peningkatan keterampilan menulis deskripsi...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI
MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI
BEGALON I LAWEYAN SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2010
SKRIPSI
Oleh :
TRI SUSANTO
NIM : X7108773
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI
MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI
BEGALON I LAWEYAN SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010
Oleh :
TRI SUSANTO
NIM : X7108773
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul :
Peningkatan Keterampilan Menulis Deskripsi Melalaui Pendekatan
Contextual Teaching And Learning (CTL) Pada Siswa Kelas V SD Negeri
Begalon I Laweyan Surakarta Tahun 2010
Oleh
Nama : Tri Susanto
NIM : X7108773
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada Hari : Jum’at
Tanggal : 06 Agustus 2010
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Jenny I.S Poerwanti, M.Pd Drs. M. Shaifuddin, M.Pd, M.Sn
NIP. 19630125 19870 3 2 001 NIP. 19530428 19880 3 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul :
Peningkatan Keterampilan Menulis Deskripsi Melalaui Pendekatan
Contextual Teaching And Learning (CTL) Pada Siswa Kelas V SD Negeri
Begalon I Laweyan Surakarta Tahun 2010
Oleh
Nama : Tri Susanto
NIM : X7108773
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk
memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari : Jum’at
Tanggal : 06 Agustus 2010
Tim Penguji
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Sukarno, M.Pd ………………………………
Sekretaris : Drs. Usada, M.Pd ………………………………
Anggota I : Dra. Jenny I.S Poerwanti, M.Pd ………………………………
Anggota II : Drs. M. Shaifuddin, M.Pd, M.Sn ………………………………
Di sahkan oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP. 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Tri Susanto. PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI
MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
(CTL) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI BEGALON I LAWEYAN
SURAKARTA TAHUN 2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Agustus 2010.
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah : (1) untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran menulis deskripsi pada siswa kelas V SD Negeri Begalon I
Laweyan Surakarta Tahun 2010. (2) untuk meningkatkan keterampilan menulis
deskripsi pada siswa kelas V SD Negeri Begalon I Laweyan Surakarta Tahun
2010 melalui pendekatan kontekstual.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan
menggunakan tiga siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Sebagai subjek penelitian ini
adalah siswa kelas V SD Negeri Begalon I Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.
Teknik pengumpulan data menggunakan observasi/pengamatan, Teknik in-dept
Ineterview (wawancara mendalam), kajian dokumen, angket, Tes/Unjuk Kerja.
Teknik analisis data menggunakan teknik analisis kritis. Teknik tersebut
mencakup kegiatan untuk mengungkapkan kelemahan dan kelebihan kinerja siswa
dan guru dalam proses belajar-mengajar yang terjadi di dalam kelas berlangsung.
Berdasarkan hasil penelitiaan dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan
keterampilan menulis deskripsi setelah dilakukan tindakan kelas melalui
pendekatan kontekstual.
Berdasarkan kesimpulan di atas yang dapat direkomendasi bahwa
pembelajaran Bahasa Indonesia melalui pendekatan kontekstual dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran dan keterampilan menulis deskripsi pada
siswa kelas V SD Negeri Begalon I Laweyan Surakarta tahun 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Tri Susanto. DESCRIPTION WRITING SKILLS IMPROVEMENT
THROUGH TEACHING AND LEARNING APPROACH Contextual (CTL) IN
CLASS V SD NEGERI BEGALON I LAWEYAN SURAKARTA YEAR 2010.
Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education. Eleven March
Surakarta University, August 2010.
The purpose of this classroom action research are: (1) to improve lesson
quality in the descriptions of class V SD Negeri Begalon I Laweyan Surakarta in
2010. (2) to improve students' writing skills in the descriptions of class V SD
Negeri Begalon I Laweyan Surakarta in 2010 through a contextual approach.
Research is a form of class action by using three cycles. Each cycle
consists of four stages, namely planning, execution, observation, and reflection.
As the subject of this study was class V SD Negeri Begalon I Laweyan Surakarta.
Data collection technique used observation, in-dept Interview (depth interviews),
document review, questionnaire, tests / Performance. Analysis using techniques of
critical analysis. Techniques include activities to reveal weaknesses and strengths
of students and teacher performance in teaching-learning process that occurs
within the class lasts. Based on the results of the research can be concluded that
there is increasing on writing skills after the class action through a contextual
approach. This can be demonstrated with increasing writing skills before and after
the description of actions undertaken.
Based on the conclusion that can be made, can be submitted as a
recommendation that the Indonesian learning through contextual approach can
enhance students' writing skills in the descriptions of class V SD Negeri Begalon I
Laweyan Surakarta in 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
Kendati sabar pertama kali rasanya pahit, sungguh pada akhirnya aku menemui
buahnya yang manis.
(Muhammad Bin Ja’far)
Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan pula
(Ar-Rohman : 60)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada :
Ayah Lamno dan Ibu Rukini tercinta yang
membesarkan dengan penuh kasih sayang
yang dan selalu mendoakan, memberikan
bimbingan dengan tulus ikhlas serta
mendukung disetiap langkahku.
Pendamping hidupku Iva Sari EkaNuri
Sahabat-sahabat yang aku sayangi, terima
kasih atas dukungannya dan motivasi yang
selalu kalian berikan.
Rekan-rekan Mahasiswa S1 PGSD UNS dan
Almamaterku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan hidayahnya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan.
Skripsi yang berjudul PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS
DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING (CTL) (Pada siswa kelas V SD Negeri Begalon I Laweyan
Surakarta) TAHUN 2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Agustus 2010 ini diajukan
untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
pada Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa penelitian tindakan kelas ini tidak akan
berhasiltanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah berpartisipasi
dalam menyusun skripsi ini. Untuk ini dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada
semua pihak, khususnya kepada :
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. R. Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Kartono, M.Pd selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Dra. Jenny I.S Poerwanti, M.Pd selaku Pembimbing I yang mengarahkan dan
membimbing dengan sabar sehingga selesainya skripsi ini.
5. Drs. M. Shaifuddin, M.Pd, M.Sn selaku Pembimbing II yang mengarahkan
dan membimbing sehingga selesainya skripsi ini.
6. Dra. Sri Lestari selaku Kepala Sekolah SD Negeri Begalon I yang telah
memberikan izin dan tempat penelitian kepada penulis.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
memberikan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
Dalam menyusun skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan karena
keterbatasan pengetahuan yang ada. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan. Harapan panulis semoga skripsi ini dapat
bermanfaat kepada penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
Surakarta, Agustus 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
PERSETUJUAN ............................................................................................. ii
PENGESAHAN .............................................................................................. iii
ABSTRAK .................................................................................................... iv
ABSTRACK ................................................................................................... v
MOTTO .......................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ........................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 8
A. Landasan Teori ........................................................................... 8
I. Hakikat Keterampilan Menulis Deskripsi ........................... 8
1. Pengertian Menulis ........................................................ 8
2. Tahap-tahap Penulisan ................................................... 9
3. Pembelajaran Menulis .................................................... 11
4. Jenis Tulisan .................................................................. 14
5. Tulisan Deskripsi ........................................................... 17
II. Pendekatan Contextual Teaching and Learning ................. 19
B. Penelitian yang Relevan ............................................................. 24
C. Kerangka Berpikir ...................................................................... 24
D. Hipotesis Tindakan ..................................................................... 27
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 28
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 28
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
B. Subjek Penelitian ....................................................................... 28
C. Sumber Data ............................................................................... 29
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 29
E. Validitas Data ............................................................................. 31
F. Teknik Analisis Data ................................................................. 32
G. Indikator Kinerja ........................................................................ 32
H. Prosedur Penelitian ..................................................................... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 59
A. Hasil Penelitian ........................................................................ 59
B. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................... 64
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ............................... 68
A. Kesimpulan ............................................................................... 68
B. Implikasi .................................................................................... 68
C. Saran .......................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 71
LAMPIRAN-LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 01 Daftar nilai menulis deskripsi kondisi awal ................................. 75
Lampiran 02 Daftar nilai menulis deskripsi siklus I .......................................... 76
Lampiran 03 Daftar nilai menulis deskripsi siklus II ......................................... 77
Lampiran 04 Daftar nilai menulis deskripsi siklus III ....................................... 78
Lampiran 05 Lembar pengamatan aktivitas guru siklus I pertemuan I .............. 79
Lampiran 06 Lembar pengamatan aktivitas guru siklus I pertemuan II ............ 80
Lampiran 07 Lembar pengamatan aktivitas guru siklus II pertemuan I ............ 81
Lampiran 08 Lembar pengamatan aktivitas guru siklus II pertemuan II ........... 82
Lampiran 09 Lembar pengamatan aktivitas guru siklus III pertemuan I ........... 83
Lampiran 10 Lembar pengamatan aktivitas guru siklus III pertemuan II .......... 84
Lampiran 11 Presentase aktivitas guru .............................................................. 85
Lampiran 12 Angket pendapat siswa ................................................................. 86
Lampiran 13 Hasil observasi aktivitas siswa ..................................................... 88
Lampiran 14 Paduan wawancara guru ............................................................... 89
Lampiran 15 Rencana pelaksanaan pembelajaran siklus I ................................. 90
Lampiran 16 Rencana pelaksanaan pembelajaran siklus II ............................... 94
Lampiran 17 Rencana pelaksanaan pembelajaran siklus III .............................. 98
Lampiran 18 Journal of online learning and teaching ........................................ 102
Lampiran 19 Foto-foto ....................................................................................... 108
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran yang memiliki
peranan penting dalam dunia pendidikan. Dalam pengajaran bahasa indonesia,
terdapat empat keterampilan berbahasa yang terdiri atas: keterampilan
menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan
menulis. Keempat keterampilan tersebut saling bertalian satu sama lain. Henry
Guntur Tarigan (1993: 1) menyatakan bahwa dalam memperoleh keterampilan
berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang runtut. Mula-
mula pada masa kecil kita belajar menyimak dan berbicara, sesudah itu
membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara dipelajari sebelum memasuki
jenjang di sekolah, sedangkan membaca dan menulis dipelajari di sekolah.
Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan atau
merupakan catur tunggal.
Selanjutnya pengajaran bahasa indonesia perlu dilakukan sejak dini,
yakni mulai tingkat sekolah dasar (SD) yang nantinya berguna sebagai
landasan untuk jenjang tingkat lanjut dan juga sebagai upaya untuk
meningkatkan mutu penggunaan bahasa tersebut. Pembelajaran bahasa
Indonesia ini diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
berkomunikasi dengan bahasa Indonesia yang dapat dilihat dari penguasaan
empat keterampilan berbahasa yang meliputi mendengarkan (menyimak),
berbicara, membaca dan menulis. Setiap keterampilan tersebut erat pula
berhubungan dengan proses-proses berpikir yang mendasari keterampilan
seseorang dalam berbahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya.
Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan
pikirannya.
Sejak pelaksanaan kurikulum 1994 sudah ditentukan bahwa
pembelajaran bahasa Indonesia adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam berkomunikasi dengan bahasa dan sastra Indonesia secara baik dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
benar, baik secara lisan maupun tulis. Jelas sekali bahwa siswa diharapkan
untuk menguasai empat keterampilan berbahasa, yaitu
menyimak/mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Akan tetapi,
yang terjadi sekarang ini siswa kurang dapat mengembangkan keterampilan
berbahasa tersebut khususnya dalam kaitannya dengan keterampilan menulis.
Menulis adalah sebuah keterampilan berbahasa yang terpadu antara
keterampilan yang satu dengan yang lain seperti keterampilan mendengar,
berbicara, dan membaca, yang ditujukan untuk menghasilkan sesuatu yang
disebut tulisan. Sedangkan kemampuan atau keterampilan menulis adalah
kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat dan perasaan kepada pihak
lain dengan melalui bahasa tulis. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia,
sering kita temui siswa yang telah menguasai bahasa Indonesia secara tertulis
dan bagaimana menuliskannya. Siswa sering kali merasa kesulitan untuk
mengungkapkan ide dan gagasannya secara tertulis. Hal ini dapat disebabkan
kurangnya produktivitas siswa dalam menghasilkan suatu karya tertulis.
Berdasarkan hasil temuan di lapangan dan wawancara dengan guru
bahasa Indonesia yang bersangkutan, mengindikasikan bahwa keterampilan
menulis deskripsi siswa perlu ditingkatkan. Kegiatan keterampilan menulis
deskripsi yang dilakukan siswa saat ini dirasa belum optimal. Hasil yang
dicapai pun kurang memuaskan. Siswa kurang dapat mengekspresikan ide,
gagasan, ataupun pendapat dalam bahasa tulis. Bisa juga disebabkan oleh
siswa yang belum terbiasa maupun tidak tertarik dengan kegiatan menulis.
Kegiatan menulis sering dianggap sebagai momok dalam pembelajaran bahasa
Indonesia. Padahal berdasarkan kurikulum yang ada siswa diharapkan
mempelajari bahasa dan sastra Indonesia berkaitan dengan keterampilan
menulis dan siswa diharapkan mampu mengekspresikan berbagai, pikiran,
gagasan, pendapat, dan perasaan dalam berbagai bentuk ragam tulisan baik
sastra maupun nonsastra.
Menulis bukan pekerjaan yang sulit melainkan juga tidak mudah.
Untuk memulai menulis, setiap penulis tidak perlu menunggu menjadi seorang
penulis yang terampil. Belajar teori menulis itu mudah, tetapi untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
mempraktikkannya tidak cukup sekali-dua kali. Frekuensi latihan menulis
akan menjadikan seseorang terampil dalam bidang tulis-menulis (Khaerudin
Kurniawan: 2006). Dunia tulis-menulis bisa menghantarkan siswa pada
jendela pengetahuan dan pemikirannya sendiri. Sejauh mana penalaran dan
pemahaman siswa terhadap suatu permasalahan sehingga dengan cara
menuliskannya selain mampu mengetahui kemampuan penalaran juga terdapat
suatu kemampuan penyerapan ilmu pengetahuan secara terus menerus, karena
dengan tulisan berarti telah merekam dan melestarikan pemikirannya. Oleh
sebab itu, selain kelebihan tersebut yang dapat dipetik dan dinikmati hasilnya,
juga dilatih untuk membiasakan diri menulis segala sesuatu yang menjadi
pengalamannya. Siswa bisa menuliskan pengalaman memandang suatu objek
yang indah sehingga selain pengalaman objek visual yang diterjemahkan ke
dalam bahasa kata atau kalimat siswa juga dapat mengungkapkan perasaannya
ketika menikmati objek yang indah tersebut.
Dari informasi yang ada diperoleh kesimpulan bahwa pada tes menulis
deskripsi hanya ada 51% dari 20 siswa yang mendapat nilai 70 ke atas (batas
ketuntasan SD Negeri Begalon I Surakarta) sedangkan sebagian besar siswa
mendapat nilai di bawah 70, bahkan ada yang mendapat nilai 53. Hal ini
menunjukkan bahwa keterampilan menulis deskripsi siswa kelas V SD
Begalon I Surakarta tergolong rendah.
Mengenai masalah rendahnya ketarampilan menulis deskripsi, peneliti
bersama guru kelas V mengindentifikasi penyebab kegagalan siswa dalam
pembelajaran menulis adalah adanya kualitas pembelajaran yang masih
rendah. Siswa kurang termotivasi mengikuti pembelajaran karena selama ini
pembelajaran berjalan secara monoton tanpa ada variasi tertentu. Ketiadaan
variasi dalam pembelajaran membuat pembelajaran menulis terasa
menjemukan bagi sebagian besar siswa. Biasanya, dalam proses pembelajaran
Bahasa Indonesia khususnya menulis, guru terlalu terpancang pada buku teks
sebagai satu-satunya sumber belajar mengajar. Selain itu, sebagian besar siswa
masih belum terbiasa untuk memanfaatkan media tulis sebagai ruang untuk
mengungkapkan ide dan gagasan mereka, dengan kata lain siswa belum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
terbiasa dengan tradisi menulis dalam bentuk tulisan apapun. Hal ini
menyebabkan sebagian besar siswa membutuhkan waktu cukup lama untuk
dapat menuangkan ide dan gagasannya apalagi untuk dapat menggambarkan
dalam bentuk kata-kata tentang gambaran suatu objek.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas V diperoleh informasi
bahwa selama ini guru kesulitan untuk menemukan teknik atau metode yang
tepat untuk mengajarkan materi menulis dengan baik sehingga proses
pembelajaran kurang optimal.
