penyediaan lahan dan budidaya tebu

30
MAKALAH “PENYEDIAAN LAHAN DAN BUDIDAYA TEBU” Diajukan untuk memenuhi persyaratan salah satu tugas Mata Kuliah Budidaya Tanaman Perkebunan Utama Oleh : Irlanggana (071510101054) PROGRAM STUDI AGRONOMI JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

Upload: irlanggana

Post on 24-Oct-2015

296 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

Tugas Mata Kuliah Budidaya Tanaman Perkebunan Utama

TRANSCRIPT

Page 1: Penyediaan Lahan dan Budidaya Tebu

MAKALAH

ldquoPENYEDIAAN LAHAN DAN BUDIDAYA TEBUrdquo

Diajukan untuk memenuhi persyaratan salah satu tugas

Mata Kuliah Budidaya Tanaman Perkebunan Utama

Oleh

Irlanggana

(071510101054)

PROGRAM STUDI AGRONOMI

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN - UNIVERSITAS JEMBER

2012

PENDAHULUAN

Pada umumnya mahkluk hidup membutuhkan sumberdaya alam berupa

air oksigen karbondioksida makanan dan sinar matahari Kecuali karbon

dioksida dan oksigen sumberdaya alam lainnya berada pada kondisi yang terbatas

dan sering tidak mencukupi kebutuhan sehingga terkadang memerlukan usaha

untuk mencukupi kebutuhan tersebut dengan tindakan pengelolaan hidup Sebagai

contoh misalnya tanaman tebu membutuhkan hara untuk mencapai pertumbuhan

normalnya namun ketersediaan di dalam tanah tempat tanaman itu tumbuh tidak

tersedia hara N yang memadai Pada keadaan demikian tanaman tersebut tentu

tidak akan mungkin tumbuh normal (karena defisiensi N) Untuk mencapai

kondisi pertumbuhan normal maka upaya budidaya diperlukan yaitu dengan cara

memberikan pupuk N untuk kasus kekurangan hara N tersebut

Sumberdaya alam selama periode pertumbuhan tebu sangat dibutuhkan

Namun laju kebutuhan setiap fase pertumbuhan tanaman terhadap kebutuhan jenis

maupun kuantitasnya selalu tidak sama Dengan demikian terdapat ukuran -

ukuran kebutuhan yang secara keseluruhan sangat ditentukan oleh kebutuhan

biologi pertumbuhan Sebagai contoh tanaman tebu memiliki 5 stadium

pertumbuhan yaitu fase perkecambahan pertunasan pemanjangan batang

kemasakan dan kematian kebutuhan akan sumberdaya air pada setiap stadium

berbeda Stadium perkecambahan sampai pemanjangan batang dapat dikatakan

menghendaki kebutuhan air yang sangat banyak Namun pada fase kemasakan dan

bahkan kematian kebutuhan terhadap air justru pada kondisi yang lebih sedikit

untuk mengoptimalkan pengisiaan gula dalam batang Hal yang lain yang

berkaitan dengan kebutuhan hidup tanaman tebu adalah secara agregat setiap

sumber daya alam selalu dibutuhkan meskipun kuantitasnya dapat berlainan

antara setiap fase pertumbuhannya

Tidak terpenuhi salah satu atau lebih sumberdaya alam yang dibutuhkan

tanaman tebu maka akan berakibat pada penurunan kualitas pertumbuhan

maupun produktivitas tanaman yang dihasilkan Dalam budidaya tebu upaya

untuk memenuhi kebutuhan sumberdaya alam pada saat optimal diperlukan akan

memberikan hasil panen yang maksimal

Yang dimaksud dengan budidaya tebu adalah upaya menciptakan kondisi

fisik lingkungan tanaman tebu berdasarkan ketersediaan sumberdaya lahan alat

dan tenaga yang memadai agar sesuai dengan kebutuhan pada fase

pertumbuhannya sehingga menghasilkan produksi (gula) seperti yang diharapkan

Dewasa ini budidaya yang efisien adalah pengelolaan tanaman tertentu yang

diusahakan menyesuaikan dengan lingkungan agroklimat (ketersediaan lahan)

Karekteristik agroklimat terdiri dari iklim kesuburan tanah dan topografi

Budidaya tebu hendaknya menyesuaikan dengan kondisi karakteristik agroklimat

di lahan tegalan yang umumnya dijumpai untuk tanaman tebu Produktifitas tebu

ditentukan oleh karakteristik agroklimat yang paling minimum

Secara definisi telah dikemukakan di atas arti dari budidaya yang

sesungguhnya dapat disederhanakan lagi yaitu suatu upaya manusia

mengoptimalkan kondisi tanaman agar memperoleh sumberdaya alam yang

dibutuhkan untuk hidupnya sehingga dapat dimaksimalkan perolehan

produktivitas tanaman Dengan demikian tujuan akhir dari upaya budidaya adalah

mengoptimalkan kondisi tanaman untuk memaksimumkan hasil panen

Budidaya merupakan prasarana untuk meningkatkan respon tanaman terhadap

input yang diberikan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam

menunjang dan memacu proses pertumbuhan Keberhasilan budidaya ditentukan

oleh berlangsungnya proses-proses pertumbuhan dalam setiap stadium secara

normal dan berkesinambungan Setiap proses fase pertumbuhan harus berjalan

dengan sempurna untuk memberikan kesempatan proses fase pertumbuhan

berikutnya sehingga berjalan sempurna juga Gangguan pada salah satu proses

fase pertumbuhan tebu harus dipandang sebagai titik dari mata rantai yang

terlemah dan yang paling bertanggung jawab terhadap hasil panen yang akan

diperoleh Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan faktor pembatas yang paling

menentukan terhadap perolehan hasil tanaman maka upaya dari budidaya

sesungguhnya untuk mengeleminir sekecil mungkin kekurangan ketersedian

sumber daya alam yang dibutuhkan setiap fase pertumbuhan guna

memaksimumkan hasil panen yang akan diperoleh

Landasan Pola Budidaya Tebu

Budidaya tebu yang paling sesuai adalah budidaya tebu yang

menyesuaikan dengan kondisi agroklimat yaitu iklim kesuburan tanah dan

tofografi Selain itu keberhasilan budidaya tebu ditentukan pula oleh penggunaan

sarana pendukung seperti tenaga kerja dan penggunaan peralatan yang akan

menunjang pengelolaan pertanian berkelanjutan Lebih spesifik lagi keberhasilan

penyesuaian budidaya tebu ditentukan oleh kesesuaian tebu terhadap kondisi

iklim kesesuaian tebu terhadap kesuburan tanah kesesuaian pengelolaan tebu

dengan tofografi kesesuaian pengelolaan tebu berdasarkan keterbatasan tenaga

sehingga mengharuskan penerapan peralatan mekanisasi dan kesesuaian tebu

menuju pertanian berkelanjutan

- Kesesuaian Tebu Terhadap Iklim

Budidaya tebu harus mengupayakan kebutuhan tebu terhadap variabel

iklim khususnya terhadap ketersediaan air baik dalam mengatur kecukupan air

maupun mengurangi ketersediaannya Dalam budidaya singkronisasi kebutuhan

pertumbuhan tebu dengan kebutuhan SDA iklim seperti mengatur masa tanam

yang baik untuk mendapatkan kebutuhan air optimal pada fase pertumbuhan awal

dan ditebang pada periode musim kemarau

Berdasarkan kebutuhan air pada setiap fase pertumbuhannya curah hujan

bulanan ideal untuk pertanaman tebu adalah 200 mm bulan pada 5-6 bulan

berturut - turut 125 mmbulan pada 2 bulan transisi dan kurang 75 mm bulan

pada 4 - 5 bulan berturut-turut Menurut tipe iklim Oldeman zona yang terbaik

untuk tanaman tebu adalah tipe iklim C2 dan C3 Dalam pengembangannya ke

lahan kering selain kedua tipe iklim tersebut ada beberapa lahan dengan tipe iklim

yang dapat diusahakan untuk tebu dengan masukan-masukan teknologi adalah B2

C2 C3 D2 E3 Lahan yang dapat dikembangkan untuk pertumbuhan tebu

dengan tanah cukup ringan dan berdrainase baik B1 C1 D1 dan E1

- Kesesuaian Tebu Terhadap Kesuburan Tanah

Kesuburan tanah menentukan keberhasilan budidaya tebu menyangkut

aspek faktor pembatas fisik dan kimia tanah Sifat fisik tanah yang menonjol

adalah drainase permeabilitas tekstur dan ruang pori Sedangkan sifat kimia

tanah adalah kadar bahan organik pH ketersediaan hara esensial dan KTK tanah

Tekstur tanah yang sesuai bagi tanaman tebu berdasarkan sifat olah tanah adalah

sedang sampai berat atau menurut klasifikasi tekstur tanah (Buckman and Brady

1960) adalah lempung lempung berpasir lempung berdebu liat berpasir liat

berlempung liat berdebu dan liat atau yang tergolong bertekstur agak kasar

sampai halus Kemasaman tanah (pH) yang terbaik untuk tanaman tebu adalah

pada kisaran 60 ndash 70 namun masih dapat tumbuh pada kisaran pH 45 - 75

Kesuburan tanah (status hara) berdasarkan hasil penelitian P3GI untuk

menentukan kesesuaian lahan bagi tanaman tebu dengan kriteria N total gt 15

P2O5 tersedia gt 75 ppm K2O tersedia gt 150 ppm dan kejenuhan Al ltgt 4 bulan

masa tanam yang optimal pada akhir musim kemarau sampai awal musim hujan

yaitu pertengahan Oktober sampai dengan masa tanam juga dapat pada akhir

musim hujan sampai awal musim kemarau (pola II) dengan kondisi tanah ringan

ngompol dapat diolah sepanjang musim Pada daerah basah (bulan kering le 2

bulan) masa tanam tebu terbaik pada awal musim kemarau

- Mencukupi Kebutuhan Hara Tanaman

Ketersediaan hara dalam tanah sesuai dengan kebutuhan tanaman pada

masing-masing fase pertumbuhannya sangat ditentukan oleh kondisi lahan dan

ketepatan pemupukan Dalam pemupukan perlu diperhatikan efektivitas dan

efisiensi

- Pengendalian Hama dan Penyakit

Prinsip pengendalian jasad pengganggu (gulma hama dan penyakit) adalah

memastikan bahwa input dan tanaman tebu tidak ldquotermakanrdquo oleh jasad

pengganggu yaitu pengendalian secara preventif

- Penanganan Panen

Dalam pengusahaan tanaman tebu upaya budidaya yang ditunjukkan

untuk meningkatkan bobot tebu dan rendemen yang tinggi pada akhirnya banyak

ditentukan oleh sejumlah mana tebu tersebut ditebang dan digiling dalam keadaan

Masak Bersih dan Segar (MBS) Untuk menciptakan panen MBS banyak

berkaitan dengan aspek - aspek manajerial dan koordinasi baik diintern Pabrik

Gula (antara Bagian Tanaman Tebang Angkut dan Pabrik) maupun koordinasi

PG dengan Petani

- Pemantauan Pertumbuhan Tanaman

Pemantauan perrtumbuhan tanaman yang bertujuan untuk mengetahui

dampak dari tindakan - tindakan budidaya yang dilakukan Pemantauan

pertumbuhan tanaman dapat dilakukan dengan pengetahuan pertumbuhan setiap

fase dan faktor - faktor yang mempengaruhi dan dinamika populasi Dengan

membandingkan antara jumlah populasi atau pertumbuhan suatu saat pada suatu

kebun dengan standar pertumbuhan dinamika populasi normal serta

dihubungkan dengan fase pertumbuhan saat pemantauan sehingga dapat

ditentukan tumbuh normal atau tidak serta antisipasi tindakan yang diperlukan

- Konsistensi Pengelolaan Tanaman

Agar dapat diperoleh hasil gula yang optimal diperlukan konsistensi

pengelolaan yang prima sejak pembukaan lahan sampai tebu dipanen dan digiling

mengingat kualitas suatu fase pertumbuhan menentukan pertumbuhan berikutnya

dan kualitas bahan baku akan menentukan sejauh mana potensi gula yang ada di

batang dapat dijadikan gula kristal yang diharapkan Salah satu yang harus

diwaspadai adalah ketidak konsistenan pada saat panen tebu yang ditanam dan

dipelihara dengan baik hasil gulanya kurang menggembirakan karena kehilangan

gula yang cukup besar saat panen akibat mutu tebang dan angkut kurang baik

Secara teknis pembukaan lahan tanaman tebu dikenal adanya sistem

Reynoso (Manual) dan Sistem Mekanisasi (Plough Out)

1 Sistem Mekanisasi

Sistem yang menggunakan traktor mekanisasi sebagai alat kerjanya Urutanya 2

kali bajak dengan arah berbeda (cross) yang selanjutnya dibuat kairan Setelah itu

dilakukan pembuatan got dan selanjutnya tanam

2 Sistem Reynoso (manual)

Adalah sistem yang dikerjakan dengan sistem manual orang berprinsip pada

pembuatan got-got untuk penampungan dan pembuangan air Urutanya adalah

a Pembuatan patusan saluran pembuangan afvoer

tujuanya alah untuk membuang air yang masih didalam kebun apabila terjadi

kelebihan air Kedalamanya adalah 90 cm dan lebar 80 cm

b Pembuatan got mujur

got mujur berfungsi menampung kelebihan air dari got malang Arah got mujur

tegak lurus dengan got malang atau juringan Ukuran got mujur adalah adalah

dalam 70 cm dan lebar 60 cm

c Pembuatan got malang

Berfungsi untuk menampung kelebihan air dari juringan menurunkan permukaan

air tanah dan menahan air sementara guna pekerjaan siratebor Arah got malang

adalah searah dengan kemiringan tanah Ukuran got malang adalah dalam 60 cm

dan lebar 50 cm

- Ukuran Got dalam system Reynoso

TEKNIS BUDIDAYA TEBU

1 Persiapan Lahan

Pengolahan tanah hendaknya dilakukan dengan pembajakan

penggemburan dan pembuatan juringan Dengan demikian perkecambahan tebu

berjalan normal

1 Pembajakan (plowing)

Adalah upaya pembongkaran tanah yang bertujuan untuk memperdalam

batas olah tanah membalikkan tanah agar sirkulasi udara lebih baik serta untuk

menghancurkan sisa-sisa tumbuhan yang sebelumnya sudah ada (Dinas

Perkebunan 2004) Biasanya hasil pembajakan berupa tanah bongkahan yang

masih cukup besar

2 Penggemburan (harrowing)

Adalah upaya memperhalus hasil olahan tanah dari kondisi tanah besar

menjadi lebih kecil Tujuannya untuk membuat kondisi tanah berpori lebih

banyak dan lebih remah sehingga permukaan tanah mudah dibentuk sesuai dengan

yang diinginkan (Dinas Perkebunan 2004) Dilakukan dengan menggunakan

implement Rome Master dengan alat tarik Crowler-D5 Penggemburan untuk

tanah ringan boleh ditarik dengan traktor roda ban

3 Pembuatan juringan (furrowing)

50 m

got mujur L=60 D=80

10 m

got malang L=50 D=70

juringan

got keliling L= 60 D=90

Sesudah tanah dibajak dan digembur maka pekerjaan pembuatan alur

tanaman dapat dimulai Alat yang digunakan adalah furrower dengan kedalaman

juringan 25-30 cm yang ditarik dengan traktor rantai atau traktor ban Pada satu

kali jalan dibuat 2 sampai 3 alur Jarak antar juringan adalah 135 cm

2 Pembibitan

Bibit merupakan salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan tebu

giling Bibit yang bermutu baik dan sehat akan menghasilkan tanaman yang baik

dan sehat pula Penurunan produksi tebu antara lain disebabkan pemakaian bibit

yang kurang baik Bibit bisa didapatkan dari

a Bibit pucuk

Bibit ini berasal dari pucuk batang tebu giling Untuk keperluan ini dipilih

tebu yang baik dan sehat serta yang tidak banyak bercampur dengan jenis-jenis

tebu lain Daun kering yang membungkus bibit tidak diklentekdilepas karena

dapat melindungi mata dari kerusakan

b Bibit kebun

Bibit ini merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai

penyediaan bahan tanam bagi kebun tebu giling Lokasi kebun pembibitan

diusahakan dekat dengan areal tebu giling

c Bibit mentahbibit krecekan

Bibit ini berasal dari tanaman yang berumur 0-7 bulan Bibit ini dipotong

tanpa mengklentek daun pembungkusnya agar mata-mata tunas tidak rusak

d Bibit seblangan

Bibit ini diambil dari tanaman yang telah tumbuh untuk mencukupi

penyulaman Bibit yang diambil jika tanaman sudah berumur 16-18 hari atau yang

telah bermata tunas dua

e Bibit siwilan

Jika tanaman sudah tidak tumbuh atau pucuknya mati maka keluarlah

tunas-tunas yang disebut siwilan Siwilan ini bisanya digunakan untuk

penyulaman (Sutardjo 1994)

Jenjang bibit kebun atau kebun pembibitan adalah sebagai berikut

bull Kebun Bibit Pokok Utama (KBPU)

KBPU adalah kebun bibit yang diselenggarakan oleh P3GI (Pusat

Penelitian Perkebunan Gula Indonesia) Pasuruan Kemurniannya berada dibawah

pengawasan Pemulian Tanaman KBPU ditanam pada bulan Juli-Agustus

bull Kebun Bibit Pokok (KBP)

KBP merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai

penyediaan bahan tanam bagi kebun nenek Kebun ini menggunakan bahan tanam

yang berasal dari KBPU Kebun ini dikelola oleh Riset Pengembangan KBP

ditanam pada bulan Januari-Februari

bull Kebun Bibit Nenek (KBN)

KBN merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai

penyediaan bahan tanam bagi kebun bibit induk Kebun ini menggunakan bahan

tanam yang berasal dari KBP Kebun ini dikelola oleh Riset Pengembangan KBN

ditanam pada bulan Juli-Agustus

bull Kebun Bibit Induk (KBI)

KBI merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai

penyediaan bahan tanam bagi kebun bibit datar Kebun ini menggunakan bahan

tanam yang berasal dari KBN Kebun ini dikelola oleh Asisten Afdeling KBI

ditanam pada bulan Januari-Februari

bull Kebun Bibit Datar (KBD)

KBD merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai

penyediaan bahan tanam bagi kebun tebu giling Kebun ini menggunakan bahan

tanam yang berasal dari KBI Kebun ini dikelola oleh Asisten Afdeling KBD

ditanam pada bulan Juli-Oktober

Gambar 1 Pola pembibitan tebu PTPN II Sumatera Utara

3 Penanaman

Bibit yang digunakan di lahan sawah dapat berupa bibit bagal atau bibit

rayungan Umumnya digunkaan bibit dengan 2 mata untuk menjaga kepastian

tumbuh Dalam satu meter juringan ditanam 5 ndash 6 stek bibit Waktu tanam yang

ideal untuk tebu sawah adalah bulan Mei ndash Juni sehingga pada saat panen bulan

Juli ndash September tanaman sudah cukup masak dan memiliki bobot tebu yang

tinggi

Penanaman bibit diusahakan agar mata bibit menghadap ke samping

Apabila mata bibit menghadap keatas maka tunas akan muncul lebih dulu pada

permukaan tanah daripada mata bibit yang menghadap kebawah Keadaan

tersebut disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan oleh tunas untuk mencapai

permukaan tanah menjadi dua kali lebih lama secara perhitungan jaraknya saja

sudah jelas lebih jauh untuk mencapai permukaan tanah sehingga mengakibatkan

pertumbuhan tidak seragam dan pertumbuhan tunas terganggu

1 Bibit Bagaldebbeltopgenerasi

Tanah kasuran harus diratakan dahulu kemudian tanah digaris dengan alat

yang runcing dengan kedalaman + 5-10 cm Bibit dimasukkan ke dalam bekas

garisan dengan mata bibit menghadap ke samping Selanjutnya bibit ditimbun

dengan tanah

2 Bibit Rayungan (bibit yang telah tumbuh di kebun bibit)

Jika bermata (tunas) satu batang bibit terpendam dan tunasnya

menghadap ke samping dan sedikit miring + 45 derajat Jika bibit rayungan

bermata dua batang bibit terpendam dan tunas menghadap ke samping dengan

kedalaman + 1 cm

3 Sebaiknya bibit bagal (stek) dan rayungan ditanam secara terpisah di dalam

petak-petak tersendiri supaya pertumbuhan tanaman merata

- Penyulaman

1 Sulam sisipan dikerjakan 5 - 7 hari setelah tanam yaitu untuk tanaman

rayungan bermata satu

2 Sulaman ke - 1 dikerjakan pada umur 3 minggu dan berdaun 3 - 4 helai

Bibit dari rayungan bermata dua atau pembibitan

3 Penyulaman yang berasal dari rospucukan tebu dilakukan ketika tanaman

berumur + 1 bulan

4 Penyulaman ke-2 harus selesai sebelum pembubunan bersama sama dengan

pemberian air ke - 2 atau rabuk ke-2 yaitu umur 15 bulan

5 Penyulaman ekstra bila perlu yaitu sebelum bumbun ke -2

- Pemupukan

Tujuanya adalah untuk menambah unsur hara di dalam tanah yang

dibutuhkan oleh tanaman Dosis setiap daerah lainya tergantung dari hasil analisa

hara dalam tanah Jenis pupuk ZA TSP KCL

Dosis pupukjenis pupuk

Waktu Pemupukan

Pupuk I 1 sd 7 hari setelah tanam TSP 100 dosis ZA 30 sd 70

dosis Pupuk II 1 bulan setelah pupuk 1 ZA 30 sd 70 (sisanya) KCL

100 dosis Pemupukan dengan ditegallencog dan ditutup tanah

- Penyiraman Pengairan

Tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan Air bagi Proses

Pertumbuhan Tanaman Kekurangan air akan sangat berpengaruh pada Produksi

Dalam pelaksanaannya Pengairan meliputi

a Ebor Muka Tanam dilakukan sebelum bibit ditanam untuk membuat kondisi

tanah basah

b Sirat Patri dilakukan 3 ndash 4 hari setelah tanam dengan tujuan memacu

perkecambahan tunas dan mempercepat pertumbuhan akar

c Ebor Pupuk I dilakukan setelah Pupuk I dengan tujuan melarutkan pupuk

supaya segera dapat diserap oleh Tanaman

d Ebor Pupuk II dilakukan setelah Pupuk II dengan tujuan melarutkan pupuk

supaya segera dapat diserap oleh Tanaman

e Ebor Muka Bumbun II bertujuan untuk menghancurkan lungko agar dalam

pelaksanaan Bumbun II nantinya akan didapatkan tanah yang halus

f Ebor Muka Bumbun III bertujuan untuk memberikan air yang cukup untuk

tanaman juga untuk memudahkan pelaksanaan Bumbun III

g Ebor Garbu Muka Gulud diberikan dalam jumlah yang cukup banyak karena

tanah yang diolah adalah tanah waras Tujuannya adalah untuk memudahkan

pelaksanaan Garbu

h Ebor Muka Gulud diberikan pada tanah guludan yang telah digarbu Tujuannya

adalah agar tanah blabagan menjadi gembur dan mudah dibuat guludan

- Pembubunan Tanah

1 Pembumbunan ke-1 dilakukan pada umur 3-4 minggu yaitu berdaun 3 - 4

helai Pembumbunan dilakukan dengan cara membersihkan rumput-

rumputan membalik guludan dan menghancurkan tanah (jugar) lalu

tambahkan tanah ke tanaman sehingga tertimbun tanah

2 Pembumbunan ke - 2 dilakukan jika anakan tebu sudah lengkap dan cukup

besar + 20 cm sehingga tidak dikuatirkan rusak atau patah sewaktu

ditimbun tanah atau + 2 bulan

3 Pembumbunan ke-3 atau bacar dilakukan pada umur 3 bulan semua got

harus diperdalam got mujur sedalam 70 cm dan got malang 60 cm

4 Penyiangan

Penyiangan adalah membuang rumput-rumput yang tumbuh di kebun

supaya jangan mengadakan pesaingan dengan tanaman tebu dan merintangi

tumbuhnya Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan

cangkul Koret (Adisewojo 1991)

5 Klentek (pelepasan daun kering)

Klentek bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi udara dan kebersihan

kebun memperbanyak sinar matahari yang masuk mengenai batang tebu dan

meningkatkan kualitas tebangan Daun yang diklentek adalah daun kering yang

kelopak daunnya sudah membuka 50 Klentek dilakukan pada saat tanaman

berumur plusmn 6 bulan apabila diperlukan klentek bisa dilakukan lagi pada saat

tanaman berumur plusmn 8 bulan (PTPN II 2008)

6 Hama dan Penyakit

Hama

Hama merupakan binatang pengganggu tanaman Gangguan dilakukan

dengan cara menghisap atau memakan bagian tanaman Beberapa hama penting

yang sering menyerang tanaman tebu antara lain

1 Penggerek Pucuk (Tryporina nivella)

Hama ini berupa ulat yang menyerang pucuk tanaman sehingga

mematikan titik tumbuh

2 Penggerek Batang (Phragmatoecia castaneae) Hama ini berupa ulat yang

merusak ruas-ruas batang tebu sehingga pada serangan yang parah dapat

merobohkan tanaman

3 Kutu Bulu Putih (Ceratovacuna laniagara)

Pada daun-daun yang mulai nampak ada kutu bulu putih segera dipangkas

kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk dimusnahkan atau

dibakar

4 Uret

Hama ini menyerang akar dan pangkal tanaman tebu Tanaman yang

terserang menampakkan gejala kelayuan daun

5 Tikus

Hama ini menyerang tanaman berumur kurang dari satu bulan Tanaman

yang terserang akan mati (Muljana 1983)

Penyakit

1 Penyakit Pokkahbung (Gibbrela moniliformis)

Penyakit ini disebabkan oleh sejenis jamur dan terutama timbul di

musimhujanTanda-tanda penyakit ini adalah pada daun muda terlihat

memutih (chlorosis) Pokkahbung adalah salah satu jenis penyakit yang

sangat berbahaya bagi tanaman tebu terutama di daerah beriklim basah

(Sutardjo 1994)

2 Penyakit Blendok (Xanthomonas albilincans)

Penyakit ini menyerang tanaman tebu berumur 15-2 bulan Tanda-tanda

penyakit ini adalah pada penampang membujur dari batang-batang

kelihatan perubahan warna dari kuning sampai merah tua titik tumbuh dan

tunas-tunas juga berwarna merah Gejala penyakit ini akan lenyap bila

hujan turun

3 Penyakit Mosaik

Penyebab penyakit ini adalah virus mosaik Tanda-tanda penyakit ini yaitu

pada daun terdapat gambaran mosaik berupa garis-garis dan noda-noda

berwarna hijau muda sampai kuning

4 Penyakit Luka Api (Smut)

Penyebab penyakit ini adalah Ustilago scitaminea syd Gejala penyakit ini

adalah timbul cambuk hitam pada pucuk tebu

5 Penyakit Pembuluh

Penyebab penyakit ini adalah bakteri Clavibacter xylisubsp xyli Tanaman

yang terserang menampakkan gejala pertumbuhan yang kurang sempurna

terutama tanaman keprasan tampak kerdil (Dinas Perkebunan 1994)

Panen

Tebang Muat Angkut (TMA) adalah tiga kegiatan yang tidak dapat dipisah

dalam rangka memungut hasil batang tebu layak giling untuk dibawa ke pabrik

Kegiatan TMA dapat mempengaruhi kualitas kadar gula jika tidak ditangani

dengan baik Di lapangan kegiatan TMA masih jauh dari yang diharapkan

Walaupun telah memperoleh pengalaman namun untuk mendapatkan tenaga

tebang yang terampil sangat sulit untuk diharapkan Umumnya tenaga tebang

lebih banyak dilakukan oleh tenaga perempuan dari pada pria (Dinas Perkebunan

2004)

Tebang

Tebangan baik untuk PC (tanaman yang berasal dari bibit baru) maupun

Ratoon (tanaman yang tumbuh setelah penebangan plant cane) dilakukan dalam

bentuk tebu segar (green cane) Waktu penebangan dan giling adalah Januari-Juli

Untuk menentukan waktu tebangan maka faktor yang perlu dipertimbangkan

adalah sebagai berikut

Umur 10-12 bulan dan dapat dilihat dari masa tanamnya

Gejala-gejala visual antara lain daun-daun tanaman tebu secara keseluruhan

telah menguning

Nilai Kemasakan Tebu dengan adanya Analisa Pendahuluan untuk

mengetahui Faktor Kemasakan Kosien Peningkatan dan Kosien Daya Tahan

Rencana Kapasitas Giling Pabrik

Pemeliharaan Tanaman Keprasan

Pekerjaan Kepras harus dilakukan secepat mungkin setelah ditebang Hal

ini bertujuan agar Tunas yang dikepras masih dalam keadaan segar sehingga

pertumbuhan tunas nantinya baik Sebelum Keprasan perlu dilakukan

Pembersihan dan Pembakaran sisa-sisa tanaman dan daduk Keprasan dilakukan

dengan cara manual menggunakan cangkul Bentuk hasil Keprasan melihat

apakah tanaman tersebut bekas TS I atau bekas keprasan yang sudah dikepras

berulang-ulang Untuk bekas tanaman TS I dibuat Model ldquoUldquo sedangkan untuk

bekas keprasan yang sudah dikepras berkali-kali dibuat Model ldquoWrdquo

Pemeliharaan Tanaman Keprasan pada dasarnya sama dengan

Pemeliharaan Tanaman TS I hanya yang membedakan adalah

- PEDOT OYOT dilakukan segera setelah dikepras Tujuannya adalah untuk

memutus akar lama dan mendorong tumbuhnya akar-akar baru yang sehat dan

kuat juga berguna

Budidaya Tebu Lahan Kering ( Tegalan )

‐ Penggarapan tanah

Waktu pengolahan tanah menjelang musim kemarau (periode I ) dan atau

menjelang musim penghujan ( periode II ) Pembuatan got ditegalan hanya

didaerah beriklim B1 dan B2 (daerah basah ) pada periode I Pengolahan tanah

dengan membongkar membalik dan menghancurkan tanah Tanah yang diolah

minimal 30 cm Pengolahan anah bertekstur berat dapat menggunakan bajak atau

garu yang ditarik traktor Tanah bertekstur sedang diolah dengan tenaga manusia

Diakhir pengolahan tanah dilakukan pembuatan kairanjolangan sedalam 25 ‐ 30

cm jarak antara pusat kepusat 95 ‐ 125 cm panjang kairan sekitar 50 m

tergantung keadaan lahan

‐ Bahan tanaman

Bibit bagal dari KBD dengan 3 ‐ 4 mata tunas

Bibit pucuk (top stek ) panjang 35 ‐ 40 cm

‐ Penanaman

Waktu tanam untuk periode I bulan mei dan juli sedangkan periode II

September ‐ Nopember Bibit diletakan pada jaringanjolangan dengan mata tunas

disamping Bibit ditutup tanah setebal 3 cm (periode I ) dan 5 cm ( periode II )

‐ Penyulaman

Penyulaman I tanaman umur 2 minggu

Penyulaman 2 tanaman umur 4 minggu

Bibit sulaman dan sumpingan yang ditanam diujung jolangan

- Pemupukan

‐ Pembumbunan

Bumbun I Setelah pemupukan II Bumbun 2 setelah tanaman berumur 3

ndash 35 bulan (semua tunas telah tumbuh)

‐ Penyiangan pengendalian hama penyakit dan penebangan dilakukan

seperti pada tebu lahan sawah

‐ Tanaman Keprasan ( TRIT II ‐ IV )

Tebu lahan kering dapat dikepras sampai 3 x

Pengeprasan seperti tebu pada lahan sawah

Pemeliharaan TRIT II ‐ IV hampir sama dengan TRIT I

Pemupukan TRIT II ‐ IV

Pemupukan I TSP 100 dosis ZA 30 ndash 70 dilakukan 2 minggu setelah

kepras

Pemupukan I ZA 70 ndash 30 (sisanya) KCL diberikan 6 minggu setelah

kepras

Diberikan dengan cara ditabur dalam alur yang dibuat didekat tanaman

kemudian ditutup tanah atau dengan cara ditugal

Pengolahan gula putih perhitungan rendemen dan bagi hasil

Pengolahan

Setelah tebu di panenditebang diangkut ke pabrik gula untuk diolah

menjadi gula putih dengan menggunakan peralatan yang sebagian besar bekerja

secara otomatis

Beberapa tahap pengolahan gula putih yaitu pemerahan cairan tebu

( nira) penjernihan penguapan kristalisasi pemisahan kristal pengeringan

pengemasan dan penyimpanan

Rendemen

Rendemen adalah persentase perbandingan antara gula yang dihasilkan

dengan sejumlah tebu yang digiling

Beberapa macam rendemen yang dikenal antara lain rendemen contoh ( untuk

menentukan kemasakan optimal tanaman tebu ) rendemen sementara

rendemen efektif

Prosedur perhitungan rendemen dan bagi hasil

Pengendalian beberapa penyakit

‐ Hama tikus dikendalikan dengan pengumpanan menggunakan pestisida dan

gropyokan yang dilakukan secara terpadu

‐ Hama penggerek batang

Diroges

Pelepasan Trichogramma nanun T minutun atau T Australian

Pelepasan Diatracophaga ( Lalat jatiroto )

Dengan insektisida

‐ Hama penggerek pucuk

1048707 Pelepasan trichogramma japonium

1048707 Penyuntukan karbofuran ditengah batang atau melalui tanah dengan cara

ditugal

‐ Hama Uret

Tanah disingkap dan hama uretnya dibunuh

Insektisida ditaburkan pada dasar jolangan (sebelum tanam )

DAFTAR PUSTAKA

Booker Tate Ltd 1999 Study of The Indonesian Sugar Industry (Vol1-3) Research Report for Meneg BUMN UK Jakarta

Dewan Gula Indonesia 1999 Restrukturisasi Gula Indonesia April 1999 Publikasi Interen DGI dan Bahan Diskusi Reformasi Gula Indonesia Jakarta

Ditjen Bina Produksi Perkebunan 2002 Program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional 2002-2007 (Buku 1) Ditjen BPP Deptan Jakarta

Hadi PU AH Malian A Djulin A Agustian SH Suhartini dan SH Susilowati 2002 Kajian Perdagangan Internasional Komoditas Petanian Indonesia Tahun 2001 Laporan Akhir Penelitian Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Bogor

Lembaga Penelitian IPB 2002 Studi Pengembangan Sistem Industri Pergulaan Nasional Kerjasama antara Ditjen Bina Produksi Perkebunan dengan LP IPB Bogor Desember 2002

Malian AH M Ariani KS Indraningsih AK Zakaria A Askin dan J Hestina 2004 Revitalisasi Sistem dan Usaha Agribisnis Gula Laporan Akhir Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian Bogor

Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) 2003 Studi Konsolidasi Pergulaan Nasional Kerjasama Ditjen BPP Deptan dengan P3GI Jakarta

Sawit MH Erwidodo T Kuntohartono dan HSiregar 2003 Penyelamatan dan Penyehatan Industri Gula Nasional Naskah akademis final (19 Agustus 2003)

Page 2: Penyediaan Lahan dan Budidaya Tebu

PENDAHULUAN

Pada umumnya mahkluk hidup membutuhkan sumberdaya alam berupa

air oksigen karbondioksida makanan dan sinar matahari Kecuali karbon

dioksida dan oksigen sumberdaya alam lainnya berada pada kondisi yang terbatas

dan sering tidak mencukupi kebutuhan sehingga terkadang memerlukan usaha

untuk mencukupi kebutuhan tersebut dengan tindakan pengelolaan hidup Sebagai

contoh misalnya tanaman tebu membutuhkan hara untuk mencapai pertumbuhan

normalnya namun ketersediaan di dalam tanah tempat tanaman itu tumbuh tidak

tersedia hara N yang memadai Pada keadaan demikian tanaman tersebut tentu

tidak akan mungkin tumbuh normal (karena defisiensi N) Untuk mencapai

kondisi pertumbuhan normal maka upaya budidaya diperlukan yaitu dengan cara

memberikan pupuk N untuk kasus kekurangan hara N tersebut

Sumberdaya alam selama periode pertumbuhan tebu sangat dibutuhkan

Namun laju kebutuhan setiap fase pertumbuhan tanaman terhadap kebutuhan jenis

maupun kuantitasnya selalu tidak sama Dengan demikian terdapat ukuran -

ukuran kebutuhan yang secara keseluruhan sangat ditentukan oleh kebutuhan

biologi pertumbuhan Sebagai contoh tanaman tebu memiliki 5 stadium

pertumbuhan yaitu fase perkecambahan pertunasan pemanjangan batang

kemasakan dan kematian kebutuhan akan sumberdaya air pada setiap stadium

berbeda Stadium perkecambahan sampai pemanjangan batang dapat dikatakan

menghendaki kebutuhan air yang sangat banyak Namun pada fase kemasakan dan

bahkan kematian kebutuhan terhadap air justru pada kondisi yang lebih sedikit

untuk mengoptimalkan pengisiaan gula dalam batang Hal yang lain yang

berkaitan dengan kebutuhan hidup tanaman tebu adalah secara agregat setiap

sumber daya alam selalu dibutuhkan meskipun kuantitasnya dapat berlainan

antara setiap fase pertumbuhannya

Tidak terpenuhi salah satu atau lebih sumberdaya alam yang dibutuhkan

tanaman tebu maka akan berakibat pada penurunan kualitas pertumbuhan

maupun produktivitas tanaman yang dihasilkan Dalam budidaya tebu upaya

untuk memenuhi kebutuhan sumberdaya alam pada saat optimal diperlukan akan

memberikan hasil panen yang maksimal

Yang dimaksud dengan budidaya tebu adalah upaya menciptakan kondisi

fisik lingkungan tanaman tebu berdasarkan ketersediaan sumberdaya lahan alat

dan tenaga yang memadai agar sesuai dengan kebutuhan pada fase

pertumbuhannya sehingga menghasilkan produksi (gula) seperti yang diharapkan

Dewasa ini budidaya yang efisien adalah pengelolaan tanaman tertentu yang

diusahakan menyesuaikan dengan lingkungan agroklimat (ketersediaan lahan)

Karekteristik agroklimat terdiri dari iklim kesuburan tanah dan topografi

Budidaya tebu hendaknya menyesuaikan dengan kondisi karakteristik agroklimat

di lahan tegalan yang umumnya dijumpai untuk tanaman tebu Produktifitas tebu

ditentukan oleh karakteristik agroklimat yang paling minimum

Secara definisi telah dikemukakan di atas arti dari budidaya yang

sesungguhnya dapat disederhanakan lagi yaitu suatu upaya manusia

mengoptimalkan kondisi tanaman agar memperoleh sumberdaya alam yang

dibutuhkan untuk hidupnya sehingga dapat dimaksimalkan perolehan

produktivitas tanaman Dengan demikian tujuan akhir dari upaya budidaya adalah

mengoptimalkan kondisi tanaman untuk memaksimumkan hasil panen

Budidaya merupakan prasarana untuk meningkatkan respon tanaman terhadap

input yang diberikan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam

menunjang dan memacu proses pertumbuhan Keberhasilan budidaya ditentukan

oleh berlangsungnya proses-proses pertumbuhan dalam setiap stadium secara

normal dan berkesinambungan Setiap proses fase pertumbuhan harus berjalan

dengan sempurna untuk memberikan kesempatan proses fase pertumbuhan

berikutnya sehingga berjalan sempurna juga Gangguan pada salah satu proses

fase pertumbuhan tebu harus dipandang sebagai titik dari mata rantai yang

terlemah dan yang paling bertanggung jawab terhadap hasil panen yang akan

diperoleh Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan faktor pembatas yang paling

menentukan terhadap perolehan hasil tanaman maka upaya dari budidaya

sesungguhnya untuk mengeleminir sekecil mungkin kekurangan ketersedian

sumber daya alam yang dibutuhkan setiap fase pertumbuhan guna

memaksimumkan hasil panen yang akan diperoleh

Landasan Pola Budidaya Tebu

Budidaya tebu yang paling sesuai adalah budidaya tebu yang

menyesuaikan dengan kondisi agroklimat yaitu iklim kesuburan tanah dan

tofografi Selain itu keberhasilan budidaya tebu ditentukan pula oleh penggunaan

sarana pendukung seperti tenaga kerja dan penggunaan peralatan yang akan

menunjang pengelolaan pertanian berkelanjutan Lebih spesifik lagi keberhasilan

penyesuaian budidaya tebu ditentukan oleh kesesuaian tebu terhadap kondisi

iklim kesesuaian tebu terhadap kesuburan tanah kesesuaian pengelolaan tebu

dengan tofografi kesesuaian pengelolaan tebu berdasarkan keterbatasan tenaga

sehingga mengharuskan penerapan peralatan mekanisasi dan kesesuaian tebu

menuju pertanian berkelanjutan

- Kesesuaian Tebu Terhadap Iklim

Budidaya tebu harus mengupayakan kebutuhan tebu terhadap variabel

iklim khususnya terhadap ketersediaan air baik dalam mengatur kecukupan air

maupun mengurangi ketersediaannya Dalam budidaya singkronisasi kebutuhan

pertumbuhan tebu dengan kebutuhan SDA iklim seperti mengatur masa tanam

yang baik untuk mendapatkan kebutuhan air optimal pada fase pertumbuhan awal

dan ditebang pada periode musim kemarau

Berdasarkan kebutuhan air pada setiap fase pertumbuhannya curah hujan

bulanan ideal untuk pertanaman tebu adalah 200 mm bulan pada 5-6 bulan

berturut - turut 125 mmbulan pada 2 bulan transisi dan kurang 75 mm bulan

pada 4 - 5 bulan berturut-turut Menurut tipe iklim Oldeman zona yang terbaik

untuk tanaman tebu adalah tipe iklim C2 dan C3 Dalam pengembangannya ke

lahan kering selain kedua tipe iklim tersebut ada beberapa lahan dengan tipe iklim

yang dapat diusahakan untuk tebu dengan masukan-masukan teknologi adalah B2

C2 C3 D2 E3 Lahan yang dapat dikembangkan untuk pertumbuhan tebu

dengan tanah cukup ringan dan berdrainase baik B1 C1 D1 dan E1

- Kesesuaian Tebu Terhadap Kesuburan Tanah

Kesuburan tanah menentukan keberhasilan budidaya tebu menyangkut

aspek faktor pembatas fisik dan kimia tanah Sifat fisik tanah yang menonjol

adalah drainase permeabilitas tekstur dan ruang pori Sedangkan sifat kimia

tanah adalah kadar bahan organik pH ketersediaan hara esensial dan KTK tanah

Tekstur tanah yang sesuai bagi tanaman tebu berdasarkan sifat olah tanah adalah

sedang sampai berat atau menurut klasifikasi tekstur tanah (Buckman and Brady

1960) adalah lempung lempung berpasir lempung berdebu liat berpasir liat

berlempung liat berdebu dan liat atau yang tergolong bertekstur agak kasar

sampai halus Kemasaman tanah (pH) yang terbaik untuk tanaman tebu adalah

pada kisaran 60 ndash 70 namun masih dapat tumbuh pada kisaran pH 45 - 75

Kesuburan tanah (status hara) berdasarkan hasil penelitian P3GI untuk

menentukan kesesuaian lahan bagi tanaman tebu dengan kriteria N total gt 15

P2O5 tersedia gt 75 ppm K2O tersedia gt 150 ppm dan kejenuhan Al ltgt 4 bulan

masa tanam yang optimal pada akhir musim kemarau sampai awal musim hujan

yaitu pertengahan Oktober sampai dengan masa tanam juga dapat pada akhir

musim hujan sampai awal musim kemarau (pola II) dengan kondisi tanah ringan

ngompol dapat diolah sepanjang musim Pada daerah basah (bulan kering le 2

bulan) masa tanam tebu terbaik pada awal musim kemarau

- Mencukupi Kebutuhan Hara Tanaman

Ketersediaan hara dalam tanah sesuai dengan kebutuhan tanaman pada

masing-masing fase pertumbuhannya sangat ditentukan oleh kondisi lahan dan

ketepatan pemupukan Dalam pemupukan perlu diperhatikan efektivitas dan

efisiensi

- Pengendalian Hama dan Penyakit

Prinsip pengendalian jasad pengganggu (gulma hama dan penyakit) adalah

memastikan bahwa input dan tanaman tebu tidak ldquotermakanrdquo oleh jasad

pengganggu yaitu pengendalian secara preventif

- Penanganan Panen

Dalam pengusahaan tanaman tebu upaya budidaya yang ditunjukkan

untuk meningkatkan bobot tebu dan rendemen yang tinggi pada akhirnya banyak

ditentukan oleh sejumlah mana tebu tersebut ditebang dan digiling dalam keadaan

Masak Bersih dan Segar (MBS) Untuk menciptakan panen MBS banyak

berkaitan dengan aspek - aspek manajerial dan koordinasi baik diintern Pabrik

Gula (antara Bagian Tanaman Tebang Angkut dan Pabrik) maupun koordinasi

PG dengan Petani

- Pemantauan Pertumbuhan Tanaman

Pemantauan perrtumbuhan tanaman yang bertujuan untuk mengetahui

dampak dari tindakan - tindakan budidaya yang dilakukan Pemantauan

pertumbuhan tanaman dapat dilakukan dengan pengetahuan pertumbuhan setiap

fase dan faktor - faktor yang mempengaruhi dan dinamika populasi Dengan

membandingkan antara jumlah populasi atau pertumbuhan suatu saat pada suatu

kebun dengan standar pertumbuhan dinamika populasi normal serta

dihubungkan dengan fase pertumbuhan saat pemantauan sehingga dapat

ditentukan tumbuh normal atau tidak serta antisipasi tindakan yang diperlukan

- Konsistensi Pengelolaan Tanaman

Agar dapat diperoleh hasil gula yang optimal diperlukan konsistensi

pengelolaan yang prima sejak pembukaan lahan sampai tebu dipanen dan digiling

mengingat kualitas suatu fase pertumbuhan menentukan pertumbuhan berikutnya

dan kualitas bahan baku akan menentukan sejauh mana potensi gula yang ada di

batang dapat dijadikan gula kristal yang diharapkan Salah satu yang harus

diwaspadai adalah ketidak konsistenan pada saat panen tebu yang ditanam dan

dipelihara dengan baik hasil gulanya kurang menggembirakan karena kehilangan

gula yang cukup besar saat panen akibat mutu tebang dan angkut kurang baik

Secara teknis pembukaan lahan tanaman tebu dikenal adanya sistem

Reynoso (Manual) dan Sistem Mekanisasi (Plough Out)

