penyakit jaringan ikat
TRANSCRIPT
PENYAKITJARINGAN IKAT
RIZKA NOVITA INDRIANI
20050310014
KLASIFIKASI PENYAKIT JARINGAN IKAT
SLE DLE Dermatomiositis Dermatokalazia Sindroma Ehler-
Danlos Skleredema
Skleroderma sirkumskripta
Skleroderma sistemik
Liken Sklerosis et Atrofikus
Pick-Herxheimer Pseudoxantoma
elastikum
LUPUS ERITEMATOSUS Merupakan penyakit yang menyerang sistem
konektif dan vaskuler Merupakan penyakit autoimun. Ada banyak
anggapan bahwa penyakit ini disebabkan oleh interaksi antara faktor-faktor genetik dan imunologik, selain faktor genetik ada faktor infeksi (virus) dan faktor hormonal.
Penyakit dapat pula diinduksi oleh obat, misalnya prokainamid, hidantoin, griseofulvin, fenilbutazone, penisilin, streptomisin, tetrasiklin, dan sulfonamida dan disebut Systemic L.E.-like syndrome
PATOGENESIS
Kedua bentuk lupus eritematosus dimulai dengan mutasi somatik pada sel asal limfositik (lymphocytic stem cell) pada orang yang mempunyai predisposisi.
Gejala-gejala pada kedua bentuk memberi sugesti bahwa keduanya merupakan varian penyakit yang sama. Kelainan-kelainan hematologik dan imunologik pada DLE lebih ringan daripada SLE
PERBEDAAN SLE DAN DLE
SLE DLE
Wanita jauh lebih banyak daripada pria, umumnya terbanyak sebelum usia 40 tahun (antara 20-30 tahun)
Insidensi pada wanita lebih banyak daripada pria, usia biasanya lebih dari 30 tahun
Kira-kira 5% berasosiasi dengan atau menjadi DLE
Kira-kira 5% mempunyai lesi-lesi kulit SLE
Lesi mukosa lebih sering, terutama pada L.E.S akut
Gejala konstitusional jarang
Kelainan laboratorik dan imunologik sering
Kelainan laboratorik dan imunologik jarang
Fenomena sel L.E. 90% positif Fenomena sel L.E. 1-2 % positif
Antibodi antinuklear > 90% Antibodi antinuklear 35%
Wanita : pria = 8 : 1 Wanita : pria = 2 : 1
LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK (SLE)
Definisi : merupakan penyakit sistemik yang menyerang sistem jaringan ikat dan vaskular dengan karakteristik adanya antinuklear antibodi (AAN).
Penyebab : dimasukkan ke dalam golongan penyakit autoimun, diduga faktor genetik memiliki peranan penting oleh karena di dalam serum penderita dapat terjadi fenomena sel LE, karena ada faktor LE. Di dalam sel darah didapati AAN dan serum komplemen glomerulus yang memperkuat konsep adanya gangguan imunologi dalam penderita LES.
Faktor yang mempengaruhi : sinar matahari sering menjadi faktor pencetus (fotosensitivitas). Obat seperti antibiotika dapat menjadi faktor penyebab timbulnya penyakit. Kehamilan kadang memberi perubahan pada perjalanan penyakit, hanya pada pascapartum dapat timbul kembali.
Gejala penyakit : Dimulai dengan gejala konstitusi (malaise, febris, BB
turun) Pada sendi dapat timbul atritis dan atralgia (terutama
pada sendi-sendi kecil) Kelainan ginjal (hematuria, proteinuria,tanda-tanda
sindrom nefrotik)
Kelaina kardiovaskuler (endokarditis akut, subakut, fenomena Raynaud)
Pada paru-paru dapat timbul pneumonia dan pleuritis Gangguan saluran pencernaan mual, diare, nyeri
pada perut atas Kelainan pada sistem kelenjar limfe
hepatosplenomegali Kelainan sistem saraf psikosis (terutama pada masa
eksaserbasi) Mata udem dis ekitar mata, konjungtivitis Darah serologis sifilis positif semu
Predileksi : kedua pipi, batang hidung, dada, lengan, pangkal jari-jari tangan, telapak tangan dan punggung tangan, mukosa mulut, faring dan vagina.
