penjelasan atas nomor 02 tahun 2013 tentang … · arahan pemanfaatan ruang wilayah kota merupakan...

25
~ 1 ~ PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGBALAI NOMOR 02 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2013 – 2033 I. UMUM Sesuai amanat Pasal 11 ayat (1) UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, disebutkan bahwa Pemerintah Kabupaten / Kota dalam penyelenggaraan penataan ruang memiliki wewenang, meliputi: a. Pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang b. Wilayah Kabupaten/Kota dan kawasan strategis Kabupaten/Kota. c. Pelaksanaan penataan ruang wilayah Kabupaten/Kota d. Pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis Kabupaten/Kota. e. Kerja sama penataan ruang antar Kabupaten/Kota. Disamping itu, sesuai dengan Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, disebutkan bahwa pemerintah daerah mempunyai kewenangan yang lebih besar di dalam pelaksanaan pembangunan dan pengelolaan sumber daya yang tersedia di wilayahnya dengan tetap memelihara dan menjaga keseimbangan ekosistem dan kelestarian lingkungan sesuai dengan peraturan yang berlaku termasuk juga di dalamnya mengenai penataan ruang. Wewenang pemerintah daerah dalam hal penataan ruang adalah menyelenggarakan penataan ruang daerahnya yang didalamnya terdapat unsur perencanaan, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Rencana tata ruang disusun sebagai acuan/pegangan dalam pembangunan wilayah. Produk rencana tata ruang harus dapat menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembangunan daerah dan telah menjadi hasil kesepakatan semua stakeholders di daerah. Dokumen Rencana Tata Ruang sangat berpengaruh terhadap keterpaduan pelaksanaan program pembangunan di daerah serta menjadi pertimbangan investor untuk mengembangkan kegiatannya terkait jaminan kepastian hukum.

Upload: lethuan

Post on 25-Apr-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

~ 1 ~

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGBALAI

NOMOR 02 TAHUN 2013

TENTANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA TANJUNGBALAI

TAHUN 2013 – 2033

I. UMUM

Sesuai amanat Pasal 11 ayat (1) UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,

disebutkan bahwa Pemerintah Kabupaten / Kota dalam penyelenggaraan penataan ruang

memiliki wewenang, meliputi:

a. Pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang

b. Wilayah Kabupaten/Kota dan kawasan strategis Kabupaten/Kota.

c. Pelaksanaan penataan ruang wilayah Kabupaten/Kota

d. Pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis Kabupaten/Kota.

e. Kerja sama penataan ruang antar Kabupaten/Kota.

Disamping itu, sesuai dengan Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah, disebutkan bahwa pemerintah daerah mempunyai kewenangan yang lebih besar di dalam

pelaksanaan pembangunan dan pengelolaan sumber daya yang tersedia di wilayahnya dengan

tetap memelihara dan menjaga keseimbangan ekosistem dan kelestarian lingkungan sesuai

dengan peraturan yang berlaku termasuk juga di dalamnya mengenai penataan ruang. Wewenang

pemerintah daerah dalam hal penataan ruang adalah menyelenggarakan penataan ruang

daerahnya yang didalamnya terdapat unsur perencanaan, pemanfaatan ruang dan pengendalian

pemanfaatan ruang.

Rencana tata ruang disusun sebagai acuan/pegangan dalam pembangunan wilayah.

Produk rencana tata ruang harus dapat menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembangunan

daerah dan telah menjadi hasil kesepakatan semua stakeholders di daerah. Dokumen Rencana

Tata Ruang sangat berpengaruh terhadap keterpaduan pelaksanaan program pembangunan di

daerah serta menjadi pertimbangan investor untuk mengembangkan kegiatannya terkait jaminan

kepastian hukum.

