peningkatan hasil belajar pai dan budi pekerti materi...
TRANSCRIPT
i
PENINGKATAN HASIL BELAJAR PAI DAN BUDI PEKERTI
MATERI TOLERANSI, KERUKUNAN, DAN
MENGHINDARKAN DIRI DARI TINDAK KEKERASAN
MENGGUNAKAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING
LEARNING
PADA SISWA KELAS XI AK 2 SEMESTER I SMK
DIPONEGORO SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2018/2019
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
UMMU ATHIKA RAHMI
NIM: 23010150013
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2019
ii
iii
PENINGKATAN HASIL BELAJAR PAI DAN BUDI PEKERTI
MATERI TOLERANSI, KERUKUNAN, DAN
MENGHINDARKAN DIRI DARI TINDAK KEKERASAN
MENGGUNAKAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING
LEARNING
PADA SISWA KELAS XI AK 2 SEMESTER I SMK
DIPONEGORO SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2018/2019
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
UMMU ATHIKA RAHMI
NIM: 23010150013
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2019
iv
v
vi
vii
MOTTO
“Sesungguhnya, balas dendam terbaik adalah
dengan memperbaiki dirimu sendiri”
Ali bin Abi Thalib
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Beliau yang takkan pernah kulupakan dan takkan pernah bosan lisan ini
menyebut namanya, Bapak Sutarman dan Ibu Zuhrotul Janah, kedua orangtua
hebat yang tiada henti bekerja keras dan memotivasiku untuk menjadi pribadi
yang berguna dan bermanfaat, sosok yang selalu hadir dalam setiap keadaanku.
2. Seluruh keluarga besar Simbah Pawirorejo (alm) dan Simbah Hartono (alm)
yang tidak mampu kusebutkan satu persatu, yang tidak pernah lupa
mengingatkanku untuk segera menyelesaikan studi dan mampu
mengimplementasikan dalam kehidupan nyata dalam masyarakat.
3. Segenap civitas akademika SMK Diponegoro Salatiga, khususnya Bapak Budi
Santoso, S.Pd.I yang telah banyak membantu saya untuk menyelesaikan
penelitian skripsi ini.
4. Sahabat yang senantiasa memotivasi dan mendoakanku di setiap waktu, dan
sahabat tak pernah lekang oleh waktu Mbak Nabila Azka, Dek Luluk Nur
Hamidah, Dek Apsari Javiera Hambali.
5. Sahabat PMII Rumah 19 yang tidak pernah kulupakan dan selalu memberikan
doa serta dukungannya meski tak pernah kuminta (Dek Mar’ah, Dek
Maghfirotun, Dek Azizah, Dek Khusnul, Dek Rahma, Dek Galih, Dek Ain,
Dek Anang, Dek Ahmad, Dek Astrini).
6. Keluarga besar kos Bapak Khamdi, terimakasih atas motivasi dan
pengertiannya selama saya mengerjakan skripsi.
ix
7. Keluarga besar PMII Kota Salatiga yang telah mengajarkan banyak hal
sehingga saya mampu mengambil banyak pengalaman berproses di dalamnya.
8. Sahabat perjuangan PAI angkatan 2015 FTIK IAIN Salatiga semoga selalu
dimudahkan dalam segala urusannya.
9. Keluarga PPL SMA N 3 Salatiga yang selalu saling memberi motivasi untuk
mewujudkan impian.
10. Keluarga KKN Desa Surodadi 2019 Posko 128 yang telah menorehkan cerita
indah kebersamaan.
x
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang paling indah, kecuali untaian puji dan syukur kehadirat
Ilahi Robbi yang telah melimpahkan segala karunianya sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Shalaw dan salam senantiasa
tercurahkan keharibaan nabiyullah Muhammad SAW, sang revolusioner sejati
dengan dakwah islamnya sehingga kita mampu menghirup kedamaian Islam
secara baik di negeri kita yang gemah ripah loh jinawi. Semoga kita tergolong
umat beliau yang kelak akan menerima syafaatnya, amin allohuma amin.
Dengan ridho dan rahmat Allah SWT, akhirnya penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini dengan tujuan memnuhi persyaratan memperoleh gelar
sarjana program studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan pada Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Tak lupa pula penulis haturkan terimakasih yang tiada terkira serta
penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
(FTIK)
3. Ibu Hj. Siti Rukhayati, M.Ag selaku Ketua Program Pendidikan Agama Islam
(PAI)
4. Bapak Sutrisna, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah berkenan
meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis dalam penyusunan
skripsi.
xi
xii
ABSTRAK
Rahmi, Ummu Athika. 2019. Peningkatan Hasil Belajar PAI dan Budi Pekerti
Materi Toleransi, Kerukunan, dan Menghindarkan Diri Dari Tindak
Kekerasan Menggunakan Model Contextual Teaching Learning Pada
Siswa Kelas XI AK 2 Semester I SMK Diponegoro Salatiga Tahun
Pelajaran 2018/2019. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam.
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri
Salatiga. Pembimbing: Sutrisna, M.Pd
Kata Kunci : Hasil belajar, PAI Model Contextual Teaching Learning
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa penerapan model
pembelajaran Contextual Teaching Learning dapat meningkatkan hasil belajar
Pendidikan Agama Islam materi toleransi, kerukunan, dan menghindarkan diri
dari tindak kekerasan pada siswa kelas XI AK 2 SMK Diponegoro Salatiga yang
terdiri dari 27 siswa.
Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
terdiri dari 2 siklus dengan 4 tahapan dalam setiap siklusnya, yaitu perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan/observasi, dan reflkesi. Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) ini menggunakan metode pengumpulan data yaitu wawancara, observasi,
dan dokumentasi.
Penelitian ini menunjukkan bahwa hasil pra siklus 19% (5 siswa) yang
memenuhi KKM, sedangkan 81% (22 siswa) belum memenuhi SKBM dengan
nilai rata-rata 61,85. Meningkat pada siklus I 44% (12 siswa) mencapai SKBM,
56% (15 siswa) belum mencapai SKBM dengan nilai rata-rata 70,37. Namun,
belum memenuhi indikator keberhasilan secara klasikal dan individual. Oleh
karenanya, dilanjutkan pada siklus II dengan hasil 89% (24 siswa) mencapai
kriteria ketuntasan dan hanya 11% (4 siswa) yang tidak tuntas dengan nilai rata-
rata 81,85. Dengan demikian, hasil belajar yang diperoleh siswa dari siklus I ke
siklus II mengalami peningkatan 45%. Maka, terbukti bahwa model pembelajaran
Contextual Teaching Learning dapat meningkatkan hasil belajar PAI materi
toleransi, kerukunan, dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan pada siswa
kelas XI AK 2 semester I SMK Diponegoro Salatiga tahun pelajaran 2018/2019.
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN BERLOGO ...................................................................................... ii
HALAMAN SAMPUL ......................................................................................... iii
HLAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... iv
PENGESAHAN KELULUSAN ........................................................................... v
DEKLARASI ........................................................................................................ vi
MOTTO ............................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ............................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... x
ABSTRAK ........................................................................................................... xii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 10
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 10
D. Kegunaan Penelitian..................................................................................... 11
E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan .......................................... 12
F. Definisi Opersional....................................................................................... 13
G.Metode Penelitian ......................................................................................... 15
H. Sistematika Penulisan .................................................................................. 23
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 25
A. Peningkatan Hasil Belajar PAI dan Budi Pekerti ........................................ 25
1. Peningkatan ................................................................................................ 25
2. Hasil Belajar ............................................................................................... 25
xiv
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ...................................... 29
4. Ruang Lingkup Hasil Belajar Peserta Didik .............................................. 35
5. Pendidikan Agama Islam ........................................................................... 36
6. Toleransi, Kerukunan, dan Menghindarkan Diri dari Tindak Kekerasan .. 41
B. Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) ....................... 46
1. Model Pembelajaran .................................................................................. 46
2. Pengertian Model Contextual Teaching Learning ..................................... 48
3. Karakteristik Pembelajaran CTL ............................................................... 51
4. Prinsip Pembelajaran CTL ......................................................................... 53
5. Langkah-langkah Pembelajaran CTL ........................................................ 55
6. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran CTL .......................................... 57
C. Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) ............................................ 58
1. Pengertian Standar Ketuntasan Belajar Minimal ....................................... 58
2. Prosedur Penetapan SKBM ........................................................................ 59
3. Fungsi Ketuntasan Minimal ....................................................................... 60
D. Kajian Pustaka ............................................................................................. 60
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ....................................................... 63
A. Gambaran Umum SMK Diponegoro Salatiga ............................................. 63
1. Profil SMK Diponegoro Salatiga ............................................................... 63
2. Sejarah SMK Diponegoro Salatiga ............................................................ 63
3. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah .................................................................. 64
4. Keadaan Pendidik SMK Diponegoro Salatiga ........................................... 66
5. Keadaan Siswa SMK Diponegoro Salatiga ............................................... 68
6. Sarana dan Fasilitas Pendidikan ................................................................. 69
B. Subjek Penelitian .......................................................................................... 69
C. Pelaksanaan Penelitian ................................................................................. 71
D. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ................................................................. 72
1. Deskripsi Pelaksanaan Pra Siklus .............................................................. 72
2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I .................................................................. 73
3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ................................................................. 78
xv
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 83
A. Hasil Penelitian ............................................................................................ 83
1. Deskripsi Pra Siklus .................................................................................. 83
2. Deskripsi Siklus I ...................................................................................... 90
3. Deskripsi Siklus II ..................................................................................... 98
4. Perbandingan Hasil Pra Siklus, Siklus I, Siklus II .................................. 104
B. Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................................... 108
1. Pra Siklus ................................................................................................. 108
2. Siklus I ..................................................................................................... 109
3. Siklus II .................................................................................................... 110
4. Perbandingan Ketuntasan Belajar Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ...... 111
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 115
A. Kesimpulan ................................................................................................ 115
B. Saran ........................................................................................................... 116
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xvi
DAFTAR DIAGRAM ATAU GRAFIK
Grafik 4.1 Nilai Evaluasi Pra Siklus ..................................................................... 87
Diagram 4.2 Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Pra Siklus ...................................... 89
Grafik 4.3 Nilai Evaluasi Siklus I ......................................................................... 94
Diagram 4.4 Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I .......................................... 96
Grafik 4.5 Nilai Evaluasi Siklus II ...................................................................... 101
Diagram 4.6 Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II....................................... 103
Diagram 4.7 Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Per Siklus .................................... 107
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Nilai Hasil Belajar Siswa XI AK 2 ......................................................... 8
Tabel 3.1 Data Guru SMK Diponegoro Salatiga .................................................. 66
Tabel 3.2 Data Siswa SMK Diponegoro Berdasarkan Tingkat Pendidikan ......... 68
Tabel 3.3 Data Siswa SMK Diponegoro Berdasarkan Agama ............................. 69
Tabel 3.4 Data Siswa Kelas XI AK 2 ................................................................... 70
Tabel 4.1 Nilai Hasil Belajar Pra Siklus ............................................................... 84
Tabel 4.2 Rentang Nilai Hasil Belajar Pra Siklus ................................................. 86
Tabel 4.3 Distribusi Ketuntasan Belajar Pra Siklus ............................................. 88
Tabel 4.4 Nilai Evaluasi Siklus I........................................................................... 90
Tabel 4.5 Rentang Nilai Evaluasi Siklus I ............................................................ 92
Tabel 4.6 Distribusi Ketuntasan Siklus I .............................................................. 94
Tabel 4.7 Nilai Evaluasi Siklus II ......................................................................... 98
Tabel 4.8 Rentang Nilai Siklus II ....................................................................... 100
Tabel 4.9 Distribusi Ketuntasan Siklus II ........................................................... 102
Tabel 4.10 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar ............................................ 104
Tabel 4.11 Hasil Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar .............................................. 112
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Lampiran II Soal Post Test Siklus I
Lampiran III Soal Post Test Siklus II
Lampiran IV Lembar Jawaban Soal Post Test Siklus I
Lampiran V Lembar Jawaban Soal Post Test Siklus II
Lampiran VI Lembar Observasi Guru Siklus I
Lampiran VII Lembar Observasi Guru Siklus II
Lampiran VIII Lembar Observasi Siswa Siklus I
Lampiran IX Lembar Observasi Siswa Siklus II
Lampiran X Dokumentasi Kegiatan
Lampiran XI Surat Penunjukan Pembimbing Skripsi
Lampiran XII Surat Ijin Penelitian
Lampiran XIII Surat Bukti Penelitian
Lampiran XIV Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran XV SKK
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk yang sempurna, memiliki banyak
kelebihan diantaranya adalah makhluk paedagogik yaitu dapat mendidik
dan dididik. Sehingga, proses pendidikan menjadi penting bagi kehidupan
manusia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:263) pendidikan
adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik. Oleh karena itu mengartikan
diri menjadi seorang manusia salah satu caranya adalah dengan
berpendidikan.
Dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
Nasional pasal 1 ayat (1) dijelaskan bahwa, Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara. Demikian halnya, bahwa pendidikan
menjadi usaha sadar dan terencana bagi seluruh rakyat Indonesia sebagai
upaya memperbaiki diri serta bangsa agar tercapai cita cita luhur bangsa.
2
Pada dasarnya, permasalahan pendidikan di Indonesia masih sangat besar
dipengaruhi oleh tingkat kesadaran rakyat Indoensia untuk melakukan
perubahan melalui pendidikan.
Istilah pendidikan berkenaan dengan fungsi yang luas dari
pemeliharaan dan perbaikan kehiudpan suatu masyarakat baru (generasi
muda) pada pengenalan terhadap kewajiban dan tanggung jawabnya di
tengah masyarakat. Jadi, proses pendidikan jauh lebih luas daripada proses
yang berlangsung di sekolah. Pendidikan adalah suatu aktivitas sosial
penting yang berfungsi mentransformasikan keadaan suatu masyarakat
menuju keadaan yang lebih baik. Keterkaitan pendidikan dengan keadaan
sosial sangat erat sehingga pendidikan mungkin mengalami proses
spesialisasi dan institusionalisasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat
yang kompleks dan modern. Meskipun demikian, proses pendidikan secara
menyeluruh tidak bisa dilepaskan dari proses pendidikan informal yang
berlangsung di luar sekolah (Saebani dan Achdhiyat, 2009:9). Pendidikan
secara garis besar bukan semata mata duduk di bangku sekolah formal,
namun juga berada pada dunia nyata ditengah masyarakat yang
multikultural. Sehingga makna luas pendidikan mencakup banyak hal,
terlebih pada implementasinya menjadi warga negara Indonesia yang baik
dengan menjunjung tinggi kerukunan serta menghargai perbedaan.
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan
adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia secara sengaja dan
sistematis untuk memotivasi, membina, membantu dan membimbing
3
seseorang untuk mengembangkan segala potensi sehingga mencapai
kualitas diri yang lebih baik. Kualitas diri yang baik bisa terlihat manakala
akhlak dan perilakunya mencerminkan bahwa diri seorang manusia
tersebut mengalami peningkatan ketaqwaan, karena tidak ada tujuan lain
di dunia bagi seorang manusia selain bertaqwa pada Tuhannya. Oleh
karenanya usaha yang dilakukan oleh manusia untuk mencapai kualitas
diri yang baik adalah dengan belajar. Karena pada hakikatnya tidak ada
manusia yang semata-mata bisa tanpa usaha.
Belajar dalam lingkungan formal sebagai usaha untuk menempuh
jenjang pendidikan sesuai dengan peraturan yang ada di Indonesia
dilakukan di lingkungan sekolah. Siswa atau anak didik merupakan subjek
yang terlibat dalam proses belajar mengajar di sekolah. Bagi siswa belajar
merupakan aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Sehingga, pengaruh
belajar bagi siswa di sekolah menjadi penting untuk proses peningkatan
potensi dan kualitas sejak dini. Dalam proses belajar tersebut siswa
menggunakan kemampuan mentalnya untuk mempelajari bahan ajar.
Sedangkan belajar dalam lingkungan nonformal dapat dilakukan
dengan mengikuti kegiatan sosial kemasyarakatan yang secara praktek
didalamnya mengajarkan bagaimana saling menghargai dan menghomarti
orang lain, tolong menolong, kerjasama, dan lain sebagainya. Pendidikan
nonformal meliputi usaha khusus yang diselenggarakan secara
terorganisasi agar generasi muda maupun dewasa, yang tidak sepenuhnya
atau sama sekali tidak berkesempatan mengikuti pendidikan sekolah dapat
4
memiliki pengetahuan praktis dan berketerampilan dasar memiliki
pengetahuan dasar yang mereka perlukan sebagai warga masyarakat yang
produktif.
Tolak ukur berhasil tidaknya suatu pembelajaran selain dilihat dari
perubahan tingkah laku siswa tersebut dapat dilihat pula melalui
pencapaian hasil belajar yang maksimal setelah diadakan evaluasi di akhir
proses pembelajaran. Dengan mengetahui hasil belajar siswa maka dapat
menjadi tolak ukur bagi pendidik untuk mengetahui sejauh mana proses
pembelajaran itu berlangsung, dan sejauh mana siswa tersebut memahami
materi pembelajaran yang telah diajarkan, serta sejauh mana siswa tersebut
mencapai pendidikan yang telah ditetapkan.
Pendidkan agama Islam (PAI) merupakan salah satu bentuk
pendidikan yang harus diatanamkan sedini mungkin karena didalamnya
terdapat pembelajaran tentang pendidikan karakter yang mempengaruhi
akhlak pada anak. Serta, pendidikan agama Islam juga mengajarkan
tentang pemahaman kebenaran yang benar bukan hanya sebuah anggapan
sehingga mampu mewujudkan manusia menjadi insan yang betaqwa.
Menurut Ramayulis (2014:21) pendidikan agama Islam (PAI) adalah
upaya sadar atau terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk
mengenal, memahami, menghayati, mengimani, berakhlak mulia,
bertakwa, dan mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya
yaitu Al-Qur’an dan hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran
latihan, serta penggunaan pengalaman. Dengan demikian, dalam
5
pembelajaran PAI diperlukan metode pembelajaran yang lebih interaktif,
kreatif, tidak monoton, memberikan keleluasaan berfikir siswa serta siswa
diajak berfikir aktif untuk mengkolaborasikan hal-hal yang dilakukan
dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan landasan utama sumber belajar
PAI yaitu Al-Qur’an dan hadis.
Kondisi pembelajaran PAI sekarang masih banyak diwarnai
dengan metode konvensional yaitu ceramah sehingga menurunkan minat
belajar siswa dalam pembelajaran PAI. Metode ceramah adalah,
penerangan dan penuturan secara lisan oleh pendidik terhadap peserta
didik di kelas (Ramayulis, 2014:445). Dengan kata lain dapat pula
dimaksudkan, bahwa metode ceramah atau lecturing method itu adalah
suatu cara penyajian atau penyampaian informasi melalui penerangan dan
penuturan lisan oleh pendidik terhadap peserta didiknya. Metode ceramah
hanya menitikberatkan guru sebagai pusat informasi dan siswanya sebagai
pendengar setia saja. Ditambah lagi guru hanya memberikan tugas
menghafal atau menulis (mencatat) materi pelajaran, atau hanya
memberikan tugas tambahan setelah itu guru meninggalkan kelas. Di era
milenial seperti sekarang ini metode ceramah menjadi metode
pembelajaran yang sangat kurang efektif karena pengaruh perkembangan
teknologi yang menyebabkan siswa mampu mencari informasi lebih
lengkap di internet daripada mendengarkan paparan guru yang dianggap
membosankan.
6
Pendidikan agama Islam berfungsi sebagai penunjang kehidupann
dalam berinteraksi ataupun bermuamalah, dengan adanya agama Islam kita
bisa membedakan mana yang benar maupun yang salah. Ramayulis
(2014:21) mengemukakan bahwa fungsi pendidikan agama Islam salah
satunya adalah pengembangan dan penyaluran. Pengembangan yaitu
meningkatkan keimanan dak ketaqwaan peserta didik kepada Allah SWT
yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga, kemudian yang
dimaksud penyaluran adalah menyalurkan peserta didik yang memiliki
bakat khusus dibidang agama agar bakat tersebut dapat berkembang secara
optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan dapat pula
bermanfaat bagi orang lain.
Dalam mewujudkan hal tersebut, maka diperlukan elemen-elemen
penunjang pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI), salah satunya
adalah peran guru dalam kelas. Guru tidak hanya sebagai penyampai
informasi, tetapi juga sebagai fasilitator, motivator dan pembimbing yang
memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengembangkan pola
fikir aktif. Dalam meningkatkan hasil belajar atau prestasi belajar pada
anak, maka guru dalam menyampaikan materi pembelajaran haruslah
dibuat menarik untuk membangunkan motivasi peserta didik belajar
pendidikan agama Islam. Oleh karenanya, diperlukan metode
pembelajaran yang berbasis kontekstual dan menarik agar peserta didik
dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari tanpa harus
kesulitan mencari contoh permasalahan. Kerap kali, permasalahn yang
7
timbul dalam materi pembelajran pendidikan agama Islam hadir disekitar
anak namun tanpa disadari anak tersebut mencari solusi bukan atas dasar
pemikiran agama Islam namun atas kemenangan ego dan kekuasaan diri
yang dipengaruhi oleh pergaulan era modern.
Model Contextual Teaching Learning memicu siswa untuk berfikir
kritis, karena metode ini menerapkan pemahaman peserta didik sesuai
dengan konteks yang ada kaitannya dengan kehidupan peserta didik baik
dari segi pribadi, sosial, dan budayanya. Dengan diberlakukannya model
pembelajaran CTL diharapkan proses belajar peserta didik berlangsung
alamiah dimana peserta didik mengalami bukan hanya sebatas transfer
ilmu dari gurunya. Model Contextual Teaching Learning merupakan
suatu model yang bisa dijadikan oleh para pendidik sebagai senjata untuk
tercapainya tujuan belajar yang maksimal, serta mampu memberikan suatu
keadaan dimana materi belajar yang dipelajari peserta didik dapat
terkoneksikan dengan kehidupan nyata.
Sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan oleh penulis dengan
melakukan wawancara terhadap guru PAI dan Budi Pekerti kelas XI AK 2
yang menjelaskan bahwa materi toleransi, kerukunn, dan menghindarkan
diri dari tindak kekerasan asih jauh dari SKBM yang ditentukan. Baik
dilihat secara individual dan klasikal. SMK Dionegoro salatiga adalah
salah satu sekolah yang memiliki kultur yang majemuk serta minat
terhadap pembelajaran PAI yang cukup rendah dibandingkan pelajaran
jurusannya, sehingga memerlukan model pembelajaran yang akan
8
meningkatkan hasil belajar siswa yang ditempuh dengan penelitian
tindakan kelas (PTK).
