penilaian risiko sosial terhadap kebocoran pipa pada … risiko sosial terhadap kebocoran pipa pada...

6
1 AbstrakTugas akhir ini menjelaskan tentang penilaian risiko sosial akibat kebocoran pipa pada jalur pipa transfer bahan bakar di darat dari depo ke depo milik PT Duta Artha Bahari Nusantara, Gresik. Penilaian risiko ini dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada risiko sosial yang terjadi karena mempertimbangkan jarak antara jalur pipa dengan pemukiman warga. Potensi bahaya seperti kebakaran dan ledakan pada jalur pipa ini menjadi pertimbangan karena jalur pipa tersebut berada di atas tanah dan tanpa pelindung. Tujuan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui potensi bahaya, frekuensi kegagalan jalur pipa, maupun konsekuensi dan pada akhirnya melakukan mitigasi atau pengamanan agar risiko berada pada daerah yang dapat diterima. HAZOP digunakan sebagai metode untuk melakukan identifikasi bahaya, sedangkan Event Tree Analisys dipilih untuk melakukan analisa frekuensi. Pemodelan konsekuensi dilakukan dengan fire modelling software (Shell FRED) kemudian F-N curve digunakan untuk mengevaluasi risiko. Tugas akhir ini menemukan potensi bahaya kebocoran yang disebabkan oleh pihak ketiga. Bank data CONCAWE digunakan sebagai referensi dalam melakukan analisa frekeunsi. Dari analisa frekuensi ditemukan frekuensi kebocoran pipa pada segmen 1 adalah 1,39 x 10 -5 per tahun, sedangkan pada segmen 2 dan segmen 3 memiliki frekuensi sebesar 6,48 x 10 -5 per tahun. Model konsekuensi digunakan untuk menentukan tipe dan besarnya potensi bahaya. Tugas akhir ini pada akhirnya menemukan bahwa hanya segmen 3 yang berada pada daerah tidak dapat diterima yang dapat dilihat dari F-N curve. Beberapa pilihan pengaman direkomendasikan dan akhirnya dipilih pemasangan pengaman/ border pada jalur pipa pada segmen 3. Kata kunci : jalur pipa onshore, penilaian risiko sosial, CONCAWE, Shell Fred, F-N curve I. PENDAHULUAN ipeline atau jalur pipa adalah sebuah sistem distribusi atau sistem transfer suatu fluida yang menghubungkan satu tempat ke tempat lain dalam jarak yang jauh melewati laut atau suatu daerah tertentu. Karena medan yang dilalui jalur pipa ini sangat beragam, mulai dari lembah, bawah laut, pegunungan dan lain-lain, maka dalam pengoperasiannya akan banyak terdapat persoalan, antara lain kelelahan (fatigue), korosi (corrosion), retak ataupun putus serta faktor eksternal yang berkaitan dengan kondisi sekitar jalur pipa tersebut berada. Jalur pipa yang sangat perlu diperhatikan adalah antara lain jalur pipa yang di dalamnya adalah fluida berbahaya ataupun mudah terbakar. Jalur pipa ini perlu dilakukan penilaian risiko sosial lebih dalam, karena dilatarbelakangi beberapa sejarah tentang ledakan atau kebakaran jalur pipa dan terminal bahan bakar. Kegagalan pada sistem transfer bahan bakar onshore dapat mengakibatkan beberapa risiko yang dapat membahayakan bagi manusia dan lingkungan sekitar saluran pipa tersebut terpasang apabila terjadi kebocoran atau bahkan ledakan. Sebuah insiden kebakaran yang besar terjadi pada terminal penyimpanan dan transfer bahan bakar di Hemel Hempstead, hertfordshire, Inggris pada desember 2005 atau lebih dikenal sebagai insiden Buncefield. Gambar 1.1 menunjukan insiden Buncefield, kebakaran ini berdampak besar pada masyarakat sekitar, berdasarkan UK HSE terdapat 40 orang terluka yang untungnya tidak mengakibatkan kematian dan hampir 2000 orang yang tinggal di sekitar terminal tersebut harus dievakuasi. Gambar 1.1 Tragedi Buncefield (theguardian.com) Beberapa kejadian kebakaran yang terjadi pada terminal penyimpanan bahan bakar dari tahun ke tahun telah di catat oleh UK HSE antara lain : Calnev Petroleum Pipeline, San Bernadino, California, USA, 25 May 1989 Mounds View, Minnesota, USA, 8 July 1986 Bayamon, Puerto Rico, USA, 30 January 1980 Los Angles, California, USA, 16 June 1976 Jacksonville, Maryland, USA, 3 September 1970 Penilaian Risiko Sosial Terhadap Kebocoran Pipa pada Jalur Pipa Transfer Bahan Bakar Dari Dermaga ke Terminal Milik PT Duta Artha Bahari Nusantara Gresik Leo Dwi Armanda, A.A.B Dinariyana D.P. ST., M.Sc, PhD, dan Prof. Dr. Ketut Buda Artana, ST., Msc Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: [email protected] P