UKK : Eritem pada kedua pipi dan batang hidung butterfly
appereance eritem pada lengan, dada, punggung, telapak tangan
yang besarnya milier-numuler, batas tegas dan pada tepinya tampak hiperpigmentasi dan telangiektasi
Eritem dapat juga terjadi pada pangkal kuku (periungual erithema)
Skuma yang halus terdapat di atas daerah eritem
Makulopapular yang eritem dapat mengenai kepala, hingga menimbulkan alopesia permanen
Krusta menutupi lesi eritem disertai atrofi kulit Ulkus dan vaskulitis pada sisi eksternal jari-jari tangan Bula sering ditemukan apabila berhubunga dengan
fotosensitivitas Ulkus-ulkus pada mukosa palatum, dan faring yang
asimtomatis Ulkus juga dapat terjadi pada tungkai bawah sekitar
maleolus yang besarnya lentikuler sampai numuler dengan rasa sakit yang hebat
Petikie dan ekimosis lengan, dada, badan akibat trombositopenia
KRITERIA DIAGNOSTIK) Eritema fasial (butterfly
rash) Lesi diskoid Sikatrik hipotrofik Fotosensitivitas Ulserasi di mulut dan
rinofaring Artritis (non erosif,
mengenai 2 atau lebih sendi perifer)
Serositis (pleuritis, perikarditis)
Kelainan ginjal (proteinuria > 0,5 g/hari, cellular casts)
Kelainan neurologik (kelelahan, psikosis)
Kelainan darah,yakni anemia hemolitik, leukopenia (< 4000/µl), limfopenia, atau trombositopenia (<100.000/µl)
Gangguan imunologik {( sel L.E, anti DNA, anti-Sm (antibodi terhadap antigen anti otot polos) atau positif semu tes serologik untuk sifilis)}, antibodi antinuklear.
PENEGAKKAN DIAGNOSIS
Pemeriksaan laboratorium Fenomena sel S.E. dan tes sel L.E. Antibodi antinuklear (AAN) Lupus band test Anti-ds-RNA Anti-Sm
DIAGNOSIS
Diagnosis dapat dibuat, bila kriteria dari A.R.A. dipenuhi. Harus diingat, bahwa pengumpulan berbagai gejala di semua alat dan kelainan laboratorik serta imunologik harus diadakan untuk memastikan SLE
DD : Artritis reumatika Sklerosis sistemik Dermatomiositis Purpura trombositopenik.
PENATALAKSANAAN
Kortikosteroid sistemik merupakan indikasi, bila penderita sakit kritis, misalnya terdapat krisis lupus nefritis, pleuritis, perikarditis atau mengalami banyak hemoragi. Prednison 1 mg/kg BB atau 60-80 mg sehari.
Kemudian diturunkan 5 mg/minggu dan dicari dosis pemeliharaan yang diberikan selang sehari.
Obat-obat antibiotik, antiviral dan antifungal harus diberikan, bila terdapat komplikasi, misalnya infeksi sekunder, pneumonia bakterial atau infeksi virus, dan mikosis sistemik.
DISKOID LUPUS ERITEMATOSUS
Kelainan biasanya berlokalisasi simetrik di muka (terutama hidung dan pipi), telinga atau leher. Lesi terdiri atas bercak-becak (makula merah atau bercak meninggi), berbatas jelas dengan sumbatan keratin pada folikel-folikel rambut (follicular plugs). Bila lesi-lesi di atas hidung dan pipi berkonfluensi dapat berbentuk seperti kupu-kupu (butterfly erythema).
Penyakit ini dapat meninggalkan sikatriks atrofik, kadang-kadang hipertrofik, bahkan distorsi telinga dan hidung
Hidung dapat berbentuk seperti paruh kakatua. Bagian badan yang tidak tertutup pakaian, yang terkena sinar matahari lebih cepat beresidif daripada bagian-bagian lain.
Lesi-lesi dapat terjadi di mukosa, yakni di mukosa oral dan vulva, atau di konjungtiva.
Klinis nampak deskuamasi, kadang-kadang ulserasi dan sikatrisasi.
