penysusunan kisi-kisi tes hasil belajar

22
ii PRAKATA Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas rahmat dan berkahnya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui Penyusunan Kisi-kisi dan Penulisan Butir-butir Tes, yang penyusun sajikan berdasarkan dari berbagai buku-buku yang didapat. Makalah ini di susun dengan berbagai rintangan, baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan wawasan untuk penyusun dan pembaca pada umumnya. Makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Dan penyusun mohon kepada pembaca untuk memberikan saran dan kritiknya. Terima kasih. Singaraja, April 2015 Penulis

Upload: amer-syarifuddin

Post on 08-Aug-2015

317 views

Category:

Education


5 download

TRANSCRIPT

ii

PRAKATA

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas

rahmat dan berkahnya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan

baik.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui Penyusunan Kisi-kisi

dan Penulisan Butir-butir Tes, yang penyusun sajikan berdasarkan dari berbagai

buku-buku yang didapat. Makalah ini di susun dengan berbagai rintangan, baik itu

yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan wawasan untuk

penyusun dan pembaca pada umumnya. Makalah ini memiliki kelebihan dan

kekurangan. Dan penyusun mohon kepada pembaca untuk memberikan saran dan

kritiknya. Terima kasih.

Singaraja, April 2015

Penulis

iii

DAFTAR ISI

PRAKATA ........................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2. RumusanMasalah ...................................................................................... 2

1.3. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kisi-Kisi ................................................................................. 3

2.2. Pengertian Penulisan ................................................................................ 4

2.3. Pengertian Penyusunan ............................................................................ 4

2.4. Kegunaan dan Fungsi Kisi-Kisi ............................................................... 4

2.5. Syarat Kisi-Kisi yang Baik ...................................................................... 5

2.6. Komponen Kisi-Kisi ................................................................................ 5

2.7. Langkah-Langkah Penyusunan Tes ......................................................... 8

2.8. Prinsip-Prinsip Dasar Dalam Penyusunan Tes Hasil Belajar ................... 11

2.9. PerencanaanTes ........................................................................................ 12

BAB III PENUTUP

3.1. Simpulan .................................................................................................. 17

3.2. Saran ....................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perencanaan suatu tes yang akan dilaksanakan pada prinsipnya sangat

diperlukan agar hasil yang diharapkan dapat dicapai. Rencana yang teliti dan

konseptual akan memberikan jaminan bahwa guru itu akan dapat mengukur

penguasaan belajar yang relevan dengan hasil belajar yang representative.

Dalam penyusunan tes, rencana itu disebut dengan tabel spesifikasi atau kisi-

kisi soal ujian akan memberikan bimbingan yang terarah kepada penyusunan tes.

Kisi-kisi atau tabel spesifikasi itu akan memberikan bantuan untuk menyiapkan tes

sesuai dengan dan mewakili materi yang pernah diberikan dalam proses belajar

mengajar aau kemampuan yang diharapkan dimiliki oleh mahasiswa dalam bidang

tertentu (yang diujikan).

Tabel spesifikasi atau kisi-kisi soal kemudian dikaitkan dengan bentuk item

yang akan digunakan. Juga dikaitkan di dalamnya jenjang kemampuan yang ingin

diukur. Banyak jumlah soal pada masing-masing ruang lingkup materi itu bagi

mahasiswa serta kegunaannya di dalam masyarakat setelah mereka menyelesaikan

studinya nanti.

Dalam kegiatan pembelajaran kegiatan yang paling penting adalah melakukan

tes, karena dengan melakukan tes, seorang guru dapat mengetahui sejauh mana

kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah dipelajari. Dalam

penyusunan soal-soal tes terkadang guru mengalami kesulitan, karena dalam

pembuatan soal tersebut diperlukan berbagai pertimbangan agar soal yang dibuat

tidak terlalu sulit, terlalu mudah dan emmbingungkan peserta didik ketika hendak

menjawab soal-soal tersebut. Dalam penyususnan tes prestasi hal yang paling

penting yang harus dimiliki yaitu validitas soal-soal yang akan diujikan kepada

peserta didik. Untuk memudahkan guru dalam penyusunan tes maka diperlukan

pembuatan kisi-kisi.

2

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari kisi-kisi ?

2. Apa pengertian dari penyusunan ?

3. Apa pengertian dari penulisan ?

4. Apa kegunaan dan fungsi dari kisi-kisi ?

5. Bagaimana syarat kisi-kisi yang baik ?

6. Apa saja komponen dari kisi-kisi ?

7. Bagimana langkah-langkah penyusunan tes ?

8. Bagaimana prinsip-prinsip dasar dalam penyusunan tes hasil belajar ?

9. Bagaimana perencanaan sebuah tes ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Agar mengetahui pengertian dari kisi-kisi.

