penyakit tidak menular

43
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Tidak Menular Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang bukan disebabkan oleh proses infeksi (tidak infeksius). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya, keberadaan faktor risiko PTM pada seseorang tidak memberikan gejala sehingga mereka tidak merasa perlu mengatasi faktor risiko dan mengubah gaya hidupnya. Penelitian juga menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang jenis PTM cukup baik, dan sebagian besar masyarakat mengetahui bagaimana penderitaan pasien PTM seperti Jantung Koroner, Kanker, Stroke dan Diabetes melitus, gangguan akibat kecelakaan dan cidera. Namun mereka umumnya belum memahami pengaruh faktor risiko PTM terhadap kejadian PTM serta komplikasi yang dapat ditimbulkan PTM. Pada umumnya mereka menganggap bahwa PTM disebabkan faktor genetik, penyakit orang tua atau penyakit orang kaya. B. Kanker i. Definisi Kondisi tidak normal pada sel tubuh yang menjadikan sel tumbuh dan berkembang cepat diluar kewajaran. ii. Faktor Resiko Penyebab kanker biasanya tidak dapat diketahui secara pasti karena penyebab kanker dapat merupakan gabungan dari sekumpulan faktor, genetik dan lingkungan. Namun ada beberapa faktor yang diduga

Upload: amalia-safira-koesputri

Post on 10-Nov-2015

83 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

penyakit tidak menular

TRANSCRIPT

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Penyakit Tidak Menular

Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang bukan disebabkan oleh proses infeksi (tidak infeksius). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya, keberadaan faktor risiko PTM pada seseorang tidak memberikan gejala sehingga mereka tidak merasa perlu mengatasi faktor risiko dan mengubah gaya hidupnya. Penelitian juga menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang jenis PTM cukup baik, dan sebagian besar masyarakat mengetahui bagaimana penderitaan pasien PTM seperti Jantung Koroner, Kanker, Stroke dan Diabetes melitus, gangguan akibat kecelakaan dan cidera. Namun mereka umumnya belum memahami pengaruh faktor risiko PTM terhadap kejadian PTM serta komplikasi yang dapat ditimbulkan PTM. Pada umumnya mereka menganggap bahwa PTM disebabkan faktor genetik, penyakit orang tua atau penyakit orang kaya.B. Kanker

i. Definisi

Kondisi tidak normal pada sel tubuh yang menjadikan sel tumbuh dan berkembang cepat diluar kewajaran.ii. Faktor Resiko

Penyebab kanker biasanya tidak dapat diketahui secara pasti karena penyebab kanker dapat merupakan gabungan dari sekumpulan faktor, genetik dan lingkungan. Namun ada beberapa faktor yang diduga meningkatkan resiko terjadinya kanker, sebagai berikut :

a) Faktor keturunanFaktor genetik menyebabkan beberapa keluarga memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita kanker tertentu bila dibandingkan dengan keluarga lainnya. Jenis kanker yang cenderung diturunkan dalam keluarga adalah kanker payudara, kanker indung telur, kanker kulit dan kanker usus besar. Sebagai contoh, risiko wanita untuk menderita kanker meningkat 1,5 s/d 3 kali jika ibunya atau saudara perempuannya menderita kanker payudara.

b) Faktor lingkunganFaktor lingkungan yang mempengaruhi ialah dengan Merokok sigaret meningkatkan resiko terjadinya kanker paru paru, mulut, laring (pita suara), dan kandung kemih. Terpaparnya sinar Ultraviolet dari matahari. Radiasi ionisasi (yang merupakan karsinogenik) digunakan dalam sinar rontgen dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga nuklir dan ledakan bom atom yang bisa menjangkau jarak yang sangat jauh. Contoh, orang yang selamat dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki pada Perang Dunia II, berisiko tinggi menderita kanker sel darah, seperti Leukemia.

c) Faktor Makanan

Faktor Makanan yang mengandung bahan kimia.Makanan juga dapat menjadi faktor risiko penting lain penyebab kanker, terutama kanker pada saluran pencernaan. Contoh jenis makanan yang dapat menyebabkan kanker adalah makanan yang diasap, minuman yang mengandung alkohol, zat pewarna makanan, logam berat seperti merkuri, dan berbagai makanan manis yang diproses secara berlebihan.

d) Faktor perilakuPerilaku yang dimaksud adalah merokok dan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung lemak dan daging yang diawetkan juga peminum minuman beralkohol. Perilaku seksual yaitu melakukan hubungan intim diusia dini dan sering berganti ganti pasangan. Gangguan keseimbangan hormonalHormon estrogen berfungsi merangsang pertumbuhan sel yang cenderung mendorong terjadinya kanker, sedangkan progesteron melindungi terjadinya pertumbuhan sel yang berlebihan. Ada kecenderungan bahwa kelebihan hormon estrogen dan kekurangan progesteron menyebabkan meningkatnya risiko kanker payudara, kanker leher rahim, kanker rahim dan kanker prostat dan buah zakar pada pria.

e) Faktor kejiwaan, emosionalStres yang berat dapat menyebabkan ganggguan keseimbangan seluler tubuh. Keadaan tegang yang terus menerus dapat mempengaruhi sel, dimana sel jadi hiperaktif dan berubah sifat menjadi ganas sehingga menyebabkan kanker.

