penyakit bawaan sampah

43
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah 2.1.1. Pengertian Sampah Sampah adalah semua jenis bahan padat, termasuk cairan dalam container yang dibuang sebagai bahan buangan yang tidak bermanfaat atau berbagai barang yang dibuang karena berlebihan (Sarudji dan Keman, 2010). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2008, mengartikan sampah sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia. Berdasarkan batasan- batasan tersebut menunjukkan bahwa sampah merupakan hasil kegiatan manusia yang dibuang karena sudah tidak berguna (Adnani, 2011). 2.1.2. Jenis Sampah Menurut Kusnoputranto dan Susanna (2000), sampah padat dibagi beberapa jenis yaitu sebagai berikut: 1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya: a. Sampah yang bersifat anorganik. Contohnya: logam-logam, pecahan gelas dan abu. b. Sampah yang bersifat organik. Contohnya: sisa-sisa makanan, kertas, plastik, daun-daunan, sisa sayur-sayuran dan buah-buahan. Universitas Sumatera Utara

Upload: jiyankhaylila

Post on 22-Dec-2015

59 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

Penyakit yang dapat disesbabkan karena sampah, maupun bawaan sampah.

TRANSCRIPT

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sampah

2.1.1. Pengertian Sampah

Sampah adalah semua jenis bahan padat, termasuk cairan dalam container

yang dibuang sebagai bahan buangan yang tidak bermanfaat atau berbagai barang

yang dibuang karena berlebihan (Sarudji dan Keman, 2010).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2008, mengartikan

sampah sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk

padat. Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi

atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia. Berdasarkan batasan-

batasan tersebut menunjukkan bahwa sampah merupakan hasil kegiatan manusia

yang dibuang karena sudah tidak berguna (Adnani, 2011).

2.1.2. Jenis Sampah

Menurut Kusnoputranto dan Susanna (2000), sampah padat dibagi beberapa

jenis yaitu sebagai berikut:

1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya:

a. Sampah yang bersifat anorganik. Contohnya: logam-logam, pecahan gelas dan

abu.

b. Sampah yang bersifat organik. Contohnya: sisa-sisa makanan, kertas, plastik,

daun-daunan, sisa sayur-sayuran dan buah-buahan.

Universitas Sumatera Utara

2. Berdasarkan dapat tidaknya dibakar:

a. Sampah yang mudah dibakar. Contohnya: kertas, karet, plastik, kain-kain dan

kayu.

b. Sampah yang tidak dapat terbakar. Contohnya: kaleng-kaleng, sisa-sisa

potongan besi, gelas dan abu.

3. Berdasarkan dapat tidaknya membusuk:

a. Sampah-sampah yang tidak membusuk. Contohnya: plastik, kaleng-kaleng,

pecahan gelas, karet dan abu.

b. Sampah-sampah yang mudah membusuk. Contohnya: potongan-potongan

daging, sisa-sisa makanan, sisa-sisa daun-daunan, buah-buahan, kertas dan

lain-lain.

2.1.3. Sumber Sampah

Menurut Chandra (2007), sampah berasal dari beberapa sumber yaitu sebagai

berikut:

1. Permukiman penduduk

Sampah di suatu permukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau beberapa

keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama yang terdapat di desa

atau di kota. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan dan bahan sisa

proses pengolahan makanan atau sampah basah (garbage), sampah kering

(rubbish), abu atau sampah sisa tumbuhan.

Universitas Sumatera Utara

2. Tempat umum dan tempat perdagangan

Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang berkumpul dan

melakukan kegiatan, termasuk juga tempat perdagangan. Jenis sampah yang

dihasilkan berupa sisa makanan (garbage), sampah kering (rubbish), sisa-sisa

bahan bangunan, sampah khusus dan terkadang sampah berbahaya.

3. Sarana layanan masyarakat milik pemerintah

Sarana layanan masyarakat yang dimaksud yaitu tempat hiburan dan umum,

tempat parkir, tempat layanan kesehatan misalnya rumah sakit dan puskesmas,

kompeks militer, gedung pertemuan, pantai tempat hiburan dan sarana

pemerintah yang lain. Tempat tersebut biasanya menghasilkan sampah khusus

dan sampah kering.

4. Industri berat dan ringan

Yang termasuk industri berat dan ringan yaitu industri makanan dan minuman,

industri kayu, industri kimia, industri logam, tempat pengolahan air kotor dan air

minum dan kegiatan industri lainnya, baik yang sifatnya distributif atau proses

bahan mentah. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah,

sampah kering, sisa-sisa bangunan, sampah khusus dan sampah berbahaya.

5. Pertanian

Sampah dihasilkan dari lokasi pertanian seperti kebun, ladang atau sawah

sampah yang dihasilkan berupa bahan-bahan makanan yang telah membusuk,

sampah pertanian, pupuk maupun bahan pembasmi serangga tanaman.

Universitas Sumatera Utara

2.1.4. Pengelolaan Sampah

Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008, pengelolaan sampah adalah

kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan

penanganan sampah. Pengelolaan sampah adalah suatu bidang kegiatan yang

berkaitan dengan pengaturan terhadap sumber sampah, penyimpanan, pengumpulan,

pemindahan dan pengangkutan, pengolahan dan pembuangan sampah dengan suatu

cara yang sesuai, baik dari segi kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik, konservasi,

estetika dan berbagai pertimbangan lingkungan lainnya dengan memperhatikan sikap

masyarakat (Sarudji dan Keman, 2010).

Menurut Adnani (2007), pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah

sejenis sampah rumah tangga terdiri dari dua hal yaitu pengurangan sampah dan

penanganan sampah. Pengurangan sampah meliputi pembatasan sumber sampah

melalui daur ulang dan pemanfaatan kembali sampah. Sedangkan kegiatan

penanganan sampah meliputi:

1. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan

jenis, jumlah dan sifat sampah.

2. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber

sampah ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) atau Tempat Pengolahan

Sampah Terpadu (TPST). TPS adalah tempat sebelum sampah diangkut ke

tempat pendauran ulang, pengolahan dan atau tempat pengolahan sampah

terpadu. Sedangkan TPST adalah tempat dilaksanakannya kegiatan

Universitas Sumatera Utara

pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan dan

pemrosesan akhir sampah.

3. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber atau dari tempat

penampungan sampah sementara atau dari Tempat Pengolahan Sampah Terpadu

(TPST) menuju ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). TPA adalah tempat untuk

memproses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi

manusia dan lingkungan.

4. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi dan jumlah

sampah.

5. Proses akhir sampah dalam bentuk pengambilan sampah dan residu hasil

pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.

Menurut Suyono dan Budiman (2011), pengurangan sampah dilakukan

dengan beberapa cara yaitu:

1. Reuse yaitu pemanfaatan kembali sampah secara langsung tanpa melalui proses

daur ulang misalnya pengumpulan koran bekas, proses ini biasanya dilakukan

oleh para pemulung.

2. Recycling (daur ulang) yaitu pemanfaatan bahan buangan untuk diproses kembali

menjadi barang yang sama atau menjadi bentuk lain. Proses ini juga biasanya

dilakukan oleh para pemulung.

Menurut Neolaka (2008), proses akhir pengelolaan sampah dilakukan di

Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) yang dijadikan sebagai Kawasan

Industri Sampah (KIS). Dilokasi TPA juga dilakukan pemisahan sampah dengan teliti

Universitas Sumatera Utara

untuk mengetahui perlakuan sampah-sampah tersebut sesuai fungsinya. Sampah yang

berbahaya perlu penanganan secara khusus. Biasanya sampah berbahaya

penanganannya disesuaikan Undang-Undang atau peraturan yang berlaku. Namun

pada sampah yang tidak bisa diolah atau diproses secara khusus dibuang dengan cara

sanitary landfill. Akan tetapi kenyataan di lapangan yang terjadi adalah dilakukan

dengan cara open dumping.

Menurut Chandra (2007), tahap pemusnahan sampah terdapat beberapa

metode yang dapat digunakan antara lain:

1. Sanitary landfill adalah sistem pemusnahan yang paling baik, dalam metode ini

pemusnahan dilakukan dengan cara menimbun sampah dengan tanah yang

dilakukan selapis demi selapis.

2. Incineration atau insenerasi merupakan suatu metode pemusnahan sampah

dengan cara membakar sampah secara besar-besaran dengan menggunakan

fasilitas pabrik.