Upload: lecong

Post on 07-May-2018

229 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penilaian Risiko Sosial Terhadap Kebocoran Pipa pada … Risiko Sosial Terhadap Kebocoran Pipa pada Jalur Pipa Transfer Bahan Bakar Dari Dermaga ke Terminal Milik PT Duta Artha Bahari

1

Abstrak— Tugas akhir ini menjelaskan tentang penilaian risiko sosial akibat kebocoran pipa pada jalur pipa transfer bahan bakar di darat dari depo ke depo milik PT Duta Artha Bahari Nusantara, Gresik. Penilaian risiko ini dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada risiko sosial yang terjadi karena mempertimbangkan jarak antara jalur pipa dengan pemukiman warga. Potensi bahaya seperti kebakaran dan ledakan pada jalur pipa ini menjadi pertimbangan karena jalur pipa tersebut berada di atas tanah dan tanpa pelindung. Tujuan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui potensi bahaya, frekuensi kegagalan jalur pipa, maupun konsekuensi dan pada akhirnya melakukan mitigasi atau pengamanan agar risiko berada pada daerah yang dapat diterima. HAZOP digunakan sebagai metode untuk melakukan identifikasi bahaya, sedangkan Event Tree Analisys dipilih untuk melakukan analisa frekuensi. Pemodelan konsekuensi dilakukan dengan fire modelling software (Shell FRED) kemudian F-N curve digunakan untuk mengevaluasi risiko. Tugas akhir ini menemukan potensi bahaya kebocoran yang disebabkan oleh pihak ketiga. Bank data CONCAWE digunakan sebagai referensi dalam melakukan analisa frekeunsi. Dari analisa frekuensi ditemukan frekuensi kebocoran pipa pada segmen 1 adalah 1,39 x 10-5 per tahun, sedangkan pada segmen 2 dan segmen 3 memiliki frekuensi sebesar 6,48 x 10-5

per tahun. Model konsekuensi digunakan untuk menentukan tipe dan besarnya potensi bahaya. Tugas akhir ini pada akhirnya menemukan bahwa hanya segmen 3 yang berada pada daerah tidak dapat diterima yang dapat dilihat dari F-N curve. Beberapa pilihan pengaman direkomendasikan dan akhirnya dipilih pemasangan pengaman/ border pada jalur pipa pada segmen 3.

Kata kunci : jalur pipa onshore, penilaian risiko sosial, CONCAWE, Shell Fred, F-N curve

I. PENDAHULUAN ipeline atau jalur pipa adalah sebuah sistem distribusi atau sistem transfer suatu fluida yang menghubungkan satu tempat ke tempat lain dalam jarak yang jauh

melewati laut atau suatu daerah tertentu. Karena medan yang dilalui jalur pipa ini sangat beragam, mulai dari lembah, bawah laut, pegunungan dan lain-lain, maka dalam pengoperasiannya akan banyak terdapat persoalan, antara lain kelelahan (fatigue), korosi (corrosion), retak ataupun putus serta faktor eksternal yang berkaitan dengan kondisi sekitar jalur pipa tersebut berada. Jalur pipa yang sangat perlu diperhatikan adalah antara lain jalur pipa yang di dalamnya adalah fluida berbahaya ataupun mudah terbakar.

Jalur pipa ini perlu dilakukan penilaian risiko sosial lebih dalam, karena dilatarbelakangi beberapa sejarah tentang ledakan atau kebakaran jalur pipa dan terminal bahan bakar. Kegagalan pada sistem transfer bahan bakar onshore dapat mengakibatkan beberapa risiko yang dapat membahayakan bagi manusia dan lingkungan sekitar saluran pipa tersebut terpasang apabila terjadi kebocoran atau bahkan ledakan.

Sebuah insiden kebakaran yang besar terjadi pada terminal penyimpanan dan transfer bahan bakar di Hemel Hempstead, hertfordshire, Inggris pada desember 2005 atau lebih dikenal sebagai insiden Buncefield. Gambar 1.1 menunjukan insiden Buncefield, kebakaran ini berdampak besar pada masyarakat sekitar, berdasarkan UK HSE terdapat 40 orang terluka yang untungnya tidak mengakibatkan kematian dan hampir 2000 orang yang tinggal di sekitar terminal tersebut harus dievakuasi.

