peningkatan prestasi belajar matematika...

10
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI KUBUS DAN BALOK SISWA KELAS VIII-G SMP NEGERI 10 MALANG DENGAN MENERAPKAN PEMBELAJARAN PROBLEM POSING ARTIKEL Oleh: JERRY JEKSON 608311454738 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA 2013

Upload: dinhthu

Post on 06-Feb-2018

216 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelD07278E8382545263113CFC... · pembelajaran problem posing. Pada pembelajaran ini ... Salah satu

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI

KUBUS DAN BALOK SISWA KELAS VIII-G SMP NEGERI 10 MALANG

DENGAN MENERAPKAN PEMBELAJARAN PROBLEM POSING

ARTIKEL

Oleh:

JERRY JEKSON

608311454738

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN MATEMATIKA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

2013

Page 2: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelD07278E8382545263113CFC... · pembelajaran problem posing. Pada pembelajaran ini ... Salah satu

Artikel oleh Jerry Jekson yang berjudul “Peningkatan Prestasi Belajar Matematika

Materi Kubus dan Balok siswa kelsa VIII-G SMP Negeri 10 Malang dengan

Menerapkan Model Pembelajaran Problem Posing” ini telah diperiksa dan

disetujui oleh:

Malang, Juli 2013

Pembimbing I,

Dr. Hery Susanto, M.Si

NIP 19671202 199103 1 002

Malang, Juli 2013

Pembimbing II,

Drs. Susiswo, M.Si

NIP 19650328 199001 1 001

Page 3: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelD07278E8382545263113CFC... · pembelajaran problem posing. Pada pembelajaran ini ... Salah satu

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI

KUBUS DAN BALOK SISWA KELAS VIII-G SMP NEGERI 10 MALANG

DENGAN MENERAPKAN PEMBELAJARAN PROBLEM POSING

Jerry Jekson

Universitas Negeri Malang

Pembimbing (1) Dr. Hery Susanto, M.Si

Pembimbing (2) Drs. Susiswo, M.Si

ABSTRAK : Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di SMP

Negeri 10 Malang, Diperoleh data bahwa prestasi belajar matematika siswa pada

materi sebelumnya yaitu materi lingkaran dan persamaan garis singgung

lingkaran tergolong rendah, karena hanya 13,4 % dari 37 siswa yang tuntas

belajar. Untuk itu perlu diterapkan pembelajaran yang melibatkan siswa secara

aktif dan mampu mengkonstruksi pengatahuannya. Salah satu pembelajaran

yang dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa adalah model

pembelajaran problem posing. Pada pembelajaran ini siswa dibagi kedalam

kelompok kecil secara heterogen, yaitu terdiri dari 8 kelompok yang terdiri dari

4-5 anggota kelompok. Kemudian guru membagi lembaran kerja siswa untuk

didiskusikan secara berkelompok, guru meminta setiap perwakilan anggota

kelompoknya untuk menyampaikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas,

setelah itu guru memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk menyusun

soal sekaligus menyelesaikannya. Hasil penelitian menunjukan bahwa model

pembelajaran problem posing dapat meningkatkan prestasi belajar matematika

siswa kelas VIII-G SMP Negeri 10 Malang. Persentase ketuntasan belajar

matematika siswa pada siklus I adalah 37,8 % dan meningkat pada siklus II

menjadi 91,2 %. Sehingga siswa kelas VIII-G dapat dikatakan tuntas belajar

secara klasikal.

Kata kunci: problem posing, prestasi belajar

Pendidikan merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan, yaitu suatu

usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses

pembelajaran sehingga dapat menciptakan kehidupan yang lebih baik. Aturan

yang di susun secara sistematis dalam pendidikan disebut kurikulum. Kurikulum

dalam pendidikan terus dan selalu berkembang. Salah satu kurikulum yang

dikembangkan dalam pendidikan adalah kurikulum 2006 dengan tujuan yang

ingin dicapai adalah agar perserta didik dapat mengembangkan kemampuan

berpikir logis, analitis,sistematis,kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama

(BSNP, 2006:1) hal tersebut diperlukan agar peserta didik mempunyai

kemampuan dalam memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk

bertambah dalam keadaan yang kompetitif.