2. Agar mengetahui pengertian dari penyusunan.

3. Agar mengetahui pengertian dari penulisan.

4. Agar mengetahui keguunaan dan fungsi dari kisi-kisi.

5. Agar mengetahui bagaimana syarat pembuatan kisi-kisi yang baik.

6. Agar mengetahui komponen dari kisi-kisi.

7. Agar mengetahui langkah-langkah penyusunan tes.

8. Agar mengetahui prinsip-prinsip dasar dalam penyusunan tes hasil belajar.

9. Agar mengetahui bagimana perencanaan tes.

3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kisi-Kisi

Kisi-kisi adalah suatu format berbentuk matriks yang memuat informasi untuk

dijadikan pedoman dalam menulis soal atau merakit soal menjadi tes. Penyusunan

kisi-kisi merupakan langkah penting yang harus dilakukan sebelum penulisan soal.

Kisi-kisi disusun berdasarkan tujuan penggunaan tes. Dengan demikian dapat

diperoleh berbagai macam kisi-kisi. Kisi-kisi tes yang dimaksudkan untuk

menyusun soal diagnosis kesukaran belajar peserta didik berbeda dengan kisi-kisi

tes yang dimaksudkan untuk menyusun soal prestasi belajar. Kisi-kisi yang

dimaksudkan untuk menyusun tes penempatan juga berbeda dengan kisi-kisi yang

dimaksudkan untuk menyusun tes kompetisi. Kisi-kisi yang dimaksudkan untuk

menyusun tes ulangan umum juga beerbeda dengan kisi-kisi yang digunakan untuk

menyusun tes ujian akhir nasional. Hal yang harus diperhatikan adalah tidak ada

satupun kisi-kisi yang dapat digunakan untuk semua tujuan semua tes.

(Surapranata, 2005 : 50)

Contoh Format Kisi-Kisi Penulisan Soal :

FORMAT KISI-KISI PENULISAN SOAL

Jenis Sekolah : ........................... Alokasi Waktu : ...................... Mata Pelajaran : ............................ Jumlah soal : ....................... Kurikulum : ............................ Penulis 1. .................... 2. ....................

4

2.2 Pengertian Penulisan

Penulisan atau Kegiatan menulis adalah kegiatan membuat huruf (angka)

dengan menggunakan alat tulis di suatu sarana atau media penulisan guna

penyampaian pesan (ide, pikiran, perasaan, atau informasi) secara tertulis kepada

pihak lain. Orang yang melakukan pekerjaan menulis disebut Penulis.

2.3 Pengertian Penyusunan

Penyusunan adalah kombinasi partisipasif atau usulan dari bawah (bottom up)

dengan kebijakan dari atas (top down).Menurut Ardios (2006:315) mengemukakan

bahwa pengertian penyusunan yang terdapat dalam kamus besar bahasa Indonesia

adalah sebagai berikut :

”Kata penyusunan berasal dari kata dasar susun yang artinya kelompok atau

kumpulan yang tidak beberapa banyak, sedangkan pengertian dari Penyusunan

adalah merupakan suatu kegiatan atau kegiatan memproses suatu data atau

kumpulan data yang dilakukan oleh suatu organisasi atau perorang secara baik dan

teratur”.

Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penyusunan adalah

suatu kegiatan untuk memproses data-data yang dilakukan oleh suatu organisasi

perusahaan atau perorang secara baik dan teratur.

2.4 Kegunaan dan Fungsi Kisi-Kisi

Kisi-kisi tes berfungsi sebagai pedoman dalam penulisan soal dan perakitan

tes. Dengan adanya panduan ini, penulis soal dapatmenghasilkan soal-soal yang

sesuai dengan tujuan tes dan perakit tes dapat menyusun perangkat tes dengan

mudah. Dengan demikian, jika tersedia sebuah kisi-kisi yang baik, maka penulis

soal yang berbeda akan dapat menghasilkan perangkat soalyang relative sama, baik

dari tingkat kedalaman maupun cakupan materi yang ditanyakan.berikut

perbandingan fungsi tes :

1. Fungsi untuk Kelas :

a. Mengadakan diagnosis terhadap kesulitan belajar siswa

b. Mengevaluasi celah antra bakat dengan pencapaian.

5

c. Menaikkan tingkat prestasi.

d. Mengelompokan siswa di kelas pada waktu metode kelompok.

e. Merencanakan kegiatan proses belajar mengajar untuk siswa siswa

secra perseorngan.

f. Menentukan siswa mana yang memerlukan bimbingan khusus.

g. Menentukan tingkat pencapaian untuk setiap anak.

2. Fungsi untuk Bimbingan :

a. Menentukan arah pembicaraan dengan orang tua tentang anak-anak

mereka.

b. Membantu siswa dalam menentukan plihan.

c. Membantu siswa mencapai tujuan pendidikan dan jurusan.

d. Memberi kesempatan kepada pembingbin, guru, dan orang tua dalam

memahami kesulitan anak.

