang cepat, niat luar negeri, khususnya Amerika
Serikat untuk campur tangan dalam masalah dalam negeri Indonesia secara
terbuka, dapat dihindari.
Sementara itu, untuk menumpas pemberontakan Permesta dilancarkan
operasi gabungan dengan nama Merdeka di bawah pimpinan Letkol Rukminto
Hendraningrat, yang terdiri dari :
78
Pusat Sejarah dan Tradisi Abri, 40 Tahun Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, Jakarta,
1985, hlm. 182.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
1. Operasi Saptamarga I dengan sasaran Sulawesi Utara bagian Tengah,
dipimpin oleh Letkol Sumarsono.
2. Operasi Saptamarga II dengan sasaran Sulawesi Utara bagian Selatan,
dipimpin oleh Letkol Agus Prasmono.
3. Operasi Saptamarga III dengan sasaran Kepulauan Sebelah Utara Manado,
dipimpinoleh Letkol Magenda.
4. Operasi Saptamarga IV dengan sasaran Sulawesi Utara, dipimpin oleh Letkol
Rukminto Hendraningrat
Sebelum operasi pokok dilancarkan, di Sulawesi Tengah telah bergerak
kesatuan-kesatuan yang tergabung dalam Operasi Insyaf. Operasi ini dikoordinasi
oleh Komando Antar Daerah Indonesia Bagian Timur (Koandait). Termasuk ke
dalam operasi ini gerakan yang dipimpin oleh Kapten Frans Karangan dan
Inspektur Polisi Suaeb. Operasi yang dilakukan berhasil menguasai kota Donggala
dan Parigi. Operasi lainnya juga dilakukan oleh kesatuan pasukan yang dipimpin
oleh Nani Wartabone yang berhasil mempersiapkan pasukan Saptamarga II di
Gorontalo.
Operasi-operasi militer yang dilakukan oleh pemerintah pusat di Indonesia
bagian Timur mendapatkan perlawanan yang berat. Perlawanan yang diterima
oleh APRI berbeda dengan operasi yang dilakukan di Sumatera. Kondisi geografis
Sulawesi dan ketersediaan persenjataan Permesta sangat lengkap. Persenjataan
dan kekuatan militer Permesta menjadi semakin kuat karena memang adanya
bantuan dari pihak Amerika Serikat.79
79
Sekretariat Negara Indonesia, 30 Tahun Indonesia Merdeka, Jakarta, 1975, hlm. 128.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Tindakan pemberontakan ini terus terjadi sampai pertengahan Mei 1958
di waktu Pemerintah Indonesia berhasil menumpas semua pemberontakan PRRI
dan Permesta di pulau Sumatera dan Indonesia bagian timur dengan cara
menghancurkan beberapa pesawat dan mengambil alih kontrol di daerah teritorial
tersebut.80
2. Terbuktinya Keterlibatan Amerika Serikat
Bukti fisik adanya bantuan berupa peralatan militer dan personilnya
adalah sebuah pesawat terbang militer AS yang ditembak jatuh di Ambon pada
tanggal 18 Mei 1958 oleh Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI) dengan
menggunakan meriam. Pilot yang mengemudikan pesawat terbang militer tersebut
adalah seorang penerbang berkebangsaan Amerika, yaitu Allan Lawrence Pope.
Allan Pope merupakan penerbang Amerika yang disewa oleh kaum pemberontak
Permesta yang secara legal diberi izin oleh pemerintah AS untuk menerbangkan
angkutan udara sipil. Pope berhak menggunakan lapangan terbang di pangkalan
militer AS di dekat Manila, Filipina.
Allan Pope memiliki kemampuan melakukan serangan yang mampu
membunuh 700 rakyat di Ambon dalam satu kali serangan.81
Serangan itu
ditujukan ke sebuah Gereja sampai hancur dan seluruh umat di dalam kebaktian
itu terbunuh. Selain itu, Pope juga berhasil menenggelamkan sebuah kapal milik
Indonesia dan semua awak kapal ini mengalami nasib yang malang. Presiden
Soekarno meyakini Pope merupakan salah satu agen CIA. Pada kenyataannya
80
Trygvie Lie, In the Cause of Peace, New York, 1954, hlm. 3. 81
Manai Sophiaan, “Campur Tangan CIA dan KGB”, diakses dari
http://www.freelists.org/post/nasional_list/ppiindia-Dokumen-Tercecer-GESTOK-1965-
CAMPUR-TANGAN-CIA-DAN-KGB-MANAI-SOPHIAAN, pada tanggal 1 November 2009,
pukul 13.22 WIB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Allan Pope merupakan salah satu agen CIA yang dimanfaatkan oleh pemberontak
Permesta.82
Peralatan dan dukungan Amerika Serikat pada para pemberontak ditarik
dan dihentikan pada akhir bulan Mei 1958. Tindakan itu menimbulkan
kekecewaan yang sangat besar pada pihak PRRI/Permesta. Oleh karena itu, pada
akhir operasi mileter dari Jakarta dilaksanakan hingga tahun-tahun berikutnya
pasukan PRRI/Permesta berjuang dengan tangan sendiri tanpa bantuan pihak
asing.83
Perubahan itu berkaitan dengan kebijakan Amerika Serikat pada Maret
1958. Amerika Serikat mengganti dubesnya di Indonesia dengan Howard P.
Jones. Setiba di Indonesia Ia menghubungi tokoh seperti Soekarno, Hatta,
Djuanda, Nasution. Dubes Jones telah mengambil suatu kesimpulan bahwa di
Indonesia masih ada kekuatan anti komunis. Oleh karena itu, dubes Jones
menganjurkan kepada pemerintahnya untuk mencoba merangkul pemerintahan
Indonesia.
Amerika Serikat yang menghentikan bantuan dan dukungannya kepada
para pemberontak sebenarnya merupakan suatu ironi. Ironi yang terjadi tersebut
sebenarnya sudah dapat dihindari oleh pihak Amerika dengan melihat secara teliti
kondisi yang terjadi. Jauh sebelum adanya operasi rahasia bantuan bagi
PRRI/Permesta, di Indonesia telah terjadi perlawanan pada komunisme. Upaya
PKI pada tahun 1948 telah menunjukkan aksi nyata dari kelompok komunis
Indonesia dan mendapat reaksi tegas pula dari pemerintahan Soekarno.
82
John Prados, Lost Crusader: The Secret Wars of CIA Director William Colby, Oxford, Oxford
University Press, 2003, hlm. 147. 83
R.Z Leirissa, PRRI/Permesta, 1991, hlm. 194
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Soekarno sendiri telah menunjukkan sikap tegasnya terhadap komunis
yaitu dengan operasi militer. Operasi militer tersebut untuk menghancurkan upaya
yang terjadi di Madiun. Dengan demikian, Amerika seharusnya dapat sampai pada
suatu kesimpulan yaitu Soekarno bukanlah komunis.84
Amerika Serikat memiliki ironi lain yang ternyata sudah bisa diprediksi
oleh pemerintahannya. Operasi 17 Agustus yang dipimpin oleh Kolonel Ahmad
Yani menuju Sumatera Barat. Ia adalah pimpinan militer yang sangat anti pada
komunisme. Ahmad Yani adalah teman baik dari Mayor George Benson, Asisten
Atase Angkatan Darat Amerika Serikat yang berkantor di Jakarta. Benson
membantu Yani untuk membuat strategi penyerbuan ke Sumatera. Hal tersebut
menandakan bahwa sebenarnya di Indonesia masih ada kekuatan yang anti
komunis dan dekat juga dengan pihak Amerika Serikat yang akan menumpas
suatu pemberontakan yang justru didukung oleh pemerintah Amerika lewat CIA.85
Berbagai keraguan yang dimiliki pemerintah Eisenhower dengan kebijakannya di
Indonesia hanya terpengaruh atas ambisi para agen CIA sendiri yang ingin
mendapatkan penghormatan dan kenaikan jabatan setelah melakukan suatu
operasi dan berhasil.
