penundaan pencatatan perkawinan di bawah umur...

144
PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR DI DESA PARAKAN MUNCANG BOGOR KECAMATAN NANGGUNG SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh: ZAINAL ARIFIN NIM. 1111044100041 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ( A H W A L S Y A K H S I Y Y A H ) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1437 H/2015 M

Upload: hoangcong

Post on 31-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR DI

DESA PARAKAN MUNCANG BOGOR KECAMATAN NANGGUNG

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

ZAINAL ARIFIN

NIM. 1111044100041

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

( A H W A L S Y A K H S I Y Y A H )

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1437 H/2015 M

Page 2: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

i

Page 3: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul “PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH

UMUR DI DESA PARAKAN MUNCANG BOGOR KECAMATAN NANGGUNG”

telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Program Studi

Hukum Keluarga Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal

19 Oktober 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Program Strata Satu (S-1) pada Program Studi Al Ahwal Al-Syakhsiyyah.

Jakarta, 19 Oktober 2015

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A

NIP. 196912161996031001

PANITIA UJIAN MUNAQASAH

Ketua : Dr. H. Abdul Halim, M.Ag (……….....….....)

NIP. 19670608 199403 1 005

Sekertaris : Arip Purkon, M.A (..……….…….....)

NIP. 19790427 200312 1 002

Pembimbing : Notnidah Nasution, M.Ag (………..…..…...)

NIP. 196003181991031001

Penguji I : Dr. Moh. Ali Wafa, S. Ag. M. Ag (..……................)

NIP. 150 321 584

Penguji II : H. M. Yasir, S.H M.H (.……......…..…)

Page 4: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

iii

Page 5: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

iv

ABSTRAK

Zainal Arifin. NIM 1111044100041. PENUNDAAN PENCATATAN

PERKAWINAN DI BAWAH UMUR DI DESA PARAKAN MUNCANG BOGOR.

Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas Syariah

dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1436 H/2015 M. xi + 85

halaman + 19 lampiran.

Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor apa yang menjadi penyebab

penundaan pencatatan perkawinan dibawah umur di Desa Parakan Muncang Bogor,

bagaimana proses perkawinannya dan problematika apa yang muncul terhadap pasangan

yang menunda pencatatan perkawinan.

Metode yang dipergunakan adalah metode deskriptif eksploratif, adapun jenis

penelitiannya yaitu penelitian lapangan (Field Research) yang di padukan dengan

penelitian kepustakaan (Library Research). Kriteria dan sumber data yang digunakan yaitu

pertama, data primer seperti wawancara, dan dokumentasi. Kedua, data sekunder yang

diperoleh dari buku-buku dan tulisan-tulisan yang berhubungan dengan tema. Adapun

teknik pengumpulan data diantaranya yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data

yang terkumpul selanjutnya di analisa dengan analisis deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa banyaknya masyarakat Desa Parakan

Muncang Bogor yang melakukan penundaan pencatatan perkawinan. Dikarenakan

berbagai faktor salah satunya tidak terpenuhinya persyaratan usia dewasa yaitu bagi

mereka yang belum berusia 16 (enam belas) tahun bagi perempuan dan 19 (sembilan belas)

tahun bagi laki-laki, yang hendak menikah namun tidak melalui prosedur yang telah diatur

oleh pemerintah seperti halnya mengajukan izin permohonan dispensasi nikah terlebih

dahulu kepada Pengadilan Agama setempat, melainan mereka langsung melakukan

pernikahannya di hadapan seorang amil (penghulu) KUA untuk menikahkannya. Padahal

dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan Bab II pasal 7

menyebutkan “ perkawinanan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai usia

sekurang-kurangnya 19 tahun, dan pihak wanita sudah mencapai usia sekurang-

kurangnya 16 tahun. dan pada Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 15 ayat 2

menegaskan “ bahwa untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai

batas usia 21 tahun harus mendapat izin dari Peradilan Agama setempat.sudah jelas

undang-undang mengharuskan bagi pasangan muda (dibawah umur) yang hendak menikah

untuk mengajukan izin permohonan dispensasi nikah ke Pengadilan Agama setempat,

namun masih banyak masyarakat yang tidak melakukan izin permohonan dispensasi nikah

dan beranggapan hal itu tidak penting hanya memakan waktu dan biaya yang tidak sedikit.

Kata Kunci : Penundaan, Pencatatan, perkawinan, Parakan, Muncang,

Pembimbing : Hotnidah Nasution, M.Ag.

Daftar Pustaka : Tahun 1974 s.d Tahun 2012

Page 6: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

v

KATA PENGANTAR

م الرحمن االرحيبسم اهلل

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji semoga selalu tercurah kehadirat Ilahi Rabbi yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini tepat pada waktunya. Sholawat beriring salam selalu tercurahkan kepada

Junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa darizaman kebodohan

menjadi zaman yang penuh kebaikan dalam kehidupan seluruh umat manusia.

Sudah empat tahun penulis bergabung di Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama itu pula penulis

belajar, berdiskusi, dan menimba ilmu dari para dosen. Suatu proses tolabul ilmi yang

mempunyai kesan suka maupun duka.

Penulis teringat akan sebuah syarat bagi seorang yang menuntut ilmu yang ada

didalam kitab Ta’lim al-muta’alim tentang enam hal yang harus ada dalam menuntut

ilmu yaitu; pandai, semngat, kerja keras, biaya, pengajaran guru, dan waktu yang

panjang. Dalam konteks ini dibutuhkan kesungguhan dan keseriusan, yang penulis

merasa masih jauh dari harapan yang ideal tersebut.

Seyogyanya penulis merasakan bahwa cita-cita harus diraih melalui kerja keras.

Menempuh proses perjuangan yang panjang dan berbagai

halanganyang ada. Begitupun dalam penulisan skripsi ini memerlukan pengorbanan w

aktu, fikiran, tenaga dan harta. Alhamdulillah berkat ridho Allah akhirnya penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga merasakan selama proses penyusunan

Page 7: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

vi

skripsi ini telah banyak pihak yang memberikan bantuan, bimbingan, dan motivasi

baik moril maupun materil. Dengan kerendahan hati izinkan penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Asep Saefudin Jahar. Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. H. Abdul Halim. Ketua Program Studi Akhwal Al-Syakhsiyyah.

3. Bapak Arif Purkon, M.A., selaku Sekretaris Program Studi Akhwal As-

Syakhsiyyah.

4. Ibu Hotnidah Nasution M.Ag, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

mencurahkan waktu, pikiran, dan perhatian serta dengan penuh kesabaran

membimbing dalam proses penulisan skripsi.

5. Bapak Supriyadi Ahmad, selaku dosen pembimbing akademik yang selalu

memberikan motivasinya.

6. Kedua orang tua penulis, yang dengan kesabaran dan keresahannya memberikan

motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa kepada

kakakku dan adikku yang selalu berbagi canda tawa baik suka maupun duka.

7. Seluruh Dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Jakarta yang telah mendidik

dan menberikan ilmunya kepada penulis selama menjadi mahasiswa.

8. Pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum

yang telah meberikan fasilitas dan kemudahan dalam peminjaman buku

referensi.

Page 8: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

vii

9. Keluarga Besar Guru Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 039 Tembilahan Riau

yang telah memberikan bekal ilmu keagamaan kepada penulis, semoga Allah

SWT memberikan balasan yang berlipat ganda.

10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN) Negeri 049

Tembilahan Riau, terima kasih atas pengalaman yang telah diberikan kepadaku

selama ini, sehingga penulis lebih bisa memahami arti dan makna dari

kesosialan.

11. Keluarga Besar Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan seluruh pihak yang membantu dalam

penyusunan skripsi ini.

12. Sahabat-sahabatku, Peradilan Agama Angkatan 2011 Azhar, Rafel, Faris, Rasit

Ridho, Rizal, Alimudin, wanda, zulfahmi, Zahra, Intan Juniarti Harahap dan

yang lain yang senantiasa memotivasi dan memberi semangat kepada penulis

untuk menyelesaikan skripsi ini, serta teman-teman yang telah menemani

penulis dalam suka dan duka dalam mengarungi dinamika kehidupan kampus.

Terima kasih atas segala warna yang kalian berikan.

13. Teman-teman dekatku Asih Mulyanti, Elvin, Rizal, Fikri, Raja dan yang lain

yang senantiasa memotivasi dan memberi semangat kepada penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini, yang telah menemani penulis dalam suka dan duka

dalam mengarungi dinamika kehidupan nyata ini.

14. Teman-temanku seperjuangan Gusti Rahmat, Servin Lubis, Ipul, Adi, Ari, Hanif

yang telah banyak membantu secara moral maupun materi dan tiada hentinya

dalam mensupport penulis dalam menyusun skripsi ini.

Page 9: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

viii

15. Keluarga Besar Bapak angkat Imam Syarif Hidayatullah MA dan Ibu Tri, dan

para santri dan santri yayasan al-amanah nusantara Tercinta yang telah banyak

mengajarkan arti dari sebuah Kehidupan.

16. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas segala

bentuk kontribusi yang diberikan kepada penulis, semoga amal baik kalian

mendapat balasan dari Yang Maha Sempurna.

Semoga skripsi ini menjadi bahan berguna bagi penulis untuk berkiprah

dimasyarakat dan mengharumkan almamater tercinta Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini

masih jauh dari sempurna, penulis berharap kritik dan saran dari para pembaca,

sehingga berguna bagi penulis dimasa yang akan datang.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 25 Oktober 2015

Penulis

Page 10: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

viii

DAFTAR ISI

PENGESAHAN PANITIAN UJIAN SKRIPSI ........................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................................... ii

ABSTRAK ....................................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR .................................................................................................... iv

DAFTAR ISI ................................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ........................................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 5

C. Pembatasan Masalah ............................................................................... 6

D. Perumusan Masalah ................................................................................. 6

E. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 7

F. Manfaat Penelitian ................................................................................... 7

G. Review Studi Terdahulu .......................................................................... 8

H. Metode Penelitian .................................................................................... 8

I. Sistematika Penulisan .............................................................................. 12

BAB II PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR.

A. Pengertian Perkawinan, Dasar Hukum Perkawinan, Syarat dan Rukun Perkawinan .................................................................................. 14

B. Perkawinan di bawah Umur Menurut Islam ........................................... 22 C. Perkawinan di bawah Umur Menurut Hukum Positif ............................. 26

D. Proses Pencatatan Perkawinan di Bawah Umur ...................................... 30 E. Dampak Perkawinan Tidak Tercatat ....................................................... 41

BAB III PROFIL DESA PARAKAN MUNCANG BOGOR

KECAMATAN NANGGUNG.

A. Sejarah Singkat Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan Nanggung ................................................................................................ 44

B. Letak dan Gambaran Kondisi Geografis ................................................. 45

C. Kondisi Keagamaan, Pekerjaan, Pendidikan, dan Sosial Masyarakat .............................................................................................. 50

BAB IV PENOMENA PERKAWINAN DI BAWAH UMUR DAN

PENCATATN PERKAWINAN.

A. Proses Perkawinan di Bawah Umur dan Pencatatan perkawinan ........... 57 B. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Penundaan Pencatatan

Perkawinan di Bawah Umur ..................................................................... 62 C. Akibat Penundaan Pencatatan Nikah Terhadap Pasangan

Perkawinan di Bawah Umur ..................................................................... 71

D. Penyelesaain Penundaan Pencatatan Perkawinan di Bawah Umur .......... 75

Page 11: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

ix

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................. 80 B. Saran ........................................................................................................ 82

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 84

Page 12: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kondisi Geografis Desa Parakan Muncang Bogor ................................... 46

Tabel 3.2 Orbitrasi (Jarak dari Pusat Kota Pemerintahan ke Desa) ......................... 46 Tabel 3.3 Batas-Batas Wilayah Desa Parakan Muncang Bogor .............................. 47

Tabel 3.4 Struktur Organisasi Desa Parakan Muncang Bogor ................................. 48 Tabel 3.5 Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ...................................... 49 Tabel 3.6 Keadaan Jumlah Penduduk Menurut Agama ........................................... 51

Tabel 3.7 Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian ....................................... 52 Tabel 3.8 Jumlah Sarana Pendidikan di Desa Parakan Muncang Bogor .................. 53

Tabel 3.9 Keadaan Jumlah Penduduk Menurut Lulusan Pendidikan Umum ........... 54 Tabel 3.10 Sarana dan Prasarana di Desa Parakan Muncang Bogor .......................... 55

Page 13: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Kesediaan Menjadi Dosen Pembimbing Skripsi ....... 87

Lampiran 2 Surat Blanko Bimbingan Skripsi .............................................................. 88 Lampiran 3 Surat Permohonan Data/ Wawancara ....................................................... 89

Lampiran 4 Surat Keterangan Wawancara Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Parakan Muncang Bogor ................................................. 90 Lampiran 5 Surat Keterangan Wawancara Kepada Kepala Desa Parakan

Muncang Muncang Bogor untuk Profil Desa ........................................... 91 Lampiran 6 Pedoman Wawancara/ Instrumen Peneliti ................................................ 92

Lampiran 7 Hasil Wawancara dengan Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Parakan Muncang Bogor .......................................................................... 97 Lampiran 8 Hasil Wawancara dengan Sekretaris Pencatat Nikah Parakan

Muncang Bogor ........................................................................................ 103 Lampiran 9 Hasil Wawancara dengan Amil/ Penghulu Kantor Urusan Agama

(KUA) Parakan Muncang Bogor .............................................................. 107 Lampiran 10 Hasil Wawancara dengan Tokoh Agama/ Tokoh Masyarakat ................. 110 Lampiran 11 Hasil Wawancara dengan Responden Pelaku Nikah Muda

(di bawah umur) ....................................................................................... 113 Lampiran 12 Lampiran Foto .......................................................................................... 128

Page 14: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Perkawinan menurut hukum Islam adalah suatu akad yang sangat kuat atau

(mitsqan ghalizhan) untuk mentaati perintah Allah dan untuk mengikatkan diri

antara seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk menghalalkan hubungan

suami istri dengan dasar sukarela dan keridhaan kedua belah pihak dalam rangka

mewujutkankan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah

yang di ridhai oleh Allah.1

Menurut Undang-Undang No 1 Th 1974 tentang perkawinan ialah ikatan

lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan

tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa.2

Undang-Undang No 1 Th 1974 menyebutkan suatu perkawinan dikatakan

sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan

kepercayaanya itu, Pasal 2 ayat (1) Undang-undang No 1 Th 1974). Tiap-tiap

perkawinan harus dicatatkan menurut peraturan perundang-undangan yang

berlaku (Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang No 1 Th 1974. Oleh karena itu,

pencatatan perkawinan merupakan syarat administratif yang harus memenuhi

1 Abdul Rahman Ghozali, Fiqih Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2010), h.10

2 Ahmad Azhar Basyir, Hukum perkawinan Islam, (Yogyaarta: UII Press, 1999), h. 14

Page 15: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

2

ketentuuan hukum yang ada, yakni perkawinan dilakukan didepan pejabat yang

berwenang yang ditunjuk.3

Perkawinan merupakan suatu perbuatan hukum, sehingga menimbulkan

akibat hukum berupa hak dan kewajiban bagi kedua antara suami istri. Setiap

orang yang hendak melangsungkan perkawinan maka harus dilaksanakan secara

sah pula yaitu terpenuhi syarat dan rukunnya serta harus dicatat oleh Pegawai

Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama bagi yang beragama Islam, dan Catatan

Sipil bagi mereka yang diluar Agama Islam. Akta Nikah yang di dapatkan setelah

aqad nikah merupakan bukti autentik untuk mendapatkan jaminan hukum, apabila

terjadi salah seorang suami atau istri melakukan suatu tindakan yang

menyimpang.

Misalnya seorang suami tidak memberikan nafkah yang menjadi

kewajibannya, sementara kenyataannya dia mampu, atau seorang suami

melanggar ketentuan taklik talak yang telah dibacanya, maka seorang istri yang

dirugikan dapat mengadukan dan mengajukan gugatan perkaranya ke Pengadilan

Agama. Selain itu Akta Nikah juga berfungsi untuk mengajukan keabsahan

seorang anak dari sebuah perkawinan, apabila seorang anak dilahirkan diluar

perkawinan dan perkawinanya tidak tercatatkan maka selain dianggap anak tidak

sah juga hanya mempunyai hubungan keperdataan kepada ibu dan keluarga

ibunya (pasal 42 dan 43 Undang-Undang), sedangkan keperdata ayahnya tidak

ada.

3 Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia,(Jakarta: Media Grafika, 2007), h. 8

Page 16: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

3

Sebagian masyarat muslim memahami bahwa ketentuan perkawinan itu

lebih menekankan kepada persefektif fiqih, menganggap perkawinan telah cukup

apabila syarat dan rukunnya telah terpenuhi tampa diikuti oleh pencatatan nikah.4

Padahal apabila sebuah perkawinan yang dicatatkan secara resmi tidak akan

terjamin keamanannya dari kemungkinan terjadi pemalsuan dan kecurangan

lainnya, misalnya seorang suami atau istri yang igin memalsukan nama mereka

yang terdapat dalam Akta Nikah untuk keperluaan yang menyimpang. Maka

keaslian Akta Nikah itu dapat dibandingkan dengan salinan Akta Nikah yang ada

di KUA tempat yang bersangkutan menikah.5

Indonesia merupakan negara hukum dimana segalanya yang bersangkut paut

dengan penduduk harus dicatat, seperti halnya kelahiran, kematian dan termasuk

perkawinan, perkawinan termasuk erat hubungannya dengan kewarisan maka

harus dicatat untuk menjaga kekuatan hukumnya. Pegawai Pencatat Nikah (PPN)

mempunyai kedudukan yang jelas dalam peraturan perundang-undangan di

Indonesia (UU No.22 Th 1946 jo UU No.32 Th 1954)6, sampai sekarang (PPN)

adalah satu-satunya pejabat yang berwenang mencatat perkawinan menurut

hukum Agama Islam dalam wilayahnya. Untuk memenuhi ketentuan itu maka

setiap perkawinan harus dilakukan dan di bawah pengawasan PPN karena PPN

mempunyai tugas dan kedudukan yang kuat menurut hukum, ia adalah Pegawai

Negara yang diangkat oleh Mentri Agama pada tiap-tiap Kecamatan. Walaupun

4 Ahmad Rafiq, Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), h.

107 5 Jenal Mutakin, Hukum Perkawinan, diakses pada tanggal 27 Oktober 2014 dari

http://www.pa-cibadak.go.id/artikel/baca/28 6 Ahmad Rafiq, Hukum Islam Di Indonesia, h. 110

Page 17: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

4

demikian namun pada kenyataannya masih banyak saja masyarakat yang belum

mencatatkan pernikahannya.

Suatu hal yang nyata bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang

majemuk yang memiliki banyak ragam adat istiadat dan budaya yang berbeda

pula, yang salah satunya dapat dilihat dalam tradisi pernikahan di bawah umur

yang terjadi di Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan Nanggung yang sampai

saat ini masih menjadi kebiasaan masyarakat tersebut. Nikah diusia muda

merupakan solusi praktis untuk menghindari agar tidak terjerumus kedalam

pergaulan bebas yang ahirnya masuk ke dunia sex bebas, maka tidak ada jalan lain

selain melakukan pernikahan dini, kenapa demikian, karna kalau tidak maka akan

mencoreng nama baik keluarga mereka masing-masing terkhusus kepada keluarga

siperempuan itu. Dalam sebuah perkawinan sebenarnya sudah diatur batas

umurnya baik dalam Undang-Undang No. 1 Th 1974 tentang perkawinan maupun

dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI)7, apa bila perkawinan yang dilakukan di

bawah umur maka yang bersangkutan harus mengajukan dispensasi nikah atau

penetapan nikah di Pengadilan Agama setempat agar pernikahannya disahkan oleh

Kantor Urusan Agama (KUA).

Dari hasil pengamatan dan penelitian secara tidak langsung yang penulis

lakukan pada Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan Nanggung ada

kesenjangan dalam Undang-Undang No 1 Th 1974 tentang perkawinan dan

Kompilasi Hukum Islam yang ada, dimana bagi pasangan yang melakukan

7 Subekti, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, (Jakarta : PT Pradnya Paramita, 2006), h.

8

Page 18: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

5

penikahan di bawah umur tidak dicatatkan dan diberi buku Akta Nikah hingga

mereka mencapai usia dewasa dan baru diberikan setelah mereka mencapai usia.

Dari latar belakang permasalahan diatas penulis ingin mengetahui lebih jauh

mengenai permasalahan yang ada di Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan

Nanggung dalam sebuah skripsi yang berjudul “PENUNDAAN PENCATATAN

PERKAWINAN DI BAWAH UMUR DI DESA PARAKAN MUNCANG

BOGOR KECAMATAN NANGGUNG.”

B. Identifikasi Masalah.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi

permasalahan yang berkaitan dengan pencatatan perkawinan di bawah umur,

antara lain:

1. Pada dasarnya perkawinan itu sah apabila memenuhi syarat serta

rukunnya menurut agama, dan harus dicatatkan sesuai dengan undang-

undang yang berlaku, tapi pada kenyataanya banyak perkawinan di Desa

Parakan Muncang Bogor Kecamatan Nanggung yang tidak tercatat.

2. Kurangnya pengawasaan orng tua terhadap anak dalam pergaulan bebas

menyebabkan terjadinya pernikahan muda (di bawah umur) sehingga

tidak tercatatkan pernikahannya

3. Perkawina di bawah umur yang dilakukan oleh masyarakat Desa Parakan

Muncang Bogor Kecamatan Nanggung sudah menjadi Tradisi kebiasaan.

4. Belum matangnya usia perkawinan akan menyebabkan berbagai resiko

dalam berumah tangga.

Page 19: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

6

C. Pembatasan Masalah.

Pencatatan perkawinan yang dimaksud dalam tulisan ini dibatasi dalam

persefektif hukum positif. Pernikahan di bawah umur dalam tulisan ini di batasi

pada pernikahan yang dilakukan oleh pasangan yang berumur 19 tahun untuk

calon pasangan pria atau calon pengantin perempuan berusia di bawah 16 tahun.

D. Perumusan Masalah.

Menurut peraturan perundang-undangan perkawinan yang dilakukan di

bawah tangan atau nikah yang tidak dicatatkan di KUA, maka untuk mendapatkan

kepastian hukumnya adalah dengan mengajukan Isbat Nikah ke Pengadilan

Agama yang mewilayahi tempat tinggal para pihak. Berbeda dengan yang

dilakukan oleh pasangan di bawah umur yang menikah di bawah tangan di Desa

Parakan Muncang Bogor Kecamatan Nanggung, dimana mereka tidak

mengajukan Isbat Nikah Ke Pengadilan Agama untuk mendapatkan kepastian

hukumnya, akan tetapi mereka mendatangi KUA untuk dicatatkan pernikahannya

setelah mereka dewasa. Satu sisi pihak KUA Parakan Muncang Bogor juga

sengaja untuk menunda pencatatan pernikahan di bawah umur.

Berdasarkan masalah yang ada diatas tersebut, untuk memberi arah yang

jelas dalam penelitian ini, maka penulis rincikan dalam bentuk pertanyaan sebagai

berikut:

1. Bagaimana proses perkawinan di bawah umur di Desa Parakan Muncang

Bogor Kecamatan Nanggung?

Page 20: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

7

2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan penundaan pencatatan

perkawinan di bawah umur di Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan

Nanggung?

3. Bagaimana problematika yang muncul dari pasangan yang menunda

pencatatan perkawinan?

