peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui …/efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan...

101
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA ANAK KELOMPOK B SEMESTER II TK GENENG 02 GATAK SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh: IMA DWI NURMAWATI X8110023 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA September 2012

Upload: ngohanh

Post on 19-Jul-2019

239 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA ANAK KELOMPOK B

SEMESTER II TK GENENG 02 GATAK SUKOHARJO

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Oleh:

IMA DWI NURMAWATI X8110023

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

September 2012

Page 2: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

ii

Page 3: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI

MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA ANAK KELOMPOK

B SEMESTER II TK GENENG 02 GATAK SUKOHARJO

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh:

IMA DWI NURMAWATI X8110023

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Anak Usia Dini

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

September 2012

iii

Page 4: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul : Peningkatan Kemampuan Penjumlahan 1-20 Melalui

Model Pembelajaran Kontekstual Pada Anak Kelompok B Semester II TK

Geneng 02 Gatak Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012.

Disusun oleh :

Nama : Ima Dwi Nurmawati

NIM : X8110023

Tanggal : 20 September 2012

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Yulianti, M.Pd. Drs. A. Dakir, M.Pd. NIP. 19541116 198203 2 002 NIP. 19491106 197603 1 001

iv

Page 5: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

Page 6: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRAK

Ima Dwi Nurmawati, NIM X8110023. PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA ANAK KELOMPOK B SEMESTER II TK GENENG 02 GATAK SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi, Surakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas sebelas Maret Surakarta, September 2012.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan penjumlahan 1 – 20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok B Semester II TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012.

Bentuk penelitian dalam skirpsi ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Sedangkan subjek penelitian adalah anak kelompok B Semester II TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012 sejumlah 22 siswa, terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus yaitu siklus I dan Siklus II. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, dokumentasi, dan tes. Dalam proses analisis data menggunakan model analisis interaktif yang meliputi reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan penjumlahan 1 – 20 pada Anak Kelompok B Semester II TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012. Hal ini terbukti dari hasil penelitian dengan diterapkanya model pembelajaran kontekstual kemampuan penjumlahan 1 – 20 rata-rata tes awal sebesar 56,8, sedangkan siklus I pertemuan I dan pertemuan II rata-rata 69 jadi ada peningkatan sebesar 12,2 atau 21,5%, sedangkan rata-rata siklus II sebesar 78,75 jadi pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 9,75 atau 14% dengan ketuntasan klasikal sebesar 91%.

Simpulan penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan penjumlahan 1 – 20 pada anak kelompok B Semester II TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo. Kata Kunci: Kemampuan Penjumlahan 1-20, Model Pembelajaran Kontekstual

vi

Page 7: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

ABSTRACT

Ima Dwi Nurmawati, NIM X8110023. IMPROVED PERFORMANCE ADDITIVE 1-20 THROUGH CONTEXTUAL LEARNING MODEL IN CHILDREN GROUP B SEMESTER II TK GENENG 02 GATAK SUKOHARJO SCHOOL YEAR 2011/2012. Thesis, Surakarta, Faculty of Teacher Training and Education. University of Surakarta March eleven, September 2012.

The purpose of research is to improve the ability to achieve the sum 1-20 through contextual learning model to children in group B Semester II TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo school year 2011/2012.

Forms of research in this thesis using draft Classroom Action Research (CAR), which consists of the two cycles. Each cycle consists of four stages: planning, implementation, observation and reflection. While the research subjects are children of group B Semester II TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo school year 2011/2012 a number of 22 students, consisting of 13 boys and 9 girls. The study consisted of 2 cycles of the cycle I and cycle II. Data collection techniques using observation, documentation, and testing. In the process of data analysis using interactive analysis model that includes data reduction, data presentation, drawing conclusions / verification.

The results showed that the application of contextual learning model can improve the sum 1-20 at Children's Group B second semester of kindergarten Geneng 02 Gatak Sukoharjo Academic Year 2011/2012. It can be seen from the results given in the pretest results obtained pre-action as much as 6 or 27.3% of children achieved a complete value exhaustiveness Minimal Criteria (KKM = B +). At the first meeting of the first cycle, the results obtained by 12 children, or 54.5%, and the second meeting of the first cycle increased to 16 children or 72.7% from 22 the number of children who successfully completed the scoring average of B +. While in the second cycle of the first meeting of the obtained results by 18 or 81.8%, and the second meeting on the second cycle results obtained by 20 or 91% of the 22 students who successfully completed the scoring average of B + or (●).

The conclusions of this research is the application of contextual learning model can improve the ability of summation 1-20 in children in group B Semester II TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo. Keywords: Ability sum 1-20, Contextual Learning Model

vii

Page 8: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

MOTTO

Pelajarilah ilmu dan mengajarlah kamu, rendahkanlah dirimu terhadap guru-

gurumu dan berlakulah lemah lembut terhadap murid-muridmu.

(Terjemahan HR. Tabrani)

"Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah

selesai dari pekerjaan/tugas, kerjakanlah yang lain dengan sungguh."

(Terjemah: QS. Al Nasyirah 6-7).

viii

Page 9: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada :

♥ Orang tuaku (Bp. Sukidi (Alm) dan Ibu

Suwarni, S.Pd.) tercinta yang telah

membesarkan dengan penuh kasih sayang

dan selalu mendoakan, memberikan

motivasi, bimbingan dan kasih sayang

dengan tulus iklas serta mendukung,

menuntunku disetiap langkahku.

♥ Kakakku dan seseorang yang spesial yang

selalu memberi semangat sampai terselesai

nya skripsi ini.

♥ Guru-guru TK Desa Geneng 02 yang selalu

mendukung menyelesaikan skripsi ini.

♥ Teman-teman seperjuanganku S1 transfer

PAUD.

♥ Almamater dan semua pihak yang terkait

ix

Page 10: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan. Skripsi berjudul:

“Peningkatan Kemampuan Penjumlahan 1-20 Melalui Model Pembelajaran

Kontekstual pada Anak Kelompok B Semester II TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo

Tahun Pelajaran 2011/2012”.

Skripsi ini disusun guna memenuhi sebagian persyaratan untuk

mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Strata I (S1) PG-PAUD Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa penelitian tindakan kelas ini tidak akan berhasil

tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam

penyusunan skripsi ini. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis

menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada

semua pihak, khususnya kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ketua Program Studi PG-PAUD Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Dra. Yulianti, M.Pd selaku Pembimbing I yang mengarahkan dan membimbing

dengan sabar hingga selesainya skripsi ini.

5. Drs. A. Dakir, M.Pd. selaku pembimbing II, yang selalu memberikan

pengarahan bimbingan dalam penyusunan skripsi.

6. Kepala TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo, yang telah memberi kesempatan dan

tempat guna pengambilan data dalam penelitian.

7. Bapak/Ibu Guru TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo yang banyak memberikan

bantuan dana dorongan.

8. Anak kelompok B TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo atas bantuan dukungannya

dalam penyusunan skripsi ini.

9. Semua pihak yang telah memberi bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

x

Page 11: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan

karena keterbatasan pengetahuan yang ada. Oleh karena itu saran dan kritik yang

bersifat membangun sangat penulis harapkan. Harapan penulis semoga skripsi ini

dapat memberi manfaat kepada penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

Surakarta, 27 September 2012

Penulis

Ima Dwi Nurmawati

xi

Page 12: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR ISI

JUDUL .......................................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................... ii HALAMAN PENGAJUAN........................................................................... iii HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iv HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... v HALAMAN ABSTRAK ............................................................................... vi ABSTRACT................................................................................................... vii HALAMAN MOTTO ................................................................................... viii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... ix KATA PENGANTAR .................................................................................. x DAFTAR ISI ................................................................................................ xii DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvii

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 5 D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 5 BAB II. KAJIAN PUSTAKA ....................................................................... 7

A. Landasan Teori .............................................................................. 7 1. Tinjauan Tentang Kemampuan Penjumlahan 1-20 pada AUD 7 a. Karakteristik AUD .......................................................... 7

b. Pengertian Kemampuan .................................................. 8 c. Konsep Kemampuan Penjumlahan 1 - 20 ....................... 9 d. Kemampuan Penjumlahan 1 – 20 Anak Usia Dini.......... 12 e. Manfaat Pengenalan Penjumlahan 1 – 20 pada AUD .... 13

2. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Kontekstual ............ 15 a. Pengertian Model Pembelajaran ........................................ 15

b. Peran Guru Dalam Model Pembelajaran Kontekstual....... 17

c. Karakterisitik Model Pembelajaran Kontekstual ............... 20

xii

Page 13: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

d. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kontekstual......... 22

e. Penerapan Langkah-langkah Model Pembelajaran

Kontekstual dalam Meningkatkan Kemampuan Penjum-

lahan 1 – 20........................................................................ 24

B. Penelitian Relevan ......................................................................... 27

C. Kerangka Berpikir ......................................................................... 28

D. Hipotesis........................................................................................ 29

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian dan Waktu Penelitian ....................................... 30

B. Bentuk dan Strategi Penelitian ...................................................... 30

C. Subjek Penelitian ........................................................................... 31

D. Sumber Data.................................................................................. 31

E. Teknik dan alat pengumpulan data................................................ 31

F. Validitas data ................................................................................. 33

G. Teknik Analisis Data..................................................................... 34

H. Strategi Penelitian.......................................................................... 36

I. Indikator Kinerja............................................................................ 36

J. Prosedur Penelitian ....................................................................... 37

BAB IV. HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN ................................ 41

A. Deskripsi Pratindakan ................................................................... 41

B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus .......................................... 44

C. Perbandingan Hasil Tindakan Tiap Siklus .................................... 73

D. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................ 78

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ...................................... 80

A. Simpulan ......................................................................................... 80

B. Implikasi ......................................................................................... 80

C. Saran ......................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 83

LAMPIRAN ......................................................................................... 85

xiii

Page 14: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Indikator Kinerja Penelitian......................................... 37 2. Frekuensi Kemampuan Penjumlahan 1 – 20 pada

Anak Sebelum Tindakan..............................................

42 3. Tingkat Keberhasilan Penjumlahan 1–20 anak

Sebelum Tindakan.......................................................

43 4. Frekuensi Data Kemampuan Penjumlahan 1 – 20

pada Anak Siklus I Pertemuan I..................................

48 5. Frekuensi Data Nilai Tes Siklus I Pertemuan I......... 49 6. Frekuensi Data Kemampuan Penjumlahan 1 – 20

pada Anak Siklus I Pertemuan 2.................................

50 7. Frekuensi Data Kemampuan Penjumlahan 1 - 20

Siklus I Pertemuan 2...................................................

52 8. Frekuensi Perbandingan Ketuntasan Kemampuan

Penjumlahan 1 - 20 Prasiklus dan Siklus I.................

54 9. Perbandingan Kegiatan Awal dan Siklus I.................. 55 10. Hasil Penilaian Aktivitas Guru pada Siklus I

Pertemuan I..................................................................

56 11. Hasil Penilaian Guru pada Siklus I Pertemuan 2......... 57 12. Frekuensi Data Kemampuan Penjumlahan 1 – 20

pada Anak Siklus II Pertemuan 1................................

63 13. Frekuensi Data Kemampuan Penjumlahan 1 - 20

Siklus II Pertemuan 1..................................................

64 14. Frekuensi Data Kemampuan Penjumlahan 1 – 20

pada Anak Siklus II Pertemuan 2................................

65 15. Frekuensi Data Kemampuan Penjumlahan 1 - 20

Siklus II Pertemuan 2.................................................

66 16. Frekuensi Perbandingan Ketuntasan Siklus II

Pertemuan 1 dan 2........................................................

68 17. Perbandingan Kemampuan Penjumlahan 1 - 20

Siklus II Pertemuan 1 dan Siklus II Pertemuan 2.......

69 18. Hasil Penilaian Aktivitas Guru pada Siklus II

Pertemuan I..................................................................

71

xiv

Page 15: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

Tabel Halaman 19. Hasil Penilaian Aktivitas Guru pada Siklus II

Pertemuan 2.................................................................

71 20. Frekuensi Perbandingan Ketuntasan Anak Prasiklus,

Siklus I, Siklus II.........................................................

74 21. Perbandingan Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II.......... 75 22. Hasil Kinerja Guru pada Siklus I, dan Siklus II.......... 76

xv

Page 16: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Gambar Materi Buah Apel........................................... 11 2. Skema Kerangka Berpikir............................................ 29 3. Skema Penelitian.......................................................... 38 4. Histogram Data Kemampuan Penjumlahan 1 – 20

Anak Sebelum Tindakan..............................................

44 5. Histogram Data Kemampuan Penjumlahan 1 – 20

Siklus I Pertemuan I.....................................................

50 6. Histogram Data Kemampuan Penjumlahan 1 – 20

Siklus I Pertemuan 2....................................................

53 7. Histogram Perbandingan Kemampuan Penjumlahan

1 – 20 Pra Siklus dan Siklus I......................................

55 8. Histogram Data Kemampuan Penjumlahan 1 – 20

Siklus II Pertemuan I...................................................

65 9. Histogram Data Kemampuan Penjumlahan 1 – 20

Siklus II Pertemuan 2...................................................

67 10. Histogram Perbandingan Kemampuan Penjumlahan

1 – 20 Siklus II Pertemuan 1 dan Siklus II Pertemuan 2 ...................................................................................

69 11. Histogram Perbandingan Tes Awal, Siklus I, dan

Siklus II........................................................................

75

xvi

Page 17: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman 1. Jadwal Penelitian Tindakan Kelas ........................................................... 85 2. Daftar Nama Peserta Didik TK Desa Geneng 02 .................................... 86 3. RKH Siklus I Pertemuan 1 ...................................................................... 87 4. Bahan Ajar Siklus I Pertemuan 1 ........................................................... 91 5. Lembar Kerja Anak Siklus I Pertemuan 1 ............................................. 96 6. Hasil Karya Anak Siklus I Pertemuan 1 ................................................ 99 7. Daftar Nilai Anak Siklus I Pertemuan 1 ................................................ 102 8. RKH Siklus I Pertemuan 2 ...................................................................... 103 9. Bahan Ajar Siklus I Pertemuan 2 ........................................................... 107 10. Lembar Kerja Anak Siklus I Pertemuan 2 ........................................... 112 11. Hasil Karya Anak Siklus I Pertemuan 2 .............................................. 115 12. Data Nilai Anak Siklus I Pertemuan 2 ................................................. 118 13. RKH Siklus II Pertemuan 1 ................................................................... 119 14. Bahan Ajar Siklus II Pertemuan 1 ........................................................ 123 15. Lembar Kerja Anak Siklus II Pertemuan 1 .......................................... 128 16. Hasil Karya Anak Siklus II Pertemuan 1 ............................................. 131 17. Data Kemampuan Penjumlahan 1 – 20 Siklus II Pertemuan 1 ............ 134 18. RKH Siklus II Pertemuan 2 ................................................................... 135 19. Bahan Ajar Siklus II Pertemuan 2 ........................................................ 139 20. Lembar Kerja Anak Siklus II Pertemuan 2 .......................................... 144 21. Hasil Karya Anak Siklus II Pertemuan 2 ............................................. 147 22. Data Kemampuan Penjumlahan 1 – 20 Siklus II Pertemuan 2 ............ 150 23. Lembar Penilaian RKH Siklus I Pertemuan 1 ..................................... 151 24. Lembar Observasi Guru Mengajar Siklus I Pertemuan 1 .................... 152 25. Lembar Observasi Aktifitas Anak Siklus I Pertemuan I........................ 155 26. Kualitas Proses Pembelajaran Siklus I Pertemuan I .............................. 157 27. Lembar Penilaian RKH Siklus I Pertemuan 2 ..................................... 158 28. Lembar Observasi Guru Mengajar Siklus I Pertemuan 2 .................... 159 29. Lembar Observasi Aktifitas Anak Siklus I Pertemuan 2 ....................... 162 30. Kualitas Proses Pembelajaran Siklus I Pertemuan 2.............................. 164 31. Lembar Penilaian RKH Siklus II Pertemuan 1 .................................... 165 32. Lembar Observasi Guru Mengajar Siklus II Pertemuan 1 ................... 166

xvii

Page 18: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

33. Lembar Observasi Aktifitas Anak Siklus II Pertemuan I....................... 169 34. Kualitas Proses Pembelajaran Siklus II Pertemuan I ............................. 171 35. Lembar Penilaian RKH Siklus II Pertemuan 2 .................................... 172 36. Lembar Observasi Guru Mengajar Siklus II Pertemuan 2 ................... 173 37. Lembar Observasi Aktifitas Anak Siklus II Pertemuan 2...................... 176 38. Kualitas Proses Pembelajaran Siklus II Pertemuan 2 ............................ 178 39. Foto Siklus I Pertemuan I....................................................................... 178 40. Foto Siklus I Pertemuan II ..................................................................... 180 41. Foto Siklus II Pertemuan I ..................................................................... 182 42. Foto Siklus II Pertemuan II .................................................................... 184 43. Surat Permohonan Izin Penyusunan Skripsi .......................................... 186 41. Surat Keterangan Penelitian................................................................... 187

xviii

Page 19: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi saat ini, persaingan dan perkembangan teknologi sangat

pesat, tidak hanya dibutuhkan orang yang mempunyai ilmu dan pengetahuan yang

tinggi, oleh karena itu setiap orang dituntut untuk memiliki sumber daya manusia

yang berkualitas, agar dapat hidup dan menyesuaikan di era globalisasi saat ini.

Pembelajaran pada anak usia dini khususnya Taman Kanak-kanak (TK)

merupakan wahana untuk mengembangkan potensi seoptimal mungkin sesuai

dengan kemampuan, bakat, dan minat masing-masing anak. Pendidikan TK

memberikan kesempatan untuk mengembangkan kepribadian anak, oleh karena

itu pendidikan untuk anak TK perlu menyediakan berbagai kegiatan yang dapat

mengembangkan berbagai aspek perkembangan yang meliputi: aspek pembiasaan,

sosial/emosional, kognitif, fisik motorik dan bahasa.

Pada kenyataannya, proses pembelajaran anak TK masih menjadi permasalah an di Indonesia pada beberapa tahun terakhir, hal ini disebabkan karena pola pembelajarannya yang dilaksanakan cenderung berorientasi akademik dan menganggap bahwa konsep-konsep yang ada pada diri anak tidak berkembang secara spontan melainkan harus ditanamkan dan diserap oleh anak melalui perlakuan orang dewasa sehingga proses pembelajaran menjadi terhambat (http:www.gogle.co.id/gwt/n?q=pembelajaran$hl/frustanti.html/12 /06/2009). Di dalam proses pembelajaran, guru adalah subjek dan anak adalah objek

dari proses pembelajaran. Hal ini tentu saja bertentangan dengan hakikat

pembelajaran di TK yang menekankan anak sebagai pembelajaran yang aktif.