3. Fungsi untuk Administrasi

a. Memberi petunjuk dalam mengelompokkan siswa.

b. Penempatan siswa baru

c. membantu siswa memilih kelompok.

d. Menilai kurkulum.

e. Memperluas hubungan masyarakat (public relation).

f. Menyediakan informasi untuk badan-badan lain diluar sekolah.

2.5 Syarat Kisi-Kisi yang Baik

Dengan adanya berbagai variasi kisi-kisi yang disajikan, dapat disimpulkan

bahwa kisi-kisi harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu:

1. Mewakili isu kurikulum yang akan diujikan.

2. Komponen-komponennya rinci, jelas, mudah dan mudah dipahami.

3. Soal-soalnya harus dapat dibuat sesuai dengan indicator dan bentuk soal

yang ditetapkan.

2.6 Komponen Kisi-Kisi

Komponen yang diperlukan dalam sebuah kisi-kisi sangat ditentukan oleh

tujuan tes yang hendak disusun. Komponen-komponen ini dapat dihimpun menjadi

6

dua kelompok, yaitu kelompok identitas dan kelompok matriks. Kelompok identitas

dicantumkan dibagian atas matriks, sedangkan kelompok matriks dicantumkan

dalam kolom-kolom yang sesuai dengan tujuan tes. Komponen-komponen yang

biasa digunakan dalam penyusunan kisi-kisi tes prestasi belajar adalah sebagai

berikut:

1. Jenis sekolah/jenjang sekolah.

2. Mata pelajaran.

3. Tahun ajaran.

4. Kurikulum yang diacu.

5. Alokasi waktu.

6. Jumlah soal.

7. Bentuk Soal.

8. Standar kompetensi.

9. Kompetensi dasar.

10. Indikator.

11. Bahan kelas.

12. Jumlah soal.

13. Nomor urut soal.

14. Bentuk soal.

Idealnya semua kompetensi dasar dan indicator yang ada dalam kurikulum,

yang tentunya telah dilakukan proses pembelajaran, diujikan di kelas. Namun

demikian, dari berbagai komponen tersebut di atas, khusus untuk tes ulangan

umum, tes kenaikan kelas, ujian sekolah dasar, ataupun ujian akhir nasional

komponen kompetensi dasar dan indikator merupakan salah satu komponen yang

perlu dipilih secara mendalam. Hal ini dikarenakan menyangkut pemilihan yang

akan diujikan. Pemilihan ini dilakukan karena didalam suatu tes, tidak mungkin

semua kompetensi dasar dan indikato yang terdapat dalam kurikulum dapat

diujikan dalam waktu singkat. Oleh karena itu, perlu dipilih kompetensi dasar dan

indicator yang penting-penting saja. Pemilihan kompetensi dasar ini dilakukan

dengan memperhatikan kriteria sebagai berikut:

7

1. Urgensi, yaitu kompetensi dasar atau indicator yang secara teoritis, mutlak

harus dikuasai oleh peserta didik.

2. Kontinuitas, yaitu kompetensi dasar atau indicator lanjutan yang

merupakan pendalaman dari satu atau lebih kompetensi dasar atau

indikator yang sudah dipelajari sebelumnya, baik dalam jenjang yang sama

maupun antar jenjang.

3. Relevansi, maksudnya kompetensi dasar atau indicator terpilih harus

merupakan kompetensi dasar atau indicator yang diperlukan untuk

mempelajari atau memahami bidang studi lain.

4. Keterpakaian, kompetensi dasar dan indicator harus merupakan

kompentasi dasar dan indicator yang memiliki nilai terapan tinggi dalam

kehidupan sehari-hari.

Untuk pemilihan kompetensi dasar dan indicator, selain perlu diperhatikan

kriteria pemilihan di atas, perlu pula diperhatikan bahwa penguasaan materi

kompetensi dasar dan indikator terpilih harus dapat diukur dengan menggunakan

bentuk soal yang sudah ditetapkan. Misalnya kalau sudah ditetapkan untuk

membuat tes pilihan ganda, maka penguasaan kompetensi dasar dan indicator yang

dapat diukur dengan menggunakan pilihan ganda. Sebaliknya kalau sudah

ditetapkan untuk membuat tes uraian, maka penguasaan kompetensi dasar atau

indikator yang terpilih juga harus dapat diukur dengan menggunakan tes uraian.

Semua kompenen kisi-kisi yang disebutkan terdahulu adalah komponen-

komponen yang diperlukan dalam pennyusunan kisi-kisi. Namun demikian, tidak

ada tuntunan atau keharusan untuk menggunakan semua komponen tersebut.

