penolakan kantor urusan agama (kua) dalam …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/zainul...

106
PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL (Studi Kasus di KUA Kuwarasan Kabupaten Kebumen) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam Oleh Zainul Arifin NIM 21110018 JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015

Upload: others

Post on 08-Nov-2020

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM

MENIKAHKAN JANDA HAMIL

(Studi Kasus di KUA Kuwarasan Kabupaten Kebumen)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh

Zainul Arifin

NIM 21110018

JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2015

Page 2: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL
Page 3: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

i

PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM

MENIKAHKAN JANDA HAMIL

(Studi Kasus di KUA Kuwarasan Kabupaten Kebumen)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh

Zainul Arifin

NIM 21110018

JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2015

Page 4: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

ii

NOTA PEMBIMBING

Lamp : 4 (Empat) Eksemplar

Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

Kepada Yth

Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga

Di Salatiga

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Disampaikan Dengan Hormat, Setelah Dilaksanakan Bimbingan, Arahan

Dan Koreksi, Maka Naskah Skripsi Mahasiswa:

Nama : Zainul Arifin

NIM : 21110018

Judul :PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA)

DAlAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL (Studi

Kasus di KUA Kuwarasan Kabupaten Kebumen)

Dapat diajukan kepada fakultas syari’ah IAIN Salatiga untuk diujikan

dalam siding munaqasyah.

Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan

digunakan sebagaimana mestinya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salatiga, Maret 2015

Pembimbing

Drs. Badwan, M.Ag

NIP. 19561202 198003 1005

Page 5: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

iii

PENGESAHAN

Skripsi Berjudul:

PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM

MENIKAHKAN JANDA HAMIL (STUDI KASUS DI KUA KUWARASAN

KABUPATEN KEBUMEN)

Oleh:

Zainul Arifin

NIM 21110018

Telah dipertahankan dalam Sidang Munaqasyah Skripsi Fakultas Syari’ah,

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada 25 Maret 2015 dan telah

dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana dalam

hukum Islam

Dewan Sidang Munaqasyah

Ketua Sidang : Dra. Siti Zumrotun, M. Ag.

Sekretaris Sidang : Drs. Badwan, M.Ag.

Penguji I : Dr. Adang Kuswaya, M. Ag.

Penguji II : Tri Wahyu Hidayati, M. Ag.

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

FAKULTAS SYARI’AH Jl. Nakula Sadewa V No.9 Telp (0298) 3419400 Fax 323433 Salatiga 50722

Website: http//www.iainsalatiga.ac.id e-mail: [email protected]

Page 6: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

iv

PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Zainul Arifin

NIM : 21110018

Jurusan : Ahwal Al Syahsiyyah

Fakultas : Syariah

Judul : PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA)

DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL (STUDI

KASUS DI KUA KUWARASAN KABUPATEN

KEBUMEN)

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan

orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode

etik ilmiah.

Salatiga, 05 Maret 2015

Yang menyatakan

Zainul Arifin

NIM 21110018

Page 7: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

من جد وجد

“barangsiapa yang bersungguh-sungguh, maka pasti akan

mendapatkan”

PERSEMBAHAN

Bapak Dan Ibu Tercinta Yang Selalu Memberikan Kasih Sayang Dan Do’a

Untuk Keberhasilanku.

Saudara saya Yang Selalu Mensuport dan memberi motivasi.

Para Dosen yang selalu sabar dalam membagi ilmu

Kekasih tersayang Terbaikku Layla Yang Selalu Ada Disetiap Keluh-

Kesahku dan selalu menjadi penyemangatku.

Teman-Teman seperjuangan AHS 2010 Yang Akan Selalu terkenang.

Sahabat-sahabati PMII Kota Salatiga yang telah berjuang bersama.

Page 8: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

vi

KATA PENGANTAR

بسم الله الرحمن الرحيم

Assalamu’alaikum wr. wb.

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Salawat serta salam

semoga tercurah kepada baginda Rasulullah SAW yang selalu kami harapkan

syafaatnya. Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan yang dimiliki,

sehingga bimbingan, pengarahan, dan bantuan telah banyak penulis peroleh

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Dra. Siti Zumrotun, M. Ag. selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga.

3. Drs. Badwan, M.Ag., selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu,

tenaga, dan pikiranya guna membimbing penulis hingga terselesaikannya

skripsi ini.

4. Sukron Ma’mun, S.HI., M.Si, selaku Ketua Jurusan Ahwal Al

Syakhshiyyah.

5. Moh Khusen, M.Ag.,MA, selaku pembimbing akademik yang telah

membimbing penulis dalam perkuliahan.

6. Seluruh dosen dan staff IAIN Salatiga, terimakasih atas ilmu yang

diberikan.

Page 9: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

vii

7. Orang tuaku tersayang dan saudaraku yang telah turut serta membantu

dan memberikan dukungan baik materi maupun non-materi.

8. Sahabat-sahabati PMII yang tak lelah memberikan supportnya hingga

terselesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman AHS 2010 yang penulis sayangi

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

berperan dan membantu hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Akhirnya penulis menyadari atas keterbatasan yang dimiliki dalam

menyelesaikan penulisan skripsi ini, sehingga masih banyak ditemui

kekurangan dan ketidak sempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran dari

pembaca sangat penulis harapkan. Namun demikian sekecil apapun karya ini,

penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menjadi ilmu

yang berkah.

Teriring doa dan harapan semoga amal baik dan jasa semua pihak

tersebut di atas akan mendapat balasan yang melimpah dari Allah SWT.

Amin.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Penulis

Page 10: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

viii

ABSTRAK

Arifin, Zainul. 2015. Penolakan Kantor Urusan Agama (Kua) Dalam Menikahkan

Janda Hamil (Studi Kasus di KUA Kuwarasan Kabupaten Kebumen).

Skripsi. Jurusan Syari’ah. Program Studi Ahwal Al Syakhsiyyah.

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs.

Badwan, M.Ag.

Kata Kunci: Penolakan , KUA, Menikahkan, Janda Hamil

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan dan dasar hukum yang

digunakan Kantor Urusan Agama (KUA) Kuwarasan menolak menikahkan janda

hamil. Pertanyaan yang ingin dijawab adalah (1) bagaimana penyelesaian kasus-

kasus pernikahan janda hamil di KUA Kecamatan Kuwarasan Kabupaten

Kebumen ? (2) bagaimana tata administrasi yang dilakukan oleh KUA Kecamatan

Kuwarasan Kabupaten Kebumen terhadap laporan nikah janda hamil?

(3)bagaimana peran KUA Kecamatan Kuwarasan Kabupaten Kebumen dalam

sosialisasi ketentuan pernikahan wanita hamil?

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan normatif

sosiologis. dengan mengambil lokasi penelitian di KUA Kuwarasan Kabupaten

Kebumen. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara

dan dokumentasi. Data-data yang diperoleh dicek keabsahannya dengan metode

triangulasi. Selama pengumpulan data, data sudah mulai dianalisis. Data yang

terkumpul, dipaparkan berdasarkan klasifikasi sehingga tergambar pola atau

struktur dari fokus masalah yang dikaji kemudian diinterpretasikan sehingga

mendapatkan jawaban dari fokus penelitian tersebut.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa alasan penolakan

pelaksanaan pernikahan janda hamil, KUA Kuwarasan bersandar pada pendapat

ulama golongan syafiíyah yang berpendapat masa kandungan terlama adalah

empat tahun. Kemudian diasumsikan bahwa iddah wanita hamil adalah sampai

melahirkan. Adapun tata administrasi yang dilakukan KUA Kuwarasan terhadap

laporan pernikahan janda hamil, prosedur penolakannya adalah dengan

menyampaikan secara langsung kepada pihak pemohon kehendak nikah, dengan

menjelasakan bahwa permohonannya ditolak sampai anak dalam kandungan lahir.

KUA juga selalu berperan aktif melakukan sosialisasi terkait ketentuan

pernikahan wanita hamil melalui perkumpulan dengan Muspika dan P3N

(Pegawai Pembantu Pencatat Nikah) yang dilakukan sebulan sekali setiap hari

Rabu Pon di kantor KUA Kuwarasan. Dalam melakukan sosialisasi juga melalui

penyuluhun dan bimbingan catin pra nikah. Dengan demikian hasil penelitian ini

diharapkan bisa menjadi bahan pertimbangan pemerintah dan pegawai KUA

dalam menetapkan hukum. Selain itu dengan adanya penelitian ini diharapkan

mampu membuka paradigma baru tentang pernikahan wanita janda hamil.

Page 11: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... .... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... .... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................. .... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................... .... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................. .... v

KATA PENGANTAR ................................................................................. .... vi

ABSTRAK ................................................................................................. .... viii

DAFTAR ISI ............................................................................................... .... ix

DAFTAR TABEL ....................................................................................... .... xi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. .... xii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... .... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. .... 1

B. Fokus Penelitian .......................................................................... .... 6

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ .... 6

D. Kegunaan Penelitian.................................................................... .... 7

E. Penegasan Istilah ......................................................................... .... 8

F. Telaah Pustaka ............................................................................ .... 8

G. Metode Penelitian........................................................................ .... 9

H. Sistematika Penulisan ................................................................. .... 14

Page 12: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

x

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Pernikahan .............................................. 16

B. Tinjauan Fiqh Tentang Menikahi Wanita Hamil ............................. 40

C. Ketentuan Menikahi Wanita Hamil dalam Undang-Undang

Perkawinan dan KHI ........................................................................ 45

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Profil Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Kuwarasan ........ 47

B. Temuan Penelitian ............................................................................ 58

BAB IV ANALISIS DATA

A. Analisis Penolakan KUA Menikahakan Janda Hamil ..................... 60

B. Prosedur Penolakan Permohonan Nikah Janda Hamil dan Peran

KUA Dalam Sosialisasi Ketentuan Pernikahan Wanita Hamil........ 63

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................. .... 65

B. Saran ......................................................................................... .... 66

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 13: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data Jumlah Penduduk Kecamatan Kuwarasan.................................... 48

Tabel 4.1 Data Permohonan Pernikahan Janda Hamil .......................................... 63

Page 14: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Struktur Organisasi KUA Kuwarasan

Page 15: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Surat Tugas Pembimbing

Lampiran 3 Lembar Konsultasi

Lampiran 4 Daftar Nilai SKK

Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian

Lampiran 6 Surat Bukti Penelitian

Lampiran 7 Daftar Pertanyaan

Lampiran 8 Rencana Progam Kerja KUA Kuwarasan Tahun 2014

Lampiran 9 Daftar Pegawai KUA

Lampiran 10 Transkip Wawancara

Page 16: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

“Perkawinan menurut hukun Islam adalah pernikahan, yaitu akad

yang sangat kuat atau mitssaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah

dan melaksanakannya merupakan ibadah” (KHI,1991). Undang-undang

Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan menjelaskan bahwa tujuan

perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal, karena

perkawinan sebagai didefenisikan dalam pasal 1, adalah ikatan lahir

bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri

dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan

kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Kemudian pada pasal 2

(ayat 1) menyatakan bahwa: Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan

menurut hukum masing – masing agamanya dan kepercayaannya itu,

kemudian dilanjutkan dengan: tiap - tiap perkawinan dicatat menurut

peraturan dan perundang-undangan yang berlaku (ayat 2).

Terkait dengan perkawinan, Sayyid Sabiq (1980:7) menyatakan

bahwa:

Perkawinan suatu cara yang dipilih alloh sebagai jalan manusia

untuk beranak, berkembang biak dan kelestarian hidupnya, setelah

masing-masing pasangan siap melakukan peranannya yang positif

dalam mewujudkan tujuan perkawinan.

Page 17: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

2

Untuk menjamin tercapainya tujuan perkawinan banyak undang-

undang yang mengatur perkawinan, salah satunya adalah aturan mengenai

pernikahan wanita hamil. Tentang hamil diluar nikah sudah kita ketahui

sebagai perbuatan zina dan itu merupakan dosa besar. Persoalannya adalah

bolehkah menikahkan wanita yang hamil karena zina. Para ulama berbeda

pendapat dalam masalah ini, ada yang secara ketat tidak memperbolehkan,

ada pula yang menekankan pada penyelesaian masalah tanpa mengurangi

kehati-hatian mereka. Sejalan dengan sikap para ulama itu, ketentuan

hukum Islam menjaga batas-batas pergaulan masyarakat yang sopan dan

memberikan ketenangan dan rasa aman. Patuh terhadap ketentuan hukum

Islam, insyaAllah akan bisa mewujudkan kemaslahatan dalam masyarakat.

Dalam Impres No. 1 Tahun 1991 tentang penyebarluasan

Kompilasi Hukum Islam (KHI), Bab VIII Kawin Hamil sama dengan

persoalan menikahkan wanita hamil. Pasal 53 dari BAB tersebut berisi tiga

(3) ayat , yaitu :

1. Seorang wanita hamil di luar nikah, dapat dinikahkan dengan

pria yang menghamilinya.

2. Perkawinan dengan wanita hamil yang disebut pada ayat (1)

dapat dilangsungkan tanpa menunggu lebih dulu kelahiran

anaknya.

3. Dengan dilangsungkan perkawinan pada saat wanita hamil,

tidak diperlukan perkawinan ulang setelah anak yang dikandung

lahir.

Page 18: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

3

Penyelesaian persoalan pernikahkan wanita hamil apabila dilihat

dari KHI, telah jelas dan sederhana cukup dengan satu pasal dan tiga

ayat.Yang menikahi wanita hamil adalah pria yang menghamilinya, hal ini

termasuk penangkalan terhadap terjadinya pergaulan bebas, juga dalam

pertunangan. Asas pembolehan pernikahan wanita hamil ini dimaksudkan

untuk memberi perlindungan kepastian hukum kepada anak yang ada

dalam kandungan, dan logikanya untuk mengakhiri status anak zina.

Dalam kasus wanita hamil yang akan menikah dengan laki-laki

yang menghamilinya, ada dua pendapat yaitu : Imam Malik menyatakan

harus menunggu sampai kelahiran anak yang dikandung wanita tersebut.

Abu Hanafah dan Syafi’i berpendapat boleh mengawini perempuan zina

tanpa menunggu masa iddah habis. Kemudian Syafi’i juga membolehkan

kawin dengan perempuan zina sekalipun di waktu hamil, sebab hamil

semacam ini tidak menyebabkan haramnya dikawini (Sabiq, 1981: 150).

