peningkatan kemampuan menulis narasi melalui media komik

28
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa diakui oleh umum. Menulis merupakan keterampilan yang mensyaratkan penguasaan bahasa yang baik. Dalam belajar bahasa, menulis merupakan kemahiran tingkat lanjut. Dalam pengajaran materi menulis, masih sering ditemukan kendala. Kendala yang dimaksud adalah masih sering ditemukannya kesalahan menulis kata, membentuk kata berafiks, menyusun kalimat, dan kesalahan penggunaan ejaan. Dengan cara memeriksa hasil tulisan mereka dan menunjukkan kesalahan tersebut, kesalahan ini sedikit demi sedikit bisa dikurangi sehingga pengajar sering harus menjelaskan kembali materi yang sudah diajarkan sebelumnya. Banyak faktor yang memengaruhi siswa tidak maksimal belajar di dalam kelas antara lain sarana, kondisi 1

Upload: fathul-arief

Post on 21-Jun-2015

1.256 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: peningkatan kemampuan menulis narasi melalui media komik

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa diakui oleh umum.

Menulis merupakan keterampilan yang mensyaratkan penguasaan bahasa yang

baik. Dalam belajar bahasa, menulis merupakan kemahiran tingkat lanjut.

Dalam pengajaran materi menulis, masih sering ditemukan kendala.

Kendala yang dimaksud adalah masih sering ditemukannya kesalahan menulis

kata, membentuk kata berafiks, menyusun kalimat, dan kesalahan penggunaan

ejaan. Dengan cara memeriksa hasil tulisan mereka dan menunjukkan kesalahan

tersebut, kesalahan ini sedikit demi sedikit bisa dikurangi sehingga pengajar

sering harus menjelaskan kembali materi yang sudah diajarkan sebelumnya.

Banyak faktor yang memengaruhi siswa tidak maksimal belajar di dalam

kelas antara lain sarana, kondisi ruang kelas, sumber buku, metode, dan

sebagainya. Oleh karena itu, pembelajaran keterampilan berbahasa, khususnya

keterampilan menulis, harus mendapatkan perubahan. Perubahan itu harus tetap

sejalan dengan tujuan pembelajaran berbahasa. Dengan perubahan itu, siswa tetap

memeroleh pengetahuan dan lebih kreatif.

Media pembelajaran sebagai salah satu faktor yang memengaruhi kegiatan

pembelajaran. Media pembelajaran secara umum adalah komponen sumber

1

Page 2: peningkatan kemampuan menulis narasi melalui media komik

belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan

siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.

Pemanfaatan media dalam pembelajaran dapat membangkitkan keinginan

dan minat baru, meningkatkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan

bahkan berpengaruh secara psikologis kepada siswa (Hamalik, 1986). Selanjutnya

diungkapkan bahwa penggunaan media pengajaran akan sangat membantu

keefektivan proses pembelajaran dan penyampaian informasi (pesan dan isi

pelajaran) pada saat itu. Kehadiran media dalam pembelajaran juga dikatakan

dapat membantu peningkatan pemahaman siswa, penyajian data/informasi lebih

menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan

informasi. Jadi dalam hal ini dikatakan bahwa fungsi media adalah sebagai alat

bantu dalam kegiatan belajar mengajar.

Sadiman, dkk (1990) menyampaikan fungsi media (media pendidikan)

secara umum, adalah sebagai berikut: (i) memperjelas penyajian pesan agar tidak

terlalu bersifat visual; (ii) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera,

misal objek yang terlalu besar untuk dibawa ke kelas dapat diganti dengan

gambar, slide, dsb., peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat

film, video, fota atau film bingkai; (iii) meningkatkan kegairahan belajar,

memungkinkan siswa belajar sendiri berdasarkan minat dan kemampuannya, dan

mengatasi sikap pasif siswa; dan (iv) memberikan rangsangan yang sama, dapat

menyamakan pengalaman dan persepsi siswa terhadap isi pelajaran.