Salah satu upaya yang dapat diusahakan oleh guru agar dapat
meningkatkan pembelajaran menulis deskripsi adalah dengan mengadakan
strategi variasi dalam pembelajaran. Mulyasa (2006: 78) mengemukakan
bahwa variasi dalam pembelajaran bertujuan: (1) meningkatkan perhatian
peserta didik terhadap materi standar yang relevan; (2) memberikan
kesempatan bagi perkembangan bakat peserta didik terhadap berbagai hal baru
dalam pembelajaran; (3) memupuk perilaku positif peserta didik terhadap
pembelajaran; dan (4) memberi kesempatan kepada peserta didik untuk belajar
sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuannya. Salah satu hal yang
bisa dilakukan dalam mengadakan variasi dalam pembelajaran ialah dengan
menerapkan pendekatan.
Pendekatan CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yng diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa
dan mendorong siswa membuat hubungan, antara pengetahuan yang
dimilikinya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat (Depdiknas, 2002 : 1). Siswa perlu diberi kesempatan untuk
menghubungkan kegiatan pembelajaran yang mereka alami dengan konteks
kehidupan yang sesungguhnya. Dalam penerapan metode pengejaran
tradisional, siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi pembelajaran.
Adapun komponen-komponen yang terdapat dalam CTL, yaitu (1)
kontruktivisme (Contruktivisme), (2) menemukan (Inquiri), (3) bertanya
(Questioning), (4) masyarakat belajar (Learning Community) (5) pemodelan
(Modelling), (6) refleksi (Reflection), dan penilaian yang sebenarnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
(Authentic Assesment). Dengan menerapkan ketujuh komponen tersebut, siswa
diajak untuk terlibat langsung mulai dari pemahaman materi, kegiatan diskusi,
pembentukan kelompok belajar, dan lain-lain.
Berdasarkan penjelasan mengenai pendekatan Contextual Teaching
and Learning (CTL) di atas dapat disimpulkan bahwa dengan diterapkannya
pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) diperkirakan dapat
mengatasi permasalahan yang ada dalam proses pembelajaran menulis
deskripsi, dengan alasan: (1) Situasi pembelajaran lebih kondusif, karena
peserta didik dilibatkan secara langsung dalam pembelajaran dan posisi guru
lebih bervariasi (di depan, di tengah-tengah, dan di belakang). (2) Pendidik
tidak lagi menggunakan metode konvensional, sehingga pembelajaran lebih
berpusat pada peserta didik dan peserta didik menjadi lebih aktif. (3) Peserta
didik tidak lagi disuguhi ceramah oleh pendidik yang membuat peserta didik
cepat bosan. (4) Pendidik akan lebih kreatif dalam menemukan metode yang
tepat untuk meingkatkan keterampilan menulis deskripsi dan (5) Pendidik
akan lebih termotivasi untuk mencari media pembelajaran baru (modelling)
dari berbagai sumber, karena pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL) mengarahkan pendidik untuk menggunakan media pembelajaran yang
lebih bervariasi untuk meningkatkan minat dan motivasi peserta didik selama
pembelajaran berlangsung.
Sehubungan dengan permasalahan yang dikemukakan di atas, untuk
mengetahui apakah dengan pendekatan contextual teaching and learning
dapat meningkatkan keterampilan menulis deskripsi siswa maka penelitian ini
dilakukan.
B. Perumusan Masalah
Untuk memberikan gambaran secara jelas mengenai arah penelitian,
dibawah ini disajikan rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian
ini, yaitu :
1. Bagaimanakah cara meningkatkan kualitas pembelajaran menulis deskripsi
pada siswa kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
2. Apakah dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
dapat meningkatkan keterampilan menulis deskripsi pada siswa kelas V
SD Negeri Begalon I Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Meningkatkan kualitas pembelajaran menulis deskripsi pada siswa kelas V
SD Begalon I Surakarta dengan pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL).
2. Meningkatkan keterampilan menulis deskripsi dengan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) pada siswa kelas V SD Negeri
Begalon I Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik manfaat
teoritis maupun manfaat praktis sebagai berikut :
1. Manfaat Teoretis
a. Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan pembelajaran yang
inovatif dan mendukung teori CTL (Contextual Teaching and
Learning).
b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai fakta pembelajaran menulis
dengan pendekatan Contextual Teching and Learning (CTL).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Menumbuhkan motivasi siswa dalam dalam melakukan kegiatan
menulis deskripsi.
2) Mengembangkan daya imajinasi siswa.
3) Meningkatkan keterampilan menulis deskripsi siswa.
b. Bagi Guru
1) Meningkatkan kualitas kerja guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
2) Mengatasi kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran
menulis
3) Sebagai sarana untuk membina kreativitas siswa dalam kegiatan
menulis
4) Mewujudan pembelajaran yang inovatif
c. Bagi Peneliti
1. Mengembangkan wawasan dan mendapatkan pengalaman
2. Mendapatkan fakta bahwa dengan pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan kemampuan
menulis deskripsi siswa.
3. Memberi sumbangan terhadap perbaikan pembelajaran menulis
deskripsi di sekolah dasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
I. Hakekat Menulis Deskripsi
1. Pengertian Menulis
Tarigan (1993:3) menyatakan bahwa menulis merupakan suatu
keterampilan bahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak
langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan
suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan tulisan sebagai
mediumnya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu
tulisan. Tulisan merupakan sebuah sistem komunikasi yang terkandung
dalam suatu tulisan. Tulisan merupakan sebuah sistem komunikasi antar
manusia yang menggunakan simbol atau lambang bahasa yang dapat
dilihat dan disepakati pemakainya (Sabarti Akhaidah, dkk., 1996:1).
Menulis merupakan aktivitas berbahasa yang bersifat ekspresif,
produktif dan kreatif. Oleh karena itu, keterampilan ini menyaratkan
sesuatu yang lebih kompleks daripada membaca (Yant Mujiyanto, dkk.,
2000:64). Keterampilan berbicara termasuk keterampilan berbahasa yang
bersifat aktif-produktif. Akan tetapi, menulis berbeda dengan berbicara,
kalau dalam berbicara orang (pembicara) menggunakan pesan komunikasi
(gagasan, pikiran, dan perasaan) dengan bahasa lisan. Selama proses
menulis seseorang mengungkapkan pesan komunikasi dengan bahasa tulis.
Pendapat lain menyatakan bahwa menulis merupakan pemindahan pikiran
atau perasaan ke dalam bentuk lambang- lambang bahasa (N. Atar Semi,
190:8).
Pada dasarnya kegiatan menulis bukan hanya berupa melahirkan
pikiran atau perasaan, melahirkan juga merupakan kegiatan pengungkapan
ide, pengetahuan ilmu dan pengalaman hidup seseorang dalam bahasa
tulis. Penyampaianya melalui bahasa tulis kepada pembaca harus dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
dipahami dengan tepat seperti yang dimaksudkan oleh penulis. Oleh
karena itu, menulis bukanlah merupakan kegiatan yang sederhana dan
tidak perlu dipelajari.
Bardasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
menulis adalah kegiatan berkomunikasi secara tidak langsung untuk
menyampaikan pesan dengan mengunakan tulisan sebagai medianya.
Tulisan itu terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan segala
kelengkapan lambang tulisan yang diorganisasikan secara logis dan
sistematis. Kegiatan menulis ini bersifat produktif dan ekspresif.
2. Tahap-tahap Penulisan
Menulis merupakan suatu proses, yaitu proses penulisan.
Didalamnya terdapat beberapa tahap-tahap penulisan, dan tahap revisi
(Sabarti Akhadiah, dkk., 1996:2-5). Ketiga tahap penulisan itu
menunjukkan kegiatan utama yang berbeda. Di dalam tahap pra penulisan
ditentukan dalam tahap penulisan: mengembangkan gagasan dalam
kalimat-kalimat, satuan paragraf, bab, atau bagian. Adapun tahap revisi
yang dilakukan ialah membaca dan menilai kembali yang telah ditulis,
memperbaiki, mengubah bahkan jika perlu memperluas tulisan tadi.
Sabarti Akhadiah, dkk. (1996:2-5), mengemukakan tahap-tahap
yang harus dilalui dalam menulis meliputi :
a. Tahap pra Penulisan
Tahap ini merupakan tahap perencanaan atau persiapan menulis, di
dalamnya mencakup beberapa langkah-langkah kegiatan menulis
karangan meliputi :
1) Menentukan Topik
Seorang penulis menentukan apa saja yang akan dibahas di dalam
tulisannya. Topik dapat diperoleh dari berbagai sumber ilmu,
pengalaman, dan perencanaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
2) Membatasi Topik
Membatasi topik berarti mempersempit lingkup pembicaraan.
Untuk mempermudah pembahasan digunakan gambar, bagan,
diagram, atau cara visualisasi yang lainnya.
3) Menentukan Tujuan Penulisan
Penentuan tujuan penulisan akan memberikan gambaran apa yang
akan dilakukan pada tahap penulisan, bahkan apa yang akan
diberlakukan.
4) Menentukan Bahan Penulisan
Pengumpulan semua informasi atau data yang dipergunakan untuk
mencapai data penulisan.
5) Membuat Kerangka Karangan
Penyusunan kerangka karangan merupakan kegiatan terakhir pada
tahap persiapan penulisan.
b. Tahap Penulisan
Pada tahap ini penulis membahas setiap butir topik yang ada dalam
susunan kerangka. Dalam mengembangkan gagasan menjadi suatu
kerangka yang utuh, diperlukan bahasa. Penulis harus menguasai kata-
kata yang akan mendukung gagasan. Penulis harus mampu memilih
kata dan istilah yang tepat sehingga gagasan dapat dipahami pembaca
dengan tepat pula. Kata-kata harus dirangkaikan menjadi kalimat
efektif selanjutnya kalimat-kalimat tersebut harus disusun menjadi
paragraf dan ditulis dengan ejaan yang berlaku disertai penggunaan
tanda baca secara tepat.
c. Tahap Revisi
Pada tahap ini sebuah tulisan perlu dibaca kembali. Penulis
meneliti secara menyeluruh, mengenal logika, sistematika, ejaan, tanda
baca, pilihan kata, kalimat, paragraf, daftar pustaka dan sebagainya.
Jika tidak ada lagi yang kurang memenuhi syarat maka selesailah
sebuah tulisan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
S. Effendi (dalam Yant Mujiyanto, dkk., 2000:71) menjabarkan
tahapan yang harus ditempuh dalam menulis, yaitu (1) mencatat pokok
tulisan, (2) mengumpulkan bahan yang bertalian dengan pokok tulisan, (3)
memilih bahan yang paling berkaitan dan menatanya dalam bentuk
kerangka tulisan, (4) menguraikan rumusan kerangka tulisan ke dalam
bentuk karangan, dan (5) menyunting karangan tersebut sebelumnya
menerbitkannya.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
kegiatan menulis terbagi menjadi 3, yaitu prapenulisan, penulisan, dan
revisi. Semua kegiatan tersebut dilaksanakan dalam satu rangkaian
kegiatan yang disebut proses menulis. Penulis harus melampaui semua
tahapan tersebut untuk menghasilkan tulisan yang baik. Di dalam
penelitian ini, guru dan peneliti menerapkan teknik koreksi sendiri untuk
menganalisis tulisan siswa. Siswa diminta menganalisis kesalahan
penulisan yang mereka lakukan; dan guru mengajarka bagaimana cara
membenahi tulisan mereka. Teknik tersebut dilaksanakan dalam siklus 3.
3. Pembelajaran Menulis
Setiap manusia mempunyai kelebihan tersendiri dalam
mengungkapkan isi hatinya. Ada yang mampu mengungkapkannya secara
lisan ataupun tertulis. Hal ini disebabkan adanya perbedaan kecepatan
berpikir tiap individu. Untuk menjembatani keadaan itu, maka
pembelajaran keterampilan menulis perlu ditempatkan sebagai suatu hal
utama. Keterampilan menulis harus mendapat prioritas dalam pengajaran
keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa lainnya merupakan
penunjang pengajaran keterampilan menulis.
Pembelajaran menulis mengkaji beberapa keterampilan yaitu
menyimak, berbicara dan membaca. Melalui keterampilan menulis, siswa
mampu mengembangkan kreativitas, intuisi, imajinasi, dan daya nalarnya.
Prinsip penting dalam pembelajaran menulis adalah materi pembelajaran
yang disajikan kepada siswa harus sesuai dengan kemampuannya pada
suatu tahapan pembelajaran tertentu. Belajar memang merupakan upaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
yang memakan waktu cukup lama, dari keadaan tidak tahu menjadi tahu,
dari yang sederhana sampai yang rumit, pendeknya memerlukan suatu
tahapan. Sesuai dengan tingkat kemampuan para siswa, materi
pembelajaran yang akan disajikan hendaknya juga diklasifikasikan
berdasarkan tingkat kesukaran dan kriteria-kriteria tertentu lainnya. Tanpa
adanya kesesuaian antara siswa dengan materi yang diajarkan,
penyampaian pembelajaran akan mengalami kegagalan.
Pembelajaran menulis menyibukkan para siswa untuk belajar
bahasa. Menulis di sini dimaksudkan sebagai suatu proses pengiriman dan
penerimaan pesan akibat adanya hubungan antara manusia satu dengan
yang lain. Proses berkomunikasi secara tertulis ini berlangsung melalui
tiga media, yaitu : (1) visual, (2) lisan, dan (3) tulisan (Tarigan, 1993:19).
Pembelajaran menulis sangat erat hubungannya dengan komunikasi lisan
dan komunikasi tulis karena sifat penggunaannya saling berkaitan dalam
bahasa. Terdapat sejumlah situasi yang sekaligus membutuhkan kedua-
duanya dan situasi-situasi lainnya yang membutuhkan dua bahkan tiga
jenis media.
Tarigan (1993:19) membagi empat jenis aspek proses komunikasi,
yaitu (1) komunikator, (2) pesan, (3) saluran, dan (4) penonton, pendengar
dan pemirsa. Keempat jenis aspek proses komunikasi itu sangat penting
dalam melakukan kegiatan menulis. Kemampuan menulis akan menulis
akan mudah dikuasai apabila penulis mampu menerjamahkan keempat
aspek proses komunikasi tersebut. Berkaitan dengan penjelasan di atas,
ada beberapa hal yang perlu disikapi dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran menulis, antara lain :
a. Tujuan Pembelajaran Menulis
Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan bahasa
penting untuk dikuasai. Pembinaan dan peningkatan kemampuan
menulis diharapkan dapat bermanfaat untuk keperluan di masyarakat.
Tujuan yang ingin dicapai dalam kemampuan menulis ini, antara lain :
memberitahukan, meyakinkan, menghibur, dan mencurahkan perasaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Tujuan-tujuan tersebut lebih lazim disebut sebagai tujuan :
memberitahukan / mengajar, meyakinkan / mendesak, menghibur /
menyenangkan, dan ekspresif diri (Tarigan, 1993:23).
Imam Koermen (dalam Budinuryanta, dkk., 1997:12.1)
mengemukakan beberapa tujuan pembelajaran menulis, antara lain :
memberitahukan/menginstruksikan, meyakinkan/mempersuasikan, dan
menghibur/menyenangkan. Tujuan-tujuan tersebut lazim disebut
sebagai tujuan : informatif, persuasif, literer, dan ekspresif. Keempat
tujuan tersebut diharapkan membawa manfaat yang besar bagi
masyarakat.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa tujuan pembelajaran menulis dibagi menjadi empat, yaitu : (a)
tujuan informatif, penulis berusaha memberikan informasi sejelas-
jelasnya kepada pembaca agar pesan yang ingin disampaikannya dapat
dimengerti oleh pembaca, (b) tujuan persuasif, penulis berusaha
mempengaruhi pembaca agar pembaca memiliki keyakinan yang besar
terhadap pesan yang ingin disampaikannya dan berusaha untuk dapat
melaksanakan pesan itu dengan penuh kesadaran, (c) tujuan literer,
penulis berusaha menghibur dan menyenangkan pembaca sehingga
pembaca bisa memperoleh kesan kuat terhadap pesan yang
disampaikan penulis, (d) tujuan ekspresif, penulis berusaha
mencurahkan perasaan yang sedalam-dalamnya kepada pembaca.
b. Fungsi dan Manfaat Pembelajaran Menulis
Fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi
secara tidak langsung. Menulis sangat penting dalam dunia pendidikan
karena memudahkan seorang berpikir kritis, di samping itu menulis
dapat memperdalam persepsi, memecahkan masalah, dan menjelaskan
pikiran kita. Menulis bukan hanya suatu bentuk berpikir, tetapi juga
berpikir bagi pembaca tertentu dan bagi waktu tertentu. Salah satu dari
tugas penting penulis adalah menguasai prinsip-prinsip menulis dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
berpikir, yang akan menolongnya mencapai maksud dan tujuan
penulis.
