peran aktivitas sosial budaya dan keagamaan dalam

8
Proceeding PESAT(Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur &Sipil) Universitas Gunadarma - Depok18- 19Oktober 2011 Vol.4 Oktober 2011 ISSN:1858-2559 PERAN AKTIVITAS SOSIAL BUDAYA DAN KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK POLA RUANG KOTA CAKRANEGARA LOMBOK Lalu Mulyadi Jurusan Arsitektur, Faku/tas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional Malang Jln. Bendungan Sigura-gura No.2, Malang 65145, Jawa Timur. lalu _ [email protected] lalu _ [email protected] Abstrak Cakranegara adalah salah satu kota lama di Indonesia yang perlu diketahui konsep penataan ruang-ruang kotanya. Desain kota Cakranegara, berpola grid serta bercirikan arsitektur Hindu Bali yang membentuk citra kawasan setempat sehingga kota ini beridentitas. Dalam kajian ini lebih ditekankan pada peranan aktivitas sosial budaya dan keagamaan untuk menemukan konsep tata ruang kotanya. Data yang dikumpulkan adalah dari dua sumber yaitu, persepsi masyarakat dan peneliti, serta menggunakan tiga metode yaitu kuesioner, observasi visual, dan wawancara. Data kuesioner dianalisis secara statistik deskriptif Data observasi visual dan wawancara dianalisis secara deskriptif kualitatif Kedua data yang diperoleh akan dilakukan proses triangulasi. Temuan penelitian adalah aktivitas sosial budaya dan keagamaan berhasil membentuk pola tata ruang-ruang kota Cakranegara. Kata Kunci: sosial budaya dan keagamaan, pola tata ruang, Kota Cakranegara. PENDAHULUAN Cakranegara adalah salah satu keca- matan yang berada di wilayah kota Mataram Lombok Nusa Tenggara Barat. Data menoo- jukkan bahwa kecamatan Cakranegara ber- penduduk 83.313 jiwa dengan 27.769 jiwa yang beragama Hindu, sedangkan selebihnya beragama Islam, Kristen, dan agama Budha. Masyarakat yang beragama Hindu merupa- kan pendatang dari Bali (suku Bali) berada di pusat kota Cakranegara membentuk sebuah blok-blok hooian, sedangkan penduduk asli (suku Sasak Lombok) berada di luar pusat kota Cakranegara membentuk sebuah kelom- pok. Keberadaan masyarakat yang beragama Hindu di kawasan pusat kota Cakranegara ini, ditandai oleh adanya rutinitas aktivitas sosial budaya dan keagamaan, serta adanya ba- ngunan tempat peribadatan yang berupa pura. Blok-blok hooian masyarakat Hindu yang berada di pusat kota Cakranegara, menurut Babad Selaparang (munaskrip), Babad Lombok (mooaskrip), Wacana (1988), Zakaria (1998), dan Djelenga (2001) bahwa AT- 92 blok-blok yang dihooi oleh masyarakat Hindu tersebut sudah ada sejak ratusan tahun yang silam, tepatnya sekitar abad ke XVII (tahoo 1692 Masehi), yang pada masa itu masih merupakan wilayah kekuasaan kerajaan Hindu Karangasem Bali. Uraian tersebut di atas memberikan penegasan bahwa blok-blok hooian yang berada di pusat kota Cakranegara ini adalah memiliki nilai sejarah yang berkaitan dengan mengapa dibangunnya di kawasan ini. Per- tanyaan mengapa ia dibangun serta apakah ada peran aktivitas sosial budaya dan kega- maan dalam membentuk pola ruang kota, merupakan faktor penentu yang kemudian akan menciptakan konsep tata ruang kota Cakranegara. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan untuk meng- uraikan isi tulisan ini adalah berdasarkan pada metode yang pemah dilakukan oleh para peneliti terdahulu dan metode kesesuaian kajian ini. Strauss dan Corbin (1990) menya- Mulyadi, PeranAktivitasSosial...

