penuntun praktikum bioteknologi pertanian · mengetahui dan mengerti materi dan prosedur kerja...
TRANSCRIPT
PENUNTUN PRAKTIKUM
BIOTEKNOLOGI PERTANIAN
Oleh:
Prof. Dr. Ir. Barahima Abbas, M.Si Muhammad Dailami, S.Si, M.Si
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS PAPUA
MANOKWARI
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
hidayaNya, sehingga diktat penuntun praktikum Bioteknologi Pertanian ini dapat
diselesaikan. Penuntun praktikum ini disusun untuk memudahkan mahasiswa
mengetahui dan mengerti materi dan prosedur kerja praktikum yang akan dilakukan
dan sekaligus sebagai pedoman atau penuntun dosen dan asisten dalam memberikan
praktikum pada mahasiswa.
Penuntun praktikum ini memuat materi teknik isolasi mikro organisme yang
berfungsi sebagai pupuk biologis (Rhizobium dan Mikoriza), sterilisasi dan eliminasi
kontaminan, pembuatan media kultur (bakteri dan jamur) teknik isolasi DNA, teknik
polymerase chain reaction (PCR), dan Elektroforesis DNA
Ucapan terima kasih ditujukan pada Bapak Dekan dan Pembantu Dekan atas
kebijaksanaannya dalam memberikan dukungan untuk pembuatan penuntun
praktikum ini. Kepada semua pihak yang ikut terlibat dalam proses pembuatan
penuntun praktikum ini diucapkan terima kasih.
Disadari bahwa penuntun praktikum Pengantar Bioteknologi Pertanian ini
belum sempurna, maka segala saran dan kritik membangun, sangat diharapkan.
Manokwari, September 2018
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR…………………………………………………… i
DAFTAR ISI…………………………………………………………….. ii
TATA TERTIB PRAKTIKUM PRAKTIKUM PENGANTAR
BIOTEKNOLOGI TANAMAN…………………………………………. 1
Petunjuk Umum………………………………………………….. 1
Tata Tertib Laboratorium……………………………………… 1
PENGENALAN PRINSIP KERJA, CARA PENGGUNAAN DAN
BAHAYA YANG DAPAT DITIMBULKAN PERALATAN
UNTUK PRAKTIKUM PENGANTAR BIOTEKNOLOGI……………. 2
Pendahuluan……………………………………………………… 2 Tujuan Praktikum...……………………………………………… 2 Peralatan Praktikum Pengantar Bioteknologi...………..…..… 3
STERILISASI PERALATAN KERJA DAN PEMBUATAN
AIR STERIL……………………………………………………………... 5
Pendahuluan……………………………………………………… 5
Tujuan Praktikum………………………………………………… 6
Alat dan Bahan....................................................................... 6
Prosedur Pelaksanaan Praktikum.…....………………………. 7
PEMBUATAN MEDIA UNTUK BAKTERI RHIZOBIUM.................... 9
Pendahuluan.......................................................................... 9
Tujuan Praktikum................................................................... 9
Alat dan Bahan...................................................................... 9
Prosedur Pelaksanaan Praktikum......................................... 9
ISOLASI RIZOBIUM DARI AKAR TANAMAN LEGUM........................ 11
Pendahuluan............................................................................. 11
Tujuan Praktikum...................................................................... 11
Alat dan Bahan......................................................................... 11
Prosedur Pelaksanaan Praktikum............................................ 11
ii
ii
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MIKORIZA............................................ 13
Pendahuluan............................................................................. 13
Tujuan Praktikum...................................................................... 13
Isolasi Spora FMA.................................................................... 13
Alat dan Bahan.............................................................. 13
Prosedur Pelaksanaan Praktikum.................................. 13
Identifikasi Spora FMA.............................................................. 14
Alat dan Bahan................................................................ 14
Prosedur Pelaksanaan Praktikum................................... 14
ISOLASI DNA TOTAL DENGAN DNeasy Plant Mini Kit...................... 15
Pendahuluan............................................................................... 15
Tujuan Praktikum........................................................................ 15
Alat dan Bahan........................................................................... 15
Prosedur Pelaksanaan Praktikum............................................... 15
ISOLASI DNA TANAMAN DENGAN MENGGUNAKAN
GENOMIC DNA MINI KIT………………………………………………….. 17
ISOLASI DNA TANAMAN DENGAN METODE CETAB........................ 19
Pendahuluan............................................................................... 19
Tujuan Praktikum........................................................................ 19
Bahan dan Alat........................................................................... 19
Prosedur Pelaksanaan Praktikum............................................... 20
ELEKTROFORESIS DNA PADA GEL AGAROSE................................ 24
Pendahuluan............................................................................... 24
Tujuan Praktikum........................................................................ 24
Prosedur Pelaksanaan Praktikum............................................... 25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 27
iii
1
BAB I. TATA TERTIB PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PERTANIAN
1.1. Petunjuk Umum
1. Praktikan harus datang 10 menit sebelum kegiatan praktikum dimulai
2. Praktikan yang terlambat 10 menit sesudah kegiatan praktikum dimulai
tidak diperkenankan mengikuti praktikum bila tidak dapat memberikan
alasan yang dapat diterima oleh koordinator praktikum
3. Praktikan harus bersikap sopan selama berada di lingkungan laboratorium
4. Praktikan diajurkan memakai jas praktikum, sopan, tidak diperkenankan
merokok, dan memakai sepatu di dalam laboratorium
5. Tas dan perlengkapan yang tidak relevan dengan kegiatan praktikum tidak
diperkenankan dibawah masuk ke dalam Laboratorium.
1.2. Tata Tertib Laboratorium
1. Praktikan wajib menjaga ketenangan dan ketertiban di dalam ruang
Laboratorium
2. Praktikan wajib mengikuti/mematuhi petunjuk atau bimbingan asisten,
pengasuh, atau pengawas praktikum
3. Praktikan harus bekerja dengan hati-hati dan sesuai dengan prosedur
yang telah ditentukan. Bila praktikan lalai kemudian memecahkan alat-
alat gelas atau merusak peralatan yang ada, maka yang bersangkutan
wajib mengganti atau memperbaikinya
4. Menghubungkan peralatan ke sumber listrik baru dapat dilakukan setelah
mendapat persetujuan dari asisten atau pembimbing praktikum
5. Jika ada kelainan dengan peralatan, praktikan hendaknya segera
melaporkan pada asisten atau koordinator praktikum
6. Setelah selesai melakukan kegiatan praktikum, alat-alat dibersihkan dan
disusun rapi kembali seperti semula.
2
BAB II. PENGENALAN ALAT, PRINSIP KERJA, DAN BAHAYA YANG DAPAT DITIMBULKAN
2.1. Pendahuluan
Laboratorium yang ideal untuk Pengantar Bioteknologi Pertanian
adalah laboratorium yang memiliki: 1) Ruang persiapan yang di dalamnya
terdapat timbangan analitik, lemari pendingin, hotplate, mikrowave, oven,
pH meter, alat-alat gelas standar (labu takar, pipet volume, erlenmeyer,
gelas piala, batang pengaduk dari gelas, dan wadah kultur), alat untuk
mencuci (washtaple), lemari untuk alat dan bahan kimia, sentrifuse,
fumehood, destilator, dan kereta dorong. 2) Ruang transfer yang di
dalamnya terdapat laminar airflow cabinet, dissecting, mikroskop, alat
diseksi (scalpel, pinset, spatula, gunting, dan jarum), pilter millipore,
handsprayer, lemari tempat penyimpanan alat-alat steril, timbangan kecil,
dan elektrofusion chamber. 3) Ruang kultur yang dilengkapi dengan rak
kultur dan lampu fluorescent, timer untuk mengatur lama penyinaran, AC
untuk mengontrol temperatur, mikroskop binokuler, dan shaker. 4) Ruang
stok yang di dalamnya dilengkapi dengan rak penyimpanan media. 5)
Ruang mikroskop atau ruang analisis yang di dalamnya dilengkapi dengan
mikroskop, gelas preparat dan penutup, dan mikrotome.
Peralatan yang mutlak harus dimiliki untuk memulai melakukan
kegiatan Bioteknologi Pertanian yaitu: timbangan analitik, destilator, pH
meter, autoklaf, laminar airflow, dan gelas-gelas standar. Peralatan yang
kemungkinan dapat menimbulkan resiko pada pemakainya atau
menimbulkan kerusakan bila salah prosedur dalam mengoperasikan
diuraikan berikut ini:
2.2. Tujuan Praktikum
Diharapkan setelah mahasiswa melakukan kegiatan praktikum ini,
mahasiswa dapat menggunakan peralatan Bioteknologi Pertanian secara
terampil serta mengetahui dengan jelas fungsi dan cara kerja dari masing-
masing peralatan.
3
2.3. Macam-macam Alat
1. Timbangan Analitik
Sebelum menimbang suatu bahan yang penting diperhatikan adalah:
1) kapasitas timbangan. Timbangan analitik yang ada di Laboratorium
Bioteknologi memiliki kapasitas maksimum 300 gram. Untuk keperluan
melebihi 300 gram dimohon tidak menggunakan timbangan analitik karena
dapat menyebabkan kerusakan timbangan. 2) Water pas. Water pas
timbangan harus selalu berada di dalam lingkaran indikator timbangan. Bila
melakukan penimbangan pada saat water pas tidak berada pada posisi yang
sebenarnya, maka pembacaan angka digital yang ditampilkan tidak akurat.
