peningkatan keterampilan menulis cerpen dengan media gambar berseri pada siswa

33
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS X-8 SMA NEGERI 2 KARANGANYAR TAHUN 2011-2012 Untuk Memenuhi Tugas Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia Disusun oleh : Panji Pradana 092110144 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2012

Upload: gina-dwi-septiani

Post on 26-Dec-2015

124 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

Page 1: Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Dengan Media Gambar Berseri Pada Siswa

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA

KELAS X-8 SMA NEGERI 2 KARANGANYARTAHUN 2011-2012

Untuk Memenuhi Tugas Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia

Disusun oleh :Panji Pradana

092110144

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAHFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO

2012

Page 2: Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Dengan Media Gambar Berseri Pada Siswa

BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah

Menulis  adalah salah  satu  kegiatan  yang  harus  dihadapi  siswa  dalam  proses

pembelajaran, terutama untuk mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Melalui kegiatan

menulis diharapkan siswa dapat menuangkan ide-ide atau gagasan baik yang bersifat ilmiah

maupun imajinatif. Oleh karena itu,  sekolah tempat mengenyam pendidikan diharapkan dapat

memberikan pembelajaran tentang menulis dengan baik melalui metode yang tepat sehingga

potensi dan daya kreatifitas siswa dapat tersalurkan.

Pembelajaran menulis sudah sejak lama dilaksanakan dengan berbagai metode, tetapi

sampai sekarang belum ada hasil yang optimal. Hal tersebut seperti yang dikatakan oleh Sutama

dkk (dalam Nurhayati 2000: 13) bahwa siswa belum dapat dikatakan mampu berbahasa Indonesia

secara baik dan benar, baik lisan maupun tulisan, mulai sekolah dasar sampai dengan sekolah

menengah umum. Siswa masih bingung dan mengalami kesulitan ketika harus menulis.

Fenomena tersebut memunculkan  upaya  sebagai  bentuk  solusi  mengatasi permasalahan

tersebut.

Pembelajaran sastra sebagai salah satu pelajaran di sekolah menengah

atas juga memiliki keterkaitan dengan pembelajaran menulis. Sebagai salah satu

mata pelajaran yang kurang mendapat perhatian dari siswa. Sastra menjadi mata

pelajaran yang sulit untuk dipelajari siswa. Seperti yang dikatakan Superhar (2006) bahwa

pelajaran sastra, dalam pandangan orang dewasa termasuk pihak sekolah ternyata bukanlah

pelajaran yang menarik untuk diberikan deengan sungguh-sungguh dan serius kepada anak-anak

di sekolah. Doktrin yang diberikan kepada siswa adalah pelajaran eksak, ilmu pengetahuan alam

dan sosial, serta bahasa Inggris sebagai pelajaran yang sangat penting penguasaannya bagi masa

depan anak.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas X-8

SMA Negeri 2 Karanganyar pada bulan April 2011, keterampilan menulis cerpen telah diajarkan

tetapi belum mencapai ketuntasan karena dalam pembelajaran masih menggunakan metode

ceramah. Hal ini dapat diambil kesimpulan bahwa peran guru amat dominan dalam proses

pembelajaran. Siswa  kurang  aktif dan sering kali metode ceramah menimbulkan kebosanan

Page 3: Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Dengan Media Gambar Berseri Pada Siswa

bagi siswa dalam pembelajaran menulis cerpen sehingga karya yang dihasilkan siswa kurang

maksimal. Cerpen yang dibuatnya kurang menarik karena bahasa yang digunakan monoton, dan

pengembangan ide atau gagasan kurang bervariasi.  Hal  ini  dapat  dilihat  dari  kesesuaian  isi 

cerpen  dengan  tema, pengembangan topik, dan diksi yang belum mendapat perhatian dari siswa.

Tarigan(2008: 186) menegaskan bahwa pembelajaran mengarang belum terlaksana dengan baik di

sekolah.  Karena hanya terletak pada cara guru mengajar. Umumnya kurang variasi, kurang

merangsang, dan kurang pula dalam frekuensi. Pembahasan karangan siswa kurang dilaksanakan

guru. Murid sendiri menganggap mengarang tidak penting atau belum mengetahui peranan

mengarang bagi kelanjutan studi mereka.

Guru sebagai penyampai materi kepada siswa harus dapat menyampaikan materi yang

akan dibahas dengan metode dan media yang tepat dan menarik. Hal tersebut akan berdampak

pada keberhasilan siswa dalam mengikuti pembelajaran dan mengerjakan tugas yang diberikan

guru. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Jamaludin (2004: 97-98) bahwa keprofeesionalan seorang

guru dituntut demi lancarnya proses belajar mengajar. Dalam hal ini paling tidak ada lima hal

khusus yang harus dipenuhi oleh guru. Pertama, seorang guru yang professional haruslah orang

yang benar-benar memiliki pengertian yang mendalam mengenai tujuan pembelajaran. Kedua,

seorang guru yang professional adalah orang yang memiliki minat yang besar terhadap dunia

pendidikan. Ketiga, seorang guru yang profesional adalah orang yang memiliki pemahaman dan

kemampuan dalam bidang pendidikan. Keempat, seorang guru yang profesional adalah sosok

guru yang memiliki pemahaman dan  kemampuan selektif dalam menentukan maupun

menerapkan suatu metode atau pendekatan pembelajaran. Kelima,  seorang guru yang

profesional adalah komitmen yang tinggi terhadap pembinaan dan pengembangan pendidikan

