peningkatan keterampilan berbicara bahasa jawa … · bahasa jawa sesuai unggah-ungguh basa melalui...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA
BAHASA JAWA SESUAI UNGGAH-UNGGUH BASA MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM PADA SISWA KELAS III SD
NEGERI 02 BOLON KECAMATAN COLOMADU KABUPATEN
KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh:
HARITS EKA MUSTOPA
K7108043
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
JUNI 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Harits Eka Mustopa
NIM : K7108043
Jurusan/Program Studi : IP/PGSD
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENINGKATAN KETERAMPILAN
BERBICARA BAHASA JAWA SESUAI UNGGAH-UNGGUH BASA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM PADA SISWA KELAS
III SD NEGERI 02 BOLON KECAMATAN COLOMADU KABUPATEN
KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012” ini bernar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juni 2012
Harits Eka Mustopa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA
BAHASA JAWA SESUAI UNGGAH-UNGGUH BASA MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM PADA SISWA KELAS III SD
NEGERI 02 BOLON KECAMATAN COLOMADU KABUPATEN
KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh:
HARITS EKA MUSTOPA
K7108043
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendididkan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
JUNI 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Harits Eka Mustopa. PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA
BAHASA JAWA SESUAI UNGGAH-UNGGUH BASA MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KUANTUM PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 02
BOLON KECAMATAN COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR
TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Mei 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan berbicara
bahasa Jawa sesuai unggah-ungguh basa melalui penerapan model pembelajaran
kauntum pada siswa kelas III SD Negeri 02 Bolon Tahun Pelajaran 2011/2012.
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas sebanyak 2 siklus. Tiap
siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Tiap pertemuan terdiri dari 4 tahapan yaitu
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Sebagai subjek adalah
siswa kelas III SD Negeri 02 Bolon Colomadu yang berjumlah 24 siswa serta
guru. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, tes, dan
dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis
deskriptif komparatif yang terdiri dari empat tahap yaitu mengolah data, penyajian
data, analisis data, dan penarikan kesimpulan.
Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus
tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran
kuantum dapat meningkatkan keterampilan berbicara bahasa jawa siswa kelas III
SD Negeri 02 Bolon Colomadu tahun pelajaran 2011/2012. Peningkatan
keterampilan berbicara bahasa jawa tersebut dapat dibuktikan dengan
meningkatnya nilai keterampilan berbicara bahasa jawa siswa pada setiap siklus
yaitu; sebelum tindakan (prasiklus) nilai rata-rata keterampilan berbicara bahasa
Jawa siswa 66,75 dimana siswa mendapat nilai di atas kriteria ketuntasan
minimum KKM yaitu 70 hanya 9 siswa (37,5%), siklus I nilai rata-rata
keterampilan berbicara bahasa Jawa siswa meningkat menjadi 73,96 dimana
sebanyak 15 (62,5%) siswa memperoleh nilai di atas KKM yaitu 70, dan siklus II
nilai rata-rata keterampilan berbicara bahasa Jawa siswa meningkat lagi menjadi
79,08 dengan 21 siswa memperoleh nilai di atas KKM (87,5%).
Kata kunci : keterampilan berbicara, unggah-ungguh basa Jawa, model
pembelajaran kuantum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Harits Eka Mustopa. INCREASE THE JAVANESE LANGUAGE
SPEAKING SKILL APPROPRIATE WITH UNGGAH-UNGGUH BASA BY
APPLYING OF MODEL QUANTUM LEARNING OF THE STUDENTS IN
GRADE III OF STATE PRIMARY SCHOOL 02 OF BOLON,
COLOMADU, KARANGANYAR IN THE ACADEMIC YEAR OF
2011/2012. Skripsi : The Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas
Maret University, Mei 2012.
The objective of the research is to improve the Javanese language speaking
skill appropriate with unggah-ungguh basa by applying of model quantum
learning of the students in third year of state primary school 02 of Bolon,
Colomadu, Karanganyar in the academic year of 2011/2012.
The research was classroom action research carried out 2 cycles. Each
cycle consited of two meetings, and each meeting consisted 4 phases, namely :
planning, implementation, observation, and reflection. The subjects of the
research were the 24 students of third year of State Primary School 02 Bolon,
Colomadu. Its data werw gathered trough observation, test, and documentation.
The data were then analysed by using an interactive model of descriptif
comparative analysis including four phases, namely; data reduction, data display,
data analysis and conclusion drawing.
The result of the research shows that the use of applying of model
quantum learning can improve the Javanese language speaking skill of the
students in third year of State Primary School 02 Bolon, Colomadu in the
academic year of 2011/2012. The improvement is verified by the improved score
in the Javanese language speaking skill of the students in each cycle. Pre to the
treatment, the average score is 66,75 is just 9 students got score more than
minimum criteria is 70 (37,5%). The average scores respectively improve to 73,96
wich 15 students got score more than minimum criteria (62,5%) following the
treatment of cycle I and 79,08 wich 21 students got score more than minimum
criteria (87,5%) following the treatment of cycle II.
Keyword: speaking skill, unggah-ungguh basa Jawa, model quantum learning.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
“ Sesungguhnya sesudah kesulitan akan datang kemudahan, maka kerjakanlah
urusanmu dengan sungguh-sungguh dan hanya kepada ALLAH kamu berharap”
(QS. Al-Insyirah:6-8)
“Mulat angrasa wani, melu nduweni, melu andarbeni”
(Pethilan lakon “Kresna Duta”- Ki Nartosabdho)
“Ajining diri gumantung ana ing lathi, ajining sarira saka busana”
(Pethilan lakon “Dasamuka Lena”- Ki Nartosabdho)
“Giri lusi jalma tan kena kinira”
(Pethilan Lakon “Banjaran Durna”- Ki Nartosabdho)
Deduga lawan prayoga,
myang watara reringa aywa lali,
iku parabot satuhu tan kena tininggala,
tangi lungguh angedeg tuwin lumaku
angucap meneng myang nendra,
duga duga aja kari.
(Serat Wulangreh Pupuh Pangkur)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan Skripsi ini untuk :
Bapak Paimin dan Ibu Welas Sri Winarni tercinta yang telah memberikan
motivasi, kasih dan sayangnya yang begitu besar serta ketulus ikhlasannya
dalam mendoakan dan mendukung setiap langkah jejak kehidupanku. Semoga
ALLAH SWT senantiasa memberikan kesehatan dan mengabulkan doa-
doamu. Amin
Najmudin dan Qomarudin yang telah memberikan motivasi, dukungan, dan
doa yang sangat berarti bagiku. Semoga kalian kelak menjadi orang yang lebih
hebat.
Kakek serta Nenekku yang selalu mendoaakan dan memberikan motivasi serta
dukungan moril
Keluarga Bapak Mudjiono - Ibu Endang dan Keluarga Besar Sanggar Seni
Sarotama yang telah banyak membantu terselesaikannya skripsi ini.
FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta almamaterku tercinta tempatku
belajar dan menimba ilmu untuk masa depan yang lebih baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah
memberikan nikmat dan karuniaNya kepada kita semua. Atas ridhoNya pula
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik sebagai persyaratan mendapat gelar
Sarjana Pendidikan.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini telah melibatkan berbagai
pihak. Maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima
kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuannya. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Seblas Maret Surakarta.
4. Drs. Hasan Mahfud, M.Pd. selaku Sekretaris Program Studi PGSD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Dr. Peduk Rintayati, M.Pd. selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan arahan, bimbingan, kepercayaan, dukungan, saran, dan
kemudahan yang sangat membantu dalam penulisan skripsi ini.
6. Dra. Lies Lestari, M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
arahan, bimbingan, kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang
sangat membantu dalam penulisan skripsi ini.
7. Bapak Muh. Showan, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SD Negeri 02 Bolon yang
telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.
8. Ibu Annety Praptiwi, S.Pd. selaku guru kelas III SD Negeri 02 Bolon yang
dengan ikhlas membantu peneliti dalam melaksanakan penelitian.
9. Guru-guru SD Negeri 02 Bolon yang telah memberikan motivasi dan bantuan
dalam melaksanakan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
10. Teman-temanku se-almamater yang telah memberikan semangat dan
kerjasamanya.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah berupaya untuk berbuat yang
terbaik, namun demikian disadari hasil yang dicapai masih jauh dari
kesempurnaan. Semua itu tidak lain karena keterbatasan penulis dalam
pengetahuan maupun pengalaman. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan.
Akhirnya, penulis tetap berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca yang budiman. Semoga kebaikan dan bantuan dari semua pihak
tersebut mendapat balasan yang sesuai dari ALLAH SWT. Amin
Surakarta, Juni 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN ………………………………………….... ii
HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK ............................................................................. vi
HALAMAN ABSTRACT........................................................................... vii
HALAMAN MOTTO.................................................................................. viii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. ix
KATA PENGANTAR ................................................................................. x
DAFTAR ISI ............................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 6
A. Kajian Teori ............................................................................. 6
1. Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa.................................. 6
a. Pengertian Model Keterampilan…............................... 6
b. Pengertian Berbicara………………… ........................ 7
c. Pengertian Keterampilan Berbicara............................... 7
d. Bahasa Jawa………………………………. ................ 8
e. Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa.......................... 9
2. Hakikat Unggah-Ungguh Basa……………........................ 10
a. Pengertian Unggah-Ungguh Basa................................. 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
b. Klasifikasi Unggah-Ungguh Basa Jawa........................ 11
c. Tinjauan Pembelajaran Bahasa Jawa Kelas III SD....... 12
3. Model Pembelajaran Kuantum…......................................... 16
a. Model Pembelajaran………………………………….. 16
b. Model Pembelajaran Kuantum……………………….. 18
c. Prinsip Pembelajaran Kuantum………………………. 19
d. Penerapan Model Pembelajaran Kuantum Dalam
Pembelajaran
22
B. Penelitian yang Relevan ........................................................... 23
C. Kerangka Berfikir ................................................................... 24
D. Hipotesis Penelitian ................................................................. 26
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 27
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 27
B. Subjek Penelitian ..................................................................... 27
C. Sumber Data ............................................................................ 27
D. Teknik Pengumpulan Data........................................................ 28
E. Validitas Data ........................................................................... 29
F. Tehnik Analisis Data ................................................................ 30
G. Indikator Kinerja ....................................................................... 31
H. Rancangan Penelitian ............................................................... 32
I. Prosedur Penelitian ................................................................... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................. 42
A. Diskripsi Lokasi Penelitian ........................................................ 42
B. Diskripsi Kondisi Awal ............................................................. 42
C. Pelaksanaan Tindakan................................................................ 46
1. Siklus I ................................................................................ 46
2. Siklus II ............................................................................... 56
D. Deskripsi Hasil Penelitian ......................................................... 67
E. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................... 68
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN .................................... 72
A. Simpulan ................................................................................... 72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
B. Implikasi .................................................................................... 72
C. Saran ......................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 74
LAMPIRAN ............................................................................................... 76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Hal.
1. Rincian Waktu Kegiatan Penelitian ……………………... 76
2. Penerapan Model Pembelajaran Kuantum ......................... 37
3. Penerapan Model Pembelajaran Kuantum ......................... 39
4. Distribusi Nilai Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa
Pada Kondisi Awal ………………………………………
44
5. Daistribusi Nilai Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa
Siklus I ……….…………………………………………..
53
6. Distribusi Nilai Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa
Siklus I……………………………………………………
63
7. Distribusi Nilai Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa
Pada Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II ………….………..
66
8. Nilai Rata-Rata dan Presentase Ketuntasan Klasikal
Prasiklus, Siklus I dan Siklus II ………………………….
69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal.
1. Klasifikasi Unggah-Ungguh Basa ……………………….. 12
2. Kerangka Berpikir ……………………………………...... 26
3. Empat Langkah dalam PTK ............................................... 34
4. Grafik Nilai Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Pada
Kondisi Awal …………………………………………….
44
5. Grafik Nilai Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Pada
Siklus I …………………………………………………...
54
6. Grafik Nilai Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Pada
Siklus II …………………………………………………..
64
7. Grafik Peningkatan Nilai Keterampilan Setiap Siklus ...... 67
8. Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Setiap Siklus………... 70
9. Grafik Peningkatan Presentase Ketuntasan Klasikal……... 70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Hal.
1. Rincian Waktu Kegiatan Penelitian ................................... 76
2. Kisi-Kisi Soal Evaluasi Pretest …...................................... 77
3. Hasil Penilaian Tes Keterampilan Berbicara Prasiklus…... 81
4. Silabus ………………........................................................ 84
5. Buku Ajar …………………………………....................... 87
6. RPP Siklus I Pertemuan I………………………................ 95
7. RPP Siklus I Pertemuan II ………….................................. 106
8. Daftar Nilai Rata-rata Hasil Penilaian Tes Keterampilan
Berbicara Siklus I ………………………………………
118
9. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I............................ 121
10. Lembar Aktivitas Siswa Dalam Siklus I........................... 122
11. RPP Siklus II Pertemuan I ………………….................... 124
12. RPP Siklus II Pertemuan II …………………….............. 135
13. Daftar Nilai Rata-rata Hasil Penilaian Tes Keterampilan
Berbicara Siklus II ………………………………………
146
14. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II........................ 149
15. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II.................... 150
16. Daftar Nilai Tes Keterampilan Berbicara Tiap Siklus...... 152
17. Dokumentasi Siklus I........................................................ 154
18. Dokumentasi Siklus II ...................................................... 156
19. Surat Keputusan Dekan ................................................... 159
20. Surat Ijin Penelitian .......................................................... 160
21. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi ....................... 161
23. Surat Keterangan Penelitian ............................................. 162
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan
manusia lainnya. Interaksi terasa semakin penting pada saat manusia
membutuhkan eksistensinya diakui. Kegiatan ini membutuhkan alat, sarana atau
media, yaitu bahasa. Secara universal pengertian bahasa adalah suatu bentuk
ungkapan yang bentuk dasarnya ujaran. Ujaran inilah yang membedakan manusia
dengan makhluk lainnya. Dengan ujaran inilah manusia mengungkapkan hal
yang nyata atau tidak, yang berwujud maupun yang tidak, situasi masa lampau,
kini, maupun yang akan datang.
Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek, yaitu (1)
keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan
membaca, dan (4) keterampilan menulis. Setiap keterampilan mempunyai
hubungan erat dengan keterampilan-keterampilan lainnya. Keterampilan-
keterampilan tersebut hanya dapat dikuasai dengan jalan praktik dan latihan yang
berkelanjutan. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu
kesatuan atau merupakan catur tunggal. (Henry Guntur Tarigan, 1990:1).
Peningkatan keterampilan berbahasa tersebut dilaksanakan secara terpadu,
kontekstual, dan fungsional dengan fokus pada keterampilan menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis secara berganti-ganti dan berkesinambungan.
Salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari adalah keterampilan berbicara sebagai media komunikasi lisan yang
efektif. Sejalan dengan pendapat tersebut, H.G Tarigan (1990:15) berpendapat
bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi atikulasi atau
kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran,
gagasan, dan perasaan. Berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan
berbahasa lisan yang bersifat produktif, artinya suatu kemampuan yang dimiliki
seseorang untuk menyampaikan gagasan, pikiran atau perasaan sehingga gagasan-
gagasan yang ada dalam pikiran pembicara dapat dipahami orang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Hasil pengamatan di SD Negeri 02 Bolon selama pelaksanaan Praktik
Pengalaman Lapangan (PPL), menunjukkan kurangnya keterampilan anak kelas
III di SD Negeri 02 Bolon dalam berbahasa Jawa yang baik dan benar sesuai
dengan unggah-ungguh basa. Observasi awal yang dilakukan oleh peneliti
menunjukkan bahwa minat dan motivasi siswa untuk belajar bahasa Jawa masih
rendah. Hal tersebut tampak dalam hasil tes keterampilan berbicara bahasa Jawa
pada materi unngah-ungguh basa, masih banyak siswa mendapat nilai di bawah
KKM (70). Pada tes tersebut hanya 9 siswa dari 24 siswa atau 37,5% siswa yang
mendapat nilai ≥ 70.
Berbahasa Jawa yang sesuai dengan unggah-ungguh basa merupakan hal
yang sangat penting bagi siswa karena sebagai salah satu usaha meningkatkan
rasa kecintaan kita terhadap kebudayaan bangsa dan juga sebagai usaha
menanamkan rasa memiliki terhadap kebudayaan Jawa yang semakin dilupakan
oleh para generasi muda saat ini. Kenyataan yang ada saat ini adalah anak-anak
semakin sulit untuk berbahasa Jawa dengan baik dan benar, mereka lebih suka
menggunakan bahasa Indonesia, sehingga dikhawatirkan bahasa Jawa ini akan
punah di tengah-tengah orang Jawa itu sendiri.
Fenomena yang berkembang saat ini adalah orang tua justru lebih suka
mengajarkan atau mengajak anak untuk berkomunikasi dengan bahasa Indonesia
daripada menggunakan bahasa Jawa. Hal ini tentunya akan berpengaruh pada
perkembangan kemampuan anak dalam berbahasa Jawa nantinya. Mereka tidak
dapat berbahasa Jawa dengan baik bahkan bisa saja mereka tidak dapat berbahasa
Jawa sama sekali padahal mereka orang Jawa Tengah asli, karena kebiasaan dari
kecil yang lebih sering berkomunikasi dengan bahasa Indonesia daripada
menggunakan bahasa Jawa. Padahal kita tahu bahwa di dalam bahasa Jawa ini
tidak sekedar mengajari kita tentang berkomunikasi, tetapi lebih jauh lagi kita
juga diajari tentang sopan santun, tata krama terhadap orang yang kita ajak
berkomunikasi. Di dalam bahasa Jawa, terkandung apa yang disebut dengan
unggah-ungguh basa yang di dalamnya ada tingkatan-tingkatan penggunaan
bahasa yang berbeda menyesuaikan dengan orang yang kita ajak berkomunikasi.
