penyelesaian gugatan harta bersama...

90
PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy.) Oleh MARLIANITA NIM: 207044100664 KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI AKHWAL AL SYAKHSIYYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M/1435 H

Upload: lamnhan

Post on 30-Jul-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA

PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy.)

Oleh

MARLIANITA

NIM: 207044100664

KONSENTRASI PERADILAN AGAMA

PROGRAM STUDI AKHWAL AL SYAKHSIYYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014 M/1435 H

Page 2: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA

PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy.)

Oleh

MARLIANITA

NIM: 207044100664

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Hj. Mesraini M. Ag Kamarusdiana S. Ag. MH

NIP. 19760213 200312 2001 NIP. 1972 0224 1998 031 003

KONSENTRASI PERADILAN AGAMA

PROGRAM STUDI AKHWAL AL SYAKHSIYYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014 M/1435 H

Page 3: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA

PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN telah diujikan dalam

sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universita Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta pada 10 April 2014. Skripsi ini telah ditrima sebagai salah

satu syarat memperoleh gelar Sarjana Syariah (S. Sy).

Jakarta, 10 April 2014

Mengesahkan

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof.DR. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM

NIP. 1955050519822031012

PANITIA UJIAN

1. Ketua : Dr. H. Ahmad Mukri Aji, M.A (.........................)

NIP. 195703121985031003

2. Sekretaris : Mufidah, S.H.I (.........................)

3. Pembimbing I : Dr. Hj. Mesraini M. Ag (.........................)

NIP. 19760213 200312 2001

4. Pembimbing II : Kamarusdiana S. Ag. MH (.........................)

NIP. 1972 0224 1998 031 003

5. Penguji I : Nur Rohim, LLM (.........................)

NIP. 1979 0416 2011 01 1 004

6. Penguji II : Sri Hidayati. M. Ag (.........................)

NIP. 1971 0215 1997 03 2 002

Page 4: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata Satu di Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 06 Mare 2014

MARLIANITA

NIM: 207044100664

Page 5: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas

berkah dan inayah-Nya dalam memberikan kesehatan, kekuatan dan ketabahan

sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan merampungkan skripsi ini. Dengan

berbagai rasa yang menjadi satu lelah, kesal, dan sedih bahkan rasa sedikit putus asa

yang muncul dibeberapa waktu, namun semuanya berakhir dengan kelegaan dan

keharuan sehingga timbul semangat luar biasa. Tidak lupa salam serta shalawat

dihaturkan atas baginda besar Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga para sahabat

dan para umatnya yang senantiasa istiqomah dijalan-Nya.

Penulis menyadari bahwasanya manusia tidaklah mungkin hidup tanpa bantuan

orang lain dan tidaklah mungkin terwujud semua usaha tanpa bantuan orang lain.

Dengan ini penulis dalam rangka menyelesaikan tugas, dalam kerendahan hati ini,

penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH., MA., MM., sebagai Dekan Fakultas Syariah

dan Hukum UIN Syarif hidayatullah Jakarta.

2. Drs. H. A. Basiq Djalil, SH., MA., sebagai Ketua Jurusan Peradilan Agama dan

Ibu Rosdiana, M.Ag., sebagai Sekretaris Jurusan Peradilan Agama.

3. Dr. Ahmad Yani, M.Ag., sebagai Ketua Koordinator Teknis Program Non

Reguler dan Mufidah, S.Hi., sebagai Sekretaris Koordinator Teknis Program Non

Reguler.

Page 6: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

ii

4. Ibu Dr. Hj. Mesraini, M. Ag, sebagai Dosen Pembimbing I dan Bapak

Kamarusdiana, S.Ag, MH, sebagai Dosen Pembimbing II.

5. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum, yang telah sabar membimbing dan

mengajar penulis selama masa perkuliahan.

6. Pimpinan Perpustakaan beserta seluruh Staff Fakultas Syariah dan Hukum,

yang selalu memberikan penulis fasilitas dalam keperluan perkuliahan.

7. Pimpinan Perpustakaan Utama beserta seluruh Staff yang sudah membantu

memberikan penulis fasilitas dalam keperluan perkuliahan.

8. Seluruh Staff Pengadilan Agama Jakarta Selatan tempat penulis mengadakan

penelitian serta mendapatkan data dan informasi serta wawancara.

9. Yang tercinta dan terkasih kedua orangtua, keluarga, Suami “Agus Setia

Mulyana”, dan anak tercinta “Ismail Setia Dirgantara”, yang senantiasa selalu

ada dalam memberikan doa dan semangatnya, serta seluruh sahabat

seperjuanganku yakni Peradilan Agama angkatan 2007 khususnya sdri

Nurmilah Sari, sdri Syarifah Ummi Hanni, sdra „Deni. K, Deni. H, Arifin,

Muhiddin, Achmad Charis, Rahman Hakim, Syarifudin, Royhan, Indro

Wibowo, Bapak Tamim yang selalu ada waktunya bersama-sama menitih

masa perkuliahan dari nol sampai wisuda ini.

10. Yang terhebat saudara-saudaraku KPA. Arkadia khususnya Ahmad Buchori

dan Keluargaku di Wonosari khususnya Cahyana Tri Raharja yang selalu

mengingatkan dan membantu secara moril maupun materil.

Page 7: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

iii

Akhirnya, kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam

penyelesaian skripsi ini, saya menghanturkan terimakasih banyak atas bantuan

semuanya baik yang berupa doa maupun materill yang tidak dapat penulis balas

dengan baik, semoga Allah SWT yang akan membalas kebaikan kalian semuanya.

Amin

Jakarta, Maret 2014

Penulis

Page 8: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... iv

BAB I: PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.............................................. 4

C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 6

E. Metode Penelitian ........................................................................... 6

F. Review Penelitian ........................................................................... 10

G. Sistematika Penulisan .................................................................... 13

BAB II: TINJAUAN TEORITIS TENTANG HARTA BERSAMA ......... 14

A. Pengertian Harta Bersama .............................................................. 14

B. Pengurusan (Bestuur) Harta Kekayaan dalam Perkawinan

Menurut Peraturan Perundang-undangan di Indonesia .................. 16

C. Dasar Hukum Pembagian Harta Bersama Pasca Perceraian .......... 21

D. Konsep Harta Bersama Dalam Pandangan Hukum Islam .............. 24

BAB III : PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA

PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA JAKARTA

SELATAN ........................................................................................... 37

A. Deskripsi Pengadilan Agama Jakarta Selatan ................................ 37

Page 9: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

v

B. Proses Pemeriksaan Penyelesaian Harta Bersama

Di Pengadilan Agama Jakarta Selatan ........................................... 42

C. Putusan Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan tentang

Harta Bersama ................................................................................ 44

D. Pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan dalam

Memutuskan Gugatan Harta Bersama ........................................... 53

E. Analisa Penulis ................................................................................ 54

BAB IV: PENUTUP .......................................................................................... 62

A. Kesimpulan .................................................................................... 62

B. Saran- Saran ................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 67

LAMPIRAN ............................................................................................................ 69

Page 10: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berbicara tentang perkawinan erat hubungannya dengan kehidupan

manusia itu sendiri, karena perkawinan itu merupakan proses untuk menjalani

hidup berkeluarga bagi setiap orang yang menghendaki adanya keseimbangan

lahir dan bathin selaras antara rohani dan jasmani. Demikian juga kebutuhan

hidup dalam perkawinan itu memerlukan harta benda (kekayaan) untuk

dipergunakan baik oleh suami maupun istri untuk memenuhi kebutuhan hidup

sehari-hari bagi keluarga. Kekayaan inilah yang disebut: ”Harta Perkawinan”,

”Benda Perkawinan”, ”Harta Keluarga”, ataupun ”Harta Benda Keluarga”.1

Setiap perkawinan tidak terlepas dari adanya harta benda baik

yangdiperoleh sebelum perkawinan, pada saat perkawinan berlangsung

maupunyang diperoleh selama suami dan istri dalam ikatan perkawinan. Menurut

perundang-undangan di Indonesia, ketentuan harta sudah diatur dalam Undang-

undang Perkawinan Nomor 1 tahun 1974. Dalam Undang-undang tersebut

dijelaskan bahwa harta dalam perkawinan di bagi kepada 2 jenis, yaitu: harta

bersama dan harta bawaan. Yang dimaksud dengan harta bersama adalah harta

pencaharian yang diperoleh selama suami dan istri diikat dalam perkawinan dan

1 Surojo Wignodipuro, Pengantar dan Azas-azas Hukum Adat, (Jakarta : Gunung Agung,

1982), hal.149

Page 11: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

2

harta tersebut tidak diperoleh melalui warisan, hadiah dan hibah.Suami dan istri

dapat berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu atas harta tersebut berdasarkan

persetujuan kedua belah pihak. Mulai perkawinan dilangsungkan, secara hukum

berlaku kesatuan bulat antara harta kekayaan suami istri. Adapun terkait dengan

status harta yang sudah dimiliki sebelum menikah, mahar, warisan, hadiah dan

hibah disebut sebagai harta bawaan dari masing-masing suami istri. Harta bawaan

tersebut berada dibawah penguasaan masing-masing suami istri sepanjang para

pihak tidak menentukan lain.

Persatuan kekayaan melalui konsep harta bersama itu berlaku sepanjang

perkawinan dilaksanakan dan tidak boleh ditiadakan atau diubah dengan suatu

persetujuan antara suami dan istri. 2 Jika bermaksud mengadakan penyimpangan

dari ketentuan harta bersama sebagaimana diatur dalam Undang-undang

Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, suami istri harus menempuh jalan dengan

perjanjian kawin (Prenuptial Agreement). Perjanjian tesebut diatas, haruslah

dilaksanakan sebelum perkawinan dilangsungkan, dan dibuat dalam bentuk akta

autentik dihadapan Pejabat yang berwenang, yaituPegawai Pencatat Nikah. Hal ini

diatur dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 47 ayat 1. Akta autentik tersebut

sangat penting, karena dapat dijadikan bukti dalam persidangan pengadilan

apabila terjadi sengketa tentang harta bawaan masing-masing suami istri.

2Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Jakarta: Kencana,

2008), Ed. 1, cet.2, hal. 104

Page 12: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

3

Di dalam kehidupan berumah tangga tidak selamanya orang hidup

harmonis dan bahagia, dikarenakan kedua belah pihak kurang memahami antara

hak dan kewajiban masing-masing sebagai suami istri sebagaimana yang telah

diuraikan dalam Undang-undang yang telah ada, sehingga seringkali dalam

praktiknya terjadi percekcokan yang mengakibatkan perceraian.

Apabila perkawinan putus karena perceraian dan tidak adanya perjanjian

perkawinan (Prenuptial Agreement) yang dibuat sebelum perkawinan, maka harta

bersama tersebut diatur menurut hukum masing-masing.3 Dalam Undang-undang

Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, Kompilasi Hukum Islam (KHI), Kitab

Undang-undang Hukum Perdata (KUHPer), dan sejalan dengan putusan

Mahkamah Agung Republik Indonesia tanggal 9 Desember 1959 Nomor

424.K/SIP/1959, yang mengemukakan bahwa harta bersama suami istri apabila

terjadi putusnya perkawinan baik karena kematian atau perceraian maka kepada

suami istri tersebut masing-masing mendapat setengah bagian dari harta yang

mereka peroleh selama perkawinan berlangsung.

Dalam praktik peradilannya, hal tersebut tidaklah mudah dan sederhana.

Beberapa hal tidak sejalan dengan perkembangan hukum dan kondisi sosial yang

telah berubah dalam masyarakat sesuai dengan perkembangan kemajuan zaman.

Perubahan dalam kehidupan masyarakat terjadi dalam berbagai bentuk, baik

dalam bidang komunikasi, informasi dan hal-hal yang menyangkut dengan sosial

3Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Jakarta: Kencana,

2008), Ed. 1, cet.2, hal. 105

Page 13: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

4

budaya, seperti pihak istri bekerja tidak hanya sebatas menjadi ibu rumah tangga,

dengan kata lain pihak suami tidak berpartisipasi dalam membangun ekonomi

rumah tangga atau suami istri yang sama-sama berpartisipasi dalam membangun

ekonomi rumah tangga. Yang kesemuanya itu sangat mempengaruhi tentang

perolehan harta bersama dan juga pembagian harta bersama apabila terjadi

perceraian.

Oleh karena itu perlu adanya pertimbangan khusus tentang partisipasi dari

pihak istri atau partisipasi dari kedua belah pihak dalam mewujudkan harta

bersama keluarga, sehingga bagian yang menetapkan setengah dari harta bersama

untuk istri dan untuk suami perlu dilenturkan lagi.

Berdasarkan hal-hal tersebut penulis ingin meninjau lebih jauh bagaimana

hakim Pengadilan Agama menerapkan pembagian harta bersama tersebut. Apakah

hakim Pengadilan Agama memang menerapkan ketentuan bahwa setengah dari

harta bersama untuk istri dan untuk suami?. Ataukah hakim Pengadilan Agama

telah melenturkan aturan tersebut?. Dalam hal ini Peneliti akan memfokuskan

penelitian pada putusan hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan, dengan judul:

“PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA

PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATAN”.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan, fokus

penelitian ini adalah tentang pemeriksaan gugatan harta bersama di Pengadilan

Page 14: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

5

Agama Jakarta Selatan, Bagaimana perhitungan dan putusan Hakim tentang harta

bersama.

Untuk lebih fokusnya penelitian ini, maka peneliti hanya membatasi pada

putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan tentang gugatan harta bersama dalam

kasus apabila suami bekerja sedangkan istri tidak bekerja, suami tidak bekerja

sedangkan isatri bekerja, dan suami istri sama-sama bekerja.

Berdasarkan masalah-masalah yang muncul terkait dengan penyelesaian

gugatan harta bersama pasca perceraian yang diputus oleh pihak Pengadilan, maka

rumusan tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pemeriksaan gugatan harta bersama di Pengadilan Agama

Jakarta Selatan?

2. Apakah pertimbangan hakim dalam memutuskan gugatan harta bersama Di

Pengadilan Agama Jakarta Selatan?

3. Apakah putusan Majelis Hakim dalam pembagian harta bersama sudah sesuai

dengan Undang-undang yang berlaku di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan masalah, yaitu

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui proses pemeriksaan gugatan harta bersama pasca

perceraian di Pengadilan Agama Jakarta Selatan;

2. Untuk mengetahui pertimbangan hakim tentang pembagian porsi harta

bersama;

Page 15: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

6

3. Untuk mengetahui putusan Majelis Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan

dalam pembagian harta bersama pasca perceraian, apabila:

a. Pihak suami bekerja, pihak istri tidak bekerja;

b. Pihak suami tidak bekerja, pihak istri bekerja;

c. Pihak suami dan pihak istri sama-sama bekerja.

D. Manfaat Penelitian

1. Ingin memberikan gambaran kepada pembaca mengenai porsi pembagian

harta bersama pasca perceraian apabila pihak suami bekerja sedangkan pihak

istri tidak bekerja, pihak suami tidak bekerja sedangkan pihak istri bekerja,

pihak suami dan pihak istri sama-sama bekerja serta implementasinya dalam

putusan di Pengadilan Agama Jakarta Selatan.

2. Untuk lebih mengembangkan penalaran, pembentukan pola pikir dinamis

sekaligus untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang

diperoleh. Sebagai bahan pertimbangan dalam penyelesaian gugatan harta

bersama pasca perceraian.