Ambisi yang berlebihan dari beberapa pihak tersebut membawa Amerika
ke dalam situasi yang sulit. Tertembaknya pilot pesawat tempur berkebangsaan
Amerika ternyata juga turut membawa dampak besar bagi keterlibatan negara
tersebut. Secara nyata keterlibatan Amerika telah terbukti dengan jatuhnya
pesawat yang dipiloti oleh Allan Pope tersebut.
84
Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat edisi revisi, Jakarta, Yayasan Bung
Karno, 2014, hlm. 325. 85
Baskara T. Wardaya, Indonesia Melawan Amerika, Yogyakarta, Galang Press, 2008, hlm. 185.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
B. Hubungan Luar Negeri Indonesia
1. Ketegangan Hubungan Amerika dengan Indonesia
Keterlibatan Amerika Serikat dengan CIA dalam peristiwa
PRRI/Permesta pada dasarnya dilakukan secara tersembunyi di mana secara
formal di depan media dan masyarakatnya, pemerintahan Amerika Serikat
berusaha menunjukkan sikap netral terkait Indonesia. Presiden Eisenhower dalam
kurun waktu dari Februari hingga Mei 1958 terus berpidato bahwa
pemerintahannya tidak tahu-menahu tentang pemberontakan di Indonesia. Hal
tersebut terus diolah untuk menggiring opini masyarakatnya dan dunia luar
Amerika. Menlu Dulles juga menyampaikan pidato dalam suatu konfrensi pers
bahwa pemberontakan yang terjadi di Indonesia hanyalah sekedar luapan ekspresi
kekecewaan oleh rakyat atas eksistensi komunisme di Indonesia.
Presiden Soekarno telah menduga keterlibatan Amerika Serikat memang
tidak dapat disangkal lagi. Pidatonya pada tanggal 2 Mei 1958 memperingatkan
kepada Amerika untuk tidak “bermain api” di Indonesia. Padahal dibalik
ungkapan Soekarno tersebut, ia telah mengetahui Amerika memang sedang
“bermain api” di Indonesia. Soekarno tidak ingin dengan adanya keterlibatan
pihak asing di Indonesia akan memicu perang dunia ketiga.86
Pemerintah Eisenhower menanggapi pernyataan ancaman tegas dari
Soekarno. Eisenhower menyangkal Amerika sedang “bermain api” di Indonesia.
Ia menilai, di setiap pemberontakan pasti akan lahir para serdadu bayaran. Para
serdadu tersebut pada dasarnya memang mengharapkan imbalan namun bisa juga
86
Ibid., hlm. 191.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
hanya berpetualang untuk mencari medan pertemperun. Serdadu bayaran
menurutnya sudah biasa akan muncul di setiap pemberontak di daerah manapun.
Oleh karena itu, hal tersebut merupakan suatu penyangkalan atas bukti di
lapangan. Bukti di lapangan menunjukkan adanya tentara berkebangsaan Amerika
yang membantu para pemberontak di daerah. Pernyataan Eisenhower tersebut
disimpulkan, mereka hanyalah para serdadu atau tentara bayaran bukan memang
resmi ditugaskan oleh Amerika untuk membantu pasukan PRRI/Permesta.
Media massa Amerika memiliki peranan untuk ikut menciptakan
propaganda bagi rakyat. Sebagian besar media massa Amerika pada saat itu
cenderung mendukung berbagai kebijakan yang dijalankan oleh Eisenhower dan
pemerintahannya. Dalam harian New York Times edisi 9 Mei 1958, media
tersebut menerbitkan editorial bahwa Amerika Serikat dan Eisenhower
menyangkal tuduhan keterlibatannya dalam pemberontakan di Indonesia. Dalam
berita tersebut ditulis, Amerika Serikat akan tetap berada pada posisi netral
dengan melihat kondisi Indonesia saat itu. Amerika dengan tegas menyatakan
mereka tidak akan memberikan bantuan kepada pemberontak untuk
menggulingkan pemerintahan yang konstitusional.
Pihak Amerika melihat pemerintah Indonesia lebih mempercayai
laporan-laporan palsu tentang keterlibatan Amerika di daerah. Padahal
keterlibatan Amerika di lapangan telah sangat jelas nampak, apalagi didukung
bukti dengan telah ditembak jatuh pilot berkebangsaan Amerika yaitu Allan Pope.
Tertembaknya Allan Pope telah membuktikan dengan jelas bahwa Amerika
Serikat memang sedang melaksanakan suatu operasi rahasia di Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Pemerintah Eisenhower terus menerus melakukan penyangkalan keterlibatannya,
ini justru menunjukkan memang ada keterlibatan dalam PRRI/Permesta.
Tujuan awal Amerika membantu pemberontak yaitu untuk membendung
pengaruh komunisme di Indonesia. Sentimen komunisme yang didukung oleh
Amerika ternyata membawa pengaruh positif bagi komunisme di Indonesia.
Rakyat Indonesia telah mengetahui para pemberontak di daerah didukung oleh
pihak asing. Rakyat telah melihat pula aksi tersebut merupakan suatu tindakan
yang akan memecah Indonesia. Pada sisi lain pihak komunis dianggap sebagai
pihak yang mendukung dan menjaga nasionalisme dan kesatuan Indonesia. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan keterlibatan Amerika untuk membendung
komunisme di Indonesia telah gagal. Keterlibatan Amerika Serikat dapat
dikatakan sebagai suatu kesalahan. Kondisi Indonesia yang dianggap berpotensi
jatuh ke tangan komunis sebenarnya belum terlalu mengkhawatirkan.
Tertangkapnya Allan Pope merupakan suatu bukti nyata keterlibatan
Amerika Serikat dalam PRRI/Permesta. Allan Pope tertangkap karena pesawatnya
tertembak jatuh oleh pasukan AURI. Ia berhasil keluar dari pesawatnya
menggunakan parasut. Pope tersangkut di atas pohon kelapa dan akhirnya jatuh.
Insiden tersebut membuat tulang rusuknya patah dan pasukan TNI langsung
menangkapnya.
Kesalahan dan segala akibat yang telah diperbuat oleh Pope kemudian
diampuni oleh Soekarno dengan menggunakan hak prerogatifnya sebagai seorang
presiden. Hal tersebut menimbulkan suatu kejanggalan dalam proses hukum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Allan Pope dirawat di rumah sakit dan dirawat oleh pasukan TNI. Kemudian ia
ditahan untuk waktu yang lama hingga tahun 1961.
Soekarno dalam permasalahan Pope terkesan membiarkan ia bebas
secara sembunyi-sembunyi. Pada tahun 1961 sebelum sidang keputusan
dijatuhkan kepada Pope, istri dan orang tua Pope dari Amerika datang ke
Indonesia. Tujuan kedatangan mereka ke Indonesia untuk menemui Soekarno.
Mereka meminta pengampunan atas kesalahan yang diperbuat oleh Pope di
Indonesia. Soekarno yang memiliki rasa empati terhadap perempuan akhirnya
luluh karena melihat mereka berdua bersimpuh dan menangis di hadapannya.87
Allan Pope akhirnya secara diam-diam dibebaskan dari Indonesia.