Dengan menghadapkan siswa pada objek gambar akan menstimulus siswa untuk 

menulis  cerpen  dengan  tingkat  kesulitan  menjadi  berkurang.  Menurut Sadiman (2002: 29-

31), gambar memiliki beberapa kelebihan antara lain (1) sifatnya konkret, lebih realistis

menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata, (2) gambar dapat

mengatasi batasan ruang dan waktu, (3) dapat mengatasi pengamatan kita, (4) dapat memperjelas

suatu masalah dalam bidang aoa saja dan untuk usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau

membetulkan kesalah pahaman, (5) harganya murah dan gampang didapat serta digunakan tanpa

memerlukan peralatan khusus.

Page 4: Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Dengan Media Gambar Berseri Pada Siswa

Melalui media gambar berseri dapat diaplikasikan agar aktifitas menulis menjadi kegiatan

yang menarik sehingga menulis cerpen mendapat perhatian dari siswa yang  selama  ini  tidak 

memperhatikannya. Dengan pemilihan  media gambar berseri, peneliti berharap dapat

meningkatkan kemampuan menulis cerpen pada siswa kela X SMA Negeri 2 Karanganyar.

B.     Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, rumusan masalah yang akan

dibahas adalah sebagai berikut.

a.       Bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis cerpen pada siswa kelas X-8 SMA Negeri 2

Karanganyar dengan gambar berseri?

b.      Bagaimanakah pemahaman siswa kelas X-8 SMA Negeri 2 Karanganyar dalam menulis cerpen

melalui media gambar berseri.

C.     Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a.       mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis cerpen melalui media gambar berseri;

b.      meningkatkan pemahaman siswa kelas X-8 SMA Negeri 2 Karanganyar dalam menulis cerpen

melalui media gambar berseri.

D.    Manfaat Penelitian

Suatu penelitian ilmiah harus memberikan manfaat. Adapun manfaat yang dapat

diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.    Manfaat Teoritis

a.       Menemukan teori atau pengetahuan baru mengenai penulisan cerpen melalui media gambar

berseri

b.      Sebagai dasar untuk mengolah suatu ide-ide inovatif dalam pembelajaran

2.    Manfaat Secara Praktis

a.       Manfaat bagi siswa

1)    Memberikan suatu kermudahan dalam mempelajari pembelajaran sastra

2)    Siswa dapat mengembangkan pikirannya melalui sebuah karya sastra dengan menulis

3)    Siswa dapat menjadi lebih kritis terhadap suatu kejadian dengan memberikan suatu gambar

berseri.

Page 5: Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Dengan Media Gambar Berseri Pada Siswa

b.      Manfaat bagi guru

1)    Menambah inovasi baru dalam pembelajaran khusunya sastra

2)    Dapat menemukan inovasi baru dalam meningkatkan mutu pembelajaran di kelas

3)    Dapat menjadi masukan tentang cara yang tepat agar siswa tertarik untuk mengikuti

pembelajaran.

c.       Manfaat bagi sekolah

1)    Meningkatkan kualitas pembelajaran menulis cerpen baik proses maupun hasil.

2)    Meningkatkan mutu pendidikan.

BAB II

LANDASAN TEORI

A.     Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka berfungsi untuk memberikan pemaparan tentang penelitian sebelumnya

yang telah dilakukan. Tinjauan terhadap hasil penelitian sebelumnya ini hanya akan dipaparkan

beberapa penelitian sejenis yang berkaitan dengan permasalahan pembelajaran keterampilan

menulis cerpen.

Penelitian yang dilakukan Rahmawati UMS (2010) dengan judul ”Peningkatan

Keterampilan Menulis Cerpen dengan Menggunakan Media Gambar Berseri pada Siswa Kelas X

SMA Al – Islam 3 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010”. Hasil penelitian menunjukkan minat dan

motivasi dalam mengajukan pertanyaan pada siklus pertama 27%, siklus kedua 34%. Minat dan

motivasi dalam menjawab pertanyaan pada siklus pertma 20%, siklus kedua 32%, sedangkan

minat dan motivasi dalam memberikan tanggapan dalam siklus pertama belum ada, siklus kedua

20%. Minat dan motivasi siswa dalam menyiapkan penulisan cerpen pada siklus pertama 37%,

silus kedua 68%. Kemampuan menulis cerpen pada siklus pertama 45%, siklus kedua 68%. Hal

ini dapat disimpulkan bahwa antara siklus pertama ke siklus kedua mengalami peningkatan

dalam meningkatkan keterampilan menulis cerpen.

Dari penelitian ini hal yang relevan dengan penelitian ini adalah sama-sama peningkatan

keterampilan menulis cerpen dengan media gambar berseri di tingkat SMA. Adapun hal-hal yang

membedakan antara lain yang pertama terletak pada lokasi atau tempat penelitian yaitu peneliti

sebelumnya di SMA Al-Islam 3 Surakarta,  sedangkan penelitian ini di SMA Negeri 2

Karanganyar. Perbedaan yang kedua adalah peneliti sebelumnya meneliti tingkat minat dan

Page 6: Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Dengan Media Gambar Berseri Pada Siswa

motivasi dari siklus I dan siklus II terhadap peserta didik, sedangkan peneliti ini meneliti tingkat

pemahaman siswa dalam menulis cerpen dengan media gambar berseri.