2

Page 3: peningkatan kemampuan menulis narasi melalui media komik

Fungsi media, khususnya media visual juga dikemukakan oleh Levie dan

Lentz, seperti yang dikutip oleh Arsyad (2002) bahwa media tersebut memiliki

empat fungsi yaitu: fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi

kompensatoris. Dalam fungsi atensi, media visual dapat menarik dan

mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran. Fungsi

afektif dari media visual dapat diamati dari tingkat “kenikmatan” siswa ketika

belajar (membaca) teks bergambar. Dalam hal ini gambar atau simbul visual dapat

menggugah emosi dan sikap siswa. Berdasarkan temuan-temuan penelitian

diungkapkan bahwa fungsi kognitif media visual melalui gambar atau lambang

visual dapat mempercepat pencapaian tujuan pembelajaran untuk memahami dan

mengingat pesan/informasi yang terkandung dalam gambar atau lambang visual

tersebut. Fungsi kompensatoris media pembelajaran adalah memberikan konteks

kepada siswa yang kemampuannya lemah dalam mengorganisasikan dan

mengingat kembali informasi dalam teks. Dengan kata lain bahwa media

pembelajaran ini berfungsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat

dalam menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dalam bentuk teks

(disampaikan secara verbal).

Dengan menggunakan istilah media pengajaran, Sudjana dan Rivai (1992)

mengemukakan beberapa manfaat media dalam proses belajar siswa, yaitu: (i)

dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa karena pengajaran akan lebih menarik

perhatian mereka; (ii) makna bahan pengajaran akan menjadi lebih jelas sehingga

dapat dipahami siswa dan memungkinkan terjadinya penguasaan serta pencapaian

tujuan pengajaran; (iii) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata

3

Page 4: peningkatan kemampuan menulis narasi melalui media komik

didasarkan atas komunikasi verbal melalui kata-kata; dan (iv) siswa lebih banyak

melakukan aktivitas selama kegiatan belajar, tidak hanya mendengarkan tetapi

juga mengamati, mendemonstrasikan, melakukan langsung, dan memerankan.

Berdasarkan atas beberapa fungsi media pembelajaran yang dikemukakan di

atas, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan media dalam kegiatan belajar

mengajar memiliki pengaruh yang besar terhadap alat-alat indera. Terhadap

pemahaman isi pelajaran, secara nalar dapat dikemukakan bahwa dengan

penggunaan media akan lebih menjamin terjadinya pemahaman yang lebih baik

pada siswa. Siswa yang belajar lewat mendengarkan saja akan berbeda tingkat

pemahaman dan lamanya “ingatan” bertahan, dibandingkan dengan siswa yang

belajar lewat melihat atau sekaligus mendengarkan dan melihat. Media

pembelajaran juga mampu membangkitkan dan membawa siswa ke dalam suasana

senang dan gembira, di mana ada keterlibatan emosianal dan mental. Tentu hal ini

berpengaruh terhadap semangat mereka belajar dan kondisi pembelajaran yang

lebih hidup, yang nantinya bermuara kepada peningkatan pemahaman siswa

terhadap materi ajar.

Media pembelajaran merupakan komponen instruksional yang meliputi

pesan, orang, dan peralatan. Dengan masuknya berbagai pengaruh ke dalam dunia

pendidikan (misalnya teori/konsep baru dan teknologi), media pendidikan

(pembelajaran) terus mengalami perkembangan dan tampil dalam berbagai jenis

dan format, dengan masing-masing ciri dan kemampuannya sendiri. Dari sinilah

kemudian timbul usaha-usaha untuk melakukan klasifikasi atau pengelompokan

4

Page 5: peningkatan kemampuan menulis narasi melalui media komik

media, yang mengarah kepada pembuatan taksonomi media pendidikan/

pembelajaran.

Usaha-usaha ke arah taksonomi media tersebut telah dilakukan oleh

beberapa ahli. Rudy Bretz, mengklasifikasikan media berdasarkan unsur

pokoknya yaitu suara, visual (berupa gambar, garis, dan simbol), dan gerak. Di

samping itu juga, Bretz membedakan antara media siar (telecommunication) dan

media rekam (recording). Dengan demikian, media menurut taksonomi Bretz

dikelompokkan menjasi 8 kategori: 1) media audio visual gerak, 2) media audio

visual diam, 3) media audio semi gerak, 4) media visual gerak, 5) media visual

diam, 6) media semi gerak, 7) media audio, dan 8) media cetak.

Pengelompokan menurut tingkat kerumitan perangkat media, khususnya

media audio-visual, dilakukan oleh C.J Duncan, dengan menyususn suatu hirarki.

Dari hirarki yang digambarkan oleh Duncan dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa

semakin tinggi tingkat hirarki suatu media, semakin rendah satuan biayanya dan

semakin khusus sifat penggunaannya. Namun demikian, kemudahan dan

keluwesan penggunaannya semakin bertambah. Begitu juga sebaliknya, jika suatu

media berada pada hirarki paling rendah. Schramm (dalam Sadiman, dkk., 1986)

juga melakukan pegelompokan media berdasarkan tingkat kerumitan dan

besarnya biaya. Dalam hal ini, menurut Schramm ada dua kelompok media yaitu

big media (rumit dan mahal) dan little media (sederhana dan murah). Lebih jauh

lagi ahli ini menyebutkan ada media massal, media kelompok, dan media

individu, yang didasarkan atas daya liput media.

5

Page 6: peningkatan kemampuan menulis narasi melalui media komik

Beberapa ahli yang lain seperti Gagne, Briggs, Edling, dan Allen, membuat

taksonomi media dengan pertimbangan yang lebih berfokus pada proses dan

interaksi dalam belajar, ketimbang sifat medianya sendiri. Gagne misalnya,

mengelompokkan media berdasarkan tingkatan hirarki belajar yang

dikembangkannya. Menurutnya, ada 7 macam kelompok media seperti: benda

untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar

gerak, film bersuara, dan mesin belajar. Briggs mengklasifikasikan media menjadi

13 jenis berdasarkan kesesuaian rangsangan yang ditimbulkan media dengan

karakteristik siswa. Ketiga belas jenis media tersebut adalah: objek/benda nyata,

model, suara langsung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran terprogram,

papan tulis, media transparansi, film bingkai, film (16 mm), film rangkai, televisi,

dan gambar (grafis).

Sejalan dengan perkembangan teknologi, maka media pembelajaran pun

mengalami perkembangan melalui pemanfaatan teknologi itu sendiri. Berdasarkan

perkembangan teknologi tersebut, Arsyad (2002) mengklasifikasikan media atas

empat kelompok: 1) Media hasil teknologi cetak, 2) Media hasil teknologi audio-

visual, 3) Media hasil teknologi berbasis komputer, dan 4) Media hasil gabungan

teknologi cetak dan komputer. Seels dan Glasgow (dalam Arsyad, 2002) membagi

media ke dalam dua kelompok besar, yaitu: media tradisional dan media teknologi

mutakhir. Pilihan media tradisional berupa media visual diam tak diproyeksikan

dan yang diproyeksikan, audio, penyajian multimedia, visual dinamis yang

diproyeksikan, media cetak, permainan, dan media realia. Sedangkan pilihan

media teknologi mutakhir berupa media berbasis telekomunikasi (misal

6

Page 7: peningkatan kemampuan menulis narasi melalui media komik

teleconference) dan media berbasis mikroprosesor (misal: permainan komputer

dan hypermedia).

Dari beberapa pengelompokkan media yang dikemukakan di atas,

tampaknya bahwa hingga saat ini belum terdapat suatu kesepakatan tentang

klasifikasi (sistem taksonomi) media yang baku. Dengan kata lain, belum ada

taksonomi media yang berlaku umum dan mencakup segala aspeknya, terutama

untuk suatu sistem instruksional (pembelajaran). Atau memang tidak akan pernah

ada suatu sistem klasifikasi atau pengelompokan yang sahih dan berlaku umum.

Meskipun demikian, apapun dan bagaimanapun cara yang ditempuh dalam

mengklasifikasikan media, semuanya itu memberikan informasi tentang

spesifikasi media yang sangat perlu kita ketahui. Pengelompokan media yang

sudah ada pada saat ini dapat memperjelas perbedaan tujuan penggunaan, fungsi

dan kemampuannya, sehingga bisa dijadikan pedoman dalam memilih media yang

sesuai untuk suatu pembelajaran tertentu.

Setiap media pembelajaran memiliki karakteristik tertentu, yang dikaitkan

atau dilihat dari berbagai segi. Misalnya, Schramm melihat karakteristik media

dari segi ekonomisnya, lingkup sasaran yang dapat diliput, dan kemudahan

kontrolnya oleh pemakai (Sadiman, dkk., 1990). Karakteristik media juga dapat

dilihat menurut kemampuannya membangkitkan rangsangan seluruh alat indera.

Dalam hal ini, pengetahuan mengenai karakteristik media pembelajaran sangat

penting artinya untuk pengelompokan dan pemilihan media. Kemp, 1975, (dalam

7

Page 8: peningkatan kemampuan menulis narasi melalui media komik

Sadiman, dkk., 1990) juga mengemukakan bahwa karakteristik media merupakan

dasar pemilihan media yang disesuaikan dengan situasi belajar tertentu.

Gerlach dan Ely mengemukakan tiga karakteristik media berdasarkan

petunjuk penggunaan media pembelajaran untuk mengantisipasi kondisi

pembelajaran di mana guru tidak mampu atau kurang efektif dapat melakukannya.

Ketiga karakteristik atau ciri media pembelajaran tersebut (Arsyad, 2002) adalah:

a) Ciri Fiksatif, yang menggambarkan kemampuan media untuk merekam,

menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau obyek; b) Ciri

Manipulatif, yaitu kamampuan media untuk mentransformasi suatu obyek,

kejadian atau proses dalam mengatasi masalah ruang dan waktu. Sebagai contoh,

misalnya proses larva menjadi kepompong dan kemudian menjadi kupu-kupu

dapat disajikan dengan waktu yang lebih singkat (atau dipercepat dengan teknik

time-lapse recording). Atau sebaliknya, suatu kejadian/peristiwa dapat

diperlambat penayangannya agar diperoleh urut-urutan yang jelas dari

kejadian/peristiwa tersebut; c) Ciri Distributif, yang menggambarkan kemampuan

media mentransportasikan obyek atau kejadian melalui ruang, dan secara

bersamaan kejadian itu disajikan kepada sejumlah besar siswa, diberbagai tempat,

dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian tersebut.

Berdasarkan uraian sebelumnya, ternyata bahwa karakteristik media,

klasifikasi media, dan pemilihan media merupakan satu kesatuan yang tidak

terpisahkan dalam penentuan strategi pembelajaran. Banyak ahli, seperti Bretz,

Duncan, Briggs, Gagne, Edling, Schramm, dan Kemp, telah melakukan

8

Page 9: peningkatan kemampuan menulis narasi melalui media komik

pengelompokan atau membuat taksonomi mengenai media pembelajaran. Dari

sekian pengelompokan tersebut, secara garis besar media pembelajaran dapat

diklasifikasikan atas: media grafis, media audio, media proyeksi diam (hanya

menonjolkan visual saja dan disertai rekaman audio), dan media permainan-

simulasi. Arsyad (2002) mengklasifikasikan media pembelajaran menjadi empat

kelompok berdasarkan teknologi, yaitu: media hasil teknologi cetak, media hasil

teknologi audio-visual, media hasil teknologi berdasarkan komputer, dan media

hasil gabungan teknologi cetak dan komputer. Masing-masing kelompok media

tersebut memiliki karakteristik yang khas dan berbeda satu dengan yang lainnya.

Karakteristik dari masing-masing kelompok media tersebut akan dibahas dalam

uraian selanjutnya.

Media grafis. Pada prinsipnya semua jenis media dalam kelompok ini

merupakan penyampaian pesan lewat simbol-simbol visual dan melibatkan

rangsangan indera penglihatan. Karakteristik yang dimiliki adalah: bersifat

kongkret, dapat mengatasi batasan ruang dan waktu, dapat memperjelas suatu

masalah dalam bidang masalah apa saja dan pada tingkat usia berapa saja, murah

harganya dan mudah mendapatkan serta menggunakannya, terkadang memiliki

ciri abstrak (pada jenis media diagram), merupakan ringkasan visual suatu proses,

terkadang menggunakan simbol-simbol verbal (pada jenis media grafik), dan

mengandung pesan yang bersifat interpretatif.

Media audio. Hakekat dari jenis-jenis media dalam kelompok ini adalah

berupa pesan yang disampaikan atau dituangkan ke dalam simbol-simbol auditif

9

Page 10: peningkatan kemampuan menulis narasi melalui media komik

(verbal dan/atau non-verbal), yang melibatkan rangsangan indera pendengaran.

Secara umum media audio memiliki karakteristik atau ciri sebagai berikut:

mampu mengatasi keterbatasan ruang dan waktu (mudah dipindahkan dan

jangkauannya luas), pesan/program dapat direkam dan diputar kembali sesukanya,

dapat mengembangkan daya imajinasi dan merangsang partisipasi aktif

pendengarnya, dapat mengatasi masalah kekurangan guru, sifat komunikasinya

hanya satu arah, sangat sesuai untuk pengajaran musik dan bahasa, dan

pesan/informasi atau program terikat dengan jadwal siaran (pada jenis media

radio).

Media proyeksi diam. Beberapa jenis media yang termasuk kelompok ini

memerlukan alat bantu (misal proyektor) dalam penyajiannya. Ada kalanya media

ini hanya disajikan dengan penampilan visual saja, atau disertai rekaman audio.

Karakteristik umum media ini adalah: pesan yang sama dapat disebarkan ke

seluruh siswa secara serentak, penyajiannya berada dalam kontrol guru, cara

penyimpanannya mudah (praktis), dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan

indera, menyajikan obyek-obyek secara diam (pada media dengan penampilan

visual saja), terkadang dalam penyajiannya memerlukan ruangan gelap, lebih

mahal dari kelompok media grafis, sesuai untuk mengajarkan keterampilan

tertentu, sesuai untuk belajar secara berkelompok atau individual, praktis

dipergunakan untuk semua ukuran ruangan kelas, mampu menyajikan teori dan

praktek secara terpadu, menggunakan teknik-teknik warna, animasi, gerak lambat

untuk menampilkan obyek/kejadian tertentu (terutama pada jenis media film), dan

10

Page 11: peningkatan kemampuan menulis narasi melalui media komik

media film lebih realistik, dapat diulang-ulang, dihentikan, dsb., sesuai dengan

kebutuhan.

Media permainan dan simulasi. Ada beberapa istilah lain untuk kelompok

media pembelajaran ini, misalnya simulasi dan permainan peran, atau permainan

simulasi. Meskipun berbeda-beda, semuanya dapat dikelompkkan ke dalam satu

istilah yaitu permainan (Sadiman, 1990). Ciri atau karakteristik dari media ini

adalah: melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar, peran pengajar tidak

begitu kelihatan tetapi yang menonjol adalah aktivitas interaksi antarsiswa, dapat

memberikan umpan balik langsung, memungkinkan penerapan konsep-konsep

atau peran-peran ke dalam situasi nyata di masyarakat, memiliki sifat luwes

karena dapat dipakai untuk berbagai tujuan pembelajaran dengan mengubah alat

dan persoalannya sedikit saja, mampu meningkatkan kemampuan komunikatif

siswa, mampu mengatasi keterbatasan siswa yang sulit belajar dengan metode

tradisional, dan dalam penyajiannya mudah dibuat serta diperbanyak.

