peninggalan arsitektur di tepian sungai musi

4
TEMU ILMIAH IPLBI 2012 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2012 | 85 PENINGGALAN ARSITEKTUR DI TEPIAN SUNGAI MUSI Tutur Lussetyowati Laboratorium Kota dan Permukiman, Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya. Abstrak Kota Palembang merupakan kota tertua di Indonesia dengan latar belakang sejarah Kerajaan Sriwijaya (Abad VI-XII) yang merupakan kerajaan Maritim terbesar pada jamannya. Letak yang strategis menjadikan Palembang sebagai pusat kekuatan politik dan ekonomi di jaman klasik pada wilayah Asia Tenggara. Kota yang ramai didatangi pelaut-pelaut asing, seperti Cina, Arab dan Persia. Perkembangan kota akan diikuti dengan perkembangan bangunan sebagai sarana kegiatan sosial ekonomi masyarakat. Beberapa kawasan di tepian Sungai Musi masih menunjukkan peningalan arsitektur yang menarik. Beragam gaya arsitektur masih terlihat dengan jelas sampai saat ini. Beragamnya peninggalan arsitektur tersebut menjadikan kawasan sepanjang tepian Sungai Musi merupakan area yang menarik untuk dikunjungi dan dipelajari peninggalan arsitekturnya. Gunakan template ini untuk menulis dan mengedit artikel yang akan dikirim ke Temu Ilmiah IPLBI 2012. Artikel yang dikirim harus ditulis pada kertas berukuran B5 sejumlah 4 halaman (tidak kurang tidak lebih) dengan margin semua sisi (2 cm), jenis dan dimensi huruf (badan teks Tahoma 9), tata- cara perletakan dan penulisan nama tabel dan gambar, penulisan pustaka, dan format lain-lain seperti yang dicontohkan atau dijelaskan pada template ini. Abstrak ditulis pada bagian ini, sepanjang satu paragraf dan maksimal 150 kata. Abstrak menjelaskan secara ringkas persoalan/permasalahan, tujuan, metode pengumpulan dan analisis data, dan temuan. Tuliskan kata-kunci di bawah abstrak, maksimal 5 kata dan diurut mengikuti abjad huruf pertama setiap kata. Kata-kunci : kota tua, peninggalan, arsitektur Pendahuluan Kota Palembang merupakan kota tertua di Indonesia dengan latar belakang sejarah Kerajaan Sriwijaya (Abad VI-XII) yang merupakan kerajaan Maritim terbesar pada jamannya. Letak yang strategis menjadikan Palembang sebagai pusat kekuatan politik dan ekonomi di jaman klasik pada wilayah Asia Tenggara. Kota yang ramai didatangi pelaut- pelaut asing, seperti Cina, Arab dan Persia. Palembang digambarkan sebagai kota besar dimana penduduknya hidup di atas rakit-rakit sedangkan pemimpin hidup berumah ditanah kering di atas rumah yang bertiang. Disamping itu kota Palembang juga mempunyai latar belakang sejarah Kesultanan Palembang Darussalam (Abad XVI-XIX), masa penjajahan Belanda dan Jepang. Dimana perkembangan dan pembangunan dipusatkan di tepian sungai Musi, sebelah Ilir yang lebih dahulu dibangun karena kondisi eksisting yang baik menjadi pusat perdagangan dan pemerintahan dan sebelah Ulu dijadikan sebagai kawasan pemukiman penduduk baik rumah rakit dan rumah di atas tiang. Sungai yang menjadi sarana transportasi yang sangat baik membentuk pola hidup masyarakat yang awalnya hanya bertani dan nelayan, berganti peran menjadi pedagang. Ilir yang lebih dahulu dibangun karena kondisi eksisting yang baik menjadi pusat perdagangan dan pemerintahan. Dengan perdagangan yang sangat berkembang pesat mengundang penduduk desa mencoba keberuntungannya dengan bertransmigrasi ke kota dan berganti peran menjadi pedagang. Pertambahan penduduk yang sangat pesat, ditambah dengan kedatangan pedagang Arab, China, dan Persia, menjadikan kota ini sangatlah padat. Perkembangan kota akan diikuti dengan perkembangan bangunan sebagai sarana kegiatan sosial ekonomi masyarakat. Peningkatan kegiatan di tepian Sungai Musi pada saat itu juga diikuti dengan pembangunan

Upload: ave-harysakti

Post on 25-Oct-2015

48 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Kota Palembang merupakan kota tertua di Indonesia dengan latar belakang sejarah Kerajaan Sriwijaya (Abad VI-XII) yang merupakan kerajaan Maritim terbesar pada jamannya. Letak yang strategis menjadikan Palembang sebagai pusat kekuatan politik dan ekonomi di jaman klasik pada wilayah Asia Tenggara. Kota yang ramai didatangi pelaut-pelaut asing, seperti Cina, Arab dan Persia. Perkembangan kota akan diikuti dengan perkembangan bangunan sebagai sarana kegiatan sosial ekonomi masyarakat. Beberapa kawasan di tepian Sungai Musi masih menunjukkan peningalan arsitektur yang menarik. Beragam gaya arsitektur masih terlihat dengan jelas sampai saat ini. Beragamnya peninggalan arsitektur tersebut menjadikan kawasan sepanjang tepian Sungai Musi merupakan area yang menarik untuk dikunjungi dan dipelajari peninggalan arsitekturnya.

TRANSCRIPT

Page 1: Peninggalan Arsitektur Di Tepian Sungai Musi

TEMU ILMIAH IPLBI 2012

Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2012 | 85

PENINGGALAN ARSITEKTUR DI TEPIAN SUNGAI MUSI

Tutur Lussetyowati

Laboratorium Kota dan Permukiman, Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya.

Abstrak Kota Palembang merupakan kota tertua di Indonesia dengan latar belakang sejarah Kerajaan Sriwijaya (Abad VI-XII) yang merupakan kerajaan Maritim terbesar pada jamannya. Letak yang strategis menjadikan Palembang sebagai pusat kekuatan politik dan ekonomi di jaman klasik pada wilayah Asia Tenggara. Kota yang ramai didatangi pelaut-pelaut asing, seperti Cina, Arab dan Persia. Perkembangan kota akan diikuti dengan perkembangan bangunan sebagai sarana kegiatan sosial ekonomi masyarakat. Beberapa kawasan di tepian Sungai Musi masih menunjukkan peningalan arsitektur yang menarik. Beragam gaya arsitektur masih terlihat dengan jelas sampai saat ini. Beragamnya peninggalan arsitektur tersebut menjadikan kawasan sepanjang tepian Sungai Musi merupakan area yang menarik untuk dikunjungi dan dipelajari peninggalan arsitekturnya.

Gunakan template ini untuk menulis dan mengedit artikel yang akan dikirim ke Temu Ilmiah IPLBI 2012. Artikel yang dikirim harus ditulis pada kertas berukuran B5 sejumlah 4 halaman (tidak kurang tidak lebih) dengan margin semua sisi (2 cm), jenis dan dimensi huruf (badan teks Tahoma 9), tata-cara perletakan dan penulisan nama tabel dan gambar, penulisan pustaka, dan format lain-lain seperti yang dicontohkan atau dijelaskan pada template ini. Abstrak ditulis pada bagian ini, sepanjang satu paragraf dan maksimal 150 kata. Abstrak menjelaskan secara ringkas persoalan/permasalahan, tujuan, metode pengumpulan dan analisis data, dan temuan. Tuliskan kata-kunci di bawah abstrak, maksimal 5 kata dan diurut mengikuti abjad huruf pertama setiap kata. Kata-kunci : kota tua, peninggalan, arsitektur Pendahuluan

Kota Palembang merupakan kota tertua di Indonesia dengan latar belakang sejarah Kerajaan Sriwijaya (Abad VI-XII) yang merupakan kerajaan Maritim terbesar pada jamannya. Letak yang strategis menjadikan Palembang sebagai pusat kekuatan politik dan ekonomi di jaman klasik pada wilayah Asia Tenggara. Kota yang ramai didatangi pelaut-pelaut asing, seperti Cina, Arab dan Persia. Palembang digambarkan sebagai kota besar dimana penduduknya hidup di atas rakit-rakit sedangkan pemimpin hidup berumah ditanah kering di atas rumah yang bertiang.

Disamping itu kota Palembang juga mempunyai latar belakang sejarah Kesultanan Palembang Darussalam (Abad XVI-XIX), masa penjajahan Belanda dan Jepang. Dimana perkembangan dan pembangunan dipusatkan di tepian sungai Musi, sebelah Ilir yang lebih dahulu dibangun karena kondisi eksisting yang baik menjadi pusat perdagangan dan pemerintahan dan

sebelah Ulu dijadikan sebagai kawasan pemukiman penduduk baik rumah rakit dan rumah di atas tiang.