Berbeda dengan bahasa Indonesia yang dalam penggunaannya tidak memandang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
orang yang kita ajak berkomuniasi. Dengan kenyataan tersebut sudah seharusnya
sebagai bangsa yang memiliki bahasa Jawa harus bisa berbahasa Jawa dengan
baik dan benar sesuai dengan unggah-ungguh basa. Sebagai upaya untuk
melestarikan kebudayaan bangsa.
Selain itu, ditinjau dari metode pembelajaran, guru kelas III di SD N 02
Bolon masih menerapkan metode pembelajaran ceramah yang kurang menarik.
Begitu masuk kelas, guru memberikan sedikit ceramah tentang materi pelajaran
yang telah dicatat sebelumnya, kemudian dilanjutkan dengan memberi siswanya
beberapa latihan soal atau tugas. Siswa diminta untuk membuka buku catatan dan
mengerjakan buku Lembar Kerja Siswa, atau menjawab pertanyaan yang diajukan
oleh guru. Proses pembelajaran dengan model konvensional ceramah masih belum
cukup memberikan kesan yang mendalam pada siswa, karena peran guru dalam
menyampaikan materi lebih dominan dibandingkan keaktifan siswa sendiri. Guru
lebih banyak memberikan penjelasan daripada mencari tahu sejauh mana siswa
bisa menerima dan memahami informasi yang disampaikan. Oleh sebab itu, guru
harus mempunyai kreativitas tinggi dalam memilih model pembelajaran yang
menarik minat siswa.
Agar upaya tersebut berhasil maka harus dipilih model pembelajaran yang
sesuai dengan situasi dan kondisi siswa serta lingkungan belajar, siswa dapat
aktif, interaktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. Pemilihan model
pembelajaran yang tepat merupakan kreatifitas seorang guru agar siswa tidak
jenuh atau bosan dalam menerima pelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang
tepat juga akan memperjelas konsep-konsep yang diberikan kepada siswa
senantiasa antusias berfikir dan berperan aktif.
Pembelajaran kuantum merupakan salah satu model pembelajaran yang
menekankan pada learning with fun. Sugiyanto (2009:67) menyatakan bahwa
pembelajaran kuantum merupakan proses pembelajaran yang menyenangkan,
kreatif, tidak membosankan yang menjadi pilihan para guru/ fasilitator.
Pembelajaran yang berprinsip untuk membawa dunia pembelajar ke dunia
pengajar, dan mengantarkan dunia pengajar ke dunia pembelajar yang lebih kita
kenal dengan konsep TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Ulangi, Rayakan). Bermula dari pengertian model pembelajaran kuantum
tersebut, maka dipilihlah model pembelajaran kuantum untuk meningkatkan
keterampilan berbicara bahasa Jawa siswa. Model ini dipilih karena proses
pembelajaran yang mengusahakan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran
serta pembelajaran yang berprinsip learning with fun yang akan menarik minat
siswa untuk mempelajari unggah-ungguh basa yang tergolong sulit ini. Selain itu
penggunaan model pembelajaran kuantum akan menumbuhkan gairah siswa
dalam belajar bahasa Jawa.
Bertolak dari uraian dan permasalahan yang ada di lapangan untuk
meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jawa sesuai unggah-ungguh basa,
maka peneliti akan mengadakan upaya peningkatan keterampilan berbicara
melalui penilitian dengan judul Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa
Jawa Sesuai Unggah-Ungguh Basa Melalui Model Pembelajaran Kuantum
Pada Siswa Kelas III SD Negeri 02 Bolon Kecamatan Colomadu Kabupaten
Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan
rumusan masalah penelitian adalah Apakah Penerapan Model Pembelajaran
Kuantum dapat Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Sesuai
dengan Unggah-ungguh Basa pada Siswa Kelas III Sekolah Dasar Negeri 02
Bolon Kec. Colomadu Kab. Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012?”
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Untuk Meningkatkan
Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Sesuai Dengan Unggah-ungguh Basa pada
Siswa Kelas III Sekolah Dasar Negeri 02 Bolon Kec. Colomadu Kab.
Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012 Melalui Penerapan Model Pembelajaran
Kuantum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
D. Manfaat Penelitian
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat :
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan khasanah keilmuan sebagai
bahan rujukan bagi penulis yang akan menulis hal yang sama atau hampir
sama.
b. Temuan dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
bagi dunia pendidikan khususnya dalam pembelajaran bahasa Jawa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Meningkatnya ketertarikan siswa dalam belajar unggah-ungguh basa
melalui penerapan model pembelajaran kuantum sehingga nilai siswa
menjadi lebih baik.
2) Meningkatnya keterampilan siswa dalam berbicara bahasa Jawa sesuai
unggah-ungguh basa.
3) Meningkatnya sopan santun serta tata krama siswa dalam pergaulan
sehari-hari.
b. Bagi Guru
1) Meningkatnya wawasan dan kemampuan guru tentang model
pembelajaran kuantum dalam pembelajaran.
2) Bertambahnya pengetahuan dan pengalaman dalam membimbing anak
dalam berbicara bahasa Jawa sesuai unggah-ungguh basa.
c. Bagi Sekolah
1) Meningkatnya kualitas pembelajaran berbicara bahasa Jawa sesuai
unggah-ungguh basa dengan diterapkannya model pembelajaran
kuantum dalam pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa
a. Pengertian Keterampilan
Keterampilan seseorang di dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau
bidang tertentu jelas berbeda-beda. Keterampilan itu hanya dapat diperoleh
melalui proses belajar dan latihan yang berkesinambungan. Dengan keterampilan,
seseorang akan mampu menyelesaikan suatu permasalahan dengan pola pikir
yang efektif dan efisien.
Soemarjadi dalam bukunya mengemukakan “Keterampilan sama artinya
dengan cekatan, sedangkan cekatan atau terampil merupakan kepandaian
melakukan sebuah pekerjaan dengan cepat dan benar” (2001: 2).
Tri Budiharto mengungkapkan bahwa keterampilan berasal dari kata
terampil yang artinya adalah mampu bertindak dengan cepat dan tepat. Istilah lain
dari terampil adalah cekatan, cakap mengerjakan sesuatu (2008:1-2). Dengan kata
lain keterampilan dapat disebut juga kecekatan, kecakapan, atau kemampuan
untuk melakukan sesuatu dengan baik dan cermat.
Aksay juga menambahkan tentang pengertian keterampilan yaitu
keterampilan adalah usaha untuk memperoleh kompetensi cekat, cepat, dan tepat
dalam menghadapi permasalahan. Dalam pembelajaran, keterampilan dirancang
sebagai proses komunikasi belajar untuk mengubah perilaku siswa menjadi cekat,
cepat dan tepat dalam melakukan atau menghadapi sesuatu (Http://pengertian-
keterampilan-belajar.blogspot/2009/20/03/html diunduh pada 21-01-2012).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa keterampilan adalah kemampuan bertindak atau melakukan suatu
pekerjaan (tugas) dengan baik, cermat, cepat, dan tepat. Seseorang yang dapat
melakukan sesuatu dengan cepat tetapi salah tidak dapat dikatakan terampil.
Demikian pula, apabila seseorang yang dapat melakukan sesuatu dengan benar
tetapi lambat juga tidak dapat dikatakan terampil. Jadi, keterampilan itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
berlandaskan pada kecepatan dan ketepatan tertentu sehingga seseorang tidak
akan merasakan kesulitan-kesulitan yang berarti dalam pekerjaannya.
b. Pengertian Berbicara
Berbicara (KBBI, 2007:148) adalah berkata, bercakap, berbahasa, dan
melahirkan pendapat dengan perkataan. Berbicara itu mengutarakan isi pikiran
atau melisankan sesuatu yang dimaksudkan.
Salah satu pakar bahasa, H.G Tarigan berpendapat bahwa “Berbicara
adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan” (1990:15). Berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan
berbahasa lisan yang bersifat produktif, artinya suatu kemampuan yang dimiliki
seseorang untuk menyampaikan gagasan, pikiran atau perasaan sehingga gagasan-
gagasan yang ada dalam pikiran pembicara dapat dipahami orang lain.
Sejalan dengan pendapat di atas, St. Y. Slamet mengungkapkan bahwa
“Berbicara merupakan suatu penyampaian maksud bisa berupa gagasan, pikiran,
isi hati seseorang kepada orang lain” (2008:33). Selain itu, dijelaskan juga
berbicara merupakan bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor
fisik, psikologi, neurologis, semantik, dan linguistik sehingga dapat dianggap
sebagai alat manusia yang paling penting terutama bagi kontrol sosial.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
berbicara adalah suatu kegiatan mengujarkan bunyi-bunyi bahasa untuk
menyampaikan pesan berupa ide, gagasan, maksud atau perasaan kepada orang
lain secara lisan yang bersifat aktif dan produktif. Berbicara merupakan kegiatan
berbahasa yang aktif dari seorang pemakai bahasa, yang menuntut prakarsa nyata
dalam penggunaan bahasa untuk mengungkapkan diri secara lisan.
c. Pengertian Keterampilan Berbicara
H.G. Tarigan berpendapat bahwa “Keterampilan berbicara adalah
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atas kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan dan
perasaan” (1990:15).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
St. Y. Slamet menyatakan bahwa “Keterampilan berbicara merupakan
keterampilan yang mekanistis” (2008:35). Dari pendapat ini dapat dijelaskan
bahwa semakin banyak berlatih, semakin dikuasai dan terampil seseorang dalam
berbicara. Tidak ada orang yang langsung terampil berbicara tanpa melalui proses
berlatih. Di dalam berlatih berbicara, seseorang perlu dilatih diantaranya dari segi
pelafalan, pengucapan, intonasi, pemilihan kata (diksi), dan penggunaan bahasa
secara baik dan benar.
Salah satu jurnal internasional menyatakan Speaking is the productive skill
in the oral mode. It, like the other skills, is more complicated than it seems at first
and involves more than just pronouncing word. Diartikan bahwa berbicara adalah
keterampilan yang sangat produktif dalam segi liguistik. Keterampilan berbicara
itu seperti keterampilan lainnya, keterampilan berbicara ternyata lebih rumit dari
kelihatannya dan melibatakan lebih dari mengucapkan kata-kata.
Betolak dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
keterampilan berbicara adalah kemampuan seseorang dalam mengungkapkan ide
atau gagasan secara lisan bersifat produktif dan mekanistis, yang hanya dapat
dikuasai dengan berlatih berbicara dan merupakan bagian tingkah laku hidup
manusia yang sangat penting sebagai alat komunikasi kepada orang lain.
Keterampilan berbicara merupakan sebuah keterampilan menyampaikan gagasan,
informasi atau pesan kepada orang lain dengan menggunakan media yang berupa
simbol-simbol fonetis.
d. Bahasa Jawa
Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan penduduk suku bangsa Jawa
di Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur. Selain itu, bahasa Jawa juga
digunakan oleh penduduk yang tinggal di beberapa daerah lain seperti Banten
terutama kota Serang, kabupaten Serang, kota Cilegon dan kabupaten Tengerang,
Jawa Barat khususnya kawasan pantai utara terbentang dari pesisir utara
Karawang, Subang, Indramayu, kota Cirebon dan kabupaten Cirebon
(http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Jawa, diunduh pada tanggal 20 Januari
2012).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Poedjosoedarmo dalam Imam Sutardjo menyatakan bahwa “Bahasa Jawa
merupakan bahasa yang mengenal adanya tingkat tutur kata (speech levels) yaitu
undha usuk atau unggah-ungguh basa. Tingkat tutur ini merupakan variasi
berbahasa yang perbedaannya ditentukan oleh anggapan penutur dan relasinya
terhadap orang yang diajak berbicara” (2008:43).
Sedangkan menurut Samidi bahasa Jawa bukan bahasa asing tetapi
merupakan bahasa ibu dari orang-orang Jawa terutama yang bertempat tinggal di
daerah propinsi Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Timur
(2010: 1).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa Jawa adalah
bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi orang-orang yang berasal dari Jawa,
terutama Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Timur yang
mengenal adanya tingkat tutur kata yang merupakan variasi bahasa yang
perbedaannya ditentukan oleh anggapan penutur dan relasinya terhadap orang
yang diajak berbicara.
e. Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa
Salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari adalah keterampilan berbicara sebagai media komunikasi lisan yang
efektif. H.G. Tarigan (1990:15) berpendapat bahwa keterampilan berbicara
adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atas kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan dan
perasaan.
Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan penduduk suku bangsa Jawa
di Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur. Selain itu, bahasa Jawa juga
digunakan oleh penduduk yang tinggal di beberapa daerah lain seperti Banten
terutama kota Serang, kabupaten Serang, kota Cilegon dan kabupaten Tengerang,
Jawa Barat khususnya kawasan pantai utara terbentang dari pesisir utara
Karawang, Subang, Indramayu, kota Cirebon dan kabupaten Cirebon
(http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Jawa, diunduh pada tanggal 20 Januari
2012).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Poedjosoedarmo dalam Imam Sutardjo menyatakan bahwa bahasa Jawa
merupakan bahasa yang mengenal adanya tingkat tutur kata (speech levels) yaitu
undha usuk atau unggah-ungguh basa. Tingkat tutur ini merupakan variasi
berbahasa yang perbedaannya ditentukan oleh anggapan penutur dan relasinya
terhadap orang yang diajak berbicara (2008.43).
Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
keterampilan berbicara bahasa Jawa adalah kemampuan dalam mengucapkan
bunyi-bunyi artikulasi atas kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta
menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan dalam bahasa Jawa yang mengenal
adanya tingkat tutur kata yang memiliki berbagai variasi berbahasa sesuai penutur
dan orang yang diajak berbicara tersebut.
2. Hakikat Unggah-ungguh Basa
a. Pengertian Unggah-ungguh Basa
Bahasa merupakan alat komunikasi dalam pergaulan sehari-hari.
Ketika seseorang berbicara selain memperhatikan kaidah-kaidah tata bahasa,
juga masih harus memperhatikan siapa orang yang diajak berbicara. Berbicara
kepada orang tua berbeda dengan berbicara dengan anak kecil atau yang
seumur.
Unggah-ungguh basa adalah kata-kata atau bahasa yang ditujukan
pada orang yang kita ajak berbicara atau lawan bicara (Aryo Bimo Setiyanto,
2007: 2).
Menurut Soepomo Poedjosoedarmo dalam Imam Sutardjo (2008:4 5 ) di
dalam bahasa Jawa, tingkat tutur atau speech levels itu lebih dikenal dengan
istilah undha usuk atau unggah-ungguh basa, yaitu suatu sistem kode
penyampai rasa sopan yang didalamnya terdapat unsur kosa kata tertentu,
aturan sintaksis, morfologi dan fonologi tertentu.
Poerwadarminta memberikan pengertian unggah-ungguh basa adalah
“tata-pranataning basa miturut lungguhing tata krama” (1939:443). Yang dapat
diartikan bahwa unggah-ungguh adalah tatanan bahasa menurut duduk tata
kramanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam
berkomunikasi dengan orang lain, yaitu dengan orang yang lebih tua atau orang
yang lebih kecil atau yang sebaya itu berbeda bahasanya. Kita berbicara dengan
yang lebih tua harus lebih sopan dari pada dengan orang yang lebih kecil atau
yang sebaya. Perbedaan bahasa ini yang dinamakan dengan unggah-ungguh basa.
b. Klasifikasi Unggah-ungguh Basa Jawa
Unggah-ungguh basa Jawa meliputi berbagai ragam bahasa. Setiap ahli
bahasa Jawa memberikan klasifikasi yang berbeda-beda. Seperti yang telah
tersebut di atas bahwa dalam setiap komunikasi dalam bahasa Jawa memiliki
aturan-aturan tersendiri dalam penggunaannya, sesuai dengan situasi pembicara
maupun orang yang diajak berbicara.
Samidi (2010:75-76) memberikan klasifikasi unggah-ungguh basa sebagai
berikut:
1. Basa Ngoko
a) Ngoko lugu
b) Ngoko andhap
2. Basa Madya
a) Madya ngoko
b) Madyantara
c) Madya krama
3. Basa Krama
a) Mudha krama
b) Kramantara
c) Wredha krama
d) Krama inggil
4. Basa Krama Inggil
5. Basa Krama Desa
6. Basa Kedhaton
7. Basa Kasar
Sedangkan Harimurti Kridhalaksana (2001:xxii) menyebutkan bahwa
secara garis besar unggah-ungguhing basa ini dapat dikelompokkan menjadi tiga,
yakni, ngoko, madya, krama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Seorang pakar bahasa Jawa menyatakan:
Dalam unggah-ungguh bahasa Jawa dikenal tiga tingkat tutur ngoko,
madya, dan krama.Bahkan ada yang membedakan hanya dua tingkat, yaitu
ngoko dan krama. tingkat tutur ngoko berfungsi membawakan rasa
kesopanan yang rendah, tingkat tutur kata madya berfungsi
membawakanrasa sopan yang sedang-sedang atau setengah-setengah,
sedangkan tingkat tutur krama (alus, inggil) berfungsi untuk membawakan
rasa kesopanan yang tinggi dan halus (Imam Sutardjo, 2008:45).
Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ragam
bahasa dalam unggah-ungguh basa dapat diklasifikasikan seperti yang terlihat
dalam Gambar 1 sebagai berikut:
Gambar 1. Klasifikasi Unggah-ungguh Basa Jawa
c. Tinjauan Pembelajaran Bahasa Jawa Kelas III SD
Pembelajaran yang berlangsung pada kelas III SD merupakan
pembelajaran tematik, termasuk pada pembelajaran bahasa Jawa. Pembelajaran
tematik merupakan pembelajaran yang berangkat dari sebuah tema, yang
kemudian dikaitkan dengan mata pelajaran lain. Pada pembelajaran bahasa Jawa
di kelas III ini materi unggah-ungguh basa dibahas dalam tema “Lingkungan”.