Apabila anak TK diajarkan dan bukannya dibelajarkan, maka pengembangan

berbagai potensi anak secara optimal kurang terpenuhi. Memberikan kegiatan

belajar pada anak didik harus memperhatikan kematangan atau tahap

perkembangan anak didik, alat bermain, metode yang digunakan, waktu, serta

tempat bermain.

1

Page 20: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Undang-undang Nomer 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional Pasal 1ayat 14, menyatakan bahwa “Pendidikan Anak Usia Dini adalah

suatu upaya pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai dengan

usia enam tahun yang pertumbuhan dan pertumbuhan dan perkembangan jasmani

dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih

lanjut”.

Dengan demikian, anak usia TK perlu diberikan suatu program atau

kegiatan yang didasarkan pada prinsip tumbuh kembang anak di mana program

yang diberikan adalah berupa pengasuhan dan pendidikan yang dapat memberikan

rangsangan perkembangan fisik (motorik kasar dan halus), kognitif, bahasa,

sosial-emosional, pemahaman moral dan agama secara proporsional dan

terintegrasi. Hal ini berarti, tingkat perkembangan yang diharapkan dapat dicapai

anak pada usia TK bukankah merupakan suatu tingkat pencapaian kecakapan

akademik, tetapi lebih merupakan aktualisasi potensi semua aspek perkembangan.

Hal tersebut tidak seluruhnya mencerminkan keberhasilan pendidikan di

sekolah pada umumnya. Pendidikan sekolah pada umumnya masih banyak

kekurangan dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan sekolah sebagaimana di

amalkan oleh Undang-Undang. Untuk itu pendidikan di sekolah sangat membutuh

kan upaya yang lebih gigih melalui banyak cara dalam rangka mewujudkan tujuan

yang diharapkan.

Dalam pencapaian tujuan belajar tersebut guru sebagai pengajar harus

mengutamakan tercapainya tujuan-tujuan intruksional penjumlahan matematika

dan mewujudkan perkembangan peserta didik. Guru bertugas membimbing

peserta didik agar memiliki pengetahuan serta menumbuhkan rasa senang dan

cinta dalam belajar dikalangan peserta didik, sebab selama ini dalam berbagai

penelitian menunjukkan bahwa pelajaran penjumlahan adalah pelajaran yang

kurang disukai sebagian anak.

Menurut Nia Rukniyah ( 2007:1), penjumlahan adalah

”Perhitungan dengan cara menambahkan. Di dalam penjumlahan juga belajar tentang berhitung dengan contoh-contoh soal dan cara penyelesaiannya. Misalnya dengan penjumlahan pada angka satuan, puluhan, ratusan, ribuan bahkan dengan nilai angka yang lebih besar.

Page 21: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Penyelesaiannya bisa dengan cara mendatar, bersusun dan bersusun panjang sampai dengan cara satu menyimpan.” Penjumlahan adalah salah satu materi pokok dalam mata pelajaran

matematika karena penjumlahan adalah merupakan salah satu cara untuk

mengasah kognitif anak. Maka anak harus menguasai penjumlahan dari angka 1

sampai 20 untuk jenjang pendidikan anak TK. Rendahnya kemampuan anak di

TK Geneng 02 Gatak dalam menguasai materi penjumlahan akan menghambat

anak dalam belajar kelak. Oleh sebab itulah guru harus berusaha untuk

meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai materi penjumlahan.

Berdasarkan pernyataan tersebut, tentu tidak bijaksana jika anak usia TK

sudah diberi ”beban” untuk cakap dalam pelajaran penjumlahan yang bersifat

akademik. Namun demikian, bukan berarti anak usia TK tidak boleh diajarkan

penjumlahan khususnya dari angka 1 sampai 20. Yang perlu ditekankan adalah

pendidik perlu memperhatikan tahapan-tahapan anak dalam belajar berhitung

permulaan. Ini berarti kegiatan yang diberikan di TK diharapkan lebih menunjang

anak untuk memiliki kesiapan berhitung khususnya penjumlahan.

Rendahnya kemampuan anak TK Geneng 02 Gatak dalam penjumlahan

disebabkan oleh beberapa hal antara lain kurang optimalnya guru dalam mengajar.

Hal ini bisa kita lihat dari kondisi awal bahwa hanya 8 anak atau 36,36% yang

tuntas atau sesuai dengan standar ketuntasan di TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo.

Permasalah tersebut disebabkan karena penerapan metode belajar yang kurang pas

dan tidak menggunakan alat peraga pembelajaran untuk memperjelas konsep yang

diajarkan.

Untuk itulah peneliti menerapkan pelajaran penjumlahan dengan

menggunakan alat peraga berupa buah-buahan dan sayuran untuk meningkatkan

kemampuan penjumlahan pada anak TK Geneng 02 Gatak. Dengan pembelajaran

kontekstual akan mempermudah anak dalam memahami konsep penjumlahan

terlebih lagi anak TK masih suka bermain.

Penjumlahan bilangan merupakan materi dalam matematika yang

diajarkan pada anak TK. Materi ini sangat penting untuk dikuasai oleh anak

karena merupakan materi prasyarat untuk materi matematika lainnya seperti

Page 22: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

penjumlahan bilangan lebih dari 20, perkalian bilangan, dan sebagainya. Selain

itu, penjumlahan juga sangat berkaitan dan sering dijumpai serta digunakan dalam

kehidupan sehari-hari.

Mengingat pentingnya materi penjumlahan 1 sampai 20, maka hendaknya

materi ini diajarkan dengan cara yang lebih bermakna (meaningful) bagi anak TK.

Namun, pembelajaran yang sering terjadi di kelas selama ini di mana semua

kegiatan berpusat pada guru dan anak TK hanya menjadi pendengar yang pasif.

Hal ini juga diakui oleh salah satu guru di TK yang menyatakan bahwa dalam

proses belajar mengajar di kelas, guru tersebut masih menggunakan model

pembelajaran langsung atau ceramah.

Salah satu kemampuan yang dituntut dari seorang guru adalah kemampuan

dalam memilih salah satu cara untuk mencapai kompetensi yaitu dengan memilih

model pembelajaran yang tepat untuk bahan pelajaran yang akan diajarkan.

Ketepatan pemilihan model belajar ini sangat penting karena akan membantu

pencapaian suatu kegiatan pembelajaran. Jika pemilihan model pembelajaran

kurang tepat, maka tujuan pembelajaranpun menjadi samar dan tidak fokus pada

sasaran. Menurut Udin S. Winataputra (2001:7) model pembelajaran adalah

”kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk menciptakan tujuan belajar dari

fungsi sebagai pedoman para pengajar dalam merencanakan serta melaksanakan

aktivitas mengajar”. Salah satu model pembelajaran yang dipakai oleh seorang

guru adalah model pembelajaran kontekstual.

Pembelajaran kontekstual dalam Hadi Mulyono (2003:12)) adalah konsep

belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan materi yang diajarkan dan

situasi dunia nyata siswa. Dan juga mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka

sendiri-sendiri. Pengetahuan dan ketrampilan siswa diperoleh dari usaha siswa

mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan baru ketika ia belajar.

Sedangkan menurut Johnson, CTL adalah sebuah proses pendidikan yang

bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang

mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan

Page 23: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

konteks dalam kehidupan seharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi,

sosial dan budaya mereka. Untuk mencapai tujuan ini, sistem tersebut meliputi

tujuan komponen berikut: membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna,

melakukan pekerjaan yang berarti melakukan pembelajaran yang diatur sendiri,

melakukan kerjasama, membantu individu untuk tumbuh dan berkembang,

berpikir kritis dan kreatif untuk mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan

penilaian autentik.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian tindakan kelas dengan judul ”Peningkatan Kemampuan Penjumlahan 1-

20 Melalui Model Pembelajaran Kontekstual pada Anak Kelompok B Semester II

TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka

peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut:

”Apakah melalui model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan

kemampuan penjumlahan 1 – 20 pada anak kelompok B Semester II TK Geneng

02 Gatak Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012?”.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk

meningkat kan kemampuan penjumlahan 1 – 20 melalui model pembelajaran

kontekstual pada anak kelompok B Semester II TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo

tahun pelajaran 2011/2012.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini berharap dapat dijadikan referensi bagi peningkatan kualitas

dalam penerapan model kontekstual untuk meningkatkan kemampuan

penjumlahan 1 – 20 pada anak.

Page 24: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan

di masa yang akan datang.

c. Dapat memberikan masukan tentang berhasil tidaknya menggunakan

pembelajaran kontekstual dalam meningkatkan kemampuan penjumlahan

1 – 20 pada anak.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Anak

1) Meningkatkan hasil belajar siswa pada pemahaman pelajaran

penjumlahan 1 – 20.

2) Meningkatkan kemampuan penjumlahan 1 – 20

3) Memudahkan siswa dalam menerima materi pelajaran penjumlahan

karena menggunakan alat peraga pembelajaran berupa buah dan

sayuran.

b. Bagi Guru

1) Meningkatkannya kemampuan guru dalam mengajar secara

profesional.

2) Memudahkan guru dalam menyampaikan pelajaran karena mengguna

kan alat peraga pembelajaran.

c. Bagi Sekolah

1) Meningkatnya kualitas pendidikan dalam pemahaman model

pembelajaran kontekstual melalui berbagai cara pengembangan.

2) Memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah.

Page 25: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Tinjauan Tentang Kemampuan Penjumlahan 1 – 20 pada AUD

a. Karakateristik AUD

Anak Usia Dini (AUD) adalah anak yang rentang usianya antara empat

sampai enam tahun, yang masih memiliki sifat rasa ingin tahu, dan memiliki

pola fikir imajinatif atau khayalan. Semua itu merupakan bagian

perkembangan manusia secara keseluruhan. Perkembangan pada usia ini

mencakup perkembangan fisik dan motorik, kognitif, sosial emosional, serta

bahasa. Masa ini menurut Ebbec (1998: 18) merupakan masa pertumbuhan

yang paling hebat dan sekaligus paling sibuk. Pada masa ini anak sudah

memiliki ketrampilan dan kemampuan walaupun belum sempurna. Usia dini

sering kali juga disebut fase fundamental yang akan menentukan

kehidupannya di masa akan datang.

Anak Usia Dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun.

Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan

karakter dan kepribadian anak (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 7). Usia dini

merupakan usia di mana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan

yang pesat. Usia dini disebut sebagai usia emas (golden age). Makanan yang

bergizi yang seimbang serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk

pertumbuhan dan perkembangan tersebut.

Ketika anak mencapai tahapan usia dini (3 sampai 6 tahun), terdapat

ciri yang sangat berbeda dengan usia bayi. Perbedaannya terletak pada

penampilan, proporsi tubuh, berat, dan panjang badan, serta kemampuan yang

dimilikinya.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa AUD adalah anak

usia 4-6 tahun yang masih banyak mengalami perubahan fisik maupun psikis,

serta memiliki sifat unik dan memiliki pola fikir imajinatif atau khayalan.

7

Page 26: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

b. Pengertian Kemampuan

Setiap manusia yang terlahir di dunia telah dianugerahi kemampuan

oleh Sang Pencipta. Kemampuan sering disebut juga dengan kecakapan

(ability). Menurut Akhmad Sudrajat “kecakapan individu dapat dibagi

kedalam dua bagian yaitu kecakapan nyata (actual ability) dan kecakapan

potensial (potential ability).

Menurut Akhmad Sudrajat bahwa kecakapan nyata (actual ability)

yaitu kecakapan yang diperoleh melalui belajar (achivement atau prestasi),

yang dapat segera didemonstrasikan dan diuji dengan segera. Sedangkan

kecakapan potensial merupakan aspek kecakapan yang masih terkandung

dalam diri individu dan diperoleh dari faktor keturunan (herediter).

Kecakapan potensial dapat dibagi ke dalam dua bagian yaitu kecakapan

dasar umum (inteligensi atau kecerdasan) dan kecakapan dasar khusus

(bakat atau aptitudes).

Menurut Ned Herrman (dalam Muhammad Musrofi, 2008:13)

tentang model pemikiran di dalam otak manusia adalah (1) otak kiri atas :

analitik, matematik, teknikal, pemecahan masalah; (2) otak kiri bawah :

pengendalian, konservatif, perencana, pengatur, dan administrasi; (3) otak

kanan bawah : interpersonal, emosional, musikal, spiritual, dan model

bicara; (4) otak kanan atas : imajinatif, sintesis, artistik, holistik, dan

konseptual.

Selanjutnya Muhammad Musrofi (2008:145) tentang delapan

kecerdasan dasar, yaitu : kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-

matematis, kecerdasan kinetik-jasmani, kecerdasan antarpribadi

(interpersonal), kecerdasan intrapribadi (intrapersonal), kecerdasan

visual-spasial, kecerdasan musikal, kecerdasan natural. Selain itu ada satu

jenis kecerdasan di luar delapan kecerdasan tersebut, yaitu kecerdasan

eksistensial. Kecerdasan eksistensial adalah kemampuan dan sensitifitas

untuk menjawab pertanyaan dasar tentang keberadaan manusia, seperti arti

kehidupan, mengapa kita mati, bagaimana kita di alam kematian, dll.

Page 27: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah segala daya kecakapan yang dimiliki individu yang diperoleh dari bawaan (kecerdasan dan bakat) dan dari belajar. Setiap individu memiliki kecerdasan dasar, namun jarang semua kecerdasan dasar menonjol di setiap individu. Semua kemampuan di dalam individu dapat ditingkatkan untuk kehidupan yang lebih baik.

c. Konsep Kemampuan Penjumlahan 1 – 20 Woodruf (2008: 13) mendefinisikan konsep adalah suatu gagasan/ide

yang relatif sempurna dan bermakna. Hal ini merupakan suatu pengertian tentang suatu objek, produk subjektif yang berasal dari cara seseorang membuat pengertian terhadap objek-objek atau benda-benda melalui pengalamannya (setelah melakukan persepsi terhadap objek/benda). Pada tingkat konkrit, konsep merupakan suatu gambaran mental dari beberapa objek atau kejadian yang sesungguhnya. Pada tingkat abstrak dan komplek, konsep merupakan sintesis sejumlah kesimpulan yang telah ditarik dari pengalaman dengan objek atau kejadian tertentu.

Selain itu, konsep dapat diartikan sebagai hal/sesuatu yang abstrak

dimana mereka menghilangkan perbedaan dari segala sesuatu dalam

ekstensi, memperlakukan seolah-olah mereka identik. Pengertian konsep

sendiri adalah universal dimana mereka bisa diterapkan secara merata

untuk setiap ekstensinya. Konsep juga dapat diartikan pembawa arti.

Konsep bisa dinyatakan dengan ‘Hund’ dalam bahasa Jerman, ‘chien’

dalam bahasa Prancis, ‘perro’ dalam bahasa Spanyol. Konsep merupakan

peta perencanaan untuk masa depan sehingga bisa dijadikan pedoman

dalam melangkah ke depan. Konsep biasanya dipakai untuk

mendeskripsikan dunia empiris yang diamati oleh peneliti, baik berupa

benda maupun gejala sosial tertentu yang sifatnya abstrak.

Jadi dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa konsep adalah suatu

istilah yang mengandung maksud mengungkapkan arti dari suatu objek,

peristiwa atau gagasan.

Sedangkan kemampuan adalah “kapasitas seorang individu untuk

melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Kemampuan adalah

Page 28: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang”

(Timothy A. Dkk, 2008: 56-66).

Pada dasarnya pembelajaran matematika untuk anak usia dini

bertujuan untuk menstimulasi kemampuan berfikir anak agar memiliki

kesiapan untuk belajar matematika pada tahap selanjutnya (Sriningsih,

2008 : 1). Pembelajaran matematika untuk anak usia dini lebih

menekankan pada pengenalan konsep matematika dasar, salah satunya

yaitu konsep aritmatika atau berhitung. Aritmatika atau berhitung

merupakan salah satu bagian dari kemampuan matematika, sebab salah

satu syarat untuk belajar matematika adalah belajar berhitung yang

keduanya saling mendukung. Berhitung merupakan bagian dari

matematika, karena dalam matematika terdapat proses mengolah angka–

angka.

Penjumlahan (+) adalah salah satu operasi aritmatika dasar.

Penjumlahan merupakan penambahan dua bilangan menjadi suatu

bilangan yang merupakan Jumlah. Penambahan lebih dari dua bilangan

dapat dipandang sebagai operasi Penambahan berulang, prosedur ini

dikenal sebagai Penjumlahan Total (summation), yang mencakup juga

penambahan dari barisan bilangan tak hingga banyaknya (infinite).

Penjumlahan mempunyai sifat Komutatif dan Assosiatif, oleh

karena itu urutan penjumlahan tidak mempengaruhi hasilnya. Elemen

identitas dari penjumlahan adalah nol (0), disini penambahan sembarang

bilangan dengan identitas (nol) akan tidak akan merubah angka tersebut.

Selanjutnya elemen bilangan invers dari penambahan adalah negatif dari

bilangan itu sendiri, di sini penambahan suatu bilangan dengan inversnya

akan menghasilkan identitas (nol).

Operasi dasar aritmatika adalah penjumlahan, pengurangan,

perkalian dan pembagian. Sedangkan yang ditekankan dalam penelitian ini

adalah penjumlahan.

Page 29: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Penjumlahan adalah penggabungan anggota 2 buah himpunan yang

saling lepas sebagai ilustrasi, penjumlahan dapat dinyatakan dalam gambar

1 berikut ini:

+ = 7

Gambar 1. Materi Buah Apel

Menurut Nia Rukniyah ( 2007:1), penjumlahan adalah:

”Perhitungan dengan cara menambahkan. Di dalam penjumlahan juga belajar tentang berhitung dengan contoh-contoh soal dan cara penyelesaian nya. Misalnya dengan penjumlahan pada angka satuan, puluhan, ratusan, ribuan bahkan dengan nilai angka yang lebih besar. Penyelesaiannya bisa dengan cara mendatar, bersusun dan bersusun panjang sampai dengan cara satu menyimpan.”

Penjumlahan adalah salah satu materi pokok dalam mata pelajaran

matematika karena penjumlahan adalah merupakan salah satu cara untuk

mengasah kognitif anak. Maka anak harus menguasai penjumlahan dari

angka 1 sampai 20 untuk jenjang pendidikan anak TK.

Menjumlah adalah menggabungkan dua atau lebih anggota

himpunan benda atau bilangan sehingga terjadi himpunan benda atau

bilangan baku dengan menggunakan lambang (U) atau tanda tambah (+)

untuk menggabungkan himpunan benda atau bilangan tersebut (Azhar

Arsyad, 2002: 67).

