penyakit mata bawaan

22
ASKEP PADA PENYAKIT MATA BAWAAN 1. GLAUKOMA KONGENITAL Glaukona kongenital adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal. Tekanan bola mata yang normal dinyatakan dengan tekanan air raksa yaitu antara 15-20 mmHg. Glaucoma yang terjadi sejak lahir, ini terdapat lebih jarang dari pada glaukoma pada orang dewasa. \ETIOLOGI Glaucoma kongenital terjadi akibat adanya gangguan pada perkembangan saluran drainase cairan dari mata KLASIFIKASI Scele mengemukakan pembagian dalam : · Glaukoma infamtum Yang dapat tampak pada waktu lahir atau pada umur 1-3 tahun dan menyebabkan pembesaran pada bola mata, karena dengan elastisitasnya bola mata membesar mengikuti meningginya tekanan intraokuler. · Glaukoma yuvenilis Didapatkan pada anak yang lebih besar MANIFESTASI KLINIK – mata berair – peka terhadap cahaya – mata merah – kornea tampak kabur

Upload: clodeyarizola

Post on 26-Sep-2015

16 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

penyakit mata bawaan

TRANSCRIPT

ASKEP PADA PENYAKIT MATA BAWAAN1. GLAUKOMA KONGENITALGlaukona kongenital adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal. Tekanan bola mata yang normal dinyatakan dengan tekanan air raksa yaitu antara 15-20 mmHg. Glaucoma yang terjadi sejak lahir, ini terdapat lebih jarang dari pada glaukoma pada orang dewasa.

\ETIOLOGI Glaucoma kongenital terjadi akibat adanya gangguan pada perkembangan saluran drainase cairan dari mata

KLASIFIKASIScele mengemukakan pembagian dalam :

Glaukoma infamtum

Yang dapat tampak pada waktu lahir atau pada umur 1-3 tahun dan menyebabkan pembesaran pada bola mata, karena dengan elastisitasnya bola mata membesar mengikuti meningginya tekanan intraokuler.

Glaukoma yuvenilis

Didapatkan pada anak yang lebih besar

MANIFESTASI KLINIK

mata berair

peka terhadap cahaya

mata merah

kornea tampak kabur

kornea membesar.

nyeri pada bagian mata

ketajaman visual berkurang

FAKTOR RESIKO

1. Bila ada riwayat penderita glaukoma pada keluarga

2. Riwayat anggota keluarga yang terkena glaukoma

Untuk glaukoma jenis tertentu, anggota keluarga penderita glaukoma mempunyai risiko 6 kali lebih besar mengalami glaukoma. Risiko terbesar adalah kakak-beradik kemudian hubungan orang tua dan anak-anak.

3. Obat-obatan

Pemakai steroid secara rutin misalnya: Pemakai obat tetes mata yang mengandung steroid yang tidak dikontrol oleh dokter, obat inhaler untuk penderita asthma, obat steroid untuk radang sendi dan pemakai obat yang memakai steroid secara rutin lainnya. Bila anda mengetahui bahwa anda pemakai obat-abatan steroid secara rutin, sangat dianjurkan memeriksakan diri anda ke dokter spesialis mata untuk pendeteksian glaukoma.

4. Riwayat trauma (luka kecelakaan) pada mata.

PATOFISIOLOGIGlaukoma kongenital disebabkan adanya peningkatan tekanan di dalam bola mata (intraokuler) yang disertai dengan kelainan struktur segmen depan bola mata. Kelainan ini menyebabkan air mata terbendung dan mengakibatkan peninggian tekanan bola mata. Selanjutnya peninggian tekanan bola mata menyebabkan iris bengkak dan meradang, menyebabkan gangguan penglihatan. Selain itu, peninggian tekanan bola mata menyebabkan kelainan kornea sehingga terjadi diameter kornea lebih besar, dan pandangan kabur.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

pemeriksaan retina

pengukuran tekanan intraokuler dengan menggunakan tonometri

pemeriksaan lapang pandang

pemeriksaan ketajaman penglihatan

pemeriksaan refraksi

respon refleks pupil

pemeriksaan slit lamp.