1 Sistem Mekanisasi

Sistem yang menggunakan traktor mekanisasi sebagai alat kerjanya Urutanya 2

kali bajak dengan arah berbeda (cross) yang selanjutnya dibuat kairan Setelah itu

dilakukan pembuatan got dan selanjutnya tanam

2 Sistem Reynoso (manual)

Adalah sistem yang dikerjakan dengan sistem manual orang berprinsip pada

pembuatan got-got untuk penampungan dan pembuangan air Urutanya adalah

a Pembuatan patusan saluran pembuangan afvoer

tujuanya alah untuk membuang air yang masih didalam kebun apabila terjadi

kelebihan air Kedalamanya adalah 90 cm dan lebar 80 cm

b Pembuatan got mujur

got mujur berfungsi menampung kelebihan air dari got malang Arah got mujur

tegak lurus dengan got malang atau juringan Ukuran got mujur adalah adalah

dalam 70 cm dan lebar 60 cm

c Pembuatan got malang

Berfungsi untuk menampung kelebihan air dari juringan menurunkan permukaan

air tanah dan menahan air sementara guna pekerjaan siratebor Arah got malang

adalah searah dengan kemiringan tanah Ukuran got malang adalah dalam 60 cm

dan lebar 50 cm

- Ukuran Got dalam system Reynoso

TEKNIS BUDIDAYA TEBU

1 Persiapan Lahan

Pengolahan tanah hendaknya dilakukan dengan pembajakan

penggemburan dan pembuatan juringan Dengan demikian perkecambahan tebu

berjalan normal

1 Pembajakan (plowing)

Adalah upaya pembongkaran tanah yang bertujuan untuk memperdalam

batas olah tanah membalikkan tanah agar sirkulasi udara lebih baik serta untuk

menghancurkan sisa-sisa tumbuhan yang sebelumnya sudah ada (Dinas

Perkebunan 2004) Biasanya hasil pembajakan berupa tanah bongkahan yang

masih cukup besar

2 Penggemburan (harrowing)

Adalah upaya memperhalus hasil olahan tanah dari kondisi tanah besar

menjadi lebih kecil Tujuannya untuk membuat kondisi tanah berpori lebih

banyak dan lebih remah sehingga permukaan tanah mudah dibentuk sesuai dengan

yang diinginkan (Dinas Perkebunan 2004) Dilakukan dengan menggunakan

implement Rome Master dengan alat tarik Crowler-D5 Penggemburan untuk

tanah ringan boleh ditarik dengan traktor roda ban

3 Pembuatan juringan (furrowing)

50 m

got mujur L=60 D=80

10 m

got malang L=50 D=70

juringan

got keliling L= 60 D=90

Sesudah tanah dibajak dan digembur maka pekerjaan pembuatan alur

tanaman dapat dimulai Alat yang digunakan adalah furrower dengan kedalaman

juringan 25-30 cm yang ditarik dengan traktor rantai atau traktor ban Pada satu

kali jalan dibuat 2 sampai 3 alur Jarak antar juringan adalah 135 cm

2 Pembibitan

Bibit merupakan salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan tebu

giling Bibit yang bermutu baik dan sehat akan menghasilkan tanaman yang baik

dan sehat pula Penurunan produksi tebu antara lain disebabkan pemakaian bibit

yang kurang baik Bibit bisa didapatkan dari

a Bibit pucuk

Bibit ini berasal dari pucuk batang tebu giling Untuk keperluan ini dipilih

tebu yang baik dan sehat serta yang tidak banyak bercampur dengan jenis-jenis

tebu lain Daun kering yang membungkus bibit tidak diklentekdilepas karena

dapat melindungi mata dari kerusakan

b Bibit kebun

Bibit ini merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai

penyediaan bahan tanam bagi kebun tebu giling Lokasi kebun pembibitan

diusahakan dekat dengan areal tebu giling

c Bibit mentahbibit krecekan

Bibit ini berasal dari tanaman yang berumur 0-7 bulan Bibit ini dipotong

tanpa mengklentek daun pembungkusnya agar mata-mata tunas tidak rusak

d Bibit seblangan

Bibit ini diambil dari tanaman yang telah tumbuh untuk mencukupi

penyulaman Bibit yang diambil jika tanaman sudah berumur 16-18 hari atau yang

telah bermata tunas dua

e Bibit siwilan

Jika tanaman sudah tidak tumbuh atau pucuknya mati maka keluarlah

tunas-tunas yang disebut siwilan Siwilan ini bisanya digunakan untuk

penyulaman (Sutardjo 1994)

Jenjang bibit kebun atau kebun pembibitan adalah sebagai berikut

bull Kebun Bibit Pokok Utama (KBPU)

KBPU adalah kebun bibit yang diselenggarakan oleh P3GI (Pusat

Penelitian Perkebunan Gula Indonesia) Pasuruan Kemurniannya berada dibawah

pengawasan Pemulian Tanaman KBPU ditanam pada bulan Juli-Agustus

bull Kebun Bibit Pokok (KBP)

KBP merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai

penyediaan bahan tanam bagi kebun nenek Kebun ini menggunakan bahan tanam

yang berasal dari KBPU Kebun ini dikelola oleh Riset Pengembangan KBP

ditanam pada bulan Januari-Februari

bull Kebun Bibit Nenek (KBN)

KBN merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai

penyediaan bahan tanam bagi kebun bibit induk Kebun ini menggunakan bahan

tanam yang berasal dari KBP Kebun ini dikelola oleh Riset Pengembangan KBN

ditanam pada bulan Juli-Agustus

bull Kebun Bibit Induk (KBI)

KBI merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai

penyediaan bahan tanam bagi kebun bibit datar Kebun ini menggunakan bahan

tanam yang berasal dari KBN Kebun ini dikelola oleh Asisten Afdeling KBI

ditanam pada bulan Januari-Februari

bull Kebun Bibit Datar (KBD)

KBD merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai

penyediaan bahan tanam bagi kebun tebu giling Kebun ini menggunakan bahan

tanam yang berasal dari KBI Kebun ini dikelola oleh Asisten Afdeling KBD

ditanam pada bulan Juli-Oktober

Gambar 1 Pola pembibitan tebu PTPN II Sumatera Utara

3 Penanaman

Bibit yang digunakan di lahan sawah dapat berupa bibit bagal atau bibit

rayungan Umumnya digunkaan bibit dengan 2 mata untuk menjaga kepastian

tumbuh Dalam satu meter juringan ditanam 5 ndash 6 stek bibit Waktu tanam yang

ideal untuk tebu sawah adalah bulan Mei ndash Juni sehingga pada saat panen bulan

Juli ndash September tanaman sudah cukup masak dan memiliki bobot tebu yang

tinggi

Penanaman bibit diusahakan agar mata bibit menghadap ke samping

Apabila mata bibit menghadap keatas maka tunas akan muncul lebih dulu pada

permukaan tanah daripada mata bibit yang menghadap kebawah Keadaan

tersebut disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan oleh tunas untuk mencapai

permukaan tanah menjadi dua kali lebih lama secara perhitungan jaraknya saja

sudah jelas lebih jauh untuk mencapai permukaan tanah sehingga mengakibatkan

pertumbuhan tidak seragam dan pertumbuhan tunas terganggu

1 Bibit Bagaldebbeltopgenerasi

Tanah kasuran harus diratakan dahulu kemudian tanah digaris dengan alat

yang runcing dengan kedalaman + 5-10 cm Bibit dimasukkan ke dalam bekas

garisan dengan mata bibit menghadap ke samping Selanjutnya bibit ditimbun

dengan tanah

2 Bibit Rayungan (bibit yang telah tumbuh di kebun bibit)

Jika bermata (tunas) satu batang bibit terpendam dan tunasnya

menghadap ke samping dan sedikit miring + 45 derajat Jika bibit rayungan

bermata dua batang bibit terpendam dan tunas menghadap ke samping dengan

kedalaman + 1 cm

3 Sebaiknya bibit bagal (stek) dan rayungan ditanam secara terpisah di dalam

petak-petak tersendiri supaya pertumbuhan tanaman merata

- Penyulaman

1 Sulam sisipan dikerjakan 5 - 7 hari setelah tanam yaitu untuk tanaman

rayungan bermata satu

2 Sulaman ke - 1 dikerjakan pada umur 3 minggu dan berdaun 3 - 4 helai

Bibit dari rayungan bermata dua atau pembibitan

3 Penyulaman yang berasal dari rospucukan tebu dilakukan ketika tanaman

berumur + 1 bulan

4 Penyulaman ke-2 harus selesai sebelum pembubunan bersama sama dengan

pemberian air ke - 2 atau rabuk ke-2 yaitu umur 15 bulan

5 Penyulaman ekstra bila perlu yaitu sebelum bumbun ke -2

- Pemupukan

Tujuanya adalah untuk menambah unsur hara di dalam tanah yang

dibutuhkan oleh tanaman Dosis setiap daerah lainya tergantung dari hasil analisa

hara dalam tanah Jenis pupuk ZA TSP KCL

Dosis pupukjenis pupuk

Waktu Pemupukan

Pupuk I 1 sd 7 hari setelah tanam TSP 100 dosis ZA 30 sd 70

dosis Pupuk II 1 bulan setelah pupuk 1 ZA 30 sd 70 (sisanya) KCL

100 dosis Pemupukan dengan ditegallencog dan ditutup tanah

- Penyiraman Pengairan

Tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan Air bagi Proses

Pertumbuhan Tanaman Kekurangan air akan sangat berpengaruh pada Produksi

Dalam pelaksanaannya Pengairan meliputi

a Ebor Muka Tanam dilakukan sebelum bibit ditanam untuk membuat kondisi

tanah basah

b Sirat Patri dilakukan 3 ndash 4 hari setelah tanam dengan tujuan memacu

perkecambahan tunas dan mempercepat pertumbuhan akar

c Ebor Pupuk I dilakukan setelah Pupuk I dengan tujuan melarutkan pupuk

supaya segera dapat diserap oleh Tanaman

d Ebor Pupuk II dilakukan setelah Pupuk II dengan tujuan melarutkan pupuk

supaya segera dapat diserap oleh Tanaman

e Ebor Muka Bumbun II bertujuan untuk menghancurkan lungko agar dalam

pelaksanaan Bumbun II nantinya akan didapatkan tanah yang halus

f Ebor Muka Bumbun III bertujuan untuk memberikan air yang cukup untuk

tanaman juga untuk memudahkan pelaksanaan Bumbun III

g Ebor Garbu Muka Gulud diberikan dalam jumlah yang cukup banyak karena

tanah yang diolah adalah tanah waras Tujuannya adalah untuk memudahkan

pelaksanaan Garbu

h Ebor Muka Gulud diberikan pada tanah guludan yang telah digarbu Tujuannya

adalah agar tanah blabagan menjadi gembur dan mudah dibuat guludan

- Pembubunan Tanah

1 Pembumbunan ke-1 dilakukan pada umur 3-4 minggu yaitu berdaun 3 - 4

helai Pembumbunan dilakukan dengan cara membersihkan rumput-

rumputan membalik guludan dan menghancurkan tanah (jugar) lalu

tambahkan tanah ke tanaman sehingga tertimbun tanah

2 Pembumbunan ke - 2 dilakukan jika anakan tebu sudah lengkap dan cukup

besar + 20 cm sehingga tidak dikuatirkan rusak atau patah sewaktu

ditimbun tanah atau + 2 bulan

3 Pembumbunan ke-3 atau bacar dilakukan pada umur 3 bulan semua got

harus diperdalam got mujur sedalam 70 cm dan got malang 60 cm

4 Penyiangan

Penyiangan adalah membuang rumput-rumput yang tumbuh di kebun

supaya jangan mengadakan pesaingan dengan tanaman tebu dan merintangi

tumbuhnya Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan

cangkul Koret (Adisewojo 1991)

5 Klentek (pelepasan daun kering)

Klentek bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi udara dan kebersihan

kebun memperbanyak sinar matahari yang masuk mengenai batang tebu dan

meningkatkan kualitas tebangan Daun yang diklentek adalah daun kering yang

kelopak daunnya sudah membuka 50 Klentek dilakukan pada saat tanaman

berumur plusmn 6 bulan apabila diperlukan klentek bisa dilakukan lagi pada saat

tanaman berumur plusmn 8 bulan (PTPN II 2008)

6 Hama dan Penyakit

Hama

Hama merupakan binatang pengganggu tanaman Gangguan dilakukan

dengan cara menghisap atau memakan bagian tanaman Beberapa hama penting

yang sering menyerang tanaman tebu antara lain

1 Penggerek Pucuk (Tryporina nivella)

Hama ini berupa ulat yang menyerang pucuk tanaman sehingga

mematikan titik tumbuh

2 Penggerek Batang (Phragmatoecia castaneae) Hama ini berupa ulat yang

merusak ruas-ruas batang tebu sehingga pada serangan yang parah dapat

merobohkan tanaman

3 Kutu Bulu Putih (Ceratovacuna laniagara)

Pada daun-daun yang mulai nampak ada kutu bulu putih segera dipangkas

kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk dimusnahkan atau

dibakar

4 Uret

Hama ini menyerang akar dan pangkal tanaman tebu Tanaman yang

terserang menampakkan gejala kelayuan daun

5 Tikus

Hama ini menyerang tanaman berumur kurang dari satu bulan Tanaman

yang terserang akan mati (Muljana 1983)

Penyakit

1 Penyakit Pokkahbung (Gibbrela moniliformis)

Penyakit ini disebabkan oleh sejenis jamur dan terutama timbul di

musimhujanTanda-tanda penyakit ini adalah pada daun muda terlihat

memutih (chlorosis) Pokkahbung adalah salah satu jenis penyakit yang

sangat berbahaya bagi tanaman tebu terutama di daerah beriklim basah

(Sutardjo 1994)

2 Penyakit Blendok (Xanthomonas albilincans)

Penyakit ini menyerang tanaman tebu berumur 15-2 bulan Tanda-tanda

penyakit ini adalah pada penampang membujur dari batang-batang

kelihatan perubahan warna dari kuning sampai merah tua titik tumbuh dan

tunas-tunas juga berwarna merah Gejala penyakit ini akan lenyap bila

hujan turun

3 Penyakit Mosaik

Penyebab penyakit ini adalah virus mosaik Tanda-tanda penyakit ini yaitu

pada daun terdapat gambaran mosaik berupa garis-garis dan noda-noda

berwarna hijau muda sampai kuning

4 Penyakit Luka Api (Smut)

Penyebab penyakit ini adalah Ustilago scitaminea syd Gejala penyakit ini

adalah timbul cambuk hitam pada pucuk tebu

5 Penyakit Pembuluh

Penyebab penyakit ini adalah bakteri Clavibacter xylisubsp xyli Tanaman

yang terserang menampakkan gejala pertumbuhan yang kurang sempurna

terutama tanaman keprasan tampak kerdil (Dinas Perkebunan 1994)

Panen

Tebang Muat Angkut (TMA) adalah tiga kegiatan yang tidak dapat dipisah

dalam rangka memungut hasil batang tebu layak giling untuk dibawa ke pabrik

Kegiatan TMA dapat mempengaruhi kualitas kadar gula jika tidak ditangani

dengan baik Di lapangan kegiatan TMA masih jauh dari yang diharapkan

Walaupun telah memperoleh pengalaman namun untuk mendapatkan tenaga

tebang yang terampil sangat sulit untuk diharapkan Umumnya tenaga tebang

lebih banyak dilakukan oleh tenaga perempuan dari pada pria (Dinas Perkebunan

2004)

Tebang

Tebangan baik untuk PC (tanaman yang berasal dari bibit baru) maupun

Ratoon (tanaman yang tumbuh setelah penebangan plant cane) dilakukan dalam

bentuk tebu segar (green cane) Waktu penebangan dan giling adalah Januari-Juli

Untuk menentukan waktu tebangan maka faktor yang perlu dipertimbangkan

adalah sebagai berikut

Umur 10-12 bulan dan dapat dilihat dari masa tanamnya

Gejala-gejala visual antara lain daun-daun tanaman tebu secara keseluruhan

telah menguning

Nilai Kemasakan Tebu dengan adanya Analisa Pendahuluan untuk

mengetahui Faktor Kemasakan Kosien Peningkatan dan Kosien Daya Tahan

Rencana Kapasitas Giling Pabrik

Pemeliharaan Tanaman Keprasan

Pekerjaan Kepras harus dilakukan secepat mungkin setelah ditebang Hal

ini bertujuan agar Tunas yang dikepras masih dalam keadaan segar sehingga

pertumbuhan tunas nantinya baik Sebelum Keprasan perlu dilakukan

Pembersihan dan Pembakaran sisa-sisa tanaman dan daduk Keprasan dilakukan

dengan cara manual menggunakan cangkul Bentuk hasil Keprasan melihat

apakah tanaman tersebut bekas TS I atau bekas keprasan yang sudah dikepras

berulang-ulang Untuk bekas tanaman TS I dibuat Model ldquoUldquo sedangkan untuk

bekas keprasan yang sudah dikepras berkali-kali dibuat Model ldquoWrdquo

Pemeliharaan Tanaman Keprasan pada dasarnya sama dengan

Pemeliharaan Tanaman TS I hanya yang membedakan adalah

- PEDOT OYOT dilakukan segera setelah dikepras Tujuannya adalah untuk

memutus akar lama dan mendorong tumbuhnya akar-akar baru yang sehat dan

kuat juga berguna

Budidaya Tebu Lahan Kering ( Tegalan )

‐ Penggarapan tanah

Waktu pengolahan tanah menjelang musim kemarau (periode I ) dan atau

menjelang musim penghujan ( periode II ) Pembuatan got ditegalan hanya

didaerah beriklim B1 dan B2 (daerah basah ) pada periode I Pengolahan tanah

dengan membongkar membalik dan menghancurkan tanah Tanah yang diolah

minimal 30 cm Pengolahan anah bertekstur berat dapat menggunakan bajak atau

garu yang ditarik traktor Tanah bertekstur sedang diolah dengan tenaga manusia

Diakhir pengolahan tanah dilakukan pembuatan kairanjolangan sedalam 25 ‐ 30

cm jarak antara pusat kepusat 95 ‐ 125 cm panjang kairan sekitar 50 m

tergantung keadaan lahan

‐ Bahan tanaman

Bibit bagal dari KBD dengan 3 ‐ 4 mata tunas

Bibit pucuk (top stek ) panjang 35 ‐ 40 cm

‐ Penanaman

Waktu tanam untuk periode I bulan mei dan juli sedangkan periode II

September ‐ Nopember Bibit diletakan pada jaringanjolangan dengan mata tunas

disamping Bibit ditutup tanah setebal 3 cm (periode I ) dan 5 cm ( periode II )

‐ Penyulaman

Penyulaman I tanaman umur 2 minggu

Penyulaman 2 tanaman umur 4 minggu

Bibit sulaman dan sumpingan yang ditanam diujung jolangan

- Pemupukan

‐ Pembumbunan

Bumbun I Setelah pemupukan II Bumbun 2 setelah tanaman berumur 3

ndash 35 bulan (semua tunas telah tumbuh)

‐ Penyiangan pengendalian hama penyakit dan penebangan dilakukan

seperti pada tebu lahan sawah

‐ Tanaman Keprasan ( TRIT II ‐ IV )

Tebu lahan kering dapat dikepras sampai 3 x

Pengeprasan seperti tebu pada lahan sawah

Pemeliharaan TRIT II ‐ IV hampir sama dengan TRIT I

Pemupukan TRIT II ‐ IV

Pemupukan I TSP 100 dosis ZA 30 ndash 70 dilakukan 2 minggu setelah

kepras

Pemupukan I ZA 70 ndash 30 (sisanya) KCL diberikan 6 minggu setelah

kepras

Diberikan dengan cara ditabur dalam alur yang dibuat didekat tanaman

kemudian ditutup tanah atau dengan cara ditugal

Pengolahan gula putih perhitungan rendemen dan bagi hasil

Pengolahan

Setelah tebu di panenditebang diangkut ke pabrik gula untuk diolah

menjadi gula putih dengan menggunakan peralatan yang sebagian besar bekerja

secara otomatis

Beberapa tahap pengolahan gula putih yaitu pemerahan cairan tebu

( nira) penjernihan penguapan kristalisasi pemisahan kristal pengeringan

pengemasan dan penyimpanan

Rendemen

Rendemen adalah persentase perbandingan antara gula yang dihasilkan

dengan sejumlah tebu yang digiling

Beberapa macam rendemen yang dikenal antara lain rendemen contoh ( untuk

menentukan kemasakan optimal tanaman tebu ) rendemen sementara

rendemen efektif

Prosedur perhitungan rendemen dan bagi hasil

Pengendalian beberapa penyakit

‐ Hama tikus dikendalikan dengan pengumpanan menggunakan pestisida dan

gropyokan yang dilakukan secara terpadu

‐ Hama penggerek batang

Diroges

Pelepasan Trichogramma nanun T minutun atau T Australian

Pelepasan Diatracophaga ( Lalat jatiroto )

Dengan insektisida

‐ Hama penggerek pucuk

1048707 Pelepasan trichogramma japonium

1048707 Penyuntukan karbofuran ditengah batang atau melalui tanah dengan cara

ditugal

‐ Hama Uret

Tanah disingkap dan hama uretnya dibunuh

Insektisida ditaburkan pada dasar jolangan (sebelum tanam )

DAFTAR PUSTAKA

Booker Tate Ltd 1999 Study of The Indonesian Sugar Industry (Vol1-3) Research Report for Meneg BUMN UK Jakarta

Dewan Gula Indonesia 1999 Restrukturisasi Gula Indonesia April 1999 Publikasi Interen DGI dan Bahan Diskusi Reformasi Gula Indonesia Jakarta

Ditjen Bina Produksi Perkebunan 2002 Program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional 2002-2007 (Buku 1) Ditjen BPP Deptan Jakarta

Hadi PU AH Malian A Djulin A Agustian SH Suhartini dan SH Susilowati 2002 Kajian Perdagangan Internasional Komoditas Petanian Indonesia Tahun 2001 Laporan Akhir Penelitian Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Bogor

Lembaga Penelitian IPB 2002 Studi Pengembangan Sistem Industri Pergulaan Nasional Kerjasama antara Ditjen Bina Produksi Perkebunan dengan LP IPB Bogor Desember 2002

Malian AH M Ariani KS Indraningsih AK Zakaria A Askin dan J Hestina 2004 Revitalisasi Sistem dan Usaha Agribisnis Gula Laporan Akhir Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian Bogor

Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) 2003 Studi Konsolidasi Pergulaan Nasional Kerjasama Ditjen BPP Deptan dengan P3GI Jakarta

Sawit MH Erwidodo T Kuntohartono dan HSiregar 2003 Penyelamatan dan Penyehatan Industri Gula Nasional Naskah akademis final (19 Agustus 2003)

Page 3: Penyediaan Lahan dan Budidaya Tebu

untuk memenuhi kebutuhan sumberdaya alam pada saat optimal diperlukan akan

memberikan hasil panen yang maksimal

Yang dimaksud dengan budidaya tebu adalah upaya menciptakan kondisi

fisik lingkungan tanaman tebu berdasarkan ketersediaan sumberdaya lahan alat

dan tenaga yang memadai agar sesuai dengan kebutuhan pada fase

pertumbuhannya sehingga menghasilkan produksi (gula) seperti yang diharapkan

Dewasa ini budidaya yang efisien adalah pengelolaan tanaman tertentu yang

diusahakan menyesuaikan dengan lingkungan agroklimat (ketersediaan lahan)

Karekteristik agroklimat terdiri dari iklim kesuburan tanah dan topografi

Budidaya tebu hendaknya menyesuaikan dengan kondisi karakteristik agroklimat

di lahan tegalan yang umumnya dijumpai untuk tanaman tebu Produktifitas tebu

ditentukan oleh karakteristik agroklimat yang paling minimum

Secara definisi telah dikemukakan di atas arti dari budidaya yang

sesungguhnya dapat disederhanakan lagi yaitu suatu upaya manusia

mengoptimalkan kondisi tanaman agar memperoleh sumberdaya alam yang

dibutuhkan untuk hidupnya sehingga dapat dimaksimalkan perolehan

produktivitas tanaman Dengan demikian tujuan akhir dari upaya budidaya adalah

mengoptimalkan kondisi tanaman untuk memaksimumkan hasil panen

Budidaya merupakan prasarana untuk meningkatkan respon tanaman terhadap

input yang diberikan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam

menunjang dan memacu proses pertumbuhan Keberhasilan budidaya ditentukan

oleh berlangsungnya proses-proses pertumbuhan dalam setiap stadium secara

normal dan berkesinambungan Setiap proses fase pertumbuhan harus berjalan

dengan sempurna untuk memberikan kesempatan proses fase pertumbuhan

berikutnya sehingga berjalan sempurna juga Gangguan pada salah satu proses

fase pertumbuhan tebu harus dipandang sebagai titik dari mata rantai yang

terlemah dan yang paling bertanggung jawab terhadap hasil panen yang akan

diperoleh Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan faktor pembatas yang paling

menentukan terhadap perolehan hasil tanaman maka upaya dari budidaya

sesungguhnya untuk mengeleminir sekecil mungkin kekurangan ketersedian

sumber daya alam yang dibutuhkan setiap fase pertumbuhan guna

memaksimumkan hasil panen yang akan diperoleh

Landasan Pola Budidaya Tebu

Budidaya tebu yang paling sesuai adalah budidaya tebu yang

menyesuaikan dengan kondisi agroklimat yaitu iklim kesuburan tanah dan

tofografi Selain itu keberhasilan budidaya tebu ditentukan pula oleh penggunaan

sarana pendukung seperti tenaga kerja dan penggunaan peralatan yang akan

menunjang pengelolaan pertanian berkelanjutan Lebih spesifik lagi keberhasilan

penyesuaian budidaya tebu ditentukan oleh kesesuaian tebu terhadap kondisi

iklim kesesuaian tebu terhadap kesuburan tanah kesesuaian pengelolaan tebu

dengan tofografi kesesuaian pengelolaan tebu berdasarkan keterbatasan tenaga

sehingga mengharuskan penerapan peralatan mekanisasi dan kesesuaian tebu

menuju pertanian berkelanjutan

- Kesesuaian Tebu Terhadap Iklim

Budidaya tebu harus mengupayakan kebutuhan tebu terhadap variabel

iklim khususnya terhadap ketersediaan air baik dalam mengatur kecukupan air

maupun mengurangi ketersediaannya Dalam budidaya singkronisasi kebutuhan

pertumbuhan tebu dengan kebutuhan SDA iklim seperti mengatur masa tanam

yang baik untuk mendapatkan kebutuhan air optimal pada fase pertumbuhan awal

dan ditebang pada periode musim kemarau

Berdasarkan kebutuhan air pada setiap fase pertumbuhannya curah hujan

bulanan ideal untuk pertanaman tebu adalah 200 mm bulan pada 5-6 bulan

berturut - turut 125 mmbulan pada 2 bulan transisi dan kurang 75 mm bulan

pada 4 - 5 bulan berturut-turut Menurut tipe iklim Oldeman zona yang terbaik

untuk tanaman tebu adalah tipe iklim C2 dan C3 Dalam pengembangannya ke

lahan kering selain kedua tipe iklim tersebut ada beberapa lahan dengan tipe iklim

yang dapat diusahakan untuk tebu dengan masukan-masukan teknologi adalah B2

C2 C3 D2 E3 Lahan yang dapat dikembangkan untuk pertumbuhan tebu

dengan tanah cukup ringan dan berdrainase baik B1 C1 D1 dan E1

- Kesesuaian Tebu Terhadap Kesuburan Tanah

Kesuburan tanah menentukan keberhasilan budidaya tebu menyangkut

aspek faktor pembatas fisik dan kimia tanah Sifat fisik tanah yang menonjol

adalah drainase permeabilitas tekstur dan ruang pori Sedangkan sifat kimia

tanah adalah kadar bahan organik pH ketersediaan hara esensial dan KTK tanah

Tekstur tanah yang sesuai bagi tanaman tebu berdasarkan sifat olah tanah adalah

sedang sampai berat atau menurut klasifikasi tekstur tanah (Buckman and Brady

1960) adalah lempung lempung berpasir lempung berdebu liat berpasir liat

berlempung liat berdebu dan liat atau yang tergolong bertekstur agak kasar

sampai halus Kemasaman tanah (pH) yang terbaik untuk tanaman tebu adalah

pada kisaran 60 ndash 70 namun masih dapat tumbuh pada kisaran pH 45 - 75

Kesuburan tanah (status hara) berdasarkan hasil penelitian P3GI untuk

menentukan kesesuaian lahan bagi tanaman tebu dengan kriteria N total gt 15

P2O5 tersedia gt 75 ppm K2O tersedia gt 150 ppm dan kejenuhan Al ltgt 4 bulan

masa tanam yang optimal pada akhir musim kemarau sampai awal musim hujan

yaitu pertengahan Oktober sampai dengan masa tanam juga dapat pada akhir

musim hujan sampai awal musim kemarau (pola II) dengan kondisi tanah ringan

ngompol dapat diolah sepanjang musim Pada daerah basah (bulan kering le 2

bulan) masa tanam tebu terbaik pada awal musim kemarau

- Mencukupi Kebutuhan Hara Tanaman

Ketersediaan hara dalam tanah sesuai dengan kebutuhan tanaman pada

masing-masing fase pertumbuhannya sangat ditentukan oleh kondisi lahan dan

ketepatan pemupukan Dalam pemupukan perlu diperhatikan efektivitas dan

efisiensi

- Pengendalian Hama dan Penyakit

Prinsip pengendalian jasad pengganggu (gulma hama dan penyakit) adalah

memastikan bahwa input dan tanaman tebu tidak ldquotermakanrdquo oleh jasad

pengganggu yaitu pengendalian secara preventif

- Penanganan Panen

Dalam pengusahaan tanaman tebu upaya budidaya yang ditunjukkan

untuk meningkatkan bobot tebu dan rendemen yang tinggi pada akhirnya banyak

ditentukan oleh sejumlah mana tebu tersebut ditebang dan digiling dalam keadaan

Masak Bersih dan Segar (MBS) Untuk menciptakan panen MBS banyak

berkaitan dengan aspek - aspek manajerial dan koordinasi baik diintern Pabrik

Gula (antara Bagian Tanaman Tebang Angkut dan Pabrik) maupun koordinasi

PG dengan Petani

- Pemantauan Pertumbuhan Tanaman

Pemantauan perrtumbuhan tanaman yang bertujuan untuk mengetahui

dampak dari tindakan - tindakan budidaya yang dilakukan Pemantauan

pertumbuhan tanaman dapat dilakukan dengan pengetahuan pertumbuhan setiap

fase dan faktor - faktor yang mempengaruhi dan dinamika populasi Dengan

membandingkan antara jumlah populasi atau pertumbuhan suatu saat pada suatu

kebun dengan standar pertumbuhan dinamika populasi normal serta

dihubungkan dengan fase pertumbuhan saat pemantauan sehingga dapat

ditentukan tumbuh normal atau tidak serta antisipasi tindakan yang diperlukan

- Konsistensi Pengelolaan Tanaman

Agar dapat diperoleh hasil gula yang optimal diperlukan konsistensi

pengelolaan yang prima sejak pembukaan lahan sampai tebu dipanen dan digiling

mengingat kualitas suatu fase pertumbuhan menentukan pertumbuhan berikutnya

dan kualitas bahan baku akan menentukan sejauh mana potensi gula yang ada di

batang dapat dijadikan gula kristal yang diharapkan Salah satu yang harus

diwaspadai adalah ketidak konsistenan pada saat panen tebu yang ditanam dan

dipelihara dengan baik hasil gulanya kurang menggembirakan karena kehilangan

gula yang cukup besar saat panen akibat mutu tebang dan angkut kurang baik

Secara teknis pembukaan lahan tanaman tebu dikenal adanya sistem

Reynoso (Manual) dan Sistem Mekanisasi (Plough Out)

1 Sistem Mekanisasi

Sistem yang menggunakan traktor mekanisasi sebagai alat kerjanya Urutanya 2

kali bajak dengan arah berbeda (cross) yang selanjutnya dibuat kairan Setelah itu

dilakukan pembuatan got dan selanjutnya tanam

2 Sistem Reynoso (manual)

Adalah sistem yang dikerjakan dengan sistem manual orang berprinsip pada

pembuatan got-got untuk penampungan dan pembuangan air Urutanya adalah

a Pembuatan patusan saluran pembuangan afvoer

tujuanya alah untuk membuang air yang masih didalam kebun apabila terjadi

kelebihan air Kedalamanya adalah 90 cm dan lebar 80 cm

b Pembuatan got mujur

got mujur berfungsi menampung kelebihan air dari got malang Arah got mujur

tegak lurus dengan got malang atau juringan Ukuran got mujur adalah adalah

dalam 70 cm dan lebar 60 cm

c Pembuatan got malang

Berfungsi untuk menampung kelebihan air dari juringan menurunkan permukaan

air tanah dan menahan air sementara guna pekerjaan siratebor Arah got malang

adalah searah dengan kemiringan tanah Ukuran got malang adalah dalam 60 cm

dan lebar 50 cm

- Ukuran Got dalam system Reynoso

TEKNIS BUDIDAYA TEBU

1 Persiapan Lahan

Pengolahan tanah hendaknya dilakukan dengan pembajakan

penggemburan dan pembuatan juringan Dengan demikian perkecambahan tebu

berjalan normal

1 Pembajakan (plowing)

Adalah upaya pembongkaran tanah yang bertujuan untuk memperdalam

batas olah tanah membalikkan tanah agar sirkulasi udara lebih baik serta untuk

menghancurkan sisa-sisa tumbuhan yang sebelumnya sudah ada (Dinas

Perkebunan 2004) Biasanya hasil pembajakan berupa tanah bongkahan yang

masih cukup besar

2 Penggemburan (harrowing)

Adalah upaya memperhalus hasil olahan tanah dari kondisi tanah besar

menjadi lebih kecil Tujuannya untuk membuat kondisi tanah berpori lebih

banyak dan lebih remah sehingga permukaan tanah mudah dibentuk sesuai dengan

yang diinginkan (Dinas Perkebunan 2004) Dilakukan dengan menggunakan

implement Rome Master dengan alat tarik Crowler-D5 Penggemburan untuk

tanah ringan boleh ditarik dengan traktor roda ban

3 Pembuatan juringan (furrowing)

50 m

got mujur L=60 D=80

10 m

got malang L=50 D=70

juringan

got keliling L= 60 D=90

Sesudah tanah dibajak dan digembur maka pekerjaan pembuatan alur

tanaman dapat dimulai Alat yang digunakan adalah furrower dengan kedalaman

juringan 25-30 cm yang ditarik dengan traktor rantai atau traktor ban Pada satu

kali jalan dibuat 2 sampai 3 alur Jarak antar juringan adalah 135 cm

2 Pembibitan

Bibit merupakan salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan tebu

giling Bibit yang bermutu baik dan sehat akan menghasilkan tanaman yang baik

dan sehat pula Penurunan produksi tebu antara lain disebabkan pemakaian bibit

yang kurang baik Bibit bisa didapatkan dari

a Bibit pucuk

Bibit ini berasal dari pucuk batang tebu giling Untuk keperluan ini dipilih

tebu yang baik dan sehat serta yang tidak banyak bercampur dengan jenis-jenis

tebu lain Daun kering yang membungkus bibit tidak diklentekdilepas karena

dapat melindungi mata dari kerusakan

b Bibit kebun

Bibit ini merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai

penyediaan bahan tanam bagi kebun tebu giling Lokasi kebun pembibitan

diusahakan dekat dengan areal tebu giling

c Bibit mentahbibit krecekan

Bibit ini berasal dari tanaman yang berumur 0-7 bulan Bibit ini dipotong

tanpa mengklentek daun pembungkusnya agar mata-mata tunas tidak rusak

d Bibit seblangan

Bibit ini diambil dari tanaman yang telah tumbuh untuk mencukupi

penyulaman Bibit yang diambil jika tanaman sudah berumur 16-18 hari atau yang

telah bermata tunas dua

e Bibit siwilan

Jika tanaman sudah tidak tumbuh atau pucuknya mati maka keluarlah

tunas-tunas yang disebut siwilan Siwilan ini bisanya digunakan untuk

penyulaman (Sutardjo 1994)

Jenjang bibit kebun atau kebun pembibitan adalah sebagai berikut

bull Kebun Bibit Pokok Utama (KBPU)

KBPU adalah kebun bibit yang diselenggarakan oleh P3GI (Pusat

Penelitian Perkebunan Gula Indonesia) Pasuruan Kemurniannya berada dibawah

pengawasan Pemulian Tanaman KBPU ditanam pada bulan Juli-Agustus

bull Kebun Bibit Pokok (KBP)

KBP merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai

penyediaan bahan tanam bagi kebun nenek Kebun ini menggunakan bahan tanam

yang berasal dari KBPU Kebun ini dikelola oleh Riset Pengembangan KBP

ditanam pada bulan Januari-Februari

bull Kebun Bibit Nenek (KBN)

KBN merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai

penyediaan bahan tanam bagi kebun bibit induk Kebun ini menggunakan bahan

tanam yang berasal dari KBP Kebun ini dikelola oleh Riset Pengembangan KBN

ditanam pada bulan Juli-Agustus

bull Kebun Bibit Induk (KBI)

KBI merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai

penyediaan bahan tanam bagi kebun bibit datar Kebun ini menggunakan bahan

tanam yang berasal dari KBN Kebun ini dikelola oleh Asisten Afdeling KBI

ditanam pada bulan Januari-Februari

bull Kebun Bibit Datar (KBD)

KBD merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai

penyediaan bahan tanam bagi kebun tebu giling Kebun ini menggunakan bahan

tanam yang berasal dari KBI Kebun ini dikelola oleh Asisten Afdeling KBD

ditanam pada bulan Juli-Oktober

Gambar 1 Pola pembibitan tebu PTPN II Sumatera Utara

3 Penanaman

Bibit yang digunakan di lahan sawah dapat berupa bibit bagal atau bibit

rayungan Umumnya digunkaan bibit dengan 2 mata untuk menjaga kepastian

tumbuh Dalam satu meter juringan ditanam 5 ndash 6 stek bibit Waktu tanam yang

ideal untuk tebu sawah adalah bulan Mei ndash Juni sehingga pada saat panen bulan

Juli ndash September tanaman sudah cukup masak dan memiliki bobot tebu yang

tinggi

Penanaman bibit diusahakan agar mata bibit menghadap ke samping

Apabila mata bibit menghadap keatas maka tunas akan muncul lebih dulu pada

permukaan tanah daripada mata bibit yang menghadap kebawah Keadaan

tersebut disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan oleh tunas untuk mencapai

permukaan tanah menjadi dua kali lebih lama secara perhitungan jaraknya saja

sudah jelas lebih jauh untuk mencapai permukaan tanah sehingga mengakibatkan

pertumbuhan tidak seragam dan pertumbuhan tunas terganggu

1 Bibit Bagaldebbeltopgenerasi

Tanah kasuran harus diratakan dahulu kemudian tanah digaris dengan alat

yang runcing dengan kedalaman + 5-10 cm Bibit dimasukkan ke dalam bekas

garisan dengan mata bibit menghadap ke samping Selanjutnya bibit ditimbun

dengan tanah

2 Bibit Rayungan (bibit yang telah tumbuh di kebun bibit)

Jika bermata (tunas) satu batang bibit terpendam dan tunasnya

menghadap ke samping dan sedikit miring + 45 derajat Jika bibit rayungan

bermata dua batang bibit terpendam dan tunas menghadap ke samping dengan

kedalaman + 1 cm

3 Sebaiknya bibit bagal (stek) dan rayungan ditanam secara terpisah di dalam

petak-petak tersendiri supaya pertumbuhan tanaman merata

- Penyulaman

1 Sulam sisipan dikerjakan 5 - 7 hari setelah tanam yaitu untuk tanaman

rayungan bermata satu

2 Sulaman ke - 1 dikerjakan pada umur 3 minggu dan berdaun 3 - 4 helai

Bibit dari rayungan bermata dua atau pembibitan

3 Penyulaman yang berasal dari rospucukan tebu dilakukan ketika tanaman

berumur + 1 bulan

4 Penyulaman ke-2 harus selesai sebelum pembubunan bersama sama dengan

pemberian air ke - 2 atau rabuk ke-2 yaitu umur 15 bulan

5 Penyulaman ekstra bila perlu yaitu sebelum bumbun ke -2

- Pemupukan

Tujuanya adalah untuk menambah unsur hara di dalam tanah yang

dibutuhkan oleh tanaman Dosis setiap daerah lainya tergantung dari hasil analisa

hara dalam tanah Jenis pupuk ZA TSP KCL

Dosis pupukjenis pupuk

Waktu Pemupukan

Pupuk I 1 sd 7 hari setelah tanam TSP 100 dosis ZA 30 sd 70

dosis Pupuk II 1 bulan setelah pupuk 1 ZA 30 sd 70 (sisanya) KCL

100 dosis Pemupukan dengan ditegallencog dan ditutup tanah

- Penyiraman Pengairan

Tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan Air bagi Proses

Pertumbuhan Tanaman Kekurangan air akan sangat berpengaruh pada Produksi

Dalam pelaksanaannya Pengairan meliputi

a Ebor Muka Tanam dilakukan sebelum bibit ditanam untuk membuat kondisi

tanah basah

b Sirat Patri dilakukan 3 ndash 4 hari setelah tanam dengan tujuan memacu

perkecambahan tunas dan mempercepat pertumbuhan akar

c Ebor Pupuk I dilakukan setelah Pupuk I dengan tujuan melarutkan pupuk

supaya segera dapat diserap oleh Tanaman

d Ebor Pupuk II dilakukan setelah Pupuk II dengan tujuan melarutkan pupuk

supaya segera dapat diserap oleh Tanaman

e Ebor Muka Bumbun II bertujuan untuk menghancurkan lungko agar dalam

pelaksanaan Bumbun II nantinya akan didapatkan tanah yang halus

f Ebor Muka Bumbun III bertujuan untuk memberikan air yang cukup untuk

tanaman juga untuk memudahkan pelaksanaan Bumbun III

g Ebor Garbu Muka Gulud diberikan dalam jumlah yang cukup banyak karena

tanah yang diolah adalah tanah waras Tujuannya adalah untuk memudahkan

pelaksanaan Garbu

h Ebor Muka Gulud diberikan pada tanah guludan yang telah digarbu Tujuannya

adalah agar tanah blabagan menjadi gembur dan mudah dibuat guludan

- Pembubunan Tanah

1 Pembumbunan ke-1 dilakukan pada umur 3-4 minggu yaitu berdaun 3 - 4

helai Pembumbunan dilakukan dengan cara membersihkan rumput-

rumputan membalik guludan dan menghancurkan tanah (jugar) lalu

tambahkan tanah ke tanaman sehingga tertimbun tanah

2 Pembumbunan ke - 2 dilakukan jika anakan tebu sudah lengkap dan cukup

besar + 20 cm sehingga tidak dikuatirkan rusak atau patah sewaktu

ditimbun tanah atau + 2 bulan

3 Pembumbunan ke-3 atau bacar dilakukan pada umur 3 bulan semua got

harus diperdalam got mujur sedalam 70 cm dan got malang 60 cm

4 Penyiangan

Penyiangan adalah membuang rumput-rumput yang tumbuh di kebun

supaya jangan mengadakan pesaingan dengan tanaman tebu dan merintangi

tumbuhnya Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan

cangkul Koret (Adisewojo 1991)