Kemampuan menulis merupakan tuntutan segala zaman, karena
dengan menulis umur manusia akan semakin panjang. Kemampuan
menulis bukan monopili orang berbakat. Semua orang mampu menulis
jika berlatih secara benar. Tujuan mempelajari keterampilan menulis
tiada lain agar seseorang memiliki kemampuan dan pengalaman
menulis serta memanfaatkan kemampuan itu untuk berbagai keperluan.
Kemampuan menulis menurut Imam Koermen (dalam Budinuryanta,
dkk., 1997:12.2) memberikan beberapa keuntungan bagi orang yang
bersangkutan (penulis), antara lain (a) penulis lebih mengenali
kemampuan yang bersangkutan (penulis), antara lain (a) penulis lebih
mengenali kemampuan dan potensi diri, (b) penulis dapat
mengembangkan berbagai gagasan, (c) penulis dapat memeperluas
wawasan teoretis dan praktis, (d) penulis dapat memperjelas
permasalah yang samar-samar, (e) penulis dapat menilai gagasan
sendiri secara objektif, (f) penulis dapat memecahkan masalah, (g)
penulis dapat mendorong belajar secara aktif, dan (h) penulis
membiasakan diri untuk berpikir dan berbahasa secara tertib.
Memperhatikan uraian di depan dapat disimpulkan bahwa
manfaat menulis bagi penulis itu sendiri, antara lain (a) dapat
mengembangkan berbagai gagasan, (b) dapat mengenali kemampuan
dan potensi diri, (c) dapat menilai gagasan secara objektif, (d) dapat
mengorganisasikan gagasan secara sistematis, (e) lebih mudah
memecahkan masalah, (f) lebih banyak menyerap, mencari, dan
menguasai informasi, (g) mendorong belajar secara aktif, dan (h)
membiasakan berpikir dan berbahasa secara tertib.
4. Jenis Tulisan
M. Atar Semi (1990 : 32) mengungkapkan bahwa secara umum
tulisan dapat dikembangkan menjadi 4 jenis, yaitu narasi, eksposisi,
deskripsi, dan argumentasi. Narasi merupakan bentuk percakapan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan peristiwa atau
pengalaman manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu.
Suluh Numpang Nulis (2006:1) mengemukakan bahwa narasi adalah
sebuah paragraf yang memiliki gaya bertutur mengikuti sistematika waktu
kejadian.
Berdasarkan rumusan itu jelas bahwa narasi merupakan
penyampaian seperangkat peristiwa atau pengalaman tentang diri sendiri
dan orang lain pada suatu saat atau suatu kurun waktu tertentu. Sebagai
cerita ia bermaksud memberitahukan apa yang diketahui dan dialami
kepada pembaca atau pendengar dengan tujuan agar mereka dapat
merasakan dan mengetahui peristiwa tersebut dan menimbulkan kesan di
hatinya, baik berupa kesan tentang peristiwa atau kejadian estetik.
Menurut Gorys Keraf (2000:17) narasi adalah semacam bentuk wacana
yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca
suatu peristiwa yang telah terjadi. Narasi berusaha menjawab pertanyaan
“Apa yang telah terjadi?”.
M.Atar Semi (1990:39) menyatakan bahwa eksposisi adalah tulisan
yang bertujuan menjelaskan atau memberikan informasi tentang sesuatu.
Ciri penanda eksposisi adalah sebagai berikut : (1) berupa tulisan yang
memberikan pengertian dan pengetahuan, (2) menjawab pertanyaan
tentang apa, mengapa, kapan, dan bagaimana, (3) disampaikan dengan
lugas serta berbahasa baku, dan (4) menggunakan nada netral, tidak
memihak, dan memaksakan sikap penulis terhadap pembaca. Tulisan
eksposisi bertujuan menjelaskan atau memberikan informasi tentang
sesuatu. Eksposisi yang baik bertujuan memberikan tambahan pengertian
dan pengetahuan yang memiliki syarat akurat, jelas, dan singkat.
Paragraf yang cara bertuturnya merupakan ungkapan atau
penggambaran akan sesuatu hal seperti keadaan emosi atau keadaan
lingkungan tertentu dinamakan dengan paragraf deskriptif (Suluh
Numpang Nulis, 2006 :1). Tulisan deskripsi memberikan perincian atau
detail tentang suatu objek sehingga dapat memberikan pengaruh pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
sensitifitas dan imajinasi pembaca atau pendengar, seolah-olah pembaca
ikut melihat, mendengar atau mengalami langsung objek tersebut. M. Atar
Semi (1990:43) menyatakan bahwa ciri penanda deskripsi adalah (1)
berupaya memerlihatkan detail atau perincian tentang objek, (2) bersifat
memberikan pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca (3)
disampaikan dengan gaya yang memikat dan dengan kata yang
menggugah, (4) memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat
dan dirasakan sehingga objek pada umumnya benda, alam, dan manusia,
dan (5) organisasi penyampaiannya lebih banyak menggunakan susunan
ruang.
M. Atar Semi (1990:47) menyatakan bahwa argumentasi
merupakan tulisan yang bertujuan meyakinkan atau membujuk pembaca
tentang kebenaran pendapat atau pernyataan penulis Argumen adalah
suatu proses penalaran. Ada dua cara bernalar dalam argumen, yaitu secara
deduktif dan induktif. Deduktif adalah metode bernalar bergerak dari hal
yang bersifat umum ke hal khusus. Merode deduktif dimulai dari
kesimpulan kemudian diiringi dengan uraian, penjelasan, atau contoh-
contoh. Induktif adalah metode bernalar yang dimulai dengan
mengemukakan pernyataan bersifat khusus kemudian diiringi dengan
kesimpulan umum. Metode induktif dimulai dari uraian, penjelasan,
kemudian baru disampaikan kesimpulan.
Argumentasi yang baik biasanya menggunakan kaidah-kaidah
logika yang benar. Silogisme atau tautologi sering digunakan dalam
mengungkapkan atau membentuk paragraf argumentasi. Demikian juga
kesesuaian isi dengan realitas kehidupan sehari-hari merupakan suatu
landasan yang berguna dalam menyusun paragraf argumentasi (Suluh
Numpang Nulis, 2006:1). Adapun ciri penanda argumentasi sekaligus
merupakan ciri penanda eksposisi menurut M. Atar Semi (1990:48) adalah
sebagai berikut : (a) bertujuan meyakinkan orang lain (eksposisi memberi
informasi), (b) berusaha membuktikan kebenaran suatu pernyataan atau
pokok persoalan (eksposisi hanya menjelaskan), (c) mengubah pendapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
pembaca (eksposisi menyerahkan keputusan kepada pembaca), dan (d)
fakta yang ditampilkan merupakan bahan pembuktian (eksposisi
menggunakan fakta sebagai alat mengkonkretkan).
5. Tulisan Deskripsi
Deskripsi adalah penggambaran/pelukisan sesuatu dengan kata-
kata dengan satu tujuan yakni pembaca/pendengar mendapatkan gambaran
tentang sesuatu itu. Dengan pilihan kata dan susunan kalimat, keterpaduan
antar kalimat dalam paragraf serta keterpaduan antar paragraf dalam
keseluruhan tulisan pembaca/pendengar diharapkan bisa menangkap
sesuatu (objek yang dideskripsikan) sebagaimana penulisnya melihat,
mendengar, merasakan sesuatu yang dideskripsikan. Dengan kata lain
diskripsi adalah tulisan yang dihasilkan oleh seseorang setelah ia, dengan
segenap inderanya, mengalami secara langsung dengan melihat,
merasakan, emndengar, meraba, mencium suatu objek tertentu semisal
sebuah tempat, seseorang, benda ataupun keadaan.
Deskripsi bertujuan menghadirkan suatu objek seperti apa adanya.
Penulis memindahkan kesan-kesannya, memindahkan hasil pengamatan
dan perasaannya secara rinci wujud yang dapat ditemukan pada objek
yang dideskripsikan kepada calon pembacanya. Ketajaman indera,
kepiawaian memilih kata dan menyusun kalimat adalah penentu hidup
tidaknya, menawan tidaknya, menggetarkan tidaknya sebuah diskripsi.
Kegagalan seorang penulis pemula dalam menulis deskripsi biasanya
hanya mengandalkan salah satu atau dua indera saja. Misalnya jika
penggambaran suatu objek hanya menghadirkan tangkapan indera
penglihatan saja maka apa yang dideskripsikan terasa kering dan akhirnya
pembaca tidak mendapatkan kesan tentang sesuatu yang dideskripsikan
itu. (http://gurubahasa.com)
Deskripsi adalah tulisan yang tujuannya memberikan perincian
tentang deskripsi objek sehingga dapat memberi pengarahan pada
sensitivitas dan imajinasi pembaca dan pendengar, bagaikan mereka ikut
melihat, mendengar. Deskripsi adalah tulisan yang tujuannya memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
perincian tentang merasakan, atau mengalami langsung objek tersebut.
Agar menghasilkan tulisan deskripsi yang baik, seorang penulis harus
memahami objek tulisan, sehingga dapat disajikan dengan hasilnya
bagaikan potret kenyataan yang sebenarnya (Atar Semi, 1990 : 42)
Muchlisoh (1992:349) menyatakan bahwa deskripsi adalah karya
tulis yang melukiskan sesuatu. Artinya, apa yang dapat diamati oleh
penulis yang mungkin juga dirasakan oleh pembaca. Penulis berusaha
memaparkan keadaan nyata dari sebuah objek sesuai dengan kemampuan
dan keinginan penulis dalam mengindera (mendengar, melihat, merasakan,
dsb) tentang objek dari karya tulisnya. Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi penginderaan penulis dalam memaparkan suatu objek
adalah tujuan penulis memaparkan objek tersebut. Karena tujuan ini akan
menjadi sumber bagi si penulis memaparkan objek tersebut. Karena tujuan
ini akan menjadi sumber bagi si penulis di dalam mengadakan pendekatan
terhadap objek itu. Sebagai contoh, penulis A dan B mengamati suatu
objek tertentu (misalnya sebuah bukit), mungkin di antara dua penulis itu
akan mendeskripsikan bukit tersebut dengan cara berbeda. Penulis A ingin
menuliskan bagaimana indahnya pemandangan di bukit. Penulis B
menuliskan bagaimana seramnya bukit tersebut karena penulis B melihat
di bukit itu terdapat sebuah pohon yang sangat besar dan sudah tua. Jadi,
dengan adanya perbedaan keinginan tujuan pada penulis yang berbeda
akan menyebabkan deskripsi atau paparan tentang objek yang sama akan
menjadi berlainan. Penulis A menyatakan indah, penulis B menyatakan
seram.
Berdasarkan contoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa deskripsi
adalah jenis karya tulis yang ada di dalamnya menuliskan suatu situasi
atau keadaan dengan kata-kata sehingga pembaca seolah-olah melihat,
mendengar, dan merasakan sendiri objek yang dilukiskan dalam deskripsi.
Atar Semi (1990:43) mengungkapkan ciri-ciri penanda deskripsi
adalah: (1) lebih berusaha memperlihatkan detail atau perincian tentang
objek, (2) bersifat memberikan pengaruh sensitivitas dan imajinasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
pembaca, (3) disampaikan dengan gaya memikat dan pilihan kata yang
menggugah, (4) deskripsi lebih banyak memaparkan sesuatu yang dapat
didengar, dilihat dan dirasakan sehingga objek pada umumnya benda,
alam, warna, dan manusia, dan (5) organisasi penyampaian tulisan
deskripsi lebih banyak menggunakan susunan hati itu. Berkaitan dengan
urutan penyajiannya, penulis dituntut mampu menetapkan urutan yang
paling baik dengan menampilkan detail-detail yang dipilih.
Dalam tulisan deskripsi, untuk mendeskripsikan seorang tokoh
dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu : (1) menggambarkan fisik
yang bertujuan memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya tentang
keadaan tubuh seorang tokoh, (2) menggambarkan tindak-tanduk seorang
tokoh, (3) menggambarkan keadaan yang mengelilingi tokoh; (4)
menggambarkan perasaan dan pikiran tokoh, dan (5) menggambarkan
watak seseorang.
II. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
Dalam proses belajar mengajar, guru dituntut untuk menciptakan
sistem pengajaran yang sukses, sedangkan siswa diminta untuk mengikuti
pembelajaran secara aktif. Semua itu tentu saja tidak bisa dilakukan dengan
mudah. Siswa yang ada pada sebuah kelas memiliki karakteristik yang
berbeda-beda. Kemampuan yang dimiliki siswa yang satu tidak sama dengan
kemampuan siswa yang lain. Sebagai tenaga pendidik, guru hendaknya
mengetahui dan memahami karakteristik yang ada pada diri siswa serta
berusaha memenuhi kbutuhan siswa sehubungan dengan proses
pembelajaran. Untuk itu, guru diharapkan dapat dengan cermat menentukan
strategi belajar dengan menggunakan metode atau pendekatan pembelajaran
yang tepat.
Salah satu pendekatan yang bisa diterapkan dalam suatu pengajaran
adalah pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning
(CTL). Menurut Johnson (2007:14), pendekatan CTL adalah sebuah sistem
belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang
mereka terima dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika
mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman
yang sudah mereka miliki sebelumnya.
Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning
(CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat (US Departement Of Education, 2001). Pendekatan CTL adalah
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Depdiknas, 2002 :1).
Pendekatan konstektual yang diterapkan dengan sungguh-sungguh
diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan mengembangkan
potensi yang ada pada diri siswa.
Sementara Nurhadi, Furhanuddin, dan Sendak (2003:13) memberikan
batasan tentang pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning)
sebagai berikut:
Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) adalah
konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari –
hari; sementara siswa memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dari
konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses
mengkontruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah
dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.
Menurut Blanchard, ciri-ciri kontektual : 1) menekankan pada
pentingnya pemecahan masalah. 2) kegiatan belajar dilakukan dalam
berbagai konteks. 3) kegiatan belajar dipantau dan diarahkan agar
siswa dapat belajar mandiri. 4) mendorong siswa untuk belajar dengan
temannya dalam kelompok atau secara mandiri. 5) pelajaran
menekankan pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda. 6)
menggunakan penilaian otentik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Depdiknas (2002: 10-19) juga menyatakan bahwa pendekatan CTL
memiliki tujuh komponen utama, yaitu kontruktivisme
(Contructivisme), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning
Community), bertanya (Questioning), pemodelan (Modelling), refleksi
(Reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Assesment). Berikut
adalah penjelasan dari setiap komponen-komponen:
1. Konstruktivisme (Contructivisme)
Konstruktivisme (Contruktivisme) merupakan landasan berpikir
(filosofi) pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh
manusia sedikit demi sedikit, yang hasil diperluas melalui konteks yang
terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Siswa perlu dibiasakan
untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi
dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan
semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkontruksikan
pengetahuan di benak mereka.
2. Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran
berbasis CTL. Pengetahuan dan keetrampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari
menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk
pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya.
3. Bertanya (Questioning)
Bertanya adalah bagian inti belajar dan menemukan pengetahuan.
Dengan adanya keingintahuanlah pengetahuan selalu dapat berkembang.
Dalam pembelajaran model CTL guru tidak menyampaikan informasi
begitu saja tetapi memancing siswa dengan bertanya agar siswa dapat
menemukan jawabannya sendiri. Dengan demikian pengembangan
keterampilan guru dalam bertanya sangat diperlukan. Hal ini penting
karena pertanyaan guru menjadikan pembelajaran lebih produktif, yaitu
berguna untuk : (a) Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam
penguasaan pelajaran, (b) Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar,
(c) Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu, (d) Memfokuskan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
siswa pada sesuatu yang diinginkan, (e) Membimbing siswa untuk
menemukan atau menyimpulkan sesuatu.
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari
“bertanya”. Sebelum orang tahu kota Palu, seseorang bertanya “Mana arah
ke kota Palu?”. Questioning (bertanya) merupakan strategi utama
pembelajaran CTL. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai
kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan
berfikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting
dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiry, yaitu menggali
informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan
mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
4. Masyarakat Belajar (learning Community)
Konsep Learning Community menyatakan agar hasil pembelajaran
diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari
“sahring” antara teman, antar kelompok, dan antara yang tahu ke yang
belum tahu. Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan
pmbelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam
kelompok-kelompok yang angotanya heterogen, yang pandai mengajari
yang lemah. Yang tahu memberi tahu yang belum tahu, yang cepat
menangkap mendorong temannya yang lamat, yang mempunyai gagasan
segera memberi usul, dan seterusnya.
5. Pemodelan (Modelling)
Komponen CTL selanjutnya adalah pemodelan. Maksudnya, dalam
sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model
yang bisa ditiru. Model itu berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara
melempar bola dalam olah raga, contoh karya tulis, cara melafalkan
bahasa inggris, dan sebagainya. Atau guru memberi contoh cara
mengerjakan sesuatu. Dengan begitu, guru memberi model “bagaimana
cara belajar”.
