penjelasan ii fasilitasi dan pelatihan  · web viewpaham akan ketentuan/peraturan yang berlaku....

60
PENJELASAN II FASILITASI DAN PELATIHAN FASILITASI Dalam melaksanakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat – Mandiri Perdesaan (PNPM Mandiri Perdesaan), masyarakat difasilitasi atau dipandu oleh Fasilitator. Fasilitasi dalam PNPM Mandiri Perdesaan mengandung pengertian membantu dan menguatkan masyarakat agar dapat dan mampu mengembangkan diri untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan potensi yang dimiliki. Untuk memfasilitasi masyarakat dalam melaksanakan PNPM Mandiri Perdesaan diperlukan cara atau teknik fasilitasi. 2.1. Fungsi dan Kemampuan Fasilitator Secara umum pelaku proses fasilitasi sering disebut fasilitator. Dalam PNPM Mandiri Perdesaan; Fasilitator Kecamatan , Fasilitator Kabupaten dan aparat berperan sebagai fasilitator dari luar masyarakat, sehingga dalam pemberdayaan masyarakat dipahami sebagai pendamping. Sedangkan Pendamping Lokal, Kader Pemberdayaan Masyarakat serta seluruh pelaku PNPM Mandiri Perdesaan yang berasal dari masyarakat setempat juga berperan sebagai fasilitator yang dipahami sebagai Kader Pemberdayaan. Sebagai pendamping masyarakat, pada waktu tertentu harus siap mundur dari perannya dan memandirikan para Kader Pemberdayaan. 2.1.1. Fungsi Fasilitator Agar dapat melaksanakan fungsi dan tugasnya dengan baik maka seorang Fasilitator perlu menyadari dan memahami empat fungsi seorang fasilitator di masyarakat yaitu : (a) Sebagai Narasumber Artinya seorang fasilitator harus mampu menyediakan dan siap dengan informasi-informasi termasuk pendukungnya yang berkaitan dengan program, dalam hal ini PNPM Mandiri Perdesaan. Seorang fasilitator harus mampu menjawab pertanyaan, memberikan ulasan, gambaran analisis maupun memberikan saran atau nasehat yang kongkrit dan realistis agar mudah diterapkan. Penjelasan II : Fasilitasi dan Pelatihan 1

Upload: vanmien

Post on 20-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENJELASAN II

FASILITASI DAN PELATIHAN

FASILITASI

Dalam melaksanakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat – Mandiri Perdesaan (PNPM Mandiri Perdesaan), masyarakat difasilitasi atau dipandu oleh Fasilitator. Fasilitasi dalam PNPM Mandiri Perdesaan mengandung pengertian membantu dan menguatkan masyarakat agar dapat dan mampu mengembangkan diri untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan potensi yang dimiliki. Untuk memfasilitasi masyarakat dalam melaksanakan PNPM Mandiri Perdesaan diperlukan cara atau teknik fasilitasi.

2.1. Fungsi dan Kemampuan Fasilitator Secara umum pelaku proses fasilitasi sering disebut fasilitator. Dalam PNPM Mandiri Perdesaan; Fasilitator Kecamatan , Fasilitator Kabupaten dan aparat berperan sebagai fasilitator dari luar masyarakat, sehingga dalam pemberdayaan masyarakat dipahami sebagai pendamping. Sedangkan Pendamping Lokal, Kader Pemberdayaan Masyarakat serta seluruh pelaku PNPM Mandiri Perdesaan yang berasal dari masyarakat setempat juga berperan sebagai fasilitator yang dipahami sebagai Kader Pemberdayaan. Sebagai pendamping masyarakat, pada waktu tertentu harus siap mundur dari perannya dan memandirikan para Kader Pemberdayaan.

2.1.1. Fungsi FasilitatorAgar dapat melaksanakan fungsi dan tugasnya dengan baik maka seorang Fasilitator perlu menyadari dan memahami empat fungsi seorang fasilitator di masyarakat yaitu :

(a) Sebagai NarasumberArtinya seorang fasilitator harus mampu menyediakan dan siap dengan informasi-informasi termasuk pendukungnya yang berkaitan dengan program, dalam hal ini PNPM Mandiri Perdesaan. Seorang fasilitator harus mampu menjawab pertanyaan, memberikan ulasan, gambaran analisis maupun memberikan saran atau nasehat yang kongkrit dan realistis agar mudah diterapkan.

(b) Sebagai GuruFungsi sebagai guru seringkali dibutuhkan untuk membantu masyarakat dalam mempelajari dan memahami keterampilan atau pengetahuan baru dalam upaya pemberdayaan masyarakat dan pelaksanaan program. Sebagai fasilitator harus mampu menyampaikan materi yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi dan bahasa yang mudah dicerna oleh masyarakat serta mudah diterapkan tahap demi tahap.

(c) Sebagai Mediator(i) Mediasi potensi

Seorang fasilitator diharapkan dapat membantu masyarakat memediasi sehingga masyarakat bisa mengakses potensi–potensi dan sumber daya yang dapat mendukung pengembangan dirinya, misalnya: sektor swasta, perguruan tinggi, LSM, peluang pasar.

(ii) Mediasi berbagai kepentingan

Penjelasan II : Fasilitasi dan Pelatihan 1

Seorang fasilitator diharapkan juga dapat berperan sebagai orang yang dapat menengahi apabila diantara kelompok atau individu di masyarakat terjadi perbedaaan kepentingan. Perlu diingat fungsi ini bukan berarti fasilitator yang memutuskan tetapi hanya perlu mengingatkan masyarakat tentang konsistensi terhadap berbagai kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya. Arti lain adalah menyesuaikan berbagai kepentingan untuk mencapai tujuan bersama. Jika diperlukan seorang fasilitator bisa membantu masyarakat dengan memberikan berbagai alternatif kesepakatan dalam menyesuaikan berbagai kepentingan demi tercapainya tujuan bersama. Untuk itu seorang fasilitator harus netral dan tidak memihak kepada salah satu kelompok saja.

(iii) Sebagai Perangsang atau Penantang (Challenger)Sering ditemui bahwa masyarakat jarang mengetahui dan mengenal potensi dan kapasitasnya sendiri. Untuk itu seorang fasilitator harus mampu merangsang dan mendorong masyarakat untuk menemukan dan mengenali potensi dan kapasitasnya sendiri. Dengan fungsinya tersebut fasilitator mampu mendorong masyarakat sehingga dapat melaksanakan berbagai kegiatan pembangunan secara mandiri. Tetapi di satu sisi, seorang fasilitator harus dapat berfungsi sebagai animator yakni ketika masyarakat sudah secara penuh /mandiri dapat memutuskan segala sesuatu tanpa bayang-bayang intervensi fasilitatornya.

2.1.2. Kemampuan Fasilitator

Agar dapat menjalankan fungsi-fungsi diatas maka seorang fasilitator perlu dibekali dan memiliki beberapa kemampuan antara lain :

(a) KepemimpinanSeorang fasilitator juga akan menjalankan fungsi kepemimpinan di masyarakat sehingga seharusnya memiliki kapasitas untuk membuka visi, membimbing, memberi motivasi, menggerakkan sekaligus berperan sebagai mediator antar warga masyarakat danpihak lain yang diperlukan. Beberapa upaya yang dapat dilakukanuntuk meningkatkan kepemimpinan antara lain:(i) Dengan menambah pengetahuan melalui pelatihan-pelatihan.(ii) Belajar sendiri dengan banyak membaca buku.(iii) Banyak menimba atau mempelajari pengalaman dari luar (studi banding,

seminar- seminar)(iv) Harus tanggap, dapat menjabarkan ide-ide, konsep dan kebijakan.(v) Melatih diri dengan berpikir kreatif, berpikir orisinal dan selalu berwawasan

masa depan – visionary.(vi) Tahan dan berjiwa besar menerima kritik dari luar.

(b) Konseptual Yang dimaksud kemampuan konseptual adalah kemampuan menerjemahkan pemikiran dan konsep yang rumit menjadi mudah diterima/dipahami oleh masyarakat serta merangsang lahirnya ide-ide baru untuk perubahan di masyarakat yang positif.

(c) KomunikasiTermasuk dalam kemampuan komunikasi yang dibutuhkan adalah:(i) Kemampuan menyampaikan pesan atau informasi

Fasih dan jelas dalam menyampaikan pesan, informasi, ide atau gagasan (intervensi informasi) kepada masyarakat merupakan syarat mutlak seorang

Penjelasan II : Fasilitasi dan Pelatihan 2

fasilitator dalam menjalankan proses fasilitasi. Dengan kemampuan itulah fasilitator akan dapat menjelaskan dan memberikan kontribusi kepada anggota dan kelompok masyarakat.

(ii) Menjadi pendengar yang aktifJika seorang fasilitator mampu menjadi pendengar yang aktif maka sangat memungkinkan akan tahu apa yang terjadi dan peka terhadap perasaan dan emosi dibalik ungkapan kata yang disampaikan oleh masyarakat. Dengan mengetahui apa yang terjadi dan peka terhadap perasaan dan emosi dibalik ungkapan kata yang disampaikan oleh masyarakat menjadi dasar untuk mengambil sikap dan tindakan apa yang seharusnya dilakukan. Untuk menjadi pendengar yang baik dan aktif diperlukan suatu pengendalian terhadap emosi atau perasaan diri serta bisa menghargai setiap pendapat dan gagasan yang disampaikan masyarakat.

(iii) Bertanya efektif dan terarahDengan bertanya secara efektif akan memudahkan seorang fasilitator untuk belajar dan mengerti apa yang terjadi serta sekaligus dapat memberi pemahaman untuk dapat memilih dan menemukan alternatif tindakan. Bertanya efektif dan terarah dapat dilakukan jika fasilitator telah menguasai dan memahami program yang disampaikan.

(iv) Kemampuan dalam pengembangan masyarakatBeberapa kemampuan yang termasuk dalam kelompok ini adalah:

1) Mengenal isu-isu lokalSeorang fasilitator perlu memahami benar serta menghayati isu-isu yang berkaitan dengan pemberdayaan sehingga mengenal apa yang harus dan bisa dilakukan oleh masyarakat.

2) Kemampuan identifikasiKemampuan mengidentifikasi potensi, masalah, hambatan dan fenomena yang terjadi merupakan awal dan bekal seorang fasilitator dalam melakukan pemberdayaan dan fasilitasi di masyarakat. Kemampuan ini diperlukan untuk pendekatan kepada masyarakat agar program (PNPM Mandiri Perdesaan) berjalan optimal.

3) Kemampuan analitisMelalui proses analitis maka seorang fasilitator akan dapat mengantisipasi masalah, menemukan berbagai alternatif penyelesaian serta mampu menjadi prakarsa dalam upaya pemberdayaan.

4) Adaptasi partisipatifMenyesuaikan diri dengan kondisi, harapan dan karakteristik masyarakat dalam PNPM Mandiri Perdesaan merupakan bekal yang sangat positif dalam fasilitasi. Hal tersebut diharapkan dapat memberi manfaat berupa keterlibatan dan rasa memiliki dari masyarakat terhadap PNPM Mandiri Perdesaan serta dapat mendorong keberhasilan pelaksanaan program. Di sisi lain keberadaan masyarakat sebagai orang dewasa menuntut fasilitator untuk dapat melibatkan pemikiran dan aksi mereka agar dapat memberi kontribusi terhadap pelaksanaan program.

Penjelasan II : Fasilitasi dan Pelatihan 3

5) Berpandangan positif ke depan (visioner)Selalu berpandangan secara positif dalam banyak hal sehingga tidak mudah terjebak pada pengambilan posisi pada setiap masalah secara sebagian–sebagian dan hanya didasarkan pada kepentingan sesaat/jangka pendek saja, tetapi segala sesuatu dipandang secara utuh didasarkan pada tujuan yang jauh ke depan.

6) Kemampuan melakukan aksi sebagai akumulasi kemampuan teknisSeringkali “dengan kata” saja dirasa tidak cukup karena di beberapa hal menuntut bukti. Begitupun dengan masyarakat, seorang fasilitator perlu sesekali melakukan sesuatu sebagai wujud sebuah pernyataan untuk bukti keberadaan dan kepedulian terhadap masyarakat. Untuk itu, fasilitator perlu memiliki kemampuan teknis sbb: a. Tahu dan mampu bagaimana sesuatu harus dikerjakan b. Ahli dalam bidangnya dan berpengalaman c. Paham akan ketentuan/peraturan yang berlakud. Mampu mengendalikan proses pelaksanaan pekerjaane. Secara fisik dan mental siap menghadapi tugas operasional f. Memiliki daya tahan, ketekunan, keuletan dalam penyelesaian tugas.

7) Kemampuan hubungan antar manusia (human relationship) Seorang fasilitator harus memiliki kapasitas untuk membina hubungan yang harmonis dengan masyarakat. Berkaitan dengan bagaimana memperlakukan dan berinteraksi dengan mereka serta menempatkan mereka dengan prinsip kesetaraan.

2.2. Proses Fasilitasi di Masyarakat

Terdapat beberapa langkah atau tahapan dalam memfasilitasi masyarakat melakukan suatu program, yaitu:

2.2.1 Tahap Identifikasi dan Penjajakan AwalProses awal dari fasilitasi yang harus dilakukan fasilitator adalah menemukenali masyarakat, mencakup pemahaman tentang kondisi permasalahan, potensi yang dimiliki serta lingkungan sosial, ekonomi dan budayanya dalam rangka mendapatkan kebutuhan-kebutuhan masyarakat terhadap program pemberdayaan. Bagi Fasilitator yang biasanya berasal dari luar lokasi penerima program, tahap ini sangat penting dan sangat membantu dalam kelancaran menjalankan tugas-tugasnya. Identifikasi wilayah dapat dilakukan melalui kunjungan ke desa-desa untuk mengamati (observasi) maupun mewawancarai masyarakat guna mengetahui kondisi, potensi serta kebiasaan yang berkembang di masyarakat tersebut. Pada tahap ini fasilitator sekaligus dapat memperkenalkan dirinya kepada masyarakat, melakukan pendekatan kepada tokoh-tokoh kunci yang berpengaruh, serta menjelaskan keberadaan dirinya sebagai seorang fasilitator yang akan membantu masyarakat dalam program PNPM Mandiri Perdesaan.

Penjelasan II : Fasilitasi dan Pelatihan 4

a. Cakupan Penjajakan Awal :

i. Kegiatan penjelasan umumKegiatan ini memberikan penjelasan umum tentang prinsip dan tata cara penyelenggaraan kegiatan. Penjelasan secara umum tersebut dilakukan mulai dari kecamatan, desa/kelurahan, RW, sampai kelompok komunitas yang ditujukan kepada : Aparat kecamatan, Aparat pemerintah desa/kelurahan dan pengurus lembaga komunitas di

lingkungan desa, Aparat RW dan pengurus lembaga komunitas di tingkat dusun/RW, Tokoh masyarakat serta perwakilan kelompok komunitas.

ii. Pembentukan tim pelaku Kegiatan pembentukan tim pelaku (yang terdiri dari calon-calon kader/KPM-D/K) dilakukan pada tingkat RW/komunitas. Kegiatan ini pada tingkat RW / komunitas dan dilakukan dengan wawancara semi terstruktur terhadap warga yang diusulkan oleh aparat maupun komunitas. Tujuan dari pembentukan tim pelaku adalah: (1) tersosialisasikannya gambaran umum kegiatan yang akan dilaksanakan, (2) terbentuknya tim Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa/Kelurahan (selanjutnya disingkat KPM-D/K) di setiap dusun/RW, (3) diperolehnya gambaran umum kondisi masyarakat.

Penjelasan II : Fasilitasi dan Pelatihan 5

Tujuan Identifikasi/Penjajagan Awal:a. Menemukenali hubungan sebab akibat masalah kemasyarakatan yang

ada di tingkat RT, RW dan desa serta memahami arah kecenderungan perubahan yang berlangsung didalamnya.

b. Menyusun kriteria untuk menetapkan prioritas penanganan masalah dengan perhitungan peluang dan daya dukung pembangunan terhadap pengembangan kesejahteraan masyarakat dan menjadi masukan dalam menyusun prioritas penanganan masalah secara berjenjang serta menyusun rencana penataan kawasan desa.

c. Menyusun prioritas penanganan masalah dan mengembangkan program pembangunan pada skala dusun/RW yang realistis dan terukur yang akan dilaksanakan pada jangka pendek, menengah dan jangka panjang (sekaligus sebagai bahan untuk kegiatan Menggagas Masa Depan Desa/ MMDD) dengan memanfaatkan sumber daya lokal yang akan dilaksanakan oleh masyarakat melalui lembaga yang ditunjuk.

d. Menyusun aturan main dan mekanisme kerja sama dengan pihak ketiga serta penentuan instansi atau pelaku terkait dalam penanganan masalah.

e. Menyusun rencana detail penanganan program jangka pendek dan menengah desa yang meliputi aspek teknis, mobilisasi sumber daya dan mekanisme pelaksanaan pembangunan, pengelolaan fisik, pemantauan keuangan serta pertanggungjawaban pelaksanaan.

f. Menetapkan standar proposal kegiatan di desa/kelurahan.

b. Langkah-langkah Penjajakan Awal:Dari tujuan kegiatan diatas, tahap penjajakan awal dilaksanakan dalam langkah-langkah yang meliputi :

Penjelasan II : Fasilitasi dan Pelatihan 6

Hasil yang diharapkan:a. Keluaran yang diharapkan dari tahap ini adalah sejumlah data dan

informasi langsung tentang kondisi umum di dusun, desa/kelurahan dan kecamatan.

b. Sejumlah data dan informasi langsung tentang masalah kemiskinan di dusun, desa/kelurahan, serta kecamatan.

c. Lembaga-lembaga di lingkungan dusun/RW dan desa/kelurahan; para tokoh masyarakat, serta perwakilan kelompok di tingkat kecamatan; memiliki gambaran umum tentang prinsip-prinsip dan tata cara penyelenggaraan kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan kegiatan di dusun, desa dan antar desa.

Catatan Khusus:1. Sebelum melakukan penjajakan awal, fasilitator sebaiknya perlu

mengetahui gambaran umum kondisi dusun/desa/kecamatan, terutama yang berkenaan dengan aspek-aspek yang khas dari masyarakat bersangkutan, seperti tradisi/adat, budaya, kebiasaan, pola perilaku, struktur sosial masyarakat.

2. Pada tahap awal, tanggapan masyarakat secara umum cenderung menilai PNPM Mandiri Perdesaan adalah “bantuan dan masyarakat hanya tinggal pakai”. Oleh karena itu, fasilitator perlu secara jelas dan bertahap menerangkan, secara formal maupun informal, tentang pembangunan yang bersifat top down dan bottom up, dengan contoh-contoh nyata dan mudah dipahami, Hal ini bisa dilakukan dengan cara membandingkan terhadap hal-hal yang pernah terjadi di lingkungan dusun/desa sendiri berkenaan dengan dua pendekatan pembangunan tersebut.

3. Jika Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa/Kelurahan (KMPD/K) telah terbentuk, dalam pertemuan berkala tim pelaku, sebaiknya terdapat agenda acara untuk mengkaji tanggapan atas perkembangan lapangan. Pembahasan dilaksanakan dengan mengkaitkan perkembangan lapangan dan prinsip-prinsip serta tata cara penyelenggaraan PNPM Mandiri Perdesaan. Hal itu dimaksudkan untuk mempertajam pemahaman dari anggota tim pelaku , baik yang berkenaan dengan prinsip serta tata cara kegiatan maupun tentang kondisi komunitas itu sendiri serta tentang kemungkinan-kemungkinan langkah pemecahan/pendekatan kepada warga.

4. Fasilitator dan KPM-D/K perlu mencermati tingkat keterlibatan setiap anggota tim pelaku dalam kegiatan. Selain itu, KPM-D/K pun perlu mengembangkan hubungan lebih mendalam melalui intensitas komunikasi dengan para anggota. Hal itu dimaksudkan untuk menumbuhkan kondisi saling mengenal – saling percaya dalam tim.

i. PersiapanLangkah persiapan ini merupakan titik tolak dari keempat langkah selanjutnya. Artinya hasil dari langkah ini digunakan pada langkah pengenalan dan penjajakan awal di tingkat desa, pengenalan dan penjajakan awal di tingkat dusun, pengenalan dan penjajakan awal di tingkat desa/kelurahan dan kecamatan, serta pembentukan tim pelaku. TujuanMemastikan kesiapan tim fasilitator dalam menjalankan kegiatan penjajakan awal dan mengenalan awal kepada masyarakat.

Hasil yang Diharapkan1. Produk Teknis

Panduan pengumpulan data sekunder dan observasi langsung tentang masyarakat yang bersangkutan (akan dijelaskan pada Buku Saku Fasilitator tentang Cara Menyusun Data Sekunder dan Observasi)

Kerangka acuan wawancara semi-terstruktur untuk mengumpulkan data dan informasi serta untuk menjajaki mitra potensial yang akan menjadi tim pelaku.

Memastikan kesiapan tim fasilitator dalam menjalankan kegiatan penjajakan awal dan pengenalan awal kepada masyarakat.

2. Kondisi yang diharapkan pada tahap iniTim fasilitator berhasil menyusun panduan pengambilan data sekunder dan observasi langsung, serta kerangka acuan wawancara dengan masyarakat, sehingga secara psikologis tim fasilitator merasa siap untuk melakukan kegiatan-kegiatan berikutnya dalam rangka pengenalan dan penjajakan awal.

Penjelasan II : Fasilitasi dan Pelatihan 7

Langkah-langkah kegiatan Menyusun jenis data dan informasi yang dibutuhkan, mencakup: data

orang miskin/Rumah Tangga Miskin, sarana/prasarana dasar yang ada di dusun/desa dan kondisi serta penggunaannya, data tentang ekonomi (pendapatan rumah tangga keluarga miskin, penggolongan status sosial ekonomi, tingkat pengangguran, jenis-jenis lapangan pekerjaan yang ada di dusun/desa/kecamatan, potensi ekonomi yang bisa dikembangkan, tataguna lahan, kelembagaan masyarakat yang ada di desa/kelurahan, kecamatan, potensi desa/kelurahan, dan RW/dusun, Rencana Tata Ruang Kawasan Perdesaan/Perkotaan (RTRKP).

Pengelompokan jenis data yang dibutuhkan pada tingkat Desa/kelurahan, dusun/RW, dan kelompok komunitas, yang meliputi : Tempat (sumber) memperoleh data Cara (metodologi) memperoleh data, seperti wawancara semi-

struktur, dokumen/arsip yang ada di sumber data, pengamatan langsung

Menyusun kerangka acuan wawancara semi-struktur, yang terdiri atas : Kerangka acuan wawancara untuk mengumpulkan data, yang

dipadukan dengan penjelasan umum tentang prinsip dan tata cara penyelenggaraan kegiatan.

Kerangka acuan wawancara untuk menjajaki calon mitra potensial yang akan menjadi tim pelaku kegiatan RW/Komunitas.

ii. Pelaksanaan (i) Pengenalan dan penjajakan awal di tingkat Dusun/RW

Penekanan dari langkah ini adalah upaya tim Fasilitator untuk memahami secara umum kondisi dan gambaran dusun/RW yang bersangkutan, serta menjajaki dan melakukan upaya-upaya awal dalam pembentukan tim pelaku.

Tujuana. Tersosialisasikannya gambaran awal dan umum tentang kegiatan PNPM

Mandiri Perdesaan di antara aparat dusun/RW dan para pengurus lembaga-lembaga di lingkungan dusun/RW, serta para tokoh masyarakat di tingkat dusun/RW.

b. Diperolehnya gambaran umum kondisi setiap dusun/RW.

Hasil yang diharapkan :a. Produk Teknis

Sejumlah data dan informasi langsung tentang kondisi umum setiap dusun/RW.

Sejumlah data dan informasi langsung tentang masalah PNPM Mandiri Perdesaan setiap dusun/RW.

b. Kondisi yang diharapkan terjadi pada tahap ini adalah : Lembaga-lembaga di lingkungan dusun/RW, para tokoh masyarakat

tingkat dusun/RW, serta perwakilan kelompok di setiap dusun/RW memiliki gambaran umum tentang prinsip-prinsip dan tata cara penyelenggaraan kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan.

Aparat dusun/RW, para tokoh masyarakat di tingkat dusun/RW serta perwakilan kelompok di setiap dusun/RW bersedia menindaklanjuti kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan dengan membentuk tim pelaku kegiatan PNPM di setiap dusun/RW.

Penjelasan II : Fasilitasi dan Pelatihan 8

Catatan Fasilitator: Tim fasilitator harus menyadari bahwa panduan wawancara yang

disusunnya bersifat terbuka dan fleksibel. Artinya, panduan tersebut tidak kaku, harus memberi kemungkinan untuk berkembang sesuai kondisi di lapangan

Kegiatan persiapan ini juga mempunyai makna khusus kepada fasilitator dan tim KPM-D/K. Bagaimanapun juga penjajakan awal merupakan kegiatan pertama kali tim. Biasanya muncul kekakuan-kekakuan dan ketegangan-ketegangan dalam diri individu maupun tim KPM-D/K dalam keseluruhan tahap persiapan sangat penting artinya bagi kesiapan psikologis tim.

Untuk memudahkan pekerjaan, fasilitator dan tim KPM-D/K dapat mengelompokkan jenis data-data yang dibutuhkan dalam suatu matriks atau bagan.

(ii) Penjajagan Kebutuhan di tingkat kelompok-kelompok di dusun/ komunitasKegiatan ini merupakan kegiatan pertama kali yang langsung berinteraksi dengan masyarakat yang sebenarnya, yang nantinya akan menjadi tumpuan kegiatan pemberdayaan itu sendiri. Jika tim Fasilitator berhasil menampilkan suasana dan citra yang menarik tentang keseluruhan kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui pembangunan di desa/kelurahan, maka hal tersebut akan menjadi pintu masuk yang menguntungkan bagi kegiatan-kegiatan dan tahap-tahap selanjutnya.

Tujuana. Tersosialisasikannya gambaran awal dan umum tentang kegiatan PNPM

Mandiri Perdesaan di antara para pejabat, RT, tokoh masyarakat, serta beberapa warga yang dianggap mewakili kelompok-kelompok yang ada di dusun/komunitas.

b. Mendapatkan penajaman atas gambaran umum kondisi setiap dusun/komunitas.

Hasil yang diharapkan :1. Produk Teknis

Sejumlah data dan informasi langsung tentang kondisi umum setiap dusun/komunitas dari masyarakat di tingkat kelompok-kelompok di dusun/komunitas (contoh kelompok tani dan kelompok peternak)

Sejumlah data dan informasi langsung tentang masalah yang terkait dengan kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan setiap dusun/komunitas dan masyarakat di tingkat kelompok-kelompok di dusun/komunitas.

2. Kondisi yang diharapkan terjadi pada tahap ini adalah :

Penjelasan II : Fasilitasi dan Pelatihan 9

Catatan Fasilitator:Biasanya di masyarakat sering terjadi dominasi kaum laki-laki atas kaum perempuan, sehingga masyarakat yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan pada langkah ini, baik aparat dusun/RW, pengurus lembaga di lingkungan dusun/RW maupun tokoh masyarakat, sebagian besar kaum laki-laki. Akibatnya adalah keengganan kaum perempuan untuk terlibat pada proses selanjutnya. Hal ini kurang menguntungkan pada proses-proses tahap berikutnya. Oleh karena itu tim KPM-D/K sebaiknya mencermati hal ini, dan mulai mencoba mencari peluang-peluang yang dapat dipakai sebagai titik masuk ke masalah tersebut pada kegiatan dan tahap berikutnya.

Langkah-langkah kegiatan Mengumpulkan dokumen/arsip yang dibutuhkan dari lembaga

dusun/RW, untuk mendapatkan data sesuai acuan yang direncanakan pada langkah persiapan.

Melakukan wawancara semi-terstruktur dengan aparat dusun/RW, pengurus lembaga di lingkungan dusun/RW, dan tokoh masyarakat.

Meminta nama dan identitas warga yang dapat menjadi narasumber kunci, narasumber pilihan, serta warga yang dapat dijadikan tim pelaku

Melakukan pengamatan langsung secara umum pada lokasi dusun/RW tersebut untuk mendapatkan penguatan dan penajaman atas pemahaman yang sudah diperoleh dari data-data sekunder.

Aparat RT dan beberapa warga yang dianggap mewakili kelompok-kelompok yang ada di dusun/komunitas memiliki gambaran umum tentang prinsip-prinsip dan tata cara penyelenggaraan kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan kegiatan terkait PNPM Mandiri Perdesaan.

Aparat RT dan beberapa warga yang dianggap mewakili kelompok-kelompok yang ada di komunitas serta masyarakat pada umumnya, bersedia menindaklanjuti kegiatan pengembangan kegiatan yang terkait PNPM Mandiri Perdesaan dengan mendukung tim pelaku di setiap RW.

(iii) Pengenalan dan penjajakan awal di tingkat desa/kelurahanWalaupun penekanan langkah ini adalah pada tingkat desa/kelurahan, tetapi pada prakteknya langkah ini justru mulai dari tingkat kecamatan. Secara umum langkah ini berbeda dengan langkah-langkah yang ada pada tahap lainnya karena pada tahap ini tidak dimulai dan bertumpu dari bawah ke atas tetapi dilakukan sebaliknya. Hal tersebut dilakukan berkaitan dengan upaya membuka pintu-pintu struktural.

Penjelasan II : Fasilitasi dan Pelatihan 10

Catatan Fasilitator:

Pada saat mewancarai warga, mereka yang akan diwawancarai dipilih secara acak dengan kriteria sebagai berikut :

Dianggap memiliki pengalaman dan pengetahuan yang lebih luas dibanding komunitasnya. Mereka biasa disebut narasumber kunci, Kebanyakan dari mereka adalah :

Orang luar yang sudah lama tinggal di lingkungan pemukiman tersebut, misalnya guru, dokter, pedagang, pendatang lain.

Warga yang memiliki kedudukan di tengah komunitas, misalnya pemuka agama, aparat desa/kelurahan, aparat RW, tokoh masyarakat.

Warga yang menonjol dan terlibat aktif dalam berbagai kegiatan komunitas.

Dianggap mewakili keadaan suatu kelompok yang berada di lingkungan komunitas. Pembagian kelompok tersebut didasarkan atas jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan tingkat ekonomi. Mereka biasanya disebut narasumber pilihan.

Langkah-langkah kegiatan

Melakukan wawancara semi-terstruktur dengan aparat RT, beberapa warga yang terpilih dan dianggap mewakili kelompok (RTM) di dusun/komunitas tersebut,

Melakukan cek silang terhadap ajuan aparat dusun/RW, pengurus lembaga di lingkungan dusun/RW dan tokoh masyarakat tentang warga yang dicalonkan menjadi KPM-D/K. Meminta nama dan identitas warga yang dapat menjadi KPM-D/K.

Melakukan pengamatan langsung secara umum ke Desa/Kelurahan tersebut (dengan cara transek) untuk mendapatkan penguatan dan penajaman atas pemahaman yang sudah diperloleh dari data-data sekunder.

Tujuana. Tersosialisasikannya gambaran awal dan umum tentang kegiatan

pengembangan yang akan dilaksanakan di antara aparat desa/kelurahan dan para pengurus lembaga-lembaga di lingkungan desa/kelurahan serta tokoh masyarakat di tingkat desa/kelurahan dan kecamatan.

b. Diperolehnya gambaran umum kondisi desa/kelurahan secara keseluruhan.

Hasil yang Diharapkan:a. Produk Teknis

Sejumlah data dan informasi langsung tentang kondisi umum di tingkat desa/kelurahan, termasuk kondisi kemiskinan yang dihadapi dan RTM.

Sejumlah data dan informasi langsung tentang masalah sarana/prasarana dasar, pendidikan, kesehatan, sosioekonomi di tingkat desa/kelurahan.

b. Kondisi yang diharapkan terjadi pada tahap ini adalah : Lembaga-lembaga di lingkungan desa/kelurahan, para tokoh

masyarakat tingkat desa/kelurahan memiliki gambaran umum tentang prinsip-prinsip dan tata cara penyelenggaraan kegiatan memberdayaan masyarakat melalui PNPM Mandiri Perdesaan.

Penjelasan II : Fasilitasi dan Pelatihan 11

Langkah-langkah kegiatan

Mengumpulkan dokumen-dokumen yang dibutuhkan dari kantor kecamatan, untuk mendapatkan data sesuai dengan acuan yang direncanakan pada langkah persiapan,

Melakukan wawancara semi-struktur dengan aparat kecamatan, Mengumpulkan dokumen/arsip yang dibutuhkan dari kantor

desa/kelurahan, untuk mendapatkan data sesuai acuan yang direncanakan pada langkah persiapan dan untuk melengkapi data-data yang belum didapatkan dari dokumen kantor kecamatan,

Melakukan wawancara semi-terstruktur dengan aparat desa/kelurahan dan pengurus lembaga komunitas di lingkungan desa/kelurahan.

Meminta nama dan identitas para ketua RW/Kepala Dusun (Kadus) dan tokoh masyarakat.

Melakukan pengamatan langsung secara umum ke desa/kelurahan tersebut (dengan cara transek) untuk mendapatkan penguatan dan penajaman atas pemahaman yang sudah diperoleh dari data-data sekunder.

Catatan Fasilitator:Tim fasilitator dan KPM-D/K sebaiknya menyadari betul bahwa keseluruhan kegiatan di tingkat kecamatan dan desa/kelurahan tersebut, baik pengumpulan data skunder maupun wawancara semi-terstruktur, sekaligus merupakan upaya awal dalam mensosialisasikan PNPM Mandiri Perdesaan.

2.2.2 Penyebarluasan dan Pendampingana. Sosialisasi dan Penyebarluasan Informasi

Sosialisasi Penyebarluasan informasi merupakan salah satu tahap awal proses kegiatan dengan tujuan untuk menumbuhkan kesadaran dan pemahaman kepada masyarakat yang menyangkut keseluruhan aspek program, yang dilakukan oleh Fasilitator dan Pendamping Lokal maupun KPM-D/K. Dengan penyebarluasan informasi ini diharapkan, setelah masyarakat memahami program dan tumbuh kesadaran serta motivasi untuk mendukung dan melaksanakan program dengan penuh tanggung jawab.

Tujuan :a. Masyarakat memahami secara umum kondisi, masalah dan potensi lokasi

yang meliputi aspek sosioekonomi, dan fisik lingkungannya.b. Masyarakat memahami kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui

PNPM Mandiri Perdesaan yang akan dilaksanakan di wilayahnya.c. Masyarakat bersedia menindaklanjuti pelaksanaan pemberdayaan

masyarakat melalui program bidang sarana prasarana dasar, pendidikan, kesehatan, sosioekonomi dan peningkatan kapasitas.

Proses penyebaran informasi dapat dilakukan secara bertahap seperti :

i. Tingkat Desa / KelurahanTujuan :a. Masyarakat memahami secara umum kondisi dan masalah serta

kondisi sosioekonomi yang ada di lingkungannya.b. Masyarakat memahami kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui

PNPM Mandiri Perdesaan.c. Masyarakat bersedia menindaklanjuti pelaksanaan kegiatan

pemberdayaan masyarakat melalui PNPM Mandiri Perdesaan.

Hasil yang diharapkan :a. Kesepakatan jadwal pelaksanaan sosialisasi kegiatan tingkat

dusun/RW,b. Adanya umpan balik dan penajaman terhadap temuan lapangan

hasil penjajakan awal,c. Kondisi yang diharapkan yaitu :

Adanya pemahaman warga tentang kebijakan, prinsip-prinsip, prosedur/tata cara dan alur kegiatan pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan, serta kesepakatan-kesepakatan antar desa dalam melaksanakan PNPM Mandiri Perdesaan.

Adanya pemahaman warga masyarakat tentang pelaku-pelaku PNPM Mandiri Perdesaan, pembentukan perangkat kelembagaan masyarakat yang akan merencanakan, melaksanakan dan mengelola serta mengembangkan program di tingkat desa/kelurahan dan RW/dusun.

Langkah-langkah kegiatan :a. Melakukan kajian keseluruhan hasil penjajakan awal dan masing-

masing dusun/komunitas (RW) sebagai hasil satu kesatuan.

b. Mendapatkan dan membuat beberapa kesimpulan umum dari hasil-hasil penjajakan awal tersebut, misalnya tentang kesamaan kondisi beberapa jenis kegiatan bidang sarana prasarana, rata-rata tingkat

Penjelasan II : Fasilitasi dan Pelatihan 12

sosioekonomi masyarakat, jenis mata pencaharian yang dominan. Hal ini perlu karena bingkai pikiran fasilitator tentang keseluruhan hasil-hasil penjajakan awal dari semua dusun/komunitas akan sangat membantu dalam memandu peserta pertemuan untuk menemukan pentingnya kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan-kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan.

c. Bersama dengan tenaga KPM-D/K, melakukan persiapan presentasi materi sosialisasi, yang meliputi : Kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan

kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan (sarana prasarana, kesehatan, pendidikan, peningkatan kapasitas, simpan pinjam untuk kelompok perempuan/SPP); prinsip-prinsip, tata cara dan aturan kegiatannya.

Informasi tentang berbagai program pemerintah lainnya, baik yang datang dari lintas sektor di dalam Pemda, maupun dari pihak ketiga seperti swasta, LSM, dan lembaga sosial lainnya.

Pembentukan kelembagaan masyarakat yang akan merencanakan, melaksanakan pembangunan dan pengelolaan serta pengembangan kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan di tingkat pengelola serta mengembangkan program di tingkat desa/kelurahan; pentingnya proses, tahapan, tatacara dan alur kegiatannya.

Melakukan pembagian tugas di antara tim, meliputi siapa yang akan membantu mempersiapkan pertemuan, menyajikan hasil-hasil penjajakan tim, mencatat pertanyaan-pertanyaan dan usulan-usulan yang muncul terhadap hasil analisis temuan lapangan, mengamati keseluruhan jalannya pertemuan dan mencatat proses dan hasilnya.

Memfasilitasi tim KPM-D/K untuk mempersiapkan presentasi hasil-hasil penjajakan awal, misalnya penyiapan bagan potensi dan masalah bidang sarana prasarana, kesehatan, pendidikan, sosioekonomi, dan lingkungan alam dalam gambar-gambar besar yang siap ditampilkan dalam forum; menentukan alur topik presentasi, mempersiapkan alat tulis pendukung.

Menghubungi pihak-pihak yang terkait dalam penyelenggaraan pertemuan.

Menyelenggarakan pertemuan atas kerja sama dengan lembaga desa/kelurahan untuk membahas : i. Pengertian, kebijakan, prinsip-prinsip, prosedur dan alur

kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan, serta konteks kegiatan pertemuan ini dalam kaitannya dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui PNPM Mandiri Perdesaan.

ii. Proses, tahapan, tata cara dan alur kegiatan pemilihan dan pembentukan pelaku-pelaku di tingkat desa dan kecamatan serta keterlibatan kelembagaan masyarakat yang akan merencanakan, melaksanakan dan mengelola serta mengembangkan kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan di desa/kelurahan dan dusun/komunitas.

iii. Hasil analisis temuan-temuan lapangan penjajakan awal dari masing-masing dusun/komunitas, termasuk didalamnya adalah pengkajian ulang seperti memeriksa kembali hasil analisis, tanggapan, penambahan dan pengurangan beberapa

Penjelasan II : Fasilitasi dan Pelatihan 13

informasi serta analisisnya dan perumusan ulang hasil analisis.

iv. Pentingnya pengembangan bidang sarana prasarana, sosial dan ekonomi, kesehatan, pendidikan untuk mengantisipasi hasil analisis tersebut diatas.

v. Menyepakati jadwal sosialisasi kegiatan tingkat dusun/RW/komunitas.

ii. Kegiatan Tingkat di Dusun / RW Tujuan :a. Masyarakat memahami secara umum kondisi dan masalah sarana

dan prasarana, kesehatan, pendidikan, lingkungan serta kondisi sosioekonomi yang ada di lingkungannya.

b. Masyarakat memahami latar belakang, tujuan, kebijakan, prinsip-prinsip, mekanisme dan prosedur, serta jenis-jenis kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan kegiatan-kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan.

c. Masyarakat bersedia secara aktif terlibat langsung dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan.

Hasil yang diharapkan :a. Keluaran yang diharapkan yaitu :

Kesepakatan jadwal pelaksanaan pertemuan tingkat RW/dusun Adanya perwakilan aparat RW, pengurus lembaga di lingkungan

RW, aparat RW, perangkat dusun (Kadus), dan tokoh masyarakat, dan perwakilan warga untuk menjadi anggota tim pemetaan sosial dusun/RW dan pendataan dasar (baseline survey)

Adanya umpan balik dan penajaman terhadap temuan lapangan.b. Adanya pemahaman warga tentang kebijakan, prinsip-prinsip, tata

cara/prosedur dan alur kegiatan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan.

Langkah Kegiatan :a. Bersama tim Fasilitator melakukan persiapan presentasi materi

sosialisasi, yang meliputi : Jenis-jenis kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui

pengembangan sarana prasarana, kesehatan, pendidikan, sosio ekonomi, prinsip-prinsip, tata cara dan alur kegiatannya.

Pemilihan calon pelaku-pelaku dan perangkat kelembagaan masyarakat yang akan terlibat dalam merencanakan, melaksanaan pembangunan dan mengelola serta mengembangkan bidang kimpraswil di tingkat desa/kelurahan dan RW/komunitas; pentingnya proses, tahapan, tata cara dan alur kegiatannya.

b. Melakukan pembagian tugas diantara tim Fasilitator, meliputi siapa yang akan membantu mempersiapkan pertemuan, menyajikan hasil-hasil penjajakan tim, mencatat pertanyaan dan usulan yang muncul terhadap hasil analisis temuan lapangan, mengamati seluruh jalannya pertemuan dan mencatat proses dan hasilnya.

Penjelasan II : Fasilitasi dan Pelatihan 14

c. Memfasilitasi tim KPM-D/K untuk mempersiapkan presentasi hasil penjajakan awal, misalnya menyiapkan bagan hasil pemetaan potensi dan masalah sarana dan prasana, kesehatan, pendidikan, sosioekonomi dalam gambar besar yang siap ditampilkan dalam forum, menentukan alur topik presentasi, mempersiapkan alat tulis pendukung.

d. Menghubungi pihak-pihak yang terkait dalam penyelenggaraan pertemuan sosialisasi.

e. Menyelenggarakan pertemuan yang membahas kerjasama dengan lembaga RW dan dusun, meliputi : Pengertian, prinsip-prinsip, prosedur/tata cara dan alur kegiatan

pemberdayaan masyarakat dalam PNPM Mandiri Perdesaan serta konteks kegiatan pertemuan ini dalam kaitannya dengan kegiatan.

Proses, tahapan, tata cara dan alur kegiatan pemilihan KPM-D/K dan pembentukan tim yang akan merencanakan, melaksanakan dan mengelola serta pengembangan program.

Hasil analisis temuan lapangan penjajakan awal dari masing-masing RW/dusun termasuk didalamnya adalah pengkajian ulang seperti memeriksa kembali hasil analisis, tanggapan, penambahan dan pengurangan beberapa informasi serta analisisnya dan perumusan ulang hasil analisis.

Pentingnya pengembangan program bidang sarana prasaran, kesehatan, pendidikan, sosioekonomi, dan peningkatan kapasitas untuk mengantisipasi hasil analisis tersebut diatas,

Menyepakati perwakilan dari utusan RW/dusun, pengurus lembaga di lingkungan RW, RT dan tokoh masyarakat untuk menjadi tim pemetaan dan pendataan dasar (baseline survey).

Mengevaluasi pertemuan bersama KMPD/K yang meliputi: hasil pertemuan, proses pertemuan dan partisipasi peserta pertemuan.

iii. Tingkat Kelompok/KomunitasTujuan :a. Masyarakat memahami secara umum kondisi, potensi dan

masalahnya serta kondisi sosial ekonomi yang ada di lingkungannya

b. Masyarakat memahami kegiatan pemberdayaan masyarakat secara partisipatif

c. Masyarakat bersedia menindaklanjuti pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan kegiatan dalam PNPM Mandiri Perdesaan

Hasil yang diharapkan :a. Keluaran yang diharapkan, yaitu :

Kesepakatan jadwal pelaksanaan pertemuan pembentuk tim pemetaan dan pendataan dasar (baseline survey).

Adanya perwakilan komunitas menurut jenis kelamin, jenis pekerjaan dan tingkat ekonomi untuk menjadi tim pemetaan.

Adanya umpan balik dan penajaman terhadap temuan lapangan hasil penjajakan awal.

b. Kondisi yang diharapkan, yaitu :

Penjelasan II : Fasilitasi dan Pelatihan 15

Adanya pemahaman warga tentang prinsip-prinsip, tata cara dan alur kegiatan pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan.

Adanya pemahaman warga tentang pembentukan perangkat kelembagaan masyarakat yang akan merencanakan, melaksanakan dan mengelola serta mengembangkan kegiatan di tingkat desa/kelurahan dan dusun, RW/komunitas.

Langkah-langkah Kegiatan :1. Bersama dengan tim melakukan persiapan presentasi materi

sosialisasi, yang meliputi: kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan kegiatan sarana-prasarana, kesehatan, pendidikan, sosioekonomi; prinsip-prinsip, tata cara dan alur kegiatannya.

2. Pembentukan perangkat kelembagaan masyarakat yang akan merencanakan, melaksanakan pembangunan dan pengelolaan kegiatan di tingkat desa/kelurahan dan RW/komunitas; pentingnya proses, tahapan, tata cara dan alur kegiatannya.

3. Melakukan pembagian tugas diantara pelaku, meliputi siapa yang akan membantu mempersiapkan pertemuan, menyajikan hasil-hasil penjajakan tim, mencatat pertanyaan-pertanyaan dan usuan-usulan yang muncul terhadap hasil analisis temuan lapangan, mengamati keseluruhan jalannya diskusi dan mencatat proses dan hasilnya.

4. Memfasilitasi KPM-D/K untuk mempersiapkan presentasi hasil-hasil penjajakan awal, misalnya menyiapkan bagan potensi dan masalah bidang kegiatan dan gambar-gambar besar yang siap ditampilkan dalam forum, menentukan alur topik presentasi, mempersiapkan alat-alat tulis pendukung.

5. Menghubungi pihak-pihak yang terkait dalam penyelenggaraan pertemuan.

6. Menyelenggarakan diskusi bersama dengan lembaga RT dan komunitas lainnya yang berpengaruh untuk membahas : Pengertian, prinspi-prinsip dan alur kegiatan pembentukan

perangkat pemberdayaan masyarakat, serta konteks kegiatan pertemuan ini dalam kaitannya dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan-kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan.

Proses, tahapan, tata cara dan alur kegiatan pemilihan dan pembentukan tim-tim pelaku dan perangkat kelembagaan masyarakat yang akan merencanakan, melaksanakan dan mengelola serta mengembangkan kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan di tingkat desa/kelurahan dan RW/komunitas.

Hasil analisis temuan-temuan lapangan penjajakan awal dari masing-masing setiap komunitas. Termasuk di dalamnya adalah pengkajian ulang seperti memeriksa kembali hasil analisis, tanggapan, penambahan dan pengurangan beberapa informasi serta analisisnya, dan perumusan ulang hasil analisis.

Pentingnya pengembangan bidang kegiatan untuk mengantisipasi hasil analisis tersebut di atas.

Penjelasan II : Fasilitasi dan Pelatihan 16

Menyepakati perwakilan dari komunitas berdasarkan jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan tingkat ekonomi untuk menjadi tim pemetaan sosial dan pendataan dasar (baseline survey).

Menyepakati jadwal pertemuan pembentukan tim pemetaan sosial dan pendataan dasar (baseline survey) di tingkat kelompok.

Mengevaluasi pertemuan bersama tim yang meliputi: hasil pertemuan, proses pertemuan dan partisipasi peserta pertemuan.

Penjelasan II : Fasilitasi dan Pelatihan 17

Catatan Fasilitator:Perlu dipahami dengan baik oleh Fasilitator beberapa poin tentang proses sosialisasi sebagai berikut: Sosialisasi adalah proses yang tidak hanya dilakukan pada awal saja,

melainkan suatu kegiatan yang terus menerus dan berkesinambungan.

Sosialisasi dan kegiatan penyebaran informasi perlu direncanakan dengan baik (agendanya, topiknya, paket informasi yang didesain dengan baik, sasarannya, dan waktunya) agar lebih efektif. Sebelumnya perlu ada penjajagan kebutuhan informasi.

Sosialisasi bukan sekedar “memberitahu” suatu informasi, melainkan juga proses penyadaran diri (self awareness), membangun kesadaran kritis dari masyarakat, dan membuka akses informasi. Sehubungan dengan itu, proses sosialisasi bukan diawali dengan informasi baru dari luar (tidak tiba-tiba menjelaskan program baru), melainkan membahas permasalahan hidup masyarakat terlebih dahulu/berangkat dari apa yang mereka rasakan dan mereka butuhkan, dan kaitannya dengan apa yang akan dijawab oleh Program.

Sosialisasi dalam PNPM Mandiri Perdesaan perlu dimengerti sebagai proses yang tidak berdiri sendiri, melainkan upaya untuk menyingkronkan dan mengintegrasikan dengan prorgam lain yang ada. Oleh karena itu, fasiltiator perlu menggali informasi tentang program lain yang masuk ke desa/kelurahan dan bagaimana agar tidak terjadi tumpang tindih dengan PNPM Mandiri Perdesaan.

b. Pendampingan b.1. Tujuan Pendampingan

Tujuan pendampingan adalah:1. berkembangnya kemampuan tokoh masyarakat menjadi perintis,

penggerak dan pelaksana pembangunan.2. tumbuhnya kemampuan masyarakat untuk berkontribusi dalam

pembangunan yang dilandasi semangat kebersamaan.3. berkembangnya kemampuan organisasi/kelembagaan masyarakat

dalam penyelenggaraan pembangunan.4. meningkatnya kemampuan masyarakat dalam menggali dan

menghimpun potensi lokal dalam suatu organisasi.5. meningkatnya jumlah pelaku pembangunan oleh masyarakat serta

peningkatan keberhasilan dalam pengelolaannya.

b.2. Tahapan Pendampingani. Fase Persiapan

Persiapan merupakan kegiatan awal yang dilakukan dalam rangka melakukan pendampingan untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat kepada kelompok sasaran. Persiapan pendampingan merupakan langkah penting yang sering kali diabaikan atau kurang mendapat porsi perhatian yang cukup, yang mengakibatkan banyak kasus pendampingan tidak berjalan dengan baik. Persiapan pendampingan, dari pengalaman selama ini menunjukkan dapat menyumbang keberhasilan program pemberdayaan. Adapun langkah-langkah persiapan meliputi : Identifikasi lokasi (data primer dan data sekunder) Melakukan orientasi/sosialisasi dan proses pemahaman kegiatan

kepada kelompok sasaran. Identikasi kebutuhan pendampingan/fasilitasi (need assessment):

bentuk/jenis pendampingan/fasilitasi. Review/analisis hasil need assessment (apa dan siapa melakukan

kegiatan apa), Penetapan arah program kegiatan Perumusan tindakan (pilihan metode yang digunakan, waktu yang

tepat, sumber daya yang diperlukan). Merumuskan indikator keberhasilan pendampingan

(partisipatif). Penetapan standar teknis (aturan main) operasional. Penyusunan rencana program pelaksanaan Merancang proses pendampingan (jadwal, tempat, waktu, materi,

pemeran). Pembentukan tim pelaksana kegiatan Pembekalan teknis kepada tim pelaku di setiap tingkatan (dusun,

desa, kecamatan, kabupaten, provinsi). Penyusunan mekanisme koordinasi dan sinkronisasi

pelaksanaan kegiatan Penyusunan mekanisme pengaduan masyarakat dan sistem

pengendalian kegiatan.

ii. Fase PelaksanaanPelaksanaan merupakan kegiatan yang dilakukan dalam upaya merealisasikan perencanaan yang telah dirumuskan pada tahap persiapan. Kegiatannya adalah:

Penjelasan II : Fasilitasi dan Pelatihan 18

Menyampaikan posisi dan perannya sebagai Fasilitator dalam masyarakat (tidak mengambil keputusan, masyarakat yang berperan utama, serta batasan lainnya yang tidak akan dilakukan oleh Fasilitator)

Menjelaskan tentang fase pelaksanaan pada masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya (aparat desa/pemerintah daerah, tim koordinasi kecamatan/kabupaten, instansi terkait)

Memfasilitasi masyarakat dalam merumuskan mekanisme penggalian gagasan.

Memfasilitasi penentuan skala prioritas berdasarkan proposal masyarakat, mekanisme dan prosedur penyerapan dan pemanfaatan dana, mekanisme pelaksanaan kegiatan berdasarkan proposal yang disetujui.

Memfasilitasi masyarakat dalam merumuskan sistem monitoring dan pengendalian pelaksanaan kegiatan secara partisipatif,

Memfasilitasi perumusan mekanisme penanganan dan pengaduan masyarakat.

Memfasilitasi proses penyusunan sistem pemeliharaan dan pengelolaan pembangunan pasca program.

Memfasilitasi sistem evaluasi pelaksanaan kegiatan. Menjaga proses (pengendalian) dan aturan main agar sesuai

dengan kesepakatan bersama (tetap partisipatif, tidak ada dominasi, ada kerjasama yang baik, agar tujuan yang diharapkan).

Mencatat proses pelaksanaan yang berlangsung (permasalahan, solusi, kekuatan dan kelemahan).

Melakukan monitoring dan evaluasi bersama untuk mengukur tingkat pencapaian (indikator yang sudah disepakati).

iii. Pasca Pendampingan Pada kegiatan ini, hal-hal yang perlu dilakukan adalah : Menginformasikan hasil yang diperoleh kepada pihak-pihak yang

terkait. Mengevaluasi kegiatan pendampingan/fasilitasi (keberhasilan dan

kegagalan) terhadap pendayagunaan: sumberdaya, metode, teknik yang digunakan, dan kelompok sasaran (kemampuan dan kaderisasi).

Merumuskan perbaikan program pendampingan/fasilitasi. Merencanakan tindak lanjut (siklus pembelajaran yang terus

menerus).

b.3. Refleksi/Evaluasi Hasil Setelah melalui berbagai tahapan di atas, ajaklah masyarakat untuk mengukur, mengevaluasi dan menganalisis langkah-langkah yang telah dilakukan sebelumnya untuk menemukan langkah-langkah strategis selanjutnya.

Penjelasan II : Fasilitasi dan Pelatihan 19

Enam Kesalahan Pendampingan yang Sering Terjadi

1. Kegiatan pendampingan dilakukan, tetapi hanya sebagai formalitas saja. Hal ini mungkin terjadi karena fasilitator kurang berkomitmen pada metode pemberdayaan masyarakat.

2. Fasilitator secara sengaja atau pun tidak sengaja mendorong masyarakat untuk menerima pendapat atau saran fasilitator sendiri.

3. Mengurui, karena merasa fasilitator lebih tahu.

4. Fasilitator terlalu pasif, tidak mau mengganggu pemikiran orang. Mungkin kurang percaya diri, atau mungkin takut disebut “intervensi.”

5. Menghakimi, terlalu cepat mengambil kesimpulan, kurang sabar. Fasilitator tidak memberi waktu cukup untuk berdialog dan membahas alternatif. Fasilitator tidak bisa menerima kesalahan atau kekurangsempurnaan pekerjaan yang dilakukan orang desa/masyarakat sehingga langsung diambil alih kembali olehnya.

6. Fasilitator tidak mengembangkan diri sendiri. Tidak memperdalam ilmu pendampingan/fasilitasi atau pun belajar ilmu baru. Akibatnya ketika program sudah selesai, dan dia harus keluar dari program, merasa diri tidak siap

Catatan Fasilitator:Untuk lebih memperdalam pemahaman tentang Pendampingan, dapat membaca Panduan Pendampingan yang sudah ada.

2.3. Fasilitasi Dalam Pertemuan MasyarakatSalah satu bentuk aktivitas masyarakat dalam mengikuti PNPM Mandiri Perdesaan adalah menyelanggarakan pertemuan-pertemuan musyawarah di tingkat kelompok, dusun, desa dan antar desa atau kecamatan. Pertemuan-pertemuan masyarakat ini akan difasilitasi oleh fasilitator desa dan/ atau fasilitator kecamatan serta Pendamping Lokal.

2.3.1. Fungsi dan peran seorang fasilitator dalam suatu pertemuan masyarakat adalah:(a) Menyampaikan tujuan dan memandu jalannya pertemuan.(b) Memotivasi peserta untuk mengemukakan pendapat.(c) Memandu peserta dalam mengambil suatu keputusan.

2.3.2. Faktor-Faktor Fasilitasi yang Perlu Diperhatikan dalam Suatu Pertemuan:(a) Penguasaan materi yang akan disampaikan(b) Penguasaan terhadap karakteristik dan tipe peserta yang hadir.(c) Teknik komunikasi:

(i) Penampilan; pakaian tidak mencolok, rapi dan disesuaikan dengan peserta yang hadir.

(ii) Gunakan bahasa yang sederhana (kalau bisa bahasa setempat) sehingga mudah dimengerti.

(iii) Jangan terlalu cepat ketika berbicara.(iv) Perlu pengaturan suara, sesuikan dengan kondisi tempat atau

ruangan yang penting bisa didengarkan semua peserta.(v) Gunakan contoh-contoh yang sering terjadi keseharian sebagai

analogi menjelaskan suatu konsep.

Penjelasan II : Fasilitasi dan Pelatihan 20

(vi) Beri kesempatan peserta untuk bertanya.(vii) Bersikap netral tidak boleh hanya memihak satu orang atau

kelompok tertentu saja. (viii) Jangan memaksakan ide atau gagasannya sendiri atau

mempengaruhi peserta untuk mengikuti ide-idenya. (ix) Tidak diperkenankan membuat keputusan sendiri.

(d) Teknik penanganan konflik

2.4. Fasilitasi Untuk Evaluasi KegiatanEvaluasi merupakan cara untuk menilai hasil kegiatan fasilitasi yang dicapai. Evaluasi dilakukan setelah melaksanakan kegiatan. Dengan evaluasi Fasilitator dan masyarakat bisa mengetahui kendala-kendala yang kita hadapi dalam menyelenggarakan pertemuan. Dan yang lebih penting, masyarakat dapat mengetahui apakah tujuan telah tercapai atau belum.

Langkah-langkah menyelenggarakan evaluasi1. Siapkan bahan-bahan yang diperlukan dalam kegiatan evaluasi.2. Bukalah kegiatan evaluasi dengan menanyakan perasaan dan pendapat warga

terhadap pertemuan yang telah dilakukan.3. Ajaklah warga untuk menyepakati hal-hal yang akan dievaluasi.4. Ada beberapa hal yang sebaiknya dijadikan bahan evaluasi:5. Apakah tujuan diadakannya pertemuan tercapai?6. Kalau tujuan tidak tercapai, apa yang membuat tujuan itu tidak tercapai?7. Kendala-kendala apa yang ditemukan selama mempersiapkan dan melaksanakan

pertemuan?8. Apakah kerja sama di antara warga berjalan lancar?9. Buatlah tolok ukur untuk menilai gagal tidaknya kegiatan yang telah dilakukan.

Fasilitator dan tim KPM-D/K dapat membuat kotak semacam ini:

Aspek yang dievaluasi Yang direncanakan

Kenyataan Penjelasan

Tujuan

Kendala

Kerjasama

10. Ajaklah kelompok sasaran untuk membuat rencana tindak lanjut. Hasil evaluasi yang telah dilakukan sebaiknya dijadikan pertimbangan buat kita dalam membuat rencana tindak lanjut. Dengan demikian, rencana tindak lanjut yang dibuat betul-betul melanjutkan kegiatan yang telah dilakukan.

11. Mintalah salah seorang warga untuk menuliskan hasil evaluasi dan rencana tindak lanjut yang telah dibuat. Tulisan ini sebaiknya disimpan baik-baik agar warga mudah membacanya kembali bila diperlukan.

PELATIHAN

2.5. Umum

Penjelasan II : Fasilitasi dan Pelatihan 21

Pelatihan merupakan bagian tak terpisahkan dari seluruh rangkaian kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan. Pada setiap tahapan pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan akan terjadi proses transfer pengetahuan dan ketrampilan antar pelaku program dan masyarakat, sehingga terjadi proses pembelajaran. Pendekatan pelatihan dalam PNPM Mandiri Perdesaan menggunakan pola pembelajaran andragogi (pembelajaran orang dewasa) dengan metode yang partisipatif. Untuk meningkatkan kualitas pelaku PNPM Mandiri Perdesaan, ada dua jenis strategi pelatihan yang akan digunakan yaitu:

(a) Pelatihan Pra TugasPara pelaku PNPM Mandiri Perdesaan di masyarakat seperti: KPM-D/K, Tim Pengelola Kegiatan, Tim Penulis Usulan, Pendamping Lokal, Tim Verifikasi, dan Unit Pengelola Kegiatan sebelum menjalankan tugasnya akan mendapat pelatihan terlebih dahulu. Pelatihan kepada mereka ini lebih banyak akan dipandu dan diberikan oleh Fasilitator Kecamatan dan Fasilitator Kabupaten. Dengan demikian Fasilitator Kecamatan dan Fasilitator Kabupaten harus mempunyai kompetensi atau pengetahuan dan ketrampilan sebagai seorang pelatih.

(b) Pelatihan Lanjutan Sebagai bentuk pendampingan dan dukungan teknis di lapangan, Fasilitator dan Konsultan perlu memberikan tambahan pengetahuan dan ketrampilan serta pengembangannya kepada pelaku PNPM Mandiri Perdesaan di masyarakat. Tambahan pengetahuan dan ketrampilan ini dapat diberikan melalui pelatihan lanjutan dengan menggunakan beberapa metode seperti dengan OJT (on-the-job- training), IST (in-service-training), kaji silang, asistensi, focus group disscussion (FGD), pembimbingan individu untuk penanganan masalah, curah pendapat, simulasi. Model Pelatihan Lanjutan diberikan kepda pelaku PNPM Mandiri Perdesaan sambil menjalankan tugas-tugasnya. Pelatihan ini dilakukan secara rutin sesuai dengan kebutuhan dengan waktu dan materi yang sangat bervariasi untuk setiap pelaku PNPM Mandiri Perdesaan. Dengan demikian dituntut bagi Fasilitator dan konsultan dapat memperkirakan kebutuhan materi apa yang perlu disampaikan dalam pelatihan lanjutan kepada pelaku PNPM Mandiri Perdesaan di masyarakat.

Penjelasan II : Fasilitasi dan Pelatihan 22

METODE PELATIHAN LANJUTAN 1. In-Service Training (IST)

In-Service Training adalah pelatihan yang diselenggarakan pada seluruh kesempatan untuk melatih se-kelompok peserta selama pelaksanaan tugas. Kesempatan utama terjadi pada setiap rapat bulanan. Bisa juga termasuk kesempatan untuk memanggil seluruh orang untuk diberi sedikit pelajaran tambahan – misalnya cara mengisi format evaluasi. Untuk In-Service Training, konsultan seharusnya menyiapkan rencana pelajaran seperti untuk pelatihan resmi yang lain, tidak hanya sekedar bertanya “mau belajar apa?” Semua aturan pelatihan berlaku: partisipasi peserta, cara menggunaan pertanyaan, kualitas alat peraga, kualitas suara, kendala ruangan, kualitas bahan, kesempatan praktek, pemberian umpan balik, sikap positif, pemberian contoh, dan lain-lain.

2. On-the-Job-Training (OJT)OJT dilaksanakan di tempat kerja, dan biasanya dilakukan untuk tim kecil atau untuk masyarakat setempat. OJT dilakukan pada saat kunjungan kerja berdasarkan kebutuhan lokal, sehingga tidak selalu tahu OJT mana akan diberikan. Lebih sering OJT dilakukan apabila dinilai ada kegiatan yang belum dikerjakan dengan baik, misalnya pemasangan batu pengunci untuk jalan Telford.Process OJT cukup sederhana, terdiri dari empat langah: 1. Siapkan orang yang mau dilatih (agar mau belajar)2. Sampaikan kegiatan (pelatih memberi contoh)3. Coba dilakukan sendiri oleh pekerja (sampai mampu)4. Tindak lanjut (umpan balik dan pembimbingan, bila perlu)

Tentu saja, sebelum pelatihan dimulai pelatih telah memikirkan urutan pekerjaan, hal-hal yang harus diperhatikan, dan cara mengukur keberhasilan.

3. Studi BandingStudi banding adalah proses berkunjung ke tempat lain untuk belajar dari hasil baik atau buruknya. Sebelum mulai konstruksi jalan, sekelompok masyarakat pergi ke desa lain untuk melihat contoh jalan yang baik (atau yang jelek), agar bisa dipertimbangkan dalam pekerjaan mereka. Studi banding bisa digunakan untuk hal yang teknis maupun yang nonteknis. Bisa digunakan untuk hal-hal obyektif maupun yang subyektif (misalnya datang ke desa yang sangat bersemangat masalah pemeliharaan). Fasilitator yang merencanakan studi banding harus menyiapkan pula pertanyaan yang akan memaksimalkan pelajaran. Studi banding tidak hanya berjalan-jalan, akan tetapi harus sangat jelas apa keistimewaan tempat yang dikunjungi.

4. Kaji Silang (Cross-Visit)Fasilitator dapat menyusun acara kaji silang untuk memperkaya pengalaman kelompok yang dipendampingan/fasilitasi. Pada acara kaji silang, sejumlah orang dapat mengunjungi lokasi lain untuk mempelajari hasil kelompok lain. Beda dengan Studi Banding biasa, pada acara Kaji Silang kelompok pengunjung sekaligus menilai kualitas pekerjaan kelompok yang dikunjungi dan memberi umpan balik kepada mereka. Pada lain kesempatan, kelompok yang dikunjungi menjadi kelompok pengunjung dan dapat menilai dan memberi umpan balik kepada kelompok lain. Tujuan tidak hanya mendapat penilaian dan umpan balik, tetapi juga menambah pengalaman sebagai seorang pemeriksa. Diharapkan pengalaman ini dapat membantu mereka menilai pekerjaan sendiri.

Penjelasan II : Fasilitasi dan Pelatihan 23

METODE PELATIHAN LANJUTAN 5. Pembimbingan Individu untuk Mengatasi Masalah

Pembimbingan dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang timbul di lapangan, terutama pada orang lapangan yang belum dapat melakukan suatu tugas semestinya. a. Melakukan pemberian umpan balik, termasuk penjelasan mengapa kegiatan ini

diperlukan, dan permintaan untuk memperbaiki kinerja.b. Memberi umpan balik netral Plus, termasuk bertanya mengapa kurangc. baik, meminta perubahan spesifik, dan menyatakan bahwa kita siap membantu.d. Bila hasil belum memuaskan, kita melakukan analisis pembimbingan, yaitu mencari

faktor yang mungkin menyebabkan prestasi rendah. Ada 16 jenis faktor yang perlu dipikirkan sendiri, termasuk Rewards & Punishment, faktor luar, kompetensi, dan kepentingan kegiatan dalam pandangan orang yang bersangkutan. Faktor bisa diperbaiki, atau perlu melakukan langkah berikutnya.

e. Mengadakan pertemuan Pembahasan Pembimbingan berempat mata, untuk menyepakati adanya masalah, identifikasi alternatif solusi, dan menyepakati Action Plan. Melakukan Action Plan menjadi tanggung jawab orang yang mempunyai masalah. Hasil selalu diamati.

6. Pembimbingan Individu untuk Menyampaikan Ilmu BaruPada saat tertentu, fasilitator harus mengalihkan informasi kepada individu. Hal ini mungkin terjadi di lapangan, mungkin di kantornya, mungkin di kantor, atau mungkin di tempat lain. a. Fasilitator membantu peserta mencari motivasi, tahu kepentingan materi bagi diri

sendirib. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk berpikir sendiri, tidak harus

semua informasi disampaikan Fasilitatorc. Fasilitator membantu peserta berantisipasi, memikirkan masalah yang mungkin bisa

timbuld. Fasilitator memberi umpan balik terhadap kinerja, tanpa timbul efek negatife. Fasilitator menghindari pemikiran yang negatif, termasuk pemikiran pesertaf. Fasilitator menjaga status peserta di depan masyarakat atau temannyag. Fasilitator memperhatikan ketepatan waktu dan lamanya pembimbingan; jangan

dipaksakan terlalu panjang atau memaksakan peserta terlambat pulang.h. Fasilitator membangkitkan motivasi mereka sebagai pembimbing, karena ada banyak

ilmu yang harus dialihkan kepada masyarakat.i. Fasilitator menjadi contoh baik bagi mereka.

7. Diskusi Kelompok Terfokus (Focus Group Discussion)Focus Group Discussion adalah pembahasan kelompok yang dibatasi topiknya, agar topik tersebut menjadi sasaran tunggal pembahasannya. Jumlah anggota bervariasi, tetapi dalam konteks Fasilitator, merupakan satu kelompok besar – seperti seluruh Fasilitator Desa, seluruh BPD, seluruh tim pemantauan, dan sebagainya. Topik untuk dibahas bisa ditentukan oleh fasilitator atau dalam kasus tertentu dapat diputuskan oleh kelompok sendiri. Topik sebaiknya merupakan topik yang ada banyak pendapat yang berbeda, sehingga diskusi Waktu yang disediakan harus cukup lama, minimal satu jam misalnya, atau mungkin lebih. Siapa yang menjadi fasilitator pembicaraan harus mampu menjaga kesempatan berpartisipasi agar diskusi tidak didominasi satu orang atau satu kelompok kecil. Diskusi sebaiknya ada kesimpulan dan rencana tindak lanjut, tetapi kesimpulan juga bisa “perlu informasi lebih banyak, sehingga ada orang yang ditugaskan untuk mencari informasi tersebut.” Hasil yang ada seharusnya tertulis dan diumumkan secara transparan.

Penjelasan II : Fasilitasi dan Pelatihan 24

METODE PELATIHAN LANJUTAN

8. SimulasiSimulasi adalah suatu percobaan, dimana orang bermain dalam peran yang tidak seperti biasa (misalnya KPM-D/K mencoba main sebagai anggota tim verifikasi), atau dalam situasi khusus (tim verifikasi melakukan simulasi tentang bagaimana memberi umpan balik negatif ke desa). Hal itu dilakukan agar peserta lebih memahami kendala dalam melakukan hal-hal yang disimulasikan. Untuk membuat simulasi yang efektif, pemain peran maupun peserta lain harus jelas aturan mainnya posisi yang disimulasikan, kemudian dengan sendirinya akan timbul perasaan dan kesulitan yang dihadapi dalam peran tersebut. Kalau simulasi terlalu jauh, sulit untuk bermain secara realistis. Simulasi harus diproses begitu selesai untuk memaksimalkan pelajaran yang didapat. Sebagai fasilitator simulasi, Fasilitator harus menyiapkan aturan dan membimbing pemain. Bila perlu, tiap orang diberi instruksi secara tertulis sebagai referensi, tetapi instruksi masih umum – kalau semua ditentukan oleh fasilitator, pemain tidak bisa berimprovisasi.

9. Curah PendapatKegiatan ini digunakan untuk merangsang dan menunda penilaian. Biasanya digunakan untuk masalah yang tidak terlalu umum dan tidak terlalu sempit. Kalau masalah sempit, peserta langsung terlalu spesifik. Curah pendapat mempunyai aturan main tertentu:a. Ketua menjaga semua peraturan dan menjaga partisipasi.b. Semua orang menyarankan apa saja, yang kemudian ditulis di papan.c. Tidak dinilai dan tidak boleh dikritik.d. Semua gagasan diterima, walaupun kelihatan tidak ada gunanya.e. Tidak ada penilaian terhadap kebaruan gagasan — yang dicari adalah gagasan yang

efektif, bukan yang baru saja.f. Boleh menggunakan seluruh teknik Berpikir ke Samping. Ketua boleh menyarankan

teknik untuk mencari gagasan baru.g. Kelompok optimal terdiri dari 6 s.d. 15 anggota.h. Waktu dibatasi. Biasanya 30 menit, tetapi bisa lebih cepat atau lambat. Berhenti bila

sudah puas.i. Tempat disusun supaya kelihatan “khusus.”j. Peserta tidak boleh berpidato.k. Peserta tidak boleh mengembangkan gagasan yang sudah diusulkan.l. Peserta wajib menyumbang gagasan, termasuk ketua.

2.6. Jenis Pelatihan Untuk Pelaku PNPM Mandiri Perdesaan di MasyarakatPelatihan ini dilakukan kepada pelaku-pelaku PNPM Mandiri Perdesaan di masyarakat sebagai bekal untuk menjalankan tugas-tugasnya. Pelatihan-pelatihan tersebut adalah sebagai berikut:

2.6.1. Pelatihan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa/Kelurahan (KPM-D/K)

(a) Pelatihan Pra Tugas(i) Tujuan:

Pelatihan bagi KPM-D/K dimaksudkan untuk memberikan pembekalan dan peningkatan kemampuan serta ketrampilan KPM-D/K dalam memfasilitasi masyarakat untuk mengelola PNPM Mandiri Perdesaan pada setiap tahapan.

(ii) Waktu dan peserta: 7 (Tujuh) hari efektif

(iii) Peserta Seluruh KPM-D/K sekecamatan

Penjelasan II : Fasilitasi dan Pelatihan 25

(iv) Pemandu/ pelatih:Fasilitator Kecamatan dan PjOK dapat dibantu Fasilitator Kabupaten

(v) Hasil yang diharapkan:1) KPM-D/K mengetahui dan memahami tentang latar belakang,

tujuan, prinsip, kebijakan dan tahapan atau mekanisme PNPM Mandiri Perdesaan sebagai pengelolaan program pemberdayaan masyarakat yang integratif di tingkat desa.

2) KPM-D/K memiliki visi sebagai kader pembaharu di masyarakat dan mengetahui serta memahami tugas & tanggungjawabnya.

3) KPM-D/K menguasai teknik-teknik fasilitasi pertemuan-pertemuan masyarakat dalam tahapan kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan, termasuk perencanaan desa secara partisipatif dan teknik Menggagas Masa Depan Desa (MMDD) untuk penyusunan RPJMDes.

4) KPM-D/K mempunyai ketrampilan memberikan pendampingan dan pembimbingan kepada masyarakat agar mampu mengelola PNPM Mandiri Perdesaan secara mandiri.

5) KPM-D/K menguasai administrasi dan pelaporan yang diperlukan di tingkat desa/kelurahan.

6) KPM-D/K mampu menyusun dan mempunyai rencana kerja untuk melakukan tugas dan tanggungjawabnya.

(vi) Materi PelatihanMateri yang dibahas dalam pelatihan KPM-D/K paling tidak meliputi: 1) Konsepsi PNPM Mandiri Perdesaan (latar belakang, tujuan,

sasaran, prinsip, kebijakan dan tahapan PNPM Mandiri Perdesaan), sebagai proses pemberdayaan masyarakat (Sumber: Petunjuk Teknik Operasional/PTO).

2) Tugas dan tanggung jawab KPM-D/K (Sumber: Penjelasan 5 PTO, tentang Tugas dan Tanggung jawab Pelaku PNPM Mandiri Perdesaan).

3) Pengetahuan dan ketrampilan sederhana yang berkaitan dengan teknis kegiatan a.l: Ekonomi, Kesehatan, Pendidikan, Peningkatan Ketrampilan, dan sarana– prasarana (Sumber: Penjelasan 4 PTO, tentang jenis-jenis kegiatan). Bagi KPM-D/K yang akan bertanggung jawab terhadap hal teknis, akan diberi tambahan pelatihan khusus yang berkaitan dengan hal-hal teknis oleh FT- Kec dibantu oleh FT - Kab.

4) Teknik pendataan awal, termasuk pemetaan RTM secara partisipatif, data dasar dan profil desa.

5) Teknik fasilitasi dalam pertemuan-pertemuan masyarakat, termasuk perencanaan desa secara partisipatif (lihat Acuan teknik fasilitasi penggalian gagasan dan musyawarah khusus perempuan), dan fasilitasi MMDD untuk penyusunan RPJMDes.

6) Teknik Fasilitasi proses PNPM Mandiri Perdesaan/ Cara pendampingan dan pembimbingan kepada masyarakat agar mampu mengelola PNPM Mandiri Perdesaan secara mandiri.

7) Pengelolaan Administrasi, pengisian formulir kegiatan, pengelolaan keuangan dan evaluasi hasil.

8) Cara-cara pengawasan dan pengendalian kegiatan termasuk mekanisme penanganan pengaduan dan permasalahan serta penanganan konflik (Sumber: Penjelasan 7 PTO, tentang

Penjelasan II : Fasilitasi dan Pelatihan 26

Pemantauan, evaluasi dan pelaporan, Penjelasan 8 PTO tentang Penanganan Pengaduan dan Masalah)

9) Cara penyebarluasan informasi (Sumber; Penjelasan 1 PTO tentang sosialisasi)

(vii) Proses Pelatihan Persiapan, meliputi:1) Memastikan waktu dan tempat pelatihan.2) Memastikan konsumsi peserta dan akomodasi peserta. 3) Membuat undangan pelatihan kepada KPM-D/K terpilih,

memastikan undangan telah tersebar serta kepastian kehadiran dalam pelatihan.

4) Bertukarpikiran/konsultasi dengan Fasilitator Kabupaten untuk membuat jadwal, kurikulum pelatihan (mengacu pada petunjuk yang telah ada), membuat materi atau bahan yang akan disampaikan dalam pelatihan, menentukan metode evaluasi pelatihan.

5) Menyiapkan alat tulis dan alat bantu lainnya yang diperlukan dalam pelatihan.

Pelaksanaan, meliputi:1) Pembukaan pelatihan: sambutan, perkenalan, penjelasan

tujuan pelatihan, harapan peserta mencapai tujuan, pengorganisasian kelas, tata tertib, pola ulasan harian

2) Test Awal, Rencana Pembelajaran, Pendampingan Kelompok, Evaluasi Harian

3) Memberikan penjelasan dan pemahaman konsepsi PNPM Mandiri Perdesaan (latar belakang, tujuan, sasaran, prinsip, kebijakan dan tahapan PNPM Mandiri Perdesaan)

4) Memberikan penjelasan tugas dan tanggung jawab KPM-D/K, hak dan kewajibannya, apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan, mulai dari tahap perencanaan kegiatan sampai dengan tahap pelestarian.

5) Memberikan pengetahuan dan ketrampilan sederhana yang berkaitan dengan teknis kegiatan a.l ekonomi, kesehatan, pendidikan dan sarana–prasarana.

6) Memberikan pengetahuan dan ketrampilan memfasilitasi pertemuan-pertemuan dengan masyarakat, termasuk perencanaan desa secara partisipatif.

7) Memberikan pengetahuan dan ketrampilan melakukan pengawasan, pengendalian pelaksanaan kegiatan termasuk mekanisme penanganan pengaduan dan permasalahan serta penanganan konflik.

8) Memberikan penjelasan mengenai cara-cara penyebarluasan informasi PNPM Mandiri Perdesaan kepada masyarakat.

9) Memberikan pengetahuan cara koordinasi antar pelaku PNPM Mandiri Perdesaan di tingkat desa dan kecamatan serta sistem pelaporan.

10) Membimbing dan memantau kunjungan lapangan KPM-D/K ke setiap desanya untuk: Praktek lapangan metode/teknik fasilitasi pertemuan

masyarakat. Identifikasi kelompok-kelompok dan pertemuan

masyarakat yang ada di desa, serta menemui pengurus kelompok untuk mengetahui jadwal pertemuan yang ada

Penjelasan II : Fasilitasi dan Pelatihan 27

dan rencana pertemuan untuk sosialisasi PNPM Mandiri Perdesaan.

11) Membimbing pembuatan rencana kerja tindak lanjut sesuai hasil kunjungan lapangan.

12) Membangun sikap dan komitmen keberpihakan kepada masyarakat miskin.

13) Mendorong dan memberikan motivasi kepada KPM-D/K untuk bersama-sama bekerja memberdayakan masyarakat desanya.

14) Membuat jadwal pertemuan rutin dengan semua KPM-D/K.15) Ujian Akhir.

(b) Pelatihan lanjutan

Tahapan proses pelatihan lanjutan sebagai berikut:(i) Persiapan, meliputi:

1) Setiap kunjungan lapangan, Fasilitator Kecamatan mencatat kesulitan, hambatan dan permasalahan yang dihadapi KPM-D/K ketika menjalankan tugasnya.

2) Berdasarkan catatan kunjungan lapangan, Fasilitator Kecamatan mengumpulkan KPM-D/K untuk membahas hambatan, kesulitan dan permasalahan yang muncul dan dialami KPM-D/K.

3) Dari hasil pembahasan bersama KPM-D/K pastikan peningkatan ketrampilan atau pengetahuan apa yang dibutuhkan untuk mengoptimalkan kinerja KPM-D/K.

4) Pastikan waktu pelatihan khusus untuk pendampingan/ pembimbingan tugas atau memanfaatkan kegiatan rutin dan tempat pelatihan di dalam/luar ruangan.

5) Fasilitator Kecamatan menyusun materi dan bahan yang dibutuhkan serta agenda pelatihannya.

6) Menyiapkan perlengkapan pelatihan dan alat bantu lainnya.

(ii) Pelaksanaan, meliputi:Pada waktu pertemuan KPM-D/K sekaligus untuk mendapatkan tambahan ketrampilan dan pengetahuan, Fasilitator Kecamatan dapat langsung memberikan pelatihan yang dibutuhkan. Namun jika materi harus dipersiapkan maka dapat dilakukan di lain waktu, dengan tahapan pelaksanaan sebagai berikut :1) Memberikan penjelasan tujuan pelatihan.2) Menyampaikan materi pelatihan sesuai metode dan medianya.3) Mengadakan praktek lapangan terhadap materi yang

disampaikan (jika memungkinkan dan tergantung materi apa yang dilatihkan).

4) Merangkum hasil pelatihan dan manfaatnya dalam tugas.5) Mengagendakan kesepakatan tindak lanjut dari pelatihan untuk

meningkatkan efektivitas program.

Penjelasan II : Fasilitasi dan Pelatihan 28

Acuan Teknik Fasilitasi Forum Pertemuan

a. Persiapan

1. Menentukan tujuan diselenggarakannya pertemuan. Fasilitator dan Tim KPM-D/K atau PL perlu mendiskusikan dengan kelompok sasaran tentang tujuan pertemuan. Tujuan pertemuan yang jelas akan membantu fasilitator dalam mengerjakan hal-hal yang diperlukan dalam pertemuan. Tujuan yang jelas juga akan membantu peserta yang diundang dapat memahami maksud diadakannya pertemuan.

Untuk menghindari pembuatan tujuan yang muluk-muluk, Fasilitator/Tim KPM-D/K dan PL bisa menggunakan SMART:Specific = tidak terlalu luasMeasurable = dapat diukurAchievable = dapat dicapaiReasonable = masuk akalTime-bound = ada batasan waktu

2. Menuliskan peserta yang akan mengikuti pertemuan. Peserta yang diundang hendaknya orang yang ada hubungannya dengan tujuan pertemuan. Tujuan yang berbeda tentu menentukan peserta yang berbeda pula.

3. Menentukan di mana dan kapan pertemuan yang dapat mendorong peserta pertemuan hadir. Selain itu, penentuan tempat yang dipilih dapat mendukung ke arah tercapainya tujuan. Jangan sampai memilih tempat yang bising, sulit dijangkau, dan banyak gangguan lainnya.

4. Mengajak kader desa, pendamping setempat, maupun wakil masyarakat terlibat dalam menyusun kepanitiaan lengkap dengan tugasnya. Pekerjaan ini akan menjadi mudah kalau ada pembagian kerja. Susunlah pekerjaan yang harus dilakukan untuk menyelenggarakan pertemuan. Persilakan warga

Penjelasan II : Fasilitasi dan Pelatihan 29

Catatan Fasilitator: KPM-D/K dapat diibaratkan sebagai “tangan kanan” dari Fasilitator Kecamatan dan

merupakan ujung tombak pendampangan di desa-desa. Pemilihan KPM-D/K merupakan kunci dan titik kritis pertama dalam proses penguatan pelaku di desa.

Sering terjadi, pemilihan KPM-D/K tidak dipersiapkan dengan baik oleh Fasilitator Kecamatan dan diserahkan begitu saja kepada masyarakat pada saat MAD. Akibatnya, yang terpilih adalah orang-orang yang “dekat” dengan Kepala Desa, atau orang yang berpengaruh di desa dan tidak memenuhi kriteria sebagai KPM-D/K.

Pelatihan apa pun yang diberikan kepada KPM-D/K tidak akan efektif jika orang-orang yang terpilih tidak memenuhi kriteria yang diharapkan. Oleh karena itu, tetapkan kriteria dan bahas bersama masyarakat model seleksi dan tujuan pemilihan KPM-D/K sebelum acara MAD sehingga ketika MAD terjadi pemilihan sudah ada calon-calon yang dianggap memenuhi kriteria yang ditetapkan.

Pelatihan KPM-D/K perlu didesain dan dialokasikan secara cukup waktunya, jika dananya tidak cukup, lakukan penguatan-penguatan tambahan melalui IST dan OJT secara berkala.

masyarakat dan pihak yang terlibat untuk memilih salah satu pekerjaan dari susunan kerja yang telah dibuat Fasilitator.

5. Menyusun jadwal pekerjaan agar mudah dilihat dan diingat. Caranya, dengan menulis apa pekerjaannya, kapan waktunya, dan siapa penanggungjawabnya.

6. Mempersiapkan alat-alat dan hal lain yang diperlukan dalam pertemuan. Biasanya pertemuan memerlukan alat tulis sehingga apa yang dibicarakan dalam pertemuan tercatat dengan baik. Tak lupa siapkan pula daftar hadir peserta sehingga mudah dihubungi untuk pertemuan selanjutnya.

7. Menyebarkan undangan kepada peserta pertemuan. Biasanya undangan itu disampaikan dengan menggunakan surat undangan. Tapi jika tidak memungkinkan, sampaikanlah undangan itu secara lisan. Sebaiknya undangan disampaikan 1(satu) minggu sebelum acara dimulai.

b. Pelaksanaan

1. Bila di antara peserta belum saling mengenal, lakukan terlebih dahulu perkenalan (dengan menggunakan media permainan atau ice breaking) jika waktunya memadai.

2. Langkah selanjutnya adalah menjelaskan tujuan diadakannya pertemuan. Usahakan menjelaskannya dengan singkat dan mudah dipahami. Lakukanlah tanya jawab agar peserta pertemuan betul-betul memahami tujuan pertemuan.

3. Membahas waktu dan acara pertemuan kepada peserta pertemuan. Pertemuan itu memang Fasilitator, KPM-D/K dan atau PL yang mengadakan, tapi bukan berarti tim Fasilitator boleh menentukan segalanya. Karena itu, lakukanlah diskusi untuk menyepakati waktu, susunan acara, dan topik pembahasan, bila topik pembahasan yang disepakati terlalu banyak, sebaiknya dipilih topik pembahasan yang paling penting untuk didahulukan dibahas.

4. Mendiskusikan topik pembahasan yang telah disepakati. Selama diskusi berlangsung, sebaiknya ada salah seorang peserta yang menjadi notulen untuk mencatat secara ringkas topik pembahasan yang sedang didiskusikan. Catatan ini yang akan diberikan kepada peserta pertemuan setelah pertemuan dilakukan.

5. Jika diskusi telah selesai, tim Fasilitator meminta salah seorang peserta untuk menyimpulkan seluruh pembicaraan yang dilakukan. Jika tidak ada yang bersedia untuk menyimpulkan, Fasilitator bisa mengambil peran untuk menyimpulkan hasil pertemuan kita.

Hasil dari klasifikasi kesejahteraan dan pemetaan sosial ini selanjutnya digunakan sebagai alat bantu dalam menggali gagasan masyarakat untuk menentukan kegiatan-kegiatan apa saja yang dapat memenuhi kebutuhan dan berguna bagi mayoritas keluarga miskin.

2.6.2. Pelatihan Pendamping Lokal (a) Pelatihan Pra Tugas

Pengorganisasian dan penyelenggaraan pelatihan dikoordinir oleh Fasilitator Kabupaten dengan berkoordinasi dengan TK PNPM Mandiri Perdesaan Kabupaten. Pelatihan Pendamping Lokal diikuti oleh seluruh Pendamping Lokal terpilih di seluruh lokasi kecamatan PNPM Mandiri

Penjelasan II : Fasilitasi dan Pelatihan 30

Perdesaan di kabupaten tersebut. Pelatihan Pendamping Lokal diselenggarakan setelah semua kecamatan memiliki Pendamping Lokal terpilih.(i) Tujuan:

Pelatihan bagi Pendamping Lokal dimaksudkan untuk memberikan pembekalan dan peningkatan kemampuan serta ketrampilan Pendamping Lokal dalam memfasilitasi masyarakat untuk mengelola pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan pada setiap tahapan.

(ii) Waktu dan tempat:5 (lima) hari efektif di Kabupaten.

(iii) Pemandu/ pelatih:Fasilitator Kecamatan dan Fasilitator Kabupaten.

(iv) Hasil yang diharapkan:1) Pendamping Lokal mengetahui dan memahami konsepsi

PNPM Mandiri Perdesaan dan pengintegrasian program pembangunan di tingkat kecamatan.

2) Pendamping Lokal memahami tugas dan tanggung jawabnya.3) Pendamping Lokal terampil melaksanakan sosialisasi PNPM

Mandiri Perdesaan.4) Pendamping lokal terampil dalam melakukan pendataan

dasar/baseline survey (termasuk RTM), analisis kondisi masyarakat, dan penyusunan rencana kegiatan pendampingan dan fasilitasi.

5) Pendamping Lokal mampu memfasilitasi pertemuan-pertemuan dalam kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan.

6) Pendamping Lokal mampu memfasilitasi 7) Pendamping Lokal mampu memberikan bimbingan/supervisi

kepada para KPM-D/K dan pelaku masyarakat (TPK) masyarakatnya untuk kegiatan pemberdayaan, transparansi dan manajemen.

8) Pendamping Lokal mampu mengelola permasalahan lapangan.9) Pendamping Lokal mampu membantu masyarakat dalam

penulisan usulan, gambar teknis, RAB dan bimbingan teknis pembangunan sarana – prasarana.

10) Pendamping Lokal mampu membantu penulisan usulan kegiatan ekonomi, pendidikan dan kesehatan, sarana prasarana, peningkatan ketrampilan, serta mendampinginya.

11) Pendamping Lokal mampu membimbing pelaku PNPM Mandiri Perdesaan di desa/kelurahan untuk membuat laporan dan mengadministrasikan kegiatan termasuk dananya.

12) Pendamping Lokal mampu memonitor kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan di desa/kelurahan.

13) Pendamping mampu memfasilitasi pelaku PNPM Mandiri Perdesaan dan masyarakat dalam mengevaluasi kegiatan pemberdayaan dan penyusunan RKTL

14) Pendamping lokal mampu menyusun laporan dan mengadministrasikan kegiatan pemberdayaan pada PNPM Mandiri Perdesaan.

(v) Materi Pelatihan

Penjelasan II : Fasilitasi dan Pelatihan 31

Materi yang diberikan dalam pelatihan Pendamping Lokal meliputi;1) Konsepsi PNPM Mandiri Perdesaan dan pengintegrasian

program pembangunan di tingkat desa dan kecamatan2) Tugas, tanggung jawab Pendamping Lokal dan komitmennya

dalam pengembangan masyarakat.3) Teknik Fasilitasi proses pemberdayaan masyarakat dan

kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan.4) Identifikasi atau pemetaan sosial dan potensi desa.5) Teknik pemetaan RTM dan baseline survey6) Mekanisme penanganan masalah.7) Strategi penyebarluasan informasi PNPM Mandiri Perdesaan8) Strategi pengintegrasian program pembangunan9) Proses perencanaan bersama masyarakat, pelaksanaan dan

pelestarian kegiatan.10) Pengelolaan/manajemen pendampingan11) Pengorganisasian masyarakat (community organizing)12) Teknik mediasi dan advokasi 13) Mendesain dan mengelola pelatihan (teknik menyusun kajian

kebutuhan pelatihan, menyusun kurikulum dan lesson plan, mengelola, pemantauan dan evaluasi pelatihan)

14) Agenda kerja rencana tindak lanjut.

(vi) Proses Pelatihan Pendamping Lokal Persiapan, meliputi:1) Berkoordinasi dengan Camat dan PJOK serta pihak lain yang

terkait untuk mendapatkan dukungan bagi pelaksanaan pelatihan.

2) Memastikan waktu dan tempat pelatihan.3) Memastikan konsumsi peserta dan akomodasi peserta. 4) Membuat undangan pelatihan kepada Pendamping Lokal terpilih,

memastikan undangan telah tersebar dan kepastian kehadiran dalam pelatihan.

5) Bertukar pikiran/konsultasi dengan Fasilitator Kabupaten untuk membuat jadwal, penjajagan kebutuhan pelatihan, penyusunan kurikulum pelatihan (mengacu pada petunjuk yang telah ada), membuat materi atau bahan yang akan disampaikan dalam pelatihan, dan menentukan metode evaluasi pelatihan.

6) Menyiapkan alat tulis dan alat bantu lainnya yang diperlukan dalam pelatihan.

Pelaksanaan, meliputi:1) Pembukaan pelatihan: sambutan, perkenalan, penjelasan

tujuan pelatihan, harapan peserta mencapai tujuan, pengorganisasian kelas, tata tertib, pola ulasan/review harian.

2) Test Awal, Rencana Pembelajaran, Pendampingan Kelompok, Evaluasi Harian.

3) Memberikan penjelasan dan pemahaman konsepsi PNPM Mandiri Perdesaan (latar belakang, tujuan, sasaran, prinsip, kebijakan dan tahapan PNPM Mandiri Perdesaan)

4) Memberikan penjelasan tugas dan tanggung jawab Pendamping Lokal, hak dan kewajibannya, apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan, mulai dari tahap perencanaan kegiatan sampai dengan tahap pelestarian.

5) Mengalihkan ketrampilan kepada Pendamping Lokal agar mampu membantu masyarakat dalam penulisan usulan,

Penjelasan II : Fasilitasi dan Pelatihan 32

gambar teknis, RAB dan Bimbingan teknis pembangunan sarana – prasarana.

6) Mengalihkan ketrampilan kepada Pendamping Lokal agar mampu membantu penulisan usulan kegiatan ekonomi, pendidikan, kesehatan, peningkatan ketrampilan serta mendampinginya.

7) Mengalihkan ketrampilan kepada Pendamping Lokal agar mampu membimbing pelaku PNPM Mandiri Perdesaan desa/kelurahan untuk membuat laporan dan mengadministrasikan kegiatan termasuk dananya.

8) Mengalihkan pengetahuan dan ketrampilan memfasilitasi pertemuan (pertemuan dengan masyarakat, termasuk perencanaan desa secara partisipatif) perencanaan bersama masyarakat, teknik fasilitasi menggagas masa depan desa dan penyusunan RPJMDes serta proses perencanaan reguler (musrenbang tingkat desa dan kecamatan),

9) Mengalihkan pengetahuan dan ketrampilan melakukan pengawasan, pengendalian pelaksanaan kegiatan termasuk mekanisme penanganan pengaduan dan permasalahan serta penanganan konflik.

10) Memberikan penjelasan mengenai cara-cara penyebarluasan informasi PNPM Mandiri Perdesaan kepada masyarakat

11) Membimbing pembuatan rencana kerja tindak lanjut 12) Menumbuhkan sikap dan komitmen keberpihakan kepada

masyarakat miskin.13) Menumbuhkan motivasi untuk bersama-sama bekerja

memberdayakan masyarakat desanya.14) Ujian Akhir.

(b) Pelatihan lanjutanTahapan proses pelatihan lanjutan sebagai berikut:(i) Persiapan pelatihan, meliputi:

1) Fasilitator Kecamatan dan Fasilitator Kabupaten mengamati dan menilai kinerja Pendamping Lokal, berdasarkan uraian tugas dan kenyataan di lapangan.

2) Fasilitator bertanya kepada Pendamping Lokal, pengetahuan atau ketrampilan apa yang dibutuhkan untuk mengoptimalkan kinerjanya.

3) Pada waktu rapat bulanan Fasilitator Kecamatan, catatan penilaian kinerja Pendamping Lokal, kelemahan dan kekurangannya disampaikan untuk dibahas dengan Fasilitator Kecamatan lainnya. Apakah ada persamaan dengan kecamatan lain.

4) Bersama Fasilitator Kecamatan lain dan Fasilitator Kabupaten menyiapkan materi yang dibutuhkan.

5) Memastikan waktu, tempat, dan jenis pelatihan pelatihan.6) Mengevaluasi hasil pelatihan untuk menentukan apakah

kebutuhan telah dipenuhi.(ii) Pelaksanaan

Pelaksanan pelatihan lanjutan dapat dilakukan bersama-sama untuk semua kecamatan PNPM Mandiri Perdesaan, beberapa kecamatan yang berdekatan atau melaksanakan sendiri di tingkat kecamatan

Penjelasan II : Fasilitasi dan Pelatihan 33

sesuai kondisi daerah maupun jenis ketrampilan atau pengetahuan yang dibutuhkan. Memberikan penjelasan tujuan pelatihan.

Proses pelaksanaannya sebagai berikut:1) Menyampaikan materi pelatihan yang dibutuhkan sesuai

metode dan medianya, (jika dilakukan di kecamatan yang minimal hanya 1 Pendamping Lokal dapat disampaikan sekaligus ketika mereka melaksanakan tugasnya)

2) Mengadakan praktek lapangan terhadap materi yang disampaikan (jika memungkinkan dan tergantung materi apa yang dilatihkan)

3) Merangkum hasil pelatihan dan manfaatnya dalam tugas4) Mengagendakan kesepakatan tindak lanjut dari pelatihan untuk

meningkatkan efektivitas program.

2.6.3. Pelatihan Tim Pengelola Kegiatan (TPK)

(a) Pelatihan Pra TugasSetelah terpilih dan terbentuk, Tim pengelola Kegiatan membuat rencana kerja sebagai bagian rencana tindak lanjut musyawarah desa ketiga. Supaya TPK dapat melaksanakan tugasnya secara efektif, maka sebelum melaksanakan tugasnya, diberikan pelatihan.

(i) Tujuan:Menyiapkan TPK mampu menjalankan tugas dan tanggungjawabnya.

(ii) Waktu dan tempat:1 (satu) - 2 (dua) hari efektif di kecamatan atau di desa.

(iii) Pemandu/pelatih:Fasilitator Kecamatan dan PjOK

(iv) Hasil yang diharapkan:1) TPK memahami dan memiliki persepsi yang sama tentang

PNPM Mandiri Perdesaan.2) TPK mengetahui dan memahami fungsi, peran, tugas dan

tanggung jawabnya.3) TPK mampu mendorong partisipasi masyarakat.4) TPK mengetahui dan memahami mekanisme pengendalian

pelaksanaan kegiatan, pelaporan dan pertanggungjawaban.5) TPK mengetahui dan memahami aspek manajemen, teknis dan

administrasi PNPM Mandiri Perdesaan.6) TPK mampu membuat rencana kerja antara lain penetapan

jadwal pelaksanaan kegiatan, pengerahan tenaga kerja, pengadaan bahan dan alat, pembagian tugas, pengelolaan sumber dana serta membuat kesepakatan tertulis dengan kelompok baik kelompok yang mengelola kegiatan ekonomi dan simpan pinjam (rencana pengembalian, jasa dan sanksi), maupun pengelolaan prasarana, pendidikan, kesehatan dan pelatihan.

7) TPK mampu melakukan proses pencairan dana.8) TPK mengetahui dan memahami aspek pelestarian kegiatan

PNPM Mandiri Perdesaan.

Penjelasan II : Fasilitasi dan Pelatihan 34

9) TPK mampu melakukan pembukuan, pelelangan, penerimaan bahan, membayar tenaga kerja.

(v) Materi PelatihanMateri minimal yang harus disampaikan pada pelatihan, yang meliputi:1) Prinsip-prinsip dan kebijakan PNPM Mandiri Perdesaan. 2) Fungsi dan peran serta tugas dan tanggung jawab TPK,

pengorganisasian, pengendalian (administrasi, organisasi dan keuangan).

3) Jenis-jenis kegiatan dalam PNPM Mandiri Perdesaan dan daftar larangan (ekonomi, kesehatan, pendidikan dan sarana prasarana, dan peningkatan kapasitas).

4) Tahapan pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan dari perencanaan (penggalian gagasan, penulisan usulan, verifikasi usulan), pelaksanaan (pengadaan tenaga kerja, pengadaan alat, dll) dan pelestarian kegiatan.

5) Mekanisme dan prosedur pencairan dana.6) Membangun Tim Kerja.7) Pelaporan dan pertanggungjawaban.

(vi) Proses Pelatihan TPK Persiapan pelatihan, meliputi:1) Memastikan waktu dan tempat pelatihan2) Memastikan konsumsi peserta dan akomodasi peserta. 3) Membuat undangan pelatihan kepada anggota TPK terpilih,

memastikan undangan telah tersebar dan kepastian kehadiran dalam pelatihan

4) Bertukar pikiran/konsultasi dengan Fasilitator Kabupaten untuk membuat jadwal, kurikulum pelatihan (mengacu pada petunjuk yang telah ada), membuat materi atau bahan yang akan disampaikan dalam pelatihan, menentukan metode evaluasi pelatihan.

5) Menyiapkan alat tulis dan alat bantu lainnya yang diperlukan dalam pelatihan

Pelaksanaan pelatihan, meliputi:1) Pembukaan.2) Penjelasan tentang prinsip-prinsip dan kebijakan PNPM

Mandiri Perdesaan.3) Penjelasan tentang Fungsi dan peran serta tugas dan

tanggung jawab TPK, dalam pengorganisasian, pengendalian (administrasi, organisasi dan keuangan).

4) Penjelasan tentang jenis-jenis kegiatan dalam PNPM Mandiri Perdesaan dan daftar larangan, termasuk formulir-formulir yang digunakan (ekonomi, kesehatan, pendidikan dan sarana–prasarana).

5) Penjelasan tentang tahapan PNPM Mandiri Perdesaan mulai dari perencanaan kegiatan, pelaksanaan dan pelestarian kegiatan.

6) Penjelasan mekanisme dan prosedur pencairan dan penyaluran dana.

7) Membangun Tim Kerja.8) Pelaporan dan pertanggungjawaban.

Penjelasan II : Fasilitasi dan Pelatihan 35

9) Pembuatan Rencana Kerja dan Tindak Lanjut.

(b) Pelatihan Lanjutan

Tahapan untuk pelatihan lanjutan sebagai berikut:(i) Persiapan, meliputi:

1) Fasilitator Kecamatan mengidentifikasi kekurangan dan kelemahan TPK ketika menjalankan tugasnya. Identifikasi berdasarkan atas kunjungan lapangan Fasilitator Kecamatan, laporan dari KPM-D/K, Pendamping Lokal maupun catatan rekomendasi dari Fasilitator Kabupaten dan Konsultan lainnya.

2) Dari hasil identifikasi dan rekomendasi, Fasilitator Kecamatan memastikan kebutuhan peningkatan ketrampilan untuk mengoptimalkan kinerja TPK.

3) Fasilitator Kecamatan menyiapkan bahan dan materi untuk pelatihan lanjutan

(ii) Pelaksanaan:1) Fasilitator Kecamatan langsung memberikan materi

pelatihannya (tambahan ketrampilan/pengetahuan) kepada pengurus TPK di desa sambil mereka melaksanakan tugasnya.

2) Jika dipandang kekurangan dan kelemahannya hampir merata disemua TPK, maka dapat dilakukan bersamaan di tingkat kecamatan.

3) Penyampaikan materi pelatihan sebaiknya sekaligus di praktekkan.

4) Mengagendakan kesepakatan tindak lanjut dari pelatihan untuk meningkatkan efektifitas program.

2.6.4. Pelatihan Tim Penulis Usulan (TPU)

(a) Pelatihan Pra TugasTim Penulis Usulan sebelum menjalankan tugasnya perlu mendapatkan penjelasan terlebih dahulu melalui pelatihan oleh Fasilitator Kecamatan di tingkat desa. Pelatihan diberikan selama kurang lebih 1 - 2 hari efektif.

(i) Tujuan:Tim penulis usulan mampu menyusun usulan yang diputuskan di musyawarah khusus perempuan dan musyawarah desa kedua.

(ii) Waktu dan Tempat:1 - 2 hari efektif di desa atau menyesuaikan.

(iii) Pemandu/pelatih:Fasilitator Kecamatan dan PjOK.

(iv) Hasil yang diharapkan:1) Peserta dapat memahami konsepsi PNPM Mandiri Perdesaan

(latar belakang, tujuan, sasaran, prinsip, kebijakan dan tahapan PNPM Mandiri Perdesaan).

2) Peserta dapat memahami peran dan tugasnya. 3) Peserta dapat menyusun usulan desa secara tertulis dan

memuat informasi penting, singkat, lengkap dan nyata ada di lapangan.

Penjelasan II : Fasilitasi dan Pelatihan 36

(v) Materi Pelatihan:1) Konsepsi PNPM Mandiri Perdesaan (latar belakang, tujuan,

sasaran, prinsip, kebijakan dan tahapan PNPM Mandiri Perdesaan).

2) Peran, Tugas dan tanggung jawab TPU.3) Teknik penyusunan Menggagas Masa Depan Desa dan

RPJMDes.4) Pemahaman tentang pemberdayaan masyarakat dan

pengembangan kegiatan pemberdayaan melalui bidang sarana prasarana, pendidikan, kesehatan, sosioekonomi.

5) Cara penulisan usulan, cara survei, pengukuran dan pencarian data pendukung (baseline survey) dan analisis kemiskinan di desa.

6) Format usulan dan kelengkapannya (format RPJMDes).7) Rencana pelaksanaan kegiatan.8) Rencana Pelestarian hasil kegiatan.

(vi) Proses Pelatihan TPU Persiapan pelatihan, meliputi:1) Memastikan waktu dan tempat pelatihan2) Membuat undangan pelatihan kepada anggota TPU terpilih,

memastikan undangan telah tersebar dan kepastian kehadiran dalam pelatihan

3) Bertukar pikiran/konsultasi dengan Fasilitator Kabupaten untuk membuat jadwal, kurikulum pelatihan (mengacu pada petunjuk yang telah ada). Membuat materi atau bahan yang akan disampaikan dalam pelatihan, menentukan metode evaluasi pelatihan.

4) Menyiapkan alat tulis dan alat bantu lainnya yang diperlukan dalam pelatihan

Pelaksanaan pelatihan, meliputi:1) Pembukaan 2) Penjelasan singkat tentang PNPM Mandiri Perdesaan3) Penjelasan tentang hak, tugas dan tanggung jawab TPU4) Penjelasan tentang cara dan langkah-langkah penulisan usulan5) Penjelasan penggunaan dan cara pengisian formulir6) Penyusunan RKTL

(b) Pelatihan Lanjutan:Tahapan untuk pelatihan lanjutan sebagai berikut:(i) Fasilitator Kecamatan mengidentifikasi kekurangan dan kelemahan

TPU ketika menjalankan tugasnya. Identifikasi berdasarkan atas kunjungan lapangan Fasilitator Kecamatan , laporan dari KPM-D/K, Pendamping Lokal maupun catatan rekomendasi dari Fasilitator Kabupaten dan Konsultan lainnya.

(ii) Dari hasil identifikasi dan rekomendasi, Fasilitator Kecamatan dan langsung memberikan materi pelatihannya (tambahan ketrampilan/pengetahuan) kepada TPU di desa sambil mereka melaksanakan tugasnya (Jika pada saat kunjungan lapangan, Fasilitator Kecamatan menemukan TPU mengalami kesulitan dalam menjalankan tugasnya, langsung saja mereka diberi penjelasan/pelatihan tambahan).

Penjelasan II : Fasilitasi dan Pelatihan 37

(iii) Jika dipandang kekurangan dan kelemahannya hampir merata disemua TPK dan memungkinkan, maka dapat dilakukan bersamaan di tingkat kecamatan.

2.6.5. Pelatihan Tim Verifikasi

(a) Pelatihan Pra TugasSebelum melaksanakan tugasnya anggota Tim Verifikasi akan mendapat pelatihan yang diberikan oleh Fasilitator Kecamatan dan dibantu oleh Fasilitator Kabupaten. Penyelenggaraan pelatihan di kecamatan atau tempat lain disesuaikan dengan kondisi setiap kecamatan atau kabupaten. Waktu pelatihan kurang lebih antara satu-dua hari efektif.

(i) Tujuan:Tim Verifikasi mampu melakukan pemeriksaan usulan kegiatan dan membuat rekomendasi kepada Musyawarah Antar Desa Kedua.

(ii) Waktu dan tempat:

1-2 hari efektif di kecamatan atau menyesuaikan

(iii) Pemandu/pelatih:Fasilitator Kecamatan dan PjOK dan dibantu Fasilitator Kabupaten.

(iv) Hasil yang diharapkanPeserta mampu:1) Memahami konsepsi PNPM Mandiri Perdesaan (latar belakang,

tujuan, sasaran, prinsip, kebijakan dan tahapan PNPM Mandiri Perdesaan)

2) Memahami peran dan tanggung jawabnya.3) Memeriksa kelengkapan dokumen usulan.4) Pemeriksaan lapangan untuk menilai kelayakan usulan.5) Membuat rekomendasi hasil pemeriksaan usulan.

(v) Materi Pelatihan Materi pelatihan yang diberikan adalah: 1) Memahami konsepsi PNPM Mandiri Perdesaan (latar belakang,

tujuan, sasaran, prinsip, kebijakan dan tahapan PNPM Mandiri Perdesaan)

2) Uraian tugas dan tanggungjawab Tim Verifikasi.3) Cara pemeriksaan usulan meliputi pemeriksaan dokumen

usulan dan pemeriksaan lapangan.4) Teknik pemberian rekomendasi hasil pemeriksaan

(vi) Proses Pelatihan Tim Verifikasi Persiapan pelatihan, meliputi:1) Memastikan waktu dan tempat pelatihan.2) Memastikan konsumsi peserta.3) Membuat undangan pelatihan kepada anggota Tim Verifikasi

terpilih, memastikan undangan telah tersebar dan kepastian kehadiran dalam pelatihan.