Dari tema tersebut dapat kita kaitkan dengan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam dan juga Seni Budaya dan Keterampilan.
Basa Jawa
Ngoko
Lugu
Madya
Kasar
Krama
Madya
Inggil
Kedhaton
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Di dalam kurikulum mata pelajaran muatan lokal bahasa Jawa (2010:11)
terdapat standar kompetensi berbicara Mampu mengungkapkan pikiran dan
perasaan secara lisan tentang percakapan dan menceritakan pengalaman sendiri
dengan santun. Kompetensi dasar melakukan percakapan menggunakan ragam
bahasa tertentu. Sedangkan dalam silabus IPA terdapat standar kompetensi yang
dapat dikaitkan dengan tema yang ada dalam pembelajaran bahasa Jawa, yaitu
memahami kenampakan permukaan bumi, cuaca dan pengaruhnya bagi manusia,
serta hubungannya dengan cara manusia memelihara dan melestarikan alam.
Kompetensi dasarnya adalah mengidentifikasi cara manusia dalam memelihara
dan melestarikan alam di lingkungan sekitar. Sedangkan untuk mata pelajaran
SBK di dalam silabus standar kompetensinya yaitu mengapresiasikan diri melalui
karya seni musik, dengan kompetensi dasar menyanyikan lagu daerah dan lagu
anak- anak dengan iringan sederhana.
Berikut penjelasan materi bertolak dari standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang diambil:
1) Bahasa Jawa
Sesuai dengan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang
terdapat dalam silabus bahasa Jawa, materi pelajaran yang tersaji sesuai
dengan penelitian ini adalah materi pelajaran tentang penggunaan
unggah-ungguh basa dalam percakapan sehari-hari. Materi unggah-
ungguh yang tersaji dalam pembelajaran bahasa Jawa di kelas III masih
sederhana, yaitu sebatas penerapan unggah-ungguh basa ragam bahasa
ngoko dan krama.
a) Basa ngoko
Basa ngoko merupakan bahasa yang masih lugu, karena
belum mengalami perubahan-perubahan.
Penggunaan basa ngoko adalah sebagai berikut:
1) Terhadap orang yang sudah sangat terbiasa dan
seumuran.
2) Terhadap orang yang lebih muda.
3) Apabila sedang berbicara sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Contoh:
a) Aku arep turu dhisik
b) Sepedha motorku anyar iki.
c) Aku tak menyang pasar sesuk wae.
b) Basa krama
Basa krama adalah bahasa yang menghormati terhadap
orang yang diajak bicara. Sehingga kata-kata yang dipakai
telah mengalami perubahan, yaitu menggunakan kata-kata
krama.
Penggunaan basa krama diantaranya sebagai berikut:
1) Terhadap orang yang lebih tua usianya.
2) Terhadap orang yang lebih tinggi derajat
pangkatnya.
3) Terhadap orang yang belum terbiasa/baru dikenal.
4) Priyayi dengan priyayi.
Contoh:
a) Ibu nembe mundhut uwos wonten peken.
b) Bapak Bupati nembe rembagan.
c) Bapak saha ibu nembe wonten wingking griya.
2) Ilmu Pengetahuan Alam
Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
dikaitkan dengan bahasa Jawa, materi yang dapat diambil dari mata
pelajaran IPA adalah mengenai usaha-usaha manusia untuk menjaga
lingkungan sekitar agar tetap sehat.
Lingkungan sehat menurut WHO (World Health
Organisation) adalah keadaan yg meliputi kesehatan fisik, mental, dan
sosial yg tidak hanya berarti suatu keadaan yg bebas dari penyakit dan
kecacatan(http://kesehatanlingkunganhidup.blogspot.com/2010/07/peng
ertian-kesehatan-lingkungan-menurut.html diunduh pada 11-03-2012).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Lingkungan sehat adalah lingkungan yang bersih. Lingkungan
sehat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Udara bersih dan segar.
b. Tanah yang subur.
c. Sumber air yang bersih.
d. Air sungai yang mengalir terlihat bersih dan jernih.
e. Sampah tidak berserakan.
f. Banyak tumbuhan hijau yang tumbuh dengan subur.
(http://blog.unnes.ac.id/hestyayu/2011/11/01/lingkungan-sehat-
dan-tidak-sehat/ diunduh pada 11-03-2012)
Lingkungan yang sehat merupakan salah satu syarat untuk menjaga
kualitas hidup manusia agar tetap baik. Untuk itu manusia perlu
menjaga lingkungannya agar tetap baik pula kehidupannya. Berikut
beberapa cara yang dapat dilakukan manusia untuk menjaga lingkungan
dan melestarikan alam:
a) Reboisasi, adalah penanaman kembali hutan-hutan yang
gundul.
b) Membuat sengkedan atau tanah miring, gunanya adalah
untuk mencegah banjir. Biasanya ini dibuat di daerah
pegunungan.
c) Menjaga kebersihan lingkungan.
d) Menghemat penggunaan bahan bakar dari minyak bumi.
e) Pembuatan hutan lindung.
3) Seni Budaya dan Keterampilan
Siswa yang duduk di SD sangat memerlukan pendidikan seni dan
kebudayaan karena hal tersebut membentuk pribadi anak menjadi
harmonis dan membantu mengembangkan kecerdasan anak.
Kebudayaan merupakan harmonisasi dari logika, etika, estetika, dan
kinestika. Ruang lingkup pendidikan seni, yaitu seni rupa, seni musik,
seni tari, seni drama. dan keterampilan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Mata pelajaran SBK dapat dikaitkan dengan mata pelajaran bahasa
Jawa dengan mengambil standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang dapat dikaitkan dengan materi yang sesuai dengan tema dalam
mata pelajaran bahasa Jawa, dalam hal ini adalah tema lingkungan.
Standar kompetensi yang dapat dikaitkan yaitu mengapresiasikan
diri melalui karya seni musik, dengan kompetensi dasar menyanyikan
lagu daerah dan lagu anak- anak dengan iringan sederhana.
Pengaplikasiannya dalam pembelajaran bahasa Jawa yaitu dengan
memberikan materi nyanyian tembang dolanan kepada anak dengan
lagu yang bertemakan lingkungan/alam.
Contoh tembang dolanan anak yang bertemakan lingkungan/alam
diantaranya:
a) Kidang talun
Kidang talun
mangan kacang talun
mil kethemil, mil kethemil
si kidang mangan lembayung
b) Gajah belang
Gajah belang
duwe anak belang
nuk renggunuk, nuk renggunuk
gedene meh podo gunung
3. Model Pembelajaran Kuantum
a. Model Pembelajaran
Tujuan dari sebuah kegiatan pembelajaran adalah membantu siswa
mencapai kegiatan secara optimal untuk dapat belajar lebih mudah dan lebih
efektif dimasa datang. Untuk mencapai hal tersebut perlu kerangka
pembelajaran secara konseptual (model pembelajaran) yang menentukan
tercapainya tujuan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Model sendiri mempunyai definisi yaitu suatu representasi dari seseorang
atau sesuatu. (http://www.schoonover.com/ResourceCenter/Q_A.html diunduh
pada 23-04-2012 ). Pengertian lain yaitu model adalah pola (contoh, acuan,
ragam) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan (Departemen P dan K,
1984:75). Berdasarkan beberapa pengertian di atas mengenai model, dapat
disimpulkan bahwa model adalah suatu desain atau analogi yang dipergunakan
untuk membantu proses visualisasi sesuatu yang tidak dapat dengan langsung
diamati.
Guru sebagai pendidik melakukan rekayasa pembelajaran. Rekayasa
pembelajaran tersebut dilakukan berdasarkan kurikulum yang berlaku.
Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain.
instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan
pada penyediaan sumber belajar (Dimyati & Mudjiono dalam Sagala,
2005). Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UUSPN No.20 Tahun 2003
dalam Sagala, 2005). Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun
oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat
meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan
kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya
meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pembelajaran
(http://instructionaltheorycourse.blogspot.com/2009/02/1introduction_18.h
tml, 23 April 2012).
Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang
diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan,
penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada
siswa. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu siswa agar
dapat belajar dengan baik. (http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran, 23 April
2012).
Berdasarkan pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran
adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar,sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik.
Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, pembentukan sikap dan kepercayaan
pada siswa. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu siswa
agar dapat belajar dengan baik.
Menurut Winaputra dalam Sugiyanto, model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu,
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dsn
para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran
(2009:3).
Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari
awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Dalam
model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
(http://wijayalabs.blogdetik.com/2009/04/11/ diunduh pada 20-01-2012)
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah pedoman yang digunakan pengajar untuk pengelolaan
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran.
b. Model Pembelajaran Kuantum
Sugiyanto menjelaskan bahwa istilah kuantum memang diberi konsep suatu
perubahan energi menjadi cahaya selain diyakini adanya ketidakteraturan dan
indeterminisme alam semesta (2009:71).
Menurut Bobbi DePorter Model Quantum Learning merupakan
penggabungan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP
(Neurolinguistik Program) dengan teori, keyakinan, dan metode ciptaannya
sendiri (2007: 16).
Victor Selman, Ruth Corey Selman, dalam jurnal internasionalnya yang
berjudul “Quantum Learning: Learn Without Learning” (diunduh pada 20 Januari
2012) menyatakan Quantum Education is the “natural” way to learn, motivating
and exciting people to take responsibility for their own education. Artinya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
pendidikan kuantum adalah cara alami untuk belajar, memotivasi dan
menggairahkan orang untuk bertanggung jawab pada pendidikan mereka sendiri.
Salah satu jurnal internasional yang ditulis Jerry Selman memberikan
pengertian lain dari pembelajaran kuantum “Quantum Learning is a powerful and
engaging teaching and learning methodology that integrates best educational
practices into a unified whole. This synergistic approach to the learning process
covers both theory and practice”. Artinya pembelajaran kuantum merupakan
metodologi belajar dan mengajar yang melibatkan siswa dan berkekuatan besar
yang menggabungkan latihan-latihan pendidikan terbaik kedalam satu kesatuan.
Sinergi ini mendekatkan pada proses pembelajaran yang mencakup teori dan
latihan. Hal ini mengintegrasikan praktik terbaik berbasis penelitian dalam
pendidikan menjadi suatu kesatuan yang utuh, konten yang lebih bermakna dan
relevan dengan kehidupan siswa.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat peneliti
simpulkan bahwa pembelajaran kuantum mengambil konsep dasar bahwa dalam
pembelajaran kuantum menekankan pada interaksi antara pembelajar dengan
pembelajar dan interaksi pengajar dengan pembelajar. Dengan menekankan pada
pengajar yang harus mengkondisikan pembelajar pada situasi yang
menyenangkan, menumbuhkan rasa keingintahuan yang tinggi, pengalaman
langsung dan penghargaan atas usaha pembelajar. Dengan kata lain model
pembelajaran kuantum adalah suatu model pembelajaran yang memberikan trik,
strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman, daya
ingat, serta belajar sebagai proses menyenangkan dan bermakna, sehingga
membuat siswa nyaman dan berusaha untuk memperbaiki hasil belajarnya
c. Prinsip Pembelajaran Kuantum
Prinsip dapat berarti sebuah aturan aksi atau perbuatan yang diterima atau
dikenal dan sebuah hukuman, aksioma, atau doktrin fundamental. Ada tiga
macam prinsip utama yang membangun sosok pembelajaran kuantum. Ketiga
prinsip utama yang dirangkum dalam Sugiyanto (2009:78) adalah sebagai berikut:
1) Prinsip utama pembelajaran kuantum berbunyi: “Bawalah Dunia Mereka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
(Pembelajar) ke dalam Dunia Kita (Pengajar), dan Antarkan Dunia
Kita (pengajar) ke dalam Dunia Mereka (Pembelajar)”.
2) Dalam pembelajaran kuantum juga berlaku prinsip bahwa proses
pembelajaran merupakan permainan orkestra simfoni. Selain memiliki
lagu atau partitur, pemainan simfoni ini memiliki struktur dasar chord.
Struktur dasar chord ini dapat disebut prinsip-prinsip dasar pembelajaran
kuantum yang antara lain sebagai berikut:
a) Ketahuilah bahwa segalanya berbicara
b) Ketahuilah bahwa segalanya betujuan
c) Sadarilah bahwa pengalaman mendahului penamaan
d) Akuilah setiap usaha yang dilakukan dalam pembelajaran.
e) Sadarilah bahwa sesuatu yang layak dipelajari layak pula
dirayakan.
3) Dalam pembelajaran kuantum juga berlaku prinsip bahwa pembelajaran
harus berdampak bagi terbentuknya keunggulan. Dengan kata lain,
pembelajaran perlu diartikan sebagai pembentukan keunggulan. Oleh
karena itu, keunggulan ini bahkan telah dipandang sebagai jantung fondasi
pembelajaran kuantum. Keunggulan tersebut antara lain:
a) Terapkanlah hidup dalam integritas
b) Akuilah kegagalan dapat membawa kesuksesan
c) Berbicaralah dengan niat baik
d) Tegaskanlah komitmen
e) Jadilah pemilik
f) Tetaplah lentur
g) Tetaplah lentur pertahankanlah keseimbangan.
Selain itu Herdian dalam (http://herdy07.wordpress.com/2009/04/29/
model-pembelajaran-quantum/ diunduh pada 21-01-2012) juga menjelaskan
beberapa prinsip dasar yang dalam pembelajaran kuantum, prinsip-prinsip
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Bawalah dunia mereka (siswa) ke dalam dunia kita (guru), dan antarkan
dunia kita (guru ke dalam dunia mereka (siswa).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
2) Proses pembelajaran bagaikan orkestra simfoni, yang secara spesifik dapat
dijabarkan sebagai berikut:
a) Segalanya dari lingkungan. Hal ini mengandung arti baik
lingkungan kelas/sekolah sampai bahasa tubuh guru; dari lembar
kerja atau kertas kerja yang dibagikan anak sampa rencana
pelakanaan pembelajaran, semuanya mencerminkan pembelajaran.
b) Segalanya bertujuan. Semua yang terjadi dalam proses
pembelajaran mempunyai tujuan semuanya.
c) Pengalaman mendahului pemberian nama. Pembelajaran yang baik
adalah jika siswa telah memperoleh informasi terlebih dahulu apa
yang akan dipelajari sebelum memperoleh nama untuk apa yang
mereka pelajari. Ini diilhami bahwa otak akan berkembang pesat
jika adanya rangsangan yang kompleks selanjunya akan
menggerakkan rasa keingintahuan.
d) Akuilah setiap usaha. Dalam proses pembelajaran siswa
seharusnya dihargai dan diakui setiap usahanya walaupun salah,
karena belajar diartikan sebagai usaha yang mengandung resiko
untuk keluar dari kenyamanan untuk membongkar pengetahuan
sebelumnya.
e) Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan. Segala sesuatu
yang telah dipelajari oleh siswa sudah pasti layak pula dirayakan
keberhasilannya.
DePorter (2005:7-8) menyatakan ada lima prinsip tetap, prinsip-prinsip
tersebut adalah:
a) Segalanya Berbicara
b) Segalanya Bertujuan
c) Pengalaman sebelum Pemberian Nama
d) Akui Setiap Usaha
e) Jika Layak Dipelajari, Maka Layak Pula Dirayakan!
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat peneliti simpulkan bahwa
pembelajaran kuantum berprinsip pada pola pembelajaran yang membawa dunia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
pembelajar ke dalam dunia pengajar, dan kemudian mengantarkan dunia pengajar
ke dalam dunia pembelajar. Proses pembelajaran juga diartikan sebagai permainan
orkestra simfoni dimana pembelajaran harus berdampak bagi terbentuknya
keunggulan.
d. Penerapan Model Pembelajaran Kuantum Dalam Pembelajaran
Didalam model pembelajaran kuantum terdapat pola pembelajaran yang
berbeda dari pembelajaran yang biasa atau konvensional. Didalam penerapan
pembelajaran model kuantum kita dikenalkan dengan konsep TANDUR yang
merupakan akronim dari; Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi,
dan Rayakan. Unsur-unsur tersebutlah yang telah membentuk basis struktur yang
mendasari model pembelajaran kuantum. Konsep TANDUR akan membawa
siswa pada kondisi pembelajaran yang menyenangkan dan mengesankan.
Sugiyanto (2009:83) menyatakan bahwa kerangka TANDUR dapat
membawa siswa menjadi tertarik dan berminat pada setiap pelajaran apapun mata
pelajarannya, tingkat kelas, dengan beragam budayanya, jika pada guru betul-
betul menggunakan prinsip-prinsip atau nilai-nilai pembelajaran model quantum.
Kerangka perencanaan model pembelajaran kuantum tipe TANDUR
dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Tumbuhkan : Menumbuhkan minat dengan memuaskan
dan menyertakan diri mereka, memikat
mereka, puaskan keingin tahuan mereka.
Buatlah mereka tertarik atau penasaran
tentang materi yang kana kita ajarkan.
2) Alami : Menciptakan atau mendatangkan
pengalaman umum yang dapat memberikan
mereka pengalaman belajar, tumbuhkan
“kebutuhan untuk mengetahui”.
3) Namai : Menyediakan kata kunci, konsep, model,
rumus, strategi, dan memberikan “data”
tepat saat minat memuncak mengenalkan
konsep-konsep pokok dari materi pelajaran.