Upload: vancong

Post on 12-Jan-2017

241 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERAN AKTIVITAS SOSIAL BUDAYA DAN KEAGAMAAN DALAM

ProceedingPESAT(Psikologi,Ekonomi,Sastra,Arsitektur&Sipil)UniversitasGunadarma- Depok18- 19Oktober2011

Vol.4 Oktober2011ISSN:1858-2559

PERAN AKTIVITAS SOSIAL BUDAYA DAN KEAGAMAANDALAM MEMBENTUK POLA RUANG

KOTA CAKRANEGARA LOMBOK

Lalu Mulyadi

Jurusan Arsitektur, Faku/tas Teknik Sipil dan PerencanaanInstitut Teknologi Nasional Malang

Jln. Bendungan Sigura-gura No.2, Malang 65145, Jawa [email protected][email protected]

Abstrak

Cakranegara adalah salah satu kota lama di Indonesia yang perlu diketahui konseppenataan ruang-ruang kotanya. Desain kota Cakranegara, berpola grid serta bercirikanarsitektur Hindu Bali yang membentuk citra kawasan setempat sehingga kota iniberidentitas. Dalam kajian ini lebih ditekankan pada peranan aktivitas sosial budaya dankeagamaan untuk menemukan konsep tata ruang kotanya. Data yang dikumpulkan adalahdari dua sumber yaitu, persepsi masyarakat dan peneliti, serta menggunakan tiga metodeyaitu kuesioner, observasi visual, dan wawancara. Data kuesioner dianalisis secara statistikdeskriptif Data observasi visual dan wawancara dianalisis secara deskriptif kualitatifKedua data yang diperoleh akan dilakukan proses triangulasi. Temuan penelitian adalahaktivitas sosial budaya dan keagamaan berhasil membentuk pola tata ruang-ruang kotaCakranegara.

Kata Kunci: sosial budaya dan keagamaan, pola tata ruang, Kota Cakranegara.

PENDAHULUAN

Cakranegara adalah salah satu keca-matan yang berada di wilayah kota MataramLombok Nusa Tenggara Barat. Data menoo-jukkan bahwa kecamatan Cakranegara ber-penduduk 83.313 jiwa dengan 27.769 jiwayang beragama Hindu, sedangkan selebihnyaberagama Islam, Kristen, dan agama Budha.Masyarakat yang beragama Hindu merupa-kan pendatang dari Bali (suku Bali) berada dipusat kota Cakranegara membentuk sebuahblok-blok hooian, sedangkan penduduk asli(suku Sasak Lombok) berada di luar pusatkota Cakranegara membentuk sebuah kelom-pok. Keberadaan masyarakat yang beragamaHindu di kawasan pusat kota Cakranegara ini,ditandai oleh adanya rutinitas aktivitas sosialbudaya dan keagamaan, serta adanya ba-ngunan tempat peribadatan yang berupa pura.

Blok-blok hooian masyarakat Hinduyang berada di pusat kota Cakranegara,menurut Babad Selaparang (munaskrip),Babad Lombok (mooaskrip), Wacana (1988),Zakaria (1998), dan Djelenga (2001) bahwa

AT- 92

blok-blok yang dihooi oleh masyarakat Hindutersebut sudah ada sejak ratusan tahun yangsilam, tepatnya sekitar abad ke XVII (tahoo1692 Masehi), yang pada masa itu masihmerupakan wilayah kekuasaan kerajaanHindu Karangasem Bali.

Uraian tersebut di atas memberikan

penegasan bahwa blok-blok hooian yangberada di pusat kota Cakranegara ini adalahmemiliki nilai sejarah yang berkaitan denganmengapa dibangunnya di kawasan ini. Per-tanyaan mengapa ia dibangun serta apakahada peran aktivitas sosial budaya dan kega-maan dalam membentuk pola ruang kota,merupakan faktor penentu yang kemudianakan menciptakan konsep tata ruang kotaCakranegara.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan untuk meng-uraikan isi tulisan ini adalah berdasarkanpada metode yang pemah dilakukan oleh parapeneliti terdahulu dan metode kesesuaiankajian ini. Strauss dan Corbin (1990) menya-

Mulyadi,PeranAktivitasSosial...

Page 2: PERAN AKTIVITAS SOSIAL BUDAYA DAN KEAGAMAAN DALAM

ProceedingPESAT (Psikologi,Ekonomi,Sastra,Arsitektur&Sipil)UniversitasGunadarma- Depok18- 19Oktober2011

takan bahwa permasalahan kajian merupakandasar terpenting dalam memilih metode yangtepat.

Menurut Shuhana (1997) terdapat duametode utama di dalam meneliti tentangkawasan kota bersejarah, yaitu metode seearakuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatifmenggunakan metode kuesioner sedangkanmetode kualitatif bersifat kajian lapangan.Festinger dan Katz (1953) juga menyatakanbahwa perbedaan antara kedua metode terse-but di atas ialah lingkup penilaian untuk me-tode kuesioner adalah lebih luas, sedangkanlingkup penilaian untuk kajian lapangan lebihmendalam. Penggunaan kedua metode iniakan mendapatkan informasi yang salingmelengkapi.