3. Composting yaitu pemusnahan sampah dengan cara memanfaatkan proses

dekomposisi zat organik oleh bakteri-bakteri tertentu, proses ini menghasilkan

bahan berupa kompos atau pupuk.

4. Hog feeding yaitu pemberian sejenis garbage kepada hewan ternak (babi) tetapi

perlu diingat bahwa sampah basah tersebut harus diolah terlebih dahulu (dimasak

atau direbus) untuk mencegah penularan penyakit cacing pita (trichinosis) ke

hewan ternak.

Universitas Sumatera Utara

5. Discharge to sewers yaitu sampah dihaluskan kemudian dimasukan kedalam

sistem pembuangan air limbah. Metode ini dapat efektif jika sistem pembuangan

air limbah dilakukan dengan baik.

6. Dumping

Dumping yaitu sampah dibuang atau diletakkan begitu saja di tanah

lapangan, jurang atau TPA sampah sampai sampah tersebut penuh dan

pembuangan sampah dipindahkan ke lokasi lain atau TPA yang baru

(Chandra, 2007).

Dumping merupakan metode yang paling sederhana dan sering dipakai di

negara berkembang. Biasanya dimanfaatkan untuk menutup tanah, rawa dan

jurang, sampah hanya dibuang dan ditumpuk saja tanpa penutupan. Sistem ini

terbagi menjadi dua macam yaitu open dumping (penumpukan terbuka) dan sea

dumping (penumpukan di laut), metode ini menimbulkan masalah pencemaran

(Kusnoputranto dan Susanna, 2000).

2.1.5. Pengaruh Sampah terhadap Masyarakat dan Lingkungan

Sampah padat yang tidak dikelola dengan baik, hanya dibuang saja akan

menjadi masalah bagi kesehatan masyarakat. Hal ini bisa terjadi karena sampah

tersebut menjadi sarang vektor penyakit. Sampah padat berupa makanan sangat

disukai lalat, lalat akan hinggap dan bahkan bertelur di tumpukan sampah itu. Apabila

sampah mengandung kotoran binatang atau manusia yang telah terinfeksi, maka lalat

yang hinggap pada kotoran dapat menularkan penyakit. Sampah padat yang kotor

Universitas Sumatera Utara

dapat menjadi sarang kecoa seperti halnya dapat menyebarluaskan bibit penyakit

(Machfoedz, 2008).

Binatang lain yang senang berkembang biak di dalam sampah padat atau yang

bersembunyi di dalam sampah misalnya kelabang dan luwing yang dapat

menyemprotkan cairan dari mulutnya sampai 75 cm, apabila cairan ini mengenai

mata dapat mengakibatkan buta. Sampah padat yang bertumpuk di atas tanah yang

lembab juga merupakan tempat yang baik bagi cacing-cacing tertentu yang bisa

membahayakan kesehatan seperti halnya cacing cambuk dan cacing gelang

(Machfoedz, 2008).

Menurut Adnani (2011), pengaruh sampah terhadap kesehatan dikelompokan

menjadi dua yaitu:

1. Pengaruh langsung

Pengaruh langsung terhadap kesehatan disebabkan karena adanya kontak

langsung antara manusia dengan sampah tersebut. Misalnya sampah beracun,

sampah yang bersifat korosif terhadap tubuh, sampah karsinogenik, teratogenik

dan sebagainya. Selain itu ada pula sampah yang mengandung kuman patogen

sehingga dapat menimbulkan penyakit. Sampah ini bisa berasal dari sampah

rumah tangga dan sampah industri.

2. Pengaruh tidak langsung

Pengaruh tidak langsung umumnya disebabkan oleh adanya vektor yang

membawa kuman penyakit yang berkembang biak di dalam sampah dan

menularkannya kepada manusia. Sampah apabila ditimbun sembarangan dapat

Universitas Sumatera Utara

dipakai sarang lalat, nyamuk dan tikus. Lalat merupakan vektor dari berbagai

macam penyakit saluran pencernaan seperti diare, typus, kholera dan sebagainya.

Nyamuk Aedes aegypty yang hidup dan berkembang biak di lingkungan yang

pengelolaan sampahnya kurang baik (banyak kaleng dengan genangan air),

sedangkan tikus disamping merusak harta benda masyarakat juga sering

membawa pinjal yang dapat menyebarkan penyakit pes dan leptospirosis serta

penyakit bawaan sampah lainnya seperti keracunan gas metan (CH4), hidrogen

sulfida (H2S) dan sebagainya.

Zat kimia yang dihasilkan sampah berupa gas hidrogen sulfida (H2S) yang

terbentuk akibat adanya penguraian zat-zat organik oleh bakteri. Gas ini Tidak

berwarna tetapi mempunyai ciri berbau khas seperti telur busuk dan merupakan jenis

gas beracun. Gas ini bersifat iritan bagi paru-paru dan efek utamanya melumpuhkan

pusat pernafasan. Efek fisik gas H2S terhadap manusia tergantung dari beberapa

faktor diantaranya adalah lamanya seseorang berada di lingkungan paparan H2S,

frekuensi seseorang terpapar, besarnya konsentrasi H2S dan daya tahan seseorang

terhadap paparan H2S. Efek gas H2S berupa gejala sakit kepala atau pusing, batuk,

sesak nafas, kulit terasa perih dan kehilangan kemampuan membau. Pada konsentrasi

yang tinggi mengakibatkan kehilangan kesadaran dan bisa mematikan dalam waktu

30-1 jam dan pada konsentrasi lebih dari 700 PPM kehilangan kesadaran dengan

cepat dan berlanjut kematian (Anonimous, 2001).

Gas lain yang dihasilkan oleh pembusukan sampah adalah gas metan (CH4),

gas ini tidak berwarna, tidak berbau dan bersifat mudah terbakar dengan sendirinya.

Universitas Sumatera Utara

Apabila secara tidak sengaja menghirup gas metan berakibat terjadinya ganggunan

pernafasan, dalam konsentrasi yang tinggi dan berkepanjangan memiliki dampak

buruk yaitu kematian. Gas metan apabila tidak dikelola dengan baik akan

menimbulkan kebakaran (Sukandarrumidi, 2006).

Menurut Kusnoputranto dan Susanna (2000), pengelolaan sampah yang tidak

baik memberikan pengaruh yang besar terhadap lingkungan seperti:

1. Menyebabkan estetika lingkungan menjadi tidak indah dilihat akibat adanya

tumpukan sampah sehingga mengganggu kenyamanan lingkungan masyarakat.

2. Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme menghasilkan gas-gas tertentu

yang dapat menyebabkan timbulnya bau busuk. Apabila konsentrasi bau busuk

sangat tinggi maka dapat menimbulkan ketidaknyamanan masyarakat.

3. Adanya debu-debu dapat mengganggu mata dan pernafasan.

4. Risiko terjadinya kebakaran (baik sengaja maupun tidak) dan asap yang

ditimbulkan dapat mengganggu pernafasan, penglihatan dan penurunan kualitas

udara. Selain itu berpotensi menyebabkan kebakaran yang luas dan

membahayakan penduduk sekitar.

5. Risiko terjadinya pencemaran udara karena meningkatnya konsentrasi debu, asap

dan gas-gas dari sampah padat yang melewati standar kualitas udara.

6. Pembuangan sampah kesaluran air akan menyebabkan pendangkalan saluran dan

mengurangi kemampuan daya aliran sungai. Sehingga bila terjadi hujan dapat

menimbulkan banjir. Pembuangan sampah ke dalam selokan atau badan-badan

air akan menyebabkan badan air tersebut menjadi kotor. Selain itu hasil

Universitas Sumatera Utara

dekomposisi biologis dari sampah yang berupa cairan organik dapat mencemari

air permukaan ataupun air tanah menjadi dangkal.

7. Dihasilkannya asam organik dari sampah yang dibuang ke badan air serta

kemungkinan timbulnya banjir akibat timbunan sampah yang berpotensi untuk

menyebabkan kerusakan fasilitas masyarakat, antara lain kerusakan jalan,

jembatan, saluran air, fasilitas saringan dan pengolahan air kotor.

