penilitian operional model penguatan kapasitas ppkbd dan sub ppkbd pada era otonomi daerah dalam...

12
1 JURNAL PENELITIAN OPERASIONAL MODEL PENGUATAN KAPASITAS PPKBD DAN SUB PPKBD PADA ERA OTONOMI DAERAH DALAM UPAYA MENJAGA KEBERLANGSUNGAN KESERTAAN BER-KB MASYARAKAT PROPINSI BENGKULU (KERJA SAMA ANTARA BKKBN BENGKULU DENGAN LPM PERGURUAN TINGGI DI PROPINSI BENGKULU ) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran model yang tepat dalam penguatan kapasitas PPKBD dan Sub PPKBD pada Era Otonomi Daerah dalam rangka keberlangsungan ber-KB. Berangkat dari sinyalir awal bahwa Keberadaan program KB di Provinsi Bengkulu dalam pencapaian dan pelayanan akseptor sangat ditentukan oleh keberhasilan institusi masyarakat di tingkat lini lapangan paling bawah yakni PPKBD dan SubPPKBD: Pada saat ini PPKBD dan Sub PPKBD diharapkan sebagai penggerak dan pengelola Program KB di desa/kelurahan, harapan ini perlu dilakukan karena tidak ada terobosan lain yang dapat dilakukan. Suatu hal yang tidak mungkin dilakukan secara cepat untuk menambah PLKB karena bukan kewenangan BKKBN, disamping itu suatu hal yang tidak mungkin dilakukan juga untuk mengoptimalkan kinerja PLKB yang ada dengan menambah dan memperluas cakupan wilayah kerja. Penelitian ini adalah participatory action research (PAR) yaitu penelitian yang ditindaklanjuti dengan aksi penanganan masalah yang dilakukan di 8 Desa Kabupaten Seluma pada 4 Kecamatan dengan tujuan utama mendorong adanya perubahan sosial menuju pembebasan, dengan pengumpulan data menggunakan metode observasi dan wawancara , kemudian untuk data skunder yang berupa catatan dan pelaporan program KB daerah sasaran, diperoleh dengan cara penelusuran data di wilayah penelitian. Hasil penelitian menunjukkan untuk keberlangsungan masyarakat ber-KB Institusi Masyarakat Perdesaan perlu ditingkatkan kapasitasnya dengan diberikan penambahan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka melakukan penyuluhan dan KIE, pembinaan kepada akseptor tanpa mendapat pembinaan dari PLKB, pencatatan dan pelaporan, pengelolaan pelayanan KB dan rujukan, mampu mengusahakan alat kontrasepsi sederhana yaitu suntik, pil dan kondom secara mandiri tepat waktu, mampu melakukan koordinasi dengan bidan, mampu mengusahakan dana operasional melalui jasa usaha penjualan alat kontrasepsi sederhana mandiri serta membawa dampak keberlangsungan ber-KB di Propinsi Bengkulu.

Upload: muhammad-pratama

Post on 24-Jan-2015

1.034 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Penilitian Operional Model Penguatan Kapasitas PPKBD dan Sub PPKBD Pada Era Otonomi Daerah Dalam Upaya Menjaga Jeberlangsungan Kesrtaan Ber-KB Masyarakat Propinsi Bengkulu

1

JURNAL PENELITIAN OPERASIONAL MODEL PENGUATAN KAPASITAS PPKBD DAN SUB PPKBD PADA ERA OTONOMI DAERAH DALAM UPAYA MENJAGA KEBERLANGSUNGAN

KESERTAAN BER-KB MASYARAKAT PROPINSI BENGKULU (KERJA SAMA ANTARA BKKBN BENGKULU DENGAN LPM PERGURUAN

TINGGI DI PROPINSI BENGKULU )