f) Radikal bebas adalah suatu atom, gugus atom, atau molekul yang mempunyai electron bebas yang tidak berpasangan dilingkaran luarnya.

iii. Gejala

a) Nyeri dapat terjadi akibat tumor yang meluas menekan syaraf dan pembuluh darah disekitarnya, reaksi kekebalan dan peradangan terhadap kanker yang sedang tumbuh, dan nyeri juga disebabkan karena ketakutan atau kecemasan.b) Pendarahan atau pengeluaran cairan yang tidak wajar, misalnya ludah, batuk atau muntah yang berdarah, mimisan yang terus menerus, cairan puting susu yang mengandung darah, cairan liang senggama yang berdarah (diantara menstruasi/menopause) darah dalam tinja, darah dalam air kemih.c) Perubahan kebiasaan buang air besard) Penurunan berat badan dengan cepat akibat kurang lemak dan protein (kaheksia)e) Benjolan pada payudaraf) Gangguan pencernaan, misalnya sukar menelan yang terus menerus.g) Tuli, atau adanya suara suara dalam telinga yang menetap.h) Luka yang tidak sembuh sembuhi) Perubahan tahi lalat atau kulit yang mencolokiv. Pengobatan

Pendekatan yang lebih baru dalam mengobati kanker adalah kemoterapi dosis intense, yang menggunakan obat dalam dosis yang sangat tinggi. Terapi ini digunakan untuk tumor yang mengalami kekambuhan meskipun memberikan respon yang baik pada kemoterapi awal. Tumor ini telah menunjukkan kepekaan terhadap obat; strategi yang dilakukan adalah meningkatkan dosis obat secara nyata untuk membunuh lebih banyak lagi sel-sel kanker, sehingga memperpanjang harapan hidup penderita. Tetapi kemoterapi dosis intense bisa menyebabkan cedera yang berakibat fatal terhadap sumsum tulang. Karena itu terapi ini biasanya digabungkan dengan terapi penyelamatan, dimana sumsum tulang diangkat sebelum dilakukan kemoterapi. Setelah pengobatan, sumsum tulang dikembalikan kepada pendeirta. Meskipun masih dalam penelitian, pengobatan ini pernah dilakukan pada kanker payudara, limfoma, penyakit Hodgkin dan mieloma. Pencangkokan sumsum tulang dari donor yang memiliki jaringan yang cocok bisa dilakukan setelah kemoterapi dosis intense pada penderita leukemia akut. Bisa terjadi komplikasi berupa penyakit graft-versus-host, dimana jaringan yang dicangkokkan dihancurkan oleh jaringan penerima (tuan rumah).

Teknik penyinaran baru, seperti penyinaran proton atau neutron, efektif untuk tumor-tumor tertentu. Pewarnaan yang telah diaktifkan oleh penyinaran dan terapi fotodinamik memberikan hasil yang menjanjikan. Imunoterapi menggunakan tekhik-tehnik berikut untuk merangsang sistem kekebalan tubuh melawan kanker:

pengubah respon biologis

terapi sel pembunuh

terapi antibodi (terapi humoral).

Teknik-teknik tersebut telah digunakan untuk mengobati sejumlah kanker yang berbeda (misalnya melanoma, kanker ginjal, sarkoma Kaposi dan leukemia.

Akhirnya, salah satu pendekatan pengobatan yang paling penting adalah menemukan obat yang dapat mencegah kanker. Retinoid (derivat vitamin A) telah terbukti efektif dalam mengurangi angka kekambuhan pada beberapa kanker, terutama kanker mulut, pita suara dan paru-paru.

v. Pencegahan

Cara pencegahan umum kanker adalah mengurangi paparan terhadap bahan karsinogen, misalnya tidak merokok, menghindari makanan tinggi lemak, menambah makanan tinggi serat seperti sayuran dan buah, hidup akif fisik, mengupayakan berat badan yang ideal, dan hidup dengan pola sehat. Pencegahan juga dapat dilakukan dengan penapisan atau screening terhadap kemungkinan terkena kanker. Tes penapisan kanker ini dimaksudkan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya kanker sehingga dapat menurunkan jumlah kematian akibat kanker karena jika kanker ditemukan pada stadium sangat dini, dimana kanker belum menyebar lebih jauh, biasanya kanker tersebut dapat diobati dan memberikan hasil yang optimal.

C. PJK

i. DefinisiMenurut WHO, penyakit jantung koroner (Coronary Heart Disease) adalah ketidaksanggupan jantung akut maupun kronik, yang timbul karena kekurangan suplai darah pada miokardium sehubungan dengan proses penyakit pada sistem nadi koroner.

ii. Faktor Resiko

Faktor resiko utama Penyakit Jantung Koroner ialah Hipertensi. Komplikasi terhadap jantung akibat hipertensi yang paling sering terjadi adalah kegagalan ventrikel kiri, PJK seperti angina pektoris dan miokard infark. Dari beberapa penelitian didapatkan 50% penderita miokard infark menderita hipertensi dan 75% kegagalan ventrikel kiri penyebabnya adalah hipertensi. Perubahan hipertensi khususnya pada jantung disebabkan karena meningkatnya tekanan darah dan mempercepat timbulnya aterosklerosis.