6. Refleksi (Reflection)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Refleksi juga bagian penting dalam pembelajaran dengan
pendekatan CTL. Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru
dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita
lakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya
sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau
revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap
kejadian, aktivitas, atau pelajaran yang baru diterima.
7. Penilaian yang Sebenarnya (Assesment)
Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan siswa. Gambaran perkembangan
belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa
mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang
dikumpulkan guru mengidentifikasi bahwa mengalami kemacetan dalam
belajar, guru segera bisa mengambil tindakan yang tepat agar siswa
terbebas dari kemacetan belajar.
Secara sederhana langkah penerapan CTL dalam kelas secara garis
besar menurut Sugianto (2008) adalah sebagai berikut :
1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna
dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan
mengonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4) Ciptakan “masyarakat belajar” (belajar dalam kelompok-
kelompok).
5) Hadirkan “model” sebagai contoh pembelajaran.
6) Lakukan refleksi di akhir penemuan.
7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Bertolak dari pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
pendekatan CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata agar
pembelajaran lebih produktif dan bermakna. Pendekatan CTL banyak
memiliki kelebihan, yaitu : (a) Mengutamakan pengalaman nyata, (b)
Pembelajaran berpusat pada siswa, bukan pada guru, (c) Siswa menjadi
lebih aktif, kritis, dan kreatif selama mengikuti proses pembelajaran, (d)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Pendekatan CTL membuat siswa lebih dekat dengan kehidupan nyata
karena siswa mengalami pembelajaran, bukan hanya menghafal materi
saja, (e) Hasil pembelajaran diukur dengan berbagai cara (dilihat dari
proses dan hasil), bukan hanya dengan tes.
B. HASIL PENELITAIN YANG RELEVAN
Berdasarkan hasil penelitian Kartono dkk yang berjudul Pembelajaran
Kontekstual Pada Sains Guna Meningkatkan Keterampilan Kerja Ilmiah Siswa
Kelas V Sekolah Dasar didapat kesimpulan sebagai berikut : Pembelajaran
kontekstual dapat meningkatan keterampilan kerja ilmiah pada murid kelas V SD
Negeri Begalon I, Laweyan, Surakarta. Peningkatan yang signifikan ada pada : (1)
jumlah murid Yang melakukan keterampilan kerja ilmiah, dan (2) pencapaian
keterampilan kerja ilmiah. Sedangkan jumlah keterampilan kerja ilmiah yang
dilakukan murid tidak menunjukkan kenaikan yang signifikan.
Penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian Elen
Inderasari (2008). Elen Inderasari menyimpulkan bahwa penerapan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran apresiasi drama. Hasil penelitian yang dapat dikemukakan ialah
terjadinya peningkatan baik proses maupun hasil belajar siswa.
C. KERANGKA BERPIKIR
Berdasarkan teori-teori ataupun konsep yang telah diuraikan di depan,
kerangka berpikir penelitian ini dapat diterangkan sebagai berikut : kondisi awal
sebelum tindakan dilaksanakan, diperoleh gambaran (yang dilakukan pada
kegiatan prasurvei dengan observasi, wawancara, dan angket) bahwa kemampuan
menulis deskripsi siswa kelas V SD Negeri I Begalon Surakarta rendah apabila
dibandingkan dengan nilai keterampilan berbahasa dan bersastra Indonesia
lainnya, media yang digunakan guru terbatas, serta metode mengajar guru
menonton. Agar kemampuan menulis deskripsi siswa meningkat, peneliti
memebrikan solusi dengan agar menggunakan pendekatan CTL untuk
diaplikasikan di dalam pembelajaran menulis deskripsi. Penelitian ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
menggunakan model pelatihan untuk mengukur kemampuan menulis deskripsi
siswa. Peneliti bekerjasama dengan guru merumuskan bentuk pembelajaran yang
menarik dan menimbulkan minat siswa untuk menulis deskripsi.
Salah satu upaya menarik minat siswa adalah dengan pemberian hadiah.
Bila tindakan tersebut dilakukan, maka diduga pembelajaran menulis deskripsi
akan berlangsung aktif dan menarik. Di dalam pembelajaran bahasa Indonesia
khusunya menulis deskripsi dengan pendekatan CTL ini nantinya siswa diajak
untuk belajar menulis deskripsi dengan cara menyenangkan. Perwujudan
pembelajaran menulis yang demikian itu, cenderung membuat siswa akan lebih
tertarik, senang, aktif, dan termotivasi. Untuk lebih jelasnya tentang kerangka
berpikir pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
1. Perencanaan
Tindakan
2. Pelaksanaan
Tindakan
4. Analisis dan
refleksi
3. Observasi dan
Interpretasi
Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir
KONDISI AWAL
Pembelajaran menulis kurang berhasil
Keterampilan menulis deskripsi siswa tergolong rendah
TINDAKAN PTK
PTK
Pembelajaran menulis
deskripsi dengan
pendekatan CTL
KONDISI AKHIR
Pembelajaran menulis berhasil
Keterampilan menulis deskripsi siswa meningkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
D. HIPOTESIS TINDAKAN
Melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam
pembelajaran menulis deskripsi dapat :
1. Meningkatkan kualitas pembelajaran menulis deskripsi pada siswa kelas V
SD Negeri Begalon I Surakarta.
2. Meningkatkan keterampilan menulis deskripsi pada siswa kelas V SD Negeri
Begalon I Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Begalon I Surakarta. Alasan
pemilihan sekolah dan kelas V sebagai tempat penelitian adalah karena
pertama, peneliti sudah memiliki hubungan yang cukup baik dengan guru
kelas V. Kedua, terdapat keterampilan menulis yang tergolong rendah di kelas
V SD Negeri Begalon I Surakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2010 sampai dengan April
2010. Untuk lebih jelasnya, rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian adalah
sebagai berikut :
Tabel 3 : rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
No Jenis Kegiatan Bulan
Feb10 Mar 10 Apr 10 Mei 10 Jun 10 Jul 10
1. Persiapan survei awal
sampai penyusunan
proposal
- -xx xxxx
2. Menentukan informan,
menyiapkan peralatan
dan instrumen
xxxx
3. Pengumpulan Data xxxx
4. Analisis Data - - x x xxx -
5. Penyusunan laporan - - -xx xx--
B. SUBJEK PENELITIAN
1. Subjek Penelitain
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V dan guru kelas V SD Negeri
Begalon I Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah keterampilan menulis deskripsi di kelas V
SD Negeri Begalon I Surakarta.
C. SUMBER DATA
Ada tiga sumber data penting yang dijadikan sasaran penggalian dan
pengumpulan data serta informasi dalam penelitian ini. Sumber data tersebut
meliputi :
1. Peristiwa proses belajar mengajar keterampilan menulis deskripsi
Data yang dikumpulkan yaitu data tentang bagaimana proses
pembelajaran keterampilan menulis deskripsi yang berlangsung di kelas V SD
Negeri Begalon I Surakarta.
2. Informan
Informan dalam penelitian ini adalah guru kelas V dan siswa kelas V
yang berjumlah 20 anak karena dalam kelas ini pembelajaran menulis
deskripsi masih tergolong rendah.
3. Dokumen
Dokumen yang akan dijadikan sumber data berupa: hasil karangan
siswa, angket motivasi, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati perkembangan pembelajaran
yang dilakukan siswa dan guru sejak sebelum pelaksanaan tindakan, pada saat
pelaksanaan tindakan, sampai akhir tindakan.
Dalam kegiatan ini, peneliti termasuk sebagai partisipan pasif. Peneliti
tidak melakukan tindakan yang dapat mempengaruhi peristiwa yang sedang
berlangsung. Observasi atau pengamatan ini dilakukan dengan cara peneliti
bertindak sebagai partisipan pasif yang mengamati jalannya pembalajaran di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
kelas yang dipimpin oleh guru. Guru melaksanakan proses pembelajaran
sesuai dengan yang direncanakan peneliti. Peneliti mengambil posisi di tempat
duduk paling belakang, mengamati jalannya proses pembelajaran di kelas
yang dipimpin oleh guru, apakah pembelajaran yang dilaksanakan guru sesuai
dengan yang direncanakan. Peneliti mengambil posisi di tempat duduk paling
belakang, mengamati jalannya proses pembelajaran sambil mencatat segala
sesuatu yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan berada
di tempat duduk paling belakang, peneliti memiliki kesempatan untuk
mengamati seluruh peristiwa yang terjadi di dalam kelas dengan leluasa.
Hasil observasi peneliti didiskusikan dengan guru yang bersangkutan
untuk kemudian dianalisis bersama-sama untuk mengetahui berbagai
kelemahan yang ada dan untuk mencari solusi terhadap segala kelemahan
yang ada. Hasil diskusi berupa solusi untuk berbagai kelemahan tersebut
kemudian dilaksanakan dalam siklus.
Observasi terhadap guru difokuskan pada kemampuan guru dalam
mengelola kelas, merangsang keaktifan siswa dalam pembelajaran yang
sedang berlangsung. Sedangkan observasi terhadap siswa difokuskan pada
keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, motivasi siswa terhadap
pembelajaran yang berlangsung terutama pembelajaran menulis dengan
menggunakan metode field trip.
2. Teknik in-dept Inetrview (wawancara mendalam)
Wawancara dilakukan terhadap siswa, guru dan informan lain. Teknik
ini digunakan untuk memperoleh data dari informan tentang pelaksanaan
pembelajaran menulis, berbagai informan mengenai kesulitan yang dialami
guru dalam pembelajaran menulis, serta faktor-faktor penyebabnya. Selain itu,
peneliti juga melakukan wawancara dengan siswa untuk mengetahui metode
pembelajaran menulis karangan yang diterapkan oleh guru dan untuk
mengetahui bagaimana tanggapan siswa terhadap cara mengajar yang
digunakan oleh guru tersebut, serta untuk mengetahui keterampilan menulis
siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
3. Angket
Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara meminta
informan untuk menjawab beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan
penelitian yang dilaksanakan. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan
data dari informasi yang jumlahnya banyak dan tidak memungkinkan untuk
diwawancarai satu persatu. Angket dalam penelitian ini diterapkan pada siswa
kelas V yang berjumlah 20 siswa.
4. Tes/Unjuk Kerja
Tes digunakan untuk mengetahui perkembangan atau keberhasilan
pelaksanaan tindakan. Usaha yang dilakukan oleh guru dalam rangka
mengetahui hasil dari kegiatan pembelajaran siswa sebelum dan sesudah
pelaksanaan penelitian. Dalam penelitian ini, guru melaksanakan dua kali tes,
yakni pre-tes dilakukan dengan cara memberikan tugas menulis karangan yang
bertujuan untuk mengetahui keterampilan awal siswa dalam menulis, serta
post-tes untuk mengetahui keterampilan siswa setelah mengikuti pembelajaran
menulis deskripsi dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL).
E. TEKNIK VALIDASAI DATA
Teknik validasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
triangulasi sumber data, triangulasi metode. Dalam mengumpulkan data, peneliti
menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Data yang merupakan
dokumen akan lebih mantap kebenarannya bila didukung dengan tindakan
demikian, apa yang telah diperoleh dari sumber data yang berupa dokumen bisa
teruji kebenarannya bila dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari
sumber lain yang berbeda.
Triangulasi sumber data memanfaatkan sumber data yang berbeda-beda
untuk menggali data yang sejenis. Peneliti bisa memeproleh data yang berbeda-
beda untuk menggali data yang sejenis. Peneliti bisa memperoleh data dari
narasumber dengan teknik wawancara mendalam yang kebenarannya dapat
dibuktikan dengan mengadakan observasi secara cermat terhadap objek penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Dengan demikian, informasi dari narasumber yang satu bisa dibandingkan dengan
informasi dari narasumber lain.
F. TEKNIK ANALISIS DATA
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis kritis. Teknik tersebut mencakup kegiatan untuk mengungkapkan
kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar-mengajar
yang terjadi di dalam kelas selama penelitian berlangsung. Kriteria dalam tehnik
ini berdasarkan kajian teoretis yang telah dipaparkan di depan. Hasil analisis
tersebut kemudian dijadikan dasar untuk menyusun rencana tindakan kelas
berikutnya sesuai dengan guru dan peneliti, sebab penelitian tindakan kelas
merupakan suatu bentuk kerjasama antara peneliti dan guru. Analisis kritis
terhadap keterampilan menulis mencakup ketetapan siswa dalam mengungkapkan
isi (materi atau gagasan yang dikemukakan), kemampuan menyusun organisasi
tulisan, kemampuan menggunakan gaya penulisan (pilihan struktur dan kosakata),
dan kemampuan menerapkan mekanisme tulisan ejaan.
G. INDIKATOR KINERJA
Indikator kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Kualitas pembelajaran menulis deskripsi mencapai 75% dari 20 siswa,
ditandai dengan keaktifan dan semangat siswa dalam mengikuti
pembelajaran, bertanya, menjawab pertanyaan, mengerjakan tugas individu,
mengerjakan tugas kelompok.
2. Keterampilan menulis siswa mencapai 70% dari 20 siswa, ditandai dengan :
a. Meningkatnya keterampilan siswa dalam menghasilkan kosakata yang
bervariatif
b. Ada kesesuaian antara judul tulisan dengan isi tulisan
c. Ada kesesuaian antara isi tulisan dengan objek yang diamati
d. Meningkatnya kemampuan siswa dalam menghasilkan tulisan yang sesuai
dengan ejaan yang benar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Secara lebih rinci, indikator kinerja tersebut dapat digambarkan dalam
tabel berikut :
Tabel 4 : Rincian Indikator Kinerja Penelitian
Aspek
Presentase
Pencapaian
Siklus III
Cara Mengukur
Kualitas pembelajaran
dilihat dari semangat
dan minat dalam
mengikuti pelajaran.
75%
Dihitung berdasarkan angket minat
terhadap pembelajaran menulis
deskripsi yang diisi oleh siswa.
Kualitas pembelajaran
dilihat dari siswa
dalam bertanya 75%
Diamati saat pembelajaran dengan
menggunakan lembar observasi
oleh peneliti dan dihitung berapa
siswa yang berani bertanya.
Kualitas pembelajaran
dilihat dari siswa
dalam menjawab
pertanyaan. 70%
Diamati saat pembelajaran dengan
menggunakan lembar observasi
oleh peneliti dan dihitung berapa
siswa yang berani mengemukakan
pendapat untuk menjawab
pertanyaan.
Kualitas pembelajaran
dilihat dari siswa
dalam mengerjakan
tugas individu
70%
Diamati saat pembelajaran dengan
menggunakan lembar observasi
oleh peneliti dan dihitung berapa
siswa mau mengerjakan tugasnya
secara individu.
Kualitas pembelajaran
dilihat dari siswa
dalam mengerjakan
tugas kelompok
70%
Diamati saat pembelajaran dengan
menggunakan lembar observasi
oleh peneliti dan dihitung berapa
siswa mau mengerjakan tugas
secara berkelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Keterampilan menulis
deskripsi dilihat dari
kosakata yang
dihasilkan
70 %
Dilihat dari bentuk karangan yang
dihasilkan
Keterampilan menulis
deskripsi dilihat dari
kesesuaian antara
judul tulisan dengan
isi tulisan
70 %
Dilihat dari bentuk karangan yang
dihasilkan
Keterampilan menulis
deskripsi dilihat dari
kesesuaian antara isi
tulisan dengan objek
yang diamati
70 %
Dilihat dari bentuk karangan yang
dihasilkan
Keterampilan menulis
deskripsi dilihat dari
tulisan yang sesuai
dengan ejaan yang
benar.
70 %
Dilihat dari bentuk karangan yang
dihasilkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
H. PROSEDUR PENELITIAN
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas yang akan dilakukan oleh peneliti
dilakukan dalam tiga siklus yang dapat digambarkan sebagai berikut :
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Dilanjutkan ke siklus
berikutnya
Gambar 2 : Siklus Penelitian Tindakan Kelas
(Suharsimi Arikunto, Suhardjono dan Supardi, 2006:74)
Permasalahan Perencanaan
Tindakan I
Pelaksanaan
Tindakan I
Refleksi I Pengamatan/
Pengumpulan
Data I
Perencanaan
Tindakan II
Pelaksanaan
Tindakan II
Refleksi II Pengamatan/
Pengumpulan Data
Permasalahan
baru hasil
refleksi
Apabila Permasalahan
belum terselesaikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Pelaksanaan Penelitian
1. Kondisi Awal (Pratindakan)
Sebelum melaksanakan penelitian, diadakan kegiatan survei awal dan
pengamatan untuk mengetahui keadaan sebenarnya yang ada di lapangan.