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran model yang tepat dalam penguatan kapasitas PPKBD dan Sub PPKBD pada Era Otonomi Daerah dalam rangka keberlangsungan ber-KB. Berangkat dari sinyalir awal bahwa “Keberadaan program KB di Provinsi Bengkulu dalam pencapaian dan pelayanan akseptor sangat ditentukan oleh keberhasilan institusi masyarakat di tingkat lini lapangan paling bawah yakni PPKBD dan SubPPKBD: Pada saat ini PPKBD dan Sub PPKBD diharapkan sebagai penggerak dan pengelola Program KB di desa/kelurahan, harapan ini perlu dilakukan karena tidak ada terobosan lain yang dapat dilakukan. Suatu hal yang tidak mungkin dilakukan secara cepat untuk menambah PLKB karena bukan kewenangan BKKBN, disamping itu suatu hal yang tidak mungkin dilakukan juga untuk mengoptimalkan kinerja PLKB yang ada dengan menambah dan memperluas cakupan wilayah kerja. Penelitian ini adalah participatory action research (PAR) yaitu penelitian yang ditindaklanjuti dengan aksi penanganan masalah yang dilakukan di 8 Desa Kabupaten Seluma pada 4 Kecamatan dengan tujuan utama mendorong adanya perubahan sosial menuju pembebasan, dengan pengumpulan data menggunakan metode observasi dan wawancara , kemudian untuk data skunder yang berupa catatan dan pelaporan program KB daerah sasaran, diperoleh dengan cara penelusuran data di wilayah penelitian. Hasil penelitian menunjukkan untuk keberlangsungan masyarakat ber-KB Institusi Masyarakat Perdesaan perlu ditingkatkan kapasitasnya dengan diberikan penambahan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka melakukan penyuluhan dan KIE, pembinaan kepada akseptor tanpa mendapat pembinaan dari PLKB, pencatatan dan pelaporan, pengelolaan pelayanan KB dan rujukan, mampu mengusahakan alat kontrasepsi sederhana yaitu suntik, pil dan kondom secara mandiri tepat waktu, mampu melakukan koordinasi dengan bidan, mampu mengusahakan dana operasional melalui jasa usaha penjualan alat kontrasepsi sederhana mandiri serta membawa dampak keberlangsungan ber-KB di Propinsi Bengkulu.

Page 2: Penilitian Operional Model Penguatan Kapasitas PPKBD dan Sub PPKBD Pada Era Otonomi Daerah Dalam Upaya Menjaga Jeberlangsungan Kesrtaan Ber-KB Masyarakat Propinsi Bengkulu

2

I. Pendahuluan A. Latar Belakang

Kebijakan Program KB Nasional sebelum tahun 2001 ditentukan oleh

BKKBN pusat, akan tetapi setelah tahun 2001 kebijakan KB diatur oleh daerah

terutama di tingkat kabupaten/kota (yang diserahkan adalah kewenangan

BKKBN untuk Kabupaten/Kota, untuk kewenangan tingkat Provinsi sampai saat

ini belum diserahkan ke daerah dan masih ada di tangan BKKBN Pusat).

Kebijakan KB yang diatur oleh pemerintah daerah tersebut antara lain

meliputi kebijakan pendanaan program, kelembagaan, ketenagaan sampai

dengan kebijakan-kebijakan lain termasuk penentuan permintaan masyarakat

mengenai perserta KB baik KB aktif maupun baru, di tingkat kabupaten/kota

dalam wilayah Provinsi Bengkulu, dari aspek kebijakan pendanaan program

kurang memberi alokasai dana, karena keterbatasan dana dan aspek

kelembagaan kurang memberi keluasan kewenangan penggarapan program.

Dalam rangka menjaga keberlangsungan kesertaan ber-KB di Provinsi

Bengkulu salah satu terobosan baru yang perlu atau prioritas dilakukan adalah

penguatan kapasitas PPKBD dan Sub PPKBD.

Selanjutnya untuk mengemas penguatan kapasitas PPKBD dan Sub PPKBD

supaya tepat, perlu dituangkan dalam suatu model yang tepat sesuai dengan

kebutuhan dan kesanggupan masyarakat. Untuk mendapatkan model yang

tepat, perlu dikaji terlebih dahulu melalui research dengan metodologi yang

tepat. Oleh karena itu penelitian ini dirumuskan dalam suatu “MODEL

PENGUATAN KAPASITAS PPKBD DAN SUB PPKBD PADA ERA OTONOMI

DAERAH DALAM UPAYA MENJAGA KEBERLANGSUNGAN KESERTAAN

BER-KB MASYARAKAT PROPINSI BENGKULU”

Page 3: Penilitian Operional Model Penguatan Kapasitas PPKBD dan Sub PPKBD Pada Era Otonomi Daerah Dalam Upaya Menjaga Jeberlangsungan Kesrtaan Ber-KB Masyarakat Propinsi Bengkulu

3

B. Rumusan Masalah dan Pembatasan Masalah : Permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana menjaga keberlangsungan masyarakat ber-KB di Propinsi

Bengkulu dalam era Otonomi Daerah.