Sungai yang menjadi sarana transportasi yang sangat baik membentuk pola hidup masyarakat yang awalnya hanya bertani dan nelayan, berganti peran menjadi pedagang. Ilir yang lebih dahulu dibangun karena kondisi eksisting yang baik menjadi pusat perdagangan dan pemerintahan. Dengan perdagangan yang sangat berkembang pesat mengundang penduduk desa mencoba keberuntungannya dengan bertransmigrasi ke kota dan berganti peran menjadi pedagang. Pertambahan penduduk yang sangat pesat, ditambah dengan kedatangan pedagang Arab, China, dan Persia, menjadikan kota ini sangatlah padat.

Perkembangan kota akan diikuti dengan perkembangan bangunan sebagai sarana kegiatan sosial ekonomi masyarakat. Peningkatan kegiatan di tepian Sungai Musi pada saat itu juga diikuti dengan pembangunan

Page 2: Peninggalan Arsitektur Di Tepian Sungai Musi

Peninggalan Arsitektur di Tepian Sungai Musi

86 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2012

berbagai gedung (bangunan), baik bangunan umum maupun bangunan untuk permukiman penduduknya. Tidak mengherankan kalau pada saat ini banyak peninggalan bangunan lama yang terletak di sepanjang tepian Sungai Musi. Beberapa kawasan di tepian Sungai Musi masih menunjukkan peningalan arsitektur yang menarik. Beragam gaya arsitektur masih terlihat dengan jelas sampai saat ini. Di antaranya adalah kawasan permukiman di Kampung Arab dan Kampung Kapiten, kemudian kawasan sekitar Kelenteng 10 Ulu, Kawasan Sekanak, Kawasan pasar 16 Ilir, Kawasan Al Munawar dan sebagainya.

Beragamnya peninggalan arsitektur tersebut menjadikan kawasan sepanjang tepian Sungai Musi merupakan area yang menarik untuk dikunjungi dan dipelajari peninggalan arsitekturnya.

Metode

Metode yang digunakan adalah deskriptif dan eksploratif, dengan memusatkan pada kajian sejarah, budaya dan konteks lingkungannya. Studi kasus akan dibatasi pada beberapa kawasan di tepian Sungai Musi yang terletak di Kecamatan Seberang Ulu I.

Metode pengumpulan data yang digunakan, adalah survey lapangan, wawancara dengan narasumber di lokasi dan studi pustaka.

Metode analisis data menggunakan analisis kualitatif yang dilakukan saling menjalin dengan proses pengumpulan data.

Analisis dan Interpretasi

Sungai sebagai salah satu sumber kehidupan, menjadi titik awal bertumbuhnya kota ini. Sungai Musi dan anak-anak sungainya menjadi sarana transportasi yang sangat baik, yang menghubungkan kawasan yang satu dengan kawasan yang lainnya, yang bukannya membelah tetapi menjadi suatu sarana penghubung antara Bagian Ulu dan Ilir.

Di Seberang Ulu, sebagian besar peninggalan bangunan lama adalah bangunan permukiman dan fasilitas umum seperti masjid dan vihara. Kawasan permukiman di sini merupakan kawasan permukiman multi etnis, karena merupakan permukiman dari beberapa atnis, antara lain Melayu, Arab, Cina. Beberapa kawasan permukiman menunjukkan karakter permukiman etnis tertentu seperti Kampung

Arab dan Kampung Kapiten, selain itu juga di kawasan sekitar Kelenteng 10 Ulu (kawasan permukiman etnis Tionghowa) dan kawasan permukiman 3-4 Ulu sebagai permukiman asli Palembang.

Beragam bangunan baik dari fungsi bangunan maupun dari gaya arsitektur bangunan yang ada di sepanjang tepian Sungai Musi membuat kawasan ini menjadi sangat penting untuk dilestarikan. Peninggalan arsitektur dengan akan memberikan setting dari kisah masa lalu yang akan mudah diingat oleh generasi masa kini.