Cara mengoperasikan yaitu pertama-tama kabel listrik timbangan
dihubungkan dengan sumber arus listrik, kemudian tombol on ditekan dengan
pelan-pelan. Stelah itu tombol sero ditekan agar timbangan menunjuk angka
nol baru bahan yang akan diukur beratnya diletakkan di atas wadah obyek
timbangan. Supaya bahan yang ditimbang akurasinya tinggi, maka setiap kali
pembacaan angka digital yang ditampilkan timbangan jendela atau pintu kaca
dari timbangan harus ditutup. Setelah selesai menggunakannya kabel listrik
yang menghubungkan timbangan dengan sumber arus listrik harus
dilepaskan.
2. pH meter
Berbagai jenis pengukur pH yang dapat digunakan untuk menetapkan
pH media seperti kertas lakmus dan pH meter digital. Pengukuran pH media
sebaiknya menggunakan pH meter digital supaya pengukuran atau
penetapan angka pH yang dikehendaki dapat dilakukn dengan tepat.
Prosedur penggunaan pH meter digital yaitu pertama-tama kabel pH
meter dihubungkan dengan sumber listrik kemudian pengaturan suhu diset
sesuai dengan suhu ruangan, selanjutnya pH meter dikaliberasi dengan cara
membuka penutup plastik detektor dan mencelupkan detektor pada pH
standar (larutan yang sudah diketahui dengan pasti pHnya) sambil memutar
tombol kaliberasi sampai angka digital pada pH meter menunjukkan angka
sesuai dengan pH larutan standar. Misalnya larutan standar memiliki pH 7
maka angka pembacaan pada pH meter digital harus disesuaikan atau
ditetapkan sama dengan 7.
4
Kesalahan dalam penetapan pH untuk pembuatan media tumbuh
merupakan kegagalan pada semua kegiatan selanjutnya. Akurasi pengukuran
pH media merupakan syarat mutlak yang harus dilakukan untuk keberhasilan
kegiatan Bioteknologi Pertanian yang dilakukan. Setelah pH meter selesai
digunakan, detektor harus dibilas dengan air bersih kemudian ditutup kembali
dengan plastik penutup ujung detektor. Selanjutnya detektor diletakkan
kembali pada tempatnya dan kabel listrik dilepas dari sumber arus listrik.
3. Destilator
Kegiatan Bioteknologi Pertanian mutlak harus menggunakan air
destilasi atau air suling ( air yang bebes dari mineral organik dan an oraganik)
supaya kebutuhan tanaman akan hara organik dan an organik dapat
ditetapkan sesuai dengan kebutuhannya. Untuk itu, destilator merupakan alat
yang vital untuk melakukan kegiatan Bioteknologi Pertanian .
Prinsip kerja destilator yaitu air dipanaskan kemudian terbentuk uap
air. Uap air dialirkan melalui wadah pendingin sehingga uap air mengalami
kondensasi atau pengembunan. Titik air yang terbentuk melalui proses
kondensasi ditampung pada wadah tertentu. Air hasil tampungan itu disebut
air destilasi. Mengapa air destilasi bebas dari mineral organik dan an
organik?. Jawabannya adalah mineral organik dan an organik yang terlarut
dalam air tidak dapat menguap bersama dengan dengan uap air, sehingga
pada proses penguapan terjadi pemisahan anatara zat-zat terlarut dan uap air
menyebabkan uap air yang mengalami kondensasi membentuk air kembali
adalah air murni atau air yang bebas dari mineral organik dan an organik.
Cara mengoperasikan destilator yang ada di Laboratorium Bioteknologi
adalah pertama-tama kabel listrik disambungkan dengan sumber arus listrik
dan selang air pendingin disambungkan dengan kran sumber air. Setelah air
di dalam tangki pemanasan mendidih atau terbentuk uap air, baru air
pendingin dialirkan dan diatur secukupnya saja agar tidak terlalu boros dalam
penggunaan air. Selanjutnya selang yang dilalui air kondensasi dihubungkan
dengan wadah penampungan air destilasi (jerigen). Selama penyulingan
berlangsung, harus dijaga terus menerus karena dapat menyebabkan
destilator terbakar apabila tiba-tiba aliran air pendingin macet atau habis dari
tempat penampungan. Aliran air pendingin, di samping berfungsi sebagai
5
kondensator uap air juga berfungsi mensuplai air ke dalam tangki
pemanasan. Bila aliran air pendingin macet menyebabkan air di dalam tangki
habis diuapkan dan menyebabkan terjadinya kebakaran pada elemen
destilator dan kerusakan destilator, serta dapat menyebabkan kebakaran di
Laboratorium.
4. Autoklaf
Autoklaf mutlak harus dimiliki untuk melakukan kegiatan Bioteknologi
Pertanian karena media dan semua peralatan yang digunakan harus dalam
keadaan aseptik (steril). Autoklaf terdiri atas berbagai macam tipe dan model.
Laboratorium Bioteknologi memiliki autoklaf model horizontal dan vertikal.
Model vertikal teridiri atas dua tipe yaitu tipe yang tidak dilengkapi dengan
timer dan tipe yang dilengkapi dengan timer (pengatur otomatis). Fungsi
autoklaf adalah mensterilkan peralatan dan media yang akan digunakan
untuk menumbuhkan berbagai macam mikro organisme.
Prinsipnya adalah memadukan tekanan tinggi dan suhu tinggi
sehingga tidak ada mikro organisme yang lengket diperalatan dan media
mampu bertahan hidup setelah disterilisasi dengan menggunakan autoklaf.
Sterilisasi peralatan diperlukan waktu yang agak lama yaitu satu jam dan
sterilisasi media diperlukan waktu yang singkat yaitu 30 menit setelah
tekanan autoklaf mencapai satu atmosfir (atm).
Prosedur penggunaan autoklaf yaitu sebelum alat atau media
dimasukkan ke dalam autoklaf terlebih dahulu harus diperiksa airnya. Posisi
air di dalam autoklaf yaitu rapat pada dandangan (plat) penahan beban. Jika
air kurang ditambahkan sampai mencapai atau rapat dengan permukaan
bawa dandangan. Autoklaf yang digunakan dalam keadaan air kurang akan
menyebabkan elemen pemanas autoklaf mengalami kerusakan. Regulator
pengatur tekanan tidak boleh diubah atau digeser karena akan menyebabkan
autoklaf meledak dengan sangat hebat dan menghancurkan semua yang ada
disekitarnya. Katup pembuangan udara ditutup setelah terbentuk butiran uap
air didekat lubang pembuangan udara. Setelah katup pembuangan udara
ditutup, Indikator tekanan mulai bergerak menuju tekanan yang telah
ditentukan. Saat jarum autoklaf mencapai tekanan 1 atm maka regulator
pembuangan udara bekerja membuang kelebihan tekanan yang ditandai
6
dengan hembusan uap air keluar. Saat regulator tekanan mengeluarkan uap
air saat itulah mulai dihitung waktu autoklaf yang diperlukan (30 menit untuk
media dan 60 menit untuk alat-alat).
5. Mikropipet
Penggunaan alat yang tidak sesuai dengan prosedur dapat
menyebabkan kerusakan pada alat tersebut dan juga hasil yang diperoleh
tidak sesuai dengan kenyataan. Untuk menghindari terjadinya kerusakan
akibat kesalahan operator (Human eror), maka setiap peserta praktikum yang
akan menggunakan peralatan diharuskan mengikuti penjelasan dan arahan
dari teknisi laboratorium. Penguasaan cara menggunakan alat-alat tersebut
merupakan kunci keberhasilan dalam pemanfaatan teknik biologi molekuler
dalam penelitian di bidang sains lainnya. Oleh karenanya, mahasiswa dituntut
untuk dapat mengetahui prinsip kerja, cara penggunaan dan juga bagaimana
mengatasi permasaahan yang timbul dari setiap alat-alat yang ada.
Penelitian dalam bidang biologi molekuler selalu berhubungan dengan
molekul DNA yang berukuran kecil tidak kasat mata. Hal ini menuntut teknik
pengerjaan yang detail dan se-seteril mungkin. Bahan-bahan yang digunakan
merupakan bahan kimia dengan tingkat kemurnian sangat tinggi (bioteknologi
grade), sehingga harganya sangat mahal. Sebagai akibatnya, teknik biologi
molekuler selalu menggunakan volume/jumlah yang sangat sedikit, yakni
pada skala mikroLiter. Oleh karenanya, pada percobaan ini peserta
praktikum selain dikenalkan dengan perlatan laboratorium juga akan dibekali
dengan teknik sterilisasi dan penggunaan pipet mikro yang merupakan alat
dasar yang selalu digunakan.
Pipet mikro merupakan alat pemipet pada skala mikro yang banyak
digunakan dalam teknik biologi molekuler. Laboratorium Bioteknologi
memiliki beberapa set pipet mikro dengan berbagai ukuran, yaitu 2,5 µL, 10
µL, 100 µL, 200 µL, 1000 µL dan multichannel pipet yaitu pipet dengan 8
chanel pemipetan atau 8 tips sekaligus. Setiap pipet mikro memiliki batas
minimal dan maksimal jumlah larutan yang dapat dipipet. Untuk menghindari
kerusakan pipet, penggunaan pipet hanya boleh dilakukan dalam batasan
range minimal dan maksimal tersebut. Pipet 200 µL, memiliki batas minimal
20 µL dan batas maksimal 200 µL, pipet tersebut hanya boleh digunakan
5
7
untuk mengambil larutan dengan range antara 20-200 µL, tidak boleh kurang
dari 20 µL ataupun lebih dari 200 µL.