Penjumlahan bilangan 1 – 20 merupakan materi dasar dalam

matematika yang diajarkan di sekolah (Depdiknas, 2006). Materi ini

sangat penting untuk dikuasai oleh siswa karena merupakan materi

prasayarat untuk materi matematika lainnya seperti penjumlahan bilangan

lebih dari 20, perkalian bilangan, dan sebagainya. Selain itu, penjumlahan

juga sangat berkaitan dan sering dijumpai serta digunakan dalam

kehidupan sehari-hari.

Mengingat pentingnya materi penjumlahan 1 sampai 20, maka

hendaknya materi ini diajarkan dengan cara yang lebih bermakna

(meaningful) bagi siswa. Namun, pembelajaran yang sering terjadi di kelas

Page 30: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

selama ini adalah teacher oriented di mana semua kegiatan berpusat pada

guru dan siswa hanya menjadi pendengar yang pasif.

d. Kemampuan penjumlahan 1 – 20 Anak Usia Dini

Setiap individu memiliki kecerdasan dasar, namun jarang semua

kecerdasan dasar menonjol di setiap individu. Semua kemampuan di

dalam individu dapat ditingkatkan untuk kehidupan yang lebih baik. Salah

satu operasi aritmatika dasar adalah penjumlahan. Penjumlahan

merupakan penambahan dua bilangan menjadi suatu bilangan yang

merupakan jumlah.

Pengenalan angka pada anak TK didasarkan pada perkembangan

kebermaknaan angka bagi anak (reseptif). Pembelajaran angka secara

produktif literal (menulis) tetap didasarkan pada tingkat perkembangan

menulis anak (melalui ‘coretan’ yang dibuat) dan konsep anak tentang

angka itu sendiri. Pengenalan angka yang terbaik adalah melalui bermain.

Melalui bermain anak akan mengembangkan konsep keberangkaan sesuai

tingkat kognisinya. Anak akan memperoleh gambaran bahwa angka

memiliki makna, karena ia berkaitan dengan semua fungsi penjumlahan di

lingkungan sekitarnya. Anak akan memahami bahwa angka digunakan

untuk menandai jumlah, ukuran, urutan, dan waktu seperti pada jam dan

kalender. Hal ini akan mendorong anak mencintai angka dan siap belajar

tentang angka.

Menurut Ernawulan Syaodih (2003: 14) anak usia taman kanak-

kanak adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses

perkembangan yang sangat pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

selanjutnya. Anak memiliki dunia dan karakteristik tersendiri yang jauh

berbeda dari dunia dan karakteristik orang dewasa. Anak sangat aktif,

dinamis, antusias dan hampir selalu ingin tahu terhadap apa yang dilihat

dan didengarnya, seolah-olah tak pernah berhenti untuk belajar.

Page 31: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Perhitungan dasar yang harus betul-betul kita pahami dalam matematika adalah penjumlahan,pengurangan, perkalian dan pembagian. Nia Rukniyah (2007: 1) berpendapat bahwa dalam matematika, ”berhitung adalah dasar yang harus kita miliki, karena hampir seluruh bahasan dalam matematika adalah soal berhitung. Berhitung dapat ditemukan dalam kegiatan sehari-hari”.

Adapun Nia Rukniyah (2007: 1) juga berpendapat bahwa ”penjumlahan adalah perhitungan dengan cara menambahkan”. Maksudnya adalah bahwa perjumlahan merupakan penambahan sekelompok bilangan atau lebih menjadi suatu bilangan yang merupakan jumlah.

Kemampuan penjumlahan 1 – 20 anak usia dini adalah kemampuan anak usia dini dalam mengenal angka 1 – 20 dan anak dapat menghitung angka 1 – 20 (http://etd.eprints.ums.ac.id/17917/2/diunduh.2/juli/2012.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan penjumlahan 1 – 20 Anak Usia Dini adalah kemapuan anak dalam mengenal angka 1 – 20 untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

e. Manfaat Pengenalan Penjumlahan 1 – 20 pada Anak Usia Dini Pada dasarnya pembelajaran matematika untuk anak usia dini

bertujuan untuk menstimulasi kemampuan berfikir anak agar memiliki kesiapan untuk belajar matematika pada tahap selanjutnya.

Manfaat pengenalan penjumlahan 1 – 20 menurut Sriningsih (2008 : 1) adalah untuk pengenalan konsep matematika dasar, salah satunya yaitu konsep aritmatika atau berhitung. Aritmatika atau berhitung merupakan salah satu bagian dari kemampuan matematika, sebab salah satu syarat untuk belajar matematika adalah belajar berhitung yang keduanya saling mendukung.

Untuk meningkatkan kemampuan penguasaan penjumlahan bilangan 1 – 20 pada anak Taman Kanak-kanak diperlukan pembelajaran yang melibatkan anak secara aktif untuk berinteraksi dalam proses pembelajarannya, salah satunya melalui model pembelajaran kontekstual.

Page 32: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Berhitung merupakan bagian dari matematika, karena dalam

matematika terdapat proses mengolah angka–angka. Sayangnya banyak

yang menganggap bahwa matematika merupakan suatu pelajaran yang

dianggap menakutkan, karena disitu terdapat banyak rumus-rumus, angka-

angka yang sulit dipahami. Tak jarang banyak yang nilai matematikanya

jelek dibandingkan dengan pelajaran yang lain.

Matematika bukanlah suatu bidang studi yang sulit dipelajari,

asalkan strategi penyampaiannya tepat. Strategi dalam proses belajar

mengajar dapat mengarahkan peserta didik untuk memahami dan

menguasai matematika. Dan dalam praktiknya belajar matematika

diperlukan alat bantu media pembelajaran yang berfungsi untuk

memudahkan peserta didik untuk belajar.

Pengenalan matematika di Taman Kanak-Kanak atau lebih dikenal

dengan pengenalan berhitung, dilakukan dengan melihat tahap-tahap

perkembangan anak dan sesuai dengan usia anak. Berhitung di Taman

Kanak-Kanak dapat berupa pengenalan bilangan, geometri dan

pengukuran secara sederhana. Pengenalan bilangan dapat berupa

menghitung, menyebutkan urutan angka, menjumlahkan dan

mengurangkan. Untuk geometri dapat dikenalkan melalui bentuk geometri

yaitu segitiga, segiempat, lingkaran, sedangkan pengukuran berupa

pengenalan jarak jauh dekat, panjang pendek, lebar sempit, berat ringan

dan sebagainya.

Manfaat pengenalan penjumlahan 1 - 20 pada anak usia dini adalah

anak mampu menghitung angka atau benda sampai 20, anak dapat

menjumlah sampai pada angka 20.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa manfaat

pengenalan penjumlahan 1 -20 pada usia dini adalah anak mampu

mengenal angka 1 – 20 sehingga anak dapat mengaplikasikan nilai

tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Page 33: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

2. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Kontekstual a. Pengertian Model Pembelajaran

Pembelajaran memiliki peran penting dalam mewujudkan kepribadian anak. Melalui pembelajaran, AUD akan mulai mengenal hal yang baru yang belum pernah mereka ketahui sebelumnya. Pembelajaran memiliki arti suatu proses interaksi antara AUD dengan guru beserta sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang di berikan oleh seorang guru pada AUD untuk meningkatkan pengetahuannya. Tujuan pembelajaran tersebut agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran dan bakat. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu AUD agar dapat belajar dengan baik

Model pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning) atau biasa disingkat CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan nyata, sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari (Sugiyanto (2007: 24).

Model pembelajaran kontekstual menurut Hadi Mulyono (2003:12)) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa.

Sedangkan menurut Johnson (2005: 12) CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan seharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial dan budaya mereka.

Contextual Teaching Learning atau biasa disingkat CTL adalah:

“Model pembelajaran yang mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata yang berkembang dan terjadi di lingkungan sekitar peserta didik sehingga dia mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dengan kehidupan sehari-hari mereka” (Khaeruddin, 2007: 199). Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2008: 255) Contextual

Teaching Learning atau biasa disingkat CTL adalah:

Page 34: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

“Suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka”. Dengan prinsip pembelajaran tersebut bahwa pengetahuan bukan

lagi seperangkat fakta, konsep, dan aturan yang siap diterima siswa,

melainkan harus dikontruksi (dibangun) sendiri oleh siswa dengan

fasilitasi dari guru. Siswa belajar dengan mengalami sendiri,

mengkontruksi pengetahuan, kemudian memberi makna pada pengetahuan

itu. Siswa harus tahu makna belajar dan menyadarinya, sehingga

pengetahuan dan ketrampilan yang diperolehnya dapat dipergunakan untuk

bekal kehidupannya. Di sinilah tugas guru untuk mengatur strategi

pembelajaran dengan membantu menghubung kan pengetahuan lama

dengan yang baru dan memanfaatkannya. Siswa menjadi subjek belajar

sebagai pemain dan guru berperan sebagai pengatur kegiatan pembelajaran

(sutradara) dan fasilitator.

Karena guru dalam memulai pembelajaran selalu mengkaitkan

dengan dunia nyata yaitu diawali dengan bercerita atau tanya-jawab lisan

tentang kondisi aktual dalam kehidupan siswa (daily life), kemudian

diarahkan melalui modeling agar siswa termotivasi, questioning agar siswa

berfikir, constructivism agar siswa membangun pengertian, inquiry agar

siswa bisa menemukan konsep dengan bimbingan guru, learning

community agar siswa bisa berbagi pengetahuan dan pengalaman serta

terbiasa berkolaborasi, reflection agar siswa bisa mereviu kembali

pengalaman belajarnya, serta authentic assessment agar penilaian yang

diberikan menjadi sangat objektif.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar di mana guru

menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong anak membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya

dalam kehidupan sehari-hari, sementara anak memperoleh pengetahuan

dan keterampilan dari konteks yang terbatas. Disamping itu guru bukan

Page 35: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hapalan, tetapi

mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan

peserta didik belajar.

b. Peran Guru Dalam Model Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran melalui model kontekstual (Contextual Teaching and

Learning) merupakan konsep belajar yang bisa membantu guru

menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan realitas dunia nyata

murid, dan mendorong murid membuat interaksi antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai

anggota keluarga dan masyarakat.

Proses pembelajaran lebih diwarnai student centered ketimbang

teacher centered. Menurut Depdiknas (2006: 3), guru harus melakukan

beberapa hal berikut:

1) Mengkaji konsep atau teori yang akan dipelajari oleh siswa, 2) Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses

pengkajian psikologis dan sosiologis, 3) Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa yang

selanjutnya memilih dan menghubungkan dengan konsep atau teori yang akan dibahas dalam pembelajaran kontekstual,

4) Merancang pembelajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki dan lingkungan hidup mereka.

5) Melaksanaka evaluasi terhadap pemahaman siswa, di mana hasilnya nanti dijadikanbahanrefleksi terhadap rencana pembelajaran dan pelaksanaannya.

Fungsi dan peran guru dalam konteks pembelajaran kontekstual

adalah menciptakan bermacam-macam pengalaman belajar denga fokus

pada pemahaman bukan hapalan.

Dengan mengutip pemikiran Zahorik dalam E. Mulyasa (2003: 38)

mengemukakan lima elemen yang harus diperhatikan dalam pembelajaran

kontekstual, yaitu:

1) Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta didik.

Page 36: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

2) Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju bagian-bagiannya secara khusus (dari umum ke khusus)

3) Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara: (a) menyusun konsep sementara; (b) melakukan sharing untuk memperoleh masukan dan tanggapan dari orang lain; dan (c) merevisi dan mengembangkan konsep.

4) Pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktekan secara langsung apa-apa yang dipelajari.

5) Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan pengetahuan yang dipelajari.

Dalam model pembelajaran kontekstual tugas guru adalah

memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik, dengan

menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai.

Lingkungan belajar yang kondusif sangat penting dan sangat menunjang

model pembelajaran kontekstual, dan keberhasilan pembelajaran secara

keseluruhan (Mulyasa, 2005: 102-104).

Pelaksanaan model pembelajaran kontekstual merupakan konsep

belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan

dengan situasi dunia nyata nyata dan mendorong siswa untuk membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dalam penerapan

kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan 7 komponen utama

pembelajaran efektif yaitu:

1) Konstruktivisme (Constructivism) yaitu pengetahuan siswa dibangun

oleh dirinya sendiri atas dasar pengalaman, pemahaman konsep,

persepsi, perasaan siswa, dan bukan dibangun atau diberikan oleh

orang lain.

Maksudnya adalah bahwa pembelajaran tidak semata sekedar

menghafal, mengingat pengetahuan. Akan tetapi merupakan suatu

proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental. Jadi

guru hanya berperan dalam menyediakan kondisi atau memberikan

suatu permasalahan.

2) Menemukan (Inquiry) adalah proses pembelajaran didasarkan pada

penemuan baru melalui proses berpikir secara sistematis, yaitu bagian

inti dari aktivitas pembelajaran berbasis kontekstual.

Page 37: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

3) Bertanya (Questioning)

Bertanya adalah strategi utama pembelajaran berbasis kontekstual.

Bertanya bermanfaat untuk : menggali informasi; menggali

pemahaman siswa; membangkitkan daya respon siswa; mengetahui

sampai sejauh mana keinginan dan minat siswa; memfokuskan

perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru; membangkitkan lebih

luas lagi pertanyaan dari siswa, dalam rangka menyegarkan kembali

pengetahuan siswa.

4) Masyarakat belajar (Learning Community)

Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran didapat

dari hasil kerja sama dengan orang lain.

5) Pemodelan (Modeling)

Membahasakan yang ada dalam pemikiran adalah salah satu bentuk

dari pemodelan. Dalam pembelajaran kontekstual, Guru bukan satu-

satunya model. Model bisa dirancang dengan melibatkan siswa atau

bisa juga mendatangkan dari luar.

6) Refleksi (Reflection)

Refleksi merupakan cara berpikir atu merespon tentang apa yang baru

dipelajari. Berpikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan di

masa lalu. Pengejawantahannya dalam pembelajaran adalah guru

menyiapkan waktu sejenak agar siswa dapat melakukan refleksi yang

berupa pernyataan langsung tentang apa yang sudah diperoleh pada

hari itu.

7) Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)

Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi

gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran

berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui

guru, agar siswa dapat memastikan bahwa siswa mengalami

pembelajaran yang benar. Fokus penilaian adalah pada penyelesaian

tugas yang relevan dan kontekstual. Evaluasi dilakukan terhadap

proses maupun hasil.

Page 38: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa peran

guru dalam model pembelajaran kontekstual adalah guru dalam

menyampaikan materi bukan hanya berupa hapalan, tetapi mengatur

lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik

belajar.

c. Karakteristik Model Pembelajaran Kontekstual

Model pembelajaran kontekstual dilaksanakan sebagai aplikasi

dalam pemaknaan belajar dan proses belajar dalam arti yang

sesungguhnya. Hal ini didasarkan pada landasan teoritis tentang belajar

aktif yang tidak semata-mata menekankan pada pengetahuan yang bersifat

hapalan saja. Anak harus aktif mencari, menemukan pengetahuan tersebut

dengan keterampilan secara mandiri.

Karakteristik pembelajaran kontekstual menurut Nurhadi (2003:

14) diantaranya: a) Melakukan hubungan yang bermakna; b) Melakukan

kegiatan yang signifikan; c) Belajar yang diatur sendiri; d) Bekerjasama;

e) Berpikir kritis.

Sedangkan karakteristik model pembelajaran kontekstual

berdasarkan Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (2006:

26) adalah:

a) Kerjasama; b) Saling menunjang; c) Menyenangkan, tidak membosankan, d) Belajar dengan bergairah; e) Pembelajaran terintegrasi; f) Menggunakan berbagai sumber; g) Siswa aktif; h) Sharing dengan teman; i) Siswa kritis guru kreatif; j) Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain; k) Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain. Karakteristik model pembelajaran kontekstual yang dimaksudkan

di atas adalah bahwa model pembelajaran kontekstual lebih menekankan

pada hasil kerja secara kelompok.

Page 39: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Menurut Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah

(2006: 26) pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecendrungan

pemikiran tentang belajar sebagai berikut :

1) Proses belajar a) Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Anak harus

mengkonstruksi kan pengetahuan dibenak mereka sendiri. b) Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola

bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru.

c) Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki sesorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan.

d) Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.

e) Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.

f) Anak perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.

g) Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan seseorang.

2) Transfer Belajar a) Anak belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang

lain. b) Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang

terbatas (sedikit demi sedikit). c) Penting bagi anak tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia

menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu. 3) Anak sebagai Pembelajar

a) Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar, dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru.

b) Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru tetapi strategi belajar amat penting.

c) Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah diketahui.

d) Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada anak untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan anak untuk menerapkan strategi mereka sendiri.

4) Pentingnya lingkungan Belajar a) Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat

pada anak. Dari guru akting di depan kelas, anak menonton ke anak akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan.

Page 40: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

b) Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara anak menggunakan pengetahuan baru mereka. Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya.

c) Umpan balik amat penting bagi anak, yang berasal dari proses penilaian yang benar.

d) Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.

Pendekatan model pembelajaran kontekstual mendasarkan diri

pada kecendrungan pemikiran tentang belajar yaitu salah satu model

pembelajaran berbasis kompetensi yang dapat digunakan untuk

mengefektifkan dan mensukseskan anak. Ada kecenderungan dewasa ini

untuk kembali kepada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika

lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak

“mengalami” apa yang dipelajarinya, bukan “mengetahuinya”.

Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil

dalam kompetisi “Mengingat” jangka pendek, tetapi gagal dalam

membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik dalam contextual learning setelah pembelajaran berlangsung guru berperan sebagai fasilitator; guru sekedar memberikan informasi untuk merangsang pemikiran. Para siswa didorong untuk bertanya dan mengemukakan ide-idenya.

d. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kontekstual

Agar pelaksanaan pembelajaran kontekstual lebih efektif, maka

guru perlu melaksanakan hal-hal sebagai berikut:

1) Merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran perkembangan

mental siswa.

2) Membentuk kelompok belajar yang saling tergantung.

3) Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri.

4) Mempertimbangkan keragaman siswa.

5) Memperhatikan multi-intelegensia siswa.

Page 41: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

6) Menggunakan teknik-teknik bertanya yang meningkatkan

pembelajaran siswa, perkembangan pemecahan masalah, dan

keterampilan berpikir tinggi.

7) Menerapkan penilaian autentik yang akan mengevaluasi pengetahuan

dan berpikir kompleks seorang siswa, daripada hanya sekedar hafalan

informasi faktual (Nurhadi, 2003: 20-21).