1) Kawasan 9-10 Ulu

Daerah 9-10 Ulu dahulu untuk pertama kalinya bukanlah didiami oleh penduduk asli Palembang, tetapi oleh penduduk pendatang. Penduduk pendatang yang datang, bertujuan untuk berdagang. Mereka berasal dari Arab, Persia, Cina, dan akhirnya tinggal dan menetap. Pada mulanya para pedagang ini tinggal si rumah rakit yang kemudian lembat laun akhirnya pindah ke rumah di atas tiang. Hidup berkelompok membentuk kampung dengan mempertahankan tradisi kebudayaan asal. Hal ini terlihat dari bangunan bangunan lama yang masih ada.

a) Permukiman Etnis Arab

Bangunan di Kampung Arab 9-10 Ulu baik itu berupa rumah tinggal, dan lain sebagainya, sebagian berupa rumah panggung dan sebahagian lagi tidak, seperti terlihat pada pemukiman di sekitar sepanjang sungai Musi untuk rumah panggung dan sebagian lagi rumah di darat. Rumah tinggal tersebut ada yang berupa rumah tradisional sumatera Selatan dan rumah tinggal dengan arsitektur Arab dengan ornament-ornamen Arab dalam bangunan yang masih dihuni oleh penduduk pendatang. Bangunan lama yang terdapat pada kawasan 9-10 Ulu dapat dikategorikan kedalam beberapa tipe bangunan yaitu bangunan rumah dan bangunan publik. Untuk bangunan rumah terdiri dari tiga tipe yaitu rumah limas, rumah gudang dan rumah rakit yang berada di Sungai Musi. Sedangkan bangunan public terdiri dari bangunan masjid dengan gaya arsitektur tradisional dan bangunan sekolah dengan gaya arsitektur kolonial. Hal lain yang menarik dari Kampung Arab ini adalah pola permukimannya yang berbetuk cluster (mengelompok) dengan ruang terbuka publik sebagai space pengikatnya. Hal ini sebenarnya jarang ditemui pada perkampungan

Page 3: Peninggalan Arsitektur Di Tepian Sungai Musi

Tutur Lussetyowati

Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2012 | 87

tradisional yang dihuni oleh penduduk asli. Mungkin ini memang salah satu akulturasi budaya yang dibawa oleh para pendatang dari Arab yang menghuni kawasan tersebut.

b) Permukiman Etnis Tionghwa

Pemukiman untuk etnis Tionghwa sebagian besar terletak di sekitar Vihara Chandra Nadi. Rumah-rumah tersebut masih banyak menggunakan gaya arsiteketur Cina. Ini agak berbeda dengan permukiman etnis Arab, yang menggunakan gaya arsitektur tradisional (lokal). Bangunan-bangunan rumah di kawasan ini masih menunjukkan gaya arsitektur yang dibawa dari tempat asalnya yaitu Cina. Hal ini bisa dilihat dari bentuk atap maupun susunan ruang-ruangnya. Bentuk atap menggunakan kuda-kuda khas Cina dengan tembok pada ujung-ujungnya. Untuk tata ruang, di setiap rumah terdapat inner court, seperti pada rumah-rumah tradisional Cina.

2) Kampung Kapitan 7 Ulu Kampung Kapitan merupakan kelompok 15 bangunan rumah panggung ala China yang terletak di Kelurahan 7 Ulu, Kecamatan

Seberang Ulu 1, Palembang. Kampung itu, pada awalnya, merupakan tempat tinggal seorang perwira keturunan China berpangkat kapitan (sekarang disebut kapten) yang bekerja untuk Pemerintah Kolonial Belanda. Pada masa itu, seorang kapitan bertugas untuk memungut pajak dari masyarakat China dan masyarakat pribumi yang berada di wilayah Seberang Ulu Palembang. Kapitan juga bertugas untuk menjaga keamanan wilayah dan mengatur tata niaga di wilayah terbatas. Bangunan inti di Kampung Kapitan terdiri atas tiga rumah, merupakan bangunan yang paling besar dan menghadap ke arah Sungai Musi. Rumah di tengah merupakan rumah yang lebih sering difungsikan untuk menyelenggarakan pesta dan pertemuan-pertemuan dengan banyak orang. Sementara kedua rumah di sisi timur dan barat lebih banyak difungsikan sebagai rumah tinggal. Rumah-rumah lain dibangun untuk menampung keluarga besarnya. Rumah-rumah itu membentuk persegi panjang, dengan sebuah ruang terbuka di tengahnya. Ruang terbuka dahulu kala dibentuk menjadi taman yang indah, hingga kini upaya perawatan tengah dilakukan terhadap ruang terbuka tersebut. Dari arah darat hanya ada satu jalan masuk ke Kampung Kapitan, yang berjarak sekitar 800 meter dari bawah Jembatan Ampera. Di jalan masuk terdapat dua gerbang yang daun pintunya hilang. Bangunan inti yang terletak di tengah-tengah menampilkan percampuran arsitektur, yang artinya juga menunjukkan percampuran budaya antara pendatang dan budaya lokal. Dari bentuk atapnya, bangunan tersebut menggunakan atap Rumah Limas, yang merupakan arsitektur lokal Palembang. Tata ruangnya menggunakan arsitektur Cina, salah satunya ditunjukkan dengan adanya ’inner court’ yang tidak ditemui pada Rumah Limas yang asli. Sementara pada bagian depan (dan beberapa bagian lainnya)