Soekarno berpesan kepada Pope agar kembali ke Amerika. Pope diminta agar
tidak menampakkan dirinya di depan publik dan bersembunyi hingga
permasalahan PRRI/Permesta benar-benar berakhir. Dengan melihat hal tersebut
sebenarnya suatu ketidakadilan tengah terjadi. Pope yang telah membunuh ratusan
rakyat Ambon dibebaskan tanpa syarat oleh presiden Soekarno.
2. Arah Politik Indonesia
Peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta telah mengubah
arah politik Indonesia. Dunia saat itu tengah berada dalam situasi Perang Dingin
membuat situasi yang ada menjadi sangat sensitif. Sensitifitas dan sentimen
ideologi pada kurun waktu hingga akhir tahun 1950-an memang masih menjadi
permasalahan dunia. Indonesia sebagai negara yang masih sangat muda juga perlu
mengambil sikap yang tegas terkait dengan politik luar negerinya.
87
Cindy Adams, op.cit., hlm. 329.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Permasalahan PRRI/Permesta merupakan masalah kedua terkait campur
tangan asing di Indonesia. Masalah pertama yang sebelumnya adalah
permasalahan dengan sekutu yang berusaha mengambil alih kekuasaan kembali di
Indonesia. Presiden Soekarno juga telah tegas memberikan peringatan kepada
kekuatan asing yaitu Amerika Serikat terkait permasalahan PRRI/Permesta.
Setelah tuduhan yang dilontarkan oleh presiden Soekarno dan keyakinan TNI
serta rakyat bahwa Amerika ikut campur tangan. Amerika juga telah dijelaskan
pada bagian sebelumnya telah secara terus menerus memberikan sangkalan terkait
hal tersebut. Hal tersebut tentu akan memiliki dampak bagi hubungan luar negeri
Indonesia dengan dunia luar.
Indonesia memilih langkah tegas terkait situasi di dunia saat itu. Dalam
situasi Perang Dingin negara-negara yang memiliki kekuatan juga memberikan
peringatan kepada pihak Amerika Serikat. Uni Soviet dan Republik Rakyat Cina
memperingatkan Amerika Serikat bertindak terlalu jauh, dan Indonesia dapat
menjadi kancah pertarungan politik dunia interansional dengan segala akibatnya
bagi persatuan Indonesia. Peringatan yang diberikan oleh negara-negara blok
komunis tersebut sebenarnya sangat kental terkait dengan persaiangan dengan
Amerika Serikat.
Indonesia mencoba menerapkan langkah diplomasi terkait dugaan
keterlibatan Amerika Serikat di Indonesia. Meskipun dugaan tersebut memang
sudah dapat dibuktikan dengan penemuan senjata-senjata asal Amerika serta
tertangkapnya pilot Amerika. Selain pidato presiden Soekarno pada tanggal 2
Mei, tudingan secara resmi oleh pemerintah Indonesia terkait keterlibatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Amerika juga hanya sedikit. Alasan sikap pemerintah Indonesia untuk tidak
terlalu keras menuduh Amerika adalah terkait hubungan politik luar negeri di
kemudian hari. Indonesia tidak ingin menutup pintu kerja sama diplomatik dengan
Amerika ketika berbagai permasalahan telah terselesaikan.
PRRI/Permesta sikap politik negeri Indonesia dapat dikatakan kurang
konsisten. Hal tersebut dapat dilihat ketika masa demokrasi terpemimpin,
Soekarno seperti menarik ulur hubungan dengan negara luar. Dalam hal ini tentu
saja berbicara tentang dua kekuatan besar yang ada yaitu Amerika Serikat dan Uni
Soviet. Indonesia dan Soekarno seolah tetap akan mengambil keuntungan dari
keduanya. Maka pada saat Amerika terbukti terlibat dalam PRRI/Permesta,
Soekarno tidak ingin merusak potensi hubungan yang dapat terjadi diantara
Indonesia dan Amerika.
Amerika membangun hubungan yang baik dengan Indonesia
dilatarbelakangi oleh kekhawatiran dengan kekuatan militer yang dapat dibangun
Indonesia. Kekhawatiran Amerika adalah Indonesia mampu semakin banyak
mendapatkan senjata dari Uni Soviet. Kondisi tersebut akan mempersulit posisi
Amerika Serikat di kancah Perang Dingin.
Pada sisi lain Soekarno memang sedang menjalin kedekatan pula dengan
pihak komunis. Hal tersebut sangat nampak ketika Soekarno dengan konsepsi
dirinya menjalin kembali kedekatan dengan negara-negara komunis. Soekarno
melakukan perjalanan politik. Perjalanan politik yang dilakukan tersebut pada
akhirnya akan menciptakan suatu poros kekuatan komunis yang baru. Poros inilah
yang menjadi kekhawatiran Amerika Serikat setelah meletusnya PRRI/Permesta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Poros tersebut adalaha natara Jakarta-Phyongyang-Peking. Pada setiap kota
tersebut masing-masing memang meiliki suatu paratai dan kekuatan komunis
yang cukup kuat.
Permasalahan PRRI/Permesta yang melibatkan kekuatan asing yaitu
Amerika Serikat ternyata membawa dampak besar bagi Indonesia. Indonesia di
menjadi negara yang justru semakin condong dan dekat dengan pihak komunis.
Peran Amerika Serikat dalam PRRI/Permesta justru membuat sentiment Soekarno
terhadap dunia Barat semakin menjadi. Ia mengambil sikap yang jauh melenceng
dari dasar sikap politik luar negeri Indonesia. Hal tersebut juga akan menyulut
suatu kekhawatiran dan rencana baru yang disusun oleh Amerika Serikat bagi
Indonesia. Pada suatu wawancara yang dilakukan pada tahun 1963, wakil presiden
Nixon pada masa pemerintahan Eisenhower menyatakan Amerika Serikat telah
membuat kesalahan dengan mendukung gerakan yang dianggapnya adalah
gerakan kemerdekaan melawan Soekarno di Sumatera dan Sulawesi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dari bab II hingga bab IV, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
Pertama, faktor penggerak peran Amerika Serikat dalam gerakan
PRRI/Permesta pada masa demokrasi liberal adalah instabilitas politik Indonesia.
Berakhirnya Republik Indonesia Serikat setelah perjanjian Den Haag membawa
pada diterapkan sistem parlementer. Penerapan tersebut telah membuat kondisi
perpolitikan Indonesia menjadi goyah dan cenderung tidak stabil. Kebijakan dari
kabinet-kabinet yang ada memicu ketertarikan pihak Amerika Serikat untuk ikut
campur dalam urusan dalam negeri Indonesia. Kebijakan dan langkah dari kabinet
Sukiman, Ia telah menjalin hubungan secara terselubung dengan Amerika Serikat.
Kabinet yang selanjutnya menarik perhatian Amerika adalah kabinet Ali
Sastroamijoyo. Kabinet ini mendorong Indonesia untuk tampil sebagai pihak
netral dalam Perang Dingin dan bersikap aktif untuk kawasan Asia-Afrika.
Amerika melihat hal tersebut sebagai ancaman dan dugaan akan merapatnya
negara kawasan Asia-Afrika merapat kepada pihak komunis. Faktor pendorong
selanjutnya adalah eksistensi PKI yang semakin diterima di Indonesia. Pendukung
partai yang semakin bertambah hingga kemenangan PKI dalam Pemilu 1955. Hal
tersebut semakin memunculkan kekhawatiran Amerika terhadap kondisi yang
terjadi di Indonesia. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John F. Dulles menilai
kondisi yang terjadi akan membahayakan bagi kepentingan Amerika Serikat.