Berikut adalah hasil belajar siswa yang diperoleh dari guru PAI
dan Budi Pekerti kelas XI AK 2 materi toleransi, kerukunan, dan
menghindarkan diri dari tindak kekerasan:
Tabel 1.1 Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas XI AK 2 Semester I
SMK Diponegoro Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019 Mata
Pelajaran PAI dan Budi Pekerti Materi Toleransi, Kekerasan, dan
Menghindarkan Diri dari Tindak Kekerasan
No Nama Nilai Keterangan
1. Ahmat Rifai 40 Tidak Tuntas
2. Alfia Nor Sho’ada 70 Tidak Tuntas
3. Alfiyatun Najah 60 Tidak Tuntas
4. Amalia Rosita 65 Tidak Tuntas
5. Arina Manasikana 50 Tidak Tuntas
6. Deva Mahesa Putra 50 Tidak Tuntas
7. Eni Puspitasari 70 Tidak Tuntas
8. Erika Sariningsih 70 Tidak Tuntas
9. Fahrul Efendi Suradianto 50 Tidak Tuntas
10. Fatma Dwi Dayanti 50 Tidak Tuntas
11. Hesti Purwaningsih 60 Tidak Tuntas
12. Ifa Nurafifah 60 Tidak Tuntas
13. Laely Nur Mala 60 Tidak Tuntas
9
14. Miftakhul Rizky 70 Tidak Tuntas
15. Mustika Arifiani 50 Tidak Tuntas
16. Nur Leha 75 Tuntas
17. Nurul Hidayah 80 Tuntas
18. Putri Andini 50 Tidak Tuntas
19. Riana Meisya Sari 60 Tidak Tuntas
20. Riska Nur Khasanah 75 Tuntas
21. Rosita Rahmawati 60 Tidak Tuntas
22. Siska Wulansari 50 Tidak Tuntas
23. Sunariyah 75 Tuntas
24. Sya’idah Al Mudalifah 70 Tidak Tuntas
25. Umi Isnawati 60 Tidak Tuntas
26. Wahyu Dwi Lestari 60 Tidak Tuntas
27. Zitni Masfufah 80 Tuntas
JUMLAH 1670
RATA-RATA 61,85
PROSENTASE KETUNTASAN 11%
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik unuk
mengadakan penelitian terhadap model contextaul teaching learning untuk
meningkatkan hasil belajar siswa SMK. Maka penelitian ini diberi judul:
Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran PAI dan Budi Pekerti Materi
Toleransi, Kerukuan, dan Menghindarkan Diri dari Tindak Kekerasan
10
Menggunakan Model Contextual Teaching Learning Pada Siswa Kelas XI
AK 2 Semester I SMK Diponegoro Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka
masalah yang ingin dikaji adalah:
1. Apakah penggunaan model contextual teaching learning pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti materi
toleransi, kerukunan, dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan
dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas XI AK 2 semester I
SMK Diponegoro Salatiga tahun pelajaran 2018/2019?
2. Apakah model contextual teaching learning pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti materi toleransi,
kerukunan, dan menghinarkan diri dari tindak kekerasan dapat
mencapai target SKBM kelas 85%?
C. Tujuan Penelitian
1. Penelitian ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan hasil belajar
pendidikan agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti materi toleransi,
kerukunan, dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan
menggunakan model contextual teaching learning pada siswa kelas XI
AK 2 semester I SMK Diponegoro Salatiga tahun pelajaran
2018/2019.
2. Untu mengetahui bahwa model contextual teaching learnring pada
pelajaran PAI dan Budi pekerti materi toleransi, kerukunan, dan
11
menghindarkan diri dari tindak kekerasan dapat mencapai target KBM
85%.
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat pada dunia
pendidikan. Manfaat yang diharapkan penulis dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
pembangunan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan agama Islam,
dan dapat dijadikan informasi serta wawasan tentang penggunaan
metode contextual teaching learning dalam proses pembelajaran
serta diharapkan mampu menguasai metode ini.
b. Hasil penelitian ini dapat memperkaya referensi dan literatur
kepustakaan dan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru, sebagai masukan daalam meningkatkan mutu
pembelajaran dikelas yang aktif, dan mengikut sertakan siswa
dalam pembelajaran.
b. Siswa mampu untuk mengembangkan kemampuan dengan
menggunakan metode ini, serta siswa mampu menghadirkan contoh
kehidupan nyata dalam materi pembelajaran Pendidikan Agama
Islam
12
c. Bagi sekolah, sebagai masukan sumbangan yang baik pada sekolah
dalam rangka memperbaiki sistem pembelajaran serta
meningkatkan mutu pendidikan sehingga mengantarkan peserta
didik ke arah yang diharapkan.
E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan
1. Hipotesis Tindakan
Hipotesis adalah jawaban sementara dan bersifat teoritis. Dalam
metode penelitian, hipotesis adalah alat yang mempunyai kekuatan
dalam proses inkuiri. Karena hipotesis dapat menghubungkan dari
teori yang relevan dengan kenyatan yang ada atau fakta, atau dengan
kenyataan teori yang relevan (Sukardi, 2014:41). Jadi suatu hipotesis
akan diterima jika disertai dengan adanya fakta-fakta yang
membenarkan. Setelah menelaah berbagai sumber, penulis
mengajukan hipotesis sebagai berikut: “Penerapan model contextual
teaching learning dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil
belajar PAI materi toleransi, kerukunan, dan menghindarkan diri dari
tindak kekerasan pada siswa kelas XI AK 2 semester I SMK
Diponegoro Salatiga tahun pelajaran 2018/2019”.
2. Indikator Keberhasilan
Penerapan model contextual teaching learning dikatakan berhasil
apabila indikator yang diharapkan tercapai. Adapun indikator yang
dapat dirumuskan penulis adalah:
13
a. Secara individual siswa dikatakan tuntas apabila memperoleh nilai
≥ 75.
b. Secara klasikal apabila jumlah siswa yang memenuhi KBM
mencapai 85% dari keseluruhan jumlah siswa dikelas.
F. Definisi Operasional
1. Peningkatan
Peningkatan adalah suatu proses, cara, perbuatan, meningkatkan
(Poerwadarminta, 2006:1345).
2. Hasil Belajar
Susanto, (2013:5) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah
perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang
menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai hasil
dari kegiatan belajar. Secara sederhana, hasil belajar dapat diartikan
sebagai kemampuan yang diperoleh siswa setelah melampaui kegiatan
belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses diri
seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan
perilaku yang relatif menetap.
3. Pendidikan Agama Islam
Majid, (2012:11-12) mengemukakan Pendidikan Agama Islam
(PAI) adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta
didik untuk mengenali, memahami, menghayati hingga mengimani,
dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadits, melalui
14
kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan
pengalaman.
4. Toleransi, Kerukunan, dan Menghindarkan Diri dari Tindak Kekerasan
Menghormati dan menghargai merupakan perilaku utama bagi
seorang muslim yang patut untuk diamalkan dalam kehidupan sehari
hari agar terciptanya kehidupan rukun dan damai serta terhindar dari
tindakan kekersan. Toleransi dan kerukunan menjadi komponen
penting dalam kehidupan bermasyarakat, karena dengan ini
masyarakat akan adil, makmur, serta memperoleh kenyamanan dalam
hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
5. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran
dikelas. Model tersebut merupakan pola umum perilaku pembelajaran
untuk mencapai kompetensi/tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Model pembelajaran adalah pola interkasi siswa dengan guru didalam
kelas yang menyangkut pendekatan, strategi, metode, teknik-teknik
pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar. Dalam suatu model pembelajaran ditentukan bukan hanya
apa yang harus dilakukan guru, akan tetapi menyangkut tahapan-
tahapan, prinsip-prinsip reaksi guru dan siswa serta sistem penunjang
yang disyaratkan.
15
6. Model Contextual Teaching Learning
Jamal, (2011:52) mengemukakan bahwa contextual teaching
learning adalah pembelajaran yang situasi dan isinya khusus untuk
memberi kesempatan kepada siswa agar dapat memecahkan masalah,
latihan, dan tugas, secara riil dan otentik. Dengan demikian, peserta
didik akan mengemukakan permasalahan riil yang ditemukan di
kehidupan sehari-hari dalam hal toleransi, kerukunan, dan
menghindarkan diri dari tindak kekerasan.
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam pembahasan skripsi ini
adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) guna mencari pemecahan
masalah yang ditemui di dalam kelas. Penelitian tindakan kelas adalah
sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku
tindakan, yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional
dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam
pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu,
memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan,
serta dilakukan secara kolaboratif. PTK bertujuan untuk meningkatkan
dan atau memperbaiki proses pembelajaran di kelas, keberhasilannya
dapat diukur dari kemanfaatan tindakan alternatif bagi perbaikan
tersebut.
16
Peneliti memilih jenis penelitian tindakan kelas untuk memecahkan
permasalahan yang ditemukan dalam proses pembelajaran PAI.
Rendahnya hasil belajar siswa dapat dianalisa menggunakan jenis
penelitian tindakan kelas. Setelah penyebab masalah ditemukan,
peneliti melakukan tindakan yang dianggap mampu memecahkan
masalah tersebut. Pada akhir tindakan dilakukan refleksi tentang
keberhasilan dan kegagalan tindakan terhadap penyelesaian masalah.
2. Langkah-Langkah Penelitian PTK
Priansa, (2014:335) mengemukakan Penelitian Tindakan Kelas
PTK merupakan proses dinamis yang perlu dipahami bukan sebagai
langkah-langkah statis yang komplit tetapi sebagai momen dalam
spiral perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Penjelasannya
sebagai berikut:
Gambar 1.1 Siklus PTK Mulyasa (2012:73)
17
a. Perencanaan (planning)
Pada tahap ini kegiatan yang harus dilakukan adalah
membuat RPP, mempersiapkan fasilitas dari sarana pendukung
yang diperlukan di kelas, mempersiapkan instrument untuk
merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil
tindakan. Sebelum melaksanakan tindakan maka perlu tindakan
persiapan.
b. Pelaksanaan tindakan (acting)
Pada tahap ini peneliti melakukan tindakan yang telah
dirumuskan dalam RPP, dalam situasi yang aktual, yang meliputi
kegiatan awal, inti dan penutup.
c. Pengamatan (observing)
Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah mengamati
perilaku peserta didik yang sedang mengikuti kegiatan
pembelajaran. Memantau kegiatan diskusi atau kerja sama antar
kelompok mengamati pemahaman tiap-tiap peserta didik dalam
penguasaan materi pembelajaran, yang telah dirancang sesuai
dengan PTK.
Observasi bertujuan untuk mendapatkan hasil pengamatan,
maka dengan adanya observasi kita akan mengetahui prosentase
pembelajaran pada setiap siklus menggunakan metode contextual
teaching learning.
18
d. Refleksi (reflecting)
Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah mencatat hasil
observasi, mengevaluasi hasil observasi, menganalisis hasil
pembelajaran, mencatat kelemahan-kelemahan untuk dijadikan
bahan penyususnan rancangan siklus berikutnya sampai tujuan
PTK tercapai. Dengan adanya refleksi yang mendalam dapat
ditarik kesimpulan yang mantap dan tajam. Refleksi merupakan
pendalaman pemahaman terhadap proses dan hasil yang terjadi,
yaitu berupa perubahan sebagai akibat dari tindakan yang
dilakukan.
3. Lokasi, waktu, dan Subyek Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah SMK Diponegoro Salatiga
tahun pelajaran 2018/2019. Beralamatkan di jalan Kartini No 2
Salatiga.
b. Waktu penelitian
Penelitian tindakan kelas dilakukan selama satu bulan pada
semester I tahun pelajaran 2018/2019.
c. Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini yang akan dijadikan subyek penelitian
ada;ah siswa kelas XI AK 2 SMK Diponegoro Salatiga dengan
jumlah 27 siswa muslim dipilih sebagai subyek penelitian karena
dinilai perlu adanya penggunaan model contextual teaching
19
learning untuk meningkatkan hasil belajar. Pembelajaran
kontekstual tentang toleransi, kerukunan, dan menghindarkan diri
dari tindak kekerasan akan dilakukan dalam kehidupan sehari-hari
terutama didalam kelas dalam mengikuti proses belajar mengajar.
4. Instrumen Penelitian
Alat pengumpulan data atau Instrumen penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini terdiri dari:
a. Silabus, merupakan seperangkat rencana dan pelaksanaan
pembelajaran beserta penilaiannya. Silabus disusun secara
sistematis dan berisikan komponen-komponen yang saling
berkaitan untuk memenuhi target pencapaian kompetensi dasar
(Basri, 2009:136).
b. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
c. Lembar observasi untuk mengamati aktivitas peserta didik.
d. Lembar observasi untuk mengamati aktivitas guru yang
melaksanakan kegiatan pembelajaran.
e. Tes formatif/Soal tes tertulis berupa post test.
f. Materi pelajaran.
5. Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara dilakukan setelah kegiatan berlangsung.
Wawancara dilakukan secara bebas, dilakukan untuk mengungkap
data dengan kata-kata secara lisan tentang sikap pendapat, dan
20
wawasan subyek penelitian mengenai baik buruknya proses belajar
yang telah berlangsung. Wawancara dilakukan untuk mengetahui
kondisi awal siswa yang dinilai kurang aktif dan diperlukan
penerapan contextual tecahing leraning.
b. Observasi
Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan
secara sistematis,logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai
fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam
situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.. Peneliti
mengadakan pengamatan secara langsung datang ke lokasi
penelitian untuk mengamati peristiwa-peristiwa yang terjadi
berkaitan dengan tujuan peneliti di SMK Diponegoro Salatiga.
c. Tes
Teknik pengumpulan data dalam tes, peneliti membuat dan
mengemukakan lembar tes tertulis guna mengetahui sejauh mana
siswa memahami materi yang telah diajarkan. Dengan demikian
peneliti akan melakukan pengumpulan data menggunakan tes ini
diakhir proses pembelajaran dengan membagikan lembar kerja
siswa pada semua siswa kelas XI AK 2 untuk mengetahui hasil
belajar siswa sehingga data dapat diolah oleh peneliti.
d. Dokumentasi
Merupakan salah satu alat pengumpulan data yang dapat
berupa buku, notulen rapat, majalah, foto, rapor, buku transkip,
21
agenda, buku, kitab, dan lainnya. Dokumentasi digunakan untuk
menemukan karakteristik populasi dan sampel. Disamping itu,
dokumentasi juga berguna sebagai bukti pelaksanaan tindakan
melalui pemotretan. Oleh karena itu, metode dokumentasi
digunakan untuk mendukung hasil observasi, memperoleh data-
data, proses pembelajaran, struktur organisasi SMK Diponegoro
Salatiga dan foto-foto pada saat kegiatan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti.
Instrumen yang peneliti gunakan dalam teknik dokumentasi
adalah silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan nilai
siswa sebelum diterapkan strategi contextual teaching learning
pada mata pelajaran PAI.
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok
mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi,
kompetensi dasar, materi pokok atau pembelajaran, indikator,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat ajar. Sedangkan
rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pelajaran untuk
mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi
dan dijabarkan dalam silabus.
6. Analisis Data
Setelah semua data terkumpul, selanjutnya adalah menganalisis
data untuk mengetahui hasil akhir dari penelitian. Menurut Arikunto
22
(2007:131) dalam penelitian tindakan kelas ketika menganalisis data
menggunakan dua jenis data sebagai berikut:
a. Data kuantitatif (nilai hasil belajar siswa) yang dapat dianalisis
secara deskriptif dengan statistik deskriptif. Dalam analisis ini
biasanya untuk mencari nilai rata-rata dan mencari presentase
keberhasilan belajar digunakan rumus sebagai berikut:
1) Rumus mencari nilai rata-rata
Mx = ∑x
N
Keterangan
Mx = (rerata)
∑x = Jumlah dari hasil perkalian antara masing-masing skor
dengan frekuensinya
N = Jumlah siswa (Sudijono, 2010:83)
2) Rumus mencari prosentase keberhasilan
P = f x 100%
N
Keterangan:
P = Angka prosentase
f = frekuensi yang sedang dicari prosentasenya
N = jumlah frekuensi atau banyaknya individu
23
b. Data kualitatif yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat
yang memberi gambaran tentang ekspresi siswa tentang tingkat
pemahaman terhadap suatu mata pelajaran (kognitif), pandangan
atau sikap terhadap metode belajar yang baru (efektif), aktivitas
siswa mengikuti pelajaran, perhatian, antusias dalam belajar,
kepercayaan diri, motivasi belajar, dan sejenisnya dapat dinilai
secara deskriptif (Arikunto, 2007:131).
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi hasil tindakan kelas ini dimaksudkan
sebagai gambaran yang akan menjadi pembahasan dalam penulisan skripsi
sehingga dapat memudahkan dalam memahami masalah-masalah yang
akan dibahas. Maka akan disusun sistematika sebagai berikut:
Bab I berisi tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
hipotesis tindakan, definisi operasional, metode penelitian, dan
sistematika penelitian.
Bab II berisi tentang landasan teori yang menjelaskan tentang
peningkatan hasil belajar, pendidikan agama islam, toleransi,kerukuna,
dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan, metode contextual
teaching learning.
Bab III berisi tentang pelaksanaan penelitian yang menjelaskan
deskripsi lokasi dan deskripsi pelaksanaan per siklus.
24
Bab IV berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan yang
meliputi hasil observasi pada tahap penelitian hasil penelitian dskripsi
per siklus dan pembahasan.
Bab V berisi tentang penutup yang meliputi kesimpulan dan saran-
saran.
25
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Peningkatan Hasil Belajar PAI dan Budi Pekerti
1. Peningkatan
Peningkatan berasal dari kata “tingkat” yang kemasukan imbuhan
pe-an. Kata “tingkat” sendiri memiliki arti tinggi rendahnya martabat
(kedudukan, jabatan, kemajuan, pendapatan, dsb) pangkat, derajat,
taraf kelas (depdiknas, 2007:1997). Sehingga ketika dimasuki imbuhan
pe-an menjadi kata peningkatan, memiliki arti proses, cara, perbuatan
meningkat (usaha, keinginan, dsb) (depdiknas, 2007:1198).
Jadi yang dimaksud peningkatan adalah usaha yang dilakukan oleh
seseorang guna memperoleh hasil yang lebih baik dari hasil
sebelumnya dengan ketentuan dan cara yang telah ditentukan.
2. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Poerwadarminta (2006:910) mengemukakann hasil atau
prestasi adalah suatu hal yang dinyatakan berhasil. Menurut
Hamdani (2011:17) belajar terjadi ketika ada interaksi antara
individu dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial. Lingkungan fisik adalah buku, alat peraga, dan
alam sekitar. Adapun lingkungan pembelajaran adalah lingkungan
yang merangsang dan menantang siswa untuk belajar. Suprijono,
(2011:5) mengemukakan belajar sebagai konsep mendapatkan
26
pengetahuan dalam praktiknya banyak dianut. Guru bertindak
sebagai pengajar yang berusaha memberikan ilmu pengetahuan
sebanyak-banyaknya dan peserta didik giat mengumpulkan atau
menerimanya. Proses belajar mengajar banyak didominasi aktivitas
menghafal. Peserta didik sudah belajar jika mereka sudah hafal
dengan hal-hal yang telah dipelajari.
Adapun belajar menurut beberapa pengertian diatas adalah
usaha yang dilakukan secara sadar yang mengakibatkan terjadinya
perubahan baik dalam tingkah laku maupun kepribadian, serta
dipengaruhi oleh faktor lingkungannya baik internal maupun
eksternal, dan verbal maupun non verbal. Perubahan yang terjadi
pada individu sangatlah banyak baik sifat maupun jenisnya.
Namun, yang dimaksud perubahan dalam devinisi belajar ini
merupakan perubahan yang terjadi dalam aspek pola berfikir dan
tingkah laku peserta didik yang dipengaruhi oleh pemahaman
pengetahuannya. Jadi, peserta didik menyadari bahwa terjadi
penambahan pengetahuan pada dirinya, seperti yang awalnya tidak
dapat membaca kemudian dengan belajar peseta didik tersebut
lancar membaca mulai dari pengenalan hurul alfabet hingga
melakukan prosesnya secara continue.
Sehingga dapat disimupulakn bahwa belajar merupakan
suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
27
perubahan melalui pengalamannya akibat interaksi dengan
lingkungannya.
Susanto, (2013:5) mengemukakan bahwa hasil belajar
adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan
belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan proses dari seseorang
yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku
yang relatif menetap. Dalam pengertian yang lebih praktis, hasil
belajar dapat diartikan dengan penguasaan pengetahuan, sikap dan
keterampilan oleh seorang siswa yang dikembangkan melalui mata
pelajaran.
Hasil belajar dibidang pendidikan adalah hal dari
pengukuran terhadap siswa yang meliputi faktor kognitif, afektif,
dan psikomotorik setelah mengikuti proses pembelajaran yang
diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen lain
yang relevan. Sehingga hasil belajar ini erat kaitannya dengan
prestasi belajar. Karena prestasi belajar adalah hasil pengukuran
dari penilaian hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol,
huruf maupun kalimar yang menceritakan hasil yang sudah dicapai
oleh setiap anak pada periode tertentu (Hamdani, 2011:138).
Berdasarkan uraian diatas, dapat difahami makna kata hasil
dan belajar. Prestasi pada dasarnya diporeleh dari hasil yang
dilakukan dari suatu aktivitas. Adapun belajar hakikatnya adalah
proses yang mengakibatkan terjadinya perubahan dalam diri
28
individu yang dipengaruhi oleh lingkungannya. Jadi secara
praktisnya hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak
setelah melalui proses belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar
guru menetapkan tujuan pembelajaran sehingga hasil belajar
peserta didik ditinjau dari keberhasilan mencapai tujuan
pembelajaran tersebut.
b. Macam-Macam Hasil Belajar
Susanto, (2013:6-11) mengemukakan bahwa hasil belajar
meliputi pemahaman konsep (aspek kognitif), keterampilan proses
(aspek psikomotorik), dan sikap siswa (aspek afektif). Definisi
jelasnya adalah sebagai berikut:
1) Pemahaman Konsep
Pemahaman adalah seberapa besar siswa mampu
menerima, menyerap dan memahami pelajaran yang diberikan
oleh guru, atau sejauh mana siswa dapat memahami serta
mengerti apa yang ia baca, lihat, dan alami atau yang ia rasakan
berupa hasil penelitian atau observasi langsung yang ia
lakukan.
Pemahaman bukan hanya sekedar mengetahui apa yang
telah dipelajari, namun bagi anak yang paham ia akan mampu
memberikan gambaran, contoh, dan penjelasan yang maknanya
lebih luas dari sekedar mengerti. Sehingga pemahaman konsep
29
adalah sejauh mana siswa dapat memahamai serta mengerti
materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru.
2) Keterampilan Proses
Keterampilan proses merupakan kemampuan menggunakan
nalar, fikir, dan perbuatan secara efektif dan efisien untuk
mencapai sesuatu hal tertentu, termasuk hal-hal yang
disampaikan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.
Sehingga, hasil belajar yang berupa keterampilan proses
adalah kemauan peserta didik dalam menggunakan nalar, fikir,
dan perbuatannya untuk memperoleh pemahaman.