Lebih lanjut Shuhana (1997) menyata-kan bahwa kajian kawasan kota bersejarahtidak dapat dilakukan melalui salah satumetode tertentu saja karena keberagamansifat yang terdapat di dalam lingkungan kotaitu sendiri. Hal ini telah dilakukan juga olehBell (1990) bahwa kajian yang berkaitandengan lingkungan perkotaan harns dilaksa-nakan dengan berbagai metode dan selanjut-nya akan dilakukan triangulasi untuk menda-patkan hasil yang lebih tepat.

Kedua metode di atas merupakan dasarutama untuk mengkaji kota Cakranegara.Penggunaan metododologi kuantitatif me-nyertakan masyarakat setempat dalam me-nilai lingkungan kotanya (Mahbob, 1992;Shuhana, 1997). Menurut Banerjee danSouthworth (1990) pengalaman intim masya-rakat setempat terhadap suatu lingkunganmerupakan hal yang sangat baik bagi peneliti,karena dapat mengetahui kualitas visualdalam lingkungan yang luas seeara jelasberdasarkan pada pengalaman mereka. Olehkarena itu temuan dari metode kuesioneryang dianalisis dapat mewakili jumlah po-pulasi yang besar dimana metode ini sebagaidasar untuk kajian seeara lebih terperincimelalui metode kualitatif.

Metode kualitatif yang dimaksudkanadalah berdasarkan pada beberapa faktor.Pertama, kajian lapangan dilakukan karenainformasi tentang aktivitas sosial budaya dankeagamaan serta karakter fisik kota hanyadapat direkam dengan terperinei melalui ka-jian lapangan (Shuhana, 1997). Kedua, karak-ter fisik kota pada sebuah kawasan merupa-kan pengalaman 'sensory' artinya lebih dite-

Mulyadi,PeranAktivitasSosial..

Vol.4 Oktober2011ISSN:1858-2559

kankan pada pengalaman panea indra sepertibau, bunyi dan penglihatan (Manley danGuise, 1998). Menurut Shuhana (1997) pe-ngalaman "sensory" tersebut hanya dapat di-peroleh melalui metode investigasi seearadetail sewaktu berada di lapangan.

Analisis DataAnalisis Kuesioner

Tujuan utama penggu-naan analisiskuesioner adalah sebagai pelengkap darianalisis lainnya seperti, obser-vasi visual danwawaneara. Analisis ini akan mendapatkaninformasi yang pasti dari persepsi masyarakatsetempat yang lebih bersifat kolektif. Olehkarena itu triangulasi dan penggabungan in-formasi dapat dibuat untuk memperkuat te-muan akhir. Data dari kuesioner ini akan di-analisis seeara statistik dan deskriptif denganbantuan statistical package for the socialsciences (SPSS).

Analisis Observasi VisualObservasi visual dilakukan pada selu-

rub kawasan pusat kota Cakranegara. Hasilobservasi visual dikumpulkan kemudian diketegorisasikan berdasarkan eiri-eiri fisiknyadan seterusnya di analisis seeara kualitatifdeskriptif. Metode analisis seperti ini telahdilakukan oleh Shuhana dan Ahmad Bashri(2002) terhadap beberapa kota bersejarah diMalaysia. Ia melakukan analisis kualitatifdeskriptif pada bagian-bagian kota yaituelemen blok-blok kota dan bangunan.

Analisis WawancaraRekaman hasil wawaneara akan dipin-

dahkan ke dalam bentuk 'transkrip' dengantujuan untuk memudahkan analisis. Langkahini dilakukan dengan eara menyusun kembalihasil rekaman yang berupa 'transkrip' ke da-lam kategori-kategori ter-tentu seperti aspek-aspek yang telah disebutkan di atas. Kemu-dian analisis seeara kualitatif deskriptif danseterusnya dilakukan triangulasi terhadap ha-sil analisis dari metode-metode lainnya.

AT- 93

Page 3: PERAN AKTIVITAS SOSIAL BUDAYA DAN KEAGAMAAN DALAM

ProceedingPESAT(Psikologi,Ekonomi,Sastra,Arsitektur& Sipil)UniversitasGunadarma- Depok18- 19Oktober2011

:~~~~~-~:=:.:.; =-=~

,..,:J ~~~~ ~.~~~_...-........:" J. ~ ~ ~.....