VARIAN KLINIS DLE
Lupus eritematosus tumidusBercak-bercak eritematosa coklat yang meninggi terlihat di muka, lutut, dan tumit. Gambaran klinis dapat menyerupai erisipelas atau selulitis.
Lupus eritematosus profundaNodus-nodus terletak dalam, tampak pada dahi, leher, bokong, dan lengan atas. Kulit di atas nodus eritematosa, atrofik atau berulserasi.
Lupus hipotrofikusPenyakit sering terlihat di bibir bawah dari mulut, terdiri atas plak yang berindurasi dengan sentrum yang atrofik.
Lupus pernio s.chilblain lupus (Hutchinson)Penyakit terdiri atas bercak-bercak eritematosa yang berinfiltrasi di daerah-daerah yang tidak tertutup pakaian, memburuk pada hawa dingin.
Predileksi : wajah (pipi kiri dan kanan) simetris, telinga kiri dan kanan, dada, lengan, dan kepala di belakang telinga.
UKK : makula eritematosa, makula hiperpigmentasi numular sampai plakat dengan gambaran kupu-kupu. Sekitar lesi dadapati telangiektasia dan pada bagian tengan didapati sumbatan folikular (folicullar plug).
Gambaran histopatologi : gambaran lesi yang khas (wire loop) yaitu penebalan membran basalis dan sumbatan folikuler. Terdapat degenerasi jaringan ikat berupa hialinisasi, edema dan parubahan fibrinoid pada sel-sel di bawah epidermis.
Pemeriksaan Lab : Pemeriksaan darah untuk melihat perbandingan
albumin dan globulin (rasio A/G), laju endap darah untuk leukositosis, serta melihat sel LE (dengan pewarnaan Romanovsky).
Urinalisis DD :
Psoriasis : penyakit kronik residitif dengan skuama tebal berwarna putih mengkilat.
Dermatitis seboroik : biasanya menyerang daerah kepala yang berambut dengan skuama berminyak dan gatal
Tinea fasialis : dibedakan dengan pemeriksaan KOH dan biopsi kulit
PENATALAKSANAAN Penderita harus menghindarkan trauma fisik, sinar
matahari, lingkungan yang sangat dingin, dan stress emosional.
Sistemik diberikan obat antimalaria, misalnya klorokuin. Dosis inisial ialah 1-2 tablet (@ 100 mg) sehari selama 3-6 minggu, kemudian 0,5-1 tablet selama waktu yang sama. Obat hanya dapat diberikan maksimal selama 3 bulan agar tidak timbul kerusakan mata
Topikal : preparat kortikosteroid (hidrokortison 1-2%, betametason propionat, triamsinolon asetonida)
Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada DLE dengan lesi-lesi yang diseminata. Dosis kecil diberikan secara intermiten misalnya prednison 30 mg.
DERMATOMIOSITIS Merupakan penyakit
inflamatorik dan degeneratif dengan angiopatia di kulit, subkutis dan otot.
Kelainan tersebut mengakibatkan perasaan lemah dan atrofi pada otot, terutama di sekitar pinggul.
Etiologi Penyebab dermatomiositis belum diketahui, namun
disangka penyakit auto-imun. Beberapa penyelidik memikirkan virus sebagai penyebabnya.
Insidensi Penyakit tidak terlalu jarang, insidensi lebih kecil
daripada SLE atau skleroderma sistemik, tetapi lebih sering daripada poliarteritis nodosa.
Rasio pria dan wanita ialah 1 : 2. Penyakit terdapat pada semua usia, tetapi usia paling
sering ialah anak antara 5-15 tahun dan dewasa antara 40-60 tahun.
GEJALA KLINIS
Penyakit mulai dengan
perubahan khas pada muka
(terutama pada palpebra),
yakni terdapat eritem dan
edema, berwarna merah ungu
( lila disease) kadang-kadang
juga livid.
Pada palpebra terdapat
telengektasia, disertai
paralisis otot-otot ekstra-
okular. Fase ini berlangsung
beberapa bulan.
Pada fase selanjutnya
timbul perubahan-
perubahan kutan yang
menetap dan menyerupai
lupus eritematosus.
Kelainan di muka menjalar
ke leher, toraks, lengan
bawah, dan lutut.