3) Sikap
Sikap merupakan kecenderungan seseorang untuk
melakukan sesuatu dengan cara, metode, pola, dan teknik
tertentu terhadap lingkungan sekitarnya yang merujuk pada
perbuatan, perilaku, dan tindakan secara mental dan fisik.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Proses belajar mengajar yang terjadi pada siswa dan guru dalam
sekolah dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu faktor
internal dan faktor eksternal (Muhibbin Syah, 2006:144). Faktor
internal merupakan faktor yang disebabkan oleh diri individu sendiri
sejak ia diciptakan, sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang
ada diluar individu atau bersifat dipengaruhi oleh keadan sekitar.
30
a. Faktor Internal
Susanto, (2013:10-12) mengemukakan faktor internal
merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik
yang mempengaruhi kemampuan belajranya. Faktor internal terdiri
dari faktor fisiologis dan faktor psikologis.
1) Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis adalah kondisi fisik yang terdapat dalam diri
individu. Menurut Sriyanti (2013:24) faktor fisiologis terdiri
dari:
a) Keadaan jasmani (tegangan otot) secara umum yang ada
pada diri individu saat mempengaruhi hasil belajar,
misalnya tingkat kesehatan, kelelahan, mengantuk dan
kebugaran individu. Apabila badan individu dalam keadaan
bugar dan sehat maka akan mendukung. Sebaliknya,
apabila badan individu dalam keadaan tidak bugar dan
kurang sehat maka akan menghambat hasil belajar.
b) Keadaan fungsi jasmani tertentu, terutama yang terkait
dengan pancaindra dan kelengkapan anggota tubuh yang
ada dalam diri individu. Pancaindra merupakan pintu
gerbang masuknya pengetahuan dalam diri individu. Hal ini
sangat menunjang hasil belajar peserta didik.
31
2) Faktor Psikologis
Banyak faktor yang mempengaruhi aspek psikologis yang
dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan
pembelajaran siswa. Diantaranya adalah tingkat intelegensi,
sikap, bakat, minat, dan motivasi siswa.
a) Kecerdasan (intelegensi) siswa
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai
kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang
dihadapinya (Hamdani, 2011:139). Kemampuan ini sangat
ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal
selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat
perkembangan sebaya. Kemampuan intelegensi seseorang
sangat mempengaruhi cepat lambatnya penerimaan
informasi serta terpecahkan atau tidaknya suatu permasalah
yang dihadapinya. Kemampuan ini merupakan potensi
dasar yang dimiliki oleh individu sejak lahir.
b) Sikap siswa
Sikap yaitu suatu kecenderungan untuk mereaksi
terhadao suatu hal, orang, atau benda dengan suka, tidak
suka, atau acuh tak acuh. Sikap seseorang dapat
dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, kebiasaan, dan
keyakinan (Hamdani, 2011:140).
32
Sikap yang ada pada diri siswa beragam, ada siswa
yang mempunyai sikap positif (baik antar sesama dan
mampu merespons balik secara baik apa yang ia dapatkan
serta mampu menghargai setiap kegiatan yang dilakukan
untuk mencapai tujuan). Namun terdapat pula sikap negatif
(menolak dan tidak merespons baik apa yang dilakukan
oleh sesama siswa atau gurunya dalam setiap kegiatan
pembelajaran serta tidak ada kemauan dalam belajar).
c) Bakat siswa
Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang
akan datang. Setiap individu mempunyai bakatnya masing-
masing, hanya saja bergantung pada individu tersebut
berusaha dan mengasahnya atau tidak. Tumbuhnya
keahlian tertentu pada diri peserta didik ditentukan oleh
bakat yang dimilikinya, bakat ini berpengaruh pada hasil
belajar peserta didik pada bidang tertentu terutama
keterampilan.
d) Minat siswa
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.
Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan secara terus
menerus disertai rasa senang. Minat belajar yang dimiliki
33
siswa mempengaruhi belajar siswa. Apabila siswa memiliki
minat yang tinggi maka ia akan terus menerus berusaha
dengan tekun untuk mendapatkan hasil yang memuaskan
e) Motivasi siswa
Menurut Purwanto (2004:73) motivasi adalah suatu
usaha yang didasari untuk menggerakkan, mengarahkan,
dan menjaga tingkah laku seseorang agar dirinya terdorong
untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai
hasil atau tujuan tertentu.
Motivasi dalam belajar merupakan faktor yang
penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang
mendorong siswa untuk belajar. Karena dengan termotivasi
maka siswa akan dengan giat belajar untuk mencapai apa
yang ia harapkan.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar
individu. Slameto, (1991:27) menyatakan bahwa faktor eksternal
yang adapat mempengaruhi belajar adalah keadaan keluarga,
sekolah, dan lingkungan masyarakat. Secara lebuh jelasnya adalah
sebagai berikut:
1) Keadaan Keluarga
Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Keluarga yang morat-marit perekonomiannya, pertengkaran
34
suami istri, kurang perhatian orang tua, serta kebiasaan dalam
keluarga kurang baik maka akan berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa (Susanto, 2013:12-13).
Keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama dan
utama bagi setiap individu. Keluarga sebagai pemberi motivasi
dan penunang belajar siswa, karena melalui keluarga setiap
individu memperoleh kebahagiaan dalam hal perhatian dan
kepedulian orang tua terhadap individu/anaknya. Hal ini yang
kemudian menumbuhkan semangat belajar siswa sehingga
mampu memperoleh hasil yang baik.
2) Keadaan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama
yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan siswa
belajar. Oleh karenanya, lingkungan sekolah yang baik
mendorong siswa untuk belajar dengan giat. Keadaan sekolah
meliputi ketersediaan sarana prasarana, hubungan guru dengan
siswa, cara penyajian pembelajaran, serta kurikulum. Oleh
karenanya, sekolah menjadi tempat belajar siswa yang dituntut
untuk memperoleh hasil belajar siswa dengan baik.
3) Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat adalah dimana individu melakukan
proses sosialisasi terhadap individu lain dan keadaan lain yang
ada disekitarnya. Tempat dimana seorang individu bergaul
35
dengan individu lain yang memiliki karakter dan potensi
berbeda. Melalui lingkungan pula seorang individu belajar
mengembangkan pribadinya.
Dapat dikatakan bahwa lingkungan masyarakat juga
berpengaruh membentuk kepribadian anak karena pergaulan
sehari-hari. Seorang anak akan menyesuaikan diri dengan
lingkungannya (beradaptasi). Oleh karenanya, jika lingkungan
mendukung perilaku positif maka secara otomatis anak akan
menyesuaikan dirinya berperilaku positif begitupula sebalinya,
jika lingkungan mengajarkan perilaku negatif maka anak akan
terpengaruh oleh perilaku negatif.
4. Ruang Lingkup Hasil Belajar Peserta Didik
Wahidmurni dkk, (2010:48) menyatakan seseorang dapat
dikatakan berhasil dalam belajar jika mampu menunjukan adanya
perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan tersebut dapat
ditunjukkan diantaranya dari kemampuan berfikirnya, keteranpilan,
atau sikap terhadap sesuatu obyek perubahan hasil belajar dalam
taxonomy bloom dikelompokkan dalam tiga ranah (domain), yaitu
kognitif (kemampuan berfikir), afektif (sikap), dan psikomotorik
(keterampilan).
Peserta didik dapat dikatakan berhasi apabila ia melakukan
perubahan minimal satu dari ketiga aspek tersebut. Dalam pelaksanaan
penilaian ketiga ranah (domain) tersebut seharusnya menggambarkan
36
perubahan menyeluruh sebagai hasil belajar siswa, untuk itu guru
dituntut untuk memahami dan menguasai teknik guna menilai aspek
perubahan peserta didik.
5. Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Ramayulis, (2012: 21) mengemukakan bahwa pendidikan
agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan
peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani,
bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari
sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadits, melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran latihan, serta penggunaan
pengalaman.
Sehingga, pendidikan agama Islma merupakan bentuk
pengajaran dengan mempersiapkan peserta didik mengamalkan
iman,Islam, dan ihsannya melalui kegiatan bimbingan, pengajaran
atau pelatihan yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang
teah ditetapkan.
b. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Ramayulis, (2012:21-22) menyatakan bahwa fungsi
pendidikan agam Islam adalah sebagai berikut:
a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam
lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama kewajiban
37
menanamkan keimanan dan ketaqwaan dilakukan oleh orang
tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk
menumbuhkembangkan melalui bimbingan, pengajaran, dan
pelatihan agar keimanan dan ketaqwaan dapat berkembang
secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.
b. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan peserta didik yang
memiliki bakat khusus dibidang agama agar bakat tersebut
dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan
untuk dirinya ataupun bermanfaat bagi orang lain.
c. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,
kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta
didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran
Islam dalam kehidupan sehari-hari
d. Pencegahan, yaitu menangkal hal-hal negatif dari
lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat
membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya
menuju manusia Indonesia seutuhnya.
e. Penyesuaian, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan
sosial dan dapat megubah lingkungannya sesuai dengan ajaran
Islam.
f. Sumber lain, yaitu memberikan pedoman hidup untuk
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
38
c. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam bertujuan meningkatkan keimanan,
pemahaman, penghayatan dan pengalaman peserta didik tentang
agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan
bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan
pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pendidikan agama Islam di sekolah bertujuan untuk meningkatkan
keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman peserta didik
tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman
dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam
kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta
untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi
(Ramayulis, 2012:22).
d. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Ramayulis, (2012:22-23) menyatakan ruang lingkup pendidikan
agama Islam meliputi keserasian, keselarasan dan keseimbangan
antara:
1) Hubungan manusia dengan Allah SWT
2) Hubungan manusia dengan sesama manusia
3) Hubungan manusia dengan dirinya sendiri
4) Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya.
39
Adapun ruang lingkup bahan pelajaran pendidikan agama Islam
meliputi lima unsur pokok yaitu:
1) Al-Qur’an
2) Aqidah
3) Syari’ah
4) Akhlak
5) Tarikh
e. Sumber Pendidikan Agama Islam
Assegaf (2004:147) mengemukakan bahwa ada tiga sumber
pendidikan Islam, yaitu:
1) Al-Qur’an
Sumber normatif Islam adalah Al-Qur’an dan hadits.
Meskpipun Al-Qur;an dapat diartikan sebagai bacaan atau
kumpulan firman Allah, namun fungsi Al-Qir’an itu sendiri bukan
sekedar untuk dibaca dan dikumpulkan sebagai pajangan rak buku.
Melainkan berfungsi sebagai petunjuk bagi orang yang bertaqwa
ke jalan lurus (Al-Baqarah:2/3) serta kabar gembira bagi orang
yang beramal shaleh (Al-Isra:17/9). Al-Qur’an memiliki
kandungan menyeluruh tentang kehidupan ini, diantaranya adalah
perihal keimanan, syari’ah, kisah-kisah terdahulu, serta janji dan
ancaman.
2) Sunah
40
Sunah secara etimologi berarti cara, gaya, serta jalan yang
dilalui. Sedangakn secara terminoligi adalah kumpulan apa yang
telah diriwayatkan olh Rasul dengan sanad yang shahih, baik
perkataan, perbuatan, sifat, ketetapan, dan segala pola tingkah laku.
Hadis memiliki fungsi menguatkan (taukid) hukum yang dijelaskan
oleh Al-Qur’an, memberi penjelasan (tabyin) terhadap ayat AL-
Qur’an, merinci lebih detail (tashrih) ayat Al-Qur’an yang umum,
memberi batasan (taqyid) atas ayat Al-Qur’an yang mutlak,
menjelaskan kekhususan (takhsish), dan menentukan hukum
sendiri (tahkim) atas sesuatu yang tidak disebut di dalam Al-
Qur’an.
3) Ijtihad
Selain Al-Qur’an dan hadits, sumber ajaran Islam bisa
berasal dari ijtihad, yakni upaya mengarahkan kemampuan lahir,
batin, emosional, spiritual, material, intelektual. Untuk menemukan
hukum suatu masalah yang tidak dijumpai di Al-Qur’an dan
Hadits. Penerapan ijtihad dalam Islam secara luas menjadikan
pemahaman manusia terhadap hukum Allah dan alam semseta
selalu up to date dan elastis. Itu sebabnya ijtihad amat penting bagi
upaya manusia dalam memahami segala masalah, termasuk
masalah pendidikan, isu-isu global seperti perdamaian
internasional, pluralisme, dan demokrasi.
41
6. Toleransi, Kerukunan, dan Menghindarkan Diri dari Tindak
Kekerasan
a. Toleransi dan Kerukunan
Secara etimologi toleransi berasal dari kata tolerance (dalam
bahasa Inggris) yang berarti sikap membiarkan, mengakui, dan
menghormati keyakinan orang lain tanpa memerlukan persetujuan.
Dalam bahasa Arab dikenal dengan tasamuh, yang berarti saling
mengizinkan, saling memudahkan. Kata toleransi sering dikaitkan
dengan toleransi agama. Toleransi juga berarti kesabaran, sikap lapang
dada dan menunjukkan sifat sabar.
Toleransi sangat penting bagi kehidupan manusia, baik dalam
berkata-kata maupun bertingkah laku. Dalam hal ini, toleransi berarti
menghargai dan belajar dari orang lain, menghargai perbedaan,
menjembatani kesenjangan sehingga tercapai keamanan sikap.
Toleransi juga awal dari sikap menerima bahwa perbedaan bukanlah
suatu hal yang salah, justru perbedaan harus dimaknai dan dipercaya
sebagai kekayaan. Misalnya perbedaan ras, suku, agama, adat istiadat,
cara pandang, perilaku, pendapat. Dengan perbedaan tersebut,
diharapkan semua orang mempunyai sikap toleransi untuk menjalin
kerukunan dalam bersosial di kehidupan sehari-hari (Kemendikbud,
2014:188).
42
Terkait pentingnya toleransi, Allah berfirman dalam QS
Yunus/10:40-41
Artinya: Dan diantara mereka ada orang-orang yang beriman
keadanyan (Alquran), dan diantaranya ada pula orang orang yang
tidak beriman kepadanya. Sedangkan Tuhanmu lebih mengetahui
orang-orang yang berbuat kerusakan. Dan jika mereka tetap
mendustakanmu (Muhammad), maka katakanlah, bagiku pekerjaanku
dan bagimu pekerjaanmu, kamu tidak bertanggung jawab terhadap
apa yang aku kerjakan dan aku pun tidak bertanggung jawab terhadap
apa yang kamu kerjakan.
Dari penjelasan ayat tersebut, dapat disimpulkan hal-hal berikut:
1) Umat manusia yang hidup setelah diutusnya Nabi Muhammad saw
terbagi menjadi 2 golongan, ada umat yang beriman terhadap
kebenaran kerasulan dan kitab suci yang disampaikannya dan ada
pula golongan orang yang mendustakan kerasulan Nabi
Muhammad saw dan tidak beriman kepada Al Quran.
43
2) Allah swt Maha Mengetahui sikap dan perilaku orang-orang
beriman yang selama hidup di dunia senantiasa bertaqwa kepada-
Nya, begitu juga orang kafir yang tidak bertaqwa kepada-Nya.
3) Orang beriman harus tegas dan berpendirian teguh atas
keyakinannya. Ia tegar meskipun hidup di tengah-tengah orang
yang berbeda keyakinan dengan dirinya.
Tim Penulis FKUB (2009:4) menyatakan ruang lingkup toleransi dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1) Mengakui hak orang lain
2) Menghormati keyakinan orang lain
3) Setuju dalam perbedaan
4) Saling mengerti
5) Kesadaran dan kejujuran
6) Falsafah pancasila
b. Menghindarkan Diri dari Tindak Kekerasan
Kemendikbud, (2014:192) menyatakan bahwa manusia
dianugerahi oleh Allah berupa nafsu. Dengan nafsu tersebut manusia
dapat merasa benci dan cinta. Dengannya pula manusia bisa
melakukan persahabatan dan permusuhan. Dengannya pula manusia
bisa mencapai kesenangan dan kesengsaraan. Hanya nafsu yang
mampu dijinakkan oleh akal, yang mampu menghantarkan manusia
dalam kesempurnaan. Namun sebaliknya, jika nafsu diluar kendali
44
akal, niscaya akan menjerumuskan manusia kedalam jurang
kesengsaraan dan kehinaan.
Islam melarang perilaku kekerasan terhadap siapapun,
sebagaimana firman Allah dal QS Al-Maidah/5:32
Artinya: “Oleh karena itu kami tetapkan (suatu kaum) bagi Bani
Israil, bahwa barangsiapa membunuh seseorang, bukan karena orang
itu membunuh orag lain (qisas), atau bukan karena membuat
kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh sesama
manusia. Sesungguhnya rasul-rasul Kami datang kepada mereka
dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas. Tetapi
kemudian banyak diantara mereka setelah itu melampaui batas di
bumi.”
Allah swt menjelaskan dalam ayat ini, bahwa setelah pembunuhan
Qabil terhadap Habil, Allah swt. Menetapkan suatu hukum bahwa
membunuh seorang manusia sama halnya membunuh seluruh manusia.
Begitu juga, meneyelamatkan kehidupan seorang manusia sma halnya
menyelamatkan kehidupan seluruh manusia. Ayat ini menyinggung
sebuah prinsip sosial dimana masyarakat bagaikan sebuah tubuh,
45
sedangkan individu-individu masyarakat bagaikan anggota tubuh
tersebut. Apabila sebuah anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh
yang lainnya pun merasakan sakit.
Dalam QS Al-Maidah ayat 32 terdapat tiga pelajaran yang dapat
dipetik:
1) Nasib kehidupan manusia sepanjang sejarah memiliki kaitan
dengan orang lain. Sejarah kemanusiaan merupakan mata rantai
yang saling berhubungan. Karena itu, terputusnya sebuah mata
rantai akan mengakibatkan musnahnya sejumlah besar umat
manusia.
2) Nilai suatu pekerjaan berkaitan dengan tujuan mereka.
Pembunuhan seorang manusia dengan maksud jahat merupakan
pemusnahan sebuah masyarakat, tetapi keputusan pengadilan untuk
melakukan eksekusi terhadap seorang pembunuh dalam rangka
qisas merupakan sumber kehidupan masyarakat.
3) Mereka yang mempunyai pekerjaan yang berhubungan dengan
penyelamatan jiwa manusia, seperti para dokter, perawat, polisi
harus mengerti nilai pekerjaan mereka. Menyembuhkan atau
menyelamatkan orang yang sakit dari kematian bagaikan
menyelamatkan sebuah masyarakat dari kehancuran.
Tugas kita bersama adalah menjaga ketentraman hidup dengan cara
mencintai orang-orang yang berada di sekitar kita. Artinya, kita
dilarang melakukan perilaku-perilaku yang merugikan orang lain,
46
termasuk menyakiti dan melakukan tindak kekerasan pada dirinya.
Di Indonesia, hukum yang mengatur pelarangan melakukan tindak
kekerasan, termasuk kekerasan terhadap anak dan anggota keluarga
termaktub dalam UU No. 23 Tahun 2002 dan UU No. 21 Tahun
2004.
B. Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)
1. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola
yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran
dikelas. Model tersebut merupakan pola umum perilaku pembelajaran
untuk mencapai kompetensi/tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Model pembelajaran adalah pola interkasi siswa dengan guru didalam
kelas yang menyangkut pendekatan, strategi, metode, teknik-teknik
pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar. Dalam suatu model pembelajaran ditentukan bukan hanya
apa yang harus dilakukan guru, akan tetapi menyangkut tahapan-
tahapan, prinsip-prinsip reaksi guru dan siswa serta sistem penunjang
yang disyaratkan.
Menurut Istarani (2011:1) model pembelajaran adalah seluruh
rangkaian penyajian materi ajar yang mliputi segala aspek sebelum,
sedang, dan sesudah pembelajarn yang dilakukan guru serta segala
fasitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak
langsung dalam proses belajar. Amri (2013:34) menyatakan bahwa
47
model pembelajaran kurikulum 2013 memiliki 4 ciri khusus yang
tidak dimiliki oleh strategi, metode, atau prosedur. Ciri-ciri tersebut
yaitu:
a. Rasional teoritik logis, yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya
b. Landasan pemikiran, tentang apa dan bagaimana siswa belajar
(tujuan pembelajaran yang akan dicapai).
c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil.
d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu
dapat tercapai.
Dalam pembelajaran efektif dan bermakna peserta didik
dilibatkan secara aktif, karena peserta didik adalah pusat dari
kegiatan pembelajaran serta pembentukan kompetensi dan karakter.
Model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar
peserta didik dan gaya mengajar guru. Usaha guru dalam
membelajarkan peserta didik merupakan bagian yang sangat
penting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang
sudah direncanakan. Oleh karena itu, pemilihan berbagai metode,
strategi, teknik maupun model pembelajaran merupakan suatu hal
yang utama. Dari pendapat ahli diatas, peneliti menyimpulkan
bahwa model pembelajaran adalah suatu pola atau perencanaan
yang dirancang untuk menciptakan pembelajaran di kelas secara
48
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model
pembelajaran dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran dikelas. Model-model
pembelajaran memiliki banya variasi salah satunya model
Contextual Teaching Learning.
2. Pengertian Model Contextual Teaching Learning
Kata contextual berasal dari kata context, yang berarti
hubungan, konteks, suasana atau keadaan. Dengan demikian
contextual diartikan yang berhubungan dengan suasana (konteks).
Sehingga Contextual Teaching Learning (CTL) adalah suatu
pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses
keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi
yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi dan
kehidupan nyata yang mendorong siswa untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan mereka (Wina Sanjaya,
2011:109).
Contextual Teaching Learning (CTL) adalah suatu strategi
pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa
secara penuhn untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga
mendorong siswa untuk menerapkannya. CTL menekankan kepada
proses keterlibatan untuk menemukan materi, artinya proses belajar
diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses
49
belajar dalam CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya
menerima pelajaran, akan tetapi mencari dan menemukan sendiri
materi pelajaran (Syafrudin Nurudin, dkk, 2016:199-200)
CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan
antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata,
artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap antara pengalaman
belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini penting, karena
dengan mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan
nyata, materi itu akan bermakna secara fungsional bagi siswa, dan
materi itu akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak
akan mudah dilupakan. CTL mendorong siswa untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya
mengharapkan siswa dapat memahami materi yang akan
dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat
mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai
bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.
Abdul Majid, dkk, (2014:149) menyatakan bahwa
pembelajaran CTL (contextual teaching learning) merupakan suatu
proses pembelajaran yang holistik, dan bertujuan memotivasi siswa
untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya
dengan mengaitkan materi tersebut dengan koteks kehidupan
mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural), sehingga
siswa memiliki pengetahuan atau keterampilan yang secara
50
fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari suatu permasalahan atau
konteks lainnya.