5 Klentek (pelepasan daun kering)

Klentek bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi udara dan kebersihan

kebun memperbanyak sinar matahari yang masuk mengenai batang tebu dan

meningkatkan kualitas tebangan Daun yang diklentek adalah daun kering yang

kelopak daunnya sudah membuka 50 Klentek dilakukan pada saat tanaman

berumur plusmn 6 bulan apabila diperlukan klentek bisa dilakukan lagi pada saat

tanaman berumur plusmn 8 bulan (PTPN II 2008)

6 Hama dan Penyakit

Hama

Hama merupakan binatang pengganggu tanaman Gangguan dilakukan

dengan cara menghisap atau memakan bagian tanaman Beberapa hama penting

yang sering menyerang tanaman tebu antara lain

1 Penggerek Pucuk (Tryporina nivella)

Hama ini berupa ulat yang menyerang pucuk tanaman sehingga

mematikan titik tumbuh

2 Penggerek Batang (Phragmatoecia castaneae) Hama ini berupa ulat yang

merusak ruas-ruas batang tebu sehingga pada serangan yang parah dapat

merobohkan tanaman

3 Kutu Bulu Putih (Ceratovacuna laniagara)

Pada daun-daun yang mulai nampak ada kutu bulu putih segera dipangkas

kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk dimusnahkan atau

dibakar

4 Uret

Hama ini menyerang akar dan pangkal tanaman tebu Tanaman yang

terserang menampakkan gejala kelayuan daun

5 Tikus

Hama ini menyerang tanaman berumur kurang dari satu bulan Tanaman

yang terserang akan mati (Muljana 1983)

Penyakit

1 Penyakit Pokkahbung (Gibbrela moniliformis)

Penyakit ini disebabkan oleh sejenis jamur dan terutama timbul di

musimhujanTanda-tanda penyakit ini adalah pada daun muda terlihat

memutih (chlorosis) Pokkahbung adalah salah satu jenis penyakit yang

sangat berbahaya bagi tanaman tebu terutama di daerah beriklim basah

(Sutardjo 1994)

2 Penyakit Blendok (Xanthomonas albilincans)

Penyakit ini menyerang tanaman tebu berumur 15-2 bulan Tanda-tanda

penyakit ini adalah pada penampang membujur dari batang-batang

kelihatan perubahan warna dari kuning sampai merah tua titik tumbuh dan

tunas-tunas juga berwarna merah Gejala penyakit ini akan lenyap bila

hujan turun

3 Penyakit Mosaik

Penyebab penyakit ini adalah virus mosaik Tanda-tanda penyakit ini yaitu

pada daun terdapat gambaran mosaik berupa garis-garis dan noda-noda

berwarna hijau muda sampai kuning

4 Penyakit Luka Api (Smut)

Penyebab penyakit ini adalah Ustilago scitaminea syd Gejala penyakit ini

adalah timbul cambuk hitam pada pucuk tebu

5 Penyakit Pembuluh

Penyebab penyakit ini adalah bakteri Clavibacter xylisubsp xyli Tanaman

yang terserang menampakkan gejala pertumbuhan yang kurang sempurna

terutama tanaman keprasan tampak kerdil (Dinas Perkebunan 1994)

Panen

Tebang Muat Angkut (TMA) adalah tiga kegiatan yang tidak dapat dipisah

dalam rangka memungut hasil batang tebu layak giling untuk dibawa ke pabrik

Kegiatan TMA dapat mempengaruhi kualitas kadar gula jika tidak ditangani

dengan baik Di lapangan kegiatan TMA masih jauh dari yang diharapkan

Walaupun telah memperoleh pengalaman namun untuk mendapatkan tenaga

tebang yang terampil sangat sulit untuk diharapkan Umumnya tenaga tebang

lebih banyak dilakukan oleh tenaga perempuan dari pada pria (Dinas Perkebunan

2004)

Tebang

Tebangan baik untuk PC (tanaman yang berasal dari bibit baru) maupun

Ratoon (tanaman yang tumbuh setelah penebangan plant cane) dilakukan dalam

bentuk tebu segar (green cane) Waktu penebangan dan giling adalah Januari-Juli

Untuk menentukan waktu tebangan maka faktor yang perlu dipertimbangkan

adalah sebagai berikut

Umur 10-12 bulan dan dapat dilihat dari masa tanamnya

Gejala-gejala visual antara lain daun-daun tanaman tebu secara keseluruhan

telah menguning

Nilai Kemasakan Tebu dengan adanya Analisa Pendahuluan untuk

mengetahui Faktor Kemasakan Kosien Peningkatan dan Kosien Daya Tahan

Rencana Kapasitas Giling Pabrik

Pemeliharaan Tanaman Keprasan

Pekerjaan Kepras harus dilakukan secepat mungkin setelah ditebang Hal

ini bertujuan agar Tunas yang dikepras masih dalam keadaan segar sehingga

pertumbuhan tunas nantinya baik Sebelum Keprasan perlu dilakukan

Pembersihan dan Pembakaran sisa-sisa tanaman dan daduk Keprasan dilakukan

dengan cara manual menggunakan cangkul Bentuk hasil Keprasan melihat

apakah tanaman tersebut bekas TS I atau bekas keprasan yang sudah dikepras

berulang-ulang Untuk bekas tanaman TS I dibuat Model ldquoUldquo sedangkan untuk

bekas keprasan yang sudah dikepras berkali-kali dibuat Model ldquoWrdquo

Pemeliharaan Tanaman Keprasan pada dasarnya sama dengan

Pemeliharaan Tanaman TS I hanya yang membedakan adalah

- PEDOT OYOT dilakukan segera setelah dikepras Tujuannya adalah untuk

memutus akar lama dan mendorong tumbuhnya akar-akar baru yang sehat dan

kuat juga berguna

Budidaya Tebu Lahan Kering ( Tegalan )

‐ Penggarapan tanah

Waktu pengolahan tanah menjelang musim kemarau (periode I ) dan atau

menjelang musim penghujan ( periode II ) Pembuatan got ditegalan hanya

didaerah beriklim B1 dan B2 (daerah basah ) pada periode I Pengolahan tanah

dengan membongkar membalik dan menghancurkan tanah Tanah yang diolah

minimal 30 cm Pengolahan anah bertekstur berat dapat menggunakan bajak atau

garu yang ditarik traktor Tanah bertekstur sedang diolah dengan tenaga manusia

Diakhir pengolahan tanah dilakukan pembuatan kairanjolangan sedalam 25 ‐ 30

cm jarak antara pusat kepusat 95 ‐ 125 cm panjang kairan sekitar 50 m

tergantung keadaan lahan

‐ Bahan tanaman

Bibit bagal dari KBD dengan 3 ‐ 4 mata tunas

Bibit pucuk (top stek ) panjang 35 ‐ 40 cm

‐ Penanaman

Waktu tanam untuk periode I bulan mei dan juli sedangkan periode II

September ‐ Nopember Bibit diletakan pada jaringanjolangan dengan mata tunas

disamping Bibit ditutup tanah setebal 3 cm (periode I ) dan 5 cm ( periode II )

‐ Penyulaman

Penyulaman I tanaman umur 2 minggu

Penyulaman 2 tanaman umur 4 minggu

Bibit sulaman dan sumpingan yang ditanam diujung jolangan

- Pemupukan

‐ Pembumbunan

Bumbun I Setelah pemupukan II Bumbun 2 setelah tanaman berumur 3

ndash 35 bulan (semua tunas telah tumbuh)

‐ Penyiangan pengendalian hama penyakit dan penebangan dilakukan

seperti pada tebu lahan sawah

‐ Tanaman Keprasan ( TRIT II ‐ IV )

Tebu lahan kering dapat dikepras sampai 3 x

Pengeprasan seperti tebu pada lahan sawah

Pemeliharaan TRIT II ‐ IV hampir sama dengan TRIT I

Pemupukan TRIT II ‐ IV

Pemupukan I TSP 100 dosis ZA 30 ndash 70 dilakukan 2 minggu setelah

kepras

Pemupukan I ZA 70 ndash 30 (sisanya) KCL diberikan 6 minggu setelah

kepras

Diberikan dengan cara ditabur dalam alur yang dibuat didekat tanaman

kemudian ditutup tanah atau dengan cara ditugal

Pengolahan gula putih perhitungan rendemen dan bagi hasil

Pengolahan

Setelah tebu di panenditebang diangkut ke pabrik gula untuk diolah

menjadi gula putih dengan menggunakan peralatan yang sebagian besar bekerja

secara otomatis

Beberapa tahap pengolahan gula putih yaitu pemerahan cairan tebu

( nira) penjernihan penguapan kristalisasi pemisahan kristal pengeringan

pengemasan dan penyimpanan

Rendemen

Rendemen adalah persentase perbandingan antara gula yang dihasilkan

dengan sejumlah tebu yang digiling

Beberapa macam rendemen yang dikenal antara lain rendemen contoh ( untuk

menentukan kemasakan optimal tanaman tebu ) rendemen sementara

rendemen efektif

Prosedur perhitungan rendemen dan bagi hasil

Pengendalian beberapa penyakit

‐ Hama tikus dikendalikan dengan pengumpanan menggunakan pestisida dan

gropyokan yang dilakukan secara terpadu

‐ Hama penggerek batang

Diroges

Pelepasan Trichogramma nanun T minutun atau T Australian

Pelepasan Diatracophaga ( Lalat jatiroto )

Dengan insektisida

‐ Hama penggerek pucuk

1048707 Pelepasan trichogramma japonium

1048707 Penyuntukan karbofuran ditengah batang atau melalui tanah dengan cara

ditugal

‐ Hama Uret

Tanah disingkap dan hama uretnya dibunuh

Insektisida ditaburkan pada dasar jolangan (sebelum tanam )

DAFTAR PUSTAKA

Booker Tate Ltd 1999 Study of The Indonesian Sugar Industry (Vol1-3) Research Report for Meneg BUMN UK Jakarta

Dewan Gula Indonesia 1999 Restrukturisasi Gula Indonesia April 1999 Publikasi Interen DGI dan Bahan Diskusi Reformasi Gula Indonesia Jakarta

Ditjen Bina Produksi Perkebunan 2002 Program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional 2002-2007 (Buku 1) Ditjen BPP Deptan Jakarta

Hadi PU AH Malian A Djulin A Agustian SH Suhartini dan SH Susilowati 2002 Kajian Perdagangan Internasional Komoditas Petanian Indonesia Tahun 2001 Laporan Akhir Penelitian Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Bogor

Lembaga Penelitian IPB 2002 Studi Pengembangan Sistem Industri Pergulaan Nasional Kerjasama antara Ditjen Bina Produksi Perkebunan dengan LP IPB Bogor Desember 2002

Malian AH M Ariani KS Indraningsih AK Zakaria A Askin dan J Hestina 2004 Revitalisasi Sistem dan Usaha Agribisnis Gula Laporan Akhir Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian Bogor

Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) 2003 Studi Konsolidasi Pergulaan Nasional Kerjasama Ditjen BPP Deptan dengan P3GI Jakarta

Sawit MH Erwidodo T Kuntohartono dan HSiregar 2003 Penyelamatan dan Penyehatan Industri Gula Nasional Naskah akademis final (19 Agustus 2003)

Page 4: Penyediaan Lahan dan Budidaya Tebu

sumber daya alam yang dibutuhkan setiap fase pertumbuhan guna

memaksimumkan hasil panen yang akan diperoleh

Landasan Pola Budidaya Tebu

Budidaya tebu yang paling sesuai adalah budidaya tebu yang

menyesuaikan dengan kondisi agroklimat yaitu iklim kesuburan tanah dan

tofografi Selain itu keberhasilan budidaya tebu ditentukan pula oleh penggunaan

sarana pendukung seperti tenaga kerja dan penggunaan peralatan yang akan

menunjang pengelolaan pertanian berkelanjutan Lebih spesifik lagi keberhasilan

penyesuaian budidaya tebu ditentukan oleh kesesuaian tebu terhadap kondisi

iklim kesesuaian tebu terhadap kesuburan tanah kesesuaian pengelolaan tebu

dengan tofografi kesesuaian pengelolaan tebu berdasarkan keterbatasan tenaga

sehingga mengharuskan penerapan peralatan mekanisasi dan kesesuaian tebu

menuju pertanian berkelanjutan

- Kesesuaian Tebu Terhadap Iklim

Budidaya tebu harus mengupayakan kebutuhan tebu terhadap variabel

iklim khususnya terhadap ketersediaan air baik dalam mengatur kecukupan air

maupun mengurangi ketersediaannya Dalam budidaya singkronisasi kebutuhan

pertumbuhan tebu dengan kebutuhan SDA iklim seperti mengatur masa tanam

yang baik untuk mendapatkan kebutuhan air optimal pada fase pertumbuhan awal

dan ditebang pada periode musim kemarau

Berdasarkan kebutuhan air pada setiap fase pertumbuhannya curah hujan

bulanan ideal untuk pertanaman tebu adalah 200 mm bulan pada 5-6 bulan

berturut - turut 125 mmbulan pada 2 bulan transisi dan kurang 75 mm bulan

pada 4 - 5 bulan berturut-turut Menurut tipe iklim Oldeman zona yang terbaik

untuk tanaman tebu adalah tipe iklim C2 dan C3 Dalam pengembangannya ke

lahan kering selain kedua tipe iklim tersebut ada beberapa lahan dengan tipe iklim

yang dapat diusahakan untuk tebu dengan masukan-masukan teknologi adalah B2

C2 C3 D2 E3 Lahan yang dapat dikembangkan untuk pertumbuhan tebu

dengan tanah cukup ringan dan berdrainase baik B1 C1 D1 dan E1

- Kesesuaian Tebu Terhadap Kesuburan Tanah

Kesuburan tanah menentukan keberhasilan budidaya tebu menyangkut

aspek faktor pembatas fisik dan kimia tanah Sifat fisik tanah yang menonjol

adalah drainase permeabilitas tekstur dan ruang pori Sedangkan sifat kimia

tanah adalah kadar bahan organik pH ketersediaan hara esensial dan KTK tanah

Tekstur tanah yang sesuai bagi tanaman tebu berdasarkan sifat olah tanah adalah

sedang sampai berat atau menurut klasifikasi tekstur tanah (Buckman and Brady

1960) adalah lempung lempung berpasir lempung berdebu liat berpasir liat

berlempung liat berdebu dan liat atau yang tergolong bertekstur agak kasar

sampai halus Kemasaman tanah (pH) yang terbaik untuk tanaman tebu adalah

pada kisaran 60 ndash 70 namun masih dapat tumbuh pada kisaran pH 45 - 75

Kesuburan tanah (status hara) berdasarkan hasil penelitian P3GI untuk

menentukan kesesuaian lahan bagi tanaman tebu dengan kriteria N total gt 15

P2O5 tersedia gt 75 ppm K2O tersedia gt 150 ppm dan kejenuhan Al ltgt 4 bulan

masa tanam yang optimal pada akhir musim kemarau sampai awal musim hujan

yaitu pertengahan Oktober sampai dengan masa tanam juga dapat pada akhir

musim hujan sampai awal musim kemarau (pola II) dengan kondisi tanah ringan

ngompol dapat diolah sepanjang musim Pada daerah basah (bulan kering le 2

bulan) masa tanam tebu terbaik pada awal musim kemarau

- Mencukupi Kebutuhan Hara Tanaman

Ketersediaan hara dalam tanah sesuai dengan kebutuhan tanaman pada

masing-masing fase pertumbuhannya sangat ditentukan oleh kondisi lahan dan

ketepatan pemupukan Dalam pemupukan perlu diperhatikan efektivitas dan

efisiensi

- Pengendalian Hama dan Penyakit

Prinsip pengendalian jasad pengganggu (gulma hama dan penyakit) adalah

memastikan bahwa input dan tanaman tebu tidak ldquotermakanrdquo oleh jasad

pengganggu yaitu pengendalian secara preventif

- Penanganan Panen

Dalam pengusahaan tanaman tebu upaya budidaya yang ditunjukkan

untuk meningkatkan bobot tebu dan rendemen yang tinggi pada akhirnya banyak

ditentukan oleh sejumlah mana tebu tersebut ditebang dan digiling dalam keadaan

Masak Bersih dan Segar (MBS) Untuk menciptakan panen MBS banyak

berkaitan dengan aspek - aspek manajerial dan koordinasi baik diintern Pabrik

Gula (antara Bagian Tanaman Tebang Angkut dan Pabrik) maupun koordinasi

PG dengan Petani

- Pemantauan Pertumbuhan Tanaman

Pemantauan perrtumbuhan tanaman yang bertujuan untuk mengetahui

dampak dari tindakan - tindakan budidaya yang dilakukan Pemantauan

pertumbuhan tanaman dapat dilakukan dengan pengetahuan pertumbuhan setiap

fase dan faktor - faktor yang mempengaruhi dan dinamika populasi Dengan

membandingkan antara jumlah populasi atau pertumbuhan suatu saat pada suatu

kebun dengan standar pertumbuhan dinamika populasi normal serta

dihubungkan dengan fase pertumbuhan saat pemantauan sehingga dapat

ditentukan tumbuh normal atau tidak serta antisipasi tindakan yang diperlukan

- Konsistensi Pengelolaan Tanaman

Agar dapat diperoleh hasil gula yang optimal diperlukan konsistensi

pengelolaan yang prima sejak pembukaan lahan sampai tebu dipanen dan digiling

mengingat kualitas suatu fase pertumbuhan menentukan pertumbuhan berikutnya

dan kualitas bahan baku akan menentukan sejauh mana potensi gula yang ada di

batang dapat dijadikan gula kristal yang diharapkan Salah satu yang harus

diwaspadai adalah ketidak konsistenan pada saat panen tebu yang ditanam dan

dipelihara dengan baik hasil gulanya kurang menggembirakan karena kehilangan

gula yang cukup besar saat panen akibat mutu tebang dan angkut kurang baik

Secara teknis pembukaan lahan tanaman tebu dikenal adanya sistem

Reynoso (Manual) dan Sistem Mekanisasi (Plough Out)

1 Sistem Mekanisasi

Sistem yang menggunakan traktor mekanisasi sebagai alat kerjanya Urutanya 2

kali bajak dengan arah berbeda (cross) yang selanjutnya dibuat kairan Setelah itu

dilakukan pembuatan got dan selanjutnya tanam

2 Sistem Reynoso (manual)

Adalah sistem yang dikerjakan dengan sistem manual orang berprinsip pada

pembuatan got-got untuk penampungan dan pembuangan air Urutanya adalah

a Pembuatan patusan saluran pembuangan afvoer

tujuanya alah untuk membuang air yang masih didalam kebun apabila terjadi

kelebihan air Kedalamanya adalah 90 cm dan lebar 80 cm

b Pembuatan got mujur

got mujur berfungsi menampung kelebihan air dari got malang Arah got mujur

tegak lurus dengan got malang atau juringan Ukuran got mujur adalah adalah

dalam 70 cm dan lebar 60 cm

c Pembuatan got malang

Berfungsi untuk menampung kelebihan air dari juringan menurunkan permukaan

air tanah dan menahan air sementara guna pekerjaan siratebor Arah got malang

adalah searah dengan kemiringan tanah Ukuran got malang adalah dalam 60 cm

dan lebar 50 cm

- Ukuran Got dalam system Reynoso

TEKNIS BUDIDAYA TEBU

1 Persiapan Lahan

Pengolahan tanah hendaknya dilakukan dengan pembajakan

penggemburan dan pembuatan juringan Dengan demikian perkecambahan tebu

berjalan normal

1 Pembajakan (plowing)

Adalah upaya pembongkaran tanah yang bertujuan untuk memperdalam

batas olah tanah membalikkan tanah agar sirkulasi udara lebih baik serta untuk

menghancurkan sisa-sisa tumbuhan yang sebelumnya sudah ada (Dinas

Perkebunan 2004) Biasanya hasil pembajakan berupa tanah bongkahan yang

masih cukup besar

2 Penggemburan (harrowing)

Adalah upaya memperhalus hasil olahan tanah dari kondisi tanah besar

menjadi lebih kecil Tujuannya untuk membuat kondisi tanah berpori lebih

banyak dan lebih remah sehingga permukaan tanah mudah dibentuk sesuai dengan

yang diinginkan (Dinas Perkebunan 2004) Dilakukan dengan menggunakan

implement Rome Master dengan alat tarik Crowler-D5 Penggemburan untuk

tanah ringan boleh ditarik dengan traktor roda ban

3 Pembuatan juringan (furrowing)

50 m

got mujur L=60 D=80

10 m

got malang L=50 D=70

juringan

got keliling L= 60 D=90

Sesudah tanah dibajak dan digembur maka pekerjaan pembuatan alur

tanaman dapat dimulai Alat yang digunakan adalah furrower dengan kedalaman

juringan 25-30 cm yang ditarik dengan traktor rantai atau traktor ban Pada satu

kali jalan dibuat 2 sampai 3 alur Jarak antar juringan adalah 135 cm

2 Pembibitan

Bibit merupakan salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan tebu

giling Bibit yang bermutu baik dan sehat akan menghasilkan tanaman yang baik

dan sehat pula Penurunan produksi tebu antara lain disebabkan pemakaian bibit

yang kurang baik Bibit bisa didapatkan dari

a Bibit pucuk

Bibit ini berasal dari pucuk batang tebu giling Untuk keperluan ini dipilih

tebu yang baik dan sehat serta yang tidak banyak bercampur dengan jenis-jenis

tebu lain Daun kering yang membungkus bibit tidak diklentekdilepas karena

dapat melindungi mata dari kerusakan

b Bibit kebun

Bibit ini merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai

penyediaan bahan tanam bagi kebun tebu giling Lokasi kebun pembibitan

diusahakan dekat dengan areal tebu giling

c Bibit mentahbibit krecekan

Bibit ini berasal dari tanaman yang berumur 0-7 bulan Bibit ini dipotong

tanpa mengklentek daun pembungkusnya agar mata-mata tunas tidak rusak

d Bibit seblangan

Bibit ini diambil dari tanaman yang telah tumbuh untuk mencukupi

penyulaman Bibit yang diambil jika tanaman sudah berumur 16-18 hari atau yang

telah bermata tunas dua

e Bibit siwilan

Jika tanaman sudah tidak tumbuh atau pucuknya mati maka keluarlah

tunas-tunas yang disebut siwilan Siwilan ini bisanya digunakan untuk

penyulaman (Sutardjo 1994)

Jenjang bibit kebun atau kebun pembibitan adalah sebagai berikut

bull Kebun Bibit Pokok Utama (KBPU)

KBPU adalah kebun bibit yang diselenggarakan oleh P3GI (Pusat

Penelitian Perkebunan Gula Indonesia) Pasuruan Kemurniannya berada dibawah

pengawasan Pemulian Tanaman KBPU ditanam pada bulan Juli-Agustus

bull Kebun Bibit Pokok (KBP)

KBP merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai

penyediaan bahan tanam bagi kebun nenek Kebun ini menggunakan bahan tanam

yang berasal dari KBPU Kebun ini dikelola oleh Riset Pengembangan KBP

ditanam pada bulan Januari-Februari

bull Kebun Bibit Nenek (KBN)

KBN merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai

penyediaan bahan tanam bagi kebun bibit induk Kebun ini menggunakan bahan

tanam yang berasal dari KBP Kebun ini dikelola oleh Riset Pengembangan KBN

ditanam pada bulan Juli-Agustus

bull Kebun Bibit Induk (KBI)

KBI merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai

penyediaan bahan tanam bagi kebun bibit datar Kebun ini menggunakan bahan

tanam yang berasal dari KBN Kebun ini dikelola oleh Asisten Afdeling KBI

ditanam pada bulan Januari-Februari

bull Kebun Bibit Datar (KBD)

KBD merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai

penyediaan bahan tanam bagi kebun tebu giling Kebun ini menggunakan bahan

tanam yang berasal dari KBI Kebun ini dikelola oleh Asisten Afdeling KBD

ditanam pada bulan Juli-Oktober

Gambar 1 Pola pembibitan tebu PTPN II Sumatera Utara

3 Penanaman

Bibit yang digunakan di lahan sawah dapat berupa bibit bagal atau bibit

rayungan Umumnya digunkaan bibit dengan 2 mata untuk menjaga kepastian

tumbuh Dalam satu meter juringan ditanam 5 ndash 6 stek bibit Waktu tanam yang

ideal untuk tebu sawah adalah bulan Mei ndash Juni sehingga pada saat panen bulan

Juli ndash September tanaman sudah cukup masak dan memiliki bobot tebu yang

tinggi

Penanaman bibit diusahakan agar mata bibit menghadap ke samping

Apabila mata bibit menghadap keatas maka tunas akan muncul lebih dulu pada

permukaan tanah daripada mata bibit yang menghadap kebawah Keadaan

tersebut disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan oleh tunas untuk mencapai

permukaan tanah menjadi dua kali lebih lama secara perhitungan jaraknya saja

sudah jelas lebih jauh untuk mencapai permukaan tanah sehingga mengakibatkan

pertumbuhan tidak seragam dan pertumbuhan tunas terganggu

1 Bibit Bagaldebbeltopgenerasi

Tanah kasuran harus diratakan dahulu kemudian tanah digaris dengan alat

yang runcing dengan kedalaman + 5-10 cm Bibit dimasukkan ke dalam bekas

garisan dengan mata bibit menghadap ke samping Selanjutnya bibit ditimbun

dengan tanah

2 Bibit Rayungan (bibit yang telah tumbuh di kebun bibit)

Jika bermata (tunas) satu batang bibit terpendam dan tunasnya

menghadap ke samping dan sedikit miring + 45 derajat Jika bibit rayungan

bermata dua batang bibit terpendam dan tunas menghadap ke samping dengan

kedalaman + 1 cm

3 Sebaiknya bibit bagal (stek) dan rayungan ditanam secara terpisah di dalam

petak-petak tersendiri supaya pertumbuhan tanaman merata

- Penyulaman

1 Sulam sisipan dikerjakan 5 - 7 hari setelah tanam yaitu untuk tanaman

rayungan bermata satu

2 Sulaman ke - 1 dikerjakan pada umur 3 minggu dan berdaun 3 - 4 helai

Bibit dari rayungan bermata dua atau pembibitan

3 Penyulaman yang berasal dari rospucukan tebu dilakukan ketika tanaman

berumur + 1 bulan

4 Penyulaman ke-2 harus selesai sebelum pembubunan bersama sama dengan

pemberian air ke - 2 atau rabuk ke-2 yaitu umur 15 bulan

5 Penyulaman ekstra bila perlu yaitu sebelum bumbun ke -2

- Pemupukan

Tujuanya adalah untuk menambah unsur hara di dalam tanah yang

dibutuhkan oleh tanaman Dosis setiap daerah lainya tergantung dari hasil analisa

hara dalam tanah Jenis pupuk ZA TSP KCL

Dosis pupukjenis pupuk

Waktu Pemupukan

Pupuk I 1 sd 7 hari setelah tanam TSP 100 dosis ZA 30 sd 70

dosis Pupuk II 1 bulan setelah pupuk 1 ZA 30 sd 70 (sisanya) KCL

100 dosis Pemupukan dengan ditegallencog dan ditutup tanah

- Penyiraman Pengairan

Tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan Air bagi Proses

Pertumbuhan Tanaman Kekurangan air akan sangat berpengaruh pada Produksi

Dalam pelaksanaannya Pengairan meliputi

a Ebor Muka Tanam dilakukan sebelum bibit ditanam untuk membuat kondisi

tanah basah

b Sirat Patri dilakukan 3 ndash 4 hari setelah tanam dengan tujuan memacu

perkecambahan tunas dan mempercepat pertumbuhan akar

c Ebor Pupuk I dilakukan setelah Pupuk I dengan tujuan melarutkan pupuk

supaya segera dapat diserap oleh Tanaman

d Ebor Pupuk II dilakukan setelah Pupuk II dengan tujuan melarutkan pupuk

supaya segera dapat diserap oleh Tanaman

e Ebor Muka Bumbun II bertujuan untuk menghancurkan lungko agar dalam

pelaksanaan Bumbun II nantinya akan didapatkan tanah yang halus

f Ebor Muka Bumbun III bertujuan untuk memberikan air yang cukup untuk

tanaman juga untuk memudahkan pelaksanaan Bumbun III

g Ebor Garbu Muka Gulud diberikan dalam jumlah yang cukup banyak karena

tanah yang diolah adalah tanah waras Tujuannya adalah untuk memudahkan

pelaksanaan Garbu

h Ebor Muka Gulud diberikan pada tanah guludan yang telah digarbu Tujuannya

adalah agar tanah blabagan menjadi gembur dan mudah dibuat guludan

- Pembubunan Tanah

1 Pembumbunan ke-1 dilakukan pada umur 3-4 minggu yaitu berdaun 3 - 4

helai Pembumbunan dilakukan dengan cara membersihkan rumput-

rumputan membalik guludan dan menghancurkan tanah (jugar) lalu

tambahkan tanah ke tanaman sehingga tertimbun tanah

2 Pembumbunan ke - 2 dilakukan jika anakan tebu sudah lengkap dan cukup

besar + 20 cm sehingga tidak dikuatirkan rusak atau patah sewaktu

ditimbun tanah atau + 2 bulan

3 Pembumbunan ke-3 atau bacar dilakukan pada umur 3 bulan semua got

harus diperdalam got mujur sedalam 70 cm dan got malang 60 cm

4 Penyiangan

Penyiangan adalah membuang rumput-rumput yang tumbuh di kebun

supaya jangan mengadakan pesaingan dengan tanaman tebu dan merintangi

tumbuhnya Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan

cangkul Koret (Adisewojo 1991)

5 Klentek (pelepasan daun kering)

Klentek bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi udara dan kebersihan

kebun memperbanyak sinar matahari yang masuk mengenai batang tebu dan

meningkatkan kualitas tebangan Daun yang diklentek adalah daun kering yang

kelopak daunnya sudah membuka 50 Klentek dilakukan pada saat tanaman

berumur plusmn 6 bulan apabila diperlukan klentek bisa dilakukan lagi pada saat

tanaman berumur plusmn 8 bulan (PTPN II 2008)

6 Hama dan Penyakit

Hama

Hama merupakan binatang pengganggu tanaman Gangguan dilakukan

dengan cara menghisap atau memakan bagian tanaman Beberapa hama penting

yang sering menyerang tanaman tebu antara lain

1 Penggerek Pucuk (Tryporina nivella)

Hama ini berupa ulat yang menyerang pucuk tanaman sehingga

mematikan titik tumbuh

2 Penggerek Batang (Phragmatoecia castaneae) Hama ini berupa ulat yang

merusak ruas-ruas batang tebu sehingga pada serangan yang parah dapat

merobohkan tanaman

3 Kutu Bulu Putih (Ceratovacuna laniagara)

Pada daun-daun yang mulai nampak ada kutu bulu putih segera dipangkas

kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk dimusnahkan atau

dibakar

4 Uret

Hama ini menyerang akar dan pangkal tanaman tebu Tanaman yang

terserang menampakkan gejala kelayuan daun

5 Tikus

Hama ini menyerang tanaman berumur kurang dari satu bulan Tanaman

yang terserang akan mati (Muljana 1983)

Penyakit

1 Penyakit Pokkahbung (Gibbrela moniliformis)

Penyakit ini disebabkan oleh sejenis jamur dan terutama timbul di

musimhujanTanda-tanda penyakit ini adalah pada daun muda terlihat

memutih (chlorosis) Pokkahbung adalah salah satu jenis penyakit yang

sangat berbahaya bagi tanaman tebu terutama di daerah beriklim basah

(Sutardjo 1994)

2 Penyakit Blendok (Xanthomonas albilincans)

Penyakit ini menyerang tanaman tebu berumur 15-2 bulan Tanda-tanda

penyakit ini adalah pada penampang membujur dari batang-batang

kelihatan perubahan warna dari kuning sampai merah tua titik tumbuh dan

tunas-tunas juga berwarna merah Gejala penyakit ini akan lenyap bila

hujan turun

3 Penyakit Mosaik

Penyebab penyakit ini adalah virus mosaik Tanda-tanda penyakit ini yaitu

pada daun terdapat gambaran mosaik berupa garis-garis dan noda-noda

berwarna hijau muda sampai kuning

4 Penyakit Luka Api (Smut)

Penyebab penyakit ini adalah Ustilago scitaminea syd Gejala penyakit ini

adalah timbul cambuk hitam pada pucuk tebu

5 Penyakit Pembuluh

Penyebab penyakit ini adalah bakteri Clavibacter xylisubsp xyli Tanaman

yang terserang menampakkan gejala pertumbuhan yang kurang sempurna

terutama tanaman keprasan tampak kerdil (Dinas Perkebunan 1994)

Panen

Tebang Muat Angkut (TMA) adalah tiga kegiatan yang tidak dapat dipisah

dalam rangka memungut hasil batang tebu layak giling untuk dibawa ke pabrik

Kegiatan TMA dapat mempengaruhi kualitas kadar gula jika tidak ditangani

dengan baik Di lapangan kegiatan TMA masih jauh dari yang diharapkan

Walaupun telah memperoleh pengalaman namun untuk mendapatkan tenaga

tebang yang terampil sangat sulit untuk diharapkan Umumnya tenaga tebang

lebih banyak dilakukan oleh tenaga perempuan dari pada pria (Dinas Perkebunan

2004)

Tebang

Tebangan baik untuk PC (tanaman yang berasal dari bibit baru) maupun

Ratoon (tanaman yang tumbuh setelah penebangan plant cane) dilakukan dalam

bentuk tebu segar (green cane) Waktu penebangan dan giling adalah Januari-Juli

Untuk menentukan waktu tebangan maka faktor yang perlu dipertimbangkan

adalah sebagai berikut

Umur 10-12 bulan dan dapat dilihat dari masa tanamnya

Gejala-gejala visual antara lain daun-daun tanaman tebu secara keseluruhan

telah menguning

Nilai Kemasakan Tebu dengan adanya Analisa Pendahuluan untuk

mengetahui Faktor Kemasakan Kosien Peningkatan dan Kosien Daya Tahan

Rencana Kapasitas Giling Pabrik

Pemeliharaan Tanaman Keprasan

Pekerjaan Kepras harus dilakukan secepat mungkin setelah ditebang Hal

ini bertujuan agar Tunas yang dikepras masih dalam keadaan segar sehingga

pertumbuhan tunas nantinya baik Sebelum Keprasan perlu dilakukan

Pembersihan dan Pembakaran sisa-sisa tanaman dan daduk Keprasan dilakukan

dengan cara manual menggunakan cangkul Bentuk hasil Keprasan melihat

apakah tanaman tersebut bekas TS I atau bekas keprasan yang sudah dikepras

berulang-ulang Untuk bekas tanaman TS I dibuat Model ldquoUldquo sedangkan untuk

bekas keprasan yang sudah dikepras berkali-kali dibuat Model ldquoWrdquo

Pemeliharaan Tanaman Keprasan pada dasarnya sama dengan

Pemeliharaan Tanaman TS I hanya yang membedakan adalah

- PEDOT OYOT dilakukan segera setelah dikepras Tujuannya adalah untuk

memutus akar lama dan mendorong tumbuhnya akar-akar baru yang sehat dan

kuat juga berguna

Budidaya Tebu Lahan Kering ( Tegalan )

‐ Penggarapan tanah

Waktu pengolahan tanah menjelang musim kemarau (periode I ) dan atau

menjelang musim penghujan ( periode II ) Pembuatan got ditegalan hanya

didaerah beriklim B1 dan B2 (daerah basah ) pada periode I Pengolahan tanah

dengan membongkar membalik dan menghancurkan tanah Tanah yang diolah

minimal 30 cm Pengolahan anah bertekstur berat dapat menggunakan bajak atau

garu yang ditarik traktor Tanah bertekstur sedang diolah dengan tenaga manusia

Diakhir pengolahan tanah dilakukan pembuatan kairanjolangan sedalam 25 ‐ 30

cm jarak antara pusat kepusat 95 ‐ 125 cm panjang kairan sekitar 50 m

tergantung keadaan lahan

‐ Bahan tanaman

Bibit bagal dari KBD dengan 3 ‐ 4 mata tunas

Bibit pucuk (top stek ) panjang 35 ‐ 40 cm

‐ Penanaman

Waktu tanam untuk periode I bulan mei dan juli sedangkan periode II

September ‐ Nopember Bibit diletakan pada jaringanjolangan dengan mata tunas

disamping Bibit ditutup tanah setebal 3 cm (periode I ) dan 5 cm ( periode II )

‐ Penyulaman

Penyulaman I tanaman umur 2 minggu

Penyulaman 2 tanaman umur 4 minggu

Bibit sulaman dan sumpingan yang ditanam diujung jolangan

- Pemupukan

‐ Pembumbunan

Bumbun I Setelah pemupukan II Bumbun 2 setelah tanaman berumur 3

ndash 35 bulan (semua tunas telah tumbuh)

‐ Penyiangan pengendalian hama penyakit dan penebangan dilakukan

seperti pada tebu lahan sawah

‐ Tanaman Keprasan ( TRIT II ‐ IV )

Tebu lahan kering dapat dikepras sampai 3 x

Pengeprasan seperti tebu pada lahan sawah

Pemeliharaan TRIT II ‐ IV hampir sama dengan TRIT I

Pemupukan TRIT II ‐ IV

Pemupukan I TSP 100 dosis ZA 30 ndash 70 dilakukan 2 minggu setelah

kepras

Pemupukan I ZA 70 ndash 30 (sisanya) KCL diberikan 6 minggu setelah

kepras

Diberikan dengan cara ditabur dalam alur yang dibuat didekat tanaman

kemudian ditutup tanah atau dengan cara ditugal

Pengolahan gula putih perhitungan rendemen dan bagi hasil

Pengolahan

Setelah tebu di panenditebang diangkut ke pabrik gula untuk diolah

menjadi gula putih dengan menggunakan peralatan yang sebagian besar bekerja

secara otomatis

Beberapa tahap pengolahan gula putih yaitu pemerahan cairan tebu

( nira) penjernihan penguapan kristalisasi pemisahan kristal pengeringan

pengemasan dan penyimpanan

Rendemen

Rendemen adalah persentase perbandingan antara gula yang dihasilkan

dengan sejumlah tebu yang digiling

Beberapa macam rendemen yang dikenal antara lain rendemen contoh ( untuk

menentukan kemasakan optimal tanaman tebu ) rendemen sementara

rendemen efektif

Prosedur perhitungan rendemen dan bagi hasil

Pengendalian beberapa penyakit

‐ Hama tikus dikendalikan dengan pengumpanan menggunakan pestisida dan

gropyokan yang dilakukan secara terpadu

‐ Hama penggerek batang

Diroges

Pelepasan Trichogramma nanun T minutun atau T Australian

Pelepasan Diatracophaga ( Lalat jatiroto )

Dengan insektisida

‐ Hama penggerek pucuk

1048707 Pelepasan trichogramma japonium

1048707 Penyuntukan karbofuran ditengah batang atau melalui tanah dengan cara

ditugal

‐ Hama Uret

Tanah disingkap dan hama uretnya dibunuh

Insektisida ditaburkan pada dasar jolangan (sebelum tanam )

DAFTAR PUSTAKA

Booker Tate Ltd 1999 Study of The Indonesian Sugar Industry (Vol1-3) Research Report for Meneg BUMN UK Jakarta

Dewan Gula Indonesia 1999 Restrukturisasi Gula Indonesia April 1999 Publikasi Interen DGI dan Bahan Diskusi Reformasi Gula Indonesia Jakarta

Ditjen Bina Produksi Perkebunan 2002 Program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional 2002-2007 (Buku 1) Ditjen BPP Deptan Jakarta

Hadi PU AH Malian A Djulin A Agustian SH Suhartini dan SH Susilowati 2002 Kajian Perdagangan Internasional Komoditas Petanian Indonesia Tahun 2001 Laporan Akhir Penelitian Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Bogor

Lembaga Penelitian IPB 2002 Studi Pengembangan Sistem Industri Pergulaan Nasional Kerjasama antara Ditjen Bina Produksi Perkebunan dengan LP IPB Bogor Desember 2002

Malian AH M Ariani KS Indraningsih AK Zakaria A Askin dan J Hestina 2004 Revitalisasi Sistem dan Usaha Agribisnis Gula Laporan Akhir Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian Bogor

Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) 2003 Studi Konsolidasi Pergulaan Nasional Kerjasama Ditjen BPP Deptan dengan P3GI Jakarta

Sawit MH Erwidodo T Kuntohartono dan HSiregar 2003 Penyelamatan dan Penyehatan Industri Gula Nasional Naskah akademis final (19 Agustus 2003)

Page 5: Penyediaan Lahan dan Budidaya Tebu

- Kesesuaian Tebu Terhadap Kesuburan Tanah

Kesuburan tanah menentukan keberhasilan budidaya tebu menyangkut

aspek faktor pembatas fisik dan kimia tanah Sifat fisik tanah yang menonjol

adalah drainase permeabilitas tekstur dan ruang pori Sedangkan sifat kimia

tanah adalah kadar bahan organik pH ketersediaan hara esensial dan KTK tanah

Tekstur tanah yang sesuai bagi tanaman tebu berdasarkan sifat olah tanah adalah

sedang sampai berat atau menurut klasifikasi tekstur tanah (Buckman and Brady

1960) adalah lempung lempung berpasir lempung berdebu liat berpasir liat

berlempung liat berdebu dan liat atau yang tergolong bertekstur agak kasar

sampai halus Kemasaman tanah (pH) yang terbaik untuk tanaman tebu adalah

pada kisaran 60 ndash 70 namun masih dapat tumbuh pada kisaran pH 45 - 75

Kesuburan tanah (status hara) berdasarkan hasil penelitian P3GI untuk

menentukan kesesuaian lahan bagi tanaman tebu dengan kriteria N total gt 15

P2O5 tersedia gt 75 ppm K2O tersedia gt 150 ppm dan kejenuhan Al ltgt 4 bulan

masa tanam yang optimal pada akhir musim kemarau sampai awal musim hujan

yaitu pertengahan Oktober sampai dengan masa tanam juga dapat pada akhir

musim hujan sampai awal musim kemarau (pola II) dengan kondisi tanah ringan

ngompol dapat diolah sepanjang musim Pada daerah basah (bulan kering le 2

bulan) masa tanam tebu terbaik pada awal musim kemarau

- Mencukupi Kebutuhan Hara Tanaman

Ketersediaan hara dalam tanah sesuai dengan kebutuhan tanaman pada

masing-masing fase pertumbuhannya sangat ditentukan oleh kondisi lahan dan

ketepatan pemupukan Dalam pemupukan perlu diperhatikan efektivitas dan

efisiensi

- Pengendalian Hama dan Penyakit

Prinsip pengendalian jasad pengganggu (gulma hama dan penyakit) adalah

memastikan bahwa input dan tanaman tebu tidak ldquotermakanrdquo oleh jasad

pengganggu yaitu pengendalian secara preventif

- Penanganan Panen

Dalam pengusahaan tanaman tebu upaya budidaya yang ditunjukkan

untuk meningkatkan bobot tebu dan rendemen yang tinggi pada akhirnya banyak

ditentukan oleh sejumlah mana tebu tersebut ditebang dan digiling dalam keadaan

Masak Bersih dan Segar (MBS) Untuk menciptakan panen MBS banyak

berkaitan dengan aspek - aspek manajerial dan koordinasi baik diintern Pabrik

Gula (antara Bagian Tanaman Tebang Angkut dan Pabrik) maupun koordinasi

PG dengan Petani

- Pemantauan Pertumbuhan Tanaman

Pemantauan perrtumbuhan tanaman yang bertujuan untuk mengetahui

dampak dari tindakan - tindakan budidaya yang dilakukan Pemantauan

pertumbuhan tanaman dapat dilakukan dengan pengetahuan pertumbuhan setiap

fase dan faktor - faktor yang mempengaruhi dan dinamika populasi Dengan

membandingkan antara jumlah populasi atau pertumbuhan suatu saat pada suatu

kebun dengan standar pertumbuhan dinamika populasi normal serta

dihubungkan dengan fase pertumbuhan saat pemantauan sehingga dapat

ditentukan tumbuh normal atau tidak serta antisipasi tindakan yang diperlukan

- Konsistensi Pengelolaan Tanaman

Agar dapat diperoleh hasil gula yang optimal diperlukan konsistensi

pengelolaan yang prima sejak pembukaan lahan sampai tebu dipanen dan digiling

mengingat kualitas suatu fase pertumbuhan menentukan pertumbuhan berikutnya

dan kualitas bahan baku akan menentukan sejauh mana potensi gula yang ada di

batang dapat dijadikan gula kristal yang diharapkan Salah satu yang harus

diwaspadai adalah ketidak konsistenan pada saat panen tebu yang ditanam dan

dipelihara dengan baik hasil gulanya kurang menggembirakan karena kehilangan

gula yang cukup besar saat panen akibat mutu tebang dan angkut kurang baik

Secara teknis pembukaan lahan tanaman tebu dikenal adanya sistem

Reynoso (Manual) dan Sistem Mekanisasi (Plough Out)