Menlu Dulles juga menyampaikan keinginannya agar Indonesia terpecah-pecah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
hingga terbendungnya pengaruh komunis yang ada. Faktor pendorong selanjutnya
adalah konflik di dalam tubuh TNI Angkatan Darat. Para perwira di daerah
merasa tidak puas dengan politik di pusat dan para pemimpinnya. Ketidakpuasan
tersebutlah yang memicu lahirnya PRRI/Permesta. Kekacauan yang terjadi
mendorong Amerika Serikat terlibat lebih jauh di Indonesia dengan menempatkan
agen-agen rahasianya untuk mengawasi negara ini.
Kedua, Amerika Serikat selanjutnya telah mengambil peran dalam
gerakan PRRI/Permesta. Pemerintah merespon ketidakpuasaan para perwira di
daerah dengan mengadakan Musyawarah Nasional, namun langkah tersebut tidak
mendapatkan jalan keluar atas permasalahan yang ada. Pada 10 Februari 1958,
para perwira di daerah yang dipimpin oleh Letkol Achmad Husein mengirimkan
ultimatum kepada pemerintah pusat. Ultimatum ini ditolak oleh rapat dewan di
parlemen. Penolakan tersebut membawa pada proklamasi PRRI pada 15 Februari
1958. Menyusul proklamasi PRRI di Sumatera, Permesta di Sulawesi
memutuskan hubungan dengan pemerintah pusat pada tanggal 17 Februari 1958.
Berawal dari dewan Banteng hingga lahirnya PRRI/Permesta, Amerika melihat
perpecahan pusat dan daerah merupakan peluang atau jalan untuk bermain api di
Indonesia. Amerika Serikat memiliki tujuan utama untuk membendung pengaruh
komunisme di Indonesia. Bagi Amerika komunisme di Indonesia merupakan
ancaman dalam cita-citanya pada masa Perang Dingin. Dengan melihat
keterlibatan Amerika dalam PRRI/Permesta dapat disimpulkan bahwa Amerika
ingin memukul komunisme di Indonesia tapi dengan memanfaatkan situasi yang
terjadi. Tujuan selanjutnya adalah melindungi perusahaan-perusahaan minyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
milik Amerika di wilayah Sumatera. Wilayah Singapura dan Filipina merupakan
tempat bertemunya pimpinan PRRI/Permesta dengan agen-agen CIA di luar
negeri. Pimpinan PRRI/Permesta melakukan perjalanan ke Singapura dan Filipina
untuk mencari bantuan senjata. Pemberitaan di surat kabar juga memberitakan jika
para pimpinan PRRI/Permesta sering melakukan perjalanan ke luar negeri bahkan
menghadiri pertemuan SEATO di Manila. Peran Amerika Serikat di wilayah
Sumatera yaitu memberikan bantuan-bantuan senjata pada pemberontak PRRI.
Bantuan senjata yang diberikan ini dikirim lewat jalur udara dan laut. Peran
Amerika Serikat di wilayah Sulawesi yaitu ikut terlibat secara langsung dalam
perlawanan para pemberontak pada pasukan pemerintah pusat. Pada April 1958,
Amerika tetap konsisten memberikan bantuan pesawat dan armada lautnya. CIA
memperbantukan pasukan sebanyak 300 orang. Bantuan pesawat Mustang dan
pesawat pembom B-26 yang dimiliki Permesta membuat perlawanan di Sulawesi
lebih agresif. Hal tersebut ditambah dengan bantuan pilot-pilot berkebangsaan
asing yang membantu Permesta.
Ketiga, Keterlibatan Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta
membawa dampak bagi situasi dalam negeri dan hubungan luar negeri Indonesia.
Bagi situasi dalam negeri, pemerintah Indonesia mengambil sikap tegas yaitu
dengan menugaskan pasukan militer dari Jawa untuk melaksanakan tugas ke
Sumatera dan Sulawesi. Alasan pemerintah pusat adalah persenjataan
pemberontak yang semakin kuat. Dengan melihat dukungan dan bantuan
persenjataan dari Amerika membuat para pemberontak semakin percaya diri untuk
melawan pemerintah pusat. Meskipun ketika tidak ada keterlibatan asing dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
permasalahan ini, pemerintah juga akan melakukan langkah operasi militer juga.
Peralatan dan dukungan Amerika Serikat pada para pemberontak ditarik dan
dihentikan pada akhir bulan Mei 1958. Bagi hubungan luar negeri Indonesia,
keterlibatan Amerika membawa pada ketegangan hubungan dua negara. Presiden
Eisenhower terus berpidato jika pemerintahannya tidak tahu-menahu tentang
pemberontakan di Indonesia. Keterlibatan Amerika Serikat dapat dikatakan
sebagai suatu kesalahan. Kondisi Indonesia yang dianggap berpotensi jatuh ke
tangan komunis sebenarnya belum terlalu mengkhawatirkan. Soekarno dalam
permasalahan Pope ini seakan membiarkan ia bebas secara sembunyi-sembunyi.
Allan Pope akhirnya secara diam-diam dibebaskan dari Indonesia. Arah politik
Indonesia setelah terbuktinya peran Amerika Serikat dalam PRRI/Permesta adalah
semakin condong pada arah komunis. Soekarno menjadi semakin anti pada politik
gaya Barat yang menurutnya tidak cocok untuk diterpkan di Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Adams, Cindy. 2014. Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat (edisi revisi).
Jakarta: Yayasan Bung Karno.
Blum, William. 2003. Killing Hope Military U.S and CIA Intervetions Since
World War 2. London: Zed Books.
Conboy, Kenneth. dan James Morrison. 1999. Feet to the Fire: CIA Covert
Operations in Indonesia 1957-1958. Annapolis: Naval Institute Press.
Crouch, Harold. Demokrasi dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta: Haninda.
D. N Aidit. 1964. Konfrontasi Peristiwa Madiun 1948 Peristiwa Sumatera 1956.
Jakarta : Yayasan Pembaruan.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Terminologi Sejarah. Jakarta: CV
Prima Karya.
Dumairy. 1996. Perekoomian Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Echols, M. John. Kamus Bahasa Inggris. Jakarta.
Foreign Relations of the United States (FRUS) Volume XVII. 1994. Washington
DC: Departement of State Publication, Office of The Historian.
Hadi Soebadio. 2005. Hubungan Indonesia-Amerika : dasawarsa II tahun 1955-
1965. Tangerang: Pramita Pers.
Harvey, Barbara S., 1984. Permesta Pemberontakan Setengah Hati. Jakarta: PT
Grafiti Utama Press.
Kahin, R. Audrey. Subversi Sebagai Politik Luar Negeri, Jakarta: Grafiti Pers.
Kardiyat Wiharyanto, A. 2011. Sejarah Indonesia Dari Proklamasi Sampai
Pemilu 2009. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Kuntowijoyo. 2013. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Lie, Trygvie. 1954. In the Cause of Peace. New York.
Mohamad Natsir. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nasution, A.H., 1984. Memenuhi Panggilan Tugas Jilid 4. Jakarta: Gunung
Agung.
Pemerintah Indonesia. 1977. 30 Tahun Indonesia Merdeka. Jakarta: Tira Pustaka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Petrik Matanasi. 2009. Pemberontak Tak Selalu Salah. Yogyakarta: Indonesia
Buku.
Prados , John. 2003. Lost Crusader: The Secret Wars of CIA Director William
Colby. Oxford: Oxford UniversityPress
Pusat Sejarah dan Tradisi ABRI. 1985. 40 Tahun Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia. Jakarta.
R.Z. Leirissa. 1991. PRRI/Permesta. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti.