Adapun definisi mendasar tentang pembelajaran CTL
(contextual teacing learning) adalah konsep belajar dimana guru
menghadirkan dunia kedalam kelas dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Dari beberapa definisi pakar diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa pembelajaran CTL (Contextual Teaching
Learning) adalah suatu pembelajaran yang berhubungan dengan
keadaan lingkungan sekitar atau menghadirkan dunia nyata ke
dalam kelas untuk mendorong siswa lebih aktif ketika proses
pembelajaran.
Adapun cara untuk menggunakan sumber-sumber dalam
lingkungan ketika pembelajaran CTL yaitu:
a. Membawa anak kedalam lingkungan dan masyarakat untuk
keperluan pelajaran (karyawisata, service projects, school
camping, survey, interview)
b. Membawa sumber-sumber dari masyarakat kedalam kelas
untuk kepentingan pelajaran (resource persons, benda-benda
seperti pameran atau koleksi)
Kedua jenis itu tidak lepas dari satu sama lain, karena
murid-murid sering mengunjungi lingkungannya lalu
51
membawa benda dan contoh tersebut (Nasution, 2010:133).
Dengan demikian lingkungan merupakan salah satu sumber
belajar yang sangat mendorong siswa lebih aktif ketika proses
pembelajaran karena siswa sering menjumpai keadaan
lingkungan disekitarnya yang memberikan pengetahuan secara
langsung.
3. Karakteristik Pembelajaran CTL (Contextual Teaching
Learning)
Abdul Majid, (2013:150) menyatakan bahwa karakteristik
yang terdapat dalam pembelajaran CTL sebagai berikut:
a. Kerjasama
b. Saling menunjang
c. Menyenangkan, tidak membosankan
d. Belajar dengan semangat
e. Pembelajaran terintegrasi
f. Menggunakan berbagai sumber
g. Siswa aktif
h. Siswa kritis guru kreatif
i. Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-
peta gambar, artikel, humor, dll
j. Sharing dengan teman
k. Laporan bukan hanya berbentuk rapor tetapi hasil praktikum,
karangan siswa, dll.
52
Sedangkan Syafrudin Nurdin, dkk (2016:202-203) mengemukakan
delapan karakteristik pembelajaran CTL sebagai berikut:
a. Melakukan hubungan bermakna (makingg meaningful connection)
Siswa dapat secara aktif dalam mengembangkan minatnya, baik
secara individual, kelompok dan menjadi seorang yang dapat
belajar sambil berbuat (learning by doing)
b. Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan (doing significant
work)
Siswa melakukan pekerjaan yang memiliki tujuan, melibatkan
orang lain, ada hubungannya dengan pilihan yang ditentukan, dan
hasilnya bersifat nyata.
c. Belajar yang diatur sendiri (self regulated learning)
Siswa membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai
konteks yang ada dalam kehidupan nyata sebagai anggota dari
kehidupan sekolah dan sebagai anggota masyarakat.
d. Bekerjasama (collaborating)
Guru membantu siswa secara efektif dalam kelompok, membantu
mereka memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi dan
saling berkomunikasi.
e. Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thingking)
Siswa dapat menganalisis, membuat sintesis, memecahkan
masalah, membuat keputusan, dan menggunakan logika dan bukti-
bukti.
53
f. Mengasuh dan memelihara pribadi siswa (nurturing the individual)
Siswa memelihara pribadinya yang mengetahui, memberi
perhatian, memiliki harapan-harapan yang tinggi, memotivasi dan
memperkuat diri sendiri. Siswa menghormati temannya dan orang
dewasa. Namun siswa tidak akan berhasil tanpa dukungan orang
dewasa.
g. Mencapai standar yang tinggi (reavhing high standard)
Siswa dapat mengidentifikasi tujuan dan memotivasi untuk
mencapainya
h. Menggunakan penilaian yang autentik (using authentic assesment)
Penilaian autentik diarahkan pada proses mengamati, menganalisis,
dan menafsirkan data yang telah terkumpul ketika atau dalam
proses pembelajaran siswa berlangsung, bukan hanya pada hasil
pembelajaran.
4. Prinsip-Prinsip Pembelajaran CTL
Dalam pendekatan kontekstual siswa dianggap sebagai
subjek beajar yang dapat berperan secara aktif dalam proses
pembelajaran untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.
Menurut Depdiknas dalam Syafrudin Nurdin, (2016: 206-209)
menyatakan tujuh prinsip yang mendasari pendekatan kontekstual,
yakni:
54
a. Kontruktivisme (Contruvtivism), yang merupakan landasan
berfikir menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar
menghafal, mengingat pengetahuan tetapi merupakan suatu
proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara
mental membangun pengetahuannya, dilandasi struktur
pengetahuan yang dimilikinya.
b. Bertanya (Questioning), bertanya merupakan strategi utama
pembelajaran berbasis kontekstual. Kegiatan bertanya berguna
untuk menggai informasi, menggali pemahaman siswa,
membangkitkan respons siswa, mengetahui sejauh mana
pengetahuan siswa, memfokuskan perhatian pada sesuatu yang
dikehendaki guru, menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
c. Menemukan (Inquiry), kegiatan belajar yang mengondisikan
siswa untuk mengamati, menyelidi, menganalisis topik atau
permasalahan yang dihadapi sehingga siswa berhasil
menemukan sesuatu.
d. Masyarakat Belajar (Learning Community), kegiatan belajar
yang bisa menciptakan suasana belajar bersama atau
berkelompok sehingga siswa bisa berdiskusi, bertukar
pendapat dan saling membantu teman yang lain.
e. Pemodelan (Modelling), kegiatan belajar yang menunjukkan
model yang bisa dipakai untuk rujukan dan panutan siswa
dalam bentuk penampilan tokoh, demonstrasi kegiatan,
55
penampilan hasil karya, cara mengoperasikan sesuatu dan
sebagainya.
f. Refleksi (Reflection), cara berfikir atau respons tentang apa
yang baru dipelajari atau berfikir ke belakang tentang apa yang
sudah dilakukan di masa lalu. Kegiatan belajar yang
memberikan refleksi atau umpan balik dalam bentuk betanya
jawab dengan siswa tentang kesulitan yang dihadapi serta
pemecahannya, merekonstruksi kegiatan yang telah
dilaksanakan, kesan dan saran siswa selama melakukan
kegiatan pembelajaran.
g. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assesment), proses
pengumpulan data yang bisa memberi gambaran mengenai
perkembangan belajar siswa. Fokus penilaiannya adalah pada
penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta
penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil.
5. Langkah-Langkah Pembelajaran CTL
a. Pendahuluan
1) Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta
manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi
pelajaran yang akan dipelajari.
2) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL
56
a) Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok sesuai dengan
jumlah siswa.
b) Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi
ke teman-teman sekitar yang ada disekolah terkait
dengan toleransi
c) Melalui observasi, siswa ditugaskan mencatat hal yang
ditemukan yang berkaitan dengan toleransi dalam
kehidupan sehari-hari
3) Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus
dikerjakan oleh siswa.
b. Inti
Di lapangan
1) Siswa melakukan observasi ke teman-teman di sekitar
sekolah sesuai dengan pembagian tugas kelompok.
2) Siswa mencatat hal-hal yang ditemukan pada saat observasi
sesuai dengan alat observasi yang mereka gunakan.
Di dalam kelas
1) Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka dengan
kelompoknya masing-masing
2) Siswa melaporkan hasil diskusi
3) Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang
diajukan oleh kelompok yang lain
c. Penutup
57
1) Dengan bantuan guru, siswa menyimpulkan hasil observasi
sekitar permasalahan toleransi yang ditemukan
2) Guru memberikan lembar evaluasi pada setiap siswa
6. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran CTL
Hosnan, (2002:275) menyatakan kelebihan dan kelemahan
pembelajaran CTL sebagai berikut:
a. Kelebihan
1) Pembelajaran mejadi lebih bermakna dan real. Artinya,
siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara
pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal
ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan
materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja
bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan
tetapi materi yang dipelajarinya akan tetanam erat dalam
memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.
2) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan
penguatan konsep kepada siswa karena metode
pembelajaran CTL mengatur aliran kontruktivisme, dimana
seorang siswa dituntut untuk menemukan pengetahuannya
sendiri. Melalui landasan filosofis kontruktivisme, siswa
diharapkan belajar melalui mengalami bukan menghafal.
b. Kelemahan
58
1) Guru tidak lagi sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah
mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerjasama
untuk menemukan pengetahuan dan keterampilan yang baru
bagi siswa. Guru lebih intensif dalam membimbing, siswa
dipandang sebagai individu yang sedang berkembang,
kemampuan belajar siswa akan dipengaruhi dengan tingkat
perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya.
Dengan demikian peran guru bukanlah sebagai instruktur
atau penguasa yang memaksa kehendak, melainkan guru
adalah pembimbing siswa agar dapat belajar sesuai tahap
perkembangannya.
2) Guru hanya memberi kesempatan kepada siswa untuk
menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak
siswa agar menyadari dan dengan sadar menggunakan
strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks
ini, tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan
yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai
dengan apa yang telah diterapkan.
C. Standar Ketuntasan Belajar Minimal
1. Pengertian Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM)
Kegiatan pengukuran dan penilaian kompetensi peserta didik
memiliki salah satu prinsip penilaian yaitu menggunakan acuan kriteria
tertentu untuk menyatakan lulus dan tidaknya peserta didik dalam
59
belajar. Kriteria yang ditetapkan oleh satuan pendidikan dalam
mengukur keberhasilan peserta didik dalam belajar adalah kriteria
paling rendah/nilai terendah yang biasa disebut Standar Ketuntasan
Belajar Minimal. Standar ketuntasan belajar minimal merupakan
tingkat pencapaian kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta
didik per mata pelajaran (Dirman,2012).
Tujuan ditetapkan SKBM adalah menentukan target kompetensi
yang akan dicapai siswa, dan juga acuan atau dasar untuk menentukan
kompeten atau tidaknya siswa dalam mengikuti suatu mata pelajaran
tertentu.
2. Prosedur Penetapan SKBM
Standar ketuntasan belajar minimal (SKBM) ditetapkan oleh
satuan pendidikan berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran
(MGMP) di satuan pendidikan dengan karakteristik yang hampir sama.
Pertimbangan guru dalam forum MGMP secara akademis menjadi
pertimbangan utama dalam menetapkan SKBM. Selanjutnya SKBM ini
menjadi acuan bersama oleh guru, peserta didik, dan orang tua peserta
didik. Penetapan SKBM pada tip-tiap mata pelajaran berbeda-beda
setelah diperhitungkan tingkat kompleksitas, daya dukung, dan
kemampuan peerta didik. (Muhaimin, dkk. 2008:366).
Penetapan SKBM dilakukan sebelum awal tahun pelajaran dimulai
dan ditingkatkan secara bertahap. Besarnya jumlah peserta didik yang
dapat melampaui batas minimal tidak mengubah secara serta merta
60
dalam menyatak lulus dan tidak lulus dalam mata pelajaran. Standar
ketuntasan belajar minimal (SKBM) ditunjukkan dengan angka
maksimal 100, yang merupakan angka ideal pencapaian ketuntasan.
3. Fungsi Ketuntasan Minimal
DEPDIKNAS (2008:52) menyatakan fungsi ketuntasan minimal
adalah sebagai berikut:
a. Sebagai acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi peserta
didik sesuai kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti.
b. Sebagai acuan bagi peserta didik untuk menyiapkan diri dalam
mengikuti pembelajaran.
c. Dapat digunakan sebagai komponen dalam melakukan evaluasi
program pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah.
d. Merupakan kontak paedagogik antara pendidik dengan peserta
didik, dan antara pendidik dengan masyarakat.
e. Merupakan target satuan pendidikan dalam pencapaian
kompetensi tiap mata pelajaran.
D. Kajian Pustaka
Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang
penulis lakukan, adalah penelitian yang dilakukan oleh:
1. M Kudhori dengan judul Penerapan CTL Pada pelajaran PAI Upaya
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa kelas V SDN Marunda 01 Pagi
Jakarta utara Tahun Pelajaran 2013/2014. Pada penelitian ini dapat
dilihat bahwa pembelajaran CTL dapat meningkatkan motivsi belajar
61
siswa dengan hasil pra siklus hanya 10 siswa (10%) kemudian siklus I
meningkat menjadi 15 siswa (46,87%), kemudian meningkat
signifikan pada siklus II menjadi 28 siswa (87,5%).
2. Fina Lutfiana Aldian dengan judul Peningkatan Hasil Belajar PAI
Melalui Contextual Teaching Learning (CTL) Pada Siswa Kelas VII
SMP N 3 Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018. Pada penelitian ini
dpat didlihat bahwa pencapaian ketuntasan pada pra siklus hanya ada
8 siswa (28,57%), siklus I 16 siswa (57,14%), dan siklus II mencapai
25 siswa (89,28%).
3. Siska Yanti dengan judul Peningkatan hasil Belajar Melalui Model
Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) Pada
Pembelajaran IPS Kelas V A SD Negeri 1 Beringin Raya Bandar
lampung Tahun pelajaran 2017/2018. Dari penelitian tersebut dapat
dilihat hasil ketuntasan pra siklus 55%, siklus 75% dan siklus II
meningkat menjadi 95%.
Persamaan dari ketiga penelitian di atas terletak pada salah satu
variabelnya yaitu menggunakan model pembelajaran Contextul Teaching
Learning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan M Khudori, Fina Lutfiana Aldian, dan Siska
Yanti dapat diambil kesimpulan bahwa model pembelajaran Contextual
Teaching Learning berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
Ada keterkaitan dalam penelitian tersebut sehingga dapat dijadikan acuan
oleh peneliti dalam penelitian PAI dan Budi Pekerti materi toleransi,
62
kerukunan, dn menghindarkan diri dari tindak kekerasan. Berdarkan
penelitian diatas maka peneliti mengembangkan penelitian dalam mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam materi toleransi, kerukunan, dan
menghindarkan diri dari tindak kekerasan.
63
64
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMK Diponegoro Salatiga
1. Profil SMK Diponegoro Salatiga
Nama Sekolah : SMK Diponegoro Salatiga
NSS : 342036204007
Alamat : Jl. Kartini No 2 Salatiga
No. Telpon : (0298)314644/(0298) 324255
Kode Pos : 50714
Email : [email protected]
Kelurahan : Sidorejo Lor
Kecamatan : Sidorejo
Kota : Salatiga
Provinsi : Jawa Tengah
Tahun Berdiri : 04 Juni 1997
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Materi Pokok : Toleransi, Kerukunan, dan Menghindarkan Diri
dari Tindak Kekerasan
Kelas/Semester : XI Ak 2/1
2. Sejarah SMK Diponegoro Salatiga
SMK Diponegoro Salatiga merupakan salah satu sekolah
menengah kejuruan swasta di Salatiga dengan status diakui. SMK
Diponegoro Salatiga didirikan tahun 1997 diatas tanah seluas ± 5000
65
m² di bawah naungan Yayasan Imaratul Masajid wal Madaris
(YAIMAM) yang berlokasi di jalan Kartini No.2 Salatiga,
berdampingan dengan MTS NU sebelum menjadi Sekolah Menengah
Kejuruan, dahulu adalah Madrasah Aliyah NU. Selanjutnya pengurus
YAIMAM mengganti nama Madrasah Aliyah NU menjadi SMEA
Diponegoro dengan surat keputusan No: 010/ YAIMAM/ II/ 1997.
Nama SMEA berubah menjadi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Diponegoro. SMK Diponegoro memiliki siswa sejumlah 524 siswa,
ruang kelas sebanyak 18 kelas dan dikepalai oleh bapak Drs. Joko Anis
Suwantoro, M.Pd.I. Dalam penyelenggaraan, pembinaan dan
pengembangan pendidikan, SMK Diponegoro Salatiga berdasarkan
ajaran Islam sehingga segala tingkah laku dan gerakan sekolah ini
berdasarkan ajaran Islam. Walaupun demikian siswa yang menimba
ilmu di sekolah ini berasal dari berbagai agama. Adapun program
keahlian yang dimiliki oleh SMK Diponegoro Salatiga adalah:
a. Program Keahlian Akuntansi
b. Program Keahlian Pemasaran
c. Program Keahlian Perbankan Syariah
3. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah
Visi “Menyiapkan tenaga kerja yang terampil, kompetitif, mandiri,
siap kerja, dan berakhlak mulia.”
66
SMK Diponegoro Salatiga berdasarkan Visi diatas memiliki
pandangan/gambaran/wawasan kedepan yaitu ingin menghasilkan
lulusan yang:
a. Unggul dalam ketrampilan
b. Unggul dalam persaingan pekerjaan
c. Unggul dalam berwiraswasta
d. Unggul dalam kedisiplinan, kretifitas, Organisasi dan
kerjasama
e. Unggul dalam aktivitas keagamaan dan kepedulian sosial.
Misi:
a. Melaksanakan program diklat sesuai dengan tuntutan
kebutuhan dunia kerja, meliputi aspek normatif, adaptif dan
produktif.
b. Membangun sikap professional, jujur dan bertanggungjawab.
c. Membangun jiwa kewirausahaan.
d. Mengoptimalkan peran serta masyarakat, potensi lingkungan
dan unit produksi.
e. Mengembangkan sikap keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
Tujuan Sekolah Menghasilkan lulusan yang siap kerja dan
kompetitif, memiliki jiwa kewirausahaan, bersikap professional,
67
jujur dan bertanggung jawab, beriman dan ketaqwaan kepada
Tuhan yang maha esa dan bermartabat.
4. Keadaan Pendidik SMK Diponegoro Salatiga
Pendidik bertugas sebagai medium agar anak didik dapat mencapai
tujuan pendidikan yang telah dirumuskan. Tanpa adanya pendidik
maka tujuan pendidikan tidak dapat tercapai dengan baik. Guru di
SMK Diponegoro Salatiga sejumlah 30 guru dengan 5 tenaga
administrasi sekolah.
Tabel 3.1
Data Guru SMK Diponegoro Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019
No Nama JK Status Kepegawaian Jenis PTK
1 Ahmad Basori
L Tenaga Honor Sekolah Tenaga Administrasi
Sekolah
2 Ahmad Marfui L GTY/PTY Guru BK
3 Amrih Susilaswati P GTY/PTY Guru Mapel
4 Andi Yani P GTY/PTY Guru Mapel
5 Bayu Setyo Nugroho L Guru Honor Sekolah Guru Mapel
6 Budi Santoso L GTY/PTY Guru Mapel
7 Dwi Adi Prasetiyo L GTY/PTY Guru Mapel
8 Dwi Antari Utami
Dewi
P GTY/PTY Guru Mapel
68
9 Dwi Susanti
Nugrahaningtyas
P GTY/PTY Guru Mapel
10 Fajar Umar Haryono L GTY/PTY Guru Mapel
11 Fuat Ari Yadi L GTY/PTY Guru Mapel
12 Henny Kristiana P GTY/PTY Guru Mapel
13 Jarwadi L GTY/PTY Guru Mapel
14 Joko Anis Suwantoro L GTY/PTY Kepala Sekolah
15 Kholifatuz Zahro P GTY/PTY Guru BK
16 Lamidi L Tenaga Honor Sekolah Tenaga Administrasi
Sekolah
17 Lilis Suryani P GTY/PTY Guru Mapel
18 Maya Sekarsari P Tenaga Honor Sekolah Tenaga Administrasi
Sekolah
19 Muhammad Abdul
Gafur
L GTY/PTY Guru Mapel
20 Muhammad Fadlil L Guru Honor Sekolah Guru Mapel
21 Muhammad
Hermawan Ary
Wibowo
L Guru Honor Sekolah Guru Mapel
22 Murnita Rahmawati P GTY/PTY Guru Mapel
23 Ngatman L GTY/PTY Tenaga Administrasi
Sekolah
24 Retno Susanti P GTY/PTY Tenaga Administrasi
69
Sekolah
25 Rif’ati Setyarini P GTY/PTY Guru Mapel
26 Rohzi L PNS Diperbantukan Guru Mapel
27 Santi Rahayu P GTY/PTY Guru Mapel
28 Siti Faizah P GTY/PTY Guru Mapel
29 Siti Sholihah P Tenaga Honor Sekolah Tenaga Administrasi
Sekolah
30 Sri Muryani P GTY/PTY Guru Mapel
31 Suryo Suwanditho L PNS Diperbantukan Guru Mapel
32 Sutari P GTY/PTY Guru Mapel
33 Suwanto L GTY/PTY Guru Mapel
34 Wahyu Hidayati P GTY/PTY Guru Mapel
35 Widy Maryono L PNS Diperbantukan Guru Mapel
5. Keadaan Siswa SMK Diponegoro Salatiga
Tabel 3.2
Jumlah Siswa SMK Diponegoro Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Kelas L P Jumlah
X 39 112 151
XI 47 123 170
XII 42 161 203
Jumlah Keseluruhan 524
70
Tabel 3.3
Jumlah Siswa SMK Diponegoro Berdasarkan Agama
Agama L P Jumlah
Islam 128 388 516
Kristen 0 6 6
Katholik 0 0 0
Hindu 0 1 1
Budha 0 1 1
Total 128 396 524
6. Sarana dan Fasilitas Pendidikan
a. Ruang kelas yang memadai
b. Laboratorium
c. Koperasi siswa
d. Perpustakaan
e. Kantin sekolah
B. Subjek Penelitian
Jumlah siswa XI AK 2 SMK Diponegoro Salatiga, yang dijadikan
subjek penelitian adalah 27 anak, terdiri dari 23 siswa perempuan dan 4
siswa laki-laki.
Karakteristik siswa ini secara detail dapat digambarkan sebagai
berikut:
a. Usia siswa rata-rata 17 tahun
71
b. Latar belakang pendidikan orangtua atau keluarga berpendidikan
rendah
c. Tingkat kemampuan siswa rata-rata sedang
d. Motivasi belajar siswa rata-rata sedang
Tabel 3.4 Data Siswa Kelas XI AK 2
No Nama L/P
1. Ahmat Rifai L
2. Alfia Nor Sho’ada P
3. Alfiyatun Najah P
4. Amalia Rosita P
5. Arina Manasikana P
6. Deva Mahesa Putra L
7. Eni Puspitasari P
8. Erika Sariningsih P
9. Fahrul Efendi Suradianto L
10. Fatma Dwi Dayanti P
11. Hesti Purwaningsih P
12. Ifa Nurafifah P
13. Laely Nur Mala P
14. Miftakhul Rizky L
15. Mustika Arifiani P
16. Nur Leha P
72
17. Nurul Hidayah P
18. Putri Andini P
19. Riana Meisya Sari P
20. Riska Nur Khasanah P
21. Rosita Rahmawati P
22. Siska Wulansari P
23. Sunariyah P
24. Sya’idah Al Mudalifah P
25. Umi Isnawati P
26. Wahyu Dwi Lestari P
27. Zitni Masfufah P
C. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada akhir semester gasal tahun ajaran
2018/2019 yaitu pada bulan November 2018. Penelitian ini dilaksanakan
di kelas XI AK 2 SMK Diponegoro Salatiga dengan jumlah 27 siswa.
Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Waktu pelaksanaan penelitian in
sebagai berikut:
1. Observasi, dilakukan pada hari Kamis, 15 November 2018
2. Kegiatan siklus I, dilakukan pada hari Kamis, 22 November 2018
3. Kegiatan siklus II, dilakukan pada hari Kamis 29 November 2018
73
D. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
dilakukan dalam 2 siklus yaitu siklus I dan siklus II, dimana dalam setiap
siklus terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi. Terdapat bagian pra siklus yang dilakukan oleh
peneliti, pada bagian pra siklus ini penulis ingin mengetahui hasil belajar
Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti pada siswa kelas XI AK
2 dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching
Learning pada materi toleransi, kerukunan, dan menghindarkan diri dari
tindak kekerasan. Untuk mengetahuinya atau menerapkan pembelajaran
tersebut, penulis menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Deskripsi Pelaksanaan Pra Siklus
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan peneliti,
mendapatkan hasil belajar dari guru pengampu pelajaran PAI XI AK 2
SMK diponegoro dengan hasil hanya terdapat 5 siswa (19%) yang
memenuhi Standar Ketuntasan belajar Minimal (SKBM) dan terdapat
22 siswa (81%) belum mencapai SKBM.
Melalui observasi tersebut pula, dapat diketahui kegiatan atau
kebiasaan yang dilakukan siswa selama pembelajaran berlangsung
melalui wawancara oleh peneliti dengan guru pengampu mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti juga
wawancara dengan siswa selaku subjek penelitian. Kemudian
74
diperoleh bahwa proses pembelajaran belum sepenuhnya kondusif dan
masih menggunakan model pembelajaran yang monoton.
2. Deskripsi Penelitian Siklus I
Pada bagian siklus I ini penulis ingin mengetahui hasil belajar
Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti pada siswa kelas XI
AK 2 dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching
Learning pada materi toleransi, kerukunan, dan menghindarkan diri
dari tindak kekerasan. Untuk mengetahuinya atau menerapkan
pembelajaran tersebut, penulis menggunakan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Perencanaan (planning)
Dalam tahapan perencanaan ini mencakup kegiatan sebagai
berikut:
1) Menentukan pelaksanaan siklus I yaitu pada hari Kamis tanggal
22 November 2018
2) Menyusun indikator yang dicapai setelah pembelajaran
3) Merancang skenario pembelajaran sebagai pedoman
pelaksanaan tindakan kelas dengan memperhatikan kelemahan-
kelemahan siklus I (RPP terlampir).
4) Menyiapkan alat pembelajaran, meliputi:
a) Buku sumber: Halimah, Lim, dkk. 2014. Kurikulum 2013
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SMK
Kelas XI Jakarta: Erlangga (halaman 57-95)
75
b) Materi dibuat semenarik mungkin dengan membuat contoh-
contoh kontekstual yang terjadi dalam kehidupan sehari-
hari
c) Kertas kerja kelompok untuk pelaksanaan model
pembelajaran
5) Membuat instrumen penelitian diantaranya lembar observasi
siswa dan guru.
6) Menyusun soal post test untuk mengetahui hasil belajar siswa
dalam pelaksanaan tindakan kelas.
7) Peneliti meminta bantuan kepada guru yang bersangkutan
untuk menjadi pengampu dalam pelaksanaan pembelajaran.
b. Pelaksanaan (acting)
Dalam siklus I ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 22
November 2018, penelitian siklus I ini sudah menggunakan model
pembelajaran Contextual Teaching Learning.
Tahap-tahap dalam siklus I ini sebagai berikut:
a. Pra Pembelajaran
Menyiapkan alat pembelajaran berupa materi pembelajaran dan
kertas kosong serta media yang akan digunakan.
b. Kegiatan awal
a) Guru mengucapkan salam pembuka dan membuka
pelajaran dengan mengucapkan basmalah dan do’a
bersama.
76
b) Presensi
c) Guru menjelaskan tujuan mempelajari materi toleransi,
kerukunan, dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan
d) Guru melakukan apresepsi dan mengajukan beberapa
pertanyaan sesuai dengan materi pelajaran.
c. Kegiatan inti
a) Guru membagikan materi bacaan tentang toleransi,
kerukunan, dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan
b) Guru membagi kelompok yang terdiri dari 4 kelompok
sesuai dengan hitungan, selanjutnya membuat struktur
kelompok yang terdiri dari ketua, sekretaris, dan juru
bicara.
c) Guru membagikan kertas kosong yang berisi sesuai
pertanyaan, dan dalam pelaksanannya para siswa berfikir
aktif menemukan suatu titik penemuuan yang nanti bisa
ditarik kesimpulan secara bersamaan
d) Siswa mempresentasikan hasil penemuannya dalam lingkup
kelompok masinh-masing sebelum di presentasikan dalam
kelompok besar di dalam kelas.
e) Setelah mempresentasikan dalam kelompoknya, guru
meminta untuk mempresentasikan secara bergiliran di
depan kelas dan didiskusikan secara umum
77
d. Kegiatan akhir
a) Guru memberikan kesimpulan sebagai penguatan terhadap
materi yang dipelajari
b) Guru membagikan soal post test (terlampir)
c) Guru mengingatkan kepada siswa untuk mengulang
kembali mata pelajarannya untuk memperkuat pertemuan
selanjutnya pada siklus II
d) Pembelajaran ditutup dengan membaca hamdalah dan
salam
c. Pengamatan
Dalam observasi atau pengamatan terhadap guru
menggunakan lembar pengamatan dengan skala penilaiannya
(terlampir). Pelaksanaan siklus I ini sudah mengalami peningkatan
setelah menggunakan metode yang berbeda.
d. Refleksi (Reflecting)
Kegiatan ini bertujuan untuk menilai seluruh kegiatan
pembelajaran dengan penggunaan metode contextual teaching
learning dalam pemanfaatan proses diskusi dalam kelas terhadap
permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-
hari tentang toleransi, kerukunan, dan menghindarkan diri dari
tindak kekerasan. Untuk mengetahui seberapa besar presentase
78
perubahan hasil belajar mata pelajaran PAI materi toleransi,
kerukukan, dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan pada
siklus I diperlukan refleksi akan tindakan yang telahh
dilaksanakan. Hasil siklus I sudah ada perubahan dan siswa lebih
kritis berfikir aktif serta bertambahnya motivasi siswa untuk
mempelajari mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap situasi
pembelajaran pada siklus I ini, peneliti dapat menemukan
kelemahan dalm proses pembelajaran sebagai berikut:
1) Pengelolaan waktu dalam pemaparan materi dan proses
berdiskusi dalam kelas
2) Kondusifitas dalam kelas yang belum terjaga, masih terdapat
siswa yang bergurau ketika diskusi berlangsung
3) Siswa merasa belum bisa sehingga cenderung menyepelekan
terhadap materi, malas mendengarkan dan kurangnya motivasi
belajar sehingga hasilnya tidak maksimal
4) Ketidakmauan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan
oleh guru
Berdasarkan hasil diatas, maka hal-hal yang peneliti
perhatikan dan perbaiki pada siklus kedua adalah:
1) Managemen (pengelolaan) waktu yang tepat dan efisien
2) Guru mencoba menjaga kondusifitas siswa dengan
memaparkan contoh cerita konkret dalam permaslahan
79
toleransi, kerukunan, dan menghindarkan diri dari tindak
kekerasan dalam kehidupan sehari-hari
3) Penegasan dan pemberian motivasi belajar yang dilakukan guru
terhadap siswa agar siswa mau memperhatikan dan tidak
menyepelekan segala sesuatu
4) Memberi arahan yang tepat agar siswa mengerjakan tugas dai
guru.
3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II
a. Perencanaan (Planning)
Berdasarkan refleksi yang diperoleh dari observasi dan perolehan
nilai siklus I, maka siklus II merupakan perbaikan dari siklus I.
Rencana tindakan siklus II yang dilakukan oleh peneliti adalah:
1) Menentukan waktu pelaksanaan siklus II yaitu pada hari Kamis
tanggal 29 November 2018
2) Merumuskan perbaikan hasil refleksi siklus I
3) Menyusun indikator yang dicaai setelah pembelajaran
4) Merancang skenario pembelajaran sebagai pedoman
pelaksanaan tindakan di kelas dengan memperhatikan
kelemahan-kelemahan siklus I (RPP terlampir)
5) Menyiapkan alat pendukung pembelajaran
a) Hadiah bagi kelompok yang bisa menjawab pertanyaan dari
kelompok lain secara tepat dan benar
b) Soal-soal untuk dijawab bagi tiap-tiap kelompok
80
6) Membuat instrumen penilaian berupa lembar kegiatan guru,
siswa dan tes formatif
7) Menyusun soal post test untuk mengetahui hasil belajar siswa
dalam pelaksanaan tindakan kelas
8) Peneliti meminta bantuan guru untuk menjadi pengampu dalam
pelaksanaan pembelajaran
b. Pelaksanaan (acting)
Dalam siklus II ini masih menggunakan meodel
pembelajaran yang sama yaitu contextual teachig learning. Tahap-
tahap dalam siklus II ini adalah:
1) Pra Pembelajaran
Menyiapkan alat pembelajaran berupa materi pembelajaran
tentang toleransi, kerukunan, dan menghindarkan diri dari
tindak kekerasan.
2) Kegiatan awal
a) Guru mengucapkan salam pembuka dan membuka
pelajaran dengan mengucapkan basmalah dan do’a
bersama.
b) Presensi
c) Guru menjelaskan tujuan mempelajari materi toleransi,
kerukunan, dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan.
81
d) Guru melakukan apresespsi dan menanyakan tugasnya
dengan mengajukan beberapa pertanyaan sesuai dengan
materi pelajaran.
e) Guru memberikan hadiah kepada siswa yang bisa
menjawab pertanyaan dengan baik.
3) Kegiatan inti
a) Guru memberikan materi bacaan tentang toleransi,
kerukunan, dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan.
b) Guru membagikan kertas pada siswa untuk menuliskan
pertanyaan yang akan diajukan sebagai bahan diskusi
terhadap permasalahan yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari
c) Guru memandu jalannya diskusi serta sebagai penengah
dari diskusi dalam kelas
d) Siswa melakukan diskusi dengan baik dan teratur sesuai
dengan urutan nomor undian yang dibagi oleh guru
e) Guru memberikan jawaban tambahan terhadap soal-soal
yang diajukan oleh siswa dalam diskusi
4) Kegiatan akhir
a) Guru memberikan kesimpulan terhadap hasil diskusi dalam
kelas sesuai dengan pertanyaan yang diajukan dalam proses
diskusi
82
b) Guru menambahkan cerita konkret yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari baik di sekolah, masyarakat serta
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang berkaitan
dengan toleransi, kerukunan, dan menghindarkan diri dari
tindak kekerasan
c) Guru membagikan soal post test (terlampir)
d) Guru mengingatkan kepada siswa untuk mengukang
kembali materi pelajarannya dan memahami ayat-ayat yang
mengandung makna toleransi, kerukunan, dan
menghindarkan diri dari tindak kekerasan sebagai landasan
pemahaman materi untuk diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari
e) Pembelajaran ditutup dengan membaca hamdalah dan
salam.
c. Pengamatan
Dalam observasi atau pengamatan terhadap guru
menggunakan lembar pengamatan dengan skala penilaiannya
(terlampir)
d. Refleksi (reflecting)
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap situasi
pembelajaran siklus II ini, banyak peningkatan kebaikan
dibandingkan pada pra siklus dan siklus I dengan didapatkan
pengelolaan waktu secara maksimal meskipun masih perlu
83
ditingkatkan kembali, diskusi yang berjalan secara menarik
sehingga siswa dapat berperan aktif dan kritis tanpa
menggantungkan temannya, sisa mengalami peningkatan motivasi
belajar karena berkenan untuk mengerjakan tugas dari guru dan
ikut serta berperan dalam proses pelaksanaan diskusi untuk
menyelesaikan permasalahan, serta mengalami peningkatan hasil
belajar. Namun, masih ada siswa yang belum memenuhi nilai
Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM).
Pada siklus II didapatkan model pembelajaran contextual
teaching learning tepat digunakan pada pelajaran PAI dan Budi
Pekerti materi toleransi, kerukunan, dan menghindarkan diri dari
tindak kekerasan. Pada siklus II semua siswa telah berpartisipasi
secara aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar dengan
menggunakan model pembelajaran contextual teaching learning.
Serta tercapainya indikator pembelajaran yang sudah bisa
dikatakan berhasil.
84
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bagian ini disajikan hasil penelitian dan pembahasan sesuai dengan
tujuan penelitian yaitu mengetahui bahwa model pembelajaran contextual
teaching learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
pendidikan agama Islam (PAI) materi toleransi, kerukunan, dan menghindarkan
diri dari tindak kekerasan pada siswa kelas XI Ak 2 SMK Diponegoro Salatiga
tahun pelajaran 2018/2019.
A. Hasil Penelitian
Pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) yang dilaksanakan di
SMK Diponegoro Salatiga sebelum diadakan penelitian ini biasanya guru
hanya menggunakan metode ceramah. Sehingga pemahaman siswa
mengenai materi pendidikan agama Islam khususnya toleransi, kerukunan,
dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan sangat kurang,
menyebabkan siswa tidak begitu faham terhadap materi serta
implementasinya. Adapun nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) SMK
Diponegoro Salatiga pada mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI)
dan Budi Pekerti adalah 75. Berikut ini adalah hasil analisa persiklus:
1. Deskripsi Pra Siklus
Berdasarkan data nilai guru pengampu mata pelajaran
pendidikan agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti kelas XI Ak 2 SMK
Diponegoro Salatiga pada materi toleransi, kerukunan, dan
85
menghindarkan diri dari tindak kekerasan, menunjukkan bahwa siswa
yang mencapai SKBM hanya ada beberapa siswa.
Adapun nilai hasil belajar sebelum menggunakan model pembelajaran
contextual teaching learning:
Tabel 4.1 Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas XI AK 2 Semester I
SMK Diponegoro Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019 Mata
Pelajaran PAI dan Budi Pekerti Materi Toleransi, Kekerasan, dan
Menghindarkan Diri dari Tindak Kekerasan
No Nama Nilai Keterangan
1. Ahmat Rifai 40 Tidak Tuntas
2. Alfia Nor Sho’ada 70 Tidak Tuntas
3. Alfiyatun Najah 60 Tidak Tuntas
4. Amalia Rosita 65 Tidak Tuntas
5. Arina Manasikana 50 Tidak Tuntas
6. Deva Mahesa Putra 50 Tidak Tuntas
7. Eni Puspitasari 70 Tidak Tuntas
8. Erika Sariningsih 70 Tidak Tuntas
9. Fahrul Efendi Suradianto 50 Tidak Tuntas
10. Fatma Dwi Dayanti 50 Tidak Tuntas
11. Hesti Purwaningsih 60 Tidak Tuntas
12. Ifa Nurafifah 60 Tidak Tuntas
13. Laely Nur Mala 60 Tidak Tuntas
86
14. Miftakhul Rizky 70 Tidak Tuntas
15. Mustika Arifiani 50 Tidak Tuntas
16. Nur Leha 75 Tuntas
17. Nurul Hidayah 80 Tuntas
18. Putri Andini 50 Tidak Tuntas
19. Riana Meisya Sari 60 Tidak Tuntas
20. Riska Nur Khasanah 75 Tuntas
21. Rosita Rahmawati 60 Tidak Tuntas
22. Siska Wulansari 50 Tidak Tuntas
23. Sunariyah 75 Tuntas
24. Sya’idah Al Mudalifah 70 Tidak Tuntas
25. Umi Isnawati 60 Tidak Tuntas
26. Wahyu Dwi Lestari 60 Tidak Tuntas
27. Zitni Masfufah 80 Tuntas
JUMLAH 1670
RATA-RATA 61,85
PROSENTASE KETUNTASAN 19%
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata
hasil belajar siswa adalah 61,85. Dari nilai tersebut dapat kita
susun dalam rentang nilai sebagai berikut:
87
Tabel 4.2 Rentang Nilai Hasil Belajar siswa kelas XI AK 2 semester I
SMK Diponegoro Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019 Mata Pelajaran
PAI dan Budi Pekerti Materi Toleransi, Kerukunan, dan Menghindarkan
Diri dari Tindak Kekerasan
No Rentang Nilai Banyak Siswa
1. 40-50 8
2. 51-60 8
3. 61-70 6
4. 71-80 5
JUMLAH 27
Pada tabel rentang nilai hasil belajar siswa di atas dapat dilihat
bahwa dari 27 siswa kelas XI AK 2 SMK Diponegoro Salatiga terlihat ada
8 anak yang nilainya pada rentang 40-50, sebanyak 8 anak nilainya berada
pada rentang 51-60, pada rentang nilai 61-70 terdapat 6 anak dan pada
rentang nilai 71-80 terdapat 5 anak.
Data hasil belajar siswa pada pembelajaran pra siklus dapat
digambarkan dalam grafik sebagai berikut:
88
Grafik 4.1 Nilai Evaluasi Pra Siklus Kelas XI AK 2 semester I SMK
Diponegoro Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019 Mata Pelajaran PAI dan
Budi Pekerti Materi Toleransi, Kerukunan, dan Menghindarkan Diri Dari
Tindak Kekerasan
Berdasarkan nilai hasil belajar siswa, selanjutnya akan melihat
ketuntasan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI kelas XI materi
toleransi, kerukunan, dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan telah
ditentukan nilai Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) kelas adalah
75. Apabila siswa belum mencapai 75 dinyatakan belum tuntas dalam
belajar.
0
5
10
15
20
40-50 51-60 61-70 71-80
8 86
5
Rentang Nilai
Rentang Nilai
89
Berikut ini penulis sajikan data ketuntasan nilai siswa Kelas XI AK
2 Semester I SMK Diponegoro Salatiga tahun pelajaran 2018/2019 pada
mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti materi toleransi, kerukunan, dan
menghindarkan diri dari tindak kekerasan berdasarkan Ketuntasan Belajar
Minimal (KBM).
Tabel 4.3 Distribusi Ketuntasan Belajar Pra Siklus Kelas XI Ak 2
Semester I SMK Diponegoro Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019 Mata
Pelajaran PAI dan Budi Pekerti Materi Toleransi, Kerukunan dan
Menghindarkan Diri Dari Tindak Kekerasan
Berdasarkan data ketuntasan nilai siswa kelas XI AK 2 semester I
SMK Diponegoro Salatiga tahun pelajaran 2018/2019 pada mata pelajaran
PAI materi toleransi, kerukunan, dan menghindarkan diri dari tindak
No. Standar Ketuntasan Jumlah Siswa Presentase
Angka Ketuntasan
1. <75 Tidak Tuntas 22 81%
2. ≥75 Tuntas 5 19%
Jumlah 27
Nilai Tertinggi 80
Nilai Terendah 40
Nilai Rata-rata 61,85
90
kekerasan sesuai dengan Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM)
diasat terdapat 22 siswa yang belum tuntas atau belum memenuhi SKBM
dengan persentase 81%. Sedangkan yang memperoleh nilai 75 lebih hanya
5 siswa dengan persentase 19%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang
hasil belajarnya sesuai degan taraf ketuntasan sangatlah minim, dengan
demikian dapat kita lihat bahwa hasil belajar siswa sangat tidak
memuaskan.
Diagram 4.2 Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Kelas XI AK 2 Semester I
SMK Diponegoro Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019 Mata Pelajaran
PAI dan Budi Pekerti Materi Toleransi, Kerukunan, dan Menghindarkan
Diri Dari Tindak Kekerasan
19%
81%
PRA SIKLUS
TUNTAS
TIDAK TUNTAS
91
Nilai siswa yang masih sangat rendah ini menunjukkan masih
rendahnya hasil belajar siswa, dan banyak siswa masih mengalami
kesulitan dalam menerima apa yang disampaikan oleh guru. Disebabkan
pula guru belum mampu menganalisis dan menggunakan model
pembelajaran yang cocok untuk materi toleransi, kerukunan, dan
menghindarkan diri dari tindak kekerasan.
2. Deskripsi Siklus I
Dalam siklus I terdapat tujuan untuk menilai seluruh kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran contextual
teaching learning dalam pengaruh materi toleransi, kerukunan, dan
menghindarkan diri dari tindak kekerasan dalam aplikasinya di
kehidupan sehari-hari yang dibahas melalui diskusi kelompok tentang
kejadian fakta di lapangan serta proses pembelajaran menggunakan
pendekatan saintifik. Hasil dalam siklus I ini sedikit mengalami
peningkatan.
Pengamatan siklus I dilaksanakan oleh guru dengan menggunakan
alat tes lembar evaluasi. Dari siklus I diporoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.4 Nilai Evaluasi Siklus I Kelas XI AK 2 Semester I SMK
Diponegoro Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019 Mata Pelajaran PAI
dan Budi Pekerti Materi Toleransi, Kerukunan, dan Menghindarkan
Diri Dari Tindak Kekerasan
92
No Nama Nilai Keterangan
1. Ahmat Rifai 70 Tidak Tuntas
2. Alfia Nor Sho’ada 75 Tuntas
3. Alfiyatun Najah 75 Tuntas
4. Amalia Rosita 75 Tuntas
5. Arina Manasikana 75 Tuntas
6. Deva Mahesa Putra 70 Tidak Tuntas
7. Eni Puspitasari 75 Tuntas
8. Erika Sariningsih 70 Tidak Tuntas
9. Fahrul Efendi Suradianto 60 Tidak Tuntas
10. Fatma Dwi Dayanti 60 Tidak Tuntas
11. Hesti Purwaningsih 60 Tidak Tuntas
12. Ifa Nurafifah 75 Tuntas
13. Laely Nur Mala 70 Tidak Tuntas
14. Miftakhul Rizky 60 Tidak Tuntas
15. Mustika Arifiani 65 Tidak Tuntas
16. Nur Leha 85 Tuntas
17. Nurul Hidayah 80 Tuntas
18. Putri Andini 65 Tidak Tuntas
19. Riana Meisya Sari 50 Tidak Tuntas
20. Riska Nur Khasanah 75 Tuntas
21. Rosita Rahmawati 70 Tidak Tuntas
93
22. Siska Wulansari 65 Tidak Tuntas
23. Sunariyah 85 Tuntas
24. Sya’idah Al Mudalifah 75 Tuntas
25. Umi Isnawati 70 Tidak Tuntas
26. Wahyu Dwi Lestari 60 Tidak Tuntas
27. Zitni Masfufah 85 Tuntas
JUMLAH 1900
RATA-RATA 70,37
PROSENTASE KETUNTASAN 44%
Berdasarkan tabel nilai diatas, dapat dilihat bahwa nilai rata-
rata tes siklus I adalah 70,37. Dari nilai tes tersebut dapat kita susun
rentang nilai sebagai berikut:
Tabel 4.5 Rentang Nilai Evaluasi Sklus I Kelas XI AK 2 semester I
SMK Diponegoro Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019 Mata Pelajaran
PAI dan Budi Pekerti Materi Toleransi, Kerukunan, dan
Menghindarkan Diri Dari Tindak Kekerasan
No Rentang Nilai Banyak Siswa
1. 50-60 6
2. 61-70 9
3. 71-80 9
94
4 80-90 3
JUMLAH 27
Berdasarkan tabel rentang nilai evaluasi siklus I diatas dapat dilihat
bahwa dari 27 siswa kelas XI AK 2 SMK Diponegoro Salatiga terlihat ada
6 anak yang nilainya pada rentang 50-60, sebanyak 9 anak nilainya
terdapat pada rentang 61-70, 9 anak nilainya pada rentang 70-80, dan 3
anak nilainya pada rentang 80-90. Melalui tabel tersebut dapat dilihat
bahwa ada peningkatan pada nilai siswa, dimana pada pra siklus terdapat
16 anak mendapat nilai dibawah 60, tetapi di siklus I terdapat 21 anak
nilainya diatas 60.