Disamping melakukan pengamatan langsung, juga melakukan wawancara dengan
guru dan siswa serta melakukan tes guna mengetahui seberapa jauh kemampuan
keterampilan siswa dalam menulis deskripsi.
Kegiatan pratindakan dilaksanakan pada hari Sabtu, 15 Mei 2010 pukul
07.00-08.00 WIB. Pada kegiatan pratindakan ini disepakati bahwa guru
melaksanakan proses belajar-mengajar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dengan
materi menulis karangan deskripsi seperti biasa dan peneliti akan mengamati
jalannya pembelajaran yang terjadi di kelas sebagai partisipan pasif. Setelah
menyampaikan materi, guru kemudian melaksanakan suatu tes untuk mengetahui
tingkat keterampilan siswa dalam menulis karangan deskripsi. Hasil tulisan siswa
menunjukkan bahwa keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas V SD
Negeri Begalon I Surakarta masih rendah. Hal tersebut diindikasikan oleh : (1)
siswa belum mampu menyesuaikan antara judul tulisan dengan isi tulisan
sehingga cerita masih sulit dipahami, (2) kemampuan siswa dalam memilih
kosakata masih banyak yang kurang tepat, (3) siswa belum mampu menulis
dengan memperhatikan penggunaan ejaan, dan tanda baca dengan tepat, (4)
kerapian tulisan siswa masih kurang, masih banyak berdapat coretan.
Dari kegiatan wawancara dengan guru bidang studi Bahasa Indonesia yang
menjadi patner dalam penelitian ini, serta dari observasi peneliti terhadap kegiatan
belajar-mengajar di kelas yang dilaksanakan oleh guru yang bersangkutan,
diketahui bahwa kondisi tersebut disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
a. Guru Kesulitan Dalam Membangkitkan Minat Siswa
Dalam melakukan kegiatan observasi di kelas dan melakukan
wawancara dengan siswa dan guru kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta,
diketahui bahwa dalam pembelajaran menulis deskripsi yang dilaksanakan,
siswa menunjukkan sikap yang kurang berminat dan kurang antusias. Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
terlihat bosan dan tidak menaruh perhatian sepenuhnya pada pelajaran. Saat
disuruh membuat tulisan deskripsi, siswa pada umumnya mengeluh terlalu
sulit dan malas serta kesulitan menentukan pilihan kata dan tanda baca yang
tepat. Selain itu, guru juga cenderung berdiri di depan dengan metode ceramah
serta mengandalkan LKS sebagai penunjang pembelajaran. Guru jarang
melibatkan siswa dalam praktik menulis itu sendiri.
b. Guru Kesulitan Mengelola Kelas
Saat melakukan observasi lapangan yang dilaksanakan pada waktu
pembelajaran menulis deskripsi di kelas V, terlihat guru mengalami kesulitan
dalam mengelola kelas. Hal ini diketahui dengan adanya sebagian siswa yang
asyik berbicara dengan temannya saat pembelajaran berlangsung, bahkan
sampai suara guru kadang tidak terdengar dengan jelas. Selain itu juga ada
siswa yang mondar-mandir ke tempat duduk temannya hanya untuk
meminjam alat tulis, seperti penggaris, bolpoin, atau penghapus yang
sekiranya tidak begitu penting. Ada juga siswa yang minta ijin untuk ke kamar
kecil. Namun juga ditemukan siswa yang memperhatikan guru saat
pembelajaran berlangsung, tetapi siswa yang memperhatikan hanya sebagian
kecil saja, sehingga kondisi kelas kurang begitu mendukung untuk pencapaian
hasil pembelajaran yang maksimal.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pada akhir pembelajaran,
keadaan tersebut memang diakui oleh guru yang bersangkutan. Guru
mengungkapkan bahwa hal tersebut disebabkan karena guru terlalu sabar dan
bersikap kurang tegas, sehingga siswa merasa bebas melakukan aktivitas apa
saja saat proses belajar mengajar berlangsung, walaupun aktivitas siswa itu
mengganggu kegiatan belajar mengajar. Menurut pengakuan siswa yang
diwawancari, bahwa guru bersikap santai terhadap tindakan siswa yang
kurang tepat tersebut. Guru kurang tegas, tidak berani memberikan getakan
ataupun hukuman bagi siswa yang melakukan tindakan seenaknya sendiri saat
pembelajaran berlangsung. Guru hanya menghimbau siswa agar tidak ramai
itu saja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
c. Guru Kesulitan Menemukan Teknik yang Tepat
Selama ini, metode yang digunakan guru dalam mengajarkan materi
menulis deskripsi adalah metode ceramah. Pada awal kegiatan belajar
mengajar, guru menerapkan pengertian menulis deskripsi sambil memberi
pertanyaan-pertanyaan sederhana mengenai tulisan deskripsi. Selanjutnya,
guru mengajarkan kepada siswa tentang langkah-langkah menulis deskripsi.
Akan tetapi, siswa justru diminta untuk membuat tulisan deskripsi sesuai
dengan penjelasan yang telah guru sampaikan, sehingga membuat siswa
merasa pembelajaran kurang menarik, membosankan, dan monoton, terutama
dalam pembelajaran menulis deskripsi yang seharusnya siswa merasakan
pembelaajran menarik dan menyenangkan.
Guru belum mengembangkan pendekatan pembelajaran yang menarik
dan belum memanfaatkan sumber belajar selain buku dan LKS. Selain itu,
guru juga kesulitan mendapatkan sumber referensi mengenai tulisan deskripsi.
Hal ini terbukti dengan sedikitnya materi yang tercantum dalam LKS maupun
buku paket sebagai buku panduan utama pembelajaran bahasa Indonesia. Di
samping itu, guru juga belum memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh
sekolah secara maksimal sebagai sumber belajar yang dapat menunjang proses
pembelajaran. Ketersediaan perpustakaan, kantin, taman sekolah, kebun
sekolah belum dimanfaatkan sebagai sumber belajar terutama dalam
pembelajaran menulis deskripsi.
Sehubungan dengan hasil observasi tersebut, guru dan peneliti
berdiskusi dan berkolaborasi sehingga menghasilkan kesepakatan, bahwa
untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran menulis deskripsi adalah
dengan melakukan tindakan dengan menggunakan pendekatan kontekstual.
d. Siswa Tidak Mengembangkan Kebiasaan Menulis Pada Saat Pembelajaran
Bahasa Indonesia
Dalam kegiatan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan siswa
dan guru, terungkap bahwa siswa tidak terbiasa menulis pada saat pelajaran
Bahasa Indonesia. Menurut keterangan dari guru, siswa tidak tertarik dengan
pelajaran menulis karena tidak terbiasa dengan budaya menulis, apalagi
menulis deskripsi. Menulis merupakan sesuatu yang berat sehingga pada saat
mendapat tugas menulis, siswa cenderung malas dan siswa merasa kesulitan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
dalam mengungkapkan pikirannya dalam bentuk tulisan deskripsi. Selain itu
siswa juga merasa kesulitan menentukan kosakata yang tepat, hal ini dapat
dibuktikan oleh peneliti saat melakukan pengamatan terhadap hasil tulisan
deskripsi siswa yang dirasa masih sulit dipahami.
Saat mengikuti pelajaran menulis deskripsi, diketahui siswa langsung
ditugasi untuk menulis tanpa dibekali dengan pengetahuan yang cukup
mengenai tujuan menulis, manfaat menulis, dan penggunaan kosakata maupun
tanda baca yang tepat. Penilaian yang dilakukan guru dalam pembelajaran
menulis deskripsi juga belum mengacu pada aspek-aspek penilaian dalam
kriteria penilaian tulian, misalnya ejaan maupun tanda baca, pilihan kata,
ketepatan isi, dan kerapian tulisan. Guru selama ini menggunakan penilaian
menulis hanya berdasarkan kerapian tulisan, panjang tulisan, dan tidak terlalu
banyak coretan, sehingga siswa dalam mengerjakan tugas menulis deskripsi
lebih mementingkan memperbanyak dan memperpanjang tulisan, meskipun
kata-katanya diulang dan kejelasan dari tulisan kurang terlihat, tanpa
menghiraukan tujuan dari menulis deskripsi yaitu memberikan gambaran yang
jelas tentang pengalaman yang dialami.
e. Siswa Sulit Membedakan antara Paragraf yang Satu dengan Paragraf yang Lain
Dalam kegiatan menulis deskripsi pada umumnya siswa mengalami
kesulitan untuk membedakan paragraf yang satu dengan paragraf yang lain.
Hal ini terbukti dari hasil tulisan siswa yang belum semuanya mengarah pada
tulisan menjelaskan atau memaparkan. Sebagian besar siswa justru membuat
tulisan argumentasi dan eksposisi.
Berdasarkan hasil pengamatan pada pratindakan, terlihat siswa masih
mengalami kesulitan dalam menulis deskripsi yang baik, terbukti dari hasil
pekerjaan menulis deskripsi, dari jumlah 20 siswa yang belum mencapai Kriteria
Kelulusan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 65 adalah 11 siswa.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keterampilan menulis deskripsi siswa
kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta masih rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
2. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran
menulis deskripsi sekaligus untuk meningkatkan keterampilan menulis deskripsi
dan hasilnya dilakukan dalam tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari empat
kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, serta analisis dan refleksi.
Masing-masing siklus dapat dideskripsikan sebagai berikut :
a. Siklus I
1) Perencanaan
Kegiatan perencanaan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 15 Mei 2010
di SD Negeri Begalon I Surakarta. Pada kesempatan tersebut peneliti
dengan guru membahas langkah-langkah dalam pembelajaran, khususnya
menulis deskripsi. Setelah itu disepakati pembelajaran dengan pendekatan
kontekstual yang akan dilakukan oleh guru. Menurut kesepakatan antara
guru dengan peneliti, tindakan pada siklus I akan dilaksanakan dalam dua
kali pertemuan. Pertemuan pertama pada hari Rabu, 19 Mei 2010 di ruang
kelas V dan pertemuan kedua pada hari Kamis, 20 Mei 2010 juga di ruang
kelas V.
Tahap perencanaan tindakan pada siklus I meliputi kegiatan
sebagai berikut :
Peneliti dan Guru kelas V menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang akan dilaksanakan pada hari Rabu dan Kamis
tanggal 19 dan 20 Mei 2010. Pada hari pertama yaitu Rabu tanggal 19 Mei
2010 pada jam ke-3 dan ke-4 selama 70 menit. Dari selama waktu 70
menit digunakan untuk kegiatan awal pembelajaran selama 15 menit,
untuk kegiatan inti pembelajaran selama 30 menit, dan untuk kegiatan
akhir selama 25 menit. Pertemuan kedua jatuh pada hari Kamis tanggal 20
Mei 2010 pada jam ke-2 dan ke-3 selama 70 menit. Untuk kegiatan awal
pembelajaran selama 15 menit, untuk kegiatan ini pembelajaran selama 30
menit, dan untuk kegiatan akhir pembelajaran selama 25 menit. Rencana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Pelaksanaan Pembelajaran yang disusun berdasarkan silabus Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2007.
Rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan adalah
pembelajaran menulis deskripsi yang dilaksanakan dengan menggunakan
pendekatan kontekstual. Penggunaan pendekatan kontesktual tersebut
bertujuan supaya proses dan hasil pembelajaran yang diperoleh bisa lebih
baik daripada pembelajaran yang sebelumnya. Ide penggunaan pendekatan
kontekstual diperoleh dari diskusi yang telah dilaksanakan oleh guru kelas
V dengan peneliti dalam menanggapi proses dan hasil pembelajaran
menulis deskripsi pada kondisi awal.
Sehubungan pendekatan kontekstual (contextual teaching and
learning) merupakan konsep belajar, guru menghadirkan dunia nyata ke
dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari–
hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dari
konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkontruksi
sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya
sebagai anggota masyarakat, maka Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) disusun senyata mungkin supaya ketujuh unsur dari pendekatan
kontekstual dapat terangkum dalam pembelajaran yang dilaksanakan tanpa
meninggalkan kesan bermakna dan menyenangkan pada siswa. Ketujuh
komponen utama pendekatan kontekstual tersebut, antara lain:
kontruktivisme (Contructivisme), menemukan (Inquiry), masyarakat
belajar (Learning Community), bertanya (Questioning), pemodelan
(Modelling), refleksi (Reflection), dan penilaian yang sebenarnya
(Assesment Autenthic).
2) Pelaksanaan
Sebagaimana yang telah guru dan peneliti sepakati sebelumnya,
tindakan pada siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Alokasi
waktu masing-masing pertemuan adalah 2 x 35 menit (70 menit).
Pertemuan pertama dilaksanaskan pada hari Rabu, 19 Mei 2010 dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
pertemuan kedua pada hari Kamis, 20 Mei 2010 di ruang kelas V. Peneliti
berada di bangku paling belakang agar tidak mengganggu kegiatan belajar-
mengajar dan bertindak sebagai partisipan pasif untuk mengamati jalannya
pembelajaran dengan berpedoman pada lembar observasi.
Materi pembelajaran pada siklus I adalah materi tentang karangan
deskripsi, dengan tujuan siswa diharapkan dapat mengembangkan
keterampilan menulis deskripsi dalam bentuk karangan berdasarkan
pengalaman yang pernah dialami dalam kehidupan sehari-hari.
Urutan pelaksanaan tindakan pada siklus I pertemuan pertama
adalah sebagai berikut:
a) Guru masuk kelas dengan mengucapkan salam, kemudian mengajak
semua siswa untuk berdoa, dan dilanjutkan mengabsen siswa agar tahu
jumlah siswa yang masuk maupun yang tidak masuk. Pada pertemuan
pertama siklus I semua siswa masuk. Hal ini dilakukan sebagai upaya
mengkondisikan siswa.
b) Guru menyampaikan kompetensi dasar, indikator, dan tujuan
pembelajaran pada pertamuan kali ini yaitu tentang menulis deskripsi.
c) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang benda-benda yang
disukai. Hal tersebut sebagai salah satu bentuk apersepsi yang
mengantarkan peserta didik menuju pembelajaran utama. Pelaksanaan
kegiatan ini komponen pendekatan kontekstual yang dicakup adalah
bertanya (questioning).
d) Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok
e) Guru menunjuk salah satu siswa untuk membacakan contoh karangan
deskripsi. (Permodelan/modeling).
f) Guru menjelaskan cara menyimpulkan isi karangan dengan tepat
g) Siswa menuliskan isi karangan bersama kelompoknya berdasarkan
contoh karangan yang dibaca, kemudian dilaporkan. Kegiatan ini
merupakan komponen pendekatan kontekstual yang dicakup adalah
menemukan (Inquiry).
h) Guru dan siswa menyimpulkan isi karangan yang paling tepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
i) Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.
j) Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengamati objek pasar
dalam bentuk karangan untuk pembelajaran berikutnya
Pertemuan kedua pada siklus I, sama halnya pada pertemuan
pertama yaitu guru bertindak sebagai pemimpin jalannya kegiatan belajar
mengajar, sedangkan peneliti melakukan observasi atau pengamatan
terhadap proses pembelajaran. Pembelajaran kedua siklus I ini
dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 20 Mei 2010 selama 70 menit (2 x
35 menit), yakni pada jam ke-2 dan ke-3 di ruang kelas V SD Negeri
Begalon I Surakarta.
Adapun urutan pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan kedua,
adalah sebagai berikut:
a) Guru masuk kelas dengan mengucapkan salam, kemudian mengajak
semua siswa untuk berdoa, dan dilanjutkan mengabsen siswa agar tahu
jumlah siswa yang masuk maupun yang tidak masuk. Pada pertemuan
kedua siklus I semua siswa masuk.
b) Guru melakukan apersepsi dengan menanyakan tentang tugas yang
telah diberikan pada pertemuan sebelumnya, yaitu untuk mengamati
objek pasar dalam bentuk karangan (bertanya/Questioning).
c) Siswa membentuk beberapa kelompok (masyarakat belajar/Learning
Community). Siswa menceritakan secara bergantian tentang obyek
pasar yang siswa amati. Cerita antara siswa yang satu dengan siswa
yang lain berbeda-beda karena pasar yang siswa amati juga berbeda.
d) Siswa membacakan sebuah contoh karangan deskripsi. (Pemodelan/
Modeling).
e) Guru menjelaskan langkah-langkah menulis deskripsi yang berawal
dari menyebutkan ciri-ciri hingga menjadi sebuah karangan.
f) Siswa menuliskan ciri-ciri pasar berdasarkan tugas pengamatan yang
dilakukan sebelumnya (menemukan/Inquiry),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
g) Dengan bimbingan guru, siswa mengubah ciri-ciri pasar dalam bentuk
kalimat yang baik.
h) Siswa menggabungkan kalimat-kalimat yang telah dibuat menjadi
sebuah paragraf. (konstruktivisme/constructivism)
i) Siswa membacakan hasil karangan di depan kelas. Kegiatan ini
komponen yang tercakup adalah penilaian sebenarnya/authentic
assessment. Penilaian yang dilakuka buka hanya hasil yang dibacakan
saja tetapi juga termasuk proses penulisannya, bentuk tulisannya, dan
penyajian tulisan tersebut. Karangan yang terbaik dipajang di papan
pajangan sebagai bentuk penghargaan bagi siswa yang terbaik.
j) Guru melakukan refleksi yaitu bertanya kepada siswa tentang pelajaran
yang sudah didapat. Apakah pembelajarannya kurang menarik atau
kekurangan apa yang masih harus diperbaiki dalam pembelajaran
supaya pembelajaran berikutnya dapat lebih baik. Kegiatan ini
mencakup komponen refleksi (reflection).
