pentingnya ketahanan nasional dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

Upload: widjoratmoko

Post on 15-Jul-2015

3.695 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Pentingnya Ketahanan Nasional dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Ketahanan Nasional merupakan kemampuan suatu bangsa dan negara untuk mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa guna dapat mencapai kesejahteraan bangsa dan melanjutkan pembangunan yang berkesinambungan. Ketahanan Nasional sangat dipengaruhi oleh Ketahanan dan Kestabilan dalam bidang: Politik Ekonomi Sosial Budaya Pertahanan Keamanan Nasional Ketahanan dan Kestabilan Politik: Iklim Politik yang mendukung terciptanya kestabilan politik sangat diperlukan dalam mencapai terwujudnya ketahanan nasional. Untuk itu diperlukan dukungan yang kuat dalam bentuk: pemerintahan yang bersih (clean and good governance), dengan tingkat legitimasi dan kredibilitas yang tinggi. terselenggaranya system yang transparan dan iklim demokrasi yang sehat. Ketahanan dan Kestabilan Ekonomi: Diperlukan dukungan dalam bentuk sistem perekonomian yang kuat dan bertumpu pada ketahanan dan kemampuan bangsa sendiri, baik dalam hal sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang berkualitas (resource based) sehingga tidak mudah goyah oleh gejolak yang bersifat internal maupun eksternal. Kekuatan dan kestabilan sistem perekonomian dapat terbentuk dengan adanya sistem dan pelaksanaan yang baik dalam sektor moneter maupun riil dalam bentuk kebijakan moneter maupun kebijakan fiskal yang membangun. Ketahanan dan Kestabilan Sosial Budaya: Faktor-faktor yang mempengaruhi: - Nilai-nilai yang ditanamkan dan diyakini oleh masyarakat maupun system sosial budaya yang diciptakan oleh pemerintah. - Tingkat pendidikan masyarakat, untuk terciptanya tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan faktor yang sangat penting agar masyarakat tidak rentan, memiliki daya tahan dalam menghadapi setiap gejolak serta memiliki kemampuan untuk berusaha dan bertumpu di atas kekuatan lokal dan keunggulannya sendiri. Kestabilan Pertahanan dan Keamanan Nasional (HanKamNas): System Pertahanan dan Keamanan Nasional yang kuat dan dijalankan dengan benar, dengan keberpihakan pada kepentingan seluruh rakyat sangat penting untuk memberikan jaminan rasa aman, khususnya untuk menjalankan kegiatan perekonomian atau usaha bagi seluruh masyarakat sebagaimana telah dicanangkan dari awal berdirinya republik tercinta ini (khususnya tercantum dalam UUD 45). Pada akhirnya jaminan rasa aman ini akan menjamin kelancaran roda perekonomian guna mewujudkan kesejahteraan bangsa. Permasalahan yang Dihadapi dan Dampaknya pada Ketahanan Nasional Akar Permasalahan Penyebab Timbulnya Krisis dan Rentannya Ketahanan Nasional Krisis yang telah berkepanjangan di Indonesia terjadi sebagai akibat dari kombinasi dan akumulasi gejolak eksternal yang berdampak penularan (contagion effect) pada segala struktur maupun tatanan system dalam negeri. Berawal dari gejolak pasar uang yang sangat hebat berakibat pada krisis yang sangat mendalam di berbagai sektor.

Pada dasarnya krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia merupakan akibat dari: besarnya keinginan untuk menguasai pasar global tanpa dukungan infrastruktur teknologi serta sistem manajemen (pengelolaan sumber daya) yang kuat. cepatnya proses integrasi dunia usaha / perekonomian Indonesia ke dalam perekonomian global, tanpa pembangunan fondasi yang kokoh lemahnya dukungan instrumen kelembagaan yang efisien serta tertata baik kurangnya penguasaan di bidang infrastruktur teknologi industri yang tepat guna, yang mengandalkan keunggulan lokal. lemahnya akses pada jalur informasi global. lemahnya struktur pendanaan pada dunia usaha. lemahnya sistem pendidikan yang belum membuat masyarakat memiliki kemampuan dan kemandirian. lemahnya struktur industri, sehingga masih sangat tergantung pada negara lain, baik dalam hal impor bahan dasar, penguasaan teknologi maupun proses produksi. lemahnya daya saing, karena kurangnya penguasaan yang dapat menciptakan produk unggulan. lemahnya akses pasar global. kurang optimalnya pemanfaatan sumber daya, (sumber daya manusia maupun sumber daya alam). lemahnya tata pelaksanaan dan lembaga hukum. Dampak Krisis Pada Ketahanan Nasional depresiasi Rupiah sebagai akibat dari gejolak pasar uang yang bersifat eksternal telah menciptakan suatu kondisi stagflasi dan instabilitas pada perekonomian Indonesia. depresiasi nilai tukar rupiah yang sangat tajam berdampak pada turunnya tingkat kepercayaan pada mata uang rupiah. penerapan tingkat suku bunga tinggi yang diharapkan dapat mengembalikan stabilitas nilai mata uang rupiah telah membuat turunnya kinerja dan bahkan tingkat likuiditas perbankan nasional sebagai akibat dari lemahnya sistem perbankan. hal ini membuat matinya pergerakan sektor riil sebagai akibat dari menurunnya kegiatan dunia usaha serta investasi secara drastis. krisis pada sektor riil telah menciptakan kepanikan pada tatanan masyarakat secara keseluruhan yang belum ditunjang oleh taraf pendidikan yang memadai, serta penguasaan akan akses jalur informasi membuat terciptanya krisis sosial. krisis sosial telah mengakibatkan meningkatnya kriminalitas dan kerusuhan sosial. dampak dari krisis sosial ini pada akhirnya juga telah mengakibatkan krisis kepercayaan pada pemerintahan yang ada. krisis kepercayaan menimbulkan gejala disintegrasi di berbagai wilayah. berbagai kerusuhan sebagai akibat dari krisis sosial telah membuat turunnya tingkat kepercayaan dari para investor, khususnya investor asing yang mengakibatkan larinya modal usaha secara besar-besaran dari dalam negeri. meningkatnya kriminalitas yang tidak didukung oleh sistem pertahanan dan keamanan yang baik membuat masyarakat tidak merasa mendapat jaminan rasa aman untuk melakukan produktivitas mereka sehingga memperparah kondisi sektor riil.

Puncak krisis pada tahun 1998 maupun dampak krisis global sejak tahun 2008 telah mengakibatkan: - Tingginya tingkat inflasi - Tingkat pertumbuhan pendapatan nasional yang bergerak ke bilangan negatif - Defisit transaksi berjalan - Tingkat pengangguran meningkat tajam - Meningkatnya angka putus sekolah. - Meningkatnya masalah kesehatan serta menurunnya harapan hidup masyarakat. Belajar dari Krisis Belajar dari krisis yang berkepanjangan telah semakin membuktikan bahwa Ketahanan Nasional yang kuat sangat diperlukan untuk menjamin kelangsungan kesejahteraan dan pembangunan suatu bangsa dan negara. Beberapa faktor yang perlu ditingkatkan untuk memulihkan Ketahanan Nasional: Pengembangan sumber daya yang dimiliki dalam negeri (resource based), baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam dengan memberi perhatian jauh lebih besar pada sistem pelatihan maupun pengembangan (R&D). Sistem pendidikan yang siap pakai dan memiliki keterkaitan dengan sektor industri yang dibutuhkan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, termasuk pengembangan sistem pendidikan yang akrab teknologi informasi dari tingkat pendidikan terendah, serta kemudahan akses pendidikan tinggi hingga ke jenjang pendidikan tinggi yang akan meningkatkan daya saing sumber daya manusia. Penguasaan teknologi industri yang tepat guna dalam mendukung resource based industry. Penguasaan teknologi informasi dan akses ke jalur informasi. Struktur industri yang kuat dan menyeluruh dari hulu ke hilir, sehingga mampu mengurangi tingkat ketergantungan pada luar negeri. Kesediaan lapangan kerja yang juga bertumpu pada sumber daya yang dimiliki (resource based). Pelayanan Kesehatan yang baik bagi seluruh rakyat, merupakan kunci bagi berjalannya roda perekonomian maupun pembangunan nasional. Sistem Pertahanan dan Keamanan yang berpihak pada kepentingan masyarakat banyak, yang dapat memberikan jaminan rasa aman bagi masyarakat dalam menjalankan roda perekonomian. Sistem Pemerintahan yang efisien dan kredibel dalam menjalankan fungsinya. Sistem perekonomian yang transparan dengan memanfaatkan jalur akses ke pasar global maupun ke seluruh sumber daya yang diperlukan secara lebih efisien (multi source). Sistem sosial politik yang transparan dan bersih melalui pelaksanaan sistem demokrasi. Alur Pengeluaran Pemerintah dalam bentuk subsidi yang transparan pada sektor-sektor yang tepat guna. Peran perusahaan-perusahaan swasta yang lebih besar dalam peningkatan perekonomian Indonesia. Sistem pendanaan dunia usaha yang tidak bertumpu pada pemilikan modal satu pihak ataupun hutang luar negeri, namun dengan memanfaatkan akses pendanaan dalam bentuk aliansi atau penyertaan modal yang akan mengurangi risiko serta kerentanaan bidang usaha terhadap gejolak. Sistem pendistribusian dan akses pasar internasional yang lebih baik.

Peran IPTEK Dalam Membangun Ketahanan Nasional Penguasaan suatu bangsa akan ilmu pengetahuan dan teknologi mutlak diperlukan karena dapat: Merupakan aset penting dalam pengembangan sektor perekonomian. Meningkatkan kualitas dan nilai sumber daya manusia di pasar tenaga kerja. Meningkatkan keunggulan daya saing produk dan jasa yang ditawarkan di pasar global. Meningkatkan nilai investasi suatu negara di pasar internasional. Membangun struktur industri nasional yang kuat. Meningkatkan nilai usaha di masa mendatang (future value) pada pasar saham. Membangun sistem perekonomian yang efisien tanpa adanya ekonomi biaya tinggi. Membangun akses pasar global yang efisien bagi setiap produk dan jasa dalam negeri. Mengurangi tingkat ketergantungan pada negara lain dengan menciptakan tingkat persamaan keberdayaan yang lebih seimbang (balance equality). Meningkatkan kesejahteraan rakyat dan memperkuat daya tahan bangsa. Teknologi Utama penunjang industri dalam negeri yang perlu dikembangkan: Teknologi telekomunikasi - informasi. Teknologi penunjang industri yang bertumpu pada sumber daya yang dimiliki yang berdampak langsung pada peningkatan kesejahteraan rakyat. Arti Penting Teknologi Telekomunikasi Informasi: Penunjang sistem pendidikan yang sesuai bagi negara kesatuan Indonesia yang berbentuk kepulauan. Penunjang terlaksananya sistem informasi yang transparan dalam segala aspek bernegara. Memperbesar peluang implementasi sistem multi resource bagi dunia usaha / industri untuk menghilangkan dampak ekonomi biaya tinggi. Membuka kesempatan akses ke pasar global bagi komoditas unggulan Indonesia secara lebih efektif dan efisien, melalui pemanfaatan teknologi informasi dan telekomunikasi (ICT). Membuka peluang bagi sistem pendanaan dunia usaha yang lebih efisien serta beresiko rendah (low risk). Mempengaruhi nilai-nilai sosial budaya masyarakat ke arah tatanan masyarakat yang lebih modern, berwawasan luas dan dinamis. Menjadikan informasi lebih bernilai guna bagi masyarakat. Teknologi Industri yang perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan: Teknologi pertanian dan peternakan yang modern dan handal, untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri serta meningkatkan daya saing dan daya jual di pasar internasional, seperti bio-teknologi yang ramah lingkungan. Teknologi pengolahan hasil hutan. Teknologi pengolahan minyak bumi dan gas alam. Aspek yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bidang penguasaan IPTEK: Menunjang industri yang realistis, bertumpu pada sumber daya yang dimiliki (resource based). Memberikan nilai tambah yang tinggi (high added value) bagi setiap produk dan jasa yang dihasilkan.

Memberi keunggulan daya saing bagi setiap produk dan jasa yang dihasilkan. Mengurangi tingkat ekonomi biaya tinggi dalam proses produksi. Ramah lingkungan. Faktor penunjang implementasi IPTEK dalam membangun ketahanan nasional: Kebijakan pemerintah yang mendukung di segala sektor. Sistem / suasana yang kondusif bagi berkembangnya industri yang berdasarkan pada penguasaan teknologi, seperti industri telekomunikasi - informasi. Kebijakan dan subsidi di bidang pendidikan yang akrab dengan teknologi informasi guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dukungan pemerintah pada pemberdayaan sektor perdagangan internasional yang efisien. Program pembudayaan sarana media informasi maupun pemanfaatan teknologi telekomunikasi untuk lebih memberdayakan masyarakat. Dorongan pemerintah untuk merangsang sektor swasta lebih mengembangkan sistem pelatihan, penelitian dan pengembangan (R&D), seperti dalam bentuk pemberian intensif atau keringanan pajak bagi sektor swasta yang menanamkan investasi yang cukup besar di bidang R&D. Peran sektor swasta dalam mengembangkan bidang R&D serta memberikan masukan bagi kebijakan pemerintah. Upaya Bangkit dari Krisis Tidak mudah untuk memulihkan kondisi bangsa dan negara dari krisis yang berkepanjangan. Era Globalisasi dapat mempercepat upaya bangkit dari krisis karena: Terbukanya peluang pasar yang sangat besar bagi setiap produk dan jasa dalam negeri yang memiliki keunggulan daya saing dan nilai tambah yang tinggi. Terbukanya akses ke pasar global melalui pengusaan teknologi telekomunikasi informasi yang berkembang pesat. Terbukanya peluang yang lebih besar untuk sistem pendanaan maupun akses ke sumber daya (multi resource) yang lebih efisien serta berisiko rendah. Beberapa upaya yang diperlukan untuk dapat segera bangkit dari Krisis: Skala prioritas pada sektor-sektor maupun industri-industri tertentu yang tepat guna, bertumpu pada sumber daya yang dimiliki serta memberi nilai tambah yang tinggi (high added value). Kebijakan-kebijakan yang menunjang tingkat pertumbuhan perekomonian serta menjamin berlangsungnya laju pembangunan dan pertumbuhan nasional, baik dalam bentuk kebijakan moneter, fiskal maupun kebijakan sektor riil, termasuk iklim usaha yang kondusif. Sistem pelaksanaan dan pengawasan yang transparan dalam segala sektor untuk menjamin kestabilan kondisi dan kehidupan berbangsa dan bernegara. Memanfaatkan era globalisasi sebagai momentum yang tepat untuk segera bangkit dari krisis dengan memanfaatkan akses ke pasar internasional. Bangkitnya Perekonomian dan Ketahanan Nasional Tingkat kepercayaan masyarakat pada mata uang rupiah serta pada pemerintahan mulai pulih. Ditandai dengan: - menurunnya tingkat laju inflasi - menurunnya tingkat suku bunga yang membangkitkan kembali gairah kegiatan perekonomian.

- nilai mata uang rupiah yang berangsur relatif stabil - tingkat pertumbuhan yang beranjak Langkah Strategis Untuk Menjamin Ketahanan Nasional Sektor-sektor yang perlu mendapat prioritas dan perhatian utama: Sektor pendidikan yang akrab dengan teknologi informasi. Sektor Kesehatan. Tingginya tingkat harapan hidup sangat diperlukan untuk menunjang produktivitas dan tingkat kemampuan masyarakat dalam menjalankan roda perekonomian bangsa. Sektor Kesejahteraan Rakyat. Hal ini dapat ditunjang dengan pemberian subsidi pada sektorsektor yang tepat guna seperti sektor pendidikan, kesehatan dan penelitian maupun pengembangan infrastruktur yang berdampak langsung bagi pengingkatan kesejahteraan rakyat. Sektor Industri penunjang kesejahteraan rakyat yang bertumpu pada sumber daya yang dimiliki (resource based industry) serta penguasaan teknologi tinggi. Langkah-langkah Strategis Bisnis dalam upaya menjaga dan menjamin ketahanan nasional: Menjaga kestabilan moneter. Menjalankan kebijakan-kebijakan yang tepat baik dalam sektor moneter, fiskal maupun sektor riil yang menunjang pulihnya perekonomian bangsa. Menciptakan iklim berusaha yang kondusif dan sistem persaingan yang sehat dalam dunia industri strategis untuk meningkatkan daya saing di pasar internasional. Meningkatkan kemampuan manajemen para pelaku usaha dalam menjalankan dunia usaha. Membudayakan etika bisnis serta membenahi perangkat hukum dalam menjamin kepastian berusaha di Indonesia, khususnya bagi para investor asing. Memfokuskan pengeluaran pemerintah (subsidi) pada sektor-sektor yang tepat guna. Meningkatkan kemampuan dalam bidang penguasaan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) yang dapat menunjang pengembangan resourced based industry. Mengembangkan jaringan infrastuktur yang baik untuk menunjang pengembangan resourced based industry. Mengembangkan kebijakan yang mendukung maupun jaringan telekomunikasi informasi untuk memperluas dan mempermudah akses pasar global bagi peningkatan daya saing Indonesia. Langkah-langkah strategis guna mengurangi tingkat ketergantungan perekonomian Indonesia pada luar negeri: mengembangkan resourced based industry yang memiliki keunggulan teknologi serta meningkatkan daya saing komoditas ekspor untuk mengurangi tingkat ketergantungan pada komponen impor, guna menghindari defisit transaksi berjalan Membuka lapangan kerja untuk mengurangi larinya tenaga kerja terampil dan berkualitas di Indonesia ke luar negeri. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam bidang penguasaan IPTEK, beralih dari teknologi perakitan ke teknologi manufaktur - produksi. Meningkatkan kebijakan yang mendukung pengembangan bidang pelatihan, penelitian dan pengembangan (R&D), khususnya pada pengembangan dan penguasaan teknologi yang tepat guna yang dapat mendukung resource based industry, guna memperkuat industri nasional. Saat ini Indonesia termasuk negara yang sangat sedikit membelanjakan pendapatannya di bidang pengembangan dan penelitian (hanya 0,25 % dari GNP) di bandingkan dengan negara-negara

ASEAN maupun ASIA lainnya, seperti Malaysia (0,70 % dari GNP), Korea (1,5 %) dan Jepang (3,2 %). Mengatur kebijakan dan peraturan yang mendukung pengembangan industri telekomunikasi informasi serta perdagangan internasional yang efisien. Mengurangi tingkat ketergantungan pada hutang luar negeri dengan melakukan sistem pendanaan yang tidak bertumpu pada kepemilikan satu pihak dan yang beresiko rendah. Membuka akses penguasaan sumber daya produksi maupun pasar global yang efisien. Membudayakan penggunaan sistem informasi untuk meningkatkan efisiensi sektor perdagangan di masyarakat, melalui pemanfaatan teknologi informasi dan telekomunikasi (ICT) dengan harga yang terjangkau. Menyediakan sarana-sarana informasi yang terjangkau bagi masyarakat luas, khususnya masyarakat bisnis, tanpa kecuali, bagi semua lapisan.Share

Laporkan Tanggapi Beri Nilai

TANGGALKOMENTAR BERDASARKAN :

24 April 2009 06:22:41 0

dulu th 70 an mata kuliah Kewiraan yang salah satu topicnya adalah Ketahanan Nasional saya rasa bagus terus menerus diajarkan dlm membentuk character bangsa ini sebelum terjun ke politik praktisSuka Balas |

24 April 2009 09:13:41 0

Benar Oom Jay. Sepertinya krisis yg melanda saat ini termasuk krisis berupa degradasi moral yg menjadi pangkal dari segala krisis lainnya, entah itu krisis sense of belonging dari para pemangku jabatan dan wakil rakyat, penggadaian aset negara dan pengabaian kepentingan rakyat, karena memang tidak ada lagi penghayatan dan pembentukan karakter manusia Indonesia seutuhnya.

Manusia2 Indonesia yg benar2 menyadari dirinya sebagai bagian dari negeri ini juga, sehingga selalu berpikir, bertindak dan berjuang untuk kepentingan, keutuhan dan kemajuan Indonesia. Inipula yg sudah saya rasakan bertahun2 yg lalu, hingga di tahun 2000 saya rampungkan tulisan ini. Dan krisis yg terjadi saat ini, saya rasa lebih berat dari krisis di tahun 98 (dalam arti tidak hanya ditinjau dari segi krisis ekonomi, tapi juga krisis di berbagai aspek lainnya).Suka Balas |

6 July 2009 17:14:56 0

aq lagi bikin bahan diskusi yang ngulas pemanfaatan SDA untuk menjaga ketahanan nasional aq sangat terbantu dengan artikel ini THxSuka Balas |

6 July 2009 18:23:27 0

Senang bisa membantu Mbak Nuning. Very welcome kalau ada yg ingin didiskusikan lebih lanjut. CU, -MoraSuka Balas |

Tulis Tanggapan Anda

Top of Form

Submit

Bottom of Form Top of Form

SEARCH

Bottom of Form

ONLINE BLOGSHOP

Internet & Social Media 2011 in Numbers Mentrasfer Energi Lewat Tulisan Peranan Kritik Dalam Membangun Karakter di Media Sosial Bandung

FENOMENA MEDIA SOSIAL Media sosial sudah menjadi media utama, khususnya bagi mereka yang berasal dari Generasi Internet kelahiran

Media Sosial itu Energinya Luar Biasa Media Sosial dan Pengembangan Karir Dunia Internet Memang Maya, Tetapi

Pimpinan PT Sidomuncul Itu Ternyata Hanya Seorang Penipu?Bang Borneo | 4 jam yang lalu

Aksi Calon Pemain Timnas di Lapangan MiniChoirul Huda | 6 jam yang lalu

Umbaran Brutal Abraham SamadArmand | 9 jam yang lalu

Aku Winwin Faizah, Seorang Korban Dunia Maya!winwin faizah | 13 jam yang lalu

Selasaikan Kisruh PSSI dengan Konsultasi AFC dan FIFASyamsuardi Dedi | 13 jam yang lalu

BERITA ADMIN

LETTER TO ADMIN

Ngariung di Kompasiana Blogshop Rincian Acara KOMPASIANIVAL 2011 Pemenang Semarak Ultah Alfamart Shop & INDEX

TERAKTUALLangkanya Kue Rangi Betawi Blogger Malaysia Kritik Program Pamer Prilaku Asusila Wuuiih..Enaknya Makan Laksa Bersama Mertua !! Siapa Bilang 100.000 Rupiah Tidak Bisa Menabung Investasi Indonesia, Kompasiana Dan Panggung Sandiwara

INSPIRATIF BERMANFAAT MENARIK Inilah 5 PNS dengan Nilai Kekayaan Fantastis Tradisi Tahunan Di Pulau Faroe: Pembantaian Ratusan Paus Wisata Air Terjun Terindah di Indonesia Rincian Acara KOMPASIANIVAL 2011 Pemenang Miss Universe dari Tahun 1952-2011 'Terlengkap'

About Kompasiana | Terms & Conditions | Tutorial | FAQ | Contact Us | Kompasiana Toolbar 2008 2011

STRATEGI PENGEMBANGAN PERBATASAN WILAYAH KEDAULATAN NKRI oleh : Eddy MT. Sianturi, SSi dan Nafsiah, SP, Peneliti Puslitbang Strahan Balitbang Dephan

Perbatasan negara merupakan manifestasi utama kedaulatan wilayah suatu negara.

Perbatasan suatu negara mempunyai peranan penting dalam penentuan batas wilayah kedaulatan, pemanfaatan sumber daya alam, menjaga keamanan dan keutuhan wilayah. Penentuan perbatasan negara dalam banyak hal ditentukan oleh proses historis, politik, hukum nasional dan internasional. Dalam konstitusi suatu negara sering dicantumkan pula penentuan batas wilayah. Pembangunan wilayah perbatasan pada hakekatnya merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Wilayah perbatasan mempunyai nilai strategis dalam mendukung keberhasilan pembangunan nasional, hal tersebut ditunjukkan oleh karakteristik kegiatan antara lain :

a. Mempunyai dampak pentingbagi kedaulatan negara. b. Merupakan faktor pendorong bagi peningkatan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat sekitarnya. c. Mempunyai keterkaitan yang saling mempengaruhi dengan kegiatan yang dilaksanakan di wilayah lainnya yang berbatasan dengan wilayah maupun antar negara. d. Mempunyai dampak terhadap kondisi pertahanan dan keamanan, baik skala regional maupun nasional. Ketahanan wilayah perbatasan perlu mendapatkan perhatian secara sungguh-sungguh karena kondisi tersebut akan mendukung ketahanan nasional dalam kerangka NKRI. Keamanan wilayah perbatasan mulai menjadi concern setiap pemerintah yang wilayah negaranya berbatasan langsung dengan negara lain. Kesadaran akan adanya persepsi wilayah perbatasan antar negara telah mendorong para birokrat dan perumus kebijakan untuk mengembangkan suatu kajian tentang penataan wilayah perbatasan yang dilengkapi dengan perumusan sistem keamanannya. Hal ini menjadi isu strategis karena penataan kawasan perbatasan terkait dengan proses nation state building terhadap kemunculan potensi konflik internal di suatu negara dan bahkan pula dengan negara lainnya (neighbourhood countries). Penanganan perbatasan negara, pada hakekatnya merupakan bagian dari upaya perwujudan ruang wilayah nusantara sebagai satu kesatuan geografi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan (Sabarno, 2001) . Kondisi Daerah Perbatasan Saat Ini Pada umumnya daerah pebatasan belum mendapat perhatian secara proporsional. Kondisi ini terbukti dari kurangnya sarana prasarana pengamanan daerah perbatasan dan aparat keamanan di perbatasan. Hal ini telah menyebabkan terjadinya berbagai permasalahan seperti, perubahan batas-batas wilayah, penyelundupan barang dan jasa serta kejahatan trans nasional (transnational crimes). Kondisi umum daerah perbatasan dapat dilihat dari aspek Pancagatra yaitu : Aspek Ideologi. Kurangnya akses pemerintah baik pusat maupun daerah ke kawasan perbatasan dapat menyebabkan masuknya pemahaman ideologi lain seperti paham komunis dan liberal kapitalis, yang mengancam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dari rakyat Indonesia. Pada saat ini penghayatan dan peng-amalan Pancasila sebagai ideologi negara dan falsafah hidup bangsa tidak disosialisasikan dengan gencar seperti dulu lagi, karena tidak seiramanya antara kata dan perbuatan dari penyelenggara negara. Oleh karena itu perlu adanya suatu metoda pembinaan ideologi Pancasila yang terusmenerus, tetapi tidak bersifat indoktrinasi dan yang paling penting adanya keteladanan dari para pemimpin bangsa. Aspek Politik. Kehidupan sosial ekonomi di daerah perbatasan umumnya dipengaruhi oleh kegiatan di negara tetangga. Kondisi tersebut berpotensi untuk mengundang ke-rawanan di bidang politik, karena meskipun orientasi masyarakat masih terbatas pada bidang ekonomi dan sosial, terutama apabila kehidupan ekonomi masyarakat daerah perbatasan mempunyai ketergantungan kepada perekonomian negara tetangga, maka hal inipun selain dapat menimbulkan kerawanan di bidang politik juga dapat menurunkan harkat dan martabat bangsa. Situasi politik yang terjadi di negara tetangga seperti Malaysia (Serawak & Sabah) dan Philipina Selatan akan turut mempengaruhi situasi keamanan daerah perbatasan. Aspek Ekonomi. Daerah perbatasan merupakan daerah tertinggal (terbelakang) disebabkan antara lain : 1) Lokasinya yang relatif terisolir (terpencil) dengan tingkat aksesibilitas yang rendah.

2) Rendahnya tingkat pendidikan dan kesehatan masyarakat. 3) Rendahnya tingkat kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat daerah perbatasan (jumlah penduduk miskin dan desa tertinggal). 4) Langkanya informasi tentang pemerintah dan pembangunan masyarakat di daerah perbatasan (blank spot). Kesenjangan sosial ekonomi masyarakat daerah perbatasan dengan masyarakat negara tetangga mempengaruhi watak dan pola hidup masyarakat setempat dan berdampak negatif bagi pengamanan daerah perbatasan dan rasa nasionalisme. Maka tidak jarang daerah perbatasan sebagai pintu masuk atau tempat transit pelaku kejahatan dan teroris. Aspek Sosial Budaya. Akibat globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat, teknologi informasi dan komunikasi terutama internet, dapat mempercepat masuk dan berkembangnya budaya asing ke dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Pengaruh budaya asing tersebut banyak yang tidak sesuai dengan kebudayaan kita, dan dapat merusak ketahanan nasional, karena mempercepat dekulturisasi yang bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Masyarakat daerah perbatasan cenderung lebih cepat terpengaruh oleh budaya asing, dikarenakan intensitas hubungan lebih besar dan kehidupan ekonominya sangat tergantung dengan negara tetangga. Aspek Pertahanan dan Keamanan. Daerah perbatasan merupakan wilayah pembinaan yang luas dengan pola penyebaran penduduk yang tidak merata, sehingga menyebabkan rentang kendali pemerintah, pengawasan dan pembinaan teritorial sulit dilaksanakan dengan mantap dan efisien. Seluruh bentuk kegiatan atau aktifitas yang ada di daerah perbatasan apabila tidak dikelola dengan baik akan mempunyai dampak terhadap kondisi pertahanan dan keamanan, di tingkat regional maupun internasional baik secara langsung dan tidak langsung. Daerah perbatasan rawan akan persembunyian kelompok GPK, penyelundupan dan kriminal lainnya termasuk terorisme, sehingga perlu adanya kerjasama yang terpadu antara instansi terkait dalam penanganannya. Permasalahan Yang Dihadapi Penanganan perbatasan selama ini memang belum dapat dilakukan secara optimal dan kurang terpadu, serta seringkali terjadi tarik-menarik kepentingan antara berbagai pihak baik secara horizontal, sektoral maupun vertikal. Lebih memprihatinkan lagi keadaan masyarakat sekitar daerah perbatasan negara, seperti lepas dari perhatian dimana penanganan masalah daerah batas negara menjadi domain pemerintah pusat saja, pemerintah daerahpun menyampaikan keluhannya, karena merasa tidak pernah diajak serta masyarakatnya tidak mendapat perhatian. Merekapun bertanya siapa yang bertanggung jawab dalam membina masyarakat di perbatasan ? Siapa yang harus menyediakan, memelihara infrastruktur di daerah perbatasan, terutama daerah yang sulit dijangkau, sementara mereka tidak tahu dimana batas-batas fisik negaranya ? Kenyataan di lapangan ditemukan banyak kebijakan yang tidak saling mendukung dan/atau kurang sinkron satu sama lain. Dalam hal ini, masalah koordinasi yang kurang mantap dan terpadu menjadi sangat perlu untuk ditelaah lebih lanjut. Koordinasi dalam pengelolaan kawasan perbatasan, sebagaimana hendaknya melibatkan banyak instansi (Departemen/LPND), baik instansi terkait di tingkat pusat maupun antar instansi pusat dengan pemerintah daerah. Misalnya, belum terkoordinasinya pengembangan kawasan perbatasan antar negara dengan kerjasama ekonomi sub regional, seperti yang ditemui pada wilayah perbatasan antara Malaysia Timur dengan Kalimantan dengan KK Sosek Malindo dan BIMP-EAGAnya, serta dengan rencana pengembangan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Sanggau di Kalimantan Barat dan KAPET SASAMBA di Kalimantan Timur yang secara konseptual dan operasional perlu diarahkan dan dirancang untuk menumbuhkan daya saing, kompabilitas dan komplementaritas dengan wilayah mitranya yang ada di negara tetangga.

Selain isu koordinasi dalam pengembangan kawasan perbatasan, komitmen dan kebijakan Pemerintah untuk memberikan prioritas yang lebih tinggi dalam pembangunan wilayah perbatasan telah mengalami reorientasi yaitu dari orientasi keamanan (security approach) menjadi orientasi kesejahteraan/pembangunan (prosperity/development approach). Dengan adanya reorientasi ini diharapkan penanganan pembangunan kawasan perbatasan di Kalimantan dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal berikut : a) Pendekatan keamanan yang diterapkan Mabes TNI di dalam penanganan KK Sosek Malindo, walaupun berbeda namun diharapkan dapat saling menunjang dengan pendekatan pembangunan. b) Penanganan KK Sosek Malindo selama ini ternyata tidak tercipta suatu keterkaitan (interface) dengan program pengembangan kawasan dan kerjasama ekonomi regional seperti BIMP-EAGA, yang sebenarnya sangat relevan untuk dikembangkan secara integrative dan komplementatif dengan KK Sosek Malindo. c) Terkait dengan beberapa upaya yang telah disepakati di dalam pengembangan kawasan perbatasan antar negara, khususnya di Kalimantan dengan KK Sosek Malindonya, diperlukan pertimbangan terhadap upaya percepatan pengembangan kawasan perbatasan tersebut melalui penanganan yang bersifat lintas sektor dan lintas pendanaan. Isu pengembangan daerah perbatasan lainnya secara umum diilustrasikan sebagai berikut : 1) Kaburnya garis perbatasan wilayah negara akibat rusaknya patok-patok di perbatasan Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur menyebabkan sekitar 200 hektare hutan wilayah Republik Indonesia berpindah masuk menjadi wilayah Malaysia (Media Indonesia, 21 Juni 2001). Ancaman hilangnya sebagian wilayah RI di perbatasan Kalimantan Barat dengan Malaysia Timur akibat rusaknya patok batas negara setidaknya kini menjadi 21 patok yang terdapat di Kecamatan Seluas, kabupaten Bengkayang, memerlukan perhatian. Selain di Kabupaten Bengkayang, kerusakan patok-patok batas juga terjadi di wilayah Kabupaten Sintang dan Kapuas Hulu, masing-masing berjumlah tiga dan lima patok (Media Indonesia, 23 Juni 2001). 2) Pengelolaan sumber daya alam belum terkoordinasi antar pelaku sehingga memungkinkan eksploitasi sumber daya alam yang kurang baik untuk pengembangan daerah dan masyarakat. Misalnya, kasus illegal lodging yang juga terkait dengan kerusakan patok-patok batas yang dilakukan untuk meraih keuntungan dalam penjualan kayu. Depertemen Kehutanan pernah menaksir setiap bulannya sekitar 80.000-100.000 m3 kayu ilegal dari Kalimantan Timur dan sekitar 150.000 m3 kayu ilegal dari Kalimantan barat masuk ke Malaysia (Kompas, 20 Mei 2001). 3) Kepastian hukum bagi suatu instansi dalam operasionalisasi pembangunan di wilayah perbatasan sangat diperlukan agar peran dan fungsi instansi tersebut dapat lebih efektif. Contohnya, Perum Perhutani yang ditugasi Pemerintah untuk mengelola HPH eks PT. Yamaker di perbatasan Kalimantan-Malaysia baru didasari oleh SK Menhut No. 3766/Kpts-II/1999 tanggal 27 Mei 1999, namun tugas yang dipikul Perhutani meliputi menata kembali wilayah perbatasan dalam rangka pelestarian sumber daya alam, perlindungan dan pengamanan wilayah perbatasan dan pengelolaan hutan dengan sistem tebang pilih . Tugas ini bersifat lintas sektoral dan lintas wilayah sehingga diperlukan dasar hukum yang lebih tinggi. 4) Pengelolaan kawasan lindung lintas negara belum terintegrasi dalam program kerja sama bilateral antara kedua negara, misalnya keberadaan Taman Nasional Kayan Mentarang yang terletak di Kabupaten Malinau dan Nunukan, di sebelah Utara Kalimantan Timur, sepanjang perbatasan dengan Sabah Malaysia, seluas 1,35 juta hektare. Taman ini merupakan habitat lebih dari 70 spesies mamalia, 315 spesies unggas dan ratusan spesies lainnya.

5) Kawasan perbatasan mempunyai posisi strategis yang berdampak terhadap hankam dan politis mengingat fungsinya sebagai outlet terdepan Indonesia, dimana terjadi banyak pelintas batas baik dari dan ke Indonesia maupun Malaysia. Ancaman di bidang hankam dan politis ini perlu diperhatikan mengingat kurangnya pos lintas batas legal yang disepakati oleh kedua belah pihak, misalnya di Kalimantan Barat dengan Serawak/Sabah hanya ada 2 pos lintas batas legal dari 16 pos lintas batas yang ada. 6) Kemiskinan akibat keterisolasian kawasan menjadi pemicu tingginya keinginan masyarakat setempat menjadi pelintas batas ke Malaysia berlatar belakang untuk memperbaiki perekonomian masyarakat mengingat tingkat perekonomian Malaysia lebih berkembang. 7) Kesenjangan sarana dan prasarana wilayah antar kedua wilayah negara pemicu orientasi perekonomian masyarakat, seperti di Kalimantan, akses keluar (ke Malaysia) lebih mudah dibandingkan ke ibukota kecamatan/kabupaten di wilayah Kalimantan. 8) Tidak tercipta keterkaitan antar kluster social ekonomi baik kluster penduduk setempat maupun kluster binaan pengelolaan sumber daya alam di kawasan, baik keterkaitan ke dalam maupun dengan kluster pertumbuhan di negara tetangga. 9) Adanya masalah atau gangguan hubungan bilateral antar negara yang berbatasan akibat adanya peristiwa-peristiwa baik yang terkait dengan aspek ke-amanan dan politis, maupun pelanggaran dan eksploitasi sumber daya alam yang lintas batas negara, baik sumber daya alam darat maupun laut. Berdasarkan isu strategis dalam pengelolaan daerah perbatasan negara selama ini, dapat dikemukakan beberapa permasalahan yang menonjol di daerah perbatasan sebagai berikut : a) Belum adanya kepastian secara lengkap garis batas laut maupun darat. b) Kondisi masyarakat di wilayah perbatasan masih tertinggal, baik sumber daya manusia, ekonomi maupun komunitasnya. c) Beberapa pelanggaran hukum di wilayah perbatasan seperti penyelundupan kayu/illegal lodging, tenaga kerja dan lain-lain. d) Pengelolahan perbatasan belum optimal, meliputi kelembagaan, kewenangan maupun program. e) Eksploitasi sumber daya alam secara ilegal, terutama hasil hutan dan kekayaan laut. f) Munculnya pos-pos lintas batas secara ilegal yang memperbesar terjadinya out migration, economic asset secara ilegal. g) Mental dan professional aparat (stake holders di pusat dan daerah serta aparat keamanan di pos perbatasan). Perkembangan Lingkungan Strategis Masalah perbatasan tidak terlepas dari perkembangan lingkungan strategis baik internasional, regional maupun nasional. Dalam era globalisasi, dunia makin terorganisasi dan makin tergantung satu sama lain serta saling membutuhkan. Konsep saling keterkaitan dan ketergantungan dalam masyarakat internasional berpengaruh dalam bidang-bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamananan. Berbagai negara sambil tetap mempertahankan identitas serta batas-batas teritorial negaranya, mereka membuka semua hambatan fisik, administrasi dan fiskal yang membatasi gerak lalu lintas barang dan orang. Perkembangan kerjasama ASEAN diharapkan akan dapat menciptakan keterbukaan dan saling pengertian sehingga dapat dihindarkan terjadinya konflik perbatasan. Hal ini didukung oleh semakin meningkatnya hubungan masyarakat perbatasan baik dari sudut sosial budaya maupun ekonomi. Dalam era reformasi dan dengan kondisi kritis yang masih berkepenjangan, penanganan masalah perbatasan belum dapat dilakukan secara optimal.

Strategi Pengembangan Daerah Perbatasan Penyusunan Peraturan Perundang-undangan. Konsepsi peng-elolaan perbatasan negara merupakan titik temu dari tiga hal penting yang harus saling bersinergi, yaitu: 1) Politik Pemerintahan Indonesia untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dalam wadah NKRI. 2) Pelaksanaan otonomi daerah yang bertujuan untuk memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa, terutama masyarakat di daerah-daerah. 3) Politik luar negeri yang bebas-aktif dalam rangka mewujudkan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Oleh sebab itu dalam penyusunan peraturan perundang-undangan harus selalu memperhatikan dan berdasarkan tiga hal tersebut di atas. Pembentukan Kelembagaan Khusus menangani Masalah Perbatasan. Persoalan pengelolaan perbatasan negara sangat kompleks dan urgensinya terhadap integritas negara kesatuan RI,sehingga perlu perhatian penuh pemerintah terhadap penanganan hal-hal yang terkait dengan masalah perbatasan, baik antar negara maupun antar daerah. Pengelolaan perbatasan antar negara masih bersifat sementara (ad-hoc) dengan leading sektor dari berbagai instansi terkait. Pada saat ini, lembaga-lembaga yang menangani masalah perbatasan antar negara tetangga adalah: 1) General Border Committee RI-PNG diketuai oleh Panglima TNI. 2) Join Border Committee RI-PNG (JBC) diketuai oleh Menteri Dalam Negeri. 3) Join Border Committee RI-UNTAET (Timtim) diketuai oleh Dirjen Pemerintah Umum Departemen Dalam Negeri. 4) Join Commisison Meeting RI Malaysia (JCM) diketuai oleh Departemen Luar Negeri yang sifatnya kerjasama bilateral. Dalam penanganan masalah perbatasan agar dapat berjalan secara optimal perlu dibentuk lembaga yang dapat berbentuk : Forum/setingkatDewan dengan keanggotaan terdiri dari pimpinan Institusi terkait. Dewan dibantu oleh sekretariat Dewan. Bentuk ini mempunyai kelebihan dan penyelesaian masalah lebih terpadu dan hasilnya lebih maksimal, karena didukung oleh instansi terkait. Sedangkan kelemahannya tidak operasional, keanggotaan se-ring berganti-ganti, sehingga kurang terjadi adanya kesinambungan kegiatan. Badan (LPND) yang mandiri terlepas dari institusi lain dan langsung di bawah presiden. Bentuk ini mempunyai kelebihan bersifat otonom, hasil kebijakannya bersifat operasional dan personil terdiri dari sumber daya manusia yang sesuai dengan bidang kerjanya. Sedangkan kelemahannya dapat terjadi pengambil-alihan sektor, sehingga kebijakan yang ditetapkan kurang didukung oleh sektor terkait. Mewujudkan sabuk pengaman (koridor). Dalam menjaga kedaulatan Negara dan keamanan. Untuk lebih mewujudkan keamanan negara RI Khususnya di wilayah perbatasan dengan negara tetangga perlu diciptakan sabuk pengaman yang berfungsi sebagai sarana kontrol dimulai dari titik koordinat ke arah tertentu sepanjang perbatasan. Penyusunan Program Secara Komprehensif dan Integral. Penyusunan program secara integral dan komprahensif dalam hal ini melibatkan sektor-sektor yang terkait dalam masalah penanganan perbatasan, seperti masalah kependudukan, lalu lintas barang/perdagangan, kesehatan, ke-amanan, konservasi sumber daya alam. Penataan batas negara dalam upaya memperkokoh keutuhan integritas NKRI. Penataan batas seperti yang telah diuraikan di atas berupa batas fisik baik batas alamiah ataupun buatan. Dengan kejelasan batas-batas tersebut akan memperjelas kedaulatan fisik wilayah negara RI.

Pembangunan Ekonomi dan Percepatan Pertumbuhan Perekonomian Perbatasan Berbasis Kerakyatan. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting dalam peningkatan ketahanan di daerah perbatasan. Kualitas sumber daya manusia ataupun tingkat kesejahteraan yang rendah akan mengakibatkan kerawanan terutama dalam hal yang menyangkut masalah sosial dan pada gilirannya dapat mengganggu stabilitas nasional secara keseluruhan. Oleh sebab itu perlu adanya peningkatan taraf hidup masyarakat di daerah perbatasan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam usaha pertumbuhan perekonomian perbatasan yang berbasis kerakyatan antara lain: 1) Potensi sumber daya alam setempat 2) Kelompok swadaya masyarakat. Sedangkan bentuk usaha percepatan pertumbuhan perekonomian perbatasan yang berbasis kerakyatan antara lain: Penguatan kapasitas kelembagaan masyarakat adat/kelompok-kelompok swadaya masyarakt yang sudak ada. Pemberdayaan, pendam-pingan dan penguatan peran serta perempuan dalam kegiatan perekonomian atau sosial. Pengembangan wawasan kebangsaan masyarakat di kawasan perbatasan. Menghidupkan peran lembaga keungan mikro dalam peningkatan pertumbuhan perekonomian. Identifikasi potensi dan pengembangan sektor-sektor unggulan di daerah perbatasan. Sistem Keamanan Perbatasan Sistem keamanan perbatasan dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam penataan sistem ke-amanan perbatasan Indonesia dengan negara tetangga antara lain adalah Geografi, letak geografi Indonesia sangat strategis, karena berada di jalur perdagangan internasional. Hal-hal penting yang berkaitan dengan letak geografi antara lain : Di wilayah laut, berbatasan dengan 10 negara (India,Malaysia, Singapura,Thailand, ietnam, Philipina, Palau, PNG, Australia,Timor Lorosae). Di wilayah darat, berbatasan dengan 3 negara (Malaysia,PNG dan Timor Lorosae). Jumlah pulau 17.508, panjang pantai 80.791 Km, luas wilayah termasuk ZEE 7,7 juta Km lautan 5,8 juta Km. Perbandingan luas wilayah darat dan laut adalah 1 : 3. b. Sumber kekayaan alam di perbatasan perlu mendapatkan pe-ngamanan/perhatian serius yang meliputi : 1) Potensi pertambangan umum/migas 2) Potensi kehutanan 3) Potensi kehutanan/perkebunan 4) Potensi perikanan

KETAHANAN NASIONAL BAB-I PENDAHULUAN 1. Umum

a. Tingkat kemajuan suatu bangsa dalam mewujudkan citacitanya, pada hakekatnya merupakan produk perjuangan generasi sebelumnya yang dicapainya secara bertahap, berlanjut dan berkesinambungan dengan pola yang sesuai situasi dan kondisi pada zamannya. b. Proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 telah mengantar bangsa Indonesia kealam kemerdekaan dengan membentuk negara kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Cita-cita yang dicetuskan dalam rangka pembentukan negara kesatuan Republik Indonesia itu dirumuskan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial berdasarkan Pancasila. c. Bangsa Indonesia dalam penyelenggaraan kehidupan negara yang dijiwai oleh cita-cita nasional telah terjadi interaksi yang dinamis tentang diri dan lingkungannya, memiliki cara pandang, wawasan nasional atau pandangan hidup yang disebutnya Wawasan Nusantara. Wawasan Nusantara adalah pandangan hidup bangsa Indonesia dalam memanfaatkan konstelasi geografi Indonesia, sejarah dan kondisi sosial budaya untuk mengejawantahkan segala dorongan dan rangsangan didalam usaha pencapaian aspirasi bangsa dan kepentingan serta tujuan-tujuan nasional. d. Dalam usaha mencapai kepentingan, tujuan dan cita-cita nasional, bangsa Indonesia dihadapkan pada tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan yang harus ditanggulangi. Oleh karena itu untuk menghadapi hal tersebut bangsa Indonesia harus mempunyai kekuatan, kemampuan, daya tahan dan keuletan yang handal yang berpedoman pada Wawasan Nusantara. Adapun kekuatan, kemampuan,keuletan dan daya tahan tersebut dinamakan Ketahanan Nasional.

2. Maksud dan Tujuan1. Maksud. Sebagai bahan ajaran bagi para Perwira Siswa

Pendidikan Reguler Seskoad dalam mengikuti pendidikan.

2. Tujuan. Agar para Perwira Siswa memahami faktor-faktor

statis dan dinamis dalam Tahnas serta mampu menganalisis dan menerapkan dalam pelaksanaan tugas.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Pembahasan pelajaran ini meliputi uraian tentang konsepsi dasar Tahnas,delapan gatra, hubungan antar gatra dan kaitannya dengan pembangunan nasional, yang disusun dengan tata urut sebagai berikut: a. Pendahuluan. b. Konsepsi Dasar Tannas Indonesia. c. Konsepsi Gatra demi Gatra. d. Konsepsi hubungan antar Gatra. e. Pola Umum Operasional Tannas Indonesia. f. Ketahanan Nasional dan Pembangunan Nasional. g. Evaluasi. h. Penutup.

BAB-II KONSEP DASAR KETAHANAN NASIONAL INDONESIA 4. Pengertian. Ketahanan Nasional Indonesia merupakan kondisi dinamik bangsa Indonesia yang berisi keuletan dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, didalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan serta gangguan baik yang datang dari luar mapun dari dalam, yang langsung mapun tidak langsung

membahayakan integritas, indentitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 45 serta perjuangan mengejar tujuan perjuangan nasional Indonesia. Dalam pengertian tersebut, ketahanan nasional adalah kondisi kehidupan nasional yang harus diwujudkan. Suatu kondisi kehidupan yang dibina secara dini terus menerus dan sinergik, mulai dari pribadi, keluarga, lingkungan, daerah dan nasional, bermodalkan keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional. Proses berkelanjutan untuk mewujudkan kondisi tersebut dilakukan berdasarkan pemikiran geostrategi berupa suatu konsepsi yang dirancang dan dirumuskan dengan memperhatikan kondisi bangsa dan konstelasi geografi Indonesia. Konsepsi tersebut dinamakan konsepsi ketahanan nasional Indonesia. 5. Konsepsi Tahnas. Konsepsi Tahnas Indonesia adalah konsepsi pengembangan kekuatan nasional melalui pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan yang seimbang, serasi dan selaras dalam seluruh aspek kehidupan secara utuh dan menyeluruh dan terpadu berlandaskan Pancasila, UUD 1945 dan Wawasan Nusantara. Dengan kata lain, konsepsi Tahnas Indonesia merupakan pedoman (sarana) untuk meningkatkan (metoda) keuletan dan ketangguhan bangsa yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, dengan pendekatan kesejahteraan dan keamanan. Kesejahteraan dapat digambarkan sebagai kemampuan bangsa dalam menumbuhkan dan mengembangkan nilai-nilai nasionalnya, demi sebesar-besar kemakmuran yang adil dan merata, rohaniah dan jasmaniah. Sedangkan keamanan adalah kemampuan bangsa melindungi nilai-nilai nasionalnya terhadap ancaman dari luar maupun dari dalam. 6. Hakekat Tahnas dan Konsepsi Tahnas Indonesia. a. Hakekat Ketahanan Nasional Indonesia adalah keuletan dan ketangguhan bangsa yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, untuk dapat menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara dalam mencapai tujuan nasional.

b. Hakekat konsepsi ketahanan nasional Indonesia adalah pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan secara seimbang, serasi dan selaras dalam seluruh aspek kehidupan nasional. 7. Asas-asas Ketahanan Nasional Indonesia. Asas Ketahanan Nasional Indonesia adalah tata laku yang didasari nilai-nilai yang tersusun berlandaskan Pancasila, UUD 1945 dan Wawasan Nusantara yang terdiri dari : a. Asas Kesejahteraan dan Keamanan. Kesejahteraan dan keamanan dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dan merupakan kebutuhan manusia yang mendasar serta esensial, baik sebagai perorangan maupun kelompok dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan demikian kesejahteraan dan keamanan merupakan asas dalam system kehidupan nasional. Tanpa kesejahteraan dan keamanan sistem kehidupan nasional tidak akan dapat berlangsung, sehingga dengan demikian kesejahteraan dan keamanan merupakan nilai intrinsik yang ada pada sistem kehidupan nasional itu sendiri. Dalam realisasinya kondisi kesejahteraan dan keamanan dapat dicapai dengan menitikberatkan pada kesejahteraan, tetapi tidak berarti mengabaikan keamanan. Sebaliknya memberikan prioritas pada keamanan tidak boleh mengabaikan kesejahteraan. Baik kesejahteraan maupun keamanan harus selalu ada, berdampingan pada kondisi apapun. Dalam kehidupan nasional tingkat kesejahteraan dan keamanan nasional yang dicapai merupakan tolok ukur ketahanan nasional. b. Asas Komprehensif Integral atau menyeluruh Terpadu. Sistem kehidupan nasional mencakup segenap aspek kehidupan bangsa secara utuh menyeluruh dan terpadu dalam bentuk perwujudan persatuan dan perpaduan yang seimbang, serasi dan selaras dari seluruh aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan demikian ketahanan nasional mencakup ketahanan segenap aspek

kehidupan bangsa secara utuh, menyeluruh dan terpadu (komprehensif integral). c. Asas Kekeluargaan. Asas kekeluargaan mengandung keadilan, kearifan, kebersamaan, kesetaraan, gotong royong, tenggang rasa dan tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam asas ini diakui adanya perbedaan dan perbedaan tersebut harus dikembangkan secara serasi dalam hubungan kemitraan, serta dijaga agar tidak berkembang menjadi konflik yang bersifat antagonistik yang saling menghancurkan. 8. Sifat. Ketahanan Nasional (Tahnas) Indonesia sebagai Kondisi Dinamik Bangsa Indonesia memiliki sifat-sifat : a. Manunggal, yaitu memilki sifat integratif yang diartikan terwujud kesatuan dan perpaduan yang seimbang, serasi dan selaras seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. b. Mawas Kedalam, yaitu Ketahanan Nasional terutama diarahkan kepada diri bangsa dan negara itu sendiri, karena Ketahanan Nasional bertujuan mewujudkan hakekat dan sifat nasionalnya sendiri dengan kemandirian. Hal ini tidak berarti bahwa ketahanan nasional menganut isolasi atau nasionalisme sempit. Sikap mawas kedalam, dalam memelihara hubungan internasional, memberikan dampak keluar yang memiliki unsur daya saing. c. Kewibawaan, yaitu Ketahanan Nasional, sebagai hasil pandangan yang bersifat manunggal tersebut mewujudkan kewibawaan nasional yang akan diperhitungkan oleh pihak lain sehingga merupakan daya tangkal (deterrent). Makin tinggi tingkat kewibawaan makin besar daya tangkal tersebut. d. Dinamis, yaitu tingkatan Ketahanan Nasional suatu negara tidak tetap melainkan dapat meningkat dan menurun tergantung pada situasi dan kondisi bangsa dan

negara itu sendiri. Ini sesuai dengan pengertian bahwa segala sesuatu didunia ini senantiasa berubah dan bahwa perubahan itu sendiri berubah. e. Menitik Beratkan Konsultasi dan Saling Menghargai Ketahanan Nasional tidak mendahulukan sikap adu kekuasaan dan adu kekuatan. Konsepsi adu kekuasaan dan adu kekuatan bertumpu pada kekuatan fisik, sedangkan Ketahanan Nasional tidak mengutamakan kekuatan fisik tetapi memanfaatkan daya dan kekuatan lain, seperti kekuatan moral yang ada pada suatu bangsa. 9. Kebijaksanaan Umum. Pada dasarnya Konsepsi Tahnas (Indonesia) memberikan umpan balik pada Pola Operatif pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan didalam kehidupan nasional, yaitu : a. Pengaturan dan penyelenggaraan aspek-aspek kehidupan nasional (Gatra) dilaksanakan secara utuh menyeluruh (komprehensif-integral). b. Pengaturan dan penyelenggaraan aspek-aspek kehidupan nasional menggunakan pendekatan kesejahteraan dan keamanan. c. Pengaturan dan penyelenggaraan aspek-aspek kehidupan dilaksanakan berdasarkan kondisi riil, hakekat tantangan dan ancaman, serta berorientasi pada tujuan nasional. Karena itu, diperlukan apresiasi yang tepat. d. Setiap aspek kehidupan nasional (Gatra) harus dilihat sebagai sumber kekuatan nasional. Konsepsi Tahnas Indonesia yang berpedoman pada Wawasan Nusantara pada hakekatnya merupakan konsepsi pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan didalam kehidupan nasional, bangsa dan negara Indonesia. Pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan yang hendak dicapai untuk mewujudkan Tahnas Indonesia dapat digambarkan sebagai kemampuan Bangsa dan Negara Indonesia untuk menumbuhkan dan mengembangkan nilai-nilai Pancasila

dan UUD 45. Sedang pengaturan dan penyelenggaraan keamanan yang mewujudkan Tannas Indonesia dapat digambarkan sebagai kemampuan untuk melindungi nilai-nilai itu terhadap ancaman dari dalam maupun dari luar. 10. Evaluasi. 1. Apa yang saudara ketahui tentang konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia ? b. Apa yang dimaksud dari asas kesejahteraan dan keamanan ? c. Apa yang saudara ketahui tentang sifat mawas kedalam dari Tannas Indonesia sebagai kondisi dinamik bangsa ? 4. Jelaskan apa yang dimaksud tentang sifat menitik beratkan konsultansi dan saling menghargai ? e. Jelaskan bagaimana pola operatif pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan didalam kehidupan nasional kita ?

BAB III KONSEPSI GATRA DEMI GATRA 11. Gatra Geografi. Dari data tentang letak geografi Indonesia dapat memberikan gambaran tentang bentuk kedalam dan bentuk keluar. Bentuk kedalam menampakkan corak, wujud dan tata susunan dan bentuk keluar dapat diketahui situasi dan kondisi lingkungan serta hubungan timbal balik antara negara dan lingkungannya. Negara Indonesia sebagai wadah bangsa Indonesia dengan batas-batas nasionalnya, memberikan ciri bagi bangsa Indonesia.

a. Geografi sebagai Faktor Statis 1) Topografi. Negara Republik Indonesia merupakan Negara Kesatuan yang berbentuk kepulauan, terdiri dari + 17.534 buah pulau. Luas seluruh wilayah Republik Indonesia, berdasar TAP MPR No. IV Tahun 1973 ialah + 7.3 Juta km2 Wilayah daratan Republik Indonesia sekarang adalah 1.919.170 km2 . Luas wilayah perairan meliputi + 5,4 juta km2. Perbandingan luas wilayah daratan dan wilayah lautan ialah 1 : 3. 2) Posisi Astronomis. Indonesia terletak diantara 95 o dan 141o Bujur Timur serta antara 6 o Lintang Utara dan 11 o Lintang Selatan : Indonesia berada di daerah tropik. 3) Posisi Perbatasan. Disebelah Timur Wilayah Indonesia berbatasan dengan wilayah Papua Nugini, Australia dan Timor Leste sedangkan disebelah utara berbatasan dengan wilayah India (Nikobar), Malaysia, Singapura, Philipina dan Vietnam. 4) Posisi Silang. Indonesia menempati dan memiliki posisi silang bukannya dalam arti geografi, tetapi juga dalam arti transportasi, lalulintas, komunikasi, ideologi dan politik, sosial dan ekonomi, demografi dan militer. Posisi yang demikian ini memberikan kepada Indonesia kedudukan dan peranan yang penting sekali dalam persoalan-persoalan dalam negeri maupun luar negeri. Namun posisi yang semacam ini memiliki kerawanannya, karena terbuka kesegala pejuru dan dapat di dekati dari segenap penjuru pulau.5. Iklim. Karena letaknya didaerah tropis, maka iklim

Indonesia panas dan lembab. Tumbuh-tumbuhan dan hutan hutan hidup subur. Iklim tersebut berpengaruh terhadap perikehidupan ekonomi, sosial, politik, budaya dan juga terhadap pertahanan dan keamanan.

6) Sumber-sumber Kekayaan Alam. Indonesia mempunyai potensi sumber-sumber alam yang kaya terutama bahan-bahan vital dan strategis seperti minyak bumi, timah, bauksit, karet dan lain-lain. b. Geografi sebagai Faktor Dinamis 1) Etnologi. Bangsa Indonesia merupakan hasil daripada perpaduan budaya antara penduduk asli dengan bangsa-bangsa pendatang dari Asia dan Eropa melalui proses sejarah yang berabad-abad lamanya. 2) Sosial Budaya. Tata hidup sosial budaya Bangsa Indonesia berlandaskan kepribadian nasional yang melalui proses seleksi menerima unsur-unsur sosial budaya dari luar, yang menjadi satu keselarasan baru yang serasi tanpa menghilangkan ciri-ciri aslinya. Di Indonesia unsur-unsur agama dan budaya (HinduBudha-Islam-Khatolik-Protestan dan aliran kepercayaan lainnya) dapat hidup rukun berdampingan secara harmonis. 3) Sejarah. Sejarah bangsa Indonesia sejak abad ke 16 merupakan rangkaian perjuangan melawan penjajahan dan penindasan. Perlawanan yang terus menerus terhadap penjajahan lokal oleh bangsa Portugis, Inggris dan penjajahan seluruh wilayah Indonesia oleh bangsa Belanda dan Jepang, telah membuktikan betapa besar semangat perjuangan bangsa Indonesia terhadap setiap dominasi asing. 4) Mental Psikologi. Unsur-unsur diatas membentuk sifat, watak dan perangai bangsa Indonesia yang reseptif terhadap macam-macam faham, aliran, kepercayaan dan pengetahuan. Ia tidak apriori menolak barang baru, toleran dan mempunyai rasa kekeluargaan dan persaudaraan. Betapapun perbedaan adat istiadat, bahasa, budaya namun sifat persatuan dan kesatuan seperti dalam motto Bhineka Tunggal Ika tetap tercermin.

5) Ideologi. Pancasila merupakan dasar falsafah Negara dan bangsa Indonesia dan sekaligus merupakan alat pemersatu, pandangan hidup, pegangan hidup, tujuan hidup dan cara hidup Bangsa Indonesia. Ia menjiwai setiap bentuk tata laku dan perilaku bangsa Indonesia. Sejak dijadikan dasar negara pada tanggal 18 Agustus 1945 hingga sekarang, Pancasila tetap dapat memancarkan hikmah dan keramatnya. 6) Politik. Politik dalam negeri dan politik luar negeri Indonesia berlandaskan falsafah Pancasila, UUD 1945 untuk mencapai tujuan nasional bangsa Indonesia. Indonesia menjalankan politik luar negeri yang bebas aktif, anti kolonialisme dan anti imperialisme dalam segala bentuk dan manifestasinya dari manapun datangnya. 7) Ekonomi. Sumber-sumber alam seperti minyak bumi, biji besi, timah, batubara, bauksit, emas, perak, nikel, tembaga dan lain-lainnya merupakan sumber kekayaan bangsa Indonesia. 8) Komunikasi. Perhubungan darat, laut maupun jaring-jaring telekomunikasi radio dan sarana perhubungan dalam dan luar negeri menyangkut kepentingan strategi dan taktik. Pemindahan penduduk dalam rangka transmigrasi maupun pemindahan pasukan beserta logistiknya sangat memerlukan sarana tersebut. Diperlukan sarana yang kuat untuk melindungi lalu lintas laut, udara dan daratan dari hambatan, ancaman, gangguan dan tantangan dari luar dan dalam lalu-lintas internasional melintasi laut dan udara, Samudera Indonesia. Hal ini memberi kemungkinan kepada Indonesia untuk memainkan peranan sebagai pengawas dan pengatur lalu-lintas tersebut sesuai dengan kepentingan nasionalnya. 9) Demografi. Penyebaran penduduk yang tidak merata dan pertumbuhan penduduk Indonesia cukup tinggi merupakan suatu kerawanan. Namun demikian

bila dapat dikelola dengan baik merupakan suatu potensi bagi bangsa Indonesia. 12. Gatra Kekayaan Alam. Kekayaan alam Indonesia adalah segala sumber dan potensi alam diatas permukaan serta didalam bumi dan laut yang berada diwilayah kekuasaan/juridiksi Negara Republik Indonesia, yang berdasar pada: a. TAP MPR NO. IV Tahun 1973. b. Batas-batas landas kontinen Indonesia yang telah disetujui antara negara tetangga. c. Zone Ekonomi Ekslusif Indonesia 200 mil laut diukur dari garis-garis pangkal laut, yaitu jalur diluar laut wilayah Indonesia sebagaimana ditetapkan berdasarkan UU No 4 Prp. Tahun 1960 tentang perairan Indonesia. Pasal 33 ayat (3) UUD-45 beserta penjelasannya menetapkan, bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Hal ini sesuai dengan Charter of Economic Rights and Duties Of States PBB, yang menyatakan bahwa setiap negara memiliki dan berhak menjalankan kedaulatan secara penuh, meliputi hak memiliki, menggunakan dan mengusahakan atas seluruh kekayaan alamnya. Konsep penguasaan oleh negara tersebut tidak berarti, bahwa warga negara Republik Indonesia tidak boleh mengusahakan serta memanfaatkan kekayaan alam yang ada. Sumber-sumber kekayaan alam sebagai karunia Tuhan adalah untuk memberi kehidupan kepada mahluknya dan kekayaan wilayah Nusantara baik potensial maupun efektif adalah modal dan milik bersama bangsa untuk memenuhui keperluan hidup sehari-hari bangsa Indonesia. Tujuan pengelolaan kekayaan alam adalah untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari segenap potensi sumber alam yang tersedia untuk meningkatkan kesejahteraan dan keamanan Bangsa dan Rakyat Indonesia berlandaskan Wawasan Nusantara. a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi 1) Lokasi sumber kekayaan alam tidak merata diseluruh Nusantara dan tidak ada kaitannya dengan distribusi penduduk Indonesia, sehingga pemanfaatannya memerlukan berbagai pertimbangan.

2) Sifat kekayaan alam saling bergantung dan mempengaruhi, sehingga pemanfaatannya memerlukan pertimbangan secara teknis, ekonomi, sosial dan lingkungan. 3) Untuk dapat memanfaatkan kekayaan alam secara optimal diperlukan modal, pengetahuan dan teknologi serta tenaga yang terampil. b. Kebijaksanaan dan Strategi1. Pengelolaan dan pemanfaatan kekayaan Indonesia pada

dasarnya adalah oleh dan untuk Bangsa Indonesia, dilakukan dengan cara-cara yang tidak merusak tata lingkungan hidup manusia dengan memperhitungkan kebutuhan generasi yang akan datang. Dalam keadaan kemampuan nasional masih terbatas maka dapat dilakukan kerjasama dengan perusahaan asing, dengan syarat yang paling menguntungkan bagi kepentingan nasional. 2) Dalam hubungan pemanfaatan kekayaan alam sebagai komoditi ekspor harus didasarkan pada prinsip peningkatan kesempatan kerja dengan mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi dan barang jadi, serta mendapatkan harga yang sebaik mungkin. 3) Pengembangan kekayaan alam sebagai sumber energi harus menghemat pemakaian sumber minyak dan gas bumi, dan menggantikannya dengan sumbersumber non minyak, seperti batu bara, tenaga air, tenaga panas bumi, tenaga nuklir serta energi non konvensional seperti biogas, biomas, tenaga angin dan tenaga surya. 4) Melindungi serta mengolah sumber kekayaan alam dengan cara tepat, terarah dan bijaksana serta memetingkan manfaat untuk rakyat banyak daripada segolongan kecil masyarakat atau pribadi.

5) Untuk dapat mengolah serta memanfaatkan sumber kekayaan alam berdasar asas maksimal, lestari dan daya saing, maka perlu : a) Melakukan inventarisasi tentang jumlah, mutu jenis dan penyebaran kekayaan alam untuk mengetahui potensi riil yang dapat dimanfaatkan. b) Menyusun kebijaksanaan dan peraturan tentang penggunaan yang efisien dan memberikan kemanfaatan, kesejahteraan dan keamanan. c) Membuat perencanaan jangka panjang dengan cara pendekatan yang komprehensif integral serta dituangkan kedalam bentuk program pelaksanaan yang serasi. 4. Membangun kemampuan nasional untuk tersedianya : Pembentukan dana yang cukup, tenaga kerja terlatih, ilmu pengetahuan serta teknologi yang tepat guna, serta aparat negara yang berkesadaran nasional. e) Membina kesadaran nasional untuk pemanfaatan, kelestarian kekayaan alam dan penggarapan secara tersinkronisasi dan terintegrasi oleh berbagai pihak guna pencapaian hasil yang maksimal. 13. Gatra Penduduk. Penduduk diartikan sebagai : manusia ( orang seorang maupun kelompok) yang mendiami atau bertempat tinggal disuatu tempat wilayah. Penduduk dari suatu daerah propinsi atau negara Indonesia dapat dilihat dari struktur, karakteristik dan komposisi serta faktor penyebab perubahannya. Analisa kependudukan berkaitan dengan masalah sosial, ekonomi, politik, maupun keamanan dan ketahanan nasional sebagai akibat dari perubahan jumlah, komposisi, perimbangan dan persebaran.

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi 1) Jumlah dan komposisi penduduk setiap saat dapat berubah disebabkan karena fertilitas, mortalitas, dan migrasi. Pengaruh fertilitas dan mortalitas terdapat perubahan jumlah dan komposisi penduduk dapat bersifat sebagai berikut : a) Tingkat fertilitas dan mortalitas sama-sama tinggi, maka jumlah dan komposisi penduduk akan sangat lamban perubahannya. b) Bila tingkat fertilitas dan mortalitas sama-sama rendah, maka jumlah dan komposisi penduduk juga tidak banyak mengalami perubahan. c) Bila fertilitas tinggi sedangkan mortalitas menurun dengan cepat dan atau rendah, maka jumlah dan komposisi penduduk akan mengalami perubahan yang pesat. d) Bila fertilitas rendah sedangkan mortalitas tinggi, maka jumlah dan komposisi penduduk juga akan mengalami perubahan besar (namun hal ini jarang terjadi). 2) Jumlah dan komposisi penduduk dipengaruhui oleh bekerjanya variable demografis. Tiap variable juga dipengaruh oleh faktor-faktor lain. Variable fertilitas dan mortalitas sangat dipengaruhi oleh kemajuan ilmu pengetahuan yang telah berhasil menemukan berbagai obat untuk pemberantasan penyakit telah menyebabkan turunnya tingkat mortalitas. 3) Masalah Kependudukan di Indonesia dewasa ini pada dasarnya dapat digolongkan menjadi dua hal, yaitu :

a) Laju pertambahan penduduk Indonesia yang pesat terjadi sejak awal abad ke 20 yang lalu. Hal ini disebabkan menurunnya tingkat fertilitas. Laju pertambahan penduduk yang lebih pesat dari pertumbuhan ekonomi akan membawa konsekwensi sosial ekonomis, politik dan keamanan, maka tiap tahun peduduk yang termasuk golongan umur sekolah dan golongan pencari kerja juga terus meningkat. b) Persebaran penduduk di Indonesia yang sudah sejak dahulu kala memang tidak berimbang. Bilamana tingkat kemajuan sosial, ekonomi, politik dan keamanan tidak segera diratakan keseluruh pelosok Nusantara niscaya sebagian besar arus migrasi akan tetap menuju ke Jawa. Pembalikan arus migrasi ke luar Jawa hanya terjadi bilamana pemerataan hasil pembangunan keseluruh pelosok Nusantara dapat terlaksana. Masalah Kependudukan yang dihadapi Indonesia sejak awal abad ke 20 yang lalu bila dihubungkan dengan aspek Ketahanan Nasional dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Laju pertambahan penduduk dapat mempunyai arti positif bila dikaitkan dengan tersedianya tenaga kerja dan juga tersedianya angkatan kerja dan hal ini berarti memperkuat Ketahanan Nasional. b. Kebijaksanaan dan Strategi.1. Kebijaksanaan. Peningkatan pelayanan kesehatan dan

perbaikan gizi bagi seluruh penduduk serta program Keluaraga Berencana merupakan suatu bentuk pelaksanaan kebijaksanaan pemerintah dibidang kesehatan. Peningkatan usaha transmigrasi yang terpadu dengan usaha pengembangan pusat pertumbuhan, pusat pelayanan dan pembangunan wilayah secara keseluruhan. Penciptaan dan perluasan lapangan kerja yang dapat memenuhi dan mencukupi kebutuhan hidup para pekerja dan keluarganya.

2) Strategi. Pembangunan kesejahteraan dan keamanan harus diimbangi dengan pengaturan pertumbuhan serta persebaran jumlah penduduk secara serasi. Pengaturan laju pertumbuhan penduduk yang dirumuskan dalam kebijaksanaan kependudukan yang menyeluruh dan terpadu. 14. Gatra Ideologi. Ideologi adalah suatu sistem nilai yang merupakan kebulatan ajaran yang memberikan motivasi. Dalam ideologi juga terkandung konsep dasar tentang kehidupan yang dicita-citakan oleh suatu bangsa. Keampuhan suatu ideologi bergantung kepada rangkaian nilai yang dikandungnya yang dapat memenuhi serta menjamin segala aspirasi hidup dan kehidupan manusia, baik sebagai perseorangan maupun sebagai anggota masyarakat. a. Ketahanan dibidang Ideologi. Ketahanan Nasional Indonesia dibidang ideologi adalah kondisi dinamik bangsa Indonesia yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan serta gangguan yang datang dari luar maupun dari dalam, yang langsung maupun tidak langsung membahayakan kelangsungan hidup ideologi bangsa dan negara Republik Indonesia. Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia memiliki 5 (lima) unsur yaitu sila-sila sebagaimana dirumuskan dalam pembukaan Undang-undang dasar 1945, yaitu : Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusian yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kelima nilai ini merupakan kesatuan yang bulat dan utuh karena masing-masing nilai tidak dapat dipahami dan diberi arti secara terpisah dari keseluruhan nilai lainnya. Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa tidak identik dengan agama tetapi berkaitan dengannya. Nilai Ketuhanan yang maha Esa memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua pemeluk dan penganut kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa untuk berkembang dengan

subur, rukun dan damai. Nilai ini berfungsi sebagai kekuatan mental-spiritual didalam Ketahanan Nasional. Dalam nilai Kemanuasiaan yang adil dan beradab tersimpul nilai persamaan derajat, persamaan kewajiban dan hak, cinta-mencintai, hormat-menghormati, keberanian membela kebenaran dan keadilan, toleransi dan nilai gotong royong. Nilai Persatuan Indonesia dalam masyarakat Indonesia yang pluralistik ini merupakan faktor pengikat yang menjamin persatuan nasional. Nilai ini menempatkan persatuan dan kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi atau golongan. Persatuan nasional merupakan unsur utama bagi bangsa yang ingin maju. Nilai kerakyatan dijelmakan oleh persatuan nasional yang riil dan wajar dimana kedaulatan berada ditangan rakyat (demokrasi).Nilai ini mengutamakan kepentingan negara dan bangsa, musyawarah menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Demokrasi tanpa pimpinan dapat menjelma menjadi anarki dan pimpinan tanpa demokrasi dapat mengarah kediktaktoran dan totalister. Karena itu perlu diciptakan keseimbangan antara kepemimpinan dan kerakyatan. Nilai Keadilan Sosial menjamin kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat secara menyeluruh dan merata. Dalam nilai ini tersimpul sikap adil, menghormati hak orang lain dan sikap kegotong-royongan. Pancasila tidak hanya merupakan ideologi bangsa dan negara Indonesia, tetapi juga merupakan dasar negara Republik Indonesia yang merupakan sumber dari segala sumber hukum yang berlaku di Indonesia. Sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, Pancasila dapat mempersatukan masyarakat Indonesia yang majemuk. Sebagai jiwa dan kepribadian Bangsa Indonesia, Pancasila memberikan corak dan ciri khas kepada Bangsa Indonesia. Memiliki ideologi Pancasila yang sempurna dan cocok belum menjamin Ketahanan Nasional bangsa Indonesia dibidang ideologi. Untuk mencapai Ketahanan Nasional dibidang ini diperlukan penghayatan dan pengamalan Pancasila secara murni dan konsekwen, baik obyektif maupun subyektif.

Pelaksanaan obyektif yaitu bagaimana pelaksanaan nilainilai dalam ideologi itu dalam Undang-Undang Dasar dan segala peraturan perudang-undangan dibawahnya serta segala kegiatan penyelenggaraan Negara, sedangkan pelaksanaan subyektif adalah bagaimana nilai-nilai tersebut dilaksanakan oleh pribadi masing-masing dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai pribadi, anggota masyarakat dan warga negara. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi1. Kemajemukan masyarakat Indonesia. Secara sosiologi

bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa dengan adat istiadat, bangsa, pandangan hidup serta agama dan kepercayaan yang berbeda-beda. Dari segi agama ada yang menganut agama Islam, Kristen Protestan, Katolik Roma, Hindu dan Budha. Disamping itu ada juga penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Masing-masing mempunyai nilai-nilai yang dijadikan falsafah dan pandangan hidupnya sebagai umat beragama dan penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa di samping Pancasila. Perbedaan nilai-nilai ini sudah barang tentu dapat memperkaya dan memperkuat kepribadian dan kebudayaan bangsa. Tetapi dipihak lain hal ini dapat merupakan titiktitik rawan yang bisa menimbulkan sparatisme, sukuisme dan daerahisme dan perpecahan bangsa. Khusus yang menyangkut hubungan antar agama dan ideologi, nilai-nilai yang terkandung didalamnya tidak perlu dipertentangkan karena satu sama lain bisa memperkuat. Masing-masing mempunyai fungsi dan wilayah cakupan yang tidak perlu berbenturan. Agama mengatur sikap dan tingkah laku umatnya dalam kehidupan dunia dan akhirat, sedangkan ideologi dalam hal ini Pancasila mengatur sikap dan tingkah laku setiap

Warga negara Indonesia dalam hidup bernegara dan bermasyarakat. Konsep Bhineka Tunggal Ika dan Wawasan Nusantara harus terus dikembangkan dan ditanamkan dalam masyarakat yang mjemuk ini sebagai upaya untuk

selalu menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Disamping itu perlu dikembangkan sikap yang wajar dari anggota masyarakat itu sendiri dan pemerintah terhadap ideologi. 2) Perkembangan Dunia. Perkembangan dunia yang sangat cepat dan mendasar dipelbagai bidang dalam mencari tata hubungan baru dilapangan politik, ekonomi, maupun pertahanan dan keamanan telah menimbulkan persaingan antara kekuatan-kekuatan besar dunia dalam berbuat pengaruh, antara lain melalui penyusupan ideologi biarpun bangsa-bangsa di dunia makin menyadari, bahwa mereka saling membutuhkan dan saling bergantung kepada yang lain. 3) Kepemimpinan. Peranan kepemimpinan, formal maupun informal, dalam menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila menduduki tempat yang sangat strategis dan menentukan dalam masyarakat Indonesia. Penonjolan sikap dan tingkah laku seorang pemimpin dan kerabat keluarganya yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila akan memberi pengaruh yang sangat besar kepada masyarakat lingkungannya. Pengamalan nilai-nilai ini untuk masyarakat Indonesia ditentukan oleh suri tauladan para pemimpin yang menjadi penuntun masyarakat. 4) Pembangunan Nasional. Moral dan landasan pelaksanaan pembangunan nasional adalah Pancasila. Kalau tujuan pembangunan nasional tidak tercapai atau tidak berhasil mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur yang merata material dan spiritual, hal ini sudah barang tentu akan berpengaruh negatif terhadap Ketahanan Nasional Bangsa Indonesia dibidang Ideologi. Pembangunan yang berhasil akan memantapkan Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara. Dengan Pancasila gerak dan laju Pembangunan Indonesia harus dapat memberikan kehidupan yang lebih baik seperti yang dicita-citakan bersama. Kalau tidak, akan terbuka kemungkinan bangsa Indonesia akan berpaling dari Pancasila dan

mencoba membangun masa depannya dengan diilhami ideologi lain, seperti liberalisme atau komunisme. c. Kebijaksanaan dan Strategi. Sudah merupakan kesepakatan nasional, bahwa Pancasila sebagai landasan idiil bangsa dan negara Indonesia dan UUD 1945 sebagai landasan struktural bangsa dan negara Indonesia harus dipertahankan dan bahkan dilestarikan. Secara formal ketahanan nasional di bidang idiologi bagi bangsa dan negara Indonesia tidak merupakan masalah. Untuk mencapai Ketahanan Nasional dibidang idiologi secara nyata diperlukan pengahayatan dan pengamalan nilai-nilai Pancasila secara murni dan konsekwen. Untuk memperkuat Ketahanan nasional bangsa indsonesia dibidang idiologi perlu ditempuh strategi berikut : 1) Pengembangan Wawasan Nusantara. Bagi masyarakat Indonesia yang majemuk wawasan yang memandang kepulauan Indonesia sebagai satu kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan perlu dikembangkan. 2. Pembangunan yang merata dan seimbang. Kondisi geografi Indonesia mengharuskan dan mewajibkan suatu strategi pembangunan yang merata diseluruh wilayah Indonesia untuk memupuk rasa persatuan dan kesatuan dan untuk menghindarkan rasa keterpencilan yang dapat dengan mudah menumbuhkan keterasingan dan rasa tidak puas yang akan menghidupkan sparatisme. Pembangunan nasional juga harus menunjukkan keseimbangan antara pembangunan materil fisik dengan pembangunan mental spiritual untuk menghindari tumbuhnya materialisme dan sekularisme. 3) Pendidikan untuk memperkuat pancasila. Disamping melalui pendidikan moral pancasila nilainilai pancasila dapat ditanamkan pada diri anak didik dengan cara mengintegrasikannya kedalam mata pelajaran lain seperti sejarah Bangsa Indonesia, Kepramukaan,

pendidikan moral pancasila juga perlu diberikan kepada masyarakat secara non formal dan informal. 15. Gatra politik a. Ketahanan di bidang politik. Tannas dibidang politik Indonesia diartikan sebagai kondisi dinamik bangsa Indonesia berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, didalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan serta gangguan baik yang datang dari luar maupun dari dalam yang langsung maupun tidak langsung membahayakan kelangsungan kehidupan politik bangsa dan negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. 1) Politik dalam negeri. Politik dalam negeri adalah kehidupan politik dan kenegaraan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, yang disebut Demokrasi Pancasila. Kondisi-kondisi serta situasi kehidupan politik dan kenegaraan yang memungkinkan terlaksananya proses pembaharuan kehidupan politik dengan sisitim politik yang benarbenar demokrartis, dinamis efektif dan efesien yang dapat memperkuat kehidupan konstitusional. a) Sistem pemerintahan. Indonesia ialah negara yang berdasarkan atas hukum dan tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka. Pemerintahan berdasarkan atas sistem konstitusi (Hukum dasar), tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas). Kedaulatan rakyat dipegang oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, sebagai penjelmaan seluruh rakyat Indonesia. Majelis ini menetapkan Undang-Undang Dasar dan Garis-Garis Besar Haluan Negara, dan mengangkat Presiden dan Wakil Presiden. Majelis inilah yang memegang kekuasaan negara yang tertinggi, sedang Presiden menjalankan haluan negara menurut Garis-Garis Besar yang telah ditetapkan. Presiden tunduk dan bertanggung jawab kepada Majelis. Ia adalah mandataris dari

Majelis. Presiden ialah penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi dibawah Majelis dengan kekuasaan dan tanggung jawab ditangannya. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR. Presiden harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat untuk membentuk Undang-Undang dan menetapkan anggaran pendapatan dan belanja negara. Menteri negara diangkat dan diberhentikan oleh Presiden; Menteri negara tidak bertanggung jawab pada Dewan Perwakilan Rakyat. Meskipun Kepala Negara tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat, ia bukan diktator, artinya kekuasaannya tidak terbatas. Ia harus memperhatikan sunguh-sungguh suara Dewan Perwakilan Rakyat. Kedudukan Dewan Perwakilan rakyat adalah kuat. Dewan ini tidak bisa dibubarkan oleh Presiden. Kecuali itu Anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat semuanya merangkap menjadi anggota Majelis Permusyawaratan rakyat. Oleh karena itu, Dewan Perwakilan Rakyat dapat senantiasa mengawasi tindakan-tindakan Presiden dan jika Dewan menganggap bahwa presiden sungguh melanggar haluan negara yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang Dasar atau oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, maka Majelis itu dapat diundang untuk persidangan istimewa agar supaya minta pertanggung jawaban kepada Presiden. (Tata cara permintaan pertanggung jawaban ini telah diatur TAP MPR NO. III/MPR/1978, pasal 7). Meskipun kedudukan Menteri Negara bergantung Presiden, akan tetapi mereka bukan pegawai tinggi biasa oleh karena itu MenteriMenterilah yang terutama menjalankan kekuasaan pemerintah dalam praktek. Sebagai pemimpin Departemen, Menteri mengetahui seluk beluk lingkungan pekerjaannya. Untuk menetapkan politik pemerintah dan koordinasi dalam pemerintahan negara, para Menteri bekerja bersama satu sama lain seerat-eratnya dibawah pimpinan Presiden.