Merokok telah dimasukkan sebagai salah satu faktor risiko utama PJK di samping hipertensi. Orang yang merokok lebih dari 20 batang sehari dapat mempengaruhi atau memperkuat efek dua faktor utama risiko lainnya.

Faktor lainnya adalah umur, telah dibuktikan adanya hubungan antara umur dan kematian akibat PJK. Sebagian besar kasus kematian terjadi pada laki-laki umur 35-44 tahun dan meningkat dengan dengan bertambahnya umur. Juga diadapatkan hubungan enters umur dan kadar kolesterol yaitu kadar kolesterol total akan meningkat dengan bertambahnya umur. Di Amerika Serikat kadar kolesterol pada laki-laki maupun perempuan mulai meningkat pada umur 20 tahun. Pada laki-laki kadar kolesteroi akan meningkat sampai umur 50 tahun dan akhirnya akan turun sedikit setelah umur 50 tahun. Kadar kolesterol perempuan sebelum menopause (45-60tahun) lebih rendah daripada laki-laki dengan umur yang sama. Setelah menopause kadar kolesterol perempuan biasanya akan meningkat menjadi lebih tinggi daripada laki-laki (Cooper, 2000).

Jenis kelamin juga memberikan efek bagi penyakit PJK. Di Amerika Serikat gejala PJK sebelum umur 60 tahun didapatkan pada 1 dari 5 laki laki dan 1 dari 17 perempuan. Ini berarti bahwa laki-laki mempunyai risiko PJK 2-3x lebih besar daripada perempuan. Pada beberapa perempuan pemakaian oral kontrasepsi dan selama kehamilan akan meningkatkan kadar kolesterol. Pada wanita hamil kadar kolesterolnya akan kembali normal 20 minggu setelah melahirkan. Angka kematian pada laki-laki didapatkan lebih tinggi daripada perempuan dimana ketinggalan waktu l0 tahun kebelakang seperti terlihat pada gambar di bawah akan tetapi setelah menopause hampir tidak didapatkan perbedaan dengan laki-laki (Sukaman, 1986).

Obesitas adalah kelebihan jumlah lemak tubuh >19% pada laki-laki dan > 21% pada perempuan. Obesitas sering didapatkan bersama-sama dengan hipertensi, DM dan hipertrigliserdemi. Obesitas juga dapat meningkatkan kadar kolesterol total dan LDL kolesterol. Risiko PJK akan jelas meningkat bila BB mulai melebihi 20% dari BB ideal. Penderita yang gemuk dengan kadar kolesterol yang tinggi dapat menurunkan kadar kolesterolnya dengan mengurangi BB melalui diet ataupun menambah exercise (Coopers, 1988).

Intoleransi terhadap glukosa sejak dulu telah diketahui sebagai predisposisi penyakit pembuluh darah. Penelitian menunjukkan laki-laki yang menderita DM risiko PJK 50% lebih tinggi daripada orang normal, sedangkan pada perempuan risikonya menjadi 2x lipat. Mekanismenya belum jelas, akan tetapi terjadi peningkatan tipe IV hiperlipidemi dan hipertrigliserid, pembentukan platelet yang abnormal dan DM yang disertai obesitas dan hipertensi. Mungkin juga banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhinya (Sutomo, 1988).

iii. Gejala

Gejala-gejala ini untuk setiap orang biasa berbeda. Sebuah serangan jantung mungkin dimulai dengan rasa sakit yang tidak jelas, rasa tidak nyaman yang samar, atau rasa sesak dibagian tengah dada. Kadang, sebuah serangan jantung hanya menimbulkan rasa tidak nyaman yang ringan sekali sehingga sering disalahartikan sebagai naiknya asam lambung, atau bahkan lepas dari perhatian sama sekali.

Kondisi Jantung dapat dibagi 4 kategori:

a) Pertama, sehat dapat bekerja berat dan ringan.

b) Kedua, dapat bekerja berat dan kalau sudah kecapaian tidak perlu berhenti melakukan aktivitas, tetapi cukup mengurangi intensitas/beratnya pekerjaan dan kalau sudah merasa fit dalam satu dua menit intensitas kerja dapat ditingkatkan kembali, begitu seterusnya.

c) Ketiga, tidak dapat bekerja berat, tapi dapat melakukan pekerjaan ringan sehari-hari.

d) Keempat, sudah parah, untuk berjalan beberapa meter saja sudah kepayahan.

Ada beberapa gejala yang lebih spesifik, antara lain:

a) Nyeri. Jika otot tidak mendapatkan cukup darah (suatu keadaan yang disebut iskemi), maka oksigen yang tidak memadai dan hasil metabolisme yang berlebihan menyebabkan kram atau kejang. Angina merupakan perasaan sesak di dada atau perasaan dada diremas-remas, yang timbul jika otot jantung tidak mendapatkan darah yang cukup. Jenis dan beratnya nyeri atau ketidaknyamanan ini bervariasi pada setiap orang. Beberapa orang yang mengalami kekurangan aliran darah bisa tidak merasakan nyeri sama sekali (suatu keadaan yang disebut silent ischemia).