Penggunaan komponen tersebut disesuaikan dengan keperluan berdasarkan jenis

dan tujuan tes yang akan disusun. Setelah ditentukan komponen-komponen yang

perlu dimasukan ke dalam kisi-kisi, maka langkah selanjutnya adalah memasukan

semua komponen tersebut ke dalam suatu format atau matriks.

8

2.7 Langkah-Langkah Penyusunan Tes

1. Langkah- Langkah Penyusunan Tes

Dalam penysusnan sebuah tes, harus mengikuti sebuah langkah-langkah

penyusunan tes agar penyusunan tes menjadi terstruktur, berikut langkah-

langkah penyusunan tes :

a. Menentukan tujuan utama.

b. Menentukan tingkah laku yang menggambarkan konstruk yang hendak

diukur untuk menentukan domain.

c. Menyiapkan spesifikasi tes, menetapkan proporsi butir yang harus

terpusat pada setiap jenis tingkah laku yang di tentukan pada langkah 2.

d. Menyusun proposal awal butir.

e. Mengadakan penelaah kembali terhadap butuir-butir yang diperoleh

pada langkah 4 dan melakukan revisi bila perlu.

f. Melakukan uji coba butir pendahuluan dan melakukan bila perlu.

g. Melaksanakan uji-lapangan terhadap butir-butir hasil langkah 6 pada

sampel yang besar yang mewwakili populasi untuk siapa tes

dimaksudkan

h. Menentukan ciri-ciri statistic skor butir, dan apabila perlu, sisihkan

butir-butir yang di tetapkan.

i. Merencanakan dan melaksanakan pengkajian reliabilitas dan validitas

untuk bentuk akhir tes.

j. Mengembangkan panduan pengadministrasian, penskoran dan

penafsiran skor tes (sebagai missal, siapkan table norma, prestasi

standar, dan sebagainya.)

Langkah ini merupakan langkah penting karena kegagalan dalam hal ini

dapat berakibat fatal. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menuliskan

soal-soal tes yaitu:

1. Bahasanya harus sederhana dan mudah dipahami.

2. Suatu soal tidak boleh mengandung penafsiran

ganda/membingungkan.

9

3. Cara mengenal kalimat atau meletakkan/menata kata-kata perlu

diperhatikan agar tidak ditafsirkan salah.

4. Petunjuk mengerjakan. Petunjuk ini harus dituliskan

sedemikian rupa sehingga jelas, dan siswa tidak bekerja

menyimpang dri yang dikehendaki guru.

5. Untuk memperoleh sebuah tes yang standar, harus dilakukan uji

coba (try out) berkali-kali sehingga diperoleh soal-soal yang

baik. Dengan mengadakan uji coba terhadap soal-soal tes yang

sudah disusun, maka akan memperoleh manfaat yaitu:

pengalaman menggunakan tes tersebut, mengetahui kesukaran

bahasa, mengetahui variasi jawaban siswa, mengetahui waktu

yang dibutuhkan, dan lain-lain.

2. Tabel Spesifikasi

Tabel spesifikasi membantu guru dalam mengadakan penilaian

terhadap murid-muridnya juga berguna untuk dirinya sendiri supaya lebih

profesional dalam menyusun tes. Untuk menjaga agar tes yang kita susun

tidak menyimpang dari bahan (materi) serta aspek kejiwaan (tingkah laku)

yang akan dicakupi dalam tes, dibuatlah tabel spesifikasi.

Tabel spesifikasi dapat disebut juga sebagai grid, kisi-kisi atau

blueprint. Ujudnya adalah sebuah tabel yang memuat tentang perperincian

materi dan tingkah laku beserta imbangan/proporsi yang dikehendaki oleh

penilai. Tiap kotak diisi dengan bilangan yang menunjukkan jumlah soal

(Suhasimi, 2007:185).

Contoh:

Aspek yang diungkap

Pokok Materi

Ingatan

(I)

Pemahaman

(P)

Aplikasi

(A)

Jumlah

Bagian I

Bagian II

Bagian n(terakhir)

............

............

............

................

.................

.................

.............

.............

.............

.............

............

............

Jumlah ........... ................ .............. ............

10

Dalam pembuatan tabel spesifikasi ini langkah pertama yang harus dilakukan

adalah mendaftar pokok-pokok materi yang akan di teskan kemudian

memberikan imbangan bobot untuk masing-masing pokok materi.

Contoh:

Akan membuat tes untuk evaluasi. Pokok-pokok materinya adalah;

a. Pengertian (2)

b. Fungsi Efaluasi (3)

c. Macam-macam cara evaluasi (5)

d. Persyaratan evaluasi (4)

Angka-angka yang tertera dalam kurung merupakan imbangan bobot untuk

masing-masing pokok materi. Langkah kedua yaitu memindahkan pokok-

pokok materi ke dalam tabel dan mengubah indeks menjadi persentase.