Gambar 1: Peta Kota Cakranegara(Sumber:Cool,Capt W. 1896)

BASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk menjawab pertanyaan mengapakota Cakranegara dibangun serta apakah adaperan aktivitas sosial budaya dan keagamaandalam membentuk pola ruang kota Cakra-negara, akan diuraikan secara mendalammelalui bahasan berikut ini. Sistematika pem-bahasan dilakukan secara runtut yang dimulaidari aktivitas yang dijalankan oleh masyara-kat setempat pada lingkup unit hunian, ling-kup blok hunian dan lingkup kota itu sendiri.

Aktivitas sosial budaya dan keagamaanpada lingkup unit hunian

Aktivitas sosial budaya dan keagamaandi lingkup unit hunian bagi masyarakat Hindudi kota Cakranegara sangat sering dilaksana-kan. Masyarakat setempat menyatakan bahwaaktivitas sosial budaya dan keagamaan initidak saja dilaksanakan pada setiap unit hu-nian tetapi lebih luas pada lingkup kota. Ak-tivitas yang dimaksud dalah sebagai berikut:

Pertama; aktivitas yang berkaitan de-ngan proses siklus kehidupan manusia, antaralain: (1) upacara "megedong-gedongan".Upacara ini dilaksanakan bila kandunganjanin telah berumur 6-8 bulan, (2) upacaramenyambut bayi lahir disebut upacara "pa-magpag rare", (3) upacara bayi berumur dua

AT- 94

Vol.4 Oktober2011ISSN:1858-2559

,,_,,_., _.. .. _.. ,,_.. .. t".~ LJLJLJLJ L

Jalan Kebudayaan

2'"Iii;!!

-=11'"Iii;!!

Jalan Pcjanggilc

I 11111111 I)0_ IIWII ISO.

Gambar 2: Blok Hunian (Sumber: Funo. 1995)

belas hari disebut "kepus pengsed", (4) upa-cara bayi berumur satu bulan tujuh hari dise-but "mecolongan", (5) upacara bayi berumur105 hari disebut "nyambuti", (6) upacara bayiberumur 210 hari disebut "ngotonin", (7)upacara potong gigi, dan (8) upacara per-kawinan setelah berumur dewasa.

Kedua; aktivitas berkaitan dengan pe-nanganan jenazah (kegiatan kematian); dimu-lai dari membersihkan jenazah, pembakaranjenazah dan upacara mengembalikan rohkepada Tuhan Yang Maha Kuasa (upacara"ngeroras").

Kedua aktivitas tersebut sebelum dilak-sanakan terlebih dahulu mereka mengundangkeluarga dekat dan tetangga. Hasil observasiditemukan bahwa semua proses aktivitas di-awali dari halaman unit hunian, berdoa dipura dan kemudian meletakkan sesajen dibeberapa tempat yang dianggap memiliki ke-kuatan supernatural. Semua upacara di atasmelibatkan jalan raya sebagai area kegiatanupacaranya. Geriya (2004) menyatakan bah-wa masyarakat Hindu khususnya di Balimempunyai banyak aktivitas sosial budayadan keagamaan yang dilaksanakan baik da-lam komunitas keluarga sedarah, dalamkomunitas keluarga kerabat (keluarga banjar)dan keluarga dalam satu komunitas kota.

Mulyadi,PeranAktivitasSosial..

Page 4: PERAN AKTIVITAS SOSIAL BUDAYA DAN KEAGAMAAN DALAM

ProceedingPESAT (Psikologi,Ekonomi,Sastra,Arsitektur& Sipil)UniversitasGunadarma- Depok18- 19Oktober2011

Vol.4 Oktober2011ISSN:1858-2559

Sistem kekerabatan pada lingkup unithunian

Sistem kekerabatan adalah bagian ter-penting dari kebudayaan masyarakat Hindu.Menurut beberapa responden yang sempatdiwawancara menyatakan bahwa sistem ke-kerabatan yang ada di kawasan kota Cakrane-gara berbentuk suku, yaitu kekerabatan yangberdasarkan pada hubu-ngan darah. Gelebet(1986) menyatakan bentuk kesatuan kekera-batan di pulau Bali adalah kekerabatan yangdibentuk berdasarkan ikatan tempat pemu-jaan. Bagus (1997) menyatakan sebuah kel-ompok hubungan darah memiliki tempattinggal yang berdekatan. Hasil kuesioner ter-hadap 330 orang responden ditemukan bahwa310 orang atau 93.9% responden memilikiketerkaitan keluarga (Tabel 1) dan 189 orangatau 57.3% responden memiliki tempattinggal mereka yang berjarak antara 1 sampai5 unit hunian (Tabel 2).