b) Sesak napas merupakan gejala yang biasa ditemukan pada gagal jantung. Sesak merupakan akibat dari masuknya cairan ke dalam rongga udara di paru-paru (kongesti pulmoner atau edema pulmoner).

c) Kelelahan atau kepenatan. Jika jantung tidak efektif memompa, maka aliran darah ke otot selama melakukan aktivitas akan berkurang, menyebabkan penderita merasa lemah dan lelah. Gejala ini seringkali bersifat ringan. Untuk mengatasinya, penderita biasanya mengurangi aktivitasnya secara bertahap atau mengira gejala ini sebagai bagian dari penuaan.

d) Palpitasi (jantung berdebar-debar)

e) Pusing & pingsan. Penurunan aliran darah karena denyut atau irama jantung yang abnormal atau karena kemampuan memompa yang buruk, bisa menyebabkan pusing dan pingsan (Pearce, 2002).

iv. Pengobatan

Tujuan pengobatan iskemia miokard adalah untuk mencegah terjadinya kerusakan miokard dengan mempertahankan keseimbangan antara konsumsi oksigen miokardium dan penyediaan oksigen. Memperbaiki lesi aterosklerosis pada arteri koroner dapat menggunakan teknik CABG (Coronary Artery Bypass Graff) dan juga teknik PTCA (Percutaneous Transluminal Coronary Angioplasty) tanpa menggunakan pembedahan, namun menurut Banerjee (2011), bila penderita DM yang mengidap PJK dilakukan PCI (Precutaneous Coronary Intervention) akan berakibat buruk dibanding non-DM.v. PencegahanHarus dilakukan tindakan pencegahan untuk menghilangkan atau mengendalikan faktor-faktor risiko pada setiap individu. Lemahnya perhatian terhadpa faktor risiko dan penyakit, terbatasnya sarana pengobatan dan perawatan, dan tingginya biaya pengobatan merupakan hambatan yang mempengaruhi keberhasilan dalam pengendalian faktor risiko dan PJK. Beberapa strategi untuk menurunkan faktor risiko (Raharjoe, 2011) :a) Membatasi akses produksi tembakau dengan meningkatkan pajak dan menegaskan larangan merokok.

b) Mengurangi penggunaan garam dalam makanan baik secara individu maupun di tempat makan atau restoran.

c) Mengurangi konsumsi gula dan lemak

d) Meningkatkan aktivitas olahraga.

e) Pemberian asuransi kesehatan kerja yang melayani pemeriksaan tekanan darah, glukosa darah, dan lipid.D. Stroke

i. Definisi

Stroke (berasal dari kata strike) berarti pukulan pada sel otak. Biasanya terjadi karena adanya gangguan distribusi oksigen ke sel otak. Hal ini disebabkan gangguan aliran darah pada pembuluh darah otak, mungkin karena aliran yang terlalu perlahan, atau karena aliran yang terlalu kencang sehingga pecah (perdarahan), akhirnya sel-sel otak yang diurus oleh pembuluh darah tersebut mati ( Yatim F, 2005 ).

Secara umum, stroke diklasifikasikan menjadi stroke iskemik dan perdarahan, dengan stroke iskemik hampir 85% dari keseluruhan. Stroke iskemik dapat disebabkan karena trombosis intrakranial maupun emboli ekstrakranial. Trombosis intrakranial disebabkan adanya atherosklerosis, sedangkan emboli ekstrakranial pada umumnya berasal dari arteri ekstrakranial atau dari jantung sebagai akibat dari infark miokard, mitral stenosis, endokarditis, atrial fibrilasi, kardiomiopati atau gagal jantung kongestif. Stroke perdarahan dibedakan menjadi stroke perdarahan intraserebral (PIS) dan perdarahan subarachnoid (PSA), dengan penyebab paling sering adalah hipertensi, trauma, obat-obatan atau malformasi vaskuler (Saenger AK, Christenson RH, 2010).

ii. Faktor Resiko

Sejumlah faktor memberikan konstribusi terjadinya serangan stroke pertama. Faktor risiko stroke secara umum di bedakan menjadi faktor risiko yang tidak bisa diubah (non-modifiable risk factors) termasuk didalamnya antara lain : usia, jenis kelamin, suku bangsa, riwayat keluarga, faktor genetik, dan berat badan lahir rendah, dan faktor risiko yang dapat diubah (modifiable risk factor), diantaranya: hipertensi arterial, TIA, stroke sebelumnya, bruit karotis asimtomatik, penyakit jantung, ateromatosis arkus aorta, diabetes mellitus, dislipidemia, merokok, konsumsi alkhohol, peningkatan fibrinogen, peningkatan homosistein, kadar folat serum rendah, peningkatan antibodi antikardiolipin, kontrasepsi oral dan obesitas. (Saenger AK, Christenson RH, 2010)

iii. Gejala

Menurut Junaidi (2008), berikut ini adalah gejala dan tanda-tanda stroke :

a) Adanya serang defisit neurologist fokal, berupa kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai, atau salah satu sisi tubuh.

b) Hilangnya rasa atau adanya sensasi abnormal pada lengan, tungkai, atau salah satu sisi tubuh. Baal atau mati rasa sebelah, terasa kesemutan, terasa seperti terkena cabai, rasa terbakar.

c) Mulut, lidah mencong bila diluruskan.

d) Gangguan menelan seperti sulit menelan, minum suka tersedak.

e) Bicara tidak jelas (rero), sulit berbahasa, kata yang diucapkan tidak sesuai dengan keinginan, pelo, sengal, bicara ngaco, kata-katanya tidak dapat difahami (afasia). Bicara tidak lancar, hanya sepatah-patah kata yang terucap.

f) Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat.

g) Tidak memahami pembicaraan orang lain

h) Tidak mampu membaca dan menulis, dan tidak memahami tulisan

i) Tidak dapat berhitung, kepandaian menurun

j) Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh

k) Hilangnya kendali terhadap kendung kemih seperti kencing yang tidak disadari

l) Berjalan menjadi sulit, langkahnya kecil-kecil

m) Menjadi pelupa, vertigo

n) Awal terjadinya penyakit (onset), mendadak, dan biasanya terjadi pada saat beristirahat atau bangun tidur.

o) Hilangnya pendengaran dan penglihatan

p) Menjadi lebih sensitif, lebih mudah menangis dan tertawa

q) Gangguan kesadaran, pingsan sampai tak sadarkan diri

iv. Pengobatan

Penderita stroke akut biasanya diberikan SM-20302, ataumicroplasmin, oksigen, dipasanginfusuntuk memasukkan cairan dan zat makanan, kemudian diberikanmanitolataukortikosteroiduntuk mengurangi pembengkakan dan tekanan di dalam otak, akibat infiltrasisel darah putih. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa kelumpuhan dan gejala lainnya bisa dicegah atau dipulihkan jikarecombinantissue plasminogen activator(rtPA) ataustreptokinaseyang berfungsi menghancurkanembolidiberikan dalam waktu 3 jam, setelah timbulnya stroke.Trombolisisdengan rtPA terbukti bermanfaat pada manajemen stroke akut, walaupun dapat meningkatkan risiko pendarahan otak,terutama pada area sawar darah otak yang terbuka.

Beberapa senyawa yang diberikan bersamaan dengan rtPA untuk mengurangi risiko tersebut antara lainbatimastat(BB-94) danmarimastat(BB-2516),yang menghambatenzimMMP, senyawaspin trap agentsepertialpha-phenyl-N-t-butylnitrone(PBN) dandisodium- [tert-butylimino)methyl]benzene-1,3-disulfonate N-oxide(NXY-059),dan senyawa anti-ICAM-1. Metode perawatanhemodilusidengan menggunakanalbuminmasih kontroversial,namun penelitian olehThe Amsterdam Stroke Studymemberikan prognosis berupa penurunan angka kematian dari 27% menjadi 16%, peningkatan kemandirian aktivitas dari 35% menjadi 48%, saat 3 bulan sejak terjadi serangan stroke akut

v. Pencegahan

Penyakit stroke sebenarnya dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risiko stroke. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit stroke adalah tidak merokok dan minum alkohol, pola makan yang sehat dan seimbang serta berobat untuk mengobati penyakit seperti hipertensi, diabetes dan penyakit jantungE. Sindrom Metaboliki. DefinisiBerdasarkan the National Cholesterol Education Program Third Adult Treatment Panel (NCEP-ATP III), Sindrom Metabolik adalah seseorang dengan memiliki sedikitnya 3 kriteria berikut: 1). Obesitas abdominal (lingkar pinggang > 88 cm untuk wanita dan untuk pria > 102 cm); 2). Peningkatan kadar trigliserida darah ( 150 mg/dL, atau 1,69 mmol/ L); 3). Penurunan kadar kolesterol HDL (< 40 mg/dL atau < 1,03 mmol/ L pada pria dan pada wanita < 50 mg/dL atau 102 cm, P>88cmIMT > 30 kg/m2 dan atau rasio perut-pinggul L >0,90; P>0,85Lingkar pinggang L >102 cm, P>88cmObesitas sentral (lingkar perut)

Asia : L>90 cm

P>80 cm

(nilai tergantung etnis)

Gangguan metabolisme GlukosaGD puasa 110 mg/dLDM tipe 2 atau TGTGD puasa 100 mg/dLGD puasa 100 mg/dL atau diagnosis DM tipe 2

Lain-lainMikroalbuminuri 20 g/menit (rasio albumin: kreatinin 30)

Kriteria diagnoseMinimal 3 kriteriaDM tipe 2 atau TGT dan 2 kriteria di atas. Jika toleransi glukosa normal, diperlukan 3 kriteria.Minimal 3 kriteriaObesitas sentral + 2 kriteria di atas

Keterangan : TD = Tekanan Darah; L = Laki-laki; P = Perempuan; TG = Trigliserida; HDL-C = Kolesterol HDL; IMT = Indeks Massa Tubuh; DM = Diabetes Melitus; TGT = Toleransi Glukosa Terganggu; GD = Gula Darah

Sedangkan di Indonesia prevalensi Sindrom Metabolik sekitar 13,13% (Soegondo, 2004).iii. Patofisiologi

Insulin merupakan hormon anabolik tubuh yang prinsipil, yang mengatur perkembangan dan pertumbuhan yang sesuai dan juga sebagai maintenance dari sistem homeostasis glukosa di seluruh tubuh. Hormon insulin disekresi oleh sel pulau Langerhan dari organ pankreas. Insulin berperan dalam menurunkan kadar gula darah melalui beberapa cara; 1). supressi hepatic glucose output (melalui penurunan gluconeogenesis dan glycogenolysis), 2). merangsang penyimpanan terutama ke otot dan jaringan lemak melalui glucose transporter yaitu Glucose Transporter -4 (GLUT-4) (Mittal, 2008).

Reseptor insulin terdistribusi secara luas di sistem sarap pusat, terutama di daerah hipotalamus dan pituitary. Pada eksperimen hewan percobaan, gangguan gen reseptor insulin di sistem sarap pusat memperlihatkan suatu keadaan kebutuhan asupan makanan yang meningkat pada hewan tersebut sehingga menginduksi keadaan obesitas dan resisten insulin. Aksi Insulin di sistem sarap pusat memberikan negatif feedback bagi inhibisi postprandial dari asupan makanan dan berperan sebagai pusat pengaturan berat badan (Martini, 2004).

Insulin juga mempunyai efek antiapoptosis, hal ini didukung oleh studi eksperimen pada binatang percobaan dimana dengan penambahan insulin pada cairan reperfusi berhubungan dengan pengurangan ukuran miokard infark sekitar 50%. Sedangkan studi pada manusia, pemberian infus insulin dosis rendah dengan heparin dan agen trombolitik menunjukkan efek kardioprotektif (Dandona, 2005).

Efek anti inflamasi juga terdapat pada insulin hal ini didukung oleh eksperimen pada binatang percobaan bahwa pemberian insulin menunjukkan pengurangan mediator-mediator inflamasi (IL-, IL-6, macrophage migration inhibitor factor [MIF], TNF-), dan expression of proinflammatory transcription factors CEBP (C enhancer binding protein) dan cytokines. Kemampuan insulin dalam efek antioksidan didukung dengan kemampuannya untuk menekan reactive oxygen species (ROS) (Dandona, 2005).iv. PatogenesisPatogenesis sindrom metabolik masih tidak jelas, tetapi kelainan dasarnya adalah resistensi insulin (Poerjoto, 2007). Resistensi insulin didefinisikan sebagai suatu kondisi dijumpainya produksi insulin yang normal namun telah terjadi penurunan sensitivitas jaringan terhadap kerja insulin, sehingga terjadi peningkatan sekresi insulin sebagai bentuk kompensasi sel Beta. Resistensi insulin ini sering mendahului onset dari diabetes tipe 2 dan mempunyai kontribusi dalam perkembangan terjadinya keadaan hiperglikemi. Dan resistensi insulin dijumpai pada sebagian besar pasien dengan Sindrom Metabolik (Reaven, 1988).

Resistensi Insulin dan hipertensi sistolik merupakan faktor yang menentukan terjadinya disfungsi endotel. Resistensi Insulin menyebabkan menurunnya produksi Nitric Oxide (NO) yang dihasilkan oleh sel-sel endotel, sedangkan hipertensi menyebabkan disfungsi endotel melalui beberapa cara seperti; secara kerusakan mekanis, peningkatan sel-sel endotel dalam bentuk radikal bebas, pengurangan bioavailabilitas NO atau melalui efek proinflamasi pada sel-sel otot polos vaskuler. Disfungsi endotel ini berhubungan dengan stres oksidatif dan menyebabkan penyakit kardiovaskuler (Barnet, 2004).

Menurut Kuusisto (1993) pada keadaan hiperinsulinemia insulin dapat ditemukan pada otak, berperan sebagai neuromodulator yang menghambat aktifitas sinap. Reseptor-reseptor insulin telah ditemukan pada daerah hipotalamus dan hipokampus. Dipercaya bahwa insulin yang ada berasal dari plasma dan berakses ke otak pada daerah circumventricular yang merupakan daerah yang sedikit mengandung sawar darah otak. Insulin juga bertransportasi melewati sawar darah otak melalui reseptor spesifik dan masuk ke jaringan syaraf secara langsung atau masuk melalui cairan serebrospinal.

Faktor-faktor resiko untuk gangguan fungsi kognitif seperti demensia vaskuler adalah umumnya sama dengan faktor resiko untuk stroke yaitu hipertensi, diabetes, hiperlipidemi, merokok, aritmia jantung. Pengobatan medis untuk demensia vaskuler ini ditujukan sebagai kontrol terhadap berbagai keadaan seperti hipertensi, diabetes, hiperlipidemia yang dapat menyebabkan infark (Kempler, 2005).

Hubungan antara kolesterol dengan fungsi kognitif telah banyak diteliti, dan hasilnya banyak yang saling bertentangan. Reitz, dkk (2005) melakukan studi terhadap 1147 lanjut usia yang sehat tanpa demensia ataupun gangguan kognitif, didapati hasilnya tidak ada hubungan yang bermakna antara kolesterol total, HDL dan LDL dengan gangguan fungsi kognitif.

Launer, dkk (2001) menyatakan bahwa hubungan antara kadar lipid di usia paruh baya terhadap resiko terjadinya gangguan kognitif dibuktikan dengan autopsi dengan hasilnya bahwa kadar kolesterol total yang rendah di usia paruh baya dihubungkan dengan jumlah neuritik yang lebih sedikit, adanya plak amyloid dan neurofibrillary tangels.

F. Faktor Resiko

1. Dislipidemiai. Definisi

Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida dalam darah yang dapat disertai penurunan kadar HDL kolesterol (Andry Hartono, 2000).

ii. Faktor Resiko

Dalam batasan ilmiah, dislipidemia terjadi adanya akumulasi kolesterol dan lipid pada dinding pembuluh darah. Dislipdemia merupakan masalah yang cukup penting karena termasuk faktor resiko utama penyakit jantung koroner. Penelitian mendukung bahwa dislipdemia memiliki lebih dari satu penyebab. Faktor genetik, pola makan, gaya hidup, obesitas, kebiasaan merokok, kurang olahraga, dan stress. Timbunan lemak di dalam lapisan pembuluh darah (plak kolesterol) membuat saluran pembuluh darah sempit dan aliran darah menjadi kurang lancar. Plak kolesterol pada dinding pembuluh darah bersifat rapuh dan mudah pecah, sehingga meninggalkan luka pada dinding pembuluh darah yang dapat mengaktifkan pembentukan bekuan darah. Pembuluh darah dikarenakan sudah mengalami penyempitan dan pengerasan oleh plak kolesterol, maka bekuan darah ini menyumbat pembuluh darah secara total yang dikenal sebagai aterosklerosis. Penyempitan dan pengerasan ini apabila cukup berat akan menyebabkan suplai darah ke otot jantung tidak memadai, maka akan menimbulkan sakit atau nyeri dada yang disebut sebagai angin, bila berlanjut akan menyebabkan matinya jaringan otot jantung. Jika aterosklerosis terjadi di dalam arteri yang menuju ke otak maka akan menyebabkan stroke.iii. Gejala

Asupan asam lemak jenuh yang dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan dalam tubuh adalah 10% dari energi total perhari dan kolesterol >300mg/hari. Konsumsi lemak dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL. LDLbertugas membawa kolesterol dari hati ke jaringan perifer yang di dalamnya terdapat reseptor-reseptor yang akan menangkapnya (termasuk pembuluh darah koroner) untuk keperluan metabolik jaringan. Kolesterol yang berlebihan akan diangkut lagi kehati oleh HDL untuk menjadi deposit. Jika kolesterol LDL meningkat serta HDL menurun, maka akan terjadi penimbunan kolesterol di jaringan perifer termasuk pembuluh darah (Ronald .H Sitorus, 2006).

iv. Pengobatan

Perubahan gaya hidup merupakan penanganan utama dislipidemia. Perubahan gaya hidup meliputi terapi nutrisi medik, aktivitas fisik serta beberapa upaya lain seperti berhenti merokok, menurunkan berat badan bagi yang gemuk dan mengurangi asupan alkohol. Penurunan berat badan dan peningkatan aktivitas fisik dapat menurunkan kadar trigliserida dan meningkatkan kadar HDL kolesterol serta dikit menurunkan LDL kolesterol.Berbagai studi klinis menunjukkan bahwa terapi farmakologik dengan obat-obat penurun lipid memberi manfaat perbaikan profil lipid. Pada saat ini dikenal sedikitnya 6 golongan obat yang dapat memperbaiki propil lipid serum yaitu HMG-CoA reduktase inhibitor, Derivat asam fibrat, Sekuestran asam empedu, Asam nikotinat, Ezetimibe, dan Asam lemak omega-3 (Sukandar, 2008).

v. Pencegahan

Mengatur pola makan yaitu dengan cara mengkonsumsi makanan yang seimbang sesuai dengan kebutuhan, makanan seimbang adalah makanan yang terdiri dari:

Jumlah persentase asupanUnsur makanan

60% KaloriBerasal dari Karbohirdat

15% KaloriBerasal dari Protein

25% KaloriBerasal dari Lemak

>10% KalorBerasal dari Lemak Jenuh

Kelebihan kalori dapat diakibatkan dari asupan yang berlebih atau kurang aktifitas. Kelebihan terutama dari yang berasal dari karbohidrat dapat menyebabkan peningkatan kadar trigliserida. Menurunkan asupan lemak jenuh terutama yang berasal dari minyak kelapa, santan, dan semua minyak lain. Kelebihan lemak jenuh akan mengakibatkan peningkatan kadar LDL kolesterol. Menjaga agar asupan lemak jenuh tetap baik secara kuantitas maupun kualitas. Menurunkan asupan kolesterol. Kolesterol terutama banyak ditemukan pada lemak hewan, jeroan, kuning telur, dan seafood (kecuali ikan). Mengkonsumsi lebih banyak serat dalam menu makanan sehari. Serat berfungsi untuk mengikat lemak yang berasal dari makanan dalam proses pencernaan, sehingga mencegah peningkatan kadar LDL kolesterol. Merubah cara masak. Minyak goreng dari asam lemak tidak jenuh sebaiknya bukan digunakan untuk minyak salad sehingga mempunyai efek positif terhadap peningkatan HDL kolesterol maupun pencegahan terjadinya endapan pada pembuluh darah.2. Obesitas

i. Definisi

Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh yang umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan kadang terjadi perluasan ke dalam jaringan organnya. Terjadinya obesitas lebih ditentukan oleh terlalu banyaknya makan, terlalu sedikitnya aktifitas atau latihan fisik, maupun keduanya (Misnadierly, 2007).WHO secara sederhana mendefinisikan obesitas sebagai kondisi abnormal atas akumulasi lemak yang ekstrim pada jaringan adipose. Inti dari obesitas ini adalah terjadinya keseimbangan energi positif yang tidak diinginkan dan bertambahnya berat badan (WHO, 2000).Dengan demikian tiap orang perlu memperhatikan banyaknya masukan makanan (disesuaikan dengan kebutuhan tenaga sehari-hari) dan aktivitas fisik yang dilakukan. Perhatian lebih besar mengenai kedua hal ini terutama diperlukan bagi mereka yang kebetulan berasal dari keluarga obesitas, berjenis kelamin wanita, pekerjaan banyak duduk, tidak senang melakukan olahraga, serta emosinya labil.ii. Faktor Resiko

Soetjiningsih menyebutkan 3 faktor utama penyebab obesitas adalah masukan energi yang melebihi dari kebutuhan tubuh, penggunaan kalori yang kurang, dan faktor hormonal. Disamping itu obesitas juga disebabkan oleh beberapa faktor predisposisi seperti faktor herediter, suku bangsa, dan persepsi bayi gemuk adalah bayi sehat (Soetjinigsih, 1995).Tingginya angka obesitas pada orang tua yang memiliki anak obes dipercaya bahwa faktor genetik menjadi faktor yang cukup penting. Penelitian telah menunjukkan 60-70% remaja obes mempunyai salah satu atau kedua orang tua yang juga obes. 40 remaja obes mempunyai saudara kandung yang jugas obes (Pipes, 1993).

Orang obes mempunyai kebiasaan makan yang sering atau banyak. Mereka biasanya makan dengan jumlah kalori lebih banyak daripada yang mereka butuhkan. Kebiasaan makan diartikan sebagai cara individu atau kelompok individu dalam memilih pangan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologik, psikologik, sosial, dan budaya (Suhardjo, 1989).

Konsumsi fast food atau makanan cepat saji yang banyak mengandung energi dari lemak, karbohidrat, dan gula akan mempengaruhi kualitas diet dan meningkat resiko obesitas. Meningkatnya konsumsi fast food diyakini merupakan salah satu masalah, karena masalah obesitas meningkat pada masyarakat yang keluarganya banyak keluar mencari makanan cepat saji dan tidak mempunyai waktu lagi untuk menyiapkan makanan di rumah (MMI Volume 40, Nomor 2 Tahun 2005).

Kebiasaan mengkonsumsi cemilan saat nonton tv. Cemilan yang buruk adalah cemilan yang mengandung gula, garam, dan lemak yang berlebihan namun rendah protein, vitamin, dan mineral. Sering menonton tv berkolerasi positif dengan perilaku ngemil (Hui, 1985).

Kurang aktivitas fisik menyebabkan tubuh kurang menggunakan energi yang tersimpan dalam tubuh. Oleh karena itu, jika asupan energi berlebihan tanpa diimbangi dengan aktivitas fisik yang sesuai maka secara kontinyu dapat mengakibatkan obesitas. Padahal cara yang paling mudah dan umum dipakai untuk meningkatkan pengeluaran energi adalah dengan melakukan latihan fisik atau gerakan badan (Damayanti, 2002).iii. Gejala

Menurut Soedibyo, gejala klinis umum penderita obesitas adalah Pertumbuhan berjalan dengan cepat atau pesat disertai adanya ketidak seimbangan antara peningkatan berat badan yang berlebihan dibandingkan dengan tinggi badannya. Jaringan lemak bawah kulit menebal sehingga tebal lipatan kulit lebih daripada yang normal dan kulit nampak lebih kencang. Kepala nampak relatif lebih kecil dibandingkan dengan tubuhnya atau dibandingkan dengan dadanya. Pada dada terjadi pembesaran payudara yang dapat meresahkan bila terjadi pada anak laki-laki. Perut membesar menyerupai bandul lonceng, dan kadang disertai garis-garis putih atau ungu (striae). Lingkar lengan atas dan paha lebih besar dari normal, tangan relatif lebih kecil dan jari-jari bentuknya runcing. Dapat terjadi gangguan psikologis berupa gangguan emosi, sukar bergaul, senang menyendiri, dan sebagainya. Pada kegemukan yang berat mungkin terjadi gangguan jantung dan paru yang disebut Sindroma Picwickian dengan gejala sesak napas, sianosis, pembesaran jantung, dan kadang penurunan kesadaran (Soedibyo, 2002).iv. Pengobatan

Pembatasan asupan kalori dan peningkatan aktivitas fisik merupakan komponen ini juga penting dalam mempertahankan berat badan. Kedua komponen ini juga penting dalam mempertahankan berat badan setelah terjadi penurunan berat badan. Harus dilakukan perubahan dalam pola aktivitas fisik dan mulai menjalani kebiasaan makanan yang sehat.

Langkah awal dalam mengobati obesitas adalah menaksir lemak tubuh penderita resiko kesehatannya dengan cara menghitung BMI. Resiko kesehatan yang berhubungan dengan obesitas akan meningkat sejalan dengan meningkatnya angka BMI.

1. Resiko rendah : BMI