Ricklefs, M. C. 2010. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. PT Serambi Ilmu
Pustaka.
Roadnight, Andrew. 2002. United States Policy towards Indonesia in the Truman
and Eisenhower Years,. Hampshire: Palgrave Macmillan.
Sekretariat Kader Katolik. 1967. Dari Madiun ke Lubang Buaya. Jakarta,
Sekretariat Negara Indonesia. 1975. 30 Tahun Indonesia Merdeka. Jakarta.
Smith, Joseph Burkholder. 1976. Portrait of a Cold Warrior. New York: G.P
Putanam’s Sons.
Soewardi Idris. 2008. Perjalanan Dalam Kelam Senarai Kisah Pemberontakan
PRRI. Yogyakarta: Beranda Publishing.
Staf Angkatan Darat. 1964. Sedjarah Singkat Perdjuangan Bersendjata Bangsa
Indonesia. Jakarta: Universitas Indonesia,.
Stevenson, William. 1963. Birds’ Nests in Their Beards. London: Hutchinson
Publisher.
Suar Suroso. 2008 . “Bung Karno”, Korban Perang Dingin. Jakarta: Hasta Mitra.
Surjo Sediono R. 1958. Peristiwa Cikini. Jakarta: PT Surungan.
Syamdani. 2009. PRRI. Yogyakarta: MedPress.
Wayan Pratiana. 1990. Pengantar Ilmu Hukum Internasional. Bandung: Mandar
Maju.
Majalah dan Koran :
Gelora Maesa, 15 Maret 1958
Tempo, edisi khusus Hari Kemerdekaan, 19 Agustus 2007.
Terompet Masyarakat, 26 April 1958
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Terompet Masyarakat, 28 April 1958
Terompet Masyarakat, 3 April 1958
Terompet Masyarakat,15 April 1958
Jurnal :
Bahar, Saafroedin, PRRI-Permesta: sebuah kasus keterkaitan antara masalah
integrasi Nasional dan perang dingin
Jurnal Studi Amerika IV, (Januari Juli): Abstract.
Brands, H. W., The Limits of Manipulation: How the United States Didn‟t Topple
Sukarno, dalam
The Journal of American History,
Vol. 76, No. 3,
1989,The Organisation of Historians.
Hartati , Anna Yulia, Separatisme Dalam Konteks Global (Studi Tentang
Eksistensi Republik Maluku Selatan (RMS) Sebagai Gerakan Separatis
Indonesia). Universitas Wahid Hasyim Semarang. 2012.
Lupita, Charlene Karina. Intervensi Amerika Serikat Dalam Perang Korea. Jurnal
Binus. 2018.
Maulida, Faishal Hilmy. Hitam Putih PRRI-Permesta: Konvergensi Dua
Kepentingan Berbeda 1956-1961. Jurnal Universitas Indonesia
Sefriani. Separatisme dalam Prespektif Hukum Internasional. Jurnal UNISIA No.
47. 2003.
Internet :
Sophiaan, Manai, “Campur Tangan CIA dan KGB”, diakses dari
http://www.freelists.org/post/nasional_list/ppiindia-Dokumen-Tercecer-
GESTOK-1965-CAMPUR-TANGAN-CIA-DAN-KGB-MANAI-
SOPHIAAN, pada tanggal 1 November 2009, pukul 13.22 WIB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SILABUS
Satuan Pendidikan : SMA Santo Mikael Mlati Sleman
Kurikulum : Kurikulum 2013
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Kelas : XII
AlokasiWaktu : 4 jam pelajaran/ 2 minggu Pertemuan
Kompetensi Inti : KI 3. Memahami,menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalamilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan
dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu
Penilaian Sumber Belajar
3.1 Menganalisis
upaya bangsa
Indonesia dalam
menghadapi ancaman
disintegrasi bangsa
antara lain: PKI
Faktor penggerak
peran Amerika
Serikat dalam
gerakan
PRRI/Permesta
MENGAMATI :
Guru mengkondisikan peserta
didik untuk siap mengikuti
pelajaran dengan hal sebagai
berikut :
Guru mempersiapkan
4 x 45
menit
2 kali
pertem
uan
Penilaian
pengetahu
an
meliputi
Soal
Kementeria
n
Pendidikan
dan
Kebudayaa
n. 2015.
Sejarah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Madiun 1948, DI/TII,
APRA, Andi Aziz,
RMS, PRRI,
Permesta, G-30-S
4.1 Merekonstruksi
upaya bangsa
Indonesia dalam
menghadapi ancaman
disintegrasi bangsa
antara lain: PKI
Madiun 1948, DI/TII,
APRA, Andi Aziz,
RMS, PRRI,
Permesta, G-30-S dan
menyajikannya dalam
bentuk cerita sejarah
Peran Amerika
Serikat dalam
gerakan
PRRI/Permesta
Dampak
keterlibatan
Amerika Serikat
dalam gerakan
PRRI/Permesta bagi
situasi dalam negeri
dan hubungan luar
negeri Indonesia
gambar-gambar yang sesuai
dengan tujuan
pembelajaran;
Guru memperlihatkan
Power Point tentang peran
Amerika Serikat dalam
gerakan PRRI/Permesta
Guru menjelaskan sedikit
gambaran materi atau kata
kunci
Guru memberi petunjuk
dan memberi kesempatan
pada murid untuk
memperhatikan/
menganalisis gambar-
gambar serta video yang
diperlihatkan ;
MENANYA :
Guru memberikan
beberapa pertanyaan
berdasarkan materi yang
berasal dari Powerpoint dan
siswa menjawab pertanyaan
yang disampaikan oleh
guru
Guru kemudian
memberikan kesempatan
Tertulis
dalam
bentuk
soal essay
Penilaian
keterampi
lan
meliputi
Penugasa
n Non Tes
dalam
bentuk
makalah
Indonesia
untuk
SMA/MA
kelas XII.
Jakarta:
Kementeria
n
Pendidikan
dan
Kebudayaa
n.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kepada para siswa untuk
menjawab pertanyaan
tersebut dan guru mencatat
nama siswa yang menjawab
pertanyaan
MENGUMPULKAN
INFORMASI :
Guru membagi Siswa yang
dikelompokan menjadi
beberapa kelompok kecil
yang berisi 4 sampai 5
orang
Mengenai Guru
menyampaikan
Materi yang sesuai dengan
pembelajaran
Guru memamparkan hasil
pertanyaan yang telah
disampaikan oleh siswa dan
menjelaskan materi sesuai
pertanyaan yang diajukan
oleh siswa tersebut
Siswa masuk kedalam
kelompok yang telah
dibentuk tadi untuk
mendiskusikan materi yang
telah disampaikan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menjawab pertanyaan yang
disampaikan oleh guru.
Siswa wajib mengunakan
buku dan sumber materi
yang lain ( internet) dalam
menjawab pertanyaan
tersebut.
MENGASOSIASIKAN
Siswa yang terlah dibagi
menjadi beberapa
kelompok kecil
membahas pertanyaan
yang terlah disampaikan
guru didalam kelas
melalui berbagaimacam
sumber yang ada untuk
menunjang dalam
menjawab pertanyaan
tersebut
MENGKOMUNIKASIKAN
Salah satu perwakilan
kelompok memaparkan
hasil diskusi tentang
materi pembelajaran
dihadapan guru dan siswa
lainnya
Guru dan siswa lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memberikan tanggapan
mengenai jawab
kelompok yang
memaparkan hasil
diskusinya
Siswa yang ada didalam
kelompok kecil tersebut
mencatat setiap masukan
dari setiap pertanyaan
yang diajukan oleh guru
maupun dari siswa
kelompok lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan : SMA Santo Mikael Mlati Sleman
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia (Wajib)
Kelas/Semester : XII/Ganjil
Materi Pokok : Mempertahankan Kedaulatan Indonesia Dari Ancaman
Disintegrasi
Alokasi Waktu : 4 x 45 menit
A. KOMPETENSI INTI
KI. 3 Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
KI. 4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan
metode sesuai kaidah keilmuan.