Sebagain besar penduduk kota Cakra-negara menyatakan bahwa kelompok hu-bungan darah terdiri dari ibu bapak dan em-pat orang anak. Bagus (1997) juga menya-takan bahwa masyarakat Hindu Bali mem-punyai ciri-ciri nama yang ditandai dengannama depan, yaitu anak pertama nama de-pannya Wayan, anak kedua nama depannya

Made, anak ketiga nama depannyaNyomandan anak keempat nama depannya Ketut.Setiap anak dalam sebuah kelompok hu-bungan darah akan menjadihubungan darahjuga apabila masing-masingkawin/menikahdan memperoleh anak seperti yangditunjukkandalamGambar3.

Kesimpulanyang diperolehdari uraiandi atas adalah sebagai berikut: (1) fonnasipenataan bangunan dan ruang luar yangada di dalam satu unit hunian diciptakandan disusun sesuai fungsi yang dida-sarkan pada aktivitas sosial budaya dankeagamaan misalnya penempatan tempatpemujaan dan KM/WC, penempatan tem-pat tidur orang tua dan tempat tidur anakdll, (2) di Cakranegara satu unit huniandibuat secara konsisten dengan luasanberkisar antara 600 sampai 800 meterpersegi, (3) batas unit hunian dibuat se-cara tegas dan jelas dengan diberi pagarpembatas (tembok atau sejenisnya)dengan kitinggian sekitar 1.80 meter, dan(4) proses aktivitas sosial budaya dankeagamaan seringkali dilakukan dalamunit hunian dan pemanfaatan jalan di-luarnya.

Tabel2.JarakRumahTempattinggal

Frekuensi

1-5 Unit hunian 1986-10 Unit hunian 78

Sahih Ada di lingkungan lain 43Total 310

Tidak Tidak berkaitan 20berkaitan Total 20

Total 330

Mulyadi,PeranAktivitasSosial..

Persen PersenKumulatif

61.086.1100.0

57.323.613.093.96.16.1

100.0

AT- 95

Tabell.Keterkaitan Keluar

Frekuensi Persen Persen Persen(Sahih) Kumulatif

Ada 310 93.9 93.9 93.9Sahih Tidak ada 20 6.1 6.1 100.0

Total 330 100.0 100.0Total 330 100.0

Page 5: PERAN AKTIVITAS SOSIAL BUDAYA DAN KEAGAMAAN DALAM

ProceedingPESAT(Psikologi,Ekonomi,Sastra,Arsitektur& Sipil)UniversitasGunadarma- Depok18- 19Oktober2011

Vol.4 Oktober2011ISSN:1858-2559

KELOMPOKHUBuNGAN DARAH ~

'''''''''''M'_''~'~'''",

/' ,

f Ibu . .. apak\\, j... .l'

Urutan~mma.nanak:1. Way an2. Made

3. Nyoman4.Ketut

1 2 3 4 1 2 341lal

2 341 2 3 4

Gambar 3: Sistem kekerabatan dalam hubungan darah masyarakat Hindu(Sumber:Bagus,1997)

Aktivitas sosial budaya dan keagamaanpada lingkup blok hunian

Menurut masyarakat setempat, setiap210 hari hitungan masyarakat Hindu di Ca-kranegara dilakukan upacara yang disebutOdalan. Odalan ini di setiap blok huniantidak dilakukan secara bersamaan akan tetapiberlainan waktu, hal ini disebabkan olehhitungan kalender Hindu pada setiap blokhunian tidak sarna.

Hasil wawancara dengan 29 orang res-ponden 100 persen responden menyatakanbahwa aktivitas upacara keagamaan dijalan-kan di komplek pura pada setiap bulanpurnama dan setiap akhir bulan. Sebelumproses upacara pemujaan dilakukan terlebihdahulu diawali dengan proses yang disebutdengan pengambilan air suci atau air yangdisucikan dari laut atau air sungai. Prosesupacara ini juga membutuhkan waktu yanglama serta dilakukan secara kamaval/arak-arakan di sepanjang jalan raya. Proses inidimulai dari depan komplek pura kemudianmelewati jalan raya dan kembali lagi kedalam komplek pura untuk melakukan ritualkeagamaan.

Sistem kekerabatan pada lingkup blokhunian

Sistem kekerabatan pada blok-blok hu-nian di Cakranegara sangat berkaitan dengansistem hubungan darah seperti perkumpulankeluarga, perkumpulan pekerja, perkumpulanwilayah dan perkumpulan adat-istiadat. Per-kumpulan ini membentuk kesatuan yang

AT- 96

disebut dengan kesatuan kemasyarakatan atausatuan komunitas. Perkumpulan wilayah me-rupakan satu bentuk sistem kemasyarakatanyang disebut banjar. Banjar adalah bagiandari desa dalam bentuk kesatuan kekerabatan(Bagus, 1997).