3. Penelitian ini diharapkan dapat merumuskan cara yang tepat dalam hal

penerapan hukum penyelesaian gugatan harta bersama pasca perceraian oleh

Pengadilan Agama.

E. Metode Penelitian

Untuk mencapai sasaran yang tepat dalam penelitian ini penulis

menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

Page 16: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

7

1. Obyek Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, obyek penelitiannya adalah putusan

Majelis Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan tentang penyelesaian

gugatan harta bersama yang mana putusan tersebut penulis ambil secara acak,

dengan kriteria yang bisa mewakilkan pembagian harta bersama apabila:

a. Pihak suami bekerja, pihak istri tidak bekerja;

b. Pihak suami tidak bekerja, pihak istri bekerja;

c. Pihak suami dan pihak istri sama-sama bekerja.

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu jenis penelitian yang

menggambarkan dan memberikan analisa terhadap peraturan Perundang-

undangan yang bertkaitan dengan harta bersama dan juga mengungkap

bagaimana kenyataan yang ada di lapangan, terkait dengan penerapan

peraturan tersebut di Pengadilan Agama Jakarta Selatan.

3. Metode Pendekatan

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu jenis

data yang digunakan bersifat naratif dalam bentuk pernyataan-pernyataan

yang menggunakan penalaran.4 Sedangkan metode pendekatan masalah yang

digunakan adalah pendekatan yuridis normatif dan empiris normatif yaitu

mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam Peraturan

4Yayan Sopyan, Metode Penelitian, (Jakarta: t.p., 2009), h. 21.

Page 17: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

8

Perundang-undangan dan putusan Pengadilan serta norma-norma yang hidup

dan berkembang dalam masyarakat.5

4. Sumber Data dan Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan dengan cara mempelajari dan menganalisa

data-data yang dikelompokkan menjadi 3 (tiga) sumber yaitu :

a. Data Primer, yaitu data-data pokok, terdiri dari

1) Putusan Pengadilan

Dalam hal ini penulis mengumpulkan data dengan cara

mengumpulkan putusan-putusan Pengadilan Agama Jakarta

Selatanyang diambil secara acak yang sesuai dengan permasalahan

yang penulis, yaitu:

a) Putusan Nomor 45/Pdt.G/2005/PAJS, mewakili pihak suami tidak

bekerja, pihak isteri bekerja;

b) Putusan Nomor 0356/Pdt.G/2008/PAJS, mewakili pihak suami

bekerja, pihak isteri tidak bekerja;

c) Putusan Nomor 0180/Pdt.G/2011/PAJS, mewakili pihak suami

bekerja dan pihak isteri sama-sama bekerja.

2) Wawancara

Penulis mengumpulkan data dengan cara mengadakan

wawancara secara langsung denganvinforman yang banyak

mengetahui tentang masalah yang diteliti. Dengan ini penulis

5Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, cet. II, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), h. 105

Page 18: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

9

mengadakan wawancara dengan Hakim Pengadilan Agama Jakarta

Selatan, yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan Agama Jakarta Selatan,

yaitu: Ibu Tama, SH.

b. Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh melalui studi pustaka yang

bertujuan untuk memperoleh landasan teori yang bersumber dari buku

literature dan karya ilmiah yang ada hubungannya dengan materi yang

dibahas, yaitu:

1) Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan;

2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1975 tentang

Pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang

Perkawinan;

3) Kompilasi Hukum Islam (KHI);

4) Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPer);

5) Yurisprudensi;

6) Literature-literatur Hukum:

a) Buku-buku;

b) Jurnal;

c) Website;

d) Artikel.

Page 19: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

10

c. Data Tersier

Merupakan data yang memberikan petunjuk maupun penjelasan

terhadap data primer dan data sekunder yaitu kamus hukum.

5. Metode Analisa Data

Berdasarkan sifat penelitian ini yang menggunakan metode penelitian

deskriptif analitis, analisa data yang dipergunakan adalah pendekatan kualitatif

terhadap data primer dan data sekunder dengan menggunakan analisa isi

(content analisis), yaitu menganalisis isi putusan dengan cara membandingkan

teori yang ada dengan praktek di lapangan, yansg kemudian dideskripsikan

sehinggamendapatkan suatu kesimpulan yang objektif dan konkret sesuai

dengan masalah yang ada.

F. Review Penelitian

Terdapat sejumlah penelitian terdahulu terkait dengan harta bersama,

diantaranya:

1. Judul : Penyelesaian Pembagian Harta Bersama Setelah

Perceraian DiNegara Bagian Sarawak (Malaysia).

Peneliti : Muhammad Harmila Bin Anuar

Identitas Penelitian : Skripsi, tahun 2010, Prodi SAS UIN Jakarta Syarif

Hidayatullah.

Isi : Putusan Majelis Hakim Pengadilan di Negara Bagian

Sarawak (Malaysia) adalah sesuai dengan kaidah-

Page 20: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

11

kaidah atau ketentuan yang berlaku. Sebagaimana yang

telah disebutkan dalam pasal 58 Ordinan Undang-

undang Keluarga Islam (Sarawak).

Metode penelitian : Penelitian Kualitatif dengan teknik penelitian

deskriptif.

Penelitian ini lazim disebut sebagai studi dogmatik atau

Doctrinal Reseace.

2. Judul : Analisis Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Nomor : 193 K/AG/2004, tentang Pembagian Harta

Bersama

Peneliti : Hernasari

Identitas Penelitian : Skripsi, tahun 2009, Prodi SAS UIN Jakarta Syarif

Hidayatullah.

Isi : Memperbaiki amar putusan PA dan PTA yang mana

hukum atas kasus pembagian harta gono-gini yang

diteliti cenderung kurang adil karena berdasarkan

analisis deret waktu, lebih banyak harta yang diperoleh

atas hasil jerih payah penggugat, baik sebelum maupun

selama pernikahan.

Metode penelitian : Penelitian Deskriftif

Page 21: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

12

3. Judul : Penyelesaian Harta Bersama Akibat Perceraian

Perspektif Hukum Islam (Studi Putusan Nomor :

393/PDT.G/2007/PA. TNG

Peneliti : Hamzah Ikat

Identitas Penelitian : Skripsi, tahun 2009, Prodi SAS UIN Jakarta Syarif

Hidayatullah.

Isi : Pertimbangan Majelis Hakim pada putusan perkara

Nomor 393/Pdt. G/2007/PA. Tng, Hakim hanya

menerapkan apa yang terdapat dalam Kompilasi

Hukum Islam sepanjang sudah dijelaskan atau

disesuaikan dengan kasus baru hakim menafsirkan

pasal tersebut.

Metode penelitian : Penelitiannya menggunakan Pendekatan Normatif.

Menggabungkan antara jenis penelitian yang bersifat

penelitian lapangan (field research) dan studi

kepustakaan (library research).

Dari ketiga penelitian terdahulu, tampak bahwa penelitian tersebut berbeda

dengan penelitian yang peneliti lakukan. Meski topik penelitiannya masih sama-

sama terkait harta bersama, namun obyek dan fokus penelitiannya berbeda.

Karena obyek dan fokus penelitian dalam skripsi ini adalah putusan Majelis

Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan tentang penyelesaian gugatan harta

Page 22: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

13

bersama, yang mana putusan tersebut terfokus kepada porsi pembagian harta

bersama apabila:

1. Pihak suami bekerja, pihak istri tidak bekerja;

2. Pihak suami tidak bekerja, pihak istri bekerja;

3. Pihak suami dan pihak istri sama-sama bekerja.

G. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan sebagai berikut :

Bab pertama berisi pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

metode penelitian, review penelitian dan sistematika penulisan.

Bab kedua menjelaskan mengenai ketentuan harta bersama secara teoritis

yang meliputi, definisi harta bersama, dasar hukum harta bersama, pengurusan

(bestuur) harta bersama menurut Perundang-undang di Indonesia, dasar hukum

pembagian harta bersama dan konsep harta bersama dalam pandangan fiqih.

Bab ketiga merupakan pembahasan perihal penerapan ketentuan

pembagian harta bersama di Pengadilan Agama Jakarta Selatan yang meliputi:

deskripsi Pengadilan Agama Jakarta Selatan, proses pemeriksaan penyelesaian

harta bersama di Pengadilan Agama Jakarta Selatan, pertimbangan putusan hakim

tentang harta bersama tersebut dan analisis penulis.

Bab keempat berisi penutup yang meliputi kesimpulan yang dapat penulis

ambil dari keseluruhan skripsi ini, dan diakhiri dengan saran dan rekomendasi.

Page 23: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

14

BAB II

TINJAUAN TEORITIS TENTANG HARTA BERSAMA

A. Pengertian Harta Bersama

Dari segi bahasa harta yaitu barang-barang (uang dan sebagainya) yang

menjadi kekayaan.1 Sedangkan harta bersama adalah harta yang diperoleh suami

istri secara bersama di dalam perkawinan.2

Para ahli hukum di Indonesia telah menjelaskan bahwa yang dimaksud

dengan harta bersama adalah semua harta yang diperoleh selama perkawinan

berlangsung, tanpa mempersoalkan siapa diantara suami istri yang mencarinya

dan juga tanpa mempersoalkan atas nama siapa harta kekayaan itu terdaftar.3

Walaupun demikian telah dibatasi oleh ahli hukum di Indonesia bahwa

yang dimaksud dengan harta bersama adalah harta kekayaan yang dihasilkan

melalui jerih payah atau usaha suami dan/atau istri selama mereka diikat oleh tali

perkawinan.

Dengan demikian harta bawaan pribadi yang berasal dari pencaharian

sendiri sebelum perkawinan tidak bisa dikategorikan sebagai harta bersama.

Begitu juga, tidak termasuk harta bersama harta yang berasal dari harta warisan,

1Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), cet.2, h.199.

2 Sudarsono, Kamus Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), cet.6, h.160.

3 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Jakarta: Kencana,

2008), cet.2, h.108.

Page 24: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

15

harta hibah dan barang-barang hadiah, meskipun harta tersebut diperoleh disaat

mereka terikat tali perkawinan.

Dalam hukum positif di Indonesia, masalah harta bersama diatur dalam

Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan (UUP), Kompilasi

Hukum Islam (KHI), dan Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPer).

Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 Pasal 35 ayat (1) berbunyi : ‟‟Harta

benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama‟‟. Cakupan atau

batasan dari harta bersama diatur pada ayat (2) yaitu: ‟‟Harta bawaan dari

masing-masing suami dan istri dan harta benda yang diperoleh masing-masing

sebagai hadiah atau warisan, adalah dibawah penguasaan masing-masing

sepanjang para pihak tidak menentukan lain.‟‟

Dalam Kompilasi Hukum Islam, harta besama diatur lebih rinci. Pasal 1

huruf F Kompilasi Hukum Islam menyatakan: ‟‟Harta kekayaan dalam

perkawinan atau syirkah adalah harta yang diperoleh baik sendiri-sendiri atau

bersama suami-istri selama dalam ikatan perkawinan berlangsung selanjutnya

disebut harta bersama, tanpa mempersoalkan terdaftar atas nama siapapun.‟‟

Sedangkan dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Pasal 119

menyatakan: ”Sejak saat dilangsungkan perkawinan, maka menurut hukum

terjadi harta bersama menyeluruh antara suami istri, sejauh hal itu tidak

diadakan ketentuan-ketentuan lain dalam perjanjian perkawinan.”

Dengan demikian dapat dipahami bahwa harta benda dalam perkawinan

berdasarkan hukum positif di Indonesia dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:

Page 25: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

16

1. Harta Bersama, yaitu harta kekayaan yang dihasilkan melalui jerih payah

suami dan/atau istri selama mereka diikat oleh tali perkawinan, bukan harta

yang berasal dari harta perorangan atau pribadi yang berasal dari pencaharian

sendiri sebelum perkawinan, dan bukan pula harta yang diperoleh pada saat

perkawinan melalui warisan, hibah dan hadiah;

2. Harta Pribadi, yaitu harta kekayaan perorangan baik itu harta perorangan

suami atau harta perorangan istri yang berasal dari pencaharian masing-

masing sebelum perkawinan, dan harta yang diperoleh ketika terikat tali

perkawinan melalui warisan, hibah, dan barang-barang hadiah.

B. Pengurusan (Bestuur) Harta Kekayaan dalam Perkawinan Menurut

Peraturan Perundang-undangan di Indonesia

Pada prinsipnya dalam pengurusan harta kekayaan dalam perkawinan baik

suami maupun istri dapat menggunakan sesuai dengan kehendaknya masing-

masing seperti menjual, memperbaikinya, memberikan kepada orang lain dan

sebagainya, selama itu tidak bertentangan dengan undang-undang atau peraturan

umum lainnya. Dan juga tidak diperkenankan mengganggu hak orang lain, yang

menjadi masalah mengenai harta kekayaan suami istri ini ialah mana yang dapat

dimasukkan ke dalam harta persatuan suami istri dan yang merupakan harta

kekayaan pribadi dari masing-masing pihak (suami istri).4Dalam peraturan

4 Husni Syawali, Pengurusan (Bestuur) Atas Harta Kekayaan Perkawinan Menurut KUH

Perdata, Undang-undang Nomor 1 Tahun1974 Tentang Perkawinan Dan Hukum Islam, (Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2009), cet.1, h.72.

Page 26: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

17

Perundang-undangan di Indonesia, Pengelolaan harta kekayaan dalam perkawinan

diatur sebagai berikut:

1. Harta Bawaan

Harta Bawaan, yaitu harta benda atau barang-barang tertentu yang dibawa

baik oleh suami atau istri pada waktu kawin. Apabila suami yang memperoleh

barang itu, maka ia sendiri menjadi pemiliknya dan istri tidak ikut

memilikinya, tetapi dapat turut menikmati manfaat dari hasil barang-barang

itu. Demikian juga sebaliknya, dengan harta bawaan istri. Apabila melakukan

perbuatan hukum dengan barang-barang tersebut maka tidak diperlukan

persetujuan terlebih dahulu dari salah satu pihak karena masing-masing suami

istri mempunyai hak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum terhadap

harta bawaan tersebut. Sesuai dengan isi Pasal 36 ayat (2)Undang-undang

Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan: ”Mengenai harta bawaan masing-

masing suami dan istri mempunyai hak sepenuhnya untuk melakukan

perbuatan hukum mengenai harta bendanya”.

2. Harta Bersama

Harta bersama yaitu harta benda yang diperoleh suami atau istri secara

bersama di dalam perkawinan melalui pencaharian bersama bukan berasal dari

harta perorangan yaitu harta pencaharian sebelum perkawinan, warisan, hibah,

dan barang-barang hadiah. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 35 ayat (1)

Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan: ”Harta benda yang

diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama”. Dalam hal

Page 27: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

18

pengurusan harta bersama ini menjadi hak dan kewajiban suami istri secara

bersama. Baik suami atau istri dapat mempergunakannya dengan persetujuan

salah satu pihak. Sesuai dengan isi Pasal 36 ayat (1)Undang-undang Nomor 1

tahun 1974 tentang Perkawinan: ”Mengenai harta bersama, suami atau istri

dapat bertindak atas persetujuan kedua belah pihak”.

3. Hadiah atau Warisan

Hadiah yaitu harta yang diperoleh dari suatu pemberian yang timbul karena

rasa simpatik terhadap seseorang yang berprestasi atau menghargai seseorang

yang disebabkan hal-hal tertentu.5 Hadiah dalam hal ini dapat diartikan juga

harta yang didapat oleh pengantin pada waktu pernikahan dilaksanakan.

Sedangkan harta yang berasal dari warisan yaitu harta pengoperan yang

berbentuk materil dan imateril dari satu generasi ke generasi selanjutnya.6

Untuk pengurusan harta kekayaan perkawinan yang berasal dari hadiah atau

warisan adalah menjadi hak dan kewajiban masing-masing suami atau istri

pemilik harta tersebut. Pasangan dari suami atau istri tidak perlu persetujuan

dari pasangannya masing-masing apabila melakukan perbuatan hukum

terhadap harta tersebut.

Selanjutnya, dengan adanya ikatan perkawinan antara seorang pria dan

seorang wanita, berakibat timbulnya hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban

5 Ibid., h.51.

6 Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata Dalam Sistem Hukum Nasional, (Jakarta: Kencana,

2009), h.248.

Page 28: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

19

suami istri ini diatur dalam Pasal 30 sampai dengan Pasal 34 Undang-undang

Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan.

Suami istri dalam membina kehidupan berumah tangga dan dalam

pergaulan masyarakat mempunyai kedudukan hak dan kewajiban yang sama.

Dalam lingkungan masyarakat terkecil, suami istri tidak dapat menghindari

kewajibannya dalam hal membina rumah tangga. Hal ini disebutkan dalam Pasal

31 ayat (1) Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan: ”Hak dan

kewajiban suami istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam

kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat.”

Meskipun hak dan kwajiban suami istri itu sama, akan tetapi dalam hal pemegang

pimpinan keluarga tetap berada pada pihak suami dan istri sebagai ibu rumah

tangga.

Sehubung dengan hak dan kewajiban dalam kehidupan berumah tangga

seperti tersebut diatas, ada lagi yang tidak kalah pentingnya yaitu yang berkaitan

dengan harta kekayaan dalam rumah tangga. Hak dan kewajiban dalam

pengurusan harta kekayaan dalam rumah tangga(bestuur) meliputi 3 (tiga) macam

harta, yaitu harta bawaan, harta bersama dan harta yang berasal dari hadiah atau

warisan. Hal ini telah diatur dalam Pasal 35 dan Pasal 36 Undang-undang Nomor

1 tahun 1974 tentang Perkawinan.

Pasal 35 berbunyi:

1. Harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama;

Page 29: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

20

2. Harta bawaan dari masing-masing suami dan istri dan harta benda yang

diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan, adalah di bawah

pengawasan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain.

Pasal 36 berbunyi:

1. Mengenai harta bersama, suami istri dapat bertindak atas persetujuan kedua

belah pihak;

2. Mengenai harta bawaan masing-masing suami dan istri mempunyai hak

sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum mengenai harta bendanya.

Adapun hutang piutang suami istri selama perkawinan, suami istri tersebut

bertanggung jawab dengan harta bersama mereka, maupun dengan harta bawaan

mereka. Apabila hutang tersebut adalah hutang suami, maka suami yang

bertanggung jawab dengan harta bawaannya dan dengan harta bersama. Harta

bawaan istri tidak ikut dipertanggung jawabkan untuk hutang suami apabila tidak

mencukupi untuk menutupi pembayaran hutang tersebut begitupun sebaliknya

dengan hutang istri. Yang menyangkut hutang suami istri setelah perceraian

suami istri bertanggung jawab sendiri dengan hartanya.7

Dalam hal kelebihan suami atas istri tidak boleh dijadikan alasan untuk

bertindak sekehendak hatinya bahkan tidak boleh merampas hak dan martabat

istri, juga tidak dapat dibenarkan menggunakan harta kekayaan milik istri untuk

kepentingan dirinya sendiri apalagi digunakan untuk membelanjai kebutuhan atau

7 Syawali, Pengurusan (Bestuur) Atas Harta Kekayaan Perkawinan Menurut KUH Perdata

Undang-undang Nomor 1 Tahun1974 Tentang Perkawinan Dan Hukum Islam, hal. 97.

Page 30: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

21

keperluan rumah tangga yang menjadi tanggung jawab suami. Namun demikian

Islam tetap memberikan kesempatan kepada suami untuk menggunakan dan

menikmati harta kekayaan istri dengan syarat ada persetujuan dari istri. Hal ini

ditegaskan dalam surat An-Nisa’ (4): 4, berbunyi:

Artinya: ”Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi)

sebagai pemberian penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada

kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah)

pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.” (QS. An-

Nisa’ (4): 4)

C. Dasar Hukum Pembagian Harta Bersama Pasca Perceraian

Mulai perkawinan dilangsungkan, secara hukum berlaku kesatuan bulat

antara harta kekayaan suami istri. Akan tetapi dalam kehidupan berumah tangga

tidak selamanya orang hidup harmonis dan bahagia, dikarenakan kedua belah

pihak kurang memahami antara hak dan kewajiban masing-masing sebagai suami

istri sebagaimana yang telah diuraikan dalam undang-undang yang telah ada,

sehingga seringkali dalam praktiknya terjadi percekcokan yang mengakibatkan

perceraian.

Sebagaimana perbuatan hukum lainya, perceraian juga akan menimbulkan

akibat baik bagi suami maupun bagi istri, juga terhadap anak-anaknya dan harta

benda yang mereka miliki. Sehingga sering terjadi sengketa masalah pembagian

harta bersama pasca perceraian.

Page 31: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

22

Dalam peraturan Perundang-undangan di Indonesia, dasar hukum

pembagian harta bersama berdasarkan:

1. Pasal 37 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, yang

berbunyi:

”Bila perkawinan putus karena perceraian, harta bersama diatur menurut

hukumnya masing-masing”.

Dalam hal ini yang dimaksud dengan ”hukumnya masing-masing”,

adalah hukum agama, hukum adat dan hukum lainya. Contohnya dahulu di

Bali azas suami mendapat 2/3 bagian dan istri mendapat 1/3 bagian dari harta

bersama apabila terjadi perceraian, azas ini disebut ”sasuhun-sarembat”.

Sedangkan di Jawa Tengah disebut ”sagendong sapikul”.8

2. Pasal 96 ayat 1 Kompilasi Hukum Islam, yang berbunyi:

”Apabila terjadi cerai mati, maka separuh harta bersama menjadi hak

pasangan yang hidup terlama”.

Yang dimaksud dengan ”separuh harta bersama”, berarti apabila

salah satu pasangan meninggal dunia, maka setengah dari harta yang

diperoleh selama perkawinan berlangsung menjadi hak pasangan yang hidup

terlama sedangkan yang separuhnya lagi dibagikan kepada para ahli waris

sehingga menjadi harta waris dari salah satu pasangan yang meninggal.

8 Surojo Wignjodipuro, Pengantar dan Azas-Azas Hukum Adat, (Bandung:Alumni, 1973),

h.185.

Page 32: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

23

3. Pasal 97 Kompilasi Hukum Islam, yang berbunyi:

”Janda atau Duda cerai hidup masing-masing berhak seperdua dari harta

bersama sepanjang tidak ditentukan lain dalam perjanjian perkawinan.”

”Sepanjang tidak ditentukan lain dalam perjanjian perkawinan”,

maksudnya adalah setiap pasangan yang telah bercerai baik secara cerai talak

atau cerai mati masing-masing berhak mendapatkan separuh bagian dari harta

bersama sepanjang mereka tidak membuat perjanjian pranikah atau prenuptial

agreement. Henry Lee A Weng mengutip pendapat Gatot Supramono dalam

bukunya “Beberapa Segi Hukum dalam Perjanjian Perkawinan”, : Perjanjian

perkawinan adalah perjanjian yang dibuat oleh calon suami dengan calon

isteri pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan, perjanjian mana

dilakukan secara tertulis dan disahkan oleh Pegawai Pencatat Nikah dan isinya

juga berlaku terhadap pihak ketiga sepanjang diperjanjikan. Perjanjian

pranikah bukan hanya menyangkut masalah harta benda akibat perkawinan,

melainkan juga meliputi syarat-syarat/keinginan-keinginan yang harus

dipenuhi oleh kedua belah pihak sepanjang tidak melanggar batas-batas

hukum, agama dan kesusilaan.9 Perjanjian pra nikah tidak diperbolehkan bila

perjanjian tersebut menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal,

contoh: Perjanjian pra nikah yang isinya, jika suami meninggal dan mereka

tidak dikaruniai anak, maka warisan mutlak jatuh pada istri. Padahal dalam

9 Henry Lee A weng, Beberapa Segi Hukum dalam Perjanjian Perkawinan, (Medan,

Rimbow,1990), h.5.

Page 33: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

24

Islam, harta suami yang meninggal tanpa dikarunia seorang anak tidak seluruh

hartanya jatuh kepada istri, masih ada saudara kandung dari pihak suami

ataupun orang tua suami yang masih hidup. Contoh diatas adalah

”Menghalalkan yang haram”. Contoh lainnya : Perjanjian yang isinya,

perkawinan dibatasi waktu atau nikah mut’ah (kawin kontrak), sedangkan

pernikahan tidak boleh diperjanjikan untuk bercerai.

Berdasarkan dari beberapa pasal diatas maka dapat dikemukakan

bahwa harta bersama suami istri apabila putus dikarenakan perceraian ataupun

kematian maka kepada suami istri masing-masing mendapat setengah bagian

dari harta bersama.

D. Konsep Harta Bersama dalam Pandangan Hukum Islam

Dalam kitab-kitab fiqih Imam Mahzab, hanya ditemui pembahasan bahwa

masing-masing harta suami istri terpisah tidak ada penggabungan harta setelah

pernikahan terjadi, suami hanya berkewajiban menafkahi istri. Dasar hukumnya

adalah Al-Qur’an surat An-Nisa’ (4): 32, berbunyi:

Artinya: ”Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah

kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena)

bagi orang laki-laki ada sebahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan

bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan

Page 34: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

25

mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui segala sesuatu.” (QS. An-Nisa’ (4): 32)

Dengan demikian harta yang dimiliki istri dalam perkawinan hanya

sebatas nafkah yang dia terima dari suaminya dan ditambah mahar yang dia

peroleh pada saat awal perkawinan serta hadiah, hibah dan warisan. Berkaitan

dengan harta kekayaan perkawinan dalam kitab fiqih imam mahzab ditemukan

tentang pembahasan Mata‟ul Bait (Perabot Rumah Tangga).

Dalam buku Abdul Manan “Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Di

Indonesia”, Hazairin, Anwar Harjono dan Andoerraoef serta diikuti oleh murid-

muridnya mengemukakan pendapat pula bahwa agama Islam tidak mengatur

tentang harta bersama dalam Al-Qur’an. Oleh karena itu diserahkan sepenuhnya

kepada mereka (suami istri) untuk mengaturnya.10

Pengaturan harta kekayaan dalam perkawinan menurut hukum Islam

meliputi:

1. Warisan

Warisan adalah harta peninggalan yang ditinggalkan pewaris kepada

ahli waris. Ahli waris adalah orang-orang yang berhak menerima harta

peninggalan (mewarisi) orang yang meninggal, baik karena hubungan

keluarga, pernikahan, maupun karena memerdekakan hamba sahaya (wala‟).

Kepemilikan warisan dan juga pengurusan warisan tersebut menjadi hak dan

kewajiban ahli waris.

10

Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Jakarta: Kencana,

2008), Ed. 1, cet.2, h.109

Page 35: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

26

2. Maskawin atau Mahar

Maskawin adalah harta yang diperoleh dari pemberian mempelai laki-

laki kepada mempelai perempuan, disebut juga ”mahar”. 11

Kepemilikan mahar dan juga pengurusan mahar tersebut menjadi hak

dan kewajiban sepenuhnya pihak istri.

3. Nafkah

Perkawinan merupakan salah satu sebab yang mewajibkan pemberian

nafkah terhadap istri. Firman Allah SWT, dalam surat An-Baqorah : 233,

berbunyi:

Artinya: ”Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun

penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban

ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf.

Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.

Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang

ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila

keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya

11

Sudarsono, Kamus Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), cet. 6, h.268.

Page 36: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

27

dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu

ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila

kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu

kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu

kerjakan”. (QS. Al-Baqarah (2) : 233)

4. Perabot Rumah Tangga (Mata’ul Bait)

Setiap perkawinan tidak terlepas dari adanya perabot rumah tangga,

karena merupakan salah satu faktor penunjang suatu rumah tangga. Perabot

rumah tangga ini dapat dipergunakan oleh semua anggota keluarga untuk

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Perabot rumah tangga merupakan

kewajiban suami untuk menyediakannya, adapun istri tidak berkewajiban

untuk menyediakan apapun dalam hal perabot rumah tangga.

Apabila terjadi perselisihan antara suami istri tentang sesuatu

perabotan rumah tangga, maka persoalannya harus diteliti terlebih dahulu.

Perabotan rumah tangga itu diteliti terlebih dahulu apakah perabotan itu

khusus untuk laki-laki, khusus untuk wanita atau dapat dipergunakan secara

bersama. Apabila telah diteliti maka penyelesaian perselisihan antara suami

istri mengenai perabot rumah tangga dapat diselesaikan dengan 3 (tiga)

penyelesaian, yaitu:

a. Menurut Imamiyah dan Imam Hanafi:

1) Barang-barang perabot rumah tangga khusus untuk laki-laki,

contohnya pakaian pria, perangkat teknik atau kedokteran (manakala

suami seorang insinyur atau dokter). Barang-barang seperti ini

pemiliknya ditentukan berdasarkan pernyataan (klaim) suami disertai

Page 37: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

28

sumpah, kecuali bila terdapat bukti yang menyatakan bahwa barang-

barang tersebut betul-betul milik istri;

2) Barang-barang perabot rumah tangga khusus untuk wanita,

contohnyapakaian wanita, perhiasan, mesin jahit, alat-alat kecantikan.

Barang-barang seperti ini pemiliknya ditentukan berdasarkan

pernyataan (klaim) istri disertai sumpah, kecuali bila terdapat bukti

yang menyatakan bahwa barang-barang tersebut betul-betul milik

suami;

3) Bila barang-barang tersebut dapat dipegunakan secara bersama,

contohnya selimut, kasur, furniture dan lain-lain. Barang-barang

seperti ini pemiliknya ditentukan berdasarkan pihak yang dapat

menunjukkan bukti. Apabila kedua belah pihak tidak dapat

menunjukkan bukti kepemilikannya, maka masing-masing pihak

diminta bersumpah bahwa barang-barang itu memang miliknya.

Sesudah keduanya diminta bersumpah, barang-barang itu dibagi dua.

Apabila salah seorang bersedia bersumpah sedang seorang lagi tidak,

maka barang-barang itu diberikan kepada pihak yang bersumpah.

b. Menurut Imam Syafi’i bahwa barang-barang yang bisa dipakai bersama,

ataupun barang-barang yang hanya dipakai oleh salah satu pihak adalah

milik bersama.12

12

Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Di Indonesia, h.381

Page 38: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

29

Menurut Wirjono Prodjodikoro dalam hal harta bersama, hukum Islam

paling sederhana mengaturnya, tidak rumit, dan mudah untuk dipraktikkannya.

Hukum Islam tidak mengenal adanya percampuran harta milik suami dengan

harta milik istri, masing-masing pihak bebas mengatur harta milik masing-masing

dan tidak diperkenankan adanya campur tangan salah satu pihak dalam

pengaturannya. Ikut campur salah satu pihak hanya bersifat nasihat saja, bukan

penentu dalam pengelolaan harta milik pribadi suami atau istri tersebut.13

Meskipun hukum Islam tidak mengenal adanya percampuran harta pribadi

masing-masing ke dalam harta bersama suami istri tetapi dianjurkan adanya saling

pengertian antara suami istri dalam mengelola harta pribadi tersebut. Apabila

dikhawatirkan akan timbul hal-hal yang tidak diharapkan, maka hukum Islam

memperbolehkan diadakan perjanjian perkawinan (prenuptial agreement)

sebelum pernikahan dilaksanakan.

Apa yang disebut harta bersama dalam rumah tangga, pada mulanya

didasarkan atas ‟urf atau adat istiadat dalam sebuah negeri yang tidak

memisahkan antara hak milik suami dan istri. Harta bersama tidak ditemukan

dalam masyarakat Islam yang adat istiadatnya memisahkan antara harta suami dan

harta istri dalam sebuah rumah tangga. Dalam masyarakat Islam seperti ini, hak

dan kewajiban dalam rumah tangga, terutama hal-hal yang berhubungan dengan

pembelanjaan, diatur secara ketat.14

13

Ibid, h.111.

14

Satria Effendi M. Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer Analisis

Yurisprudensi Dengan Pendekatan ushuliyah, (Jakarta: Kencana, 2004), h.59.

Page 39: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

30

Masyarakat Islam di Indonesia memiliki adat istiadat yang tidak

memisahkan harta suami dan harta istri dalam sebuah rumah tangga. Dengan

demikian, seluruh harta yang diperoleh setelah terjadinya akad nikah, dianggap

harta bersama suami istri tanpa mempersoalkan jerih payah siapa yang lebih

banyak dalam usaha memperoleh harta itu. Dalam rumah tangga seperti ini, rasa

kebersamaan lebih menonjol, dan menganggap akad nikah mengandung

persetujuan kongsi dalam membina kehidupan rumah tangga. Maka apabila

terjadi perceraian, terjadilah persoalan pembagian harta bersama.

Sayuti Thalib menulis dalam bukunya yang berjudul ”Hukum

Kekeluargaan Indonesia”, menyebutkan bahwa:15

”Walaupun demikian telah dibuka kemungkinan syirkah atas hartakekayaan

suami istri itu secara resmi dan menurut cara-cara tertentu. Suami istri dapat

mengadakan syirkah yaitu percampuran harta kekayaan yang diperoleh suami dan

atau istri selama adanya perkawinan atas usaha suami atau istri sendiri-sendiri,

atau atas usaha mereka bersama-sama. Begitupun mengenai harta kekayaan usaha

sendiri-sendiri, sebelum perkawinan dan harta-harta yang berasal bukan dari

usaha salah seorang mereka atau bukan dari usaha mereka berdua, tetapi berasal

dari pemberian atau warisan atau lainnya yang khusus teruntuk mereka masing-

masing, dapat tetap menjadi milik masing-masing. Baik yang diperolehnya

sesudah mereka berada dalam ikatan suami istri tetapi dapat pula mereka

syirkahkan.”

Menurut M. Yahya Harahap dalam buku Abdul Manan “Aneka Masalah

Hukum Perdata Islam Di Indonesia”, bahwa sudut pandang hukum Islam

terhadap harta bersama ini adalah pencaharian suami istri semestinya masuk

dalam rub‟ul mu‟amalah, tetapi ternyata secara khusus tidak dibicarakan. Oleh

15

Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, (Jakarta: Hecca Pub, 2005), ed. 1, cet.2,

h.86.

Page 40: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

31

karena itu masalah pencarian bersama suami istri adalah termasuk perkongsian

atau syirkah.16

Secara etimilogi, asy-syirkah berarti pencampuran, yaitu pencampuran

antara sesuatu dengan yang lainnya, sehingga sulit dibedakan. Secara terminologi,

pada dasarnya definisi yang dikemukakan oleh para ulama fiqih hanya berbeda

secara redaksional sedangkan esensi yang terkandung di dalamnya sama, yaitu

ikatan kerja sama antara orang-orang yang berserikat dalam hal modal dan

keuntungan.17

Syirkah secara umum terbagi dalam 3 (tiga) bentuk, yaitu:

1. Syirkah Ibahah, yaitu : Persekutuan hak semua oranguntuk dibolehkan

menikmati manfaat sesuatu yang belum ada di bawah kekuasaan seseorang;

2. Syirkah Amlak (Milik), yaitu : Persekutuan antara dua orang atau lebih untuk

memiliki suatu benda. Syirkah Amlak (Milik) terbagi dua yaitu:

a. Syirkah Milik Jabriyah, Persekutuan antara dua orang atau lebih untuk

memiliki suatu benda yang terjadi tanpa keinginan yang bersangkutan,

seperti persekutuan ahli waris;

b. Syirkah Milik Ikhtiyariyah, Persekutuan antara dua orang atau lebih untuk

memiliki suatu benda yang terjadi atas keinginan para pihak yang

bersangkutan.

16

Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Jakarta: Kencana,

2008), ed. 1, cet.2, h.111.

17

Gemala Dewi, Wirdyaningsih dan Yeni Salma Barlinti, Hukum Perikatan Islam Di

Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2007), cet.3, h.115.

Page 41: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

32

3. Syirkah Akad, yaitu : Persekutuan antara dua orang atau lebih yang timbul

karena adanya perjanjian. Syirkah akad terbagi menjadi 4 (empat), yaitu :

4. Syirkah Amwal, yaitu persekutuan antara dua orang atau lebih dalam

modal/harta. Syirkah ini terbagi menjadi 2 (dua), yaitu:

a. Syirkah al‟Inan, adalah persetujuan antara dua orang atau lebih untuk

memasukkan bagian tertentu dari modal yang akan diperdagangkan

dengan ketentuan keuntungan dibagi diantara para anggota sesuai dengan

kesepakatan bersama, sedangkan modal masing-masing tidak harus sama;

b. Syirkah al Mufawadhah, adalah persekutuan antara dua orang atau lebih

dalam modal dan keuntungannya dengan syarat besar modal masing-

masing yang disertakan harus sama, hak melakukan tindakan hukum

terhadap harta syirkah harus sama dan setiap anggota adalah penanggung

dan wakil dari anggota lainnya.

5. Syirkah ‟Amal/‟Abdan (Persekutuan Kerja/Fisik), yaitu Perjanjian persekutuan

antara dua orang atau lebih untuk menerima pekerjaan dari pihak ketiga yang

akan dikerjakan bersama dengan ketentuan upah dibagi diantara para

anggotanya sesuai dengan kesepakatan mereka;

6. Syirkah Wujuh, yaitu Persekutuan antara dua orang atau lebih dengan modal

harta dari pihak luar untuk mengelola modal bersama-sama tersebut dengan

membagi keuntungan sesuai dengan kesepakatan bersama. Syirkah ini

berdasarkan kepercayaan yang bersifat kredibilitas.18

18

Tayaquddin An Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif Islam,

(Surabaya: risalah Gusti, 1996), h.163.

Page 42: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

33

7. Syirkah Mudharabah (Qirah), yaitu berupa kemitraan terbatas adalah

perseroan antara tenaga dan harta seseorang (pihak pertama/supplier/pemilik

modal/mudharib) memberikan haratnya kepada pihak lain (pihak

kedua/pemakai/pengelola/dharib) yang digunakan untuk berbisnis, dengan

ketentuan bahwa keuntungan (laba) yang diperoleh akan dibagi oleh masing-

masing pihak sesuai dengan kesepakatan. Bila terjadi kerugian maka

ketentuannya berdasarkan syara‟ bahwa kerugian dalam mudharabah

dibebankan kepada harta, dan tidak dibebankan sedikitpun kepada pengelola,

yang bekerja.19

Secara logika perkongsian itu boleh karena merupakan jalan

untukmendapatkan karunia Allah, seperti dalam firman Allah surat Al-Jum’ah

ayat 10. Adapun bunyi ayat tersebut yaitu :

Artinya: "Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebarlah kamu di muka

bumi, dan carilah karunia Allah". (QS. Al-Jumuah (62) : 10)

Mengingat perkongsian itu banyak macamnya terjadilah selisih pendapat

tentang kebolehannya. Perkongsian yang menurut ulama tidak diperbolehkan

yaitu yang mengandung penipuan. Dalam kaitannya dengan harta kekayaan

disyari‟atkan peraturan mengenai muamalat. Karena harta bersama hanya

19

Afzalur Rahman, Dokrin Ekonomi Islam jilid 4, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1996),

h.380.

Page 43: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

34

dikenaldalam masyarakat yang adat istiadatnya mengenal percampuran harta

kekayaan, maka untuk menggali hukum mengenai harta bersama digunakan

qaidah kulliyah yang berbunyi :

Artinya: “Adat kebiasaan itu bisa menjadi hukum”

Menurut Muhammad al-Zarqa (w.1357 H), adat dapat dibagi menjadi ke

dalam dua kelompok, yaitu: ‟ammah dan khassah. Adat ‟ammah (adat umum)

maksudnya adalah suatu perbuatan atau prilaku yang berlaku umum di seluruh

negara, sedangkan ‟adat khassah (adat khusus) maksudnya adalah suatu

perbuatan atau prilaku yang berlaku umum di sebuah negara. Dengan demikian,

berlaku umum merupakan syarat diperhitungkannya adat, baik adat yang umum

maupun yang khusus. Menurutnya, apabila tidak ada nash (al-Qur’an dan Sunnah)

yang menentangnya, maka tidak perlu diperbincangkan lagi untuk diperhitungkan,

sehingga adat tersebut dapat dijadikan hujjah.20

Qaidah Al-„Adatu Muhakkamah dapat digunakan dengan syarat-syarat

tertentu, yaitu:21

1. Tidak bertentangan dengan syari’at;

2. Tidak menyebabkan kemafsadatan dan tidak menghilangkan kemaslahatan;

3. Telah berlaku pada umumnya umat muslim;

20

Ade Dedi Rohayana, Ilmu Qawa‟id Fiqhiyyah Kaidah-Kaidah Hukum Islam, (Jakarta: Gaya

Media Pratama, 2008), h.218.

21

Burhanudin, Fiqih Ibadah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2001), h. 263.

Page 44: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

35

4. Tidak berlaku dalam ibadah mahdlah;

5. Urf tersebut sudah memasyarakat ketika akan ditetapkan hukumnya;

6. Tidak bertenntangan dengan yang diungkapkan dengan jelas.

Dalam hal ini, harta bersama dalam perkawinan itu digolongkan dalam

bentuk syirkah abdan dan syirkah mufawadlah. Adanya syirkah antara suami istri

sejauh mengenai harta yang akan diperoleh atas usaha selama dalam ikatan

perkawinan itu, berdasarkan keadaan masyarakat itu sendiri seperti adanya

kenyataan:22

1. Kesempatan istri mencari kekayaan dan berusaha sendiri sangat terbatas

dibandingkan dengan kesempatan seorang suami;

2. Terselenggaranya dengan baik bagian pekerjaan yang dipegang oleh istri

dalam suatu rumah tangga yang merupakan pekerjaan yang cukup berat,

merupakan sebab langsung bagi suami untuk dapat menguruskan pekerjaan

dan usahanya jauh dari rumah mereka dengan perasaan tenang dan sungguh-

sungguh.

Dari penjelasan diatas, syirkah dalam hal pembagian harta bersama

merupakan bentuk kerjasama antara suami dan istri untuk membangun sebuah

keluarga yang sakinah, mawaddah, warohmah termasuk didalamnya harta dalam

perkawinan.

Dalam kitab-kitab fiqih disebutkan hanya secara garis besar saja, sehingga

menimbulkan penafsiran yang berbeda terhadap suatu masalah yang dihadapi

dalam kenyataan. Namun demikian para pakar hukum Islam di Indonesia

22

Herlini Amran, “Fiqih Wanita Harta Istri = Harta Bersama?”, Ummi, No. 8/XV, Januari-

Pebruari 2004/1424 H, hlm. 44

Page 45: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

36

merumuskan kaidah-kaidah harta bersama suami istri dalam perkawinan dengan

melakukan pendekatan melalui jalur syirkah abdandan juga dengan menjadikan

hukum adat (‟urf) yang berkembang dimasyarakat Indonesia sebagai sumber

hukum,yang didukung dengan kaidah ”Al-„Adatu Muhakkamah”, sebagaimana

dijelaskan terdahulu.

Page 46: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

37

BAB III

PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERIAN DI

PENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATAN

A. Deskripsi Pengadilan Agama Jakarta Selatan

1. Dasar Hukum Pembentukan Pengadilan Agama Jakarta Selatan1

Pengadilan Agama Jakarta Selatan sebagai salah satu instansi

yangmelaksanakan tugasnya memiliki dasar hukum dan landasan kerja

sebagai berikut:

a. Undang-undang Dasar 1945 Pasal 24;Undang-undang Nomor 14 Tahun

1970; Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 ;

b. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 ;

c. Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 ;

d. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 ;

e. Peraturan/instruksi/Edaran Mahkamah Agung RI ;

f. Intruksi Dirjen Bimas Islam/ Bimbingan Islam ;

g. Keputusan Menetri Agama Agama RI. Nomor 69 Tahun 1963, tentang

Pembentukan Pengadilan Agama Jakarta Selatan ;

h. Peraturan-peraturan lain yang berhubungan dengan tata Kerja dan

Wewenang Pengadilan Agama.

1website www.pa-jakartaselatan.go.id/v2/index.php/tentang-kami/sejarah.html

Page 47: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

38

2. Sejarah Pembentukan Pengadilan Agama Jakarta Selatan2

Pengadilan Agama Jakarta Selatan dibentuk berdasarkan surat keputusan

Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1963. Pada mulanya

Pengadilan Agama di wilayah DKI Jakarta hanya terdapat tiga kantor yang

dinamakan Kantor Cabang, yaitu:

a. Kantor Cabang Pengadilan Agama Jakarta Utara.

b. Kantor Pengadilan Agama Jakarta Tengah.

c. Pengadilan Agama Istimewa Jakarta Raya sebagai Induk.

d. Semua Pengadilan Agama tersebut di atas termasuk Wilayah Hukum Cabang

Mahkamah Islam Tinggi Surakarta. Kemudian setelah berdirinya Cabang

Mahkamah Islam Tinggi Bandung berdasarkan surat keputusan Menteri

Agama Nomor 71 tahun 1976 tanggal 16 Desember 1976. Semua Pengadilan

Agama di Propinsi Jawa Barat termasuk Pengadilan Agama yang berada di

Daerah Ibu Kota Jakarta Raya berada dalam Wilayah Hukum Mahkamah

Islam Tinggi Cabang Bandung. Dalam perkembangan selanjutnya istilah

Mahkamah Islam Tinggi menjadi Pengadilan Tinggi Agama (PTA).

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor

61 tahun 1985 Pengadilan Tinggi Agama Surakarta dipindah di Jakarta, akan

tetapi realisasinya baru terlaksana pada tanggal 30 Oktober 1987 dan secara

otomatis Wilayah Hukum Pengadilan Agama di wilayah DKI Jakarta adalah

menjadi Wilayah Hukum Pengadilan Tinggi Agama Jakarta.

2 website www.pa-jakartaselatan.go.id/v2/index.php/tentang-kami/sejarah.html

Page 48: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

39

3. Perkembangan dari masa ke masa3

Pada tahun 1967, terbentuklah kantor Pengadilan Agama Jakarta Selatan

yang merupakan cabang dari Pengadilan Agama Istimewa Jakarta Raya yang

berkantor di jalan Otista Raya Jakarta Timur. Terbentuknya kantor Pengadilan

Agama Jakarta Selatan ini dikarenakan tuntutan masyarakat Jakarta Selatan yang

wilayahnya cukup luas sehingga keadaan kantor ketika itu masih dalam keadaan

darurat yaitu menempati gedung bekas kantor Kecamatan Pasar Minggu, saat ini

dikenal dengan gang Pengadilan Agama Pasar Minggu Jakarta Selatan dan

pimpinan kantor dipegang olehH. Polana.Penanganan kasus-kasus hanya berkisar

perceraian kalaupun ada tentang warisan masuk kepada Komparisi itu pun

dimulai tahun 1969 kerjasama dengan Pengadilan Negeri yang ketika itu dipimpin

oleh Bapak Bismar Siregar, S.H.

Sebelum tahun 1969 pernah pula membuat fatwa waris akan tetapi hal itu

ditentang oleh pihak keamanan karena bertepatan dengan bertentangan dengan

kewenangannya sehingga sempat beberapa orang termasuk Pak Hasan Mughni

ditahan karena Penetapan Fatwa Waris sehingga sejak itu Fatwa Waris ditambah

dengan kalimat “Jika ada harta peninggalan”.

Pada tahun 1976 gedung Kantor Cabang Pengadilan Agama Jakarta

Selatan pindah ke Blok D Kebayoran Baru Jakarta Selatan dengan menempati

serambi Masjid Syarief Hidayatullah dan sebutan Kantor Cabang pun dihilangkan

menjadi Pengadilan Agama Jakarta Selatan dan pada masa itu diangkat pula

beberapa Hakim honorer yang di antaranya adalah Bapak H. Ichtijanto, S.A., S.H.

3 website www.pa-jakartaselatan.go.id/v2/index.php/tentang-kami/sejarah.html

Page 49: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

40

Pada bulan September 1979 Kantor Pengadilan Agama Jakarta Selatan

pindah ke gedung baru di Jl. Ciputat Raya Pondok Pinang dengan menempati

gedung baru dengan tanah yang masih menumpang pada areal tanah PGAN

Pondok Pinang.

Pada tahun 1979 pada saat Pengadilan Agama Jakarta Selatan dipimpin

oleh Bapak H. Alim BA diangkat pula Hakim-Hakim honorer untuk menangani

perkara-perkara yang masuk, mereka diantaranya: KH. Ya’kub, KH. Muhdats

Yusuf, Hamim Qarib, Rasyid Abdullah, Ali Imran, Drs.H. Noer Chazin.

Pada perkembangan selanjutnya yaitu semasa berkepimpinan Drs. H.

Djabir Manshur, S.H., Kantor Pengadilan Agama Jakarta Selatan pindah ke Jalan

Rambutan VII No. 48 Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatandengan

menempati gedung baru. Di gedung baru ini meskipun tidak memenuhi syarat

untuk sebuah Kantor Pemerintah setingkat Walikota, karena gedungnya berada di

tengah-tengah penduduk dan jalan masuk dengan kelas jalan III C. Namun sudah

lebih baik ketimbang masih di Pondok Pinang, pembenahan–pembenahan fisik

terus dilakukan terutama pada masa kepemimpinan Bapak Drs. H. Jayusman, S.H.

Begitu pula pembenahan–pembenahan administrasi terutama pada masa

kepemimpinan Bapak Drs. H. Ahmad Kamil, S.H. pada masa ini pula Pengadilan

Agama Jakarta Selatan mulai mengenal komputer walaupun hanya sebatas

pengetikan dan ini terus ditingkatkan pada masa kepemimpinan Bapak Drs. Rif’at

Yusuf.

Page 50: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

41

Pada masa perkembangannya selanjutnya tahun 2000 ketika

kepemimpinan dijabat oleh Bapak Drs. H. Zainuddin Fajari, S.H. pembenahan-

pembenahan semua bidang, baik fisik maupun non fisik diadakan sistem

komputerisasi dengan online komputer, dan ini terus dibenahi sampai sekarang

oleh Ketua Pengadilan Agama Bapak Drs. H. Syed Usman, S.H. Yang tujuannya

adalah untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat pencari keadilan dan

menciptakan peradilan yang mandiri dan berwibawa.

Perkembangannya selanjutnya tahun 2007-2008 ketika kepemimpinan

dijabat oleh Bapak Drs. H. A. Choiri, S.H., M.H. pembenahan-pembenahan

semua bidang, baik fisik maupun non fisik sudah terintegrasi dengan online

komputer, pada periode ini juga Pengadilan Agama Jakarta Selatan berhasil

pengadaan tanah untuk bangunan gedung baru seluas + 6000 m2 yang terletak di

Jl. Harsono RM, Ragunan, Jakarta Selatan.

Selanjutnya sejak tahun 2008 telah dibangun gedung baru yang sesuai

dengan purwarupa Mahkamah Agung RI. Pembangunan dilaksanakan 2 tahap,

tahap pertama tahun 2008 dan tahap kedua tahun 2009 pada saat itu Pengadilan

Agama Jakarta Selatan diketuai oleh Bapak Drs. H. Pahlawan Harahap, S.H.,

M.A.

Selanjutnya pada akhir April 2010, gedung baru Pengadilan Agama

Jakarta Selatan diresmikan bersama-sama dengan gedung-gedung baru lainnya di

Pontianak (Kalimantan Barat) oleh Ketua Mahkamah Agung RI. Kemudian pada

awal Mei 2010 diadakan tasyakuran dan sekaligus dimulainya aktifitas

Page 51: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

42

perkantoran di gedung baru tersebut, pada saat itu Ketua Pengadilan Agama

Jakarta Selatan dijabat olehDRS. H. Ahsin A.Hamid,S.H.

Sejak menempati gedung baru yang cukup megah dan representatif

tersebut di Pengadilan Agama Jakarta Selatan dilakukan pembenahan dalam

segala hal, baik dalam hal pelayanan terhadap pencari keadilan maupun dalam hal

peningkatkan T.I. (Teknologi Informasi) yang sudah semakin canggih disertai

dengan program-program yang menunjang pelaksanaan tugas pokok, seperti

program SIADPA(Sistem Informasi Administrasi Perkara Pengadilan Agama)

yang sudah berjalan dan terintegrasi dengan TV Media Center, Touch Screen

(KIOS-K) serta beberapa fitur tambahan dari Situs Web http://www.pa-

jakartaselatan.go.id

B. Proses Pemeriksaan Penyelesaian Harta Bersama di Pengadilan Agama

Jakarta Selatan

Proses pemeriksaan penyelesaian Harta Bersama di Pengadilan Agama

Jakarta Selatan sama halnya dengan proses pemeriksaan perkara perdata tertentu

khususnya untuk yang beragama Islam diberbagai Pengadilan Agama di

Indonesia.4

Sebelum proses pemeriksaan penyelesaian perkara harta bersama berjalan

hakim memeriksa surat permohonan atau surat gugatan terlebih dahulu. Hakim

memeriksa apakah isi surat permohonan atau surat gugatan itu sudah memenuhi

4Tama, Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan, Wawancara Pribadi, Jakarta, 04 Oktober

2011.

Page 52: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

43

beberapa hal, yaitu identitas para pihak, posita dan fundamentum petendi, petitum

atau tuntutan, serta memeriksa yuridiksi relatif surat gugatan atau surat

permohonan yang diajukan apakah telah sesuai dengan kekuasaan dan

kewenangan Peradilan.

Apabila telah melewati tahap diatas hakim tetap berkewajiban

mendamaikan kedua belah pihak walaupun perkara tersebut perihal harta

bersama.Apabila terjadi kemufakatan antara keduanya maka proses

pemeriksaannya dihentikan dan gugatan tersebut dicabut. Apabila hakim berhasil

mendamaikan, gugatan tersebut umumnya dicabut maka dibuatlah akta

perdamaian dan kedua belah pihak dihukum untuk menaati perdamaian tersebut,

kekuatannya sama dengan putusan, mengikat dan dapat dieksekusi.5

Sedangkan apabila hakim tidak berhasil mendamaikan maka proses

persidangan tetap berjalan yang berlanjut keperihal jawaban tergugat, replik,

duplik serta pembuktian. Hakim wajib untuk memeriksa satu demi satu benda-

benda yang disebutkan dalam dasar tuntutan/petitum apakah benar-benar ada

hubungan hukumnya sehingga dapat dinyatakan menjadi harta bersama dan

berusaha menemukan peristiwa (feitvender, fact finding), sehingga diharapkan

dapat menjatuhkan putusan yang seadil-adilnya. Pemeriksaan pembuktian ini

adalah berdasarkan bukti surat, bukti saksi, persangkaan, pengakuan, dan sumpah.

Dalam perihal perkara harta bersama hakim juga melakukan pemeriksaan

5Tama, Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan, Wawancara Pribadi, Jakarta, 04 Oktober

2011.

Page 53: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

44

setempat (descente), yaitu pemeriksan mengenai perkara-perkara oleh hakim

karena jabatannya yang dilakukan diluar gedung atau tempat kedudukan

pengadilan agar hakim dengan melihat sendiri memperoleh gambaran atau

keterangan yang memberi kepastian tentang peristiwa-peristiwa yang menjadi

sengketa.6

Dalam perkara harta bersama ini, pemeriksaan setempat yang dilakukan

oleh hakim ketua persidangan adalah berkenaan dengan letak gedung atau rumah

serta batas-batas tanah yang dinyatakan oleh penggugat atau pemohon sebagai

harta bersama dalam isi petitum. Setelah melakukan pemeriksaan setempat, hakim

pun meminta keterangan ahli (expertise) /saksi ahli yang bertujuan untuk

membantu hakim dalam pemeriksaan dan guna menambah pengetahuan hakim

sendiri. Pada umumnya hakim menggunakan keterangan seorang ahli yang

memiliki pengetahuan yang lebih mendalam tentang sesuatu yang berkenaan

dengan perkara yang sedang diperiksa. Setelah semua proses pemeriksaan

pembuktian selesai, maka majelis hakim dapat mengadakan musyawarah majelis

hakim untuk mengambil keputusan akhir guna menyelesaikan perkara yang

diajukan.

C. Putusan Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan Tentang Harta Bersama

Putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan yang dijadikan sample dalam

penelitian ini ada 3 putusan, yaitu putusan pembagian harta bersama pasca

6Kamarusdiana dan Nahrowi, Hukum Acara Perdata, (Jakarta: Daras, 2006), h. 107.

Page 54: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

45

perceraian dalam kasus pihak suami bekerja dan pihak istri tidak bekerja, pihak

suami tidak bekerja dan pihak istri bekerja, serta pihak suami dan pihak istri

sama-sama bekerja. Demi menjaga nama pemohon/penggugat maupun

termohon/tergugat, maka identitas kedua belah pihak yang bersengketa, penulis

samarkan.

1. Pihak isteri bekerja dan Pihak suami tidak bekerja dalam Putusan

Nomor Perkara : 45/Pdt.G/2005/PAJS:

a. Pemohon/Penggugat, umur 33 tahun, agama Islam, pekerjaan swasta,

tempat tinggal Jl. Kemang Utara 31, Rt.001/03, Kelurahan Bangka,

Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Dalam hal ini

didampingi/diwakili oleh kuasa hukumnya yang terakhir Hj. Elza Syarief,

SH. MH, dan Rahmi Gustika, SH, Advokat yang beralamat Jl. Kramat

Sentiong, No. 38.A, Jakarta Pusat, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal

1 April 2005. selanjutnya disebut ”Penggugat”.

b. Termohon/Tergugat, umur 34 tahun, agama Islam, pekerjaan swasta,

tempat tinggal Jl. Kemang Utara 31, Rt.001/03, Kelurahan Bangka,

Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Dalam hal ini

didampingi/diwakili oleh kuasa hukumnya H.M. Efran Helmi Juni, SH.

MH, R. Wawan Darmawan SH, Gribaldi Jaya Dilaga, SH. Advokat yang

beralamat Jl. Petogongan I/35, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan,

berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 24 Januari 2005. selanjutnya

disebut ”Tergugat”.

Page 55: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

46

Pengadilan Agama Jakarta Selatan telah mempelajari berkas perkara,

memeriksa dan mendengar keterangan penggugat, tergugat dan saksi-saksi serta

memeriksa bukti-bukti yang dikemukakan di persidangan.

Tentang Duduk Perkaranya, penggugat telah mengajukan surat gugatan

tanggal 11 Januari 2005 yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Agama

Jakarta Selatan dengan nomor perkara : 45/Pdt.G/2005/PAJS.

Penggugat dan tergugat telah melangsungkan pernikahan pada tanggal 17

Juni 2001 dihadapan Pejabat Kantor Urusan Agama Kecamatan Cipayung,

Jakarta Timur, sebagaimana tertera dalam Kutipan Akta Nikah Nomor:

593/64/64/2001, tertanggal 18 Juni 2001. Dalam perkawinan belum dikaruniai

anak.

Sejak 17 Juni 2001, penggugat tidak pernah merasakan kebahagiaan

sebagaimana layaknya suami isteri, terlebih sejak tahun 2002, kehidupan rumah

tangga antara Penggugat dengan Tergugat semakin tidak harmonis karena

terjadinya pertengkaran terus menerus. Pertengkaran disesabkan karena tidak

adanya kesamaan visi dan misi (pandangan) antara Penggugat dengan Tergugat

dalam membentuk dan membina keluarga (rumah tangga) yang bahagia, ini

ditandai dengan sikap dan prilaku Tergugat yang kasar sehingga sejak awal-awal

perkawinan, Penggugat telah mengalami depresi yang serius.

Menurut penggugat selama perkawinan, tergugat berprilaku sangat egois

dan selalu ingin menang sendiri dan tidak pernah menghargai Penggugat sebagai

istri dalam segala hal, baik dalam kehidupan rumah tangga maupun dalam

Page 56: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

47

pergaulan hidup bermasyarakat. Bahkan penggugat telah berulang kali meminta

izin kepada Tergugat untuk kembali kerumah orang tuanya, tetapi Tergugat tidak

mengizinkannya dan bahkan mengancam akan melakukan tindakan kekerasan

jika itu dilakukan Penggugat. Tergugat sebagai suami dan kepala rumah tangga

tidak pernah memberikan dan memenuhi kebutuhan baik lahir maupun bathin dan

bahkan selama perkawinan, Penggugatlah yang berusaha dan bekerja keras untuk

memenuhi kebutuhan rumah tangga sedangkan tergugat hanya berusaha untuk

menguasai seluruh harta dan kekayaan yang semuanya berasal dari penghasilan

Penggugat, bahkan lebih cenderung tindakan tergugat mengarah kepada

mengeksploitasi Penggugat sebagai”mesin pencari uang”. Selama perkawinan

antara Pengugat dengan Tergugat, juga telah diperoleh harta bersama (gono-gini).