6. Mesin Polymerase Chain Reaction (PCR)
Pemakaian mesin PCR di daerah yang aliran listrinya tidak stabil
disarankan menggunakan Stablizer agar mesin PCR lebih awet. Mesin PCR
sebelum digunakan terlebih dahulu disetting programnya dengan berpatokan
pada buku Manual. Program yang disetting adalah suhu denaturasi, suhu
annealing, suhu ekstensi dan jumlah siklus yang diinginkan yaitu antara 30-40
siklus.
Mesin PCR pada prinsipnya adalah mesin yang mampu menaikkan
dan menurunkan suhu cambernya dalam waktu singkat sehingga proses
8
denaturasi DNA, annealing, dan ekstensi dapat berjalan sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan. Mesin PCR juga sering disebut termocycling karena
berfungsi mengatur irama perbahan dari suhu tinggi (92-95 oC) pada proses
denaturasi DNA ke suhu sedang (antara 35-65oC), tergantung dari primernya
pada proses annealing (penempelan primer pada template DNA) kemudia
diubah ke suhu sekitar 70-75 oC pada proses sintesis utas ganda DNA.
Prose terbentuknya utas ganda DNA (Double Strand DNA) pada template
DNA yang berkesesuaian dengan primer disebut satu siklus. Selanjutnya utas
ganda DNA yang terbentuk mengalami proses denaturasi, annealing, dan
ekstensi untuk siklus yang ke dua. Proses itu yang berlangsung antara 30-40
siklus, tergantung dari kebutuhan. Conoh salah satu mesin PCR yang
bermerek Biorad sebagai berikut:
8. Alat elektroforesis
Alat elektroforesis horisontal yang banyak digunakan untuk pemisahan
fragmen DNA menggunakan gel agarose. Gel agarose sebagai fase padat
yang berfungsi sebagai medium mobilitas fragmen DNA dan buffer
eletroforesis sebagai fase cair yang berfungsi mengantarkan muatan listrik,
sehingga memungkinkan fragmen DNA bisa bermigrasi dari posisi tertentu ke
posisi yang berlawanan dengan muatan elektromagnetik DNA. DNA memiliki
muatan elektromagnetik yang bersifat negatif sehingga jika diberi aliran listrik
menyebabkan fragmen DNA bermigrasi atau bergerak dari kutub negatif ke
kutub positif. Fragmen DNA yang berukuran lebih kecil bermigrasi lebih cepat
dibanding dengan fragmen DNA berukuran lebih besar. Fragmen DNA yang
bergerak paling jauh dari posisi loading (sumur) adalah fragmen DNA dengan
ukuran pasang basa (bp) paling kecil. Kemampuan gel agarose untuk
memisahkan fragmen DNA sangat terbatas yaitu hanya mampu memisahkan
fragmen DNA yang berukuran minimal 100 bp. Ukuran fragmen DNA yang
9
lebih kecil (puluhan basa) tidak dapat dipisahkan dengan menggunakan gel
agaros. Metode yang dapat digunakan untuk memiahkan fragmen DNA yang
lebih adalah dengan menggunakan polyacrilamid. Contoh alat elektroforesis
dengan menggunakan gel agarose disajikan berikut ini.
9. Digital Dry Bath
Digital Dry Bath (DDB) berfungsi sebagai water bath pada proses
ekstraksi DNA dengan skala kecil. Prinsip kerjanya yaitu memanaskan sel-
sel yang terdapat dalam ependorf tanpa membuat ependorfnya meleleh atau
mengalami kerusakan. Jaringan sel-sel yang telah dihancur dan ditempatkan
ke dalam ependorf bersama dengan larutan pereaksinya mengalami
pemanasan membuat sel-sel menagalami proses yang disebut lisis yang
memungkinkan DNA yang terdapat di dalam inti sel dapat terpisahkan.
10
10. Sentrifus
Kegiatan ekstraksi DNA mutlak diperlukan sentrifus yang berkecapatan
tinggi yaitu antara 8000-12000 rpm. Prinsip kerja sentrifuse yaitu putaran
dengan kecepatan tinggi memungkinkan sel-sel yang telah mengalami lisis
dan pemecahan sel dapat dipisahkan DNAnya dari komponen penyusun sel
lainnya (dinding sel, membran sel, protein, dan komponen penyusun sel
lainnya). Hal yang sangat penting diperhatikan dalam menjalankan sentrifus
adalah keseimbangan beban bahan yang disentrifuse. Ependorf yang
dimasukkan sentrifus harus memiliki volume yang sama dan diletakkan
seimbang pada semua sisi. Penempatan ependorf yang tidak seimbang pada
semua sisi dapat menyebabkan rotor sentrifus mengalami kerusakan dan
tidak dapat digunakan lagi.
11. Fortex
Fortex diperlukan untuk kegiatan ekstraksi DNA yaitu saat mencampur
Jaringan yang telah dihaluskan dengan larutan preaksi di dalam ependorf.
Ependorf yang telah berisi sel-sel tanaman atau hewan yang akan diisolasi
DNAnya perlu difortex agar tercampur merata dan terjadi reaksi yang
sempurna. Reaksi yang sempurna memungkinkan untuk mendapatkan DNA
dalam jumlah yang maksimal. Contoh Fortex yang tersedia di Laboratorium
Bioteknologi Unipa, disajikan pada gambar berikut ini.
11
12. Alat Iluminator
Alat iluminator berfungsi untuk fisualisasi DNA yang telah mengalami
elektroforesis. Alat ini dapat kita menentukan ukuran fragmen DNA dan
kualitas DNA hasil ekstraksi. Prinsip kerja alat ini adalah lampu ultraviolet
dari alat membuat fragmen DNA yang telah disisipi dengan Etedium Bromida
(EtBr) memancarkan sinar sehingga fragmen-fragmen DNA dapat terlihat
dengan ukuran yang bervariasi. Saat menggunakan alat ini perlu hati-hati
dan tunggu instruksi dari asisten karena alat iluminator memancarkan sinar
ultra violet (UV) yang dapat menyebabkan kerusakan mata bila terpapar
secara langsung. Lensa kamera juga bisa mengalami kerusakan kalau
mengambil foto gel tanpa penutup pengaman. Contoh alat iluminator yang
tersedia di Laboratorium Bioteknologi sebagai berikut.
12
BAB III. STERILISASI ALAT DAN PEMBUATAN AIR STERIL
3.1. Pendahuluan
Peralatan yang digunakan seperti pinset, scalpel, gunting, petridish,
dan botol kultur disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada tekanan 1,2
kg/cm2 pada suhu 120 oC selama 60 menit untuk mematikan semua mikro
organisme yang kemungkinan ada melekat pada permukaan alat. Kegiatan
ini sangat menentukan keberhasilan Praktikum Bioteknologi Pertanian karena
peralatan kerja yang steril akan memperkecil kegagalan yang mungkin terjadi
akibat adanya kontaminan. Selain sterilisasi alat-alat (gunting, scalpel, dan
pinset) dengan menggunakan autoklaf, juga dilakukan sterilisasi pada saat
akan menggunakan (melakukan kegiatan kultur) dengan memanaskan pada
lampu sepritus selama beberapa detik.
Setiap kali akan melakukan kegiatan kultur atau transfer kultur dari
media yang satu ke media yang lain diperlukan air steril untuk mencegah agar
pada saat persiapan eksplan dilakukan pada wadah petridish tidak
mengalami kekeringan. Peralatan seperti pinset, gunting dan scalpel yang
baru disterilkan dengan pemanasan pada lampu sepritus dicelupkan terlebih
dahulu pada air steril sebelum memegang (menghandle) eksplan yang akan
dikulturkan agar eksplan tidak terbakar akibat dari pinset yang panas.
3.2. Tujuan Praktikum
Setelah menyelesaikan kegiatan praktikum ini mahasiswa diharapkan
dapat mengetahui langkah awal yang harus dilakukan untuk melakukan
kegiatan Praktikum Bioteknologi Pertanian dan dapat membedakan antara
steril dan bersih serta dapat membedakan antara air destilasi (air yang bebas
mineral dan senyawa organik) dengan air steril.
3.3. Alat dan bahan
Autoklaf
Detergen
Air pencuci
Air destilasi
13
Destilator
Air destilasi
Aluminium foil atau plastik tahan panas (penutup botol)
Kertas
3.4. Prosedur Pelaksanaan Praktikum
1. Semua alat yang akan disterilkan terlebih dahulu dibersihkan dari sisa-sisa
agar atau jaringan tanaman. Selanjutnya dicuci bersih dengan
menggunakan detergen kemudian dibilas dengan air bersih dan dikering
anginkan atau menggunakan oven.
2. Autoklaf yang akan digunakan disiapkan terlebih dahulu dengan
memasukkan air secukupnya ke dasar autoklaf (sampai batas plat
penyangga).
3. Alat kultur (pinset, gunting, scalpel dan petridish) yang telah kering
dibungkus dengan kertas baru dimasukkan ke dalam autoklaf. Botol kultur
disterilkan dengan cara meletakkan botol kultur di dalam autoklaf pada
posisi tertelungkup.