Gambar 1.1 Tragedi Buncefield

(theguardian.com)

Beberapa kejadian kebakaran yang terjadi pada terminal penyimpanan bahan bakar dari tahun ke tahun telah di catat oleh UK HSE antara lain :

• Calnev Petroleum Pipeline, San Bernadino, California, USA, 25 May 1989

• Mounds View, Minnesota, USA, 8 July 1986 • Bayamon, Puerto Rico, USA, 30 January 1980 • Los Angles, California, USA, 16 June 1976 • Jacksonville, Maryland, USA, 3 September 1970

Penilaian Risiko Sosial Terhadap Kebocoran Pipa pada Jalur Pipa Transfer Bahan Bakar Dari Dermaga ke Terminal Milik PT Duta Artha Bahari Nusantara

Gresik

Leo Dwi Armanda, A.A.B Dinariyana D.P. ST., M.Sc, PhD, dan Prof. Dr. Ketut Buda Artana, ST., Msc

Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: [email protected]

P

Page 2: Penilaian Risiko Sosial Terhadap Kebocoran Pipa pada … Risiko Sosial Terhadap Kebocoran Pipa pada Jalur Pipa Transfer Bahan Bakar Dari Dermaga ke Terminal Milik PT Duta Artha Bahari

2

• Cubatao, Brazil, 25 February 1984 • Uong Bi, Quang Ninh Province, Vietnam, 2

November 1993 • Kaycee, Wyoming, USA, 23 July 1985 • Guadalajara, Mexico, 22 April 1992

Kejadian-kejadian ini ini juga menjadi pertimbangan dilakukannya penilaian risiko sosial terhadap jalur pipa transfer bahan bakar PT Duta Artha Bahari Nusantara (DABN). Lokasi tempat dimana jalur pipa tersebut berada juga menjadi salah satu pertimbangan dilakukan penilaian risiko sosial terhadap jalur pipa tersebut.

II. METODE PENELITIAN

Bahaya adalah adalah kondisi yang dapat menyebabkan suatu peristiwa yang tidak diinginkan. Karena bahaya adalah sumber dari peristiwa yang dapat menyebabkan konsekuensi yang tidak diingikan, maka harus dimulai terlebih dahulu dengan mengetahui bahaya. Secara umum identifikasi bahaya fokus pada analisa risiko utama dan jenis kecelakaan yang dapat timbul.

Pada analisa ini, identifikasi bahaya akan dilakukan dengan metode HAZOP (Hazard and Operability). HAZOP dipilih karena metode ini sering digunakan untuk menganalisa sistem proses kimia/fluida. HAZOP juga biasa dilakukan untuk sistem yang sudah ada, yang nantinya bertujuan untuk mengurangi risiko dan masalah pengoperasian. Data yang dibutuhkan adalah diagram perpipaan dan instrumen dari sistem yang berkaitan. Dari identifikasi ini, akan bisa diperkirakan konsekuensi apa yang akan terjadi pada keadaan yang dianalisa. Sehingga identifikasi bahaya merupakan langkah awal untuk melakukan analisa frekuensi dan konsekuensi yang ada.

Dalam melakukan HAZOP melihat semua elemen (dan karakteristik jika relevan) untuk mengetahui penyimpangan (deviation) dari desain yang dapat menyebabkan konsekuensi yang tidak diinginkan. Peran “guide words” adalah untuk memancing pemikiran imajinatif, fokus studi dan mendapatkan ide untuk dilakukan diskusi sehingga memaksimalkan hasil. Basic guide word dan artinya akan dijelaskan pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.1 Basic guide word Guide word Meaning No or Not Complete negation of the design intent More Qualitative increase Less Qualitative decrease As Well As Qualitative modification/ Increase Part Of Qualitative modification/ Increase Reverse Logical opposite of the design intent Other Than Complete subtitution Perkiraan frekuensi dimulai dengan melakukan studi

literatur pada riset-riset yang telah dilakukan sebelumnya dan pada data-data yang telah ada. Dari studi literatur tersebut akan dianalisa berapa banyak frekuensi akan terjadi pada setiap kejadian. Selanjutnya frekuensi didapatkan dengan melakukan perhitungan berdasarkan skenario yang ada. Sebagai tambahan, terdapat beberapa metode yang bisa digunakan untuk menghitung frekuensi, salah satunya adalah

dengan menggunakan metode Event Tree Analisys. Data kegagalan pipa yang dipakai adalah berdasarkan data dari CONCAWE Data Bank, dimana seluruh kegiatan penilaian risiko yang berhubungan dengan jalur pipa onshore menggunakan data tersebut.