Kota Cakranegara kesatuan wilayahnyadicerminkan melalui sistem banjar yangdisebut organisasi krama. Melalui organisasikarma inilah aturan dan hukum dibuat baikbersifat tersirat maupun tersurat. Aturan danhukum yang tersirat sudah melekat pada dirisetiap penganut agama Hindu manakala atur-an dan hukum yang tersurat dirumuskan da-lam bentuk awig-awig. Organisasi krama dibagi dalam dua bentuk, yaitu organisasikrama pura dan organisasai krama banjar.Organisasi krama pura memuatkan aturan,hukum dan tatacara melakukan upacara ke-agamaan di pura sementara organisasi kramabanjar memuatkan aturan, hukum dan tata-cara melakukan aktivitas di bale banjar se-perti penanganan masalah kematian danperkawinan.

Kesimpulan yang diperoleh dari uraiandi atas adalah sebagai berikut: (1) formasiunit-unit hunian didalam satu blok hunian disusun secara teratur berderet arah utara-selatan, (2) posisi pintu segaligus orientasipintu gerbang tiap unit hunian menghadap kearah timur dan barat, (3) blok-blok huniandibuat secara konsisten berbentuk segi empatdengan ukuran panjang = 270 meter x lebar= 270 meter, (4) batas blok-blok hunianadalah jalan raya yang secara lebar jalan da-

Mulyadi,PeranAktivitasSosial..

Page 6: PERAN AKTIVITAS SOSIAL BUDAYA DAN KEAGAMAAN DALAM

ProceedingPESAT (Psikologi.Ekonomi,Sastra.Arsitektur& Sipil)UniversitasGunadarma- Depok18- 19Oktober2011

pat membedakan antara kekerabatan satudengan lainnya, dan (5) proses aktivitas sosialbudaya dan keagarnaan dalam lingkup blokhunian selalu dilakukan pada jalan raya baikjalan yang berukuran 27.00 meter (batas yangdisebut satu blok hunian) maupun jalan rayayang berukuran 09.00 meter (jalan yangmembagi sub blok hunian) (lihat gambar 2).

Aktivitas sosial budaya dan keagamaanpada lingkup kotaUpacara keagamaan di pura Meru

Upacara keagamaan yang dilakukan dipura Meru ialah Pujawali. Pujawali ini dila-kukan pada bulan pumama kapat atau setiapbulan Agustus, September, dan Oktober.Upacara ini berlangsung selama lima hari dandiikuti oleh seluruh masyarakat Hindu baikyang ada di kawasan kota Cakranegara mau-pun kota Matararn. Proses upacara Pujawaliini sarna dengan upacara keagamaan lainnya(Odalan) yaitu diawali dengan upacaraMendak Tirtha (pengambilan air suci). Pelak-sanaan upacara dilakukan pada pagi dan sorehari menjelang petang. Pagi hari pukul 09.00upacara Mendak Tirtha yang dimulai daridepan pura Meru dilanjutkan berjalan sampaipantai Ampenan melalui jalan raya. Soreharinya mulai pukul 04.00 upacara membawaair suci dari pantai Ampenan dilakukansecara berkarnavallarak-arakan ke pura Meru(lihat gambar 4).

Upacara keagamaan di pura MayuraAda dua upacara dilakukan di pura

Mayura yaitu pertama, uapacara tawur ke-sanga. Upacara ini artinya upacara pecaruan

Vol.4 Oktober2011ISSN:1858-2559

yang dilaksanakan sehari sebelum Hari RayaNyepi. Nyepi ialah Hari Raya menyambuttahun baru Hindu. Tawur kesanga bermaksudupacara mengusir/menempatkan roh jahatketempat yang sesuai supaya tidak meng-ganggu kehidupan manusia. Roh jahat inidisimbolkan dalam bentuk ogoh-ogoh. Ogoh-ogoh ini dipikul dan diarak yang diawali daridepan pura Dalem sarnpai ke pura Mayuramelalui jalan raya, sampai di dalam komplekpura Mayura ogoh-ogoh ini sebagaian diba-kar dan sebagaian dibawa pulang kembali keblok-blok hunian masing-masing.

Kedua adalah upacara padmasana. Pro-ses upacara ini juga dilakukan sarna denganuapacara tawur kesanga. Upacara ini dilak-sanakan pada Hari Raya Galungan danKuningan (setiap enam bulan), dan memer-lukan jalan raya sebagai wadah proseskegiatannya.