Papul-papul datar di atas
sendi-sendi tangan (tanda
Gotron) merupakan tanda
patognomonis untuk
dermatomiositis. Fase ini
disertai demam intermiten,
takikardi, hiperhidrosis, dan
penurunan berat badan.
KELAINAN DI LUAR KULIT
Kelainan otot dapat bersifat berat. Kelemahan otot yang ekstensif disertai pembengkakan akut dan nyeri. Otot-otot yang terserang biasanya simetris dan terutama berlokalisasi di pinggang, juga di bahu dan tangan.
Kelainan mata terutama terdapat pada retina, berupa perdarahan dan bercak-bercak seperti serat wol atau katun.
Penyakit asosiasi kadang-kadang ada Scleroderma lokalisata dapat timbul bersama-sama dermatomiositis dan disebut sklerodermatosis
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan enzim serum dengan elektromiografi tampak kreatinin fosfokinase meningkat
ElektromiografiPemeriksaan darah : LED naik,
anemia, eosinofilia dan kreatinuria serta pemeriksaan albuminuria
Pemeriksaan Rontgen
DD : SLE, skleroderma Komplikasi :
Dapat terjadi deformitas jari tangan dan kaki Nyeri abdominal Kardiomiopati oleh karena terjadi degenaerasi otot
jantung Gagal nafas karena saluran nafas menjadi kaku
sklerosis otot pernafasan Wajah sedih
PENATALAKSANAAN
Istirahat total Kortikosteroid sistemik diberikan dalam dosis
supresif (60 mg prednison sehari) dan kemudian diturunkan sampai pada dosis pemeliharaan.
Bila perlu diberi obat-obat imunostatik, seperti metotreksat atau azatioprin.
Sebagai adjuvan diberikan vitamin E dan asam para-aminobenzoat.
DERMATOKALASIA (KUTIS LAKSA)
Kutis laksa bentuk generalisata kongenital jarang terjadi. Elastisitas kulit berkurang, longgar, dan tidak kembali ke posisi normal. Bentuk setempat sedikit lebih sering dijumpai, misalnya pada blefarokalasia. Bentuk didapat dapat dilihat pada penderita yang semula kegemukan setelah mengalami penurunan berat badan, sehingga kulit perut berkerut. Dermatokalasia dapat juga disebabkan oleh obat-obatan (penisilin, penisilinamin)
SINDROM EHLER-DANLOS
Sinonim : Kutis Hiperelastika/ Kulit Karet Indian
Etiologi : suatu kelompok yang diturunkan oleh jaringan kolagen jarang terjadi
Gambaran klinis : ditandai dengan kulit lunak, kenyal dan hiperekstensi, sendi hipermobil atau ‘double-jointed‘. Kutis laksa dapat terjadi. Kulit rapuh dan mudah terjadi memar; jaringan parut atrofidan luas. Sklera biru.
Penatalaksanaan : tidak ada terapi khusus,
tetapi beri perhatian khusus jika terjadi
laserasi, agar jaringan parut yang terbentuk
kecil.
SKLEREDEMA ADULTORUM(PENYAKIT BUSCHKE)
Adalah infiltrasi seperti skleroderma yang
terutama mengenai wajah, leher, dan badan.
Juga dapat mengenai lengan dan kadang-
kadang tungkai. Kulit menjadi keras dan tidak
dapat ditekan. Skleredema seringkali
menyertai penyakit infeksi dan sering
dihubungkan dengan diabetes.
SKLERODERMA SIRKUMKRIPTA
Skleroderma ialah kolagenosis kronis dengan gejala khas bercak-bercak putih kekuning-kuningan dan keras, yang seringkali mempunyai halo ungu di sekitarnya. Penyakit mulai dengan stadium inisial yang inflamatorik, yang kemudian memasuki fase sklerodermatik.
Sinonim: skleroderma lokalisata atau morfea.
Etiologi Belum diketahui, tetapi terdapat beberapa faktor
familial. Kehamilan dapat menyebabkan presipitasi atau agravasi pada morfea.
Insidensi Wanita menderita tiga kali lebih banyak daripada pria. Usia yang paling sering terserang adalah antara 20-40
tahun. Bentuk linear lebih predominan pada anak. Bila timbul
pada orang dewasa bentuk linear mulai pada usia lebih muda daripada bentuk lain.