Konsekuensi dapat dinyatakan sebagai jumlah orang yang terpapar atau terkena dampak (cedera atau terbunuh), properti yang mengalami kerusakan, banyaknya tumpahan, serta wilayah yang terkena. Konsekuensi merupakan bagian terpenting dari proses penilaian risiko selain frekuensi. Sebelum melakukan perhitungan konsekuensi, harus tersedia terlebih dahulu data-data mengenai objek yang akan dihitung konsekuensinya serta data-data dari objek penyebaran risikonya.

Ancaman terhadap risiko kebocoran pipa pada jalur pipa transfer bahan bakar ini menjadi sangat tinggi karena jalur pipa yang sebagian besar terdapat di atas permukaan tanah dan disekitar jalur tersebut banyak kegiatan masyarakat dan jalur kendaraan besar, seperti truk. Ancaman lainnya adalah faktor internal defect pada pipa itu sendiri sehingga akan mengalami kerusakan dan akhirnya mengalami kebocoran bahan bakar.

(1) Dimana ; Q : masa yang dibuang (kg/s) Cd

ρ : massa jenis zat cair (kg/m : koefisien yang dibuang (0,6 untuk zat cair)

3

Area : luas lubang (m)

2

P)

1

P : tekanan ambien (Pa) : tekanan absolut penympanan zat tersebut (Pa)

G : percepatan gravitasi (m/s2

h : head statis (m) )

III. ANALISA DAN PEMBAHASAN

A. Pembagian Segmen Pembagian segmen ini dilakukan agar dalam melakukan

analisa jalur pipa bahan bakar ini lebih teliti. Panjang jalur pipa ini adalah ±1,8 km yang dibagi menjadi 3 segmen. Berikut adalah gambar dan penjelasan masing masing segmen.

Gambar 4. Segmen 1

Gambar 4 menujukan peta segmen 1. Dari gambar diatas menunjukkan bahwa segmen 1 berada pada sekitar dermaga PT DABN. Berdasarkan survey lapangan yang dilakukan, aktifitas manusia pada segmen 1 ini cukup tinggi. Diketahui

Page 3: Penilaian Risiko Sosial Terhadap Kebocoran Pipa pada … Risiko Sosial Terhadap Kebocoran Pipa pada Jalur Pipa Transfer Bahan Bakar Dari Dermaga ke Terminal Milik PT Duta Artha Bahari

3

jumlah populasi pada segmen ini adalah ± 20 orang.

Gambar 5. Segmen 2

Gambar 6 menujukkan peta segmen 2, dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa segmen 2 berada pada jalur antara depo dan dermaga. Berdasarkan hasil survey lapangan, aktifitas manusia pada segmen ini rendah. Diketahui jumlah populasi pada segmen ini ± 15 orang.

Gambar 6. Segmen 3

Gambar 4.3 menunjukan segmen 3, dari gambar tersebut

dapat diketahui bahwa segmen tersebut berada disekitar pemukiman penduduk. Berdasarkan hasil survey lapangan, aktifitas manusia pada segmen ini sangat tinggi. Diketahui jumlah populasi pada segmen 3 ini populasi pada Desa Kramat Inggil adalah ± 257 jiwa, dan di Desa Sido Rukun adalah ±128 jiwa. B. Identifikasi Bahaya

Dalam pengerjaan HAZOP biasa digunakan lembar kerja yang menampilkan nodes, keywords, konsekuensi, safeguards, dan tindakan yang harus dilakukan. Dalam penelitian ini node dibagi menjadi 3 yaitu dijelaskan pada tabel di bawah ini :

Tabel 3. Deskripsi node Node Diskripsi

1 dari tangki muatan sampai sebelum pompa cargo

2 setelah pompa cargo sampai gate valve pipa deramaga

3 Setelah gate valve sampai ke tangki timbun Beberapa keywords yang dapat ditentukan dalam kasus ini antara lain flow, pressure, dan external hazard. Untuk worksheet HAZOP mengikuti standar BS IEC 61882, worksheet terlampir. C. Analisa Frekuensi

Data frekuensi ini diambil dari OGP Risk Assessment Data Directory, yang mana database ini diambil berdasarkan data kegagalan jalur pipa onshore milik The Oil Companies European Organization for Environment, Health and safety (CONCAWE).Data dari CONCAWE ini digunakan karena seluruh kegiatan penilaian risiko yang berkaitan dengan pipa onshore, data fekuensi yang digunakan adalah data dari CONCAWE. Data tersebut termasuk 379 kegagalan dari jalur pipa dengan total pancaran untuk jalur pipa yang mengandung minyak mentah dan minyak jadi mendekati 667000 km-years. Berikut adalah tabel data frekuensi kegagalan jalur pipa berdasarkan OGP.