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
No. Kompetensi Dasar Indikator
1. 3.1 Menganalisis upaya bangsa
Indonesia dalam menghadapi
ancaman disintegrasi bangsa antara
lain: PKI Madiun 1948, DI/TII,
APRA, Andi Aziz, RMS, PRRI,
Permesta, G-30-S
3.1.1.
3.1.2.
3.1.3.
Menganalisa faktor
penggerak peran
Amerika Serikat dalam
gerakan PRRI/Permesta
Menganalisa peran
Amerika Serikat dalam
gerakan PRRI/Permesta
Menganalisa dampak
peran Amerika Serikat
dalam gerakan
PRRI/Permesta bagi
situasi dalam negeri dan
hubungan luar negeri
Indonesia
2. 4.1 Merekonstruksi upaya bangsa
Indonesia dalam menghadapi
ancaman disintegrasi bangsa antara
lain: PKI Madiun 1948, DI/TII,
4.1.1. Membuat karya tulis
dengan merekonstruksi
upaya bangsa Indonesia
dalam menghadapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
APRA, Andi Aziz, RMS, PRRI,
Permesta, G-30-S dan
menyajikannya dalam bentuk cerita
sejarah
ancaman disintegrasi
bangsa
PRRI/Permesta
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta didik diharapkan mampu :
Mendeskripsikan faktor penggerak, peran Amerika Serikat dalam PRRI/Permesta,
serta dampak dari keterlibatan tersebut bagi kondisi politik dalam negeri dan
hubungan luar negeri Indonesia.
D. MATERI AJAR
1. Fakta
a. Lahirnya Gerakan PRRI/Permesta
b. Keterlibatan Amerika Serikat Dalam Gerakan PRRI/Permesta
2. Konsep
a. Menganalisis munculnya Gerakan PRRI/Permesta
b. Mengidentifikasi pemerintah yang berkuasa beserta programnya
c. Menganalisis Keterlibatan Amerika Serikat Dalam Gerakan
PRRI/Permesta
d. Mengidentiikasi Dampak Keterlibatan Amerika Serikat Dalam Gerakan
PRRI/Permesta
3. Prinsip
Usaha untuk menciptakan gerakan separatis guna melawan pemerintahan
yang sah di Jakarta
4. Prosedur
Membuat karya tulis tentang Pokok bahasan Peran Amerika Serikat Dalam
Gerakan PRRI/Permesta pada Masa Demokrasi Liberal
E. MODEL PEMBELAJARAN
1. Metode Pembelajaran : Diskusi, presentasi, tanya jawab, penugasan
2. Pendekatan Pembelajaran: Saintifik
3. Model Pembelajaran : Discovery Learning
F. SUMBER BELAJAR
Sumber Buku :
1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2015. Sejarah Indonesia untuk
SMA/MA kelas XII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
G. MEDIA PEMBELAJARAN
1. Alat : LCD, Laptop/Notebook, Speaker
2. Bahan : Power point, gambar dan video tentang Peran Amerika Serikat
Dalam Gerakan PRRI/Permesta Pada Masa Demokrasi Liberal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
H. KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Pertemuan Pertama (2 x 45 menit)
Kegiatan Pendahuluan (15 menit)
Guru :
Orientasi
Melakukan pembukaan dengan salam pembuka, memanjatkan puji syukur
kepada Tuhan YME dan berdoa untuk memulai pembelajaran
Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin
Menyiapkan situasi dan kondisi kelas untuk mengawali kegiatan
pembelajaran.
Aperpepsi
Mengaitkan materi atau tema pembelajaran yang akan dilakukan dengan
pengalaman peserta didik dengan materi atau tema sebelumnya yaitu materi
tentang disintegrasi bangsa dengan topik Republik Maluku Selatan (RMS)
Mengingatkan kembali materi dengan bertanya pokok bahasan berkaitan
dengan materi sebelumnya, yaitu: Apa yang melatarbelakangi munculnya
gerakan Republik Maluku Selatan (RMS)?
Mengajukan pertanyaan sebagai batu loncatan peserta didik yang ada
keterkaitannya dengan pembelajaran yang akan dilakukan, yaitu: Topik yang
selanjutnya akan kita bahas memiliki persamaan dengan topik yang
sebelumnya yaitu gerakan yang muncul adalah gerakan di luar pulau Jawa,
maka peserta didik diminta untuk menganalisa persamaan yang terjadi
tersebut apakah kira-kira penyebab munculnya gerakan disintegrasi yang
dipelopori oleh wilayah di luar pulau Jawa?
Motivasi
Guru akan menyampaikan tujuan serta manfaat yang akan diperoleh peserta
didik dengan mempelajari topik Peran Amerika Serikat dalam gerakan
PRRI/Permesta.
Peserta didik diharapkan dapat menjelaskan dan mampu menganalisa tentang
materi Peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta
Peserta didik nantinya juga diharapkan mampu menerapkan nilai-nilai positif
yang dapat dipetik dari pembelajaran tentang topik ini dan mampu
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari
Pemberian Acuan
Menjelaskan mekanisme pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan metode
dan model pembelajaran yang akan dipakai
Pembagian kelompok belajar
Kegiatan Inti (60 menit)
Sintak Model
Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
Stimulation
(stimullasi/
pemberian
rangsangan)
KEGIATAN LITERASI
Peserta didik diberi motivasi atau rangsangan untuk
memusatkan perhatian pada topik pokok materi Peran Amerika
Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta dengan cara :
Melihat Menayangkan peta Indonesia tentang letak geografis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
wilayah Sumatera dan Sulawesi yang merupakan wilayah
pusat bagi gerakan PRRI/Permesta
Mengamati
Pemberian contoh materi Faktor Penggerak Peran Amerika
Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta yaitu dengan
menampilkan foto berlangsungnya Konfrensi Asia-Afrika
yang dilaksanakan di Bandung untuk dapat diamati oleh
peserta didik
Membaca
Kegiatan literasi ini dilakukan dengan membaca materi dari
buku paket yang dimiliki oleh peserta didik yang
berhubungan dengan Faktor Penggerak Peran Amerika
Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta
Menulis
Menulis resume dari hasil pengamatan dan bacaan terkait
Problem
statemen
(pertanyaan/
identifikasi
masalah)
CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIK)
Setelah melakukan kegiatan literasi, Guru memberikan
kesempatan pada peserta didik untuk mengidentifikasi
sebanyak mungkin pertanyaan dan semua pertanyaan yang
muncul tersebut ditulis didalam buku kerja yang dimiliki
peserta didik.