Wijaya (dama Hudojo 2005:9) berpendapat bahwa dalam dunia

pendidikan,proses pembelajaran tidak berpusat pada guru, melainkan siswa yang

dilibatkan dalam proses belajar baik secara emosional maupun sosial. Dalam hal

Page 4: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelD07278E8382545263113CFC... · pembelajaran problem posing. Pada pembelajaran ini ... Salah satu

ini guru hanya sebagai moderator atau fasilator. Sebagai moderator guru di

haruskan memberi bimbingan yang mengarah pada peserta didik untuk lebih

menangkap akan gejala kemanusiaan yang harus ditumbuhkan dalam komunitas

kelas.selain itu, guru diharapkan menyediakan, mempermudah bahakan kalau bisa

mempercepat berlangsung proses belajar. Sebagai fasilator, guru harus

memperhatikann hal-hal sebagi berikut: (1) mengurangi metode ceramah, (2)

memodifikasi atau memperkaya bahan pembelajaran, (3) menggunakan prosedur

yang bervariasi dalam membuat penelitian, (4) mengusahakan keterlibatan peserta

didik dalam berbagai kegiatan pembelajaran.

Namun pada kenyataannya, dalam proses pembelajaran masih sering

dijumpai pembelajaran yang bersifat konvensianal berupa ceramah dan guru

hanya memberi tugas untuk mengerjakan soal latihan dan menggunakan buku ajar

sebagai acuan, Hal tersebut dapat ditunjukan antara lain, kurangnya keterlibatan

siswa dalam proses pembelajaran. Guru hanya menyampaikan sehingga siswa

menjadi pasif. Siswa hanya menunggu apa yang diperintahkan guru dari pada

mencari dan menemukan sendiri pengatahuan, keterampilan atau skill dan

berbagai macam sikap sehingga membuat siswa menjadi siswa tidak mandiri dan

selalu bergatung pada orang lain.

Permasalahan tersebut di atas merupakan masalah utama dalam dunia

pendidikan, sehingga guru harus berupaya untuk menemukan solusi dari

permasalahan di atas. Guru harus dapat menentukan pilihan strategi pembelajaran

yang tepat bagi siswa-siswanya. Sedangkan dalam pemilihan model pembelajaran

haruslah disesuaikan dengan kondisi siswa dan kelas, sehingga tujuan

pembelajaran dapat tercapai optimal antaranya dapat meningkatkan keaktifan dan

prestasi belajar siswa.

Dalam proses pembelajaran, telah berkembang berbagai macam model

pembelajaran yang tidak hanya mentranfer pengatahuan tapi berusaha

membangun struktur kognitif siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat

mengatasi masalah tersebut di atas adalah dengan penbelajaran Problem Posing.

Problem Posing merupakan salah satu pembelajaran non ceramah yang

dalam proses kegiatannya membangun struktur kongnitif siswa. Berdasarkan

hasil penelitian yang dilakukan oleh Yushasriati (dalam Puspitasari 2006)

diperoleh bahwa pembelajaran matematika dengan Problem Posing dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa. Salah satu pembelajaran matematika dengan

Problem posing siswa diarahkan untuk berpikir kreatif. Siswa dituntut untuk

mengajukan dan menyelesaikan masalah dengan benar dan benarnya

penyelesayan itu bukan karena guru yang mengatakan demikian, tetapi karena

penalaran siswa sendiri memang sangat jelas. Puspitasari (2006:13) menyatakan

bahwa pembelajaran Matematika dengan pendekatan Problem Posing juga dapat

Page 5: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelD07278E8382545263113CFC... · pembelajaran problem posing. Pada pembelajaran ini ... Salah satu

melatih siswa berpikir kritis, mengembangkan keterampilan dan kreatifitasnya,

dan berani mengemukakan pendapat.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan peneliti tindakan kelas (PTK) yaitu penelitian

yang dilakukan oleh guru dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan

tujuan untuk memperbaiki kinerja guru, sehingga indikator keberhasilan tercapai.

Hal ini sesuai dengan pendapat Madya (dalam Wahyuni, 2001:22) bahwa orang

yang akan melakukan tindakan harus terlibat dalam proses penelitian dari awal

hingga akhir.

Penerapan penelitian

Penelitin ini dilakukan di SMP 10 Negeri malang, Waktu pelaksanaan

mulai tangal 1 Mei 2013 sampai dengan 14 Mei 2013. Subyek penelitian ini

adalah siswa kelas VIII-G semester genap Tahun pembelajaran 2012/2013 yang

berjumlah 37 siswa.

Instrumen penelitian yaitu alat-alat yang digunakan untuk memperoleh

atau mengumpulkan data yang bertujuan untuk mencapai tujuan penelitian. Pada

penelitian ini instrumen yang digunakan yaitu soal-soal tes awal dan soal tes akhir

siklus, lembaran observer, dan pedoman wawancara. Selain itu peneliti sebagai

salah satu instrumen dalan penelitian ini.

Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti selama proses

pembelajaran berlangsung berupa hasil tes, observasi, wawancara.

Hasil

Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar

observasi kegiatan guru dan lembar observasi kegiatan siswa dalam pembelajaran.

Dari hasil observasi tersebut diperoleh peneliti sudah melaksanakan semua

tindakan yang sudah direncanakan, pada pertemuan pertama siswa kurang aktif,

kurang memperhatikan penjelasan peneliti, dan keantusiasan siswa cukup, baik itu

dalam mengungkapkan pendapat maupun dalam mengerjakan LKS dan membuat

soal. Sedangkan dalam pertemuan kedua lebih baik daripada pertemuan pertama,

yaitu siswa mulai aktif, bertanya maupun dalam mengerjakan LKS dan membuat

soal, serta mampu menyimpulkan pembelajaran dengan benar meskipun dalam hal

memperhatikan penjelasan peneliti dirasakan kurang.

Pada pertemuan ketiga peneliti mengadakan tes akhir siklus I, waktu yang

digunakan adalah 90 menit. semua siswa di kelas tersebut tidak buka buku

panduan, baik itu LKS maupun buku penunjang lainya sehingga peneliti harus

mengulang-ulang pelajaran yang lalu sebelum ujian berlangsung.

Page 6: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelD07278E8382545263113CFC... · pembelajaran problem posing. Pada pembelajaran ini ... Salah satu

Dari hasil tes akhir siklus I diperoleh siswa adalah 37,8 % (Kurang). Karna

belum mencapai kreteria yang diharapkan peneliti.

Dari hasil observasi pada siklus I, penerapan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran problem Posing yang diterapkan oleh peneliti

dirasakan kurang efektif. Hal ini berdasarkan hasil observasi di atas dapat

diketahui kelemahan pada pembelajaran siklus I, antara lain.

1. Pada saat pembagian kelompok terjadi keganduhan didalam kelas karena

banyak siswa yang memprotes pembentukan kelompok tersebut dengan alasan

tidak sekelompok dengan teman akrabnya dikelas.

2. Pada saat tahap pengajuan pertanyaan sebagian besar siswa tidak memusatkan

perhatian dalam mengerjakan LKS, terbukti masih banyak siswa yang bercenda

gurau dengan dengan temannya dan membicarakan hal-hal yang diluar materi

pelajaran.

3. Pada tahap berpikir bersama, aktivitas siswa dalam berdiskusi masih rendah

karena masih banyak siswa yang pasif dan tidak ikut berperan serta

menyelesaikan LKS dan pembuatan soal.

4. Ada kelompok yang membagi tugas kepada anggotanya untuk mengerjakan

LKS sehingga mereka lebih cepat menyelesaikannya.

5. Sebagian besar siswa masih belum paham tujuan pembelajaran secara

koomperatif sehingga dalam menyelesaikan soal-soal di LKS, ada siswa yang

aktif mengerjakan sedangkan siswa lain hanya menyalin jawaban teman.

6. Pada saat pemberian jawaban, awalnya ada siswa yang melakukan kecurangan

yaitu menukar LKSnya dengan LKS dari kelompok lain.

7. Tahap pemberian jawaban ini juga menunjukan aktivitas siswa yang masih

rendah kerna ada beberapa siswa yang memberi masukan.

8. Siswa dalam kesulitan menyusun soal menggunakan informasi yang diberikan

guru

9. Ketika diminta berkumpul kembali sesuai dengan kelompok pada pertemuan

sebelumnya, siswa ramai dan hal tersebut dapat membuang waktu

10. Pada pertemuan II aktivitas siswa sudah mulai meningkat, siswa sudah mulai

bekerja sama dengan teman sekelompoknya untuk mengerjakan LKS.

11. Persentase ketuntasan belajar sebesar 37,8% dan mengalami peningkatan

sebesar 24,4% dibanding observasi awal.

12. Pembelajaran yang dilakukan guru masih kurang sesuai dengan RPP.

13. Waktu yang digunakan dalam pembelajaran kurang sesuai dengan waktu

yang telah direncanakan sebelumnya.

Page 7: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelD07278E8382545263113CFC... · pembelajaran problem posing. Pada pembelajaran ini ... Salah satu

Dari hasil observasi kemudian refleksi untuk diberikan tindakan perbaikan

yang akan dilakukan pada siklus berikutnya.

1. Siswa dihimbaukan langsung bergabung dengan kelompoknya tanpa harus

menunggu instruksi dari guru.