Oleh karena penggugat sudah tidak sanggup lagi menanggung derita lahir

dan bathin akibat perlakuan dan pertengkaran yang sering terjadi dengan

Tergugat, penggugat mengajukan pengajuan gugatan perceraian, dan permohonan

Sita Marital atas seluruh harta bersama (gono-gini)

Dalam Perkara ini, Majelis Hakim menjatuhkan putusan yang berbunyi:

a. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian;

b. Menjatuhkan talak satu bain sugra dari Tergugat terhadap Penggugat;

c. Memerintahkan Panitera Pengadilan Agama Jakarta Selatan untuk mengirim

salinan putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap ke PPN

KUA Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur;

Page 57: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

48

d. Memerintahkan kepada Penggugat dan Tergugat agar membagi dua harta

bersama dan hutang bersama;

e. Menyatakan tidak dapat diterima gugatan Penggugat yang selain dan

selebihnya;

f. Membebankan kepada Penggugat untuk membayar biaya perkara ini sebesar

Rp.365.000,- (Tigaratus enampuluh limaribu Rupiah).

2. Pihak suami bekerja dan pihak isteri tidak bekerja dalam Putusan Nomor

Perkara : 0356/Pdt.G/2008/PAJS:

a. Pemohon/Penggugat, umur 57 tahun, agama Islam, pendidikan D.III,

pekerjaan pensiunan PNS, tempat tinggal Villa Permata Santi, Blok A.4,

Nomor 1, Rt.005/004, Kelurahan Rangkapan Jaya, Kecamatan Pancoran Mas,

Depok. Selanjutnya disebut ”Penggugat”.

b. Termohon/Tergugat, umur 49 tahun, agama Islam, pendidikan SLTP,

pekerjaan Ibu Rumah Tangga, tempat tinggal di Jl. AUP Barat III, Rt.009/06,

Kelurahan Jati Padang, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Dalam hal

ini didampingi/diwakili oleh kuasa hukumnya Edwin. S, SH., dan Rekan,

Advokat dan Konsultan Hukum yang beralamat di Perumahan Puri Santosa,

Blok. E.22, Serpong, Tangerang, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 26

Maret 2008, yang terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Agama Jakarta Selatan

dengan Nomor: 155/Pdt.G/III/2008, tanggal 28 Maret 2008. Selanjutnya

disebut ”Tergugat”.

Page 58: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

49

Pada hari Jum’at, tanggal 16 Januari 1975, telah dilangsungkan

perkawinan antara Penggugat dengan Tergugat tercatat di Kantor Urusan Agama

Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, dengan Akta Nikah Nomor:65/60/1975,

tanggal 16 Januari 1991, dari perkawinan tersebut antara Penggugat dengan

Tergugat telah dikaruniai 4 (empat) orang anak dan telah telah dihasilkan

beberapa macam barang milik bersama.

Antara Penggugat dengan Tergugat telah terjadi perceraian pada tanggal

21 Januari 2008, berdasarkan Putusan Nomor : 1366/Pdt.G/2007/PAJS dan Akta

Cerai Nomor : 142/AC/2008/PAJS, tanggal 18 Februari 2008. Dari perceraian

tersebut timbul akibat perceraian yakni pembagian harta bersama penggugat

mengajukan gugatan pembagian harta bersamaPenggugat. Penggugat telah

mengajukan surat gugatan tanggal 04 Maret 2008 yang didaftarkan di

Kepaniteraan Pengadilan Agama Jakarta Selatan pada register nomor :

0356/Pdt.G/2008/PAJS, tanggal 05 Maret 2008.

Mengingat segala peraturan-peraturan perundangan yang berlaku dan

hukum Syara’ / Hukum Islam yang berkaitan dengan perkara ini, maka majelis

Hakim memutuskan:

a. Mengabulkan gugatan Pengugat untuk sebagian;

b. Menghukum Tergugat untuk membagi dan menyerahkan setengah bagian

darihartabersamakepada Penggugat. Dan menyatakan apabila tidak dapat

dibagi in natura maka harus dilakukan penjualan melalui Kantor Lelang, dan

Page 59: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

50

hasilnya diserahkan setengah bagian kepada Penggugat dan setengah bagian

kepada Tergugat;

c. Menolak dan menyatakan tidak dapat diterima gugatan Penggugat selebihnya;

d. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara ini sebesar Rp.

331.000,- (tigaratus tigapuluh satu ribu rupiah).;

3. Pihak suami bekerja dan pihak isteri bekerja dalam Putusan Nomor

Perkara : 0180/Pdt.G/2011/PAJS:

a. Pemohon/Penggugat, umur 45 tahun, agama Islam, pekerjaan sawsta, tempat

tinggal Jl. Ciawi I, Nomor 15, Rt.007/002, Kelurahan Rawa Barat,

Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Dalam hal ini diwakili oleh

Kuasa Hukumnya Moh. Agus Riza H, SH., Advokat pada kantor Riza Hufaida

& Partners Law Firm, beralamat di The Limo Residence, Blok A, Nomor 4,

Depok, kodepos 16515, berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 17 Januari

2011 yang terdaftar pada Kepaniteraan Pengadilan Agama Jakarta Selatan,

Nomor : 066/Pdt.G/1/2011. Selanjutnya disebut ”Pemohon”.

b. Termohon/Tergugat, umur 50 tahun, agama Islam, pekerjaan swasta, tempat

tinggal di Jl. Ciawi I, Nomor 15, Rt.007/002, Kelurahan Rawa Barat,

Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Dalam hal ini

didampingi/diwakili oleh kuasa hukumnya Fifiek N. Woelandara, SH., dan

Fauzul Abrar, SH., Advokat pada Kantor Mulyana Safina Abrar Advocates,

yang beralamat di H. R. Rasuna Said, Blok X-2, Kavling 6, Kuningan, Jakarta

Selatan, kodepos 12950, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 18 Februari

Page 60: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

51

2011, yang terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Agama Jakarta Selatan

dengan Nomor: 100/Pdt.G/II/2011, tanggal 23 Februari 2011. Selanjutnya

disebut ”Termohon”.

Pemohon dan termohon telah melangsungkan pernikahan pada tanggal 18

Nopember 1992, dihadapan Pejabat Kantor Urusan Agama Kecamatan Kebayoran

Baru, Jakarta Selatan, sebagaimana tertera dalam Kutipan Akta Nikah Nomor:

770.56/XI/1992, tertanggal 18 Nopember 1992. Selama dalam perkawinan

Pemohon dan Termohon telah dikarunia 1 (satu) orang anak laki-laki, yang lahir

pada tanggal 17 Oktober 1993, sebagaimana tercatat dalam Kutipan Akta

Kelahiran Nomor : 24526/U/JS/1993, tertanggal 09 Nopember 1993.

Tujuan perkawinan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa antara pemohon dan termohon tidak

dapat dipertahankan lagi dikarenakan sudah tidak ada lagi kecocokan dan

keharmonisan dalam berumah tangga yang disebabkan adanya perselisihan dan

pertengkaran yang terus menerus yang terjadi sejak tahun 2008 antara Pemohon

dengan Termohon sehingga tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam

berumah tangga sejak bulan Januari 2007 sampai Pemohon dan Termohon telah

sepakat bahwa perceraian adalah jalan keluar terbaik atas permasalahan yang

Pemohon dan Termohon.Penggugat telah mengajukan surat gugatan tanggal 24

Januari 2011 yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Agama Jakarta Selatan

pada register nomor : 0180/Pdt.G/2011/PAJS, tanggal 24 Januari 2011.Sehubung

dengan hal tersebut di atas, Pemohon dan Termohon juga telah menuangkan

Page 61: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

52

kesepakatan akibat dari perceraiannya dimaksud yakni perihal hak asuh anak

(Hadhanah) dan pembagian harta bersama dalam suatu Akta Notaris, Nomor 3,

tanggal 13 Januari 2011 tentang Perjanjian Hak Asuh atas Anak dan Pembagian

Harta Bersama yang dibuat oleh dan di hadapan Seruni Saerang Lissari, SH.,

MKn., Notaris di Kabupaten Tangerang.

Atau bilamana Pengadilan Agama Jakarta Selatan berpendapat lain mohon

putusan yang sesuai dengan kebenaran hukum dan keadilan.

Dalam perkara ini, Majelis Hakim menjatuhkan putusan yang berbunyi:

a. Mengabulkan gugatan Pemohon;

b. Memberi izin kepada Pemohon untuk menjatuhkan talak satu raj’i terhadap

Termohon didepan sidang Pengadilan Agama Jakarta Selatan;

c. Menyatakan antara Pemohon dan Termohon telah terjadi Perjanjian Hak Asuh

atas Anak dan Pembagian Harta Bersama akibat perceraian yang dibuat oleh

dan di hadapan Seruni Saerang Lissari, SH., MKn., Notaris di Kabupaten

Tangerang, Nomor 3, tanggal 13 Januari 2011;

d. Menghukum kedua belah pihak untuk mentaati dan melaksanakan isi dari

surat perjanjian tersebut pada poin 3;

e. Membebankan kepada Pemohon untuk membayar biaya perkara seluruhnya

sejumlah Rp.366.000,- (Tigaratus enampuluh enamribu Rupiah).

Page 62: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

53

D. Pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan dalam

Memutuskan Gugatan Harta Bersama

Dari 3 putusan gugatan harta bersama yang diteliti, ternyata Hakim

Pengadilan Agama Jakarta Selatan menerapkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1974, secara utuh. Meski kasus yang diambil sebagai sample berbeda-beda, yaitu

istri bekerja sedangkan suami tidak bekerja, suami bekerja sedangkan istri tidak

bekerja dan suami istri sama-sama bekerja. Namun, Hakim Pengadilan Agama

Jakarta Selatan tetap memutuskan 50:50 untuk masing-masing suami istri.

Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan memberikan putusan yang

demikian dengan alasan atau pertimbangan sebagai berikut:7

1. Sering kali istri tidak tahu bahwa pembuktian merupakan hal penting dalam

berperkara untuk dapat memperoleh hak atas harta bersama. Pembuktian

mengenai penggugatlah yang berusaha dan bekerja keras untuk memenuhi

kebutuhan rumah tangga sulit untuk dibuktikan karena pada perkara Nomor:

45/Pdt.G/2005/PAJS, tergugat merasa menjadi manajer penggugat yang

membantu penggugat untuk menyelesaikan jadual kontraknya dengan

baik.Sehingga satu sama lain saling berperan dalam memenuhi kebutuhan

rumah tangga.

2. Pembuktian bahwa selama perkawinan antara penggugat dan tergugat telah

memiliki harta bersama, telah terbukti kebenarannya.Meskipun harta bersama

7Tama, Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan, Wawancara Pribadi, Jakarta, 26 Februari

2014.

Page 63: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

54

tersebut hanya suami yang bekerja dengan berbagai usahanya sedangkan isteri

berada di rumah dengan tidak mencari nafkah melainkan hanya mengurus

rumah tangga. Jadi seluruh harta yang diperoleh selama dalam ikatan

perkawinan yang sah, dianggap harta bersama suami istri. Tidak dipersoalkan

jerih payah siapa yang terbanyak dalam usaha memperoleh harta bersama

tersebut.

3. Telah terjadi kesepakatan bersama antara pemohon dan termohon dalam

bentuk surat perjanjian akibat perceraian yakni perihal hak asuh anak

(hadhanah) dan perihal pembagian harta bersama. Perjanjian tersebut terbukti

sah karena dibuat dihadapan notaris dan isi perjanjian tidak melanggar batas-

batas hukum dan kesusilaan.Sehingga perjanjian inidapat dijadikan sebagai

hukum oleh Majelis Hakim berdasarkan ketentuan Pasal 105 huruf a dan c. Jo.

Pasal 149 huruf ddan menghukum para pihak untuk mentaatinya.

E. Analisa Penulis

1. Pihak isteri bekerja dan Pihak suami tidak bekerja dalam Putusan

Nomor Perkara : 45/Pdt.G/2005/PAJS

Pada perkara ini, terjadi penggabungan gugatan yakni gugatan

permohonan perceraian dan permohonan pembagian harta bersama. Hal ini,

dikarenakan apabila pada satu pengadilan ada 2 perkara yang satu sama lain

saling berhubungan, lebih-lebih apabila kedua perkara tersebut berlangsung

antara penggugat dan tergugat yang sama, maka salah satu pihak atau

Page 64: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

55

keduanya dapat mengajukan permohonan kepada Majelis Hakim agar kedua

perkara tersebut digabungkan.

Mengenai proses pemeriksaan perkara perceraian bersamaan dengan

penyelesaian perkara pembagian harta bersama di Pengadilan Agama Jakarta

Selatan, pada dasarnya tidak berbeda dengan proses pemeriksaan perkara

perdata lainnya, khususnya untuk yang beragama Islam di berbagai

Pengadilan Agama di Indonesia. Apabila tidak terjadi perdamaian, Hakim

wajib untuk memeriksa satu demi satu benda-benda yang disebutkan dalam

dasar tuntutan/petitum apakah benar-benar ada hubungan hukumnya sehingga

dapat dinyatakan menjadi harta bersama dan berusaha menemukan peristiwa

(feitvender, fact finding), sehingga diharapkan dapat menjatuhkan putusan

yang seadil-adilnya berdasarkan bukti surat, bukti saksi, persangkaan,

pengakuan dan sumpah dalam perihal perkara harta bersama hakim juga

melakukan pemeriksaan setempat (descente).

Mengamati kasus dalam putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan

ini, ada beberapa hal yang menarik perhatian peneliti untuk dianalisis yaitu

ketika penggugat merasa bahwa penggugatlah yang berusaha dan bekerja

keras untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sedangkan tergugat hanya

berusaha untuk menguasai seluruh harta dan kekayaan yang semuanya berasal

dari penghasilan penggugat, bahkan penggugat merasa dijadikan “mesin

pencari uang” serta tergugat melakukan tindakan kekerasandalam rumah

tangga terhadap pengugat. Sedangkan tergugat membantah bahwa sejak

Page 65: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

56

pernikahan tanggal 17 Juni 2001, Tergugat masih bekerja di PT. Freeport

Indonesia Tembagapura di Irian Jaya, seketika itu Tergugat mengajak

Penggugat untuk tinggal bersama di Irian Jaya. Namun dikarenakan

penggugat berkarir sebagai artis dan beranggapan tidak bisa berkembang

maka ada kesepakatan dan kesamaan pandangan (visi dan misi), dimana

tergugat mendukung karir tergugat dengan mengundurkan diri dari PT.

Freeport Indonesia Tembagapura dan pindah ke Jakarta. Setelah pindah ke

Jakarta tergugat sangat mendukung karir penggugat dengan menjadi manajer

penggugat. Tergugat selalu menghargai penggugat dan tergugat merasa telah

melaksanakan tugasnya sebagai suami yang baik dengan memenuhi

kebutuhan penggugat baik lahir maupun batin. Oleh karena itu, dalam hal ini

yang amat dibutuhkan adalah pembuktian mengenai penggugatlah yang

berusaha dan bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga itu

sungguh-sungguh kebenarannya ataukah satu kesatuan belaka.

Penilaian Majelis Hakim bukan pada alasan yang telah dikemukakan

para pihak. Majelis Hakim melihat bahwa apa yang dikemukakan oleh para

pihak tidak akan mengurangi hak mereka untuk mendapatkan bagian akan

harta bersama.