A. PENGKAJIAN

Tanda-tanda vital

Identifikasi faktor risiko dan riwayat keluarga

Observasi perilaku anak yang menunjukkan gangguan penglihatan

Kaji keluhan anak

Pemeriksaan penunjang

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nyeri b.d. agen cidera biologis.

Gangguan persepsi sensori : visual b.d. perubahan sensori motorik.

Risiko cidera b.d. gangguan visual

C. NURSING CARE PLAN

1 : Nyeri b.d. agen cidera biologisTujuan :a. Nyeri berkurang.

b. Berada pada tingkat kenyamanan.

Kriteria Hasil :a. Tidak mengekspresikan nyeri secara verbal atau pada wajah.b. Tingkat nyeri anak berkurang atau hilang.

Intervensi :a. Kaji skala nyeri.b. Meredakan nyeri dengan balutan mata untuk membatasi gerakan mata.c. Mengatur kamar atau ruangan dengan cahaya remang-remang.d. Pemberian analgesik dan antibiotic

2 : Gangguan persepsi sensori : visual b.d. perubahan sensori motorikTujuan : Pencegahan deteriorisasi visual yang lebih berat.Kriteria Hasil : Anak dan keluarga mampu memahami kondisi yang terjadi.Intervensi :a. Memberikan reorientasi pada keluarga secara berkala terhadap realitas dan lingkunganb. Memberikan penjelasan dan pemahaman untuk tindakan proteksi terhadap anak.

3 : Risiko cidera b.d. gangguan visualTujuan :Risiko cidera menurun.Kriteria Hasil : Pengendalian risko yang ditunjukkan dengan :a. Pantau faktor risiko perilaku anak dan lingkungan.b. Mengembangkan dan mengikuti strategi pengendalian risiko.c. Mengubah gaya hidup untuk mengurangi risiko.Intervensi :a. Pencegahan jatuh atau trauma lain pada anak.b. Pemantauan terhadap anak.c. Berikan materi dan pendidikan yang berhubungan dengan strategi dan tindakan untuk mencegah cidera4. implementasi

5. evaluasiS : nyeri berkurango : klien lebih rileksa : intervensi dihentikanp : -

2. Katarak kongenitalDefenisi Katarak Kongenital, sejak sebelum berumur 1 tahun sudah terlihat disebabkan oleh infeksi virus yang dialami ibu pada saat usia kehamilan masih dini (Farmacia, 2009). Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun.Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Sewaktu dalam kandungan, terbentuknya lensa adalah minggu ke lima sampai ke delapan usia kehamilan. Pada masa ini belum terbentuk kapsul pelindung, sehingga virus bisa masuk ke dalam jaringan lensa. Seluruh lensa buram, tampak abu-abu putih.

Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita penyakit rubela, galaktosemia, homosisteinuri, toksoplasmosis, inklusi sitomegalik,dan histoplasmosis, penyakit lain yang menyertai katarak kongenital biasanya berupa penyakit-penyakt herediter seperti mikroftlmus, aniridia, koloboma iris, keratokonus, iris heterokromia, lensa ektopik, displasia retina, dan megalo kornea

Penyebab katarak kongenital :1. Mungkin herediter dengan atau tanpa penyakit mata atau penyakit sistemik lain.2. Infeksi teratogenik yang diderita ibu saat kehamilan seperti campak jerman, cacar air, penyakit gondong, hepatitis dan poliomyelitis.3. Infeksi maternal selama masa kehamilan seperti pada infeksi toksoplasmosis4. Ibu hamil penderita diabetes melitus5. Kelainan genetik seperti Trisomi 21, galaktosemia dan sindrom Lowe Jenis-jenis katarak kongenital :1.Anterior polar cataract, dimana katarak terlihat jelas, terletak di bagian depan lensa mata dan biasanya terkait dengan sifat bawaan.2.Posterior polar cataract juga terlihat jelas, tetapi muncul di bagian belakang lensa mata.

3.Nuclear cataract muncul di bagian tengah lensa. Merupakan jenis katarak yang lazim pada pembentukan katarak kongenital.4.Cerulean cataracts, biasanya ditemukan di kedua mata bayi dan dibedakan dengan bintik kecil dan kebiruan pada mata serta terkait dengan keturunan/genetik.