4) Bertukarpikiran/konsultasi dengan F-Kab dan FT - Kab untuk membuat jadwal, kurikulum pelatihan (mengacu pada petunjuk yang telah ada), membuat materi atau bahan yang akan

Penjelasan II : Fasilitasi dan Pelatihan 38

disampaikan dalam pelatihan, menentukan metode evaluasi pelatihan.

5) Menyiapkan alat tulis dan alat bantu lainnya yang diperlukan dalam pelatihan.

Pelaksanaan pelatihan, meliputi:1) Pembukaan. 2) Konsepsi PNPM Mandiri Perdesaan (latar belakang, tujuan,

sasaran, prinsip, kebijakan dan tahapan PNPM Mandiri Perdesaan).

3) Penjelasan tentang Peran, Tugas dan tanggung jawab Tim Verifikasi.

4) Penjelasan tentang kriteria usulan.5) Penjelasan tentang cara pemeriksaan dokumen dan

pemeriksaan lapangan.6) Dalam pelatihan itu selanjutnya memilih ketua dan sekretaris

tim verifikasi kemudian menyusun rencana kerja dan tindak lanjut pelaksanaan verifikasi.

(b) Pelatihan LanjutanTahapan untuk pelatihan lanjutan sebagai berikut:(i) Fasilitator Kecamatan mengidentifikasi kekurangan dan kelemahan

Tim Verifikasi menjalankan tugasnya, berdasarkan pemantauannya dan catatan rekomendasi dari Fasilitator Kabupaten dan Konsultan lainnya.

(ii) Dari hasil identifikasi dan rekomendasi, Fasilitator Kecamatan langsung memberikan materi pelatihannya (tambahan ketrampilan/ pengetahuan) kepada Tim Verifikasi sambil mereka melaksanakan tugasnya.

2.6.6. Pelatihan Unit Pengelola Kegiatan (UPK)(a) Pelatihan Pra Tugas

(i) Tujuan: Pengurus UPK mampu menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.

(ii) Waktu dan tempat:5 hari efektif di kecamatan.

(iii) Pemandu/ pelatih:F-Kec dan PjOK atau bisa dibantu F-Kab, FT dan FT Kab

(iv) Hasil yang diharapkanPeserta mampu:1) Memahami konsepsi PNPM Mandiri Perdesaan (latar belakang,

tujuan, sasaran, prinsip, kebijakan dan tahapan PNPM Mandiri Perdesaan).

2) Memahami peran dan tanggungjawabnya dan memiliki komitmen tinggi untuk melaksanakannya secara positif.

3) Memahami ruang lingkup kegiatan yang ada di PNPM Mandiri Perdesaan.

4) Melakukan proses pencairan dan pengelolaan penyaluran dana PNPM Mandiri Perdesaan.

5) Melakukan bimbingan teknis dan pemeriksaan secara langsung administrasi dan pelaporan pelaku desa.

Penjelasan II : Fasilitasi dan Pelatihan 39

6) Mengelola kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat agar terus tetap berkembang dan berkesinambungan secara tim/partisipatif.

7) Mendorong transparansi dalam pengelolaan keuangan, pengelolaan pinjaman, perkembangan program dan informasi lainnya melalui papan informasi dan menyampaikan secara langsung kepada pihak yang membutuhkan.

8) Melakukan penguatan kelompok peminjam dalam kelembagaan, pengelolaan keuangan, pengelolaan pinjaman, dan memfasilitasi pengembangan usaha kelompok atau pemanfaat.

9) membuat perencanaan keuangan (anggaran) dan rencana kerja sesuai dengan kepentingan program yang disampaikan Pada MAD.

10) membuat pertanggung jawaban keuangan dan realisasi rencana kerja pada MAD sesuai dengan kebutuhan . Bahan laporan pertanggung jawaban disampaikan kepada seluruh pelaku desa yang terkait langsung satu minggu sebelum pelaksanaan.

11) melakukan evaluasi dan pemeriksaan langsung Rencana Penggunaan Dana (RPD) dan Laporan Penggunaan Dana (LPD) yang dibuat oleh desa dalam setiap tahapan proses PNPM Mandiri Perdesaan dan sesuai dengan ketentuan.

12) memahami strategi pengembangan jaringan untuk mengakses potensi yang ada di dalam maupun dari luar daerah kerjanya.

13) Mengadministrasikan dengan baik dan benar seluruh perkembangan kegiatan yang ada di wilayah kerjanya dan menyajikannya dalam laporan bulanan secara transparan.

14) Menganalisis perkembangan/hasil kegiatan serta memberikan saran-saran pengembangan kepada para pelaku PNPM Mandiri Perdesaan dan masyarakat, memanfaatkan berbagai sarana informasi yang ada dan atau menciptakannya.

(v) Materi Pelatihan1) Konsepsi PNPM Mandiri Perdesaan (latar belakang, tujuan,

sasaran, prinsip, kebijakan dan tahapan PNPM Mandiri Perdesaan).

2) Peran dan tanggung jawab UPK.3) Berpikir positif dan membangun komitmen.4) Ruang lingkup kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan.5) Mekanisme pencairan dan penyaluran dana PNPM Mandiri

Perdesaan.6) Pengelolaan program secara partisipatif.7) Pengembangan kelompok perguliran/SPP8) Membangun jaringan kerja dan akses potensinya.9) Administrasi keuangan, kegiatan dan pelaporannya.10) Pengembangan Sistem Informasi yang transparan.

(vi) Proses Pelatihan UPK Persiapan pelatihan, meliputi:1) Memastikan waktu dan tempat pelatihan.2) Memastikan konsumsi peserta dan akomodasi peserta.

Penjelasan II : Fasilitasi dan Pelatihan 40

3) Membuat undangan pelatihan kepada anggota UPK terpilih, memastikan undangan telah tersebar dan kepastian kehadiran dalam pelatihan.

4) Bertukarpikiran/konsultasi dengan F-Kab untuk membuat jadwal, kurikulum pelatihan (mengacu pada petunjuk yang telah ada) membuat materi atau bahan yang akan disampaikan dalam pelatihan, menentukan metode evaluasi pelatihan.

5) Menyiapkan alat tulis dan alat bantu lainnya yang diperlukan dalam pelatihan.

Pelaksanaan pelatihan, meliputi :1) Pembukaan pelatihan: Sambutan, Perkenalan, Penjelasan

tujuan pelatihan.2) Konsepsi PNPM Mandiri Perdesaan (latar belakang, tujuan,

sasaran, prinsip, kebijakan dan tahapan PNPM Mandiri Perdesaan).

3) Peran dan tanggung jawab UPK4) Berpikir positif dan membangun komitmen.5) Ruang lingkup kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan (ekonomi,

pendidikan, kesehatan dan sarana – prasarananya).6) Mekanisme pencairan dan penyaluran dana PNPM Mandiri

Perdesaan.7) Pengelolaan program secara partisipatif.8) Membangun jaringan kerja dan akses potensinya.9) Administrasi kegiatan, keuangan dan pelaporannya.10) Pengembangan sistem informasi yang transparan.11) Pembuatan rencana kerja dan Tindak Lanjut.

(b) Pelatihan LanjutanPada prinsipnya pelatihan lanjutan untuk UPK dapat lebih sering dan rutin untuk dilakukan, karena biasanya mereka sama-sama berkantor di kecamatan atau sekitarnya. Pelatihan lanjutan dapat langsung diberikan oleh Fasilitator Kecamatan pada saat mereka bekerja, maupun bersama-sama dengan UPK Kecamatan lain jika diperlukan.

Tahapan proses pelatihan lanjutan sebagai berikut:(i) Fasilitator Kecamatan mengidentifikasi kelemahan dan kekurangan

UPK ketika menjalankan tugasnya (menyusun penjajagan kebutuhan pelatihan).

(ii) Fasilitator Kecamatan bertanya kepada UPK, pengetahuan atau ketrampilan apa yang dibutuhkan untuk mengoptimalkan kinerjanya.

(iii) Pada waktu rapat bulanan Fasilitator Kecamatan , catatan penilaian kelemahan dan kekurangan UPK disampaikan untuk dibahas dengan Fasilitator dari kecamatan lainnya dan F-Kab.

(iv) Bersama fasilitator Kecamatan lainnya dan F-Kab memastikan kebutuhan peningkatan ketrampilan untuk mengoptimalkan kinerja UPK.

(v) Bersama fasilitator dari kecamatan lain dan F-Kab menyiapkan materi yang dibutuhkan.

(vi) Memastikan waktu – pelatihan khusus atau memanfaatkan kegiatan rutin - dan tempat pelatihan.

(vii) Menyampaikan materi pelatihan yang dibutuhkan sesuai metode dan medianya, Mengadakan praktek lapangan terhadap materi yang disampaikan (jika memungkinkan dan tergantung materi apa yang dilatihkan).

Penjelasan II : Fasilitasi dan Pelatihan 41

(viii) Merangkum hasil pelatihan dan manfaatnya dalam tugas.(ix) Mengagendakan kesepakatan tindak lanjut dari pelatihan untuk

meningkatkan efektifitas program.

2.6.7. Pelatihan Tim Pemelihara(a) Pelatihan Pra Tugas

(i) Tujuan: Tim Pemelihara mampu menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.

(ii) Waktu dan tempat:1-2 hari efektif di desa atau di kecamatan (untuk semua desa) atau menyesuaikan.

(iii) Pemandu/pelatih:Fasilitator Kecamatan, KPM-D/K, Pendamping Lokal, dibantu Fasilitator Kabupaten.

(iv) Hasil yang diharapkan1) Memahami konsep dan strategi kemandirian pengelolaan aset

PNPM Mandiri Perdesaan dan pengelolaan kegiatan sarana prasarana.

2) Memahami peran dan tanggung jawabnya dan memiliki komitmen tinggi untuk melaksanakannya secara positif.

3) Memahami jenis prasarana dan konstruksi prasarana yang dibangun, umur bangunan dan pengetahuan sipil bangunan lainnya secara sederhana.

4) Mampu mengoperasikan hasil kegiatan dan membuat rencana pemeliharaan serta pengembangan pengembangan kegiatan.

5) Mampu mendorong masyarakat dan kelompok penerima manfaat melakukan pemeliharaan.

6) Memahami cara pemeriksaan hasil kegiatan prasarana yang dibangun dan mengetahui bagian mana yang membutuhkan pemeliharaan.

7) Mengadministrasikan dengan baik dan benar seluruh perkembangan kegiatan yang ada di wilayah kerjanya dan menyajikannya dalam laporan bulanan secara transparan.

(v) Materi Pelatihan1) Konsep dan strategi pelestarian kegiatan dan aset PNPM

Mandiri Perdesaan (latar belakang, tujuan, sasaran, prinsip, kebijakan dan tahapan).

2) Peran dan tanggung jawab.3) Membangun komitmen tinggi yang dilaksanakan secara positif.4) Ruang lingkup kegiatan sarana prasarana dalam PNPM

Mandiri Perdesaan.5) Pengetahuan bangunan sipil di pedesaan, dampak

lingkungannya.6) Cara pengelolaan kegiatan-kegiatan prasarana yang ada di

masyarakat agar terus tetap bermanfaat, berkembang dan berkesinambungan.

7) Administrasi kegiatan dan penyajian pelaporannya.8) Pembuatan rencana kerja dan tindak lanjut.

Penjelasan II : Fasilitasi dan Pelatihan 42

(vi) Proses Pelatihan

Persiapan pelatihan, meliputi:1) Memastikan waktu dan tempat pelatihan. 2) Membuat undangan pelatihan kepada anggota Tim Pemelihara

terpilih, memastikan undangan telah tersebar dan kepastian kehadiran dalam pelatihan

3) Bertukarpikiran/konsultasi dengan Fasilitator Kabupaten untuk membuat jadwal, kurikulum pelatihan (mengacu pada petunjuk yang telah ada),

4) Membuat materi atau bahan yang akan disampaikan dalam pelatihan, menentukan metode evaluasi pelatihan.

5) Menyiapkan alat tulis dan alat bantu lainnya yang diperlukan dalam pelatihan.

Pelaksanaan pelatihan, meliputi:1) Pembukaan dan penjelasan tujuan pelatihan, 2) Penyampaian materi-materi pelatihan seperti tersebut di atas,3) Pembuatan rencana kerja dan tindak lanjut.

(b) Pelatihan LanjutanTahapan untuk pelatihan lanjutan sebagai berikut:(i) Fasilitator Kecamatan dan Pendamping Lokal serta KPM-D/K

mengidentifikasi kekurangan dan kelemahan Tim Pemelihara ketika menjalankan tugasnya, atau dari hasil pemantauan dan catatan rekomendasi F-Kab, FT - Kab dan Konsultan lainnya.

(ii) Dari hasil identifikasi dan rekomendasi, Fasilitator langsung memberikan materi pelatihannya (tambahan ketrampilan/ pengetahuan) kepada Tim Pemelihara sambil mereka melaksanakan tugasnya, (akan lebih efektif jika dibawa ke lokasi prasarana).

2.6.8. Pelatihan Pengembangan Kapasitas Masyarakat Pelatihan ini dimaksudkan untuk mengembangkan potensi dan ketrampilan tertentu dari anggota masyarakat sebagai alat memenuhi kebutuhan hidupnya serta meningkatkan kualitas hidupnya. Materi pelatihan ini disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang perlu dikembangkan baik di bidang ekonomi, kesehatan, ketrampilan dan lain-lain. Peserta pelatihan adalah anggota masyarakat desa yang tergolong miskin tetapi mempunyai potensi atau dasar ketrampilan tertentu yang dapat dikembangkan. Tempat dan waktunya menyesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat. Fasilitator Kecamatan memfasilitasi proses pelatihan ini dengan mencarikan nara sumber atau pelatih yang benar-benar dipandang ahli dan berpengalaman dibidang yang akan dilatihkan. Kegiatan ini dapat merupakan bagian dari usulan kegiatan masyarakat jika memang benar-benar dibutuhkan. Selain itu dapat juga dibiayai melalui dana operasional kegiatan atau sumber-sumber lain jika dipandang sangat perlu oleh masyarakat dan ada kemungkinan dikembangkan. Penyelenggaraan pelatihan pengembangan kapasitas masyarakat terutama yang diluar usulan kegiatan masyarakat, dilakukan oleh UPK, BKAD yang dikoordinasikan dengan Fasilitator Kecamatan dan PjOK. Sedangkan pelatihan pengembangan kapasitas masyarakat yang merupakan usulan kegiatan yang disetujui dalam MAD, dikelola oleh TPK.

Penjelasan II : Fasilitasi dan Pelatihan 43

Penjelasan II : Fasilitasi dan Pelatihan 44

Catatan Fasilitator: Pelatihan yang akan diberikan kepada para pelaku harus didahului

dengan proses penjajakan kebutuhan pelatihan untuk mendapatkan hasil yang paling optimal sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, situasi dan kondisi peserta, kesesuaian antara materi, metode dan media yang digunakan, waktu, sarana dan peralatan yang tersedia.

Fasilitator dan KPM-D/K serta Pendamping Lokal perlu membuat sistem pengelolaan pelatihan secara baik, dimulai dengan penyusunan rencana yang sistematis untuk penguatan setiap pelaku, selalu memantau kinerja pelaku baik pada saat pelaksanaan maupun pasca pelatihan.

Pelatihan akan berhasil guna jika fasilitator selalu melakukan evaluasi secara rutin atas kinerja pelaku-pelaku yang telah dilatih dengan menggunakan indikator yang dapat mengukur peningkatan sikap, pengetahuan dan ketrampilan dari para pelaku.