2. Apa PPKBD dan Sub PPKBD dapat ditingkatkan kapasitasnya sehingga

dapat tepat digunakan dalam upaya menjaga keberlangsungan

masyarakat ber-KB di Propinsi Bengkulu dalam era Otonomi Daerah.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan menjaga keberlangsungan kesertaan berKB masyarakat .

2. Tujuan khusus

Berkaitan dengan tujuan umum, tujuan khusus penelitian ini akan

menemukan model penguatan kapasitas PPKBD dan Sub PPKBD yang

tepat dalam rangka menjaga keberlangsungan kesertaan berKB

masyarakat.

D. Manfaat Penelitian Dengan model ini kesertaan berKB akan meningkat secara nyata, terjaminnya

rasa aman bagi peserta KB baik dalam kebutuhan alkon maupun apabila terjadi

komplikasi.Semua ini dapat dilakukan oleh PPKBD meskipun kurang bahkan

tidak mendapat pembinaan dari PLKB.

II. Metodologi Penelitian A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini adalah participatory action research (PAR) yaitu penelitian yang

ditindaklanjuti dengan aksi penanganan masalah. Tujuan utama dari tipe

penelitian partisipatori adalah mendorong adanya perubahan sosial menuju

Page 4: Penilitian Operional Model Penguatan Kapasitas PPKBD dan Sub PPKBD Pada Era Otonomi Daerah Dalam Upaya Menjaga Jeberlangsungan Kesrtaan Ber-KB Masyarakat Propinsi Bengkulu

4

pembebasan. Kolaborasi antara peneliti dan partisipan penelitian sangat erat,

bahkan mulai dari dasar penentuan research questions, menyusun desain,

instrumen, pengumpulan data, pengolahan, analisis data sampai menyusun

model tindakan sosial selalu bersama masyarakat (bertumpu pada kebutuhan

masyarakat).

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kabupaten Seluma dengan alasan bahwa seluruh

desa kabupaten Seluma tidak ada PPLKB dan PLKB. PPLKB dan PLKB yang

ada telah dimutasikan ke dinas/instansi lain dan tidak ada penggantinya.

Pelaksanaan tugas PPLKB dirangkap oleh kepala seksi Kesejahteraan Sosial

di kantor kecamatan` provinsi Bengkulu, di kelurahan/desa pantai dan

kelurahan/desa yang mayoritas penduduknya asli Bengkulu yang pada

umumnya masyarakat agraris dan masyarakat pendatang, dengan tujuan

supaya diperoleh karakteristik model yang berbeda, sesuai kebutuhan

masyarakatnya yang memiliki kebiasaan dan perilaku yang berbeda antara

masyarakat pantai dan masyarakat agraris serta pendatang.

C. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengurus PPKBD- sub PPKBD

dan perangkat kelurahan/desa di wilayah kabupaten Seluma.

D. Sampel Penelitian

Menggunakan metode purporsive sampling, yakni ditentukan terlebih dahulu

semua desa yang PUSnya cukup tinggi, terdapat PPKBD dan atau Sub

PPKBD. Selanjutnya dari semua desa dimaksud dipilih 4 desa wilayah pantai

dan 4 desa yang masyarakatnya agraris dan pendatang, dengan tujuan supaya

diperoleh karakteristik model yang berbeda, sesuai kebutuhan masyarakatnya

yang memiliki kebiasaan dan perilaku yang berbeda antara masyarakat pantai

dan masyarakat agraris serta pendatang.

Page 5: Penilitian Operional Model Penguatan Kapasitas PPKBD dan Sub PPKBD Pada Era Otonomi Daerah Dalam Upaya Menjaga Jeberlangsungan Kesrtaan Ber-KB Masyarakat Propinsi Bengkulu

5

E. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder.

Data primer diperoleh dari para responden dengan menggunakan teknik diskusi

kelompok terfokus (FGD) dan deep interview. Kemudian untuk data skunder

yang berupa catatan dan pelaporan program KB daerah sasaran, diperoleh

dengan cara penelusuran data di BKKBN baik Provinsi maupun

Kabupaten/Kota.

F. Metode Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan menurut kategori sebagai berikut:

Data primer hasil FGD diolah menjadi: (i) organisasi masalah yang dihadapi

PPKBD dan Sub PPKBD dalam pelayanan KB kepada masysrakat; (ii) peta

kebutuhan dan potensi komunitas kelurahan/desa dalam pelayanan KB.