2. Pola kehidupan politik. Untuk terwujudnya ketahanan dibidang politik dalam negeri, perlu dipertahankan pola yang dipandang sesuai dengan kehidupan politik Bangsa Indonesia. Walaupun landasan idiil konstitusionalnya tetap, yakni Pancasila dan UUD-45, penyimpangan-penyimpangan telah terjadi seakan-akan merupakan uji coba (trial and error) dari sistem pemerintahan yang disusun menurut kepentingan politik berbagai golongan. Meskipun pada saat-saat tertentu masih terdapat sesuatu yang rawan dalam bidang politik dalam negeri RI, tetapi hal itu tidak terletak kepada sistem/pemeritahan negaranya, melainkan hanya menyangkut sesuatu kebijaksanaan pada sesuatu saat. Dari pengalaman tersebut maka sistem politik/pemeritahan negara dalam UUD-45 merupakan pola yang perlu dipertahankan, untuk tetap terwujudnya ketahanan politik Dalam Negeri. c) Cara pengambilan putusan. Didalam negara demokrasi, perbedaan pendapat merupakan sesuatu yang biasa. Namun demikian, perlu ada pengaturan dan penyelesaian, sehingga perbedaan pendapat itu akan menemukan intisari dari permasalahan dengan sebaik-baiknya. Didalam masyarakat pada dasarnya perlu dikemukakan adanya alasan mufakat, sehingga segala sesuatu diperlukan adanya alasan obyektif yang dapat dimengerti dan dapat diterima oleh pihak lain. Hanya dalam hal-hal tertentu yang sangat terpaksa dan telah diusahakan dengan segala usaha tidak memperoleh mufakat, dapat dilakukan pemungutan suara. Dengan demikian dapat dicegah kediktatoran mayoritas yang hanya mengandalkan banyaknya suara, demikian pula dapat dicegah adanya kediktatoran minoritas yang mengandalkan pernyataan tidak menyetujui sesuatu masalah.

d) Penyesuaian. Suatu sistem politik tidak mungkin bersifat statis beku, melainkan senantiasa berubah dan bergerak serta harus memiliki kemampuan mengadaptasi yang besar. Kemampuan mengadaptasi itu terletak pada seni kepemimpinan dari Kepala Negara dan pembantupembantunya, serta dinamika dari Bangsa Indonesia yang diwakili oleh wakil-wakilnya dalam DPR/MPR. Didalam menghadapi aspirasi yang hidup didalam masyarakat itu harus tetap dalam ruang lingkup Pancasila dan UUD-45, sehingga berkembang tetap pada arahnya. Penyesuaian tersebut harus benar-benar dilakukan atas dasar musyawarah untuk mufakat secara jujur, dan tidak hanya didasarkan atas kacamata legalitas belaka. e) Pencapaian tujuan. Tujuan Negara RI seperti tertera dalam alinea ke-4 UUD-45 merupakan sesuatu yang ditentukan dan disepakati oleh Bangsa Indonesia, termasuk cara yang ditempuh untuk mencapainya. Pencapaian tujuan tersebut harus dilandasi oleh Pancasila, landasan konstitusional UUD-45 dan landasan operasional Garis-garis Besar Haluan Negara. f) Integrasi. Sistem politik merupakan suatu sub sistem dari seluruh sistem sosial dan harus mampu mengintegrasikan sistem sosial itu sendiri. Ancaman, hambatan, tantangan dan gangguan terhadap sistem sosial dapat berupa rasa tidak puas, keresahan, ketegangan, perpecahan, desintegrasi dan sebagainya. Dalam hal ini maka Pancasila harus berperan politik dalam negeri dapat diukur dengan kemampuan melaksanakan sistem politik serta struktur politik dari UUD-45, sebagai bagian integral dari kehidupan kenegaraan. 2) Politik Luar Negeri. Politik Luar Negeri adalah salah satu sarana pencapaian kepentingan nasional dalam pergaulan antar bangsa. Politik Luar Negeri Indonesia

berlandaskan pada Pembukaan UUD-45 yakni melaksanakan ketertiban dunia yang berlandaskan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial dan anti penjajahan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. a) Sebagai komponen strategi nasional. Politik luar negeri merupakan proyeksi kepentingan nasional dalam kehidupan antar bangsa. Dijiwai oleh falsafah negara Pancasila sebagai tuntutan etika dan moral, politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif diabdikan kepada kepentingan nasional terutama untuk pembangunan nasional. Dengan demikian politik luar negeri merupakan komponen strategi nasional. Ketahanan Nasional dibidang politik luar negeri Indonesia adalah kondisi dinamik Bangsa Indonesia yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional didalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan serta gangguan yang datang dari luar maupun dalam, yang langsung maupun tidak langsung membahayakan politik luar negeri Indonesia. b) Garis Politik Luar Negeri. Politik Luar Negeri yang bebas dan aktif berarti : Bebas : Dalam pengertian bahwa Indonesia tidak memihak pada kekuatan-kekuatan yang pada dasarnya tidak sesuai dengan kepribadian bangsa. Aktif : Dalam pengertian tidak pasif, peranan Indonesia dalam percaturan Internasional tidak reaktif dan tidak menjadi obyek percaturan Internasional, tetapi berperan serta atas dasar cita-cita bangsa yang tercermin dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi 1) Faktor yang mempengaruhi politik dalam negeri :

1. Kepemimpinan nasional harus diterima oleh semua pihak. Sistem Pemilu sebaiknya menggunakan perpaduan antara sistem Proporsional & Sistem Distrik, namun lebih disempurnakan sehingga anggota DPR tidak tergantung dengan Parpol (tidak takut di Recall), namun nomor urut pemilihan tergantung dari jumlah pilihan rakyat. Apabila menggunakan sistem Distrik (Dati II) akan banyak suara yang hilang dan merugikan partai gurem namun jumlah partai harus dibatasi. 2. Pelaksanaan Pemilu. Pemilu yang langsung, umum, bebas, jujur dan adil akan memuaskan semua pihak yang melakukan pemilihan, dan berakibat meningkatkan Tannas. Sebaliknya apabila azas luber itu tidak terjamin maka keresahan akan timbul dan keadaan Tannas dapat menurun. c) Imbangan suara dalam lembaga-lembaga perwakilan rakyat. Bila imbangan suara di DPR/MPR dari fraksi-fraksi yang mendukung pemerintah hanya mempunyai perbedaan yang sangat kecil dengan fraksi-fraksi yang menentangnya, maka pemerintah akan labil dan akan menurunkan Tahnas. Sebaliknya apabila perbedaan suara itu cukup banyak, maka keadaan pemerintah akan menjadi lebih stabil dan akan meningkatkan Tahnas. Perlu diperhatikan bahwa apabila perbedaan suara itu terlalu banyak ialah lebih dari 2/3 suara dimiliki oleh satu golongan, akan melemahkan fungsi kontrol yang juga dapat menurunkan Tannas. d) Pemilihan pembantu-pembantu presiden. Pemilihan pembantu-pembantu presiden akan dapat berpengaruh bagi pelaksanaan tugas Presiden sebagai mandataris MPR. Seyogyanya diperhatikan agar semua kekuatan-kekuatan sosial politik dapat berparsitipasi dan merasa ikut bertanggung jawab, tidak hanya dalam bidang legislatif, tetapi juga bidangbidang lain dalam penyelenggaran pemerintahan negara.

4. Keresahan masyarakat. Keresahan masyarakat, terutama keresahan dikalangan generasi muda, yang tidak dapat diatasi oleh pemerintah akan dapat menurunkan Tannas. Sebaliknya apabila keresahan itu dapat penyaluran secara tepat keara yang positif, akan menaikan Tannas,keresahankeresahan yang mudah timbul dalam negara yang sedang membangun antara lain adalah : (1) Perbedaan yang menyolok antara si kaya dan si miskin. (2) Kesempatan memperoleh pekerjaan yang layak. (3) Kesempatan mengikuti pendidikan yang seluas-luasnya. (4) Kesempatan mengeluarkan pendapat secara bebas. (5) Pergantian generasi dengan perencanaan yang kurang mantap. f) Pengawasan Keuangan dan Penegakan Hukum. Apabila fungsi pengawasan keuangan telah dapat berjalan ketat, maka kepercayaan rakyat kepada pemerintah akan naik, sebaliknya kalau fungsi pengawasan keuangan masih lemah maka akibatnya kebocoran terjadi dimana-mana, dan kepercayaan rakyat kepada pemerintah akan menurun. Apabila fungsi penegakan hukum dapat berjalan baik, maka kepercayaan rakyat kepada alat-alat penegak hukum akan meningkat dan sebaliknya. Semuanya itu berpengaruh akan naik turunnya Tannas. g) Pembauran Bangsa. Apabila warganegara Indonesia keturunan asing bersikap eksklusif dan mementingkan dirinya sendiri-sendiri, maka pengelompokan etnis akan timbul, yang akhirnya dapat menjurus ke pertentangan antar kelompok

etnis, keadaan itu akan melemahkan Tannas. Sebaliknya kalau pembauran dapat diwujudkan maka kita terhindar dari adanya rasialisme dan Tannas kita akan naik. h) Wadah penyalur pendapat masyarakat. Partisipasi masyarakat dalam politik hanya dapat tumbuh apabila aspirasinya dapat disalurkan melalui kelembagaan Penyalur Pendapat Masyarakat, baik pada tempat desa, media massa maupun kelembagaan lain. j) Pemerataan hasil-hasil pembangunan. Usaha dari hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia. Bila asas pemerataan ini tidak tercapai, maka akan timbul ketimpangan sosial yang dapat menjurus kepada keresahan-keresahan yang dapat menurunkan Ketahanan Nasional. 2) Faktor yang mempengaruhi politik Luar Negeri : a) Faktor-faktor statis. Politik luar negeri pada hakekatnya merupakan sebagian dari kebijaksanaan nasional dari sistem politik suatu bangsa.Faktor-faktor riil yang harus diperhitungkan adalah : (1) Letak geografi Indonesia. Posisi silang Indonesia dapat memberikan keuntungan bagi pertumbuhan bangsa dalam arti kontak-kontak yang luas dengan bangsabangsa lain dapat dipetik manfaatnya. Posisi yang demikian ini memberikan kedudukan dan peranan yang penting sekali kepada Indonesia dalam persoalan-persoalan dalam negeri dan luar negeri. Namun posisi yang semacam ini memiliki kerawanan karena terbuka kesegala penjuru dan dapat di dekati dari segenap penjuru pulau. Dilain pihak karena kepentingan nasional bangsa-

bangsa sangat heterogen maka perlu kemampuan yang tinggi dalam menyerap hal-hal yang menguntungkan dan menolak unsur-unsur yang merugikan. Disamping itu kewaspadaan perlu dipelihara karena kepentingan-kepentingan itu beraneka ragam dan kadang-kadang bertentangan, dan yang akan selalu berusaha menarik Indonesia. (2) Kemampuan Penduduk. Indonesia merupakan negara ke-5 terbesar dalam jumlah penduduk di dunia dan merupakan negara yang terbesar penduduknya dibelahan bumi bagian selatan ini. Besarnya penduduk merupakan faktor yang positif dalam pengadaan tenaga kerja, namun kemampuan dan keterampilan merupakan faktor penentu pula dalam produktifvitas bangsa. (3) Kekayaan alam. Kecuali letak geografis yang sangat strategis Indonesia memiliki kekayaan alam, yang amat diperlukan dalam abad teknologi dewasa ini. Kekayaan alam Indonesia secara potensial tidak dapat dipisahkan dari permasalahan energi yang dihadapi oleh dunia. Permasalahan energi akan terus merupakan faktor yang berpengaruh dalam percaturan politik Internasional. Telah terbukti bahwa energi sewaktu-waktu dipakai