Patogenesis Patogenesisnya belum jelas
Kemungkinan ada trofonerosis sebagai faktor yang mendasari, sebab penyakit dapat timbul sesudah terdapat kelainan kelenjar tiroid atau penyakit Raynaud.
Penyakit dapat timbul sesudah terdapat faktor-faktor provokatif, yakni trauma di kepala, penyakit infeksi (virus atau yang lain), atau intoksikasi.
Penyakit dapat sebagai manifestasi gangguan psikosomatik, yang menyebabkan spasme vaskuler.
GEJALA KLINIS Morfea Soliter (morfea en plaque)
Lesi terdiri atas sebuah bercak sklerotik yang numuler atau sebesar telapak tangan. Bercak biasanya berbentuk bulat, berbatas jelas, dan berkilat seperti lilin. Warna bercak merah kebiru-biruan, kadang-kadang seperti gading dengan halo ungu (violaceus lila ring). Hal tersebut berarti lesi masih inflamatorik (aktif). Bagian tengah bercak berwarna putih kuning seperti gading.
Di dalam lesi rambut berkurang, begitu juga respons keringat menurun. Bercak atau plak tersebut keras dan berindurasi, tetapi tidak melekat erat pada jaringan di bawahnya.
Morfea Gutata Bentuk ini sangat jarang. Lesi terdiri atas bercak kecil
dan bulat yang atrofik. Di sekitarnya terdapat halo ungu kebiru-biruan. Beberapa lesi berkelompok, lokalisasi biasanya di dada atau leher.
Skleroderma linear (skleroderma en coup de sabre) Lesi solitar dan unilateral. Biasanya lesi di kepala, dahi
atau ekstremitas. Pada lesi terdapat atrofi dan depresi. Berbeda dengan morfea biasa, yang terletak superfisial, maka skleroderma linear menyerang lapisan-lapisan kulit dalam.
Morfea segmental Bentuk ini dapat berlokalisasi di muka dan
menyebabkan hemi-atrofi. Bila berada di sebuah atau lebih dari sebuah ekstremitas, di samping ada indurasi ada pula atrofi pada lemak subkutis dan otot. Akibatnya ialah kontraktur otot dan tendon, serta ankilosis pada sendi tangan dan kaki.
Morfea generalisata Bentuk tersebut merupakan kombinasi empat bentuk
di atas. Morfea tersebar luas dan disertai atrofi otot-otot, sehingga timbul disabilitas. Lokalisasi terutama di badan bagian atas, abdomen, bokong, dan tungkai.
SKLERODERMA DIFUSA PROGRESIVA
Penyakit ini seperti skleroderma sirkumskripta, tetapi secara berturut-turut alat-alat viseral juga dikenai.
Sinonim: skleroderma sistemik/ sklerosis sistemik
Etiologi dan patogenesis seperti pada skleroderma sirkumskripta.
GEJALA KLINIS
Penyakit ini melalui tiga stadium, yaitu Menyerupai morbus Raynaud, Mukosa terserang, Alat-alat dalam terkena pula.
Stadium I Kelainan vasomotorik sebagai akrosianosis dan
akroasfiksi, terutama pada jari tangan. Di muka terdapat teleangiektasi. Kemudian tampak bercak-bercak yang indurasi yang berwarna agak kekuning-kuningan.
Pengerasan kulit dan keterbatasan pergerakan berakibat timbul muka topeng, mikrostomia, sklerodaktil pada jari tangan dengan ulserasi pada ujung, akrosklerosis dengan hiperpigmentasi dan depigmentasi serta atrofi, mulut kantong tembakau.
Stadium II Mukosa oral terkena : terdapat indurasi di lidah dan
gigi, serta terdapat paroksisma vasomotor dan kelainan sensibilitas
Stadium III Alat-alat visera terserang. Disfungsi dan penurunan motilitas esofagus Lambung dan usus mengalami kelainan yang sama Fibrosis paru Perikarditis dan efusi perikardium Penurunan fungsi ginjal
Sindrom C.R.S.T. (calcinosis cutis, Raynaud phenomenon, sclerodactily and telangiectasis syndrome) merupakan bentuk ringan skleroderma sistemik. Hanya esofagus terkena, alat-alat dalam lain tidak. Pada bentuk ini survival rate dalam 10 tahun adalah 93%.