Data
collection
(pengumpulan
data)
COLLABORATION (KERJASAMA)
Peserta didik diminta untuk bergabung ke dalam kelompok
belajar masing-masing yang telah dibentuk untuk:
Mendiskusikan
Peserta didik di dalam kelompok secara bersama-sama
membahas mengenai materi Faktor Penggerak Peran
Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta
Saling tukar informasi tentang materi :
Faktor Penggerak Peran Amerika Serikat dalam gerakan
PRRI/Permesta
Peserta didik di dalam kelompok diminta untuk saling
berbagai pertanyaan yang berhasil diidentifikasi pada
langkah pembelajaran sebelumnya, dengan demikian akan
terkumpul permasalahan yang akan menjadi pokok bahasan
diskusi di dalam masing-masing kelompok yaitu, 1)
Gagalnya sistem politik Indonesia, 2) Eksistensi Partai
Komunis Indonesia, 3) Kekacauan dalam tubuh Angkatan
Darat,
Mengumpulkan informasi
Di dalam kelompok, peserta didik kemudian diminta untuk
mengumpulkan sebanyak mungkin informasi atau data
terkait dengan permasalahan pokok yang dibahas oleh
kelompok, peserta didik diharap mampu membuat resume
tentang informasi-informasi yang diperoleh
Data COLLABORATION (KERJASAMA)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
processing
(pengolahan
Data)
Peserta didik dalam kelompoknya berdiskusi mengolah
informasi atau data yang berhasil dikumpulkan, masing-masing
menyampaikan pendapat terkait informasi yang diperolehnya
dan secara bersama-sama dielaborasi dalam kelompok masing-
masing
Verification
(pembuktian) CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIK)
Setelah informasi atau data berhasil terkumpul menjadi satu
kesatuan di dalam kelompok maka selanjutnya peserta didik
diminta untuk mendiskusikan informasi tersebut dengan cara
berpikir kritis terhadap informasi tersebut dengan
memverifikasi data atau informasi tersebut melalui sumber
buku paket ataupun sumber bacaan lain
Dengan langkah ini peserta didik diharapkan akan
mendapatkan pengetahuan yang seluas-luasnya, kemungkinan
dengan banyak bahan bacaan akan menemui berbagai
pertentangan informasi, maka kemudian peserta didik
diharapkan akan muncul sikap kritis dalam berpikir saat
mendapatkan suatu informasi
Generalization
(menarik
kesimpulan)
COMMUNICATION (BERKOMUNIKASI)
Peserta didik berdiskusi untuk menyimpulkan
Menyampaikan hasil diskusi tentang materi berupa
kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis,
dengan media seperti dalam bentuk mind mapping atau
powerpoint
Mempresentasikan hasil diskusi kelompok
Ketika salah satu kelompok telah mempresentasikan hasil
diskusi kelompok maka kelompok yang lain akan
memberekan tanggapan dapat berupa kritik terhadap suatu
informasi ataupun juga dapat berupa pertanyaan
CREATIVITY (KREATIVITAS)
Menyimpulkan tentang point-point penting yang muncul
dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan berupa :
Laporan hasil pengamatan secara tertulis tentang materi :
Faktor Penggerak Peran Amerika Serikat dalam gerakan
PRRI/Permesta
Menjawab pertanyaan tentang materi yang terdapat pada
buku pegangan peserta didik atau lembar kerja yang telah
disediakan.
Bertanya tentang hal yang belum dipahami, atau guru
melemparkan beberapa pertanyaan kepada siswa berkaitan
dengan materi Faktor Penggerak Peran Amerika Serikat
dalam gerakan PRRI/Permesta yang akan selesai dipelajari
Kegiatan Penutup (15 menit)
Membuat resume (CREATIVITY) dengan bimbingan guru tentang point-
point penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran tentang materi
Faktor Penggerak Peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang baru dilakukan.
2. Pertemuan Kedua (2 x 45 menit)
Kegiatan Pendahuluan (15 menit)
Guru :
Orientasi
Melakukan pembukaan dengan salam pembuka, memanjatkan syukur
kepada Tuhan YME dan berdoa untuk memulai pembelajaran
Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin
Menyiapkan situasi dan kondisi kelas untuk mengawali kegiatan
pembelajaran.
Aperpepsi
Mengaitkan materi atau tema pembelajaran yang akan dilakukan dengan
pengalaman peserta didik dengan materi atau tema sebelumnya yaitu
submateri tentang Faktor Penggerak Peran Amerika Serikat dalam gerakan
PRRI/Permesta
Mengingatkan kembali materi dengan bertanya pokok bahasan berkaitan
dengan materi sebelumnya, yaitu: Apa kunci dari faktor penggerak
keterlibatan Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta?
Mengajukan pertanyaan sebagai batu loncatan peserta didik yang ada
keterkaitannya dengan pembelajaran yang akan dilakukan, yaitu: Topik yang
selanjutnya akan kita bahas adalah tentang peran serta dampak peran
Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta, maka peserta didik diminta
untuk menganalisa peran seperti apa yang dilakukan oleh Amerika Serikat
dalam PRRI/Permesta?
Motivasi
Guru akan menyampaikan tujuan serta manfaat yang akan diperoleh peserta
didik dengan melanjutkan mempelajari subtopik Peran Amerika Serikat
dalam gerakan PRRI/Permesta serta Dampak bagi Situasi dan Hubungan
Luar Negeri Indonesia
Peserta didik diharapkan dapat menjelaskan dan mampu menganalisa tentang
materi Peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta serta Dampak
bagi Situasi dan Hubungan Luar Negeri Indonesia
Peserta didik nantinya juga diharapkan mampu menerapkan nilai-nilai positif
yang dapat dipetik dari pembelajaran tentang topik ini dan mampu
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari
Pemberian Acuan
Menjelaskan mekanisme pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan metode
dan model pembelajaran yang akan dipakai
Pembagian kelompok belajar
Kegiatan Inti (60 menit)
Sintak Model
Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
Stimulation
(stimullasi/
pemberian
rangsangan)
KEGIATAN LITERASI
Peserta didik diberi motivasi atau rangsangan untuk
memusatkan perhatian pada topik materi Peran Amerika
Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta serta Dampak bagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Situasi dan Hubungan Luar Negeri Indonesia dengan cara :
Mengamati
Pemberian contoh materi Peran Amerika Serikat dalam
gerakan PRRI/Permesta serta Dampak bagi Situasi dan
Hubungan Luar Negeri Indonesia yaitu dengan
menampilkan foto tertangkapnya pilot berkebangsaan
Amerika Serikat di wilayah Sulawesi untuk dapat diamati
oleh peserta didik
Membaca
Kegiatan literasi ini dilakukan dengan membaca materi dari
buku paket yang dimiliki oleh peserta didik yang
berhubungan dengan Peran Amerika Serikat dalam
gerakan PRRI/Permesta serta Dampak bagi Situasi dan
Hubungan Luar Negeri Indonesia
Menulis
Menulis resume dari hasil pengamatan dan bacaan terkait
Problem
statemen
(pertanyaan/
identifikasi
masalah)
CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIK)
Setelah melakukan kegiatan literasi, Guru memberikan
kesempatan pada peserta didik untuk mengidentifikasi
sebanyak mungkin pertanyaan dan semua pertanyaan yang
muncul tersebut ditulis didalam buku kerja yang dimiliki
peserta didik.