~ 2 ~

Melalui penetapan Peraturan Daerah tentang RTRW Kota Tanjungbalai diharapkan

seluruh program pembangunan dapat mengacu pada Perda dimaksud sehingga tercipta penataan

ruang yang tertib yang menjamin keberlanjutan pembangunan di wilayah Kota Tanjungbalai pada

masa yang akan datang.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas

Pasal 2

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 3

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 4

Tujuan penataan ruang wilayah Kota Tanjungbalai mencerminkan keterpaduan pembangunan antar sektor, antar kecamatan, dan antar pemangku kepentingan. Di masa yang akan datang tujuan penataan ruang Kota Tanjungbalai tidak akan terlepas dari peran, fungsi, dan kedudukannya dalam lingkup wilayah yang lebih luas. Untuk mendukung pengembangan peran dan fungsi Kota Tanjungbalai sebagai salah satu pengembangan pelabuhan nasional di Provinsi Sumatera Utara, maka tujuan penataan ruang Kota Tanjungbalai, yaitu mewujudkan Kota Tanjungbalai sebagai kota tepian sungai dengan perdagangan dan jasa serta industri berskala regional yang religius nyaman, aman, produktif dan berkelanjutan.

Pasal 5

Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kota ditetapkan untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah kota sesuai dengan visi dan misi pembangunan wilayah kota Tanjungbalai.

Yang dimaksud dengan kebijakan penataan ruang wilayah Kota adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar dalam pemanfaatan ruang darat, laut dan udara termasuk ruang didalam bumi untuk mencapai tujuan penataan ruang.

~ 3 ~

Pasal 6

Yang dimaksud dengan Strategi Penataan Ruang wilayah kota adalah langkah-langkah operasional pelaksanaan kebijakan penataan ruang.

Pasal 7

Cukup jelas

Pasal 8

Cukup jelas

Pasal 9

Cukup jelas

Pasal 10

Cukup jelas

Pasal 11

Cukup jelas

Pasal 12

Cukup jelas

Pasal 13

Cukup jelas

Pasal 14

Cukup jelas

Pasal 15

Cukup jelas

Pasal 16

Yang dimaksud dengan rencana struktur ruang adalah gambaran struktur ruang yang dikehendaki untuk dicapai yang mencakup struktur ruang yang ada dan yang akan dikembangkan.

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 17

Sistem Pusat Pelayanan Kota disusun secara hirarki menurut fungsi dan besarannya sehingga pengembangannya dapat dilakukan berdasarkan penilaian kondisi sekarang dan perkembangan di masa yang akan dating sehingga terwujud pelayanan prasarana dan sarana yang efektif dan efisien.

~ 4 ~

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 18

Pusat Pelayanan Kota yang selanjutnya disingkat PPK adalah pusat kegiatan utama (hierarki pertama) di kawasan yang memiliki fungsi utama sebagai pendorong perkembangan pertumbuhan kawasan.

Pasal 19

Sub Pusat Pelayanan Kota yang selanjutnya disingkat SPPK adalah pusat kegiatan hierarki kedua di kawasan yang keberadaannya untuk mendukung perkembangan pusat kegiatan primer.

Pasal 20

Cukup jelas

Pasal 21

Cukup jelas

Pasal 22

Cukup jelas

Pasal 23

Cukup jelas

Pasal 24

Cukup jelas

Pasal 25

Cukup jelas

Pasal 26

Cukup jelas

Pasal 27

Cukup jelas

Pasal 28

Cukup jelas

Pasal 29

Cukup jelas

Pasal 30

Ayat (1)

~ 5 ~

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

a. Terminal Penumpang Tipe B dengan fungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota dalam provinsi dan angkutan kota.

b. Terminal Penumpang Tipe C dengan fungsi untuk melayani kendaraan umum angkutan kota.

Ayat (4)

Cukup jelas

Pasal 31

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 32

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Pasal 33

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

a. Yang dimaksud alur pelayaran adalah bagian dari perairan baik yang alami maupun buatan yang dari segi kedalaman, lebar dan hambatan pelayaran lainnya dianggap aman untuk dilayari.

~ 6 ~

b. Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 34

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 35

Cukup jelas

Pasal 36

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Pasal 37

Ayat (1)

Sistem jaringan telekomunikasi meliputi jaringan tetap yang terdiri dari jaringan tetap lokal, sambungan langsung jarak jauh, sambungan internasional dan sambungan tertutup serta jaringan bergerak yang terdiri dari jaringan bergerak terestrial, seluler dan satelit, dimaksudkan untuk menciptakan sebuah sistem telekomunikasi yang handal, memiliki jangkauan yang luas dan merata.

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

~ 7 ~

Pasal 38

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 39

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Pasal 40

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 41

Cukup jelas

Pasal 42

Cukup jelas

Pasal 43

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

~ 8 ~

Pasal 44

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 45

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 46

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 47

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 48

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 49

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

~ 9 ~

Pasal 50

Ayat (1)

a. Kawasan lindung dapat diterapkan untuk mengatasi dan mengantisipasi ancaman kerusakan lingkungan saat ini dan masa yang akan dating akibat kurangnya kemampuan perlindungan wilayah yang ada.

b. Kawasan budidaya menggambarkan kegiatan dominan yang berkembang di dalam kawasan tersebut.

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 51

Ayat (1)

a. Kawasan perlindungan setempat berupa kawasan sempadan sungai terdiri atas kawasan sempadan sungai tidak bertanggul, kawasan sempadan sungai bertanggul, dan kawasan sempadan sungai yang berada di kawasan perumahan.

b. Kawasan suaka alam dan cagar budaya meliputi : kawasan perdagangan, kawasan bangunan tua berupa bangunan yang berusia lebih dari 50 (limapuluh) tahun dan kawasan stasiun kereta api.

c. Kawasan rawan bencana alam berupa kawasan rawan banjir.

d. Cukup jelas

Pasal 52

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Pasal 53

Cukup jelas

~ 10 ~

Pasal 54

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 55

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Pasal 56

Cukup jelas

Pasal 57

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 58

Cukup jelas

Pasal 59

Cukup jelas

Pasal 60

Cukup jelas

Pasal 61

Cukup jelas

Pasal 62

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

~ 11 ~

Pasal 63

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 64

Cukup jelas

Pasal 65

Cukup jelas

Pasal 66

Cukup jelas

Pasal 67

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 68

Cukup jelas

Pasal 69

Cukup jelas

Pasal 70

Ayat (1)

Kawasan peruntukan pariwisata dikembangkan untuk menyelenggarakan jasa pariwisata atau mengusahakan objek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata, dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut.

Ayat (2)

Cukup jelas

~ 12 ~

Pasal 71

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 72

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 73

Ayat (1)

Kawasan peruntukan pertanian dikembangkan untuk menjaga keberlangsungan ketersediaan pangan dan lahan pertanian.

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 74

Ayat (1)

Kawasan peruntukan ruang bagi kegiatan sektor informal bertujuan untuk memberikan ruang yang khusus disediakan untuk menampung pedagang kaki lima di pusat-pusat perdagangan dengan lokasi yang sesuai dengan karakteristik pedagang kaki lima.

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 75

Ayat (1)

Kawasan peruntukan perikanan meliputi upaya untuk pengembangan hasil perikanan laut dengan memperhatikan daya dukung dan ketersediaan potensi sumber daya pada kawasan-kawasan dimaksud. Kawasan peruntukan perikanan berupa kawasan perikanan budidaya.

Ayat (2)

Cukup jelas

~ 13 ~

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 76

Ayat (1)

Kawasan strategis ditetapkan pada bagian wilayah kota dengan prioritas pengembangan, karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup pertumbuhan kota.

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 77

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 78

Cukup jelas

Pasal 79

Ayat (1)

Arahan pemanfaatan ruang wilayah kota merupakan upaya perwujudan rencana tata ruang yang dijabarkan ke dalam indikasi program utama penataan/pengembangan kota dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahunan sampai akhir tahun perencanaan 20 (duapuluh) tahun.

Ayat (2)

a. Indikasi program utama menggambarkan kegiatan yang harus dilaksanakan untuk mewujudkan rencana struktur ruang dan pola ruang wilayah nasional. Selain itu juga terdapat kegiatan lain, baik yang dilaksanakan sebelumnya, bersamaan dengan, maupun sesudahnya yang tidak disebutkan dalam Peraturan Daerah ini.

b. Cukup jelas

c. Cukup jelas

~ 14 ~

d. Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Pasal 80

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 81

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 82

Cukup jelas

Pasal 83

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

~ 15 ~

Pasal 84

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 85

Ayat (1)

Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah daerah digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang diselenggarakan melalui: ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan pemberian insentif dan disinsentif dan arahan sanksi.