Komik merupakan media pembelajaran yang bersifat visual. Komik dapat

digunakan sebagai contoh untuk menjelaskan konsep-konsep yang sangat abstrak

dan memerlukan objek yang konkret pada beberapa mata pelajaran. Selain itu

komik juga merupakan gabungan dari dua seni yaitu seni rupa dan seni sastra,

sehingga akan lebih memudahkan dalam memahami alur cerita. Begitu pula dalam

kegiatan menulis, alur cerita yang ada dalam komik ditunjang dengan ilustrasi

gambar sehingga memberikan nilai lebih pada proses imajinasi dan daya tangkap

11

Page 12: peningkatan kemampuan menulis narasi melalui media komik

siswa. Kemampuan imajinasi seseorang dapat berkembang dengan baik jika

ditunjang dengan bukti konkret.

Mengamati fakta yang terjadi di lapangan, kesulitan yang dialami siswa

dalam menulis karangan narasi terletak pada daya imajinasi yang kurang, artinya

dalam menulis karangan, imajinasi cenderung terhambat atau tidak berkembang.

Penyebab terjadinya hal itu terletak pada cara penyampaian materi yang monoton

dan membosankan. Penyampaian materi dan media pembelajaran yang bervatiatf

dapat merangsang imajinasi siswa sehingga dapat menumbuhkan keinginan dan

daya kreativitas siswa.

Berdasarkan uraian di atas, diharapkan siswa dapat meningkatkan

kemampuan pada pembelajaran keterampilan berbahasa, khususnya menulis

karangan narasi melalui media komik. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dalam peningkatan kemampuan pada pembelajaran menulis

karangan narasi melalui media komik siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Cibinong,

Kabupaten Bogor. Atas dasar itulah peneliti mengambil judul Peningkatan

Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Media Komik Siswa Kelas VIII

SMP Negeri 2 Cibinong, Kabupaten Bogor.

1.2 Perumusan Masalah

Setelah mengetahui masalah yang terjadi dalam pembelajaran menulis

karangan narasi melalui media komik, peneliti merumuskan masalah lebih

spesifik, yaitu

12

Page 13: peningkatan kemampuan menulis narasi melalui media komik

1. Adakah peningkatan kemampuan menulis karangan narasi melalui

media komik siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Cibinong, Kabupaten

Bogor?

2. Kendala apa saja yang dihadapi oleh siswa kelas VIII SMPN 2

Cibinong, Kabupaten Bogor, dalam pembelajaran menulis karangan

narasi melalui media komik?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk

1) Memperoleh gambaran peningkatan kemampuan siswa kelas VIII SMP

Negeri 2 Cibinong, Kabupaten Bogor, pada pembelajaran menulis

karangan narasi melalui media komik.

2) Mengetahui kendala apa yang dihadapi oleh siswa kelas VIII SMP

Negeri 2 Cibinong, Kabupaten Bogor, dalam pembelajaran menulis

karangan narasi melalui media komik.

1.4 Manfaat Penelitain

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, peneliti berharap hasil penelitian ini

dapat bermanfaat bagi

1) Peneliti

Diharapkan mampu menambah wawasan tentang penggunaan media

pembelajaran, khususnya penggunaan media komik dalam

pembelajaran menulis karangan narasi.

13

Page 14: peningkatan kemampuan menulis narasi melalui media komik

2) Siswa

Penggunaan media komik diharapkan dapat meningkatkan prestasi

siswa, khususnya kemampuan dalam menulis karangan narasi.

3) Guru

Menambah pengetahuan tentang penggunaan media pembelajaran

dalam kegiatan proses belajar mengajar, serta mampu menerapkannya

dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

1.5 Anggapan Dasar dan Hipotesis

a. Belajar bukanlah teknologisasi (robot) bagi siswa, melainkan proses

untuk membangun penghayatan terhadap suatu materi yang

disampaikan, sehingga proses belajar tidak hanya menyampaikan materi

yang bersifat normatif (tekstual) tetapi harus juga menyampaikan materi

yang bersifat kontekstual. (Muchith, 2008: 72)

b. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbin, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan

formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. (Kunandar, 2007:

54)

c. Komposisi gambar dalam komik dapat memudahkan siswa dalam

pengembangan daya imajinasi.