Data
collection
(pengumpulan
data)
COLLABORATION (KERJASAMA)
Peserta didik diminta untuk bergabung ke dalam kelompok
belajar masing-masing yang telah dibentuk untuk:
Mendiskusikan
Peserta didik di dalam kelompok secara bersama-sama
membahas mengenai materi Peran Amerika Serikat dalam
gerakan PRRI/Permesta serta Dampak bagi Situasi dan
Hubungan Luar Negeri Indonesia
Saling tukar informasi tentang materi :
Peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta
serta Dampak bagi Situasi dan Hubungan Luar Negeri
Indonesia
Peserta didik di dalam kelompok diminta untuk saling
berbagai pertanyaan yang berhasil diidentifikasi pada
langkah pembelajaran sebelumnya, dengan demikian akan
terkumpul permasalahan yang akan menjadi pokok bahasan
diskusi di dalam masing-masing kelompok yaitu, 1)
Lahrinya gerakan PRRI/Permesta, 2) Tujuan Keterlibatan
Amerika Serikat, 3) Usaha untuk memperoleh bantuan
persenjataan, 4) Bantuan Amerika Serikat bagi
PRRI/Permesta, 5) Dampak Bagi Situasi Indonesia, 6)
Dampak Bagi Hubungan Luar Negeri Indonesia
Mengumpulkan informasi
Di dalam kelompok, peserta didik kemudian diminta untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengumpulkan sebanyak mungkin informasi atau data
terkait dengan permasalahan pokok yang dibahas oleh
kelompok, peserta didik diharap mampu membuat resume
tentang informasi-informasi yang diperoleh
Data
processing
(pengolahan
Data)
COLLABORATION (KERJASAMA)
Peserta didik dalam kelompoknya berdiskusi mengolah
informasi atau data yang berhasil dikumpulkan, masing-masing
menyampaikan pendapat terkait informasi yang diperolehnya
dan secara bersama-sama dielaborasi dalam kelompok masing-
masing
Verification
(pembuktian) CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIK)
Setelah informasi atau data berhasil terkumpul menjadi satu
kesatuan di dalam kelompok maka selanjutnya peserta didik
diminta untuk mendiskusikan informasi tersebut dengan cara
berpikir kritis terhadap informasi tersebut dengan
memverifikasi data atau informasi tersebut melalui sumber
buku paket ataupun sumber bacaan lain
Dengan langkah ini peserta didik diharapkan akan
mendapatkan pengetahuan yang seluas-luasnya, kemungkinan
dengan banyak bahan bacaan akan menemui berbagai
pertentangan informasi, maka kemudian peserta didik
diharapkan akan muncul sikap kritis dalam berpikir saat
mendapatkan suatu informasi
Generalization
(menarik
kesimpulan)
COMMUNICATION (BERKOMUNIKASI)
Peserta didik berdiskusi untuk menyimpulkan
Menyampaikan hasil diskusi tentang materi berupa
kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis,
dengan media seperti dalam bentuk mind mapping atau
powerpoint
Mempresentasikan hasil diskusi kelompok
Ketika salah satu kelompok telah mempresentasikan hasil
diskusi kelompok maka kelompok yang lain akan
memberekan tanggapan dapat berupa kritik terhadap suatu
informasi ataupun juga dapat berupa pertanyaan
CREATIVITY (KREATIVITAS)
Menyimpulkan tentang point-point penting yang muncul
dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan berupa :
Laporan hasil pengamatan secara tertulis tentang materi :
Peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta
serta Dampak bagi Situasi dan Hubungan Luar Negeri
Indonesia
Menjawab pertanyaan tentang materi yang terdapat pada
buku pegangan peserta didik atau lembar kerja yang telah
disediakan.
Bertanya tentang hal yang belum dipahami, atau guru
melemparkan beberapa pertanyaan kepada siswa berkaitan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dengan materi Peran Amerika Serikat dalam gerakan
PRRI/Permesta serta Dampak bagi Situasi dan Hubungan
Luar Negeri Indonesia yang akan selesai dipelajari
Kegiatan Penutup (15 menit)
Membuat resume (CREATIVITY) dengan bimbingan guru tentang point-
point penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran tentang materi
Peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta serta Dampak bagi
Situasi dan Hubungan Luar Negeri Indonesia yang baru dilakukan.
Mengagendakan tugas dalam bentuk karya tulis makalah tentang materi
pokok Peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta untuk masing-
masing kelompok diskusi
I. PENILAIAN
a. Pengetahuan
- Tertulis Uraian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KISI – KISI SOAL
Satuan Pendidikan : SMA Santo Mikael Sleman Hari/Tanggal :
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Kelas / Program : XII
Tahun Pelajaran : 2019-2020
Kompetensi Dasar : 3.1 Menganalisis upaya bangsa Indonesia dalam menghadapi ancaman disintegrasi bangsa antara lain: PKI
Madiun 1948, DI/TII, APRA, Andi Aziz, RMS, PRRI, Permesta, G-30-S
No Materi Pokok Indikator Tingkat
Soal
Bentuk Soal No Soal
1 2 3 4 5 6
1
Faktor penggerak peran Amerika
Serikat dalam gerakan
PRRI/Permesta
Siswa dapat menjelaskan kondisi
perpolitikan Indonesia pada masa demokrasi
liberal
C2 Uraian 1
2 Siswa dapat menjelaskan kebangkitan partai
komunis Indonesia pasca peristiwa PKI
Madiun 1948
C2 Uraian 3
3 Siswa dapat menganalisis hubungan yang
pernah terjadi antara Amerika Serikat
dengan kabinet Indonesia
C4 Uraian 2
4 Siswa dapat menganalisis kekhawatiran
Amerika Serikat dengan adanya Konfrensi
Asia-Afrika di Indonesia
C4 Uraian 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Peran Amerika Serikat dalam
gerakan PRRI/Permesta
Siswa dapat menjelaskan tujuan keterlibatan
Amerika Serikat dalam PRRI/Permesta
C3 Uraian 5
6 Siswa dapat menganalisis posisi Singapura
dan Filipina bagi keterlibatan Amerika
Serikat dalam PRRI/Permesta
C4 Uraian 7
7
Siswa dapat menganalisis intervensi SEATO
dan Amerika Serikat terhadap kondisi
Indonesia
C4 Uraian 6
8 Siswa dapat menganalisis penggunaan
bantuan senjata dari Amerika Serikat oleh
gerakan PRRI/Permesta
C4 Uraian 8
9
Dampak peran Amerika Serikat
dalam gerakan PRRI/Permesta
bagi situasi Indonesia dan
hubungan luar negeri Indonesia
Siswa dapat menganalisis dampak peran
Amerika Serikat dalam gerakan
PRRI/Permesta bagi situasi Indonesia
C4 Uraian 9
10 Siswa Dapat menganalisis dampak peran
Amerika Serikat dalam gerakan
PRRI/Permesta bagi hubungan luar negeri
Indonesia
C4 Uraian 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Uji Kompetensi
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Hari/ Tanggal 7 Oktober 2019
Waktu 120 Menit
Bentuk Soal : Uraian
SOAL
1. Jelaskan kondisi perpolitikan Indonesia pada masa demokrasi liberal!
2. Analisislah hubungan yang pernah terjadi antara Amerika Serikat dengan
kabinet Indonesia!
3. Jelaskan kebangkitan partai komunis Indonesia pasca peristiwa PKI Madiun
1948!
4. Analisislah kekhawatiran Amerika Serikat dengan adanya Konfrensi Asia-
Afrika di Indonesia!
5. Jelaskan tujuan keterlibatan Amerika Serikat dalam PRRI/Permesta!
6. Analisislah intervensi SEATO dan Amerika Serikat terhadap kondisi
Indonesia!
7. Analisislah posisi Singapura dan Filipina bagi keterlibatan Amerika Serikat
dalam PRRI/Permesta!
8. Analisislah penggunaan bantuan senjata dari Amerika Serikat oleh gerakan
PRRI/Permesta!
9. Analisislah dampak peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta
bagi situasi Indonesia!
10. Analisislah dampak peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta
bagi hubungan luar negeri Indonesia!
b. Keterampilan
- Penilaian Makalah
Instrumen Penilain
No Aspek yang Dinilai 100 75 50 25
1 Kesesuaian materi makalah
2 Struktur makalah
3 Keruntutan pembahasan masalah
4 Penggunaan tata bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI