penyusunan standar operasional prosedur...

12
PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR KESELAMATAN TENAGA LISTRIK SEBAGAI BAGIAN DARI INSPEKSI DAN PEMELIHARAAN PREVENTIF ALAT KESEHATAN PADA PUSKESMAS CILEDUG KOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN Ir. FRISA YUGI HERMAWAN, ST., MT Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II frisayu [email protected] Abstract Peralatan kesehatan ialah salah satu faktor penunjang yang sangat penting dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan di sarana pelayanan kesehatan. Kondisi maupun fungsi peralatan kesehatan harus baik dan dapat mendukung pelayanan kesehatan tersebut. Puskesmas Ciledug Kota Tangerang menjadi lokasi sasaran kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM). Kegiatan PKM ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang benar tentang inspeksi dan pemeliharaan preventif yang selanjutnya disebut Inspection and Preventive Maintenance (IPM) pada peralatan kesehatan sehingga dapat diaplikasikan oleh operator/pengguna pada pelayanan kesehatan setingkat Puskesmas dengan membangun budaya peduli di tingkat pengguna/operator melalui peningkatan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, perubahan sikap dan perilaku yang lebih berorientasi pada kebiasaan (rutinitas). Kegiatan IPM ini juga menyasar pada aspek penunjang dari peralatan kesehatan. Sistem Operasional Procedur (SOP) merupakan aspek yang juga menunjang kegiatan IPM. Kegiatan PKM ini diawali dengan kegiatan ceramah pada tingkat pengguna/operator, Tanya jawab oleh partisipan, diskusi dan monitoring langsung. Penyusunan SOP Keselamatan Kerja Listrik yang dilakukan bersama dengan pihak Puskesmas merupakan hasil akhir dari kegiatan PKM. Agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik, Puskesmas harus memiliki SOP untuk setiap aspek penunjang, seperti Intensitas Cahaya, Tingkat Kebisingan dan lain sebagainya. Keywords: Pengabdian Kepada Masyarakat, Sistem Operasi Prosedur, Peralatan Kesehatan, Puskesmas Ciledug

Upload: dodan

Post on 03-Feb-2018

235 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR KESELAMATAN

TENAGA LISTRIK SEBAGAI BAGIAN DARI INSPEKSI DAN PEMELIHARAAN

PREVENTIF ALAT KESEHATAN PADA PUSKESMAS CILEDUG

KOTA TANGERANG

PROVINSI BANTEN

Ir. FRISA YUGI HERMAWAN, ST., MT

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II

frisayu [email protected]

Abstract

Peralatan kesehatan ialah salah satu faktor penunjang yang sangat penting dalam

penyelenggaraan pelayanan kesehatan di sarana pelayanan kesehatan. Kondisi maupun fungsi peralatan

kesehatan harus baik dan dapat mendukung pelayanan kesehatan tersebut. Puskesmas Ciledug Kota

Tangerang menjadi lokasi sasaran kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM). Kegiatan PKM ini

bertujuan untuk memberikan pemahaman yang benar tentang inspeksi dan pemeliharaan preventif yang

selanjutnya disebut Inspection and Preventive Maintenance (IPM) pada peralatan kesehatan sehingga

dapat diaplikasikan oleh operator/pengguna pada pelayanan kesehatan setingkat Puskesmas dengan

membangun budaya peduli di tingkat pengguna/operator melalui peningkatan pengetahuan,

pemahaman, kemampuan, perubahan sikap dan perilaku yang lebih berorientasi pada kebiasaan

(rutinitas). Kegiatan IPM ini juga menyasar pada aspek penunjang dari peralatan kesehatan. Sistem

Operasional Procedur (SOP) merupakan aspek yang juga menunjang kegiatan IPM. Kegiatan PKM ini

diawali dengan kegiatan ceramah pada tingkat pengguna/operator, Tanya jawab oleh partisipan,

diskusi dan monitoring langsung. Penyusunan SOP Keselamatan Kerja Listrik yang dilakukan bersama

dengan pihak Puskesmas merupakan hasil akhir dari kegiatan PKM. Agar dapat memberikan

pelayanan kesehatan yang terbaik, Puskesmas harus memiliki SOP untuk setiap aspek penunjang, seperti

Intensitas Cahaya, Tingkat Kebisingan dan lain sebagainya.

Keywords: Pengabdian Kepada Masyarakat, Sistem Operasi Prosedur, Peralatan Kesehatan, Puskesmas

Ciledug

Latar Belakang

Puskesmas merupakan sebuah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan

pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat

danmemberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di

wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok yang wajib diselenggarakan oleh

Pemerintah dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Puskesmas dengan

tujuannya yaitu mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni

meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang

bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang

setinggi- tingginya.

Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis kesehatan di bawah supervisi Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota [1]. Secara umum, puskesmas harus memberikan pelayanan

preventif, promotif, kuratif sampai dengan rehabilitatif baik melalui upaya kesehatan

perorangan (UKP) atau upaya kesehatan masyarakat (UKM). Puskesmas dapat

memberikan pelayanan rawat inap selain pelayanan rawat jalan. Puskesmas biasanya

memiliki subunit pelayanan seperti puskesmas pembantu, puskesmas keliling, posyandu,

pos kesehatan desa maupun pos bersalin desa (polindes).

Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan.

Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan keadaan infrastruktur

lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja Puskesmas.

Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah Tingkat II, sehingga pembagian

wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh Bupati atau Walikota, dengan saran teknis dari

kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota. [2]Kota Tangerang mempunyai 32

Puskesmas. Pelayanan puskesmas semakin tinggi karena melayani program BPJS

sehingga penggunaan alat kesehatan semakin banyak, oleh karena itu diperlukan tanaga

pemeliharaan untuk melakukan pemeliharaan preventif melalui intervensi pelatihan

pembuatan program pemeliharaan dan pelaksanaannya. Manfaat yang didapatkan adalah

adanya tenaga terlatih, yang dapat melakukan program pemeliharaan secara berkala.

Gambar 1. Lokasi Puskesmas Ciledug, Kota Tangerang

Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta II merupakan institusi pendidikan

tenaga kesehatan yang mempunyai tugas tidak hanya melalui peningkatan secara terus

menerus kualitas pembelajaran di kelas., tetapi juga kualitas pembelajaran di

Laboratorium, di lahan praktek di berbagai tatanan pelayanan kesehatan, dan di

masyarakat. Salah satu kegiatan Program Pendidikan Teknik Elektromedik Politeknik

Kesehatan Jakarta II Kemenkes RI yang terkait dengan Tri Darma Perguruan Tinggi

adalah Pengabdian Masyarakat bagi dosen dan mahasiswa.

Kegiatan PKM ini menitik beratkan pada keselamatan tenaga listrik. Keselamatan

ketenagalistrikan adalah segala upaya atau langkah-langkah pengamanan instalasi

penyediaan tenaga listrik dan pengamanan pemanfaat tenaga listrik untuk mewujudkan

kondisi andal dan aman bagi instalasi dan kondisi aman dari bahaya bagi manusia dan

makhluk hidup lainnya, serta kondisi ramah lingkungan, di sekitar instalansi tenaga

listrik [2][3][4][5][6].

Sebagai pusat rujukan bagi Puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi

koordinasi. Pelayanan Kesehatan yang diberikan Puskesmas adalah pelayanan

kesehatan menyeluruh yang meliputi pelayanan[7]: Kuratif (pengobatan), Preventif

(upaya pencegahan), Promotif (peningkatan kesehatan), dan Rehabilitatif (pemulihan

kesehatan).

Sedangkan fungsi Puskesmas adalah [7] adalah sebagai Pusat Pembangunan

Kesehatan Masyarakat di wilayah kerjanya, membina peran serta masyarakat di wilayah

kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat, dan memberikan

pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah

kerjanya.

Dalam konteks Otonomi Daerah saat ini, Puskesmas mempunyai peran yang sangat

vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki kemampuan manajerial dan

wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Dengan

demikian ketersediaan peralatan kesehatan sangat menentukan terselenggaranya

pelayanan kesehatan yang optimal, efektif dan efisien di Puskesmas. Peralatan

Puskesmas ini adalah meliputi peralataan medis dan non medis yang dibutuhkan untuk

penyelenggaran upaya atau kegiatan pelayanan di dalam dan di luar gedung Puskesmas

dan jejaringnya termasuk fasilitas pelayanan kesehatan berbasis masyarakat atau UKBM.

Daftar peralatan kesehatan, berdasarkan jenis Puskesmas dan jejaringnya serta

kegiatan pelayanan yang diselenggarakan. Adapun daftar peralatan kesehatan meliputi

peralatan medis, bahan habis pakai, perlengkapan dan perabotan yang dibutuhkan

penyelenggaraan pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat

tingkat primer/tingkat pertama. Namun pada kenyataannya untuk peralatan medis,

Puskesmas sekarang kurang memperhatikan dan memenuhi syarat keakurasian

peralatannya, terutama dalam melaksanakan pemeliharaan berkala yang harus dilakukan

pada periode tertentu.

Peralatan kesehatan merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat penting

dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan, baik di rumah sakit, Puskesmas maupun di

sarana pelayanan kesehatan lainnya. Oleh karenanya kondisi maupun fungsi peralatan

kesehatan harus baik dan dapat mendukung pelayanan kesehatan tersebut. Untuk

mencapai kondisi ini perlu adanya pengelolaan peralatan dengan baik dan terpadu

sejak perencanaan, pengadaan, pendayagunaan hingga pemeliharaan. Dengan

demikian peralatan kesehatan dan fasilitas pendukungnya akan berdaya guna secara

optimal dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan.

Sedangkan pemeliharaan (maintenance) adalah kegiatan rutin, pekerjaan berulang

yang dilakukan untuk menjaga kondisi fasilitas produksi agar dapat dipergunakan sesuai

dengan fungsi dan kapasitas sebenarnya secara efisien [8] . Ini berbeda dengan

perbaikan. Pemeliharaan (maintenance) juga didefenisikan sebagai suatu kombinasi

dari berbagai tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang atau memperbaikinya

sampai suatu kondisi yang bisa diterima.

Pemeliharaan yang baik pada sebuah peralatan kesehatan akan mencegah potensi

bahaya yang ada pada peralatan tersebut tidak mencederai manusia dan lingkungannya.

Di samping itu mengurangi cost pemeliharaan, meningkatkan utility, serta ready for

use[9].

Kegiatan inspeksi dan pemeliharaan preventif merupakan kegiatan wajib yang perlu

dijadualkan kegiatan pelaksanaanya. Inspeksi dan pemeliharaan preventif tidak hanya

menjadi tanggung jawab teknisi tetapi operator/pengguna memiliki kontribusi yang besar

terhadap kegiatan tersebut yang tentunya tetap didasarkan pada kewenangannya.

Metodologi

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan di Puskesmas Ciledug

kota Tangerang, maka dilakukan pelatihan Uji Fisik alat kesehatan dengan metode

yang digunakan yakni Metode ceramah, yaitu digunakan untuk memaparkan materi

yang telah disusun oleh Tim Pelaksana. Metode Tanya Jawab, yaitu digunakan untuk

merespon sejauh mana tingkat pemahaman peserta sosialisasi terhadap yang telah

disampaikan oleh Tim Pelaksana. Metode diskusi, yaitu pemateri dan peserta melakukan

dialog yang membahas masalah seputar inspeksi dan pemeliharaan peralatan medik dan

keselamatan kerja serta penggunaan peralatan medik yang aman. Metode Simulasi dan

Praktek, yaitu digunakan untuk memperlihatkan pengoperasian dan pemeliharaan

peralatan medik yang aman. Serta dilakukan monitor tindak lanjut penyeliaan dengan

metode melaksanakan Uji Kinerja dan penyerahan SOP keselamatan listrik alat

kesehatan. Uji Kinerja dikenal dengan istilah uji kuantitatif/monitoring output/ verifikasi

dengan sampel untuk beberapa alat yang dipakai di puskesmas Ciledug

kota Tangerang. Adapun Diagram Alir pelaksanaan program PKM:

Persiapan

Pelaksanaan Kegiatan

Evaluasi

Pembuatan Laporan

Gambar 2. Diagram Alur Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Puskesmas Ciledug

Pertemuan Jenis Kegiatan/Materi

Ajara

Waktu Alat/bahan/sumber

ajar

PJ / NS

Hari ke 1 1. Pembukaan 180 Komputer, Ka. Puskesmas

dengan Kepala Puskesmas dan Ka.

menit proyektor Ka. Bag TU

Bag. TU, serta staf lainnya yang terkait.

Ketua Tim

Persiapan adalah kegiatan awal yang mencakup, survei tempat pelaksanaan

kegiatan, pemantauan kondisi sambungan (terminal) kabel listrik dan penentuan titik-

titik rawan akan sambungan listrik. Kegiatan selanjutnya adalah pelaksanaan kegiatan.

Kegiatan ini dilaksanakan setelah semua survey awal dan persiapan peralatan dan bahan

sudah selesai dilakukan. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan di Puskesmas Ciledug Kota

Tangerang. Kegiatan peninjauan dan penentuan lokasi keselamatan listrik dilakukan

diseluruh ruangan, terutama pada ruangan yang sering terdapat aktifitas dengan pasien.

Adapun rencana pelaksanaan kegiatan PKM di Puskesmas Ciledug dapat dilihat pada

table 1 berikut.

Table 1. Rencana Pelaksanaan Kegiatan PKM di Puskesmas Ciledug

2. Penyampaian ulasan Gambaran tahap 2 Acara Pelatihan dan Tujuan dari Pelatihan ini

Penyampaian Materi 1 ;

Menjelaskan Ulasan

materi SOP

keselamatan Listrik

(Pemeliharaan

Preventif dan Bahaya

listrik).

PKM

Ketua dan

Anggota Tim

PKM

Hari ke 2 Penyampaian Materi 2 :

Lanjutan Praktek

Kasus pada salah satu

alat yang ada di

Puskesmas

Penyampaian Materi 3 :

Bahaya listrik yang

sering terjadi pada

peralatan

Penyampaian Materi 4 :

Review dengan cek

list

Uji Fisik

Penutupan

180

menit

Komputer,

proyektor, alat

medik lainnya.

Anggota Tim

PKM

Ka. Bag TU

Ketua dan

Anggota Tim

PKM.

Kegiatan tahap ketiga adalah evaluasi. Evalusi ini bertujuan untuk melihat

perkembangan program yang dilaksanakan, dan untuk mengetahui kendala yang ada, cara

menanganinya sehingga program pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan benar-

benar efektif dan maksimal. Evaluasi yang terakhir yaitu pada tahap 2 berupa

penyampaian langsung dan pelatihan keselamatan bahaya listrik kepada peserta.

Tahapan terakhir dalam kegiatan PKM adalah pembuatan laporan. Pembuatan

Laporan Awal atau draft disesuaikan dengan hasil yang telah dicapai selama

melakukan pembinaan terhadap pengguna peralatan di Puskesmas Ciledug Kota

Tangerang. Sedangkan revisi laporan dilakukan apabila terjadi kesalahan pada

pembuatan laporan awal. Pembuatan Laporan Akhir dilakukan setelah melakukan revisi

laporan agar dalam penyusunan laporan akhir diperoleh hasil yang lebih baik.

Hasill

Sebelum dilakukan kegiatan PKM, Puskesmas Kecamatan Ciledug belum memiliki

SOP keselamatan Tenaga Listrik pada tiap ruangan yang ada di Puskesmas Ciledug Kota

Tangerang. Kegiatan PKM yang diadakan di Puskesmas Cileduk Kota Tangerang ini

telah menghasilkan SOP keselamatan kerja listrik. SOP ini diperlukan karena intensitas

orang yang ada di puskesmas sangat tinggi. Selain itu tingkatan usia yang berada di

lingkungan ruangan puskesmas juga beragam. Anak-anak ataupun Balita adalah tingkat

usia yang sangat rentan terhadap keselamatan bahaya listrik. Dengan adanya SOP

keselamatan tenaga listrik ini diharapkan seluruh pegawai Puskesmas Cileduk, Kota

tangerang dapat bersisnergi dalam membangun dan mengedepankan keselamatan an

menunjang kinerja peralatan kesehatan di Puskesmas Ciledug Kota Tangerang..

Adapun SOP yang telah disusun adalah sebagai berikut:

LAMPIRAN

Instrumen

Standar Prosedur Operasional

KESELAMATAN TENAGA LISTRIK

Ditetapkan Oleh:

Kepala UPT Puskesmas CILEDUG

Drg. Iradani Yupitaningrum, M.Kes

NIP: 196501041994032002

DINAS KESEHATAN KOTA TANGERANG

UPT PUSKESMAS CILEDUG

Jalan Raden Fatah No. 125 Kelurahan Sudimara Barat

Kecamatan Ciledug Kota Tangerang

Nomor: 1

Revisi Ke: 0

Berlaku Tgl: 2 Januari 2016

Standar Prosedur Operasional

Pemerintah Kota Tangerang Dinas Kesehatan

Unit Pelaksana Teknis (UPT) Puskesmas Ciledug

2016

Pemerintah Kota Tangerang

UPT Puskesmas Ciledug

Jl. Raden Fatah No. 125 Kel. Sudimara Barat Kec. Ciledug No. Telp: (021) 723-7941

Email: [email protected]

KESELAMATAN

TENAGA LISTRIK

Ruang Lingkup

bahwa Keselamatan Tenaga Listrik di Puskesmas Ciledug Kota Tangerang harus sesuai dengan persyaratan teknis kesehatan

agar aman digunakan untuk tujuan pelayanan kesehatan

sehingga perlu disusun SOP sebagai pedoman

pengoperasiannya

Ringkasan Prosedur

SOP ini merupakan pedoman dalam Keselamatan Tenaga

Listrik di lingkungan Puskesmas Ciledug Kota Tangerang

Istilah dan Definisi

-

Ketentuan/Keterangan Lain

-

UPT PUSKESMAS CILEDUG KOTA TANGERANG

Nomor SPO : Tanggal

Pembuatan

: 2 Januari 2016

Tanggal Revisi : Tanggal Efektif : 2 Januari 2016

Disahkan Oleh : Kepala UPT Puskesmas Ciledug

Kota Tangerang

drg. Iradani Yupitaningrum, M. Kes NIP: 196501041994032002

Nama SPO : Keselamatan Tenaga Listrik

Dasar Hukum Kualitas Pelaksana

1. UU No.15/1985 tentang ketenagalistrikan

2. PP No.10/1989 tentang penyediaan dan pemanfaatan tenaga

listrik, PP No.3/2005 tentang perubahan atas PP No.10/1989

jo PP No.26/2006 tentang perubahan kedua atas PP

No.10/1989 3. Permen ESDM no.0045 tahun 2005 tentang Instalasi

ketenagalistrikan, Permen ESDM No.0046 th 2006 tentang addendum Permen ESDM no.0045 tahun 2005

4. Kepmen ESDM No.1109K/30/MEM/2005 tentang penunjukan KONSUIL

5. Permen ESDM No.0027 tahun 2005 Tentang tata

caraPembubuhan Tandan SNI dan Tanda Keselamatan.

Tata Cara Pelaksanaan Keselamatan Tenaga Listrik dilakukan

sbb :

1. Pengelolaan

a. Bangunan Puskesmas harus mempunyai sambungan Listrik yang berasal dari PLN secara legal dan benar

b. Bangunan Puskesmas harus mempunyai gambar

instalasi listrik secara lengkap yang dibuat oleh arsitak

perencanaan c. Bangunan Puskesmas harus menginventaris

penggunaan kabel di seluruh bagian dan ruangan.

2. Pemantauan a. Pemantauan dapat dilakukan oleh SDM yang bertugas

di Puskesmas bilamana memiliki alat penunjang atau dilaksanakan oleh pihak terkait yang berwenang

b. Pemantauan sebaiknya dilakukan waktu senggang c. Pemantauan dapat dilakukan pada seluruh ruangan di

dalam bangunan puskesmas 3. Tindakan

2.1 Perhatikan dan pelajari tempat-tempat sumber listrik

(stop-kontak dan circuit breaker) dan cara menyala-

matikannya. Jika melihat ada kerusakan yang berpotensi

menimbulkan bahaya, laporkan Kepala Puskesmas

2.2. Hindari daerah atau benda yang berpotensi

menimbulkan bahaya listrik (sengatan listrik/ strum) secara

tidak disengaja, misalnya kabel jala-jala yang terkelupas

dll.

2.3. Tidak melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan

bahaya listrik pada diri sendiri atau orang lain

2.4. Keringkan bagian tubuh yang basah karena, misalnya,

keringat atau sisa air wudhu

2.5. Selalu waspada terhadap bahaya listrik pada setiap

aktivitas Kecelakaan akibat bahaya listrik yang sering

terjadi adalah tersengat arus listrik.

Berikut ini adalah hal-hal yang harus diikuti jika hal itu terjadi:

1. Jangan panik

2. Matikan semua peralatan elektronik dan sumber listrik

di meja masing-masing yang tersengat arus listrik 3. Bantu orang yang tersengat arus listrik untuk

melepaskan diri dari sumber listrik 4. Beritahukan dan minta bantuan orang di sekitar anda

tentang terjadinya kecelakaan akibat bahaya listrik

Keterkaitan Peralatan/Perlengkapan

- Lembar SOP - ATK

- Lembar Pemantauan

Peringatan Pencatatan dan Pendaftaran

Kegiatan Pemantauan dilakukan pertahun dengan menggunakan

lembar pemantauan

Penyebab terjadinya kecelakaan listrik, diantaranya adalah kabel atau hantaran

pada instalasi listrik terbuka dan apabila tersentuh akan menimbulkan bahaya kejut,

jaringan dengan hantaran telanjang, peralatan listrik yang rusak, kebocoran listrik

pada peralatan listrik dengan rangka dari logam, apabila terjadi kebocoran arus

dapat menimbulkan tegangan pada rangka atau body, peralatan atau hubungan

listrik yang dibiarkan terbuka, penggantian kawat sekring yang tidak sesuai dengan

kapasitasnya sehingga dapat menimbulkan bahaya kebakaran, penyambungan

peralatan listrik pada stop kontak dengan kotak tusuk lebih satu (bertumpuk)[10].