Data sekunder diolah untuk mendapatkan gambaran kondisi yang

menyebabkan terjadinya masalah pelayanan KB: akar permasalahan

pelayanan KB, kemungkinan menanggulangi masalah itu dalam jangka pendek,

potensi dan sumber sosial yang dapat dimanfaatkan untuk upaya

penanggulangan masalah dan bagimana kiat keberhasilan pelayanan KB.

G. Analisa Data Analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisa deskriptif-kualitatif.

Seluruh data yang terkumpul, baik data primer maupun data skunder dianalisa

menggunakan cara berfikir induktif-deduktif dan sebaliknya, kemudian untuk

rancangan analisis model penguatan PPKBD dan SubPPKBD, mengadopsi

analisis Peran Fungsi IMP.

Page 6: Penilitian Operional Model Penguatan Kapasitas PPKBD dan Sub PPKBD Pada Era Otonomi Daerah Dalam Upaya Menjaga Jeberlangsungan Kesrtaan Ber-KB Masyarakat Propinsi Bengkulu

6

III. Hasil Penelitian dan Tindak Lanjut

1. Hasil Penelitian :

Dari Hasil wawancara dilapangan pada PPKBD, Sub PPKBD, Koordinator

Lapangan KB, Kepala Desa dan perangkat desa, serta Bidan Desa, ada

beberapa kelemahan mengenai pelaksanaan 7 peran IMP yang segera

harus ditanggulangi :

a. Pengorganisasian masih berjalan, ditunjukkan adanya pergantian

kepengurusan di beberapa desa seperti adat kebiasaan bahwa setiap

isteri kepala desa otomatis sebagai PPKBD, sehingga setiap pergantian

kepala desa terjadi pula pergantian PPKBD, Organisasi IMP Tunggal,

kemandirian, Motivasi, pengetahuan dan keterampilan rendah dengan

berkurangnya pembinaan dan perhatian dari tingkat Kecamatan,

Kabupaten

b. Pertemuan khusus antara PPKBD dan Sub PPKBD serta kelompok KB

lainnya tidak ada, pertemuan yang ada pada kegiatan posyandu.

c. KIE dan Konseling kepada akseptor dilakukan bersamaan juga pada

waktu posyandu.

d. Pencatatan, operasional PPKBD dan Sub PPKBD kurang menyebabkan

mekanisme operasional KB tersendat dan pencatatan dan pelaporan

tidak berjalan yang berjalan hanya pendataan keluarga.

e. Pelayanan kegiatan yakni pelayanan terhadap calon akseptor untuk

ber-KB masih tetap berjalan meskipun kesulitan mendapatkan alat

kontrasepsi sederhana (Pil, Kondom). Peserta KB baik calon KB

maupun Peserta KB Aktif suntik dan pil kesulitan dalam memenuhi

kebutuhan alat kontrasepsi, mereka untuk mendapat harus membayar

dengan mahal dan ketersediaan di desa tidak cukup, peran PPKBD dan

Sub PPKBD pada pelayanan KB ulangan yaitu Pil dan Kondom tidak

berjalan lagi, disebabkan sedikitnya droping Pil Program ke PPKBD dan

Sub PPKBD sedangkan Kondom tidak diminati

Page 7: Penilitian Operional Model Penguatan Kapasitas PPKBD dan Sub PPKBD Pada Era Otonomi Daerah Dalam Upaya Menjaga Jeberlangsungan Kesrtaan Ber-KB Masyarakat Propinsi Bengkulu

7

f. Peserta KB untuk memperoleh informasi tentang alat kontrasepsi,

rujukan, alat kontrasepsi program sangat terbatas, sehingga akseptor

membeli kepada petugas pelayanan kesehatan, sedangkan kemampuan

masyarakat memperoleh alkon secara mandiri berkurang dan

keterbatasan dari alat kontrasepsi yang dibutuhkan oleh peserta KB

yang terbatas menyebabkan tidak nyaman dari peserta KB maupun

calon KB.

2. Tindak Lanjut Untuk menjaga keberlangsungan ber-KB melalui peningkatan kapasitas

PPKBD dan Sub PPKBD dengan kriteria :

- Mampu melakukan pembinaan kepada akseptor tanpa mendapat

pembinaan dari PLKB dan jenjang lebih atas,

- Mampu melakukan pencatatan pelaporan baik harian, mingguan dan

bulanan,

- Mampu mengusahakan alkon mandiri tepat waktu, dengan modal awal

sebagian modal usaha ekonomi produktif (UPPKS)

- Mampu melakukan koordinasi dengan bidan, Kepala Desa dan

Perangkat Desa, Koordinator Lapangan KB

- Mampu mengusahakan dana operasional IMP melalui jasa usaha

ekonomi produktif dan penjualan alkon mandiri.

Untuk mewujudkan tersebut diatas telah dilakukan tindakan/intervensi :

a. Peningkatan pengetahuan dari PPKBD dan Sub PPKBD

Untuk meningkatkan kemampuan PPKBD dan Sub PPKBD dalam

memberikan KIE dan Konseling, telah dilakukan dengan orientasi baik di

Kabupaten maupun Propinsi dalam bentuk pembekalan dan pertemuan

mengenai :

Program KB era baru,

7 Peran IMP dan Mekanisme Operasional

Alat kontrasepsi,

Page 8: Penilitian Operional Model Penguatan Kapasitas PPKBD dan Sub PPKBD Pada Era Otonomi Daerah Dalam Upaya Menjaga Jeberlangsungan Kesrtaan Ber-KB Masyarakat Propinsi Bengkulu

8

Kegiatan ekonomi produktif,

Pencatatan dan pelaporan

b. Pembinaan yang dilakukan oleh Kepala Desa, Kecamatan, Kabupaten

dan Propinsi, dalam rangka memberikan KIE dan konseling terutama

pada IMP

c. Peningkatan kemandirian, dengan mendorongkan kegiatan ekonomi

keluarga melalui pembentukan UPPKS serta pemberian suplemen

bantuan modal UPPKS untuk meningkatkan ekonomi keluarga juga

membantu Pasangan Usia Subur memenuhi kebutuhan alat kontrasepsi

melalui kelompok UPPKS tersebut.

d. Memonitor distribusi alat kontrasepsi terutama Suntik, Pil dan Kondom

dalam mengatasi kebutuhan akan KB didesa,.

e. Pemberian dukungan operasional pada PPKBD dan Sub PPKBD

dalam memberikan motivasi dalam kegiatan pengelolaa Program KB di

Desa.

G. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan :

a. Keberadaan program KB di Provinsi Bengkulu dalam pencapaian dan

pelayanan KB sangat ditentukan oleh keberhasilan institusi

masyarakat di tingkat lini lapangan paling bawah yakni PPKBD dan

Sub PPKBD, sehingga dalam rangka menjaga keberlangsungan

kesertaan ber-KB di Provinsi Bengkulu salah satu terobosan yang

perlu atau menjadi prioritas untuk dilakukan adalah penguatan

kapasitas PPKBD dan Sub PPKBD.

b. Gerak operasional dari PPKBD dan Sub PPKBD yang semula tidak

ada menjadi ada dan berjalan sesuai dengan 7 peran Institusi

Page 9: Penilitian Operional Model Penguatan Kapasitas PPKBD dan Sub PPKBD Pada Era Otonomi Daerah Dalam Upaya Menjaga Jeberlangsungan Kesrtaan Ber-KB Masyarakat Propinsi Bengkulu

9

Masyarakat Perdesaan, yaitu dapat melakukan pembinaan kepada

akseptor tanpa mendapat pembinaan dari PLKB, mampu

mengusahakan alat kontrasepsi secara mandiri tepat waktu, mampu

melakukan koordinasi dengan Bidan Desa, walaupun belum semua

PPKBD dan Sub PPKBD menjalankan kegiatan tersebut. sehingga

masih perlu dilanjutkan pada tahap kedua tahun 2009 terutama

setelah diberikan suplemen berupa pinjaman UPPKS dalam rangka

meningkatkan operasional IMP, pengadaan alat kontrasepsi secara

mandiri.

2. Saran

a. Model penguatan kapasitas PPKBD dan Sub PPKBD dapat

diterapkan diwilayah yang tidak mempunyai PLKB dengan cara

memperdayakan institusi dan instansi terkait terutama Kepala Desa

dan Bidan Desa, dengan 3 kunci utama :

1. Adanya pembinaan dan perhatian dari semua sektor, baik dari

desa, Kecamatan, Kabupaten dan Propinsi.

2. Kelangsungan ber-KB dapat berjalan bila pemenuhan kebutuhan

alat kontrasepsi terpenuhi dan masyarakat siap mandiri.

3. Dana Operasional baik untuk IMP maupun kegiatan desa

terpenuhi.

b. Untuk kelangsungan kegiatan penelitian pada tahun 2009 perlu

ditingkatkan kualitas dengan cara dirumuskan secara benar dari

instrumen, bentuk intervensi, dan monitoring dapat dijalankan

dengan benar.