3) Pengamatan
Pada saat observasi, peneliti menjadi partisipan pasif yang duduk
di kursi paling belakang untuk mengamati suasana pembelajaran. Sesekali,
peneliti mengambil gambar dari arah belakang untuk keperluan
dokumentasi. Kegiatan pengamatan dilaksanakan pada saat pembelajaran
menulis deskripsi melalui pendekatan kontekstual. Pertemuan pertama
siklus I berlangsung pada hari Rabu, 19 Mei 2010 di ruang kelas V, semua
siswa masuk.
Pengamatan pada pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis,
20 Mei 2010 juga berada di ruang kelas V, semua siswa juga masuk. Pada
pertemuan kedua, guru juga mengajarkan materi menulis deskripsi dengan
menggunakan pendekatan kontekstual. Pada pembelajaran kondisi awal
dilakukan dengan cara dibacakan sedikit tentang materi menulis deskripsi,
kemudian siswa langsung ditugasi untuk menulis tanpa dibekali dengan
pengetahuan yang cukup mengenai tujuan menulis, manfaat menulis, dan
penggunaan kosakata maupun tanda baca yang tepat. Tetapi dalam dua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
pertemuan tersebut guru telah menerapkan pendekatan kontekstual yang
mencakup tujuh komponen pokok, yaitu kontruktivisme (Contructivisme),
menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community),
bertanya (Questioning), pemodelan (Modelling), refleksi (Reflection), dan
penilaian yang sebenarnya (Assesment Autenthic).
Pada awal pertemuan, guru melakukan apersepsi dengan tanya
jawab tentang benda-benda yang disukai. Kegiatan ini sebagai wujud
penerapan komponen bertanya (questioning). Guru menunjuk salah satu
siswa untuk membacakan tulisan deskripsi di depan kelas sebagai
penerapan komponen permodelan (modeling). Sebagai penerapan
komponen masyarakat belajar (learning community), guru memberikan
tugas kelompok dan diskusi kepada siswa. Penerapan komponen
menemukan (inquiry), siswa menuliskan isi karangan bersama
kelompoknya kemudian dilaporkan. Sedangkan untuk penerapan
komponen konstruktivisme (constructivism), siswa menggabungkan
kalimat-kalimat yang telah dibuat menjadi sebuah paragraf. Penerapan
komponen penilaian sebenarnya (authentic assessment) dilaksanakan pada
proses penulisan dan hasil tulisan yang dibuat oleh siswa. Sedangkan
penerapan refleksi (reflection) adalah pada akhir pembelajaran yaitu
dengan tanya jawab tentang kekurangan yang masih ada dalam
pembelajaran yang didapat untuk diperbaiki dalam pembelajaran siklus
kedua.
Pengamatan yang dilakukan tidak hanya pada siswa saja, namun
guru juga diamati. Hal yang diamati adalah penerapan pendekatan
kontekstual pada pembelajaran menulis deskripsi. Selain itu kegiatan
evaluasi juga tidak terlepas dari pengamatan peneliti. Dari kegiatan
tersebut, secara garis besar diperoleh gambaran tentang jalannya
pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan materi menulis
deskripsi, yaitu sebagai berikut :
a) Sebelum melaksanakan kegiatan belajar-mengajar guru membuat
rencana pembelajaran yang akan dijadikan pedoman dalam mengajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Rencana pembelajaran tersebut telah disesuaikan dengan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2007.
b) Guru telah memberikan kegiatan pembelajaran menulis deskripsi
melalui pendekatan kontekstual dengan baik. Maksudnya guru
mengajar dengan arah dan tujuan yang jelas dan terencana. Guru juga
berusaha untuk menciptakan pembelajaran secara kontekstual dan
berusaha mengaja semua siswa untuk aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran.
c) Guru telah memotivasi siswa dalam diskusi tentang materi menulis
deskripsi. Guru memancing siswa dengan teknik bertanya pada siswa.
Pada awalnya, guru membuka pelajaran dengan melontarkan
pertanyaan dengan sukarela namun karena tidak ada yang
memberanikan diri, guru menunjuk siswa yang sudah guru hafal. Dari
beberapa jawaban siswa tersebut masih tampak tidak tepat.
d) Siswa yang aktif selama pemberian apersepsi baru mencapai 50% (10
siswa), sedangkan yang lain masih tampak sibuk dengan aktivitasnya
sendiri. Indikator keaktifan ini dapat dilihat dari kesungguhan siswa
dan kegairahan belajar dalam merespon guru dengan positif pada saat
pelajaran dimulai.
e) Siswa yang aktif selama pemberian materi mencapai 60% (12 siswa),
sedangkan 40% lainnya kurang memperhatikan penjelasan guru.
Mereka masih ada yang mengantuk, berbincang dengan teman, dan
lain-lain.
f) Siswa yang aktif memperhatikan menulis deskripsi dengan pendekatan
kontekstual mencapai 80% (16 siswa), sedangkan yang lain kurang
serius dalam memperhatikan menulis deskripsi. Keseriusan itu dapat
dilihat dari sikap yang saksama dan mempunyai rasa ingin tahu akan
isi tulisan deskripsi tersebut.
g) Siswa yang aktif dalam kegiatan diskusi mencapai 40% (8 siswa),
sedangkan 60% lainnya masih kurang aktif dan diam ketika ditanya
oleh guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
h) Siswa aktif dalam membuat kerangka karangan deskripsi dan
mengembangkan mencapai 45% (9 siswa), sedangkan 55% lainnya
masih tampak bermalas-malasan dalam mengerjakan.
i) Hasil tulisan deskripsi siswa masih belum jelas atau masih sulit
dipahami, masih ada 9 siswa yang belum mencapai target nilai KKM
65. Siswa hanya menulis semua yang ingin diungkapkan dalam
karangan tanpa memperhatikan ejaan dan tanda baca, bahkan ada
tulisan deskripsi siswa yang penuh dengan coretan.
4) Analisis dan Refleksi
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan pada siklus I, peneliti
dapat melakukan analisis dan refleksi sebagai berikut.
a) Permodelan dengan siswa yang ditunjuk berdasarkan siswa yang
dihafal guru saja, ternyata kurang mendapatkan perhatian karena siswa
sudah sering melihat penampilan dari siswa tersebut di depan kelas
sebagai model dalam pembelajaran sebelumnya. Perbaikan pada siklus
II yang digunakan sebagai model adalah siswa yang jarang maju di
depan kelas.
b) Dalam mengerjakan tugas kelompok, banyak siswa yang kurang aktif,
kebanyakan siswa hanya menghandalkan siswa yang pandai saja.
Perbaikan pada siklus II, kelompok diacak kembali.
c) Hasil tulisan deskripsi siswa masih belum jelas atau masih sulit
dipahami, hal ini dikarenakan penggunaan ejaan dan tanda baca kurang
tepat, seperti kata mengganggu ditulis menganggu, seharus diberi
koma (,) tidak diberi, seharusnya diberi tanda titik (.) namun tidak
diberi. Perbaikan pada siklus II yaitu pelaksanaan pembelajaran
menulis deskripsi dengan pendekatan kontekstual yang lebih
menekankan pada ejaan dan tanda baca.
b. Siklus II
1) Perencanaan
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi pada siklus I, disepakati
bahwa siklus II perlu dilakukan tindakan lagi. Persiapan dan perencanaan
tindakan dilakukan pada hari Jum’at, 21 Mei 2010 di ruang kelas V SD
Negeri Begalon I Surakarta. Dalam kesempatan ini, peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
menyampaikan kelebihan dan kekurangan tindakan pada siklus I
berdasarkan hasil observasi dan hasil tulisan deskripsi siswa. Selain itu,
disepakati pula bahwa pada siklus II juga dilaksanakan dalam dua kali
pertemuan, yaitu pada hari Sabtu, 22 Mei 2010 dan hari Senin, 24 Mei
2010 di ruang kelas V SD Negeri Begalon Surakarta.
Untuk memperbaiki beberapa kekurangan dalam siklus I,
disepakati hal-hal yang sebaiknya dilakukan oleh guru dalam proses
pembelajaran menulis deskripsi pada siklus II. Hal-hal tersebut antara lain
memilih siswa yang jarang maju di depan kelas sebagai model untuk
menarik perhatian siswa yang lain. Pembentukan kelompok kerja baru
lagi, hal ini ditujukan supaya siswa yang kurang membaur menjadi
membaur, siswa yang kurang aktif dalam mengerjakan tugas menjadi aktif.
Pembelajaran penulis deskripsi melalui pendekatan kontekstual pada
siklus II ini lebih ditekankan pada penggunaan ejaan dan tanda baca yang
tepat dalam kalimat. Hal ini disebabkan karena hasil tulisan deskripsi dari
siswa masih sulit untuk dipahami, dan tanda baca yang digunakan masih
banyak yang kurang tepat.
Berdasarkan hal-hal tersebut, peneliti dan guru kemudian
menyusun rencana pembelajaran menulis deskripsi dengan pendekatan
kontekstual untuk pertemuan selanjutnya. Berdasarkan pertimbangan
bersama, peneliti dan guru akan memfokuskan pembelajaran menulis
deksripsi ini pada penggunaan ejaan dan tanda baca yang tepat. Adapun
tahap perencanaan tindakan pada siklus II meliputi kegiatan berikut :
a) Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran menulis
deskripsi dengan menggunakan pendekatan kontekstual, yang akan
dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 22 dan 24 Mei 2010. Pada
pertemuan pertama, yaitu hari Sabtu tanggal 22 Mei 2010 pada jam ke-
3 dan ke-4 selama 70 menit. Selama waktu 70 menit tersebut
digunakan untuk kegiatan awal 10 menit, untuk kegiatan inti
pembelajaran 25 menit, dan untuk kegiatan akhir selama 35 menit.
Pada hari kedua yaitu Senin tanggal 24 Mei 2010 juga pada jam ke-3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
dan ke-4 selama 70 menit, direncanakan untuk kegiatan awal
pembelajaran selama 10 menit, untuk kegiatan inti selama 25 menit,
dan untuk kegiatan akhir pembelajaran selama 35 menit. Pembelajaran
yang direncanakan adalah pembelajaran menulis deskripsi yang
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kontekstual.
Pembelajaran pada siklus II ini lebih ditekankan pada penggunaan
ejaan dan tanda baca dengan tepat.
b) Guru dan peneliti mempersiapkan media yang akan dipergunakan
dalam pelaksanaan tindakan siklus II. Media yang digunakan dalam
tindakan siklus II adalah teks karangan yang dibuat oleh guru.
Penggunaan media ini bertujuan supaya siswa mampu menulis kembali
karangan dengan perbaikan tanda baca berdasarkan karangan yang
dibuat oleh guru.
c) Guru dan peneliti mempersiapkan lembar observasi. Lembar observasi
ini untuk pengamatan terhadap guru dan siswa.
d) Guru dan peneliti menyiapkan pedoman wawancara sebagaimana yang
telah dilaksanakan pada siklus I.
2) Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Sesuai rencana yang disepakati guru dan peneliti, tindakan pada
siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dua
jam pelajaran (2 x 35 menit), yakni pada jam ke-3 dan ke-4, dilaksanakan
di ruang kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta.
Dalam kegiatan belajar-mengajar pada siklus ini, guru
mengaplikasikan solusi yang telah disepakati bersama peneliti untuk
mengatasi kekurangan-kekurangan pada siklus I. Adapun urut-urutan
pelaksanaan tindakan siklus II pertemua pertama adalah sebagai berikut :
a) Guru masuk kelas dan mengkondisikan siswa dengan mengucapkan
salam
b) Guru menyampaikan kompetensi dasar, indikator, dan tujuan
pembelajaran pada petemuan kali ini yaitu tentang menulis deskripsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
c) Guru melakukan apersepsi dengan bertanya jawab tentang pelajaran
yang lalu yaitu mengarang deskripsi dengan tema pasar. Kegiatan ini
merupakan penerapan komponen bertanya (questioning).
d) Salah satu siswa membacakan hasil karangan yang dibuat sendiri.
(Pemodelan/Modelling)
e) Guru menjelaskan penggunaan tanda baca yang tepat dalam kalimat.
f) Siswa melakukan diskusi kelas yang berkaitan dengan tanda baca yang
digunakan dalam kalimat tersebut.
g) Siswa membentuk kelompok untuk mengidentifikasi tanda baca yang
digunakan dalam salah satu karangan siswa (masyarakat
belajar/learning community).
h) Siswa melaporkan hasil tugas kelompok di depan kelas.
i) Dengan bimbingan guru, siswa mendiskusikan hasil identifikasi
penggunaan tanda baca.
j) Siswa dan guru menyimpulkan hasil pembelajaran
k) Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mencari buku referensi
tentang penggunaan tanda baca (Ejaan Yang Disesuaikan/EYD)
Pada pertemuan kedua tindakan siklus II, dilaksanakan pada hari
Senin tanggal 24 Mei 2010 selama dua jam pelajaran (2 x 35 menit), yakni
pada jam ke-3 dan jam ke-4 berada di ruang kelas V SD Negeri Begalon I
Surakarta. Dalam pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan kedua ini sama
halnya pada pada pertemuan pertama yaitu guru bertindak sebagai
pemimpin jalananya kegiatan belajar mengajar, sedangkan peneliti
melakukan observasi atau pengamatan terhadap proses pembelajaran.
Adapun urutan pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan kedua
adalah sebagai berikut:
a) Guru masuk kelas dan mengkondisikan siswa dengan mengucapkan
salam
b) Guru melakukan apersepsi dengan bertanya jawab tentang tugas pada
pertemuan sebelumnnya. Kegiatan ini merupakan penerapan
komponen bertanya (questioning).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
c) Siswa melaporkan hasil tugas pada pertemuan sebelumnya
d) Dengan bimbingan guru, siswa mendiskusikan hasil tugas penggunaan
tanda baca. Kegiatan ini merupakan penerapan komponen masyarakat
belajar (learning community).
e) Siswa menulis kembali karangan yang dibuat guru dengan perbaikan
tanda baca. Kegiatan ini merupakan penerapan komponen menemukan
(inquiry).
f) Siswa mengumpulkan hasil pekerjaan
g) Kegiatan akhir, siswa dan guru menyimpulkan hasil pembelajaran
h) Guru melakukan refleksi yaitu bertanya kepada siswa apakah siswa
sudah paham tentang materi yang diberikan. Kegiatan ini merupakan
penerapan komponen refleksi (Reflection).
3) Pengamatan
Kegiatan observasi atau pengamatan ini dimaksudkan agar dapat
diketahui keberhasilan siklus II dalam mengatasi kekurangan pada siklus I.
pelaksanaan tindakan pada siklus II juga dilakukan dua kali pertemuan..
Kegiatan belajar-mengajar berlangsung selama 2 x 35 menit.
Kegiatan pengamatan dilakukan pada saat pembelajaran
berlangsung, yaitu pada hari Senin, 24 Mei 2010 di ruang kelas V SD
Negeri Begalon I Surakarta pada jam ke-3 dan ke-4). Kegiatan
pengamatan ini juga difokuskan pada situasi pembelajaran, kegiatan yang
dilakukan guru, dan aktivitas siswa dengan mengacu pada pedoman
observasi. Pada siklus II semua siswa hadir.
Pada pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan pertama dan
pertemuan kedua guru mengajarkan materi menulis deskripsi dengan
pendekatan kontekstual yang ditekankan pada penggunaan ejaan dan tanda
baca. Pada saat proses pembelajaran berlangsung, peneliti berada di
bangku paling belakang sebagai partisipasi pasif dan mengamati jalannya
pembelajaran.
Pada awal pertemuan pertama, guru mengkondisikan siswa
kemudian melakukan apersepsi dengan bertanya tentang pelajaran yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
lalu yaitu mengarang deskripsi dengan tema pasar (bertanya/questioning).
Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan penampilan salah satu siswa
membacakan hasil karangan yang dibuat sendiri (Pemodelan/Modelling).