Gejala1.Adanya kekeruhan (berwarna abu-abu atau putih) pada pupil mata, yang normalnya berwarna hitam2.Bayi tidak tampak bisa melihat (jika katarak mengenai kedua mata). Bayi tidak menunjukkan adanya kesadaran visual terhadap lingkungan di sekitarnya.3.Tidak ada cahaya mata merah dari pupil saat difoto, atau berbeda antara kedua mata4.Kadang terdapat gerakan mata yang cepat dan tidak biasa (nystagmus)

Rencana asuhan keperawatan1.pengkajianBiodata : Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,suku/ bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor register.2. Riwayat kesehatana. Keluhan utama : Penurunan ketajaman penglihatan dan silau.b. Riwayat kesehatan dahulu : Riwayat kesehatan pendahuluan pasien diambil untuk menemukan masalah primer pasien, seperti: kesulitan membaca, pandangan kabur,pandangan ganda, atau hilangnya daerah penglihatan soliter. Perawatharus menemukan apakah masalahnya hanya mengenai satu mata ataudua mata dan berapa lama pasien sudah menderita kelainan ini.Riwayat mata yang jelas sangat penting. Apakah pasien pernahmengalami cedera mata atau infeksi mata?, penyakit apa yang terakhirdiderita pasien?.c. Riwayat kesehatan sekarangEksplorasi keadaan atau status okuler umum pasien. Apakah iamengenakan kacamata atau lensa kontak?, apakah pasien mengalamikesulitan melihat (fokus) pada jarak dekat atau jauh?, apakah adakeluhan dalam membaca atau menonton televisi?, bagaimana denganmasalah membedakan warna atau masalah dengan penglihatan lateralatau perifer?d. Riwayat kesehatan keluargaAdakah riwayat kelainan mata pada keluarga derajat pertama ataukakek-nenek.3. Pemeriksaan fisikPada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara keabuanpada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop(Smeltzer, 2002). Katarak terlihat tampak hitam terhadap refleks fundusketika mata diperiksa dengan oftalmoskop direk. Pemeriksaan slit lampmemungkinkan pemeriksaan katarak secara rinci dan identifikasi lokasiopasitas dengan tepat. Katarak terkait usia biasanya terletak didaerahnukleus, korteks, atau subkapsular. Katarak terinduksi steroid umumnyaterletak di subkapsular posterior. Tampilan lain yang menandakanpenyebab okular katarak dapat ditemukan, antara lain deposisi pigmenpada lensa menunjukkan inflamasi sebelumnya atau kerusakan irismenandakan trauma mata sebelumnya (James, 2005)4. Perubahan pola fungsiData yang diperoleh dalam kasus katarak, menurut Doenges (2000) adalahsebagai berikut :a. Aktivitas / istirahatGejala : Perubahan aktivitas biasanya/ hobi sehubungan dengangangguan penglihatan.b. Makanan/ cairanGejala : Mual/ muntah.c. NeurosensoriGejala : Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar terangmenyebabkan silau dengan kehilangan bertahappenglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengandekat/ merasa di ruang gelap.Perubahan kacamata/ pengobatan tidak memperbaikiPenglihatanTanda : Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupilHipersekresi air mata.d. Nyeri/ kenyamananGejala : Ketidaknyamanan ringan/ mata berair.

3. Kelopak mata turun/menggantung (ptosis)DefenisiPtosis adalah istilah medis untuk suatu keadaan dimana kelopak mata atas (palpebra superior) turun di bawah posisi normal saat membuka mata yang dapat terjadi unilateral atau bilateral. Posisi normal palpebra superior adalah 2 mm dari tepi limbus atas dan palpebra inferior berada tepat pada tepi limbus bawah.

Etiologi

Ptosis terjadi karena kesalahan pembentukan ( maldevelopment ) otot kelopak mata atas dan tidak adanya lipatan kelopak mata, namun kerusakkan mendasarnya kemungkinan timbul pada persyarafan dibandingkan otot itu sendiri, karena sering ditemukan lemahnya otot rektus superior yang dipersarafi oleh Saraf / Nervus III.