Menurut Kusnoputranto dan Susanna (2000), pengelolaan sampah yang

kurang baik mencerminkan status keadaan sosial masyarakat di daerah tersebut,

keadaan lingkungan yang tidak bersih akan mengurangi daya tarik bagi orang lain

terutama turis asing untuk datang berkunjung ke daerah tersebut.

2.2. Keluhan Kesehatan

Keluhan kesehatan adalah keadaan seseorang yang mengalami gangguan

kesehatan baik karena penyakit akut ataupun penyakit kronis (Saryono dan Widianti,

2011).

Timbulnya penyakit pada masyarakat tertentu pada dasarnya merupakan hasil

interaksi antara penduduk setempat dengan berbagai komponen di lingkungannya.

Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat berinteraksi dengan pangan, udara, air,

serangga, tanah dan manusia. Apabila berbagai komponen lingkungan tersebut

mengandung bahan beracun ataupun bahan mikroba yang memiliki potensi timbulnya

penyakit, maka manusia akan jatuh sakit dan menurunkan kualitas sumber daya

Universitas Sumatera Utara

manusia. Sumber penyakit atau agent masuk kedalam tubuh melalui tiga cara yaitu

sistem pernafasan, sistem pencernaan dan melalui permukaan kulit (Achmadi, 2008).

2.2.1. Sistem Pernafasan

Manusia menghirup udara dan oksigen yang di dalamnya terdapat debu,

bakteri, virus, spora, jamur dan lain-lain. Sistem pernafasan berawal dari hidung,

tenggorokan, bronkus, cabang-cabang bronkhioli hingga akhirnya alveoli dilengkapi

dengan sistem pertahanan tubuh (Achmadi, 2011).

Pernafasan merupakan proses untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang

diperlukan dalam mengubah sumber energi menjadi energi serta membuang CO2

sebagai sisa metabolisme. Sistem pernafasan manusia terdiri atas beberapa organ

yang dapat mengalami gangguan. Gangguan ini biasanya berupa kelainan atau

penyakit yang dapat mengakibatkan terganggunya proses pernafasan. Penyebabnya

bisa karena infeksi kuman, bakteri, virus, asap rokok, debu atau polutan udara.

Tingkat polusi yang tinggi akan menyebabkan banyak sekali gangguan pernafasan

(Budiono, 2011).

Lingkungan yang digunakan untuk membuang sampah terutama sampah yang

mudah membusuk karena aktifitas mikroorganisme menghasilkan gas metan (NH4)

dan gas hidrogen sulfida (H2S) yang menimbulkan polutan udara dan berpengaruh

terhadap sistem pernafasan serta bersifat racun bagi tubuh (Soemirat 2009).

Universitas Sumatera Utara

Menurut Somantri (2009), pernafasan pada manusia sangat dipengaruhi oleh

beberapa hal berikut ini:

1. Lingkungan

Pada lingkungan yang panas terjadi dilatasi (pelebaran) pembuluh darah. Hal ini

mengakibatkan darah mengalir ke kulit sehingga akan meningkatkan jumlah

kehilangan panas dari permukaan tubuh.

2. Aktivitas dan istirahat

Latihan atau kegiatan akan meningkatkan laju respirasi dan menyebabkan

peningkatan suplai serta kebutuhan oksigen dalam tubuh.

3. Kesehatan

Seorang yang sehat sistem pernafasan secara normal menyediakan oksigen bagi

kebutuhan tubuh. Penyakit sistem pernafasan dapat mempengaruhi oksigenasi

dalam darah.

4. Gaya hidup

Orang yang perokok atau terpapar polusi udara dapat mengindikasikan adanya

gangguan paru-paru.

Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan sistem pernafasan adalah sebagai

berikut:

1. Batuk

Batuk adalah salah satu keluhan kesehatan pada sistem pernafasan, batuk

bukan suatu penyakit. Batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh di saluran

pernafasan dan merupakan gejala suatu penyakit atau reaksi tubuh terhadap iritasi di

Universitas Sumatera Utara

tenggorokan karena adanya lendir, makanan, debu, asap dan sebagainya. Batuk dapat

dibedakan dua jenis yaitu batuk akut dan batuk kronik. Batuk akut adalah batuk yang

berlangsung kurang dari 14 hari. Bila batuk sudah lebih dari 14 hari berturut-turut

disebut batuk kronik atau batuk kronik berulang (Zein, 2010).

Gangguan pernafasan harus tetap diwaspadai karena dapat berupa gejala

penyakit yang lebih serius. Adanya batuk terus-menerus, dahak bercampur darah, dan

timbul rasa sakit atau nyeri dada merupakan gejala yang mengarah ke penyakit

kanker paru-paru (Budiono, 2011).

2. Nyeri dada

Paru-paru merupakan organ dalam sistem pernafasan yang berfungsi menukar

oksigen dalam sistem karbondioksida dari darah dengan bantuan hemoglobin, proses

ini dikenal sebagai respirasi atau pernafasan. Seseorang yang tinggal di lingkungan

dengan tingkat pencemaran udara yang tinggi lebih rentan mengalami gangguan

pernafasan (Budiono, 2011).

Nyeri dada adalah salah satu keluhan pada sistem pernafasan, nyeri dada

merupakan perasaan sakit atau perasaan tidak nyaman yang cukup mengganggu di

daerah dada. Nyeri terjadi akibat rangsangan organ tubuh pada rongga dada yang

disalurkan ke dinding dada melalui saraf pusat. Nyeri dada berkaitan dengan paru,

jantung atau organ yang lain. Sifat nyeri dada bermacam-macam diantaranya nyeri

terasa berat, dada terasa penuh, dada seperti diremas, menusuk dan rasa terbakar

(Suddarth, 2002).

Universitas Sumatera Utara

Nyeri dada yang berkaitan dengan paru, nyeri terasa tajam dan menusuk.

Sedangkan nyeri yang berkaitan dengan jantung biasanya dimulai dari daerah dada

bagian tengah kemudian menyebar ke bagian leher dan dagu. Rasa nyeri tersebut

dapat pula menjalar ke bahu hingga ke lengan kiri bagian dalam. Nyeri dada juga

dapat disebabkan gangguan pada oesophagus dan lambung. Nyeri biasanya berasal

dari ulu hati yang kemudian dirasakan di dada bagian dalam dan disertai adanya mual

dan muntah (Anonimous, 2003).

3. Sesak Nafas

Sesak nafas adalah suatu istilah yang menggambarkan suatu persepsi subjektif

merasakan ketidaknyamanan bernafas yang terdiri dari berbagai sensasi yang

berbeda intensitasnya yang merupakan hasil interaksi berbagai faktor fisiologi,

psikologi, sosial dan lingkungan. Sesak nafas biasanya disertai dengan keluhan batuk

dan nyeri dada (Zein, 2010).

Orang yang mengalami sesak napas, frekuensi pernapasan meningkat di atas

24 kali per menit. Sesak napas merupakan gejala dari suatu penyakit serius yang tidak

boleh diabaikan karena dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu harus dicari

penyebab awalnya dan segera diatasi. Sesak nafas dapat terjadi karena faktor

lingkungan, pencemaran lingkungan, udara dingin dan lembab. Selain itu bekerja di

lingkungan berdebu atau asap dapat memicu sesak nafas berkepanjangan

(Hasyim, 2008).

Universitas Sumatera Utara

2.2.2. Sistem Pencernaan

Sistem pencernaan sangat penting dalam menunjang kesehatan, sistem

pencernaan memproses apa yang kita makan dan minum untuk memenuhi kebutuhan

tubuh akan nutrisi dan energi untuk berfungsi dengan baik. Sistem pencernaan

meliputi mulut, kerongkongan, lambung, usus kecil, usus besar hingga anus. Penyakit

dan gangguan sistem pencernaan bervariasi, namun biasanya memiliki gejala yang

serupa lalu mengarah ke salah satu jenis penyakit. Perlu diwaspadai apabila buang air

besar yang disertai adanya darah karena merupakan salah satu gejala penyakit yang

lebih serius (Shanty, 2011).

Diare adalah gangguan yang terjadi ketika adanya perubahan konsistensi feses

dan frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita diare ababila feses cair

dan buang air besar tiga kali atau lebih. Diare disebabkan oleh infeksi

mikroorganisme meliputi bakteri, virus, parasit dan protozoa. Diare dapat mengenai

semua kelompok umur dan berbagai golongan sosial, baik di negara maju maupun di

negara berkembang dan erat hubungannya dengan lingkungan yang tidak higienis

(Depkes RI, 2009).