4) Demonstrasikan : Memberikan kesempatan bagi mereka untuk
mengaitkan pengalaman dengan data baru
sehingga mereka menghayati dan
membuatnya sebagai pengalaman pribadi
dan menunjukkan bahwa mereka tahu.
5) Ulangi : Merekatkan gambaran keseluruhannya. Ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
dapat dilakukan melalui pertanyaan postest,
ataupun penugasan, atau membuat iktisar
hasil belajar. Menegaskan bahwa “aku tahu
bahwa aku memang tahu ini”.
6) Rayakan : Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi,
dan pemerolehan keterampilan dan ilmu
pengetahuan serta menegaskan bahwa jika
layak dipelajari maka layak pula dirayakan.
Perayaan menambahkan dengan asosiasi
positif.
Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka model pembelajaran kuantum
konsep TANDUR adalah penjelasan dari akronim TANDUR yaitu menumbuhkan
minat yang tinggi terhadap materi yang akan dipelajari dengan melibatkan siswa
pada iklim pembelajaran yang aktif dan menyenangkan dengan melibatkan siswa
dalam mengalami dan menamai proses pembelajaran yang berlangsung. Siswa
juga diajak untuk mendemonstrasikan materi yang dipelajari dengan
menggunakan media pembelajaran yang konkrit dan menarik yang akan
menjadikan proses pembelajaran yang telah berlangsung akan lebih berkesan.
Selain itu juga perlu diadakan proses evaluasi untuk mengetahui tingkat
keberhasilan pembelajaran yang telah berlangsung, dan juga diberikannya suatu
reward atau penghargaan atas keberhasilan yang telah dicapai.
B. Penelitian yang Relevan
Alvany Rufaida (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan
Keterampilan Menulis Permulaan Melalui Model Quantum Learning Pada Siswa
Kelas 2 Sekolah Dasar Negeri Karangasem 1 Laweyan Surakarta Tahun Pelajaran
2009/2010” menyimpulkan bahwa terjadinya peningkatan Keterampilan Menulis
Permulaan setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan penerapan metode
Quantum Learning. Hal tersebut terlihat dari kondisi awal sebelum dilaksanakan
tindakan nilai rata-rata siswa 62,5 dengan prosentase ketuntasan klasikal sebesar
53,3%, siklus I nilai rata-rata kelas 66,2 dengan prosentase ketuntasan klasikal
sebesar 68,9% dan siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 70,7 dengan
prosentase ketuntasan klasikal sebesar 71,1%. Pada siklus III nilai rata-rata kelas
73,7 dengan prosentase ketuntasan 82,2%. Jadi setelah diterapkan Model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Quantum Learning Pada Siswa Kelas 2 Sekolah Dasar Negeri Karangasem 1
Laweyan Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010 terjadi peningkatan keterampilan
menulis permulaan, yaitu nilai rata-rata kelas 73,7 dengan prosentase ketuntasan
82,2%.
Hasil penelitian tindakan kelas Ratnasari Yulianti tahun 2011 dalam
skripsinya yang berjudul “Upaya Penguasaan Unggah-Ungguh Basa Dalam
Pembelajaran Bahasa Jawa Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning
Siswa Kelas Va Sdn I Pracimantoro Semester II Tahun Ajaran 2010/2011”.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penguasaan unggah-
ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa melalui model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) siswa kelas VA SDN I Pracimantoro semester II
tahun ajaran 2010/2011 meningkat. Hal ini dapat ditunjukkan data-data sebagai
berikut : pada pra tindakan hanya 17,14% siswa yang mendapat nilai ≥ 70, pada
siklus I 42,86% siswa telah mendapat nilai ≥ 70 dan pada siklus II 74,29% siswa
telah mendapat nilai ≥ 70.
Berdasarkan hasil dari penelitian tersebut di atas, maka dapat peneliti
tarik simpulan bahwa model pembelajaran yang sesuai dapat meningkatkan
keberhasilan belajar siswa. Sehubungan dengan hal itu, peneliti merasa perlu
untuk mengembangkan supaya keterampilan berbicara siswa meningkat dan
menjadikan pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Dalam penelitian ini penulis
menekankan peningkatan keterampilan berbicara bahasa Jawa sesuai unggah-
ungguh basa pada siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 02 Bolon Kec. Colomadu
Kab. Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012.
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran Bahasa Jawa pada kelas III Sekolah Dasar Negeri 02 Bolon,
khususnya materi unggah-ungguh basa sampai saat ini masih menggunakan
metode yang konvensional, yaitu dengan ceramah monoton, minim metode, tanpa
media, dan lain-lain. Pembelajaran yang dilaksanakan kurang melibatkan siswa
untuk aktif belajar dan cenderung pasif. Hal itu menyebabkan rendahnya motivasi
siswa dalam mengikuti pembelajaran. Dari rendahnya motivasi tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
menyebabkan siswa tidak antusias dalam mengikuti pelajaran sehingga sebagian
besar siswa tidak menguasai pelajaran yang diajarkan khususnya berbicara bahasa
Jawa yang sesuai dengan unggah-ungguh basa. Hal tersebut dapat dilihat dari
hasil tes keterampilan berbicara bahasa Jawa sebelum tindakan yaitu hanya
sebesar 37,5% siswa yang mendapat nilai di atas KKM (70)
Model pembelajaran kuantum merupakan salah satu alternatif untuk
mengatasi masalah yang disebabkan oleh pembelajaran yang berpusat pada guru.
Model pembelajaran kuantum dipilih karena model pembelajaran ini
mengaktifkan siswa tanpa mereka merasa terbebani, mereka dapat dengan bebas
belajar sesuai kemampuan dan gaya belajar mereka, karena dalam model ini
dianut sistem keberagaman, bukan keseragaman. Pola belajar seperti ini sangat
menyenangkan bagi siswa. Selain itu juga akan menuntut siswa aktif dan kreatif
dalam memecahkan masalah pembelajaran.
Berdasarkan hal tersebut, maka pada kondisi akhir dapat diperoleh bahwa
dengan model pembelajaran kuantum dapat meningkatkan keterampilan berbicara
bahasa Jawa sesuai dengan unggah-ungguh basa pada siswa kelas III Sekolah
Dasar Negeri 02 Bolon, Kec. Colomadu, Kab. Karanganyar Tahun Pelajaran
2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Secara skematis kerangka berpikir dapat dilihat pada Gambar 2 sebagai
berikut :
Gambar 2. Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran, maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: “Penerapan
Model Pembelajaran Kuantum dapat Meningkatkan Keterampilan Berbicara
Bahasa Jawa Sesuai Unggah-ungguh Basa pada Siswa Kelas III Sekolah Dasar
Negeri 02 Bolon Kec. Colomadu Kab. Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012”.
Tindakan
Kondisi Akhir
Kondisi Awal
Guru menggunakan
model pembelajaran
yang konvensional pada
pembelajaran unggah-
ungguh basa
Menerapkan model
pembelajaran kuantum
dalam pembelajaran
unggah-ungguh basa
Setelah diterapkan
model pembelajaran
kuantum
Siklus I
Keterampilan berbicara
bahasa Jawa sesuai
unggah-ungguh basa
pada siklus I mengalami
peningkatan.
Keterampilan berbicara
bahasa Jawa siswa masih
rendah yaitu sebesar
37,5% di atas KKM (70)
Siklus II
Dengan sub bab yang
berbeda, keterampilan
berbicara bahasa Jawa
pada siklus II meningkat
hingga 70% > KKM
Keterampilan
berbicara bahasa Jawa
siswa menjadi tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 02 Bolon Kecamatan Colomadu
Kabupaten Karanganyar. Alasan yang mendasari penelitian dilaksanakan di SD
Negeri 02 Bolon, yaitu:
a. Pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran kuantum belum
pernah diteliti di SD Negeri 02 Bolon.
b. Keterampilan berbicara bahasa Jawa siswa sesuai unggah-ungguh basa di
SD tersebut masih rendah.
2. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan mulai bulan Januari sampai
bulan Mei 2012, adapun rinciannya dapat dilihat pada Tabel 1(Lampiran 1
halaman 76).
B. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III SD Negeri 02
Bolon, Colomadu, Karanganyar sebanyak 24 siswa. Dengan pertimbangan bahwa
keterampilan berbicara bahasa Jawa siswa kelas III SD Negeri 02 Bolon dalam
pembelajaran Bahasa Jawa masih rendah.
C. Sumber Data
Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang rendahnya
keterampilan berbicara bahasa Jawa siswa sesuai unggah-ungguh basa pada
pembelajaran Bahasa Jawa, dan kemampuan guru dalam menyusun rencana
pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran (termasuk penggunaan model
pembelajaran) di kelas.
Data penelitian ini dikumpulkan dari berbagai sumber yang meliputi:
1. Informan atau nara sumber, yaitu guru dan siswa SD Negeri 02 Bolon.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
2. Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas pembelajaran bahasa Jawa dan
aktifitas lainnya yang bersangkutan.
3. Dokumen atau arsip yang antara lain berupa Kurikulum, Rencana
Pembelajaran, dan hasil belajar siswa.
4. Hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kuantum
D. Teknik Pengumpulan data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas meliputi
pengamatan/observasi, tes, dan dokumentasi yang masing-masing secara singkat
diuraikan berikut ini:
1. Pengamatan/Observasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 199) observasi adalah suatu
teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta
mencatat secara sistematis. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah observasi partisipan, dimana peneliti berperan aktif mengamati dan
mengikuti semua kegiatan yang sedang dilakukan.
Observasi yang pertama dilakukan peneliti terhadap siswa kelas III
SD Negeri 02 Bolon untuk mengetahui keterampilan berbicara bahasa Jawa
pada siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi yang
selanjutnya yaitu observasi yang dilakukan observer terhadap peneliti tentang
pelaksanaan pembelajaran bahasa Jawa dengan menggunakan model
pembelajaran kuantum.
2. Tes
Menurut Suharsimi Arikunto (2010 : 193) tes adalah serentetan
pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki
oleh individu atau kelompok.
Tes digunakan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara
bahasa Jawa siswa kelas III SDN 02 Bolon setelah model diterapkan. Tes
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
yang diberikan yaitu tes unjuk kerja berbicara bahasa jawa yang sesuai dengan
unggah-ungguh basa Jawa. Tes atau evaluasi dilaksanakan pada saat
pembelajaran berlangsung. Dengan diketahui hasil tes, maka peneliti dapat
merencanakan kegiatan yang akan dilakukan agar dapat memperbaiki proses
pembelajaran. Selain itu, tes digunakan untuk mengetahui perkembangan dan
keberhasilan pelaksanaan tindakan.
3. Dokumentasi
Metode ini digunakan untuk memperoleh data lengkap yang berupa
data audio visual. Metode ini akan digunakan sebagai perekam data-data
penelitian yang terdapat selama proses penelitian baik data yang berupa
gambar/ foto maupun video yang memuat aktifitas siswa kelas III SD Negeri
02 Bolon saat penelitian berlangsung. Video yang diambil adalah rekaman
dari proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kuantum.
Sehingga akan menjadi bukti otentik pelaksanaan penelitian. Data-data yang
lain dapat berupa hasil evaluasi siswa kelas III dalam pembelajaran bahasa
Jawa terutama materi penggunaan unggah-ungguh basa.
E. Validitas Data
Untuk menjamin validitas data dan pertanggungjawaban dan dapat
dijadikan dasar yang kuat untuk menarik kesimpulan, teknik yang digunakan
untuk memeriksa validitas data antara lain trianggulasi. Menurut Lexy J.
Moleong (2010:330) Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan
Trianggulasi Metode untuk menjamin validitas data. Jenis trianggulasi metode ini
dilakukan dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik
pengumpulan data yang berbeda. Yang ditekankan adalah penggunaan teknik atau
metode pengumpulan data yang berbeda dan bahkan lebih jelas untuk diusahakan
mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji kemantapan informasinya.
Peneliti akan menggunakan metode pengumpulan data yang berupa observasi dan
hasilnya diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik tes
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
dan dokumentasi pada pelaku kegiatan. Dari data yang diperoleh melalui beberapa
teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan dapat
ditarik kesimpulan data yang lebih kuat validitasnya.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis data
model analisis deskriptif komparatif. Menurut Sarwiji Suwandi, analisis deskriptif
komparatif dilakukan dengan membandingkan antara hasil tes kondisi awal
sebelum dilakukan tindakan, hasil tes setelah siklus I, dan hasil tes setelah siklus
II (Sarwiji Suwandi, 2009 : 61). Dengan demikian dapat dilihat adanya perbedaan
sebelum dan sesudah dilakukannya tindakan.
Secara garis besar, langkah-langkah dalam analisis deskriptif komparatif
dibagi menjadi empat kegiatan, yaitu :
1. Mengolah data
Pada tahap awal, peneliti melakukan olah data terhadap data yang
diperoleh. Data tersebut berupa nilai siswa pada kondisi awal sebelum
tindakan, setelah siklus I dan setelah siklus II. Pengolahan data bertujuan
untuk memudahkan dalam penyajian data.
Data utama adalah data nilai yang diperoleh dari hasil tes unjuk kerja
keterampilan siswa dalam menggunakan unggah-ungguh basa Jawa pada
kondisi awal dengan pretest yang dilaksanakan guru, data nilai rata-rata dari
siklus I dan data nilai rata-rata dari siklus II.
2. Penyajian data
Dalam penelitian ini, penyajian data dilakukan pada saat mengolah
dan mengambil tindakan terhadap data yang masuk, kemudian disusun dan
disajikan dalam bentuk tabel, grafik, dan dinarasikan dalam pembahasaan
penelitian. Data adalah data nilai tes unjuk kerja keterampilan berbicara yang
disajikan kedalam bentuk tabel dan grafik yang kemudian dinarasikan sebagai
penjelas dari data yang disajikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
3. Analisis
Pada tahap ini, peneliti melakukan analisis data dengan
membandingkan hasil belajar siswa pada kondisi awal sebelum tindakan,
setelah siklus I, dan setelah siklus II. Kegiatan analisis data ini berpatokan
pada indikator kinerja yaitu apabila keterampilan berbicara bahasa Jawa anak
meningkat dari sebelum penerapan model pembelajaran kuantum ke setelah
penerapan model pembelajaran kuantum, ditunjukkan dengan peserta didik
yang mendapat nilai sama atau diatas KKM (70) sebanyak 70% dari 24
peserta didik.
4. Kesimpulan
Kegiatan ini dilakukan untuk memantapkan simpulan dari tampilan data agar
benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Seluruh hasil analisis data yang
terdapat dalam kegiatan analisis maupun penyajian data diambil suatu
simpulan. Simpulan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu peningkatan
keterampilan berbicara bahasa Jawa yang sesuai dengan unggah-ungguh basa
melalui model pembelajaran kuantum pada siswa kelas III SD Negeri 02
Bolon Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar dengan hasil akhir
ketuntasan dari peserta didik mencapai sama atau lebih dari 70%.
G. Indikator Kinerja
Rumusan kinerja penelitian tindakan kelas adalah adalah peningkatan
keterampilan berbicara bahasa Jawa sesuai unggah-ungguh basa pada siswa kelas
III SDN 02 Bolon yaitu ketercapaian tujuan penelitian pada siklus I sekurang-
kurangnya 60% siswa mencapai ketuntasan belajar (minimal atau sama dengan
KKM yaitu 70), pada siklus II atau yang terakhir sekurang-kurangnya 70% siswa
mencapai ketuntasan belajar (minimal atau sama dengan KKM 70).
H. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Proses penelitiannya
direncanakan terdiri dari dua siklus. Siklus pertama terdiri dari dua kali tatap
muka dan siklus kedua terdiri dari dua tatap muka, masing-masing kegiatan tatap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
muka adalah dua jam pelajaran (2x35 menit). Dalam penelitian ini peneliti
berperan sebagai pengajar yang berkolaborasi dengan melibatkan guru kelas untuk
bersama-sama melakukan penelitian. Dalam penelitian ini tiap siklus terdiri dari
empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada setiap siklus adalah sebagai
berikut:
1. Perencanaan
Perencanaan dalam kegiatan ini meliputi:
a. Identifikasi masalah
Identifikasi masalah dilakukan melalui observasi dan tes awal. Hasil
tes awal keterampilan berbicara bahasa Jawa siswa menunjukan 37,5%
atau 9 dari 24 siswa yang mendapat nilai di atas KKM.
b. Analisis penyebab masalah
Penyebab dari permasalahan ini adalah pembelajaran bahasa Jawa di
kelas yang masih bersifat konvensional dari awal sampai akhir,
sehingga kurang menarik minat siswa untuk belajara bahasa Jawa.
c. Menetapkan solusi
Berdasarkan hasil analisis, maka peneliti menetapkan model
pembelajaran kuantum merupakan solusi yang tepat bagi
permasalahan ini.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan merupakan suatu kegiatan dilaksanakannya skenario
pembelajaran yang telah direncanakan. Tindakan ini berupa penerapan model
pembelajaran kuantum pada pembelajaran bahasa Jawa. Pada tahap
pelaksanaa tindakan ini peneliti melakukannya dalam 2 siklus, dimana dalam
setiap siklus adalah 2x pertemuan. Setiap pertemuannya memiliki alokasi
waktu 2x35 menit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
3. Pengamatan
Pengamatan adalah suatu kegiatan mengamati jalannya tindakan untuk
memantau sejauh mana efek tindakan pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kuantum pada pokok bahasan berbicara bahasa Jawa
sesuai unggah-ungguh basa. Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan
terhadap aktifitas siswa dalam pembelajaran serta pengamatan terhadap
peneilit selama proses pembelajaran berlangsung yang dilakukan oleh guru
kelas yang bertindak sebagai observer.
4. Refleksi
Refleksi berarti penilaian dan pengkajian terhadap hasil evaluasi siklus I.