 Penelitian yang dilakukan oleh Endang Rahmawati UMS (2009) dengan judul skripsi

”Pembelajaran Keterampilan Menulis Narasi dengan Media Gambar Berseri pada Siswa Kelas

III SDIT Nur Hidayah Surakarta. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa kelas III SDIT

Nur Hidayah cukup, karena sebagian besar siswa dapat mengurutkan gambar berseri yang diacak

secara cepat dan dapat menuangkannya menjadi sebuah karangan yang baik. Pola urutan gambar

berseri adalah 4-1-3 dan 4-1-2-3.

Dari penelitian sebelumnya, hal yang relevan dengan penelitian ini adalah sama-sama

menggunakan keterampilan menulis cerpen dengan media gambar berseri. Adapun hal-hal yang

membedakan antara lain yang pertama terletak pada lokasi atau tempat dan sasaran penelitian.

Penelitian peneliti sebelumnya dilakukan pada tingkat Sekolah Dasar yaitu di SDIT Nur Hidayah

Surakarta, sedangkan penelitian ini pada tingkat menengah yaitu di SMA Negeri 2 Karanganyar.

Perbedaan yang kedua adalah peneliti sebelumya meneliti kemampuan mengurutkan gambar

dengan menulis narasi sedangkan penelitian ini meneliti tingkat kemampuan dalam menulis

cerpen. Perbedaan yang ketiga terletak strategi atau metode pembelajaran, peneliti sebelumnya

menggunakan metode gambar berseri dengan acak, sedangkan penelitian ini tidak menggunakan

sistem acak.

Penelitian yang dilakukan oleh Yuka Mandiri UMS (2010) dengan judul ”Peningkatan

Keterampilan Menulis Narasi dengan Pemanfaatan Media Gambar Berseri pada Siswa Kelas

VIID SMP Negeri 2 Sawit tahun Ajaran 2009/2010. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa

perencanaan pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik. Hal ini ditunjukkan pada evaluasi

berdasarkan tindakan kelas, yaitu pembelajaran yang biasa saja menjadi pembelajaran yang

menarik sehingga peserta didik menjadi aktif dna terjadi interaksi antar peserta didik.

Pembelajaran dengan metode gambar berseri mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam

menuntaskan belajar siswa di kelas. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas siswa pada

kondisi awal diperoleh nilai rata-rata sebesar 69.03, pada siklus pertama meningkat menjadi

70,69 dan pada siklus kedua meningkat menjadi 73,51.

Dari penelitian sebelumnya hal yang relevan dengan penelitian ini adalah sama-sama

menggunakan media gambar berseri. Adapun hal-hal yang membedakan antara lain yang

pertama peneliti sebelumnya menggunakan keterampilan menulis narasi sedangkan penelitian ini

Page 7: Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Dengan Media Gambar Berseri Pada Siswa

meningkatkan menulis cerpen. Perbedaan yang kedua terletak pada lokasi atau tempat dan

sasaran penelitian. Penelitian peneliti sebelumnya dilakukan pada tingkat Sekolah Menengah

Pertama yaitu di SMP Negeri 2 Sawit. Perbedaan yang ketiga peneliti sebelumnya

mengungkapkan bagaimana peningkatan siswa dalam memahami gambar berseri dari sebelum

dan setelah memakai gambar berseri dengan menggunakan siklus, yaitu tahap awal, kemudian

siklus pertama dan siklus ke dua. Penelitian ini mengungkapkan tingkat pemahaman dalam

menulis cerpen setelah menggunakan siklus.

Dari ketiga tinjauan pustaka di atas dapat diketahui bahwa peneltian ini benar-benar

belum dilakukan dan dapat diuji kebenarannya walaupun sama-sama meningkatkan keterampilan

menulis cerpen dengan media gambar berseri, model pembelajaran yang akan dilakukan peneliti

ini berbeda dengan peneliti-peneliti sebelumnya. Perbedaan yang menonjol yakni dalam proses

pembelajaran akan mendiskripsikan tingkat pemahaman memahami menulis cerpen dengan

media gambar berseri. Biasanya peneliti-peneliti sebelumnya menggunakan tingkat pemahaman

dari gambar sulit ke mudah, ada juga yang menggunakan sistem acak, tetapi peneliti ini ingin

menggunakan model pembelajaran dimana gambar yang akan disajikan dimulai dari mudah ke

sulit. Hal ini akan menunjukkan kemampuan siswa dalam menulis cerpen dengan media gambar

berseri.

B.     Kajian Teori

1.      Menulis

Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat dibutuhkan pada masa

sekarang. Keterampilan menulis tidak mudah dimiliki dan memerlukan waktu  yang  lama  untuk 

memperolehnya.  Dengan  menulis  seseorang  dapat mengekspresikan ide-ide atau gagasannya

melalui bahasa tulis

Widyamartaya (2002: 5) menyatakan bahwa mengarang atau menulis adalah kegiatan yang

kompleks. Mengarang dapat kita pahami sebagai suatu rangkaian kegiatan seseorang mengungkakan

gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami tepat seperti

yang dimasudkan pengarang.

Page 8: Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Dengan Media Gambar Berseri Pada Siswa

Wiyanto           (2004:1-2)  mengemukakan  bahwa  menulis  mempunyai  dua kegiatan 

utama.  Kegiatan  yang  pertama  adalah  mengubah  bunyi  yang  dapat didengar menjadi tanda-

tanda yang dapat dilihat, sedangkan yang kedua kegiatan mengungkapkan  gagasan  secara 

tertulis.  Orang  yang  melakukan  kegiatan  ini dinamakan penulis dan hasil kegiatannya berupa

tulisan.

Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan kegiatan

mengubah bunyi  menjadi  tulisan  sebagai  upaya  untuk  mengungkapkan  gagasan  untuk

mengungkapkan  gagasan  menjadi  bahasa  tulis  memerlukan  sejumlah  potensi pendukung

yang untuk mencapainya dibutuhkan kesungguhan, kemauan keras, bahkan belajar dengan

sungguh-sungguh.

Tarigan (2008: 21) menyatakan bahwa menulis adalah menurunkan atau melukiskan

lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang,

sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami

bahasa grafik itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu kegiatan

yang menggambarkan suatu pikiran ataupun ide-ide melalui lambang-lambang ataupun grafik.

D’angelo yang dikutip oleh Tarigan (2002: 23) mengungkapkan menulis adalah suatu

bentuk berpikir, tetapi justru berpikir bagi manusia tertentu dan bagi waktu tertentu. Dapat

disimpulkan bahwa menulis adalah   hasil penuangan ide dalam  bentuk tulisan yang tidak

sembarangan orang bisa melakukannya, karena didalamnya terdapat unsur-unsur imajinatif dan

inspiratif.

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwasannya menulis adalah

kecakapan seseorang dalam kegiatan menuangkan ide, aggasan, pikiran, dan pengalaman serta

perasaan dalam bentuk tulisan yang diorganisasikan secara sistematik sehingga dapat dipahami

orang lain.

Adapun ciri-ciri tulisan yang baik menurut Mc.Mahan & Day dalam Tarigan (2002: 7)

adalah

1)      jujur: jangan coba memalsukan gagasan/ide

2)      jelas: jangan membingungkan para pembaca

3)      singkat: jangan memboroskan waktu para pembaca

4)      usahakan keanekaragaman: panjang kalimat yang beraneka ragam; berkarya dengan penuh

kegembiraan.

Page 9: Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Dengan Media Gambar Berseri Pada Siswa

Fungsi menulis menurut Tarigan (2008: 22) adalah

1)      menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir.

2)      dapat menolong penulis untuk berpikir secara kritis

3)      dapat memudahkan penulis untuk dapat merasakan dan menikmati hubungan-hubungan,

memperdalam daya tanggap atau persepsi, memecahkan masalah yang dihadapi, dan menyusun

urutan bagi pengalaman.

4)      menulis dapat membantu penulis untuk menjelaskan pikiran-pikiran.

Tujuan menulis menurut Hugo Hartig (dalam Tarigan 2008: 24-25) adalah

1)      Assigment purpose (tujuan penugasan)

2)      Alturistik purpose (tujuan altruistik)

3)      Persuasive purpose (tujuan persuasif)

4)      Informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan)

5)      Self expresive purpose (tujuan pernyataan diri)

6)      Creative purpose (tujuan pernyataan diri)

7)      Problem solving purpose (tujuan pemecahan masalah)

Pendeskripsian tujuan menulis menurut Hugo Hartig (dalam Tarigan 2008: 24-25) adalah

sebagai berikut.

1)         Assigment purpose (tujuan penugasan)

Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis

sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri (misalnya para siswa yang diberi tugas

merangkum buku)

2)      Altruistik purpose (tujuan altruistik)

Menulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para

pembaca, menolong pembaca, memahami, menghargai perasaan dan penalaranya.

3)      Persuasive purpose (tujuan persuasif)

Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang

diutarakan.

4)      Informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan)

Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan atau penerangan kepada para

pembaca.

5)      Self expresive purpose (tujuan pernyataan diri)

Page 10: Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Dengan Media Gambar Berseri Pada Siswa

Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada

para pembaca.

6)      Creative purpose (tujuan kreatif)

Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik kesenian.

7)      Problem solving purpose (tujuan pemecahan masalah)

Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan serta menjelajahi serta meneliti secara cermat

pikira-pikiran dan gagasan-gagasan sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para

pembaca.

Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan di atas  dapat disimpulkan bahwa tujuan

menulis adalah untuk memaparkan atau menjelaskan suatu karya imajinasi ataupun ide-ide,

informasi, serta jati diri  seorang penulis, dan dapat dipahami oleh para pembaca pada umumnya

dengan bahasa yang lugas.

2.      Cerpen

Pengertian Cerpen

Dalam sastra dikenal dengan tiga macam bentuk, yaitu puisi, prosa, dan drama. Bentuk

prosa terdiri dari bermacam-macam jenis, salah satu prosa adalah cerpen. Sesuai dengan

namanya cerpen adalah cerita pendek, tetapi panjang pendek ukuran fisiknya tidak jadi ukuran

mutlak. Tidak ditentukan cerpen harus sekian halaman atau sekian kata, walaupun cerpen

mempunyai kecenderungan untuk berukuran pendek.