Menurut Depkes RI (2006), penularan diare dapat terjadi melalui air yang

terkontaminasi bakteri, melalui vektor penyakit, melalui tangan yang kontak dengan

bakteri dan melalui tanah yang terkontaminasi. Faktor risiko yang paling dominan

menimbulkan diare adalah:

1. Sarana air bersih, yaitu semua sarana air bersih yang dipakai sebagai sumber air

yang dipakai sehari-hari oleh masyarakat. Yang perlu diperhatikan antara lain

Universitas Sumatera Utara

kualitas jumlah air yang digunakan oleh masyarakat, kuantitas air serta sumber air

bersih yang digunakan.

2. Pembuangan kotoran, berupa jamban yang digunakan oleh masyarakat yang

memenuhi syarat antara lain kotoran manusia tidak mencemari lingkungan, tidak

mencemari air dan tanah, tidak terjamah oleh manusia dan vektor.

3. Pembuangan air limbah yang berasal dari industri dan rumah tangga.

4. Pembuangan sampah apabila pengelolaan sampah tidak memenuhi persyaratan.

2.2.3. Penyakit Kulit

Menurut Sitorus (2008), penyakit kulit merupakan suatu penyakit yang

menyerang kulit permukaan tubuh dan disebabkan oleh berbagai macam penyebab.

Beberapa penyebab penyakit kulit yaitu kebersihan diri yang tidak baik, bahan kimia,

sinar matahari, virus, jamur, bakteri, alergi, kutu kulit atau kutu kudis (sarcoptes

scabiei).

1. Gatal-gatal

Rasa gatal menyebabkan seseorang merasa tidak nyaman dan biasanya

penderita tidak tahan dan berusaha untuk menggaruknya. Hal ini seringkali

menyebabkan timbulnya infeksi dan tampak terjadi penanahan. Salah satu penyakit

kulit adalah skabies dengan gejala keluhan gatal-gatal yang terjadi pada malam hari

dan adanya bintik-bintik padat. Gatal-gatal mudah sekali terjadi apabila didukung

oleh:

Universitas Sumatera Utara

a. Kulit berkeringat, gatal-gatal mudah sekali terjadi apabila kulit berkeringat.

Gatal-gatal juga dapat timbul karena kulit terkena benda plastik terlalu lama atau

terkena kain sintesis.

b. Pakaian, bila gatal-gatal disebabkan oleh pakaian atau sejenisnya dianjurkan

untuk menjaga kebersihan pakaian atau segera mengganti pakaian. Pakaian yang

kotor akan disenangi oleh bakteri yang sudah terkontaminasi dengan lingkungan.

c. Alergi, beberapa kasus gatal-gatal disebabkan oleh alergi. Walaupun bukan

merupakan faktor dominan, namun hal ini tidak dapat dibiarkan. Alergi dapat

terjadi karena terhirup debu, bulu hewan dan pakaian.

Upaya yang penting dalam pencegahan adalah pola hidup yang baik.

Pengobatan akan sia-sia diberikan apabila tidak disertai dengan menjaga kebersihan

diri seperti mencuci tangan, kaki atau mandi secara teratur dua kali sehari (Sitorus,

2008).

2. Kulit kemerahan

Kulit merupakan perlindungan tahap awal bagi tubuh dari segala bakteri, efek

negatif sinar ultraviolet, dan lain-lain. Sehingga kulit juga memiliki sifat yang

sensitif. Kemerahan pada kulit terjadi karena beberapa faktor yaitu alergi terhadap

udara, debu, plastik maupun obat-obatan dan akibat matahari. Sinar matahari

merupakan sumber radiasi ultraviolet yang bisa merusak sel-sel tubuh. Pemaparan

berlebihan dalam waktu singkat menyebabkan kulit menjadi kemerahan, terasa panas

dan luka bakar karena matahari (Sitorus, 2008).

Universitas Sumatera Utara

2.3. Pemulung dan Keluhan Kesehatan

Pemulung adalah seseorang yang memiliki pekerjaan sebagai pencari barang

yang sudah tidak dipakai lagi. Orang yang bekerja dalam proses pemulungan atau

sebagai pemulung adalah orang yang bekerja sebagai pencari sampah. Masyarakat

pemulung adalah sebuah komunitas yang unik dan berbeda dengan masyarakat umum

lainnya (Damanhuri dan Padmi, 2010).

Faktor risiko terganggunya kesehatan pemulung pada umumnya seringkali

ditemukan keluhan sakit perut, sakit kepala dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut

(ISPA). Sakit perut yang diderita diduga disebabkan pencemaran bakteri sampah pada

makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh pemulung. Sedangkan sakit kepala

disebabkan oleh terhirupnya gas metan dan bau busuk yang mencemarai TPA yang

timbul akibat proses pembusukan sampah (Sinaga, 2008).

2.4. Faktor yang Mempengaruhi Keluhan Kesehatan

Menurut Chandra (2007), ditinjau dari sudut ekologis, ada tiga faktor yang

dapat menimbulkan suatu kesakitan, kecacatan, ketidakmampuan, atau kematian pada

manusia. Tiga faktor tersebut terdiri atas agent penyakit, manusia dan lingkungannya.

Manusia dikatakan sehat apabila ketiga komponen tersebut dalam keadaan normal.

Namun, pada suatu keadaan saat keseimbangan dinamis tersebut terganggu misalnya

saat kualitas lingkungan hidup menurun sampai tingkatan tertentu agent penyakit

dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh manusia dan menimbulkan sakit.

Universitas Sumatera Utara

2.4.1. Lingkungan Tempat Pembuangan Akhir Sampah

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitarnya, baik berupa benda

hidup, benda mati, benda nyata ataupun abstrak, termasuk manusia lainnya serta

suasana yang terbantuk karena terjadinya interaksi diantara elemen-elemen di alam

tersebut (Soemirat, 2009).

Menurut Mulia (2005), lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan manusia

jika manusia tersebut terpapar (exposed) dengan lingkungan yang tercemar terutama

pada tingkat yang tidak dapat ditoleransi keberadaannya. Pada dasarnya pemaparan

faktor-faktor lingkungan tersebut dapat dilihat pada bagan di bawah ini:

Gambar 2.1. Mekanisme Pemaparan Faktor-Faktor Lingkungan (Moeler, 1992

dalam Mulia).

Lingkungan kerja merupakan tempat yang potensial mempengaruhi kesehatan

pekerja. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan pekerja antara lain faktor

Saluran pernafasan Kulit

Saluran pencernaan saluran pencernaan

Saluran pencernaan kulit

Makanan air

udara

Tanah

Manusia

Universitas Sumatera Utara

fisik, faktor kimia, dan faktor biologis. Lingkungan kerja ataupun jenis pekerjaan

dapat menimbulkan masalah kesehatan dan penyakit (Subaris dan Haryono, 2008).

Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) adalah suatu area yang

menampung sampah hasil pengangkutan dari Tempat Pembuangan Sementara (TPS)

maupun langsung dari sumbernya (bak atau tong sampah) dengan tujuan untuk

mengurangi permasalahan kapasitas atau timbunan sampah yang ada di masyarakat

umumnya. Sebenarnya setelah sampah sampai pada Tempat Pembuangan Akhir

(TPA) dapat mengurangi permasalahan yang ada di masyarakat, namun permasalahan

baru akan terjadi di tempat pembuangan akhir yang pada akhirnya juga akan

merugikan masyarakat. Permasalahan akan terjadi apabila proses yang ada di Tempat

Pembuangan Akhir (TPA) ini dianggap sudah selesai dengan cara open dumping

(dibuang pada areal atau lahan terbuka dan dibiarkan berproses sendiri) tanpa ada

proses lebih lanjut. Sampah yang dibuang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) akan

memberikan dampak, baik dari segi estetika maupun gangguan lain seperti

pencemaran lingkungan dan terjadinya gangguan kesehatan serta bencana atau

kecelakaan (Suyono dan Budiman, 2010).

Kondisi lingkungan kerja pemulung berada di lingkungan terbuka sehingga

kondisinya berhubungan langsung dengan sengatan matahari, debu, dan bau dari

sampah. Dengan kondisi tersebut dapat menimbulkan gangguan kesehatan atau

penyakit akibat kerja. Lingkungan yang tidak terjaga kebersihannya menjadi sumber

penularan penyakit (Junaedi, 2007).