1 Sistem Mekanisasi

Sistem yang menggunakan traktor mekanisasi sebagai alat kerjanya Urutanya 2

kali bajak dengan arah berbeda (cross) yang selanjutnya dibuat kairan Setelah itu

dilakukan pembuatan got dan selanjutnya tanam

2 Sistem Reynoso (manual)

Adalah sistem yang dikerjakan dengan sistem manual orang berprinsip pada

pembuatan got-got untuk penampungan dan pembuangan air Urutanya adalah

a Pembuatan patusan saluran pembuangan afvoer

tujuanya alah untuk membuang air yang masih didalam kebun apabila terjadi

kelebihan air Kedalamanya adalah 90 cm dan lebar 80 cm

b Pembuatan got mujur

got mujur berfungsi menampung kelebihan air dari got malang Arah got mujur

tegak lurus dengan got malang atau juringan Ukuran got mujur adalah adalah

dalam 70 cm dan lebar 60 cm

c Pembuatan got malang

Berfungsi untuk menampung kelebihan air dari juringan menurunkan permukaan

air tanah dan menahan air sementara guna pekerjaan siratebor Arah got malang

adalah searah dengan kemiringan tanah Ukuran got malang adalah dalam 60 cm

dan lebar 50 cm

- Ukuran Got dalam system Reynoso

TEKNIS BUDIDAYA TEBU

1 Persiapan Lahan

Pengolahan tanah hendaknya dilakukan dengan pembajakan

penggemburan dan pembuatan juringan Dengan demikian perkecambahan tebu

berjalan normal

1 Pembajakan (plowing)

Adalah upaya pembongkaran tanah yang bertujuan untuk memperdalam

batas olah tanah membalikkan tanah agar sirkulasi udara lebih baik serta untuk

menghancurkan sisa-sisa tumbuhan yang sebelumnya sudah ada (Dinas

Perkebunan 2004) Biasanya hasil pembajakan berupa tanah bongkahan yang

masih cukup besar

2 Penggemburan (harrowing)

Adalah upaya memperhalus hasil olahan tanah dari kondisi tanah besar

menjadi lebih kecil Tujuannya untuk membuat kondisi tanah berpori lebih

banyak dan lebih remah sehingga permukaan tanah mudah dibentuk sesuai dengan

yang diinginkan (Dinas Perkebunan 2004) Dilakukan dengan menggunakan

implement Rome Master dengan alat tarik Crowler-D5 Penggemburan untuk

tanah ringan boleh ditarik dengan traktor roda ban

3 Pembuatan juringan (furrowing)

50 m

got mujur L=60 D=80

10 m

got malang L=50 D=70

juringan

got keliling L= 60 D=90

Sesudah tanah dibajak dan digembur maka pekerjaan pembuatan alur

tanaman dapat dimulai Alat yang digunakan adalah furrower dengan kedalaman

juringan 25-30 cm yang ditarik dengan traktor rantai atau traktor ban Pada satu

kali jalan dibuat 2 sampai 3 alur Jarak antar juringan adalah 135 cm

2 Pembibitan

Bibit merupakan salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan tebu

giling Bibit yang bermutu baik dan sehat akan menghasilkan tanaman yang baik

dan sehat pula Penurunan produksi tebu antara lain disebabkan pemakaian bibit

yang kurang baik Bibit bisa didapatkan dari

a Bibit pucuk

Bibit ini berasal dari pucuk batang tebu giling Untuk keperluan ini dipilih

tebu yang baik dan sehat serta yang tidak banyak bercampur dengan jenis-jenis

tebu lain Daun kering yang membungkus bibit tidak diklentekdilepas karena

dapat melindungi mata dari kerusakan

b Bibit kebun

Bibit ini merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai

penyediaan bahan tanam bagi kebun tebu giling Lokasi kebun pembibitan

diusahakan dekat dengan areal tebu giling

c Bibit mentahbibit krecekan

Bibit ini berasal dari tanaman yang berumur 0-7 bulan Bibit ini dipotong

tanpa mengklentek daun pembungkusnya agar mata-mata tunas tidak rusak

d Bibit seblangan

Bibit ini diambil dari tanaman yang telah tumbuh untuk mencukupi

penyulaman Bibit yang diambil jika tanaman sudah berumur 16-18 hari atau yang

telah bermata tunas dua

e Bibit siwilan

Jika tanaman sudah tidak tumbuh atau pucuknya mati maka keluarlah

tunas-tunas yang disebut siwilan Siwilan ini bisanya digunakan untuk

penyulaman (Sutardjo 1994)

Jenjang bibit kebun atau kebun pembibitan adalah sebagai berikut

bull Kebun Bibit Pokok Utama (KBPU)

KBPU adalah kebun bibit yang diselenggarakan oleh P3GI (Pusat

Penelitian Perkebunan Gula Indonesia) Pasuruan Kemurniannya berada dibawah

pengawasan Pemulian Tanaman KBPU ditanam pada bulan Juli-Agustus

bull Kebun Bibit Pokok (KBP)

KBP merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai

penyediaan bahan tanam bagi kebun nenek Kebun ini menggunakan bahan tanam

yang berasal dari KBPU Kebun ini dikelola oleh Riset Pengembangan KBP

ditanam pada bulan Januari-Februari

bull Kebun Bibit Nenek (KBN)

KBN merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai

penyediaan bahan tanam bagi kebun bibit induk Kebun ini menggunakan bahan

tanam yang berasal dari KBP Kebun ini dikelola oleh Riset Pengembangan KBN

ditanam pada bulan Juli-Agustus

bull Kebun Bibit Induk (KBI)

KBI merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai

penyediaan bahan tanam bagi kebun bibit datar Kebun ini menggunakan bahan

tanam yang berasal dari KBN Kebun ini dikelola oleh Asisten Afdeling KBI

ditanam pada bulan Januari-Februari

bull Kebun Bibit Datar (KBD)

KBD merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai

penyediaan bahan tanam bagi kebun tebu giling Kebun ini menggunakan bahan

tanam yang berasal dari KBI Kebun ini dikelola oleh Asisten Afdeling KBD

ditanam pada bulan Juli-Oktober

Gambar 1 Pola pembibitan tebu PTPN II Sumatera Utara

3 Penanaman

Bibit yang digunakan di lahan sawah dapat berupa bibit bagal atau bibit

rayungan Umumnya digunkaan bibit dengan 2 mata untuk menjaga kepastian

tumbuh Dalam satu meter juringan ditanam 5 ndash 6 stek bibit Waktu tanam yang

ideal untuk tebu sawah adalah bulan Mei ndash Juni sehingga pada saat panen bulan

Juli ndash September tanaman sudah cukup masak dan memiliki bobot tebu yang

tinggi

Penanaman bibit diusahakan agar mata bibit menghadap ke samping

Apabila mata bibit menghadap keatas maka tunas akan muncul lebih dulu pada

permukaan tanah daripada mata bibit yang menghadap kebawah Keadaan

tersebut disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan oleh tunas untuk mencapai

permukaan tanah menjadi dua kali lebih lama secara perhitungan jaraknya saja

sudah jelas lebih jauh untuk mencapai permukaan tanah sehingga mengakibatkan

pertumbuhan tidak seragam dan pertumbuhan tunas terganggu

1 Bibit Bagaldebbeltopgenerasi

Tanah kasuran harus diratakan dahulu kemudian tanah digaris dengan alat

yang runcing dengan kedalaman + 5-10 cm Bibit dimasukkan ke dalam bekas

garisan dengan mata bibit menghadap ke samping Selanjutnya bibit ditimbun

dengan tanah

2 Bibit Rayungan (bibit yang telah tumbuh di kebun bibit)

Jika bermata (tunas) satu batang bibit terpendam dan tunasnya

menghadap ke samping dan sedikit miring + 45 derajat Jika bibit rayungan

bermata dua batang bibit terpendam dan tunas menghadap ke samping dengan

kedalaman + 1 cm

3 Sebaiknya bibit bagal (stek) dan rayungan ditanam secara terpisah di dalam

petak-petak tersendiri supaya pertumbuhan tanaman merata

- Penyulaman

1 Sulam sisipan dikerjakan 5 - 7 hari setelah tanam yaitu untuk tanaman

rayungan bermata satu

2 Sulaman ke - 1 dikerjakan pada umur 3 minggu dan berdaun 3 - 4 helai

Bibit dari rayungan bermata dua atau pembibitan

3 Penyulaman yang berasal dari rospucukan tebu dilakukan ketika tanaman

berumur + 1 bulan

4 Penyulaman ke-2 harus selesai sebelum pembubunan bersama sama dengan

pemberian air ke - 2 atau rabuk ke-2 yaitu umur 15 bulan

5 Penyulaman ekstra bila perlu yaitu sebelum bumbun ke -2

- Pemupukan

Tujuanya adalah untuk menambah unsur hara di dalam tanah yang

dibutuhkan oleh tanaman Dosis setiap daerah lainya tergantung dari hasil analisa

hara dalam tanah Jenis pupuk ZA TSP KCL

Dosis pupukjenis pupuk

Waktu Pemupukan

Pupuk I 1 sd 7 hari setelah tanam TSP 100 dosis ZA 30 sd 70

dosis Pupuk II 1 bulan setelah pupuk 1 ZA 30 sd 70 (sisanya) KCL

100 dosis Pemupukan dengan ditegallencog dan ditutup tanah

- Penyiraman Pengairan

Tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan Air bagi Proses

Pertumbuhan Tanaman Kekurangan air akan sangat berpengaruh pada Produksi

Dalam pelaksanaannya Pengairan meliputi

a Ebor Muka Tanam dilakukan sebelum bibit ditanam untuk membuat kondisi

tanah basah

b Sirat Patri dilakukan 3 ndash 4 hari setelah tanam dengan tujuan memacu

perkecambahan tunas dan mempercepat pertumbuhan akar

c Ebor Pupuk I dilakukan setelah Pupuk I dengan tujuan melarutkan pupuk

supaya segera dapat diserap oleh Tanaman

d Ebor Pupuk II dilakukan setelah Pupuk II dengan tujuan melarutkan pupuk

supaya segera dapat diserap oleh Tanaman

e Ebor Muka Bumbun II bertujuan untuk menghancurkan lungko agar dalam

pelaksanaan Bumbun II nantinya akan didapatkan tanah yang halus

f Ebor Muka Bumbun III bertujuan untuk memberikan air yang cukup untuk

tanaman juga untuk memudahkan pelaksanaan Bumbun III

g Ebor Garbu Muka Gulud diberikan dalam jumlah yang cukup banyak karena

tanah yang diolah adalah tanah waras Tujuannya adalah untuk memudahkan

pelaksanaan Garbu

h Ebor Muka Gulud diberikan pada tanah guludan yang telah digarbu Tujuannya

adalah agar tanah blabagan menjadi gembur dan mudah dibuat guludan

- Pembubunan Tanah

1 Pembumbunan ke-1 dilakukan pada umur 3-4 minggu yaitu berdaun 3 - 4

helai Pembumbunan dilakukan dengan cara membersihkan rumput-

rumputan membalik guludan dan menghancurkan tanah (jugar) lalu

tambahkan tanah ke tanaman sehingga tertimbun tanah

2 Pembumbunan ke - 2 dilakukan jika anakan tebu sudah lengkap dan cukup

besar + 20 cm sehingga tidak dikuatirkan rusak atau patah sewaktu

ditimbun tanah atau + 2 bulan

3 Pembumbunan ke-3 atau bacar dilakukan pada umur 3 bulan semua got

harus diperdalam got mujur sedalam 70 cm dan got malang 60 cm

4 Penyiangan

Penyiangan adalah membuang rumput-rumput yang tumbuh di kebun

supaya jangan mengadakan pesaingan dengan tanaman tebu dan merintangi

tumbuhnya Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan

cangkul Koret (Adisewojo 1991)

5 Klentek (pelepasan daun kering)

Klentek bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi udara dan kebersihan

kebun memperbanyak sinar matahari yang masuk mengenai batang tebu dan

meningkatkan kualitas tebangan Daun yang diklentek adalah daun kering yang

kelopak daunnya sudah membuka 50 Klentek dilakukan pada saat tanaman

berumur plusmn 6 bulan apabila diperlukan klentek bisa dilakukan lagi pada saat

tanaman berumur plusmn 8 bulan (PTPN II 2008)

6 Hama dan Penyakit

Hama

Hama merupakan binatang pengganggu tanaman Gangguan dilakukan

dengan cara menghisap atau memakan bagian tanaman Beberapa hama penting

yang sering menyerang tanaman tebu antara lain

1 Penggerek Pucuk (Tryporina nivella)

Hama ini berupa ulat yang menyerang pucuk tanaman sehingga

mematikan titik tumbuh

2 Penggerek Batang (Phragmatoecia castaneae) Hama ini berupa ulat yang

merusak ruas-ruas batang tebu sehingga pada serangan yang parah dapat

merobohkan tanaman

3 Kutu Bulu Putih (Ceratovacuna laniagara)

Pada daun-daun yang mulai nampak ada kutu bulu putih segera dipangkas

kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk dimusnahkan atau

dibakar

4 Uret

Hama ini menyerang akar dan pangkal tanaman tebu Tanaman yang

terserang menampakkan gejala kelayuan daun

5 Tikus

Hama ini menyerang tanaman berumur kurang dari satu bulan Tanaman

yang terserang akan mati (Muljana 1983)

Penyakit

1 Penyakit Pokkahbung (Gibbrela moniliformis)

Penyakit ini disebabkan oleh sejenis jamur dan terutama timbul di

musimhujanTanda-tanda penyakit ini adalah pada daun muda terlihat

memutih (chlorosis) Pokkahbung adalah salah satu jenis penyakit yang

sangat berbahaya bagi tanaman tebu terutama di daerah beriklim basah

(Sutardjo 1994)

2 Penyakit Blendok (Xanthomonas albilincans)

Penyakit ini menyerang tanaman tebu berumur 15-2 bulan Tanda-tanda

penyakit ini adalah pada penampang membujur dari batang-batang

kelihatan perubahan warna dari kuning sampai merah tua titik tumbuh dan

tunas-tunas juga berwarna merah Gejala penyakit ini akan lenyap bila

hujan turun

3 Penyakit Mosaik

Penyebab penyakit ini adalah virus mosaik Tanda-tanda penyakit ini yaitu

pada daun terdapat gambaran mosaik berupa garis-garis dan noda-noda

berwarna hijau muda sampai kuning

4 Penyakit Luka Api (Smut)

Penyebab penyakit ini adalah Ustilago scitaminea syd Gejala penyakit ini

adalah timbul cambuk hitam pada pucuk tebu

5 Penyakit Pembuluh

Penyebab penyakit ini adalah bakteri Clavibacter xylisubsp xyli Tanaman

yang terserang menampakkan gejala pertumbuhan yang kurang sempurna

terutama tanaman keprasan tampak kerdil (Dinas Perkebunan 1994)

Panen

Tebang Muat Angkut (TMA) adalah tiga kegiatan yang tidak dapat dipisah

dalam rangka memungut hasil batang tebu layak giling untuk dibawa ke pabrik

Kegiatan TMA dapat mempengaruhi kualitas kadar gula jika tidak ditangani

dengan baik Di lapangan kegiatan TMA masih jauh dari yang diharapkan

Walaupun telah memperoleh pengalaman namun untuk mendapatkan tenaga

tebang yang terampil sangat sulit untuk diharapkan Umumnya tenaga tebang

lebih banyak dilakukan oleh tenaga perempuan dari pada pria (Dinas Perkebunan

2004)

Tebang

Tebangan baik untuk PC (tanaman yang berasal dari bibit baru) maupun

Ratoon (tanaman yang tumbuh setelah penebangan plant cane) dilakukan dalam

bentuk tebu segar (green cane) Waktu penebangan dan giling adalah Januari-Juli

Untuk menentukan waktu tebangan maka faktor yang perlu dipertimbangkan

adalah sebagai berikut

Umur 10-12 bulan dan dapat dilihat dari masa tanamnya

Gejala-gejala visual antara lain daun-daun tanaman tebu secara keseluruhan

telah menguning

Nilai Kemasakan Tebu dengan adanya Analisa Pendahuluan untuk

mengetahui Faktor Kemasakan Kosien Peningkatan dan Kosien Daya Tahan

Rencana Kapasitas Giling Pabrik

Pemeliharaan Tanaman Keprasan

Pekerjaan Kepras harus dilakukan secepat mungkin setelah ditebang Hal

ini bertujuan agar Tunas yang dikepras masih dalam keadaan segar sehingga

pertumbuhan tunas nantinya baik Sebelum Keprasan perlu dilakukan

Pembersihan dan Pembakaran sisa-sisa tanaman dan daduk Keprasan dilakukan

dengan cara manual menggunakan cangkul Bentuk hasil Keprasan melihat

apakah tanaman tersebut bekas TS I atau bekas keprasan yang sudah dikepras

berulang-ulang Untuk bekas tanaman TS I dibuat Model ldquoUldquo sedangkan untuk

bekas keprasan yang sudah dikepras berkali-kali dibuat Model ldquoWrdquo

Pemeliharaan Tanaman Keprasan pada dasarnya sama dengan

Pemeliharaan Tanaman TS I hanya yang membedakan adalah

- PEDOT OYOT dilakukan segera setelah dikepras Tujuannya adalah untuk

memutus akar lama dan mendorong tumbuhnya akar-akar baru yang sehat dan

kuat juga berguna

Budidaya Tebu Lahan Kering ( Tegalan )

‐ Penggarapan tanah

Waktu pengolahan tanah menjelang musim kemarau (periode I ) dan atau

menjelang musim penghujan ( periode II ) Pembuatan got ditegalan hanya

didaerah beriklim B1 dan B2 (daerah basah ) pada periode I Pengolahan tanah

dengan membongkar membalik dan menghancurkan tanah Tanah yang diolah

minimal 30 cm Pengolahan anah bertekstur berat dapat menggunakan bajak atau

garu yang ditarik traktor Tanah bertekstur sedang diolah dengan tenaga manusia

Diakhir pengolahan tanah dilakukan pembuatan kairanjolangan sedalam 25 ‐ 30

cm jarak antara pusat kepusat 95 ‐ 125 cm panjang kairan sekitar 50 m

tergantung keadaan lahan

‐ Bahan tanaman

Bibit bagal dari KBD dengan 3 ‐ 4 mata tunas

Bibit pucuk (top stek ) panjang 35 ‐ 40 cm

‐ Penanaman

Waktu tanam untuk periode I bulan mei dan juli sedangkan periode II

September ‐ Nopember Bibit diletakan pada jaringanjolangan dengan mata tunas

disamping Bibit ditutup tanah setebal 3 cm (periode I ) dan 5 cm ( periode II )

‐ Penyulaman

Penyulaman I tanaman umur 2 minggu

Penyulaman 2 tanaman umur 4 minggu

Bibit sulaman dan sumpingan yang ditanam diujung jolangan

- Pemupukan

‐ Pembumbunan

Bumbun I Setelah pemupukan II Bumbun 2 setelah tanaman berumur 3

ndash 35 bulan (semua tunas telah tumbuh)

‐ Penyiangan pengendalian hama penyakit dan penebangan dilakukan

seperti pada tebu lahan sawah

‐ Tanaman Keprasan ( TRIT II ‐ IV )

Tebu lahan kering dapat dikepras sampai 3 x

Pengeprasan seperti tebu pada lahan sawah

Pemeliharaan TRIT II ‐ IV hampir sama dengan TRIT I

Pemupukan TRIT II ‐ IV

Pemupukan I TSP 100 dosis ZA 30 ndash 70 dilakukan 2 minggu setelah

kepras

Pemupukan I ZA 70 ndash 30 (sisanya) KCL diberikan 6 minggu setelah

kepras

Diberikan dengan cara ditabur dalam alur yang dibuat didekat tanaman

kemudian ditutup tanah atau dengan cara ditugal

Pengolahan gula putih perhitungan rendemen dan bagi hasil

Pengolahan

Setelah tebu di panenditebang diangkut ke pabrik gula untuk diolah

menjadi gula putih dengan menggunakan peralatan yang sebagian besar bekerja

secara otomatis

Beberapa tahap pengolahan gula putih yaitu pemerahan cairan tebu

( nira) penjernihan penguapan kristalisasi pemisahan kristal pengeringan

pengemasan dan penyimpanan

Rendemen

Rendemen adalah persentase perbandingan antara gula yang dihasilkan

dengan sejumlah tebu yang digiling

Beberapa macam rendemen yang dikenal antara lain rendemen contoh ( untuk

menentukan kemasakan optimal tanaman tebu ) rendemen sementara

rendemen efektif

Prosedur perhitungan rendemen dan bagi hasil

Pengendalian beberapa penyakit

‐ Hama tikus dikendalikan dengan pengumpanan menggunakan pestisida dan

gropyokan yang dilakukan secara terpadu

‐ Hama penggerek batang

Diroges

Pelepasan Trichogramma nanun T minutun atau T Australian

Pelepasan Diatracophaga ( Lalat jatiroto )

Dengan insektisida

‐ Hama penggerek pucuk

1048707 Pelepasan trichogramma japonium

1048707 Penyuntukan karbofuran ditengah batang atau melalui tanah dengan cara

ditugal

‐ Hama Uret

Tanah disingkap dan hama uretnya dibunuh

Insektisida ditaburkan pada dasar jolangan (sebelum tanam )

DAFTAR PUSTAKA

Booker Tate Ltd 1999 Study of The Indonesian Sugar Industry (Vol1-3) Research Report for Meneg BUMN UK Jakarta

Dewan Gula Indonesia 1999 Restrukturisasi Gula Indonesia April 1999 Publikasi Interen DGI dan Bahan Diskusi Reformasi Gula Indonesia Jakarta

Ditjen Bina Produksi Perkebunan 2002 Program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional 2002-2007 (Buku 1) Ditjen BPP Deptan Jakarta

Hadi PU AH Malian A Djulin A Agustian SH Suhartini dan SH Susilowati 2002 Kajian Perdagangan Internasional Komoditas Petanian Indonesia Tahun 2001 Laporan Akhir Penelitian Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Bogor

Lembaga Penelitian IPB 2002 Studi Pengembangan Sistem Industri Pergulaan Nasional Kerjasama antara Ditjen Bina Produksi Perkebunan dengan LP IPB Bogor Desember 2002

Malian AH M Ariani KS Indraningsih AK Zakaria A Askin dan J Hestina 2004 Revitalisasi Sistem dan Usaha Agribisnis Gula Laporan Akhir Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian Bogor

Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) 2003 Studi Konsolidasi Pergulaan Nasional Kerjasama Ditjen BPP Deptan dengan P3GI Jakarta

Sawit MH Erwidodo T Kuntohartono dan HSiregar 2003 Penyelamatan dan Penyehatan Industri Gula Nasional Naskah akademis final (19 Agustus 2003)

Page 6: Penyediaan Lahan dan Budidaya Tebu

ditentukan oleh sejumlah mana tebu tersebut ditebang dan digiling dalam keadaan

Masak Bersih dan Segar (MBS) Untuk menciptakan panen MBS banyak

berkaitan dengan aspek - aspek manajerial dan koordinasi baik diintern Pabrik

Gula (antara Bagian Tanaman Tebang Angkut dan Pabrik) maupun koordinasi

PG dengan Petani

- Pemantauan Pertumbuhan Tanaman

Pemantauan perrtumbuhan tanaman yang bertujuan untuk mengetahui

dampak dari tindakan - tindakan budidaya yang dilakukan Pemantauan

pertumbuhan tanaman dapat dilakukan dengan pengetahuan pertumbuhan setiap

fase dan faktor - faktor yang mempengaruhi dan dinamika populasi Dengan

membandingkan antara jumlah populasi atau pertumbuhan suatu saat pada suatu

kebun dengan standar pertumbuhan dinamika populasi normal serta

dihubungkan dengan fase pertumbuhan saat pemantauan sehingga dapat

ditentukan tumbuh normal atau tidak serta antisipasi tindakan yang diperlukan

- Konsistensi Pengelolaan Tanaman

Agar dapat diperoleh hasil gula yang optimal diperlukan konsistensi

pengelolaan yang prima sejak pembukaan lahan sampai tebu dipanen dan digiling

mengingat kualitas suatu fase pertumbuhan menentukan pertumbuhan berikutnya

dan kualitas bahan baku akan menentukan sejauh mana potensi gula yang ada di

batang dapat dijadikan gula kristal yang diharapkan Salah satu yang harus

diwaspadai adalah ketidak konsistenan pada saat panen tebu yang ditanam dan

dipelihara dengan baik hasil gulanya kurang menggembirakan karena kehilangan

gula yang cukup besar saat panen akibat mutu tebang dan angkut kurang baik

Secara teknis pembukaan lahan tanaman tebu dikenal adanya sistem

Reynoso (Manual) dan Sistem Mekanisasi (Plough Out)

1 Sistem Mekanisasi

Sistem yang menggunakan traktor mekanisasi sebagai alat kerjanya Urutanya 2

kali bajak dengan arah berbeda (cross) yang selanjutnya dibuat kairan Setelah itu

dilakukan pembuatan got dan selanjutnya tanam

2 Sistem Reynoso (manual)

Adalah sistem yang dikerjakan dengan sistem manual orang berprinsip pada

pembuatan got-got untuk penampungan dan pembuangan air Urutanya adalah

a Pembuatan patusan saluran pembuangan afvoer

tujuanya alah untuk membuang air yang masih didalam kebun apabila terjadi

kelebihan air Kedalamanya adalah 90 cm dan lebar 80 cm

b Pembuatan got mujur

got mujur berfungsi menampung kelebihan air dari got malang Arah got mujur

tegak lurus dengan got malang atau juringan Ukuran got mujur adalah adalah

dalam 70 cm dan lebar 60 cm

c Pembuatan got malang

Berfungsi untuk menampung kelebihan air dari juringan menurunkan permukaan

air tanah dan menahan air sementara guna pekerjaan siratebor Arah got malang

adalah searah dengan kemiringan tanah Ukuran got malang adalah dalam 60 cm

dan lebar 50 cm

- Ukuran Got dalam system Reynoso

TEKNIS BUDIDAYA TEBU

1 Persiapan Lahan

Pengolahan tanah hendaknya dilakukan dengan pembajakan

penggemburan dan pembuatan juringan Dengan demikian perkecambahan tebu

berjalan normal

1 Pembajakan (plowing)

Adalah upaya pembongkaran tanah yang bertujuan untuk memperdalam

batas olah tanah membalikkan tanah agar sirkulasi udara lebih baik serta untuk

menghancurkan sisa-sisa tumbuhan yang sebelumnya sudah ada (Dinas

Perkebunan 2004) Biasanya hasil pembajakan berupa tanah bongkahan yang

masih cukup besar

2 Penggemburan (harrowing)

Adalah upaya memperhalus hasil olahan tanah dari kondisi tanah besar

menjadi lebih kecil Tujuannya untuk membuat kondisi tanah berpori lebih

banyak dan lebih remah sehingga permukaan tanah mudah dibentuk sesuai dengan

yang diinginkan (Dinas Perkebunan 2004) Dilakukan dengan menggunakan

implement Rome Master dengan alat tarik Crowler-D5 Penggemburan untuk

tanah ringan boleh ditarik dengan traktor roda ban

3 Pembuatan juringan (furrowing)

50 m

got mujur L=60 D=80

10 m

got malang L=50 D=70

juringan

got keliling L= 60 D=90

Sesudah tanah dibajak dan digembur maka pekerjaan pembuatan alur

tanaman dapat dimulai Alat yang digunakan adalah furrower dengan kedalaman

juringan 25-30 cm yang ditarik dengan traktor rantai atau traktor ban Pada satu

kali jalan dibuat 2 sampai 3 alur Jarak antar juringan adalah 135 cm

2 Pembibitan

Bibit merupakan salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan tebu

giling Bibit yang bermutu baik dan sehat akan menghasilkan tanaman yang baik

dan sehat pula Penurunan produksi tebu antara lain disebabkan pemakaian bibit

yang kurang baik Bibit bisa didapatkan dari

a Bibit pucuk

Bibit ini berasal dari pucuk batang tebu giling Untuk keperluan ini dipilih

tebu yang baik dan sehat serta yang tidak banyak bercampur dengan jenis-jenis

tebu lain Daun kering yang membungkus bibit tidak diklentekdilepas karena

dapat melindungi mata dari kerusakan

b Bibit kebun

Bibit ini merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai

penyediaan bahan tanam bagi kebun tebu giling Lokasi kebun pembibitan

diusahakan dekat dengan areal tebu giling

c Bibit mentahbibit krecekan

Bibit ini berasal dari tanaman yang berumur 0-7 bulan Bibit ini dipotong

tanpa mengklentek daun pembungkusnya agar mata-mata tunas tidak rusak

d Bibit seblangan

Bibit ini diambil dari tanaman yang telah tumbuh untuk mencukupi

penyulaman Bibit yang diambil jika tanaman sudah berumur 16-18 hari atau yang

telah bermata tunas dua

e Bibit siwilan

Jika tanaman sudah tidak tumbuh atau pucuknya mati maka keluarlah

tunas-tunas yang disebut siwilan Siwilan ini bisanya digunakan untuk

penyulaman (Sutardjo 1994)

Jenjang bibit kebun atau kebun pembibitan adalah sebagai berikut

bull Kebun Bibit Pokok Utama (KBPU)

KBPU adalah kebun bibit yang diselenggarakan oleh P3GI (Pusat

Penelitian Perkebunan Gula Indonesia) Pasuruan Kemurniannya berada dibawah

pengawasan Pemulian Tanaman KBPU ditanam pada bulan Juli-Agustus

bull Kebun Bibit Pokok (KBP)

KBP merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai

penyediaan bahan tanam bagi kebun nenek Kebun ini menggunakan bahan tanam

yang berasal dari KBPU Kebun ini dikelola oleh Riset Pengembangan KBP

ditanam pada bulan Januari-Februari

bull Kebun Bibit Nenek (KBN)

KBN merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai

penyediaan bahan tanam bagi kebun bibit induk Kebun ini menggunakan bahan

tanam yang berasal dari KBP Kebun ini dikelola oleh Riset Pengembangan KBN

ditanam pada bulan Juli-Agustus

bull Kebun Bibit Induk (KBI)

KBI merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai

penyediaan bahan tanam bagi kebun bibit datar Kebun ini menggunakan bahan

tanam yang berasal dari KBN Kebun ini dikelola oleh Asisten Afdeling KBI

ditanam pada bulan Januari-Februari

bull Kebun Bibit Datar (KBD)

KBD merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai

penyediaan bahan tanam bagi kebun tebu giling Kebun ini menggunakan bahan

tanam yang berasal dari KBI Kebun ini dikelola oleh Asisten Afdeling KBD

ditanam pada bulan Juli-Oktober

Gambar 1 Pola pembibitan tebu PTPN II Sumatera Utara

3 Penanaman

Bibit yang digunakan di lahan sawah dapat berupa bibit bagal atau bibit

rayungan Umumnya digunkaan bibit dengan 2 mata untuk menjaga kepastian

tumbuh Dalam satu meter juringan ditanam 5 ndash 6 stek bibit Waktu tanam yang

ideal untuk tebu sawah adalah bulan Mei ndash Juni sehingga pada saat panen bulan

Juli ndash September tanaman sudah cukup masak dan memiliki bobot tebu yang

tinggi

Penanaman bibit diusahakan agar mata bibit menghadap ke samping

Apabila mata bibit menghadap keatas maka tunas akan muncul lebih dulu pada

permukaan tanah daripada mata bibit yang menghadap kebawah Keadaan

tersebut disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan oleh tunas untuk mencapai

permukaan tanah menjadi dua kali lebih lama secara perhitungan jaraknya saja

sudah jelas lebih jauh untuk mencapai permukaan tanah sehingga mengakibatkan

pertumbuhan tidak seragam dan pertumbuhan tunas terganggu

1 Bibit Bagaldebbeltopgenerasi

Tanah kasuran harus diratakan dahulu kemudian tanah digaris dengan alat

yang runcing dengan kedalaman + 5-10 cm Bibit dimasukkan ke dalam bekas

garisan dengan mata bibit menghadap ke samping Selanjutnya bibit ditimbun

dengan tanah

2 Bibit Rayungan (bibit yang telah tumbuh di kebun bibit)

Jika bermata (tunas) satu batang bibit terpendam dan tunasnya

menghadap ke samping dan sedikit miring + 45 derajat Jika bibit rayungan

bermata dua batang bibit terpendam dan tunas menghadap ke samping dengan

kedalaman + 1 cm

3 Sebaiknya bibit bagal (stek) dan rayungan ditanam secara terpisah di dalam

petak-petak tersendiri supaya pertumbuhan tanaman merata

- Penyulaman

1 Sulam sisipan dikerjakan 5 - 7 hari setelah tanam yaitu untuk tanaman

rayungan bermata satu

2 Sulaman ke - 1 dikerjakan pada umur 3 minggu dan berdaun 3 - 4 helai

Bibit dari rayungan bermata dua atau pembibitan

3 Penyulaman yang berasal dari rospucukan tebu dilakukan ketika tanaman

berumur + 1 bulan

4 Penyulaman ke-2 harus selesai sebelum pembubunan bersama sama dengan

pemberian air ke - 2 atau rabuk ke-2 yaitu umur 15 bulan

5 Penyulaman ekstra bila perlu yaitu sebelum bumbun ke -2

- Pemupukan

Tujuanya adalah untuk menambah unsur hara di dalam tanah yang

dibutuhkan oleh tanaman Dosis setiap daerah lainya tergantung dari hasil analisa

hara dalam tanah Jenis pupuk ZA TSP KCL

Dosis pupukjenis pupuk

Waktu Pemupukan

Pupuk I 1 sd 7 hari setelah tanam TSP 100 dosis ZA 30 sd 70

dosis Pupuk II 1 bulan setelah pupuk 1 ZA 30 sd 70 (sisanya) KCL

100 dosis Pemupukan dengan ditegallencog dan ditutup tanah

- Penyiraman Pengairan

Tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan Air bagi Proses

Pertumbuhan Tanaman Kekurangan air akan sangat berpengaruh pada Produksi

Dalam pelaksanaannya Pengairan meliputi

a Ebor Muka Tanam dilakukan sebelum bibit ditanam untuk membuat kondisi

tanah basah

b Sirat Patri dilakukan 3 ndash 4 hari setelah tanam dengan tujuan memacu

perkecambahan tunas dan mempercepat pertumbuhan akar

c Ebor Pupuk I dilakukan setelah Pupuk I dengan tujuan melarutkan pupuk

supaya segera dapat diserap oleh Tanaman

d Ebor Pupuk II dilakukan setelah Pupuk II dengan tujuan melarutkan pupuk

supaya segera dapat diserap oleh Tanaman

e Ebor Muka Bumbun II bertujuan untuk menghancurkan lungko agar dalam

pelaksanaan Bumbun II nantinya akan didapatkan tanah yang halus

f Ebor Muka Bumbun III bertujuan untuk memberikan air yang cukup untuk

tanaman juga untuk memudahkan pelaksanaan Bumbun III

g Ebor Garbu Muka Gulud diberikan dalam jumlah yang cukup banyak karena

tanah yang diolah adalah tanah waras Tujuannya adalah untuk memudahkan

pelaksanaan Garbu

h Ebor Muka Gulud diberikan pada tanah guludan yang telah digarbu Tujuannya

adalah agar tanah blabagan menjadi gembur dan mudah dibuat guludan

- Pembubunan Tanah

1 Pembumbunan ke-1 dilakukan pada umur 3-4 minggu yaitu berdaun 3 - 4

helai Pembumbunan dilakukan dengan cara membersihkan rumput-

rumputan membalik guludan dan menghancurkan tanah (jugar) lalu

tambahkan tanah ke tanaman sehingga tertimbun tanah

2 Pembumbunan ke - 2 dilakukan jika anakan tebu sudah lengkap dan cukup

besar + 20 cm sehingga tidak dikuatirkan rusak atau patah sewaktu

ditimbun tanah atau + 2 bulan

3 Pembumbunan ke-3 atau bacar dilakukan pada umur 3 bulan semua got

harus diperdalam got mujur sedalam 70 cm dan got malang 60 cm

4 Penyiangan

Penyiangan adalah membuang rumput-rumput yang tumbuh di kebun

supaya jangan mengadakan pesaingan dengan tanaman tebu dan merintangi

tumbuhnya Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan

cangkul Koret (Adisewojo 1991)

5 Klentek (pelepasan daun kering)

Klentek bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi udara dan kebersihan

kebun memperbanyak sinar matahari yang masuk mengenai batang tebu dan

meningkatkan kualitas tebangan Daun yang diklentek adalah daun kering yang

kelopak daunnya sudah membuka 50 Klentek dilakukan pada saat tanaman

berumur plusmn 6 bulan apabila diperlukan klentek bisa dilakukan lagi pada saat

tanaman berumur plusmn 8 bulan (PTPN II 2008)

6 Hama dan Penyakit

Hama

Hama merupakan binatang pengganggu tanaman Gangguan dilakukan

dengan cara menghisap atau memakan bagian tanaman Beberapa hama penting

yang sering menyerang tanaman tebu antara lain

1 Penggerek Pucuk (Tryporina nivella)

Hama ini berupa ulat yang menyerang pucuk tanaman sehingga

mematikan titik tumbuh

2 Penggerek Batang (Phragmatoecia castaneae) Hama ini berupa ulat yang

merusak ruas-ruas batang tebu sehingga pada serangan yang parah dapat

merobohkan tanaman

3 Kutu Bulu Putih (Ceratovacuna laniagara)

Pada daun-daun yang mulai nampak ada kutu bulu putih segera dipangkas

kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk dimusnahkan atau

dibakar

4 Uret

Hama ini menyerang akar dan pangkal tanaman tebu Tanaman yang

terserang menampakkan gejala kelayuan daun

5 Tikus

Hama ini menyerang tanaman berumur kurang dari satu bulan Tanaman

yang terserang akan mati (Muljana 1983)

Penyakit

1 Penyakit Pokkahbung (Gibbrela moniliformis)

Penyakit ini disebabkan oleh sejenis jamur dan terutama timbul di

musimhujanTanda-tanda penyakit ini adalah pada daun muda terlihat

memutih (chlorosis) Pokkahbung adalah salah satu jenis penyakit yang

sangat berbahaya bagi tanaman tebu terutama di daerah beriklim basah

(Sutardjo 1994)

2 Penyakit Blendok (Xanthomonas albilincans)

Penyakit ini menyerang tanaman tebu berumur 15-2 bulan Tanda-tanda

penyakit ini adalah pada penampang membujur dari batang-batang

kelihatan perubahan warna dari kuning sampai merah tua titik tumbuh dan

tunas-tunas juga berwarna merah Gejala penyakit ini akan lenyap bila

hujan turun

3 Penyakit Mosaik

Penyebab penyakit ini adalah virus mosaik Tanda-tanda penyakit ini yaitu

pada daun terdapat gambaran mosaik berupa garis-garis dan noda-noda

berwarna hijau muda sampai kuning

4 Penyakit Luka Api (Smut)

Penyebab penyakit ini adalah Ustilago scitaminea syd Gejala penyakit ini

adalah timbul cambuk hitam pada pucuk tebu

5 Penyakit Pembuluh

Penyebab penyakit ini adalah bakteri Clavibacter xylisubsp xyli Tanaman

yang terserang menampakkan gejala pertumbuhan yang kurang sempurna

terutama tanaman keprasan tampak kerdil (Dinas Perkebunan 1994)

Panen

Tebang Muat Angkut (TMA) adalah tiga kegiatan yang tidak dapat dipisah

dalam rangka memungut hasil batang tebu layak giling untuk dibawa ke pabrik

Kegiatan TMA dapat mempengaruhi kualitas kadar gula jika tidak ditangani

dengan baik Di lapangan kegiatan TMA masih jauh dari yang diharapkan

Walaupun telah memperoleh pengalaman namun untuk mendapatkan tenaga

tebang yang terampil sangat sulit untuk diharapkan Umumnya tenaga tebang

lebih banyak dilakukan oleh tenaga perempuan dari pada pria (Dinas Perkebunan

2004)

Tebang

Tebangan baik untuk PC (tanaman yang berasal dari bibit baru) maupun

Ratoon (tanaman yang tumbuh setelah penebangan plant cane) dilakukan dalam

bentuk tebu segar (green cane) Waktu penebangan dan giling adalah Januari-Juli

Untuk menentukan waktu tebangan maka faktor yang perlu dipertimbangkan

adalah sebagai berikut

Umur 10-12 bulan dan dapat dilihat dari masa tanamnya

Gejala-gejala visual antara lain daun-daun tanaman tebu secara keseluruhan

telah menguning

Nilai Kemasakan Tebu dengan adanya Analisa Pendahuluan untuk

mengetahui Faktor Kemasakan Kosien Peningkatan dan Kosien Daya Tahan

Rencana Kapasitas Giling Pabrik

Pemeliharaan Tanaman Keprasan

Pekerjaan Kepras harus dilakukan secepat mungkin setelah ditebang Hal

ini bertujuan agar Tunas yang dikepras masih dalam keadaan segar sehingga

pertumbuhan tunas nantinya baik Sebelum Keprasan perlu dilakukan

Pembersihan dan Pembakaran sisa-sisa tanaman dan daduk Keprasan dilakukan

dengan cara manual menggunakan cangkul Bentuk hasil Keprasan melihat

apakah tanaman tersebut bekas TS I atau bekas keprasan yang sudah dikepras

berulang-ulang Untuk bekas tanaman TS I dibuat Model ldquoUldquo sedangkan untuk

bekas keprasan yang sudah dikepras berkali-kali dibuat Model ldquoWrdquo

Pemeliharaan Tanaman Keprasan pada dasarnya sama dengan

Pemeliharaan Tanaman TS I hanya yang membedakan adalah

- PEDOT OYOT dilakukan segera setelah dikepras Tujuannya adalah untuk

memutus akar lama dan mendorong tumbuhnya akar-akar baru yang sehat dan

kuat juga berguna

Budidaya Tebu Lahan Kering ( Tegalan )

‐ Penggarapan tanah

Waktu pengolahan tanah menjelang musim kemarau (periode I ) dan atau

menjelang musim penghujan ( periode II ) Pembuatan got ditegalan hanya

didaerah beriklim B1 dan B2 (daerah basah ) pada periode I Pengolahan tanah

dengan membongkar membalik dan menghancurkan tanah Tanah yang diolah

minimal 30 cm Pengolahan anah bertekstur berat dapat menggunakan bajak atau

garu yang ditarik traktor Tanah bertekstur sedang diolah dengan tenaga manusia

Diakhir pengolahan tanah dilakukan pembuatan kairanjolangan sedalam 25 ‐ 30

cm jarak antara pusat kepusat 95 ‐ 125 cm panjang kairan sekitar 50 m

tergantung keadaan lahan

‐ Bahan tanaman

Bibit bagal dari KBD dengan 3 ‐ 4 mata tunas

Bibit pucuk (top stek ) panjang 35 ‐ 40 cm

‐ Penanaman

Waktu tanam untuk periode I bulan mei dan juli sedangkan periode II

September ‐ Nopember Bibit diletakan pada jaringanjolangan dengan mata tunas

disamping Bibit ditutup tanah setebal 3 cm (periode I ) dan 5 cm ( periode II )

‐ Penyulaman

Penyulaman I tanaman umur 2 minggu

Penyulaman 2 tanaman umur 4 minggu

Bibit sulaman dan sumpingan yang ditanam diujung jolangan

- Pemupukan

‐ Pembumbunan

Bumbun I Setelah pemupukan II Bumbun 2 setelah tanaman berumur 3

ndash 35 bulan (semua tunas telah tumbuh)