Gambar 1. Kawasan Kampung Arab

Gambar 2. Permukiman Etnis Tionghwa

Gambar 3. Kampung Kapiten

Page 4: Peninggalan Arsitektur Di Tepian Sungai Musi

Peninggalan Arsitektur di Tepian Sungai Musi

88 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2012

menggunakan tiang-tiang (kolom) yang bercirikan arsitektur Eropa (kolonial Belanda). Selain itu ornamen-ornamen di bangunan tersebut juga menggunakan ornamen khas Cina. Di sini terlihat adanya percampuran gaya arsitektur dari berbagai elemen yang mempengaruhinya. Satu bangunan berarsitektur Cina-Melayu di sebelahnya adalah Rumah Kapitan. Bangunan ini masih menampakkan keaslian pada bagian bangunannya. Demikian juga bagian atap yang memakai genting belah buluh (bambu). Rumah ini diperkirakan dibangun sekitar akhir tahun 1600-an. Rumah Kapitan dan rumah Abu dihubungkan semacam jembatan beratap di bagian teras dan belakangnya. Itu sebabnya wilayah pemukiman ini dinamakan Kampung Kapitan. Di depan bangunan terdapat ruang terbuka (open space) yang sekarang disebut Plaza Kampung Kapitan yang luasnya sekitar 83 m x 12,5 m. ruang terbuka ini menjadi orientasi bangunan-bangunan yang ada di sekitarnya. 3) Kawasan 3-4 Ulu Kawasan 3-4 Ulu merupakan kawasan permukiman tradisional asli Palembang. Di Kawasan ini maish terdapat banyak bangunan Rumah Limas yang masih menunjukkan karakter aslinya. Hanya saja beberapa bangunan baru yang ada mulai menutupi bangunan-bangunan lama yang usianya sudah lebih dari satu abad. Dari kondisi bangunan-bangunan yang masih ada terdapat banyak sekali Rumah Limas dengan ukuran yang besar. Ini menunjukkan bahwa kawasan ini dulunya merupakan kawasan permukiman yang posisinya penting dalam skala kota.

Kesimpulan

Di tepian Sungai Musi banyak sekali peninggalan bangunan lama yang merupakan bukti dari banyaknya aktivitas penduduk di sepanjang Sungai Musi. Berbagai jenis fungsi bangunan yang ada, menunjukkan beragamnya kegiatan-kegiatan tersebut. Selain itu, bangunan-bangunan di sepanjang tepian Sungai Musi mempunyai keragaman gaya arsitektur yang sangat menarik. Mulai dari arsitektur tradisional, arsitektur Cina, sampai ke arsitektur kolonial. Selain itu juga da beberapa kawasan yang dihuni oleh etnis Arab, yang walaupun bangunannya masih menggunakan arsitektur lokal, tetapi pengaruh dari budaya Arab masih terlihat pada tata ruang, pola permukiman maupun ornamen-ornamennya. Untuk permukiman etnis Cina, gaya arsitektur Cina masih terlihat peninggalannya sampai sekarang, begitu juga dengan bangunan bergaya kolonial. Beragamnya peninggalan arsitektur tersebut menjadikan kawasan sepanjang tepian Sungai Musi merupakan area yang menarik untuk dikunjungi dan dipelajari peninggalan arsitekturnya.

Daftar Pustaka

Barnet, Introduction to Urban Design Shirvani, Hamid, 1985, Urban Design Process,

Van Nostrand Reinhold, New York Departemen Permukiman dan Prasarana

Wilayah, 2004, Panduan Identifikasi Revitalisasi Kawasan Bersejarah.

Gambar 4. Kawasan 3 Ulu