Universitas Sumatera Utara

1. Paparan terhadap cahaya matahari

Pencahayaan atau penerangan merupakan salah satu komponen agar pekerja

dapat bekerja atau mengamati benda yang sedang dikerjakan secara jelas, cepat,

nyaman dan aman. Sumber cahaya berasal dari pencahayaan buatan seperti lampu

pijar dan lampu pelepasan listrik dan pencahayaan alam yang bersumber dari sinar

matahari. Sinar matahari adalah suatu pajanan penting bagi orang yang bekerja di

lingkungan terbuka atau di luar gedung (Subaris dan Haryono, 2008).

Menurut Achmadi (2011), dalam pengertian umum sinar matahari adalah

sekumpulan gelombang (spektrum) elektromagnetik dengan berbagai ragam panjang

gelombang dan frekuensi. Sinar matahari merupakan pancaran radiasi dari matahari

atau solar radiation. Bumi memiliki atmosfer yang bisa berfungsi sebagai filter, agar

sinar matahari tidak secara utuh mengenai permukaan bumi terutama sinar matahari

yang mengandung ultraviolet.

Paparan sinar matahari yang baik adalah sinar matahari pagi hari, sebelum

pukul 09.00. Pada jam tersebut, matahari akan memberikan sinar yang bermanfaat

bagi tubuh, pancarannya mampu mensintesis menjadi vitamin D dan untuk kesehatan

tulang serta pembentukan kalsium. Sinar matahari juga bermanfaat meningkatkan

sirkulasi darah dan mengurangi tekanan jantung. Selain itu, dapat pula meningkatkan

metabolisme tubuh. Racun dapat dibuang dari tubuh melalui metabolisme, akan tetapi

berjemur di atas pukul 09.00 sinar matahari justru berbahaya bagi kulit. Hal ini

dikarenakan sinar matahari mengandung sinar ultraviolet A (UVA) dan ultraviolet B

(UVB) dapat merusak membran sel sehingga mengakibatkan kulit merah dan

Universitas Sumatera Utara

terbakar, serta merusak sel-sel kulit. Akibatnya, mekanisme regenerasi sel-sel akan

rusak. Apabila kulit terpapar sinar matahari cukup lama dan dalam intensitas yang

cukup tinggi akan mempercepat proses premature skin aging (penuaan kulit dini) di

samping pengaruh faktor lain seperti polusi dan asap rokok (Moeljosoedarmo, 2008).

Dampak tidak langsung dari sinar matahari yang paling banyak terjadi adalah

kanker kulit. Penduduk yang memiliki kulit berwarna lebih tahan terhadap bahaya

kanker kulit dibanding penduduk kulit putih. Perilaku pemajanan mempengaruhi

distribusi dan kejadian penyakit kanker (Achmadi, 2011).

Tenaga kerja di luar gedung memiliki risiko yang tinggi untuk mendapatkan

efek dari sinar matahari namun ada beberapa cara yang dapat dipergunakan untuk

melindungi kulit agar tidak terasa panas, terbakar, kemerahan atau berwarna coklat

yaitu menggunakan pelindung seperti menggunakan krim pelindung cahaya matahari

maupun menggunakan pakaian yang tepat seperti memakai baju lengan panjang,

celana panjang, topi dengan penutup leher, menggunakan kacamata gelas atau

kacamata plastik dan membatasi waktu pemaparan (Moeljosoedarmo, 2008).

2. Paparan terhadap bau-bauan

Fungsi hidung dalam kaitanya dengan pekerjaan adalah sebagai sarana untuk

menghirup oksigen dan udara, maksudnya adalah udara bersih dan tidak tercemar

sehingga dapat menyelamatkan, mengamankan dan membuat nyaman kehidupan

khususnya nyaman dalam bekerja. Adanya bau-bauan disekitar tempat kerja dapat

dianggap sebagai pencemaran karena mengganggu konsentrasi pekerja. Bau-bauan

Universitas Sumatera Utara

yang terjadi terus-menerus dapat mempengaruhi kepekaan penciuman

(Sedarmayanti, 2009).

Hubungan bau-bauan dengan kesehatan kerja adalah bau-bauan yang tidak

enak di lingkungan kerja dan mengganggu kenyamanan kerja. Bau-bauan merupakan

jenis pencemaran udara yang tidak hanya mengganggu penciuman tetapi juga

menggambarkan hygiene (kebersihan) lingkungan pada umumnya. Cara pengukuran

bau-bauan yang dapat mengklarifikasikan derajat gangguan kesehatan belum ada,

sehingga pengukurannya masih bersifat subjektif. Hal ini disebabkan karena

seseorang yang mencium bau tertentu dan merasa tidak biasa dengan bau tersebut,

apabila sudah lama atau biasa mencium bau tersebut maka akhirnya menjadi terbiasa

karena telah terjadi penyesuaian. Penyesuaian penciuman apabila indra penciuman

menjadi kurang peka setelah dirangsang oleh bau-bauan secara terus-menerus.

Sedangkan kelelahan penciuman adalah apabila seseorang tidak mampu mencium

kadar bau yang normal setelah mencium kadar bau yang lebih besar

(Notoatmodjo, 2003).

Menurut Sarudji dan Keman (2010), tempat pembuangan sampah padat

sebagai sumber pencemaran udara karena gas yang dihasilkan dari proses

dekomposisi khususnya sampah organik yang dapat mengurai. Pengaruh sampah

dalam pencemaran lingkungan dapat ditinjau melalui beberapa aspek, secara fisik

sampah dapat mengotori lingkungan sehingga memberikan kesan kotor dan tidak

estetik terlebih apabila sampah itu membusuk serta menimbulkan bau yang tidak

enak.

Universitas Sumatera Utara

3. Kontak dengan vektor

Vektor adalah jenis serangga yang dapat memindahkan atau menularkan suatu

penyakit (infectiuous agent) dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentan

(susceptible host). Binatang pengganggu umumnya merupakan binatang mengerat

yang dapat merusak tanaman, harta benda, makanan dan yang lebih penting lagi dapat

merusak induk semang (host) bagi beberapa penyakit tertentu. Induk semang adalah

suatu media yang paling baik untuk hidup dan berkembang biaknya bibit penyakit

menular di dalam tubuh host tersebut kemudian setelah dewasa atau matang akan

menularkan kepada host lain melalui gigitan, sengatan, sekresi atau kotoran dari host

terifeksi tersebut (Suyono dan Budiman, 2010).

a. Nyamuk

Nyamuk adalah vektor mekanis penyakit pada manusia dan hewan yang

disebabkan oleh parasit dan virus. Jenis nyamuk terdiri dari nyamuk Anopheles,

Culicini (nyamuk Culex dan Aedes) dan Aedes aegypti. Beberapa jenis penyakit

yang ditularkan oleh nyamuk yaitu malaria, filariasis, demam kuning, Dengue

Haemoragic Fever (DHF), cikungunya dan encephalitis (Chandra, 2006).

Sesuai siklus hidupnya nyamuk hidup nyamuk harus dekat dengan air,

breeding places nyamuk berbeda sesuai dengan jenisnya. Culex dapat hidup

disemua jenis air. Aedes hanya mau hidup di air yang jernih atau bersih baralas

dengan bahan buatan seperti drum, ban bekas, bak dan kaleng bukan tanah atau

alamiah sedangkan Anopheles bergantung pada jenis nyamuknya (Suyono dan

Budiman, 2010).

Universitas Sumatera Utara

b. Lalat

Lalat merupakan vektor mekanis bakteri patogen, protozoa, dan telur

serta larva cacing. Keberadaan lalat erat hubungannya dengan sampah, oleh

karena itu pemberantasan lalat akan melibatkan kegiatan yang berkaitan dengan

pengelolaan sampah. Sampah yang mudah membusuk merupakan media tempat

berkembangbiaknya lalat terutama sampah organik yang mudah membusuk,

baunya merangsang lalat untuk hinggap. Lalat sering kali memuntahkan

makanannya, oleh sebab itu kemungkinan terjadinya penularan penyakit dapat

melalui aktivitas memuntahkan makanan dan disamping itu bulu-bulu kaki lalat

sanggup membawa jutaan kuman berbahaya (Sarudji dan Keman, 2010).