Dalam model pembelajaran kontekstual, guru memilih konteks

pembelajaran yang tepat bagi anak dengan cara mengaitkan pembelajaran

dengan kehidupan nyata dan lingkungan di mana anak hidup dan berada

serta dengan budaya yang berlaku dalam masyarakatnya (Borko&

Putnam// www.contextual.org.id. 1/4 2011).

Secara sederhana langkah penerapan model pembelajaran kontekstual dalam kelas secara garis besar menurut Hadi Mulyono (2010:128) adalah: 1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna

dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

2) Laksanakan sejauh mungkin kegiataninkuiri untuk semua topic 3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya 4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok) 5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran 6) Lakukan arefleksi di akhir penemuan 7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara

Dengan memilih konteks secara tepat, maka anak dapat diarahkan kepada pemikiran agar tidak hanya berkonsentrasi dalam pembelajaran di lingkungan kelas saja, tetapi diajak untuk mengaitkan aspek-aspek yang benar-benar terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari, masa depan mereka, dan lingkungan masyarakat luas.

Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu anak dalam mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Guru bertugas mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk merumuskan, menemukan sesuatu yang baru bagi kelas yang dapat berupa pengetahuan, keterampilan dari hasil “menemukan sendiri” dan bukan dari “apa kata guru”.

Page 42: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa langkah model pembelajaran kontekstual adalah mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya; melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topic; mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya; menciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok); menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran; melakukan refleksi di akhir penemuan.

e. Penerapan Langkah-langkah Model Pembelajaran Kontekstual dalam

Meningkatkan Kemampuan Penjumlahan 1 – 20 Menyiapkan hal-hal yang dibutuhkan selama pembelajaran

meliputi: media pembelajaran nyata (buah mangga, apel, salak) dan lembar

kerja (lembar kerja anak, lembar instrumen, dengan lembar observasi

aktivitas guru).

Tindakan

Dalam tahap ini guru menerapkan pembelajaran dengan model

kontekstual sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun, yaitu:

1. Guru mengajak anak untuk mengenal macam buah-buahan dengan

cara menunjuk benda langsung

2. Apersepsi :

Guru mengenalkan anak dengan macam2 buah secara langsung, guru

membawa buah-buahan sperti : Jeruk, apel, salak dan strowberi.

3. Guru menjelaskan kegiatan yang dilakukan :

Dengan benda langsung dapat diterapkan sesuai dengan komponen

CTL :

Pemodelan, guru membawa benda langsung (buah-buahan) :

1. Buah Jeruk

2. Buah Apel

3. 4Buah Salak

4. Buah Strowberi

Page 43: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Dengan benda tersebut guru akan mengajak anak untuk belajar

penjumlahan 1-20, kemudian anak akan maju ke depan untuk

berhitung dan menjumlahkan benda yang sudah disediakan

oleh guru.

Konstruktivisme, melalui benda yang dibawa guru, anak akan

membangun sendiri pengetahuan atas dasar pengalaman. Benda

yang dibawa guru menjadi pemancing anak untuk mau belajar

penjumlahan. Anak akan maju ke depan dengan berhitung atau

menjumlahkan benda yang sudah disediakan guru, contoh :

enam buah apel di tambah empat buah apel, coba di hitung atau

di jumlahkan.

Inkuiri, pengenalan penjumlahan dengan buah-buahan

langsung oleh guru tersebut, akan menarik semangat belajar

anak. Anak akan berfikir kritis untuk belajar penjumlahan

dengan benda nyata di sekitar.

Bertanya, setelah guru mengenalkan penjumlahan dengan

macam buah-buahan, timbul banyak pertanyaan dari anak,

karena di usia mereka masih memiliki rasa ingin tahu yang

tinggi.

Penilaian Nyata, Setelah guru mengenalkan penjumlahan dengan

benda langsung dan anak maju kedepan untuk menjumlahkan macam

buah-buahan, guru akan mengadakan penilaian nyata yaitu dengan

memberi tugas anak untuk mngerjakan Lembar Kerja Anak (LKA)

Dalam pelaksanaan tindakan observer melakukan observasi dari

awal sampai akhir pembelajaran mengamati dan mengisi lembar

pengamatan yang telah dipersiapkan tentang aktivitas guru.

Pembelajaran yang telah disusun pada siklus I dibagi menjadi 2

pertemuan dengan kegiatan yang berbeda dengan rincian sebagai berikut:

Pertemuan Pertama

Pada pertemuan pertama kegiatan berupa pengenalan buah-buahan

secara langsung atau nyata. Pada pertemuan pertama observer melakukan

Page 44: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

observasi dari awal sampai akhir pembelajaran mengamati dan mengisi

lembar pengamatan yang telah dipersiapkan tentang aktivitas guru dan

keaktivan anak.

Sebagai kegiatan awal guru mengadakan tanya jawab tentang

buah-buahan yang disusun dalam himpunan untuk ditarik berapa

jumlahnya dengan memperkenalkan buah-buahan secara nyata dan

kemudian guru memberikan tes awal (pre tes) untuk mengukur

pemahaman konsep penjumlahan 1 – 20.

Guru juga menyampaikan tujuan yang akan dicapai dalam kegiatan

yang akan dilaksanakan pada pembelajaran penjumlahan 1 - 20, yaitu agar

anak mampu mengenal angka dan disesuaikan dengan keadaan nyata di

rumah. Pada pertemuan ini, anak diperkenalkan dengan buah-buahan nyata

yang dibawa oleh guru. Buah nyata tersebut adalah mangga, salak, apel

yang semua buah tersebut merupakan buah-buah segar yang dapat menarik

perhatian anak. Setelah diperkenalkan dengan buah-buah nyata tersebut,

kemudian satu persatu anak menunjuk langsung.

Pada saat melakukan pengamatan, setiap anak menunjuk langsung

dan menyebutkan buah beserta jumlahnya. Kegiatan pengamatan itu

bertujuan untuk mengenalkan anak dengan jumlah buah di lingkungan

sekitarnya (sebagai pengantar).

Setelah kegiatan pengamatan di lingkungan kelas kemudian guru

memberi Lembar Kerja Anak (LKA) untuk setiap anak yang dipandu guru

untuk menghitung jumlah buah yang dibawa dan ditunjukkan guru

kemudian mengumpulkan LKA setelah selesai mengerjakan. Pada setiap

akhir kegiatan pembelajaran guru mengulas kembali yaitu dengan anak

maju di depan kelas dan menarik garis gambar buah dengan angka.

Pertemuan Kedua

Pada pertemuan kedua ditekankan pada kegiatan pengenalan jumlah

angka 1 – 20 dan kemudian dihubungkan langsung dengan buah-buahan

nyata, seperti buah apel, mangga dan salak.

Page 45: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Pada pelaksanaannya guru membawa buah-buahan yang dibawa saat

pertemuan pertama, kemudian guru mengulas kembali dengan

menyebutkan nama buah dengan menarik garis sesuai jumlah buah

tersebut. Setelah guru mengulas kembali, beberapa anak maju ke depan

dengan menunjuk buah-buahan yang dibawa oleh guru sesuai dengan

perintah guru, misal berapa jumlah buah yang ada di meja guru kemudian

anak tersebut menjumlah buah-buahan yang ada di meja guru sesuai

petunjuk guru.

Setelah beberapa anak maju kedepan untuk mewakili teman yang

lain guna mengetahui anak-anak yang memperhatikan penjumlahan 1 – 20

yang diterangkan oleh guru. Selanjutnya masing-masing anak akan

mendapat giliran untuk maju kedepan menunjuk atau menarik garis untuk

dihubungkan buah-buahan dengan angka yang sesuai jumlahnaya. Seperti

contoh anak menunjuk buah-buahan dengan angka.

Setelah selesai anak maju guru memberikan reward atau

penghargaan seperti tepuk tangan ucapan bagus, kepada anak agar mereka

lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Pada akhir pertemuan

kedua (siklus 1) guru memberikan evaluasi untuk mengetahui peningkatan

hasil belajar dan pemahaman anak tentang konsep penjumlahan angka 1 -

20 setelah penerapan pembelajaran dengan model CTL. Rencana

pelaksanaan pembelajaran, instrumen penilaian dan foto pada siklus I

dapat dilihat pada lampiran.

B. Penelitian Relevan

Ada beberapa hasil penelitian yang mendukung penelitian ini, antara lain: 1. Eni Setyowati (2009) dengan judul Peningkatan kemampuan berhitung 1 –

20 melalui melalui kartu angka pada anak kelompok B TK Siwi Peni Perumnas Palur Karanganyar Tahun Ajaran 2008/2009, Universitas Muhammadiyah Surakarta hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa pada kondisi awal, kemampuan berhitung anak masih kurang, yaitu dengan kemampuan kurang (◦). Namun setelah pembelajaran dengan kartu

Page 46: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

angka pada siklus I dan siklus II kemampuan berhitung anak meningkat. Rata-rata kemampuan berhitung anak mencapai 85% dengan kriteria sangat baik (•).

2. Nanik Wijaya (2010) yang berjudul ”Pengembangan Kemampuan Berhitung Melalui Pembelajaran Kontekstual dengan permainan kereta bernomor di TK Aisiyah Blimbling Polokarto Sukoharjo” Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hasil penelitiannya adalah: setelah anak diberi model pembelajaran kontekstual dengan permainan kereta bernomor menunjukkan peningkatan yang maksimal, yaitu kemampuan berhitung anak dengan pembelajaran kontekstual meningkat sebesar 80% atau dengan kategori baik (√).

Dari kedua penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat persamaan yaitu meningkatkan kemampuan berhitung, dan juga terdapat perbedaan yaitu Eni Setyowati melalui kartu angka dan Nanik Wijaya melalui Pembelajaran Kontekstual dengan permainan kereta bernomor. Berdasarkan hasil dari kedua penelitian tersebut maka penulis semakin kuat untuk melaksanakan penelitian kontekstual dengan judul”Peningkatan Kemampuan Penjumlahan 1-20 Melalui Model Pembelajaran Kontekstual pada Anak Kelompok B Semester II TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012”.

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berfikir dalam penelitian ini yaitu pada kondisi awal kemampuan penjumlahan 1 – 20 anak masih rendah, rendahnya kemampuan anak TK Geneng 02 Gatak dalam penjumlahan disebabkan oleh beberapa hal antara lain kurang optimalnya guru dalam mengajar. Hal ini bisa kita lihat dari kondisi awal bahwa hanya 8 anak atau 36,36% yang tuntas atau sesuai dengan standar ketuntasan di TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo. Permasalah tersebut disebabkan karena penerapan metode belajar yang kurang pas dan tidak menggunakan alat peraga pembelajaran untuk memperjelas konsep yang diajarkan.

Page 47: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Tindakan yang dilakukan yaitu peneliti menerapkan pelajaran penjumlahan dengan pembelajaran kontekstual dengan menggunakan alat peraga berupa macam-macam buah dan sayuran.

Hasil yang dicapai dengan pembelajaran kontekstual, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman penjumlahan 1 – 20 anak.

Berdasarkan pada hal tersebut maka penelitian ini sesuai dengan pendapat Wina Sanjaya (2008: 255) yang menyatakan bahwa kontekstual adalah: “Suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka”.

Melalui penerapan model pembelajaran ini, dapat meningkatkan kemampuan penjumlahan 1 - 20 dengan berbagai kegiatan, yaitu: menghitung buah dan sayuran secara nyata, yang bahan-bahan untuk media pembelajaran tersebut sudah disediakan oleh guru. Dari kegiatan di atas dapat meningkatkan kemampuan penjumlahan 1 – 20 secara langsung

Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka berpikir dalam penelitian tindakan kelas ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Kondisi Awal

Tindakan Kondisi

Akhir

Gambar 2. Skema Kerangka Berpikir

Menerapkan model pembelajaran kontekstual dalam penjumlahan 1 - 20

Guru menerapkan metode pembelajaran

ceramah dalam pembelajaran

penjumlahan 1- 20

Pemahaman siswa terhadap penjumlahan 1 - 20 rendah

Dengan penerapan model pembelajaran kontekstual

dapat meningkatkan kemampuan penjumlahan

1 - 20

Siklus I Menggunakan model

pembelajaran kontekstual dengan buah-buahan nyata diperkirakan kemampuan penjumlahan 1 – 20

siswa ada peningkatan

Siklus II Menggunakan metode

pembelajaran kontekstual dengan media buah dan sayuran nyata

kemampuan penjumlahan 1 - 20 meningkat secara maksimal

Page 48: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

D. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas dapat

diajukan hipotesis sebagai berikut: melalui model pembelajaran kontekstual

dapat meningkatkan kemampuan penjumlahan 1 – 20 pada anak kelompok B

Semester II TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012.

Page 49: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

BAB III METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo dengan alamat Sigran, RT. 2/RW 6 Geneng, Gatak, Sukoharjo karena: a. Peneliti merupakan salah satu tenaga pengajar di sekolah ini, sehingga

mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian. b. Sekolah tersebut belum pernah digunakan sebagai objek penelitian yang

sejenis, sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang. c. Terdapat permasalahan dalam pembelajaran berhitung, di mana sebagian

besar siswa cenderung bersikap pasif, keaktifan mereka sangat kurang. 2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester genal tahun ajaran 2011/2012 selama 7 bulan yaitu mulai bulan Maret dan berakhir sampai bulan September 2012. Sedang jadwal PTK ini terdapat dalam lampiran.

B. Bentuk dan Strategi Penelitian 1. Bentuk Penelitian

Menurut Winarno Surakhmad (2003:29) mengemukakan “Jenis-jenis metode penelitian dikelompokkan dalam 3 kategori, yaitu: metode penelitian historik, deskriptif, dan eksperimental”. Berdasarkan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan bentuk penelitian tindakan kelas (classroom research).

2. Strategi Penelitian Sehubungan dengan bentuk penelitian yang digunakan maka strategi

penelitiannya adalah berupa tindakan (action) yang terkenal PTK dalam bentuk siklus-siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap kegiatan, yaitu: perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Penelitian ini akan dilaksanakan dengan dua siklus.

31

Page 50: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

C. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini subjek yang diteliti anak kelompok B Semester II TK

Geneng 02 Gatak Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012 sejumlah 22 siswa, terdiri

dari 13 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan.

D. Sumber Data

Sumber data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini antara lain:

1. Sumber data primer

Yaitu sumber data yang langsung memberi gambaran/informasi secara

langsung kepada peneliti.

Yang termasuk data primer yaitu test, wawancara

2. Sumber data sekunder

Yaitu sumber data yang tidak langsung

Yang termasuk data sekunder yaitu dokumentasi, observasi, angket

E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik dan alat pengumpulan data dilakukan dengan cara:

a. Observasi

Pengamatan atau observasi adalah kegiatan pengumpulan data dengan

berkunjung langsung ke objek yang akan diteliti, kemudian mencatat data-data

yang dibutuhkan.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik observasi partisipatif

secara lengkap dan tertutup, dimana peneliti terlibat sepenuhnya dalam kegiatan

narasumber atau subjek tetapi narasumber tidak mengetahui jika mereka sedang

diamati. Susan Stainback 1998 (www.infoskripsi.com, diakses 10 Januari 2011)

mengemukakan dalam observasi partisipatif “Peneliti mengamati apa yang

dikerjakan orang, mendengarkan apa yang diucapkan dan berpartisipasi dalam

aktivitas yang diteliti”. Sedangkan tentang pengamatan yang lengkap dan tertutup,

Sanafiah Faisal 1990 (www.infoskripsi.com, diakses 10 Januari 2011)

mengemuka kan “Partisipasi lengkap: peneliti terlibat sepenuhnya dalam kegiatan

narasumber”. Kemudian ST.Y. Slamet dan Suwarto, WA (2007:44)

Page 51: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

mengemukakan “…pengamatan tertutup adalah pengamatnya beroperasi dan

mengadakan pengamatan tanpa diketahui oleh subjeknya”.

Observasi ini digunakan untuk mencari data tentang aktivitas yang

dilakukan oleh anak selama proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas yang

akan diobservasi dalam penelitian ini meliputi kegiatan memperhatikan,

mendengarkan, membuat ringkasan materi, bertanya, menjawab pertanyaan,

memberi saran, mengemukakan pendapat, menyelesaikan tugas individu dan

kelompok, berdiskusi serta mempresentasikan hasil kerja kelompok dalam

pembelajaran penjumlahan 1 - 20 dengan penerapan model pembelajaran

kontekstual. Instrumen dari teknik pengumpulan data ini antara lain pedoman

observasi dan dan lembar observasi.

b. Dokumentasi

Menurut ST. Y. Slamet dan Suwarto, WA (2007: 52) menyatakan bahwa

“dokumen merupakan bahan tertulis ataupun yang digunakan sebagai sumber

data”. Sedangkan Burhan Bungin 2007

(http://adzelgar.com/,diakses11Januari2011) menyebutkan bahwa “metode

dokumenter adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam

metodologi penelitian sosial untuk menelusuri data histories”.

Dalam penelitian ini dokumen yang dimaksud adalah dokumen/arsip nilai

hasil belajar anak dalam pembelajaran matematika, khususnya pada materi

penjumlahan 1 – 20. Baik itu nilai sebelum tindakan maupun setelah dilakukan

tindakan (siklus I dan II)

c. Tes

Tes merupakan teknik pengumpulan data yang berupa serangkaian

pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur kemampuan anak dari

seluruh aspek pembelajaran. Kemampuan siswa yang dimaksud adalah

kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kemampuan kognitif anak

meliputi intelegensi dan potensi akademik. Afektif/sikap meliputi minat, motivasi

dan bakat siswa. Psikomotorik meliputi keterampilan motorik/aktivitas siswa.

Tes dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum dan setelah

pelaksanaan tindakan. Tes berupa lemabr kerja anak yang berisi tentang

Page 52: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

penjumlahan, menarik garis benar atau salah yang dinilai berdasarkan aspek

aktivitas, pemahaman dan ketepatan.

F. Validitas Data

Data yang sudah digali, dikumpulkan, dan dicatat dalam kegiatan

penelitian, harus dimantapkan kebenarannya. Oleh karena itu peneliti harus

memilih dan menentukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas

data yang telah diperolehnya. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan

oleh ST. Y. Slamet dan Suwarto, WA (2007:54) bahwa “Ketepatan data tersebut

tidak hanya bergantung dari ketepatan memilih sumber data dan teknik

pengumpulannya, tetapi juga diperlukan teknik pengembangan validitas datanya”.

Lebih lanjut Patton dalam ST. Y Slamet (2007: 54:55) membagi teknik

triangulasi menjadi empat macam, yaitu: triangulasi data, triangulasi metode,

triangulasi peneliti dan triangulasi teoritis. Teknik pengembangan validitas data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Triangulasi data (sumber).