‐ Penyiangan pengendalian hama penyakit dan penebangan dilakukan

seperti pada tebu lahan sawah

‐ Tanaman Keprasan ( TRIT II ‐ IV )

Tebu lahan kering dapat dikepras sampai 3 x

Pengeprasan seperti tebu pada lahan sawah

Pemeliharaan TRIT II ‐ IV hampir sama dengan TRIT I

Pemupukan TRIT II ‐ IV

Pemupukan I TSP 100 dosis ZA 30 ndash 70 dilakukan 2 minggu setelah

kepras

Pemupukan I ZA 70 ndash 30 (sisanya) KCL diberikan 6 minggu setelah

kepras

Diberikan dengan cara ditabur dalam alur yang dibuat didekat tanaman

kemudian ditutup tanah atau dengan cara ditugal

Pengolahan gula putih perhitungan rendemen dan bagi hasil

Pengolahan

Setelah tebu di panenditebang diangkut ke pabrik gula untuk diolah

menjadi gula putih dengan menggunakan peralatan yang sebagian besar bekerja

secara otomatis

Beberapa tahap pengolahan gula putih yaitu pemerahan cairan tebu

( nira) penjernihan penguapan kristalisasi pemisahan kristal pengeringan

pengemasan dan penyimpanan

Rendemen

Rendemen adalah persentase perbandingan antara gula yang dihasilkan

dengan sejumlah tebu yang digiling

Beberapa macam rendemen yang dikenal antara lain rendemen contoh ( untuk

menentukan kemasakan optimal tanaman tebu ) rendemen sementara

rendemen efektif

Prosedur perhitungan rendemen dan bagi hasil

Pengendalian beberapa penyakit

‐ Hama tikus dikendalikan dengan pengumpanan menggunakan pestisida dan

gropyokan yang dilakukan secara terpadu

‐ Hama penggerek batang

Diroges

Pelepasan Trichogramma nanun T minutun atau T Australian

Pelepasan Diatracophaga ( Lalat jatiroto )

Dengan insektisida

‐ Hama penggerek pucuk

1048707 Pelepasan trichogramma japonium

1048707 Penyuntukan karbofuran ditengah batang atau melalui tanah dengan cara

ditugal

‐ Hama Uret

Tanah disingkap dan hama uretnya dibunuh

Insektisida ditaburkan pada dasar jolangan (sebelum tanam )

DAFTAR PUSTAKA

Booker Tate Ltd 1999 Study of The Indonesian Sugar Industry (Vol1-3) Research Report for Meneg BUMN UK Jakarta

Dewan Gula Indonesia 1999 Restrukturisasi Gula Indonesia April 1999 Publikasi Interen DGI dan Bahan Diskusi Reformasi Gula Indonesia Jakarta

Ditjen Bina Produksi Perkebunan 2002 Program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional 2002-2007 (Buku 1) Ditjen BPP Deptan Jakarta

Hadi PU AH Malian A Djulin A Agustian SH Suhartini dan SH Susilowati 2002 Kajian Perdagangan Internasional Komoditas Petanian Indonesia Tahun 2001 Laporan Akhir Penelitian Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Bogor

Lembaga Penelitian IPB 2002 Studi Pengembangan Sistem Industri Pergulaan Nasional Kerjasama antara Ditjen Bina Produksi Perkebunan dengan LP IPB Bogor Desember 2002

Malian AH M Ariani KS Indraningsih AK Zakaria A Askin dan J Hestina 2004 Revitalisasi Sistem dan Usaha Agribisnis Gula Laporan Akhir Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian Bogor

Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) 2003 Studi Konsolidasi Pergulaan Nasional Kerjasama Ditjen BPP Deptan dengan P3GI Jakarta

Sawit MH Erwidodo T Kuntohartono dan HSiregar 2003 Penyelamatan dan Penyehatan Industri Gula Nasional Naskah akademis final (19 Agustus 2003)

Page 7: Penyediaan Lahan dan Budidaya Tebu

Adalah sistem yang dikerjakan dengan sistem manual orang berprinsip pada

pembuatan got-got untuk penampungan dan pembuangan air Urutanya adalah

a Pembuatan patusan saluran pembuangan afvoer

tujuanya alah untuk membuang air yang masih didalam kebun apabila terjadi

kelebihan air Kedalamanya adalah 90 cm dan lebar 80 cm

b Pembuatan got mujur

got mujur berfungsi menampung kelebihan air dari got malang Arah got mujur

tegak lurus dengan got malang atau juringan Ukuran got mujur adalah adalah

dalam 70 cm dan lebar 60 cm

c Pembuatan got malang

Berfungsi untuk menampung kelebihan air dari juringan menurunkan permukaan

air tanah dan menahan air sementara guna pekerjaan siratebor Arah got malang

adalah searah dengan kemiringan tanah Ukuran got malang adalah dalam 60 cm

dan lebar 50 cm

- Ukuran Got dalam system Reynoso

TEKNIS BUDIDAYA TEBU

1 Persiapan Lahan

Pengolahan tanah hendaknya dilakukan dengan pembajakan

penggemburan dan pembuatan juringan Dengan demikian perkecambahan tebu

berjalan normal

1 Pembajakan (plowing)

Adalah upaya pembongkaran tanah yang bertujuan untuk memperdalam

batas olah tanah membalikkan tanah agar sirkulasi udara lebih baik serta untuk

menghancurkan sisa-sisa tumbuhan yang sebelumnya sudah ada (Dinas

Perkebunan 2004) Biasanya hasil pembajakan berupa tanah bongkahan yang

masih cukup besar

2 Penggemburan (harrowing)

Adalah upaya memperhalus hasil olahan tanah dari kondisi tanah besar

menjadi lebih kecil Tujuannya untuk membuat kondisi tanah berpori lebih

banyak dan lebih remah sehingga permukaan tanah mudah dibentuk sesuai dengan

yang diinginkan (Dinas Perkebunan 2004) Dilakukan dengan menggunakan

implement Rome Master dengan alat tarik Crowler-D5 Penggemburan untuk

tanah ringan boleh ditarik dengan traktor roda ban

3 Pembuatan juringan (furrowing)

50 m

got mujur L=60 D=80

10 m

got malang L=50 D=70

juringan

got keliling L= 60 D=90

Sesudah tanah dibajak dan digembur maka pekerjaan pembuatan alur

tanaman dapat dimulai Alat yang digunakan adalah furrower dengan kedalaman

juringan 25-30 cm yang ditarik dengan traktor rantai atau traktor ban Pada satu

kali jalan dibuat 2 sampai 3 alur Jarak antar juringan adalah 135 cm

2 Pembibitan

Bibit merupakan salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan tebu

giling Bibit yang bermutu baik dan sehat akan menghasilkan tanaman yang baik

dan sehat pula Penurunan produksi tebu antara lain disebabkan pemakaian bibit

yang kurang baik Bibit bisa didapatkan dari

a Bibit pucuk

Bibit ini berasal dari pucuk batang tebu giling Untuk keperluan ini dipilih

tebu yang baik dan sehat serta yang tidak banyak bercampur dengan jenis-jenis

tebu lain Daun kering yang membungkus bibit tidak diklentekdilepas karena

dapat melindungi mata dari kerusakan

b Bibit kebun

Bibit ini merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai

penyediaan bahan tanam bagi kebun tebu giling Lokasi kebun pembibitan

diusahakan dekat dengan areal tebu giling

c Bibit mentahbibit krecekan

Bibit ini berasal dari tanaman yang berumur 0-7 bulan Bibit ini dipotong

tanpa mengklentek daun pembungkusnya agar mata-mata tunas tidak rusak

d Bibit seblangan

Bibit ini diambil dari tanaman yang telah tumbuh untuk mencukupi

penyulaman Bibit yang diambil jika tanaman sudah berumur 16-18 hari atau yang

telah bermata tunas dua

e Bibit siwilan

Jika tanaman sudah tidak tumbuh atau pucuknya mati maka keluarlah

tunas-tunas yang disebut siwilan Siwilan ini bisanya digunakan untuk

penyulaman (Sutardjo 1994)

Jenjang bibit kebun atau kebun pembibitan adalah sebagai berikut

bull Kebun Bibit Pokok Utama (KBPU)

KBPU adalah kebun bibit yang diselenggarakan oleh P3GI (Pusat

Penelitian Perkebunan Gula Indonesia) Pasuruan Kemurniannya berada dibawah

pengawasan Pemulian Tanaman KBPU ditanam pada bulan Juli-Agustus

bull Kebun Bibit Pokok (KBP)

KBP merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai

penyediaan bahan tanam bagi kebun nenek Kebun ini menggunakan bahan tanam

yang berasal dari KBPU Kebun ini dikelola oleh Riset Pengembangan KBP

ditanam pada bulan Januari-Februari

bull Kebun Bibit Nenek (KBN)

KBN merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai

penyediaan bahan tanam bagi kebun bibit induk Kebun ini menggunakan bahan

tanam yang berasal dari KBP Kebun ini dikelola oleh Riset Pengembangan KBN

ditanam pada bulan Juli-Agustus

bull Kebun Bibit Induk (KBI)

KBI merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai

penyediaan bahan tanam bagi kebun bibit datar Kebun ini menggunakan bahan

tanam yang berasal dari KBN Kebun ini dikelola oleh Asisten Afdeling KBI

ditanam pada bulan Januari-Februari

bull Kebun Bibit Datar (KBD)

KBD merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai

penyediaan bahan tanam bagi kebun tebu giling Kebun ini menggunakan bahan

tanam yang berasal dari KBI Kebun ini dikelola oleh Asisten Afdeling KBD

ditanam pada bulan Juli-Oktober

Gambar 1 Pola pembibitan tebu PTPN II Sumatera Utara

3 Penanaman

Bibit yang digunakan di lahan sawah dapat berupa bibit bagal atau bibit

rayungan Umumnya digunkaan bibit dengan 2 mata untuk menjaga kepastian

tumbuh Dalam satu meter juringan ditanam 5 ndash 6 stek bibit Waktu tanam yang

ideal untuk tebu sawah adalah bulan Mei ndash Juni sehingga pada saat panen bulan

Juli ndash September tanaman sudah cukup masak dan memiliki bobot tebu yang

tinggi

Penanaman bibit diusahakan agar mata bibit menghadap ke samping

Apabila mata bibit menghadap keatas maka tunas akan muncul lebih dulu pada

permukaan tanah daripada mata bibit yang menghadap kebawah Keadaan

tersebut disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan oleh tunas untuk mencapai

permukaan tanah menjadi dua kali lebih lama secara perhitungan jaraknya saja

sudah jelas lebih jauh untuk mencapai permukaan tanah sehingga mengakibatkan

pertumbuhan tidak seragam dan pertumbuhan tunas terganggu

1 Bibit Bagaldebbeltopgenerasi

Tanah kasuran harus diratakan dahulu kemudian tanah digaris dengan alat

yang runcing dengan kedalaman + 5-10 cm Bibit dimasukkan ke dalam bekas

garisan dengan mata bibit menghadap ke samping Selanjutnya bibit ditimbun

dengan tanah

2 Bibit Rayungan (bibit yang telah tumbuh di kebun bibit)

Jika bermata (tunas) satu batang bibit terpendam dan tunasnya

menghadap ke samping dan sedikit miring + 45 derajat Jika bibit rayungan

bermata dua batang bibit terpendam dan tunas menghadap ke samping dengan

kedalaman + 1 cm

3 Sebaiknya bibit bagal (stek) dan rayungan ditanam secara terpisah di dalam

petak-petak tersendiri supaya pertumbuhan tanaman merata

- Penyulaman

1 Sulam sisipan dikerjakan 5 - 7 hari setelah tanam yaitu untuk tanaman

rayungan bermata satu

2 Sulaman ke - 1 dikerjakan pada umur 3 minggu dan berdaun 3 - 4 helai

Bibit dari rayungan bermata dua atau pembibitan

3 Penyulaman yang berasal dari rospucukan tebu dilakukan ketika tanaman

berumur + 1 bulan

4 Penyulaman ke-2 harus selesai sebelum pembubunan bersama sama dengan

pemberian air ke - 2 atau rabuk ke-2 yaitu umur 15 bulan

5 Penyulaman ekstra bila perlu yaitu sebelum bumbun ke -2

- Pemupukan

Tujuanya adalah untuk menambah unsur hara di dalam tanah yang

dibutuhkan oleh tanaman Dosis setiap daerah lainya tergantung dari hasil analisa

hara dalam tanah Jenis pupuk ZA TSP KCL

Dosis pupukjenis pupuk

Waktu Pemupukan

Pupuk I 1 sd 7 hari setelah tanam TSP 100 dosis ZA 30 sd 70

dosis Pupuk II 1 bulan setelah pupuk 1 ZA 30 sd 70 (sisanya) KCL

100 dosis Pemupukan dengan ditegallencog dan ditutup tanah

- Penyiraman Pengairan

Tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan Air bagi Proses

Pertumbuhan Tanaman Kekurangan air akan sangat berpengaruh pada Produksi

Dalam pelaksanaannya Pengairan meliputi

a Ebor Muka Tanam dilakukan sebelum bibit ditanam untuk membuat kondisi

tanah basah

b Sirat Patri dilakukan 3 ndash 4 hari setelah tanam dengan tujuan memacu

perkecambahan tunas dan mempercepat pertumbuhan akar

c Ebor Pupuk I dilakukan setelah Pupuk I dengan tujuan melarutkan pupuk

supaya segera dapat diserap oleh Tanaman

d Ebor Pupuk II dilakukan setelah Pupuk II dengan tujuan melarutkan pupuk

supaya segera dapat diserap oleh Tanaman

e Ebor Muka Bumbun II bertujuan untuk menghancurkan lungko agar dalam

pelaksanaan Bumbun II nantinya akan didapatkan tanah yang halus

f Ebor Muka Bumbun III bertujuan untuk memberikan air yang cukup untuk

tanaman juga untuk memudahkan pelaksanaan Bumbun III

g Ebor Garbu Muka Gulud diberikan dalam jumlah yang cukup banyak karena

tanah yang diolah adalah tanah waras Tujuannya adalah untuk memudahkan

pelaksanaan Garbu

h Ebor Muka Gulud diberikan pada tanah guludan yang telah digarbu Tujuannya

adalah agar tanah blabagan menjadi gembur dan mudah dibuat guludan

- Pembubunan Tanah

1 Pembumbunan ke-1 dilakukan pada umur 3-4 minggu yaitu berdaun 3 - 4

helai Pembumbunan dilakukan dengan cara membersihkan rumput-

rumputan membalik guludan dan menghancurkan tanah (jugar) lalu

tambahkan tanah ke tanaman sehingga tertimbun tanah

2 Pembumbunan ke - 2 dilakukan jika anakan tebu sudah lengkap dan cukup

besar + 20 cm sehingga tidak dikuatirkan rusak atau patah sewaktu

ditimbun tanah atau + 2 bulan

3 Pembumbunan ke-3 atau bacar dilakukan pada umur 3 bulan semua got

harus diperdalam got mujur sedalam 70 cm dan got malang 60 cm

4 Penyiangan

Penyiangan adalah membuang rumput-rumput yang tumbuh di kebun

supaya jangan mengadakan pesaingan dengan tanaman tebu dan merintangi

tumbuhnya Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan

cangkul Koret (Adisewojo 1991)

5 Klentek (pelepasan daun kering)

Klentek bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi udara dan kebersihan

kebun memperbanyak sinar matahari yang masuk mengenai batang tebu dan

meningkatkan kualitas tebangan Daun yang diklentek adalah daun kering yang

kelopak daunnya sudah membuka 50 Klentek dilakukan pada saat tanaman

berumur plusmn 6 bulan apabila diperlukan klentek bisa dilakukan lagi pada saat

tanaman berumur plusmn 8 bulan (PTPN II 2008)

6 Hama dan Penyakit

Hama

Hama merupakan binatang pengganggu tanaman Gangguan dilakukan

dengan cara menghisap atau memakan bagian tanaman Beberapa hama penting

yang sering menyerang tanaman tebu antara lain

1 Penggerek Pucuk (Tryporina nivella)

Hama ini berupa ulat yang menyerang pucuk tanaman sehingga

mematikan titik tumbuh

2 Penggerek Batang (Phragmatoecia castaneae) Hama ini berupa ulat yang

merusak ruas-ruas batang tebu sehingga pada serangan yang parah dapat

merobohkan tanaman

3 Kutu Bulu Putih (Ceratovacuna laniagara)

Pada daun-daun yang mulai nampak ada kutu bulu putih segera dipangkas

kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk dimusnahkan atau

dibakar

4 Uret

Hama ini menyerang akar dan pangkal tanaman tebu Tanaman yang

terserang menampakkan gejala kelayuan daun

5 Tikus

Hama ini menyerang tanaman berumur kurang dari satu bulan Tanaman

yang terserang akan mati (Muljana 1983)

Penyakit

1 Penyakit Pokkahbung (Gibbrela moniliformis)

Penyakit ini disebabkan oleh sejenis jamur dan terutama timbul di

musimhujanTanda-tanda penyakit ini adalah pada daun muda terlihat

memutih (chlorosis) Pokkahbung adalah salah satu jenis penyakit yang

sangat berbahaya bagi tanaman tebu terutama di daerah beriklim basah

(Sutardjo 1994)

2 Penyakit Blendok (Xanthomonas albilincans)

Penyakit ini menyerang tanaman tebu berumur 15-2 bulan Tanda-tanda

penyakit ini adalah pada penampang membujur dari batang-batang

kelihatan perubahan warna dari kuning sampai merah tua titik tumbuh dan

tunas-tunas juga berwarna merah Gejala penyakit ini akan lenyap bila

hujan turun

3 Penyakit Mosaik

Penyebab penyakit ini adalah virus mosaik Tanda-tanda penyakit ini yaitu

pada daun terdapat gambaran mosaik berupa garis-garis dan noda-noda

berwarna hijau muda sampai kuning

4 Penyakit Luka Api (Smut)

Penyebab penyakit ini adalah Ustilago scitaminea syd Gejala penyakit ini

adalah timbul cambuk hitam pada pucuk tebu

5 Penyakit Pembuluh

Penyebab penyakit ini adalah bakteri Clavibacter xylisubsp xyli Tanaman

yang terserang menampakkan gejala pertumbuhan yang kurang sempurna

terutama tanaman keprasan tampak kerdil (Dinas Perkebunan 1994)

Panen

Tebang Muat Angkut (TMA) adalah tiga kegiatan yang tidak dapat dipisah

dalam rangka memungut hasil batang tebu layak giling untuk dibawa ke pabrik

Kegiatan TMA dapat mempengaruhi kualitas kadar gula jika tidak ditangani

dengan baik Di lapangan kegiatan TMA masih jauh dari yang diharapkan

Walaupun telah memperoleh pengalaman namun untuk mendapatkan tenaga

tebang yang terampil sangat sulit untuk diharapkan Umumnya tenaga tebang

lebih banyak dilakukan oleh tenaga perempuan dari pada pria (Dinas Perkebunan

2004)

Tebang

Tebangan baik untuk PC (tanaman yang berasal dari bibit baru) maupun

Ratoon (tanaman yang tumbuh setelah penebangan plant cane) dilakukan dalam

bentuk tebu segar (green cane) Waktu penebangan dan giling adalah Januari-Juli

Untuk menentukan waktu tebangan maka faktor yang perlu dipertimbangkan

adalah sebagai berikut

Umur 10-12 bulan dan dapat dilihat dari masa tanamnya

Gejala-gejala visual antara lain daun-daun tanaman tebu secara keseluruhan

telah menguning

Nilai Kemasakan Tebu dengan adanya Analisa Pendahuluan untuk

mengetahui Faktor Kemasakan Kosien Peningkatan dan Kosien Daya Tahan

Rencana Kapasitas Giling Pabrik

Pemeliharaan Tanaman Keprasan

Pekerjaan Kepras harus dilakukan secepat mungkin setelah ditebang Hal

ini bertujuan agar Tunas yang dikepras masih dalam keadaan segar sehingga

pertumbuhan tunas nantinya baik Sebelum Keprasan perlu dilakukan

Pembersihan dan Pembakaran sisa-sisa tanaman dan daduk Keprasan dilakukan

dengan cara manual menggunakan cangkul Bentuk hasil Keprasan melihat

apakah tanaman tersebut bekas TS I atau bekas keprasan yang sudah dikepras

berulang-ulang Untuk bekas tanaman TS I dibuat Model ldquoUldquo sedangkan untuk

bekas keprasan yang sudah dikepras berkali-kali dibuat Model ldquoWrdquo

Pemeliharaan Tanaman Keprasan pada dasarnya sama dengan

Pemeliharaan Tanaman TS I hanya yang membedakan adalah

- PEDOT OYOT dilakukan segera setelah dikepras Tujuannya adalah untuk

memutus akar lama dan mendorong tumbuhnya akar-akar baru yang sehat dan

kuat juga berguna

Budidaya Tebu Lahan Kering ( Tegalan )

‐ Penggarapan tanah

Waktu pengolahan tanah menjelang musim kemarau (periode I ) dan atau

menjelang musim penghujan ( periode II ) Pembuatan got ditegalan hanya

didaerah beriklim B1 dan B2 (daerah basah ) pada periode I Pengolahan tanah

dengan membongkar membalik dan menghancurkan tanah Tanah yang diolah

minimal 30 cm Pengolahan anah bertekstur berat dapat menggunakan bajak atau

garu yang ditarik traktor Tanah bertekstur sedang diolah dengan tenaga manusia

Diakhir pengolahan tanah dilakukan pembuatan kairanjolangan sedalam 25 ‐ 30

cm jarak antara pusat kepusat 95 ‐ 125 cm panjang kairan sekitar 50 m

tergantung keadaan lahan

‐ Bahan tanaman

Bibit bagal dari KBD dengan 3 ‐ 4 mata tunas

Bibit pucuk (top stek ) panjang 35 ‐ 40 cm

‐ Penanaman

Waktu tanam untuk periode I bulan mei dan juli sedangkan periode II

September ‐ Nopember Bibit diletakan pada jaringanjolangan dengan mata tunas

disamping Bibit ditutup tanah setebal 3 cm (periode I ) dan 5 cm ( periode II )

‐ Penyulaman

Penyulaman I tanaman umur 2 minggu

Penyulaman 2 tanaman umur 4 minggu

Bibit sulaman dan sumpingan yang ditanam diujung jolangan

- Pemupukan

‐ Pembumbunan

Bumbun I Setelah pemupukan II Bumbun 2 setelah tanaman berumur 3

ndash 35 bulan (semua tunas telah tumbuh)

‐ Penyiangan pengendalian hama penyakit dan penebangan dilakukan

seperti pada tebu lahan sawah

‐ Tanaman Keprasan ( TRIT II ‐ IV )

Tebu lahan kering dapat dikepras sampai 3 x

Pengeprasan seperti tebu pada lahan sawah

Pemeliharaan TRIT II ‐ IV hampir sama dengan TRIT I

Pemupukan TRIT II ‐ IV

Pemupukan I TSP 100 dosis ZA 30 ndash 70 dilakukan 2 minggu setelah

kepras

Pemupukan I ZA 70 ndash 30 (sisanya) KCL diberikan 6 minggu setelah

kepras

Diberikan dengan cara ditabur dalam alur yang dibuat didekat tanaman

kemudian ditutup tanah atau dengan cara ditugal

Pengolahan gula putih perhitungan rendemen dan bagi hasil

Pengolahan

Setelah tebu di panenditebang diangkut ke pabrik gula untuk diolah

menjadi gula putih dengan menggunakan peralatan yang sebagian besar bekerja

secara otomatis

Beberapa tahap pengolahan gula putih yaitu pemerahan cairan tebu

( nira) penjernihan penguapan kristalisasi pemisahan kristal pengeringan

pengemasan dan penyimpanan

Rendemen

Rendemen adalah persentase perbandingan antara gula yang dihasilkan

dengan sejumlah tebu yang digiling

Beberapa macam rendemen yang dikenal antara lain rendemen contoh ( untuk

menentukan kemasakan optimal tanaman tebu ) rendemen sementara

rendemen efektif

Prosedur perhitungan rendemen dan bagi hasil

Pengendalian beberapa penyakit

‐ Hama tikus dikendalikan dengan pengumpanan menggunakan pestisida dan

gropyokan yang dilakukan secara terpadu

‐ Hama penggerek batang

Diroges

Pelepasan Trichogramma nanun T minutun atau T Australian

Pelepasan Diatracophaga ( Lalat jatiroto )

Dengan insektisida

‐ Hama penggerek pucuk

1048707 Pelepasan trichogramma japonium

1048707 Penyuntukan karbofuran ditengah batang atau melalui tanah dengan cara

ditugal

‐ Hama Uret

Tanah disingkap dan hama uretnya dibunuh

Insektisida ditaburkan pada dasar jolangan (sebelum tanam )

DAFTAR PUSTAKA

Booker Tate Ltd 1999 Study of The Indonesian Sugar Industry (Vol1-3) Research Report for Meneg BUMN UK Jakarta

Dewan Gula Indonesia 1999 Restrukturisasi Gula Indonesia April 1999 Publikasi Interen DGI dan Bahan Diskusi Reformasi Gula Indonesia Jakarta

Ditjen Bina Produksi Perkebunan 2002 Program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional 2002-2007 (Buku 1) Ditjen BPP Deptan Jakarta

Hadi PU AH Malian A Djulin A Agustian SH Suhartini dan SH Susilowati 2002 Kajian Perdagangan Internasional Komoditas Petanian Indonesia Tahun 2001 Laporan Akhir Penelitian Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Bogor

Lembaga Penelitian IPB 2002 Studi Pengembangan Sistem Industri Pergulaan Nasional Kerjasama antara Ditjen Bina Produksi Perkebunan dengan LP IPB Bogor Desember 2002

Malian AH M Ariani KS Indraningsih AK Zakaria A Askin dan J Hestina 2004 Revitalisasi Sistem dan Usaha Agribisnis Gula Laporan Akhir Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian Bogor

Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) 2003 Studi Konsolidasi Pergulaan Nasional Kerjasama Ditjen BPP Deptan dengan P3GI Jakarta

Sawit MH Erwidodo T Kuntohartono dan HSiregar 2003 Penyelamatan dan Penyehatan Industri Gula Nasional Naskah akademis final (19 Agustus 2003)

Page 8: Penyediaan Lahan dan Budidaya Tebu

TEKNIS BUDIDAYA TEBU

1 Persiapan Lahan

Pengolahan tanah hendaknya dilakukan dengan pembajakan

penggemburan dan pembuatan juringan Dengan demikian perkecambahan tebu

berjalan normal

1 Pembajakan (plowing)

Adalah upaya pembongkaran tanah yang bertujuan untuk memperdalam

batas olah tanah membalikkan tanah agar sirkulasi udara lebih baik serta untuk

menghancurkan sisa-sisa tumbuhan yang sebelumnya sudah ada (Dinas

Perkebunan 2004) Biasanya hasil pembajakan berupa tanah bongkahan yang

masih cukup besar

2 Penggemburan (harrowing)

Adalah upaya memperhalus hasil olahan tanah dari kondisi tanah besar

menjadi lebih kecil Tujuannya untuk membuat kondisi tanah berpori lebih

banyak dan lebih remah sehingga permukaan tanah mudah dibentuk sesuai dengan

yang diinginkan (Dinas Perkebunan 2004) Dilakukan dengan menggunakan

implement Rome Master dengan alat tarik Crowler-D5 Penggemburan untuk

tanah ringan boleh ditarik dengan traktor roda ban

3 Pembuatan juringan (furrowing)

50 m

got mujur L=60 D=80

10 m

got malang L=50 D=70

juringan

got keliling L= 60 D=90

Sesudah tanah dibajak dan digembur maka pekerjaan pembuatan alur

tanaman dapat dimulai Alat yang digunakan adalah furrower dengan kedalaman

juringan 25-30 cm yang ditarik dengan traktor rantai atau traktor ban Pada satu

kali jalan dibuat 2 sampai 3 alur Jarak antar juringan adalah 135 cm

2 Pembibitan

Bibit merupakan salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan tebu

giling Bibit yang bermutu baik dan sehat akan menghasilkan tanaman yang baik

dan sehat pula Penurunan produksi tebu antara lain disebabkan pemakaian bibit

yang kurang baik Bibit bisa didapatkan dari

a Bibit pucuk

Bibit ini berasal dari pucuk batang tebu giling Untuk keperluan ini dipilih

tebu yang baik dan sehat serta yang tidak banyak bercampur dengan jenis-jenis

tebu lain Daun kering yang membungkus bibit tidak diklentekdilepas karena

dapat melindungi mata dari kerusakan

b Bibit kebun

Bibit ini merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai

penyediaan bahan tanam bagi kebun tebu giling Lokasi kebun pembibitan

diusahakan dekat dengan areal tebu giling

c Bibit mentahbibit krecekan

Bibit ini berasal dari tanaman yang berumur 0-7 bulan Bibit ini dipotong

tanpa mengklentek daun pembungkusnya agar mata-mata tunas tidak rusak

d Bibit seblangan

Bibit ini diambil dari tanaman yang telah tumbuh untuk mencukupi

penyulaman Bibit yang diambil jika tanaman sudah berumur 16-18 hari atau yang

telah bermata tunas dua

e Bibit siwilan

Jika tanaman sudah tidak tumbuh atau pucuknya mati maka keluarlah

tunas-tunas yang disebut siwilan Siwilan ini bisanya digunakan untuk

penyulaman (Sutardjo 1994)

Jenjang bibit kebun atau kebun pembibitan adalah sebagai berikut

bull Kebun Bibit Pokok Utama (KBPU)

KBPU adalah kebun bibit yang diselenggarakan oleh P3GI (Pusat

Penelitian Perkebunan Gula Indonesia) Pasuruan Kemurniannya berada dibawah

pengawasan Pemulian Tanaman KBPU ditanam pada bulan Juli-Agustus

bull Kebun Bibit Pokok (KBP)

KBP merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai

penyediaan bahan tanam bagi kebun nenek Kebun ini menggunakan bahan tanam

yang berasal dari KBPU Kebun ini dikelola oleh Riset Pengembangan KBP

ditanam pada bulan Januari-Februari

bull Kebun Bibit Nenek (KBN)

KBN merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai

penyediaan bahan tanam bagi kebun bibit induk Kebun ini menggunakan bahan

tanam yang berasal dari KBP Kebun ini dikelola oleh Riset Pengembangan KBN

ditanam pada bulan Juli-Agustus

bull Kebun Bibit Induk (KBI)

KBI merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai

penyediaan bahan tanam bagi kebun bibit datar Kebun ini menggunakan bahan

tanam yang berasal dari KBN Kebun ini dikelola oleh Asisten Afdeling KBI

ditanam pada bulan Januari-Februari

bull Kebun Bibit Datar (KBD)

KBD merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai

penyediaan bahan tanam bagi kebun tebu giling Kebun ini menggunakan bahan

tanam yang berasal dari KBI Kebun ini dikelola oleh Asisten Afdeling KBD

ditanam pada bulan Juli-Oktober

Gambar 1 Pola pembibitan tebu PTPN II Sumatera Utara

3 Penanaman

Bibit yang digunakan di lahan sawah dapat berupa bibit bagal atau bibit

rayungan Umumnya digunkaan bibit dengan 2 mata untuk menjaga kepastian

tumbuh Dalam satu meter juringan ditanam 5 ndash 6 stek bibit Waktu tanam yang

ideal untuk tebu sawah adalah bulan Mei ndash Juni sehingga pada saat panen bulan

Juli ndash September tanaman sudah cukup masak dan memiliki bobot tebu yang

tinggi

Penanaman bibit diusahakan agar mata bibit menghadap ke samping

Apabila mata bibit menghadap keatas maka tunas akan muncul lebih dulu pada

permukaan tanah daripada mata bibit yang menghadap kebawah Keadaan

tersebut disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan oleh tunas untuk mencapai

permukaan tanah menjadi dua kali lebih lama secara perhitungan jaraknya saja

sudah jelas lebih jauh untuk mencapai permukaan tanah sehingga mengakibatkan

pertumbuhan tidak seragam dan pertumbuhan tunas terganggu

1 Bibit Bagaldebbeltopgenerasi

Tanah kasuran harus diratakan dahulu kemudian tanah digaris dengan alat

yang runcing dengan kedalaman + 5-10 cm Bibit dimasukkan ke dalam bekas

garisan dengan mata bibit menghadap ke samping Selanjutnya bibit ditimbun

dengan tanah

2 Bibit Rayungan (bibit yang telah tumbuh di kebun bibit)

Jika bermata (tunas) satu batang bibit terpendam dan tunasnya

menghadap ke samping dan sedikit miring + 45 derajat Jika bibit rayungan

bermata dua batang bibit terpendam dan tunas menghadap ke samping dengan

kedalaman + 1 cm

3 Sebaiknya bibit bagal (stek) dan rayungan ditanam secara terpisah di dalam

petak-petak tersendiri supaya pertumbuhan tanaman merata

- Penyulaman

1 Sulam sisipan dikerjakan 5 - 7 hari setelah tanam yaitu untuk tanaman

rayungan bermata satu

2 Sulaman ke - 1 dikerjakan pada umur 3 minggu dan berdaun 3 - 4 helai

Bibit dari rayungan bermata dua atau pembibitan

3 Penyulaman yang berasal dari rospucukan tebu dilakukan ketika tanaman

berumur + 1 bulan

4 Penyulaman ke-2 harus selesai sebelum pembubunan bersama sama dengan

pemberian air ke - 2 atau rabuk ke-2 yaitu umur 15 bulan

5 Penyulaman ekstra bila perlu yaitu sebelum bumbun ke -2

- Pemupukan

Tujuanya adalah untuk menambah unsur hara di dalam tanah yang

dibutuhkan oleh tanaman Dosis setiap daerah lainya tergantung dari hasil analisa

hara dalam tanah Jenis pupuk ZA TSP KCL

Dosis pupukjenis pupuk

Waktu Pemupukan

Pupuk I 1 sd 7 hari setelah tanam TSP 100 dosis ZA 30 sd 70

dosis Pupuk II 1 bulan setelah pupuk 1 ZA 30 sd 70 (sisanya) KCL

100 dosis Pemupukan dengan ditegallencog dan ditutup tanah

- Penyiraman Pengairan

Tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan Air bagi Proses

Pertumbuhan Tanaman Kekurangan air akan sangat berpengaruh pada Produksi

Dalam pelaksanaannya Pengairan meliputi

a Ebor Muka Tanam dilakukan sebelum bibit ditanam untuk membuat kondisi

tanah basah

b Sirat Patri dilakukan 3 ndash 4 hari setelah tanam dengan tujuan memacu

perkecambahan tunas dan mempercepat pertumbuhan akar

c Ebor Pupuk I dilakukan setelah Pupuk I dengan tujuan melarutkan pupuk

supaya segera dapat diserap oleh Tanaman

d Ebor Pupuk II dilakukan setelah Pupuk II dengan tujuan melarutkan pupuk

supaya segera dapat diserap oleh Tanaman

e Ebor Muka Bumbun II bertujuan untuk menghancurkan lungko agar dalam

pelaksanaan Bumbun II nantinya akan didapatkan tanah yang halus

f Ebor Muka Bumbun III bertujuan untuk memberikan air yang cukup untuk

tanaman juga untuk memudahkan pelaksanaan Bumbun III

g Ebor Garbu Muka Gulud diberikan dalam jumlah yang cukup banyak karena

tanah yang diolah adalah tanah waras Tujuannya adalah untuk memudahkan

pelaksanaan Garbu

h Ebor Muka Gulud diberikan pada tanah guludan yang telah digarbu Tujuannya

adalah agar tanah blabagan menjadi gembur dan mudah dibuat guludan

- Pembubunan Tanah

1 Pembumbunan ke-1 dilakukan pada umur 3-4 minggu yaitu berdaun 3 - 4

helai Pembumbunan dilakukan dengan cara membersihkan rumput-

rumputan membalik guludan dan menghancurkan tanah (jugar) lalu

tambahkan tanah ke tanaman sehingga tertimbun tanah

2 Pembumbunan ke - 2 dilakukan jika anakan tebu sudah lengkap dan cukup

besar + 20 cm sehingga tidak dikuatirkan rusak atau patah sewaktu

ditimbun tanah atau + 2 bulan

3 Pembumbunan ke-3 atau bacar dilakukan pada umur 3 bulan semua got

harus diperdalam got mujur sedalam 70 cm dan got malang 60 cm

4 Penyiangan

Penyiangan adalah membuang rumput-rumput yang tumbuh di kebun

supaya jangan mengadakan pesaingan dengan tanaman tebu dan merintangi

tumbuhnya Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan

cangkul Koret (Adisewojo 1991)

5 Klentek (pelepasan daun kering)

Klentek bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi udara dan kebersihan

kebun memperbanyak sinar matahari yang masuk mengenai batang tebu dan

meningkatkan kualitas tebangan Daun yang diklentek adalah daun kering yang

kelopak daunnya sudah membuka 50 Klentek dilakukan pada saat tanaman

berumur plusmn 6 bulan apabila diperlukan klentek bisa dilakukan lagi pada saat

tanaman berumur plusmn 8 bulan (PTPN II 2008)

6 Hama dan Penyakit

Hama

Hama merupakan binatang pengganggu tanaman Gangguan dilakukan

dengan cara menghisap atau memakan bagian tanaman Beberapa hama penting

yang sering menyerang tanaman tebu antara lain

1 Penggerek Pucuk (Tryporina nivella)

Hama ini berupa ulat yang menyerang pucuk tanaman sehingga

mematikan titik tumbuh

2 Penggerek Batang (Phragmatoecia castaneae) Hama ini berupa ulat yang

merusak ruas-ruas batang tebu sehingga pada serangan yang parah dapat

merobohkan tanaman

3 Kutu Bulu Putih (Ceratovacuna laniagara)

Pada daun-daun yang mulai nampak ada kutu bulu putih segera dipangkas

kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk dimusnahkan atau

dibakar

4 Uret

Hama ini menyerang akar dan pangkal tanaman tebu Tanaman yang

terserang menampakkan gejala kelayuan daun

5 Tikus

Hama ini menyerang tanaman berumur kurang dari satu bulan Tanaman

yang terserang akan mati (Muljana 1983)

Penyakit

1 Penyakit Pokkahbung (Gibbrela moniliformis)

Penyakit ini disebabkan oleh sejenis jamur dan terutama timbul di

musimhujanTanda-tanda penyakit ini adalah pada daun muda terlihat

memutih (chlorosis) Pokkahbung adalah salah satu jenis penyakit yang

sangat berbahaya bagi tanaman tebu terutama di daerah beriklim basah

(Sutardjo 1994)

2 Penyakit Blendok (Xanthomonas albilincans)

Penyakit ini menyerang tanaman tebu berumur 15-2 bulan Tanda-tanda

penyakit ini adalah pada penampang membujur dari batang-batang

kelihatan perubahan warna dari kuning sampai merah tua titik tumbuh dan

tunas-tunas juga berwarna merah Gejala penyakit ini akan lenyap bila

hujan turun

3 Penyakit Mosaik

Penyebab penyakit ini adalah virus mosaik Tanda-tanda penyakit ini yaitu

pada daun terdapat gambaran mosaik berupa garis-garis dan noda-noda

berwarna hijau muda sampai kuning

4 Penyakit Luka Api (Smut)

Penyebab penyakit ini adalah Ustilago scitaminea syd Gejala penyakit ini

adalah timbul cambuk hitam pada pucuk tebu

5 Penyakit Pembuluh

Penyebab penyakit ini adalah bakteri Clavibacter xylisubsp xyli Tanaman

yang terserang menampakkan gejala pertumbuhan yang kurang sempurna

terutama tanaman keprasan tampak kerdil (Dinas Perkebunan 1994)

Panen

Tebang Muat Angkut (TMA) adalah tiga kegiatan yang tidak dapat dipisah

dalam rangka memungut hasil batang tebu layak giling untuk dibawa ke pabrik

Kegiatan TMA dapat mempengaruhi kualitas kadar gula jika tidak ditangani

dengan baik Di lapangan kegiatan TMA masih jauh dari yang diharapkan

Walaupun telah memperoleh pengalaman namun untuk mendapatkan tenaga

tebang yang terampil sangat sulit untuk diharapkan Umumnya tenaga tebang

lebih banyak dilakukan oleh tenaga perempuan dari pada pria (Dinas Perkebunan

2004)

Tebang

Tebangan baik untuk PC (tanaman yang berasal dari bibit baru) maupun

Ratoon (tanaman yang tumbuh setelah penebangan plant cane) dilakukan dalam

bentuk tebu segar (green cane) Waktu penebangan dan giling adalah Januari-Juli

Untuk menentukan waktu tebangan maka faktor yang perlu dipertimbangkan

adalah sebagai berikut

Umur 10-12 bulan dan dapat dilihat dari masa tanamnya

Gejala-gejala visual antara lain daun-daun tanaman tebu secara keseluruhan

telah menguning

Nilai Kemasakan Tebu dengan adanya Analisa Pendahuluan untuk

mengetahui Faktor Kemasakan Kosien Peningkatan dan Kosien Daya Tahan

Rencana Kapasitas Giling Pabrik

Pemeliharaan Tanaman Keprasan

Pekerjaan Kepras harus dilakukan secepat mungkin setelah ditebang Hal

ini bertujuan agar Tunas yang dikepras masih dalam keadaan segar sehingga

pertumbuhan tunas nantinya baik Sebelum Keprasan perlu dilakukan

Pembersihan dan Pembakaran sisa-sisa tanaman dan daduk Keprasan dilakukan

dengan cara manual menggunakan cangkul Bentuk hasil Keprasan melihat

apakah tanaman tersebut bekas TS I atau bekas keprasan yang sudah dikepras

berulang-ulang Untuk bekas tanaman TS I dibuat Model ldquoUldquo sedangkan untuk

bekas keprasan yang sudah dikepras berkali-kali dibuat Model ldquoWrdquo

Pemeliharaan Tanaman Keprasan pada dasarnya sama dengan

Pemeliharaan Tanaman TS I hanya yang membedakan adalah

- PEDOT OYOT dilakukan segera setelah dikepras Tujuannya adalah untuk

memutus akar lama dan mendorong tumbuhnya akar-akar baru yang sehat dan

kuat juga berguna

Budidaya Tebu Lahan Kering ( Tegalan )

‐ Penggarapan tanah

Waktu pengolahan tanah menjelang musim kemarau (periode I ) dan atau

menjelang musim penghujan ( periode II ) Pembuatan got ditegalan hanya

didaerah beriklim B1 dan B2 (daerah basah ) pada periode I Pengolahan tanah

dengan membongkar membalik dan menghancurkan tanah Tanah yang diolah

minimal 30 cm Pengolahan anah bertekstur berat dapat menggunakan bajak atau

garu yang ditarik traktor Tanah bertekstur sedang diolah dengan tenaga manusia

Diakhir pengolahan tanah dilakukan pembuatan kairanjolangan sedalam 25 ‐ 30

cm jarak antara pusat kepusat 95 ‐ 125 cm panjang kairan sekitar 50 m

tergantung keadaan lahan

‐ Bahan tanaman

Bibit bagal dari KBD dengan 3 ‐ 4 mata tunas

Bibit pucuk (top stek ) panjang 35 ‐ 40 cm

‐ Penanaman

Waktu tanam untuk periode I bulan mei dan juli sedangkan periode II

September ‐ Nopember Bibit diletakan pada jaringanjolangan dengan mata tunas

disamping Bibit ditutup tanah setebal 3 cm (periode I ) dan 5 cm ( periode II )

‐ Penyulaman

Penyulaman I tanaman umur 2 minggu

Penyulaman 2 tanaman umur 4 minggu

Bibit sulaman dan sumpingan yang ditanam diujung jolangan

- Pemupukan

‐ Pembumbunan

Bumbun I Setelah pemupukan II Bumbun 2 setelah tanaman berumur 3

ndash 35 bulan (semua tunas telah tumbuh)

‐ Penyiangan pengendalian hama penyakit dan penebangan dilakukan

seperti pada tebu lahan sawah

‐ Tanaman Keprasan ( TRIT II ‐ IV )