Pada kasus yang terjadi di KUA Kecamatan Kuwarasan Kabupaten

Kebumen, seorang janda yang telah lama bercerai dan telah habis masa

iddah dengan mantan suaminya kemudian hamil dengan kekasihnya dan

hendak menikah tetapi ditolak oleh KUA. KUA berpendapat bahwa yang

bersangkutan harus menunggu sampai melahirkan anak yang ada dalam

kandungan dengan alasan bahwa bayi terlama dalam kandungan adalah 4

tahun. Ini pendapat Imam Syafi’i kata pegawai KUA. Padahal dalam

undang-undang tidak ada yang mengatur pernikahan janda hamil harus

menunggu kelahiran anak.

Page 19: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

4

Seharusnya kasus seperti ini disikapi serius oleh kepala KUA

selaku PPN, karena PPN berkewajiban memberikan bimbingan dan

penyuluhan kepada masyarakat serta menyelesaikan masalah perkawinan

yang terjadi di masyarakat berdasarkan peraturan yang berlaku.

Kantor Urusan Agama (KUA) sebagai unit kerja terdepan

Kementrian Agama melaksanakan sebagian tugas pemerintah di bidang

agama Islam, di wilayah kecamatan (KMA No.517/2001 dan PMA No.

11/2007). Dikatakan sebagai unit kerja terdepan, karena KUA secara

langsung berhadapan dengan masyarakat. Karena itu wajar apabila

keberadaan KUA sangat urgen seiring keberadaan Kementrian Agama.

Konsekuensi peran itu, aparat KUA harus mampu mengurus rumah

tangga sendiri dengan menyelenggarakan manajemen kearsipan,

administrasi surat-menyuratdan statistik serta dokumentasi yang mandiri.

Selain itu, KUA juga di tuntut betul-betul mampu menjalankan tugas di

bidang pencatatan nikah dan rujuk (NR) secara benar.

Kantor Urusan Agama Kecamatan sesuai KMA 517 tahun 2001

pasal 2 mempunyai tugas di Kabupaten/Kota di bidang Urusan Agama

Islam dalam wilayah kecamatan. Fungsi KUA berdasarkan pasal 3 KMA

517 tahun 2001, adalah:

1. Menyelenggarakan Statistik dan Dokumentasi (berdayakan

Penyuluh dan Pengawas).

2. Menyelenggarakan surat menyurat, pengurusan surat, kearsipan,

pengetikan dan rumah tangga (PMA No. 1 Tahun 1996 ).

Page 20: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

5

3. Pencatatan NR, mengurus dan membina Masjid, Zakat, Wakaf,

Ibadah Sosial, Pengembangan Keluarga Sakinah, Kependudukan

sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan Dirjen Bimas Islam

dan Perpu yang berlaku (KMA No. 517 Tahun 2001 Pasal 3).

KUA merupakan satu-satunya lembaga pemerintah yang

berwenang melakukan pencatatan pernikahan dikalangan umat Islam.

Eksistensi KUA tidak semata karena pemenuhan tuntutan birokrasi saja

tetapi secara substansial juga bertanggung jawab penuh terhadap

pelaksanaan keabsahan sebuah pernikahan. Dewasa ini persoalan-

persoalan perkawinan yang dihadapi oleh umat muslim semakin

kompleks. KUA sebagai lembaga yang bertanggung jawab atas keabsahan

pernikahan diharuskan mampu menyelesaikan permasalahan pernikahan

yang terjadi di masyarakat.

KUA Kecamatan Kuwarasan adalah salah satu KUA yang juga

menghadapi permasalahan yang kompleks, seperti kasus janda yang hamil

di luar pernikahan dan bermaksud menikah. Ternyata KUA Kecamatan

Kuwarasan tidak serta merta menerima dan menikahkan janda hamil

tersebut. Agaknya ada kesenjangan antara peraturan hukum dengan

praktek yang terjadi, yang menarik untuk diteliti. Selain itu penulis juga

ingin meneliti lebih lanjut populasi kasus penolakan menikahkan janda

hamil di KUA Kecamatan Kuwarasan Kabupaten Kebumen setelah

berlakuknya UUP No.1 tahun 1974. Penulis akan membahas hal tersebut

dalam bentuk skripsi yang berjudul: “Penolakan Kantor Urusan Agama

Page 21: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

6

(KUA) Dalam Menikahkan Janda Hamil (Study Kasus di KUA

Kuwarasan Kabupaten Kebumen)”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, dengan demikian fokus

penelitian dalam skripsi ini adalah:

1. Bagaimana penyelesaian kasus-kasus pernikahan janda hamil di

KUA Kuwarasan Kabupaten Kebumen ?

2. Bagaimana tata administrasi yang dilakukan oleh KUA

Kuwarasan Kabupaten Kebumen terhadap laporan nikah janda

hamil?

3. Bagaimana peran KUA Kuwarasan Kabupaten Kebumen dalam

sosialisasi ketentuan pernikahan janda hamil?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan fokus penelitian yang menjadi target skripsi ini,

maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui cara penyelesaian kasus pernikahan janda hamil di

KUA Kecamatan Kuwarasan Kabupaten Kebumen.

2. Mengetahui tata administrasi terhadap laporan nikah janda hamil

di KUA Kecamatan Kuwarasan Kabupaten Kebumen.

3. Mengetahui peran KUA Kecamatan Kuwarasan Kabupaten

Kebumen dalam sosialisasi ketentuan pernikahan wanita hamil.

Page 22: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

7

D. Kegunaan Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik

secara teoritis maupun secara praktis diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Secara Teoritik

a. Untuk memenuhi tugas dan melengkapi persyaratan guna memperole

gelar Sarjana Hukum Islam pada Fakultas Syari’ah Jurusan Ahwal

Al-Syakhshiyyah IAIN Salatiga.

b. Sebagai upaya pengembangan ilmu pengetahuan tentang munakahat

dan memperkaya khazanah keislaman khususnya yang berhubungan

dengan pernikahan wanita hamil.

2. Secara Praktis

a. Bagi KUA

Untuk menjadikan masukan agar KUA lebih selektif dan berhati-

hati dalam melaksanakan tugasnya sebagai Pegawai Pencatat Nikah

dan sebagai dasar pengembangan dalam memperbaiki pemahaman

masyarakat tentang sistem perkawinan yang ada, norma agama dan

sosial yang berlaku.

b. Bagi Jurusan Ahwal Al-Syakhshiyyah

Untuk menambah ilmu pengetahuan dan pembentukan pola berfikir

kritis serta pemenuhan prasyarat dalam menyelesaikan pembelajaran

Ilmu Hukum Islam dalam bidang hukum keluarga.

Page 23: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

8

E. Penegasan Istilah

Sebelum memulai menyusun skripsi ini perlu penulis sampaikan

bahwa judul skripsi adalah “Penolakan Kantor Urusan Agama (KUA)

Menikahkan Janda Hamil (Study Kasus di KUA Kecamatan Kuwarasan

Kabupaten Kebumen)”.

Untuk menghindari kesalahpahaman pengertian, maka penulis

kemukakan pengertian serta sekaligus penegasan judul skripsi ini sebagai

berikut:

1. Penolakan: perbuatan menolak; pencegahan

2. Kantor Urusan Agama (disingkat: KUA) adalah kantor yang

melaksanakan sebagian tugas kantor Kementerian Agama Indonesia

di kabupaten dan kotamadya di bidang urusan agama Islam dalam

wilayah kecamatan.

3. Nikah: perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami

istri. Menikahkan: mengawinkan; melakukan upacara nikah;

4. Janda : wanita yang tidak bersuami lagi karena bercerai ataupun

karena ditinggal mati suaminya.

5. Hamil: orang yang mengandung.

F. Telaah Pustaka

Sebagaimana deskripsi dalam latar belakang masalah, penelitian ini

fokus pada pembahasan mengenai perkawinan janda hamil. Ada beberapa

skripsi yang telah membahas tentang perkawinan wanita hamil. Skripsi

Page 24: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

9

tersebut melakukan penelitian tentang perkawinan wanita hamil dengan

pendekatan yang berbeda.

Skripsi Abdul Hamid yang berjudul Menikahi Wanita Hamil

Dalam Perspektif Hukum Islam, Skripsi Sekolah Tinggi Agama Islam

Negeri (STAIN) Salatiga, 2005. Dalam skripsi ini menjelaskan bagaimana

hukum menikahi wanita hamil dan bagaimana pandangan hukum islam.

Sedang yang dibahas disini adalah mengenai penolakan menikahkan janda

hamil oleh KUA.

Persoalan kawin hamil diantaranya dibahas oleh siti sa’adah, yang

menjelaskan tentang pasal dalam KHI yaitu pasal 53 tentang kawin hamil

(ditinjau dari teori maslahah mursalah), dalam skripsinya Siti Sa’adah

menerangkan tentang bagaimana penyelesaian kasus dalam KHI mengenai

kawin hamil, serta menekankan segi positif dan segi negative yang

ditimbulkan, serta pemecahanya, tetapi belum ditemukan pembahasan

tentang penolakan pernikahan janda hamil, untuk itu penulis tegaskan

bahwa penelitian ini membahas dari segi yang berbeda.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan

(field research) yaitu penelitian dengan terjun langsung ke lapangan

guna mengadakan penelitian pada obyek yang akan dibahas. Jenis

penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Dalam hal ini

KUA Kecamatan Kuwarasan Kabupaten Kebumen yang menjadi objek

Page 25: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

10

penelitian, untuk memperoleh data yang berhubungan dengan alasan

melakukan pernikahan hamil zina, alasan KUA tersebut menolak

menikahkan janda hamil.

2. Kehadiran Peneliti

Dalam hal ini kehadiran peneliti merupakan hal yang utama

karena peneliti secara langsung mengumpulkan data di lapangan. Status

peneliti dalam pengumpulan data diketahui oleh informan secara jelas

guna menghindari kesalahpahaman antara peneliti dan informan.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di KUA Kecamatan Kuwarasan

Kabupaten Kebumen yang beralamat di Jl. Den Endro 150 m

Kecamatan Kuwarasan Kabupaten Kebumen.

4. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Sumber data primer; yaitu hasil temuan data di lapangan melalui

wawancara dengan pegawai KUA Kecamatan Kuwarasan Kabupaten

Kebumen.

b. Sumber data sekunder; yaitu data yang diperoleh dari literatur buku-

buku, perundang-undangan tentang perkawinan dan kepustakaan

ilmiah lain yang menjadi referensi maupun sumber pelengkap

penelitian.

5. Prosedur Pengumpulan Data

a. Wawancara

Page 26: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

11

Wawancara sebagai salah satu teknik dalam penelitian yang

bertujuan untuk mengumpulkan keterangan atau data (Daymon &

Holloway, 2002: 259). Dalam hal ini, penulis melakukan wawancara

terhadap para pegawai KUA Kecamatan Kuwarasan Kabupaten

Kebumen.

b. Observasi

Observasi merupakan suatu cara pengumpulan data dengan

jalan pengamatan secara langsung di lapangan mengenai obyek

penelitian. Metode ini penulis gunakan sebagai langkah awal

mengetahui kondisi objektif objek penelitian. Dengan observasi di

lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam

keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang

holistic atau menyeluruh (Sugiyono,2013:228).

Objek yang diteliti adalah KUA Kuwarasan Kabupaten

Kebumen. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara

pengamatan langsung di KUA Kecamatan Kuwarasan.

c. Dokumentasi

Adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis,

seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat,

teori, dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan

dengan masalah penelitian (Margono, 2004:23).

Page 27: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

12

6. Analisis Data

Data yang diperoleh, baik dari studi lapangan maupun studi

pustaka pada dasarnya merupakan data tataran yang dianalisis secara

deskriptif kualitatif, yaitu data yang terkumpul dituangkan diuraikan

secara logis dan sistematis dan selanjutnya dianalisis dan ditarik

kesimpulan. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,

dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya

dapat diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono,2013:244).

7. Pengecekan keabsahan Data

Data-data yang diperoleh dicek keabsahannya dengan metode

triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil

wawancara terhadap objek penelitian (Moloeng, 2004:330). Pengecekan

keabsahan data dilakukan karena dikhawatirkan masih adanya

kesalahan atau kekeliruan yang terlewati oleh penulis.

Pengecekan dilakukan dengan cara membandingkan hasil

pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan apa yang

dikatakan informan satu dengan informan lain, maupun

membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang berkaitan.

Dalam hal triangulasi, Susan Stainback (1988) menyatakan

bahwa tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang

Page 28: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

13

beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti

terhadap apa yang telah ditemukan (Sugiyono,2013:241).

8. Tahap-tahap penelitian

Adapun Tahap-tahap penelitian yang dilakukan penulis adalah

sebagai berikut:

a. Sebelum melakukan penelitian penulis menentukan ide atau tema

yang akan diteliti yaitu penolakan KUA menikahkan janda hamil.

b. Mengajukan permohonan izin observasi dari IAIN kepada KUA

Kecamatan Kuwarasan.

c. Penulis mencari informasi dari pegawai KUA yang bertugas di

KUA Kecamatan Kuwarasan.

d. Berdasar informasi yang didapatkan ada beberapa kasus penolakan

pernikahan janda hamil di KUA Kecamatan Kuwarasan.

e. Penulis terjun ke lapangan untuk mengumpulkan data dengan

melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi.

f. Melakukan analisis data sejak pengumpulan data dimulai sampai

seluruh data terkumpul.

g. Analisis data dilakukan dengan cara: pertama, membuat rekap data

berdasar klasifikasi. Kedua, penulis menjelaskan terlebih dahulu

berbagai hal tentang konsep dasar perkawinan, alasan-alasan

penolakan menikahkan janda hamil oleh KUA. Ketiga,

menginterpretasikan hasil penelitian untuk mendapatkan

kesimpulan hasil dari fokus penelitian.

Page 29: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

14

h. Penyusunan laporan penelitian.

H. Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini disajikan secara keseluruhan dibagi

menjadi lima bab, yaitu:

BAB I pendahuluan yang menguraikan latar belakang masalah,

fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah,

telaah pustaka, metode penelitian yang meliputi; jenis penelitian, sumber

data, prosedur pengumpulan data, analisis data, dan sistematika Penulisan.

BAB II penulis menyajikan pandangan secara garis besar tentang

konsep perkawinan menurut hukum islam, Undang-Undang Perkawinan

Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam, sebagai patokan

dalam menganalisa data-data yang terkumpul, yaitu anjuran perkawinan

dan larangan zina, tujuan dan hikmah perkawinan, prinsip-prinsip

perkawinan, hukum menikahi wanita hamil menurut pendapat ulama,

menurut UUP dan KHI.

Bab III merupakan paparan data yang terdiri dari deskripsi objek

penelitian yaitu mengenai gambaran umum KUA Kecamatan Kuwarasan

Kabupaten Kebumen, yang berisi tentang sejarah dan latar belakang

lembaga, visi misi, kepengurusan, tugas dan fungsi, program

lembaga,kinerja lembaga dan mengenai peranan KUA terkait penolakan

pernikahan janda hamil.

Page 30: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

15

Bab IV yaitu pembahasan tentang analisis mengenai pernikahan

janda hamil karena zina serta alasan penolakan KUA Kecamatan

Kuwarasan menikahkan janda hamil.

Bab V yaitu penutup, berisi kesimpulan dan saran-saran.

Page 31: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

16

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Pernikahan

1. Pengertian pernikahan

Perkawinan atau pernikahan menurut hukum Islam adalah suatu

akad atau perikatan untuk menghalalkan hubungan kelamin antara laki-

laki dan perempuan dalam rangka mewujudkan kebahagiaan hidup

keluarga, yang diliputi rasa ketentraman serta kasih sayang dengan cara

yang diridloi Allah. (Basyir 1996: 11). Perkawinan adalah suatu perjanjian

yang suci antara seorang laki-laki dengan seorang wanita untuk

membentuk keluarga bahagia dan kekal. Demikian menurut Dr. Anwar

Haryono, SH.

Jadi perkawinan itu adalah suatu aqad (perjanjian) yang suci untuk

hidup sebagai suami istri yang sah, membentuk keluarga bahagia dan

kekal, yang unsur umumnya adalah sebagai berikut:

a. Perjanjian yang suci antara seorang pria dengan seorang wanita.

b. Membentuk keluarga bahagia dan sejahtera (makruf, sakinah,

mawaddah dan rahmah).

c. Kebagiaan yang kekal abadi penuh kesempurnaan baik moral materiil

maupun spiritual. (Ramulyo, 1996: 45)

Firman Alloh:

Page 32: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

17

Artinya:“Dan segala sesuatu Kami ciptakan

berpasang-pasangan supaya kamu mengingat

kebesaran Allah”.( Adz Dzariyaat: 49)

Menurut Imam Syafi’i, pengertian nikah ialah suatu akad yang

denganya menjadi halal hubungan seksual antara pria dengan wanita

sedangkan menurut arti majazi nikah artinya hubungan seksual. Prof.

Mahmud Yunus mengatakan, nikah itu artinya hubungan seksual atau

setubuh (Ramulyo, 1996: 02).

Perkawinan merupakan suatu cara yang dipilih allah sebagai jalan

bagi manusia untuk beranak, berkembang biak dan beranak dimana

masing-masing pasangan harus melakukan peranannya demi terwujudnya

tujuan perkawinan. Perkawinan, sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an

merupakan bukti dari kemahabijaksanaan Allah Swt dalam mengatur

makhluk-Nya.

Firman allah:

Artinya: dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia

menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri,

supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,

dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.

Page 33: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

18

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat

tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.(ar ruum: 21).

2. Hukum Melaksanakan Pernikahan

Menurut pendapat para ulama Syafi’iyah, hukum melaksanakan

perkawinan atau pernikahan adalah mubah. Sedangkan menurut ulama

Hanafiyah, Malikiyah dan Hanabilah berpendapat bahwa hukum

melaksankan perkawinan ialah sunnah, sedangkan golongan Dzahiriyah

mengatakan bahwa perkawinan ialah suatu hal yang wajib dilakukan bagi

orang yang telah mampu tanpa dikaitkan adanya kekhawatiran akan

berbuat zina apabila tidak kawin. (Daradjat dkk, 1982: 59)

Namun demikian kalau dilihat dari segi kondisi orang yang

melakukan dan tujuan, melaksankan perkawinan adalah wajib, tetapi

hanya bagi sebagian orang, sunnah bagi sebagian yang lain, haram bagi

sebagian yang lain, makruh bagi sebagian yang lain dan mubah bagi

sebagaian yang lain lagi.

Ada beberapa pembagian hukum melaksanakan perkawinan, yaitu

sebagai berikut:

a. Wajib

Menikah hukumnya wajib bagi orang yang mampu mewujudkan

sarananya, yang dengan itu akan terpelihara dari perbuatan zina.

Menjauhkan diri dari perbuatan haram adalah wajib. Apabila seseorang

tertentu penjagaan dirinya hanya akan terjamin dengan kawin, maka

melakukan perkawinan perkawinan hukumnya adalah wajib. Jadi,

Page 34: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

19

perkawinanan merupakan sarana memelihara diri dari maksiat. (Azam dan

Hawwas, 2009: 45)

b. Sunnah

Menikah hukumnya sunnah bagi orang yang sudah mampu

menikah dan kuat nafsunya, tetapi masih mampu mengendalikan diri dari

perbuatan haram. Dalam kondisi seperti ini, perkawinan lebih baik dari

pada membujang karena membujang (tabattul) tidak dibenarkan dalam

Islam.

c. Haram

Menikah haram hukumnya bagi orang yang tidak

menginginkannya karena tidak mampu memberi nafkah, baik nafkah lahir

maupun nafkah batin kepada isterinya kelak, serta nafsunya tidak

mendesak, atau dia mempunyai keyakinan bahwa apabila menikah, ia akan

keluar dari agama Islam. Al-Qurtubi, salah seorang ulama madhab Maliki

berpendapat bahwa apabila calon suami menyadari tidak akan mampu

menafkahi istrinya kelak dan tidak mampu membayar mahar untuk

istrinya, atau kewajiban lain yang menjadi hak istri, haram mengawini

seseorang dan harus bersabar sampai ia mampu memenuhi hak-hak

istrinya, barulah ia boleh menikah. (Basyir, 2007: 15)

d. Makruh

Perkawinan hukumnya makruh bagi seseorang yang lemah

syahwat dan tidak mampu memberi belanja istrinya, walaupun tidak

Page 35: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

20

merugikan calon istri karena calon istri tergolong orang kaya. Imam

Ghazali berpendapat bahwa apabila suatu perkawinan dikhawatirkan akan

berakibat mengurangi semangat beribadah kepada allah dan semangat

bekerja dalam bidang ilmiah, hukumnya lebih makruh dari pada yang telah

disebutkan di atas. (Basyir, 2007: 16)

e. Mubah

Bagi orang yang mampu untuk melaksanakan perkawinan, tetapi

apabila tidak melaksanakannya tidak khawatir akan berbuat zina dan

apabila melaksankan tidak akan menelantarkan istri, maka hukumnya

mubah. (Sabiq, 1980: 26)

Hal ini sesuai dengan kaidah fiqhiyyah yang berbunyi:

ة اح ب ال اء ي ش في ال ل ص ل ا

Artinya: “Hukum asal segala sesuatu ialah boleh

(mubah)”. (Washil dan Azzam, 2009:5)

3. Syarat- syarat dan Rukun Pernikahan

Berbicara mengenai hukum pernikahan sebenarnya kita

membicarakan berbagai aspek kehidupan masyarakat. Bahwa bentuk

masyarakat ditentukan atau sekurang-kurangnya banyak dipengaruhi oleh

bentuk dan sistem perkawinan. Sebelum kita membicarakan tentang syarat

dan rukun perkawinan tersebut alangkah lebih baik jika kita melihat bahwa

perkawinan menurut islam dapat ditinjau dari tiga sudut, yaitu:

Pertama, dipandang dari segi hukum, pernikahan itu merupakan

suatu perjanjian. Menurut Saleh (2008: 298) dalam buku Kajian Fiqh

Page 36: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

21

Nabawi dan Fiqh Kontemporer, pernikahan sebagai perjanjian mempunyai

tiga sifat, yaitu:

a. Tidak dapat dilangsungkan tanpa persetujuan kedua belah pihak.

b. Ditentukan tata cara pelaksanaan dan pemutusannya jika

perjanjian itu tidak dapat terus dilangsungkan.

c. Ditentukan pula akibat-akibat perjanjian tersebut bagi kedua belah,

berupa hak dan kewajiban masing-masing.

Dalam Al Qur’an surat An Nissa’ ayat 21, dinyatakan perkawinan

adalah perjanjian yang sangat kuat, disebut juga miitsaaghan ghaliizhan.

Firman allah:

Artinya: “Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali,

Padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan

yang lain sebagai suami-isteri. dan mereka (isteri-isterimu)

telah mengambil dari kamu Perjanjian yang kuat”. (An

Nissa’: 21)

Kedua, dari segi sosial, bahwa orang-orang yang telah menikah

atau berkeluarga mempunyai kedudukan yang lebih dihargai dari mereka

yang tidak kawin. Ketiga, dari segi agama perkawinan itu dianggap

sebagai suatu lembaga yang suci dimana antara suami dan istri agar dapat

hidup tentram, saling cinta mencintai, santun menyantuni dan kasih

mengasihi antara satu terhadap yang lain dengan tujuan mengembangkan

keturunan (Ramulyo, 1996: 18).

Page 37: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

22

Seseorang dapat melangsungkan pernikahan apabila telah

terpenuhi syarat dan rukun nikah. Terkait syarat sah nikah, Sabiq

(1980:86) menjelaskan bahwa syarat sah nikah yaitu pertama perempuan

yang akan di nikahi bukan perempuan yang haram untuk dinikahi, kedua

dalam prosesi aqad atau ijab qabul nikah dihadiri dua orang saksi.

Dalam Pasal 6 sampai dengan pasal 12 Undang-Undang

Perkawinan No. 1 Tahun 1974 telah diatur mengenai syarat-syarat

perkawinan, diantaranya sebagai berikut:

1. Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon

mempelai

Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Perkawinan

menetapkan perkawinan harus didasarkan atas persetujuan

calon mempelai. Oleh karena maksud perkawinan ialah supaya

suami dan isteri hidup bersama selama mungkin, maka sudah

selayaknya bahwa syarat penting untuk perkawinan itu adalah

persetujuan yang bersifat sukarela.

2. Adanya izin dari orang tua/wali calon mempelai yang belum

mencapai umur 21 tahun.

3. Umur calon mempelai pria sudah mencapai 19 tahun dan

wanita sudah mencapai 16 tahun.

4. Antara kedua mempelai tidak ada hubungan darah atau

keluarga yang dilarang kawin.

Page 38: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

23

Dalam Pasal 8 Undang-undang No. 1 Tahun 1974

menentukan beberapa larangan untuk melangsungkan

perkawinan yaitu antara orang-orang yang:

a. Berhubungan darah dalam garis keturunan lurus ke bawah

atau ke atas.

b. Berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping

yaitu antara saudara antara seorang dengan saudara orang

tua dan antara seorang dengan saudara neneknya.

c. Berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri, menantu

dan ibu/bapak tiri.

d. Berhubungan susuan, yaitu orang tua susuan, anak susuan,

saudara susuan dan bibi/paman susuan.

e. Berhubungan saudara dengan isteri atau sebagai bibi atau

kemenakan dari isteri dalam hal seorang suami beristeri

lebih dari seorang.

f. Mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan

lain yang berlaku dilarang kawin.

5. Tidak terikat hubungan perkawinan dengan orang lain

Syarat ini disebutkan dalam pasal 9 Undang-Undang

Perkawinan yang menetapkan bahwa “Seorang yang masih

terikat tali perkawinan dengan orang lain tidak dapat kawin

Page 39: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

24

lagi, kecuali dalam hal tersebut pada Pasal 3 ayat (2) dan Pasal

4 undang-undang ini”. Pengecualian yang diberikan oleh Pasal

3 dan 4 Undang-Undang Perkawinan adalah kemungkinan

seorang suami untuk melakukan poligami karena hukum

agama dari yang bersangkutan mengizinkannya. Namun

demikian perkawinan seorang suami dengan lebih dari seorang

isteri, meskipun hal itu dikehendaki oleh pihak-pihak yang

bersangkutan, hanya dapat dilakukan apabila dipenuhi

berbagai persyaratan tertentu, dan diputuskan oleh pengadilan.

6. Tidak bercerai untuk yang kedua kalinya

Syarat perkawinan ini diatur dalam Pasal 10 Undang-

Undang No. 1 Tahun 1974 yang intinya bahwa suami isteri

yang telah bercerai untuk kedua kalinya maka keduanya tidak

boleh melangsungkan perkawinan lagi, sepanjang hukum

masing-masing agama dan keepercayaan dari yang

bersangkutan tidak menentukan lain.

Ketentuan tersebut dimaksudkan supaya segala

tindakan yang dapat mengakibatkan putusnya perkawinan

harus benar-benar dapat dipertimbangkan dan dipikirkan

masak-masak untuk mencegah kawin cerai berulang kali,

sehingga suami maupun isteri benar-benar menghargai satu

sama lain.

Page 40: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

25

7. Bagi seorang wanita (janda) tidak dapat kawin lagi sebelum

lewat waktu tunggu

Dalam Pasal 11 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974

ditentukan bahwa seorang wanita yang putus perkawinannya

tidak dapat langsung kawin lagi sebelum lewat waktu tunggu.

8. Memenuhi tata cara perkawinan

Dalam Pasal 12 Undang-Undang Perkawinan No. 1

Tahun 1974 menyebutkan bahwa tata cara pelaksanaan

perkawinan akan diatur dalam peraturan perundang-undangan

tersendiri. Selanjutnya mengenai tata cara perkawinan ini

diatur dalam Peraturan Pemerintah RI No. 9 Tahun 1975

Tentang Pelaksanaan Undang- Undang No. 1 Tahun 1974

Tentang Perkawinan, pada Bab III memuat tentang Tatacara

Perkawinan, antara lain adalah:

Pasal 10 berbunyi

(1) Perkawinan dilangsungkan setelah hari kesepuluh sejak

pengumuman kehendak perkawinan oleh Pegawai Pencatat

seperti yang dimaksud dalam pasal 8 Peraturan Pemerintah ini.

(2) Tatacara perkawinan dilaksanakan menurut hukum masing-

masing agamanya dan kepercayaannya itu.

(3) Dengan mengindahkan tatacara perkawinanmenurut

masing-masing hokum agamanya dan kepercayaannya itu,

Page 41: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

26

perkawinan dilaksanakan dihadapan Pegawai Pencatat dan

dihadiri oleh dua orang saksi.

Pasal 11 berbunyi

(1) Sesaat sesudah dilangsungkan perkawinan sesuai dengan

ketentuan-ketentuan pasal 10 Peraturan Pemerintah ini, kedua

mempelai menandatangani akta perkawinan yang telah

disiapkan oleh pegawai pencatat berdasarkan ketentuan yang

berlaku.

(2) Akta perkawinan yang telah di tandatangani oleh mempelai

itu, selanjutnya ditandatangani pula oleh kedua saksi dan

Pegawai pencatat yang menghadiri perkawinan dan bagi yang

melangsungkan perkawinan menurut agama Islam,

ditandatangani pula oleh wali nikah atau yang mewakilinya.

(3) Dengan penandatanganan akta perkawinan, maka

perkawinan telah tercatat secara resmi.

Sedangkan menurut Jumhur Ulama rukun perkawinan

ada lima dan masing-masing rukun memiliki syarat-syarat

tertentu. Untuk memudahkan pembahasan maka uraian rukun

perkawinan akan disamakan dengan uraian syarat-syarat dari

rukun tersebut. (Nuruddin dan Tarigan, 2006: 62)

Berikut ini adalah rukun perkawinan menurut jumhur ulama:

a. Calon suami, syarat-syaratnya:

1) Beragama Islam.

Page 42: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

27

2) Laki-laki.

3) Jelas orangnya.

4) Dapat memberikan persetujuan.

5) Tidak terdapat halangan perkawinan.

b. Calon istri, syarat-syaratnya:

1) Beragama, meskipun Yahudi atau Nasrani.

2) Perempuan.

3) Jelas orangnya.

4) Dapat dimintai persetujuannya.

5) Tidak terdapat halangan perkawinan

c. Wali nikah, syarat-syaratnya:

1) Laki-laki.

2) Dewasa.

3) Mempunyai hak perwalian.

4) Tidak terdapat halangan perwaliannya.

d. Saksi nikah

1) Minimal dua orang laki-laki.

2) Hadir dalam ijab qabul.

3) Dapat mengerti maksdu akad.

4) Islam.

5) Dewasa.

e. Ijab Qabul, syarat-syaratnya:

1) Adanya pernyataan mengawinkan dari wali.

Page 43: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

28

2) Adanya pernyataan penerimaan dari calon mempelai.

3) Memakai kata-kata nikah, tazwij atau terjemahan dari

kedua kata tersebut.

4) Antara ijab dan qabul bersambungan.

5) Antara ijab dan qabul jelas maksudnya.

6) Orang yang terkait ijab dan qabul tidak sedang ihram

haji atau umrah.

7) Majlis ijab dan qabul itu harus dihadiri minimum empat

orang yaitu calon mempelai atau wakilnya, wali dari

mempelai wanita dan dua orang saksi.

4. Akibat Hukum Dari Suatu Perkawinan Yang Sah

Akibat dari suatu perkawinan yang sah antara lain dapat

dirumuskan sebagai berikut:

a. Menjadi halal melakukan hubungan seksual dan bersenang-

senang antara suami istri tersebut.

b. Mahar (mas kawin) yang diberikan menjadi hak sang istri.

c. Timbulnya hak-hak dan kewajiban antara suami istri, suami

menjadi kepala rumah tangga dan isteri menjadi ibu rumah

tangga.

d. Anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan itu menjadi anak

yang sah.

Page 44: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

29

e. Timbul kewajiban suami untuk membiayai dan mendidik anak-

anak dan istri serta mengusahakan tempat tinggal bersama.

f. Berhak saling waris-mewarisi antara suami isteri dan anak-

anak dengan orang tua.

g. Timbulnya larangan perkawinan karena hubungan semenda.

h. Bapak berhak menjadi wali nikah bagi anak perempuannya.

i. Bila diantara suami atau isteri meninggal salah satunya, maka

yang lainnya berhak menjadi wali pengawas terhadap anak-

anak dan hartanya. (Ramulyo, 1996: 49).

5. Prinsip-Prinsip Pernikahan

Perkawinan menurut ajaran islam ditandai dengan prinsip-prinsip

sebagai berikut:

a. Pilihan jodoh yang tepat.

b. Pernikahan didahului dengan peminangan.

c. Ada ketentuan tentang larangan perkawinan antara laki-laki dan

perempuan.

d. Perkawinan didasarkan atas suka rela antara pihak-pihak yang

bersangkutan.

e. Ada persaksian dalam akad nikah.

f. Perkawinan tidak ditentukan untuk waktu tertentu.

Page 45: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

30

g. Ada kewajiban membayar maskawin atas suami.

h. Ada kebebasan mengajukan syarat dalam akad nikah.

i. Tanggung jawab pimpinan keluarga pada suami.

j. Ada kewajiban bergaul dengan baik dalam kehidupan rumah

tangga.

Sedangkan menurut M. Yahya Harahap asas-asas yang dipandang

cukup prinsip dalam UU perkawinan adalah:

a. Menampung segala kenyataan-kenyataan yang hidup dalam

masyarakat bangsa Indonesia dewasa ini. Undang-undang

perkawinan menampung didalamnya segala unsure-unsur

ketentuan hokum agama dan kepercayaan masing-masing.

b. Sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. Yaitu terpenuinya

aspirasi wanita yang menuntut emansipasi.

c. Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia

dan kekal.

d. Kesadaran akan hokum agama dan keyakinan masing-masing

warga Negara bangsa Indonesia yaitu perkawinan harus

dilakukan berdasarkan hokum agama dan kepercayaan masing-

masing.

Page 46: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

31

e. Undang-undang perkawinan menganut asas monogami akan

tetapi tetap terbuka peluang untuk poligami selama hukum

agamanya mengizinkannya.

f. Perkawinan dan pembentukan keluarga dilakukan oleh pribadi-

pribadi yang telah matang jiwanya.

g. Kedudukan suami istri dalam rumah tangga adalah seimbang

baik dalam kehidupan rumah tangga maupun dalam pergaulan

masyarakat.

Dalam perspektif lain, Musdah Mulia menjelaskan bahwa prinsip

perkawinan ada empat yaitu:

a. Prinsip kebebasan dalam memilih jodoh

b. Prinsip mawaddah wa rahmah.

c. Prinsip saling melengkapi dan melindungi.

Prinsip tersebut tersebut berdasarkan firman Allah

SWT. Yang terdapat dalam surat Al Baqarah ayat 187 yang

menjelaskan bahwa istri-istri adalah pakaian sebagaimana

layaknya dengan laki-laki juga sebagai pakaian untuk wanita.

Dimaksudkan bahwa perkawinan adalah untuk saling

melengkapi.

d. Prinsip Mu’asarah bi al-ma’ruf

Page 47: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

32

Prinsip tersbut memiliki pesan utama yaitu pengayoman

dan penghargaan kepada wanita.

6. Tujuan dan Hikmah Pernikahan

Allah mensyariatkan pernikahan dan dijadikan dasar yang kuat

bagi kehidupan manusia karena adanya beberapa nilai yang tinggi dan

beberapa tujuan utama yang baik bagi manusia. Tujuan pernikahan dalam

Islam adalah untuk memenui tuntutan naluriah hidup manusia,

berhubungan antara laki-laki dan perempuan dalam rangka mewujudkan

kebahagiaan keluarga sesuai ajaran Allah dan Rasul-Nya. Selain itu tujuan

pernikahan juga untuk memelihara keturunan dalam menjalani hidup di

dunia, juga mencegah perzinaan agar tercipta ketenangan dan ketentraman

jiwa bagi yang bersangkutan.

Tujuan pernikahan dalam Islam tidak hanya sekedar pada

pemenuhan kebutuhan nafsu biologis saja tetapi memiliki tujuan penting

yang berkaitan dengan sosial, psikologis dan agama. Dalam buku fiqh

munakahat karya Azzam dan Hawwas disebutkan tujuan nikah diantaranya

yang terpenting adalah sebagai berikut:

1. Memelihara keturunan dan regenerasi dari masa kemasa dalam

rangka memperbanyak umat rasul. Dengan pernikahan manusia

akan dapat memakmurkan hidup dan melaksanakan tugas sebagai

khalifah dari allah.

2. Pernikahan adalah tiang keluarga yang teguh dan kokoh. Al-

Ghazali menjelaskan beberapa faedah nukah, diantaranya dapat

menyegarkan jiwa, hati menjadi tenang, dan memperkuat ibadah.

3. Nikah sebagai perisai manusia dari perbuatan yang diharamkan

oleh agama. Karena dengan menikah manusia diperbolehkan

Page 48: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

33

melakukan hajat bilogisnya secara halal. Karena tujuan pernikahan

yang begitu mulia inilah manusi dianjurkan menikah.

4. Melawan hawa nafsu. Nikah menyalurkan nafsu manusia menjadi

terpelihara, melakukan maslahat orang lain dan melaksanakan

hak-hak istri dan anak-anak dan mendidik mereka. Nikah juga

melatih kesabaran terhadap akhlak istri dengan usaha yang optimal

memperbaiki dan memberikan petunjuk jalan agama.

Selain itu dari definisi perkawinan menurut pasal 1 Undang-

undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan maka dapat disimpulkan

bahwa tujuan perkawinan menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1994

adalah membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Dari keterangan di atas jelas bahwa tujuan perkawinan dalam

syariat islam sangat tinggi, yakni sebagai salah satu indikasi ketinggian

derajat manusia untuk mencapai derajat yang sempurna.

7. Tata Cara Pernikahan

Untuk melaksankan pernikahan harus dilaksanakan menurut tata

cara yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Adapun tata cara atau prosedur melaksanakan perkawinan menurut

Nurudin dan tarigan dalam Hukum Perdata Islam di Indonesia adalah

sebagai berikut:

a. Pemberitahuan

Dalam pasal 3 PP No. 9 tahun 1975 ditetapkan, bahwa setiap

orang yang akan melangsungkan pernikahan memberitahukan

kehendaknya kepada pegawai pencatat nikah. Bagi orang

Page 49: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

34

beragama Islam, pemberitahuan disampaikan kepada Kantor

Urusan Agama, sesuai dengan Undang-undang No. 32 tahun 1954

tentang pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk.

b. Penelitian

Setelah adanya pemberitahuan akan adanya pernikahan, prosedur

selanjutnya diadakan penelitian yang dilakukan oleh pegawai

pencatat nikah.

c. Pengumuman

Setela diadakan penelitian dan dipenuhi tata cara serta syarat-

syarat dan tiada suatu halangan pernikahan, maka pegawai

pencatat nikah menyelenggarakan pengumuman adanya kehendak

nikah.

d. Pelaksanaan

Sesuai ketentuan pemberitahuan tentang kehendak nikah calon

mempelai untuk melangsungkan perkawinan, maka perkawinan itu

dilangsungkan setelah hari kesepuluh sejak pengumuman di atas

dilakukan.

8. Larangan Pernikahan

Dalam hokum perkawinan Islam dikenal sebuah asas yang disebut

dengan asas selekstivitas. Maksud dari asas tersebut adalah seorang yang

hendak menikah harus terlebih dahulu menyeleksi dengan siapa ia boleh

menikah dan dengan siapa ia terlarang untuk menikah. (Nurudin dan

Tarigan, 2004: 144)

Page 50: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

35

Dalam perspektif hukum Islam juga mengenal adanya larangan

perkawinan yang dalam fikih disebut mahram (orang yang haram

dinikahi). Ulama fikih telah membagi mahram kepada dua macam yaitu

mahram mu’aqqat (larangan untuk waktu tertentu) dan mahram mu’abad (

haram untuk selamanya). Wanita yang haram dinikahi selamanya terbagi

dalam tiga kelompok yaitu, wanita-wanita seketurunan (al-muharramat

min an-nasab), wanita sepersusuan (al-muharramat min ar-rada’ah), dan

wanita yang haram dinikahi karena hubungan semenda (al-muharramat

min al-musaharah). Dijelaskan dalam surah An-Nisa’ ayat 22-23:

Page 51: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

36

Artinya: Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah

dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau.

Sesungguhnya perbuatan itu Amat keji dan dibenci Allah dan

seburuk-buruk jalan (yang ditempuh).

Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-

anakmu yang perempuan[281]; saudara-saudaramu yang

perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-

saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari

saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari

saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui

kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua);

anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang

telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan

isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu

mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak

kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan)

dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada

masa lampau; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang.

Maksud ibu di sini ialah ibu, nenek dan seterusnya ke atas. dan

yang dimaksud dengan anak perempuan ialah anak perempuan, cucu

perempuan dan seterusnya ke bawah, demikian juga yang lain-lainnya.

sedang yang dimaksud dengan anak-anak isterimu yang dalam

pemeliharaanmu, menurut jumhur ulama Termasuk juga anak tiri yang

tidak dalam pemeliharaannya.

9. Anjuran Pernikahan dan Larangan Zina

Hidup berpasang-pasang merupakan pembawaan naluriah manusia

dan makluk hidup lainya bahkan segala sesuatu diciptakan berpasang-

pasang. Dalam Al-Qur’an Surat Yasin: 36 dinyatakan, “Mahasuci tuhan

yang telah mencipakan pasang-pasangan semuanya, baik apa yang

ditumbuhkan oleh bumi dan diri mereka, maupun dari apa yang mereka

Page 52: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

37

tidak ketahui”. Dengan hidup berpasang-pasang keturunan manusia dapat

berlangsung, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl: 72

“Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri

dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan

cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka

Mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari

nikmat Allah ?"

Islam menganjurkan agar orang-orang menempuh hidup

perkawinan dan tidak dibenarkan membujang atau berzina. QS An-Nur: 32

memerintahkan, ”Dan kawinlah orang-orang yang sendirian laki-laki yang

tidak beristri dan perempuan yang tidak bersuami diantara kamu, dan

orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang

laki-laki maupun perempuan; bila mereka miskin Allah akan memberi

kecukupan dengan karunia-Nya dan Dia Maha Mengetahui peri keadaan

hamba-hamba-Nya.” Perintah mengawinkan perempuan tak bersuami dan

laki-laki tak beristri tersebut tertuju kepada seluruh umat Islam. Dari ayat-

ayat Al-Qur’an tersebut dapat kita peroleh bahwa Islam menganjurkan

perkawinan. Islam memandang perkawinan memiliki nilai keagamaan

sebagai ibadah kepada Allah dan mengikuti sunah Nabi. Dari segi lain,

perkawinan dipandang mempunyai nilai kemanusiaan untuk memenuhi

Page 53: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

38

naluri hidupnya dan dan menumbuhkan serta memupuk rasa kasih sayang

dalam kehidupan bermasyarakat.(Basyir,2000:13)

Sebagai agama rahmatan lil ‘alamin. Islam menutup rapat-rapat

semua celah yang dapat mengantarkan seorang hamba kepada kejelekan

dan kebinasaan. Atas dasar ini Allah melarang perbuatan zina, maka Allah

melarang semua perantara yang mengantarkan kepada perbuatan tersebut.

Ditegaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra ayat 32:

Artinya: dan janganlah kamu mendekati zina;

Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji.

dan suatu jalan yang buruk.

Dari ayat tersebut dengan jelas Allah melarang perbuatan zina.

Islam telah melarang kita untuk melakukan perbuatan zina. Jangankan

melakukannya, mendekati saja kita sudah tidak boleh. Tentunya perintah

untuk tidak mendekati dan melakukan perbuatan zina bukanlah tanpa

sebab. Perbuatan zina merupakan sebuah perbuatan yang keji, yang dapat

mendatangkan kemudharatan bukan hanya kepada pelakunya, namun juga

kepada orang lain. Dalam Al-Qur’an Surat An-Nuur ayat 2 juga ditegaskan

mengenai hukuman bagi orang yang berzina. Firman Allah:

Page 54: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

39

Artinya: Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina,

Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera,

dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu

untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada

Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman

mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.

Dari dalil-dalil tersebut, penulis menyimpulkan tentang larangan

zina dalam Islam. Zina adalah seburuk-buruk jalan dan sejelek-jelek

perbuatan. Terkumpul padanya seluruh bentuk kejelekan yakni kurangnya

agama, rusaknya muru’ah (kehormatan) dan tipisnya rasa cemburu.Yang

ada hanyalah tipu daya, kedustaan, khianat, tidak memiliki rasa malu,

tidak muraqabah, tidak menjauhi perkara haram, dan telah hilang

kecemburuan dalam hatinya dari cabang-cabang dan perkara-perkara yang

memperbaikinya.

Page 55: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

40

B. Tinjauan Fiqh Tentang Menikahi Wanita Hamil

Perkawinan telah di atur secara jelas oleh ketentuan – ketentuan

hukum Islam yang digali dari sumber-sumbernya baik dari Al-Quran, As

sunnah dan hasil ijtiad para ulama. Kehidupan dan peradapan manusia

tidak akan berlanjut tanpa adanya kesinambungan perkawinan dari setiap

generasi manusia. Perkawinan dalam Islam juga merupakan Sunnah

Rasul.(Saleh,2008:297)

Sebagaimana sabda Nabi Saw, dalam hadisnya menyatakan:

قالو, وأثنى عليه, أن النبي صلى الله عليه وسلم حمد الله ) ك رضي الله عنه الوعن أنس بن م

أ ن ام : ل ي و ن ي أ ن ا أ ص ر , ل ك أ فط أ ص وم و ج ا لن س اء , و وه أ ت ز ب ع ن س نهت ي , و غ ن ر ف م

ن ي ل يه (ف ل يس م تهف ق ع م

Dari Anas Ibnu Malik Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi

Shallallaahu 'alaihi wa Sallam setelah memuji Allah dan

menyanjung-Nya bersabda: "Tetapi aku sholat, tidur, berpuasa,

berbuka, dan mengawini perempuan. Barangsiapa membenci

sunnahku, ia tidak termasuk ummatku." Muttafaq Alaihi. (Riwayat

Al Bukhari, 5/1949, hadits no: 4776, dan Muslim, 2/1020, hadits

no: 1401)

Seorang wanita tentu tidak akan hamil tanpa didahului dengan

pernikahan dengan seorang laki-laki. Namun yang menjadi persoalan

ketika seorang wanita hamil di luar pernikahan yang sah. Ini bisa

dikatakan sebagai perzinaan yang di dalam nash telah jelas keharamannya.

Para ulama berbeda pendapat tentang perkawinan yang terjadi terhadap

wanita yang sedang hamil akibat zina. Tentu yang menjadi pertanyaan

tentang persoalan ini menyangkut kebolehan atau keharaman terjadinya

Page 56: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

41

perkawinan terhadap wanita yang hamil di luar nikah menurut syariat

Islam. Istilah perkawinan wanita hamil adalah perkawinan seorang wanita

yang sedang hamil dengan laki-laki sedangkan dia tidak dalam status

nikah atau masa iddah karena perkawinan yang sah dengan laki-laki yang

mengakibatkan kehamilannya.(Ali,2006:45)

Dalam hal pelaksanaan perkawinan wanita hamil akibat zina,

ulama berbeda pendapat terkait boleh atau tidaknya dilangsungkan

perkawinan, namun kebanyakan fuqaha berpendapat bahwa perkawinan

laki-laki dengan wanita zina dibolehkan sebab ia tidak tersangkut kepada

orang lain, bukan istri dan bukan pula orang yang sedang menjalani iddah.

(Basyir,1996:31)

Perbedaan yang terjadi yaitu mengenai ketentuan – ketentuan

hukum perkawinan wanita hamil. Pendapat tersebut dapat dikelompokkan

menjadi dua kelompok yaitu:

1. Imam Hanafi dan Imam Syafi’i

Mereka mengatakan wanita hamil akibat zina boleh

melangsungkan perkawinan dengan laki-laki yang menghamilinya

atau dengan laki-laki lain. Menurut Imam Hanafi: Wanita hamil

karena zina itu tidak ada iddahnya, bahkan boleh mengawininya,

tetapi tidak boleh melakukan hubungan seks hingga dia melahirkan

kandungannya. (Mughniyah: 1994: 202)

Menurut Imam Syafi’i: Hubungan seks karena zina itu tidak

ada iddahnya, sebab sperma laki-laki yang menzinainya tidak perlu

Page 57: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

42

dihormati. Dengan demikian Wanita yang hamil karena zina itu

boleh dikawini, dan boleh melakukan hubungan seks sekalipun

dalam keadaan hamil.

Menurut mereka wanita zina itu tidak dikenakan ketentuan-

ketentuan hukum perkawinan sebagaimana yang ditetapkan dalam

nikah. Bagi mereka iddah hanya ditentukan untuk menghargai

sperma yang ada dalam kandungan istri dalam perkawinan yang sah,

namun sperma hasil hubungan seks di luar nikah tidak ditetapkan

oleh hukum dengan alasan tidak ditetapkan keturunan anak zina

kepada ayah.

Menurut Imam Hanafi meskipun perkawinan wanita hamil

dapat dilangsungkan dengan dengan laki-laki tetapi dia tidak boleh

disetubuhi, sehingga bayi yang dalam kandungan itu lahir. Ini

didasarkan kepada sabda Nabi saw:

، دهاك ه ب، ع ن أ ب ي الو يك، ع ن ق يس بن و و بن ع ون، أ خب رن ا ش ر د ث ن ا ع مر ح

ب اي اأ وط اس ف ع ه أ نهه ق ال ف ي س ر ي ، و در يد الخ تهى”:ع ن أ ب ي س ع ل ح ام ت وط أ ح ل

مل ل غ ير ذ ات ح ، و ع تهى ت ض ة ح يض يض ح ت ح

Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda tentang

tawanan wanita Authas: "Tidak boleh bercampur dengan

wanita yang hamil hingga ia melahirkan dan wanita yang

tidak hamil hingga datang haidnya sekali." (Sunan Abu

Dawud jus 2 halaman 248 hadist nomor 2157)

Menurut Imam Syafi’i perkawinan wanita hamil itu dapat

dilangsungkan dan dapat pula dilakukan persetubuhan dengannya.

Page 58: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

43

Ini di dasarkan pada Hadist ‘Aisyah, ketika Rasululloh SAW ditanya

tentang seorang lelaki yang berzina dengan seorang perempuan,

kemudian lelaki itu berniat mengawininya, Nabi SAW. bersabda:

ه ب س ا ل ب نكاح واخره , اح ف س اوله : قال وعن ابن عباس

Dari Ibnu Abbas: “permulaannya berzina, akhirnya menikah itu

tidak apa-apa. (Baihaqi dalam As-Sunan al-Qubra 7:155)

Memperhatikan pendapat Imam Syafi’i, maka seorang wanita

hamil karena hasil melakukan hubungan seks di luar nikah jika dia

melangsungkan pernikahan dengan seorang laki-laki, maka

kehamilannya tersebut tidak mempengaruhi pernikahannya

(Sabiq,1980:150)

Tetapi melihat pendapat Imam Hanafi, meskipun boleh

wanita hamil melangsungkan pernikahan dengan seorang laki-laki,

tetapi dia dilarang melakukan hubungan seksual. Berarti

kehamilannya mempengaruhi terhadap kelangsungan kehidupan

rumah tangga.

2. Imam Malik dan Imam Ahmad bin Hanbal

Mereka mengatakan tidak boleh melangsungkan pernikahan

antara wanita hamil karena zina dengan laki-laki lain sampai dia

melahirkan kandungannya. Imam Malik berpendapat sama halnya

dengan yang dikawini dalam bentuk zina atau syubhat atau kawin

pasid, dia harus mensucikan diri dalam waktu yang sama dengan

iddah. Dengan alasan sabda Nabi Saw:

Page 59: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

44

:وعن رويفع بن ثابت رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال

رع غ ير ) ه ز اء ن ي سق ي م ر أ الي وم ا لخ ن ب ا لله و ئ ي ؤم مر ل ل (ه ل ي ح

د ه أ ب و د او ج ي أ خر ذ ا لت رم بهان , و ه ا بن ح ح حه ص سهن ه , و ح ار و ع ن . ا لب زه و

ر رضي الله عنه فق ود ) ع م أ ة ا لم ن ين -ف ي ا مر بهص أ رب ع س ث مه ت عت د , ت ر

ع شرا أ رب ع ة يعوالشاف, أخرجه مالك (أ شه ر و

Dari Ruwaifi' Ibnu Tsabit Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi

Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak halal bagi

seseorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir

menyiramkan airnya pada tanaman orang lain." Riwayat Abu

Dawud dan Tirmidzi. Hadits shahih menurut Ibnu Hibban dan

hasan menurut al-Bazzar. Dari Umar Radliyallaahu 'anhu

tentang seorang istri yang ditinggal suaminya tanpa berita: Ia

menunggu empat tahun dan menghitung iddahnya empat bulan

sepuluh hari. Riwayat Malik dan Syafi'i. (Sunan Abu Dawud

jus 2 halaman 248 hadist nomor 2158)

Dari hadits di atas, Imam Malik dan Imam Ahmad

berkesimpulan bahwa wanita hamil tidak boleh dikawini, karena dia

perlu iddah. Mereka memberlakukan secara umum, termasuk wanita

hamil dari perkawinan yang sah, juga wanita hamil dari akibat

perbuatan zina.

Bahkan menurut Imam Ahmad, wanita hamil karena zina

harus bertaubat dan wajib menjalani iddah sebagaimana halnya pada

orang yang ditalak baru dapat melangsungkan perkawinan dengan

laki-laki yang mengawininya.

C. Ketentuan Menikahi Wanita Hamil dalam Undang-Undang

Perkawinan dan KHI

Page 60: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

45

Di Indonesia masalah kawin hamil di luar nikah memang tidak

diatur dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan,

namun diatur secara khusus dalam Pasal 53 Kompilasi Hukum Islam.

Pasal tersebut menjelaskan tentang kebolehan melangsungkan perkawinan

bagi wanita hamil diluar nikah. Meskipun demikian ada aturan khusus

yang harus dipenuhi dalam perkawinan tersebut. Diantaranya:

(1) Seorang wanita hamil di luar nikah dapat dikawinkan dengan pria

yang menghamilinya.

(2) Perkawinan dengan wanita hamil yang disebut dalam ayat (1) dapat

dilangsungkan tanpa menunggu lebih dahulu kelahiran anaknya.

(3) Dengan dilangsungkannya perkawinan pada saat wanita hamil, tidak

diperlukan perkawinan ulang setelah anak yang dikandung lahir.

Dari keterangan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa seorang

wanita yang hamil di luar ikatan perkawinan yang sah dapat dinikahkan

dengan pria yang menghamilinya tanpa menunggu kelahiran anak dalam

kandungannya. Dalam KHI perkawinan wanita hamil akibat zina tidak

mengenal iddah, oleh karena itu tidak mengakibatkan adanya iddah.

Namun perkawinan wanita hamil seperti pasal 53 ayat 1, hanya boleh

dikawinkan dengan laki-laki yang menghamilinya. Hal tersebut sesuai

dengan firman Allah dalam surat An Nuur ayat 3:

Page 61: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

46

Artinya: laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan

perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan

perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki

yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu

diharamkan atas orang-orang yang mukmin.( An Nuur ayat: 3)

Ayat Al Qur’an di atas menunjukan bahwa kebolehan kawin

dengan perempuan hamil bagi laki-laki yang menghamilinya adalah

merupakan pengecualian. Karena laki-laki yang menghamili itulah yang

tepat menjadi jodoh mereka. Selaian itu, pengidentifikasian dengan laki-

laki musyrik menunjukan keharaman wanita yang hamil tadi adalah isyarat

larangan bagi laki-laki baik untuk mengawini mereka. Jadi bagi selain

laki-laki yang menghamili perempuan yang hamil tersebut diharamkan

untuk menikahinya. Hal tersebut bertujuan untuk menjaga kehormatan

laki-laki yang beriman.(Rofiq, 1998: 164)

Page 62: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

47

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Profil Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Kuwarasan

1. Kondisi Umum

Kementrian Agama adalah instansi yang menyelenggarakan tugas

umum pemerintah dan pembangunan di bidang agama. Kaitannya dengan

tugas Kementerian Agama, dalam hal keluarga maupun dalam

bermasyarakat yang bertujuan mencipatakan manusia yang

berkepribadian luhur, berkualitas tinggi, beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, Kementerian Agama memerintahkan kepada

Kantor Urusan Agama (KUA) yang merupakan bagian dari struktur

Kementerian Agama untuk menyelenggarakan sebagian tugas umum

pemerintahan dan pembangunan di bidang agama.

Kantor Urusan Agama merupakan bagian paling bawah dari

struktur Kementerian Agama yang berhubungan langsung dengan

masyarakat dalam satu wilayah kecamatan, sebagaimana yang

ditegaskan dalam Keputusan Menteri Agama No. 517/2001 bahwa

Kantor Urusan Agama bertugas melaksanakan sebagian tugas kantor

Kementerian Agama kabupaten di bidang urusan Agama Islam di

wilayah kecamatan. Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan

Page 63: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

48

Kuwarasan mempunyai wilayah kerja di Kecamatan Kuwarasan yang

luas wilayahnya kurang lebih 4.877.887 Ha dengan batas-batas:

a. Sebelah utara : Kecamatan Gombong

b. Sebelah selatan : Kecamatan Puring

c. Sebelah barat : Kecamatan Buayan

d. Sebelah timur : Kecamatan Adimulyo

Kecamatan Kuwarasan terdiri dari 22 desa yang masing - masing

dipimpin oleh seorang kepala desa. Kantor Urusan Agama (KUA)

Kecamatan Kuwarasan telah menempati gedung tersendiri yang terletak di

Jalan Den Endro Nomor 150 M Kuwarasan Kebumen 54366. Dari 22 desa

tersebut jumlah penduduk sebesar 45.882 jiwa, 44.597 jiwa beragama

Islam, 73 jiwa Katolik, 681 jiwa Protestan, 20 jiwa Hindu dan 511 jiwa

beragama Budha.

Dengan prosentase sebagai berikut:

Tabel 3.1

Data Jumlah Penduduk Kecamatan Kuwarasan

No Agama Jumlah Prosentase

1 Islam 44.597 97,19 %

2 Katolik 73 0,16 %

3 Protestan 681 1,48 %

4 Hindu 20 0,04 %

5 Budha 511 1,1 %

Page 64: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

49

2. Tugas dan fungsi Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan

Kuwarasan

Secara garis besar, tugas dan fungsi KUA Kecamatan

Kuwarasan berpedoman pada KMA 45/1981 dan KMA Nomor 517

tahun 2001 yakni membantu dan melaksanakan sebagian tugas umum

pemerintah dengan memberikan bimbingan dan pelayanan pada

masyarakat di bidang agama pada tingkat kecamatan. Di samping tugas

tersebut, KUA dalam melaksanakan tugasnya menerapkan prinsip

koordinasi, integritas dan sinkronisasi dengan Kandepag kota maupun

antar unsur KUA kecamatan di samping juga dengan instansi terkait dalam

wilayah kecamatan Kecamatan Kuwarasan.

Adapun fungsi KUA kecamatan adalah sebagai berikut:

1. Menyelenggarakan Statistik dan Dokumentasi (berdayakan Penyuluh

dan Pengawas)

2. Menyelenggarakan surat menyurat, pengurusan surat, kearsipan,

pengetikan dan rumah tangga (PMA No. 1 Tahunh 1996 – Tata

Persuratan)

3. Pencatatan NR, mengurus dan membina Masjid, Zakat, Wakaf, Ibadah

Sosial, Pengembangan Keluarga Sakinah, Kependudukan sesuai

dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Dirjen Bimas Islam dan Perpu

yang berlaku (KMA No. 517 Tahun 2001 Pasal 3).

3. Visi dan Misi KUA Kecamatan Kuwarasan

a. Visi

Page 65: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

50

Terwujudnya pelayanan di bidang urusan Agama Islam yang prima

dan berkualiatas di KUA Kecamatan Kuwarasan.

b. Misi

1. Meningkatkan kualitas pelayanan administrasi NR.

2. Meningkatkan pelayanan teknis administrasi kependudukan dan

keluarga sakinah.

3. Meningkatkan pelayanan teknis administrasi kemasjidan.

4. Meningkatkan pelayanan dan administrasi zakat, wakaf,

sodakoh, dan ibadah sosial.

5. Meningkatkan pelayanan teknis informasi haji.

4. Struktur organisasi KUA Kecamatan Kuwarasan

Berikut ini adalah struktur organisasi KUA Kecamatan Kuwarasan:

Gambar 3.1

Struktur Organisasi KUA Kecamatan Kuwarasan

Page 66: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

51

Berikut ini adalah tugas dan wewenang masing-masing pegawai KUA:

a. Nama : Dalmin, S.Pd.I

NIP : 19630330 198503 1 005

Pangkat : PENATA (III/c)

Jabatan : Kepala

Uraian Tugas:

1) Menyusun rencana kerja tahunan

2) Membagi tugas

3) Membimbing bawahan

4) Memeriksa hasil pekerjaan

5) Melayani dan membina N/R

6) Melaksanakan pelayanan perwakafan

7) Melaksanakan bimbingan keluarga sakinah

8) Mengkoordinasikan kegiatan

9) Mengevaluasi hasil kegiatan

10) Melaporkan hasil kegiatan

11) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan

b. Nama : Miftahudin S,HI

NIP : 1978112429009 1 008

Pangkat : Penata Muda Tk.1 (III/b)

Jabatan : Penghulu

Uraian Tugas

1) Membuat rencana kerja tahunan kepenghuluan

Page 67: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

52

2) Membuat rencana kerja operasional kepenghuluan

3) Mendaftar dan meneliti kehendak nikah/ rujuk

4) Mengolah dan memverivikasi data calon pengantin

5) Menyiapkan bukti pendaftaran nikah/rujuk

6) Membuat daftar dan mengumumkan pernikahan

7) Memandu pelalaksanaan nikah

8) Menerima taukil wali dan tauliyah

9) Mendata kasus pernikahan

10) Mengidentifikasi keluarga sakinah

11) Melaksanakan tugas lain dari atasan

c. Nama : Nur Khamadah

NIP : 19640831 198503 2 003

Pangkat : Penata Muda Tk.1 (III/b)

Jabatan : Pegawai

Uraian Tugas

1) Membuat rencana anggaran belanja

2) Menerima dan mencatat biaya N/ R

3) Membukukan keluar dan masuknya keuangan

4) Menyetorkan biaya N/R via BRI

5) Menyiapkan bahan/ peralatan untuk mengkonsep SPJ dan laporan

6) Mengetik, menyusun serta menyajikan SPJ dan laporan ke

KANKEMENAG

7) Mengoreksi hasil pekerjaan

Page 68: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

53

8) Melaksanakan tugas lain yang diberi oleh atasan

d. Nama : Sriyatun, S.Ag

NIP : 19710618200701 2 022

Pangkat : Penata Muda Tk.1 (III/b)

Jabatan : Pegawai

Uraian Tugas

1) Mengagendakan surat masuk dan surat keluar

2) Menyiapkan bahan, peralatan dan mengkonsep surat/ laporan

3) Mengetik, menyusun, menyajikan statistik surat/ laporan

4) Mengoreksi hasil pekerjaan

5) Mengantar surat dan laporan

6) Menulis cerai talak cerai gugat

7) Mengupayakan penyeragaman waktu sholat

8) Melaksanakan tugas lain dari atasan

e. Nama : Sukron Abdul Khaqi

NIP : -

Pangkat : -

Jabatan : PTT

Uraian Tugas

1) Menyiapakan bahan dan peralatan kantor

2) Melayani permohonan duplikat NR dan T/C

3) Membantu tugas-tugas Administrasi Ketatausahaan

4) Penulisan Model NA

Page 69: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

54

5) Penanggungjawab Pembendelan NB

6) Penanggungjawab Laporan Data Inventarisasi Kantor

7) Pengetikan Administrasi Persuratan

8) Melaporkan Pelaksanaan tugas kepada Kepala KUA

5. Progam Kerja

Berikut adalah program kerja KUA kecamatan Kuwarasan tahun 2014:

a. Tertib administrasi

Kegiatan Pokok

1) Menata kembali semua pembukuan sesuai dengan aturan.

2) Menata kembali arsip yang ada agar mudah dalam mengontrol

b. Jibzawaibsos

Kegiatan Pokok

1) Mengadakan LKM (latihan kepemimpinan masjid).

2) Meningkatkan status tanah wakaf dan kesertifikatannya.

3) Membinaan fungsi zakat dari konsumtif menjadi produktif.

c. Listas sektoral

Kegiatan Pokok

1) Menghadiri undangan muspika & terkait.

2) Mengadakan pertemuan dengan tokoh masyarakat secara berkala.

d. Penerangan Agama Islam

Kegiatan Pokok

1) Mengadakan phbi

2) Mengkoordinasi para Jupen

3) Menyelenggarakan MTQ

Page 70: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

55

4) Pembinaan para guru TPQ

e. Bimwin /BP4

Kegiatan Pokok

1) Penyuluhan UUP NO. 1/74.

2) Sosialisasi Hukum Islam.

f. Pembangunan

Kegiatan Pokok

1) Mengecat gedung KUA

2) Membuat taman

6. Tantangan, Kendala Dan Peluang KUA Kuwarasan

a. Tantangan

Tantangan KUA adalah merupakan seni dan hikmah dalam

menapak romantika pelaksanaan tugas, seni disini mengandung arti

bahwa dengan adanya tantangan merupakan bumbu yang menambah

keindahan dan kenikmatan dalam pelaksanaan tugas. Sedangkan

hikmah disini mengandung arti bahwa dengan adanya tantangan

merupakan pengalaman yang paling berharga yang akan menambah

wawasan dan kedewasaan para petugas, baik secara pribadi maupun

secara kedinasan.

Adapun tantangan KUA dalam melaksankan tugas antara lain:

1) Waktu malam

Di wilayah KUA Kecamatan Kuwarasan hampir

mencapai 95 % untuk peristiwa nikah bedolan. Dari prosentase

Page 71: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

56

itu 40 % adalah minta dilayani untuk waktu malam, sehingga

dari para petugas sering kewalahan.

2) Penerangan agama terbatas

Hal ini merupakan tantangan KUA, baik yang

berhubungan dengan dakwah masyarakat mengenai penanaman

syar’at serta aqidah Islam maupaun yang berhubungan dengan

tugas dan tanggung jawab KUA dalam melayani masyarakat

tentang perkawinan.

b. Kendala

Berat sama dipikul ringan sama dijinjing, sesuai dengan pepatah

tersebut, seberat apapun para petugas melaksanakan tugas di Kantor

Urusan Agama (KUA), karena dorongan hati yang ikhlas dan mantap

untuk membuktikan tanggungjawab sebagai abdi masyarakat.

Dari sinilah para petugas berpijak, bahwa sudah hal biasa setiap

pekerjaan ada kendalanya. Demikian pula keberadaan para petugas

dalam melaksanakan tugas juga tidak terlepas dari kendala-kendala

yang timbul. Namun demikian justru dengan adanya kendala sebagai

acuan untuk kesuksesan.

Adapun kendala yang petugas hadapi dalam pelaksanaan tugas,

yaitu antara lain:

1) Padatnya acara dalam nikah bedolan

Sebagai petugas pencatat nikah dituntut untuk melayani

masyarakat sebagus mungkin dan sesuai dengan harapan

Page 72: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

57

masyarakat. Namun demikian kenyataannya terkadang petugas

pencatat nikah membuat kecewa masyarakat yakni antara lain

keterlambatan petugas dalam mendatangi nikah bedolan.

2) Sulitnya pemeriksaan catin

Sesuai aturan bahwa setiap calon pengantin harus

datang ke Kantor Urusan Agama (KUA) untuk diperiksa. Namun

karena suatu alasan dan terkadang calon pengantin masih

diperantauan menjadi kendala bagi petugas. Hal tersebut menjadi

dampak negatif bagi petugas sehingga terkadang terjadi

kekeliruan data.

c. Peluang

Untuk menuju keberhasilan dalam pelaksanaan tugas, maka

petugas melihat celah-celah peluang di wilayah kerja, antara lain:

1) Masyarakat yang religius

Kondisi masyarakat yang di wilayah Kantor Urusan

Agama (KUA) Kecamatan Kuwarasan yang mayoritas

penduduknya beragama Islam dan taat beribadah mempermuda

petugas menyampaikan pesan-pesan pembangunan baik dalam

bidang agama pada khususnya maupun dibidang pemerintahan

secara umum.

2) Kepercayaan Toma/ Toga

Page 73: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

58

Dengan adanya kepercayaan tokoh masyarakat dan

tokoh agama karena satu arahnya visi maupun misi, hal tersebut

yang membuat KUA dengan mereka saling membutuhkan.

Dengan begitu mempermudah KUA untuk bekerja sama guna

menyampaikan progam.

B. Temuan Penelitian

Berikut ini adalah data hasil penilitian lapangan yang peneliti

lakukan dengan tema “Penolakan KUA dalam menikahkan janda hamil

studi analisis di KUA kecamatan Kuwarasan. Untuk memudahkan

pengolahan dan analisis data, penulis mengelompokan kedalam bebrapa

bagian sesuai dengan fokus penelitian. Dalam mengumpulkan data,

penulis melakukan wawancara dengan Kepala KUA Kuwarasan Bapak

Dalmin ,S.Pd.I, Penghulu KUA Kuwarasan Bapak Miftahudin, S.HI dan

pegawai KUA Kuwarasan.

Berikut ini adalah hasil wawancara yang telah penulis lakukan:

a. Kasus pernikahan janda hamil di KUA Kuwarasan

Dari hasil wawancara , bahwa di KUA Kuwarasan ada kasus

janda hamil mengajukan permohonan pernikahan. Yaitu pada tahun

2013 terdapat 3 permohonan kehendak nikah dan tahun 2014

terdapat 4 permohonan dari janda yang tengah hamil. Dari semua

kasus tersebut KUA Kuwarasan belum pernah menikahkan janda

yang sedang hamil. Dalam menolak kehendak nikah, KUA

Kuwarasan berdasarkan pada pendapat bahwa masa kandungan

Page 74: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

59

terlama adalah empat tahun kemudian diasumsikan bahwa iddah

wanita hamil sampai melahirkan. Jadi janda yang sedang hamil harus

menunggu sampai anak dalam kandungan lahir ketika akan menikah.

b. Prosedur penolakan permohonan nikah janda hamil

Prosedur yang dilakukan oleh KUA dalam menolak

permohonan kehendak nikah adalah dengan menyampaikan secara

langsung kepada pihak pemohon bahwa kehendaknya ditolak dalam

arti ditunda sampai anak dalam kandungan lahir.

c. Peran KUA Kecamatan Kuwarasan Kabupaten Kebumen dalam

sosialisasi ketentuan pernikahan wanita hamil

Untuk menekan terjadinya kasus berikutnya, Temuan

peneliti: hasil wawancara di atas menunjukkan kalau KUA

melakukan sosialisasi melalui pertemuan-pertemuan dengan

muspika, para pegawai desa dan para mudin. KUA juga melakukan

pertemuan rutin dikantor KUA dengan para P3N mudin, takmir

untuk melakukan sosialisasi perihal tersebut.

Selain itu KUA Kuwarasan juga melakukan sosialisasi

prosedur permohonan pernikahan janda hamil dengan bekerja sama

dengan P3N,muspika dan pejabat-pejabat desa. Serta sosialisasi

langsung kepada calon perihal tata cara pengajuan kehendak nikah.

Page 75: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

60

BAB IV

ANALISIS DATA

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Data yang diperoleh

didapatkan dari observasi dan wawancara. Kepada informan tentang

Penolakan KUA Menikahkan Janda Hamil.

C. Analisis Penolakan KUA Menikahakan Janda Hamil

Perkawinan telah di atur secara jelas oleh ketentuan – ketentuan

hukum Islam yang digali dari sumber-sumbernya baik dari Al-Quran, As

sunnah dan hasil ijtiad para ulama. Kehidupan dan peradapan manusia

tidak akan berlanjut tanpa adanya kesinambungan perkawinan dari setiap

generasi manusia. Perkawinan dalam Islam juga merupakan Sunnah Rasul.

Meskipun demikian tetap saja ada masalah baru yang muncul dan belum

diatur dalam undang-undang serta masih menjadi perdebatan dikalangan

ulama. Salah satunya adalah penolakan menikahkan janda hamil yang

penulis temukan kasusnya di KUA Kecamatan Kuwarasan dimana KUA

Kuwarasan menolak menikahkan janda yang tengah hamil dan harus

menunggu sampai anak dalam kandungan tersebut lahir jika hendak

melaksanakan pernikahan.

Dari hasil wawancara dengan PPN, diketahui bahwa alasan

penolakan pelaksanaan pernikahan janda hamil, KUA Kuwarasan

bersandar pada pendapat ulama golongan syafiíyah yang berpendapat

masa kandungan terlama adalah empat tahun. Meskipun iddah

Page 76: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

61

perceraiannya sudah selesai akan tetapi dari hasil test kehamilan diketahui

tengah hamil, maka pernikahannya ditunda sampai melahirkan. Berikut

dasar alasan yang digunakan :

أما أكثر أمد الحمل فلم يرد في تحديده شيء من كتاب ول سنة، والعلماء

فذهب .مختلفون فيه، وكلهم يقول بحسب ما ظهر له من أحوال النساء

أربع سنين، وهو إحدى : الإمام أحمد، والشافعي إلى أن أقصى أمد الحمل

: خرى عن مالكايتين المشهورتين عن مالك، والرواية المشهورة ال الرو

سنتان، وهو رواية : خمس سنين، وذهب الإمام أبو حنيفة إلى أن أقصاه

عن أحمد، وهو مذهب الثوري، وبه قالت عائشة رضي الله عنها، وعن

سنة : ست، وسبع، وعن محمد بن الحكم: ثلاث سنين، وعن الزهري: الليث

تسعة أشهر: وعن داودل أكثر،

Artinya: “Adapun lama waktu maksimal kehamilan maka tidak ada

batasannya dalam Al-Quran dan Sunnah, ulama juga berselisih

dalam hal ini, masing-masing berpendapat sesuai dengan apa yang

nampak bagi mereka pada keadaaan wanita (di zaman

mereka).Imam Ahmad dan Imam Syafi’i berpendapat waktu

terlama adalah empat tahun dan salah satu riwayat pendapat yang

masyhur dari Imam Malik, sedangkan riwayat masyhur yang lain

adalah lima tahun. Imam Abu Hanifah berpendapat dua tahun, ini

riwayat dari Ahmad, madzhabnya Ats-Tasuri dan perkataan

‘Aisyah radhiallahu ‘anha. Pendapat Laits tiga tahun, pendapat

Az-Zuhri enam tahun dan tujuh tahun dan pendapat Muhammad

bin Al-Hakim satu tahun tidak lebih dan pendapat Dawud yaitu

sembilan bulan”.( Adhwa’ul Bayan 2/227, Darul Fikr, Libanon,

1415 H, syamilah)

Page 77: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

62

Menurut penulis, ketika KUA menolak pelaksanaan pernikahan

janda hamil, hal itu menunjukan kurang konsistennya KUA dalam

menentukan hukum dan banyak kelemahan yang muncul diantaranya:

1. Alasan umur kandungan yang disandarkan pada pendapat ulama

madhab Syafi’i yaitu masa kandungan terlama adalah empat

tahun, tentu harus dipahami secara mendalam dan lebih teliti.

Karena di era modern ini untuk mengetahui sejak kapan seorang

hamil bisa dilakukan dengan teknologi kedokteran. Sehingga

dengan mudah kita bisa mengetahui umur kandungan seseorang.

2. KUA secara tidak langsung memberikan kesimpulan nasab anak

yang ada dalam kandungan adalah kepada suami terdahulu.

Padahal kehamilan janda tersebut terjadi setelah satu atau dua

tahun lebih setelah masa iddah. Tentunya hal tersebut bisa

menimbulkan masalah baru.

3. Penerapan iddah dobel pada satu kasus perceraian tentu kurang

tepat, dimana seorang wanita yang sudah menjalani iddah

peceraian harus melanjutkan iddah hamil ketika diketahui

wanita tersebut tengah hamil karena zina dan berstatus janda.

Dibawah ini adalah permohonan pernikahan janda hamil

yang terjadi di KUA kecamatan Kuwarasan.

Page 78: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

63

Tabel 4.1

Data Permohonan Pernikahan Janda Hamil

No Jumlah kasus Tahun

1 3 kasus permohonan 2013

2 4 kasus permohonan 2014

Tabel tersebut diatas menjelaskan jumlah dan keberadaan

permohonan menikahkan janda hamil yang terjadi di KUA Kecamatan

Kuwarasan

D. Prosedur Penolakan Permohonan Nikah Janda Hamil dan Peran

KUA Dalam Sosialisasi Ketentuan Pernikahan Wanita Hamil

Dari data yang penulis himpun mengenai penolakan permohonan

nikah janda hamil, prosedur penolakan oleh KUA disampaikan secara

langsung kepada pihak pemohon kehendak nikah, dengan menjelasakan

bahwa permohonannya ditolak sampai anak dalam kandungan lahir. Hal

tersebut merujuk pada Al Qur’an surat At Thalaq ayat 4.

Artinya: dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi

(monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-

ragu (tentang masa iddahnya), Maka masa iddah mereka adalah

tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak

Page 79: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

64

haid. dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka

itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. dan barang -

siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan

baginya kemudahan dalam urusannya.

Dari observasi dan wawancara yang penulis lakukan di lapangan,

dalam melaksankan sosialisasi permohonan pernikahan janda hamil, KUA

Kuwarasan melakukan sosialisasi melalui perkumpulan dengan Muspika

dan P3N (Pegawai Pembantu Pencatat Nikah) yang dilakukan sebulan

sekali setiap hari Rabu Pon di kantor KUA Kecamatan Kuwarasan. Selain

itu KUA dalam melakukan sosialisasi juga melalui penyuluhun dan

bimbingan catin pra nikah.

Page 80: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

65

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang mengacu pada rumusan masalah

yang telah ditetapkan, serta berdasarkan analisis data yang diuraikan

secara deskriptif pada bab IV. Maka dapat disimpulkan beberapa

kesimpulan, yaitu:

1. Bahwa KUA Kecamatan Kuwarasan menolak menikahkan janda

hamil karena zina. Pada tahun 2013 terdapat 3 kasus dan pada

tahun 2014 terdapat 4 kasus permohonan kehendak nikah dari

janda hamil yang ditolak kehendaknya. Menolak dalam artian

menunda sampai anak dalam kandungan lahir. Hal tersebut

berdasarkan pada pendapat ulama golongan syafiíyah yang

berpendapat bahwa masa kandungan terlama adalah empat tahun.

Kemudian diasumsikan bahwa iddah wanita hamil adalah sampai

melahirkan Meskipun iddah perceraian dengan mantan suaminya

sudah selesai akan tetapi dari hasil test kehamilan diketahui tengah

hamil, maka pernikahannya ditunda.

2. KUA Kuwarasan dalam menolak permohonan pernikahan dari

janda hamil dengan menyampaikan secara langsung kepada

pemohohon bahwa permohonan kehendak nikahnya ditolak dan

menunggu sampai anak dalam kandungan lahir.

Page 81: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

66

3. Dalam melakukan sosialisasi ketentuan pengajuan pernikahan

wanita hamil, KUA Kuwarasan berkerja sama dengan Muspika,

Pegawai Desa, P3N melalui rapat bulanan yang diadakan KUA

maupun ketika ada undangan rapat lainnya.

B. Saran

Sebagai PPN atau penghulu, harus lebih jeli dan teliti dalam

memutuskan suatu permasalahan hukum. Jangan sampai keputusan hukum

yang diambil bertentangan dengan aturan undang-undang yang ada, karena

tujuan hukum itu sendiri adalah untuk kemaslahatan.

Page 82: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

DAFTAR PUSTAKA

Adhwa’ul Bayan 2/227, Darul Fikr, Libanon, 1415 H, syamilah.

Ali, Zainudin. 2009. Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.

'Asqalani, Ibnu Hajar al-. Bulughul Maram. Penerjemah A. Hassan, cet.XXIII.

Bandung: CV Diponegoro,1999.

Azzam, Abdul Aziz Muhammad & Abdul Wahhab Sayyed Hawwas. Fiqh

Munakahat. Terjemahan Oleh Abdul Majid Khon. 2009,Jakarta:

AMZAH.

Baihaqi dalam As-Sunan al-Kubro 7/155.

Basyir, Ahmad Azhar. 1999. Hukum Perkawinan Islam. Yogyakarta: UII Press

Bukhari, Imam. Sahih al-Bukhari, Beirut: Dar al-Fikr, t.t

Daradjat, Zakiyah. 1984. Ilmu Fiqh II. Jakarta: Departemen Agama.

Dawud, Abu,Sunan Abu Dawod, Beirut-Lebanon: Dar al-Kotob al-Ilmiyah

Daymon, Christine & Immy Holloway. 2008. Metode-Metode Riset Kualitatif.

Dalam Public Relation dan Marketing Communications. Terjemahan

Oleh Cahya Wiratama. Yogyakarta; Bentang.

Departemen Agama RI. 1995. Al-Quran Dan Terjemahan. Bandung: CV Penerbit

Diponegoro.

Departemen Agama RI. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan dan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975. Jakarta:

Depatemen Agama RI, 2004

Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Kuwarasan. Laporan Kerja Tahun

2013. Kebumen: KUA Kuwarasan,2013

Keputusan Menteri Agama (KMA) RI Nomor 517 Tahun 2001 Tentang Penataan

Organisasi Kantor Urusan Agama Kecamatan.

Kompilasi Hukum Islam,2007 cet-2 Bandung: Focus Media

Moloeng, Lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda.

Page 83: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

Mughniyah, Muhammad Jawad. 1994. Fiqh Lima Mazhab. Jakarta:Basrie Press.

Nuruddin, Amiur dan Azhari Akmal Tarigan. 2006. Hukum Perdata Islam di

Indonesia: Studi Kritis Perkembangan UU No 1/1974 sampai KHI.

Jakarta: Kencana.

Poerwadarminta, W.J.S. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga.

Jakarta: Balai Pustaka.

Putusan Menteri Agama (PMA) Nomor 11 Tahun 2007 Tentang Pencatatan

Nikah.

Qardhawi, Yusuf. Halal Haram dalam Islam. Terjemahan oleh. Wahid Ahmadi

dkk. 2000. Solo. Era Intermedia.

Ramulyo, Mohd Idris .1996. Hukum Perkawinan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.

Rofiq, Ahmad. 1995. Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sabiq, Sayyid. 1980. Fikih Sunnah 6. Bandung: PT Alma’arif.

Saleh, Hassan H.E dkk. 2008. Kajian Fiqh Nabawi & Fiqh Kontemporer. Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada.

Soekanto, Soerjono. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Yogyakarta: UII Press.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D cetakan ke-

18. Bandung: Alfabeta

Undang-undang No. 32 tahun 1954 tentang pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk.

Undang-undang Republik Indonesia No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

Washil, Nashr Farid Muhammad & Abdul Aziz Muhammad Azzam. 2009.

Qawa’id Fiqhiyah. Jakarta: AMZAH.

Page 84: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Zainul Arifin

TTL : Kebumen, 17 Januari 1992

Alamat : Kabupaten Kebumen, Kecamatan Petanahan,

Desa Kewangunan Rt 03 Rw 01 Kode Pos 54382

Riwayat Pendidikan :

1. TK Dharma Wanita lulus tahun 2001

2. SD N Kewangunan 01 lulus tahun 2006

3. MTSN 1 Klirong Kebumen lulus tahun 2008

4. MA ALI MAKSUM Krapyak Yogyakarta lulus

tahun 2010

Pengalaman Organisasi :

1. PMII Cabang Salatiga

2. DEMA STAIN Salatiga

3. HMJ Syari’ah STAIN Salatiga

Motto : Man Jadda Wa Jada

(Zainul Arifin)

Page 85: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL
Page 86: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL
Page 87: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL
Page 88: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL
Page 89: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL
Page 90: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

DAFTAR NILAI SKK

Nama : Zainul Arifin

Nim : 21110018

Jurusan : Syari’ah/ Ahwal Al Syakhshiyyah

PA : Moh. Khusen, M.Ag., M.A.