Tabel 4. Hole size Ditribustion

D ≤ 20 mm20 mm ≤ d ≤ 80 mm

d > 80 mmPipe diameterRupture

Pinhole + FisserHoleSplit

Rupture

SmallMediumLarge

Jenis lubang Kriteria Ukuran

Tabel 5. Pipeline failure frequency

per-km yearper-km yearper-km year

Oil pipelines onshore

16" ≤ D ≤ 22"24" ≤ D ≤ 28"

D > 28"

1,0 x 10-3

8,0 x 10-4

1,2 x 10-4

2,5 x 10-4

2,5 x 10-4

Pipeline Category Failure Frequency UnitD < 8"

8 ≤ D ≤ 14"per-km yearper-km year

Tabel 5. Menjelaskan frekuensi kegagalan pipa berdasarkan CONCAWE. Kemudian didapatkan juga persentase kegagalan pipa yang diklasifikasikan berdasarkan sebab kegagalannya.

Tabel 6. Leak cause distribustion

pinhole fissure hole split rupture overall20 21 58 27 50 176

12% 12% 34% 16% 29% 100%5% 19% 12% 22% 24% 17%0% 5% 2% 11% 4% 4%

90% 33% 29% 30% 18% 34%0% 5% 2% 11% 2% 3%5% 28% 55% 26% 52% 43%

Failure mechanism Distribustion

Total no. Of failurePercentage of totalMechanical failureOperationalCorrosionNatural hazardThird party

Setelah mendapatkan frekuensi dasar kegagalan jalur pipa, maka dilakukan perhitungan frekuensi berdasarkan sebab kebocoran (dipilih presentase terbesar), namun untuk perbandingan dipilih 3 presentase terbesar.

Tabel 7. Leak cause distribution

Leak Causes

percetage of leak

Leak Frequency

(per km-year)

leak frequency (per year)

Rupture Pinhole Hole

mechanical

failure 17 1,4,E-04 5,88,E-04 1,2,E-04 2,9,E-04

Corrosion 34 2,7,E-04 8,81,E-04 4,4,E-04 1,4,E-04

Third Party 43 3,4,E-04 3,22,E-03 0,0,E+0 3,41,E-04

Dari tabel 6 di atas diketahui bahwa nilai frekuensi terbesar adalah pada kebocoran yang disebabkan oleh third party, ini sesuai dengan identifikasi bahaya yang telah dilakukan sebelumnya, dimana diketahui pula bahwa potensi bahaya

Page 4: Penilaian Risiko Sosial Terhadap Kebocoran Pipa pada … Risiko Sosial Terhadap Kebocoran Pipa pada Jalur Pipa Transfer Bahan Bakar Dari Dermaga ke Terminal Milik PT Duta Artha Bahari

4

terbesar adalah jalur pipa yang tertabrak truk, penyebab ini masuk dalam kategori third party. Namun karena pada jalur pipa ini dibagi menjadi 3 segmen, maka dilakukan perhitungan frekuensi untuk setiap segmen dengan menyesuaikan dengan panjang setiap segmen. Berikut adalah tabel frekuensi kegagalan pipa yang disebabkan oleh third party per segmen.

Tabel 8. leak frequency, leak size 0,254 m (rupture)

No. Segmen Leak frequency

Frequency per segmen

segmen 1 3,22,E-04 1,93,E-03

segmen 2 3,22,E-04 1,93,E-03

segmen 3 3,22,E-04 1,93,E-03

Tabel 9. leak frequency, leak size 0,05 m (hole)

No. Segmen Leak frequency

Frequency per segmen

segmen 1 3,41,E-04 2,04,E-03

segmen 2 3,41,E-04 2,04E-03

segmen 3 3,41,E-04 2,04,E-03 Dari tabel 8-10 maka diambil leak fequency 0,25 m dan 0,05 m karena kedua ukuran tersebut memiliki nilai frekuensi. Nilai frekuensi ini nanti yang digunakan dalam event tree analisys. ETA worksheet terlampir.

D. Analisa Konsekuensi Konsekuensi dapat dinyatakan sebagai jumlah orang yang

terpapar atau terkena dampak (cedera atau terbunuh) properti yang mengalami kerusakan, banyaknya tumpahan, serta wilayah yang terkana dampak [ABS Application for risk assessment for marine and offshore oil and gas industries,2000]. Konsekuensi merupakan bagian terpenting dari proses penilaian Risiko selain frekuensi. Sebelum melakukan perhitungan konsekuensi, harus tersedia terlebih dahulu data-data mengenai objek yang akan dihitung konsekuensinya serta data-data dari objek penyebaran Risikonya.