Grafik 4.3 Nilai Evaluasi Siklus I Kelas XI AK 2 Semester I SMK
Diponegoro Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019 Mata Pelajaran PAI dan
Budi Pekerti Materi Toleransi, Kerukunan, dan Mrnghindarkan Diri Dari
Tindak Kekerasan
95
Nilai Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) pada mata
pelajaran PAI dan Budi Pekerti materi toleransi, kerukunan, dan
menghindarkan diri dari tindak kekerasan masih sama yaitu 75.
Dengan demikian siswa dapat dinyatakan tuntas belajar jika
mendapatkan nilai sama atau lebih dari 75. Apabila siswa belum
mencapai nilai 75 maka dinyatakan belum tuntas dalam belajar.
Berikut ini disajikan data ketuntasan nila siklus I siswa kelas XI AK 2
SMK Diponegoro Salatiga semester I berdasarkan Standar Ketuntasan
Belajar Minimal (SKBM).
Tabel 4.6 Distribusi Ketuntasan Siklus I Kelas XI AK 2 Semester I
SMK Diponegoro Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019 Mata Pelajaran
PAI dan Budi Pekerti Materi Toleransi, Kerukunan, dan
Menghindarkan Diri Dari Tindak Kekerasan
0
5
10
15
20
50-60 61-70 70-80 81-90
6
9 9
3
Rentang Nilai
Rentang Nilai
96
B
e
Berdasarkan data ketuntasan nilai siklus I siswa kelas XI AK 2
semester I SMK Diponegoro Salatiga tahun pelajaran 2018/2019 pada
mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti materi toleransi, kerukunan, dan
menghindarkan diri dari tindak kekerasan sesuai dengan Standar
Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) diatas, terdapat 15 siswa
memperoleh nilai dibawah 75 dengan presentase 56%. Hal ini
menunjukkan bahwa ada 15 siswa yang belum tuntas atau belum
memenuhi nilai Standar Ketuntasan Belaja Minimal (SKBM).
Sedangkan yang memperoleh nilai 75 atau lebih ada 12 siswa dengan
persentase 44%. Maka dapat dinyatakan bahwa siswa yang hasil
belajarnya tuntas mengalami peningkatan dari hasil pra siklus. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa sudah
mengalami peningkatan.
No. Standar Ketuntasan Jumlah Siswa Presentase
Angka Ketuntasan
1. <75 Tidak Tuntas 15 56%
2. ≥75 Tuntas 12 44%
Jumlah 27
Nilai Tertinggi 85
Nilai Terendah 50
Nilai Rata-rata 70,37
97
Diagram 4.4 Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I Kelas XI AK
2 Semester I SMK Diponegoro Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019
Mata Pelajaran PAI dan Budi Pekerti Materi Toleransi, Kerukunan,
dan Menghindarkan Diri Dari Tindak Kekerasan
a. Refleksi
Setelah memperoleh hasil evaluasi perbaikan pembelajaran,
maka peneliti melakukan refleksi dan analisa nilai yang diperoleh.
Apabila kita mengamati dari nilai rata-rata evaluasi siswa pada
siklus I maka dapat diketahui bahwa mengalami peningkatan jika
dibandingkan dengan nilai pra siklus. Hasil rata-rata evaluasi siswa
meningkat dari 61,85 menjadi 70,37 dan skala ketuntasan
meningkat dari 19% menjadi 44%.
Dari hasil pengamatan hasil belajar siklus I didapat masih
ada 15 siswa yang belum mencapai ketuntasan yang ditentukan,
44%56%
SIKLUS I
TUNTAS
TIDAK TUNTAS
98
karena nilai dibawah 75. Maka berdasarkan hasil ini peneliti
menganggap masih perlu diadakan siklus II dengan model
pembelajaran yang sama. Hal ini bertujuan untuk lebih
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran tersebut
sehingga hasil belajar siswa akan lebih meningkat.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap situasi
pembelajaran pada siklus I ini, peneliti dapat menemukan
kelemahan pembelajaran sebagai berikut:
1) Pengelolaan waktu
2) Kondusifitas ruang kelas
3) Pemahaman guru dan siswa terhadap model pembelajaran yang
dilakukan
4) Motivasi belajar siswa
Berdasarkan hasil diatas, maka hal-hal yang peneliti
perhatikan dan perbaiki pada siklus kedua adalah:
5) Pengelolaan waktu dalam pemaparan materi dan proses
berdiskusi dalam kelas
6) Kondusifitas dalam kelas yang belum terjaga, masih terdapat
siswa yang bergurau ketika diskusi berlangsung
7) Siswa merasa belum bisa sehingga cenderung menyepelekan
terhadap materi, malas mendengarkan dan kurangnya motivasi
belajar sehingga hasilnya tidak maksimal
99
8) Ketidakmauan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan
oleh guru
3. Deskripsi Siklus II
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap situasi pembelajaran
baik siswa maupun guru pada siklus II ini, terjadi peningkatan yang
sangat bagus, hambatan atau permasalahan yang muncul pada pra
siklus dan siklus I sudah tidak terlihat di siklus II.
Pengamatan pada siklus II diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.7 Nilai Evaluasi Siklus II Kelas XI AK 2 Semester I
SMK Diponegoro Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019 Mata Pelajaran
PAI dan Budi Pekerti Materi Toleransi, Kerukunan, dan
Menghindarkan Diri Dari Tindak Kekerasan
No Nama Nilai Keterangan
1. Ahmat Rifai 86 Tuntas
2. Alfia Nor Sho’ada 83 Tuntas
3. Alfiyatun Najah 90 Tuntas
4. Amalia Rosita 80 Tuntas
5. Arina Manasikana 86 Tuntas
6. Deva Mahesa Putra 80 Tuntas
7. Eni Puspitasari 80 Tuntas
8. Erika Sariningsih 93 Tuntas
100
9. Fahrul Efendi Suradianto 60 Tidak Tuntas
10. Fatma Dwi Dayanti 80 Tuntas
11. Hesti Purwaningsih 70 Tidak Tuntas
12. Ifa Nurafifah 80 Tuntas
13. Laely Nur Mala 80 Tuntas
14. Miftakhul Rizky 80 Tuntas
15. Mustika Arifiani 86 Tuntas
16. Nur Leha 93 Tuntas
17. Nurul Hidayah 93 Tuntas
18. Putri Andini 70 Tuntas
19. Riana Meisya Sari 80 Tuntas
20. Riska Nur Khasanah 83 Tuntas
21. Rosita Rahmawati 76 Tuntas
22. Siska Wulansari 76 Tuntas
23. Sunariyah 100 Tuntas
24. Sya’idah Al Mudalifah 80 Tuntas
25. Umi Isnawati 86 Tuntas
26. Wahyu Dwi Lestari 73 Tidak Tuntas
27. Zitni Masfufah 86 Tuntas
JUMLAH 2210
RATA-RATA 81,85
PROSENTASE KETUNTASAN 89%
101
Berdasarkan pada tabel nilai siswa diatas, dapat kita lihat bahwa
nilai rata-rata tes siklus II adalah 81,85. Dari nilai tes tersebut dapat
kita susun dalam rentang nilai sebagai berikut:
Tabel 4.8 Rentang Nilai Siklus II Kelas XI AK 2 Semester I SMK
Diponegoro Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019 Pada Mata Pelajaran
PAI dan Budi Pekerti Materi Toleransi, Kerukunan, dan
Menghindarkan Diri Dari Tindak Kekerasan
No Rentang Nilai Banyak Siswa
1. 60-70 3
2. 71-80 12
3. 81-90 8
4. 91-100 4
JUMLAH 27
Berdasarkan tabel rentang nilai evaluasi siklus II diatas
dapat dilihat bahwa dari 27 siswa kelas XI AK 2 SMK Diponegoro
Salatiga terlihat ada 3 anak yang nilainya pada rentang 60-70, 12
anak nilainya.terdapat pada rentang 71-80, pada rentang 81-90
terdapat 8 anak, dan pada rentang nilai 91-100 terdapat 4 anak.
Melalui tabel tersebut dapat pula kita lihat bahwa ada peningkatan
pada nilai siswa, dimana pada siklus I nilai terendah yang
diperoleh siswa adalah 50 sedangkan pada siklus II nilai terendah
102
60. Untuk nilai tertinggi siswa juga mengalami peningkatan karena
semakin banyak siswa yang nilainya mencapai atau melebihi
SKBM.
Grafik 4.5 Nilai Evaluasi Siklus II Kelas XI AK 2 Semester
I SMK Diponegoro Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019 Mata
Pelajaran PAI dan Budi Pekerti Materi Toleransi, Kerukunan, dan
Menghindarkan Diri Dari Tindak Kekerasan
Dari data nilai siklus II tersebut dapat diketahui keberhasilan
belajar siswa berdasarkan nilai Standar Ketuntasan Belajar Minimal
(SKBM) pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti Kelas XI AK 2 SMK
Diponegoro Salatiga materi toleransi, kerukunan, dan menghindarkan diri
0
5
10
15
20
60-70 71-80 81-90 91-100
3
12
8
4
Rentang Nilai
Rentang Nilai
103
dari tindak kekerasan masih sama yaitu 75. Dengan demikian siswa dapat
dinyatakan tuntas belajar jika mendapat nilai 75 atau lebih dari 75. Apabila
siswa belum mencapai nilai 75 dinyatakan belum tuntas dalam belajar.
Berikut ini disajikan data ketuntasan nilai siklus II berdasarkan Standar
Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM).
Tabel 4.9 Distribusi Ketuntasan Belajar Siklus II Kelas XI AK 2 Semester
I SMK Diponegoro Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019 Mata Pelajaran
PAI dan Budi Pekerti Materi Toleransi, Kerukunan, dan Menghindarkan
Diri Dari Tindak Kekerasan
No. Standar Ketuntasan Jumlah
Siswa
Presentase
Angka Ketuntasan
1. <75 Tidak Tuntas 3 11%
2. ≥75 Tuntas 24 89%
Jumlah 27
Nilai Tertinggi 100
Nilai Terendah 60
Nilai Rata-rata 81,85
Berdasarkan data ketuntasan nilai siklus I siswa kelas XI AK 2
semester I SMK Diponegoro Salatiga tahun pelajaran 2018/2019 pada
mata pelajaran PAI materi toleransi, kerukunan, dan menghindarkan diri
dari tindak kekerasan sesuai dengan Standar Ketuntasan Belajar Minimal
104
(SKBM) diatas, hanya terdapat 3 siswa yang memperoleh nilai dibawah 75
dengan persentase 11%, hal ini menunjukkan bahwa ada 3 siswa yang
belum tuntas atau belum mencapai SKBM. Sedangkan yang memperoleh
nilai 75 atau lebih ada 24 siswa dengan persentase 89%. Maka dapat
dinyatakan bahwa siswa yang hasil belajarnya tuntas sudah baik
dibandingkan siklus I. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar siswa mengalami peningkatan.
Diagram 4.6 Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II Kelas XI AK 2
Semester I SMK Diponegoro Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019 Mata
Pelajaran PAI dan Budi Pekerti Materi Toleransi, Kerukunan, dan
Menghindarkan Diri Dari Tindak Kekerasan
89%
11%
SIKLUS II
TUNTAS
TIDAK TUNTAS
105
a. Refleksi
Setelah memperoleh hasil evaluasi perbaikan pembelajaran, maka
peneliti melakuakn refleksi dan analisa nilai yang diperoleh. Apabila
kita mengamati dari nilai rata-rata evaluasi siswa pada siklus II maka
dapat kita lihat bahwa hasilnya mengalami peningkatan apabila
dibandingkan dengan siklus I. Hasil rata-rata evaluasi siswa meningkat
dari 70,37 menjadi 81,85 dan skala ketuntasan meningkat dari 44%
menjadi 89%. Sesuai dengan kajian teori yang digunakan sudah efektif
dan peneliti tidak perlu melanjutkan ke siklus selanjutnya karena rata-
rata hasil belajar dan persentase ketuntasan sudah memenuhi kriteria.
4. Perbandingan Hasil Pra Siklus, Siklus I, Siklus II
a. Ketuntasan Belajar
Dari keseluruhan proses pembelajaran PAI dan Budi
Pekerti materi toleransi, kerukunan, dan menghindarkan diri dari
tindak kekerasan menggunakan model pembelajaran contextual
teaching learning pada siswa kelas XI AK 2 semester I SMK
Diponegoro Salatiga yang dilakukan peneliti baik pra siklus, siklus
I dan siklus II hasilnya dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 4.10 Perbandingan Ketuntasan hasil Belajar Siswa Pra
Siklus, Siklus I, dan Siklus II Kelas XI AK 2 Semester I SMK
Diponegoro Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019 Mata Pelajaran
106
PAI dan Budi Pekerti Materi Toleransi, Kerukunan, dan
Menghindarkan Diri Dari Tindak Kekerasan
No. Standar Ketuntasan Pra Siklus Siklus I
Siklus II
Nilai Ketuntasan Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1. <75 Tidak
Tuntas
22 81% 15 56% 3 11%
2. ≥75 Tuntas 5 19% 12 44% 24 89%
Jumlah 27 27 27
Nilai Tertinggi 80 85 100
Nilai Terendah 40 50 60
Nilai Rata-rata 61,85 70,37 81,85
Menurut perbandingan ketuntasan hasil belajar diatas, dapat
dijelaskan bahwa pada kondisi Pra Siklus dari 27 siswa kelas XI
AK 2 semester I SMK Diponegoro Salatiga tahun pelajaran
2018/2019 ada 22 siswa yang belum tuntas karena mendapat nilai
kurang dari 75, hanya terdapat 5 siswa yang tuntas karena
mendapat nilai lebih dari 75. Nilai tertinggi 80 dan nilai terendah
40. Nilai rata-rata yang dicapai dalam pembelajaran adalah 61,85.
Karena masih banyak yang belum tuntas maka diadakan perbaikan
dengan menerapkan model pembelajaran contextual teaching
learning.
107
Dilihat dari proses perbaikan pembelajaran siklus I terlihat
peningkatan hasil belajar siswa dibandingkan kondisi pra siklus.
Dari 27 siswa kelas XI AK 2 SMK Diponegoro Salatiga 15 anak
belum tuntas karena mendapat nilai kurang dari 75, sedangkan 12
anak tuntas karena mendapat nilai lebih dari atau sama dengan 75.
Nilai tertinggi 85 dan terendah 50. Nilai rata-rata yang dicapai
dalam siklus I adalah 70,37. Perbaikan pembelajaran dilanjutkan
pada siklus II dengan menerapkan model pembelajaran contextual
teaching learning.
Perbaikan pembelajaran yang dilakukan pada siklus II
didapatkan hasil dari jumlah 27 siswa kelas XI AK 2 SMK
Diponegoro Salatiga ada 3 anak yang dinyatakan belum tuntas
karena mendapat nilai kurang dari 75, sedangkan 24 anak
dinyatakan tuntas karena mendapatkan nilai lebih dari atau sama
dengan 75. Nilai tertinggi 100 dan terendah 60. Nilai rata-rata yang
dicapai dalam siklus ini adalah 81,85.
Dari keseluruhan proses perbaikan pembelajaran hasil
belajar siswa kelas XI AK 2 semester I SMK Diponegoro Salatiga
tahun pelajaran 2018/2019 pada mata pelajaran PAI dan Budi
Pekerti materi toleransi, kerukunan, dan menghindarkan diri dari
tindak kekerasan mengalami peningkatan dan pelaksanaan
menggunakan model pembelajaran contextual teaching learning
dinyatakan berhasil.
108
Perbandingan ketuntasan hasil belajar siswa tersebut dapat
dituangkan dalam grafik berikut ini
Diagram 4.7 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pra
Siklus, Siklus I, dan Siklus II Kelas XI AK 2 Semester I SMK
Diponegoro Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019 Mata Pelajaran
PAI dan Budi Pekerti Materi Toleransi, Kerukunan, dan
Menghindarkan Diri Dari Tindak Kekerasan
Pra Siklus
Siklus II
0
5
10
15
20
25
Tuntas Tidak
Tuntas
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Siklus I
19%
44%
89%
81%
56%
11%
109
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pra Siklus
Pada kegiatan pra siklus pembelajaran PAI dan Budi Pekerti materi
toleransi, kerukunan, dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan
dapat dikatakan belum berhasil. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil
belajar siswa Kelas XI AK 2 SMK Diponegoro Salatiga dengan jumlah
27 siswa, 22 diantaranya mendapatkan nilai kurang dari 75 dan
dinyatakan belum tuntas. Sedangkan hanya terdapat 5 anak dinyatakan
tuntas karena lebih dari 75. Dari 27 siswa diperoleh nilai terendah 40
dan nilai tertinggi 80. Sehingga diperoleh rata-rata nilai pelajaran PAI
materi toleransi, kerukunan, dan menghindarkan diri dari tindak
kekerasan adalah 61,85. Kurangnya hasil belajar ini dipengaruhi oleh
banayk faktor, diantaranya adalah penyampaian materi oleh guru
secara monoton dan kurangnya antusiasme siswa dalam memahamai
materi. Juga karena guru belum mampu menjaga kondusifitas kelas
dengan baik.
Setelah mengetahui penyebab rendahnya nilai siswa, maka
dilaksanakan perbaikan dengan mengganti model pembelajaran guru
menjadi model contextual teaching learning. Hal ini bertujuan agar
siswa tanggap dan aktif dalam menanggapi permasalahan terlebih yang
terjadi pada kehidupan sehari-hari dan sering ditemui sehingga siswa
lebih mudah memahami dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik
atau meningkat.
110
2. Siklus I
Setelah melakukan analisa dan refleksi pembelajaran pra siklus,
maka peneliti memutuskan untuk mengadakan perbaikan pembelajaran
siklus I. Perbaikan siklus I ini dilaksanakan dengan harapan hasil
pembelajaran menggunakan model contextual teaxhing learning lebih
meningkat. Pada perbaikan siklus I ini peneliti mengganti model
pembelajaran menggunakan model contextual teaching learning.
Berdasarkan analisa perbaikan siklus I dapat diketahui bahwa hasil
belajar siswa kelas XI AK 2 SMK Diponegoro Salatiga mata pelajaran
PAI dan Budi Pekerti materi toleransi, kerukunan, dan menghindarkan
diri dari tindak kekerasan terdapat 15 siswa belum tuntas dan 12 anak
sudah mencapai Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM)
sehingga dinyatakan sudah tuntas. Jika dibandingkan, pra siklus hanya
5 yang mencapai ketuntasan sedangkan siklus I terdapat 12 anak yang
mencapai ketuntasan maka perbaikan di siklus I dinyatakan meningkat.
Pada pra siklus nilai rata-rata 61,85 dan siklus I rata-rata 70,37 maka
dinilai mengalami peningkatan.
Namun halnya, peningkatan pada siklus ini dirasa belum
memuaskan, karena masih banyak siswa yang belum tuntas atau belum
mencapai SKBM. Peneliti kemudian melakukan refleksi sehingga
diperoleh beberapa kekurangan yang harus diperbaiki lagi. Model
pembelajaran yang ditrerapkan sudah tepat, namun masih harus
111
diperbaiki lagi karena siswa masih kurang antusias dan tidak
memperhatikan yang disampaikan oleh guru serta tidak melakukan
tugas yang diberikan oleh guru dengan baik. Setelah menganalisis hal-
hal tersebut, maka peneliti menentukan untuk melaksanakan perbaikan
pada siklus II dengan tujuan lebih meningkatkan lagi pemahaman dan
hasil belajar siswa.
3. Siklus II
Perbaikan pada siklus II ini masih menggunakan model
pembelajaran contextual teaching learning. proses pembelajaran
dilakukan secara lebih fokus dan diskusi terpusat menyelesaikan
permasalahan-permasalahan yang terjadi di kehidupan sehari-hari.
Setiap kelompok berdiskusi menyelesaikan permasalahan yang
dilontarkan oleh kelompok lain, serta menjawab pertanyaan dari
masing-masing kelompok.
Dari perbaikan pembelajaran siklus II diperoleh hasil 27 siswa
kelas XI AK 2 SMK Diponegoro Salatiga terdapat 3 siswa yang belum
tuntas atau kurang dari 75. Sedangkan 24 siswa mendapatkan nilai
lebih dari atau sama dengan 75. Nilai rata-rata pada siklus II ini adalah
81,85.
Dari pengamatan hasil belajar pada perbaikan siklus II, terbukti
bahwa model pembelajaran contextual teaching learning dengan
diskusi kelompok menyelesaikan permasalah di kehidupan sehari-hari
112
dan lingkungan sekitar tentang toleransi, kerukunan, dan
menghindarkan diri dari tindak kekerasan adalah efektif dan efisien
segingga peneliti tidak perlu melanjutkan ke siklus selanjutnya karena
rata-rata hasil belajar siswa sudah memenuhi Standar Ketuntasan
Belajar Minimal (SKBM).
4. Perbandingan Ketuntasan Belajar Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus
II
Berdasarkan perbandingan ketuntasan hasil belajar diatas, dapat
dijelaskan bahwa kondisi pra siklus 22 siswa belum tuntas karena
mendapat nilai kurang dari 75, sedangkan hanya 5 siswa yang tuntas
karena mendapat nilai lebih dari 75. Nilai tertinggi 80 dan nilai
terendah 40. Nilai rata-rata 61,85. Karena masih ada 81% siswa belum
tuntas, maka diadakan perbaikan pembelajaran dengan penerapan
model contextual teaching learning.
Dari proses perbaikan pembelajaran siklus I terlihat peningkatan
hasil belajar siswa dibandingkan kondisi pra siklus. Dari jumlah 27
siswa kelas XI AK 2 SMK Diponegoro Salatiga ada 15 siswa belum
tuntas karena mendapat nilai kurang dari 75, dan 12 siswa tuntas
karena mendapat nilai lebih dari atau sama dengan 75. Nilai tertinggi
85 dan nilai terendah 50 dengan rata-rata nilai 70,37. Perbaikan
pembelajaran dilanjutkan ke siklus II dengan penerapan model
pembelajaran contextual teaching learning.