Peneliti menganalisis pemahaman konsep siswa sesuai dengan nilai saat
evaluasi saat pembelajaran serta nilai dari hasil tes unjuk kerja keterampilan
berbicara siswa. Dari berbagai aspek penilaian dan pengamatan guru terhadap
jalannya pembelajaran, peneliti dapat menilai hal-hal apa saja yang kurang
dari siklus I yang kemudian peneliti berkolaborasi dengan guru kelas untuk
memperbaiki apa-apa saja yang kurang yang nantinya disempurnakan pada
siklus II.
I. Prosedur Penelitian
Prosedur yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti
menggunakan model spiral tindakan kelas yang diadapatasi dari Hopkins (dalam
Zainal Aqib 2006:31) yang digambarkan pada Gambar 3 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Gambar 3. Empat langkah dalam Penelitian Tindakan Kelas
Dari Gambar 3 tersebut di atas, pelaksanaan tindakan kelas pada awal, yaitu
mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi siswa dalam mempelajari materi
unggah-ungguh basa Jawa. Berdasarkan data hasil evaluasi yang diadakan oleh
peneliti, didapati bahwa hanya 37,5% siswa yang tuntas KKM. Setelah itu, baru
mengadakan perencaan untuk siklus I.
Penelitian tindakan kelas ini adalah terdiri dari dua tahap yaitu persiapan
dan pelaksanaan penelitian :
1. Persiapan
Pada tahap persiapan ini yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Identifikasi
Masalah
Refleksi
Perencanaan
Refleksi
Aksi
Observasi
Aksi
Observasi
Perencanaan
ulang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
a. Penyusunan RPP sesuai SK dan KD yang ditetapkan dengan
menggunakan model pembelajaran Kuantum.
b. Menyiapkan sarana pendukung seperti ruang kelas, materi, sumber,
dan media pembelajaran.
c. Menyiapkan instrumen tes keterampilan berbicara bahasa Jawa.
d. Mempersiapkan lembar observasi siswa dan guru.
2. Pelaksanaan Penelitian
Setiap siklus dalam penelitian ini mencakup empat langkah, yaitu
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Langkah-langkah
penelitian yang dilakukan pada tiap tahap ini adalah :
a. Siklus I
1) Perencanaan
Tahap perencanaan dalam penelitian ini berupa rencana
kegiatan yang menentukan langkah-langkah untuk memecahkan
masalah sebagai upaya memperbaiki kelemahan dalam proses
pembelajaran unggah-ungguh basa selama ini. Pada tahap
perencanaan ini disiapkan rencana pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kuantum. Dengan menggunakan rencana
pembelajaran diharapkan tujuan pembelajaran akan terarah. Selain
rencana pembelajaran peneliti juga menyiapkan instrumen penelitian
yang terdiri dari menyusun lembar observasi aktivitas siswa untuk
mengamati aktivitas dan interaksi siswa pada saat pembelajaran
berlangsung, menyusun lembar observasi kinerja guru untuk
mengamati kegiatan guru pada saat melaksanakan pembelajaran,
menyusun kisi–kisi soal tes dan menyusun soal tes untuk mengetahui
peningkatan pengetahuan siswa terhadap unggah-ungguh basa serta
menyusun instrument penilaian tes unjuk kerja siswa untuk menilai
keterampilan berbicara bahasa Jawa siswa yang sesuai unggah-ungguh
basa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
2) Pelaksanaan Tindakan Kelas
Guru menjelaskan rencana kegiatan dengan melaksanakan
skenario pembelajaran yang telah dibuat berdasar rencana
pembelajaran. Adapun langkah –langkah pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kuantum sebagai berikut:
a) Kegiatan awal
(1) Penyiapan kondisi fisik
Aktivitas guru pada tahap ini mengabsen siswa dan
menyiapkan bahan pelajaran.
(2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan
menginformasikan media pembelajaran yang akan dilakukan.
(3) Apersepsi
Bernyanyi tembang dolanan.
(4) Motivasi
Guru bertanya jawab mengenai unggah-ungguh basa Jawa
yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa.
b) Kegiatan inti
(1) Pengembangan materi
Dalam kegiatan inti aktivitas guru menyampaikan
materi pelajaran tentang macam-macam ragam bahasa dalam
bahasa Jawa serta memberi contoh setiap ragam bahasa
tersebut. Siswa diminta membentuk kelompok kecil,
kemudian ditugaskan untuk membuat percakapan sederhana
yang berisi ragam basa ngoko dan basa krama. Kemudian
siswa diminta untuk mempergakanannya didepan kelas.
(2) Penerapan menggunakan model pembelajaran kuantum
Penerapan model pembelajaran kuantum
menggunakan TANDUR dapat dilihat pada tabel 2 berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Tabel 2. Penerapan Model Pembelajaran Kuantum
Tanamkan : Anak diajak untuk bernyayi tembang
dolanan yang bertemakan
lingkungan/alam seperti Kidang Talun.
Anak ditanya secara global tentang
unggah-ungguh basa yang mereka
ketahui.
Alami : Guru meminta 2 orang siswa maju
kedepan untuk bercakap-cakap dalam
bahasa Jawa ngoko.
Guru meminta seorang siswa untuk
diajak bercakap cakap dalam bahasa
Jawa krama.
Namai : Siswa memberikan contoh penggunaan
unggah-ungguh basa dalam kehidupan
sehari-hari mereka.
Demonstrasikan : Siswa memperagakan percakapan yang
telah mereka buat dengan tema
lingkungan yang bersih.
Ulangi : Guru membagikan kartu make a match
yang berisi kata bagian tubuh kepada
siswa dan meminta siswa untuk mencari
pasangan dari kartu yang mereka
pegang.
Rayakan : Guru memberikan penghargaan bagi
siswa yang paling aktif dan paling
terampil dalam berbahasa Jawa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
(3) Menganalisis dan mengevaluasi hasil kerja kelompok
Guru membantu siswa mengkaji ulang hasil kerja
kelompok, kemudian guru memberikan penguatan materi
terhadap hasil kerja kelompok.
c) Kegiatan akhir
Guru memberikan penguatan dan membimbing siswa
untuk menyimpulkan materi pelajaran unggah-ungguh basa jawa,
selanjutnya guru meminta siswa untuk belajar di rumah mengulang
materi dan memberikan pekerjaan rumah.
3) Pengamatan
Pengamatan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran untuk
mencatat keterampilan siswa dalam berbicara bahasa Jawa sesuai
unggah-ungguh basa meliputi : (1) kejelasan dan ketepatan pelafalan
kata-kata, (2) kejelasan intonasi, (3) pemilihan kata-kata yang sesuai
dengan unggah-ungguh basa Jawa, (4) ekspresi yang sesuai. Melalui
pengamatan dapat diketahui bagaimana sikap dan perilaku siswa dalam
kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran sehingga guru dapat
memperoleh data tentang tingkat keterampilan menulis siswa.
4) Analisis dan refleksi
Pada tahap analisis guru mengadakan evaluasi terhadap proses
pembelajaran pada tiap pertemuan, kemudian direfleksikan sebagai
acuan dalam pelaksanaan siklus selanjutnya sebagai penyempurnaan.
Refleksi dilakukan terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh
peneliti berdasarkan hasil observasi guru kelas. Refleksi juga
dilakukan oleh peneliti berdasarkan hasil tes unjuk kerja siswa untuk
melihat dan menganalisis sub-sub keterampilan apa yang kurang
dikuasai siswa sehingga dapat dijadikan perbaikan pada siklus II.
b. Siklus II
Perencanaan tindakan siklus 2 dikaitkan dengan hasil yang telah
diperoleh pada siklus 1 sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut yaitu
dengan merevisi dan menyempurnakan lagi pembelajaran dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
penerapan model pembelajaran kuantum untuk meningkatkan
keterampilan berbicara bahasa Jawa pada siswa.
a) Kegiatan awal
(1) Penyiapan kondisi fisik
Aktivitas guru pada tahap ini mengabsen siswa dan
menyiapkan bahan pelajaran.
(2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
(3) Apersepsi
Bernyanyi tembang dolanan.
(4) Motivasi
Guru bertanya jawab tentang materi yang berkaitan
dengan unggah-ungguh basa Jawa yang dihubungkan
dengan kehidupan siswa sehari-hari.
b) Kegiatan inti
(1) Pengembangan materi
Dalam kegiatan inti aktivitas guru menyampaikan
materi pelajaran tentang macam-macam ragam bahasa dalam
bahasa Jawa serta memberi contoh setiap ragam bahasa
tersebut. Siswa diminta membentuk kelompok kecil,
kemudian ditugaskan untuk membuat percakapan sederhana
yang berisi ragam basa ngoko dan basa krama. Kemudian
siswa diminta untuk mempergakanannya didepan kelas tanpa
teks.
(2) Penerapan menggunakan model pembelajaran kuantum
Penerapan model pembelajaran kuantum
menggunakan TANDUR dapat dilihat pada Tabel 3 berikut:
Tabel 3. Penerapan Model Pembelajaran Kuantum
Tanamkan : Anak diajak untuk bernyayi tembang
dolanan yang bertemakan
lingkungan/alam seperti Lir-ilir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Anak ditanya materi tentang unggah-
ungguh basa yang telah mereka pelajari
kemarin.
Alami : Guru meminta 2 orang siswa maju
kedepan untuk bercakap-cakap dalam
bahasa Jawa ngoko dan krama.
Namai : Siswa memberikan contoh penggunaan
unggah-ungguh basa dalam kehidupan
sehari-hari.
Demonstrasikan : Siswa memperagakan percakapan yang
telah mereka buat dengan tema
lingkungan yang bersih.
Ulangi : Guru membagikan kartu make a match
kepada siswa dan meminta siswa untuk
mencari pasangan dari kartu yang
mereka pegang.
Rayakan : Guru memberikan penghargaan bagi
siswa yang paling aktif dan paling
terampil dalam berbahasa Jawa.
(3) Menganalisis dan mengevaluasi hasil kerja kelompok
Guru membantu siswa mengkaji ulang hasil kerja
kelompok, kemudian guru memberikan penguatan materi
terhadap hasil kerja kelompok.
c) Kegiatan akhir
Guru memberikan penguatan dan membimbing siswa
untuk menyimpulkan materi pelajaran unggah-ungguh basa jawa,
selanjutnya guru meminta siswa untuk belajar di rumah mengulang
materi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
5) Pengamatan
Pengamatan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran untuk
mencatat keterampilan siswa dalam berbicara bahasa Jawa sesuai
unggah-ungguh basa meliputi : (1) kejelasan dan ketepatan pelafalan
kata-kata, (2) kejelasan intonasi, (3) pemilihan kata-kata yang sesuai
dengan unggah-ungguh basa Jawa, (4) ekspresi yang sesuai. Melalui
pengamatan dapat diketahui bagaimana sikap dan perilaku siswa dalam
kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran sehingga guru dapat
memperoleh data tentang tingkat keterampilan menulis siswa.
6) Analisis dan refleksi
Peneliti menganalisis keterampilan berbicara siswa sesuai nilai saat
evaluasi dan hasil observasi saat pembelajaran. Jika siswa yang berhasil
saat evaluasi mencapai indikator ketercapaian kinerja sebesar 70%, maka
dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Kuantum
tersebut telah berhasil dan penelitian dapat dihentikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 02 Bolon KecamatanColomadu
Kabupaten Karanganyar Propinsi Jawa Tengah.Sekolah ini berdiri pada tahun
1965 dan berstatus negeri dengan Nomor Statistik Sekolah (NSS) yaitu
101031312013. Kepala SD Negeri 02Bolonsaat ini adalah Muh. Showam, S.Pd.
Saat ini SD Negeri 02 Bolon telah terakreditasi dengan nilai B. Hal ini mendorong
pihak sekolah untuk meningkatkan kinerja dalam mencapai tujuan pembelajaran
yang lebih optimal. Secara geografis SD Negeri 02 Bolon terletak di Desa
JetakKecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar.
Data personil ketenagaan SD Negeri 02Bolon terdiri dari satu kepala
sekolah, enam guru kelas, satu guru agama Islam, satu guru Penjaskes, satu guru
Bahasa Inggris, satu guru komputer, dan satu penjaga sekolah. Semua personil
telah melaksanakan tugasnya masing-masing dengan baik sesuai dengan
tanggungjawabnya. Jumlah siswa SD Negeri 02Bolon pada tahun 2011/ 2012
adalah 94siswa. Siswa kelas I terdiri atas 14 siswa , siswa kelas II terdiri atas 14
siswa, siswa kelas III terdiri atas 24 siswa, siswa kelas IV terdiri atas 12 siswa,
Siswa kelas V terdiri atas 15 siswa dan siswa kelas VI terdiri atas 15 siswa. Siswa
di SD Negeri 02Bolon berasal dari berbagai latar belakang sosial yang berbeda-
beda.
B. Deskripsi Kondisi Awal
Ketersediaan tenaga pendidik yang memadai serta sarana dan prasarana
yang ada diharapkan pembelajaran bisa berjalan dengan lancar. Akan tetapi,
rendahnya kesadaran guru dalam pemanfaatan sarana dan prasarana tersebut
membuat pembelajaran kurang menarik dan kurang berjalan seperti yang
diharapkan. Dengan demikian para siswa SD Negeri 02 Bolon belum mampu
mencapai prestasi belajar yang optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Bahasa Jawa yang merupakan salah satu mata pelajaran muatan lokal di
mana antara satu daerah dengan daerah lain berbeda. Muatan lokal Bahasa Jawa
merupakan muatan lokal yang disarankan oleh Tingkat Propinsi Jawa Tengah.
Bahasa Jawa khususnya berbicara bahasa Jawa yang sesuai dengan unggah-
ungguh basa memang dianggap sulit karena kata-kata yang bermacam-macam
serta aturan-aturan penggunaannya. Siswa cenderung malas dan kurang aktif
dalam pembelajaran Bahasa Jawa. Keadaan ini dapat dilihat dari nilai Bahasa
Jawa siswa yang cukup rendah pada kondisi awal. Pada materi percakapan bahasa
Jawa yang dijelaskan melalui ceramah dan sedikit contoh membuat siswa
kesulitan untuk menggunakan dan mengenal kata-kata dalam basa ngoko maupun
basa kramayang berakibat siswa kurang terampil berbicara bahasa Jawa yang
sesuai dengan unggah-ungguh basa. Siswa hanya mampu meniru dari contoh
tanpa mengenali dan memahami penggunaan serta makna dari kata-kata yang
mereka tirukan. Selain itu guru hanya menerapkan metode ceramah dengan sedikit
latihan yang berakibat siswa tidak cepat mengenali dan kurang aktif.
Proses pembelajaran yang dilakukan guru di kelas yang masih bersifat
konvensional memberikan dampak pada hasil belajar siswa. Kurangnya keaktifan
siswa juga berdampak pada rendahnya keterampilan siswa dalam menggunakan
unggah-ungguh basa yang benar dalam percakapan bahasa Jawa. Hal ini terbukti
pada hasil tes yang dilakukan peneliti pada siswa kelas III yang menunjukkan
masih banyak siswa yang kurang terampil dalam berbahasa Jawa. Tes yang
dilakukan oleh peneliti ada dua, yaitu tes tertulis dan tes unjuk kerja. Tes tertulis
yang dilaksanakan adalah evaluasi pengetahuan siswa terhadap penggunaan
unggah-ungguh basa dalam kehidupan sehari-hari serta pengetahuan siswa akan
kosa kata basa ngoko dan basa krama. Sedangkan dalam tes unjuk kerja, siswa
diminta untuk bercakap-cakap dengan menggunakan unggah-ungguh basa yang
ditentukan oleh guru.Pengambilan nilai prasiklus oleh guru dilakukandengan tes
berbicara individu di depan kelas. Siswa diminta untuk memberikan contoh
kalimat dengan menggunakan bahasa Jawa ngoko dan krama. Secara detail hasil
tes dapat dilihat pada Lampiran 3 halaman 81.Berikut adalah daftar nilai siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
kelas III pada Tabel 4 dalam tes keterampilan berbicara bahasa Jawa kondisi awal
secara singkat:
Tabel4.Distribusi Nilai Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Siswa Kelas III SDN 02 Bolon pada Kondisi Awal (Prasiklus)
No. Nilai Frekuensi Presentase (%)
Ketuntasan
1 42-51 6 25 BT 2 52-61 4 16,67 BT 3 62-71 5 20,83 BT 4 72-81 4 16,67 T 5 82-91 1 4,17 T 6 92-101 4 16,67 T
Jumlah 24 100 Nilai rata-rata= 1602:24=66,75
Ketuntasan klasikal= 9:24 x 100%= 37,5%
Tabel 4 di atas, menunjukkan masih rendahnya kemampuan anak dalam
menggunakan dan menerapkan unggah-ungguh basa dalam berbicara bahasa
Jawa. Setelah proses pembelajaran yang dilaksanakan guru kelas pada kondisi
awal hanya 9 anak yang telah tuntas atau mencapai nilai di atas KKM atau hanya
37,5% saja. Dari data Tabel 4 di atas dapat disajikan dalam grafik pada Gambar 4
sebagai berikut:
Gambar 4. Grafik Nilai Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Siswa Kelas III SDN 02 Bolon pada Kondisi Awal (Prasiklus)
0123456789
10
42-51 52-61 62-71 72-81 82-91 92-101
Frek
uens
i
Interval Nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Nilai keterampilan berbicara prasiklus pada Tabel 4 dan Gambar 4 di
atas,menunjukkan bahwa siswa yang mendapat nilai dalam interval 42-51
sebanyak 6 siswa (25%), interval nilai 52-61 terdapat 4 siswa (16,67%), interval
nilai 62-71 sejumlah 5 siswa (20,83%), terdapat 4 siswa (16,67%) yang mendapat
nilai dalam interval 72-81, 1 siswa yang mendapat nilai di interval 82-91 (4,17%),
dan interval 92-101 ada 4 siswa (16,67%). Nilai rata-rata kelasadalah 66,75
dengan ketuntasan klasikal sebanyak 9 siswa (37,5%) dari jumlahsiswa. Hasil ini
menunjukkan kualitas hasil keterampilan berbicara pada kondisiawal masih
rendah sehingga perlu diupayakan peningkatan.