TABEL SPESIFIKASI UNTUK MENYUSUN SOAL EVALUASI

Langkah ketiga yaitu merinci banyaknya butir soal untuk tiap pokok-pokok

materi, dan angka ini ditulis pada kolom paling kanan. Caranya yaitu dengan

Aspek yang diungkap

Pokok materi

Ingatan pemahaman Aplikasi Jumlah

Pengertian evaluasi

(14%)

7

Fungsi evaluasi (20%) 10

Macam-macam cara

evaluasi (36%)

18

Persyaratan evaluasi

(30%)

15

Jumlah 50 butir

soal

11

membagi jumlah butir soal (disini ada 50 buah) menjadi 4 bagian berdasarkan

imbangan bobot yang tertera sebagai persentase.

Dalam contoh ini dimisalkan akan disusun tes berbentuk obyektif dengan

jumlah 50 butir soal berbentuk pilihan ganda, karena waktu yang disediakan

adalah 75 menit, maka sebagai ancar-ancar waktu adalah bahwa untuk

mengerjakan satu buah soal tes objektif membutuhkan waktu 1 menit untuk

membaca dan menjawabnya sehingga jika disediakan waktu 75 menit untuk

tes, maka dapat disusun butir soal sejumlah: 50 buah soal berbentuk objektif

(50 menit), dan 5 buah soal berbentuk uraian (25 menit). Jadi banyaknya butir

soal sangat ditentukan oleh waktu yang tersedia dan bentuk soal.

Tindak lanjut sesudah penyususnan tabel spesifikasi untuk memperoleh

seperangkat soal tes yaitu:

a. Memnentukan bentuk soal. Ada dua hal yang harus dipertimbangkan dalam

menentukan bentuk soal yaitu waktu yang tersedia dan sifat materi yang

diteskan.

b. Menuliskan soal-soal. Langkah terakhir dalam penyusunan tes adalah

penulisan soal-soal tes (item writing). Langkah ini merupakan langkah

penting karena kegagalan dalam hal ini dapat berakibat fatal.

2.8 Prinsip-Prinsip Dasar Dalam Penyusunan Tes Hasil Belajar

Ada beberapa prinsip dasar yang perlu di cermati di dalam penyusunan tes belajar

agar tes tersebut dapat mengukur tujuan instruksional khusus untuk mata pelajaran

yang telah di ajarkan, atau mengukur kemampuan dan keterampilan peserta didik

yang di harapkan, setelah mereka menyelesaikan suatu unit pengajaran tertentu.

Berikut prinsip- prinsip dasar dalam penyusunan tes hasil belajar :

1. Tes hasil belajar harus dapat mengukur secara jelas hasil belajar (learning

outcomes) yang di tetapkan sesuai tujuan instruksional.

2. Butir-butir soal tes hasil belajar harus merupakan sampel yang representatif

dari populasi bahan pelajaran yang telah dijarakan,sehingga dapat dianggap

mewakili seluruh perpormance yang telah di peroleh selama peserta didik

mengikuti suatu unit pelajaran.

12

3. Bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar harus dibuat bervariasi,

sehingga betul-betul cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan

sesuai dengan tujuan tes itu sendiri.

4. Tes hasil belajar harus di desain sesuai dengan kegunaannya untuk

memperoleh hasil yang diinginkan . pernyataan tersebut mengandung

makna, bahwa desain tes hasil belajar harus disusun secara relevan dengan

kegunaan yang dimiliki oleh masing-masing jenis tes.

5. Tes hasil belajar harus memiliki reliabilitas yag dapat di andalakan, artinya

setelah tes hasil belajar itu dilaksanakan berkali-kali terhadap subjek yang

sama hasilnya selalu sama dan relatif sama.

6. Tes hasil belajar di samping harus dapat di jadikan alat pengukur

keberasilan siswa, juga harus dapat dijadikan alat untuk menacari informasi

yang berguna untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru

itu sendiri.

2.9 Perencanaan Tes

2.9.1 Perencanaan Tes

Tes baru akan berarti bila terdiri dari butir-butir soal yang menguji tujuan

yang penting dan mewakili ranah pengetahuan, kemampuan dan keterampilan

secara representative. Untuk itu maka peranan perencanaan dalam pengujian

menjadi sangat penting. Tes tanpa rencana yang dapat dipertanggung jawabkan

dapat menjadi usaha sia-sia, bahkan mungkin akan mengganggu proses

pencapaian tujuan. Enam hal yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan

tes :