Kemudian guru menjelaskan penggunaan tanda baca yang tepat dalam
kalimat. Setelah itu siswa membentuk kelompok untuk mengidentifikasi
ejaan dan tanda baca yang digunakan dalam salah satu karangan siswa
(masyarakat belajar/Learning Community), dilanjutkan dengan melakukan
diskusi kelas yang berkaitan dengan tanda baca yang digunakan dalam
kalimat tersebut, dan melaporkan hasil tugas kelompok di depan kelas.
Kegiatan selanjutnya yaitu guru dan siswa menyimpulkan hasil
pembelajaran. Tugas siswa adalah mencari referensi tentang penggunaan
tanda baca (Ejaan Yang Disesuaikan/EYD).
Pertemua kedua, pertama-tama guru mengkondisikan siswa, yang
dilanjutkan dengan memberikan apersepsi dengan menanyakan tugas pada
pertemuan sebelumnya (bertanya/questioning). Kemudian siswa
melaporkan hasil tugas pada pertemuan sebelumnya, dilanjutkan siswa
mendiskusikan hasil tugas penggunaan tanda baca
(kontruktivisme/contructivism). Kegiatan berikutnya adalah siswa menulis
kembali karangan dengan perbaikan tanda baca berdasarkan karangan
yang dibuat guru, setelah selesai langsung dikumpulkan, setelah itu siswa
dan guru menyimpulkan hasil pembelajaran. Kegiatan terakhir yaitu guru
melakukan refleksi dengan bertanya kepada siswa apakah siswa sudah
paham tentang materi yang diberikan (Refleksi/Reflection).
Berdasarkan pengamatan terhadap proses pembelajaran menulis
deskripsi pada siklus II, terjadi peningkatan kualitas pembelajaran, hal ini
dapat diketahui dari keaktifan, keberanian, kreatifitas, dan inisiatif siswa
yang meningkat dari siklus I. Secara lebih rinci, observasi yang telah
dilakukan mendapatkan beberapa hal berikut ini.
a) Keaktifan siswa selama pembelajaran menulis deskripsi mencapai
70%. Hal ini diindikasikan oleh hal-hal yang disebutkan di atas.
Penghitungan dilakukan dengan lembar observasi yang telah disusun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
terhadap jumlah siswa yang tampak aktif selama pembelajaran
berlangsung, yaitu sebanyak 14 siswa.
b) Kemampuan siswa dalam mengembangkan ide ke dalam tulisan
deskripsi mencapai 60%. Hal ini diamati dari hasil pekerjaan siswa
berupa tulisan deskripsi dan dihitung dari jumlah siswa yang mampu
mengembangkan ide tulisan dengan baik, yaitu sebanyak 12 siswa.
c) Ketuntasan hasil belajar menulis deskripsi mencapai 65%. Hal ini
terlihat dari hasil kerja siswa berupa tulisan deskripsi dan dihitung dari
jumlah siswa yang memperoleh nilai 65 ke atas, yaitu sebanyak 13
siswa.
4) Refleksi
Hasil belajar siswa keterampilan menulis deskripsi pada siklus II
ini sudah cukup bagus, namun belum mencapai indikator yang diharapkan
peneliti. Hal ini dikarenakan dalam proses belajar mengajar masih terdapat
kelemahan-kelemahan dari siswa. Ditemukan bahwa siswa merasa kurang
memahami instruksi yang diberikan guru. Siswa mengira guru menyuruh
siswa untuk menulis kembali karangan yang dibuat guru. Beberapa siswa
masih tampak bertanya pada guru dengan instruksi yang diberikan. Hal ini
diatasi oleh guru dengan menekankan perintah untuk menulis kembali
karangan dengan perbaikan tanda baca berdasarkan karangan yang dibuat
guru.
Dari segi hasil tulisan deskripsi, masih terlihat kelemahan yaitu
pada keruntutan cerita yang dibuat masih sangat kurang. Di samping itu
keberanian siswa dalam bertanya pada guru juga masih kurang, sebagian
siswa masih malu bertanya kepada gurunya, siswa memilih untuk bertanya
pada sesama temannya yang sudah mengerti. Perbaikan pembelajaran
menulis deskripsi pada siklus III lebih ditekankan pada penulisan cerita
yang runtut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
c. Siklus III
1) Perencanaan
Tahap ini dilaksanakan pada hari Selasa, 25 Mei 2010.
Perencanaan dilakukan di ruang kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta.
Pelaksanaan tindakan pada siklus III disepakati dua kali pertemuan,
masing-masing pertemuan adalah dua jam pelajaran (2 x 35 menit) yaitu
pada jam ke-3 dan jam ke-4. Pelaksanaan tindakan siklus III dilaksanakan
pada hari Kamis, tanggal 27 Mei 2010 dan hari Sabtu tanggal 29 Mei 2010
di ruang kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta. Dalam diskusi dengan
guru disepakati beberapa hal untuk meminimalkan kekurangan pada siklus
II.
Tahap perencanaan tindakan siklus III meliputi kegiatan sebagai
berikut :
a) Guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk
materi menulis deskripsi, yang dilaksanakan pada hari Kamis tanggal
27 dan hari Sabtu tanggal 29 Mei 2010. Pelaksanaan masing-masing
pertemuan dilaksanakan selama dua jam pertemuan (2 x 35 menit) atau
selama 70 menit pada jam ke-3 dan jam ke-4.
b) Guru dan peneliti mempersiapkan lembar observasi. Lembar observasi
ini untuk pengamatan terhadap guru dan siswa.
c) Peneliti beserta guru menyusun pedoman wawancara sebagaimana
yang dtelah dilaksanakan pada siklus II.
2) Pelaksanaan Siklus III
Sesuai rencana, tindakan pada siklus III pertemuan pertama
dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 27 Mei 2010 jam ke 3 dan 4 di
ruang kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta. Dalam kegiatan ini guru
mempertahankan tekniknya dalam mengajar dan mengaplikasikan solusi
yang telah disepakati dengan peneliti untuk meminimalkan kekurangan
pada siklus II.
Pelaksanaan tindakan siklus III pertemuan pertama ini guru kelas
bertindak sebagai pemimpin jalannya kegiatan belajar mengajar. Peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
melakukan observasi atau pengamatan terhadap proses pembelajaran sama
halnya dengan siklus I dan II.
Pada pertemuan pertama ini kegiatan belajar-mengajar diawali
dengan pemberian apersepsi berupa pemberian pertanyaan tentang
pelajaran yang lalu yaitu tanda baca dalam karangan
(Bertanya/Questioning). Hal tersebut dilakukan untuk penyegaran kembali
kondisi siswa guna mengembalikan ingatan mereka pada materi pelajaran
yang telah dilaksanakan pada pertemuan sebelumnya. Guru membagikan
hasil karangan pada pertemuan yang lalu. Kemudian siswa membentuk
kelompok untuk mengidentifikasi kesalahan dalam karangan yang telah
dibuat pada siklus II dilihat dari urutan cerita (Menemukan/Inquiry),
dilanjutkan dengan melaporkan hasil kerja kelompoknya. Setelah itu siswa
mendiskusikan kesalahan urutan kalimat dalam karangan. Pada kegiatan
akhir pembelajaran, guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.
Setelah guru memberikan tugas untuk menulis deskripsi tentang alat
peraga yang ditunjukkan oleh guru.
Tindakan siklus III pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu
tanggal 29 Mei 2010 pada jam ke-3 dan ke-4 selama 70 menit di ruang
kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta. Pelaksanaan tindakan pertemuan
kedua ini sama halnya pada pertemuan pertama yaitu guru bertindak
sebagai pemimpin jalananya kegiatan belajar mengajar, sedangkan peneliti
melakukan observasi atau pengamatan terhadap proses pembelajaran.
Adapun urutan pelaksanaan tindakan siklus III pertemua kedua
adalah sebagai berikut :
a) Pembelajaran diawali dengan apersepsi, yaitu bertanya jawab tentang
pelajaran yang lalu yaitu urutan cerita dalam karangan.
b) Guru membagikan hasil karangan pada pertemuan yang lalu
c) Siswa membentuk kelompok untuk menyebutkan benda yang ada di
dalam ruang kelas mulai dari yang besar sampai yang kecil.
d) Siswa menceritakan benda-benda yang ada di ruang kelas dalam
bentuk kalimat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
e) Guru membimbing siswa untuk menggabungkan kalimat-kalimat
tersebut menjadi karangan yang yang baik.
f) Kegiatan akhir pembelajaran, guru memberikan tugas kepada siswa
untuk mendeskripsikan ruang kelas dalam bentuk karangan yang runtut
dan memperhatikan pengguaan ejaan yang tepat.
g) Menyimpulkan hasil pembelajaran
3) Pengamatan
Kegiatan pengamatan dilakukan pada saat pembelajaran menulis
deskripsi berlangsung dengan pendekatan kontekstual yang ditekankan
pada keruntutan cerita dalam karangan deskripsi. Kegiatan pembelajaran
dilaksanakan dengan dua kali pertemuan, yaitu pertemuan pertama pada
hari Kamis, 27 Mei 2010 dan pertemuan kedua pada hari Sabtu, 29 Mei
2010. Masing-masing pertemuan dilaksanakan pada jam ke-3 dan jam ke-4
di ruang kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta. Seperti pengamatan pada
siklus sebelumnya, pengamatan difokuskan pada kegiatan guru di kelas,
keaktifan siswa dalam pembelajaran menulis, serta situasi pembelajaran
yang terbangun. Peneliti duduk di bangku paling belakang untuk
mengamati pembelajaran dengan berpedoman pada lembar observasi yang
telah disusun bersama guru.
Pada pertemuan pertama dan kedua, semua siswa hadir. Pada
kegiatan pembelajaran siklus III, guru terlihat lebih siap dari segi
perencanaan maupun materi. Saat pembelajaran dimulai, siswa sudah
dikondisikan dengan baik. Siswa sudah berada di bangkunya masing-
masing dengan tertib. Setelah semua siswa tertib, guru memulai kegiatan
pembelajaran.
Pada tindakan siklus III, keaktifan siswa dalam merespon
pertanyaan yang dilontarkan guru semakin terlihat. Hal ini disebabkan
oleh tema sangat dekat dengan dunia siswa, yaitu mengenai benda-benda
yang ada di ruang kelas. Benda-benda tersebut juga mampu menambah
referensi guru sehingga guru dapat menambahkan informasi sebagai bahan
menulis siswa ke dalam tulisan deskripsi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Berdasarkan pengamatan terhadap proses pembelajaran menulis
deskripsi, diperoleh gambaran aktivitas menulis deskripsi selama kegiatan
belajar mengajar berlangsung yaitu sebagai berikut :
a) Keaktifan siswa selama pembelajaran menulis deskripsi mencapai
80%. Penghitungan dilakukan dengan lembar observasi yang telah
disusun terhadap jumlah siswa yang tampak aktif selama pembelajaran
berlangsung, yaitu sebanyak 16 siswa. Siswa yang tampak pasif lebih
berkurang dari siklus sebelumnya. Hal ini disebabkan guru telah
mampu mengondisikan kelas dan memposisikan diri dengan baik.
Guru lebih fleksibel dan sering berkeliling untuk membimbing siswa
dalam proses menulis.
b) Kemampuan siswa dalam mengidentifikasi kesalahan dalam karangan
yang telah dibuat pada siklus II dilihat dari urutan cerita
(Menemukan/Inquiry) mencapai 90%. Hal ini diamati dari hasil kerja
siswa berupa tulisan deskripsi dan dihitung dari jumlah siswa yang
mampu menulis deskripsi dengan benar, yaitu sebanyak 18 siswa.
c) Siswa yang mampu mendeskripsikan ruang kelas dalam bentuk
karangan yang runtut dan memperhatikan pengguaan ejaan yang tepat
sebesar 90%. Hal ini diamati dari hasil kerja siswa yang berupa:
menceritakan benda-benda yang ada di ruang kelas dalam bentuk
kalimat, dan menggabungkan kalimat-kalimat tersebut menjadi
karangan yang baik, yaitu sebanyak 18 siswa.
d) Ketuntasan hasil belajar menulis deskripsi mencapai 90% atau 18
siswa, yang berarti hanya tinggal dua siswa yang belum mencapai
target KKM 65. Hal ini terlihat dari hasil kerja siswa berupa tulisan
deskripsi dan dihitung dari jumlah siswa yang mencapai nilai 65 ke
atas.
4) Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada siklus III, dapat
dikemukakan beberapa hal, yaitu kualitas pembelajaran menulis deskripsi
mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari tercapainya indikator yang telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
ditetapkan, yaitu keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan
kemampuan siswa dalam menulis deskripsi, siswa telah mampu
menghasilkan kosakata yang bervariatif, siswa mampu menyesuaikan antara
judul dengan isi tulisan, siswa mampu menyesuaikan isi tulisan dengan objek
yang diamati, dan siswa mampu menghasilkan tulisan yang sesuai dengan
ejaan yang benar. Beberapa kekurangan yang terjadi pada siklus II juga dapat
teratasi pada siklus III.
Teknik mengajar yang dilakukan guru terbukti dapat meningkatkan
keaktifan dan kemampuan siswa dalam menulis deskripsi, yaitu sebesar 80%.
Guru telah berhasil membangkitkan gairah belajar siswa dengan membangun
suasana belajar yang menyenangkan yaitu dengan menggunakan pendekatan
kontekstual.
Dilihat dari segi hasil pembelajaran, 18 siswa dapat mencapai batas
kriteria kelulusan minimal, hal ini terlihat dari skor tulisan mereka yang
mencapai skor 65 ke atas. Keberhasilan juga dapat dilihat dari tercapainya
beberapa indikator yang telah ditetapkan. Berdasarkan pengamatan dan
analisis hasil tulisan siswa maka guru dan peneliti sepakat untuk mengakhiri
siklus tindakan penelitian dalam pembelajaran menulis deskripsi melalui
pendekatan kontekstual ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan secara rinci hasil penelitian, dan
pembahasannya sebagai jawaban atas rumusan masalah yang tertera pada Bab I.
Hal yang akan diuraikan meliputi : (1) deskripsi hasil penelitian setiap siklus, dan
(2) pembahasan hasil penelitian
A. HASIL PENELITIAN
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siswa kelas V SD Negeri
Begalon I Surakarta didapatkan hasil diantaranya adalah perubahan tingkah laku
siswa pada saat pembelajaran, perubahan cara mengajar guru, dan perubahan hasil
belajar siswa secara keseluruhan dari siklus I sampai siklus III. Adapun hasil
menulis deskripsi siswa kelas V dari siklus I sampai siklus III adalah sebagai
berikut :
Tabel 5. Nilai Menulis Deskripsi Siklus I
No. Nilai Frekuensi
(Siswa)
Persentase
(%)
1 53 – 56 1 5
2 57 – 60 8 40
3 61 – 64 2 10
4 65 – 68 2 10
5 69 – 72 2 10
6 73 – 75 5 25
Jumlah 20 100
Untuk lebih jelasnya mengenai nilai hasil menulis deskripsi siswa pada siklus I,
dapat digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
0
2
4
6
8
53 - 56 57 - 60 61 - 64 65 - 68 69 - 72 73 - 75
Gambar 3. Grafik Nilai Menulis Deskripsi Siklus I
Berdasarkan grafik tersebut, diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran
menulis deksipsi pada siklus I ternyata masih terdapat kelemahan. Kelemahan
tersebut adalah kurangnya perhatian siswa terhadap model yang ditampilkan di
depan kelas dan masih kurang tepatnya ejaan dan penggunaan tanda baca oleh
siswa sehingga hasil tulisannya masih sulit untuk dipahami. Kelemahan tersebut
diperbaiki dalam pembelajaran menulis deskripsi dengan penggunaan pendekatan
kontekstual pada siklus II.
Pelaksanana pembelajaran menulis deskripsi dengan pendekatan
kontekstual pada siklus II dengan penekatan pada aspek ejaan dan tanda baca,
diperoleh hasil nilai menulis deskripsi sebagai berikut :
Tabel 6. Nilai Menulis Deskripsi Siklus II
No. Nilai Frekuensi
(Siswa)
Persentase
(%)
1 66 – 68 4 20
2 69 – 71 4 20
3 72 – 74 1 5
4 75 – 77 4 20
5 78 – 80 4 20
6 81 – 83 3 15
Jumlah 20 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Dari tabel 6 tersebut, untuk lebih jelasnya dapat digambarkan grafik sebagai
berikut:
0
1
2
3
4
66 - 68 69 - 71 72 - 74 75 - 77 78 - 80 81 - 83
Gambar 4. Grafik Nilai Menulis Deskripsi Siklus II
Pembelajaran menulis deskrisi dengan pendekatan kontekstual pada siklus
II yang telah dilaksanakan, masih terdapat kelemahan yaitu pada keberanian siswa
dalam bertanya langsung kepada guru dan kurang tepatnya urutan cerita deskripsi
yang dibuat oleh siswa. Kelemahan tersebut diperbaiki dalam pelaksanaan siklus
III.
Pada pelaksanaan pembelajaran menulis deskripsi dengan penerapan
pendekatan kontekstual pada siklus III ini ditekankan pada penggunaan benda-
benda di ruang kelas. Selain itu, dalam pelaksanaan pembelajaran siklus III, guru
lebih banyak memberikan motivsi pada siswa untuk lebih berani bertanya secara
langsung pada guru.
Adapun hasil nilai menulis deskripsi dengan menceritakan benda-benda
yang ada di ruang kelas dalam bentuk kalimat, dan menggabungkan kalimat-
kalimat tersebut menjadi karangan pada siswa kelas V pada siklus III diperoleh
nilai sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Tabel 7. Nilai Menulis Deskripsi Siklus III
No. Nilai Frekuensi
(Siswa)
Prosentase
(%)
1 74 – 76 2 10
2 77 – 79 2 10
3 80 – 82 3 15
4 83 – 85 7 35
5 86 – 88 5 25
6 89 – 90 1 5
Jumlah 20 100
Hasil pembelajaran menulis deskripsi pada siklus III dapat digambarkan dalam
bentuk grafik, sebagai berikut :
0
1
2
3
4
5
6
7
74 - 7677 - 7980 - 8283 - 8586 - 8889 - 90
Gambar 5. Grafik Nilai Menulis Deskripsi Siklus III
Berdasarkan gambar 5 tersebut di atas dapat diketahui bahwa hasil nilai
tulisan deskripsi siswa kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta yang masih di
bawah KKM (65) adalah dua siswa (10%), dan siswa yang telah mencapai nilai
KKM (65) adalah sebanyak 18 siswa (90%).
Peningkatan kualitas hasil pembelajaran menulis deskripsi sisswa kelas V dapat
dilihat dari hasil observasi aktivitas siswa sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Hasil Observasi Aktivitas Siswa
No Aspek yang Dinilai Nilai
Siklus I Siklus II Siklus III
1 Keaktifan siswa
a. dalam mengikuti pelajaran 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
b. dalam bertanya 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
c. dalam menjawab pertanyaan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
d. dalam mengerjakan tugas 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
individu
e. dalam mengerjakan tugas 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
kelompok
2 Keberanian
a. dalam mengutarakan pendapat 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
b. dalam bercerita 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
c. dalam bertanya 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
d. dalam menjawab pertanyaan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
e. dalam memanfaatkan media 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
3 Kreativitas dan Inisiatif
a. dalam menyusun kalimat 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
b. dalam mengajukan pertanyaan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
c. dalam menjawab pertanyaan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
d. dalam memanfaatkan media 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
e. dalam mengembangkan cerita 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Jumlah 20 38 52
Keterangan : 4 : Sangat baik
3 : Baik
2 : Cukup
1 : Kurang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Sebelum melaksanakan tindakan siklus I, peneliti melakukan survei awal
untuk mengetahui kondisi nyata di lapangan. Dari hasil kegiatan ini, peneliti
menemukan bahwa kualitas proses pembelajaran dan hasil pembelajaran menulis
deskripsi di kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta masih tergolong rendah.
Indikator rendahnya kualitas pembelajaran dalam penelitian ini adalah rendahnya
keaktifan siswa yang ditandai dengan semangat siswa dalam mengikuti
pembelajaran, bertanya, menjawab pertanyaan, mengerjakan tugas individu, dan
mengerjakan tugas kelompok. Indikator berikutnya adalah kemamuan menulis
deskripsi dari kriteria kelulusan minimal (KKM) 65 belum mencapai 70% dari 20
siswa, yang ditandai dengan: 1) Keterampilan siswa dalam menghasilkan kosakata
yang bervariatif, 2) kesesuaian antara judul tulisan dengan isi tulisan, 3)
Kesesuaian antara isi tulisan dengan objek yang diamati, 4) Keterampilan siswa
dalam menghasilkan tulisan yang sesuai dengan ejaan yang benar. Nilai ini
diamati pada saat pretes menulis deskripsi. Selanjutnya, dilakukan kolaborasi dan
diskusi dengan guru kelas Bahasa Indonesia kelas V untuk mengatasi masalah
tersebut. Guru dan peneliti bersepakat menggunakan pendekatan kontekstual
dalam pembelajaran menulis deskripsi. Kegiatan berikutnya, guru bersama
peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk materi
pembelajaran menulis deskripsi.
Pada tindakan siklus I guru sudah mulai menggunakan pendekatan
kontekstual dalam pembelajaran menulis deskripsi. Dengan melalui pendekatan
kontekstual tersebut siswa lebih antusis dalam pembelajaran dan pembelajaran
meningkat dibanding pada saat pretes. Akan tetapi, pada siklus I masih terdapat
pula kekurangan, diantaranya pada segi pengelolaan kelas oleh guru dan hasil
tulisan deskripsi siswa masih belum jelas atau masih sulit dipahami. Kekurangan
pada siklus I tersebut kemudian diperbaiki pada siklus II.
Pada pembelajaran siklus II, ternyata masih terdapat kendala-kendala,
yaitu: 1) Kurangnya keberanian siswa untuk bertanya secara langsung kepada
guru tentag suatu hal yang kruang dimengerti. Siswa lebih memilih bertanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
kepada temannya. Kegiatan bertanya dalam pendekatan konteksual merupakan
penerapan komponen bertanya/questioning yang harus dilaksanakan. 2) Kendala
berikutnya adalah siswa kurang memperhatikan urutan cerita yang ditulisnya.
Sebagian siswa mengulang-ulang cerita yang ditulisnya, sehingga alur ceritanya
menjadi tidak jelas.
Analisa peneliti dengan adanya kendala-kendala yang terjadi pada siklus
II, yaitu: 1) Siswa kurang berani bertanya langsung pada guru karena siswa takut
dan malu apabila dianggap siswa yang bodoh, 2) Siswa kurang memperhatikan
urutan cerita, karena siswa ingin hasil tulisan deskripsinya banyak, sehingga siswa
tidak menyadari bahwa tulisan yang suda ada ditulis lagi. Adanya kendala-kendala
tersebut diatasi dengan : 1) menambah motivasi pada siswa untuk lebih berani
bertanya dan menyampaikan pendapatnya, 2) pelaksanaan pembelajaran menulis
deskripsi melalui pendekatan kontekstual dengan penekanan pada urutan cerita
dan penggunana benda-benda di ruang kelas sebagai media pembelajaran.
Kekurangan pada siklus II kemudian diminimalkan pada siklus III. Pada
tindakan siklus III, siswa lebih bersemangat mengikuti pembelajaran menulis
deskripsi. Pembelajaran pada siklus III ini lebih memberikan motivasi kepada
siswa supaya lebih berani bertanya. Selain bertanya siswa juga ditambah motivasi
untuk mengungkapkan pendapatanya. Dari segi guru, guru telah menerapkan
teknik dengan baik dan bisa mengkondisikan siswa dengan baik pula. Dari hasil
teks menulis deskripsi yang dilaksanakan pada tiap siklus, didapatkan hasil bahwa
sebagian besar siswa telah mencapai batas ketuntasan minimal (65) pada siklus
III. Hal ini membuktikan bahwa penggunaan pendekatan kontekstual dapat
meningkatkan kualitas hasil dan proses (keaktifan) siswa dalam menulis deskipsi.
Peningkatan kualitas hasil pembelajaan menulis deskripsi dapat dilihat dari
hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan dari siklus ke siklus.
Pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan pendekatan kontekstual
dapat meningkatkan jumlah siswa yang mendapatkan nilai diatas kriteria kulusan
minimal (65) yang telah ditentukan guru. Pada siklus I persentase ketuntasan hasil
belajar siswa sebesar 55% (24 siswa dari 43 siswa). Peningkatan tersebut terus
meningkat pada siklus berikutnya. Lebih jelasnya hasil belajar menulis deskripsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
siswa kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta dari siklus I sampai siklus III,
adalah sebagai berikut :
Tabel 8. Peningkatan Nilai Menulis Deskripsi Tiap Siklus
Siklus I
No. Nilai Frekuensi
(Siswa)
Persentase
(%)
1 53 – 56 1 5
2 57 – 60 8 40
3 61 – 64 2 10
4 65 – 68 2 10
5 69 – 72 2 10
6 73 – 75 5 25
Jumlah 20 100
Siklus II
No. Nilai Frekuensi
(Siswa)
Persentase
(%)
1 66 – 68 4 20
2 69 – 71 4 20
3 72 – 74 1 5
4 75 – 77 4 20
5 78 – 80 4 20
6 81 – 83 3 15
Jumlah 20 100
Siklus III
No. Nilai Frekuensi
(Siswa)
Presentase
(%)
1 74 – 76 2 10
2 77 – 79 2 10
3 80 – 82 3 15
4 83 – 85 7 35
5 86 – 88 5 25
6 89 – 90 1 5
Jumlah 20 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Dari tabel 8 tersebut di atas tampak lebih jelas peningkatan hasil tulisan deskripsi
dari siklus I sebesar 7,3%, pada siklus II sebesar 12,6%, dan pada siklus III
sebesar 11,3 % .
Dari data di atas, agar tampak lebih jelas peningkatan hasil tulisan deskripsi dari
siklus I, II, dan III dapat dibuatkan grafik sebagai berikut :
0
2
4
6
8
10
53 -
59
60 -
65
66 -
71
72 -
77
78 -
83
84 -
90
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Gambar 6. Grafik Nilai Menulis Deskripsi Siklus I, II, dan III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. SIMPULAN
Simpulan yang dapat dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Penggunaan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya materi karangan deskripsi dapat
meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis deskripsi pada siswa
kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta. Hal ini ditunjukkan oleh adanya
peningkatan proses pembelajaran sebagai berikut : (a) jumlah siswa yang aktif
dalam kegiatan apersepsi terus mengalami peningkatan dari siklus satu ke
siklus berikutnya, (b) jumlah siswa yang aktif memperhatikan penjelasan
materi dari guru mengalami peningkatan, dan (c) jumlah siswa yang aktif
dalam diskusi juga meningkat.
2. Penggunaan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya materi karangan deskripsi dapat
meningkatkan ketrampilan deskripsi pada siswa kelas V SD Negeri Begalon I
Surakarta. Hal ini ditunjukkan oleh adanya adanya peningkatan keterampilan
menulis deskripsi dilihat dari kemampuan menghasilkan kosakata, kesesuaian
antara judul dengan isi tulisan, kesesuaian antara isi tulisan dengan objek yang
diamati, tulisan yang sesuai dengan ejaan yang benar mengalami peningkatan.
B. IMPLIKASI
Penelitian ini memberikan suatu gambaran yang jelas bahwa keberhasilan
proses pembelajaran tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut
berasal dari pihak guru maupun siswa. Faktor dari pihak guru yaitu: kemampuan
guru dalam mengembangkan materi, kemampuan guru dalam menyampaikan
materi, kemampuan guru dalam mengelola kelas, metode yang digunakan guru
sebagai sarana untuk menyampaikan materi. Kemudian, faktor dari siswa yaitu:
minat dan motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Faktor-faktor tersebut saling mendukung satu sama lain, sehingga harus
diupayakan dengan maksimal agar semua faktor tersebut dapat dimiliki oleh guru
dan siswa dalam proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. Apabila guru
memiliki kemampuan yang baik dalam menyampaikan materi dan dalam
mengelola kelas serta didukung oleh teknik dan saran yang sesuai, maka guru
akan dapat menyampaikan materi dengan baik. Materi tersebut akan dapat
diterima oleh siswa apabila siswa juga memiliki minat dan motivasi yang tinggi
untuk aktif dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran
dapat berjalan dengan lancar, kondusif, efektif dan efisien.
Implikasi praktis dari penelitian tindakan kelas ini adalah memperkaya
khasanah ilmu pengetahuan tentang penelitian tindakan kelas, sehingga dapat
memotivasi guru dan peneliti lain untuk melakukan penelitian sejenis dengan
tujuan meningkatkan kualitas pembelajaran. Penelitian ini juga dapat dijadikan
referensi untuk mengembangkan pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif,
sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbngan bagi guru untuk
menerapkan pendekatan kontekstual sebagai pendekatan dalam pembelajaran
yang dilaksanakan.
C. SARAN
Berdasarkan simpulan dan implikasi penelitian di atas, peneliti
mengajukan saran kepada beberapa pihak, antara lain :
1. Bagi Kepala Sekolah
a. Hendaknya menejemen fasilitas di sekolah disusun dengan rapi dan tertib
sehingga fasilitas sekolah dapat dimanfaatkan oleh semua warga sekolah
terutama guru.
b. Hendaknya mendukung segala kegiatan guru dan siswa yang sifatnya
inovatif, sehingga siswa dan guru mampu meningkatkan kualitas
pembelajaran.
c. Hendaknya memberi kesempatan bagi guru untuk melakukan penelitian
dan mengikutsertakan guru dalam forum-forum ilmiah, seperti seminar
pendidikan, diklat, Workshop, dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
2. Bagi Guru
a. Dalam membentuk kelompok, hendaknya guru mengacak siswa yang
pandai agar siswa yang pandai tersebut dapat membantu siswa yang
kurang atau tidak pandai.
b. Guru hendaknya menunjuk siswa yang jarang maju di depan kelas
sebagai model, agar dapat menarik perhatian siswa.
c. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya materi karangan
deskripsi, hendaknya guru menggunakan pendekatan kontekstual agar
siswa mampu mengatasi kendala kurang tepatnya penggunaan ejaan
dan tanda baca.
d. Hendaknya guru mampu memilih pendekatan atau model pembelajaran
yang tepat dengan materi yang diajarkan.
3. Bagi Siswa
a. Hendaknya lebih banyak membaca bacaan dan memperluas
pengetahuan, baik dari sekolah, rumah, maupun media massa.
b. Hendaknya aktif dalam belajar menggali ide tulisan melalui berbagai
sumber, salah satu diantaranya adalah karangan deskripsi.
c. Hendaknya lebih aktif dalam bertanya dan berdiskusi supaya
memperoleh informasi penjelas yang cukup berkaitan dengan isi
karangan yang ditampilkan.
4. Bagi Peneliti Lain
a. Bagi peneliti yang ingin menerapkan pendekatan kontekstual dalam
pembelajaran menulis deskripsi dapat bekerjasama dan berkolaborasi
dengan guru yang mengalami permasalahan dalam pembelajaran
tersebut.
b. Dapat memodifikasi pendekatan kontekstual dengan pendekatan atau
teknik lain untuk mengatasi masalah pembelajaran yang berbeda dan
pada obyek yang berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
DAFTAR PUSTAKA
Atar Semi 1990. Menulis Efektif. Padang : CV Angkasa Raya.
Budinuryanta, Kasurijanta dan Imam Koermen. 1997. Materi Pokok Pengajaran
Keterampilan Berbahasa. Jakarta : Depdikbud.
Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning
(CTL). Jakarta : Depdiknas.
Gorys Kearf. 2000. Argumentasi dan Narasi. Jakarta : PT Gramedia.
Henry Guntur Tarigan. 1993. Menulis Sebagai Suatu Ketarampilan Berbahasa.
Bandung : CV Angkasa.
Khaerudin Kurniawan. 2005 “Model Pengajaran Menulis Bagi Penutur Asing
Tingkat Lanjut” diunduh darihttp://www./ialf/kibika/papers/Khaerusin
Kurniawan. Doc. Diakses tanggal 27 Agustus 2007.
“Menulis Deskripsi” diunduh dari http://gurubahasa.com. Diakses tanggal 20
Oktober 2008.
Muchlisoh, dkk. 1992. Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia 3 Modul 1-9.
Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Mulyasa. 2006. Menjadi Guru Profesional : Menciptakan Pembelajaran Kreatif
dan Menyenangkan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsjad dan Sakura. H. Ridwan. 1996. Pembinaan
Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta : Erlangga.
Sugianto. 2008. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning
(CTL). Jakarta : Erlangga.
Suharsini Arikunto, Suhardjo, dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta : PT Bumi Akasara.
71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Suluh Numpang Nulis. 2006. Tentang Menulis; Serbaneka Gaya Tulisan, Kembali
ke Gaya SMP. (http://haqiqie.wordpress.com/2006/04/22/tentang-
menulis-serbaneka gaya-tulisan-kembali-ke-pelajaran-smp/diakses 10
Maret 2007.
Yant Mujiyanto, Buhi Setiawan, Purwadi dan Edy Suryanto, 2000. Puspa Ragam
Bahasa Indonesia (BPK). Surakarta : UNS Press.