Bertolak dari sajian data penilaian proses siswa kelas III pada kondisi
awal(prasiklus) dari grafik di atas maka dapat diindikasikan bahwa
pembelajaranketerampilan berbicara yang diterapkan guru belum mencapai hasil
yang optimal. Siswa yangmampu untuk memenuhi kriteria penilaian dengan hasil
di atas KKM hanya37,5% atau 9darijumlah siswa yang ada yakni 24 siswa.
Sehingga perlu diadakan tindakan peningkatan keterampilan berbicara bahasa
Jawa anak yang sesuai dengan unggah-ungguh basa.
Berdasarkan data-data awal yang dikumpulkan oleh peneliti, maka perlu
diadakan suatu upaya untuk meningkatkan keterampilan serta pengetahuan siswa
dalam materi unggah-ungguh basa Jawa.Salah satu pembelajaran yang dapat
digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah menerapkan model
pembelajaran kuantum dalam pembelajaran Bahasa Jawa khususnya pada materi
penggunaan unggah-ungguh basa. Untuk mengantisipasi permasalahan di atas,
peneliti mengadakan penelitian di kelas III dengan menerapkan model
pembelajaran kuantum yang menekankan pada keaktifan siswa, mengkondisikan
pembelajaran siswa dalam pola pembelajaran yang menyenangkan dalam rangka
membantu siswa mengenali penggunaan-penggunaan dan penerapan unggah-
ungguh basa secara nyata yang dapat membantu siswa untuk meningkatkan
keterampilan mereka dalam berbicara bahasa Jawa.Dengan menerapkan model
pembelajaran kuantumdiharapkan keterampilan siswa dalam menggunakan
unggah-ungguh basa dalam berbicara bahasa Jawaakan mengalami peningkatan
sehingga ketuntasan belajar siswa dapat tercapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
C. Pelaksanaan Tindakan
1. Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Tiap-tiap
pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2 x 35 menit) yang dilaksanakan selama
satu minggu yaitu pada tanggal 2April sampai 7April 2012. Adapun tahapan-
tahapan yang dilakukan sebagai berikut:
a. Perencanaan
Pada tahapan ini dilakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran
Bahasa Jawa yang dilaksanakan di kelas III untuk mengetahui model
pembelajaran yang dilakukan guru, serta keaktifan siswa dalam mengikuti
pelajaran yang di laksanakan. Dalam proses penelitian siklus I ini untuk
mendapatkan hasil yangoptimal sesuai harapan bahwa target yang akan dicapai
adalah meningkatnyakualitas proses pembelajaran dan sebesar 70 % siswa tuntas
dari hasil tes unjukkerja keterampilan berbicara.Di samping itu untuk mencatat
hasil belajar siswa berupa nilai formatif mata pelajaran Bahasa Jawa.
Berdasarkan pengamatan terhadap pembelajaran dan hasil belajar
diperoleh informasi sebagai data awal bahwa siswa kelas III SD Negeri 02Bolon
sebanyak 24 siswa terdapat 9 anak atau 37,5% yang baru dapat mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM). Setelah dilakukan pemeriksaan, ternyata sebagian
besar siswa belum paham perubahan kata serta penggunaannya dalam percakapan.
Bertolak dari kenyataan tersebut diadakan konsultasi dengan guru kelas III
mengenai alternatif peningkatan keterampilan berbicara bahasa Jawa yang sesuai
dengan unggah-ungguh basadengan menerapkan model pembelajaran kuantum.
Adapun penelitian tindakan kelas pada siklus I meliputi kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan pembelajaran disusun 2 × pertemuan. Masing-
masing pertemuan dua jam pelajaran (2 x 35 menit). Pada siklus pertama
dilaksanakan selama 1 minggu. Perencanaan RPP mencakup penentuan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
a. Standar Kompetensi
2. Mampu mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan
tentang percakapan dan menceritakan pengalaman sendiri
dengan santun.
b. Kompetensi Dasar
2.1 Melakukan percakapan menggunakan ragam bahasa
tertentu.
c. Indikator
1. Kognitif
Produk
2.1.1 Menyebutkan macam-macam ragam bahasa dalam
Bahasa Jawa.
Proses
2.1.2 Mempelajari penggunaan unggah-ungguh basa dalam
percakapan sehari-hari.
2. Psikomotor
2.1.3 Melakukan percakapan dengan menggunakan unggah-
ungguh basa yang tepat.
3. Afektif
2.1.4 Menampilkan percakapan yang tepat dengan
menggunakan unggah-ungguh basa.
d. Langkah-langkah/skenario pembelajaran, media, metode dan
sumber pembelajaran serta kriteria penilaian. Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terlampir pada lampiran 6
halaman 92.
2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung
Fasilitas dan sarana pendukung yang perlu disiapkan untuk
pelaksanaan pembelajaran adalah:
a) Ruang belajar
Ruang belajar yang digunakan adalah ruang belajar yang biasa
digunakan setiap hari.Kursi diatur sedemikian rupa, bisa perindividu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
atau bisa dibuat kelompok, sehingga siswa dapat belajar dengan
nyaman, tenang, dan menyenangkan.
b) Mempersiapkan Media Pembelajaran
Media pembelajaran yang dipakai adalah berupa beberapa gambar
tentang percakapan yang dilakukan oleh orang yang berbeda-
beda.Media ini memberikan contoh nyata dalam penggunaan
berbagai ragam bahasa Jawa. Media yang selanjutnya adalah media
kartu make a match.Yaitu media kartu berpasangan dimana nantinya
siswa diminta untuk mencari pasangan antara kata dalam basa ngono
dan krama.tujuan dari kartu ini adalah sebagai media untuk
menambah kosa kata anak. Media yang lain yang juga dipersiapkan
adalah audio contoh percakapan dalam bahasa Jawa antara orang
yang muda dengan orang yang lebih tua umurnya.
c) Buku pelajaran
Buku pelajaran Bahasa Jawa digunakan sebagai buku acuan
belajar.Adapun buku tersebut yaitu Kulina Basa Jawa olehHaryo
W.M, dkk.Intan Pariwara (2011), LKS Wursita Basa oleh Soebardjo
dkk. Th.2011.
3) Menyiapkan Lembar ObservasiPelaksanaan Pembelajaran Guru,
danPenilaian Proses Siswa
Penggunaan lembar observasi akan mempermudah menentukan hal-hal
apa saja yang harus lebih diutamakan dalam pengamatan. Lembar
pengamatan penilaian proses siswa lebih diutamakan pada kerjasama,
ketekunan,keaktifan, tanggung jawab, dan perhatian dalam proses
pelaksanaanpembelajaran berbicara. Sedangkan lembar observasi yang
dibuatuntuk guru lebih diutamakan pada persiapan, jalannya proses
kegiatan belajar mengajar serta penerapan model pembelajaran kuantum,
danpelaksanaan evaluasi pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
4) Menyiapkan Instrumen Penilaian
Peneliti menyusun instrumen penelitian yang berupa penilaiantes.
Instrumen tes dinilai dari hasil tes unjuk kerja (praktik)berbicara siswa
sesuaikompetensi dasar yang ingin dicapai.
b. Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahapan ini, guru melaksanakan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kuantum.
1) Pertemuan I
Pertemuan I dilaksanakan tanggal 04 April 2012dengan materi unggah-
ungguh basa kaitannya dengan penggunaan percakapan sehari-hari.
Kegiatan awal meliputi penyiapan kondisi fisik yaitu aktivitas guru pada
tahap ini mengabsen siswa dan menyiapkan bahan pelajaran, guru menyampaikan
tujuan pembelajaran bahasa Jawa pertemuan kali ini, yaitu diharapkan setelah
pembelajaran nantinya siswa dapat menerapkan unggah-ungguh basa dalam
percakapan sehari-hari mereka. Kemudian menginjak apersepsi yaitu bernyanyi
tembang Jawa Cublak-cublak Suweng. Pada tahap motivasi guru bertanya jawab
untuk menggali sejauh mana pengetahuan siswa terhadap materi unggah-ungguh
basa Jawa yang akan mereka pelajari.
Pertemuan pertama siklus pertama didapatkan kondisi siswa yang masih
kurang semangat mempelajari unggah-ungguh basa, hal ini terlihat dari siswa
yang menjawab pertanyaan guru hanya sebagian dan menjawabnya dengan ragu-
ragu, suara siswa juga terdengar pelan. Siswa masih kurang berani dalam
menjawab pertanyaan maka guru memberikan motivasi kepada siswa agar lebih
bersemangat dan tertarik mengikuti pelajaran. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus I pertemuan I. Siswa
memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan.
Kegiatan inti pada tahap eksplorasi yaitu guru meminta 2 orang siswa
untuk maju ke depan kelas. Siswa tersebut diminta untuk bercakap-cakap dengan
bahasa Jawa sebisa mereka. Kemudian guru meminta satu orang siswa lain untuk
maju ke depan kelas. Guru mengajak bercakap-cakap dengan siswa tersebut
dengan bahasa Jawa. Kedua percakapan tersebut digunakan sebagai stimulus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
siswa untuk berpikir tentang materi yang akan mereka pelajari. Kemudian guru
mengadakan tanya jawab seputar percakapan tersebut.
Selanjutnya pada tahap elaborasiguru memberikan penjelasan mengenai
ragam bahasa dalam bahasa Jawa yang dikenal dengan unggah-ungguh basa.
Guru juga memberikan penjelasan tentang penggunaan ragam basa ngoko dan
basa krama. Kemudian siswa diminta untuk memberikan contoh penggunaan
ragam-ragam bahasa tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan selanjutnya
guru memberikan Lembar Kerja Siswa pada setiap bangku. Siswa diminta untuk
membuat percakapan pendek dengan menggunakan ragam basa ngoko dan basa
krama.Tema yang diberikan yaitu tentang kebersihan lingkungan rumah. Nantinya
siswa diminta untuk memperagakannya di depan kelas.
Satu per satu siswa maju untuk memperagakannya secara berpasangan.
Guru menilai setiap siswa dengan lembar penilaian yang telah dibuat. Setelah
selesai penilaian, guru membahas percakapan yang telah dilakukan oleh siswa
tadi. Untuk menambah kosa kata siswa, guru menyediakan kartu make a match.
Setiap siswa diberikan satu kartu yang nantinya siswa akan mencari pasangan dari
kartu yang mereka pegang pada siswa yang lain. Setelah semua mendapatkan
pasangannya masing-masing, setiap pasangan membacakannya dengan lantang.
Pada tahap konfirmasi guru memberikan soal evaluasi pada siswauntuk
mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang materi yang telah mereka
pelajari.Dan juga tidak lupa guru memberikan penghargaan kepada siswa yang
paling aktif dan terampil dalam menggunakan bahasa Jawa.
Kegiatan akhir guru dan siswa melakukan refleksi. Guru memberikan
pemantapan materi dan memberi kesempatan bertanya kepada siswa apabila ada
yang kurang jelas. Guru berpesan kepada siswa agar mempelajari lagi di rumah
materi yang telah dipelajari hari ini.Pelajaran ditutup dengan berdoa bersama.
2) Pertemuan II
Pertemuan II dilaksanakan tanggal 07 April 2012 dengan materi yang
sama, yaituunggah-ungguh basa kaitannya dengan penggunaan percakapan
sehari-hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Kegiatan awal meliputi penyiapan kondisi fisik yaitu aktivitas guru pada
tahap ini mengabsen siswa dan menyiapkan bahan pelajaran, guru menyampaikan
materi yang akan mereka pelajari hari itu, serta apersepsi yaitu bernyayi tembang
Jawa Kidang Talun.
Pertemuan kedua siklus pertama didapatkan kondisi siswa yang berbeda
dengan pertemuan pertama. Siswa nampak cukup bersemangat untuk belajar.
Ketika guru mencari tahu sudah sejauh mana pengetahuan mereka tentang
unggah-ungguh basa, siswa sudah banyak yang menjawab dengan benar. Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus I
pertemuan II.
Kegiatan inti pada tahap eksplorasi diawali dengan guru memberikan
audio percakapan yang telah disiapkan guru, siswa diminta untuk memperhatikan.
Kemudian guru mengadakan tanya jawab seputar percakapan tersebut. Kemudian
guru meminta beberapa siswa untuk maju kedepan kelas dan memberikan contoh
kalimat dalam ragam basa ngoko dan basa krama.
Selanjutnya pada tahap elaborasi guru memberikan penjelasan mengenai
ragam bahasa dalam bahasa Jawa yang dikenal dengan unggah-ungguh basa. Guru
juga memberikan penjelasan tentang penggunaan ragam basa ngoko dan basa
krama. Kemudian siswa diminta untuk memberikan contoh penggunaan ragam-
ragam bahasa tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Pada pertemuan II ini guru membentuk siswa dalam kelompok-kelompok
kecil yang terdiri dari 4 siswa. Setiap kelompok diberikan Lembar Kerja Siswa
yang telah disiapkan guru. Siswa diberikan tugas untuk membuat percakapan
dengan tokoh-tokoh yang telah ditetapkan oleh guru. Tema yang diberikan yaitu
tentang kebersihan lingkungan rumah. Nantinya siswa diminta untuk
memperagakannya di depan kelas. Guru menilai penampilan setiap siswa
hubungannya denga keterampilan berbicara siswa pada lembar penilaian yang
telah disiapkan. Setelah selesai penilaian, guru membahas percakapan yang telah
dilakukan oleh siswa tadi. Untuk menambah kosa kata siswa, guru menyediakan
kartu make a match. Setiap siswa diberikan satu kartu yang nantinya siswa akan
mencari pasangan dari kartu yang mereka pegang pada siswa yang lain. Setelah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
semua mendapatkan pasangannya masing-masing, setiap pasangan
membacakannya dengan lantang.
Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang materi yang
telah mereka pelajari, pada tahap konfirmasi ini guru memberikan soal evaluasi
pada siswa.Kemudia guru mengumumkan pada pasangan siswa dengan nilai
tertinggi dalam tes melakukan percakapan. Kemudian guru memberikan
penghargaan berupa bintang prestasi dan memberikan tepuk tangan.
Kegiatan akhir guru dan siswa melakukan refleksi. Guru memberikan
pemantapan materi dan memberi kesempatan bertanya kepada siswa apabila ada
yang kurang jelas.Gurutak lupa berpesan kepada siswa agar mempelajari lagi di
rumah materi yang telah dipelajari hari ini.Kegiatan ditutup dengan berdoa
bersama.
c. Observasi
Tahap observasi siklus I pada hari Rabu dan Jumat, 4-6 April 2012 yaitu
dilakukan pengamatan terhadap kegiatan guru dan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Proses pengamatan dilakukan oleh guru kelas III
terhadap peneliti yang melaksanakan pembelajaran sebagai guru kelas III,
observasi juga dilakukan terhadap penilaian proses siswa ketika mengikuti
pembelajaran berbicara dengan model pembelajaran kuantum. Kegiatan
pengamatan ini menggunakan lembar observasi yang sudah dipersiapkan.
Pengamatan difokuskan pada tiga aspek yaitu: (1) Lembar observasi
kinerja guru (peneliti); (2) Lembar penilaian aktivitas siswa, dan (3) hasil
penilaian tes unjuk kerja keterampilan berbicara bahasa Jawaoleh siswa. Dalam
pengamatan ini, peneliti bertindak sebagai partisipan aktif yang mengendalikan
proses pembelajaran. Sementara guru kelas III sebagai pengamat inti dengan
duduk di tempat paling belakang agar bisa mengamati dan menilai proses
pembelajaran yang dipimpin oleh peneliti secara intensif.
Berdasarkan kegiatan observasi tersebut, secara garis besar diperoleh
gambaran tentang hasil dan jalannya pembelajaran bahasa Jawa dengan
menggunakan model pembelajaran kuantum sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
1) Lembar Observasi Kinerja Guru
Pengamatan terhadap aktivitas guru selama mengajar.Pada saat peneliti
sebagai guru yang mengajar dengan menggunakan model pembelajaran
kuantum,observer duduk di belakang untuk menilai dengan menggunakan
lembar observasi kinerja guru.Hasil observasi kinerja guru siklus I (dilihat
pada lampiran 9 halaman 121).
2) Penilaian Proses Aktivitas Siswa
Dalam proses pembelajaran siswa sudah terlihat lebih aktif dan
bersungguh-sungguh dibandingkan dengan kondisi awal. Secara klasikal
terdapat peningkatan terhadap kerjasama, ketekunan, keaktifan, tanggung
jawab, dan perhatian dalam diri siswa.Hasil pengamatan terhadap sikap siswa
pada siklus I (dilihat pada lampiran 10 halaman 122).
3) Hasil penilaian tes unjuk kerja keterampilan berbicara bahasa Jawa
siswa yang sesuai dengan unggah-ungguh basa.
Setelah diadakan tes tindakan pada siklus I diperoleh data nilai
keterampilan berbicara.Daftar nilai keterampilan berbicara siswa siklus I
(dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 118).
Berikut adalah daftar nilai siswa kelas III pada tabel dalam tes
keterampilan berbicara bahasa Jawapada siklus I secara singkat.
Tabel 5.Distribusi Nilai Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Siswa Kelas III
SDN 02 Bolon pada Siklus I
No. Nilai Frekuensi Presentase (%)
Ketuntasan
1 46-56 3 12,5 BT 2 57-67 6 25 BT 3 68-78 7 29,17 T 4 79-89 3 12,5 T 5 90-100 5 20,83 T
Jumlah 24 100 Nilai rata-rata= 1775:24= 73,96
Ketuntasan klasikal= 15:24 x 100%= 62,5%
Berdasarkan Tabel 5 di atas, data nilai keterampilan berbicara bahasa
Jawa setelah diterapkan model pembelajaran kuantum diperoleh nilai rata-rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
kelas sebesar 73,96. Selain itu dapat diketahui pula sebanyak 15 orang siswa
mendapat nilai diatas KKM atau sebesar 62,5%.
Dari Tabel 6, hasil evaluasi keterampilan berbicara bahasa Jawa
siswa yang sesuai dengan unggah-ungguh basa pada siswa kelas III SD
Negeri 02 Bolon Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar setelah
diterapkan model pembelajaran kuantum pada siklus I yang telah diterangkan
di atas, dapat disajikan dalam bentuk grafik Gambar 5 sebagai berikut:
Gambar 5. Grafik Nilai Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Siswa Kelas III SDN 02 Bolon pada Siklus I
Pada Gambar 5 di atas, ditunjukkan frekuensi dari masing-masing kelas.
Pada kelas 46-56 terdapat sebanyak 3 siswa, pada kelas 57-67 terdapat sebanyak
6 siswa, pada kelas 68-78 terdapat 7 siswa, pada kelas 79-89 terdapat sebanyak
3 siswa, dan pada kelas 90-100 terdapat sebanyak 5 siswa. Dengan jumlah
keseluruhan 24 siswa, masih terdapat 9 siswa yang belum tuntas KKM. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa ketuntasan hasil keterampilan berbicara
siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 (KKM) pada siklus I belum mencapai
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
46-56 57-67 68-78 79-89 90-100
Frek
uens
i
Interval Nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
indikator ketercapaian 70%, sehingga pembelajaran akan dilanjutkan untuk
siklus berikutnya yaitu siklus II.
d. Refleksi
Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan kemudian
dianalisis. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama proses
pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan refleksi sebagai berikut:
1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran Bahasa Jawa. Sebagian siswa belum
terbiasa dengan kondisi belajar dengan meggunakan model pembelajaran
kuantum. Keberanian siswa juga belum terlihat maksimal atau masih malu
berbicara di depan kelas.
2) Berdasarkan tabel 4 dan 5, hasil evaluasi Bahasa Jawa pada siklus I siswa
yang memperoleh nilai ≤ 70 (KKM) ada 9 siswa atau 37,5% dan siswa yang
memperoleh nilai ≥ 70 (KKM) sebanyak 15 siswa atau 62,5%. Jadi nilai rata-
rata hasil evaluasi Bahasa Jawa pada siklus I yaitu 73,96 dan siswa yang
memperoleh nilai ≥ 70 sebanyak 15 siswa atau ketuntasan klasikal hanya
62,5%.
3) Guru mengurangi jumlah anggota kelompok dari 2 orang menjadi 4 siswa tiap
kelompok. Hal ini bertujuan agar siswa dapat membuat percakapan dengan
tokoh yang lebih bervariatif. Sehingga penggunaan unggah-ungguh basa
dalam percakapan juga lebih variatif.
4) Siswa kurang percaya diri, terlihat skor nilai pada aspek ekspresi berbicara
masih sangat lemah sehingga kegiatan berbicara terasa kaku.
5) Pada siklus I ini siswa masih diperbolehkan membawa buku kedepan, tetapi
siswa diusahakan untuk bercakap-cakap tanpa teks.
Dari hasil penelitian siklus I, maka peneliti dapat mengulas secara
cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi Bahasa Jawa tentang
keterampilan berbicara bahasa Jawayang diperoleh siswa dengan menerapkan
model pembelajaran kuantum sudah dapat dikatakan cukup berhasil. Hal ini
dikarenakan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prosentase ketuntasan
pada siswa kelas III SD Negeri 02Bolon. Tetapi apabila dilihat dari kriteria
ketuntasan minimal masih ada 9 siswa yang belum tuntas. Hal ini dikarenakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
oleh beberapa faktor, maka dari itu pembelajaran Bahasa Jawa perlu dilanjutkan
untuk siklus II dengan berpedoman pada hasil refleksi siklus I.
2. Siklus II
Tindakan siklus I dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Tiap-tiap
pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2 x 35 menit) yang dilaksanakan selama
satu minggu yaitu pada tanggal 9April sampai 14April 2012. Bertolak dari hasil
refleksi pada siklus I, maka peneliti bersama guru kelas III yang sekaligus
bertindak sebagai observer, berdiskusi mengenai cara yang tepat untuk
memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I. Proses pembelajaran bahasa
Jawa dengan materi percakapan yang sesuai dengan unggah-ungguh basa pada
siklus II ini, rencananya akan dilakukan dengan beberapa langkah perbaikan dari
tindakan siklus I, yaitu:
1) Guru meningkatkan kulitas proses dari aspek tanggung jawab,
perhatian, kerjasama, ketekunan, dan keaktifan di dalam proses pembelajaran
dengan menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan dan memotivasi
siswa untuk belajar.
2) Guru mengganti tokoh-tokoh serta jalan ceritanya supaya penggunaan
ragam basa lebih bervariatif.
3) Guru lebih memotivasi siswa agar berani dan percaya diri tampil
bermain drama di depan kelas dengan cara penguatan verbal dan pemberian
hadiah bagi kelompok terbaik.
4) Menciptakan situasi belajar yang lebih menyenangkan agar siswa
semakin memperhatikan penjelasan dari guru dalam mengikuti pelajaran.
5) Guru selalu memberikan arahan dan perhatian pada siswa agar
mempunyai rasa tanggung jawab terhadap kelompoknya, sehingga kerjasama
antar anggota kelompok semakin baik.
6) Guru menyarankan agar siswa mampu mengembangkan kalimat
dalam dialog saat memerankan tokoh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
7) Guru lebih memberikan perhatian kepada siswa dengan cara
pendekatan individu dan menegur bagi siswa yang tidak fokus pada proses
pembelajaran.
Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan sebagai berikut:
a. Perencanaan
Peneliti dan guru kelas III mendiskusikan rencana tindakan yang akan
dilakukan dalam proses penelitian siklus II ini untuk mendapatkan hasil yang
optimal sesuai harapan bahwa target yang akan dicapai adalah 70% siswa tuntas
KKM dari hasil tes unjuk kerja keterampilan berbicara.Tahap-tahap
perencanaan pada siklus II meliputi kegiatan sebagai berikut:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan pembelajaran disusun 2 × pertemuan. Masing-
masing pertemuan dua jam pelajaran (2 x 35 menit). Pada siklus pertama
dilaksanakan selama 1 minggu. Perencanaan RPP mencakup penentuan:
a. Standar Kompetensi
2. Mampu mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan
tentang percakapan dan menceritakan pengalaman sendiri
dengan santun.
b. Kompetensi Dasar
2.1 Melakukan percakapan menggunakan ragam bahasa
tertentu.
c. Indikator
1. Kognitif
Produk
2.1.1 Menyebutkan macam-macam ragam bahasa dalam
Bahasa Jawa.
Proses
2.1.2 Mempelajari penggunaan unggah-ungguh basa dalam
percakapan sehari-hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
2. Psikomotor
2.1.3 Melakukan percakapan dengan menggunakan unggah-
ungguh basa yang tepat.
3. Afektif
2.1.4 Menampilkan percakapan yang tepat dengan
menggunakan unggah-ungguh basa.
d. Langkah-langkah/skenario pembelajaran, media, metode dan
sumber pembelajaran serta kriteria penilaian. Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terlampir pada lampiran 11
halaman 121.
2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung
Fasilitas dan sarana pendukung yang perlu disiapkan untuk
pelaksanaan pembelajaran adalah:
a) Ruang belajar
Ruang belajar yang digunakan adalah ruang belajar yang biasa
digunakan setiap hari. Kursi diatur sesuai dengan kelompok yang
akan digunakan siswa nantinya.
b) Mempersiapkan Media Pembelajaran
Media pembelajaran yang dipakai adalah berupa beberapa gambar
tentang percakapan yang dilakukan oleh orang yang berbeda-
beda.Media ini memberikan contoh nyata dalam penggunaan
berbagai ragam bahasa Jawa. Media yang selanjutnya adalah media
kartu make a match.Yaitu media kartu berpasangan dimana nantinya
siswa diminta untuk mencari pasangan antara kata dalam basa ngono
dan krama.tujuan dari kartu ini adalah sebagai media untuk
menambah kosa kata anak. Media lain yang digunakan adalah papan
nama untuk tokoh yang akan diperankan siswa nantinya pada saat
bermain peran.
c) Buku pelajaran
Buku pelajaran Bahasa Jawa digunakan sebagai buku acuan
belajar.Adapun buku tersebut yaitu Kulina Basa Jawa olehHaryo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
W.M, dkk.Intan Pariwara (2011), LKS Wursita Basa oleh Soebardjo
dkk. Th.2011.
3) Menyiapkan Lembar ObservasiPelaksanaan Pembelajaran Guru,
danPenilaian Proses Siswa
Penggunaan lembar observasi akan mempermudah menentukan hal-hal
apa saja yang harus lebih diutamakan dalam pengamatan. Lembar
pengamatan penilaian proses siswa lebih diutamakan pada kerjasama,
ketekunan, keaktifan, tanggung jawab, dan perhatian dalam proses
pelaksanaanpembelajaran berbicara. Sedangkan lembar observasi yang
dibuatuntuk guru lebih diutamakan pada persiapan, jalannya kegiatan,
danpelaksanaan evaluasi pembelajaran.
4) Menyiapkan Instrumen Penilaian
Peneliti menyusun instrumen penelitian yang berupa penilaiantes.
Instrumen tes dinilai dari hasil tes unjuk kerja (praktik)berbicara siswa
sesuaikompetensi dasar yang ingin dicapai.
b. Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahapan ini, guru melaksanakan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kuantum.
1) Pertemuan I
Pertemuan I dilaksanakan tanggal 09 April 2012dengan materi
unggah-ungguh basa kaitannya dengan penggunaan percakapan sehari-hari.
Kegiatan awal meliputi penyiapan kondisi fisik yaitu aktivitas guru
pada tahap ini mengabsen siswa dan menyiapkan bahan pelajaran, guru
menyampaikan materi yang akan mereka pelajari hari itu yaitu mengenai
unggah-ungguh basa, serta apersepsi yaitu bernyayi tembang Jawa Gajah
Belang. Kemudian untuk motivasi, guru bertanya jawab untuk menggali
sejauh mana penerapan unggah-ungguh basa dalam kehidupan sehari-hari
siswa.Jumlah siswa yang hadir saat itu 24 siswa, yang berarti bahwa semua
siswa hadir.
Kegiatan inti pada tahap eksplorasi, guru meminta satu orang siswa
untuk maju ke depan kelas. Guru mengajak bercakap-cakap dengan siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
tersebut dengan bahasa Jawa. Kemudian guru mengadakan tanya jawab
seputar bahasa yang dipakai dalam percakapan tersebut.
Selanjutnya pada tahap elaborasi, guru meminta siswa untuk
mengulang tentang penjelasan mengenai ragam bahasa dalam bahasa Jawa
yang dikenal dengan unggah-ungguh basayang telah mereka pelajari
sebelumnya.Kemudian siswa diminta untuk memberikan contoh penggunaan
ragam-ragam bahasa tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan berikutnya, guru membentuk kelas ke dalam kelompok-
kelompok kecil yang beranggotakan 3 siswa, kemudian guru membagikan
Lembar Kerja Siswa pada setiap kelompok. Guru menjelaskan tugas yang
harus mereka kerjakan. Setiap kepompok ditugasi untuk membuat percakapan
dengan tokoh yang telah ditentukan.Tema yang diberikan yaitu tentang
kebersihan lingkungan sekolah. Nantinya siswa diminta untuk
memperagakannya di depan kelas tanpa menggunakan teks/membawa buku.
Guru menilai setiap siswa dengan lembar penilaian yang telah dibuat. Setelah
selesai penilaian, guru membahas percakapan yang telah dilakukan oleh siswa
tadi.
Untuk menambah kosa kata siswa, guru menyediakan kartu make a
match. Setiap siswa diberikan satu kartu yang nantinya siswa akan mencari
pasangan dari kartu yang mereka pegang pada siswa yang lain. Setelah semua
mendapatkan pasangannya masing-masing, setiap pasangan membacakannya
dengan lantang.
Kegiatan inti pada tahap konfirmasi diisi dengan evaluasi untuk
mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang materi yang telah mereka
pelajari.Kemudian guru memberikan bintang penghargaan bagi siswa atau
kelompok siswa yang paling baik dalam mengikuti pelajaran hari itu.
Kegiatan akhir guru memberikan pemantapan materi dan memberi
kesempatan bertanya kepada siswa apabila ada yang kurang jelas. Terakhir,
guru menutup pembelajaran dengan berdoa bersama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
2) Pertemuan II
Pertemuan II dilaksanakan tanggal 12 April 2012 dengan materi yang
sama, yaituunggah-ungguh basa kaitannya dengan penggunaan percakapan
sehari-hari.
Kegiatan awal meliputi penyiapan kondisi fisik yaitu aktivitas guru
pada tahap ini mengabsen siswa dan menyiapkan bahan pelajaran, guru
menyampaikan materi apa yang akan mereka pelajari serta apersepsi yaitu
bernyanyi tembang Jawa Lir-Ilir.
Pertemuan II siklus kedua didapatkan kondisi siswa yang berbeda
dengan pertemuan pertama.Pada kegiatan motivasi guru mencari tahu sudah
sejauh mana pengetahuan mereka tentang unggah-ungguh basa, siswa sudah
banyak yang menjawab dengan benar.
Kegiatan inti pada tahap eksplorasi diawali dengan guru memberikan
pertanyaan seputar penggunaan unggah-ungguh basa utamanya ragam basa
krama dalam kehidupan sehari-hari siswa.
Selanjutnya pada tahap elaborasi guru memberikan penjelasan
mengenai penggunaan ragam basa krama dalam kehidupan sehari-hari.Pada
pertemuan II ini guru membentuk siswa dalam kelompok-kelompok kecil
yang terdiri dari 3 siswa.Setiap kelompok diberikan Lembar Kerja Siswa yang
telah disiapkan guru.Siswa diberikan tugas untuk membuat percakapan dengan
tokoh-tokoh yang telah ditetapkan oleh guru.Tema yang diberikan yaitu
tentang kebersihan lingkungan sekolah. Nantinya siswa diminta untuk
memperagakannya di depan kelas tanpa menggunakan teks.
Guru menilai penampilan setiap siswa hubungannya denga
keterampilan berbicara siswa pada lembar penilaian yang telah disiapkan.
Setelah selesai penilaian, guru membahas percakapan yang telah dilakukan
oleh siswa tadi.Untuk menambah kosa kata siswa, guru menyediakan kartu
make a match. Setiap siswa diberikan satu kartu yang nantinya siswa akan
mencari pasangan dari kartu yang mereka pegang pada siswa yang lain.
Setelah semua mendapatkan pasangannya masing-masing, setiap pasangan
membacakannya dengan lantang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Pada tahap konfirmasi, untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan
siswa tentang materi yang telah mereka pelajari, guru memberikan soal
evaluasi pada siswa.Kemudian guru mengumumkan pada pasangan siswa
dengan nilai tertinggi dalam tes melakukan percakapan.Kemudian guru
memberikan penghargaan berupa bintang prestasi dan memberikan tepuk
tangan.
Kegiatan akhir guru dan siswa melakukan refleksi. Guru memberikan
pemantapan materi dan memberi kesempatan bertanya kepada siswa apabila
ada yang kurang jelas. Guru juga berpesan kepada siswa agar mempelajari lagi
di rumah materi yang telah dipelajari hari ini.Kegiatan ditutup dengan berdoa
bersama.
c. Observasi
Tahap observasi siklus I pada hari Senin dan Kamis, 2-6 April 2012
yaitu dilakukan pengamatan terhadap kegiatan guru dan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Proses pengamatan dilakukan oleh guru kelas III
terhadap peneliti yang melaksanakan pembelajaran sebagai guru kelas III,
observasi juga dilakukan terhadap penilaian proses siswa ketika mengikuti
pembelajaran berbicara dengan model pembelajaran kuantum.Kegiatan
pengamatan ini menggunakan lembar observasi yang sudah dipersiapkan.
Pengamatan difokuskan pada tiga aspek yaitu: (1) Lembar observasi
kinerja guru (peneliti); (2) Lembar penilaian aktivitas siswa, dan (3) hasil
penilaian tes unjuk kerja keterampilan berbicara bahasa Jawaoleh siswa.
Dalam pengamatan ini, peneliti bertindak sebagai partisipan aktif yang
mengendalikan proses pembelajaran. Sementara guru kelas III sebagai
pengamat inti dengan duduk di tempat paling belakang agar bisa mengamati
dan menilai proses pembelajaran yang dipimpin oleh peneliti secara intensif.
Berdasarkan kegiatan observasi tersebut, secara garis besar diperoleh
gambaran tentang hasil dan jalannya pembelajaran bahasa Jawa dengan
menggunakan model pembelajaran kuantum sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
1) Lembar Observasi Kinerja Guru
Pengamatan terhadap aktivitas guru selama mengajar.Pada saat peneliti
sebagai guru yang mengajar drama dengan menggunakan model pembelajaran
kuantum, observer duduk di belakang untuk menilai dengan menggunakan
lembar observasi kinerja guru.Hasil observasi kinerja guru siklus II(dapat
dilihat pada lampiran 14 halaman 149).
2) Penilaian Proses Aktivitas Siswa
Dalam proses pembelajaran siswa sudah terlihat lebih aktif dan
bersungguh-sungguh dibandingkan dengan kondisi awal. Secara klasikal
terdapat peningkatan terhadap kerjasama, ketekunan, keaktifan, tanggung
jawab, dan perhatian dalam diri siswa.Hasil pengamatan terhadap sikap siswa
pada siklus II (dapat dilihat pada lampiran 15 halaman 150).
3) Hasil penilaian tes unjuk kerja keterampilan berbicara bahasa Jawa
siswa yang sesuai dengan unggah-ungguh basa.
Setelah diadakan tes tindakan pada siklus II diperoleh data nilai
keterampilan berbicara.Daftar nilai keterampilan berbicara siswa siklus II
(dapat dilihat pada pada lampiran 13halaman 146).
Berikut adalah daftar nilai siswa kelas III pada tabel dalam tes
keterampilan berbicara bahasa Jawapada siklus II secara singkat.
Tabel6.Distribusi Nilai Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Siswa Kelas III
SDN 02 Bolon pada Siklus II
No. Nilai Frekuensi Presentase (%)
Ketuntasan
1 46-56 2 8,33 BT 2 57-67 1 4,17 BT 3 68-78 7 29,17 T 4 79-89 9 37,5 T 5 90-100 5 20,83 T
Jumlah 24 100 Nilai rata-rata= 1775:24= 79,08
Ketuntasan klasikal= 21:24 x 100%= 87,5%
Berdasarkan Tabel 6, data nilai keterampilan berbicara bahasa Jawa
setelah diterapkan model pembelajaran kuantum diperoleh nilai rata-rata kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
sebesar 79,08. Selain itu dapat diketahui pula sebanyak 21 orang siswa
mendapat nilai diatas KKM atau sebesar 87,5%. Hal ini dapat diartikan bahwa
penelitian ini sudah dikatakan berhasil karena sudah sesuai dengan indikator
keberhasilan yaitu pada siklus II dapat mencapai ketuntasan belajar sekurang-
kurangnya 70% (minimal sama atau sama dengan KKM).
Dari Tabel 6, hasil evaluasi keterampilan berbicara bahasa Jawa
siswa yang sesuai dengan unggah-ungguh basa pada siswa kelas III SD
Negeri 02Bolon Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar setelah
diterapkan model pembelajaran kuantum pada siklus II yang telah diterangkan
di atas, dapat disajikan dalam bentuk grafik Gambar 6 sebagai berikut:
Gambar 6. Grafik Nilai Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Siswa Kelas III SDN 02 Bolon pada Siklus II
Pada Gambar 6 di atas, ditunjukkan frekuensi dari masing-masing kelas.
Pada kelas 46-56 terdapat sebanyak 2 siswa, pada kelas 57-67 terdapat sebanyak
1 siswa, pada kelas 68-78 terdapat 7 siswa, pada kelas 79-89 terdapat sebanyak
9 siswa, dan pada kelas 90-100 terdapat sebanyak 5 siswa. Dengan jumlah
keseluruhan 24 siswa. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ketuntasan
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
46-56 57-67 68-78 79-89 90-100
Frek
uens
i
Interval Nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
hasil keterampilan berbicara siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 (KKM) pada
siklus IIsudah mencapai indikator ketercapaian 70%, sehingga tindakan dapat
dihentikan.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi, peneliti menyimpulkan bahwa kualitas proses
dan hasil pembelajaran berbicara siklus II ini telah menunjukkan adanya
peningkatan yang signifikan dari siklus I.
Secara umum, dapat dilihat semua kelemahan-kelemahan yang ada di
dalam proses pembelajaran keterampilan berbicara pada siklus II ini sudah dapat
diatasi dengan baik walaupun masih ada beberapa siswa yang kurang aktif dan
kurang bersungguh-sungguh. Namun demikian secara garis besar siswa merasa
termotivasi dalam belajar, merasa senang dan terkesan, serta menjadi antusias
dalam melakukan kegiatan karena siswa belajar sambil bekerja sama dengan
temannya satu kelompok secara kompak. Selain itu, peningkatan kualitas hasil
keterampilan berbicara pada siklus II sudah mencapai indikator ketercapaian yaitu
70% dari jumlah siswa yang ada.Oleh karena itu penelitian ini sudah dapat
dihentikan dan dinyatakan berhasil.
Hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk peningkatan dari
hubungan antarsiklus. Untuk hasil penelitian persiklus sudah disajikan pada tahap
observasi (pengamatan) pada masing-masing siklus. Berdasarkan pengamatan dari
analisis data yang ada, dapat dilihat adanya peningkatan kualitas proses dan hasil
siswa kelas III SD N 02 Bolon Kecamatan Colomadu dalam pembelajaran bahasa
Jawa materi unggah-ungguh basa pada aspek keterampilan berbicara dengan
model pembelajaran kuantum.
Peningkatan kualitas hasil ditunjukkan dari sebaran frekuensi nilai
keterampilan berbicara dari penilaian aspek lafal, intonasi, pemilihan kata dan
kelancaran dalam berbicara bahasa Jawa dengan menerapkan unggah-ungguh
basa yang semakin besar (meningkat) pada interval nilai di atas KKM (70) seperti
pada Table 7 berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Tabel 7. Distribusi Nilai Keterampilan Berbicara Siswa Kelas III SDN 02 Bolon
pada Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
No. Interval Nilai Frekuensi Prasiklus Siklus I Siklus II
1. 46-56 6 3 2 2. 57-67 9 6 1 3. 68-78 4 7 7 4. 79-89 1 3 9 5. 90-100 4 5 5
Jumlah Siswa 24 24 24 Siswa Tidak Tuntas 15 9 3 Siswa Tuntas 9 15 21 Nilai Rata-rata Kelas 66,75 73,96 79,08 Ketuntasan Klasikal (%) 37,5 62,5 87,5
Tabel 7 di atas, menunjukkan adanya peningkatan nilai keterampilan
berbicara bahasa Jawa siswa dari prasiklus sampai siklus II. Presentase ketuntasan
klasikal meningkat dari prasiklus sebesar 37,5% menjadi 62,5% pada siklus I dan
meningkat lagi pada siklus II menjadi 87,5%.
Perbandingan nilai rata-rata kelas dari tiap siklus terjadi peningkatan. Pada
prasiklus nilai rata-rata siswa sebesar 66,75, pada siklus I nilai rata-rata kelas
meningkat menjadi 73,96. Selanjutnya nilai rata-rata kelas keterampilan berbicara
mengalami peningkatan signifikan pada siklus II menjadi 79,08. Peningkatan
tersebut membuktikan bahwa model pembelajaran kuantumtepat untuk membantu
meningkatkan hasil keterampilan berbicara bahasa Jawa sesuai dengan unggah-
ungguh basa.
Dari Tabel7 perbandingan nilai keterampilan berbicara di atas dapat dibuat
grafik pada Gambar 7 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Gambar 7. Grafik Distribusi Nilai Keterampilan Berbicara Siswa Kelas III SDN
02 Bolon pada Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
Dari Gambar 7 tersebut terlihat bahwa prasiklus (biru) lebih mendominasi
pada interval nilai rendah, siklus I (merah) mendominasi interval nilai sedang, dan
siklus II (hijau) dominasi pada interval nilai tinggi.
D. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Data Hasil Penilaian Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Prasiklus.
Nilai keterampilan berbicara prasiklus berdasarkan pada lampiran
menunjukkan bahwa siswa yang mendapat nilai dalam interval 42-51 sebanyak 6
siswa (25%), interval nilai 52-61 terdapat 4 siswa (16,67%), interval nilai 62-71
sejumlah 5 siswa (20,83%), terdapat 4 siswa (16,67%) yang mendapat nilai dalam
interval 72-81, 1 siswa yang mendapat nilai di interval 82-91 (4,17%), dan
interval 92-101 ada 4 siswa (16,67%). Nilai rata-rata kelas adalah 66,75 dengan
ketuntasan klasikal sebanyak 9 siswa (37,5%) dari jumlah siswa. Hasil ini
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
46-56 57-67 68-78 79-89 90-100
Frek
uens
i
Interval Nilai
Prasiklus
Siklus I
Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
menunjukkan kualitas hasil keterampilan berbicara pada kondisi awal masih
rendah sehingga perlu diupayakan peningkatan.
2. Data Hasil Penilaian Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Siklus I
Berdasarkan data hasil nilai Bahasa Jawa pada lampiran 7halaman 105nilai
keterampilan berbicara bahasa Jawa, siswa yang memperoleh nilaipada kelas 46-
56 terdapat sebanyak 3 siswa, pada kelas 57-67 terdapat sebanyak 6 siswa, pada
kelas 68-78 terdapat 7 siswa, pada kelas 79-89 terdapat sebanyak 3 siswa, dan
pada kelas 90-100 terdapat sebanyak 5 siswa. Selain itudiperoleh nilai rata-rata
kelas sebesar 73,96 dapat diketahui pulasebanyak 15 orang siswa mendapat diatas
KKM atau sebesar 62,5%.Dengan jumlah keseluruhan 24 siswa, masih terdapat 9
siswa yang belum tuntas KKM. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
ketuntasan hasil keterampilan berbicara siswa yang memperoleh nilai ≥ 70
(KKM) pada siklus I belum mencapai indikator ketercapaian 70%, sehingga
pembelajaran akan dilanjutkan untuk siklus berikutnya yaitu siklus II.
3. Data Hasil Evaluasi Bahasa Jawa Siswa Kelas III Siklus II
Berdasarkan lampiran 13 pada halaman 122, hasil nilai Bahasa Jawa
materi keterampilan menulis aksara Jawa, siswa yang memperoleh nilaipada kelas
46-56 terdapat sebanyak 2 siswa, pada kelas 57-67 terdapat sebanyak 1 siswa,
pada kelas 68-78 terdapat 7 siswa, pada kelas 79-89 terdapat sebanyak 9 siswa,
dan pada kelas 90-100 terdapat sebanyak 5 siswa. Dengan jumlah keseluruhan 24
siswa.Selain itu diperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 79,08 juga dapat diketahui
pulasebanyak 21 orang siswa mendapat diatas KKM atau sebesar 87,5%. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa ketuntasan hasil keterampilan berbicara siswa
yang memperoleh nilai ≥ 70 (KKM) pada siklus IIsudah mencapai indikator
ketercapaian 70%, sehingga tindakan dapat dihentikan dan terbukti berhasil.
E. Pembahasan Hasil Penelitian
Dengan melihat dari hasil penelitiandi atas, dapat dijelaskan perhitungan
rata-rata nilai dan ketuntasan belajar siswa yang dapat menunjukkan peningkatan
keterampilan siswa dalam berbicara bahasa Jawa kaitannya dengan penerapan
unggah-ungguh basa dalam percakapan setelah mendapatkan pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Bahasa Jawa dengan menerapkan model pembelajaran kuantum. Peningkatan
terlihat dari sebelum tindakan dan setelah tindakan yaitu siklus I dan siklus II
yang masing-masing siklus terdiri atas 2 pertemuan. Hal tersebut dapat dilihat
pada Tabel 8, sebagai berikut:
Tabel 8. Nilai Rata-Rata Hasil Tes Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa dan
Prosentase Ketuntasan Klasikal Sebelum Tindakan, Siklus I dan Siklus
II.
Kriteria
Ketuntasan
Minimum
(KKM)
Nilai Rata-rata Persentase Ketuntasan (%)
Sebelum
Tindakan Siklus I Siklus II
Sebelum
Tindakan Siklus I Siklus II
70 66,75 73,96 79,08 37,5 62,5 87,5
Berdasarkan perhitungan nilai rata-rata padatabel 8,siswa yang
memperoleh nilai ≥ 70 (KKM) menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini
merefleksikan bahwa pembelajaran Bahasa Jawa yang dilaksanakan guru
dinyatakan berhasil, karena secara klasikal menunjukkan adanya peningkatan nilai
yang berarti, ada peningkatan keterampilan berbicara bahasa Jawa siswa dengan
menerapkan model pembelajaran kuantumpada siswa kelas III SD Negeri
02Bolon Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar.
Adapun peningkatan nilai rata-rata klasikal hasil evaluasi Bahasa Jawa
dengan menerapkan model pembelajaran kuantumdapat digambarkan dalam
bentuk grafik Gambar 8sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Gambar 8. Grafik peningkatan nilai rata-rata hasil keterampilan berbicara pada prasiklus, siklus I dan siklus II
Sedangkan untuk peningkatan presentase ketuntasan klasikal dapat
digambarkan dalam grafik Gambar 9 berikut ini:
Gambar 9. Grafik peningkatan presentase ketuntasan klasikal keterampilan
berbicara pada prasiklus, siklus I dan siklus II
66.75 73.96
79.08
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Prasiklus Siklus I Siklus II
Nila
i Rat
a-ra
ta
Pelaksanaan Tindakan
37.5
62.5
87.5
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Prasiklus Siklus I Siklus IIPres
enta
se K
etun
tasa
(%)
Pelaksanaan Tindakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Dengan data-data yang telah disajikan diatas dapat diketahui bahwa salah
satu upaya untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada mata pelajaran
bahasa Jawa pada siswa kelas III SD Negeri 02 BolonTahun Pelajaran
2011/2012yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kuantum. Hal ini karena
dengan penerapan model pembelajaran kuantum untuk pembelajaran sangat baik
karena selain dengan konsep yang dijunjung yaitu konsep TANDUR model
pembelajaran kuantum menekankan pada pembelajaran yang menyenangkan,
membebaskan siswa berekspresi, berkreasi yang dalam pelaksanaannya anak
dibawa pada kondisi pembelajaran yang mereka inginkan dan butuhkan sehingga
pembelajaran terasa sangat menyenangkan. Jadi pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran kuantumdapat meningkatkan keterampilan
berbicara bahasa Jawa yang sesuai dengan unggah-ungguh basa pada siswa kelas
III SD Negeri 02Bolon Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
BAB V
SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus
tersebut di atas, ternyata hipotesis yang dirumuskan telah terbukti kebenarannya.
Dengan menerapkan model pembelajaran kuantum dapat meningkatkan
keterampilan berbicara bahasa Jawa yang sesuai dengan unggah-ungguh basa
pada siswa kelas III SD Negeri 02 Bolon Kecamatan Colomadu Kabupaten
Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012. Hal ini terbukti pada kondisi awal
sebelum dilaksanakan tindakan nilai rata-rata siswa 66,75 dengan persentase
ketuntasan klasikal sebesar 37,5%, siklus I nilai rata-rata kelas 73,96 dengan
persentase ketuntasan klasikal sebesar 62,5% dan siklus II nilai rata-rata kelas
meningkat menjadi 79,08 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 87,5%.
B. Implikasi
Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan
pada pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran kuantum dalam
pelaksanaan pembelajaran Bahasa Jawa. Pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kunatum adalah pembelajaran yang menekankan pada
pembelajaran yang menyenangkan, membebaskan siswa berekspresi, berkreasi
yang dalam pelaksanaannya anak dibawa pada kondisi pembelajaran yang mereka
inginkan dan butuhkan sehingga pembelajaran terasa sangat menyenangkan.
Penerapan prinsip TANDUR dalam pembelajaran bahasa Jawa dapat memicu
gairah siswa untuk mempelajari unggah-ungguh basa.
Penelitian ini membuktikkan bahwa hasil pembelajaran meningkat setelah
diterapkan model pembelajaran kuantum. Oleh karena itu model pembelaran
kuantum ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam
kegiatan pembelajarannya.
Penggunaan model pembelajaran kuantum dapat meningkatkan
keterampilan berbicara siswa. Dengan model ini siswa lebih antusias, lebih aktif,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan kelompoknya, yang sangat
berpengaruh terhadap hasil belajarnya.
C. Saran
Sesuai dengan implikasi dan hasil penelitian, maka ada beberapa saran
yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan antara lain:
1. Bagi Sekolah
Hendaknya sekolah meningkatkan kualitas pembelajaran dengan
mengupayakan pelatihan bagi guru untuk dapat mendukung pelaksanaan
pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan
harapan.
2. Bagi Guru
a) Sebaiknya guru meningkatkan kompetensi keprofesionalannya dengan
merancang model pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga
siswa menjadi lebih tertarik dan pembelajaran akan menjadi lebih
kondusif dan bermakna. Hal ini membuat siswa tidak mudah bosan dan
tetap termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran yang pada
akhirnya dapat meningkatkan keterampilan menulis pada materi setiap
pelajaran.
b) Dalam penyampaian materi guru hendaknya menggunakan media yang
sesuai karena dapat memberikan kemudahan terhadap peserta didik
untuk lebih memahami konsep, prinsip, sikap, dan keterampilan tertentu,
serta mampu memberikan pengalaman yang berbeda dan bervariasi
sehingga merangsang minat peserta didik sehingga pembelajaran akan
lebih bermakna.
c) Guru hendaknya mengupayakan tindak lanjut terhadap pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kuantum yang akan
dilaksanakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
3. Bagi Siswa
Siswa diharapkan untuk lebih mencintai dan melestarikan bahasa
Jawa sebagai bagian dari kebudayaan daerah sekaligus merupakan akar
kebudayaan nasional.
4. Bagi Peneliti Lain
Peneliti yang hendak mengkaji permasalahan yang sama hendaknya
lebih cermat dan lebih mengupayakan pengkajian teori-teori yang berkaitan
dengan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kuantum
guna melengkapi kekurangan yang ada serta sebagai salah satu alternatif
dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jawa siswa yang sesuai
dengan unggah-ungguh basa yang belum tercakup dalam penelitian ini agar
diperoleh hasil yang lebih baik.