Upacara keagamaan di pura DalemHasil wawancara bahwa pura Dalem

harus berdekatan dengan kuburan dan tempatpembakaran jenazah guna memudahkan pro-ses upacara kematian. Proses yang dimak-sudkan adalah dimulai dari pembakaranjenazah, berdoa di pura Dalem kemudianmembuang abu jenazah ke laut. Abu jenazahsebelum di buang ke laut harus diarak atau dibawa dulu ke rumah kediaman yang menda-patkan musibah untuk disemayamkan bebe-rapa hari dan diletakkan pada halaman depan(tagtagan) unit hunian. Setelah ditemukanhari baiknya maka pada hari itu pukul 05.00sore upacara pembuangan abu jenazahdilaksanakan.

Gambar 4. Suasana Upacara Mendak Tirtha(Sumber:KajianLapangan,2006)

Mulyadi,PeranAktivitasSosial... AT- 97

Page 7: PERAN AKTIVITAS SOSIAL BUDAYA DAN KEAGAMAAN DALAM

ProceedingPESAT(Psikologi,Ekonomi,Sastra,Arsitektur&Sipil)UniversitasGunadarma- Depok18- 19Oktober2011

Prosesupacaranya diawali dari depanunit hunian sampai ke laut melalui jalan raya,disetiap perempatan jalan raya selalu dilaku-kan perputaran. Menurut responden apabilayang diarak berupa jenazah maka disetiapperempatan jalan raya dilakukan perputaranke arah kiri disebut pradaksina, dan apabilajenazah telah menjadi abu, maka dilakukanperputaran pada setiap perempatan jalan rayake arah kanan disebutprasaviya.

Sistem Kekerabatan Lingkup KawasanKota

Sistem kekerabatan masyarakat di ka-wasan kota Cakranegara adalah kekerabatanyang diikat oleh ikatan adat dan terikat olehtiga pura (Meru, Mayura dan Dalem). Masya-rakat setempat menyatakan bahwa perkum-pulan wilayah di kawasan kota Cakranegaratidak bersifat Desa Adat tetapi merupakansebuah perkumpulan dengan visi dan misiyang sama, yaitu menjalankan sistem ke-masyarakatan yang berdasarkan pada tradisiadat-istiadat dan keagamaan.

Kesimpulan yang diperoleh dari uraiandi atas adalah sebagai berikut: (1) komunitasmasyarakat yang tinggal di kota Cakranegaradikelola dengan baik melalui organisasi yangdilindungi oleh perkumpulan Parisada AgamaHindu dan dijalankan oleh krama yang ber-ada di masing-masing blok hunian yangdisebut banjar, (2) formasi tata letak blok-blok hunian dibuat sebanyak 36 buah yangditata secara teratur dan rapi dengan memper-timbangkan efisiensi dan konsep kosmologi,(3) struktur jalan yang dibentuk oleh kepen-tingan aktivitas sosial budaya dan keagamaanadalah berpolakan grid, (4) proses aktivitassosial budaya dan keagamaan dalam lingkupkota selalu dilakukan pada jalan raya menujutempat pemujaan (pura) atau ketempat lain-nya seperti dalam upacara Mendak Tirtha,dan (5) setiap perempatan jalan raya disam-ping dilakukan proses perputaran ketikadilakukan perarakan jenazah/abu jenazahjuga dilakukan ritual keagamaan yang disebuttawur agung/penampan atau rituallainnya.

SIMPULAN DAN SARAN

SimpulanKegiatan dapat terwujud

ada interaksi antara kegiatanapabiladengan

AT- 98

Vol.4 Oktober2011ISSN:1858-2559

wadahnya. Pemyataan ini menjadi indi-kator penentu untuk membuktikan peranaktivitas dalam membentuk ruang-ruang.Kekerapan aktivitas serta tegasnya aturanyang berlaku baik secara tersirat maupuntersurat (awig-awig) di dalam pelaksa-naan kegiatan sosial budaya dan ke-agamaan membuktikan bahwa ruang-ruang yang tercipta sangat dipengaruhioleh aktivitas tersebut. Pelaksanaan ke-

giatan dilakukan di ruang luar, ruangdalam dan jalan raya. Dari sinilah lahirsebuah konsep tata ruang dan bangunanyang memiliki pola-pola spesifik.