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 86

Ayat (1)

Peraturan zonasi pada dasarnya berisikan ketentuan umum kegiatan yang diperbolehkan, diperbolehkan dengan syarat dan kegiatan yang tidak diperbolehkan untuk dilaksanakan pada zona pemanfaatan ruang. Ketentuan-ketentuan tersebut koefisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan, penyediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk mewujudkan ruang yang nyaman, produktif dan berkelanjutan. Dengan demikian, peraturan zonasi digunakan sebagai pedoman bagi Pengendalian pemanfaatan ruang.

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

~ 16 ~

Pasal 87

Cukup jelas

Pasal 88

Cukup jelas

Pasal 89

Cukup jelas

Pasal 90

Cukup jelas

Pasal 91

Cukup jelas

Pasal 92

Cukup jelas

Pasal 93

Cukup jelas

Pasal 94

Cukup jelas

Pasal 95

Cukup jelas

Pasal 96

Cukup jelas

Pasal 97

Cukup jelas

Pasal 98

Cukup jelas

Pasal 99

Cukup jelas

Pasal 100

Cukup jelas

Pasal 101

Cukup jelas

Pasal 102

Cukup jelas

Pasal 103

Ayat (1)

~ 17 ~

Yang dimaksud dengan perizinan merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang dalam pemberian izin pemanfaatan ruang berdasarkan rencana struktur dan pola ruang yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah yang harus dimiliki sebelum pelaksanaan pemanfaatan ruang. Izin dimaksud antara lain berupa izin prinsip, izin lokasi, izin peruntukan penggunaan tanah, izin mendirikan bangunan, izin/persetujuan penerbitan hak atas tanah ke BPN, izin/persetujuan perpanjangan hak atas tanah ke BPN, izin/persetujuan peralihan hak atas tanah ke BPN, izin pematangan lahan.

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Ayat (6)

Cukup jelas

Pasal 104

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 105

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

~ 18 ~

Pasal 106

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Ayat (6)

Cukup jelas

Ayat (7)

Cukup jelas

Ayat (8)

Cukup jelas

Ayat (9)

Cukup jelas

Ayat (10)

Cukup jelas

Ayat (11)

Cukup jelas

Pasal 107

Cukup jelas

Pasal 108

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

~ 19 ~

Ayat (5)

Cukup jelas

Ayat (6)

Cukup jelas

Ayat (7)

Cukup jelas

Ayat (8)

Cukup jelas

Ayat (9)

Cukup jelas

Ayat (10)

Cukup jelas

Pasal 109

Cukup jelas

Pasal 110

Cukup jelas

Pasal 111

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan insentif merupakan perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang.

Yang dimaksud dengan disinsentif merupakan arahan yang selalu mempersulit munculnya pemanfaatan ruang yang tidaka sesuai atau tidak sejalan dengan rencana tata ruang yang ada.

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 112

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

~ 20 ~

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Pasal 113

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Pasal 114

Ayat (1)

Arahan sanksi sebagaimana dimaksud pada Pasal 85 ayat (2) huruf d meliputi arahan dalam bentuk sanksi pidana dan sanksi administrasi terhadap pelanggaran penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan tertib tata ruang dan tegaknya peraturan perundang-undangan bidang penataan ruang.

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Pasal 115

Cukup jelas

Pasal 116

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

~ 21 ~

Pasal 117

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Pasal 118

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Ayat (6)

Cukup jelas

Ayat (7)

Cukup jelas

Pasal 119

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

~ 22 ~

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Pasal 120

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Ayat (6)

Cukup jelas

Pasal 121

Cukup jelas

Pasal 122

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Ayat (6)

Cukup jelas

Pasal 123

Ayat (1)

Cukup jelas

~ 23 ~

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Pasal 124

Cukup jelas

Pasal 125

Cukup jelas

Pasal 126

Cukup jelas

Pasal 127

Cukup jelas

Pasal 128

Cukup jelas

Pasal 129

Cukup jelas

Pasal 130

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 131

Cukup jelas

Pasal 132

Cukup jelas

Pasal 133

Cukup jelas

Pasal 134

Ayat (1)

Cukup jelas

~ 24 ~

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 135

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 136

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 137

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 138

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

~ 25 ~

Pasal 139

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 140

Cukup jelas