113
Pada perbaikan pembelajaran siklus II didapat hasil jumlah 27
siswa kelas XI AK 2 SMK Diponegoro Salatiga ada 3 siswa yang
belum mencapai ketuntasan karena nilainya kurang dari 75, sedangkan
24 siswa sudah mencapai ketuntasan karena nilainya lebih dari atau
sama dengan 75. Nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 100. Nilai rata-
rata yang dicapai dari hasil pembelajaran siklus II adalah 81,85. Dari
keseluruhan proses perbaikan pembelajaran gasil belajar siswa kelas
XI AK 2 SMK Diponegoro Salatiga semester I tahun ajaran 2018/2019
mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti materi toleransi, kerukunan, dan
menghindarkan diri dari tindak kekerasan mengalami peningkatan. Hal
ini dapat dilihatdari nilai-nilai tes formatif yang diperoleh siswa di
setiap siklusnya pada tabel sebagai berikut.
Tabel 4.11 Hasil Rekapitulasi Nilai-Nilai Pra Siklus, Siklus I,
Siklus II
No
Nama Siswa
Siklus
Pra Siklus Siklus I Siklus II
1. AR 40 70 86
2. ANS 70 75 83
3. AN 60 75 90
4. AR 65 75 80
5. AM 50 75 86
6. DMP 50 70 80
114
7. EP 70 75 80
8. ES 70 70 93
9. FES 50 60 60
10. FDD 50 60 80
11. HP 60 60 70
12. IN 60 75 80
13. LNM 60 70 80
14. MR 70 60 80
15. MA 50 65 86
16. NL 75 85 93
17. NH 80 80 93
18. PA 50 65 70
19. RMS 60 50 80
20. RNK 75 75 83
1. RR 60 70 76
22. SW 50 65 76
23. SR 75 85 100
24. SAM 70 75 80
25. UI 60 70 86
26. WDL 60 60 73
27 ZM 80 85 86
115
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini terbukti bahwa melalui
penggunaan model contextual teaching learning dapat meningkatkan
hasil belajar PAI dan Budi Pekerti materi toleransi, kerukunan, dan
menghindarkan diri dari tindak kekerasan siswa kelas XI AK 2
semester I SMK Diponegoro Salatiga tahun pelajaran 2018/2019.
116
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan
dengan dua siklus dan seluruh pembahasan serta analisisnya dapat
disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran contextual
teaching learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran PAI dan Budi Pekerti materi toleransi, kerukunan, dan
menghindarkan diri dari tindak kekerasan siswa kelas XI AK 2 semester I
SMK Diponegoro Salatiga tahun pelajaran 2018/2019. Peningkatan
tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian tindakan kelas pada pra siklus
yang mencapai SKBM 5 siswa (19%) dari 27 siswa dengan nilai rata-rata
61,85. Pada siklus I yang mencapai SKBM ada 12 siswa (44%) dengan
nilai rata-rata 70,37 dan mengalami kenaikan persentase ketuntasan 25%
dari pra siklus ke siklus I. Siklus II siswa yang mencapai SKBM sebanyak
24 siswa (89%) dari 27 siswa, dengan nilai rata-rata 81,85 dan mengalami
kenaikan persentase ketuntasan 45% dari siklus I ke siklus II sehingga
menunjukkan bahwa telah mencapai SKBM yaitu 75. Adapun interval
ketuntasan 75-82 dinyatakan tuntas, 83-90 dinyatakan tuntas dengan baik,
dan 91-100 dinyatakan tuntas dengan sangat baik. Oleh karena itu, siklus
dinyatakan berhenti karena indikator keberhasilan baik secara individu
maupun klasikal sudah tercapai. Dengan menggunakan model contextual
teaching learning pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti materi
117
toleransi, kerukunan, dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan pada
siswa kelas XI AK 2 semester I SMK Diponegoro Salatiga berdasarkan
hasil penelitian beserta pembahasannya maka dapat dikeahui bahwa target
SKBM 85% dapat tercapai.
B. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan model
pembelajaran contextual teaching learning pada siswa kelas XI AK 2
semester I SMK Diponegoro Salatiga tahun pelajaran 2018/2019 maka
saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk
meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan
kompetensi peserta didik SMK Diponegoro Salatiga pada khususnya
sebagai berikut:
1. Bagi sekolah
Penelitian tindakan kelas dapat membantu meningkatkan hasil
belajar siswa sehingga dapat membantu meningkatkan mutu
pembelajaran di kelas.
2. Bagi guru
a. Guru lebih selektif dalam memilih dan menerapkan model
pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran
b. Guru harus kreatif demi terciptanya suasana belajar yang menarik
dan tidak membosankan
118
c. Guru senantiasa membantu dan memotivasi siswa untuk terbiasa
tanggap dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dan
menyelesaikannya dengan landasan teori yang sesuai
d. Guru membantu siswa untuk lebih aktif serta berfikir kritis dalam
setiap persoalan
e. Adanya tindak lanjut terhadap penggunaan model pembelajaran
contextual teaching learning
3. Bagi siswa
a. Sebaiknya siswa menjaga kondusifitas diri dengan memperhatikan
guru dan tetap fokus pada saat pembelajaran untuk medapatkan
hasil yang maksimal
b. Selalu berupaya untuk berlatih dan berfikir kritis terhadap
persoalan yang dihadapi
c. Selalu berupaya untuk meningkatkan motivasi belajar guna agar
menguasai materi yang diajarkan dan mampu tanggap dalam
permasalahan umum yang sering dihadapi dalam kehidupan sehari-
hari
d. Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya dalam kehidupan
sehari-hari
DAFTAR PUSTAKA
Amri, Sofan. 2013. Pengembangan dan Model embelajaran dalam Kurikulum
2013. Jakarta: PT Prestasi Pustakarya.
Arifin. 2011. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Asmani, Jamal. 2011. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter Sekolah.
Yogyakarta: Diva Press.
Assegaf, ABD Rahman. 2004. Pendidikan Tanpa Kekerasan. Yogyakarta: Tiara
Wacana.
Basri, Hasan. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Depdiknas. 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Dikmenum.
Depdiknas
Dirman. SKBM makalahpendidikansudirman.blogspot.com.skbm.html
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung. Pustaka Setia.
Hosnan. 2002. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran.
Bogor: Ghalia Bogor.
Istarani. 2011. Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti SMA/SMK Kelas XI. Jakarta. Kemnterian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Majid, Abdul. 2012. Belajar dan Pembelajaran PAI. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Majid, dan Caherul. Pendekatan Ilmiah dalam Implementasi Kurikulum 2013.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Muhaimin, H, dkk. 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pada
Sekolah dan Madrasah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Mulyasa. 2012. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Nurdin, Syafrudin, dan Andriantoni. 2016. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:
Rajawali Pers.
Poerwadarminta, W.JS. 2006. Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran.
Jakarta: Kencana Pernada Media Group.
Priansa, Doni Juni. 2014. Kinerja dan Profesionalisme Guru. Bandung: Alvabeta.
Purwanto, Ngalim. 2004. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ramayulis. 2014. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Saebani, B.A dan Achdhiyat, H. 2009. Ilmu Pendidikan Islam Jilid 1. Bandung:
Pustaka Setia.
Sanjaya, Wina. 2011. Pembelajaran dan Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Kencana.
Sriyanti, Lilik. 2013. Psikologi Belajar. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Sukardi. 2011. Metodologi Penelitian Tindakan Kompetensi dan Praktiknya.
Yogyakarta: PT Remaja Rosdakarya.
Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning. Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Susanto. A. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Kencana Pernada Media Group.
Syah, Muhibbin. 2006. Psikologi Belajar. Jakarta: Erlangga.
Tim Penulis FKUB. 2009. Kapita Selekta Kerukunan Umat Beragama. Semarang:
FKUB.
Wahidmurni, dkk. 2010. Evaluasi Pemeblajaran (Kompetensi dan Praktik).
Yogyakarta: Nuha Litera.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP) SIKLUS I
Sekolah : SMK Diponegoro Salatiga
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Kelas/Semester : XI/Satu
Materi Pokok : Q.S. Yunus/10 : 40-41 dan Q.S. al-Maidah/5: 32 serta
Hadis tentang Toleransi, Kerukunan, dan Menghindarkan
Diri dari Tindak Kekerasan
Alokasi Waktu : 3 Pertemuan (9 JP)
A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam.
KI 2 : Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif
dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural dan metakognitif berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan procedural dan pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar Indikator
1.1. Meyakini bahwa agama
mengajarkan toleransi,
kerukunan, dan menghindarkan
diri dari tindak kekerasan
1.1.1. Meyakini bahwa agama
mengajarkan toleransi, kerukunan,
dan menghindarkan diri dari tindak
kekerasan
2.1.Bersikap toleran, rukun, dan
menghindarkan diri dari tindak
kekerasan sebagai implementasi
pemahaman Q.S. Yunus /10 :
40-41 dan Q.S. al-Maidah/5 :
32, serta Hadis terkait
2.1.1. Bersikap toleran, rukun, dan
menghindarkan diri dari tindak
kekerasan sebagai implementasi
pemahaman Q.S. Yunus /10 : 40-41
dan Q.S. al-Maidah/5 : 32, serta
Hadis terkait
3.1.Menganalisis makna Q.S.
Yunus/10 : 40-41 dan Q.S. al-
Maidah/5 : 32, serta Hadis
tentang toleransi, rukun, dan
menghindarkan diri dari tindak
kekerasan
3.1.1. Menunjukkan contoh perilaku
toleran dan menghindari tindak
kekerasan sebagai implementasi
dari pemahaman Q.S. Yŭnus/10:
40-41 dan Q.S. al-Māidah /5: 32
serta hadis yang terkait.
3.1.2. Menampilkan perilaku sebagai
implementasi dari pemahaman Q.S.
Yŭnus/10:40-41 dan Q.S. al-
Māidah /5: 32 serta hadis yang
terkait.
3.1.3. Membaca Q.S. Yŭnus/10: 40-41
dan Q.S. al-Māidah /5: 32 dengan
benar.
3.1.4. Mengidentifikasi hukum bacaan
tajwĩd Q.S. Yŭnus/10: 40-41 dan
Q.S. al-Māidah /5: 32.
3.1.5. Menyebutkan arti Q.S. Yŭnus/10:
40-41 dan Q.S. al-Māidah /5: 32
serta hadis yang terkait tentang
perilaku toleran, rukun dan
menghindari tindak kekerasan.
3.1.6. Menjelaskan isi Q.S. Yŭnus/10: 40-
41 dan Q.S. al-Māidah /5: 32 serta
hadis yang terkait tentang perilaku
toleran, rukun dan menghindari
tindak kekerasan.
3.1.7. Mendemonstrasikan bacaan Q.S.
Yŭnus (10): 40-41 dan Q.S. al-
Māidah (5):32.
3.1.8. Mendemonstrasikan hafalan Q.S.
Yŭnus/10: 40-41 dan Q.S. al-
Māidah /5: 32.
4.1. Membaca Q.S. Yunus/10 : 40-
41 dan Q.S. al-Maidah/5 : 32
sesuai dengan kaidah tajwid
dan makharijul huruf
4.2. Mendemonstrasikan hafalan
Q.S. Yunus/10 : 40-41 dan
Q.S. al-Maidah/5 : 32 dengan
fasih dan lancar
4.3. Menyajikan keterkaitan antara
kerukunan dan toleransi sesuai
pesan Q.S. Yunus/10: 40-41
dengan menghindari tindak
4.1.1. Mendemonstrasikan hafalan Q.S.
Yunus/10 : 40-41 dan Q.S. al-
Maidah/5 : 32 dengan fasih dan
lancar
4.1.2.Menyajikan keterkaitan antara
kerukunan dan toleransi sesuai
pesan Q.S. Yunus/10: 40-41 dengan
menghindari tindak kekerasan
sesuai pesan Q.S. Al-Maidah/5: 32
kekerasan sesuai pesan Q.S.
Al-Maidah/5: 32
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat:
Meyakini bahwa agama mengajarkan toleransi, kerukunan, dan
menghindarkan diri dari tindak kekerasan
Bersikap toleran, rukun, dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan
sebagai implementasi pemahaman Q.S. Yunus /10 : 40-41 dan Q.S. al-
Maidah/5 : 32, serta Hadis terkait
Menunjukkan contoh perilaku toleran dan menghindari tindak kekerasan
sebagai implementasi dari pemahaman Q.S. Yŭnus/10: 40-41 dan Q.S. al-
Māidah /5: 32 serta hadis yang terkait.
Menampilkan perilaku sebagai implementasi dari pemahaman Q.S.
Yŭnus/10:40-41 dan Q.S. al-Māidah /5: 32 serta hadis yang terkait.
Membaca Q.S. Yŭnus/10: 40-41 dan Q.S. al-Māidah /5: 32 dengan benar.
Mengidentifikasi hukum bacaan tajwĩd Q.S. Yŭnus/10: 40-41 dan Q.S. al-
Māidah /5: 32.
Menyebutkan arti Q.S. Yŭnus/10: 40-41 dan Q.S. al-Māidah /5: 32 serta
hadis yang terkait tentang perilaku toleran, rukun dan menghindari tindak
kekerasan.
Menjelaskan isi Q.S. Yŭnus/10: 40-41 dan Q.S. al-Māidah /5: 32 serta
hadis yang terkait tentang perilaku toleran, rukun dan menghindari tindak
kekerasan.
Mendemonstrasikan bacaan Q.S. Yŭnus (10): 40-41 dan Q.S. al-Māidah
(5):32.
Mendemonstrasikan hafalan Q.S. Yŭnus/10: 40-41 dan Q.S. al-Māidah /5:
32.
Mendemonstrasikan hafalan Q.S. Yunus/10 : 40-41 dan Q.S. al-Maidah/5 :
32 dengan fasih dan lancar
Menyajikan keterkaitan antara kerukunan dan toleransi sesuai pesan Q.S.
Yunus/10: 40-41 dengan menghindari tindak kekerasan sesuai pesan Q.S.
Al-Maidah/5: 32
D. Materi Pembelajaran
1. Materi pembelajaran reguler
a. Bacaan QS. Yunus : 40-41
b. Bacaan QS. Al-Maidah : 32
c. Hafalan QS. Yunus : 40-41
d. Hafalan QS. Al-Maidah : 32
e. Arti dan Kandungan QS. Yunus : 40-41
f. Arti dan Kandungan QS. Al-Maidah : 32
g. Toleransi, Kerukunan dan Menghindarkan Diri dari Tindak Kekerasan
melalui QS. Yunus : 40-41 dan Al-Maidah : 32
2. Materi pembelajaran pengayaan
Kisah-kisah yang mengajarkan tentang toleransi, kerukunan, dan
menghindarkan diri dari tindak kekerasan.
3. Materi pembelajaran remedial
a. Bacaan QS. Yunus : 40-41
b. Bacaan QS. Al-Maidah : 32
c. Hafalan QS. Yunus : 40-41
d. Hafalan QS. Al-Maidah : 32
e. Arti dan Kandungan QS. Yunus : 40-41
f. Arti dan Kandungan QS. Al-Maidah : 32
g. Toleransi, Kerukunan dan Menghindarkan Diri dari Tindak Kekerasan
melalui QS. Yunus : 40-41 dan Al-Maidah : 32
(Menyesuaikan materi yang belum dikuasai siswa setelah dilakukan
penilaian)
E. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Metode : Contextual Teaching Learning
Tekhnik : 1. Pemodelan dalam cara melafalkan (membaca) dan
menghafal al-Qur’an
F. Media dan Bahan
1. Media
a. Presentasi Power Point
b. Laptop/Komputer
c. LCD Proyektor
d. Whiteboard/Blackboard
2. Bahan
a. Pensil/Spidol
b. Kertas
c. CD/Flash Disk
d. Bahan-bahan lainnya
G. Sumber Belajar
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SMK Kelas XI. Erlangga.
PT Gelora Aksara Pratama (halaman 57-92)
H. Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan Pertama
a. Kegiatan Pendahuluan (15 menit)
1) Guru mengucapkan salam pembuka dan membuka pelajaran dengan
doa bersama yang dipimpin oleh ketua kelas
2) Guru memeriksa kehadiran peserta didik
3) Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai yaitu penerapan
hukum bacaan yang terdapa dalam Q.S Yunus ayat 40-41 dan Q.S Al
Maidah ayat 32 dan hadits-hadits terkait, serta menunjukkan
manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.
4) Guru menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang
akan dilakukan, yaitu hukum bacaan tajwid dalam QS Yunus ayat 40-
41 dan Q.S Al Mujadilah ayat 32 serta hadits-hadits terkait.
5) Guru menerangkan arahan jalannya diskusi
6) Guru memotivasi peserta didik agar menjadi anak pandai, dengan
belajar sungguh-sungguh.
b. Kegiatan Inti (85 menit)
1) Mengamati
a) Peserta didik mendengarkan bacaan Q.S Yunus ayat 40-41 dan
Q.S Al-Maidah ayat 32, serta hadits-hadits terkait yang dibacakan
oleh guru
b) Peserta didik membaca Q.S Yunus ayat 40-41 , Q.S Al Maidah
ayat 32 dan hadits terkait yang ada di buku siswa
c) Peserta didik menyampaikan tanggapan hasil mendengar dan
membaca Q.S Yunus ayat 40-41 , Q.S Al Maidah ayat 32, dan
hadits terkait
2) Eksplorasi
a) Guru bercerita dan memberikan contoh terkait kandungan ayat dan
materi yang berhubungan dengan Q.S Yunus ayat 40-41, AL-
Maidah ayat 32 serta hadits terkait
b) Siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dialami dalam
kehidupan sehari-hari terkait dengan materi toleransi, kerukunan,
dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan
3) Elaborasi
a) Guru memberikan pertanyaan dan mengajak siswa untuk berperan
aktif sebelum memulai inti pelajaran
b) Guru memberikan motivasi bagi siswa agar tidak malu bertanya
dan menjawab pertanyaan
4) Mengumpulkan informasi
a) Peserta didik dibagi dalm 4 kelompok, masing masing anggota
kelompok memilih salah satu diantara mereka untuk mengatur
jalannya diskusi dalam kelompok
b) Masing-masing anggota kelompok mendapatkan tugas dari guru
untuk diselesaikan pada kelompoknya
5) Menalar/mengasosiasi
a) Di lapangan, siswa yang terbagi dalam kelompok melakukan hal-
hal berikut:
Melakukan wawancara sesuai dengan tugas pembagian
kelompok
Mencatat hal-hal yang mereka temukan pada saat
wawancara
b) Didalam kelas, siswa melakukan hal berikut:
Mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan
kelompoknya masing-masing
Melaporkan hasil diskusi
Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang
diajukan oleh kelompok lain
6) Konfirmasi
a) Guru melakukan umpan balik dengan mengadakan evaluasi
mengenai hasil kerja
b) Guru meminta peserta didik yang belum faham agar bertanya.
c. Kegiatan Penutup (20 menit)
a) Guru memfasilitasi siswa untuk membuat butir-butir simpulan dari
hasil diskusi
b) Guru melakukan evaluasi baik lisan ataupun tulisan
c) Guru bersama-sama peserta didik melakukan identifikasi kelebihan
dan kekurangan kegiatan pembelajaran (yaitu kegiatan mengamati,
merumuskan pertanyaan, menyimpulkan informasi dengan cara tanya
jawab, dan mengkomunikasikan jawaban dengan cara menjawab
pertanyaan ringan dari guru)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP) SIKLUS II
Sekolah : SMK Diponegoro Salatiga
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Kelas/Semester : XI/Satu
Materi Pokok : Q.S. Yunus/10 : 40-41 dan Q.S. al-Maidah/5: 32 serta
Hadis tentang Toleransi, Kerukunan, dan Menghindarkan
Diri dari Tindak Kekerasan
Alokasi Waktu : 3 Pertemuan (9 JP)
A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam.
KI 2 : Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif
dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural dan metakognitif berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan procedural dan pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar Indikator
1.2. Meyakini bahwa agama
mengajarkan toleransi,
kerukunan, dan menghindarkan
diri dari tindak kekerasan
1.2.1. Meyakini bahwa agama
mengajarkan toleransi, kerukunan,
dan menghindarkan diri dari tindak
kekerasan
2.2.Bersikap toleran, rukun, dan
menghindarkan diri dari tindak
kekerasan sebagai implementasi
pemahaman Q.S. Yunus /10 :
40-41 dan Q.S. al-Maidah/5 :
32, serta Hadis terkait
2.2.1. Bersikap toleran, rukun, dan
menghindarkan diri dari tindak
kekerasan sebagai implementasi
pemahaman Q.S. Yunus /10 : 40-41
dan Q.S. al-Maidah/5 : 32, serta
Hadis terkait
3.2.Menganalisis makna Q.S.
Yunus/10 : 40-41 dan Q.S. al-
Maidah/5 : 32, serta Hadis
tentang toleransi, rukun, dan
menghindarkan diri dari tindak
kekerasan
3.2.1. Menunjukkan contoh perilaku
toleran dan menghindari tindak
kekerasan sebagai implementasi
dari pemahaman Q.S. Yŭnus/10:
40-41 dan Q.S. al-Māidah /5: 32
serta hadis yang terkait.
3.2.2. Menampilkan perilaku sebagai
implementasi dari pemahaman Q.S.
Yŭnus/10:40-41 dan Q.S. al-
Māidah /5: 32 serta hadis yang
terkait.
3.2.3. Membaca Q.S. Yŭnus/10: 40-41
dan Q.S. al-Māidah /5: 32 dengan
benar.
3.2.4. Mengidentifikasi hukum bacaan
tajwĩd Q.S. Yŭnus/10: 40-41 dan
Q.S. al-Māidah /5: 32.
3.2.5. Menyebutkan arti Q.S. Yŭnus/10:
40-41 dan Q.S. al-Māidah /5: 32
serta hadis yang terkait tentang
perilaku toleran, rukun dan
menghindari tindak kekerasan.
3.2.6. Menjelaskan isi Q.S. Yŭnus/10: 40-
41 dan Q.S. al-Māidah /5: 32 serta
hadis yang terkait tentang perilaku
toleran, rukun dan menghindari
tindak kekerasan.
3.2.7. Mendemonstrasikan bacaan Q.S.
Yŭnus (10): 40-41 dan Q.S. al-
Māidah (5):32.
3.2.8. Mendemonstrasikan hafalan Q.S.
Yŭnus/10: 40-41 dan Q.S. al-
Māidah /5: 32.
4.1. Membaca Q.S. Yunus/10 : 40-
41 dan Q.S. al-Maidah/5 : 32
sesuai dengan kaidah tajwid
dan makharijul huruf
4.2. Mendemonstrasikan hafalan
Q.S. Yunus/10 : 40-41 dan
Q.S. al-Maidah/5 : 32 dengan
fasih dan lancar
4.3. Menyajikan keterkaitan antara
kerukunan dan toleransi sesuai
pesan Q.S. Yunus/10: 40-41
dengan menghindari tindak
4.1.1. Mendemonstrasikan hafalan Q.S.
Yunus/10 : 40-41 dan Q.S. al-
Maidah/5 : 32 dengan fasih dan
lancar
4.1.2.Menyajikan keterkaitan antara
kerukunan dan toleransi sesuai
pesan Q.S. Yunus/10: 40-41 dengan
menghindari tindak kekerasan
sesuai pesan Q.S. Al-Maidah/5: 32
kekerasan sesuai pesan Q.S.