1. Pengambilan sample dan pemilihan butir soal

2. Tipe tes yang akan digunakan

3. Aspek yang akan diujikan

4. Format butir soal

5. Jumlah butir soal

6. Distribusi tingkat kesukaran butir soal.

13

2.9.2 Pengambilan sample dan pemilihan butir soal

Tes hasil belajar ( achievemen te) haruslah disusun atas butir-butir soal yang

terpilih, yang secara akademik dapat dipertanggung-jawabkan sebagai sample

yang representatif dari ilmu atau bidang studi yang diuji dengan perangkat tes

tersebut. Proses pemilihan atau sampling butir soal itu tidak mungkin dapat

dilakukan secara acak (random). Hanya seorang ahli dalam bidang studi yang

tahu secara lebih baik apakah butir-butir soal itu cukup respresentatif atau

tidak. Pemilihan itu dilakukan atas dasar pertimbangan pentingnya konsep,

generalisasi, dalil, atau teori yang diuji dalam hubungannya dengan peranannya

terhadap bidang studi tersebut secara keseluruhan. Karena itu tidak mungkin

pemilihan itu dilakukan oleh awam dalam bidang studi tersebut.

Untuk memperoleh butir-butir yang mewakili keseluruhan konsep yang

penting dalam suatu bidang studi, biasanya bidang studi itu dipilah-pilah

menjadi beberapa pokok bahasan (major content areasi) dan sub pokok bahasan

(specific content areas). Tentu saja tidak perlu ada jumlah butir soal yang sama

untuk setiap pokok bahasan. Jumlah soal dalam setiap pokok bahasan atau sub-

pokok bahasan hendaknya sebanding dengan luas dan pentingnya pokok

bahasan atau sub-pokok bahasan tersebut. Sebagai pedoman tentang tingkat

kepentingan dari kontribusinya terhadap keseluruhan bidang studi itu atau,

untuk mudahnya, keluasan pembahasan pokok bahasan dan atau subpokok

bahasan atau suatu subpokok bahasan itu. Tidak ada batasan jumlah butir soal

untuk satu pokok bahasan atau suatu subpokok bahasan.

2.9.3 Tipe tes yang digunakan

Ebel dan frisble membagi tiga tipe soal : (1) esai, (2) objektif, dan (3)

problem matemattika. Disamping itu masih juga dikenal soal-soal penampilan

dan soal lisan. Ada keslahfahaman yang umum terjadi dikalangan pengguna

tes, yaitu anggapan yang menyatakan suatu tipe tes lebih baik dari tipe tes

lainnya dalam mengukur ranah kognitif tertentu. Berbagai penelitian telah

menunjukkan perbedaan yang berarti dalam mengukur level ranah kognitif

yyang sama. Soal esai yang baik dapat mengukur ranah kognitif yang manapun

seperti yang dapat rangking subyek yang tidak berbeda.

14

Pemilihan tipe tes yang akan digunakan lebih banyak ditentukan oleh

kemampuan dan waktu yang tersedia pada penusunan tes dari pada

kemampuan peserta tes aspek yang ingin diukur.

2.9.4 Aspek kemampuan yang diuji

Setiap bidang studi mempunyai penekanan kemampuan yang berbeda-beda.

Karena itu aspek yang diujipun haruslah yang berbeda pula. Disinilah aspek

ranah kognitif yang mana yang akan diuji harus sinkron dengan kemampuan

yang ditentukan oleh tujuan pendidikan yang telah dirumuskan terlebih dahulu.

Dalam hubungan inilah kita mengenal adanya 6 tingkatan kemempuan yang

diuji, yaitu lazim siberi simbol C1, C2, C3, C4, C5, dan C6. Disamping itu

tentu juga harus diperhatikan kemampuan dari ranah lain seperti afektif dan

psikomotor. Jumlah soal untuk setiap ranah atau untuk setiap level dalam ranah

kognitif juga tiak perlu sama. Pada umumnya tes hasil belajar lebih berorentasi

kepada pengetahuan, pemahaman dan aplikasi, sedangkan kemampuan yang

disebut terdahulu. Hal ini tentu saja berarti bahwa jumlah soal yang mewakili

tiga level yang pertama diharapkan lebih banayk dari jumlah soal untuk tiga

level berikutnya.

2.9.5 Format butir soal

Baik tes objektif maupun tes esai mengenal berbagai format biasa.

Misalnya, dalam tes objektif, acapkali dipilih format A (pilihan ganda biasa),

format B (pilihan ganda analisis hubungan antar hal), format C (pilihan ganda

analisis kasus), atau format D (pilihan ganda kompleks) dan E (pilihan ganda

yang menggunakan diagram, gambar, garis, atau tabel). Berbagai penelitian

juga telah menunjukan bahwa berbagai format butir soal ini tidak menunjukan

perbedaan efektifitas yang berarti untuk mengukur berbagai level ranah

kognitif, asalkan dikonstruksikan sama baiknya. Bahkan format butir soal B-S

pun dapat mengukur level ranah kognitif yang tinggi, asalkan dikonstruksinya

secara cermat oleh ahli bidang studi dan ahli konstuksi tes. Perbedaab antar

format butir soal tersebut tidak terletak pada efektifitasnya mengukur level

kemampuan, tetapi lebih banyak pada penekanannya ( dalah hal peserta tes

kurang mengusasai bahan tes dites).