Tarigan (2008: 170-171) yang mengatakan bahwa panjang cerita pendek kurang lebih

sepuluh ribu kata, tiga puluh halaman folio, dibaca dalam 10-30 menit, mempunyai impresi

tunggal, seleksi sangat ketat dan kelanjutan cerita sangat cepat. Pendapat tersebut menunjukkan

bahwa cerpen dapat dibaca dalam sekali duduk.

Pernyataan tersebut ditegaskan kembali ole Edgar Allan Poe (dalam Stanton 2007: 79)

cerpen dapat dibaca hanya dengan sekali duduk sehingga efek kebersatuanya akan lebih terasa

pada pembaca.

Nugiyantoro (2007: 11) menyatakan dengan bentuknya yang pendek, cerpen menuntut

penceritaan yang serba ringkas, tidak sampai pada detail-detail khusus yang ”kurang penting”

yang lebih bersifat memperpanjang ceriya. Menurut Nurgiyantoro (2007: 10) mengungkapkan

cerpen memiliki unsur-unsur pembangun seperti tema,tokoh, latar, alur/plot,sudut pandang, gaya

Page 11: Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Dengan Media Gambar Berseri Pada Siswa

bahasa, dan amanat. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa cerpen adalah cerita yang ringkas

yang didalamnya terdapat unsur-unsur pembentuk cerpen.

Cerpen memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan karya sastra lainnya seperti roman dan

novel. Ciri-ciri tersebut diungkapkan oleh Notosusanto (dalam Tarigan 2002:176),  yang 

menyebutkan  bahwa  cerpen  adalah  cerita  yang panjangnya sekitar 5000 kata/kira-kira 17

halaman spasi rangkap yang terpusat dan lengkap pada dirinya sendiri.

Wiyanto (2005:96) mengemukakan bahwa menulis cerpen harus banyak berkhayal

karena cerpen memang karya fiksi yang berbentuk prosa. Peristiwa yang terjadi dalam cerpen

hanya direkayasa pengarangnya. Demikian pula para pelaku yang terlibat dalam peristiwa itu.

Waktu, tempat, dan suasana terjadinya peristiwa pun hanya direka-reka oleh pengarangnya. Oleh

karena itu, cerpen (dan semua cerita fiksi) disebut cerita rekaan.

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di atas, dapat diketahui  bahwa  menulis 

cerpen  merupakan  proses  kreatif  yang  melahirkan pikiran,  perasaan,  secara  ekspresif  dan 

apresiatif.  Peristiwa,  pelaku,  waktu, tempat, dan suasana yang terjadi dalam cerpen hanya

bersifat rekaan atau khayal.

3.      Media

a.       Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara

atau pengantar. Gerlach dan Elly (dalam Arsyad 2003: 3) mengatakan bahwa media apabila

dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi

yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Pernyataan

tersebut menunjukkan bahwa media sangat penting dalam proses pembelajaran dengan media

peserta didik akan lebih mudah memahami pelajaran.

Gagne dan Briggs (dalam Arsyad 2003: 4) mengatakan bahwa media pembeljaran

meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyimpan isi materi pelajaran.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa media adalah alat, metode, dan tekni yang digunakan

untuk menyampaikan materi pelajaran yang dapat menyajikan perna dna perangsang siswa

dalam proses pembelajaran.

b.      Ciri-ciri media pendidikan

Page 12: Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Dengan Media Gambar Berseri Pada Siswa

Gerlach dan Elly (dalam Arsyad 2003: 11-14) mengemukakan tiga ciri media yaitu ciri

fiksatif, ciri manipulatif dan ciri distributif yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan

dan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu (atau kurang

efisien) melakukannya.

1)      Ciri Fiksatif (Fixative Property)

Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan

merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Dengan ciri fiksatif ini, media memungkinkan suatu

rekaman kejadian atau objek yang telah direkam atau disimpan dengan format media yang ada

dan dapat digunakan setiap saat.

2)      Ciri Manipulatif (Manipulative Property)

Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri

manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam

waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recording.

3)      Ciri Distributif (Distributive Purpose)

Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan

melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa

dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu.

Dapat disimpulkan bahwa ciri media itu antara lain adalah mampu merekam kejadian,

memakan waktu yang lama, serta dapat di transformasikan melalui ruang dan dapat disajikan.

c.       Fungsi Media Pendidikan

Selain ada ciri-ciri media, dalam dunia pendidikan media memiliki fungsi yang dapat

menunjang tercapainya suatu tujuan pendidikan. Fungsi media khusunya media gambar dalam

dunia pendidikan adalah untuk mempermudah siswa dalam mengungkapkan ide-ide ataupun 

pikiran-pikiran serta daya imajinasi yang muncul akibat adanya kreativitas yang dimiliki oleh

peserta didik dalam bentuk lisan ataupun tulisan.

 Hal ini dipertegas oleh Levie & Lentz (dalam Arsyad 2003: 16-17) yang mengemukakan

empat fungsi media pengajaran, khususnya media visual, seperti berikut.

1)    Fungsi Atensi

Media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk

berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau

menyertai teks materi pelajaran.

Page 13: Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Dengan Media Gambar Berseri Pada Siswa

2)    Fungsi Afektif

Media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca)

teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa,

misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras.

3)    Fungsi Kognitif

Media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa

lambang visual ataugambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat

informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.