2. Pengawasan yang ketat dengan cara guru sering berkeliling ke tiap kelompok

sehingga tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk bermain.

3. Guru mengatur posisi duduk siswa agar duduk saling berhadapan untuk

memudahkan siswa dalam berdiskusi.

4. Guru menyampaikan kepada siswa apabila jawaban dari temannya sudah

benar maka guru sudah tidak perlu menjelaskan lagi, sehingga siswa harus

selalu memperhatikan pembahasan soal.

5. Guru meminta kepada siswa agar aktif bertanya jika mengalami kesulitan.

6. Guru mengawas dan mengarahkan siswa dalam menyusun soal menggunakan

informasi yang diberikan.

7. Memperbaiki kegiatan pembelajaran agar sesuai dengan RPP.

8. Pengelolehan waktu lebih efisien.

Pada tahap pelaksanaan tindakan dalam siklus II ini juga dilakukan tahap

observasi. Observasi dilakukan oleh tiga orang observer yang sama dengan siklus

pertama.

Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian siklus ke II ini yaitu

lembar observasi kegiatan guru dan lembar observasi kegiatan siswa dalam

pembelajaran. Dari hasil observasi tersebut diperoleh peneliti sudah melaksanakan

semua tindakan yang sudah direncanakan, pada pertemuan sebelum pembelajaran

dimulai siswa sudah berkumpul pada kelompoknya masing-masing. Pada

pertemuan kali ini guru mengatur posisi duduk siswa agar duduk saling

berhadapan untuk memudahkan siswa dalam berdiskusi.

Dan juga peran guru lebih sering keliling untuk mengawasi ketika diskusi

kelompok berlangsung agar peran aktif siswa lebih baik dari pada pertemuan

sebelumnya. Sedangkan pada pertemuan kelima antusias siswa dalam bertanya

dan mengunkapkan pendapat lebih baik dari pada kondisi pada pertemuan

sebelumnya serta membuat soal dari informasi yg diberikan guru dengan antusias

siswa membuat soal sebanyak-banyaknya.

Dari hasil tes akhir siklus II mengalami peningkatan dibandinkan hasil tes

akhir siklus I nilai yang diperoleh siswa adalah 91,2 % (sangat baik).

Hal ini disebabkan model pembelajaran Problem Posing dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa.

Pembahasan

Prestasi belajar mencerminkan kemampuan siswa dalam mencapai suatu

kompetensi dasar. Menurut Dimyanti (dalam Fitriana, 2010: 99) prestasi belajar

Page 8: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelD07278E8382545263113CFC... · pembelajaran problem posing. Pada pembelajaran ini ... Salah satu

merupakan suatu puncak proses belajar. prestasi belajar berfungsi sebagai

petunjuk tentang perubahan prilaku yang akan dicapai oleh siswa sehubungan

dengan kegiatan belajar yang telah dilakukan, sesuai dengan kompetesi dasar dan

materi yang disajikan. Prestasi belajar tersebut terjadi terutama berkat adanya

evaluasi dari guru. Untuk mengatahui prestasi belajar yang dicapai siswa salah

satunya adalah melalui tes, dimana tes dilaksanakan setiap akhir siklus dan harus

dikerjakan secara individu.

Pada siklus II siswa sudah mulai terbisa dan dapat menyesuaikan diri

dengan pembelajaran problem posing. Menurut Slavin (dalam Fitriana, 2010: 99)

pembelajaran kooperatif mengandung pengertian bahwa dalam pembelajaran

kooperatif siswa belajar bersama, saling berbagi ide dan bertanggung jawab

terhadap pencapaian prestasi belajar baik secara individu maupun kelompok.

Melalui pembelajaran kooperatif diperoleh hasil jawaban yang lebih baik dari

pada secara individu.

Kegiatan problem posing yang dilakukan secara kelompok memberikan

pengaruh yang baik terhadap pemahaman materi dan kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal, juga termasuk menyelesaikan tes prestasi belajar matematika.

Sehingga mengakibatkan prestasi belajar matematika meningkat.

Pada observasi awal diketahui bahwa siswa yang tuntas belajar hanya satu

siswa dari keseluruhan siswa yang berjumlah 37 siswa. Dengan kata lain,

ketuntasan belajar siswa hanya mencapai 13,4%. Pada pembelajaran problem

posing siklus I, sebanyak 14 siswa tuntas belajar dan 23 siswa tidak tuntas belajar.