15

2.9.6 Jumlah butir soal

Jumlah butir soal tentu saja ada ketentuan yang asli. Tetapi yang harus

diingat ialah jumlah butir soal berhubungan alngsung dengan reabilitas tes dan

reprensi isi bidang studi yang dites, makin besar jumlah butir soal yang

digunakan dalam suatu tes maka kemungkinan akan makin tinggi reabilitasnya,

baik dalam arti stabilitas maupun internal konsistensinya. Dilihat dari segi

jumlah inilah maka tes objektif mempunyai kekuatan yang lebih dari tes esai.

Karena tugas yang harus diselesaikan dalam tes objektif itu sangat singkat,

maka kemungkinan untuk menggunakan jumlah butir soal yang besar menjadi

lebih besar pula. Sedangkan tes esai tidak memungkinkan menggunakan jumlah

item yang banyak. Dengan demikian representasi bidang studi dan reabilitas tes

objektif akan lebih baik dari tes esai.

Jumlah butir soal itu haruslah direncanakan:

a. Jumlah keseluruhan

b. Jumlah untuk setiap pokok bahasa/ topic/ conten area

c. Jumlah untuk setiap format

d. Jumlahj untuk tiap katehori tingkat kesukaran

e. Jumlah untuk setiap level ranah kognitif

Tentu saja dalam menentukan jumlah ini harus mempertimbangkan waktu

yang tersedia, biaya yang ada, kompleksitas tugas yang dituntut oleh tes, dan

waktu ujian diadakan.

2.9.7 Distribusi Tingkat Kesukaran

Pada umumnya semua ahli kontruksi tes sependapat bahwa tes yang terbaik

adalah tes yang mempunyai tingkat kesukaran di sekitar 0,50. Makin dekat

ketitik itu makin mampu tes itu membedakan antara kelompok yang belajar dan

kelompok yang kurang belajar. Tetap tentu saja itu bukanlah satu-satunya

pertimbangan untuk mentukan distribusi tingkat kesukaran. Penentuan harus

lebih mengarah kepada yang mempunyai tingkat kesukaran yang lebih tinggi.

Tetapi yang harus diingat adalah tes yang terlalu sukar atau terlalu mudah tidak

akan memberi informasi yang baik.

16

Dalam hubungan dengan distribusi tingkat kesukaran ini juga harus

diperhatikan bahwa tes yang mempunyai tingkat kesukaran rendah sebaiknya

diletakan di awal tes dalam yang tinggi pada akhir perangkap tes ketentuan ini

tidaklah menunjukan perbedaan yang berarti pada “ power tes “. Perbedaan iu

lebih bersifat memberi motif untuk lebih terdorong mengerjakan seluruh butir

soal.

17

BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

3.1 Simpulan

Kisi-Kisi adalah Kisi-kisi adalah suatu format berbentuk matriks yang memuat

informasi untuk dijadikan pedoman dalam menulis soal atau merakit soal menjadi

tes. Penyusunan kisi-kisi merupakan langkah penting yang harus dilakukan

sebelum penulisan soal. Kisi-kisi disusun berdasarkan tujuan penggunaan tes.

Penulisan atau Kegiatan menulis adalah kegiatan membuat huruf (angka)

dengan menggunakan alat tulis di suatu sarana atau media penulisan guna

penyampaian pesan (ide, pikiran, perasaan, atau informasi) secara tertulis kepada

pihak lain. Orang yang melakukan pekerjaan menulis disebut Penulis.

Penyusunan adalah suatu kegiatan untuk memproses data-data yang dilakukan

oleh suatu organisasi perusahaan atau perorang secara baik dan teratur.

Kisi-kisi tes berfungsi sebagai pedoman dalam penulisan soal dan perakitan

tes. Dengan adanya panduan ini, penulis soal dapatmenghasilkan soal-soal yang

sesuai dengan tujuan tes dan perakit tes dapat menyusun perangkat tes dengan

mudah. Dengan demikian, jika tersedia sebuah kisi-kisi yang baik, maka penulis

soal yang berbeda akan dapat menghasilkan perangkat soalyang relative sama, baik

dari tingkat kedalaman maupun cakupan materi yang ditanyakan, Komponen-

komponen yang biasa digunakan dalam penyusunan kisi-kisi tes prestasi belajar

adalah sebagai berikut: Jenis sekolah/jenjang sekolah,Mata pelajaran,Tahun ajaran,

Kurikulum yang diacu, Alokasi waktu, Jumlah soal, Bentuk Soal, Standar

kompetensi, Kompetensi dasar, Indikator, Bahan kelas, Jumlah soal, Nomor urut

soal, Bentuk soal.