Al-Maidah/5: 32
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat:
Meyakini bahwa agama mengajarkan toleransi, kerukunan, dan
menghindarkan diri dari tindak kekerasan
Bersikap toleran, rukun, dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan
sebagai implementasi pemahaman Q.S. Yunus /10 : 40-41 dan Q.S. al-
Maidah/5 : 32, serta Hadis terkait
Menunjukkan contoh perilaku toleran dan menghindari tindak kekerasan
sebagai implementasi dari pemahaman Q.S. Yŭnus/10: 40-41 dan Q.S. al-
Māidah /5: 32 serta hadis yang terkait.
Menampilkan perilaku sebagai implementasi dari pemahaman Q.S.
Yŭnus/10:40-41 dan Q.S. al-Māidah /5: 32 serta hadis yang terkait.
Membaca Q.S. Yŭnus/10: 40-41 dan Q.S. al-Māidah /5: 32 dengan benar.
Mengidentifikasi hukum bacaan tajwĩd Q.S. Yŭnus/10: 40-41 dan Q.S. al-
Māidah /5: 32.
Menyebutkan arti Q.S. Yŭnus/10: 40-41 dan Q.S. al-Māidah /5: 32 serta
hadis yang terkait tentang perilaku toleran, rukun dan menghindari tindak
kekerasan.
Menjelaskan isi Q.S. Yŭnus/10: 40-41 dan Q.S. al-Māidah /5: 32 serta
hadis yang terkait tentang perilaku toleran, rukun dan menghindari tindak
kekerasan.
Mendemonstrasikan bacaan Q.S. Yŭnus (10): 40-41 dan Q.S. al-Māidah
(5):32.
Mendemonstrasikan hafalan Q.S. Yŭnus/10: 40-41 dan Q.S. al-Māidah /5:
32.
Mendemonstrasikan hafalan Q.S. Yunus/10 : 40-41 dan Q.S. al-Maidah/5 :
32 dengan fasih dan lancar
Menyajikan keterkaitan antara kerukunan dan toleransi sesuai pesan Q.S.
Yunus/10: 40-41 dengan menghindari tindak kekerasan sesuai pesan Q.S.
Al-Maidah/5: 32
D. Materi Pembelajaran
1. Materi pembelajaran reguler
h. Bacaan QS. Yunus : 40-41
i. Bacaan QS. Al-Maidah : 32
j. Hafalan QS. Yunus : 40-41
k. Hafalan QS. Al-Maidah : 32
l. Arti dan Kandungan QS. Yunus : 40-41
m. Arti dan Kandungan QS. Al-Maidah : 32
n. Toleransi, Kerukunan dan Menghindarkan Diri dari Tindak Kekerasan
melalui QS. Yunus : 40-41 dan Al-Maidah : 32
2. Materi pembelajaran pengayaan
Kisah-kisah yang mengajarkan tentang toleransi, kerukunan, dan
menghindarkan diri dari tindak kekerasan.
3. Materi pembelajaran remedial
h. Bacaan QS. Yunus : 40-41
i. Bacaan QS. Al-Maidah : 32
j. Hafalan QS. Yunus : 40-41
k. Hafalan QS. Al-Maidah : 32
l. Arti dan Kandungan QS. Yunus : 40-41
m. Arti dan Kandungan QS. Al-Maidah : 32
n. Toleransi, Kerukunan dan Menghindarkan Diri dari Tindak Kekerasan
melalui QS. Yunus : 40-41 dan Al-Maidah : 32
(Menyesuaikan materi yang belum dikuasai siswa setelah dilakukan
penilaian)
E. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Metode : Contextual Teaching Learning
Tekhnik : 1. Berdiskusi dengan kelompok dan mempresentasikan hasil di
depan kelas
2. Menjawab pertanyaan oleh masing-masing kelompok
F. Media dan Bahan
4. Media
e. Presentasi Power Point
f. Laptop/Komputer
g. LCD Proyektor
h. Whiteboard/Blackboard
5. Bahan
e. Pensil/Spidol
f. Kertas
g. CD/Flash Disk
h. Bahan-bahan lainnya
G. Sumber Belajar
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SMK Kelas XI. Erlangga.
PT Gelora Aksara Pratama (halaman 57-92)
H. Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan Pertama
d. Kegiatan Pendahuluan (15 menit)
7) Guru mengucapkan salam pembuka dan membuka pelajaran dengan
doa bersama yang dipimpin oleh ketua kelas
8) Guru memeriksa kehadiran peserta didik
9) Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai yaitu penerapan
hukum bacaan yang terdapa dalam Q.S Yunus ayat 40-41 dan Q.S Al
Maidah ayat 32 dan hadits-hadits terkait, serta menunjukkan
manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.
10) Guru menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang
akan dilakukan, yaitu hukum bacaan tajwid dalam QS Yunus ayat 40-
41 dan Q.S Al Mujadilah ayat 32 serta hadits-hadits terkait.
11) Guru menerangkan arahan jalannya diskusi
12) Guru memotivasi peserta didik agar menjadi anak pandai, dengan
belajar sungguh-sungguh.
e. Kegiatan Inti (85 menit)
7) Mengamati
d) Peserta didik mendengarkan bacaan Q.S Yunus ayat 40-41 dan
Q.S Al-Maidah ayat 32, serta hadits-hadits terkait yang dibacakan
oleh guru
e) Peserta didik membaca Q.S Yunus ayat 40-41 , Q.S Al Maidah
ayat 32 dan hadits terkait yang ada di buku siswa
f) Peserta didik menyampaikan tanggapan hasil mendengar dan
membaca Q.S Yunus ayat 40-41 , Q.S Al Maidah ayat 32, dan
hadits terkait
8) Eksplorasi
a) Guru bercerita dan memberikan contoh terkait kandungan ayat dan
materi yang berhubungan dengan Q.S Yunus ayat 40-41, AL-Maidah
ayat 32 serta hadits terkait
b) Siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dialami dalam
kehidupan sehari-hari terkait dengan materi toleransi, kerukunan, dan
menghindarkan diri dari tindak kekerasan
9) Elaborasi
a) Guru memberikan pertanyaan dan mengajak siswa untuk
berperan aktif sebelum memulai inti pelajaran
b) Guru memberikan motivasi bagi siswa agar tidak malu bertanya
dan menjawab pertanyaan
10) Mengumpulkan informasi
a) Peserta didik dibagi dalm 4 kelompok, masing masing anggota
kelompok memilih salah satu diantara mereka untuk mengatur
jalannya diskusi dalam kelompok
b)Masing-masing anggota kelompok mendapatkan tugas dari guru
untuk diselesaikan pada kelompoknya
11) Menalar/mengasosiasi
c) Di lapangan, siswa yang terbagi dalam kelompok melakukan hal-
hal berikut:
Melakukan wawancara sesuai dengan tugas pembagian
kelompok
Mencatat hal-hal yang mereka temukan pada saat
wawancara
d) Didalam kelas, siswa melakukan hal berikut:
Mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan
kelompoknya masing-masing
Melaporkan hasil diskusi
Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang
diajukan oleh kelompok lain
12) Konfirmasi
a) Guru melakukan umpan balik dengan mengadakan evaluasi
mengenai hasil kerja
b) Guru meminta peserta didik yang belum faham agar bertanya.
f. Kegiatan Penutup (20 menit)
a) Guru memfasilitasi siswa untuk membuat butir-butir simpulan dari
hasil diskusi
b) Guru melakukan evaluasi baik lisan ataupun tulisan
c) Guru bersama-sama peserta didik melakukan identifikasi kelebihan
dan kekurangan kegiatan pembelajaran (yaitu kegiatan mengamati,
merumuskan pertanyaan, menyimpulkan informasi dengan cara tanya
jawab, dan mengkomunikasikan jawaban dengan cara menjawab
pertanyaan ringan dari guru)
LEMBAR SOAL POST TEST
SIKLUS I
Nama : .........................................
No.Absen : .........................................
Kelas/Semester :.........................................
Materi : Toleransi, Kerukunan, dan Menghindarkan Diri dari
Tindak Kekerasan
I. Pilihan Ganda!
Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X)
pada huruf A, B, C, D, atau E!
1. Kandungan surag Yunus ayat 40-41 berisi ajaran tentang ....
a. Sabar
b. Tawakal
c. Toleransi
d. Ikhtiar
e. Doa
2. Berikut adalah contoh perilaku yang mencerminkan toleraansi, kecuali ...
a. Beribadah bersama umat agama lain
b. Menghormati umat agama lain
c. Berdialog/bercengkrama dengan umat agama lain
d. Bersilaturahim dengan umat agama lain
e. Saling membantu dalam kebaikan tanpa memandang agama
3. Surah al-Kafirun mengandung ajaran tidak boleh mencampuradukkan
dalam urusan ....
a. Jual beli
b. Ibadah
c. Silaturahim
d. Dunia
e. Muamalah
4. Menurut surah al-Kahfi ayat 29, balasan orang yang kufur adalah berada
pada neraka yang apinya ....
a. Bergejolak
b. Bergetar
c. Bergenang
d. Bergemuruh
e. Bergulung
5. Berikut ini yang termasuk perbuatan kufur secara akidah, yaitu ....
a. Menolak membayar zakat
b. Meyakini keberadaan akhirat
c. Meninggalkan shalat fardhu
d. Mengingkari keesaan Allah
e. Menolak membayar hutang
6. Cara yang tepat untuk menunjukkan konsep kebenaran dalam perbedaan,
yaitu ....
a. Berdebat
b. Berdialog
c. Bermusyawarah
d. Bersepakat
e. Berdamai
7. Berikut manfaat dari toleransi, kecuali ....
a. Terciptanya perilaku terpuji
b. Terciptanya persaudaraan
c. Terciptanya persatuan masyarakat
d. Terciptanya perdamaian
e. Terciptanya persahabatan
8. Cara bersikap dalam menghadapi perbedaan agama yaitu dengan ....
a. Mengikuti keyakinannya
b. Tidak menyalahkannya karena memiliki perbedaan agama
c. Mengikuti tata cara ibadahnya
d. Memahami ajaran agamanya
e. Mengerti pemahaman keyakinan
9. Kalimat “Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu” terdapat dalam
Al-Qur’an surah ....
a. Al-Kafirun (109) ayat 1-6
b. Al Maidah (5) ayat 32
c. Yunus (10) ayat 40-41
d. Ali Imran (3) ayat 64
e. Al-Kahf (18) ayat 28
10. Cara yang tepat untuk menciptakan kerukunan dalam hidup bermasyarakat
adalah ....
a. Bersilaturahim setiap hari
b. Berperilaku sewajarnya
c. Melakukan prinsip gotong royong dalam segala urusan
d. Menumbuhkan sikap peduli sesama masyarakat
e. Menujukkan kelebihan masing-masing
II. Soal Uraian
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar!
1. Jelaskan pengertian toleransi! Serta jelaskan hukum bacaan potongan ayat
bergaris bawah berikut beserta alasannya !
2. Terangkanlah kandungan surah Al Maidah ayat 32!
3. Sebutkan faktor-faktor pendorong terjadinya kekerasan!
4. Apa yang dimaksud dengan tindak kekerasan!
5. Jelaskan cara mencegah terjadinya kekerasan dari diri sendiri!
LEMBAR SOAL POST TEST
SIKLUS II
Nama : .........................................
No.Absen : .........................................
Kelas/Semester :.........................................
Materi : Toleransi, Kerukunan, dan Menghindarkan Diri dari
Tindak Kekerasan
III. Pilihan Ganda!
Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X)
pada huruf A, B, C, D, atau E!
1. Islam mengajarkan toleransi karena realitas memberi bukti bahwa setiap
manusia memiliki perbedaan. Pernyataan yang tidak menggambarkan
toleransi adalah ....
a. Membiarkan oranglain memeluk agama yang berbeda
b. Menerima kenyataan adanya agama yang bermacam-macam
c. Mengikuti upacara keagamaan dan peribadahan agama lain
d. Menghargai perbedaan dengan saling bersilaturahim
e. Saling menasehati agar menjadi pemeluk agama masing-masing
dengan baik
2. Sikap yang harus dikembangkan didalam masyarakat yang plural
(multiagama, suku, dan lain-lain) adalah ....
a. Membiarkan pemeluk agama lain mencela kita
b. Menasehati pemeluk agama lain agar menjalankan ibadah salat
c. Mengajak teman lain untuk beribadah sesuai dengan keyakinan kita
d. Membiarkan pemeluk agama lain melakukan ibadah dengan tenang
e. Menunjukkan kepada pemeluk agama lain bahwa keyakinan mereka
itu sesat
3. Allah swt menciptakan manusia berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan
tersebut dapat menjadi kekuatan apabila ....
a. Bersatu dan bekerjasama
b. Bermusuhan
c. Acuh tak acuh
d. Bersatu demi kekuasaan
e. Kolusi dan nepotisme
4. Q.S Yunus ayat 41 mengajarkan pada kita, dalam menyikapi orang yang
mendustakan al-Qur’an, dengan cara mengatakan ....
a. Bagiku agamaku dan bagimu agamamu
b. Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu
c. Kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah
d. Tuhanku tidak sama dengan Tuhanmu
e. Aku tidak bertanggungjawab atas Tuhanmu
5. Sebagai wujud toleransi kepada sesama muslim jika ada salah seorang
anggota masyarakat muslim mengalami kesulitan maka warga lain
hendaknya ....
a. Biasa saja
b. Membiarkannya
c. Menegurnya
d. Membicarakannya
e. Membantunya dengan ikhlas
6. Berikut ini adalah upaya menghindari konflik yang terjadi di masyarakat,
agar terciptanya kerukunan adalah dengan ....
a. Berada didalam rumah tanpa pernah bersosialisasi
b. Tidak pernah mengikuti kegiatan sosial kemasyarakatan
c. Menjalin silaturahim dengan keluarga dan tetangga
d. Pura-pura tidak tau jika ada tetangga yang kesusahan
e. Sibuk dengan pekerjaan sendiri
7.
Hukum bacaan potongan ayat yang bergaris bawah adalah ....
a. Idzhar
b. Ikhfa’
c. Iqlab
d. Idghom bighunnah
e. Ghunnah
8. Agama Islam adalah agama yang mengajarkan umatnya untuk saling ....
a. Bekerjasama sekali kali saja
b. Mempengaruhi dan menguasai
c. Menolong dengan mengharap upah
d. Bekerjasama dalam kemungkaran
e. Menghargai dan menjaga kerukunan
9. Berikut ini adalah manfaat menjaga kerukunan, kecuali
a. Terciptanya stabilitas nasional
b. Dapat menghindarkan diri dari perbuatan yang merugikan dan
membahayakan
c. Terhindar dari perpecahan
d. Waktu terbuang sia-sia hanya untuk bekerjasama
e. Terjalinnya ukhuwah yang baik dan saling menghargai
10.
Potongan ayat yang bergaris bahwah mengandung hukum bacaan ....
a. Mad wajib muttasil
b. Mad iwad
c. Iqlab
d. Idzhar
e. Ikhfa’
11. Menurut WHO kekerasan adalah tindakan yang dapat menimbulkan
akibat-akibat berikut, kecuali ....
a. Perpecahan
b. Timbulya dendam
c. Kerukunan
d. Kemungkinan besar bisa melukai
e. Kesenjangan
12. Kita harus mencegah bersama-sama apabila Islam dituduh sebagai agama
yang mengajarkan kekerasan. Sikap yang tidak sejalan dengan kandungan
Q.S Al-Maidah/5:32 adalah ....
a. Membalas kekerasan yang setimpal
b. Tidak berbuat kerusakan
c. Menghormati hak hidup orang lain
d. Tidak melakukan tindakan kekerasan
e. Sikap peduli terhadap kepentingan umum
13. Tindakan agresi dan pelanggaran, seperti penyiksaan, pemukulan,
pemerkosaan, dan lain sebagainya yang menyebabkan penderitaan atau
dimaksudkan untuk menyakiti orang lain adalah pengertian dari ...
a. Toleransi
b. Kerukunan
c. Saling menghargai
d. Tindak kekerasan
e. Tindak kebaikan
14. Berikut ini yang bukan merupakan bentuk-bentuk kekerasan adalah ....
a. Kekerasan fisik
b. Kekerasan psikis
c. Kekerasan moral
d. Kekerasan ekonomi
e. Kekerasan atas nama agama
15. Perhatikan pernyataan berikut,
1) Menghargai perbedaan agama
2) Memaafkan kesalahan orang lain
3) Peduli dengan keadaan orang lain
4) Membalas kesalahan dengan setimpal
5) Memberantas kemungkaran tanpa memperhatikan aturan
Pernyataan yang mendukung terwujudnya kerukunan dan kehidupan yang
damai ditunjukkan pada nomor ....
a. 1,2, dan 3
b. 1,3, dan 4
c. 1,3, dan 5
d. 2,4, dan 5
e. 3,4,dan 5
IV. Soal Uraian
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar!
1. Mengapa kita perlu melakukan toleransi? Jelaskan!
2. Jelaskan bagiaman menerapkan toleransi!
3. Sebutkan tindakan yang menciptakan kerukunan di sekolah dan
dimasyarakat!
4. Jelaskan pembagian kekerasan sesuai dengan bentuknya!
5. Hukum bacaan potongan ayat yang bergaris bawah berikut adalah?
Berikan alasannya!
=
=
=
=
Lembar Observasi Guru Siklus I
No
Aspek Yang Dinilai
Skor
A B C D
Kemampuan guru membuka pelajaran
1. Menarik perhatian siswa √
2. Memberi motivasi awal siswa √
3. Memberikan apresiasi (kaitan dengan materinya) √
4. Meyampaikan tujuan pembelajaran √
5. Memberikan acuan bahan pelajaraan yang akan
dipelajari
√
Penugasan bahan belajar
6. Bahan belajar disajikan sesuai dengan langkah-
langkah yang dibuat RPP
√
7. Kejelasan dalam menjelaskan materi ajar √
Kegiatan belajar mengajar
8. Keseuaian model pembelajaran dengan bahan ajar
yang disampaikan
√
9. Penyajian bahan pelajaran sesuai dengan tujuan atau
indikator yang telah ditetapkan
√
10. Ketepatan dalam mengalokasikan waktu
pembelajaran
√
11. Memiliki keterampilan dalam merespon dan
menanggapi pertanyaan siswa
√
Kemampuan dalam menaplikasikan model
contextual teaching learning
12. Menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai √
13. Menyajikan materi sebagai pengantar √
14. Memaparkan contoh materi dalam kehidupan sehari-
hari
√
15. Mengatur jalannya diskusi siswa √
16. Menyampaikan kesimpulan atau rangkuman materi √
Evaluasi Pembelajaran
17. Penilaian relevan dengan tujuan yang telah
ditetapkan
√
18. Penilaian yang diberikan sesuai dengan RPP √
Kemampuan menutup kegiatan pembelajaran
19. Meninjau kembali materi yang diberikan √
20. Memberi kesempatan untuk bertanya dan menjawab
pertanyaan
√
21. Memberikan kesimpulan kegiatan pembelajaran √
Tindak lanjut/follow up
22. Memberikan tugas kepada siswa √
23. Menginformasikan materi, bahan ajar yang akan
dipelajari berikutnya
√
24. Memberikan motivasi √
Jumlah 12 33 20
Total 65
Kategori Sedang
Keterangan :
A = 4 (sangat baik)
B = 3 (baik)
C = 2 (cukup)
D = 1 (kurang)
Kategori total kinerja guru
76-100 = baik
51-75 = sedang
25-50 = kurang
Lembar Observasi Guru Siklus II
No
Aspek Yang Dinilai
Skor
A B C D
Kemampuan guru membuka pelajaran
1. Menarik perhatian siswa √
2. Memberi motivasi awal siswa √
3. Memberikan apresiasi (kaitan dengan materinya) √
4. Meyampaikan tujuan pembelajaran √
5. Memberikan acuan bahan pelajaraan yang akan
dipelajari
√
Penugasan bahan belajar
6. Bahan belajar disajikan sesuai dengan langkah-
langkah yang dibuat RPP
√
7. Kejelasan dalam menjelaskan materi ajar √
Kegiatan belajar mengajar
8. Keseuaian model pembelajaran dengan bahan ajar
yang disampaikan
√
9. Penyajian bahan pelajaran sesuai dengan tujuan atau
indikator yang telah ditetapkan
√
10. Ketepatan dalam mengalokasikan waktu
pembelajaran
√
11. Memiliki keterampilan dalam merespon dan
menanggapi pertanyaan siswa
√
Kemampuan dalam menaplikasikan model
contextual teaching learning
12. Menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai √
13. Menyajikan materi sebagai pengantar √
14. Memaparkan contoh materi dalam kehidupan sehari-
hari
√
15. Mengatur jalannya diskusi siswa √
16. Menyampaikan kesimpulan atau rangkuman materi √
Evaluasi Pembelajaran
17. Penilaian relevan dengan tujuan yang telah
ditetapkan
√
18. Penilaian yang diberikan sesuai dengan RPP √
Kemampuan menutup kegiatan pembelajaran
19. Meninjau kembali materi yang diberikan √
20. Memberi kesempatan untuk bertanya dan menjawab
pertanyaan
√
21. Memberikan kesimpulan kegiatan pembelajaran √
Tindak lanjut/follow up
22. Memberikan tugas kepada siswa √
23. Menginformasikan materi, bahan ajar yang akan
dipelajari berikutnya
√
24. Memberikan motivasi √
Jumlah 44 39
Total 83
Kategori Baik
Keterangan :
A = 4 (sangat baik)
B = 3 (baik)
C = 2 (cukup)
D = 1 (kurang)
Kategori total kinerja guru
76-100 = baik
51-75 = sedang
25-50 = kurang
Lembar Observasi Siswa Siklus I
No. Aspek yang diamati Skor Keterangan
1 2 3 4
1. Merespon apresiasi yang diberikan
guru
√ Baik
2. Memperhatikan penjelasan guru √ Sedang
3. Menjawab pertanyaan guru √ Kurang
4. Aktif dalam diskusi √ Sedang
5. Berani bertanya kepada guru √ Sedang
6. Menyimpulkan pelajaran yang telah
dipelajari
√ Baik
7. Mengerjakan evaluasi √ Sedang
Keterangan =
1 = Kurang
2 = Sedang
3 = Baik
4 = Sangat Baik
Lembar Observasi Siswa Siklus II
No. Aspek yang diamati Skor Keterangan
1 2 3 4
1. Merespon apresiasi yang diberikan
guru
√ Baik
2. Memperhatikan penjelasan guru √ Sedang
3. Menjawab pertanyaan guru √ Kurang
4. Aktif dalam diskusi √ Sedang
5. Berani bertanya kepada guru √ Sedang
6. Menyimpulkan pelajaran yang telah
dipelajari
√ Baik
7. Mengerjakan evaluasi √ Sedang
Keterangan =
1 = Kurang
2 = Sedang
3 = Baik
4 = Sangat Baik