Klasifikasi ptosis Kongenital1.Unilateral : kegagalan perkembangan yaitu innervasi abnormal otot levator palpebra.Bila cukup berat dapat menyebabkan ambliopia dan harus segera ditangani dengan pembedahan. Dapat menyertai Marcus Gunn syndrome (kelainan nervus III dan nervus V), dimana kontraksi m.levator palpebra terjadi bila rahang membuka ke samping pada sisi yang berlawanan.2.Bilateral : infantile myastenia gravis atau anak dari ibu yang menderita MG.3.Ptosis yang menyertai Sturge Weber, von Recklinghausen syndrome dan alkohol fetal syndrome.Rencana asuhan keperawatan I.Pengkajian Pengumpulan Data:(1)Identitas pasienMeliputi nama, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, tanggal pemeriksaan, alamat, suku dan bangsa yang digunakan, nomor register, diagnosa medis.(2)Keluhan utamaKeluhan- keluhan yang paling utama yang dirasakan pasien misalnya menutupnya kelopak mata yang tidak normal, gangguan penglihatan.(3)Riwayat penyakit sekarangBagaimana keadaan dan keluhan klien saat timbulnya masalah, riwayat trauma, miastenia gravis, penyebab, gejala ( tiba tiba atau perlahan ), lokasi.(4)Riwayat penyakit dahuluYang perlu dikaji pasien pernah menderita penyakit sebelumnya dan penyakit yang pernah diderita pasien misalnya trauma mata dan miastenia gravis.(5)Riwayat penyakit keluargaDalam pengkajian ini meliputi riwayat penyakit yang pernah diderita keluarga dan pada sistem lain yang mempengaruhinya.(6)Riwayat psikososialMeliputi psikologis pasien yang berhubungan dengan reaksi emosional, citra tubuh serta dampaknya terhadap kehidupanya sosial pasien(7)Riwayat pola sehari haria.Pola NutrisiMenguraikan tentang Jumlah kalori dan jumlah cairan sebelum dan selama sakitb.Pola EliminasiMenguraikan tentang frekuensi miksi dan defekasi setiap hari dan keluhan atau masalah yang terjadi.c.Pola AktifitasMenguraikan tentang aktivitas yang dilakukan sehari-hari (berat- ringannya aktivitas) dan macam-macam aktivitasnya.d.Pola IstirahatMenguraikan tentang berapa lama pasien beristirahat dalam sehari yang dibagi menjadi istirahat di siang hari dan di malam hari.Pemeriksaan Fisik:Pemeriksaan pada penderita ptosis untuk mendeteksi masalah fisik yang dapat mempengaruhi kesehatannya :Pemeriksaan fisik awal pada pasien ptosis dimulai dengan empat ukuran klinik :Inspeksi: kita dapat melihat sikap,bentuk,ukuran dan ada tidaknya gerakan yang tidak dapat dikendalikan dari otot tersebutPalpasi: palpasi dilakukan untuk menentukan konsistensi serta adanya nyeri takan dan untuk menilai kekuatan otot tonusGerakan pasif: gerakan pasif dilakukan dengan cara menyuruh pasien untuk mengistirahatkan ototnya dan pada saat yang bersamaan kita mengerakkan otot pasien. Pada pasien normal, maka kita akan mendapatkan tahanan otot yang berarti pada saat kita menggerakkan otot tersebut.Gerakan aktif: gerakan aktif dilakukan dengan dua cara,pertama pasien disuruh untuk menggerakan ototnya kemudian kita menahan gerakannya, kedua pasien suruh mengerakkan ototnya dan suruh dia untuk menahan gerakannya sendiriKordinasi gerakan: tindakan ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya kerja sama yang baik atar otot.1.Fissura interpalpebra verticalJarak antara margo palpebra superior dan inferior pada posisi penglihatan primer ( normal 15 18mm ). Ptosis < 15 mm2.Margin reflek distance (MRD)Penderita disuruh melihat pada posisi primer, kemudian di ukur jarak antara margo palpebra superior dan reflek cahaya, normal 4 mm.3.Fungsi levatorPenderita diminta melihat ke bawah maksimal, pemeriksa memegang penggaris dan menempatkan pada titik nol pada margo palpebra superior, juga pemeriksa menekan otot frontal agar otot frontal tidak ikut mengangkat kelopak mata, lalu penderita disuruh melihat ke atas maksimal dan dilihat margo palpebra superior ada pada titik berapa. Aksi elevator normal 14 16 mm.ptosis dibawah angka normal.III.Diagnosa keperawatan1.Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan beratnya palpebra yang abnormal2.Gangguan akomodasi berhubungan dengan penurunan kemampuan muskulus levator3.Gangguan citra diri berhubungan dengan penyakitnya4.Proses iritasi berhubungan dengan penekanan kelopak mata terhadap korneaIV.Intervensi keperawatan1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan beratnya palpebra yang abnormalIntervensi : a. Observasi beratnya palpebra yang abnormal R : mengetahui penyebab palpebra menjadi abnormalb. Kaji tingkat skala nyeri klien R/: pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupundeskripsic. Terangkan nyeri yang di derita klien dan penyebabnya R/: meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyerid. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi R/: adaptasi terhadap nyeri merupakan teknik yang dapat menurunkan nyerie. Kolaborasi pemberian analgesik R/: mengurangi terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgesik oral maupun sistemikImplementasi 1. mengobservasi beratnya palpebra yang abnormal2. mengkaji tingkat skala nyeri3. menerangkan nyeri dan penyebab nyeri yang dialami klien4. mengajarkan teknik 5. mengkolaborasikan pemberian analgesic

EvaluasiS : klien mengatakan nyeri klien berkurangO : klien tampak lebih relaksA : intervensi di lanjutkanP : ajarkan teknik relaksasi dan distraksi2. Gangguan akomodasi berhubungan dengan penurunan kemampuan muskulus levatora.Observasi lapang pandang (penglihatan) klien R/: mengetahui sejauh mana penglihatan klienb.Anjurkan klien untuk tes tajam penglihatan, tes kelainan refraksi R/: untuk mengetahui ketajaman penglihatan dan ada tidaknya kelainan refraksi pada klienc. Anjurkan klien menunjukkan foto lama dari wajah dan matapasien R/: melihat perubahan perbandingan pada mata

4. Mata juling (strabismus)Strabismus adalah gangguan visual di mana mata tidak sinkron dan titik fokus menuju ke arah yang berbeda. Ketidaksinkronan ini dapat selalu hadir atau datang dan pergi. Kadang-kadang, hanya satu mata yang terkena dengan pandangan balik ke dalam (esotropia), ke luar (eksotropia) atau ke bawah, sedangkan mata yang lain mengarah lurus ke depan.

Penyebab pasti dari ketidakselarasan mata yang mengarah ke strabismus tidak sepenuhnya dipahami. Enam otot mata mengontrol pergerakan mata dan melekat pada bagian luar masing-masing mata. Dua otot pada setiap mata menggerakkan mata ke kanan atau kiri sementara empat otot lainnya menggerakkan ke atas atau bawah dan kontrol gerakan miring. Untuk fokus kedua mata pada satu sasaran, semua otot mata harus bekerja sama dengan otot-otot mata yang sesuai dari arah berlawanan. Otak mengkoordinasi otot-otot mata ini. Katarak atau cedera mata yang mempengaruhi visi juga dapat menyebabkan strabismus.

Rencana asuhan keperawatan 1. Pengkajian1.Biodata : Nama, Umur, Jenis kelamin, Pekerjaan, Alamat, Pendidikan2.Keluhan utama : Merasa mata tidak lurus, sakit kepala, mata seperti melihat ganda.3.Riwayat penyakit sekarang -Penyimpangan pengihatan -Penggunaan kacamata dengan kelainan ruang yang jauh antara mata kanan dan kiri -Adanya trauma mata -Terlihat mata ambliopia dan histagmus -Mata hipermetropi4.Riwayat penyakit dahulu : Adanya penyakit DM, stroke, hipertensi, trauma kepala, infeksi mata, pengobatan lase.5.Riwayat penyakit keluarga : Adanya DM, stroke, hipertensi, strabismus.6.Pemeriksaan fisik- TTV ( tensi, suhu, nadi, respiratorik)- Mata terlihat tidak lurus- Bola mata bergulir tidak sampai ke ujung saat melirik7. Aktifitas : - Perubahan aktifitas sehari-hari karena berkurangnya penglihatan. - Merasa takut melakukan pergerakan bola mata karena luka operasi8. Rasa aman : - Pasien gelisah karena mata merasa lelah - Nyeri kepala9. Persepsi sensori penglihatan : Kedua bola matanya tidak focus pada satu tempat ketika melihat suatu benda2. Diagnosa keperawatana. Gangguan persepsi sensori kerusakan otot penggerak mata.b. Gangguan citra tubuh perubahan penampilan mata sekunder terhadap strabismus / juling.c. Resiko tinggi injuri b.d terbentuknya bayangan ganda

3. intervensi 1.Gangguan persepsi sensori kerusakan otot penggerak mata.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x24 jam gangguan persepsi sensori dapat teratasi dengan criteria hasila. Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individub. Mengenai gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.c. Mengidentifikasi / memperbaiki potensial bahaya dalam lingkunganIntervensia.Tentukan ketajaman dan kerusakan otot penggerak mata. Rasional : Apakah bilateral atau hanya satu mata sehingga memudahkan menentukan prosedur yang tepat untuk melakukan intervensi lanjutan.b.Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain diareanya Rasional : Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaanc.Observasi tanda-tanda disorientasi, pertahankan pagar tempat tidur sampai benar-benar sembuh dari ansietas. Rasional : menurunkan resiko jatuh bila pasien bingung / tak kenal ukuran tempat tidurd.Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi dan sering menyentuh, dorong orang terekat tinggal dengan pasien. Rasional : Memberikan rangsang sensori tepat terhadap isolasi dan menurunkan bingung2.Gangguan citra tubuh perubahan penampilan mata sekunder terhadap strabismus / juling.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam gangguan citra tubuh dapat teratasikriteria hasil:a.Menggunakan dan mendemontrasikan penerimaan penampilan.b.Mendemontrasikan keinginan dan kemampuan untuk mengambil perawatan diri / tanggung jawab peran.Intervensi :a.Dorong individu untuk mengekspresikan perasaan, khususnya mengenai pikiran, perasaan, pandangan dirinya.Rasional : untuk mengurangi antisietas dan mengidentifikasi gangguan citra tubuhnya.b.Penjelasan berbagai kesalahan konsep individu terhadap perawatan diri atau memberi perawatan.Rasional : agar pasien mampu melakukan perawatan diric.Siapkan orang terdekat terhadap perubahan fisik dan emosional, dukung keluarga ketika mereka berupaya untuk beradaptasi.Rasional : keluarga mampu memahami kondisi pasiend.Berikan kesempatan berbagi rasa dengan individu yang mengalami pengalaman samaRasional : memulihkan kepercayaan diri3.Resiko tinggi injuri b.d terbentuknya bayangan gandaTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam resti injuri dapat teratasi dengan criteria hasil.a.Menyatakan pemahaman faktor yang terlibat dalam kemungkinan cederab.menunjukkan perilaku,pola hidup untuk menurunkan faktor resiko dan untuk melindungi diri dari cedera.Intervensi :a.Batasi aktifitas seperti menggerakan kepala tiba-tiba. Rasional : Menurunkan TIOb.Berikan lingkungan yang aman Rasional : mengurangi rasiko injuri dan memudahkan pasien melakukan aktifitasc.Kolaborasi dengan keluarga untuk membantu aktifitas pasien Rasional : kebutuhan pasien terpenuhi berkurangnya resiko injuri4.implementasi - membatasi aktivitas klien- memberikan lingkungan yang aman- Mengkolaborasikan dengan keluarga membantu aktivitas pasien5.evaluasi S ; klien mengatakan gangguan persepsi dapat teratasi,klien mengatakan citra tubuh ,resiko injuri menurunO : ketajaman penglihatan klien meningkat, klien menerima penampilannya, klien mampu melindungi diri dari cederaA : intervensi tidak dilanjutkanP : -