4. Air steril dibuat dengan cara mengisi botol-botol kultur dengan air destilasi
sebanyak ¾ dari ukuran botol (botol dibiarkan kosong ¼ bagian) kemudian
ditutup dengan aluminium foil atau plastik tahan panas baru dimasukkan
ke dalam autoklaf.
5. Setelah semua alat dan bahan yang akan disterilkan selesai dimasukkan
ke dalam autoklaf , selanjutnya autoklaf ditutup dan dikancing. Kancing-
kancing dikencangkan dengan cara mengencangkan kancing secara
bersamaan dengan kancing pada posisi yang berseberangan (kancing
yang tegak lurus satu sama lain dikencangkan secara bersamaan).
Selanjutnya kabel autoklaf dihubungkan dengan sumber arus listrik.
Pengatur waktu distel (diset) ke posisi angka 60 bagian lingkaran luar
pengatur waktu autoklaf (berarti autoklaf dilakukan selama 1 jam). Katup
pembuangan udara dikendorkan dan tunggu sampai terlihat ada butir-butir
uap air yang keluar baru katup ditutup atau dikencangkan kembali dan
pengatur waktu mulai bekerja.
14
6. Setelah autoklaf berlangsung satu jam (jarum indikator penunjuk waktu
berada pada posisi angka nol) dan alarm autoklaf berbunyi sebagai tanda
bahwa autoklaf telah selesai. Lepasakan kabel listrik autoklaf dari sumber
aruslistrik dan biarkan autoklaf dingin. Bila alat-alat yang diautoklaf
segera akan digunakan, katup pembuangan udara boleh dibuka sedikit
secara perlahan untuk mempercepat terjadinya pendinginan dan
penurunan tekanan. Sebelum jarum indikator penunjuk tekanan menunjuk
posisi angka nol, kancing autoklaf tidak boleh dibuka.
15
BAB V. PEMBUATAN MEDIA UNTUK BAKTERI RHIZOBIUM
5.1. Pendahuluan
Rizobium adalah bakteri penambat nitrogen yang berasosiasi dengan
tanaman legum. Peranan bakteri rizobium sebagai penambat nitrogen belum
optimal karena belum banyak dikembangkan dan diproduksi sebagai pupuk
biologi. Rizobium perlu dikembangkan agar penggunaan pupuk kimia pada
tanaman legum dapat dikurangi untuk meningkatkan produksi tanaman
legum. Media untuk bakteri merupakan formulasi dari semua unsur-unsur
yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan bakteri. Media yang
digunakan adalah berbahan dasar nutrient broth yang diformulasikan khusus
untuk mendukung perkembangan dan pertumbuhan bakteri rizobium.
5.1. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan
media tumbuh bakteri rizobium dan melatih mahasiswa membuat media untuk
menumbuhkan rizobium
5.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah : timbangan analitik, gelas piala 1000 ml,
spatula, hot plate + magnetik stirer, autoclaf, dan botol kultur.
Bahan yang digunakan adalah : nutrient broth 6,5 g, bacto agar 5 g, aquades
500 ml, aluminium foil, kertas indikator.
5.3. Prosedur Pelaksanaan Praktikum
1. Timbang bahan yang akan digunakan yaitu : nutrien broth dan agar
bacto sesuai dengan ukuran yang diinginkan.
2. Siapkan gelas piala tambahkan air 200 ml. Masukkan nutrient broth
aduk
3. pH ditetapkan 7,4. Bila pH diatas 7,4 maka ditambahkan HCl 1 N dan
bila pH dibawah 7,4 apabila belum mencapai 7,4 makan perlu
ditambahkan beberapa tetes NaOH 1N.
16
4. Apabila pH telah sesuai, maka tambahkan bacto agar , setelah itu
tambahkan air sampai volumenya mencapai 500 ml. Nyalakan hot
plate dan biarkan sampai mendidih. Jangan lupa tutup gelas piala
dengan menggunakan aluminium foil.
5. Setelah mendidih tuang kedalam wadah, lalu dituang ke masing-
masing gelas kultur dengan ukuran 20-30 ml tutup dengan aluminium
foil.
6. Sterilkan di dalam autoclaf selama 20 menit pada suhu 121 ° C
7. Keluarkan dari dalam autocla/f kemudian letakkan di ruangan inkubasi.
17
BAB VI. ISOLASI RIZOBIUM DARI AKAR TANAMAN LEGUM
6.1. Pendahuluan
Rizobium merupakan bakteri yang mampu mengikat N2 dengan
membentuk bintil akar pada famili leguminoceae. Taksonomi rizobium yang
terbaru (Desember 2006) membagi rizobia ke dalam 12 Genus dan 57
species. Genus rizobium yang telah ditemukan yaitu Rizobium yang teridiri
atas 16 species, Mesorizobium yang terdiri atas 10 species, Sinorizobium
(enzifer) yang terdiri atas 13 species, Bradirizobium yang terdiri atas 5
species, Azorizobium yang terdiri atas 2 species, Metylobacterium satu
species, Burkholderia yang terdiri atas 5 species, Cupriavidus satu species,
Devosia satu species, Herbaspirilum satu species, Okrobaktrum satu species,
dan Filobakterium satu species.
6.2. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk melatih dan meningkatkan
keterampilan mahasiswa melakukan isolasi bakteri rizobium dari nodul akar
legum.
6.3. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah : petridish, pinset, tusuk gigi, cutter, korek api,
pembakar spritus, laminar air flow. Bahan yang digunakan adalah : media
nutrient broth, nodul dari kacang tunggak, spirtus, alkohol 95 %, air steril.
6.4. Prosedur Pelaksanaan Praktikum
1. Nodul dipilih yang terbaik (segar dan paling besar).
2. Amati bentuk nodul (bulat, oval, lonjong, dan caraloid)
3. Nodul disterilisasi menggunakan alkohol 95 % selama 1 menit
kemudian diletakkan dalam air steril.
4. Nodul dilewatkan pada nyala api.
5. Nodul diletakkan pada petridish.
6. Nodul dibelah menjadi 2 bagian
7. Nodul yang telah dibelah, tusuk pada tusuk gigi (jangan menyentuh
pinggiran luar dari nodul).
18
8. Ujung tusuk gigi digoreskan pada media yang telah disiapkan.
9. Inkubasi pada ruang kultur
10. Amatilah pertumbuhan rizobium setiap hari.
19
BAB VII. ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MIKORIZA
7.1. Pendahuluan
Mikoriza adalah suatu bentuk hubungan simbiose mutualisme antara
fungi (mykes) dan perakaran (rhiza) tumbuhan tingkat tinggi. Mikoriza
pertama kali ditemukan pada tahun 1885 oleh A.B. Frank. Berdasarkan
cara infeksinya terhadap tanaman inang maka mikoriza dikelompokkan ke
dalam lima golongan yaitu Ektomikoriza, Endomikoriza, dan
Ektendomikoriza, Pseudomikoriza, dan mmikoriza vesikula arbuskula.
Peranan mikoriza pad ekosistem adalah meningkatkan ketersediaan hara
dan kemampuan tanaman menyerap air melalui perluasan jangkauan
permukaan akar dengan adanya hyfa yang terbentuk dari mikoriza.
7.2. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum ini adalah untuk melatih dan meningkatkan
keterampilan mahasiswa melakukan isolasi mikoriza, mengenal mikoriza dan
mampu mengidentifikasi jenis spora mikoriza.
7.3. Isolasi spora fungi mikorhiza arbuskula (FMA)
7.3.1. Alat dan Bahan
Alat yang diperlukan yaitu satu set penyaring spora (sieve) berukuran
500 µm, 250 µm, 125 µm, 63 µm, dan 45 µm, backer 500 ml dan 1000 ml,
erlenmeyer 100 ml, dan 200 ml, cawan petridish, pinset spora, deckglass, dan
cover glass, mikroskop binokuler, timbangan analitik, hotplate, gunting,
kamera untuk dokumentasi. Bahan yang diperlukan untuk isolasi spora FMA
yaitu sukrosa, dan air destilasi.
7.3.2. Prosedur Pelaksanaan Praktikum
Sampel tanah diambil dari berbagai macam vegetasi tumbuhan
Sampel tanah ditimbang sebanyak 50 – 100 gram
Sampel tanah dimasukkan ke dalam gelas piala 500 atau 100 ml dan
ditambahkan larutan sukrosa 60% sebanyak 100 – 200 ml
20
Campuran tanah dengan larutan sukrosa diaduk selama 10 menit
Supernatan (larutan bagian atas) dituang ke dalam saringan spora
dengan ukuran paling besar sampai dengan ukuran yang paling kecil
Partike-partikel yang tertahan pada saringan paling halus dipindahkan
ke cawang petridish dengan cara menyemprotkan air dari botol
semprot
Amati spora yang terjaring di dalam petridish
Catat bentuk spora, ada tidaknya assesory pada spora, dan warna
spora
7.4. Identifikasi spora FMA
7.4.1. Alat dan Bahan
Alat yang diperlukan yaitu: cawan petridish, pinset spora, deckglass,
dan cover glass, mikroskop binokuler, timbangan analitik, gunting, kamera
untuk dokumentasi. Bahan yang digunakan untuk identifikasi spora FMA
yaitu: larutan polyvenil alkohol lacticacid glycerol (PVLG), larutan meltzer’s,
KOH 10 %, tinta Quink, cuka, aquades dan cat kuku.