Untuk mengetahui konsekuensi terhadap jalur pipa dengan fluida cair, menggunakan rumus bernaulli untuk mengetahui flow rate (laju aliran). Laju aliran ini juga merupakan salah satu perhitungan untuk mengetahui konsekuensi. Dalam perhitungan ini terdapat fungsi diameter lubang yang terjadi, maka dilakukan perhitungan dengan ukuran lubang berdasarkan ukuran distribusi lubang yang telah dijelaskan pada pembahasan penilaian frekuensi. Selain itu perhitungan ukuran diameter pool fire juga dilakukan untuk mengetahui magnitude

Setelah melakukan perhitungan flow release rate, data tersebut digunakan untuk mengisi variabel yang diperlukan oleh Shell FRED. Dalam melakukan pemodelan, skenario akan dikombinasikan dengan 4 arah mata angin serta siang dan malam. Receiver pada pemodelan ini dibagi menjadi 2, yang pertama adalah receiver dengan asumsi per receiver 5 Berikut adalah hasil modeling yang dilakukan dengan Shell FRED

Gambar 7. Segmen 1 dengan skenario konsekuensi pool fire

Gambar 8. Side view pool fire

Gambar 9. Top view jet fire

Setelah mengetahui seluruh hasil pemodelan langkah berikutnya yang dilakukan adalah mengkombinasikan hasil konsekuensi dan hasil frekuensi, langkah ini dinamakan evaluasi risiko. E. Evaluasi Risiko

F-N curve merupakan salah satu bentuk representasi dari risiko sosial, dimana F-N curve memetakan kumpulan dari frekuensi (F) dari berbagai skenario kecelakaan terhadap jumlah (N) dari korban yang berhubungan kejadian yang dimodelkan. N dalam penilaian risiko didefinisikan sebagai fatal injury atau jumlah korban yang meninggal, namun dalam kasus ini N didefinisikan sebagai jumlah orang yang terkena dampak kebakaran atau ledakan (first burn degree, second burn degree dan third burn degree). Dengan memetakan nilai F dan nilai N akan didapat level risiko pada kejadian tersebut. Di bawah ini adalah F-N curve hasil analisa frekuensi dan analisa konsekuensi dengan pemodelan. Berikut adalah tabel hasil frekuensi kumulatif dari segmen 1 pada musim kemarau

Page 5: Penilaian Risiko Sosial Terhadap Kebocoran Pipa pada … Risiko Sosial Terhadap Kebocoran Pipa pada Jalur Pipa Transfer Bahan Bakar Dari Dermaga ke Terminal Milik PT Duta Artha Bahari

5

Tabel 11. Kumulatif frekuensi pool fire 1 segmen 3

Tabel 12. Kumulatif frekuensi jet fire 2 segmen 1 musim kemarau

Tabel 12. Kumulatif frekuensi pool fire 3 segmen 3

Event Base

Frequency

Direction

Day/

Night

Outcome

Frequency

Outcome

(fatalities)

Cumulative

frequency

PF3 NE-D 6,48,E-04 0,1 0,3 1,94,E-

05 20 1,94,E-05

PF3 NE-N 6,48,E-04 0,1 0,7 4,54,E-

05 20 6,48,E-05

PF3 SE-D 6,48,E-04 0,6 0,3 1,17,E-

04 20 1,81,E-04

PF3 SE-N 6,48,E-04 0,6 0,7 2,72,E-

04 20 4,54,E-04

PF3 SW-D 6,48,E-04 0,2 0,3 3,89,E-

05 20 4,92,E-04

PF3 SW-N 6,48,E-04 0,2 0,7 9,07,E-

05 20 5,83,E-04

PF3 NW-D 6,48,E-04 0,1 0,3 1,94,E-

05 20 6,03,E-04

PF3 NW-N 6,48,E-04 0,1 0,7 4,54,E-

05 20 6,48,E-04

Tabel 12. Kumulatif frekuensi pool fire 4 segmen 3

Dari ketiga tabel kumulatif diatas, kemudian dilakukan pemetaan pada F-N curve. Berikut adalah hasil pemetaan F-N curve yang dilakukan.

Gambar 10. F-N curve pool fire lubang 0,25 m segmen 3 Dari F-N curve diatas diketahui bahwa pada segmen 1, jalur pipa berada pada acceptable region dan ALARP region. Secara umum jalur pipa yang mengalami kebocoran dalam level aman. Namun dalam penelitian ini ditemukan satu segmen jalur pipa yang berada pada unacceptable region, yaitu pada segmen 3. Hal ini terlihat pada F-N curve pada segmen 3, sebagai berikut.