Kesimpulan dan Saran

Belum terorganisir dengan baiknya perihal keselamatan tenaga listik pada

Puskesmas Ciledug, Kota Tangerang dapat mengakibatkan kecelakaan yang

disebabkan oleh tenaga listrik. Tindaklanjut yang dipaparkan pada kolom

pembahasan adalah hal yang perlu dan segera dilakukan untuk meningkatkan

keselamatan tenaga listrik terhadap seluruh orang di lingkungan puskesmas

Lakukan perbaikan dan penyesuaian kondisi atas pencegahan bahaya tenaga

listrik yakni dengan cara memastikan bahwa seluruh kabel yang digunakan, baik

untuk hubungan perangkat listrik ataupun instalasi listrik, harus dalam kondisi baik

dan tidak terkelupas, memastikan jaringan pada terminal-terminal sambungan

listrik harus dalam kondisi tidak terkelupas karena tertarik disaat

penggunaannya, memeriksa dan rawat seluruh perangkat listrik yang digunakan,

pastikan semuanya dalam kondisi yang baik dan selalu melakukan pemeriksaan

terhadap hubungan pentanahan pada seluruh perangkat elektronik, termasuk

peralatan elektromedis. Lakukan proses penyambungan dengan benar dan tetap

mengutamakan keselamatan. Kondisi ini biasanya terjadi pada individu yang ingin

menghubungkan suatu perangkat listrik dengan cepat dan praktis.

Adapun untuk aturan pemasangan stop kontak dengan tinggi pemasangan ± 150 cm

di atas lantai, apabila kurang dari 150 cm harus dilengkapi tutup, mudah dicapai tangan,

dipasang sedemikian rupa, sehingga penghantar netralnya berada disebelah kanan atau di

sebelah bawah, menyesuaikan besaran daya listrik yang digunakan dengan batas arus

yang diperbolehkan pada sekering[2][5][10][11]. Dalam hal ini harus pula dipahami

bahwa setiap hubungan dan aktivasi awal semua perangkat listrik akan mengalami

peningkatan daya dua kali lipat dari nilai konsumsi dayanya serta membatasi

penggunaan sambungan pada satu stop kontak dikarenakan akan mengakibatkan panas

dan melelehnya kabel. Dari kondisi-kondisi inilah hal yang menjadi perhatian untuk

dilakukan peninjauan atas pencegahan keselamatan tenaga listrik.

Daftar Pustaka

[1] Kementerian Kesehatan, “LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN

NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN

MASYARAKAT,” 2014.

[2] Arillia Pitaloka Kurniasih, “KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN

(K2) - PLN,, my job ^^,” blogspot, 2010. [Online]. Available:

http://inasugiarto.blogspot.co.id/2010/11/keselamatan- ketenagalistrikan-

k2.html. [Accessed: 21-Nov-2016].

[3] Hartoyo, “Keselamatan Penggunaan Tenaga Listrik,” 1996.

[4] M. Ketenagakerjaan, “Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Listrik Di

Tempat Kerja.” 2015. [5] SCORE, “Keselamatan dan Kesehatan

Kerja,” 2013.

[6] DPR RI, “Undang-Undan RI No. 30 Tahun 2009,” 30 Tahun 2009, 2009.

[7] Wikipedia, “Pusat Kesehatan Masyarakat - Wikipedia bahasa Indonesia,

ensiklopedia bebas,” Wikipedia, 2014. [Online]. Available:

https://id.wikipedia.org/wiki/Pusat_Kesehatan_Masyarakat. [Accessed: 16-

Feb-2017].

[8] GA. Bassett, Personal System and Data management. Newyork: American

Management Association Inc, 1971.

[9] Margono, “Managemen Pemeliharaan dan Perawatan Mesin,” vol. 4, no. 1, pp.

42–48, 2006.

[10] Berkah Mulia Group, “KESELAMATAN KERJA PADA KELISTRIKAN -

Berkah Mulia Group,” sepatusafetyonline, 2016. [Online]. Available:

http://sepatusafetyonline.com/blog/keselamatan-kerja- pada-kelistrikan/.

[Accessed: 21-Nov-2016].

[11] Dunia Listrik, “SISTEM TENAGA LISTRIK: Syarat -Syarat Pemasangan

Instalasi Rumah/Gedung,”Blogspot.com, 2010. [Online]. Available:

http://akbarrusdiy.blogspot.co.id/2010/04/syarat-syarat- pemasangan-

instalasi.html. [Accessed: 21-Nov-2016].