7.4.2. Prosedur Pelaksanaan Praktikum
Spora diangkat dengan menggunakan pinset spora
Spora diletakkan pada objek glas yang telah ditetesi aquades, larutan
PVLG dan Meltzer’s
Masing-masing tetesan PVLG dan Meltzer’s diletakkan 10 spora
Spora dibiarkan 3 – 5 menit dalam tetesan larutan PVLG dan Meltzer’s
kemudian ditutup dengan cover glass.
Objek glass diletakkan pada mikroskop dan diamati jenis spora yang
ada
21
BAB VIII. ISOLASI DNA GENOM
8.1. Pendahuuan
Isolasi DNA merupakan tahap awal dalam teknik biologi molekuler.
Proses isolasi DNA dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam
metode, diantaranya yaitu metode phenol chloroform, freeze dan thawing,
resin pengkhelat (chelex), kromatografi dan juga menggunakan kit-kit
komersial. Beberapa kit komersial yang bisa digunakan untuk isolasi DNA
yaitu kit isolasi DNA yang diproduksi oleh perusahaan seperti Qiagen,
Promega, Geneaid, Invitrogen dll.
Pemilihan metode isolasi, jenis sel yang akan digunakan sebagai
sumber DNA merupakan factor utama yang harus diperhatikan. Metode yang
digunakan untuk mengisolasi DNA dari tumbuhan akan sedikit berbeda
dengan metode yang digunakan untuk mengisolasi DNA dari sel hewan,
maupun bakteri. Kit isolasi yang tersedia pun berbeda, beda. Meskipun
demikian, prinsip dasarnya tetap sama. Hanya saja metodenya disesuaikan
dengan masing-masing jenis sel nya.
Isolasi asan nukleat (DNA) merupakan persyaratan mendasar untuk
melakukan karakterisasi genom dan mapping yang mencakup penggunaan
marker genetik serta juga melakukan rekayasa genetik atau ”genetic
engineering”. Tingkat kemurnian dan kualitas DNA diperlukan untuk
pembuatan genomik DNA library, sekuensing gen tanaman, marker genetik
yang lain seperti RAPD, SSR, RFLP, dan cpSSR.
22
Secara umum, tahapan dalam isolasi DNA baik dari tumbuhan, hewan
maupun mikroba, dapat dibagi menjadi 3 tahap utama, yaitu: Pemecahan sel,
Pemisahan dan Pemurnian.
8.1.1. Pemecahan Sel (Lisis Sel)
Pemecahan sel ini bertujuan untuk dapat mngeluarkan DNA yang
berada pada bagian inti sel maupun DNA yang terdapat dalam mitokondria.
Tahap ini dapat dilakukan dengan berbagai metode asalkan DNA yang ada
tidak mengalami kerusakan. Pemecahan sel dapat dilakukan dengan cara
fisik (menggunakan suhu, gelombang suara/ sonikasi, pengggerusan),
secara kimia (menggunakan SDS/sodium dodesil sulfat, detergent, EDTA,
CTAB dll), dan secara enzimatis (menggunakan lisozim, Proteinase K,
Lipase dll). Untuk mnghindari rusaknya DNA yang akan di ambil selama
23
proses pemecahan sel, maka tahap ini harus dilakukan dalam buffer lisis
yang dapat mempertahankan keutuhan dan struktur dari DNA.
8.1.2. Pemisahan
Pemisahan DNA dari debris-debris atau sisa sisa bagian sel yang telah
dihancurkan, dapat dilakukan dengan menggunakan metode sentrifugasi
maupun dengan cara kolom kromatografi. Dengan teknik sentrifugasi, semua
senyawa yang tidak di inginkan seperti polisakarida, lipid maupun protein
akan terpisah sesuai dengan berat molekulnya setelah disentrifugasi dengan
kecepatan tinggi. Molekul yang berat seperti protein, polisakarida akan
berada pada bagian bawah atau endapan, sedangkan molekul DNA, RNA
yang memiliki berat molekul rendah akan berada di bagian supernatan. Selain
itu, metode klasik yang banyak digunakan untuk memisahkan DNA dari
molekul protein adalah metode phenol kloroform.
8.1.3. Pemurnian
Pemurnian dilakukan dilakukan untuk mendapatkan isolate DNA dengan
kemurnian yang sangat tinggi. Pada tahap ini, pemurnian dapat dilakukan
dengan menggunakan kromatografi kolom maupun menggunakan teknik
presipitasi. Penggunaan kromatografi kolom lebih baik, karena kemungkinan
kehilangan sampel DNA akan semakin kecil disbanding dengan presipitasi.
Selain itu produk yang didapatkan lebih banyak. Jika ekstrak DNA yang
dibutuhkan harus bebas dari RNA, maka pada tahap lisis dapat ditambahkan
RNAse yang dapat menghancurkan moelekul RNA. Jika yang diinginkan
adalah RNA bebas dari DNA maka dapat ditambahkan DNAse untuk
menghilangkan molekul DNA dari RNA.
Secara umum, gambaran metode isolasi DNA/RNA dengan
menggunakan phenol kloroform dapat di lihat pada Gambar berikut ini:
24
Contoh metode isolasi RNA dengan menggunakan phenol kloroform
(http://cbc.arizona.edu) 8.2. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum ini adalah untuk melatih dan meningkatkan
keterampilan mahasiswa melakukan isolasi DNA dan mengenal DNA sebagai
materi genetik yang mengkodekan sifat-sifat dari organisme.
8.3. ALAT DAN BAHAN Pinset Geneaid isolation KIT tissue Lampu Bunsen Jaringan Hewan Rak Tabung Ethanol Tabung Bleach (pemutih) Tissu Korek Api Gelas Piala Vortex Spin Heat Block 8.4. ISOLASI DNA HEWAN 8.4.1. PROSEDUR KERJA
a. Meja kerja dibersihkan dengan menggunakan bleach (pemutih) 10%
kemudian menggunakan alcohol 70%.
b. Tabung eppendrof (microtube) 1,5 mL disiapkan dan beri label sesuai
ID sampel pada bagian tutupnya.
c. Peralatan pinset, gunting, ethanol 96% dalam gelas piala, Bunsen dan
korek disiapkan.
25
d. Pinset dan gunting disterilkan dengan mencelupkan kedalam etanol
dan dibakar diatas lampu Bunsen.
e. Jaringan hewan diambil sedikit (kira-kira satu cm) dengan
menggunakan pinset dan potong halus dengan menggunakan gunting
lalu masukkan ke dalam mikrotube yang telah diberi label
f. Tambahkan 200 µL GT buffer, jika perlu haluskan dengan
menggunakan mikropastel.
g. Tambahkan 20 µL Proteinase K dan campurkan secara merata dengan
menggunakan vortex selama 10 detik, kemudian spin selama 20 detik.
h. Panaskan pada suhu 60 oC selama 30 menit.
i. Tambahkan 200 µL GBT buffer dan inkubasikan pada suhu 70oC
selama 20 menit.
j. Jika terdapat bagian yang tidak dapat hancur dan tidak dapat terlarut
dengan baik, pisahkan ampas tersebut dengan sentrifugasi pada
kecepatan 15000 rpm selama 2 menit.
k. Ambil bagian supernatant dan pindahkan pada tabung yang baru.
l. Pada saat tiba di tahap ini, panaskan elution buffer pada suhu 70oC
sampai nanti akan digunaan pada tahap.
m. Tambahkan 200 µL etanol 96% dalam supernatant hasil pada tahap K
dan vortex selama 10 detik
n. Siapkan GD kolom dalam tube 2 mL dan beri label pada bagian
tutupnya.
o. Transfer campuran supernatant dan etanol ke dalam GD kolom,
kemudian sentrifugasi pada kecepatan 15000 rpm selama 30 detik.
p. Buang larutan pada bagian bawah dan tempatkan kembali GD kolom
dalam tube 2 mL tersebut.
q. Tambahkan 400 µL W1 buffer kedalam GD kolom dan sentrifugasi
pada kecepatan 15000 rpm selama 30 detik. Kemudian buang larutan
bagian bawahnya dan tempatkan kembali GD kolom pada tabung 2
mL.
r. Tambahkan 600 µL Wash buffer, dan sentrifugasi pada 15000 rpm
selama 30 detik, lalu buang larutan bagian bawahnya. Keringkan
kolom dengan cara disentrifugasi pada 15000 rpm selama 3 menit.
26
s. Pindahkan GD kolom pada tabung 1,5 mL yang baru (beri label) dan
tambahkan 100 µL elution buffer yang tadi dipanaskan tepat pada
bagian kolomnya (bukan dinding tabung).
t. Diamkan selama 3-5 menit, kemudian sentrifugasi pada 15000 rpm
selama 30 detik. Buang GD kolom dan simpan larutan pada bagian
bawah (Ekstrak DNA) dalam freezer.
8.5. Isolasi DNA total dengan DNeasy Plant Mini Kit
8.5.1. Prosedur Pelaksanaan Praktikum
1. Jaringan tanaman digerus dengan menggunakan mortar sampai halus
2. Tambahkan 400 l buffer AP1 dan 4 l Rnase ke maksimum 100 mg
berat basah jaringan tanaman atau 20 mg bahan kering tanaman dan
di vorteks.
3. Inkubasikan campuran tersebut selama 10 menit pada suhu 65oC.
Kocok 2-3 kali dengan membalik ependorf (mini tube) selama inkubasi.
4. Tambahkan 130 l buffer AP2 ke dalam ependorf lisis, kocok dan
inkubasikan selama 5 menit ke dalam es yang telah digerus
kemuduian disentrifus selama 5 menit dengan kecepatan 14.000 rpm.
5. Supernatan diambil dengan pipet dan dimasukkan ke dalam
“QIAshredder Mini Spin Colum (ungu) yang telah diletakkan ke dalam
tube 2 ml kemuudian disentifus selama 2 menit dengan kecepatan
14.000 rpm.
6. Pindahkan larutan yang tertampung di dalam tube (tahap 5) ke dalam
tube baru tanpa mengganggu pellet yang terbentuk.
7. Tambahkan 1.5 volume buffer AP3/E ke dalam cairan yang telah
tersaring, dan dicampur dengan menggunakan pipet (buffer AP3 telah
ditambahkan ethanol 96-100 % sebelumnya sebanyak yang tertera di
label botol).
8. Masukkan 650l campuran dari tahap 7 ke dalam DNeasy Mini Spin
Culum yang diletakkan ke dalam 2 ml tube penampungan kemudian
disentrrifuse selama 1 menit pada kecepatan 8000 rpm dan buang
cairan larutan yang tertampung.
27
9. Ulangi tahap 8 dengan campuran larutan yang tersisa dari tahap 7 dan
buang larutan yang tertampung.
10. letakkan “DNeasy Mini Spin Culumn” ke dalam tube 2 ml baru dan
tambahkan 500l buffer AW ke “DNeasy Mini Spin Column” dan
sentrifus selama 1 menit dengan kecepatan 8000 rpm. Buang larutan
yang tertampung dan gunakan lagi tubenya untuk tahap 11.
11. Tambahkan 500l buffer A W ke “DNeasy Mini Spin Column” dan
disentrifuse selama 2 menit dengan kecepatan 14.000 rpm untuk
mengeringkan membran.
12. Pindahkan “DNeasy Mini Spin Column” ke dalam 1.5 ml tube
mikrosentrifus dan pipet 100l yang telah dipanaskan pada 65oC buffe
AE secara langsung pada DNeasy membran. Inkubasikan selama 5
menit pada temperatur ruangan (15 –25oC dan sentrrifus selama 1
menit dengan kecepatan 8000 rpm untuk melarrutkan DNA yang
tertahan pada membran.
13. Ulangi tahap 12 sekali lagi untuk melarutkan DNA yang masih terrsisa
pada membran (tube penampungan dapat digunakan lagi untuk
menggabungkan DNA yang dipeoleh).
8.6. ISOLASI DNA TANAMAN DENGAN MENGGUNAKAN GENOMIC DNA
MINI KIT
Berbagai species tanaman memiliki kadungan hasil metobolit yang
bervariasi seperti polisakarisda, polifenol, dan protein. Penggunaan standar
protocol GP1 untuk lisis banyak digunakan untuk tanaman. Alternatif lain
yang dapat digunakan yaitu menggunakan GPX1 yang telah disediakan
dalam kit untuk memastikan sel tanaman mengalami lisis secara efisien untuk
tanaman yang menghasilkan kandungan polisakarida tinggi.
28
8.6.1. Sebelum menggunakan Genomik DNA Mini Kit
1. Tambahkan isopropanol (lihat label botol untuk volume) ke dalam
buffer GP3 sebelum digunakan
2. Tambahkan etanol absolut (lihat label botol untuk volume) ke dalam
buffer pencuci sebelum digunakan
3. Tambahan persyaratan yang diperlukan yaitu mikro tube senrifuse,
isopropanol, dan etanol absolut
8.6.2. Prosedur Isolasi DNA
Prosedur isolasi DNA dengan menggunakan Genomik DNA mini KIT terdiri
atas lima langkah atau tahap kegiatan yaitu:
8.6.2.1. Gerus sampel tanaman (dissosiasi Jaringan)
a. Potong 50 mg sampai 100 mg daun muda atau 10 mg sampai 25 mg
sampel kering
b. Tambahkan nitrogen cair ke dalam sampel (kalau ada)
c. Gerus sampel sampai membentuk bubuk yang halus dan pindahkan ke
dalam mikrosentrifuse tube ukuran 1.5 ml
d. Tambahkan 400 µl buffer GP1 atau buffer GPX1 dan 5 µl RNase A ke
dalam sampel tube dan campurkan dengan memvortex
e. Inkubasi pada suhu 60oC selama 10 menit, selama inkubasi, mikro tube
dibalik tiap 5 menit.
8.6.2.2. Lisis
Tahap ini buffer elusi sebanyak 200 µl per sampel dipanaskan pada suhu
60oC untuk step
a. Tambahkan buffer GP2 sebanyak 100 µl ke dalam mikro tube yang telah
diinkubasi pada suhu 60oC kemudian divortex dan diinkubasi pada es
selama 3 menit
b. Letakkan filter ke dalam tube 2 ml kemudian pindahkan campuran yang
telah diinkubasi pada es ke dalam tube melalui filter
c. Sentrifus selama 1 menit pada kecepatan 1000 rpm, kemudian buang
kolom filter
29
d. Pindahkan supernatant secara hati-hati dari ependorf 2 ml penampungan
ke dalam ependorf 1.5 ml .
e. Tambahkan buffer GP3 1.5 volume (pastikan bahwa isopropanol sudah
ada dalam GP3) dan segera divortex selama 5 detik.
Contoh
Tambahkan buffer GP3 750 µl ke dalam 500 µl lysat, jika presifitasi muncul,
maka aduk dengan pipet
8.6.2.3. DNA binding (Penempelan DNA)
a. Letakkan kolum GD ke dalam tube (ependorf) 2 ml
b. Pindahkan 700 µl dari campuran dan yang tersisa ke dalam kolom GD
c. Sentrifus pada kecepatan 14.000 – 16.000 selama 2 menit
d. Buang cairan yang tertampung dalam tube dan letakkan kolom GD kembali
pada tube penampungan 2 ml
e. Tambahkan 400 µl buffer W1 ke dalam kolom GD kemudian sentrifuse
pada kecepatan 14.000- 16.000 rpm selama 30 detik
f. Buang cairan yang lolos pada tube penampungan, kemudian letakkan
kolom GD kembali ke dalam tube penampungan 2 ml
g. Tambahkan 600 µl buffer pencuci (pastikan bahwa buffer pencuci telah
ditambahkan etanol)
h. Sentrifus pada kecepatan 14.000- 16.000 rpm selama 30 detik
i. Buang cairan yang tertampun dalam tube penampungan, kemudian
letakkan kolom GD kembali ke dalam tube penampungan
8.6.2.4. Pencucian DNA
a. Centrifus pada kecepatan 14.000- 16.000 rpm untuk mengeringkan kolom
matrix
b. opsional (boleh tidak), jika masih ada pigmen pada kolom, maka lakukan
langkah berikut: Cuci dengan buffer tambahan, tambahkan 400 µl pada etanol
absolut ke dalam kolom GD, sentrifus pada kecepatan 14.000 – 16.000 rpm
selama 30 detik, buang larutan yang tertampung tube penampungan,
letakkan kembali kolom GD pada tube penampungan, sentrifus selama 3
menit pada keceptan 14.000-16.000 rpm untuk mengeringkan kolom matrix.
30
c. Standar larutan DNA yaitu 100 µl , jika sampel yang digunakan sedikit
maka kurangi volume larutan DNA menjadi 30 – 50 µl untuk meningkatkan
konsentrasi DNA.
8.6.2.5. DNA elusi (Melarutkan DNA)
a. Pindahkan kolom GD yang kering ke dalam ependorf 1.5 ml
b. Tambahkan 100 µl buffer elusi yang telah dihangatkan atau TE di tengah-
tengan kolom matrix
c. Diamkan selama 3 – 5 menit memastikan bahwa buffer elusi telah terserap
merata
d. Sentrifus pada kecepatan 14.000- 16.000 rpm selama 30 menit untuk elusi
DNA murni
8.7. ISOLASI DNA TANAMAN DENGAN METODE CETAB
Program pemuliaan tanaman dalam rangka perbaikan sifat-sifat
tanaman sangat bergantung pada sifat genetik dan keanekaragaman dari
sifat-sifat genetik tanaman tersebut. Yang menentukan informasi genetika dari
tanaman adalah DNA. DNA di dalam tanaman (eukariot) disimpan dalam
suatu organ nukleus (inti sel) yang disebut dengan kromosom, mitokondria,
dan kloroplas. Freifelder dan Malcinski (1993) menyatakan bahwa materi
genetik memiliki sifat-sifat, seperti: (1) mampu menyimpan informasi genetik
dan mengekspresikannya dalam sel apabila diperlukan, (2) mampu
mentransfer informasi tersebut ke sel turunannya dengan kesalahan
seminimal mungkin, (3) stabil secara fisikokimia, sehingga informasi tersebut
tidak hilang dalam waktu atau periode yang panjang, dan (4) berpotensi untuk
terjadi perubahan pada turunannya tanpa banyak kehilangan informasi
induknya. Memahami informasi genetik yang terdapat dalam DNA, maka
perlu dilakukan pengkajian terhadap DNA. Langkah awal yang harus
dilakukan adalah mengisolasi DNA dari tanaman target menggunakan
prosedur yang sesuai. Tujuan khusus dari praktikum isolasi DNA tanaman
adalah (1)
31
8.7.1. Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan: memperkenalkan kepada mahasiswa cara
mengisolasi DNA tanaman, menunjukkan cara memisahkan DNA tanaman
dari selnya, agar dapat digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain, dan
mengidentifikasi DNA tanaman target.
8.7.2. Bahan dan Aalat
Alat : - Mortar dan penggerus
- Sentrifuse
- Water bath
- Tabung ependorff 1,5 ml
- Pipet mikro 1 ml beserta tipnya
- Gelas piala dan nampan plastik
- Rak tabung
- Keranjang es beserta esnya
- Tissue
- Tabung reaksi steril
- Vortex mixer
Bahan : - Bahan tanaman
- Buffer lisis (100 mM Tris-HCl pH 8, 2% (m/v) CTAB, 1,4M NaCl, 20
mM EDTA)
- -mercaptoetanol
- Pasir kuarsa
- Isopropanol
- RNAse
- Fenol
- Kloroform isoamil
- 3M Sodium asetat pH 5,2
- Etanol absolut
- Etanol 70%
- H2O Bidestilata
- TE 1X
32
8.7.3. Prosedur Pelaksanaan Praktikum
1. Sebanyak 2 gr daun tanaman yang masih muda dimasukkan ke dalam
mortar yang berisi 10 ml buffer lisis (100 mM Tris-HCl pH 8, 2% (m/v)
CTAB, 1,4M NaCl, 20 mM EDTA, dan 0,2% -mercaptoetanol
(ditambahkan pada saat akan isolasi)) dan 0,07 gr pasir kuarsa,
selanjutnya digerus sampai halus.
2. Serbuk daun dipindahkan ke dalam tabung 15 ml dan diinkubasi pada
suhu 60oC selama 1 jam.
3. Suspensi DNA dipanen dengan melakukan sentrifuse pada 4 000 rpm
selama 3 menit.
4. Suspensi DNA diekstrasi dengan 1 volume kloroform:isoamil alkohol
(24:1).
5. DNA di dalam suspensi dipresipitasi dengan menambahkan 0,1 volume
sodium asetat 3M pH 5.2 dan 0,8 volume isopropanol.
6. DNA diendapkan dengan melakukan sentruse pada 4 000 rpm selama 3
menit.
7. Endapan DNA yang dihasilkan dicuci dengan etanol 70% dan dikering-
anginkan.
8. DNA disuspensi dalam 500 l larutan TE 1x.
9. Untuk menghilangkan kontaminan RNA, dalam suspensi DNA
ditambahkan RNase A dengan konsentrasi akhir 100 g/ml dan diinkubasi
pada suhu 37oC selama 1 jam.
10. Suspensi DNA diekstraksi dengan menambahkan 1 volume fenol dan
diinkubasi pada suhu 37oC selama 1 jam.
11. Suspensi DNA disentrifuse pada 4 000 rpm selama 3 menit.
12. Suspensi DNA dipindahkan ke epperndorf baru dan diekstraksi lagi
dengan 1 volume kloroform: isoamil alkohol (24:1).
13. DNA di dalam suspensi dipresipitasi dengan menambahkan 0,1 volume
sodium asetat 3M pH 5.2 dan 0,8 volume isopropanol.
14. DNA diendapkan dengan melakukan sentrifuse pada 4 000 rpm selama 3
menit.
33
15. Endapan DNA yang dihasilkan dicuci dengan etanol 70% dan dikering-
anginkan.
16. DNA disuspensi dalam 500 l larutan dH2O.
17. Ukurlah konsentrasi DNA menggunakan spektrofotometer pada panjang
gelombang 260 nm dan 280 nm.
34
BAB IX. ELEKTROFORESIS DNA PADA GEL AGAROS
9.1. Pendahuluan :
Penetapan kualitas dan kuantitas DNA hasil isolasi dan pemotongan
dengan enzim restriksi, baik dari plasmid maupun tanaman, dapat dilakukan
dengan memigrasikan DNA tersebut di dalam gel agarosa menggunakan alat
elektroforesis.
Resolusi tiap fragmen DNA berbandingterbalik dengan ukurannya, dan
fragmen yang besar (> 50 kb) cenderung bermigrasi bersama-sama. Untuk
memisahkan fragmen DNA yang berukuran lebih dari 1 kb biasa
menggunakan gel agarosa, sedangkan untuk memisahkan fragmen
DNAberukuran < 1 kb menggunakan poliakrilamida. Gel agarosa lebih
mudah dalam hal preparasinya daripada poliakrilamida. Konsentraasi gel
agarosa bervariasi antara 0,3% - 1% tergantung dari ukuran DNA yang akan
dipisahkan. Biasanya gel agarosa dengan konsentrasi 0,8-1% paling baik
untuk memisahkan fragmen DNA berukuran 1-20 kb.
Prinsip kerja dari elektroforesis adalah berdasarkan gaya tarik listrik.
DNA yang bermuatan negatif akan tertarik menuju arah muatan positif.
Dengan adanya gaya tarik ini menyebabkan terjadi pemisahan DNA
berdasarkan ukurannya. DNA yang berukuran kecil akan bermigrasi lebih
cepat dibandingkan dengan DNA yang berukuran besar.
9.2. Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan: supaya mahasiswa dapat mengetahui cara
memigrasikan DNA dengan elektroforesis, mengidentifikasi kwalitas dan
kuantitas DNA hasil isolasi dan pemotongan, dan mengidentifikasi ukuran
DNA
9.3. Bahan : - DNA
- Agarosa
- TAE 1x atau TBE 1x
- H20
35
9.4. Prosedur Pelaksanaan Praktikum
1. Timbang agarosa sesuai kebutuhan dan masukkan ke dalam labu
erlenmeyer. Misalnya untuk mengecek kualitas DNA total diperlukan
konsentrasi agar 0.7%. Jika tray elektroforesis ukuran kecil (25 ml), maka
agaros yang diperlukan yaitu 0.7/100 x 25 ml = 0.175 gram.
2. Suspensikan agarosa di dalam larutan penyanggah yang sesuai (TAE 1x
atau TBE 1x). Konsentrasi agarosa tergantung besarnya fragmen DNA
yang akan dimigrasikan atau dipisahkan. Semakin kecil fragmen tersebut,
semakin tinggi konsentrasi agarosa yang digunakan. Pada umumnya gel
agarosa menggunakan konsentrasi 0,8%.
3. Panaskan agarosa (dengan hot-plate atau microwave) hingga tidak terlihat
lagi butiran agarosa dan larutan menjadi jernih (transparan, tidak putih).
Bila menggunakan hot-plate untuk memanaskan agarosa, masukkan
magnet pengaduk ke dalam erlenmeyer dan tutuplah erlenmeyer
menggunakan kertas alumunium. Panaskan erlenmeyer yang berisi
agarosa pada suhu 175oC.
Bila menggunakan microwave untuk memanaskan agarosa, maka
erlenmeyer yang berisi agarosa dan larutan penyangga tidak boleh ditutup
dengan kertas alumunium, dengan demikian akan terjadi penguapan.
Untuk menjaga agar konsentrasi agarosa tetap seperti sebelum
dipanaskan, maka banyaknya penguapan harus diganti dengan H2O.
Untuk itu, timbanglah erlenmeyer yang berisi agarosa dan larutan
penyanggah sebelum dipanaskan (Bo) dan setelah dipanaskan (B1).
Tambahkan H2O sebanyak Bo-B1. Tutuplah erlenmeyer dengan kertas
alumunium, goyang-goyang supaya tercampur merata, hindari terjadinya
gelembung udara. Biarkan supaya suhunya menurun. Tambahkan
ethidium bromida dengan konsentrasi final 0,5 g/ml.
4. Sambil menunggu turunnya suhu larutan agarosa, siapkan tempat untuk
menuang gel (tray). Pasanglah sisir (comb) pada tempatnya, dan letakkan
tray di tempat yang rata.
5. Setelah suhunya tidak terlalu panas (60-70oC), tuangkan agarosa ke
dalam tray yang telah disiapkan dan hindari terjadinya gelembung udara.
Bila terdapat gelebung udara, tariklah ke arah pinggir gel sehingga
36
jalannya migrasi DNA pada gel tidak terganggu. Biarkan gel membeku,
jangan digoyang.
6. Setelah gel beku, tempatkan gel pada alat elektroforesis, dimana sisir
terletak pada kutub (elektroda) negatif. Tuangkan larutan penyanggah
(TAE 1x) sampai gel terendam. Ambil sisir secara hati-hati, dan
tambahkan ethidium bromida pada larutan penyanggah untuk mewarnai
DNA (alternatif lain: gel diwarnai setelah selesai migrasi).
7. DNA yang akan dimigrasikan dicampur dengan larutan pewarna (loading
dye) bromofenol biru untuk menandai laju migrasi. Masukkan larutan DNA
ke dalam sumur pada gel dengan menggunakan pipet gilson. Jangan lupa
untuk menyertakan penanda ukuran molekular seperti /HindIII). Tutuplah
alat elektroforesis pada bagian atasnya.
8. Hubungkan alat elektroforesis dengan power supply, sehingga kutub
positif (merah) dihubungkan dengan kutub positif (merah) dan kutub
negatif (hitam) dihubungkan dengan kutub negatif (hitam). DNA akan
bermigrasi ke arah kutub positif.
9. Hidupkan power supplay pada 30-150 volt (tergantung dari besarnya
molekul DNA dan larutan penyanggah yang digunakan).