Event Base

Frequency

Direction

Day/

Night

Outcome

Frequency

Outcome

(fatalities)

Cumulative

frequency

PF1 NE-D 6,48,E-04 0,1 0,3 1,94,E-05 10 1,94,E-

05

1 NE-N 6,48,E-04 0,1 0,7 4,54,E-05 10 6,48,E-

05

PF1 SE-D 6,48,E-04 0,6 0,3 1,17,E-04 10 1,81,E-

04

PF1 SE-N 6,48,E-04 0,6 0,7 2,72,E-04 10 4,54,E-

04

PF1 SW-D 6,48,E-04 0,2 0,3 3,89,E-05 10 4,92,E-

04

PF1 SW-N 6,48,E-04 0,2 0,7 9,07,E-05 10 5,83,E-

04

PF1 NW-D 6,48,E-04 0,1 0,3 1,94,E-05 10 6,03,E-

04

PF1 NW-N 6,48,E-04 0,1 0,7 4,54,E-05 10 6,48,E-

04

Event Base

Frequency

Direction

Day/

Night

Outcome

Frequency

Outcome

(fatalities)

Cumulative

frequency

PF2 NE-D 6,48,E-04 0,1 0,3 1,94,E-

05 10 1,94,E-05

PF2 NE-N 6,48,E-04 0,1 0,7 4,54,E-

05 10 6,48,E-05

PF2 SE-D 6,48,E-04 0,6 0,3 1,17,E-

04 10 1,81,E-04

PF2 SE-N 6,48,E-04 0,6 0,7 2,72,E-

04 10 4,54,E-04

PF2 SW-D 6,48,E-04 0,2 0,3 3,89,E-

05 10 4,92,E-04

PF2 SW-N 6,48,E-04 0,2 0,7 9,07,E-

05 10 5,83,E-04

PF2 NW-D 6,48,E-04 0,1 0,3 1,94,E-

05 10 6,03,E-04

PF2 NW- 6,48,E-04 0,1 0,7 4,54,E-

05 10 6,48,E-04

Event Base

Frequency

Direction

Day/ Night

Outcome Frequen

cy

Outcome

(fatalities)

Cumulativ

e frequency

PF4 NE-D 6,48,E-04 0,1 0,3 1,94,E-05 5 1,94,

E-05

PF4 NE-N 6,48,E-04 0,1 0,7 4,54,E-05 5 6,48,

E-05

PF4 SE-D 6,48,E-04 0,6 0,3 1,17,E-04 5 1,81,

E-04

PF4 SE-N 6,48,E-04 0,6 0,7 2,72,E-04 5 4,54,

E-04 PF4 SW-

D 6,48,E-04 0,2 0,3 3,89,E-05 5 4,92,

E-04 PF4 SW-

N 6,48,E-04 0,2 0,7 9,07,E-05 5 5,83,

E-04 PF4 NW-

D 6,48,E-04 0,1 0,3 1,94,E-05 5 6,03,

E-04 PF4 NW-

N 6,48,E-04 0,1 0,7 4,54,E-05 5 6,48,

E-04

Page 6: Penilaian Risiko Sosial Terhadap Kebocoran Pipa pada … Risiko Sosial Terhadap Kebocoran Pipa pada Jalur Pipa Transfer Bahan Bakar Dari Dermaga ke Terminal Milik PT Duta Artha Bahari

6

Gambar 12. F-N curve jet fire lubang 0,25 m segmen 3 kemarau Pada segmen ini sebagian sebagian pool fire berada pada unacceptable region, yaitu pool fire 3 dan pool fire 4. Hal ini dikarenakan populasi pada segmen ini tidak merata. Pada pool fire 3 memiliki populasi penduduk yang banyak dari pada populasi yang berada disekitar pool fire 1 dan 2.

F. Mitigasi Dalam kasus ini terdapat 2 (dua) pilihan mitigasi, yaitu:

1. pipa ditanam seluruhnya 2. sepanjang jalur pipa dipasang border Namun dalam pemilihannya memerlukan pertimbangan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi, antara lain faktor biaya dan faktor kemudaan pemasangan. Faktor biaya menjadi salah satu faktor yang paling mempengaruhi dalam memilih mitigasi apa yang paling tepat untuk diterapkan.

Tabel berikut ini memberikan informasi tentang kelebihan dan kekurangan masing-masing mitigasi.