E. Tujuan Penelitian.

1. Untuk mengetahui proses perkawinan di bawah umur di Desa Parakan

Muncang Bogor Kecamatan Nanggung

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab penundaan

pencatatan perkawinan di bawah umur di Desa Parakan Muncang

Bogor Kecamatan Nanggung.

3. Untuk mengidentifikasikan problematika yang muncul terhadap

pasangan yang menunda pencatatan perkawinan.

F. Manfaat Penelitian.

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk kepentingan pihak-pihak

sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu para petugas KUA

dalam menjalankan tugas dan wewenangnya sesuai dengan peraturan

perndang-undangan yang ada di Indonesia.

2. Memberikan wawasan dan pemahaman bagi masyarakat luas untuk

mengetahui pentingnya memiliki buku Akta Nikah.

3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian

selanjutnya.

Page 21: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

8

G. Review Studi Terdahulu.

Dalam pembahasan penelitian ini penulis melakukan tela’ah studi terdahulu

pada hasil penelitian yang pembahasanya menyerupai dengan pembahasan yang

akan diangkat oleh penulis yaitu :

Ade Uswatul Jamiliyah, dalam skripsinya berjudul Upaya Preventif

Penghulu dalam mengurangi pelaku perkawinan nikah sirri dan di bawah umur.

Berbeda dengan penulis, disini penulis hanya akan membahas masalah penundaan

pencatatan pertkawinan bagi pasangan yang menikah di bawah umur.

M. Andi Hakim Tahun 2008, Fakultas Syari’ah dan Hukum dalam skripnya

berjudul, Tingginya Biaya Pencatatan Perkawinan, yang menjelaskan tingginya

biaya pencatatan sebagai satu-satunya alasan tidak dicatatkannya perkawinan,

bedanya disini penulis akan membahas maslah penundaan pencatatan perkawinan

bagi pasangan yang menikah di bawah umur.

M. Fadli, Tahun 2007, Fakultas Syari’ah dan Hukum dalam skripsinya

berjudul, Problematika Nikah di bawah Tangan dan Urgensi Pencatatan Nikah

KUA Tentang Nikah, yang menjelaskan permasalahan pernikahan di bawah

tangan dan pentingnya pencatatan pernikahan dikantor urusan agama, bedanya

disini penulis akan membahas masalah penundaan pencatatan perkawinan bagi

pasangan yang menikah di bawah umur.

H. Metode Penelitian.

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penyusunan skripsi ini adalah:

a. Penelitian Kualitatif

Page 22: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

9

Penelitian Kuaulitatif yaitu meneliti langsung pada objek

penelitian dengan melakukan wawancara langsung secara pribadi.

Dalam skripsi ini penulis menemui Informal yang melakukan

pernikahan dibawa umur dan menemui KUA yang melakukan

penundaan pencatatn pernikahan di bawah umur tersebut secara

langsung.

b. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan

mengkaji, menganalisa serta merumuskan dari buku-buku, tulisan-

tulisan, literatur dan yang lainnya yang masih relevan dengan judul

ini.

2. Pendekatan Penelitian

Sedangkan pendekatan penelitian yang digunakan dalam penyusunan

skripsi ini antara lain:

a. Pendekatan perundang-undangan (Statute Approch), yaitu

pendekatan dengan melakukan pengajian terhadap peraturan

perundang-undangan yang berhubungan dengan tema sentral

penelitian skripsi ini.8

b. Pendekatan yuridis sosiologis. Penelitian yuridis sosiologis adalah

suatu penelitian yang didasarkan pada suatu ketentuan hukum dan

fenomena atau kejadian yang terjadi dilapangan.

8 Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang: Bayumedia

Pubhlishing, 2008), h. 294

Page 23: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

10

3. Sumber Data

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunankan dua jenis

sumber data yaitu:

a. Data primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti sendiri

selama penelitian berlangsung. Hal ini berarti bahwa pada waktu awal

penelitian dimulai, data masih belum ada, dan data tersebut baru ada

setelah penelitian berjalan.9 Adapun data primer berasal dari observasi

langsung yang akan penulis lakukan berupa mewawancarai para pihak

yang berkaitan, seperti Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Parakan

Muncang Bogor, Sekretaris Kantor Urusan Agama (KUA) Parakan

Muncang Bogor, Penghulu atau Amil, tokoh masyarakat dan tokoh

agama dan Informal pelaku pernikahan di bawah umur Desa Parakan

Muncang Bogor Kecamatan Nanggung.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah merupakan data yang berisikan informasi

tentang bahan primer, diperoleh dari bahan kepustakaan10. Bahan

hukum yang terdiri dari buku-buku hukum, media cetak, artikel-artikel

baik yang di ambil dari internet maupun berupa data digital. Dan

arsip-arsip yang mendukung.

9 Yayan Sopyan, Metode Penelitian untuk Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum,

(Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), h. 57. 10

Soejorno Soekarto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 1992), h. 51

Page 24: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

11

4. Teknik Pengumpulan data

Untuk metode pengumpulan data penyusun berupaya mengumpulkan

data yang diperlukan, digunakan metode sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data dimana peneliti atau

kolaboratornya mencatat informasi selama penelitian, yakni penulis

mengamati langsung kelapangan dalam hubungannya dengan masalah

yang akan diteliti untuk dianalisa dan di kumpulkan.

b. Metode Wawancara (Interview)

Metode Wawancara (interview) adalah sebuah dialok yang

dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari

terwawancara.11 Dalam penulisan skripsi ini penulis akan melakukan

wawancara kepada KUA yang melakukan penundaaan pencatatan

perkawinan di bawah umur dan pada pihak-pihak yang terkait lainnya.

c. Studi dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu cara pengumpulan data dengan

dokunen-dokumen yang berkaitan dengan skripsi ini, baik berupa

makalah, catatan, majalah, rapat, agenda, surat kabar, media online,

dan maupun data yang lainnya.

d. Studi Pustaka

Studi kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan

mengkaji, menganalisa serta merumuskan dari buku-buku, tulisan-

11

Suharsismi Arikunto, Prosedor Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 205

Page 25: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

12

tulisan, literatur dan yang lainnya yang masih relevan dengan judul ini

untuk mendapat data tentang pencatatan perkawinan.

5. Metode Analisis Data

Dalam metode analisis data Teknik yang digunakan adalah dengan

menggunakan metode:

a. Metode induktif, yaitu mengelolah pola pikir yang berangkat dari

hal yang bersifat khusus kemudian diambil kesimpulan yang

bersifat umum.12

b. Metode analisis kualitatif. Analisis kualitatif adalah suatu cara

penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis, yaitu apa

yang dinyatakan oleh respon den secara tertulis serta lisan dan

juga perilaku yang nyata diteliti sebagai sesuatu yang utuh.13

I. Sistematika Penulisan.

Sistem penulisan dalam skripsi ini berdasarkan buku “Pedoman Penulisan

Skripsi” Fakultas Syariah dan Hukum Univesitas Islam Negri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta. Yang saling berhubungan dan merupakan suatu masalah

yang akan diteliti oleh penulis. Adapun sistem penulisan skripsi ini sebagai

berikut:

Pertama Merupakan pendahuluan yang berisikan, Latar Belakang Masalah,

Idintifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan

Manfaat Penelitian, Studi Review Terdahulu, Metode Penelitian, dan Sistematika

Penulisan.

12

Sutrisno Hadi, metodogi Research (Yogyakarta: andi Offset, 1989), h. 142. 13

Soerjono Soekanto, PengantarPenelitian Hukum (Jakarta: UI Press, 1984), h. 13.

Page 26: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

13

Kedua Membahas tentang masalah pengertian perkawinan dalam hukum

Islam, yaitu mulai dari Pengertian, Dasar Hukum Perkawinan, Syarat dan Rukun

Perkawinan, Perkawinan di bawah Umur Menurut Islam, Perkawinan di Bawah

Umur Menurut HuKum Positif, Proses Pencatatan Perkawinan di Bawah Umur,

Dampak Perkawinan Tidak Tercatat.

Ketiga Mmembahas tentang Gambaraan Lapangan Tempat Penelitian

mengenai, Sejarah Singkat Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan Nanggung,

Letak dan Gambaran kondisi Giografis, Kondisi Keagamaan, Pekerjaan,

pendidikan dan Sosial Masyarakat.

Keempat Membahas mengenai, Proses, Fakto penyebab, dan Problematika

yang Timbul Akibat Penundaan Pencatatan Perkawinan Terhadap Pasangan

Perkawinan di Bawah Umur Pada Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan

Nanggung, serta Analisis Penulis.

Kelima Merupakan penutup yang berisi tentang Kesimpulan dan Saran.

Kesimpulan tersebut diperoleh setelah menganalisis data yang diperoleh dan

merupakan jawaban dari rumusan masalah, sedangkan saran adalah harapan

penulis terhadap jalan keluar pada pokok permasalahan ini.

Page 27: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

14

BAB II

PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR

A. Pengertian Perkawinan, Dasar Hukum Perkawinan, Syarat dan Rukun

Perkawinan.

1. Pengertian Perkawinan.

Istilah perkawinan dalam Islam disebut dengan pernikahan, nikah

secara bahasa berasal dari kata nakaha, yang artinya adalah menikahi

seorang perempuan.1

Selain kata nakaha digunakan kata az-zawaj/az-ziwaj dari kata

zawwaja yang berakti “perkawinan” untuk memaknai sebuah pernikahan.

Ini karena pernikahan menjadikan seseorang mempunyai ikatan dalam

perkawinan. Dan kata-kata tersebut memiliki implikasi hukum dalam

kaitannya dengan ijab qabul (serah terima) pernikahan.2

Hal ini ditegaskan oleh Allah Swt dalam Qs al-Dzariyat (51): 49

Artinya: “dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” [QS. Al- al-Dzariyat (51):

49]. Selanjutnya disebut dalam Qs Yasin (36): 36

.

1 Syaikh Humaidhy, bin Abdul-Aziz, Kawin Campur dalam Syari’at Islam, (Jakarta : Darul

Humaidhy, 1991), h.13. 2 Muhammad. Amin Summa, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2005) h.43.

Page 28: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

15

Artinya: “Maha Suci Allah yang telah menciptakan berpasang-pasangan

semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak ketahui.” [QS. Yasin (36): 36].

Arti kata nikah menurut bahasa adalah Mengumpulkan, Saling

Memasukan, dan digunakan untuk arti bersetubuh (wathi). Adapun menurut

ahli ushul terdapat tiga pendapat, golongan pertama dari ahli ushul Abu

Hanafi mengartikan kata nikah secara bahasa adalah “bersetubuh”,

sedangkan secara majazi nikah diartikan suatu „akad” yang dapat

menghalalkan suatu hubungan kelamin antara laki-laki dengan perempuan.

Sedangkan menurut ahli ushul Syafi‟iyah mengartikan sebaliknya, yaitu

nikah memiliki arti asal “akad” sedangkan secara majazi adalah

“bersetubuh”. Adapun pendapat ahli ushul Hambali adalah suatu “akad “

yang membolehkan dan menghalalkan antara laki-laki dan perempuan

bercampur.3

Namun jika dicermati secara mendalam, pada hakikatnya tidak ada

perbedaan yang jauh antara ulama fikih terhadap definisi nikah, perbedaan

diantara mereka hanya terdapat pada redaksinya saja. Jadi para ulama fikih

sepakat bahwa nikah itu adalah suatu akad yang diatur oleh agama untuk

memberikan kehalalan kepada laki-laki untuk memiliki penggunaan faraj

(kemaluan) perempuan dan seluruhya untuk penikmatan sebagai tujuan

primer.4

3 A. Basiq Djalil, Pernikahan Lintas Agama Dalam Persefiktif Fikih Dan Kompilasi

Hukum Islam, (Jakarta: Qalbun Salim, 2006), h. 33-34. 4 Ibrahim Hosen, Fikih Perbandingan Msalah Perkawinan, (Jakarta: Pustaka Firdaus,

2003), h. 116.

Page 29: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

16

Peraturan perundang-undangan yang berlaku di indonesia yaitu

Undang-Undang Republik Indonesia No 1 Th 1974 Tentang Perkawinan,

mejelaskan:

“Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.”5

Pengertian perkawinan juga disebutkan dalam Kompilasi Hukum

Islam (KHI) yaitu:

“Perkawinan menurut hukum islam adalah pernikahan, yaitu akad yang

sangat kuat atau mitsaqon ghalidhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupkan ibadah.”6

Jika kedua rumusan perkawinan dalam peraturan perundang-

undangan diatas dicermati dengan seksama, tentu terdapat perbedaan yang

cukup signifikan meskipun tidak bersifat konfrontatif. Perbedaan-perbedaan

tersebut adalah:

Pertama dalam Undang-Undang Perkawinan seperti yang tercantum

dalam baris kalimat ada kata “Ikatan Lahir Batin” hal ini menjelaskan

adanya keharusan ucapan Ijab Qabul didalamnya, sedangkan menurut KHI

meskipun menyatakan “Akad yang sangat kuat” namun lebih

mengengisyaratkan kepada kata-kata Misaqan Ghalizan yang tidak

5 Muhammad Amin Summa, Himpunan Undang-Undang Perdata Islam dan Peraturan

Pelaksanaan Lainnya di Negara Hukum Indonesia , (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), h.

522. 6 M. Nur Yasin, Hukum Perkawinan Islam Sasak, (Yogyakarta: UIN-Malang, 2008), h. 54.

Page 30: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

17

menggambarkan pengertian akad pernikahan, namun lebih kepada sebutan

akad nikah.7

Kedua, dalam Undang-Undang Perkawinan disebutkan “antara

seorang pria dengan seorang wanita” hal ini menafikan adanya

kemungkinan antara sesama jenis di neraga Indonesia, seperti halnya yang

terjadi di negara-negara luar seperti Belanda, Belgia dan sebagian negara

Kanada, sedangkan dalam KHI tidak menyebutkan dua pihak yang berakad

meskipun sebenarnya KHI mendukung ketiadaan kemungkinan terjadi

pernikahan antara sesama jenis yang dilarang oleh Undang-Undang.8

Ketiga, Undang-Undang Perkawinan menyebutkan tujuan perkawinan

yaitu “Membentuk keluarga (rumah tangga) kekal dan bahagia”.

Sedangkan KHI lebih mengisyaratkan kepada nilai-nilai perkawinan itu

seperti dalam anak kalimatnya “untuk melaksanakan perintah Allah dan

melaksanakannya merupakan ibadah”. Hal ini menunjukan bahwa aspek

muamalah dalam suatu perkawinan jauh lebih menonjol dari pada aspek

ibadah, sungguhpun di dalamnya memang mengandung nilai-nilai ibadah

yang cukup sakral dalam perkawinan.9

7 M. Zain dan Mukhtar Alshodiq, Membangun Keluarga Humanis Counter Legal Draf

KHI yang Kontoversial itu, (Jakarta: Graha Cipta, 2005), h. 23. 8 M. Nur Yamin, Hukum Perkawinan Islam Sasak , h. 257.

9 Muhammad. Amin Suma, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, h. 45.

Page 31: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

18

2. Dasar Hukum Perkawinan.

Pernikahan dalam Islam adalah sebagi landasan pokok dalam

pembentukan keluarga. Nikah harus dilakukan oleh manusia dalam tujuan

ibadah dan syari‟at untuk kemaslahatan dalam kehidupan.10

Oleh karena itu dijelaskan dalam persefektif fikih nikah disyariatkan

dalam Islam berdasarkan al-Qur‟an, as-Sunnah dan Ijma. Ayat yang

menunjukan disyari‟atkan nikah adalah firman Allah Swt dalam Qs. al-

Nisa‟ (4): 3 berikut :

Artinya: “... Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangiatau

empat” [QS. Al-Nisa (4): 3].

Selanjutnya disebutkan dalam Qs al-Nur (24): 32

Artinya: ”Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan” [QS.

al-Nur (24) :32].

Adapun hadis Nabi Saw yang menerangkan masalah ini adalah riwayat

Bukhari Muslim:

”Wahai pemuda, barang siapa yang mampu untuk menikah, maka menikahlah, karena menikah itu dapat menundukkan pandangan dan lebih memelihara faraj (kehormatan dan kemaluan) dan barang siapa tidak

sanggup, maka hendaknya ia berpuasa, karena puasa itu dapat melemahkan

10

A. Basiq Djalil, Tebaran Pemikiran Keislaman di Tanah Gayo, (Jakarta: Qalbun Salim,

2007), h. 86.

Page 32: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

19

syahwat”. (HR. al-Bukhari dan Muslim).11

Dari segi Ijma’, para ulama sepakat mengatakan bahwa nikah itu

disyariatkan.12 Namun meskipun demikian masih terdapat perbedaan

pendapat dikalangan para golongan Fuqaha yakni Jumhur (mayoritas

ulama) tentang hukum pernikahan bahwa nikah itu hukumnya sunah, tetapi

golongan Zhahiriaya berpendapat bahwa hukum menikah itu wajib,

sedangkan menurut golongan Malikiyah Mutaakhirin berpendapat bahwa

menikah itu wajib untuk sebahgian orang, sunnah untuk sebahagian orang

yang lainya, mubah untuk segolongan yang lainya.

Selain hukum asal pernikahan tersebut, para ulama juga memperinci

hukum nikah ditinjau dari kondisi seseorang. Sehingga hukum asal

pernikahan yang awalnya mubah bisa beralih menjadi wajib, sunah, haram,

dan makruh.

Adapun perinciannya adalah sebagai berikut:

a. Wajib hukumnya menurut jumhur ulama bagi orang yang telah

mampu untuk menikah (baik dari segi fisik, mental maupun biaya)

dan dikhawatir akan melakukan perbuatan zina kalau tidak menikah.

Alasannya, dia wajib menjaga diri agar terhindar dari perbuatan

haram.

b. Sunnah hukumya menurut jumhur ulama bagi orang yang tidak

menikah, namum dirinya sanggup untuk tidak melakukan perbuatan

haram, dan apabila menikah ia yakin tidak akan menzalimi dan

11

M. Nur Yamin, Hukum Perkawinan Islam Sasak, h. 56. 12

Asrorun Ni‟am Sholeh, Fatwa—fatwa Masalah Pernikahan dan keluarga , (Jakarta:

Elsas, 2008), h. 4-6.

Page 33: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

20

membawa mudarat kepada isterinya.

c. Haram hukumnya bagi seorang yang yakin mengetahui akan dirinya

tidak mampu melaksanakan kewajiban-kewajibannya sebagai suami,

(memberikan nafkah lahir maupun batin) dan dikhawatirkan membuat

istrinya menderita.

d. Makruh hukumnya menurut jumhur ulama bagi orang yang ingin

menikah, namun tidak mampu melaksanakan kewajiban-kewajibannya

seperti belum ada biaya untuk hidup sehingga apabila ia menikah

hanya akan membawa kesengsaraan hidup bagi isteri dan anak

anaknya. Apabila ia melaksanakannya, maka tidak berdosa dan tidak

pula mendapat pahala, sedangkan apabila ia tidak menikah dengan

pertimbangan tersebut, maka ia akan mendapatkan pahala.

e. Mubah hukumnya bagi orang yang tidak memiliki dorongan untuk

menikah, dan tidak pula memiliki hal-hal yang mencegahnya untuk

menikah.13

3. Syarat dan Rukun Perkawinan.

Syarat dan Rukun perkawinan merupakan hal yang serius di kalangan

para ulama dan imam mazhab. Sehingga terjadi perbedaan pendapat. Pada

dasarnya perbedaan tentang syarat dan rukun nikah merupakan masalah

yang berkenaan dengan apa yang termasuk rukun dan mana yang tidak

termasuk rukun, dan mana pula yang termasuk syarat dalam perkawinan.

13

Hasanuddin, Perkawinan dalam Persefektif Al-Qur’an Nikah, Talak, Cerai, Ruju’,

(Jakarta: Nusantara Damai Press, 2011), h. 10-11.

Page 34: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

21

Biasa jadi sebagian ulama menyebutnya rukun dan sebagian lain

menyebutnya syarat14

Adapun rukun dan syarat perkawinan yang diterima oleh sebahagian

besar para ulama, meskipun pada penerapannya masih ada perbedaan karena

pada dasarnya perlunya pengaturan syarat dan rukun adalah untuk

merealisasikan pernikahan yang sakinah, mawaddah, warahmah agar tujuan

disyari‟atkannya perkawinan dapat tercapai.

Adapun rukun perkawinan yang disertai syarat-syarat tertentu adalah

sebagai berikut:15

1. Adanya calon Mempelai pria

2. Adanya calon mempelai wanita

3. Adanya Wali

4. Adanya Saksi Nikah

5. Ijab Qabul

Adapun Undang-Undang Perkawinan menetapkan syarat-syarat

perkawinan diatur dalam Pasal 6 s.d Pasal 11 Undang-Undang No. 1 Th

1974 tentang perkawinan yaitu16 :

1. Adanya persetujuan kedua belah pihak

2. Mendapat izin dari orang tua/wali bagi yang belum berumur 21 (dua

puluh satu) tahun.

14

Amir Nurddin dan Azhari Akmal Taringan, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Stadi

Krisis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, Undang-Undang No 1/1974 sampai KHI, (Jakarta:

Kencana Prenada Media Grup), h. 60. 15

M. Zain dan Mukhtar Alshodiq, Membangun Keluarga Humanis Counter Legal Draf

KHI yang Kontoversial itu, (Jakarta: Graha Cipta, 2005), h. 56. 16

Zainudin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 12.

Page 35: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

22

3. Usia calon pria sudah harus mencapai 19 (sembilan belas) tahun dan

wanita 16 (enam belas) tahun.

4. Antara kedua belah mempelai tidak ada hubungan darah yang melarang

menikah

5. Tidak terikat hubungan perkawinan dengan orang lain

6. Tidak dalam bercerai untuk kedua kali dengan suami atau istri yang

sama, yang hendak di kawini.

7. Bagi seorang wanita (janda) tidak dapat menikah sebelum masa

tunggunya berahir.

B. Perkawinan di Bawah Umur Menurut Islam.

Dalam ajaran Agama Islam yang universal, fleksibel dan rasional yang

mana ajarannya sesuai perkembangan zaman dan mudah untuk diterima oleh

kalangan masyarakat luas, baik yang berkaitan dengan masalah ibadah, ahlak,

muamalah, maupun yang berkaitan dengan aturan (hukum) diantaranya yaitu

masalah pernikahan (munakahat).

Seperti yang terdapat dalam hukum Islam yaitu maqasidul syari’ah yang

isinya itu mengandung lima unsur perlindungan diantaranya perlindungan

terhadap agama, jiwa, keturunan, harta dan akal. Dari lima unsur Islam itu satu

diantaranya adalah menjaga jalur keturunan (hifdzul al nash) agar jalur nasab tetap

terjaga. Pada dasarnya, dalam hukum Islam (kitab fiqih) mengenai pengertian

perkawinan di bawah umur tidak di temukan pembahasan maupun dalilnya secara

khusus baik itu dari al-Qur‟an maupun Hadis Nabi Saw.

Page 36: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

23

Karena tidak terdapat adanya dalil yang membatasi secara jelas pada usia

berapa seorang itu boleh menikah, maka masalah batasan umur seorang untuk

melaksanakan perkawinan ini termasuk kedalam Ijitihadiyyah.17

Dalam fiqih menyebutkan pernikahan di bawah umur adalah pernikahan

antara laki-laki dan perempuan yang belum baligh, ketentuan baligh antara laki-

laki dan perempuan berbeda, pada laki-laki ketentuan baligh itu di tandai dengan

ihtilam, yaitu mimpi yang mengakibatkan keluarnya sperma (air mani),

sedangkan anak perempuan ketentuan baligh tersebut ditandai dengan mentruasi

atau (haid). Namun apabila batasan baligh itu yang ditentukan dengan hitungan

Tahun, maka perkawinan di bawah umur adalah perkawinan dibawah usia 15

tahun bagi perempuan menurut manyoritas ahli Fiqih, dan di bawah usia 17 tahun

bagi laki-laki.18

Dari penjelalasan diatas maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwasanya

perkawinan di bawah umur adalah perkawinan antara seorang mempelai yang

salah satu atau keduanya belum mencapai umur 19 tahun bagi laki-laki dan 16

tahun bagi perempuan, namun meskipun demikian tetap perkawinannya dianggap

sebagai perkawinan yang sah dan layak.

Dasar hukum perkawinan di bawah umur dalam hukum islam adalah al-

Qur‟an dan Hadis, namun dalam memaknainya para ulama berbeda pendapat, ada

yang membolehkan ada pula yang tidak membolehkan, dengan masing-masing

saling memberikan dalil argumennya. Para ulama yang membolehkan perkawinan

17

Muhammad Husein, Fikih Perempuan, Refleksi Kyai atas wawancara Agama dan

Gender, (Yogyakarta: LkiS, 2009), h.89. 18

Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Hukum-Hukum Fiqih Islam, tinjau antar

mazhab, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2001), h. 223.

Page 37: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

24

di bawah umur berdalil dengan beberapa ayat al-Qur‟an yang menjelaskan

mengenai masalah perkawinan.

Berikut dalil dasar yang membolehkan perkawinan di bawah umur yang

dkemukakan oleh ulama yang membolehkannya yakni:

Firman Allah SWT dalam Qs al-Thalak (65) : 4

Artinya: “Bagi mereka pempuan-perempuan yang tidak haid lagi (menoupose) dianatara perempuan-perempuan jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), maka masa iddah mereka adalah tiga bulan, dan begitu

pula perempuan-perempuan yang belum haid.” [QS. al-Thalaq (65): 4].

Pada dasarnya dalam ayat ini menjelaskan mengenai masa iddah (masa

menunggu) bagi mereka perempuan-perempuan yang sudah menoupuse dan bagi

perempuan yang belum haid, masa iddah bagi keduanya itu adalah 3 (tiga) bulan.

Maka secara tidak langsung ayat ini juga dapat dipahami bahwa mengandung

makna bahwa perkawinan dapat di langsungkan pada perempuan belia (belum

baligh) karena iddah hanya bisa di kenakan kepada mereka yang sudah menikah

dan bercerai.19

Pada ayat lain lain di jelaskan Qs al-Nur (24) :32

.....

Artinya: “ dan kawinkanlah orang yang sendirian diantara kamu.” [Qs. An-Nur (24): 32].

19

Muhammad Husein, Fikih Perempuan, Refleksi Kyai atas wawancara Agama dan

Gender (Yogyakarta: LkiS, 2009), h. 91.

Page 38: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

25

Kata al-ayyama dalam ayat ini meliputi perempuan dewasa dan perempuan

belia yang masih muda, maka secara eksplisit memperkenakan kepada wali untuk

menikahkan mereka. Selain itu ada juga hadis yang di tuturkan oleh Aisyah yang

diriwayatkan oleh Bukhari Muslim.

زوجىن رسول اهلل صلى اهلل علىو وسلم تزوجها وىى بنت حد يث ها قالت : ت عاءشة رضى اهلل عن ست سنىن وادجانت عاىو وىى بنت تسع سنىن ومكست عنده تسغا

Artinya: “dari Aisyah r.a bahwa Rasulullah Saw menikahinya sedangkan ia masih berusia 6 (enam) tahun, ia diserahkan kepada Rasulullah ketika berusia 9 (sembilan) Th dan tinggal bersama Rasulullah selama 9

(sembilan) tahun [HR. Bukhari Muslim].

Pada Hadis ini menunjukan bahwa sahnya perkawinan di bawah umur, yaitu

umur 6 (enam) tahun yang belum dewasa yang pernah dilakukan oleh Rasulullah

SAW. Selain itu diantara para sahabat Nabi Muhammad SAW, ada juga yang

mengawinkan para putrinya atau keponakannya seperti Ali bin Abi Thalib yang

mengawinkan anak perempuannya yang bernama Ummi Kultsum ketika itu juga

masih muda. Selain itu ada golongan ahli Fiqih yang melarang dan tidak

memperbolehkan perkawinan usia muda seperti Ibnu Syubrumah, dengan

berdalilkan sebagai berikut:

1) Sadduz Al-Dzari’at, artinya menutup jalan yang bisa membawa

malapetaka, karena perkawinan di bawah umur dapat membawa

malapetaka bagi kedua pasangan tersebut dan akibat-akibat yang

negatif, maka dari itu wajib dengan menunda jalannya perkawinan.

2) Kaidah-kaidah Fiqihiyah

Page 39: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

26

.(Mudharat atau Malapetaka itu harus dihilangkan) الضررىزال

Walaupun perkawinan di bawah umur terdapat manfaat dan

maslahatanya, namun mudharat dan resikonya jauh lebih besar dari

pada manfaat dan kemaslahatannya. Oleh karena itu sudah seharusnya

perkawinan di bawah umur itu ditunda hingga orang tersebut

mencapai usia dewasa matang baik secara fisik, psikis maupun

mentalnya.20 Dengan memperhatikan argumen-argumen yang telah

disampaikan oleh para ulama tersebut, baik yang memperbolehkan

perkawinan di bawah umur maupun yang tidak memperbolehkannya,

maka penulis lebih condong kepada para pendapat ulama yang tidak

memperbolehkan perkawinan bagi gadis yang masih berusia muda

atau yang belum baligh yang dikenal perkawinan di bawah umur

dengan alasan bahwa perkawinan diusia muda dapat mengarah kepada

kegagalan dalam membina rumah tangga yang sejahtera. Dimana

kegagalan tersebut sangat bertentangan dengan tujuan perkawinan

untuk mencapai keluarga yang sakinah, mawadah dan warahmah bagi

kedua belah pihak tersebut.

C. Perkawinan di Bawah Umur Menurut Hukum Positif.

Undang-Undang No 1 Th 1974 tentang perkawinan mempunyai hubungan

yang erat dengan masalah kependudukan. Dengan adanya pembatasan umur

perkawinan 19 (enam belas) tahun bagi pria 16 (sembilan belas) tahun bagi

wanita diharapkan lajunya angka kelahiran dapat ditekan seminimal mungkin,

20

Jaih Mubarok, Kaidah Fiqih, secarah kaidah-kaidah Azasi, (Jakarta: PT. Gaja Grafindo

Persada, 2002), h. 105.

Page 40: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

27

dengan demikian program Keluarga Berencana Nasional dapat berjalan seiring

sejalan dengan Undang-Undang ini.21

Sehubungan dengan hal itu, maka perkawinan di bawah umur sesungguhnya

dilarang keras dan harus dicegah kegiatannya. Pencegahan ini semata-mata

didasarkan agar kedua belah pihak mempelai dapat memenuhi tujuan luhur dari

perkawinan yang mereka langsungkan itu sebagaimana yang tertulis dalam pasal 1

Undang-Undang No 1 Th 1974 yang mengatakan bahwa “ perkawinan adalah

ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri

dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia atau kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.”22

Pengertian perkawinan sebagaimana yang dinyatakan dalam pasal 1 tersebut

perlu difahami benar-benar oleh masyarakat, karena itu merupakan landasan

pokok dari aturan hukum lebih lanjut baik yang terdapat dalam Undang-Undang

No 1 Th 1974 maupun dalam peraturan lain yang mengatur tentang perkawinan.

Apabila ditelusuri lebih lanjut, maka kondisi perkawina di Indonesia secara umum

dapat dikatagorikan mempunyai pola perkawinan usia muda. Sehingga

perkawinan diusia muda menyebabkan tingkat kematian ibu dan bayi meningkat

semakin tahun, maka dari itu beberapa negara muslim juga membatasi perkawinan

usia muda. secara global usia muda dimulai sejak umur 12 (dua belas) tahun dan

berakhir sampai 21 (dua puluh satu) tahun.23

21

Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h.

202. 22

Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia , (Jakarta: Putra

Grafika, 2006), h. 11. 23

Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h.

205.

Page 41: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

28

Menurut seorang Sarlito Wirawan Sarwono dalam bukunya melihat bahwa

usia kedewasaan untuk siapnya seorang memasuki hidup berumah tangga maka

seorang wanita harus berusia 20 (dua puluh) tahun sedangkan untuk pria itu 25

(dua puluh lima) tahun.24 Hal ini di perlukan karena zaman moderen menuntut

untuk mewujutkan kemaslahatan dan menghindari kerusakan, baik dari segi

kesehatan maupun tanggung jawab sosial.

Sedangkan perkawinan di bawah umur adalah perkawinan yang

dilangsungkan oleh salah satu calon mempelai atau keduanya yang belum

memenuhi syarat umum yang ditentukan secara Undang-Undang yang berlaku,

dalam hal ini pasal 7 ayat (1) Undang-Undang No 1 Th 1974 tentang perkawinan

menyebutkan batasan usia perkawinan itu adalah “perkawinan diizinkan hanya

jika pihak pria telah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan jika pihak

wanita sudah mencapai usia 16 (enam belas) tahun.

Namun dalam pelaksanaan pasal tersebut tidak terdapat keharusan mutlak

karena dalam ayat yang lain yaitu ayat (2) menerangkan seandainya terjadi hal-hal

yang tidak diduga, misalnya mereka yang belum mencapai usia 19 (sembilan

belas) tahun bagi pria dan belum mencapai 16 (enam belas) tahun bagi wanita

karena pergaulan bebas (kumpul kebo dan sebagainya), sehingga wanita tersebut

hamil sebelum perkawinan, dalam hal ini Undang-Undang No 1 Th 1974 masih

memberikan keringanan dengan meminta dispensasi kepada Pengadilan atau

Pejabat lain yang berkompeten dalam hal ini.

24

Helmi Karim, Kedewasaan Untuk Menikah, Problematika Hukum Islam Kontemporer,

(Jakarta: Pustaka Perdaus 1989), h. 70.

Page 42: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

29

Sedangkan didalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) menyebutkan “untuk

dapat melangsungkan Perkawinan bagi seorang calon mempelai yang belum

mencapai usia 21 (dua puluh satu) tahun bagi pria dan 16 (enam belas) tahun bagi

wanita maka harus mendapat izin kedua orang tua”. Namun jika orang tua tidak

mampu menyatakan kehendaknya maka dapat dilakukan oleh wali, atau orang

yang merawatnya atau keluarga sedarah dalam garis keturunan ke atas pasal 7

ayat (3) UU No. 1 Th 1974.25

Sebenarnya berapapun usia seseorang untuk melangsungkan perkawinan,

pada dasarnya harus memiliki kematangan fisik dan psikis sebelum mengarungi

bahtera rumah tangga, karena didalam rumah tangga pasti akan ada cobaan, ujian

yang nantinya akan menguras emosi dan keegoisan dari masing-masing

pasangan. Untuk itu tampa kematangan dan kedewasaan maka rumah tangga yang

sakinah, mawaddah, warahmah tampak akan sulit terwujut.

Selain itu ada juga asas-asas dalam Undang-Undang Perkawinan yang

mengharuskan setiap pasangan yang melangsungkan perkawinan harus adanya

kematangan dari Calon Mempelai, sebagai mana yang terdapat dalam asas-asas

Undang-Undang Perkawinan yaitu :

a) Asas Sukarela.

b) Asas Partisipasi keluarga.

c) Asas Perceraian di persulit.

d) Asas Poligami dibatasi dengan ketat.

e) Asas Kematangan calon mempelai.

25

Hilman Hadikusuma. Hukum Perkawina Indonesia Menurut Perundangan, Hukum Adat,

Hukum Agama, (Bandung: Mandar Maju,1990), h. 7.

Page 43: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

30

f) Asas Memperbaiki derajat kaum wanita.

g) Asas Legalitas.26

Maka apabila disederhanakan, asas perkawinan ini mengandung arti bahwa :

a. Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia dan

kekal.

b. Sahnya Perkawinan sangat tergantung pada ketentuan hukum agama

dan kepercayaan masing-masing.

c. Asas Monogami

d. Calon suami dan istri harus dewasa jiwa dan raganya.

e. Mempersulit perceraian

f. Hak dan Kedudukan Kewajiban suami istri harus seimbang.27

Maka dalam hal ini, masalah usia perkawinan terdapat pada poin ke empat

yakni “ bahwa calon suami dan istri harus matang jiwa dan raganya” bahwa

calon suami dan istri harus matang jiwa dan raganya untuk dapat mewujutkan

tujuan perkawinan yang baik tampa berahir dengan perceraian.28 Kematangan

yang dimaksud adalah kematangan umur perkawinan, kematangan berfikir dan

kematangan bertindak.

D. Proses Pencatatan Perkawinan di Bawah Umur.

Perkawinan adalah merupakan kebutuhan hidup manusia sejak zaman dulu,

sekarang, dan masa yang akan datang, Islam memandang ikatan perkawinan

sebagai ikatan yang kuat (mitsaqan ghalidza), ikatan yang suci (transeden), suatu

26

Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia , h. 6. 27

Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam di Indonesia, h. 173. 28

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Antara Fiqih Munakahat dan

Undang-Undang Perkawinan, (Jakarta: Pranada Media Kencana, 2007), h. 27.

Page 44: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

31

perjanjian yang mengandung makna magis, suatu ikatan yang bukan saja

hubungan atau kontrak keperdataan biasa, tetapi juga hubungan menghalalkan

terjadinya hubungan badan antara suami istri sebagai penyaluran libido seksual

manusia yang terhormat, oleh kaena itu, hubungan tersebut dipandang sebagi

ibadah.29

Perkawinan merupakan perbuatan hukum yang menimbulkan akibat hukum,

maka tentu saja menimbulkan hukum berupa hak dan kewajiban bagi kedua antara

suami istri. Setiap orang yang hendak melangsungkan perkawinan maka harus

dilaksanakan secara sah pula yaitu terpenuhi syarat dan rukunnya serta harus

dicatat oleh Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama bagi yang Beragama

Islam, dan Catatan Sipil bagi mereka yang diluar Agama Islam.

1. Pengertian Pencatatan Perkawinan.

Pencatatan perkawinan adalah suatu pencatatan yang dilakukan oleh pejabat

yang ditunjuk oleh negara terhadap peristiwa perkawinan itu. Dalam hal ini

Pegawai Pencatat Nikah yang melakukan pencatatan ketika akan melangsungkan

suatu akad perkawinan antara seorang calon suami dan calon istri.30

Kegiatan pencatatan perkawinan bertujuan untuk mewujutkan suatu

ketertiban perkawinan didalam masyarakat. Hal ini merupakan suatu upaya yang

dilakukan pemerintah yang diatur dalam perundang-undangan, ini untuk

melindungi harkat, martabat dan kesucian perkawinan, dan lebih khusus lagi

untuk melindungi perempuan dalam rumah tangga. Dari itu melalui pencatatan

29

Yayan Sopyan, Islam Negara, Tranformasi Hukum Perkawinan Islam dalam Hukum

Nasional, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 127. 30

M. Zain dan Mukhtar Ashodiq, Membangun Keluarga Humanis Counter Legal Draf KHI

yang Kontoversial itu, (Jakarta: Graha Cipta, 2005), h. 26.

Page 45: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

32

perkawinan yang dibuktikan melalu Akta Nikah atau Akta Perkawinan adalah

suatu akta yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama sebagai bukti bahwa telah

terjadi suatu peristiwa perkawinan berdasarka laporan Pegawai Pencatat Nikah.

Dengan dicatatkannya perkawinan seseorang itu sangat penting, misalkan

saja jika terjadi perselisihan atau pertengkaran diantara mereka atau salah satu

tidak bertanggung jawab, maka yang lain dapat melakukan upaya hukum untuk

memperoleh hak-haknya masing-masing, karena dengan akta tersebut suami istri

memeliki bukti otentik sebagai perbuatan hukum yang telah mereka lakukan.31

Dengan itu dapat dikatakan bahwa pencatatan perkawinan itu bertujuan

untuk menjadikan peristiwa perkawinan menjadi jelas baik buat yang bersangutan

maupun bagi orang lain dan masyarakat disamping itu memiliki kekuatan hukum

yang kuat.32 Yang mana dapat digunakan jika diperlukan, terutama sebagai alat

bukti tertulis, dengan adanya surat bukti itu maka dapatlah dibenarkan secara

hukum.

2. Dasar Hukum Pencatatan Perkawinan Menurut Islam.

Pencatatan perkawinan pada dasarnya tidak disyariatkan dalam agama Islam

akan tetapi dilihat dari segi kemanfaatannya, maka pencatatan perkawinan

sangatlah diperlukan.33 al-Quran dan Hadis tidak mengatur secara rinci mengenai

31

Djaja S. Meliala, Hukum Perdata dalam Persepektif BW, (Bandung : Nuansa Aulia,

2012), h.56-57. 32

Shaleh K. Wantjik, Hukum Perkawinan di Indonesia, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1978),

h. 17. 33

M. Ali Hasan, Pedoman Hidup Berumah Tangga dalam Islam, (Jakarta: Prenada Media,

2003), h. 123.

Page 46: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

33

pencatatan perkawinan, namun dirasakan oleh masyarakat mengenai pentingnya

adanya pencatatan perkawinan.34

Kalau dilihat dalam Qs. al-Baqarah ayat: (282) isinya mengisyaratkan

bahwa adanya bukti otentik sangat diperlukan untuk menjaga kepastian hukum,

bahkan dijelaskan bahwa pencatatan didahulukan dari pada kesaksian, yang dalam

perkawinan merupakan salah satu rukun.

Firman Allah dalam Qs al-Baqarah ayat (2): 282:

....

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak

secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu

menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan

menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah

Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya.” [QS. Al-Baqarah (2): 282].

Sampai saat ini belum di temukan sumber-sumber fiqih yang menyebutkan

mengapa dalam hal pencatatan perkwawinan dan pembuktian dengan Akata Nikah

tidak dianalogikan kepada ayat tesebut. Kalau ditinjau pencatatan perkawinan

dizaman Nabi, Sahabat, dan Tabi‟in secara detail maka tidak akan ditemukan,

karena memang landasan hukum yang mengatur tentang pencatatan perkawianan

pada sumber hukum Islam yaitu al-Qur‟an maupun Hadis serta Ijitihad pendapat

34

Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia , h. 26.

Page 47: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

34

ulama dalam kitab-kitab klasik secara eksplisit tidak mengatur atau menyinggung

terkait pencatatan perkawinan. Adapun kenapa pada zaman Nabi perkawinan

tidak dicatat adalah:

1. Budaya tulis-baca khususnya di kalangan orang arab Jahiliyyah masih

jarang, oleh karena itu, orang arab lebih mengandalkan pada daya

ingatannya (hafalan) ketimbang tulisan.

2. Perkawinan bukan syariat baru dalam islam, ia merupakan syariat Nabi-

nabi terdahulu yang secara terus menerus diturunkan. Setelah Islam

datang maka secara perlahan-lahan Islam membenahi hal-hal yang

bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam.

3. Pada masyarakat zaman dahulu budaya nilai-nilai kejujuran dan

ketulusan dalam menjalankan kehidupan masih sangat kuat.

4. Problematika yang timbul pada zaman dahulu belum begitu luas

sekomlpeks dan serumit zaman sekarang, akan tetapi masih

sederhana.35

3. Dasar Hukum Menurut Undang-Undang No. 1 Th 1974.

Dari penjelasan yang ada diatas, dapat diketahui bahwa didalam fikih tidak

membicarakan secara jelas adanya pencatatan perkawinan. Hal ini tentu berbeda

dengan ketentuan Undang-Undang No 1 Th 1974 tentang perkawinan, tidak saja

menempatkan soal pencatatan perkawinan sebagai suatu hal yang sangat penting,

akan tetapi juga menjelaskan mekanisme bagaimana pencatatan perkawinan itu

dilaksanakan.

35

Yayan Sopyan, Islam Negara, Tranformasi Hukum Perkawinan Islam dalam Hukum

Nasional, h. 131.

Page 48: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

35

Undang-Undang Perkawinan menempatkan pencatatan perkawinan pada

suatu tempat yang penting sebagai pembuktian telah diadakannya peristiwa

perkawinan. Hal tersebut diatur oleh Undang-Undang Perkawinan tentang

Pencatatan Perkawinan pada pasal 2 ayat (2), yang berbunyi : (2) “Tiap-tiap

Perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.”36

Adapun formalitas yang diperlukan untu melangsungkan perkawinan diataur

dalam pasal 3-11 PP No. 9 Th 1975, yaitu :

a. Memeberitahukan kehendak untuk melangsungkan perkawinan kepada

pegawai pencatat di tempat perkawinan yang akan di langsungkan,

Pasal (3).

b. Adanya pengumuman yang diselenggarakan oleh pegawai pencatat di

kantor pencatatan perkawinan tentang kehendak untuk melangsungkan

perkawinan itu, Pasal (8).

c. Perkawinan harus dilaksanakan di hadapan pegawai pencatat yang di

hadiri oleh dua orang saksi dengan mengindahkan tata cara perkawinan

menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya, Pasal

(9).

d. Sesaat sesudah dilangsungkannya perkawinan, kedua mempelai

diharuskan menandatangani akta perkawinan, yang diikuti oleh kedua

saksi, pegawai pencatat, dan wali nikah atau wakilnya bagi mereka

yang beragama Islam, Pasal (10).

36

Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Islam, (Jakarta: UI, 1974), h. 73.

Page 49: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

36

e. Untuk memberikan kepastian hukum tentang adanya perkawinan,

kepada mempelai diserahkan kutipan akta nikah/perkawinan sebagai

alat bukti, Pasal (11).37

Bagi yang tidak mendaftarkan perkawinan atau yang enggan

melangsungkan perkawinan di hadapan pegawai pencatat nikah, maka akan

menanggung resiko yuridis, perkawinan akan dikualifikasikan sebagai perkawinan

liar dalam kumpul kebo atau compassionate marriage.

Sedangkan soal sahnya perkawinan telah dijelaskan dalam Undang-Undang

Perkawinan pada pasal 2 ayat (1) yang berbunyi, “ Perkawinan adalah sah,

apabila dilakukan menurut masing-masing agama dan kepercayaannya itu”.

Jadi apabila rukun nikah telah lengkap, akan tetapi tidak didaftarkan maka

nikah tersebut tetap sah, namun yang bersangkutan dapat dikenakan denda karena

tidak mendaftarkan perkawinannya.

4. Dasar Hukum Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI).

Pencatatan perkawinan yang telah diatur dalam Undang-Undang

Perkawinan No. 1 Th 1974 sebenarnya sudah lama disosialisasikan yaitu hampir

selama 27 Th lebih, namun sampai saat ini masih dirasakan adanya kendala-

kendala, akan tetapi masyarakat dianggap sudah tahu karena sudah dimasukan

kedalam Undang-Undang No. 52 Th 2009 tentang Perkembangan Kependudukan

dan Pengembangan Keluarga (Lembaga Negara Republik Indonesia 2009). Upaya

ini harus ada pensosialisasian oleh umat Islam dan Negara Republik Indonesia

agar adanya kesinambungan.

37

Abd Shomat, Hukum Islam, Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum Islam, (Jakarta:

Kencana, 2010), h. 294-295.

Page 50: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

37

Pada dasarnya dalam masyarakat sebenarnya sudah ada pemahaman fikih

dari Imam Syafi‟i yang telah membudaya, sehingga menurut paham mereka,

perkawinan itu sudah dianggap sah dan cukup apabila syarat dan rukunnya sudah

terpenuhi, walaupun tampa diikuti adanya pencatatan. kondisi seperti ini masih

terjadi dalam masyarakat sampai sekarang, sehingga masih banyak ditemukan

perkawinan di bawah umur. kenyataan yang terjadi dalam masyarat seperti ini

merupakan suatu hambatan dalam pelaksanaan Undang-Undang Perkawinan.

Berdasarkan Instruksi Presiden RI No. 1 Th 1991 tentang Kompilasi Hukum

Islam(KHI) masalah pencatatan ini diatur dalam Pasal 5-7 yaitu:

Pasal 5

1. Agar terjamin ketertiban bagi masyarakat Islam setiap perkawinan

harus dicatat.

2. Pencatatan perkawinan pada ayat (1), dilakukan oleh Pegawai Pencatat

Nikah sebagaimana yang telah diatur oleh Undang-Undang No. 22 Th

1946 jo, Undang-Undang No. 32 Th 1954

Pasal 6

1. Untuk memenuhi ketentuan dalam pasal 5, setiap perkawinan harus

dilangsungkan dihadapan dan di bawah pengawasan Pegawai Pencatat

Nikah.

2. Perkawinan yang dilakukan diluar pengawasan Pegawai Pencatat

Nikah tidak mempunyai kekuatan hukum.38

Pasal 7

38

Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Taringan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, “Studi

Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih UU. No 1/1974 sampai KHI, (Jakarta: Kencana

2004), h. 123-124.

Page 51: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

38

1. Perkawinan hanya dapat dibuktikan dengan Akta Nikah yang dibuat

oleh Pegawai Pencatat Nikah.

2. Dalam hal perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan Akta Nikah dapat

diajukan Isbat nikahnya ke Pengadilan Agama.

3. Yang berhak mengajukan permohonan isbat nikah ialah suami atau istri,

anak-anak mereka, wali nikah dan pihak yang berkepentingan dengan

perkawinan itu.

5. Prosedur Pencatatn Perkawinan.

Secara singgkat sebenarnya sudah jelas, apa yang tertulis dari buku

pendoman Kantor Urusan Agama sudah sangat mudah dicerna oleh masyarakat,

maka penulis cantumkan secara keseluruhan dan singgkat tentang prosedur

pencatatan perkawinan, yaitu:

a. Persyaratan secara Umum

1. Adanya Calon Pengantin yang Beragama Islam.

2. Usia minimal harus 19 tahun bagi pria dan 16 tahun untuk wanita.

3. Adanya persetujuan kedua calon mempelai pengantin.

4. Tidak ada hubungan darah (saudara) atau yang dilarang agama antara

kedua calon mempelai pengantin.

5. Calon pengantin wanita tidak sedang terkait perkawinan dengan orang

lain.

6. Seorang janda harus sudah habis masa iddahnya.

7. Wali dan saksi harus beragama islam dan sudah baligh.

Page 52: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

39

8. Calon pengantin, wali dan saksi harus sehat Akal.39

b. Persyaratan Secara Administrasi

1. Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang sah.

2. Foto copy Kartu Keluarga (KK) yang masih berlaku.

3. Foto copy Ijazah atau Akta Kelahiran.

4. Foto copy Buku Nikah orang tua bagi wanita.

5. Pas foto bwarna ukuran 2x3 = 4 lembar.

6. Surat keterangan Model NI, N2, N4 ditanda tangani oleh Rt atau Kepala

Desa atau Kelurahan.

7. Surat Persetujuan dari mempelai (Model N3).

8. Adanya Izin Orang Tua (Model N5) jika di bawah usia 19 tahun.

9. Surat Pernyatan Jejaka/Perawan bagi calon pengantin yang berumur 25

keatas, bermatrai Rp. 6000,.

10. Surat Rekomendasi Nikah bagi calon pengantin yang berada diluar

wilayah.

11. Izin Pengadilan Agama jika pria berusia kurang dari 19 tahun dan

wanita kurang dari 16 tahun.

12. Izin Pengadilan Agama bagi yang bepoligami.

13. Rekomendasi Camat untuk pendaftaran kurang dari 10 hari.

14. Surat Kematian Suami/Istri bagi Janda/duda yang ditanda tangani oleh

Rt,/Kepala Desa atau Kelurahan.40

39

Buku Pedoman Nikah “Prosedur-pencatatan-perkawinan” diakses pada tanggal 3 Mei

2015 dari http:// http://gubuk hukum.blogspot.com. 40

A. Zuhdi Muhdlor, Memahami Hukum Perkawinan “Nikah, Talak, Cerai dan Rujuk”,

(Bandung : Al-Bayan, 2009), h. 47

Page 53: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

40

Setelah terpenuhinya dan adanya kesepakatan antara pihak pria dan pihak

wanita untuk melangsungkan perkawinan, yang kemudian kesepakatan itu

diumumkan oleh pihak Pegawai Pencatat Nikah dan tidak ada keberatan dari

pihak-pihak yang terkait dengan rencana yang dimaksud, maka perkawinan dapat

dilangsungkan.41

Adapun tata caranya, yaitu surat pengumuman tersebut ditempel menurut

formulir yang ditetapkan oleh Kantor Pencatat Perkawinan pada suatu tempat

yang sudah ditentukan dan mudah dibaca oleh umum.

1. Pegawai Pencatat Nikah yang menerima pemberitahuan kehendak

melangsungkan perkawinan, meneliti apakah syarat-syarat perkawinan

sudah dipenuhi dan apakah tidak terdapat halangan perkawinan menurut

undang-undang.

2. selain meneliti terhadap hal-hal yang dimaksud, Pegawai Pencata Nikah

juga memeriksa pula Kutipan Akta Kelahiran atau surat kenal lahir.

3. Memerisa keterangan mengenai nama, agama/kepercayaan, pekerjaan

dan tempat tinggal orang tua calon mempelai.

4. Izin tertulis/izin Pengadilan apabila salah seorang belum mencapai usia

21 tahun

5. Mengisi Formulir Pendaftaran Nikah yang telah disediakan oleh Kantor

Urusan Agama.

6. Pendaftaran harus sudah diterima Kantor Urusan Agama sekurang-

kurangnya 10 hari masa kerja sebelum akad nikah dilangsungkan.

41

Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia , h. 28.

Page 54: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

41

7. Membayar Biaya Pencatatn Nikah.42

Adapun Pemeriksaan dan Pembinaan Calon Mempelai Pengatin

1. Setelah pendaftaran di terima oleh Kantor Urusan Agama, kedua calon

pengantin dan Wali Nikah, diberi pembinaan dan kursus Calon

Pengantin.

2. Penghulu atau Kepala Kantor Urusan Agama melakukan pemeriksaan

tentang ada tidaknya halangan untuk menikah, dan memberikan

bimbingan mengenai tata cara Ijab Qabul kepada calon pengantin pria.

3. Penghulu atau Kepala Kantor Urusan Agama dilarang melangsungkan,

atau membantu melangsungkan, mencatat, menyaksikan pernikahan

yang tidak terpenuhi persaratannya.43

Sedangkan Pelaksanan Akad Nikah yakni :

1. Akad Nikah dilangsungkan dihadapan Penghulu atau Petugas Kantor

Urusan Agama.

2. jika dilakukan oleh Wali Nikah, maka wali nikah dapat mewakilkan

ijab qabul kepada orang lain yang memenuhi persyaratan atau kepada

Penghulu.44

E. Dampak Perkawinan Tidak Tercatat.

Perkawinan yang tidak tercatat itu bertentangan dengan Undang-Undang

Perkawinan yang disebutkan dalam pasal 2 ayat (2) yang menyatakan, “bahwa

setiap perkawinan harus di catatkan”. oleh karena itu meskipun secara agama

42

H. Abdul Manan, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Wewenang Peradilan Agama, (Jakarta:

PT. RajaGrafindo Persada, 2001), h. 14-15. 43

Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2002), h.

116-117. 44

Djaja S. Meliala, Hukum Perdata dalam Persepektif BW, h. 54.

Page 55: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

42

dianggap sah, namun perkawinan yang dilakukan diluar pengetahuan dan

pengawasan pencatatan nikah tidak memiliki kekuatan hukum yang tetap dan

dianggap tidak sah dimata hukum, maka tentulah akibat hukum perkawinan

tersebut sangat berdampak negatif, sangat merugikan khususnya bagi pihak istri

dan perempuan umumnya.

Secara hukum, perempuan tidak dianggap sebagai istri yang sah, ia tidak

berhak atas nafkah dan warisan dari suami jika terjadi perceraian hidup atau di

tinggal mati, selain itu istri tidak berhak atas harta gono-gini atau harta bersama

jika terjadi perpisahan, karena secara hukum perkawinan tersebut dianggap tidak

pernah terjadi. Disamping itu bagi setatus anak yang dilahirkan dianggap sebagai

anak tidak sah menurut hukum, dan hanya mempunyai hubungan keperdataan

pada ibu dan keluarga ibunya saja.45

Anak tidak berhak atas biaya kehidupan dan pendidikan, nafkah dan warisan

dari ayahnya, perkawinan yang tidak tercatat sangat berdampak merugikan. Ada

beberapa dampak negatif dari pada perkawinan yang tidak tercatat menurut

undang-undang yaitu:

1. Meski perkawinan dilakukan menurut agama dan kepercayaan, namun

dimata negara perkawinan tersebut tidak diakui oleh negara jika belum

dicatat oleh Kantor Urusan Agama.

2. Akan mengalami kesulitan dalam hal administratif.

3. Tidak memiliki sebuah dokumentasi resmi (akta nikah) yang bisa

dijadikan sebagai alat bukti dihadapan majelis peradilan, ketika ada

45

Mardani, Hukum Perkawinan di Dunia Islam Moderen, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011),

h. 17.

Page 56: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

43

sengketa yang berkaitan dengan perkawinan, maupun sengketa yang

lahir akibat perkawinan, seperti waris, hak asuh anak, perceraian,

nafkah dan lainya.

4. Hak asuh anak yang dilahirkan dari perkawinan yang tidak dicatatkan

maka hak asuhnya jatuh kepada istri jika terjadi perceraian.

5. Nafkah dan warisan terhadap perkawinan yang tidak tercata

diselesaikan secara kekeluargaan, akan tetapi biasanya ketika terjadi

perceraian suami tidak memberikan nafkah kepada istri.46

46

Asrorun Ni‟am Sholeh, Fatwa—fatwa Masalah Pernikahan dan keluarga , h. 151.

Page 57: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

44

BAB III

PROFIL DESA PARAKAN MUNCANG BOGOR KECAMATAN

NANGGUNG

A. Sejarah Singkat Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan Nanggung.

Pada tahun 2011, Kabupaten Bogor menambahkan dua desa yang

dimekarkan. Kedua desa tersebut adalah Desa Parakan Muncang di Kecamatan

Nanggung, dengan bentukan baru Desa Batu Tulis dan yang kedua bernama Desa

Gunung Mulya yang berada di Kecamatan Tenjolaya, dengan adanya bentukan

baru Desa Gunung Mulya tersebut maka Pemekaran di Kabupaten Bogor

bertambah jumlah menjadi 4131.

Pada saat ini Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan Nanggung dipimpin

oleh seorang Lurah Ahmad Yani sejak tahun 2011 hingga kini, dalam masa

kepemimpinannya, beliau membangun berbagai sarana-prasarana sosial atau

umum secara bergotong-royong dengan masyarakat seperti halnya membangun

Kantor Lurah, Pos Yandu, Pos Keamanan dan lainnya. disamping itu beliau juga

mengembangkan berbagai sektor pertanian dan perternakan. sehingga desa

tersebut mampu bersaing terhadap desa-desa yang lain.2

Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan Nanggung memiliki wilayah

sekitar kurang lebih 354.874Ha, dengan jumlah penduduk sekitar 6.368 jiwa dan

terdiri dari 1.661 kepala keluarga (KK) yang memiliki 9 kampung dan terbagi ke

1 Desa Parakan Muncang Bogor, “ Sejarah Desa Parakan Muncang Bogor” diakses pada

tanggal 8 April 2015 dari http://desa-parakanmuncang.blogspot.com/. 2 Data diambil dari Data Buku Profil Desa Parakan Muncang Bogor Tahun 2011.

Page 58: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

45

dalam 9 RW (Rukun Warga) dan 31 RT (Rukun Tetangga). Adapun kampung-

kampung tersebut sebagai berikut:3

1. Kampung Baru

2. Kampung Cogreg

3. Kampung Pasir Saga

4. Kampung Parakan Muncang

5. Kampung Pakapuran 1

6. Kampung Pakapuran 2

7. Kampung Pasir Ahad 1

8. Kampung Pasir Ahad 2

9. Kampung Lukut

B. Letak dan Gambaran Kondisi Geografis.

1. Letak Kondisi Geografis.

Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan Nanggung adalah salah

satu Kecamatan yang berada di Propinsi Jawa Barat, secara geografis

wilayah Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan Nanggung memililiki

luas wilayah kurang lebih 354.874Ha berada pada 50 M diatas permukaan

laut dengan curah hujan rata-rata mencapai 100/600 mm/tahun dan suhu

udara rata-rata 260-300 C.4 Seperti yang dapat kita lihat pada tabel sebagai

berikut:

3 Ahmad Yani, Wawancara, Bogor di Kantor Lurah (Kamis, 16 April 2015 pukul 10.15

Wib). 4 Data diambil dari Laporan Data Monografi Desa Parakan Muncang Bogor Tahun 2011.

Page 59: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

46

Tabel 3.1

Kondisi Geografis Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan Nanggung

N0 Kondisi Georafis Keterangan

1 Ketinggian Tanah di Atas Permukaan Laut 50 M2

2 Rata-Rata Curah Hujan 100/600 mm/thn

3 Suhu Udara 260_300 C

Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan Nanggung dapat ditempuh

dengan Orbitasi dan jarak tempuh sebagai berikut :

Tabel 3.2 Orbitrasi (jarak dari pusat kota pemerintahan ke desa)

NO Orbitasi dan Jarak Tempuh Keterangan

1 Jarak dari pusat Kecamatan 2 Km

2 Jarak dari pusat Kota/Kabupaten 61 Km

3 Jarak dari Ibu Kota ke Propinsi 156 Km

4 Jarak dari Ibu Kota ke Negara 95 Km

Adapun batas-batas wilayah Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan

Nanggung dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Page 60: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

47

Tabel 3.3

Batas-Batas Wilayah Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan Nanggung

NO Batas Wilayah Keterangan

1 Sebelah Utara Berbatasan dengan Kecamatan Desa Batu Tulis

2 Sebelah Timur Berbatasan dengan Kecamatan Desa Kalongliud

3 Sebelah Selatan Berbatasan dengan Kecamatan Desa Nanggung

4 Sebelah Barat Berbatasan dengan Kecamatan Desa Sukaraksa

2. Letak Demografis.

Untuk melaksanakan fungsi pemerintahan di Desa Parakan Muncang

Bogor Kecamatan Nanggung, maka Bupati bogor mengangkat seorang

Pejabat Kepala Desa dan dibantu oleh beberapa staf kelurahan, Desa

Parakan Muncang Bogor Kecamatan Nanggung terdiri dari 9 RW (Rukun

Warga) 9 Kampung, dan 31 RT (Rukun Warga) dengan gambaran sebagai

berikut:

Page 61: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

48

Tabel 3.4

Organisasi Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan Nanggung

Kepala Kelurahan

Staf Kelurahan

RW 01 RW 02 RW 03 RW 04 RW 05 RW 06 RW 07 RW 08 RW 09

KP.

Baru

KP.

Cogreg

KP.

Pasir

Saga

KP.

Parakan

Muncang

KP.

Pakapuran 1

KP.

Pakapuran 2

KP.

Pasir Ahad 1

KP.

Pasir Ahad 2

KP.

Lukut

RT

0 1

RT

02

RT

01

RT

02

RT

01

RT

02

RT

01

RT

02

RT

03

RT

01

RT

02

RT

01

RT

02

RT

01

RT

02

RT

01

RT

02

RT

01

RT

02

RT

03

RT

03

RT

04

RT

03

RT

04

RT

05

RT

06

RT

03

RT

04

RT

03

RT

03

RT

04

Page 62: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

49

Dari data di atas dapat kita lihat bahwa Desa Parakan Muncang Bogor

Kecamatan Nanggung terdiri dari 9 RW (Rukun Warga) dan 9 Kampung

yaitu : Kampung Baru terdiri dari 3 RT, Kampung Cogreg terdiri dari 4 RT,

Kampung Pasir Saga terdiri dari 3 RT, Kampung Parakan Muncang terdiri

dari 6 RT, Kampung Pakapuran 1 terdiri dari 4 RT, Kampung Pakapuran 2

terdiri dari 3 RT, Kampung Pasir Ahad 1 terdiri dari 2 RT, Kampung Ahad

2 terdiri dari 2 RT dan Kampung Lukut terdiri dari 4 RT. Sehingga jumlah

RT di Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan Nanggung tersebut ada 31

RT (Rukun Tetangga), disamping itu dapat juga diketahui bahwa Kampung

Parakan Muncang merupakan kampung yang mempunyai banyak RT dan

merupakan yang terluas diantara kampung-kampung yang lainnya5.

Berdasarkan data yang di peroleh dari buku laporan tahunan jumlah

penduduk Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan Nanggung adalah

6.368 jiwa dengan jumlah 1.661 kepala keluarga (KK) dengan spesifikasi

sebagai berikut :

Tabel 3.5

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

NO Jenis Kelamin Keterangan

1 Laki-Laki 3337 Jiwa

2 Perempuan 3031 Jiwa

Jumlah 6368 Jiwa

5 Data Monografi Desa Parakan Muncang Bogor Tahun 2011.

Page 63: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

50

C. Kondisi Keagamaan, Pekerjaan, Pendidikan dan Sosial Masyarakat.

Kondisi sosial masyarakat Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan

Nanggung sejak lama sangat memegang teguh pada adat istiadat daerah dengan

ciri-ciri budaya sunda yang masih terlihat kental pada saat pelaksanaan kerja

bakti, tolong-menolong, kesopanan dan budaya-budaya luhur lainnya. maka

dengan adanya kondisi sosial inilah yang selalu dijadikan dasar dan modal dalam

melaksanakan segala pembangunan yang senantiasa dijaga, dipelihara dan

dikembangkan.

1. Keadaan Menurut Agama.

Mayoritas penduduk Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan Nanggung

merupakan pemeluk Agama Islam, adapun Agama lainnya yaitu, Kristen Katolik,

Kristen Prostestan, Budha dan Hindu hanya berkisar 1 0/0. Namun kehidupan

beragama di Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan Nanggung ini berjalan

sangat harmonis dimana sampai sekarang belum pernah ada terdapat laporan

adanya kerusuhan atara Agama, Suku Bangsa maupun Golongan yang lain,

Kondisi masyarakat Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan Nanggung ini

berjalan dengan baik.

Dengan adanya berbagai pemeluk agama maka banyak sekali kegiatan-

kegiatan yang sering dilakukan secara terbuka oleh masyarakat tersebut yang

mana lebih mengarah kepada unsur-unsur keagamaan, dimana setiap tahun itu

selalu diadakan kegiatan Maulid Nabi Saw yang selalu dihadiri oleh kiai, pejabat,

tokoh-tokoh Agama dan banyak masyarakat. Selain itu ada juga kegiatan yang

Page 64: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

51

lain yang selalu dilakukan oleh para ibu-ibu dan bapak-bapak dalam suatu

pengajian, baik pengajian harian, mingguan maupun bulanan.

Tabel 3.6 Keadaan Jumlah Penduduk Menurut Keagamaan

NO Agama Jumlah Keterangan

1 Islam 6.346 orang

2 Kristen Katolik 12 orang

3 Kristen Prostestan 5 orang

4 Budha 3 orang

5 Hindu 2 orang

Jumlah 6.368 orang

Adapun Prasaran dan dan Pribadatan di Desa Parakan Muncang Bogor

Kecamatan Nanggung ini dapat di temui jumlah Mesjid ada 6 (enam) buah,

Musholah ada 9 (sembilan) buah, dan ada 2 (dua) buah Pesantren. Kebanyakan

masyarakat Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan Nanggung ini memahami

Islam dengan pemahaman Klasik yang dilakukan oleh orang-orang zaman dulu.

2. Keadaan Menurut Mata Pencaharian.

Sebahagian besar masyarakat Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan

Nanggung ini adalah Petani Sawah dan Petani kebun, pembudidaya ikan emas,

selain itu ada juga buruh kuli pembuat batu bata, penambang emas dan perak,

pengusah industri kecil (wiraswasta) dan pedagang. sedangkan sisanya yaitu

Karyawan Swasta, PNS, PNS POLRI, PNS TNI, Pensiunan PNS/POLRI/TNI.

Page 65: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

52

Tabel 3.7

Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencarian

No Mata Pencarian Jumlah Keterangan

1 Petani Sawah 350 Orang

2 Petani Kebun 325 Orang

3 Pedagang 450 Orang

4 Pembudidaya Ikan Emas 10 Orang

5 Buruh/Kuli 250 Orang

6 Karyawan Swasta 657 orang

7 Wiraswasta 500 Orang

8 PNS 35 Orang

9 PNS POLRI 4 Orang

10 PNS TNI 2 Orang

11 Pensiuna PNS/POLRI/TNI 4 Orang

Jumlah 2.587 Orang

Melalui data diatas maka dapat dilihat dan diketahui kegiatan ekonomi

masyarakat Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan Nanggung masih sangat

lemah sekali, Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan Nanggung ini adalah

desa yang sebahagian besar masyarakatnya rata-rata yang berusia 20 Tahun keatas

itu bekerja sebagai Karyawan Swasta dan Kuli pembuat batu bata dan kuli-kuli

tambang emas yang ada di perusahaan ANTAM, sedangkan yang berusia diatas

Page 66: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

53

25 tahun bekerja sebagai petani sawah dan petani kebun dan sebahagian lagi

menjadi buruh bangunan.

3. Sarana Pendidikan.

Melalui dari hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada

Ramdhani selaku Sekretaris Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan Nanggung

mengenai pendidikan, beliau mengatakan bahwa pendidikan di desa ini sudah

lumayan bagus dan memadai, karena sudah terdapat sekolah TK, SD, SLTP,

SLTA, , dan PESANTREN.

Namun hanya saja masih banyak terdapat masyarakat yang tidak bersekolah,

hal ini dikarenakan berbagai faktor penyebabnya ada yang memang karena

keterbatasan ekonominya, ada karena desakan orang tua untuk membantu

pekerjaannya, dan faktor utama lemahnya pendidikan di desa ini adalah

dikarenakan masyarakatnya belum begitu menyadari akan pentingnya

pendidikan.6

Tabel 3.8 Jumlah Sarana Pendidikan di Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan

Nanggung

NO Sarana Pendidikan Banyak Keterangan

1 TK/PAUT/TPA 6 Buah

2 SD 4 Buah

3 MI 1 Buah

4 SMP 1 Buah

6 Ramdhani, Wawancara Seketaris Desa Parakan Muncang Bogor di Kantor Balai Desa

(Senin 13 April 2015 pukul 9.30).

Page 67: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

54

5 SMA 1 Buah

6 MA 1 Buah

7 PESANTREN 2 Buah

Tabel 3.9 Keadaan Jumlah Penduduk Menurut Lulusan Pendidikan Umum/Formal

NO Lulusan Banyak Keterangan

1 TK/TPA/PAUD 125 Orang

2 SD/MI/(Paket A) 1675 Orang

3 SMP/SLTA/(Paket B) 636 Orang

4 SMA/SLTA/(Paket C) 335 Orang

5 Pon-Pes 315 Orang

6 Akademis/D1-D3 144 Orang

7 Sarjanah/S1 28 Orang

8 Sarjanah/S2 20 Orang

9 Sarjanah/S3 23 Orang

Jumlah 3.300 Orang

Dari data di atas dapat dilihat sebahagian besar masyarakat Desa Parakan

Muncang Bogor Kecamatan Nanggung kebanyakan mereka hanya menyelesaikan

pendidikannya sampai SD/MI saja, dan hanya beberapa orang saja yang

melanjutkan pendidikan sampai keperguruan tinggi.

Page 68: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

55

4. Sarana Kebutuhan Masyarakat.

Untuk mampu bersaing dengan desa-desa yang ada maka Lurah Desa

Parakan Muncang Bogor Kecamatan Nanggung Ahmad Yani berupaya

melakukan pembangunan yang dibutuhkan melalui anggaran dana APBD Kab.

Bogor maupun APB Desa untuk membangun sarana-prasarana yang diantaranya

adalah membangun jalan-jalan lingkungan yang menghubungkan desanya ke desa

yang lain agar roda perekonomian dapat berjalan dengan baik dan meningkat,

selain itu juga melakukan perbaikan jalan-jalan umum yang rusak agar

memudahkan para pengendara yang berlalu lintas, membangun Kantor Desa, Pos

Kesehatan Masyarakat, Poskamdes, Pos Yandu, dan Poskamling/Pos Ronda.

Tabel 3.10 Sarana dan Prasarana Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan Nanggung

NO Sarana dan Prasarana Banyak Buah

1 Kantor Desa 1 Buah

2 Kantor KUA 1 Buah

3 Puskesmas 1 Buah

4 Pos Yandu 8 Buah

5 Pos Kamdes 1 Buah

6 Poskamling 31 Buah

Page 69: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

56

Adapun masalah-masalah lain yang selama ini masih menjadi kendala bagi

masyarakat Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan Nanggung secara umum

adalah sebagai berikut:

Banyaknya jumlah masyarakat yang tidak melanjutkan pendidikan

mereka kejenjang yang lebih tinggi sehingga menghambat sumber daya

pengetahuan terhadap kemajuan desa dan banyaknya masyarakat yang

tidak memiliki pekerjaan karena rendahnya tingkat pendidikan.

Masih lemahnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya suatu

pendidikan yang ditanamkan kepada anak-anak mereka.

Sulitnya mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, yang

mana kebutuhan air tersebut diambil dari gunung yang jaraknya jauh

sekali melalui selang-selang yang dialirkan kerumah warga. yang

sampai sekarang belum ada bantuan dari pemerintah.7

Kurang memadainya sarana dan prasarana pelayanan kesehatan yang

ada sehingga menyulitkan masyarakat dalam berobat, tidak adanya

MCK dan Pemandian umum yang disediakan pemerintah untuk

kebutuhan masyarakat sehingga masyarakat harus mandi di sungai yang

terkadang airnya tidak bersih, dan tidak adanya pasar umum yang

menyulitkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

banyaknya kerusakan sarana dan prasarana umum (Transportasi,

kesehatan, pendidikan dan lainnya) yang dikarenakan usianya yang

sudah lama sehingga menghambat kemajuan desa tersebut.

7 Ipul, Wawancara Ketua RT Desa Parakan Muncang Bogor, (Senin 13 April 2015 pukul

9.30).

Page 70: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

57

BAB IV

PENOMENA PERKAWINAN DI BAWAH UMUR DAN PENCATATAN

PERKAWINAN

A. Proses Perkawinan di bawah Umur dan Pencatatan Perkawinan.

Sebagaimana yang telah diketahui, bahwa perkawinan menurut Pasal 1

Undang-Undang Perkawnan adalah suatu ikatan lahir batin antara seorang laki-

laki dengan seorang perempuan untuk membentuk rumah tangga yang bahagia

dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.1 Pernikahan adalah sebuah

pilihan, pilihan hidup yang akan dilalui oleh setiap orang, pilihan hidup untuk

segera mengakhiri masa lajang atau gadis karena sudah bertemu dengan orang

yang dianggap cocok dan siap untuk menikah. Menikah diusia yang masih muda

terjadi pada masyarakat Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan Nanggung.

Pernikahan seperti ini sudah menjadi suatu tradisi turun-temurun.

Praktek/proses perkawinan diusia muda (di bawah umur) yang dilakukan

oleh masyarakat Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan Nanggung sedikit

berbeda dari proses perkawinan pada umumnya. Perbedaan tersebut terletak pada

proses pencatatan pernikahannya. Setiap pasangan yang menikah di bawah umur

perkawinannya tetap dilangsungkan oleh KUA Desa Parakan Muncang Bogor

Kecamatan Nanggung, namun tidak mencatatkan secara resmi pada saat itu,

sehingga menjadikan perkawinan tersebut tidak sah menurut negara. Proses

pencatatan secara resmi ini akan dilakukan ketika pasangan muda (di bawah

1 R. Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Jakarta: Pradya

Paramita, 1996) h. 10.

Page 71: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

58

umur) tersebut telah mencapai usia dewasa. Proses ini dilakukan dengan cara

memberitahukan kepada amil yang menikahkan pada saat itu, kemudian amil

mendatangi Kantor Urusan Agama (KUA) dengan membawa persyaratan yang

telah ditentukan beserta pasangan muda (di bawah umur) yang menikah, wali, dan

saksinya, namun perkawinannya tidak diulang kembali.2

Berdasarkan dari hasil wawancara langsung penulis kepada Sekretaris KUA

, masyarakat yang ingin menikahkan anaknya diusia muda (di bawah umur) harus

melalui berbagai tahapan. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pendahuluan.

Masing-masing calon mempelai saling mengadakan penelitian apakah

mereka saling mencintai atau tidak, dan apakah kedua orang tua mereka

menyetujui dan merestuinya. Hal ini erat hubungannya dengan surat-surat

persetujuan kedua calon mempelai dan surat izin orang tua bagi mereka yang

belum berusia 16 (enam belas) tahun bagi perempuan dan 19 (sembilan belas)

tahun bagi laki-laki. Masing-masing berusaha meneliti apakah ada halangan

perkawinan baik menurut hukum munakahat ataupun menurut peraturan

perundang-undangan yang berlaku, (untuk mencegah terjadinya penolakan atau

pembatalan perkawinan).3

Kedua calon mempelai disarankan untuk mempelajari ilmu tentang

pembinaan rumah tangga, hak, dan kewajiban suami istri dan lainnya. Dalam

rangka meningkatkan kualitas keturunan yang akan dilahirkan, kepada calon

mempelai supaya memeriksakan kesehatannya masing-masing.

2 Asnawi, Wawancara, Bogor, (Selasa, 12 Mei 2015 pukul 14.15 Wib)

3 Yaswirman, Karakteristik dan Prospek Dokrin Islam dan Adat dalam Masyarakat

Matrilineal Minang Kabau(Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 188.

Page 72: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

59

2. Pemeriksaan Kehendak Menikah.

Setelah persiapan pendahuluan dilakukan secara matang, maka calon

mempelai yang hendak menikah, wali (orang tua) atau wakilnya segera

memberitahukan kehendaknya kepada Pegawai Pencatat Nikah (PPN) yang

mewilayahi tempat di mana akan dilangsungkannya akad nikah sekurang-

kurangnya 11 hari masa kerja sebelum akad nikah dilangsungkan. Pegawai

Pencatat Nikah yang menerima pemberitahuan kehendak untuk melangsungkan

perkawinan, meneliti persyaratan-persyaratan perkawinan yang berisikan data

keterangan tentang nama kedua calon mempelai, hari dan tanggal pelaksanaan

akad nikah, mahar atau mas kawin. Tempat pelaksanaan upacara akad nikah bisa

dilakukan di Kantor KUA atau di rumah calon mempelai. Pemberitahuan

kehendak nikah tersaebut dapat dilakukan oleh orang tua atau amil dengan

membawa persyaratanya berupa surat-surat yang diperlukan. Adapun persyaratan

yang harus dilengkapi adalah:4

1. Menyediakan fotocopy KTP dan Kartu Keluarga (KK) dan Akta

Kelahiran untuk kedua calon pengantin masing-masing 1 (satu) lembar.

2. Menyertakan surat pernyataan bahwa belum pernah menikah (masih

gadis bagi calon istri dan jejaka bagi calon suami) di atas segel atau

materai Rp. 6000,- (enam ribu rupiah) yang diketahui oleh RT, RW,

dan Lurah setempat.

3. Menyertakan surat keterangan hendak menikah dari kelurahan setempat

yaitu Surat Keterangan untuk menikah (Model N1), Surat Keterangan

4 Anwar Sajili, Wawancara, Bogor, (selasa,12 Mei 2015 pukul 9.15 Wib)

Page 73: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

60

tentang asal-usul (Model N2), dan surat keterangan tentang orang tua

(Model N4), baik bagi calon suami maupun calon istri.

4. Menyertakan pas foto berukuran 2x3 masing-masing sebanyak 4

(empat) lembar dengan background biru dan 3x4 sebanyak 2 (dua)

lembar.

5. Menyertakan surat izin dari orang tua baik dari calon perempuan

maupun calon laki-laki.

6. Menyertakan surat pengantar dari dokter atau puskesmas tentang

pemeriksaan kesehatan masing-masing.5

7. Bagi calon yang tempat tinggalnya bukan berdomisili di wilayah Desa

Parakan Muncang Bogor Kecamatan Nanggung, harus menyertakan

surat pengantar pemberitahuan nikah dari KUA sesuai domisilinya.

8. Bagi calon pengantin perempuan harus menyertakan fotocopy surat

nikah orang tuanya.

9. Membanyar biaya perkawinan Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah).

10. Menyertakan surat keterangan tidak mampu dari lurah atau kepala desa

bagi mereka yang tidak mampu membayar biaya perkawinan (prodio).

3. Pengumuman Kehendak Menikah.

Setelah semua persyaratannya terpenuhi dan tidak ada halangan untuk

melangsungkan pernikahan, maka tahap selanjutnya adalah Pegawai Pencatat

Nikah (PPN) memberitahukan pengumuman kehendak nikah. Pegawai Pencatat

Nikah menyelenggarakan pengumuman tentang pemberitahuan kehendak

5 Yaswirman, Karakteristik dan Prospek Dokrin Islam dan Adat dalam Masyarakat

Matrilineal Minang kabau, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 189.

Page 74: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

61

melangsungkan perkawinan dengan cara menempelkan surat pengumuman

menurut formulir yang ditetapkan pada kantor pencatatan perkawinan pada suatu

tempat yang sudah ditentukan dan mudah untuk dibaca oleh umum.

4. Pelaksanaan Akad Nikah.

Pelaksanaan perkawinan dilangsungkan setelah hari ke 11 (kesebelas) sejak

pengumuman kehendak perkawinan oleh Pegawai Pencatat Nikah (PPN).

Bilamana dalam tenggang waktu 1 (satu) bulan terhitung sejak pengumuman

kehendak kawin, jika perkawinan tersebut tidak dilangsungkan, maka perkawinan

tersebut tidak boleh dilangsungkan kembali kecuali diulangi kembali

pendaftarannya.

5. Penandatanganan Akta Nikah dan Pembuatan Akta Nikah.

Tahap selanjutnya adalah:

a. PPN membuatkan Kutipan Akta Nikah (model NA) rangkap dua dengan

kode dan nomor yang sama.

b. Kutipan Akta Nikah tersebut diberikan kepada suami dan istri

c. Nomor di tengah pada model NB (Daftar Pemeriksaan Nikah) diberi

nomor yang sama dengan Akta Nikah.

d. Akta Nikah dan Kutipan Akta Nikah harus ditandatangani hari itu setelah

pengucapan ijab qabul selesai.

e. PPN berkewajiban mengirimkan Akta Nikah kepada Pengadilan Agama

yang mewilayahinya.

Menurut penulis, proses perkawinan di bawah umur yang terjadi pada

masyarakat Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan Nanggung tidak sesuai

Page 75: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

62

aturan Undang-Undang Perkawinan No 1 Th 1974. Hal ini terjadi karena

masyarakat Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan Nanggung menikahkan

anak-anak mereka yang belum cukup umur untuk menikah. Sedangkan menurut

Undang-Undang, batas usia untuk menikah bagi perempuan 16 (enam belas)

tahun dan laki-laki 19 (sembilan belas) tahun. Akibatnya pernikahan tersebut

belum bisa dicatatkan secara resmi di Kantor Urusan Agama.

B. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Penundaan Pencatatan

Perkawinan di bawah Umur.

Apabila kita perhatikan ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur tentang

pencatatan perkawinan, sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang No 1 Th

1974 pasal 1 ayat (1) yang berbunyi:

“Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut masing-masing agama dan kepercayaan” dalam ayat (2) menyebutkan “Tiap-tiap perkawinan harus

dicatatkan. Ketentuan-ketentuan hukum tentang pencatatan perkawinan diatur dalam

Undang-Undang No 1 Th 1974 pasal 1 ayat 1 dan 2, yaitu:

“Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut masing-masing agama dan kepercayaan (1), Tiap-tiap perkawinan harus dicatatkan (2).”

Jika merujuk pada aturan Undang-Undang tentang pencatatan nikah, maka

perkawinan di bawah umur di Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan

Nanggung bisa dikatakan tidak sah menurut negara, meskipun perkawinan itu

tetap sah menurut aturan agama. Perkawinan yang tidak sesuai aturan Undang-

Undang tidak langsung dicatatkan di Kantor Urusan Agama. Padahal pencatatan

Page 76: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

63

adalah bukti bahwa dirinya telah melakukan perkawinan. Salah satu bukti yang

dianggap sah adalah dokumentasi resmi yang dikeluarkan oleh negara. Jadi

pernikahan dianggap benar-benar sah apabila sesuai dengan aturan agama dan

aturan negara.

Pencatatan perkawinan di Kantor Urusan Agama (KUA) adalah sebagai

bukti dan dokumentasi resmi. Dokumentasi tersebut dapat digunakan dihadapan

majelis jika sewaktu-waktu atau terjadi sengketa yang berkaitan dengan

perkawinan, waris, hak asuh anak, perceraian, nafkah, dan hal lainnya yang

berkaitan dengan masalah perkawinan. Pencatatan ini juga menjadikan

perkawinan mempunyai kekuatan hukum, sehingga apabila salah satu pihak

melalaikan kewajibannya, maka pihak lain dapat melakukan upaya hukum, karena

memiliki bukti-bukti yang sah dan otentik dari perkawinan yang terdaftar.6

Menurut penulis, pencatatan mempunyai peranan yang sangat penting untuk

menentukan diakuinya perkawinan tersebut oleh undang-undang. Bilamana suatu

perkawinan ditunda atau tidak dicatat di Lembaga Pencatatan Sipil, maka

perkawinan tersebut tentulah tidak diakui oleh negara. Selain itu akan

menimbulkan dampak yang sangat merugikan bagi istri dan anak dikemudian

hari.

Penulis menemukan adanya penundaan pencatatan perkawinan di bawah

umur di Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan Nanggung, dan penundaan

tersebut disebabkan oleh beberapa faktor berikut ini:

6 Asep Saepudin Jahar, Euis Nurlaelawati, dan Jaenal Arifin, Hukum Keluarga, Pidana dan

Bisnis (Kajian dalam Perundang-Undangan Indonesia, Fiqih, dan Hukum Internasional) , (Jakarta:

Kencana, 2013), h. 27.

Page 77: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

64

1. Tidak Terpenuhinya Persyaratan.

Berdasarkan dari hasil penelitian wawancara penulis kepada kepala KUA

Ketua KUA Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan Nanggung, beliau

menjelaskan bahwa dalam melaksanakan pencatatan perkawinan banyak sekali

hambatan-hambatan yang dilalui, salah satunya adalah masalah usia yang belum

dewasa yaitu bagi mereka yang belum berusia 16 (enam belas) tahun bagi

perempuan dan 19 (sembilan belas) tahun bagi laki-laki, yang hendak menikah

namun tidak melalui prosedur yang telah diatur oleh pemerintah seperti halnya

melakukan permohonan despensasi nikah terlebih dahulu kepada Pengadilan

Agama setempat, melainan mereka langsung melakukan pernikahannya di

hadapan seorang amil (penghulu) KUA untuk menikahkannya.7

Akan tetapi pernikahan seperti ini tidak dicatatkan pada saat itu, namun

pernikahan tersebut tetap sah menurut agama dan hal tersebut tidak melanggar

hukum Islam. Perkawinan muda (di bawah umur) yang dilakukan oleh amil

(penghulu) KUA Desa Parakan Muncang tersebut menyebabkan pernikahan

mereka ditunda pencatatannya di Kantor Urusan Agama (KUA).

Selain permasalahan yang telah disebutkan di atas, terdapat hambatan lain

dalam pelaksanaan perkawinan di Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan

Nanggung. Permasalahan ini membuat pelaksanaan pencatatan nikah di KUA

tidak terlaksana dengan baik, di antara permasalahan tersebut ialah:

a. Hambatan Adat dan Budaya

7 Agus Hasanudin, Wawancara, Bogor, (Selasa, 12 Mei 2015 pukul 9.00 Wib)

Page 78: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

65

Adat dan budaya sudah ada sejak dahulu di Desa Parakan Muncang

Bogor Kecamatan Nanggung dan berlangsung secara turun-temurun dari

nenek moyang sampai keturunannya, begitu pula dengan adat perkawinan

yang sudah ada sejak dahulu dan diwariskan secara turun-temurun dari

generasi kegenerasi.

Perkawinan muda (di bawah umur) terlebih dahulu dilakukan secara

sirri dihadapan seorang amil (penghulu) KUA dan hal ini membuat tidak

tercatatnya perkawinan tersebut di KUA. H. Bajri selaku tokoh agama di

Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan Nanggung menyatakan bahwa

adat dan budaya perkawinan muda (di bawah umur) semacam ini

merupakan salah satu faktor tidak terlaksananya pencatatan nikah di KUA,

karena masyarakat Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan Nanggung

lebih mementingkan pernikahan yang sah menurut agama.8

b. Faktor Pendidikan

Sejak dahulu sampai hari ini, orang tak pernah selesai membicarakan

masalah pendidikan. Hal ini terjadi karena pendidikan merupakan satu sendi

yang paling esensial dalam kehidupan manusia. Pada umumnya orang akan

mengetahui potensi yang dimilikinya karena dijembatani oleh pendidikan.

Maka dari itu dapat dipahami bahwa pendidikan adalah suatu sarana

pengendali potensi dan sumbar daya manusia.

Jika ditelusuri banyak remaja perempuan dan laki-laki yang berusia

belasanTHdi pedesaan sudah tidak bersekolah atau bahkan putus sekolah,

8 Bajri, Wawancara, Bogor, (Selasa, 12 Mei 2015 pukul 11.30 Wib)

Page 79: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

66

terlebih lagi perempuan. Perempuan yang bersekolah dipandang sebagai

sebuah kesia-siaan, sebab pada akhirnya hanya akan bermuara di dapur saja.

Dengan demikian mereka memandang bahwa wanita lebih baik belajar

memasak, mencuci, dan sebagainya. Kondisi masyarakat seperti inilah yang

mendorong mereka untuk menikahkan anak-anak mereka diusia yang relatif

muda. Pada akhirnya kehidupan bermasyarakat semarak dengan perkawinan

muda (di bawah umur) tanpa memikirkan resiko yang akan dihadapi.

Pernikahan ini terjadi juga dikarenakan adanya dorongan dan kekawatiran

orang tua terhadap anak gadisnya yang menjadi perawan tua atau perjaka

tua, sedangkan sebutan perawan tua dan perjaka tua merupakan aib bagi

keluarga.9 Maka dapat dipahami bahwa salah satu faktor yang menjadi

penghambat pemerintah untuk melakukan pencatatan pernikahan di KUA

adalah faktor pendidikan yang rendah.

c. Faktor Perjodohan

Perkawinan harus dilakukan berdasarkan persetujuan kedua orang tua

calon mempelai (pasal 6 UU. No 1 Th 1974) sebagaimana penjelasan

maksudnya, agar suami istri yang akan menikah itu kelak dapat membentuk

keluarga kekal dan bahagia, hal ini sesuai pula dengan hak asasi manusia,

maka tentulah perkawinan harus disetujui oleh kedua belah pihak yang akan

melangsungkan perkawinan tersebut, tanpa ada paksaan dari pihak mana

pun.

9 Asnawi, Wawancara, Bogor, (Selasa, 12 Mei 2015 pukul: 14.15 Wib)

Page 80: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

67

Kata persetujuan kedua calon mempelai dimaksud berarti orang

tua/wali atau keluarga/kerabat tidak boleh memaksakan anak-anak mereka

untuk melakukan perkawinan jika mereka tidak setuju terhadap

pasangannya, atau belum bersedia untuk menikah.10

Akan tetapi berdasarkan dari hasil penelitian yang penulis temukan di

Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan Nanggung masih saja ada orang

tua yang memaksakan keinginannya untuk menikahkan anaknya yang

masih muda (di bawah umur) dengan alasan untuk kebahagian anaknya,

agar tidak menjadi perawan atau perjaka tua yang menjadi cemoohan

masyarakat dan aib dalam keluarga.11

Dengan demikian dapat diketahui faktor yang melatarbelakangi

terhambatnya pelaksanan pencatatan perkawinan di KUA Desa Parakan

Muncang Bogor Kecamatan Nanggung, yaitu karena adanya perjodohan

anak-anak mereka yang masih di bawah umur oleh orang tuanya.

d. Faktor Agama atau Norma yang Dianut

Pada umumnya orang tua ingin cepat-cepat menikahkan atau

mengawinkan anaknya, karena takut anaknya terjerumus kepada pergaulan

bebas sehingga berbuat zina yang dilarang oleh agama yang juga

menyebabkan malu keluarga. Berdasarkan pada hasil penelitian yang

penulis lakukan di Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan Nanggung,

penulis menemukan kebiasaan orang tua mereka yang bila melihat prilaku

anak-anakanya yang sudah terlalu akrab dengan lawan jenisnya dan orang

10

Yaswirman, Karakteristik dan Prospek Dokrin Islam dan Adat dalam Masyarakat

Matrilineal Minang kabau, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 193. 11

Bajri, Wawancara¸ Bogor, (Selasa, 12 Mei 2015 pukul 11.30 Wib)

Page 81: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

68

tua berasumsi bahwa perbuatan anaknya dianggap melanggar norma agama,

maka orang tua tersebut mengambil satu solusi dengan mengawinkannya

meskipun usia anak masih muda, bahkan di samping itu juga orang tua

merasa malu kalau anak gadisnya tidak cepat-cepat dikawinkan dan

khawatir dicemooh oleh tetangga sekiranya punya anak gadis tidak laku dan

akan menjadi perawan tua.12

Dengan demikian faktor penghambat tidak terlaksanaan pencatatan

perkawinan di Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan Nanggung adalah

karena alasan paham agama dan norma yang berlaku, meskipun demikian

perkawinan tersebut dapat ditotelir kendatipun berlawanan dengan peraturan

perundang-undangan yang ada lebih baik menikahkan anak gadisnya diusia

muda (di bawah umur) daripada mendapat cemoohan dari masyarakat.

e. Kurangnya Sosialisai Mengenai Manfaat Pencatatan Perkawinan

Rocoe Pound menyatakan:

“Proses hukum pada hakikatnya adalah suatu proses rekayasa sosial,

hukum itu pada hakikatnya adalah sarana yang dapat digunakan untuk mengontrol dan merekayasa masyarakat, hukum diselenggarakan dengan

tujuan untuk mengoptimalkan pemuasan kebutuhan dan kepentingan.”13

Melalui sarana sosialisai tentunya akan menumbuhkan kesadaran

hukum dalam masyarakat untuk melaksanakan pencatatan perkawinan,

dengan kata lain, sosialisasi merupakan sarana atau corong penyampaian

diskresi sebagai suatu kaidah hukum. Sosialisasi mengenai pentingnya

pencatatan perkawinan yang penulis temukan di Desa Parakan Muncang

12

Bajri, Wawancara, Bogor, (Selasa, 12 Mei 2015 pukul 11.30 Wib) 13

Faktor Penghambat Pelaksanaan Pencatatan Perkawinan”, diakses pada 29 Mei dari

http://appehutauruk.blogspot.com/2012/11/pelaksanaan-pencatatan-perkawinan-di.html.

Page 82: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

69

Bogor Kecamatan Nanggung masih belum dilakukan secara optimal, bahkan

dapat dikatakan bahwa KUA Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan

Nanggung belum bersungguh melakukan sosialisasi dengan metode yang

tepat dan benar kepada masyaraat mengenai pencatatan perkawinan.

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan pada kasus nikah muda,

penulis mendapati pengakuan dari Informal bahwa mereka tidak pernah

mendapatkan sosialisasi mengenai pentingnya pencatatan perkawinan.

Sosialisasi hanya pernah dilakukan di balai desa saja, itu pun hanya

mengundang sebagian tokoh agama. Padahal sosialisasi ini sangat penting

untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar taat dan patuh pada hukum

dan peraturan perundang-undangan.14

Maka penulis berpendapat kurangnya sosialisasi yang dilakukan pihak

KUA menyebabkan kebanyakan masyarakat Desa Parakan Muncang Bogor

Kecamatan Nanggung tidak mengetahui tentang pentingnya manfaat

pencatatan perkawinan.

2. Sebagai Suatu Kebijakan.

Pemerintah memberikan solusi bagi perkawinan yang tidak tercatat atau

perkawinan yang tidak terdaftar, yaitu dengan mengajukan permohonan Isbat

Nikah atau pengesahan nikah. Isbat Nikah tersebut diajukan ke Pengadilan Agama

kabupaten atau kota setempat. Dengan adanya Isbat Nikah ini, maka status

perkawinan menjadi jelas, baik dimata agama maupun dimata hukum.

14

Hasil Wawancara Pribadi dengan Ibu Dede Sukaisi, Pelaku Nikah Muda Desa Parakan

Muncang Bogor, (Selasa, 12 Mei 2015 pukul 14.30 Wib) di rumah Ibu Dede Sukaisi.

Page 83: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

70

Dasar hukum yang menyatakan bahwa permohonan Isbat Nikah menjadi

kewenangan Pengadilan Agama diatur dalam UU No 1 Th 1974 tentang

perkawinan. Pasal 49 ayat (2) butir 22 UU No.7 Th 1989 menjelaskan bagi

pernikahan yang tidak tercatat dapat dimintakan permohonan untuk diisbatkan

pernikahannya di Pengadilan Agama. Setelah melakukan Isbat Nikah, maka

secara otomatis pernikahan tersebut akan sah secara agama dan diakui juga

menurut ketentuan hukum negara.15

Lain halnya yang penulis temukan dilapangan berdasarkan dari hasil

wawancara kepada kepala KUA Agus Hasanudin Ketua KUA Desa Parakan

Muncang Bogor Kecamatan Nanggung. Beliau menjelaskan bahwa adanya

penundaan pencatatan perkawinan tersebut merupakan suatu solusi kebijakan

yang diambil oleh pihak KUA kepada pasangan muda yang menikah tanpa

meminta despensasi kepengadilan agama setempat. Dari data yang didapatkan

oleh penulis dari kantor KUA Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan

Nanggung ada hampir 1.600 (seribu enam ratus) jumlahnya kepala keluarga (KK)

pada masyarakat Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan Nanggung yang tidak

mempunyai buku nikah yang mana salah satunya bagi pasangan muda (di bawah

umur) yang tidak mencatatkan kembali perkawinannya.

Sedangkan pihak KUA telah mengajukan permohonan untuk di isbatkan

pernikahan mereka tersebut, bahkan dari pihak KUA juga sudah memanggil dari

pihak pengadilan untuk datang ke KUA agar dilakukannya isbat nikah bagi

mereka yang belum mempunyai buku nikah dan belum diakui perkawinannya

15

Asep Saepudin Jahar, Euis Nurlaelawati, dan Jaenal Arifin, Hukum Keluarga, Pidana

dan Bisnis (Kajian dalam Perundang-Undangan Indonesia, Fiqih, dan Hukum Internasional) ,

(Jakarta: Kencana, 2013), h. 57.

Page 84: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

71

menurut ketentuan negara, namun hal tersebut tidak ada tanggapan yang positif

yang diberikan oleh pihak Pengadilan Agama dan tidak terlaksana, sehingga pihak

KUA melakukan pencatatan ulang kembali bagi pasangan muda yang tidak

memenuhi persyaratannya, khususnya bagi mereka yang menikah muda (di bawah

umur) yang disebabkan berbagai faktor.16

Meskipun demikian pihak KUA Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan

Nanggung selalu menghimbau kepada masyarakat agar pasangan yang hendak

melakukan pekawinan untuk dapat memenuhi persyaratannya baik secara agama

maupun secara negara.

C. Akibat Penundaan Pencatatan Nikah Terhadap Pasangan Perkawinan

di Bawah Umur.

Penundaan pencatatan nikah muda (di bawah umur), meski secara agama

dianggap sah, namun perkawinan yang dilakukan diluar pengetahuan dan

pengawasan Pegawai Pencatat Nikah tidak memiliki kekuatan hukum yang tetap,

dianggap tidak sah dimata hukum negara, akibat hukum perkawinan tersebut

adalah berdampak negatif sangat merugikan bagi istri dan perempuan pada

umumnya.

Berdasarkan hasil wawancara penulis kepada pelaku nikah muda (di bawah

umur) Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan Nanggung, dengan adanya

penundaan pencatatan tersebut menimbulkan dampak negatif, Adapun dampak

16

Agus Hasanudin, Wawancara, Bogor, (Selasa, 12 Mei 2015 pukul 9.00 Wib)

Page 85: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

72

negatif yang dirasakan oleh pelaku nikah muda (di bawah umur) yang diantaranya

adalah:

a. Kegelisahan

Berhubung karna kami tidak memenuhi persyaratan dalam menikah

sehingga pencatatkan perkawinan kami terpaksa harus ditunda, tentu hal ini

sangat membuat kami gelisah karna perkawinan kami belum mendapat kekuatan

hukum yang pasti dan belum disahkan oleh negara walaupun hal itu disahkan oleh

agama.

Selain merasa gelisah kami juga dihantui rasa bersalah karena kami

merasa tinggal di negara yang taat hukum namun kami melanggar Undang-

Undang yang telah ditentuan oleh negara yaitu tidak memenuhi persyaratan

administratif pada saat melangsungkan perkawinan. Dilain hal kami merasa

khawatir jika hendak bepergian jauh karenakan jika ada suatu razia terhatap tuna

susila kami tidak dapat menunjukan bukti bahwa kami suami istri17

b. Sulitnya ber urusan dengan pemerintahan

Karna tertundanya pencatatan perawinan yang kami lakukan hal tersebut

membuat tekanan batin yang begitu dalam yang kami rasakan, sebab disaat ada

hal-hal yang berkenaan dengan urusan pemerintah seperti halnya untuk

pembuatan akta kelahiran anak yang terlahir sebelum dicatatkannya perawinan,

pembuatan Kartu Keluarga (KK) maka kami harus membawa Akta Nikah untuk

17

Siti Aisyah, Wawancara, Bogor, (Selasa, 12 Mei 2015 pukul 15 : 10 wib)

Page 86: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

73

membuatnya sedangkan kami belum mempunyai itu, tentu urusan kami sangat

dipersulit dalam memenuhi persyaratan birogarsi tersebut.18

Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) menyebutkan, tujuan dari pencatatan

nikah yang dilakukan di hadapan dan di bawah pengawasan Pegawai Pencatat

Nikah adalah untuk terjaminannya ketertiban perkawinan dan dengan tegas

menyatakan bahwa perkawinan yang tidak dicatatkan tidak mempunyai kekuatan

hukum.19

Berdasarkan hasil wawancara penulis kepada kepala KUA Agus Hasanudin

Ketua KUA Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan Nanggung, dengan adanya

penundaan pencatatan perkawinan tersebut menimbulkan akibat-akibat di

antaranya adalah:

a. Terhadap Istri

Wanita yang dinikahi secara sirri atau di bawah umur dianggap sebagai istri

yang tidak sah. Akibatnya istri tidak berhak atas nafkah dan warisan dari suami

jika terjadi perceraian hidup atau ditinggal mati. Selain itu, istri juga tidak berhak

atas harta bersama atau yang sering disebut dengan harta gono gini. Hal ini

disebabkan karena pernikahan tersebut dianggap tidak pernah terjadi. Penulis

memandang secara sosialpun hal itu akan membuat perempuan sulit bersosialisasi,

karena perkawaninan di bawah umur sering sekali dipandang sebagai akibat dari

hubungan gelap.

Akibatnya tentu akan merugikan hak-hak istri dan rentan untuk

dipermainkan oleh laki-laki yang tidak bertanggung jawab karena tidak memiliki

18

Siti Rodhiah, Wawancara, Bogor, (Selasa, 12 Mei 2015 pukul 13.00 Wib) 19

Khoiruddin Nasotion, Stataus Wanita di Asia Tenggara : Studi Terhadap Undang-

Undang Perkawinan Muslim Kontemporer di Indonesia dan Malayisa, (Jakarta: 2002), h. 149.

Page 87: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

74

kekuatan hukum untuk menggugat, mudah ditelantarkan, tidak diberi nafkah

dengan cukup dan tidak ada kepastian setatus dari suami.

b. Terhadap Anak

Anak-anak yang berasal dari hasil perkawinan yang tidak dicatatkan, maka

tidak dicatatkan pula secara hukum. Status anak yang dilahirkan dianggap sebagai

anak yang tidak sah. Akibatnya anak yang dilahirkan hanya mempunyai hubungan

perdata dengan ibu dan keluarga ibunya.

Selain itu, anak yang lahir dari perkawinan tidak tercatat, tidak akan

memperoleh akte kelahiran. Hal ini akan menyulitkan anak tersebut untuk

mendaftarkan diri pada sekolah negeri. Jika pun akta kelahiran itu dikeluarkan,

maka nama orang tua yang dicantumkan adalah nama ibunya, bukan nama

ayahnya.

Dampak negatif lainnya adalah anak tidak berhak atas biaya kehidupan dan

pendidikan. Secara sosial tentu hal ini tentu akan menimbulkan kerugian bagi

anak dan ibunya. Disisi lain, sang ayah bisa saja tidak mengakui atau bahkan

menyangkal anak tersebut sebagai anak kandungnya, kecuali jika siibu dapat

mengusahakan perkawinan yang sah.

c. Untuk Suami

Perkawinan yang tidak dicatatkan bisa dikatakan mengutungkan bagi suami.

Hal ini disebabkan karena suami bebas untuk menikah lagi. Selain itu, perceraian

pun mudah terjadi dan dilakukan oleh suami kepada istrinya.

Menurut dari penjelasan kepala KUA Bapak Agus Hasanudin selaku Ketua

KUA Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan Nanggung, dengan adanya

Page 88: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

75

penundaan pecatatan perkawinan tersebut sering kali perceraian berujung tidak

sampai di muka Pengadilan Agama, karena perkawinannya dianggap tidak sah

menurut Undang-Undang yang berlaku, namun perceraiannya hanya sampai

antara keluarga saja sehingga tidak sedikit perempuan yang masih kecil ditinggal

suaminya entah kemana tampa kabar dan menjadi janda.20

Agus Hasanudin menyatakan bahwa sering kali terjadi perceraian yang

tidak sampai pada pengadilan, karena perkawinan yang tidak sah menurut

Undang-Undang. Perceraian hanya samapai antara keluarga saja. Tidak sedikit

perempuan yang masih kecil ditinggal suaminya tanpa kabar dan menjadi janda.

Jadi perkawinan yang tidak dicatatkan hanya akan menguntungkan bagi suami,

akan tetapi sangat merugikan bagi istri.

D. Penyelesaain Penundaan Pencatatan Perkawinan di Bawah Umur.

Sebagaimana yang telah diketahui, bahwa perkawinan menurut Pasal 1

Undang-Undang Perkawinan adalah suatu ikatan lahir batin antara seorang laki-

laki dengan seorang perempuan untuk membentuk rumah tangga yang bahagia

dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Pernikahan adalah sebuah pilihan, pilihan hidup yang akan dilalui oleh

setiap orang, pilihan hidup untuk segera mengakhiri masa lajang atau gadis karena

sudah bertemu dengan orang yang dianggap cocok dan siap untuk menikah.

Menikah diusia yang masih muda terjadi pada masyarakat Desa Parakan Muncang

Bogor Kecamatan Nanggung sudah menjadi suatu tradisi turun-temurun.

20

Agus Hasanudin, Wawancara, Bogor, (Selasa, 12 Mei 2015 pukul 9.00 Wib)

Page 89: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

76

Praktek/proses perkawinan diusia muda (di bawah umur) yang dilakukan

oleh masyarakat Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan Nanggung sedikit

berbeda dari proses perkawinan pada umumnya. Dimana perbedaan tersebut

terletak pada proses pencatatan pernikahannya. Setiap pasangan yang menikah di

bawah umur perkawinannya tetap dilangsungkan oleh pihak KUA Desa Parakan

Muncang Bogor Kecamatan Nanggung, namun tidak mencatatkan secara resmi

pada saat itu, sehingga menjadikan perkawinan tersebut tidak sah menurut negara.

Proses pencatatan secara resmi ini akan dilakukan ketika pasangan muda (di

bawah umur) tersebut telah mencapai usia dewasa. Proses ini dilakukan dengan

tata cara memberitahukan kepada amil (penghulu) yang menikahkan pada saat itu,

kemudian amil (penghulu) mendatangi Kantor Urusan Agama (KUA) dengan

membawa persyaratan yang telah ditentukan beserta pasangan muda (di bawah

umur) yang menikah, wali, dan saksinya, namun perkawinannya tidak di ulang

kembali.

Pencatatan perkawinan memegang peranan yang sangat menentukan dalam

suatu perkawinan karena pencatatan perkawinan merupan suatu syarat diakui dan

tidaknya perkawinan seseorang oleh peraturan perundang-undangan, bila mana

suatu perkawinan tersebu ditunda pencatatannya, maka perkawinan tersebut

tentunya tidak mempunya kepastian hukum yang tetap.

Apabila suatu perawinan dilakukan secara sirri atau ditunda pencatatannya

di Kantor Urusan Agama (KUA) maka untuk mendapatkan kepastian hukum yang

tetap dan dapat diakui secara negara, perkawinannya tersebut harus melakukan

Isbat nikah kekantor urusan agama setempat.

Page 90: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

77

Lain halnya yang penulis temukan dilapangan berdasarkan dari hasil

wawancara kepada kepala KUA Agus Hasanudin Ketua KUA Desa Parakan

Muncang Bogor Kecamatan Nanggung, bagi pasangan muda (di bawah umur)

yang hendak melangsungkan pernikahannya seharusnya terlebih dahulu meminta

despensasi nikah ke Pengadilan Agama setempat untuk memberikan izin kepada

mereka pasangan muda (di bawah umur), namun kenyataanya mereka tidak

melakukan hal tersebut dengan alasan selain merasa sulit birokrasinya juga jauh

dari tempat pengadilan agama tersebut sehingga mereka lebih memilih untuk

menunda pencatatan perkawinan hingga mencapai usia dewasa yang telah

ditentukan menurut undang-undang.21

Disatu sisi seharusnya mereka yang tertunda pencatatan perkawinannya itu

melakukan isbat nikah kekantor urusan agama untuk mensahkan perkawinan

mereka secara negara, namun disini pihak KUA Desa Parakan Muncang malah

mencatatkan ulang kembali perkawinannya, bukan melakukan isbat nikah yang

telah ditenukan oleh negara, hal ini dilakukan sebagai langkah kebijakkan KUA

Desa Parakan Muncang untuk mengurangi jumlah masyarakat yang tidak

mempunyai buku nikah.

Apabila dilihat dari ranah fikih, praktek nikah di bawah umur yang hingga

kini masih menjadi fenomena, baik secara terang-terangan maupun sembunyi-

sembunyi hal ini tidak dapat dipisahkan dari suatu pemahaman masyarakat

terhadap teks-teks agama yang berisi anjuran untuk menikah dan keberadaan

kitab-kitab fikih klasik yang masih tetap menjadi bahan rujukan dan pedoman

21

Agus Hasanudin, Wawancara, Bogor, (Selasa, 12 Mei 2015 pukul 9.00 Wib)

Page 91: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

78

bagi sebahagian masyarakat Indonesia, terutama masyarakat pedesaan atau

pesantren yang sampai saat ini memegang kuat nilai-nilai tradisi dalam

lingkungannya.

Boleh jadi sikap masyarakat yang seperti itu menganggap bahwa Undang-

Undang Perkawinan bukan mewakili dari hukum Islam. Sedangkan ajaran kitab-

kitab fikih kelasik dipandang sebagai ajaran yang benar-benar islami dan harus

sepenuhnya diterapkan.22 Menurut pandangan penulis, jika memperhatikan

pandangan ahli fiqih mengenai pernikahan di bawah umur tentunya perkawinan

tersebut suatu hal yang kurang baik sebab hal itu banyak menimbulkan dampak

negatif bagi pasangan yang melakukan perkawinan tersebut khususnya bagi pihak

perempuan dimana seorang gadis maupun laki-laki mereka belum mampu untuk

melaksanakan kewajiban sebagai suami istri dalam kehidupan rumah tangga.

Sedangkan tujuan perkawinan adalah sebagai wujud untuk kemaslahatan atau

kebaikan semua pihak dan menghindari mudharat terhadap orang lain, oleh karena

itu pekawinan yang baik adalah tentunya terpenuhinya persyaratan yang telah

ditentukan baik secara Hukum Agama maupun Hukum Undang-Undang No 1 Th

1974 tentang Perkawinan.

22

Ibrahim Hoesen, Fiqih Perbandingan Masalah Perkawinan, (Jakarta: Pustaka Firdaus,

2003), h.73.

Page 92: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

80

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan.

Berdasarkan dari pemaparan dan pembahasan tentang Penundaan Pencatatan

Perkawinan di Bawah Umur di Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan Nanggung

pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Praktek/proses perkawinan diusia muda (di bawah umur) yang dilakukan oleh

masyarakat Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan Nanggung sedikit

berbeda dari proses perkawinan pada umumnya. Perbedaan tersebut terletak

pada proses pencatatan pernikahannya. Setiap pasangan yang menikah di bawah

umur perkawinannya tetap dilangsungkan oleh KUA Desa Parakan Muncang

Bogor Kecamatan Nanggung, namun tidak mencatatkan secara resmi pada saat

itu, sehingga menjadikan perkawinan tersebut tidak sah menurut negara. Proses

pencatatan secara resmi ini akan dilakukan ketika pasangan muda (di bawah

umur) tersebut telah mencapai usia dewasa.

2. Penundaan pencatatan perkawinan dibawah umur yang dilakukan oleh

masyarakat Parakan Muncang Bogor Kecamatan Nanggung disebabkan oleh

beberapa faktor, yaitu:

Page 93: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

81

a. Tidak terpenuhinya persyaratan, Bagi pasangan yang hendak

melaksanakan perkawinan tidak memenuhi persyaratan yang ada salah

satunya adalah masalah usia yang belum dewasa yaitu bagi mereka yang

belum berusia 16 (enam belas) tahun bagi perempuan dan 19 (sembilan

belas) tahun bagi laki-laki, yang hendak menikah namun tidak melalui

prosedur yang telah diatur oleh pemerintah seperti halnya melakukan

permohonan dispensasi nikah terlebih dahulu kepada Pengadilan Agama

setempat, melainan mereka langsung melakukan pernikahannya di

hadapan seorang amil (penghulu) KUA untuk menikahkannya. Selain itu

faktor lain adalah

b. Faktor Hambatan Adat dan Budaya.

c. Faktor Pendidikan

d. Faktor Perjodohan.

e. Faktor Agama atau Norma yang Dianut dan

f. Faktor Kebijakan

3. Problematika yang muncul akibat dari pasangan yang menunda pencatatan

perkawinan diantaranya:

a. Kegelisahan, karena perkawinan tersebut belum mendapat kekuatan

hukum yang pasti dan belum disahan oleh negara.

b. Sulitnya dalam berurusan dengan pemerintahan, karena jika ada hal-hal

yang berkenaan dengan urusan pemerintahan yang harus menyertakan

Page 94: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

82

akta nikah, namun tidak bisa menunjukannya maka urusannya menjadi

dipersulit.

c. Istri tidak mendapatkan nafkah ketika terjadi perceraian

d. Setatus anak yang dilahirkan dianggap sebagai anak tidak sah, sehingga

tidak berhak atas biaya kehidupan dan pendidikan.

e. Suami sering mengucapkan kata talak terhadap istri.

B. Saran.

Dalam hal menanggulangi banyaknya terjadi perkawinan muda (dibawah umur

sehingga terjadi penundaan pencatatan perkawinan mereka maka penulis memberikan

saran-saran sebagai berikut:

1. Untuk para perempuan Desa Parakan Muncang Bogor Kecamatan Nanggung

khususnya, dan untuk semua perempuan pada umumnya, agar tidak menikah

dalam usia yang masih muda, sehingga dapat memenuhi segala persyaratan

dalam melangsungkan pernikahan.

2. Karena kurang tahunya masyarakat tentang pentingnya pencatatan perkawinan

maka diharapkan kepada pemerintah, khususnya dari pihak Kantor Urusan

Agama (KUA) dan para tokoh masyarakat harus senantiasa mensosialisasikan

tentang pentingnya pencatatan perkawinan, baik melalui seminar-seminar,

khotbah jum’at, ceramah agama dan lain sebagainya, baik diselenggarakan

dibalai desa maupun di Kantor Urusan Agama (KUA).

Page 95: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

83

3. Alangkah baiknya antara masyarakat dengan pihak KUA dapat bekerja sama

agar bisa menerapkan Undang-Undang Perkawinan dalam pemerintahan

indonesia.

4. Bagi masyarakat untuk senantiasa peduli dengan setatus perkawinan, karena hal

tersebut berdampak bagi kelangsungan kehidupan anak cucunya dengan dengan

merasakan betapa pentingnya pencatatan perkawinan dan memiliki akta niah

sebagai bukti yang otentik dalam setiap urusan.

Page 96: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

84

DAFTAR PUSTAKA

Aditono, Siti Rahayu. Psikologi Perkembangan dan Bagian-bagiannya, Yogyakarta:

Gajah Mada Press, 1989.

Ali, Zainuddin. Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Media Grafika, 2007. Alshodiq, Mukhtar dan M. Zain. Membangun Keluarga Humanis Counter Legal

Draf KHI yang Kontoversial itu, Jakarta : Graha Cipta, 2005.

Arikunto, Suharsismi. Prosedor Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2002. Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. Hukum-Hukum Fiqih Islam, tinjau

antar mazhab, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2001.

Basyir, Ahmad Azhar. Hukum perkawinan Islam, Yogyaarta: UII Press, 1999. Buku Pedoman Nikah “Prosedur-pencatatan-perkawinan” diakses pada tanggal 3

Mei 2015 dari http:// http://gubuk hukum.blogspot.com.

Djalil, A. Basiq. Tebaran Pemikiran Keislaman di Tanah Gayo, Jakarta: Qalbun Salim, 2007.

Ghazali, Abdul Rahman. Fiqih Munakahat, Jakarta: Kencana Media Group, 2008.

Hadi, Sutrisno. metodogi Research,Yogyakarta: andi Offset, 1989. Hadikusuman, Helman. Hukum Perkawina Indonesia Menurut Perundangan, Hukum

Adat, Hukum Agama, Bandung: Mandar Maju, 1990.

Hasan, M. Ali. Pedoman Hidup Berumah Tangga dalam Islam, Jakarta: Prenada Media, 2003.

Hasanuddin, Perkawinan dalam Persefektif Al-Qur’an Nikah, Talak, Cerai, Ruju’, Jakarta: Nusantara Damai Press, 2011.

Hosen, Ibrahim. Fikih Perbandingan Masalah Perkawinan, jakarta : Pustaka

Firdaus, 2003.

Ibrahim, Johny. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang:

Bayumedia Pubhlishing, 2008.

Page 97: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

85

Karim, Helmi. Kedewasaan Untuk Menikah, Problematika Hukum Islam

Kontemporer, Jakarta: Pustaa Perdaus 1989. Kharlie, Tholabi Ahmad. Hukum Keluarga Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2013.

Manan, Abdul. Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta : Putra

Grafika, 2006. Mardani, Hukum Perkawinan di Dunia Islam Moderen, Yogyakarta: Graha Ilmu,

2011.

Meliala, S Djaja. Hukum Perdata dalam Persepektif BW, Bandung: Nuansa Aulia, 2012.

Mubarok, Jaih. Kaidah Fiqih, secarah kaidah-kaidah Azasi, Jakarta: PT. Gaja Grafindo Persada, 2002.

Muhammad, Husein. Fikih Perempuan, Refleksi Kyai atas wawancara Agama dan

Gender, Yogyakarta: LkiS, 2009.

Muhdlor, Zuhdi A. Memahami Hukum Perkawinan “Nikah, Talak, Cerai dan

Rujuk”, (Bandung: Al-Bayan, 2009. Nurddin, Amir dan Taringan, Azhari Akmal. Hukum Perdata Islam Di Indonesia,

Stadi Krisis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, Undang-Undang No 1/1974 sampai KHI, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2008.

Rafiq, Ahmad. Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010.

Shaleh, K. Wantjik. Hukum Perkawinan di Indonesia, Jaarta: Ghalia Indonesia, 1978.

Sholeh, Asrorun Ni’am. Fatwa—fatwa Masalah Pernikahan dan keluarga, Jakarta: Elsas, 2008.

Shomat, Abd. Hukum Islam, Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum Islam, Jakarta: Kencana, 2010.

Soekanto,Soerjono. PengantarPenelitianHukum, Jakarta: UI Press, 1984.

Sopyan, Yayan. Islam Negara, Tranformasi Hukum Perkawinan Islam dalam Hukum Nasional, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

Page 98: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

86

Subekti. Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Jakarta : PT Pradnya Paramita,

2006. Summa, Muhammad Amin. Himpunan Undang-Undang Perdata Islam dan

Peraturan Pelaksanaan Lainnya di Negara Hukum Indonesia, Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2004.

Summa, Muhammad Amin. Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2005.

Syarifuddin, Amir. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Antara Fiqih Munakahat

dan Undang-Undang Perkawinan, Jakarta: Pranada Media Kencana, 2007. Taringan, Azhari Akmal dan Amiur Nuruddin. Hukum Perdata Islam di Indonesia,

“Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih UU. No 1/1974 sampai KHI, (Jakarta; Kencana 2004.

Thalib, Syayuti. Hukum Kekeluargaan Islam, Jakarta: UI, 1974.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perawinan.

Wizaroh al-Auqafwa al-Syu’um al-Islamiyah. Al-Mausu’at Al- Fiqhiyyah, Kuwait: Wizaroh al Auqof wa al-Syu’un an-Islamiyah, 2002.

Yasin, M Nur. Hukum Perkawinan Islam Sasak, Yogyakarta: UIN-Malang, 2008.

Zain, M dan Alshodiq, Mukhtar. Membangun Keluarga Humanis Counter Legal Draf KHI yang Kontoversial itu, Jakarta: Graha Cipta, 2005.

Page 99: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

87

87

Page 100: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

88

Page 101: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

89

Page 102: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

90

Page 103: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

91

Page 104: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

92

PEDOMAN WAWANCARA

Pertanyaan Wawancara Kepala Kantor Urusan Agama (KUA)

1. Kapan KUA Parakan Muncang Bogor ini berdiri?

2. Selain menangani perkawinan, pelayanan apa sajakah yang dilakukan oleh KUA

kepada masyarakat?

3. bagaimanakah proses perkawinan yang dilakukan oleh masyarak Desa Parakan

Muncang Bogor?

4. Bagaimana pendapat bapak mengenai adanya perkawinan dibawah umur

khususnya yang ada di Parakan Muncang Bogor ini?

5. Menurut bapak bagaimana perkawinan di bawah umur itu, sah atau tidak?

6. Menurut bapak bagaimana kedudukan perkawinan tersebut di pandang dari sudut

hukum Islam dan hukum Positif?

7. Menurut bapak, jika dilihat dari berbagai kasus yang terjadi, apa sajakah yang

melatar belakangi terjadinya menikah di bawah umur?

8. Menurut bapak faktor-faktor apakah yang menyebabkan ditundanya pencatatan

perkawinan

9. Menurut Bapak apa problematika yang timbul akibat penundaan pencatatn

perkawinan itu?

10. Apakah KUA memiliki kebijakan sendiri dalam melaksanakan penundaan

pencatatan perkawinan

Page 105: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

93

11. berapakah biaya pencatatan perkawinan yang harus dibayar oleh pasangan yang

menikah?

12. Apakah dari pihak KAU pernah melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang

pentingnya pencatatan perkawinan dan pentingnya memiliki buku nikah?

Pertanyaan Wawancara Kepala Sekretaris Kantor Urusan Agama Parakan

Muncang Bogor Kantor Urusan Agama (KUA)

1. Bagaimana pendapat bapak mengenai perkawinan di bawah umur?

2. menurut bapak bagaimana hukumnya perkawinan di bawah umur itu, sah kah atau

tidak?

3. Apaka bapak tahu tentang UU Perkawinan?

4. menurut bapak bagaimana kedudukan perkawinan tersebut dipandang dari sudut

hukum Islam dan hukum Positif?

5. Mengapa masih banyak saja orang yang melakukan perkawinan dibawah umur,

faktor-faktor apakah yang melatar belakangi mereka sehingga melakukan

perkawinan dibawah umur?

6. apakah masyarakat Desa Parakan Muncang Bogor tahu tentang pentingnya

pencatatan perkawinan dan memiliki buku nikah?

7. Pernahkah dari pihak Desa bekerja sama dengan pihak KUA dalam

mensosialisasikan tentang pentingnya pencatatan perkawinan dan memiliki buku

nikah?

8. Menurut bapak faktor-faktor apakah yang menyebabkan ditundanya pencatatan

perkawinan tersebut?

Page 106: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

94

9. Kebijakan apakah yang diberikan oleh KUA bagi mereka yang ingin yang

menikah di bawah umur?

Pertanyaan Wawancara Amil/Penghulu Desa Parakan Muncang Bogor

1. Bagaimana pendapat bapak mengenai perkawinan di bawah umur?

2. menurut bapak bagaimana hukumnya perkawinan di bawah umur itu, sah kah

atau tidak?

3. Apaka bapak tahu tentang UU Perkawinan?

4. menurut bapak bagaimana kedudukan perkawinan tersebut dipandang dari

sudut hukum Islam dan hukum Positif?

5. Mengapa masih banyak saja orang yang melakukan perkawinan dibawah

umur, faktor-faktor apakah yang melatar belakangi mereka sehingga

melakukan perkawinan dibawah umur?

6. apakah masyarakat Desa Parakan Muncang Bogor tahu tentang pentingnya

pencatatan perkawinan dan memiliki buku nikah?

7. Pernahkah dari pihak Desa bekerja sama dengan pihak KUA dalam

mensosialisasikan tentang pentingnya pencatatan perkawinan dan memiliki

buku nikah?

8. Apakah ada solusi yang diberikan oleh pihak KUA bagi mereka yang terlanjur

menikah dibawah umur dan tidak memiliki akta nikah?

Page 107: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

95

Pertanyaan Wawancara Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama Desa Parakan

Muncang Bogor

1. Menurut pendapat bapak bagaimana mengenai perkawinan dibawah umur,

apakah perkawinan itu sah atau tidak?

2. Apaka bapak tahu tentang UU Perkawinan?

3. Bagaimana kedudukan perkawinan di bawah umur tersebut di pandang dari

sudut hukum Islam dan hukum Positif yang bapak ketahui?

4. apakah bapak tahu faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat melakukan

pernikahan di bawah umur?

5. Apakah bapak tahu berapa biaya pencatatan perkawinan menurut undang-

undang perkawinan?

6. Apakah masyarakat tahu tentang pentingnya pencatatn perkawinan dan

memiliki buku nikah?

7. bagaimana pandangan masyarakat terhadap mereka yang melakukan

perkawinan dibawah umur?

Pertanyaan Wawancara Pelaku Perkawinan di Bawah Umur Desa Parakan

Muncang Bogor

1. Anda anak keberapa dari berapa saudara?

2. Apakah pendidikan terahir anda?

3. Pada usia berapakah anda menikah?

4. Apakah sebabnya anda melakukan perkawinan dibawah umur?

Page 108: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

96

5. Apakah dalam perkawinan anda terdapat paksaan dari orang tua atau yang

lainya?

6. Dimanakah pernikahan anda dilangsungkan?

7. Apakah ketika anda menikah anda melakukan pemberitahuan kepada KUA?

8. Syarat-syarat apa sajakah yang harus anda penuhi ketika memberitahukan

menikah kepada amil/KUA?

9. siapa sajakah yang menjadi saksi dan menghadiri perkawinan anda?

10. Apakah setelah anda menikah anda mendapatkan buku nikah?

11. Kapan anda diberi atau mendapatkan buku nikah tersebut?

12. Bagaimana prosedur anda untuk mendapatkan buku nikah?

13. sudah seberapa lama anda menikah?

14. Bagaimana keadaan rumah tangga anda sekarang?

15. Apakah dampak akibat yang anda rasakan ketika perkawinan anda ditunda

atau belum dicatatkannya dan belum memiliki buku nikah

16. Apakah anda tahu mengenai UU Perkawinan?

17. apakah perkawinan anda tercatat dan memiliki akta nikah?

18. Setahu anda Pernahkah dari pihak Desa bekerja sama dengan pihak KUA

dalam mensosialisasikan/penyuluhan tentang pentingnya pencatatan

perkawinan dan memiliki buku nikah di daerah ini?

19. Apakah anda tahu berapa biaya pencatatan perkawinan menurut undang-

undang?

20. Bagaimana pandangan masyarakat lingkungan dan sekitarnya terhadap

perkawinan yang anda lakukan?

Page 109: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

97

HASIL WAWANCARA

Nama : Agus Hasanudin, S.Hi

Jabatan : Kepala Kantor Urusan Agama Parakan Muncang Bogor

Tempat : Kantor Urusan Agama Parakan Muncang Bogor

Waktu : 12 Mei 2015

Pukul : 9.00 WIB

.............................................................................................................................................

1. Kapan KUA Parakan Muncang Bogor ini berdiri?

Kantor Urusan Agama Parakan Muncang Bogor ini berdiri sejak tahun 1982,

sesudah kemerdekaan.

2. Selain menangani perkawinan, pelayanan apa sajakah yang dilakukan oleh

KUA kepada masyarakat?

Selain mengurusi masalah perkawinan, Kantor Urusan Agama Parakan Muncang

Bogor, juga mengurusi masalah tentang wakaf, zakat, kemesjidtan, pengajian

rutin bulanan, dan manasiq haji dan lainnya

3. bagaimanakah proses perkawinan yang dilakukan oleh masyarak Desa

Parakan Muncang Bogor?

yaitu pertama dilakukannya pendaftaran lalu pendatataan, setelah itu memeriksa

kelengkapannya sudah terpenuhikah, lalu diadakanlah pembinaan N4 lalu kita

reset ulang antara data dengan yang sebenarnya dengan dihadirkannya pengantin

dan dicocokan dengan data N1, N2, N3, N4 betul ga tanggal lahirnya, tempat

tinggalnya dan identitasnya serta walinya, lalu ditentukanlah jadwal hari H nya

Page 110: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

98

pernikahan itu dengan tenggang waktu 11 hari kerja. Sebelum diadakannya

pernikahan diadakannya dulu pembinaan itu kalau usianya mencukupi laki-laki 19

tahun dan perempuan 16 tahun. Namun jika usianya kurang dari pada 16 tahun

bagi perempuan dan 19 tahun bagi laki-laki pernikahannya tetap kami laksanakan

namun untuk pencatatannya kami pending dahulu sampai usianya mencukupi,

setelah usianya mencukupi maka kami meminta pihak pengantin atau yang

bersangkutan untuk datang membawa wali dan saksi untuk pencatatan nikah dan

pemberian buku akta nikah yang saat itu harus ditanda tangani oleh pihak kedua

mempelai dan disaksikan oleh wali dan saksinya serta petugas pencatat nikah,

namun pernikahannya tidak di ulang hanya saja pencatatannya dilakukan pada

hari itu.

4. Bagaimana pendapat bapak mengenai adanya perkawinan dibawah umur

khususnya yang ada di Parakan Muncang Bogor ini?

Saya menanggapi hal itu suatu hal yang positif yang artinya itu suatu hal yang

baik karena didalam koredhor ketentuan islam secara syar’i baik dalam Al-qur’an

maupun Hadist tidak disebutkan secara jelas berapa batasan usia seseorang

asalkan dia baliq maka bolehlah untuk di nikahkan, dan kita ketahui jika mana

seseorng itu sudah ada jalur untuk dinikahkan dari pada mereka berbuat zina

maka tentulah sebaikanya di nikahkan, untuk itu berangkat dari hal ini saya selalu

tangani setiap pernikahan dibawah umur khususnya di desa parakan muncang

bogor ini walaupun secara Undang-Undang Perkawinan itu menyalahi dan

bertentangan, hal ini merupakan kebijakan yang saya lakukan untuk masyakat

dalam mengurangi kemaksiatan khususnya perzinahan walaupun hal ini tidak ada

Page 111: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

99

ketentuannya dalam Undang-Undang, namun saya rasa ini merupakan anjuran

dalam Islam.

5. Menurut bapak bagaimana perkawinan di bawah umur itu, sah atau tidak?

Menurut saya secara agama itu sah karena rukun dan syaratnya sudah terpenuhi

semua, dan adapun usia dibawah umur yang ditentukan menurut Undang-Undang

itu bukan merupakan rukun dan syarat yg ada dalam Islam. Sedangkan menurut

Negara tentu hal itu tidak sah karena belum memenuhi batas usia minimal yang di

tentukan Undang-Undang Perkawinan.

6. Menurut bapak bagaimana kedudukan perkawinan tersebut di pandang

dari sudut hukum Islam dan hukum Positif?

Menurut hukum islam itu sah, asalkan terpenuhi rukun dan syaratnya, sedangkan

menurut hukum positif tentu tidak sah karena itu menyalahi aturan hukum

Undanng-Undang No 1 tahun 1974 tentang Perkawinan yang di buat oleh negara

yang mana dalam pasal 2 disebutkan bahwa “setiap perkawinan harus dicatatkan”

7. Menurut bapak, jika dilihat dari berbagai kasus yang terjadi, apa sajakah

yang melatar belakangi terjadinya menikah di bawah umur?

Banyak faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat menikahkan anaknya di

bawah umur, pertama adalah dari pihak orang tua yang mana disini rata-rata

orang tuanya beragama islam dan kuat agamanya, dan mereka takut menyimpang

dari khoridor norma-norma agama di luar ketentuan Islam maka lebih baik dia

menikahkan anaknya itu walaupun masih di bawah umur yang ditentukan oleh

Undang-Undang Perkawinan, selain itu juga ada faktor lingkungan yang mana

untuk menyelamatkan setatus sosial wilayah lingkunganya

Page 112: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

100

8. Menurut bapak faktor-faktor apakah yang menyebabkan ditundanya

pencatatan perkawinan?

Karena usianya kurang 16 tahun bagi perempuan dan 19 tahun bagi laki-laki yang

mana tidak memenuhi batasan usia yang di tentukan di dalam Undang-Undang

Perkawinan. Selain itu tidak terpenuhinya persyaratannya baik persyaratan

Materil maupun persyaratan Formil seperti identitasnya kurang jelas, walinya

kurang jelas sedangkan dia sudah harus dinikahkan karena ada sebab sesuatu.

Selain itu hal ini kami lakukan sebagai kebijakan untuk mengatasi masyarak kami

yang mana hampir seribu enam ratus (1.600) tidak mempunyai buku nikah,

sedangkan kami sudah mengajukan untuk isbat nikah, bahkan memanggil untuk

datang ke KUA kami namun hingga sekarang tidak ada tanggapan yang positif,

sehingga kami melakukan pencatatan ulang kembali bagi pasangan yang tidak

memenuhi persyaratannya. Selain dua hal itu juga karena faktor ekonomi, tidak

dapat membanyar biaya pencatatan nikah. Kurang sadarnya masyarakat

terhadapap pentingnya memiliki buku nikah yang biasanya setelah ada hal

kesulitan dalam hal urusan kenegaraan baru mendatangi KUA untuk di catatkan

pernikahannya.

9. Menurut Bapak apa problematika yang timbul akibat penundaan pencatatn

perkawinan itu?

Yaitu berdampak pada kelahiran anaknya, dimana untuk pembuatan akta

kelahirannya mengalami kesulitan kareana belum tercatat penikahannya, selain itu

juga berdampak pada mudahnya perceraian yang sering sekali terjadi, perceraian

tidak sampai di muka pengadilan namun hanya sampai antara keluarga saja

Page 113: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

101

sehingga tidak sedikit perempuan yang masih kecil ditinggal suaminya entah

kemana tampa kabar dan menjadi janda, selain hal diatas juga berdampak pada

harta bersama, kewarisan karena ditundanya pencatatan pernikahan itu, disamping

itu kami juga pihak KUA merasa takut terjerat Undang-Undang Pidana karena

menyalahi aturan pemerintah dalam melakukan praktek hal tersebut namun dirasa

hal ini sangat penting buat kemaslahatan masyarakat maka kami lakukan hal

kebijakan tersebut buat menyelamatkan masyarakat yang khususnya Desa

Parakan Muncang Bogor ini.

10. Apakah KUA memiliki kebijakan sendiri dalam melaksanakan penundaan

pencatatan perkawinan?

Ia kami memiliki kebijakan sendiri dalam melakukan penundaan pencatatan ini

karena disebabkan untuk melindungi masyarak kami yang mana hampir 1.600

kepala keluarga (KK) yang sudah di data tidak memiliki buku nikah yang mana

sudah lama hal ini kami ajukan kepada pemerintah untuk di isbatkan namun

hingga sampai saat ini belum di peroses sama sekali, bahkan kami juga sudah

melakukan jalan lain untuk melakukan isbat nikah tersebut dengan mendatangi

Kantor Pengadilan diundang isbatnya oleh KUA yang mana pelaksaanaannya di

Kantor Urusan Agama di Parakan Muncang Bogor ini,dan siap dengan

membanyar biaya isbat tersebut namun pada kenyataannya sampai saat ini belum

ditanggapi dan belum ada pihak pengadilan yang mau melaksanakannya, maka

agar tidak semakin banyak mereka yang tidak memiliki buku nikah khususnya

mereka yang menikah di bawah umur dan tidak memenuhi perlengkapan

persyaratannya maka kami tunda dan kami lakukan pencatatan ulang

Page 114: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

102

pernikahannya setelah mereka mencapai usia yang ditentuka Undang-Undang

Perkawinan dengan melengkapi persyaratannya dan menghadirkan saksi dan

walinya, bukan melakukan isbat nikah lagi.

11. berapakah biaya pencatatan perkawinan yang harus dibayar oleh pasangan

yang menikah?

Untuk biaya pencatatan perkawinan yang harus di bayar oleh pasangan yang

menikah itu erkisar sebesar Rp. 500 - Rp. 700.000 ribu, dan kalau jauh bisa

bertambah ongkosnya buat tranfortasi. Dan uang itu di setorkan melalui bank

BNI, BTPN, BRI dan Mandiri.

12. Apakah dari pihak KAU pernah melakukan sosialisasi kepada masyarakat

tentang pentingnya pencatatan perkawinan dan pentingnya memiliki buku

nikah?

Ia, bahkan kami selalu mengadakan pengajian 3 bulan sekali dengan mengundang

tokoh-tokoh masyarakat, alim ulama, amil dan ibu-ibu pengajian dan pejabat

lainya disitulah kami menyampaikan sosialisasinya, namun hal ini tetap saja tidak

menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk lebih memahami Undang-Undang

Perkawinan dan masih banya banyak yang tidak mencatatkan perkawinannya.

Page 115: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

103

HASIL WAWANCARA

Nama : Anwar Sajili, S.Ag

Jabatan : Sekretaris Kantor Urusan Agama Parakan Muncang Bogor

Tempat : Kantor Urusan Agama Parakan Muncang Bogor

Waktu : 12 Mei 2015

Pukul : 9.15 WIB

.............................................................................................................................................

1. Bagaimana pendapat bapak mengenai perkawinan di bawah umur?

Menurut saya pribadi perkawinan di bawah umur itu sah-sah saja menurut

agama sebagaimana perkawinan pada umumnya jika memang rukun dan

syaratnya sudah terpenuhi secara Islam.

2. menurut bapak bagaimana hukumnya perkawinan di bawah umur itu,

sah kah atau tidak?

Menurut saya pribadi hukumnya itu tergantung bisa saja sah bisa juga tidak

karena banyak perbedaan pendapat dikalangan ulama tentang hal itu, namun

secara negara tentulah tidak karena tidak memenuhi persyaratannya.

3. Apaka bapak tahu tentang UU Perkawinan?

Ia saya tahu dan saya paham karna saya bekerja di bidang itu.

4. menurut bapak bagaimana kedudukan perkawinan tersebut dipandang

dari sudut hukum Islam dan hukum Positif?

Menurut saya pribadi tergantung niatnya dan hal itu tentu kurang baik, karena

anak tersebut masih labil jiwanya mudah terpengaruh tapi yang namanya

Page 116: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

104

jodoh apa boleh buat, akan tetapi menurut hukum Islam kalau rukun dan

syaratnya sudah terpenuhi tentulah sah-sah saja, namun jika dipandang dari

sudut hukum positif tentu tidak sah karena pernikahannya tidak tercatat, yang

membedakannya menurut saya itu pada pencatatannya saja kalau dalam islam

tidak ada aturan secara jelas harus ada pencatatan perkawinan itu, namun

dalam negara sudah di atur secara jelas mengenai pencatatan itu dalam

Undang-Undang Perkawinan bahwa “ setiap perkawinan harus di catatkan”.

5. Mengapa masih banyak saja orang yang melakukan perkawinan

dibawah umur, faktor-faktor apakah yang melatar belakangi mereka

sehingga melakukan perkawinan dibawah umur?

Faktor yang paling dominan adalah faktor pendidikan yang sangat rendah

sekali, faktor ekonomi, lingkungan yang hal itu sudah biasa serta pergaulan

bebas

Menurut pengamatan saya banyak sekali fakto-faktor penyebabnya

diantaranya itu

6. apakah masyarakat Desa Parakan Muncang Bogor tahu tentang

pentingnya pencatatan perkawinan dan memiliki buku nikah?

yang saya amati hingga sampai saat ini masih banyak yang belum begitu

mengerti dan memahami tentang hal tersebut meskipun kita selalu

menyampaikan sosialisasi pada mereka saat sebelum pelaksanaan pernikahan,

namun ada juga yang sudah memahami khususnya masyarakat yang

berpendidikan tinggi namun hanya sedikit.

Page 117: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

105

7. Pernahkah dari pihak Desa bekerja sama dengan pihak KUA dalam

mensosialisasikan tentang pentingnya pencatatan perkawinan dan

memiliki buku nikah?

Pernah yaitu setiap 3 bulan sekali dengan mengundang tokoh-tokoh

masyarakat, alim ulama dan lainya.

8. Menurut bapak faktor-faktor apakah yang menyebabkan ditundanya

pencatatan perkawinan tersebut?

Faktor penyebabnya adalah Kurang memenuhi persyaratan secara Undang-

Undang yang telah ditentukan oleh negara baik persyaratan Materil maupun

persyaratan Formil.

9. Kebijakan apakah yang diberikan oleh KUA bagi mereka yang ingin

yang menikah di bawah umur?

Kebijakan yang kami lakukan yaitu kami tetap menikahkan bagi pasangan di

bawah umur yang hendak menikah walaupun itu bertentangan dengan

Undang-Undang No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, namun sebelum

dilaksanakan pernikahannya kami memberitahukan kepada pihak walinya dan

pihak pengantinnya ketika sampai usia yang di tentukan agar segera

melaporkan kembali dengan membawa persayaratan yang telah di tentukan

beserta wali dan saksinya untuk pencatatan nikahnya, jadi pencatatannya kami

pending dulu sampai mereka dewasa, dan pernikahannya tetap akan di

laksanakan hanya saja pencatatannya yang di tunda dan pemberian buku

nikah. Dan hal ini memang dilema bagi kami tidak kami laksanakan

penikahanya dan berikan pencatatannya maka semakin banyak masyarakat

Page 118: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

106

warga kami yang tidak tercatat dan memiliki buku nikah, kami laksanakan hal

ini bertentangan dengan Undang-Undang Perkawinan. Namun dirasa ini untuk

memaslahatan maka kami rasa bijak lah apa yang kami lakukan untuk wilayah

kami.

Page 119: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

107

HASIL WAWANCARA

Nama : Asnawi

Jabatan : Amil/Penghulu Parakan Muncang Bogor

Tempat : Di Rumah Beliau

Waktu : 12 Mei 2015

Pukul : 9.00 WIB

.............................................................................................................................................

9. Bagaimana pendapat bapak mengenai perkawinan di bawah umur?

Perkawinan di bawah umur adalah perkawinan yang belum mencukupi batas usia

yang telah di tentukan oleh Undang-Undang Perkawinan, dan menurut saya itu

suatu perkawinan yang tidak efektif.

10. menurut bapak bagaimana hukumnya perkawinan di bawah umur itu, sah

kah atau tidak?

Kalau untuk hukum pernikahannya menurut saya tentulah itu sah kalau emang

rukun dan syaratnya udah terpenuhin semua.

11. Apaka bapak tahu tentang UU Perkawinan?

Sebagai Amil yang diangkat oleh masyarakat sedikit banyak saya mengerti dan

paham tentang Undang-Undang Perkawinan, namun kalau di tanya mengenai pasal-

pasalnya saya kurang tau.

12. menurut bapak bagaimana kedudukan perkawinan tersebut dipandang dari

sudut hukum Islam dan hukum Positif?

Page 120: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

108

Menurut saya kalau dipandang dari sudut hukum Islam saya rasa itu sah-sah saja,

karna setau saya dalam Islam tidak ada batasan orang untuk menikah asalkan dia

baliq dan sehat akal itu boleh dan sah untuk menikah selama rukun dan syaratnya

juga terpenuhi seperti adanya calon pengantin, adanya wali, adanya saksi dan

adanya mahar. Sedangkan kalau di pandang dari sudut hukum positif setau saya itu

tidak sah karna usianya belum cukup dan belum boleh di nikahkan.

13. Mengapa masih banyak saja orang yang melakukan perkawinan dibawah

umur, faktor-faktor apakah yang melatar belakangi mereka sehingga

melakukan perkawinan dibawah umur?

Karena pergaulan bebas, kurangnya pengawasan orang tua terhadap anak-anak

mereka khususnya anak-anak perempuan sehingga sering terjadi kecelakaan atau

yang sering di sebut (hamil diluar nikah). Selain itu juga adanya perjodohan dari

orang tua, rendahnya pendidikan, kurangnya sosialisasi KUA pada masyarakat.

14. apakah masyarakat Desa Parakan Muncang Bogor tahu tentang pentingnya

pencatatan perkawinan dan memiliki buku nikah?

Sebenarnya mereka tahu, Cuma hanya sedikit yang menyadari arti pentingnya

memiliki buku nikah, bahkan ada yang sama sekali tidak perduli terhadap

pencatatan dan memiliki buku nikah sehingga yang saya tau banyak mereka yang

menikahkan anak-anaknya di bawah tangan baik yang cukup umur maupun yang di

bawah umur.

15. Pernahkah dari pihak Desa bekerja sama dengan pihak KUA dalam

mensosialisasikan tentang pentingnya pencatatan perkawinan dan memiliki

buku nikah?

Page 121: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

109

Setahu saya pernah sech cuma hanya dilakukan di balai desa saja dengan

mengundang tokoh-tokoh masyarakat dan itu pun jarang, namun yang saya amati

itu kurang efektif sebab pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang tidak

tau dan tidak mengerti terhadap hukum perkawinan.

Page 122: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

110

HASIL WAWANCARA

Nama : H. Bajri

Jabatan : Kiayi/Tokoh Msyarakat

Tempat : Di Rumah Beliau

Waktu : 12 Mei 2015

Pukul : 11.30 WIB

.............................................................................................................................................

1. Menurut pendapat bapak bagaimana mengenai perkawinan dibawah

umur, apakah perkawinan itu sah atau tidak?

Perkawinan dibawah umur itu perkawinan yang sah, asalkan secara agama

pihak yang hendak menikah itu sudah baliq, akalnya sehat dan suka-sama

suka, dalam Islam kan baik dalam al-Quran maupun Hadist tidak

menyebutkan secara rinci dan jelas batasan usia menikah asal dia sudah baliq

maka boleh, pernikahan di bawah umur itu kan hanya suatu istilah dalam

Undang-Undang perkawinan

2. Apaka bapak tahu tentang UU Perkawinan?

saya tidak begitu mengerti dan paham terhadap Undang-Undang Perkawinan

3. Bagaimana kedudukan perkawinan di bawah umur tersebut di pandang

dari sudut hukum Islam dan hukum Positif yang bapak ketahui?

Menurut hukum Islam ya sudah pasti sah, karna sudah terpenuhi rukun dan

syaratnya, sedangkan menurut hukum positif itu tidak sah karena

perkawinannya tidak terpenuhi persyaratannya

Page 123: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

111

4. apakah bapak tahu faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat

melakukan pernikahan di bawah umur?

Yang banyak itu rendanya suatu pendidikan pada mereka, pergaulan bebas,

dan faktor ekonomi dan beda faham agama.

5. Apakah bapak tahu berapa biaya pencatatan perkawinan menurut

Undang-Undang Perkawinan?

Yang saya tau kalau kita langsung datang ke KUA nya itu sebesar Rp.500.000

ribu, kalau kerumah bisa mencapai Rp. 700 – 900 ratus ribu, itu katanya

tambahan buat biaya tranportasi.

6. Apakah masyarakat tahu tentang pentingnya pencatatn perkawinan dan

memiliki buku nikah?

Hanya sebahagian beberapa masyarakat saja yang tahu akan pentingnya

pencatatan perkawinan dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan dan

kurangnya sosialisasi KUA terhadap masyarakat.

7. bagaimana pandangan masyarakat terhadap mereka yang melakukan

perkawinan dibawah umur?

Masyarakat memandangnya biasa saja, tidak ada hal yang aneh, sebab

pernikahan di bahawah umur itu suatu hal yang wajar menurut mereka,

bahkan hal tersebut sudah menjadi suatu adat tradisi, yang mana jika ada anak

mereka yang telat menikah hingga usianya mencapai 20 tahun keatas itu

menjadi aib cemoohan tetangga sebab menjadi sebutan punya anak gadis ga

laku dan menjadi perawan tua.

Page 124: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

112

HASIL WAWANCARA

Nama : Dede Sukaisih

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tempat : Di Rumah Ibu Dede Sukaisih

Waktu : 12 Mei 2015

Pukul : 14.30 WIB

.............................................................................................................................................

1. Anda anak keberapa dari berapa saudara?

Saya anak ke 3 (tiga) dari 4 (empat) saudara

2. Apakah pendidikan terahir anda?

Saya hanya tamatan SD

3. Pada usia berapakah anda menikah?

Saya menikah pada waktu itu usianya hampir 15 tahun

4. Apakah sebabnya anda melakukan perkawinan dibawah umur?

Karena kami sama-sama cinta dan kami sering jalan bareng, dan orang tua

kami khawatir terjerumus pergaulan bebas maka kami menikah

5. Apakah dalam perkawinan anda terdapat paksaan dari orang tua atau

yang lainya?

Tidak ada paksaan dari manapun, malah di dukung biar cepat-cepat nikah,

dari pada jadi perawan tua kan lebih baik menikah muda kata orang tua .

6. Dimanakah pernikahan anda dilangsungkan?

Pernikahan kami di langsungkan dirumah kami sendiri

Page 125: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

113

7. Apakah ketika anda menikah anda melakukan pemberitahuan kepada

KUA?

Ia orang tua kami yang memberitahukan dan melaporkannya

8. Syarat-syarat apa sajakah yang harus anda penuhi ketika

memberitahukan menikah kepada amil/KUA?

Surat Keterangan Setatus (N1), Surat Keterangan Tempat Tinggal (N2), KTP,

KK, AKTA LAHIR, Pas Foto Warna 2X3= 4 Lembar, 3X6= 4 Lembar

9. siapa sajakah yang menjadi saksi dan menghadiri perkawinan anda?

Tetangga dan sodara dekat

10. Apakah setelah anda menikah anda mendapatkan buku nikah?

Belum mendapatkan buku nikah

11. Kapan anda diberi atau mendapatkan buku nikah tersebut?

Saya mendapatkan buku nikah setelah satu tahun kemudian

12. Bagaimana prosedur anda untuk mendapatkan buku nikah?

Yaitu amil memanggil amil terus amil membawa kami suami istri beserta

orang tua kami wali dan saksi pernikahan ke KUA untuk mencatatkan

pernikahan kami. Lalu KUA mencatatkannya dan kami menanda tangani akta

nikah dan di berilah kami akta nikah, begitulah prosedurnya.

13. sudah seberapa lama anda menikah?

Kami menikah sudah 2 tahun lamanya.

14. Bagaimana keadaan rumah tangga anda sekarang?

Alahamdullah keluarga kami baik-baik saja, hanya saja kehidupan rumah

tangga kami ekonominya pas-pasan.

Page 126: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

114

15. Apakah dampak akibat yang anda rasakan ketika perkawinan anda

ditunda atau belum dicatatkannya dan memiliki buku nikah?

Yang saya rasakan yaitu saya belum bisa membuat akte kelahiran buat anak

saya, jadi terpaksa menunggu sampai perkawinan kami dicatatkan di KUA,

selain itu terkadang saya juga merasa takut sewaktu-waktu suami

meninggalkan saya, sebab kata orang saya tidak bisa menggugat perceraian,

oleh karna itu setiap kali suami marah saya hanya diam.

16. Apakah anda tahu mengenai UU Perkawinan?

saya tidak tahu dan tidak mengerti mengenai Undang-Undang Perkawinan

17. apakah perkawinan anda tercatat dan memiliki akta nikah?

Sekarang ia tercatat dan memiliki akta nikah

18. Setahu anda Pernahkah dari pihak Desa bekerja sama dengan pihak

KUA dalam mensosialisasikan/penyuluhan tentang pentingnya

pencatatan perkawinan dan memiliki buku nikah di daerah ini?

Pernah, tapi itu tempatnya jauh di balai desa dan saya tidak pernah datang saat

sosialisasi itu.

19. Apakah anda tahu berapa biaya pencatatan perkawinan menurut

undang-undang?

saya kurang tahu, tapi kata orang tua saya itu sebesar Rp. 500.000 (lima ratus

ribu)

20. Bagaimana pandangan masyarakat lingkungan dan sekitarnya terhadap

perkawinan yang anda lakukan?

Page 127: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

115

Biasa saja bukan hal yang aneh, sebab rata-rata perempuan disini seumuran

saya pada menikah, kalau tidak menikah malu sendiri di bilang perawan tua

tak laku.

Page 128: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

116

Page 129: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

117

HASIL WAWANCARA

Nama : Siti Aisyah

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tempat : Di Rumah Ibu Dede Sukaisih

Waktu : 12 Mei 2015

Pukul : 14.30 WIB

.............................................................................................................................................

1. Anda anak keberapa dari berapa saudara?

Saya anak ke 4 (empat) dari 6 (enam) saudara

2. Apakah pendidikan terahir anda?

tamatan SD

3. Pada usia berapakah anda menikah?

Saya menikah pada waktu itu usianya hampir 15 tahun

4. Apakah sebabnya anda melakukan perkawinan dibawah umur?

Udah jodohnya sampai, dan di jodohin juga sama orang tua

5. Apakah dalam perkawinan anda terdapat paksaan dari orang tua atau

yang lainya?

Tidak sama sekali ada paksaan dari manapun, malah di dukung biar cepat-

cepat nikah, dan saya ga mau jdi perawan tua jadi perawan tua.

6. Dimanakah pernikahan anda dilangsungkan?

Pernikahan kami di langsungkan di Kantor Urusan Agama (KUA)

Page 130: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

118

7. Apakah ketika anda menikah anda melakukan pemberitahuan kepada

KUA?

Ia orang tua kami yang memberitahukan dan melaporkannya

8. Syarat-syarat apa sajakah yang harus anda penuhi ketika

memberitahukan menikah kepada amil/KUA?

Surat Keterangan Setatus (N1), Surat Keterangan Tempat Tinggal (N2), KTP,

KK, AKTA LAHIR, Pas Foto Warna 2X3= 4 Lembar, 3X6= 4 Lembar

9. siapa sajakah yang menjadi saksi dan menghadiri perkawinan anda?

Tetangga dan sodara dekat

10. Apakah setelah anda menikah anda mendapatkan buku nikah?

Belum mendapatkan buku nikah

11. Kapan anda diberi atau mendapatkan buku nikah tersebut?

Saya mendapatkan buku nikah setelah satu tahun kemudian

12. Bagaimana prosedur anda untuk mendapatkan buku nikah?

Amil (penghulu) yang menikahkan kami waktu itu memanggil terus

membawa kami suami istri beserta orang tua kami wali dan saksi pernikahan

ke KUA untuk mencatatkan pernikahan kami. Lalu KUA mencatatkannya dan

kami menanda tangani akta nikah dan di berilah kami akta nikah, begitulah

prosedurnya.

13. sudah seberapa lama anda menikah?

Kami menikah sudah 3 tahun lamanya.

14. Bagaimana keadaan rumah tangga anda sekarang?

Page 131: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

119

Alahamdullah keluarga kami baik-baik saja, Cuma emang terkadang susah ke

uangan, namun buat kami sudah biasa..

15. Apakah dampak akibat yang anda rasakan ketika perkawinan anda

ditunda atau belum dicatatkannya dan memiliki buku nikah?

Terkadang merasa bersalah tidak mematuhi peraturan pemerintah yang ada,

sehingga sulit dalam berurusaan yang bersangkutan dengan harus

menyertakan buku nikah, sedangkan kami waktu itu belum punya.

16. Apakah anda tahu mengenai UU Perkawinan?

saya hanya sedikit tahu dan tidak mengerti mengenai Undang-Undang

Perkawinan

17. apakah perkawinan anda tercatat dan memiliki akta nikah?

Sekarang ia tercatat dan memiliki akta nikah

18. Setahu anda Pernahkah dari pihak Desa bekerja sama dengan pihak

KUA dalam mensosialisasikan/penyuluhan tentang pentingnya

pencatatan perkawinan dan memiliki buku nikah di daerah ini?

Pernah, tapi itu tempatnya jauh di balai desa dan saya tidak pernah datang saat

sosialisasi itu karna saya pikir itu ga penting.

19. Apakah anda tahu berapa biaya pencatatan perkawinan menurut

undang-undang?

tidak tahu, tapi orang tua saya bilang itu sebesar Rp. 600.000 (enam ratus

ribu)

20. Bagaimana pandangan masyarakat lingkungan dan sekitarnya terhadap

perkawinan yang anda lakukan?

Page 132: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

120

Biasa saja bukan hal yang aneh, sebab rata-rata perempuan disini seumuran

saya pada menikah, kalau tidak menikah malu sendiri di bilang perawan tua

tak laku.

Page 133: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

121

Page 134: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

122

HASIL WAWANCARA

Nama : Siti Rodhia

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tempat : Di Rumah Ibu Siti Rodhia

Waktu : 12 Mei 2015

Pukul : 13.00 WIB

.............................................................................................................................................

1. Anda anak keberapa dari berapa saudara?

Saya anak ke 3 (tiga) dari 6 (enam) saudara

2. Apakah pendidikan terahir anda?

Saya hanya tamatan SD

3. Pada usia berapakah anda menikah?

Saya menikah pada waktu itu usianya hampir 15 tahun lebih 7 bulan

4. Apakah sebabnya anda melakukan perkawinan dibawah umur?

Karena saya sudah cinta dan kami sering jalan bareng, dan orang tua kami

khawatir terjerumus pergaulan bebas maka kami menikah

5. Apakah dalam perkawinan anda terdapat paksaan dari orang tua atau

yang lainya?

Tidak ada paksaan dari manapun, keluarga senang kami cepat nikah, dari pada

jadi perawan tua kan lebih baik menikah muda kata orang tua .

6. Dimanakah pernikahan anda dilangsungkan?

Page 135: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

123

Pernikahan kami di langsungkan dirumah kami sendiri dengan memanggil

Penghulu dari KUA

7. Apakah ketika anda menikah anda melakukan pemberitahuan kepada

KUA?

Ia orang tua kami yang memberitahukan dan melaporkannya

8. Syarat-syarat apa sajakah yang harus anda penuhi ketika

memberitahukan menikah kepada amil/KUA?

Surat Keterangan Setatus (N1), Surat Keterangan Tempat Tinggal (N2), KTP,

KK, AKTA LAHIR, Pas Foto Warna 2X3= 4 Lembar, 3X6= 4 Lembar

9. siapa sajakah yang menjadi saksi dan menghadiri perkawinan anda?

Tetangga dan sodara dekat

10. Apakah setelah anda menikah anda mendapatkan buku nikah?

Belum mendapatkan buku nikah

11. Kapan anda diberi atau mendapatkan buku nikah tersebut?

Saya mendapatkan buku nikah setelah 6 bulan kemudian

12. Bagaimana prosedur anda untuk mendapatkan buku nikah?

Yaitu amil (penghulu) yang menikahkan kami waktu itu memanggil terus

membawa kami suami istri beserta orang tua kami wali dan saksi pernikahan

ke KUA untuk mencatatkan pernikahan kami. Lalu KUA mencatatkannya dan

kami menanda tangani akta nikah dan di berilah kami akta nikah, begitulah

prosedurnya.

13. sudah seberapa lama anda menikah?

Sampai saat ini kami menikah sudah 2 tahun lamanya.

Page 136: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

124

14. Bagaimana keadaan rumah tangga anda sekarang?

Alahamdullah keluarga kami baik-baik saja, hanya saja kehidupan rumah

tangga kami terkadang sering ribut, yah mungkin karena kami belum begitu

dewasa cara menyikapi masalah.

15. Apakah dampak akibat yang anda rasakan ketika perkawinan anda

ditunda atau belum dicatatkannya dan memiliki buku nikah?

Yang saya rasakan yaitu saya belum bisa membuat akte kelahiran buat anak

saya, jadi terpaksa menunggu sampai perkawinan kami dicatatkan di KUA,

selain itu terkadang saya juga merasa khawatir saat bepergian jauh takut ada

razia tuna susila, sedangkan kami tidak punya bukti untuk menunjukan bahwa

kami adalah suami istri.

16. Apakah anda tahu mengenai UU Perkawinan?

saya tidak tahu dan tidak mengerti mengenai Undang-Undang Perkawinan

17. apakah perkawinan anda tercatat dan memiliki akta nikah?

Sekarang ia tercatat dan memiliki akta nikah setelah 6 (bulan) di tunda

18. Setahu anda Pernahkah dari pihak Desa bekerja sama dengan pihak

KUA dalam mensosialisasikan/penyuluhan tentang pentingnya

pencatatan perkawinan dan memiliki buku nikah di daerah ini?

Pernah, tapi itu tempatnya jauh di balai desa.

19. Apakah anda tahu berapa biaya pencatatan perkawinan menurut

undang-undang?

tidak tahu, tapi kata orang tua saya itu sebesar Rp. 500.000 (lima ratus ribu)

Page 137: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

125

20. Bagaimana pandangan masyarakat lingkungan dan sekitarnya terhadap

perkawinan yang anda lakukan?

Biasa saja bukan hal yang aneh, sebab rata-rata perempuan disini seumuran

saya pada menikah, kalau tidak menikah malu sendiri di bilang perawan tua

tak laku.

Page 138: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

126

Page 139: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

127

Page 140: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

128

Lampiran foto

Foto peneliti dengan Bapak Agus Hasanudin, S.HI, Kepala KUA Desa Parakan

Muncang Bogor, (Selasa, 12 Mei 2015 pukul : 9.00 WIB) di Kantor Urusan Agama

Foto peneliti dengan Bapak Anwar Sajili, Sekretaris KUA sebagai pencatatat nikah

di Desa Parakan Muncang Bogor, (selasa,12 Mei 2015 pukul : 9.15 WIB) di Kantor

Urusan Agama

Page 141: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

129

Lampiran foto

Foto peneliti dengan Bapak H. Bajri Tokoh Agama Desa Parakan Muncang Bogor, (Selasa, 12 Mei 2015 pukul 11.30) di rumah Bapak H. Bajri

F

Foto Peneliti dengan Bapak Asnawi Amil (penghulu) Kantor Urusan Agama Desa

Parakan Muncang Bogor, (Selasa, 12 Mei 2015 pukul : 14.15)

Page 142: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

130

Lampran foto

Foto Peneliti dengan respnden Ibu Siti Aisyah, Pelaku Nikah Muda Desa Parakan Muncang Bogor, (Selasa, 12 Mei 2015 pukul 14.30) di rumah Ibu Dede Sukaisi

Page 143: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

131

Foto Peneliti dengan orang tua pelaku nikah di bawah umur yang tertunda

pencatatannya di Kantor Urusan Agama (Selasa, 12 Mei 2015 pukul 16.45) di rumah kediaman beliau

Lampiran foto

Foto Peneliti dengan respnden Ibu Siti Aisyah, Pelaku Nikah Muda Desa Parakan Muncang Bogor, (Selasa, 12 Mei 2015 pukul 16.15) di rumah Ibu Siti Aisyah

Page 144: PENUNDAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30240/1/ZAINAL... · 10. Segenap Guru Pengajar di Sekolah Menengah Pertama (MTSN)

132

Foto Peneliti dengan orang tua pelaku nikah di bawah umur yang tertunda

pencatatannya di Kantor Urusan Agama (Selasa, 12 Mei 2015 pukul 17.00) di rumah kediaman beliau