Kesimpulan pertama, adalah aktivitassosial budaya dan keagamaan telah berhasilmembentuk pola penataan ruang-ruang kotaCakranegara baik pada lingkup unit hunian,pada blok hunian maupun pada lingkup yanglebih luas yaitu kota Cakranegara sendiri. Halini disebabkan karena tujuan menjalankanaktivitas sosial budaya dan keagamaan bagipenduduk kota Cakranegara adalah untukmenjaga keharmonisan hubungan antaramanusia dengan Tuhannya, manusia dengansesamanya, dan manusia dengan alam ling-kungannya. Keharmonisan ini dapat terwujudapabila antara manusia sebagai mikro-kosmos (bhuana alit) dengan alam ling-kungan sebagai makro-kosmos (bhuanaagung) dalam keadaan yang seimbang. Kese-imbangan ini dapat diwujudkan dengan caramenyetarakan dirinya dengan alamo Konsepdasar penyetaraan diri adalah diambil darifalsafah kosmologi agama Hindu yangmenyatakan bahwa bhuana alit dan bhuanaagung diciptakan dari unsur yang sarna, yaitu:ether (akasa), udara (bayu), panas (teja), air(apah), dan tanah (pertiwi) yang disebutPanca Maha Bhuta.

Kesimpulan kedua, adalah pola gridkota Cakranegara yang dibangun berdasarkanatas kepentingan wadah aktivitas sosial bu-daya dan keagamaan, membuktikan bahwakegiatan sosial budaya dan keagamaan sangatberperan didalam membentuk pola kotanyatidak saja penataan blok-blok hunian namunterbukti pula pada pemataan tempat-tempatpemujaan.

Mulyadi,PeranAktivitasSosial...

Page 8: PERAN AKTIVITAS SOSIAL BUDAYA DAN KEAGAMAAN DALAM

ProceedingPESAT(Psikologi,Ekonomi,Sastra,Arsitektur&Sipil)UniversitasGunadarma- Depok18- 19Oktober2011

SaranBagi peneliti dan penulis apabila pene-

litiannya menggunakan aktivitas sosialbudaya dan keagamaan sebagai elemen anali-sisnya, sebaiknya diperhatikan esensial dariaktivitas tersebut. Bagi pemerintah daerahsupaya pola grid kota Cakranegara diper-tahankan dan jalan raya serta tagtagannyadiperbaiki dan dilestarikan.

DAFTAR PUSTAKA

Bagus, I Gusti Ngurah (1997). KebudayaanBali dalam Manusia dan Kebudayaan diIndonesia. Koentjaraningrat (editor)Jakarta: Djambatan.

Banerjee, Tridib and Southworth, Michael(ed). (1990). Sense and City Design -Writings and Project of Kevin Lynch.London and Cambridge: The MIT Press.Massaachusetts.

Bell, Baum A, Fischer J & Greene T. (1990).Environmental Psychology. Holt, Rincartand Winston Inc.

Djelenga, H. L. 2001. Sejarah Lombok DanBeberapa Bukti Peninggalannya.Mataram : Mataram Press

Festinger L dan Katz D. (1953). ResearchMethods in the Behavioural Sciences.Holt, Rinchart and Winston.

Gelebet, I Nyoman dan Tim (1986).Arsitektur Tradisional Daerah Bali.

Mulyadi,PeranAktivitasSosial...

Vol.4 Oktober2011ISSN:1858-2559

Denpasar: Departemen Pendidikan danKebudayaan.

Griya, S. Swarsi (2004). Upacara Bayi dalamKandungan. Surabaya: Penerbit Paramita.

Mahbob Salim (1992). Aspect of UrbanDesign With Special Reference to Imageand Identity in Built Form-Case Study ofKuala Lumpur. Unpublished PhDDissertation.

Manley S. dan Guise R. (1998). Conservationin the Environment. In Greed C dan

Roberts M. (eds) 198, pp 64-86.Shuhana Shamsuddin (1997). Identity of

Place - A Case Study of Kuantan TownCentre. Unpublished Ph.D Dissertation.University of Nottingham Institute ofUrban Planning.

Shuhana Shamsuddin & Ahmad BashriSulaiman (2002). Developing A Guideline

for Designing Urban Intervention inPlaces of Historical and CulturalSignificance in Malaysia. UnpublishedResearch Report. Skudai, Johor Bahru:Jabatan Seni Bina, Fakulti Alam Bina.Universiti Teknologi Malaysia.

Strauss A., dan Corbin J. (1990). Basic ofQualitative Research: Grounded TheoryProcedures and Techniques. SagePublications.

Zakaria, Fath . 1998. Mozaik Budaya OrangMataram . Mataram : Yayasan SumurmasAl Hamdy, Mataram NTB.

AT- 99