Hakim melihat fakta yang terjadi bahwa tergugat bekerja walaupun

hanya menjadi manajer penggugat sehingga seluruh pekerjaan penggugat

dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan jadual kontrak kerjanya dan

apa yang dituduhkan oleh penggugat bahwa penggugatlah yang berusaha dan

Page 66: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

57

bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga adalah tidak benar.

Hal inilah yang menjadi pertimbangan mengapa Majelis Hakim akhirnya

menerapkan apa yang terdapat dalam Pasal 97 Kompilasi Hukum Islam, yakni

masing-masing penggugat dan tergugat mendapat seperdua bagian dari harta

bersama walaupun harta bersama tersebut semuanya berasal dari penghasilan

Penggugat memenuhi jadual kontrak kerjanya.

Menurut penulis, putusan hakim dengan membagi harta bersama untuk

masing-masing penggugat dan tergugat mendapat seperdua bagian dalam

perkara ini adalah tidak adil dikarenakan lebih banyak harta yang diperoleh

atas hasil jerih payah penggugat, ditambah penggugat mendapatkan tindakan

kekerasan dalam rumah tangga dan penggugat ikut membantu tergugat dalam

mencari nafkah yang seharusnya hanya menjadi tanggung jawab tergugat serta

mengurus rumah tangga.

2. Pihak suami bekerja dan pihak isteri tidak bekerja dalam Putusan

Nomor Perkara : 0356/Pdt.G/2008/PAJS

Pada perkara ini, tidak adanya penggabungan gugatan karena antara

Penggugat dengan tergugat telah terjadi perceraian terlebih dahulu pada

tanggal 21 Januari 2008 berdasarkan Putusan Nomor 1366/Pdt.G/2007/PAJS,

dan Akta Cerai Nomor : 142/AC/2008/PAJS, tanggal 18 Februari 2008,

sedangkan gugatan pembagian harta bersama pengajuannya terdaftar di

Kepaniteraan Perkara Pengadilan Agama Jakarta Selatan pada Register

Nomor : 0356/Pdt. G/2008/PAJS, tanggal 5 Maret 2008, yang secara yuridis

Page 67: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

58

formil telah terbukti kebenarannya. Sehingga dengan demikian Penggugat

mempunyai kapasitas untuk menjadi subyek hukum (Legal Standing) untuk

mengajukan gugatan pembagian harta bersama terhadap Penggugat.

Mengenai proses pemeriksaan perkara ini melalui beberapa tahap yaitu

tahap perdamaian, pembacaan gugatan, jawaban tergugat, replik penggugat,

duplik penggugat, pembuktian, kesimpulan dan tahap putusan hakim. Pada

dasarnya tidak berbeda dengan proses pemeriksaan perkara perdata lainnya.

Pertimbangan hakim pada putusan ini hakim menerapkan apa yang

terdapat dalam Pasal 97 Kompilasi Hukum Islam, yakni masing-masing

penggugat dan tergugat mendapat seperdua bagian dari harta

bersamawalaupun harta bersama tersebut semuanya berasal dari penghasilan

Penggugat/Suami. Akan tetapi sebelum menerapkan Pasal 97 Kompilasi

Hukum Islam Majelis Hakim menguraikan terlebih dahulu harta bersama a-

quo menjadi beberapa bagian :

a. Harta Bersama yang diakui keberadaannya oleh Tergugat dan merupakan

barang yang tidak terkait dengan kewajiban Penggugat.

b. Barang yang dibantah keberadaanya atau statusnya oleh Tergugat atau

Penggugat.

c. Harta Bersama dan Harta Bawaan yang dapat habis karena kewajiban

Penggugat.

Hal ini terjadi dikarenakan Pengugat mendalilkan memiliki harta

bawaan.

Page 68: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

59

Dalam perkara ini, putusan hakim dengan membagi harta bersama

untuk masing-masing penggugat dan tergugat mendapat seperdua bagian

dalam perkara ini adalah adil, karena walaupun tergugat tidak pernah

menyalurkan bantuan berupa keuangan untuk memenuhi kebutuhan rumah

tangga, tergugat hanya mengurus rumah, memelihara harta kekayaan dalam

rumah tangga dan menjaga anak-anak akan tetapi dengan demikian membuat

penggugat ketika bekerja bisa menyelesaikan pekerjaannya dengan baik dan

bersungguh-sungguh.

3. Pihak suami bekerja dan pihak isteri bekerja dalam Putusan Nomor

Perkara : 0180/Pdt.G/2011/PAJS

Setelah adanya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006, tentang

Peradilan Agama pasal 66 ayat (5) dan pasal 86 ayat (1) maka diperbolehkan

gugatan perceraian dan gugatan harta bersama diajukan bersama-sama.

Dengan adanya pasal-pasal tersebut memberikan pilihan bagi penggugat

apakah akan menggabungkan gugatan perceraian dengan gugatan harta

bersama atau mengajukannya secara tersendiri setelah gugatan perceraian

memperoleh kekuatan hukum tetap. Pengabungan gugatan perceraian dengan

gugatan harta bersama bertujuan agar peradilan dilakukan dengan sederhana,

cepat dan biaya ringan sehingga dapat lebih cepat menikmati harta bersama.

Proses pemeriksaannya sama dengan proses pemeriksaan perkara perdata

lainya yaitu melalui tahap perdamaian, pembacaan gugatan, jawaban tergugat,

Page 69: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

60

replik penggugat, duplik tergugat, tahap pembuktian, kesimpulan dan putusan

hakim.

Pertimbangan hakim pada putusan ini hakim menerapkan apa yang

terdapat dalam Undang-undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 35

ayat (1), yang dimaksud Harta Bersama adalah harta benda yang diperoleh

selama perkawinan berlangsung, Pasal 97 Kompilasi Hukum Islam, yakni

masing-masing penggugat dan tergugat mendapat seperdua bagian dari harta

bersama walaupun harta bersama tersebut semuanya berasal dari penghasilan

bersama antara Pemohon dan Termohon, baik benda itu tertulis atas nama

suami atau isteri, kecuali ditentukan lain dalam suatu perjanjian perkawinan,

Pasal 105 huruf a dan c Kompilasi Hukum Islam tentang Hak Asuh Anak

(Hadhanah)serta Pasal 149 huruf d Kompilasi Hukum Islam tentang Biaya

Hak Asuh Anak (Hadhanah). Akan tetapi sebelum Pemohon mengajukan

permohonan perceraian yang menimbulkan akibat hak asuh anak (hadhanah)

dan pembagian harta bersama, telah terjadi kesepakatan bersama antara

Pemohon dan Termohon dalam bentuk surat perjanjian yang tertuang dalam

suatu Akta Notaris No. 3, tanggal 13 Januari 2011 tentang Perjanjian Hak

Asuh Atas Anak dan Pembagian Harta Bersama yang dibuat oleh dan

dihadapan Seruni Lissari Saerang, S.H., M. Kn, Notaris di Kabupaten

Tangerang. Oleh karena itu Majelis Hakim menghukum kedua belah pihak

untuk mentaati dan melaksanakan isi dari surat perjanjian tersebut, apabila

putusan tersebut tidak ditaati dan dilaksanakan, maka dapat dimintakan

Page 70: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

61

eksekusi kepada Pengadilan. Kekuatan hukum akta perdamaian ini disamakan

kekuatannya dengan putusan yang berkekuatan hukum tetap dan putusan akta

perdamaian ini tidak dapat diajukan banding dan kasasi.Hal ini berdasarkan

ketentuan Pasal 130 HIR.Presentasi pembagian harta bersama untukmasing-

masing pihak sesuai dengan isi dari akta perdamaian.

Setiap barang yang dibeli selama perkawinan maka harta tersebut

menjadi obyek harta bersama suami istri tanpa mempersoalkan:8

a. Apakah istri atau suami yang membeli;

b. Apakah harta terdaftar atas nama istri atau suami;

c. Apakah harta itu terletak dimana.

Menurut penulis,dari 3 putusan diatas sebaiknya putusan Majelis

Hakim dalam pembagian harta bersama tidak selalu harus membagi sama rata

antara pihak suami dan istri kecuali ada perjanjian kesepakatan antara

keduanya, karena keputusan hakim menjadi tidak adil apabila harta atau hasil

usaha istri yang lebih banyak dari suami sebagai kepala rumah tangga dan

terbukti suami melakukan kekerasan dalam rumah tangga.

Hakim seharusnya melihat kasusnya, hakim berkewajiban untuk

memutuskan perkara walaupun tidak ada dalam perundangan. Hakim harus

kreatif, dan hakim harus menegakkan keadilan sehingga terjadi perkembangan

peradilan.

8M. Yahya Harahap,Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama, cet. I, (T.tp.,

PustakaKartini, 1990), h. 303.

Page 71: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

62

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah menguraikan mengenai pembagian harta bersama pasca perceraian

serta implementasinya dalam beberapa putusan di Pengadilan Agama Jakarta

Selatan . Penulis memperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Proses pemeriksaan penyelesaian harta bersama di Pengadilan Agama Jakarta

Selatan, pada dasarnya sama dengan proses pemeriksaan perkara perdata

tertentu khususnya untuk yang beragama Islam disetiap Pengadilan Agama,

tahap awal adalah perdamaian sesuai PERMA Nomor 1 Tahun 2008, berlanjut

dengan yaitu :

a. Pembacaan gugatan;

b. Jawaban Tergugat;

c. Replik Penggugat;

d. Duplik Tergugat;

e. Pembuktian;

f. Kesimpulan;

g. Putusan Hakim

2. Putusan Majelis Hakim dalam putusan No. 45/Pdt.G/2005/PAJS, No.

0356/Pdt.G/2008/PAJS, dan No. 0180/Pdt.G/2011/PAJS, sudah sesuai dengan

Undang-undang yang berlaku khususnya Pasal 96 ayat 1 Kompilasi Hukum

Page 72: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

63

Islam atau Pasal 97Kompilasi Hukum Islam, yaitu membagi sama rata harta

bersama antara bekas suami istri karena bahwa setiap harta yang diperoleh

selama perkawinan, harta tersebut menjadi obyek harta bersama suami istri

tanpa mempersoalkan apakah istri atau suami yang membeli atau yang

mengusahakannya, apakah harta terdaftar atas nama istri atau suami serta

letak harta itu.Maka dalam hal setiap gugatan permohonan pembagian harta

bersama putusan akhirnya hampir selalu membagi rata harta bersama antara

bekas suami istri tanpa mempertimbangankan pihak suami atau istri yang

paling berkontribusi dalam hal pencaharian harta kekayaan selama

perkawinan itu berlangsung sepanjang mereka tidak membuat perjanjian

pranikah atau prenuptial agreement, yakni perjanjian yang dibuat calon suami

atau sebelum perkawinan dilangsungkan atau adanya kesepakatan bersama

atau perdamaian antara bekas suami dan bekas istri setelah perceraian yang

mengatur tentang akibat perceraian. Perjanjian mana dilakukan secara tertulis

dan disahkan oleh Pejabat yang berwenang. Hal ini sesuai dengan Perundang-

undangan di Negara kita.

3. Pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan dalam memutuskan

perkara pembagian harta bersama yang peneliti analisis, yaitu:

a. Sering kali istri tidak tahu bahwa pembuktian merupakan hal penting

dalam berperkara untuk dapat memperoleh hak atas harta bersama.

Pembuktianmengenai penggugatlah yang berusaha dan bekerja keras

untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sulit untuk dibuktikan karena

Page 73: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

64

pada perkara Nomor: 45/Pdt.G/2005/PAJS, tergugat merasa menjadi

manajer penggugat yang membantu penggugat untuk menyelesaikan

jadual kontraknya dengan baik. Sehingga satu sama lain saling berperan

dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga.

b. Pembuktian bahwa selama perkawinan antara penggugat dan tergugat

telah memiliki harta bersama, telah terbukti kebenarannya.Meskipun harta

bersama tersebut hanya suami yang bekerja dengan berbagai usahanya

sedangkan isteri berada di rumah dengan tidak mencari nafkah melainkan

hanya mengurus rumah tangga. Jadi seluruh harta yang diperoleh selama

dalam ikatan perkawinan yang sah, dianggap harta bersama suami istri.

Tidak dipersoalkan jerih payah siapa yang terbanyak dalam usaha

memperoleh harta bersama tersebut.

c. Telah terjadi kesepakatan bersama antara pemohon dan termohon dalam

bentuk surat perjanjian akibat perceraian yakni perihal hak asuh anak

(hadhanah) dan perihal pembagian harta bersama. Perjanjian tersebut

terbukti sah karena dibuat dihadapan notaris dan isi perjanjian tidak

melanggar batas-batas hukum dan kesusilaan. Sehingga perjanjian ini

dapat dijadikan sebagai hukum oleh Majelis Hakim berdasarkan ketentuan

Pasal 105 huruf a dan c. Jo. Pasal 149 huruf d dan menghukum para pihak

untuk mentaatinya.

Page 74: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

65

B. Saran-saran

1. Bagi pasangan suami-isteri:

a. Mengetahui dan memahami makna perkawinan serta akibat hukum yang

terjadi apabila perkawinan itu berlangsung tidak sebagaimana mestinya

sehingga terjadi perceraian;

b. Jika bermaksud mengadakan penyimpangan dari ketentuan pasal 97

Kompilasi Hukum Islam, yakni Janda atau Duda cerai hidup masing-

masing berhak seperdua dari harta bersama. Maka diharapkan suami istri

harus membuat perjanjian kawin (Prenuptial Agreement) yang mana

perjanjian ini dilaksanakan sebelum perkawinan berlangsung, dibuat

dihadapan Notaris dalam bentuk akta autentik atau cukup dibuat di Kantor

Urusan Agama yang disahkan oleh Pegawai Pencatat Nikah, yang diatur

dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 47 ayat 1, isinya mengenai masalah

pembagian harta kekayaan diantara suami istri yang meliputi apa yang

menjadi milik suami atau isteri dan apa saja yang menjadi tanggung jawab

suami dan isteri, ataupun berkaitan dengan harta bawaan masing-masing

pihak agar bisa membedakan yang mana harta calon istri dan yang mana

harta calon suami, jika terjadi perceraian atau kematian disalah satu

pasangan.

2. Bagi Majelis Hakim, diharapkan putusan yang diberikan berdasarkan

pertimbangan yang bijaksana tetapi tidak bertentangan dengan Undang-

undang yang berlaku sehingga para pihak merasa puas akan putusan yang

dijatuhkan. Putusan Majelis Hakim dalam pembagian harta bersama tidak

Page 75: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

66

selalu harus membagi sama rata antara pihak suami dan istri kecuali ada

perjanjian kesepakatan antara keduanya, karena keputusan hakim menjadi

tidak adil apabila harta atau hasil usaha istri yang lebih banyak dari suami

sebagai kepala rumah tangga dan terbukti suami melakukan kekerasan dalam

rumah tangga.Hakim seharusnya melihat kasusnya, hakim berkewajiban untuk

memutuskan perkara walaupun tidak ada dalam perundangan. Hakim harus

kreatif, dan hakim harus menegakkan keadilan sehingga terjadi perkembangan

peradilan.