DIAGNOSIS
Kadang-kadang baru dapat dibuat setelah observasi penderita cukup lama.
DD Kelainan kulit mula-mula dapat menyerupai
mikosis atau lupus eritematosus diskoid. Sklerodaktili harus dibedakan dengan lesi pada
lepra, siringomieli dan penyakit Raynaud. Bentuk ini harus didiagnosis banding dengan penyakit Raynaud dan miksedema.
PENATALAKSANAAN
Sampai kini belum ada obat spesifik untuk skleroderma. Tetapi harus ditujukan pada alat-alat yang terkena.
Penderita harus dilindungi terhadap kedinginan, bila terdapat fenomena Raynaud. Vasodilatansia dapat diberikan bila terdapat gejala-gejala vasomotorik.
Kortikosteroid (triamsinolon asetonid) dapat dipakai sebagai pengobatan, disuntikkan intralesi seminggu sekali. Efektivitas obat yang diberi sulit dinilai, sebab penyakit cenderung membaik secara spontan.
LIKEN SKLEROSIS ET ATROFIKUS
Kelainan ini, seringkali dimulai dengan papul kecil berwarna merah yang segera berubag menjadi seperti porselen.
Meskipun kulit tampak atrofik, sebenarnya mungkin tidak mengalami atrofi. Papul-papul tersebut dapat bergabung membentuk fokus yang lebih besar, yang seringkali disertai sumbat keratin folikular.
Daerah genital seringkali terkena dengan
pengerutan jaringan dan pruritus vulva yang hebat
(kraurosis vulva, kraurosis penis). Meatus uretra
dapat mengalami penyempitan, khususnya pada
pria.
Gambaran histologis yang khas pada liken
sklerosus ialah destruksi serat elastik (berbeda
dengan skleroderma). Pada badan, lesi skleroderma
sirkumkripta dapat menyerupai liken sklerosus.
AKRODERMATITIS KRONIKA ATROPIKA
Sinonim : pick Herxhaimer Definisi : merupakan kondisi dermatologis
kronik progresiv dan akhirnya menyeabkan atropi kuat pada kulit. Menyerang sistem saraf perifer (polineuroaphati)
Penyebab : kerusakan kulit yang progresiv diikuti oleh infeksi spirocheta Borrelia afzelii
Ruam kulit biasa terjadi pada ekstremitas atau tungkai diawali dengna stdium inflamasi dengan warna merah kebiruan dan pembengkakan kutis atrofi (bulan/tahun). Plakat sklerotik mungkin terjadi.
Apabila acrodermatitis kronika atropika semakin terjadi kulit akan menjadi berkerut (seperti kertas rokok)
Apabila sudah terjadi selama bertahun-tahun, akan menyebabkan atropi kulit, pada beberapa pasien akan terjadi keterbatasan gerak ekstremitas atas dan bawah
Terapi yang diberikan termasuk antibiotik seperti doksisiklin dan penisilin sampai 4 minggu pada fase akut.
Terapi sulit dilakukan apda pasien fase atrofi kronik.
PSEUDO XANTHOMA ELASTICUM
Etiologi : gangguan yang disebabkan oleh jaringan elastik, jarang terjadi
Gambaran klinis : lesi kulit jelas, perubahan retina dan gangguan vaskular. Kulit lunak, lentur dan berkeriput disertai papula kekuningan berpola retikular atau berbentuk plak, sehingga tampaknya seperti kulit ayam atau “peau d’orange”. Keadaan ini khas terlihat pada kulit leher, aksila, fossa antekubiti.
Garis angioid keabuan terlihat terlihat pada
retina . Jika arteri juga terkena akan mudah terjadi
perdarahan baik dari usus atau tempat-tempat
lain. Sering juga ada hipertensi.
Penatalaksanaan : hindari olahraga/hobi atau
peerjaan yang mudah menimbulkan trauma
sehingga terjadi kerusakan mata.
Alhamdulillah…