Tabel 13. Pertimbangan mitigasi

- --

--

-- -

-

-

Instalasi mudah dan tidak mengganggu operationalInspeksi lebih mudah

Masi ada kemungkinan tertabrakSepanjang jalur pipa

dipasang border2

Dalam instalasi, kemungkinan mengganggu proses transfer bahan bakarInspeksi akan lebih sukar

1Pipa seluruhnya ditanam

Biaya instalasi lebih rendah

Kemungkinan tertabrak lebih kecilLebih aman

Biaya installasi tinggiInstallasi membutuhkan waktu yang lama

Mitigasi Keuntungan KerugianNo

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa, pilihan mitigasi nomor 2 (sepanjang jalur pipa dipasang border) lebih tepat diaplikasikan karena memiliki lebih banyak keuntungan serta memenuhi faktor biaya dan kemudahan dalam pemasangan.

Selain mitigasi-mitigasi yang disebutkan di atas, beberapa kegiatan juga harus terus dilakukan guna menunjang keutuhan dan keamanan jalur pipa, seperti : 1. Melakukan pelatihan keselamatan secara rutin 2. Inspeksi terhadap konsidi jalur pipa secara periodik 3. patroli dan monitoring terhadap kondisi jalur pipa yang

meliputi indikasi kebocoran dan aktifitas yang mengganggu operational

4. tanda peringatan terhadap keberadaan jalur pipa pada daerah sekitar agar tidak melakukan kegiatan yang membahayakan jalur pipa

5. Sosialisasi terhadap pesyaratan keselamatan dan tata cara serta jalur evakuasi harus dilakukan kepada masyarakat yang tinggal di sekitar jalur pipa.

IV. KESIMPULAN Berdasarkan penilaian risiko yang telah dilakukan

terhadap jalur pipa transfer bahan baka (loading) PT DABN dari dermaga menuju ke depo, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : a) Berdasarkan identifikasi bahaya yang telah dilakukan

dengan metode HAZOP diketahui bahwa bahaya yang paling mengancam pada jalur pipa PT DABN adalah bahaya yang disebabkan oleh external hazard yaitu kendaraan tertabrak kendaraan dan korosi b) Berdasarkan analisa frekuensi yang dilakukan maka masing masing segmen diketahui memiliki base frequency sebagai berikut

c) Level risiko pada jalur pipa dengan model konsekuensi pool fire dapat dilihat dari F-N curve pada segmen 3 dengan ukuran kebocoran 0,25 m serta segmen 3 pada musim penghujan dengan ukuran kebocoran 0,25 m beberapa titik pool fire berada pada daerah unacceptable. Karena itu perlu dilakukan mitigasi dengan mengurangi frekuensi ataupun konsekuensi dengan tujuan level risiko paling tidak berada pada daerah ALARP dan bila mungkin berada di daerah acceptable

DAFTAR PUSTAKA [1] American Bureu of Shipping.2000.Guidance Note On: Risk

Assessment in Application for The Marine Offshore Oil and Gas Industries. Houston: ABS.

[2] British Standard IEC 61882.2001. Hazard and Operability Studies (HAZOP Studies)-Application Guide. London: BS IEC

[3] Dokum,van,Klass.2003.Ship Knowledge A Modern Encyclopedia. Enkhuizen: DOKMAR

[4] Goose,martin.2010. Representing societal risk as an FN curve and calculating the expectation value. ______.5 March

[5] Hill,T,R. 1994.”HSE Contract Report”.Risk Fro, Hazardous Pipelines in The United Kingdom

[6] HSE.2012.Five Steps to Risk Assessment [7] HSE.2009. An independent review of HSE methodology for

assessing societal risk [8] HSE.2009. Societal risk : Initial briefing to societal risk technical

advisory group [9] Risk Assessment Data Directory. Riser & pipeline release

frequency.London,United Kingdom [10] Rausand,marvin.2005.”System Reliability Theory”. HAZOP

(Hazard and Operability).NTNU.2005 [11] Rausand,marvin.2005.”System Reliability Theory”. ETA (Event

Tree Analysis).NTNU.2005 [12] Tegar B.A,2012.Penilaian Risiko Sosial dan Individu Jalur Pipa

Gas Studi Kasus: PT Pertamina Hulu Energi-West Madura Offshore, Risiko Akibat Kebocoran Pipa Gas.Tugas Akhir, ITS

[13] Wiley.2005. Even tree Analysis from hazard techniques for safety system

[14] Hazard Consequence Modelling Package.Shell FRED Technical Guide.Chester. England.2007

[15] Hazard Consequence Modelling Package.Shell FRED User Guide.Chester. England.2007