3. Bagi Pejabat yang berwenang dalam hal pelaksanaan perkawinan agar

sebelum perkawinan itu berlangsung calon pasangan suami-isteri diberikan

penyuluhan hukum mengenai harta bersama dan pembagian harta bersama itu

pasca perceraian yang ditunjukkan kepada calon suami istri apabila terjadi

perceraian sehingga dapat memudahkan proses pembagian harta bersama ini

tanpa adanya persengketaan terlebih dahulu dan akibat hukum lainya pasca

perceraian terjadi;

4. Bagi Para Ulama diharapkan dapat menyesuaikan akibat hukum pasca

perceraian sesuai dengan Undang-undang dengan syariat Islam sehingga para

jamaah mengetahui akibat hukum dari perceraian secara Undang-undang yang

berlaku dan secara syariat Islam.

5. Bagi Para Akademisi diharapkan dapat lebih banyak mengkaji lebih dalam

tentang Hukum Harta Bersama Pasca Perceraian sehingga menghasilkan

literature-literatur yang khusus mengatur mengenai Hukum Harta Bersama

Pasca Perceraian.

Page 76: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

67

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta: Akademik Presindo,

1995.

Ali, Zainuddin, Metode Penelitian Hukum, , cet. 2, Jakarta: Sinar Grafika, 2010.

Gani, Abdullah Abdul, Pengantar Kompilasi Hukum Islam Dan Tata Hukum

Indonesia, Jakarta : Gema Insani Press, 1994.

Gemala, Dewi dkk. Hukum Perikatan Islam Di Indonesia, cet. 2. Jakarta: Kencana,

2005.

Husni, Syawali, Pengurusan (Bestuur) Atas Harta Kekayaan Perkawinan Menurut

KUH Perdata Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Dan Hukum Islam, cet. 1, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.

Manan, Abdul, Aneka Masalahan Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Jakarta:

Kencana, 2006.

Pugung, Solahudin, Prosedur Perceraian Di Pengadilan Agama (Panduan Praktek

Mengenai Perkara), cet. 1, Jakarta: Djambatan, 2010.

Retnowulan, Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata Dalam

Teori dan Praktek, Bandung: Mandar Maju, 2009.

Sopyan, Yayan, Metode Penelitian, Jakarta: t.p., 2009.

Sutantio, Ny. Retno, Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata Dalam Teori

dan Praktek, Bandung: Mandar Maju, 2009.

Tresna. R, Komentar: atas reglemen hukum acara di dalam pemeriksaan di muka

Pengadilan Negeri atau HIR dihubungkan dengan ketentuan-ketentuan dari

Undang-Undang Darurat No. 1 tahun 1951 diubah dengan Undang-Undang

No. 11 tahun 1995, cet. 18, Jakarta: Pradnya Paramita, 2005.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 1994 tentang Perkawinan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama

Page 77: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

68

Yahya, Harahap M, Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan,

Penyitaan, Pembuktian dan Putusan Pengadilan, cet. VII, Jakarta: Sinar

Grafika, 2008.

Kompilasi Hukum Islam

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 09 Tahun 1975 tentang

Pelaksanaan Undang-Undang No. 01 Tahun 1974 tentang Perkawinan

http://ptamakassarkota.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=356:

macam-macam-sita-dalam-hukum-perdata&catid=1:berita&Itemid=180

http://www.kpcmelaticenter.com/id/perjanjian-pranikah/perjanjian-pra-nikah.html

Page 78: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

LAPORAN HASIL WAWANCARA

Pewawancara : Marlianita

Narasumber : Ny. Tama, S.H.,

Hari/tanggal : Selasa/04 Oktober 2011

Tempat/pukul : Pengadilan Agama Jakarta Selatan / 10:30 WIB

A. Daftar pertanyaan

1. Bagaimana prosedur pengajuan gugatan pembagian harta bersama di

Pengadilan Agama Jakarta Selatan?

2. Apakah sebaiknya gugatan pembagian harta bersama dilakukan setelah

perceraian atau pengajuannya diajukan bersamaan dengan pengajuan gugatan

cerai dan bagaimana proses pemeriksaannya di Pengadilan Agama Jakarta

Selatan?

3. Apa alasan yang sering timbul dalam beberapa permohonan yang mengajukan

permohonan gugatan pembagian harta bersama di Pengadilan Agama Jakarta

Selatan?

4. Dari 3 Putusan Gugatan Cerai dan Pembagian Harta Bersama yang saya teliti

ternyata Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan menerapkan Undang-

undang Nomor 1 Tahun 1974 secara utuh. Meski kasus yang saya ambil

sebagai sample berbeda, yaitu :

Page 79: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

a. Istri bekerja suami tidak bekerja;

b. Suami bekerja istri tidak bekerja;

c. Keduanya sama-sama bekerja.

Namun, Hakim Pengadilan Jakarta Selatan tetap memutuskan pembagian

harta bersama 50 : 50 untuk masing-masing suami istri. Apa pendapat ibu

tentang putusan Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan yang membagi

sama rata harta bersama kepada pihak istri dan pihak suami, apabila istri yang

bekerja dan suami tidak bekerja serta suami melakukan kekerasan dalam

rumah tangga terhadap istri?. Dan apa pendapat ibu tentang putusan Hakim

Pengadilan Agama Jakarta Selatan yang selalu membagi sama banyak 50 : 50

untuk masing-masing suami istri dalam kasus istri bekerja suami tidak bekerja

memang hakim memutuskan berdasarkan aturan Kompilasi Hukum Islam dan

Undang-undang. Tapi apakah hakim tidak berhak menegakkan keadilan disaat

Undang-undang dan Kompilasi Hukum Islam tidak adil?. Kenapa saya

katakan tidak adil karena disaat istri bekerja, suami tidak mau menggantikan

peran istri mengurus rumah. Jadi istri akan berperan ganda sebagai pencari

nafkah dan sebagai pengurus rumah tangga. Beda jika suami bekerja dan istri

tidak bekerja.

5. Apa dasar hukum Hakim dalam memutuskan permohonan gugatan pembagian

harta bersama?

6. Bagaimanakah putusan Hakim mengenai pembagian harta bersama apabila

sebelumnya ada perjanjian pranikah yang dibuat oleh dan dihadapan Notaris?

Page 80: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

7. Bagaimana perhitungan hakim dalam memutuskan ketetapan sebuah perkara

pembagian harta bersama?

B. Laporan hasil wawancara

1. Pewawancara : Bagaimana prosedur pengajuan gugatan pembagian harta

bersama di Pengadilan Jakarta Selatan, apakah sama

dengan pengajuan cerai gugat atau cerai talak?

Narasumber : Tidak sama, karena cerai talak kan pengajuan ada

ditempat tinggal termohon. Pengajuan gugatan harta

bersama itu bisa sama dan bisa juga tidak sama. Kenapa

saya katakan sama, bisa sama itu jika diajukan komulasi

dengan cerai talak atau cerai gugat sama prosedurnya

seperti itu, atau bisa juga diajukan dalam rekonpensi, si

suami misalnya mengajukan cerai talak si istri

mengajukan gugat rekonpensi berupa harta bersama atau

si istri mengajukan cerai gugat si suami mengajukan

gugat rekonpensi berupa harta bersama, kalau

prosedurnya, biasanya apabila bersama-sama dengan

komulasi itu maka pengajuan gugatannya sama ditempat

tinggal termohon, cuma apabila gugatan itu tersendiri kita

kan tidak ada peraturan yang secara khusus yang

mengatur itu, kita biasanya memakai Hukum Acara

Page 81: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

Peradilan Umum. Hukum Acara Peradilan Umum adalah

ditempat tinggal tergugat. Pasal 118 HIR, tapi apabila

pengajuan gugatan bersama-sama dengan cerai talak atau

cerai gugat diajukan ditempat tinggal istri. Bisa cerai

gugat diajukan ditempat tergugat, apabila cerai talak

diajukan ditempat tinggal termohon kecuali jika istri

meninggalkan tempat tinggal bersama tanpa ijin.

2. Pewawancara : Menurut ibu apakah sebaiknya gugatan pembagian harta

bersama dilakukan setelah perceraian atau pengajuannya

diajukan bersamaan dengan pengajuan gugatan cerai dan

bagaimana proses pemeriksaannya di Pengadilan Agama

Jakarta Selatan?

Narasumber : Kalau pendapat itu relatif, tergantung kasuisis ya, apabila

kita pakai prinsip sederhana, cepat, biaya ringan, maka

komulatif. Hanya saja persoalannya relatifitasnya tadi

menjadi agak rumit kalau yang pengen cepat-cepat nikah

lagi karena dia terbentur dengan akibat cerai yang

kadang-kadang memakan prosedur yang agak lama, tapi

apabila misalnya diajukan tersendiri ya bisa saja, tapikan

biasanya harta itu sudah pergi dan salah satunya agak

sungkan untuk memohon lagi sama mantan, atau harta

bersama tersebut sudah dihilangkan. Jadi ada segi positif

Page 82: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

ada segi negatifnya maksud saya. Jadi pendapat saya

secara umum kalau dilihat dari prinsip sederhana, biaya

ringan, sebaiknya komulasi jadi mempermudah dan

biayanya murah serta cepat walaupun akhirnya bisa lama

juga.

3. Pewawancara : Menurut ibu apa alasan yang sering timbul dalam

beberapa permohonan yang mengajukan permohonan

gugatan pembagian harta bersama di Pengadilan Agama

Jakarta Selatan?

Narasumber : Alasan permohonan gugatan pembagian harta bersama

pada umumnya yang kami temukan karena dia merasa

bahwa selama perkawinan dia sudah memperoleh harta

bersama itu dan berhak atas harta itu. Sementara pihak

suami atau pihak istri sudah mengupayakan diluar

pengadilan tidak berhasil, mungkin salah satu pihak tidak

mau membagi secara sukarela, maka biasanya mereka

baru mengajukan ke Pengadilan.

4. Pewawancara : Dari 3 Putusan Gugatan Cerai dan Pembagian Harta

Bersama yang saya teliti ternyata Hakim Pengadilan

Agama Jakarta Selatan menerapkan Undang-undang

Nomor 1 Tahun 1974 secara utuh. Meski kasus yang saya

ambil sebagai sample berbeda, yaitu :

Page 83: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

a. Istri bekerja suami tidak bekerja;

b. Suami bekerja istri tidak bekerja;

c. Keduanya sama-sama bekerja.

Namun, Hakim Pengadilan Jakarta Selatan tetap

memutuskan pembagian harta bersama 50 : 50 untuk

masing-masing suami istri. Apa pendapat ibu tentang

putusan Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan yang

membagi sama rata harta bersama kepada pihak istri dan

pihak suami, apabila istri yang bekerja dan suami tidak

bekerja serta suami melakukan kekerasan dalam rumah

tangga terhadap istri?. Dan apa pendapat ibu tentang

putusan Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan yang

selalu membagi sama banyak 50 : 50 untuk masing-

masing suami istri dalam kasus istri bekerja suami tidak

bekerja memang hakim memutuskan berdasarkan aturan

Kompilasi Hukum Islam dan Undang-undang. Tapi

apakah hakim tidak berhak menegakkan keadilan disaat

Undang-undang dan Kompilasi Hukum Islam tidak adil?.

Kenapa saya katakan tidak adil karena disaat istri bekerja,

suami tidak mau menggantikan peran istri mengurus

rumah. Jadi istri akan berperan ganda sebagai pencari

Page 84: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

nafkah dan sebagai pengurus rumah tangga. Beda jika

suami bekerja dan istri tidak bekerja.

Menurut ibu apa alasan atau pertimbangan Hakim

Pengadilan Agama Jakarta Selatan memberikan putusan

yang demikian?

Narasumber :

a. Sering kali istri tidak tahu bahwa pembuktian

merupakan hal penting dalam berperkara untuk dapat

memperoleh hak atas harta bersama. Pembuktian

mengenai penggugatlah yang berusaha dan bekerja

keras untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sulit

untuk dibuktikan karena pada perkara Nomor:

45/Pdt.G/2005/PAJS, tergugat merasa menjadi

manajer penggugat yang membantu penggugat untuk

menyelesaikan jadual kontraknya dengan

baik.Sehingga satu sama lain saling berperan dalam

memenuhi kebutuhan rumah tangga.

b. Pembuktian bahwa selama perkawinan antara

penggugat dan tergugat telah memiliki harta bersama,

telah terbukti kebenarannya. Meskipun harta bersama

tersebut hanya suami yang bekerja dengan berbagai

usahanya sedangkan isteri berada di rumah dengan

Page 85: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

tidak mencari nafkah melainkan hanya mengurus

rumah tangga. Jadi seluruh harta yang diperoleh

selama dalam ikatan perkawinan yang sah, dianggap

harta bersama suami istri. Tidak dipersoalkan jerih

payah siapa yang terbanyak dalam usaha memperoleh

harta bersama tersebut.

c. Telah terjadi kesepakatan bersama antara pemohon dan

termohon dalam bentuk surat perjanjian akibat

perceraian yakni perihal hak asuh anak (hadhanah)

dan perihal pembagian harta bersama. Perjanjian

tersebut terbukti sah karena dibuat dihadapan notaris

dan isi perjanjian tidak melanggar batas-batas hukum

dan kesusilaan. Sehingga perjanjian ini dapat dijadikan

sebagai hukum oleh Majelis Hakim berdasarkan

ketentuan Pasal 105 huruf a dan c. Jo. Pasal 149 huruf

d dan menghukum para pihak untuk mentaatinya.

5. Pewawancara : Apa dasar hukum Hakim dalam memutuskan

permohonan gugatan pembagian harta bersama?

Narasumber : Mayoritas Para Hakim tetap berpedoman pada

Kompilasi Hukum Islam dan Undang-Undang

Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 yaitu harta bersama

dibagi dua antara Penggugat dan Tergugat sehingga

Page 86: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

masing-masing mendapat ½ dari harta bersama.

Sedangkan harta bawaan dari masing-masing harus

kembali kepada si pembawa, sehingga Hakim dalam

memutuskan perkara pembagian harta bersama yang

diakibatkan dari terjadinya perceraian tidak memberatkan

salah satu pihak, karena sudah sesuai dengan hukum

formil dan materiilnya.

6. Pewawancara : Bagaimanakah putusan Hakim mengenai pembagian

harta bersama apabila sebelumnya ada perjanjian

pranikah yang dibuat oleh dan dihadapan Notaris?

Narasumber : Biasanya akta perjanjian pranikah hanya dijadikan salah

satu bukti, nanti Hakim melihat bagaimana perjanjian

pranikah itu seperti apa. Apakah Akta perjanjian pranikah

itu memang betul-betul keinginan para pihak atau ada

pemaksaan. Apakah Hakim akan memutus sesuai Akta

pranikah itu tergantung dari bukti yang ada, bukan

langsung memutus sesuai akta tetapi diperiksa dulu kalau

memang mereka terbukti mereka membuat perjanjian

pranikah sudah tentu diputus sesuai akta perjanjian

pranikah itu selama tidak bertentangan dengan norma

hukum yang berlaku.

Page 87: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

7. Pewawancara : Bagaimana perhitungan hakim dalam memutuskan

ketetapan sebuah perkara pembagian harta bersama?

Narasumber : Hakim hanya menetapkan bahwa harta yang diperoleh

dalam perkawinan adalah harta bersama dan menghukum

penggugat dan tergugat untuk membagi dua harta

bersama itu, jika tidak dapat dibagi secara natural maka

akan dilelang.

Page 88: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN

Berikut ada beberapa foto penulis bersama Hakim Pengadilan Agama Jakarta

Selatan

Page 89: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN
Page 90: PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24948/...PENYELESAIAN GUGATAN HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN DI PENGADILAN JAKARTA SELATAN