10. Setelah cukup jauh bromofenol biru bermigrasi, matikan power supplay (±
1-2 jam untuk ukuran gel kecil dan 3-4 jam untuk ukuran gel besar).
Hindari memigrasikan DNA sampai pewarna bromofenol biru keluar dari
gel. Buka penutup kotak elektroforesis dan ambil gel agarosanya.
Selanjutnya periksa DNA yang telah bermigrasi dengan menggunakan
transluminator ultraviolet. Gunakan sarung tangan yang terbuat dari latex
untuk menghindari sentuhan langsung kulit dengan ethidiun bromida
(senyawa karsinogen). Gunakan kacamata untuk melihat DNA dengan
sinar ultra violet.
37
BAB X. Elektroforesis DNA Genom
10.1. Pendahuluan
Elektroforesis DNA adalah metode pemidahan molekul kimia yang
didasarkan pada perbedaan ukuran dan muatan yang memanfaatkan arus
listrik dan gel sebagai media pemisahan. DNA merupakan makromolekul
yang secara total bermuatan negative. Sifat ini yang digunakan sebagai dasar
dalam pemisahan DNA dengan menggunakan metode elektroforesis. Dengan
adanya aliran listrik, maka molekul DNA akan bergerak dari kutub negative
(hitam) menuju ke kutub positif (merah).
Molekul DNA dengan ukuran besar akan bermigrasi lebih lambat
dibandingkan molekul DNA dengan ukuran yang lebih kecil. Hal ini di
tunjukkan pada gambar berikut: molekul DNA memulai perpindahan atau
pemisahan dari bagian atas yang terdapat sumur atau lobang ke arah bawah
foto. Semakin ke bawah, semakin kecil ukuran DNA nya, sedangkan semakin
keatas, semakin besar ukuran DNAnya.
Gambar contoh hasil elektroforesis DNA
Untuk dapat divisualisasikan dengan UV transluminator, DNA harus
diwarnai dengan menggunakan EtBr, Syber green, gel red maupun pewarna
lainnya. Etidium bromide akan terikat diantara basa-basa DNA dan akan
bersinar ketika di sinari dengan lampu UV seperti pada gambar berikut.
38
Posisi pengikatat EtBr pada DNA
Matriks atau fase diam yang digunakan dalam elektroforesis DNA
adalah agarose. Konsentrasi yang digunakan bervariasi antara 0.5%, 1%, 2%
dan lain sebagainya. Untuk elektroforesis genom DNA, konsentrasi yang baik
digunakan adalah konsentrasi 1% (b/v). gel yang terbentuk cukup kuat (tidak
mudah patah/pecah) dan dapat memisahkan molekul DNA dengan baik.
Untuk melakukan elektroforesis, diperlukan larutan buffer, yaitu buffer SB
(sodium boric), TBE (Tris Boric EDTA) atau TAE. Semua jenis buffer memiliki
peranan yang sama dalam proses elektroforesis. Buffer SB merupakan buffer
yang paling tahan untuk digunakan pada tegangan listrik yang tinggi seperti
pada tegangan 200 V.
10.2. TUJUAN
a. Mengenalkan prinsip kerja dari elektroforesis DNA
b. Mengetahui dan melatih ketrampilan mahasiswa dalam melakukan
elektroforesis DNA
c. Mengamati kualitas DNA genom atau hasil amplifikasi PCR dengan
menggunakan gel agarosa.
10.3. ALAT DAN BAHAN Pipet mikro Agarosa
Paket alat elektroforesis Molekular grade water
Microwave Etidium Bromida
Gelas Piala SB Buffer
39
10.4. Prosedur Kerja
1. Pembuatan gel Agarosa 1 % (b/v)
a. Timbang 0,40 gram agarosa dan masukan dalam gelas piala
b. Ukur 40 mL buffer SB dan masukan dalam gelas piala yang
berisi agarosa
c. Panaskan dalam microwave hingga semua agar terlarut dan
berwarna bening
d. Siapkan cetakan gel, dan pasang sisir gel
e. Tuangkan larutan agarosa dan amati jangan sampai ada
gelembung
f. Diamkan hingga mengeras sekitar 20 menit.
2. Running elektroforesis
a. Masukan gel dalam tangki elektroforesis yang berisi SB buffer
(pastikan semua gel terendam sempurna)
b. Hamparkan parafilm
c. Ambil 4 µL loading dye dan totolkan pada parafilm menjadi 4
totol.
d. Ambil 4 µL PCR product dan campurkan dengan salah satu
totolan loading dye, mix hingga rata.
e. Ambil campuran tersebut dan masukan dalam sumur gel (pada
sumur kedua)
f. Tambahkan DNA marker pada sumur pertama
g. Running mesin pada tegangan 200 volt, 400 Ampere selama 15
menit.
3. Visualisasi hasil elektroforesis
a. Angkat gel dan masukan dalam larutan etidium bromide
(gunakan blue glove) diamkan selama 15 menit.
b. Angkat dan masukan dalam air pembilas, diamkan beberapa
saat
c. Angkat dan letakan diatas lampu UV.
Nyalakan lampu UV dan foto hasilnya.
40
BAB XI. POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) 11.1. Pendahuluan
PCR adalah reaksi berantai DNA yang memungkinkan untuk
menggandakan potongan DNA tertentu menjadi banyak. Prinsip kerja PCR
adalah denaturasi DNA, annealing (penempelan primer) dan extention
(pemanjangan atau sintesis DNA). Denaturasi adalah pemisahan double
strand DNA menjadi single strand DNA dengan menggunakan suhu tinggi (94
oC). Annealing adalah penempelan primer pada DNA target dengan
menggunakan suhu yang bervariasi (tergantung dari primernya, antara 35 –
65 oC). Extention (ekstensi) adalah pemanjangan DNA atau sintesis DNA
target menjadi dua utas potongan DNA pada suhu antara sekitar 72 oC.
Proses dari denaturasi ke annealing dan selanjutnya dari annealing ke
exstention disebut satu siklus. Siklus berikutnya mulai lagi dari denaturasi
kemudian berakhir pada extention (Gambar prinsip kerja PCR; Saiki et al.
1988) sebagai berikut.
41
Proses amplifikasi DNA dengan PCR bergerak dari ujung 5’ ke ujung 3’
seperti pada gambar berikut ini (Saiki et al 1998)
Pemanfaatan teknik PCR dapat dilakukan untuk menentukan
keragaman genetik dan kekerabatan genetik, penentuan gen spesifik yang
mengkodekan karakter tertentu, pelacakan gen ketahanan terhadap hama
dan penyakit, pelacakan gen terhadap ketahanan lingkungan ekstrim,
investigasi hirarki, penentuan rekombinan DNA, penentuan mutasi genetik,
dan penentuan variasi somaklonal pada tanaman hasil kultur jaringan.
11.2. Tujuan
a. Mahasiswa memahami prinsip kerja dari PCR
b. Mahasiswa mampu menggunakan mesin Thermocycler
c. Mahasiswa mampu dan memiliki ketrampilan dalam melakukan PCR
d. Mengamplifikasi fragmen gen sitokrom oksidase I
11.3. Alat dan Bahan
Pipet mikro Hasil ekstraksi
Rak Tabung Molecular grade water (dd H2O)
Tips PCR buffer
PCR Strip Tube dNTP’s
Centrifuse MgCl2
34
42
Thermocycler Primer
Tabung eppendroff enzyme taq polymerase
10.4. Prosedur Kerja
a. Form PCR diisi dan dihitung jumlah reagen yang dibutuhkan
(dilebihkan 1 dari jumlah sampel untuk cadangan eror pipeting);
b. Cube atau tabung diberi label inisial, tanggal, primer pada bagian
tertentu tabung
c. Label angka ditulis pada bagian tabung
d. Tabung 0,75 mL disiapkan untuk mastermix dan beri label M1
e. Mastermix dibuat sesuai dengan form PCR (setiap menambahkan
larutan, campurkan dengan pipet)
f. Master mix dispin selama 10 detik untuk menurunkan semua larutan
yan berada di dinding tabung
g. Mix dengan menggunakan pipet (lakukan pelan-pelan) kemudian ambil
24 µL mastermix dan masukan dalam PCR strip tube
h. DNA template yang telah disiapkan diambil 1 µL dan campurkan ke
dalam mastermix.
i. DNA template dispin selama 10 detik kedalam thermocycler sebelum
digunakan.
j. Jalankan program gold yang sudah disetting dalam
43
DAFTAR PUSTAKA
Clark M.S. 1996. Plant molecular biology. A laboratory manual. Springer Berlin. 529p.
Brundrett M, N. Bougher, B. Dell, T. Grove, and N. Maljczuk. 1994. Working
with mycorhizas in forestry and agriculture. International Mycorhizas Workshop Kaiping China. 1994. 374p.
Saiki RK, DH Gelfand, S Sto fel, SJ Scharf, R Higuchi, GT Horn, KB Mullis,
and HA Erlich. 1988. Polymerase Chain Reaction: Amplification of a Short DNA Stretch by Repeated Cycles of In Vitro DNA Polymerization. Science, Vol 239(4839): 487-491
Smith S, and D.J. Read. 1997. Mycorrhizal Symbiosis. 2nd ed. Academic
Press. 605p. Somasegaran P and HJ. Hoben. 1994. Hand book for rhizobia: Methods in
legume-rhizobium technology. Springer –verlag USA. 450p.