Tebu lahan kering dapat dikepras sampai 3 x

Pengeprasan seperti tebu pada lahan sawah

Pemeliharaan TRIT II ‐ IV hampir sama dengan TRIT I

Pemupukan TRIT II ‐ IV

Pemupukan I TSP 100 dosis ZA 30 ndash 70 dilakukan 2 minggu setelah

kepras

Pemupukan I ZA 70 ndash 30 (sisanya) KCL diberikan 6 minggu setelah

kepras

Diberikan dengan cara ditabur dalam alur yang dibuat didekat tanaman

kemudian ditutup tanah atau dengan cara ditugal

Pengolahan gula putih perhitungan rendemen dan bagi hasil

Pengolahan

Setelah tebu di panenditebang diangkut ke pabrik gula untuk diolah

menjadi gula putih dengan menggunakan peralatan yang sebagian besar bekerja

secara otomatis

Beberapa tahap pengolahan gula putih yaitu pemerahan cairan tebu

( nira) penjernihan penguapan kristalisasi pemisahan kristal pengeringan

pengemasan dan penyimpanan

Rendemen

Rendemen adalah persentase perbandingan antara gula yang dihasilkan

dengan sejumlah tebu yang digiling

Beberapa macam rendemen yang dikenal antara lain rendemen contoh ( untuk

menentukan kemasakan optimal tanaman tebu ) rendemen sementara

rendemen efektif

Prosedur perhitungan rendemen dan bagi hasil

Pengendalian beberapa penyakit

‐ Hama tikus dikendalikan dengan pengumpanan menggunakan pestisida dan

gropyokan yang dilakukan secara terpadu

‐ Hama penggerek batang

Diroges

Pelepasan Trichogramma nanun T minutun atau T Australian

Pelepasan Diatracophaga ( Lalat jatiroto )

Dengan insektisida

‐ Hama penggerek pucuk

1048707 Pelepasan trichogramma japonium

1048707 Penyuntukan karbofuran ditengah batang atau melalui tanah dengan cara

ditugal

‐ Hama Uret

Tanah disingkap dan hama uretnya dibunuh

Insektisida ditaburkan pada dasar jolangan (sebelum tanam )

DAFTAR PUSTAKA

Booker Tate Ltd 1999 Study of The Indonesian Sugar Industry (Vol1-3) Research Report for Meneg BUMN UK Jakarta

Dewan Gula Indonesia 1999 Restrukturisasi Gula Indonesia April 1999 Publikasi Interen DGI dan Bahan Diskusi Reformasi Gula Indonesia Jakarta

Ditjen Bina Produksi Perkebunan 2002 Program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional 2002-2007 (Buku 1) Ditjen BPP Deptan Jakarta

Hadi PU AH Malian A Djulin A Agustian SH Suhartini dan SH Susilowati 2002 Kajian Perdagangan Internasional Komoditas Petanian Indonesia Tahun 2001 Laporan Akhir Penelitian Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Bogor

Lembaga Penelitian IPB 2002 Studi Pengembangan Sistem Industri Pergulaan Nasional Kerjasama antara Ditjen Bina Produksi Perkebunan dengan LP IPB Bogor Desember 2002

Malian AH M Ariani KS Indraningsih AK Zakaria A Askin dan J Hestina 2004 Revitalisasi Sistem dan Usaha Agribisnis Gula Laporan Akhir Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian Bogor

Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) 2003 Studi Konsolidasi Pergulaan Nasional Kerjasama Ditjen BPP Deptan dengan P3GI Jakarta

Sawit MH Erwidodo T Kuntohartono dan HSiregar 2003 Penyelamatan dan Penyehatan Industri Gula Nasional Naskah akademis final (19 Agustus 2003)

Page 9: Penyediaan Lahan dan Budidaya Tebu

Sesudah tanah dibajak dan digembur maka pekerjaan pembuatan alur

tanaman dapat dimulai Alat yang digunakan adalah furrower dengan kedalaman

juringan 25-30 cm yang ditarik dengan traktor rantai atau traktor ban Pada satu

kali jalan dibuat 2 sampai 3 alur Jarak antar juringan adalah 135 cm

2 Pembibitan

Bibit merupakan salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan tebu

giling Bibit yang bermutu baik dan sehat akan menghasilkan tanaman yang baik

dan sehat pula Penurunan produksi tebu antara lain disebabkan pemakaian bibit

yang kurang baik Bibit bisa didapatkan dari

a Bibit pucuk

Bibit ini berasal dari pucuk batang tebu giling Untuk keperluan ini dipilih

tebu yang baik dan sehat serta yang tidak banyak bercampur dengan jenis-jenis

tebu lain Daun kering yang membungkus bibit tidak diklentekdilepas karena

dapat melindungi mata dari kerusakan

b Bibit kebun

Bibit ini merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai

penyediaan bahan tanam bagi kebun tebu giling Lokasi kebun pembibitan

diusahakan dekat dengan areal tebu giling

c Bibit mentahbibit krecekan

Bibit ini berasal dari tanaman yang berumur 0-7 bulan Bibit ini dipotong

tanpa mengklentek daun pembungkusnya agar mata-mata tunas tidak rusak

d Bibit seblangan

Bibit ini diambil dari tanaman yang telah tumbuh untuk mencukupi

penyulaman Bibit yang diambil jika tanaman sudah berumur 16-18 hari atau yang

telah bermata tunas dua

e Bibit siwilan

Jika tanaman sudah tidak tumbuh atau pucuknya mati maka keluarlah

tunas-tunas yang disebut siwilan Siwilan ini bisanya digunakan untuk

penyulaman (Sutardjo 1994)

Jenjang bibit kebun atau kebun pembibitan adalah sebagai berikut

bull Kebun Bibit Pokok Utama (KBPU)

KBPU adalah kebun bibit yang diselenggarakan oleh P3GI (Pusat

Penelitian Perkebunan Gula Indonesia) Pasuruan Kemurniannya berada dibawah

pengawasan Pemulian Tanaman KBPU ditanam pada bulan Juli-Agustus

bull Kebun Bibit Pokok (KBP)

KBP merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai

penyediaan bahan tanam bagi kebun nenek Kebun ini menggunakan bahan tanam

yang berasal dari KBPU Kebun ini dikelola oleh Riset Pengembangan KBP

ditanam pada bulan Januari-Februari

bull Kebun Bibit Nenek (KBN)

KBN merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai

penyediaan bahan tanam bagi kebun bibit induk Kebun ini menggunakan bahan

tanam yang berasal dari KBP Kebun ini dikelola oleh Riset Pengembangan KBN

ditanam pada bulan Juli-Agustus

bull Kebun Bibit Induk (KBI)

KBI merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai

penyediaan bahan tanam bagi kebun bibit datar Kebun ini menggunakan bahan

tanam yang berasal dari KBN Kebun ini dikelola oleh Asisten Afdeling KBI

ditanam pada bulan Januari-Februari

bull Kebun Bibit Datar (KBD)

KBD merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai

penyediaan bahan tanam bagi kebun tebu giling Kebun ini menggunakan bahan

tanam yang berasal dari KBI Kebun ini dikelola oleh Asisten Afdeling KBD

ditanam pada bulan Juli-Oktober

Gambar 1 Pola pembibitan tebu PTPN II Sumatera Utara

3 Penanaman

Bibit yang digunakan di lahan sawah dapat berupa bibit bagal atau bibit

rayungan Umumnya digunkaan bibit dengan 2 mata untuk menjaga kepastian

tumbuh Dalam satu meter juringan ditanam 5 ndash 6 stek bibit Waktu tanam yang

ideal untuk tebu sawah adalah bulan Mei ndash Juni sehingga pada saat panen bulan

Juli ndash September tanaman sudah cukup masak dan memiliki bobot tebu yang

tinggi

Penanaman bibit diusahakan agar mata bibit menghadap ke samping

Apabila mata bibit menghadap keatas maka tunas akan muncul lebih dulu pada

permukaan tanah daripada mata bibit yang menghadap kebawah Keadaan

tersebut disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan oleh tunas untuk mencapai

permukaan tanah menjadi dua kali lebih lama secara perhitungan jaraknya saja

sudah jelas lebih jauh untuk mencapai permukaan tanah sehingga mengakibatkan

pertumbuhan tidak seragam dan pertumbuhan tunas terganggu

1 Bibit Bagaldebbeltopgenerasi

Tanah kasuran harus diratakan dahulu kemudian tanah digaris dengan alat

yang runcing dengan kedalaman + 5-10 cm Bibit dimasukkan ke dalam bekas

garisan dengan mata bibit menghadap ke samping Selanjutnya bibit ditimbun

dengan tanah

2 Bibit Rayungan (bibit yang telah tumbuh di kebun bibit)

Jika bermata (tunas) satu batang bibit terpendam dan tunasnya

menghadap ke samping dan sedikit miring + 45 derajat Jika bibit rayungan

bermata dua batang bibit terpendam dan tunas menghadap ke samping dengan

kedalaman + 1 cm

3 Sebaiknya bibit bagal (stek) dan rayungan ditanam secara terpisah di dalam

petak-petak tersendiri supaya pertumbuhan tanaman merata

- Penyulaman

1 Sulam sisipan dikerjakan 5 - 7 hari setelah tanam yaitu untuk tanaman

rayungan bermata satu

2 Sulaman ke - 1 dikerjakan pada umur 3 minggu dan berdaun 3 - 4 helai

Bibit dari rayungan bermata dua atau pembibitan

3 Penyulaman yang berasal dari rospucukan tebu dilakukan ketika tanaman

berumur + 1 bulan

4 Penyulaman ke-2 harus selesai sebelum pembubunan bersama sama dengan

pemberian air ke - 2 atau rabuk ke-2 yaitu umur 15 bulan

5 Penyulaman ekstra bila perlu yaitu sebelum bumbun ke -2

- Pemupukan

Tujuanya adalah untuk menambah unsur hara di dalam tanah yang

dibutuhkan oleh tanaman Dosis setiap daerah lainya tergantung dari hasil analisa

hara dalam tanah Jenis pupuk ZA TSP KCL

Dosis pupukjenis pupuk

Waktu Pemupukan

Pupuk I 1 sd 7 hari setelah tanam TSP 100 dosis ZA 30 sd 70

dosis Pupuk II 1 bulan setelah pupuk 1 ZA 30 sd 70 (sisanya) KCL

100 dosis Pemupukan dengan ditegallencog dan ditutup tanah

- Penyiraman Pengairan

Tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan Air bagi Proses

Pertumbuhan Tanaman Kekurangan air akan sangat berpengaruh pada Produksi

Dalam pelaksanaannya Pengairan meliputi

a Ebor Muka Tanam dilakukan sebelum bibit ditanam untuk membuat kondisi

tanah basah

b Sirat Patri dilakukan 3 ndash 4 hari setelah tanam dengan tujuan memacu

perkecambahan tunas dan mempercepat pertumbuhan akar

c Ebor Pupuk I dilakukan setelah Pupuk I dengan tujuan melarutkan pupuk

supaya segera dapat diserap oleh Tanaman

d Ebor Pupuk II dilakukan setelah Pupuk II dengan tujuan melarutkan pupuk

supaya segera dapat diserap oleh Tanaman

e Ebor Muka Bumbun II bertujuan untuk menghancurkan lungko agar dalam

pelaksanaan Bumbun II nantinya akan didapatkan tanah yang halus

f Ebor Muka Bumbun III bertujuan untuk memberikan air yang cukup untuk

tanaman juga untuk memudahkan pelaksanaan Bumbun III

g Ebor Garbu Muka Gulud diberikan dalam jumlah yang cukup banyak karena

tanah yang diolah adalah tanah waras Tujuannya adalah untuk memudahkan

pelaksanaan Garbu

h Ebor Muka Gulud diberikan pada tanah guludan yang telah digarbu Tujuannya

adalah agar tanah blabagan menjadi gembur dan mudah dibuat guludan

- Pembubunan Tanah

1 Pembumbunan ke-1 dilakukan pada umur 3-4 minggu yaitu berdaun 3 - 4

helai Pembumbunan dilakukan dengan cara membersihkan rumput-

rumputan membalik guludan dan menghancurkan tanah (jugar) lalu

tambahkan tanah ke tanaman sehingga tertimbun tanah

2 Pembumbunan ke - 2 dilakukan jika anakan tebu sudah lengkap dan cukup

besar + 20 cm sehingga tidak dikuatirkan rusak atau patah sewaktu

ditimbun tanah atau + 2 bulan

3 Pembumbunan ke-3 atau bacar dilakukan pada umur 3 bulan semua got

harus diperdalam got mujur sedalam 70 cm dan got malang 60 cm

4 Penyiangan

Penyiangan adalah membuang rumput-rumput yang tumbuh di kebun

supaya jangan mengadakan pesaingan dengan tanaman tebu dan merintangi

tumbuhnya Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan

cangkul Koret (Adisewojo 1991)

5 Klentek (pelepasan daun kering)

Klentek bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi udara dan kebersihan

kebun memperbanyak sinar matahari yang masuk mengenai batang tebu dan

meningkatkan kualitas tebangan Daun yang diklentek adalah daun kering yang

kelopak daunnya sudah membuka 50 Klentek dilakukan pada saat tanaman

berumur plusmn 6 bulan apabila diperlukan klentek bisa dilakukan lagi pada saat

tanaman berumur plusmn 8 bulan (PTPN II 2008)

6 Hama dan Penyakit

Hama

Hama merupakan binatang pengganggu tanaman Gangguan dilakukan

dengan cara menghisap atau memakan bagian tanaman Beberapa hama penting

yang sering menyerang tanaman tebu antara lain

1 Penggerek Pucuk (Tryporina nivella)

Hama ini berupa ulat yang menyerang pucuk tanaman sehingga

mematikan titik tumbuh

2 Penggerek Batang (Phragmatoecia castaneae) Hama ini berupa ulat yang

merusak ruas-ruas batang tebu sehingga pada serangan yang parah dapat

merobohkan tanaman

3 Kutu Bulu Putih (Ceratovacuna laniagara)

Pada daun-daun yang mulai nampak ada kutu bulu putih segera dipangkas

kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk dimusnahkan atau

dibakar

4 Uret

Hama ini menyerang akar dan pangkal tanaman tebu Tanaman yang

terserang menampakkan gejala kelayuan daun

5 Tikus

Hama ini menyerang tanaman berumur kurang dari satu bulan Tanaman

yang terserang akan mati (Muljana 1983)

Penyakit

1 Penyakit Pokkahbung (Gibbrela moniliformis)

Penyakit ini disebabkan oleh sejenis jamur dan terutama timbul di

musimhujanTanda-tanda penyakit ini adalah pada daun muda terlihat

memutih (chlorosis) Pokkahbung adalah salah satu jenis penyakit yang

sangat berbahaya bagi tanaman tebu terutama di daerah beriklim basah

(Sutardjo 1994)

2 Penyakit Blendok (Xanthomonas albilincans)

Penyakit ini menyerang tanaman tebu berumur 15-2 bulan Tanda-tanda

penyakit ini adalah pada penampang membujur dari batang-batang

kelihatan perubahan warna dari kuning sampai merah tua titik tumbuh dan

tunas-tunas juga berwarna merah Gejala penyakit ini akan lenyap bila

hujan turun

3 Penyakit Mosaik

Penyebab penyakit ini adalah virus mosaik Tanda-tanda penyakit ini yaitu

pada daun terdapat gambaran mosaik berupa garis-garis dan noda-noda

berwarna hijau muda sampai kuning

4 Penyakit Luka Api (Smut)

Penyebab penyakit ini adalah Ustilago scitaminea syd Gejala penyakit ini

adalah timbul cambuk hitam pada pucuk tebu

5 Penyakit Pembuluh

Penyebab penyakit ini adalah bakteri Clavibacter xylisubsp xyli Tanaman

yang terserang menampakkan gejala pertumbuhan yang kurang sempurna

terutama tanaman keprasan tampak kerdil (Dinas Perkebunan 1994)

Panen

Tebang Muat Angkut (TMA) adalah tiga kegiatan yang tidak dapat dipisah

dalam rangka memungut hasil batang tebu layak giling untuk dibawa ke pabrik

Kegiatan TMA dapat mempengaruhi kualitas kadar gula jika tidak ditangani

dengan baik Di lapangan kegiatan TMA masih jauh dari yang diharapkan

Walaupun telah memperoleh pengalaman namun untuk mendapatkan tenaga

tebang yang terampil sangat sulit untuk diharapkan Umumnya tenaga tebang

lebih banyak dilakukan oleh tenaga perempuan dari pada pria (Dinas Perkebunan

2004)

Tebang

Tebangan baik untuk PC (tanaman yang berasal dari bibit baru) maupun

Ratoon (tanaman yang tumbuh setelah penebangan plant cane) dilakukan dalam

bentuk tebu segar (green cane) Waktu penebangan dan giling adalah Januari-Juli

Untuk menentukan waktu tebangan maka faktor yang perlu dipertimbangkan

adalah sebagai berikut

Umur 10-12 bulan dan dapat dilihat dari masa tanamnya

Gejala-gejala visual antara lain daun-daun tanaman tebu secara keseluruhan

telah menguning

Nilai Kemasakan Tebu dengan adanya Analisa Pendahuluan untuk

mengetahui Faktor Kemasakan Kosien Peningkatan dan Kosien Daya Tahan

Rencana Kapasitas Giling Pabrik

Pemeliharaan Tanaman Keprasan

Pekerjaan Kepras harus dilakukan secepat mungkin setelah ditebang Hal

ini bertujuan agar Tunas yang dikepras masih dalam keadaan segar sehingga

pertumbuhan tunas nantinya baik Sebelum Keprasan perlu dilakukan

Pembersihan dan Pembakaran sisa-sisa tanaman dan daduk Keprasan dilakukan

dengan cara manual menggunakan cangkul Bentuk hasil Keprasan melihat

apakah tanaman tersebut bekas TS I atau bekas keprasan yang sudah dikepras

berulang-ulang Untuk bekas tanaman TS I dibuat Model ldquoUldquo sedangkan untuk

bekas keprasan yang sudah dikepras berkali-kali dibuat Model ldquoWrdquo

Pemeliharaan Tanaman Keprasan pada dasarnya sama dengan

Pemeliharaan Tanaman TS I hanya yang membedakan adalah

- PEDOT OYOT dilakukan segera setelah dikepras Tujuannya adalah untuk

memutus akar lama dan mendorong tumbuhnya akar-akar baru yang sehat dan

kuat juga berguna

Budidaya Tebu Lahan Kering ( Tegalan )

‐ Penggarapan tanah

Waktu pengolahan tanah menjelang musim kemarau (periode I ) dan atau

menjelang musim penghujan ( periode II ) Pembuatan got ditegalan hanya

didaerah beriklim B1 dan B2 (daerah basah ) pada periode I Pengolahan tanah

dengan membongkar membalik dan menghancurkan tanah Tanah yang diolah

minimal 30 cm Pengolahan anah bertekstur berat dapat menggunakan bajak atau

garu yang ditarik traktor Tanah bertekstur sedang diolah dengan tenaga manusia

Diakhir pengolahan tanah dilakukan pembuatan kairanjolangan sedalam 25 ‐ 30

cm jarak antara pusat kepusat 95 ‐ 125 cm panjang kairan sekitar 50 m

tergantung keadaan lahan

‐ Bahan tanaman

Bibit bagal dari KBD dengan 3 ‐ 4 mata tunas

Bibit pucuk (top stek ) panjang 35 ‐ 40 cm

‐ Penanaman

Waktu tanam untuk periode I bulan mei dan juli sedangkan periode II

September ‐ Nopember Bibit diletakan pada jaringanjolangan dengan mata tunas

disamping Bibit ditutup tanah setebal 3 cm (periode I ) dan 5 cm ( periode II )

‐ Penyulaman

Penyulaman I tanaman umur 2 minggu

Penyulaman 2 tanaman umur 4 minggu

Bibit sulaman dan sumpingan yang ditanam diujung jolangan

- Pemupukan

‐ Pembumbunan

Bumbun I Setelah pemupukan II Bumbun 2 setelah tanaman berumur 3

ndash 35 bulan (semua tunas telah tumbuh)

‐ Penyiangan pengendalian hama penyakit dan penebangan dilakukan

seperti pada tebu lahan sawah

‐ Tanaman Keprasan ( TRIT II ‐ IV )

Tebu lahan kering dapat dikepras sampai 3 x

Pengeprasan seperti tebu pada lahan sawah

Pemeliharaan TRIT II ‐ IV hampir sama dengan TRIT I

Pemupukan TRIT II ‐ IV

Pemupukan I TSP 100 dosis ZA 30 ndash 70 dilakukan 2 minggu setelah

kepras

Pemupukan I ZA 70 ndash 30 (sisanya) KCL diberikan 6 minggu setelah

kepras

Diberikan dengan cara ditabur dalam alur yang dibuat didekat tanaman

kemudian ditutup tanah atau dengan cara ditugal

Pengolahan gula putih perhitungan rendemen dan bagi hasil

Pengolahan

Setelah tebu di panenditebang diangkut ke pabrik gula untuk diolah

menjadi gula putih dengan menggunakan peralatan yang sebagian besar bekerja

secara otomatis

Beberapa tahap pengolahan gula putih yaitu pemerahan cairan tebu

( nira) penjernihan penguapan kristalisasi pemisahan kristal pengeringan

pengemasan dan penyimpanan

Rendemen

Rendemen adalah persentase perbandingan antara gula yang dihasilkan

dengan sejumlah tebu yang digiling

Beberapa macam rendemen yang dikenal antara lain rendemen contoh ( untuk

menentukan kemasakan optimal tanaman tebu ) rendemen sementara

rendemen efektif

Prosedur perhitungan rendemen dan bagi hasil

Pengendalian beberapa penyakit

‐ Hama tikus dikendalikan dengan pengumpanan menggunakan pestisida dan

gropyokan yang dilakukan secara terpadu

‐ Hama penggerek batang

Diroges

Pelepasan Trichogramma nanun T minutun atau T Australian

Pelepasan Diatracophaga ( Lalat jatiroto )

Dengan insektisida

‐ Hama penggerek pucuk

1048707 Pelepasan trichogramma japonium

1048707 Penyuntukan karbofuran ditengah batang atau melalui tanah dengan cara

ditugal

‐ Hama Uret

Tanah disingkap dan hama uretnya dibunuh

Insektisida ditaburkan pada dasar jolangan (sebelum tanam )

DAFTAR PUSTAKA

Booker Tate Ltd 1999 Study of The Indonesian Sugar Industry (Vol1-3) Research Report for Meneg BUMN UK Jakarta

Dewan Gula Indonesia 1999 Restrukturisasi Gula Indonesia April 1999 Publikasi Interen DGI dan Bahan Diskusi Reformasi Gula Indonesia Jakarta

Ditjen Bina Produksi Perkebunan 2002 Program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional 2002-2007 (Buku 1) Ditjen BPP Deptan Jakarta

Hadi PU AH Malian A Djulin A Agustian SH Suhartini dan SH Susilowati 2002 Kajian Perdagangan Internasional Komoditas Petanian Indonesia Tahun 2001 Laporan Akhir Penelitian Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Bogor

Lembaga Penelitian IPB 2002 Studi Pengembangan Sistem Industri Pergulaan Nasional Kerjasama antara Ditjen Bina Produksi Perkebunan dengan LP IPB Bogor Desember 2002

Malian AH M Ariani KS Indraningsih AK Zakaria A Askin dan J Hestina 2004 Revitalisasi Sistem dan Usaha Agribisnis Gula Laporan Akhir Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian Bogor

Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) 2003 Studi Konsolidasi Pergulaan Nasional Kerjasama Ditjen BPP Deptan dengan P3GI Jakarta

Sawit MH Erwidodo T Kuntohartono dan HSiregar 2003 Penyelamatan dan Penyehatan Industri Gula Nasional Naskah akademis final (19 Agustus 2003)

Page 10: Penyediaan Lahan dan Budidaya Tebu

KBPU adalah kebun bibit yang diselenggarakan oleh P3GI (Pusat

Penelitian Perkebunan Gula Indonesia) Pasuruan Kemurniannya berada dibawah

pengawasan Pemulian Tanaman KBPU ditanam pada bulan Juli-Agustus

bull Kebun Bibit Pokok (KBP)

KBP merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai

penyediaan bahan tanam bagi kebun nenek Kebun ini menggunakan bahan tanam

yang berasal dari KBPU Kebun ini dikelola oleh Riset Pengembangan KBP

ditanam pada bulan Januari-Februari

bull Kebun Bibit Nenek (KBN)

KBN merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai

penyediaan bahan tanam bagi kebun bibit induk Kebun ini menggunakan bahan

tanam yang berasal dari KBP Kebun ini dikelola oleh Riset Pengembangan KBN

ditanam pada bulan Juli-Agustus

bull Kebun Bibit Induk (KBI)

KBI merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai

penyediaan bahan tanam bagi kebun bibit datar Kebun ini menggunakan bahan

tanam yang berasal dari KBN Kebun ini dikelola oleh Asisten Afdeling KBI

ditanam pada bulan Januari-Februari

bull Kebun Bibit Datar (KBD)

KBD merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai

penyediaan bahan tanam bagi kebun tebu giling Kebun ini menggunakan bahan

tanam yang berasal dari KBI Kebun ini dikelola oleh Asisten Afdeling KBD

ditanam pada bulan Juli-Oktober

Gambar 1 Pola pembibitan tebu PTPN II Sumatera Utara

3 Penanaman

Bibit yang digunakan di lahan sawah dapat berupa bibit bagal atau bibit

rayungan Umumnya digunkaan bibit dengan 2 mata untuk menjaga kepastian

tumbuh Dalam satu meter juringan ditanam 5 ndash 6 stek bibit Waktu tanam yang

ideal untuk tebu sawah adalah bulan Mei ndash Juni sehingga pada saat panen bulan

Juli ndash September tanaman sudah cukup masak dan memiliki bobot tebu yang

tinggi

Penanaman bibit diusahakan agar mata bibit menghadap ke samping

Apabila mata bibit menghadap keatas maka tunas akan muncul lebih dulu pada

permukaan tanah daripada mata bibit yang menghadap kebawah Keadaan

tersebut disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan oleh tunas untuk mencapai

permukaan tanah menjadi dua kali lebih lama secara perhitungan jaraknya saja

sudah jelas lebih jauh untuk mencapai permukaan tanah sehingga mengakibatkan

pertumbuhan tidak seragam dan pertumbuhan tunas terganggu

1 Bibit Bagaldebbeltopgenerasi

Tanah kasuran harus diratakan dahulu kemudian tanah digaris dengan alat

yang runcing dengan kedalaman + 5-10 cm Bibit dimasukkan ke dalam bekas

garisan dengan mata bibit menghadap ke samping Selanjutnya bibit ditimbun

dengan tanah

2 Bibit Rayungan (bibit yang telah tumbuh di kebun bibit)

Jika bermata (tunas) satu batang bibit terpendam dan tunasnya

menghadap ke samping dan sedikit miring + 45 derajat Jika bibit rayungan

bermata dua batang bibit terpendam dan tunas menghadap ke samping dengan

kedalaman + 1 cm

3 Sebaiknya bibit bagal (stek) dan rayungan ditanam secara terpisah di dalam

petak-petak tersendiri supaya pertumbuhan tanaman merata

- Penyulaman

1 Sulam sisipan dikerjakan 5 - 7 hari setelah tanam yaitu untuk tanaman

rayungan bermata satu

2 Sulaman ke - 1 dikerjakan pada umur 3 minggu dan berdaun 3 - 4 helai

Bibit dari rayungan bermata dua atau pembibitan

3 Penyulaman yang berasal dari rospucukan tebu dilakukan ketika tanaman

berumur + 1 bulan

4 Penyulaman ke-2 harus selesai sebelum pembubunan bersama sama dengan

pemberian air ke - 2 atau rabuk ke-2 yaitu umur 15 bulan

5 Penyulaman ekstra bila perlu yaitu sebelum bumbun ke -2

- Pemupukan

Tujuanya adalah untuk menambah unsur hara di dalam tanah yang

dibutuhkan oleh tanaman Dosis setiap daerah lainya tergantung dari hasil analisa

hara dalam tanah Jenis pupuk ZA TSP KCL

Dosis pupukjenis pupuk

Waktu Pemupukan

Pupuk I 1 sd 7 hari setelah tanam TSP 100 dosis ZA 30 sd 70

dosis Pupuk II 1 bulan setelah pupuk 1 ZA 30 sd 70 (sisanya) KCL

100 dosis Pemupukan dengan ditegallencog dan ditutup tanah

- Penyiraman Pengairan

Tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan Air bagi Proses

Pertumbuhan Tanaman Kekurangan air akan sangat berpengaruh pada Produksi

Dalam pelaksanaannya Pengairan meliputi

a Ebor Muka Tanam dilakukan sebelum bibit ditanam untuk membuat kondisi

tanah basah

b Sirat Patri dilakukan 3 ndash 4 hari setelah tanam dengan tujuan memacu

perkecambahan tunas dan mempercepat pertumbuhan akar

c Ebor Pupuk I dilakukan setelah Pupuk I dengan tujuan melarutkan pupuk

supaya segera dapat diserap oleh Tanaman

d Ebor Pupuk II dilakukan setelah Pupuk II dengan tujuan melarutkan pupuk

supaya segera dapat diserap oleh Tanaman

e Ebor Muka Bumbun II bertujuan untuk menghancurkan lungko agar dalam

pelaksanaan Bumbun II nantinya akan didapatkan tanah yang halus

f Ebor Muka Bumbun III bertujuan untuk memberikan air yang cukup untuk

tanaman juga untuk memudahkan pelaksanaan Bumbun III

g Ebor Garbu Muka Gulud diberikan dalam jumlah yang cukup banyak karena

tanah yang diolah adalah tanah waras Tujuannya adalah untuk memudahkan

pelaksanaan Garbu

h Ebor Muka Gulud diberikan pada tanah guludan yang telah digarbu Tujuannya

adalah agar tanah blabagan menjadi gembur dan mudah dibuat guludan

- Pembubunan Tanah

1 Pembumbunan ke-1 dilakukan pada umur 3-4 minggu yaitu berdaun 3 - 4

helai Pembumbunan dilakukan dengan cara membersihkan rumput-

rumputan membalik guludan dan menghancurkan tanah (jugar) lalu

tambahkan tanah ke tanaman sehingga tertimbun tanah

2 Pembumbunan ke - 2 dilakukan jika anakan tebu sudah lengkap dan cukup

besar + 20 cm sehingga tidak dikuatirkan rusak atau patah sewaktu

ditimbun tanah atau + 2 bulan

3 Pembumbunan ke-3 atau bacar dilakukan pada umur 3 bulan semua got

harus diperdalam got mujur sedalam 70 cm dan got malang 60 cm

4 Penyiangan

Penyiangan adalah membuang rumput-rumput yang tumbuh di kebun

supaya jangan mengadakan pesaingan dengan tanaman tebu dan merintangi

tumbuhnya Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan

cangkul Koret (Adisewojo 1991)

5 Klentek (pelepasan daun kering)

Klentek bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi udara dan kebersihan

kebun memperbanyak sinar matahari yang masuk mengenai batang tebu dan

meningkatkan kualitas tebangan Daun yang diklentek adalah daun kering yang

kelopak daunnya sudah membuka 50 Klentek dilakukan pada saat tanaman

berumur plusmn 6 bulan apabila diperlukan klentek bisa dilakukan lagi pada saat

tanaman berumur plusmn 8 bulan (PTPN II 2008)

6 Hama dan Penyakit

Hama

Hama merupakan binatang pengganggu tanaman Gangguan dilakukan

dengan cara menghisap atau memakan bagian tanaman Beberapa hama penting

yang sering menyerang tanaman tebu antara lain

1 Penggerek Pucuk (Tryporina nivella)

Hama ini berupa ulat yang menyerang pucuk tanaman sehingga

mematikan titik tumbuh

2 Penggerek Batang (Phragmatoecia castaneae) Hama ini berupa ulat yang

merusak ruas-ruas batang tebu sehingga pada serangan yang parah dapat

merobohkan tanaman

3 Kutu Bulu Putih (Ceratovacuna laniagara)

Pada daun-daun yang mulai nampak ada kutu bulu putih segera dipangkas

kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk dimusnahkan atau

dibakar

4 Uret

Hama ini menyerang akar dan pangkal tanaman tebu Tanaman yang

terserang menampakkan gejala kelayuan daun

5 Tikus

Hama ini menyerang tanaman berumur kurang dari satu bulan Tanaman

yang terserang akan mati (Muljana 1983)

Penyakit

1 Penyakit Pokkahbung (Gibbrela moniliformis)

Penyakit ini disebabkan oleh sejenis jamur dan terutama timbul di

musimhujanTanda-tanda penyakit ini adalah pada daun muda terlihat

memutih (chlorosis) Pokkahbung adalah salah satu jenis penyakit yang

sangat berbahaya bagi tanaman tebu terutama di daerah beriklim basah

(Sutardjo 1994)

2 Penyakit Blendok (Xanthomonas albilincans)

Penyakit ini menyerang tanaman tebu berumur 15-2 bulan Tanda-tanda

penyakit ini adalah pada penampang membujur dari batang-batang

kelihatan perubahan warna dari kuning sampai merah tua titik tumbuh dan

tunas-tunas juga berwarna merah Gejala penyakit ini akan lenyap bila

hujan turun

3 Penyakit Mosaik

Penyebab penyakit ini adalah virus mosaik Tanda-tanda penyakit ini yaitu

pada daun terdapat gambaran mosaik berupa garis-garis dan noda-noda

berwarna hijau muda sampai kuning

4 Penyakit Luka Api (Smut)

Penyebab penyakit ini adalah Ustilago scitaminea syd Gejala penyakit ini

adalah timbul cambuk hitam pada pucuk tebu

5 Penyakit Pembuluh

Penyebab penyakit ini adalah bakteri Clavibacter xylisubsp xyli Tanaman

yang terserang menampakkan gejala pertumbuhan yang kurang sempurna

terutama tanaman keprasan tampak kerdil (Dinas Perkebunan 1994)

Panen

Tebang Muat Angkut (TMA) adalah tiga kegiatan yang tidak dapat dipisah

dalam rangka memungut hasil batang tebu layak giling untuk dibawa ke pabrik

Kegiatan TMA dapat mempengaruhi kualitas kadar gula jika tidak ditangani

dengan baik Di lapangan kegiatan TMA masih jauh dari yang diharapkan

Walaupun telah memperoleh pengalaman namun untuk mendapatkan tenaga

tebang yang terampil sangat sulit untuk diharapkan Umumnya tenaga tebang

lebih banyak dilakukan oleh tenaga perempuan dari pada pria (Dinas Perkebunan

2004)

Tebang

Tebangan baik untuk PC (tanaman yang berasal dari bibit baru) maupun

Ratoon (tanaman yang tumbuh setelah penebangan plant cane) dilakukan dalam

bentuk tebu segar (green cane) Waktu penebangan dan giling adalah Januari-Juli

Untuk menentukan waktu tebangan maka faktor yang perlu dipertimbangkan

adalah sebagai berikut

Umur 10-12 bulan dan dapat dilihat dari masa tanamnya

Gejala-gejala visual antara lain daun-daun tanaman tebu secara keseluruhan

telah menguning

Nilai Kemasakan Tebu dengan adanya Analisa Pendahuluan untuk

mengetahui Faktor Kemasakan Kosien Peningkatan dan Kosien Daya Tahan

Rencana Kapasitas Giling Pabrik

Pemeliharaan Tanaman Keprasan

Pekerjaan Kepras harus dilakukan secepat mungkin setelah ditebang Hal

ini bertujuan agar Tunas yang dikepras masih dalam keadaan segar sehingga

pertumbuhan tunas nantinya baik Sebelum Keprasan perlu dilakukan

Pembersihan dan Pembakaran sisa-sisa tanaman dan daduk Keprasan dilakukan

dengan cara manual menggunakan cangkul Bentuk hasil Keprasan melihat

apakah tanaman tersebut bekas TS I atau bekas keprasan yang sudah dikepras

berulang-ulang Untuk bekas tanaman TS I dibuat Model ldquoUldquo sedangkan untuk

bekas keprasan yang sudah dikepras berkali-kali dibuat Model ldquoWrdquo

Pemeliharaan Tanaman Keprasan pada dasarnya sama dengan

Pemeliharaan Tanaman TS I hanya yang membedakan adalah

- PEDOT OYOT dilakukan segera setelah dikepras Tujuannya adalah untuk

memutus akar lama dan mendorong tumbuhnya akar-akar baru yang sehat dan

kuat juga berguna

Budidaya Tebu Lahan Kering ( Tegalan )

‐ Penggarapan tanah

Waktu pengolahan tanah menjelang musim kemarau (periode I ) dan atau

menjelang musim penghujan ( periode II ) Pembuatan got ditegalan hanya

didaerah beriklim B1 dan B2 (daerah basah ) pada periode I Pengolahan tanah

dengan membongkar membalik dan menghancurkan tanah Tanah yang diolah

minimal 30 cm Pengolahan anah bertekstur berat dapat menggunakan bajak atau

garu yang ditarik traktor Tanah bertekstur sedang diolah dengan tenaga manusia

Diakhir pengolahan tanah dilakukan pembuatan kairanjolangan sedalam 25 ‐ 30

cm jarak antara pusat kepusat 95 ‐ 125 cm panjang kairan sekitar 50 m

tergantung keadaan lahan

‐ Bahan tanaman

Bibit bagal dari KBD dengan 3 ‐ 4 mata tunas

Bibit pucuk (top stek ) panjang 35 ‐ 40 cm

‐ Penanaman

Waktu tanam untuk periode I bulan mei dan juli sedangkan periode II

September ‐ Nopember Bibit diletakan pada jaringanjolangan dengan mata tunas

disamping Bibit ditutup tanah setebal 3 cm (periode I ) dan 5 cm ( periode II )

‐ Penyulaman

Penyulaman I tanaman umur 2 minggu

Penyulaman 2 tanaman umur 4 minggu

Bibit sulaman dan sumpingan yang ditanam diujung jolangan

- Pemupukan

‐ Pembumbunan

Bumbun I Setelah pemupukan II Bumbun 2 setelah tanaman berumur 3

ndash 35 bulan (semua tunas telah tumbuh)

‐ Penyiangan pengendalian hama penyakit dan penebangan dilakukan

seperti pada tebu lahan sawah

‐ Tanaman Keprasan ( TRIT II ‐ IV )

Tebu lahan kering dapat dikepras sampai 3 x

Pengeprasan seperti tebu pada lahan sawah

Pemeliharaan TRIT II ‐ IV hampir sama dengan TRIT I

Pemupukan TRIT II ‐ IV

Pemupukan I TSP 100 dosis ZA 30 ndash 70 dilakukan 2 minggu setelah

kepras

Pemupukan I ZA 70 ndash 30 (sisanya) KCL diberikan 6 minggu setelah

kepras

Diberikan dengan cara ditabur dalam alur yang dibuat didekat tanaman

kemudian ditutup tanah atau dengan cara ditugal

Pengolahan gula putih perhitungan rendemen dan bagi hasil

Pengolahan

Setelah tebu di panenditebang diangkut ke pabrik gula untuk diolah

menjadi gula putih dengan menggunakan peralatan yang sebagian besar bekerja

secara otomatis

Beberapa tahap pengolahan gula putih yaitu pemerahan cairan tebu

( nira) penjernihan penguapan kristalisasi pemisahan kristal pengeringan

pengemasan dan penyimpanan

Rendemen

Rendemen adalah persentase perbandingan antara gula yang dihasilkan

dengan sejumlah tebu yang digiling

Beberapa macam rendemen yang dikenal antara lain rendemen contoh ( untuk

menentukan kemasakan optimal tanaman tebu ) rendemen sementara

rendemen efektif

Prosedur perhitungan rendemen dan bagi hasil

Pengendalian beberapa penyakit

‐ Hama tikus dikendalikan dengan pengumpanan menggunakan pestisida dan

gropyokan yang dilakukan secara terpadu

‐ Hama penggerek batang

Diroges

Pelepasan Trichogramma nanun T minutun atau T Australian

Pelepasan Diatracophaga ( Lalat jatiroto )

Dengan insektisida

‐ Hama penggerek pucuk

1048707 Pelepasan trichogramma japonium

1048707 Penyuntukan karbofuran ditengah batang atau melalui tanah dengan cara

ditugal

‐ Hama Uret

Tanah disingkap dan hama uretnya dibunuh

Insektisida ditaburkan pada dasar jolangan (sebelum tanam )

DAFTAR PUSTAKA

Booker Tate Ltd 1999 Study of The Indonesian Sugar Industry (Vol1-3) Research Report for Meneg BUMN UK Jakarta

Dewan Gula Indonesia 1999 Restrukturisasi Gula Indonesia April 1999 Publikasi Interen DGI dan Bahan Diskusi Reformasi Gula Indonesia Jakarta

Ditjen Bina Produksi Perkebunan 2002 Program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional 2002-2007 (Buku 1) Ditjen BPP Deptan Jakarta

Hadi PU AH Malian A Djulin A Agustian SH Suhartini dan SH Susilowati 2002 Kajian Perdagangan Internasional Komoditas Petanian Indonesia Tahun 2001 Laporan Akhir Penelitian Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Bogor

Lembaga Penelitian IPB 2002 Studi Pengembangan Sistem Industri Pergulaan Nasional Kerjasama antara Ditjen Bina Produksi Perkebunan dengan LP IPB Bogor Desember 2002

Malian AH M Ariani KS Indraningsih AK Zakaria A Askin dan J Hestina 2004 Revitalisasi Sistem dan Usaha Agribisnis Gula Laporan Akhir Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian Bogor

Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) 2003 Studi Konsolidasi Pergulaan Nasional Kerjasama Ditjen BPP Deptan dengan P3GI Jakarta

Sawit MH Erwidodo T Kuntohartono dan HSiregar 2003 Penyelamatan dan Penyehatan Industri Gula Nasional Naskah akademis final (19 Agustus 2003)

Page 11: Penyediaan Lahan dan Budidaya Tebu

Gambar 1 Pola pembibitan tebu PTPN II Sumatera Utara

3 Penanaman

Bibit yang digunakan di lahan sawah dapat berupa bibit bagal atau bibit

rayungan Umumnya digunkaan bibit dengan 2 mata untuk menjaga kepastian

tumbuh Dalam satu meter juringan ditanam 5 ndash 6 stek bibit Waktu tanam yang

ideal untuk tebu sawah adalah bulan Mei ndash Juni sehingga pada saat panen bulan

Juli ndash September tanaman sudah cukup masak dan memiliki bobot tebu yang

tinggi

Penanaman bibit diusahakan agar mata bibit menghadap ke samping

Apabila mata bibit menghadap keatas maka tunas akan muncul lebih dulu pada

permukaan tanah daripada mata bibit yang menghadap kebawah Keadaan

tersebut disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan oleh tunas untuk mencapai

permukaan tanah menjadi dua kali lebih lama secara perhitungan jaraknya saja

sudah jelas lebih jauh untuk mencapai permukaan tanah sehingga mengakibatkan

pertumbuhan tidak seragam dan pertumbuhan tunas terganggu

1 Bibit Bagaldebbeltopgenerasi

Tanah kasuran harus diratakan dahulu kemudian tanah digaris dengan alat

yang runcing dengan kedalaman + 5-10 cm Bibit dimasukkan ke dalam bekas

garisan dengan mata bibit menghadap ke samping Selanjutnya bibit ditimbun

dengan tanah

2 Bibit Rayungan (bibit yang telah tumbuh di kebun bibit)

Jika bermata (tunas) satu batang bibit terpendam dan tunasnya

menghadap ke samping dan sedikit miring + 45 derajat Jika bibit rayungan

bermata dua batang bibit terpendam dan tunas menghadap ke samping dengan

kedalaman + 1 cm

3 Sebaiknya bibit bagal (stek) dan rayungan ditanam secara terpisah di dalam

petak-petak tersendiri supaya pertumbuhan tanaman merata

- Penyulaman

1 Sulam sisipan dikerjakan 5 - 7 hari setelah tanam yaitu untuk tanaman

rayungan bermata satu

2 Sulaman ke - 1 dikerjakan pada umur 3 minggu dan berdaun 3 - 4 helai

Bibit dari rayungan bermata dua atau pembibitan

3 Penyulaman yang berasal dari rospucukan tebu dilakukan ketika tanaman

berumur + 1 bulan

4 Penyulaman ke-2 harus selesai sebelum pembubunan bersama sama dengan

pemberian air ke - 2 atau rabuk ke-2 yaitu umur 15 bulan

5 Penyulaman ekstra bila perlu yaitu sebelum bumbun ke -2

- Pemupukan

Tujuanya adalah untuk menambah unsur hara di dalam tanah yang

dibutuhkan oleh tanaman Dosis setiap daerah lainya tergantung dari hasil analisa

hara dalam tanah Jenis pupuk ZA TSP KCL

Dosis pupukjenis pupuk

Waktu Pemupukan

Pupuk I 1 sd 7 hari setelah tanam TSP 100 dosis ZA 30 sd 70

dosis Pupuk II 1 bulan setelah pupuk 1 ZA 30 sd 70 (sisanya) KCL

100 dosis Pemupukan dengan ditegallencog dan ditutup tanah

- Penyiraman Pengairan

Tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan Air bagi Proses

Pertumbuhan Tanaman Kekurangan air akan sangat berpengaruh pada Produksi

Dalam pelaksanaannya Pengairan meliputi

a Ebor Muka Tanam dilakukan sebelum bibit ditanam untuk membuat kondisi

tanah basah

b Sirat Patri dilakukan 3 ndash 4 hari setelah tanam dengan tujuan memacu

perkecambahan tunas dan mempercepat pertumbuhan akar

c Ebor Pupuk I dilakukan setelah Pupuk I dengan tujuan melarutkan pupuk

supaya segera dapat diserap oleh Tanaman

d Ebor Pupuk II dilakukan setelah Pupuk II dengan tujuan melarutkan pupuk

supaya segera dapat diserap oleh Tanaman

e Ebor Muka Bumbun II bertujuan untuk menghancurkan lungko agar dalam

pelaksanaan Bumbun II nantinya akan didapatkan tanah yang halus

f Ebor Muka Bumbun III bertujuan untuk memberikan air yang cukup untuk

tanaman juga untuk memudahkan pelaksanaan Bumbun III

g Ebor Garbu Muka Gulud diberikan dalam jumlah yang cukup banyak karena

tanah yang diolah adalah tanah waras Tujuannya adalah untuk memudahkan

pelaksanaan Garbu

h Ebor Muka Gulud diberikan pada tanah guludan yang telah digarbu Tujuannya

adalah agar tanah blabagan menjadi gembur dan mudah dibuat guludan

- Pembubunan Tanah

1 Pembumbunan ke-1 dilakukan pada umur 3-4 minggu yaitu berdaun 3 - 4

helai Pembumbunan dilakukan dengan cara membersihkan rumput-

rumputan membalik guludan dan menghancurkan tanah (jugar) lalu

tambahkan tanah ke tanaman sehingga tertimbun tanah

2 Pembumbunan ke - 2 dilakukan jika anakan tebu sudah lengkap dan cukup

besar + 20 cm sehingga tidak dikuatirkan rusak atau patah sewaktu

ditimbun tanah atau + 2 bulan

3 Pembumbunan ke-3 atau bacar dilakukan pada umur 3 bulan semua got

harus diperdalam got mujur sedalam 70 cm dan got malang 60 cm

4 Penyiangan

Penyiangan adalah membuang rumput-rumput yang tumbuh di kebun

supaya jangan mengadakan pesaingan dengan tanaman tebu dan merintangi

tumbuhnya Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan

cangkul Koret (Adisewojo 1991)