Luasnya penularan penyakit yang disebabkan oleh lalat di alam sulit

ditentukan. Lalat dipandang sebagai vektor penyakit tifus abdominalis,

salmonellosis, kolera, disentri basiler, amoeba, tuberkulosis, antrak, frambusia,

konjungtivitis dan lainnya (Chandra, 2006).

c. Binatang pengerat (rodent)

Menurut Sarudji dan Keman (2010), binatang pengerat yang banyak

berkaitan dengan kesehatan masyarakat adalah tikus. Tikus juga menimbulkan

kerugian terhadap manusia karena merusak dan mengotori bahan makanan atau

bahan lainnya. Hubungan tikus dengan kesehatan adalah tikus dapat berperan

sebagai reservoir beberapa penyakit yang ditularkan kepada manusia yaitu:

Universitas Sumatera Utara

1. Penyakit pes

Penyakit pes mulanya adalah penyakit tikus dan pinjalnya yang disebabkan

oleh Yersinia pestis. Vektor ini menjadi inefektif setelah menggigit binatang

yang darahnya mengandung penyebab penyakit pes. Bakteri tumbuh dan

terdapat dalam saluran makanan pinjal itu sendiri sehingga hal ini akan

membahayakan siapa saja yang digigit karena darah yang dihisap sebagian

masuk melalui luka gigitannya sambil membawa Yersinia pestis.

2. Murine typhus

Murine typhus ditularkan dari tikus ke manusia oleh Xenopsylla cheopsis

(kutu tikus). Pinjal yang telah menggigit tikus yang menderita Murine typhus

adalah pinjal yang infeksius. Pinjal infeksius bila menggigit manusia pada

waktu menghisap darah pinjal yang infeksius ini berdefekasi. Kotoran pinjal

masuk kedalam saluran darah melalui luka gigitan atau luka bekas di garuk

atau luka oleh sebab lainnya.

3. Leptospirosis

Seseorang terinfeksi penyakit ini karena kontak dengan air atau makanan

yang terkontaminasi oleh kotoran atau urin tikus. Disamping itu penularan

juga dapat melalui luka gigitan tikus yang menderita penyakit tersebut.

4. Salmonela

Banyak kasus peracunan makanan disebabkan oleh salmonela. salmonela

menyebar dengan berbagai cara, salah satu diantaranya adalah melalui

Universitas Sumatera Utara

makanan yang terkontaminasi oleh kotoran tikus yang mengandung

salmonela.

d. Kecoa

Kecoa sebagai vektor penyakit, khususnya penyakit yang ditularkan

melalui makanan atau penyakit saluran pencernaan. Kecoa dapat beradaptasi

dengan ekologi manusia dengan baik. Kecoa hidup pada saluran air kotor, toilet

bagian luar, pepohonan atau di lingkungan dapur dan juga kamar mandi. Karena

sifatnya ini kecoa dapat berperan sebagai carrier dari penyakit diare, disentri,

typoid dan polio (Sarudji dan Keman, 2010).

2.4.2. Zat Kimia

Sampah yang mudah membusuk memerlukan pengelolaan yang cepat, baik

dalam pengumpulan maupun pembuangannya karena pembusukan sampah akan

menghasilkan zat kimia berupa gas. Gas yang dihasilkan oleh sampah adalah:

1. Hidrogen sulfida (H2S)

Hidrogen sulfida adalah gas yang berbau telur busuk dan terjadi apabila bahan

organik mengalami proses pembusukan sebagai akibat kinerja bakteri. Tumbuhan

atau sampah organik yang dibuang di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS)

berpotensi menimbulkan gas H2S. Gas ini dapat tersebar kemana-mana, mengarah

sesuai dengan arah angin. Oleh karena itu Tempat Pembuangan Akhir Sampah

(TPAS) tidak dibenarkan berada di daerah ketinggian, daerah dekat permukiman atau

di pinggir sungai. Timbunan sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat

Universitas Sumatera Utara

merupakan sarang penyebar penyakit atau sarang berkembang biaknya penyakit

(Sukandarrumidi, 2006).

Menurut Soemirat (2009), hidrogen sulfida lebih berat daripada udara

sehingga H2S sering terkumpul di udara pada lapisan bagian bawah. Hidrogen sulfida

bersifat iritan bagi paru-paru dan digolongkan ke dalam asphyixiant. Aspiksia adalah

keadaan dimana darah kekurangan oksigen dan tidak mampu melepas

karbondioksida. Aspiksia terjadi apabila konsentrasi gas pencemar tinggi sehingga

bersifat akut karena efek utama H2S adalah melumpuhkan pusat pernafasan sehingga

pada konsentrasi yang tinggi dapat mengakibatkan terhentinya pernafasan.

2. Metan (CH4)

Gas metan (CH4) adalah gas yang lebih ringan dari udara, tidak berwarna dan

tidak berbau. Gas metan terbentuk apabila bahan organik seperti sisa-sisa tumbuhan

yang sudah mati secara alamiah mengalami proses pembusukan. Sampah adalah salah

satu kontributor besar bagi terbentuknya gas metan (CH4) karena sampah mudah

membusuk akibat aktivitas mikroorganisme dan sampah selalu diproduksi oleh

aktivitas manusia sehari-hari (Sukandarrumidi, 2006).

Sampah yang membusuk dalam jumlah besar akan mengakibatkan penyebaran

bau yang sangat mengganggu yang dapat mengakibatkan sakit kepala karena

mengandung gas metan dari hasil pembusukan. Gas metan bersifat eksplosif yaitu

mudah terbakar dengan sendirinya dan akan menghasilkan asap yang mengganggu

pernafasan (sesak safas) serta hasil pembakaran plastik sangat berbahaya karena

termasuk zat karsinogen (penyebab kanker) (Suyono dan Budiman, 2010).

Universitas Sumatera Utara

2.4.3. Lama Kerja

Menurut Suma’mur (2009), lamanya seseorang bekerja dengan baik dalam

sehari pada umumnya 8 jam. Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan

lama kerja biasanya tidak disertai efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja yang

optimal, bahkan biasanya terjadi penurunan kualitas dan hasil kerja serta bekerja

dengan waktu berkepanjangan akan menimbulkan terjadinya kelelahan, gangguan

kesehatan dan penyakit.

Bekerja yang melebihi 8 jam sehari mengakibatkan penurunan dalam total

prestasi dan penurunan kecepatan kerja yang disebabkan kelelahan. Bekerja selama 8

jam per hari dapat diambil sebagai suatu kondisi yang optimal. Meskipun demikian

waktu istirahat harus tetap diadakan (Sedarmayanti, 2009).

2.4.4. Personal Hygiene

Personal hygiene dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan

dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah cara perawatan diri manusia

untuk memelihara kesehatan. Kebersihan perorangan sangat penting untuk

diperhatikan. Pemeliharaan kebersihan perorangan diperlukan untuk kenyamanan

individu, keamanan dan kesehatan (Potter, 2005).

Personal hygiene menjadi penting karena personal hygiene yang baik akan

meminimalkan pintu masuk (port de entry) mikroorganisme yang ada dimana-mana

dan pada akhirnya mencegah seseorang terkena penyakit. Personal hygiene

merupakan perawatan diri dimana seseorang merawat fungsi-fungsi tertentu seperti

mandi, toileting dan kebersihan tubuh secara umum. Kebersihan diri diperlukan untuk

Universitas Sumatera Utara

kenyamanan, keamanan dan kesehatan seseorang. Kebersihan diri merupakan

langkah awal mewujudkan kesehatan diri. Dengan tubuh yang bersih meminimalkan

risiko seseorang terhadap kemungkinan terjangkitnya suatu penyakit terutama

penyakit yang berhubungan dengan kebersihan diri yang tidak baik. Personal hygiene

yang tidak baik akan mempermudah tubuh terserang berbagai penyakit seperti

penyakit kulit, penyakit infeksi, penyakit mulut dan penyakit saluran cerna

(Saryono dan Widianti, 2011).

1. Kebersihan kulit

Kulit merupakan organ terbesar manusia, kulit berfungsi untuk

melindungi jaringan dibawahnya dari cidera, mengatur suhu, menghasilkan

minyak, mentransmisikan sensasi melalui reseptor syaraf, menghasilkan dan

mengabsorpsi vitamin D (Saryono dan Widianti, 2011).