Page 10: Penilitian Operional Model Penguatan Kapasitas PPKBD dan Sub PPKBD Pada Era Otonomi Daerah Dalam Upaya Menjaga Jeberlangsungan Kesrtaan Ber-KB Masyarakat Propinsi Bengkulu

10

Daftar Pustaka BKKBN. 1997. Pedoman Pengembangan Peran dan Klasifikasi Institusi Masyarakat

Pedesaan. Jakarta. BKKBN. 1999. Petunjuk Pelaksanaan Pembentukan dan Pengembangan Institusi

Masyarakat Pedesaan dalam Gerakan Keluarga Berencana Nasional. Jakarta. BKKBN. 2001. Revitalisasi Peran Institusi Masyarakat Pedesaan dalam Program KB.

Jakarta. BKKBN. 2002. Revitalisasi Peran Institusi Masyarakat Pedesaan/Perkotaan (IMP) dalam

Program KB Nasional di Era Otonomi Daerah. Jakarta.

Page 11: Penilitian Operional Model Penguatan Kapasitas PPKBD dan Sub PPKBD Pada Era Otonomi Daerah Dalam Upaya Menjaga Jeberlangsungan Kesrtaan Ber-KB Masyarakat Propinsi Bengkulu

11

Hasil Pengumpulan data lapangan melalui FGD dan Kebutuhan Model yang Dirumuskan

KONDISI SEBENARNYA DI LAPANGAN KEBUTUHAN

1 Kesadaran Masyarakat ber-KB Tinggi Meskipun tanpa pembinaan dari petugas KB

PPKBD dapat melakukan pembinaan sbg pengganti PLKB

2 Kemampuan Masyarakat untuk ber-KB Cukup

Tetap akan berKB meskipun tidak dibina Karena tahu manfaat positif KB

Minta pengakuan dari kabupaten, propinsi tentang keberhasilan program KB.

3 Ketersediaan alkon

a. Program Kurang 1 th 1 kali dapat droping, sangat kurang

Harap disediakan untuk yang miskin

b. Mandiri Kurang

Tidak tersedia tepat waktu, hrs menunggu dari bidan

Tersedia alkon sederhana tepat jumlah dan waktu dibutuhkan

4 Pembinaan dari Korlap Kurang

Tidak mengenai sasaran karena tugas Korlap tidak hanya KB. Latar belakang bukan orang BKKBN perlu pelatihan

Sesekali minta dibina dari kabupaten dan atau propinsi untuk meningkatkan motivasi

5 Pembinaan dari Kabupaten Tdak ada Petugas Kab. Hanya Yuharni dan Rozali

6 Perhatian dari kepala desa Tinggi

KIE KB tetap berjalan karena merupakan point keberhasilan desa

Kades perlu dilatih tentang prog KB karena sebagai besar kades baru

7 Kepengurusan IMP PKBD sub PKBD

Masih berjalan

Baru ( dibawah 1 tahun ) Sebagian besar

Rata-rat dibwah 1 th

Lama ( diatas 1 tahun ) Sebagaian kecil

Hanya beberapa desa ada yang lebih 1 th bahkan sejak 1980 an

8 Pertemuan PPKBD da Sub PPKBD Tdak ada Tidak ada yang

MODEL: PPKBD ditingkatkan kapasitasnya supaya dapat melakukan pembinaan kepada akseptor tanpa mendapat

Page 12: Penilitian Operional Model Penguatan Kapasitas PPKBD dan Sub PPKBD Pada Era Otonomi Daerah Dalam Upaya Menjaga Jeberlangsungan Kesrtaan Ber-KB Masyarakat Propinsi Bengkulu

12

menggerakan pembinaan dari PLKB, mampu melakukan pencatatan pelaporan, mampu mengusahakan alkon mandiri tepat waktu, mampu melakukan koordinasi dengan bidan, mampu mengusahakan dana operasional IPM melalui jasa usaha penjualan alkon mandiri.

9 KIE dan Konseling Mandiri 10 Pelaporan : .

Bulanan Tdak ada Tdk ada sasaran pelaporan. Mekanisme mati.

Pendataan Lancar 1 Thn 1 Kali

11 Pencatatan Tdak ada Hanya pada catatan bidan

12 Dana Operasional IMP ada

Sangat kecil tidak sesuai dengan beban kerja, tidak usah lagi karena tidak ada artinya.

13 Kelompok ekonomi produktif tdak ada Tidak ada yang membina

Segera dibentuk untuk mendukung ketersediaan alkon