5 Klentek (pelepasan daun kering)

Klentek bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi udara dan kebersihan

kebun memperbanyak sinar matahari yang masuk mengenai batang tebu dan

meningkatkan kualitas tebangan Daun yang diklentek adalah daun kering yang

kelopak daunnya sudah membuka 50 Klentek dilakukan pada saat tanaman

berumur plusmn 6 bulan apabila diperlukan klentek bisa dilakukan lagi pada saat

tanaman berumur plusmn 8 bulan (PTPN II 2008)

6 Hama dan Penyakit

Hama

Hama merupakan binatang pengganggu tanaman Gangguan dilakukan

dengan cara menghisap atau memakan bagian tanaman Beberapa hama penting

yang sering menyerang tanaman tebu antara lain

1 Penggerek Pucuk (Tryporina nivella)

Hama ini berupa ulat yang menyerang pucuk tanaman sehingga

mematikan titik tumbuh

2 Penggerek Batang (Phragmatoecia castaneae) Hama ini berupa ulat yang

merusak ruas-ruas batang tebu sehingga pada serangan yang parah dapat

merobohkan tanaman

3 Kutu Bulu Putih (Ceratovacuna laniagara)

Pada daun-daun yang mulai nampak ada kutu bulu putih segera dipangkas

kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk dimusnahkan atau

dibakar

4 Uret

Hama ini menyerang akar dan pangkal tanaman tebu Tanaman yang

terserang menampakkan gejala kelayuan daun

5 Tikus

Hama ini menyerang tanaman berumur kurang dari satu bulan Tanaman

yang terserang akan mati (Muljana 1983)

Penyakit

1 Penyakit Pokkahbung (Gibbrela moniliformis)

Penyakit ini disebabkan oleh sejenis jamur dan terutama timbul di

musimhujanTanda-tanda penyakit ini adalah pada daun muda terlihat

memutih (chlorosis) Pokkahbung adalah salah satu jenis penyakit yang

sangat berbahaya bagi tanaman tebu terutama di daerah beriklim basah

(Sutardjo 1994)

2 Penyakit Blendok (Xanthomonas albilincans)

Penyakit ini menyerang tanaman tebu berumur 15-2 bulan Tanda-tanda

penyakit ini adalah pada penampang membujur dari batang-batang

kelihatan perubahan warna dari kuning sampai merah tua titik tumbuh dan

tunas-tunas juga berwarna merah Gejala penyakit ini akan lenyap bila

hujan turun

3 Penyakit Mosaik

Penyebab penyakit ini adalah virus mosaik Tanda-tanda penyakit ini yaitu

pada daun terdapat gambaran mosaik berupa garis-garis dan noda-noda

berwarna hijau muda sampai kuning

4 Penyakit Luka Api (Smut)

Penyebab penyakit ini adalah Ustilago scitaminea syd Gejala penyakit ini

adalah timbul cambuk hitam pada pucuk tebu

5 Penyakit Pembuluh

Penyebab penyakit ini adalah bakteri Clavibacter xylisubsp xyli Tanaman

yang terserang menampakkan gejala pertumbuhan yang kurang sempurna

terutama tanaman keprasan tampak kerdil (Dinas Perkebunan 1994)

Panen

Tebang Muat Angkut (TMA) adalah tiga kegiatan yang tidak dapat dipisah

dalam rangka memungut hasil batang tebu layak giling untuk dibawa ke pabrik

Kegiatan TMA dapat mempengaruhi kualitas kadar gula jika tidak ditangani

dengan baik Di lapangan kegiatan TMA masih jauh dari yang diharapkan

Walaupun telah memperoleh pengalaman namun untuk mendapatkan tenaga

tebang yang terampil sangat sulit untuk diharapkan Umumnya tenaga tebang

lebih banyak dilakukan oleh tenaga perempuan dari pada pria (Dinas Perkebunan

2004)

Tebang

Tebangan baik untuk PC (tanaman yang berasal dari bibit baru) maupun

Ratoon (tanaman yang tumbuh setelah penebangan plant cane) dilakukan dalam

bentuk tebu segar (green cane) Waktu penebangan dan giling adalah Januari-Juli

Untuk menentukan waktu tebangan maka faktor yang perlu dipertimbangkan

adalah sebagai berikut

Umur 10-12 bulan dan dapat dilihat dari masa tanamnya

Gejala-gejala visual antara lain daun-daun tanaman tebu secara keseluruhan

telah menguning

Nilai Kemasakan Tebu dengan adanya Analisa Pendahuluan untuk

mengetahui Faktor Kemasakan Kosien Peningkatan dan Kosien Daya Tahan

Rencana Kapasitas Giling Pabrik

Pemeliharaan Tanaman Keprasan

Pekerjaan Kepras harus dilakukan secepat mungkin setelah ditebang Hal

ini bertujuan agar Tunas yang dikepras masih dalam keadaan segar sehingga

pertumbuhan tunas nantinya baik Sebelum Keprasan perlu dilakukan

Pembersihan dan Pembakaran sisa-sisa tanaman dan daduk Keprasan dilakukan

dengan cara manual menggunakan cangkul Bentuk hasil Keprasan melihat

apakah tanaman tersebut bekas TS I atau bekas keprasan yang sudah dikepras

berulang-ulang Untuk bekas tanaman TS I dibuat Model ldquoUldquo sedangkan untuk

bekas keprasan yang sudah dikepras berkali-kali dibuat Model ldquoWrdquo

Pemeliharaan Tanaman Keprasan pada dasarnya sama dengan

Pemeliharaan Tanaman TS I hanya yang membedakan adalah

- PEDOT OYOT dilakukan segera setelah dikepras Tujuannya adalah untuk

memutus akar lama dan mendorong tumbuhnya akar-akar baru yang sehat dan

kuat juga berguna

Budidaya Tebu Lahan Kering ( Tegalan )

‐ Penggarapan tanah

Waktu pengolahan tanah menjelang musim kemarau (periode I ) dan atau

menjelang musim penghujan ( periode II ) Pembuatan got ditegalan hanya

didaerah beriklim B1 dan B2 (daerah basah ) pada periode I Pengolahan tanah

dengan membongkar membalik dan menghancurkan tanah Tanah yang diolah

minimal 30 cm Pengolahan anah bertekstur berat dapat menggunakan bajak atau

garu yang ditarik traktor Tanah bertekstur sedang diolah dengan tenaga manusia

Diakhir pengolahan tanah dilakukan pembuatan kairanjolangan sedalam 25 ‐ 30

cm jarak antara pusat kepusat 95 ‐ 125 cm panjang kairan sekitar 50 m

tergantung keadaan lahan

‐ Bahan tanaman

Bibit bagal dari KBD dengan 3 ‐ 4 mata tunas

Bibit pucuk (top stek ) panjang 35 ‐ 40 cm

‐ Penanaman

Waktu tanam untuk periode I bulan mei dan juli sedangkan periode II

September ‐ Nopember Bibit diletakan pada jaringanjolangan dengan mata tunas

disamping Bibit ditutup tanah setebal 3 cm (periode I ) dan 5 cm ( periode II )

‐ Penyulaman

Penyulaman I tanaman umur 2 minggu

Penyulaman 2 tanaman umur 4 minggu

Bibit sulaman dan sumpingan yang ditanam diujung jolangan

- Pemupukan

‐ Pembumbunan

Bumbun I Setelah pemupukan II Bumbun 2 setelah tanaman berumur 3

ndash 35 bulan (semua tunas telah tumbuh)

‐ Penyiangan pengendalian hama penyakit dan penebangan dilakukan

seperti pada tebu lahan sawah

‐ Tanaman Keprasan ( TRIT II ‐ IV )

Tebu lahan kering dapat dikepras sampai 3 x

Pengeprasan seperti tebu pada lahan sawah

Pemeliharaan TRIT II ‐ IV hampir sama dengan TRIT I

Pemupukan TRIT II ‐ IV

Pemupukan I TSP 100 dosis ZA 30 ndash 70 dilakukan 2 minggu setelah

kepras

Pemupukan I ZA 70 ndash 30 (sisanya) KCL diberikan 6 minggu setelah

kepras

Diberikan dengan cara ditabur dalam alur yang dibuat didekat tanaman

kemudian ditutup tanah atau dengan cara ditugal

Pengolahan gula putih perhitungan rendemen dan bagi hasil

Pengolahan

Setelah tebu di panenditebang diangkut ke pabrik gula untuk diolah

menjadi gula putih dengan menggunakan peralatan yang sebagian besar bekerja

secara otomatis

Beberapa tahap pengolahan gula putih yaitu pemerahan cairan tebu

( nira) penjernihan penguapan kristalisasi pemisahan kristal pengeringan

pengemasan dan penyimpanan

Rendemen

Rendemen adalah persentase perbandingan antara gula yang dihasilkan

dengan sejumlah tebu yang digiling

Beberapa macam rendemen yang dikenal antara lain rendemen contoh ( untuk

menentukan kemasakan optimal tanaman tebu ) rendemen sementara

rendemen efektif

Prosedur perhitungan rendemen dan bagi hasil

Pengendalian beberapa penyakit

‐ Hama tikus dikendalikan dengan pengumpanan menggunakan pestisida dan

gropyokan yang dilakukan secara terpadu

‐ Hama penggerek batang

Diroges

Pelepasan Trichogramma nanun T minutun atau T Australian

Pelepasan Diatracophaga ( Lalat jatiroto )

Dengan insektisida

‐ Hama penggerek pucuk

1048707 Pelepasan trichogramma japonium

1048707 Penyuntukan karbofuran ditengah batang atau melalui tanah dengan cara

ditugal

‐ Hama Uret

Tanah disingkap dan hama uretnya dibunuh

Insektisida ditaburkan pada dasar jolangan (sebelum tanam )

DAFTAR PUSTAKA

Booker Tate Ltd 1999 Study of The Indonesian Sugar Industry (Vol1-3) Research Report for Meneg BUMN UK Jakarta

Dewan Gula Indonesia 1999 Restrukturisasi Gula Indonesia April 1999 Publikasi Interen DGI dan Bahan Diskusi Reformasi Gula Indonesia Jakarta

Ditjen Bina Produksi Perkebunan 2002 Program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional 2002-2007 (Buku 1) Ditjen BPP Deptan Jakarta

Hadi PU AH Malian A Djulin A Agustian SH Suhartini dan SH Susilowati 2002 Kajian Perdagangan Internasional Komoditas Petanian Indonesia Tahun 2001 Laporan Akhir Penelitian Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Bogor

Lembaga Penelitian IPB 2002 Studi Pengembangan Sistem Industri Pergulaan Nasional Kerjasama antara Ditjen Bina Produksi Perkebunan dengan LP IPB Bogor Desember 2002

Malian AH M Ariani KS Indraningsih AK Zakaria A Askin dan J Hestina 2004 Revitalisasi Sistem dan Usaha Agribisnis Gula Laporan Akhir Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian Bogor

Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) 2003 Studi Konsolidasi Pergulaan Nasional Kerjasama Ditjen BPP Deptan dengan P3GI Jakarta

Sawit MH Erwidodo T Kuntohartono dan HSiregar 2003 Penyelamatan dan Penyehatan Industri Gula Nasional Naskah akademis final (19 Agustus 2003)

Page 12: Penyediaan Lahan dan Budidaya Tebu

2 Bibit Rayungan (bibit yang telah tumbuh di kebun bibit)

Jika bermata (tunas) satu batang bibit terpendam dan tunasnya

menghadap ke samping dan sedikit miring + 45 derajat Jika bibit rayungan

bermata dua batang bibit terpendam dan tunas menghadap ke samping dengan

kedalaman + 1 cm

3 Sebaiknya bibit bagal (stek) dan rayungan ditanam secara terpisah di dalam

petak-petak tersendiri supaya pertumbuhan tanaman merata

- Penyulaman

1 Sulam sisipan dikerjakan 5 - 7 hari setelah tanam yaitu untuk tanaman

rayungan bermata satu

2 Sulaman ke - 1 dikerjakan pada umur 3 minggu dan berdaun 3 - 4 helai

Bibit dari rayungan bermata dua atau pembibitan

3 Penyulaman yang berasal dari rospucukan tebu dilakukan ketika tanaman

berumur + 1 bulan

4 Penyulaman ke-2 harus selesai sebelum pembubunan bersama sama dengan

pemberian air ke - 2 atau rabuk ke-2 yaitu umur 15 bulan

5 Penyulaman ekstra bila perlu yaitu sebelum bumbun ke -2

- Pemupukan

Tujuanya adalah untuk menambah unsur hara di dalam tanah yang

dibutuhkan oleh tanaman Dosis setiap daerah lainya tergantung dari hasil analisa

hara dalam tanah Jenis pupuk ZA TSP KCL

Dosis pupukjenis pupuk

Waktu Pemupukan

Pupuk I 1 sd 7 hari setelah tanam TSP 100 dosis ZA 30 sd 70

dosis Pupuk II 1 bulan setelah pupuk 1 ZA 30 sd 70 (sisanya) KCL

100 dosis Pemupukan dengan ditegallencog dan ditutup tanah

- Penyiraman Pengairan

Tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan Air bagi Proses

Pertumbuhan Tanaman Kekurangan air akan sangat berpengaruh pada Produksi

Dalam pelaksanaannya Pengairan meliputi

a Ebor Muka Tanam dilakukan sebelum bibit ditanam untuk membuat kondisi

tanah basah

b Sirat Patri dilakukan 3 ndash 4 hari setelah tanam dengan tujuan memacu

perkecambahan tunas dan mempercepat pertumbuhan akar

c Ebor Pupuk I dilakukan setelah Pupuk I dengan tujuan melarutkan pupuk

supaya segera dapat diserap oleh Tanaman

d Ebor Pupuk II dilakukan setelah Pupuk II dengan tujuan melarutkan pupuk

supaya segera dapat diserap oleh Tanaman

e Ebor Muka Bumbun II bertujuan untuk menghancurkan lungko agar dalam

pelaksanaan Bumbun II nantinya akan didapatkan tanah yang halus

f Ebor Muka Bumbun III bertujuan untuk memberikan air yang cukup untuk

tanaman juga untuk memudahkan pelaksanaan Bumbun III

g Ebor Garbu Muka Gulud diberikan dalam jumlah yang cukup banyak karena

tanah yang diolah adalah tanah waras Tujuannya adalah untuk memudahkan

pelaksanaan Garbu

h Ebor Muka Gulud diberikan pada tanah guludan yang telah digarbu Tujuannya

adalah agar tanah blabagan menjadi gembur dan mudah dibuat guludan

- Pembubunan Tanah

1 Pembumbunan ke-1 dilakukan pada umur 3-4 minggu yaitu berdaun 3 - 4

helai Pembumbunan dilakukan dengan cara membersihkan rumput-

rumputan membalik guludan dan menghancurkan tanah (jugar) lalu

tambahkan tanah ke tanaman sehingga tertimbun tanah

2 Pembumbunan ke - 2 dilakukan jika anakan tebu sudah lengkap dan cukup

besar + 20 cm sehingga tidak dikuatirkan rusak atau patah sewaktu

ditimbun tanah atau + 2 bulan

3 Pembumbunan ke-3 atau bacar dilakukan pada umur 3 bulan semua got

harus diperdalam got mujur sedalam 70 cm dan got malang 60 cm

4 Penyiangan

Penyiangan adalah membuang rumput-rumput yang tumbuh di kebun

supaya jangan mengadakan pesaingan dengan tanaman tebu dan merintangi

tumbuhnya Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan

cangkul Koret (Adisewojo 1991)

5 Klentek (pelepasan daun kering)

Klentek bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi udara dan kebersihan

kebun memperbanyak sinar matahari yang masuk mengenai batang tebu dan

meningkatkan kualitas tebangan Daun yang diklentek adalah daun kering yang

kelopak daunnya sudah membuka 50 Klentek dilakukan pada saat tanaman

berumur plusmn 6 bulan apabila diperlukan klentek bisa dilakukan lagi pada saat

tanaman berumur plusmn 8 bulan (PTPN II 2008)

6 Hama dan Penyakit

Hama

Hama merupakan binatang pengganggu tanaman Gangguan dilakukan

dengan cara menghisap atau memakan bagian tanaman Beberapa hama penting

yang sering menyerang tanaman tebu antara lain

1 Penggerek Pucuk (Tryporina nivella)

Hama ini berupa ulat yang menyerang pucuk tanaman sehingga

mematikan titik tumbuh

2 Penggerek Batang (Phragmatoecia castaneae) Hama ini berupa ulat yang

merusak ruas-ruas batang tebu sehingga pada serangan yang parah dapat

merobohkan tanaman

3 Kutu Bulu Putih (Ceratovacuna laniagara)

Pada daun-daun yang mulai nampak ada kutu bulu putih segera dipangkas

kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk dimusnahkan atau

dibakar

4 Uret

Hama ini menyerang akar dan pangkal tanaman tebu Tanaman yang

terserang menampakkan gejala kelayuan daun

5 Tikus

Hama ini menyerang tanaman berumur kurang dari satu bulan Tanaman

yang terserang akan mati (Muljana 1983)

Penyakit

1 Penyakit Pokkahbung (Gibbrela moniliformis)

Penyakit ini disebabkan oleh sejenis jamur dan terutama timbul di

musimhujanTanda-tanda penyakit ini adalah pada daun muda terlihat

memutih (chlorosis) Pokkahbung adalah salah satu jenis penyakit yang

sangat berbahaya bagi tanaman tebu terutama di daerah beriklim basah

(Sutardjo 1994)

2 Penyakit Blendok (Xanthomonas albilincans)

Penyakit ini menyerang tanaman tebu berumur 15-2 bulan Tanda-tanda

penyakit ini adalah pada penampang membujur dari batang-batang

kelihatan perubahan warna dari kuning sampai merah tua titik tumbuh dan

tunas-tunas juga berwarna merah Gejala penyakit ini akan lenyap bila

hujan turun

3 Penyakit Mosaik

Penyebab penyakit ini adalah virus mosaik Tanda-tanda penyakit ini yaitu

pada daun terdapat gambaran mosaik berupa garis-garis dan noda-noda

berwarna hijau muda sampai kuning

4 Penyakit Luka Api (Smut)

Penyebab penyakit ini adalah Ustilago scitaminea syd Gejala penyakit ini

adalah timbul cambuk hitam pada pucuk tebu

5 Penyakit Pembuluh

Penyebab penyakit ini adalah bakteri Clavibacter xylisubsp xyli Tanaman

yang terserang menampakkan gejala pertumbuhan yang kurang sempurna

terutama tanaman keprasan tampak kerdil (Dinas Perkebunan 1994)

Panen

Tebang Muat Angkut (TMA) adalah tiga kegiatan yang tidak dapat dipisah

dalam rangka memungut hasil batang tebu layak giling untuk dibawa ke pabrik

Kegiatan TMA dapat mempengaruhi kualitas kadar gula jika tidak ditangani

dengan baik Di lapangan kegiatan TMA masih jauh dari yang diharapkan

Walaupun telah memperoleh pengalaman namun untuk mendapatkan tenaga

tebang yang terampil sangat sulit untuk diharapkan Umumnya tenaga tebang

lebih banyak dilakukan oleh tenaga perempuan dari pada pria (Dinas Perkebunan

2004)

Tebang

Tebangan baik untuk PC (tanaman yang berasal dari bibit baru) maupun

Ratoon (tanaman yang tumbuh setelah penebangan plant cane) dilakukan dalam

bentuk tebu segar (green cane) Waktu penebangan dan giling adalah Januari-Juli

Untuk menentukan waktu tebangan maka faktor yang perlu dipertimbangkan

adalah sebagai berikut

Umur 10-12 bulan dan dapat dilihat dari masa tanamnya

Gejala-gejala visual antara lain daun-daun tanaman tebu secara keseluruhan

telah menguning

Nilai Kemasakan Tebu dengan adanya Analisa Pendahuluan untuk

mengetahui Faktor Kemasakan Kosien Peningkatan dan Kosien Daya Tahan

Rencana Kapasitas Giling Pabrik

Pemeliharaan Tanaman Keprasan

Pekerjaan Kepras harus dilakukan secepat mungkin setelah ditebang Hal

ini bertujuan agar Tunas yang dikepras masih dalam keadaan segar sehingga

pertumbuhan tunas nantinya baik Sebelum Keprasan perlu dilakukan

Pembersihan dan Pembakaran sisa-sisa tanaman dan daduk Keprasan dilakukan

dengan cara manual menggunakan cangkul Bentuk hasil Keprasan melihat

apakah tanaman tersebut bekas TS I atau bekas keprasan yang sudah dikepras

berulang-ulang Untuk bekas tanaman TS I dibuat Model ldquoUldquo sedangkan untuk

bekas keprasan yang sudah dikepras berkali-kali dibuat Model ldquoWrdquo

Pemeliharaan Tanaman Keprasan pada dasarnya sama dengan

Pemeliharaan Tanaman TS I hanya yang membedakan adalah

- PEDOT OYOT dilakukan segera setelah dikepras Tujuannya adalah untuk

memutus akar lama dan mendorong tumbuhnya akar-akar baru yang sehat dan

kuat juga berguna

Budidaya Tebu Lahan Kering ( Tegalan )

‐ Penggarapan tanah

Waktu pengolahan tanah menjelang musim kemarau (periode I ) dan atau

menjelang musim penghujan ( periode II ) Pembuatan got ditegalan hanya

didaerah beriklim B1 dan B2 (daerah basah ) pada periode I Pengolahan tanah

dengan membongkar membalik dan menghancurkan tanah Tanah yang diolah

minimal 30 cm Pengolahan anah bertekstur berat dapat menggunakan bajak atau

garu yang ditarik traktor Tanah bertekstur sedang diolah dengan tenaga manusia

Diakhir pengolahan tanah dilakukan pembuatan kairanjolangan sedalam 25 ‐ 30

cm jarak antara pusat kepusat 95 ‐ 125 cm panjang kairan sekitar 50 m

tergantung keadaan lahan

‐ Bahan tanaman

Bibit bagal dari KBD dengan 3 ‐ 4 mata tunas

Bibit pucuk (top stek ) panjang 35 ‐ 40 cm

‐ Penanaman

Waktu tanam untuk periode I bulan mei dan juli sedangkan periode II

September ‐ Nopember Bibit diletakan pada jaringanjolangan dengan mata tunas

disamping Bibit ditutup tanah setebal 3 cm (periode I ) dan 5 cm ( periode II )

‐ Penyulaman

Penyulaman I tanaman umur 2 minggu

Penyulaman 2 tanaman umur 4 minggu

Bibit sulaman dan sumpingan yang ditanam diujung jolangan

- Pemupukan

‐ Pembumbunan

Bumbun I Setelah pemupukan II Bumbun 2 setelah tanaman berumur 3

ndash 35 bulan (semua tunas telah tumbuh)

‐ Penyiangan pengendalian hama penyakit dan penebangan dilakukan

seperti pada tebu lahan sawah

‐ Tanaman Keprasan ( TRIT II ‐ IV )

Tebu lahan kering dapat dikepras sampai 3 x

Pengeprasan seperti tebu pada lahan sawah

Pemeliharaan TRIT II ‐ IV hampir sama dengan TRIT I

Pemupukan TRIT II ‐ IV

Pemupukan I TSP 100 dosis ZA 30 ndash 70 dilakukan 2 minggu setelah

kepras

Pemupukan I ZA 70 ndash 30 (sisanya) KCL diberikan 6 minggu setelah

kepras

Diberikan dengan cara ditabur dalam alur yang dibuat didekat tanaman

kemudian ditutup tanah atau dengan cara ditugal

Pengolahan gula putih perhitungan rendemen dan bagi hasil

Pengolahan

Setelah tebu di panenditebang diangkut ke pabrik gula untuk diolah

menjadi gula putih dengan menggunakan peralatan yang sebagian besar bekerja

secara otomatis

Beberapa tahap pengolahan gula putih yaitu pemerahan cairan tebu

( nira) penjernihan penguapan kristalisasi pemisahan kristal pengeringan

pengemasan dan penyimpanan

Rendemen

Rendemen adalah persentase perbandingan antara gula yang dihasilkan

dengan sejumlah tebu yang digiling

Beberapa macam rendemen yang dikenal antara lain rendemen contoh ( untuk

menentukan kemasakan optimal tanaman tebu ) rendemen sementara

rendemen efektif

Prosedur perhitungan rendemen dan bagi hasil

Pengendalian beberapa penyakit

‐ Hama tikus dikendalikan dengan pengumpanan menggunakan pestisida dan

gropyokan yang dilakukan secara terpadu

‐ Hama penggerek batang

Diroges

Pelepasan Trichogramma nanun T minutun atau T Australian

Pelepasan Diatracophaga ( Lalat jatiroto )

Dengan insektisida

‐ Hama penggerek pucuk

1048707 Pelepasan trichogramma japonium

1048707 Penyuntukan karbofuran ditengah batang atau melalui tanah dengan cara

ditugal

‐ Hama Uret

Tanah disingkap dan hama uretnya dibunuh

Insektisida ditaburkan pada dasar jolangan (sebelum tanam )

DAFTAR PUSTAKA

Booker Tate Ltd 1999 Study of The Indonesian Sugar Industry (Vol1-3) Research Report for Meneg BUMN UK Jakarta

Dewan Gula Indonesia 1999 Restrukturisasi Gula Indonesia April 1999 Publikasi Interen DGI dan Bahan Diskusi Reformasi Gula Indonesia Jakarta

Ditjen Bina Produksi Perkebunan 2002 Program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional 2002-2007 (Buku 1) Ditjen BPP Deptan Jakarta

Hadi PU AH Malian A Djulin A Agustian SH Suhartini dan SH Susilowati 2002 Kajian Perdagangan Internasional Komoditas Petanian Indonesia Tahun 2001 Laporan Akhir Penelitian Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Bogor

Lembaga Penelitian IPB 2002 Studi Pengembangan Sistem Industri Pergulaan Nasional Kerjasama antara Ditjen Bina Produksi Perkebunan dengan LP IPB Bogor Desember 2002

Malian AH M Ariani KS Indraningsih AK Zakaria A Askin dan J Hestina 2004 Revitalisasi Sistem dan Usaha Agribisnis Gula Laporan Akhir Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian Bogor

Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) 2003 Studi Konsolidasi Pergulaan Nasional Kerjasama Ditjen BPP Deptan dengan P3GI Jakarta

Sawit MH Erwidodo T Kuntohartono dan HSiregar 2003 Penyelamatan dan Penyehatan Industri Gula Nasional Naskah akademis final (19 Agustus 2003)

Page 13: Penyediaan Lahan dan Budidaya Tebu

Pupuk I 1 sd 7 hari setelah tanam TSP 100 dosis ZA 30 sd 70

dosis Pupuk II 1 bulan setelah pupuk 1 ZA 30 sd 70 (sisanya) KCL

100 dosis Pemupukan dengan ditegallencog dan ditutup tanah

- Penyiraman Pengairan

Tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan Air bagi Proses

Pertumbuhan Tanaman Kekurangan air akan sangat berpengaruh pada Produksi

Dalam pelaksanaannya Pengairan meliputi

a Ebor Muka Tanam dilakukan sebelum bibit ditanam untuk membuat kondisi

tanah basah

b Sirat Patri dilakukan 3 ndash 4 hari setelah tanam dengan tujuan memacu

perkecambahan tunas dan mempercepat pertumbuhan akar

c Ebor Pupuk I dilakukan setelah Pupuk I dengan tujuan melarutkan pupuk

supaya segera dapat diserap oleh Tanaman

d Ebor Pupuk II dilakukan setelah Pupuk II dengan tujuan melarutkan pupuk

supaya segera dapat diserap oleh Tanaman

e Ebor Muka Bumbun II bertujuan untuk menghancurkan lungko agar dalam

pelaksanaan Bumbun II nantinya akan didapatkan tanah yang halus

f Ebor Muka Bumbun III bertujuan untuk memberikan air yang cukup untuk

tanaman juga untuk memudahkan pelaksanaan Bumbun III

g Ebor Garbu Muka Gulud diberikan dalam jumlah yang cukup banyak karena

tanah yang diolah adalah tanah waras Tujuannya adalah untuk memudahkan

pelaksanaan Garbu

h Ebor Muka Gulud diberikan pada tanah guludan yang telah digarbu Tujuannya

adalah agar tanah blabagan menjadi gembur dan mudah dibuat guludan

- Pembubunan Tanah

1 Pembumbunan ke-1 dilakukan pada umur 3-4 minggu yaitu berdaun 3 - 4

helai Pembumbunan dilakukan dengan cara membersihkan rumput-

rumputan membalik guludan dan menghancurkan tanah (jugar) lalu

tambahkan tanah ke tanaman sehingga tertimbun tanah

2 Pembumbunan ke - 2 dilakukan jika anakan tebu sudah lengkap dan cukup

besar + 20 cm sehingga tidak dikuatirkan rusak atau patah sewaktu

ditimbun tanah atau + 2 bulan

3 Pembumbunan ke-3 atau bacar dilakukan pada umur 3 bulan semua got

harus diperdalam got mujur sedalam 70 cm dan got malang 60 cm

4 Penyiangan

Penyiangan adalah membuang rumput-rumput yang tumbuh di kebun

supaya jangan mengadakan pesaingan dengan tanaman tebu dan merintangi

tumbuhnya Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan

cangkul Koret (Adisewojo 1991)

5 Klentek (pelepasan daun kering)

Klentek bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi udara dan kebersihan

kebun memperbanyak sinar matahari yang masuk mengenai batang tebu dan

meningkatkan kualitas tebangan Daun yang diklentek adalah daun kering yang

kelopak daunnya sudah membuka 50 Klentek dilakukan pada saat tanaman

berumur plusmn 6 bulan apabila diperlukan klentek bisa dilakukan lagi pada saat

tanaman berumur plusmn 8 bulan (PTPN II 2008)

6 Hama dan Penyakit

Hama

Hama merupakan binatang pengganggu tanaman Gangguan dilakukan

dengan cara menghisap atau memakan bagian tanaman Beberapa hama penting

yang sering menyerang tanaman tebu antara lain

1 Penggerek Pucuk (Tryporina nivella)

Hama ini berupa ulat yang menyerang pucuk tanaman sehingga

mematikan titik tumbuh

2 Penggerek Batang (Phragmatoecia castaneae) Hama ini berupa ulat yang

merusak ruas-ruas batang tebu sehingga pada serangan yang parah dapat

merobohkan tanaman

3 Kutu Bulu Putih (Ceratovacuna laniagara)

Pada daun-daun yang mulai nampak ada kutu bulu putih segera dipangkas

kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk dimusnahkan atau

dibakar

4 Uret

Hama ini menyerang akar dan pangkal tanaman tebu Tanaman yang

terserang menampakkan gejala kelayuan daun

5 Tikus

Hama ini menyerang tanaman berumur kurang dari satu bulan Tanaman

yang terserang akan mati (Muljana 1983)

Penyakit

1 Penyakit Pokkahbung (Gibbrela moniliformis)

Penyakit ini disebabkan oleh sejenis jamur dan terutama timbul di

musimhujanTanda-tanda penyakit ini adalah pada daun muda terlihat

memutih (chlorosis) Pokkahbung adalah salah satu jenis penyakit yang

sangat berbahaya bagi tanaman tebu terutama di daerah beriklim basah

(Sutardjo 1994)

2 Penyakit Blendok (Xanthomonas albilincans)

Penyakit ini menyerang tanaman tebu berumur 15-2 bulan Tanda-tanda

penyakit ini adalah pada penampang membujur dari batang-batang

kelihatan perubahan warna dari kuning sampai merah tua titik tumbuh dan

tunas-tunas juga berwarna merah Gejala penyakit ini akan lenyap bila

hujan turun

3 Penyakit Mosaik

Penyebab penyakit ini adalah virus mosaik Tanda-tanda penyakit ini yaitu

pada daun terdapat gambaran mosaik berupa garis-garis dan noda-noda

berwarna hijau muda sampai kuning

4 Penyakit Luka Api (Smut)

Penyebab penyakit ini adalah Ustilago scitaminea syd Gejala penyakit ini

adalah timbul cambuk hitam pada pucuk tebu

5 Penyakit Pembuluh

Penyebab penyakit ini adalah bakteri Clavibacter xylisubsp xyli Tanaman

yang terserang menampakkan gejala pertumbuhan yang kurang sempurna

terutama tanaman keprasan tampak kerdil (Dinas Perkebunan 1994)

Panen

Tebang Muat Angkut (TMA) adalah tiga kegiatan yang tidak dapat dipisah

dalam rangka memungut hasil batang tebu layak giling untuk dibawa ke pabrik

Kegiatan TMA dapat mempengaruhi kualitas kadar gula jika tidak ditangani

dengan baik Di lapangan kegiatan TMA masih jauh dari yang diharapkan

Walaupun telah memperoleh pengalaman namun untuk mendapatkan tenaga

tebang yang terampil sangat sulit untuk diharapkan Umumnya tenaga tebang

lebih banyak dilakukan oleh tenaga perempuan dari pada pria (Dinas Perkebunan

2004)

Tebang

Tebangan baik untuk PC (tanaman yang berasal dari bibit baru) maupun

Ratoon (tanaman yang tumbuh setelah penebangan plant cane) dilakukan dalam

bentuk tebu segar (green cane) Waktu penebangan dan giling adalah Januari-Juli

Untuk menentukan waktu tebangan maka faktor yang perlu dipertimbangkan

adalah sebagai berikut

Umur 10-12 bulan dan dapat dilihat dari masa tanamnya

Gejala-gejala visual antara lain daun-daun tanaman tebu secara keseluruhan

telah menguning

Nilai Kemasakan Tebu dengan adanya Analisa Pendahuluan untuk

mengetahui Faktor Kemasakan Kosien Peningkatan dan Kosien Daya Tahan

Rencana Kapasitas Giling Pabrik

Pemeliharaan Tanaman Keprasan

Pekerjaan Kepras harus dilakukan secepat mungkin setelah ditebang Hal

ini bertujuan agar Tunas yang dikepras masih dalam keadaan segar sehingga

pertumbuhan tunas nantinya baik Sebelum Keprasan perlu dilakukan

Pembersihan dan Pembakaran sisa-sisa tanaman dan daduk Keprasan dilakukan

dengan cara manual menggunakan cangkul Bentuk hasil Keprasan melihat

apakah tanaman tersebut bekas TS I atau bekas keprasan yang sudah dikepras

berulang-ulang Untuk bekas tanaman TS I dibuat Model ldquoUldquo sedangkan untuk

bekas keprasan yang sudah dikepras berkali-kali dibuat Model ldquoWrdquo

Pemeliharaan Tanaman Keprasan pada dasarnya sama dengan

Pemeliharaan Tanaman TS I hanya yang membedakan adalah

- PEDOT OYOT dilakukan segera setelah dikepras Tujuannya adalah untuk

memutus akar lama dan mendorong tumbuhnya akar-akar baru yang sehat dan

kuat juga berguna

Budidaya Tebu Lahan Kering ( Tegalan )

‐ Penggarapan tanah

Waktu pengolahan tanah menjelang musim kemarau (periode I ) dan atau

menjelang musim penghujan ( periode II ) Pembuatan got ditegalan hanya

didaerah beriklim B1 dan B2 (daerah basah ) pada periode I Pengolahan tanah

dengan membongkar membalik dan menghancurkan tanah Tanah yang diolah

minimal 30 cm Pengolahan anah bertekstur berat dapat menggunakan bajak atau

garu yang ditarik traktor Tanah bertekstur sedang diolah dengan tenaga manusia

Diakhir pengolahan tanah dilakukan pembuatan kairanjolangan sedalam 25 ‐ 30

cm jarak antara pusat kepusat 95 ‐ 125 cm panjang kairan sekitar 50 m

tergantung keadaan lahan

‐ Bahan tanaman

Bibit bagal dari KBD dengan 3 ‐ 4 mata tunas

Bibit pucuk (top stek ) panjang 35 ‐ 40 cm

‐ Penanaman

Waktu tanam untuk periode I bulan mei dan juli sedangkan periode II

September ‐ Nopember Bibit diletakan pada jaringanjolangan dengan mata tunas

disamping Bibit ditutup tanah setebal 3 cm (periode I ) dan 5 cm ( periode II )

‐ Penyulaman

Penyulaman I tanaman umur 2 minggu

Penyulaman 2 tanaman umur 4 minggu

Bibit sulaman dan sumpingan yang ditanam diujung jolangan

- Pemupukan

‐ Pembumbunan

Bumbun I Setelah pemupukan II Bumbun 2 setelah tanaman berumur 3

ndash 35 bulan (semua tunas telah tumbuh)

‐ Penyiangan pengendalian hama penyakit dan penebangan dilakukan

seperti pada tebu lahan sawah

‐ Tanaman Keprasan ( TRIT II ‐ IV )

Tebu lahan kering dapat dikepras sampai 3 x

Pengeprasan seperti tebu pada lahan sawah

Pemeliharaan TRIT II ‐ IV hampir sama dengan TRIT I

Pemupukan TRIT II ‐ IV

Pemupukan I TSP 100 dosis ZA 30 ndash 70 dilakukan 2 minggu setelah

kepras

Pemupukan I ZA 70 ndash 30 (sisanya) KCL diberikan 6 minggu setelah

kepras

Diberikan dengan cara ditabur dalam alur yang dibuat didekat tanaman

kemudian ditutup tanah atau dengan cara ditugal

Pengolahan gula putih perhitungan rendemen dan bagi hasil

Pengolahan

Setelah tebu di panenditebang diangkut ke pabrik gula untuk diolah

menjadi gula putih dengan menggunakan peralatan yang sebagian besar bekerja

secara otomatis

Beberapa tahap pengolahan gula putih yaitu pemerahan cairan tebu

( nira) penjernihan penguapan kristalisasi pemisahan kristal pengeringan

pengemasan dan penyimpanan

Rendemen

Rendemen adalah persentase perbandingan antara gula yang dihasilkan

dengan sejumlah tebu yang digiling

Beberapa macam rendemen yang dikenal antara lain rendemen contoh ( untuk

menentukan kemasakan optimal tanaman tebu ) rendemen sementara

rendemen efektif

Prosedur perhitungan rendemen dan bagi hasil

Pengendalian beberapa penyakit

‐ Hama tikus dikendalikan dengan pengumpanan menggunakan pestisida dan

gropyokan yang dilakukan secara terpadu

‐ Hama penggerek batang

Diroges

Pelepasan Trichogramma nanun T minutun atau T Australian

Pelepasan Diatracophaga ( Lalat jatiroto )

Dengan insektisida

‐ Hama penggerek pucuk

1048707 Pelepasan trichogramma japonium

1048707 Penyuntukan karbofuran ditengah batang atau melalui tanah dengan cara

ditugal

‐ Hama Uret

Tanah disingkap dan hama uretnya dibunuh

Insektisida ditaburkan pada dasar jolangan (sebelum tanam )

DAFTAR PUSTAKA

Booker Tate Ltd 1999 Study of The Indonesian Sugar Industry (Vol1-3) Research Report for Meneg BUMN UK Jakarta

Dewan Gula Indonesia 1999 Restrukturisasi Gula Indonesia April 1999 Publikasi Interen DGI dan Bahan Diskusi Reformasi Gula Indonesia Jakarta

Ditjen Bina Produksi Perkebunan 2002 Program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional 2002-2007 (Buku 1) Ditjen BPP Deptan Jakarta

Hadi PU AH Malian A Djulin A Agustian SH Suhartini dan SH Susilowati 2002 Kajian Perdagangan Internasional Komoditas Petanian Indonesia Tahun 2001 Laporan Akhir Penelitian Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Bogor

Lembaga Penelitian IPB 2002 Studi Pengembangan Sistem Industri Pergulaan Nasional Kerjasama antara Ditjen Bina Produksi Perkebunan dengan LP IPB Bogor Desember 2002

Malian AH M Ariani KS Indraningsih AK Zakaria A Askin dan J Hestina 2004 Revitalisasi Sistem dan Usaha Agribisnis Gula Laporan Akhir Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian Bogor

Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) 2003 Studi Konsolidasi Pergulaan Nasional Kerjasama Ditjen BPP Deptan dengan P3GI Jakarta

Sawit MH Erwidodo T Kuntohartono dan HSiregar 2003 Penyelamatan dan Penyehatan Industri Gula Nasional Naskah akademis final (19 Agustus 2003)

Page 14: Penyediaan Lahan dan Budidaya Tebu

2 Pembumbunan ke - 2 dilakukan jika anakan tebu sudah lengkap dan cukup

besar + 20 cm sehingga tidak dikuatirkan rusak atau patah sewaktu

ditimbun tanah atau + 2 bulan

3 Pembumbunan ke-3 atau bacar dilakukan pada umur 3 bulan semua got

harus diperdalam got mujur sedalam 70 cm dan got malang 60 cm

4 Penyiangan

Penyiangan adalah membuang rumput-rumput yang tumbuh di kebun

supaya jangan mengadakan pesaingan dengan tanaman tebu dan merintangi

tumbuhnya Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan

cangkul Koret (Adisewojo 1991)

5 Klentek (pelepasan daun kering)

Klentek bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi udara dan kebersihan

kebun memperbanyak sinar matahari yang masuk mengenai batang tebu dan

meningkatkan kualitas tebangan Daun yang diklentek adalah daun kering yang

kelopak daunnya sudah membuka 50 Klentek dilakukan pada saat tanaman

berumur plusmn 6 bulan apabila diperlukan klentek bisa dilakukan lagi pada saat

tanaman berumur plusmn 8 bulan (PTPN II 2008)

6 Hama dan Penyakit

Hama

Hama merupakan binatang pengganggu tanaman Gangguan dilakukan

dengan cara menghisap atau memakan bagian tanaman Beberapa hama penting

yang sering menyerang tanaman tebu antara lain

1 Penggerek Pucuk (Tryporina nivella)

Hama ini berupa ulat yang menyerang pucuk tanaman sehingga

mematikan titik tumbuh

2 Penggerek Batang (Phragmatoecia castaneae) Hama ini berupa ulat yang

merusak ruas-ruas batang tebu sehingga pada serangan yang parah dapat

merobohkan tanaman

3 Kutu Bulu Putih (Ceratovacuna laniagara)

Pada daun-daun yang mulai nampak ada kutu bulu putih segera dipangkas

kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk dimusnahkan atau

dibakar

4 Uret

Hama ini menyerang akar dan pangkal tanaman tebu Tanaman yang

terserang menampakkan gejala kelayuan daun

5 Tikus

Hama ini menyerang tanaman berumur kurang dari satu bulan Tanaman

yang terserang akan mati (Muljana 1983)