Kulit merupakan pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari

pengaruh lingkungan. Kulit sebagai organ yang berfungsi sebagai proteksi, kulit

memegang peranan penting dalam meminimalkan setiap gangguan dan ancaman

yang masuk melewati kulit (Isro’in dan Andarmoyo, 2012).

Menurut Potter (2005), pemeliharaan kulit tidak terlepas dari kebersihan

lingkungan, makanan yang dimakan serta kebiasaan hidup sehari-hari. Hal yang

perlu dilakukan dalam pemeliharaan kulit adalah:

a. Mandi dilakukan oleh setiap orang setidaknya 2 kali dalam sehari.

b. Membersihkan tubuh dengan menggunakan air bersih.

c. Mandi dengan menggunakan sabun.

Universitas Sumatera Utara

d. Menjaga kebersihan pakaian dengan mengganti pakaian setiap hari.

e. Makan-makanan yang bergizi terutama sayur dan buah.

f. Menjaga kebersihan lingkungan.

2. Kebersihan tangan, kaki dan kuku

Tangan adalah bagian tubuh manusia yang paling sering berhubungan

dengan mulut dan hidung secara langsung. Sehingga tangan merupakan salah

satu penghantar utama masuknya kuman penyebab penyakit ke dalam tubuh

manusia. Apabila tangan manusia menyentuh tinja atau feses akan

terkontaminasi lebih dari 10 juta virus dan 1 juta bakteri yang dapat

menimbulkan penyakit. Virus dan bakteri tidak dapat dilihat secara langsung

sehingga sering diabaikan dan mudah masuk kedalam tubuh manusia. sedangkan

permasalaha kaki dan kuku disebabkan karena salah pemotongan kuku,

menggunakan alas kaki yang terlalu sempit dan terpaparnya zat kimia yang tajam

(Zein, 2010).

Menurut Zein (2010), cuci tangan memakai sabun, bagi sebagai besar

masyarakat sudah menjadi kegiatan rutin sehari-hari. Tapi bagi sebagian

masyarakat lainnya cuci tangan pakai sabun belum menjadi kegiatan rutin,

terutama bagi anak-anak. Cuci tangan pakai sabun dapat menghilangkan

sejumlah besar virus dan bakteri yang menjadi penyebab berbagai penyakit

terutama penyakit yang menyerang saluran cerna seperti diare dan penyakit

infeksi saluran pernafasan akut. Ada lima hal penting untuk melakukan cuci

tangan pakai sabun, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

a. Sebelum makan dan sesudah makan.

b. Sesudah buang air besar dan buang air kecil.

c. Sebelum memegang bayi.

d. Sebelum menyiapkan makanan.

e. Setelah batuk atau bersin yang mencemari tangan.

Menurut Isro’in dan Andarmoyo (2012), mengabaikan kebersihan tangan,

kaki dan kuku akan berdampak pada berbagai macam penyakit yang

menghampirinya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kebersihan dan

kesehatan kaki, tangan dan kuku adalah sebagai berikut:

a. Hindari penggunaan sepatu yang sempit karena merupakan sebab utama

gangguan kaki dan bisa mengakibatkan katimumul (kulit ari menjadi

mengeras, menebal, bengkak pada ibu jari kaki dan akhirnya melepuh).

b. Hindari penggunaan kaos kaki yang sempit, sudah lama dan kotor, karena

bisa menimbulkan bau pada kaki, alergi dan infeksi pada kulit kaki.

c. Memotong kuku jari tangan dan kaki secara teratur.

3. Kebersihan rambut

Penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari cara

penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Kurangnya kebersihan rambut

seseorang akan membuat penampilan rambut tampak kusut, kusam, tidak rapi

dan tampak acak-acakan selain itu dapat menimbulkan permasalahan atau

gangguan seperti gatal-gatal, adanya ketombe, adanya kutu rambut dan

sebagainya (Isro’in dan Andarmoyo, 2012).

Universitas Sumatera Utara

Menurut Potter (2005), indikator status kesehatan seseorang dapat dilihat

berdasarkan pertumbuhan, distribusi dan pola rambut. Karekteristik rambut dapat

dipengaruhi oleh stress, emosional, obat-obatan, infeksi atau penyakit tertentu.

Hal-hal yang diperlukan dalam perawatan rambut dan kulit kepala agar tetap

bersih dan sehat yaitu:

a. Mencuci rambut sekurang-kurangnya dua kali seminggu.

b. Mencuci rambut dengan menggunakan sampo.

c. Menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri.

2.4.5. Alat Pelindung Diri (APD)

Organ tubuh yang rentan mendapat serangan dari sumber luar adalah mata,

kulit dan pernafasan. Untuk melindungi organ tersebut, diperlukan alat pelindung diri

yang harus dipakai pada organ yang akan dilindungi (Harrington dan Gill, 2003).

Perlindungan tubuh atau permukaan kulit berupa baju kerja, sarung tangan

kerja dan sepatu kerja dapat digunakan untuk mencegah:

1. Kerusakan kulit akibat reaksi alergi atau zat kimia yang korosif.

2. Penyebaran zat kimia melalui kulit.

3. Penyebaran panas atau dingin atau sinar radiasi.

Menurut Moeljosoedarmo (2008), alat pelindung diri (APD) adalah alat

pelindung yang dikenakan (dipakai) oleh tenaga kerja secara langsung untuk tujuan

pencegahan kecelakaan yang disebabkan oleh faktor-faktor yang ada di lingkungan

tempat kerja. Meskipun APD telah dipakai namun baiknya APD yang digunakan

memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

1. Alat pelindung diri harus dapat melindungi terhadap bahaya-bahaya dimana

pekerja terpajan.

2. Alat atau pakaian pelindung diri harus ringan dan efisien dalam memberi

perlindungan.

3. Sebagai pelengkap terhadap tubuh harus fleksibel namun efektif.

4. Pekerja yang memakai alat pelindung diri harus tidak terhalang gerakannya

maupun tanggapan panca indranya.

5. Alat pelindung diri harus tahan lama.

6. Alat pelindung diri harus tidak memiliki efek samping (bahaya tambahan karena

pemakaian) baik oleh karena bentuknya, konstruksi, bahan atau mungkin

penyalahgunaan.

Jenis-jenis alat pelindung diri adalah sebagai berikut:

1. Pakaian kerja

Yaitu pakaian seluruh tubuh (baju dan celana panjang) yang dapat melindungi

kulit dari paparan debu, kotoran, pajanan panas, bahan kimia dan lainnya.

Hindari bagian kaki yang terlalu panjang, terlalu lebar atau terlipat keluar dan

tidak menggunakan baju yang terlalu longgar atau sempit (Harrington dan Gill,

2003).

2. Topi pengaman

Topi pengaman yang terbuat dari aluminium umumnya digunakan untuk

pekerjaan-pekerjaan di luar gedung (terkena radiasi sinar matahari seperti di

lingkungan konstruksi dan lain-lain) (Moeljosoedarmo, 2008).

Universitas Sumatera Utara

3. Pelindung mata

Pelindung mata digunakan untuk melindungi mata dari gas atau uap iritan dan

bermacam-macam radiasi termasuk sinar matahari. Pelindung mata ada yang

berbentuk kacamata biasa, kacamata pelindung atau tameng muka (Harrington

dan Gill, 2003).

4. Masker

Tujuan utamanya adalah untuk menghindari bahaya kerja dalam bentuk debu dan

gas atau uap, maka mulut dan hidung harus ditutup dengan menggunakan masker

(Harrianto, 2009).

5. Sarung tangan

Sarung tangan digunakan sebagai pelapis tangan dan dipakai dengan tujuan

untuk melindungi tangan agar tetap hygiene (bersih) dan menghindari kecelakaan

atau penyakit akibat kerja (Moeljosoedarmo, 2008).

6. Sepatu kerja

Sepatu pengaman umumnya dirancang untuk melindungi kaki dari kejatuhan

benda-benda keras, tersandung dan terpijak benda-benda tajam atau runcing.

Untuk pekerjaan yang berhubungan dengan bahan-bahan kimia ataupun tempat

kerja yang becek, tenaga kerja diberikan sepatu pengaman jenis boot yang

terbuat dari karet (Moeljosoedarmo, 2008).

Universitas Sumatera Utara

2.5. Indeks Massa Tubuh (IMT)

IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau IMT orang dewasa

khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka

mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia

harapan hidup lebih panjang. Penilaian IMT dapat dilakukan secara langsung melalui

antropometri dengan cara mengukur Indeks Masa Tubuh (IMT). Penggunaan IMT

hanya berlaku pada orang dewasa berumur diatas 18 tahun, IMT tidak dapat

diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan dan IMT tidak bisa

diterapkan pada keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti adanya edema, ascites dan

hepatomegali (pembesaran hati) (Supariasa at.al, 2001).

Menurut Supariasa at.al (2001), masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah

kesehatan masyarakat dan penyebabnya dipengaruhi oleh berbagai faktor yang

terkait satu dengan yang lainnya. Faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah gizi

dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Universitas Sumatera Utara

Persediaan makanan di rumah

Gambar 2.2. Faktor Penyebab Gizi Kurang (Persagi, 1999 dalam

Supariasaat.al). Masalah kekurangan atau kelebihan gizi pada orang dewasa (usia 18 tahun

keatas) merupakan masalah penting karena mempunyai risiko penyakit-penyakit

tertentu dan dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Pemantauan keseimbangan

berat badan perlu dilakukan secara berkesinambungan, salah satu cara yang dilakukan

adalah dengan mempertahankan berat badan ideal atau normal (Supariasa at.al. 2001).

Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:

Gizi kurang

Penyakit infeksi Asupan makanan

Perawatan anak dan ibu hamil

Pelayanan kesehatan

Kemiskinan, kurang pendidikan dan kurang keterampilan

Berat badan (kg) IMT = Tinggi badan (m) X Tinggi badan (m)

Atau Berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m)

Krisis ekonomi langsung

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan FAO/WHO (1985) batas ambang IMT laki-laki dan perempuan

berbeda, batas ambang normal laki-laki adalah 20,1-25,0 dan untuk perempuan

adalah 18,7-23,8. Kategori ambang batas IMT untuk orang Indonesia dapat dilihat

pada tabel berikut ini:

Tabel 2.1. Kategori Ambang Batas Indeks Masa Tubuh (IMT)

Kategori IMT Kurus Kekurangan berat badan < 18,5 Normal 18,5-25 Gemuk Kelebihan berat badan > 25

Sumber: Depkes, 1994 dalam Supariasa at.al

Berat badan yang berada di bawah batas minimum dinyatakan sebagai under

weight atau kekurusan dan berat badan yang berada di atas batas maksimum

dinyatakan sebagai over weight atau kegemukan. Berat badan di bawah normal

mempunyai risiko terhadap penyakit infeksi, sementara yang berada di atas ukuran

normal mempunyai risiko tinggi terhadap penyakit degeneratif.

2.6. Landasan Teori

Faktor yang sangat besar mempengaruhi keluhan kesehatan adalah

lingkungan. Salah satu masalah lingkungan adalah tempat pembuangan akhir sampah

yang dilakukan secara open dumping. Sistem pembuangan seperti ini menyebabkan

tempat berkembangnya agent penyakit. Manusia selalu berinteraksi dengan

lingkungan dan agent penyakit namun apabila manusia tidak bisa mengendalikan

agent penyakit maka terjadi ketidakseimbangan dan manusia akan jatuh sakit.

Universitas Sumatera Utara

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Gordon (1950), bahwa

hubungan antara manusia (host), penyebab penyakit dan lingkungan (environment)

dalam bentuk interaksi. Interaksi tersebut ibarat timbangan dengan tuas bertumpu

pada titik lingkungan.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat kerangka teori yang dibuat berdasarkan

modifikasi dari Gordon sebagai berikut:

Gambar 2.3. Kerangka Teori 1

Mengacu dari tinjauan teori tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keluhan

kesehatan dan teori dari Gordon (1950) tentang konsep penyakit. Hubungan antara

Agent (penyebab penyakit): - Cahaya matahari dan bau bauan - Virus, parasit, bakteri patogen,

telur serta larva cacing - Gas hidrogen sulfida (H2S) dan

gas metan (NH3).

Host (manusia): - Karakteristik pemulung - Lama kerja - Kontak dengan vektor - Personal hygiene - Kebiasaan memakai alat

pelindung diri.

FISIK BIOLOGI KIMIA

TUAS

LINGKUNGAN

Universitas Sumatera Utara

manusia sebagai individu yang berperan sebagai host, penyebab penyakit (agent) dan

lingkungan berinteraksi (saling mempengaruhi). Interaksi tersebut ibarat timbangan

dengan tuas yang bertumpu pada titik lingkungan yang terdiri dari lingkungan fisik,

biologi dan kimia. Seseorang dikatakan sakit apabila terjadinya ketidakseimbangan

antara agent penyakit dan host. Apabila agent penyakit di lingkungan tinggi yang

terdiri dari adanya cahaya matahari, bau bauan, virus, parasit, bakteri patogen, telur

serta larva cacing yang ada pada vektor yang menularkan penyakit, adanya gas

hidrogen sulfida (H2S) dan gas metan (NH3) tidak didukung pengendalian dari host

(pemulung) baik dari segi karakteristik pemulung, lama kerja dalam sehari, adanya

kontak dengan vektor, pemenuhan personal hygiene yang kurang dan kebiasaan

pemakaian alat pelindung diri yang tidak baik maka dalam keadaan seperti ini terjadi

peningkatan kerentanan pemulung untuk mengalami keluhan kesehatan.

Hal yang sama seperti yang dikemukakan Achmadi (2008), dalam kehidupan

sehari-hari manusia selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Hasil hubungan

interaktif antara manusia dan perilakunya serta komponen lingkungannya memiliki

potensi penyakit. Kejadian penyakit berawal dari sumber penyakit (simpul 1) melalui

media transmisi penyakit (simpul 2) dan didukung oleh perilaku pemajanan (simpul

3) yang menyebabkan kejadian penyakit (simpul 4). Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada kerangka teori yang dibuat berdasarkan modifikasi dari Achmadi sebagai

berikut:

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.4. Kerangka Teori 2

Berdasarkan tinjauan teori, faktor-faktor yang mempengaruhi keluhan

kesehatan dan teori Achmadi (2008) tentang paradigma kesehatan lingkungan pada

teori simpul. Keluhan kesehatan pada suatu penyakit terjadi berdasarkan sumbernya

(simpul 1) yaitu adanya virus, parasit, bakteri patogen, telur serta larva cacing,

adanya gas hidrogen sulfida (H2S) dan gas metan (NH4) dengan media (simpul 2)

yaitu sampah berupa makanan, adanya vektor dan udara yang masuk kedalam tubuh

manusia melalui pernafasan, pencernaan dan melalui kulit yang didukung oleh

karakteristik pemulung dan upaya menjaga kebersihan perorangan atau personal

hygiene, penggunaan alat pelindung diri serta adanya pemeriksaan pendukung yaitu

Sumber Media Manusia Dampak

- Virus - Parasit - Bakteri patogen - Telur serta larva

cacing - Gas hidrogen

sulfida (H2S) - Gas metan (NH4)

- Sampah (makanan)

- Vektor - Udara

- Karakteristik pemulung

- Personal hygiene - Alat pelindung

diri - Feses - Darah - kulit

- Sakit - Tidak

sakit

Lingkungan tempat pembuangan akhir sampah

- Pernafasan - Pencernaan - Kontak langsung

Universitas Sumatera Utara

pemeriksaan feses, darah dan kulit (simpul 3) sehingga dapat diketahui dampaknya

terhadap keluhan kesehatan (simpul 4). Selain itu faktor lain yang mempengaruhi

adalah lingkungan tempat pembungan akhir sampah yang berperan dalam proses

kejadian penyakit atau keluhan kesehatan.

2.7. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.5. Kerangka Konsep Penelitian

Lingkungan Tempat Pembuangan Akhir Sampah: - Baik - Tidak baik

Personal Hygiene: - Baik - Tidak baik

Keluhan kesehatan Pemulung

Lama kerja

Zat kimia: - Gas hidrogen sulfida (H2S) - Gas metan (CH4)

Alat pelindung diri

Indeks Massa Tubuh (IMT)

Karakteristik responden: - Umur - Pendidikan

Universitas Sumatera Utara