Ketuntasan belajar pada siklus I mencapai 37,8 % hal ini menunjukan terjadi

peningkatan sebesar 24,4% dibandingkan ketuntasan belajar siswa pada observasi

awal.

Pada siklus II diketahui bahwa siswa yang tuntas belajar sebanyak 34

siswa dari keseluruhan siswa yang mengikuti tes akhir tindakan yang berjumlah

37 siswa, karena 1 siswa yang tidak hadir ketika tes berlangsung. Ketuntasan

belajar pada siklus ini mencapai 91,2 % dan meningkat sebesar 53,4%

dibandingkan dengan siklus I.

Berdasarkan idikator keberhasilan tindakan, kriteria criteria peningkatan

prestasi belajar matematika siswa secara klasikal dianggap tuntas belajar jika 70%

dari jumlah siswa memperoleh nilai akhir tindakan minimal 65. Pada penilaian

ini, siklus I belum dapat dikatakan berhasil karena ketuntasan belajar siswa belum

memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Tetapi pada siklus II ketuntasan belajar

siswa sudah mencapai criteria keberhasilan sehingga dapat dikatakan bahwa siswa

tuntas belajar secara klasikal.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan

pembelajaran problem posing dapat meningkatkan prestasi blajar matematika

siswa sehingga dapat mencapai ketuntasan belajar secara klasikal.

Page 9: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelD07278E8382545263113CFC... · pembelajaran problem posing. Pada pembelajaran ini ... Salah satu

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan

sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pembelajaran problem posing dapat meningkatkan prestasi belajar matematika

siswa kelas VIII-G SMP Negeri 10 Malang. Hal ini ditunjukan dengan

meningkatnya ketuntasan belajar siswa secara klasikal. Ketuntasan belajar

sebelum pelaksanaan tindakan sebesar 13,4%, meningkat pada siklus I

menjadi 37,8%, dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 91,2%.

2. Dari pengamatan observer aktivitas guru, persentase aktivitas guru di siklus I

dan siklus II, untuk pertemuan pertama persentasenya sebesar 78,125

termasuk katagori cukup dan pada pertemuan dua sebesar 84,375 termasuk

katagori baik. Untuk siklus II terjadi peningkatan yang sangat baik. Terlihat

dari aktivitas guru pada pertemuan 4 persentasenya sebesar 95,3 termasuk

katagori sangat baik. Dan pada pertemuan 5 sebesar 96,8 termasuk katagori

sangat baik. Dari pengamatan observer aktivitas siswa. Dari persentase

aktivitas siswa di siklus I dan siklus II, untuk pertemuan pertama

persentasenya sebesar 68 termasuk katagori kurang dan pertemuan dua

sebesar 78,125 termasuk katagori cukup. Untuk siklus II. Aktivitas siswa pada

pertemuan 4 persentasenya sebesar 87,5termasuk katagori baik. Dan pada

pertemuan 5 sebesar 89,1 termasuk katagori baik.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini diajukan beberapa saran yang perlu

dipertimbangkan, antara lain:

1. Guru dapat menerapkan pembelajaran Problem Posing sebagai alternatif

pembelajaran matematika.

2. Guru dapat mencoba pembelajaran problem posing pada pokok bahasan lain

untuk meningkat prestasi belajar matematika.

3. Penerapan pembelajaran problem posing memerlukan waktu yang banyak,

sehingga guru harus mampu mengorganisasikan waktu dengan baik.’

4. Guru memberikan pekerjaan rumah untuk membuat soal dari informasi yang

diberikan agar siswa terbiasa dalam membuat soal.

Page 10: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelD07278E8382545263113CFC... · pembelajaran problem posing. Pada pembelajaran ini ... Salah satu

DAFTAR RUJUKAN

BSNP. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Matematika SMA/

MA. Badan Standar Nasional Pendidikan.

Fitriana. 2010. Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Siswa

Kelas XI IPA 5 SMA Negeri 5 Malang Melalui Pembelajaran Problem

Posing-NHT. Malang: FMIPA UM

Puspitasari, A. 2006. Perbedaan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Siswa

KelasVIII SMP Negeri 8 Malang yang Pembelajarannya dengan

Pendekatan Problem Posing dan Tanpa Pendekatan Problem Posing.

Skripsi TidakDiterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.

Wardani, I.G.A.K,dkk. 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pusat

Penerbitan Universitas Terbuka.

Wahyuni. 2001. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Madya.

Wijaya. dan Hudojo. 2005. Pengembangan Kurikulum Matematika dan

Pelaksanaannya di Depan Kelas. Usaha Nasional Surabaya.