Penyakit

1 Penyakit Pokkahbung (Gibbrela moniliformis)

Penyakit ini disebabkan oleh sejenis jamur dan terutama timbul di

musimhujanTanda-tanda penyakit ini adalah pada daun muda terlihat

memutih (chlorosis) Pokkahbung adalah salah satu jenis penyakit yang

sangat berbahaya bagi tanaman tebu terutama di daerah beriklim basah

(Sutardjo 1994)

2 Penyakit Blendok (Xanthomonas albilincans)

Penyakit ini menyerang tanaman tebu berumur 15-2 bulan Tanda-tanda

penyakit ini adalah pada penampang membujur dari batang-batang

kelihatan perubahan warna dari kuning sampai merah tua titik tumbuh dan

tunas-tunas juga berwarna merah Gejala penyakit ini akan lenyap bila

hujan turun

3 Penyakit Mosaik

Penyebab penyakit ini adalah virus mosaik Tanda-tanda penyakit ini yaitu

pada daun terdapat gambaran mosaik berupa garis-garis dan noda-noda

berwarna hijau muda sampai kuning

4 Penyakit Luka Api (Smut)

Penyebab penyakit ini adalah Ustilago scitaminea syd Gejala penyakit ini

adalah timbul cambuk hitam pada pucuk tebu

5 Penyakit Pembuluh

Penyebab penyakit ini adalah bakteri Clavibacter xylisubsp xyli Tanaman

yang terserang menampakkan gejala pertumbuhan yang kurang sempurna

terutama tanaman keprasan tampak kerdil (Dinas Perkebunan 1994)

Panen

Tebang Muat Angkut (TMA) adalah tiga kegiatan yang tidak dapat dipisah

dalam rangka memungut hasil batang tebu layak giling untuk dibawa ke pabrik

Kegiatan TMA dapat mempengaruhi kualitas kadar gula jika tidak ditangani

dengan baik Di lapangan kegiatan TMA masih jauh dari yang diharapkan

Walaupun telah memperoleh pengalaman namun untuk mendapatkan tenaga

tebang yang terampil sangat sulit untuk diharapkan Umumnya tenaga tebang

lebih banyak dilakukan oleh tenaga perempuan dari pada pria (Dinas Perkebunan

2004)

Tebang

Tebangan baik untuk PC (tanaman yang berasal dari bibit baru) maupun

Ratoon (tanaman yang tumbuh setelah penebangan plant cane) dilakukan dalam

bentuk tebu segar (green cane) Waktu penebangan dan giling adalah Januari-Juli

Untuk menentukan waktu tebangan maka faktor yang perlu dipertimbangkan

adalah sebagai berikut

Umur 10-12 bulan dan dapat dilihat dari masa tanamnya

Gejala-gejala visual antara lain daun-daun tanaman tebu secara keseluruhan

telah menguning

Nilai Kemasakan Tebu dengan adanya Analisa Pendahuluan untuk

mengetahui Faktor Kemasakan Kosien Peningkatan dan Kosien Daya Tahan

Rencana Kapasitas Giling Pabrik

Pemeliharaan Tanaman Keprasan

Pekerjaan Kepras harus dilakukan secepat mungkin setelah ditebang Hal

ini bertujuan agar Tunas yang dikepras masih dalam keadaan segar sehingga

pertumbuhan tunas nantinya baik Sebelum Keprasan perlu dilakukan

Pembersihan dan Pembakaran sisa-sisa tanaman dan daduk Keprasan dilakukan

dengan cara manual menggunakan cangkul Bentuk hasil Keprasan melihat

apakah tanaman tersebut bekas TS I atau bekas keprasan yang sudah dikepras

berulang-ulang Untuk bekas tanaman TS I dibuat Model ldquoUldquo sedangkan untuk

bekas keprasan yang sudah dikepras berkali-kali dibuat Model ldquoWrdquo

Pemeliharaan Tanaman Keprasan pada dasarnya sama dengan

Pemeliharaan Tanaman TS I hanya yang membedakan adalah

- PEDOT OYOT dilakukan segera setelah dikepras Tujuannya adalah untuk

memutus akar lama dan mendorong tumbuhnya akar-akar baru yang sehat dan

kuat juga berguna

Budidaya Tebu Lahan Kering ( Tegalan )

‐ Penggarapan tanah

Waktu pengolahan tanah menjelang musim kemarau (periode I ) dan atau

menjelang musim penghujan ( periode II ) Pembuatan got ditegalan hanya

didaerah beriklim B1 dan B2 (daerah basah ) pada periode I Pengolahan tanah

dengan membongkar membalik dan menghancurkan tanah Tanah yang diolah

minimal 30 cm Pengolahan anah bertekstur berat dapat menggunakan bajak atau

garu yang ditarik traktor Tanah bertekstur sedang diolah dengan tenaga manusia

Diakhir pengolahan tanah dilakukan pembuatan kairanjolangan sedalam 25 ‐ 30

cm jarak antara pusat kepusat 95 ‐ 125 cm panjang kairan sekitar 50 m

tergantung keadaan lahan

‐ Bahan tanaman

Bibit bagal dari KBD dengan 3 ‐ 4 mata tunas

Bibit pucuk (top stek ) panjang 35 ‐ 40 cm

‐ Penanaman

Waktu tanam untuk periode I bulan mei dan juli sedangkan periode II

September ‐ Nopember Bibit diletakan pada jaringanjolangan dengan mata tunas

disamping Bibit ditutup tanah setebal 3 cm (periode I ) dan 5 cm ( periode II )

‐ Penyulaman

Penyulaman I tanaman umur 2 minggu

Penyulaman 2 tanaman umur 4 minggu

Bibit sulaman dan sumpingan yang ditanam diujung jolangan

- Pemupukan

‐ Pembumbunan

Bumbun I Setelah pemupukan II Bumbun 2 setelah tanaman berumur 3

ndash 35 bulan (semua tunas telah tumbuh)

‐ Penyiangan pengendalian hama penyakit dan penebangan dilakukan

seperti pada tebu lahan sawah

‐ Tanaman Keprasan ( TRIT II ‐ IV )

Tebu lahan kering dapat dikepras sampai 3 x

Pengeprasan seperti tebu pada lahan sawah

Pemeliharaan TRIT II ‐ IV hampir sama dengan TRIT I

Pemupukan TRIT II ‐ IV

Pemupukan I TSP 100 dosis ZA 30 ndash 70 dilakukan 2 minggu setelah

kepras

Pemupukan I ZA 70 ndash 30 (sisanya) KCL diberikan 6 minggu setelah

kepras

Diberikan dengan cara ditabur dalam alur yang dibuat didekat tanaman

kemudian ditutup tanah atau dengan cara ditugal

Pengolahan gula putih perhitungan rendemen dan bagi hasil

Pengolahan

Setelah tebu di panenditebang diangkut ke pabrik gula untuk diolah

menjadi gula putih dengan menggunakan peralatan yang sebagian besar bekerja

secara otomatis

Beberapa tahap pengolahan gula putih yaitu pemerahan cairan tebu

( nira) penjernihan penguapan kristalisasi pemisahan kristal pengeringan

pengemasan dan penyimpanan

Rendemen

Rendemen adalah persentase perbandingan antara gula yang dihasilkan

dengan sejumlah tebu yang digiling

Beberapa macam rendemen yang dikenal antara lain rendemen contoh ( untuk

menentukan kemasakan optimal tanaman tebu ) rendemen sementara

rendemen efektif

Prosedur perhitungan rendemen dan bagi hasil

Pengendalian beberapa penyakit

‐ Hama tikus dikendalikan dengan pengumpanan menggunakan pestisida dan

gropyokan yang dilakukan secara terpadu

‐ Hama penggerek batang

Diroges

Pelepasan Trichogramma nanun T minutun atau T Australian

Pelepasan Diatracophaga ( Lalat jatiroto )

Dengan insektisida

‐ Hama penggerek pucuk

1048707 Pelepasan trichogramma japonium

1048707 Penyuntukan karbofuran ditengah batang atau melalui tanah dengan cara

ditugal

‐ Hama Uret

Tanah disingkap dan hama uretnya dibunuh

Insektisida ditaburkan pada dasar jolangan (sebelum tanam )

DAFTAR PUSTAKA

Booker Tate Ltd 1999 Study of The Indonesian Sugar Industry (Vol1-3) Research Report for Meneg BUMN UK Jakarta

Dewan Gula Indonesia 1999 Restrukturisasi Gula Indonesia April 1999 Publikasi Interen DGI dan Bahan Diskusi Reformasi Gula Indonesia Jakarta

Ditjen Bina Produksi Perkebunan 2002 Program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional 2002-2007 (Buku 1) Ditjen BPP Deptan Jakarta

Hadi PU AH Malian A Djulin A Agustian SH Suhartini dan SH Susilowati 2002 Kajian Perdagangan Internasional Komoditas Petanian Indonesia Tahun 2001 Laporan Akhir Penelitian Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Bogor

Lembaga Penelitian IPB 2002 Studi Pengembangan Sistem Industri Pergulaan Nasional Kerjasama antara Ditjen Bina Produksi Perkebunan dengan LP IPB Bogor Desember 2002

Malian AH M Ariani KS Indraningsih AK Zakaria A Askin dan J Hestina 2004 Revitalisasi Sistem dan Usaha Agribisnis Gula Laporan Akhir Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian Bogor

Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) 2003 Studi Konsolidasi Pergulaan Nasional Kerjasama Ditjen BPP Deptan dengan P3GI Jakarta

Sawit MH Erwidodo T Kuntohartono dan HSiregar 2003 Penyelamatan dan Penyehatan Industri Gula Nasional Naskah akademis final (19 Agustus 2003)

Page 15: Penyediaan Lahan dan Budidaya Tebu

Pada daun-daun yang mulai nampak ada kutu bulu putih segera dipangkas

kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk dimusnahkan atau

dibakar

4 Uret

Hama ini menyerang akar dan pangkal tanaman tebu Tanaman yang

terserang menampakkan gejala kelayuan daun

5 Tikus

Hama ini menyerang tanaman berumur kurang dari satu bulan Tanaman

yang terserang akan mati (Muljana 1983)

Penyakit

1 Penyakit Pokkahbung (Gibbrela moniliformis)

Penyakit ini disebabkan oleh sejenis jamur dan terutama timbul di

musimhujanTanda-tanda penyakit ini adalah pada daun muda terlihat

memutih (chlorosis) Pokkahbung adalah salah satu jenis penyakit yang

sangat berbahaya bagi tanaman tebu terutama di daerah beriklim basah

(Sutardjo 1994)

2 Penyakit Blendok (Xanthomonas albilincans)

Penyakit ini menyerang tanaman tebu berumur 15-2 bulan Tanda-tanda

penyakit ini adalah pada penampang membujur dari batang-batang

kelihatan perubahan warna dari kuning sampai merah tua titik tumbuh dan

tunas-tunas juga berwarna merah Gejala penyakit ini akan lenyap bila

hujan turun

3 Penyakit Mosaik

Penyebab penyakit ini adalah virus mosaik Tanda-tanda penyakit ini yaitu

pada daun terdapat gambaran mosaik berupa garis-garis dan noda-noda

berwarna hijau muda sampai kuning

4 Penyakit Luka Api (Smut)

Penyebab penyakit ini adalah Ustilago scitaminea syd Gejala penyakit ini

adalah timbul cambuk hitam pada pucuk tebu

5 Penyakit Pembuluh

Penyebab penyakit ini adalah bakteri Clavibacter xylisubsp xyli Tanaman

yang terserang menampakkan gejala pertumbuhan yang kurang sempurna

terutama tanaman keprasan tampak kerdil (Dinas Perkebunan 1994)

Panen

Tebang Muat Angkut (TMA) adalah tiga kegiatan yang tidak dapat dipisah

dalam rangka memungut hasil batang tebu layak giling untuk dibawa ke pabrik

Kegiatan TMA dapat mempengaruhi kualitas kadar gula jika tidak ditangani

dengan baik Di lapangan kegiatan TMA masih jauh dari yang diharapkan

Walaupun telah memperoleh pengalaman namun untuk mendapatkan tenaga

tebang yang terampil sangat sulit untuk diharapkan Umumnya tenaga tebang

lebih banyak dilakukan oleh tenaga perempuan dari pada pria (Dinas Perkebunan

2004)

Tebang

Tebangan baik untuk PC (tanaman yang berasal dari bibit baru) maupun

Ratoon (tanaman yang tumbuh setelah penebangan plant cane) dilakukan dalam

bentuk tebu segar (green cane) Waktu penebangan dan giling adalah Januari-Juli

Untuk menentukan waktu tebangan maka faktor yang perlu dipertimbangkan

adalah sebagai berikut

Umur 10-12 bulan dan dapat dilihat dari masa tanamnya

Gejala-gejala visual antara lain daun-daun tanaman tebu secara keseluruhan

telah menguning

Nilai Kemasakan Tebu dengan adanya Analisa Pendahuluan untuk

mengetahui Faktor Kemasakan Kosien Peningkatan dan Kosien Daya Tahan

Rencana Kapasitas Giling Pabrik

Pemeliharaan Tanaman Keprasan

Pekerjaan Kepras harus dilakukan secepat mungkin setelah ditebang Hal

ini bertujuan agar Tunas yang dikepras masih dalam keadaan segar sehingga

pertumbuhan tunas nantinya baik Sebelum Keprasan perlu dilakukan

Pembersihan dan Pembakaran sisa-sisa tanaman dan daduk Keprasan dilakukan

dengan cara manual menggunakan cangkul Bentuk hasil Keprasan melihat

apakah tanaman tersebut bekas TS I atau bekas keprasan yang sudah dikepras

berulang-ulang Untuk bekas tanaman TS I dibuat Model ldquoUldquo sedangkan untuk

bekas keprasan yang sudah dikepras berkali-kali dibuat Model ldquoWrdquo

Pemeliharaan Tanaman Keprasan pada dasarnya sama dengan

Pemeliharaan Tanaman TS I hanya yang membedakan adalah

- PEDOT OYOT dilakukan segera setelah dikepras Tujuannya adalah untuk

memutus akar lama dan mendorong tumbuhnya akar-akar baru yang sehat dan

kuat juga berguna

Budidaya Tebu Lahan Kering ( Tegalan )

‐ Penggarapan tanah

Waktu pengolahan tanah menjelang musim kemarau (periode I ) dan atau

menjelang musim penghujan ( periode II ) Pembuatan got ditegalan hanya

didaerah beriklim B1 dan B2 (daerah basah ) pada periode I Pengolahan tanah

dengan membongkar membalik dan menghancurkan tanah Tanah yang diolah

minimal 30 cm Pengolahan anah bertekstur berat dapat menggunakan bajak atau

garu yang ditarik traktor Tanah bertekstur sedang diolah dengan tenaga manusia

Diakhir pengolahan tanah dilakukan pembuatan kairanjolangan sedalam 25 ‐ 30

cm jarak antara pusat kepusat 95 ‐ 125 cm panjang kairan sekitar 50 m

tergantung keadaan lahan

‐ Bahan tanaman

Bibit bagal dari KBD dengan 3 ‐ 4 mata tunas

Bibit pucuk (top stek ) panjang 35 ‐ 40 cm

‐ Penanaman

Waktu tanam untuk periode I bulan mei dan juli sedangkan periode II

September ‐ Nopember Bibit diletakan pada jaringanjolangan dengan mata tunas

disamping Bibit ditutup tanah setebal 3 cm (periode I ) dan 5 cm ( periode II )

‐ Penyulaman

Penyulaman I tanaman umur 2 minggu

Penyulaman 2 tanaman umur 4 minggu

Bibit sulaman dan sumpingan yang ditanam diujung jolangan

- Pemupukan

‐ Pembumbunan

Bumbun I Setelah pemupukan II Bumbun 2 setelah tanaman berumur 3

ndash 35 bulan (semua tunas telah tumbuh)

‐ Penyiangan pengendalian hama penyakit dan penebangan dilakukan

seperti pada tebu lahan sawah

‐ Tanaman Keprasan ( TRIT II ‐ IV )

Tebu lahan kering dapat dikepras sampai 3 x

Pengeprasan seperti tebu pada lahan sawah

Pemeliharaan TRIT II ‐ IV hampir sama dengan TRIT I

Pemupukan TRIT II ‐ IV

Pemupukan I TSP 100 dosis ZA 30 ndash 70 dilakukan 2 minggu setelah

kepras

Pemupukan I ZA 70 ndash 30 (sisanya) KCL diberikan 6 minggu setelah

kepras

Diberikan dengan cara ditabur dalam alur yang dibuat didekat tanaman

kemudian ditutup tanah atau dengan cara ditugal

Pengolahan gula putih perhitungan rendemen dan bagi hasil

Pengolahan

Setelah tebu di panenditebang diangkut ke pabrik gula untuk diolah

menjadi gula putih dengan menggunakan peralatan yang sebagian besar bekerja

secara otomatis

Beberapa tahap pengolahan gula putih yaitu pemerahan cairan tebu

( nira) penjernihan penguapan kristalisasi pemisahan kristal pengeringan

pengemasan dan penyimpanan

Rendemen

Rendemen adalah persentase perbandingan antara gula yang dihasilkan

dengan sejumlah tebu yang digiling

Beberapa macam rendemen yang dikenal antara lain rendemen contoh ( untuk

menentukan kemasakan optimal tanaman tebu ) rendemen sementara

rendemen efektif

Prosedur perhitungan rendemen dan bagi hasil

Pengendalian beberapa penyakit

‐ Hama tikus dikendalikan dengan pengumpanan menggunakan pestisida dan

gropyokan yang dilakukan secara terpadu

‐ Hama penggerek batang

Diroges

Pelepasan Trichogramma nanun T minutun atau T Australian

Pelepasan Diatracophaga ( Lalat jatiroto )

Dengan insektisida

‐ Hama penggerek pucuk

1048707 Pelepasan trichogramma japonium

1048707 Penyuntukan karbofuran ditengah batang atau melalui tanah dengan cara

ditugal

‐ Hama Uret

Tanah disingkap dan hama uretnya dibunuh

Insektisida ditaburkan pada dasar jolangan (sebelum tanam )

DAFTAR PUSTAKA

Booker Tate Ltd 1999 Study of The Indonesian Sugar Industry (Vol1-3) Research Report for Meneg BUMN UK Jakarta

Dewan Gula Indonesia 1999 Restrukturisasi Gula Indonesia April 1999 Publikasi Interen DGI dan Bahan Diskusi Reformasi Gula Indonesia Jakarta

Ditjen Bina Produksi Perkebunan 2002 Program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional 2002-2007 (Buku 1) Ditjen BPP Deptan Jakarta

Hadi PU AH Malian A Djulin A Agustian SH Suhartini dan SH Susilowati 2002 Kajian Perdagangan Internasional Komoditas Petanian Indonesia Tahun 2001 Laporan Akhir Penelitian Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Bogor

Lembaga Penelitian IPB 2002 Studi Pengembangan Sistem Industri Pergulaan Nasional Kerjasama antara Ditjen Bina Produksi Perkebunan dengan LP IPB Bogor Desember 2002

Malian AH M Ariani KS Indraningsih AK Zakaria A Askin dan J Hestina 2004 Revitalisasi Sistem dan Usaha Agribisnis Gula Laporan Akhir Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian Bogor

Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) 2003 Studi Konsolidasi Pergulaan Nasional Kerjasama Ditjen BPP Deptan dengan P3GI Jakarta

Sawit MH Erwidodo T Kuntohartono dan HSiregar 2003 Penyelamatan dan Penyehatan Industri Gula Nasional Naskah akademis final (19 Agustus 2003)

Page 16: Penyediaan Lahan dan Budidaya Tebu

Penyebab penyakit ini adalah bakteri Clavibacter xylisubsp xyli Tanaman

yang terserang menampakkan gejala pertumbuhan yang kurang sempurna

terutama tanaman keprasan tampak kerdil (Dinas Perkebunan 1994)

Panen

Tebang Muat Angkut (TMA) adalah tiga kegiatan yang tidak dapat dipisah

dalam rangka memungut hasil batang tebu layak giling untuk dibawa ke pabrik

Kegiatan TMA dapat mempengaruhi kualitas kadar gula jika tidak ditangani

dengan baik Di lapangan kegiatan TMA masih jauh dari yang diharapkan

Walaupun telah memperoleh pengalaman namun untuk mendapatkan tenaga

tebang yang terampil sangat sulit untuk diharapkan Umumnya tenaga tebang

lebih banyak dilakukan oleh tenaga perempuan dari pada pria (Dinas Perkebunan

2004)

Tebang

Tebangan baik untuk PC (tanaman yang berasal dari bibit baru) maupun

Ratoon (tanaman yang tumbuh setelah penebangan plant cane) dilakukan dalam

bentuk tebu segar (green cane) Waktu penebangan dan giling adalah Januari-Juli

Untuk menentukan waktu tebangan maka faktor yang perlu dipertimbangkan

adalah sebagai berikut

Umur 10-12 bulan dan dapat dilihat dari masa tanamnya

Gejala-gejala visual antara lain daun-daun tanaman tebu secara keseluruhan

telah menguning

Nilai Kemasakan Tebu dengan adanya Analisa Pendahuluan untuk

mengetahui Faktor Kemasakan Kosien Peningkatan dan Kosien Daya Tahan

Rencana Kapasitas Giling Pabrik

Pemeliharaan Tanaman Keprasan

Pekerjaan Kepras harus dilakukan secepat mungkin setelah ditebang Hal

ini bertujuan agar Tunas yang dikepras masih dalam keadaan segar sehingga

pertumbuhan tunas nantinya baik Sebelum Keprasan perlu dilakukan

Pembersihan dan Pembakaran sisa-sisa tanaman dan daduk Keprasan dilakukan

dengan cara manual menggunakan cangkul Bentuk hasil Keprasan melihat

apakah tanaman tersebut bekas TS I atau bekas keprasan yang sudah dikepras

berulang-ulang Untuk bekas tanaman TS I dibuat Model ldquoUldquo sedangkan untuk

bekas keprasan yang sudah dikepras berkali-kali dibuat Model ldquoWrdquo

Pemeliharaan Tanaman Keprasan pada dasarnya sama dengan

Pemeliharaan Tanaman TS I hanya yang membedakan adalah

- PEDOT OYOT dilakukan segera setelah dikepras Tujuannya adalah untuk

memutus akar lama dan mendorong tumbuhnya akar-akar baru yang sehat dan

kuat juga berguna

Budidaya Tebu Lahan Kering ( Tegalan )

‐ Penggarapan tanah

Waktu pengolahan tanah menjelang musim kemarau (periode I ) dan atau

menjelang musim penghujan ( periode II ) Pembuatan got ditegalan hanya

didaerah beriklim B1 dan B2 (daerah basah ) pada periode I Pengolahan tanah

dengan membongkar membalik dan menghancurkan tanah Tanah yang diolah

minimal 30 cm Pengolahan anah bertekstur berat dapat menggunakan bajak atau

garu yang ditarik traktor Tanah bertekstur sedang diolah dengan tenaga manusia

Diakhir pengolahan tanah dilakukan pembuatan kairanjolangan sedalam 25 ‐ 30

cm jarak antara pusat kepusat 95 ‐ 125 cm panjang kairan sekitar 50 m

tergantung keadaan lahan

‐ Bahan tanaman

Bibit bagal dari KBD dengan 3 ‐ 4 mata tunas

Bibit pucuk (top stek ) panjang 35 ‐ 40 cm

‐ Penanaman

Waktu tanam untuk periode I bulan mei dan juli sedangkan periode II

September ‐ Nopember Bibit diletakan pada jaringanjolangan dengan mata tunas

disamping Bibit ditutup tanah setebal 3 cm (periode I ) dan 5 cm ( periode II )

‐ Penyulaman

Penyulaman I tanaman umur 2 minggu

Penyulaman 2 tanaman umur 4 minggu

Bibit sulaman dan sumpingan yang ditanam diujung jolangan

- Pemupukan

‐ Pembumbunan

Bumbun I Setelah pemupukan II Bumbun 2 setelah tanaman berumur 3

ndash 35 bulan (semua tunas telah tumbuh)

‐ Penyiangan pengendalian hama penyakit dan penebangan dilakukan

seperti pada tebu lahan sawah

‐ Tanaman Keprasan ( TRIT II ‐ IV )

Tebu lahan kering dapat dikepras sampai 3 x

Pengeprasan seperti tebu pada lahan sawah

Pemeliharaan TRIT II ‐ IV hampir sama dengan TRIT I

Pemupukan TRIT II ‐ IV

Pemupukan I TSP 100 dosis ZA 30 ndash 70 dilakukan 2 minggu setelah

kepras

Pemupukan I ZA 70 ndash 30 (sisanya) KCL diberikan 6 minggu setelah

kepras

Diberikan dengan cara ditabur dalam alur yang dibuat didekat tanaman

kemudian ditutup tanah atau dengan cara ditugal

Pengolahan gula putih perhitungan rendemen dan bagi hasil

Pengolahan

Setelah tebu di panenditebang diangkut ke pabrik gula untuk diolah

menjadi gula putih dengan menggunakan peralatan yang sebagian besar bekerja

secara otomatis

Beberapa tahap pengolahan gula putih yaitu pemerahan cairan tebu

( nira) penjernihan penguapan kristalisasi pemisahan kristal pengeringan

pengemasan dan penyimpanan

Rendemen

Rendemen adalah persentase perbandingan antara gula yang dihasilkan

dengan sejumlah tebu yang digiling

Beberapa macam rendemen yang dikenal antara lain rendemen contoh ( untuk

menentukan kemasakan optimal tanaman tebu ) rendemen sementara

rendemen efektif

Prosedur perhitungan rendemen dan bagi hasil

Pengendalian beberapa penyakit

‐ Hama tikus dikendalikan dengan pengumpanan menggunakan pestisida dan

gropyokan yang dilakukan secara terpadu

‐ Hama penggerek batang

Diroges

Pelepasan Trichogramma nanun T minutun atau T Australian

Pelepasan Diatracophaga ( Lalat jatiroto )

Dengan insektisida

‐ Hama penggerek pucuk

1048707 Pelepasan trichogramma japonium

1048707 Penyuntukan karbofuran ditengah batang atau melalui tanah dengan cara

ditugal

‐ Hama Uret

Tanah disingkap dan hama uretnya dibunuh

Insektisida ditaburkan pada dasar jolangan (sebelum tanam )

DAFTAR PUSTAKA

Booker Tate Ltd 1999 Study of The Indonesian Sugar Industry (Vol1-3) Research Report for Meneg BUMN UK Jakarta

Dewan Gula Indonesia 1999 Restrukturisasi Gula Indonesia April 1999 Publikasi Interen DGI dan Bahan Diskusi Reformasi Gula Indonesia Jakarta

Ditjen Bina Produksi Perkebunan 2002 Program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional 2002-2007 (Buku 1) Ditjen BPP Deptan Jakarta

Hadi PU AH Malian A Djulin A Agustian SH Suhartini dan SH Susilowati 2002 Kajian Perdagangan Internasional Komoditas Petanian Indonesia Tahun 2001 Laporan Akhir Penelitian Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Bogor

Lembaga Penelitian IPB 2002 Studi Pengembangan Sistem Industri Pergulaan Nasional Kerjasama antara Ditjen Bina Produksi Perkebunan dengan LP IPB Bogor Desember 2002

Malian AH M Ariani KS Indraningsih AK Zakaria A Askin dan J Hestina 2004 Revitalisasi Sistem dan Usaha Agribisnis Gula Laporan Akhir Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian Bogor

Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) 2003 Studi Konsolidasi Pergulaan Nasional Kerjasama Ditjen BPP Deptan dengan P3GI Jakarta

Sawit MH Erwidodo T Kuntohartono dan HSiregar 2003 Penyelamatan dan Penyehatan Industri Gula Nasional Naskah akademis final (19 Agustus 2003)

Page 17: Penyediaan Lahan dan Budidaya Tebu

berulang-ulang Untuk bekas tanaman TS I dibuat Model ldquoUldquo sedangkan untuk

bekas keprasan yang sudah dikepras berkali-kali dibuat Model ldquoWrdquo

Pemeliharaan Tanaman Keprasan pada dasarnya sama dengan

Pemeliharaan Tanaman TS I hanya yang membedakan adalah

- PEDOT OYOT dilakukan segera setelah dikepras Tujuannya adalah untuk

memutus akar lama dan mendorong tumbuhnya akar-akar baru yang sehat dan

kuat juga berguna

Budidaya Tebu Lahan Kering ( Tegalan )

‐ Penggarapan tanah

Waktu pengolahan tanah menjelang musim kemarau (periode I ) dan atau

menjelang musim penghujan ( periode II ) Pembuatan got ditegalan hanya

didaerah beriklim B1 dan B2 (daerah basah ) pada periode I Pengolahan tanah

dengan membongkar membalik dan menghancurkan tanah Tanah yang diolah

minimal 30 cm Pengolahan anah bertekstur berat dapat menggunakan bajak atau

garu yang ditarik traktor Tanah bertekstur sedang diolah dengan tenaga manusia

Diakhir pengolahan tanah dilakukan pembuatan kairanjolangan sedalam 25 ‐ 30

cm jarak antara pusat kepusat 95 ‐ 125 cm panjang kairan sekitar 50 m

tergantung keadaan lahan

‐ Bahan tanaman

Bibit bagal dari KBD dengan 3 ‐ 4 mata tunas

Bibit pucuk (top stek ) panjang 35 ‐ 40 cm

‐ Penanaman

Waktu tanam untuk periode I bulan mei dan juli sedangkan periode II

September ‐ Nopember Bibit diletakan pada jaringanjolangan dengan mata tunas

disamping Bibit ditutup tanah setebal 3 cm (periode I ) dan 5 cm ( periode II )

‐ Penyulaman

Penyulaman I tanaman umur 2 minggu

Penyulaman 2 tanaman umur 4 minggu

Bibit sulaman dan sumpingan yang ditanam diujung jolangan

- Pemupukan

‐ Pembumbunan

Bumbun I Setelah pemupukan II Bumbun 2 setelah tanaman berumur 3

ndash 35 bulan (semua tunas telah tumbuh)

‐ Penyiangan pengendalian hama penyakit dan penebangan dilakukan

seperti pada tebu lahan sawah

‐ Tanaman Keprasan ( TRIT II ‐ IV )

Tebu lahan kering dapat dikepras sampai 3 x

Pengeprasan seperti tebu pada lahan sawah

Pemeliharaan TRIT II ‐ IV hampir sama dengan TRIT I

Pemupukan TRIT II ‐ IV

Pemupukan I TSP 100 dosis ZA 30 ndash 70 dilakukan 2 minggu setelah

kepras

Pemupukan I ZA 70 ndash 30 (sisanya) KCL diberikan 6 minggu setelah

kepras

Diberikan dengan cara ditabur dalam alur yang dibuat didekat tanaman

kemudian ditutup tanah atau dengan cara ditugal

Pengolahan gula putih perhitungan rendemen dan bagi hasil

Pengolahan

Setelah tebu di panenditebang diangkut ke pabrik gula untuk diolah

menjadi gula putih dengan menggunakan peralatan yang sebagian besar bekerja

secara otomatis

Beberapa tahap pengolahan gula putih yaitu pemerahan cairan tebu

( nira) penjernihan penguapan kristalisasi pemisahan kristal pengeringan

pengemasan dan penyimpanan

Rendemen

Rendemen adalah persentase perbandingan antara gula yang dihasilkan

dengan sejumlah tebu yang digiling

Beberapa macam rendemen yang dikenal antara lain rendemen contoh ( untuk

menentukan kemasakan optimal tanaman tebu ) rendemen sementara

rendemen efektif

Prosedur perhitungan rendemen dan bagi hasil

Pengendalian beberapa penyakit

‐ Hama tikus dikendalikan dengan pengumpanan menggunakan pestisida dan

gropyokan yang dilakukan secara terpadu

‐ Hama penggerek batang

Diroges

Pelepasan Trichogramma nanun T minutun atau T Australian

Pelepasan Diatracophaga ( Lalat jatiroto )

Dengan insektisida

‐ Hama penggerek pucuk

1048707 Pelepasan trichogramma japonium

1048707 Penyuntukan karbofuran ditengah batang atau melalui tanah dengan cara

ditugal

‐ Hama Uret

Tanah disingkap dan hama uretnya dibunuh

Insektisida ditaburkan pada dasar jolangan (sebelum tanam )

DAFTAR PUSTAKA

Booker Tate Ltd 1999 Study of The Indonesian Sugar Industry (Vol1-3) Research Report for Meneg BUMN UK Jakarta

Dewan Gula Indonesia 1999 Restrukturisasi Gula Indonesia April 1999 Publikasi Interen DGI dan Bahan Diskusi Reformasi Gula Indonesia Jakarta

Ditjen Bina Produksi Perkebunan 2002 Program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional 2002-2007 (Buku 1) Ditjen BPP Deptan Jakarta

Hadi PU AH Malian A Djulin A Agustian SH Suhartini dan SH Susilowati 2002 Kajian Perdagangan Internasional Komoditas Petanian Indonesia Tahun 2001 Laporan Akhir Penelitian Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Bogor

Lembaga Penelitian IPB 2002 Studi Pengembangan Sistem Industri Pergulaan Nasional Kerjasama antara Ditjen Bina Produksi Perkebunan dengan LP IPB Bogor Desember 2002

Malian AH M Ariani KS Indraningsih AK Zakaria A Askin dan J Hestina 2004 Revitalisasi Sistem dan Usaha Agribisnis Gula Laporan Akhir Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian Bogor

Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) 2003 Studi Konsolidasi Pergulaan Nasional Kerjasama Ditjen BPP Deptan dengan P3GI Jakarta

Sawit MH Erwidodo T Kuntohartono dan HSiregar 2003 Penyelamatan dan Penyehatan Industri Gula Nasional Naskah akademis final (19 Agustus 2003)

Page 18: Penyediaan Lahan dan Budidaya Tebu

‐ Pembumbunan

Bumbun I Setelah pemupukan II Bumbun 2 setelah tanaman berumur 3

ndash 35 bulan (semua tunas telah tumbuh)

‐ Penyiangan pengendalian hama penyakit dan penebangan dilakukan

seperti pada tebu lahan sawah

‐ Tanaman Keprasan ( TRIT II ‐ IV )

Tebu lahan kering dapat dikepras sampai 3 x

Pengeprasan seperti tebu pada lahan sawah

Pemeliharaan TRIT II ‐ IV hampir sama dengan TRIT I

Pemupukan TRIT II ‐ IV

Pemupukan I TSP 100 dosis ZA 30 ndash 70 dilakukan 2 minggu setelah

kepras

Pemupukan I ZA 70 ndash 30 (sisanya) KCL diberikan 6 minggu setelah

kepras

Diberikan dengan cara ditabur dalam alur yang dibuat didekat tanaman

kemudian ditutup tanah atau dengan cara ditugal

Pengolahan gula putih perhitungan rendemen dan bagi hasil

Pengolahan

Setelah tebu di panenditebang diangkut ke pabrik gula untuk diolah

menjadi gula putih dengan menggunakan peralatan yang sebagian besar bekerja

secara otomatis

Beberapa tahap pengolahan gula putih yaitu pemerahan cairan tebu

( nira) penjernihan penguapan kristalisasi pemisahan kristal pengeringan

pengemasan dan penyimpanan

Rendemen

Rendemen adalah persentase perbandingan antara gula yang dihasilkan

dengan sejumlah tebu yang digiling

Beberapa macam rendemen yang dikenal antara lain rendemen contoh ( untuk

menentukan kemasakan optimal tanaman tebu ) rendemen sementara

rendemen efektif

Prosedur perhitungan rendemen dan bagi hasil

Pengendalian beberapa penyakit

‐ Hama tikus dikendalikan dengan pengumpanan menggunakan pestisida dan

gropyokan yang dilakukan secara terpadu

‐ Hama penggerek batang

Diroges

Pelepasan Trichogramma nanun T minutun atau T Australian

Pelepasan Diatracophaga ( Lalat jatiroto )

Dengan insektisida

‐ Hama penggerek pucuk

1048707 Pelepasan trichogramma japonium

1048707 Penyuntukan karbofuran ditengah batang atau melalui tanah dengan cara

ditugal

‐ Hama Uret

Tanah disingkap dan hama uretnya dibunuh

Insektisida ditaburkan pada dasar jolangan (sebelum tanam )

DAFTAR PUSTAKA

Booker Tate Ltd 1999 Study of The Indonesian Sugar Industry (Vol1-3) Research Report for Meneg BUMN UK Jakarta

Dewan Gula Indonesia 1999 Restrukturisasi Gula Indonesia April 1999 Publikasi Interen DGI dan Bahan Diskusi Reformasi Gula Indonesia Jakarta

Ditjen Bina Produksi Perkebunan 2002 Program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional 2002-2007 (Buku 1) Ditjen BPP Deptan Jakarta

Hadi PU AH Malian A Djulin A Agustian SH Suhartini dan SH Susilowati 2002 Kajian Perdagangan Internasional Komoditas Petanian Indonesia Tahun 2001 Laporan Akhir Penelitian Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Bogor

Lembaga Penelitian IPB 2002 Studi Pengembangan Sistem Industri Pergulaan Nasional Kerjasama antara Ditjen Bina Produksi Perkebunan dengan LP IPB Bogor Desember 2002

Malian AH M Ariani KS Indraningsih AK Zakaria A Askin dan J Hestina 2004 Revitalisasi Sistem dan Usaha Agribisnis Gula Laporan Akhir Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian Bogor

Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) 2003 Studi Konsolidasi Pergulaan Nasional Kerjasama Ditjen BPP Deptan dengan P3GI Jakarta

Sawit MH Erwidodo T Kuntohartono dan HSiregar 2003 Penyelamatan dan Penyehatan Industri Gula Nasional Naskah akademis final (19 Agustus 2003)

Page 19: Penyediaan Lahan dan Budidaya Tebu

Pemupukan I TSP 100 dosis ZA 30 ndash 70 dilakukan 2 minggu setelah

kepras

Pemupukan I ZA 70 ndash 30 (sisanya) KCL diberikan 6 minggu setelah

kepras

Diberikan dengan cara ditabur dalam alur yang dibuat didekat tanaman

kemudian ditutup tanah atau dengan cara ditugal

Pengolahan gula putih perhitungan rendemen dan bagi hasil

Pengolahan

Setelah tebu di panenditebang diangkut ke pabrik gula untuk diolah

menjadi gula putih dengan menggunakan peralatan yang sebagian besar bekerja

secara otomatis

Beberapa tahap pengolahan gula putih yaitu pemerahan cairan tebu

( nira) penjernihan penguapan kristalisasi pemisahan kristal pengeringan

pengemasan dan penyimpanan

Rendemen

Rendemen adalah persentase perbandingan antara gula yang dihasilkan

dengan sejumlah tebu yang digiling

Beberapa macam rendemen yang dikenal antara lain rendemen contoh ( untuk

menentukan kemasakan optimal tanaman tebu ) rendemen sementara

rendemen efektif

Prosedur perhitungan rendemen dan bagi hasil

Pengendalian beberapa penyakit

‐ Hama tikus dikendalikan dengan pengumpanan menggunakan pestisida dan

gropyokan yang dilakukan secara terpadu

‐ Hama penggerek batang

Diroges

Pelepasan Trichogramma nanun T minutun atau T Australian

Pelepasan Diatracophaga ( Lalat jatiroto )

Dengan insektisida

‐ Hama penggerek pucuk

1048707 Pelepasan trichogramma japonium

1048707 Penyuntukan karbofuran ditengah batang atau melalui tanah dengan cara

ditugal

‐ Hama Uret

Tanah disingkap dan hama uretnya dibunuh

Insektisida ditaburkan pada dasar jolangan (sebelum tanam )

DAFTAR PUSTAKA

Booker Tate Ltd 1999 Study of The Indonesian Sugar Industry (Vol1-3) Research Report for Meneg BUMN UK Jakarta

Dewan Gula Indonesia 1999 Restrukturisasi Gula Indonesia April 1999 Publikasi Interen DGI dan Bahan Diskusi Reformasi Gula Indonesia Jakarta

Ditjen Bina Produksi Perkebunan 2002 Program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional 2002-2007 (Buku 1) Ditjen BPP Deptan Jakarta

Hadi PU AH Malian A Djulin A Agustian SH Suhartini dan SH Susilowati 2002 Kajian Perdagangan Internasional Komoditas Petanian Indonesia Tahun 2001 Laporan Akhir Penelitian Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Bogor

Lembaga Penelitian IPB 2002 Studi Pengembangan Sistem Industri Pergulaan Nasional Kerjasama antara Ditjen Bina Produksi Perkebunan dengan LP IPB Bogor Desember 2002

Malian AH M Ariani KS Indraningsih AK Zakaria A Askin dan J Hestina 2004 Revitalisasi Sistem dan Usaha Agribisnis Gula Laporan Akhir Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian Bogor

Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) 2003 Studi Konsolidasi Pergulaan Nasional Kerjasama Ditjen BPP Deptan dengan P3GI Jakarta

Sawit MH Erwidodo T Kuntohartono dan HSiregar 2003 Penyelamatan dan Penyehatan Industri Gula Nasional Naskah akademis final (19 Agustus 2003)

Page 20: Penyediaan Lahan dan Budidaya Tebu

Dengan insektisida

‐ Hama penggerek pucuk

1048707 Pelepasan trichogramma japonium

1048707 Penyuntukan karbofuran ditengah batang atau melalui tanah dengan cara

ditugal

‐ Hama Uret

Tanah disingkap dan hama uretnya dibunuh

Insektisida ditaburkan pada dasar jolangan (sebelum tanam )

DAFTAR PUSTAKA

Booker Tate Ltd 1999 Study of The Indonesian Sugar Industry (Vol1-3) Research Report for Meneg BUMN UK Jakarta

Dewan Gula Indonesia 1999 Restrukturisasi Gula Indonesia April 1999 Publikasi Interen DGI dan Bahan Diskusi Reformasi Gula Indonesia Jakarta

Ditjen Bina Produksi Perkebunan 2002 Program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional 2002-2007 (Buku 1) Ditjen BPP Deptan Jakarta

Hadi PU AH Malian A Djulin A Agustian SH Suhartini dan SH Susilowati 2002 Kajian Perdagangan Internasional Komoditas Petanian Indonesia Tahun 2001 Laporan Akhir Penelitian Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Bogor

Lembaga Penelitian IPB 2002 Studi Pengembangan Sistem Industri Pergulaan Nasional Kerjasama antara Ditjen Bina Produksi Perkebunan dengan LP IPB Bogor Desember 2002

Malian AH M Ariani KS Indraningsih AK Zakaria A Askin dan J Hestina 2004 Revitalisasi Sistem dan Usaha Agribisnis Gula Laporan Akhir Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian Bogor

Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) 2003 Studi Konsolidasi Pergulaan Nasional Kerjasama Ditjen BPP Deptan dengan P3GI Jakarta

Sawit MH Erwidodo T Kuntohartono dan HSiregar 2003 Penyelamatan dan Penyehatan Industri Gula Nasional Naskah akademis final (19 Agustus 2003)

Page 21: Penyediaan Lahan dan Budidaya Tebu

DAFTAR PUSTAKA

Booker Tate Ltd 1999 Study of The Indonesian Sugar Industry (Vol1-3) Research Report for Meneg BUMN UK Jakarta

Dewan Gula Indonesia 1999 Restrukturisasi Gula Indonesia April 1999 Publikasi Interen DGI dan Bahan Diskusi Reformasi Gula Indonesia Jakarta

Ditjen Bina Produksi Perkebunan 2002 Program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional 2002-2007 (Buku 1) Ditjen BPP Deptan Jakarta

Hadi PU AH Malian A Djulin A Agustian SH Suhartini dan SH Susilowati 2002 Kajian Perdagangan Internasional Komoditas Petanian Indonesia Tahun 2001 Laporan Akhir Penelitian Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Bogor

Lembaga Penelitian IPB 2002 Studi Pengembangan Sistem Industri Pergulaan Nasional Kerjasama antara Ditjen Bina Produksi Perkebunan dengan LP IPB Bogor Desember 2002

Malian AH M Ariani KS Indraningsih AK Zakaria A Askin dan J Hestina 2004 Revitalisasi Sistem dan Usaha Agribisnis Gula Laporan Akhir Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian Bogor

Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) 2003 Studi Konsolidasi Pergulaan Nasional Kerjasama Ditjen BPP Deptan dengan P3GI Jakarta

Sawit MH Erwidodo T Kuntohartono dan HSiregar 2003 Penyelamatan dan Penyehatan Industri Gula Nasional Naskah akademis final (19 Agustus 2003)