Dalam penysusnan sebuah tes, harus mengikuti sebuah langkah-langkah

penyusunan tes agar penyusunan tes menjadi terstruktur, berikut langkah-langkah

penyusunan tes : Menentukan tujuan utama, Menentukan tingkah laku yang

menggambarkan konstruk yang hendak diukur untuk menentukan domain.,

Menyiapkan spesifikasi tes, menetapkan proporsi butir yang harus terpusat pada

setiap jenis tingkah laku yang di tentukan pada langkah 2, Menyusun proposal awal

18

butir, Mengadakan penelaah kembali terhadap butuir-butir yang diperoleh pada

langkah 4 dan melakukan revisi bila perlu, Melakukan uji coba butir pendahuluan

dan melakukan bila perlu, Melaksanakan uji-lapangan terhadap butir-butir hasil

langkah 6 pada sampel yang besar yang mewwakili populasi untuk siapa tes

dimaksudkan, Menentukan ciri-ciri statistic skor butir, dan apabila perlu, sisihkan

butir-butir yang di tetapkan, Merencanakan dan melaksanakan pengkajian

reliabilitas dan validitas untuk bentuk akhir tes, Mengembangkan panduan

pengadministrasian, penskoran dan penafsiran skor tes (sebagai missal, siapkan

table norma, prestasi standar, dan sebagainya.)

Tabel spesifikasi membantu guru dalam mengadakan penilaian terhadap

murid-muridnya juga berguna untuk dirinya sendiri supaya lebih profesional dalam

menyusun tes. Untuk menjaga agar tes yang kita susun tidak menyimpang dari

bahan (materi) serta aspek kejiwaan (tingkah laku) yang akan dicakupi dalam tes,

dibuatlah tabel spesifikasi.

Ada beberapa prinsip dasar yang perlu di cermati di dalam penyusunan tes

belajar agar tes tersebut dapat mengukur tujuan instruksional khusus untuk mata

pelajaran yang telah di ajarkan, atau mengukur kemampuan dan keterampilan

peserta didik yang di harapkan, setelah mereka menyelesaikan suatu unit

pengajaran tertentu. Berikut prinsip- prinsip dasar dalam penyusunan tes hasil

belajar :Tes hasil belajar harus dapat mengukur secara jelas hasil belajar (learning

outcomes) yang di tetapkan sesuai tujuan instruksional, Butir-butir soal tes hasil

belajar harus merupakan sampel yang representatif dari populasi bahan pelajaran

yang telah dijarakan,sehingga dapat dianggap mewakili seluruh perpormance yang

telah di peroleh selama peserta didik mengikuti suatu unit pelajaran, Bentuk soal

yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar harus dibuat bervariasi, sehingga betul-

betul cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan tes

itu sendiri, Tes hasil belajar harus di desain sesuai dengan kegunaannya untuk

memperoleh hasil yang diinginkan . pernyataan tersebut mengandung makna,

bahwa desain tes hasil belajar harus disusun secara relevan dengan kegunaan yang

dimiliki oleh masing-masing jenis tes, Tes hasil belajar harus memiliki reliabilitas

yag dapat di andalakan, artinya setelah tes hasil belajar itu dilaksanakan berkali-

kali terhadap subjek yang sama hasilnya selalu sama dan relatif sama, Tes hasil

19

belajar di samping harus dapat di jadikan alat pengukur keberasilan siswa, juga

harus dapat dijadikan alat untuk menacari informasi yang berguna untuk

memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru itu sendiri.

Perencanaan Tes : Perencanaan Tes, Pengambilan Sampel dan pemilihan Butir

Soal, Tipe Tes yang Digunakan, Aspek Kemampuan yang diuji, Format Butir Soal,

Jumlah Butir Soal.

3.2 Saran

Pada pembuatan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kesalahan

serta kekurangan yang terdapat pada makalah ini. Untuk itu, penulis mengharapkan

saran dari pembaca guna kesempurnaan makalah ini dan makalah yang dibuat

selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah Sabarti. 1988. Evaluasi Dalam Pengajaran Bahasa. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

Arikunto Suharsimi. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: bumi

aksara.

Basroi & Siskandar. 2012. Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja. Bandung:

Karyaputra Darwati.

Penulisan.pdf. 2015. Tersedia di Wikipedia.org (Diakses tanggal 22 Maret 2015)

Penyusunan.pdf. 2015 . Tersedia di Felib.unikom.ac.id (Diakses tanggal 22 Maret

2015)

Sudijono Anas. 2012. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Kharisma Putra

Utama Offset.

Syrapranata Sumarna. 2005. Panduan Penulisan Tes Tertulis Inplementasi

Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya.