penyakit reproduksi ternak

19
OLEH: BIDANG KESEHATAN HEWAN Disanpaikan Pada Pelatihan Petugas Inseminator tahun 2013 Hotel Mataram Squer, 4 November 2013 DINAS PETERNAKAN DAN KESWAN PROVINSI NTB PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT REPRODUKSI PADA TERNAK

Upload: bibbanyumulek

Post on 21-Jun-2015

2.877 views

Category:

Education


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENYAKIT REPRODUKSI TERNAK

OLEH: BIDANG KESEHATAN HEWAN

Disanpaikan Pada Pelatihan Petugas Inseminator tahun 2013 Hotel Mataram Squer, 4 November 2013

DINAS PETERNAKAN DAN KESWAN PROVINSI NTB

PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN

PENYAKIT REPRODUKSI PADA TERNAK

PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN

PENYAKIT REPRODUKSI PADA TERNAK

Page 2: PENYAKIT REPRODUKSI TERNAK

SAPTA USAHA BSS• Menyediakan Induk Sapi• Menyediakan

kebutuhan pakan• Mengembangkan sistem

Lar/So & KK• Membasmi Penyakit

Sapi• Merawat Kesehatan

Sapi• Mengatur Tata Niaga• Menyediakan Sarana &

Prasarana

•Populasi Sapi Meningkat•Pendapatan Meningkat•Mutu Lingkungan Meningkat

BLUE PRINT NTB BSS

SUMBAWASISTEM LAR/SO (MINI RANCH)

LOMBOKSISTEM KANDANG

KOLEKTIF

P I N

Page 3: PENYAKIT REPRODUKSI TERNAK

Penurunan pemotongan

Betina produktif

20 % 10 %

MemperpendekJarak beranak

17 bln 14 bln

Peningkatan induk Produktif

37% 45%

PenurunanKematian

Pedet20 % 10 %

PengendalianExport bibit

14 rb 6 rb ekor

546.114 ekor (2008)1.032.507 ekor (2013)

Basis BudidayaLar/So (84 lokasi),

Silvopastura (7 lokasi)

Kandang Kolektif(849 unit)

STRATEGI PENINGKATAN POPULASI DAN PRODUKTIVITAS

Pemerintah

Peternak

Pengusaha Pengusaha

Page 4: PENYAKIT REPRODUKSI TERNAK

REPRODUKSI : Proses perkembang biakan mahluk REPRODUKSI : Proses perkembang biakan mahluk

hiduphidup

Sejak bersatunya sel telur + spermaSejak bersatunya sel telur + sperma

Mahluk hidup baru (zygot) buntingMahluk hidup baru (zygot) bunting

Lahir Lahir

PENDAHULUANPENDAHULUAN

Tujuan: Efisiensi

Reproduksi

Tujuan: Efisiensi

Reproduksi Hambatan: Gangguan Reproduksi

Hambatan: Gangguan Reproduksi

Kerugian:1. Biaya

pemeliharaan (pakan)

2. Produktifitas menurun

Kerugian:1. Biaya

pemeliharaan (pakan)

2. Produktifitas menurun

Page 5: PENYAKIT REPRODUKSI TERNAK

GANGGUAN REPRODUKSI

A.Cacat Anatomi Saluran Reproduksi:

1. Cacat Congenital - Hipoplasia Ovarium (Bawaan lahir) - Agenesis Indung telur (Indung telur tidak terbentuk) - Freemartin (Abnormalitas kembar jantan dan betina) - Atresia Vulva (Pengecilan vulva)

2. Cacat Perolehan

- Ovarian Hemorhagie

- Salphingitis

Page 6: PENYAKIT REPRODUKSI TERNAK

GANGGUAN REPRODUKSI

B. Gangguan Fungsional: (Organ Reproduksi tidak berfungsi dengan Baik)

*Sista Ovarium *Subestrus & Birahi tenang *Anestrus *Ovulasi tertunda

Gambar. Sista Ovarium

Page 7: PENYAKIT REPRODUKSI TERNAK

Anestrus karena Kekurangan Nutrisi:Ovarium Tidak Aktif

AnestrusAnestrus

Anestrus Normal: produksi GnRH Ovarium tidak respon terhadap GnRH

Anestrus Karena Gangguan Hormon: Kadar progesteron Kurang GnRH

Anestrus Karena Genetik: Hipoplasia Ovari/Agenesis Ovari

Page 8: PENYAKIT REPRODUKSI TERNAK

GANGGUAN REPRODUKSI

C. Kesalahan Managemen:

1. Erat Hubungannya dengan faktor Pakan/Nutrisi 2. Tubuh kurang nutrisi dalam jangka waktu Yang lama menyebabkan gangguan reproduksi antara lain:

-Produksi Hormon Ovarium tidak Berkembang-Birahi tenang-Gagal konsepsi-Kematian EMberio dini

Page 9: PENYAKIT REPRODUKSI TERNAK

GANGGUAN REPRODUKSI

D. Infeksi Organ Reproduksi:

- Endometritis (Radang Uterus) 1. Infeksi Non Spesifik

- Pyometra (Radang Uterus Bernanah) - Vaginitis (Radang Vagina)

Page 10: PENYAKIT REPRODUKSI TERNAK

GANGGUAN REPRODUKSI

D. Infeksi Organ Reproduksi:

2. Infeksi Spesifik

c. Protozoa : Trikomoniasis Toxoplasma

a. Bakterial: Brucellosis Leptosperosis Vibrosis Tuberkulosis

b. Virus: IBR- IPV BVD – MD EBA

d. Jamur : Aspergillus Fumigatus Mucorales

Page 11: PENYAKIT REPRODUKSI TERNAK

GANGGUAN REPRODUKSI

D. Infeksi Organ Reproduksi:

3. Masalah Reproduksi - Prolaps Uteri (dobolen) Lainnya - Distokia - Retensi Plasenta - Maserasi Fetus - Mumifikasi Fetus - Hernia Uterina

Page 12: PENYAKIT REPRODUKSI TERNAK

PENANGGULANGAN GANGGUAN REPRODUKSIPENANGGULANGAN GANGGUAN REPRODUKSI

Penyebab Gangguan ReproduksiPenyebab Gangguan ReproduksiA. Cacat anatomi sal reproduksiA. Cacat anatomi sal reproduksiB. Gangguan fungsional (sebelum ternak bunting)B. Gangguan fungsional (sebelum ternak bunting)1. a. Cysta ovaria, T/ pgf2 1. a. Cysta ovaria, T/ pgf2 άά jika hewan tidak bunting jika hewan tidak buntingb. Cystic folikel , T/ injeksi HCG/ LHb. Cystic folikel , T/ injeksi HCG/ LHc. Cystic luteal, PGHc. Cystic luteal, PGH IM, PRID/CIDR IU 12 hrIM, PRID/CIDR IU 12 hr2. Sub estrus/ birahi tenang2. Sub estrus/ birahi tenangEtiologi: Estrogen rendah, bila ada Cl dg pgf2 Etiologi: Estrogen rendah, bila ada Cl dg pgf2 ά ά , GNRH, GNRH3. An estrus,3. An estrus,Terapi perbaikan pakan agar kondisi meningkatTerapi perbaikan pakan agar kondisi meningkatDirangsang aktifitas ovaria(GNRH)Dirangsang aktifitas ovaria(GNRH)PRID/ CIDR dan estrogenPRID/ CIDR dan estrogen4. Ovulasi tertunda4. Ovulasi tertundaEtiologi: Rendahnya LH dalam darahEtiologi: Rendahnya LH dalam darahGejala : Kawin berulangGejala : Kawin berulangTerapi : injeksi GNRH saat IBTerapi : injeksi GNRH saat IB

Page 13: PENYAKIT REPRODUKSI TERNAK

C. Mis Manajemen: Kurang pakan, produktifitas rendahC. Mis Manajemen: Kurang pakan, produktifitas rendahD. Infeksi organ reproduksiD. Infeksi organ reproduksi1.1. Infeksi non spesifikInfeksi non spesifikA.EndometritisA.EndometritisGejala leleren jernih/ purulen, uterus membesar, Gejala leleren jernih/ purulen, uterus membesar,

menurunkan kesuburan CI dan S/C naik, sterilitasmenurunkan kesuburan CI dan S/C naik, sterilitasTerapi: AB, pgf2 Terapi: AB, pgf2 ά ά , irigasi antiseptik intra uterin, irigasi antiseptik intra uterinB. PyometraB. PyometraGejalaa: leleran purulen, sapi an estrus,Gejalaa: leleran purulen, sapi an estrus,Terapi: AB (Anti Biotik), pgf2 Terapi: AB (Anti Biotik), pgf2 ά ά C. VaginitisC. VaginitisGejala: leleran lendir keruh, hyperemi mukosa s/d Gejala: leleran lendir keruh, hyperemi mukosa s/d

nekrosa, perejanan terus, septiseminekrosa, perejanan terus, septisemiTerapi: Anastesi Epidural, koreksi operatik , AB (Anti Terapi: Anastesi Epidural, koreksi operatik , AB (Anti

Biotik), sistemikBiotik), sistemik

Page 14: PENYAKIT REPRODUKSI TERNAK

1. Bakteri : Brucella, leptospira, vibriosis, tuberkulsis

Skrining tes (RBPT ) Identifikasi mikroskopis Konformasi ke BBV2. Viral : IBR,-IPV, BVD, EBA, Konformasi ke BBV3. Protozoa; trikomoniasis, toxoplasma, Identifikasi mikroskopis Konformasi ke BBV Tr.foetus ( Tr.I ) Tok gondii (aburtus)

Page 15: PENYAKIT REPRODUKSI TERNAK

1. Prolapsus uteri (Post P)¤ reposisi¤ irigasi antiseptik¤ injeksi antibiotik

2. Distocia ( Sewaktu Bt)¤ mutasi¤ tarik paksa¤ fetotomi¤ seciocaesaria

3. Retensi placenta( Post P)¤ pelepasan manual¤ antibiotik

4. Maserasi fetus( Sewaktu Bt)¤ pgf2 ά ¤ dijual/ pertimbangan ekonomis

5. Mumifikasi fetus( Sewaktu Bt) ¤ pgf2 ά ¤ stilbesterol

6. Hernia Uteria ¤ fixasi ¤ seciocaesaria

Page 16: PENYAKIT REPRODUKSI TERNAK

ANTISIPASI GANGGUAN ANTISIPASI GANGGUAN REPRODUKSIREPRODUKSI

Seleksi genetikSeleksi genetik Manajemen pakan untuk kesuburan Manajemen pakan untuk kesuburan

reproduksireproduksi Manajemen keswan untuk kebersihan Manajemen keswan untuk kebersihan

kandang & linkandang & linggkungankungan Vaksinasi & pengobatanVaksinasi & pengobatan Penanganan yg baik → faktor predisposisiPenanganan yg baik → faktor predisposisi

Page 17: PENYAKIT REPRODUKSI TERNAK

1. Keterbatasan Alat, Obat dan Bahan2. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk

melakukan pencegahan dan penanganan dini

3. Lemahnya koordinasi antar Pemerintah Prov. , Kab/Kota dan Petugas Lapangan.

1. Pemenuhan kebutuhan akan Alat, Obat dan Bahan.

2. Mengintensifkan penuluhan pada masyarakat3. Meningkatkan koordinasi antar petugas

Page 18: PENYAKIT REPRODUKSI TERNAK

KESIMPULAN DAN SARANKESIMPULAN DAN SARAN

Gangguan reproduksi dapat diantisipasi dengan memperhatikanbeberapa faktor diantaranya :

1. Seleksi genetik.

2. Manajemen pakan yang baik sehingga mendukung kesuburan saluran reproduksi.

3. Manajemen kesehatan yang baik meliputi kesehatan sapi, program pengobatan dan vaksinasi , kebersihan kandang dan lingkungan (sanitasi dan desinfeksi) sehingga dapat meminimalisasi agen patogen (bakteri, virus, jamur, protozoa) yang dapat mengaggu kesehatan sapi.

4. Penanganan masalah reproduksi dengan prosedur yang baik dan benar sehingga mengurangi kejadian trauma fisik yang akan menjadi factor predisposisi gangguan reproduksi

Page 19: PENYAKIT REPRODUKSI TERNAK