Mengumpulkan data yang sejenis dari sumber data yang berbeda agar lebih

mantap kebenarannya. Dengan teknik triangulasi data diharapkkan dapat

memberikan informasi yang lebih tepat dan akurat, sesuai dengan keadaan

anak kelompok B Semester II TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo sebagai objek

penelitian. Sumber data dalam penelitian ini adalah informan atau nara

sumber, tempat, peristiwa/aktivitas, dan dokumen/arsip.

2. Triangulasi metode

Mengumpulkan data yang sejenis dengan menggunakan teknik pengumpulan

data yang berbeda. Di sini yang ditekankan adalah penggunaan teknik atau

metode pengumpulan data yang berbeda yang mengarah pada sumber data

yang sama untuk menguji kemantapan informasinya, yaitu hasil observasi.

Untuk data prestasi belajar digunakan validitas isi. Validitas isi adalah

mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran

yang diberikan (Suharsimi Arikunto, 2002:67). Validitas isi untuk melihat soal

matematika materi penjumlahan 1 - 20. Validitas isi pada penelitian ini

Page 53: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

menggunakan validitas tes dilakukan dengan cara: Content validity (isi tes sesuai

dengan materi yang diajarkan/sesuai dengan isi kurikulum) (Emzir, 2008: 23)

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

analisis deskriptif interaktif. Tahapan yang terdapat pada analisis interaktif yaitu

reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan.

1. Pengumpulan Data

Menurut kegiatan memperoleh informasi yang berupa kalimat-kalimat

yang dikumpulkan melalui kegiatan observasi, dan dokumen. Data yang diperoleh

masih berupa data mentah yang tidak teratur, sehingga diperlukan analisis data

agar menjadi teratur.

2. Reduksi Data

Dalam penelitian yang dilaksanakan, reduksi data merupakan proses

menyeleksi data yang diperoleh, pemfokusan, dan absraksi data yang diperoleh

dari lapangan. Mereduksi data memiliki arti yaitu memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema, dan polanya. Proses ini

berlangsung sepanjang penelitian yang diawali sebelum pelaksanaan

pengumpulan data, artinya reduksi data sudah berlangsung sejak peneliti

mengambil keputusan tentang kerangka kerja konseptual, melakukan pemilihan

masalah dan juga menentukan cara pengumpulan data yang akan digunakan.

Peneliti memilih masalah yang terjadi di TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo,

memfokuskan masalah di TK yaitu penjumlahan 1 – 20 pada anak kelompok B

yang masih rendah.

3. Sajian Data

Dalam penelitian yang dilaksanakan peneliti, sajian data merupakan suatu

rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan

simpulan penelitian data dilakukan. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk

tabel, grafik, pictogram, dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut maka

dapat terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin

Page 54: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

mudah dipahami. Peneliti akan menyajian sebuah data dalam bentuk tabel untuk

setiap hasil belajar anak.

4. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi

Kesimpulan akhir diperoleh bukan hanya sampai pada ahkir pengumpulan

data, melainkan dibutuhkan suatu verifikasi yang berupa pengulangan dengan

melihat kembali field note (data mentah) agar kesimpulan yang diambil lebih kuat

dan bisa dipertanggung jawabkan.

Untuk lebih jelasnya proses analisis interaktif dapat dilihat pada gambar 3

sebagai berikut:

Gambar 3. Teknik Analisis Data (Analisis Deskriptif Interaktif)

Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data-data yang telah

berhasil dikumpulkan antara lain dengan teknik deskriptif komparatif (statistik

deskriptif komparatif) dan teknik analisis kritis. Teknik statistik deskriptif

komparatif digunakan untuk data kuantitatif, yakni dengan membandingkan hasil

antar siklus. Teknik analisis kritis berkaitan dengan data kualitatif. Teknik analisis

kritis mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja

siswa dan guru dalam proses belajar mengajar berdasarkan kriteria normatif yang

diturunkan dari kajian teoretis maupun dari ketentuan yang ada. Hasil analisis

tersebut dijadikan dasar dalam menyusun perencanaan tindakan untuk tahap

berikutnya sesuai dengan siklus yang ada. Analisis data dilakukan bersamaan dan/

atau setelah pengumpulan data.

Pengumpulan Data Sajian Data

Reduksi Data Penarikan Kesimpulan

Page 55: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

H. Strategi Penelitian

Strategi yang diambil dalam penelitian ini adalah strategi tindakan kelas

model siklus karena objek penelitian hanya satu sekolah. Adapun rancangan

penelitiannya adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan atau planning

Perencanaan meliputi, membuat perencanaan pembelajaran, membuat dan

melengkapi media pembelajaran, membuat lembar observasi, dan membuat

alat evaluasi.

2. Tindakan atau acting

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah melaksanakan kegiatan

pembelajaran sesuai apa yang telah direncanakan, yaitu model pembelajaran

kontekstual dalam meningkatkan kemampuan penjumlahan 1 – 20.

3. Pengamatan atau observing

Dalam tahap ini dilakukan kegiatan observasi terhadap pelaksanaan tindakan

dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Observasi

yang dilakukan adalah observasi tidak langsung yaitu berkolaborasi dengan

guru lain dalam melakukan observasi kegiatan siswa dan guru

4. Refleksi atau reflecting

Dalam tahap ini, semua data yang diperoleh dari hasil observasi dikumpulkan

dan dianalisis guna mengetahui sejauh mana tindakan membawa perubahan

dan melihat kekurangan dari tindakan yang telah dilakukan untuk diperbaiki.

I. Indikator Kinerja

Indikator kerja adalah alat untuk mengukur keberhasilan suatu tindakan.

Dalam indikator kerja memuat indikator kerja itu sendiri, kriteria keberhasilan,

target dari peneliti, dan alat pengumpulan data. Sebagai indikator yang dijadikan

tolok ukur dalam menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat

dikatakan berhasil jika: aktivitas, pemahaman konsep berhitung dan ketepatan

dalam berhitung yang ditunjukkan dengan perolehan nilai tuntas (•). Penelitian

tindakan kelas ini berhasil jika pada siklus I 75% siswa memperoleh nilai ≥ (•)

dan pada siklus II 80% siswa memperoleh nilai ≥ (•).

Page 56: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

(•) = anak sudah tuntas

(√) = anak dalam rata-rata

(◦) = anak belum tuntas

Sumber : Penilaian TK (Depdiknas, 2009)

Tabel 1. Indikator Kinerja Penelitian

ASPEK YANG

DIUKUR

PERSENTASE ANAK YANG

DITARGETKAN

CARA MENGUKUR

Keaktifan 80% Diamati dari kegiatan menyebutkan macam-macam buah dan angka

Pemahaman 80% Diamati dari kegiatan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.

Ketepatan 75% Diamati dari anak menunjuk dan menulis angka sesuai dengan jumlah buah yang ada.

J. Prosedur Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2007: 20), ada empat tahapan penting dalam

penelitian tindakan, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan

refleksi. Hubungan keempat tahapan tersebut menunjukkan sebuah siklus atau

kegiatan berkelanjutan berulang.

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan,

maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan

Taggart (dalam Setyadin dan Wiyono, 2010:5), yaitu berbentuk spiral dari siklus

yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana),

action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah

pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan,

pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan

pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Dari tahap-tahap penelitian

tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.

Page 57: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Suroso, 2009: 26

Gambar 3. Skema Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas ini, mekanisme kerjanya diwujudkan

dalam bentuk siklus (direncanakan dua siklus), yang setiap siklusnya tercakup 4

kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

PENGAMATAN

SIKLUS 2

PERMASALAHAN

PERENCANAAN

REFLEKSI

PELAKSANAAN

PERENCANAAN

PERMASALAHAN BARU (HASIL REFLEKSI)

SIKLUS 1 PELAKSANAAN

REFLEKSI

PENGAMATAN

DILANJUTKAN KE SIKLUS BERIKUTNYA

Page 58: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

1. Siklus I a. Perencanaan

1) Penyusunan rencana pembelajaran melalui penerapan model kontekstual

2) Pembentukan kelompok 3) Menyiapkan catatan lapangan 4) Menyiapkan alat evaluasi

b. Pelaksanaan 1) Kegiatan Awal

Berdoa dilanjutkan dengan presensi Apersepsi : tanya jawab tentang pemahaman konsep berhitung.

2) Kegiatan Inti (1) Guru menjelaskan materi pemahaman konsep berhitung (2) Anak disuruh membuat resume dari materi yang telah dibaca (3) Anak mendiskusikan hasil pengamatannya dengan kelompoknya

masing-masing. (4) Anak memperhatikan penjelasan dari guru tentang hasil diskusi

dari masing-masing kelompok. (5) Guru mengamati dan menilai

3) Kegiatan Penutup a) Anak dibimbing guru membuat rangkuman hasil diskusi yang telah

disempurnakan jawabannya. b) Anak menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan oleh guru

yang berkaitan dengan materi pemahaman konsep berhitung. c. Observasi

Dengan menggunakan catatan lapangan guru kolaborasi melakukan pengamatan mengenai keterlibatan dan keaktifan siswa selama proses pembelajaran.

d. Refleksi Refleksi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana efektivitas pelaksanan tindakan pada siklus I. kekurangan-kekurangan yang timbul pada pelaksanaan siklus I tersebut dipergunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan tindakan pada siklus berikutnya.

Page 59: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

2. Siklus II a. Perencanaan

1) Penyusunan rencana pembelajaran melalui kontekstual 2) Pembentukan kelompok 3) Menyiapkan catatan lapangan 4) Menyiapkan alat evaluasi

b. Pelaksanaan 1) Kegiatan Awal

Berdoa dilanjutkan dengan presensi Apersepsi : tanya jawab tentang pemahaman konsep berhitung

2) Kegiatan Inti a) Guru menjelaskan materi pemahaman konsep berhitung b) Anak mencermati materi dalam buku yang berkaitan dengan

pemahaman konsep berhitung. c) Anak memperhatikan penjelasan dari guru d) Guru mengamati dan menilai

3) Kegiatan Penutup a) Anak dibimbing guru menyempurnakan tugas b) Anak menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan oleh guru

yang berkaitan dengan materi pemahaman konsep berhitung. c. Observasi

Dengan menggunakan catatan lapangan guru kolaborasi melakukan pengamatan mengenai keterlibatan dan keaktifan siswa selama proses pembelajaran.

d. Refleksi Setelah melakukan tindakan dan pengamatan, peneliti kembali melakukan refleksi terhadap hasil yang didapat pada tahap sebelumnya pada siklus II. Tujuannya adalah untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep berhitung melalui peningkatan kerja kelompok. Dari hasil penelitian pada siklus II, maka penelitian tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya. Namun guru harus terus melaksanakan bimbingan belajar untuk mempertahankan keaktifan dan partisipasi serta suasana dalam kelas sebagai tindak lanjut.

Page 60: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

BAB IV

HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pratindakan

Penelitian ini dilaksanakan di TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo Tahun

Pelajaran 2011/2012. TK ini terletak di desa Sigran Kelurahan Geneng Kecamatan

Gatak Kabupaten Sukoharjo. Terletak di pedesaan di pinggiran jalan desa Sigran,

perbatasan antara kelurahan Geneng dengan Kelurahan Krajan yang paling timur,

masih satu kecamatan tepatnya satu area dengan SDN Geneng 02.

TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo ini memiliki empat ruang, yaitu kelas A,

kelas B, kantor Guru, Kamar mandi. TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo berjumlah

50 dan gurunya berjumlah empat orang. Peran peneliti dalam penelitian ini

sekaligus sebagai salah satu guru di TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo.

Anak-anak tersebut di atas, berasal dari kalangan atau latar belakang

keluarga yang berbeda. Sebagian besar anak dari kalangan keluarga perantau.

Kedua orang tuanya mencari nafkah di Jakarta maupun di luar Jawa, sehingga

perhatian kepada anak terhadap belajarnya kurang, akibatnya anak mengalami

kendala atau mengalami kesulitan dalam belajar. Salah satunya masih kurangnya

pemahaman anak tentang pemahaman konsep penjumlahan masih rendah. Hal

inilah yang menjadikan latar belakang guru untuk mengadakan penelitian pada

anak kelompok B TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo dimana maeri tersebut

diajarkan.

Berdasarkan hasil tes awal yang dilaksanakan guru menunjukkan tingkat

pemahaman anak kelompok B TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo tentang konsep

penjumlahan masih rendah ditandai dengan tingkat ketuntasan 27,80% dari

seluruh anak dan masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan hasil tes awal anak

kelompok B TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo hanya ada 5 siswa atau 27,80% yang

bisa mencapai ketuntasan (●) dengan kriteria nilai B+, 1 anak atau 5,60%

setengah tuntas dengan criteria nila B (√), dan ada 12 anak atau 66,60% siswa

belum tuntas belajar karena masih dibawah kriteria (O) yaitu apabila anak mampu

42

Page 61: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

mengenal, menyebutkan, dan menarik garis berdasarkan jumlah himpunan buah

berdasarkan angka. untuk lebih jelasnya lihat tabel 2 dan 3 berikut:

Tabel 2. Frekuensi Kemampuan Penjumlahan 1 - 20 pada Anak Sebelum

Tindakan

Aspek Penilaian No. Absen Keaktifan Pemahaman Ketepatan

Rata-rata

Kriteria Nilai

Keterangan

1 65 65 65 65 √ Setengah Tuntas

2 50 50 50 50 O Tidak Tuntas

3 70 70 70 70 ● Tuntas

4 50 50 50 50 O Tidak Tuntas

5 70 70 70 70 ● Tuntas

6 70 70 70 70 ● Tuntas

7 65 65 65 65 √ Setengah Tuntas

8 50 50 50 50 O Tidak Tuntas

9 70 70 70 70 ● Tuntas

10 50 50 50 50 O Tidak Tuntas

11 50 50 50 50 O Tidak Tuntas

12 50 50 50 50 O Tidak Tuntas

13 50 50 50 50 O Tidak Tuntas

14 50 50 50 50 O Tidak Tuntas

15 50 50 50 50 O Tidak Tuntas

16 50 50 50 50 O Tidak Tuntas

17 50 50 50 50 O Tidak Tuntas

18 50 50 50 50 O Tidak Tuntas

19 70 70 70 70 ● Tuntas

20 70 70 70 70 ● Tuntas

Page 62: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

21 50 50 50 50 O Tidak Tuntas

22 50 50 50 50 O Tidak Tuntas

Jumlah 1250

Rata-rata 56,8

Ketuntasan Klasikal 27,27%

27,27%

Kriteria Nilai :

● = dengan nilai > 70 jika anak mampu menarik garis berdasarkan

jumlah himpunan dengan angka

√ = dengan nilai 65 jika anak setengah dapat menjumlah

O = dengan nilai < 64 jika anak tidak dapat menarik dan menjumlah

Tabel 3. Tingkat Keberhasilan penjumlahan 1 – 20 anak Sebelum Tindakan

Nomor Interval nilai Frekuensi (f)

Prosentase

1 ○ 14 63,6% 2 √ 2 9% 3 ● 6 27,3%

Jumlah 22 100% Tuntas (●) 6 anak Sedang (√) 2 anak

Tidak tuntas (○) 14 anak Prosentase

Keberhasilan Jumlah anak tuntas x 100% Jumlah siswa 6 = X 100% 22 = 27,3%

Berdasarkan tabel di atas, grafik tingkat keberhasilan kemampuan

penjumlahan anak pada kelompok B TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo belum

Page 63: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

sesuai dengan yang diharapkan. Adapun dari tabel di atas dapat digambarkan

grafik sebagai berikut:

Berdasarkan tabel tersebut lebih jelas dapat dilihat pada grafik 4 berikut:

Frekuensi (f)

0

2

4

6

8

10

12

14

16

○ √ ●

Frekuensi (f)

Gambar 4. Histogram Data Kemampuan Penjumlahan 1 - 20 Anak

Sebelum Tindakan

Dari grafik dan tabel di atas ketuntasan dan hasil belajar yang diperoleh

anak TK Geneng 02 masih sangat rendah, hal tersebut karena dalam pembelajaran

konsep penjumlahan 1- 20 guru masih menerapkan model pembelajaran yang

konvensional (ceramah) dan tanpa penggunaan media yang mendukung proses

pembelajaran. Oleh karena itu guru akan mengadakan penelitian tindakan kelas

untuk meningkatkan kemampuan penjumlahan 1-20 pada anak kelompok B

Semester II TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo melalui model pembelajaran

kontekstual. Dengan penelitian tersebut diharapkan pemahaman konsep anak

kelompok B tentang penjumlahan 1 – 20 menjadi meningkat sehingga mendorong

peningkatan hasil belajar dan ketuntasan belajar anak di TK Geneng 02 Gatak

Sukoharjo.

Page 64: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus

Pelaksanaan tindakan dalam penelitian dilakukan sebanyak dua siklus.

Masing-masing siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Waktu dalam penelitian ini

dilakukan dari kegiatan awal sampai akhir, yaitu mulai dari jam 7.30 – 10.00

WIB. Setiap siklus meliputi empat tahap, yaitu: (1) perencanaan (planning), (2)

pelaksanaan (acting), (3) pengamatan (observation), (4) refleksi (reflection).

1. Deskripsi Hasil Siklus I

a. Perencanaan

Perencanaan penelitian pada siklus 1 dilaksanakan pada hari

Selasa, 1 Mei 2012 di TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo. Dalam Penelitian

Tindakan Kelas peneliti bertindak sebagai guru yang melaksanakan

Penelitian Tindakan Kelas membuat rancangan tindakan yang akan

dilaksanakan pada hari Sabtu, 5 Mei 2012 dan pada hari Sabtu, 12 Mei

2012. Dalam tahap perencanaan ini guru :

1). Menyusun Rencana Kegiatan Harian (lampiran 6 dan lampiran 10)

untuk 2 pertemuan dan menentukan observer yaitu guru kelompok B

TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo.

2). Menyiapkan hal-hal yang dibutuhkan selama pembelajaran meliputi :

a). Media pembelajaran nyata (buah mangga, apel, salak).

b). Lembar kerja (lembar kerja anak, lembar instrumen, dengan lembar

observasi aktivitas guru).

b. Tindakan

Dalam tahap ini guru menerapkan pembelajaran dengan model

kontekstual sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun.

Dalam pelaksanaan tindakan observer melakukan observasi dari awal

sampai akhir pembelajaran mengamati dan mengisi lembar pengamatan

yang telah dipersiapkan tentang aktivitas guru.