4)    Fungsi Kompensatoris

Media pengajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan

konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk

mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media

pengajaran berfungsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat menerima dan

memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.

Sadiman (2002: 16) menyebutkan ada empat fungsi media antara lain sebagai berikut:

1)      memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik (dalam bentuk kata-kata

tertulis atau lisan belaka),

2)      mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera,

3)      penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak

didik,

4)      mempermudah guru dalam memberikan rangsangan dan menyamakan persepsi serta

pengalaman kepada siswa.

d.      Jenis Media Pendidikan

Sadiman (2002: 28-80) mengklasifikasikan media pembelajaran menjadi beberapa

kelompok seperti berikut.

1)      Media Grafis

Media grafis termasuk media visual sebagaimana halnya media lain, media grafis

berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang dipakai

menyangkut indera penglihatan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-

simbol komunikasi visual. Media grafis meliputi gambar/foto, sketsa, diagaram, bagan, grafik

kartun, poster, peta/globe, papan flanel, danpapan buletin.

Page 14: Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Dengan Media Gambar Berseri Pada Siswa

2)      Media Audio

Berbeda dengan media grafis, media audio berkaitan dengan indera pendengaran. Pesan

yang akan disampaikan dituangkan ke dalam bentuk lambang-lambang auditif, baik verbal

maupun nonverbal. Ada beberapa jenis media audio antara lain, radio, alat perekam pita

magnetik, piringan hitam, dan laboratorium bahasa.

3)      Media Proyeksi Diam

Media proyeksi diam hampir sama dengan media grafik, tetapi dalam media proyeks

diam, pesan yang hendak disampaikan harus diproyeksikan dengan menggunakan proyektor agar

dapat diterima oleh penerima pesan. Beberapa jenis media proyeksi diam antara lain film bingkai

(slide), film rangkai (film strip), media transparasi/overhead proyektor (OHP), proyektor tak

tembus pandang, mikrofis, film, film gelang, televisi, video, serta permainan dan simulasi.

4.      Gambar sebagai Media Pendidikan

Sadiman (2002) mengungkapkan bahwa gambar adalah alat yang penting bagi pengajaran

dan pendiikan.gambar sebagai media pendiikan akan berhasil dengan efektif, apabila disesuaikan

dengan faktor kematangan anak, tujuan yang akan dicapai dan teknik penggunaan dalam situasi

belajar.

Sadiman (2002: 29) mengemukakan bahwa gambar adalah media yang paling umum

dipakai dan merupakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati di mana-mana

serta gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Gambar berseri adalah rangkaian

gambar yang terdiri atas dua gambar atau lebih yang merupakan satu kesatuan cerita. Suatu

gambar atau seri gambar dapat dijadikan bahan menyusun paragraf. Gambar atau seri gambar

pada hakikatnya mengekspresikan suatu hal. Bentuk ekspresi tersebut dalam fakta gambar bukan

dalam bentuk bahasa. Pesan yang tersirat dalam gambar tersebut dapat dinyatakan kembali

dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Penerjemahan pesan dari bentuk visual ke dalam bentuk

kata-kata atau kalimat sangat tergantung pada kemampuan imajinasi siswa. Hasil ekspresi anak

yang cerdas akanlebih lengkap dan mungkin mendekati ketepatan, tetapi gambaran anak yang

sedang kecerdasannya munkin hasilnya tidak begitu lengkap, sedangkan pelukisan kembali oleh

anak yang kurang cerdas pastilah kurang lengkap dan bahkan mungkin tidak relevan atau

menyimpang.

Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa gambar berseri adalah gambar yang

mempunyai urutan kejadian yang memiliki satu kesatuan cerita. Gambar berseri juga dapat

Page 15: Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Dengan Media Gambar Berseri Pada Siswa

membuat siswa untuk melatih dan mempertajam imajinasi yang kemudian dituangkan dalam

bentuk tulisan. Semakin tajam daya imajinasi siswa, akan semakin berkembang pula siswa dalam

melihat membahasakan sebuah gambar.

BAB III

METODE PENELITIAN

A.     Setting Penelitian

Penelitan ini akan dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Karanganyar khusunya

kelas X-8. Pemilihan tempat didasarkan pada pertimbangan belum pernah dilakukan penelitian

tentang keterampilan menulis cerpen melalui gambar berseri.

Penelitian ini akan dilaksanakan sesuai dengan kesiapan pihak sekolah. Sutama dan Main

(2010: 83) mengungkapkan jadwal kegiatan PTK yang rasional tidak terlalu lama dan tidak

terlalu singkat. Sesuaikan dengan besar kecilnya masalah PTK.

B.     Subjek Penelitian

Page 16: Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Dengan Media Gambar Berseri Pada Siswa

Sutama dan Main (2010: 51) menjelaskan subjek penelitian adalah siswa dan guru yang

terlibat dalam pelaksanaan pembelajaran. Hal ini sangat bergantung pada setting penelitian.

Pernyataan tersebut

Subjek penelitan ini adalah siswa SMA Negeri 2 Karanganyar. Siswa yang dijadikan

subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-8.

C.     Data dan Sumber data

Data penelitian berupa proses keterampilam menulis dengan media gambar berseri.

Sutama dan Main (2010: 52) menyatakan data penelitian itu dikumpulkan dari berbagai sumber

meliputi :

1)    Peristiwa

Data atau informan dapat di kumpulkan dari peristiwa. Aktivitas atau peristiwa sebagai

sumber data yang berkaitan dengan sasaran penelitiannya (Sutopo, 2002: 51).

Peneliti akan mengamati proses pembelajaran siswa kelas X-8 SMA Negeri 2

Karanganyar dalam meningkatkan keterampilan menulis cerpen dengan media gambar berseri.

2)    Dokumen

Sumber data yang berupa benda, gambar, dan rekaman bisa juga dalam posisi sebagai

dokumen dan suatu peristiwa atau kegiatan tertentu (Sutopo, 2002: 53).

Sumber data dalampenelitian ini adalah berupa asil tulisan siswa saat pembelajaran

menulis cerpen dengan media gambar berseri.

3)    Informan

Sutopo (2002: 50) mengungkapkan bahwa dalam penelitian kualitatif posisi sumber data

manusia atau narasumber sangat penting perannya sebagai individu yang memiliki informasi.

Di dalam penelitian ini informasi yang dipilih adalah guru dan siswa yang telibat

langsung dalam pembelajaran. Data dalam penelitian ini adalah hasil tulisan siswa yang berupa

cerita pendek dengan media gambar berseri.

D.    Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas meliputi observasi,

wawancara, dan dokumentasi.

1)    Observasi

Page 17: Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Dengan Media Gambar Berseri Pada Siswa

Sutopo (2002: 64) menyatakan bahwa teknik observasi dilakukan untuk menggali data

dari sumber data yang berupa peristtiwa, tempat atau lokasi, dan benda serta rekaman. Observasi

dilakukan dengan cara mengamati langsung atau melihat lebih dekat tentang

a)      kemampuan siswa menulis cerpen melalui gambar berseri

b)      tingkat pemahaman siswa mengenai gambar yang disajikan

2)    Wawancara

Sutama dan Main (2010: 25) mengemukakan bahwa wawancara adalah metode

pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara lisan kepada subjek yang diteliti.

Wawancara dilakukan kepada guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas X untuk

mendapatkan informasi mengenai lingkungan kelas baik itu dari segi peserta didik ataupun

sarana dan prasarana di kelas.

3)    Dokumentasi

Sutama dan Main (2010: 26) mengemukakan bahwa dokumentasi berupa dokumen-

dokumen baik berupa primer maupun sekunder yang menunjang proses pembelajaran di kelas.

Dokumen primer pada penelitian ini adalah hasil cerpen atau portopolio, sedangkan

dokumen sekunder meliputi silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan daftar nilai.

E.     Validasi Data

Sutama dan Main (2010: 52) mengemukakan bahwa informasi yang dijadikan data

penelitian diperiksa validitasnya, sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat

dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan.

Dalam penelitian ini, validitas data yang digunakan adalah triangulasi metode dan

sumber. Triangulasi dalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang

lain di luar data itu untuk keperluan pegecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

(Moleong, 1991: 178).

Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode

kualitatif (Patton dalam Moleong, 1991: 178).

Page 18: Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Dengan Media Gambar Berseri Pada Siswa

Triangulai dengan metode,  menurut Patton dalam Moleong (1991: 178), terdapat dua

strategi, yaitu: (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik

pengumpulan data dna (2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode

yang sama.

Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data dari berbagai sumber yang berbeda. Data yang

bersumber dari peristiwa proses peningkatan menulis cerpen diuji keabsahannya dengan

dokumen-dokumen pendukung serta berbagai pernyataan informan.

F.      Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian adalah teknik komparatif dan analisis

kritis. Teknik komparatif yaitu membandingkan antarsiklus (Sutama 2010: 52), peneliti

membandingkan antara siklus I dan siklus II seberapa jauh pemahaman siswa terhadap gambar

dan bagaimana peserta didik mengungkapkannya dalam sebuah cerpen.

Sutama dan Main (2010: 52) menyatakan bahwa teknik analisis kritis yaitu

mengungkapkan kelebihan dan kelemahan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar

berdasarkan kriteria normatif yang diturunkan dari kajian teoretis. Hasil analisis tersebut

dijadikan dasar dalam menyusun perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya sesuai dengan

siklus yang ada. (Sutama dan Main 2010: 52).

G.    Prosedur Penelitian

Sutama dan Main (2010: 53) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas pada umunya

dilakukan dalam beberapa siklus. Peneliti menggunakan 2 siklus seperti pada bagan di bawah ini.

Perencanaan

Pelaksanaan

Pengamatan

Page 19: Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Dengan Media Gambar Berseri Pada Siswa

Refleksi

Siklus I

Perencanaan

Pelaksanaan

Pengamatan

Refleksi

Siklus II 

Gambar 1.1 Siklus Penelitian

Keterangan:

Page 20: Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Dengan Media Gambar Berseri Pada Siswa

Siklus IPada tahap perencanaan peneliti sudah merencanakan apa yang akan dilakukan mulai dari

observasi lingkungan sekolah, persiapan pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran, model

pembelajaran yang akan digunakan. Wawancara dengan guru mata pelajaran. Apa yang

seharusnya nanti yang akan dilakukan peneliti berkolaborasi dengan guru mata pelajaran agar

mendapatkan hasil yang maksimal. Pada tahap ini peneliti melakukan penelitian kemampuan

menulis cerpen melalui gambar berseri hanya dengan satu tema.

Selanjutnya setelah tahap perencanaan yaitu pelaksanaan, pelaksanaan akan diadakan di

kelas X-8 dengan memberikan pemahaman tentang cerpen, bagaimana ciri-ciri, unsur-unsur

ataupun sistematika cerpen. Kemudian langkah selanjutnya mengimplementasikan penjelasan-

penjelasan tersebut dalam sebuah gambar berseri. Siswa dituntut membuat cerita pendek tersebut

dengan judul yang berbeda-beda sesuai dengan pemahaman masing-masing peserta didik.

Tahap selanjutnya yaitu pengamatan, selama proses pelaksanaan guru ataupun peneliti

membuat catatan-catatan apa yang terjadi selama proses itu berlangsung. Tahap yang terakhir

dari siklus I yaitu refleksi. Setelah melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pengamatan,

peneliti dan guru mendiskusikan hasil dari kegiatan penelitian, kesimpulan yang dapat diambil

nantinya dan hal-hal apa saja yang dirasa cukup dan dirasa kurang. Setelah data memadai

kemudian melakukan siklus selanjutnya.

Siklus IIPada siklus pertama tahap perencanaan dikemukakan menulis  cerpen melalui gambar

berseri hanya dengan satu tema sedangkan pada siklus II tahap perencanaan, peneliti

merencanakan menulis cerpen melalui gambar berseri dengan 3 tema yang berbeda. Peserta didik

bebas memilih sesuai dengan pengetahuan mereka.

Tahap pelaksanaan ini peserta didik memilih gambar berseri dan membuat cerita pendek

sesuai dengan daya kreativitas, imajinasi serta pengetahuan mereka.

Tahap pengamatan sama seperti yang dilakukan pada siklus II guru ataupun peneliti

membuat catatan-catatn apa yang terjadi selama proses berlangsung. Tahap terakhir dari

Page 21: Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Dengan Media Gambar Berseri Pada Siswa

penelitian ini adalah mendiskusikan hasil penelitian, kemudian membandingkan tingkat

pemahaman tingkat kesukaran gambar antara siklus I ke siklus II.

H.    Sistematika Laporan

Sistematika laporan ini disajikan dengan maksud memberikan gambaran secara garis

besar mengenai masalah-masalah yang akan diuraikan dan dibahas secara menyeluruh.

Sistematika dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

Bab I. Berisi tentang pendahuluan meliputi latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan

masalah, dan tujuan penelitian.

Bab II. Berisi tentang tinjauan pustaka dan kajian teori. Kajian teori memaparkan mengenai menulis

berdasarkan fungsi dan tujuan, pengertian cerpen, pengertian media berdasarkan fungsi dan

tujuan serta cirinya, pengertian gambar sebagai media pendidikan.

Bab III. Berisi tentang metode penelitian. Dijelaskan dalam bab ini setting penelitian, subjek penelitian,

data dan sumber data, teknik pengumpulan data, validari data, teknik analisis data, prosedur

penelitan dan sistematika penulisan.

Bab IV. Berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan. Di dalamnya terdapat profil sekolah, deskrispsi

data yang meliputi proses dan hasil siklus I dan II serta refleksi.

Bab V. Berisi simpulan dan saran yang berkaitan dengan penelitian tersebut.

Page 22: Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Dengan Media Gambar Berseri Pada Siswa

DAFTAR PUSTAKAArsyad, Azhar. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai PustakaEndraswara, Suwardi. 2003. Membaca, Menulis, Mengajarkan Sastra(Sastra Berbasis Kompetensi).

Yogyakarta: Kota KembangJamaludin. 2003. Problematika Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: Adi Cita Karya NusaMoleong, Lexy. 1991. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja RosdakaryaNurgiyantoro, Burhan. 2007.  Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University PressNurhayati. 2000. Pembelajaran Menulis. Jurnal Ilmiah. Yogyakarta: Universitas

            Negeri Yogyakarta. Rahmawati, Endang. 2009. “Pembelajaran Keterampilan Menulis Narasi dengan Media Gambar Berseri

pada Siswa Kelas III SDIT Nur Hidayah Surakarta”. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Rahmawati. 2010. “Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Menggunakan Media Gambar Berseri pada Siswa Kelas X SMA Al- Islam 3 Surakarta:. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sadiman, Arief, dkk. 2002. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan pemanfaatannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Pustaka

Stanton, Robert. 2007. Teori Fiksi. Yogyakarta: Pustaka PelajarSuperhar. 2006. “Pembelajaran Sastra Butuh Mbak Erot”:http://www.SuprHar.Sastra.com. Diakses

tanggal 23 Oktober 2011.Sutama, Main Sufanti. 2010. PTK dan Karya Ilmiah. Badan Penerbit FKIP-UMS: Universitas

Muhammadiyah Surakarta.Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret University Press.Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: AngkasaWiyanto,  Asul. 2005.  Kesastraan  Sekolah  Penunjang  Pembelajaran  Bahasa Indonesia SMP dan SMA.

Jakarta: Grasindo Widyamartaya, A. 2002. Seni Menuangkan Gagasan. Yogyakarta: Kanisius

http://piiekaa.blogspot.com/2012/11/peningkatan-keterampilan-menulis-cerpen.html (30 Sept 2014)