14

Page 15: peningkatan kemampuan menulis narasi melalui media komik

d. Pembelajaran karangan narasi erat kaitannya dengan aspek penguasaan

bahasa tulis. (Tarigan, 1994: 68)

1.6 Definisi Operasional

Untuk memudahkan istilah-istilah yang dipakai dalam penelitian ini, maka

peneliti mendefinisikan batasan-batasannya sebagai berikut:

1) Pembelajaran ialah upaya yang disengaja dan direncanakan sedemikian

rupa oleh pihak guru sehingga memungkinkan terciptanya suasana dan

aktivitas belajar yang kondusif bagi para siswanya. (Jamaludin, 2003:

9)

2) Kualitas pembelajaran (quality of instruction) merupakan keadaan yang

mendorong siswa untuk aktif belajar dan mempertahankan kondisinya

agar tetap dalam keadaan siap menerima pelajaran. Kualitas

pembelajaran ditentukan oleh kualitas penyajian, penjelasan, dan

pengaturan unsur-unsur tugas belajar.

(http://andierfan.multiplay.com/jurnal/item/5/Model Mastery Learning)

3) Mengarang merupakan keterampilan menulis. Mengarang dapat

dipahami sebagai keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang

mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis

kepada pembaca untuk dipahami tepat seperti yang dimaksudkan oleh

pengarang atau penulis. (http://one.indoskripsi.com/node/9029)

15

Page 16: peningkatan kemampuan menulis narasi melalui media komik

4) Menulis narasi yaitu jenis tulisan atau karangan yang sifatnya bercerita,

baik berdasarkan pengalaman dan pengamatan maupun berdasarkan

rekaan pengarang. (http://one.indoskripsi.com/node/9029)

5) Komik adalah cerita serial bergambar sebagai perpaduan karya seni

rupa dengan seni sastra. (Ensiklopedia Nasional Indonesia 1990: 54)

Berdasarkan uraian di atas, definisi operasional penelitian ini adalah

menyajikan pembelajaran keterampilan berbahasa dengan mengaitkan antara

materi yang diajarkan dengan media komik dalam meningkatkan hasil belajar

siswa pada pembelajaran menulis karangan narasi.

16

Page 17: peningkatan kemampuan menulis narasi melalui media komik

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, R. H. 1987. Pemilihan dan Pengembangan Media Untuk

Pembelajaran, Alih bahasa oleh: Yusufhadi Miarso, dkk., edisi 1.

Jakarta: Penerbit CV. Rajawali.

Arsyad, A. 2002. Media Pembelajaran, edisi 1. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Bruner, J. S. 1966. Toward a Theory of Instruction. Cambridge: Harvad

University.

Criticos, C. 1996. Media selection. Plomp, T & Ely, D.P (Eds): International

Encyclopedia of Educational Technology, 2nd ed. UK: Cambridge

University Press. pp. 182 - 185.

Degeng, N. S. 2001. Media Pembelajaran. Dalam kumpulan makalah PEKERTI

(Pengembangan Keterampilan Instruntur) untuk Quatum Teaching.

Karya tidak diterbitkan.

Gagne, R. M. 1985. The Condition of Learning and Theory of Instruction, 4th ed.

New York: CBS College Publishing.

Gagne, R.M., Briggs, L.J & Wager, W.W. 1988. Principles of Instruction Design,

3rd ed. New York: Saunders College Publishing.

17

Page 18: peningkatan kemampuan menulis narasi melalui media komik

Hamalik, O. 1994. Media Pendidikan, cetakan ke-7. Bandung: Penerbit PT. Citra

Aditya Bakti.

Heinich, R., Molenda, M., & Russel, J.D. 1993. Instructional Media and the New

Technologies of Instruction, 4th ed. New York: Macmillan Publishing

Company.

Sadiman, A.S., Rahardjo, R., Haryono, A., & Rahadjito. 1990. Media Pendidikan:

pengertian, pengembangan dan pemanfaatannya, edisi 1. Jakarta:

Penerbit CV. Rajawali.

Sudjana, N. & Rivai, A. 1992. Media Pengajaran. Bandung: Penerbit CV. Sinar

Baru Badung.

18