No Nama kegiatan Pelaksanaan Keterangan Nilai

1 Orientasi Pengenalan Akademik dan

Kemahasiswaan (OPAK)

25 s.d 27

Agustus 2010

Peserta 3

2 User Education (Pendidikan Pemakai)

Oleh UPT Perpustakaan STAIN

Salatiga

20-25

September

2010

Peserta

3

3 Public Hearing “Optimalisasi

Demokrasi Kampus Sebagai Upaya

Integrity Oriented”

09 Maret

2011

Peserta

2

4 Seminar Korupsi “Pilar-Pilar

Penanggulangan Tindak Pidana

Korupsi Perspekstif Agama, Budaya,

dan Negara” Oleh Himpunan

Mahasiswa Jurusan Syariah

27 Juni 2011 Panitia

2

5 Malam Keakraban Mahasiswa

Syariah “Semalam Sehati” Oleh

Himpunan Mahasiswa Jurusan

Syariah

08-09

Oktober 2011

Panitia

3

6 Seminar Regional “Negara Islam

dalam Tinjauan Islam Indonesia dan

NKRI” oleh IPNU Kab. Semarang

dan PMII Kota Salatiga

22 November

2011

Panitia

4

7 SK Pengurus Dewan Mahasiswa

STAIN Salatiga 2012

03 Januari

2012

Peserta 3

8 SK Pengurus Himpunan Mahasiswa

Jurusan (HMJ) Syariah tahun 2011-

2012

24 Januari

2012

Peserta

3

9 Workshop Leadership

“Menumbuhkan Jiwa Kepemimpinan

Yang Ideal dan Demokratis” Oleh

DEMA

06-08 April

2012

Panitia

3

Page 91: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

10 Pelatihan Advokasi “Anggaran

Percepatan Pembangunan dan

Kesejahteraan Masyarakat Kota

Salatiga” Oleh DEMA dan HMJ

Syariah

09-10 Mei

2012

Panitia

3

11 Seminar Nasional “Mewaspadai

Gerakan Islam Garis Keras di

Perguruan Tinggi” Oleh DEMA

23 Juni 2012 Panitia

6

12 SK Panitia Orientasi Pengenalan

Akademik dan Kemahasiswaan

(OPAK) Jurusan Syariah Tahun 2012

08 September

2012

Peserta

3

13 OPAK STAIN Salatiga 2012

“Progesifitas Kaum Muda, Kunci

Perubahan Indonesia” Oleh DEMA

05-07

September

2012

Panitia

3

14 Orientasi Mahasiswa Syariah

(ORMAS) “Membangun Pribadi

Mahasiswa Melalui Analisa Sosial

Ke-Syari’ah-an” Oleh HMJ Syariah.

08-09

September

2012

Panitia

3

15

MAPABA PMII Joko Tingkir

Salatiga 2012 “Membentuk Militansi

Kader Menuju Mahasiswa yang Ideal”

05-07

Oktober 2012

Panitia

3

16 Semalam Sehati “Satu Malam

Meningkatkan Integritas Mahasiswa

Syariah” Oleh HMJ Syariah

13-14

Oktober 2012

Panitia

3

17 Dialog Publik dan Silaturahim

Nasional “Kemanakah Arah

Kebijakan BBM? Mendorong Subsidi

BBM Untuk Rakyat” Oleh PMII dan

ASWAJA TENGAH

10 November

2012

Panitia

3

18 Seminar Nasional “Peran Lembaga

Perbankan Syariah dengan Adanya

Otoritas Jasa Keuangan (UU No. 21

Tahun 2011 Tentang OJK)” Oleh

HMJ Syariah

29 November

2012

Peserta

6

19 SK Pengurus Dewan Mahasiswa

STAIN Salatiga 2013

31 januari

2013

Peserta 3

20 Seminar Nasional “Nikah Siri dalam

Perspektif Agama dan Hukum” Oleh

MUI Salatiga

23 Maret

2013

Peserta

3

21 Seminar Nasional “Ahlussunnah 26 Maret Panitia 2

Page 92: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

Waljamaah dalam Perspektif Islam

Indonesia” Oleh DEMA

2013

22 Seminar Nasional “Minimnya

Pasokan Energi Dalam Negeri;

Pembatasan Subsidi BBM dan Peran

Masyarakat dalam Penghematan

Energi” Oleh HMJ Tarbiyah dan

Syariah

20 April

2013

Peserta

6

23 Seminar Nasional “Norma Hukum

Serta Kebijakan Pemerintah dalam

Mengendalikan Harga BBM

Bersubsidi” Oleh DEMA

27 Mei 2013 Panitia

6

24 Seminar Nasional dan Dialog Publik

“Penyesuaian Harga BBM

Bersubsidi” Oleh HMJ Syariah

27 Juni 2013 Peserta

6

25 SK Panitia OPAK STAIN Salatiga

2013

01 Agustus

2013

Panitia 3

26 Pelatihan Agen Anti Korupsi

“Revitalisasi Kader Anti Korupsi

Untuk Membangun Masyarakat

Indonesia Yang Jujur dan Bersih”

Oleh HMJ Syariah dan Gerakan

Mahasiswa Anti Korupsi (GEMAK)

16-17

November

2013

Peserta

3

27 Seminar Nasional “Guru Kreatif

dalam Implementasi Kurikulum

2013” Oleh HMJ Tarbiyah

18 November

2013

Peserta

6

28 Lomba Peradilan Semu Bidang

Peradilan Agama Tingkat Nasional

2013 “Optimalisasi Peran Penegak

Hukum Demi Terciptanya Hukum

yang Komprehensif” Oleh BEMJ-S

STAIN Purwokerto

26-27

November

2013

peserta

4

29 Praktikum Mediasi “Upaya

Penyelesaian Perkara di Luar

Pengadilan” Oleh Progam Studi

Ahwal Al- Syakhsiyyah (AS)

12 Desember

2013

Peserta

3

30 SK Pengurus DEMA 2014 17 Februari

2014

Peserta 3

31 Pelatihan Advikasi “Membangun

Mahasiswa Cerdas, Peduli dan Sadar

23-24 Mei

2014

Peserta 3

Page 93: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

Sebagai Agent Of Change” Oleh HMJ

Syariah

32 SK Panitia OPAK STAIN Salatiga

2014

06 Agustus

2014

Panitia 3

33 OPAK STAIN Salatiga 2014

“Aktualisasi Gerakan Mahasiswa

yang Beretika, Displin dan Berfikir

Terbuka” Oleh DEMA

18-19

Agustus 2014

Panitia

3

34 Seminar Nasional “Peran Mahasiswa

Dalam Mengawal Masa Depan

Indonesia Pasca Pilpres 2014” Oleh

DEMA

29 September

2014

Panitia

6

35 Seminar Nasional “Perbaikan Mutu

Pendidikan Melalui Profesionalisme

Pendidikan” Oleh HMJ Tarbiyah

13 November

2014

Peserta

6

Jumlah 128

Page 94: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL
Page 95: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL
Page 96: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL
Page 97: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL
Page 98: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL
Page 99: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL
Page 100: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

TRANSKIP WAWANCARA

Wawancara 1

Nama responden : Dalmin, S.Pd.I

NIP : 19630330 198503 1 005

Pangkat : PENATA (III/c)

Jabatan : Kepala

Kode : Wwcr1

Hasil wawancara

1. Apakah di KUA Kuwarasan pernah ada permohonan kehendak nikah dari

janda hamil pak?

Wwcr1:”Kalau kehendak nikah janda yang hamil ada

mas.,Cuma kalo untuk di KUA Kuwarasan sedikit

mas”.

2. Ada berapa kasus permohonan nikah janda yang sedang hamil?

Wwcr1: ”Untuk kehendak nikah dari janda ya mas, yang

terbaru tahun 2013 ada 3 permohonan tahun 2014 ada

4 permohonan mas”.

3. Apakah di KUA Kecamatan kuwarasan ini pernah menikahkan janda

hamil?

Wwcr1: ”Kalo yang hamil gadis pernah mas. Tapi kalo janda

yang sedang hamil yang mengajukan kehendak nikah

belum pernah mas.kita tolak mas”.

4. Apa landasan hukum yang dipakai untuk menolak permohonan janda

hamil mengajukan pernikahan?

Page 101: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

Wwcr 1: ”Kalau untuk janda hamil kita tolak kehendaknya

dengan dasar masa kandungan terlama menurut ulama

syafi’i kan 4 tahun mas. Jadi walopun sudah menjanda

lama dan masa iddah dengan suami lama sudah habis

dan hamil dengan pacarnya, janda tersebut harus

menunggu sampai anak dalam kandungan lahir mas”.

5. Bagaimana prosedur penolakan permohonan kehendak nikah di KUA?

Wwcr1: ”Ya tentunya kita menolak dengan baik-baik mas.

Begitu berkas masuk dari mudin kita cek dan biasanya

mudin jg datang dengan pihak yang akan mengajukan

kehendak nikah. Kita cek surat dokternya . Ketika

terbukti hamil dan itu seorang janda kita menolaknya.

Menolak disini maksudnya menunda pernikahan

sampai anak dalam kandungan lahir mas”.

6. Apakah ada usaha dari pihak KUA untuk menekan terjadinya kasus

berikutnya?

Wwcr 1: ”Ada mas.kalau itu biasanya kita lakukan ketika ada

bedolan nikah kita selalu menyampaikan kepada bapak

dan ibu undangan. Dan juga ketika ada undangan2 dan

pertemuan dengan tokoh masyarakat, mudin, untuk

bekerjasama mencegah hal tersebut”.

7. Apakah ada juga sosialisasi ketentuan permohonan pernikahan hamil?

Wwcr 1: ” Kalau itu kita lewat mudin-mudin yang ada didesa

mas. kalau orang mau nikah datang ketempat mudin

untuk meminta formulir nikah sekalian diberi arahan

dan prosedur pengajuan kehendak nikah mas. Dan juga

ketika ada pertemuan dengan pejabat pejabat desa kita

selalu mensosialisasikan progam progam baru terkait

pernikahan dan ketentuannya mas”.

Page 102: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

TRANSKIP WAWANCARA

Wawancara 2

Nama : Miftahudin S,HI

NIP : 1978112429009 1 008

Pangkat : Penata Muda Tk.1 (III/b)

Jabatan : Penghulu

Kode : Wwcr2

Hasil wawancara

1. Apakah di KUA Kuwarasan pernah ada permohonan kehendak nikah dari

janda hamil pak?

Wwcr 2: ”Pernah mas”.

2. Ada berapa kasus permohonan nikah janda yang sedang hamil?

Wwcr2: ”Kalo yang paling baru atau data yang terbaru dari tahun

2013 sekitar 7 permohonan mas. Tahun 2013 ada 3 dan

tahun 2014 ada 4 kasus mas”.

3. Apakah di KUA Kecamatan kuwarasan ini pernah menikahkan janda

hamil?

Wwcr2: ”Dari permohonan nikah dari janda yang sedang hamil

belum ada yang pernah kita nikahkan mas.kita tolak

permohonannya”.

4. Apa landasan hukum yang dipakai untuk menolak permohonan janda

hamil mengajukan pernikahan?

Wwcr2: ”Kalo dasar hukum yang dipakai itu masa kandungan

terlama adalah 4 tahun kemudian diasumsikan bahwa

iddah wanita hamil adalah sampai melahirkan. Karena

Page 103: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

sedang hamil jadi harus menunggu sampai melahirkan.

Walaupun ya mas janda tersebut hamil bukan dengan

mantan suaminya”.

5. Bagaimana prosedur penolakan permohonan kehendak nikah di KUA?

Wwcr2: ” Kalo untuk prosedur penolakannya dari KUA secara

langsung. Ketika mudin dan pemohon datang ke KUA

beserta berkasnya langsung kita cek. Dari berkas kan ada

hasil test dokter, dan juga keterangan janda atau

perawan. Kalo terbukti hamil dan itu janda kita tolak mas.

Menolak dengan maksud menunda sampai anak dalam

kandungan lahir. Jadi gag selamanya ditolak mas”.

6. Apakah ada usaha dari pihak KUA untuk menekan terjadinya kasus

berikutnya?

Wwcr2: ”Kalo untuk itu ya ada mas..kita ada agenda bersama

muspika dan ada undangan dari desa kita

sosialisasikan..Kita juga menyampaikan lewat mudin-

mudin”. Dari KUA juga sudah ada progam kerja terkait

penyuluhan dan bimbingan nikah mas.

7. Apakah ada juga sosialisasi ketentuan permohonan pernikahan hamil?

Wwcr2: ” Setiap sebulan sekali pada Rabu pon di KUA ada

agenda rapat dengan pegawai pembantu pencatat nikah

(P3N) satu kecamatan. Disitu kita sosialisasikan progam-

progam KUA dan juga perihal pernikahan mas. Jadi

ketika ada perubahan prosedur dan tatacara pengajuan

kehendak nikah atau ada peraturan baru kita selalu

sosialisasikan melaui P3N mas.

Page 104: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

TRANSKIP WAWANCARA

Wawancara 3

Nama : Nur Khamadah

NIP : 19640831 198503 2 003

Pangkat : Penata Muda Tk.1 (III/b)

Jabatan : Pegawai

Kode : Wwcr3

Hasil wawancara

1. Apakah di KUA Kuwarasan pernah ada permohonan kehendak nikah dari

janda hamil pak?

Wwcr 3: ”Pernah mas beberapa kali mas”.

2. Ada berapa kasus permohonan nikah janda yang sedang hamil?

Wwcr3: “Dari data yang ada disini tahun 2013 ada 3 permohonan.

tahun 2014 ada 4 mas. Ya itu yang paling baru mas”.

3. Apakah di KUA Kecamatan kuwarasan ini pernah menikahkan janda

hamil?

Wwcr3: ”Setahu saya dari berkas berkas tidak pernah mas.

Biasanya kalo janda hamil ditolak kehendaknya”.

4. Apa landasan hukum yang dipakai untuk menolak permohonan janda

hamil mengajukan pernikahan?

Wwcr3: ”Dasar hukumnya ya kan janda tersebut sedang hamil jadi

harus menunggu sampai melahirkan.setahu saya begitu

mas”.

Page 105: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

5. Bagaimana prosedur penolakan permohonan kehendak nikah di KUA?

Wwcr3: ”Prosedurnya ya langsung disampaikan kepada pemohon

kalo kehendaknya ditolak”.

6. Apakah ada usaha dari pihak KUA untuk menekan terjadinya kasus

berikutnya?

Wwcr3: ” Kalo usaha menekan kasus ya kita lewat sosialisasi kalo

ada pertemuan2 dengan pamong desa dan Muspika mas”.

7. Apakah ada juga sosialisasi ketentuan permohonan pernikahan hamil?

Wwcr3: ” Ada mas untuk sosialisasi dan ketentuan itu juga kita

lakukan lewat pamong-pamong desa dan mudin.

Terkadang juga kita sampaikan lewat pemohon perihal

tata cara pengajuan kehendak nikah”.

Page 106: PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/57/1/Zainul Arifin 21110018.pdf · PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL

PERNYATAAN PUBLIKASI SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

NAMA : ZAINUL ARIFIN

NIM : 21110018

FAKULTAS : SYARI’AH

JURUSAN : AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH

Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya sendiri dan tidak berkeberatan

untuk dipublikasikan oleh pihak perpustakaan iain salatiga tanpa menuntut

konsekuensi apapun.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dan jika dikemudian hari terbukti karya

saya ini bukan karya sendiri, maka saya sanggup untuk menanggung semua

konsekuensinya.

Salatiga,

Hormat saya

Zainul Arifin