Pembelajaran yang telah disusun pada siklus I dibagi menjadi 2

pertemuan dengan kegiatan yang berbeda dengan rincian sebagai berikut:

1) Pertemuan Pertama

Page 65: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Pada pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Sabtu, 5 Mei

2012 dengan kegiatan berupa pengenalan buah-buahan secara

langsung atau nyata. Pada pertemuan pertama observer melakukan

observasi dari awal sampai akhir pembelajaran mengamati dan

mengisi lembar pengamatan yang telah dipersiapkan tentang

aktivitas guru dan keaktivan anak.

Sebagai kegiatan awal guru mengadakan tanya jawab tentang

buah-buahan yang disusun dalam himpunan untuk ditarik berapa

jumlahnya dengan memperkenalkan buah-buahan secara nyata dan

kemudian guru memberikan tes awal (pre tes) untuk mengukur

pemahaman konsep penjumlahan 1 – 20, sebelum melaksanakan

siklus pertama tepatnya pada hari senin 28 April 2012.

Guru juga menyampaikan tujuan yang akan dicapai dalam

kegiatan yang akan dilaksanakan pada pembelajaran penjumlahan 1 -

20, yaitu agar anak mampu mengenal angka dan disesuaikan dengan

keadaan nyata di rumah. Pada pertemuan ini, anak diperkenalkan

dengan buah-buahan nyata yang dibawa oleh guru. Buah nyata

tersebut adalah mangga, salak, apel yang semua buah tersebut

merupakan buah-buah segar yang dapat menarik perhatian anak.

Setelah diperkenalkan dengan buah-buah nyata tersebut, kemudian

satu persatu anak menunjuk langsung.

Pada saat melakukan pengamatan, setiap anak menunjuk

langsung dan menyebutkan buah beserta jumlahnya. Kegiatan

pengamatan itu bertujuan untuk mengenalkan anak dengan jumlah

buah di lingkungan sekitarnya (sebagai pengantar).

Setelah kegiatan pengamatan di lingkungan kelas kemudian

guru memberi Lembar Kerja Anak (LKA) untuk setiap anak yang

dipandu guru untuk menghitung jumlah buah yang dibawa dan

ditunjukkan guru kemudian mengumpulkan LKA setelah selesai

mengerjakan. Pada setiap akhir kegiatan pembelajaran guru

Page 66: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

mengulas kembali yaitu dengan anak maju di depan kelas dan

menarik garis gambar buah dengan angka.

2) Pertemuan Kedua

Pada pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, 12 Mei

2012 pembelajaran yang akan dilaksanakan ditekankan pada

kegiatan pengenalan jumlah angka 1 – 20 dan kemudian

dihubungkan langsung dengan buah-buahan nyata, seperti buah apel,

mangga dan salak.

Pada pelaksanaannya guru membawa buah-buahan yang

dibawa saat pertemuan pertama, kemudian guru mengulas kembali

dengan menyebutkan nama buah dengan menarik garis sesuai jumlah

buah tersebut. Setelah guru mengulas kembali, beberapa anak maju

ke depan dengan menunjuk buah-buahan yang dibawa oleh guru

sesuai dengan perintah guru, misal berapa jumlah buah yang ada di

meja guru kemudian anak tersebut menjumlah buah-buahan yang

ada di meja guru sesuai petunjuk guru.

Setelah beberapa anak maju kedepan untuk mewakili teman

yang lain guna mengetahui anak-anak yang memperhatikan

penjumlahan 1 – 20 yang diterangkan oleh guru. Selanjutnya

masing-masing anak akan mendapat giliran untuk maju kedepan

menunjuk atau menarik garis untuk dihubungkan buah-buahan

dengan angka yang sesuai jumlahnaya. Seperti contoh anak

menunjuk buah-buahan dengan angka.

Setelah selesai anak maju guru memberikan reward atau

penghargaan seperti tepuk tangan ucapan bagus, kepada anak agar

mereka lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.

Pada akhir pertemuan kedua (siklus 1) guru memberikan

evaluasi untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dan pemahaman

anak tentang konsep penjumlahan angka 1 - 20 setelah penerapan

pembelajaran dengan model CTL. Rencana pelaksanaan

Page 67: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

pembelajaran, instrumen penilaian dan foto pada siklus I dapat

dilihat pada lampiran.

c. Observasi

Observasi atau pengamatan dilakukan oleh observer. Observer

mengamati jalannya pembelajaran dari awal sampai akhir. Pengamatan

yang dilakukan meliputi aktivitas guru saat mengajar dengan menerapkan

model kontekstual pada pembelajaran penjumlahan 1 - 20. Dalam tahapan

ini dilaksanakan pemantauan terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual yang dilaksanakan

dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi, perekaman

dengan kamera foto dan video. Berdasarkan pengamatan dilapangan

siklus I selama 2 kali pertemuan diperoleh hasil sebagai berikut:

1) Hasil Tes Anak Siklus I

Hasil tes individual pada siklus I diketahui bahwa model

pembelajaran kontekstual telah meningkatkan pemahaman anak pada

konsep penjumlahan 1 - 20. Data yang ada pada lampiran 2

menunjukkan bahwa rata-rata anak yang tuntas dalam kegiatan

pembelajaran sebesar 54,5%. Anak yang nilai tes individualnya telah

mencapai Kriteria Ketuntasan yaitu nilai < 70 (●) sebanyak 12 anak

dari jumlah 22 anak atau 54,5%. Sedangkan anak yang nilainya

setengah tuntas yaitu 65 (√) sebanyak 5 siswa dari 22 anak atau

22,7% dan anak yang belum tuntas dalam pembelajaran penjumlahan

1 – 20 dengan kriteria nilai > 65 (O) sebanyak 5 dari 22 jumlah anak

atau 22,7%. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel 4 dan 5

berikut:

Tabel 4. Frekuensi Data Kemampuan Penjumlahan 1 - 20 Anak Siklus I pertemuan 1

Aspek Penilaian No.

Absen Keaktifan Pemahaman Ketepatan

Rata-

rata

Kriteria

Nilai

Keterangan

1 70 70 70 70 ● Tuntas

Page 68: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

2 65 65 65 65 √ Setengah Tuntas

3 70 70 70 70 ● Tuntas

4 65 65 65 65 √ Setengah Tuntas

5 50 50 50 50 O Tidak Tuntas

6 70 70 70 70 ● Tuntas

7 50 50 50 50 O Tidak Tuntas

8 70 70 70 70 ● Tuntas

9 80 80 80 80 ● Tuntas

10 80 80 80 80 ● Tuntas

11 70 70 70 70 ● Tuntas

12 70 70 70 70 ● Tuntas

13 70 70 70 70 ● Tuntas

14 70 70 70 70 ● Tuntas

15 50 50 50 50 O Tidak Tuntas

16 50 50 50 50 O Tidak Tuntas

17 50 50 50 50 O Tidak Tuntas

18 65 65 65 65 √ Setengah Tuntas

19 70 70 70 70 ● Tuntas

20 70 70 70 70 ● Tuntas

21 65 65 65 65 √ Setengah Tuntas

22 65 65 65 65 √ Setengah Tuntas

Jumlah 1435

Rata-rata 65,2

Ketuntasan Klasikal 54,5%

54,5%

Kriteria Nilai :

● = dengan nilai > 70 jika anak mampu menarik garis berdasarkan

jumlah himpunan dengan angka

Page 69: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

√ = dengan nilai 65 jika anak dapat menjumlah

O = dengan nilai < 64 jika anak tidak dapat menarik dan

menjumlah

Tabel 5. Frekuensi Data Nilai Tes Siklus I Pertemuan 1

Nomor Interval nilai Frekuensi (f) Prosentase 1 ○ 5 22,7% 2 √ 5 22,7% 3 ● 12 54,5%

Jumlah 22 100% Tuntas (●) 6 anak Sedang (√) 2 anak

Tidak tuntas (○) 14 anak Prosentase

Keberhasilan Jumlah anak tuntas x 100% Jumlah siswa 12 = X 100% 22 = 54,5%

Dari data pada tabel di atas dapat dideskripsikan sebagai berikut :

1) Anak yang mendapatkan nilai < 65 pada interval O sebanyak 5 anak.

2) Anak yang mendapatkan nilai 65 pada interval √ sebanyak 5 anak.

3) Anak yang mendapatkan nilai > 70 pada interval ● sebanyak 12 anak.

Berdasarkan tabel 5 tersebut lebih jelas dapat dilihat pada gambar 5

berikut:

Page 70: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Frekuensi (f)

0

2

4

6

8

10

12

14

○ √ ●

Frekuensi (f)

Gambar 5. Histogram Data Kemampuan Penjumlahan 1 – 20 Siklus I

Pertemuan 1

Tabel 6. Frekuensi Data Kemampuan Penjumlahan 1 - 20 Siklus I pertemuan 2

Aspek Penilaian No.

Absen Keaktifan Pemahaman Ketepatan

Rata-

rata

Kriteria

Nilai

Keterangan

1 80 80 80 80 ● Tuntas

2 80 80 80 80 ● Tuntas

3 80 80 80 80 ● Tuntas

4 65 65 65 65 √ Setengah Tuntas

5 80 80 80 80 ● Tuntas

6 70 70 70 70 ● Tuntas

7 65 65 65 65 √ Setengah Tuntas

8 75 75 75 75 ● Tuntas

9 75 75 75 75 ● Tuntas

10 80 80 80 80 ● Tuntas

Page 71: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

11 80 80 80 80 ● Tuntas

12 80 80 80 80 ● Tuntas

13 80 80 80 80 ● Tuntas

14 65 65 65 65 √ Setengah Tuntas

15 60 60 60 60 O Tidak Tuntas

16 80 80 80 80 ● Tuntas

17 60 60 60 60 O Tidak Tuntas

18 60 60 60 60 ● Tuntas

19 75 75 75 75 ● Tuntas

20 75 75 75 75 ● Tuntas

21 60 60 60 60 O Tidak Tuntas

22 80 80 80 80 ● Tuntas

Jumlah 1605

Rata-rata 73

Ketuntasan Klasikal 72,7%

72,7%

Kriteria Nilai :

● = dengan nilai > 70 + jika anak mampu menarik garis berdasarkan

jumlah himpunan dengan angka

√ = dengan nilai 65 jika anak dapat menjumlah

O = dengan nilai < 64 jika anak tidak dapat menarik dan menjumlah

Tabel 7. Frekuensi Data kemampuan penjumlahan 1 - 20 Siklus I Pertemuan 2

Nomor Interval nilai Frekuensi (f) Prosentase 1 ○ 3 13,6% 2 √ 3 13,6% 3 ● 16 72,7%

Jumlah 22 100% Tuntas (●) 16 anak Sedang (√) 3 anak

Tidak tuntas (○) 3 anak

Page 72: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Prosentase Keberhasilan

Jumlah anak tuntas x 100% Jumlah siswa 16 = X 100% 22 = 72,7%

Dari data pada tabel di atas dapat dideskripsikan sebagai berikut : 1) Anak yang mendapatkan nilai < 65 pada interval O sebanyak 3

anak.

2) Anak yang mendapatkan nilai 65 pada interval √ sebanyak 3

anak.

3) Anak yang mendapatkan nilai > 70 pada interval ● sebanyak 16

anak.

Berdasarkan tabel tersebut lebih jelas dapat dilihat pada gambar 6 berikut:

Frekuensi (f)

02468

1012141618

○ √ ●

Frekuensi (f)

Page 73: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Gambar 6. Histogram Data Kemampuan Penjumlahan 1 - 20 Siklus I Pertemuan 2

Dari tabel 7 dan gambar 6 diketahui bahwa masih ada anak yang

mendapat nilai > 65 (O) yaitu sebanyak 3 anak atau 13,60%. Pada tabel 5

diketahui bahwa anak yang mencapai ketuntasan adalah sebanyak 12 anak

atau 54,5% dan anak yang setengah mencapai ketuntasan atau (√) sebanyak

5 anak atau 22,7% . Sedangakan pada tabel 6 dan grafik 4 ketuntasan anak

meningkat menjadi 72,7% dan anak yang belum tuntas turun menjadi

13,6%.

Peningkatan hasil belajar dan ketuntasan belajar anak dalam

pemahaman konsep penjumlahan 1 – 20 dengan penerapan model

pembelajaran kontekstual dan dengan pemanfaatan media buah-buah nyata

sehingga hal tersebut bisa tercapai seperti pada tabel 7 dan gambar 6 di atas.

Berdasarkan pembahasan pada siklus I dapat dibuat perbandingan

antara kegiatan awal dan siklus I yang dapat dilihat pada tabel 8 dan gambar

7.

Page 74: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Tabel 8. Frekuensi Perbandingan Ketuntasan kemampuan penjumlahan

1 – 20 Prasiklus dan siklus I Ketuntasan Siklus I

No Absen Ketuntasan Prasiklus Pertemuan 1 Pertemuan 2

1 65 70 80

2 50 65 80

3 70 70 80

4 50 65 65

5 70 50 80

6 70 70 70

7 65 50 65

8 50 70 75

9 70 80 75

10 50 80 80

11 50 70 80

12 50 70 80

13 50 70 80

14 50 70 65

15 50 50 60

16 50 50 80

17 50 50 60

18 50 65 60

19 70 70 75

20 70 70 75

21 50 65 60

22 50 65 80

Jumlah 1250 1435 1605

Rata-rata 56,8 65 73

Ketuntasan klasikal

27,3% 54,5% 72,7%

Page 75: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Tabel 9. Perbandingan Kegiatan Awal dan Siklus I

Anak yang

mendapat <

70 (●)

Anak yang

mendapat 65

(√)

Anak yang

mendapat >

65 (O)

Ketuntasan

anak

Keadaan Awal 6 2 14 27,3%

Siklus I

pertemuan 1

12 5 5 54,5%

Siklus I

pertemuan 2

16 3 3 72,7%

Keterangan: (○) Tidak tuntas, (√) Setengah tuntas, (●) Tuntas

Berdasarkan Tabel 9 tersebut di atas lebih jelas dapat dilihat pada gambar

7 berikut:

02468

1012141618

Anak yangmendapatB+ (●)

Anak yangmendapat

B (√)

Anak yangmendapat

B - (O)

Ketuntasananak

Keadaan AwalSiklus I pertemuan 1Siklus I pertemuan 2

Gambar 7. Histogram Perbandingan kemampuan penjumlahan 1 – 20

Pra Siklus dan Siklus I

Page 76: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Dari tabel 10, 11 dan grafik 4 dapat dilihat adanya

peningkatan nilai dan prosentase ketuntasan anak kelompok B TK

Geneng 02 Gatak Sukoharjo tentang konsep penjumlahan 1 – 20.

Dari tabel dan grafik tersebut masih ada anak yang belum tuntas

dalam mengenal penjumahan 1- 20 sebelum diadakan tindakan 14

anak dan setelah diadakan tindakan I berkurang menjadi 3 anak yang

belum mencapai nilai B+ (●), diiringi juga dengan peningkatan

prosentase ketuntasan anak yang awalnya anak yang tuntas hanya

27,3%, pada siklus I pertemuan 1 meningkat menjadi 54,50%, pada

pertemuan ke-2 ketuntasan meningkat menjadi 72,7%. Peningkatan

tersebut membuktikan bahwa dengan penerapan model pembelajaran

kontekstual dapat meningkatkan kemampuan penjumlahan 1-20 dan

semangat belajar mereka juga meningkat.

2) Aktivitas Guru

Pengamatan pada aspek aktivitas guru saat mengajar sesuai

data penilaian guru pada lampiran 13 diketahui rata-rata skor

penilaian guru adalah 3,51 dari 24 indikator yang terbagi dalam tujuh

aspek. Masing-masing indikator dinilai dengan skor 1 (kurang), 2

(cukup), 3 (baik), dan 4 (sangat baik). Adapun hasil penilaian

terhadap aktivitas guru pada setiap aspek dapat dilihat pada Tabel

10.

Tabel 10. Hasil Penilaian Aktivitas Guru pada Siklus I pertemuan 1

No Aspek Rata-rata nilai

1 Kegiatan awal 3,25

2 Kegiatan Inti 3,75

3 Kegiatan Penutup 3,32

4 Penilaian selama Kegiatan Pembelajaran 3,75

5 Penggunaan Alat dan Media Pembelajaran. 3,50

6 Penguasaan Bahan Ajar 4,00

7 Sikap dalam Kegiatan Pembelajaran 3,00

Page 77: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Jumlah 24,58

Rata-rata akhir 3,51

Tabel 11. Hasil Penilaian Aktivitas Guru pada Siklus I pertemuan 2

No Aspek Rata-rata nilai

1 Kegiatan awal 3,50

2 Kegiatan Inti 3,75

3 Kegiatan Penutup 3,33

4 Penilaian selama Kegiatan Pembelajaran 3,75

5 Penggunaan Alat dan Media Pembelajaran. 3,50

6 Penguasaan Bahan Ajar 4,00

7 Sikap dalam Kegiatan Pembelajaran 3,40

Jumlah 25,23

Rata-rata akhir 3,60

Dari hasil penilain guru di atas yang dilakukan oleh observer

diperoleh hasil 3,50 pada siklus I pertemuan 1 dan 3,60 dapat

dikatakan aktivitas guru baik. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan

diiringi semangat anak dalam mengikuti pembelajaran sehingga

mendorong peningkatan kemampuan penjumlahan 1 – 20 lebih

meningkat. Hasil belajar anak sebelum tindakan dengan ketuntasan

sebesar 27,3%, pada siklus I pertemuan I dan II meningkat menjadi

54,50% dan ketuntasan 72,7%.

Hal ini menunjukkan bahwa guru berhasil pada penerapan

pembelajaran kontekstual. Guru membawa contoh langsung buah-

buah segar atau pemodelan, dengan ini guru mengkontruktivisme

pengetahuan anak yaitu anak akan mengingat kembali bentuk nyata

yang sudah anak lihat sebelum pembelajaran kontekstual ini. Anak

akan mulai belajar mengenal hal baru atau inkuiri pada media yang

dibawa oleh guru pada siklus I ini seperti contoh buah mangga,

salak, apel. Dari buah-buahan yang dibawa guru tersebut secara tidak

Page 78: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

langsung anak akan bertanya pada bentuk benda yang belum anak

kenal, mereka akan bertanya karena rasa ingin tahu yang besar. Pada

akhir kegiatan antar siklus guru juga mengadakan penilaian nyata,

yaitu penilaian hasil karya anak.

Dari hasil tersebut membuktikan aktivitas guru

mempengaruhi peningkatan ketuntasan dan pemahaman anak. Untuk

lebih meningkatkan ketuntasan dan pemahaman anak pada konsep

penjumlahan 1 – 20, maka aktivitas guru perlu ditingkatkan pada

siklus II, yaitu dengan cara perencanaan yang lebih matang seperti

dalam penyusunan RKH, penyediaan media dan kegiatan dalam

pembelajaran yang lebih menarik untuk memancing semangat anak.

d. Refleksi

Data yang diperoleh melalui pengamatan dikumpulkan kemudian

dianalisis. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilaksanakan selama

proses pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan refleksi sebagai berikut

:

Nilai rata-rata kelas dalam kemampuan penjumlahan 1 – 20 anak

sudah meningkat dengan nilai ketuntasan yaitu B+ atau (●), pada siklus I

ini nilai rata-rata kelas B+ atau (●) dengan jumlah anak 12 atau 54,50%

pada pertemuan 1, sedangkan pada pertemuan kedua meningkat menjadi

16 anak atau dengan prosentase 72,7% yang mencapai nilai ketuntasan

B+ atau (●). Rata-rata tersebut mengalami peningkatan dibandingkan

dengan rata-rata sebelum mengadakan tindakan, akan tetapi rata-rata

tersebut dikatakan masih kurang maksimal. Hal tersebut dikarenakan

pemahaman siswa mengenai perubahan lingkungan juga masih kurang

maksimal. Untuk mengatasi hal tersebut perlu diadakan siklus II dengan

kegiatan yang lebih bisa meningkatkan kemampuan penjumlahan angka

1 - 20 pada anak.

Dari hasil penelitian siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2, maka

peneliti mengulas secara cermat bahwa ada beberapa anak yang belum

menunjukkan pemahaman konsep penjumlahan angka 1 – 20 secara

Page 79: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

maksimal yang ditandai dengan masih ada anak yang belum tuntas yaitu

sebesar 22,7% pada siklus I pertemuan 1 dan 13,6% pada pertemuan 2,

untuk anak yang mencapai ketuntasan sebesar 54,50% pada pertemuan 1,

72,7% pada pertemuan 2, sedangkan indikator ketercapaian mencapai

80%. Sehingga berdasarkan hasil siklus I, guru melanjutkan siklus II

dengan media yang lebih nyata dan berusaha benda tersebut dekat

dengan anak.

2. Deskripsi Hasil Siklus II

a. Perencanaan

Kegiatan perencanaan tindakan II dilaksanakan pada hari Sabtu,

19 Mei 2012 TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo. Peneliti membuat

rancangan tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus selanjutnya.

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I diketahui bahwa

pemahaman anak pada konsep penjumlahan angka 1 - 20 masih belum

maksimal. Hal ini terlihat dari rata-rata capaian nilai mereka yang masih

berada dibawah KKM yang disebabkan karena beberapa faktor yang

antaranya karena kelemahan dalam penerapan media pada saat

pembelajaran. Oleh karena itu peneliti kembali mengulang pembelajaran

tentang pengenalan penjumlahan angka 1 - 20 dengan sayur-sayuran

nyata yaitu buah yang dibawa peneliti dari rumah.

Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan dalam 2

pertemuan (dengan alokasi waktu 2 x 30 menit setiap pertemuan). Untuk

mengatasi berbagai kekurangan yang ada pada siklus I, upaya yang

dilakukan guru adalah sebagai berikut : (1) guru sebaiknya memberikan

dorongan dan motivasi kepada anak agar mereka lebih semangat dan

berminat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, (2) guru sebaiknya

memberikan model pembelajaran yang tepat, yang dapat menyenangkan

siswa sehingga siswa dapat lebih aktif, kreatif dan inovatif, (3) anak

diberi kesempatan lebih dalam proses pembelajaran, (4) media

disediakan untuk anak lebih menarik dan dapat meningkatkan

pemahamannya terhadap penjumlahan angka 1 - 20.

Page 80: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Mengingat hasil analisis terhadap pemahaman anak tentang

penjumlahan angka 1 – 20 pada siklus I masih ada sebagian siswa yang

belum menunjukkan hasil yang maksimal.

Merencanakan tindakan pada siklus 2 yang berdasarkan perbaikan

pada siklus I dengan :

1). Membuat RKH (lampiran 5 dan lampiran 6) dan instrumen yang

semuanya disempurnakan berdasarkan hasil refleksi data pada siklus

I untuk memperbaiki kegiatan pada siklus I.

2). Menyiapkan media dan instrumen, antara lain:

a). Media pembelajaran untuk penjumlahan angka 1 - 20 (tomat,

timun, cabe merah).

b). Alat (soal/lembar evaluasi).

c). Lembar kerja (lembar kerja siswa, lembar instrumen observasi

aktivitas guru).

b. Tindakan

Dalam tahap ini guru tetap akan menerapkan model pembalajaran

kontekstual seperti pada siklus I yang membedakan adalah dalam

partisipasi anak dalam proses pembelajaran. Pada siklus II ini anak akan

lebih aktif menghitung penjumlahan yaitu sama, tidak sama, karena

media yang disediakan lebih banyak dan menarik sehingga lebih

meningkatkan pemahaman mereka tentang konsep penjumlahan angka 1

- 20.

Dalam pelaksanaan tindakan pada siklus II observer melakukan

observasi dari awal sampai akhir pembelajaran baik pada pertemuan

pertama maupun pertemuan kedua, observer mengamati dan mengisi

lembar pengamatan yang telah dipersiapkan tentang aktivitas guru.

1). Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama pada siklus II dilaksanakan pada hari

Sabtu 19 Mei 2012 dengan materi tentang penjumlahan angka 1 - 20.

Sebagai awal kegiatan guru mengadakan tanya jawab tentang

penjumlahan angka 1 - 20 yang sudah dipelajari pada pertemuan I

Page 81: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

sebagai apersepsi. Agar anak lebih semangat guru memberi reward

atu penghargaan untuk anak yang bisa maju kedepan untuk

menjumlah bentuk benda yang disebutkan ibu guru.

Pada siklus kedua anak tetap diperkenalkan dengan

penjumlahan angka 1 – 20 dengan benda-benda nyata yaitu dengan

memperkenalkan jumlah sayur-sayuran secara nyata. Yang

membedakan praktek pada siklus 1 dan siklus 2 adalah pada siklus 2

ini anak mengenal langsung benda nyata, sehingga anak dapat

merasakan langsung apa yang dipelajari.

Langkah selanjutnya guru memperkenalkan terlebih dahulu

sayuran tomat yang dibawa oleh guru, kemudian guru

menghitungnya, di tempat yang lain guru juga menghitung cabe

kemudian guru bertanya pada anak-anak berapa jumalh omat dan

cabe jika digabungkan?

Pada akhir pertemuan pertama anak akan diberi tugas untuk

mengerjakan LKA yang sudah disediakan guru. Untuk mengetahui

tingkat keberhasilan anak sudah bisa mengenal penjumlahan angka 1

- 20. Pada pertemuan pertama siklus II ini tugas anak adalah

penjumlahan angka 1 – 20 disertai dengan sama dan tidak sama

sesuai dengan urutan yang telah ditentukan oleh guru.

2). Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, 26 Mei 2012.

Pada pertemuan kedua ini anak dikenalkan langsung dengan benda

nyata melalui sayur-sauran yang dibawakan oleh guru, seperti terong

dan mentimun.

Dalam pertemuan kedua ini guru menjelaskan manfaat dari

sayur-sayuran tersebut. Langkah pertama guru memberi pada anak

dengan pertanyaan 5 buah terong jika dihubungkan dengan 6 buah

terong sama tidak? Serempak anak-anak menjawab tidak bu, dengan

demikian apa tanda yang harus digunakan? Dari pertanyaan-

pertanyaan tersebut guru dapat melihat tingkat pemahamna anak

Page 82: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

tentang penjumlahan angka 1 - 20 sudah meningkat. Dengan bukti

anak mampu menyebutkan penjumlahan angka 1 - 20 yang guru

tunjuk. Selanjutnya guru memberi penjelasan untuk tugas hari ini

yaitu menarik garis sama, tidak sama. Jika anak mampu menarik

garis sesuai petunjuk guru dan mampu menuliskannya, itu artinya

perbaikkan yang ddilaksanakan guru berhasil.

c. Obsevasi

Observasi atau pengamatan dilakukan oleh observer. Observer

mengamati jalannya pembelajaran dari awal sampai akhir. Pengamatan

yang dilakukan meliputi aktivitas guru dan pengenalan buah dan sayuran

nyata. Berdasarkan pengamatan di lapangan siklus II selama 2 kali

pertemuan diperoleh hasil sebagai berikut :

1) Hasil Tes Anak Siklus II

Hasil tes individual pada siklus II diketahui bahwa model

pembelajaran kontekstual telah meningkatkan pemahaman konsep

anak tentang penjumlahan angka 1 - 20. Data yang ada pada

lampiran 2 menunjukkan bahwa rata-rata nilai tes anak pada siklus II

pertemuan 1 sebesar 72,7% dan menunjukkan adanya peningkatan

pada pertemuan kedua yang sesuai dengan target peneliti yaitu 91%

dari target awal peneliti 80%. Pada pertemuan pertama pada siklus

II ada 2 anak atau 9% yang belum tuntas dengan kriteria nilai B- (O)

dan 2 anak atau 9% yang setengah tuntas kriteria nilai B (√) .

Sedangkan pada pertemuan kedua jumlah dan prosentase anak yang

belum tuntas dengan kriteria nilai B- (O) berkurang hanya tinggal 1

anak atau 4,5%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 12 dan

14.

Page 83: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Tabel 12. Frekuensi Data Kemampuan Penjumlahan 1 - 20 Siklus II Pertemuan 1

Aspek Penilaian No.

Absen Keaktifan Pemahaman Ketepatan

Rata-

rata

Kriteria

Nilai

Keterangan

1 80 80 80 80 ● Tuntas

2 80 80 80 80 ● Tuntas

3 80 80 80 80 ● Tuntas

4 80 80 80 80 ● Tuntas

5 80 80 80 80 ● Tuntas

6 80 80 80 80 ● Tuntas

7 70 70 70 70 ● Tuntas

8 75 75 75 75 ● Tuntas

9 65 65 65 65 √ Setengah Tuntas

10 75 75 75 75 ● Tuntas

11 80 80 80 80 ● Tuntas

12 75 75 75 75 ● Tuntas

13 80 80 80 80 ● Tuntas

14 80 80 80 80 ● Tuntas

15 75 75 75 75 ● Tuntas

16 65 65 65 65 √ Setengah Tuntas

17 60 60 60 60 O Tidak Tuntas

18 75 75 75 75 ● Tuntas

19 60 60 60 60 O Tidak Tuntas

20 80 80 80 80 ● Tuntas

21 80 80 80 80 ● Tuntas

22 80 80 80 80 ● Tuntas

Jumlah 1655

Rata-rata 75,2

Ketuntasan Klasikal 81,8%

81,8%

Page 84: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Kriteria Nilai:

● = dengan nilai > 70 jika anak mampu menarik garis berdasarkan

jumlah himpunan dengan angka

√ = dengan nilai 65 jika anak dapat menjumlah

O = dengan nilai < 65 jika anak tidak dapat menarik dan

menjumlah

Tabel 13. Frekuensi Data Kemampuan Penjumlahan 1 – 20 Siklus II Pertemuan 1

Nomor Interval nilai Frekuensi (f) Prosentase 1 ○ 2 9% 2 √ 2 9% 3 ● 18 81,8%

Jumlah 22 100% Tuntas (●) 18 anak Sedang (√) 2 anak

Tidak tuntas (○) 2 anak Prosentase

Keberhasilan Jumlah anak tuntas x 100% Jumlah siswa 18 = X 100% 22 = 81,8%

Dari data pada tabel 13 diatas dapat didiskripsikan sebagai berikut: 1) Anak yang mendapatkan nilai < 65 pada interval O sebanyak 2 anak.

2) Anak yang mendapatkan nilai 65 pada interval √ sebanyak 2 anak.

3) Anak yang mendapatkan nilai > 70 pada interval ● sebanyak 18 anak.

Page 85: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Berdasarkan tabel 13 tersebut lebih jelas dapat dilihat pada gambar 8

berikut:

Frekuensi (f)

02468

101214161820

○ √ ●

Frekuensi (f)

Gambar 8. Histogram Data Kemampuan Penjumlahan 1 - 20 Siklus II

pertemuan 1

Tabel 14. Frekuensi Data Kemampuan Penjumlahan 1 - 20 Siklus II pertemuan 2

Aspek Penilaian No.

Absen Keaktifan Pemahaman Ketepatan

Rata-

rata

Kriteria

Nilai

Keterangan

1 85 85 85 85 ● Tuntas

2 85 85 85 85 ● Tuntas

3 90 90 90 90 ● Tuntas

4 90 90 90 90 ● Tuntas

5 85 85 85 85 ● Tuntas

6 85 85 85 85 ● Tuntas

7 90 90 90 90 ● Tuntas

8 85 85 85 85 ● Tuntas

9 80 80 80 80 ● Tuntas

10 80 80 80 80 ● Tuntas

Page 86: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

11 80 80 80 80 ● Tuntas

12 80 80 80 80 ● Tuntas

13 80 80 80 80 ● Tuntas

14 85 85 85 85 ● Tuntas

15 85 85 85 85 ● Tuntas

16 60 60 60 60 O Tidak Tuntas

17 65 65 65 65 √ Setengah Tuntas

18 90 90 90 90 ● Tuntas

19 90 90 90 90 ● Tuntas

20 80 80 80 80 ● Tuntas

21 80 80 80 80 ● Tuntas

22 80 80 80 80 ● Tuntas

Jumlah 1810

Rata-rata 82,3

Ketuntasan Klasikal 91%

91%

Kriteria Nilai :

● = dengan nilai > 70 jika anak mampu menarik garis berdasarkan

jumlah himpunan dengan angka

√ = dengan nilai 65 jika anak dapat menjumlah

O = dengan nilai < 65 jika anak tidak dapat menarik dan

menjumlah

Tabel 15. Frekuensi Data Kemampuan Penjumlahan 1 - 20 Siklus II pertemuan 2

Nomor Interval nilai Frekuensi (f) Prosentase 1 ○ 1 4,5% 2 √ 1 4,5% 3 ● 20 91%

Jumlah 22 100%

Page 87: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Tuntas (●) 18 anak Sedang (√) 2 anak

Tidak tuntas (○) 2 anak Prosentase

Keberhasilan Jumlah anak tuntas x 100% Jumlah siswa 20 = X 100% 22 = 91%

Berdasarkan Tabel 15 tersebut lebih jelas dapat dilihat pada gambar 9

berikut:

Frekuensi (f)

0

5

10

15

20

25

○ √ ●

Frekuensi (f)

Gambar 9. Histogram Data Kemampuan Penjumlahan 1 – 20 Siklus II

Pertemuan 2 Berdasarkan pembahasan pada siklus I dapat dibuat perbandingan

antara kegiatan awal dan siklus I yang dapat dilihat pada Tabel 16 dan

gambar 10.

Page 88: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Tabel 16. Frekuensi Perbandingan Ketuntasan Siklus II Pertemuan 1 dan 2

Ketuntasan Siklus II No Absen

Pertemuan 1 Pertemuan 2

1 80 85

2 80 85

3 80 90

4 80 90

5 80 85

6 80 85

7 70 90

8 75 85

9 65 80

10 75 80

11 80 80

12 75 80

13 80 80

14 80 85

15 75 85

16 65 60

17 60 65

18 75 90

19 60 90

20 80 80

21 80 80

22 80 80

Jumlah 1655 1810

Rata-rata 75,2 82,3

Ketuntasan

Klasikal

81,8% 91%

Page 89: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Tabel 17. Perbandingan Kemampuan Penjumlahan 1 – 20 Siklus II Pertemuan 1

dan Siklus II Pertemuan 2 Anak

yang

mendapat

> 70 (●)

Anak

yang

mendapat

65 (√)

Anak yang

mendapat <

65 (O)

Rata-rata Ketuntasan

anak

Siklus II

pertemuan 1

18 2 2 75,2 81,8%

Siklus II

pertemuan 2

20 1 1 82,3 91%

Berdasarkan tabel tersebut lebih jelas dapat dilihat pada grafik 4.7 berikut:

0

5

10

15

20

25

Anak yangmendapatB+ (●)

Anak yangmendapat

B (√)

Anak yangmendapat

B - (O)

Ketuntasananak

SiklusII pertemuan 1SiklusII pertemuan 2

Gambar 10. Perbandingan Ketuntasan Kemampuan Penjumlahan 1 - 20

Siklus II pertemuan 1 dan Siklus II pertemuan 2

Dari tabel 15 dan gambar 9 diketahui bahwa kemampuan

penjumlahan 1 – 20 anak kelompok B TK Geneng 02 Gatak

Sukoharjo tentang pemahaman konsep penjumlahan 1 – 20

mengalami peningkatan dibandingkan dengan kemampuan

penjumlahan 1 – 20 pada siklus I. Dalam pelaksanaan siklus II

kegiatannya menekankan pada pengenalan angka dan jumlah dengan

Page 90: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

menunjuk secara langsung. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 17

dan gambar 10 dimana selalu ada peningkatan kemampuan

penjumlahan 1 - 20 dan ketuntasan anak kelompok B pada setiap

siklusnya. Hasil tes pada siklus II menunjukkan bahwa

pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual

telah meningkatkan pemahaman konsep penjumlahan 1 – 20 yang

dapat dilihat dari hasil belajar dan prosentase ketuntasan belajar anak

kelompok B. Sebanyak 20 atau 91% dari seluruh anak kelompok B

telah berhasil menyelesaikan Lembar Kerja Anak (LKA) dan tugas

dari guru yang berhubungan dengan penjumlahan 1 – 20 dengan

nilai sama dengan atau di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM =

●) dengan rata-rata nilai 82,3. Dengan demikian target penilitian

yaitu minimal 91% memperoleh nilai tuntas KKM telah tercapai.

Dengan tingkat ketuntasan anak pada siklus II sebesar 81,8%

pada pertemuan pertama dan 91%% pada pertemuan kedua maka

penelitian ini berhasil mencapai target keberhasilan yang diharapkan

sebesar 80% anak tuntas dalam belajar. Hal itu membuktikan dengan

penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan

pemahaman konsep penjumlahan 1 – 20. Hal tersebut dapat dilihat

dan dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar dan

ketuntasan belajar yang diperoleh anak tiap siklus.

2) Aktivitas Guru

Pengamatan pada aspek aktivitas guru saat mengajar sesuai

data penilaian guru pada lampiran 14 diketahui rata-rata skor

penilaian guru adalah 3,70 pada siklus II pertemuan 1 dan 3,71 pada

siklus II pertemuan 2 dari 24 indikator yang terbagi dalam tujuh

aspek. Masing-masing indikator dinilai dengan skor 1 (kurang), 2

(cukup), 3 (baik), dan 4 (sangat baik). Adapun hasil penilaian

terhadap aktivitas guru pada setiap aspek dapat dilihat pada tabel 12.

Page 91: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Tabel 18. Hasil Penilaian Aktivitas Guru pada Siklus II pertemuan 1

No Aspek Rata-rata nilai

1 Kegiatan awal 3,50

2 Kegiatan Inti 3,75

3 Kegiatan Penutup 3,33

4 Penilaian selama Kegiatan Pembelajaran 4,00

5 Penggunaan Alat dan Media Pembelajaran. 3,75

6 Penguasaan Bahan Ajar 4,00

7 Sikap dalam Kegiatan Pembelajaran 3,60

Jumlah 25,93

Rata-rata akhir 3,70

Tabel 19. Hasil Penilaian Aktivitas Guru pada Siklus II pertemuan 2

No Aspek Rata-rata nilai

1 Kegiatan awal 3,50

2 Kegiatan Inti 3,75

3 Kegiatan Penutup 3,50

4 Penilaian selama Kegiatan Pembelajaran 4,00

5 Penggunaan Alat dan Media Pembelajaran. 3,75

6 Penguasaan Bahan Ajar 4,00

7 Sikap dalam Kegiatan Pembelajaran 3,75

Jumlah 26,25

Rata-rata akhir 3,75

Aktivitas guru sangat menentukan keberhasilan dalam suatu

proses pembelajaran. Berdasarkan pengamatan oleh observer pada

siklus II ini penilaian aktivitas mencapai 3,75. Pada siklus II ini

aktivitas guru ditekankan pada peran serta anak dalam pembelajaran

guru hanya sebagai fasilitator dan motivator untuk mendukung

tercapainya tujuan pembelajaran. Seperti pada siklus II ini anak

Page 92: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

diberikan kesempatan yang lebih banyak untuk menunjuk,

menyebut, dan menghubungkan bentuk benda geometris dengan

benda nyata yanag ada pada lingkungan disekitar mereka, guru

hanya mneyediakan media memberi arahan dan petunjuk jika anak

mengalami kesulitan. Dengan kegiatan tersebut ternyata lebih efektif

dalam peningkatan kemampuan penjumlahan 1 - 20 pada anak,

sehingga hasil belajar dan ketuntasan anak ikut meningkat seperti

pada siklus II ini ketuntasan anak meningkat menjadi 91% .

d. Refleksi

Berdasarkan pengamatan pada siklus II terhadap kenaikkan

prosentase nilai ketuntasan < 70 (●) dari 22,7% sebelum mengadakan

tindakan dan menjadi 91% setelah melaksanakan tindakan, dapat dilihat

antusias dan semangat anak dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini

menunjukkan bahwa model pembelajaran kontekstual (CTL) dapat

meningkatkan semangat anak dalam pembelajaran sehingga akan

mendukung untuk meningkatkan kemampuan penjumlahan 1 - 20.

Hasil penilaian terhadap guru saat proses pembelajaran pada siklus II

menunjukkan bahwa secara keseluruhan kegiatan guru sudah baik dalam

pelaksanaan pembelajaran. Dari hasil observasi dapat diketahui bahwa

terdapat kenaikan rata-rata nilai aktivitas guru pada setiap aspek. Sehingga

pada akhir siklus II diperoleh nilai 3,71. Hal tersebut mendukung

peningkatan antusias dan semangat anak dalam belajar serta peningkatan

hasil belajar anak kelompok B pada pemahaman konsep penjumlahan 1 –

20.

Dengan adanya peningkatan aktivitas guru pada siklus II yang

mendorong anak lebih aktif dan semangat mengikuti pelajaran membuat

pemahaman anak kelompok B tentang konsep penjumlahan 1 – 20 menjadi

meningkat ditandai dengan peningkatan hasil belajar dan prosentase

ketuntasan yang mencapai 91%.

Dalam pelaksanaan siklus II kegiatannya menekankan pada

semangat anak, seperti pengenalan benda buah dan sayuran yang dibawa

Page 93: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

guru. Hal tersebut dapat dilihat pada grafik 10 di mana selalu ada

peningkatan hasil belajar dan ketuntasan anak kelompok B pada setiap

siklusnya. Hasil tes pada siklus II menunjukkan bahwa dengan menerapkan

model pembelajaran kontekstual (CTL) telah meningkatkan pemahaman

konsep penjumlahan 1 – 20 yang dapat dilihat dari hasil belajar dan

prosentase ketuntasan belajar anak kelompok B, sebanyak 20 anak atau 91%

dari seluruh anak kelompok B telah berhasil menyelesaikan tes dengan nilai

sama dengan atau di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM = < 70 atau

●). Dengan demikian target penilitian yaitu minimal 80% anak memperoleh

nilai tuntas KKM telah tercapai.

C. Perbandingan Hasil Tindakan Tiap Siklus

1. Hasil belajar anak pada pemahaman konsep bangun geometris

Penilaian terhadap kemampuan penjumlahan 1 – 20 pada anak

kelompok B TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo dilaksanakan pada setiap

pertemuan antar siklus, diharapkan agar guru dapat mengetahui

peningkatan anak kelompok B TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo

khususnya pada konsep penjumlahan 1 – 20. Secara garis besar

perbandingan antara jumlah anak yang mencapai ketuntasan belajar

konsep penjumlahan 1 – 20 pada kondisi awal sebelum diadakan

tindakan, siklus I, dan siklus II mengalami peningkatan. Nilai

ketuntasan di atas dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 20. Frekuensi Perbandingan Ketuntasan anak Prasiklus, Siklus I,

Siklus II

Ketuntasan Siklus IKetuntasan Siklus

II No Absen Pra

siklus Pertemuan 1

Pertemuan 2

Pertemuan 1

Pertemuan 2

1 65 70 80 80 85

2 50 65 80 80 85

Page 94: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

3 70 70 80 80 90

4 50 65 65 80 90

5 70 50 80 80 85

6 70 70 70 80 85

7 65 50 65 70 90

8 50 70 75 75 85

9 70 80 75 65 80

10 50 80 80 75 80

11 50 70 80 80 80

12 50 70 80 75 80

13 50 70 80 80 80

14 50 70 65 80 85

15 50 50 60 75 85

16 50 50 80 65 60

17 50 50 60 60 65

18 50 65 60 75 90

19 70 70 75 60 90

20 70 70 75 80 80

21 50 65 60 80 80

22 50 65 80 80 80

Jumlah 1250 1435 1605 1655 1810

Rata-rata 56,8 65 73 75,2 82,3

Ketuntasan klasikal

27,3% 54,5% 72,7% 81,8% 91%

Keterangan: (○) Tidak tuntas, (√) Setengah tuntas, (●)Tuntas

Tabel 21. Perbandingan Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II

Kondisi

Anak yang

mendapat > 70 (●)

Anak yang

mendapat 65 (√)

Anak yang mendapat <

65 (O) Rata-rata Ketuntasan

anak

Keadaan Awal

6 2 14 56,8 27,3%

Siklus I/1 12 5 5 65 54,5%

Page 95: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Siklus I/2 16 3 3 73 72,7%

Siklus II/1 18 2 2 75,2 81,8%

Siklus II/2 20 1 1 82,3 91%

Keterangan: (○) Tidak tuntas, (√) Setengah tuntas, (●)Tuntas Dari tabel 21 di atas dapat disajikan gambar 11 perbandingan

nilai ketuntasan tiap siklus adalah sebagai berikut:

Perbandingan Tes Awal, Siklus I, dan Siklus II

0

5

10

15

20

25

Keada

an A

wal

Siklus I

/1

Siklus I

/2

Siklus I

I/1

Siklus I

I/2

Anak yang mendapat B+(●)Anak yang mendapat B (√)Anak yang mendapat B -(O)Ketuntasan anak

Gambar 11. Histogram Perbandingan Tes Awal, Siklus I dan Siklus II

2 Kinerja Guru

Penelitian kinerja guru terdiri dari penilaian Rencana Kegiatan

Harian (RKH) yang mencakup tentang penilaian perencanaan guru

dalam menyiapkan materi ajar, media, dan instrument yang diperlukan

dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Guru saat mengajar juga dinilai

oleh observer yaitu guru kelompok B untuk menilai ketepatan atau

kesesuaian guru dengan RKH yang tersusun dalam kegiatan

keseluruhan.

Dalam RKH terdapat indikator yang diamati antara lain: (1).

kejelasan perumusan tujuan pembelajaran, (2). Pemilihan materi ajar,

Page 96: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

(3). pemilihan media, (4). kejelasan scenario, dan (5). kesesuaian

teknik dengan tujuan pembelajaran.

Sedangkan dalam penilaian saat guru mengajar, terbagi dalam 4

indikator yakni indikator dalam pra tindakan, kegiatan awal, kegiatan

inti, dan kegiatan akhir atau penutup, dan semua kriteria penilaian

kinerja guru terangkum menjadi satu lembar penilaian. Hasil penilaian

kinerja guru disetiap pertemuan adalah sebagai berikut, pada siklus I

pertemuan 1 sebesar 3,51, siklus I pertemuan 2 sebesar 3,60, siklus II

pertemuan pertama 3,70 dan siklus II pertemuan 2 sebesar 3,75.

Perbandingan hasil kinerja guru dari setiap pertemuan antar siklus

baik sebelum kegiatan maupun sesudah kegiatan pembelajaran dapat

dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 22. Hasil kinerja guru pada siklus I dan Siklus II

No Tindakan Pertemuan Nilai Rata-rata Pertemuan 1 3,51 1 Siklus I Pertemuan 2 3,60

3,55

Pertemuan 1 3,70 2 Siklus II Pertemuan 2 3,75 3,73

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan pencapaian kinerja guru

mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan nilai ketuntasan

anak pada kemampuan penjumlahan 1 – 20 dengan kriteria yang

sudah ditentukan. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja

guru berhasil membawa anak untuk meningkatkan kemampuan

penjumlahan 1 – 20 pada anak kelompok B TK Geneng 02 Gatak

Sukoharjo.

Berdasarkan tabel 21 dan gambar 11 di atas dapat dilihat selalu

adanya peningkatan dari awal sebelum tindakan, siklus I dan siklus II.

Peningkatan itu dapat dilihat dari nilai anak, rata-rata nilai anak dan

ketuntasan belajar anak. Nilai ketuntasan < 70 (●) dari awal sebelum

tindakan sampai siklus II selalu meningkat 6 anak pada awal atau

pratindakan, 12 anak pada siklus I pertemuan 6, 16 anak pada siklus I

Page 97: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

pertemuan 2, 18 anak pada siklus II pertemuan 1, dan 20 anak yang

pada siklus II pertemuan 2. Naiknya nilai ketuntasan yang diperoleh

anak diikuti dengan naiknya prosentase nilai ketuntasan (●) pada

anak. Prosentase ketuntasan anak kelompok B yang meningkat, dilihat

pada awal sebelum tindakan ketuntasan anak sebesar 27,3% siklus I

pertemuan 1 54,5%, siklus I pertemuan 2 dengan kenaikan prosentase

menjadi 72,7%, untuk siklus II pertemuan 1 81,8% dan pada akhir

siklus II ketuntasan anak mencapai prosentase yang memuaskan yaitu

sebesar 91% dari jumlah anak.

Dengan tingkat ketuntasan anak pada siklus II sebesar 81,8%

pada pertemuan pertama dan 91% pada pertemuan kedua maka

penelitian ini berhasil mencapai target keberhasilan yang diharapkan

sebesar 80% anak tuntas dalam belajar. Hal itu membuktikan dengan

penerapan model pembelajaran kontekstual (CTL) dapat

meningkatkan kemampuan penjumlahan 1 – 20. Hal tersebut dapat

dilihat dan dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar dan

ketuntasan belajar yang diperoleh anak tiap siklus.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil pengamatan pada penelitian ini adalah penilaian terhadap guru yang

dilakukan oleh observer ditujukan pada aktivitas guru saat proses pembelajaran

dengan penerapan model pembelajaran kontekstual (CTL) untuk meningkatkan

kemampuan penjumlahan 1 – 20 pada anak. Dari hasil pengamatan diketahui

bahwa terdapat peningkatan rata-rata nilai aktivitas guru dari siklus I ke siklus II.

Penilaian aktivitas guru pada siklus I pertemuan 1 diperoleh angka sebesar 3,5,

pada pertemuan 2 sebesar 3,60 dan pada siklus II pertemuan 1 sebesar 3,70 dan

pada siklus II pertemuan 2 sebesar 3,75. Hal tersebut mendukung peningkatan

semangat dalam belajar serta peningkatan hasil belajar anak kelompok B tentang

kemampuan penjumlahan 1 - 20 yaitu khusus pada pengenalan buah dan sayuran.

Dengan adanya peningkatan aktivitas guru pada siklus II yang mendorong anak lebih semangat mengikuti pelajaran membuat kemampuan penjumlahan 1 -

Page 98: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

20 anak kelompok B TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo dalam pemahaman konsep penjumlahan meningkat ditandai dengan peningkatan hasil belajar dan prosentase ketuntasan anak kelompok B yang mencapai 91%.

Hasil pretest yang diberikan pada pra tindakan diperoleh hasil sebanyak 6 atau 27,3% anak yang berhasil memperoleh nilai tuntas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM = < 70). Tindakan yang dilakukan adalah penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Pada siklus yang pertama pertemuan 1, diperoleh hasil sebanyak 12 anak atau 54,5%, dan pada siklus pertama pertemuan 2 mengalami peningkatan menjadi 16 anak atau 72,7% dari 22 jumlah anak yang berhasil memperoleh nilai tuntas dengan rata-rata nilai < 70. Sedangkan pada siklus yang kedua pertemuan pertama diperoleh hasil sebanyak 18 atau 81,8%, dan pada siklus II pertemuan 2 diperoleh hasil sebanyak 20 atau 91% dari 22 siswa yang berhasil memperoleh nilai tuntas dengan rata-rata nilai < 70 atau (●).

Dengan ketuntasan mencapai 91% yang telah melewati indikator keberhasilan sebanyak 80% anak harus tuntas, maka pembelajaran dan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual (CTL) untuk meningkatkan kemampuan penjumlahan 1 - 20 pada anak kelompok B TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo telah berhasil.

Hasil perhitungan prosentase perolehan nilai pada setiap siklus, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan kemampuan penjumlahan 1 - 20 pada anak kelompok B TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo.

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian diketahui adanya peningkatan yang meliputi penilaian terhadap aktivitas guru serta hasil belajar anak pada konsep penjumlahan 1 – 20 melalui penerapan model Contextual Teaching and Learning (CTL). Hal ini dapat ditunjukkan dari 22 anak yang tuntas hanya ada 2 anak yang belum tuntas Kemudian bagi anak yang belum tuntas, peneliti memberikan pendekatan/bimbingan khusus sesuai dengan tingkat kemampuan anak, sedangkan untuk tindak lanjutnya peneliti serahkan pada guru kelompok B TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo.

Page 99: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxxi

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian penerapan model pembelajaran kontekstual

pada Anak Kelompok B Semester II TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo Tahun

Pelajaran 2011/2012, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: melalui

penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan

penjumlahan 1 – 20 pada Anak Kelompok B Semester II TK Geneng 02 Gatak

Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012. Hal ini terbukti dari hasil penelitian

dengan diterapkanya model pembelajaran kontekstual kemampuan penjumlahan

1 – 20 rata-rata tes awal sebesar 56,8, sedangkan siklus I pertemuan I dan

pertemuan II rata-rata 69 jadi ada peningkatan sebesar 12,2 atau 21,5%,

sedangkan rata-rata siklus II sebesar 78,75 jadi pada siklus II mengalami

peningkatan sebesar 9,75 atau 14% dengan ketuntasan klasikal sebesar 91%.

Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa melalui model pembelajaran

kontekstual dapat meningkatkan kemampuan penjumlahan 1 – 20 pada anak

kelompok B Semester II TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo tahun pelajaran

2011/2012, diterima kebenarannya.

B. Implikasi

Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian ini, maka dapat

diajukan implikasi yang berguna dalam upaya meningkatkan kemampuan

penjumlahan 1- 20 baik secara teoretis maupun secara praktis.

1. Implikasi Teoretis

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan

penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan penjumlahan

1 – 20 dan mendapatkan respon positif dari anak

81

Page 100: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxxii

Dengan penerapan model pembelajaran kontekstual dapat menarik

perhatian anak, memperjelas sajian materi dan membuat anak tidak mudah

lupa tentang hal yang dipelajari. Suasana dalam proses pembelajaran menjadi

menyenangkan karena menggunakan alat-alat peraga yang menarik anak,

sehingga anak tidak cepat bosan untuk belajar penjumlahan 1 - 20.

Dengan partisipasi anak yang aktif dan kreatif dalam pembelajaran

yang semakin meningkat, suasana kelas pun menjadi lebih hidup dan

menyenangkan dan pada akhirnya pemahaman konsep penjumlahan 1 – 20

meningkat.

2. Implikasi Praktis

Penelitian ini telah membuktikan bahwa kemampuan penjumlahan 1

– 20 melalui penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan

pemahaman anak khususnya pada materi konsep penjumlahan 1 – 20.

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan

calon guru untuk meningkatkan keterampilan mempergunakan media

pembelajaran dalam mengajar dan meningkatkan kualitas proses belajar

mengajar sehubungan dengan pemahaman dan hasil belajar siswa yang akan

dicapai. Pemahaman dan hasil belajar anak dapat ditingkatkan dengan

menggunakan media dan alat peraga dalam pembelajaran.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan model pembelajaran

kontekstual pada anak kelompok B Semester II TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo

tahun pelajaran 2011/2012, maka saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan

pemikiran untuk meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan

meningkatkan kompetensi anak kelompok B Semester II TK Geneng 02 Gatak

Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012 pada khususnya sebagai berikut :

1. Bagi Sekolah

Hendaknya memberikan sarana bagi guru untuk mengembangkan kemampuan

dan kreatifitas mengajarnya dengan pengetahuan tentang pembelajaran

82

Page 101: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan penjumlahan 1-20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok b semester

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxxiii

inovatif. Selain itu perkembangan ilmu pengetahuan menuntut guru untuk

lebih cerdas, kreatif, dan inovatif.

2. Bagi Guru

a. Untuk meningkatkan pemahaman konsep penjumlahan, diharapkan

menggunakan model pembelajaran kontekstual.

b. Untuk meningkatkan keaktifan, kreativitas siswa dan keefektifan

pembelajaran penjumlahan diharapkan menggunakan model pembelajaran

kontekstual.

3. Bagi Anak

Anak hendaknya ikut berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran yang

dilakukan oleh guru serta aktif mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru

prestasi belajarnya baik dan pengetahuannya terus berkembang

4. Bagi Peneliti Lain

Kepada peneliti selanjutnya, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi

peneliti selanjutnya sebagai bahan referensi untuk melanjutkan penelitian yang

sejenis dengan penelitian ini.

83