penulisan artikel ilmiah pengantar ekonomi smt 2
TRANSCRIPT
PENULISAN ARTIKEL ILMIAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester Dua
Mata Kuliah Pengantar Ekonomi
TKP254
Disusun oleh:
Laras Kun Rahmanti Putri
21040113130114
Informasi Artikel:
Judul: Pengaruh Harga dan Pajak yang Tinggi Terhadap Kuantitas Pembelian Mobil di
Singapura
Jumlah Kata: 1984 Kata (Tidak termasuk Abstrak, Judul, dan Daftar Pustaka)
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
Dampak Harga dan Pajak yang Tinggi Terhadap Kuantitas Pembelian Mobil
di Singapura
Laras Kun Rahmanti Putri
21040113130114
Abstrak
Mobil sebagai kendaraan pribadi merupakan hal yang tidak asing lagi. Di Singapura, kendaraan mobil dapat dibilang jarang; mayoritas masyarakat menggunakan transportasi umum. Keadaan ini dapat terjadi karena strategi pemerintah Singapura untuk membatasi jumlah mobil berhasil. Adapun strategi pemerintah tersebut ialah menyulitkan warganya untuk memiliki mobil dengan meningkatkan harga dan pajak mobil. Melalui siasat harga yang dipatok sangat tinggi ditambah dengan pajak-pajak yang meliputi pajak sebelum dan sesudah memiliki mobil yang juga besar nilainya, masyarakat menjadi lebih memilih menggunakan transportasi massal. Hal ini dapat dijelaskan dengan teori ekonomi mengenai permintaan, penawaran, serta elastisitas harga. Dalam pembahasan selanjutnya, tulisan ini terbagi dalam tiga bagian. Bagian pertama menjelaskan mengenai profil singkat negara Singapura, bagian kedua mengenai pengertian pajak, bagian ketiga mengenai teori permintaan dan elastisitas harga permintaan, bagian keempat membahas strategi pemerintah Singapura dalam membatasi jumlah mobil, dan di bagian kelima, akan dibahas kesimpulan dan saran dari tulisan ini.
Kata Kunci: pembatasan kendaraan, pajak, elastisitas harga,
Pendahuluan
Pembatasan kendaraan pribadi merupakan hal yang penting untuk dilakukan, karena jika
kendaraan tidak dibatasi, kemacetan akan terjadi. Kemacetan ini dapat menimbulkan polusi
udara berupa asap kendaraan, kebisingan, dan rasa tidak nyaman. Di negara Singapura yang
luasnya tidak lebih besar dari provinsi DKI Jakarta yaitu seluas 710 kilometer persegi,
pembatasan ini sangat gencar dan konsisten dilakukan. Hal ini dilakukan demi menghindari
terjadinya kemacetan seperti di Jakarta dan Bangkok mengingat hanya 12 persen dari seluruh
wilayah daratan yang digunakan untuk jalur transportasi.
Pembatasan kendaraan ini dilakukan dengan menyulitkan warganya memiliki mobil.
Strateginya ialah dengan memasang harga yang sangat tinggi untuk mobil ditambah dnegan
pembebanan pajak-pajak, baik pajak sebelum maupun setelah memiliki mobil.
Profil Singkat Negara Singapura
Negara Singapura merupakan negara tetangga Indonesia yang berbatasan dengan provinsi
Aceh. Letaknya yang berada di ujung Selat Malaka membuatnya menjadi kota pelabuhan
strategis. Dalam hubungannya dengan Indonesia, di bidang ekonomi, Indonesia merupakan
mitra dagang ke-4 bagi Singapura. Sedangkan Singapura merupakan mitra dagang ke-3 bagi
Indonesia, setelah Jepang dan Amerika Serikat. Di bidang investasi, bagi Singapura,
Indonesia merupakan tujuan investasi keempat terbesar setelah RRC, Inggris dan Malaysia.
Sementara bagi Indonesia, dalam beberapa tahun terakhir Singapura merupakan sumber
investasi asing terbesar. Pada tahun 2010, nilai investasi mencapai lebih dari US$ 5,1 milyar
dalam 537 proyek. Pada tahun 2011, Singapura tetap menjadi sumber investasi asing terbesar
dengan nilai investasi sebesar US$ 5.1 milyar dalam 754 proyek. Dengan luas hanya 710
kilometer persegi, 12 persen dari wilayah daratan Singapura digunakan untuk jalur
trasnportasi. Karena itulah pembatasan mobil sebagai kendaraan pribadi sangat ketat
dilakukan. Salah satu caranya ialah dengan membebani masyarakat dengan berbagai pajak
atas kepemilikan mobil.
Pengertian Pajak
Pengertian pajak sendiri seperti dikutip dalam website Bussiness Dictionary, ialah:
“Compulsory monetary contribution to the state's revenue, assessed and imposed by a
government on the activities, enjoyment, expenditure, income, occupation, privilege,
property, etc., of individuals and organizations.”
Sedang menurut Kamus Oxford seperti dikutip dari laman online-nya ialah:
“A compulsory contribution to state revenue, levied by the government on workers'
income and business profits, or added to the cost of some goods, services, and
transactions”
Dari kedua definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pajak ialah sebuah pembayaran bersifat
wajib kepada negara yang dibayarkan oleh perseorangan atau kelompok (organisasi,
perusahaan) dalam berbagai aktivitas ekonomi. Selanjutnya pajak ini digunakan untuk
pembiayaan pembangunan negara, seperti perbaikan infrastruktur kota.
Oleh pemerintah Singapura, besarnya pajak-pajak atas kepemilikan mobil ini
dibuat sedemikian rupa sehingga sangat tinggi sehingga membebani warga yang ingin
memiliki mobil. Hasilnya sesuai dengan tujuan dan tercatat dari total 5,3 juta populasi negara
pulau tersebut, hanya 12% yang mempunyai mobil. Sisanya, 88% atau 4,7 juta jiwa
penduduk Singapura lebih suka bergelantungan dan terkadang berdesakan di MRT, Monorel
serta Bus yang nyaman dan tepat waktu.
Hal ini sesuai dengan teori permintaan dimana jika harga dinaikkan, maka jumlah
atau kuantitas barang yang diminta akan menurun. Dalam hal ini, tidak hanya menurun
melainkan terdapat pula unsur ditiadakan. Tidak cukup dengan menaikkan harga, pemerintah
Singapura juga menetapkan pajak yang pada akhirnya juga mengharuskan warga untuk
mengeluarkan uang lebih, atau dengan kata lain, memberikan selisih harga pada barang.
Teori Permintaan dan Elastisitas Harga Permintaan
Hukum permintaan berbunyi: apabila harga naik maka jumlah barang yang diminta akan
mengalami penurunan, dan apabila harga turun maka jumlah barang yang diminta akan
mengalami kenaikan. Dalam hukum permintaan jumlah barang yang diminta akan
berbanding terbalik dengan tingkat harga barang. Kenaikan harga barang akan menyebabkan
berkurangnya jumlah barang yang diminta, hal ini dikarenakan:
• naiknya harga menyebabkan turunnya daya beli konsumen dan akan berakibat
berkurangnya jumlah permintaan
• naiknya harga barang akan menyebabkan konsumen mencari barang pengganti yang
harganya lebih murah.
Elastisitas harga permintaan adalah derajat kepekaan jumlah permintaan akibat
perubahan harga barang tersebut atau dengan kata lain merupakan perbadingan daripada
persentasi perubahan jumlah barang yang diminta dengan prosentase perubahan pada harga di
pasar, sesuai dengan hukum permintaan, dimana jika harga naik, maka kuantitas barang turun
Dan sebaliknya. Sedangkan tanda elastisitas selalu negatif, karena sifat hubungan yang
berlawanan tadi, maka disepakati bahwa elastisitas harga ini benar indeksnya dapat kurang
dari, sama dengan, lebih besar dari satu. Dan merupakan angka mutlak sehingga
permintaannya dapat dikatakan :
1. Tidak elastisitas (in elastic)
2. Unitari (unity) dan
3. Elastis (elastic)
Dengan bentuk rumus umum sebagai berikut :
Hasil akhir dari elastisitas tersebut memberikan 3 kategori :
• Apabila perubahan harga (ΔP) mengakibatkan perubahan yang lebih besar dari
jumlah barnag yang diminta (Δ Q), sisebut dengan elastisitas yang elastis (elastic),
dimana besar koefisiennya adalah besar dari satu (Eh.1). Nemtuk kurva
permintaannya lebih landai. [ % ΔP < % Δ Q].
• Apabila persentase perubahan harga (% ΔP) sama besarnya dengan persentase
perubahan jumlah barang yang diminta (% Δ Q), disebut dengan elastisitas yang unity
(unitari), dimana besar koefisiennnya adalah sama dengan satu (eh=1), bentuk kurva
permintaannya membentuk sudut 45 derajat dari titik asal [% ΔP = % Δ Q].
• Apabila persentase perubahan harga (% ΔP) mengakibatkan perubahan kenaikan
jumlah barang yang diminta (% Δ Q) yang lebih kecil,disebut dengan elastisitas yang
in elastic dimana besar keofisiennya lebih kecil dari satu (Eh<1). Bentuk kurva
permintaannya lebih vuram[ % ΔP > % Δ Q].
Pembagian kedalam tiga kategori tersebut disebabkan karena perbedaan total
penerimaan (Total Renenue)-nya sebagai akibat perubahan harga masing-masing kategori.
Pada suatu kurva permintaan akan terdapat ketiga keadan tersebut, tergantung dititik mana
mengjkurnya. Pada harga tinggi, elastisitasnya lebih besar dari satu atau elastis, pada harga
yang rendah elastisitasnya kurang dari satu atau tidak elastis (in elastic), sedangkan titik
tengah dari kurva permintaan mempunya elastisitas sama dengan satu atau unity (unitari).
Disamping tiga bentuk elastisitasharga permintaan diatas, ada dua lagi elastisitas harga
permintaan, yaitu :
• Permintaan yang elastis sempurna (perfectly Elastic), ini merupakan tingkat yang
paling tinggi dari kemungkinan elastisitas, dimana respon yang paling besar dari
jumlahbarang yang diminta terhadap harga, bentuk kurva permintaannya merupakan
garis horizontal dengan sempurna sejajar dengan sumbu gabris horizontal dengan
sempurna sejajar dengan sumbu datar, besar elastisitasnya tidak berhingga (Eh =ς)
pada kondisi ini berapapun jumlah permintaan, harga tidak berubah atau pada tingkat
harga yang jumlah permintaan dapat lebih banyak.
• Kurva permintaan yang tidak elastis sempurna (perfectly inelastic), ini merupakan
tingkat paling rendah dari elastisitas, dimana respon yang jumlah permintaan barang
terhadap perubahan harga adalah sangat kecil, bentuk kurva permintaannya vertikal
dengan sempurna sejajar dengan sumbu tegak, besar koefisien elastisitasnya adalah
nol (Eh = 0), artinya bagaimanapun harga tinggi, konsumen tidak akan mengurangi
jumlah permintaannya.
Elastisitas harga permintaan mengukur tingkat reaksi konsumer terhadap perubahan harga.
Elastisitas ini dapat menceritakan pada produsen apa yang terjadi terhadap penerimaan
penjualan mereka, jika mereka merubah strategi harga, apakah kenaikan/menurunkan jumlah
barang yang akan dijualnya.
Ada beberapa faktor yang menentukan elastisitas harga permintaan :
1. Tersedia atau tidaknya barang pengganti di pasar
2. Jumlah pengguna/tingkat kebutuhan dari barang tersebut
3. Jenis barang dan pola preferensi konsumen
4. Periode waktu yang tersedia untuk menyesuaikan terhadap perubahan harga waktu
penggunaan barang tersebut.
5. Kemampuan relatif anggaran untuk mengimpor barang
Strategi Pemerintah Singapura dalam Membatasi Jumlah Mobil sebagai Kendaraan
Pribadi
Sebelum memiliki mobil, Strategi pemerintah Singapura yang pertama ialah dengan
memasang harga mobil, contoh mobil Toyota Avanza, dengan sangat tinggi. Sebuah dealer
Toyota yang berlokasi di Leng Kee Road, Singapura, menyebutkan di situs resminya bahwa
harga mobil Toyota Avanza yang diimpor dari Indonesia dijual Sin$ 138.000 - 142.000.
Dengan kurs yang berlaku saat ini yakni Rp 9.140 per Sin$, harga mobil tersebut setara
dengan Rp 1,3 miliar. Demikian halnya dengan sedan Toyota Corolla Altis 1.800 cc, di
Singapura rata-rata dijual sebesar Sin$ 160 ribu atau sekitar Rp 1,5 miliar. Itu juga jauh lebih
mahal dibandingkan di pasar Indonesia yang dijual Rp 355 juta. Di Malaysia, harga mobil ini
juga dilepas di kisaran Rp 380 jutaan.
Strategi kedua ialah dengan menambah biaya-biaya lain. Menurut Otoritas
Transportasi Darat Singapura, untuk memiliki sebuah mobil, baik untuk pribadi, perusahaan
maupun penyewaan, biaya yang harus dikeluarkan warga Singapura ialah, pertama, berupa
biaya pendaftaran sebesar Sin$ 140, lalu ditambah pajak pendaftaran mobil atau dikenal
dengan Additional Registration Fee (ARF) dengan tarif berjenjang dari 100 persen hingga
180 persen dari harga mobil bergantung pada harga mobil. Untuk harga mobil sampai Sin$
20.000 hanya dikenakan pajak pendaftaran 100 persen dari nilai pasar mobil. Namun, untuk
harga mobil lebih mahal dari itu, akan dikenakan tarif lebih tinggi. Untuk Toyota Avanza
misalnya, pajak pendaftaran sekitar Sin$ 16.500 atau Rp 150 juta atau setara dengan 100
persen nilai pasar mobil tersebut.
Biaya lain-lain yang kedua ialah Certificate of Entitlement (COE) atau Sertifikat Hak
Milik. Karena jumlah sertifikat dibatasi hanya 30.000 unit per tahun, maka proses untuk
mendapatkan sertifikat tersebut dilelang dan berlaku hanya untuk 10 tahun. Rata-rata, biaya
untuk mendapatkan COE sebesar Sin$ 87.000 atau hampir Rp 800 juta. Untuk memiliki
mobil jenis Toyota Avanza dikenakan biaya COE sekitar Sin$ 83.000 atau Rp 760 juta.
Strategi ketiga ialah menetapkan pajak jalan dengan tarif didasarkan pada kapasitas
mesin dan usia mobil. Semakin besar kapasitas mesin, maka tarif pajak jalan akan semakin
mahal. Misalnya, untuk mobil berkapasitas 1.600 cc dikenakan pajak jalan sekitar Sin$ 744
untuk jangka waktu setahun. Semakin tua usia mobil akan dikenakan pajak jalan lebih tinggi.
Misalnya, untuk mobil berusia 11 tahun, tambahan pajak jalan sebesar 10 persen dan mobil
berusia 14 tahun tambahan sebesar 50 persen. Selain harus membayar Rp 1,3 miliar untuk
memiliki Toyota Avanza, seperti halnya pemilik mobil jenis lainnya, mereka juga akan
dibebani biaya-biaya lainnya saat akan memacu mobilnya di jalanan Singapura.
Biaya tersebut ialah, pertama, kebijakan Electronic Road Pricing (ERP) yang juga
ingin diterapkan Gubernur Jokowi di Jakarta. Kebijakan ERP mewajibkan pemilik mobil
membayar saat melewati jalan-jalan utama dan kawasan pusat bisnis di Singapura. Di sana,
tarif berubah-ubah tergantung pada tingkat kepadatan lalu lintas. Misalnya, di Victoria Street
dikenakan tarif sebesar Sin$ 2,5 pada pukul 8.30 – 9.00, tetapi diturunkan menjadi Sin$ 0,5
pada pukul 9.55–10.00.
Biaya kedua ialah biaya parkir. Misalnya untuk parkir di Shaw Tower, satu kawasan
bisnis di Singapura, tarif parkir satu jam pertama sebesar Sin$ 1, untuk setiap jam berikutnya
sebesar Sin$ 2,15. Jadi, bila seseorang parkir sekitar 10 jam, maka orang itu harus membayar
Sin$ 20,35 atau sekitar Rp186.000,00.
Biaya ketiga yang harus dikeluarkan ialah biaya untuk pembelian bensin. Menurut
data Bank Dunia, harga bensin di Singapura sebesar US$ 1,68 atau Rp19.000,00 hanya untuk
satu liter BBM, tiga kali lipat harga premium di Indonesia Rp6.500. Untuk sekali isi tanki
mobil sebanyak dua puluh liter BBM, harus menyiapkan setidaknya Rp380.000,00.
Dengan beban biaya yang sedemikian mahal, hanya sedikit warga Singapura yang
berminat memiliki mobil.
Pembahasan
Kebijakan-kebijakan yang diterapkan pemerintah Singapura ialah kebijakan yang sejalan
dengan teori permintaan di mana pada tingkat harga tertinggi, maka jumlah permintaan
barang berada di titik terendah. Kebijakan yang mengakibatkan warga harus mengeluarkan
sejumlah uang dengan jumlah banyak yang diterapkan oleh pemerintah Singapura ini tidak
hanya terhenti pada pembiayaan ketika membeli mobil saja melainkan juga biaya-biaya lain
sebelum dan setelah memiliki mobil. Ditambah dengan tingginya harga barang komplementer
mobil yaitu BBM, semakin membebani warga.
Kemudian pajak-pajak yang dikenakan turut menambah jumlah biaya yang harus
dikeluarkan. Pajak-pajak ini memberikan selisih antara harga asli dengan harga yang harus
dibayarkan, dan penambahan harga ini turut mempengaruhi keputusan warga. Menurut teori
elastisitas permintaan, penambahan biaya ini menyebabkan warga mengurangi atau bahkan
meniadakan kuantitas barang yang diminta. Dalam hal ini, persentase perubahan harga lebih
besar daripada persentase perubahan kuantitas barang yang diminta atau nilai elastisitas
permintaannya kurang dari 1. Sehingga dalam hal ini, elastisitas permintaannya termasuk
dalam inelastisitas. Pada kondisi ini, jumlah penerimaan perusahaan (dealer mobil atau
pemerintah) menurun jika harga ikut turun.
Kondisi ini belum termasuk dalam elastisitas bersifat inelastis sempurna karena
perubahan kuantitas yang diminta tidak sama dengan 0, yang berarti nilai elastisitasnya juga
tidak sama dengan 0 yang mana merupakan kriteria inelastis sempurna.
Kebijakan pemerintah ini ada baiknya dicoba untuk turut diterapkan di Indonesia agar
jumlah kendaraan pribadi tidak semakin meningkat. Meski begitu, Indonesia dan Singapura
tetap tidak bisa disamakan karena berbagai hal, salah satunya ialah mengenai luas wilayah
dan jumlah penduduk. Indonesia dengan wilayah yang lebih luas tentu memerlukan sarana
transportasi yang tidak terbatas pada transportasi massal saja. Selan itu juga jumlah penduduk
yang jauh lebih banyak lebih menyulitkan pemerintah untuk mengaturnya.
Daftar Pustaka
______. Tanpa Angka Tahun. “Permintaan dan Penawaran” dalam Presentasi. [online], 22 April 2014.
Tersedia: masud.lecture.ub.ac.id.
______. 2010. Hukum Permintaan & Penawaran dalam Wordpress. [online], 22 April 2014.
Tersedia: nat5u.wordpress.com.
Business Dictionary. [online], 22 April 2014. Tersedia: businessdictionary.com/definition/tax.html.
Kementerian Luar Negeri [online], 22 April 2014. Tersedia: www.kemlu.go.id/singapore.
Kurniawan, Maat. 2013. “Elastisitas Pemintaan” dalam Blogspot. [online], 22 April 2014.
Tersedia: maatkurniawan.blogspot.com.
Oxford Dictionaries. [online], 22 April 2014. Tersedia: oxforddictionaries.com.
Susanto, Heri. 2013. “Di Singapura, Avanza Dijual Rp 1,3 Miliar” dalam Katadata. [online],
22 April 2014. Tersedia: www.katadata.co.id.
Samuelson, Paul A. and Nordhaus, William D. 2005. ECONOMICS 8th edition. New York:
2005.
Daftar Pustaka
______. Tanpa Angka Tahun. “Permintaan dan Penawaran” dalam Presentasi. [online], 22 April 2014.
Tersedia: masud.lecture.ub.ac.id.
______. 2010. Hukum Permintaan & Penawaran dalam Wordpress. [online], 22 April 2014.
Tersedia: nat5u.wordpress.com.
Business Dictionary. [online], 22 April 2014. Tersedia: businessdictionary.com/definition/tax.html.
Kementerian Luar Negeri [online], 22 April 2014. Tersedia: www.kemlu.go.id/singapore.
Kurniawan, Maat. 2013. “Elastisitas Pemintaan” dalam Blogspot. [online], 22 April 2014.
Tersedia: maatkurniawan.blogspot.com.
Oxford Dictionaries. [online], 22 April 2014. Tersedia: oxforddictionaries.com.
Susanto, Heri. 2013. “Di Singapura, Avanza Dijual Rp 1,3 Miliar” dalam Katadata. [online],
22 April 2014. Tersedia: www.katadata.co.id.
Samuelson, Paul A. and Nordhaus, William D. 2005. ECONOMICS 8th edition. New York:
2005.